pengaruh jumlah penduduk, produk domestik regional …repository.utu.ac.id/968/1/i-v.pdf · program...
TRANSCRIPT
PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), DAN PENGANGGURAN TERHADAP
TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
Memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
Gelar sarjana Ekonomi
OLEH:
CUT LAILA
NIM : 12601092
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
2016
ii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLIGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVESITAS TEUKU UMAR FAKULTAS EKONOMI MEULABOH-ACEH BARAT
Telp. (0655) 7018513
Website: www.utu.ac.id Email: fekon [email protected] Pos 23615
Meulaboh, September 2016
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Jenjang : S1
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi Saudari:
Nama : CUT LAILA
Nim : 12601092
Dengan judul: “Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dan Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
Yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
Meulaboh.
Mengesahkan:
Pembimbing Utama Pembimbing Kedua
Dr. Ishak Hasan, M.Si Yasrizal, M.Si
NIP. 196412311986 0910001 NIDN. 0005028802
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan
Dr. Ishak Hasan, M.Si Yasrizal, M.Si
NIP. 196412311986 0910001 NIDN. 0005028802
iii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLIGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVESITAS TEUKU UMAR FAKULTAS EKONOMI MEULABOH-ACEH BARAT
Telp. (0655) 7018513
Website: www.utu.ac.id Email: [email protected] Pos 23615
Meulaboh, September 2016
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Jenjang : S1
LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi Saudari:
Nama : CUT LAILA
Nim : 12601092
Dengan judul: “Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik
Reginal Bruto (PDRB), dan Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat”.
Yang telah dipertahankan didepan Komisi Ujian pada Tanggal 28 September 2016
Menyetujui
Komisi Ujian
Tanda Tangan
1. Ketua : Dr. Ishak Hasan, M.Si ....................
2. Sekretaris : Yasrizal, M.Si ....................
3. Anggota : Yayuk Eko Wahyuningsih, SE., M.Si ....................
4. Anggota : Leli Putri Ansari, SE., M.Si ....................
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Yasrizal, M.Si
NIDN. 0005028802
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : CUT LAILA
NIM : 12601092
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi adalah hasil karya
saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau satu kesatuan yang utuh dari skripsi,
tesis, disertai, buku atau bentuk lain yang saya kutip dari orang lain tanpa saya
sebutkan sumbernya yang dapat dipandang sebagai tindakan penjiplakan.
Sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat reproduksi karya atau
pendapatyang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang dijadikan
seolah-olah karya asli saya sendiri. Apabila ternyata dalam skripsi saya terdapat
bagian-bagian yang memenuhi unsur penjiplakan, maka saya menyatakan
kesediaan untuk dibatalkan sebahagian atau seluruh hak gelar kesarjanaan saya.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Meulaboh, September 2016
Saya yang membuat pernyataan,
Materai 6000
CUT LAILA
12601092
v
MOTTO PERSEMBAHAN
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana “. (Q.S. Luqman: 27)
Ya Allah... Jadikanlah kami kaya akan ilmu, muliakanlah kami dengan ketekunan dan hiasilah diri kami dengan kesabaran, Sesungguhnya Allah tidak akan menguji seorang hamba
di luar batas kemampuannya dan mintalah pertolongan-Nya dengan Shalat dan sabar Alhamdulillah...
Dengan ridha-Mu ya Allah
Amanah ini telah selesai, sebuah langkah usai sudah, Namun itu bukan akhir dari perjalananku,
Melainkan awal dari sebuah perjalanan
Ayahanda T. Salami dan Ibunda Suriyani... Do’a dan air mata di tiap sujudmu yang slalu iringi langkahku serta ketulusanmu Yang kuatkan hatiku tuk terus berusaha menggapai asa. Setiap butir keringatmu
menyemangatkanku untuk mewujudkan harapanmu. Kasih sayangmu sejukkan relung hatiku. Kini harapanmu telah kugapai.
Tumbuhkan tekad yang suci untuk slalu membahagiakanmu terima kasih Bapak Mamak atas segala kesabaranmu, kebaikanmu dan segala hal
terbaik yang telah diberikan kepada putrimu. Ya Allah, jadikanlah aku anak yang saleh, berbakti kepada orang tua, membanggakan
orang tua, dan menjadi amal yang tak terputuskan bagi keduannya. yang telah diberikan kepada putrimu.
Buat adik-adikku tersayang “ Cut Siti Rahmah, Cut Rina, Cut Safna dan T. Suriyadi”.
Dan buat kawan-kawan tercinta Eka Desi Yanti, SE, Meiya Sari, SE, Nuripa, SE,
Feri Erlandi, SE, Ari Zuliyadi, SE, Sapriadi, SE, dan Joni Iskandar, SE.
Dengan ridha Allah kupersembahkan karya yang sederhana ini kepada keluargaku tercinta. Simpah sujudku dan terimakasihku kepada yang tercinta Bapak dan Mamak
yang telah mendidikku dengan penuh keikhlasan atas segala perhatian, pengertian, dan dukungannya.
By CUT LAILA, SE
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas kuaa-Nya
yang telah memberikan nikmat sehat dan lapang kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beriring salam penulis
sanjungsajikan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membawa umat
manusia ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat”. Ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu syarat agar dapat menyelesaikan studi dan meraih gelar Sarjana Ekonomi
(S1) pada Fakultas Ekonomi di Universitas Teuku Umar.
Dalam kesempatan ini pula, penulis dengan kerendahan hati yang amat
dalam dan ketulusan hati ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi ini. Ucapan Terima Kasih terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang sangatpenulis sayangi dengan penuh cinta penulis
persembahkan untuk Ayahanda T. Salami dan Ibunda tercinta Suriyani, serta
Cut Siti Rahmah, Cut Rina, Cut Safna, dan T. Suriyadi selaku adik penulis
yang telah memberikan segala bentuk pengorbanan, nasihat, kasih sayang
tiada batas dan do’a tulusnya demi keberhasilan penulis.
2. Kepada Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si selaku dosen pembimbing utama dan
Kepada Bapak Yasrizal, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang begitu
penulis sanjung dan benggakan yang telah menjadi orang tua kedua yang
membimbing, memberi arahan, memotivasi, dan bersedia meluangkan
waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Teuku Umar di Meulaboh.
4. Bapak Yasrizal, M.Si dan Bapak Fajri Hadi, SE, M.Si selaku ketua dan
sekretaris program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Teuku Umar.
5. Kepada Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu selaku dosen yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama penulis berada di Fakultas Ekonomi Universitas Teuku
Umar.
6. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2012 khususnya local C
yang selama ini telah bersama-sama menempuh pendidikan di Fakultas
Ekonomi Studi Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan semangat dan
dukungan serta memotivasi kepada penulis.
vii
Dan akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik
langsung maupun tidak langsung yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-
persatu. Semoga amal kebaikan dan keikhlasan ini mendapat balasan dari Allah
SWT. Dengan kebaikan yang berlipat ganda dan mudah-mudah skripsi ada
manfaatnya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Meulaboh, September 2016
Penulis,
CUT LAILA
viii
ABSTRACT
Poverty is one of the fundamental issues of critical concern to the
government. The poverty level of West Aceh is still relatively high compared to
the provincial poverty rate, it is necessary to be considered seriously from policy
makers or the government for the poverty of West Aceh can be reduced and must
be dealt with thoroughly and continuously. Therefore the need for an active role
of the government so that poverty can be reduced West Aceh District. This study
aimed to examine the effect of population, the GDP, and unemployment on the
level of poverty in West Aceh district. Collecting the necessary data in this
research is quantitative data using secondary data comparison for 12 years starting
from the year 2003 to 2014. Analysis of data using multiple linear regression
analysis.
Based on the research results, obtained by the end of the equation
Yi = 57096.675 - 0,147X1i + 000X2i + 1,630X3i + ui and adjusted coefficient of
determination (R2) that is equal to 0.922. This indicates that the independent
variable (the number of inhabitants, the GDP, and unemployment) gave a
contribution of 92.2 percent of the dependent variable (poverty), while the
remaining 7.8 percent is influenced by variables that are outside the regression
model of this study. The results showed that the partial amount of the population
and the GDP does not significantly affect the level of poverty, while
unemployment significantly affect the level of poverty. Testing together (F test)
showed that the variables of population, the GDP, and unemployment
significantly affect the level of poverty in West Aceh district.
Keywords: Population, the GDP, Unemployment and Poverty Level.
ix
ABSTRAK
Kemiskinan merupakan salah satu persoalan yang mendasar yang menjadi
perhatian serius dari pemerintah. Tingkat kemiskinan Kabupaten Aceh Barat
masih tergolong tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Provinsi, untuk
itu perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh dari pembuat kebijakan atau
pemerintah agar kemiskinan Kabupaten Aceh Barat dapat berkurang dan harus
ditangani secara menyeluruh dan berkesinambungan. Karena itu perlunya peran
aktif dari pemerintah agar kemiskinan Kabupaten Aceh Barat dapat berkurang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh jumlah penduduk, PDRB, dan
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data
kuantitatif menggunakan data sekunder dengan perbandingan selama 12 tahun
terhitung dari tahun 2003-2014. Analisis data menggunakan analisis regresi linier
berganda.
Berdasarkan hasil penelitian, persamaan akhir yang diperoleh yaitu
Yi = 57096,675 – 0,147X1i+ 000X2i + 1,630X3i + ui dan Nilai koefisien
determinasi adjusted (R2)yaitu sebesar 0,922. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel bebas (jumlah penduduk, PDRB, dan penganguran) memberi sumbangan
sebesar 92,2 persen terhadap variabel terikat (tingkat kemiskinan), sedangkan
sisanya sebesar 7,8 persen ini dipengaruhi oleh variabel yang terdapat diluar
model regresi penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
jumlah penduduk dan PDRB tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat
kemiskinan, sedangkan pengangguran berpengaruh secara nyata terhadap tingkat
kemiskinan. Pengujian secara bersama-sama (Uji F) menunjukkan bahwa variabel
jumlah penduduk, PDRB, dan pengangguran berpengaruh secara nyata terhadap
tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
Kata kunci: Jumlah Penduduk, PDRB, Pengangguran,dan Tingkat Kemiskinan.
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARANJUDUL ........................................................................................... i
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
LEMBARAN PERSEJUTUAN KOMISI UJIAN ........................................... iii
LEMBARAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
LEMBARAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRACT........................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 LatarBelakangPenelitian ....................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah .................................................................................. 5
1.3 TujuanPenelitian ................................................................................... 6
1.4 ManfaatPenelitian ................................................................................. 6
1.4.1 ManfaatTeoritis ........................................................................... 6
1.4.2 ManfaatPraktis............................................................................. 7
1.5 SistematikaPenulisan ............................................................................ 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
2.1 Kemiskinan ............................................................................................ 8
2.2.1 Pengertian Kemiskinan ............................................................... 8
2.1.2 Ukuran Kemiskinan .................................................................... 9
2.1.3 Indikator Kemiskinan.................................................................. 10
2.1.4 Penyebab Kemiskinan ................................................................. 10
2.1.6 Strategi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan ............................ 11
2.1.6 Ciri-Ciri Kemiskinan................................................................... 12
2.2 Penduduk ............................................................................................... 13
2.2.1 Pengertian Penduduk................................................................... 13
2.2.2 Pertumbuhan Penduduk .............................................................. 13
2.2.3 Tahap-Tahap Pertumbuhan Penduduk ....................................... 14
2.2.4 Teori Peralihan Penduduk........................................................... 15
2.3 Produk Domestik Regional Bruto ........................................................ 16
2.4 Pengangguran ........................................................................................ 21
2.4.1 Pengertian Pengangguran ........................................................... 21
2.4.2 Jenis-Jenis Pengangguran ........................................................... 22
2.4.3 Dampak Pengangguran ............................................................... 23
2.5 Hubungan Jumlah Penduduk, PDRB, dan Pengangguran
dengan Kemiskinan ............................................................................... 26
xi
2.5.1 Hubungan Jumlah Penduduk dengan Kemiskinan ................. 26
2.5.2 Hubungan PDRB dengan Kemiskinan .................................... 26
2.5.3 Hubungan Pengangguran dengan Kemiskinan ....................... 27
2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 27
2.7 Kerangka Pemikiran.............................................................................. 28
2.8 Perumusan Hipotesisi ........................................................................... 29
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 30
3.1 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 30
3.2 Data Penelitian ...................................................................................... 30
3.2.1 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 30
3.3.1 TeknikPengumpulan Data .......................................................... 30
3.3 Model Analisis Data ............................................................................. 31
3.3.1 Analisis Regresi Berganda .......................................................... 31
3.3.2 Analisis Koefisien ....................................................................... 32
3.3.3 Uji t............................................................................................... 33
3.3.4 Uji F ............................................................................................. 33
3.6 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 33
3.5 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 36
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat ........................................... 36
4.1.1 Kondisi Penduduk Kabupaten Aceh Barat ................................ 37
4.1.2 Kondisi PDRB Kabupaten Aceh Barat ...................................... 39
4.1.4 Kondisi Pengangguran Kabupaten Aceh Barat ......................... 41
4.1.4 Kondisi Kemiskinan Kabupaten Aceh Barat ............................. 42
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ............................................... 44
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ..................................................................... 44
4.4 Hasil Akhir ............................................................................................ 45
4.4.1 Uji Regresi Linier Berganda ....................................................... 45
4.4.2 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi............................ 47
4.4.3 Uji t (Uji Parsial / Individual) ..................................................... 48
4.4.4 Uji F (Uji Simultan) .................................................................... 49
4.5 Pembahasan Hasil Akhir....................................................................... 50
4.5.1 Hubungan Jumlah Penduduk dan Kemiskinan .......................... 50
4.5.2 Hubungan PDRB dan Kemiskinan ............................................. 50
4.5.3 Hubungan Pengangguran dan Kemiskinan ................................ 51
V. PENUTUP .................................................................................................... 52
5.1 Simpulan ................................................................................................ 52
5.2 Saran ...................................................................................................... 53
LAMPIRAN .......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 65
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penduduk Miskin di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 .................. 2
2. Jumlah Penduduk Kabupeten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ...................... 3
3. Jumlah PDRB (ADHK) Kabuapten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ............ 4
4. Jumlah Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ........... 5
5. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2014 ...................... 38
6. PDRB ADHK Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2014 ............................ 40
7. Jumlah Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2014 ........... 41
8. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2014 ..... 43
9. Rata-Rata Standar Deviasi dan Observasi ..................................................... 45
10. Regresi Linier Berganda ................................................................................. 45
11. Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ................................... 47
12. Hasil Regresi Uji F.......................................................................................... 49
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................................... 28
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Barat ......................... 37
2. Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat tahun 2003-2014 ........................... 39
3. PDRB ADHK Kabupaten Aceh Barat tahun 2003-2014 ................................ 40
4. Jumlah pengangguran Kabupaten Aceh Barat tahun 2003-2014 .................... 42
5. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Barat tahun 2003-2014 .............. 44
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Input Jumlah Penduduk, PDRB, Pengangguran, dan
Tingkat Kemiskinan tahun 2003-2014 ..................................................... 55
2. Hasil Regresi .............................................................................................. 56
3. Daftar Uji t.................................................................................................. 61
4. Daftar Uji F ................................................................................................ 62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di
dunia, terutama negara sedang berkembang. Kemiskinan merupakan masalah
kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain
tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses
terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan lokasi lingkungan.
Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi
juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang
atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak
dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya
alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan,
dan hak berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik (Putra 2015, h. 2).
Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia dan
juga menghadapi masalah kemiskinan. Terdapat masih banyak masyarakat yang
berpendapatan rendah dan berada dibawah garis kemiskinan. Padahal Provinsi
Aceh terkenal dengan banyak sumber daya alamnya yang melimpah untuk
dimanfaatkan, namun sayangnya belum bisa juga mengurangi tingkat kemiskinan
dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk
melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan berusaha
2
keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal dan menurunkan angka
kemiskinan. Di banyak negara di dunia syarat utama bagi terciptanya penurunan
kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi. Namun, kondisi di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia pertumbuhan ekonomi yang dicapai ternyata juga
diiringi dengan munculnya permasalahan meningkatnya jumlah penduduk yang
hidup dibawah garis kemiskinan.
Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di
Provinsi Aceh, yang terletak dipesisir barat selatan dengan jumlah penduduk
miskin sebagai berikut:
Tabel 1.1
Penduduk Miskin di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2009-2014
No Tahun Jumlah Penduduk Miskin
(Jiwa)
1 2009 40.385
2 2010 42.358
3 2011 42.500
4 2012 41.400
5 2013 44.300
6 2014 43.900
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Barat(2015)
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwajumlah
penduduk miskin di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu enam tahun
terakhir dari tahun 2009-2014 terus mengalami fluktuatif dari tahun ketahun.
Tahun 2009 tingkat kemiskinan mencapai 40.385 jiwa, dan pada tahun 2010-2011
tingkat kemiskinan naik mencapai 42.358 dan 42.500 jiwa. Kemudian pada tahun
2012 tingkat kemiskinan turun lagi mencapai 41.400 jiwa. Pada tahun 2013
tingkat kemiskinan naik mencapai 44.300 jiwa, dan kembali turun pada tahun
3
2014 dengan tingkat kemiskinan 43.900 jiwa. Untuk menurunkan angka
kemiskinan perlu dicari faktor-faktor yang bisa mempengaruhi tingkat
kemiskinan, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menurunkan tingkat
kemiskinan.
Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan
permasalahan mendasar. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendalidapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi
yaitukesejahteraan rakyat serta menekan angka kemiskinan (Saputra 2011, h. 8).
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2009-2014
No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
1 2009 169.111
2 2010 173.558
3 2011 177.532
4 2012 182.364
5 2013 187.459
6 2014 190.244
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat (2015)
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa jumlah
penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Jumlah penduduk pada tahun
2009 sebesar 169.111 jiwa, dan pada tahun 2010 yaitu sebesar 173.558 jiwa,
kemudian pada tahun 2011 sebesar 177.532 jiwa, dan pada tahun 2012 yaitu
sebesar 182.364 jiwa, dan selanjutnya pada tahun 2013-2014 jumlah penduduk
masing-masing sebesar 187.459 dan 190.244 jiwa.
PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah. PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh
4
berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode. Semakin tinggi
PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah
tersebut (Hadi Sasana 2006 dalam Saputra 2011).
Tabel 1.3
Jumlah PDRB (ADHK)Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2009-2014
No Tahun Jumlah PDRB (Jutaan Rupiah)
1 2009 1.197.904,53
2 2010 4.462.045,24
3 2011 4.569.067,05
4 2012 4.594.543,92
5 2013 4.773.693,84
6 2014 4.935.274,15
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat (2015)
Berdasarkan data pada Tabel 1.3 diatas menunjukkan bahwa angka PDRB
ADHK Kabupaten Aceh Barat terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.Jumlah
PDRB pada tahun 2009 sebesar 1.197.904,53 rupiah, dan naik secara dratis pada
tahun 2010 sebesar 4.462.045,24rupiah. Selanjutnya pada tahun 2011-2014
jumlah PDRB terus mengalami kenaikan masing-masing sebesar 4.569.067,05,
4.594.543,92, 4.773.693,84, dan 4.935.274,15 rupiah.
Pengangguran adalah merupakan keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya (Sukirno 2013, h. 13).
5
Tabel 1.4
Jumlah Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2009-2014
No Tahun Jumlah pengangguran (Jiwa)
1 2009 7.868
2 2010 7.651
3 2011 7.568
4 2012 7.872
5 2013 8.851
6 2014 8.987 Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat(2015)
Berdasarkan data pada Tabel1.4 diatas menunjukkan bahwa jumlah
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu enam tahun terakhir
dari tahun 2009-2014 mengalami turun naik tiap tahunnya. Jumlah pengangguran
pada tahun 2009 sebesar 7.868 jiwa, dan turun pada tahun 2010-2011 sebesar
7.651 dan 7.568 jiwa. Kemudian pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar
7.872 jiwa, dan selanjutnya pada tahun 2013-2014 terus mengalami kenaikkan
sebesar 8.851 dan 8987 jiwa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat?
2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, dan Pengangguran Terhadap
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat?
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah penduduk, PDRB, dan
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian Analisis pengaruh jumlah penduduk, PDRB, dan
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat ini
mencakup manfaat teoritis dan praktis yang diharapkan dapat berguna bagi semua
pihak, yaitu:
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis
Manfaat bagi penulis adalah untuk menambah wawasan dan tambahan
pengalaman tentang cara penulisan karya ilmiah yang baik dan sebagai bahan
perbandingan antara teori yang telah dipelajari di kampus dengan praktek yang
diterapkan.
b. Bagi lingkungan akademik
Manfaat bagi lingkungan akademik adalah diharapkan dapat berguna
dalam menambah bahan bacaan bagi mahasiswa-mahasiswi Universitas Teuku
Umar pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
Menjadi bahan kajian dan evaluasi bagi instansi-instansi terkait yaitu
pemerintah maupun pihak lain untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Jumlah
Penduduk, PDRB, dan Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Aceh Barat.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagian pertama Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sisitematika
penulisan.
Bagian kedua Tinjauan Pustaka yang berisi tentang Pengertian
Kemiskinan, Pengertian Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Pengertian Pengangguran, Hubungan antara jumlah penduduk, Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dan pengangguran terhadap kemiskinan, Penelitian
Terdahulu, Kerangka Pemikiran, dan Perumusan Hipotesis.
Bagian ketiga Metode Penelitian yang berisi tentang ruang lingkup
penelitian, data penelitian, model analisis data, definisi operasional variabel, dan
pengujian hipotesis.
Bagiaan keempat Hasil dan Pembahasan yang berisikan tentang gambaran
umum Kabupaten Aceh Barat, statistik deskriptif variabel penelitian, hasil
pengujian hipotesis, hasil akhir, dan pembahasan hasil akhir.
Bagian kelima Kesimpulan dan Saran yang berisikan tentang kesimpulan
dan saran-saran dari hasil pembahasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
2.1.1 Pengertian kemiskinan
Menurut Silalahi (2014, h. 208) yang dimaksud dengan kemiskinan adalah
dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung/tinggal, pendidikan dan kesehatan,
kemudian kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Selanjutnya
Nurkse dalam Sukirno (2006, h. 113) berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja
disebabkan oleh ketiadaan pembangunan pada masa lalu tetapi juga menghadirkan
hambatan kepada pembanguan di masa yang akan datang. Nurkse juga
mengatakan bahwa lingkaran perangkap kemiskinan yang terpenting adalah
keadaaan-keadaan yang menyebabkan timbulnya hambatan terhadap terciptanya
tingkat pembentukan modal yang tinggi.
Berikutnya Siahaan (2004, h. 81) mengemukakan bahwa kemiskinan
berarti sebuah kondisi sosial yang kebutuhan dasarnya pun tidak mencukupi dari
hari kehari, pangan yang sulit dicapai, gizi yang tidak memadai, air yang tidak
sesuai dengan syarat kualitas kesehatan, sulitnya perumahan, rendahnya tingkat
pendidikan, pengangguran, pelayanan-pelayanan sosial yang jauh tidak memadai,
transportasi yang tidak lancer dan lain-lainnya.
Berdasarkan definisi diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang mempunyai
9
pendapatan yang rendah sehingga mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya.
2.1.2 Ukuran Kemiskinan
Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan terdapat beberapa cara
untuk mengukurnya, ada dua yang umum digunakan untuk ukuran kemiskinan
yaitu (Adisasmita 2005, h. 192):
1. Kemiskinan absolut, selalu dikaitkan dengan pemikiran tingkat pendapatan
dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok
atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk dapat
hidup secara layak. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuahan
minimum, maka orang atau keluarga tersebut dapat dikatakan miskin. Tingkat
pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan
tidak miskin atau sering disebut sebagi garis kemiskinan. Konsep ini
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan fisik (konsumen) terhadap
makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.
2. Kemiskinan relatif, orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang
dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum namun tidak selalu berarti
miskin. Walaupun pendapatan seseorang sudah mencapai tingkat kebutuhan
dasar minimum, tetapi jika masih jauh lebih rendah dari pemenuhan
kebutuhan hidup sederhana, maka orang atau keluarga tersebut masih berada
dalam keadaan miskin. Ini terjaddi karena kemiskinan lebih banyak
ditentukan oleh lingkungan.
10
2.1.3 Indikator Kemiskinan
Indikator-indikator kemiskinan yang digunakan secara umum adalah
tingkat upah, pendapatan, konsumsi, mortalitas anak usia balita, imunisasi,
kekurangan gizi anak, tingkat fertilitas, tingkat kematian ibu, harapan hidup rata-
rata, tingkat penyerapan anak usia sekolah dasar, proporsi pengeluaran pemerintah
untuk pelayanan kebutuhan dasar masyarakat, pemenuhan bahan pangan, air
bersih, perkmbangan penduduk, melek huruf, urbanisasi, pendapatan perkapita
dan distribusi pendapatan. Agar seseorang dapat hidup dengan layak , perlu
adanya pemenuhan kebutuhan tersebut (Adisasmita 2005, h. 193).
2.1.4 Penyebab Kemiskinan
Menurut Sharp et al. dalam Kuncoro (2004, h. 157) terdapat tiga penyebab
kemiskinan jika dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan
muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya
memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua,
kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.
Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang
pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini
karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi,
atau karena keterunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam
modal.
11
2.1.5 Strategi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
Untuk mengatasi kemiskinan yang bersifat kronis, strategi kebijakan yang
dapat ditempuh adalah sebagai berikut (Adisasmita 2005, h195):
a. Strategi kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan adalah menciptakan
ketentraman dan pemantapan kestabilan ekonomi, social dan politik untuk
menjamin kelangsungan pelaksanaan upaya pengentasan kemiskinan.
b. Strategi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dilakukan
mayoritas penduduk miskin (pro-poor growth) terutama melalui kegiatan
yang dapat membuka kesempatan kerja dan keselamatan usaha bagi
kelompok masyarakat miskin. Pertumbuhan ekonomi harus dilaksanakan
tanpa menimbulkan degradasi sumber daya alam dan lingkungan karena
beban terbesar dari kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup baik
di perkotaan maupun di perdesaan akan dirasakan dan menjadi beban
penduduk miskin.
c. Strategi kebijakan keluarga berencana atau berkualitas (KB) diarahkan secara
efektif kepada penduduk yang berpenghasilan rendah atau keluarga miskin.
d. Strategi kebijakan pengentasan kemiskinan dilaksanakan secara bertahap,
terus menerus dan terpadu yang didasarkan pada kemandirian, yaitu
kemampuan penduduk miskin untuk menolong diri mereka sendiri melalui
perbaikan akses penduduk miskin kepada pelayanan kesehatan, pendidikan
dan pelatihan dasar.
e. Strategi kebijakan peningkatan kemampuan ekonomi penduduk miskin
diarahkan pada perbaikan akses kepada sumberdaya, pembiayaan, teknologi,
12
pasar dan pelayanan dasar, serta pengembangan kelembangan social ekonomi
masyarakat sesuai dengan aspirasi dan budaya masyarakat local.
Bank Dunia menggunakan tiga strategi dalam pengentasan kemiskinan,
yaitu:
1. Menciptakan pertumbuhan ekonomi dengan mengintroduksikan insentif yang
dapat mendorong penggunaan sumberdaya yang ada, termasuk tenaga kerja
dari penduduk miskin.
2. Upaya yang lebih intensif untuk menyediakan pelayanan sosial, seperti
pendidikan, kesehatan, nutrisi keluarga berencana.
3. Bantuan khusus bagi mereka yang tidak dapat meningkatkan dirinya sendiri
seperti penyandang cacat miskin, golongan lansia atau lanjut usia
(kemiskinan struktual).
2.1.3 Ciri-Ciri Kemiskinan
Untuk memperjelas gambaran dan ciri-ciri kemiskinan, berikut ini ciri-ciri
kemiskinan sebagai berikut (Siahaan 2004, h. 81):
1. Sebagian besar masyarakatnya hidup di perdesaan, terdiri dari buruh tani
(petani penyewa tanah).
2. Sebagai penganggur atau setengah penganggur, meskipun bekerja tetapi
sifatnya tidak teratur dan tidak mencukupi bagi kebutuhan hidup yang wajar.
Ini terdapat di perdesaan atau di perkotaan.
3. Berusaha sendiri dan dengan menyewa peralatan orang lain dengan modal
yang kecil dan serba terbatas, banyak didapati di kota dan ada juga di
perdesaan.
13
2.2 Penduduk
2.2.1 Pengertian Penduduk
Penduduk merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
perencanaan wilayah. Jumlah penduduk adalah faktor utama untuk menentukan
banyaknya permintaan bahan konsumsi yang perlu disediakan, begitu juga
banyaknya fasilitas umum yang perlu dibangun di suatu wilayah ( Tarigan 2005, h
185).
Menurut Badan Pusat Stastistik (2014) Penduduk adalah mereka yang
berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama enam bulan atau
lebih dan atau mereka yang berdomilisi kurang dari enam bulan tetapi bertujuan
untuk menetap.
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa penduduk adalah semua orang yang bertempat tinggal di daerah tersebut
dan memiliki kartu tanda penduduk (KTP) dan terdaftar dalam data penduduk di
daerah tersebut.
2.2.2 Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu Fertilitas
(kelahiran), Mortalitas (kematian), dan Migrasi (perpindahan penduduk) (Ajie
2008, h. 41).
a. Fertilitas (Kelahiran)
Fertilitas merupakan performa seseorang wanita melahirkan jumlah bayi
hidup. Dalam penafsirannya orang cenderung menyamakan antara konsep
14
fertilitas dengan fekunditas, padahal fekunditas merupakan kemampuan biologis
seorang wanita melahirkan bayi hidup. Fekunditas adalah lawan dari steril atau
mandul. Persamaan fertilitas dengan fekunditas adalah selalu dikaitkan dengan
masa reproduksi wanita. Masa reproduksi wanita dimulai sejak datangnya
menstruasi pertama sampai pada menopause.
b. Mortalitas (Kematian)
Mortalitas atau kematian merupakan aspek kajian kependudukan yang
sangat penting dalam menyusun suatu program kesehatan. Mati adalah keadaan
menghilangnya semua tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap
saat satelah kelahiran hidup. Data mengenai kematian sangat diperlukan antara
lain untuk proyeksi penduduk guna perencanaan pembangunan, misalnya
perencanaan pemberdayaan ekonomi, fasilitas perumahan, dan lainnya. Data
kematian juga diperlukan untuk menilai keberhasilan program-program
kebijaksanaan penduduk.
c. Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah
yang lain atau dari suatu Negara ke Negara yang lain. Penduduk yang datang ke
daerah baru disebut Imigran, sedangkan penduduk yang pindah ke daerah baru
atau yang keluar dari suatu daerah disebut Emigran.
2.2.3 Tahap-Tahap Pertumbuhan Penduduk
Tahap pertama antara tahun 1900 samapai dengan tahun 1920 adalah
periode di mana tingkat perkembagan penduduk lambat. Dalam tahap ini
penduduk tidak selalu berkembang, adakalanya jumlah penduduk mengalami
15
kemunduran yang timbul sebagai akibat bahaya kelaparan atau wabah penyakit.
Crri lain dan lebih penting dari tahap ini adalah terdapatnya tingkat kelahiran dan
kematian yang tinggi. Kedua factor ini menyebabkan tingkat pertambahan
penduduk rendah.
Tahap kedua yaitu akhir tahap pertama hingga tahun 1950 merupakan
periode yang ditandai dengan penurunan tingkat kematian, namun tingkat
kelahiran tidak mengalami perubahan. Faktor yang mentebabkan penurunan
tingkat kematian tersebut adalah kemajuan dalam bidang kedokteran dan
perluasan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Tahap ketiga yaitu sesudah Perang Dunia II, tingkat kematian mengalami
penurunan lebih lanjut sedangkan tingkat kelahiran tetap tidak mengalami
perubahan yang berarti. Sebagai akibatnya, pada tahun-tahun sesudah Perang
Dunia II perkembangan penduduk di negara berkembang mencapai suatu tingkat
yang jauh lebih tinggi dari masa sebelumnya ( Sukirno 2006, h. 80).
2.2.4 Teori Peralihan Penduduk
Teori peralihan kependudukan didasarkan pada kecenderungan penduduk
sebenarnya di negara maju di dunia. Menurut teori ini, setiap Negara selalu
melewati tiga tahap pertumbuhan penduduk yang berbeda. Pada tahap pertama,
angka kelahiran, begitu juga angka kematian tinggi dan laju pertumbuhan
penduduk rendah. Pada tahap kedua, angka kelahiran tetap stabil tetapi angka
kematian turun dengan cepat, akibatnya laju pertumbuhan penduduk meningkat
pesat. Pada tahap yang terakhir, angka kelahiran mulai menurun dan cenderung
sama dengan angka kematian dan akibatnya laju pertumbuhan penduduk sangat
rendah. C.P Blaker menyebutkan lima bukan tiga, yaitu 1) fase stasioner tinggi
16
yang ditandai oleh angka fertilitas dan mortalitas tinggi, 2) fase pengembangan
awal yang ditandai oleh fertilitas tinggi dan mortalitas tinggi tapi menurun, 3) fase
pengembangan akhir dengan fertilitas menurun tetapi dengan mortalitas yang
menurun lebih cepat, 4) fase stasioner rendah dengan fertilitas rendah yang
berimbang dengan mortalitas yang sama-sama rendah, dan 5) fase penurunan
dengan mortalitas rendah, fertilitas lebih rendah dan lebih tinggi kematian
daripada kelahiran (Jhingan 2012, h. 410).
2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan pertumbuhan ekonomi suatu negara yang diukur oleh
dua indikator utama, yaitu PDB untuk ruang lingkup nasional dan PDRB untuk
ruang lingkup regional. Kedua indikator ini merupakan kunci dari perkembangan
ekonomi suatu Negara. Produk Domestik suatu wilayah merupakan nilai seluruh
produk dan jasa yang diproduksi di wilayah tersebut tanpa memperhatikan apakah
faktor produksinya berasal dari wilayah tersebut atau tidak. Pendapat yang timbul
oleh adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik.
Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah domestik atau region adalah meliputi
wilayah yang berada di dalam wilayah geografis tersebut.
Menurut Nanga (2005, h 13) Produk Domesti Bruto (PDB) adalah total
nilai atau harga pasar (market price) dari seluruh barang dan jasa akhir (final
goods and services) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian selama kurun
waktu tertentu biasanya satu tahun). Produk domestik bruto merupakan salah satu
ukuran atau indicator yang secara luas di gunakan untuk mengukur kinerja
17
ekonomi (economic performance) atau kegiatan makro ekonomi dari suatu
Negara.
PDB merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara
dalam suatu tahun tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi milik
warga negaranya dan milik penduduk di negara-negara lain. Biasanya dinilai
menurut harga pasar dan dapat didasarkan kepada harga yang berlaku dan harga
tetap (Sukirno 2006, h 61).
Selanjutnya Silalahi, dkk (2014 h, 51) PDB merupakan jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. PDB ini juga termasuk hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau orang asing yang
beroperasi diwilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan
termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannnya, karena
jumlah yang didapatkan dari PDB dianggap bersifat bruto/kotor. Berikutnya Hadi
Sasana (2006 dalam Saputra) PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode.
Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB atas
dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga
berlaku adalah produk domestik bruto (PDB) yang nilainya di hitung berdasarkan
indeks harga yang berlaku pada tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan adalah produk domestik bruto (PDB) yang nilainya dihitung berdasarkan
indeks harga yang berlaku pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai tahun dasar.
Pendapatan Regional dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung
dan metode tidak langsung.
18
Metode langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data daerah
atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber data
yang ada di daerah itu sendiri. Sedangkan metode tidak langsung adalah
perhitungan dengan mengalokasikan pendapatan nasional menjadi pendapatan
regional memakai berbagai macam indicator, antara lain jumlah produksi, jumlah
penduduk, luas areal sebagai alokatornya.
Menurut Tarigan (2005, h 24) Ada tiga (3) pendekatan untuk menghitung
pendapatan regional dengan menggunakan metode langsung yaitu:
a. Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang di
produksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya
antara dari total nilai produksi bruto sektor atau sub sektor tersebut. Pendekatan
ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor/kegiatan
yang produksinya berbentuk fisik/barang, seperti pertanian, pertambangan dan
industri lainnya.
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai
biaya antara (intermediate) yaitu bahan baku/penolong dari luar yang
dipakaidalam proses produksi. Sektor jassa yang menerima pembayaran atas jasa
yang diberikan (sesuai dengan harga pasar) masih bisa dihitung dengan
pendekatan produksi. Akan tetapi akan lebih mudah apabila dihitung dengan
pendekatan pendapatan. Jika perhitungan akurat maka kedua pendekatan ittu
semestinya memberikan hasil yang sama. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa
atas ikut sertanya berbagai faktor produksi dalam proses produksi.
19
b. Pendekatan pendapatan
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya
antara (intermediate) yaitu bahan baku/penolong dari luar yang dipakaidalam
proses produksi. Sektor jassa yang menerima pembayaran atas jasa yang diberikan
(sesuai dengan harga pasar) masih bisa dihitung dengan pendekatan produksi.
Akan tetapi akan lebih mudah apabila dihitung dengan pendekatan pendapatan.
Jika perhitungan akurat maka kedua pendekatan ittu semestinya memberikan hasil
yang sama. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut sertanya berbagai
faktor produksi dalam proses produksi.
c. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan
akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Kalu dilihat dari segi
penggunaan maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk:
1) Konsumsi rumah tangga,
2) Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung,
3) Konsumsi pemerintah,
4) Pembentukan modal tetap bruto (investasi),
5) Perubahan stok, dan
6) Ekspor neto.
Perlu untuk diketahui bahwa dalam katagori diatas tidak dimasukkan
konsumsi lembaga yang mencari untung (perusahaan) karena konsumsi mereka
tidak bersifat konsumsi akhir hasil produksinya yang akan menjadi konsumsi
akhir sehingga apabila dimasukkan terjadi perhitungan ganda. Jadi intinya yang
dihitung adalah konsumsi akhir yang akan tidak lagi di konsumsi oleh pihak lain.
20
Ekspor neto adalah total ekspor dikurangi total impor.total penyediaan
(total barang dan jasa yang tersedia) di dalam negri adalah total yang di produksi
di tambah impor dikurangi ekspor. Karena yang akan dihitung nilai hanya barang
dan jasa yang berasal dari produksi dalam negri saja maka total konsumsi harus di
kurangi dengan nilai impor kemudian di tambah dengan nilai ekspor.
Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk domestik
bruto dari wilayah yang lebih luas ke masing-masing bagian wilayah, misalnya
mengalokasikan PDB Indonesia ke setiap provinsi dengan menggunakan alokator
tertentu, alokator yang dapat digunakan, yaitu: (Tarigan 2005, h 25)
1. Nilai produksi bruto atau neto setiap sektor/subsektor, pada wilayah yang
dialokasikan,
2. Jumlah produksi fisik,
3. Tenaga kerja,
4. Penduduk, dan
5. Alokator tidak langsung lainnya.
Dengan menggunakan salah satu kombinasi dari beberapa alokator dapat
diperhitungkan persentase bagian masing-masing provinsi terhadap nilai tambah
setiap sektor dan subsektor. Metode ini terkadang terpaksa digunakan karena
adanya kegiatan usaha yang lokasinya ada di beberapa wilayah, sedangakan
pencatatan yang lengkap hanya dilakukan di kantor pusat. Misalanya, laba
perusahaan tidak tercatat pada masing-masing wilayah melainkan hanya tercatat
di kantor pusat. Contoh lain apabila proses produksi bersifat berantai dan masing-
masing mata rantai berada pada wilayah yang berbeda.
21
2.4 Pengangguran
2.4.1 Pengertian Pengangguran
Pengangguran juga merupakan masalah ketenagakerjaan yang dialami oleh
banyak negara, sehingga dalam setiap rencana-rencana pembangunan ekonomi
masyarakat selalu dikatakan dengan tujuan untuk menurunkan angka
pengangguran (Sumarsono 2003 h, 115). Pengangguran disebut juga tuna karya
adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan kerja yang ada serta yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan massalah sosial lainnya
(Silalahi dkk 2014, h. 208).
Menurut Sukirno (2007, h. 472) yang dimaksud dengan pengangguran
adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif
sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat
memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Selanjutnya Nanga (2005, h. 249)
menjelaskan bahwa pengangguran (unemployment) merupakan kenyataan yang
dihadapi tidak saja oleh negara-negara sedang berkembang (developing
countries), akan tetapi juga oleh negara-negara yang sudah maju (developed
countries).
22
Secara umum pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak
memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Seseorang yang
tidak bekerja, tetapi secara aktif mencari pekerjaan tidak dapat digolongkan
sebagai penganggur. Sedangkan angkatan kerja itu sendiri adalah jumlah orang
yang bekerja dan tidak bekerja, yang berada dalam kelompok umur tertentu.
Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti hilangnya output (loss of output)
dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja (human misery), dan merupakan
suatu bentuk pemborosan sumberdaya ekonomi.
Berikutnya menurut Murni (2006 h,197) yang dimaksudkan dengan
pengangguran adalah orang-orang yang usianya berada dalam usia angkatan kerja
dan sedang mencari pekerjaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengangguran
adalah suatu keadaaan dimana seseorang yang sudah tergolong dalam usia kerja
(15-64 tahun) tetapi belum bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan keinginannya.
2.4.2 Jenis-Jenis Pengangguran
Menurut Murni (2006 h, 200) jenis-jenis pengangguran ditinjau dari
interprestasi ekonomi yaitu sebagai berikut:
1. Pengangguran friksional (Frictional Unemployment), yaitu pengangguran
yang disebabkan adanya keinginan pekerja untuk mencari pekerjaan yang
lebih baik atau lebih sesuai. Pengangguran ini disebut juga pengangguran
normal dan tidak dianggap sebagai masalah yang serius.
23
2. Pengangguran struktural (Structural Unemployment), yaitu pengangguran
yang disebabkan adanya perubahan atau perkembangan teknologi dalam
kegiatan ekonomi. Sehingga terdapat ketidaksesuaian antara keterampilan
yang dimiliki dengan yang dibutuhkan lapangan kerja.
3. Pengangguran siklikal (Cyclical Unemployment), yaitu pengangguran yang
disebabkan adanya fluktuasi/siklus dalam perkembangan bisnis atau
dikarenakan oleh kemerosotan perekonomian suatu negara. Kemerosotan
ekonomi bisa berasal dari dalam negeri dan bisa pula dari luar negeri, seperti
konsumsi, investasi, dan ekspor. Semuanya mendorong AD lebih rendah
daripada AS dan ini menimbulkan resesi.
4. Pengangguran musiman (Seasonal Unemployment), yaitu pengangguran yang
dipengaruhi oleh perubahan musim, biasanya bersifat sementara dan terjadi
dalam jangka pendek secara berulang-ulang. Contohnya disektor pertanian, di
luar musim tanam atau musim panen akan terjadi pengangguran
(McEachern;2000).
2.4.3 Dampak Pengangguran
Pengangguran yang terjadi di dalam suatu perekonomian dapat membawa
dampak atau akibat buruk, baik terhadap perekonomian maupun individual dan
masyarakat (Nanga 2005, h 254):
A. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
Setiap negara selalu berusaha agar tingkat kemakmuran masyarakatnya
dapat dimaksimumkan dan perekonomian selalu mncapai pertumbuhan ekonomi
yang mantap dan berkelanjutan (sustained economic growth). Tingkat
24
pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai
tujuan tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari berbagai akibat buruk yang
bersifat ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat
buruk pengangguran terhadap perekonomian, adalah:
1. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan
tingkat kesejahteraaan yang mungkin dicapainya. Pengangguran
menyebabkan output actual (actual output) yang dicapai lebih rendah dari
atau berada di bawah output potensial (potential output). Keberadaan ini
berarti tingkat kemakmuran masyarakat yang dicapai adalah lebih rendah dari
tingkat yang mungkin akan dicapainya.
2. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak (tax revenue) pemerintah
berkurang. Pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kegiatan
ekonomi, pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan pajakyang mungkin
diperoleh pemerintah akan menjadi semakin sedikit. Dengan demikian,
tingkat pengangguran yang tinggi akan mengurangi kemampuan pemerintah
dalam menjalankan berbagai kegiatan pembangunan.
3. Pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam arti tidak akan
menggalakan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran menimbulkan dua akibat
buruk kepada kegiatan sektor swasta. Pertama, pengangguran tenaga kerja
biasanya akan diikuti pula dengan oleh kelebihan kapasitas mesin-mesin
perusahaan. Keadaan ini jelas tidak akan mendorong perusahaan untuk
melakukan investasi di masa yang akan datang. Kedua, pengangguran yang
timbul sebagai akibat dari kelesuan kegiatan perusahaan menyebabkan
keuntungan berkurang. Keuntungan yang rendah mengurangi keinginan
25
perusahaan untuk melakukan investasi. Kedua hal tersebut jelas tidak akan
menggalakkan pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang.
B. Dampak Pengangguran Terhadap Individu dan Masyarakat
Selain membawa akibat buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan,
pengangguran yang terjadi juga akan membawa beberapa akibat buruk terhadap
individu dan masyarakat, sebagai berikut:
1. Pengagguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan. Di
negara-negara maju, para penganggur memperoleh tunjungan (bantuan
keungan) dari badan asuransi pengangguran, dan oleh sebab itu mereka masih
mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya.
Mereka tidak perlu bergantung kepada tabungan mereka atau bantuan orang
lain. Sebaliknya, di negara-negara berkembang tidak terdapat program
asuransi pengangguran, dan karenanya kehidupan penganggur harus dibiayai
oleh tabungan masa lalu atau pinjaman/bantuan keluarga dan teman-teman.
Keadaan ini potensial bisa mengakibatkan pertengkaran dan kehidupan
keluarga yang tidak harmonis.
2. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangnya
keterampilan. Keterampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya
dapat dipertahankan apabila keterampilan tersebut digunakan dalam praktek.
Pengangguran dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan tingkat
keterampilan (skills) pekerja menjadi semakin merosot.
3. Pengangguran dapat pula menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah yang berkuasa.
26
Golongan yang berkuasa akan semakin tidak popular di mata masyarakat,
dan berbagai tuntutan dan kritik akan dilontarkan kepada pemerintah dan
adakalanya hal itu disertai pula dengan tindakan demonstrasi dan huru hara.
Kegiatan-kegiatan kriminal seperti pencurian dan perampokan, dan lain
sebagainya akan semakin meningkat.
2.5 Hubungan jumlah penduduk, produk domestik regional bruto (PDRB),
dan pengangguran dengan kemiskinan.
2.5.1 Hubungan Jumlah Penduduk dengan Kemiskinan
Menurut Todaro 2000 dalam (Saputra 2011, h. 42) bahwa besarnya jumlah
penduduk berpengaruh positif terhadap kemiskinan. Hal itu dibuktikan dalam
perhitungan indek Foster Greer Thorbecke (FGT), yang mana apabila jumlah
penduduk bertambah maka kemiskinan juga akan semakin meningkat.
Menurut Hermanto dan Dwi (2007) dalam penelitiannya tentang pengaruh
pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan dengan metode panel data
mengimplikasikan bahwa jumlah penduduk berhubungan positif dengan
kemiskinan.
2.5.2 Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan
Kemiskinan
Menurut Sadono Sukirno, 2000 (dalam Saputra 2011, h. 42), laju
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak
semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional bruto
(PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi
27
pendapatan telah menyebar kelapisan masyarakat serta siapa yang telah
menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak
pada kualitas konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk
sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan
pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang.
Menurut Siregar (2007, h. 150) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan syarat keharusan (necessuffary condition) bagi pengurangan
kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya (sufficien condition) ialah bahwa
pertumbuhan tersebut efektif dalam mengurangi kemiskinan. Artinya,
pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan,
termasuk di golongan penduduk miskin (growth with equity).
2.5.3 Hubungan Pengangguran dengan Kemiskinan
Menurut Sadono Sukirno (2004), efek buruk dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan
masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka
terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila
pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu
berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat
dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
2.6 Penelitian Terdahulu
Saputra (2011) meneliti tentang “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk,
PDRB, IPM, Penganguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten / Kota
28
Jawa Tengah”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Jumlah Penduduk
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa
Tengah,PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di
JawaTengah, Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan
signifikanterhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, dan Pengangguran
berpengaruhnegatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa
Tengah.
Wijayanto (2010) meneliti tentang “Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan,
dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Kabupaten / Kota Jawa Tengah tahun
2005-2008”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh
negatif tetapi tidak signifikatterhadap tingkat kemiskinan, variabel pendidikan
yang diproksi dengan angka melek huruf berpengaruh negatif dan signifikat
terhadap tingkat kemiskinan, dan variabel pengangguran berpengaruh negatif serta
signifikat terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.
2.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran jumlah penduduk, PDRB, dan pengangguran
terhadap tingkat kemiskinan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
PDRB
(X2)
Jumlah Penduduk
(X1)
Pengangguran
(X3)
Tingkat Kemiskinan
(Y)
29
Keterangan :
X1 : Jumlah Penduduk (variabel independen atau variabel bebas)
mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan (variabel
dependen atau variabel terikat)
X2 : PDRB (variabel independen atau variabel bebas) mempunyai
pengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan (variabel dependen atau
variabel terikat)
X3 : Pengangguran (variabel independen atau variabel bebas)
mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan (variabel
dependen atau variabel terikat)
2.8 Perumusan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk diduga berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di
Kabupaten Aceh Barat.
2. PDRB diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten
Aceh Barat
3. Pengangguran diduga berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di
Kabupaten Aceh Barat
4. Diduga bahwa kondisi kemiskinan Kabupaten Aceh Barat mengalami
fluktuatif dari tahun ketahun?
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi jumlah penduduk,
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pengangguran, dan tingkat kemiskinan
di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu 2003-2014.
3.2 Data Penelitian
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
sumber data yang digunakan adalah data sekunder, dengan perbandingan selama
12tahun terhitung dari tahun 2003sampai dengan 2014. Sumber data dalam
penelitian ini antara lain:
a. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Barat berbagai tahun terbitan
b. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (DINASKERTRANS)
Kabupaten Aceh Barat
c. Literatur-literatur serta informasi-informasi tertulis baik yang berasal dari
instansi terkait maupun sumber lainnya, yang berhubungan langsung dengan
judul penelitian untuk memperoleh data sekunder.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
studi pustaka (Library research). Studi Pustaka ini digunakan untuk
31
mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku, catatan
kuliah, dan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan penulis teliti.
Data tersebut diperoleh melalui data-data yang sudah ada artinya data
tersebut bisa berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Sosial, Tenaga Kerja,
dan Transmigrasi (DINASKERTRANS) atau instansi terkait yang dapat
memberikan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini.
3.3 Model Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda, analisis korelasi, koefisien determinasi, uji t, dan uji F yang
nanti datanya akan diolah dengan menggunakan program komputer aplikasi SPSS.
3.3.1 Analisis RegresiBerganda
Analisis ini digunakan sebagai alat untuk melihat bentuk dan tingkat
hubungan antara satu variabel dependen (Y) dan lebih dari satu variabel
independen (X), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sarwoko 2005, h.
45):
Yi = β0+ β1X1i + β2X2i + β3X3i+ ui ................................................ (1)
Keterangan:
Yi : Tingkat Kemiskinan
β0 : Intersep (Konstanta)
β1,β2,β3 : Koefisien Regresi
32
X1i : Jumlah Penduduk
X2i : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
X3i : Pengangguran
ui : Standar Error
3.3.2 Analisis Koefisien
a. Koefisien Korelasi (r)
Analisa koefisien korelasi adalah tingkat hubungan antar dua variabel atau
lebih, untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y). Rumus koefisien korelasi adalah sebagai berikut
(Supangat 2007, h. 341):
r =
...................................................... (2)
b. Koefisien Determinasi (R2)
Analisa ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan
variabel babas (X) terhadap variabel terikat (Y), koefisien determinasi (R2)
merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi. Rumus koefisien determinasi
adalah sebagai berikut (Gujarati 2006, h. 162):
r = ± ........................................................................................ (3)
Dimana:
r : Koefisien Korelasi
33
3.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk melihat signifikan dari pengaruh variabel bebas (X)
terhadap variable terikat (Y) secara individual, rumus yang digunakan untuk uji t
adalah sebagai berikut (Sarwoko 2005, h. 71):
t
........................................................................................ (4)
Dimana:
n : jumlah tahun
r : Koefisien Korelasi
3.3.4 Uji Signifikan Silmutan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat Kemiskinan (Y) adalah ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan
maupun non makanan, dalam kurun waktu 2003-2014 di Kabupaten Aceh
Barat yang diukur dalam satuan jiwa.
34
2. Jumlah penduduk (X1) adalah jumlah keseluruhan penduduk yang ada di
Kabupaten Aceh Barat yang diukur dalam satuan jiwa, dalam kurun waktu
tahun 2003-2014.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X2) merupakan besaran kasar
yang menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah pada
suatu waktu tertentu dalam kurun waktu tahun 2003-2014 di Kabupaten Aceh
Barat yang diukur dalam Jutaan Rupiah.
4. Pengangguran (X3) adalah jumlah penduduk dalam angkatan kerja yang tidak
memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan di Kabupaten Aceh Barat
yang diukur dalam satuan jiwa dalam kurun waktu tahun 2003-2014.
3.5 Pengujian Hipotesis
Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. H0 : β = 0 Variabel jumlah penduduk, PDRB, dan Pengangguran tidak
berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh
Barat.
b. H1 : β ≠ 0 Variabel jumlah penduduk, PDRB, dan Pengangguran berpengaruh
secara nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
Kriteria Uji t hipotesa yang diterapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Apabila thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ -ttabel maka H0 di tolak H1 diterima. Artinya
jumlah penduduk, PDRB, dan pengangguran yang diteliti berpengaruh secara
nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
35
b. Apabila –ttabel < thitung < ttabel maka H0 diterima H1 di tolak. Artinya jumlah
penduduk, PDRB, dan pengangguran yang diteliti tidak berpengaruh secara
nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
Untuk melihat pengaruh variabel X1, X2, dan X3 terhadap variabel Y
secara keseluruhan digunakan uji F dengan kriteria sebagai berikut:
a. Apabila Fhitung ≥ Ftabel maka H0 di tolak H1 diterima. Artinya jumlah
penduduk, PDRB, dan pengangguran yang diteliti secara besama-sama
berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh
Barat.
b. Apabila Fhitung < Ftabelmaka H0 diterima H1 di tolak. Artinya jumlah penduduk,
PDRB, dan pengangguran yang diteliti secara bersama-sama tidak
berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh
Barat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 GambaranUmum Kabupaten Aceh Barat
Kabupaten Aceh Barat terletak antara 04006
’-04
047
’ lintang utara dan
95052
’-96
030
’ bujur timur dengan Luas mencapai 2.927,95 Km
2 atau 292.795 Ha.
Dengan mekarnya desa keuramat pada tahun 2013, Kabupaten Aceh Barat terdiri
atas 12 kecamatan, 33 mukim dan 322 gampong. Sebanyak 192 desa diantaranya
berada di daratan dan 83 desa terletak di lembah, hanya 47 desa yang terletak di
lereng. Kabupaten Aceh Barat berbatasan dengan kabupaten pidie jaya dan aceh
jaya di sebelah utara, kemudian di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten
nagan raya dan samudera indonesia. Sedangkan disebelah timur berbatasan
dengan kabupaten aceh tengah dan nagan raya, sebelah barat berbatasan dengan
samudera indonesia.
Kecamatan terluas adalah Sungai Mas yang mencapai 26,70% wilayah
Aceh Barat, daerah ini sebagian besar masih berupa hutan. Sedangkan kecamatan
terkecil adalah Johan Pahlawan yang merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat
yang luasnya mencapai 44,91 Km2 atau hanya 1,53% dari luas Kabupaten Aceh
Barat.
37
Grafik 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan Di
Kabuapten Aceh Barat
Sumber: BPS, Kabupaten Aceh Barat (Mei 2016)
4.1.1 Kondisi Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal disuatu daerah
tersebut yang sangat berperan dalam proses pembangunan daerah dan sekaligus
sebagai objek yang akan menikmati hasil pembangunan daerah tersebut. Oleh
karena itu penduduk yang berkualitas merupakan yang lebih baik dalam proses
membangun suatu daerah, sedangkan penduduk yang tidak berkualitas akan
menjadi beban dalam proses pembangunan, karena penduduk yang tidak
berkualitas akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial seperti
pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas.
Penduduk yang berkualitas dan produktif merupakan tujuanutama bagi
pencapaian pembangunan manusia. Oleh karenanya untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, pembangunan yang lebih merata dan taraf hidup masyarakat
yang lebih sejahtera akan terwujud apabila pembangunan terpusat pada kualitas
manusia. Karena itu potensi penduduk dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
44,91 140,69 129,58
130,06
249,04
123
132,6
510,18
112,87
490,25
83,04
781,73
johan pahlawan
samatiga
bubon
arongan lambalek
woyla
woyla barat
woyla timur
kaway XVI
meureubo
pante ceureumen
panton reu
sungai mas
38
ada berkualitas dan optimal agar perannya dalam pembangunan dan sosial
masyarakat cenderung meningkat. Jika tidak akan dikawatirkan penduduk yang
ada tersebut akan menjadi hambatan untuk pembangunan dimasa yang akan
datang.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2003 – 2014
No Tahun Jumlah penduduk (jiwa)
1 2003 176.586
2 2004 172.630
3 2005 150.450
4 2006 151.594
5 2007 153.294
6 2008 164.360
7 2009 169.111
8 2010 173.558
9 2011 177.532
10 2012 182.364
11 2013 187.459
12 2014 190.244
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (Mei 2016)
Berdasarkandata pada tabel 4.1 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa
jumlah penduduk yang tertinggi di Kabupaten Aceh Barat yaitu pada tahun 2014
sebesar 190.244 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terendah berada pada
tahun 2005 yaitu sebesar 150.450 jiwa. Yang mana jumlah penduduk pada tahun
2005 tersebut menjadi rendah dikarenakan adanya bencana alam gempa dan
tsunami pada akhir tahun 2004 karena banyak penduduk Kabupaten Aceh Barat
yang menjadi korban gempa dan tsunami , sehingga jumlah penduduk pada tahun
tersebut menjadi rendah. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah penduduk semakin
39
tahun semakin meningkat. Apabila peningkatan jumlah penduduk yang tidak
diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka akan berdampak
negatif terhadap penduduk itu sendiri, karena jika pertumbuhan ekonomi suatu
daerah tidak baik akan banyaknya pengangguran yang akhirnya akan
menyebabkan kemiskinan yang tinggi. Untuk itu pertumbuhan penduduk harus
diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik agar kemiskinan dapat
berkurang di daerah Kabupaten Aceh Barat.Untuk melihat grafik jumlah
penduduk dapat digambarkan sebagai berikut:
Grafik 4.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2014
4.1.2 Kondisi PDRB di Kabupaten Aceh Barat
PDRB merupakan salah satu bagian yang dapat mengatasi masalah
perekonomian seperti kemiskinan, akan tetapi jika PDRB dari tahun ke tahun
mengalami penurunan maka kemiskinan akan bertambah dan apabila PDRB
mengalami peningkatan maka kemiskinan dapat teratasi, dan otomatis akan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Untuk melihat PDRB di Kabupaten
Aceh Barat yaitu sebagai berikut:
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
176.586
172.630
150.450
151.594
153.294 164.360
169.111
173.558
177.532
182.364
187.459
190.244
0
50000
100000
150000
200000
Tahun Jumlah penduduk (jiwa)
40
Tabel 4.2
PDRB (ADHK) Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2003-2014
No Tahun PDRB (Jutaan Rupiah)
1 2003 927.463,73
2 2004 1.011.980,61
3 2005 878.891,70
4 2006 966.250,11
5 2007 1.081.722,63
6 2008 1.140.817,36
7 2009 1.197.904,53
8 2010 4.462.045,24
9 2011 4.569.067,05
10 2012 4.594.543,92
11 2013 4.773.693,84
12 2014 4.935.274,15 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (Mei 2016)
Berdasarkan data pada tabel 4.2diatas terlihat bahwa PDRB di Kabupaten
Aceh Barat dari tahun 2003-2014 terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Namun pada tahun 2005 terjadi penurunan sebesar 878.891,70 rupiah, hal ini
disebabkan karena Kabupaten Aceh Barat terkena bencana alam berupa gempa
dan tsunami. Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya jumlah PDRB terus terlihat
membaik dan mengalami peningkatan tiap tahunnya.Untuk melihat grafik PDRB
dapat digambarkan sebagai berikut:
Grafik 4.3
PDRB Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2014
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
927.463,73
1.011.980,61
878.891,70
966.250,11
1.081.722,63
1.140.817,36
1.197.904,53
4.462.045,24
4.569.067,05
4.594.543,92
4.773.693,84
4.935.274,15
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000 Tahun PDRB (Jutaan Rupiah)
41
4.1.3 Kondisi Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
Pengangguran adalah suatu keadaaan dimana seseorang yang sudah
tergolong dalam usia kerja (15-64 tahun) tetapi belum bekerja atau belum
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Dewasa ini kondisi
pengangguran yang terjadi di Kabupaten Aceh Barat berfluktuatif ditandai dengan
berubah-ubahnya angka pengangguran. Berikut ini perkembangan jumlah
pengangguran yang terjadi di Kabupaten Aceh Barat:
Tabel 4.3
Jumlah Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2003-2014
No Tahun Jumlah Pengangguran
(Jiwa)
1 2003 31.217
2 2004 13.088
3 2005 13.266
4 2006 7.818
5 2007 7.810
6 2008 8.061
7 2009 7.868
8 2010 7.651
9 2011 7.568
10 2012 7.872
11 2013 8.851
12 2014 8.987 Sumber: DINASKERTRANS Kabupaten Aceh Barat (Mei 2016)
Berdasarkan tabel 4.3di atas terlihat bahwa kondisi pengangguran dari
tahun 2003-2014 mengalami perubahan secara fluktuatif, pada tahun 2003
merupakan tahun yang memiliki jumlah pengangguran tertinggi yaitu mencapai
angka sebesar 31.217 jiwa, sedangkan jumlah pengangguran terendah terjadi pada
tahun 2011 yaitu hanya sebesar 7.568 jiwa. Pada tahun 2012-2014 jumlah
pengangguran secara terus menerus mengalami peningkatan tiap tahunnya, hal ini
42
terjadi karena masih kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Kabupaten
Aceh Barat.
Lapangan pekerjaan termasuk salah satu masalah dalam pembangunan
ekonomi, selain itu permasalahan lainnya adalah kualitas tenaga kerja,
sebagaimana terlihat dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas
pekerja yang ada masih relatif rendah. Tingkat pengangguran akan menjadi
masalah bagi sosial ekonomi masyarakat, hal ini akan menimbulkan kecemburuan
sosial antara masyarakat yang memiliki pekerjaan dengan masyarakat yang tidak
memiliki pekerjaan.Untuk melihat grafik jumlah Pengangguran dapat
digambarkan sebagai berikut:
Grafik 4.4
Jumlah Pengangguran Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2014
4.1.4 Kondisi Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat
Kemiskinan merupakan salah satu persoalan yang mendasar yang menjadi
perhatian serius dari pemerintah. Tingkat kemiskinan Kabupaten Aceh Barat
masih tergolong tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Provinsi, untuk
itu perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh dari pembuat kebijakan atau
31.217
13.088
13.266
7.818
7.810
8.061
7.868
7.651
7.568
7.872
8.851
8.987
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah Pengangguran (Jiwa)
Jumlah Pengangguran (Jiwa)
43
pemerintah agar kemiskinan Kabupaten Aceh Barat dapat berkurang dan harus
ditangani secara menyeluruh dan berkesinambungan. Karena itu perlunya peran
aktif dari pemerintah agar kemiskinan Kabupaten Aceh Barat dapat berkurang.
Berikut ini kondisi kemiskinan selama beberapa tahun terakhir di Kabupaten Aceh
Barat:
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2003-2015
No Tahun Jumlah Penduduk Miskin
(Jiwa)
1 2003 81.700
2 2004 57.000
3 2005 53.343
4 2006 52.467
5 2007 48.248
6 2008 43.691
7 2009 40.385
8 2010 42.358
9 2011 42.500
10 2012 41.400
11 2013 44.300
12 2014 43.900 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (Mei 2016).
Berdasarkan tabel 4.4 diatas kondisi kemiskinan Kabupaten Aceh Barat
dalam beberapa tahun terakhir ini bersifat fluktuatif. Pada tahun 2003 jumlah
penduduk miskin sebesar 81.700 jiwa, dan pada tahun 2004-2009 jumlah
penduduk miskin mengalami penurunan masing-masing sebesar 57.000 jiwa pada
tahun 2004, 53.343 jiwa pada tahun 2005, 52.467 jiwa pada tahun 2006, 48.248
jiwa pada tahun 2007, 43.691 jiwa pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 sebesar
40.385 jiwa. Sedangkan pada tahun 2010-2011 jumlah penduduk miskin kembali
meningkat mencapai 42.358 dan 42.500 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah penduduk
miskin kembali menurun sebesar 41.400 jiwa, dan pada tahun 2013 jumlah
penduduk miskin kembali meningkat jauh bila dibandingkan dengan tahun
44
sebelumnya yang mencapai sebesar 44.300 jiwa. Berikutnya pada tahun 2014
jumlah penduduk miskin kembali mengalami penurunan sebesar 43.900 jiwa.
Untuk melihat grafik jumlah penduduk miskin dapat digambarkan sebagai
berikut:
Grafik 4.5
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2014
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis statistik deskriptif variabel penelitian ini digunakan untuk
mengetahui Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, dan Pengangguran Terhadap
Tingkat Kemiskinan, yang menjadi variabel dalam penelitian skripsi ini di
Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu 12 tahun dari tahun 2003-2014.
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis
Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan
oleh jumlah penduduk, PDRB, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
Kabupaten Aceh Barat yang dianalisis dengan menggunakan model regresi
81.700
57.000
53.343
52.467
48.248 43.691
40.385
42.358
42.500 41.400
44.300
43.900
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
45
berganda yang akan diolah melalui program SPSS versi 20,0. Hasil akhir yang
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Rata-Rata Standar Deviasi dan Observasi
No Variabel Rata-Rata Standar Deviasi Observasi
1
2
3
4
Kemiskinan
Jumlah Penduduk
PDRB
Pengangguran
49274,3333
170765,1667
2544971,2392
10838,0833
11514,67051
13527,19594
1878479,62605
6729,20725
12
12
12
12 sumber: Hasil Regresi (Data Diolah Juli 2016)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa rata-rata
tingkat kemiskinan (Y) di Kabupaten Aceh Barat selama kurun waktu 2003-2014
adalah 49274,3333 dengan standar deviasi yaitu 11514,67051. Untuk rata-rata
jumlah penduduk (X1) yaitu sebesar 170765,1667 dengan standar deviasi
13527,19594, untuk rata-rata PDRB (X2) yaitu 2544971,2392 dengan standar
deviasi 1878479,62605 dan untuk rata-rata penganguran (X3) yaitu sebesar
10838,0833 dengan standar deviasi 6729,20725 serta jumlah observasi yang
diteliti selama 12 (dua belas) tahun.
4.4 Hasil Akhir
4.4.1 Uji Regresi Linier Berganda
Tabel 4.6
Regresi Linier Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant)
Jumlah Penduduk
PDRB
Pengangguran
57096,675
-,147
,000
1,630
20464,166
0,140
0,001
0,193
-0,172
-0,030
0,953
2,790
-1,047
-0,170
8,450
,024
,326
,869
,000 Sumber: Hasil Regresi (Data Diolah Juli 2016)
46
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka diperoleh persamaan regresi
linier berganda akhir estimasi sebagai berikut:
Yi = β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i+ ui
Yi = 57096,675 – 0,147X1i+ 000X2i + 1,630X3i + ui
Persamaan regresi linier berganda di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta
Berdasarkan hasil regresi linier berganda di atas maka dapat diperoleh
nilai konstanta (a) yaitu sebesar 57096,675. Nilai konstanta ini menyatakan
apabila semua variabel bebas (jumlah penduduk, PDRB, dan pengangguran) sama
dengan nol, maka tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat sebesar 57096,675
persen.
b. Koefisien Regresi Variabel Jumlah Penduduk ( X1)
Berdasarkan hasil regresi linier berganda di atas diperoleh bahwa koefisien
regresi variabel jumlah penduduk (X1) adalah sebesar -0,147. Hal ini menyatakan
bahwa setiap kenaikan jumlah penduduk (X1) sebesar 1 jiwa, maka tingkat
kemiskinan (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,147 jiwa atau 1 jiwa.
c. Koefisien Regresi Variabel PDRB (X2)
Berdasarkan hasil regresi linier berganda di atas diperoleh bahwa koefisien
regresi variabel PDRB (X2) adalah sebesar 000. Hal ini menyatakan bahwa setiap
kenaikan PDRB (X2) sebesar 1 juta rupiah, maka tingkat kemiskinan (Y) tetap
atau 0 jiwa.
47
d. Koefisien Regresi Variabel Pengangguran (X3)
Berdasarkan hasil regresi linier berganda di atas diperoleh bahwa koefisien
regresi variabel pengangguran (X3) adalah sebesar 1,630. Hal ini menyatakan
bahwa setiap kenaikan pengangguran (X3) sebesar 1 jiwa, maka tingkat
kemiskinan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 1,630 jiwa atau 2 jiwa.
4.4.2 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Hasil ini dipergunakan dengan bertujuan untuk mengetahui keeratan serta
arah dan hubungan jumlah penduduk, PDRB, dan pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
Tabel 4.7
Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
No Variabel Kemiskinan Jumlah
Penduduk
PDRB Pengangguran
1 Pearson
Correlation
a. Kemiskinan
b. Jumlah
Penduduk
c. PDRB
d. pengangguran
1,000
-,126
-,512
,951
-,126
1,000
,770
,072
-,512
,770
1,000
-,367
,951
,072
-,367
1,000
2 Model
a. Koefisien
Korelasi (R)
b. Koefisien
Determinasi
Adjusted
c. Koefisien
Determinasi
(R2)
0,971
0,922
0,943
Sumber: Hasil Regresi (Data Diolah Juli 2016)
Berdasarkan tabel diatas penulis dapat menjelaskan bahwa koefisien
korelasi variabel bebas (jumlah penduduk, PDRB, dan pengangguran) diperoleh R
= 0,971 secara positif menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara jumlah
48
penduduk (X1), PDRB (X2), dan pengangguran (X3) terhadap tingkat kemiskinan
(Y) dengan keeratan hubungan 97,1 persen.
Pada penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel bebas, maka penulis
menggunakan koefisien determinasi adjusted. Nilai koefisien determinasi adjusted
yaitu sebesar 0,922. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas (jumlah
penduduk, PDRB, dan penganguran) memberi sumbangan sebesar 92,2 persen
terhadap variabel terikat (tingkat kemiskinan), sedangkan sisanya sebesar 7,8
persen ini dipengaruhi oleh variabel yang terdapatdiluar model regresi penelitian
ini.
4.4.3 Uji t (Uji Parsial / Individual)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara
variabel bebas jumlah penduduk (X1), PDRB (X2), dan pengangguran (X3)
terhadap variabel terikat tingkat kemiskinan (Y) secara individual pada taraf nyata
(α) = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 tersebut maka nilai thitung dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk (X1)
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut telah terlihat bahwa untuk variabel jumlah
penduduk diperoleh nilai thitung sebesar -1,047 < dari ttabel sebesar 1.8596 yang
artinya bahwa secara parsial variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh secara
nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
49
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB / X2)
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut telah terlihat bahwa untuk variabel PDRB
diperoleh nilai thitung sebesar -0,170 < dari ttabel sebesar 1.8596 yang artinya bahwa
secara parsial variabel PDRB tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
c. Pengangguran (X3)
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut telah terlihat bahwa untuk variabel
pengangguran diperoleh nilai thitung sebesar 8,450 > dari ttabel sebesar 1.8596 yang
artinya bahwa secara parsial variabel pengangguran berpengaruh secara
nyataterhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
4.4.4 Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji semua variabel bebas yaitu jumlah
penduduk (X1), PDRB (X2), dan pengangguran (X3) secara bersama-sama
terhadap variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan (Y). Hasil perhitungan uji F
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Regresi Uji F
Model Sum Of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression
Residual
Total
1375958728,573
82505278,094
1458464006,667
3
8
11
458652909,524
10313159,762
44,473 ,000b
Sumber: Hasil Regresi (Data Diolah Juli 2016)
Berdasarkan tabel 4.8 diatasnilai Fhitung sebesar 44,473 > dari Ftabelsebesar
4,07 pada tingkat nyata α = 0,05 (derajat signifikan), maka variabel jumlah
50
penduduk, PDRB, dan pengangguran secara simultan (bersama-sama) mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
4.5 Pembahasan Hasil Akhir
4.5.1 Hubungan Jumlah Penduduk dan Kemiskinan
Variabel jumlah penduduk (X1) tidak berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan (Y), hal ini menunjukan bahwa jumlah penduduk terdapat hubungan
yang negatif dengan tingkat kemiskinan Kabupaten Aceh Barat. Artinya jika
jumlah penduduk meningkat maka tingkat kemiskinan juga akan meningkat,
dengan sebab itu untuk menurun angka kemiskinan maka jumlah penduduk harus
diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian terdahulu dari Saputra yang meneliti mengenai “Analisis Pengaruh
Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di
Kabupaten / Kota Jawa Tengah”, bahwa ada pengaruh antara jumlah penduduk
dengan tingkat kemiskinan dan sesuai dengan teori.
4.5.2 Hubungan PDRB dan Kemiskinan
Variabel PDRB (X2) tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan (Y),
hal ini menunjukkan bahwa PDRB terdapat hubungan yang negatif dengan tingkat
kemiskinan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu
dari Saputra yang meneliti mengenai “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk,
PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten / Kota
Jawa Tengah”, dan dari Wijayanto yang meneliti mengenai “Analisis Pengaruh
PDRB, Pendidikan, dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Kabupaten /
Kota Jawa Tengah Tahun 2005-2008”. Bahwa tidak ada pengaruh antara PDRB
51
dengan Tingkat Kemiskinan, dan tidak sesuai dengan teori. Ketidaksignifikannya
PDRB dalam mempengaruhi Tingkat Kemiskinan juga dapat dilihat berdasarkan
data bahwa peningkatan jumlah PDRB di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2003-
2008 tidak selalu diiringi dengan penurunan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Aceh Baarat.
4.5.3 Hubungan Pengangguran dan Kemiskinan
Variabel Pengangguran (X3) berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan
(Y), hal ini menunjukkan bahwa Pengangguran terdapat hubungan yang positif
dengan tingkat kemiskinan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian terdahulu dari Saputra yang meneliti mengenai “Analisis Pengaruh
Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di
Kabupaten / Kota Jawa Tengah”,dan dari Wijayanto yang meneliti mengenai
“Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan, dan Pengangguran Terhadap
Kemiskinan di Kabupaten / Kota Jawa Tengah Tahun 2005-2008”. Bahwa ada
pengaruh antara jumlah pengangguran dengan tingkat kemiskinan dan sesuai
dengan teori.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh jumlah penduduk,
PDRN, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada BAB IV maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan persamaan akhir yang diperoleh
yaitu Yi = 57096,675 – 0,147X1i+ 000X2i + 1,630X3i + ui
2. Hasil yang diperoleh untuk variabel jumlah penduduk (X1) mempunyai
pengaruh yang negatif, dengan nilai thitung sebesar-1,047 < dari ttabel sebesar
1,8596 maka secara parsial variabel jumlah pnduduk tidak berpengaruh
secara nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
3. Hasil yang dipeoleh untuk variabel PDRB (X2) mempunyai pengaruh yang
negatif, dengan nilai thitung sebesar-0,170 < dari ttabel sebesar 1,8596 maka
secara parsial variabel PDRB tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
4. Hasil yang diperoleh untuk variabel pengangguran (X3) mempunyai pengaruh
yang positif, dengan nilai thitung sebesar 8,450 > dari ttabel 1,8596 maka secara
parsial variabel pengangguran berpengaruh secara nyata terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
53
5. Pada penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel bebas, maka penulis
menggunakan koefisien determinasi adjusted (R2). Nilai koefisien
determinasi adjusted (R2) yaitu sebesar 0,922. Hai ini menunjukkan bahwa
variabel bebas (jumlah penduduk, PDRB, dan penganguran) memberi
sumbangan sebesar 92,2 persen terhadap variabel terikat (tingkat
kemiskinan), sedangkan sisanya sebesar 7,8 persen ini dipengaruhi oleh
variabel yang terdapatdiluar model regresi penelitian ini.
6. Berdasarkan uji hipotesis secara simultan (bersama-sama) menunjukkan
bahwa nilai Fhitung sebesar 44,473 > dari Ftabel sebesar 4,07 pada tingkat nyata
α = 0,05 (derajat signifikan), maka variabel jumlah penduduk, PDRB, dan
pengangguran secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.
5.2 Saran
1. Variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak
signifikan terhadap tingkat kemiskinan, diharapkan bahwa pemerintah
Kabupaten Aceh Barat harus mengimbangi laju pertumbuhan penduduk
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
2. Variabel PDRB mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan
terhadap tingkat kemiskinan, untuk itu pemerintah diharapkan dapat lebih
mengoptimalkan berbagai sektor yang ada di Kabupaten Aceh Barat salah
satunya pada sektor pertanian yang sangat membantu dalam memberikan
konstribusi bagi Kabupaten Aceh Barat.
54
3. Variabel pengangguran mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan, yang mana apabila penganguran meningkat
maka kemiskinan juga ikut meningkat, untuk itu diharapkan pemerintah
Kabupaten Aceh Barat dapat mengupayakan melakukan tindakan yang lebih
baik dalam menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kabupaten Aceh
Barat dengan tujuan mengurangi jumlah pengangguran dan juga jumlah
kemiskinan akan semakin berkurang.
4. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat menambah jumlah observasi (tahun),
dan menggunakan variabel lain agar terlihat lebih besar pengaruhnya dari
hasil penelitian selanjutnya. Diharapkan agar dapat menggunakan metode lain
dalam menganalisisnya, sehingga dapat membandingkan dengan penelitian
yang telah digunakan dalam penelitian ini.
64
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-DasarEkonomi Wilayah. Edisipertama
Yogyakarta: GrahaIlmu
Ajie, Musliadi, Umar. 2008. PengantarStudiKependudukan. Banda Aceh: PeNA
BPS. 2015. Aceh Barat DalamAngka. Kabupaten Aceh Barat
___ . 2014. Aceh Barat DalamAngka. Kabupaten Aceh Barat
___ . 2013. Aceh Barat DalamAngka. Kabupaten Aceh Barat
___ . 2012. Aceh Barat DalamAngka. Kabupaten Aceh Barat
___ . 2011. Aceh Barat DalamAngka. Kabupaten Aceh Barat
___ . 2010. Aceh Barat DalamAngka. Kabupaten Aceh Barat
___ . 2009. Aceh Barat DalamAngka. Kabupaten Aceh Barat
___ . 2008. Aceh Barat DalamAngka. Kabupaten Aceh Barat
Gujarati, Damonar N. 2006. Dasar-DasarEkonometrika. Edisiketiga. Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Jhingan, M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan danPerencanaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomidan Pembangunan Daerah: Reformasi,
Perencanaan, Strategi, danPeluang. Jakarta: Erlangga
Murni, Asfia. 2006. EkonomikaMakro. Bandung: PT. RefikaAditama
Nanga, Muana.2005. MakroEkonomiTeori, Masalah, danKebijakan.Edisikedua.
Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada
Putra, Toto, Cahya, Pratama. 2015. Skripsi: AnalisisPengaruhJumlahPenduduk,
Pengangguran, PDRB, danInflasiTerhadap Tingkat
KemiskinanKabupatenJember 2000-2012.Jember, UniversitasJember
Saputra, Whisnu, Adhi. 2011. Skripsi: AnalisisPengaruhJumlahPenduduk, PDRB,
IPM, PengangguranTerhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten / Kota
Jawa Tengah. Semarang, UniversitasDiponegoro
Sarwoko. 2005.Dasar-DasarEkonometrika. Yogyakarta: Andi
Siahaan, N.H.T. 2004. HukumLingkungandanEkologi Pembangunan. Jakarta:
Erlangga
Silalahi, Remus, dkk. 2014.PengantarEkonomiMakro. Bandung: CitaPustaka
65
Sukirno,Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah,
danDasarKebijakan.EdisiKedua. Jakarta: Kencana
____________ 2007. MakroEkonomi Modern
“PerkembanganPemikirandariKlasikHingga Keynesian Baru”.
Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada
____________ 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Pers
____________ 2013. MakroEkonomiTeoriPengantar.EdisiKetiga. Jakarta:
RajawaliPers
Sumarsono, Sonny. 2003.
EkonomiManajemenSumberDayaManusiadanKetenagakerjaan.
Yogyakarta: GrahaIlmu
Supangat, Andi. 2007.Statistika “DalamKajianDeskriptif, Inferensi,
danNonparametrik”. Jakarta: Kencana
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional “TeoridanAplikasi”. EdisiRevisi.
Jakarta: PT. BumiAksara
Wijayanto, Ravi, Dwi. 2010. Skripsi: AnalisisPengaruh PDRB, Pendidikan,
danPengangguranTerhadapKemiskinan di Kabupaten / Kota Jawa
Tengah tahun 2005-2008. Semarang, UniversitasDiponegoro
66
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Cut Laila
NIM : 12601092
Tempat / Tanggal Lahir : Meulaboh, 11 Juni 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat tempat tinggal : Komplek Perumahan Gampong Persiapan
Peunaga Baro, Kecamatan Meureubo,
Kabupaten Aceh Barat.
Nama orang tua
Ayah : T. Salami
Ibu : Suriyani
Pekerjaan orang tua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat orang tua : Komplek Perumahan, Gampong Persiapan
Peunaga Baro, Kecamatan Meureubo,
Kabupaten Aceh Barat.
Pendidikan yang telah ditempuh : 1. 2006 : SD Negeri Padang Keulele
2. 2009 : SMP Negeri 2 Meulaboh
3. 2012 : SMK Negeri 1 Meulaboh
Pengalaman kerja / organisasi : 1. Petugas Survey RPJMN BkkbN (2015)
2. Petugas Sensus Ekonomi BPS (2016)