pengaruh jenis dan konsentrasi fiksator terhadap...
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Fiksator Terhadap Intensitas Warna Kain Mori
Batik Menggunakan Pewarna Alami Kunyit (Curcuma Domestica Val.)
Ulil Fakriyah
1), Maimunah Hindun Pulungan
2), Ika Atsari Dewi
2)
1)Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian, UB
2)Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian, UB
Jl. Veteran No. 1 Malang 65145
email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh perbedaan jenis dan konsentrasi fiksator (tawas, kapur dan
tunjung) terhadap intensitas warna mori batik menggunakan pewarna alami kunyit. Metode penelitian
menggunakan RAK faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis fiksator (tawas, kapur dan
tunjung). Faktor kedua adalah konsentrasi fiksator (10%, 15% dan 20%) (b/v). Hasil perlakuan menunjukkan
intensitas warna merah (nilai a*) tertinggi pada perlakuan kain dengan fiksator kapur, intensitas warna kuning
(nilai b*) tertinggi pada perlakuan kain dengan fiksator tawas dan tingkat gelap terang (L*) tertinggi pada
perlakuan kain dengan fiksator tawas.
Kata Kunci: Fiksasi, Intensitas Warna, Kunyit
ABSTRACT
The research aimed at knowing the influence of concentration difference and fixative materials to the
intensity, color fastness, color flatness, oldness color of batik calico using natural dyes turmeric. The
research used Randomized Block Design. The first factor is fixation, that is alum, calium oxideand ferro
sulfate. Second factor is fixative material concentration, that is 10%, 15% and 20% (b/v). The treatment
results by that is redness intensity (value a*) highest of treatment by fixative material calium oxide,
yellowness intensity (value b*) highest of treathment by fixative material alum and brightness (value L*)
highest of treathment by fixative material alum.
Keywords: fixation, turmeric,colour intensity,
PENDAHULUAN
Pada industri tekstil, pewarnaan menjadi bagian penting dalam industri ini. Faktanya
banyak industri tekstil menggunakan pewarna sintetis yang dapat mencemari lingkungan.
Dibutuhkan alter-natif untuk mengatasi beban pencemaran akibat limbah tekstil. Salah satunya
adalah dengan penggunaan pewarna alami pada proses pewarnaan tekstil. Kelebihan zat pewarna
alami adalah beban pencemaran yang relatif rendah dan tidak beracun. Zat pewarna alami juga
memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar
global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Upaya meningkat-kan
kembali penggunaan zat pewarna alami untuk tekstil khususnya industri batik perlu dilakukan
melalui pengembangan zat pewarna alami dengan melakukan eksplorasi sumber-sumber zat
pewarna alami. Salah satu pewarna alami yang berpotensi diaplikasikan pada industri batik adalah
kunyit.
Pewarna alami seperti kunyit dapat dipakai pada kebanyakan kain tetapi tingkat
keberhasilan dalam hal intensitas warna bervariasi. Pemakai pewarna alami cenderung
menggunakan serat alami. Salah satu serat alami adalah kain mori primissima atau kain mori batik.
Kain mori primissima mengandung selulosa 94%. Serat selulosa mempunyai sifat sangat
higroskopis (Suheryanto, 2010b). Beberapa pewarna alami cepat luntur warnanya pada kain,
intensitas warna yang dihasilkan lemah. Oleh karena itu, dibutuhkan proses yang dapat
menyebabkan warna dari pewarna alami terikat dengan kain yang telah diwarnai sehingga dapat
menghasilkan daya tahan luntur warna yang baik. Proses ini disebut fiksasi. Pada penelitian ini
tahapan fiksasi atau penguncian pewarna alami kunyit digunakan tawas, kapur, dan tunjung dengan
konsentrasi 10%, 15% dan 20% (b/v).
A-1
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain, timbangan, gelas ukur, canting, gawangan, malam, kain
saring, pisau, blender, color reader. Bahan yang digunakan diantaranya adalah kain mori
primissima, air, kunyit, tawas, kapur, tunjung dan air.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok faktorial (RAK) yang terdiri
dari dua faktor yaitu jenis fiksator (tawas, kapur dan tunjung) dan konsentrasi fiksator (10%, 15%
dan 20%) (b/v). Tahapan penelitian adalah:
1. Kain ukuran 20cm x 20cm dimordanting menggunakan air 3L dan tawas 6 gram selama 45
menit.
2. Kunyit 80 gram direbus dengan air 800ml (1:10) lalu disaring dan didiamkan selama 12-
24 jam.
3. Kain yang telah dimordanting didesain motif, dicelupkan pada zat pewarna alami kunyit
selama 30 menit sebanyak 6 kali.
4. Kain yang sudah kering kemudian difiksasi sesuai perlakuan lalu dijemur dan dilorot.
5. Kain diuji intensitas warna
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai a* (Intensitas Warna Merah)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi fiksator dan interaksi
kombinasi perlakuan jenis fiksator dan konsentrasi fiksator tidak berpengaruh nyata terhadap nilai
a*, sedangkan jenis fiksator berpengaruh nyata (α = 0,05) terhadap nilai a*. Grafik rerata nilai a*
pada berbagai jenis fiksator dapat dilihat pada Gambar 1.
Pada grafik terlihat fiksator kapur menghasilkan pola nilai a* tertinggi artinya fiksator kapur
menghasilkan warna kuning kecoklatan disebabkan terjadi reaksi antara kurkumin dengan ion Ca2+
dan mengakibatkan kurkumin cenderung tidak stabil sehingga warna yang dihasilkan adalah
kuning kunyit kecoklatan. Pernyataan tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Sachan dan
Kapoor (2007), dihasilkan bahwa pencelupan kain katun hasil pewarnaan kunyit dengan fiksator
kapur menghasilkan warna kuning kecoklatan, fiksator tawas menghasilkan warna kuning kunyit
seperti warna aslinya dan fiksator tunjung menghasilkan kain dengan warna kuning kehitaman.
Gambar 1. Grafik Rerata Nilai a* pada Berbagai Jenis Fiksator
Nilai b* (Intensitas Warna Kuning)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi fiksator dan interaksi
kombinasi perlakuan jenis fiksator dan konsentrasi fiksator tidak berpengaruh nyata terhadap nilai
b*, sedangkan jenis fiksator berpengaruh nyata (α = 0,05) terhadap nilai b*. Grafik rerata nilai b*
pada berbagai jenis fiksator dapat dilhat pada Gambar 2.
18.63 19.82 18.45
0102030405060708090
Tawas Kapur Tunjung
Rera
ta N
ila
i a*
Jenis Fiksator
A-2
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Gambar 2. Grafik Rerata Nilai b* Pada Berbagai Jenis Fiksator
Pada grafik terlihat fiksator tawas menghasilkan intensitas warna kuning paling kuat jika
dibandingkan dengan fiksator kapur dan tunjung. Hal tersebut disebabkan tawas sebagai bahan
fiksator menghasilkan warna kuning kunyit seperti warna aslinya, sedangkan fiksator tunjung
menghasilkan intensitas warna kuning kunyit kehitaman. Pernyataan tersebut didukung penelitian
yang dilakukan oleh Zhao et al (2014), dihasilkan bahwa kain dengan bahan fiksasi Al3+
atau
allumunium potassium sulfate atau tawas menghasilkan warna kain yang lebih muda dan warna
yang dihasilkan hampir sama dengan warna aslinya. Hal ini disebabkan karena tawas adalah garam
lengkap alumunium sulfat yang bersifat menjernihkan dan bersifat menguatkan warna. Jika Al3+
bereaksi dengan kurkumin maka kurkumin akan stabil dan menghasilkan warna seperti warna
aslinya yaitu kuning kunyit.
Nilai L* (Tingkat Kecerahan)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi fiksator dan interaksi
kombinasi perlakuan jenis fiksator dan konsentrasi fiksator tidak berpengaruh nyata terhadap nilai
L*, sedangkan jenis fiksator berpengaruh nyata (α = 0,05) terhadap nilai L*. Grafik rerata nilai L*
pada berbagai jenis fiksator dapat dilhat pada Gambar 3.
Pada grafik terlihat bahwa fiksator tawas menghasilkan pola nilai L* tertinggi artinya fiksator
tawas menghasilkan intensitas warna kuning kunyit seperti warna aslinya, sedangkan fiksator
tunjung menghasilkan intensitas warna kuning kunyit kehitaman. Pernyataan tersebut didukung
penelitian yang dilakukan oleh Winarto (2004), penambahan aluminium pada kurkumin dapat
meningkatkan stabilitas kurkumin terhadap paparan cahaya dan panas, serta menghambat
dekomposisi kurkumin akibat peroksidase.Pada kondisi asam, kurkumin menghasilkan warna
kuning yang cerah. Sebaliknya pada pH netral atau basa, warna yang dihasilkan menjadi kuning
kecoklatan.
Gambar 3 Grafik Rerata Nilai L* Pada Berbagai Jenis Fiksator
37.22
26.40 23.85
0102030405060708090
Tawas Kapur Tunjung
Re
rata
Nila
i b
*
Jenis Fiksator
52.28 51.08
43.68
0102030405060708090
Tawas Kapur Tunjung
Re
rata
Nila
i L*
Jenis Fiksator
A-3
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
KESIMPULAN
Pada penilitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis fiksator (tawas, kapur dan
tunjung) memberikan pengaruh nyata terhadap nilai intensitas warna (a*, b* dan L*) kain hasil
pewarnaan kunyit.Perbedaan konsentrasi fiksator (10%, 15% dan 20%) tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap nilai intensitas warna (a*, b* dan L*) kain hasil pewarnaan kunyit.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, T.N., dan Widiawati, D. 2012. Eksplorasi Pemanfaatan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan
Linn) Sebagai Pewarna Alami Pada Teknis Lukis Sutera. Jurnal Tingkat Sarjana Budaya
Bidang Seni Rupa dan Desain. ITB. Bandung.
Hasanudin.2001. Penelitian Penerapan Zat Warna Alam dan Kombinasinya Pada Produk Batik
dan Tekstil Kerajinan Yogyakarta. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri
Kerajinan dan Batik. Yogyakarta.
Hasanudin dan Widjiati. 2002. Penilaian Proses Pencelupan Zat Warna Soga Alam Pada Batik
Kapas. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Kesehatan. Banda Aceh.
Ruwana, L. 2008. Pengaruh Zat Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Proses
Pencelupan Kain Kapas dengan Menggunakan Zat Warna dari Limbah Kayu Jati (Tectona
grandis). Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Samanta, A.K., dan Agaral, P. 2009. Application of Natural Dyes on Textile. Indian Journal of
Vibre and Textile Research 34. 384-399
Suheryanto, D. 2007. Penyusunan dan Pembuatan Buku Zat Warna Alam. Laporan Kegiatan
Penelitian Balai Besar Kerajinan dan Batik. Yogyakarta.
Winarto, W.P. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Zhao, Qi., Feng, Hao., dan Wang, Lijuan. 2014. Dyeing Properties and Color Fastness of Cellulose
Treated Flax Fabrix with Extractive from Chestnut Shell. Journal of Cleaner Production
80. 197-203
A-4