pengaruh iradiasi terhadap imunogenitas br …

6
RisalahSeminar Iflniah Penelitian daD Pengembangan Aplikasi IsotopdaD Radias£ 2004 PENGARUH IRADIASI TERHADAP IMUNOGENITAS BR UCELLA ABORTUS ~ ABSTRAK PENGARUH lRADIASI TERHADAP IMUNOGENITAS Brucella abortus. Telah dilakukan percobaan untuk mengetahui daD mempelajari pengaruh iradiasi gamma terhadap imunogenitas Brucella abortus. Percobaan dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Kelompok I (VI) diinokulasi dengan B. abortus iradiasi dosis 0,25 kGy. Kelompok II (V2) diinokulasi dengan B. abortus iradiasi dosis 0,50 kGy. Kelompok III (V3) diinokulasi dengan B. abortus iradiasi dosis 0,75 kGy. Kelompok IV (V4) diinokuasi dengan vaksin brucella S.19 tanpa iradiasi produksi PUSVETMA Surabaya. Pengamatan yang dilakukan meliputi uji kemurnian dan keamanan bahan, uji serologi RBT (Rose Bengal Test), pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan kumanf koloni pada limpa daD pemeriksaan patologi anatomi limpa hewan percobaan yang digunakan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa iradiasi dosis 0,25 kGy merupakan dosis harapan yang dapat menurunkan infektivitas dan membentuk imunogen B. abortus yang baik, yang selanjutnya dapat menstimulasi tanggap kebal pada hew an percobaan yang digunakan. ABSTRACT THE EFFECT OF IRRADIATION ON THE IMMUNOGENITY OF Brucella abortus. An experiment was carried out to study the effect of irradiation on the immunogenity of B. abortus. The B. abortus were irradiated by Gamma Cells (60CO!. An experiment were devided into four groups. The first group (V1) was inoculated by irradiated B. abortus with the dose of 0.25 kGy. The second group (V2) was inoculated by irradiated B. abortus with the dose of 0.50 kGy. The third group (V3) was inoculated by irradiated B. abortus with the dose of 0.75 kGy. The forth group (V4) was inoculated by Brucella vaccine 5.19. The observation respectively were included purely test, safety test, RBT serological test, diffusion test, development the colony of B. abortus in lien, and pathology anatomic inspection. The results obtained showed that 0.25 kGy was the expectantly dose of irradiation which couldn't only decreasing the infectivity of B. abortus but also has the ability to become a good immunogen for stimulating the immune response in the experiment animals. PENDAHULUAN Brucellosis merupakan salah satu penyakit ternak yang telah lama dikenal di Indonesia sejak tahun 1925 (1, 21. BUDIHARTA (31 menyatakan bahwa beucellosis di Indonesia terjadi pacta tahun sekitar menjelang Perang Dunia kedua. Brucellosis disebabkan oleh bakteri B. abortus, dan dikenal juga sebagai penyakit keluron menular, atau merupakan penyakit reproduksi yang dapat menyerang sapi, domba kambing dan babi (21. Disamping itu juga brucellosis bersifat zoonosis, karena dapat menular dan berbahaya bagi kesehatan manusia. BUDIHARTA (31 melaporkan bahwa prevalensi pekerja di Rumah Potong Hewan (RPHI bisa mencapai 62.5 %, dan kenyatannya para pekerja di RPH tanpa membedakan tugasnya, rawan terinfeksi brucellosis. Oleh karena itu penyakit tersebut mempunyai arti penting baik bidang ekonomi maupun kesehatan masyarakat. Prevalensi brucellosis di Indonesia menurut SUPAR dkk (1) dari SCOTT dkk berkisar antara 4 -30%. Sedang menurut SUDIBYO (2) brucellosis pada sapi perah bervariasi prevalensinya, seperti misalnya di OKI Jakarta 11,8%; Jawa Barat 0,29 %; Jawa Tengah 2,7%; DI Aceh 0,17%; Sulawesi Selatan 14,3%; clan Nusa Tenggara Timur 6,6%. Prevalensi brucellosis persentasenya tiap daerah dari waktu ke waktu berubah sesuai kondisi daerah setempat. Seperti yang dikemukakan oleh BUDIHARTA (3) bahwa prevalensi brucellosis pada tahun 1972, untuk daerah Bekasi 75%, Bogor 49%, clan Jakarta 46%. Kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit brucellosis ialah menurunnya jumlah kelahiran karena terjadinya keguguran, I). Puslitbang Teknologi Isotop clan Radiasi .BATAN, Jakarta 2). Pusat Veterinaria Farma, Surabaya.

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH IRADIASI TERHADAP IMUNOGENITAS BR …

Risalah Seminar Iflniah Penelitian daD Pengembangan Aplikasi Isotop daD Radias£ 2004

PENGARUH IRADIASI TERHADAP IMUNOGENITASBR UCELLA ABORTUS

~

ABSTRAK

PENGARUH lRADIASI TERHADAP IMUNOGENITAS Brucella abortus. Telahdilakukan percobaan untuk mengetahui daD mempelajari pengaruh iradiasi gamma terhadapimunogenitas Brucella abortus. Percobaan dibagi menjadi empat kelompok sesuai denganperlakuan yang diberikan. Kelompok I (VI) diinokulasi dengan B. abortus iradiasi dosis 0,25 kGy.Kelompok II (V2) diinokulasi dengan B. abortus iradiasi dosis 0,50 kGy. Kelompok III (V3)diinokulasi dengan B. abortus iradiasi dosis 0,75 kGy. Kelompok IV (V4) diinokuasi dengan vaksinbrucella S.19 tanpa iradiasi produksi PUSVETMA Surabaya. Pengamatan yang dilakukanmeliputi uji kemurnian dan keamanan bahan, uji serologi RBT (Rose Bengal Test), pemeriksaanperkembangan dan pertumbuhan kumanf koloni pada limpa daD pemeriksaan patologi anatomilimpa hewan percobaan yang digunakan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa iradiasi dosis0,25 kGy merupakan dosis harapan yang dapat menurunkan infektivitas dan membentukimunogen B. abortus yang baik, yang selanjutnya dapat menstimulasi tanggap kebal pada hew an

percobaan yang digunakan.

ABSTRACT

THE EFFECT OF IRRADIATION ON THE IMMUNOGENITY OF Brucella abortus.An experiment was carried out to study the effect of irradiation on the immunogenity of B.abortus. The B. abortus were irradiated by Gamma Cells (60CO!. An experiment were devidedinto four groups. The first group (V1) was inoculated by irradiated B. abortus with the dose of0.25 kGy. The second group (V2) was inoculated by irradiated B. abortus with the dose of 0.50kGy. The third group (V3) was inoculated by irradiated B. abortus with the dose of 0.75 kGy.The forth group (V4) was inoculated by Brucella vaccine 5.19. The observation respectively wereincluded purely test, safety test, RBT serological test, diffusion test, development the colony ofB. abortus in lien, and pathology anatomic inspection. The results obtained showed that 0.25kGy was the expectantly dose of irradiation which couldn't only decreasing the infectivity of B.abortus but also has the ability to become a good immunogen for stimulating the immuneresponse in the experiment animals.

PENDAHULUAN

Brucellosis merupakan salah satu penyakit ternakyang telah lama dikenal di Indonesia sejak tahun1925 (1, 21. BUDIHARTA (31 menyatakanbahwa beucellosis di Indonesia terjadi pactatahun sekitar menjelang Perang Dunia kedua.Brucellosis disebabkan oleh bakteri B. abortus,dan dikenal juga sebagai penyakit keluronmenular, atau merupakan penyakit reproduksiyang dapat menyerang sapi, domba kambing danbabi (21. Disamping itu juga brucellosis bersifatzoonosis, karena dapat menular dan berbahayabagi kesehatan manusia. BUDIHARTA (31melaporkan bahwa prevalensi pekerja di RumahPotong Hewan (RPHI bisa mencapai 62.5 %, dankenyatannya para pekerja di RPH tanpamembedakan tugasnya, rawan terinfeksibrucellosis. Oleh karena itu penyakit terse but

mempunyai arti penting baik bidang ekonomimaupun kesehatan masyarakat. Prevalensibrucellosis di Indonesia menurut SUPAR dkk (1)dari SCOTT dkk berkisar antara 4 -30%.Sedang menurut SUDIBYO (2) brucellosis padasapi perah bervariasi prevalensinya, sepertimisalnya di OKI Jakarta 11,8%; Jawa Barat0,29 %; Jawa Tengah 2,7%; DI Aceh 0,17%;Sulawesi Selatan 14,3%; clan Nusa TenggaraTimur 6,6%. Prevalensi brucellosispersentasenya tiap daerah dari waktu ke waktuberubah sesuai kondisi daerah setempat. Sepertiyang dikemukakan oleh BUDIHARTA (3) bahwaprevalensi brucellosis pada tahun 1972, untukdaerah Bekasi 75%, Bogor 49%, clan Jakarta46%.

Kerugian yang ditimbulkan akibatpenyakit brucellosis ialah menurunnya jumlahkelahiran karena terjadinya keguguran,

I). Puslitbang Teknologi Isotop clan Radiasi .BATAN, Jakarta2). Pusat Veterinaria Farma, Surabaya.

Page 2: PENGARUH IRADIASI TERHADAP IMUNOGENITAS BR …

RisaJah Seminar Ilmiah Penelitian don Pengembangan Aplikasi lsotop daD Radiasi, 200<'

DARGIE (6) menyatakan bahwa iradiasi GOCoatau sinar X dapat dimanfaatkan dalam upayapembuatan daD pengembangan bahan vaksinyang cukup aman daD efektif. Demikian jugaYOUNG (7) menyatakan bahwa iradiasi dapatmengubah larva infektif atau patogen menjadinon patogen yang kemudian mampumenstimulasi sistem kekebalan di dalam tubuh.Teknik iradiasi juga telah digunakan oleh SMITH(8) untuk melemahkan ageD penyakit tanpa

menghilangkan daya imunogeniknya daD telahberhasil dapat memberikan daya kekebalan pactadomba daD sapi yang dipakai untuk percobaan.

Percobaan ini dilakukan untukmempelajari daD menguji pengaruh iradiasiterhadap imunogenitas B. abortus, dalam upayamendapatkan dosis iradiasi yang optimal yangdapat digunakan untuk mendapatkan bahanvaksin dengan teknik nuklir. Diharapkan hasilyang diperoleh dapat memberikan tambahaninformasi bagi data yang sudah acta sebelumnya.

BAHAN DAN METODE

Hewan percobaan yang digunakan adalahmarmot yang berbobot badan 350 -400 gram.Semua hew an dikandangkan clan dikelompokkansesuai perlakuan yang diberikan serta diberimakan secukupnya. B. abortus strain 19 diperolehdaTi PUSVETMA Surabaya. B. abortus diiradiasidengan dosis 0,25; 0,50; clan 0,75 kGymenggunakan sinal gamma (6OCO). Perlakuanpercobaan ada empat kelompok. Kelompok Iyakni kelompok yang diinokulai dengan B.abortus iradiasi dosis 0,25 kGy. Kelompok IIyakni kelompok yang diinokulasi dengan B.abortus iradiasi dosis 0,50 kGy. Kelompok IIIyakni kelompok yang diinokulassi dengan B.abortus iradiasi dosis 0,75 kGy. Kelompok IVyakni kelompok yang diinokulasi dengan vaksinbrucella strain 19 tanpa iradiasi (komersial)produksi PUSVETMA Surabaya.

Pengamatan yang dilakukan me lip uti ujikemurnian clan keamanan bahan. Uji serologidengan cara RBT (Rose Bengal Test) dilakukanpada hari ke 7, 14, 21 clan 28 pasca inokulasi.Pemeriksaan patologi anatomi organ limpa, jugadilakukan pengamatan perkembangan clanpertumbuhan koloni kuman yat;lg diambil daTisampellimpanya.

penurunan produksi susu, tenaga kerja, clan nilaijual serta menyebabkan terjadinya infertilitashewan bersangkutan (41. Persentase keguguranumumnya tergantung pada umur kebuntingan.Kebuntingan umur 5 bulan kejadiannya sekitar64,7%, umur kebuntingan 3 -4 bulan 21,2% clanumur kebuntingan dibawaah 3 bulan hanyasekitar 14%. Penderita yang tidak menunjukkangejala klinis ternayata sangat potensial sebagaisumber penularan bagi hewan lannya (3). Sedangsapi clara clan yang tidak bunting umumnyaresisteD tehadap brucellosis, Kuman B. abortusbersifat intra gel dalam arti berada di dalam gelpertahanan tubuh (makrofag clan limfositl clanumumnya bersarang di dalam kelenjar getahbelling (limfoglandulael. Dalam keadaandemikian kadangkala sangat sulit untukdilakukan pengobatannya (1).

Pengendalian clan pemberantasanbrucellosis pada ternak umumnya cukup sulitkarena adanya beberapa faktor penentu, sepertimisalnya masalah sosial ekonomi akanberpengaruh pada penularan clan penyebarluasan penyakit. Pengendalian yang termudahclan tercepat ialah dengan cara test and slaughter,yaitu apabila pada pemeriksaan serologik clanbekteriologik sapi menunjukkan reaksi positifsebaiknya segera dimusnahkan agar tidakmenjadi sumber penularan lebih lanjut (51.Hanya saja pengendalian dengan cara test andslaughter nampaknya akan mengalami kesulitankarena diperlukan dana kompensasi penggantikerugian yang relatif cukup besar. Terutamasekali apabila reaksi positifnya cukup besar,sehingga perlu dicari altenatif lain. Sedangpengendalian yang lain yang dapat dilakukanialah dengan cara vaksinasi massal, khususnyauntuk daerah yang mempunyai reaktor positifyang cukup tinggi. Cara ini juga perlu dicermatibetul, bahwa vaksinasi massal yang harusdilaksanakan secara menyeluruh, penggunaanvaksin yang tepat serta sistem manajemen yangbaik agar supaya penyakit dapat secara tuntasteratasi. Sampai saat ini telah ada jenis vaksinbrucella strain 19, disamping jenis yang lainnya.Namun demikian sampai saat ini Indonesiabelum terrbebas daTi penyakit brucellosis yangsangat berbahaya clan merugikan.

Pemanfaatan teknik nuklir di bidangpeternakan telah lama digunakan clan terbuktidapat berperan serta untuk peningkatan produksiternak. Seperti misalnya pemanfaatan perunutradioisotop untuk penentuan formula suplemenpakan ternak, aplikasi teknik iradiasi untukmenurunkan tingkat virulensi ageD penyakit,atau upaya peningkatan efisiensi reproduksiternak dengan pemanfaatan teknik RIA(radioimmunoassay) dalam penentuankeberhasilan/kegagalan inseminasi buatan (IBI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi dengan melakukan pengujiankemurnian daD keamanan bahan vaksin yangdicobakan disajikan dalam Tabel 1. Hasilpengujian menunjukkan bahwa bahan yang

Page 3: PENGARUH IRADIASI TERHADAP IMUNOGENITAS BR …

Risalah Seminar Ilmiah Penelman daD Pengcmbangan Aplikasi lsolop daD Radiasi 2004

formula V 4 clan juga formula V1. 5epertidimaklumi bersama bahwa vaksin hidup (lifevaccine) efeknya lebih baik atau kuat hiladibandingkan dengan vaksin mati (killed vaccine).

Vaksin 5.19 sebagai"a live attenuatedvaccine" telah terbukti dapat memberikan

proteksi pada sapi terrhadap tantangan yangdiberikan pada percobaan lapang. Walaupunkadang kala ditemukan juga adanya antibodiyang persisten pada sapi dewasa setelahmendapatkan vaksin. Hal demikian yangnampaknya dapat menyulitkan intepretasi dalamuji serologis (9). Dan sebaliknya hal tersebut jugajarang terjadi pada sapi umur muda dibawah 6bulan. Vaksin brucellosis 5.19 produksiPU5VETMA 5urabaya (formula V 4) merupakanvaksin hidup yang digunakan sebagaikontrol/pembanding dalam percobaan yangdilakukan dengan menggunakan marmot sebagaihewan percobaan. Hasil analisis formula yanglain (V1, V2 clan V3! akan mengacu kepadaformula V 4 tersebut, untuk membuatinterpretassi lebih lanjut dalam percobaan ini.

Tabell. Hasil pengujian bahan

Formula Kemurnian Keamanan

VIV2V3V4

BaikBaikBaikBaik

Murni B. aboltus

Murni B. aboltus

Murni B. aboltus

Murni B. aholtus

IKoloni

(limpa)10 cfu

Negatif

Negatif16 cfu

Keterangan VI = B. abortus iradiasi 0,25 kGyV2 = B.abortusiradiasi 0,50 kGyV3 = B. abortusiradiasi 0,75 kGyV4 = Vaksin B. abortusSI9

Tabel 2, 3, 4 clan 5 menunjukkan basiluji serologis dengan cara RBT. Terlihat bahwapada penggunaan formula V4, vaksin hidup yangsudah mantap (establish), memberikan basildengan titer antibodi yang sangat tinggi (positif 4)baik pada minggu pertama maupun minggu keempat pasca vaksinasi atau sampai akhirpercobaan dilakukan. Sedang pada formula yanglain (Vl,V2 clan V3! hasilnya bervariasi daTiminggu pertama sampai dengan minggu akhirpercobaan. Namun demikian untuk formula VItiter antibodi yang terbentuk mulai minggukedua pasca vaksinasi menunjukkan basil yanglebih baik (positif 3) yang akhirnya pada mingguke empat titer antibodinya menyamai basilformula V4 (positif 4!. Sedang untuk formula V2clan V3 hanya dapat mencapai positif 3, artinyalebih rendah hasilnya hila dibandingkan denganformula VI. Keadaan demikian membuktikankembali atau memperkuat basil pemeriksaanmengenai masih ditemukannya pertumbuhan

digunakan dalam uji coba ternyata murni dari B.abortus dan tidak terkontaminasi oleh bahanatau kuman lain yang bisa mengganggu jalannyauji coba yang dilakukan. Demikian juga pacta ujikeamanan bahan vaksin yang dicobakan terbuktiaman tidak menimbulkan efek samping yangtidak diharapkan.

Masih dalam Tabel 1, bahwa pad apertumbuhan dan perkembangan koloni dariorgan limpa yang ternyata bahwa untukkelompok V2 dan V3 tidak ditemukanpertumbuhan B. abortus. Sedang untukkelompok V1 ditemukan pertumbuhan koloni B.abortus sebanyak 10 cfu, dan untuk kelompokV 4 ditemukan pertumbuhan koloni B. abortussebanyak 16 cfu. Sebagaimana telah diketahuibahwa vaksin brucellosis strain 19 produksiPUSVETMA Surabaya yang diberikanmerupakan vaksin yang hidup. Hal inimenunjukkan bahwa bahan terse butmengandung agen penyakit/kuman yang masihhidup tetapi sudah tidak infektif lagi. Bahkansebaliknya bersifat imunogen yang mempunyaikemampuan menstimulasi sistem kekebalanyang dapat menolak atau melawan terhadapinfeksi/agen penyakit homolog yang masukkemudian. Titer antibodi yang terbentukmerupakan basil stimulasi vaksin yang diberikanakan menetralisir antigen yang masuk ke dalamtubuh. Pacta kelompok I (V1) ditemukan jugapertumbuhan kuman/koloni sebanyak 10 cfu.Keadaan ini menunjukkan bahwa dosis iradiasi0,25 kGy merupakaan dosis yang tidakmematikan secara penuh terhadap kuman, tetapihanya menurunkan infektivitas kuman yangselanjutnya merupakan imunogen yangmempunyai kemampuan menstimulasi tanggapkebal di dalam tubuh. Seperti yang pernahdinyatakan oleh YOUNG (7) bahwa iradiasi

dapat mengubah agen penyakit patogen menjadinon patogen atau bahkan membentuk imunogenyang baik yang mampu menstimulasi tanggapkebal sehingga tahan terhadap infeksi I tantanganyang diberikan.

Pacta pemeriksaan patologi anatomi limpaternyata tidak ditemukan adanya perubahan yangberarti. Semua kelompok kondisi limpanya masihdalam keadaan normalnya. Berbeda dengankelompok VI dan V4, maka kelompok V2 dan V3tidak ditemukan adanya perkembangan danpertumbuhan koloni/kuman pacta limpanya. Halini menunjukkan bahwa dosis iradiasi 0,50 dan0,75 kGy nampaknya bersifat membunuh B.abortus. Dengan demikian kedua kelompok (V2dan V3) masih mempunyai kemampuanmenstimulasi tanggap kebal marmot yangdicobakan, walaupun masih terlihat lemah ataulebih rendah hila dibandingakan dengan titerantibodi yang terbentuk sebagai basil vaksinasi

Page 4: PENGARUH IRADIASI TERHADAP IMUNOGENITAS BR …

Risa/ah Seminar Umiah Penelitian daD Pengembangan Aplikasi Is%p daD Radiasi, 2004

kuman/koloni pada limpanya. Oleh karena itudosis 0,25 kGy bersifat menurunkan infektivitasdan patogenitas B. abortus, serta membentukimunogen yang mempunyai kemampuanmenstimulasi tanggap kebal yang ditandai dengantingginya titer antibodi. Dalam percobaan inidosis 0,25 kGy merupakan dosis harapan yangkemungkinan bisa digunakan untuk pembuatandan penyediaan bahan vaksin khusus untukbrucellosis.

terbentuk basil vaksinasi akan lebih reaktif didalam uji serologi. Hal tersebut telah dibuktikandalam uji SAT (Serum Agglutination Test) dalammengukur titer antibodi sapi setelahmendapatkan vaksinasi dengan vaksin brucellastrain 19.

Tabel 4. Hasil uji RBT hari ke 21

Sampel3

+++

+++

++

Formula

VI

V2

V3V4

i

+++ +++

++++++

2+++

+++

++++++

4+++

+++

+

++++

5+++

+++

++

Tabel 2. Hasil uji RBT hari ke 7

Sam el3

++

+

+++++

Formula

VIV2V3V4

4+

5+++++

++++

Keteranga VI = B. abortusiradiasi 0,25 kGy;V2 = B.abortus iradiasi 0,50 kGyV3 = B. abortusiradiasi 0,75 kGy;V4 = Vaksin B. abortusSl9

++++

++++

2+++

++++i ++I

++++

Keterangan Vl = B. abortusiradiasi 0,25 kGy;V2 = B.abortusiradiasi 0,50 kGyV3 = B. abortus iradiasi 0,75 kGy ;V4 = Vaksin B. abortusSl9

Tabel 5. Hasil uji RBT hari ke 28

Sampel3

++++

+++

+++

++++

Formula

VI

V2

V3V4

Tabel 3. Hasil uji RBT hari ke 142

++++

+++

+++++++

4++++

+++

+++++++

5+++++++

+++++++

+++

+++++++

Sampel~+:+++

++

Formula

VIV2

V3V4

+++++

++

2+++

++

++++++

4+++

++

+++++

5+++

++

++++++

Keteranga VI = B. abortusiradiasi 0,25 kGy;V2 = B.abortus iradiasi 0,50 kGyV3 = B. abortus iradiasi 0,75 kGy ;V4 = Vaksin B. abortusSl9

Keteranga Vi = B abortusiradiasi 0,25 kGyV2 = Babortusiradiasi 0,50 kGyV3 = B abortusiradiasi 0,75 kGyV4 = Vaksin B. abortusS19

Menurut BUDIHARTA (31 uji serologi yangideal dapat digunakan untuk menentukan suatudiagnosis secara dini, mengidentifikasi infeksiyang kronis clan juga mampu membedakanantara antibodi yang timbul karena vaksinasidengan antibodi yang timbul akibat infeksialamiah. RBT banyak digunakan untukmendiagnosis brucellosis secara serologis karenaprosedurnya sederhana, cepat, ekonomis clanhanya hanya sedikit memberikan hasil negatifpalsu. Selanjutnya dinyatakan juga olehBUDIHARTA dari ACHA clan SZYFRES (31bahwa di daerah dengan kejadian infeksibrucellosis yang rendah atau di daerah yanghewannya (sapil telah memperoleh vaksinasiterhadap brucellosis, maka RBT bisamemberikan hasil positif yang palsu dalamjumlah yang relatif besar clan tidak spesifikapabila digunakan sebagai satu-satunya uji untukmendiagnosis brucellosis Oleh karena perlu ujiserologi pendamping seperti uji fiksasikomplemen (Complement Fixatin Test I CFTI. UjiCPT juga merupakan uji yang sensitif clan telitiwalaupun tidak bisa digunakan untukmembedakan antibodi yang timbul karena

SMITH 18) dalam percobaannyamenyatakan bahwa teknik iradiasi dapatdigunakan untuk melemahkan agen penyakittanpa menghilangkan sifat antigenik atauimunogenitasnya sehingga mempunyaikemampuan menstimulasi sistem kekebalandalam tubuh. Rendahnya titer antibodi yangterbentuk dalam tubuh dapat dikaitkan bahwaformula V2 dan V3 merupakan bahan atauorganisme yang telah mati disebabkan olehpaparan radiasi sehingga reaksinya lebih rendah.Sebaliknya titer antibodi yang cukup tinggisebagai reaksi tanggap kebal dari formula Vlyang diberikan menunjukkan bahwa Vlmerupakan bahan hidup yang imunogenik.Formula V4 sebagai "live vaccine" yang sudah"establish" jelas memberikan reaksi yang sangatbaik, yakni ditandai dengan titer antibodi yangsangat tinggi (positif 4). Seperti telah dinyatakanoleh SUTHERLAND (9) bahwa antibodi yang

Page 5: PENGARUH IRADIASI TERHADAP IMUNOGENITAS BR …

Risalah SeminarllmialJ Penelitiln daD Penlemblnlln Aplikasi lsotop din Radiasi 2004

imunogenitas B. abortus dan khususnya untukorientasi atau mencari dosis iradiasi yang tepat.Dari basil pengamatan nampaknya dosis 0,25kGy merupakan dosis iradiasi yang bisamembe:rikan harapan dalam membentukimunogen yang cukup potensial.

vaksinasi dengan antibodi yang timbul akibatinfeksi alamiah.

Tabel 6 menunjukkan bahwa formula VImemberikan hasil uji diffusi yang mendekatihasil formula V 4. Sedang untuk formula V2 danV3 terlihat hasilnya tidak stabil dan lebih rendahhila dibandingkan dengan formula VI dan V4.Keadaan ini menguatkan uraian diatas bahwadosis iradiasi 0,25 kGy merupakan dosis harapanyang rnengubah kuman yang infektif menjadiimunogenik yang mampu menstimulasi tanggapkebal yang cukup baik dengan ditandaiterbentuknya titer antibodi yang cukup tinggidalam uji secara serologis. BUDIHARTA (31menyatakan bahwa realibilitas dari suatu ujimencakup reprodusibilitas uji yang terkait, yaitukemantapan rnendapatkan hasil yang sarnaterhadap sampel yang sarna pada saat dan ternpatyang berrbeda. Sebaliknya perbedaan dari hasiluji dapat dihasilkan oleh dua teknisilaboratorium yang berbeda walaupun pengujiandilakukan pada sampel serum yang sarna.Menurut SUDIBYO dkk. (101 menyatakanbahwa respon serologi atau antibodi yang tinggibukan rnerupakan jaminan bahwa vaksinmemberikan proteksi yang tinggi terhadap infeksiBrucella sp. virulen. Hal ini ada kaitannyadengan sifat infeksi yang bersifat intraseluler.Oleh karena itu stimulasi terbentuknya tanggapkebal seluler diperlukan antigen berupa kurnanhidup yang marnpu berkembang di dalarn tubuhhewan inang. Antibodi akan berkembang lebihcepat apabila diberikan stirnulan berupa vaksinmati dalam ajuvan sebagai buster. Disiniperlunya penggunaan kombinasi vaksin hidupdan mati untuk mendapatkan tingkat kekebalan

yang tinggi.

KESIMPULAN

Dari basil pengamatan yang diperolehselama percobaan berlangsung, maka dapatdisimpulkan bahwa B. abortus iradiasi mampumenstimulasi tanggap kebal pacta hewanpercobaan (marmot!. Dosis 0,25 kGy merupakandosis iradiasi harapan yang mampu mengubahkuman yang berifat infektif menjadi kumanyang bersifat imunogenik. Seberapa jauh tingkatdan durasi tanggap kebal yang terjadi perluditeliti lebih lanjut mengingat dalam percobaanini belum menggunakan uji tantang, dandiharapkan dalam langkah berikutnya bisamemberikan tambahan informasi khususnyadalam upaya mendapatkan bahan vaksin yangcukup potensial, efektif dan aman.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis rnenyarnpaikan rasa terirna kasihkepada kerabat kerja yang tidak karni sebutkannarnanya satu persatu, yang telah rnernberikanbantuan sehingga percobaan ini berjalan denganlancar clan selesai sesuai dengan rencana.

DAFTAR PUSTAKA

Tabel 6. Hasil uji diffusi

Minggu3

++

+

+++

Formula

VI

V2

V3V4

2++++++++

+4

++

+

+++

+++

5+

+

+++

Keteranga VI = B. abortusiradiasi 0,25 kGy;V2 = B.abortusiradiasi 0,50 kGyV3 = B. abortusiradiasi 0,75 kGy;V4 = Vaksin B. abortusSl9

Dalam uji coba ini bahan atau kuman yangtelah diiradiasi, clan dibandingkan dengan vaksinkomersial produk Pusvetma Surabaya. Hanyasaja dalam percobaan ini tidak dilakukan ujitantang. Sebagaimana disebutkan dimuka bahwatujuan percobaan ini adalah untuk mengetahuiclan mempelajari pengaruh iradiasi terhadap

1. SUPAR., MUKMIN, Y., KURNIASIH, N.,clan DJAENURI., .Pengendalianpenyakit brucellosis babi denganeliminasi reaktor positif secara ELISAclan selektif. Suatu studi lapang padapeternakan intensif di TangerangJabar., Seminar Nasonal Peternakan clanVeteriner, Risalah Pertemuan Ilmiah,1998 Balitbangnak Bogor (1998) 935.

2. SUDIBYO, A., Studi EpidemiologiBrucellosis clan Dampaknya TerhadapReproduksi Sapi Perah di DKI Jakarta,J. Ilmu Ternak clan Veterriner I. 111995) 31.

3. BUDIHARTA, S., Brucellosis Pada PekerjaRumah Potong Hewan KotamadyaYogyakarta, Hemera Zoa, 75. 2. (1992)42.

4. ULFAH, T., clan HARYONO. .Studi kejadianbrucellosis di Maluku., SeminarN asional Peternakan clan Veteriner .

Page 6: PENGARUH IRADIASI TERHADAP IMUNOGENITAS BR …

RisaJah Seminar Dmiah Penelitian daD Pengembangan Aplikasi Isotop daD Radiasl; 2004

9, SUTHERLAND, Brucellosis, Bahan kuliahpelatihan, Unpublished (1989)

10,SUDIBYO, A" PRIADI, A., DARODJAT,M" daD SUPAR. Pengembangan vaksinoral brucellosis: Tingkat proteksivaksin oral Brucella suis galur 2terhadap tantangan Brucella suisisolat lapang pada marmot, (RisalahPertemuan Ilmiah, 1998) Balitvet,Balitbangnak, Bogor (1998) 51.

(Risalah Pertemuan Ilmiah, 1998)Balitbangnak Bogor (1998) 958.

5. HAMIDJOJO, A.N. Epidemiologi brucellosispada ternak sapi di Sulawesi Utara,Penyakit Hewan, XVI. 28 (1984) 246.

6. DARGIE, J.D., Helping Small Farmer toImprove their Livestock. Application ofNuclear Techniques, IAEA Yearbook.(1989) 31.

7. YOUNG, B.A. Nuclear techniques in animalagriculture, IAEA Bul. 23. 2 (1981) 47.

8. SMITH, N.C. " Concepts and strategies for

anti-parasite immunoprophylaxis andtherapy", Int. Journal for Parasite 22(1992) 1047.