pengaruh independensi dan kompetensi pengawas...

17
2 PENDAHULUAN Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank sekunder yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa deposito berjangka atau tabungan serta pemberian kredit (Sukmadi, 1994 : 17). Dalam pemberian kredit BPR dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas agar tidak terjadi kredit macet atau gagal bayar, serta dapat bersaing dengan lembaga keuangan lainnya dan melakukan kebijakan dari BI supaya tetap menjaga pertumbuhan kredit. Salah satu kebijakan yang diambil oleh manajemen BPR adalah meningkatkan efektivitas pengendalian internal pada bank (Desyanti, 2006:1). Pengendalian internal adalah tanggung jawab seluruh pegawai dalam organisasi, namun pegawas intern adalah pihak yang menjamin efektivitas pengendalian internal dapat tercapai (Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum, 2003). Konsep efektivitas yang dimaksudkan lebih melihat mengenai pengukuran atas hasil yang dicapai. Pengawas intern diangkat oleh direksi dengan persetujuan dewan komisaris dan dilaporkan kepada otoritas pengawas bank yang melakukan control atau pengawasan terhadap kinerja manajemen BPR (Pedoman GCG perbankan Indonesia : 2004). Sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap direksi dan dewan komisaris maka pengawas intern harus independen dan kompetensi. Seorang auditor yang memiliki independensi dan kompetensi dalam penerapannya akan terkait dengan etika auditor. Kasus yang sering terjadi di BPR adalah kepala bagian merangkap jabatan sebagai pengawas intern, sehingga dalam melakukan pengendalian internal pengawas tersebut menjadi tidak independen. Seperti yang diungkapkan Libby (1995) dalam artikel Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian internal.

Upload: phungliem

Post on 26-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

2

PENDAHULUAN

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank sekunder yang berfungsi

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa deposito

berjangka atau tabungan serta pemberian kredit (Sukmadi, 1994 : 17). Dalam

pemberian kredit BPR dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas agar

tidak terjadi kredit macet atau gagal bayar, serta dapat bersaing dengan lembaga

keuangan lainnya dan melakukan kebijakan dari BI supaya tetap menjaga

pertumbuhan kredit.

Salah satu kebijakan yang diambil oleh manajemen BPR adalah

meningkatkan efektivitas pengendalian internal pada bank (Desyanti, 2006:1).

Pengendalian internal adalah tanggung jawab seluruh pegawai dalam organisasi,

namun pegawas intern adalah pihak yang menjamin efektivitas pengendalian

internal dapat tercapai (Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank

Umum, 2003). Konsep efektivitas yang dimaksudkan lebih melihat mengenai

pengukuran atas hasil yang dicapai.

Pengawas intern diangkat oleh direksi dengan persetujuan dewan

komisaris dan dilaporkan kepada otoritas pengawas bank yang melakukan control

atau pengawasan terhadap kinerja manajemen BPR (Pedoman GCG perbankan

Indonesia : 2004). Sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap direksi dan

dewan komisaris maka pengawas intern harus independen dan kompetensi.

Seorang auditor yang memiliki independensi dan kompetensi dalam penerapannya

akan terkait dengan etika auditor.

Kasus yang sering terjadi di BPR adalah kepala bagian merangkap jabatan

sebagai pengawas intern, sehingga dalam melakukan pengendalian internal

pengawas tersebut menjadi tidak independen. Seperti yang diungkapkan Libby

(1995) dalam artikel Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor

adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman

seorang internal auditor maka semakin mampu menghasilkan kinerja yang lebih

baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan

pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian internal.

Page 2: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

3

Karena luasnya ruang lingkup organisasi perbankan mengakibatkan

pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua

aktivitas, baik aktivitas intern maupun aktivitas eksternal yang terjadi pada bank

tersebut. Sehingga dalam manajemen bank memerlukan pengawas intern yang

memiliki sikap independensi dan kompetensi dalam menilai efektivitas

pengendalian internal. Hal ini menarik untuk diteliti melihat begitu vital peran dan

tanggung jawab dari pengawas intern di BPR.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang akan

diteliti adalah “Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas Intern terhadap

Efektivitas Pengendalian Internal pada BPR di Kota dan Kabupaten Semarang”.

Persoalan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah apakah

independensi dan kompetensi pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas

pengendalian internal pada BPR di Kota dan Kabupaten Semarang.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh independensi dan kompetensi pengawas intern terhadap

efektivitas pengendalian internal pada BPR di Kota dan Kabupaten Semarang.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pihak BPR untuk selalu meningkatkan pengendalian internnya dengan

cara meningkatkan kualitas pengawas intern. Salah satu cara dengan menjaga

independensi dan meningkatkan kompetensi dari individu tersebut.

2. Dari segi akademis, diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada

mahasiswa, dosen dan akademisi lain tentang pentingnya independensi dan

kompetensi seorang pengawas intern dalam menjalankan Sistem Pengendalian

Internal (SPI) di suatu perusahaan atau organisasi.

TELAAH TEORITIS DAN MODEL PENELITIAN

Berdasarkan persoalan penelitian dalam penelitian ini terdapat tiga konsep

yang akan dikaji yaitu Efektivitas Pengendalian Internal, Independensi, dan

Kompetensi.

Page 3: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

4

1. Efektivitas Pengendalian Internal

Efektivitas (or result of operations) berkaitan dengan seberapa jauh suatu

aktivitas telah mencapai tujuan atau manfaat yang diinginkan, selain itu

efektivitas lebih melihat mengenai pengukuran atas hasil yang dicapai (BPKP

1995, Reider 2002). Dalam lingkup manajemen efektivitas merupakan suatu

keadaan yang menujukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Komarudin, 1992 : 269).

Menurut Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum

tahun 2003, pengendalian internal merupakan suatu mekanisme pengawasan yang

ditetapkan oleh manajemen bank secara berkesinambungan (on going basis),

guna: (1) menjaga dan mengamankan harta kekayaan Bank; (2) menjamin

tersedianya laporan yang lebih akurat; (3) meningkatkan kepatuhan terhadap

ketentuan yang berlaku; (4) mengurangi dampak kerugian, penyimpangan,

termasuk kecurangan/ fraud dan pelanggaran aspek kehati-hatian; (5)

meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi biaya.

Mulyadi & Kanaka P (1998) berpendapat bahwa pengendalian internal

adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan

personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang

pencapaian tiga golongan tujuan berikut:

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

3. Efektivitas dan efisiensi operasi

Efektivitas pengendalian internal adalah penerapan yang memadai dari

suatu kebijakan dan prosdur pengendalian internal yang telah ditetapkan. Dalam

pelaksanaan perlu memperhatikan perihal kepatuhan, aspek kehati-hatian,

ketelitian sehingga laporan yang dihasilkan lebih akurat.

2. Independensi

Sikap independensi sangat mempengaruhi suatu keputusan yang akan

diambil. Jika seorang auditor tidak independen terhadap kliennya, maka opini

tidak akan memberikan suatu tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993:246

Page 4: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

5

dalam skripsi Gulson Ruthini, 2010). Serta mampu membebaskan diri dari

berbagai pihak yang berkaitan dengan penugasan audit, sehingga mampu

menimbulkan perilaku objektif seorang auditor (Boynton, et al 2004).

Menurut Abdul Halim (2001 : 21) ada tiga aspek independensi seorang

auditor, yaitu sebagai berikut. (1) Independence in fact (independensi senyatanya)

yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. (2) Independence in

appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan pihak

lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus

menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai

sikap independensi dan objektivitasnya. (3) Independence in competence

(independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan kompetensi

atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

Independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak

memihak, bertanggung jawab dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan

bukti yang ada. Independensi merupakan faktor penting dalam menjalankan

profesi sebagai auditor.

3. Kompetensi

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002)

kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang

memungkinkan untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini

mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan

menghasilkan kinerja. Susanto (2000) definisi tentang kompetensi yang sering

dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk

mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan,

ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta

kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi

kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman

(Mayangsari, 2003).

Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan

spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan

Page 5: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

6

kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup

hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam

pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah

unsur lain di selain pengalaman. Pendapat ini didukung oleh Schmidt et al. (1988)

yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara pengalaman

bekerja dengan kinerja dimoderasi dengan lama pengalaman dan kompleksitas

tugas.

Penelitian yang dilakukan oleh Tubbs (1992), menunjukkan bahwa subyek

yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan menemukan

kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar

dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya lebih sedikit.

Maka kompetensi adalah tingkat pengetahuan pengawas intern dalam

melakukan pemeriksaan dan pengawasan yang ditunjang dengan pengalaman

kerja, keterampilan, dan ketelitian.

Model Penelitian

Dalam penelitian ini akan menguji pengaruh tiga variabel. Variable yang

akan diuji adalah (1) Independensi, (2) Kompetensi, (3) Efektivitas pengendalian

internal.

Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa independensi, keahlian

profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

struktur pengendalian internal di BPR Kabupaten Badung (Desyanti, 2006). Jika

independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja pengawas intern baik

secara simultan ataupun parsial berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

penerapan struktur pengendalian internal pada BPR di Kabupaten Badung.

Model konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah independensi dan

kompetensi pengawas intern berpengaruh positif terhadap efektivitas

pengendalian internal.

Page 6: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

7

Independensi

Efektivitas Pengendalian

Internal

Kompetensi

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional Variabel

Konsep yang akan diuji ada tiga, yaitu Efektivitas pengendalian internal,

Independensi, dan Kompetensi auditor. Berikut akan dipaparkan sekilas definisi

operasional supaya dapat menjadi dasar penyusunan indikator empiris.

Konsep Definisi Indikator empiris

Tingkat kepatuhan terhadap peraturan,

etika, kebijakan dan prosedur yang

ditetapkan

Efisiensi operasi untuk mengurangi

kecurangan

Tingkat ketelitian dan kebenaran laporan

keuangan

Sikap auditor saat mengaudit (jujur,

tanggung jawab, objektif)

Ada/ tidak hubungan kerabat/ keuangan

dengan staf/ manajer yang di audit

Pengetahuan tentang SPI bank

Pengalaman dalam bidangnya

Kepekaan adanya kesalahan dalam

melakukan audit

Pendidikan lanjut

Efektivitas

Pengendalian

Internal

Penerapan yang memadai dari

suatu kebijakan dan prosedur

pengendalian internal yang telah

ditetapkan

Independensi

Sikap seseorang untuk

bertindak jujur, tidak memihak,

bertanggung jawab dan

melaporkan temuan-temuan

hanya berdasarkan bukti yang

ada

Kompetensi

Tingkat pengetahuan pengawas

intern dalam melakukan

pemeriksaan dan pengawasan

yang ditunjang dengan

pengalaman kerja,

keterampilan, dan ketelitian

Page 7: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

8

Populasi dan Sample

Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat Kota dan Kabupaten

Semarang yang memiliki potensi besar dalam penyedian kredit bagi masyarakat.

Di Kota dan Kabupaten Semarang terdapat BPR yang cukup banyak. Populasi

dalam penelitian ini adalah BPR di Kota dan Kabupaten Semarang. Dengan

kriteria BPR di Kota dan Kabupaten Semarang yang berstatus kantor pusat,

memiliki staf pengawas intern dan memiliki rata-rata tiga staf kepala bagian.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini konsep yang digunakan diukur dengan aras interval,

indikator empiris dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Terdapat 5 kategori

jawaban serta diberi skor menurut skala likert. Kategori yang paling berpengaruh

mendapat nilai tertinggi. Jawaban yang didapat diklasifikasikan dengan tehnik

skoring sebagai berikut :

Sangat setuju sekali : 5

Sangat setuju : 4

Setuju : 3

Tidak setuju : 2

Sangat tidak setuju : 1

Untuk mendapatkan data primer yang akan diolah, penulis menggunakan

metode wawancara dan kuesioner yang akan dilaksanakan pada bulan Februari

2012. Kuesioner nantinya akan dibagikan kepada pengawas intern dan manajer

tertinggi BPR.

Tehnik dan Langkah-langkah Analisis

Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.

Karena penelitian ini menguji variabel dan berganda, pengujian dilakukan pada

variabel yang lebih dari satu. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

efektivitas pengendalian internal, sedangkan variabel independen adalah

independensi dan kompetensi auditor.

Page 8: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

9

Model regresi dapat dinyatakan sebagai berikut :

Dimana:

Y = Efektivitas pengendalian internal

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

= Variabel independensi

= Variabel kompetensi

Langkah analisis yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Setelah kuesioner didapatkan dari semua responden, dilakukan skoring

menggunakan skala likert. Sehingga mendapat data mentah untuk diolah

lebih lanjut.

2) Data kemudian diuji validasi dan reliabilitas. Validitas menujukkan

kemampuan instrumen dalam mengukur apa yang harus diukur, tergantung

taraf signifikansinya. Dengan membandingkan r hitung dan r table. Jika r

hitung lebih besar dari r table maka data tersebut valid (Nurgiyanto,

Gunawan, Marzuki; 2000). Sedangkan pengujian dengan relibilitas

konsistensi hasil ukur akan diketahui. Uji validitas menggunakan korelasi

pearson dan uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha.

3) Setelah melakukan pengujian validitas dan reliabilitas, dilakukan

pengujian dengan asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik ini

menggunakan tiga pengujian asumsi, yaitu:

a. Uji normalitas, pengujian ini dilakukan untuk memenuhi asumsi

dalam statistik (Supramono, 2003). Pengujian ini menggunakan

analisis kolmogorov-smirnov dengan kriteria asymp.sig > 0,05.

b. Uji heterokedastisitas, pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi

adanya gejala korelasi antara varibel satu dengan yang lainnya

(Supramono, 2003). Pengujian ini menggunakan uji scatterplot.

Jika pola titik yang ditunjukkan berantakan maka variabel tersebut

merupakan variabel homokedastisitas.

Page 9: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

10

c. Uji multikolinearitas, digunakan untuk mendeteksi apakah ada

korelasi antar variabel independen (Supramono, 2003). Pengujian

ini menggunakan uji VIF, semakin mendekati nilai 1 maka

semakin bebas multikol.

4) Selanjutnya melakukan analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis

yang dibuat, tingkat signifikansi yang dipakai adalah 0,05. Pengujian ini

membandingkan t hitung dengan t table. Penerimaan atau penolakan

hipotesis dipengaruhi oleh signifikansi p-value > α, hipotesis alternative

ditolak dan sebaliknya.

5) Setelah selesai melakukan pengujian dan analisis regresi berganda,

disusun kesimpulan berdasar hasil uji regrasi berganda dan jawaban

persoalan penelitian.

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum BPR

Dari 44 kuesioner yang dibagikan kepada 44 responden di 11 BPR

diperoleh hasil 40 kuesioner yang terisi, karena ada 4 kuesioner di satu BPR tidak

bisa diambil. Responden yang mengisi kuesioner terdiri dari direktur, SKAI, SPI,

dan kepala bagian. Setelah diseleksi tinggal 34 kuesioner yang layak diolah,

sedangkan 6 kuesioner tidak diisi secara lengkap oleh responden. Dari 34

kuesioner sebagian besar diisi oleh Kepala Bagian yaitu 16 orang, 7 orang SPI, 8

orang Direktur, dan 3 orang SKAI. Dengan kata lain tingkat pengembalian

(respon rate) sebesar 77,3%. Di samping data tersebut, diperoleh juga data

publikasi laporan keuangan triwulan ke 3 pada bulan September 2011 untuk 10

BPR yang didapat dari website Bank Indonesia.

Dari dua sumber data tersebut, pertama-tama disajikan gambaran umum

BPR dari dimensi aset, dana pihak ketiga, serta penyaluran kredit. Suatu bank

memiliki kinerja keuangan yang baik ditandai dengan meningkatnya aset, dana

pihak ketiga, dan penyaluran kredit tiap tahunnya (Lampiran 2). Sebagai contoh,

dari laporan keuangan PT BPR Weleri Makmur yang berkantor pusat di Kota

Semarang untuk tahun 2010 aset yang dimiliki sebesar 148.046,9 dan pada tahun

Page 10: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

11

2011 meningkat menjadi 190.325,7. Hal ini dikarenakan BPR Weleri Makmur

dapat mengelola keuangan dan pengendalian internal audit yang baik. Bahkan dari

10 BPR yang diteliti PT BPR Weleri Makmur merupakan BPR yang memiliki

aset tertinggi. Sedangkan untuk aset terendah dimiliki oleh PT BPR Inti

Ambarawa Sejahtera yang berkantor pusat di Kabupaten Semarang yaitu sebesar

7.334,8. Suatu BPR dengan aset yang tinggi memungkinkan BPR memiliki

Satuan Kerja Audit Intenal (SKAI). Seperti BPR Weleri Makmur yang memiliki 4

SKAI untuk membantu meningkatkan pengendalian internal.

Untuk penyaluran kredit kondisi keuangan bank, kecukupan modal bank

serta batas aman pemberian kredit menjadi pertimbangan manajemen. Selain itu

menghimpun dana dari pihak ketiga (masyarakat) dalam bentuk tabungan dan

deposito juga mempengaruhi penyaluran kredit. Menurut Bank Indonesia kualitas

kredit digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu : kredit lancar, kredit kurang lancar,

kredit diragukan, dan kredit macet. Kredit bermasalah atau non performing loan

(NPL) adalah kredit yang mengalami kesulitan dalam pelunasan. Kredit

bermasalah dapat diukur dari jumlah kredit bermasalah (kriterianya kredit kurang

lancar, diragukan, dan macet) terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh bank.

Dari data laporan keuangan BPR yang diteliti, NPL tertinggi dimiliki oleh

PT BPR Kusuma Palagan Ambarawa yang berkantor pusat di Kabupaten

Semarang yaitu sebesar 21,85% dan NPL terendah dimiliki oleh PT BPR Restu

Artha Makmur yaitu 2,62%. Jika dilihat dari penyaluran kredit dan tingkat kredit

macet, tingginya penyaluran kredit tidak menjamin rendahnya tingkat kredit

macet suatu bank. Sebagai contoh PT BPR Rudo Indobank yang berkantor pusat

di Kota Semarang memiliki tingkat penyaluran kredit yang cukup tinggi yaitu

sebesar 93,45%, tetapi tingkat gagal bayar kreditnya juga tinggi yaitu sebesar

18,62%. Sehingga diperlukan penanganan terhadap kredit bermasalah untuk BPR

dengan NPL tinggi. Sebaliknya jika tingkat kredit macet rendah maka jumlah

kredit yang disalurkan akan semakin banyak.

Page 11: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

12

Independensi, Kompetensi, dan Efektivitas Pengendalian Internal

Di bawah ini dibahas bagaimana pengaruh independensi dan kompetensi

pengawas intern terhadap efektivitas pengendalian internal. Data mentah

kuesioner yang disajikan dengan skala likert menunjukkan nilai minimum,

maksimum, dan rata-rata dari total poin untuk tiap variabel.

Tabel 1

Deskriptif Skor Independensi, Kompetensi, dan Efektivitas

Pengendalian Internal

No Variabel Minimum Maximum Mean

1 Independen Pengawas Intern 31 43 37

2 Kompetensi Pengawas Intern 23 31 27

3 Efektivitas Pengendalian Internal 28 40 34

Sumber : Data yang diolah 2012

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden memiliki independensi

yang tinggi dan lebih besar dari kompetensi. Data hasil kuesioner yang diolah,

diperoleh hasil pengujian validasi dan reliabilitas, semua indikator empirik

dikatakan valid dan reliabel. Karena nilai korelasi yang lebih dari 0,3 dan

signifikansi kurang dari 0,05 (5%) dan cronbach’s alpha memiliki nilai lebih besar

dari 0,6 (Lihat pada lampiran 5).

Setelah pengujian validitas dan reliabilitas kemudian dilakukan pengujian

dengan asumsi klasik. Berdasakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

dihasilkan data yang menunjukkan bahwa ketiga variabel nilai Kolomogorov-

Smirnov dan probabilitasnya lebih dari signifikan pada 0,05 yaitu 0,761 dan

0,608. Hal ini mengindikasikan data residual terdistribusi normal, hasil uji ini

konsisten dengan gafik Scatterplot menunjukkan pola titik tersebar secara acak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresinya baik. Namun variabel

independensi pengawas intern dan kompetensi pengawas intern memiliki

pengaruh yang kecil terhadap efektivitas pengendalian internal. Karena nilai

Page 12: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

13

toletansi yang mendekati 1 dan VIF yang kurang dari 10 (Lihat pada lampiran 6).

Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya pengalaman kerja pengawas intern,

sehingga efektivitas pengendalian internal kurang maksimal.

Dalam perhitungan regresi berganda diperoleh nilai koefisien determinasi

(R square) sebesar 0,458 atau 45,8%. Artinya variabel independensi dan

kompetensi pengawas intern mampu menjelaskan 45,8% variabel efektivitas

pengendalian internal dan sisanya sebesar 54,2% dijelaskan oleh variabel lain

(Lihat pada lampiran 7). Variabel independensi dan kompetensi pengawas intern

dapat digunakan untuk memprediksi variabel efektivitas pengendalian internal

dapat diterima atau tidak, dengan melihat Std. deviasi pada tabel statistik

deskriptif. Semakin besar std. deviasi maka semakin besar variasi datanya, artinya

semakin tinggi tingkat independensi pengawas intern dan kompetensi pengawas

intern maka semakin efektif tingkat pengendalian internal di BPR Kota dan

Kabupaten Semarang (Lihat pada lampiran 6).

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen maka digunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan

program SPSS 16.0 yang secara rinci dapat dilihat pada lampiran 7. Besarnya

pengaruh independensi pengawas intern dan kompetensi pengawas intern

terhadap pengendalian internal (Y).

Tabel 2

Koefisien Regresi Independensi dan Kompetensi Pengawas Intern Terhadap

Efektivitas Pengendalian Internal

Variabel Penelitian Koefisien t Sig.

α (Konstan) 0,762 0,119 0,906

X1 Independensi Pengawas Intern 0,000 0,004 0,997

X2 Kompetensi Pengawas Intern 1,190 4,277 0,000

Sumber : Data yang diolah 2012

Page 13: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

14

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa independensi pengawas intern

tidak berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal karena nilai

koefisiennya 0,000 dan tingkat signifikansi sebesar 0,997. Berarti independensi

pengawas intern di BPR Kota dan Kabupaten Semarang tidak berpengaruh

terhadap efektivitas pengawas internal. Tidak berpengaruhnya independensi dari

hasil pengujian bukan berarti dalam kondisi nyata independensi pengawas intern

pada BPR di Kota dan Kabupaten Semarang berpengaruh terhadap efektivitas

pengendalian internal. dari hasil kuesioner (tabel 1) menunjukkan variabel

independensi memiliki pengaruh yang tinggi, dengan direktur, kepala bagian,

SKAI, SPI sebagai responden. Sikap yang dimiliki pengawas intern pada saat

melakukan audit diterapkan dengan baik di BPR. Yaitu dengan mengemukakan

temuan-temuan sesua bukti yang ada, bertindak jujur, bertanggung jawab, dan

objektif, tidak adanya hubungan kerabat/ keuangan oleh klien. Hal ini

menunjukkan pengawas intern di BPR Kota dan Kabupaten Semarang bukan

hanya memegang aspek Independence in appearance yang baik, tetapi juga aspek

Independence in fact yang baik. Seperti yang dipaparkan pada kuesioner nomor 2,

5, 6 (Lihat pada lampiran 3).

Sedangkan kompetensi pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas

pengendalian internal karena nilai koefisiennya 1,190 dan tingkat signifikansi

yang dihasilkan sebesar 0,000. Hal ini berarti semakin besar pengetahuan

pengawas, semakin berpengalaman, maka semakin kecil pengawas melakukan

kesalahan audit, semakin tinggi tingkat ketaatan terhadap peraturan dan semakin

peka dalam mendeteksi kesalahan secara signifikan meningkatkan kepatuhan,

ketelitian dan efisiensi operasi untuk mengurani kecurangan di BPR Kota dan

Kabupaten Semarang. Walaupun masih ada beberapa pengawas dengan tingkat

pengalaman yang kurang dalam bidang audit, tetapi hal ini ditutup dengan latar

belakang audit yang memadai. Ditunjukkan kuesioner nomor 1, 2, 3, 4, 5 (Lihat

pada lampiran 3).

Menurut pendapat Abdul Halim menyatakan bahwa terdapat 3 aspek

independensi seorang auditor, yaitu Independence in fact, Independence in

appearance, Independence in competence. Sikap independensi pengawas intern

Page 14: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

15

berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam

melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

Hasil analisis terhadap efektivitas pengendalian internal pada BPR,

mendorong BPR di Kota dan Kabupaten Semarang mampu meningkatkan

efektivitas pengendalian internal. Efektivitas terjadi pada tingkat kepatuhan,

efisiensi operasi, dan tingkat ketelitian yang bagus meliputi kebijakan yang

diciptakan manajemen BPR bagus. Ini berarti dalam kebijakan dan prosedur

pengendalian yang dibuat BPR di Kota dan Kabupaten Semarang sudah baik serta

diterapkan dengan baik dan efisien.

KESIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Setelah dilakukan beberapa pengujian dapat disimpulkan bahwa

independensi pengwas intern tidak berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian

internal. Tetapi dari hasil penelitian pengawas intern pada BPR di Kota dan

Kabupaten Semarang memiliki sikap independensi yang tinggi dan diterapkan

dengan baik. Sedangkan kompetensi pengawas intern memiliki pengaruh terhadap

efektivitas pengendalian internal. Hal ini berarti pengetahuan, ketaatan terhadap

kode etik, prosedur yang ada dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas

audit dilakukan dengan sangat baik oleh BPR.

Adanya hubungan antara sikap independensi pengawas intern dengan

kompetensi dalam meningkatkan pengendalian internal pada BPR. Menjadikan

pengendalian internal BPR semakin baik dan efektif.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan perimbangan

bagi Bank Perkreditan Rakyat untuk meningkatkan pengendalian internal melalui

peningkatan kualitas pengawas intern BPR. Pengawas intern yang baik adalah

pengawas intern yang mampu menjaga sikap jujur, bertanggung jawab, dan

obyektif dalam segala hal (independensi) dan terus meningkatkan kompetensinya.

Dalam penelitian ini tidak semua target obyek penelitian terpenuhi, karena

ada satu BPR yang menolak untuk diteliti. Proses pengisian kuesioner yang

dilakukan oleh responden terdapat rentang waktu yang cukup lama dan tidak

dalam pengawasan peneliti, maka jawaban dari responden bisa dibuat tidak sesuai

Page 15: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

16

dengan kondisi BPR. Ini merupakan keterbatasan yang dimiliki peneliti dan

responden yakni keterbatasan waktu. Jumlah pengawas intern di BPR yang minim

(hanya satu) menyebabkan peneliti mencari obyek lain yang relevan, seperti

kepala bagian dan direktur, ini merupakan keterbatasan dalam penelitian.

Dengan sikap independensi yang berhubungan erat dengan kompetensi,

dalam penelitian ini, peneliti menduga bahwa variabel independensi lebih cocok

sebagai variebel yang memoderisasi variabel kompetensi dalam meningkatkan

efektivitas pengendalian internal BPR. Sehingga untuk penelitian selanjutnya

disarankan untuk mengukur independensi dan kompetensi penawas intern dengan

melihat hasil audit yang disampaikan. Di samping itu, apabila peneliti lain ingin

melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini, maka peneliti tersebut

hendaknya mengubah model penelitian. Dari model konsep yang dipakai dalam

penelitian ini menjadi variabel kompetensi yang dimoderasi variabel independensi

berpengauh positif terhadap efektivitas pengendalian internal.

Page 16: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

17

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, 2012, Laporan BPR. http://bi.go.id/biweb/Templates/

Statistik/New_LaporanBPR.aspx? 24 Februari 2012.

Desyanti & Ratnadi. 2011. Pengarauh independensi, keahlian professional, dan

pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan struktur

pengendalian intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung.

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankkan. 2003. Pedoman Standar

Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum. Bank Indonesia.

Gulson, Ruthini. 2010. Persepsi auditor mengenai faktor-faktor (kompetensi,

independensi, dan keterlibatan komite audit) yang mempengaruhi kualitas

audit. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen

Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

Ibrahim, Hadiasman. 2008. Analisis Regrasi. http://eprints.undip.ac.id/17480/1/

Hadiasman_Ibrahim.pdf. 20 Maret 2012

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. 2004. Pedoman Good

Corporate Governance Perbankan Indonesia.

Koroy, Tri Ramaraya. 2005. Pendeteksian Kecenderungan (Fraud) Laporan

Keuangan oleh Auditor Eksternal. Banjarmasin: STIE Nasional.

Kusmayadi, Dedi. 2009. Pengaruh Audit Operasional terhadap Implementasi

Strategi dan Dampaknya pada Laba Operasi (Sensus pada Bank

Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Ekonomi dan Bisnis,

Vol. XV, No.1 Maret : 55-67 (jurnal diterbitkan).

Page 17: Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1896/2/T1...profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan

18

Oktaviana, Linda. 2011. Pengaruh efektivitas Sistem Pengendalian Intern

terhadap kualitas kredit Bank Perkreditan Rakyat di Kota Pati. Skripsi

Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro (dipublikasikan).

Pradewa, Akbar. 2010. Pengaruh independensi dan kompetensi pengawas intern

terhadap efektivitas pengendalian intern pada Bank Perkreditan Rakyat

Kota dan Kabupaten Semarang. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

Sawyer, Dittenhofer, Scheiner. 2006. Internal Auditing Buku 5,Edisi 5. Jakarta:

Salemba Empat.

Supramono & Sugiarto. 2003. Statistika. Yogyakarta : Andi Offset.

Supramono dan Utami, Intiyas. 2003. Desain Proposal Penelitian Studi

Akuntansi dan Keuangan. Salatiga : FE UKSW.