pengaruh iklan politik dan tokoh masyarakat...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH IKLAN POLITIK DAN TOKOH
MASYARAKAT TERHADAP KEMENANGAN JOKO
WIDODO DAN JUSUF KALLA DI KECAMATAN
LARANGAN, TANGERANG KOTA PADA PILPRES
2014.
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Febi Ade Aryani
1111112000086
PROGRAM STUDI ILMU POLITK
FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
5
ABSTRAKSI
Nama : Febi Ade Aryani
Judul : Pengaruh Iklan Politik dan Tokoh Masyarakat Terhadap Kemenangan
Joko Widodo dan Jusuf Kalla di Kecamatan Larangan, Tangerang Kota
Pada Pilpres 2014
Skripsi ini membahas tentang iklan politik dan tokoh masyarakat yang dapat
mempengaruhi kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres 2014 di
Kecamatan Larangan, Tangerang Kota. Pemilihan lokasi di Kecamatan Larangan,
Tangerang Kota pada pilpres 2014 karena, dari 13 Kecamatan yang ada di
Tangerang Kota, pasangan calon presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla menang di tiga
Kecamatan salah satunya di Kecamatan Larangan Tangerang Kota. Sedangkan
pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menang telak di 10
Kecamatan yang ada di Tangerang Kota. Padahal partai pengusug pasangan calon
presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yaitu partai Gerindra memberikan
fasilitas seperti ambulance gratis untuk masyarakat yang ada di Tangerang Kota.
Oleh karena itu penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruh dari iklan politik
dan tokoh masyarakat terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di
Kecamatan Larangan, Tangerang Kota
Skripsi ini akan memfokuskan kajian terhadap pengaruh Iklan Politik dan
Tokoh Masyarakat atas Kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan
Larangan, Tangerang Kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah iklan politik dan tokoh masyarakat mempunyai andil yang besar dalam
mempengaruhi kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan Larangan,
Tangerang Kota pada pilpres 2014.
Landasan teori dalam skripsi ini menggunakan teori iklan politik yang
dijelaskan oleh Devlin dalam buku Deddy Mulyana, yang berjudul Komunikasi
Politik, Politik Komunikasi: membedakan Visi dan Gaya Komunikasi Praktisi
Politik. Teori tokoh Masyarakat menggunakan teori Soerjono Soekanto dalam
buku Sosiologi: Surat Pengantar dan kriteria pemimpin yang menggunakan teori
Harbani Pasolong dalam buku Kepemimpinan Birokrasi. Penelitian ini dilakukan
melalui metode penelitian kuantitatif yang berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.
Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif melalui teori tersebut, menunjukan
bahwa iklan politik berpengaruh terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla
sedangkan tokoh Masyarkat hanya cukup berpengaruh pada kemenangan Joko
Widodo–Jusuf Kalla pada pilpres 2014 dengan keseluruhan presentase 51,5%.
Kata Kunci: Iklan politik, Tokoh Masyarakat , Kriteria Pemimpin
6
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr.Wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, dan
hidayat-Nya. Shalawat dan Salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW. Penulis merasa bersyukur bisa menyelesaikan salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Program Studi Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik Universitas Syarif Hidyatullah Jakarta.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Iklan Politik dan Tokoh Masyarakat Terhadap Kemenangan
JokoWidodo – Juuf Kalla di Kecamatan Larangan, Tangerang pada Pilpres 2014.
Adapun ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial, dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staff dan
jajarannya.
2. Dr. Iding Rosyidin Hasan, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Poilitik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Suryani Sueb M.Si, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Poilitik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dr. Achmad Ubaedillah, MA. selaku dosen pembimbing yang bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi
kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Idris Thaha, M.Si sebagai Penguji Sidang 1
6. Ana Shabana Azmy, MIP sebagai Penguji Sidang 2
7. Seluruh dosen dan staff pengajar Program Studi Ilmu Poilitik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu, pengalaman
selama perkuliahan.
8. Staf dan karyawan yang banyak membantu penulis dalam surat menyurat.
9. Kepada seluruh keluargaku tersayang, terutama untuk kedua orang tua,
bapak Slamet Ryanto dan mama Sri Suharyati, yang telah memberikan kasih
sayangnya yang tidak terhingga serta selalu memberikan semangat serta
dukungan moral dan moril untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga kepada bule jumi yang selalu memberi semangat dan
meminjamkan laptopnya untuk kelancaran skripsi ini, serta tidak terkecuali
7
untuk kaka ku Melani, Pipit dan adiku Lia terima kasih sudah menjadi
penyemangat yang luar biasa kepada penulis. Serta sepupuku Fauzyah yang
selalu membantu bila ada kesulitan dalam mengerjakan skripsi penulis.
10. Kepada sahabat-sahabat ku Alfita Desyanti, Yolanda Anita Putri, Erlangga
Pratama, Erwin Mandala, Rendy serta Nur Maulidya, Aulia Mutianti, Siska
Aulia dan Indri yang memberikan semangat untuk penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat perjuangan Ilmu Politik 2011, Layla Rizky, Dian Kharisma
Sinaga, Monik Astiadi, Aulia Akbar, Atina Riantini Mahsar, Haikal, Wiky
Yasinta Dewi, Nita YMA, Linda Yuliawati, Hafidz Tamjidi, Ricad Saka,
terima kasih sudah banyak membantu selama menuntut ilmu serta segala
pengalaman dan tukar fikirnya. Dan tanpa mengurangi rasa hormat dan
kasih sayang kepada penulis kepada teman-teman yang tidak disebutkan
satu persatunya.
12. Keluarga Besar KKN Catra Baswara : Dian Kharisma Sinaga, Monik
Astiadi, Layla Rizky, Yuda, Dimas, Ilham, Teddy, Aji, Fadly, Ubed, Balki.
13. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah banyak membantu
penulis, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua, Amin.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, agar semua bantuan dan
partisipasi dari berbagai pihak tersebut diberikannya pahala yang berlipat ganda,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya, amin. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar dapat sempurnanya skripsi ini. Semoga karya penulis melalui skripsi ini dapat
bermanfaat.
Jakarta, 02 Maret 2017
Febi Ade Aryani
8
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN SKIRPSI ................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ........................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah dan Pernyataan Masalah ............................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
C.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
C.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 8
D. Sistematika Penulisan ..................................................................... 9
BAB II TIJAUAN PUSTAKA
A. Iklan Politik
A.1 Pengertian Iklan Politik ......................................................... 11
A.2 Bentuk-bentuk Iklan Politik .................................................... 13
A.3 Tekhnik Periklanan ................................................................. 14
B. Tokoh Masyarakat Lokal
B.1 Pengertian Tokoh Masyarakat Lokal ..................................... 16
B.2 Kategori Tokoh Masyarakat .................................................. 18
C. Kriteria Pemimpin ......................................................................... 19
D. Literatur Review ........................................................................... 21
E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
E.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 24
E.2 Hipotesis Ho dan Ha .............................................................. 25
III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian: Kuantitatif .......................................................... 27
B. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 28
C. Populasi dan Sampel
C.1 Populasi .................................................................................. 28
C.2 Sampel .................................................................................... 29
D. Metode Pengumpulan Data
D.1 Kuesioner ............................................................................... 29
E. Metode Uji Validitas dan Reabilitas
E.1 Metode Uji Validitas ............................................................. 30
E.2 Metode Uji Reliabilitas .......................................................... 31
F. Metode Analisis Data
F.1 Metode Uji Asumsi Klasik .................................................... 32
F.1.a Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov:
Menguji penyebaran titik pada sumbu
9
diagonal dari grafik normal atau tidak ......................... 33
F.1.b Metode Uji Multikolinearitas:
Variabel harus bebas dari gejala Multikolinearitas ...... 34
F.1.c Metode Uji Heterokedastisitas: Mengetahui
apakah titik-titik pada gambar membentuk suatu
pola tertentu yang teratur maka terjadi
Heterokedastisitas ......................................................... 35
F.2 Analisis Regresi Linier Berganda ................................................ 35
F.2.a Analisis Korelasi Berganda ................................................... 36
F.2.b Koefisien Determinasi (R2) ................................................... 37
G. Metode Pengujian Hipotesis
G.1 Uji T: Mengetahui Variabel Independen
Berpengaruh Secara Individu Terhadap
Variabel Dependen ....................................................... 38
G.2 Uji F: Mengetahui Variabel Independen Secara
Smultan Berpengaruh Terhadap
Variabel Independen .................................................... 39
H. Skala Linkert ................................................................................. 40
I. Operasional Variabel Konsep ......................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian:
Kecamatan Larangan, Tangerang ................................................. 44
B.Distribusi Frekuensi Identitas Responden
B.1 Data Responden Jenis Kelamin ................................................ 46
B.2 Data Responden Usia ............................................................... 47
B.3 Data Responden Status ............................................................. 48
C. Hasil Kuesioner
C.1 Hasil Kuesioner Variabel Iklan Politik .................................. 49
C.2 Hasil Kuesioner Variabel Tokoh Masyarakat ........................ 62
C.3 Hasil Kuesioner Kemenangan Jokowi-Jk .............................. 69
D. Analisis Data
D.1 Uji Validitas Variabel Iklan Politik (X1) ................................ 84
D.2 Uji Validitas Tokoh Masyarakat (X2) ..................................... 86
D.3 Uji Validitas Kemenangan Jokowi-JK(Y) .............................. 87
E. Uji Reliabilitas
E.1 Uji Reliabilitas Variabel Iklan Politik .................................... 89
E.2 Uji Reliabilitas Variabel Tokoh Masyarakat .......................... 89
E.3 Uji Reliabilitas Variabel Kemenangan Jokowi-Jk ................. 90
F. Uji Asumsi Klasik
F.1 Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ....................................... 91
F.2 Uji Multikolinearitas ............................................................... 93
F.3 Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 94
G. Uji Regresi Linier Berganda
G.1 Koefisien Determinasi ........................................................... 95
H. Pengujian Hipotesis
H.1 Hasil Uji (T) .......................................................................... 97
10
H.2 Hasil Uji (F) ........................................................................... 99
I. Analisis Korelasi Berganda .......................................................... 101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 103
B. Saran ............................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 105
LAMPIRAN ............................................................................................. 108
11
DAFTAR TABEL
Tabel I.I Hasil Rekapitulasi Pemilihan Presiden 2014 di
Setiap Kecamatan Larangan, Kota Tangerang ................................ 1
Tabel I.2 Hasil Rekapitulasi Suara Pemilihan Presiden
2014 di Setiap Kelurahan di Kecamata Larangan,
Kota Tangerang ............................................................................ 2
Tabel 3.1 Tabel Koefisien Determinasi (R2) ............................................... 37
Tabel 3.2 Tabel Skala Linkert ...................................................................... 41
Tabel 3.3 Tabel Operasional Variabel Penelitian ........................................ 42
Tabel 4.1 Data berdasarkan Agama di Kecamatan
Larangan, Tangerang .................................................................. 45
Tabel 4.2 Output Pengujian Validitas Variabel Iklan Politik ..................... 84
Tabel 4.3 Output Pengujian Validitas Variabel Tokoh Masyarakat .......... 86
Tabel 4.4 Output Pengujian Validitas Variabel Kemenangan Jokowi-Jk ... 87
Tabel 4.5 Output Pengujian Reliabilitas Variabel Iklan Politik .................. 89
Tabel 4.6 Output Pengujian Reliabilitas Variabel Tokoh Masyarakat ........ 89
Tabel 4.7 Output Pengujian Reliabilitas Variabel Kemenangan
Jokowi-Jk ................................................................................... 90
Tabel 4.8 Output Pengujian Normalitas One Sampel
Kolmogrov-Smirnov ................................................................... 92
Tabel 4.9 Uji Multikolinieritas .................................................................... 93
Tabel 4.10 Output Pengujian Koefisien Determinasi .................................. 95
Tabel 4.11Hasil Pengujia Parsial (T) .......................................................... 97
Tabel 4.12 Hasil Uji Smultan (F) .............................................................. 100
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi .................................................................... 101
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 46
Gambar 4.3 Responden berdasarkan Usia ................................................. 47
Gambar 4.4 Responden berdasarkan Status .............................................. 48
Gambar 4.5 Hasil Kuesioner berdasarkan IklanVisi Misi Jokowi-Jk ....... 49
Gambar 4.6 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Revolusi Mental ............. 50
Gambar 4.7 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Slogan ........................... 51
Gambar 4.8 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Ide-ide Besarnya ............ 52
Gambar 4.9 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Program Jokowi-Jk ........ 53
Gambar 4.10 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Kerakyatan
dan Kesederhanaan ................................................................ 54
Gambar 4.11 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Gotong Royong ............. 55
Gambar 4.12 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Sisi Kehidupan Pribadi . 56
Gambar 4.13 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Keakraban
Jokowi-Jk Pada para Petani ................................................... 57
Gambar 4.14 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Blusukan ....................... 58
Gambar 4.15 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Keakraban
Jokowi-Jk Dengan para pelajar .............................................. 59
Gambar 4.16 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Testimoni
dari para Tokoh ...................................................................... 60
Gambar 4.17 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Testimoni
dari Masyarakat ...................................................................... 61
Gambar 4.18 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Kekaguman terhadap
Jokowi-Jk ............................................................................... 62
Gambar 4.19 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Camat .......................... 63
Gambar 4.20 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Lurah ........................... 64
Gambar 4.21 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh RT/RW ........................ 65
Gambar 4.22 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Agama .......................... 66
Gambar 4.23 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Intelektual .................... 67
Gambar 4.24 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Perempuan ................... 68
Gambar 4.25 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Pemuda ....................... 69
Gambar 4.26 Hasil Kuesioner karena Pemimpin yang Jujur ...................... 70
Gambar 4.27 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Mementingkan
Rakyat .................................................................................... 71
Gambar 4.28 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Inspiring ............... 72
Gambar 4.29 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Cerdas ................... 73
Gambar 4.30 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang
Berpandangan Positif .............................................................. 74
Gambar 4.31 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Kooperatif ............. 75
Gambar 4.32 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Tegas
Dan Berani .............................................................................. 76
Gambar 4.33 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Setia pada Rakyat . 77
Gambar 4.34 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Bebas Korupsi ...... 78
Gambar 4.35 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Memiliki Rekam
13
Jejak yang Baik ....................................................................... 79
Gambar 4.36 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Berjiwa Besar ....... 79
Gambar 4.37 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Berjiwa Patriotik ... 80
Gambar 4.38 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Cepat Tanggap ...... 81
Gambar 4.39 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Kerja Nyata ........... 82
Gambar 4.40 Uji Normalitas: P-Plot ........................................................... 91
Gambar 4.41 Uji Heteroskedastisitas: Scatterplot ……………………… 94
14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden telah diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden dalam BAB II Ketentuan Umum Pasal 1 yaitu1 :
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, selanjutnya disebut Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden, adalah pemilihan umum untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Kegiatan Pilpres telah dilaksanakan merata di seluruh Indonesia, tidak
terkecuali di Kecamatan Larangan, Tangerang Kota. Berdasarkan data dari Komisi
Pemilihan Umum Kota Tangerang, hasil rekapitulasi perolehan suara pemilu
presiden 2014, Kecamatan Larangan Tangerang sebagai berikut2:
Tabel 1.1
Hasil Rekapitulasi Suara Pemilihan Presiden 2014
Dari Setiap Kecamatan di Tingakt Kota Tangerang
No. Kecamatan Prabowo-Hatta Jokowi-Jk Suara
Sah
1. Tangerang 41.589 49,8% 41.813 50,2% 83.402
2. Jatiuwung 35.243 58,5% 16.181 31,5% 51.424
3. Batuceper 27.323 57,3% 20.340 42,7% 47.663
1 Mahkamah Agung, tersedia di http://www.mahkamahagung.go.id; Internet; diunduh
pada 1 Febuari 2016.
2Komisi Pemilihan Umum Kota Tangerang, tersedia di http://www.kpu-tangerang.go.id;
Internet; diunduh pada 1 Febuari 2016.
15
4. Benda 25.208 57,4% 18.692 42,6% 43.900
5. Cipondoh 58.913 55,4% 47.285 44,6% 106.198
6. Ciledug 37.918 53,3% 33.140 46,7% 71.058
7. Karawaci 48.089 50,6% 46.921 49,4% 95.010
8. Periuk 34.094 50,8% 32.920 49,2% 67.014
9. Cibodas 40.032 53,6% 34.592 46,4% 74.624
10. Neglasari 28.628 49,6% 29.040 50,4% 57.668
11. Pinang 50.442 59,7% 33.996 40,3% 84.418
12. Karang Tengah 32.147 52,4% 29.097 47,6% 61.244
13. Larangan 40.981 49,7% 41.328 50,3% 82.309
Berdasarkan tabel 1.1 memperlihatkan bahwa perolehan suara Joko
Widodo-Jusuf Kalla unggul di tiga kecamatan yang ada di kota tangerang, yaitu
kecamatan tangerang, kecamatan neglasari, dan kecamatan larangan. Prabowo-
Hatta memenangkan 10 kecamatan yang ada di kota tangerang. Kecamatan
larangan mempunyai suara yang sah sebesar 82.309. Pasangan Jokowi-JK
mendapatkan 41.328 suara atau 50,3%, dan pasangan Prabowo-Hatta 40.981 atau
49,7%.
Tabel 1.2
Hasil Rekapitulasi Suara Pemilihan Presiden 2014
Dari Setiap Kelurahan di Kecamatan Larangan, Tangerang3
No Kelurahan Prabowo-Hatta Jokowi-JK Suara Sah
1. Larangan Utara 6.149 48,78% 6.457 51,22% 12.000
2. Larangan Selatan 5.008 50,28% 4.952 49,72% 9.960
3 Kawal Pemilu, diakses pada 8 April 2017 dari http://www.kawalpemilu.org
16
3. Cipadu 5.200 50,67% 5.120 49,33% 10.380
4. Kreo 4.281 49,47% 4.373 50,53% 8.054
5. Larangan Indah 4.221 48,51% 4.480 51,49% 8.701
6. Gaga 6.136 46,20% 7.144 53,80% 13.280
7. Cipadu Jaya 4.690 50,42% 4,618 49,58% 9.314
8. Kreo Selatan 5.229 55,54% 4.185 44,46% 9.414
Dilihat dari data table 1.2 maka dapat dilihat perolehan suara di tingkat
kelurahan pasangan Jokowi-JK menang di empat keluarahan yaitu kelurahan
larangan utara, kelurahan kreo, kelurahan larangan inda, kelurahan gaga. Pasangan
Prabowo-Hatta juga menang di empat kelurahan yaitu kelurahan larangan selatan,
kelurahan cipadu, kelurahan cipadu jaya dan kelurahan kreo selatan.
Para calon presiden dan wakil presiden berusaha dengan berbagai cara agar
mendapat simpati dari masyarakat, yang dapat memberikan sumbangsih suaranya
pada saat pilpres 2014. Besarnya tingkat partisipasi pemilih dapat dipengaruhi oleh
faktor iklan yang biasanya di tuangakan melalui media massa, baik itu melalui
media televisi, radio, spanduk, maupun baliho yang merupakan sarana menarik
untuk mendapatkan perhatian publik, khususnya saat menjelang pemilihan umum
dengan tujuan agar menambah simpatisan dari pemilih.
Dalam catatan sejarah politik, kampanye iklan politik di televisi di Indonesia
tergolong baru. Untuk pertama kalinya iklan politik hadir pada tahun 1999 dan
2004. Iklan politik tidak ubahnya seperti komoditas komersial yang berorientasi
pada sentimen pasar, pasar yang menjadi tujuan iklan politik tentu saja para pemilih
dan pemilih adalah pembeli bagi komuditas komersial. Susunan tersebut yang
17
memungkinkan memiliki kesamaan dalam kerja marketing politik maupun
marketing non politik. Iklan politik tidak hanya berorientasi pada popularitas
semata, menjadi populer bukanlah satu-satunya yang dicari dalam pendulangan
tingkat keterpilihan. 4
Iklan politik secara singkat dideskripsikan sebagai penyiaran yang bersifat
informa dan persuasif dengan tujuan untuk meraih pemberi suara dan memberikan
mereka pilihan politik yang meliputi partai politik, kandidat dan program. Tujuan
yang ingin dicapai oleh siaran ini tidak hanya untuk menaikan popularitas kandidat
tetapi lebih kepada untuk membuat pemberi suara mau memilih kandidat yang
menjadi sponsor dari iklan politik tersebut.
Bentuk dan isi dari iklan yang mampu meraih audiens melalui media ini di
kendalikan oleh aktor politik. Untuk mencapai tujuan tersebut, iklan politik tampil
impresif dengan senantiasa mengedepankan informasi tentang siapa kandidatnya
dengan (menonjolkan nama dan wajah kandidat), apa yang telah dilakukan kandidat
dan pengalaman selama menjabat di pemerintahan, kualitas kepemimpinannya dan
juga bagaimana posisinya terhadap isu-isu tertentu serta kandidat mewakili siapa.
Iklan politik sebagaimana dengan iklan produk komersial yang tidak hanya
memainkan kata-kata, tetapi juga gambar dan suara.
KPU sebagai penyelanggara pemilu telah mengeluarkan PKPU No.1 tahun
2013.5 yang mengatur tentang iklan dan pemberitaan kampanye meskipun
4 Dedi Kurnia Syahputra, Media dan Politik; Menemukan Relasi antara Dimensi
Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 52. 5 Komisi Pemilihan Umum, tersedia di http://www.kpu.go.id ; Internet; diunduh pada 1
Febuari 2016
18
peraturan ini dirasakan masih sangat lemah. Peraturan ini hanya mengatur pada
masa tahapan kampanye sedangkan iklan politik yang ditayangkan di tv sebelum
tahapan kampanye tidak diatur oleh peraturan tersebut. Pada pemilu 2014 Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) menemukan ratusan iklan politik di berbagai stasiun TV
seperti MNC Group (RCTI, Global TV, MNC TV) TV One dan Metro TV. Pada
tahun 2012 menurut lembaga riset Nielsen kategori pemerintahan atau parpol
menjadi pengiklan ke-2 terbesar setelah produk telekomunikasi dengan belanja
iklan sebesar Rp. 4,3 triliun. Pada tahun 2013 secara nasional belanja iklan politik
diperkirakan sebesar Rp. 12,5 triliun. Sebagian besar iklan politik atau sekitar 63%
diserap media tv, media cetak 30% sedangkan iklan spanduk dan baliho berada pada
kisaran 7%.6
Khusus untuk belanja iklan politik pada pilpres 2014 tercatat mencapai Rp.
186,63 miliar. Masing-masing capres mengeluarkan dana hampir berimbang untuk
keperluan tersebut. Dari riset yang dirilis perusahaan konsultan Sigi Kaca Pariwata
terungkap pasangan nomor urut 1, yaitu pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa
mencapai Rp. 93,72 miliar. Spot iklan tv bertajuk “Garuda Merah” menjadi tema
iklan yang banyak ditayangkan, dengan frekuensi tayang mencapai 725 kali.
Adapun belanja iklan televisi yang dikeluarkan kubu Joko Widodo – Jusuf Kalla
sebesar Rp. 92,9 miliar. Dengan tema iklan siapakah kita yang mendapat porsi
penayangan 335 kali.7
6 Diunduh pada 18 September 2015 dari http://www.okezone.com 7 Bambang Priyo Jatmiko, tersedia di http://www.kompasiana.com Diunduh pada 18
September 2015.
19
Iklan politik adalah tentang bagaimana partai politik atau kandidat politik
membangun pencitraan mereka untuk menarik perhatian dan simpati masyarakat.
Iklan politik pada pilpres 2014 yang sering ditayangkan berbagai stasiun televisi
adalah iklan politik pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Iklan politik pasangan Joko
Widodo-Jusuf Kalla ini hadir dalam beberapa versi, yaitu, iklan siapakah kita,
wujudkan mimpi, dukungan artis ibu kota, rekening gotong royong serta tekhnik-
tekhnik iklan lainnya.
Iklan Joko Widodo-Jusuf Kalla dibuat dalam berbagai versi, iklan-iklannya
dibuat oleh para relawan pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla dan dikemas dengan
konsep yang menarik. Persoalan berikutnya adalah dapatkah iklan politik melalui
televisi merebut simpati para pemilih dalam menentukan pilihan politiknya dalam
kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan Larangan, Tangerang.
Selain faktor iklan yang sudah dijelaskan diatas ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres 2014 yaitu
tokoh masyarakat. Menurut Mosca, pada setiap masyarakat tentulah terdapat
sekolompok orang yang terpilih dan memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang
seringkali disebut dengan pemimpin, sedangkan kebanyakan orang dalam
masyarakat itu disebut yang dipimpin.8
Ada suatu sebab seseorang menjadi pemimpin yaitu memiliki kekuasaan,
wewenang, wibawa dan kekuatan lain serta dipatuhi dan diikuti oleh sekelompok
orang dan ditinjau dari segi kemasyarakatan. Pemimpin terdapat dua jenis yaitu
8 Soerjono Soekanto, Sosiologi:Ssuatu Pengantar (Jakarta: Radja Grafindo Persada
2002), h. 318.
20
pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal adalah orang-orang
yang menduduki jabatan didalam pemerintahan, sedangkan pemimpin informal
adalah orang-orang yang tidak menduduki jabatan pemerintah, tetapi memiliki
pengikut, dipatuhi dan ditaati sekelompok orang. Faktor yang menonjol dalam diri
pemimpin informal adalah kewibawaan, dengan kewibawaannya itulah pemimpin
informal dapat diikuti, ditaati serta dipatuhi oleh orang-orang.9
Dengan memiliki kekuasaan, kekuatan, dan kewibawaan maka pemimpin
secara informal memiliki pengikut yang juga ditaati bahkan dipatuhi oleh orang-
orang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melihat adakah pengaruh tokoh
masyarakat terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan
Larangan, Tangerang Kota.
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini menekankan tentang pengujian
tehadap pesan iklan yang nantinya dapat diketahui bagaimana efeknya, apakah
pesan iklan politik di media televisi mempunyai andil dan pengaruh yang besar
dalam menyampaikan pesannya kepada publik. Serta tentang pengujian terhadap
tokoh masyarakat yang nantinya juga akan diketahui apakah tokoh masyarakat
mempunyai pengaruh terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres
2014 di Kecamatan Larangan Utara, Tangerang Kota.
B. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Dalam memudahkan penelitian yang dilakukan, penulis juga membatasi
permasalahan pada efek dari media televisi dalam pemberitaan iklan partai politik.
Pembatasan ini dilakukan dengan mengkhususkan pada penayangan iklan politik di
9 Ibid., h. 319.
21
media televisi pada saat pilpres 2014. Serta tokoh masyarakat yang juga menjadi
faktor pengaruh kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Penulis memilih lokasi penelitian di Kecamatan Larangan, Tangerang
karena dalam pemilu presiden 2014 lalu, dari 13 kecamatan yang ada di Tangerang
Kota, pasangan calon kandidat Joko Widodo-Jusuf Kalla menang di tiga kecamatan
salah satunya Kecamatan Larangan. Sedangkan pasangan Prabowo Hatta menang
telak di 10 Kecamatan yang ada di Tangerang Kota. Padahal partai pengusung
Prabowo-Hatta yaitu partai Gerindra memberikan fasilitas seperti ambulance gratis
untuk masyarakat yang ada di Tangerang Kota, oleh karena itu, dalam penelitian
ini penulis ingin mengetahui manakah yang lebih berpengaruh iklan politik atau
tokoh masyarakatnya terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di
Kecamatan Larangan, Tangerang.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh iklan politik di televisi terhadap kemenangan
Joko Widodo-Jusuf Kalla Kecamatan Larangan, Tangerang Kota pada
pilpres 2014?
2. Apakah terdapat pengaruh tokoh masyarakat terhadap kemenangan
Joko Widodo-Jusuf Kalla Kecamatan Larangan, Tangerang Kota pada
pilpres 2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
C.1 Tujuan Penelitian:
22
a. Untuk mengetahui pengaruh iklan politik di media televisi terhadap
kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014.
b. Untuk mengetahui pengaruh tokoh masyarakat lokal terhadap
kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
C.2 Manfaat Umum:
a. Mengembangkan ilmu politik dalam hal komunikasi politik khususnya
menggunakan iklan politik di media televisi.
b. Memberikan informasi kepada pembaca terkait dengan tokoh
masyarakat, apakah mempunyai pengaruh dalam kemenangan
pemilihan presiden.
C.3 Manfaat Praktis:
a. Untuk membantu memahami berbagai jenis iklan politik yang marak di
media, sehingga masyarakat bisa memilah milih dan tidak mudah
terpengaruh dengan iklan politik yang disuguhnkan.
b. Sebagai tambahan referensi pengetahuan bagi para insan akademis di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada khususnya dan
masyarakat Indonesia secara luas pada umumnya dalam memahami
iklan politik.
D. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis membagi dalam lima bab. Bab pertama adalah
pendahuluan, memaparkan pernyataan masalah, penulis mengangkat masalah
tentang pengaruh iklan politik dan tokoh masyarakat lokal terhadap kemenangan
23
Joko Widodo–Jusuf Kalla pada pilpres 2014 di kecamatan larangan tangerang.
Dalam bab ini juga menguraikan pembatasan masalah, dilanjutkan dengan
menguraikan pertanyaan penelitian yang terdiri dari dua pertanyaan. Selanjutnya
dalam bab ini menguraikan tujuan dan manfaat penelitian. Terakhir adalah
sistematika penulisan.
Bab kedua adalah tinjauan pustaka. Dalam bab dua ini penulis
memfokuskan pembahasan tentang iklan politik, tokoh masyarakat terhadap
kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Bab ini juga memaparkan literature review.
Terdapat tiga penelitian yaitu jurnal dan skripsi terkait dengan penelitian ini.
Kerangka pemikiran akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variable yang
akan diteliti. Hipotesis yang terdiri dari hipotesis kerja atau hipotests alternatif (Ha)
dan Hipotesis nol (Ho).
Bab ketiga metode penelitian. Dalam bab ini menjelaskan jenis penelitian
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner, dengan mengambil sampel dari satu populasi, yaitu warga
yang memilih di Kecamatan Larangan, Tangerang. Bab ini juga memaparkan ruang
lingkup penelitian, metode uji validitas, uji reliabilitas, hasil kuesioner
digambarkan dalam table bar. Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode
analisis korelas-regresi yaitu perhitungan yang didasarkan pada kuesioner yang
disebarkan.
Bab keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini memaparkan
identitas responden yang mengisi kuesioner. Hasil uji validitas dan uji reliabilitas
menunjukan bahwa setiap pertanyaan telah diuji agar pertanyaan tersebut
24
dinyatakan valid dan variable. Selanjutnya penulis memaparkan perhitungan-
perhitungan statistik dengan metode-metode analisis data yang sudah dipaparkan
dalam bab tiga. Pada bab ini akan mengetahui apa hasil akhir dari penelitian ini.
Bab kelima yaitu penutup. Penulis akan memaparkan kesimpulan dari hasil-
hasil yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, dan menuliskan saran.
Kesimpulan iklan politik berpengaruh terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf
Kalla sedangkan tokoh Masyarkat hanya cukup berpengaruh pada kemenangan
Joko Widodo–Jusuf Kalla pada pilpres 2014 dengan keseluruhan presentase 51,5%.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan pustaka yang membahas lebih
dalam mengenai pengertian iklan politik, jenis iklan politik, dan tekhnik-tekhnik
iklan politik serta pengertian tokoh masyarakat, kategori tokoh masyarakat, dan
kriteria kepemimpinan yang penulis gunakan sebagai teori utama dalam penelitian
ini. Dalam literature review, penulis akan memaparkan tiga penelitian terdahulu
yaitu, skripsi dan jurnal. Terakhir adalah kerangka pemikiran dan hipotesis dari
penelitian.
A. Iklan Politik
A.1 Pengertian Iklan Politik
Dunia periklanan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kemajuan
komunikasi politik. Keberadaaan iklan politik ini tidak lepas dari perkembangan
tekhnologi televisi. Iklan politik melalui media massa terutama televisi merupakan
cara alternativ yang sering dipilih para pasangan calon presiden dan wakil presiden
pada kampanye saat pilpres.10 Meskipun harus mengeluarkan dana yang tidak
sedikit, para pasangan kandidat sering menggunakan iklan politik dalam media
televisi sebagai salah satu alat untuk memudahkan upaya pencapaian tujuan-tujuan
politiknya.
Hal yang melatar belakangi iklan sebagai media dalam proses komunikasi
politik adalah keyakinan bahwa iklan memiliki efek yang sangat kuat dalam
10 Fajar Junaedi, Komunikasi Politik: Teori, Aplikasi, dan Strategi di Indonesia
(Yogyakarta: Buku Litera, 2013), h. 64.
26
mempengaruhi perhatian masyarakat agar mereka mengambil keputusan untuk
memilih salah satu pasangan presiden pada saat pilpres 2014.11 Dengan membuat
iklan politik, para aktor politik sangat mengharapkan mendapatkan simpati dari
masyarakat. Alasan lain memillih iklan sebagai media komunikasi politik adalah
para aktor politik dapat mengkreasikan pesan apa saja yang akan disampaikan pada
khalayak.
Baliho, surat kabar, radio, dan televisi merupakan media yang digunakan
untuk iklan politik. Dengan media ini pasangan calon presiden dapat
mengkomunikasikan pesan-pesan, ide, program serta visi dan misinya kepada calon
pemilih. Visi-misi yang dipaparkan oleh calon pasangan presiden memiliki
kesamaan yaitu sama-sama berusaha menarik simpati masyarakat dengan mengatas
namakan kepentingan rakyat.
Menurut Lynda Lee Kaid, mendefinisikan iklan politik sebagai proses
komunikasi melalui sumber kandidat atau partai politik, mengambil kesempatan
untuk mengekspos komunikasi melalui saluran media massa dari pesan-pesan
politik untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku politik khalayak.12
Begitu pula yang dikatakan oleh Firmanzah, iklan politik dapat
didefinisikan sebagai sebuah pengiriman pesan melalui suatu media yang dibayar
sendiri oleh pemasang iklan, iklan merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan
mempengaruhi setiap lapisan atau anggota masyarakat.13
11 Ibid., h. 64. 12 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar
(Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2013), h. 39. 13 Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2012), h.20.
27
Iklan politik dibagi menjadi dua komponen yaitu:14
1. Iklan satu bentuk dari komunikasi, secara aktual iklan dibentuk dengan
terstruktur dari komunikasi terapan yang memadukan pesan verbal maupun
non verbal yang disusun untuk memenuhi format waktu dan ruang yang
spesifik yang ditentukan oleh pihak sponsor.
2. Iklan diarahkan pada sekelompok khalayak bukan ditujukan untuk individu
tertentu. Oleh karena itu iklan bersifat non personal atau merupakan bentuk
dari komunikasi massa.
Iklan adalah bentuk komunikasi massa, iklan terjadi bukan melalui proses
tatap muka sebagaimana komunikasi interpersonal. Iklan digunakan melalui
medium. Medium iklan adalah media yang diabayar oleh pemasang iklan untuk
meletakkan iklannya sehingga iklannya mampu menjangkau khalayak luas15.
Secara sederhana, iklan membujuk khalayak untuk melewati beberapa
tahapan dalam menerima informasi diantaranya tahap keterkaitan, pemahaman,
penyadaran terhadap produk dan pembentukan opini, serta tahap pengambilan
keputusan secara rasional untuk memilih partai politik tersebut.16
A.2 Bentuk-bentuk Iklan Politik
Berdasarkan bentuknya iklan politik dapat dibedakan menjadi empat
yaitu:17
14 Fajar Junaedi, Komunikasi Politik: Teori, Aplikasi dan Strategi di Indonesia
(Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta, 2013), h. 110. 15 Ibid., h. 65. 16 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar h. 40 17 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 36.
28
1. Iklan isu, merupakan iklan yang berisi suatu program atau kebijakan
dan membahas mengenai topik-topik yang menjadi perhatian publik
saat ini dan berkaitan dengan kepentingan nasional.
2. Iklan citra, merupakan iklan yang berisis simbol-simbol mengenai
sifat partai tersebut tetapi tidak mengatakan langsung dari mana partai
tersebut. Serta mempopulerkan citra partai politik walaupun
elektabilitas partai politik tersebut telah jatuh dengan
memperkenalkan paradigma baru partai politiknya.
3. Iklan slogan, iklan ini tidak berisi statemen politik apapun, hanya
berisi sloglan partai atau ajakan untuk memilih partai tersebut.
4. Iklan kombinasi, iklan yang memuat bentuk iklan isu sekaligus
publisitas.
A.3 Teknik Periklanan
Iklan politik di televisi sebenarnya dapat menggunakan berbagai macam
tekhnik, Devlin menyebutkan ada tujuh kategori tekhnik yang dapat digunakan
yaitu sebagai berikut:18
1. Iklan Primitif, biasanya artfisial, kaku, dan tampak dibuat-buat.
2. Iklan Talking Heads, iklan yang dirancang untuk menyoroti isu dan
menyampaikan citra bahwa kandidat mampu menangani isu tersebut
dan melakukan pekerjaannya nanti.
18 Deddy Mulyana, Komunikasi Politik Politik Komunikasi: Membedakan Visi dan Gaya
Komunikasi Praktisi Politik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 81.
29
3. Iklan Konsep, yang dirancang untuk menggambarkan ide-ide besar
dan penting mengenai kandidat, misalnya dalam iklan politik Aburizal
Bakrie pada tahun 2013 digambarkan bahwa aburizal sebagai calon
presiden tahun (2014-2019) dengan iklan bertekad menggratiskan
biaya pendidikan anak-anak Indonesia dari SD hingga SLTA.
4. Iklan Cinema-Verite, tekhnik yang menggunakan situasi informal dan
alami, misalnya calon kandidat sedang berbincang akrab dan spontan
dengan rakyat kecil, atau sisi kehidupan pribadi maupun keluarganya.
Di Indonesia, semua calon presiden 2014 menggunakan tekhnik iklan
ini. Seperti pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla dan Prabowo – Hatta
Rajasa, membuat iklan politiknya sedang bertemu dengan rakyat
kecil, blusukan memasuki pasar-pasar tradisional, terlihat begitu
akrab dan peduli dengan pedagang kecil, petani, nelayan, dan juga
para pelajar dengan menjawab semua pertanyaan mereka, serta
menjelaskan kebijakannya. Meskipun bertujuan memberikan kesan
spontanitas dan informalitas, iklan seperti ini berdasarkan naskah dan
latihan.
5. Iklan Negative, disebut negative karena itu dilakukan dalam upaya
meningkatkan keraguan tentang lawan, bukan menunjuk mengapa
seseorang layak dipilih.19 Di Indonesia iklan negative ini tidak terang-
19 Dinna Wisnu, tersedia di http://www.nasional.kompas.com; Internet; diunduh pada 1
Febuari 2017.
30
terangan ditayangkan televisi, biasanya lewat media lain terutama
selebaran dan terkadang lewat media sosial dari mulut ke mulut.
6. Iklan kesaksian testimonial, baik dari orang dewasa maupun tokoh
terkemuka yang dikagumi, baik tokoh politik, ilmuwan, olahragawan
serta artis. Pada tahun 2014 misalnya band slank yang memberikan
testimoni mengenai nilai-nilai positif dari pasangan Joko Widodo-
Jusuf Kalla untuk mempromosikan pasangan terebut. Iklan politik
Prabowo Subianto–Hatta Rajasa menggunakan testimony dari
kalangan elite seperti Aburizal Bakrie dan Mahfud MD.
7. Iklan format reporter netral, merupakan iklan rangkaian laporan
mengenai calon presiden dan memberikan kesempatan kepada
pemirsa untuk memberikan nilai.
B. Tokoh Masyarakat
B.1 Pengertian Tokoh Masyarakat
Di dalam kehidupan masyarakat, tokoh masyarakat mempunyai posisi yang
sangat penting, karena ia dianggap sebagai orang yang serba tahu dan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Sehingga segala tindak-tanduknya
merupakan pola aturan yang patut diteladani oleh masyarakat.
Menurut Surbakti, tokoh masyarakat adalah seseorang yang disegani dan
dihormati secara luas oleh masyarakat, karena aktifitas dalam kelompoknya serta
kecakapan-kecakapan dan sifat tertentu yang dimilikinya serta dapat menjadi faktor
yang menyatukan suatu bangsa.20
20 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo1992), h.40
31
Undang-Undang Republik Indonesia No 8 tahun 1987 pasal 1 ayat 6
menyebutkan bahwa “Tokoh masyarakat adalah seorang yang karena kedudukan
sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau Pemerintah”.21
Ada suatu sebab mengapa seseorang menjadi pemimpin yaitu memiliki
kekuasaan, wewenang, wibawa dan kekuatan lain serta dipatuhi dan diikuti oleh
sekelompok orang dan ditinjau dari segi kemasyarakatan. Pemimpin terdapat dua
jenis yaitu pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal adalah
orang-orang yang menduduki jabatan didalam pemerintahan, sedangkan pemimpin
informal adalah orang-orang yang tidak menduduki jabatan pemerintah, tetapi
memiliki pengikut, dipatuhi dan ditaati sekelompok orang. Faktor yang menonjol
dalam diri pemimpin informal adalah kewibawaan, dengan kewibawaannya itulah
pemimpin informal dapat diikuti, ditaati serta dipatuhi oleh orang-orang.22
Kewibawaan terbentuk dari unsur-unsur yang bersifat rasional dan
kejiwaan. Unsur rasional misalnya kelebihan kecerdasan dalam intelektual
(pikiran), fisik (kesehatan, ketahanan, dan stamina). Sedangkan unsur kejiwaan
adalah meliputi akhlak (budi pekerti), kepribadian, dan kesabaran. Tokoh
masyarakat termasuk dalam pemimpin informal (sosial leadership) yang memiliki
power dan authority serta berpengaruh dalam kehidupan sosial. Tokoh masyarakat
tersebut yang membimbing dan membina masyarakat dalam segala hal serta
sebagai panutan masyarakat.23
21 Undang-undang Republik Indonesia, tersedia di http://www.dpr.go.id; Internet; diunduh
pada 1 Febuari 2017. 22 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Radja Grafindo Persada
2002), h. 318. 23 Ibid., h. 319.
32
Sebagai pemimpin informal dalam masyarakat, tokoh masyarakat membina
dan membimbing masyarakat dalam proses hubungan kehidupan sosial agar terarah
dan terbentuk hubungan yang harmonis dan terbangunnya integritas masyarakat
yang saling bekerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Abdillah Hanafi dalam Koentjaraningrat tokoh masyarakat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:24
a. Memiliki hubungan sosial lebih luas dari pada para pengikutnya.
b. Memiliki keahlian atau pengetahuan tertentu melebihi orang
kebanyakan, terutama pengikutnya.
c. Tidak menyimpan pengetahuan dan keahliannya itu untuk dirinya
sendiri, melainkan berusaha untuk menyebarkannya kepada orang lain.
B.2 Kategori Tokoh Masyarakat Dibagi Menjadi Dua, yaitu:
1. Tokoh Masyarakat Formal
Tokoh masyarakat formal adalah seseorang yang ditokohkan karena
kedudukannya atau jabatannya di lembaga pemerintahan seperti:25
a. Camat
b. Kepala desa/Lurah
c. Ketua RT/RW
2. Tokoh Masyarakat Informal
24 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta, PT Gramedia 1993),
h. 113. 25 Ibid., h. 114.
33
Seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat akibat dari pengaruh
posisi dan kemampuannya yang diakui oleh masyarakat di
lingkungannya, yaitu:26
a. Tokoh Agama
b. Tokoh Intelektual
c. Tokoh Perempuan
d. Tokoh Pemuda
C. Kriteria Pemimpin
Gaya kepemimpinan Joko Widodo menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat, khususnya di kalangan anak muda. Joko Widodo memiliki pesona
pribadi yang terasa bersahaja, peduli pada rakyatnya, jujur, dan terkesan jauh dari
politik transaksional. Hal inilah yang mampu membangkitkan luasnya dukungan
sukarela dari selebriti ataupun tokoh publik yang memiliki rekor integritas yang
tinggi. Tren kampanye dengan budaya popular digunakan dalam kampanye dan
iklan Jokowi-JK.27
Riset Kouzer dan Posner dilakukan terhadap ribuan eksekutif swasta dan
pemerintah (pemimpin birokrasi). Riset tersebut menunjukan bahwa para pengikut
mengharapkan pemimpin yang mempunyai karakteristik seperti kejujuran,
berorientasi ke depan, kompeten, serta membangkitkan semangat pengikut, berikut
adalah kriteria pemimpin:28
26Ibid., h. 114. 27 Indrati Tyas Utami, “Citra Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla dalam Iklan Politik Televisi
(Studi Analisis Semiotik Citra Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla dalam Iklan Politik Televisi Masa
Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Periode Mei-Juli 2014)”, (Skripsi S1 Universitas
Sebelas Maret Surakarta), h. 4. 28 Harbani Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 14
34
1. Kejujuran, yaitu sifat yang berhubungan dengan keyakinan bahwa
pemimpin dapat dipercaya dan dipegang kata-katanya atau janji-
janjinya, pemimpin yang dapat bekerja dengan nyata dan pemimpin
yang tidak suka memainkan peranan palsu. Pemimpin yang memiliki
rekam jejak yang baik, serta bebas korupsi. Kejujuran akan membangun
integritas dari seorang pemimpin. Integritas berarti apa saja yang
dikatakan oleh seorang pemimpin selalu dilaksanakannya. Pemimpin
yang memiliki integritas akan menampakkan sikap konsisten dalam
kata dan tindakan.
2. Pandangan ke depan, yaitu pemimpin yang diharapkan mempunyai
pandangan ke depan dan perhatian terhadap masa dengan organisasi
yang menjadi sasaran. Kemampuan memandang ke depan adalah
kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih tujuan.
Pemimpin yang diharapkan mempunyai orientasi yang baik tentang
masa depan.
3. Kompeten, yaitu kemampuan seorang pemimpin melakukan suatu hal,
karena adanya level motivasional yang terkandung keinginan atau
kemauan dan kemampuan seseorang untuk mendemonstrasikan kinerja
efektif. Sifat pemimpin yang diharapkan adalah pemimpin yang
memiliki jiwa kompetisi, kooperatif, berjiwa besar untuk menerima
kekalahan serta mampu merangkul lawan-lawan politiknya.
4. Inspirasi, yaitu seorang pemimpin yang antusias, penuh semangat, setia,
cerdas (dapat member ide-ide yang dapat dikembangkan) dan
35
berpandangan positif tentang masa depan, mereka diharapkan mampu
memberikan inspirasi pada pengikutnya.29 Tidak cukup hanya
mempunyai impian tentang masa depan, tapi juga dapat menyampaikan
wawasan dengan cara tertentu yang antusias, berenergi.
5. Pemimpin yang tegas dan berani, pemimpin yang berani dan tegas
dalam mengambil keputusan untuk menegakkan keadilan tanpa takut
berhadapan dengan banyak pihak.
6. Pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyat dibandingkan
dirinya sendiri, serta pemimpin yang cepat tanggap dalam menghadapi
isu yang melanda Negara seperti kasus KKN, kerusuhan dan bencana
alam.
D. Literatur Review
Penelitian tentang pengaruh iklan politik dan tokoh masyarakat terhadap
kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014 di Kecamatan Larangan, Tangerang.
Terdapat tiga penelitian yang terkait dengan penagaruh iklan politik di media
televisi dan tokoh masyarakat.
Peneliti yang pertama adalah journal dari Marissa Marlein Fenyapwain.30
Dari penelitian ini membahas tentang Iklan Politik dalam Pemilukada Minahasa
Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula di Desa Tounelet Kecamatan Kakas
29 Eddy Fransiskhi, tersedia di http://www.linkedin.com; Internet; diunduh pada 25
January 2016. 30 Marissa Marlein Fenyapwain, “Pengaruh Iklan Politik dalam Pemilukada Minahasa
Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula di Desa Tounelet Kecamatan Kakas” (Acta Diurna” Volume
I. No. 1 Tahun 2013).
36
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, dengan
pendekatan analisis korelasi dan regresi linear sederhana. Tekhnik pengumpulan
data yang digunakan yaitu wawancara dengan menggunakan pertanyaan terstruktur,
dengan tujuan untuk memperoleh data primer dan juga data sekunder yang
dikumpulkan dalam penelitian ini dalam gambaran umum tentang pemilihan umum
kepala daerah dan jumlah pemilih pemula yang ada di kecamatan kakas. Dan
mengambil sampel dari satu populasi sebagai pengumpulan data dengan
menggunakan angket/kuesioner.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan yaitu dengan
menggunakan alat ukur kuesioner yang kemudian dianalisis menggunakan tekhnik
analisa data berbentuk Korelasi Pearson Product Moment (PPM) di dapatkan bahwa
iklan politik pemilukada di minahasa mempunyai tingkat hubungan yang cukup
kuat dan memberi kontribusi sebesar 17,30%. Artinya Ho ditolak dan ini
membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara iklan politik Pemilukada
di Minahasa terhadap partisipasi pemilih pemula di desa Tounelet Kecamatan
Kakas.
Penelitian yang kedua adalah skripsi dari Fandy Prawira.31 Skripsi ini
membahas tentang pengaruh iklan politik terhadap perilaku pemilih terhadap
kemenangan Prabowo-Hatta di TPS 24 Cipayung, Jakarta Timur.
31Fandy Prawira, “Pengaruh Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih Studi tentang
Kemenangan Prabowo – Hatta di TPS 24 Kelurahan Cipayung, Jakarta Timur Pada Pilpres 2014”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatllah
Jakarta).
37
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, penarikan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah snowball sampling, yaitu
tekhnik pengambilan data dari responden yang diinformasikan dari responden
lainnya. Populasi penelitian ini diambil dari semua masyarakat yang memilih di
TPS 24 Kelurahan Cipayung, Jakarta.
Hasil dari penelitian ini adalah iklan politik sebagai sarana meraih dukungan
yang massif nyatanya tidak berpengaruh terhadap pola perilaku memilih
masyarakat yang memilih Prabowo – Hatta pada pilpres 2014
Penelitian yang ketiga, adalah skripsi dari Maspanur.32 Skripsi ini tentang
tokoh masyarakat dan perilaku pemilih pada Pilkada 2006 di Kabupaten Mamuju
Sulawesi Barat.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini kualitatif, tekhnik data yang
digunakan yaitu wawancara mendalam, studi pustaka dan dokumen. Lokasi
penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Mamuju, Sulawesi Barat.
Informan dari penelitian ini dipilih dari empat kategori di Mamuju yaitu, 1)
tokoh adat, 2) tokoh agama, 3) tokoh pemuda 4) tokoh intelektual.
Hasil dari penelitian ini adalah perilaku pemilih tokoh masyarakat masih
sangat dipengaruhi oleh system kekerabatan/kedaerahan dalam hal ini kesukuan
yang terjadi di Mamuju pada Pilkada Gubernur 2006. Besarnya kecenderungan
etnis dalam perilaku memilih tokoh masyarkat membuat pilihan-pilihan rasional
32 Maspanur, “Tokoh Masyarakat dan Perilaku Pemilih: Perilaku Memilih Tokoh
Masyarakat pada Pilkada Gubernur tahun 2006 di Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat”
(Universitas Hasanudin)
38
menjadi hal yang urgen, hal ini dikarenakan kuatnya pengaruh kesukuan yang
membentuk pribadi dan tindakan masyarakat.
E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
E.1 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dimaksudkan untuk menjelaskan secara garis besar
alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan
pernyataan penelitian
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Peraturan antar variabel tersebut, selanjutnya
dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir. 33
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini maka dapat digambarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
1
2
Kerangka pemikiran pada gambar, secara garis besar menjelaskan logika
berjalannya penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen
33 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 60.
Kemenangan
Jokowi-Jk Pada
Pilpres 2014
(Y)
Iklan Politik
(X1)
Tokoh Masyarakat
(X2)
39
(X) yaitu iklan politik (X1), tokoh masyarakat lokal (X2), dan terdapat satu variabel
dependen yaitu kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Y). Kerangka ini
berdasarkan dari pertanyaan penelitian yang dipaparkan pada Bab 1. Garis nomor
satu pada kerangka pemikiran menunjukan apakah iklan politik berpengaruh
terhadap kemenangan Jokowi-JK. Garis nomor dua pada kerangka pemikiran
menunjukan apakah tokoh masyarakat lokal berpengaruh pada kemenangan
Jokowi-Jk.
E.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data.34
Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan
penelitian yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan
membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya
dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.35
Terdapat dua jenis hipotesis nol (Ho) dan hipotesis kerja (Ha). Hipotesis nol
(Ho) sering disebut juga dengan hipotesis statistik yaitu hipotesis yang diuji dengan
statistik. Hipotesis ini memiliki bentuk dasar atau memiliki statment yang
menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan Y yang akan diteliti, atau
variabel independen (X) tidak mempengaruhi variabel dependen (Y). hipotesis nol
34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 93. 35 Ibid., h. 93.
40
ini dibuat dengan kemungkinan yang besar untuk ditolak, ini berarti apabila terbukti
bahwa hipotesis nol ini tidak benar dalam arti hipotesis ini ditolak, maka dapat
dismpulkan bahwa ada hubungan antara variabel X dan variabel Y. dan yang kedua
adalah hipotesis kerja (Ha) hipotesis ini disebut sebagai lawan dari hipotesis nol
yang disebut juga dengan hipotesis alternative. Hipotesis alternative dapat langsung
dirumuskan apabila dalam suatu penelitian, hipotesis nol ditolak. Hipotesis ini
menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikan hubungan antara variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y). 36
a. Ho1: Variabel iklan politik tidak berpengaruh terhadap kemenangan
Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014, di Kecamatan Larangan,
Tangerang Kota .
Ha1: Variabel iklan politik berpengaruh terhadap kemenangan Joko
Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014, di Kecamatan Larangan,
Tangerang Kota.
b. Ho1: Variabel Tokoh Masyarakat tidak berpengaruh terhadap
kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014, di
Kecamatan Larangan, Tangerang Kota.
Ha1: Variabel Tokoh Masyarakat Lokal berpengaruh terhadap
kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014, di
Kecamatan Larangan, Tangerang Kota.
36 Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009), h. 79-80.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis membahas metode penelitian yang mencakup ruang
lingkup penelitian, jenis penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data
untuk memperoleh data dalam penelitian. Dilanjutkan dengan metode pengujian
kuesioner yaitu uji validitas dan uji reliabilitas untuk menguji kuesioner apakah
valid dan reliable. Bab ini juga memaparkan metode analisis data yang digunakan
untuk mengelola hasil penelitian guna memperoleh kesimpulan, dan yang terakhir
operasionalisasi variabel penelitian yang diuraikan dalam bentuk diagram bar.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, kuantitatif dinamakan
juga dengan metode tradisional karena metode ini sudah cukup lama digunakan
sehingga sudah mentradisi sebagai metode penelitian. Metode ini sebagai metode
ilmiah yang konkrit, obyektif, terukur, rasional dan juga sistematis. Metode ini
disebut kuantitatif karena data dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.37
Penelitian kuantitatif di.gunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel
tertentu. Tekhnik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
37 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Alfabeta Bandung:
2009), h. 7.
42
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sepenuhnya di wilayah Kecamatan Larangan,
Tangerang Kota. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena
dalam Pilpres 2014 lalu, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla meraih suara yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Sedangkan
pasangan Prabowo-Hatta memberikan fasilitas kepada masyarakat di kecamatan
Larangan Utara, Tangerang.
Hal ini lah yang penulis tuju sebagai bahan untuk penelitian, yang nantinya
akan terlihat secara objektif apakah terdapat pengaruh dari iklan politik dan tokoh
masyarakat lokal terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres 2014
di Kecamatan Larangan, Tangerang Kota.
C. Populasi dan Sampel
C.1 Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu population, yang berarti
jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang
kebanyakan akan menghubungkannya dengan masalah kependudukan. Dalam
metode penelitian kata populasi sangat popular digunakan untuk menyebutkan
serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.38
Populasi adalah wilayah atau generalisasi yang teridiri atas objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan
38 Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, h.123.
43
hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi
melihat seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut.39
C.2 Sampel
Teknik sampling adalah penjelasan mengenai teknik atau cara yang
dilakukan oleh penulis dalam menentukan sampel penelitiannya. Teknik sampling
merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik yang digunakan. Dalam
penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling yang
termasuk dalam teknik nonprobability sampling.40
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Convenience sampling merupakan teknik
pengambilan sampel untuk mendapatkan unit menurut keinginan peneliti.
Convenience sampling disebut juga sebagai sampel yang dipilih dengan
pertimbangan kemudahan yaitu kemudahan peneliti dalam mendapatkan sampel
baik karena kemudahan perizinan maupun lokasi yang mudah dijangkau oleh
penulis.41
D. Metode Pengumpulan Data
D.1 Kuisioner
39Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Alfabeta Bandung,
2009), h. 80. 40 Ibid., h. 81 41 Ibid., h. 81
44
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran daftar
pernyataan untuk dijawab oleh responden, kemudian diberikan untuk diisi oleh
responden. Setelah diisi, angket dikembalikan kepada peneliti.42 Jadi dengan
metode ini, peneliti mengumpulkan sejumlah daftar pertanyaan tertulis kepada
responden mengenai anggapan masyarakat terhadap iklan politik dan tokoh
masyarakat terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada saat pilpres 2014
lalu untuk mendapatkan jawaban pribadi, yang kemudian akan peneliti kemukakan
dan sajikan dalam bentuk penyajian data.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
E.1 Uji Validitas
Uji Validitas ditujukan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam
kuisioner untuk menilai apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner tersebut
sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin peneliti ukur. Instrument yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. 43
Suatu kuesioner dikatakan valid apabila:
1. Jika koefisioen korelasi product moment melebihi 0,3
2. Jika koefisien product moment >r-table (a;n – 2), n = jumlah sampel
3. Untuk menghitung uji validitas penulis menggunakan tekhnik korelasi
product moment yang dikemukakan oleh Pearson, sebagai berikut44 :
𝑟 =𝑛 (∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
√𝑛 (∑ 𝑋2) − (∑ 𝑋)2 𝑛 (∑ 𝑌2 ) − (∑ 𝑌)2
42 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif h. 123. 43 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 168.
44Ibid., h. 168.
45
n = Jumlah responden
X = Skor variabel (jawaban responden)
Y = Skor total variabel untuk responden n
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Statistikal Product and Service
Solution (SPSS) release 20.0 untuk menguji validitas dengan menggunakan uji dua
sisi taraf signifikansi 0,05. Dasar pengambilan keputusan uji validitas adalah:
a. Jika r hitung ≥ r tabel maka item-item pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total. Pertanyaan dianggap valid.
b. Jika r hitung < r tabel maka item-item pertanyaan tidak berkorelasi
signifikan terhadap skor total. Pertanyaan dianggap tidak valid.
E.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat derajat ketepatan jawaban yang akan diperoleh
dari responden. Reabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama dengan menggunkan alat ukur yang sama pula. dalam penelitian ini
penulis menggunakan tekhnik pengukuran reability dengan Cronbach Alpha.
Koefisien alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut45:
𝞪𝐾𝑅
1+(𝐾−1)𝑅
Keterangan :
𝞪 = Koefisien keandalan alat ukur
45 Sofyan Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Grafindo, 2011), h. 173
46
K = Jumlah Variabel
R = Koefisien rata-rata antar variabel
Jika hasil crobach alpha menunjukan perhitungan > 0,6 maka data tersebut
mempunyai reabilitas kurang baik, cronbach alpha > 0,7 data dapat diterima, dan
cronbach alpha > 0,8 dinyatakan sangan baik.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan proses yang dilakukan ketika semua data
sudah terkumpul, guna memecahkan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan program aplikasi Statistikal Product and Service
Solutions (SPSS). SPSS merupakan sebuah aplikasi yang dapat digunkanan dalam
penelitian untuk pengelolaan data statistik.
F.1 Metode Uji Asumsi Klasik
Metode uji asumsi klasik adalah uji yang dilakukan untuk menganalisis
asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam penggunaan regresi. Pengujian
asumsi klasik ini bertujuan untuk memperoleh model regresi yang menghasilkan
estimator tidak bias yang terbaik dari model regresi yang diperoleh dari metode
kuadrat terkecil. Dengan terpenuhinya asumsi-asumsi tersebut maka hasil yang
diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan.
Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika
model tersebut memenuhi beberapa asumsi klasik, antara lain:46
a. Tidak ada multikolinieritas yang sempurna antar variabel bebas.
46 Bhuono Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS
(Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 57.
47
b. Tidak ada autokorelasi antar kesalahan atau antar uji dan uji tidak ada
korelasinya
c. Heteroskedastisitas, artinya varians kesalahan sama untuk setiap periode
(homo = sama, skedastisitas = sebaran).
d. Model persamaan regresi linier harus berdistribusi normal atau paling
tidak mendekati normal.
Adapun tiga tahapan dalam pengujian asumsi klasik, antara lain uji
normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.47
F.1.a Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu
distribusi data.48 Uji normalitas berguna untuk menentukan apakah data yang telah
dikumpulkan memiliki distribusi yang normal. Pengujian normalitas akan
mengarahkan tekhnik statistik apa yang akan digunakan untuk uji pengambilan
keputusan.
Ada dua cara yang bisa digunakan untuk menguji normalitas model regresi
tersebut yaitu:49
a. Analisis grafik (normal P-P plot) dan
b.Analisis statistik dengan menggunakan analisis One Sample
Kolmogrov-Smirnov Test.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis grafik normal P-P plot
of Regression Standardiazed Residual dengan melihat penyebaran data (titik) pada
47 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2007), h. 91. 48 Masri Mansoer dan Elin Driana, Statistik Sosial, (Jakarta: Ushul Press, 2009), h. 113. 49 Ibid., h. 115.
48
sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik
data yang menyebar di sekitar garis diagonal, penyebarab titik-titik data searah
mengikuti garis diagonal.
F.1.b Metode Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model. Kemiripan antarvariabel independen dalam suatu model akan menyebabkan
terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan
variabel independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikoliniearitas juga
bertujuan untuk mnghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan
mengenai pengaruh pada uji parsial. Masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.50
Adapun cirri-ciri multikolinieritas:51
a. Nilai R square yang dihasilkan dari estimasi model regresi tinggi,
namum secara individual variabel independen banyak yang tidak
signifikan mempengharuhi variabel dependen.
b. Antar variabel independen memiliki korelasi > 0,9
c. Setiap variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Output nilai tolerance ( < 0,10 ) atau VIF > 10.
50 Bhuono Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS
(Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 58.
51 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2007), h. 92.
49
F.1.c Metode Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varians dari residual untuk semua pengamat pada model regresi.52
Model regresi yang baik adalah model yang dikatakan homoskedastisitas
dimana memiliki persamaan varian residual suatu periode pengamatan dengan
metode pengamatan yang lain. Ada beberapa metode pengujian diantaranya dengan
melihat grafik plot antara standardized residual (SRESID) terhadap standardized
predicted value (ZPRED). Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heterosedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi
heterosedastisitas.53
F.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah model yang menggunakan suatu
variabel dependen dihubungkan dengan dua atau lebih dari dua variabel
independen. Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis regresi linier
berganda. Analisa Regresi Linier Berganda merupakan pengembangan dari analisis
regresi sederhana. Analisis regresi ganda adalah alat untuk meramalkan nilai
52 Dwi Priyanto, Mandiri Belajar SPSS (Yogyakarta: Mediakom, 2008), h. 39. 53 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2007), h. 70.
50
pengaruh dua variabel bebas atau lebi terhadap satu variabel terikat (untuk
membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua
atau lebih variabel bebas X1, X2, …., Xi terhadap suatuvariabel terikat Y).54
Persamaan regresi ganda dirumuskan sebagai berikut:
Ŷ= a + b1 X1 + b2X2
Keterangan :
Ŷ = variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1X2 = variabel independen
a = konstanta (nilai Ŷ apabila X1, X2 = 0)
b1 dan b2 = koefisien regresi (nilai peningkat atau penurunan)
nilai-nilai a, b1, dab b2 pada persamaan regresi ganda untuk dua variabel
bebas dapat ditentukan dari rumus-rumus berikut:
∑ 𝑥1𝑦 = 𝑏1 ∑ 𝑥1 2 + 𝑏2 ∑ 𝑥1
2
∑ 𝑥2𝑦 = 𝑏1 ∑ 𝑥1 𝑥2 + 𝑏2 ∑ 𝑥2 2
a = Ȳ − 𝑏1 x̅1 - 𝑏2 x̅2
untuk memudahkan analisis regresi ganda maka peneliti menggunakan
perhitungan dengan SPSS 20.0
F.2.a Analisis Korelasi Berganda
Analisis korelasi berganda adalah untuk menguji hubungan antara dua
variabel independen (X) atau lebih secara bersama-sama dengan variabel dependen
(Y). dalam penelitian ini terdapat dua variable independen yaitu, iklan politik dan
54 Sofyan Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Grafindo, 2011), h.162.
51
tokoh masyarakat. Sedangkan, variabel dependennya adalah kemenangan Jokowi-
Jk pada pilpres 2014.
Dasar pengambilan uji korelasi sederhana adalah melihat pada ouput model
summary dengan melihat nilai R berkisar antara 0 sampai 1, apabila nilai R
mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi akan semakin kuat, dan apabila nilai R
mendekati 0 berarti hubungan yang terjadi lemah.55
F.2.b Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R square) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.56
Tabel 3.1
Koefisien Korelasi
Pada tahap analisis kuantitatif dalam penelitian ini digunakan tekhnik
regresi untuk mengetahui besar dan arah korelasi, serta bobot sumbangan masing-
55 Alghifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi 2 (Yogyakarta: Juli, 2013),
hal. 68.
56 Sarwono, dalam buku Aprilinda dan Islandscript Kursus Kilat Menguasai SPSS untuk
UKM (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011), h. 10
Koefisien Korelasi (r) Hubungan
0,00 – 0,25 Korelasi sangat lemah
0,25 -0, 50 Korelasi cukup
0,50 – 0,75 Korelasi kuat
0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat
1 Korelasi sempurna
52
masing variabel bebas dengan variabel terikat. Pengelolaan data kuantitatif ini
menggunakan bantuan program SPSS 20.0.
G. Metode Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan salah satu prosedur yang akan menghasilkan
suatu keputusan , yaitu keputusan menolak atau menerima hipotesis tersebut.
Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidak pastian
artinya keputusan bisa salah dan benar sehingga menimbulkan resiko. Besar
kecilnya resiko dinamakan probabilitas.57 Dalam penelitian ini penulis
menggunakan uji hipotesis dengan uji F dan uji T serta dibantu dengan aplikasi
SPSS 20.0.
G.1 Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji T)
Uji koefisien regresi secara parsial (uji t) digunakan untuk menguji tingkat
signifikansi masing-masing koefisien variabel bebas secara individu terhadap
variabel tidak bebas. Pada penelitian ini penulis menggunakan signifikan 0,05.
Rumus t nhitung pada analisis regresi adalah:58
t hitung = bi
Sbi
keterangan :
bi = koefisien regresi variabel i
57 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
hal. 31
58 Alghifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi 2 (Yogyakarta: Juli, 2013), h.
20.
53
Sbi = standar error variabel i
Untuk menentukan keputusan menolak Ho atau menerima Ho maka
diperlukan ketentuan. Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui kebenaran
hipotesa adalah
jika thitung > ttabel 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya adalah tidak
ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Sebaliknya, jika thitung < ttabel 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
adalah ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Hasil uji t dapat dilihat pada Output Coeffficient dari hasil analisis rtegresi
linier berganda.
G.2 Uji Koefisien Regresi Seacara Simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(X1,X2) secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (Y). jika Fhitung > Ftabel, maka variabel-variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika Fhitung
< Ftabel, maka variabel-variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Fhitung berada dalam table output ANOVA dengan
perhitungan statistik menggunakan program SPSS, sedangkan untuk mengetahui
Ftabel, penulis menggunakan Microsoft excel. Fhitung dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:59
F hitung = R2/ k
(1− R2) / (n−k−1)
Keterangan :
59Ibid., h. 73.
54
R2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah data
k = Jumlah variabel independen
hasil uji F dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil analisis regresi linier
berganda. Melakukan uji F untuk mengetahui pengujian secara bersama-sama
signifikansi hubungan antara variabel independent dan variabel dependen. Criteria
pengujian dan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:60
Untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik (signifikan) atau
tidak baik (non signifikan). Nilai signifikannya sebesar a= 0,01 sampai dengan 0,05.
Jika signifikan Fhitung > 0,01 maka artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Namun, jika signifikan Fhitung < 0,01 itu artinya terdapat signifikan antara
variabel bebas dengan variabel terikatnya.
Untuk memudahkan penelitia dalam melakukan perhitungan statistic,
digunakan bantuan program SPSS 20.0.
H. Skala Linkert
Untuk keperluan pengolahan data kuantitatif dibutuhkan pengukuran skala
instrumen (kuesioner). Skala linkert adalah skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena
tertentu.61 Dengan skala linkert, variabel yang akan diukur nantinya dan dijabarkan
akan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
60 Alghifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi 2 (Yogyakarta: Juli, 2013), h.
74.
61 Sofyan Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Grafindo, 2011), h 138
55
titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan.62
dalam penelitian ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden
dengan 4 (empat) kategori jawaban disetiap kategori.
Tabel 3.2
Skala Linkert
No Alternatif Jawaban Skor
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-Ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Selain itu penulis juga menggunakan skala nominal dengan jenis pertanyaan
terbuka guna mendapatkan jawaban yang bersifat jelas dan konsisten di beberapa
pertanyaan dalam instrument penelitian.
I. Operasional Variabel Penelitian
Operasional merupakan sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang
diterapkan dalam suatu penelitian dan sangat erat kaitannya dengan indikator.
Untuk memudahkan penelitian ini, penulis menguraikan variabel-variabel apa saja
62 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Alfabeta Bandung,
2009), h. 93
56
yang digunakan menjadi indikator-indikator yang terperinci agar mudah untuk
diukur.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yang berupa iklan politik dan
tokoh masyarakat satu variabel terikat yaitu kemenangan Jokowi Dodo-Jusuf Kalla.
Table 3.3
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Sub-Variabel Indikator Skala
Pengukuran
No. Butir
Pertanyaan
1.
Iklan Politik
A.Iklan Talking
Heads
visi dan misi,
slogan
Linkertdan
pertanyaan
terbuka
dengan
menggunakan
skala nominal
2
B.Iklan Konsep:
iklan ide-ide atau
gagasan yang besar Linkert 5
C.Iklan Cinema-
Verite
memperlihatkan sisi
kehidupan pribadi
dan keluarga calon
kandidat,
berbincang akrab
dan spontan dengan
petani, pedagang,
nelayan, blusukan
memasuki pasar
tradisional,
keakraban dengan
para pelajar.
Linkert 4
57
D.Iklan Kesaksian
Testimonial:
pendapat para
tokoh dan artis Linkert 3
No Variabel Sub-Variabel Indikator Skala
Pengukuran
No. Butir
Pertanyaan
2.
Tokoh
Masyarakat
Tokoh
Masyarakat
Formal dan
Informal
Formal :
A. Camat
B. Kepala
Desa/Lurah
C. Ketua Rt/Rw
Informal :
A. Tokoh Agama
B. Tokoh
Intelektual
C. Tokoh Pemuda
D. Tokoh
Perempuan
3
Kemenangan
Jokowi-Jk
pada Pilpres
2014
Kriteria
Pemimpin
A.
B.
C.
D. A.Kejujuran
E. B.Pandangan ke
depan
F. C.Kompeten
G. D.Inspirasi
E. Tegas dan
Berani
Linkert 14
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan memaparkan latar belakang tempat penelitian dan identitas
responden. Berikutnya akan menyajikan hasil uji kuesioner yaitu uji validitas dan
uji reliabilitas. Dalam bab ini juga menjelaskan hasil kuesioner dalam bentuk
diagram bar. Pada bagian utama dalam bab ini adalah hasil perhitungan data yang
dibantu dengan program Statistikal Product and Service Solutions (SPSS) 20.0
Hasil penelitian yang dijabarkan dengan perhitungan statistik yaitu, uji asumsi
klasik, analisis regresi linier berganda, uji kolmogrov – smirnov, yang akan
menjawab hasil dari penelitian ini.
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Kecamatan Larangan adalah salah satu Kecamatan yang ada di Tangerang
Kota, Banten. Kecamatan Larangan terletak di bagian Tangerang Kota dan
berbatasan langsung dengan Jakarta Selatan dan Kota Tangerang Selatan. Dengan
luas wilayah 9,01 km2, jumlah penduduk 168.147, jumlah RW 89 dan jumlah RT
410. 63 Kecamatan larangan berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Kelurahan Larangan Indah
2. Sebelah Timur : Kelurahan Gaga
3. Sebelah Selatan : Kelurahan Sudimara Timur
4. Sebelah Barat : Kelurahan Cipadu
63 Info Tangerang Kota, di http://www.info-tangerang.blogspot.co.id internet diunduh
pada 31 Januari 2017.
59
Adapun beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Larangan yaitu,
Kelurahan Gaga, Kelurahan Larangan Indah, Kelurahan Larangan Selatan,
Kelurahan Larangan Utara, Kelurahan Gaga, Kelurahan Cipadu, Kelurahan Cipadu
Jaya, Kelurahan Kreo, Kelurahan Kreo Selatan 64.
Adapun agama yang dianut di Kecamatan Larangan, Tangerang sebagai
berikut:65
Tabel 4.1
Data berdasarkan Agama di Kecamatan Larangan, Tangerang
No Agama Jumlah
1. Islam 162.119
2. Kristen 5.739
3. Katolik 2.821
4. Hindu 319
5. Budha 526
6. Konghuchu 7
7. Lainnya 19
Jumlah
171.550
64 Info Tangerang Kota, di http://www.info-tangerang.blogspot.co.id; internet diunduh
pada 31 Januari 2017. 65 Pemerintah Kota Tangerang, di http://www.tangerangkota.go.id : internet diunuduh
pada 31 Januari 2017.
60
Dalam hasil pemilihan Presiden 2014 di Kecamatan Larangan, Tangerang
Kota, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memperoleh suara terbanyak di
Kecamatan Larangan yaitu 41.328 suara, sedangakan pasangan Prabowo Subianto-
Hatta Rajasa memperoleh suara 40.981 suara dari 82.309 suara yang sah.
B. Distribusi Frekuensi Identitas Responden
Kuesioner yang dibagikan kepada responden, terdapat identitas responden
pada halaman pertama. Identitas responden bertujuan untuk mengetahui siapa yang
mengisi kuesioner. Adapun hasil survey responden yang ikut berpartisipasi dalam
mengisi kuesioner berdasarkan jenis kelamin, usia, status, adalah sebagai berikut :
B.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, penulis membagi menjadi dua kategori: Laki-
laki dan Perempuan. Hal ini dapat dilihat dengan presentase jenis kelamin sehingga
akan dapat rata-rata keseluruhan jenis kelamin responden.
Gambar 4.2
Distribusi Frekuensi Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.0
61
Dari jumlah responden sebanyak 86 orang. Gambar 4.2 menunjukan jumlah
responden laki-laki sebanyak 49 responden (57,0%) dan Perempuan sebanyak 37
responden (43,0%).
B.2 Data Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, penulis membagi empat kategori: 17-25 tahun, 26-35
tahun, 36-45 tahun dan 46-55 tahun. Hal ini dapat dilihat dengan presentase usia
sehingga akan dapat rata-rata keseluruhan usia responden.
Gambar 4.3
Distribusi Frekuensi Identitas Responden Berdasarkan Usia
Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.0
Dari jumlah responden sebanyak 86 orang. gambar 4.3 menunjukan bahwa
umur 17-25 tahun 55 responden (64,0%), 26-35 tahun 27 responden (31,4%), 36-
45 tahun 3 responden (3,5%) dan 46-55 tahun 1 responden (1,2%).
Mayoritas responden merupakan kelompok usia 17-25 tahun yaitu sebanyak
55 orang (64,0%), peringkat kedua oleh kelompok usia 26-35 tahun yaitu 27 orang
62
(31,4%), peringkat ketiga kelompok usia 36-45 tahun 3 orang (3,5%), dan peringkat
terakhir yaitu usia 46-55 tahun 1 orang (1,2%).
B.3 Data Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Berdasarkan masa kerja, penulis membagi menjadi empat kategori:
pelajar/mahasiswa, pegawai negeri, pegawai swasta dan lain-lain. Hal ini dapat
dilihat dengan presentase jenis pekerjaan sehingga akan dapat rata-rata keseluruhan
jenis pekerjaan responden.
Gambar 4.4
Distribusi Frekuensi Identitas Responden Berdasarkan Status
Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.0
Setelah identitas status pekerjaan diisi oleh responden. Penulis
mengelompokkaan empat kategori status pekerjaan yaitu pelajar/mahasiswa,
pegawai negeri, pegawai swasta, dan lain-lain. Satu kategori yaitu lain-lain untuk
mengelompokan pekerjaan selain dari empat kategori tersebut.
Dari jumlah responden 86 orang. gambar 4.4 menunjukan mayoritas
pekerjaan dari para responden adalah pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 44 orang
(51,2%), responden pegawai negeri yaitu 4 orang (4,7%), responden yang bekerja
63
sebagai pegawai swasta ada 28 orang (32,6%), dan 10 orang mempunyai pekerjaan
di luar pekerjaan tersebut.
C. Hasil Kuesioner
Penulis akan menguraikan hasil kuesioner dalam bentuk diagram bar agar
pembaca dapat memahami secara jelas hasil dari kuesioner penelitian ini. Setelah
mengetahui hasil kuesioner. Perhitungan kuesioner dibantu dengan program SPSS
20.0. berikut ini adalah hasil kuesioner yang akan digambarkan dalam bentuk
diagram bar.
C.1 Hasil Kuesioner Iklan Politik (X1)
Variabel iklan politik (X1) terdiri dari 14 pernyataan yang wajib diisi.
Berikut ini hasil jawaban pernyataan untuk variabel iklan politik. Pertanyaan nomor
1 berbunyi “Saya memilih Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres 2014, karena suka
dengan iklan visi misinya seperti “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri
dan berkepribadian berlandaskan gotong royong” yang ditayangkan di televisi.
Gambar 4.5
Memilih Karena Iklan Vis Misi Jokowi-JK
64
Gambar 4.5 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab sangat
tidak setuju 1 orang (1,2%), tidak setuju 6 orang (7,0%) orang, cukup setuju 31
orang (36,0%), setuju sebanyak 39 orang (45,3%) dan untuk yang sangat setuju
sebanyak 9 orang (10,5%).
Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 39 orang (45,3%)
menyukai iklan visi dan misi pasangan Jokowi-JK di televisi yang berbunyi
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong” yang tayang ditelevisi. Iklan visi dan misi dari
pasangan Jokowi-JK ini menawarkan solusi untuk membawa kehidupan bangsa
kearah yang lebih baik, dengan menggerakkan semangat gotong royong demi
terwujudnya Indonesia yang berdaulat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi
serta kepribadian dalam kebudayaan. Sehingga dengan iklan yang mengedepankan
gotong royong ini responden menyukai iklan visi dan misi Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 2 berbunyi “Saya memilih Jokowi-JK pada pilpres 2014,
karena suka dengan iklan revolusi mental yang ditayangkan di televisi”.
Gambar 4.6
Memilih Karena Iklan Revolusi Mental
65
Gambar 4.6 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab
pertanyaan nomor 2, mayoritas menjawab setuju yaitu sebanyak 57 orang (66,3%),
24 orang (27,9%) menjawab cukup setuju dan sangat setuju menjawab 5 orang
(5,8%).
Hasil menunjukan bahwa mayoritas sebanyak 57 orang (66,3%) menjawab
setuju dengan iklan jargon “Revolusi Mental” yang diusung pasangan Jokowi-JK
yang ditayangkan di televisi. Yang dimaksud iklan revolusi mental adalah revolusi
melalui pendidikan yang berkualitas dan merata, serta penegakan hukum yang tidak
pandang bulu. Sehingga mayoritas responden menyukai iklan revolusi mental dari
pasangan Jokowi-JK pada pilpres 2014.
Pernyataan nomor 3 berbunyi “Saya memilih Jokowi-JK pada pilpres 2014,
karena iklan slogannya yang ditayangkan di televisi, contohnya “Jokowi adalah
kita, Indonesia Hebat”
Gambar 4.7
Memilih Karena Iklan Slogan
Gambar 4.7 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab
pertanyaan nomor 3, yang menjawab tidak setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 16
66
orang (18,6%), mayoritas menjawab setuju sebanyak 63 orang (73,3%), sedangkan
untuk sangat setuju 6 orang (7,0%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas sebanyak 63 orang (73,3%) menyukai
iklan slogan “Jokowi adalah kita, Indonesia Hebat” yang diusung pasangan Jokowi-
JK. Pada saat pilpres iklan ini sering tayang di televisi, iklan ini tidak berisi
statemen apapun hanya berisi slogan partai serta ajakan untuk memilih pasangan
Jokowi-JK. Sehingga mayoritas responden menyetujui iklan slogan dari pasangan
Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 4 berbunyi “Saya memilih Jokowi-JK pada pilpres 2014,
karena iklan ide-ide besarnya yang ditayangkan di televisi seperti “Ekonomi
Kreatif”
Gambar 4.8
Memilih Karena Iklan Ide-ide Besarnya
Gambar 4.8 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup
setuju 13 orang (15,1%), setuju 55 orang (64,0%), sedangkan yang mejawab sangat
setuju 18 orang (20,9%).
Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 55 orang (64,0%)
setuju dengan iklan “Ide-ide Besar” pasangan Jokowi-JK. Iklan ini merupakan iklan
67
konsep yang dirancang untuk menggambarkan ide-ide besar dari pasangan Jokowi-
JK seperti blusukan, revitalisasi pasar tradisional, jaminan kesehatan kelas 3 (tiga)
serta beasiswa dan UKM. Progam ide-ide besar dari Jokowi-JK mampu menarik
simpati dan dukungan yang besar dari masyarakat sehingga mayoritas responden
menyukai iklan ide-ide besar dari pasangan Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 5 berbunyi “Saya memilih Jokowi-Jk pada pilpres 2014,
karena iklan program yang ditayangkan di televisi yaitu “Indonesia Pintar,
Indonesia Sehat, Indonesia Kerja, dan Indonesia Sejahtera”.
Gambar 4.9
Memilih Karena Iklan Program Jokowi-Jk
Gambar 4.9 menunjukan bahwa dari 86 orang, yang mejawab cukup setuju
hanya 16 orang (18,6%), sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 58 orang
(67,4%), dan untuk sangat setuju berjumlah 12 orang (14,0%).
Hasil menunjukan bahwa mayoritas sebanyak 58 orang (67,4%) menyetujui
iklan progam pasangan Jokowi-JK yang ditayangkan di televisi yaitu “Indonesia
Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Kerja, dan Indonesia Sejahtera”. Iklan ini di
maksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan
kualitas pendidikan dengan wajib belajar 12 tahun, peningkatan layanan kesehatan
68
masyarakat dengan adanya kartu “Indonesia Sehat” serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan program “Indonesia Kerja” dan “Indonesia Sejahtera”.
Sehingga responden menyetujui iklan program yang di usung pasangan Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 6 berbunyi “Saya memilih Jokowi-Jk pada pilpres 2014,
karena iklan konsep yang ditayangkan di televisi yaitu “kerakyatan dan
kesederhanaan”.
Gambar 4.10
Memilih Karena Iklan Kerakyatan dan Kesederhanaan
Gambar 4.10 menunjukan bahwa dari 86, responden yang memilih tidak
setuju berjumlah 8 orang (9,3%), cukup setuju 26 orang (30,2%), mayoritas
menjawab setuju sebanyak 40 orang (46,5%), sedangkan sangat setuju berjumlah
12 orang (14,0%).
Hasi menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 40 orang (46,5%)
setuju dengan iklan konsep “Kerakyatan dan Kesedarhanaan” pasangan Jokowi-JK.
Dengan kesederhanaan pasangan Jokowi-JK akan mempengaruhi pilihan rakyat,
karena rakyat akan menilai bahwa tidak ada jarak antara pemimpin dan rakyat.
Sehingga dengan kesederhanaan tersebut, mayoritas responden menyutujui iklan
konsep yang diusung pasangan Jokowi-JK.
69
Pernyataan nomor 7 berbunyi “Saya memilih Jokowi-JK pada pilpres 2014,
karena suka dengan konsep “Gotong royong dan ayo kerja” yang diusung oleh
pasangan Jokowi-JK.
Gambar 4.11
Memilih Karena Iklan Gotong Royong dan Ayo Kerja
Gambar 4.11 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju berjumlah 4 orang (4,7%), cukup setuju 25 orang (29,1%), setuju berjumlah
53 orang (61,6%), dan untuk sangat setuju berjumlah 4 orang (4,7%).
Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 53 orang (61,6%)
menyetujui iklan konsep “Gotong Royong dan Ayo Kerja” yang diusung oleh
pasangan Jokowi-JK. Iklan ayo kerja dimaknai sebagai gotong royong yaitu
mengajak seluruh masyarakat Indonesia berjuang bersama-sama untuk
mewujudkan Indonesia yang sejahtera dan makmur. Sehingga mayoritas responden
menyetujui iklan konsep dari pasangan Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 8 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-JK pada
pilpres 2014 karena, suka dengan iklan yang memperlihatkan sisi kehidupan pribadi
Jokowi-Jk dengan keluarganya yang ditayangkan televisi”.
70
Gambar 4.12
Memilih Karena Iklan Sisi Kehidupan Pribadi
Gambar 4.12 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 4 orang (4,7%), cukup setuju 29 orang (33,7%), setuju berjumlah 31 orang
(36,0%) sedangkan sangat setuju 22 orang (25,6%).
Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 31 orang
menyetujui iklan Jokowi-JK yang “Memperlihatkan Sisi Kehidupan Pribadi
Jokowi-JK dengan Keluarganya yang di Tayangkan di Televisi. Iklan ini
menggunakan situasi informal dan alami dimana masyarakat dapat melihat
kedekatan Jokowi-JK dengan keluarganya. Di Indonesia iklan ini akan selalu
muncul disaat pilpres, dengan ini mayoritas responden menyetujui iklan dari
pasangan Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 9 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, suka dengan iklan yang memperlihatkan keakraban Jokowi-Jk
dengan para petani, nelayan dan juga pedagang kecil yang ditayangkan di televisi.
71
Gambar 4.13
Memilih Karena Iklan Keakraban Jokowi-Jk dengan Para Petani
Gambar 4.13 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 3 orang (3,5%), cukup setuju 25 orang (29,1%), setuju 52 orang (60,5%), dan
sangat setuju berjumlah 6 orang (7,0%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 52 orang (60,5%)
menyetujui iklan “Keakraban Jokowi-JK dengan para Petani, Nelayan, dan juga
Pedagang Kecil” yang tayang di televisi. Iklan ini menunjukan bagaimana Jokowi-
JK terlihat begitu akrab dengan para rakyat kecil, berbincang dengan spontan,
mendengarkan keluhan mereka, serta menjawab pertanyaan mereka dengan
bijaksana. Iklan ini bertujuan untuk memberikan kesan yang spontanitas kepada
masyarakat, sehingga mayoritas responden menyetujui tekhnik iklan cinema-verite
tersebut.
Pernyataan nomor 10 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena suka dengan iklan blusukannya, seperti memasuki pasar
tradisional yang ditayangkan ditelevisi”.
72
Gambar 4.14
Memilih Karena Iklan Blusukan
Gambar 4.14 menunjukan dari 86 responden, yang cukup setuju berjumlah
9 orang (10,5%), setuju sebanyak 58 orang (67,4%), sedangkan cukup setuju 19
orang (22,1%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 58 orang
(67,4%)) menyetujui iklan “Bluskan Memasuki Pasar Tradisional” yang diusung
oleh pasangan Jokowi-JK. Iklan ini memperlihatkan sisi kesederhanaan pasangan
Jokowi-JK yang rela memasuki pasar tradisional dan dikerumuni oleh para
pedagang serta terlihat begitu peduli dengan pedagang kecil. Sehingga dengan
iklan ini mayoritas responden menyetujui iklan dari pasangan Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 11 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, suka dengan iklan yang memperlihatkan keakraban Jokowi-Jk
dengan para pelajar yang ditayangkan ditelevisi”.
73
Gambar 4.15
Memilih Karena Iklan Keakraban Jokowi-JK dengan Para Pelajar
Gambar 4.15 menunjukan dari 86 responden, yang menjawab tidak setuju
berjumlah 1 orang (1,2%), cukup setuju 16 orang (18,6%), setuju 53 orang (61,6%),
dan untuk sangat setuju 16 orang (18,6%).
Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 53 orang (61,6%)
menjawab setuju dengan iklan “Keakraban Jokowi-JK dengan Para Pelajar”. Iklan
ini memperlihatkan bagaimana keakraban Jokowi-JK dengan para pelajar dengan
menjawab pertanyaan mereka serta menjelaskan kebijakannya. Sehingga dengan
iklan ini mayoritas responden menyetujui iklan dari Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 12 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, suka dengan iklan pendapat para tokoh dan artis mengenai
nilai-nilai positif pasangan Jokowi-Jk yang ditayangkan di televisi”.
74
Gambar 4.16
Memilih Karena Iklan Testimoni dari para Tokoh
Gambar 4.16 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup
setuju berjumlah 7 orang (8,1%), setuju 51 orang (59,3%), dan sangat setuju 28
orang (32,6%).
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 51 orang
(59,3%) menjawab setuju dengan iklan “Testimoni dari Para Tokoh dan Artis”
mengenai pasangan Jokowi-JK. Iklan kesaksian testimonial dari para tokoh maupun
artis ini memberikan pendapat positifnya tentang Jokowi-JK serta mengajak
masyarakat untuk memilih Jokowi-JK. Iklan testimonial dari band slank serta para
musisi lainnya sampai membuat konser yang bertajuk dua jari dapat memberikan
dampak dari perolehan suara kemenangan Jokowi-JK pada pilpres 2014. Dengan
testimonial dari para musisi ini, mayoritas responden setuju dengan iklan dari
pasangan Jokowi-JK.
75
Pernyataan nomor 13 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, suka dengan kesaksian masyarakat yang jujur dan spontan
tentang pasangan Jokowi-Jk yang ditayangkan ditelevisi”.
Gambar 4.17
Memilih Karena Iklan Testimoni dari Masyarkat
Gambar 4.17 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 15 orang (17,4%), setuju menjadi mayoritas
dengan jumlah 52 orang (60,5%), dan sangat setuju 18 orang (20,9%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 52 orang (60,5%)
menyetujui iklan “Testimonial dari Masyarakat yang Jujur dan Spontan” tentag
pasangan Jokowi-JK. Iklan ini memperlihatkan bagaimana masyarakat
memberikan pendapat positifnya tentang Jokowi-JK secara spontan dan tidak
dibuat-buat. Sehingga mayoritas responden setuju dengan iklan pasangan Jokowi-
JK.
76
Pernyataan nomor 14 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena kekaguman saya terhadap pasangan Jokowi-Jk yang
ditayangkan ditelevisi”.
Gambar 4.18
Memilih Karena Kekaguman Terhadap Jokowi-JK
Gambar 4.18 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup
setuju 7 orang (8,1%), setuju berjumlah 51 orang (59,3%), dan sangat setuju 28
orang (32,6%).
Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 51 orang (59,3%)
menjawab setuju dengan iklan “Kekaguman Saya Terhadap Pasangan Jokowi-JK”.
Iklan ini memperlihatkan testimonial masyarakat dengan rasa kagumnya terhadap
pasangan Jokowi-JK dengan melihat track recordnya disaat menjabat di
pemerintahan, dimana Jokowi-JK tidak pernah terlibat kasus politik transaksional.
Dengan ini mayoritas responden setuju dengan iklan dari pasangan Jokowi-JK.
77
C.2 Hasil Kuesioner Tokoh Masyarakat (X2)
Variabel Tokoh Masyarakat (X2) terdiri dari 7 pertanyaan yang wajib diisi.
Berikut ini hasil jawaban pernyataan untuk variabel iklan politik. Pernyataan nomor
1 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014 karena, mengikuti
camat dirumah saya”
Gambar 4.19
Memilih Jokowi-JK Karena Mengikuti Camat
Gambar 4.19 menunjukan bahwa dari 86 responden yang menjawab cukup
setuju 1 orang (1,2%), setuju 51 orang (61,6%) dan yang menjawab sangat setuju
berjumlah 28 orang (37,2%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 51 orang (61,6%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Camat”. Pada saat pilpres
digelar, camat mempunyai posisi yang sangat penting di lapisan masyarakat dimana
camat dapat memberikan informasi yang positif tentang pasangan Jokowi-JK.
Sehingga mayoritas responden setuju dengan mengikuti camat terhadap
kemenangan Jokowi-JK.
78
Pernyataan nomor 2 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, mengikuti lurah dirumah saya”.
Gambar 4.20
Memilih Jokowi-JK Karena Mengikuti Lurah
Gambar 4.20 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju berjumlah 4 orang (4,7%), cukup setuju 7 orang (8,1%), setuju berjumlah 46
orang (53,5%), dan sangat setuju berjumlah 29 orang (33,7%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 46 orang (53,5%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK mengikuti Lurah”. Pada saat pilpres 2014, tokoh
masyarakat seperti lurah juga memiliki posisi yang penting dimana lurah
mempunyai hubungan sosial yang lebih di lapisan masyarakat, serta di segani dan
di hormati. Maka dengan kelebihannya ini lurah dapat mempromosilan dan
mensukseskan pasangan Jokowi-JK.
79
Pernyataan nomor 3 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, mengikuti ketua RT/RW dirumah”
Gambar 4.21
Memilih Jokowi-JK karena mengikuti Ketua RT/RW
Gambar 4.21 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup
setuju berjumlah 9 orang (10,5%), setuju berjumlah 59 orang (68,6%), dan yang
menjawab sangat setuju berjumlah 18 orang (20,9%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 59 orang (68,6%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti RT/RW”. Pada saat pilpres
2014, tokoh masyarakat seperti RT/RW juga memiliki posisi yang sangat penting
dilapisan masyarakat, dimana para tim sukses dapat mengajak RT/RW untuk
mensukseskan kemenangan Jokowi-JK. Sehingga RT/RW dapat mengajak
masyarakat untuk memilih Jokowi-JK dengan memberikan nilai-nilai positifnya.
80
Pernyataan nomor 4 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, mengikuti tokoh agama favorit saya”
Gambar 4.22
Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Tokoh Agama
Gambar 4.22 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup
setuju berjumlah 10 orang (11,6%), setuju menjawab 50 orang (58,1%), dan sangat
setuju menjawab 26 orang (30,2%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 50 orang (58,1%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK mengikuti Tokoh Agama”. Tokoh agama
merupakan tokoh masyarakat informal, karena pengaruh posisi dam
kemampuannya yang diakui oleh masyarakat. Dengan kemampuannya tokoh
agama dapat memberikan dampak terhadap kemenangan Jokowi-JK, dimana para
81
responden dapat melihat tokoh agama seperti ulama, ustadz dan juga guru agama
favorite mereka memberikan pilihan politiknya terhdap Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 5 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, mengikuti tokoh intelektual”.
Gambar 4.23
Memilih Jokowi-Jk Karena Mengikuti Tokoh Intelektual
Gambar 4.23 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju berjumlah 4 orang (4,7%), cukup setuju berjumlah 11 orang (12,8%),
mayoritas menjawab setuju berjumlah 57 orang (66,3%), dan sangat setuju
berjumlah 14 orang (16,3%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 57 orang (66,3%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Tokoh Intelektual”. Tokoh
intelektual juga merupakan tokoh masyarakat informal, tokoh intelektual yang
mendukung pasangan Jokowi-JK adalah Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Ahok dll.
82
Responden memilih Jokowi-JK juga dapat dipengaruhi dari tokoh intelektual
favorite mereka.
Pernyataan nomor 6 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, mengikuti tokoh perempuan”.
Gambar 4.24
Memilih Jokowi-JK Karena Mengikuti Tokoh Perempuan
Gambar 4.24 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju berjumlah 5 orang (5,8%), cukup setuju berjumlah 17 orang (19,8%), setuju
berjumlah 52 orang (60,5%), dan sangat setuju berjumlah 12 orang (14,0%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 52 orang (60,5%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Tokoh Perempuan”. Tokoh
perempuan juga merupakan tokoh masyarakat informal, tokoh perempuan yang
mendukung Jokowi-JK adalah Megawati, dimana Megawati merupakan tokoh
perempuan Indonesia, presiden perempuan pertama Indonesia, dan juga ketua
83
umum parpol yang mendukung Jokowi. Sehingga tokoh perempuan juga memiliki
kemampuan untuk mensukseskan kemenangan Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 7 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, mengikuti tokoh pemuda”.
Gambar 4.25
Memilih Jokowi-JK Karena Mengikuti Tokoh Pemuda
Gambar 4.25 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 8 orang (9,3%), setuju 48 orang (55,8%), dan
sangat setuju berjumlah 29 orang (33,7%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 48 orang (55,8%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Tokoh Pemuda”. Tokoh
pemuda merupakan tokoh informal, tokoh pemuda yang mendukung Jokowi-JK
dari para seniman, artis, pengacara, aktivis juga dapat memberikan pengaruh
terhadap kemenangan Jokowi-JK.
84
C.3 Hasil Kuesioner Variabel Kemenangan Jokowi-Jk (Y)
Variabel Kemenangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 (Y)
terdiri dari 14 pertanyaan yang wajib diisi. Berikut ini hasil jawaban pernyataan
untuk variabel kemenangan Jokowi-Jk. Pertanyaan nomor 1 berbunyi “Saya
memilih pasangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014, karena calon pemimpin yang jujur
(pemimpin yang dapat dipercaya janji-janjinya)”.
Gambar 4.26
Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin Yang Jujur
Gambar 4.26 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 4 orang (4,7%), cukup setuju 7 orang (8,1%), setuju berjumlah 46 orang
(53,5%) dan yang menjaawab sangat setuju berjumlah 29 orang (33,7%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 46 orang (53,5%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Pemimpin yang Jujur”. Gaya
kepemimpinan Jokowi-JK menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, kejujuran
yaitu sifat yang berhubungan dengan keyakinan bahwa Jokowi-JK dapat dipercaya
dan di pegang janji-janjinya. Kejujuran akan membangun integritas dari seorang
85
pemimpin, integritas berarti apa saja yang dikatakan oleh seorang pemimpin akan
selalu dilaksanakannya. Responden menyetujui karena percaya pasangan Jokowi-
JK memiliki kejujuran.
Pernyataan nomor 2 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyat
diatas kepentingan golongan”.
Gambar 4.27
Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Yang Mementingkan Rakyat
Gambar 4.27 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab sangat
tidak setuju 1 orang (1,2%), tidak setuju 8 orang (9,3%), cukup setuju 30 orang
(34,9%), setuju 38 orang (44,2%) dan sangat setuju berjumlah 9 orang (10,5%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 38 orang (44,2%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Mementingkan
Rakyat”. Kriteria pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyat dibandingkan
kepentingan golongan. Sehingga mayoritas responden menyetujui kriteria
kepemimpinan Jokowi-JK tersebut.
86
Pernyataan nomor 3 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014, karena calon pemimpin yang inspiring”.
Gambar 4.28
Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Inspiring
Gambar 4.28 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 7 orang (8,1%), cukup setuju 24 orang (27,9%), setuju berjumlah 44 orang
(51,2%) dan sangat setuju 11 orang (12,8%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 44 orang (51,2%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Inspiring”. Jokowi-
JK merupakan Pemimpin yang antusias, penuh semangat, cerdas (dapat
memberikan ide-ide besarnya), Sehingga mayoritas responden menyetujui bahwa
Jokowi-JK adalah pasangan yang inspiring.
87
Pernyataan nomor 4 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014, karena calon pemimpin yang cerdas”.
Gambar 4.29
Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Cerdas
Gambar 4.29 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 2 orang (2,3%), cukup setuju 11 orang (12,8%), setuju berjumlah 59 orang
(68,6%) dan sangat setuju berjumlah 14 orang (16,3%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 59 orang (68,6%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Cerdas”. Dapat
dilihat pasangan Jokowi-JK merupakan pemimpin yang cerdas dapat di lihat dari
salah satu ide besarnya seperti peningkatan layanan kesehatan dengan membuat
kartu “Indonesia Sehat”.
88
Pernyataan nomor 5 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang memiliki pandangn positif tentang masa
depan”.
Gambar 4.30
Memlih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin Berpandangan Positif
Gambar 4.30 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 3 orang (3,5%) , cukup setuju 25 orang (29,1%), setuju 52 orang (60,5%),
dan sangat setuju 6 orang (7,0%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 52 orang (60,5%)
menyetujui “Memlih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Berpandangan Positif”.
Dapat dilihat pasangan Jokowi-JK memiliki pandangan yang positf tentang masa
depan, dengan melihat cara Jokowi-JK menyampaikan wawasannya dengan penuh
antusias.
89
Pernyataan nomor 6 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang kooperatif (dapat bekerja sama)”.
Gambar 4.31
Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Kooperatif
Gambar 4.31 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 8 orang (9,3%), setuju berjumlah 48 orang
(55,8%), dan sangat setuju 29 orang (33,7%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 48 orang (55,8%)
menyetujui “Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Kooperatif”. Dapat
dilihat bahwa pasangan Jokowi-JK merupakan pasangan yang dapat membangun
kerja sama dengan lawan politiknya. Sehingga mayoritas setuju dengan kriteria
kooperatif Jokowi-JK.
90
Pernyataan nomor 7 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokwi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang tegas dan berani”.
Gambar 4.32
Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Tegas dan Berani
Gambar 4.32 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab sangat
tidak setuju 1 orang (1,2%), tidak setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 3 orang
(3,5%), setuju 49 orang (57,0%) dan sangat setuju berjumlah 32 orang (37,2%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 49 orang
(57,0%) menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Pemimpin yang Tegas dan
Berani”. Dapat dilihat pasangan Jokowi-JK merupakan pemimpin yang berani dan
tegas mengambil keputusan untuk menegakkan keadilan tanpa takut berhadapan
91
dengan banyak pihak. Sehingga mayoritas menjawab setuju dengan kriteria
kepemimpin yang tegas dan berani dari pasangan Jokowi-JK.
Pernyataan nomor 8 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang setia pada rakyatnya”.
Gambar 4.33
Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Setia pada Rakyat
Gambar 4.33 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 2 orang (2,3%), cukup setuju 6 orang (7,0%), setuju 48 orang (55,8%), sangat
setuju 30 orang (34,9%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas sebanyak 48 orang (55,8%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Setia pada Rakyat”.
Gaya kepemimpinan Jokowi yang peduli pada rakyat kecil ini lah yang melihatkan
kesetiaan pasangan Jokowi-JK terhadap rakyat kecil. Sehingga mayoritas
menjawab setuju dengan kriteria tersebut.
92
Pernyataan nomor 9 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang bersih dan bebas korupsi”.
Gambar 4.34
Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Bebas Korupsi
Gambar 4.34 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup
setuju berjumlah 1 orang (1,2%), setuju 65 orang (75,6%), dan sangat setuju
berjumlah 20 orang (23,3%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 65 orang (75,6%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Bebas Korupsi”.
Dapat dilihat bahwa pasangan Jokowi-JK tidak pernah terlibat dan terdengar dalam
politik transaksional. Sehingga mayoritas menyetujui kriteria tersebut.
93
Pernyataan nomor 10 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik”.
Gambar 4.35
Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin dengan Rekam Jejak yang
baik
Gambar 4.35 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 16 orang (18,6%), setuju 49 orang (57,0%), dan
sangat setuju berjumlah 20 orang (23,3,0%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 49 orang (57,0%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin dengan Rekam Jejak
yang Baik”. Pasangan Jokowi-JK memiliki rekam jejak yang baik dilihat dari
kejujurannya serta bebas korupsi, sehingga mayoritas menyetujui kriteria tersebut.
Pernyataan nomor 11 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang berjiwa besar”.
94
Gambar 4.36
Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Berjiwa Besar
Gambar 4.36 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 2 orang (2,3%), cukup setuju 8 orang (9,3%), setuju 60 orang (69,8%), dan
sangat setuju berjumlah 16 orang (18,6%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 60 orang (69,8%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Berjiwa Besar”.
Dapat dilihat bahwa pasangan Jokowi-JK berjiwa besar dengan kemungkinan besar
untuk menerima kekalahan dalam pemilihan. Dengan kriteria ini mayoritas
responden menjawab setuju.
Pernyataan nomor 12 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang berjiwa patriotik (mampu merangkul
lawan-lawan politiknya)”.
Gambar 4.37
Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Berjiwa Patriotik
95
Gambar 4.37 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 4 orang (4,7%), cukup setuju 13 orang (15,1%), setuju berjumlah 54 orang
(62,8%) dan sangat setuju 16 orang (17,4%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 54 orang
(62,8%) menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Berjiwa
Patriotik”. Dengan memiliki jiwa patriotik pasangan Jokowi-JK di percaya mampu
merangkul lawan-lawan politikya, dengan kriteria ini responden menjawab setuju.
Pernyataan nomor 13 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang cepat dan tanggap dengan isu yang
melanda”.
Gambar 4.38
Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Cepat Tanggap
96
Gambar 4.38 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju berjumlah 12 orang (14,0%), setuju 57 orang
(66,3%), dan sangat setuju hanya berjumlah 16 orang (18,6%).
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 57 orang (66,3%)
menyetujui “Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Cepat Tanggap”.
Pasangan Jokowi-JK dipercaya sebagai pemimpin yang cepat tanggap dalam
menghadapi isu yang sedang melanda Negara seperti kasus KKN, kerusuhan dan
juga bencana alam. Sehingga mayoritas meyetujui kriteria tersebut.
Pernyataan nomor 14 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang kerja dengan nyata seperti, sidak dan
blusukan”
Gambar 4.39
Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Kerja Nyata
Gambar 4.39 menunjukaan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak
setuju berjumlah 5 orang (5,8%), cukup setuju 9 orang (10,5%), setuju 58 orang
(67,4%) dan sangat setuju berjumlah 14 orang (16,3%).
97
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 58 orang (67,4%)
menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Kerja Nyata”.
Pasangan Jokowi-JK merupakan pasangan yang kerja nyata dapat dilihat dapat
dilihat dari seringnya jokowi menyidak bahkan blusukan ke tempat kerja
pemerintahan. Dengan sidak ini lah masyarakat percaya bahwa Jokowi-JK benar-
benar bekerja untuk rakyat.
D. Analisis Data
Sebelum melakukan proses pengolahan data lebih lanjut, perlu diperhatikan
bahwa proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Data
yang berhasil dikumpulkan kembali oleh peneliti, masih melewati proses validitas
dan pengujian terhadap reabilitasnya. Data tersebut juga harus terbebas dari
beberapa kriteria seperti: uji normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas.
D.1 Uji Validitas Variabel Iklan Politik (X1)
Penelitian mengenai iklan politik dibuat dengan menggunakan 14
pernyataan. Dari distribusi jawaban tersebut, analisis instrumen penelitiannya dapat
dilihat dalam hasil perhitungan yang nampak pada Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Perhitungan Indeks Validitas Variabel Iklan Politik (X1)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pernyataan 1 51,09 23,662 ,533 ,834
Pernyataan 2 50,88 25,516 ,508 ,836
Pernyataan 3 50,80 25,172 ,581 ,833
Pernyataan 4 50,60 25,348 ,474 ,838
Pernyataan 5 50,71 25,103 ,549 ,834
Pernyataan 6 51,01 25,094 ,332 ,850
Pernyataan 7 51,00 25,859 ,352 ,845
Pernyataan 8 50,84 24,279 ,413 ,845
Pernyataan 9 50,95 23,998 ,655 ,827
Pernyataan 10 50,55 24,745 ,629 ,830
98
Pernyataan 11 50,69 25,018 ,482 ,837
Pernyataan 12 50,42 25,305 ,490 ,837
Pernyataan 13 50,65 24,653 ,533 ,834
Pernyataan 14 50,42 25,305 ,490 ,837
Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.0
Dari Tabel 4.39, dengan menggunakan responden sebanyak 86, maka rtabel
dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k, maka rtabel dalam penelitian
ini adalah 0,229 yang didapat dari df = 86 – 14. Pernyataan yang dikatakan valid
jika rhitung yang merupakan nilai Corrected Item Total Correlation > rtabel.
Analisis output dapat dilihat sebagai berikut :
rhitung Pertanyaan 1 sebesar 0,533 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 2 sebesar 0,508 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 3 sebesar 0,581 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 4 sebesar 0,474 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 5 sebesar 0,549 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 6 sebesar 0,332 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 7 sebesar 0,352 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 8 sebesar 0,413 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 9 sebesar 0,655 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 10 sebesar 0,629 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 11 sebesar 0,482 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 12 sebesar 0,490 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 13 sebesar 0,533 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 14 sebesar 0,490 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
99
Berdasarkan hasil dari analisis diatas, menunjukan semua butir pernyataan
dapat digunakan untuk uji karena rhitung lebih besar dari rtabel sehingga dapat
dikatakan memenuhi syarat validitas.
D.2 Uji Validitas Variabel Tokoh Masyarakat Lokal (X2)
Penelitian mengenai tokoh masyarakat lokal dibuat dengan menggunakan 7
pernyataan yang indikatornya telah diuraikan pada bab III, serta distribusi jawaban
responden disajikan pada lampiran.
berdasarkan hasil jawaban responden, analisis instrumen penelitiannya
dapat dilihat dalam hasil perhitungan yang nampak pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3
Perhitungan Indeks Validitas Variabel Tokoh Masyarakat Lokal (X2)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pernyataan 1 24,44 5,450 ,391 ,597
Pernyataan 2 24,64 4,916 ,333 ,612
Pernyataan 3 24,70 5,343 ,384 ,596
Pernyataan 4 24,62 5,227 ,356 ,602
Pernyataan 5 24,86 4,992 ,375 ,595
Pernyataan 6 24,98 5,270 ,240 ,642
Pernyataan 7 24,58 4,952 ,425 ,579
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
Dari Tabel 4.40, dengan menggunakan responden sebanyak 86, maka rtabel
dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k, maka rtabel dalam penelitian
100
ini adalah 0,219 yang didapat dari df = 86 – 7. Pernyataan yang dikatakan valid jika
rhitung yang merupakan nilai Corrected Item Total Correlation > rtabel.
Analisis output dapat dilihat sebagai berikut :
rhitung Pertanyaan 1 sebesar 0,391 > rtabel 0,219, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 2 sebesar 0,333 > rtabel 0,219, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 3 sebesar 0,384 > rtabel 0,219, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 4 sebesar 0,356 > rtabel 0,219, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 5 sebesar 0,375 > rtabel 0,219, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 6 sebesar 0,240 > rtabel 0,219, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 7 sebesar 0,425 > rtabel 0,219, kesimpulan valid
Berdasarkan hasil dari analisis diatas, menunjukan semua butir pernyataan
dapat digunakan untuk uji karena rhitung lebih besar dari rtabel sehingga dapat
dikatakan memenuhi syarat validitas.
D.3 Uji Validitas Variabel Kemenangan Jokowi – Jk (Y)
Penelitian mengenai kemenangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dibuat
dengan menggunakan 14 pernyataan yang indikatornya telah diuraikan pada bab
III, serta distribusi jawaban responden disajikan pada lampiran.
Dari distribusi jawaban tersebut, analisis instrumen penelitiannya dapat
dilihat dalam hasil perhitungan yang nampak pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Perhitungan Indeks Validitas Variabel Kemenangan Jokowi-Jk pada Pilpres
2014 (Y)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pernyataan 1 51,84 18,373 ,543 ,730
Pernyataan 2 52,47 18,746 ,414 ,745
101
Pernyataan 3 52,31 20,171 ,237 ,765
Pernyataan 4 52,01 20,129 ,358 ,751
Pernyataan 5 52,29 20,067 ,349 ,751
Pernyataan 6 51,78 19,821 ,386 ,748
Pernyataan 7 51,72 19,709 ,375 ,749
Pernyataan 8 51,77 18,463 ,614 ,725
Pernyataan 9 51,78 20,762 ,384 ,751
Pernyataan 10 51,98 20,329 ,278 ,758
Pernyataan 11 51,95 20,186 ,356 ,751
Pernyataan 12 52,07 20,089 ,298 ,757
Pernyataan 13 51,98 19,599 ,468 ,741
Pernyataan 14 52,06 20,338 ,262 ,760
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
Dari Tabel 4.4, dengan menggunakan responden sebanyak 86, maka rtabel
dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k, maka rtabel dalam penelitian
ini adalah 0,229 yang didapat dari df = 86 – 14. Pernyataan yang dikatakan valid
jika rhitung yang merupakan nilai Corrected Item Total Correlation > rtabel.
Analisis output dapat dilihat sebagai berikut :
rhitung Pertanyaan 1 sebesar 0,543 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 2 sebesar 0,414 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 3 sebesar 0,237 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 4 sebesar 0,358 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 5 sebesar 0,349 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 6 sebesar 0,386 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 7 sebesar 0,375 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 8 sebesar 0,614 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 9 sebesar 0,384 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 10 sebesar 0,278 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 11 sebesar 0,356 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
102
rhitung Pertanyaan 12 sebesar 0,298 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 13 sebesar 0,468 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
rhitung Pertanyaan 14 sebesar 0,262 > rtabel 0,229, kesimpulan valid
Berdasarkan hasil dari analisis diatas, menunjukan semua butir pernyataan
dapat digunakan untuk uji karena rhitung lebih besar dari rtabel sehingga dapat
dikatakan memenuhi syarat validitas.
E. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
alat pengukuran konstruk atau variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,6.
E.1 Uji Reliabilitas Variabel Iklan Politik (X1)
Tabel 4.5
Indeks Reliabilitas Variabel Iklan Politik
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
Tabel 4.5 menunjukan tabel Reliability Statistics yang terlihat sebagai
Cronbach Alpha 0,847 > 0,60. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan
dalam variabel Iklan Politik adalah reliable.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,847 14
103
E.2 Uji Reliabilitas Variabel Tokoh Masyarakat Lokal (X2)
Tabel 4.6
Indeks Reliabilitas Variabel Tokoh Masyarakat Lokal
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,640 7
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
Tabel 4.6 menunjukan tabel Reliability Statistics yang terlihat sebagai
Cronbach Alpha 0,640 > 0,60. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan
dalam variabel tokoh masyarakat lokal adalah reliable.
Tabel 4.7
E.3 Indeks Reliabilitas Variabel Kemenangan Joko Widodo dan Jusuf
Kalla pada Pilpres 2014
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,763 14
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
104
Tabel 4.7 menunjukan tabel Reliability Statistics yang terlihat sebagai
Cronbach Alpha 0,763 > 0,60. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan
dalam variabel kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah reliable.
F. Uji Asumsi Klasik
Dalam pengujian uji regresi diperlukan pengujian asumsi klasik, hal ini
untuk mengetahui bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian memenuhi
syarat dan layak dijadikan model penelitian. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
F.1 Uji Normalitas
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran titik pada sumbu
diagonal dari grafik normal P-P plot of Regression Standardiazed Residual. Dasar
pengambilan keputusannya adalah jika penyebaran data atau titk-titik berada
disekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
ini memenuhi asumsi normalitas atau tidak dapat dilihat pada gambar 4.40 dibawah
ini :
Gambar 4.40
Uji Normalitas
105
Sumber Data: Output SPSS 20.0
Hasil dari output SPSS versi 20.0, normal P-Plot memperlihatkan bahwa
distribusi dari titik–titik data menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran
titik–titik data searah dengan garis diagonal. Jadi data pada variabel kemenangan
Jokowi-Jk pada pilpres 2014 dapat dikatakan normal.
Uji Normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogrov-
Smirnov. Jika Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka data residual berdistribusi normal,
sedangkan jika Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka data residual tidak berdistribusi
normal.
Tabel 4.8
Uji Kolmogrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
106
N 86
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 22,26127883
Most Extreme Differences
Absolute ,075
Positive ,075
Negative -,070
Kolmogorov-Smirnov Z ,698
Asymp. Sig. (2-tailed) ,715
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.
Berdasarkan tabel 4.8 Diatas, Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,751 > 0,05
maka dapat dinyatakan data residual pada penelitian ini dikatakan normal.
F.2 Uji Multikolinearitas
Untuk melihat apakah sebuah model regresi pada panelitian ini mempunyai
multikolinearitas atau tidak, dapat dilihat melalui nilai Tolerance dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai Variance
Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel independen memiliki VIF tidak
lebih dari 10 (niali VIF < 10) dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 (nilai
Tolerance > 0,1), maka dapat dinyatakan bahwa antar variabel independen tidak
terjadi persoalan multikolinearitas. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.9
dibawah ini
Tabel 4.9
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
107
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
Dari output SPSS tabel coefficients tersebut diatas, hasil uji dapat dilihat
melalui nilai Tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance
masing-masing variabel independen tidak kurang dari 0,1, yaitu iklan politik 0,967,
tokoh masyarakat lokal 0,967. Sedangkan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
masing-masing variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari 10, yaitu iklan
politik 1,034, tokoh masyarakat lokal 1,034 maka dapat dinyatakan bahwa antar
variabel independen pada penelitian ini tidak terjadi persoalan multikolinearitas.
F.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi kesamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Heteroskedsastisitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran titik pada
gambar scatterplot. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika titik-titik pada
gambar tersebut membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mengatahuinya dapat dilihat di Gambar 4.41 dibawah ini
:
Gambar 4.41
Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 10,810 26,380 ,410 ,683
Iklan Politik (X1) ,266 ,032 ,636 8,271 ,000 ,967 1,034
Tokoh Masyarakat
Lokal (X2) ,265 ,081 ,252 3,285 ,001 ,967 1,034
a. Dependent Variable: Kemenangan Jokowi-JK (Y)
108
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
Dari hasil output scatterplot diatas, terlihat titi-titik menyebar secara acak,
tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun
dibawah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini terbatas dari
masalah heteroskedastisitas.
G. Uji Regresi Linier Berganda
Setelah melakukan uji asumsi klasik yang teridiri dari uji normalitas, uji
multikolinieritas, dan uji heterokedasitas. Hasil yang didapat dari ketiganya adalah
nilai regresi terdistribusi secara normal, variabel independen terbebas dari gejala
multikolinieritas, dan yang terakhir tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
G.1 Koefisien Determinasi
109
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil koefisien determinasi
dapat dilihat dari output model summary sama seperti hasil pada korelasi berganda.
Tetapi untuk koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R Square.
Apabila nilai Adjusted R Square yang mendekati 0 berarti variabel-variabel
independen sangat terbatas untuk menjelaskan variabel dependen, sebaliknya
apabila nilai Adjusted R Square mendekati 1 berarti variabel-variabel independen
hampir menjelaskan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen. Berikut adalah outputnya:
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,725a ,526 ,515 22,528 1,553
a. Predictors: (Constant), Tokoh Masyarakat Lokal (X2), Iklan Politik (X1)
b. Dependent Variable: Kemenangan Jokowi-JK (Y)
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
Berdasarkan Tabel 4.10 besarnya angka R Square atau coefisien determinasi
adalah 0,526 dan nilai Adjusted R Square (r2) adalah sebesar 0,515. Angka tersebut
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh iklan politik (X1), tokoh masyarakat
lokal (X2), dan kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla (Y) secara gabungan atau
secara simultan, dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
110
Dengan demikian dapat disimpulkan, variabel iklan politik diterangkan
dengan variabel tokoh masyarakat lokal, dan kemenangan Joko Widodo – Jusuf
Kalla sebesar 51,5% sedangkan sisanya sebesar 48,5% disebabkan oleh variabel-
variabel lain diluar model.
H. Pengujian Hipotesis
Seluruh instrument telah dinyatakan valid dan reliabel, telah memenuhi
beberapa persyaratan uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas,
dan uji heterokedatisitas. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis regresi berganda.
Tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini terdapat dua uji
yang dilakukan. Yang pertama adalah uji T dan selanjutnya adalah uji F. berikut
adalah hasil dari pengujian hipotesis.
H.1 Analisis Secara Parsial (T)
Untuk melihat pengaruh iklan politik (X1), tokoh masyarakat lokal (X2),
dan kemenangan Joko widodo – Jusuf Kalla (Y) secara parsial atau sendiri-sendiri
dilakukan dengan melihat tabel koefisien dan membandingkan besarnya nilai sig
pada tabel < level of significant (α) sebesar 0,05. Dari uraian diatas dapat dilihat
pada tabel 4.11 dibawah ini :
111
Tabel 4.11
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolera
nce
VIF
1
(Constant) 10,810 26,380 ,410 ,683
Iklan Politik (X1) ,266 ,032 ,636 8,271 ,000 ,967 1,034
Tokoh Masyarakat
Lokal (X2) ,265 ,081 ,252 3,285 ,001 ,967 1,034
a. Dependent Variable: Kemenangan Jokowi-JK (Y)
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk mengetahui kebenaran
hipotesa dapat dilihat pada nilai t dan Sig. dasar pengambilan keputusan pada nilai
t adalah:
1. jika t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel, maka Ha diterima dan Ho
ditolak, artinya ada pengaruj antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
2. Jika t hitung < t tabel atau t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ha
diterima, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
Menentukan Ttabel adalah dengan melihat Ttabel statistik dengan
signifikansi level 0,05. Sebelum melihat Ttabel statistik, terlebih dahulu
menghitung nilai derajat kebebasan. Derajat kebebasan (df) n-k-1 dimana n adalah
jumlah sampel, k adalah jumlah variabel (X+Y). setelah dihitung didapat df: 86-2-
1= 83. Didapat Ttabel yang dilihat dalam Ttabel statistik yaitu sebesar 1,989.
Dasar pengambilan keputusan dengan melihat nilai Sig adalah:
112
1. Jika P < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Jika P > maka Ho diterima dan Ho ditolak artinya tidak ada pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
1. Variabel Iklan Politik (X1)
Berdasarkan tabel nilai t hitung sebesar 8,271, maka variabel iklan politik
memiliki pengaruh terhadap kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014 karena
Ttabel > Thitung (8,271 > 1,989).
Sedangkan pada nilai Sig, variabel iklan politik adalah 0,000, maka iklan
politik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemenangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014 karena nilai Sig sebesar (0,000 < 0,005).
Hasil dalam table coefficients 4.11 menunjukan bahwa iklan politik
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres
2014. Artinya masyarakat yang ada di kecamatan Larangan, Tangerang Kota
memilih pasangan Jokowi-Jk karena tekhnik-tekhnik iklan politik yang
ditayangkan di Televisi.
2. Variabel Tokoh Masyarakat (X2)
Berdasarkan table coefficients 4.11 nilai Thitung sebesar 3,285 maka
variabel tokoh masyarakat cukup berpengaruh terhadap kemenangan Jokowi-Jk
pada pilpres 2014 karena t tabel > t tabel (3,285 > 1,66342).
Sedangkan nilai Sig pada variabel tokoh masyarakat adalah 0,001, maka
dapat dikatakan bahwa tokoh masyarakat cukup berpengaruh terhadap kemenangan
Jokowi-Jk pada pilpres 2014 karena nilai Sig (0,001 < 0,005).
113
Hasil dari tabel coefficients 4.11 menunjukan bahwa tokoh masyarakat
memiliki cukup pengaruh yang signifikan terhadap kemenangan Jokowi-Jk pada
pilpres 2014. Artinya masyarakat Kecamatan Larangan, Tangerang memilih
pasangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014 karena pengaruh yang cukup dari tokoh
masyarakat.
H.2 Analisis Secara Simultan (F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(X1..X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dilihat dari
hasil analisis regresi berganda, dapat dilihat berapa besar F hitung. Untuk melihat
F hitung, output yang sama dengan hasil analisis regresi linier berganda, tetapi yang
dilihat adalah tabel ANOVA. Berikut adalah hasilnya.
Tabel 4.12
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 46751,291 2 23375,645 46,060 ,000b
Residual 42122,985 83 507,506
Total 88874,276 85
a. Dependent Variable: Kemenangan Jokowi-JK (Y)
b. Predictors: (Constant), Tokoh Masyarakat Lokal (X2), Iklan Politik (X1)
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
Berdasarkan output ANOVA, nilai Fhitung adalah 46,060. Sedangkan nilai
F tabel dapat dilihat dari F tabel statistik tetapi terlebih dahulu menghitung df1 dan
df2 yang dihitung dengan rumus:
Df1 = k-1
Df2 = n-k
114
Dimana k adalah jumlah variabel (X+Y), n adalah jumlah sampel untuk
regresi. Setelah dihitung didapat df1 : 3-1 = 2 dan df2 adalah df2: 86-3 = 83. Dengan
melihat Ftabel statistik didapat Ftabel sebesar 3,11.
Untuk memutuskan hipotesis, kriteria pengujian yaitu, jika Fhitung > Ftabel,
maka variabel-variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya jika Fhitung < Ftabel, maka variabel-variabel independen
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Dari output ANOVA pada table 4.12, dapat disimpulkan bahwa Fhitung >
Ftabel yaitu 46,060 lebih besar dari 3,11 (46,060 > 3,11). Maka perumusan
hipotesis adalah Ho ditolak dan Ha dieterima. Hasil menyatakan bahwa iklan politik
dan tokoh masyarakat secara keseluruhan berpengaruh dan signifikan terhadap
kemenangan Jokowi-JK pada pilpres 2014 di Kecamatan Larangan, Tangerang
Kota.
I. Analisis Korelasi Berganda
Uji korelasi digunakan untuk mengukur derajat keeratan hubungan antara
dua variabel. Ada 3 penafsiran hasil analisis korelasi (1) Melihat kekuatan
hubungan antar dua variabel, (2) Melihat signifikansi hubungan antar dua variabel
dan (3) Melihat arah hubungan antar dua variabel. Adapun klasifikasi Koefisien
adalah :
1. 0 : Tidak ada korelasi antara 2 variabel
2. >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
3. >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
4. >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
115
5. >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat Kuat
6. 1 : Korelasi sempurna
Apabila nilai Sig. Lebih kecil dari 0,05 maka hubungan antar dua variabel
dikatakan signifikan dan apabila nila Sig. Lebih besar dari 0,05 maka hubungan
antar variabel dikatakan tidak signifikan. Tabel 4.23 dibawah ini menunjukan hasil
korelasi antara pengaruh iklan politik, tokoh masyarakat lokal terhadap
kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla.
Tabel 4.13
Correlations
Iklan Politik
(X1)
Tokoh
Masyarakat
Lokal (X2)
Kemenangan
Jokowi-JK (Y)
Iklan Politik (X1)
Pearson Correlation 1 ,182 ,681**
Sig. (2-tailed) ,094 ,000
N 86 86 86
Tokoh Masyarakat Lokal
(X2)
Pearson Correlation ,182 1 ,368**
Sig. (2-tailed) ,094 ,000
N 86 86 86
Kemenangan Jokowi-JK
(Y)
Pearson Correlation ,681** ,368** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 86 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0
1. Besarnya korelasi atau hubungan antar pengaruh iklan poltik terhadap
kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla adalah 0,681 dengan arah hubungan
yang positif menunjukan hubungan antara iklan politik terhadap kemenangan
Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014 kuat dan searah. Dimana
mempunyai arti iklan politik akan berpengaruh terhadap kemenangan Jokowi-
Jusuf Kalla pada pilpres 2014. Hubungan yang terjadi antara iklan politik
terhadap kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla memiliki nilai signifikan
116
sebesar 0,000 yang artinya terdapat korelasi yang signifikan antara iklan politik
dengan kemenangan Joko Widodo–Jusuf Kalla karena nilai signifikannya lebih
kecil dari 0,05.
2. Besarnya korelasi atau hubungan antar tokoh masyarakat lokal terhadap
kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla adalah 0,368 dengan arah hubungan
yang cukup. Hubungan yang terjadi antara tokoh masyarakat lokal terhadap
kemenangan Joko Widodo–Jusuf Kalla memiliki nilai sebesar 0,000 artinya
terdapat korelasi yang signifikan antara tokoh masyarakat dengan kemenangan
Joko Widodo–Jusuf Kalla karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05.
117
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh iklan politik dan tokoh
masyarakat terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan
Larangan, Tangerang pada pilpres 2014, penulis merumuskan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil analisis pada iklan politik dapat disimpulkan bahwa iklan politk
berpengaruh secara signifikan terhadap kemenangang Jokowi Dodo-Jusuf Kalla
yang ada di Kecamatan Larangan, Tangerang Kota. Terdapat pengaruh iklan
politik terhadap kemenangan Jokowi-JK sebesar 0,681.
2. Dapat disimpulkan bahwa terdapat cukup pengaruh tokoh masyarakat terhadap
kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebesar 0,368.
3. Setelah melakukan analisis dan hasilnya sudah dijabarkan pada bab IV, dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan iklan politik dan tokoh masyarakat
berpengaruh secara signifikan terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla
di Kecamatan Larangan, Tangerang pada pilpres 2014 yaitu 51,5%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil analisis, penulis merumuskan beberapa saran
dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa saran yang telah dirumuskan.
118
1. Setelah peneliti menyelesaikan penelitian tentang iklan politik dan tokoh
masayrakat, peneliti melihat bahwa kampanye melalui iklan politik di Indonesia
terus mengalami perkembangan, peneliti menganjurkan agar peneliti
selanjutnya dapat menggali lebih dalam mengenai iklan politik yang dapat
mengungkapkan pesan dalam iklan. Peneliti juga menyarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk memperluas penelitian pengaruh iklan politik terhadap
kemenangan calon kandidat baik itu pilpres, pilgub maupun pilkada.
2. Dan untuk tokoh masyarakat, peneliti menganjurakan agar peneliti selanjutnya
dapat meneliti tokoh masyarakat lebih luas lagi dengan metode penelitian yang
berbeda.
3. Untuk peneliti selanjutnya, dapat mencoba untuk menjelaskan penelitian dengan
variabel atau faktor lain. Seperti hasil analisis yang sudah dijelaskan, penelitian
ini memiliki sejumlah keterbatasan. Seperti analisis yang sudah dijelaskan
bahwa kedua variabel yaitu iklan politik dan tokoh masyarakat mampu
menjelaskan 51,5% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain atau faktor
lain.
120
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Alghifari. Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi 2. Yogyakarta: Juli,
2013.
Bungin, Burhan. Metedologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.
Efendi, Sofyan. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012.
Firmanzah. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2012.
Ghozali,Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Universitas Diponegoro, 2007.
Hasan,Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara,
2004.
Heryanto Gun Gun dan Rumaru, Shulhan. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar.
Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2013.
Heryanto gun gun, dan Rumaru, Shulhan. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, 2011.
Junaedi,Fajar. Komunikasi Politik: Teori, Aplikasi, dan Strategi di Indonesia.
Yogyakarta: Buku Litera, 2013.
Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta, PT
Gramedia 1993.
Mansoer, Masri dan Driana,Elin. Statistik Sosial. Jakarta: Ushul Press, 2009.
Mulyana, Deddy. Komunikasi Politik Politik Komunikasi: Membedakan Visi dan
Gaya Komunikasi Praktisi Politik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013.
Nugroho, Bhuono. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan
SPSS. Yogyakarta: ANDI, 2005.
Pasolong, Harbani. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta, 2008.
Priyanto,Dwi. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom, 2008.
121
Sarwono. dalam buku Aprilinda dan Islandscript Kursus Kilat Menguasai SPSS
untuk UKM. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011.
Siregar, Sofyan. Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Grafindo, 2011.
Soekanto,Soerjono. Sosiologi: suatu pengantar. Jakarta: Radja Grafindom
Persada 2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung,
2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo1992.
Syahputra, Kurnia Dedi. Media dan Politik; Menemukan Relasi antara Dimensi
Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Syahputra, Kurnia Dedi. Media dan Politik; Menemukan Relasi antara Dimensi
Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
B. INTERNET
Dinna Wisnu, tersedia di http://www.nasional.kompas.com; Internet; diunduh pada
1 Febuari 2017
Diunduh pada 18 September 2015 dari http://www.okezone.com
Diunduh pada 18 September 2015 dari http://www.kompasiana.com
Jatmiko, Priyo Bambang. tersedia di http://www.kompasiana.com Diunduh pada 18
September 2015.
Fransiskhi,Eddy. tersedia di http://www.linkedin.com; Internet; diunduh pada 25
January 2016.
Info Tangerang Kota, di http://www.info-tangerang.blogspot.co.id; internet
diunduh pada 31 Januari 2017. Pasolong, Harbani. Kepemimpinan
Birokrasi. Bandung: Alfabeta, 2008.
Komisi Pemilihan Umum Kota Tangerang, tersedia di http://www.kpu-
tangerang.go.id; Internet; diunduh pada 1 Febuari 2016.
122
Komisi Pemilihan Umum, tersedia di http://www.kpu.go.id ; Internet; diunduh pada
1 Febuari 2016
Mahkamah Agung, tersedia di http://www.mahkamahagung.go.id; Internet;
diunduh pada 1 Febuari 2016.
C. SKRIPSI
Indrati Tyas Utami, “Citra Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla dalam Iklam Politik
Televisi: Studi Analisis Semiotik Citra Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla
dalam Iklan Politik Televisi Masa Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden Periode Mei-Juli 2014” Skripsi: Universitas Sebelas Maret
Surakarta
KD =
r2 x 100%
KD =
0,515 x
100%
KD =
51,5%