pengaruh iklan politik dan tokoh masyarakat...

122
1 PENGARUH IKLAN POLITIK DAN TOKOH MASYARAKAT TERHADAP KEMENANGAN JOKO WIDODO DAN JUSUF KALLA DI KECAMATAN LARANGAN, TANGERANG KOTA PADA PILPRES 2014. Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Febi Ade Aryani 1111112000086 PROGRAM STUDI ILMU POLITK FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: vuque

Post on 04-May-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH IKLAN POLITIK DAN TOKOH

MASYARAKAT TERHADAP KEMENANGAN JOKO

WIDODO DAN JUSUF KALLA DI KECAMATAN

LARANGAN, TANGERANG KOTA PADA PILPRES

2014.

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Febi Ade Aryani

1111112000086

PROGRAM STUDI ILMU POLITK

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

5

ABSTRAKSI

Nama : Febi Ade Aryani

Judul : Pengaruh Iklan Politik dan Tokoh Masyarakat Terhadap Kemenangan

Joko Widodo dan Jusuf Kalla di Kecamatan Larangan, Tangerang Kota

Pada Pilpres 2014

Skripsi ini membahas tentang iklan politik dan tokoh masyarakat yang dapat

mempengaruhi kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres 2014 di

Kecamatan Larangan, Tangerang Kota. Pemilihan lokasi di Kecamatan Larangan,

Tangerang Kota pada pilpres 2014 karena, dari 13 Kecamatan yang ada di

Tangerang Kota, pasangan calon presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla menang di tiga

Kecamatan salah satunya di Kecamatan Larangan Tangerang Kota. Sedangkan

pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menang telak di 10

Kecamatan yang ada di Tangerang Kota. Padahal partai pengusug pasangan calon

presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yaitu partai Gerindra memberikan

fasilitas seperti ambulance gratis untuk masyarakat yang ada di Tangerang Kota.

Oleh karena itu penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruh dari iklan politik

dan tokoh masyarakat terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di

Kecamatan Larangan, Tangerang Kota

Skripsi ini akan memfokuskan kajian terhadap pengaruh Iklan Politik dan

Tokoh Masyarakat atas Kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan

Larangan, Tangerang Kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah iklan politik dan tokoh masyarakat mempunyai andil yang besar dalam

mempengaruhi kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan Larangan,

Tangerang Kota pada pilpres 2014.

Landasan teori dalam skripsi ini menggunakan teori iklan politik yang

dijelaskan oleh Devlin dalam buku Deddy Mulyana, yang berjudul Komunikasi

Politik, Politik Komunikasi: membedakan Visi dan Gaya Komunikasi Praktisi

Politik. Teori tokoh Masyarakat menggunakan teori Soerjono Soekanto dalam

buku Sosiologi: Surat Pengantar dan kriteria pemimpin yang menggunakan teori

Harbani Pasolong dalam buku Kepemimpinan Birokrasi. Penelitian ini dilakukan

melalui metode penelitian kuantitatif yang berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik.

Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif melalui teori tersebut, menunjukan

bahwa iklan politik berpengaruh terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla

sedangkan tokoh Masyarkat hanya cukup berpengaruh pada kemenangan Joko

Widodo–Jusuf Kalla pada pilpres 2014 dengan keseluruhan presentase 51,5%.

Kata Kunci: Iklan politik, Tokoh Masyarakat , Kriteria Pemimpin

6

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr.Wb

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, dan

hidayat-Nya. Shalawat dan Salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad SAW. Penulis merasa bersyukur bisa menyelesaikan salah satu

persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Program Studi Ilmu Politik Fakultas

Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik Universitas Syarif Hidyatullah Jakarta.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini yang berjudul

“Pengaruh Iklan Politik dan Tokoh Masyarakat Terhadap Kemenangan

JokoWidodo – Juuf Kalla di Kecamatan Larangan, Tangerang pada Pilpres 2014.

Adapun ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial, dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staff dan

jajarannya.

2. Dr. Iding Rosyidin Hasan, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Poilitik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Suryani Sueb M.Si, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Poilitik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Dr. Achmad Ubaedillah, MA. selaku dosen pembimbing yang bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi

kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini

5. Idris Thaha, M.Si sebagai Penguji Sidang 1

6. Ana Shabana Azmy, MIP sebagai Penguji Sidang 2

7. Seluruh dosen dan staff pengajar Program Studi Ilmu Poilitik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu, pengalaman

selama perkuliahan.

8. Staf dan karyawan yang banyak membantu penulis dalam surat menyurat.

9. Kepada seluruh keluargaku tersayang, terutama untuk kedua orang tua,

bapak Slamet Ryanto dan mama Sri Suharyati, yang telah memberikan kasih

sayangnya yang tidak terhingga serta selalu memberikan semangat serta

dukungan moral dan moril untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga kepada bule jumi yang selalu memberi semangat dan

meminjamkan laptopnya untuk kelancaran skripsi ini, serta tidak terkecuali

7

untuk kaka ku Melani, Pipit dan adiku Lia terima kasih sudah menjadi

penyemangat yang luar biasa kepada penulis. Serta sepupuku Fauzyah yang

selalu membantu bila ada kesulitan dalam mengerjakan skripsi penulis.

10. Kepada sahabat-sahabat ku Alfita Desyanti, Yolanda Anita Putri, Erlangga

Pratama, Erwin Mandala, Rendy serta Nur Maulidya, Aulia Mutianti, Siska

Aulia dan Indri yang memberikan semangat untuk penyelesaian skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat perjuangan Ilmu Politik 2011, Layla Rizky, Dian Kharisma

Sinaga, Monik Astiadi, Aulia Akbar, Atina Riantini Mahsar, Haikal, Wiky

Yasinta Dewi, Nita YMA, Linda Yuliawati, Hafidz Tamjidi, Ricad Saka,

terima kasih sudah banyak membantu selama menuntut ilmu serta segala

pengalaman dan tukar fikirnya. Dan tanpa mengurangi rasa hormat dan

kasih sayang kepada penulis kepada teman-teman yang tidak disebutkan

satu persatunya.

12. Keluarga Besar KKN Catra Baswara : Dian Kharisma Sinaga, Monik

Astiadi, Layla Rizky, Yuda, Dimas, Ilham, Teddy, Aji, Fadly, Ubed, Balki.

13. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah banyak membantu

penulis, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua, Amin.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, agar semua bantuan dan

partisipasi dari berbagai pihak tersebut diberikannya pahala yang berlipat ganda,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

umumnya, amin. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun

agar dapat sempurnanya skripsi ini. Semoga karya penulis melalui skripsi ini dapat

bermanfaat.

Jakarta, 02 Maret 2017

Febi Ade Aryani

8

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING ........................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN SKIRPSI ................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ........................................................................ 1

B. Pembatasan Masalah dan Pernyataan Masalah ............................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 8

C.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 8

D. Sistematika Penulisan ..................................................................... 9

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

A. Iklan Politik

A.1 Pengertian Iklan Politik ......................................................... 11

A.2 Bentuk-bentuk Iklan Politik .................................................... 13

A.3 Tekhnik Periklanan ................................................................. 14

B. Tokoh Masyarakat Lokal

B.1 Pengertian Tokoh Masyarakat Lokal ..................................... 16

B.2 Kategori Tokoh Masyarakat .................................................. 18

C. Kriteria Pemimpin ......................................................................... 19

D. Literatur Review ........................................................................... 21

E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

E.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 24

E.2 Hipotesis Ho dan Ha .............................................................. 25

III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian: Kuantitatif .......................................................... 27

B. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 28

C. Populasi dan Sampel

C.1 Populasi .................................................................................. 28

C.2 Sampel .................................................................................... 29

D. Metode Pengumpulan Data

D.1 Kuesioner ............................................................................... 29

E. Metode Uji Validitas dan Reabilitas

E.1 Metode Uji Validitas ............................................................. 30

E.2 Metode Uji Reliabilitas .......................................................... 31

F. Metode Analisis Data

F.1 Metode Uji Asumsi Klasik .................................................... 32

F.1.a Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov:

Menguji penyebaran titik pada sumbu

9

diagonal dari grafik normal atau tidak ......................... 33

F.1.b Metode Uji Multikolinearitas:

Variabel harus bebas dari gejala Multikolinearitas ...... 34

F.1.c Metode Uji Heterokedastisitas: Mengetahui

apakah titik-titik pada gambar membentuk suatu

pola tertentu yang teratur maka terjadi

Heterokedastisitas ......................................................... 35

F.2 Analisis Regresi Linier Berganda ................................................ 35

F.2.a Analisis Korelasi Berganda ................................................... 36

F.2.b Koefisien Determinasi (R2) ................................................... 37

G. Metode Pengujian Hipotesis

G.1 Uji T: Mengetahui Variabel Independen

Berpengaruh Secara Individu Terhadap

Variabel Dependen ....................................................... 38

G.2 Uji F: Mengetahui Variabel Independen Secara

Smultan Berpengaruh Terhadap

Variabel Independen .................................................... 39

H. Skala Linkert ................................................................................. 40

I. Operasional Variabel Konsep ......................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian:

Kecamatan Larangan, Tangerang ................................................. 44

B.Distribusi Frekuensi Identitas Responden

B.1 Data Responden Jenis Kelamin ................................................ 46

B.2 Data Responden Usia ............................................................... 47

B.3 Data Responden Status ............................................................. 48

C. Hasil Kuesioner

C.1 Hasil Kuesioner Variabel Iklan Politik .................................. 49

C.2 Hasil Kuesioner Variabel Tokoh Masyarakat ........................ 62

C.3 Hasil Kuesioner Kemenangan Jokowi-Jk .............................. 69

D. Analisis Data

D.1 Uji Validitas Variabel Iklan Politik (X1) ................................ 84

D.2 Uji Validitas Tokoh Masyarakat (X2) ..................................... 86

D.3 Uji Validitas Kemenangan Jokowi-JK(Y) .............................. 87

E. Uji Reliabilitas

E.1 Uji Reliabilitas Variabel Iklan Politik .................................... 89

E.2 Uji Reliabilitas Variabel Tokoh Masyarakat .......................... 89

E.3 Uji Reliabilitas Variabel Kemenangan Jokowi-Jk ................. 90

F. Uji Asumsi Klasik

F.1 Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ....................................... 91

F.2 Uji Multikolinearitas ............................................................... 93

F.3 Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 94

G. Uji Regresi Linier Berganda

G.1 Koefisien Determinasi ........................................................... 95

H. Pengujian Hipotesis

H.1 Hasil Uji (T) .......................................................................... 97

10

H.2 Hasil Uji (F) ........................................................................... 99

I. Analisis Korelasi Berganda .......................................................... 101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 103

B. Saran ............................................................................................ 103

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 105

LAMPIRAN ............................................................................................. 108

11

DAFTAR TABEL

Tabel I.I Hasil Rekapitulasi Pemilihan Presiden 2014 di

Setiap Kecamatan Larangan, Kota Tangerang ................................ 1

Tabel I.2 Hasil Rekapitulasi Suara Pemilihan Presiden

2014 di Setiap Kelurahan di Kecamata Larangan,

Kota Tangerang ............................................................................ 2

Tabel 3.1 Tabel Koefisien Determinasi (R2) ............................................... 37

Tabel 3.2 Tabel Skala Linkert ...................................................................... 41

Tabel 3.3 Tabel Operasional Variabel Penelitian ........................................ 42

Tabel 4.1 Data berdasarkan Agama di Kecamatan

Larangan, Tangerang .................................................................. 45

Tabel 4.2 Output Pengujian Validitas Variabel Iklan Politik ..................... 84

Tabel 4.3 Output Pengujian Validitas Variabel Tokoh Masyarakat .......... 86

Tabel 4.4 Output Pengujian Validitas Variabel Kemenangan Jokowi-Jk ... 87

Tabel 4.5 Output Pengujian Reliabilitas Variabel Iklan Politik .................. 89

Tabel 4.6 Output Pengujian Reliabilitas Variabel Tokoh Masyarakat ........ 89

Tabel 4.7 Output Pengujian Reliabilitas Variabel Kemenangan

Jokowi-Jk ................................................................................... 90

Tabel 4.8 Output Pengujian Normalitas One Sampel

Kolmogrov-Smirnov ................................................................... 92

Tabel 4.9 Uji Multikolinieritas .................................................................... 93

Tabel 4.10 Output Pengujian Koefisien Determinasi .................................. 95

Tabel 4.11Hasil Pengujia Parsial (T) .......................................................... 97

Tabel 4.12 Hasil Uji Smultan (F) .............................................................. 100

Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi .................................................................... 101

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.2 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 46

Gambar 4.3 Responden berdasarkan Usia ................................................. 47

Gambar 4.4 Responden berdasarkan Status .............................................. 48

Gambar 4.5 Hasil Kuesioner berdasarkan IklanVisi Misi Jokowi-Jk ....... 49

Gambar 4.6 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Revolusi Mental ............. 50

Gambar 4.7 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Slogan ........................... 51

Gambar 4.8 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Ide-ide Besarnya ............ 52

Gambar 4.9 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Program Jokowi-Jk ........ 53

Gambar 4.10 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Kerakyatan

dan Kesederhanaan ................................................................ 54

Gambar 4.11 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Gotong Royong ............. 55

Gambar 4.12 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Sisi Kehidupan Pribadi . 56

Gambar 4.13 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Keakraban

Jokowi-Jk Pada para Petani ................................................... 57

Gambar 4.14 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Blusukan ....................... 58

Gambar 4.15 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Keakraban

Jokowi-Jk Dengan para pelajar .............................................. 59

Gambar 4.16 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Testimoni

dari para Tokoh ...................................................................... 60

Gambar 4.17 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Testimoni

dari Masyarakat ...................................................................... 61

Gambar 4.18 Hasil Kuesioner berdasarkan Iklan Kekaguman terhadap

Jokowi-Jk ............................................................................... 62

Gambar 4.19 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Camat .......................... 63

Gambar 4.20 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Lurah ........................... 64

Gambar 4.21 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh RT/RW ........................ 65

Gambar 4.22 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Agama .......................... 66

Gambar 4.23 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Intelektual .................... 67

Gambar 4.24 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Perempuan ................... 68

Gambar 4.25 Hasil Kuesioner berdasarkan Tokoh Pemuda ....................... 69

Gambar 4.26 Hasil Kuesioner karena Pemimpin yang Jujur ...................... 70

Gambar 4.27 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Mementingkan

Rakyat .................................................................................... 71

Gambar 4.28 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Inspiring ............... 72

Gambar 4.29 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Cerdas ................... 73

Gambar 4.30 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang

Berpandangan Positif .............................................................. 74

Gambar 4.31 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Kooperatif ............. 75

Gambar 4.32 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Tegas

Dan Berani .............................................................................. 76

Gambar 4.33 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Setia pada Rakyat . 77

Gambar 4.34 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Bebas Korupsi ...... 78

Gambar 4.35 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Memiliki Rekam

13

Jejak yang Baik ....................................................................... 79

Gambar 4.36 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Berjiwa Besar ....... 79

Gambar 4.37 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Berjiwa Patriotik ... 80

Gambar 4.38 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Cepat Tanggap ...... 81

Gambar 4.39 Hasil Kuesioner Karena Pemimpin yang Kerja Nyata ........... 82

Gambar 4.40 Uji Normalitas: P-Plot ........................................................... 91

Gambar 4.41 Uji Heteroskedastisitas: Scatterplot ……………………… 94

14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden telah diatur dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Presiden

dan Wakil Presiden dalam BAB II Ketentuan Umum Pasal 1 yaitu1 :

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, selanjutnya disebut Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden, adalah pemilihan umum untuk memilih

Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Kegiatan Pilpres telah dilaksanakan merata di seluruh Indonesia, tidak

terkecuali di Kecamatan Larangan, Tangerang Kota. Berdasarkan data dari Komisi

Pemilihan Umum Kota Tangerang, hasil rekapitulasi perolehan suara pemilu

presiden 2014, Kecamatan Larangan Tangerang sebagai berikut2:

Tabel 1.1

Hasil Rekapitulasi Suara Pemilihan Presiden 2014

Dari Setiap Kecamatan di Tingakt Kota Tangerang

No. Kecamatan Prabowo-Hatta Jokowi-Jk Suara

Sah

1. Tangerang 41.589 49,8% 41.813 50,2% 83.402

2. Jatiuwung 35.243 58,5% 16.181 31,5% 51.424

3. Batuceper 27.323 57,3% 20.340 42,7% 47.663

1 Mahkamah Agung, tersedia di http://www.mahkamahagung.go.id; Internet; diunduh

pada 1 Febuari 2016.

2Komisi Pemilihan Umum Kota Tangerang, tersedia di http://www.kpu-tangerang.go.id;

Internet; diunduh pada 1 Febuari 2016.

15

4. Benda 25.208 57,4% 18.692 42,6% 43.900

5. Cipondoh 58.913 55,4% 47.285 44,6% 106.198

6. Ciledug 37.918 53,3% 33.140 46,7% 71.058

7. Karawaci 48.089 50,6% 46.921 49,4% 95.010

8. Periuk 34.094 50,8% 32.920 49,2% 67.014

9. Cibodas 40.032 53,6% 34.592 46,4% 74.624

10. Neglasari 28.628 49,6% 29.040 50,4% 57.668

11. Pinang 50.442 59,7% 33.996 40,3% 84.418

12. Karang Tengah 32.147 52,4% 29.097 47,6% 61.244

13. Larangan 40.981 49,7% 41.328 50,3% 82.309

Berdasarkan tabel 1.1 memperlihatkan bahwa perolehan suara Joko

Widodo-Jusuf Kalla unggul di tiga kecamatan yang ada di kota tangerang, yaitu

kecamatan tangerang, kecamatan neglasari, dan kecamatan larangan. Prabowo-

Hatta memenangkan 10 kecamatan yang ada di kota tangerang. Kecamatan

larangan mempunyai suara yang sah sebesar 82.309. Pasangan Jokowi-JK

mendapatkan 41.328 suara atau 50,3%, dan pasangan Prabowo-Hatta 40.981 atau

49,7%.

Tabel 1.2

Hasil Rekapitulasi Suara Pemilihan Presiden 2014

Dari Setiap Kelurahan di Kecamatan Larangan, Tangerang3

No Kelurahan Prabowo-Hatta Jokowi-JK Suara Sah

1. Larangan Utara 6.149 48,78% 6.457 51,22% 12.000

2. Larangan Selatan 5.008 50,28% 4.952 49,72% 9.960

3 Kawal Pemilu, diakses pada 8 April 2017 dari http://www.kawalpemilu.org

16

3. Cipadu 5.200 50,67% 5.120 49,33% 10.380

4. Kreo 4.281 49,47% 4.373 50,53% 8.054

5. Larangan Indah 4.221 48,51% 4.480 51,49% 8.701

6. Gaga 6.136 46,20% 7.144 53,80% 13.280

7. Cipadu Jaya 4.690 50,42% 4,618 49,58% 9.314

8. Kreo Selatan 5.229 55,54% 4.185 44,46% 9.414

Dilihat dari data table 1.2 maka dapat dilihat perolehan suara di tingkat

kelurahan pasangan Jokowi-JK menang di empat keluarahan yaitu kelurahan

larangan utara, kelurahan kreo, kelurahan larangan inda, kelurahan gaga. Pasangan

Prabowo-Hatta juga menang di empat kelurahan yaitu kelurahan larangan selatan,

kelurahan cipadu, kelurahan cipadu jaya dan kelurahan kreo selatan.

Para calon presiden dan wakil presiden berusaha dengan berbagai cara agar

mendapat simpati dari masyarakat, yang dapat memberikan sumbangsih suaranya

pada saat pilpres 2014. Besarnya tingkat partisipasi pemilih dapat dipengaruhi oleh

faktor iklan yang biasanya di tuangakan melalui media massa, baik itu melalui

media televisi, radio, spanduk, maupun baliho yang merupakan sarana menarik

untuk mendapatkan perhatian publik, khususnya saat menjelang pemilihan umum

dengan tujuan agar menambah simpatisan dari pemilih.

Dalam catatan sejarah politik, kampanye iklan politik di televisi di Indonesia

tergolong baru. Untuk pertama kalinya iklan politik hadir pada tahun 1999 dan

2004. Iklan politik tidak ubahnya seperti komoditas komersial yang berorientasi

pada sentimen pasar, pasar yang menjadi tujuan iklan politik tentu saja para pemilih

dan pemilih adalah pembeli bagi komuditas komersial. Susunan tersebut yang

17

memungkinkan memiliki kesamaan dalam kerja marketing politik maupun

marketing non politik. Iklan politik tidak hanya berorientasi pada popularitas

semata, menjadi populer bukanlah satu-satunya yang dicari dalam pendulangan

tingkat keterpilihan. 4

Iklan politik secara singkat dideskripsikan sebagai penyiaran yang bersifat

informa dan persuasif dengan tujuan untuk meraih pemberi suara dan memberikan

mereka pilihan politik yang meliputi partai politik, kandidat dan program. Tujuan

yang ingin dicapai oleh siaran ini tidak hanya untuk menaikan popularitas kandidat

tetapi lebih kepada untuk membuat pemberi suara mau memilih kandidat yang

menjadi sponsor dari iklan politik tersebut.

Bentuk dan isi dari iklan yang mampu meraih audiens melalui media ini di

kendalikan oleh aktor politik. Untuk mencapai tujuan tersebut, iklan politik tampil

impresif dengan senantiasa mengedepankan informasi tentang siapa kandidatnya

dengan (menonjolkan nama dan wajah kandidat), apa yang telah dilakukan kandidat

dan pengalaman selama menjabat di pemerintahan, kualitas kepemimpinannya dan

juga bagaimana posisinya terhadap isu-isu tertentu serta kandidat mewakili siapa.

Iklan politik sebagaimana dengan iklan produk komersial yang tidak hanya

memainkan kata-kata, tetapi juga gambar dan suara.

KPU sebagai penyelanggara pemilu telah mengeluarkan PKPU No.1 tahun

2013.5 yang mengatur tentang iklan dan pemberitaan kampanye meskipun

4 Dedi Kurnia Syahputra, Media dan Politik; Menemukan Relasi antara Dimensi

Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 52. 5 Komisi Pemilihan Umum, tersedia di http://www.kpu.go.id ; Internet; diunduh pada 1

Febuari 2016

18

peraturan ini dirasakan masih sangat lemah. Peraturan ini hanya mengatur pada

masa tahapan kampanye sedangkan iklan politik yang ditayangkan di tv sebelum

tahapan kampanye tidak diatur oleh peraturan tersebut. Pada pemilu 2014 Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI) menemukan ratusan iklan politik di berbagai stasiun TV

seperti MNC Group (RCTI, Global TV, MNC TV) TV One dan Metro TV. Pada

tahun 2012 menurut lembaga riset Nielsen kategori pemerintahan atau parpol

menjadi pengiklan ke-2 terbesar setelah produk telekomunikasi dengan belanja

iklan sebesar Rp. 4,3 triliun. Pada tahun 2013 secara nasional belanja iklan politik

diperkirakan sebesar Rp. 12,5 triliun. Sebagian besar iklan politik atau sekitar 63%

diserap media tv, media cetak 30% sedangkan iklan spanduk dan baliho berada pada

kisaran 7%.6

Khusus untuk belanja iklan politik pada pilpres 2014 tercatat mencapai Rp.

186,63 miliar. Masing-masing capres mengeluarkan dana hampir berimbang untuk

keperluan tersebut. Dari riset yang dirilis perusahaan konsultan Sigi Kaca Pariwata

terungkap pasangan nomor urut 1, yaitu pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa

mencapai Rp. 93,72 miliar. Spot iklan tv bertajuk “Garuda Merah” menjadi tema

iklan yang banyak ditayangkan, dengan frekuensi tayang mencapai 725 kali.

Adapun belanja iklan televisi yang dikeluarkan kubu Joko Widodo – Jusuf Kalla

sebesar Rp. 92,9 miliar. Dengan tema iklan siapakah kita yang mendapat porsi

penayangan 335 kali.7

6 Diunduh pada 18 September 2015 dari http://www.okezone.com 7 Bambang Priyo Jatmiko, tersedia di http://www.kompasiana.com Diunduh pada 18

September 2015.

19

Iklan politik adalah tentang bagaimana partai politik atau kandidat politik

membangun pencitraan mereka untuk menarik perhatian dan simpati masyarakat.

Iklan politik pada pilpres 2014 yang sering ditayangkan berbagai stasiun televisi

adalah iklan politik pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Iklan politik pasangan Joko

Widodo-Jusuf Kalla ini hadir dalam beberapa versi, yaitu, iklan siapakah kita,

wujudkan mimpi, dukungan artis ibu kota, rekening gotong royong serta tekhnik-

tekhnik iklan lainnya.

Iklan Joko Widodo-Jusuf Kalla dibuat dalam berbagai versi, iklan-iklannya

dibuat oleh para relawan pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla dan dikemas dengan

konsep yang menarik. Persoalan berikutnya adalah dapatkah iklan politik melalui

televisi merebut simpati para pemilih dalam menentukan pilihan politiknya dalam

kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan Larangan, Tangerang.

Selain faktor iklan yang sudah dijelaskan diatas ada faktor lain yang dapat

mempengaruhi kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres 2014 yaitu

tokoh masyarakat. Menurut Mosca, pada setiap masyarakat tentulah terdapat

sekolompok orang yang terpilih dan memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang

seringkali disebut dengan pemimpin, sedangkan kebanyakan orang dalam

masyarakat itu disebut yang dipimpin.8

Ada suatu sebab seseorang menjadi pemimpin yaitu memiliki kekuasaan,

wewenang, wibawa dan kekuatan lain serta dipatuhi dan diikuti oleh sekelompok

orang dan ditinjau dari segi kemasyarakatan. Pemimpin terdapat dua jenis yaitu

8 Soerjono Soekanto, Sosiologi:Ssuatu Pengantar (Jakarta: Radja Grafindo Persada

2002), h. 318.

20

pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal adalah orang-orang

yang menduduki jabatan didalam pemerintahan, sedangkan pemimpin informal

adalah orang-orang yang tidak menduduki jabatan pemerintah, tetapi memiliki

pengikut, dipatuhi dan ditaati sekelompok orang. Faktor yang menonjol dalam diri

pemimpin informal adalah kewibawaan, dengan kewibawaannya itulah pemimpin

informal dapat diikuti, ditaati serta dipatuhi oleh orang-orang.9

Dengan memiliki kekuasaan, kekuatan, dan kewibawaan maka pemimpin

secara informal memiliki pengikut yang juga ditaati bahkan dipatuhi oleh orang-

orang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melihat adakah pengaruh tokoh

masyarakat terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan

Larangan, Tangerang Kota.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini menekankan tentang pengujian

tehadap pesan iklan yang nantinya dapat diketahui bagaimana efeknya, apakah

pesan iklan politik di media televisi mempunyai andil dan pengaruh yang besar

dalam menyampaikan pesannya kepada publik. Serta tentang pengujian terhadap

tokoh masyarakat yang nantinya juga akan diketahui apakah tokoh masyarakat

mempunyai pengaruh terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres

2014 di Kecamatan Larangan Utara, Tangerang Kota.

B. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Dalam memudahkan penelitian yang dilakukan, penulis juga membatasi

permasalahan pada efek dari media televisi dalam pemberitaan iklan partai politik.

Pembatasan ini dilakukan dengan mengkhususkan pada penayangan iklan politik di

9 Ibid., h. 319.

21

media televisi pada saat pilpres 2014. Serta tokoh masyarakat yang juga menjadi

faktor pengaruh kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Penulis memilih lokasi penelitian di Kecamatan Larangan, Tangerang

karena dalam pemilu presiden 2014 lalu, dari 13 kecamatan yang ada di Tangerang

Kota, pasangan calon kandidat Joko Widodo-Jusuf Kalla menang di tiga kecamatan

salah satunya Kecamatan Larangan. Sedangkan pasangan Prabowo Hatta menang

telak di 10 Kecamatan yang ada di Tangerang Kota. Padahal partai pengusung

Prabowo-Hatta yaitu partai Gerindra memberikan fasilitas seperti ambulance gratis

untuk masyarakat yang ada di Tangerang Kota, oleh karena itu, dalam penelitian

ini penulis ingin mengetahui manakah yang lebih berpengaruh iklan politik atau

tokoh masyarakatnya terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di

Kecamatan Larangan, Tangerang.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh iklan politik di televisi terhadap kemenangan

Joko Widodo-Jusuf Kalla Kecamatan Larangan, Tangerang Kota pada

pilpres 2014?

2. Apakah terdapat pengaruh tokoh masyarakat terhadap kemenangan

Joko Widodo-Jusuf Kalla Kecamatan Larangan, Tangerang Kota pada

pilpres 2014?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1 Tujuan Penelitian:

22

a. Untuk mengetahui pengaruh iklan politik di media televisi terhadap

kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014.

b. Untuk mengetahui pengaruh tokoh masyarakat lokal terhadap

kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

C.2 Manfaat Umum:

a. Mengembangkan ilmu politik dalam hal komunikasi politik khususnya

menggunakan iklan politik di media televisi.

b. Memberikan informasi kepada pembaca terkait dengan tokoh

masyarakat, apakah mempunyai pengaruh dalam kemenangan

pemilihan presiden.

C.3 Manfaat Praktis:

a. Untuk membantu memahami berbagai jenis iklan politik yang marak di

media, sehingga masyarakat bisa memilah milih dan tidak mudah

terpengaruh dengan iklan politik yang disuguhnkan.

b. Sebagai tambahan referensi pengetahuan bagi para insan akademis di

lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada khususnya dan

masyarakat Indonesia secara luas pada umumnya dalam memahami

iklan politik.

D. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis membagi dalam lima bab. Bab pertama adalah

pendahuluan, memaparkan pernyataan masalah, penulis mengangkat masalah

tentang pengaruh iklan politik dan tokoh masyarakat lokal terhadap kemenangan

23

Joko Widodo–Jusuf Kalla pada pilpres 2014 di kecamatan larangan tangerang.

Dalam bab ini juga menguraikan pembatasan masalah, dilanjutkan dengan

menguraikan pertanyaan penelitian yang terdiri dari dua pertanyaan. Selanjutnya

dalam bab ini menguraikan tujuan dan manfaat penelitian. Terakhir adalah

sistematika penulisan.

Bab kedua adalah tinjauan pustaka. Dalam bab dua ini penulis

memfokuskan pembahasan tentang iklan politik, tokoh masyarakat terhadap

kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Bab ini juga memaparkan literature review.

Terdapat tiga penelitian yaitu jurnal dan skripsi terkait dengan penelitian ini.

Kerangka pemikiran akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variable yang

akan diteliti. Hipotesis yang terdiri dari hipotesis kerja atau hipotests alternatif (Ha)

dan Hipotesis nol (Ho).

Bab ketiga metode penelitian. Dalam bab ini menjelaskan jenis penelitian

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data

menggunakan kuesioner, dengan mengambil sampel dari satu populasi, yaitu warga

yang memilih di Kecamatan Larangan, Tangerang. Bab ini juga memaparkan ruang

lingkup penelitian, metode uji validitas, uji reliabilitas, hasil kuesioner

digambarkan dalam table bar. Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode

analisis korelas-regresi yaitu perhitungan yang didasarkan pada kuesioner yang

disebarkan.

Bab keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini memaparkan

identitas responden yang mengisi kuesioner. Hasil uji validitas dan uji reliabilitas

menunjukan bahwa setiap pertanyaan telah diuji agar pertanyaan tersebut

24

dinyatakan valid dan variable. Selanjutnya penulis memaparkan perhitungan-

perhitungan statistik dengan metode-metode analisis data yang sudah dipaparkan

dalam bab tiga. Pada bab ini akan mengetahui apa hasil akhir dari penelitian ini.

Bab kelima yaitu penutup. Penulis akan memaparkan kesimpulan dari hasil-

hasil yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, dan menuliskan saran.

Kesimpulan iklan politik berpengaruh terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf

Kalla sedangkan tokoh Masyarkat hanya cukup berpengaruh pada kemenangan

Joko Widodo–Jusuf Kalla pada pilpres 2014 dengan keseluruhan presentase 51,5%.

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan pustaka yang membahas lebih

dalam mengenai pengertian iklan politik, jenis iklan politik, dan tekhnik-tekhnik

iklan politik serta pengertian tokoh masyarakat, kategori tokoh masyarakat, dan

kriteria kepemimpinan yang penulis gunakan sebagai teori utama dalam penelitian

ini. Dalam literature review, penulis akan memaparkan tiga penelitian terdahulu

yaitu, skripsi dan jurnal. Terakhir adalah kerangka pemikiran dan hipotesis dari

penelitian.

A. Iklan Politik

A.1 Pengertian Iklan Politik

Dunia periklanan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kemajuan

komunikasi politik. Keberadaaan iklan politik ini tidak lepas dari perkembangan

tekhnologi televisi. Iklan politik melalui media massa terutama televisi merupakan

cara alternativ yang sering dipilih para pasangan calon presiden dan wakil presiden

pada kampanye saat pilpres.10 Meskipun harus mengeluarkan dana yang tidak

sedikit, para pasangan kandidat sering menggunakan iklan politik dalam media

televisi sebagai salah satu alat untuk memudahkan upaya pencapaian tujuan-tujuan

politiknya.

Hal yang melatar belakangi iklan sebagai media dalam proses komunikasi

politik adalah keyakinan bahwa iklan memiliki efek yang sangat kuat dalam

10 Fajar Junaedi, Komunikasi Politik: Teori, Aplikasi, dan Strategi di Indonesia

(Yogyakarta: Buku Litera, 2013), h. 64.

26

mempengaruhi perhatian masyarakat agar mereka mengambil keputusan untuk

memilih salah satu pasangan presiden pada saat pilpres 2014.11 Dengan membuat

iklan politik, para aktor politik sangat mengharapkan mendapatkan simpati dari

masyarakat. Alasan lain memillih iklan sebagai media komunikasi politik adalah

para aktor politik dapat mengkreasikan pesan apa saja yang akan disampaikan pada

khalayak.

Baliho, surat kabar, radio, dan televisi merupakan media yang digunakan

untuk iklan politik. Dengan media ini pasangan calon presiden dapat

mengkomunikasikan pesan-pesan, ide, program serta visi dan misinya kepada calon

pemilih. Visi-misi yang dipaparkan oleh calon pasangan presiden memiliki

kesamaan yaitu sama-sama berusaha menarik simpati masyarakat dengan mengatas

namakan kepentingan rakyat.

Menurut Lynda Lee Kaid, mendefinisikan iklan politik sebagai proses

komunikasi melalui sumber kandidat atau partai politik, mengambil kesempatan

untuk mengekspos komunikasi melalui saluran media massa dari pesan-pesan

politik untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku politik khalayak.12

Begitu pula yang dikatakan oleh Firmanzah, iklan politik dapat

didefinisikan sebagai sebuah pengiriman pesan melalui suatu media yang dibayar

sendiri oleh pemasang iklan, iklan merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan

mempengaruhi setiap lapisan atau anggota masyarakat.13

11 Ibid., h. 64. 12 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar

(Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2013), h. 39. 13 Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2012), h.20.

27

Iklan politik dibagi menjadi dua komponen yaitu:14

1. Iklan satu bentuk dari komunikasi, secara aktual iklan dibentuk dengan

terstruktur dari komunikasi terapan yang memadukan pesan verbal maupun

non verbal yang disusun untuk memenuhi format waktu dan ruang yang

spesifik yang ditentukan oleh pihak sponsor.

2. Iklan diarahkan pada sekelompok khalayak bukan ditujukan untuk individu

tertentu. Oleh karena itu iklan bersifat non personal atau merupakan bentuk

dari komunikasi massa.

Iklan adalah bentuk komunikasi massa, iklan terjadi bukan melalui proses

tatap muka sebagaimana komunikasi interpersonal. Iklan digunakan melalui

medium. Medium iklan adalah media yang diabayar oleh pemasang iklan untuk

meletakkan iklannya sehingga iklannya mampu menjangkau khalayak luas15.

Secara sederhana, iklan membujuk khalayak untuk melewati beberapa

tahapan dalam menerima informasi diantaranya tahap keterkaitan, pemahaman,

penyadaran terhadap produk dan pembentukan opini, serta tahap pengambilan

keputusan secara rasional untuk memilih partai politik tersebut.16

A.2 Bentuk-bentuk Iklan Politik

Berdasarkan bentuknya iklan politik dapat dibedakan menjadi empat

yaitu:17

14 Fajar Junaedi, Komunikasi Politik: Teori, Aplikasi dan Strategi di Indonesia

(Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta, 2013), h. 110. 15 Ibid., h. 65. 16 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar h. 40 17 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 36.

28

1. Iklan isu, merupakan iklan yang berisi suatu program atau kebijakan

dan membahas mengenai topik-topik yang menjadi perhatian publik

saat ini dan berkaitan dengan kepentingan nasional.

2. Iklan citra, merupakan iklan yang berisis simbol-simbol mengenai

sifat partai tersebut tetapi tidak mengatakan langsung dari mana partai

tersebut. Serta mempopulerkan citra partai politik walaupun

elektabilitas partai politik tersebut telah jatuh dengan

memperkenalkan paradigma baru partai politiknya.

3. Iklan slogan, iklan ini tidak berisi statemen politik apapun, hanya

berisi sloglan partai atau ajakan untuk memilih partai tersebut.

4. Iklan kombinasi, iklan yang memuat bentuk iklan isu sekaligus

publisitas.

A.3 Teknik Periklanan

Iklan politik di televisi sebenarnya dapat menggunakan berbagai macam

tekhnik, Devlin menyebutkan ada tujuh kategori tekhnik yang dapat digunakan

yaitu sebagai berikut:18

1. Iklan Primitif, biasanya artfisial, kaku, dan tampak dibuat-buat.

2. Iklan Talking Heads, iklan yang dirancang untuk menyoroti isu dan

menyampaikan citra bahwa kandidat mampu menangani isu tersebut

dan melakukan pekerjaannya nanti.

18 Deddy Mulyana, Komunikasi Politik Politik Komunikasi: Membedakan Visi dan Gaya

Komunikasi Praktisi Politik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 81.

29

3. Iklan Konsep, yang dirancang untuk menggambarkan ide-ide besar

dan penting mengenai kandidat, misalnya dalam iklan politik Aburizal

Bakrie pada tahun 2013 digambarkan bahwa aburizal sebagai calon

presiden tahun (2014-2019) dengan iklan bertekad menggratiskan

biaya pendidikan anak-anak Indonesia dari SD hingga SLTA.

4. Iklan Cinema-Verite, tekhnik yang menggunakan situasi informal dan

alami, misalnya calon kandidat sedang berbincang akrab dan spontan

dengan rakyat kecil, atau sisi kehidupan pribadi maupun keluarganya.

Di Indonesia, semua calon presiden 2014 menggunakan tekhnik iklan

ini. Seperti pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla dan Prabowo – Hatta

Rajasa, membuat iklan politiknya sedang bertemu dengan rakyat

kecil, blusukan memasuki pasar-pasar tradisional, terlihat begitu

akrab dan peduli dengan pedagang kecil, petani, nelayan, dan juga

para pelajar dengan menjawab semua pertanyaan mereka, serta

menjelaskan kebijakannya. Meskipun bertujuan memberikan kesan

spontanitas dan informalitas, iklan seperti ini berdasarkan naskah dan

latihan.

5. Iklan Negative, disebut negative karena itu dilakukan dalam upaya

meningkatkan keraguan tentang lawan, bukan menunjuk mengapa

seseorang layak dipilih.19 Di Indonesia iklan negative ini tidak terang-

19 Dinna Wisnu, tersedia di http://www.nasional.kompas.com; Internet; diunduh pada 1

Febuari 2017.

30

terangan ditayangkan televisi, biasanya lewat media lain terutama

selebaran dan terkadang lewat media sosial dari mulut ke mulut.

6. Iklan kesaksian testimonial, baik dari orang dewasa maupun tokoh

terkemuka yang dikagumi, baik tokoh politik, ilmuwan, olahragawan

serta artis. Pada tahun 2014 misalnya band slank yang memberikan

testimoni mengenai nilai-nilai positif dari pasangan Joko Widodo-

Jusuf Kalla untuk mempromosikan pasangan terebut. Iklan politik

Prabowo Subianto–Hatta Rajasa menggunakan testimony dari

kalangan elite seperti Aburizal Bakrie dan Mahfud MD.

7. Iklan format reporter netral, merupakan iklan rangkaian laporan

mengenai calon presiden dan memberikan kesempatan kepada

pemirsa untuk memberikan nilai.

B. Tokoh Masyarakat

B.1 Pengertian Tokoh Masyarakat

Di dalam kehidupan masyarakat, tokoh masyarakat mempunyai posisi yang

sangat penting, karena ia dianggap sebagai orang yang serba tahu dan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Sehingga segala tindak-tanduknya

merupakan pola aturan yang patut diteladani oleh masyarakat.

Menurut Surbakti, tokoh masyarakat adalah seseorang yang disegani dan

dihormati secara luas oleh masyarakat, karena aktifitas dalam kelompoknya serta

kecakapan-kecakapan dan sifat tertentu yang dimilikinya serta dapat menjadi faktor

yang menyatukan suatu bangsa.20

20 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo1992), h.40

31

Undang-Undang Republik Indonesia No 8 tahun 1987 pasal 1 ayat 6

menyebutkan bahwa “Tokoh masyarakat adalah seorang yang karena kedudukan

sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau Pemerintah”.21

Ada suatu sebab mengapa seseorang menjadi pemimpin yaitu memiliki

kekuasaan, wewenang, wibawa dan kekuatan lain serta dipatuhi dan diikuti oleh

sekelompok orang dan ditinjau dari segi kemasyarakatan. Pemimpin terdapat dua

jenis yaitu pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal adalah

orang-orang yang menduduki jabatan didalam pemerintahan, sedangkan pemimpin

informal adalah orang-orang yang tidak menduduki jabatan pemerintah, tetapi

memiliki pengikut, dipatuhi dan ditaati sekelompok orang. Faktor yang menonjol

dalam diri pemimpin informal adalah kewibawaan, dengan kewibawaannya itulah

pemimpin informal dapat diikuti, ditaati serta dipatuhi oleh orang-orang.22

Kewibawaan terbentuk dari unsur-unsur yang bersifat rasional dan

kejiwaan. Unsur rasional misalnya kelebihan kecerdasan dalam intelektual

(pikiran), fisik (kesehatan, ketahanan, dan stamina). Sedangkan unsur kejiwaan

adalah meliputi akhlak (budi pekerti), kepribadian, dan kesabaran. Tokoh

masyarakat termasuk dalam pemimpin informal (sosial leadership) yang memiliki

power dan authority serta berpengaruh dalam kehidupan sosial. Tokoh masyarakat

tersebut yang membimbing dan membina masyarakat dalam segala hal serta

sebagai panutan masyarakat.23

21 Undang-undang Republik Indonesia, tersedia di http://www.dpr.go.id; Internet; diunduh

pada 1 Febuari 2017. 22 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Radja Grafindo Persada

2002), h. 318. 23 Ibid., h. 319.

32

Sebagai pemimpin informal dalam masyarakat, tokoh masyarakat membina

dan membimbing masyarakat dalam proses hubungan kehidupan sosial agar terarah

dan terbentuk hubungan yang harmonis dan terbangunnya integritas masyarakat

yang saling bekerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Abdillah Hanafi dalam Koentjaraningrat tokoh masyarakat

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:24

a. Memiliki hubungan sosial lebih luas dari pada para pengikutnya.

b. Memiliki keahlian atau pengetahuan tertentu melebihi orang

kebanyakan, terutama pengikutnya.

c. Tidak menyimpan pengetahuan dan keahliannya itu untuk dirinya

sendiri, melainkan berusaha untuk menyebarkannya kepada orang lain.

B.2 Kategori Tokoh Masyarakat Dibagi Menjadi Dua, yaitu:

1. Tokoh Masyarakat Formal

Tokoh masyarakat formal adalah seseorang yang ditokohkan karena

kedudukannya atau jabatannya di lembaga pemerintahan seperti:25

a. Camat

b. Kepala desa/Lurah

c. Ketua RT/RW

2. Tokoh Masyarakat Informal

24 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta, PT Gramedia 1993),

h. 113. 25 Ibid., h. 114.

33

Seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat akibat dari pengaruh

posisi dan kemampuannya yang diakui oleh masyarakat di

lingkungannya, yaitu:26

a. Tokoh Agama

b. Tokoh Intelektual

c. Tokoh Perempuan

d. Tokoh Pemuda

C. Kriteria Pemimpin

Gaya kepemimpinan Joko Widodo menjadi daya tarik tersendiri bagi

masyarakat, khususnya di kalangan anak muda. Joko Widodo memiliki pesona

pribadi yang terasa bersahaja, peduli pada rakyatnya, jujur, dan terkesan jauh dari

politik transaksional. Hal inilah yang mampu membangkitkan luasnya dukungan

sukarela dari selebriti ataupun tokoh publik yang memiliki rekor integritas yang

tinggi. Tren kampanye dengan budaya popular digunakan dalam kampanye dan

iklan Jokowi-JK.27

Riset Kouzer dan Posner dilakukan terhadap ribuan eksekutif swasta dan

pemerintah (pemimpin birokrasi). Riset tersebut menunjukan bahwa para pengikut

mengharapkan pemimpin yang mempunyai karakteristik seperti kejujuran,

berorientasi ke depan, kompeten, serta membangkitkan semangat pengikut, berikut

adalah kriteria pemimpin:28

26Ibid., h. 114. 27 Indrati Tyas Utami, “Citra Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla dalam Iklan Politik Televisi

(Studi Analisis Semiotik Citra Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla dalam Iklan Politik Televisi Masa

Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Periode Mei-Juli 2014)”, (Skripsi S1 Universitas

Sebelas Maret Surakarta), h. 4. 28 Harbani Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 14

34

1. Kejujuran, yaitu sifat yang berhubungan dengan keyakinan bahwa

pemimpin dapat dipercaya dan dipegang kata-katanya atau janji-

janjinya, pemimpin yang dapat bekerja dengan nyata dan pemimpin

yang tidak suka memainkan peranan palsu. Pemimpin yang memiliki

rekam jejak yang baik, serta bebas korupsi. Kejujuran akan membangun

integritas dari seorang pemimpin. Integritas berarti apa saja yang

dikatakan oleh seorang pemimpin selalu dilaksanakannya. Pemimpin

yang memiliki integritas akan menampakkan sikap konsisten dalam

kata dan tindakan.

2. Pandangan ke depan, yaitu pemimpin yang diharapkan mempunyai

pandangan ke depan dan perhatian terhadap masa dengan organisasi

yang menjadi sasaran. Kemampuan memandang ke depan adalah

kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih tujuan.

Pemimpin yang diharapkan mempunyai orientasi yang baik tentang

masa depan.

3. Kompeten, yaitu kemampuan seorang pemimpin melakukan suatu hal,

karena adanya level motivasional yang terkandung keinginan atau

kemauan dan kemampuan seseorang untuk mendemonstrasikan kinerja

efektif. Sifat pemimpin yang diharapkan adalah pemimpin yang

memiliki jiwa kompetisi, kooperatif, berjiwa besar untuk menerima

kekalahan serta mampu merangkul lawan-lawan politiknya.

4. Inspirasi, yaitu seorang pemimpin yang antusias, penuh semangat, setia,

cerdas (dapat member ide-ide yang dapat dikembangkan) dan

35

berpandangan positif tentang masa depan, mereka diharapkan mampu

memberikan inspirasi pada pengikutnya.29 Tidak cukup hanya

mempunyai impian tentang masa depan, tapi juga dapat menyampaikan

wawasan dengan cara tertentu yang antusias, berenergi.

5. Pemimpin yang tegas dan berani, pemimpin yang berani dan tegas

dalam mengambil keputusan untuk menegakkan keadilan tanpa takut

berhadapan dengan banyak pihak.

6. Pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyat dibandingkan

dirinya sendiri, serta pemimpin yang cepat tanggap dalam menghadapi

isu yang melanda Negara seperti kasus KKN, kerusuhan dan bencana

alam.

D. Literatur Review

Penelitian tentang pengaruh iklan politik dan tokoh masyarakat terhadap

kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014 di Kecamatan Larangan, Tangerang.

Terdapat tiga penelitian yang terkait dengan penagaruh iklan politik di media

televisi dan tokoh masyarakat.

Peneliti yang pertama adalah journal dari Marissa Marlein Fenyapwain.30

Dari penelitian ini membahas tentang Iklan Politik dalam Pemilukada Minahasa

Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula di Desa Tounelet Kecamatan Kakas

29 Eddy Fransiskhi, tersedia di http://www.linkedin.com; Internet; diunduh pada 25

January 2016. 30 Marissa Marlein Fenyapwain, “Pengaruh Iklan Politik dalam Pemilukada Minahasa

Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula di Desa Tounelet Kecamatan Kakas” (Acta Diurna” Volume

I. No. 1 Tahun 2013).

36

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, dengan

pendekatan analisis korelasi dan regresi linear sederhana. Tekhnik pengumpulan

data yang digunakan yaitu wawancara dengan menggunakan pertanyaan terstruktur,

dengan tujuan untuk memperoleh data primer dan juga data sekunder yang

dikumpulkan dalam penelitian ini dalam gambaran umum tentang pemilihan umum

kepala daerah dan jumlah pemilih pemula yang ada di kecamatan kakas. Dan

mengambil sampel dari satu populasi sebagai pengumpulan data dengan

menggunakan angket/kuesioner.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan yaitu dengan

menggunakan alat ukur kuesioner yang kemudian dianalisis menggunakan tekhnik

analisa data berbentuk Korelasi Pearson Product Moment (PPM) di dapatkan bahwa

iklan politik pemilukada di minahasa mempunyai tingkat hubungan yang cukup

kuat dan memberi kontribusi sebesar 17,30%. Artinya Ho ditolak dan ini

membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara iklan politik Pemilukada

di Minahasa terhadap partisipasi pemilih pemula di desa Tounelet Kecamatan

Kakas.

Penelitian yang kedua adalah skripsi dari Fandy Prawira.31 Skripsi ini

membahas tentang pengaruh iklan politik terhadap perilaku pemilih terhadap

kemenangan Prabowo-Hatta di TPS 24 Cipayung, Jakarta Timur.

31Fandy Prawira, “Pengaruh Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih Studi tentang

Kemenangan Prabowo – Hatta di TPS 24 Kelurahan Cipayung, Jakarta Timur Pada Pilpres 2014”

(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatllah

Jakarta).

37

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, penarikan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah snowball sampling, yaitu

tekhnik pengambilan data dari responden yang diinformasikan dari responden

lainnya. Populasi penelitian ini diambil dari semua masyarakat yang memilih di

TPS 24 Kelurahan Cipayung, Jakarta.

Hasil dari penelitian ini adalah iklan politik sebagai sarana meraih dukungan

yang massif nyatanya tidak berpengaruh terhadap pola perilaku memilih

masyarakat yang memilih Prabowo – Hatta pada pilpres 2014

Penelitian yang ketiga, adalah skripsi dari Maspanur.32 Skripsi ini tentang

tokoh masyarakat dan perilaku pemilih pada Pilkada 2006 di Kabupaten Mamuju

Sulawesi Barat.

Metode yang digunakan dalam skripsi ini kualitatif, tekhnik data yang

digunakan yaitu wawancara mendalam, studi pustaka dan dokumen. Lokasi

penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Mamuju, Sulawesi Barat.

Informan dari penelitian ini dipilih dari empat kategori di Mamuju yaitu, 1)

tokoh adat, 2) tokoh agama, 3) tokoh pemuda 4) tokoh intelektual.

Hasil dari penelitian ini adalah perilaku pemilih tokoh masyarakat masih

sangat dipengaruhi oleh system kekerabatan/kedaerahan dalam hal ini kesukuan

yang terjadi di Mamuju pada Pilkada Gubernur 2006. Besarnya kecenderungan

etnis dalam perilaku memilih tokoh masyarkat membuat pilihan-pilihan rasional

32 Maspanur, “Tokoh Masyarakat dan Perilaku Pemilih: Perilaku Memilih Tokoh

Masyarakat pada Pilkada Gubernur tahun 2006 di Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat”

(Universitas Hasanudin)

38

menjadi hal yang urgen, hal ini dikarenakan kuatnya pengaruh kesukuan yang

membentuk pribadi dan tindakan masyarakat.

E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

E.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dimaksudkan untuk menjelaskan secara garis besar

alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan

pernyataan penelitian

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan

antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar

variabel independen dan dependen. Peraturan antar variabel tersebut, selanjutnya

dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap

penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir. 33

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini maka dapat digambarkan

kerangka pemikiran sebagai berikut:

1

2

Kerangka pemikiran pada gambar, secara garis besar menjelaskan logika

berjalannya penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen

33 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 60.

Kemenangan

Jokowi-Jk Pada

Pilpres 2014

(Y)

Iklan Politik

(X1)

Tokoh Masyarakat

(X2)

39

(X) yaitu iklan politik (X1), tokoh masyarakat lokal (X2), dan terdapat satu variabel

dependen yaitu kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Y). Kerangka ini

berdasarkan dari pertanyaan penelitian yang dipaparkan pada Bab 1. Garis nomor

satu pada kerangka pemikiran menunjukan apakah iklan politik berpengaruh

terhadap kemenangan Jokowi-JK. Garis nomor dua pada kerangka pemikiran

menunjukan apakah tokoh masyarakat lokal berpengaruh pada kemenangan

Jokowi-Jk.

E.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data.34

Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan

penelitian yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan

membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya

dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.35

Terdapat dua jenis hipotesis nol (Ho) dan hipotesis kerja (Ha). Hipotesis nol

(Ho) sering disebut juga dengan hipotesis statistik yaitu hipotesis yang diuji dengan

statistik. Hipotesis ini memiliki bentuk dasar atau memiliki statment yang

menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan Y yang akan diteliti, atau

variabel independen (X) tidak mempengaruhi variabel dependen (Y). hipotesis nol

34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 93. 35 Ibid., h. 93.

40

ini dibuat dengan kemungkinan yang besar untuk ditolak, ini berarti apabila terbukti

bahwa hipotesis nol ini tidak benar dalam arti hipotesis ini ditolak, maka dapat

dismpulkan bahwa ada hubungan antara variabel X dan variabel Y. dan yang kedua

adalah hipotesis kerja (Ha) hipotesis ini disebut sebagai lawan dari hipotesis nol

yang disebut juga dengan hipotesis alternative. Hipotesis alternative dapat langsung

dirumuskan apabila dalam suatu penelitian, hipotesis nol ditolak. Hipotesis ini

menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikan hubungan antara variabel

independen (X) dan variabel dependen (Y). 36

a. Ho1: Variabel iklan politik tidak berpengaruh terhadap kemenangan

Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014, di Kecamatan Larangan,

Tangerang Kota .

Ha1: Variabel iklan politik berpengaruh terhadap kemenangan Joko

Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014, di Kecamatan Larangan,

Tangerang Kota.

b. Ho1: Variabel Tokoh Masyarakat tidak berpengaruh terhadap

kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014, di

Kecamatan Larangan, Tangerang Kota.

Ha1: Variabel Tokoh Masyarakat Lokal berpengaruh terhadap

kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014, di

Kecamatan Larangan, Tangerang Kota.

36 Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009), h. 79-80.

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis membahas metode penelitian yang mencakup ruang

lingkup penelitian, jenis penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data

untuk memperoleh data dalam penelitian. Dilanjutkan dengan metode pengujian

kuesioner yaitu uji validitas dan uji reliabilitas untuk menguji kuesioner apakah

valid dan reliable. Bab ini juga memaparkan metode analisis data yang digunakan

untuk mengelola hasil penelitian guna memperoleh kesimpulan, dan yang terakhir

operasionalisasi variabel penelitian yang diuraikan dalam bentuk diagram bar.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, kuantitatif dinamakan

juga dengan metode tradisional karena metode ini sudah cukup lama digunakan

sehingga sudah mentradisi sebagai metode penelitian. Metode ini sebagai metode

ilmiah yang konkrit, obyektif, terukur, rasional dan juga sistematis. Metode ini

disebut kuantitatif karena data dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik.37

Penelitian kuantitatif di.gunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel

tertentu. Tekhnik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

37 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Alfabeta Bandung:

2009), h. 7.

42

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sepenuhnya di wilayah Kecamatan Larangan,

Tangerang Kota. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena

dalam Pilpres 2014 lalu, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla meraih suara yang

lebih tinggi dibandingkan dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Sedangkan

pasangan Prabowo-Hatta memberikan fasilitas kepada masyarakat di kecamatan

Larangan Utara, Tangerang.

Hal ini lah yang penulis tuju sebagai bahan untuk penelitian, yang nantinya

akan terlihat secara objektif apakah terdapat pengaruh dari iklan politik dan tokoh

masyarakat lokal terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres 2014

di Kecamatan Larangan, Tangerang Kota.

C. Populasi dan Sampel

C.1 Populasi

Populasi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu population, yang berarti

jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang

kebanyakan akan menghubungkannya dengan masalah kependudukan. Dalam

metode penelitian kata populasi sangat popular digunakan untuk menyebutkan

serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.38

Populasi adalah wilayah atau generalisasi yang teridiri atas objek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan

38 Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, h.123.

43

hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga

bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi

melihat seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut.39

C.2 Sampel

Teknik sampling adalah penjelasan mengenai teknik atau cara yang

dilakukan oleh penulis dalam menentukan sampel penelitiannya. Teknik sampling

merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik yang digunakan. Dalam

penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling yang

termasuk dalam teknik nonprobability sampling.40

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Convenience sampling merupakan teknik

pengambilan sampel untuk mendapatkan unit menurut keinginan peneliti.

Convenience sampling disebut juga sebagai sampel yang dipilih dengan

pertimbangan kemudahan yaitu kemudahan peneliti dalam mendapatkan sampel

baik karena kemudahan perizinan maupun lokasi yang mudah dijangkau oleh

penulis.41

D. Metode Pengumpulan Data

D.1 Kuisioner

39Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Alfabeta Bandung,

2009), h. 80. 40 Ibid., h. 81 41 Ibid., h. 81

44

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran daftar

pernyataan untuk dijawab oleh responden, kemudian diberikan untuk diisi oleh

responden. Setelah diisi, angket dikembalikan kepada peneliti.42 Jadi dengan

metode ini, peneliti mengumpulkan sejumlah daftar pertanyaan tertulis kepada

responden mengenai anggapan masyarakat terhadap iklan politik dan tokoh

masyarakat terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada saat pilpres 2014

lalu untuk mendapatkan jawaban pribadi, yang kemudian akan peneliti kemukakan

dan sajikan dalam bentuk penyajian data.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

E.1 Uji Validitas

Uji Validitas ditujukan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam

kuisioner untuk menilai apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner tersebut

sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin peneliti ukur. Instrument yang valid

berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. 43

Suatu kuesioner dikatakan valid apabila:

1. Jika koefisioen korelasi product moment melebihi 0,3

2. Jika koefisien product moment >r-table (a;n – 2), n = jumlah sampel

3. Untuk menghitung uji validitas penulis menggunakan tekhnik korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson, sebagai berikut44 :

𝑟 =𝑛 (∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋) (∑ 𝑌)

√𝑛 (∑ 𝑋2) − (∑ 𝑋)2 𝑛 (∑ 𝑌2 ) − (∑ 𝑌)2

42 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif h. 123. 43 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 168.

44Ibid., h. 168.

45

n = Jumlah responden

X = Skor variabel (jawaban responden)

Y = Skor total variabel untuk responden n

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Statistikal Product and Service

Solution (SPSS) release 20.0 untuk menguji validitas dengan menggunakan uji dua

sisi taraf signifikansi 0,05. Dasar pengambilan keputusan uji validitas adalah:

a. Jika r hitung ≥ r tabel maka item-item pertanyaan berkorelasi signifikan

terhadap skor total. Pertanyaan dianggap valid.

b. Jika r hitung < r tabel maka item-item pertanyaan tidak berkorelasi

signifikan terhadap skor total. Pertanyaan dianggap tidak valid.

E.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat derajat ketepatan jawaban yang akan diperoleh

dari responden. Reabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama dengan menggunkan alat ukur yang sama pula. dalam penelitian ini

penulis menggunakan tekhnik pengukuran reability dengan Cronbach Alpha.

Koefisien alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut45:

𝞪𝐾𝑅

1+(𝐾−1)𝑅

Keterangan :

𝞪 = Koefisien keandalan alat ukur

45 Sofyan Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Grafindo, 2011), h. 173

46

K = Jumlah Variabel

R = Koefisien rata-rata antar variabel

Jika hasil crobach alpha menunjukan perhitungan > 0,6 maka data tersebut

mempunyai reabilitas kurang baik, cronbach alpha > 0,7 data dapat diterima, dan

cronbach alpha > 0,8 dinyatakan sangan baik.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan proses yang dilakukan ketika semua data

sudah terkumpul, guna memecahkan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan program aplikasi Statistikal Product and Service

Solutions (SPSS). SPSS merupakan sebuah aplikasi yang dapat digunkanan dalam

penelitian untuk pengelolaan data statistik.

F.1 Metode Uji Asumsi Klasik

Metode uji asumsi klasik adalah uji yang dilakukan untuk menganalisis

asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam penggunaan regresi. Pengujian

asumsi klasik ini bertujuan untuk memperoleh model regresi yang menghasilkan

estimator tidak bias yang terbaik dari model regresi yang diperoleh dari metode

kuadrat terkecil. Dengan terpenuhinya asumsi-asumsi tersebut maka hasil yang

diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan.

Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika

model tersebut memenuhi beberapa asumsi klasik, antara lain:46

a. Tidak ada multikolinieritas yang sempurna antar variabel bebas.

46 Bhuono Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS

(Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 57.

47

b. Tidak ada autokorelasi antar kesalahan atau antar uji dan uji tidak ada

korelasinya

c. Heteroskedastisitas, artinya varians kesalahan sama untuk setiap periode

(homo = sama, skedastisitas = sebaran).

d. Model persamaan regresi linier harus berdistribusi normal atau paling

tidak mendekati normal.

Adapun tiga tahapan dalam pengujian asumsi klasik, antara lain uji

normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.47

F.1.a Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu

distribusi data.48 Uji normalitas berguna untuk menentukan apakah data yang telah

dikumpulkan memiliki distribusi yang normal. Pengujian normalitas akan

mengarahkan tekhnik statistik apa yang akan digunakan untuk uji pengambilan

keputusan.

Ada dua cara yang bisa digunakan untuk menguji normalitas model regresi

tersebut yaitu:49

a. Analisis grafik (normal P-P plot) dan

b.Analisis statistik dengan menggunakan analisis One Sample

Kolmogrov-Smirnov Test.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis grafik normal P-P plot

of Regression Standardiazed Residual dengan melihat penyebaran data (titik) pada

47 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang:

Universitas Diponegoro, 2007), h. 91. 48 Masri Mansoer dan Elin Driana, Statistik Sosial, (Jakarta: Ushul Press, 2009), h. 113. 49 Ibid., h. 115.

48

sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik

data yang menyebar di sekitar garis diagonal, penyebarab titik-titik data searah

mengikuti garis diagonal.

F.1.b Metode Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu

model. Kemiripan antarvariabel independen dalam suatu model akan menyebabkan

terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan

variabel independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikoliniearitas juga

bertujuan untuk mnghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan

mengenai pengaruh pada uji parsial. Masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen.50

Adapun cirri-ciri multikolinieritas:51

a. Nilai R square yang dihasilkan dari estimasi model regresi tinggi,

namum secara individual variabel independen banyak yang tidak

signifikan mempengharuhi variabel dependen.

b. Antar variabel independen memiliki korelasi > 0,9

c. Setiap variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Output nilai tolerance ( < 0,10 ) atau VIF > 10.

50 Bhuono Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS

(Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 58.

51 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang:

Universitas Diponegoro, 2007), h. 92.

49

F.1.c Metode Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varians dari residual untuk semua pengamat pada model regresi.52

Model regresi yang baik adalah model yang dikatakan homoskedastisitas

dimana memiliki persamaan varian residual suatu periode pengamatan dengan

metode pengamatan yang lain. Ada beberapa metode pengujian diantaranya dengan

melihat grafik plot antara standardized residual (SRESID) terhadap standardized

predicted value (ZPRED). Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heterosedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta

titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi

heterosedastisitas.53

F.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah model yang menggunakan suatu

variabel dependen dihubungkan dengan dua atau lebih dari dua variabel

independen. Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis regresi linier

berganda. Analisa Regresi Linier Berganda merupakan pengembangan dari analisis

regresi sederhana. Analisis regresi ganda adalah alat untuk meramalkan nilai

52 Dwi Priyanto, Mandiri Belajar SPSS (Yogyakarta: Mediakom, 2008), h. 39. 53 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang:

Universitas Diponegoro, 2007), h. 70.

50

pengaruh dua variabel bebas atau lebi terhadap satu variabel terikat (untuk

membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua

atau lebih variabel bebas X1, X2, …., Xi terhadap suatuvariabel terikat Y).54

Persamaan regresi ganda dirumuskan sebagai berikut:

Ŷ= a + b1 X1 + b2X2

Keterangan :

Ŷ = variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X1X2 = variabel independen

a = konstanta (nilai Ŷ apabila X1, X2 = 0)

b1 dan b2 = koefisien regresi (nilai peningkat atau penurunan)

nilai-nilai a, b1, dab b2 pada persamaan regresi ganda untuk dua variabel

bebas dapat ditentukan dari rumus-rumus berikut:

∑ 𝑥1𝑦 = 𝑏1 ∑ 𝑥1 2 + 𝑏2 ∑ 𝑥1

2

∑ 𝑥2𝑦 = 𝑏1 ∑ 𝑥1 𝑥2 + 𝑏2 ∑ 𝑥2 2

a = Ȳ − 𝑏1 x̅1 - 𝑏2 x̅2

untuk memudahkan analisis regresi ganda maka peneliti menggunakan

perhitungan dengan SPSS 20.0

F.2.a Analisis Korelasi Berganda

Analisis korelasi berganda adalah untuk menguji hubungan antara dua

variabel independen (X) atau lebih secara bersama-sama dengan variabel dependen

(Y). dalam penelitian ini terdapat dua variable independen yaitu, iklan politik dan

54 Sofyan Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Grafindo, 2011), h.162.

51

tokoh masyarakat. Sedangkan, variabel dependennya adalah kemenangan Jokowi-

Jk pada pilpres 2014.

Dasar pengambilan uji korelasi sederhana adalah melihat pada ouput model

summary dengan melihat nilai R berkisar antara 0 sampai 1, apabila nilai R

mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi akan semakin kuat, dan apabila nilai R

mendekati 0 berarti hubungan yang terjadi lemah.55

F.2.b Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R square) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.56

Tabel 3.1

Koefisien Korelasi

Pada tahap analisis kuantitatif dalam penelitian ini digunakan tekhnik

regresi untuk mengetahui besar dan arah korelasi, serta bobot sumbangan masing-

55 Alghifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi 2 (Yogyakarta: Juli, 2013),

hal. 68.

56 Sarwono, dalam buku Aprilinda dan Islandscript Kursus Kilat Menguasai SPSS untuk

UKM (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011), h. 10

Koefisien Korelasi (r) Hubungan

0,00 – 0,25 Korelasi sangat lemah

0,25 -0, 50 Korelasi cukup

0,50 – 0,75 Korelasi kuat

0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat

1 Korelasi sempurna

52

masing variabel bebas dengan variabel terikat. Pengelolaan data kuantitatif ini

menggunakan bantuan program SPSS 20.0.

G. Metode Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan salah satu prosedur yang akan menghasilkan

suatu keputusan , yaitu keputusan menolak atau menerima hipotesis tersebut.

Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidak pastian

artinya keputusan bisa salah dan benar sehingga menimbulkan resiko. Besar

kecilnya resiko dinamakan probabilitas.57 Dalam penelitian ini penulis

menggunakan uji hipotesis dengan uji F dan uji T serta dibantu dengan aplikasi

SPSS 20.0.

G.1 Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji T)

Uji koefisien regresi secara parsial (uji t) digunakan untuk menguji tingkat

signifikansi masing-masing koefisien variabel bebas secara individu terhadap

variabel tidak bebas. Pada penelitian ini penulis menggunakan signifikan 0,05.

Rumus t nhitung pada analisis regresi adalah:58

t hitung = bi

Sbi

keterangan :

bi = koefisien regresi variabel i

57 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),

hal. 31

58 Alghifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi 2 (Yogyakarta: Juli, 2013), h.

20.

53

Sbi = standar error variabel i

Untuk menentukan keputusan menolak Ho atau menerima Ho maka

diperlukan ketentuan. Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui kebenaran

hipotesa adalah

jika thitung > ttabel 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya adalah tidak

ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Sebaliknya, jika thitung < ttabel 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

adalah ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil uji t dapat dilihat pada Output Coeffficient dari hasil analisis rtegresi

linier berganda.

G.2 Uji Koefisien Regresi Seacara Simultan (Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

(X1,X2) secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen (Y). jika Fhitung > Ftabel, maka variabel-variabel independen

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika Fhitung

< Ftabel, maka variabel-variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Fhitung berada dalam table output ANOVA dengan

perhitungan statistik menggunakan program SPSS, sedangkan untuk mengetahui

Ftabel, penulis menggunakan Microsoft excel. Fhitung dapat dicari dengan rumus

sebagai berikut:59

F hitung = R2/ k

(1− R2) / (n−k−1)

Keterangan :

59Ibid., h. 73.

54

R2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah data

k = Jumlah variabel independen

hasil uji F dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil analisis regresi linier

berganda. Melakukan uji F untuk mengetahui pengujian secara bersama-sama

signifikansi hubungan antara variabel independent dan variabel dependen. Criteria

pengujian dan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:60

Untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik (signifikan) atau

tidak baik (non signifikan). Nilai signifikannya sebesar a= 0,01 sampai dengan 0,05.

Jika signifikan Fhitung > 0,01 maka artinya tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Namun, jika signifikan Fhitung < 0,01 itu artinya terdapat signifikan antara

variabel bebas dengan variabel terikatnya.

Untuk memudahkan penelitia dalam melakukan perhitungan statistic,

digunakan bantuan program SPSS 20.0.

H. Skala Linkert

Untuk keperluan pengolahan data kuantitatif dibutuhkan pengukuran skala

instrumen (kuesioner). Skala linkert adalah skala yang digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena

tertentu.61 Dengan skala linkert, variabel yang akan diukur nantinya dan dijabarkan

akan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai

60 Alghifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi 2 (Yogyakarta: Juli, 2013), h.

74.

61 Sofyan Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Grafindo, 2011), h 138

55

titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan.62

dalam penelitian ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden

dengan 4 (empat) kategori jawaban disetiap kategori.

Tabel 3.2

Skala Linkert

No Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat setuju 5

2 Setuju 4

3 Ragu-Ragu 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

Selain itu penulis juga menggunakan skala nominal dengan jenis pertanyaan

terbuka guna mendapatkan jawaban yang bersifat jelas dan konsisten di beberapa

pertanyaan dalam instrument penelitian.

I. Operasional Variabel Penelitian

Operasional merupakan sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang

diterapkan dalam suatu penelitian dan sangat erat kaitannya dengan indikator.

Untuk memudahkan penelitian ini, penulis menguraikan variabel-variabel apa saja

62 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Alfabeta Bandung,

2009), h. 93

56

yang digunakan menjadi indikator-indikator yang terperinci agar mudah untuk

diukur.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yang berupa iklan politik dan

tokoh masyarakat satu variabel terikat yaitu kemenangan Jokowi Dodo-Jusuf Kalla.

Table 3.3

Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Sub-Variabel Indikator Skala

Pengukuran

No. Butir

Pertanyaan

1.

Iklan Politik

A.Iklan Talking

Heads

visi dan misi,

slogan

Linkertdan

pertanyaan

terbuka

dengan

menggunakan

skala nominal

2

B.Iklan Konsep:

iklan ide-ide atau

gagasan yang besar Linkert 5

C.Iklan Cinema-

Verite

memperlihatkan sisi

kehidupan pribadi

dan keluarga calon

kandidat,

berbincang akrab

dan spontan dengan

petani, pedagang,

nelayan, blusukan

memasuki pasar

tradisional,

keakraban dengan

para pelajar.

Linkert 4

57

D.Iklan Kesaksian

Testimonial:

pendapat para

tokoh dan artis Linkert 3

No Variabel Sub-Variabel Indikator Skala

Pengukuran

No. Butir

Pertanyaan

2.

Tokoh

Masyarakat

Tokoh

Masyarakat

Formal dan

Informal

Formal :

A. Camat

B. Kepala

Desa/Lurah

C. Ketua Rt/Rw

Informal :

A. Tokoh Agama

B. Tokoh

Intelektual

C. Tokoh Pemuda

D. Tokoh

Perempuan

3

Kemenangan

Jokowi-Jk

pada Pilpres

2014

Kriteria

Pemimpin

A.

B.

C.

D. A.Kejujuran

E. B.Pandangan ke

depan

F. C.Kompeten

G. D.Inspirasi

E. Tegas dan

Berani

Linkert 14

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan memaparkan latar belakang tempat penelitian dan identitas

responden. Berikutnya akan menyajikan hasil uji kuesioner yaitu uji validitas dan

uji reliabilitas. Dalam bab ini juga menjelaskan hasil kuesioner dalam bentuk

diagram bar. Pada bagian utama dalam bab ini adalah hasil perhitungan data yang

dibantu dengan program Statistikal Product and Service Solutions (SPSS) 20.0

Hasil penelitian yang dijabarkan dengan perhitungan statistik yaitu, uji asumsi

klasik, analisis regresi linier berganda, uji kolmogrov – smirnov, yang akan

menjawab hasil dari penelitian ini.

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Kecamatan Larangan adalah salah satu Kecamatan yang ada di Tangerang

Kota, Banten. Kecamatan Larangan terletak di bagian Tangerang Kota dan

berbatasan langsung dengan Jakarta Selatan dan Kota Tangerang Selatan. Dengan

luas wilayah 9,01 km2, jumlah penduduk 168.147, jumlah RW 89 dan jumlah RT

410. 63 Kecamatan larangan berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Kelurahan Larangan Indah

2. Sebelah Timur : Kelurahan Gaga

3. Sebelah Selatan : Kelurahan Sudimara Timur

4. Sebelah Barat : Kelurahan Cipadu

63 Info Tangerang Kota, di http://www.info-tangerang.blogspot.co.id internet diunduh

pada 31 Januari 2017.

59

Adapun beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Larangan yaitu,

Kelurahan Gaga, Kelurahan Larangan Indah, Kelurahan Larangan Selatan,

Kelurahan Larangan Utara, Kelurahan Gaga, Kelurahan Cipadu, Kelurahan Cipadu

Jaya, Kelurahan Kreo, Kelurahan Kreo Selatan 64.

Adapun agama yang dianut di Kecamatan Larangan, Tangerang sebagai

berikut:65

Tabel 4.1

Data berdasarkan Agama di Kecamatan Larangan, Tangerang

No Agama Jumlah

1. Islam 162.119

2. Kristen 5.739

3. Katolik 2.821

4. Hindu 319

5. Budha 526

6. Konghuchu 7

7. Lainnya 19

Jumlah

171.550

64 Info Tangerang Kota, di http://www.info-tangerang.blogspot.co.id; internet diunduh

pada 31 Januari 2017. 65 Pemerintah Kota Tangerang, di http://www.tangerangkota.go.id : internet diunuduh

pada 31 Januari 2017.

60

Dalam hasil pemilihan Presiden 2014 di Kecamatan Larangan, Tangerang

Kota, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memperoleh suara terbanyak di

Kecamatan Larangan yaitu 41.328 suara, sedangakan pasangan Prabowo Subianto-

Hatta Rajasa memperoleh suara 40.981 suara dari 82.309 suara yang sah.

B. Distribusi Frekuensi Identitas Responden

Kuesioner yang dibagikan kepada responden, terdapat identitas responden

pada halaman pertama. Identitas responden bertujuan untuk mengetahui siapa yang

mengisi kuesioner. Adapun hasil survey responden yang ikut berpartisipasi dalam

mengisi kuesioner berdasarkan jenis kelamin, usia, status, adalah sebagai berikut :

B.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penulis membagi menjadi dua kategori: Laki-

laki dan Perempuan. Hal ini dapat dilihat dengan presentase jenis kelamin sehingga

akan dapat rata-rata keseluruhan jenis kelamin responden.

Gambar 4.2

Distribusi Frekuensi Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.0

61

Dari jumlah responden sebanyak 86 orang. Gambar 4.2 menunjukan jumlah

responden laki-laki sebanyak 49 responden (57,0%) dan Perempuan sebanyak 37

responden (43,0%).

B.2 Data Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penulis membagi empat kategori: 17-25 tahun, 26-35

tahun, 36-45 tahun dan 46-55 tahun. Hal ini dapat dilihat dengan presentase usia

sehingga akan dapat rata-rata keseluruhan usia responden.

Gambar 4.3

Distribusi Frekuensi Identitas Responden Berdasarkan Usia

Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.0

Dari jumlah responden sebanyak 86 orang. gambar 4.3 menunjukan bahwa

umur 17-25 tahun 55 responden (64,0%), 26-35 tahun 27 responden (31,4%), 36-

45 tahun 3 responden (3,5%) dan 46-55 tahun 1 responden (1,2%).

Mayoritas responden merupakan kelompok usia 17-25 tahun yaitu sebanyak

55 orang (64,0%), peringkat kedua oleh kelompok usia 26-35 tahun yaitu 27 orang

62

(31,4%), peringkat ketiga kelompok usia 36-45 tahun 3 orang (3,5%), dan peringkat

terakhir yaitu usia 46-55 tahun 1 orang (1,2%).

B.3 Data Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Berdasarkan masa kerja, penulis membagi menjadi empat kategori:

pelajar/mahasiswa, pegawai negeri, pegawai swasta dan lain-lain. Hal ini dapat

dilihat dengan presentase jenis pekerjaan sehingga akan dapat rata-rata keseluruhan

jenis pekerjaan responden.

Gambar 4.4

Distribusi Frekuensi Identitas Responden Berdasarkan Status

Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.0

Setelah identitas status pekerjaan diisi oleh responden. Penulis

mengelompokkaan empat kategori status pekerjaan yaitu pelajar/mahasiswa,

pegawai negeri, pegawai swasta, dan lain-lain. Satu kategori yaitu lain-lain untuk

mengelompokan pekerjaan selain dari empat kategori tersebut.

Dari jumlah responden 86 orang. gambar 4.4 menunjukan mayoritas

pekerjaan dari para responden adalah pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 44 orang

(51,2%), responden pegawai negeri yaitu 4 orang (4,7%), responden yang bekerja

63

sebagai pegawai swasta ada 28 orang (32,6%), dan 10 orang mempunyai pekerjaan

di luar pekerjaan tersebut.

C. Hasil Kuesioner

Penulis akan menguraikan hasil kuesioner dalam bentuk diagram bar agar

pembaca dapat memahami secara jelas hasil dari kuesioner penelitian ini. Setelah

mengetahui hasil kuesioner. Perhitungan kuesioner dibantu dengan program SPSS

20.0. berikut ini adalah hasil kuesioner yang akan digambarkan dalam bentuk

diagram bar.

C.1 Hasil Kuesioner Iklan Politik (X1)

Variabel iklan politik (X1) terdiri dari 14 pernyataan yang wajib diisi.

Berikut ini hasil jawaban pernyataan untuk variabel iklan politik. Pertanyaan nomor

1 berbunyi “Saya memilih Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres 2014, karena suka

dengan iklan visi misinya seperti “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri

dan berkepribadian berlandaskan gotong royong” yang ditayangkan di televisi.

Gambar 4.5

Memilih Karena Iklan Vis Misi Jokowi-JK

64

Gambar 4.5 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab sangat

tidak setuju 1 orang (1,2%), tidak setuju 6 orang (7,0%) orang, cukup setuju 31

orang (36,0%), setuju sebanyak 39 orang (45,3%) dan untuk yang sangat setuju

sebanyak 9 orang (10,5%).

Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 39 orang (45,3%)

menyukai iklan visi dan misi pasangan Jokowi-JK di televisi yang berbunyi

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong” yang tayang ditelevisi. Iklan visi dan misi dari

pasangan Jokowi-JK ini menawarkan solusi untuk membawa kehidupan bangsa

kearah yang lebih baik, dengan menggerakkan semangat gotong royong demi

terwujudnya Indonesia yang berdaulat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi

serta kepribadian dalam kebudayaan. Sehingga dengan iklan yang mengedepankan

gotong royong ini responden menyukai iklan visi dan misi Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 2 berbunyi “Saya memilih Jokowi-JK pada pilpres 2014,

karena suka dengan iklan revolusi mental yang ditayangkan di televisi”.

Gambar 4.6

Memilih Karena Iklan Revolusi Mental

65

Gambar 4.6 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab

pertanyaan nomor 2, mayoritas menjawab setuju yaitu sebanyak 57 orang (66,3%),

24 orang (27,9%) menjawab cukup setuju dan sangat setuju menjawab 5 orang

(5,8%).

Hasil menunjukan bahwa mayoritas sebanyak 57 orang (66,3%) menjawab

setuju dengan iklan jargon “Revolusi Mental” yang diusung pasangan Jokowi-JK

yang ditayangkan di televisi. Yang dimaksud iklan revolusi mental adalah revolusi

melalui pendidikan yang berkualitas dan merata, serta penegakan hukum yang tidak

pandang bulu. Sehingga mayoritas responden menyukai iklan revolusi mental dari

pasangan Jokowi-JK pada pilpres 2014.

Pernyataan nomor 3 berbunyi “Saya memilih Jokowi-JK pada pilpres 2014,

karena iklan slogannya yang ditayangkan di televisi, contohnya “Jokowi adalah

kita, Indonesia Hebat”

Gambar 4.7

Memilih Karena Iklan Slogan

Gambar 4.7 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab

pertanyaan nomor 3, yang menjawab tidak setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 16

66

orang (18,6%), mayoritas menjawab setuju sebanyak 63 orang (73,3%), sedangkan

untuk sangat setuju 6 orang (7,0%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas sebanyak 63 orang (73,3%) menyukai

iklan slogan “Jokowi adalah kita, Indonesia Hebat” yang diusung pasangan Jokowi-

JK. Pada saat pilpres iklan ini sering tayang di televisi, iklan ini tidak berisi

statemen apapun hanya berisi slogan partai serta ajakan untuk memilih pasangan

Jokowi-JK. Sehingga mayoritas responden menyetujui iklan slogan dari pasangan

Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 4 berbunyi “Saya memilih Jokowi-JK pada pilpres 2014,

karena iklan ide-ide besarnya yang ditayangkan di televisi seperti “Ekonomi

Kreatif”

Gambar 4.8

Memilih Karena Iklan Ide-ide Besarnya

Gambar 4.8 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup

setuju 13 orang (15,1%), setuju 55 orang (64,0%), sedangkan yang mejawab sangat

setuju 18 orang (20,9%).

Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 55 orang (64,0%)

setuju dengan iklan “Ide-ide Besar” pasangan Jokowi-JK. Iklan ini merupakan iklan

67

konsep yang dirancang untuk menggambarkan ide-ide besar dari pasangan Jokowi-

JK seperti blusukan, revitalisasi pasar tradisional, jaminan kesehatan kelas 3 (tiga)

serta beasiswa dan UKM. Progam ide-ide besar dari Jokowi-JK mampu menarik

simpati dan dukungan yang besar dari masyarakat sehingga mayoritas responden

menyukai iklan ide-ide besar dari pasangan Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 5 berbunyi “Saya memilih Jokowi-Jk pada pilpres 2014,

karena iklan program yang ditayangkan di televisi yaitu “Indonesia Pintar,

Indonesia Sehat, Indonesia Kerja, dan Indonesia Sejahtera”.

Gambar 4.9

Memilih Karena Iklan Program Jokowi-Jk

Gambar 4.9 menunjukan bahwa dari 86 orang, yang mejawab cukup setuju

hanya 16 orang (18,6%), sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 58 orang

(67,4%), dan untuk sangat setuju berjumlah 12 orang (14,0%).

Hasil menunjukan bahwa mayoritas sebanyak 58 orang (67,4%) menyetujui

iklan progam pasangan Jokowi-JK yang ditayangkan di televisi yaitu “Indonesia

Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Kerja, dan Indonesia Sejahtera”. Iklan ini di

maksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan

kualitas pendidikan dengan wajib belajar 12 tahun, peningkatan layanan kesehatan

68

masyarakat dengan adanya kartu “Indonesia Sehat” serta peningkatan kesejahteraan

masyarakat dengan program “Indonesia Kerja” dan “Indonesia Sejahtera”.

Sehingga responden menyetujui iklan program yang di usung pasangan Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 6 berbunyi “Saya memilih Jokowi-Jk pada pilpres 2014,

karena iklan konsep yang ditayangkan di televisi yaitu “kerakyatan dan

kesederhanaan”.

Gambar 4.10

Memilih Karena Iklan Kerakyatan dan Kesederhanaan

Gambar 4.10 menunjukan bahwa dari 86, responden yang memilih tidak

setuju berjumlah 8 orang (9,3%), cukup setuju 26 orang (30,2%), mayoritas

menjawab setuju sebanyak 40 orang (46,5%), sedangkan sangat setuju berjumlah

12 orang (14,0%).

Hasi menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 40 orang (46,5%)

setuju dengan iklan konsep “Kerakyatan dan Kesedarhanaan” pasangan Jokowi-JK.

Dengan kesederhanaan pasangan Jokowi-JK akan mempengaruhi pilihan rakyat,

karena rakyat akan menilai bahwa tidak ada jarak antara pemimpin dan rakyat.

Sehingga dengan kesederhanaan tersebut, mayoritas responden menyutujui iklan

konsep yang diusung pasangan Jokowi-JK.

69

Pernyataan nomor 7 berbunyi “Saya memilih Jokowi-JK pada pilpres 2014,

karena suka dengan konsep “Gotong royong dan ayo kerja” yang diusung oleh

pasangan Jokowi-JK.

Gambar 4.11

Memilih Karena Iklan Gotong Royong dan Ayo Kerja

Gambar 4.11 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju berjumlah 4 orang (4,7%), cukup setuju 25 orang (29,1%), setuju berjumlah

53 orang (61,6%), dan untuk sangat setuju berjumlah 4 orang (4,7%).

Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 53 orang (61,6%)

menyetujui iklan konsep “Gotong Royong dan Ayo Kerja” yang diusung oleh

pasangan Jokowi-JK. Iklan ayo kerja dimaknai sebagai gotong royong yaitu

mengajak seluruh masyarakat Indonesia berjuang bersama-sama untuk

mewujudkan Indonesia yang sejahtera dan makmur. Sehingga mayoritas responden

menyetujui iklan konsep dari pasangan Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 8 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-JK pada

pilpres 2014 karena, suka dengan iklan yang memperlihatkan sisi kehidupan pribadi

Jokowi-Jk dengan keluarganya yang ditayangkan televisi”.

70

Gambar 4.12

Memilih Karena Iklan Sisi Kehidupan Pribadi

Gambar 4.12 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 4 orang (4,7%), cukup setuju 29 orang (33,7%), setuju berjumlah 31 orang

(36,0%) sedangkan sangat setuju 22 orang (25,6%).

Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 31 orang

menyetujui iklan Jokowi-JK yang “Memperlihatkan Sisi Kehidupan Pribadi

Jokowi-JK dengan Keluarganya yang di Tayangkan di Televisi. Iklan ini

menggunakan situasi informal dan alami dimana masyarakat dapat melihat

kedekatan Jokowi-JK dengan keluarganya. Di Indonesia iklan ini akan selalu

muncul disaat pilpres, dengan ini mayoritas responden menyetujui iklan dari

pasangan Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 9 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, suka dengan iklan yang memperlihatkan keakraban Jokowi-Jk

dengan para petani, nelayan dan juga pedagang kecil yang ditayangkan di televisi.

71

Gambar 4.13

Memilih Karena Iklan Keakraban Jokowi-Jk dengan Para Petani

Gambar 4.13 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 3 orang (3,5%), cukup setuju 25 orang (29,1%), setuju 52 orang (60,5%), dan

sangat setuju berjumlah 6 orang (7,0%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 52 orang (60,5%)

menyetujui iklan “Keakraban Jokowi-JK dengan para Petani, Nelayan, dan juga

Pedagang Kecil” yang tayang di televisi. Iklan ini menunjukan bagaimana Jokowi-

JK terlihat begitu akrab dengan para rakyat kecil, berbincang dengan spontan,

mendengarkan keluhan mereka, serta menjawab pertanyaan mereka dengan

bijaksana. Iklan ini bertujuan untuk memberikan kesan yang spontanitas kepada

masyarakat, sehingga mayoritas responden menyetujui tekhnik iklan cinema-verite

tersebut.

Pernyataan nomor 10 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena suka dengan iklan blusukannya, seperti memasuki pasar

tradisional yang ditayangkan ditelevisi”.

72

Gambar 4.14

Memilih Karena Iklan Blusukan

Gambar 4.14 menunjukan dari 86 responden, yang cukup setuju berjumlah

9 orang (10,5%), setuju sebanyak 58 orang (67,4%), sedangkan cukup setuju 19

orang (22,1%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 58 orang

(67,4%)) menyetujui iklan “Bluskan Memasuki Pasar Tradisional” yang diusung

oleh pasangan Jokowi-JK. Iklan ini memperlihatkan sisi kesederhanaan pasangan

Jokowi-JK yang rela memasuki pasar tradisional dan dikerumuni oleh para

pedagang serta terlihat begitu peduli dengan pedagang kecil. Sehingga dengan

iklan ini mayoritas responden menyetujui iklan dari pasangan Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 11 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, suka dengan iklan yang memperlihatkan keakraban Jokowi-Jk

dengan para pelajar yang ditayangkan ditelevisi”.

73

Gambar 4.15

Memilih Karena Iklan Keakraban Jokowi-JK dengan Para Pelajar

Gambar 4.15 menunjukan dari 86 responden, yang menjawab tidak setuju

berjumlah 1 orang (1,2%), cukup setuju 16 orang (18,6%), setuju 53 orang (61,6%),

dan untuk sangat setuju 16 orang (18,6%).

Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 53 orang (61,6%)

menjawab setuju dengan iklan “Keakraban Jokowi-JK dengan Para Pelajar”. Iklan

ini memperlihatkan bagaimana keakraban Jokowi-JK dengan para pelajar dengan

menjawab pertanyaan mereka serta menjelaskan kebijakannya. Sehingga dengan

iklan ini mayoritas responden menyetujui iklan dari Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 12 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, suka dengan iklan pendapat para tokoh dan artis mengenai

nilai-nilai positif pasangan Jokowi-Jk yang ditayangkan di televisi”.

74

Gambar 4.16

Memilih Karena Iklan Testimoni dari para Tokoh

Gambar 4.16 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup

setuju berjumlah 7 orang (8,1%), setuju 51 orang (59,3%), dan sangat setuju 28

orang (32,6%).

Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 51 orang

(59,3%) menjawab setuju dengan iklan “Testimoni dari Para Tokoh dan Artis”

mengenai pasangan Jokowi-JK. Iklan kesaksian testimonial dari para tokoh maupun

artis ini memberikan pendapat positifnya tentang Jokowi-JK serta mengajak

masyarakat untuk memilih Jokowi-JK. Iklan testimonial dari band slank serta para

musisi lainnya sampai membuat konser yang bertajuk dua jari dapat memberikan

dampak dari perolehan suara kemenangan Jokowi-JK pada pilpres 2014. Dengan

testimonial dari para musisi ini, mayoritas responden setuju dengan iklan dari

pasangan Jokowi-JK.

75

Pernyataan nomor 13 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, suka dengan kesaksian masyarakat yang jujur dan spontan

tentang pasangan Jokowi-Jk yang ditayangkan ditelevisi”.

Gambar 4.17

Memilih Karena Iklan Testimoni dari Masyarkat

Gambar 4.17 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 15 orang (17,4%), setuju menjadi mayoritas

dengan jumlah 52 orang (60,5%), dan sangat setuju 18 orang (20,9%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 52 orang (60,5%)

menyetujui iklan “Testimonial dari Masyarakat yang Jujur dan Spontan” tentag

pasangan Jokowi-JK. Iklan ini memperlihatkan bagaimana masyarakat

memberikan pendapat positifnya tentang Jokowi-JK secara spontan dan tidak

dibuat-buat. Sehingga mayoritas responden setuju dengan iklan pasangan Jokowi-

JK.

76

Pernyataan nomor 14 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena kekaguman saya terhadap pasangan Jokowi-Jk yang

ditayangkan ditelevisi”.

Gambar 4.18

Memilih Karena Kekaguman Terhadap Jokowi-JK

Gambar 4.18 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup

setuju 7 orang (8,1%), setuju berjumlah 51 orang (59,3%), dan sangat setuju 28

orang (32,6%).

Hasil menunjukan bahwa mayoritas responden sebanyak 51 orang (59,3%)

menjawab setuju dengan iklan “Kekaguman Saya Terhadap Pasangan Jokowi-JK”.

Iklan ini memperlihatkan testimonial masyarakat dengan rasa kagumnya terhadap

pasangan Jokowi-JK dengan melihat track recordnya disaat menjabat di

pemerintahan, dimana Jokowi-JK tidak pernah terlibat kasus politik transaksional.

Dengan ini mayoritas responden setuju dengan iklan dari pasangan Jokowi-JK.

77

C.2 Hasil Kuesioner Tokoh Masyarakat (X2)

Variabel Tokoh Masyarakat (X2) terdiri dari 7 pertanyaan yang wajib diisi.

Berikut ini hasil jawaban pernyataan untuk variabel iklan politik. Pernyataan nomor

1 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014 karena, mengikuti

camat dirumah saya”

Gambar 4.19

Memilih Jokowi-JK Karena Mengikuti Camat

Gambar 4.19 menunjukan bahwa dari 86 responden yang menjawab cukup

setuju 1 orang (1,2%), setuju 51 orang (61,6%) dan yang menjawab sangat setuju

berjumlah 28 orang (37,2%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 51 orang (61,6%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Camat”. Pada saat pilpres

digelar, camat mempunyai posisi yang sangat penting di lapisan masyarakat dimana

camat dapat memberikan informasi yang positif tentang pasangan Jokowi-JK.

Sehingga mayoritas responden setuju dengan mengikuti camat terhadap

kemenangan Jokowi-JK.

78

Pernyataan nomor 2 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, mengikuti lurah dirumah saya”.

Gambar 4.20

Memilih Jokowi-JK Karena Mengikuti Lurah

Gambar 4.20 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju berjumlah 4 orang (4,7%), cukup setuju 7 orang (8,1%), setuju berjumlah 46

orang (53,5%), dan sangat setuju berjumlah 29 orang (33,7%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 46 orang (53,5%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK mengikuti Lurah”. Pada saat pilpres 2014, tokoh

masyarakat seperti lurah juga memiliki posisi yang penting dimana lurah

mempunyai hubungan sosial yang lebih di lapisan masyarakat, serta di segani dan

di hormati. Maka dengan kelebihannya ini lurah dapat mempromosilan dan

mensukseskan pasangan Jokowi-JK.

79

Pernyataan nomor 3 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, mengikuti ketua RT/RW dirumah”

Gambar 4.21

Memilih Jokowi-JK karena mengikuti Ketua RT/RW

Gambar 4.21 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup

setuju berjumlah 9 orang (10,5%), setuju berjumlah 59 orang (68,6%), dan yang

menjawab sangat setuju berjumlah 18 orang (20,9%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 59 orang (68,6%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti RT/RW”. Pada saat pilpres

2014, tokoh masyarakat seperti RT/RW juga memiliki posisi yang sangat penting

dilapisan masyarakat, dimana para tim sukses dapat mengajak RT/RW untuk

mensukseskan kemenangan Jokowi-JK. Sehingga RT/RW dapat mengajak

masyarakat untuk memilih Jokowi-JK dengan memberikan nilai-nilai positifnya.

80

Pernyataan nomor 4 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, mengikuti tokoh agama favorit saya”

Gambar 4.22

Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Tokoh Agama

Gambar 4.22 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup

setuju berjumlah 10 orang (11,6%), setuju menjawab 50 orang (58,1%), dan sangat

setuju menjawab 26 orang (30,2%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 50 orang (58,1%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK mengikuti Tokoh Agama”. Tokoh agama

merupakan tokoh masyarakat informal, karena pengaruh posisi dam

kemampuannya yang diakui oleh masyarakat. Dengan kemampuannya tokoh

agama dapat memberikan dampak terhadap kemenangan Jokowi-JK, dimana para

81

responden dapat melihat tokoh agama seperti ulama, ustadz dan juga guru agama

favorite mereka memberikan pilihan politiknya terhdap Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 5 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, mengikuti tokoh intelektual”.

Gambar 4.23

Memilih Jokowi-Jk Karena Mengikuti Tokoh Intelektual

Gambar 4.23 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju berjumlah 4 orang (4,7%), cukup setuju berjumlah 11 orang (12,8%),

mayoritas menjawab setuju berjumlah 57 orang (66,3%), dan sangat setuju

berjumlah 14 orang (16,3%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 57 orang (66,3%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Tokoh Intelektual”. Tokoh

intelektual juga merupakan tokoh masyarakat informal, tokoh intelektual yang

mendukung pasangan Jokowi-JK adalah Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Ahok dll.

82

Responden memilih Jokowi-JK juga dapat dipengaruhi dari tokoh intelektual

favorite mereka.

Pernyataan nomor 6 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, mengikuti tokoh perempuan”.

Gambar 4.24

Memilih Jokowi-JK Karena Mengikuti Tokoh Perempuan

Gambar 4.24 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju berjumlah 5 orang (5,8%), cukup setuju berjumlah 17 orang (19,8%), setuju

berjumlah 52 orang (60,5%), dan sangat setuju berjumlah 12 orang (14,0%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 52 orang (60,5%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Tokoh Perempuan”. Tokoh

perempuan juga merupakan tokoh masyarakat informal, tokoh perempuan yang

mendukung Jokowi-JK adalah Megawati, dimana Megawati merupakan tokoh

perempuan Indonesia, presiden perempuan pertama Indonesia, dan juga ketua

83

umum parpol yang mendukung Jokowi. Sehingga tokoh perempuan juga memiliki

kemampuan untuk mensukseskan kemenangan Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 7 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, mengikuti tokoh pemuda”.

Gambar 4.25

Memilih Jokowi-JK Karena Mengikuti Tokoh Pemuda

Gambar 4.25 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 8 orang (9,3%), setuju 48 orang (55,8%), dan

sangat setuju berjumlah 29 orang (33,7%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 48 orang (55,8%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Mengikuti Tokoh Pemuda”. Tokoh

pemuda merupakan tokoh informal, tokoh pemuda yang mendukung Jokowi-JK

dari para seniman, artis, pengacara, aktivis juga dapat memberikan pengaruh

terhadap kemenangan Jokowi-JK.

84

C.3 Hasil Kuesioner Variabel Kemenangan Jokowi-Jk (Y)

Variabel Kemenangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 (Y)

terdiri dari 14 pertanyaan yang wajib diisi. Berikut ini hasil jawaban pernyataan

untuk variabel kemenangan Jokowi-Jk. Pertanyaan nomor 1 berbunyi “Saya

memilih pasangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014, karena calon pemimpin yang jujur

(pemimpin yang dapat dipercaya janji-janjinya)”.

Gambar 4.26

Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin Yang Jujur

Gambar 4.26 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 4 orang (4,7%), cukup setuju 7 orang (8,1%), setuju berjumlah 46 orang

(53,5%) dan yang menjaawab sangat setuju berjumlah 29 orang (33,7%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 46 orang (53,5%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Pemimpin yang Jujur”. Gaya

kepemimpinan Jokowi-JK menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, kejujuran

yaitu sifat yang berhubungan dengan keyakinan bahwa Jokowi-JK dapat dipercaya

dan di pegang janji-janjinya. Kejujuran akan membangun integritas dari seorang

85

pemimpin, integritas berarti apa saja yang dikatakan oleh seorang pemimpin akan

selalu dilaksanakannya. Responden menyetujui karena percaya pasangan Jokowi-

JK memiliki kejujuran.

Pernyataan nomor 2 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyat

diatas kepentingan golongan”.

Gambar 4.27

Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Yang Mementingkan Rakyat

Gambar 4.27 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab sangat

tidak setuju 1 orang (1,2%), tidak setuju 8 orang (9,3%), cukup setuju 30 orang

(34,9%), setuju 38 orang (44,2%) dan sangat setuju berjumlah 9 orang (10,5%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 38 orang (44,2%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Mementingkan

Rakyat”. Kriteria pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyat dibandingkan

kepentingan golongan. Sehingga mayoritas responden menyetujui kriteria

kepemimpinan Jokowi-JK tersebut.

86

Pernyataan nomor 3 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014, karena calon pemimpin yang inspiring”.

Gambar 4.28

Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Inspiring

Gambar 4.28 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 7 orang (8,1%), cukup setuju 24 orang (27,9%), setuju berjumlah 44 orang

(51,2%) dan sangat setuju 11 orang (12,8%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 44 orang (51,2%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Inspiring”. Jokowi-

JK merupakan Pemimpin yang antusias, penuh semangat, cerdas (dapat

memberikan ide-ide besarnya), Sehingga mayoritas responden menyetujui bahwa

Jokowi-JK adalah pasangan yang inspiring.

87

Pernyataan nomor 4 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014, karena calon pemimpin yang cerdas”.

Gambar 4.29

Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Cerdas

Gambar 4.29 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 2 orang (2,3%), cukup setuju 11 orang (12,8%), setuju berjumlah 59 orang

(68,6%) dan sangat setuju berjumlah 14 orang (16,3%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 59 orang (68,6%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Cerdas”. Dapat

dilihat pasangan Jokowi-JK merupakan pemimpin yang cerdas dapat di lihat dari

salah satu ide besarnya seperti peningkatan layanan kesehatan dengan membuat

kartu “Indonesia Sehat”.

88

Pernyataan nomor 5 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang memiliki pandangn positif tentang masa

depan”.

Gambar 4.30

Memlih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin Berpandangan Positif

Gambar 4.30 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 3 orang (3,5%) , cukup setuju 25 orang (29,1%), setuju 52 orang (60,5%),

dan sangat setuju 6 orang (7,0%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 52 orang (60,5%)

menyetujui “Memlih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Berpandangan Positif”.

Dapat dilihat pasangan Jokowi-JK memiliki pandangan yang positf tentang masa

depan, dengan melihat cara Jokowi-JK menyampaikan wawasannya dengan penuh

antusias.

89

Pernyataan nomor 6 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang kooperatif (dapat bekerja sama)”.

Gambar 4.31

Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Kooperatif

Gambar 4.31 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 8 orang (9,3%), setuju berjumlah 48 orang

(55,8%), dan sangat setuju 29 orang (33,7%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 48 orang (55,8%)

menyetujui “Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Kooperatif”. Dapat

dilihat bahwa pasangan Jokowi-JK merupakan pasangan yang dapat membangun

kerja sama dengan lawan politiknya. Sehingga mayoritas setuju dengan kriteria

kooperatif Jokowi-JK.

90

Pernyataan nomor 7 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokwi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang tegas dan berani”.

Gambar 4.32

Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Tegas dan Berani

Gambar 4.32 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab sangat

tidak setuju 1 orang (1,2%), tidak setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 3 orang

(3,5%), setuju 49 orang (57,0%) dan sangat setuju berjumlah 32 orang (37,2%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 49 orang

(57,0%) menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Pemimpin yang Tegas dan

Berani”. Dapat dilihat pasangan Jokowi-JK merupakan pemimpin yang berani dan

tegas mengambil keputusan untuk menegakkan keadilan tanpa takut berhadapan

91

dengan banyak pihak. Sehingga mayoritas menjawab setuju dengan kriteria

kepemimpin yang tegas dan berani dari pasangan Jokowi-JK.

Pernyataan nomor 8 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang setia pada rakyatnya”.

Gambar 4.33

Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Setia pada Rakyat

Gambar 4.33 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 2 orang (2,3%), cukup setuju 6 orang (7,0%), setuju 48 orang (55,8%), sangat

setuju 30 orang (34,9%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas sebanyak 48 orang (55,8%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK karena Calon Pemimpin yang Setia pada Rakyat”.

Gaya kepemimpinan Jokowi yang peduli pada rakyat kecil ini lah yang melihatkan

kesetiaan pasangan Jokowi-JK terhadap rakyat kecil. Sehingga mayoritas

menjawab setuju dengan kriteria tersebut.

92

Pernyataan nomor 9 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang bersih dan bebas korupsi”.

Gambar 4.34

Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Bebas Korupsi

Gambar 4.34 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab cukup

setuju berjumlah 1 orang (1,2%), setuju 65 orang (75,6%), dan sangat setuju

berjumlah 20 orang (23,3%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 65 orang (75,6%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Bebas Korupsi”.

Dapat dilihat bahwa pasangan Jokowi-JK tidak pernah terlibat dan terdengar dalam

politik transaksional. Sehingga mayoritas menyetujui kriteria tersebut.

93

Pernyataan nomor 10 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik”.

Gambar 4.35

Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin dengan Rekam Jejak yang

baik

Gambar 4.35 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju 16 orang (18,6%), setuju 49 orang (57,0%), dan

sangat setuju berjumlah 20 orang (23,3,0%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 49 orang (57,0%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin dengan Rekam Jejak

yang Baik”. Pasangan Jokowi-JK memiliki rekam jejak yang baik dilihat dari

kejujurannya serta bebas korupsi, sehingga mayoritas menyetujui kriteria tersebut.

Pernyataan nomor 11 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang berjiwa besar”.

94

Gambar 4.36

Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Berjiwa Besar

Gambar 4.36 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 2 orang (2,3%), cukup setuju 8 orang (9,3%), setuju 60 orang (69,8%), dan

sangat setuju berjumlah 16 orang (18,6%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 60 orang (69,8%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Berjiwa Besar”.

Dapat dilihat bahwa pasangan Jokowi-JK berjiwa besar dengan kemungkinan besar

untuk menerima kekalahan dalam pemilihan. Dengan kriteria ini mayoritas

responden menjawab setuju.

Pernyataan nomor 12 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang berjiwa patriotik (mampu merangkul

lawan-lawan politiknya)”.

Gambar 4.37

Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Berjiwa Patriotik

95

Gambar 4.37 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 4 orang (4,7%), cukup setuju 13 orang (15,1%), setuju berjumlah 54 orang

(62,8%) dan sangat setuju 16 orang (17,4%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 54 orang

(62,8%) menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin Berjiwa

Patriotik”. Dengan memiliki jiwa patriotik pasangan Jokowi-JK di percaya mampu

merangkul lawan-lawan politikya, dengan kriteria ini responden menjawab setuju.

Pernyataan nomor 13 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang cepat dan tanggap dengan isu yang

melanda”.

Gambar 4.38

Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Cepat Tanggap

96

Gambar 4.38 menunjukan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju 1 orang (1,2%), cukup setuju berjumlah 12 orang (14,0%), setuju 57 orang

(66,3%), dan sangat setuju hanya berjumlah 16 orang (18,6%).

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 57 orang (66,3%)

menyetujui “Memilih Jokowi-Jk Karena Calon Pemimpin yang Cepat Tanggap”.

Pasangan Jokowi-JK dipercaya sebagai pemimpin yang cepat tanggap dalam

menghadapi isu yang sedang melanda Negara seperti kasus KKN, kerusuhan dan

juga bencana alam. Sehingga mayoritas meyetujui kriteria tersebut.

Pernyataan nomor 14 berbunyi “Saya memilih pasangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena, calon pemimpin yang kerja dengan nyata seperti, sidak dan

blusukan”

Gambar 4.39

Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Kerja Nyata

Gambar 4.39 menunjukaan bahwa dari 86 responden, yang menjawab tidak

setuju berjumlah 5 orang (5,8%), cukup setuju 9 orang (10,5%), setuju 58 orang

(67,4%) dan sangat setuju berjumlah 14 orang (16,3%).

97

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 58 orang (67,4%)

menyetujui “Memilih Jokowi-JK Karena Calon Pemimpin yang Kerja Nyata”.

Pasangan Jokowi-JK merupakan pasangan yang kerja nyata dapat dilihat dapat

dilihat dari seringnya jokowi menyidak bahkan blusukan ke tempat kerja

pemerintahan. Dengan sidak ini lah masyarakat percaya bahwa Jokowi-JK benar-

benar bekerja untuk rakyat.

D. Analisis Data

Sebelum melakukan proses pengolahan data lebih lanjut, perlu diperhatikan

bahwa proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Data

yang berhasil dikumpulkan kembali oleh peneliti, masih melewati proses validitas

dan pengujian terhadap reabilitasnya. Data tersebut juga harus terbebas dari

beberapa kriteria seperti: uji normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas.

D.1 Uji Validitas Variabel Iklan Politik (X1)

Penelitian mengenai iklan politik dibuat dengan menggunakan 14

pernyataan. Dari distribusi jawaban tersebut, analisis instrumen penelitiannya dapat

dilihat dalam hasil perhitungan yang nampak pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2

Perhitungan Indeks Validitas Variabel Iklan Politik (X1)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Pernyataan 1 51,09 23,662 ,533 ,834

Pernyataan 2 50,88 25,516 ,508 ,836

Pernyataan 3 50,80 25,172 ,581 ,833

Pernyataan 4 50,60 25,348 ,474 ,838

Pernyataan 5 50,71 25,103 ,549 ,834

Pernyataan 6 51,01 25,094 ,332 ,850

Pernyataan 7 51,00 25,859 ,352 ,845

Pernyataan 8 50,84 24,279 ,413 ,845

Pernyataan 9 50,95 23,998 ,655 ,827

Pernyataan 10 50,55 24,745 ,629 ,830

98

Pernyataan 11 50,69 25,018 ,482 ,837

Pernyataan 12 50,42 25,305 ,490 ,837

Pernyataan 13 50,65 24,653 ,533 ,834

Pernyataan 14 50,42 25,305 ,490 ,837

Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.0

Dari Tabel 4.39, dengan menggunakan responden sebanyak 86, maka rtabel

dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k, maka rtabel dalam penelitian

ini adalah 0,229 yang didapat dari df = 86 – 14. Pernyataan yang dikatakan valid

jika rhitung yang merupakan nilai Corrected Item Total Correlation > rtabel.

Analisis output dapat dilihat sebagai berikut :

rhitung Pertanyaan 1 sebesar 0,533 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 2 sebesar 0,508 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 3 sebesar 0,581 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 4 sebesar 0,474 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 5 sebesar 0,549 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 6 sebesar 0,332 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 7 sebesar 0,352 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 8 sebesar 0,413 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 9 sebesar 0,655 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 10 sebesar 0,629 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 11 sebesar 0,482 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 12 sebesar 0,490 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 13 sebesar 0,533 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 14 sebesar 0,490 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

99

Berdasarkan hasil dari analisis diatas, menunjukan semua butir pernyataan

dapat digunakan untuk uji karena rhitung lebih besar dari rtabel sehingga dapat

dikatakan memenuhi syarat validitas.

D.2 Uji Validitas Variabel Tokoh Masyarakat Lokal (X2)

Penelitian mengenai tokoh masyarakat lokal dibuat dengan menggunakan 7

pernyataan yang indikatornya telah diuraikan pada bab III, serta distribusi jawaban

responden disajikan pada lampiran.

berdasarkan hasil jawaban responden, analisis instrumen penelitiannya

dapat dilihat dalam hasil perhitungan yang nampak pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Perhitungan Indeks Validitas Variabel Tokoh Masyarakat Lokal (X2)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Pernyataan 1 24,44 5,450 ,391 ,597

Pernyataan 2 24,64 4,916 ,333 ,612

Pernyataan 3 24,70 5,343 ,384 ,596

Pernyataan 4 24,62 5,227 ,356 ,602

Pernyataan 5 24,86 4,992 ,375 ,595

Pernyataan 6 24,98 5,270 ,240 ,642

Pernyataan 7 24,58 4,952 ,425 ,579

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

Dari Tabel 4.40, dengan menggunakan responden sebanyak 86, maka rtabel

dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k, maka rtabel dalam penelitian

100

ini adalah 0,219 yang didapat dari df = 86 – 7. Pernyataan yang dikatakan valid jika

rhitung yang merupakan nilai Corrected Item Total Correlation > rtabel.

Analisis output dapat dilihat sebagai berikut :

rhitung Pertanyaan 1 sebesar 0,391 > rtabel 0,219, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 2 sebesar 0,333 > rtabel 0,219, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 3 sebesar 0,384 > rtabel 0,219, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 4 sebesar 0,356 > rtabel 0,219, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 5 sebesar 0,375 > rtabel 0,219, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 6 sebesar 0,240 > rtabel 0,219, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 7 sebesar 0,425 > rtabel 0,219, kesimpulan valid

Berdasarkan hasil dari analisis diatas, menunjukan semua butir pernyataan

dapat digunakan untuk uji karena rhitung lebih besar dari rtabel sehingga dapat

dikatakan memenuhi syarat validitas.

D.3 Uji Validitas Variabel Kemenangan Jokowi – Jk (Y)

Penelitian mengenai kemenangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dibuat

dengan menggunakan 14 pernyataan yang indikatornya telah diuraikan pada bab

III, serta distribusi jawaban responden disajikan pada lampiran.

Dari distribusi jawaban tersebut, analisis instrumen penelitiannya dapat

dilihat dalam hasil perhitungan yang nampak pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Perhitungan Indeks Validitas Variabel Kemenangan Jokowi-Jk pada Pilpres

2014 (Y)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Pernyataan 1 51,84 18,373 ,543 ,730

Pernyataan 2 52,47 18,746 ,414 ,745

101

Pernyataan 3 52,31 20,171 ,237 ,765

Pernyataan 4 52,01 20,129 ,358 ,751

Pernyataan 5 52,29 20,067 ,349 ,751

Pernyataan 6 51,78 19,821 ,386 ,748

Pernyataan 7 51,72 19,709 ,375 ,749

Pernyataan 8 51,77 18,463 ,614 ,725

Pernyataan 9 51,78 20,762 ,384 ,751

Pernyataan 10 51,98 20,329 ,278 ,758

Pernyataan 11 51,95 20,186 ,356 ,751

Pernyataan 12 52,07 20,089 ,298 ,757

Pernyataan 13 51,98 19,599 ,468 ,741

Pernyataan 14 52,06 20,338 ,262 ,760

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

Dari Tabel 4.4, dengan menggunakan responden sebanyak 86, maka rtabel

dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k, maka rtabel dalam penelitian

ini adalah 0,229 yang didapat dari df = 86 – 14. Pernyataan yang dikatakan valid

jika rhitung yang merupakan nilai Corrected Item Total Correlation > rtabel.

Analisis output dapat dilihat sebagai berikut :

rhitung Pertanyaan 1 sebesar 0,543 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 2 sebesar 0,414 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 3 sebesar 0,237 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 4 sebesar 0,358 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 5 sebesar 0,349 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 6 sebesar 0,386 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 7 sebesar 0,375 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 8 sebesar 0,614 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 9 sebesar 0,384 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 10 sebesar 0,278 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 11 sebesar 0,356 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

102

rhitung Pertanyaan 12 sebesar 0,298 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 13 sebesar 0,468 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

rhitung Pertanyaan 14 sebesar 0,262 > rtabel 0,229, kesimpulan valid

Berdasarkan hasil dari analisis diatas, menunjukan semua butir pernyataan

dapat digunakan untuk uji karena rhitung lebih besar dari rtabel sehingga dapat

dikatakan memenuhi syarat validitas.

E. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

alat pengukuran konstruk atau variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu. suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

Alpha > 0,6.

E.1 Uji Reliabilitas Variabel Iklan Politik (X1)

Tabel 4.5

Indeks Reliabilitas Variabel Iklan Politik

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

Tabel 4.5 menunjukan tabel Reliability Statistics yang terlihat sebagai

Cronbach Alpha 0,847 > 0,60. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan

dalam variabel Iklan Politik adalah reliable.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

,847 14

103

E.2 Uji Reliabilitas Variabel Tokoh Masyarakat Lokal (X2)

Tabel 4.6

Indeks Reliabilitas Variabel Tokoh Masyarakat Lokal

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

,640 7

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

Tabel 4.6 menunjukan tabel Reliability Statistics yang terlihat sebagai

Cronbach Alpha 0,640 > 0,60. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan

dalam variabel tokoh masyarakat lokal adalah reliable.

Tabel 4.7

E.3 Indeks Reliabilitas Variabel Kemenangan Joko Widodo dan Jusuf

Kalla pada Pilpres 2014

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

,763 14

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

104

Tabel 4.7 menunjukan tabel Reliability Statistics yang terlihat sebagai

Cronbach Alpha 0,763 > 0,60. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan

dalam variabel kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah reliable.

F. Uji Asumsi Klasik

Dalam pengujian uji regresi diperlukan pengujian asumsi klasik, hal ini

untuk mengetahui bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian memenuhi

syarat dan layak dijadikan model penelitian. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

F.1 Uji Normalitas

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran titik pada sumbu

diagonal dari grafik normal P-P plot of Regression Standardiazed Residual. Dasar

pengambilan keputusannya adalah jika penyebaran data atau titk-titik berada

disekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi

ini memenuhi asumsi normalitas atau tidak dapat dilihat pada gambar 4.40 dibawah

ini :

Gambar 4.40

Uji Normalitas

105

Sumber Data: Output SPSS 20.0

Hasil dari output SPSS versi 20.0, normal P-Plot memperlihatkan bahwa

distribusi dari titik–titik data menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran

titik–titik data searah dengan garis diagonal. Jadi data pada variabel kemenangan

Jokowi-Jk pada pilpres 2014 dapat dikatakan normal.

Uji Normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogrov-

Smirnov. Jika Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka data residual berdistribusi normal,

sedangkan jika Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka data residual tidak berdistribusi

normal.

Tabel 4.8

Uji Kolmogrov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

106

N 86

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 22,26127883

Most Extreme Differences

Absolute ,075

Positive ,075

Negative -,070

Kolmogorov-Smirnov Z ,698

Asymp. Sig. (2-tailed) ,715

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber data : Hasil Output SPSS versi 20.

Berdasarkan tabel 4.8 Diatas, Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,751 > 0,05

maka dapat dinyatakan data residual pada penelitian ini dikatakan normal.

F.2 Uji Multikolinearitas

Untuk melihat apakah sebuah model regresi pada panelitian ini mempunyai

multikolinearitas atau tidak, dapat dilihat melalui nilai Tolerance dan nilai Variance

Inflation Factor (VIF). Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai Variance

Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel independen memiliki VIF tidak

lebih dari 10 (niali VIF < 10) dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 (nilai

Tolerance > 0,1), maka dapat dinyatakan bahwa antar variabel independen tidak

terjadi persoalan multikolinearitas. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.9

dibawah ini

Tabel 4.9

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

T Sig. Collinearity

Statistics

107

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

Dari output SPSS tabel coefficients tersebut diatas, hasil uji dapat dilihat

melalui nilai Tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance

masing-masing variabel independen tidak kurang dari 0,1, yaitu iklan politik 0,967,

tokoh masyarakat lokal 0,967. Sedangkan nilai Variance Inflation Factor (VIF)

masing-masing variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari 10, yaitu iklan

politik 1,034, tokoh masyarakat lokal 1,034 maka dapat dinyatakan bahwa antar

variabel independen pada penelitian ini tidak terjadi persoalan multikolinearitas.

F.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi kesamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Heteroskedsastisitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran titik pada

gambar scatterplot. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika titik-titik pada

gambar tersebut membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi

heteroskedastisitas. Untuk mengatahuinya dapat dilihat di Gambar 4.41 dibawah ini

:

Gambar 4.41

Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 10,810 26,380 ,410 ,683

Iklan Politik (X1) ,266 ,032 ,636 8,271 ,000 ,967 1,034

Tokoh Masyarakat

Lokal (X2) ,265 ,081 ,252 3,285 ,001 ,967 1,034

a. Dependent Variable: Kemenangan Jokowi-JK (Y)

108

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

Dari hasil output scatterplot diatas, terlihat titi-titik menyebar secara acak,

tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun

dibawah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini terbatas dari

masalah heteroskedastisitas.

G. Uji Regresi Linier Berganda

Setelah melakukan uji asumsi klasik yang teridiri dari uji normalitas, uji

multikolinieritas, dan uji heterokedasitas. Hasil yang didapat dari ketiganya adalah

nilai regresi terdistribusi secara normal, variabel independen terbebas dari gejala

multikolinieritas, dan yang terakhir tidak terjadi heterokedastisitas.

Uji regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

G.1 Koefisien Determinasi

109

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil koefisien determinasi

dapat dilihat dari output model summary sama seperti hasil pada korelasi berganda.

Tetapi untuk koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R Square.

Apabila nilai Adjusted R Square yang mendekati 0 berarti variabel-variabel

independen sangat terbatas untuk menjelaskan variabel dependen, sebaliknya

apabila nilai Adjusted R Square mendekati 1 berarti variabel-variabel independen

hampir menjelaskan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel

dependen. Berikut adalah outputnya:

Tabel 4.10

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,725a ,526 ,515 22,528 1,553

a. Predictors: (Constant), Tokoh Masyarakat Lokal (X2), Iklan Politik (X1)

b. Dependent Variable: Kemenangan Jokowi-JK (Y)

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

Berdasarkan Tabel 4.10 besarnya angka R Square atau coefisien determinasi

adalah 0,526 dan nilai Adjusted R Square (r2) adalah sebesar 0,515. Angka tersebut

digunakan untuk melihat besarnya pengaruh iklan politik (X1), tokoh masyarakat

lokal (X2), dan kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla (Y) secara gabungan atau

secara simultan, dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

110

Dengan demikian dapat disimpulkan, variabel iklan politik diterangkan

dengan variabel tokoh masyarakat lokal, dan kemenangan Joko Widodo – Jusuf

Kalla sebesar 51,5% sedangkan sisanya sebesar 48,5% disebabkan oleh variabel-

variabel lain diluar model.

H. Pengujian Hipotesis

Seluruh instrument telah dinyatakan valid dan reliabel, telah memenuhi

beberapa persyaratan uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas,

dan uji heterokedatisitas. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis regresi berganda.

Tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini terdapat dua uji

yang dilakukan. Yang pertama adalah uji T dan selanjutnya adalah uji F. berikut

adalah hasil dari pengujian hipotesis.

H.1 Analisis Secara Parsial (T)

Untuk melihat pengaruh iklan politik (X1), tokoh masyarakat lokal (X2),

dan kemenangan Joko widodo – Jusuf Kalla (Y) secara parsial atau sendiri-sendiri

dilakukan dengan melihat tabel koefisien dan membandingkan besarnya nilai sig

pada tabel < level of significant (α) sebesar 0,05. Dari uraian diatas dapat dilihat

pada tabel 4.11 dibawah ini :

111

Tabel 4.11

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolera

nce

VIF

1

(Constant) 10,810 26,380 ,410 ,683

Iklan Politik (X1) ,266 ,032 ,636 8,271 ,000 ,967 1,034

Tokoh Masyarakat

Lokal (X2) ,265 ,081 ,252 3,285 ,001 ,967 1,034

a. Dependent Variable: Kemenangan Jokowi-JK (Y)

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

Dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk mengetahui kebenaran

hipotesa dapat dilihat pada nilai t dan Sig. dasar pengambilan keputusan pada nilai

t adalah:

1. jika t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel, maka Ha diterima dan Ho

ditolak, artinya ada pengaruj antara variabel independen terhadap

variabel dependen.

2. Jika t hitung < t tabel atau t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ha

diterima, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

Menentukan Ttabel adalah dengan melihat Ttabel statistik dengan

signifikansi level 0,05. Sebelum melihat Ttabel statistik, terlebih dahulu

menghitung nilai derajat kebebasan. Derajat kebebasan (df) n-k-1 dimana n adalah

jumlah sampel, k adalah jumlah variabel (X+Y). setelah dihitung didapat df: 86-2-

1= 83. Didapat Ttabel yang dilihat dalam Ttabel statistik yaitu sebesar 1,989.

Dasar pengambilan keputusan dengan melihat nilai Sig adalah:

112

1. Jika P < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh

antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Jika P > maka Ho diterima dan Ho ditolak artinya tidak ada pengaruh

antara variabel independen terhadap variabel dependen.

1. Variabel Iklan Politik (X1)

Berdasarkan tabel nilai t hitung sebesar 8,271, maka variabel iklan politik

memiliki pengaruh terhadap kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014 karena

Ttabel > Thitung (8,271 > 1,989).

Sedangkan pada nilai Sig, variabel iklan politik adalah 0,000, maka iklan

politik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemenangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014 karena nilai Sig sebesar (0,000 < 0,005).

Hasil dalam table coefficients 4.11 menunjukan bahwa iklan politik

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemenangan Jokowi-Jk pada pilpres

2014. Artinya masyarakat yang ada di kecamatan Larangan, Tangerang Kota

memilih pasangan Jokowi-Jk karena tekhnik-tekhnik iklan politik yang

ditayangkan di Televisi.

2. Variabel Tokoh Masyarakat (X2)

Berdasarkan table coefficients 4.11 nilai Thitung sebesar 3,285 maka

variabel tokoh masyarakat cukup berpengaruh terhadap kemenangan Jokowi-Jk

pada pilpres 2014 karena t tabel > t tabel (3,285 > 1,66342).

Sedangkan nilai Sig pada variabel tokoh masyarakat adalah 0,001, maka

dapat dikatakan bahwa tokoh masyarakat cukup berpengaruh terhadap kemenangan

Jokowi-Jk pada pilpres 2014 karena nilai Sig (0,001 < 0,005).

113

Hasil dari tabel coefficients 4.11 menunjukan bahwa tokoh masyarakat

memiliki cukup pengaruh yang signifikan terhadap kemenangan Jokowi-Jk pada

pilpres 2014. Artinya masyarakat Kecamatan Larangan, Tangerang memilih

pasangan Jokowi-Jk pada pilpres 2014 karena pengaruh yang cukup dari tokoh

masyarakat.

H.2 Analisis Secara Simultan (F)

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

(X1..X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dilihat dari

hasil analisis regresi berganda, dapat dilihat berapa besar F hitung. Untuk melihat

F hitung, output yang sama dengan hasil analisis regresi linier berganda, tetapi yang

dilihat adalah tabel ANOVA. Berikut adalah hasilnya.

Tabel 4.12

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 46751,291 2 23375,645 46,060 ,000b

Residual 42122,985 83 507,506

Total 88874,276 85

a. Dependent Variable: Kemenangan Jokowi-JK (Y)

b. Predictors: (Constant), Tokoh Masyarakat Lokal (X2), Iklan Politik (X1)

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

Berdasarkan output ANOVA, nilai Fhitung adalah 46,060. Sedangkan nilai

F tabel dapat dilihat dari F tabel statistik tetapi terlebih dahulu menghitung df1 dan

df2 yang dihitung dengan rumus:

Df1 = k-1

Df2 = n-k

114

Dimana k adalah jumlah variabel (X+Y), n adalah jumlah sampel untuk

regresi. Setelah dihitung didapat df1 : 3-1 = 2 dan df2 adalah df2: 86-3 = 83. Dengan

melihat Ftabel statistik didapat Ftabel sebesar 3,11.

Untuk memutuskan hipotesis, kriteria pengujian yaitu, jika Fhitung > Ftabel,

maka variabel-variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Sebaliknya jika Fhitung < Ftabel, maka variabel-variabel independen

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Dari output ANOVA pada table 4.12, dapat disimpulkan bahwa Fhitung >

Ftabel yaitu 46,060 lebih besar dari 3,11 (46,060 > 3,11). Maka perumusan

hipotesis adalah Ho ditolak dan Ha dieterima. Hasil menyatakan bahwa iklan politik

dan tokoh masyarakat secara keseluruhan berpengaruh dan signifikan terhadap

kemenangan Jokowi-JK pada pilpres 2014 di Kecamatan Larangan, Tangerang

Kota.

I. Analisis Korelasi Berganda

Uji korelasi digunakan untuk mengukur derajat keeratan hubungan antara

dua variabel. Ada 3 penafsiran hasil analisis korelasi (1) Melihat kekuatan

hubungan antar dua variabel, (2) Melihat signifikansi hubungan antar dua variabel

dan (3) Melihat arah hubungan antar dua variabel. Adapun klasifikasi Koefisien

adalah :

1. 0 : Tidak ada korelasi antara 2 variabel

2. >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah

3. >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup

4. >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat

115

5. >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat Kuat

6. 1 : Korelasi sempurna

Apabila nilai Sig. Lebih kecil dari 0,05 maka hubungan antar dua variabel

dikatakan signifikan dan apabila nila Sig. Lebih besar dari 0,05 maka hubungan

antar variabel dikatakan tidak signifikan. Tabel 4.23 dibawah ini menunjukan hasil

korelasi antara pengaruh iklan politik, tokoh masyarakat lokal terhadap

kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla.

Tabel 4.13

Correlations

Iklan Politik

(X1)

Tokoh

Masyarakat

Lokal (X2)

Kemenangan

Jokowi-JK (Y)

Iklan Politik (X1)

Pearson Correlation 1 ,182 ,681**

Sig. (2-tailed) ,094 ,000

N 86 86 86

Tokoh Masyarakat Lokal

(X2)

Pearson Correlation ,182 1 ,368**

Sig. (2-tailed) ,094 ,000

N 86 86 86

Kemenangan Jokowi-JK

(Y)

Pearson Correlation ,681** ,368** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000

N 86 86 86

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber data: Hasil output SPSS versi 20.0

1. Besarnya korelasi atau hubungan antar pengaruh iklan poltik terhadap

kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla adalah 0,681 dengan arah hubungan

yang positif menunjukan hubungan antara iklan politik terhadap kemenangan

Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pilpres 2014 kuat dan searah. Dimana

mempunyai arti iklan politik akan berpengaruh terhadap kemenangan Jokowi-

Jusuf Kalla pada pilpres 2014. Hubungan yang terjadi antara iklan politik

terhadap kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla memiliki nilai signifikan

116

sebesar 0,000 yang artinya terdapat korelasi yang signifikan antara iklan politik

dengan kemenangan Joko Widodo–Jusuf Kalla karena nilai signifikannya lebih

kecil dari 0,05.

2. Besarnya korelasi atau hubungan antar tokoh masyarakat lokal terhadap

kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla adalah 0,368 dengan arah hubungan

yang cukup. Hubungan yang terjadi antara tokoh masyarakat lokal terhadap

kemenangan Joko Widodo–Jusuf Kalla memiliki nilai sebesar 0,000 artinya

terdapat korelasi yang signifikan antara tokoh masyarakat dengan kemenangan

Joko Widodo–Jusuf Kalla karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05.

117

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh iklan politik dan tokoh

masyarakat terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kecamatan

Larangan, Tangerang pada pilpres 2014, penulis merumuskan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Hasil analisis pada iklan politik dapat disimpulkan bahwa iklan politk

berpengaruh secara signifikan terhadap kemenangang Jokowi Dodo-Jusuf Kalla

yang ada di Kecamatan Larangan, Tangerang Kota. Terdapat pengaruh iklan

politik terhadap kemenangan Jokowi-JK sebesar 0,681.

2. Dapat disimpulkan bahwa terdapat cukup pengaruh tokoh masyarakat terhadap

kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebesar 0,368.

3. Setelah melakukan analisis dan hasilnya sudah dijabarkan pada bab IV, dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan iklan politik dan tokoh masyarakat

berpengaruh secara signifikan terhadap kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla

di Kecamatan Larangan, Tangerang pada pilpres 2014 yaitu 51,5%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil analisis, penulis merumuskan beberapa saran

dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa saran yang telah dirumuskan.

118

1. Setelah peneliti menyelesaikan penelitian tentang iklan politik dan tokoh

masayrakat, peneliti melihat bahwa kampanye melalui iklan politik di Indonesia

terus mengalami perkembangan, peneliti menganjurkan agar peneliti

selanjutnya dapat menggali lebih dalam mengenai iklan politik yang dapat

mengungkapkan pesan dalam iklan. Peneliti juga menyarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk memperluas penelitian pengaruh iklan politik terhadap

kemenangan calon kandidat baik itu pilpres, pilgub maupun pilkada.

2. Dan untuk tokoh masyarakat, peneliti menganjurakan agar peneliti selanjutnya

dapat meneliti tokoh masyarakat lebih luas lagi dengan metode penelitian yang

berbeda.

3. Untuk peneliti selanjutnya, dapat mencoba untuk menjelaskan penelitian dengan

variabel atau faktor lain. Seperti hasil analisis yang sudah dijelaskan, penelitian

ini memiliki sejumlah keterbatasan. Seperti analisis yang sudah dijelaskan

bahwa kedua variabel yaitu iklan politik dan tokoh masyarakat mampu

menjelaskan 51,5% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain atau faktor

lain.

119

120

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Alghifari. Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi 2. Yogyakarta: Juli,

2013.

Bungin, Burhan. Metedologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.

Efendi, Sofyan. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012.

Firmanzah. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2012.

Ghozali,Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:

Universitas Diponegoro, 2007.

Hasan,Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara,

2004.

Heryanto Gun Gun dan Rumaru, Shulhan. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar.

Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2013.

Heryanto gun gun, dan Rumaru, Shulhan. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, 2011.

Junaedi,Fajar. Komunikasi Politik: Teori, Aplikasi, dan Strategi di Indonesia.

Yogyakarta: Buku Litera, 2013.

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta, PT

Gramedia 1993.

Mansoer, Masri dan Driana,Elin. Statistik Sosial. Jakarta: Ushul Press, 2009.

Mulyana, Deddy. Komunikasi Politik Politik Komunikasi: Membedakan Visi dan

Gaya Komunikasi Praktisi Politik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2013.

Nugroho, Bhuono. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan

SPSS. Yogyakarta: ANDI, 2005.

Pasolong, Harbani. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta, 2008.

Priyanto,Dwi. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom, 2008.

121

Sarwono. dalam buku Aprilinda dan Islandscript Kursus Kilat Menguasai SPSS

untuk UKM. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011.

Siregar, Sofyan. Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Grafindo, 2011.

Soekanto,Soerjono. Sosiologi: suatu pengantar. Jakarta: Radja Grafindom

Persada 2002.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung,

2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta, 2011.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo1992.

Syahputra, Kurnia Dedi. Media dan Politik; Menemukan Relasi antara Dimensi

Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Syahputra, Kurnia Dedi. Media dan Politik; Menemukan Relasi antara Dimensi

Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

B. INTERNET

Dinna Wisnu, tersedia di http://www.nasional.kompas.com; Internet; diunduh pada

1 Febuari 2017

Diunduh pada 18 September 2015 dari http://www.okezone.com

Diunduh pada 18 September 2015 dari http://www.kompasiana.com

Jatmiko, Priyo Bambang. tersedia di http://www.kompasiana.com Diunduh pada 18

September 2015.

Fransiskhi,Eddy. tersedia di http://www.linkedin.com; Internet; diunduh pada 25

January 2016.

Info Tangerang Kota, di http://www.info-tangerang.blogspot.co.id; internet

diunduh pada 31 Januari 2017. Pasolong, Harbani. Kepemimpinan

Birokrasi. Bandung: Alfabeta, 2008.

Komisi Pemilihan Umum Kota Tangerang, tersedia di http://www.kpu-

tangerang.go.id; Internet; diunduh pada 1 Febuari 2016.

122

Komisi Pemilihan Umum, tersedia di http://www.kpu.go.id ; Internet; diunduh pada

1 Febuari 2016

Mahkamah Agung, tersedia di http://www.mahkamahagung.go.id; Internet;

diunduh pada 1 Febuari 2016.

C. SKRIPSI

Indrati Tyas Utami, “Citra Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla dalam Iklam Politik

Televisi: Studi Analisis Semiotik Citra Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla

dalam Iklan Politik Televisi Masa Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden Periode Mei-Juli 2014” Skripsi: Universitas Sebelas Maret

Surakarta

KD =

r2 x 100%

KD =

0,515 x

100%

KD =

51,5%