pengaruh harga transfer dan harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba

186
PENGARUH TERHADAP KIN (Penelitian pada Untuk m Gu P H HARGA TRANSFER DAN HARG NERJA UNIT BISNIS SEBAGAI PU Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara SKRIPSI memenuhi salah satu syaratan sidang skrip una memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh : MOCHAMMAD RIDWAN 064020147 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2010 GA JUAL USAT LABA a Indonesia) psi

Upload: mochammad-ridwan

Post on 25-Jun-2015

6.573 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Jika ada pertanyaan lebih lanjut mengenai skripsi saya silahkan kirimkan via email ke [email protected]

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

PENGARUH

TERHADAP KINERJA UNIT BISNIS SEBAGAI PUSAT LABA

(Penelitian pada

Untuk m

Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PENGARUH HARGA TRANSFER DAN HARGA JUAL

TERHADAP KINERJA UNIT BISNIS SEBAGAI PUSAT LABA

pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

SKRIPSI

memenuhi salah satu syaratan sidang skripsi

Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

MOCHAMMAD RIDWAN

064020147

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2010

HARGA TRANSFER DAN HARGA JUAL

TERHADAP KINERJA UNIT BISNIS SEBAGAI PUSAT LABA

di PT Dirgantara Indonesia)

sidang skripsi

Page 2: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

PENGARUH HARGA TRANSFER DAN HARGA JUAL

TERHADAP KINERJA UNIT BISNIS SEBAGAI PUSAT LABA

(Penelitian Pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia)

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syaratan sidang skripsiGuna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi : AkuntansiFakultas Ekonomi Universitas Pasundan

Bandung, 3 September 2010

Mengetahui,

Pembimbing,

Dadan Soekardan, S.E., M.Si.

Dekan, Ketua Program Studi,

Dr. H.R. Abdul Maqin, S.E., M.P. Dr. Liza Laila Nurwulan, S.E., M.Si., Ak.

Page 3: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

(Q. S. 94 (Al Insyirah) : 5-8)

Kupersembahkan karya kecilku ini

Untuk kedua orang tua dan adikku

Terimakasih yang tak terhingga

Atas semua yang pernah diberikan

Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT

Page 4: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

PERNYATAAN(Program Studi Strata I)

Dengan ini Saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk gelar

akademik sarjana, baik di Universitas Pasundan maupun di Perguruan Tinggi

lainnya

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri dengan

arahan Dosen Pembimbing

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar nama pustaka

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bandung, Oktober 2010Yang membuat pernyataan

Mochammad RidwanNRP 064020147

Page 5: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

i

ABSTRAK

Konsep harga transfer (transfer pricing) merupakan salah satulangkah yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang akanmembantu dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan.Salah satu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi semuaitu adalah dengan cara mereka harus melakukan aktivitas berupa penjualanbarang ataupun aktivitas jasa.

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari H1: “TerdapatPerbedaan Antara Harga Transfer dengan Harga Jual”, H2: “Tedapatpengaruh signifikan harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”,H3: “Tedapat pengaruh signifikan harga transfer terhadap kinerja unit bisnissebagai pusat laba”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif asosiatifdengan pendekatan survey dan tes statistik dengan bantuan software SPSSV15.0 for windows. Penelitian ini terdiri atas dua variabel independen yaituharga transfer dan harga jual, sedangkan untuk varibel dependen yaitukinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Uji statistik dilakukan denganmengolah data berupa data penjualan internal , data penjualan ke pihakluar, dan laporan keuangan pertriwulan dari tahun 2007-2009.

Untuk uji hipotesis penelitian, penulis melakukannya denganIndependent Sample T-Test dan korelasi Pearson Product Moment. Denganprobabilitas (sig) = 0,062 karen p > 0,05; maka Ho1 diterima atau “HargaTransfer tidak berbeda dengan Harga Jual”. Pengaruh harga transferterhadap kinerja unit bisnis pada Direktorat Aerostructure di PT DirgantaraIndonesia berdasarkan pengolahan data memiliki hubungan yang ”Kuat”,hal ini ditunjukan dari koefisien korelasi sebesar -0,679. Nilai ±thitung (-2,924)> ±ttabel (2,228), maka Ho3 ditolak dan Ha3 diterima yang artinya hipotesisyang penulis ajukan diterima yaitu: “Tedapat pengaruh signifikan hargatransfer terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”. Koefisiendeterminasi yaitu sebesar 46,10%. Artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagaipusat laba pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesiadipengaruhi oleh harga transfer sebesar 46,10%. Sedangkan sisanya 53,90%dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti penulis. Pengaruh harga jualterhadap kinerja unit bisnis pada Direktorat Aerostructure di PT DirgantaraIndonesia berdasarkan pengolahan data memiliki hubungan yang ”Kuat”,hal ini ditunjukan dari koefisien korelasi sebesar -0,675. Nilai ±thitung (-2,895)> ±ttabel (2,228), maka Ho2 ditolak dan Ha2 diterima yang artinya hipotesisyang penulis ajukan diterima yaitu: “Tedapat pengaruh signifikan hargajual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”. Koefisien determinasiyaitu sebesar 45,60%. Artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagai pusat labapada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia dipengaruhi olehharga jual sebesar 45,60%. Sedangkan sisanya 54,40% dipengaruhi olehfaktor lain seperti intensitas kompetisi pasar dan infomasi sistem akuntansimanajemen.

Page 6: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan taufik dan hidayah

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

“Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual

Sebagai Pusat Laba

sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesem

kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Penyelesaian skripsi ini dapat

terwujud berkat bimbingan, bantuan, pengarahan, petunjuk, serta doa dari

berbagai pihak yang begitu berharga bagi penulis sampai akhirny

menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

Haslinda Saleh yang senantiasa memberikan seluruh kasih sayang dan

doanya kepada penulis.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin memberikan ucapan terima kasih

khususnya kepada Bapak

ii

KATA PENGANTAR

mu’alaikum Wr.Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan taufik dan hidayah-Nya dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis

Sebagai Pusat Laba” guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar

sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Penyelesaian skripsi ini dapat

terwujud berkat bimbingan, bantuan, pengarahan, petunjuk, serta doa dari

berbagai pihak yang begitu berharga bagi penulis sampai akhirny

menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terima kasih yang

besarnya kepada kedua orang tuaku Ayahanda Yusuf Irawan

yang senantiasa memberikan seluruh kasih sayang dan

doanya kepada penulis.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin memberikan ucapan terima kasih

khususnya kepada Bapak Dadan Soekardan, S.E., M.Si sebagai pembimbing yang

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

Nya dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

Kinerja Unit Bisnis

guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

purnaan yang disebabkan oleh keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Penyelesaian skripsi ini dapat

terwujud berkat bimbingan, bantuan, pengarahan, petunjuk, serta doa dari

berbagai pihak yang begitu berharga bagi penulis sampai akhirnya penulis dapat

Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terima kasih yang

Yusuf Irawan dan Ibunda

yang senantiasa memberikan seluruh kasih sayang dan ketulusan

Pada kesempatan ini juga penulis ingin memberikan ucapan terima kasih

sebagai pembimbing yang

Page 7: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

iii

telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis

menyelesaikan skripsi ini.

Sebagai penutup, penulis juga ingin memberikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, Drs., M.Si., Rektor Universitas Pasundan

2. Dr. H.R. Abdul Maqin, S.E., MP., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pasundan

3. Dr. Liza Laila Nurwulan, S.E., M.Si., Ak., Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan

4. Dr. Undang Juju, S.E., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pasundan.

5. Dr. Atang Hermawan, S.E., M.SIE., Ak., Pembantu Dekan II Fakultas

Ekonomi Universitas Pasundan.

6. Drs. R. Moch. Noch, Ak., Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas

Pasundan.

7. Bapak Apriyanto, S.E.,MM.,Ak., Dosen Wali yang telah memberikan

bimbingannya kepada penulis.

8. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.

9. Drs. Djuwendi, M.Ak., Ak., dan Anggabrata Erningpraja, S.E., yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepala dan seluruh pegawai PT Dirgantara Indonesia kebaikan dan

kerjasamanya.

11. Adikku Hanisah Yulianda, yang selalu memberikan semangat bagi penulis.

12. Karina Apriyanti, S.E., yang selalu memberi semangat bagi penulis.

Page 8: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

iv

13. Sahabat-sahabat terbaikku: Agi, Ichwan, Erul, Sem, Giga, Iday.

14. Teman-teman terbaikku: M’iyet, Oci, Nda, Ica, Eci, Indri, Mila ndut, Angga,

Dea, Beny, Benk, Iswa, Nurul.

15. Seluruh Keluarga Besar Akuntansi, Fakultas Ekonomi UNPAS khususnya

teman-temanku Kelas Ak-C 2006.

16. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis tuliskan

semuanya dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita

semua, Amin.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, September 2010

Penulis

Mochammad Ridwan

Page 9: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAK..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. v

DAFTAR TABEL......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................ 1

1.2. Identifikasi Masalah.................................................................... 7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian.................................................... 8

1.3.1.Maksud Penelitian............................................................. 8

1.3.2.Tujuan Penelitian............................................................... 8

1.4. Kegunaan Penelitian................................................................... 9

1.4.1. Kegunaan Praktis.............................................................. 9

1.4.2. Kegunaan Teoritis............................................................. 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka.............................................................................. 11

Page 10: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

vi

2.1.1. Ruang Lingkup Harga Transfer......................................... 11

2.1.1.1. Pengertian Harga Transfer.................................... 11

2.1.1.2. Tujuan Harga Transfer.......................................... 12

2.1.1.3. Karakteristik Harga Transfer................................. 13

2.1.1.4. Masalah yang Dirundingkan dalam Penentuan

Harga Transfer...................................................... 14

2.1.1.5. Metode Penentuan Harga Transfer....................... 16

2.1.1.5.1. Metode Harga Transfer Berdasar

Harga Pasar............................................ 19

2.1.1.5.2. Metode Harga Transfer Berdasar

Biaya...................................................... 26

2.1.1.6. Pengelolaan Harga Transfer................................... 37

2.1.1.7. Harga Transfer Divisi Terintegrasi......................... 42

2.1.1.8. Penentuan Harga Jasa dari Kantor Pusat............... 45

2.1.2. Ruang Lingkup Harga Jual................................................. 47

2.1.2.1. Pengertian Harga Jual............................................ 47

2.1.2.2. Tujuan Penetapan Harga Jual................................ 48

2.1.2.3. Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan

dalam Penentuan Harga Jual................................. 49

2.1.2.4. Metode Penentuan Harga Jual............................... 50

2.1.3. Ruang Lingkup Kinerja Unit Bisnis

Sebagai Pusat Laba............................................................. 53

2.1.3.1. Desentralisasi......................................................... 53

Page 11: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

vii

2.1.3.2. Pengertian Kinerja Unit Bisnis............................... 54

2.1.3.3. Pusat Laba.............................................................. 55

2.1.3.4. Tujuan Penilaian Kinerja Unit Bisnis..................... 57

2.1.3.5. Keunggulan dan Kelemahan

Divisionalisasi........................................................ 58

2.1.3.6. Kendala Wewenang Divisional.............................. 60

2.1.3.7. Penggolongan Divisionalisasi................................ 62

2.1.3.8. Pertimbangan Divisonalisasi.................................. 62

2.1.3.9. Mengukur Profitabilitas.......................................... 64

2.1.3.9.1. Masalah-masalah Pengukuran

Laba......................................................... 65

2.1.3.9.2. Jenis-jenis Ukuran Kinerja..................... 66

2.1.3.9.3. Penilaian Kinerja Pusat

Laba....................................................... 68

2.2. Kerangaka Pemikiran dan Hipotesis.............................................. 70

2.2.1. Tinjauan Literatur................................................................. 70

2.2.2. Tinjauan Empiris................................................................... 78

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian yang digunakan............................................ 91

3.1.1. Objek Penelitian................................................................. 91

3.1.2. Unit Penelitian.................................................................... 91

3.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel................................. 91

Page 12: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

viii

3.2.1. Definisi Variabel dan Pengukurannya............................... 91

3.2.2. Operasionalisasi Variabel.................................................. 93

3.3. Populasi dan Sampel................................................................... 96

3.3.1. Kerangka Sampling, Unit Sampel

dan Ukuran Sampel......................................................... 97

3.3.2. Teknik Sampling............................................................. 98

3.4. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 99

3.5. Metode Analisis Yang Digunakan............................................. 100

3.6. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis....................................... 111

3.6.1. Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan

Hipotesis Alternatif (Ha).................................................. 111

3.6.2. Uji Hipotesis (Penetapan Tingkat Signifikansi)............... 112

3.6.3. Penetapan Kriteria Penerimaan dan

Penolakan Hipotesis.......................................................... 113

3.6.4. Penarikan Kesimpulan...................................................... 113

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian.......................................................................... 114

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan......................................... 114

4.1.1.1. Sejarah Singkat PT Dirgantara Indonesia

(Persero) Bandung............................................... 114

4.1.1.2. Kegiatan Usaha..................................................... 119

Page 13: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

ix

4.1.1.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................... 122

4.1.2. Penetapan Harga Transfer Pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................................ 134

4.1.3. Penetapan Harga Jual Pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................................. 136

4.1.4. Penetapan Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

Pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................................ 138

4.2. Pembahasan Penelitian................................................................. 140

4.2.1. Analisis Atas Harga Transfer

Pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................................ 140

4.2.2. Analisis Atas Harga Jual pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................................ 141

4.2.3. Analisis Perbedaan Harga Transfer dan Harga Jual

pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia............................................... 143

4.2.4. Analisis Atas Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................................ 144

4.2.5. Analisis Seberapa Besar Pengaruh Harga Transfer

Page 14: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

x

Terhadap Kinerja Unit Bisnis

pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................................ 146

4.2.6. Analisis Seberapa Besar Pengaruh Harga Jual

Terhadap Kinerja Unit Bisnis

pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................................. 153

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan................................................................................... 160

5.2. Saran............................................................................................. 162

5.2.1. Saran untuk Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia................................................ 162

5.2.2. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya...................................... 164

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 165

LAMPIRAN...................................................................................................... 168

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 15: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengaruh Pengguuaan Informasi SAM

Terhadap Kinerja UnitBisnis Yang Dimoderasi

OIeh Intensitas Kompetisi Pasar.............................................. 73

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Harga Transfer (X1)

dan Harga Jual (X2)................................................................... 94

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Kinerja Unit Bisnis

sebagai Pusat Laba................................................................... 95

Table 3.3 Kriteria untuk Memberikan Intepretasi

Harga Transfer dan Harga Jual.................................................. 104

Tabel 3.4 ROI Rata-rata Industri............................................................... 104

Table 3.5 Kriteria untuk Memberikan Intepretasi Kinerja Unit Bisnis

Sebagai Pusat Laba................................................................... 105

Tabel 3.6 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi

Koefisien Korelasi.................................................................... 108

Tabel 4.1 Harga Transfer/Unit – Wing Tip Assy...................................... 136

Tabel 4.2 Harga Jual/Unit – Wing Tip Assy............................................. 138

Tabel 4.3 Kinerja Unit Bisnis.................................................................. 139

Tabel 4.4 Harga Transfer/Unit – Wing Tip Assy...................................... 140

Tabel 4.5 Harga Jual/Unit – Wing Tip Assy............................................. 142

Tabel 4.6 Uji Beda Rata-rata antara Harga Transfer dan Harga Jual....... 144

Tabel 4.7 Kinerja Unit Bisnis.................................................................. 145

Page 16: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

xii

Tabel 4.8 Uji Normalitas........................................................................... 146

Tabel 4.9 Analisis Korelasi antara Harga Transfer

dengan Kinerja Unit Bisnis...................................................... 148

Tabel 4.10 Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Transfer

dengan Kinerja Unit Bisnis – ANOVA.................................... 150

Tabel 4.11 Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Transfer

dengan Kinerja Unit Bisnis – Coefficients............................... 150

Tabel 4.12 Analisis Koefisien Determinasi antara Harga Transfer

dengan Kinerja Unit Bisnis...................................................... 151

Tabel 4.13 Uji signifikansi t / Coefficients variabel Harga Transfer

dengan Kinerja Unit Bisnis...................................................... 152

Tabel 4.14 Analisis Korelasi Parsial antara Harga Jual

dengan Kinerja Unit Bisnis..................................................... 154

Tabel 4.15 Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Jual

dengan Kinerja Unit Bisnis – ANOVA.................................. 155

Tabel 4.16 Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Jual

dengan Kinerja Unit Bisnis – Coefficients............................. 156

Tabel 4.17 Analisis Koefisien Determinasi Parsial antara Harga Jual

dengan Kinerja Unit Bisnis................................................... 157

Tabel 4.18 Uji signifikansi t / Coefficients variabel Harga Jual

dengan Kinerja Unit Bisnis................................................... 158

Page 17: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rumus penentuan harga transfer dengan menggunakan

harga pasar yang dimodifikasi................................................. 25

Gambar 2.2 Unsur-unsur yang Diperhitungkan dalam Penentuan

Harga Transfer atas Dasar Biayadengan Pendekatan

Full Costing.............................................................................. 28

Gambar 2.3 Unsur-unsur yang Diperhitungkan dalam Penentuan

Harga Transfer atas Dasar Biaya dengan Pendekatan

Variable Costing...................................................................... 29

Gambar 2.4 Unsur-unsur yang Diperhitungkan dalam Penentuan

Harga Transfer atas Dasar Biaya dengan Pendekatan

Activity-Based Costing............................................................. 30

Gambar 3.1 Model Penelitian...................................................................... 102

Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t) variabel

Harga Transfer dengan Kinerja Unit Bisnis............................. 153

Gambar 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t) variabel

Harga Jual dengan Kinerja Unit Bisnis.................................... 158

Page 18: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Membimbing Skripsi………………………... 168

Lampiran 2 Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi………………….. 169

Lampiran 3 Surat Ijin Survey dari PT Dirgantara Indonesia…………... 171

Lampiran 4 Struktur Organisasi PT Dirgantara Indonesia...…………... 172

Lampiran 5 SK Komisaris PT Dirgantara Indonesia tentang Tugas,

Tanggung Jawab, dan Wewenang Direktur Aerostructure… 173

Lampiran 6 Ketentuan Pelaksanaan Divisi Direktorat Aerostructure…. 176

Lampiran 7 Prosedur Internal Work Order……………...…………….. 185

Lampiran 8 Data Penjualan (Transfer) Wing Tip Assy

Direktorat Aerostructure

dengan AI (Penjualan Internal)………………….............. 196

Lampiran 9 Data Penjualan Wing Tip Assy

Direktorat Aerostructure

dengan EADS CASA (Penjualan Eksternal)...................... 197

Lampiran 10 Laporan Keuangan Pertriwulan 2007-2009..……………. 198

Lampiran 11 Hasil Perhitungan SPSS ..……………………………..…. 201

Page 19: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

xv

Lampiran 12 Tabel Nilai Distribusi t……………………………........... 210

Lampiran 13 Tabel Nilai Distribusi F…………………………………… 211

Lampiran 14 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi…………... 212

Page 20: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Konsep harga transfer (transfer pricing) merupakan salah satu langkah

yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang akan membantu dalam

mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Dengan penerapan harga

transfer juga dapat membantu untuk mengembangkan usaha sehingga dapat

menciptakan lapangan kerja yang baru dan untuk mensejahterakan kebutuhan para

karyawannya. Salah satu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi

semua itu adalah dengan cara mereka harus melakukan aktivitas berupa penjualan

barang ataupun aktivitas jasa.

Pada hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat

tanggung jawab, yang masing-masing diwakili oleh sebuah kotak dalam bagan

organisasi. Pusat-pusat tanggung jawab tersebut kemudian membentuk suatu

hierarki. Pada tingkatan terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergeseran

kerja (workshift), dan unit organisasi kecil lainnya. Departemen bisnis yang

memiliki beberapa unit organisasi yang lebih kecil, menduduki posisi yang

lebih tinggi dalam hierarki. Dari sudut pandang manajer senior dan dewan

direksi, perusahaan secara keseluruhan merupakan pusat tanggun jawab,

meskipun istilah ini biasanya berkenaan dengan unit-unit dalam perusahaan.

Perkembangan perusahaan dan diversifikasi perusahaan menuntut

dilakukannya desentralisasi organisasi. Dalam organisasi yang didivesifikasi

Page 21: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

2

tidak cukup jika hanya dilakukan divisionalisasi. Oleh karena itu, manajer

divisi harus diberi wewenang untuk melakukan pembuatan keputusan yang

berhubungan dengan laba, meliputi keputusan biaya (keputusan sumber) dan

sekaligus pendapatan (keputusan pasar). Manajer divisi tersebut memperoleh

wewenang untuk melakukan pembuatan keputusan laba maka manajer divisi

bertanggung jawab terhadap laba yang yang dicapai oleh divisinya.

Unit bisnis sebagai pusat laba merupakan bentuk divisionalisasi di mana

kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih yang dihasilkan

oleh unit bisnis tersebut. Perusahaan yang memiliki unit bisnis di dalamnya

akan menimbulkan masalah harga transfer jika dua pusat laba (unit bisnis)

melakukan transfer barang atau jasa. Untuk penentuan laba yang menjadi

bagian masing-masing pusat laba harus diperhitungkan harga transfer barang

dan jasa yang ditransfer antar pusat laba tersebut. Harga transfer bagi divisi

penjual merupakan pendapatan, di lain pihak harga tersebut merupakan biaya

bagi divisi pembeli. Pendapatan dan biaya tersebut merupakan komponen untuk

perhitungan laba masing-masing divisi yang terkait dalam transfer barang.

Beberapa unit organisasi (divisi) di dalam perusahaan yang difungsikan

sebagai pusat laba dan antar pusat laba tersebut terjadi transfer barang atau jasa,

karena tidak seluruh unit bisnis dilengkapi dengan fasilitas yang sama dan

adanya keterbatasan kemampuan serta pertimbangan efisiensi. Jadi adakalanya

unit bisnis yang satu harus memakai barang atau jasa dari unit bisnis yang lain.

Harga transfer mempunyai peran ganda. Di satu sisi, harga transfer

berperan sebagai salah satu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi. Di sisi

Page 22: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

3

lain, harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi

untuk mendapatkan laba. Dalam penentuan harga transfer, masing-masing

divisi yang terkait merundingkan berbagai unsur yang membentuk harga

transfer, karena setiap unsur yang membentuk harga transfer akan berdampak

terhadap perolehan laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja mereka. Karena

laba merupakan hal yang penting bagi pengukuran kinerja dalam pusat laba,

maka penetapan harga transfer adalah penting bagipara manajer. Diharapkan

dengan adanya penerapan harga transfer, suatu pusat laba akan termotivasi

untuk memaksimalkan laba yang diperoleh dengan cara mengendalikan

pendapatan dan biaya sebaik-baiknya, sehinngga akan berdampak pada

meningkatnya kinerja pusat laba tersebut.

Pada kenyataannya, sudah menjadi fenomena umum bahwa harga transfer

dapat menimumbullkan masalah bagi suatu divisi (unit bisnis). Seperti yang

dikutip dari www.wartawarga.gunadarma.ac.id tanggal 06/06/2010 adalah sebagai

berikut:

“Pada bulan juli 1987, Divisi Produk Chrome mengusulkan untukmenaikkan harga kompor tersebut sebesar 90 sen; 80 senmencerminkan biaya tambahan atas operasi tambahan dan 10 senmerupakan markup laba atas tambahan biaya tersebut. Sebelumusulan tersebut diajukan, harga produk tersebut sekarang adalah $10per unit. Divisi kompor elektrik sangat keberatan dengan usulankenaikan harga tersebut dan setelah tiga minggu berdebat,diputuskan untuk membawa pertikaian tersebut kepada stafkeuangan untuk mencari jalan tengah.Pada akhir tahun 1985, Divisi Gear and Transmission memulainegosiasi dengan Divisi mesin cuci mengenai harga transmisi yangbaru, mengusulkan harga $12 ditambah beberapa penyesuaian kecilterhadap perubahan biaya yang terjadi sejak tahun sebelumnya.Divisi Mesin Cuci menolak untuk menerima harga yang diusulkandan tetap bertahan pada harga $11,21. Divisi Gear and Transmissionmenolaknya, bahkan menolak untuk mempertimbangkan usulan

Page 23: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

4

proyek tersebut. Dan setelah perdebatan sengit selama beberapa hari,kedua divisi tersebut setuju untuk menyerahkan permasalahan inikepada staf keuangan untuk mencari jalan tengahnya.”

Adapun yang dikemukakan oleh Kurnia (2002:21-22) mengenai harga

transfer adalah sebagai berikut:

“Terdapat dua kriteria yang dapat digunakan untuk menilaikeefektifan kebijakan penentuan harga transfer sebuah perusahaan(Ghosh, 2000). Pertama adalah apakah kebijakan tersebut dapatmenyebabkan peningkatan kinerja perusahaan. Kedua, manajermerasa bahwa mereka diberi penghargaan secara adil ataskontribusinya terhadap perusahaan. Dalam kenyataannya, keduakriteria yang digunakan untuk menilai keefektifan sebuah kebijakanpenetapan harga transfer dapat menimbulkan akibat yang salingbertentangan. Kebijakan (metoda) penetapan harga transfer yangdapat meningkatkan kinerja perusahaan seringkali menciptakanperasaan tidak adil dalam hal bagaimana kinerja manajer dinilai dandiberi penghargaan. Hal ini terjadi karena kebijakan penetapanharga transfer yang diterapkan di suatu perusahaan dapatmempengaruhi penilaian kinerja manajer atau divisi yangdipimpinnya, ketika manajer atau divisi yang ada di perusahaandiukur kinerjanya atas dasar laba. Bagi divisi penjual harga transfermerupakan pendapatan, sedangkan bagi divisi pembeli harga transfermerupakan unsur biaya. Oleh karena itu, manajer divisi penjual ataupembeli sangat berkepentingan dengan kebijakan penentuan hargatransfer karena akan mempengaruhi penilaian kinerja masing-masingdivisi. Apabila manajer divisi merasakan bahwa kontribusi merekaterhadap pencapaian laba perusahaan dinilai secara tidak adil, makaada kemungkinan manajer tersebut akan melakukan berbagai carauntuk mengurangi rasa ketidakadilan tersebut. Alasan itu sesuaidengan pernyataan Kanfer (1992) yang menyebutkan bahwa persepsitidak adil yang dirasakan oleh seorang individu dapat menimbulkanperilaku yang ditujukan untuk mengurangi perasaan tidak adiltersebut. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh mereka dapatmeliputi; sabotase, melakukan tindakan manipulatif, ataumeninggalkan pekerjaan. Oleh karena itu, untuk menghindari ataumengurangi perilaku-perilaku negatif yang dapat ditimbulkan olehperasaan tidak adil terhadap suatu kebijakan penetapan hargatransfer, maka perlu diketahui pengaruh faktor-faktor penentuketidakadilan dalam kebijakan penetapan harga transfer terhadapperilaku negatif yang dilakukan sebagai respon terhadap ketidakadilan tersebut. Ghosh (2000) menyebutkan bahwa desainorganisasional dapat memainkan peran penting dalam mempengaruhiperilaku manajer melalui pengaruhnya pada bagaimana kinerja

Page 24: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

5

manajer diukur, dinilai dan diberi penghargaan secara adil.Menurutnya, perilaku-perilaku negatif dapat timbul karenaterdapatnya rasa ketidakadilan terhadap suatu kebijakan penetapanharga transfer. Secara khusus dia menyatakan bahwa desainorganisasional yang tidak adil dapat menimbulkan perilaku-perilakumanajer yang ditujukan untuk mengurangi rasa ketidakadilantersebut. Oleh karena itu, penyelesaian masalah yang berkaitandengan penentuan harga transfer bukan hanya terletak padaperubahan metoda penentuan harga transfer, tetapi lebih terkaitdengan pengaturan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kinerjaperusahaan atau bagaimana kinerja manajer dinilai dan diberipenghargaan.”

Menurut Gunadi yang dikutip oleh Iman Santoso (2004:127-128)

menyatakan bahwa:

“Dengan mempertimbangkan atribut entitas, kita dapat menarikbenang merah antara ‘intracompany’ dengan ‘intercompany’transfer, yang pertama merujuk pada transfer antar divisi pada satuentitas, sedangkan yang lain mengacu pada transfer antar entitasdalam satu keluarga besar perusahaan. Transfer antardivisi padasatu entitas tersebut maksudnya adalah transfer antardivisi dalamsatu perusahaan yang terbagi ke dalam beberapa divisi, sedangkantransfer antarentitas dalam satu keluarga besar perusahaanmaksudnya adalah transfer yang dilakukan antara perusahaan satudengan perusahaan lainnya yang masih berada dalam satu grupperusahaan. Korporasi multinasional dengan perusahaan-perusahaan yang berada dalam satu entitas ekonomi adalahperusahaan-perusahaan yang berada di bawah kepemilikan ataupenguasaan yang sama dan kurang lebih dikendalikan olehperusahaan induk di kantor pusat. Perusahaan induk ini pula yangberwenang menentukan transfer pricing yang berlaku dalamperdagangan internasional antara mereka (anak perusahaan/subsidiaries). Dalam hal ini transfer pricing merupakan pirantipengukur hak dan kewajiban yang sangat penting diantarasubsidiaries. Sehingga, secara artifisial, transfer pricing dapatmenyimpang dari harga yang ‘normal’ atau ‘benar’. Di lain pihak,secara pejoratif istilah transfer pricing sering dikaitkan dengansuatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksudmengurang laba artifisial, mengupayakan agar perusahaan ‘rugi’,serta menghindari pajak atau bea disuatu negara.”

Berdasarkan pernyataan di atas, terlihat bahwa harga transfer merupakan

suatu hal yang penting bagi kinerja suatu unit bisnis. Karena harga transfer

Page 25: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

6

yang telah ditetapkan akan mempengaruhi besarnya laba atau bahkan

mengakibatkan kerugian bagi divisi atau unit bisnis yang terlibat didalamnya.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Mochamad Arif Abdullah (2004) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Harga

Transfer Terhadap Kinerja Suatu Unit Usaha Sebagai Pusat Laba”. Dalam

penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu penerapan harga transfer

sebagai variabel independeni. Untuk variabel dependen yaitu kinerja unit usaha

sebagai pusat laba yang diwakili oleh rasio profitabilitasnya yaitu Return on Asset

(ROA). Dengan koefisien korelasi sebesar 0,698, menunjukkan bahwa terdapat

korelasi yang kuat dan positif antara variabel independen dan variabel dependen.

Dengan menggunakan analisis statistik Uji t, diperoleh nilai thitung > ttabel (4,462 >

1,717), maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya hipotesis awal dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat dibuktikan bahwa terdapat pengaruh

yang kuat dan signifikan pada penerapan harga transfer terhadap kinerja unit

usaha sebagai pusat laba.

Penulis menggunakan penelitian terdahulu dimaksudkan untuk dijadikan

bahan pertimbangan adanya beberapa persamaan di dalam penelitian. Namun

pada penelitian ini penulis manambah variabel independen yaitu harga jual untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan antara harga transfer dengan harga jual,

serta bagaiman besarnya pengaruh masing-masing variabel independen yaitu

harga transfer dan harga jual terhadap variabel dependen yaitu kinerja unit bisnis

sebagai pusat laba karena penelitian terdahulu memiliki keterbatasan hanya

meneliti mengenai harga transfer saja.

Page 26: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

7

Adapun fenomena mengenai kinerja unit bisnis yang dikutip dari Faisal

(2006:3) adalah:

“Menurut Mia dan Clarke beberapa hasil penelitian di Australia yangdimuat dalam The Australian Financial Review tahun 1995 telahmenyimpulkan bahwa semakin intensif persaingan pasar makakinerja organisasi menjadi lebih baik. Namun penelitian Khandawalla(1972) menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara harga,produk dan distribusi pemasaran dengan kinerja perusahaan.”

Adapun masalah mengenai kinerja yang dikutip dari www.aa-

multimedia.blogspot.com adalah sebagai berikut:

“Dell yang mula-mula menjual komputer lewat surat (mail order).Dengan menggunakan strategi ini Dell dapat menjual dengan harga dibawah pesaingnya. Pada tahun 1993, Compaq yang pada saat itusebagai pemimpin pasar penjualan PC, melalukan pemotongan hargauntuk menyaingi Dell. Hasilnya Dell Computer penjualannya turunyang berakibat menderita kerugian 65 juta dolar pada enam bulanpertama, yang menyebabkan hampir bangkrut.”

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Harga Transfer dan Harga

Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba”. (Penelitian Pada

Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi masalah

pokok dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana harga transfer pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara

Indonesia.

2. Bagaimana harga jual pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara

Indonesia.

Page 27: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

8

3. Apakah terdapat perbedaan antara harga transfer dengan harga jual pada

Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia.

4. Bagaimana kinerja unit bisnis pada Direktorat Aerostructure di PT

Dirgantara Indonesia.

5. Seberapa besar pengaruh harga transfer terhadap kinerja unit bisnis pada

Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia.

6. Seberapa besar pengaruh harga jual terhadap kinerja unit bisnis pada

Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi

mengenai harga transfer dan harga jual di perusahaan dan pengaruhnya terhadap

kinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Selain itu, untuk membandingkan antara

teori yang dipelajari oleh penulis di perkuliahan dengan kenyataan yang ditemui

di lapangan.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui harga transfer yang ada pada Direktorat Aerostructure

di PT Dirgantara Indonesia.

Page 28: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

9

2. Untuk mengetahui harga jual yang ada pada Direktorat Aerostructure di

PT Dirgantara Indonesia.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara harga transfer dengan

harga jual pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia.

4. Untuk mengetahui kinerja unit bisnis pada Direktorat Aerostructure di PT

Dirgantara Indonesia.

5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga transfer terhadap kinerja

unit bisnis pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia.

6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga jual terhadap kinerja

unit bisnis pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu secara praktis dan teoritis

yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1.4.1. Kegunaan Praktis

Penelitian ini merupakan suatu hal yang dapat menimbulkan manfaat baik

bagi penulis, bagi perusahaan, maupun bagi pembaca pada umumnya. Adapun

manfaat-manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

a. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang

untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Bidang Studi Akuntansi di

Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.

Page 29: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

10

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan

menambah pengetahuan mengenai metode penelitian yang

menyangkut masalah akuntansi manajemen pada umumnya, serta

perbandingan antara harga transfer dan harga jual pada khususnya

berdasarkan teori-teori yang diperoleh dari hasil kuliah dan

mengaplikasikannya pada kenyataan bisnis.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dan masukan mengenai harga transfer dan harga jual yang komprehensif

serta pengaruhnya terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba.

3. Bagi Pembaca

Sebagai tambahan pengetahuan dalam memahami pengaruh harga transfer

dan harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba serta untuk

menjadikan bahan masukan dan informasi guna melakukan penelitian

selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Teoritis

Penulis sangat berharap hasil dari penelitian yang dilakukan dapat

menambah pemahaman mengenai harga transfer dan harga jual, serta

pengaruhnya terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba.

Page 30: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Ruang Lingkup Harga Transfer

2.1.1.1. Pengertian Harga Transfer

Pengertian harga transfer menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X.

Kurniawan Tjakrawala (2008:284) adalah: …nilai yang diberikan atas suatu

transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi di mana setidaknya salah

satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.

Menurut Supriyono (2000:416) definisi harga transfer dapat digolongkan

menjadi dua yaitu:

“Dalam arti luas, harga transfer adalah nilai barang dan jasa yangditransfer oleh suatu pusat pertanggungjawaban ke pusatpertanggungjawaban yang lain. Dalam arti sempit, harga transferadalah nilai barang dan jasa yang ditransfer antara dua divisi (pusatlaba) atau lebih.”

Sedangkan menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri

Husein (2000:110) definisi harga transfer adalah:

“Dalam arti luas harga transfer adalah harga barang atau jasa yangditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam satu organisasitanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawabannya. Sedangkandalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yangditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu daripusat pertanggungjawaban yang terlibat merupakan pusat laba.”

Page 31: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

12

2.1.1.2. Tujuan Harga Transfer

Menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala

(2008:284) harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

mencapai tujuan berikut ini:

1. Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unitusaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biayadan pendapatan perusahaan.

2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita—maksudnya, sistem harus dirancang sedemikian rupa sehinggakeputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akanmeningkatkan laba perusahaan.

3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usahaindividual.

4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.

Menurut Supriyono (2000:414) suatu sistem harga transfer yang baik

harus mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan informasi relevan bagi para manajer.Sistem harga transfer dapat memberikan informasi relevan yangdiperlukan oleh setiap divisi untuk menentukan harga transfer.

2. Mencapai keselarasan tujuan.Sistem harga transfer dapat memotivasi manajer divisi penjual,divisi pembeli dan mungkin manajer kantor pusat untuk membuatkeputusan harga transfer yang sehat. Tindakan manajer divisitertentu untuk meningkatkan laba divisinya juga dapatmeningkatkan laba perusahaan secara keseluruhan, jadidiharapkan timbul kesesuaian tujuan.

3. Mengukur kinerja ekonomi divisi.Sistem harga transfer dapat menghasilkan laporan laba setiapdivisi individual yang secara layak mengukur kinerja ekonomi(laba bersih) divisi dan kontribusinya terhadap laba perusahaansecara keseluruhan.

4. Mengukur kinerja manajer divisi.Sistem harga transfer harus mendorong peningkatan kinerjamanajer divisi karena harga transfer dapat digunakan sebagaidasar untuk perencanaan, pembuatan keputusan, danpengendalian divisinya.

5. Sederhana dan mudah.Sistem harga transfer harus sederhana untuk dipahami danmudah diadministrasikan.

Page 32: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

13

Sedangkan menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri

Husein (2000:112) harga transfer harus didesain sedemikian rupa sehingga

memenuhi tujuan-tujuan berikut:

1. Menyajikan informasi yang relevan untuk keputusan trade offantara pendapatan dan biaya.

2. Memotivasi manajer untuk mencapai goal congruence.3. Membantu menilai kinerja ekonomi pusat laba yang terkait.4. Sistemnya sederhana untuk dipahami dan mudah

diadministrasikan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan harga transfer adalah

untuk memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit dalam

menentukan biaya dan pendapatan yang adil untuk perusahaan, mencapai

keselarasan tujuan, mengukur kinerja ekonomi divisi, mengukur kinerja manajer

divisi, dan sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola. Keselarasan

tujuan dapat tercapai jika dalam penentuan harga transfer dapat memenuhi prinsip

dasar harga transfer.

2.1.1.3. Karakteristik Harga Transfer

Menurut Mulyadi (2001:382) harga transfer pada hakikatnya memilki tiga

karakteristik berikut ini:

1. Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkaitdiukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh merekadan harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalammembentuk biaya penuh produk yang diproduksi di divisipembeli.Jika perusahaan membentuk divisi sebagai pusat laba yangdiperoleh, manajer pusat laba akan peduli atas faktor-faktor yangmempengaruhi laba divisinya. Karena transfer barang antar divisimerupakan pendapatan bagi divisi penjual dan biaya bagi divisipembeli, manajer divisi terkait akan berkepentingan terhadap

Page 33: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

14

unsur-unsur yang diperhitungkan dalam penentuan yangdiproduksi di divisi pembeli, penentuan harga transfer tidakmerupakan masalah dalam perusahaan.

2. Harga transfer selalu mengandung unsur laba didalamnya.Bagi divisi penjual, harga transfer merupakan pendapatan yangmerupakan unsur laba yang dipakai sebagai dasar pengukurankinerja divisi. Karena divisi penjual diukur kinerjanya atas dasarlaba, maka transfer barang ke divisi pembeli harus mengandungunsur laba di dalamnya.

3. Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasidan sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk.Divisionalisasi merupakan cara yang ditempuh oleh manajemenpuncak untuk mendiversifikasi bisnis perusahaan. Prosespenentuan harga transfer memberikan kesempatan kepada paramanajer divisi yang terkait untuk merundingkan semua unsuryang menbuat harga transfer, karena setiap unsur yangmembentuk harga transfer akan berpengaruh terhadap laba divisimereka. Di sisi lain, harga transfer merupakan salah satu alatintegrasi divisi dalam diversified company. Dengan harga transfer,divisi-divisi yang dibentuk, yang seolah-olah merupakanperusahaan yang independen, harus melakukan negosiasi untukmenetapakan harga barang atau jasa yang ditransferantarmereka.

2.1.1.4. Masalah yang Dirundingkan dalam Penentuan Harga Transfer

Menurut Mulyadi (2001:382-383) karena setiap divisi yang dibentuk

perusahaan diukur kinerjanya atas dasar laba yang diperoleh masing-masing,

maka dua masalah yang selalu dirundingkan oleh divisi penjual dan divisi pembeli

adalah:

1. Dasar yang digunakan sebagai landasan penentuan hargatransfer.Dalam penentuan harga transfer, divisi pembeli dan divisi penjualharus menyepakati dasar yang akan dipakai sebagai landasanpenentuan harga barang yang ditransfer antar divisi tersebut. Adadua dasar yang dapat digunakan sebagai landasan dalampenentuan harga transfer, yaitu biaya dan harga pasar. Biayayang dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer adalah biayapenuh, yang dapat dipilih dari dua macam biaya penuh: biayapenuh sesungguhnya dan biaya penuh standar. Baik biaya penuh

Page 34: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

15

sesungguhnya maupun biaya penuh standar dapat direkayasadengan salah satu pendekatan: full costing, variabel costing danactivity based costing.

2. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer.Laba yang diperhitungkan disini dapat ditentukan berdasarkanpersentase tertentu dari biaya penuh atau berdasarkan aktivapenuh yang digunakan untuk memproduksi produk jika labaditentukan sebesar persentase tertentu dari biaya penuh, hargatransfer yang dihasilkan tidak memperhitungkan modal yangdigunakan dalam memproduksi produk yang ditransfer. Aktivapenuh merupakan dasar yang baik untuk memperhitungkan labadalam harga transfer, namun banyak masalah yang timbul dalammemperhitungkan aktiva penuh sebagai investment base.

Menurut Mulyadi (2001:383-384) jika aktiva penuh divisi dipakai sebagai

dasar penentuan laba yang diperhitungkan dalam harga transfer, dua faktor yang

harus dipertimbangkan adalah:

1. Jenis aktiva yang dipergunakan sebagai dasar.Jenis aktiva yang diperhitungkan sebagai dasar penentuan labadalam harga transfer dapat digolongkan menjadi dua kelompok:aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Jenis aktiva lancar yangdigunakan oleh divisi penjual adalah aktiva lancar yangdipergunakan untuk operasi divisi penjual. Dengan demikianinvestasi sementara dalam surat berharga tidak diperhitungkansebagai aktiva yang dipakai sebagai dasar penentuan laba dalamharga transfer. Begitu pula dengan investasi jangka panjang divisipenjualan tidak diperhitungkan dalam aktiva tidak lancar yangdipakai sebagai dasar penentuan laba dalam harga transfer.

2. Cara penilaian aktiva yang digunakan sebagai dasar.Aktiva tetap yang diperhitungkan sebagai dasar penentuan labadalam harga transfer adalah kondisi aktiva tetap divisi penjualpada awal tahun berlakunya harga transfer. Jika dalam tahunberjalan, divisi penjual melakukan investasi dalam aktiva tetap,jumlah ini biasanya diperhitungkan dalam penentuan hargatransfer tahun berikutnya. Begitu pula jika dalam tahun berjalandivisi penjual melakukan penghentian pemakaian aktiva tetapnya,perubahan ini baru diperhitungkan dalam penentuan hargatransfer berikutnya. Cara penilaian aktiva yang dipakai sebagaidasar penentuan laba yang diperhitungkan dalam harga transferdapat dibagi menjadi dua cara: cara penilaian aktiva lancar dancara penilaian aktiva tetap. Jika jenis aktiva lancar yangdiperhitungkan dalam investment base telah ditetapkan, penilaianaktiva lancar dapat dipilih dari :

Page 35: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

16

a. Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value)aktiva lancar pada awal tahun berlakunya harga transfer.

b. Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value)aktiva lancar rata-rata dalam tahun berlakunya hargatransfer.

2.1.1.5. Metode Penentuan Harga Transfer

Banyak metode penentuan harga transfer yang digunakan dalam praktik.

Tidak ada metode harga transfer yang sempurna. Setiap metode penentuan harga

transfer mempunyai keunggulan dan sekaligus memiliki kelemahan jika

dibandingkan dengan metode harga transfer lainnya. Namun sering kali metode

harga transfer berdasar harga pasar, jika dapat ditentukan, umumnya dipandang

sebagai dasar terbaik.

Dalam Carter dan Usry dalam Krista S.E., Ak (2005:521) sistem

penetapan harga transfer harus memenuhi kriteria fundamental berikut ini:

1. Harus memungkinkan manajemen pusat untuk menilai seakuratmungkin kinerja dari pusat laba divisional dalam hal kontribusidari divisi tersebut secara terpisah ke total laba korporat.

2. Harus memotivasi manajer divisional untuk mengejar cita-citalaba divisi itu sendiri dengan cara yang kondusif bagikeberhasilan perusahaan secara keseluruhan.

3. Harus merangsang efisiensi manajer tanpa kehilangan otonomidivisi tersebut sebaga pusat biaya.

Sistem harga transfer dapat bervariasi dari yang paling sederhana sampai

yang paling rumit, tergantung dari sifat usahanya. Menurut Supriyono (2000:415)

definisi prinsip dasar harga transfer adalah: …prinsip yang menyatakan bahwa

harga transfer harus serupa dengan harga yang dibebankan jika produk

dijual kepada pihak luar atau jika produk dibeli dari pihak luar.

Page 36: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

17

Sedangkan menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan

Tjakrawala (2008:284) definisi prinsip dasar harga transfer adalah: …bahwa

harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang ditentukan seandainya

produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.

Prinsip dasar tersebut di atas dapat tercapai jika tercipta situasi ideal dalam

penentuan harga transfer. Menurut Supriyono (2000:415) situasi ideal adalah:

…situasi yang mendorong tercapainya keselarasan tujuan penentuan harga

transfer yang mencakup orang yang kompeten, iklim yang baik, harga pasar,

kebebasan sumber, arus informasi penuh, negosiasi, dan kriteria ganda.

Adapun penjelasan mengenai situasi tersebut menurut Supriyono (2000:415)

adalah sebagai berikut:

1. Orang yang kompetenOrang yang kompeten adalah orang yang mampumenegosiasi atau mengarbitrasi harga transfer berdasarkepentingan jangka pendek dan jangka panjang.

2. Iklim yang baikHarga transfer yang ideal didasarkan pada iklim yang baik.Iklim yang baik berarti para manajer divisi dan kantor pusatmemandang bahwa profitabilitas merupakan salah satu tujuanterpenting dan digunakan untuk mengukur kinerja merekadan mereka berpendapat bahwa harga transfer ditentukandengan adil.

3. Harga pasarHarga transfer yang ideal ditentukan oleh harga pasar normaluntuk produk yang ditransfer. Harga pasar tersebut biasanyadisesuaikan atau dikurangi dengan penghematan biaya karenaproduk tersebut ditransfer ke divisi lain dan bukanlah dijual kepihak luar.

4. Kebebasan sumberHarga transfer yang ideal didasarkan pada kebebasansumber. Kebebasan sumber memungkinkan bagi para manajerpembeli dan penjual untuk memilih alternatif-alternatif terbaik.Manajer divisi penjual harus memiliki kebebasan untuk menjualproduknya pada divisi lain dalam organisasi atau menjualnya

Page 37: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

18

pada pihak luar. Manajer divisi pembeli harus memilikikebebasan untuk membeli masukkannya di divisi lain dalamorganisasi atau membelinya di pihak luar.

5. Arus informasi penuhHarga transfer yang ideal didasarkan pada arus informasipenuh. Para manajer divisi penjual, divisi pembeli, dan kantorpusat harus mengetahui informasi secara penuh mengenaialternatif-alternatif yang tersedia serta pendapatan dan biaya-biaya yang relevan.

6. Negos ias iHarga transfer yang ideal dihasilkan dari mekanismeproses negosiasi "kontrak" secara lancar diantara divisi-divisi.

7. Kriteria gandaHarga transfer yang ideal dapat memenuhi kriteria ganda,antara lain: obyektivitas, realisme, keadilan bagi semuayang terlibat, waktu yang minimum unutuk negosiasi atauarbitrasi, dan risiko suboptimasi yang minimum. Risikosuboptimasi adalah risiko yang timbul karena divisi-divisi yangmenegosiasikan harga transfer mementingkan optimalisasipencapaian tujuan divisinya sendiri tanpa memperhatikankeselarasan tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Dua metode harga transfer yang sering digunakan dalam praktik adalah

metode harga transfer berdasar pasar (market-based transfer pricing) dan metode

harga transfer berdasar biaya (cost-based transfer pricing). Di bawah ini dibahas

kedua metode tersebut.

2.1.1.5.1. Metode Harga Transfer Berdasar Harga Pasar

Menurut Supriyono (2000:417) metode harga pasar adalah: …metode

penentuan harga transfer barang atau jasa antar pusat laba

didasarkan atas harga pasar dikurangi penghematan biaya karena

produk tersebut ditransfer antardivisi. Jika terdapat harga pasar barang

dan jasa yang ditransfer antarpusat laba ada maka harga pasar saat ini

adalah dasar terbaik untuk penentuan harga transfer.

Page 38: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

19

Menurut Supriyono (2000:417) harga pasar merupakan dasar terbaik

untuk penentuan harga transfer sebab:

1. Mencerminkan transaksi independen (arm’s length transaction).Transaksi independen (arm’s length transaction) adalahtransaksi yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih secarabebas. Harga pasar ditentukan oleh pihak-pihakeksternal perusahaan sehingga menggambarkan transaksiindependen (arm’s length transaction).

2. Merupakan dasar yang terbaik untuk pembuatankeputusan.Bagi divisi penjual, harga pasar dapat dipakai dasaruntuk membuat keputusan untuk menjual barang ataujasanya ke pihak luar atau mentransfernya ke divisi yanglain. Demikian pula bagi divisi pembeli, harga pasar dapatdipakai dasar pembuatan keputusan untuk membeli barang danjasa dari pihak luar atau menerima transfer dari divisi yanglain.

3. Menjadikan setiap divisi sebagai satuan bisnisindependen.Harga pasar bagi divisi penjual mencerminkan pendapatandivisi tersebut jika barang dan jasanya dijual kepada pihakluar dan bagi divisi pembeli mencerminkan biaya jika divisitersebut membelinya dari pihak luar sehingga menjadikansetiap divisi sebagai satuan bisnis independen yang terpisahsatu sama lain.

Jika transaksi harga transfer dicatat pada harga pasar, profitabilitas

divisi mencerminkan kontribusi ekonomi nyata divisi terhadap laba total

perusahaan. Menurut Supriyono (2000:417) penerapan metode harga pasar

menghadapi dua kondisi yaitu: …divisi dengan sumber independen (tanpa

kendala sumber) dan divisi dengan kendala sumber. Adapaun penjelasannya

adalah sebagai berikut:

a. Sumber Independen

Jika divisi penjual dapat menjual produknya di pasar luar dan divisi

pembeli dapat membeli barang atau jasa yang diperlukannya dari sumber luar

Page 39: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

20

maka keadaan ini memungkinkan setiap divisi bebas dari divisi lainnya. Dalam

penentuan harga transfer berdasar harga pasar, keadaan ini sering kali

dinamakan harga transfer berdasar harga pasar tanpa kendala sumber. Menurut

Supriyono (2000:418) jika setiap divisi bebas dari divisi lainnya atau tidak ada

kendala sumber maka:

1. Keputusan harga transfer dan sumber harus diselesaikan secarabersama-sama oleh manajer divisi yang bersangkutan.

2. Sistem ini tidak memerlukan atau hanya sangat sedikitmemerlukan campur tangan staf kantor pusat atau manajemenpuncak dalam penentuan harga transfer dan sumber.

Agar setiap divisi memperhatikan kemakmuran perusahaan secara

menyeluruh, biasanya oleh kantor pusat ditentukan batasan terhadap kebebasan

divisi dibandingkan dengan pihak luar yang benar-benar independen. Menurut

Supriyono (2000:418) keterbatasan tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Jika harga yang ditawarkan oleh divisi di dalam perusahaanbesarnya sama dengan harga pasar dan kondisi lainnya sama,produk tersebut harus dibuat di dalam perusahaan atau tidakdibeli dari pihak luar.

2. Jika terdapat harga distress (distress price) maka harga yangditawarkan oleh pemasok luar tersebut tidak perlu dipedulikandan produk tersebut harus dibuat sendiri di dalam perusahaan.Harga distress (distress price) adalah harga temporer yangrelatif sangat rendah yang ditawarkan oleh pemasok luar.

3. Perubahan sumber dan harga transfer yang diusulkan olehdivisi pembeli maupun divisi penjual harus ditelaah dandisetujui oleh kantor pusat agar usulan perubahan tersebutmerupakan keputusan terbaik bagi kepentingan perusahaansecara keseluruhan.

b. Kendala Sumber

Seringa kali divisi tidak memiliki kebebasan untuk memperoleh sumber.

Menurut Supriyono (2000:419) kendala ini mungkin disebabkan karena:

1. Industri terintegrasi

Page 40: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

21

Perusahaan yang berada dalam industri yang sifatnya sangatterintegrasi sulit memperoleh produk antara (intermediateproduct) dari pihak luar karena jarang diperjualbelikan.

2. Tidak ada sumber luarJika tidak ada sumber luar atau tidak ada perusahaan lain yangmemproduksi produk yang sama dengan yang ditransferantardivisi, maka divisi-divisi menghadapi kendala sumber.

3. Risiko pemasok luarMenajemen puncak tidak mau menghadapi risiko berhubungandengan pemasol liar, misalnya karena volume produk yangdiperlakukan signifikan, atau produk merupakan komponenkunci, atau proses pengolahan produk sifatnya rahasia.

4. Investasi besarPerusahaan telah menanamkan investasi yang cukup besardalam fasilitas pengolahan produk yang ditransfer sihinggatidak logis jika produk tersebut dibeli dari pihak luar sebesarharga pasarnya.

Menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala

(2008:287) dalam banyak perusahaan, pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli

dapat saja sangat terbatas. Ada beberapa alasan akan hal ini:

1. Keberadaan kapasitas internal mungkin membatasipengembangan penjualan eksternal.

2. Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produkyang terdeferensiasi, tidak ada sumber daya dari luar.

3. Jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar,maka perusahaan cenderung tidak akan menggunakan sumberdaya dari luar kecuali harga jual di luar mendekati biayavariabel perusahaan, di mana hal itu jarang sekali terjadi.

Sedangkan menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri

Husein (2000:115) beberapa alasannya dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Kapasitas internal yang terbatas sehingga tidak memungkinkanpengembangan penjualan produk ke pihak eksternal. Dalamkondisi pusat laba penjual hanya boleh menjual secara internal,maka keputusan yang dibatasi adalah keputusan penjualan.

2. Jika perusahaan merupakan produsen untuk produk yang sangatkhas (unik) saja, sehingga produk tersebut tidak dijual di pasarekstern. Dalam kondisi pusat laba penjual hanya dapat menjualkepada pasar internal, maka keputusan yang dibatasi adalahkeputusan sumber.

Page 41: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

22

3. Jika perusahaan telah melakukan investasi yang signifikan padafasilitas produksi. Dalam kondisi ini, pertimbangan untuk lebihmengoptimalkan fasilitas produksi menjadi hal penting,walaupun produk yang akan dibutuhkan ada pada pasar ekstern,dengan demikian keputusan sumber yang dibatasi.

Meskipun perusahaan menghadapi kendala sumber pengadaan sehingga

pasar produk yang ditransfer terbatas, namun dalam penentuan harga transfer

harus tetap menggunakan harga yang bersaing (harga kompetitif). Menurut

Supriyono (2000:419) harga yang bersaing adalah: …harga yang ditentukan

dari transaksi independen (arm’s length).

Menurut Mulyadi (2001:397) harga saing adalah: …harga produk yang

sama dengan produk yang ditransfer, yang berlaku di pasar luar.

Sedangkan menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan

Tjakrawala (2008:284) adalah sebagai berikut: …harga transfer yang paling

memenuhi persyaratan sistem pusat laba adalah harga kompetitif. Harga

kompetitif mengukur kontribusi dari setiap pusat laba terhadap laba

perusahaan secara keseluruhan.

Menurut Supriyono (2000:419) alasan pengunaan harga yang bersaing

adalah sebagai berikut:

1. Pengukur kontribusi setiap divisiHarga yang bersaing dapat mengukur kontribusi setiap pusatlaba terhadap laba total perusahaan. Jika sumber internal tidaktersedia maka perusahaan harus membeli dari pemasok luardengan harga yang bersaing sehingga selisih harga tersebutdengan biaya perusahaan menggambarkan kontribusi pusatlaba tersebut.

2. Pengukuran kinerja setiap divisiHarga yang bersaing dapat mengukur prestasi suatu pusat labadalam menghadapi persaingan dengan pihak luar.

3. IndependenHarga yang bersaing sifatnya independen terhadap kondisi-

Page 42: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

23

kondisi internal pusat laba yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:397) harga saing lebih baik sebagai

harga transfer dibandingkan dengan harga harga transfer yang ditetapkan secara

intern dalam perusahaan terintegrasi karena:

1. Harga saing akan mengukur kontribusi masing-masing divisiterhadap laba perusahaan secara keseluruhan. Jika kapasitas didalam perusahaan tidak tersedia, perusahaan harus membeli dariluar pada harga saing. Selisih antara harga saing dengan biayayang harus dikeluarkan oleh perusahaan merupakan uang yangdapat dihemat karena pemilihan alternatif membuat sendiridibandingkan dengan alternatif membeli dari pemasok luar.

2. Harga saing mengukur kinerja suatu divisi dalam menghadapipersaingan.

3. Harga saing tidak terikat oleh kondisi intern perusahaan.

Jika suatu perusahaan yang terintegrasi tidak mengetahui tingkat harga

yang bersaing (harga kompetitif) karena tidak melakukan pembelian atau

penjualan produknya ke pasar bebas maka menurut Anthony dan Govindarajan

dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala (2008:288) adalah:

1. Jika ada harga pasar yang diterbitkan, maka harga tersebut dapatdigunakan untuk menentukan harga transfer. Tetapi, terbitantersebut harus merupakan harga yang benar-benar dibayarkan dipasar bebas, dan kondisi yang ada di pasar bebas harus konsistendengan kondisi yang ada dalam perusahaan.

2. Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran (bid).Hal ini umumnya dapat dilakukan hanya jika penawar terendahmasih memiliki peluang untuk memenangkan bisnis tersebut.Suatu perusahaan melakukan hal ini dengan membeli kira-kiraseparuh dari kelompok produk tertentu di luar dan separuh lagidi dalam perusahaan. Perusahaan tersebut menawarkan seluruhproduk tetapi memilih separuh yang tetap tidak dijual.Perusahaan tersebut mendapatkan penawaran yang sah karenapenawar terendah dapat berharap untuk memperoleh sebagiandari bisnis tersebut. Sebaliknya, jika suatu perusahaan memintapenawaran hanya untuk mendapatkan harga kompetitif dan tidakmemberikan kontrak tersebut kepada penawar terendah, makaperusahaan tersebut akan segera menemukan bahwa tidak akan

Page 43: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

24

ada tawaran atau tawaran tersebut memiliki nilai yangdipertanyakan.

3. Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa di pasarbebas, maka pusat laba tersebut sering kali meniru hargakompetitif berdasarkan harga luar.

4. Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa daripasar luar/bebas, maka pusat laba tersebut dapat meniru hargakompetitif untuk produk-produk eksklusifnya. Hal ini dapatdilakukan dengan cara menghitung biaya dari perbedaan dalamdesain dan kondisi penjualan lain antara produk kompetitif danproduk eksklusif.

c. Harga Pasar yang Dimodifikasi

Menurut Supriyono (2000:421) harga pasar yang dimodifikasi (harga pasar

minus) adalah: …harga pasar produk dikurangi dengan biaya-biaya yang

dapat dihemat (dihindari atau ditekan) karena produk ditransfer ke pusat

laba lain dibandingkan dengan jika produk tersebut dijual pada pihak luar.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:395) pada umumnya harga transfer

ditetapkan pada harga pasar minus (market-price-minus). Di dalam transfer

produk antardivisi di dalam perusahaan terdapat hal-hal berikut ini:

1. Kuantitas produk yang ditransfer dari divisi penjual ke divisipembeli cukup besar sehingga menimbulkan penghematan biayabagi divisi penjual karena produksi yang besar tersebut. Olehkarena itu, potongan volume (volume discount) seringkalidigunakan sebagai pengurang harga pasar dalam penentuanharga transfer.

2. Di dalam transfer produk, divisi penjual tidak akan mengeluarkanbiaya-biaya iklan, promosi penjualan, dan biaya penagihan. Olehkarena itu biaya-biaya tersebut harus dikurangkan dari hargapasar di dalam penentuan harga transfer.

3. Jika transfer produk dilakukan langsung dari departemenproduksi divisi penjual, biaya penggudangan tidakdiperhitungkan dalam penentuan harga transfer.

Menurut Supriyono (2000:421) rumus penentuan harga transfer dengan

menggunakan harga pasar yang dimodifikasi dapat dilihat pada gambar 2.1.

Page 44: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

25

Gambar 2.1Rumus penentuan harga transfer dengan menggunakan harga pasar

yang dimodifikasi

Sumber: Supriyono (2000:421)

d. Kelemahan Metode Transfer Berdasar Harga Pasar

Menurut Supriyono (2000:424) meskipun metode transfer berdasar harga

pasar umumnya diakui sebagai metode yang terbaik, namun dalam keadaan

tertentu metode ini memiliki kelemahan sebagai berikut:

1. Tidak semua produk yang ditransfer antardivisi memiliki hargapasar.

2. Harga pasar seringkali berubah sehingga harga transfer produkantardivisi perlu dihitung kembali.

3. Daftar harga seringkali tidak mencerminkan harga pasarsesungguhnya atau harga pasar produk yang ditransfer tidaktermuat dalam daftar harga sehingga untuk memperolehinformasi harga pasar perlu tambahan pengorbanan waktu danbiaya.

4. Penghematan biaya timbul karena produk ditransfer ke divisi lainatau tidak dijual ke pihak lain, seharusnya tidak hanya dinikmatioleh divisi pembeli saja—dalam bentuk pengurangan harga

Harga pasar per unit Rpxxx

Biaya per unit yang dapat dihindari

Potongan volume dan potongan tunai Rpxxx

Biaya Penyimpanan xxx

Komisi penjualan xxx

Biaya penagihan xxx

+

xxx

-

Harga transfer per unit Rpxxx

Page 45: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

26

pasar—tetapi juga harus diperhitungkan pula untuk divisipenjual. Hal ini disebabkan jika divisi pembeli membeli produkdari pihak luar harganya lebih tinggi, jadi pengurangan hargatersebut ditimbulkan karena divisi penjual mau transfer produktersebut ke divisi pembeli.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:315) kelemahan yang melekat pada

metode ini adalah:

1. Tidak semua produk mempunyai harga pasar.2. Divisi penjual mempunyai pasar yang sudah pasti (yaitu divisi

pembeli). Oleh karena itu penghematan biaya yang timbul tidakharus dinikmati oleh divisi penjual saja, tetapi harus dinikmatipula oleh divisi pembeli.

3. Harga pasar tidak selalu sama dengan harga yang tercantum didalam daftar harga (price list). Kesulitan penentuan harga pasarakan lebih besar jika harga pasar sangat berfluktuasi.

2.1.1.5.2. Metode Harga Transfer Berdasar Biaya

Untuk mengatasi kelemahan metode transfer berdasar harga pasar, dapat

digunakan metode transfer berdasar biaya. Menurut Supriyono (2000:425) metode

ini biasanya digunakan jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Pada pasar kompetitif tidak tersedia informasi harga jual produkyang ditransfer. Keadaan ini timbul jika produk yang ditransfermerupakan produk yang belum selesai sehinnga tidakdiperjualbelikan di pasar.

2. Kesulitan dalam penentuan harga jual yang disebabkan olehperselisihan antarmanajer divisi. Kesulitan ini ditimbulkan jika dipasar timbul beberapa macam harga dan jika produk yangditransfer tidak persis sama dengan yang ada di pasar.

3. Jika produk yang ditransfer mengandung formula atau prosesrahasia sehingga tidak diinginkan untuk diungkapkan pada pihaklain.

Dalam metode penentuan harga transfer berdasar biaya, besarnya harga

transfer ditentukan sebesar biaya ditambah laba sehingga metode ini sering

Page 46: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

27

dinamakan metode biaya ditambah laba. Menurut Supriyono (2000:425)

mengharuskan manajemen membuat dua keputusan penting yaitu:

1. Komponen biaya yang diperhitungkan ke dalam harga transfer.2. Komponen laba yang diperhitungkan ke dalam harga transfer.

a. Komponen Biaya

Dalam metode ini timbul masalah mengenai besarnya biaya yang

diperhitungkan sebagai dasar penentuan harga transfer. Menurut Supriyono

(2000:425) biaya yang dapat diperhitungkan untuk dasar penentuan harga transfer

meliputi:

1. Biaya penuh sesungguhnya.2. Biaya variabel sesungguhnya.3. Biaya penuh standar.4. Biaya variabel standar.

Dengan demikian dalam penentuan harga transfer ini, harga jual barang

yang ditransfer antardivisi didasarkan pada biaya penuh produk yang ditransfer.

Mulyadi (2001:385) menyatakan bahwa:

“Jika biaya penuh sesungguhnya dipakai sebagai dasar penentuanharga transfer, kemungkinan yang dapat timbul adalah divisipembeli akan dibebani dengan ketidakefisienan yang terjadi di divisipenjual. Hal ini disebabkan biaya penuh sesungguhnya divisi penjualdapat mengandung ketidakefisienan yang terjadi di divisi penjual.Oleh karena itu, biaya penuh sesungguhnya tidak baik jika digunakansebagai dasar penentuah harga transfer. Jika biaya penuh standardipakai sebagai dasar penentuan harga transfer, divisi pembeli tidakdibebani kemungkinan terjadinya ketidakefisienan divisi penjual,karena biaya penuh standar mencerminkan operasi terbaik denganbiaya yang seharusnya di divisi penjual. Harga transfer menggunakanbiaya penuh standar sebagai dasar akan memberikan keuntunganbagi divisi pembeli, karena divisi pembeli dibebani dengan biaya yangseharusnya untuk memproduksi produk di divisi penjual”.

Menurut Mulyadi (2001:385) jika biaya dipakai sebagai dasar penentuan

harga transfer, manajemen perlu mempertimbangkan tiga hal penting berikut ini:

Page 47: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

28

1. Metode penentuan harga transfer harus mendorong divisi penjualsenantiasa melakukan perbaikan efisiensi dan produktivitasnya.

2. Metode penentuan harga transfer harus memisahkan tanggungjawab masing-masing divisi yang terlibat. Ketidakefisienan yangterjadi di divisi penjual tidak boleh dialihkan ke divisi pembelimelalui harga transfer.

3. Umumnya, diperlukan aturan yang baik dalam penentuan hargatransfer jika biaya dipakai sebagai dasar, karena divisi yangterlibat harus melakukan negosiasi atas dasar kondisi internperusahaan.

Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer menurut

Mulyadi (2001:386-390) dapat dihitung dengan salah satu dari tiga pendekatan

penentuan biaya:

1. Full CostingJika Full Costing dipakai sebagai pendekatan perekayasaan biayayang digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer, unsur-unsur yang diperhitungkan dalam penentuan harga transferdisajikan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2Unsur-unsur yang Diperhitungkan dalam Penentuan HargaTransfer atas Dasar Biaya dengan Pendekatan Full Costing

Sumber: Mulyadi (2001:386)

Harga Transfer = Biaya Penuh + Laba

Biya produksi:

Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja

Biaya overhed pabrik

Biaya nonproduksi:

Biaya administrasi & umum

Biaya pemasaran

Aktiva lancar

Aktiva tidak lancar

y% x Aktiva Penuh

Page 48: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

29

2. Jika variable costing dipakai sebagai pendekatan perekayasaanbiaya yang digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer,unsur-unsur yang diprhitungkan dalam penentuan harga transferdisajikan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3Unsur-unsur yang Diperhitungkan dalam Penentuan Harga

Transfer atas Dasar Biaya dengan Pendekatan Variable Costing

Sumber: Mulyadi (2001:387)

Harga Transfer = Biaya Penuh + Laba

Biya variabel:

Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja

Biaya overhed pabrikvariabel

Biaya administrasi & umumvariabel

Biaya pemasaran variabel

Biaya tetap:

Biaya overhed pabrik tetap

Biaya administrasi & umumtetap

Biaya pemasaran tetap

Aktiva lancar

Aktiva tidak lancar

y% x Aktiva Penuh

Page 49: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

30

3. Jika activity costing dipakai sebagi pendekatan perekayasaanbiaya yang digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer,unsur-unsur yang digunakan sebagai dasar penentuan hargatransfer disajikan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4Unsur-unsur yang Diperhitungkan dalam Penentuan HargaTransfer atas Dasar Biaya dengan Pendekatan Activity-Based

Costing

Sumber: (Mulyadi:389)

Berdasarkan activity costing, kegiatan pembuatan produk dapatdigolongkan ke dalam 4 kategori:a. Unit level activity

Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produkyang dihasilkan. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerjalangsung, biaya enerji, dan biaya angkutan adalah contohbiaya yang termasuk dalam golongan ini. Biaya ini dibebankankepada produk berdasarkan jumlah unit produk yangdihasilkan. Oleh karena itu, dalam penentuan harga transfer,biaya ini dibebankan oleh divisi penjual kepada divisi pembeliberdasarkan biaya standar dikalikan dengan jumlah produkyang sesungguhnya ditransfer oleh divisi penjual ke divisipembeli.

b. Batch activityBiaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yangdiproduksi. Setup cost, yang merupakan mesin dan ekuipmensebelum suatu order diproses adalah contoh biaya yangtermasuk dalam golongan biaya ini. Besar kecilnya biaya initergantung dari frekuensi order produksi yang diolah olehfungsi produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit

Harga Transfer = Biaya Penuh + Laba

a. Unit level activity

b. Batch activity

c. Product sustaining activity

d. Facility sustaining activityAktiva lancar

Aktiva tidak lancar

y% x Aktiva Penuh

Page 50: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

31

produk yang diproduksi dalam setiap order produksi. Divisipembeli dibebani batch activity cost berdasarkan jumlah batchactivity cost standar oleh divisi penjual setiap menerima orderdivisi pembeli.

c. Product sustaining activityBiaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembanganproduk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankanproduk untuk tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidakterpengaruh oleh jumlah unit produk yang diproduksi danjumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual.Contoh biaya ini adalah biaya desain produk, desain prosespengolahan produk, pengujian produk. Biaya ini dibebankankepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produktertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut(product life cycle).

d. Facility sustaining activityBiaya ini berhubungan dengan kegiatan untukmempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan.Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gajikaryawan kunci perusahaan adalah contoh jenis biaya yangtermasuk dalam golongan facility sustaining activity cost. Biayaini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produkyang dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual.

1. Harga transfer berdasar biaya sesungguhnya

Menurut Supriyono (2000:426) alasan pemakaian biaya sesungguhnya

sebagai dasar penentuan harga transfer adalah sebagai berikut:

a. Biaya sesungguhnya dapat ditentukan dengan ralatif pasti.b. Data biaya sesungguhnya dapat mudah disediakan dan dapat

digunakan oleh perusahaan yang menggunakan sistem akuntansibiaya sesungguhnya maupun yang menggunakan sistem akuntansibiaya yang ditentukan di muka.

c. Dapat meniadakan perlunya harga transfer produk yang sifatnyaunik atau khusus.

d. Harga transfer berdasar biaya sesungguhnya mudah dipahamidan dikelola.

e. Dapat diterapkan pada organisasi nirlaba.

Namun, di samping alasan kuat penggunaan biaya sesungguhnya sebagai

dasar penentuan harga transfer, terdapat beberapa kelemahan penting dasar ini.

Menurut Supriyono (2000:426) kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 51: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

32

1. Tidak mendorong divisi penjual berkerja efisien. Hal ini karena jikadigunakan penentuan laba berdasar persentase biaya sesungguhnya,berarti semakin besar biaya sesungguhnya maka semakin besar pulalaba divisi penjual.

2. Divisi pembeli dibebani ketidakefisienan divisi penjual. Semakin tidakefisien divisi penjual berakibat harga transfernya semakin tinggi.

3. Biaya sesungguhnya dapat diketahui akhir periode. Divisi pembeliumumnya ingin mengetahui harga transfer yang ditanggungnyasebelum pembuatan keputusan mentransfer dari divisi lain.

Jika biaya sesungguhnya digunakan sebagai harga transfer maka timbul

pertanyaan mengenai biaya yang digunakan tersebut, menurut Supriyono

(2000:427) biaya tersebut adalah:

a. Metode biaya penuh sesungguhnyaDalam metode ini, semua elemen biaya penuh sesungguhnya divisipenjulal – baik biaya tetap maupun biaya variabel – untukmenghasilkan produk sampai dengan siap ditransfer membentukdasar untuk penentuan harga transfer produk yang ditransfer kedivisi pembeli. Metode ini biasanya digunakan jika penjualankepada pelanggan luar dapat menyerap semua kapasitas yangdimiliki divisi penjual.

b. Metode biaya variabel sesungguhnyaDalam metode ini, semua biaya variabel sesungguhnya divisipenjual yang dipakai untuk menghasilkan produk sampai dengansiap ditransfer merupakan dasar untuk penentuan harga transferproduk yang ditransfer ke divisi pembeli. Metode inimendasarkan pada alasan bahwa biaya yang ditransfer dari divisipenjual ke divisi pembeli hanyalah biaya yang terkendalikan olehdivisi penjual, umumnya biaya yang dapat terkendali tersebutadalah biaya variabel. Metode ini biasanya digunakan jikapenjualan kepada pelanggan luar belum dapat menyerap semuakapasitas yang dimiliki divisi penjual.

2. Harga transfer berdasar biaya standar

Menurut Supriyono (2000:427) harga transfer yang ditentukan berdasar

biaya standar memiliki keunggulan sebagai berikut:

a. Memotivasi divisi penjual berkerja efisien. Biaya yang digunakansebagai dasar penentuan harga transfer hanya sebesar biayastandarnya sehingga jika divisi penjual berkerja tidak efisien

Page 52: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

33

maka ketidakefisienan tersebut diperlakukan sebagai penguranglaba divisi penjual itu sendiri.

b. Divisi pembeli tidak dibebani ketidakefisienan divisi penjual. Olehkarena biaya yang digunakan sebagai dasar dalam penentuanharga transfer sebesar biaya standar maka ketidakefisienan divisipenjual tidak dibebankan kepada divisi pembeli.

Meskipun metode ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan besarnya

harga transfer yang lebih baik dibandingkan dengan metode biaya sesungguhnya,

namun menurut Supriyono (2000:428) perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini

agar metode ini dapat digunakan dengan baik:

a. Biaya standar harus disesuaikan jika terjadi perubahan tingkatharga umum yang tajam atau adanya perubahan kondisi lainnyayang mendasari penentuan biaya standar.

b. Harus dihindari kecenderungan divisi penjual untuk menentukanbiaya standar yang terlalu tinggi.

c. Untuk mendorong divisi penjual meningkatkan efisiensi dengancara menurunkan biaya standar, manajer kantor pusat dapatmenempuh kebijaksanaan untuk tidak menurunkan hargatransfer dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu atau duatahun, meskipun divisi penjual dapat menurunkan biayastandarnya.

Perusahaan tertentu mencoba menggunakan biaya produsen yang efisien

sebagai dasar penentuan biaya standar divisi penjual. Akan tetapi menurut

Supriyono (2000:428) cara ini menghadapi beberapa kesulitan pokok sebagai

berikut:

a. Informasi biaya produsen yang efisien tidak dapat diperoleh olehsemua perusahaan yang mengadakan transfer produk antardivisi.

b. Kondisi divisi penjual mungkin sangat berbeda dengan produsenluar yang efisien sehingga biaya produsen yang efisien tersebuttidak dapat digunakan sebagai alat pengukur yang tepat terhadapprestasi divisi penjual.

c. Penentuan biaya produsen yang efisien yang akan digunakanbiasanya memerlukan perundingan antara divisi penjual dandivisi pembeli, perundingan ini sering kali memerlukan waktuyang lama dan mungkin melalaikan tugas manajer divisi lainnya.

Page 53: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

34

d. Jika perundingan mengenai biaya produsen yang efisien tidakmencapai kata sepakat mungkin diperlukan campur tangankomite arbitrasi atau staf kantor pusat untuk menetapkan hargatransfer, harga yang ditetapkan mungkin tidak dapatmengendalikan kemampuan laba divisinya.

Seperti halnya dalam penentuan harga transfer berdasar biaya

sesungguhnya, metode penentuan harga transfer berdasar biaya standar

menimbulkan pertanyaan mengenai biaya standar yang digunakan sebagai dasar

transfer, menurut Supriyono (2000:429) biaya tersebut adalah:

1. Metode biaya penuh standarDalam metode ini, semua elemen biaya penuh standar divisipenjual – baik biaya tetap maupun biaya variabel – untukmenghasilkan produk sampai dengan siap ditransfer digunakanuntuk dasar penentuan harga transfer produk yang dipindahkanke divisi pembeli. Metode ini biasanya digunakan jika penjualankepada pelanggan luar dapat menyerap semua kapasitas yangdimiliki divisi penjual.

2. Metode biaya variabel standarDalam metode ini, semua biaya variabel standar divisi penjualyang dipakai untuk menghasilkan produk sampai dengan siapditransfer digunakan sebagai dasar penentuan besarnya hargatransfer produk yang dipindahkan ke divisi pembeli. Metode inimendasarkan pada alasan bahwa biaya yang ditransfer dari divisipenjual ke divisi pembeli hanyalah biaya yang terkendalikan olehdivisi penjual yaitu biaya variabel standar sehingga selisih biayavariabel yang timbul tidak boleh ditransfer ke divisi penjual.Metode ini biasanya digunakan jika penjualan kepada pelangganluar belum dapat menyerap semua kapasitas yang dimiliki divisipenjual.

b. Komponen Laba

Menurut Supriyono (2000:429) masalah kedua dalam pemakaian metode

biaya ditambah laba adalah …penentuan komponen laba yang ditambahkan

pada biaya. Masalah ini menurut Supriyono (2000:429) mengharuskan

manajemen untuk membuat keputusan mengenai:

Page 54: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

35

1. Dasar penentuan tingkat labaDasar penentuan tingkat laba dapat digunakan dua cara: (a)berdasar persentase biaya, (b) berdasar return atas investasi.Penentuan tingkat laba berdasar persentase biaya mudahdigunakan namun tidak mempetimbangkan investasi yangdigunakan oleh divisi penjual untuk menghasilkan produk yangditransfer. Penentuan tingkat laba berdasar return atas investasiberarti telah memperhitungkan investasi divisi penjual untukmenghasilkan produk yang ditransfer, namun sulit menentukanbesarnya investasi yang layak diperhitungkan. Jika investasididasarkan atas biaya historikal aktiva divisi penjual akanmengakibatkan laba dan harga transfernya terlalu rendah danjika diperhitungkan nilai pengganti mengakibatkan laba danharga transfernya terlalu tinggi.

2. Besarnya tingkat labaDalam penentuan tingkat laba ini dapat digunakan beberapapendekatan sebagai berikut:a. Berdasar taksiran laba terbaik jika divisi penjual sebagai

suatu perusahaan yang independen.b. Berdasar taksiran return atas investasi yang diperhitungkan

jika divisi pembeli harus menghasilkan sendiri volume produkyang ditransfer dari divisi penjual.

c. Jika divisi penjual, selain mentransfer produknya ke divisipembeli, juga menjual ke pihak lain maka komponen labadapat ditentukan dari persentase profit margin rata-rataberdasar harga pokok penjualan standar.

d. Jika peralatan dan metode pengolahan produk yangdigunakan oleh divisi penjual serupa dengan yang digunakanpihak lain, maka komponen laba dapat ditentukan sebesarprofit margin perusahaan lain.

e. Jika tingkat otomatisasi peralatan yang oleh divisi penjualrelatif berbeda dengan peralatan perusahaan lain yangmenghasilkan produk serupa, maka profit margin sebagaikomponen laba lebih baik dihubungkan dengan peralatanyang digunakan untuk menghasilkan produk daripadadihubungkan dengan biaya.

f. Jika divisi penjual tidak menjual produknya pada pihak luardan pemasok luar tidak dapat dibandingkan dengan divisipenjual maka dapat digunakan taksiran profit margin yangkompetitif (bersaing) sebagai komponen laba. Taksiran profitmargin ini dapat didasarkan kemampuan laba industri ataudivisi lain yang menghasilkan produk serupa.

Sedangkan menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri

Husein (2000:117) adalah sebagai berikut:

Page 55: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

36

1. Dasar penentuan tingkat labaDasar penentuan tingkat laba ini bisa dilakukan berdasar biayadan dapat dilakukan berdasar return atas investasi. Kesulitannyaadalah bila berdasar biaya tidak memperhitungkan investasi yangdilakukan. Sebaliknya, jika berdasar investasi, sulit menentukanbesarnya investasi yang layak diperhitungkan.

2. Besarnya labaBerbagai pendekatan yang bisa dilakukan adalah:a. Berdasarkan laba jika divisi penjual dianggap sebagai unit

usaha yang independen (pusat laba).b. Berdasar taksiran “return” atas investasi yang dilakukanc. Jika divisi penjual, selain mentransfer produknya ke divisi

pembeli juga menjual ke pihak lain maka laba dapatditentukan dari persentase profit margin rata-rata berdasarharga pokok standar.

d. Dengan menggunakan profit margin perusahaan lain jikaproduknya sama.

c. Penerapan Metode Biaya Ditambah Laba

Menurut Supriyono (2000:431) jika komponen laba ditentukan berdasar

biaya, besarnya harga transfer berdasar biaya ditambah laba dapat digunakan

beberapa metode berikut ini:

1. Metode biaya penuh sesungguhnya ditambah laba.2. Metode biaya variabel sesungguhnya ditambah laba.3. Metode biaya penuh standar ditambah laba.4. Metode biaya variabel standar ditambah laba.

d. Pertimbangan Manajemen

Menurut Supriyono (2000:447) pemakaian harga transfer berdasar biaya

ditambah laba menimbulkan berbagai macam masalah yang serius. Oleh karena

itu, dalam pemakaian metode ini manajemen perlu mempertimbangkan bahwa:

1. Harga transfer jangan mengakibatkan divisi penjual lalai menjagastandar yang ketat dan lalai meningkatkan produktivitas. Divisipenjual harus didorong agar dapat menekan biaya danmeningkatkan produktivitas seperti pada produsen luar yangkompetitif.

Page 56: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

37

2. Prestasi setiap divisi harus dapat dipisahkan dengan tegas sesuaidengan tanggung jawabnya. Ketidakefisienan divisi penjual tidakboleh dipindahkan ke divisi pembeli.

3. Jika harga pasar tidak dapat diterapkan, sehingga digunakanmetode biaya ditambah laba, hendaknya disusun proseduradministratif yang adil agar divisi yang terlibat, yaitu divisipenjual dan divisi pembeli, diberikan kesempatan untukmerundingkan biaya dan laba yang akan ditransfer.

2.1.1.6. Pengelolaan Harga Transfer

Pengelolaan harga transfer memerlukan prosedur-prosedur formal.

Prosedur tersebut diperlukan agar harga transfer dapat ditentukan dengan baik

sehingga tujuan penentuan harga transfer dapat dicapai. Prosedur formal yang

dapat digunakan adalah: (1) metode pengelolaan harga transfer berdasar negosiasi,

dan (2) metode pengelolaan harga transfer berdasar arbitrasi. Di bawah ini akan

dibahas mengenai metode pengelolaan tersebut.

1. Harga Transfer Berdasar Negosiasi

Menurut Supriyono (2000:449) mengenai harga transfer berdasar negosiasi

adalah sebagai berikut:

“Dalam pengelolaan harga transfer negosiasi besarnya hargatransfer didasarkan atas tawar-menawar atau perundinganantara divisi penjual dan divisi pembeli. Penentuan harganegosiasi menganjurkan proses tawar-menawar yang bebas(arm’s length) antardivisi seolah-olah mereka merupakan satukesatuan usaha yang terpisah. Kebebasan tersebut terciptajika divisi penjual dapat pula menjual produknya ke pihak laindan divisi pembeli dapat pula membeli produk yang sama daripihak luar. Metode ini tidak memerlukan campur tangan stafkantor pusat dalam penentuan harga transfer, jadi hargatransfer tidak ditentukan oleh staf pusat”.

Sedangkan menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri

Husein (2000:121) negosiasi adalah: …proses formal untuk menentukan

Page 57: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

38

besarnya harga transfer antar pusat laba yang terlibat, tanpa campur tangan

dari kantor pusat.

Beberapa alasan utama pemakaian harga transfer negosiasi menurut

Supriyono (2000:448) adalah sebagai berikut:

a. Negosiasi harga transfer ini menunjukkan kepercayaan manajerpusat pada manajer divisi untuk membuat keputusan mengenaiharga beli input dan harga jual output divisinya. Kedua macampembuatan keputusan tersebut merupakan salah satu tugas pokokmanajer divisi.

b. Jika harga transfer ditentukan oleh staf pusat maka manajerdivisi dapat memiliki alasan bahwa jeleknya prestasi laba divisikarena harga transfer yang ditentukan pusat merugikan divisinya.Peranan staf pusat hendaknya terbatas pada penelaahan bahwaharga transfer hasil negosiasi tersebut rasional, karena negosiasitersebut dipengaruhi oleh kemampuan dan kelihaian setiapmanajer divisi dalam tawar-menawar sehingga kemungkinanharga transfernya tidak rasional.

c. Para manajer divisi memiliki informasi relevan mengenai biayadan harga pasar produk yang ditransfer sehingga dalam negosiasidapat dicapai harga transfer yang rasional.

Kantor pusat harus menentukan aturan atau aturan main untuk para

manajer divisi dalam melaksanakan negosiasi harga transfer. Biasanya proses

negosiasi harga transfer dimulai oleh divisi penjual dengan jalan menawarkan

harga transfer dan syarat-syarat lainnya dalam transfer produk ke divisi pembeli,

misalnya waktu penyerahan, kualitas, dan sebagainya. Menurut Supriyono

(2000:448) terhadap harga yang ditawarkan oleh divisi penjual tersebut mungkin

divisi pembeli:

a. Menerima tawaran tersebut.b. Tawar-menawar dengan divisi penjual untuk memperoleh harga

transfer yang lebih rendah atau kondisi yang lebih baik.c. Mencari tawaran dari dan merundingkan harga serta syarat

lainnya dengan pemasok luar.d. Mencapai kesepakatan harga dan syarat transfer dengan divisi

penjual sehingga membeli dari divisi penjual (dalam perusahaan),

Page 58: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

39

atau mencapai kesepakatan harga dan syarat transfer denganpemasok luar sehingga membeli dari pemasok luar, atau mungkintidak tercapai kesepakatan dengan divisi penjual atau pemasokluar.

Menurut Supriyono (2000:448) negosiasi harga transfer dapat sukses jika

terdapat beberapa kondisi sebagai berikut:

a. Terdapat pasar luar atau pemasok luar produk intermediate yangakan ditransfer. Kondisi ini diperlukan agar divisi penjual tidakmemegang monopoli tunggal sehingga manajer divisi penjualtidak dapat memaksakan harga transfer pada divisi pembeli.Harga transfer yang disetujui hendaknya mencerminkankekuatan dan keahlian setiap negosiator.

b. Bersama-sama memakai semua informasi harga pasar diantarapara negosiator. Informasi ini bermanfaat untuk para negosiatoruntuk mempertimbangkan biaya kesempatan bagi divisi penjualmaupun divisi pembeli.

c. Kebebasan divisi pembeli untuk membeli dari pemasok luar.Kondisi ini diperlukan untuk menciptakan disiplin dalam prosestawar-menawar.

d. Dukungan dan kadang-kadang keterlibatan manajemen puncak(kantor pusat). Kondisi ini sebenarnya bertentangan denganprinsip desentralisasi dan divisionalisasi, namun kondisi inidiperlukan jika perundingan antara divisi penjual dan divisipembeli telah berlarut-larut dan tidak tercapai penyelesaian.Dukungan dan keterlibatan tersebut dapat berbentuk pengarahandan kebijaksanaan atau sebagai mediator divisi agar hargatransfer dapat mencapai kesepakatan.

Meskipun harga transfer negosiasi memiliki beberapa keunggulan, namun

menurut Supriyono (2000:449) metode ini juga memiliki beberapa kelemahan.

Kelemahan metode ini antara lain sebagai berikut:

a. Metode negosiasi memerlukan waktu perundingan antarmanajerdivisi yang lama.

b. Metode ini cenderung menimbulkan konflik atau perselisihanantardivisi.

c. Pada metode ini pengukuran kemampuan laba divisi sangat pekaterhadap keahlian tawar-menawar antarmanajer divisi.

d. Metode ini memerlukan waktu manajmen kantor pusat yangbanyak untuk mengamati proses negosiasi dan sebagai mediatorjika diperlukan.

Page 59: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

40

e. Metode ini dapat mengakibatkan produktivitas yang rendah jikaharga transfer negosiasi tidak memuaskan manajer divisi.

Jika transfer produk antardivisi jumlahnya sangat banyak namun harga

pembanding di luar tidak ada, maka metode harga transfer negosiasi hanya dapat

diterapkan secara terbatas. Keadaan ini mendorong manajer kantor pusat untuk

menentukan peraturan pengadaan dan harga transfer antardivisi. Menurut

Supriyono (2000:449) pedoman dasar yang dapat digunakan untuk pengaturan

sebagai berikut:

a. Produk digolongkan ke dalam dua golongan yaitu: produkgolongan I dan produk golongan II.1. Produk Golongan I

Produk golongan I meliputi produk yang sumberpengadaannya (sourching) ditentukan oleh manajemen puncak(kantor pusat). Biasanya produk golongan I memilikikarakteristik:a. Tingkat produksinya besar,b. Tidak ada sumber pengadaan di luar perusahaan,c. Mutu dan sifat kerahasiannya perlu dikendalikan dengan

ketat.Produk golongan I ini perlu dipecah lebih lanjut menjadi duagolongan yaitu:a. Golongan 1A. Produk golongan 1A meliputi produk yang

harga pasarnya di luar perusahaan tidak tersedia. Hargatransfer produk golongan ini ditetapkan berdasar biayaditambah laba standar.

b. Golongan 1B. Produk golongan 1B meliputi produk yangharga pasarnya tersedia di luar perusahaan. Hargatransfer produk ini ditetapkan berdasar harga pasar.

2. Produk Golongan IIProduk golongan II meliputi semua produk selain golongan I.biasanya produk golongan II ini memiliki karakteristik sebagaiberikut:a. Produk yang dapat diproduksi di luar perusahaan.b. Produk yang volume produksinya relatif kecil.c. Produk yang diproduksi dengan menggunakan mesin dan

peralatan yang sifatnya umum.Harga transfer produk golongan II hanya dapat diubahberdasarkan harga pasarnya.

Page 60: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

41

b. Sumber pengadaan produk golongan I hanya dapat diubahberdasar keputusan manajemen kantor pusat.

c. Sumber pengadaan produk golongan II diputuskan oleh divisiyang bersangkutan. Baik divisi penjual maupun divisi pembelibebas untuk berunding dan mengadakan transaksi dengan pihakluar maupun pihak dalam perusahaan.

2. Harga Transfer berdasar Arbitrasi

Menurut Supriyono (2000:451) harga transfer arbitrasi adalah: …harga

transfer yang ditentukan oleh eksekutif atau badan lain yang ditugasi untuk

mengarbitrasi harga transfer setelah orang atau badan tersebut berdialog

dengan paara manajer yang bersangkutan.

Jika dipandang sangat diperlukan, perusahaan dapat pula membentuk

komite arbitrasi. Menurut Supriyono (2000:451) komite arbitrasi adalah:

…komite yang menpunyai tanggung-jawab utama untuk menyelesaikan

perselisihan harga transfer, menelaah kembali pengubahan sumber

pengadaan, dan jika diperlukan, mengubah aturan-aturan penentuan harga

transfer.

Keuntungan dari metode ini menurut Carter dan Usry dalam Krista S.E.,

Ak (2005:525) adalah: …bahwa suatu harga transfer dapat ditetapkan

sedemikian rupa sehingga akan mencapai tujuan yang dianggap paling

penting oleh manajemen pusat.

Tetapi menurut Carter dan Usry dalam Krista S.E., Ak (2005:525)

kerugian metode ini jauh melebihi keuntungannya. Kelemahan itu adalah:

…metode ini dapat mengalahkan tujuan penting dari desentralisasi tanggung

jawab atas laba—membuat karyawan divisional sadar akan laba.

Page 61: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

42

2.1.1.7. Harga Transfer Divisi Terintegrasi

Perusahaan yang memiliki divisi-divisi yang terintegrasi menghadapi

banyak permasalahan dalam penentuan harga transfer karena divisi penjual

mentransfer semua atau hampir semua produknya pada divisi pembeli dalam

perusahaan yang sama. Keadaan seperti ini sering disebut dengan penjualan

eksklusif atau mendekati eksklusif.

Menurut Supriyono (2000:451) penjualan eksklusif adalah: …divisi

penjual yang menjual semua atau sebagian besar produknya ke divisi lain

dalam perusahaan.

Menurut Supriyono (2000:451) pemasok tertawan (captive supplier)

adalah …pemasok yang hanya dapat menjual seluruh produknya atau

sebagian besar produknya pada pembeli tertentu.

Penjualan eksklusif mengakibatkan divisi penjual tidak memiliki tanggung

jawab yang berarti terhadap pemasaran produknya. Tanggung jawab utama divisi

penjual yang berfungsi sebagai pemasok tertawan adalah untuk mengendalikan

biaya, kualitas, dan jadwal produksi. Dengan demikian, laba divisi penjual sangat

dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran produk akhir divisi pembeli. Menurut

Supriyono (2000:451-452) untuk mengatasi masalah tersebut di atas dapat dipilih

salah satu dari beberapa alternatif pemecahan masalah sebgai berikut:

1. Divisi penjual diperlakukan sebagai pusat bebanAlternatif ini didasarkan bahwa alasan bahwa manajer divisipenjual hanya dapat mengendalikan masukan atau biaya divisinyasaja dan tidak dapat mengendalikan pemasaran produknyasehingga divisi penjual lebih cocok jika diperlakukan sebagaipusat beban.

Page 62: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

43

2. Divisi penjual dipertahankan sebagai pusat labaJika timbul penjual tetap dipertahankan sebagai pusat laba makatimbul masalah dalam penentuan harga transfer. Untukmenentukan harga transfer dapat digunakan salah satu daribeberapa metode berikut ini:a. Harga transfer mendasarkan negosiasi antardivisi.

Jika divisi penjual sebagai pemasok tertawan, negosiasiantardivisi penjual dan divisi pembeli bertujuan untukmenentukan kesepakatan mengenai harga jual produk akhiryang dihasilkan divisi pembeli dan menentukan distribusi labapada divisi penjual dan divisi pembeli. Dalam proses negosiasihendaknya memperhatikan maksimalisasi laba divisi yangterlibat dam maksimalisasi laba perusahaan sebagai suatukesatuan.

b. Haraga transfer mendasarkan metode dua-langkah ataumetode beban tetap bulanan.Penentuan harga transfer metode dua-langkah juga disebutmetode beban tetap bulanan. Pada metode ini divisi pembelidibebani harga transfer sebesar:1. Untuk setiap unit produk yang ditransfer dari divisi

penjual, divisi pembeli dibebani biaya produksi variabelstandar per unit dari divisi penjual

2. Secara periodik, biasanya dilakukan bulanan, divisipembeli dibebani biaya tetap ditambah return atas investasiyang berhubungan dengan penyediaan fasilitas ataukapasitas oleh divisi penjual untuk divisi pembeli.

Metode beban biaya tetap bulanan cocok digunakan jika divisipembeli membeli produk dari divisi penjual dalam jumlahyang relatif stabil dari bulan ke bulan. Penerapan metode iniperlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Beban biaya tetap dan laba bulanan hendaknya

dirundingkan secara periodik dan jumlahnya tergantungpada kapasitas yang disediakan untuk divisi pembeli.

2. Masalah produk yang perlu dipecahkan adalahmenentukan kapasitas yang disediakan untukmenghasilkan produk yang ditransfer.

3. Biaya variabel standar tidak selalu sama besarnya denganbiaya merjinal.

4. Metode ini menghasilkan laba bulanan divisi penjual yangkonstan, yang tidak dipengaruhi oleh volume produk yangditransfer oleh divisi tersebut.

5. Jika kapasitas divisi penjual terbatas dan produk yangditransfer tersebut dapat pula dijual kepada pihak luar,maka kemungkinan dapat timbul konflik antara divisipenjual, divisi pembeli, maupun perusahaan secarakeseluruhan.

Page 63: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

44

6. Dalam hal metode ini serupa dengan penentuan harga“ambil atau bayar” (take or pay) yang kadangkaladigunakan untuk perusahaan pelayanan umum, tambangbatubara, dan kontraktor jangka panjang.

c. Metode Pembagian LabaMetode pembagian laba membagi laba kontribusi yangdiperoleh dari penjualan produk akhir kepada divisi penjualdan divisi pembeli. Langkah-langkah yang dilaksanakandalam metode ini adalah:1. Produk yang ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli

dibebani dengan biaya produksi variabel standar divisipenjual.

2. Setelah produk akhir dijual, dihitung besarnya labakontribusi, yaitu sebesar pendapatan penjualan dikurangisemua biaya variabel divisi pembeli dan divisi penjual, danlaba kontribusi tersebut selanjutnya dibagi antara divisipenjual dan divisi pembeli.

Dalam metode pembagian laba, besarnya laba divisi penjualdipengaruhi oleh volume atau kuantitas produk yang dijual.Metode ini cocok untuk divisi penjual yang mentransferproduknya secara tidak teratur ke divisi pembeli. Meskipunmetode ini dapat menyelaraskan kepentingan divisi penjual,divisi pembeli, dan perusahaan secra keseluruhan namunpemakaian metode ini menimbulkan dua masalah yang perludiselesaikan yaitu:1. Penentuan laba kontribusi. Biaya variabel standar pada

divisi penjual dan divisi pembeli harus dapat ditentukandengan relatif tepat. Kecenderungan meninggikanpenentuan biaya variabel standar berakibat tidakmendorong efisiensi dalam setiap divisi dan menimbulkanperselisihan antara divisi penjual dengan divisi pembeli.

2. Penentuan pembagian laba kontribusi yang adil untukdivisi penjual dan divisi pembeli.

3. Perlu disusun dan diselenggarakan sistem administrasiyang khusus dirancang untuk tujuan ini.

d. Metode Dua Perangkat HargaMetode dua perangkat harga dapat digunakan untuk divisipenjual yang menjual semua produknya kepada divisi pembeli.Namun pemakaian metode ini merupakan syarat bahwaproduk tersebut dapat diketahui harga pasarnya jika dijualkepada pihak lain. Metode dua perangkat harga mentransferproduk dari divisi penjual ke divisi pembeli diatur dengansebagai berikut:1. Pendapatan divisi penjual dikredit, atau diakui sebesar

harga jual jika produk dijual pada pihak lain dikurangi

Page 64: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

45

dengan persentase untuk menutupi biaya pemasaranproduk tersebut.

2. Divisi pembeli dibebabani harga transfer sebesar biayavariabel standar, atau dapat pula sebesar biaya penuhstandar divisi penjual.

3. Selisih yang terjadi antara pendapatan divisi penjualdengan harga transfer divisi pembeli dibebankan kerekening kantor pusat dan dieliminasi pada saatpenyusunan laporan keuangan konsolidasi.

Metode dua perangkat harga ini dapat memberikan beberapamanfaat penting sebagai berikut:1. Mendorong divisi penjual untuk mencapai laba maksimal

dan tidak hanya sekedar menekan biaya saja.2. Mendorong divisi pembeli membuat keputusan jangka

pendek yang tepat, khususnya keputusan produk danharga jualnya dalam keadaan kapasitas mengangguar.

Namun, metode dua perangkat harga memilik kelemahankarena penjumlahan laba total semua divisi lebih besardibandingkan laba total perusahaan secara keseluruhan. Olehkarena itu, manajer puncak kantor pusat harus menyadarikeadaan ini dalam menilai kemampuan profitabilitas divisi.

2.1.1.8. Penentuan Harga Jasa dari Kantor Pusat

Setiap divisi yang ada dalam suatu perusahaan biasanya menggunakan

jasa yang berasal dari kantor pusat. Biaya dari unit staf jasa pusat untuk unit usaha

dimana unit usaha tersebut tidak memiliki kendali (seperti akuntansi pusat,

hubungan masyarakat, dan administrasi yang dikeluarkan). Oleh karena itu timbul

masalah mengenai penentuan beban tetap divisi atas jasa yang disediakan oleh

kantor pusat. Untuk tujuan tersebut menurut Supriyono (2000:457-458), jasa dari

kantor pusat yang diterima divisi dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Jasa dari kantor pusat yang diluar kendali divisi.Manajer divisi umumnya tidak dapat mengendalikan jasa yangdiberikan oleh kantor pusat seperti misalnya jasa departemenakuntansi, hubungan publik, hubungan industrial, dan hukum.Divisi harus menerima jasa-jasa tersebut dan tidak dapatmengemukakan alasan untuk menolak penggunaan jasa tersebut.

Page 65: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

46

Masalah utama yang timbul atas jasa yang diterima dari kantorpusat adalah bagaimana mengalokasikan biaya dari kantor pusatyang berhubungan dengan jasa tersebut pada setiap divisi. Dalamhal ini timbul dua macam pendapat yang saling bertentangan,kedua macam pendapat tersebut adalah:a. Biaya dari kantor pusat dialokasikan kepada setiap divisi.b. Biaya dari kantor pusat tidak dialokasikan kepada setiap

divisi.Pihak yang setuju bahwa biaya dari kantor pusat dialokasikankepada setiap divisi adalah sebagai berikut:a. Jika manajer divisi, baik memanfaatkan jasa atau tidak

memanfaatkan jasa dari kantor pusat, diwajibkan membayarjasa tersebut maka para manajer divisi cenderungmemanfaatkan jasa tersebut.

b. Jika para manajer divisi diharuskan membayar jasa yangditerima dari kantor pusat, mereka akan berusaha menekanbiaya tersebut dengan cara mengajukan keberatan ataukeluhan-keluhan.

c. Laba divisi lebih realistik dan dapat diperbandingkan denganperusahaan luar karena perusahaan luar tersebut juga harusmembayar jasa-jasa sejenis.

Pihak yang berpendapat bahwa biaya dari kantor pusat tidakperlu dialokasikan ke setiap divisi mendasarkan alasan bahwaalokasi biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajersehingga tidak dapat mencerminkan prestasi manajer divisi danhanya akan mengganggu perhatian para manajer divisi saja.

2. Jasa dari kantor pusat yang harus diterima divisi, namun jumlahtersebut sebagian dapat dikendalikan oleh divisi.Sebagian jasa yang harus diterima dari kantor pusat mungkinjumlahnya dapat dikendalikan oleh manajer divisi, sebagi contohadalah jasa pengolahan data dan jasa penelitian danpengembangan yang dilakukan oleh staf kantor pusat untuk divisitertentu. Jasa yang dapat dikendalikan jumlahnya oleh manajerdivisi ini dapat diperlakukan dengan metode sebagai berikut:a. Setiap divisi harus membayar biaya variabel atas jasa dari

kantor pusat yang jumlahnya dapat mereka kendalikan.b. Setiap divisi harus membayar jasa yang digunakan sebesar

biaya penuh yang sesungguhnya.Biaya penuh yang harus dibayar oleh divisi dan jasa darikantor pusat adalah sebesar biaya variabel ditambah alokasibiaya tetap yang adil. Pendapat ini didasarkan alasan sebagaiberikut:1. Jika divisi tidak mau membayar jasa sejumlah biaya

sepenuhnya, berarti kualitas jasa atau efisiensi kantorpusat jelek.

Page 66: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

47

2. Jika divisi dapat memperoleh jasa yang sama dari pihakluar dengan harga yang lebih rendah dibandingkan denganbiaya penuh maka divisi tersebut diberikan kebebasanuntuk membeli jasa dari luar perusahaan.

3. Biaya penuh menggambarakan biaya jangka panjang yangharus dibayar divisi pemakai

c. Divisi membayar harga atas jasa dari kantor pusat setaraharga pasar atau sebesar biaya penuh ditambah laba.

3. Jasa dari kantor pusat yang pemanfaatannya sesuai dengankebijakan yang ditempuh oleh manajer divisi.Mungkin manajemen kantor pusat memberikan kebebasan padapara manajer divisi untuk menentukan kebijakan dalam memilihjasa yang akan mereka gunakan. Jika divisi memperolehkebebasan dalam menggunakan jasa maka mungkin divisi:a. Menggunakan jasa yang dihasilkan kantor pusat.b. Menyelenggarakan sendiri jasa yang dia perlukan.c. Membeli jasa dari pihak luar perusahaan.

2.1.2. Ruang Lingkup Harga Jual

2.1.2.1. Pengertian Harga Jual

Pengertian harga jual menurut Sriyadi (2001:178) adalah …nilai tukar

suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli sanggup membayar

kepada penjual untuk suatu barang tertentu.

Fandi Tjiptono (1997:151) pengertian harga jual adalah …satuan

moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang

ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu

barang atau jasa yang akan berpengaruh langsung terhadap laba

perusahaan.

Page 67: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

48

2.1.2.2. Tujuan Penetapan Harga Jual

Pada dasarnya ada beberapa tujuan penetapan harga jual menurut Fandi

Tjiptono (1997:152-153), yaitu:

a. Tujuan Berorientasi pada LabaAsumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiapperusahaan selalu memilih harga jual yang dapat menghasilkanharga jual paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilahmaksimisasi laba. Dalam era persaingan global yang kondisinyasangat komplek dan banyak variabel yang berpengaruh terhadapdaya saing setiap perusahaan, maksimisasi laba sangat sulitdicapai, karena sukar sekali untuk dapat memperkirakan secaraakurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat hargajual tertentu. Dengan demikian tidak mungkin suatu perusahaandapat mengetahui secara pasti tingkat harga jual yang dapatmenghasilkan laba maksimum.

b. Tujuan Berorientasi pada VolumeSelain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yangmenempatkan harga berdasarkan tujuan yang berorientasi padavolume tertentu atau dikenal dengan istilah volume pricingobjectives. Harga jual ditetapkan sedemikian rupa agar dapatmencapai volume penjualan (dalam ton, kg, unit, m³, dan lain-lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolut maupunrelatif).

c. Tujuan Berorientasi pada CitraCitra (Image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategipenetapan harga jual. Perusahaan dapat menetapkan harga jualtinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius.Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentukcitra nilai tertentu (image of value), misalnya dengan memberikanjaminan bahwa harga jual merupakan harga jual yang terendahdi suatu wilayah tertentu. Pada hakekatnya, baik penetapan hargajual tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkanpersepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yangditawarkan perusahaan.

d. Tujuan Stabilisasi Harga JualDalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap hargajual, bila suatu perusahaan menurunkan harga jual, maka parapesaing harus pula menurunkan harga jual. Kondisi seperti iniyang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga jual dalamindustri-industri tertentu yang produknya sudah ada standar.Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan hargauntuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatuperusahaan dan harga pemimpin industri (Industri leader).

Page 68: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

49

e. Tujuan-tujuan lainnyaHarga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknyapesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukungpenjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.Tujuan-tujuan penetapan harga jual tersebut mempunyaiimplikasi penting terhadap srategi bersaing perusahaan. Tujuanyang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuhperusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalampersaingan. Misalnya pemilihan tujuan berorientasi pada labamengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan hargajual produk sejenis. Untuk memilih ini perlu diperhatikan jikakeadaan adalah sebaga berikuta. Tidak ada pesaing.b. Perusahaan beroperasi pada kapasitas besar.c. Harga bukanlah merupakan atribut yang penting bagi

pembeli.

2.1.2.3. Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Harga

Jual

Menurut Kotler dan Armstrong yang dikutip oleh Fandi Tjiptono

(1997:154) secara umum ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam

menetapkan harga jual yaitu:

1. Faktor Internal Perusahaana. Tujuan Pemasaran Perusahaan

Faktor utama yang menentukan dalam penetapan harga jualadalah tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisaberupa maksimisasi laba, mempertahankan kelangsunganhidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar,menciptakan kepemimpinan dalam kualitas, mengatasipersaingan, melaksanakan tanggung jawab social dan lain-lain.

b. Strategi Bauran PemasaranHarga hanyalah salah satu komponen dari bauran pemasaran.Oleh karena itu, harga perlu dikoordinasikan dan salingmendukung dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu produk,distribusi dan promosi.

c. BiayaBiaya merupakan faktor yang menentukan harga minimalyang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalamikerugian. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti menaruh

Page 69: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

50

perhatian pada aspek struktur biaya (tetap dan variabel), sertajenis-jenis biaya lainnya.

d. OrganisasiManajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yangharus menetapkan harga.

2. Faktor Lingkungan Eksternala. Sifat Pasar dan Permintaan

Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasarmemperhatikan sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya,apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persainganmonopolistik, oligapi, atau monopoli. Faktor lain yang tidakkalah pentingnya adalah elastisitas permintaan.

b. PersainganKekuatan pokok yang mempengaruhi persaingan dalam suatuindustri ada lima, yaitu persaingan dalam industri yangbersangkutan, produk substitusi, pemasok, pelanggan danancaman pendatang baru. Informasi-informasi yangdibutuhkan untuk menganalisis karakteristik persaingan yangdihadapi antara lain:1. Jumlah perusahaan dalam industri.2. Ukuran relatif setiap anggota dalam industri.3. Diferensiasi produk.4. Kemudahan untuk memasuki industri tersebut.

c. Unsur-Unsur Lingkungan Eksternal LainnyaSelain faktor-faktor tersebut, perusahaan juga perlumemperhatikan faktor kondisi ekonomi (inflasi, resesi, dantingkat bunga), kebijakan dan peraturan Pemerintah danaspek sosial (kepedulian terhadap lingkungan).

2.1.2.4. Metode Penentuan Harga Jual

Menurut Mulyadi (2001:348) ada tiga metode dalam penentuan harga jual

yaitu:

1. Penentuan Harga Jual Normal (Normal Pricing)Metode penentuan harga jual normal seringkali disebut dengan istilahcost-plus pricing yaitu penentuan harga jual dengan cara menambahkanlaba yang diharapkan di atas biaya penuh masa yang akan datang untukmemproduksi dan memasarkan produk, karena harga jual ditentukandengan menambah biaya masa yang akan datang dengan suatupersentase markup (tambahan diatas jumlah biaya) yang dihitungdengan formula tertentu. Harga jual produk atau jasa dalam keadaannormal ditentukan dengan formula sebagai berikut:

Page 70: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

51

Dengan demikian ada dua unsur yang diperhitungkan dalam penentuanharga jual ini yaitu taksiran biaya penuh dan laba yang diharapkan.Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan yaitu fullcosting dan variable costing. Untuk memperkirakan berapa laba wajaryang diharapkan, manajer penentu harga jual perlumempertimbangkan:

1. Cost of capitalCost of capital merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasiyang dilakukan dalam perusahaan. Besarnya cost of capital sangatdipengaruhi oleh sumber aktiva yang ditanmkan dalamperusahaan.

2. Risiko bisnisSemakin besar risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan,semakin besar persentase yang ditambahkan pada cosf of capitaldi dalam memperhitungkan laba yang diharapkan

3. Besarnya capital employedJumlah investasi (atau capital employed) yang ditanamkan untukmemproduksi dan memasarkan produk atau jasa merupakanfaktor yang menentukan besarnya laba yang diharapkan, yangdiperhitungkan dalam harga jual.

a. Rumus Perhitungan Harga Jual per UnitJika biaya dipakai sebagai dasar penentuan harga jual, baik dalampendekatan full costing maupun variabel costing, biaya penuh masayang akan datang dibagi menjadi dua: biaya yang dipengaruhi secaralangsung oleh volume produk dan biaya penuh yang tidakdipengaruhi oleh volume produk. Dalam penentuan harga jual,taksiran biaya penuh yang secara langsung berhubungan denganvolume produk dipakai sebagai dasar penentuan harga jual,sedangkan taksiran biaya penuh yang tidak dipengaruhi oleh volumeproduk ditambahkan kepada laba yang diharapkan untukkepentingan perhitungan persentase markup. Rumus perhitunganharga jual atas dasar biaya secara umum dapat dinyatakan sebagaiberikut :

Biaya yangHarga Jual per Unit = berhubungan + Persentase markup

langsung denganvolume (per unit)

Harga jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan

Page 71: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

52

Persentase markup dihitung dengan rumus:

Konsep biaya yang berhubungan langsung dengan volume menurutmetode full costing adalah biaya produksi dan yang tidakberhubungan langsung adalah biaya biaya non produksi. Sedangkandalam pendekatan variabel costing, biaya penuh yang dipengaruhisecara langsung oleh volume produk terdiri dari biaya variabelsedangkan yang tidak dipengaruhi secara langsung adalah biayabiaya tetap.

b. Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan (Time and Material Pricing)Penentuan harga jual ini ditentukan sebesar biaya penuh ditambahdengan laba yang diharapkan. Metode penentuan harga jual inibiasanya digunakan pada perusahaan jasa atau perusahaan yangmenjual jasa reparasi suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa.Volume jasa dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan untukmelayani konsumen, sehingga perlu dihitung harga jual per satuanwaktu yang dinikmati oleh konsumen.

2. Penentuan Harga Jual dalam Cost-type Contract (Cost-type ContractPricing)Cost-type contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihakpembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yangdidasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsenditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari totalbiaya sesungguhnya.

3. Penentuan Harga Jual Produk Atau Jasa yang Dihasilkan olehPerusahaan yang Diatur dengan Peraturan PemerintahProduk dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pokokmasyarakat luas seperti listrik, air, telepon dan telegraf, dan pos diaturdengan peraturan pemerintah. Harga jual produk dan jasa tersebutditentukan berdasarkan biaya penuh masa yang akan dating ditambahdengan laba yang diharapkan.

Laba yang Baiaya yang tidakDiharapakan + dipengaruhi langsung

oleh volume produkPersentase Markup =

Biaya yang dipengaruhi langsung olehvolume produk

Page 72: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

53

2.1.3. Ruang Lingkup Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

2.1.3.1. Desentralisasi

Menurut Supriyono (2000:384) desentralisasi adalah: …pendelegasian

wewenang pembuatan keputusan oleh manajer yang lebih tinggi kepada

tingkatan manajer yang lebih rendah.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:378) desentralisasi adalah:

…pendelegasian kebebasan untuk mengambil keputusan.

Suatu organisasi yang manajer tingkat bawahnya memiliki kebebasan

yang besar dalam pengambilan keputusan adalah organisasi yang besar tingkat

desentralisasinya. Sebaliknya suatu organisasi yang seluruh pengambilan

keputusannya terpusat di tangan manajer puncak disebut organisasi yang tingkat

desentralisasinya rendah atau bersifat sentralisasi.

Pembentukkan unit-unit organisasi tidak selalu diikuti dengan

desentralisasi wewenang manajer puncak kepada manajer divisi ketika manajer

puncak telah membentuk pusat pusat laba dalam organisasinya, untuk

memungkinkan para manajer divisi dengan cepat menghadapi ketidakpastian

lingkungan bisnis mereka, manajer puncak perlu melakukan desentralisasi

wewenang kepada para manajer divisi. Pembentukkan unit-unit organisasi yang

tidak diikuti dengan desentralisasi akan menimbulakan pseudo profit center (pusat

laba tidak dalam arti sebenarnya) karena manajer divisi tidak memiliki wewenang

untuk mengendalikan pendapatan dan konsumsi sumber daya divisi.

Menurut Mulyadi (2001:378-380) desentralisasi dapat mengambil salah

satu dari ketiga bentuk berikut ini:

Page 73: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

54

1. Desentralisasi berdasarkan fungsi (functional decentralization)Dalam organisasi yang mengadakan desentralisasi berdasarkanfungsi, manajer puncak mendelegasikan wewenang fungsionalkepada para manajer di bawahnya. Fungsi-fungsi pokok dalamsuatu perusahaan seperti fungsi-fungsi produksi, pemasaran,keuangan dan umum didelegasikan oleh manajer puncak kepadamanajer menengah.

2. Desentralisasi berdasarkan daerah (geographical decentralization)Dalam organisasi yang melakukan desentralisasi berdasrkandaerah, manajemen puncak mendelegasikan sebagian wewenangkepada manajemen tingkat yang lebih rendah berdasarkandaerah geografis.

3. Desentralisasi berdasarkan laba (profit desentralization)Dalam organisasi yang mengadakan desentralisasi berdasarkanpusat laba, manajemen puncak mendelegasikan wewenagnyakepada manajer-manajer tingkat yang lebih rendah berdasarkanpusat-pusat laba. Proses pembentukan unit-unit organisasi sebagaipusat laba ini disebut dengan divisionalisasi. Selanjutnya dalamsetiap pusat laba tersebut, pendelegasian wewenang dilakukanatas dasar fungsi.

2.1.3.2. Pengertian Kinerja Unit Bisnis

Pengertian Unit Bisnis menurut Mia dan Clarke yang dikutip oleh Faisal

(2005:262) adalah sebagai berikut: …sebuah organisasi atau bagian dari

organisasi yang mempunyai aktivitas rutin seperti bagian pemasaran,

produksi, finansial, personalia dan research and development (R&D).

Menurut Faisal (2005:262) kinerja unit bisnis didefinisikan sebagai:

…tingkat keberhasilan pencapaian target yang telah direncanakan.

Sedangkan kinerja unit bisnis didefinisikan oleh Mia dan Clarke yang

dikutip oleh Gudono (2007:186) adalah: …seberapa tinggi tingkat pencapain

target yang telah direncanakan, misalnya pencapaian produksi, kos, kualitas,

pengiriman produk, service atau pelayanan, volume penjualan, pangsa pasar

dan tingkat laba.

Page 74: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

55

2.1.3.3. Pusat Laba

Menurut Supriyono (2000:384) divisionalisasi adalah: …pembentukan

divisi-divisi (pusat laba atau unit bisnis) yang manajernya diberi tanggung

jawab terhadap fungsi produksi (pengadaan) dan fungsi pemasaran

sekaligus sehingga manajer tersebut bertanggung jawab terhadap laba

divisinya. Oleh karena itu, manajer divisi harus diberi wewenang untuk

melakukan pembuatan keputusan yang berhubungan dengan laba, meliputi

keputusan biaya (keputusan sumber) dan sekaligus pendapatan (keputusan pasar).

Manajer divisi tersebut memperoleh wewenang untuk melakukan pembuatan

keputusan laba maka manajer divisi bertanggung jawab terhadap laba yang

dicapai oleh divisinya.

Menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala

(2008:237): …ketika kinerja finansial suatu pusat tanggung jawab diukur

dalam ruang lingkup laba (yaitu, selisih antara pendapatan dan beban),

maka pusat ini disebut sebagai pusat laba (profit center).

Menurut Supriyono (2000:384) pengertian pusat laba (unit bisnis) adalah:

…unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung

jawab terhadap laba.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:427) pengertian pusat laba (profit

center) adalah: …pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi

wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat

pertanggungjawaban tersebut.

Page 75: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

56

Menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala

(2008:240) pusat laba dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebutdibuat oleh para manajer yang paling dekat dengan titikkeputusan.

2. Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapatmeningkat karena tidak perlu mendapat persetujuan terlebihdahulu dari kantor pusat.

3. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusanharian sehingga dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang lebihluas.

4. Manajer karena tunduk hanya pada sedikit batasan darikorporat, lebih bebas untuk menggunakan imajinasi daninisiatifnya.

5. Karena pusat-pusat laba serupa dengan perusahaan yangindependen, maka pusat laba memberikan tempat pelatihan yangsempurna bagi manajer umum. Para manajer mendapatkanpengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional, danmanajemen yang lebih tinggi mendapatkan kesempatan untukmengevaluasi potensi pekerjaan yang tingkatnya lebih tinggi.

6. Kesadaran laba (profit consciousness) dapat ditingkatkan karenapara manajer yang bertanggung jawab atas laba akan selalumencari cara untuk meningkatkan labanya.

7. Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagimanajemen puncak (top management) mengenai profitabilitas darikomponen-komponen individual perusahaan.

8. Karena keperluan (output) yang dihasilkan telah siap pakai, makapusat laba sangat responsive terhadap tekanan untukmeningkatkan kinerja kompetitifnya.

Selain manfaat yang diperoleh tadi, menurut Anthony dan Govindarajan

dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala (2008:237) pusat-pusat laba dapat

menimbulkan beberapa kesulitan:

1. Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksamanajemen puncak untuk lebih mengandalkan laporanpengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atassuatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian.

2. Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memilikiinformasi yang lebih baik daripada manajer pusat laba padaumumnya, maka kualitas keputusan yang diambil pada tingkatunit berkurang.

Page 76: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

57

3. Perselisihan dapat meningkat karena adanya argumen-argumenmengenai harga transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum(common cost) yang tepat, dan kredit untuk pendapatan yangsebelumnya dihasilkan secara bersama-sama oleh dua atau lebihunit bisnis.

4. Unit-unit organisasi yang pernah berkerja sama sebagai unitfungsional akan saling berkompetisi satu sama lain. Peningkatanlaba untuk satu manajer dapat berarti pengurangan laba bagimanajer yang lain. Dalam situasi seperti ini, seorang manajerdapat gagal untuk memberikan potensi penjualan ke unit lainyang lebih tepat untuk merealisasikannya; menimbun pegawaiatau peralatan yang akan lebih baik, dari sudut pandang seluruhperusahaan jika digunkan di unit lain; atau membuat keputusanproduksi yang memiliki konsekuensi biaya yang tidak diinginkan.

5. Divisionalisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan karenaadanya tambahan manajemen, pegawai, dan pembukuan yangdibutuhkan, dan mungkin mengakibatkan duplikasi tugas disetiap pusat laba.

6. Para manajer umum yang kompeten mungkin saja tidak adadalam organisasi fungsional karena tidak adanya kesempatanyang cukup bagi mereka untuk mengembangkan kompetensimanajemen umum.

7. Mungkin ada terlalu banyak tekanan atas profitabilitas jangkapendek dengan mengorbankan profitabilitas jangka panjang.

8. Tidak ada sistem yang sangat memuaskan untuk memastikanbahwa optimalisasi laba dari masing-masing pusat laba akanmengoptimalkan laba perusahaan secara keseluruhan.

2.1.3.4. Tujuan Penilaian Kinerja Unit Bisnis

Menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala

(2008:242) menyatakan: …hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat

laba karena manajer yang bertanggung jawab atas unit tersebut memiliki

kendali atas pengembangan produk, proses produksi, dan pemasaran.

Menurut Supriyono (2000:385) secara umum tujuan penilaian kinerja

divisi (unit bisnis) dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan besarnya kontribusi divisi di dalampencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

Page 77: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

58

2. Untuk menilai prestasi manajer divisi sesuai dengan wewenangdan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.

3. Untuk mengidentifikasi penyebab selisih pelaksanaan darirencana sesuai dengan ukuran prestasi manajer divisi yang telahdilakukan.

4. Untuk membuat saran tindakan perbaikan atas situasi yang diluar kendali.

5. Untuk memotivasi para manajer divisi dalam meningkatakanprestasi.

6. Untuk menentukan dasar perbandingan prestasi antardivisi didalam suatu organisasi.

2.1.3.5. Keunggulan dan Kelemahan Divisionalisasi

Divisionalisasi memiliki beberapa keunggulan dan sekaligus memiliki

beberapa kelemahan tertentu. Adapun keunggulan dan kelemahan divisionalisasi

menurut Supriyono (2000:386-390) adalah sebagai berikut:

1. Keunggulan Divisonalisasia. Pembuatan keputusan dapat lebih cepat. Hal ini disebabkan

karena banyak keputusan operasional yang dapat dibuat olehmanajer divisi tanpa harus melibatkan manajer kantor pusat.

b. Kualitas keputusan dapat ditingkatkan. Hal ini disebabkankarena keputusan dibuat oleh manajer divisi yang mengenaldengan baik situasi yang dihadapi divisinya.

c. Moral, kepuasan, dan kebanggaan manajer divisi dapatditingkatkan. Hal ini karena mereka berpartisipasi aktif dalampembuatan keputusan.

d. Manajemen kantor pusat dapat dibebaskan dari pembuatankeputusan rutin. Oleh karena itu, manajemen kantor pusatdapat memusatkan kegiatannya dalam keputusan yang lebihtinggi, misalnya pada perumusan strategis.

e. Kesadaran laba dapat dipertinggi. Manajer divisi yangbertanggung jawab terhadap laba akan secara terus-menerusmencari cara-cara untuk meningkatkan laba.

f. Pengukuran kinerja lebih diperluas. Divisi dinilai prestasinyaatas dasar laba, yang sifatnya lebih menyeluruh dibandingkanjika hanya diukur dari segi pendapatan (untuk pusatpendapatan) atau diukur dari segi biaya (pusat beban) secaraterpisah seperti dalam organisasi fungsional.

g. Manajer divisi lebih bebas menggunakan imajinasi daninisiatifnya. Hal ini disebabkan karena wewenang pembuatan

Page 78: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

59

keputusan untuk memproduksi dan memasarkana barang danjasa sudah dilimpahkan kepada manajer divisi.

h. Divisi merupakan tempat yang cocok untuk latihanmanajemen. Hal ini disebabkan karena:1. Divisi merupakan unit yang berdiri sendiri seperti

perusahaan yang independen dalam skala kecil.2. Divisi merupakan tempat yang baik untuk menilai seorang

manajer dalam rangka promosi ke jenjang yang lebihtinggi.

i. Penggunaan bakat dan keahlian yang berbeda untuk situasiyang berbeda. Jika perusahaan mengutamakan diversifikasi,divisionalisasi memungkinkan pengunaan bakat dan keahlianyang berbeda untuk situasi yang berbeda. Dalam divirsifikasi,setiap bisnis divisi memerlukan bakat dan keahlian yangberbeda dibandingkan dengan bisnis divisi lainnya.

j. Divisionalisasi menyediakan profitabilitas komponenperusahaan. Dalam organisasi fungsional, prifitabilitasperusahaan hanya diukur untuk perusahaan sebagai suatukesatuan. Dalam organisasi divisional, profitabilitas diukuruntuk setiap divisi yang ada dalam perusahaan sehinggamanajemen kantor pusat mengetahui informasi mengenaiprofitabilitas komponen perusahaan.

k. Pusat laba termotivasi untuk meningkatkan kinerja dayasaingnya.

2. Kelemahan-kelemahan Divisionalisasia. Manajemen kantor pusat dapat kehilangan sejumlah

pengendalian. Jika pembuatan keputusan terlalu luasdidesentralisasikan, manajemen kantor pusat dapatkehilangan sejumlah pengendalian. Hal ini disebabkan karenamanajemen puncak tidak lagi secara langsung mengelolakegiatan operasional sehingga tidak dapat menggunakanpendekatan pribadi dalam pengendalian. Manajemen kantorpusat harus menyandarkan pada laporan pengendalianmanajemen.

b. Manajer divisi yang cakap mungkin sulit diperoleh. Untukmengelola divisi diperlukan manajer yang cakap, sedangkanmanajer divisi yang cakap mungkin sulit diperoleh. Hal inidisebabkan karena manajer fungsi mungkin sulitmengembangkan kemampuannya menjadi manajer divisi.

c. Divisi tertentu dapat bersaing keras dengan divisi lainnya.Karena manajer divisi dinilai prestasinya atas dasar laba makasetiap divisi akan berusaha untuk mencapai laba sebesarmungkin. Hal ini dapat menimbulkan persaingan antardivisiyang tidak sehat.

d. Perselisihan antardivisi dapat meningkat. Perselisihanantardivisi ini dapat ditimbulkan karena:

Page 79: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

60

1. Ketidakpuasan manajer divisi terhadap harga transfer atastransfer barang dan jasa antardivisi.

2. Ketidakpuasan manajer divisi atas alokasi pendapatanbiaya bersama.

e. Divisionalisasi lebih mengutamakan kemampuan laba jangkapendek. Karena divisi diukur prestasi labanya dalam jangkapendek maka ada kecenderungan manajer divisi untukmengutamakan laba jangka pendek dengan mengorbankanlaba jangka panjang.

f. Laba divisi yang optimal belum tentu mengakibatkan labaperusahaan optimal. Hal ini disebabkan karena tidak adasatupun sistem yang dapat menjamin bahwa jika laba divisioptimal dapat mengakibatkan laba perusahaan sebagaikeseluruhan juga optimal.

g. Kualitas keputusan mungkin menurun. Jika kemampuanmanajer divisi rendah atau sistem informasi dalam suatu divisijelek maka kualitas keputusan yang dibuat oleh manajer divisimenurun.

h. Biaya unit jasa mungkin menjadi tinggi. Ada kecenderunganmanajer divisi ingin memiliki unit-unit jasa sendiri sehinggamangakibatkan biaya unit jasa divisi lebih mahaldibandingkan jika disentralisasi di kantor pusat.

i. Manfaat divisionalisasi mungkin lebih rendah dibandingkandengan biayanya. Divisionalisasi memberikan manfaatsekaligus manaikkan biaya. Oleh karena itu masalahnya bagimanajemen adalah bagaimana membuat trade-off agar selisihmanfaat dengan biaya divisionalisasi optimal.

2.1.3.6. Kendala Wewenang Divisional

Seorang manajer divisi harus memperoleh wewenang untuk mngendalikan

faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas divisinya. Oleh karena itu,

manajer divisi harus memperoleh otonomi seperti seorang manajer puncak suatu

perusahaan yang independen. Akan tetapi menurut Supriyono (390-392) dalam

praktek seringkali otonomi penuh bagi divisi dihadapi beberapa kendala,

misalnya:

1. Kehilangan manfaat skala volume dan sinergi.

Page 80: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

61

Jika suatu perusahaan dibagi secara lengkap menjadi divisi-divisiyang independen, perushaan dapat kehilangan manfaat skalavolume kegiatan perusahaan yang memadai dan kehilangansinergi. Sinergi adalah penggabungan dua bagian atau divisi yangdapat menimbulkan hasil atau laba yang lebih besar dibandingkandengan jika dua bagian atau divisi tersebut berdiri sendiri. Sinergimenimbulkan akibat 1 ditambah 1 lebih besar dari 2.

2. Manajer puncak dapat kehilangan wewenangnya.Jika semua tanggung jawab didelegasikan kepada manajer divisimaka manajer puncak dapat kehilangan wewenangnya sehinggakeahlian dalam mengelola bisnis tidak banyak dimanfaatkan. Olehkarena itu perlu dipertimbangkan masak-masak keuntungan dankerugian antara sentralisasi dan divisionalisasi.

3. Timbulnya kendala hubungan antardivisi.Pada divisionalisasi, divisi yang satu harus berhubungan dengandivisi laninnya. Hubungan ini dapat menimbulkan kendalahubungan antardivisi, misalnya dalam hubungan transfer barangdan jasa antardivisi. Untuk mengatasi kendala ini, manajer divisipusat laba hendaknya diberi wewenang untuk mengendalikankeputusan yang berhubungan dengan:a. Keputusan produk. Keputusan ini meliputi keputusan

mengenai produk apa yang harus dibuat dan dijual.b. Keputusan pengadaan atau pensumberan. Keputusan ini

meliputi keputusan mengenai bagaimana memperoleh ataumembuat barang dan jasa yang diperlukan divisi.

c. Keputusan Pemasaran. Keputusan ini meliputi keputusanmengenai bagaimana, di mana, dan berapa banyak barang danjasa akan dijual.

4. Kendala dari manajemen kantor pusat.Kendala yang berasal dari kantor pusat umumnya didasrkan padaalasan-alasan sebagai berikut:a. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan staf spesialis yang

dimiliki kantor pusat.b. Untuk mengkonsolidasikan tugas-tugas yang mempengaruhi

seluruh divisi dalam perusahaan.c. Untuk memanfaatkan sumber-sumber yang langka seoptimal

mungkin.Kendala yang berasal dari manajemen kantor pusat dapatdigolongkan menjadi:a. Kendala pertimbangan strategi, khususnya keputusan

pembelanjaan.b. Kendala karena perlunya keseragaman.c. Kendala karena kehematan sentralisasi.

Page 81: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

62

2.1.3.7. Penggolongan Divisionalisasi

Menurut Supriyono (2000:392-395) divisionalisasi dapat digolongkan

sebagai berikut:

1. Divisionalisasi berdasar diversifikasi usaha atau konglomerasiDalam golongan ini, suatu perusahaan memiliki beberapa jenisusaha yang tidak saling berhubungan satu dengan lainnya ditinjaudari kelompok produk maupun pasarnya. Dengan kata lain,perusahaan bergerak dalam beberapa bidang industri.

2. Divisionalisasi berdasar industri tunggal yang menghasilkanbeberapa jenis produkDalam golongan ini, suatu perusahaan hanya bergerak dalam satuindustri namun menghasilkan beberapa jenis produk atau jasa.

3. Divisionalisasi perusahaan besar yang terintegrasiDalam golongan ini perusahaan hanya menghasilkan satukeluarga atau kelompok produk yang sifat pengolahannyaterintegrasi. Divisionalisasi dalam perusahaan golongan inibiasanya mempunyai karakteristik sebagai berikut:a. Pendelegasian wewenang pembuatan keputusan kepda

manajer divisi umumnya lebih terbatas dibandingkan dengangolongan pertama dan kedua. Dalam golongan ini beberapakeputusan penting masih disentralisasi di tangan manajemenkantor pusat.

b. Divisionalisasi dalam perusahaan golongan ini umumnyabanyak menimbulkan masalah transfer barang atau jasaantardivisi. Produk yang tidak laku dijual di pasaran bebasatau divisi yang hanya dapat membeli masukan dari divisi lainmenimbulkan masalah yang lebih besar dalam penentuanharga transfer.

Dalam organisasi ini biasanya melakukan divisionalisasi atasdasar tahapan-tahapan pengolahan produk. Divisionalisasi iniakan banyak menfaatnya jika suatu divisi memiliki kebebasanmembeli masukan dari divisi lain atau dari pemasok lain dan jugamempunyai kebebasan untuk menjual produknya kepada divisilain atau pelanggan lain.

2.1.3.8. Pertimbangan Divisonalisasi

Dalam melaksanakan divisionalisasi suatu perusahaan diperlukan

pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

Page 82: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

63

timbul. Menurut Supriyono (2000:395-397) masalah-masalah tersebut antara lain

sebagai berikut:

1. Masalah KaryawanDivisionalisasi memerlukan manajer dengan bakat dan keahlianuntuk memperoleh laba sebagaimana manajer bisnis yang berdirisendiri. Manajer dengan bakat dan keahlian tersebut mungkintidak dapat diperoleh dari dalam perusahaan yang semuladisentralisasi. Jika manajer yang memenuhi syarat tersebut belumada maka perusahaan harus melatih karyawan yang sudah adaatau merekrut karyawan dari luar yang memenuhi syarattersebut. Syarat-syarat manajer untuk perusahaan yangdidivisionalisasi anatara lain sebagai berikut:1. Manajemen kantor pusat harus tahu bagaimana menggunakan

laporan-laporan pengendalian manajemen untuk perencanaan,pengendalian, dan koordinasi kegiatan divisi.

2. Manajer divisi yang cakap dan memiliki pendangan yang luasterhadap pelaksanaan tanggung jawab divisinya. Tanpamanajer yang cakap, sulit dilakukan divisionalisasi. Manajeryang cakap ini dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihanatau dapat pula diperoleh dari luar.

3. Perusahaan yang didivisionalisasi memerlukan analisiskeuangan dan anggaran yang cakap untuk staf kantor pusatdan staf divisi.

2. Masalah Satu Kegiatan UtamaJika suatu perusahaan hanya memiliki satu kegiatan utama dansuksesnya bergantung pada satu kegiatan tersebut makadiragukan apakah tanggung jawab atas kegiatan utama tersebutdapat didelegasikan kepada beberapa manajer divisi. Dalamkeadaan ini, usaha-usaha untuk mendesentralisasi tanggungjawab laba mungkin hanya mengakibatkan sistem pengendaliandan komunikasi menjadi mahal dan tidak praktis.

3. Masalah Kegiatan Utama yang SerupaDesentralisasi tanggung jawab laba dapat digunakan dengan baikdalam perusahaan yang menjalankan beberapa bisnis yang tidaksama. Di lain pihak, beberapa unit organisasi yang mempunyaikegiatan serupa cenderung dikelompokkan menjadi satu,misalnya sekelompok pemasaran merupakan pengelompokkankegiatan untuk memperoleh dan melayani pesanan.Penegelompokkan kegiatan yang serupa di dalam suatuperusahaan tidak selaras dengan konsep divisionalisasi. Dalamdivisionalisasi, pengelompokkan kegiatan yang serupa hendaknyadilakukan di unit-unit di bawah divisi sehinggan divisi tersebuttetap merupakan pusat laba. Koordinasi kegiatan yang serupa

Page 83: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

64

untuk keseluruhan perusahaan sulit dilakukan dalam organisasiyang didivisionalisasi.

4. Tanggung Jawab yang Tidak Dapat DibagiAgar divisionalisasi dapat sukses, perusahaan harus secara logismembagi kegiatan atau unit-unit organisasi ke dalam pusat-pusatlaba yang disebut dengan divisi. Adanya masalah harga transferatas barang dan jasa antardivisi, khususnya dalam divisi yangterintegrasi, menunjukkan bahwa tanggung jawab laba tidakdapat dibagi dengan jelas di antara divisi. Jika suatu divisi hanyadapat menjual ke divisi lain, maka ini sebagai pemasok tertawan(captive supplier) untuk divisi lain, maka divisionalisasi sebenarnyabersifat fiktif. Pemasok tertawan (captive supplier) adalah suatudivisi yang hanya dapat menjual produknya ke divisi lain atautidak dapat menjual pruduknya pada pihak luar. Demikian pulajika suatu divisi sebagai pelanggan tertawan (captive customer)bagi divisi lain, divisi tersebut hanya dapat membeli masukannyadari divisi lain, maka divisionalisasi sebenarnya juga bersifatfiktif. Pelanggan tertawan (captive customer) adalah suatu divisiyang hanya dapat membeli masukannya dari divisi lain atau tidakdapat membeli masukannya dari pihak luar. Adanya pemasoktertawan dan pelanggan tertawan menunjukkan bahwa antaradivisi pengirim dan divisi penerima tidak dapat timbul persaingansebagaimana suatu perusahaan yang berdiri sendiri.

2.1.3.9. Mengukur Profitabilitas

Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam

mengevaluasi suatu pusat laba, sama halnya seperti dalam mengevaluasi

perusahaan secara keseluruhan. Menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X.

Kurniawan Tjakrawala (2008:248) pertama adalah: …pengukuran kinerja

manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer.

Pengukuran ini digunakan untuk perencanaan (planning), koordinasi

(coordinating), dan pengendalian (controlling). Yang kedua menurut Anthony

dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala (2008:248) adalah:

Page 84: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

65

…ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja

pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi.

Sedangkan menurut Supriyono (2000:397) pengukuran kemampuan laba

divisi dapat menggunakan dua macam cara yaitu:

a. Pengukuran Kinerja ManajemenPengukuran kinerja manajemen (prestasi personel) adalahpengukuran kinerja yang menekankan pada penilaian seberapabaik manajer suatu pusat pertanggungjawaban berkerja.

b. Pengukuran Kinerja EkonomiPengukuran kinerja ekonomi menitikberatkan pada seberapa baiksuatu pusat laba berkerja sebagai suatu kesatuan ekonomi. Dalampengukuran ini, kinerja laba suatu pusat laba tidak hanyaditentukan oleh laba yang dapat dipengaruhi atau dikendalikanoleh manajer pusat laba yang diukur tetapi juga meliputipendapatan dan biaya dari alokasi.

2.1.3.9.1. Masalah-masalah Pengukuran Laba

Pengukuran laba suatu pusat laba menyangkut transaksi tidak hanya antara

suatu pusat laba dengan pihak luar, namun juga transaksi dengan pusat laba yang

lain, dengan kantor pusat, dan dengan bagian-bagian perusahaan lain. Oleh karena

itu, tidak seperti pengukuran laba untuk suatu organisasi yang benar-benar

independen, pengukuran laba suatu pusat laba menyangkut transaksi-transaksi

yang tidak selalu merupakan transaksi independen (arm’s length transaction).

Menurut Supriyono (2000:398) transaksi independen (arm’s length transaction)

adalah: …transaksi yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak secara

independen. Menurut Supriyono (2000:398) kondisi ini dapat menimbulkan

masalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Bersama

Page 85: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

66

Pendapatan bersama (pendapatan gabungan) adalah pendapatanyang timbul karena suatu bagian pemasaran divisi tertentu dapatmenemukan pembeli atau dapat menjual produk yang dihasilkandivisi lainnya dalam perusahaan yang sama. Dalam hal ini timbulmasalah adanya pendapatan perusahaan yang sebenarnyamerupakan hasil usaha bersama dua divisi.

b. Biaya BersamaBiaya bersama (biaya gabungan) adalah biaya yang timbul karenapenyelenggaraan fasilitas bersama yang dinikmati bersama olehberbagai pusat laba. Alokasi biaya gabungan dipengaruhi olehtujuan pengukuran laba. Jika tujuan pengukuran laba untukmenilai kinerja manajer, maka biaya gabungan dialokasikan padasetiap pusat laba hanya jika biaya tersebut terkendalikan olehmanajer pusat laba yang bersangkutan dan jika biaya bersamatidak terkendalikan maka tidak perlu dialokasikan.

c. Harga TransferMasalah harga transfer timbul jika dua pusat laba melakukantransaksi transfer barang atau jasa. Untuk penentuan laba yangjadi bagian masing-masing pusat laba harus diperhitungkan hargatransfer barang dan jasa yang ditransfer antarpusat laba tersebut.Harga transfer bagi divisi penjual merupakan pendapatan, di lainpihak harga tersebut merupakan biaya bagi divisi pembeli.Pendapatan dan biaya tersebut merupakan komponen untukperhitungan laba masing-masing divisi yang terkait dalamtransfer barang.

d. Konsep LabaKonsep laba adalah konsep yang menyatakan bahwa konsep labayang berbeda digunakan untuk tujuan yang berbeda.

2.1.3.9.2. Jenis-jenis Ukuran Kinerja

Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih.

Meskipun demikian, kinerja manajer pusat laba menurut Anthony dan

Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala (2008:249) dapat dievaluasi

berdasarkan lima unkuran profitabilitas:

1. Margin KontribusiMargin kontribusi (contribution margin) menunjukkan rentang(spread) antara pendapatan dengan beban variabel. Bahwa karenabeban tetap (fixed expense) berada diluar kendali menajertersebut, sehingga para manajer harus memusatkan perhatian

Page 86: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

67

untuk memaksimalkan margin kotribusi. Permasalahn dariargumen tersebut adalah bahwa alasannnya tidak tepat; karenapada kenyataannya, hampir seluruh pengeluaran tetap dapatdikendalikan oleh para manajer.

2. Laba LangsungLaba langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat labaterhadap overhead umum dan laba perusahaan. Ukuran inimenggabungkan seluruh pengeluaran pusat laba, baik yangdikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri langsung ke pusat labatersebut tanpa mempedulikan apakah pos-pos ini ada dalamkendali manajer pusat laba atau tidak. Meskipun demikian,pengeluaran yang terjadi di kantor pusat tidak termasuk dalamperhitungan ini. Kelemahan dari pengukuran laba langsungadalah bahwa ia tidak memasukkan unsur manfaat motivasi daribiaya-biaya kantor pusat.

3. Laba yang Dapat DikendalikanPengeluaran-pengeluaran kantor pusat dapat dikelompokkanmenjadi dua kategori: dapat dikendalikan dan tidak dapatdikendalikan. Yang termasuk dalam kategori pertama adalahpengeluaran-pengeluaran yang dapat dikendalikan, paling tidakpada tingkatan tertentu, oleh manajer unit bisnis—layananteknologi informasi misalnya. Jika biaya-biaya ini termasuk dalamsistem pengukuran, maka laba yang dihasilkan setelah dikurangidengan seluruh biaya yang dipengaruhi oleh manajer pusat labatersebut. Kekurangan utama dari ukuran ini adalah karenaukuran tersebut tidak memasukkan beban kantor pusat yangtidak dapat dikendalikan, maka ukuran ini tidak dapat langsungdibandingkan baik dengan data yang diterbitkan atau dataasosiasi dagang yang melaporkan laba dari perusahaan-perusahaan lain di industri yang sama.

4. Laba sebelum PajakDalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan kepusat laba berdasarkan jumlah relatif dari beban yangdikeluarkan oleh pusat laba. Ada dua argumen yang menentangalokasi ini. Pertama, karena biaya-biaya yang dikeluarkan olehstaf di departemen korporat seperti bagiam keuangan, akuntansi,dan bagian sumber daya manusia tidak dapat dikendalikan olehmanajer pusat laba, maka manajer tersebut sebaiknya tidakdianggap bertanggung jawab untuk biaya tersebut. Kedua, sulituntuk mengalokasikan jasa staf korporat dengan cara yang secarawajar mencerminkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh setiappusat laba.Meskipun demikian, ada tiga argumen yang mendukungdimasukkannya overhead korporat ke dalam laporan kinerja daripusat laba. Pertama, unit jasa korporat memiliki kecenderunganuntuk meningkatkan dasar kekuatan dan untuk memperluas

Page 87: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

68

keunggulannya tanpa memperhatikan dampaknya terhadapperusahaan secara keseluruhan. Mengalokasikan biaya-biayaoverhead perusahaan kepada pusat laba akan menigkatkankecenderungan bahwa para manajer pusat laba akanmempertanyakan biaya-biaya ini, untuk memeriksa pengeluarankantor pusat. Kedua, kinerja setiap pusat laba akan lebih realistisdan lebih dapat diperbandingkan dengan kinerja para pesaingyang memberikan jasa yang sama. Ketiga, ketika para manajermengetahui bahwa pusat laba mereka tidak akan menunjukkanlaba kecuali semua biaya—termasuk bagian overhead perusahaanyang dialokasikan—tertutupi, maka mereka akan termotivasiuntuk membuat keputusan pemasaran jangka panjang yangoptimal, penentapan harga, bauran produk, dan lain-lain, yangakan memberikan manfaat (bahkan dalam memastikan potensi)bagi perusahaan secara keseluruhan.

5. Laba BersihDi sini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestikberdasarkan laba bersih (net income), yaitu jumlah laba bersihsetelah pajak. Ada dua argumen utama yang menentangpenggunaan metode ini: (1) laba setelah pajak sering kalimerupakan persentase yang konstan atas laba sebelum pajak,dalam kasus mana tidak terdapat manfaat dengan memasukkanunsur pajak penghasilan; dan (2) karena banyak keputusan yangmempengaruhi pajak penghasilan dibuat di kantor pusat, makatidaklah tepat jika para manajer pusat laba harus menanggungkonsekuensi dari keputusan-keputusan tersebut.

2.1.3.9.3. Penilaian Kinerja Pusat Laba

Menurut Mulyadi (2001:439) pusat laba adalah: …pusat

pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk

mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut.

Karena laba, yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, tidak

dapat berdiri sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka perlu

dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba

tersebut. Dengan demikian, untuk mengukur kinerja pusat laba, umumnya

digunakan dua ukuran yang menghubungkan laba yang diperoleh pusat laba

Page 88: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

69

dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba: kembalian

investasi (return on ivestment atau ROI) dan residual income (RI).

Kembalian investasi (return on investment) atau yang sering juga disebut

dengan return on total assets (ROA). Menurut Mulyadi (2001:440) formula untuk

menghitung return on investment adalah sebagai berikut:

ROI =Laba

Investasi

Sedangkan menurut Lukman Syamsuddin (2004:63) adalah sebagai

berikut:

ROI =

Total assets

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:440) untuk menghitung residual

income adalah …dengan mengurangi laba dengan beban modal (merupakan

persentase beban modal x investasi). Namun kesulitan yang dihadapi

kebanyakan perusahaan adalah menghitung biaya modal yang terpakai.

Page 89: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

70

2.2. Kerangaka Pemikiran dan Hipotesis

2.2.1. Tinjauan Literatur

Kinerja unit bisnis didefinisikan oleh Mia dan Clarke yang dikutip oleh

Gudono (2007:186) adalah: …seberapa tinggi tingkat pencapaian target yang

telah direncanakan, misalnya pencapaian produksi, kos, kualitas,

pengiriman produk, service atau pelayanan, volume penjualan, pangsa pasar

dan tingkat laba.

Dalam perusahaan yang melakukan divisionalisasi manajer divisi harus

diberi wewenang untuk melakukan pembuatan keputusan yang berhubungan

dengan laba, meliputi keputusan biaya (keputusan sumber) dan sekaligus

pendapatan (keputusan pasar). Manajer divisi tersebut memperoleh wewenang

untuk melakukan pembuatan keputusan laba. Oleh karena itu, manajer divisi

bertanggung jawab terhadap laba yang dicapai oleh divisinya. Dengan demikian

perusahaan akan membentuk sebuah pusat laba dimana manajernya bertanggung

jawab terhadap laba yang diperoleh divisinya.

Menurut Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala

(2008:237): …ketika kinerja finansial suatu pusat tanggung jawab diukur

dalam ruang lingkup laba (yaitu, selisih antara pendapatan dan beban),

maka pusat ini disebut sebagai pusat laba (profit center).

Sedangkan menurut Supriyono (2000:384) pengertian pusat laba (unit

bisnis) adalah: …unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang

bertanggung jawab terhadap laba.

Page 90: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

71

Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala (2008:242)

menyatakan bahwa: …hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba

karena manajer yang bertanggung jawab atas unit tersebut memiliki kendali

atas pengembangan produk, proses produksi, dan pemasaran.

Menurut Mulyadi (2001:439) pusat laba adalah …pusat

pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk

mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut.

Karena laba, yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, tidak

dapat berdiri sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka perlu

dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba

tersebut. Dengan demikian, untuk mengukur kinerja pusat laba, umumnya

digunakan dua ukuran yang menghubungkan laba yang diperoleh pusat laba

dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba: kembalian

investasi (return on ivestment atau ROI) dan residual income (RI).

Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba adalah seberapa tinggi tingkat pencapaian target yang telah

direncanakan oleh unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang

bertanggung jawab terhadap laba yang dalam hal ini untuk mengukur kinerja unit

bisnis sebagai pusat laba, umumnya digunakan dua ukuran yang menghubungkan

laba yang diperoleh pusat laba dengan investasi yang digunakan untuk

menghasilkan laba yaitu ROI dan RI.

Yulius dan Gudono (2007:5) mengemukakan mengenai sistem akuntansi

manajemen adalah sebagai berikut:

Page 91: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

72

“Peneliti sistem akuntansi managemen (SAM) mendefinisikan SAMsebagai suatu sistem formal yang didesain untuk menyediakaninformasi dalam rangka mempermudah pengambilan keputusan danmengevaluasi aktivitas managerial (Chenhall, 2003).”

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja unit

bisnis menurut Yulius dan Gudono (2007:6-8) adalah sebagai berikut:

1. Intensitas kompetisi pasar merupakan salah satu faktorketidakpastian lingkungan (Gul, 1991). Semakin intensif kompetisipasar, organisasi akan meningkatkan differensiasi produk,penurunan siklus hidup produk, memperkenalkan saluran baru,menghadapi peningkatan sensitivitas pasar, serta meningkatkantarget produk (Rolfe, 1992). Perubahan tersebut menciptakantantangan kompetitif sehingga unit bisnis akan mengadopsistrategi termasuk differensiasi produk, pelayanan dan harga(Linn, 1994). Mia dan Clarke (1999) menyebutkan bahwakompetisi pasar mempengaruhi penggunaan informasi SAM yangdapat meningkatkan kinerja unit bisnis. Berdasarkan hasil-hasilpenelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa manager yangmenghadapi situasi ketidakpastian seperti kompetisi pasar,informasi SAM yang digunakan sebagai dasar pengambilankeputusan akan meningkatkan kinerja unit bisnis dan kepuasankerja.

2. SAM merupakan sistem informasi yang mengumpulkan datakeuangan dan nonkeuangan yang kemudian data tersebutdiproses, disimpan dan dilaporkan kepada manager untuk dasarpengambilan keputusan. SAM juga merupakan bagian integraldari suatu organisasi yang berkaitan dengan struktur dan prosesorganisasi untuk menghasilkan pengendalian organisasi termasukpengendalian manager. SAM dan sistem pengendalian yang baikbagi organisasi dipengaruhi oleh intensits kompetisi pasar.Perbedaan tipe kompetisi (harga, saluran pemasaran dan produk)mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap penggunaaninformasi SAM dan sistem pengendalian organisasi. Managermenggunakan informasi SAM untuk pengambilan keputusantentang product pricing, forecasting permintaan pasar, marketplanning, pembelian bahan baku, product palanning danpeningkatan infrastruktur organisasi (Mia dan Clarke, 1999).

Penelitian-penelitian sebelumnya memberikan bukti empiris bahwapenggunaan informasi SAM yang sophisticated lebih bermanfaatketika menghadapi situasi ketidakpastian yang tinggi sepertiintensitas kompetisi pasar (Gordon dan Narayanan, 1984; Chenhalldan Morris, 1986; Gul, 1991). Dalam kondisi intensitas kompetisipasar yang tinggi, manager memerlukan informasi SAM yang

Page 92: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

73

sophisticated untuk membuat keputusan yang lebih tepat sehinggameningkatkan kinerja unit bisnis. Sedangkan untuk menghadapiintensitas kompetisi pasar yang rendah, informasi akuntansitradisional atau informasi SAM yang less sophisticated lebih tepatdigunakan oleh manager untuk pengambilan keputusan. Apabilamanager menggunakan informasi SAM yang sophisticated untukmengahadapi kondisi intensitas kompetisi pasar yang rendah makakinerja unit bisnis menurun. Hal tersebut disebabkan oleh informasiSAM yang digunakan terlalu berlebihan (Gul, 1991). Dengandemikian bahwa dalam kondisi intensitas kompetisi pasar tinggipenggunaan informasi SAM yang sophisticated akan meningkatkankinerja unit bisnis akan tetapi dalam kondisi intensitas kompetisipasar rendah akan menurunkan kinerja unit bisnis.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Pengaruh Pengguuaan Informasi SAM Terhadap Kinerja Unit Bisnis

Yang Dimoderasi OIeh Intensitas Kompetisi Pasar

Informasi SAMIntensitas Kompetisi Pasar

Rendah Tinggi

Less Sophisticated Kinerja unit bisnis tinggi Kinerja unit bisnis rendah

Sophisticated Kinerja unit bisnis rendah Kinerja unit bisnis tinggi

Sumber: Yulius dan Gudono (2007:8)

Berdasarkan faktor-faktor yang dikemukakan di atas maka harga transfer

dan harga jual merupakan bagian dari informasi SAM yang berhubungan

mengenai pengambilan keputusan tentang product pricing.

Pengertian harga transfer menurt Anthony dan Govindarajan dalam F. X.

Kurniawan Tjakrawala (2008:284) adalah: …nilai yang diberikan atas suatu

transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi di mana setidaknya salah

satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.

Penetapan harga jual yang tepat adalah salah satu faktor penting bagi

perusahaan. Kurang berarti jika sebuah perusahaan dapat memproduksi barang

Page 93: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

74

sangat baik namun tidak dapat menetapkan harga jual dengan tepat untuk barang

produksinya. Menurut Sriyadi (2001:178) pengertian harga jual adalah …nilai

tukar suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli sanggup

membayar kepada penjual untuk suatu barang tertentu.

Sedangkan menurut Fandi Tjiptono (1997:151) pengertian harga jual

adalah …satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa

lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau

penggunaan suatu barang atau jasa yang akan berpengaruh langsung

terhadap laba perusahaan.

Anthony dan Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala (2008:284)

menyatakan bahwa:

“Literatur ekonomi klasik menyatakan bahwa harga jual sebaiknyasama dengan biaya marginal, dan beberapa penulis menyarankanharga transfer berdasarkan biaya marginal. Hal ini tidak realistis.Karena hanya beberapa perusahaan menjalankan kebijakansemacam ini dalam menentukan baik harga jual atau harga transfer.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kenyataannya terdapat

perbedaan antara penentuan harga transfer dengan harga jual. Berdasarkan uraian

di atas maka penulis merumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:

H1: “Terdapat Perbedaan Antara Harga Transfer dengan Harga Jual”.

Menurut Abdul Halim (2005:50), ada tiga faktor yang mempengaruhi laba

perusahaan yaitu …biaya, harga jual dan volume (penjualan dan produksi).

Biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan suatu produk atau

jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. Harga jual

produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk

Page 94: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

75

atau jasa yang bersangkutan, sedangkan besarnya volume penjualan

berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa tersebut.

Selanjutnya pada gilirannya volume produksi akan mempengaruhi besar

kecilnya biaya produksi. Dengan demikian faktor-faktor yang

mempengaruhi laba tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain.

Sedangkan Student Camelia Obreja (2008:164) menyatakan bahwa:

“The profit center is the operational subdivision which performsits activity by attracting resources which generate revenue. Theprofit center is the organizational center within which profit canbe calculated. Within profit centers there are producedsubsystems, finite products or there are executed services whichare sold outside and for which a selling price is calculated”.

Dengan pernyataan di atas maka terdapat hubungan yang erat antara harga

jual dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba yang dinilai prestasinya

berdasarkan laba yang dihasilkan. Harga jual akan mempengaruhi besarnya laba

yang akan didapatkan oleh unit bisnis karena unit bisnis mempunyai hak dalam

melakukan keputusan mengenai pemasaran produknya sehingga harus

menetapkan harga jual yang tepat agar memperoleh laba (selisih antara

pendapatan dengan biaya).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan hipotesis kedua

sebagai berikut:

H2: “Tedapat pengaruh signifikan harga jual terhadap kinerja unit bisnis

sebagai pusat laba”.

Pengukuran laba suatu unit bisnis sebagai pusat laba menyangkut transaksi

tidak hanya antara suatu pusat laba dengan pihak luar, namun juga transaksi

dengan pusat laba yang lain, dengan kantor pusat, dan dengan bagian-bagian

Page 95: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

76

perusahaan lain. Oleh karena itu, tidak seperti pengukuran laba untuk suatu

organisasi yang benar-benar independen, pengukuran laba suatu unit bisnis

sebagai pusat laba menyangkut transaksi-transaksi yang tidak selalu merupakan

transaksi independen (arm’s length transaction). Menurut Supriyono (2000:398)

transaksi independen (arm’s length transaction) adalah: …transaksi yang

dilakukan oleh dua atau lebih pihak secara independen. Menurut Supriyono

(2000:398) kondisi ini dapat menimbulkan masalah sebagai berikut:

a. Pendapatan BersamaPendapatan bersama (pendapatan gabungan) adalah pendapatanyang timbul karena suatu bagian pemasaran divisi tertentu dapatmenemukan pembeli atau dapat menjual produk yang dihasilkandivisi lainnya dalam perusahaan yang sama. Dalam hal ini timbulmasalah adanya pendapatan perusahaan yang sebenarnyamerupakan hasil usaha bersama dua divisi.

b. Biaya BersamaBiaya bersama (biaya gabungan) adalah biaya yang timbul karenapenyelenggaraan fasilitas bersama yang dinikmati bersama olehberbagai pusat laba. Alokasi biaya gabungan dipengaruhi olehtujuan pengukuran laba. Jika tujuan pengukuran laba untukmenilai kinerja manajer, maka biaya gabungan dialokasikan padasetiap pusat laba hanya jika biaya tersebut terkendalikan olehmanajer pusat laba yang bersangkutan dan jika biaya bersamatidak terkendalikan maka tidak perlu dialokasikan.

c. Harga TransferMasalah harga transfer timbul jika dua pusat laba melakukantransaksi transfer barang atau jasa. Untuk penentuan laba yangjadi bagian masing-masing pusat laba harus diperhitungkan hargatransfer barang dan jasa yang ditransfer antarpusat laba tersebut.Harga transfer bagi divisi penjual merupakan pendapatan, di lainpihak harga tersebut merupakan biaya bagi divisi pembeli.Pendapatan dan biaya tersebut merupakan komponen untukperhitungan laba masing-masing divisi yang terkait dalamtransfer barang.

d. Konsep LabaKonsep laba adalah konsep yang menyatakan bahwa konsep labayang berbeda digunakan untuk tujuan yang berbeda.

Page 96: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

77

Berdasarkan uraian di atas harga transfer merupakan salah satu kondisi

yang dapat menimbulkan masalah di dalam penilaian kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba karena adanya transaksi yang terjadi antar pusat laba di dalam

perusahaan. Untuk penentuan laba yang jadi bagian masing-masing pusat laba

harus diperhitungkan harga transfer barang dan jasa yang ditransfer antarpusat

laba tersebut. Harga transfer bagi divisi penjual merupakan pendapatan, di lain

pihak harga tersebut merupakan biaya bagi divisi pembeli. Pendapatan dan biaya

tersebut merupakan komponen untuk perhitungan laba masing-masing divisi yang

terkait dalam transfer barang.

Simons (2000) yang dikutip oleh Martine Cools dan Regine Slagmulder

(2005:6-7) menyatakan bahwa:

“Transfer prices as horizontal linkages between the profit plansof different business units in the firm and stresses that transferprices influence business unit managers’ performanceevaluations, which are typically based on those profit plans”.

Sedangkan Cravens and Shearon (1996) yang dikutip Martine Cools dan

Regine Slagmulder (2005:7) menyatakan bahwa “The transfer pricing policy

must provide a realistic performance evaluation, motivating managers to

perform well and evaluating them based on measures that are within their

control”.

Berdasarkan pernyataan diatas terdapat hubungan yang erat antara harga

transfer dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Pada perusahaan yang

melakukan divisionalisasi dimana di dalamnya terdiri dari beberapa unit bisnis

sebagai pusat laba maka akan terjadi transfer barang atau jasa. Hal ini disebabkan

tidak seluruhnya dilengkapi dengan fasilitas yang sama sehingga ada kalanya unit

Page 97: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

78

bisnis yang satu harus memakai barang atau jasa dari unit bisnis lainnya. Dengan

adanya penerapan harga transfer yang terjadi antara unit bisnis sebagai pusat laba

akan mempengaruhi kinerja dari unit bisnis tersebut karena unit bisnis sebagai

pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan seberapa besar laba yang dapat

dihasilkannya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan hipotesis ketiga

sebagai berikut:

H3: “Tedapat pengaruh signifikan harga transfer terhadap kinerja unit

bisnis sebagai pusat laba”.

2.2.2. Tinjauan Empiris

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Siska Rahmayawaty (2004) yang berjudul: Pengaruh

Penerapan Harga Transfer Terhadap Perhitungan Harga Jual. Penelitian

tersebut dilakukan di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Pada

penelitian ini hubungan antara hasil pengaruh penerapan harga transfer sebagai

variabel independen yang diukur berdasarkan laporan perhitungan harga transfer

periode 2002 sampai dengan 2003. Sedangkan perhitungan harga jual sebagai

variabel dependen diukur berdasarkan laporan laba rugi dan perhitungan harga

jual periode 2002 sampai dengan 2003. Dengan menggunakan metode deskriptif,

diperoleh hasil bahwa perhitungan harga transfer yang dilakukan oleh PT PLN

(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten telah dilaksanakan secara sistematis

yang berorientasi pada laba perusahaan. Metode yang digunakan dalam

Page 98: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

79

menentukan harga transfer adalah atas dasar biaya, walaupun dalam prakteknya

lebih sering menggunakan harga transfer negosiasi antar divisi. Penetapan harga

transfer berpengaruh terhadap penetapan harga jual produk sebesar 7,6%. Dengan

demikian, meningkat atau menurunnya harga jual produk sebanyak 7,6%

ditentukan oleh harga transfer melalui persamaan y = 10,3948 + 0,343x, dan

hipotesis yang berbunyi: “Perhitungan harga transfer yang wajar akan berdampak

terhadap perhitungan harga jual produk yang wajar pula” dapat diterima.

Penelitian yang dilakukan oleh Juyun Junita (2004) yang berjudul:

Pengaruh Harga Transfer (Transfer Price) Terhadap Return On Investment

(ROI). Penelitian tersebut dilakukan di PT Octa Putra Jaya Tekstil Mills

Bandung. Pada penelitian ini hubungan antara pengaruh harga transfer sebagai

variabel independen yang diukur melalui laporan keuangan yang berhubungan

dengan harga transfer pada departemen pertenunan di PT Octa Putra Jaya Tekstil

Mills periode 1999 sampai dengan 2003. Sedangkan return on investment

diidentifikasi sebagai variabel dependen yang diukur dengan menggunakan

laporan laba rugi dan neraca untuk periode 1999 sampai dengan 2003. Dalam

penelitian ini digunakan teknik statistik parametrik untuk menganalisis data rasio.

Adapun rumusan hipotesisnya adalah Ho: tidak terdapat pengaruh penetapan

harga transfer terhadap ROI dan Hi: terdapat pengaruh penetapan harga transfer

terhadap ROI. Kedua variabel tersebut diuji menggunakan metode pengujian dua

pihak (two tail test) yang menunjukkan bahwa t > t-tabel (t 1/2 α) atau –t > - (t 1/2

α) dengan hasil (5,85 > 3,182) yang berarti penetapan harga transfer berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap ROI.

Page 99: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

80

Penelitian yang dilakukan oleh Gagan Garmana (2004) yang berjudul:

Pengaruh Harga Transfer Terhadap Profitabilitas Unit Usaha (Studi

Verifikatif Pada Divisi Tempa dan Cor PT Pindad). Penelitian ini dilakukan di

Divisi Tempa dan Cor PT Pindad Bandung. Dalam penelitian ini terdapat dua

variable yang diteliti yaitu harga transfer sebagai variabel independen yang

diukur berdasarkan nilai transfer berdasarkan Estimated Cost System (Harga

Pokok Penjualan ditambah profit) dan profitabilitas sebagai variabel dependen

yang diukur dengan ukuran Return On Investment. Hipotesis awal yang diajukan

adalah “Harga Transfer mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

profitabilitas di Divisi Tempa dan Cor PT Pindad (Persero)”. Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitis dengan pendekatan

studi Verikatif. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan bulanan unit

bisnis/divisi Tempa dan Cor Bandung periode Januari 2000 sampai Desember

2002. Hipotesis akan diuji dengan menggunakan analisis korelasi. Dengan

koefisien korelasi sebesar 0,550, menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat

dan positif antara varibel independen dan variabel dependen. Dengan

menggunakan analisis statistik Uji t, diperoleh nilai thitung > ttabel (3,840 > 2,344),

maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya hipotesis awal diterima. Berdasarkan

hasil penelitian, dapat dibuktikan bahwa terdapat pengaruh yang kuat dan

signifikan pada penerapan harga transfer terhadap kinerja unit usaha.

Penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Arif Abdullah (2004) yang

berjudul: Pengaruh Penerapan Harga Transfer Terhadap Kinerja Suatu Unit

Usaha Sebagai Pusat Laba (Studi Kasus Pada PT Bank X Unit Bisnis

Page 100: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

81

Bandung). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu

penerapan harga transfer sebagai variabel independen, dimana harga transfer yang

diterapkan pada Bank X adalah harga yang dibebankan untuk penyerahan dana

dari kantor pusat kepada unit usaha berupa suatu tingkat suku bunga tertentu.

Harga transfer yang diterapkan oleh kantor pusat tersebut dikenal dengan istilah

Transfer Price Rate (TPR), Bank X menggunakan Marginal Cost System dalam

menetapkan tingkan bunga Transfer Price Rate ini. Untuk variabel dependen yaitu

kinerja unit usaha sebagai pusat laba yang diwakili oleh rasio profitabilitasnya

yaitu Return on Asset (ROA). Hipotesis awal dalam penelitian ini adalah

“Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan harga transfer terhadap

kinerja suatu unit usaha sebagai pusat laba”. Metode penelitian yang digunakan

dalam menyusun skripsi ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan

studi kasus. Data yang digunakan adalah data Laporan Keuangan bulanan Bank X

Unit Bisnis Bandung Periode Januari 2001 sampai Desember 2002. Hipotesis

akan diuji dengan menggunakan analisis korelasi. Dengan koefisien korelasi

sebesar 0,698, menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan positif antara

variabel independen dan variabel dependen. Dengan menggunakan analisis

statistik Uji t, diperoleh nilai thitung > ttabel (4,462 > 1,717), maka Ho ditolak dan H1

diterima, artinya hipotesis awal dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

dibuktikan bahwa terdapat pengaruh yang kuat dan signifikan pada penerapan

harga transfer terhadap kinerja unit usaha sebagai pusat laba.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani (2006) yang berjudul:

Pengaruh Harga Transfer Terhadap Kinerja Unit Usaha Sebagai pusat Laba

Page 101: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

82

Pada PT Pindad (Persero). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan

diteliti yaitu harga transfer sebagai variabel independen yang diukur dengan nilai

harga transfer yang merupakan selisih antara pendapatan (penjualan intern) dan

harga pokok penjualan intern, sedangkan kinerja unit usaha sebagai variabel

dependen diukur dengan Return on Investment (ROI). Hipotesis awal dalam

penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh dari harga transfer terhadap kinerja unit

usaha sebagai pusat laba”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Unit analisis dalam penelitian

ini adalah lima divisi yang ada di PT Pidad yang difungsikan sebagai pusat laba,

yaitu Divisi Senjata, Divisi Munisi, Divisi Mesin Industri dan Jasa (Mijas), Divisi

Tempa dan Cor, dan Divisi Rekayasa Industri (Rekind). Data analisis adalah data

kuantitatif berupa laporan keuangan triwulanan setiap divisi dari tahun 2001

sampai dengan tahun 2005. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi

sederhana. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuktikan bahwa terdapat

pengaruh dari harga transfer terhadap kinerja unit usaha sebagai pusat laba pada

PT Pindad. Artinya tinggi atau rendahnnya harga transfer akan mempengaruhi

kinerja unit usaha sebagai pusat laba pada PT Pindad. Besarnya pengaruh harga

transfer terhadap kinerja unit usaha sebagai pusat laba ditentukan oleh koefisien

determinasi sebesar 10,5% sememntara sisanya 89,5% ditentukan oleh faktor-

faktor lain yang tidak diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana Fitrianita (2008) yang berjudul:

Analisis Pengaruh Harga Transfer Terhadap Profitabilitas Divisi Mesin

Industri dan Jasa PT Pindad (Persero). Dalam penelitian ini terdapat dua

Page 102: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

83

variabel yang diteliti yaitu harga transfer sebagai variabel independen yang diukur

berdasarkan harga transfer berdasarkan biaya dan profitabilitas sebagai variabel

dependen yang diukur berdasarkan laba sebelum pajak dibagi basis investasi

(Return On Investment). Hipotesis yang digunakan adalah “Harga transfer

berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas suatu unit usaha”. Metode

penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan pendekatan studi

kasus. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data kuantitatif berupa

laporan keuangan triwulan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Hipotesis

diuji dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Melalui hasil pengujian

statistik yang menggunakan regresi sederhana, dapat diketahui bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan dari harga transfer terhadap profitabilitas unit usaha

sebagai pusat laba pada Divisi Mesin Industri dan Jasa PT Pindad (Persero).

Artinya, tinggi atau rendahnya harga transfer berpengaruh terhadap kinerja unit

usaha sebagai pusat laba. Besarnya pengaruh tersebut dapat ditentukan oleh

koefisien determinasi, yaitu sebesar 61,9% sedangkan sisanya 38,1% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

Penelitian yang dilakukan oleh Ekatherina O.K. (2008) yang berjudul:

Analisis Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Profitabilitas Perusahaan

Pada PT. Mega Eltra (Persero) Cabang Medan. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah harga jual berhubungan signifikan terhadap tingkat

profitabilitas perusahaan dan bila ada, seberapa kuat hubungan tersebut. Penelitian

ini dilakukan terhadap PT Mega Eltra (Persero) Cabang Medan yang menjual

beberapa produk. Objek penelitian adalah harga jual produk semen dengan

Page 103: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

84

periode tiga tahun dari tahun 2003-2005 yang dibagi dalam triwulan (12 data).

Penelitian diuji dengan menggunakan program SPSS versi 13 dimana harga jual

semen sebagai variabel independen, sedangkan profitabilitas (ROI) perusahaan

sebagai variabel dependen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa harga jual semen

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas

perusahaan. Hasil ini dapat dilihat pada R square atau r determinasi sebesar 0,207,

yang berarti hanya 20,7% variasi dari perubahan ROI dapat dijelaskan oleh

variabel-variabel perubahan harga jual. Sedangkan sisanya 79,3% dijelaskan oleh

variabel-variabel yang lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan dan dari

pengujian t-test yang menunjukkan angka signifikansi (sig) harga jual berada di

atas 0,05 yaitu 0,138 berarti variabel harga jual tersebut tidak berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas (ROI) perusahaan pada tingkat kepercayaan

95%.

Penelitian yang dilakukan oleh Yulius Kurnia Susanto dan Gudono (2007)

yang berjudul: Pengaruh Intensitas Kompetisi Pasar Terhadap Hubungan

Antara Penggunaan Informasi Sistem Akuntansi Manajemen dan Kinerja

Unit Bisnis dan Kepuasan Kerja. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel

yang diteliti yaitu informasi sistem akuntansi manajemen yang diukur dengan

menggunakan instrumen sembilan belas item dengan tujuh poin skala likert yang

dikembangkan oleh Chenhall dan Morris (1986). Para responden diminta untuk

meranking ketersediaan informasi SAM pada unit bisnisnya. Angka satu

merepresentasikan informasi SAM tidak tersedia dan angka tujuh

merepresentasikan informasi SAM tersedia sangat banyak. Intensitas kompetensi

Page 104: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

85

pasar yang diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh

Chong et al. (2001) yang diadopsi dari Mia dan Clarke (1999) dan penelitian

Khandawalla (1972). Instrumen ini berisi empat pertanyaan menyangkut intensitas

kompetisi pasar dengan menggunakan tujuh poin skala likert. Angka satu

merepresentasikan kondisi kompetisi pasar yang sangat rendah dan angka tujuh

merepresentasikan kondisi kompetisi pasar yang sangat tinggi. Kinerja unit bisnis

yang diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Mia dan Clarke (1999)

dengan tujuh poin skala likert. Instrumen ini berisi delapan item pertanyaan yang

menyangkut kinerja organisasi. Dan untuk kepuasan kerja diukur dengan dua

item pertanyaan dengan tujuh poin skala likert yang dikembangkan oleh Dewar

dan Werbel (1979). Instrumen ini telah digunakan oleh penelitian akuntansi

sebelumnya (Chong et al. 2001). Hipotesis yang digunakan adalah untuk H1:

“Semakin tinggi intensitas kompetisi pasar maka penggunaan informasi SAM

yang sophisticated akan meningkatkan kinerja unit bisnis” dan H2: “Semakin

tinggi intensitas kompetisi pasar maka penggunaan informasi SAM yang

sophisticated akan meningkatkan kepuasan kerja”. Hipotesis diuji dengan

menggunakan two-way analysis of variance (ANOVA). Hasil pengujian hipotesis

satu terlihat pada pengaruh interaksi antara informasi SAM dan intensitas

kompetisi pasar yang bernilai positif (F= 6,057) dan signifikan padap-value

dibawah 0,05 (p=0,017) sehingga hipotesis satu terdukung. Hipotesis satu juga

didukung oleh nilai rata-rata kinerja unit bisnis yang paling besar (5,25) terletak

pada grup 4 dengan informasi SAM yang sophisticated dan intensitas kompetisi

pasar yang tinggi. Terdukungnya hipotesis satu menunjukkan bahwa dalam

Page 105: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

86

kondisi intensitas kompetisi pasar tinggi penggunaan informasi SAM yang

sophisticated akan meningkatkan kinerja unit bisnis akan tetapi dalam kondisi

intensitas kompetisi pasar rendah akan menurunkan kinerja unit bisnis. Hasil

pengujian hipotesis satu mengindikasikan bahwa semakin tinggi kompetisi pasar,

maka penggunaan informasi SAM yang sophisticated akan meningkatkan kinerja

unit bisnis. Hasil pengujian hipotesis dua terlihat pada pengaruh interaksi antara

informasi SAM dan intensitas kompetisi pasar yang bernilai positif (F= 10,227)

dan signifikan pada p-value dibawah 0,01 (p=0,002) sehingga hipotesis dua

terdukung. Hipotesis dua juga didukung oleh nilai rata-rata kepuasan kerja yang

paling besar (5,4583) terletak pada grup 4 dengan informasi SAM yang

sophisticated dimana intensitas kompetisi pasar yang tinggi yang terlihat pada

terdukungnya hipotesis dua menunjukkan bahwa dalam kondisi intensitas

kompetisi pasar yang tinggi penggunaan informasi SAM yang sophisticated akan

meningkatkan kepuasan kerja akan tetapi dalam kondisi intensitas kompetisi pasar

rendah akan menurunkan kepuasan kerja. Hasil pengujian hipotesis dua

mengindikasikan bahwa semakin tinggi intensitas kompetisi pasar, maka

penggunaan informasi SAM yang sophisticated akan meningkatkan kepuasan

kerja. Model penelitian ini dapat rnenjelaskan variansi kinerja unit bisnis dan

kepuasan kerja masing-masing adalah 25 persen dan 24,2 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja

unit bisnis dan kepuasan kerja selain informasi SAM dan intensitas kompetisi

pasar.

Page 106: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

87

Penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2006) yang berjudul: Analisis

Pengaruh Intensitas Persaingan dan Variabel Kontekstual Terhadap

Penggunaan Informasi Sistem Akuntansi Manajemen dan Kinerja Unit

Bisnis dengan Pendekatan Partial Least Square. Dalam penelitian ini terdapat

lima variabel yang diteliti yaitu intensitas persaingan pasar, penggunaan informasi

SAM, strategi, perceived environmental uncertainty (PEU), dan kinerja unit

bisnis. Hipotesis yang digunakan adalah untuk H1: “Terdapat hubungan tidak

langsung antara intensitas persaingan dengan kinerja melalui penggunaan

informasi SAM”, H2: “Terdapat hubungan tidak langsung antara strategi dengan

kinerja melalui penggunaan informasi SAM”, dan H3: “Terdapat hubungan tidak

langsung antara PEU dengan kinerja melalui penggunaan informasi SAM”. Dalam

penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS).

PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau

varian (variance). Dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara variabel intensitas persaingan pasar dengan penggunaan informasi SAM

dengan nilai koefisien 0.414, nilai t = 2.489 dan signifikan pada 0.05. Untuk

hubungan penggunaan informasi SAM terhadap kinerja diperoleh nilai koefisien

0.484 dengan nilai t = 2.852 dan signifikan pada level 0.05. Sedangkan hubungan

antar variabel lainnya tidak ada yang signifikan. Dengan demikian dapat

simpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

intensitas persaingan pasar terhadap kinerja melalui penggunaan informasi SAM

berhasil didukung. Hasil pengujian hipotesis 1 konsisten dengan temua Mia dan

Clarke (1999).Sedangkan hipotesis 2 dan 3 tidak berhasil didukung. Hasil ini

Page 107: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

88

gagal mendukung penelitian Abernethy dan Guthrie (1994) namun konsisten

dengan Muslichah (2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Moch Imron (2003) yang berjudul:

Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Strategi Bisnis Terhadap

Hubungan Antara Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen

Broadscope dengan Kinerja Unit Bisnis Strategis. Dalam penelitian ini terdapat

empat variabel yaitu kinerja unit bisnis strategis sebagai variabel dependen yang

diukur dengan menggunakan ukuran kinerja finansial dan non finansial dimana

yang menjadi instrumennya adalah ROI, proft, cashflow, cost controll,

pengembangan produk baru, volume penjualan, pangsa pasar (market share),

pengembangan pasar, pengembangan sumber daya manusia, dan urusan politik

dan kemasyarakatan (political-public-affairs). Instrumen menggunakan skala

interval tujuh poin, dengan skor 1 menunjukkan di bawah standar dan skor 7

menunjukkan di atas standar. Ketidakpastian lingkungan yang dipresepsikan

sebagai variabel independen yang diukur dengan menggunakan instrumen yang

dikembangkan oleh Gordon dan Narayanan (1984). Instrumen ini terdiri dari tujuh

item dengan menggunakan tujuh skala likert. Strategi bisnis sebagai variabel

independen yang diukur dengan cara pendekatan self typing. Yaitu responden

diminta untuk melakukan penilaian sendiri terhadap strategi bisnisnya.

Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen sebagai variabel independen

diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Chenhall dan

Morris (1986). Instrumen tersebut terdiri atas 6 butir pertanyaan mengenai

karakteristik informasi yang berdimensi broad scope. Hipotesis yang digunakan

Page 108: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

89

dalam penelitian ini adalah H1: “Terdapat pengaruh tidak langsung antara

ketidakpastian lingkungan dan kinerja SBU melalui penggunaan informasi sistem

akuntansi manajemen broad scope dalam pembuatan keputusan”, H2: “Terdapat

pengaruh tidak langsung antara strategi bisnis terhadap kinerja SBU melalui

tingkat penggunaan informasi sistem akuntansi manajemen broad scope untuk

pengambilan keputusan”, H3: “Penggunaan karakteristik informasi sistem

akuntansi manajemen broad scope dalam pengambilan keputusan berpengaruh

positif terhadap kinerja SBU”, dan H4: “Pengaruh ketidakpastian lingkungan dan

strategi bisnis terhadap kinerja SBU dimediasi oleh penggunaan karakteristik

informasi sistem akuntansi manajemen broad scope. Framework teori yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengaruh strategi bisnis terhadap

kinerja unit bisnis strategis melalui penggunaan sisten informasi akuntansi

manajemen broad scope. Dalam menguji pengaruh langsung dan tidak langsung

digunakan metode analisis jalur (path analysis). Berdasarkan analisis respon dari

35 direktur utama dan direktur umum, hasil penelititan ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan anatara ketidakpastian

lingkungan dan kinerja unit bisnis strategis melalui tingkat penggunaan informasi

sistem akuntansi manajemen broad scope. Sedangkan pengujian terhadap strategi

bisnis analyzer denga kinerja unit bisnis strategis menunjukkan pengaruh

langsung yang signifikan dengan alpha 5% (α = 0,05). Penelitian ini tidak

memberikan bukti bahwa strategi bisnis analyzer sebagai antesenden bagi

rancangan sistem akuntansi manajemen melalui pengaruh tidak langsung, hal ini

ditunjukkan adanya perbedaan dalam penggunaan karakteristik informasi sistem

Page 109: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

90

akuntansi manajemen bercakupan luas pada ketidakpastian lingkungan strategi

bisnis.

Page 110: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

91

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian Yang Digunakan

3.1.1. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, lingkup objek penelitian yang ditetapkan penulis

sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti adalah Harga Transfer, Harga Jual,

dan Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba pada Direktorat Aerostructure di PT

Dirgantara Indonesia (Persero) Jalan Pajajaran No. 154 Bandung.

3.1.2. Unit Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan unit penelitian sesuai dengan

permasalahan yang diteliti mengenai Harga Transfer, Harga Jual, dan Kinerja Unit

Bisnis sebagai Pusat Laba yaitu data penjualan internal pertriwulan untuk produk

wing tip assy, data penjualan ke pihak luar pertriwulan untuk produk wing tip

assy, serta Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi pertriwulan

Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia.

3.2. Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel

3.2.1. Definisi Variabel dan Pengukurannya

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, dalam penelitian ini terdapat dua

variabel penelitian yaitu:

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Page 111: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

92

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah:

a. Harga Transfer (X1). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

definisi harga transfer yang dikemukakan oleh Anthony dan

Govindarajan dalam F. X. Kurniawan Tjakrawala (2008:284)

adalah: …nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau

jasa dalam suatu transaksi di mana setidaknya salah satu dari

kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba. Skala

pengukurannya menggunakan skala rasio.

b. Harga Jual (X2). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan definisi

harga jual yang dikemukakan oleh Sriyadi (2001:178) pengertian

harga jual adalah …nilai tukar suatu barang atau jasa, yaitu

jumlah uang yang pembeli sanggup membayar kepada penjual

untuk suatu barang tertentu

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan definisi yang disampaikan oleh

Mia dan Clarke yang dikutip oleh Gudono (2007:186), pengertian

kinerja unit bisnis adalah: …seberapa tinggi tingkat pencapain target

yang telah direncanakan, misalnya pencapaian produksi, kos,

Page 112: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

93

kualitas, pengiriman produk, service atau pelayanan, volume

penjualan, pangsa pasar dan tingkat laba. Sedangkan definisi pusat

laba menurut Supriyono (2000:384) adalah: …unit organisasi yang

dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap

laba. Menurut Mulyadi (2001:439): …karena laba, yang merupakan

selisih antara pendapatan dan biaya, tidak dapat berdiri sendiri

sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka perlu dihubungkan

dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba

tersebut. Dengan demikian, untuk mengukur kinerja pusat laba,

umumnya digunakan dua ukuran yang menghubungkan laba yang

diperoleh pusat laba dengan investasi yang digunakan untuk

menghasilkan laba: kembalian investasi (return on ivestment atau

ROI) dan residual income (RI). Skala pengukurannya menggunakan

skala rasio.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator

dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Selain itu, operasionalisasi

variabel dimaksudkan untuk menentukan skala pengukuran dari masing-masing

variabel, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu statistik

dapat dilakukan dengan benar.

Operasionalisasi variabel independen dalam penelitian ini adalah Harga

Transfer, dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Page 113: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

94

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Independen: Harga Transfer (X1) dan Harga Jual (X2)

Variabel Konsep Indikator Skala

Harga Transfer

(X1)

Nilai yang diberikan atas

suatu transfer barang atau

jasa dalam suatu transaksi

di mana setidaknya salah

satu dari kedua pihak yang

terlibat adalah pusat laba.

Harga transfer per unit

untuk produk Wing Tip

Assy.

Rasio

Harga Jual (X2) Nilai tukar suatu barang

atau jasa, yaitu jumlah

uang yang pembeli

sanggup membayar kepada

penjual untuk suatu barang

tertentu.

Harga Jual per unit

untuk produk Wing Tip

Assy .

Rasio

Sumber: Anthony dan Govindarajan (2008:284)Sriyadi (2001:178)

Operasionalisasi variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja

Unit Bisnis sebagai Pusat Laba, dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Page 114: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

95

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Dependen: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Variabel Konsep Indikator Skala

Kinerja Unit

Bisnis sebagai

Pusat Laba

Seberapa tinggi tingkat

pencapain target yang

telah direncanakan,

misalnya pencapaian

produksi, kos, kualitas,

pengiriman produk,

service atau pelayanan,

volume penjualan, pangsa

pasar dan tingkat laba oleh

unit organisasi yang

dipimpin oleh seorang

manajer yang bertanggung

jawab terhadap laba.

Karena laba, yang

merupakan selisih antara

pendapatan dan biaya,

tidak dapat berdiri sendiri

sebagai ukuran kinerja

pusat laba, maka perlu

dihubungkan dengan

=ܫLaba

Investasi

Rasio

Page 115: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

96

investasi yang digunakan

untuk menghasilkan laba

tersebut. Dengan

demikian, untuk mengukur

kinerja pusat laba,

umumnya digunakan dua

ukuran yang

menghubungkan laba yang

diperoleh pusat laba

dengan investasi yang

digunakan untuk

menghasilkan laba:

kembalian investasi

(return on ivestment atau

ROI) dan residual income

(RI).

Sumber: Mia dan Clarke yang dikutip oleh Gudono (2007:186)Supriyono (2000:384)Mulyadi (2001:439)

3.3. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2008:115), yang dimaksud dengan populasi adalah …

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi

Page 116: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

97

penelitian adalah data penjualan internal pertriwulan, data penjualan ke pihak luar

pertriwulan, serta Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi

pertriwulan Direktorat Aerostructure sejak dibentuknya Direktorat Aerostructure

pada tahun 2004. Untuk data penjualan internal dan Laporan Keuangan

pertriwulan sejak tahun 2004 – 2010 populasinya berjumlah 26 data. Untuk data

penjualan ke pihak luar yang dalam hal ini Direktorat Aerostructure memiliki

kewenangan untuk menjualnya ke pihak luar sejak tahun 2007, maka jumlah

populasinya sebanyak 14 data.

Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang

dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul respresentatif

(mewakili).

3.3.1. Kerangka Sampling, Unit Sampel, dan Ukuran Sampel

Kerangka Sampling (sampling frame) adalah daftar yang berisi satuan-

satuan sampling yang ada dalam sebuah populasi yang berfungsi sebagai dasar

untuk penarikan sampel (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin , 2006, 65).

Maka kerangka sampling pada penelitian ini adalah yaitu data penjualan internal

pertriwulan untuk produk wing tip assy, data penjualan ke pihak luar pertriwulan

untuk produk wing tip assy, serta Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan

Laba Rugi pertriwulan Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia.

Page 117: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

98

Sampel yang diambil harus representatif, yakni mewakili populasi yang

berarti semua ciri-ciri atau karakteristik yang ada hendaknya tercermin dalam

sampel tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah berupa data

penjualan internal pertriwulan, data penjualan pertriwulan, serta Laporan

Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi pertriwulan dari tahun 2007

sampai 2009 yang berjumlah 12 data.

3.3.2. Teknik Sampling

Sampling dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengumpulkan data

atau pengambilan sampel yang sifatnya tidak menyeluruh, yaitu tidak mencakup

seluruh populasi penelitian tetapi hanya sebagian dari populasi itu saja.

Terdapat dua jenis teknik sampling yang dapat digunakan dalam

penelitian, yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling Dalam

penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability

sampling, dan lebih tepatnya adalah teknik purposive sampling. Menurut

Sugiyono (2008:122) purposive sampling adalah ...teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan penulis

dalam pengambilan sampel yaitu:

1. Data penjualan internal untuk produk wing tip assy pertriwulan dan

Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi pertriwulan

sejak Direktorat Aerostructure melakukan penjualan ke pihak luar

untuk produk tersebut. Dalam hal ini maka 12 data dikeluarkan dari

populasi tersebut karena tidak memenuhi persyaratan.

Page 118: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

99

2. Data penjualan internal pertriwulan untuk produk wing tip assy, data

penjualan ke pihak luar pertriwulan untuk produk wing tip assy, serta

Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi pertriwulan

yang dalam hal ini perusahaan bersedia untuk memberikan datanya.

Dalam hal ini maka 2 data dikeluarkan karena tidak memenuhi

persyaratan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu

data yang dinyatakan dalam angka-angka yang menunjukkan nilai terhadap

besaran atau variabel yang diwakilinya. Data dalam penelitian ini bersifat times

series, yaitu data yang menggambarkan perkembangan dari waktu ke waktu,

sehingga analisisnya bersifat dinamis karena adanya perubahan waktu.

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi

pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data yang

akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder (secondary

data).

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau yang tidak

dipublikasikan.

Page 119: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

100

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun

teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi (Observation)

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

kegiatan perusahaan sebagai objek penelitian mengenai masalah yang

berhubungan dengan Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual

Terhadap Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba.

b. Dokumentasi (Documentation)

Pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen serta

catatan-catatan di bagian yang terkait dengan masalah yang diteliti.

3.5. Metode Analisis Yang Digunakan

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode

dekriptif, asosiatif, dan komparatif. Data yang diperoleh kemudian diolah,

dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari.

Sedangkan analisis yang dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan

menggunakan metode statistik yang releven untuk menguji hipotesis. Analisis

diarahkan untik menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan.

Dalam melakukan analisis data, diperlukan data yang akurat dan dapat

dipercaya yang nantinya akan digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh

penulis. Untuk menganalisis data deskriptif dengan menggunakan skor ideal,

untuk analisis asosiatif menggunakan Analisis Korelasi Pearson Product Moment,

Page 120: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

101

Analisis Regresi Liner Sederhana, Koefisien Determinasi (Kd), sedangkan untuk

analisis komparatif maka dilakukan uji beda dengan menggunakan Independent

Sample T-test dengan dibantu program SPSS 15 for Windows.

Tahap-tahap yang dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini,

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memperoleh data berupa data penjualan internal, data penjualan ke

pihak luar, dan Laporan Laba Rugi Direktorat Aerostructure

pertriwulan untuk tahun 2007-2009.

2. Menghitung dan membuat jumlah harga transfer untuk periode 2007

sampai dengan 2009.

3. Menghitung dan membuat jumlah penjualan untuk periode 2007

sampai dengan 2009.

4. Melakukan pengujian statistik dan pengujian hipotesis untuk menguji

data yang siap diolah untuk mendapat kesimpulan.

5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh.

Data yang dianalisis merupakan data sekunder yang didapatkan dari

dokumen-dokumen yang ada diperusahaan. Adapun analisis data yang dilakukan

penulis adalah:

A. Analisis Deskriptif:

1. Menganalisis Harga Transfer.

2. Menganalisis Harga Jual.

3. Menganalisis Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba.

B. Analisis Asosiatif:

Page 121: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

102

1. Menganalisis seberapa besar pengaruh harga transfer terhadap kinerja unit

bisnis sebagai pusat laba.

2. Menganalisis seberapa besar pengaruh harga jual terhadap kinerja unit

bisnis sebagai pusat laba.

C. Analisis Komparatif:

Menganalisis perbedaan antara harga transfer dan harga jual.

Gambar 3.1

Model Penelitian

Bila digambarkan secara sistematis, hubungan dua variable di atas adalah :

Keterangan :

X1 = Nilai transfer barang atau jasa

X2 = Nilai tukar barang atau jasa

Y = Tingkat Laba atau Rugi yang didapatkan

Kinerja Unit Bisnis

Sebagai Pusat Laba

(Y)Harga Jual

(X2)

Harga Transfer

(X1)

= ( ଵ) = (ଶ)

Page 122: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

103

f = Fungsi

Adapun analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi.

Dalam analisis ini dilakukan pembahasan mengenai bagaimana pengaruh

harga transfer dan harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba pada

Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia Bandung dengan runusan

sebagai berikut :

a. Bagaimana harga transfer barang atau jasa pada Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia transfer untuk periode 2007

sampai dengan 2009.

b. Bagaimana harga jual barang atau jasa pada Direktorat Aerostructure di

PT Dirgantara Indonesia transfer untuk periode 2007 sampai dengan

2009.

c. Bagaimana kinerja unit bisni sebagai pusat laba untuk periode 2007

sampai dengan 2009 pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara

Indonesia.

Page 123: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

104

Untuk memberikan interpretasi terhadap harga transfer dan harga jual,

maka dapat digunakan kriteria untuk menilai harga transfer dan harga jual seperti

yang disajikan dalam tabel 3.3.

Table 3.3

Kriteria untuk Memberikan Intepretasi

Harga Transfer dan Harga Jual

Harga Transfer dan Harga Jual(Rp)

Tingkat Harga

48.498.994,53 - 57.733.529,07 Sangat Rendah

57.733.529,07 - 66.968.063,60 Rendah

66.968.063,60 - 76.202.598,14 Sedang

76.202.598,14 - 85.437.132,67 Tinggi

85.437.132,67 - 94.671.667,21 Sangat TinggiSumber: Data yang diolah kembali

Sedangkan untuk memberikan interpretasi terhadap kinerja unit bisnis

sebagai pusat laba, maka digunakan ROI rata-rata industri yang disajikan dalam

tabel 3.4.

Tabel 3.4

ROI Rata-rata Industri

Tahun Triwulan ROI

2007

I 0.77%

II 1.54%

III 0.74%

IV 1.68%

2008

I 1.21%

II 1.13%

III 0.96%

IV 0.72%

2009

I 0.85%

II 1.56%

III 0.31%

IV 1.13%

Page 124: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

105

Maksimum 1.68%

Minimum 0.31%Sumber: laporan keuangan industri pesawat

terbang yang diolah kembali

Berdasarkan tabel 3.4 maka dapat dibuat kriteria untuk menilai kinerja unit

bisnis sebagai pusat laba seperti yang disajikan dalam tabel 3.5.

Table 3.5

Kriteria untuk Memberikan Intepretasi

Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba(ROI)

TingkatKinerja

0.31% - 0.58% Sangat Rendah

0.59% - 0.86% Rendah

0.87% - 1.14% Sedang

1.15% - 1.42% Tinggi

1.43% - 1.68% Sangat TinggiSumber: Data yang diolah kembali

2. Analisis Asosiatif

Analisis statistik yaitu analisis yang digunakan untuk membahas data

kuantitatif. Dengan asumsi bahwa data berdistribusi normal dan pengaruh kedua

variabel linier, maka pengujian dengan hipotesis dilakukan dengan menggunakan

teknik statistik parametrik, karena teknik ini sesuai dengan data kuantitatif, yaitu

data yang memiliki skala pengukuran rasio.

Berdasarkan ukuran variabel yang semuanya berupa data kuantitatif, maka

langkah-langkah dalam penetapan tes statistik adalah sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel yang diambil

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Karena akan

Page 125: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

106

menggunakan statistik parametris, maka setiap data pada setiap variabel harus

diuji normalitasnya. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan test

Kolmogorov Smirnov, dasar pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan

probabilitas (Asymtotic Significanted), yaitu :

Ho : Sampel diambil dari populasi berdistribusi normal.

Ha : Sampel diambil bukan dari populasi yang berdistribusi normal.

α : 0.05

Kriteria uji : Jika nilai probabilitas α, maka Ho < (ݏ) diterima

Jika nilai Probabilitas (ݏ) ≤ α, maka Ho ditolak

b. Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Analisis korelasi merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya

hubungan antara dua variabel atau lebih. Arahnya dinyatakan dalam bentuk

hubungan positif atau negatif, sedangkan kuat atau lemahnya hubungan

dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara variabel-variabel independen yaitu

Harga Transfer (X1) dan Harga Jual (X2) secara parsial dengan variabel dependen

yaitu Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba (Y), maka dalam penelitian ini

penulis akan menggunakan analisis korelasi pearson product moment karena

dalam penelitian ini penulis mengunakan skala pengukuran rasio. Menurut

Sugiyono (2008:248), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

௫௬ݎ =−ݕݔ∑ ݕ∑ݔ∑

ඥ{∑ݔଶ − ଶݕ∑}{ଶ(ݔ∑) − {ଶ(ݕ∑)

Page 126: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

107

Keterangan :

r = Koefisien korelasi pearson

x = Harga Transfer atau Harga Jual

y = Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

n = Banyaknya sampel yang diteliti

Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara variabel

independen (X) dan variabel dependen (Y). Nilai koefisien korelasi harus terdapat

dalam batas-batas -1 hingga +1 (-1 < r ≤ + 1), yang menghasilkan beberapa

kemungkinan yaitu :

a. Tanda positif menunjukkan adanya korelasi positif antara variabel-

variabel yang diuji, yang berarti setiap kenaikan dan penurunan nilai-

nilai X akan diikuti dengan kenaikan dan penurunan Y. Jika r = +1

atau mendekati +1, maka menunjukkan adanya pengaruh positif dan

korelasi antara variabel-variabel yang diuji sangat kuat.

b. Tanda negatif menunjukkan adanya korelasi negatif antara variabel-

variabel yang diuji, yang berarti setiap kenaikan nilai-nilai X akan

diikuti dengan penurunan niali Y dan sebaliknya. Jika r = -1 atau

mendekati -1, maka menunjukkan adanya pengaruh negatif dan

korelasi antara variabel-variabel yang diuji lemah.

c. Jika r = 0 atau mendekati 0, maka menunjukkan korelasi yang lemah

atau tidak ada korelasi sama sekali antar variabel-variabel yang diteliti

atau diuji.

Page 127: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

108

Untuk memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan (korelasi)

antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y), maka dapat digunakan

pedoman seperti yang disajikan dalam tabel 3.6.

Tabel 3.6

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi

Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuatSumber: Sugiyono (2008:250)

c. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen, yaitu dengan mencari persamaan regresi

yang bermanfaat untuk meramal nilai variabel dependen berdasarkan nilai-nilai

variabel independennya serta menganalisis hubungan antara variabel dependen

dengan dua atau lebih variabel independen baik secara parsial maupun simultan.

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yaitu Harga

Transfer (X1) dan Harga Jual (X2) secara parsial terhadap variabel dependen yaitu

Kinerja Unti Bisnis Sebagai Pusat Laba (Y), maka digunakan analisis regresi

linier sederhana. Menurut Sugiyono (2008:270), persamaan umum regresi linier

sederhana adalah sebagai berikut :

= +

Page 128: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

109

Sedangkan untuk nilai a dan b menurut Sugiyono (2008:272), ditentukan

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

X = Variabel independen (Harga Transfer dan Harga Jual)

Y = Variabel dependen (Laporan Laba Rugi)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi linier

n = Banyaknya sampel

d. Koefisien Determinasi

Setelah diketahui besarnya koefisien korelasi, tahap selanjutnya adalah

mencari nilai dari koefisien determinasi. Koefisien determinasi ini dimaksudkan

untuk mengatahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen baik secara parsial maupun simultan. Menurut Sugiyono (2008:292),

rumus untuk menghitung koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

Dimana: 0 ≤ r2 ≤ 1

Keterangan :

Kd = koefisien determinasi

r = koefisien korelasi

a =(∑Y)(∑X2) – (∑X) (∑XY)

∑X2 – (∑X) 2

=∑− (∑)∑

∑X2 – (∑)2

ܭ = ଶݎ × 100%

Page 129: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

110

e. Uji t

Pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen

akan diuji dengan menggunakan pengujian koefisien korelasi secara parsial yaitu

dengan uji t dengan membandingkan ttabel dengan thitung. Menurut Sugiyono

(2008:250), rumus untuk uji t adalah :

Keterangan :

t = nilai uji

r = koefisien korelasi

r2 = koefisien determinasi

n = banyaknya sampel yang diobservasi

Kriteria untuk penerimaan atau penolakan hipotesis nol (Ho) yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Ho diterima apabila : ±thitung ≤ ±ttabel

Ho ditolak apabila : ±thitung > ±ttabel

Apabila Ho diterima, maka hal ini menunjukkan bahwa variabel

independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dan

sebaliknya apabila Ho ditolak, maka variabel independen berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

=ݐ−√ݎ 2

√1 − ଶݎ

Page 130: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

111

3. Analisis Komparatif

Untuk mengetahui perbedaan antara harga transfer dengan harga jual maka

dilakukan uji beda. Uji beda dilakukan dengan menggunakan Independent Sample

T-test. Independent Sample T-test adalah pengujian menngunakan distribusi t

terhadap signifikansi perbedaan nilai rata-rata tertentu dari dua kelompok sampel

yang tidak berhubungan. Dasar pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan

probabilitas (Asymtotic Significanted), yaitu :

Ho : Kedua rata-rata sampel sama.

Ha : Kedua rata-rata sampel tidak sama.

α : 0.05

Kriteria uji : Jika nilai probabilitas α, maka Ho < (ݏ) ditolak

Jika nilai Probabilitas (ݏ) ≤ α, maka Ho diterima

3.6. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Rancangan analisis dan uji hipotesis ini akan dimulai dengan penetapan

hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), uji hipotesis (penetapan tingkat

signifikansi), penetapan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis, dan

penarikan kesimpulan.

3.6.1. Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis nol (Ho) merupakan hipotesis yang menyatakan bahwa variabel-

variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang

Page 131: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

112

menyatakan bahwa variabel-variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen.

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan

berpengaruh secara signifikan atau tidaknya variabel-variabel independen yaitu

Harga Transfer dan Harga Jual terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Unit

Bisnis Sebagai Pusat Laba. Hipotesis yang dibentuk dari variabel-variabel tersebut

adalah:

Ho1 : (μଵ = μ

ଶ) Harga Transfer tidak berbeda dengan Harga Jual.

Ha1 : (μଵ ≠ μ

ଶ) Harga Transfer berbeda dengan Harga Jual.

Ho2 ∶ ଵߩ) = 0) Harga Jual tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba.

Ha2 ∶ ଵߩ) ≠ 0) Harga Jual berpengaruh secara signifikan terhadap

Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba.

Ho3 : (ଶ=0ߩ) Harga Transfer tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba.

Ha3 ∶ ଶߩ) ≠ 0) Harga Transfer berpengaruh secara signifikan

terhadap Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba.

3.6.2. Uji Hipotesis (Penetapan Tingkat Signifikansi)

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar

95% (α = 0,05), karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara

Page 132: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

113

variabel-variabel yang diuji atau menunjukkan hubungan bahwa korelasi antara

variabel independen dengan variabel dependen cukup nyata. Tingkat signifikansi

0,05, artinya kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai

probabilitas 95% atau toleransi kesalahan adalah 5%.

3.6.3. Penetapan Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya diuji dengan menggunakan uji

t. berdasarkan uji t, maka dibuat kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis nol

(Ho) adalah:

Ho diterima apabila : ±thitung ≤ ±ttabel

Ho ditolak apabila : ±thitung > ±ttabel

3.6.4. Penarikan Kesimpulan

Dari hipotesis-hipotesis yang telah diperoleh, dapat ditarik kesimpulan

apakah variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen

yang terjadi secara parsial. Hal ini ditunjukkan dengan penolakan hipotesis nol

(Ho) atau penerimaan hipotesis alternatif (Ha).

Page 133: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

114

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1.1. Sejarah Singkat PT Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

Ketika upaya pendirian mulai menampakkan bentuknya, dengan nama

Industri Pesawat Terbang Indonesia/IPIN di Pondok Cabe, Jakarta. Timbul

permasalahan dan krisis di tubuh Pertamina yang berakibat pula pada keberadaan

Divisi ATTP, proyek serta programnya industri pesawat terbang. Akan tetapi

karena Divisi ATTP dan proyeknya merupakan wahana guna pembangunan dan

mempersiapkan tinggal landas bagi bangsa Indonesia pada Pelita VI, Presiden

menetapkan untuk meneruskan pembangunan industri pesawat terbang dengan

segala konsekuensinya.

Maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12, tanggal 15 April 1975

dipersiapkan pendirian industri pesawat terbang. Melalui peraturan ini, dihimpun

segala aset, fasilitas dan potensi negara yang ada yaitu: aset Pertamina, Divisi

ATTP yang semula disediakan untuk pembangunan industri pesawat terbang

dengan aset Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio/LIPNUR, AURI sebagai

modal dasar pendirian industri pesawat terbang Indonesia. Penggabungan aset

LIPNUR ini tidak lepas dari peran Bpk. Ashadi Tjahjadi selaku pimpinan AURI

yang mengenal BJ. Habibie sejak tahun 1960an. Dengan modal ini diharapkan

tumbuh sebuah industri pesawat terbang yang mampu menjawab tantangan jaman.

Page 134: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

115

Tanggal 28 April 1976 berdasar Akte Notaris No. 15, di Jakarta

didirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dengan Dr, BJ. Habibie selaku

Direktur Utama. Selesai pembangunan fisik yang diperlukan untuk berjalannya

program yang telah dipersiapkan, pada 23 Agustus 1976 Presiden Soeharto

meresmikan industri pesawat terbang ini. Dalam perjalanannya kemudian, pada 11

Oktober 1985, PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio berubah menjadi PT

Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN dengan jumlah karyawan 1000

orang.

Berawal dari program lisensi, PT Dirgantara Indonesia menapaki

penguasaan teknologi kedirgantaraan melalui 4 tahap alih tehnologi. Tahap

kerjasama lisesnsi helikopter NBO-105 dari MBB Jerman (kini DASA), serta

pesawat terbang NC-212 dari CASA Spanyol tahun 1976, disusul lisensi

helikopter puma NSA-330 dan NSA-332 dari Aerospatiale Perancis pada tahun

1979.

Tiga tahun kemudian tahap integrasi teknologi dilalui. Tahap ini

merupakan penggabungan kemampuan rancang bangun dan produksi antara PT.

Dirgantara Indonesia dan CASA, yang ditandai dengan dibentuknya usaha

patungan antara keduanya dengan nama Aircraft Tecnology Industry (Airtech).

Program usaha patungan ini merancang dan memproduksi pesawat angkut

komputer serba guna dengan nama CN-235.

Sementara itu dalam rangka memantapkan kehadirannya dalam

masyarakat industri pesawat terbang, maka ditandatangani beberapa kerjasama

internaional. Tahun 1982 kerjasama dengan Boeing Company ditandatangani.

Page 135: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

116

Melalui kerjasama ini landasan baru telah dibuat untuk menempatkan industri ini

sebagai salah satu mitra kerja Boeing. Hal ini dibuktikan ketika tahun 1987 PT.

Dirgantara Indonesia mulai memproduksi sebagian komponen pesawat Boeing

737, Boeing 747, Boeing 757, Boeing 767, dan Boeing 777. Kerjasama dengan

Bell Helicoper Textron ditandatangani pada November 1982 dengan

memproduksi NBELL-412.

Sebagai salah satu agen teknologi, maka pada tahun 1983 PT Dirgantara

Indonesia mendirikan pusat perawatan mesin, yakni Universal Maintenance

Center (UM). Unit ini bertugas merawat, memperbaiki mesinmesin pesawat

terbang dan helikopter maupun mesin-mesin turbin gas, untuk keperluan maritim

dan industri yang kemudian menjadi anak perusahaan pada tahun 1987.

Tahun 1986 dalam rangka lebih memperluas jangkauan produksi dan

pemesaran, industri ini berganti nama dari PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio

menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara. Sementara itu tahun 1987

kerjasama imbal produksi dicapai dengan General Dynamic (kini Lockhead)

demikian juga dengan Airbus Industry.

Memasuki dasawarsa kedua, PT Dirgantara Indonesia memasuki tahap

pengembangn teknologi yakni mengembangkan teknologi dirgantara secara

mandiri untuk menghasilkan produk yang sama sekali baru. Sejak tahun 1989,

rancang bangun pesawat N-250 dimulai. Keberhasilan rancangan pesawat ini

ditandai dengan peluncurannya pada 10 November 1994 dan penerbangan

perdananya pada 10 Agustus 1995.

Page 136: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

117

Memasuki dasawarsa ketiga, PT Dirgantara Indonesia memasuki tahap

penelitian industri dalam rangka mempertahankan kemampuan dan keungulan-

keunggulan industri dirgantara. Untuk itu dirancang dan dikembangkan pesawat

baru N-2130 yang mampu mengangkut penumpang antara 100 - 130 orang. Kini

pesawat tersebut dalam fase pleminary design I desain awal dan mencari mitra

bisnis dalam rangka realisai serta pengembangan lebih lanjut.

Tiga windu PT Dirgantara Indonesia telah menunjukan kiprahnya dalam

penguasaan teknologi dan industri kedirgantaraan. Penguasaan teknologi yang

diterapkan dalam bidang desain, manufacturing, quality assurance, product

support, maintenance dan overhoul telah mendapatkan pengakuan dari otoritas

nasional maupun internasional. Dalam bidang engineering : sertifikasi JAA

(otorisasi Eropa) untuk CN-235-110, DGAC (otoritas sipil — RI), IMAA (otoritas

militer — RI). Dalam bidang manufacturing : sertifikasi CASA — Spanyol,

BHTI — AS, Boeing — AS. Dalam bidang quality assurance sertifikasi dari GD

— AS, Bae — Inggris, Lockhead —AS, Boeing — AS, Daimler Benz Aerospace

— Jerman. Dalam bidang product dan manufacturing — overhaul repair : untuk

Aircraft Service sertifikasi dari DGAC — RI, FAA — AS, Hankam — Malaysia,

engine manufacture AS — Kanada — Inggris — Perancis, ISO — 9002 serta

DGAC- RI untuk maintenance organization.

Dari sisi produksi PT Dirgantara Indonesia telah menyerahkan sekitar 300

pesawat terbang dan helikopter serta sistem senjata, komponen pesawat, dan jasa

lainnya. Sekitar Rp 4.825 milyar telah dihasilkan, dengan aset kini sekitar Rp

4.642 milyar.

Page 137: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

118

Ketika tahun 1997 krisis ekonomi dan moneter melanda kawasan Asia

Tenggara dan Indonesia yang berdampak pada kurangnya potensi pasar PT

Dirgantara Indonesia. Berkaitan dengan itu sejak Oktober 1998 industri ini

mempersiapkan paradigma baru. Program restrukturisai perusahaan yang

mencakup: reorientasi bisnis, penataan postur sumber daya manusia, serta

restrukturisai permodalan keuangan digulirkan. Melalui restrukturisai ini postur

karyawan menyusut dari 15.000 menjadi hanya sekitar 3.000 orang sekarang ini.

Dalam rangka menghadapi dinamika jaman serta sistem pasar global,

IPTN meredefinisi diri ke dalam "DIRGANTARA 2000" dengan melakukan

orientasi bisnis, dan strategi baru menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.

Untuk itu IPTN melaksanakan program restrukturisasi meliputi reorientasi bisnis,

serta penataan kembali sumber daya manusia yang menfokuskan diri pada pasar

dan misi bisnis.

Kini dalam masa "survive" IPTN mencoba menjual segala kemampuannya

di area engineering dengan menawarkan jasa disain sampai pengujian,

manufacturing part, komponen serta tolls pesawat terbang dan non-pesawat

terbang, serta jasa pelayanan purna jual.

Seiring dengan itu IPTN merubah nama menjadi PT Dirgantara

Indonesia atau Indonesian Aerospace/IAe yang diresmikan Presiden

Abdurrahman Wahid, 24 Agustus 2000 di Bandung.

Pada awal tahun 2004, program restrukturisasi perusahaan yang mencakup

reorientasi bisnis dan penataan ulan SDM digulirkan, postur karyawan menyusut

dari 9.670 menjadi seekitar 3.500 orang.

Page 138: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

119

Adapun visi dari PT Dirgantara Indonesia (Persero) adalah menjadi

perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis pada penguasaan

teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global, dengan mengandalkan

keunggulan biaya. Sedangkan misi dari PT Dirgantara Indonesia (Persero) adalah:

1. Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan

komersil dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki

keunggulan biaya.

2. Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama

dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan

pemeliharaan untuk kepentingan komersial dan militer, dan juga untuk

aplikasi di luar industri dirgantara.

3. Menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global

yang mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri

dirgantara kelas dunia lainnya.

4.1.1.2. Kegiatan Usaha

Kegiatan Usaha yang dilakukan oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero)

kini memfokuskan bisnisnya dari 18 menjadi 5 satuan usaha ke dalam 4

direktorat, yang meliputi:

1. Direktorat Aircraft Integration

Memproduksi beragam pesawat untuk memenuhi berbagai misi sipil,

militer, dan juga misi khusus. Adapun produk yang dihasilkan antara

lain:

Page 139: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

120

a. NC-212

Pesawat berkapasitas 19-24 penumpang, dengan beragam versi,

dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek, serta mampu

beroperasi pada landasan rumput/tanah/dll.

b. CN-235

Pesawat angkut komuter serba guna dengan kapasitas 35-40

penumpang ini, dapat digunakan dalam berbagai misi, dapat lepas

landas dan mendarat dalam jarak pendek dan mampu beroperasi

pada landasan rumput/tanah/es/dll.

c. NBO-105

Helikopter multi guna ini mampu membawa 4 penumpang, sangat

baik untuk berbagai macam misi, mempunyai kemampuan

hovering dan maneuver dalam situasi penerbangan apapun.

d. Super Puma NAS-332

Helikopter modern ini mampu membawa 17 penumpang,

dilengkapi dengan aplikasi multi misi yang aman dan nyaman.

e. NBELL-412

Helikopter yang mampu membawa 13 penumpang ini, memiliki

prioritas rancangan yang rendah resiko, keamanan yang tinggi,

biaya perawatan dan operasi yang rendah.

2. Direktorat Aerostructure

Didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai

kemampuan tinggi dalam manufaktur pesawat, dilengkapi pula dengan

Page 140: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

121

fasilitas manufaktur dengan ketepatan tinggi (high precision), seperti:

mesin-mesin canggih, bengkel sheet metal, jig dan tool shop,

calibration, testing equipment, dan quality inspection (peralatan tes

dan uji kualitas), pemeliharaan, dan lain sebagainya. Bisnis satuan

usaha Aerostucture meliputi:

a. Pembuatan komponen aerostructure (Machined parts, sub-

assembly, assembly).

b. Pengembangan rekayasa (engineering package): pengembangan

komponen aerostructure yang baru.

c. Perancangan dan pembuatan alat-alat (tooling design and

manufacturing).

Memberikan program-program kontrak tambahan (subcontract

programs) dan offset, untuk Boeing, Airbus Industries, BAe System,

Korean Airlines Aerospace Division, Mitsubishi Heavy Industries, Ac

CTRM Malaysia.

3. Direktorat Aircraft Sevices

Dengan keahlian dan pengalaman bertahun-tahun, unit usaha Aircraft

Sevices menyediakan servis pemeliharaan pesawat dan helikopter

berbagai jenis, yang meliputi: penyediaan suku cadang, pembaharuan

dan modifikasi struktur pesawat, pembaharuan interior, maintenance

dan overhaul.

Page 141: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

122

4. Direktorat Pengembangan dan Teknologi

Bisnis utama satuan usaha defence, terdiri dari: produk-produk militer,

perawatan, perbaikan, pengujian dan kalibrasi baik secara mekanik

maupun elektrik dengan tingkat akurasi yang tinggi, integrasi alat-alat

perang, produksi beragam sistem senjata, antara lain: FFAR 2,75”

roket, SUT Torpedo, dan lain-lain. Dilengkapi dengan peralatan

perancangan dan analisis yang canggih, fasilitas uji berteknologi

tinggi, serta tenaga ahli yang berlisensi dan berpengalaman standard

internasional.

Dengan demikian diharapkan industri ini menjadi institusi bisnis yang

adaptif dan efisien.

4.1.1.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Direktorat Aerostructure di

PT Dirgantara Indonesia

Direktorat Aerostructure sebagai salah satu bagian di PT Dirgantara

Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Komisaris PT Dirgantara Indonesia

(Persero) memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang sebagai berikut:

1. Menentukan kebijakan (policy) dan strategi (stategy) dalam pengelolaan

portofolio bisnis jasa manufacture untuk pembuatan detil part & komponen

pesawat terbang dan helikopter serta komponen untuk keperluan Industri, baik

hasil rancang bangun sendiri maupun di bawah lisensi, termasuk layanan

purna jualnya, untuk memparoleh keuntungan perusahaan yang optimal.

Page 142: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

123

2. Melaksanakan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah ditetapkan oleh

Perusahaan sesuai bidang usahanya.

3. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan aktivitas pemasaran dan

penjualan produk & jasa sesuai bidang usahanya untuk mencapai target yang

telah ditetapkan oleh perusahaan.

4. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan aktlvitas produksi, yang

rneliputi proses: metal forming, machining, bonding & composite, special

process dan surface treatment.

5. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pengadaan material yang

diperlukan sesuai kebutuhannya secara efektif dan efisien.

6. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan jaminan purna jual

(warranty) dari produk dan jasa yang dihasilkan sesuai bidang usahanya.

7. Mengelola dana operasional yang dialokasikan perusahaan secara efisien dan

efektif.

8. Menyusun informasi akuntansi Direktorat Aerostructure dan melaporkannya

secara tepat waktu, tepat saji, dan akurat.

9. Mengelola aset yang dialokasikan Perusahaan secara efisien dan efektif.

10. Atas nama Perusahaan bertanggung jawab sebagai Approved Primary Part

Supplier Holder, baik untuk detil part dan komponen pesawat terbang dan

helikopter hasil rancang bangun Perusahaan (owned designed product) atau di

bawah lisensi (underlicensed product).

Page 143: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

124

11. Menjamin dan menjaga agar sistem manajemen yang diterapkan di

lingkungannya memenuhi kaidah-kaidah tatakelola Perusahaan (Good

Corporate Governance), manajemen resiko (Risk Management) dan

menghasilkan praduk & jasa yang memenuhi aspek-aspek Quality-Cost-

Delivery sesuai dengan strategi dan kebijakan Perusahaan.

12. Melaksanakan sinergi secara terencana, sistematis, optimum dan

berkesinambungan antara sumber daya dan fasilitas yang berada di Direktorat

Aerostructure dengan sumber daya dan fasilitas lain milik Perusahaan, untuk

meningkatkan daya saing Perusahaan sesuai dengan bidang usahanya.

13. Menerapkan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) di lingkungannya.

Dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya

sebagaimana tersebut di atas, Direktur Aerostructure bertanggung jawab kepada

Direktur Utama, serta dibantu oleh:

1. Divisi Integrasi Usaha Aerostructure

a. Tugas Pokok

1. Menyiapkan rencana strategis pengembangan usaha Aerostructure

berdasarkan kajian pasar sesuai dengan rencana jangka panjang

perusahaan.

2. Mengelola, mengintegrasikan dan melaksanakan aktifitas penjualan,

pemasaran, pengelolaan program/proyek dan perencanaan produksi

untuk menjamin tercapainya target kontrak dan penjualan yang

ditetapkan perusahaan.

Page 144: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

125

3. Membangun dan memelihara relasi dengan pelanggan dan kompetitor

untuk menjamin kesinambungan pertumbuhan usaha.

4. Membangun konsep dan komptensi pengelolaan program/proyek

sebagai bagian strategis dari pengembangan usaha Aerostructure.

5. Mengintegrasikan perencanaan penjualan dengan pengelolaan produksi

untuk menjamin ketepatan delivery produk dan optimalisasi

penggunaan kapasitas dan kendali produksi.

b. Wewenang & Tanggung Jawab

1. Mengelola dan mengintegrasikan fungsi-fungsi di Divisi Integrasi

Usaha.

2. Menetapkan target kontrak dan penjualan sesuai dengan rencana dan

porto-folio bisnis Direktorat Aerostructure.

3. Melaksanakan evaluasi, negosiasi dan kesepakatan dan/atau kontrak

bisnis dengan pelangan.

4. Memvalidasi dan mengusulkan kebutuhan anggaran investasi sesuai

rencana bisnis dan evaluasi kapasitas.

5. Mengkaji konsep, penerapan & pengelolaan proyek/program sesuai

dengan ekspektasi pelanggan.

6. Memvalidasi dan mengusulkan kebutuhan personil yang sesuai dengan

beban pekerjaan dan persyaratan kualifikasi yang dibutuhkan daiam

rangka memenuhi pencapaian target kontrak dan penjualan yang

ditetapkan perusahaan.

Page 145: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

126

7. Merencanakan dan mengusulkan program training bagi seluruh

personil yang terkait dengan kegiatan penjualan, pemasaran,

pengelolaan proyek/program dan perencanan produksi untuk

memelihara dan mengembangkan kompetensi & kapabilitas personil.

8. Menetapkan hasil penilaian kinerja anggota secara berkala dan

mengimplementasikan sistem reward dan punishment bagi personil di

Divisi Integrasi Usaha.

9. Menetapkan target perbaikan proses dan program pengurangan biaya

(cost reduction) dengan memangkas ak'tifitas non added value serta

memenuhi persyaratan kontrak.

2. Divisi Operasi Aerostructure

a. Tugas Pokok

1. Mengelola dan mengembangkan semua sumber daya yang tidak hanya

memproduksi detail part & komponen pesawat terbang dan Helicopter

serta komponen keperluan industri dengan High Quality Product akan

tetapi juga mampu menghasilkan produk dengan keunggulan biaya

(low cost) & penyerahan tepat waktu (on time delivery) guna

memenuhi pencapaian target produksi & penjualan yang telah

ditetapkan oleh organisasi dan perusahaan.

2. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan semua kegiatan

Operasi yang berkaitan dengan proses pembuatan detail part &

komponen pesawat terbang dan helikopter serta komponen keperluan

Page 146: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

127

industri termasuk mengelola pemeliharaan semua fasilitas dan utilitas

produksi di Aerostructure.

3. Mengelola kegiatan pengendalian produksi dalam rangka menjamin

penyelesaian proses pembuatan produk dan komponen pesawat terbang

dengan lead time manufacturing yang sesuai dengan perencanaan

produksi yang telah ditetapkan.

4. Mengelola kegiatan proses pembuatan detail part/ komponen yang

meliputi proses machining, metal forming, welding, heat treatment,

surface treatment, bonding & composite, dan assembly Aircraft.

5. Mengelola kegiatan proses pembuatan alat bantu yang digunakan

dalam proses pembuatan detail parts maupun major assembly

komponen pesawat terbang yang meliputi pembuatan detail part tools,

sub-assembly tool, jig serta alat bantu produksi lainnya.

6. Mengelola kegiatan maintenance seluruh fasilitas produksi, inspection

dan laboratory testing serta fasilitas/ utilitas pendukung lainnya dalam

rangka untuk menjamin facilities & production readiness dalam

rangka memenuhi target produksi dan delivery program-program

terkontrak di Direktorat Aerostructure.

b. Wewenang & Tanggung Jawab

1. Menetapkan annually Quality Objective yang akan dicapai oleh Divisi

Operasi dan seluruh departemen dibawahnya sesuai dengan rencana &

target bisnis Direktorat Aerostructure.

Page 147: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

128

2. Merencanakan, memvalidasi dan mengusulkan kebutuhan anggaran

investasi & operasional yang dibutuhkan dalam rangka mendukung

seluruh pekerjaan pembuatan detail part & komponen pesawat terbang

dan helikopter serta komponen keperluan industri di Divisi Operasi

Aerostructure .

3. Mengkaji penerapan konsep dan sistem pengendalian proses produksi

untuk pembuatan detail parts, subassemblies parts dan komponen

pesawat terbang dan helikopter serta komponen keperluan industri

dengan mempertimbangkan kapasitas resource, volume & production

rate dan jadwal delivery yang telah ditetapkan program.

4. Memvalidasi dan mengusulkan kebutuhan personil yang sesuai dengan

beban pekerjaan dan persyaratan kualifikasi yang dibutuhkan dalam

rangka memenuhi pencapaian target produksi dan delivery yang

ditetapkan program.

5. Merencanakan, memvalidasi dan mengusulkan program training bagi

seluruh personil yang terkait dengan kegiatan produksi agar senantiasa

mempunyai kompetensi & kapabilitas technical skill yang excellent.

6. Menetapkan hasil penilaian kinerja anggota secara berkala dan

mengimplementasikan sistem reward dan punishment bagi personil di

Divisi Operasi Aerostructure.

7. Memvalidasi dan menetapkan perencanaan maintenance seluruh

fasilitas produksi & utilitas pendukung lainnya dalam rangka untuk

Page 148: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

129

menjamin production readiness dan pemenuhan target produksi dan

delivery program-program kontrak di Direktorat Aerostructure.

8. Merencanakan & melaksanakan kegiatan Operasi yang berkaitan

dengan continuous improvement dalam rangka meningkatkan

kapabilitas dan performansi serta kinerja sumber daya secara sinergi,

efektif dan efisien.

9. Menerapkan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) di

lingkungannya.

3. Divisi Rekayasa Aerostructure

a. Tugas Pokok

1. Mengelola semua kegiatan Rekayasa Manufaktur yang metiputi

perencanaan proses, NC Programming dan SistemInformasi Produksi,

dengan sasaran tercapainya kelancaran kerja dan kualitas pekerjaan

serta jadwal yang telah ditetapkan serta mencari dan mengolah semua

informasi yang relevan berkenaan dengan perkembangan teknologi

Rekayasa Manufaktur saat ini dan masa datang yang bisa

mempengaruhi kelancaraan perkembangan fungsi Rekayasa

Manufaktur, dalam hal identifikasi teknologi manufaktur yang akan

digunakan di Aerostructure.

2. Mengelola semua kegiatan dalam rangka menjamin kesiapan proses

produksi yang digunakan serta approval proses tersebut sehingga tetap

sesuai dengan persyaratan customer.

Page 149: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

130

3. Mengelola semua kegiatan yang berkaitan dengan Rekayasa Alat

Bantu yang digunakan dalam proses pembuatan detail parts maupun

major assembly komponen pesawat terbang maupun industrial parts,

termasuk identifikasi dan implementasi teknologi baru maupun

improvement, yang akan digunakan di Aerostructure.

4. Mengelola semua kegiatan yang berkaitan dengan kontrol konfigurasi

detail parts , subassemblies parts maupun komponen pesawat terbang

dalam rangka menjamin traceabiliry data maupun legatisasi dokumen

sesuai dengan persyaratan kustomer, yang meliputi aktivitas as-design

dan as-plan.

5. Mengelola semua kegiatan yang berkaitan dengan non-conforming

detail parts, subassemblies parts maupun komponen pesawat terbang

dalam proses produksi yang membutuhkan konsesi, justifikasi dan

interfacing dengan fungsi type design.

b. Wewenang & Tanggung Jawab

1. Menetapkan strategi dan rencana pengerjaan detail parts,

subassemblies parts dan komponen pesawat terbang dengan

mempertimbangkan aspek biaya, kualitas, waktu dan teknologi

manufaktur yang ada di Aerostructure.

2. Menetapkan strategti, konsep design ban rencana pembuatan detail

part tools, subassembly tools, jigs serta alat bantu produksi lainnya

dengan mempertimbangkan aspek biaya, kualitas, waktu dan teknologi

manufaktur yang ada di Aerostructure.

Page 150: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

131

3. Menetapkan metode estimasi man hour cost.

4. Melakukan kajian terhadap data maupun dokumen yang relevan

berkenaan dengan penerapan, perbaikan dan pengembangan teknologi

manufaktur serta metode manufaktur saat ini dan masa datang.

5. Menetapkan konsep dan metodologi pengelolaan konfigurasi dan

dokumen engineering yang berlaku, termasuk sistem informasi yang

digunakan.

6. Menetapkan mekanisme kerja fungsi engineering liaison dalam

melakukan interfacing dengan fungsi type design , baik dengan

kustomer internal maupun eksternal.

7. Mengusulkan kebutuhan anggaran investasi dan operasional di Divisi

Rekayasa Aerostructure.

8. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan personil dan

kualifikasinya serta menjaga agar senantiasa mempunyai kapabilitas

technical excellent.

9. Menetapkan dan mengusulkan penerimaan paket pekerjaan dan/atau

kontrak baru melalui kajian dan pertimbangan teknis, dengan

mempertimbangkan aspek biaya, kualitas, waktu dan teknologi

manufaktur yang ada maupun yang akan diadakan di Aerostructure.

10. Menetapkan hasil penilaian seluruh anggota untuk reward dan

punishment bagi personil di Divisi Rekayasa Aerostructure.

Page 151: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

132

4. Divisi Manajemen Sumber Daya Aerostructure

a. Tugas Pokok

1. Mengelola seluruh kegiatan Manajemen Sumber Daya yang meliputi

perencanaan Sumber Daya Manusia, Proses pengadaan material serta

pencatatan Akuntansi, dengan sasaran tercapainya kelancaran kerja

dan kualitas pekerjaan serta jadwal yang telah ditetapkan serta

mengolah seluruh informasi yang relevan sejalan dengan

perkembangan bisnis perusahaan serta kebijakan yang akan diterapkan

di Direktorat Aerostructure.

2. Melaksanakan seluruh kegiatan operasional dalam rangka menjamin

kesiapan sumber daya manusia serta pengadaan material guna

mensupport jalannya proses produksi sampai dengan delivery dan

mewujudkan terciptanya Good Governance Corporate (GGC) di

PT Dirgantara Indonesia (Persero).

3. Menjamin serta mengoptimalkan sistem keuangan dan akuntansi di

Direktorat Aerostructure, senantiasa mampu mendukung pengendalian

strategis perusahaan, guna mewujudkan misi perusahaan pada posisi

mampu bersaing di pasar global sebagai industri manufaktur regional.

4. Merencanakan, menyusun sistem dan prosedur Sumber Daya Manusia

sesuai postur bisnis Direktorat Aerostructure.

5. Merencanakan, menyusun sistem dan prosedur pengadaan material

sesuai peraturan dan kebijakan perusahaan

Page 152: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

133

6. Merencanakan, menyusun, memelihara prosedur, sistem akuntansi dan

kebijakan akuntansi sesuai perkembangan proses bisnis perusahaan.

7. Mengimplementasikan serta mengendalikan pelaksanaan prinsip-

prinsip akuntansi yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)

dalam proses pencatatan akuntansi.

8. Menyajikan Laporan Keuangan Direktorat Aerostructure secara

periodik sesuai dengan kaidah kaidah akuntansi umum.

9. Mengelola aset yang dialokasikan Perusahaan secara efisien dan

efektif.

b. Wewenang & Tanggung Jawab

1. Menetapkan strategi dan perencanaan Sumber Daya Manusia.

2. Menetapkan strategi dan perencanaan Pengadaan Material.

3. Menetapkan strategi dan Metoda Akuntansi sesuai kebijakan

perusahaan.

4. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Direktorat

Aerostructure.

5. Membuat serta mengevaluasi realisasi RKA/RKAP Direktorat

Aerostructure secara periodik.

6. Mengontrol dan mengendalikan anggaran sesuai RKA/RKAP

Direktorat Aerostructure serta melakukan kajian terhadap usulan

anggaran biaya dari fungsi lain.

7. Merencanakan dan mengembangkan program pelatihan.

8. Membuat persyaratan dan menentukan kebutuhan program pelatihan.

Page 153: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

134

9. Menyediakan sistem evaluasi program pelatihan.

10. Mengimplementasikan sistim penilaian karyawan.

11. Melaksanakan peraturan-peraturan mengenai sumber daya manusia.

12. Memelihara hubungan ketenagakerjaan.

13. Mengevaluasi serta mencatat job-grade dan job-content sumber daya

di Direktorat Aerostructure.

14. Membuat perencanaan, rekrutmen dan mengusulkan pemberhentian

sumber daya di Drektorat Aerostructure.

15. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan personil dan

kualifikasinya serta menjaga agar senantiasa mempunyai kapabilitas

technical excellent.

16. Menetapkan hasil penilaian seluruh anggota untuk reward dan

punishment bagi personil di Divisi Manajemen Sumber Daya

Aerostructure.

4.1.2. Penetapan Harga Transfer Pada Direktorat Aerostructure di

PT Dirgantara Indonesia

Harga Transfer pada Direktorat Aerostructure ditetapkan karena adanya

pemesanan barang dan jasa antar unit satuan usaha atau korporasi dengan satuan

unit usaha dilingkungan internal perusahaan yang mencakup seluruh kebutuhan

barang dan jasa dalam menunjang kegiatan kerja di unit organisasinya atau

dinamakan dengan Internal Work Order. Harga transfer pada Direktorat

Aerostructure dinamakan dengan Harga Intern (Internal Price). Harga Intern

Page 154: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

135

(Internal Price) adalah suatu harga internal sebagai akibat pemenuhan suatu

kebutuhan akan barang atau jasa antar unit.

Harga terhadap barang atau jasa yang dikerjakan di internal harus

memperhatikan biaya plus 10% atau harga pasar mana yang lebih rendah (cost

plus 10% or market whichever is lower). Namun pada kenyataannya dan

berdasarkan sistem yang ada di Direktorat Aerostructure harga transfer

berdasarkan biaya ditambah laba 10%. Adapun penetapan harga transfer pada

Direktorat Aerostructure adalah sebagai berikut:

Dimana:

Cost Of Production:Material xxxMan Hour xxxOverhead Cost xxx

Cost Of Production xxxProfit: COP x 10%: xxxInternal Price xxx

Adapun harga transfer pada Direktorat Aerostructure selama periode

2007-2009 dapt dilihat pada tabel 4.1.

Cost Of Production + Profit 10% = Harga Transfer/Unit

Production Volume

Page 155: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

136

Tabel 4.1

Direktorat Aerostructure

Harga Transfer/Unit – Wing Tip Assy

Sumber: Data yang diolah kembali

4.1.3. Penetapan Harga Jual Pada Direktorat Aerostructure di

PT Dirgantara Indonesia

Harga Jual (Selling Price) pada Direktorat Aerostructure ditetapkan karena

adanya pemesanan barang berupa komponen pesawat. Harga Jual terhadap barang

yang dipesan timbul karena adanya kontrak pembuatan produk yang pihak

pembeli setuju untuk membeli produk pada harga yang telah ditetapkan.

Harga jual untuk barang yang diproduksi harus memperhatikan biaya plus

10% serta general and administratif (GNA) 11%. Adapun penetapan harga jual

pada Direktorat Aerostructure adalah sebagai berikut:

Tahun Triwulan Material Man Hour Overhead Total Profit Internal Sales UnitTransfer

Price/Unit

2007

I 107,245,933.84 95,329,718.97 35,748,644.61 238,324,297.43 23,832,429.74 262,156,727.17 6 43,692,787.86

II 90,024,514.43 80,021,790.61 30,008,171.48 200,054,476.52 20,005,447.65 220,059,924.17 5 44,011,984.83

III 55,571,693.98 49,397,061.32 18,523,897.99 123,492,653.29 12,349,265.33 135,841,918.62 3 45,280,639.54

IV 64,593,041.15 57,416,036.58 21,531,013.72 143,540,091.45 14,354,009.14 157,894,100.59 3 52,631,366.86

2008

I 98,477,809.82 87,535,830.96 32,825,936.61 218,839,577.39 21,883,957.74 240,723,535.13 4 60,180,883.78

II 114,423,486.04 101,709,765.37 38,141,162.01 254,274,413.42 25,427,441.34 279,701,854.77 4 69,925,463.69

III 85,995,435.16 76,440,386.81 28,665,145.05 191,100,967.03 19,110,096.70 210,211,063.73 3 70,070,354.58

IV 58,374,293.97 51,888,261.30 19,458,097.99 129,720,653.26 12,972,065.33 142,692,718.58 2 71,346,359.29

2009

I 209,294,532.59 186,039,584.52 69,764,844.20 465,098,961.31 46,509,896.13 511,608,857.44 7 73,086,979.63

II 153,804,900.25 136,715,466.88 51,268,300.08 341,788,667.21 34,178,866.72 375,967,533.93 5 75,193,506.79

III 123,496,943.85 109,775,061.20 41,165,647.95 274,437,653.01 27,443,765.30 301,881,418.31 4 75,470,354.58

IV 63,893,951.01 56,794,623.12 21,297,983.67 141,986,557.79 14,198,655.78 156,185,213.57 2 78,092,606.79

Cost Of Production + Profit 10% + GNA 11% = Harga Jual/Unit

Production Volume

Page 156: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

137

Dimana:

Cost Of Production:Material xxxMan Hour xxxOverhead Cost xxx

Cost Of Production xxxProfit: COP x 10%: xxxGNA: COP x 11%: xxx

Selling Price xxx

Yang termasuk kedalam general and administratif (GNA) adalah biaya

penyimpanan, biaya penagihan, biaya promosi, dan biaya untuk menjaga jika

terjadi kelebihan waktu tenaga kerja. Besarnya GNA ini telah ditentukan sebesar

sebesar 11% dari COP.

Adapun harga jual pada Direktorat Aerostructure selama periode 2007-

2009 dapt dilihat pada table 4.2.

Page 157: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

138

Tabel 4.2

Direktorat Aerostructure

Harga Jual/Unit – Wing Tip Assy

Sumber: Data yang diolah kembali

4.1.4. Penetapan Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba Pada Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

Penetapan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba pada Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia didasarkan pada:

1. Pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan

Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah

ditetapkan oleh Perusahaan sesuai bidang usahanya.

2. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan aktivitas

pemasaran dan penjualan produk & jasa sesuai bidang usahanya untuk

mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Tahun Triwulan Material Man Hour Overhead Total COP Profit GNA Sales UnitSelling

Price/Unit

2007

I 142,994,578.46 127,106,291.96 47,664,859.49 317,765,729.91 31,776,572.99 34,954,230.29 387,991,956.22 8 48,498,994.53

II 108,029,417.32 96,026,148.73 36,009,805.77 240,065,371.82 24,006,537.18 29,047,909.99 296,420,717.86 6 49,403,452.98

III 55,571,693.98 49,397,061.32 18,523,897.99 123,492,653.29 12,349,265.33 14,942,611.05 160,782,494.88 3 53,594,164.96

IV 107,655,068.58 95,693,394.30 35,885,022.86 239,233,485.74 23,923,348.57 28,947,251.78 311,209,272.27 5 62,241,854.45

2008

I 172,336,167.19 153,187,704.17 57,445,389.06 382,969,260.43 38,296,926.04 46,339,280.51 510,321,858.29 7 72,903,122.61

II 85,817,614.53 76,282,324.03 28,605,871.51 190,705,810.07 19,070,581.01 23,075,403.02 254,311,918.90 3 84,770,639.63

III 171,990,870.32 152,880,773.62 57,330,290.11 382,201,934.05 38,220,193.41 46,246,434.02 511,443,518.06 6 85,240,586.34

IV 116,748,587.93 103,776,522.61 38,916,195.98 259,441,306.52 25,944,130.65 31,392,398.09 348,312,926.06 4 87,078,231.52

2009

I 209,294,532.59 186,039,584.52 69,764,844.20 465,098,961.31 46,509,896.13 56,276,974.32 613,367,859.19 7 87,623,979.88

II 123,043,920.20 109,372,373.51 41,014,640.07 273,430,933.77 27,343,093.38 33,085,142.99 365,981,836.23 4 91,495,459.06

III 92,622,707.89 82,331,295.90 30,874,235.96 205,828,239.76 20,582,823.98 24,905,217.01 276,334,703.28 3 92,111,567.76

IV 63,893,951.01 56,794,623.12 21,297,983.67 141,986,557.79 14,198,655.78 17,180,373.49 189,343,334.41 2 94,671,667.21

Page 158: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

139

3. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan aktlvitas produksi,

yang rneliputi proses: metal forming, machining, bonding &

composite, special process dan surface treatment.

4. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pengadaan material

yang diperlukan sesuai kebutuhannya secara efektif dan efisien.

5. Mengelola dana operasional yang dialokasikan perusahaan secara

efisien dan efektif.

6. Menyusun informasi akuntansi Direktorat Aerostructure dan

melaporkannya secara tepat waktu, tepat saji, dan akurat.

7. Mengelola aset yang dialokasikan Perusahaan secara efisien dan

efektif.

Adapun kinerja unit bisnis sebagai pusat laba pada Direktorat

Aerostructure selama periode 2007-2009 dapt dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Direktorat Aerostructure

Kinerja Unit Bisnis

Tahun Triwulan Laba/(Rugi) dalam Rp Investasi (Rp) ROI

2007

I 5.782.206.888,11 131,263,482,583.95 4.41%

II 18.713.653.077,31 136,353,349,355.34 13.72%

III 11.261.739.462,83 142,347,283,263.03 7.91%

IV 36.881.048.189,87 159,297,541,174.71 23.15%

2008

I 2.840.401.130,55 171,969,609,262.88 1.65%

II 4.555.445.104,71 188,520,642,902.30 2.42%

III (7.597.898.501,78) 195,089,434,784.89 (3.89%)

IV 1.444.017.431,55 203,346,192,506.02 0.71%

2009

I (14.584.676.577,98) 220,175,743,035.49 (6.62%)

II (21.218.162.477,29) 218,065,149,095.96 (9.73%)

III (64.362.782.695,12) 233,827,532,849.39 (27.53%)

Page 159: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

140

IV 2.780.764.007,71 245,117,039,910.67 1.13%

Sumber: Data yang diolah kembali

4.2. Pembahasan Penelitian

4.2.1. Analisis Atas Harga Transfer Pada Direktorat Aerostructure di PT

Dirgantara Indonesia

Harga transfer berdasarkan data penjualan intern dapat dilihat pada tabel

4.4.

Tabel 4.4

Direktorat Aerostructure

Harga Transfer/Unit – Wing Tip Assy

Tahun TriwulanHarga Transfer/Unit

(Rp)Persentase

Kenaikan/Penurunan

2007

I 43.692.787,86II 44.011.984,83 0.73%III 45.280.639,54 2.88%IV 52.631.366,86 16.23%

2008

I 60.180.883,78 14.34%II 69.925.463,69 16.19%III 70.070.354,58 0.21%IV 71.346.359,29 1.82%

2009

I 73.086.979,63 2.44%II 75.193.506,79 2.88%III 75.470.354,58 0.37%IV 78.092.606,79 3.47%

Jumlah 758.983.288,22

Maksimum 78.092.606,79Minimum 43.692.787,86Rata-rata 63.248.607,35

Sumber: Data yang diolah kembali

Berdasarkan tabel 4.4 di atas mengenai harga transfer, dapat dilihat bahwa

rata-rata harga transfer periode 2007 – 2009 adalah Rp 63.248.607,35 dengan

jumlah keseluruhan sebesar Rp 758.983.288,22. Selanjutnya, harga transfer paling

Page 160: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

141

tinggi terjadi pada Triwulan ke-4 tahun 2009 sebesar Rp 78.092.606,79,

sedangkan harga transfer terendah terjadi pada Triwulan ke-1 tahun 2007 sebesar

Rp 43.692.787,86. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga transfer

bergerak positif dimana terjadi kenaikan setiap triwulannya. Hal ini disebabkan

biaya produksi yang mengalami kenaikan setiap periodenya.

Untuk memberikan interpretasi terhadap harga transfer, maka dapat

digunakan kriteria untuk memberikan intepretasi harga transfer. Berdasarkan pada

tabel 3.3 di bab 3, diketahui bahwa besarnya rata-rata harga transfer adalah

sebesar Rp 63.248.607,35, yang artinya harga transfer pada Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia adalah “Rendah”. Hasil ini ditunjukkan

berdasarkan kriteria untuk harga transfer dan harga jual di mana nilai rata-rata

harga transfer sebesar Rp 63.248.607,35 berada pada interval 57.733.529,07 -

66.968.063,60.

4.2.2. Analisis Atas Harga Jual pada Direktorat Aerostructure di PT

Dirgantara Indonesia

Harga jual berdasarkan data penjualan ke pihak luar dapat dilihat pada

tabel 4.5.

Page 161: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

142

Tabel 4.5

Direktorat Aerostructure

Harga Jual/Unit – Wing Tip Assy

Tahun Triwulan Harga Jual/Unit (Rp)Persentase

Kenaikan/Penurunan

2007

I 48.498.994,53

II 49.403.452,98 1.86%

III 53.594.164,96 8.48%

IV 62.241.854,45 16.14%

2008

I 72.903.122,61 17.13%

II 84.770.639,63 16.28%

III 85.240.586,34 0.55%

IV 87.078.231,52 2.16%

2009

I 87.623.979,88 0.63%

II 91.495.459,06 4.42%

III 92.111.567,76 0.67%

IV 94.671.667,21 2.78%

Jumlah 909.633.720,93

Maksimum 94.671.667,21

Minimum 48.498.994,53

Rata-rata 75.802.810,08

Sumber: Data yang diolah kembali

Berdasarkan tabel 4.5 di atas mengenai harga jual, dapat dilihat bahwa

rata-rata harga jual periode 2007 – 2009 adalah Rp 75.802.810,08 dengan jumlah

keseluruhan sebesar Rp 909.633.720,93. Selanjutnya, harga jual paling tinggi

terjadi pada Triwulan ke-4 tahun 2009 sebesar Rp 94.671.667,21, sedangkan

harga jual terendah terjadi pada Triwulan ke-1 tahun 2007 sebesar Rp

48.498.994,53. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan harga

jual bergerak positif dalam hal ini terjadi kenaikan setiap triwulannya. Hal ini

disebabkan biaya produksi yang mengalami kenaikan setiap periodenya.

Untuk memberikan interpretasi terhadap harga jual, maka dapat digunakan

kriteria untuk memberikan intepretasi harga jual. Berdasarkan pada tabel 3.3 di

Page 162: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

143

bab 3, diketahui bahwa besarnya rata-rata harga jual adalah sebesar Rp

75.802.810,08, yang artinya harga jual pada Direktorat Aerostructure di PT

Dirgantara Indonesia adalah “Sedang”. Hasil ini ditunjukkan berdasarkan kriteria

untuk harga transfer dan harga jual di mana nilai rata-rata harga jual sebesar Rp

75.802.810,08 berada pada interval 66.968.063,60 - 76.202.598,14.

4.2.3. Analisis Perbedaan Harga Transfer dan Harga Jual pada Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

Analisis Uji beda dilakukan dengan menggunakan Independent Sample T-

test bertujuan untuk membandingkan rata-rata dari dua grup yang tidak

berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-

rata yang sama ataukan tidak secara signifikan.

Variabel-variabel yang dibandingkan adalah harga transfer dan harga jual

pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia. Hipotesis yang penulis

ajukan adalah sebagai berikut:

Ho1 : µ1 = µ2 = Harga transfer dan harga jual pada Direktorat Aerostructure di

PT Dirgantara Indonesia adalah sama.

Ha1 : µ1 ≠ µ2 = Harga transfer dan harga jual pada Direktorat Aerostructure di

PT Dirgantara Indonesia adalah tidak sama.

Bedasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 13.0, maka

hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Page 163: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

144

Tabel 4.6

Uji Beda Rata-rata antara Harga Transfer dan Harga Jual

Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh nilai Fhitung untuk harga dengan Equal

Variance Assumed (diasumsi kedua varians sama atau menggunakan pooled

variance t test) adalah 1,964 dengan probabilitas (sig) = 0,175. Oleh karena p >

0,05; maka Ho1 diterima atau kedua varian populasi sama. Pada Equal Variances

Assumed untuk Thitung adalah 1,964 probabilitas (sig) = 0,062. Oleh karena p >

0,05; maka Ho1 diterima atau “Tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata antara

harga jual dengan harga transfer Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara

Indonesia”.

4.2.4. Analisis Atas Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba pada Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

Kinerja unit bisnis sebagai pusat laba berdasarkan data penjualan intern

dapat dilihat pada tabel 4.7.

Independent Samples Test

1.964 .175 -1.964 22 .062 -12554203 6393614.0 -3E+007 705341.1

-1.964 20 .063 -12554203 6393614.0 -3E+007 762571.6

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

HargaF Sig.

Levene'sTest for

Equality ofVariances

t df

Sig.(2-tailed)

MeanDifference

Std. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Page 164: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

145

Tabel 4.7

Direktorat Aerostructure

Kinerja Unit Bisnis

Tahun Triwulan Laba/(Rugi) dalam Rp Investasi (Rp) ROIPersentase Kenaikan/

Penurunan

2007

I 5,782,206,888.11 131,263,482,583.95 4.41%

II 18,713,653,077.31 136,353,349,355.34 13.72% 211.56%

III 11,261,739,462.83 142,347,283,263.03 7.91% -42.35%

IV 36,881,048,189.87 159,297,541,174.71 23.15% 192.64%

2008

I 2,840,401,130.55 171,969,609,262.88 1.65% -92.87%

II 4,555,445,104.71 188,520,642,902.30 2.42% 46.30%

III (7,597,898,501.78) 195,089,434,784.89 -3.89% -261.17%

IV 1,444,017,431.55 203,346,192,506.02 0.71% -118.23%

2009

I (14,584,676,577.98) 220,175,743,035.49 -6.62% -1032.81%

II (21,218,162,477.29) 218,065,149,095.96 -9.73% 46.89%

III (64,362,782,695.12) 233,827,532,849.39 -27.53% 182.89%

IV 2,780,764,007.71 245,117,039,910.67 1.13% -104.12%

Jumlah 7.33%

Maksimum 23.15%

Minimum -27.53%

Rata-rata 0.61%

Sumber: Data yang diolah kembali

Berdasarkan tabel 4.6 di atas mengenai kinerja unit bisnis sebagai pusat

laba yang diukur berdasarkan ROI, dapat dilihat bahwa rata-rata kinerja unit

bisnis sebagai pusat laba periode 2007 – 2009 adalah 0.61% dengan jumlah

keseluruhan sebesar 7.33%. Selanjutnya, kinerja unit bisnis sebagai pusat laba

paling tinggi terjadi pada Triwulan ke-4 tahun 2007 sebesar 23.15%, sedangkan

kinerja unit bisnis sebagai pusat laba terendah terjadi pada Triwulan ke-3 tahun

2009 sebesar -27.53%. Pada triwulan II tahun 2007 terjadi peningkatan ROI

sebesar 211.56% yang disebabkan oleh peningkatan hasil penjualan sehingga laba

bersih meningkat. Pada triwulan IV tahun 2007 peningkatan ROI sebesar

192.64% yang disebabkan peningkatan hasil penjualan sehingga laba bersih

Page 165: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

146

meningkat. Untuk triwulan I tahun 2009 terjadi penurunan yang cukup tajam

sebesar -1032.81% yang disebabkan terjadinya pembatalan pemesanan barang

oleh Direktorat Aircraft Integration yang pada saat itu Direktorat Aerostructure

telah melakukan pembelian material sehingga harga pokok produksi meningkat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan kinerja unit bisnis

sebagai pusat laba bergerak fluktuatif setiap triwulannya.

Untuk memberikan interpretasi terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat

laba, maka dapat digunakan kriteria untuk memberikan intepretasi kinerja unit

bisnis sebagai pusat laba. Berdasarkan pada tabel 3.5 di bab 3, diketahui bahwa

besarnya rata-rata untuk kinerja unit bisnis sebagai pusat laba adalah sebesar

0.61%, yang artinya kinerja unit bisnis sebagai pusat laba pada Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia adalah “Rendah”. Hasil ini ditunjukkan

berdasarkan kriteria untuk kinerja unit bisnis sebagai pusat laba di mana nilai rata-

rata ROI sebesar 0.61% berada pada interval 0.59% - 0.86%.

4.2.5. Analisis Seberapa Besar Pengaruh Harga Transfer Terhadap

Kinerja Unit Bisnis pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara

Indonesia

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel yang diambil

berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Karena akan menggunakan

statistik parametris, maka setiap data pada setiap variabel harus diuji

normalitasnya. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan test

Page 166: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

147

Kolmogorov Smirnov, dasar pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan

probabilitas (Asymtotic Significanted), yaitu :

Ho : Sampel diambil dari populasi berdistribusi normal.

Ha : Sampel diambil bukan dari populasi yang berdistribusi normal.

α : 0.05

Kriteria uji : Jika nilai probabilitas α, maka Ho < (ݏ) diterima

Jika nilai Probabilitas (ݏ) ≤ α, maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas dengan menggunakan bantuan SPSS 15.0, dapat

dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.8

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Harga Transfer Harga Jual

Kinerja UnitBisnis

sebagaiPusat Laba

N 12 12 12

Normal Parameters(a,b) Mean 63248607.3517 75802810.0775 .006108

Std. Deviation 13359852.20885 17665048.62484 .1251774

Most ExtremeDifferences

Absolute.275 .277 .170

Positive .161 .146 .131

Negative -.275 -.277 -.170

Kolmogorov-Smirnov Z .952 .961 .588

Asymp. Sig. (2-tailed) .325 .314 .879

a Test distribution is Normal.b Calculated from data.

Dari tabel 4.8 di atas diperoleh nilai signifikansi (Sig) untuk harga

transfer sebesar 0.325 nilai ini lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Nilai

signifikansi (Sig) untuk harga jual sebesar 0.314 nilai ini lebih besar dari 0.05,

maka Ho diterima. Dan nilai signifikansi (Sig) untuk kinerja unit bisnis

Page 167: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

148

sebagai pusat laba sebesar 0.879 nilai ini lebih besar dari 0.05, maka Ho

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketiga data pengamatan

berdistribusi normal.

2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Pada analisis ini akan dijelaskan mengenai tinggi-rendah, kuat-lemah, atau

besar-kecilnya suatu korelasi. Korelasi itu berarti hubungan, begitu pula analisis

korelasi yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua

variabel. Korelasi parsial adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan

dua variabel antara variabel X dengan variabel Y, yang salah satu bagian variabel

bebasnya dianggap konstan atau dibuat tetap.

Berikut ini adalah hasil perhitungan mengenai korelasi parsial antara harga

transfet dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba dengan menggunakan

software SPSS 13.0, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Analisis Korelasi antara Harga Transfer dengan

Kinerja Unit Bisnis

Correlations(a)

HargaTransfer

Kinerja UnitBisnis

sebagaiPusat Laba

Harga Transfer Pearson Correlation 1 -.679(*)

Sig. (2-tailed) .015

Kinerja Unit Bisnissebagai Pusat Laba

Pearson Correlation -.679(*) 1

Sig. (2-tailed).015

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).a Listwise N=12

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi antara

harga transfer dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba sebesar -0,679. Angka

Page 168: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

149

tersebut berdasarkan tabel 3.6 di bab 3 menunjukkan korelasi yang “Kuat” karena

berada pada interval 0,60 - 0,799. Adanya tanda (-) di depan angka 0,679

menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola negatif atau tidak searah. Dengan

demikian, dapat disimpulakn bahwa semakin tinggi harga transfer, maka akan

menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba.

3. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua

variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya

belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari

beberapa variabel independen mempengaurhi variabel dependen dalam suatu

fenomena yang kompleks, bertujuan untuk mempelajari hubungan linier antara

dua variabel.

Berikut ini adalah hasil perhitungan mengenai analisis regresi linier

sederhana antara harga transfer dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba

menggunakan software SPSS 13.0, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10

dan tabel 4.11.

Page 169: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

150

Tabel 4.10

Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Transfer dengan

Kinerja Unit Bisnis

ANOVA(b)

ModelSum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .079 1 .079 8.548 .015(a)

Residual .093 10 .009

Total .172 11

a Predictors: (Constant), Harga Transferb Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Pada table 4.10, nilai F = 8,548 dengan p (Sig) = 0.015. Oleh karena nilai

p < 0,05 maka regresi dapat dipakai untuk memprediksi kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba.

Tabel 4.11

Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Transfer dengan

Kinerja Unit Bisnis

Coefficients(a)

Model

Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .408 .140 2.909 .016

Harga Transfer -.0000000063607639 .000 -.679 -2.924 .015

a Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dengan nilai B constant dan B harga

transfer, maka diperoleh model regresi sebagai berikut:

Y = 0,408 - 0,0000000063607639 X

Artinya nilai B (koefisien) Constant sebesar 0,408, menunjukkan bahwa

apabila tidak ada variabel harga transfer, maka kinerja unit bisnis sebagai pusat

laba adalah sebesar 0,408. Nilai B (koefisien) variabel harga transfer sebesar -

0,0000000063607639, menunjukkan bahwa setiap peningkatan harga transfer

Page 170: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

151

sebesar Rp 1 akan menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba sebesar

0,0000000063607639.

4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi bertujuan untuk menentukan besarnya kontribusi

suatu variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil

perhitungan mengenai koefisien determinasi secara parsial antara harga transfer

dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba dengan menggunakan software SPSS

13.0, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Analisis Koefisien Determinasi antara Harga Transfer

dengan Kinerja Unit Bisnis

Model Summary(b)

Model R R SquareAdjusted RSquare

Std. Error ofthe Estimate

1 .679(a) .461 .407 .0963991

a Predictors: (Constant), Harga Transferb Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Besarnya kontribusi variabel harga transfer terhadap kinerja unit bisnis

sebagai pusat laba ditunjukkan dengan besarnya koefisien determinasi (hasil

pengkuadratan dari koefisien korelasi dikali 100%) atau R square. Dari tabel 4.12

di atas dapat terlihat bahwa nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah

sebesar 0,6792 x 100% = 46,10% artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagai pusat

laba dipengaruhi oleh harga transfer sebesar 46,10%, sedangkan sisanya 53,90%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel harga transfer seperti intensitas

persaingan pasar dan sistem akuntansi manajemen. Standard error of estimste

Page 171: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

152

sebesar 0,0963991 lebih kecil dari standar deviasi sebesar 0,1251774 (lihat

lampiran), maka model regresi layak digunakan.

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan sebagai upaya memperoleh gambaran

mengenai suatu populasi dari sampel. Dengan demikian, informasi dari sampel

digunakan untuk menyusun suatu pendugaan terhadap nilai parameter populasinya

yang tidak diketahui.

Hipotesis yang dirumuskan adalah :

Ho3 : ρ = 0, Harga transfer tidak berpengaruh terhadap kinerja unit bisnis

sebagai pusat laba.

Ha3 : ρ ≠ 0, Harga transfer berpengaruh terhadap kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba.

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen terhadap titik bebasnya, dengan membandingkan t tabel dan t

hitung. Bedasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 13.0, maka

hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Uji signifikansi t / Coefficients variabel Harga Transfer dengan

Kinerja Unit Bisnis

Coefficients(a)

Model

Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .408 .140 2.909 .016

Harga Transfer -.0000000063607639 .000 -.679 -2.924 .015

a Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Page 172: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

153

Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0

- ttabel (-2,228)thitung (-2,924) + ttabel (2,228)

Daerah Penolakan H0

0

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, nilai thitung untuk variabel harga transfer

adalah -2,924. Dengan dk = 12 – 2 =10, maka nilai ttabel pada taraf kepercayaan

95% (signifikansi 5%) adalah 2,228. Dapat disimpulkan bahwa ±thitung (-2,924) >

±ttabel (2,228), maka H0 ditolak dan Ha1 diterima.

Gambar 4.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t) variabel Harga Transfer

dengan Kinerja Unit Bisnis

Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima yaitu: “Tedapat

pengaruh signifikan harga transfer terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”.

4.2.6. Analisis Seberapa Besar Pengaruh Harga Jual Terhadap Kinerja

Unit Bisnis pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

1. Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Pada analisis ini akan dijelaskan mengenai tinggi-rendah, kuat-lemah, atau

besar-kecilnya suatu korelasi. Korelasi itu berarti hubungan, begitu pula analisis

korelasi yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua

variabel. Korelasi parsial adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan

Page 173: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

154

dua variabel antara variabel X dengan variabel Y, yang salah satu bagian variabel

bebasnya dianggap konstan atau dibuat tetap.

Berikut ini adalah hasil perhitungan mengenai korelasi parsial antara harga

jual dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba dengan menggunakan software

SPSS 13.0, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14

Analisis Korelasi antara Harga Jual dengan

Kinerja Unit Bisnis

Correlations(a)

Harga Jual

Kinerja UnitBisnissebagaiPusat Laba

Harga Jual Pearson Correlation 1 -.675(*)

Sig. (2-tailed) .016

Kinerja Unit Bisnissebagai Pusat Laba

Pearson Correlation -.675(*) 1

Sig. (2-tailed).016

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).a Listwise N=12

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi antara

harga transfer dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba sebesar -0,675. Angka

tersebut berdasarkan tabel 3.5 di bab 3 menunjukkan korelasi yang “Kuat” karena

berada pada interval 0,60 - 0,799. Adanya tanda (-) di depan angka 0,675

menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola negatif atau tidak searah. Dengan

demikian, dapat disimpulakn bahwa semakin tinggi harga jual, maka akan

menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba.

Page 174: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

155

2. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua

variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya

belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari

beberapa variabel independen mempengaurhi variabel dependen dalam suatu

fenomena yang kompleks, bertujuan untuk mempelajari hubungan linier antara

dua variabel.

Berikut ini adalah hasil perhitungan mengenai analisis regresi linier

sederhana antara harga jual dengan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba

menggunakan software SPSS 13.0, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.15

dan tabel 4.16.

Tabel 4.15

Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Jual dengan

Kinerja Unit Bisnis

ANOVA(b)

ModelSum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .079 1 .079 8.384 .016(a)

Residual .094 10 .009

Total .172 11

a Predictors: (Constant), Harga Jualb Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Pada tabel 4.15, nilai F = 8,384 dengan p (Sig) = 0.016. Oleh karena nilai

p < 0,05 maka regresi dapat dipakai untuk memprediksi kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba.

Page 175: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

156

Tabel 4.16

Analisis Regresi Linier Sederhana antara Harga Jual dengan

Kinerja Unit Bisnis

Coefficients(a)

Model Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .369 .128 2.874 .017

Harga Jual -.0000000047853702 .000 -.675 -2.895 .016

a Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dengan nilai B constant dan B harga

transfer, maka diperoleh model regresi sebagai berikut:

Y = 0,369 - 0,0000000047853702 X

Artinya nilai B (koefisien) Constant sebesar 0,369, menunjukkan bahwa

apabila tidak ada variabel harga transfer, maka kinerja unit bisnis sebagai pusat

laba adalah sebesar 0,369. Nilai B (koefisien) variabel harga transfer sebesar -

0,0000000047853702, menunjukkan bahwa setiap peningkatan harga transfer

sebesar Rp 1 akan menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba sebesar

0,0000000047853702.

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi bertujuan untuk menentukan besarnya kontribusi

suatu variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil

perhitungan mengenai koefisien determinasi parsial antara harga jual dengan

kinerja unit bisnis sebagai pusat laba dengan menggunakan software SPSS 13.0,

maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.17.

Page 176: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

157

Tabel 4.17

Analisis Koefisien Determinasi Parsial antara Harga Jual dengan

Kinerja Unit Bisnis

Model Summary(b)

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate

1 .675(a) .456 .402 .0968286

a Predictors: (Constant), Harga Jualb Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Besarnya kontribusi variabel harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba ditunjukkan dengan besarnya koefisien determinasi (hasil

pengkuadratan dari koefisien korelasi dikali 100%) atau R square. Dari tabel 4.16

di atas dapat terlihat bahwa nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah

sebesar 0,6752 x 100% = 45,60% artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagai pusat

laba dipengaruhi oleh harga jual sebesar 45,60%, sedangkan sisanya 54,40%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel harga jual seperti intensitas

persaingan pasar dan sistem akuntansi manajemen. Standard error of estimste

sebesar 0,0968286 lebih kecil dari standar deviasi sebesar 0,1251774 (lihat

lampiran), maka model regresi layak digunakan.

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan sebagai upaya memperoleh gambaran

mengenai suatu populasi dari sampel. Dengan demikian, informasi dari sampel

digunakan untuk menyusun suatu pendugaan terhadap nilai parameter populasinya

yang tidak diketahui.

Hipotesis yang dirumuskan adalah :

Ho2 : ρ = 0, Harga jual tidak berpengaruh terhadap kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba.

Page 177: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

158

Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0

- ttabel (-2,228)thitung (-2,895) + ttabel (2,228)

Daerah Penolakan H0

0

Ha2 : ρ ≠ 0, Harga jual berpengaruh terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat

laba.

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen terhadap titik bebasnya, dengan membandingkan t tabel dan t

hitung. Bedasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 13.0, maka

hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4.18

Uji signifikansi t / Coefficients variabel Harga Jual dengan

Kinerja Unit Bisnis

Coefficients(a)

Model Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .369 .128 2.874 .017

Harga Jual -.0000000047853702 .000 -.675 -2.895 .016

a Dependent Variable: Kinerja Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Berdasarkan tabel 4.18 diatas, nilai thitung untuk variabel harga jual adalah -

2,895. Dengan dk = 12 – 2 =10, maka nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95%

(signifikansi 5%) adalah 2,228. Dapat disimpulkan bahwa ±thitung (-2,895) > ±ttabel

(2,228), maka H0 ditolak dan Ha2 diterima.

Gambar 4.2

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t) variabel Harga Jual dengan

Kinerja Unit Bisnis

Page 178: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

159

Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima yaitu: “Tedapat

pengaruh signifikan harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”.

Page 179: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

160

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh dari Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia, melalui observasi (observation) dan

dokumentasi (documentation) yang berkaitan dengan harga transfer, harga jual

dan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Harga transfer pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

pertriwulan selama tahun 2007 – 2009 (12 triwulan) adalah “Rendah”. Hasil

ini ditunjukkan berdasarkan kriteria untuk harga transfer dan harga jual yang

dalam hal ini nilai rata-rata harga transfer sebesar Rp 63.248.607,35 berada

pada interval Rp 57.733.529,07 – Rp 66.968.063,60.

2. Harga jual pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

pertriwulan selama tahun 2007 – 2009 (12 triwulan) adalah “Sedang”. Hasil

ini ditunjukkan berdasarkan kriteria untuk harga transfer dan harga jual yang

dalam hal ini nilai rata-rata harga jual sebesar Rp 75.802.810,08 berada pada

interval Rp 66.968.063,60 – Rp 76.202.598,14.

3. Perbedaan antara harga transfer dengan harga jual berdasarkan Thitung adalah

1,964 dengan probabilitas (sig) = 0,062. Oleh karena p > 0,05; maka Ho1

Page 180: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

161

diterima atau “Harga Transfer tidak berbeda dengan Harga Jual” pada

Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia”.

4. Kinerja unit bisnis pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

pertriwulan selama tahun 2007 – 2009 (12 triwulan) adalah “Rendah”. Hasil

ini ditunjukkan berdasarkan kriteria untuk kinerja unit bisnis sebagai pusat

laba yang dalam hal ini nilai rata-rata ROI sebesar 0.61% berada pada interval

0.59% - 0.86%.

5. Besarnya pengaruh harga transfer terhadap kinerja unit bisnis pada Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia ditunjukkan berdasarkan koefisien

determinasi yaitu sebesar 46,10%. Artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

dipengaruhi oleh harga transfer sebesar 46,10%. Sedangkan sisanya 53,90%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel harga transfer seperti intensitas

kompetisi pasar dan informasi sistem akuntansi manajemen. Pengaruh harga

transfer terhadap kinerja unit bisnis memiliki hubungan yang ”Kuat”, hal ini

ditunjukan dari koefisien korelasi sebesar -0,679. Adanya tanda (-) di depan

angka 0,679 menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola negatif atau tidak

searah. Dengan demikian, dapat disimpulakn bahwa semakin tinggi harga

transfer, maka akan menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Nilai

±thitung (-2,924) > ±ttabel (2,228), maka Ho3 ditolak dan Ha3 diterima yang

artinya hipotesis yang penulis ajukan diterima yaitu: “Tedapat pengaruh

signifikan harga transfer terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”.

Page 181: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

162

6. Besarnya pengaruh harga jual terhadap kinerja unit bisnis pada Direktorat

Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia ditunjukkan berdasarkan koefisien

determinasi yaitu sebesar 45,60%. Artinya bahwa kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba pada Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

dipengaruhi oleh harga jual sebesar 45,60%. Sedangkan sisanya 54,40%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel harga jual seperti intensitas

kompetisi pasar dan informasi sistem akuntansi manajemen. Pengaruh harga

jual terhadap kinerja unit bisnis memiliki hubungan yang ”Kuat”, hal ini

ditunjukan dari koefisien korelasi sebesar -0,675. Adanya tanda (-) di depan

angka 0,675 menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola negatif atau tidak

searah. Dengan demikian, dapat disimpulakn bahwa semakin tinggi harga jual,

maka akan menurunkan kinerja unit bisnis sebagai pusat laba. Nilai ±thitung (-

2,895) > ±ttabel (2,228), maka Ho2 ditolak dan Ha2 diterima yang artinya

hipotesis yang penulis ajukan diterima yaitu: “Tedapat pengaruh signifikan

harga jual terhadap kinerja unit bisnis sebagai pusat laba”.

5.2. Saran

5.2.1. Saran untuk Direktorat Aerostructure di PT Dirgantara Indonesia

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya,

penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan, antara lain:

a. Berdasarkan kesimpulan, harga transfer berada pada kriteria “Rendah”. Yang

dalam hal ini nilai rata-rata harga transfer sebesar Rp 63.248.607,35 berada

Page 182: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

163

pada interval Rp 57.733.529,07 – Rp 66.968.063,60. Dengan demikian

sebaiknya dalam penentuan harga transfer PT Dirgantara Indonesia membuat

kebijakan yang dalam hal ini divisi pembeli dan divisi penjual harus

menyepakati dasar yang akan dipakai sebagai landasan penentuan harga

barang atau jasa yang ditransfer antar divisi tersebut yang tidak boleh

merugikan salah satu pihak dan juga meningkatakan harga transfer dengan

cara menaikan besarnya profit didalam penentuan harga transfer. Jika harga

pasar tidak dapat diterapkan, sehingga digunakan metode biaya ditambah laba,

hendaknya disusun prosedur administratif yang adil agar divisi yang terlibat,

yaitu divisi penjual dan divisi pembeli, diberikan kesempatan untuk

merundingkan biaya dan laba yang akan ditransfer. Hal ini dimaksudkan untuk

mendorong efisiensi, sehingga harga transfer lebih optimal.

b. Berdasarkan kesimpulan, kinerja unit bisnis yang diukur dengan ROI berada

pada kriteria “Rendah”. Yang dalam hal ini nilai rata-rata ROI sebesar 0.61%

berada pada interval 0.59% - 0.86%. Dengan demikian sebaiknya PT

Dirgantara Indonesia menigkatkan ROI dengan cara meningkatkan besarnya

laba, atau menurunkan besarnya total aset dengan cara mengeluarkan aktiva

yang tidak produktif, ataupun kedua-duanya. Adapun cara lainnya dengan

meningkatakan besarnya profit margin, atau meningkatkan perputaran

aktivanya, atau kedua-duanya.

Page 183: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

164

5.2.2. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini tentunya tidak lepas dari kesalahan dan kelemahan. Penulis

memberikan beberapa saran. Hal ini ditunjukan berdasarkan kelemahan-

kelemahan penulis dalam penelitian ini yaitu:

1. Penulis hanya meneliti mengenai harga transfer dan harga jual untuk satu

produk saja.

2. Penulis hanya meneliti pada 1 (satu) perusahaan saja, karena keterbatasan

waktu dan dana.

Maka penulis memberikan beberapa saran untuk peneliti selanjutnya agar

penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi yaitu:

1. Memperluas penelitian tidak hanya untuk harga transfer dan harga jual untuk

satu produk saja, namun untuk produk lainnya. Dan juga faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kinerja unit bisnis sebagai pusat laba seperti intensitas

persaingan pasar dan sistem akuntansi manajemen.

2. Melakukan penelitian di beberapa perusahaan, supaya terlihat dengan jelas

perbedaan pelaksanaan harga transfer dan harga jual di perusahaan-perusahaan

tersebut serta bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja unit bisnis sebagai

pusat laba, sehingga hasil penelitian lebih mewakili objek yang diteliti.

Page 184: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

165

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah., Mochamad Arif (2004), Pengaruh Penerapan Harga TransferTerhadap Kinerja Suatu Unit Usaha Sebagai Pusat Laba (Studi KasusPada PT Bank X Unit Bisnis Bandung), Skripsi, UNPAD, Bandung.

Anthony, Robert N., Vijay Govindarajan, (2008), Sistem PengendalianManajemen, Buku 1, ed. 11, Alih Bahasa: Drs. F.X. Kurniawan T.M.Si,Ak, Salemba empat, Jakarta.

Carter, William K., Milton F Usry, (2005), Cost Accounting, Buku 2, ed. 13, AlihBahasa : Krista S.E., Ak, Salemba Empat, Jakarta.

Cools, Martine., Regine Slagmulder, (2005), Transfer Pricing Systems andPerformance Measurement in Multinational Enterprises, Presented atthe 4th EIASM Conference on New Directions in ManagementAccounting and the MAS Mid-Year Meeting, [online]. Tersedia:www.rsm.nl/portal/page/portal/RSM2/attachments/pdf1/050503Cools.pdf.[10 Maret 2010].

Ekatherina O.K., (2008), Analisis Pengaruh Harga Jual Produk TerhadapProfitabilitas Perusahaan Pada PT. Mega Eltra (Persero) CabangMedan, Skripsi, USU, Medan.

Faisal, (2006), Analisis Pengaruh Intensitas Persaingan dan VariabelKontekstual Terhadap Penggunaan Informasi Sistem AkuntansiManajemen dan Kinerja Unit Bisnis dengan Pendekatan Partial LeastSquare, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang.

Faisal, Tri Jatmiko Wahyu Prabowo, (2005), Pengaruh Intensitas PersainganPasar Terhadap Penggunaan Informasi Benchmarking danMonitoring dan Kinerja Manajer Unit Bisnis, Jurnal Bisnis danAkuntansi, 7, 3, 257-271.

Fitrianita, Mardiana., (2008), Analisis Pengaruh Harga Transfer TerhadapProfitabilitas Divisi Mesin Industri dan Jasa PT Pindad (Persero),Skripsi, UNPAD, Bandung.

Page 185: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

166

Garmana, Gagan., (2004), Pengaruh Harga Transfer Terhadap ProfitabilitasUnit Usaha (Studi Verifikatif Pada Divisi Tempa dan Cor PT Pindad),Skripsi, UNPAD, Bandung.

Halim, Abdul., Ahmad Tjahjono, Muh. Fakhri Husein, (2000), SistemPengendalian Manajemen, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Imron, Moch., (2003), Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan StrategiBisnis Terhadap Hubungan Antara Karakteristik Informasi SistemAkuntansi Manajemen Broadscope dengan Kinerja Unit BisnisStrategis, Tesis, UNDIP, Semarang.

Junita, Juyun., (2004), Pengaruh Harga Transfer (Transfer Price) TerhadapReturn On Investment (ROI), Skipsi, UNPAS, Bandung.

Kurnia, (2002), Pengaruh Desain Organisasional dan Locus Of ControlTerhadap Perilaku Manipulatif dalam Penetapan Harga Transfer:Sebuah Eksperimen Semu, JAAI, 6, 1, 21-45.

Obreja, Student Camelia., (2008), The Role Of Responsibility Centers In TheOverall Performance Of The Entity, The Annals of The "Ştefan cel Mare" University Suceava. Fascicle of The Faculty of Economics and PublicAdministration, No. 8, 162-169.

Mulyadi, (2001), Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, ed.3, Salemba empat, Jakarta.

Mulyani, Sri., (2006), Pengaruh Harga Transfer Terhadap Kinerja UnitUsaha Sebagai pusat Laba Pada PT Pindad (Persero), Skripsi,UNPAD, Bandung.

Rahmayawaty, Siska., (2004), Pengaruh Penerapan Harga Transfer TerhadapPerhitungan Harga Jual, Skripsi, UNPAS, Bandung.

Santoso, Iman., (2004), Advance Pricing Agreement dan Problematika TransferPricing dari Prespektif Perpajakan Indonesia, JURNAL AKUNTANSI& KEUANGAN, 6, 2, 123-139.

Page 186: Pengaruh Harga Transfer dan Harga Jual Terhadap Kinerja Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba

167

Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keempat, CV.Alfabeta,Bandung.

Susanto, Yulius Kurnia., Gudono, (2007), Pengaruh Intensitas Kompetisi PasarTerhadap Hubungan Antara Hubungan Penggunaan InformasiSistem Akuntansi Manajemen dan Kinerja Unit Bisnis dan KepuasanKerja, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 9, 3, 177-198.

Supriyono, R.A., (2000), Sistem Pengendalian Manajemen, Buku 1, ed. 1,BPFE, Yogyakarta.

Syamsuddin, Lukman., (2004), Manajemen Keuangan Perusahaan: KonsepAplikasi dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan PengambilanKeputusan, ed. Baru, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Tjiptono, Fandy., (1997), Strategi Pemasaran, ed. 2, ANDI, Yogyakarta.

Sumber lain :

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/06/general-appliance-corporation/

http://aa-multimedia.blogspot.com/2009/04/pengembangan-sistemmultimedia.html