pengaruh good governance terhadap kinerja ......halaman persembahan karya ilmiah ini saya...
TRANSCRIPT
-
i
PENGARUH GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI PENELITIAN
PADA BADAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BKAD)
PROVINSI SULAWESI SELATAN)
SKRIPSI
Oleh
RUSLAN EFENDI
105731124516
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
-
ii
HALAMAN JUDUL
PENGARUH GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI PENELITIAN
PADA BADAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BKAD)
PROVINSI SULAWESI SELATAN)
SKRIPSI
Oleh
RUSLAN EFENDI
105731124516
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
-
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada:
1. Kedua orang tua saya, H. Rewa dan Hj. Niati yang telah memberikan
semangat, dukungan dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Nenek dan Saudara saya, Hj. Mantang, Rustam, Risna, Rina. yang telah
memberikan dukungan untuk proses penyelesaian karya ilmiah ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus
dan ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntun dan memberi arahan
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Para sahabat sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi
semangat dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
“MOTTO HIDUP
“jadilah sebaik-baik manusia yang bermanfaat untuk orang lain.”
(HR ath-tabari)
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
beserta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang
tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good
Governance terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi
Penelitian pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BKAD) Provinsi
Sulawesi Selatan)”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua yaitu bapak H. Rewa dan ibu Hj. Niati yang senantiasa memberi
harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tampa pamrih. Dan
saudara saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah mereka berikan kepada
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
-
viii
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag., Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Samsul Rizal S.E, MM selaku penasehat akademik yang senantiasa
memberikan bimbingan kepada peneliti.
5. Bapak Jamaluddin M, SE, M.SI selaku pembimbing I yang senantiasa
mengarahkan penulis sehingga Skripsi dapat selesai dengan baik.
6. Bapak Syamsuddin, S.Pd, M.Ak, selaku pembimbing II yang senantiasa
memberikan saran, arahan dan perbaikan sehingga proses penelitian dan
penyusunan skripsi dapat selesai dengan baik.
7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
ilmu kepada penulis.
8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Orang Tua penulis yang tidak pernah lelah dalam memberikan dukungan,
semangat dan doa kepada penulis.
10. Terima kasih kepada saudara, sepupu dan kerabat yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan semangat dan
dukungan
-
ix
11. Terima kasih kepada keluarga Baso Lantara’ yang selalu memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis
12. Terima kasih kepada ketua tingkat Ak.G.16 dan rekan saya Andi Ahmad
Yani, Nuralamsyah, Mustari, Dedi Mulya, Muammar, Basri, yang telah
memberikan banyak kontribusi dan sumbangsi pemikiran kepada penulis
13. Terima kasih kepada Rekan-Rekan Akuntansi 2016. G. Khususnya Keluarga
Besar Sobat Ambyar dan Markas yang telah membantu peneliti dalam
proses berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
14. Terima kasih untuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada almamater kampus biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, 16 Januari 2021
RUSLAN EFENDI
-
x
ABSTRAK
Ruslan Efendi, 2021. “Pengaruh Penerapan Good Governance terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi Selatan”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dibimbing oleh Jamaluddin dan Syamsuddin.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Good
Governance terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Skala pengukuran data dengan skala Likert. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dengan bantuan program SPSS versi 22.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Good Governance
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan BKAD dapat memaksimalkan penerapan Good Governance agar sumber daya yang di kelola dapat di
manfaatkan sebaik-baiknya sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan aset milik daerah,
Kata Kunci: Penerapan Good Governance, Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah
-
xi
ABSTRACT
Ruslan Efendi, 2021. "The Effect of Good Governance Implementation on Regional Government Financial Performance in the Regional Financial Management Agency (BKAD) South Sulawesi Province". Thesis Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business. Supervised by Jamaluddin and Syamsuddin. The purpose of this study was to see the effect of Good Governance Implementation on Regional Government Financial Performance in the Regional Financial Management Agency (BKAD) of South Sulawesi Province. In this study using a quantitative approach with data techniques using a questionnaire. Data measurement scale with Likert scale. Data were analyzed using multiple regression analysis with the help of the SPSS version 22.0 program. The results showed that the implementation of good governance has a positive and significant effect on the financial performance of local governments. Based on the research results, it is hoped that BKAD can implement good governance so that managed resources can be utilized as well as possible as a form of accountability for the management of regional assets. Keywords: Good Governance Implementation, Local Government Financial
Performance
-
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... iv
LEMBAR PEGESAHAN ....................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ............................................................................ xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR . ............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9
A. Teori atribusi (Atribution Theory) .......................................................... 9
B. Good Governance ............................................................................... 10
C. Kinerja ................................................................................................... 17
D. Penelitian Terdahulu............................................................................. 21
E. Kerangka Konsep ................................................................................. 24
-
xiii
F. Hipotesis ............................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 27
A. Rancangan Penelitian ........................................................................ 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 27
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 27
D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 35
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 36
G. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 38
H. Uji Hipotesis ....................................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 40
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 40
1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 40
2. Kedudukan dan Wewenang Badan Keuangan dan Aset Daerah
(BKAD) ........................................................................................... 40
3. Kinerja Badan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi-
Selatan berdasarkan Laporan Akuntabilitas kinerja Instansi
Pemerintahan 2014-2019 (LAKIP)................................................43
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ..................................................... 46
1. Deskripsi Data ............................................................................... 46
2. Hasil Uji Statistik Diskriptif ............................................................. 59
3. Uji Instrumen Penelitian ................................................................ 51
4. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 53
5. Hasil Uji Hipotesis .......................................................................... 55
6. Pembahasan.................................................................................. 59
-
xiv
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 65
A. Kesimpulan Penelitian ........................................................................ 65
B. Saran Penelitian ................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 67
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Capaian Kinerja Kondisi Keuangan BKAD 2015-2019 Provinsi
Sul-Sel ................................................................................................ 3
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 21
Tabel 3.1. Indikator Pengukuran........................................................................... 32
Tabel 3.2 Skala Penilain Untuk Pernyataan Positif .............................................. 36
Tabel 4.1 Indikator Kinerja SKPD berdasarkan tujuan dan sasaran RPJMD
Badan Keuangan dan Aset daerah Provinsi Sulawesi Selatan. .......... 43
Tabel 4.2 Data Penyebaran Kueisioner................................................................ 46
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 46
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................ 47
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja. ............................ 47
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ............................. 48
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ................................... 49
Tabel 4.8 Descriptive Statistics Variabel Penelitian ............................................. 50
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas .................................................................................. 51
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................ 52
Tabel 4.11 Uji Normalitas Data ............................................................................. 53
Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ................................................... 56
Tabel 4.13 Uji Koefisien Korelasi Determinasi ..................................................... 57
Tabel 4.14 Hasil Uji T parsial ................................................................................ 58
-
xvi
DAFTAR GAMBAR / BAGAN
Gambar 2.1. Kerangka Konsep ............................................................................ 25
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BKAD tahun 2020 ............................................. 45
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Normal P-P Plot Regresi ......... 54
Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokoditas ..................................................................... 55
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kueisioner .......................................................................................... 71
Lampiran 2 Data Responden ................................................................................ 77
Lampiran 3 Hasil Ouput Spss ............................................................................... 82
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian ........................................................................... 87
Biografi Penulis ..................................................................................................... 89
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahirnya Undang-Undang (UU) No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan awal
mulanya otonomi daerah. Otonomi daerah adalah pemberian kewenangan
dalam pembuatan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola
sumber daya sesuai dengan potensi daerah yang dimiliki. Untuk mendukung
penyelenggaraan ini otonomi daerah tersebut memerlukan kewenangan yang
luas, nyata serta bertanggung jawab secara berimbang antara keuangan
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Undang-Undang tersebut
merupakan wujud pemberian kewenangan yang lebih luas dari pemerintah pusat
ke pemerintah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan semua urusan
pemerintah daerah mulai dari perencanaan potensi sumber daya yang dimiliki
dalam rangka membangun, mengelola, mengendalikan dan mengevaluasi
segala sumber daya dalam rangka mendorong pemerintah daerah untuk lebih
memberdayakan semua daerahnya.
Sejalan dengan undang-undang yang berlaku diatas, kunci utama
keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik adalah good governance
(kepemerintahan yang baik). (Wasistiono, 2003) mengemukakan bahwa tuntutan
adanya good governance ini timbul karena adanya penyimpangan dalam
penyelenggaraan demokratisasi sehingga mendorong kesadaran warga negara
untuk menciptakan sistem atau paradigma baru untuk mengontrol roda
-
2
pemerintahan agar tidak salah dari tujuan jalannya pemerintahan agar tidak
melenceng dari tujuan semula. Selanjutnya, (Purnomowati & Ismini, 2014) juga
menambahkan bahwa upaya mengikutsertakan masyarakat (stakeholders)
dalam pelaksanaan pembangunan hanya dapat terwujud bila kehidupan
demokrasi berjalan dengan baik.
Good Governance, diungkapkan sebagai praktek penyelenggaraan
pemerintahan yang demokratis dengan kemampuan mengelola berbagai sumber
daya sosial dan ekonomi dengan baik untuk kepentingan rakyat Indonesia
berdasarkan asas musyawarah dan mufakat. Di dalam rumusan Pasal 3 UU.
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme, telah secara tegas dan limitatif diatur
prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik atau lebih dikenal dengan istilah good
governance. Prinsip-prinsip good governance dalam praktek penyelenggaraan
negara dituangkan dalam 9 (sembilan) asas-asas umum penyelenggaraan
negara sebagaimana dimaksud dalam UU No.28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan
Nepotisme.
Badan Keuangan Dan Aset Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi selatan,
memiliki peran dalam mengatur kebijakan teknis fungsi penunjang bidang
keuangan, pelaksanaan tugas pemantauan evaluasi dan pelaporan fungsi
keuangan. Berdasarkan peraturan gubernur provinsi Sulawesi selatan no.98
tahun 2016, BKAD terdiri dari 12 kepala sub bidang salah satunya, bidang
anggaran yang berfungsi untuk memantau dan mengawasi serta mengevaluasi
pelaksanaan tugas pengelolaan anggaran maka dari itu good governance
sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari organisasi. Bandan Keuangan
-
3
Dan Aset Daerah (BKAD) diharapkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan
cita-cita pemerintahan yang bersih dan bebas dari kasus korupsi, selain itu
Pemprov dalam hal ini BKAD dalam mengelola setiap program yang
menggunakan keuangan daerah juga dimandatkan untuk memperhatikan nilai
particiption, rule of law, transparancy, responsiveness, consensus orientation,
equity, efficiency and effectiveness, accountability, dan strategic vision. Dari
setiap anggaran atau aset daerah yang digunakan di mana hal tersebut biasa
disebut dengan pengukuran kinerja berdasarkan prinsip good governance. Hal
ini menjadi bagian dalam perwujudan tata kelola pemerintahan (good
governance) yang baik.
Tabel 1.1 Capaian Kinerja Kondisi Keuangan BKAD 2015-2019 Provinsi Sul-
Sel
Indikator Kondisi Awal
Target capaian kinerja setiap tahun Kondisi Akhir
2015 2016 2017 2018 2019
Opini
terhadap
Laporan
Keuangan
Provinsi
Sulawesi
Selatan
dari BPK
RI
WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Sumber : Laporan Akuntabilitas Standar Akuntansi Pemerintah (LAKIP)
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa Badan Keuangan dan Aset
daerah Provinsi Sulawesi-Selatan memaksimalkan kinerja keuangan yang
dibuktikan dengan Opini WTP 5 tahun terakhir yang diraih BKAD dimana BKAD
terus meningkatkan kinerjanya dalam mencapai visi dan misi BKAD dan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya. Badan Keuangan dan
-
4
Aset daerah BKAD Provinsi Sulawesi Selatan merupakan instansi yang memiliki
tugas strategis yaitu mengelola keuangan dan aset daerah yang dimiliki
Pemerintah Provinsi, sehingga BKAD dituntut agar menjujung tinggi prinsip
Akuntabilitas atau pertanggungjawaban baik kepada pimpinan ataupun
masyarakat. BKAD memiliki visi yaitu menjadi pengelola keuangan daerah yang
terpercaya dan membanggakan masyarakat sulawesi selatan, serta menjadi
instrumen simpul jejaring akselerasi kesejahteraan. Peningkatkan kualitas
pelaporan dan Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan daerah
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan serta Kualitas Penganggaran
Keuangan daerah yang Transparan dan Akuntabel sesuai dengan Aturan
Perundang-Undangan yang berlaku menjadi hal yang perlu dicapai oleh BKAD,
sehingga dalam penelitian ini di harapkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja keuangan daerah dapat miliki pengaruh dan
meningkatkan kualitas kinerja keuangan yang dimiliki dalam pengelolaan
keuangan dan aset milik daerah.
Hambatan yang sering muncul menyangkut kinerja pengelolaan
keuangan adalah kurangnya pemahaman terkait tata cara penyusunan
anggaran yang baik dan benar. Penyusunan anggaran yang baik adalah yang
sesuai dengan peraturan dan standar akuntansi yang berlaku. Fungsi dari
adanya penyusunan anggaran yang menjaga tingkat pemakaian dana sehingga
dapat meminimalisir pemborosan dana yang tidak diperlukan dalam pemerintah
daerah. Hasil dari adanya penyusanan anggaran ini adalah laporan keuangan
yang diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dimana akan
memberikan opini yang memiliki pengaruh dalam berbagai entitas. Kelalaian
dalam penyusunan anggaran dapat menyebabkan daerah justru memiliki opini
-
5
yang kurang baik. Jadi sudah sewajarnya jika pemerintah daerah harus
mengetahui cara pengelolaan keuangan yang baik dan benar lewat penyusunan
anggaran.
Pengukuran kinerja keuangan penting dilakukan untuk dapat menilai
akuntabilitas pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah dan
dituangkan kedalam bentuk laporan keuangan yang bertujuan untuk menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, serta kinerja keuangan
pemerintah daerah yang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas pelaporan atas sumber daya yang dikelola
pemerintah. Salah satu bentuk dari penilaian kinerja tersebut berupa analisis
rasio keuangan yang berasal dari unsur laporan pertanggung jawaban kepala
daerah berupa perhitungan APBD (Puspitasari, 2013).
Keberhasilan suatu daerah dapat dilihat dari pencapaian hasil kerja atau
pengelolaan dibidang keuangan meliputi anggaran dan realisasi anggaran
dengan menggunakan indikator keuangan yang telah ditetapkan oleh kebijakan
atau perundang-undangan yang diukur selama periode anggaran. Kinerja
keuangan pemerintah daerah merupakan hasil ouput pencapaian kinerja dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki dan digunakan untuk pembangunan
daerah yang dicantumkan dalam laporan anggaran dan realisasi dalam bentuk
nominal maupun realisasi pembangunan. Pengukuran kinerja sektor publik atau
pemerintah daerah bertujuan untuk menemukan pelayanan yang baik kepada
publik. (Mardiasmo, 2009).
Dari contoh kasus yang telah ada maka diperlukan adanya pengadaan
anggaran terhadap setiap instansi. Oleh karenanya, salah satu bentuk
akuntabilitas pemerintah daerah kepada masyarakat adalah Laporan keuangan
-
6
pemerintah daerah merupakan komponen penting dalam upaya menciptakan
good governance. Besarnya tuntutan masyarakat terhadap akuntabilitas
pemerintah daerah mengeluarkan implikasi bagi pemerintah daerah untuk
memberikan informasi kepada masyarakat, dan salah satu informasi akuntansi
tersebut tidak lain berupa laporan keuangan pemerintah daerah. Informasi
keuangan bukanlah merupakan tujuan akhir akuntansi pemerintah daerah,
melainkan informasi tersebut memiliki fungsi yang penting untuk pengguna
laporan dalam rangka pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa penelitian mengenai Pengaruh Good Governance
Terhadap Kinerja Keuangan pemerintah daerah. Sebelumnya diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh. Nasrun (2019) hasil penelitian ini, kinerja
keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkep sangat berpengaruh dilihat
dari tingkat kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkep. Dian
prasinta (2012) hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa implementasi good
corporate governance berpengaruh terhadap kinerja operasional, namun
pencapaian laba perusahaan dan respon pasar atas implementasi good
corporate governance masih kurang. Arif Cahyadi (2016) hasil penelitian ini, 1.
Kecamatan sukolilo merupakan salah satu dari 31 kecamatan di kota surabaya,
kecamatan sukolilo masuk dalam wilayah surabaya timur dengan jumlah
penduduk 82.648 jiwa. Sarana dan prasarana yang dimiliki di wilayah kecamatan
sukolilo yaitu agama, pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan keuangan 2.
Penilaian masyarakat dikecamatan di sukolilo surabaya yang mengurus E-KTP
terhadap tingkat penerapan prinsip good governance dalam pelayanan E-KTP di
kecamatan sukolilo surabaya dikategorikan cukup baik 3. Penilaian masyarakat
dikecamatan sukolilo surabaya yang mengurus E-KTP terhadap tinggkat kualitas
-
7
pelayanan E-KTP dikecamatan sukolilo surabaya dikategorikan cukup baik.
Trisusanti Lamangida (2018) Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan prinsip Good Goveranance pada Pemerintahan Daerah Kabupaten
Bone Bolango sudah berjalan dengan baik tetapi belum maksimal. Masih
terdapat kelemahan dalam implementasi good governance yakni prinsip
transparansi kelemahan informasi manajemen transparansi pemerintahan belum
berkembang dengan baik. Andhika T, Marlien L, Sofia P (2017) penelitian
disimpulkan secara umum pelayanan publik yang mengedepankan prinsip-
prinsip Good Governance yang ada di Kecamatan Wanea Kota Manado telah
dilaksanakan dengan baik, walaupun belum sepenuhnya maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul: “Pengaruh Good Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Pada Badan Keuangan Dan Aset Daerah (BKAD) Provinsi
Sulawesi Selatan”. Dalam rangka menguji efektifitas penerapan praktik good
governance terhadap badan pengelolaan keuangan daerah untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah Penerapan Good
Governance Berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada
Badan Keuangan Dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan penelitian ini
yaitu, untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerapan Good Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
-
8
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat, baik itu dari aspek
teori maupun aspek praktis, serta bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun
manfaat penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu, memberikan manfaat akademis
dalam bentuk sumban saran dalam perkembangan ilmu pemerintahan pada
umumnya. Dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dalam
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu, diharapkan dapat menjadi bahan
masukan kepada BKAD (Badan Keuangan Dan Aset Daerah) dan
memberikan landasan untuk peningkatan kinerja Keuangan dimasa yang
akan datang.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori atribusi (Atribution Theory)
Teori atribusi akan memberikan penjelasan mengenai bagaimana cara
menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Robbins (2006)
mengemukakan teori atribusi adalah perilaku seseorang yang disebabkan oleh
faktor internal atau faktor eksternal. Faktor internal adalah pemicu yang berada
di bawah kendali pribadi individu itu, sementara faktor eksternal dilihat sebagai
hasil dari sebab-sebab luar, yaitu individu dipandang terpaksa berperilaku
demikian karena situasi. Ikhsan dan Ishak (2008) menjelaskan bahwa teori
atribusi mempelajari tentang bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu
peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya. Apakah perilaku itu disebabkan oleh
faktor disposisional (faktor dalam/internal), ataukah disebabkan oleh keadaan
ekternal (Luthans, 2005).
Teori atribusi membahas mengenai faktor-faktor yang mengakibatkan
suatu hal terjadi, apakah hal tersebut terjadi karena faktor internal atau
eksternal. Pada penelitian ini teori atribusi digunakan untuk menjelaskan
bagaimana pengaruh good governance sebagai faktor eksternal yaitu
accountability, transparency, participation, rule of law, effectiveness and
efficiency, responsiveness, equity, consencus orientation, dan strategic vision
dapat mempengaruhi kinerja pegawai khususnya dalam pengelolaan keuangan
di pemerintahan daerah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori atribusi dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui faktor–faktor apa saja yang
-
10
mempengaruhi kinerja pengelolaan keuangan di pemerintahan daerah
khususnya dilihat pada indikator good governance.
B. Good Governance
Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu
gubernare yang diserap oleh bahasa inggris menjadi governn yang berarti steer
(menyetir, mengendalikan), direct (menggerakkan), atau rule (memerintah),
sering kali sebutan ini dalam bahasa inggris disebut to rule with autbority,
dengan kata lain memerintah menggunakan kewenangan.
Pengertian good governance diatas merupakan suatu pemahaman atau
pijakan dari akuntabilitas kinerja intansi pemerintah good governance
sebenarnya mempunyai makna sebagai kepengelolaannya atau
kepengarahannya yang baik bukan kepemerintahan yang baik. Memang
pemahaman ini mempunyai perbedaan dengan pemahaman dasar di lingkungan
kita selama ini, antara lain yang diperkenalkan oleh lembaga administrasi negara
dan badan pengawasan keuangan dan pembangunan.
World Bank dalam Mardiasmo (2009) memberikan definisi governance
sebagai “the way state power is used in managing economic and social
resources for development of society”. Sedangkan United Nation Development
Programme (UNDP) mendefinisikan governance sebagai “the exercise of
political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all
levels”. Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah
mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan
masyarakat, sedangkan UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi,
dan administratif dalam pengelolaan negara. Political governance mengacu pada
proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi yang berimplikasi pada
-
11
masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup.
Administrative governance mengacu pada sistem implementasi kebijakan.
Seiring dengan perjalanan waktu, konsep good governance diarahkan
pada proses multiarah yang sebelumnya setelah tahun 1990-an pun masih pada
konsep yang lama hanya terpaku pada pemerintah, namun saat ini konsep
tersebut bersifat multiarah artinya tidak sebatas pada pemerintah namun juga
diluar dari pemerintah itu sendiri (masyarakat dan swasta).
Pengertian good governance menurut (Mardiasmo, 1998) adalah suatu
konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh
pemerintah yang baik. Lebih lanjut menurut Bank Dunia yang dikutip (Wahab,
2002) menyebut good governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan
manejemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi
yang langka dan pencegahan yang korupsi baik secara politik maupun
administrative, menjalangkan disiplin anggaran serta penciptaan legal end
political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank
Dunia juga mensinonimkan good governance sebagai hubungan sinergis dan
konstruksif diantara Negara, sektor dan masyarakat (effendi, 1996)
Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo (Tangkilisan, 2005)
mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk
menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah
pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu
penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan
dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi
-
12
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu
kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang
dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi
penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Kesimpulan dari governance tidak sekedar pemerintah atau
pemerintahan yang mempunyai kekuasaan dan kewenangan namun lebih dari
itu bagaimana kekuasaan dan kewenangan ini harus bersinergi dan berinteraksi
dengan aktor diluar dari pemerintahan. Artinya bagaimana pemerintah mampu
menjadi fasilitator demi kepentingan aktor-aktor tersebut dengan membuat
kebijakan dan lain sebagainya.
1. Pengertian good governance
Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi
pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance. Good
governance dapat diartikan sebagai tata kelola pemerintahan yang baik. Lebih
dalam, World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu bentuk
penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political
framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha (Mardiasmo, 2009).
Disisi lain, menurut Batubara (2006) good governance dalam konteks
ekonomi daerah merupakan bahasa strategi. Hal dikarenakan adanya relevansi
dengan berkembangnya operasionalisasi manajemen dan administrasi publik,
selaras dengan berbagai perubahan kemasyarakatan, baik pada skala domestik
-
13
maupun skala internasional. Dalam good governance peran serta aktif
masyarakat sangat mendominasi pembangunan.
Disisi lain, Lembaga Administrasi Negara (2000) mendefinisikan good
governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan
bertanggung jawab, efisien dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi
yang konstruktif antara negara, sektor swasta dan masyarakat. Mills dan
Seregeldin dalam Santosa (2008) mendefinisikan good governance sebagai
penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi
pembangunan sosial ekonomi. Sedangkan Mas’oed dalam Santosa (2008)
menegaskan bahwa good governance adalah cita-cita yang menjadi visi setiap
penyelenggara negara, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai prinsip
dalam mengatur pemerintahan dengan sistem administrasi yang bertanggung
jawab kepada publik. Rochman dalam Widodo (2001) menegaskan bahwa
dalam konsep good governance tidak sekedar melibatkan pemerintah tetapi juga
berbagai aktor di luar pemerintah.
Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara
negara, pasar dan masyarakat. Memang sampai saat ini, sejumlah karakteristik
kebaikan dari suatu governance lebih banyak berkaitan dengan kinerja
pemerintah. Pemerintah berkewajiban melakukan investasi untuk
mempromosikan tujuan ekonomi jangka panjang seperti pendidikan kesehatan
dan infrastuktur. Tetapi untuk mengimbangi negara, suatu masyarakat warga
yang kompeten dibutuhkan melalui diterapkannya sistem demokrasi, rule of law,
hak asasi manusia, dan dihargainya pluralisme. Good governance sangat terkait
dengan dua hal yaitu (1) good governance tidak dapat dibatasi hanya pada
-
14
tujuan ekonomi dan (2) tujuan ekonomi pun tidak dapat dicapai tanpa prasyarat
politik tertentu.
2. Prinsip-prinsip good governance
UNDP dalam Supriadi (2012) sebagaimana Asian Development Bank
(1999) merekomendasikan beberapa karakteristik governance, yaitu legitimasi
politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan berasosiasi dan
berpartisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan (financial), manajemen
sektor publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, sistem yudisial
yang adil dan dapat dipercaya. Sedangkan World Bank mengungkapkan
sejumlah karakteristik good governance adalah masyarakat sipil yang kuat dan
partisipatoris, terbuka, pembuatan kebijakan yang dapat diprediksi, eksekutif
yang bertanggung jawab, birokrasi yang profesional dan aturan hukum.
Adapun prinsip-prinsip good governance menurut United Nation
Development Programme (UNDP) dalam Mardiasmo (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Partisipasi (Participation)
Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar
kebebasan memperoleh informasi. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
b. Kepastian Hukum (Rules of law)
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
-
15
c. Transparansi (Transparency)
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Informasi
berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh
mereka yang membutuhkan.
d. Cepat dan Tanggap (Responsivenes)
Lembaga-lembaga dan proses harus ditujukan untuk melayani stakeholders.
e. Berorientasi pada Kepentingan (Consensus orientation)
Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.
f. Keadilan (Equity)
Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan dan keadilan.
g. Efektifitas dan Efisiensi (Efficiency and Effectiveness)
Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien)
dan berhasil guna (efektif).
h. Akuntabilitas (Accountability)
Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.
i. Visi Kedepan (Strategic vision)
Penyelenggaraan pemerintah dan masyarakat harus memiliki visi kedepan.
Jumlah komponen ataupun prinsip yang melandasi tata pemerintahan
yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke
pakar lainnya. Namun paling tidak, ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai
prinsip-prinsip utama yang melandasi good governance, yaitu transparansi,
partisipasi, dan akuntabilitas (sedarmayanti, 2009).
-
16
a. Transparansi
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) dan Departemen
Dalam Negeri (2002), menyebutkan transparansi adalah prinsip yang
menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi tentang
kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang
dicapai. Menurut Transparancy International, undang-undang Fredom of
Information (FOI) bukan hanya mengatur tentang hak publik untuk
mengakses informasi tetapi juga menekankan pada obligasi pemerintah
untuk memfasilitasi akses tersebut. Krina (2003).
b. Partisipasi
Partisipasi (melibatkan masyarakat terutama aspirasinya) dalam
pengambilan kebijakan atau formulasi rencana yang dibuat pemerintah, juga
dilihat pada keterlibatan masyarakat dalam implementasi berbagai kebijakan
dan rencana pemerintah, termasuk pengawasan dan evaluasi. Keterlibatan
dimaksud bukan dalam prinsip terwakilnya aspirasi masyarakat melalui wakil
di DPR, melainkan keterlibatan secara langsung. Partisipasi dalam arti
mendorong semua warga negara menggunakan haknya menyampaikan
secara langsung atau tidak, usulan dan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan. Terutama member kebebasankepada rakyat untuk
berkumpul, berorganisasi dan berpartisipasi aktif dalam menentukan masa
depan (Sedarmayanti, 2009).
c. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban
atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang, badan
-
17
hukum dan pimpinan organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban
(Adisasmita, 2011). Selanjutnya, dalam Sedarmayanti (2009), akuntabilitas
yakni adanya pembatasan dan pertanggungjawaban tugas yang jelas.
C. Kinerja
1. Pengertian kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi
dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic
planning) suatu organisasi (Bastian, 2006). Lebih lanjut, didalam Permendagri
No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dijelaskan
bahwa kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan
kualitas yang terukur. Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu
pencapain hasil atas kegiatan yang telah dianggarkan dan dilaksanakan.
2. Pengertian kinerja keuangan
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
Efektifitas terjadi apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan
yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara
masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran
yang optimal.
-
18
3. Pengertian Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
Ditinjau dari aspek administrasi atau manajemen yang dimaksud dengan
pengelolaan keuangan adalah proses pengurusan, penyelenggaraan,
penyediaan dan penggunaan uang dalam setiap usaha kerjasama sekelompok
orang untuk tercapainya suatu tujuan. Proses ini tersusun dari pelaksanaan
fungsi-fungsi penganggaran pembukuan dan pemeriksaan atau secara
operasional apabila dirangkaikan dengan daerah maka pengelolaan keuangan
daerah adalah yang pelaksanaannya meliputi penyusunan, penetapan,
pelaksanaan pengawasan dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja
daerah (Domai, 2002).
Sejalan dengan pengertian tersebut diatas Halim (2001) mengatakan,
membicarakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari pembahasan
anggaran pendapatan dan belanja daerah. Oleh karena itu anggaran
pendapatan dan belanja daerah adalah merupakan program kerja suatu daerah
dalam bentuk angka-angka selama satu tahun anggaran. Tuntutan mengenai
otonomi daerah dan kepemerintahan yang demokrasi di daerah sebagai
konsekuensi dan implikasi globalisasi. Otonomi selalu dikaitkan atau
disepadankan dengan pengertian kebebasan dan kemandirian. Sesuatu akan
dianggap otonomi jika ia menentukan diri sendiri, membuat aturan (hukum)
sendiri, mengatur diri sendiri, dan berjuang berdasarkan kewenangan kekuasaan
dan prakasa sendiri (Suryadi, 2000) dalam (Rohman, 2009).
Dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah, telah terjadi berbagai perubahan yang mendasar dalam
pengaturan pemerintahan daerah di Indonesia, sebagai konsekuensinya adalah
-
19
perlu dilakukan penataan terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan
pemerintahan daerah sebagai manivestasi dari otonomi daerah.
Kinerja pengelolaan keuangan pemerintahan daerah adalah kemampuan
suatu daerah untuk menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan asli
daerah dalam memenuhi kebutuhannya guna mendukung berjalannya sistem
pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerahnya
dengan tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah pusat dan mempunyai
keleluasaan didalam menggunakan dana-dana untuk kepentingan masyarakat
daerah dalam batas-batas yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
(Syamsi dalam Errni Tjan, 2014).
Secara umum kinerja pengelolaan daerah adalah kemampuan suatu
daerah untuk mengelola aset daerah dalam bentuk pencatatan transaksi yang
telah dilakukan selama tahun berjalan dan dirumuskan dalam bentuk laporan
keuangan setiap tahunnya. Pengelolaan keuangan yang baik adalah sesuai
dengan aturan dan standar yang sudah ada.
4. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses
penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber
daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa
baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh
pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang
diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002).
Sementara menurut Gazperz (2002), pengukuran kinerja merupakan
suatu cara memantau dan menelusuri kemajuan tujuan-tujuan strategis. Hasil
-
20
pengukuran dapat berupa indikator awal menuju akhir atau indikator hasil akhir.
Whittaker (dalam BPKP, 2000) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja
merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Simons (dalam BPKP, 2000) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja
membantu manajer dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara
membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Jadi
pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk
mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan,
sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
5. Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Pengukuran kinerja sangat dibutuhkan untuk menilai akuntabilitas
organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik. Menurut
Mardiasmo (2009) sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja
dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran
kinerja dapat diperkuat dengan menetapkan reward dan punishment system.
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan.
Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk memperbaiki
kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu
pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada
akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik
dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik
-
21
digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
pertanggung jawaban publik dan memperbaiki komunikasi pelanggan.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada
indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara
komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output dihasilkan
sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja
tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan kinerja non-finansial.
Menurut Permendagri No.13 Tahun 2006 ada 3 indikator dalam
pengukuran kinerja yaitu masukan (input), keluaran (output), dan hasil
(outcome). Indikator tersebut dapat dijabarkan dalam konsep pengukuran kinerja
yang disebut value for money.
D. Penelitian terdahulu
Dari judul penelitian tentang Pengaruh good governance terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah pada provinsi Sul-Sel, peneliti menemukan
beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan judul tersebut yang disajikan
dibawah ini.
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No Nama
Peneliti/Tahun Judul penelitian
Variable
penelitian Hasil
1 Juliana
(2013)
pengaruh pelaksana
good governance
terhadap kinerja
organisasi pada
Dinas Pendidikan
Provinsi Sumatera
Utara,
Good
governance
(X),
Kinerja
organisasi(Y)
Hasil yang
didapatkan adalah
terdapat pengaruh
yang signifikan
antara pelaksanaan
good governance
dengan kinerja
organisasi pada
Dinas Pendidikan
-
22
Provinsi Sumatera
Utara
2 Apriani
(2015)
pengaruh good
governance dan
pengendalian
internal terhadap
kinerja organisasi
dilihat dari persepsi
pegawai ( studi
kasus pada Dinas
Perindustrian,
Perdagangan, dan
Koperasi Kabupaten
Sleman)
Good
governance
(X1),
pengendalian
internal (X2),
Kinerja
organisasi (Y)
Hasil penelitian ini
adalah good
governance dan
pengendalian internal
mempengaruhi
kinerja di Dinas
Perindustrian,
Perdagangan, dan
Koperasi Kabupaten
Sleman
3 Muhammad
nasrun (2019)
Pengaruh good
governance terhadap
kinerja keuangan
pemerintah daerah
kabupaten
pangkajene dan
kepulauan
Good
governance
(X), kinerja
keuangan (Y),
Hasil teknik analisis
data dengan rumus
yang digunakan
menghasilkan
kesimpulan bahwa
kinerja keuangan
pemerintah daerah
kabupaten pangkep
sangat berpengaruh
dilihat dari tingkat
kinerja keuangan
pemerintah daerah
kabupaten pangkep.
4 Indriana (2019) Pengaruh good
governance terhadap
kinerja keuangan
pemerintah daerah
kabupaten
pangkajene dan
kepulauan
Good
governance
(X), kinerja
keuangan (Y)
Good governance ini
merupakan tata
kelola pemerintahan
yang baik
didalamnya
mencakup item-item
diantaranya
akuntabilitas,
transparansi,
keadilan, partisipasi
5 Hasanah,
Anisya (2016)
Pengaruh penerapan
good goverment
governance terhadap
kinerja keuangan
instansi pemerintah
(studi kasus pada
dinas pemerintah
kota bandung)
Good
governance
(X), Kinerja
keuangan
instansi
pemerintah (Y)
Hasil pengujian
hipotesis
menunjukkan bahwa
penerapan good
goverment
governance
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan Instansi
Pemerintah. Besar
pengaruh good
-
23
goverment
governance dalam
memberikan
kontribusi pengaruh
terhadap kinerja
keuangan Instansi
Pemerintah sebesar
70,8%.
6 Nasrun (2019) Pengaruh Good
Governance
Terhadap Kinerja
Keuangan
Pemerintah Daerah
Kabupaten
Pangkajene Dan
Kepulauan
Good
Governance
(X)
Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Daerah (Y)
kinerja keuangan
pemerintah daerah
kabupaten pangkep
sangat berpengaruh
dilihat dari tingkat
kinerja keuangan
pemerintah daerah
kabupaten pangkep.
7 Dian prasinta
(2012)
Pengaruh Good
Corporate
Governance
terhadap Kinerja
Keuangan
Good
Corporate
Governance
(X)
Kinerja
Keuangan (Y)
menunjukkan bahwa
implementasi good
corporate
governance
berpengaruh
terhadap kinerja
operasional, namun
pencapaian laba
perusahaan dan
respon pasar atas
implementasi good
corporate
governance masih
kurang
8 Arif Cahyadi
(2016)
penerapan good
governance dalam
pelayanan publik
(Study tentang
kualitas pelayanan
elektronika kartu
tanda penduduk
berbasis good
governance
dikecamatan sukolilo
surabaya)
good
governance
(X)
pelayanan
publik (Y)
Penilaian
masyarakat
dikecamatan
disukolilo surabaya
yang mengurus E-
KTP terhadap tingkat
penerapan prinsip
good governance
dalam pelayanan E-
KTP dikecamatan
sukolilo surabaya
dikategorikan cukup
baik
9 Trisusanti
Lamangida
(2018)
Studi Implementasi
Good Governance
Pemerintahan
Daerah Kabupaten
Bone Bolango
Good
Governance
(X)
Pemerintahan
Daerah (Y)
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa pelaksanaan
prinsip Good
Goveranance pada
-
24
(Program Studi
Administrasi Negara
Universitas
Muhammadiyah
Gorontalo
Gorontalo,Indonesia)
Pemerintahan
Daerah Kabupaten
Bone Bolango sudah
berjalan dengan baik
tetapi belum
maksimal. Masih
terdapat kelemahan
dalam implementasi
good governance
yakni prinsip
transparansi
kelemahan informasi
manajemen
transparansi
pemerintahan belum
berkembang dengan
baik
10 Andhika T,
Marlien L, Sofia
P (2017)
Penerapan Prinsip-
Prinsip Good
Governance Dalam
Pelayanan Publik Di
Kecamatan Wanea
Kota Manado
Prinsip-Prinsip
Good
Governance
(X) Pelayanan
Publik (Y)
penelitian
disimpulkan secara
umum pelayanan
publik yang
mengedepankan
prinsip-prinsip Good
Governance yang
ada di Kecamatan
Wanea Kota Manado
telah dilaksanakan
dengan baik,
walaupun belum
sepenuhnya
maksimal.
E. Kerangka Konsep
Dalam menyikapi kebijakan otonomi daerah dan implementasinya, perlu
dilakukan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan yang sesungguhnya adalah
terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat sebagaimana mestinya oleh
aparatur/birokrasi dalam suatu jaringan kelembagaan yang rasional, yang akan
dapat menjawab tantangan pelayanan masyarakat dalam penyelenggaraan
otonomi daerah serta mewujudkan good governance. Penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance) pada saat ini
-
25
merupakan prioritas utama dalam penegakan citra pemerintah yang sampai saat
ini dianggap masih sangat rendah. Dengan tingkat penerapan prinsip-prinsip
good governance yang dilaksanakan dengan baik, maka kinerja pemerintah
daerah pun akan tercapai dengan baik.
Adanya keterikatan antara good governance dengan kinerja pengelolaan
keuangan daerah sesuai dengan teori atribusi yang dimana teori tersebut
menyatakan bahwa suatu perilaku dapat berubaha diakibatkan oleh faktor
internal ataupun faktor eksternal. Keterkaitan kedua variabel mengindikasikan
terkait faktor internal atau eksternal yang mempengaruhi suatu kinerja. Hal ini
dapat dikemukakan bahwa indikator good governance dapat mempengaruhi
kinerja pengelolaan keuangan pemerintahan daerah provinsi sulawesi selatan
seperti yang terlihat digambar berikut ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara atau teori yang
harus dibuktikan kebenarannya. (Sugiyono 2010) menjelaskan bahwa hipotesis
menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih
dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis menjadi
Good
governance (X)
Kinerja
keuangan (Y)
-
26
dasar untuk membuat kesimpulan penelitian. Adapun Hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
Bagaimana pengaruh penerapan good governance terhadap kinerja keuangan
pada Badan Keuangan Dan Aset Daerah (BKAD)
United Nation Development Programme (UNDP) telah menjelaskan
bahwa prinsip-prinsip good governance yaitu terdiri dari participation, rules of
law, transparency, responsiveness, consensus orientation, equity, effectiveness
and efficiency, accountability, dan strategic vision. Untuk dapat menjadi
pemerintahan yang memiliki tata kelola yang baik, maka indikator – indikator
good governance harus dapat dilaksanakan dalam lingkup kinerja pemerintah
daerah. Hal ini didukung pula oleh teori atribusi yang menyatakan bahwa
perilaku kinerja dapat berubah karena adanya faktor internal maupun eksternal
dan good governance adalah faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja
pemerintahan daerah khususnya pengelolaan keuangan.
H1: Good Governance diduga berpengaruh positif terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Keuangan Dan Aset Daerah.
-
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian dirancang sebagai penelitian kausal dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian kausal berguna untuk mengukur hubungan antara variabel
riset, atau untuk menganalisis bagiamana pengaruh suatu variabel terhadap
variabel lainnya (Umar, 2003). Peneliti menggunakan desain penelitian untuk
mengetahui apakah penerapan good governance sebagai variabel independen
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah sebagai
variabel dependen. Penelitian ini menekankan pada pengukuran variabel dengan
angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik dengan
menggunakan analisis jalur analisis regresi, uji reliabilitas, uji validitas, uji t.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan.
Lokasi Penelitian : Badan Keuangan Dan Aset Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi
Selatan
Alamat : Jl. Jend. Urip Sumoharjo No. 269 Makassar 90231
Lama Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2020.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi
pada suatu nilai (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, digunakan dua macam
variabel penelitian.
-
28
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang menjadi
perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006). Pada penelitian yang menjadi
variabel independen adalah good governance
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang memengaruhi
variabel lain baik secara positif maupun negatif (Sekaran, 2006). Adapun
yang menjadi variabel dependen yang mempunyai hubungan dengan
penerapan good governance yaitu kinerja keuangan pemerintah daerah
pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Prov Sul-Sel
2. Devinisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas variabel yang
diamati. Secara tidak langsung, definisi operasional itu mengacu pada
bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi operasional pada penelitian ini
terdiri dari sub variabel sebagai berikut:
1. Variabel penerapan good governance menurut (Mardiasmo, 2009) adalah
konsep tata kelola pemerintahan yang solid dan bertanggung jawab yang
sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien. Good governance
dalam penelitian ini menekankan pada faktor – faktor yang mempengaruhi
kinerja organisasi pemerintah daerah dalam hal ini kinerja pengelolaan
keuangan daerah. Good governance diukur berdasarkan indikatornya yaitu:
a. Partisipasi (Participation)
Partisipasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mengikutsertakan
masyarakat dalam membuat kebijakan dan memberikan kesempatan kepada
-
29
masyarakat untuk ikut serta dalam pemerintahan sehingga dalam proses
pengelolaan keuangan daerah harus memperhatikan indikator tersebut.
b. Kepastian Hukum (Rule of law)
Rule of law yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah memberlakukan
hukum yang telah dibuat kepada seluruh lapisan masyarakat dan
menegakkan hukum dengan baik. Pengelolaan keuangan daerah yang baik
adalah pengelolaan yang harus sesuai dengan hukum yang berlaku dan
memiliki informasi yang dapat diikuti seluruh lapisan masyarakat.
c. Transparansi (Transparency)
Transparansi dalam penelitian ini adalah mengembangkan sistem akuntansi
berdasarkan standar akuntansi dan praktek terbaik untuk memastikan
kualitas laporan keuangan mempublikasikan informasi keuangan dan
informasi lain yang material dan berdampak signifikan pada kinerja
pemerintah daerah khususnya kinerja pengelolaan keuangan daerah.
d. Cepat dan Tanggap (Responsiveness)
Responsiveness dalam penelitian ini adalah cepat dan tanggap serta
memberikan pelayanan yang baik kepada pihak yang berkepentingan.
e. Berorientasi pada Kepentigan (Consensus orientation)
Consensus orientation dalam penelitian ini adalah membuat kebijakan
dengan memperhatikan kepentingan bagi semua pihak yang memiliki
kepentingan. Informasi yang didapatkan dalam pengelolaan keuangan
daerah harus memperhatikan kepentingan orang lain.
f. Keadilan (Equity)
Equity dalam penelitian ini adalah memberikan kesempatan kepada seluruh
masyarakat untuk memperbaiki, dan mempertahankan kesejahteraan
-
30
mereka lewat informasi yang dihasilkan dari kinerja pengelolaan keuangan
tersebut.
g. Efektifitas dan Efisiensi (Efficiency and effectiveness)
Efisiensi dan efektifitas dalam penelitian ini adalah mengelola sumber daya
yang dimiliki secara efisien dan membuahkan hasil yang baik. Efektifitas
yang dimaksud adalah pencapaian tujuan tanpa mempedulikan biaya yang
akan dikeluarkan dan efisiensi adalah pencapaian target dengan
menggunakan input (biaya) untuk menghasilkan output yang besar. Laporan
keuangan yang dibuat harus memiliki prinsip efisien dan efektif sehingga
kualitas laporan itu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
h. Akuntabilitas (Accountanbility)
Akuntabilitas dalam penelitian ini adalah mempertanggungjawabkan semua
pekerjaan yang telah dilaksanakan kepada masyarakat dan pihak-pihak
yang berkepentingan termasuk dalam kinerja pengelolaan keuangan daerah.
i. Visi Kedepan (Strategic vision)
Strategic Vision dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan pemerintahan
yang memiliki visi misi jauh kedepan sehingga dalam melaksanakan kinerja
pengelolaan keuangan harus memiliki tujuan yang telah dibuat secara
mapan dan berguna untuk entitas terkait.
2. Variabel kinerja keuangan pemerintah daerah adalah kemampuan suatu
daerah untuk menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan asli daerah
dalam memenuhi kebutuhannya guna mendukung berjalannya sistem
pemerintahan. Kinerja pengelolaan keuangan daerah dalam penelitian ini
adalah semua aktivitas keuangan yang berhubungan dengan pencatatan
dan pembuatan laporan keuangan yang berguna untuk pelaksanaan
-
31
aktivitas keuangan tahun berikutnya. Variabel ini diukur dengan indikator
value for money terdiri dari:
1. Ekonomi
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan jasa
dibeli pada kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang
dimungkinkan (Bastian 2006). Pengertian Ekonomi Menurut Mardiasmo
(2002) adalah pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan
input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan
sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalkan input resources
dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Suatu
kegiatan operasional dikatakan ekonomis bila dapat menghilangkan atau
mengurangi biaya yang tidak perlu.
2. Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa
yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu
(Bastian 2006). Pengertian Efisiensi Menurut Mardiasmo (2002) merupakan
pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan
input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Proses kegiatan
operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja
tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang
serendah-rendahnya.
3. Efektivitas
Efektivitas adalah hubungan antara output dengan tujuan, di mana
efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan
-
32
prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Bastian 2006).
Dengan kata lain efektivitas adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian Efektivitas Menurut
Mardiasmo (2002) adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target
yang ditetapkan. Efektivitas adalah hubungan antara keluaran dengan tujuan
atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif
apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.
Tabel 3.1 Indikator pengukuran
Variabel Penelitian
Indikator
Pengukuran
Skala
Good governance
Partisipasi
(Participation)
1. Dalam memperoleh data dan informasi
masyarakat dapat memberikan masukan
dalam penyusunan rencana pengelolaan
keuangan daerah dari pemerintah daerah
2. Pihak SKPD berpartisipasi dalam proses
penyusunan anggaran mulai dari
memberikan pendapat dan kritik
Likert
Kepastian Hukum
(Rule Of Law)
1. Demi kepentingan masyarakat maka
disusunlah Peraturan daerah dan kebijakan
publik lainnya
2. Pemerintah daerah menjamin adanya
kepastian hukum dalam penyelenggaraan
pengelolaan keuangan pemerintahan daerah
dan telah dilaksanakan tanpa diskriminasi
dan adanya benturan kepentingan
Likert
Transparansi (Transparancy)
1. Demi kepentingan bersama data dan
informasi yang menyangkut pengelolaan
keuangan dapat diperoleh oleh pengguna
laporan tersebut
2. Demi kepentingan bersama data dan
informasi yang menyangkut pengelolaan
keuangan dapat diperoleh oleh pengguna
laporan tersebut
Likert
-
33
Cepat dan Tanggap
(Responsiveness)
1. Terdapat sistem pengaduan masyarakat
yang telah disusun dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan publik
khususnya dalam hal pengelolaan keuangan
2. Cepat dan tanggap menindak lanjuti kritik
dan saran atas pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat
Likert
Berorientasi Pada
Kepentingan
Masyarakat
(Consensuss
Orientation)
1. Rencana kerja SKPD khusunya pengelolaan
keuangan disusun berdasarkan program dan
kegiatan periode sebelumnya, masalah yang
dihadapi, dan usulan program serta kegiatan
yang berasal dari masyarakat
2. Memfasilitasi forum SKPD yang membahas
prioritas program dan kegiatan sebagai
upaya menyempurakan rancangan rencana
kerja SKPD yang berhubungan dengan
pengelolaan keuangan daerah
Likert
Keadilan (Equity)
1. Pemerintah daerah menyusun program yang
berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat
2. Dalam rangka meningkatkan kesejahteran
masyarakat, dapat diperoleh Bantuan
financial maupun non financial
Likert
Efektifitas dan
Efisiensi
1. Tingkat keberhasilan pelaksanaan program
telah sejalan dengan penyusunan anggaran
dan target
2. Penggunaan anggaran pada SKPD telah
sesuai dengan alokasinya
Likert
Akuntabilitas
(Accountability)
1. Pertanggung jawaban dalam pengelolaan
keuangan dilaksanakan secara periodik
melalui laporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (LAKIP) dan disampaikan tepat
pada waktunya
2. Penyelenggaraan pemrintahan daerah yang
baik harus berorientasi pada prinsip-prinsip
akuntabilitas dengan menerapkan prosedur
operasional standar yang berlaku
Likert
-
34
Visi Kedepan
(Strategi Vision)
1. Pemerintah daerah menyusun visi dan misi
yang bertujuan untuk pembangunan
berkelanjutan (sustainable development)
2. Anggaran yang disusun dalam pengelolan
keuangan SKPD telah ditetapkan sesuai
target yang telah direncanakan
Sumber: Mardiasmo (2009)
Likert
Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah
1. Ekonomis
2. Efesien
3. Efektifitas
1. APBD disusun di OPD harus menggunakan
pendekatan kinerja.
2. Pemerintah harus menyampaikan rancangan
APBD kepada DPRD untuk mendapatkan
persetujuan.
3. Jika ada perubahan, APBD ditetapkan paling
lambat 3 bulan sebelum tahun anggaran
tertentu berakhir.
4. Pendapatan daerah harus disetor
sepenuhnya tepat pada waktunya ke kas
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Tindakan yang mengakibatkan atas beban
APBD tidak akan dilakukan sebelum
ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang APBD.
6. Pelaporan keuangan daerah harus dibuat
dalam bentuk laporan keuangan.
7. Laporan keuangan yang dibuat haruslah
dapat dimengerti dan disajikan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
8. Setiap pejabat pengelola keuangan
daerah haruslah menyusun laporan
pertanggungjawaban keuangan secara
periodik.
9. Financial audit terhadap laporan keuangan
daerah.
10. Value for money audit terhadap laporan
keuangan daerah.
Sumber : Sedarmayanti (2017)
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
-
35
D. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2009) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai dan Staf yang ada
pada Bidang penganggaran dan Bidang akuntansi dan pelaporan di Badan
keuangan dan aset daerah (BKAD) provinsi Sulawesi Selatan.
Dengan menggunakan Metode purposive sampling, teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu di ambil 35 sampel dari total
109 Populasi yang tersebar pada bagian Bidang penganggaran dan Bidang
akuntansi dan pelaporan yang ada di BKAD Sul-Sel.
E. Teknik pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer, yang berupa persepsi para
responden terhadap variabel – variabel yang digunakan. Modus komunikasi
untuk memperoleh data dari responden dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner. Kueisioner yang diberikan berisi sejumlah pernyataan yang akan
dibagikan kepada responden. Setiap kuesioner yang didistribusikan kepada para
responden disertai surat permohonan pengisian kuesioner.
Adapun kueisioner dalam penelitian ini mendefinisikan operasioanal
variabel ke dalam indikatornya, selanjutnya indikator tersebut dijabarkan ke
dalam bentuk pernyataan, dan kemudian pemberian skor atas jawaban dari
responden atas pernyataan-pernyataan yang ada. Untuk menentukan skor pada
penelitian ini peneliti menggunakan skala likert.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009).
-
36
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden jawaban harus
menggambarkan, mendukung pernyataan atau tidak mendukung pernyataan.
Pemberian skor atas pilihan jawaban untuk kueisioner yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Skala Penilain Untuk Pernyataan Positif
No Jenis Jawaban Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2009)
F. Teknik Analisi Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan SPSS 22.0. Metode analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana (simple
linear Regression Analysis). Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan
pengaruh antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Pengertian
analisis regresi linier sederhana menurut Sugiyono (2010), adalah sebagai
berikut: “Analisis yang digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau
lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan
nilainya)”.
Persamaan analisis regresi linier secara umum untuk menguji hipotesis-hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y=α+β1X+ε
Keterangan:
α: Konstanta
-
37
β1: Koefisien regresi multiple variabel bebas X terhadap variabel terikat Y,bila
variabel bebas lainnya dianggap konstan
Komitmen pengukuran dan pengujian suatu kueisioner atau hipotesis
sangat bergantung pada kualitas data yang yang dipakai dalam pengujian
tersebut. Data penelitian tidak akan berguna dengan baik jika instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data tidak memiliki tingkat keandalan
(Reliability) dan tingkat keabsahan (Validity) yang tinggi. Oleh karena itu, terlebih
dahulu kueisioner harus diuji keandalan dan keabsahannya.
1. Uji Validitas
Menurut Yusuf (2014), validitas menunjukkan tingkat sejauh mana suatu
alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur. Teknik yang digunakan untuk
mengukur validitas butir item instrumen penelitian ini yaitu teknik product moment
dari Karl Pearson (validitas isi atau content validity). Teknik product moment
correlation yaitu setiap skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. Skor total
adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Jika r hitung lebih besar dari r tabel
maka data dapat dikatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Yusuf (2014:), reliabilitas adalah suatu ukuran konsistensi atau
kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan
diberikan dalam waktu yang berbeda (Ghozali, 2006). Pengujian reliabilitas
menggunakan cronbach alpha. Suatu alat dikatakan handal jika nilai cronbach
alpha > 0,60. Perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini
menggunakan bantuan program SPSS 22.0.
-
38
G. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi ini akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel
terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal
atau berdistribusi tidak normal (Sunyoto, 2011). Uji ini bertujuan untuk menguji
apakah ada variabel pengganggu atau variabel residual dalam model regresi. Uji
normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
grafik dan uji one-sample Kolmogorov-smirnov . Pengambilan keputusan dengan
analisis grafik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normal probability
plot. Uji normal probability plot dikatakan berdistribusi normal jika garis data rill
mengikuti garis diagonal dan cara ini dianggap lebih handal daripada grafik
histogram karena cara ini membandingkan data rill dengan data distribusi normal
(Sunyoto, 2011). Sementara untuk uji Kolmogorov-Smirnov dikatakan
berdistribusi normal jika asymptotic significan data lebih besar daripada 0.05
(p>0.05) (Sufren, 2013).
1. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas digunakan untuk menguji apakah sampel
terdistribusi dengan normal atau tidak, juga untuk menghindari bias. Dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji P-Plot Normality, yaitu dengan
menetapkan derajat keyakinan (α=0,05) dengan kriteria pengujiannya jika
sebaran data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi berdistribusi normal, sedangkan jika sebaran
data jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka
model regresi tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2006).
-
39
2. Uji Heteroskedastisitas
Priyatno (2010), mengemukakan bahwa uji heteroskedastisitas digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pada
model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah
tidak adanya heterokedastisitas.
Untuk menguji adanya gejala heteroskedastisitas ini dilakukan melalui metode
scatter plot, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatter plot.
Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, menyempit) maka telah
terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas atau apabila tingkat probabilitas lebih besar dari tingkat
signifikansi α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
mengandung heteroskedastisitas.
H. Uji Hipotesis
1. Uji – T
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini
menunjukkan seberapa besar jauh pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:
1) Ho :b1 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2) Ha :b2 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan:
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha atau Ho ditolak,
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau Ho diterima
-
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Keuangan dan Aset daerah BKAD
Provinsi Sulawesi-Selatan yang beralamat di Jl. Jend. Urip Sumoharjo No. 269
Makassar, penelitian ini dilaksanakan selama 2 Bulan terhitung sejak 15 Agustus
2020 sampai dengan 15 Oktober 2020.
2. Kedudukan dan Wewenang Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)
Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi Selatan
mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) yang
melakukan fungsi sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD). Satuan Kerja
Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang mempunyai
wewenang:
a. Menyusun RKA-SKPD;
b. Menyusun DPA-SKPD;
c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja;
d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
g. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan;
-
41
h. Menandatangani SPM;
i. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya;
j. Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung
jawab SKPD yang dipimpinnya;
k. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
l. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
m. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah;
n. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD) yang melaksanakan fungsinya selaku Bendahara Umum Daerah
(BUD) mempunyai wewenang:
1. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
2. Mengesahkan DPA-SKPD;
3. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
4. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah;
5. Menetapkan SPD;
6. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama
pemerintah daerah;
7. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
8. Menyajikan informasi keuangan daerah;
Reformasi keuangan daerah membawa angin segar terhadap
pengelolaan keuangan daerah, sejak otonomi daerah digulirkan. Pergeseran
-
42
paradigma pengelolaan keuangan daerah berdampak positif Untuk mewujudkan
good governance diperlukan reformasi kelembagaan. Reformasi kelembagaan
menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan didaerah baik struktur
maupun infrastruktur. Kunci reformasi kelembagaan tersebut ialah
pemberdayaan masing-masing elemen di daerah, yaitu masyarakat umum
sebagai stakeholder. Pemerintah daerah sebagai eksekutif dan dprd sebagai
shareholder. Reformasi keuangan daerah berhubungan dengan perubahan
sumber sumber pembiayaan pemerintah daerah yang meliputi perubahan
sumber-sumber penerimaan keuangan daerah.
Dimensi reformasi keuangan daerah adalah Perubahan kewenangan
daerah dalam pemanfaatan dana perimbangan keuangan. Oleh karena
paradigma pengelolaan keuangan daerah menuntut penataan kelembagaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penataan
kelembagaan tidak sertamerta berubah akan tetapi membutuhkan proses yang
diawali dengan kajian akademik untuk membuat rancangan Peraturan Daerah
yang selanjutnya diajukan ke DPRD untuk dibahas lebih lanjut.
Berdasarkan aman