pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

146
TESIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL TERHADAP SIKAP DAN NIAT BELI KONSUMEN UNTUK BARANG FASHION PALSU DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG TOMMY HENDRO TRISDIARTO PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

Upload: lenhu

Post on 31-Dec-2016

251 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

i

TESIS

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL

TERHADAP SIKAP DAN NIAT BELI KONSUMEN

UNTUK BARANG FASHION PALSU DI KOTA

DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

TOMMY HENDRO TRISDIARTO

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 2: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

i

TESIS

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL

TERHADAP SIKAP DAN NIAT BELI KONSUMEN

UNTUK BARANG FASHION PALSU DI KOTA

DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

TOMMY HENDRO TRISDIARTO

NIM: 0990662032

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 3: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

ii

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL

TERHADAP SIKAP DAN NIAT BELI KONSUMEN

UNTUK BARANG FASHION PALSU DI KOTA

DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Manajemen

Program Pascasarjana Universitas Udayana

TOMMY HENDRO TRISDIARTO

NIM: 0990662032

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 4: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 27 JANUARI 2012

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Prof. Dr. Ketut Rahyuda, SE,MSIE. I.G.A.K Gede Suasana, SE, MM

NIP. 19500130 198303 1 001 NIP. 19600521 198603 1 021

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Manajemen Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana Universitas Udayana

Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE.,MM Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

NIP. 19620922 198702 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001

Page 5: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal : 27 Januari 2012

Panitia Penguji Tesis, berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

No : 2055/UN14.4/HK/2011, Tanggal 30 November 2011

Ketua : Prof. Dr. Ketut Rahyuda, SE, MSIE

Sekretaris : I.G.A.K Gede Suasana, SE, MM

Anggota : Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE, M.Si.

Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE, MP

Drs. I Ketut Nurcahya, MM

Page 6: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tommy Hendro Trisdiarto

NIM : 0990662032

Program Studi : Magister Manajemen

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL

TERHADAP SIKAP DAN NIAT BELI KONSUMEN

UNTUK BARANG FASHION PALSU DI KOTA

DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Januari 2012

Yang membuat pernyataan

(Tommy Hendro Trisdiarto)

Page 7: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah dipanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada

kesempatan ini dihaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr.

Ketut Rahyuda, SE, MSIE. sebagai pembimbing utama yang dengan penuh

perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama

mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini.

Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada I.G.A.K Gede

Suasana, SE, MM, sebagai Pembimbing Pendamping yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas

kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini

juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang

dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang

diberikan untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program

Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih

kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE, MS., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan untuk mengikuti

pendidikan Program Magister Manajemen.

Page 8: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

vii

Pada kesempatan ini, terima kasih dihaturkan pula kepada Prof. Dr. Made

Wardana, SE,MP, Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Udayana dan kepada Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE,MM, Ketua Program

Studi Magister Manajemen Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih

disampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Ni Wayan Sri

Suprapti, SE, M.Si., Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE, MP., Drs. I Ketut

Nurcahya, MM. yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi

sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada seluruh guru yang telah

membimbing, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis

ucapkan terima kasih kepada keluarga dan sahabat tercinta yang telah

memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta

lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya disampaikan terima

kasih kepada teman-teman angkatan XXIII khususnya konsentrasi Manajemen

Pemasaran yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Januari 2012

Penulis

Page 9: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

viii

ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL TERHADAP SIKAP

DAN NIAT BELI KONSUMEN UNTUK BARANG FASHION PALSU DI

KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor sosial,

personal, dan sikap konsumen terhadap pemalsuan barang fashion di Kota

Denpasar dan Kabupaten Badung.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan desain kuesioner yang

dirancang menggunakan skala numerik dengan skala 1-5, dan dilakukan di Kota

Denpasar dan Kabupaten Badung melalui metode "mal mencegat". Teknik

statistik SEM digunakan untuk menganalisis data. Populasi penelitian ini adalah

masyarakat umum di Bali yang berbelanja barang palsu di Kota Denpasar dan

Kabupaten Badung, dimana penelitian ini mengambil sampel sebanyak 112 orang.

Penelitian ini hanya merujuk pada barang fashion palsu, dan temuan dalam

penelitian ini adalah bahwa Faktor Sosial memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap sikap konsumen dan juga terhadap niat beli konsumen, begitu

juga dengan Faktor Personal yang memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap sikap konsumen dan niat beli konsumen. Terakhir adalah sikap

konsumen juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli konsumen.

Keterbatasan Penelitian hanya terbatas untuk konsumen di Kota Denpasar dan

Kabupaten Badung yang tidak dapat digeneralisir di seluruh Indonesia atau pasar

internasional lainnya.

Konteks budaya lain dan kategori produk harus diselidiki di masa depan.

Implikasi Praktis penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang sikap

konsumen di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung terhadap pemalsuan barang

fashion. Temuan penelitian dapat digunakan untuk merumuskan strategi untuk

akademisi, praktisi, dan lebih penting, para pembuat kebijakan untuk membantu

memberantas kegiatan pemalsuan. Studi sebelumnya banyak dibuat pada

pemalsuan dan pembajakan musik, media, dan lainnya, sedangkan penelitian ini

difokuskan secara eksklusif pada barang fashion.

Kata Kunci : Perilaku konsumen, Pemalsuan barang, Faktor Sosial dan Personal,

Sikap konsumen, Niat Beli

Page 10: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF SOCIAL AND PERSONAL FACTOR TOWARDS

ATTITUDE AND PURCHASE INTENTION ON FASHION

COUNTERFEIT PRODUCTS IN DENPASAR CITY

AND BADUNG REGION

This study is having a purpose of analyzing the effect of social factor,

personal factor, and attitudes towards the counterfeit of fashion product, and

analyze the effect of both variables towards purchase intention

The type of this study is descriptif, with a questionaire design using a

numeric scale with 1-5 scale, and conducted in Denpasar City and Badung Region

through a mall intercept method. SEM is being used as the statistic method to

analyze the data. The population is the people living in Bali who shop counterfet

products in Denpasar City and Badung Region, and from the population, the study

is taking 112 people as the sample.

The study is focusing only to counterfeit fashion products, and the findings

in this study are as follow; social factor has a positif and significant effect towards

the consumer‟s attitudes and purchase intention. The same result happens for

personal factor which has a positive and significant effect to consumer‟s attitudes

and purhase intention. The last one is the consumer‟s attitudes which also has a

positive and significant effect towards the purchase intention. The limitation of

this study is that it is applied only for consumers in Denpasar City and Badung

Region and can not be generalized to all region in Indonesia or any other

international market.

Other cultural context and product category should be studied in the

future. The practical implication of this study is to give a deep understanding

about consumer‟s attitude in Denpasar City and Badung Region towards

counterfeiting of fashion products. The findings can be used to formalized

strategies for people in academic, practioners, and most importantly, to the policy

maker so that they can eradicate counterfeiting. Previous study has also been

made in other industries such as music, media, and others, while this study is

exclusive only for fashion products.

Keywords: Consumer behavior, Counterfeiting, Social and Personal Factor,

Conusumer‟s Attitude, Purchase Intention

Page 11: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

x

DAFTAR ISI

Isi Halaman

SAMPUL DALAM ...................................................................................... i

PRASYARAT GELAR .................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIAN .......................................................... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. v

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................ vi

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 12

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 12

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pemalsuan ............................................................................ 15

2.2 Faktor Sosial ........................................................................ 18

2.3 Faktor Personal .................................................................... 20

2.4 Sikap Terhadap Pemalsuan .................................................. 23

2.5 Niat Beli - Theory of Planned Behaviour ............................ 26

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir ................................................................ 27

3.2 Kerangka Konseptual ........................................................... 29

3.3 Hipotesis Penelitian .............................................................. 30

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian .................................... 35

4.2 Variabel Penelitian ............................................................... 37

4.2.1 Identifikasi dan klasifikasi konstruk ........................ 37

Page 12: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

xi

4.2.2 Definisi operasional variabel ................................... 38

4.3 Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 42

4.3.1 Jenis data .................................................................. 43

4.3.2 Populasi dan sampel ................................................. 43

4.3.3 Metode pengumpulan data ....................................... 44

4.4 Instrumen Penelitian............................................................. 44

4.4.1 Skala pengukuran ..................................................... 45

4.5 Metode Analisis Data .......................................................... 46

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 52

5.1.1 Deskripsi responden penelitian .................................. 52

5.1.2 Hasil analisis persepsi konsumen ............................... 53

5.1.3 Uji normalitas ............................................................. 61

5.1.4 Uji multikolinearitas................................................... 62

5.1.5 Analisis faktor konfirmatori ....................................... 62

5.1.6 Unidimensionalitas variabel laten faktor sosial ......... 63

5.1.7 Unidimensionalitas variabel laten faktor personal ..... 64

5.1.8 Unidimensionalitas variabel laten sikap konsumen ... 66

5.1.9 Unidimensionalitas variabel laten niat beli ................ 68

5.1.10 Uji reliabilitas ............................................................. 70

5.1.11 Model persamaan struktural ....................................... 73

5.2 Pembahasan ........................................................................... 74

5.2.1 Pengaruh faktor sosial terhadap sikap konsumen ...... 75

5.2.2 Pengaruh faktor sosial terhadap niat beli konsumen .. 76

5.2.3 Pengaruh faktor personal terhadap sikap konsumen .. 76

5.2.4 Pengaruh faktor personal terhadap niat beli

konsumen ................................................................... 77

5.2.5 Pengaruh sikap konsumen terhadap niat beli

konsumen ................................................................... 78

5.2.6 Pengaruh antar variabel penelitian ............................. 79

Page 13: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

xii

5.2.7 Pengaruh total antar variabel penelitian ..................... 80

5.2.8 Keterbatasan penelitian .............................................. 81

5.3 Implikasi Penelitian ................................................................ 81

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ................................................................................ 83

6.2 Saran ....................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 90

Page 14: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kerugian Total 12 Industri Indonesia Karena Pemalsuan ................... 6

4.1 Rincian Kegiatan Penelitian................................................................. 36

4.2 Identifikasi dan Klasifikasi Konstruk.................................................. 38

4.3 Goodness of-fit Indices ........................................................................ 50

5.1 Tabulasi Silang Pendapatan dan Pekerjaan ......................................... 52

5.2 Distribusi Frekuensi Variabel-variabel pada Faktor Sosial ................ 54

5.3 Distribusi Frekuensi Variabel-variabel pada Faktor Personal ............ 56

5.4 Distribusi Frekuensi Variabel-variabel pada Sikap terhadap Barang

Palsu .................................................................................................... 58

5.5 Distribusi Frekuensi Variabel-variabel pada Niat Beli ....................... 59

5.6 Uji normalitas Variabel Laten ............................................................. 61

5.7 Uji Multikolinearitas ........................................................................... 62

5.8 Goodness of fit Variabel Laten Faktor Sosial ..................................... 63

5.9 Loading factor dan t-value Variabel Faktor Sosial ............................. 64

5.10 Goodness of fit Variabel Laten Faktor Personal ................................. 65

5.11 Loading factor dan t-value Variabel Faktor Personal ......................... 66

5.12 Goodness of fit Variabel Laten Sikap.................................................. 67

5.13 Loading factor dan t-value Variabel Sikap ......................................... 67

5.14 Goodness of fit Variabel Laten Niat Beli ............................................ 68

5.15 Loading factor dan t-value Variabel Niat Beli .................................... 69

5.16 Uji Reliabel Faktor Sosial ................................................................... 71

5.17 Uji Reliabel Faktor Personal ............................................................... 71

5.18 Uji Reliabel Sikap Konsumen ............................................................. 72

5.19 Uji Reliabel Niat Beli .......................................................................... 72

5.20 Goodness of fit Full Model SEM ........................................................ 73

5.21 Uji Hipotesis Full Model SEM ........................................................... 74

5.22 Pengaruh Langsung Antar Variabel .................................................... 79

5.23 Pengaruh Tidak Langsung Antar Variabel .......................................... 80

5.24 Pengaruh Total Antar Variabel ........................................................... 80

Page 15: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Kerangka Konseptual............................................................................ . 30

4.1 Alur Konsepsi (Conception Path) .......................................................... 48

Page 16: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................ 90

Lampiran 2 Data Responden ....................................................................... 94

Lampiran 3 Output SPSS, Tabulasi Silang Karakteristik Responden ......... 96

Lampiran 4 Output SPSS, Hasil Analisis Persepsi Responden ................... 98

Lampiran 5 Uji Multikolinearitas ................................................................ 110

Lampiran 6 Uji normalitas “Macro Minitab” .............................................. 111

Lampiran 7 Output Uji Validitas “Faktor Sosial” Dengan Menggunakan

AMOS ..................................................................................... 113

Lampiran 8 Output Uji Validitas “Faktor Personal” Dengan

Menggunakan AMOS ............................................................. 115

Lampiran 9 Output Uji Validitas “Sikap Konsumen” Dengan

Menggunakan AMOS ............................................................. 118

Lampiran 10 Output Uji Validitas “Niat Beli Konsumen” Dengan

Menggunakan AMOS ............................................................. 120

Lampiran 11 Full Model SEM ....................................................................... 122

Page 17: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

xvi

DAFTAR ISTILAH

ARDIN : Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor

Indonesia

IACC : International Anti Counterfeiting Coalition

LPEM FEUI : Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia

MIAP : Hasil Studi Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan

TPB : Theory of Planned Behaviour

USTR : United States Trades Room

Page 18: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemalsuan barang bermerek memang sudah menjadi fenomena yang luar

biasa dan terjadi di seluruh belahan dunia. Bahkan pemalsuan barang fashion

sudah dianggap menjadi sebuah epidemik dan merugikan jutaan dollar Amerika

bagi industri fashion (Cheek and Easterling, 2008). Banyak alasan kenapa

seseorang membeli barang fashion palsu, dan alasan-alasan tersebut sudah dapat

ditemukan di beberapa literatur-literatur internasional. Pembeli barang palsu

memberikan alasan bahwa mereka membeli barang palsu, karena hal tersebut

tidak memberikan dampak langsung yang merugikan bagi mereka, harga barang

palsu jauh lebih murah sehingga mereka merasa seolah-olah sebagai wise

shoppers. Alasan lain yang diberikan oleh konsumen barang palsu adalah mereka

menganggap pembelian barang palsu tersebut tidak akan merugikan pemilik

merek asli (Ha and Lennon dalam Cheek and Easterling, 2008). Bloch et al.,

1993, menyatakan bahwa konsumen membeli barang palsu karena alasan kondisi

keuangan yang sangat minim. Sedangkan Cordel et al (1996) menyatakan bahwa

permintaan akan produk palsu karena performa dari produk palsu sudah tidak jauh

berbeda dibandingkan dengan produk aslinya.

International Anti Counterfeiting Coalition (IACC) telah memperkirakan

bahwa pemalsuan barang (counterfeiting) bertanggungjawab pada kerugian

sebesar 200 triliun dollar Amerika di seluruh dunia. Kerugian tersebut termasuk

Page 19: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

2

hilangnya pekerjaan, hilangnya pajak, dan penjualan (Furnham and Valgeirsson,

2007). Namun hal tersebut bukan hanya terjadi di Amerika, juga di seluruh dunia

termasuk Indonesia. Pertumbuhan dari pemalsuan dapat dikatakan sebagai akibat

dari meningkatnya perdagangan global dan munculnya pasar-pasar baru, majunya

perkembangan teknologi, dan meningkatnya barang-barang yang dianggap

bernilai untuk dipalsukan (Wee et al., 1995; Bloch et al., 1993; Alcock et al.,

2003). Merek barang mewah mudah dipalsukan karena barang-barang tersebut

mudah untuk dijual dan tidak menciptakan biaya produksi yang tinggi (Shultz and

Soporito, 1996; Gentry et al., 2006). Selanjutnya dikatakan bahwa demand dari

konsumen pun meningkat dikarenakan konsumen mengejar status dan berharap

dianggap sadar akan fashion (Chang, 1998; Eisend and Schuchert-Guler, 2006).

Hingga saat ini, masih banyak konsumen secara sadar tetap membeli barang

bermerek palsu terlepas dari adanya hukuman yang dapat dibebankan kepada si

penjual dan pembeli (Block et al., 1993; Cordell et al., 1996; Prendergast et al.,

2007).

Sejak tahun 2004, pemalsuan merek barang hampir bernilai 512 juta US

Dollar (Eisend and Schubert-Guler, 2006) dan angka tersebut semakin bertambah.

Pertumbuhan dari pemalsuan barang ini tentunya memiliki dampak yang tidak

baik bagi pemilik merek yang asli. Dampak yang sangat tidak baik ini seharusnya

dapat dimengerti oleh konsumen, namun demikian meningkatnya pemalsuan

barang, tentu juga karena adanya permintaan dari konsumen terhadap barang-

barang palsu tersebut.

Page 20: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

3

Kamar Dagang dan Industri Amerika Serikat atau United States Trades

Room (USTR) juga merilis daftar pasar di beberapa negara yang diduga

memperdagangkan barang-barang bajakan atau palsu di dunia melalui internet.

Termasuk dalam negara yang diduga menjual barang-barang bajakan dan palsu itu

adalah Indonesia. Menurut USTR, Indonesia dimasukkan pada daftar pasar yang

banyak memperdagangkan barang bajakan dan palsu bersama beberapa negara

seperti Ekuador, Paraguay, Argentina, Hongkong, India, Ukraina, Filipina,

Thailand, Meksiko, Pakistan, dan Kolombia.

Pada pertemuan yang membahas perdagangan internasional yang

dilakukan di Jepang, delegasi sejumlah negara maju mencapai kesepakatan dasar

atas pemalsuan barang. Pertemuan atas pembahasan perjanjian ini diadakan di

Tokyo, Jepang, pada Tahun 2009, dengan melibatkan 10 negara Uni Eropa,

termasuk Jepang dan Amerika Serikat. Perjanjian tersebut akan menjadi kekuatan

dan kontrol terhadap penyebaran barang palsu bermerek, serta pelanggaran hak

cipta. Isi dari perjanjian perdagangan internasional tersebut adalah siapa pun yang

tertangkap memperdagangkan barang palsu bermerek akan dituntut dengan

hukuman penjara. Salah satu perjanjian yang telah disepakati itu berupa panggilan

inspeksi wajib untuk pemalsuan barang bermerek yang dijadikan komoditi ekspor

dan impor. Negara-negara anggota juga berusaha membujuk negara berkembang

di Asia, Timur Tengah, dan di negara lain, tempat di mana pemalsuan barang

bermerek dan pelanggaran hak cipta banyak beredar. Namun demikian, perjanjian

yang dibuat di tahun 2010 tersebut juga tidak banyak memiliki dampak hingga

saat ini (website Liputan 6 SCTV, 2010).

Page 21: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

4

Pemerintah Indonesia apabila ingin mengambil langkah serius dalam

menangani pemalsuan, maka dibutuhkan keterlibatan semua level, dari tingkat

nasional sampai daerah. Namun demikian, sampai sekarang belum ada tindakan

yang kohesif untuk menghadapi tantangan dari problem pemalsuan.

Fenomena kegiatan pemalsuan di Indonesia yang semakin tahun semakin

meningkat ini sebenarnya sudah berusaha ditahan oleh pemerintah lewat undang-

undang, namun sepertinya undang-undang relatif tidak sukses dalam menahan laju

bisnis barang palsu. Aturan sudah ada mulai Tahun 1961, yakni Undang-Undang

Nomor 21 tahun 1961 menggunakan sistem deklaratif. Karena dipandang tidak

sesuai lagi, maka sistem deklaratif tersebut diubah menjadi sistem konstitutif,

dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. Kemudian, aturan

hukum tentang merek dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 serta

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 (konsolidasi) tentang Merek dianggap

telah tidak sesuai lagi dan untuk itu kemudian diubah dalam Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 yang selanjutnya disebut Undang-undang Merek.

UU Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek memberikan definisi

sebagai berikut:

“Merek sebuah barang dapat berupa gambar, nama, huruf, kata-kata,

angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut

yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan

barang dan jasa”.

Hasil Studi Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) dengan

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia (LPEM FEUI) melakukan penelitian terhadap 12 sektor industri pada

Page 22: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

5

periode 2002-2005. Hasil penelitian menyebutkan, tindakan pemalsuan di industri

sepatu, tekstil, pakaian jadi, rokok, dan pestisida selama periode tersebut

menimbulkan kerugian mencapai Rp 4,4 triliun. Hal ini belum termasuk

pemalsuan terhadap produk software yang menimbulkan kerugian Rp 3,6 triliun.

Segala tindakan pemalsuan tersebut telah menghilangkan potensi lapangan

pekerjaan sebanyak 124 ribu orang. Menurut MIAP peredaran barang-barang

palsu masih terbilang tinggi di Indonesia. Hasil studi dampak ekonomi yang

dilakukan untuk 12 sektor industri dan dilakukannya pemusnahan 2,18 juta keping

produk cakram optik oleh Polda Metro Jaya 15 Desember Tahun 2010

membuktikan bahwa pasar Indonesia masih menjadi surga bagi barang-barang

palsu dan barang bajakan. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menekan

peredaran barang-barang palsu harus terus dilakukan oleh seluruh pemangku

kepentingan, baik oleh aparat penegak hukum maupun oleh masyarakat yang

peduli atas keaslian suatu produk yang akan dikonsumsinya.

Berdasarkan sebuah artikel yang dikeluarkan oleh MIAP di Tahun 2011,

dibandingkan dengan kejadian pemalsuan barang di Tahun 2004 maka bisa

dikatakan bahwa pada Tahun 2010 terjadi peningkatan pemalsuan barang

sebanyak 9 (sembilan) kali lipat. Hal tersebut adalah temuan MIAP bersama

dengan LPEM FEUI. Bahkan lebih lanjut disebutkan bahwa sebanyak 12 (dua

belas) sektor industri mengalami kerugian sekitar Rp 37 Triliun. Kedua belas

sektor industri tersebut adalah: kosmetik, pestisida, obat-obatan, minuman non-

alkohol, produk kulit, perlengkapan kantor, elektronik, suku cadang otomotif,

produk fashion, pompa air, lampu, dan pelumas mesin.

Page 23: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

6

Seperti dinyatakan dalam website resmi Harian Nasional Kompas

(www.kompas.com) data kerugian per tahun dari Tahun 2004-2010 memang sulit

dikumpulkan, dikarenakan pendataan baru dimulai dari Tahun 2005, dan

pengumpulan data akhirnya dilakukan oleh LPEM FEUI, dan hasilnya merupakan

rangkuman seperti Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kerugian Total 12 Industri Indonesia karena Pemalsuan,

Periode 2004-2010

No Tahun Kerugian

1 2004 Rp 4,4 Triliun

2 2010 Rp 37 Triliun

Sumber : MIAP dan LPEM FEUI

Salah satu contoh dari kedua belas industri yang dikatakan di atas yaitu

industri suku cadang otomotif. Menurut sebuah artikel dalam majalah Trust di

Tahun 2004 dinyatakan bahwa pemalsuan barang di Indonesia benar-benar sudah

mencapai tingkat meresahkan. Hampir semua dipalsukan di Indonesia. PT. Astra

Daihatsu Motor, sebagaimana diakui oleh Wakil Presiden Direkturnya, Noertjahjo

Darmadji, juga dilanda pemalsuan onderdil atau suku cadang yang gila-gilaan.

Pemalsuan ini sampai menggerogoti 20 persen pendapatan Daihatsu Motor. Bila

pendapatan Daihatsu Motor sebesar Rp 180 miliar setahun, berarti pemalsuan

onderdilnya sebesar Rp 36 miliar per tahun.

Harian Bisnis Indonesia pada bulan Mei 2004 menyatakan bahwa

berdasarkan data yang dihimpun dari Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta

Pusat, dalam kurun setahun terakhir perkara merek masih menempati porsi

Page 24: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

7

terbesar dibandingkan dengan perkara hak kekayaan intelektual lainnya seperti

desain industri, hak cipta, dan paten. Sepanjang Tahun 2009, sebanyak 86 persen

perkara hak kekayaan intelektual yang masuk ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

adalah gugatan pembatalan maupun penghapusan merek. Sementara, perkara hak

cipta, desain industri, dan paten, berturut-turut hanya sekitar 2,32 persen, 8,14

persen, dan 3,48 persen.

Hidayat dan Phau (2003) menyatakan bahwa di Indonesia, termasuk di Bali,

berbelanja produk tiruan adalah hal yang biasa dan lumrah, karena perilaku

tersebut seolah-olah sudah dilegitimasi oleh masyarakat. Salah satu produk yang

sering banyak dipalsukan dan dibeli konsumen adalah produk mode atau fashion.

Di Bali sendiri banyak sekali toko atau outlet yang menjual barang fashion

bermerek palsu. Salah satu contoh produk fashion yang banyak sekali dipalsukan

di Bali adalah Louis Vuitton. Louis Vuitton atau sering disingkat sebagai LV

merupakan salah satu merek yang paling banyak dipalsu di dunia fashion karena

citranya sebagai simbol status. Hanya sebagian kecil dari produk yang

menyandang inisial LV di populasi umum adalah otentik. Ironisnya, tanda tangan

Monogram Canvas diciptakan untuk mencegah pemalsuan. Pada tahun 2004,

Louis Vuitton palsu menyumbang 18 persen dari aksesoris palsu. Perusahaan LV

mengambil langkah menurunkan tingkat pemalsuan dengan serius. Di Amerika,

LV mempekerjakan tim pengacara dan lembaga investigasi khusus, aktif mengejar

pelaku melalui pengadilan di seluruh dunia, dan mengalokasikan sekitar setengah

dari anggaran komunikasi untuk melawan pembajakan.

Page 25: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

8

Bagaimana dengan pemalsuan barang fashion bermerek lainnya yang terjadi

di Bali? Saat ini bisa ditemukan begitu banyak barang-barang palsu yang dijual di

beberapa daerah yang sangat strategis dan terpapar dengan umum. Pebisnis barang

palsu bahkan sepertinya tidak takut akan sanksi hukum yang ada, terbukti dari

jumlah outlet yang terus bertambah di Bali. Barang-barang palsu tersebut bukan

hanya sukses diniati oleh pasar lokal namun juga turis mancanegara.

Penelitian ini berusaha mengupas pemalsuan barang fashion bermerek dalam

kategori aksesoris antara lain tas, kacamata, jam tangan, sepatu, dikarenakan

adanya fenomena mengenai peningkatan bisnis barang fashion palsu tersebut. Di

Bali, sudah banyak sekali keluhan akan adanya pemalsuan barang yang dilakukan

terhadap barang fashion terkenal, bahkan aparat Poltabes Denpasar Bali

membongkar sindikat pemalsuan baju bermerek senilai puluhan juta rupiah baru-

baru ini di tahun 2011. Dalam operasinya, sindikat tersebut kerap memasok hasil

kejahatannya untuk diekspor ke luar negeri (www.indosiar.com) namun tetap saja

pemalsuan barang berjalan dengan sangat marak. Beberapa keluhan dari merek-

merek fashion ternama di Bali juga masuk ke dalam pemberitahuan pada harian-

harian di Bali.

Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia (ARDIN)

Provinsi Bali pada tahun 2010 juga menyatakan dalam website resminya bahwa,

salah satu produk fashion di Bali, Quicksilver mengalami pemalsuan merek. Dari

semua lokasi razia ditemukan ratusan barang yang diduga palsu dengan

menggunakan merek dagang Quiksilver, Roxy dan DC, berupa baju kaos, celana

Page 26: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

9

pendek, celana, celana surfing, topi, dompet, ikat pinggang, tas ransel, rok anak,

sepatu, serta sandal jepit yang diperjualbelikan secara ilegal dari tiga toko. Ketiga

toko tersebut yakni MB beralamat di Popies Lane II Benesari Kuta, Toko F

beralamat di Kapten Agung Denpasar, Toko JA beralamat di Kuta Square Kuta,

dan Toko C di Kuta Square Kuta. Website resmi televisi nasional Indosiar, juga

menyatakan bahwa di Bali terjadi pemalsuan baju bermerek berskala besar dam

bernilai puluhan juta rupiah yang dikirim ke luar negeri. Merek fashion lain yang

juga banyak menjadi korban pemalsuan adalah Volcom, karena berbagai kaos,

celana, dan barang lainnya dijual dengan harga 80 persen lebih murah dari harga

aslinya.

Fenomena meningkatnya bisnis pemalsuan barang ini memang terkait

dengan perilaku konsumen yang berhubungan erat dengan proses pengambilan

keputusan dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhannya. (Kotler dan Amstrong, 2009) Perilaku konsumen

dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Salah satu

faktor eksternal adalah keinginan konsumen untuk terlihat sama dengan role

model mereka. Seperti misalnya, seorang wanita yang memiliki role model

seorang selebriti yang sering menggunakan barang fashion mewah, maka wanita

tersebut pun ingin memiliki barang fashion mewah yang sama, namun apabila

kemampun belinya rendah, maka membeli barang fashion palsu menjadi jalan

keluarnya. Kondisi ini menyuburkan pemalsuan. Dari sinilah muncul peluang

bisnis untuk menjual barang fashion palsu. Semakin besar keinginan konsumen,

Page 27: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

10

maka semakin tinggi pula jumlah perusahaan yang menghasilkan dan menjual

barang fashion palsu. Lewat pemikiran tersebut, maka penelitian ini dilakukan.

Penelitian ini menggunakan acuan utama dari penelitian pada tahun 2009

berjudul Devil Wears (counterfeiting) Prada: a study of antecedents and outcomes

of attitudes towards counterfeits of luxury brands (Phau dan Teah, 2009).

Penelitian tersebut lebih banyak membahas perilaku konsumen terhadap barang

palsu yang banyak terjadi di Cina. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya

2 (dua) faktor yang mempengaruhi sikap dan niat konsumen pada barang fashion

palsu, yaitu faktor sosial dan faktor personal. Penelitian tersebut juga memiliki

kemiripan dengan penelitian-penelitian empiris sebelumnya.

(Nia dan Zaichkowsky, 2000) menyatakan bahwa konsumen semakin

bersifat positif terhadap barang palsu karena merasa bahwa barang palsu tidak

akan merugikan barang asli dan bahwa barang palsu akan selalu menjadi produk

yang bersifat inferior terhadap produk aslinya. Kemudian Prendergast, Chuen, dan

Phau (2002), menyatakan bahwa pembelian produk palsu didorong oleh referensi

dari keluarga dan teman. Pembelian juga didorong dengan adanya fakta bahwa

produk palsu tersebut semakin memiliki kualitas yang baik. Hidayat dan Phau

(2003) menyatakan bahwa negara-negara Timur yang dikenal memiliki budaya

kolektivisme sangat mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan

pribadi. Di pihak lain, kebudayaan barat memiliki budaya individualisme yang

harus dihormati dan ini tentunya berhubungan dengan lebih baiknya penghargaan

kepada individualisme termasuk di dalamnya penghargaan kepada kepemilikan

intelektual. Chang (1998) membukt ikan bahwa budaya Barat dan Timur

Page 28: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

11

menunjukkan perbedaan sangat signifikan dan nampaknya sulit dipertemukan.

Skala dimensi Amerika Serikat (Barat) menunjukkan berbanding terbalik dengan

China (Timur) dari keempat aspek yang ada, baik power distance, uncertainty

avoidance, individualism dan masculinity. Dari sisi personal, bisa dapatkan juga

pernyataan dari Wee et al. (1995) yang meneliti 3600 konsumen di Asia yang

membeli barang palsu. Konsumen tersebut melihat pembelian barang palsu

sebagai sesuatu yang kurang beresiko dan kurang beretika, memiliki value-

conscious, dan memiliki pendapatan yang rendah dibanding mereka yang tidak

membeli barang palsu. Cheung dan Predendergast (2006) melakukan penelitian

mengenai korelasi antara demographic dari 1152 orang dewasa di Asia dengan

perilaku pembelian barang palsu. Di penelitian ini keluarga middle dan high

income, pria, white collar, dan konsumen lulusan SMU dan single lebih banyak

membeli barang palsu. Kaum pria embeli CD palsu, sedangkan kaum wanita

membeli pakaian palsu. Phau dan Teah (2009) yang mencatat bahwa status

consumption dan integrity merupakan pengaruh yang kuat pada minta pembelian

barang palsu, dimana normative dan information susceptibility, personal

fratification, value consciousness, dan novelty seeking memiliki pengaruh yang

lemah. Sikap terhadap barang fashion palsu memang mempengaruhi niat beli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yaitu bagaimana Faktor Sosial dan

Faktor Personal mempengaruhi sikap konsumen dan juga niat beli konsumen,

maka dapat disusun rumusan masalah berkaitan dengan judul penelitian:

Page 29: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

12

1) Bagaimana pengaruh faktor sosial terhadap sikap konsumen pada pemalsuan

barang di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung ?

2) Bagaimana pengaruh faktor sosial terhadap niat beli konsumen pada barang

fashion palsu di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung ?

3) Bagaimana pengaruh faktor personal terhadap sikap konsumen pada

pemalsuan barang di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung ?

4) Bagaimana pengaruh faktor personal terhadap niat beli konsumen pada barang

fashion palsu di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung ?

5) Bagaimana pengaruh sikap konsumen pada pemalsuan barang terhadap niat

beli konsumen di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang, pokok permasalahan, dan judul

penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui pengaruh faktor sosial terhadap sikap konsumen pada

pemalsuan barang di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

2) Untuk mengetahui pengaruh faktor sosial terhadap niat beli konsumen di Kota

Denpasar dan Kabupaten Badung.

3) Untuk mengetahui pengaruh faktor personal terhadap sikap konsumen pada

pemalsuan barang di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

4) Untuk mengetahui pengaruh faktor personal terhadap niat beli konsumen di

Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Page 30: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

13

5) Untuk mengetahui pengaruh sikap konsumen pada pemalsuan barang terhadap

niat beli konsumen di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun serangkaian manfaat yang ingin diraih pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

a. Untuk mengkonfirmasi penelitian yang umumnya dilakukan dengan

menggunakan responden pembeli dan pengguna barang palsu

b. Memberikan masukan berharga bagi bahan pembelajaran mengenai

perilaku konsumen dalam hubungannya dengan pemalsuan barang

2. Manfaat praktis

a. Menjadi masukan bagi produsen barang-barang fashion dengan merek asli

untuk lebih mendalami sikap konsumen terhadap pemalsuan barang

sehingga perusahaan dapat membuat langkah-langkah mengurangi angka

pemalsuan barang dan menjadikan sikap positif terhadap pemalsuan

barang menjadi sebaliknya, atau menjadi sikap tidak positif

b. Membantu Pemerintah khususnya yang menangani isu pemalsuan barang

(departemen perdagangan) dalam melihat dan menyikapi fenomena

pemalsuan barang yang semakin meningkat jumlahnya di Kota Denpasar

dan Kabupaten Badung, sehingga dapat membuat peraturan-peraturan

yang berhubungan dengan pembuatan juga pembelian barang palsu, serta

melakukan kegiatan edukasi agar masyarakat mendapatkan informasi lebih

Page 31: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

14

banyak seputar pemalsuan barang dan semakin peduli terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Page 32: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka yang diambil untuk penelitian ini diambil dari berbagai

macam sumber jurnal dan buku yang tentunya berhubungan dengan penelitian ini.

Definisi dan pengertian tentang pemalsuan, faktor sosial, faktor personal, sikap,

dan niat beli dijelaskan sebagai berikut:

2.1 Pemalsuan

Pemalsuan adalah suatu aksi reproduksi dari sebuah merek yang sudah

memiliki trademark (Cordell et al., 1996), yang mana sangat mirip dengan barang

aslinya. Hal ini termasuk dalam hal packaging, labeling, dan trademark, dimana

sengaja dilakukan untuk benar-benar dapat dianggap mirip dengan barang aslinya

(Kay, 1990; Ang et al., 2001; Chow, 2000).

Lai dan Zaichkowsky (1999) mengatakan bahwa pemalsuan dan

pembajakan pada dasarnya adalah merupakan hal yang sama, karena pemalsuan

dan pembajakan adalah reproduksi dari barang yang identikal dari sebuah barang

asli. Dua terminologi (pemalsuan dan pembajakan) sering digunakan bergantian

(Wee et al., 1995; Kwong et al., 2003). Namun demikian, pembajakan lebih

sering digunakan untuk barang software dan fixed medium content seperti

misalnya film dan musik (Chow, 2000; Cheung and Prendergast, 2006).

Riset telah mengidentifikasikan bahwa ada dua macam konsumen dalam

pemalsuan produk. Pertama adalah korban, yang tidak tahu dan tidak bermaksud

Page 33: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

16

untuk untuk membeli barang palsu dikarenakan miripnya barang palsu tersebut

dengan produk aslinya (Grossman and Shapiro, 1988; Bloch et al., 1993; Mitchell

and Papavassilliou, 1997; Tom et al., 1998). Sedangkan yang kedua adalah

konsumen yang memang bersedia berpartisipasi dalam membeli barang palsu

walaupun sadar bahwa hal tersebut adalah kegiatan illegal (Bloch et al., 1993;

Cordell et al., 1996; Prendergast et al., 2002).

Pemalsuan barang atau counterfeiting adalah sebuah pemalsuan yaitu

memproduksi suatu produk yang menyalin atau meniru penampakan fisik suatu

produk asli sehingga menyesatkan para konsumen bahwa ini adalah produk dari

pihak lain. Produk yang melanggar merek dagang, pelanggaran hak cipta,

peniruan kemasan, label dan merek merupakan bagian dari pemalsuan.

Penggolongan barang palsu menurut para ahli bisa dibedakan menjadi 4

(empat) golongan, berdasarkan pada tingkat pelanggaran (Masyarakat Anti

Pemalsuan Barang, 2009) yaitu:

1) Produk palsu sejati (true counterfeit product), yaitu pemalsuan yang dilakukan

dengan meng-copy 100 persen persis dengan yang aslinya.

2) Produk palsu yang tampak serupa (look-alike), yaitu melakukan pemalsuan

yang dibedakan sedikit dari aslinya. Bisa dalam bentuk label dan packaging.

3) Reproduksi, yaitu melakukan pemalsuan seperti dalam bidang seni, contohnya

adalah lukisan dan foto. Dalam hal ini, konsumen sebenarnya sudah diberitahu

bahwa produk adalah reproduksi.

Page 34: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

17

4) Imitasi yang tak meyakinkan, adalah sebuah pemalsuan yang terlihat secara

kasat mata, bahwa proses pemalsuan dilakukan dengan sangat buruk (poor)

dan tentunya menimbulkan pertanyaan pada konsumen.

Peredaran barang palsu akibat pemalsuan merek di Indonesia sungguh

memprihatinkan. Sebab dari empat kategori produk pemalsuan di atas yakni

produk palsu sejati (true counterfeit product), produk palsu yang tampak serupa

(look-alike), reproduksi, dan imitasi yang tak meyakinkan, seluruhnya ada di

Indonesia (Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan, 2009).

Grossman and Shapiro (1988) menyatakan ada penggolongan yang

berdasarkan konsumen tentang produk yang bersangkutan, yakni:

1) Deceptive counterfeiting (pemalsuan yang bersifat memperdayai), yaitu ketika

pemalsuan yang dilakukan adalah tanpa sepengetahuan konsumen, bahwa

pemalsuan dilakukan untuk menipu, memperdayai dan bahkan berbohong

dengan mengatakan bahwa barang yang mereka jual adalah barang asli.

2) Non-deceptive counterfeiting (pemalsuan yang tidak bersifat memperdayai)

terjadi ketika barang palsu dijual memang diakui sebagai barang palsu, dan

informasi tersebut diberikan kepada konsumen yang memiliki niat untuk

melakukan pembelian.

Pemalsuan adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru atau benda,

statistik, atau dokumen-dokumen, dengan maksud untuk menipu. Kejahatan yang

serupa dengan penipuan adalah kejahatan memperdaya yang lain, termasuk

melalui penggunaan benda yang diperoleh melalui pemalsuan. Menyalin,

pengganda, dan mereproduksi tidak dianggap sebagai pemalsuan, meski pun

Page 35: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

18

mungkin mereka nanti dapat menjadi pemalsuan selama mengetahui dan

berkeinginan untuk tidak dipublikasikan. Dalam hal penempaan uang atau mata

uang itu lebih sering disebut pemalsuan. Barang konsumen tetapi juga meniru

ketika mereka tidak diproduksi atau yang dihasilkan oleh manufaktur atau

produsen diberikan pada label atau merek dagang tersebut ditandai oleh simbol.

2.2 Faktor Sosial

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor sosial. Beberapa contoh faktor

sosial adalah kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Definisi kelompok

adalah dua orang atau lebih yang berhubungan untuk mencapai tujuan bersama.

Keluarga dapat pempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga adalah organisasi

pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Faktor sosial

merujuk kepada efek yang diberikan dari seseorang kepada sikap konsumen

individu lainnya (Ang et al., 2001). Dua bentuk yang biasanya muncul adalah

information susceptibility dan normative susceptibility (Bearden et al., 1989;

Wang et al., 2005).

Information susceptibility terjadi ketika sebuah keputusan pembelian

terjadi berdasarkan opini seseorang yang ahli (expert’s opinion) (Ang et al., 2001;

Wang et al., 2005). Opini dari orang lain tentunya menjadi sangat berguna bagi

seorang konsumen yang memiliki pengetahuan sangat terbatas mengenai suatu

produk. Apabila seorang konsumen berada pada lingkungan yang sangat mengerti

perbedaan antara barang asli dan barang palsu, dan mereka memiliki pandangan

Page 36: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

19

yang negatif terhadap pemalsuan, maka konsumen tersebut juga kemungkinan

besar memiliki sikap yang negative terhadap pemalsuan.

Sedangkan normative susceptibility adalah sebuah keputusan pembelian

berdasarkan harapan untuk dapat memikat orang lain (Ang et al., 2001; Wang et

al., 2005; Penz and Stottinger, 2005). Dikarenakan image seseorang memegang

peranan penting, maka membeli barang palsu malah akan membuat image

seseorang menjadi buruk, oleh karena itu sikap konsumen terhadap barang palsu

akan menjadi tidak baik (unfavorable).

Ada juga dalam penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa derajat

dari collectivism berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain, tergantung pada

lokasinya (Koch and Koch, 2007). Lebih jauh dikatakan bahwa collectivism

adalah target-specifik (Hui et al., 1991). Bisa dikatakan bahwa seorang individu

merasa lebih terkumpul pada satu group tertentu dan menjadi lebih individualistik

terhadap group lainnya. Hofstede (1991) juga mengatakan bahwa negara yang

banyak memiliki collectivism adalah negara yang memiliki pembangunan

ekonomi yang cukup lambat.

Collectivism telah banyak didiskusikan sebagai salah satu faktor dalam

lingkukan Asia yang banyak mempengaruhi sikap konsumen terhadap barang

palsu. Oleh karena itu kemungkinannya di Indonesia, konsumen memiliki sikap

yang positif terhadap pemalsuan barang.

Page 37: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

20

2.3 Faktor Personal

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh faktor pribadi seperti umur

dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian

dan konsep diri pembeli. Umur sangat mempengaruhi keputusan seorang

konsumen dalam melakukan pembelian barang atau jasa. Tentunya seorang anak

yang belum bekerja tidak akan melakukan pembelian secara berlebihan.

Sebaliknya, seorang yang sudah bekerja dan mempunyai penghasilan lebih

berpotensi untuk melakukan pembelian yang lebih besar. Selain umur, pekerjaan

juga mempengaruhi pembelian seorang konsumen. Uang adalah sebuah alat untuk

melakukan pembelian. Seseorang yang bekerja dengan penghasilan lebih besar

tentunya lebih berpotensi untuk melakukan pembelian yang lebih besar

dibandingkan dengan seseorang yang bekerja dengan penghasilan yang lebih

kecil. Situasi ekonomi juga mempengaruhi tingkat pembelian di sebuah negara.

Negara yang sedang mengalami krisis akan berdampak pada menurunnya tingkat

ekonomi masyarakatnya. Uang akan menjadi barang langka yang tentunya tidak

akan digunakan untuk keperluan yang tidak mendesak. Hal ini menyebabkan

tingkat pembelian akan cenderung menurun. Pengaruh gaya hidup konsumen

sangat tergantung pada konsumen itu sendiri.

Kebanyakan pembeli barang mewah asli mencari nilai untuk merek,

prestige, dan juga image namun tidak bersedia untuk membayar harga yang mahal

(Bloch et al., 1993). Untuk harga yang lebih rendah dan kualitas yang sedikit

lebih rendah dari standard, barang palsu masih dianggap sebagai value for money

(Bloch et al., 1993; Lichtenstein et al., 1990; Ang et al., 2001; Wang et al., 2005)

Page 38: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

21

Sebagai barang palsu, mereka tetap memberikan fungsional yang sama dengan

barang aslinya, tapi hanya dengan sebagian kecil harga barang aslinya, maka

barang palsu cukup disukai. Untuk konsumen yang sangat peka dengan arti

sebuah nilai produk, maka sikap konsumen tersebut terhadap barang palsu

menjadi positif.

Pencarian novelty adalah sebuah rasa penasaran dari konsumen untuk

mencari varian dan perbedaan (Hawkins et al., 1980; Wang et al., 2005).

Konsumen yang memiliki tendensi untuk mencoba berbagai produk baru

kemungkinan besar memiliki sikap yang positif terhadap barang palsu. Konsumen

yang mencari Novelty tentunya sangat tertarik kepada produk yang memiliki

resiko pembelian yang kecil (low purchase risk). Oleh Karena itu, harga yang

murah dari barang palsu sangat cocok dan dapat memuaskan mereka yang suka

bereksperimen (Wee et al., 1995).

Berdasarkan teori Kohlberg akan moral competency theory (1976)

perilaku konsumen akan dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi mereka. Nilai-nilai

seperti integrity akan mempengaruhi mereka dalam melakukan kegiatan yang

tidak beretika dan tidak legal (Steenhaut and Van Kenhove, 2006). Integrity

ditentukan oleh standar etika pribadi dan kepatuhan terhadap hukum. Bila

konsumen melihat integritas adalah sesuatu yang penting, maka mereka akan

melihat barang palsu sebagai sesuatu yang negatif (Ang et al., 2001; Wang et al.,

2005).

Personal gratification adalah kebutuhan seseorang untuk merasa sukses

dan berhasil, mendapatkan pengakuan dari masyarakat, dan keinginan untuk

Page 39: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

22

menikmati yang terbaik dalam hidup (Ang et al., 2001; Wang et al., 2005).

Konsumen yang meiliki personal gratification yang tinggi akan menjadi lebih

sadar untuk memiliki penampilan yang sangat bailk Oleh karena itu, ada

kemungkinan besar kalau mereka sangat tidak suka untuk membeli barang dengan

standar rendah dan tentunya memiliki pandangan yang negatif dalam melakukan

pembelian barang palsu.

Status consumption telah lama didefinisikan sebagai pembelian,

penggunaan, dan konsumsi dari barang dan jasa untuk meningkatkan status

(Mason, 1981; Scitovsky 1992; Eastman et al., 1997). Status memerlukan adanya

rasa menghargai dan rasa iri yang datang dari orang lain, dan mewakili tujuan dari

sebuah budaya. Lebih lanjut, hal ini meliputi adanya ranking sosial atau

pengakuan sebuah komunitas terhadap individu (Dawson and Cavell, 1986;

Scitovsky, 1992; Eastman, 1997). Adalah sangat tidak akurat untuk mengatakan

bahwa hanya mereka yang kaya yang melakukan status consumption (Freedman,

1991; Miller, 1991; Eastman et al., 1997; Shipman, 2004). Status consumption

dilakukan oleh konsumen yang mencari kepuasan pribadi dan ingin

memperlihatkan prestige dan status mereka kepada lingkungan sekitar, biasanya

lewat bukti-bukti yang terlihat (Eastmen et al., 1997). Status consumers mencari

merek-merek yang memiliki simbol yang dapat menaikkan status mereka. Oleh

karena itulah konstruk dari status consumptin akan menggunakan scale yang

dipakai oleh Eastmen et al. (1997) karena dapat mengukur apakah konsumen yang

peduli akan status akan tertarik pada barang palsu. Walaupun status consumers

Page 40: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

23

ingin memperlihatkan keberhasilan mereka, bisa saja sikap mereka terhadap

barang palsu adalah negatif.

2.4 Sikap Terhadap Pemalsuan Barang

Ajzen (1988) mendefinisikan sikap sebagai predisposisi yang dipelajari

individu untuk memberikan respon suka atau tidak suka secara konsisten terhadap

objek sikap, dimana objek tersebut bisa berupa orang, peristiwa, barang,

perusahaan, dan juga merek. Respon suka atau tidak suka itu merupakan hasil

proses evaluasi terhadap keyakinan-keyakinan individu terhadap objek sikap

(Fishbein dan Ajzen, 1975)

Sikap merupakan suatu ekspresi perasaaan seseorang yang merefleksikan

kesukan atau ketidaksukaannya terhadap suatu obyek. Karena sikaop seseorang

merupakan hasil dari suatu proses psikologis, maka hal itu tidak dapat diamati

secara langsung tetapi harus disimpulkan dari apa yang dikatakan atau

dilakukannya (Suprapti, 2010).

Produk palsu menghilangkan nilai simbolik dari barang (mewah) asli dan

menyamarkan brand equity (Zhou and Hui, 2003). Oleh karena barang palsu itu

adalah versi murah dari barang aslinya, maka ada kemungkinan bahwa tidak akan

terlihat persepsi yang berbeda dalam hal kualitas (Gentry et al., 2006), yang akan

menghasilkan erosi dari ekuitas barang asli tersebut (Grossman and Shapiro,

1988; Jacobs et al., 2001; Zhou and Hui, 2003).

Menurut Tom et al. (1998), konsumen lebih tertarik untuk membeli barang

dengan komponen fashion yang menempel pada produk tersebut, seperti halnya

Page 41: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

24

dengan barang-barang fashion mewah. Konsumen bersedia untuk membayar

untuk atribut visual dan fungsi tanpa harus membayar kualitas yang sebenarnya

(Grossman dan Shapiro, 1988; Cordell et al., 1996). Konsumen juga diharapakan

membeli barang palsu yang memiliki merek terkenal yang menempel di barang

palsu tersebut (Cordell et al., 1996). Hal ini mendorong pemikiran bahwa hanya

barang fashion bermerek saja yang berharga untuk dipalsukan dan menjadi target

untuk terjadinya produksi ilegal (Eisend dan Schuchert-Guler, 2006).

Penelitian empiris telah membahas faktor ekonomi, kualitas, legal, atau

faktor etika yang membentuk dan mempengaruhi sikap dari konsumen (Cordell et

al., 1996; Ang et al., 2001; Wang et al., 2005). Pada akhirnya, fungsi menjadi

penting ketika membeli barang bermerek palsu. Namun lebih besar lagi keinginan

untuk memiliki prestise dan simbol status dari sebuah merek terkenal (Cordell et

al., 1996; Chadha, 2007). Biasanya harga juga merupakan refleksi dari sikap

konsumen terhadap nilai dari barang palsu. Pemalsuan barang-barang bermerek

secara sengaja dibuat untuk mendapatkan keuntungan dari fakta bahwa harga

mereka jauh lebih murah dan sangat kompetitif (Gentry et al., 2006). Masih dalam

catatan yang sama, ada juga sebuah ketertarikan yang adiktif berdasarkan sikap

bahwa konsumen mau membeli barang mewah namun tidak ingin membayar haga

mahal yang berasosiasi dengan barang mewah tersebut (Cordell et al., 1996).

Persepsi umum adalah bahwa adanya risiko finansial yang kecil yang merupakan

added value bagi konsumen untuk membeli barang palsu, dikarenakan harga

barang palsu memang sangat menguntungkan. Sebagai tambahan, dikarenakan

harga barang palsu sangat rendah, maka harapan akan kualitas tentunya tidak

Page 42: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

25

setinggi harapan pada barang aslinya. Selama fungsi dasar dari barang tersebut

dapat terpenuhi dan dicapainya nilai simbolik, maka konsumen akan terpuaskan

(Eisend dan Schuchert-Guler, 2006).

Namun, kualitas produk dari barang palsu selalu meningkat tiap tahunnya

dikarenakan adanya kemajuan teknologi, yang menjadikan barang palsu tersebut

memiliki competitive advantage dibandingkan barang aslinya (Nill dan Shultz,

1996). Beberapa produk bahkan dapat dicoba sebelum membeli dan hal ini

menambah keberanian konsumen untuk membeli barang palsu (Cordell et al.,

1996; Bian dan Veloutsou, 2007). Namun demikian, tidak seperti barang asli,

maka barang palsu dijual tanpa adanya jaminan, di mana hal ini merupakan resiko

financial saat membeli (De Matos et al., 2007). Telah ditemukan, bahwa bila

atribut produk yang dipersepsikan antara barang asli dan barang palsu adalah

sangat mirip dalam hal kualitas, maka niat beli akan semakin tinggi (Wee et al.,

1995; Penz dan Stottinger, 2005).

Konsumen yang dihadapi oleh situasi etika akan memberikan alasan

kepada diri mereka sendiri bahwa ketika mereka membeli barang palsu, mereka

hanya sedikit bertindak unethical dan sedikit bertindak ilegal (Cordell et al., 1996;

Albers-Miller, 1999; Gupta et al., 2004), dan karena itulah konsumen tidak begitu

merasa bertanggung jawab dalam peranan mereka dalam membeli barang palsu.

Walaupun ada ukuran yang berbeda untuk mengukur sikap dan pembelian

terhadap barang bajakan (Kwong et al., 2003; Wang et al., 2005), menguji sikap

konsumen terhadap pemalsuan barang fashion mewah dapat dikatakan dalam

Page 43: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

26

tahap awal (Ang et al., 2001). Studi dapat berfokus pada pengujian sikap

individual terhadap barang palsu (Wee et al., 2995).

2.5 Niat Beli - Theory of Planned Behaviour

Menurut Theory of Planned Behaviour (TPB), perilaku membeli

ditentukan oleh niat pembelian, di mana hal tersebut ditentukan oleh sikap

(Fishbein and Ajzen, 1975). Sikap terhadap perilaku dibanding sikap terhadap

produk dianggap sebagai indikator yang yang lebih baik dibanding perilaku (Yi,

1990). Walau demikian TPB juga mengatakan bahwa opportunities dan resources

seperti misalnya akses terhadap barang palsu, harus sudah ada sebelum perilaku

membeli dapat terjadi. Tanpa situasi tersebut, terlepas dari adanya sikap yang

sangat positif, maka akan sangat sulit untuk terjadi pembelian (Chang, 1998).

Keputusan yang tidak beretika seperti misalnya membeli barang palsu

dapat dijelaskan lewat sikap, terlepas dari kelas produk (product class) tersebut

(Wee et al., 1995; Chang, 1998; Ang et al., 2001). Adanya sikap yang lebih

positif dari konsumen terhadap barang palsu maka akan meningkatkan pembelian

akan barang palsu tersebut. Sama halnya dengan semakin negatifnya sikap

konsumen terhadap barang palsu, maka akan kecil kemungkinan bagi konsumen

tersebut untuk melakukan pembelian (Wee et al., 1995).

Sebagai tambahan, faktor sosial dan personal telah lama dianggap sebagai

pengaruh kepada konsumen dalam mengambil keputusan (Miniard and Cohen,

1983) terhadap niat pembelian.

Page 44: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

27

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Indonesia sebagai salah satu negara yang sudah disebut namanya oleh

USTR sebagai negara yang banyak melakukan aktifitas pembajakan memang

harus mulai berbenah diri dan melihat fenomena ini sebagai suatu ancaman. Bali

sebagai salah satu provinsi dari Indonesia juga tidak terlepas dari maraknya bisnis

pemalsuan barang, terutama barang fashion. Hal ini tentunya merupakan

fenomena yang harus diperhatikan oleh semua stakeholder. Kepentingan pebisnis

barang asli tentunya harus diperhatikan, terlebih kerugian yang di derita di tahun

2010 mencapai Rp 37 triliun, ini adalah angka yang sangat luar biasa dan

merupakan bukti laju cepatnya pemalsuan barang (dibandingkan dengan kerugian

sebesar Rp 4,4 trilliun yang dicatat pada tahun 1994).

Pada berbagai surat kabar di Bali, sudah banyak keluhan akan adanya

pemalsuan barang yang dilakukan terhadap barang fashion terkenal. Walaupun

aparat Poltabes Denpasar Bali membongkar sindikat pemalsuan baju bermerek

senilai puluhan juta rupiah di tahun 2011.

Berbicara mengenai jenis pemalsuan, Hidayat dan Phau pada tahun 2003

mengatakan bahwa terdapat beberapa jenis pemalsuan atau pembajakan yang ada

di dunia. Pertama adalah counterfeiting, adalah pemalsuan produk yang dibuat

Page 45: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

28

persis dengan aslinya (mengkopi 100 persen) bertujuan untuk mengelabui

konsumen yang tidak sadar bahwa itu adalah barang palsu (Bamossy, 1995; Lai

and Zaickowsky, 1999). Contohnya adalah jam tangan, pemalsuan uang, dan

spare part pesawat terbang. Kedua adalah Piracy, yaitu hampir sama dengan

counterfeiting dengan perbedaan pada pembeli yang sadar bahwa produk yang

dibeli adalah palsu karena adanya perbedaan harga yang signifikan (Wee et al.,

1995). Contohnya adalah membeli jam Rolex dengan harga sangat murah di

pinggir jalan. Ketiga adalah Imitation Brands, yaitu pemalsuan dengan bentuk

yang dibedakan sedikit dari yang aslinya, bisa bungkusnya, label aslinya, atau

materialnya. Sebagai contoh adalah jam tangan Cimega untuk mengimitasi

Omega. Ke-empat adalah Grey Area, yaitu pabrikan pemegang merek asli

memproduksi dari yang seharusnya dibutuhkan tanpa dipasang label aslinya dan

dijual secara illegal. Contohnya adalah penjualan produk tanpa merek dari

perusahaan pemegang merek tersebut. Kelima adalah custom made copies, yaitu

meniru produk aslinya dengan cara meminta tolong kepada pengrajin, biasanya

merek tidak ada, tapi produk bisa sama persis karena dibuat dari produk

berkualitas. Contohnya meniru sepatu Adidas lewat tukang sepatu. Keenam

adalah shop lifting, yaitu mengkopi software tanpa ijin, cara ini terjadi saat

seseorang mengkopi software dari temannya. Ketujuh dinamakan Commercial

Piracy, yaitu ketika seseorang mengkopi software dengan tujuan menjual

kembali. Sebagai contoh seseorang mengkopi software dan memperbanyak untuk

dijual. Kedelapan adalah Corporate Piracy, yaitu mengkopi software untuk

Page 46: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

29

kepentingan kantor. Contoh: seseorang mengkopi software dan diperbanyak untuk

lingkungan kantor. Kesembilan dinamakan Garage Piracy, yaitu mengkopi

software dalam skala kecil melalui media internet. Contohnya seseorang

men-download lagu di internet tanpa ijin.

Faktor sosial dan faktor personal menjadi dua unsur yang mempengaruhi

sikap dan niat beli konsumen pada barang palsu. Penelitian sebelumnya banyak

dilakukan pada negara Cina, namun dengan karakteristik negara timur, maka

peneliti bermaksud untuk melihat bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi

niat dan sikap konsumen di Bali.

3.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini memiliki empat variabel laten (konstruk) yaitu social factor

(X1), personal factor (X2), sikap terhadap pemalsuan barang (Y1), dan niat beli

(Y2). Penelitian ini menganalisis bagaimana social factor (yang memiliki 4

indikator, yaitu 1 indikator Information susceptibility, 1 indikator Normative

Susceptibility, dan 2 indikator Collectivism) dan personal factor (yang memiliki 5

indikator yaitu value consciousness, integrity, personal gratification, novelty

seeking, dan status consumption) mempengaruhi sikap konsumen terhadap

pemalsuan barang (yang memiliki 3 indikator yaitu sikap terhadap niat pembelian

barang palsu, sikap terhadap barang palsu, dan sikap terhadap konsekuensi sosial

dan hukum) dan bagaimana sikap konsumen tersebut mempengaruhi niat beli.

Dari kerangka konseptual ini, maka dijelaskan pula pengaruh Social factor (X1)

Page 47: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

30

Faktor Sosial

Faktor

Personal

Sikap

Terhadap

Pemalsuan

Niat Beli

Barang

Fashion

Palsu

H1

H2

H5

H3

H4

terhadap niat beli (Y2), serta pengaruh personal factor (X2) terhadap niat beli (Y2).

Berikut disajikan adalah gambar kerangka konseptual

Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konseptual

3.3 Hipotesis Penelitian

Pengaruh sosial mengacu pada efek yang lain pada perilaku seorang

konsumen individu (Ang et al.., 2001). Dua bentuk umum kerentanan konsumen

untuk pengaruh sosial adalah kerentanan informasi dan kerentanan normatif

(Bearden et al., 1989;. Wang et al., 2005.). Kerentanan informasi adalah ketika

sebuah keputusan pembelian didasarkan pada pendapat pakar lain (Ang et al.,

Page 48: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

31

2001; Wang et al., 2005). Jaminan pendapat orang lain memainkan peranan

penting sebagai acuan, terutama bila konsumen memiliki sedikit pengetahuan dari

produk yang bersangkutan. Jika teman sebaya atau kelompok referensi memiliki

pengetahuan tentang perbedaan antara asli dan palsu (seperti dalam kualitas

produk), maka akan ada konsekuensi negatif dalam membeli barang fashion palsu.

Oleh karena itu, konsumen akan memiliki sikap negatif terhadap pemalsuan

barang fashion. Di sisi lain, kekhawatiran kerentanan normatif, yaitu adanya

keputusan pembelian yang didasarkan pada harapan untuk dapat memberikan

kesan pada orang lain (Ang et al., 2001;. Wang et al., 2005;. Penz dan Stottinger,

2005). Saat citra diri memainkan peranan besar, maka pembelian barang fashion

palsu tidak meningkatkan atau menggambarkan kesan yang baik. Sedangkan

kolektivisme telah dibahas sebagai salah satu faktor dalam masyarakat Asia yang

secara positif mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk bajakan dan palsu.

Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa konsumen di Indonesia akan memiliki

sikap yang positif terhadap pemalsuan barang fashion. Berdasarkan penelitian

empiris di atas, maka bisa dirumuskan hipotesis pertama:

H1 : Faktor sosial berpengaruh positif terhadap sikap konsumen pada

pemalsuan barang

Anteseden sosial telah lama dikatakan untuk memiliki pengaruh pada

pengambilan keputusan konsumen terhadap niat beli (Miniard dan Cohen, 1983).

Norma subyektif juga merupakan faktor sosial yang mengarah kepada situasi

dimana konsumen akan membeli barang palsu atau tidak (Fishbein dan Ajzen,

1975). Konsumen akan rentan terhadap informasi ketika ada orang lain yang

Page 49: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

32

bertindak sebagai expert dan mempengaruhi keputusan mereka (misalnya dalam

kualitas produk) dan juga rentan terhadap norma ketika konsumen lebih tertarik

untuk membuat impresi yang baik kepada orang disekitarnya (Bearden et al.,

1989). Terkait dengan pemalsuan, teman dan keluarga dapat menjadi inhibtor atau

contributor terhadap konsumsi barang palsu. Oleh karena itu, dirumuskan

hipotesis kedua berikut ini.

H2 : Faktor sosial berpengaruh positif terhadap niat beli barang fashion

palsu

Pengaruh personal mengacu pada beberapa hal. Kebanyakan pembeli

merek mewah asli mengejar nilai untuk merek, gengsi dan citra, tapi mungkin

tidak bersedia membayar harga tinggi untuk itu (Bloch et al., 1993.). Untuk harga

yang lebih rendah dan kualitas sedikit di bawah standar, barang palsu masih

dianggap sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan (Bloch et al., 1993;.

Lichtenstein et al., 1990;. Ang et al., 2001; Wang et al., 2005). Barang palsu

biasanya memberikan manfaat fungsional yang sama seperti aslinya, namun hanya

memiliki sebagian kecil harga produk asli, oleh karena itu barang palsu masih

dianggap baik. Untuk konsumen yang sadar nilai, mereka akan memiliki sikap

positif terhadap pemalsuan merek mewah. Mencari pembaharuan adalah

keingintahuan individu untuk mencari variasi dan perbedaan (Hawkins et al.,

1980; Wang et al., 2005). Seorang konsumen yang cenderung untuk mencoba

produk baru mungkin akan memiliki sikap positif terhadap pemalsuan merek

mewah. Konsumen yang mencari Novelty (Novelty seeking consumen) biasanya

mencari produk dengan risiko pembelian yang rendah. Oleh karena itu barang

Page 50: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

33

palsu yang berharga rendah dapat memuaskan keingin-tahuan dan rasa penasaran

mereka (Wee et al., 1995). Pengaruh integritas akan mempengaruhi penilaian

untuk melakukan kegiatan yang tidak etis seperti membeli barang palsu

(Steenhaut dan Van Kenhove, 2006). Integritas ditentukan oleh standar etika

pribadi dan ketaatan kepada hukum. Jika konsumen melihat integritas sebagai

elemen penting, kemungkinan mereka melihat barang palsu sebagai sesuatu yang

negatif (Ang et al., 2001; Wang et al., 2005). Kepuasan pribadi adalah kebutuhan

untuk memenuhi rasa keberhasilan, pengakuan sosial, dan keinginan untuk

menikmati hal-hal yang lebih baik dalam hidup (Ang et al., 2001; Wang et al.,

2005). Konsumen dengan kepuasan pribadi yang tinggi lebih sadar akan

penampilan dan visibilitas produk-produk fashion. akan memiliki sikap negatif

terhadap pemalsuan merek. Sedangkan status konsumsi (status consumption) telah

lama didefinisikan sebagai perilaku membeli untuk dapat membuat kesan yang

lebih tinggi akan diri mereka (Mason, 1981; Scitovsky, 1992; Eastman dkk,

1997). Selain itu, melibatkan peringkat sosial atau pengakuan kelompok akan

penghargaan kepada individu (Dawson dan Cavell, 1986; Scitovsky, 1992;

Eastman dkk, 1997), yang terlepas dari tingkat sosial dan pendapatan. Tidak

akurat untuk menganggap bahwa hanya orang kaya cenderung untuk melakukan

konsumsi status (Freedman, 1991; Miller, 1991; Eastman dkk, 1997;. Shipman,

2004). Konsumen pencari status berusaha untuk memiliki merek yang

memancarkan simbol-simbol merek yang mencerminkan identitas diri mereka.

Oleh karena itu dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:

Page 51: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

34

H3 : Faktor personal berpengaruh positif terhadap sikap konsumen pada

pemalsuan barang

Selain anteseden sosial, anteseden personal juga telah lama dikatakan

untuk memiliki pengaruh pada pengambilan keputusan konsumen terhadap niat

beli (Miniard dan Cohen, 1983). Vitell dan Muncy (1992) meneliti bagaimana sisi

personal juga mempengaruhi keputusan pembelian (secara tidak beretika), dimana

dalam studi ini dikatakan bahwa individu yang memiliki sikap lebih positif

terhadap bisnis dan tindakan ilegal, kemungkinan besar akan melakukan kegiatan-

kegiatan konsumen yang tidak baik atau dipertanyakan. Faktor personal meliputi

collectivism, value consciousness, integrity, personal gratification, novelty

seeking, dan status consumption dan dinyatakan memiliki hubungan yang erat

dengan terjadi atau tidak terjadinya konsumsi barang palsu (Wang et al., 2005).

Oleh karena itu, dirumuskan hipotesis keempat berikut ini.

H4 : Faktor personal berpengaruh positif terhadap niat beli barang

fashion palsu

Pengambilan keputusan ber-etika seperti pembelian palsu dapat dijelaskan

oleh sikap, terlepas dari kelas produk (Wee et al., 1995; Chang, 1998; Ang et al.,

2001.). Jika sikap konsumen lebih favorable terhadap pemalsuan, semakin tinggi

kemungkinan bahwa konsumen akan membeli merek palsu. Demikian pula, sikap

konsumen terhadap pemalsuan lebih unfavorable, semakin kecil kemungkinan

terjadinya pembelian (Wee et al.., 1995). Oleh karena itu dirumuskan hipotesis

kelima berikut ini.

H5 : Sikap konsumen pada pemalsuan barang berpengaruh positif

terhadap niat beli barang fashion palsu

Page 52: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan survey.

Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagi proses pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada. Pelaksanaan penelitian deskriptif tidak

terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan

intrepretasi tentang data tersebut. Data dan informasi dalam penelitian

dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.

Sugiyono (2008:73), menyatakan bahwa penelitian survey adalah

penelitian yang dilakukan pada populasi besar dan kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel.

Penelitian survey biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari

pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih

akurat bila digunakan sampel yang representatif.

Penelitian ini menggunakan studi penjelasan (explanatory research) yang

menjelaskan suatu hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.

Jenis penelitian ini dipilih karena tujuan dari penelitian adalah usaha yang

menjelaskan hubungan yang terjadi antar variabel dengan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpul data primer.

Page 53: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

36

Lokasi penelitian dilakukan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung

dengan alasan bahwa subyek yang diteliti adalah mengenai pengaruh faktor sosial

dan faktor personal terhadap sikap dan niat beli konsumen pada barang fashion

palsu yang lokasi penjualan memang berada dalam daerah tersebut.

Penelitian ini direncanakan selama 6 (enam) bulan yaitu mulai dari Juni

sampai dengan November 2011, dengan perincian (termasuk pembuatan proposal)

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Penelitian

No Rincian Kegiatan Jun Jul Agu

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Literatur (telusur)

Proposal (tulis)

Seminar Proposal

Revisi Proposal

2 Survey Lapangan

Entry Data

3 Analisa Hasil

No Rincian Kegiatan Sep Okt Nov

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Literatur (telusur)

Proposal (tulis)

Seminar Proposal

Revisi Proposal

2 Survey Lapangan

Entry Data

3 Analisa Hasil

Page 54: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

37

4.2 Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini didasarkan atas pengidentifikasian

tentang pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli konsumen

pada merek palsu berpedoman pada teori, data responden yang diperoleh dengan

menyebarkan kuesioner, dan penelitian terdahulu.

4.2.1 Identifikasi dan klasifikasi konstruk

Konstruk Eksogen pada penelitian ini adalah faktor sosial (X1) dan faktor

personal (X2) disusun berdasarkan studi yang dilakukan sebelumnya yang terdiri

atas sembilan indikator: information susceptibility (X1.1), normative susceptibility

(X1.2), collectivism (X1.3 dan X1.4), value consciousness (X2.1), integrity (X2.2),

personal gratification (X2.3), novelty seeking (X2.4), status consumption (X2.5),

dibangun berdasarkan studi yang dilakukan sebelumnya (Wang et al., 2005).

Konstruk Endogen dalam penelitian ini adalah sikap konsumen (Y1) dan

niat beli (Y2). Variabel sikap konsumen (Y1) dan niat beli (Y2), dibangun

berdasarkan teori dan studi yang dilakukan sebelumnya (Wang et al., 2005).

Page 55: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

38

Tabel 4.2 Identifikasi dan Klasifikasi Konstruk

Klasifikasi

Konstruk Konstruk Indikator Sumber

Eksogen

Faktor Sosial

(X1)

Kerentanan informasi (X1.1) Wang et al.,

2005

Phau and

Teah, 2009

Bearden et

al., 1989

Kerentanan normatif (X1.2)

Kolektivisme (X1.3 dan X1.4)

Faktor Personal

(X2)

Kesadaran akan nilai barang

(X2.1)

Wang et al.,

2005

Phau and

Teah, 2009

Eastman et

al., 1997

Bearden et

al., 1989

Integritas (X2.2)

Pengakuan pribadi (X2.3)

Rasa penasaran (X2.4)

Pembelian demi status (X2.5)

Endogen

Sikap

Konsumen

terhadap

pemalsuan

barang (Y1)

Sikap terhadap niat beli (Y1.1)

Wang et al.,

2005

Phau and

Teah, 2009

Sikap terhadap barang palsu

(Y1.2)

Sikap terhadap konsekuensi

Sosial (Y1.3)

Sikap terhadap konsekuensi

hukum (Y1.4)

Niat Beli

barang fashion

palsu (Y2)

Ingin membeli (Y2.1) Wang et al.,

2005

Phau and

Teah, 2009

Eisend and

schuchert-

Guler, 2006

Ingin membeli dan tidak

peduli dengan tempat membeli

yang sembarangan (Y2.2)

Rekomendasi kepada orang

lain (Y2.3)

Membelikan untuk orang lain

(Y2.4)

4.2.2 Definisi operasional konstruk

Definisi operasional variabel tentunya diambil dari berbagai sumber yaitu

Wang et al (2005), Phau dan Teah (2009), dan juga Eisend and Schuhert-Guler

(2006). Definisi dari masing-masing variabel adalah seperti yang dijelaskan

dibawah ini:

Page 56: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

39

1. Faktor sosial (X1) adalah faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang

dalam perilakunya dan memiliki indikator sebagai berikut:

a. Kerentanan informasi (X1.1)

Konsumen bergantung kepada opini orang lain yang memang ahli

mengenai produk yang ingin dibeli. Ketergantungan ini akan semakin

besar ketika konsumen sama sekali tidak memiliki informasi dan

pengetahuan tentang produk tertentu.

b. Kerentanan normatif (X1..2)

Kerentanan ini terjadi karena konsumen memiliki persepsi tentang apa

yang akan membuat orang lain berkesan atas pilihan produk-produk yang

akan dibeli oleh mereka.

c. Kolektivisme (X1.3 dan X 1.4)

Merupakan bentuk kekeluargaan atau kelompok yang dapat

mempengaruhi sikap konsumen. Konsumen di Asia di percaya sangat

memiliki rasa kekeluargaan/pertemanan yang lebih besar dari rasa

individualisme-nya. Kolektivisme bisa saja berbeda di setiap negara.

2. Faktor personal (X2) adalah faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang

dalam perilakunya dan memiliki indikator sebagai berikut:

d. Kesaradan akan nilai barang (X2.1)

Merupakan kesadaran konsumen akan nilai dari barang yang mereka

konsumsi. Konsumen memastikan bahwa uang yang mereka keluarkan

untuk membeli sebuah produk harus sesuai dengan nilai dari produk

tersebut.

Page 57: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

40

e. Integritas (X2.2)

Merupakan sebuah integritas yang memperlihatkan sudut pandang

konsumen terhadap etika dan hukum. Apakah mereka sadar atau malah

tidak perduli dengan implikasi hukum yang akan menimpa mereka ketika

mereka membeli barang palsu.

f. Pengakuan pribadi (X2.3)

Merupakan kebutuhan dari konsumen untuk mendapatkan pengakuan

sosial lewat sebuah pembelian barang dan memperlihatkan (merek) yang

mereka beli kepada orang lain.

g. Rasa penasaran (X2.4)

Merupakan sebuah rasa penasaran konsumen untuk mencoba variasi dan

berbagai merek. Perasaaan ini membuat konsumen ingin selalu menjadi

yang pertama dalam membeli produk-produk baru dari merek-merek

ternama.

h. Pembelian demi status (X2.5)

Pembelian yang dilakukan konsumen untuk menaikkan status mereka, dan

juga bertujuan untuk menjadi sama (statusnya) dengan orang yang mereka

anggap luar biasa (role model)

3. Sikap terhadap pemalsuan barang (Y1)

Sikap terhadap pemalsuan barang adalah atribut-atribut dalam sikap konsumen

terhadap pemalsuan barang. Variabel Sikap terhadap pemalsuan barang (Y1)

terdiri atas:

Page 58: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

41

a. Sikap terhadap barang fashion palsu (Y1.1)

Merupakan respon suka atau tidak suka yang diberikan seseorang secara

konsisten terhadap barang fashion palsu. Salah satu cara untuk mengecek

respon tersebut, dinyatakan dengan pernyataan apakah barang palsu

memiliki kualitas yang mirip dan fungsi yang sama dengan barang aslinya,

sehingga mereka menyukai barang fashion palsu.

b. Sikap terhadap perilaku pembelian (Y1.2)

Adalah respon suka atau tidak suka yang diberikan seseorang secara

konsisten terhadap perilaku pembelian barang fashion palsu. Salah satu

cara untuk mengecek respon tersebut, dinyatakan dengan pernyataan

apakah konsumen menganggap perilaku membeli barang palsu tersebut

dianggap tidak merugikan pihak lain, yaitu pihak pembuat barang asli.

c. Sikap terhadap konsekuensi sosial (Y1.3)

Sikap tidak takut terhadap konsekuensi sosial seperti misalnya dikucilkan

oleh masyarakat karena dianggap telah melakukan kegiatan yang tidak

beretika

d. Sikap terhadap konsekuensi hukum (Y1.4)

Sikap konsumen yang tidak takut terhadap konsekuensi hukum yaitu ada

kemungkinan untuk ditangkap oleh pihak yang berwajib dikarenakan telah

melakukan kegiatan terlarang dan melawan hukum

4. Niat beli barang palsu (Y2)

Niat beli barang palsu, dibentuk oleh tiga hal berikut ini:

Page 59: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

42

a. Keinginan konsumen untuk membeli barang palsu (Y2.1)

Adanya kehendak yang kuat dari seseorang untuk membeli barang fashion

palsu.

b. Keinginan konsumen untuk membeli barang palsu di penjaja (penjual)

pinggir jalan (Y2.2)

Niat untuk membeli barang palsu di tempat yang masuk dalam kategori

‟sembarangan‟ sehingga keaslian barang tersebut memang sudah pasti

tidak bisa dijamin.

c. Merekomendasikan seseorang untuk membeli barang palsu (Y2.3)

Memberitahu dan menganjurkan kepada seseorang seseorang, baik itu

teman atau keluarga bahwa membeli barang palsu itu tidak apa-apa,

bahkan lebih menguntungkan daripada membeli barang aslinya

d. Membelikan seorang teman barang palsu saat yang bersangkutan menitip

(Y2.3)

Tidak berkeberatan saat ada seorang teman yang meminta (menitip)

dibelikan barang palsu.

4.3 Prosedur Pengumpulan Data

Menurut Simamora (2004) data adalah fakta-fakta atau ukuran suatu

fenomena yang terekam. Data adalah informasi mentah (raw information) yang

tersedia, yang diperoleh melalui kuesioner, dan data sekunder.

Page 60: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

43

4.3.1 Jenis data

Menurut sifatnya, data dapat dibedakan menjadi data kuantitatif adalah

representasi realitas yang disimbolkan secara numerik (dengan angka-angka),

seperti jumlah sampel yang dipergunakan, dan data kualitatif, yaitu data yang

tidak berbentuk angka-angka dan tidak dapat diukur, tetapi berupa keterangan

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dalam bentuk uraian kalimat,

seperti penjelasan tentang variabel atmosfir (Simamora, 2004).

Menurut sumbernya, penelitian ini menggunakan sumber data primer dan

sekunder sebagai tambahan. Simamora (2004:45), mengatakan data primer adalah

data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab pertanyaan penelitian, data

harus diperoleh dari sumber aslinya. Data primer pada penelitian ini meliputi

jawaban responden melalui penyebaran kuesioner dan hasil wawancara.

Sedangkan data sekunder adalah data yang berupa jumlah dan kenaikan

pemalsuan barang yang terjadi di Indonesia, yang berhasil dihimpun dari berbagai

sumber.

4.3.2 Populasi dan sampel

Simamora (2004:48) menyatakan populasi adalah kumpulan dari seluruh

elemen (unit atau individu) sejenis yang dapat dibedakan menjadi obyek

penyelidikan/penelitian. Populasi penelitian ini adalah masyarakat umum di Bali

yang sudah pernah membeli barang fashion palsu, dimana merek barang fashion

sudah ditentukan pada kuesioner. Pembelian barang fashion palsu tersebut

dilakukan tempat-tempat yang sudah ditentukan di kuesioner juga. Hal ini

dilakukan dikarenakan penelitian di lakukan di negara Asia yang artinya ada etika

yang harus diutamakan, sehingga kuesioner tidak akan berkesan menghakimi

Page 61: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

44

mereka sebagai pembeli barang fashion palsu. Sedangkan sampel yang disasar

adalah hanya sebanyak 112 responden. Sebenarnya jumlah responden yang

disasar menggunakan teori bahwa ukuran sampel terbaik adalah 5 sampai 10

variabel untuk setiap estimasi parameter (Solimun, 2005). Dalam penelitian ini

ukurannya adalah 17 x 7 = 119 responden, namun dari 119 kuesioner yang

terkumpul, yang dapat digunakan hanyalah sebesar 112 eksemplar. Jumlah ini

masih masuk dalam jumlah yang memenuhi persyaratan dalam menggunakan alat

SEM.

4.3.3 Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dengan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang

berisi daftar pertanyaan mengenai judul penelitian ini kepada responden sehingga

didapat jawaban yang akan dipergunakan sebagai data dalam riset ini. Kuesioner

dibuat dalam bentuk yang sopan, mengingat topik penelitian, yaitu pemalsuan,

yang merupakan topik sensitif bagi beberapa responden.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data primer berupa kuesioner yang berisikan

pernyataan dan pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya. Materi pertanyaan

berhubungan dengan unsur-unsur penting dari penelitian ini, yaitu yang

berhubungan dengan faktor sosial, faktor personal, sikap terhadap barang fashion

palsu, dan juga niat beli terhadap barang fashion palsu

Page 62: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

45

4.4.1 Skala pengukuran

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala numerik. Skala

numerik merupakan salah satu rating scale. Rating scale adalah rangkaian pilihan

jawaban dimana responden diminta untuk menggunakannya dalam menunjukkan

respon/sikap (Johnson dan Christensen, 2008:179). Johnson dan Christensen

(2008:179) mengemukakan rating scale telah digunakan oleh banyak peneliti

sejak lama, dalam kajian awal sejarah rating scale Guilford memberikan banyak

contoh penggunaan rating scale dari awal tahun 1805 sampai setelah tahun 1900.

Beberapa tokoh penting pengembang rating scale, yaitu : Sir Francis Galton

(1822-1911), Karl Pearson (1857-1936), dan Rensis Likert (1903-1981).

Skala pengukuran numerik terdiri dari serangkaian angka yang memiliki

titik awal dan akhir, di mana ketika menentukan sebuah titik awal dan akhir titik

tersebut harus dilabeli dengan deskripsi tertulis (Johnson dan Christensen,

2008:179). Serangkaian angka adalah seperti di bawah ini:

angka 1 : tidak setuju

angka 2 : kurang setuju

angka 3 : cukup setuju

angka 4 : setuju

angka 5 : sangat setuju

Skala numerik pada dasarnya tidak berbeda dengan skala semantic

differential, perbedaannya terletak pada ruang semantik yang telah diisi dengan

angka-angka, dengan kata sifat berkutub dua pada kedua ujungnya, skala numerik

juga merupakan skala interval (Sekaran, 2006:33). Skala numerik menggunakan

angka-angka (skor-skor) untuk menunjukkan gradasi-gradasi, disertai penjelasan

singkat pada masing-masing kutub. Skala Numerik merupakan metode yang

terdiri atas beberapa alternatif nomor untuk mengukur sikap responden terhadap

subjek, objek, atau kejadian tertentu (Churchill, 2005:466). Skala ini digunakan

sa Sangat tidak setuju

Page 63: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

46

untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda atau checklist, tetapi

tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positif terletak di bagian

kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis. Jenis

data yang dihasilkan oleh skala numerik adalah interval. Dalam penelitian ini

responden diberikan kebebasan untuk memberikan penilaian atau menentukan

pendapat sesuai dengan pengalaman mengenai indikator-indikator pada kuesioner

dengan memilih salah satu dari lima rentang nilai yang tersedia.

4.5 Metode Analisis Data

Analisis data dan interpretasi hasil penelitian ditujukan untuk menjawab

tujuan penelitian dalam rangka mengungkap fenomena sosial tertentu. Analisis

data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan diimplementasikan. Metode yang dipilih untuk menganalisis data

harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti. Untuk

menganalisis data digunakan The Structural Equation Modeling (SEM) dari paket

software statistik AMOS dalam model dan pengkajian hipotesis. Model

persamaan struktural, Structural Equation Model (SEM) adalah sekumpulan

teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian

hubungan relatif “rumit” secara simultan (Ferdinand, 2002:181).

Tampilnya model yang rumit membawa dampak bahwa dalam

kenyataannya proses pengambilan keputusan manajemen adalah sebuah proses

yang yang rumit atau merupakan sebuah proses yang multidimensional dengan

berbagai pola hubungan kausalitas yang berjenjang. Oleh karenanya dibutuhkan

sebuah model sekaligus alat analisis yang mampu mengakomodasi penelitian

multidimensional itu.

Page 64: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

47

Keunggulan aplikasi SEM dalam penelitian manajemen adalah karena

kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi-dimensi dari sebuah konsep atau

faktor yang sangat lazim digunakan dalam manajemen serta kemampuannya untuk

mengukur pengaruh hubungan-hubungan yang secara teoritis ada (Ferdinand,

2000:5). Untuk membuat pemodelan yang lengkap, perlu dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Pengembangan model berbasis teori

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau

pengembangan model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Seorang

peneliti harus melakukan serangkaian telaah pustaka yang intens guna

mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan.

2. Pengembangan diagram alur (path diagram) untuk menunjukkan hubungan

kausalitas.

Path diagram akan mempermudah peneliti melihat hubungan-hubungan

kausalitas yang ingin diuji. Peneliti biasanya bekerja dengan konstruk atau

faktor yaitu konsep-konsep yang memiliki pijakan teoritis yang cukup untuk

menjelaskan berbagai bentuk hubungan. Konstruk-konstruk yang dibangun

dalam diagram alur dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konstruk

eksogen dan konstruk endogen. Konstruk eksogen dikenal sebagai source

variables atau independent variables yang tidak diprediksi oleh variabel yang

lain dalam model. Konstruk endogen adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh

satu atau beberapa konstruk eksogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya

dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.

Page 65: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

48

Gambar 4.1 Alur Konsepsi

3. Konversi diagram alur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan

spesifikasi model pengukuran.

Setelah teori model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah

diagram alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut ke

dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang akan dibangun terdiri dari

(Ferdinand, 2002) :

a. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation), yang

menunjukkan goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi

dalam populasi (Hair et al., 1995:175). Nilai RMSEA yang lebih kecil atau

Page 66: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

49

sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang

menunjukkan sebuah close fit dari model yang berdasarkan degrees of

freedom (Browne & Cudeck, 1993 dalam Ferdinand, 2002).

b. GFI (Goodness of Fit Index), adalah ukuran non statistical yang

mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit).

Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit.

c. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), dimana tingkat penerimaan yang

direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau

lebih besar dari 0,90 (Hair et al., 1995, Hulland et al., 1996 dalam

Ferdinand, 2002).

d. CMIN/DF, adalah The Minimum Sample Discrepancy Function yang

dibagi dengan degree of freedom. CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi

square 2 relatif. Bila nilai 2 relatif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah

indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Arbuckle, 1997 dalam

Ferdinand, 2002).

e. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model,

dimana nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya

sebuah model adalah > 0,95 (Hair et al., 1995:175 dalam Ferdinand, 2002)

dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit (Arbuckle, 1997

dalam Ferdinand, 2002).

Page 67: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

50

f. CFI (Comparative Fit Index), dimana bila mendekati 1, mengindikasi

tingkat fit yang paling tinggi (Arbuckle, 1997 dalam Ferdinand, 2002).

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI lebih besar atau sama dengan

0,95.

Sebuah model dinyatakan layak jika masing-masing indeks tersebut

mempunyai cut of value seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Goodness of-fit Indices

Goodness of-fit index Cut-off Value

c2-Chi-square < chi square table

1. Significance Probability ≥ 0.05

2. RMSEA ≤ 0.08

3. GFI ≥ 0.90

4. AGFI ≥ 0.90

5. CMIN/DF ≤ 2.00 ≤ 2.00

6. TLI ≥ 0.95 ≥ 0.95

7. CFI ≥ 0.95 ≥ 0.95

Sumber: Ferdinand (2002)

4. Pemilihan data input dan teknik estimasi

Tujuannya adalah menetapkan data input yang digunakan dalam pemodelan

dan teknik estimasi model.

5. Evaluasi masalah identifikasi model

Tujuannya adalah untuk mendeteksi ada tidaknya masalah identifikasi

berdasarkan evaluasi terhadap hasil estimasi yang dilakukan program

komputer.

6. Evaluasi asumsi dan kesesuaian model

Tujuannya adalah untuk mengevaluasi pemenuhan asumsi yang disyaratkan

SEM, dan kesesuaian model berdasarkan kriteria goodness of fit tertentu.

Page 68: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

51

7. Interpretasi dan modifikasi model

Tujuannya adalah untuk memutuskan bentuk perlakuan lanjutan setelah

dilakukan evaluasi asumsi dan uji kesesuaian model. Langkah terakhir dalam

SEM adalah menginteprestasikan dan memodifikasi model, khususnya bagi

model-model yang tidak memenuhi syarat dalam proses pengujian yang

dilakukan. Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau

mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat

simetrik (Tabachnick dan Fidell, 1997 dalam Ferdinand, 2002).

Page 69: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

52

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi responden penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut

dengan menggunakan metode statistik deskriptif.

Tabel 5.1 Tabulasi Silang Umur dan Pendapatan

Pendapatan Umur

Jenis Kelamin

Total Laki-

Laki Perempuan

1-3 jt

20-25 th 21% 53% 74%

26-30 th 16% 8% 24%

31-35 th 0% 3% 3%

Total 37% 63% 100%

3-5 jt

20-25 th 5% 19% 25%

26-30 th 14% 30% 44%

31-35 th 7% 23% 30%

≥ 36 th 0% 2% 2%

Total 26% 74% 100%

> 5 jt

20-25 th 0% 6% 6%

26-30 th 12% 47% 59%

31-35 th 18% 18% 35%

Total 29% 71% 100%

Sumber: Data Primer diolah, 2012

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa konsumen yang mempunyai pendapatan

sebesar 1-3 juta paling banyak pada usia 20-25 tahun yaitu laki-laki sebesar 21

persen dan perempuan sebesar 53 persen, konsumen yang mempunyai pendapatan

sebesar >3-5 juta paling banyak pada usia 26-30 tahun yaitu laki-laki sebesar 14

persen dan perempuan sebesar 30 persen, dan konsumen yang mempunyai

Page 70: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

53

pendapatan sebesar di atas 5 juta paling banyak pada usia 26-30 tahun adalah

perempuan sebesar 47 persen dan laki – laki sebesar 12 persen

Oleh karena itu, diketahui bahwa jumlah sampel responden laki-laki lebih

sedikit dibandingkan perempuan yaitu responden laki-laki sebanyak 30 persen,

sedangkan responden perempuan sebanyak 70 persen karena kecenderungan

perempuan yang lebih banyak membeli barang-barang fashion bermerk palsu di

Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

5.1.2 Hasil analisis persepsi responden

Untuk mengetahui persepsi konsumen pada setiap variabel. Analisis

dilakukan dengan tabel distribusi frekuensi dan perhitungan nilai rata-rata (mean).

Distribusi frekeunsi digunakan untuk menghitung besarnya frekuensi data dari

masing-masing kategori data. Sedangkan nilai rata-rata (mean) digunakan sebagai

dasar untuk melakukan perbandingan antara dua kelompok nilai/lebih dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan Supranto (1994):

n

xfMean

ii

Dimana:

if : jumlah frekuensi

ix : nilai/ bobot variabel

n : jumlah responden

Pengelompokan setiap indikator dihitung berdasarkan pemberian bobot nilai

yang diperoleh dari hasil kuesioner dengan cara perhitungan rentang skala yang

diperoleh sebagai berikut:

Nilai tertinggi = total responden x bobot tertinggi = 100 x 5 = 500

Page 71: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

54

Nilai terendah = total responden x bobot terendah = 100 x 1 = 100

Rentang skala 805

100500

kelas

terendahnilaitertingginilai

Interpretasi hasil perhitungan rata-rata:

4.21-5.00 = Sangat Setuju (SS)

3.41-4.20 = Setuju (S)

2.61-3.40 = Cukup Setuju (CS)

1.81-2.60 = Kurang Setuju (KS)

1.00-1.80 = Tidak Setuju (TS)

1. Faktor Sosial

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Variabel-variabel pada Faktor Sosial

Persepsi X1 X2 X3 X4

Frek (%) Frek (%) Frek (%) Frek (%)

Tidak Setuju 3 3% 5 4% 1 1% 2 2%

Kurang Setuju 6 5% 16 14% 22 20% 16 14%

Cukup Setuju 45 40% 40 36% 40 36% 36 32%

Setuju 34 30% 28 25% 30 27% 31 28%

Sangat Setuju 24 21% 23 21% 19 17% 27 24%

Mean 3.63 3.43 3.39 3.58

Sumber: Data Primer diolah, 2012

Distribusi frekuensi yang tercantum pada Tabel 5.2 di atas dengan total 112

responden menunjukkan bahwa:

a. Variabel X1

Persepsi tertinggi yaitu 45 orang responden atau 40% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.63. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat disimpulkan mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa bila saya kurang memiliki informasi yang cukup tentang

sebuah produk, saya meminta pendapat teman/keluarga akan meminta

pendapat teman/keluarga.

Page 72: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

55

b. Variabel X2

Persepsi tertinggi yaitu 40 orang responden atau 36% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.43. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa penting bagi saya untuk orang lain menyukai merek

yang saya beli.

c. Variabel X3

Persepsi tertinggi yaitu 40 orang responden atau 36% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.39. Angka

ini berada dalam interval 2.61-3.40 yang berarti responden kurang setuju.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden kurang

setuju dengan pernyataan bahwa saya suka berbagi dengan orang lain.

d. Variabel X4

Persepsi tertinggi yaitu 36 orang responden atau 32% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.58. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa saya berharap orang lain mau berbagi dengan saya.

Page 73: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

56

2. Faktor Personal

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Variabel-variabel pada Faktor Personal

Persepsi X5 X6 X7 X8 X9

Frek (%) Frek (%) Frek (%) Frek (%) Frek (%)

Tidak Setuju 0 0% 2 2% 1 1% 2 2% 2 2%

Kurang Setuju 12 11% 11 10% 9 8% 11 10% 12 11%

Cukup Setuju 35 31% 34 30% 27 24% 35 31% 34 30%

Setuju 29 26% 33 29% 39 35% 31 28% 29 26%

Sangat Setuju 36 32% 32 29% 36 32% 33 29% 35 31%

Mean 3.79 3.73 3.89 3.73 3.74

Sumber: Data Primer diolah, 2012

Distribusi frekuensi yang tercantum pada Tabel 5.3 di atas dengan total 112

responden menunjukkan bahwa:

a. Variabel X5

Persepsi tertinggi yaitu 36 orang responden atau 32% menyatakan sangat

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.79. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa saya memastikan bahwa uang yang saya keluarkan

untuk membeli produk, benar-benar sesuai dengan nilainya.

b. Variabel X6

Persepsi tertinggi yaitu 34 orang responden atau 30% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.73. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

Page 74: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

57

pernyataan bahwa saya ingin menjadi yang pertama dalam membeli

produk bermerek.

c. Variabel X7

Persepsi tertinggi yaitu 39 orang responden atau 35% menyatakan setuju

dan perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.89. Angka ini berada

dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan demikian

dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan pernyataan

bahwa saya menghargai kejujuran.

d. Variabel X8

Persepsi tertinggi yaitu 35 orang responden atau 31% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.73. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa sebuah rasa keberhasilan penting bagi saya.

e. Variabel X9

Persepsi tertinggi yaitu 35 orang responden atau 31% menyatakan sangat

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.74. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa membeli merek terkenal akan dapat menaikkan derajat

hormat dan status sosial.

Page 75: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

58

3. Sikap Terhadap Barang Palsu

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Variabel-variabel pada Sikap terhadap

Barang Palsu

Persepsi Y11 Y12 Y13 Y14

Frek (%) Frek (%) Frek (%) Frek (%)

Tidak Setuju 5 4% 5 4% 4 4% 0 0%

Kurang Setuju 19 17% 8 7% 14 13% 21 19%

Cukup Setuju 26 23% 40 36% 27 24% 35 31%

Setuju 36 32% 31 28% 43 38% 25 22%

Sangat Setuju 26 23% 28 25% 24 21% 31 28%

Mean 3.53 3.62 3.62 3.59

Sumber: Data Primer diolah, 2012

Distribusi frekuensi yang tercantum pada Tabel 5.4 di atas dengan total 112

responden menunjukkan bahwa:

a. Variabel Y11

Persepsi tertinggi yaitu 36 orang responden atau 32% menyatakan setuju

dan perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.53. Angka ini berada

dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan demikian

dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan pernyataan

bahwa barang palsu memiliki kualitas dan fungsi yang mirip dengan

barang asli.

b. Variabel Y12

Persepsi tertinggi yaitu 40 orang responden atau 36% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.62. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa pemalsuan barang merugikan pihak lain.

Page 76: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

59

c. Variabel Y13

Persepsi tertinggi yaitu 43 orang responden atau 38% menyatakan setuju

dan perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.62. Angka ini berada

dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan demikian

dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan pernyataan

bahwa saya tidak khawatir dengan sanksi sosial karena membeli barang

palsu.

d. Variabel Y14

Persepsi tertinggi yaitu 35 orang responden atau 31% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.59. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa saya tidak khawatir dengan sanksi hukum karena

membeli barang palsu.

4. Niat Beli

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Variabel-variabel pada Niat Beli

Persepsi Y21 Y22 Y23 Y24

Frek (%) Frek (%) Frek (%) Frek (%)

Tidak Setuju 4 4% 5 4% 4 4% 4 4%

Kurang Setuju 10 9% 13 12% 9 8% 12 11%

Cukup Setuju 37 33% 35 31% 41 37% 43 38%

Setuju 26 23% 28 25% 29 26% 26 23%

Sangat Setuju 35 31% 31 28% 29 26% 27 24%

Mean 3.70 3.60 3.63 3.54

Sumber: Data Primer diolah, 2012

Page 77: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

60

Distribusi frekuensi yang tercantum pada Tabel 5.5 di atas dengan total 112

responden menunjukkan bahwa:

a. Variabel Y21

Persepsi tertinggi yaitu 37 orang responden atau 33% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.70. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa saya memiliki minat membeli barang bermerk pada

tempat-tempat yang sudah disebut di atas.

b. Variabel Y22

Persepsi tertinggi yaitu 35 orang responden atau 31% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.60. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa saya tidak takut untuk membeli barang bermerk di

tempat yg sudah disebut di atas.

c. Variabel Y23

Persepsi tertinggi yaitu 41 orang responden atau 37% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.63. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa saya akan merekomendasikan barang bermerek yang

dijual di tempat di atas kepada teman dan keluarga.

Page 78: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

61

d. Variabel Y24

Persepsi tertinggi yaitu 43 orang responden atau 38% menyatakan cukup

setuju. Tetapi, perhitungan nilai mean menghasilkan angka 3.54. Angka

ini berada dalam interval 3.41-4.20 yang berarti responden setuju. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden setuju dengan

pernyataan bahwa saya akan membelikan teman barang bermerek di

tempat (di atas) apabila teman tersebut menitip beli barang tersebut.

5.1.3 Uji normalitas

Tabel 5.6 berikut adalah hasil uji multinormalitas dengan menggunakan

bantuan macro Minitab.

Tabel 5.6 Uji normalitas Variabel Laten

Variabel Laten Nilai Dibawah

Daerah Kurva Kesimpulan

Faktor Sosial 0.955 (95%) Distribusi Normal

Faktor Personal 0.938 (94%) Distribusi Normal

Sikap Konsumen 0.946 (95%) Distribusi Normal

Niat Beli Konsumen 0.946 (95%) Distribusi Normal

Pengujian hipotesis untuk multinormalitas adalah sebagai berikut :

H0 : Data mengikuti distribusi normal.

H1 : Data tidak mengikuti distribusi normal

Data mengikuti distribusi multinormal jika daerah dibawah kurva2

lebih

besar dari 50 persen. Pada Tabel 5.6 dilihat bahwa semua variabel laten mengikuti

distribusi multinormal, karena nilai daerah dibawah kurva2

lebih dari 50 persen.

Page 79: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

62

5.1.4 Uji multikolinearitas

Hasil pengujian multikolinearitas dengan perhitungan determinan matrik

korelasi variabel penyebab tiap variabel laten terdapat pada Tabel 5.3 sebagai

berikut.

Tabel 5.7 Uji Multikolinearitas

Variabel Laten |R| Kesimpulan

Faktor Sosial 0.72 Bebas Multikolinearitas

Faktor Personal 0.89 Bebas Multikolinearitas

Sikap Konsumen 0.78 Bebas Multikolinearitas

Niat Beli Konsumen 0.67 Bebas Multikolinearitas

Pengujian hipotesis untuk multikolinearitas adalah sebagai berikut:

H0 : Terjadi kasus multikolinearitas

H1 : Tidak terjadi kasus multikolinearitas

Jika |R| mendekati nol, maka gagal tolak H0, artinya dapat diidentifikasi adanya

kasus multikolinearitas. Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa nilai

|R| tiap variabel laten lebih besar dari nol, sehingga tolak H0, artinya semua

variabel laten bebas kasus multikolinearitas.

5.1.5 Analisis faktor konfirmatori

Berdasarkan keempat variabel laten yang digunakan pada penelitian ini,

akan dilakukan uji unidimensionalitas variabel dengan menggunakan metode

Analisis Faktor Konfirmatori untuk masing-masing variabel laten guna

mengetahui validitas, reliabilitas, serta kontribusi yang diberikan masing-masing

variabel indikator dalam menyusun variabel latennya.

Page 80: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

63

5.1.6 Unidimensionalitas variabel laten faktor sosial

Variabel laten Faktor Sosial terdiri atas 4 variabel obeservasi. Untuk

mengetahui unidimensionalitas variabel maka dilakukan Confirmatory Factor

Analysis (CFA). Identifikasi model berdasarkan derajat kebebasan (negree of

freedom (df)) didapatkan model dengan df = 2 yang menunjukkan model over-

identifed.

Karena model over-identified, sehingga estimasi dan penilaian model perlu

dilakukan. Model dikatakan baik jika nilai kesesuaian model (goodness of fit)

sesuai dengan kriteria. Pada output Amos, diperoleh nilai goodness of fit untuk

variabel Faktor Sosial pada Tabel 5.8 berikut.

Tabel 5.8 Goodness of fit Variabel Laten Faktor Sosial

Goodness of fit

Index

Cut off

Value Hasil Model Keterangan

Chi-Square 3.399 Expected small

P-value ≥ 0.05 0.183 Good Fit

RMSEA ≤ 0.08 0.079 Goof Fit

GFI ≥ 0.9 0.985 Good Fit

AGFI ≥ 0.9 0.926 Good Fit

CFI ≥ 0.9 0.977 Good Fit

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dijelaskan bahwa semua kriteria menyatakan

model sudah baik, sehingga dapat dinyatakan bahwa model sudah baik. Dengan

demikian, dapat dijelaskan bahwa model pengukuran variabel Faktor Sosial

dengan 4 indikator dalam penelitian ini sudah berada pada kondisi

unidimensional.

Page 81: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

64

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi signifikansi loading

factor indikator yang menyusun variabel laten, yang mana juga dapat dijadikan

ukuran validitas. Nilai loading factor dari model dapat dilihat pada Tabel 5.9

berikut.

Tabel 5.9 Loading factor dan t-value Variabel Faktor Sosial

Hubungan Loading

Factor t-value t-tabel p-value Keterangan

X1 ← Faktor

Sosial 0.496

1.96

Signifikan

X2 ← Faktor

Sosial 0.740 4.089 0.000 Signifikan

X3 ← Faktor

Sosial 0.382 2.764 0.006 Signifikan

X4 ← Faktor

Sosial 0.674 3.624 0.000 Signifikan

Validitas indikator dapat diketahui dari nilai t-value. Berdasarkan Tabel

5.9 dapat dilihat bahwa nilai t-value untuk masing-masing indikator lebih besar

dari 1.96 pada tingkat 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel

indikator valid. Loading factor terbesar adalah indikator X2 dengan nilai 0.740.

Hal ini menjelaskan bahwa faktor sosial yang paling banyak dipertimbangkan

oleh responden adalah penting bagi saya untuk orang lain menyukai merek yang

saya beli.

5.1.7 Unidimensionalitas Variabel Laten Faktor Personal

Variabel laten Faktor Personal terdiri atas 5 variabel obeservasi. Untuk

mengetahui unidimensionalitas variabel maka dilakukan Confirmatory Factor

Analysis (CFA). Identifikasi model berdasarkan derajat kebebasan (negree of

Page 82: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

65

freedom(df)) didapatkan model dengan df = 5 yang menunjukkan model over-

identifed.

Karena model over-identified, sehingga estimasi dan penilaian model perlu

dilakukan. Model dikatakan baik jika nilai kesesuaian model (goodness of fit)

sesuai dengan kriteria. Pada output Amos, diperoleh nilai goodness of fit untuk

variabel Faktor Personal pada Tabel 5.10 berikut.

Tabel 5.10 Goodness of fit Variabel Laten Faktor Personal

Goodness of fit

Index

Cut off

Value Hasil Model Keterangan

Chi-Square 5.818 Expected small

P-value ≥ 0.05 0.324 Good Fit

RMSEA ≤ 0.08 0.038 Good Fit

GFI ≥ 0.9 0.978 Good Fit

AGFI ≥ 0.9 0.934 Good Fit

CFI ≥ 0.9 0.994 Good Fit

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dijelaskan bahwa semua kriteria menyatakan

model sudah baik, sehingga dapat dinyatakan bahwa model sudah baik. Dengan

demikian, dapat dijelaskan bahwa model pengukuran variabel Faktor Personal

dengan 5 indikator dalam penelitian ini sudah berada pada kondisi

unidimensional.

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi signifikansi loading

factor indikator yang menyusun variabel laten, yang mana juga dapat dijadikan

ukuran validitas. Nilai loading factor dari model dapat dilihat pada Tabel 5.11

berikut.

Page 83: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

66

Tabel 5.11 Loading factor dan t-value Variabel Faktor Personal

Hubungan Loading

Factor t-value t-tabel p-value Keterangan

X9 ← Faktor Personal 0.525

1.96

Signifikan

X8 ← Faktor Personal 0.736 4.468 0.000 Signifikan

X7 ← Faktor Personal 0.648 4.543 0.000 Signifikan

X6 ← Faktor Personal 0.723 4.868 0.000 Signifikan

X5 ← Faktor Personal 0.586 4.137 0.000 Signifikan

Validitas indikator dapat diketahui dari nilai t-value. Dari Tabel 5.11 dapat

dilihat bahwa nilai t-value untuk masing-masing indikator lebih besar dari 1.96

pada tingkat 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel indikator

valid. Loading factor terbesar adalah indikator X8 dengan nilai 0.736. Hal ini

menjelaskan bahwa faktor personal yang paling banyak dipertimbangkan oleh

responden adalah sebuah rasa keberhasilan penting bagi saya.

5.1.8 Unidimensionalitas variabel laten sikap konsumen

Variabel laten Sikap Konsumen terdiri atas 4 variabel obeservasi. Untuk

mengetahui unidimensionalitas variabel maka dilakukan Confirmatory Factor

Analysis (CFA). Identifikasi model berdasarkan derajat kebebasan (negree of

freedom(df)) didapatkan model dengan df = 2 yang menunjukkan model over-

identifed.

Karena model over-identified, sehingga estimasi dan penilaian model perlu

dilakukan. Model dikatakan baik jika nilai kesesuaian model (goodness of fit)

sesuai dengan kriteria. Pada output Amos, diperoleh nilai goodness of fit untuk

variabel Sikap Konsumen pada Tabel 5.12 berikut.

Page 84: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

67

Tabel 5.12 Goodness of fit Variabel Laten Sikap

Goodness of fit

Index

Cut off

Value Hasil Model Keterangan

Chi-Square 0.486 Expected small

P-value ≥ 0.05 0.784 Good Fit

RMSEA ≤ 0.08 0.000 Good Fit

GFI ≥ 0.9 0.998 Good Fit

AGFI ≥ 0.9 0.989 Good Fit

CFI ≥ 0.9 1.000 Good Fit

Berdasarkan tabel 5.12 dapat dijelaskan bahwa semua kriteria menyatakan

model sudah baik, sehingga dapat dinyatakan bahwa model sudah baik. Dengan

demikian, dapat dijelaskan bahwa model pengukuran variabel Sikap Konsumen

dengan 4 indikator dalam penelitian ini sudah berada pada kondisi

unidimensional.

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi signifikansi loading

factor indikator yang menyusun variabel laten, yang mana juga dapat dijadikan

ukuran validitas. Nilai loading factor dari model dapat dilihat pada Tabel 5.13

berikut.

Tabel 5.13 Loading factor dan t-value Variabel Sikap

Hubungan Loading

Factor t-value t-tabel p-value Keterangan

Y13 ← Sikap 0.588 4.286

1.96

0.000 Signifikan

Y12 ← Sikap 0.495 3.689 0.000 Signifikan

Y11 ← Sikap 0.679 4.317 0.000 Signifikan

Y14 ← Sikap 0.629 Signifikan

Validitas indikator dapat diketahui dari nilai t-value. Berdasarkan Tabel

5.13 dapat dijelaskan bahwa nilai t-value untuk masing-masing indikator lebih

besar dari 1.96 pada tingkat 5%. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa

Page 85: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

68

semua variabel indikator valid. Loading factor terbesar adalah indikator Y11

dengan nilai 0.679. Hal ini menjelaskan bahwa sikap yang paling banyak

dipertimbangkan oleh responden adalah barang palsu memiliki kualitas dan fungsi

yang mirip dengan barang asli.

5.1.9 Unidimensionalitas variabel laten niat beli

Variabel laten Niat Beli terdiri atas 4 variabel obeservasi. Untuk

mengetahui unidimensionalitas variabel maka dilakukan Confirmatory Factor

Analysis (CFA). Identifikasi model berdasarkan derajat kebebasan (negree of

freedom(df)) didapatkan model dengan df = 2 yang menunjukkan model over-

identifed.

Karena model over-identified, sehingga estimasi dan penilaian model perlu

dilakukan. Model dikatakan baik jika nilai kesesuaian model (goodness of fit)

sesuai dengan kriteria. Pada output Amos, diperoleh nilai goodness of fit untuk

variabel Niat Beli pada Tabel 5.14 berikut.

Tabel 5.14 Goodness of fit Variabel Laten Niat Beli

Goodness of fit

Index

Cut off

Value Hasil Model Keterangan

Chi-Square 3.293 Expected small

P-value ≥ 0.05 0.193 Good Fit

RMSEA ≤ 0.08 0.076 Good Fit

GFI ≥ 0.9 0.985 Good Fit

AGFI ≥ 0.9 0.925 Good Fit

CFI ≥ 0.9 0.987 Good Fit

Page 86: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

69

Berdasarkan tabel 5.14 dapat dijelaskan bahwa semua kriteria menyatakan

model sudah baik, sehingga dapat dinyatakan bahwa model sudah baik. Dengan

demikian, dapat dijelaskan bahwa model pengukuran variabel Niat Beli dengan 4

indikator dalam penelitian ini sudah berada pada kondisi unidimensional.

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi signifikansi loading

factor indikator yang menyusun variabel laten, yang mana juga dapat dijadikan

ukuran validitas. Nilai loading factor dari model dapat dilihat pada Tabel 5.15

berikut.

Tabel 5.15 Loading factor dan t-value Variabel Niat Beli

Hubungan Loading

Factor t-value t-tabel p-value Keterangan

Y22 ← Niat Beli 0.681 5.033

1.96

0.000 Signifikan

Y21 ← Niat Beli 0.705 5.552 0.000 Signifikan

Y23 ← Niat Beli 0.593 4.557 0.000 Signifikan

Y24 ← Niat Beli 0.661 Signifikan

Validitas indikator dapat diketahui dari nilai t-value. Berdasarkan Tabel

5.15 dapat dijelaskan bahwa nilai t-value untuk masing-masing indikator lebih

besar dari 1,96 pada tingkat 5%. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa

semua variabel indikator valid. Loading factor terbesar adalah indikator Y21

dengan nilai 0.705. Hal ini menjelaskan bahwa Niat Beli yang paling banyak

dipertimbangkan oleh responden adalah mereka memiliki niat membeli barang

bermerk pada tempat-tempat yang sudah disebut di atas.

Page 87: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

70

5.1.10 Uji Reliabilitas

Setelah menguji keempat variabel laten di atas dengan CFA yang

menghasilkan model dengan indikator pembentuk dengan signifikan untuk

masing-masing varibel laten, maka tahap selanjutnya adalah menguji reliabilitas.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan reliabilitas

konstruk (construct reliability). Variabel laten dikatakan reliabel jika nilai

reliabilitas konstruk lebih besar dari 0.70. Adapun perhitunganya adalah sebagai

berikut.

ejloadingdardizeds

loadingdardizedsCR

2

2

tan

tan

Reliabilitas dari variabel Faktor Sosial yang disusun berdasarkan empat

indikator dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas sebagai berikut.

266.1)61.01()08751()547.01()702.01(1

292.2674.0382.074.0496.0tan

2

ej

loadingdardizeds

80.0266.1292.2

292.22

2

CR

Karena nilai CR Faktor Sosial lebih besar dari 0.70, maka dapat dijelaskan bahwa

variabel Faktor Sosial dikatakan memiliki reliabilitas yang baik. Secara rinci

pengujian reliabilitas pada masing-masing dimensi yang mengukur variabel laten

Faktor Sosial, Faktor Perilaku, Sikap Konsumen, dan Niat Beli dapat disajikan

pada Tabel 5.16 berikut.

Page 88: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

71

Tabel 5.16 Uji Reliabel Faktor Sosial

Hubungan Loading

Factor 2

21 Keterangan

X1 ← Faktor Sosial 0.496 0.702 0.298

Reliabel

X2 ← Faktor Sosial 0.740 0.547 0.453

X3 ← Faktor Sosial 0.382 0.875 0.125

X4 ← Faktor Sosial 0.674 0.610 0.390

Jumlah 2.292 1.266

CR 7.080.0266.1292.2

292.22

2

Hasil pengujian reliabel pada Tabel 5.16, dapat dijelaskan bahwa variabel

Faktor Sosial memberikan nilai CR sebesar 0.80 di atas nilai cut-off nya sebesar

0.70 sehingga dapat dikatakan variabel Faktor Sosial reliabel.

Tabel 5.17 Uji Reliabel Faktor Personal

Hubungan Loading

Factor 2

21 Keterangan

X9 ← Faktor Personal 0.525 0.825 0.175

Reliabel

X7 ← Faktor Personal 0.736 0.500 0.500

X8 ← Faktor Personal 0.648 0.553 0.447

X6 ← Faktor Personal 0.723 0.511 0.489

X5 ← Faktor Personal 0.586 0.670 0.330

Jumlah 3.218 1.941

CR 7.084.0941.1218.3

218.32

2

Hasil pengujian reliabel pada Tabel 5.17, dapat dijelaskan bahwa variabel

Faktor Personal memberikan nilai CR sebesar 0.84 di atas nilai cut-off-nya sebesar

0.70 sehingga dapat dikatakan variabel Faktor Personal reliabel.

Page 89: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

72

Tabel 5.18 Uji Reliabel Sikap Konsumen

Hubungan Loading

Factor 2

21 Keterangan

Y13 ← Sikap 0.588 0.739 0.298

Reliabel

Y12 ← Sikap 0.495 0.866 0.453

Y11 ← Sikap 0.679 0.711 0.125

Y14 ← Sikap 0.629 0.707 0.390

Jumlah 2.391 0.977

CR 7.085.0977.0391.2

391.22

2

Hasil pengujian reliabel pada Tabel 5.18, terlihat bahwa variabel Sikap

Konsumen memberikan nilai CR sebesar 0.85 di atas nilai cut-off nya sebesar 0.70

sehingga dapat dikatakan variabel Sikap Konsumen reliabel.

Tabel 5.19 Uji Reliabel Niat Beli

Hubungan Loading

Factor 2

21 Keterangan

Y22 ← Niat Beli 0.681 0.694 0.306

Reliabel

Y21 ← Niat Beli 0.705 0.619 0.381

Y23 ← Niat Beli 0.593 0.731 0.269

Y24 ← Niat Beli 0.661 0.653 0.347

Jumlah 2.640 1.303

CR 7.084.0303.1640.2

640.22

2

Hasil pengujian reliabel pada Tabel 5.19, terlihat bahwa variabel Niat Beli

memberikan nilai CR sebesar 0.84 di atas nilai cut-off nya sebesar 0.70 sehingga

dapat dikatakan variabel Niat Beli reliabel.

Page 90: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

73

5.1.11 Model persamaan struktural

Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Model (SEM) secara

full model, setelah dilakukan analisis terhadap tingkat validitas dari indikator-

indikator pembentuk variabel laten yang diuji dengan confirmatory factor analysis.

Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM dilakukan dengan

melakukan uji kesesuaian dan uji statistik.

Uji terhadap hipotesis model menunjukkan bahwa model ini sesuai dengan

data atau fit terhadap data yang digunakan dalam penelitian adalah seperti terlihat

pada Tabel 5.20:

Tabel 5.20 Goodness of fit Full Model SEM

Goodness of fit

Index

Cut off

Value Hasil Model Keterangan

Chi-Square 133.67 Expected small

P-value ≥ 0.05 0.101 Good Fit

RMSEA ≤ 0.08 0.039 Good Fit

GFI ≥ 0.90 0.881 Marginal Fit

AGFI ≥ 0.90 0.841 Marginal Fit

CFI ≥ 0.90 0.956 Good Fit

Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa semua variabel laten yang

digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis full

model SEM telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. Nilai

probability pada analisis ini menunjukkan nilai di atas batas signifikansi yaitu

sebesar 0.101 atau di atas 0.05, nilai ini menunjukkan tidak adanya perbedaan

antara matriks kovarian sampel dengan matriks kovarian populasi yang diestimasi.

Walaupun ukuran goodness of fit menunjukkan pada kondisi yang Marginat Fit

karena GFI dan AGFI tidak mencapai nilai dibawah 0.90 tetapi ukuran marginal

Page 91: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

74

fit masih masuk dalam ukuran kecocokan yang bisa diterima. Lalu dalam batasan

struktural sudah menunjukkan good fit, dan Hal ini bsa dilihat dari kriteria

RMSEA yang kurang dari 0.08. Menurut Brown (1993) dalam Ghozali & Fuad

(2005) RMSEA merupakan indikator yang paling informatif dibandingkan yang

lainnya.

Uji statistik terhadap hubungan antar variabel nantinya digunakan sebagai

dasar untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah diajukan. Uji statistik hasil

pengolahan dengan SEM dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi hubungan

antar variabel yang ditampakkan melalui nilai Probabilitas (p) dan dan Critical

Ratio (CR) masing-masing hubungan antar variabel.

Tabel 5.21 Uji Hipotesis Full Model SEM

Hubungan Estimate S.E C.R p-value Keterangan

Sikap ← Faktor

Personal 0.545 0.182 3.000 0.003 Signifikan

Sikap ← Faktor

Sosial 0.501 0.213 2.354 0.019 Signifikan

Niat

Beli ← Sikap 0.427 0.198 2.162 0.031 Signifikan

Niat

Beli ←

Faktor

Sosial 0.443 0.221 2.004 0.045 Signifikan

Niat

Beli ←

Faktor

Personal 0.395 0.188 2.100 0.036 Signifikan

5.2 Pembahasan

Berdasarkan Tabel 5.21 di atas menunjukkan bahwa semua hipotesis dapat

diterima model teoritis telah diuji dan kriteria Goodness Of Fit. Penelitian ini

mengembangkan 5 hipotesis yang akan dibuktikan dengan data yang diperoleh.

Hasil yang diperoleh dari uji masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut :

Page 92: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

75

5.2.1 H1: Pengaruh faktor sosial terhadap sikap konsumen

Faktor Sosial memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap

Konsumen. Hal ini ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar

0.501 dengan nilai C.R sebesar 2.354 dan probabilitas signifikansi (p) sebesar

0.019 yang lebih kecil dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0.05.

Dengan demikian berarti semakin kuat faktor sosial seseorang maka akan semakin

positif sikap orang tersebut terhadap pemalsuan barang fashion. Sikap tersebut

ditentukan oleh kerentanan terhadap informasi, kerentanan normatif, dan juga

kolektivisme. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa konsumen memang

sangat bergantung kepada komunitas mereka untuk membuat sebuah keputusan.

Kerentanan terhadap informasi membuat konsumen selalu bergantung kepada

keluarga dan teman untuk pendapat mengenai barang yang akan dibeli. Keinginan

konsumen agar orang lain menyukai merek yang mereka beli juga meningkatkan

keinginan untuk membeli barang fashion palsu. Penelitian ini melihat hubungan

yang sangat kuat antara seseorang dan komunitasnya dengan sikap mereka

terhadap pemalsuan barang

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Phau dan

Teah (2009) yang menyatakan bahwa faktor sosial (kerentanan informasi)

memiliki pengaruh yang positif terhadap sikap konsumen. Sedangkan Wang et al

(2005) juga menyatakan bahwa faktor sosial (kerentanan normatif dan

kolektivisme) memiliki pengaruh positif terhadap sikap terhadap pemalsuan

barang.

Page 93: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

76

5.2.2 H2: Pengaruh faktor sosial terhadap niat beli konsumen

Faktor Sosial memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap Niat Beli

Konsumen. Hal ini ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar

0.443 dengan nilai C.R sebesar 2.004 dan probabilitas signifikansi (p) sebesar

0.045 yang lebih kecil dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0.05.

Dengan demikian berarti semakin kuat faktor sosial seseorang maka akan semakin

positif niat orang tersebut untuk membeli barang fashion palsu. Sikap tersebut

ditentukan oleh kerentanan terhadap informasi, kerentanan normatif, dan juga

kolektivisme.

Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan Ian Phau dan

Min Teah yang membuktikan bahwa faktor sosial berpengaruh positif terhadap

niat beli konsumen pada barang fashion palsu.

5.2.3 H3: Pengaruh faktor personal terhadap sikap konsumen

Faktor Personal memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap

Konsumen. Hal ini ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar

0.545 dengan nilai C.R sebesar 3.000 dan probabilitas signifikansi (p) sebesar

0.003 yang lebih kecil dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0.05.

Dengan demikian berarti semakin kuat faktor personal seseorang, maka semakin

positif sikap mereka terhadap pemalsuan barang. Sikap tersebut ditentukan oleh

rasa penasaran dalam mencoba produk baru, pembelian yang dikarenakan status

dan pengakuan pribadi, integritas dan kesadaran pada nilai. Penelitian ini

menemukan fakta bahwa konsumen menghargai kejujuran, namun sikap mereka

tetaplah positif terhadap pemalsuan barang. Penelitian memperlihatkan betapa

Page 94: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

77

faktor sosial tetap memiliki peranan yang penting dan kritikal walaupun ada

indikator dalam faktor personal yang memperlihatkan bahwa konsumen sangat

menghargai kejujuran.

Hasil penelitian ini memiliki persamaan beberapa penelitian empiris

sebelumnya, misalnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Phau dan Teah

(2009) yang menyatakan bahwa bahwa faktor personal (integritas, pengakuan

pribadi, dan pembelian karena status) mempengaruhi sikap konsumen terhadap

pemalsuan barang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wang et al (2005)

menyatakan bahwa faktor personal (integritas, pengakuan pribadi, kesadaran akan

nilai produk, dan pencarian sesuatu yang baru) berpengaruh secara positif

terhadap sikap pemalsuan barang.

5.2.4 H4: Pengaruh faktor personal terhadap niat beli konsumen

Faktor Personal memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap Niat

Beli Konsumen. Hal ini ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif

sebesar 0.395 dengan nilai C.R sebesar 2.100 dan probabilitas signifikansi (p)

sebesar 0.036 yang lebih kecil dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan sebesar

0.05. Dengan demikian semakin kuat faktor personal seseorang, maka akan

semakin positif (tinggi) niat mereka untuk membeli barang fashion palsu. Niat

membeli barang fashion palsu itu ditentukan oleh rasa penasaran dalam mencoba

produk baru, pembelian yang dikarenakan status dan pengakuan pribadi, integritas

dan kesadaran pada nilai.

Page 95: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

78

Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

Ian Phau dan Min Teah yang membuktikan bahwa sikap konsumen berpengaruh

positif terhadap niat beli konsumen pada barang fashion palsu.

5.2.5 H5: Pengaruh sikap konsumen terhadap niat beli konsumen

Sikap Konsumen memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap Niat

Beli Konsumen. Hal ini ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif

sebesar 0.427 dengan nilai C.R sebesar 2.162 dan probabilitas signifikansi (p)

sebesar 0.031 yang lebih kecil dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan sebesar

0.05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin kuatnya sikap seseorang

terhadap pemalsuan barang, maka semakin tinggi niat mereka untuk membeli

barang fashion palsu. Niat membeli barang fashion palsu itu ditentukan oleh sikap

terhadap barang fashion palsu, sikap terhadap perilaku pembelian barang palsu,

dan sikap terhadap konsekuensi sosial dan hukum. Penelitian ini memperlihatkan

konsumen yang tidak khawatir akan sanksi sosial dan sanksi hukum yang

menimpa mereka bila mereka membeli barang fashion palsu. Konsumen bahkan

tetap memiliki niat beli barang fashion palsu walaupun mereka menyatakan

bahwa pemalsuan barang merugikan pihak lain, yaitu pihak produsen barang

fashion asli.

Hasil penelitian ini sama dengan beberapa penelitian empiris sebelumnya

seperti misalnya penelitian milik Phau dan Teah (2009) yang menyatakan bahwa

Sikap konsumen mempengaruhi niat beli konsumen, begitu juga dengan penelitian

yang pernah dilakukan oleh Wang et al (2005) yang menyatakan hal serupa bahwa

Sikap konsumen mempengaruhi niat beli konsumen.

Page 96: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

79

5.2.6 Pengaruh antar variabel penelitian

Dalam analisis persamaan struktural sangat berguna untuk mengetahui

kekuatan pengaruh antar variabel, baik secara langsung atau tidak langsung dan

pengaruh total. Pengaruh tersebut terbagi menjadi dua yaitu pengaruh langsung

dan tidak langsung.

Hubungan langsung terjadi antara variabel laten Eksogen Faktor Sosial

dan Faktor Personal dengan variabel laten Endogen Sikap Konsumen dan Niat

Beli. Tabel 5.22 menyajikan hasil direct (pengaruh langsung) mengenai hubungan

langsung yang terjadi antara variabel-variabel laten Eksogen dan Endogen.

Tabel 5.22 Pengaruh Langsung Antar Variabel

Endogen Variabel

Eksogen Variabel

Faktor Sosial Faktor Personal Sikap Konsumen

Sikap Konsumen 0.501 0.545 0.000

Niat Beli 0.443 0.395 0.427

Berdasarkan Tabel 5.22 dapat dijelaskan bahwa besar pengaruh langsung

(direct effects) dari variabel laten Eksogen terhadap variabel laten Endogen.

Faktor Sosial memberikan pengaruh langsung terbesar pada Sikap Konsumen dan

memberikan pengaruh langsung terhadap Niat Beli Konsumen. Faktor Personal

memberikan pengaruh langsung terbesar pada Sikap Konsumen dan pengaruh

langsung dengan Niat Beli Konsumen. Sedangkan Sikap Konsumen memberikan

pengaruh langsung dengan Niat Beli Konsumen

Hubungan tidak langsung terjadi antara variabel laten Eksogen dan

Endogen. Tabel 5.23 menyajikan hasil indirect mengenai hubungan tidak

langsung yang terjadi diantara variabel-variabel laten Eksogen dan Endogen.

Page 97: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

80

Tabel 5.23 Pengaruh Tidak Langsung Antar Variabel

Endogen Variabel

Eksogen Variabel

Faktor Sosial Faktor Personal Sikap Konsumen

Sikap Konsumen 0.000 0.000 0.000

Niat Beli 0.233 0.214 0.000

Berdasarkan Tabel 5.23 dapat dijelaskan bahwa besar pengaruh tidak

langsung (indirect effects) dari variabel laten Eksogen terhadap variabel laten

Eksogen. Faktor Sosial memberikan efek tidak langsung terbesar pada Niat Beli

Konsumen dan Faktor Personal memberikan efek tidak langsung terbesar pada

Niat Beli Konsumen.

5.2.7 Pengaruh total antar variabel penelitian

Pengaruh total merupakan penjumlahan pengaruh langsung dan tidak

langsung antara variabel-variabel laten Eksogen dengan variabel laten Endogen.

Tabel 5.24 Pengaruh Total Antar Variabel

Endogen Variabel

Eksogen Variabel

Faktor Sosial Faktor Personal Sikap Konsumen

Sikap Konsumen 0.501 0.545 0.000

Niat Beli 0.657 0.627 0.427

Berdasarkan Tabel 5.24 dapat dijelaskan bahwa besar pengaruh total antar

variabel laten Eksogen terhadap variabel laten Endogen. Faktor Sosial

memberikan total efek terbesar pada Niat Beli Konsumen sebesar 0.657 dan

terhadap Sikap Konsumen sebesar 0.501. Selanjutnya Faktor Personal

memberikan pengaruh total pada Sikap Konsumen sebesar 0.545 dan terhadap

Niat Beli Konsumen mempunyai pengaruh total terbesar yaitu 0.627. Sedangkan

Page 98: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

81

Sikap Konsumen mempunyai pengaruh total sebasar 0.427 terhadap Niat Beli

Konsumen.

5.2.8 Keterbatasan penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Penelitian ini hanya dilakukan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, jadi

belum bisa dikatakan menggambarkan keadaan umum di Bali secara utuh.

2. Responden umum dengan gaya ‟mall intercept‟ bisa saja diperluas di tempat-

tempat lainnya.

3. Responden yang digunakan adalah umum, namun akan menarik juga untuk

mengetahui bagaimana penelitian ini dilakukan pada target yang berbeda

seperti misalnya target remaja dan ibu rumah tangg.a

4. Responden yang terkumpul adalah mereka yang memiliki pekerjaan yang

sama, yaitu sebagai pegawai swasta, namun akan menarik melihat bagaimana

perbedaan antara kelompok pekerjaan.

5. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan melakukan tambahan

penelitian bersifat kualitatif, penjelasan sikap dan niat beli konsumen pada

barang fashion palsu dapat lebih dieksplorasi.

5.3 Implikasi Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial dan faktor personal

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap sikap dan niat beli konsumen

pada barang fashion palsu. Kerentanan informasi dan kerentanan normatif

Page 99: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

82

memperlihatkan bahwa perlu adanya perhatian dari produsen barang fashion

mewah, adanya kelompok konsumen yang ingin agar orang lain menyukai produk

yang mereka beli, sedangkan merek yang disukai oleh kelompok mereka adalah

barang fashion palsu, dimana harga menjadi hambatan bagi mereka untuk

membeli. Bisa saja strategi ekstensi produk dilakukan seperti misalnya Giorgio

Armani yang membuat Armani Exchange dengan harga lebih terjangkau, sehingga

konsumen membeli Armani exchange dan masih mendapatkan prestise. Namun

demikian strategi ini harus sangat hati-hati dilakukan jangan sampai merusak

merek. Informasi juga harus diberikan oleh produsen lewat serangkaian marketing

komunikasi mengenai kualitas produk yang jauh berbeda, bahwa barang fashion

palsu bisa bertahan sangat lama dan bahkan menjadi „collectible item‟ yang

memiliki nilai lebih tinggi di masa depan.

Sikap konsumen juga berpengaruh positif terhadap niat beli. Ditemukan

bahwa konsumen banyak yang tidak begitu perduli terhadap sanksi sosial dan juga

hukum, dikarenakan memang komunitas pencinta barang palsu yang semakin

berkembang, dan adanya sifat permisif bagi mereka yang membeli dan

menggunakan barang fashion palsu. Peranan pemerintah sangat penting dalam

menjalankan fungsi hukum. Fakta bahwa konsumen tidak takut akan adanya

sanksi hukum, dikarenakan memang tidak pernah ada contoh berarti dimana

seorang konsumen terkena denda atau masa tahanan dikarenakan membeli barang

fashion palsu, karena yang biasanya terkena hukuman adalah produsen barang

fashion palsu tersebut.

Page 100: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

83

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasasarkan hasil pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1) Faktor Sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen

pada pemalsuan barang.

2) Faktor Sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli konsumen

pada barang fashion palsu.

3) Faktor Personal berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen

pada pemalsuan barang.

4) Faktor Personal berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli

konsumen pada barang fashion palsu.

5) Sikap konsumen pada pemalsuan barang berpengaruh positif dan signifikan

terhadap niat beli konsumen pada barang fashion palsu.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1) Untuk produsen barang asli, harus melakukan komunikasi untuk menekankan

pesan bahwa produk asli tetap lebih baik dibandingkan dengan produk palsu.

Beberapa hal yang juga bisa dilakukan adalah dengan menambah tahun

Page 101: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

84

garansi dari barang asli. Kalau biasanya garansi diberikan hanya paling lama 2

(dua) tahun, maka bisa juga ditambah hingga dengan 4 (empat) tahun, hal ini

akan menambah nilai dari barang asli.

2) Pemerintah harus dapat mengingatkan dan mengedukasi konsumen lewat

serangkaian komunikasi dan pendidikan terhadap masyarakat tentang

bahayanya memproduksi, dan membeli barang palsu. Karena hal ini memang

merugikan produsen barang asli dan juga pemerintah. Salah satu bentuk

pendidikan juga bisa dilakukan di sekolah-sekolah. Seperti misalnya

pendidikan etika bisnis di universitas-universitas yang ada di Indonesia, yang

harus memuat fenomena pemalsuan barang sebagai salah satu jalan mencari

uang yang salah atau melakukan bisnis yang bertentangan dengan etika dan

juga hukum.

3) Penelitian selanjutnya dapat melakukannya pada tempat yang berbeda diluar

dari Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dengan sampel berbeda pula,

diantara lainnya adalah pelajar dan ibu rumah tangga.

Page 102: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

85

DAFTAR PUSTAKA

Albers-Miller, N.D. 1999. “Consumer Misbehaviour: Why People Buy Illicit

Goods”. Journal of Consumer Marketing. Vol. 16 No.3 pp.273-87.

Alcock, L., Chen, P., Ch‟ng, H.M., Hodson, S. 2003. “Counterfeiting: Tricks and

Trends”. Brand Management. Vol. 11 No.2 pp.133-6.

Ang, S.H., Cheng, P.S., Lim, E.A.C., Tambyah, S.K. 2001. “Spot the Difference:

Consumer Responses Towards Counterfeits”. Journal of Consumer

Marketing. Vol. 18 No.3 pp.219-35.

Bamossy, G., Scammon, D.L. 1985. “Product Counterfeiting: Consumers and

Manufacturers Beware”. Advances in Consumer Research. Vol. 12

pp.334-9.

Bearden, W.O., Netemeyer, R.G., Teel, J.E. 1989. “Measurement of Consumer

Susceptibility to Interpersonal Influence”. Journal of Consumer Research.

Vol. 15 No. 4 pp.473-81.

Bian, X., Veloutsou, C. 2007. “Consumers‟ Attitudes Regarding Non-Deceptive

Counterfeit Brands in the UK and China”. Brand Management. Vol. 14

No. 3 pp.211-22.

Bloch, P.H., Bush, R.F., Campbell, L. 1993. “Consumer „Accomplices‟ in Product

Counterfeiting: a Demand-side Investigation”. Journal of Consumer

Marketing. Vol. 10 No.2 pp.27-36.

Chadha, R. 2007. “From Mao suits to Armani”. Journal Advertising Age. Vol. 78

No. 2 pp.27.

Chang, M.K. 1998. “Predicting Unethical Behaviour: a Comparison of the Theory

of Reasoned Action and the Theory of Planned Behaviour”. Journal of

Business Ethics. Vol. 17 pp.1825-34.

Cheek and Easterling, 2008. “Fashion counterfeiting: Consumer Behavior Issues”

Journal of Family and Consumer Science

Cheung, W.L., Prendergast, G. 2006. “Buyers‟ Perceptions of Pirated Products in

China”. Journal Marketing Intelligence & Planning. Vol. 24 No.5

pp.446-62.

Chow, D.C.K. 2000. “Enforcement Against Counterfeiting in the People‟s

Republic of China”. Northwestern Journal of International Law &

Business. Vol. 20 No.3 pp.447.

Page 103: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

86

Churchill, Gilbert. A. 2005. Dasar-Dasar Riset Pemasaran. Edisi 4. Jilid 1.

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Cordell, V.V., Wongtada, N., Kieschnick, R.L. Jr. 1996. “Counterfeit Purchase

Intentions: Role of Lawfulness Attitudes and Product Traits as

Determinants”. Journal of Business Research. Vol. 35 pp.41-53.

Dawson, S., Cavell, J. 1986. “Status Recognition in the 1980s: Invidious

Distinction Revisited” in Wallendorf, M., Anderson, P. (Eds). Advances in

Consumer Research. Association for Consumer Research, Provo, UT, Vol.

14 pp.487-91.

De Matos, C.A., Ituassu, C.T., Rossi, C.A.V. 2007. “Consumer Attitudes Toward

Counterfeits: a Review and Extension”. Journal of Consumer Marketing.

Vol. 24 No.1, pp.36-47.

Eastman, J.K., Fredenberger, B., Campbell, D., Calvert, S. 1997. “The

Relationship Between Status Consumption and Materialism: a Cross-

cultural Comparison of Chinese, Mexican, and American Students”.

Journal of Marketing Theory and Practice. Vol. Winter.

Eisend, M., Schuchert-Güler, P. 2006. “Explaining Counterfeit Purchases: a

Review and Preview”. Academy of Marketing Science Review. Vol. 2006

No.12.

Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Fishbein, M., Ajzen, I. 1975, Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An

Introduction to Theory of Research. Addison-Wesley. Reading, MA.

Freedman, A.M. 1991. “Little Wishes form the Big Dream: the American Way of

Buying”. Wall Street Journal. September pp.4-10.

Furnham, A. and Valgeirsson, H. 2007. “The Effect of Life Values and

Materialism on Buying Counterfeit Products”. The Journal of Socio-

Economics. Vol. 36 pp.677-85.

Gentry, J.W., Putrevu, S., Shultz, C.J. II . 2006. “The Effects of Counterfeiting on

Consumer Search”. Journal of Consumer Behaviour. Vol. 5 No. 3

pp.245-56.

Gentry, J.W., Putrevu, S., Shultz, C. II, Commuri, S. 2001. “How Now, Ralph

Lauren? The Separation of Brand and Product in a Counterfeit Culture”.

Advances in Consumer Research. Vol. 28 No.1 pp.258-65.

Ghozali.I. 2008, Model Persamaan Struktural : Konsep dan Aplikasi dengan

Program AMOS 16.0 Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Page 104: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

87

Ghozali dan Fuad, 2005, Structural Equation Modelling : Teori, Konsep, dan

Aplikasi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Grossman, G.M., Shapiro, C. 1988. “Foreign Counterfeiting of Status Goods”.

Quarterly Journal of Economics. Vol. February pp.79-100.

Gupta, P.B., Gould, S.J., Pola, B. 2004. “„To Pirate or Not to Pirate?‟ A

Comparative Study of the Ethical Versus Other Influences on the

Consumer‟s Software Acquisition-Mode Decision”. Journal of Business

Ethics. Vol. 55 pp.255-74.

Hawkins, D.I., Coney, K.A., Best, R.J. 1980. Consumer Behavior: Implications

for Marketing Strategy. Dalass, Texas: Business Publications

Hidayat dan Phau, 2003. Pembajakan Produk: Dilema antara Barat dan Timur

Kajian Literatur Pada Sisi Permintaan. Jurnal Siasat Bisnis. Hal.189-217

Hofstede, G. 1991. Cultures and Organizations: Software of the Mind. London:.

McGraw-Hill,

Hui, C.H., Triandis, H.C., Yee, C. 1991. “Cultural Differences in Reward

Allocation: is Collectivism the Explanation?”. British Journal of Social

Psychology. Vol. 30 pp.145-57.

Johnson and Christensen. 2008. Educational Research; quantitative, qualitative,

and Mixed Approaches. Sage Publications

Kay, H. 1990. “Fake‟s Progress”. Management Today. Vol. July pp.54-8.

Koch, J.B., Koch, P.T. 2007. “Collectivism, Individualism, and Outgroup

Cooperation in a Segmented China”. Asia Pacific Journal of Management.

Vol. 24 No. 2 pp.207-25.

Kwong, K.K., Yau, O.H.M., Lee, J.S.Y., Sin, L.Y.M., Tse, A.C.B. 2003. “The

Effects of Attitudinal and Demographic Factors on Intention to Buy

Pirated CDs: the Case of Chinese Consumers”. Journal of Business Ethics.

Vol. 47 No. 3 pp.223-35.

Lai, K.K.Y., Zaichkowsky, J.L. 1999. “Brand Imitation: do the Chinese Have

Different Views?”. Asia Pacific Journal of Management. Vol. 16 No. 2

pp.179-92.

Lichtenstein, D.R., Netemeyer, R.G., Burton, S. 1990. “Distinguishing Coupon

Proneness from Value Consciousness: an Acquisition-Transaction Utility

Theory Perspective”. Journal of Marketing. Vol. 54 No. 3 pp.54-67.

Page 105: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

88

Marron, D.B., Steel, D.G. 2000. “Which Countries Protect Intellectual Property?

The Case of Software Piracy”. Journal Economic Inquiry. Vol. 38 No. 2,

pp.159-74.

Mason, R.S. 1981. Conspicuous Consumption: A Study of Exceptional Consumer

Behavior. New York: St Martin‟s Press.

Miller, C. 1991. “Luxury Goods Still Have Strong Market Despite New Tax”.

Marketing News. Vol. 25 pp.1-7.

Miniard, P.W., Cohen, J.B. 1983. “Modeling Personal and Normative Influences

on Behavior”. Journal of Consumer Research. Vol. 10 No.2.

Mitchell, V.W., Papavassiliou, V. 1997. “Exploring Consumer Confusion in the

Watch Market”. Marketing Intelligence & Planning. Vol. 15 No. 4

pp.164-72.

Nia, A., Zaichkowsky, J.L. 2000. “Do Counterfeits Devalue the Ownership of

Luxury Brands?”. Journal of Product & Brand Management. Vol. 9 No.7

pp.485-97.

Nill, A., Shultz, C.J. 1996. “The Scourge of Global Counterfeiting”. Business

Horizons. Vol. 39 No. 6 pp.37-43.

Penz, E., Stöttinger, B. 2005. “Forget the „Real‟ Thing-Take the Copy! An

Explanatory Model for the Volitional Purchase of Counterfeit Products”.

Advances in Consumer Research. Vol. 32 pp. 568-75.

Phau, Ian; Teah, Min. 2009. “Devil wears (counterfeit) Prada: a study of

antecedents and outcomes of attitudes towards counterfeits of luxury

brands”. Curtin University of Technology, Perth, Australia. Journal of

consumer marketing .pp. 15-27.

Prendergast, G., Chuen, L.H., Phau, I. 2002. “Understanding Consumer Demand

for Non-deceptive Pirated Brands”. Marketing Intelligence & Planning.

Vol. 20 No.7 pp.405-16.

Rangkuti, Freddy. 2009. Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ekonomi IBII.

Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran (Konsep dan

Aplikasi dengan SPSS). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Scitovsky, T. 1992. The Joyless Economy: The Psychology of Human Satisfaction,

Revised. Oxford: Oxford University Press

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4 Jilid 2. Jakarta :

Penerbit Salemba Empat.

Page 106: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

89

Shipman, A. 2004. “Lauding the Leisure Class: Symbolic Content and

Conspicuous?”

Shultz, C.J. and Soporito, B. 1996. “Protecting Intellectual Property Strategies and

Recommendations to Deter Counterfeiting and Brand Piracy in Global

Markets”. Columbia Journal of World Business. Vol. 31 No. Spring

pp.18-28.

Simamora, Bilson. 2004. Riset Pemasaran, Falsafah, Teori dan Aplikasi. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Solimun. 2005. Structural Equation Modeling. Surabaya: Universitas Katolik

Widya Mandala.

Steenhaut, S., van Kenhove, P. 2006. “An Empirical Investigation of the

Relationships Among a Consumer‟s Personal Values, Ethical Ideology and

Ethical Beliefs”. Journal of Business Ethics. Vol. 64 pp.137-55.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kesepuluh. Bandung: CV

Alfabeta

Suprapti, Ni Wayan Sri. 2010. Perilaku Konsumen. Denpasar : Udayana Press.

Supranto. 1994. Statistik, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tom, G., Garibaldi, B., Zeng, Y., Pilcher, J. 1998. “Consumer Demand for

Counterfeit Goods”. Psychology & Marketing. Vol. 15 No.5, pp.405-21.

UU Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Vitell and Muncy, 1992. Understanding Ethical Decision-Making by Consumers

Wang, F., Zhang, H., Zang, H., Ouyang, M. 2005. “Purchasing Pirated Software:

an Initial Exaniation of Chinese Consumers”. Journal of Consumer

Marketing. Vol. 22 No.6, pp.340-51.

website Liputan 6 SCTV, 2010.

Wee, C.H., Tan, S.J., Cheok, K.H. (1995), “Non-price Determinants of Intention

to Purchase Counterfeit Goods: an Exploratory Study”. International

Marketing Review. Vol. 12 No.6, pp.19-46.

Yi, Y. 1990. “The Indirect Effects of Advertisements Designed to Change Product

Attribute Beliefs”. Psychology & Marketing. Vol. 7 pp.47-64.

Zhou, L., Hui, M.K. 2003. “Symbolic Value of Foreign Products in the People‟s

Republic of China”. Journal of International Marketing. Vol. 11 No.2,

pp.36-58.

Page 107: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

90

Page 108: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

90

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL

TERHADAP SIKAP DAN NIAT BELI KONSUMEN

PADA BARANG FASHION PALSU DI KODYA DENPASAR

DAN KABUPATEN BADUNG

Dengan hormat,

Saya Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

sedang mengadakan penelitian tentang pengaruh faktor sosial dan personal terhadap

sikap dan niat beli konsumen pada barang fashion palsu di Kodya Denpasar dan

Kabupaten Badung.

Nama : Tommy Hendro Trisdiarto

NIM : 0990662032

Jurusan : Manajemen Pemasaran

Bersama ini bermaksud untuk mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner

yang terkait dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Sehubungan dengan hal

tersebut, mohon bantuan Bapak/Ibu agar berkenan mengisi kuesioner ini dengan lengkap,

jujur dan tanpa pengaruh dari pihak manapun. Angket kuesioner ini semata-mata hanya

untuk kepentingan ilmiah, di mana kerahasiaan jawaban yang diberikan dijamin

sepenuhnya.

Atas kerjasama dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih.

Denpasar, Agustus 2011

Peneliti

Identitas Responden

1) Nama :

2) Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3) Usia :

a. 17-26 tahun

b. 27-36 tahun

c. 37-46 tahun

d. 46-56 tahun

e. Di atas 56 tahun

Page 109: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

91

LAMPIRAN 1 (Lanjutan)

4) Pekerjaan:

a. Mahasiswa

b. Karyawan swasta

c. PNS

d. Wiraswasta

5) Pendapatan individu perbulan:

a. < 1 juta rupiah

b. 1 < 3 juta rupiah

c. 3 > 5 juta rupiah

d. 5 juta rupiah keatas

6) Pernahkah anda membeli salah satu barang bermerek dibawah ini, bila iya, harap

lingkari pilihan dibawah ini. Pilihan bisa lebih dari satu.

a. Louis Vitton (LV)

b. Dolce & Gabbana (D&G)

c. Channel

d. Gucci

e. Prada

f. Burberry

g. Hermes

Page 110: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

92

LAMPIRAN 1 (Lanjutan)

7) Pernahkah anda membeli barang bermerek (di atas) di salah satu tempat dibawah

ini, bila iya, tolong lingkari pilihan dibawah ini. Pilihan bisa lebih dari satu.

a. Discovery Shopping Mal (Centro), Kuta

b. Mal Bali Galeria, Kuta

c. Pertokoan area Kuta Square dan Kuta Centre

d. Ramayana Mal, Denpasar

e. Matahari Duta Plaza, Denpasar

f. Carrefour, Sunset Road, Kuta

g. Bali Collection, Nusa Dua

Berikanlah pendapat Anda tentang pernyataan di bawah ini.

Berikan nilai pada kolom sangat tidak setuju - sangat setuju sesuai dengan penilaian

Anda.

Keterangan:

TS : Tidak Setuju

KS : Kurang Setuju

CS : Cukup Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

No Pernyataan TS KS CS S SS

1 2 3 4 5

Faktor Sosial

1

Bila saya kurang memiliki informasi yang

cukup tentang sebuah produk, saya meminta

pendapat teman/keluarga

2 Penting bagi saya untuk orang lain

menyukai merek yang saya beli

3 Saya suka berbagi dengan orang lain

4 Saya berharap orang lain mau berbagi

dengan saya

Faktor Personal

5

Saya memastikan bahwa uang yang saya

keluarkan untuk membeli produk, benar-

benar sesuai dengan nilainya

6 Saya ingin menjadi yang pertama dalam

membeli produk bermerek

7 Saya menghargai kejujuran

Page 111: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

93

No Pernyataan TS KS CS S SS

1 2 3 4 5

8 Sebuah rasa keberhasilan penting bagi saya

9 Membeli merek terkenal akan dapat

menaikkan derajat hormat dan status sosial

Sikap Terhadap Pemalsuan Barang

10 Barang palsu memiliki kualitas dan fungsi

yang mirip dengan barang asli

11 Pemalsuan barang merugikan pihak lain

12 Saya tidak khawatir dengan sanksi sosial

karena membeli barang palsu

13 Saya tidak khawatir dengan sanksi hukum

karena membeli barang palsu

Niat Beli

14

Saya memiliki niat membeli barang bermerk

pada tempat-tempat yang sudah disebut di

atas, yaitu di Discovery Shopping Mal

(Centro), Mal Bali Galeria, Pertokoan area

Kuta Square dan Kuta Centre, Ramayana

Mal, Matahari Duta Plaza, Carrefour Sunset

Road, Bali Collection Nusa Dua

15

Saya tidak takut untuk membeli barang

bermerk di tempat yg sudah disebut di atas,

yaitu di Discovery Shopping Mal (Centro),

Mal Bali Galeria, Pertokoan area Kuta

Square dan Kuta Centre, Ramayana Mal,

Matahari Duta Plaza, Carrefour Sunset

Road, Bali Collection Nusa Dua

16

Saya akan merekomendasikan kepada teman

dan keluarga, barang bermerek yang dijual

di tempat yang sudah disebut di atas, yaitu

di Discovery Shopping Mal (Centro), Mal

Bali Galeria, Pertokoan area Kuta Square

dan Kuta Centre, Ramayana Mal, Matahari

Duta Plaza, Carrefour Sunset Road, Bali

Collection Nusa Dua.

17

Saya akan membelikan teman barang

bermerek apabila mereka menitip beli

barang tersebut di tempat yang sudah

disebuat di atas, yaitu di Discovery

Shopping Mal (Centro), Mal Bali Galeria,

Pertokoan area Kuta Square dan Kuta

Centre, Ramayana Mal, Matahari Duta

Plaza, Carrefour Sunset Road, Bali

Collection Nusa Dua.

TERIMAKASIH

LAMPIRAN 1 (Lanjutan)

Page 112: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

94

LAMPIRAN 2

DATA RESPONDEN

Page 113: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

95

LAMPIRAN 2 (Lanjutan)

Page 114: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

96

LAMPIRAN 3

Output SPSS, Tabulasi Silang Karakteristik Responden

Page 115: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

97

LAMPIRAN 3 (Lanjutan)

Tabulasi Silang SES dan Pekerjaan

SES Pekerjaan

Persentase Swasta

1-3 juta 38 33,93%

3-5 juta 57 50,89%

> 5 juta 17 15,18%

Total 112 100,00%

Page 116: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

98

LAMPIRAN 4

Persepsi Konsumen (Faktor Sosial)

Page 117: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

99

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Page 118: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

100

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Persepsi Konsumen (Faktor Personal)

Page 119: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

101

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Page 120: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

102

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Page 121: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

103

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Page 122: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

104

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Persepsi Konsumen (Sikap terhadap Barang Palsu)

Page 123: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

105

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Page 124: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

106

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Page 125: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

107

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Persepsi Konsumen (Niat Beli)

Page 126: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

108

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Page 127: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

109

LAMPIRAN 4 (LANJUTAN)

Page 128: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

110

LAMPIRAN 5

Uji Multikolinearitas

Matrix Determinan Korelasi Faktor Sosial X1 X2 X3 X4

1 0,404 0,197 0,283

0,404 1 0,226 0,5

0,197 0,226 1 0,329

0,283 0,5 0,329 1

Matrix Determinan Korelasi Faktor Personal X5 X6 X7 X8 X9

1 0,392 0,34 0,515 0,249

0,392 1 0,502 0,504 0,43

0,34 0,502 1 0,463 0,351

0,515 0,504 0,463 1 0,363

0,249 0,43 0,351 0,363 1

Matrix Determinan Korelasi Sikap Konsumen Y11 Y12 Y13 Y14

1 0,36 0,385 0,425

0,36 1 0,286 0,288

0,385 0,286 1 0,391

0,425 0,288 0,391 1

Matrix Determinan Korelasi Niat Beli Konsumen Y21 Y22 Y23 Y24

1 0,448 0,404 0,51

0,448 1 0,467 0,438

0,404 0,467 1 0,34

0,51 0,438 0,34 1

Page 129: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

111

LAMPIRAN 6

Uji normalitas “Macro Minitab”

macro

input x.1-x.jmlcol n

mconstant i j n jcol totskor luas const

mcolumn di p qq rata2 x.1-x.jmlcol y.1-y.n skor

mmatrix vek vektran vmean mat cov hasil

Let n=count(x.1)

copy x.1-x.jmlcol mat

trans mat mat

cova x.1-x.jmlcol cov

invers cov cov

copy mat y.1-y.n

Rmean y.1-y.n rata2

copy rata2 vmean

do i=1:n

copy y.i vek

subtract rata2 vek vek

trans vek vektran

multi vektran cov hasil

multi hasil vek hasil

copy hasil y.i

enddo

copy y.1-y.n mat

trans mat mat

copy mat di

print di

do i=1:n

let p(i)=(i-1/2)/n

enddo

InvCdf p qq;

chis jmlcol.

let di=sort(di)

InvCdf 0.95 const;

chisquare jmlcol.

do i=1:n

if di(i)<=const

Page 130: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

112

let skor(i)=1

else

Let skor(i)=0

endif

enddo

let totskor=sum(skor)

let luas=totskor/n

Note Ho : data berdistribusi multinormal

Note H1 : data tidak berdistribusi multinormal

# name luas='daerah dibawah kurva chi-square (%)='

print luas

if luas > 0.5

Note gagal Tolak Ho

Note Dan dapat disimpulkan bahwa data mengikuti distribusi

multinormal

else

Note tolak Ho

Note dan dapat disimpulkan bahwa data tidak mengikuti distribusi

multinormal

endIf

plot qq*di;

Title "Plot Uji

Multinormal"endMacro.

Normal Q-Q Plot of QQ

Standardized Observed Value

3210-1-2-3

Expe

cted

Nor

mal

Val

ue

3

2

1

0

-1

-2

-3

LAMPIRAN 6 (Lanjutan)

Page 131: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

113

LAMPIRAN 7

Output Uji Validitas “Faktor Sosial” Dengan Menggunakan AMOS

Estimates (Group number 1 - Default model)

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

X1 <--- Social Factors 1,000

X2 <--- Social Factors 1,700 ,416 4,089 *** par_1

X3 <--- Social Factors ,808 ,292 2,764 ,006 par_2

X4 <--- Social Factors 1,490 ,411 3,624 *** par_3

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

X1 <--- Social Factors ,496

X2 <--- Social Factors ,740

X3 <--- Social Factors ,382

X4 <--- Social Factors ,674

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Social Factors ,229 ,099 2,307 ,021 par_4

e1 ,702 ,110 6,407 *** par_5

e2 ,547 ,164 3,342 *** par_6

e3 ,875 ,129 6,797 *** par_7

e4 ,610 ,141 4,319 *** par_8

Page 132: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

114

LAMPIRAN 7 (Lanjutan)

Total Effects (Group number 1 - Default model) Social Factors

X4 1,490

X3 ,808

X2 1,700

X1 1,000

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

Social Factors

X4 1,490

X3 ,808

X2 1,700

X1 1,000

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

Social Factors

X4 ,000

X3 ,000

X2 ,000

X1 ,000

Model Fit Summary RMR, GFI Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model ,038 ,985 ,926 ,197

Saturated model ,000 1,000

Independence model ,288 ,743 ,572 ,446

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model ,949 ,848 ,979 ,932 ,977

Saturated model 1,000 1,000 1,000

Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

RMSEA Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model ,079 ,000 ,220 ,267

Independence model ,303 ,241 ,371 ,000

Page 133: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

115

LAMPIRAN 8

Output Uji Validitas “Faktor Personal” Dengan Menggunakan AMOS

Estimates (Group number 1 - Default model)

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

X9 ← Personal Factors 1,000

X8 ← Personal Factors 1,372 ,295 4,648 *** par_1

X7 ← Personal Factors 1,130 ,249 4,543 *** par_2

X6 ← Personal Factors 1,338 ,275 4,868 *** par_3

X5 ← Personal Factors 1,057 ,256 4,137 *** par_4

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

X9 ← Personal Factors ,525

X8 ← Personal Factors ,736

X7 ← Personal Factors ,648

X6 ← Personal Factors ,723

X5 ← Personal Factors ,586

Page 134: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

116

LAMPIRAN 8 (Lanjutan)

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Personal Factors ,313 ,119 2,642 ,008 par_5

e9 ,825 ,123 6,684 *** par_6

e8 ,500 ,102 4,889 *** par_7

e7 ,553 ,092 5,988 *** par_8

e6 ,511 ,100 5,093 *** par_9

e5 ,670 ,106 6,334 *** par_10

Total Effects (Group number 1 - Default model) Personal Factors

X5 1,057

X6 1,338

X7 1,130

X8 1,372

X9 1,000

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

Personal Factors

X5 1,057

X6 1,338

X7 1,130

X8 1,372

X9 1,000

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

Personal Factors

X5 ,000

X6 ,000

X7 ,000

X8 ,000

X9 ,000

Model Fit Summary RMR, GFI Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model ,037 ,978 ,934 ,326

Saturated model ,000 1,000

Independence model ,360 ,587 ,381 ,392

Page 135: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

117

LAMPIRAN 8 (Lanjutan)

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model ,959 ,917 ,994 ,987 ,994

Saturated model 1,000 1,000 1,000

RMSEA Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model ,038 ,000 ,142 ,478

Independence model ,343 ,294 ,395 ,000

Page 136: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

118

LAMPIRAN 9

Output Uji Validitas “Sikap Konsumen” Dengan Menggunakan AMOS

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. C.R. P Label

Y13 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands ,918 ,214 4,286 *** par_1

Y12 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands ,779 ,211 3,689 *** par_2

Y11 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands 1,147 ,266 4,317 *** par_3

Y14 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands 1,000

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

Y13 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of Luxury Brands ,588

Y12 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of Luxury Brands ,495

Y11 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of Luxury Brands ,679

Y14 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of Luxury Brands ,629

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands ,464 ,158 2,931 ,003 par_4

e12 ,739 ,131 5,657 *** par_5

e11 ,866 ,136 6,388 *** par_6

E10 ,711 ,157 4,533 *** par_7

E13 ,707 ,135 5,220 *** par_8

Page 137: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

119

LAMPIRAN 9 (Lanjutan)

Total Effects (Group number 1 - Default model) Attitudes towards_Counterfeits_Of Luxury Brands

Y14 1,000

Y11 1,147

Y12 ,779

Y13 ,918

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

Attitudes towards_Counterfeits_Of Luxury Brands

Y14 1,000

Y11 1,147

Y12 ,779

Y13 ,918

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

Attitudes towards_Counterfeits_Of Luxury Brands

Y14 ,000

Y11 ,000

Y12 ,000

Y13 ,000

Model Fit Summary RMR, GFI Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model ,016 ,998 ,989 ,200

Saturated model ,000 1,000

Independence model ,334 ,720 ,534 ,432

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model ,993 ,979 1,023 1,072 1,000

Saturated model 1,000 1,000 1,000

Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

RMSEA Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model ,000 ,000 ,122 ,831

Independence model ,307 ,244 ,374 ,000

Page 138: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

120

LAMPIRAN 10

Output Uji Validitas “Niat Beli Konsumen” Dengan Menggunakan AMOS 18

Estimates (Group number 1 - Default model)

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Y22 ← Purchase Intention 1,089 ,216 5,033 *** par_1

Y21 ← Purchase Intention 1,098 ,198 5,552 *** par_2

Y23 ← Purchase Intention ,884 ,194 4,557 *** par_3

Y24 ← Purchase Intention 1,000

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

Y22 ← Purchase Intention ,681

Y21 ← Purchase Intention ,705

Y23 ← Purchase Intention ,593

Y24 ← Purchase Intention ,661

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Purchase Intention ,506 ,152 3,334 *** par_4

e15 ,694 ,135 5,124 *** par_5

e14 ,619 ,127 4,882 *** par_6

e16 ,731 ,121 6,033 *** par_7

e17 ,653 ,119 5,479 *** par_8

Page 139: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

121

LAMPIRAN 10 (Lanjutan)

Total Effects (Group number 1 - Default model) Purchase Intention

Y24 1,000

Y23 ,884

Y21 1,098

Y22 1,089

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

Purchase Intention

Y24 1,000

Y23 ,884

Y21 1,098

Y22 1,089

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

Purchase Intention

Y24 ,000

Y23 ,000

Y21 ,000

Y22 ,000

Model Fit Summary RMR, GFI Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model ,038 ,985 ,925 ,197

Saturated model ,000 1,000

Independence model ,409 ,635 ,392 ,381

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model ,968 ,903 ,987 ,960 ,987

Saturated model 1,000 1,000 1,000

Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

RMSEA Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model ,076 ,000 ,218 ,278

Independence model ,379 ,317 ,446 ,000

Page 140: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

122

LAMPIRAN 11

Full Model SEM

Page 141: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

123

LAMPIRAN 11 (Lanjutan)

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Attitudes

towards_Counterfeits

_Of Luxury Brands

← Personal Factors ,545 ,182 3,000 ,003 par_7

Attitudes

towards_Counterfeits

_Of Luxury Brands

← Social Factors ,501 ,213 2,354 ,019 par_8

Purchase Intention ←

Attitudes

towards_Counterfei

ts_Of Luxury

Brands

,427 ,198 2,162 ,031 par_9

Purchase Intention ← Social Factors ,443 ,221 2,004 ,045 par_10

Purchase Intention ← Personal Factors ,395 ,188 2,100 ,036 par_11

X1 ← Social Factors 1,000

X2 ← Social Factors 1,851 ,445 4,159 *** par_1

X3 ← Social Factors ,737 ,281 2,626 ,009 par_2

X9 ← Personal Factors 1,000

X8 ← Personal Factors 1,427 ,301 4,733 *** par_3

X7 ← Personal Factors 1,174 ,255 4,593 *** par_4

X6 ← Personal Factors 1,317 ,273 4,818 *** par_5

X5 ← Personal Factors 1,047 ,253 4,137 *** par_6

Y13 ←

Attitudes

towards_Counterfei

ts_Of Luxury

Brands

,979 ,211 4,647 *** par_12

Y12 ←

Attitudes

towards_Counterfei

ts_Of Luxury

Brands

,824 ,207 3,989 *** par_13

Y11 ←

Attitudes

towards_Counterfei

ts_Of Luxury

Brands

1,190 ,241 4,936 *** par_14

Y22 ← Purchase Intention 1,115 ,197 5,653 *** par_15

Y21 ← Purchase Intention 1,049 ,178 5,880 *** par_16

Y23 ← Purchase Intention ,858 ,174 4,919 *** par_17

Y14 ←

Attitudes

towards_Counterfei

ts_Of Luxury

Brands

1,000

Y24 ← Purchase Intention 1,000

X4 ← Social Factors 1,512 ,397 3,803 *** par_18

Page 142: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

124

LAMPIRAN 11 (Lanjutan)

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

Attitudes

towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands

← Personal Factors ,474

Attitudes

towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands

← Social Factors ,366

Purchase Intention ← Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands ,393

Purchase Intention ← Social Factors ,298

Purchase Intention ← Personal Factors ,316

X1 ← Social Factors ,480

X2 ← Social Factors ,780

X3 ← Social Factors ,338

X9 ← Personal Factors ,517

X8 ← Personal Factors ,754

X7 ← Personal Factors ,663

X6 ← Personal Factors ,702

X5 ← Personal Factors ,572

Y13 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands ,591

Y12 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands ,492

Y11 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands ,666

Y22 ← Purchase Intention ,690

Y21 ← Purchase Intention ,665

Y23 ← Purchase Intention ,565

Y14 ← Attitudes towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands ,593

Y24 ← Purchase Intention ,652

X4 ← Social Factors ,662

Page 143: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

125

LAMPIRAN 11 (Lanjutan)

Variances: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. C.R. P Label

Z1 ,215 ,093 2,311 ,021 par_19

Z2 ,304 ,116 2,626 ,009 par_20

Z3 ,258 ,095 2,712 ,007 par_21

Z4 ,216 ,076 2,828 ,005 par_22

e1 ,716 ,107 6,678 *** par_23

e2 ,474 ,156 3,044 ,002 par_24

e3 ,908 ,129 7,034 *** par_25

e9 ,834 ,123 6,773 *** par_26

e8 ,469 ,096 4,880 *** par_27

e7 ,533 ,090 5,935 *** par_28

e6 ,543 ,097 5,575 *** par_29

e5 ,686 ,105 6,527 *** par_30

e12 ,717 ,119 6,003 *** par_31

e11 ,855 ,130 6,592 *** par_32

e10 ,712 ,134 5,307 *** par_33

e15 ,651 ,119 5,490 *** par_34

e14 ,659 ,115 5,758 *** par_35

e16 ,746 ,115 6,473 *** par_36

e13 ,741 ,124 5,977 *** par_37

e17 ,642 ,109 5,867 *** par_38

e4 ,628 ,134 4,697 *** par_39

Total Effects (Group number 1 - Default model)

Personal

Factors

Social

Factors

Attitudes

towards_Counter

feits_Of Luxury

Brands

Purchase

Intention

Attitudes

towards_Counterfeits_

Of Luxury Brands

,545 ,501 ,000 ,000

Purchase Intention ,627 ,657 ,427 ,000

X4 ,000 1,512 ,000 ,000

Y24 ,627 ,657 ,427 1,000

Y14 ,545 ,501 1,000 ,000

Y23 ,538 ,564 ,367 ,858

Y21 ,658 ,690 ,448 1,049

Y22 ,699 ,733 ,476 1,115

Y11 ,648 ,596 1,190 ,000

Page 144: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

126

Personal

Factors

Social

Factors

Attitudes

towards_Counter

feits_Of Luxury

Brands

Purchase

Intention

Y12 ,449 ,413 ,824 ,000

Y13 ,533 ,491 ,979 ,000

X5 1,047 ,000 ,000 ,000

X6 1,317 ,000 ,000 ,000

X7 1,174 ,000 ,000 ,000

X8 1,427 ,000 ,000 ,000

X9 1,000 ,000 ,000 ,000

X3 ,000 ,737 ,000 ,000

X2 ,000 1,851 ,000 ,000

X1 ,000 1,000 ,000 ,000

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

Personal

Factors

Social

Factors

Attitudes

towards_Counte

rfeits_Of

Luxury Brands

Purchase

Intention

Attitudes

towards_Counterfeits_

Of Luxury Brands

,545 ,501 ,000 ,000

Purchase Intention ,395 ,443 ,427 ,000

X4 ,000 1,512 ,000 ,000

Y24 ,000 ,000 ,000 1,000

Y14 ,000 ,000 1,000 ,000

Y23 ,000 ,000 ,000 ,858

Y21 ,000 ,000 ,000 1,049

Y22 ,000 ,000 ,000 1,115

Y11 ,000 ,000 1,190 ,000

Y12 ,000 ,000 ,824 ,000

Y13 ,000 ,000 ,979 ,000

X5 1,047 ,000 ,000 ,000

X6 1,317 ,000 ,000 ,000

X7 1,174 ,000 ,000 ,000

X8 1,427 ,000 ,000 ,000

X9 1,000 ,000 ,000 ,000

X3 ,000 ,737 ,000 ,000

X2 ,000 1,851 ,000 ,000

X1 ,000 1,000 ,000 ,000

LAMPIRAN 11 (Lanjutan)

Page 145: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

127

LAMPIRAN 11 (Lanjutan)

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

Personal

Factors

Social

Factors

Attitudes

towards_Counter

feits_Of Luxury

Brands

Purchase

Intention

Attitudes

towards_Counterfeits_Of

Luxury Brands

,000 ,000 ,000 ,000

Purchase Intention ,233 ,214 ,000 ,000

X4 ,000 ,000 ,000 ,000

Y24 ,627 ,657 ,427 ,000

Y14 ,545 ,501 ,000 ,000

Y23 ,538 ,564 ,367 ,000

Y21 ,658 ,690 ,448 ,000

Y22 ,699 ,733 ,476 ,000

Y11 ,648 ,596 ,000 ,000

Y12 ,449 ,413 ,000 ,000

Y13 ,533 ,491 ,000 ,000

X5 ,000 ,000 ,000 ,000

X6 ,000 ,000 ,000 ,000

X7 ,000 ,000 ,000 ,000

X8 ,000 ,000 ,000 ,000

X9 ,000 ,000 ,000 ,000

X3 ,000 ,000 ,000 ,000

X2 ,000 ,000 ,000 ,000

X1 ,000 ,000 ,000 ,000

Model Fit Summary

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model ,099 ,881 ,841 ,657

Saturated model ,000 1,000

Independence model ,289 ,462 ,394 ,410

Page 146: pengaruh faktor sosial dan personal terhadap sikap dan niat beli

128

LAMPIRAN 11 (Lanjutan)

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model ,769 ,725 ,958 ,947 ,956

Saturated model 1,000 1,000 1,000

Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model ,039 ,000 ,065 ,729

Independence model ,171 ,157 ,186 ,000