pengetahuan, sikap, dan niat beli mahasiswa … · pendekatan theory of planned behavior ......
TRANSCRIPT
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN NIAT BELI MAHASISWA
TERHADAP MAKANAN ORGANIK:
PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
IRMA AWWALIYAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Sikap,
dan Niat Beli Mahasiswa terhadap Makanan Organik: Pendekatan Theory of
Planned Behavior adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya penulis lain, baik yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan, telah disebutkan sumbernya dalam teks serta
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Bogor, Maret 2013
Irma Awwaliyah
NIM I24080057
ABSTRACT
IRMA AWWALIYAH. Knowledge, Attitude, and Purchase Intention of
Undergraduate Students toward Organic Food. Theory of Planned Behavior
Approach. Supervised by M.D. DJAMALUDIN and IRNI RAHMAYANI
JOHAN
The development of healthy and natural lifestyle has encouraged people to eat
healthy foods, including organic foods. This study aimed to analyze the
knowledge, attitude and purchase intention toward organic food among
undergraduate students, that approached by Theory of Planned Behavior (TPB).
The study involved 100 undergraduate students of Bogor Agricultural University
(IPB) which selected randomly. Data was collected through interview by using
questionnaires. The results indicated that knowledge was at the middle and high
category, while the greatest proportion of attitude, subjective norm, behavioral
control, and purchase intention were at the middle category. Knowledge
negatively associated with attitude. Meanwhile, according to the model of Theory
of Planned Behavior (TPB), attitude, subjective norm and behavioral control had
positive correlations with purchase intention, however only subjective norm
affected purchase intention. The results also indicated that knowledge showed no
significant effect toward purchase intention.
Keywords: attitudes, knowledge, organic food, purchase, intention, Theory of
Planned Behavior (TPB)
ABSTRAK
IRMA AWWALIYAH. Pengetahuan, Sikap, dan Niat Beli Mahasiswa terhadap
Makanan Organik: Pendekatan Theory of Planned Behavior. Dibimbing oleh
M.D. DJAMALUDIN dan IRNI RAHMAYANI JOHAN.
Berkembangnya gaya hidup sehat dan alami mendorong minat masyarakat untuk
mengonsumsi makanan sehat, salah satunya makanan organik. Penelitian ini
bertujuan menganalisis pengetahuan, sikap dan niat beli mahasiswa terhadap
makanan organik dengan pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).
Penelitian ini melibatkan 100 mahasiswa strata 1 (S1) Institut Pertanian Bogor
yang diambil secara acak. Metode pengambilan data menggunakan teknik
wawancara dengan alat bantu kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan contoh berada pada kategori sedang dan tinggi, sedangkan proporsi
terbesar sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan niat beli terhadap makanan
organik berada pada kategori sedang. Pengetahuan berhubungan negatif signifikan
dengan sikap. Sesuai dengan model Theory of Planned Behavior (TPB), sikap,
norma subjektif, dan kontrol perilaku berhubungan positif sangat signifikan
dengan niat beli, tetapi hanya norma subjektif yang berpengaruh terhadap niat
beli. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan tidak berpengaruh
terhadap niat beli.
Kata kunci: makanan organik, niat beli, pengetahuan, sikap, Theory of Planned
Behavior (TPB)
RINGKASAN
IRMA AWWALIYAH. Pengetahuan, Sikap, dan Niat Beli Mahasiswa terhadap
Makanan Organik: Pendekatan Theory of Planned Behavior. Dibimbing oleh
M.D. Djamaludin dan Irni Rahmayani Johan
Berkembangnya kesadaran untuk memiliki gaya hidup sehat dan selaras
dengan alam mendorong minat masyarakat terhadap makanan organik. Makanan
organik dianggap lebih sehat dan aman bagi lingkungan dibandingkan dengan
makanan non organik, karena diproduksi tanpa menggunakan bahan kimia
sintetik. Mahasiswa sebagai salah satu elemen konsumen dengan tingkat
pendidikan yang tinggi dan telah mandiri dalam pengambilan keputusan pangan
diharapkan memiliki preferensi tertentu terhadap makanan organik. Secara
khusus, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki kesempatan yang
lebih luas dalam mengakses berbagai informasi terkait pertanian dan makanan
organik, karena berada di lingkungan yang progresif dalam pengembangan
pertanian, khususnya pertanian organik. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup baik serta sikap yang positif terhadap makanan
organik, dimana kedua hal tersebut tercermin dalam niat beli makanan organik
yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengetahuan, sikap dan niat beli
mahasiswa terhadap makanan organik berdasarkan model Theory of Planned
Behavior (TPB). Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis
pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan niat beli makanan
organik pada mahasiswa; 2) menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap,
norma subjektif dan kontrol perilaku dengan niat beli makanan organik pada
mahasiswa; 3) menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap, norma subjektif,
kontrol perilaku, dan niat pada mahasiswa laki-laki dan contoh perempuan; serta
4) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi niat beli makanan organik
pada mahasiswa.
Disain penelitian ini adalah cross sectional study dengan metode survei.
Penelitian ini dilakukan di kampus IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor pada bulan
Juli 2012 sampai Februari 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
strata satu (S1) IPB tahun ajaran 2012/2013 yang sedang menempuh pendidikan
di semester tiga, lima, dan tujuh pada saat pengambilan data berlangsung.
Penelitian ini melibatkan 100 orang contoh yang ditentukan melalui teknik
stratified random sampling.
Data primer dalam penelitian ini meliputi karakteristik contoh (jenis
kelamin, usia, uang saku, keikutsertaan pada organisasi lingkungan, dan
pengalaman konsumsi makanan organik), karakteristik keluarga contoh (usia
orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan
besar keluarga), pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat
beli makanan organik. Analisis yang digunakan dalam penelitian terdiri atas uji
statistik deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel serta uji statistik
inferensia yaitu uji korelasi Spearman, uji beda independent t-test dan uji regresi
linier berganda dengan menggunakan Statistical Package for Social Science
(SPSS) for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi contoh laki-laki sama
dengan contoh perempuan (50%). Proporsi terbesar contoh (35%) berusia dua
puluh tahun. Sementara itu, lebih dari separuh contoh (52%) memiliki uang saku
sebesar Rp 750.001 – Rp 1.000.000. Hanya sebagian kecil contoh (17%) yang
mengikuti organisasi lingkungan. Proporsi terbesar contoh mendapatkan informasi
tentang makanan organik dari media eletronik dan dosen. Sementara itu, dua
pertiga contoh (66%) pernah mengonsumsi atau membeli makanan organik
sebelumnya, dimana sayuran organik adalah jenis makanan organik yang pernah
dikonsumsi oleh proporsi terbesar contoh (47%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar ayah contoh
(53,6%) berada pada rentang usia 51-65 tahun (tua) dan ibu contoh (75,8%)
berada pada rentang usia 36-50 tahun (separuh baya). Proporsi terbesar lama
pendidikan ayah contoh (52,6%) dan ibu contoh (50,5%) berada pada kategori
tinggi (>12 tahun). Proporsi terbesar ayah contoh (34%) adalah Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan ibu contoh (47,5%) adalah ibu rumah tangga. Sementara itu,
proporsi terbesar pendapatan keluarga contoh (40%) berada pada rentang
Rp3.000.001-Rp 5.500.000 dengan anggota keluarga 5-6 orang (49%).
Proporsi terbesar pengetahuan contoh berada pada kategori sedang dan
tinggi, yaitu masing-masing lima puluh persen. Proporsi terbesar contoh memiliki
sikap (63%) dan norma subjektif (64%) dengan kategori sedang. Sebagian besar
contoh (85%) memiliki kontrol perilaku dengan kategori sedang Sementara itu,
proporsi terbesar contoh (63%) memiliki niat beli dengan kategori sedang.
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pengetahuan contoh berhubungan
negatif signifikan dengan sikap (r= -0,198; p<0,05). Sementara itu, niat
berhubungan positif sangat signifikan (p<0,01) dengan sikap (r= 0,293), norma
subjektif (r= 0,277), dan kontrol perilaku (r= 0,331). Hasil uji korelasi
karakteristik contoh dengan variabel pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol
perilaku, dan niat beli menunjukkan bahwa sikap berhubungan negatif sangat
signifikan (p<0,01) dengan jenis kelamin (r= -0,285). Selain itu, sikap juga
berhubungan negatif signifikan (p<0,05) dengan keikutsertaan pada organisasi
lingkungan (r= -0,235) dan lama pendidikan ibu (r= -0,246). Norma subjektif
memiliki hubungan yang positif signifikan (p<0,05) dengan usia contoh (r=
0,232) dan usia ayah (r= 0,210). Sementara itu, kontrol perilaku berhubungan
negatif signifikan (p<0,05) dengan jenis kelamin (r= -299) serta berhubungan
positif signifikan (p<0,05) dengan usia ibu (r= 0,252) dan usia ayah (r= 0,209).
Sementara itu, tidak ada karakteristik contoh dan keluarga contoh yang
berhubungan signifikan dengan pengetahuan dan niat beli.
Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap (beda rata-
rata 7,78) dan kontrol perilaku (beda rata-rata 4,30) yang sangat signifikan
(p<0,01) serta norma subjektif (beda rata-rata 4,68) yang signifikan (p<0,05),
dimana contoh laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Sementara pengetahuan dan niat beli tidak berbeda nyata pada kedua contoh.
Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa di antara ketiga variabel yang
memiliki hubungan dengan niat beli (sikap, norma subjektif, dan kontrol
perilaku), hanya norma subjektif yang menunjukkan pengaruh positif dan
siginifikan terhadap niat beli. Sementara itu, pengetahuan dan karakteristik contoh
tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap niat beli makanan organik
pada mahasiswa.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN NIAT BELI MAHASISWA
TERHADAP MAKANAN ORGANIK:
PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
IRMA AWWALIYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul : Pengetahuan, Sikap dan Niat Beli Mahasiswa terhadap Makanan Organik:
Pendekatan Theory of Planned Behavior
Nama : Irma Awwaliyah
NIM : I24080057
Disetujui,
Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc Irni Rahmayani Johan, SP, MM
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Proses
penelitian dan penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc dan Irni Rahmayani Johan, SP, MM. sebagai
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
2. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Dr. Tin Herawati Sp, M.Si sebagai dosen penguji
skripsi atas saran dan masukan untuk perbaikan tugas akhir ini.
3. Dr. Ir. Diah Krisnatuti Pranadji, MS sebagai dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan dorongan dan arahan selama penulis menempuh
pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
4. Ketua Departemen beserta seluruh dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen (IKK) yang telah mendidik, mengajar serta membagi pengalaman
berharga kepada penulis terkait keilmuan di bidang keluarga dan konsumen.
5. Ayahanda H. Andin dan Ibunda Suryani Usman, S.Pd serta adik-adik tercinta
Ade, Ela, Eli dan Bani beserta keluarga besar Abdurrozak yang telah mengiringi
langkah penulis denga do’a serta dorongan baik moril maupun materil.
6. Kementerian Agama Republik Indonesia, khususnya Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pondok Pesantren, Subdit Pendidikan Islam yang telah memberi
kesempatan kepada penulis menjadi salah satu penerima Program Beasiswa Santri
Berprestasi (PBSB). 7. Pimpinan, kepala SMA, dewan guru, beserta seluruh staf di Pondok Pesantren
La Tansa, Banten, yang telah memberikan ilmu, do’a dan restunya sehingga
penulis dapat melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan terbaik ini.
8. Keluarga besar CSS MoRA IPB, Sahabat El-Kamila, Icha, Iin, Ulan, Anik,
Nurul, Eka, Arum, Ube, Dara, Nola, Yessy, Jihan, Dian, Vio dan Septi,
Sahabat The Dream Team, Bapak Bambang Riyanto, Neng, Intan, Ami, Idham,
Udin dan Imu, Satui Team, Didit, Dian, Dini, Syifa, dan Heri, seluruh teman IKK
angkatan 45 serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat
dan kontribusi nyata terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
keluarga dan konsumen.
Bogor, Februari 2013
Irma Awwaliyah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xx
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Perumusan Masalah ........................................................................................ 3
Tujuan ............................................................................................................. 5
Kegunaan ........................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 7
Perilaku Konsumen ........................................................................................ 7
Pengetahuan .................................................................................................... 8
The Theory of Planned Behavior (TPB) ........................................................ 9
Makanan Organik ........................................................................................... 13
Karakteristik Individu Konsumen .................................................................. 15
Karakteristik Keluarga Konsumen ................................................................. 17
Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................................... 18
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 21
METODE PENELITIAN ................................................................................... 23
Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 23
Teknik Pengambilan Contoh ........................................................................... 23
Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................................. 24
Pengolahan dan Analisis Data ......................................................................... 26
Definisi Operasional ........................................................................................ 29
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 31
Hasil ................................................................................................................. 31
Karakteristik Individu Contoh ................................................................ 31
Karakteristik Keluarga Contoh ............................................................... 32
Sikap ....................................................................................................... 37
Norma Subjektif ...................................................................................... 38
Kontrol Perilaku ...................................................................................... 40
Niat Beli .................................................................................................. 41
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol
Perilaku .................................................................................................... 42
Hubungan Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol Perilaku dengan Niat
Beli ........................................................................................................... 42
Perbedaan Pengetahuan, Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku
dan Niat Beli pada Contoh Laki-laki dan Perempuan ............................. 44
Faktor-faktor yang Memengaruhi Niat Beli Makanan Organik .............. 45
Pembahasan ..................................................................................................... 45
Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 52
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 53
Simpulan ......................................................................................................... 53
Saran ................................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
LAMPIRAN ........................................................................................................ 59
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Proporsi dan jumlah contoh per semester .................................................... 24
2 Variabel dan skala data yang diteliti ............................................................ 25
3 Interval kelas dan skor variabel utama ......................................................... 28
4 Deskripsi contoh berdasarkan usia ............................................................... 31
5 Deskripsi contoh berdasarkan interval uang saku ........................................ 31
6 Sebaran contoh berdasarkan jenis makanan organik yang pernah ............... 32
7 Deskripsi contoh berdasarkan kategori usia orang tua................................. 33
8 Deskripsi contoh berdasarkan lama pendidikan orang tua .......................... 33
9 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua ............................... 33
10 Deskripsi contoh berdasarkan pendapatan keluarga .................................... 34
11 Deskripsi contoh berdasarkan besar keluarga .............................................. 34
12 Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi makanan organik ............... 34
13 Sebaran contoh berdasarkan makanan organik yang diketahui ................... 35
14 Sebaran contoh berdasarkan item pertanyaan pengetahuan ......................... 36
15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan ....................................... 36
16 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan sikap .................................... 38
17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap ................................................... 38
18 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan norma subjektif .................... 39
19 Sebaran contoh berdasarkan tingkat norma subjektif .................................. 39
20 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kontrol perilaku ................... 40
21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kontrol perilaku .................................. 41
22 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan niat beli ................................ 41
23 Sebaran contoh berdasarkan tingkat niat beli .............................................. 42
24 Hubungan pengetahuan dengan sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku 42
25 Hubungan sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku dengan niat beli .... 43
26 Hubungan karakteristik individu dan keluarga mahasiswa ......................... 44
27 Hasil uji beda pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku ......... 45
28 Faktor-faktor yang memengaruhi niat beli makanan organik ...................... 45
DAFTAR GAMBAR
1 Model Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991) ........................................ 10
2 Kerangka pemikiran penelitian ....................................................................... 22
3 Sebaran contoh berdasarkan fakultas .............................................................. 24
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian………………………………………………………… 59
2 Hasil uji hubungan antar variabel…………………………………………… 65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada tahun 2004, mencatat telah
terjadi pertumbuhan populasi penduduk dunia, produksi yang tidak terkendali dan
pola konsumsi manusia yang tidak berkelanjutan. Ketiga faktor tersebut
menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan lingkungan seperti peningkatan
polusi udara, polusi air dan tanah, serta penipisan lapisan ozon (CSD-UN 2004)1.
Chan dan Yam (1995) juga menyatakan bahwa sebesar 30-40 persen dari jumlah
degradasi lingkungan yang terjadi disebabkan oleh aktivitas rumah tangga.
Pertanian sebagai sektor penting yang menopang kebutuhan manusia, juga
menyumbang atas kerusakan lingkungan tersebut. Revolusi hijau yang bertujuan
meningkatkan produktivitas pertanian justru mengabaikan aspek kesehatan
manusia dan lingkungan, salah satunya dengan penggunaan pestisida kimia yang
tidak terkendali (Saragih 2010). Pesticide Action Network, United Kingdom
(PAN-UK)2 menyampaikan bahwa selain dapat menghasilkan polusi, penggunaan
pestisida secara regular dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan kanker
dan penyakit lain yang berhubungan dengan saraf dan reproduksi. Dengan
demikian, hal tersebut tidak hanya mengancam keberlanjutan lingkungan, tetapi
juga mengancam kesehatan dan keselamatan manusia, baik yang berperan pada
rantai produksi seperti petani maupun konsumen sendiri.
Berbagai risiko yang ditimbulkan dari hasil pertanian konvensional
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi produk yang lebih
aman, terutama pangan. Seiring dengan berkembangnya sektor pertanian organik
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 15-20 persen pertahun di seluruh dunia
(Scialabba 2005 dalam Saragih 2010), permintaan konsumen akan pangan atau
makanan organik juga terus meningkat. Data survei di Amerika Serikat sebagai
trend-setter pengguna produk organik menunjukkan perkembangan yang sangat
pesat. Kesadaran yang tinggi akan kesehatan menjadikan sekitar 80 persen
penduduk usia 18-24 tahun dan 75 persen penduduk usia 35-49 tahun
mengonsumsi produk organik (Setiadharma & Chrisantine 2005).
1http://www.un.org [diakses pada 25 Febuari 2013]
2 http://www.pan-uk.org [diakses pada 19 Februari 2013]
2
Angka permintaan produk makanan organik di Indonesia terus meningkat
meskipun harganya relatif lebih tinggi 10-15 persen dibandingkan dengan produk
non-organik (Saragih 2010). Pada tahun 2009, angka permintaan pangan hasil
pertanian organik adalah 425 ton, dimana hal ini meningkat 50 persen dari tahun
sebelumnya (Deliana 2012). Pada tahun 2005, hanya terdapat sekitar 10 buah
retailer atau outlet makanan organik, tetapi pada tahun 2007 angka tersebut
meningkat menjadi lebih dari 20 buah retailer. Beberapa restoran organik juga
telah berdiri di kota-kota besar diantaranya Jakarta, Yogyakarta, Surabaya,
Bandung, Medan, dan Bogor (Departemen Pertanian 2007)3. Permintaan akan
makanan organik terus meningkat.
Sejak diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1997, makanan organik
dianggap lebih sehat dan aman bagi manusia dibandingkan dengan makanan non-
organik (Suprapto & Wijaya 2012). Sikap yang positif terhadap makanan organik
ini juga didorong oleh gaya hidup sehat dan alami yang sedang berkembang di
masyarakat dunia saat ini (Chen 2006). Selain itu, makanan organik tidak hanya
membebaskan konsumen dari bahaya bahan kimia sintetik, tetapi juga memberi
kesempatan bagi konsumen untuk ikut serta menjaga ekosistem lingkungan
(Deliana 2012). Data konsumsi produk organik di Asia Pasifik juga menyebutkan
bahwa alasan orang beralih ke pangan organik dari pangan konvensional adalah
karena alasan kesehatan pribadi (AC Nielsen 2005).
Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai salah satu perguruan tinggi yang
fokus melakukan pendidikan, penelitian dan pemberdayaan masyarakat di sektor
pertanian, tidak terlepas perannya dalam pengembangan pertanian dan pangan
organik. Mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) memiliki tugas
untuk berperan serta dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan.
Mahasiswa IPB dengan akses informasi yang lebih mudah dan luas diharapkan
memiliki pengetahuan akan pertanian dan pangan organik yang baik. Selain
menjadi bagian dari elemen pengembang pertanian, mahasiswa juga bertindak
sebagai konsumen. Mahasiswa yang pada umumnya termasuk remaja akhir dan
dewasa, memiliki daya tangkap dan nalar yang jauh lebih baik, sehingga dianggap
telah mampu menyerap dan mengelola informasi yang kompleks.
3) http://www.agribsinis.deptan.go.id [diakses pada 19 Februari 2012]
3
Sejak tahun 1970-an, telah dilakukan sejumlah penelitian konsumen yang
berkaitan dengan produk organik, dimana makanan organik menjadi fokus
utamanya (Bui 2005; Sudiyanti 2009). Beberapa penelitian yang dilakukan
diantaranya terkait pengetahuan, sikap, dan niat beli makanan organik pada
konsumen secara umum. Akan tetapi, penelitian serupa yang dilakukan pada
mahasiswa relatif masih belum banyak dilakukan. Penelitian mengenai
pengetahuan, sikap dan niat beli mahasiswa terhadap makanan organik adalah hal
yang penting mengingat, mahasiswa pada nantinya berpotensi untuk menjadi
konsumen makanan organik, sekaligus agen yang berperan untuk
mengembangkan pertanian organik. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba
mengisi kesenjangan informasi terkait pengetahuan, sikap dan niat mahasiswa
terhadap produk makanan organik.
Perumusan Masalah
Secara umum, minat masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi makanan
organik lebih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya (Suprapto
& Wijaya 2012). Walaupun jumlah permintaan makanan organik meningkat
setiap tahunnya, hanya sebagian kecil konsumen yang mengonsumsi makanan
organik secara rutin (Sudiyanti 2009). Hal ini diduga karena harga makanan
organik yang tinggi, sehingga hanya dapat dibeli oleh konsumen dengan
pendapatan yang cukup tinggi. Selain itu, meskipun makanan organik mulai
popular di Indonesia pada tahun 1990-an, pengetahuan konsumen akan makanan
organik masih tergolong sedang (Sudiyanti 2009).
Perilaku pembelian makanan organik salah satunya dapat dipelajari
dengan pendekatan Theory of Planned Behavior, dimana niat sebagai prediktor
terdekatnya. Berdasarkan model teori tersebut, niat pembelian makanan organik
akan ditentukan oleh sikap terhadap pembelian makanan organik, norma subjektif,
dan kontrol perilaku (Ajzen 1991). Selain itu, ketiga variabel tersebut juga tidak
terlepas dari pengaruh karakteristik konsumen, diantaranya faktor informasi,
faktor sosial dan faktor personal. Pengetahuan akan makanan organik termasuk
dalam faktor informasi. Menurut Sumarwan (2011) pengetahuan erat kaitannya
dengan kepercayaan konsumen dan selanjutnya kepercayaan tersebut sangat
berkaitan dengan sikap konsumen.
4
Dalam melakukan kegiatan konsumsi atau pembelian, seseorang tidak dari
pengaruh orang lain. Seseorang cenderung akan mengikuti apa yang disarankan
oleh ahli atau orang yang dicintainya (Voon, Ngui & Agrawal 2011). Perilaku
pembelian juga dipengaruhi sumber daya yang dimiliki (Sumarwan 2011)
misalnya dari segi waktu dan uang. Semakin besar sumber daya yang dimiliknya
akan semakin besar kesempatan baginya untuk melakukan kegiatan konsumsi.
Perilaku pembelian makanan organik pada konsumen laki-laki dan
perempuan juga menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Robinson dan Smith
(2002) menyatakan bahwa konsumen wanita cenderung mengonsumsi makanan
organik dibandingkan dengan konsumen pria. Bahkan wanita juga diindikasikan
lebih konsisten dalam organisasi dan pergerakan lingkungan (Fotopoulos dan
Krystallis 2002). Hasil penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar
konsumen makanan organik adalah mereka yang telah menempuh pendidikan
formal hingga ke perguruan tinggi (Sudiyanti 2009; Deliana 2012).
Berdasarkan uraian tersebut, mahasiswa IPB diharapkan menjadi
konsumen yang prospektif untuk mendukung pengembangan pertanian organik
melalui perilaku pembelian makanan organik. Segala informasi yang dimiliki
mahasiswa diharapkan mampu mengarahkan sikapnya terhadap perilaku
pembelian makanan organik ke arah yang lebih positif dan mampu mengambil
keputusan pembelian makanan organik dengan lebih efektif dan efisien. Daya
nalar, idealisme dan loyalitas yang tinggi terhadap keyakinan, diharapkan juga
mendorong mahasiswa untuk mengonsumsi makanan organik.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan niat beli
mahasiswa terhadap makanan organik?
2. Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap, norma subjektif, dan kontrol
perilaku dengan niat beli mahasiswa terhadap makanan organik?
3. Bagaimana perbedaan pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku
dan niat beli makanan organik pada mahasiswa laki-laki dan perempuan?
4. Apa saja faktor yang memengaruhi niat beli mahasiswa terhadap makanan
organik?
5
Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi niat beli mahasiswa terhadap makanan organik dengan
menggunakan pendekatan Theory of Planned Behavior.
Tujuan khusus
1. Menganalisis pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan niat
beli makanan organik pada mahasiswa.
2. Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, norma subjektif dan kontrol
perilaku dengan niat beli makanan organik pada mahasiswa.
3. Menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol
perilaku, dan niat pada mahasiswa laki-laki dan perempuan.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi niat beli makanan organik
pada mahasiswa.
Kegunaan
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sarana berlatih, berkarya sekaligus
wujud kontribusi peneliti dalam upaya memberikan informasi yang berkaitan
dengan pengetahuan, sikap dan niat beli mahasiswa terhadap produk organik.
2. Bagi konsumen, informasi dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian makanan organik.
Konsumen diharapkan menjadi lebih bijaksana dalam pembelian makanan
organik sebagai wujud dari perilaku konsumsi yang berkelanjutan, sehingga
manfaatnya tidak hanya dapat dirasakan oleh konsumen secara pribadi, tetapi
juga bagi lingkungan sekitar dan generasi penerus.
3. Bagi Institut Pertanian Bogor (IPB), hasil penelitian ini dapat dijadikan salah
satu rujukan untuk penelitian selanjutnya dengan memberikan gambaran
pengetahuan, sikap, dan niat beli mahasiswa terhadap makanan organik.
4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber
informasi dalam menentukan kebijakan yang tepat, guna terwujudnya perilaku
konsumsi masyarakat yang arif dan berkelanjutan.
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi serta menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan
memuaskan kebutuhkan mereka. Sementara itu, Engel, Blackwell dan Miniard
(1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berbagai kegiatan yang terlibat
langsung dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Definisi
perilaku konsumen juga dinyatakan oleh Sumarwan (2011) yaitu semua kegiatan,
tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan dan menghabiskan produk dan
jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
Studi perilaku konsumen mempelajari bagaimana model keputusan
konsumen. Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
studi yang mempelajari tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi
memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide atau
pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka, dimana perilaku
pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial dan pribadi. Model
keputusan konsumen dalam membeli dan mengonsumsi barang dan jasa terdiri
dari lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, pembelian dan kepuasan konsumen.
Model keputusan konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
strategi pemasaran, perbedaan individu, dan faktor lingkungan. Strategi
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, pemerintah, organisasi nirlaba dan
partai politik memengaruhi proses keputusan konsumen. Faktor perbedaan
individu terdiri dari kebutuhan dan motivasi, kepribadian, konsep diri, pengolahan
informasi dan persepsi, proses belajar, pengetahuan, sikap dan agama. Sementara
faktor lingkungan terdiri dari budaya, karakteristik demografi, sosial dan
ekonomi, karakteristik keluarga dan rumah tangga, kelompok acuan, situasi
konsumen dan teknologi.
8
Pembelian merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan
konsumsen (Schiffman & Kanuk 1994). Menurut Ajzen (1991), perilaku
seseorang dapat diduga melalui niat. Dengan demikian, perilaku pembelian dapat
diduga melalui niat beli seseorang. Selain itu, perilaku pembelian dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu sikap terhadap perilaku, norma subejktif dan kontrol
perilaku yang dirasakan.
Pengetahuan
Menurut Sumarwan (2004), pengetahuan konsumen adalah segala
informasi yang konsumen ketahui tentang berbagai macam produk dan jasa,
pengetahuan terkait dengan produk dan jasa tersebut serta informasi lain yang
berkaitan dengan fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan konsumen akan
memengaruhi keputusan pembelian. Seorang konsumen yang memiliki
pengetahuan banyak akan melakukan pengambilan keputusan dengan lebih efektif
dan efisien.
Pengetahuan konsumen, pada penelitian ini terdiri atas pengetahuan
tentang pertanian organik dan pengetahuan tentang makanan organik.
Pengetahuan tentang pertanian organik dikategorikan sebagai informasi lain yang
berkaitan dengan fungsi konsumen, sedangkan pengetahuan konsumen akan
produk makanan organik dikategorikan sebagai pengetahuan terkait produk dan
jasa. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci pengetahuan pertanian organik dan
pengetahuan makanan organik.
1. Pengetahuan Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan suatu bentuk pertanian yang ramah
lingkungan, karena mengutamakan prinsip keseimbangan alam. Pengetahuan
tentang pertanian organik dikategorikan ke dalam pengetahuan ekologis atau yang
disebut juga ekoliterasi. Pengetahuan ekologis adalah kemampuan konsumen
untuk mengidentifikasi atau mendefinisikan sejumlah symbol, konsep, dan
perilaku berkaitan dengan permasalahan lingkungan (Laroche, Jasmin & Guido.
2001). Definisi pengetahuan ekologi lainnya juga disebutkan oleh Chan (1999)
yaitu seberapa besar seorang individu mengetahui isu-isu tentang lingkungan.
Rashid (2009) menyebutkan bahwa pengetahuan ekologis terkait isu lingkungan
akan memengaruhinya dalam proses pengambilan keputusan.
9
Pengetahuan ekologis dapat diperoleh konsumen dari sikap dan perilaku
mereka saat berbelanja di supermarket dan melakukan keputusan pembelian
(Junaedi 2003). Pengetahuan dan sikap untuk lebih peduli terhadap lingkungan
juga dipengaruhi oleh informasi yang diterima seseorang (Junaedi 2003).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan lingkungan (ekoliterasi)
adalah faktor penduga yang signifikan dalam memperediksi perilaku ramah
lingkungan (Chan 1999).
2. Pengetahuan Produk Makanan Organik
Peter dan Olson (1999) membagi pengetahuan produk menjadi tiga jenis
yaitu pengetahuan atribut produk, pengetahuan manfaat produk dan pengetahuan
tentang kepuasan yang diberikan produk bagi konsumen. Pengetahuan atribut
produk adalah informasi yang konsumen ketahui terkait karakteristik produk
tersebut diantaranya harga, kesegaran, kemasan dan label. Informasi yang
diketahui konsumen mengenai perbandingan harga antara makanan organik dan
non-organik adalah salah satu pengetahuan atribut konsumen yang sering
dipertimbangkan konsumen saat akan membeli makanan organik. Pengetahuan
atribut akan memengaruhi konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya
dan pada akhirnya akan memengaruhi pengambilan keputusan konsumen
selanjutnya. Pengetahuan manfaat produk adalah sejumlah informasi yang
dimiliki konsumen mengenai manfaat suatu produk. Misalnya konsumen
mengetahui bahwa sayuran dan buah-buahan organik aman dikonsumsi dan
bermanfaat untuk kesehatan pribadi karena tidak menggunakan bahan kimia
sintetik pada proses produksinya.
The Theory of Planned Behavior (TPB)
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan model pengembangan dari
Theory of Reasoned Action (TRA), dimana niat untuk menunjukkan suatu perilaku
adalah gabungan dari sikap terhadap perilaku tersebut (attitude towards the
behavior), norma subjektif (subjective norms), dan kontrol perilaku yang
dirasakan (perceived behavior control) oleh individu (Ajzen 1991). Teori ini
didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan
menggunakan informasi yang dimilikinya secara sistematis (Achmat 2011).
10
Gambar 1 Model Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991)
Berikut ini penjelasan lebih rinci terkait antiseden dari niat berperilaku:
1. Sikap (Attitude towards The Behavior)
Sikap adalah penilaian individu terhadap positif atau negatifnya kinerja
suatu perilaku. Sikap dalam teori ini memiliki dua komponen, yaitu kepercayaan
terhadap perilaku dan evaluasi terhadap luaran perilaku. Kepercayaan terhadap
perilaku adalah keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan
perilaku tertentu akan menghasilkan akibat atau hasil tertentu. Sementara itu,
evaluasi terhadap luaran perilaku adalah penting tidaknya dan diinginkan atau
tidaknya suatu luaran dari perilaku bagi seseorang.
Menurut Trisnawati (2011) kepercayaan merupakan aspek pengetahuan
individu tentang obyek sikap dan dapat pula berupa opini individu yang belum
tentu sesuai dengan kenyataan. Jika seseorang mempersepsikan bahwa hasil dari
suatu perilaku adalah positif maka ia akan memiliki sikap positif terhadap
perilaku tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang mempersepsikan bahwa
hasil dari suatu perilaku adalah negatif, maka ia akan memiliki sikap yang negatif
terhadap perilaku tersebut. Sikap diukur diantaranya dengan menggunakan skala
likert suka-tidak suka, baik-buruk, setuju-tidak setuju (Achmat 2011). Berikut ini
adalah cara menghitung sikap berdasarkan TPB:
Keterangan: AB = sikap terhadap perilaku tertentu
b = kepercayaan terhadap perilaku tertentu yang mengarahkan
pada konsekuensi hasil
i = hasil (outcome)
e = evaluasi seseorang terhadap hasil
n = jumlah kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap
perilaku tertentu
n
AB = ∑ bi.ei
i=1
Sikap
NormaSubjektif Intensi
Perilaku
Kontrol perilaku
11
2. Norma Subjektif (Subjective Norms)
Norma subjektif adalah persepsi individu tentang tekanan sosial di
sekitarnya untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku. Dengan
kata lain norma subjektif adalah persepsi individu terhadap pihak-pihak yang
dianggap berperan dan memiliki harapan kepadanya untuk melakukan suatu
perilaku serta seberapa ingin individu memenuhi harapan orang tersebut. Pihak
lain yang dimaksud dalam norma subjektif ini biasanya adalah orang berpengaruh
bagi individu tersebut (significant other), seperti orang tua, teman dekat, suami
atau istri, rekan kerja. Jika orang lain yang relevan atau yang dianggap penting
oleh seorang individu mempersepsikan bahwa suatu perilaku tertentu adalah hal
yang positif, lalu kemudian individu tersebut terdorong untuk memenuhi harapan
orang tersebut untuk menampilkan perilaku tersebut, maka hal ini disebut norma
subjektif yang positif. Namun, apabila orang lain tersebut menganggap bahwa
perilaku tertentu adalah hal yang negatif, kemudian individu tersebut terdorong
untuk memenuhi harapan orang tersebut untuk tidak melakukan perilaku tertentu,
maka hal ini disebut norma subjektif yang negatif (Achmat 2011).
Norma subjektif terdiri dari dua komponen yaitu keyakinan normatif dan
motivasi untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Keyakinan normatif adalah
pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankannya
untuk menampilkan suatu perilaku atau tidak menampilkan suatu perilaku.
Sementara itu, motivasi untuk memenuhi tuntutan lingkungan merupakan
kesediaan individu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau
pikiran pihak lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus
menampilkan suatu perilaku tertentu (Achmat 2011). Berikut ini adalah rumus
untuk menghitung norma subjektif:
Keterangan: SN = norma subjektif
bi = kepercayaan normatif
mi = motivasi untuk mengikuti sejumlah n referensi atau i
n
SN= ∑ bi.mi
i=1
12
3. Kontrol Perilaku yang Dirasakan (Perceived Behavioral Control)
Kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control)
menunjukkan tingkat kepercayaan seseorang tentang kesempatan atau kekuatan
yang dimiliknya untuk menunjukkan suatu perilaku. Kontrol perilaku ditentukan
oleh dua faktor yaitu kepercayaan akan suatu faktor tertentu dapat mengendalikan
suatu perilaku (control beliefs) dan seberapa besar kekuatan faktor tersebut dapat
mengendalikan perilaku (power of control factor). Apabila individu memiliki
control beliefs yang kuat akan adanya faktor pendukung dalam menampilkan
suatu perilaku, maka ia akan memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu
mengendalikan perilaku tersebut. Sebaliknya, jika seseorang memiliki control
beliefs yang kuat akan adanya faktor penghambat dalam menampilkan suatu
perilaku, maka ia akan memiliki persepsi yang rendah untuk mampu
mengendalikan perilaku tersebut. (Achmat 2011). Kontrol perilaku dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan: PBC = kontrol perilaku
Ci = keyakinan individu bahwa ia mampu mengendalikan atau
menunjukkan suatu perilaku (control belief strength)
Pi = keyakinan individu akan adanya hambatan atau dukungan
dalam menunjukkan suatu perilaku (power of control factor)
4. Niat Beli
Niat dalam kerangka Theory of Planned Behavior dipengaruhi oleh sikap
terhadap perilaku, norma subjektif dan kontrol perilaku (Ajzen 1991). Sementara
itu, niat beli (intention to buy) berhubungan dengan rencana dan keinginan
konsumen untuk membeli produk tertentu, serta jumlah unit produk yang
dibutuhkan pada periode tertentu (Sumarwan 2011). Sementara itu, Supriatna
(2011) menyatakan bahwa niat beli merefleksikan pernyataan mental konsumen
terkait dengan rencana pembelian sejumlah produk. Niat beli, dalam hal ini niat
beli makanan organik, dikonsepkan sebagai kemungkinan dan keinginan
seseorang untuk lebih memilih produk makanan organik dibandingkan produk
konvensional dalam pengambilan keputusan pembelian (Rashid 2009). Sementara
itu, Robinson dan Smith (2002) menyatakan bahwa niat beli makanan organik
berhubungan dengan faktor psikososial dan demografi konsumen.
PBC= ∑ Ci.Pi
13
Makanan Organik
Badan Nasional Standardisasi Organik, dibawah Departemen Pertanian
Amerika Serikat (USDA) telah menetapkan standar nasional penggunaan istilah
“organik” sejak tahun 2008. Berdasarkan standar tersebut, makanan organik
adalah produk pangan yang diproduksi tanpa menggunakan penyubur dan
pestisida sintetis, tanpa teknik rekayasa genetik, penambahan hormon
pertumbuhan, radiasi dan antibiotik.
Indonesia juga memiliki standar yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan
Sistem Pangan Organik yang diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-
6729-2002, pangan organik adalah berupa tanaman dan produk segar tanaman,
produk pangan segar dan produk pangan olahan, ternak dan produk peternakan
yang diproduksi secara organik dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi manusia. Sementara itu, pertanian organik adalah sistem manajemen
produksi holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-
ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas bilogi tanah.
Bila memungkinkan, hal ini dapat dicapai dengan cara-cara kultural, biologis dan
mekanis yang merupakan kebalikan dari penggunaan bahan-bahan sintetis dan
memenuhi fungsi spesifik dalam sistem.
Berdasarkan sistem produksinya, SNI tentang Sistem Pangan Organik
mengelompokkan produk pangan organik menjadi tanaman dan produk tanaman,
produk ternak dan hasil peternakan. Berikut ini adalah beberapa ketentuan yang
berlaku bagi suatu produk pangan untuk dapat dikategorikan sebagai produk
organik.
1. Tanaman dan produk tanaman
Penanaman dilakukan pada lahan yang sedang atau telah dikonversi
minimal 2 tahun sebelum benih ditebar. Tanaman tidak diperkenankan berasal
dari bibit atau benih yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika. Selain itu,
tanaman juga tidak diperkenankan dirawat dengan menggunakan pupuk dan
pestisida kimia. Suatu produk dapat juga dikatakan organik apabila tumbuh secara
alami di daerah alami seperti kawasan hutan dan pertanian yang jelas batasan
areanya. Hal ini untuk memudahkan pihak otoritas dalam mensertifikasi produk
tersebut.
14
2. Produk ternak dan hasil peternakan
Produk ternak dan hasil peternakan dapat berupa daging, susu dan telur.
Produk peternakan organik harus dihasilkan dari proses produksi yang
menggunakan metode pembibitan alami, meminimalkan stress, mencegah
penyakit, menghindari penggunaan obat antibitotik, mengurangi jumlah pakan
yang berasal dari binatang, serta menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan
ternak. Hewan ruminansia harus menerima sekurang-kurangnya 85 persen pakan
yang berasal dari sumber organik, sementara non-ruminansia minimal 80 persen.
Sementara itu, Budiharsana (2005) menyatakan beberapa spesifikasi dari
produk pangan organik, yaitu:
1. Buah dan sayur
Buah dan sayur organik tidak boleh mengandung pestisida dan penyubur
sintetik, rekayasa genetik serta iradiasi.
2. Susu
Produksi susu organik tidak boleh menggunakan pestisida kimia pada lahan
tempat hewan makan dan tinggal. Selain itu, hewan penghasil susu juga tidak
diperkenankan disuntik hormon atau antibiotik.
3. Daging
Pestisida, penyubur buatan dan rekayasa genetika tidak diperkenankan
digunakan pada lahan pengembangbiakan hewan. Pakan yang dikonsumsi
oleh hewan tersebut juga berasal dari bahan organik (70-90%).
4. Telur
Pakan unggas penghasil telur berasal dari bahan organik serta tidak
diperkenankan menggunakan antibiotik, protein dan pewarna.
5. Soft Drinks
Minimal 95 persen kandungannya bersertifikasi organik.
Makanan organik memiliki banyak manfaat bagi tubuh, diantaranya
mencegah penyakit, mengistirahatkan dan meringankan beban kerja organ tubuh,
mengurangi berat badan, mencerahkan dan memperlambat proses penuaan kulit
serta membantu proses detoksifikasi tubuh (Budiharsana 2005). Berikut ini adalah
hasil penelitian lain yang menunjukkan manfaat positif dari makanan organik:
15
1. Hasil riset Winter dan Davis (2006) menyatakan bahwa buah-buahan dan
sayuran organik memiliki residu pestisida lebih sedikit dan lebih rendah
tingkat nitratnya dibandingkan dengan buah-buahan dan sayuran
konvensional, sehingga lebih sehat dan aman dikonsumsi.
2. Hasil riset American Chemical Society (2003) menyatakan bahwa beberapa
jenis makanan organik seperti jagung dan strawberi terbukti mengandung
lebih banyak anti oksidan sehingga mampu mengendalikan sel kanker.
3. Sayur dan buah organik mampu melawan kanker dengan membentuk
pertahanan terhadap zat penyebab kanker atau karsinogen. Selain itu,
konsumsi makanan organik selama delapan puluh hari meningkatkan jumlah
sel darah putih (AC Nielsen 2005).
Perkembangan makanan organik di Indonesia masih menemui berbagai
hambatan (Saragih 2010), diantaranya keterbatasan pasokan dan distribusi yang
belum merata. Hal ini disebabkan oleh masih terbatasnya penerapan pertanian
organik di Indonesia. Selain itu, menurut Deliana (2012) harga makanan organik
yang lebih mahal dibandingkan dengan makanan non-organik menjadi faktor
penghambat bagi konsumen dengan daya beli yang rendah untuk dapat
mengonsumsi makanan organik. Harga sayuran organik dapat mencapai tujuh kali
lebih mahal dibandingkan dengan sayuran non-organik, sedangkan harga ayam
dan beras organik dapat mencapai dua kali lebih mahal dibandingkan dengan yang
non-organik.
Karakteristik Individu Konsumen
Faktor demografi, sebenarnya kurang dapat diandalkan untuk menduga
perilaku konsumen secara spesifik, karena berbagai penelitian menunjukkan
sering terjadinya hubungan yang tidak konsisten. Akan tetapi, faktor demografi
tetap diperlukan untuk dapat memberi gambaran kecenderungan perilaku
konsumen berdasarkan karakteristik tertentu. Karakteristik individu dalam
penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, uang saku, keikutsertaan dengan
organisasi lingkungan, dan pengalaman konsumsi makanan organik.
Usia akan memengaruhi jenis produk yang dikonsumsi serta selera dan
kesukaan konsumen (Sumarwan 2011). Hasil survei Fotopoulos dan Krystallis
(2002) menyatakan bahwa usia berperan penting dalam menentukan niat beli.
16
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa orang yang lebih muda lebih mau
membeli produk pangan ramah lingkungan dibandingkan orang yang lebih tua.
Menurut Prihatingsih (2008) laki-laki dan perempuan memiliki pola
pengambilan keputusan yang berbeda satu sama lain. Proses pengambilan
keputusan laki-laki cenderung untuk mengambil jalan lurus mengikuti tahap yang
runut. Sementara itu, pola pengambilan keputusan perempuan cenderung maju ke
depan dan melampaui beberapa siklus, namun sesekali melompat ke tahap
sebelumnya untuk mempertimbangkan kembali keputusannya dengan
menggabungkan informasi baru. Laki-laki bertujuan untuk mendapatkan solusi
yang tepat, sementara wanita bertujuan mencari jawaban yang sempurna.
Hasil penelitian Robinson dan Smith (2002) menunjukkan bahwa wanita
bersikap lebih mendukung produk ramah lingkungan dibandingkan laki-laki.
Hasil survei konsumen hijau di Yunani juga menunjukkan hal yang sejalan,
dimana mayoritas pembeli produk organik adalah wanita. Wanita juga
diindikasikan memiliki keinginan membayar lebih tinggi terhadap makanan
organik dan lebih konsisten terhadap pergerakan lingkungan dibandingkan dengan
pria (Fotopoulos & Krystallis 2002).
Uang saku merupakan pendapatan yang diperoleh mahasiswa setiap
bulannya. Menurut Sumarwan (2011) pendapatan yang dimiliki seseorang akan
memengaruhi kemampuan seseorang pada saat membeli atau mengonsumsi.
Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki semakin besar kesempatan yang
dimilikinya untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Hasil survei Fotopoulos dan
Krystallis (2002) menyatakan bahwa pendapatan menentukan kuantitas produk
yang dibeli, tetapi tidak memengaruhi niat beli konsumen. Sementara itu,
penelitian lain menunjukkan bahwa pendapatan berhubungan positif dengan
sensitivitas lingkungan, yang artinya individu dengan tingkat pendapatan yang
tinggi akan meningkatkan biaya untuk pembelian produk ramah lingkungan.
Tingkat pendidikan akan memengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara
berpikir, dan persepsi seseorang. Samdhal dan Roberson (1989) dalam Chan
(1999) menemukan bahwa pendidikan berkorelasi negatif dengan sikap
lingkungan. Akan tetapi, Deliana (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan sikap yang ditunjukkan oleh seseorang.
17
Karakteristik Keluarga Konsumen
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), keluarga adalah kelompok
yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui pertalian darah,
perkawinan, adopsi dan tinggal bersama. Berdasarkan kedekatannya dengan
silsilah individu, keluarga terbagi dua, yaitu keluarga inti dan keluarga besar.
Keluarga inti (nuclear family) terdiri dari dari ayah, ibu dan anak yang tinggal
bersama, sedangkan keluarga besar (extended family) mencakup keluarga inti
ditambah dengan kerabat lain, seperti kakek dan nenek, paman dan bibi atau
kerabat lain yang terhubung karena adanya ikatan perkawinan.
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan anggota keluarga merepresentasikan kelompok referensi
utama yang paling berpengaruh (Kotler dan Keller 2009). Ada dua macam
keluarga dalam kehidupan pembeli, yaitu:
1. Keluarga orientasi (family of orientation) yang terdiri dari orang tua dan
saudara kandung. Seseorang mendapatkan orientasi terhadap agama, politik
dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta dari orang tua. Bahkan
jika pembeli tidak lagi banyak berinteraksi dengan orang tua mereka, misalnya
tinggal terpisah dari orang tua seperti yang terjadi pada kebanyakan
mahasiswa, pengaruh orang tua terhadap perilaku mereka masih sangat besar.
2. Keluarga prokreasi (family of procreation), terdiri dari pasangan (suami atau
istri) dan anak-anak. Keluarga ini memberikan pengaruh yang langsung
terhadap perilaku pembelian setiap hari.
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), saat ini telah banyak
perubahan yang terjadi di dalam keluarga, salah satunya adalah perpisahan
geografis antar anggota keluarga inti. Hal ini biasanya terjadi pada keluarga yang
anggotanya sedang menempuh pendidikan tinggi di daerah lain, sehingga harus
tinggal di tempat yang berbeda pula. Perpisahan geografis dengan keluarga inti,
dapat melemahkan proses transimisi nilai-nilai dalam keluarga. Akan tetapi,
proses pengambilan keputusan yang dibuat individu, masih dipengaruhi oleh
anggota keluarga lainnya. Seorang mahasiswa yang tinggal terpisah dari orang
tua, kerap mengambil keputusan pangan yang disesuaikan dengan kemampuan
finansialnya, yang juga dipengaruhi oleh dukungan finansial dari keluarganya.
18
Survei konsumen kerap membahas perilaku individu, namun tetap
menanyakan mengenai sumber daya yang dimiliki keluarga, misalnya pendapatan.
Hal ini dimungkinkan karena, sumber daya ekonomi yang dimiliki seseorang
dipengaruhi oleh sumber daya dalam keluarga (Engel, Blackwell & Miniard
1994). Pekerjaan dan pendidikan seseorang juga memengaruhi sumber daya
ekonomi yang dapat diakses atau dimiliki. Usia juga memengaruhi hal yang sama.
Seseorang yang masih berada pada usia produktif, kerap memiliki kemampuan
kinerja yang jauh lebih baik dari kelompok usia di atas atau di bawahnya.
Pendapatan adalah hal yang penting untuk diketahui, karena jumlah
pendapatan akan menggambarkan daya beli konsumen. Kemudian, daya beli
tersebut akan menggambarkan seberapa banyak barang dan jasa yang dapat
dikonsumsinya (Sumarwan 2011). Selain itu, besar keluarga juga memengaruhi
keputusan seseorang dalam pengambilan keputusan pembelian. Hal ini
dimungkinkan karena semakin besar jumlah anggota keluarga, maka semakin
banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap anggota keluarga tersebut.
Oleh karena itu, hal ini pun menjadi aspek yang perlu diperhatikan oleh individu
dalam pengelolaan sumber daya uang untuk pembelian produk atau jasa tertentu.
Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang konsumen makanan organik telah dilakukan oleh para
peneliti baik di dalam maupun dan di luar negeri. Salah satunya adalah penelitian
demografi konsumen organik yang dilakukan oleh Deliana sekitar tahun 2012.
Penelitian tersebut dilakukan di tiga pusat perbelanjaan di Kota Bandung yang
menjual makanan organik dan non organik, dengan melibatkan sembilan puluh
responden yang pernah mengonsumsi makanan organik dan dipilih dengan teknik
accidental sampling. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa konsumen yang
rutin membeli makanan organik adalah wanita berusia 35-45 tahun dan anggota
keluarganya kurang dari tiga orang dengan frekuensi pembelian 2-3 kali per
minggu. Sebagian besar konsumen adalah lulusan universitas dan bekerja sebagai
pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan pendapatan lebih dari $ 600
(Rp 6.000.000) perbulannya. Konsumen berusia 35-45 tahun lebih memilih
produk pangan organik, sedangkan konsumen berusia dibawah 35 tahun lebih
memilih produk pangan non-organik. Hal ini disebabkan konsumen yang berusia
19
35-45 tahun telah memiliki pekerjaan dan karir yang lebih baik serta pendapatan
perbulan yang relatif lebih tinggi. Sementara itu, tingkat pendidikan bukan
merupakan faktor yang mendorong konsumen untuk lebih memilih produk
makanan organik dibandingkan makanan non-organik. Hal ini disebabkan
perilaku pembelian makanan organik lebih berkaitan dengan kebutuhan mendasar
konsumen dan tidak berkaitan dengan tingkat pendidikan.
Sudiyanti (2009) meneliti faktor-faktor penduga pada niat beli wanita di
Indonesia terhadap produk pangan ramah lingkungan dengan pendekatan Theory
of Planned Behavior. Hasil menunjukkan bahwa norma subjektif memiliki
keeratan hubungan yang paling signifikan dengan niat dibandingkan dengan sikap
dan kontrol perilaku. Temuan ini menunjukkan kecenderungan yang berbeda
dengan Theory of Planned Behavior, dimana idealnya sikap menjadi faktor
penduga utama. Sementara itu, kesulitan yang dirasakan (perceived difficulty)
menjadi prediktor terkuat kedua setelah norma subjektif dalam memprediksi niat
beli. Variabel ini memiliki hubungan yang negatif signifikan dengan niat beli
konsumen. Sikap, yang idealnya memiliki keeratan paling kuat dengan niat, pada
model penelitian ini hanya menjadi prediktor ketiga setelah norma subjektif dan
kesulitan yang dirasakan (perceived difficulty). Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pengetahuan konsumen wanita Indonesia akan lingkungan berada pada
level rata-rata (sedang). Hasil juga menunjukkan bahwa pengetahuan dapat
dijadikan prediktor niat beli produk ramah lingkungan.
Hamid, Ghafoor dan Shah (2012) juga melakukan studi terkait sikap
konsumen terhadap perilaku pembelian produk ramah lingkungan. Penelitian ini
dilakukan di Pakistan dengan teknik convenience sampling. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan ekologis masyarakat terkategori lemah
dan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap konsumen terhadap
pembelian produk ramah lingkungan. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian ini
pengetahuan ekologis tidak dapat digunakan untuk memprediksi sikap konsumen
terhadap pembelian produk ramah lingkungan.
Junaedi (2005) meneliti hubungan antara kesadaran lingkungan,
keterlibatan konsumen, harga premium dengan niat beli produk ramah
lingkungan. Hasil menunjukkan hampir semua variabel memiliki hubungan yang
20
erat, kecuali antara kesadaran lingkungan dengan niat beli. Dengan demikian ada
kemungkinan bahwa kesadaran lingkungan tidak berhubungan langsung dengan
niat beli, melainkan dimediasi oleh variabel lain seperti keterlibatan konsumen.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kesadaran lingkungan konsumen
berhubungan positif signifikan terhadap kesediaan konsumen membayar dengan
harga premium dan keterlibatan konsumen dalam mencari dan memilih produk
ramah lingkungan.
Ali et al. (2011) meneliti sikap terhadap produk ramah lingkungan, niat
beli produk, kualitas dan harga produk dan perilaku pembelian produk ramah
lingkungan. Hasil menunjukkan bahwa sikap memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap niat beli. Selanjutnya niat beli memiliki pengaruh positif terhadap
perilaku pembelian produk ramah lingkungan tersebut. Sementara kualitas dan
harga produk adalah variabel yang memoderasi hubungan antara niat dan perilaku
pembelian.
Berdasarkan uraian di atas, persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terletak pada aspek utama yang dianalisis yaitu pengetahuan, sikap
dan niat beli serta pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan Theory of
Planned Behavior. Sementara itu, hal yang membedakan dari peneltian
sebelumnya terletak pada populasi yang diteliti, yaitu mahasiswa. Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa memiliki akses informasi yang lebih
luas dan daya nalar yang lebih baik dibandingkan dengan konsumen dengan
tingkat pendidikan yang lebih rendah. Selain itu, mahasiswa sebagai elemen
perguruan tinggi yang memiliki peran strategis dalam pengembangan pertanian
organik di Indonesia, diharapkan punya pengetahuan dan sikap yang mendukung
peranannya tersebut. Penelitian ini juga menggunakan teknik pemilihan contoh
dengan cara random sampling, sehingga hasilnya dapat digeneralisir ke seluruh
anggota populasi.
KERANGKA PEMIKIRAN
Model Theory of Planned Behavior (TPB) menjadi acuan dasar
pengembangan kerangka pemikiran penelitian ini. Variabel terikat dalam
kerangka utama penelitian ini adalah niat beli makanan organik, sementara
variabel bebas adalah sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku. Sesuai dengan
model TPB, niat menjadi prediktor terdekat dari perilaku yang ditunjukkan
seseorang. Namun demikian, perilaku pembelian makanan organik tidak menjadi
fokus penelitian ini.
Sikap merupakan derajat kesukaan atau kesetujuan individu terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan perilaku tertentu. Variabel ini merupakan komposit
dari kepercayaan (behavioral beliefs) individu terhadap perilaku tersebut dan
evaluasinya terhadap hasil perilaku (outcome evaluation) tersebut. Norma
subjektif adalah persepsi individu terhadap harapan orang lain (yang dianggap
penting) untuk menujukkan atau tidak menunjukkan suatu perilaku (normative
beliefs) dan seberapa besar keinginan individu untuk menuruti harapan orang lain
tersebut (motivation to comply). Sementara itu, kontrol perilaku adalah komposit
dari tingkat kepercayaan individu bahwa ia mampu mengendalikan atau
menunjukkan suatu perilaku (control beliefs) dan keyakinan individu bahwa
terdapat faktor pendukung atau penghambat dalam menunjukkan perilaku tersebut
(perceived power).
Selain kerangka utama yang diadopsi dari model TPB, terdapat tiga
variabel lain yang diduga memiliki pengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap niat beli makanan organik. Ketiga variabel yang dimaksud
adalah pengetahuan, karakteristik pribadi dan keluarga contoh. Penambahan
variabel pengetahuan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sudiyanti
(2009) yang menguji pengaruh pengetahuan terhadap niat beli makanan organik
secara langsung.
Sementara itu, dua variabel lainnya, yaitu karakteristik individu dan
keluarga contoh, diduga memengaruhi niat beli makanan organik, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa karakteristik individu yang diuji
dalam penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin, uang saku, dan keterlibatan
dalam organisasi lingkungan, serta pengalaman mengonsumsi makanan organik.
22
Sementara itu, lingkungan keluarga terutama orang tua merupakan lingkungan
yang paling dekat dengan individu. Dengan demikian, karakteristik keluarga
sepert usia, pendidikan dan pekerjaan orang tua, besar keluarga dan pendapatan
keluarga/bulan diduga juga memiliki pengaruh terhadap niat beli. Berikut ini
skema kerangka pemikiran penelitian ini.
Keterangan :
= Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Karakteristik Keluarga Contoh
- Usia orang tua
- Pendidikan orang tua
- Pekerjaan orang tua
- Pendapatan keluarga
- Besar keluarga
Karakteristik Contoh
- Keikutsertaan dalam organisasi
lingkungan
- Uang saku
- Usia
- Jenis kelamin
- Pengalaman konsumsi makanan organik
Pengetahuan
Sikap Norma
Subjektif
Kontrol
Perilaku
Niat beli makanan
organik
METODE PENELITIAN
Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu data
diambil hanya sekali dalam satu kurun waktu penelitian. Lokasi penelitian adalah
kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga, Kabupaten Bogor yang dipilih
secara purposive dengan pertimbangan bahwa IPB merupakan salah satu institusi
di Indonesia yang telah banyak memberikan sumbangsih dalam perkembangan
pertanian dan pangan organik baik melalui penelitian dan penyebaran informasi.
Selain itu, mahasiswa IPB juga berasal dari berbagai bidang keilmuan yang
berhubungan dengan pertanian dan telah dibekali dengan mata kuliah pengenalan
dasar keilmuan pertanian pada saat menempuh pendidikan di tingkat persiapan
bersama. Penelitian dilakukan sejak Juli 2012 hingga Februari 2013, yang
meliputi kegiatan penyusunan proposal penelitian, pengambilan data, pengolahan
data, analisis data dan pelaporan hasil penelitian.
Teknik Pengambilan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa strata 1 (S1) IPB,
semester tiga, lima, dan tujuh yang tersebar di sembilan fakultas yaitu Fakultas
Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan
(Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) dan
Fakultas Ekologi Manusia (Fema). Kerangka contoh dalam penelitian adalah
mahasiswa yang dinyatakan aktif pada tahun ajaran 2012/2013. Contoh dalam
penelitian ini berjumlah 100 orang yang ditentukan dengan menggunakan rumus
Slovin. Berikut ini rincian perhitungannya:
keterangan:
n = jumlah contoh yang diambil
N = jumlah populasi
e = error10%
Teknik pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah
stratified random sampling, dengan semester sebagai variabel stratifikasi.
24
Jumlah contoh diambil secara proporsional dari tiap semester. Adapun rincian
proporsi dan jumlah contoh yang dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1 Proporsi dan jumlah contoh per semester
Semester Jumlah populasi
(orang)
Proporsi contoh dari
total populasi (%)
Jumlah contoh
(orang)*
Tiga 2.967 29,9 30
Lima 3.518 35,4 35
Tujuh 3.345 34,7 35
Total 9.930 100 100 Keterangan: *) setelah pembulatan
Contoh dikelompokkan berdasarkan semester, kemudian diberi nomor urut
berdasarkan Nomor Induk Mahasiswa (NIM). Setelah contoh diurutkan
berdasarkan NIM, satu persatu contoh diambil secara sistematis dengan interval
100 dari nomor urut yang pertama kali dipilih. Adapun sebaran contoh
berdasarkan fakultas dapat dilihat pada Gambar 3:
Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan fakultas
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dengan alat
bantu kuesioner yang telah diuji reliabilitas dan validitasnya. Wawancara
dilakukan di pusat-pusat kegiatan mahasiswa seperti kantin, perpustakaan, dan
student center. Data primer yang dikumpulkan terdiri atas empat bagian, yaitu:
1. Karakteristik contoh, meliputi jenis kelamin, usia, uang saku, keikutsertaan
dalam organisasi lingkungan, dan pengalaman konsumsi makanan organik.
2. Karakteristik keluarga contoh, meliputi usia orang tua, lama pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga.
13
5
10
5
10
13
19
15
10
0
5
10
15
20
Faperta FKH FPIK Fapet Fahutan Fateta FMIPA FEM Fema
Jumlah contoh
(orang)
Fakultas
25
3. Pengetahuan terkait pertanian organik dan produk makanan organik.
4. Sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan niat beli makanan organik,
dengan nilai cronbach α berturut-turut adalah 0,828; 0,853; 0,505 dan 0,677.
Adapun skala data dan keterangan pendukung variabel disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Variabel dan skala data yang diteliti Variabel Skala data Keterangan
Karakteristik contoh
Jenis kelamin Nominal [0] Laki-laki [1] Perempuan
Usia Rasio Tahun
Uang saku Rasio Rupiah
Keikutsertaan dalam
organisasi lingkungan
Nominal [0] Tidak ikut [1] Ikut
Pengalaman konsumsi Nominal [0] Tidak pernah [1] Pernah
Karakteristik keluarga
Usia orang tua Rasio Tahun
Pendidikan orang tua Rasio Tahun
Pekerjaan orang tua Nominal [0] Tidak bekerja
[1] Petani
[2] Buruh
[3] Pegawai Negeri Sipil/ABRI/Polisi
[4] Pegawai Swasta
[5] Wirausaha
[6] Lainnya
Pendapatan keluarga Rasio Rupiah/bulan
Besar keluarga Rasio Orang
Pengetahuan
Pertanian organik Nominal Pilihan berganda
Makanan organik Nominal B/S
Sikap Ordinal Skala Likert dengan 4 penilaian
1= Sangat tidak setuju
2= Tidak setuju
3= Setuju
4= Sangat setuju
Norma subjektif Ordinal Skala Likert dengan 4 penilaian
1= Sangat tidak setuju
2= Tidak setuju
3= Setuju
4= Sangat setuju
Kontrol perilaku Ordinal Skala Likert dengan 4 penilaian
1= Sangat tidak setuju
2= Tidak setuju
3= Setuju
4= Sangat setuju
Niat beli Ordinal Skala Likert dengan 4 penilaian
1= Sangat tidak setuju
2= Tidak setuju
3= Setuju
4= Sangat setuju
26
Data mahasiswa mayor minor IPB yang dinyakan aktif tahun ajaran
2012/2013 diperoleh dari Direktorat Administrasi dan Pendidikan, Institut
Pertanian Bogor. Selain itu, informasi lainnya yang digunakan dalam penelitian
ini berasal dari berbagai literatur berupa buku, artikel, jurnal, website dan bahan
pustaka dari kajian-kajian sebelumnya. Data sekunder dijadikan sebagai acuan
ilmiah dalam menjelaskan berbagai temuan dalam penelitian ini.
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data meliputi editing, coding, scoring, entry data ke
komputer, cleaning, dan analisis statistik. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dan Statistic Program for
Social Seciencies (SPSS) 16.0 version for Windows. Analisis data terdiri atas
analisis deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk
menggambarkan sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan keluarga
contoh serta untuk menjelaskan tingkat pengetahuan, sikap, norma subjektif,
kontrol perilaku, dan niat beli contoh. Sementara itu, analisis inferensia yang
digunakan adalah uji hubungan dan uji regresi linier yang digunakan untuk
menguji keterkaitan antar variabel dalam penelitian ini.
Pengetahuan tentang pertanian organik diukur melalui enam buah
pertanyaan berbentuk pilihan ganda dan pengetahuan tentang makanan organik
diukur dengan empat belas pertanyaan berbentuk benar dan salah. Skor satu (1)
diberikan pada setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar dan skor nol (0)
diberikan pada pertanyaan yang dijawab salah oleh contoh atau pilihan jawaban
“saya tidak tahu” (khusus pertanyaan pilihan berganda). Skor dari masing-masing
pertanyaan kemudian dijumlahkan menjadi total skor.
Sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat beli diukur
menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu “sangat tidak setuju”,
“tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju” tanpa pilihan “netral”. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan jawaban yang lebih tegas. Adapun penilaian (skor)
untuk keempat pilihan jawaban tersebut yaitu: 1 untuk jawaban “sangat tidak
setuju”, 2 untuk jawaban “tidak setuju”, 3 untuk jawaban “setuju”, dan 4 untuk
jawaban “sangat setuju”. Akan tetapi, skor yang diberikan untuk pernyataan
bermakna negatif, dibalik terlebih dahulu sebelum diolah.
27
Sikap diukur dengan menggunakan tujuh pasang pertanyaan yang terdiri
atas tujuh pernyataan kepercayaan terhadap perilaku (behavioral beliefs) dan
tujuh pernyataan evaluasi terhadap luaran perilaku (outcome evaluation). Total
skor sikap dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh skor tiap pasangan item
pernyataan kepercayaan (behavioral beliefs) dan evaluasi luaran (outcome
evaluation) yang telah dikalikan terlebih dahulu. Secara sederhana, perhitungan
ini dijelaskan oleh rumus berikut:
Keterangan: AB = sikap terhadap perilaku tertentu
b = kepercayaan terhadap perilaku (behavioral beliefs)
e = evaluasi terhadap hasil (outcome evaluations)
Variabel norma subjektif diukur dengan menggunakan lima pasang
pernyataan yang terdiri dari lima pernyataan kepercayaan normatif (normative
belief) dan lima pernyataan motivasi untuk mengikuti (motivation to comply).
Total skor norma subjektif adalah penjumlahan seluruh skor tiap pasangan item
normative beliefs dan motivation to comply yang satu sama lain dikalikan terlebih
dahulu. Secara sederhana, hal ini dijelaskan oleh rumus berikut:
Keterangan: SN = norma subjektif
bi = kepercayaan normatif (normative beliefs)
mi = motivasi untuk memenuhi (motivation to comply) sejumlah n
referensi atau i
Jumlah pernyataan yang digunakan untuk mengukur kontrol perilaku
(perceived behavioral control) terdiri dari tujuh pernyataan kepercayaan terhadap
kontrol (control beliefs) dan tujuh pernyataan kekuatan faktor kontrol (power of
control factor). Sama seperti variabel sikap dan norma subjektif, total skor kontrol
perilaku adalah penjumlahan dari skor tiap pasangan item control beliefs dan
power of control factor yang dikalikan satu sama lain terlebih dahulu. Secara
sederhana, perhitungan tersebut diformulasikan sebagai berikut:
n
PBC= ∑ ci.pi
i=1
n
SN= ∑ bi.mi
i=1
n
AB = ∑ bi.ei
i=1
28
Keterangan: PBC = kontrol perilaku
ci = control belief (keyakinan individu ia mampu
mengendalikan atau menunjukkan suatu perilaku)
pi = power of control factor (keyakinan individu akan adanya
hambatan atau dukungan dalam menunjukkan suatu
perilaku
Variabel niat beli makanan organik diukur dengan menggunakan lima item
pernyataan. Total skor niat beli makanan organik adalah penjumlahan dari skor
tiap butir pernyataan tersebut. Selanjutnya, total skor masing-masing variabel
utama (sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan niat beli) dikategorikan ke
dalam tiga kelompok, yaitu rendah, sedang, dan tinggi, yang ditentukan dengan
menggunakan rumus berikut:
Oleh karena itu, rentang pengkategorian kelas berdasarkan rumus tersebut adalah:
Rendah = NR sampai (NR+I)
Sedang = (NR+I) + 1 sampai (NR + 2I)
Tinggi = (NR + 2I) + 1 sampai NT
Adapun rincian rentang interval kelas untuk masing-masing variabel terangkum
dalam Tabel 3.
Tabel 3 Interval kelas dan skor variabel utama
Variabel Interval kelas dan skor
Rendah Sedang Tinggi
Pengetahuan 0-6 7-13 14-20
Sikap 7-42 43-77 78-112
Norma subjektif 5-30 31-55 56-80
Kontrol Perilaku 6-36 37-66 67-96
Niat 5-10 11-15 16-20
Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel
berikut: (1) karakteristik individu dan karakteristik keluarga contoh dengan sikap,
norma subjektif, dan kontrol perilaku; (2) pengetahuan dengan sikap, norma
subjektif, dan kontrol perilaku; serta (3) sikap, norma subjektif, dan kontrol
perilaku dengan niat beli. Uji beda digunakan untuk menganalisis perbedaan
pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat beli berdasarkan
jenis kelamin. Uji regresi linear digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi niat beli terhadap makanan organik. Faktor-faktor tersebut adalah
variabel utama dari model TPB yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku.
29
Persamaan linear berganda yang digunakan untuk uji regresi, yaitu:
Keterangan:
Y = niat beli makanan organik X2 = norma subjektif (skor)
a = unstandardized coefficient β X3 = kontrol perilaku (skor)
b = konstanta ε = galat
X1 = sikap (skor)
Definisi Operasional
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti contoh, termasuk kepala
keluarga yang dinyatakan dalam jumlah orang. Berdasarkan besar
keluarganya, keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang),
keluarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (≥ 7 orang).
Contoh adalah mahasiswa program sarjana IPB yang sedang menempuh
pendidikan di semester tiga, lima dan tujuh pada tahun ajaran 2012/2013.
Jenis kelamin adalah karakteristik contoh berdasarkan alat reproduksinya yang
dinyatakan dalam laki-laki/perempuan.
Karakteristik individu contoh adalah segala informasi yang berkaitan dengan
identitas pribadi contoh yang meliputi usia, jenis kelamin, uang saku,
keikutsertaan dalam organisasi lingkungan, dan pengalaman konsumsi
makanan organik.
Keikutsertaan dalam organisasi lingkungan adalah berpartisipasi atau
tidaknya contoh dalam organisasi atau komunitas lingkungan hidup.
Kontrol perilaku adalah kepercayaan contoh akan adanya faktor pendorong atau
penghambat perilaku dan seberapa besar kekuatannya untuk menunjukkan
perilaku pembelian makanan organik. Berdasarkan skornya, kontrol
perilaku dikelompokkan ke dalam 3 interval kelas, yaitu rendah (skor 6-
36), sedang (skor 37-66), dan tinggi (skor 67-96).
Lama pendidikan orang tua adalah lamanya orang tua menempuh pendidikan
formal hingga tingkatan tertinggi yang dinyatakan dalam tahun.
Makanan organik adalah makanan segar yang berasal dari pertanian organik
atau makanan olahan yang bahan bakunya berasal dari pertanian organik,
serta diolah dan dikemas secara ramah lingkungan.
Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε
30
Niat beli adalah besarnya niat contoh untuk menampilkan perilaku pembelian
makanan organik. Berdasarkan perhitungan interval kelas, niat beli
dikelompokkan, ke dalam tiga kategori, yaitu rendah (skor 5-10), sedang
(skor 11-15), tinggi (skor 16-20)
Norma subjektif adalah persepsi contoh terhadap pikiran dan harapan pihak-
pihak yang dianggap penting untuk menunjukkan perilaku pembelian
makanan organik dan seberapa ingin contoh memenuhi harapan pihak-
pihak tersebut. Norma subjektif dikelompokkan ke dalam tiga kategori,
yaitu rendah (skor 5-30), sedang (skor 31-55), tinggi (skor 56-80).
Pekerjaan orang tua adalah mata pencaharian orang tua yang menjadi sumber
utama pemasukan finansial keluarga. Kode nol (0) untuk tidak bekerja,
kode satu (1) untuk petani/nelayan, kode dua (2) untuk buruh, kode tiga
(3) untuk pegawai swasta, kode empat (4) untuk pegawai negeri sipil
(PNS)/ABRI/polisi, kode lima (5) untuk wirausaha, dan kode enam (6)
untuk profesi lain yang belum disebutkan.
Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penjumlahan
pendapatan ayah dan ibu setiap sebulan yang dinyatakan dalam rupiah.
Lama Pendidikan orang tua adalah lamanya pendidikan formal yang ditempuh
orang tua contoh yang dinyatakan dalam tahun.
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki contoh terkait pertanian dan
makanan organik. Tingkat pengetahuan contoh dikategorikan ke dalam
tiga kelas, yaitu rendah (0-6), sedang (7-13) dan tinggi (14-20).
Sikap adalah respon dan penilaian contoh terhadap makanan organik yang
dinyatakan dalam tingkat kesetujuan. Sikap dikelompokkan berdasarkan
total skor yaitu rendah (7-42), sedang (43-77) dan tinggi (78-112).
Uang saku adalah sejumlah uang yang diperoleh contoh setiap bulan yang
dinyatakan dalam rupiah. Uang saku dapat bersumber dari pemberian
orang tua, gaji atau upah bekerja, beasiswa atau sumber lain yang bersifat
tetap.
Usia adalah lama hidup contoh yang dinyatakan dalam tahun.
Usia orang tua adalah lama hidup orang tua contoh yang dinyatakan dalam
tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Individu Contoh
Jenis kelamin. Jenis kelamin contoh dikelompokkan ke dalam dua
kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proporsi contoh perempuan sama dengan contoh laki-laki yaitu masing-masing
sebesar lima puluh persen dari total contoh.
Usia. Hasil menunjukkan bahwa usia contoh berada pada rentang 18-22
tahun. Proporsi terbesar contoh (35%) berusia dua puluh tahun, sedangkan
persentase contoh terkecil (2%) berusia 22 tahun. Adapun sebaran contoh
berdasarkan usia secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Deskripsi contoh berdasarkan usia
Usia n %
18 tahun 7 7
19 tahun 29 29
20 tahun 35 35
21 tahun 27 27
22 tahun 2 2
Total 100 100
Minimum-maksimum 18–22
Rata-rata ± Standar deviasi 19,9 ± 0,96
Uang saku. Jumlah uang saku contoh berkisar antara Rp 450.000 sampai
Rp 1.500.000 dengan rata-rata sebesar Rp 863.000 perbulannya. Sementara itu,
proporsi terbesar contoh (52%) memiliki uang saku antara Rp 750.001 dan Rp
1.000.000. Sebaran contoh berdasarkan uang saku dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Deskripsi contoh berdasarkan interval uang saku Uang saku n %
≤ Rp 500.000 8 8
Rp 500.001 – Rp 750.000 27 27
Rp 750.001 – Rp 1 000.000 52 52
Rp 1.000.001 – Rp 1.250.000 4 4
> Rp 1.250.000 9 9
Total 100 100
Minimum-maksimum (rupiah) 450.000 – 1.500.000
Rata-rata±Standar deviasi (rupiah) 863.000 ± 264.825
Keikutsertaan dalam organisasi lingkungan. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian kecil contoh (17%) mengikuti organisasi lingkungan, baik
intra maupun ekstra kampus. Organisasi lingkungan intra kampus yang diikuti
oleh contoh antara lain Ikatan Mahasiswa Peminat Ekologi Manusia (Impema),
32
Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(Himakova), Uni Konservasi Fauna (UKF), Pejuang Lingkungan IPB, dan
Kementrian Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa IPB (KLH BEM
IPB). Sementara itu, organisasi lingkungan ekstra kampus yang diikuti oleh
contoh terdiri atas Komunitas Peduli Alam dan Sesama (Kipas), Sanggar Juara,
Green Peace, Bike to Campus, Green Building Council, Sylva Indonesia,
Indonesian Student Climate Forum (ISCF), International Forest Student
Association (IFSA), dan Indonesian Youth Association (IYA) Bogor.
Pengalaman konsumsi makanan organik. Berdasarkan pengalaman
konsumsi makanan organik, contoh dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu
pernah dan belum pernah mengonsumsi makanan organik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dua per tiga contoh (66%) pernah mengonsumsi makanan
organik. Jenis makanan organik yang pernah dikonsumsi contoh adalah sayuran
(47%) dan beras dalam bentuk matang (37,9%). Sementara itu, buah, beras dalam
kemasan, dan produk yang lainnya seperti olahan kedelai, madu, dan mie belum
banyak dikonsumsi contoh. Penjelasan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jenis makanan organik yang pernah
dikonsumsi Jenis makanan* n %
Beras dalam kemasan 8 12,1
Beras matang (nasi) 25 37,9
Sayuran 31 47,0
Buah 17 25,8
Mie 2 3,0
Olahan kedelai 2 3,0
Madu 1 1,5 Keterangan: *contoh boleh menjawab lebih dari satu jenis makanan organik; N=66 orang.
Karakteristik Keluarga Contoh
Usia orang tua. Usia orang tua contoh dikelompokkan menjadi tiga
interval usia yaitu 36-50 tahun (separuh baya), 51-65 tahun (tua), dan lebih dari
65 tahun (lanjut usia). Proporsi terbesar ayah contoh (53,6%) berada pada rentang
usia 51-65 tahun, sedangkan proporsi terbesar ibu contoh (75,8%) berada pada
rentang usia 36-50 tahun. Rata-rata usia ayah contoh adalah 52,2 tahun dan ibu
contoh adalah 47,7 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa proporsi terbesar
usia ibu contoh berada pada kategori separuh baya dan usia ayah contoh berada
pada kategori tua. Deskripsi usia orang tua contoh dapat dilihat pada Tabel 7.
33
Tabel 7 Deskripsi orang tua contoh berdasarkan kategori usia
Usia orang tua
(tahun)
Ayah Ibu
n % n %
36-50 tahun (separuh baya) 43 44,3 75 75,8
51-65 tahun (tua) 52 53,6 24 24,2
65 tahun ke atas (lanjut usia) 2 2,1 0 0
Total* 97 100,0 99 100,0
Minimum-maksimum 41-82 37-63
Rata-rata±Standar deviasi 52,2 ± 6,17 47,7 ± 5,43 Keterangan: *) Terdapat tiga orang ayah dan satu orang ibu contoh yang telah meninggal
Lama pendidikan orang tua. Lama pendidikan orang tua dikategorikan
ke dalam tiga interval kelas, yaitu rendah (≤ 9 tahun), menengah (9-12 tahun) dan
tinggi (>12 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar lama
pendidikan orang tua contoh berada pada kategori tinggi, dimana ayah sebesar
52,6 persen dan ibu sebesar 50,5 persen. Sementara itu, rata-rata lama pendidikan
ayah adalah 13,37 tahun dan ibu adalah 12,89 tahun. Berdasarkan proporsi
terbesar dan rata-rata lama pendidikannya, orang tua contoh memiliki tingkat
pendidikan yang cukup tinggi. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Deskripsi orang tua contoh berdasarkan lama pendidikan
Pendidikan orang tua
(tahun)
Ayah Ibu
n % n %
≤ 9 tahun (rendah) 17 17,5 17 17,2
9-12 tahun (menengah) 29 29,9 32 3,3
> 12 tahun (tinggi) 51 52,6 50 50,5
Total* 97 100,0 99 100,0
Minimum-maksimum 0-22 0-19
Rata-rata ± SD 13,37 ± 3,70 12,89 ± 3,84 Keterangan:*) Terdapat tiga orang ayah dan satu orang ibu contoh yang telah meninggal
Pekerjaan orang tua. Hasil penelitian pada Tabel 9 menunjukkan bahwa
proporsi terbesar ayah contoh (34%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)
sedangkan proporsi terbesar ibu (47,5%) tidak bekerja atau ibu rumah tangga.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua
Pekerjaan orang tua Ayah Ibu
n % n %
Tidak bekerja/ Ibu Rumah Tangga 2 2,1 47 47,5
Petani 6 6,2 4 4,0
Buruh 4 4,0 0 0,0
Pegawai swasta 17 17,5 4 4,0
Pegawai negeri sipil 33 34,0 33 33,3
Wiraswasta 19 19,6 8 8,1
Lainnya* 16 16,5 3 3,0
Total** 97 100,0 99 100,0 Keterangan: *) Pensiunan, rohaniwan, sopir, dan guru honorer
**) 3 orang ayah dan 1 orang ibu contoh telah meninggal
34
Pendapatan keluarga. Hasil penelitian pada Tabel 10 menunjukkan
bahwa pendapatan keluarga contoh berada pada rentang Rp 500.000 sampai Rp
13.000.000 dan rata-rata sebesar Rp 4.554.680. Proporsi terbesar pendapatan
keluarga contoh (40%) berada pada rentang Rp 3.000.001 sampai Rp 5.500.000.
Tabel 10 Deskripsi contoh berdasarkan pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga n %
≤ Rp 3.000.000 32 32
Rp 3.000.001 – Rp 5.500.000 40 40
Rp 5.500.001 – Rp 8.000.000 20 20
Rp 8.000.001 – Rp 10.500.000 4 4
> Rp 10.500.000 4 4
Total 100 100
Minimum-maksimum (rupiah) 500.000-13.000.000
Rata-rata ± Standar deviasi (rupiah) 4.554.680 ± 2.654.450
Besar keluarga. Proporsi terbesar keluarga contoh (49%) termasuk
kategori keluarga sedang yaitu terdiri dari lima sampai enam orang berdasarkan
standar BKKBN (1996). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Deskripsi contoh berdasarkan besar keluarga Besar keluarga n %
≤4 orang (kecil) 39 39
5-6 orang (sedang) 49 49
≥7 orang (besar) 12 12
Total 100 100
Minimum-maksimum 2-9
Rata-rata ± SD 4,98 ± 1,24
Sumber Informasi Makanan Organik
Hasil penelitian menunjukkan proporsi terbesar contoh mendapatkan
informasi makanan organik dari media elektronik (34%) dan dosen (33%),
sementara sumber informasi lainnya adalah teman, keluarga, media cetak,
internet, promosi, dan kegiatan kemahasiswaan. Sebaran contoh berdasarkan
sumber informasinya tentang makanan organik dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi makanan organik
Sumber informasi* n %
Media elektronik 34 34
Media cetak 22 22
Internet 26 26
Promosi produk 8 8
Kegiatan kemahasiswaan 4 4
Dosen 33 33
Teman 20 20
Keluarga 13 13
Keterangan: *) Contoh boleh menyebutkan lebih dari satu sumber informasi
35
Salah satu informasi yang didapatkan oleh contoh dari sumber informasi
tersebut adalah jenis makanan organik yang telah beredar di pasaran. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar tiga per empat contoh mengetahui salah
satu jenis makanan organik yaitu sayuran organik (76%). Sementara itu, lebih dari
separuh contoh (58%) mengetahui beras organik dan hampir separuh contoh
(47%) menyebutkan buah organik sebagai salah satu jenis makanan organik.
Selain ketiga jenis makanan organik yang telah disebutkan, terdapat pula jenis
makanan organik lain yang diketahui contoh, seperti protein hewani, mie, kedelai,
kentang, biskuit, serta umbi-umbian. Sebaran contoh berdasarkan makanan
organik yang diketahuinya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan makanan organik yang diketahui Jenis makanan organik* n %
Sayuran 76 76
Beras 58 58
Buah 47 47
Protein hewani 6 6
Mie 5 5
Olahan kedelai 3 3
Umbi 3 3
Biskuit 2 2
Salad 1 1
Madu 1 1 Keterangan: *) Contoh dapat menjawab lebih dari satu jenis makanan.
Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah informasi yang dimiliki contoh
terkait pertanian dan makanan organik. Tingkat pengetahuan diukur dari seberapa
banyak pertanyaan pengetahuan yang dijawab dengan benar oleh contoh. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa antara proporsi contoh yang menjawab benar dan
yang salah relatif seimbang pada pertanyaan terkait pertanian organik. Sementara
itu, pertanyaan pengetahuan terkait makanan organik kebanyakan dapat dijawab
dengan baik oleh contoh. Hal ini dapat dilihat dari persentase contoh yang
menjawab dengan benar, yaitu lebih dari lima puluh persen. Akan tetapi, terdapat
lima pertanyaan yang dijawab benar oleh kurang dari separuh contoh, yaitu
pertanyaan terkait istilah lain produk ramah lingkungan (PP5), prinsip pertanian
organik (PP6), tempat penjualanan makanan organik (PM12 & PM13) serta
lembaga pensertifikasi makanan organik (PM14). Adapun sebaran contoh
berdasarkan item pertanyaan pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 14.
36
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan item pertanyaan pengetahuan
Kode Pernyataan
Contoh yang
menjawab
benar (%)
Bentuk pertanyaan: Pilihan ganda
PP1 Bukti yang tidak menunjukkan gagalnya revolusi hijau 55
PP2 Definisi pertanian organik 53
PP3 Tujuan pertanian organik 50
PP4 Label hasil pertanian organik 54
PP5 Istilah lain produk hijau (ramah lingkungan) 44
PP6 Prinsip pertanian organik 18
Bentuk Pertanyaan: Benar atau salah
PM1 Sayuran dan buah organik bukan merupakan hasil rekayasa genetika. 63
PM2 Makanan olahan sudah dapat dikatakan organik jika 95 persen
komposisinya berasal dari pangan organik atau hasil pertanian organik.
82
PM3 Kandungan antioksidan pada buah dan sayuran organik lebih tinggi
dibandingkan dengan buah dan sayura non-organik.
94
PM4 Makanan organik tidak dapat dikonsumsi oleh seseorang yang
mengalami gangguan pencernaan.
97
PM5 Istilah “makanan organik” biasa digunakan untuk produk pangan ramah
lingkungan.
94
PM6 Sayuran dan buah yang berwarna hijau sudah dapat dipastikan termasuk
makanan organik.
93
PM7 Hanya kandungan serat pada sayuran dan buah organik yang bermanfaat
bagi sistem imun tubuh.
88
PM8 Beras organik adalah salah satu jenis makanan organik. 97
PM9 Sayuran organik menggunakan pestisida kimia sintetis. 92
PM10 Meskipun relatif lebih aman dikonsumsi, kandungan vitamin dan mineral
pada buah organik lebih rendah dibandingkan buah non-organik.
80
PM11 Harga sayuran dan buah organik lebih rendah dibandingkan dengan
sayuran dan buah non-organik, karena tidak memerlukan biaya untuk
pembelian pupuk dan pestisida.
87
PM12 Sayuran dan buah organik tersedia di pasar tradisional. 28
PM13 Makanan organik hanya dapat diperoleh di outlet organik saja. 43
PM14 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tidak mensertifikasi
makanan organik yang beredar di Indonesia.
28
Pengetahuan contoh dikelompokkan ke dalam kategori rendah, sedang dan
tinggi berdasarkan skor totalnya. Tabel 15 menunjukkan bahwa proporsi terbesar
contoh berada pada kategori sedang dan tinggi, masing-masing 50 persen.
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan Jumlah
n % Laki-laki Perempuan
Rendah (skor 0-6) 0 0 0 0
Sedang (skor 7-13) 27 23 50 50
Tinggi (skor 14-20) 23 27 50 50
Total 100 100
Minimum-maksimum 7-18
Rata-rata ± Standar deviasi (rupiah) 13,38 ± 2,14
37
Sikap
Sikap terdiri atas dua komponen yaitu kepercayaan terhadap perilaku
(behavioral beliefs-BB) dan evaluasi terhadap luaran perilaku (outcome
evaluation-OE). Tabel 16 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan kategori
responnya terhadap item pernyataan sikap.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan sikap
Kode Pernyataan Respon
Modus STS TS S SS
BB1 Saya akan mendapatkan makanan yang aman
bagi kesehatan, jika membeli makanan organik.
0 3 67 30 S
OE1 Bagi saya, mendapatkan makanan yang aman
bagi kesehatan adalah hal yang penting.
0 0 32 68 SS
BB2 Saya akan mendapatkan produk yang ramah
lingkungan, jika membeli makanan organik.
0 5 75 20 S
OE2 Penting bagi saya memeroleh produk yang
ramah lingkungan.
0 5 67 28 S
BB3 Jika saya membeli makanan organik segar, maka
makanan yang saya konsumsi tersebut bebas
dari pengawet sintetik.
0 8 71 21 S
OE3 Bagi saya, mengonsumsi makanan yang bebas
dari pengawet sintetik adalah hal yang penting.
0 6 62 32 S
BB4 Saya akan mendapatkan makanan yang bebas
pestisida kimia, jika membeli makanan organik.
0 11 66 23 S
OE4 Penting bagi saya untuk mendapatkan makanan
yang bebas pestisida kimia.
1 9 67 23 S
BB5 Saya yakin, jika saya membeli makanan
organik, maka tubuh saya akan menjadi lebih
sehat dan bugar.
0 12 73 15 S
OE5 Saya ingin tubuh saya lebih sehat dan bugar. 0 0 34 66 SS
BB6 Saya yakin, jika saya membeli makanan organik
maka saya akan mendapatkan kandungan gizi
yang lebih baik daripada makanan non-organik.
0 12 71 17 S
OE6 Penting bagi saya untuk mendapatkan makanan
dengan kandungan gizi yang lebih baik.
0 0 63 37 S
BB7 Saya yakin, jika saya membeli makanan
organik, maka saya ikut serta dalam mengurangi
kerusakan lingkungan.
0 3 72 25 S
OE7 Saya ingin ikut serta dalam upaya mengurangi
kerusakan lingkungan hidup.
0 0 56 44 S
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar contoh berada pada
kategori setuju dan sangat setuju untuk item pernyataan kepercayaan terhadap
perilaku (behavioral belief). Proporsi terbesar contoh sangat setuju bahwa dengan
membeli makanan organik, contoh akan mendapatkan makanan yang aman bagi
kesehatan. Sementara itu, proporsi terbesar contoh setuju bahwa dengan membeli
makanan organik, contoh akan mendapatkan produk yang ramah lingkungan,
38
bebas pengawet sintetik dan pestisida kimia, serta produk mengandung gizi yang
lebih baik dari makanan non-organik. Selain itu, contoh setuju bahwa dengan
membeli makanan organik, tubuh akan menjadi lebih sehat dan dapat ikut serta
dalam mengurangi kerusakan lingkungan.
Sementara itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa proporsi terbesar
contoh berada pada kategori setuju dan sangat setuju untuk item pernyataan
evaluasi terhadap luaran perilaku (outcome evaluation). Proporsi terbesar contoh
menyatakan sangat setuju bahwa makanan yang aman bagi kesehatan adalah hal
yang penting. Selain itu, contoh juga sangat setuju bahwa mereka menginginkan
tubuh yang lebih sehat dan bugar. Sementara itu, proporsi terbesar contoh setuju
bahwa memeroleh produk yang ramah lingkungan, bebas dari pengawet sintetik
dan pestisida kimia, serta kandungan gizi yang lebih baik adalah penting. Selain
itu, proporsi terbesar contoh juga menyatakan setuju bahwa contoh ingin ikut serta
dalam upaya mengurangi kerusakan lingkungan.
Sikap dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu
rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan interval kelas. Hasil penelitian pada Tabel
17 menunjukkan bahwa proporsi terbesar sikap contoh berada pada kategori
sedang dan sisanya berada pada kategori tinggi. Sementara itu, tidak ada contoh
yang memiliki sikap dengan kategori rendah.
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap
Tingkat sikap Jumlah
n % Laki-laki Perempuan
Rendah (skor 7-42) 0 0 0 0
Sedang (skor 43-77) 26 37 63 63
Tinggi (78-112) 24 13 37 37
Total 50 50 100 100
Minimum-maksimum 52-112
Rata-rata ± Standar deviasi (rupiah) 75,05 ± 13,48
Norma Subjektif
Norma subjektif menunjukkan seberapa besar tekanan dan harapan orang-
orang yang penting bagi contoh untuk melakukan pembelian makanan organik.
Norma subjektif terdiri atas dua komponen, yaitu kepercayaan normatif
(normative beliefs-NBe) dan motivasi untuk patuh pada norma tersebut
(motivation to comply-MC). Tabel 18 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan
katagori responnya terhadap item pernyataan norma subjektif.
39
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan norma subjektif
Kode Pernyataan Respon
Modus STS TS S SS
NBe1 Orang tua saya berpendapat sebaiknya saya
membeli makanan organik.
1 30 57 12 S
MC1 Saya akan mengikuti pendapat orang tua saya
untuk membeli makanan organik.
0 9 75 16 S
NBe2 Dosen saya berpendapat, sebaiknya saya
membeli makanan organik.
0 14 70 16 S
MC2 Saya akan mengikuti pendapat dosen saya
untuk membeli makanan organik.
0 26 64 10 S
NBe3 Sahabat saya berpendapat sebaiknya saya
membeli makanan organik.
5 49 41 5 TS
MC3 Saya akan mengikuti pendapat sahabat saya
untuk membeli makanan organik.
0 35 60 5 S
NBe4 Saudara saya berpendapat, sebaiknya saya
membeli makanan organik.
4 50 40 6 TS
MC4 Saya akan mengikuti pendapat saudara saya
untuk membeli makanan organik.
0 28 64 8 S
NBe5 Teman saya berpendapat, sebaiknya saya
membeli makanan organik.
6 50 39 5 TS
MC5 Saya akan mengikuti pendapat teman saya
untuk membeli makanan organik.
0 41 54 5 S
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua dan dosen merupakan
individu yang berpengaruh terhadap keputusan contoh untuk membeli makanan
organik, karena lebih dari separuh contoh mematuhi keduanya dalam membeli
makanan organik. Sementara itu, saudara, sahabat, dan teman pada penelitian ini
belum tergolong individu yang berpengaruh (significant other), karena banyak
dari mereka yang tidak berpendapat bahwa contoh sebaiknya membeli makanan
organik.
Tabel 19 menunjukkan bahwa proporsi terbesar norma subjektif contoh
yaitu sebesar 64 persen berada pada kategori sedang. Proporsi terbesar ke dua
norma subjektif berada pada kategori rendah yaitu sebesar 31 persen, sedangkan
hanya lima persen contoh yang memiliki norma subjektif dengan kategori baik.
Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan tingkat norma subjektif
Tingkat norma subjektif Jumlah
n % Laki-laki Perempuan
Rendah (skor 5-30) 16 15 31 31
Sedang (skor 31-55) 29 35 64 64
Tinggi (skor 56-80) 5 0 5 5
Total 100 100
Minimum-maksimum 20-80
Rata-rata ± Standar deviasi (rupiah) 37,94 ± 11,85
40
Kontrol Perilaku
Kontrol perilaku menunjukkan seberapa besar kontrol yang dimiliki
contoh untuk dapat melakukan pembelian makanan organik. Kontrol perilaku
terdiri dari dua komponen yaitu kepercayaan apakah suatu faktor dapat
mendukung atau menghambat pembelian makanan organik (control beliefs-CB)
dan persepsi tentang seberapa kuat faktor tersebut dapat memengaruhi pembelian
makanan organik (power of control-PC). Tabel 20 menunjukkan sebaran respon
contoh terhadap item pernyataan kontrol perilaku.
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan kontrol perilaku
Kode Pernyataan Respon
Modus STS TS S SS
PC1 Harga makanan organik lebih mahal dibandingkan
dengan makanan non-organik.
1 6 73 20 S
CB1 Saya yakin akan membeli makanan organik jika
harganya lebih murah atau sama dengan makanan
non-organik
0 8 54 38 S
PC2 Saat ini, saya belum memiliki uang yang cukup
untuk membeli makanan organik.
3 36 56 5 S
CB2 Akan lebih mudah membeli makanan organik jika
saya memiliki uang yang cukup.
1 10 68 21 S
PC3 Saya memiliki pengetahuan yang baik tentang
manfaat kesehatan makanan organik.
0 42 49 9 S
CB3 Saya terdorong membeli makanan organik jika saya
mengetahui manfaat kesehatannya.
0 6 72 22 S
PC4 Saya mengetahui risiko yang timbul akibat
mengonsumsi makanan non-organik.
1 20 67 12 S
CB4 Risiko akibat mengonsumsi makanan non-organik
mendorong saya untuk membeli makanan organik.
0 21 65 14 S
PC5 Saya mengetahui toko/ pasar yang menjual makanan
organik.
3 52 39 6 TS
CB5 Saya akan merasa kesulitan saat akan membeli
makanan organik, jika tidak mengetahui toko/pasar
yang menjual makanan tersebut.
0 8 71 21 S
PC6 Saya memiliki waktu yang cukup untuk memilih
makanan organik yang akan dibeli.
3 56 40 1 TS
CB6 Waktu yang luang akan memberi kesempatan lebih
untuk memilih makanan organik yang akan saya beli.
0 17 79 4 S
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memiliki
persepsi bahwa harga yang mahal dan uang yang tidak cukup untuk membeli
makanan organik adalah faktor penghambat dalam pembelian makanan organik.
Selain itu, contoh juga yakin bahwa pengetahuan yang cukup akan manfaat
kesehatan dari makanan organik, risiko mengonsumsi makanan non-organik,
41
tempat menjual makanan organik, serta keleluasaan waktu, merupakan faktor
yang memudahkan (pendorong) contoh dalam pembelian makanan organik.
Sebagian besar contoh berpersepsi bahwa harga makanan organik masih
mahal dan contoh belum memiliki uang yang cukup. Hal ini menunjukkan
lemahnya kekuatan contoh untuk menunjukkan pembelian makanan organik.
Sementara itu, sebagian besar contoh berpersepsi bahwa mereka memiliki
pengetahuan yang cukup akan manfaat mengonsumsi makanan organik dan risiko
mengonsumsi makanan non-organik. Hal tersebut menunjukkan kekuatan yang
tinggi untuk mendorong pembelian makanan organik. Tabel 21 menunjukkan
bahwa sebagian besar kontrol perilaku contoh berada pada kategori sedang (85%).
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kontrol perilaku
Tingkat kontrol perilaku Jumlah
n % Laki-laki Perempuan
Rendah (skor 6-36) 5 10 15 15
Sedang (skor 37-66) 45 40 85 85
Tinggi (skor 67-96) 0 0 0 0
Total 100 100
Minimum-maksimum 29-65
Rata-rata ± Standar deviasi (rupiah) 45,05 ± 7,77
Niat Beli
Niat beli adalah seberapa kuat keinginan dan rencana contoh untuk
melakukan pembelian makanan organik. Niat beli (NB) dalam penelitian ini
ditunjukkan dengan lima item pernyataan. Tabel 22 menunjukkan bahwa proporsi
terbesar contoh memiliki respon yang berada pada kategori setuju pada seluruh
item pertanyaan niat beli makanan organik.
Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan item pernyataan niat beli
Kode Pernyataan Respon
Modus STS TS S SS
NB1 Saya berniat membeli makanan organik, jika telah
memiliki uang yang cukup.
0 10 65 25 S
NB2 Saya berniat membeli makanan organik, jika
produk tersebut tersedia di toko langganan atau
dekat dengan tempat tinggal saya.
0 12 67 21 S
NB3 Saya berencana membeli makanan organik, jika
saya memiliki informasi yang cukup tentang
produk tersebut.
0 8 71 21 S
NB4 Saya berencana mengalokasikan sebagian
pengeluaran pangan saya untuk membeli makanan
organik jika telah memiliki penghasilan tetap.
0 12 66 22 S
NB5 Saya berniat membeli buah dan sayuran organik,
saat kondisi kesehatan saya menurun.
4 37 46 13 S
42
Niat beli diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu rendah, sedang,
dan tinggi dengan menggunakan rumus interval kelas. Tabel 23 menunjukkan
bahwa proporsi terbesar (63%) niat beli contoh terhadap makanan organik berada
pada kategori sedang. Selanjutnya, proporsi niat beli contoh yang berada pada
kategori tinggi adalah 35 persen.
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan tingkat niat beli
Tingkat niat beli Jumlah
n % Laki-laki Perempuan
Rendah (skor 5-10) 1 1 2 2
Sedang (skor 11-15) 28 35 63 63
Tinggi (skor 16-20) 21 14 35 35 Total 100 100
Minimum-maksimum 10-20
Rata-rata ± Standar deviasi (rupiah) 15.15 ± 1,99
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol
Perilaku
Teori perilaku terencana (Theory of Planned Behaviour) mengkategorikan
pengetahuan yang dimiliki seorang konsumen sebagai faktor informasi yang akan
memengaruhi sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Hasil korelasi
Spearman pada Tabel 24 menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi antara
pengetahuan dan sikap adalah -0,198 (α<0.05). Hal ini berarti terdapat hubungan
yang negatif siginifikan antara sikap dengan pengetahuan contoh, yaitu semakin
tinggi skor pengetahuan contoh maka semakin rendah skor sikap. Indikasinya
adalah semakin baik pengetahuan contoh, maka semakin rendah sikap yang
ditunjukkan terhadap pembelian makanan organik. Namun demikian, hubungan
kedua variabel tersebut lemah, karena angka koefisien korelasi (r) berada pada
selang 0-0,25 (Sarwono 2012).
Tabel 24 Hubungan pengetahuan dengan sikap, norma subjektif, dan kontrol
perilaku
Variabel Sikap Norma subjektif Kontrol perilaku
Pengetahuan -0,198* 0,047 0,029 Keterangan: *) korelasi signifikan pada selang kepercayaan 95%
Hubungan Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol Perilaku dengan Niat Beli
Niat yang merupakan prediktor terkuat perilaku seseorang, memiliki
keterkaitan dengan sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku seseorang terhadap
perilaku yang akan dimunculkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini hubungan
43
antara sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku juga diuji untuk melihat
seberapa besar korelasi antara variabel-variabel tersebut.
Hasil uji korelasi pada Tabel 25 menunjukkan bahwa angka koefisien
korelasi antara sikap dengan niat beli adalah 0,293 (α<0,01), norma subjektif
dengan niat beli adalah 0,277 (α<0,01), dan kontrol perilaku dengan niat beli
(α<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif sangat
signifikan antara sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku dengan niat beli
contoh terhadap makanan organik. Dengan demikian, semakin tinggi skor sikap,
norma subjektif dan kontrol perilaku, maka semakin tinggi niat contoh untuk
membeli makanan organik. Angka koefisien korelasi ketiga pasang variabel
tersebut menunjukkan bahwa hubungan masing-masing pasangan adalah cukup
kuat, karena berada pada selang 0,25-0,5 (Sarwono 2012).
Tabel 25 Hubungan sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku dengan niat beli
makanan organik
Variabel Niat beli makanan organik
Sikap 0,293**
Norma subjektif 0,277**
Kontrol perilaku 0,331**
Keterangan: **korelasi signifikan pada selang kepercayaan 99%
Hubungan Karakteristik Individu dan Keluarga dengan Sikap, Kontrol
Perilaku, dan Norma Subjektif
Menurut Theory of Planned Behavior karakteristik demografi konsumen
memiliki hubungan dengan sikap. Hasil uji korelasi pada Tabel 26 menunjukkan
bahwa jenis kelamin contoh berhubungan negatif sangat siginifikan dengan sikap
contoh terhadap pembelian makanan organik dengan r=0,285. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap contoh laki-laki cenderung lebih positif dibandingkan
dengan sikap contoh perempuan. Selain itu, sikap juga berhubungan negatif
signifikan dengan keikutsertaan contoh pada organisasi lingkungan dengan
r=0,235. Meskipun angka korelasi tergolong lemah (r≤0,25), hubungan tersebut
menunjukkan bahwa contoh yang tidak mengikuti kegiatan di organisasi atau
komunitas lingkungan cenderung memiliki sikap yang lebih baik dibandingkan
dengan contoh yang ikut serta dalam kegiatan organisasi lingkungan. Sementara
itu, pendidikan ibu juga berhubungan negatif signifikan dengan sikap contoh
terhadap makanan organik, yang berarti semakin lama pendidikan formal yang
ditempuh ibu contoh semakin rendah sikap yang ditunjukkan.
44
Variabel yang selanjutnya adalah norma subjektif. Hasil uji korelasi yang
dirangkum dalam Tabel 26 menunjukkan bahwa norma subjektif berhubungan
positif signifikan dengan usia contoh dan usia ayah contoh, masing-masing
sebesar r= 0,232 dan r= 0,233. Hal ini berarti semakin tinggi usia contoh dan usia
ayah contoh, maka semakin rendah kontrol norma subjektif yang dirasakan contoh
untuk menunjukan perilaku pembelian makanan organik. Namun demikian,
korelasi kedua variabel tersebut dengan norma subjektif tergolong sangat lemah
karena nilai koefisien korelasi (r) keduanya berada pada rentang 0 – 0,25
(Sarwono 2012).
Variabel selanjutnya adalah kontrol perilaku. Hasil penelitian pada Tabel
26 menunjukkan bahwa kontrol perilaku memiliki hubungan negatif signifikan
dengan jenis kelamin, yaitu r= -0,299. Hal ini menunjukkan bahwa contoh laki-
laki cenderung memiliki kontrol perilaku yang lebih tinggi dibandingkan dengan
contoh perempuan. Sementara itu, kontrol perilaku juga memiliki hubungan yang
positif signifikan dengan usia ibu dan usia ayah yaitu masing-masing sebesar
r=0,209 dan r=0,236. Hal ini menunjukkan semakin tua usia ibu dan ayah contoh
maka semakin besar kontrol perilaku yang dirasakan oleh contoh.
Tabel 26 Hubungan karakteristik individu dan keluarga mahasiswa
dengan sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku
Variabel karakteristik individu dan keluarga Variabel utama Korelasi
Jenis kelamin (0=laki-laki, 1=perempuan) Sikap -0,285**
Organisasi lingkungan (0=tidak ikut, 1=ikut) -0,235*
Lama pendidikan ibu -0,246*
Usia contoh Norma subjektif 0,232*
Usia ayah 0,210*
Jenis kelamin (0=laki-laki, 1=perempuan) Kontrol perilaku -0,299*
Usia ibu 0,252*
Usia ayah 0,209*
Ket. *) signifikan pada selang kepercayaan 95%; **) signifikan pada selang kepercayaan 99%
Perbedaan Pengetahuan, Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku dan Niat
Beli pada Contoh Laki-laki dan Perempuan
Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara contoh laki-laki dan contoh perempuan pada variabel sikap, norma
subjektif, dan kontrol perilaku (p-value<0,05). Hal ini dapat terlihat dari rata-rata
ketiga variabel tersebut. Contoh laki-laki memiliki rata-rata skor sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku yang lebih tinggi dibandingkan contoh perempuan.
45
Sementara itu, pengetahuan dan niat beli pada contoh laki-laki dan perempuan
tidak berbeda signifikan (p-value>0,05), sebagaimana tercantum pada Tabel 27.
Tabel 27 Hasil uji beda pengetahuan, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku,
dan niat beli pada contoh laki-laki dan perempuan
Variabel Sig. (2-tailed) Mean
Mean difference Laki-laki Perempuan
Pengetahuan 0,643 13,28 13,48 -0,20
Sikap 0,003 78,94 71,16 7,78*
Norma subjektif 0,048 40,28 35,60 4,68*
Kontrol perilaku 0,005 47,20 42,90 4,30*
Niat beli 0,212 15,40 14,90 0,50 Keterangan: *) Signifikan pada selang kepercayaan 95%
Faktor-faktor yang Memengaruhi Niat Beli Makanan Organik
Variabel yang diuji pengaruh merupakan variabel bebas yang memiliki
hubungan yang signifikan dengan niat beli makanan organik. Tabel 28
menunjukkan hasil uji pengaruh sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku
terhadap niat beli contoh.
Tabel 28 Faktor-faktor yang memengaruhi niat beli makanan organik
Model
Niat beli makanan organik
Sig. Tidak terstandardisasi Terstandardisasi
(B) (β)
(Constant) 10,045 0,000
Sikap (skor) 0,022 0,148 0,159
Kontrol perilaku (skor) 0,046 0,178 0,096
Norma subjektif (skor) 0,037 0,218 0,048
Adjusted R Square 0,158
Sig 0,000 Keterangan: **) Signifikan pada selang kepercayaan 99%
Hasil uji regresi linier menunjukkan nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan (adjusted R square) sebesar 0,158. Berdasarkan nilai tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa keragaman niat beli hanya dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel independen tersebut sebesar 15,8 persen saja. Sementara, 85,2
persen sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil ini juga menunjukkan bahwa hanya norma subjektif yang berpengaruh
terhadap niat beli makanan organik.
Pembahasan
Jenis makanan organik yang paling banyak pernah dikonsumsi oleh contoh
adalah sayuran. Hal ini sejalan dengan penelitian Zhen dan Mansori (2012) dan
survei AC Nielsen (2005) yang menyimpulkan bahwa jenis makanan organik
yang dikonsumsi oleh kebanyakan konsumen adalah sayuran organik.
46
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan contoh tergolong
cukup baik. Hal ini diduga karena akses informasi mahasiswa yang cukup dekat
dan praktis baik, seperti dari internet dan media elektronik yang dapat diakses
setiap harinya. Selain itu, dosen juga menjadi salah satu sumber informasi terkait
pertanian atau pangan organik.
Informasi tentang pertanian organik, seperti sejarah, definisi, tujuan, dan
prinsip-prinsipnya ternyata belum banyak diketahui oleh sebagian contoh. Hal ini
diduga karena informasi terkait hal tersebut bersifat spesifik, mendetail dan bukan
pengetahuan umum. Selain itu, ketertarikan contoh pada pertanian organik yang
tidak diukur dalam penelitian ini, juga diduga menjadi salah satu faktor yang
mungkin akan memengaruhi tingkat pengetahuannya.
Informasi terkait makanan organik sebagian besar telah diketahui oleh
kebanyakan contoh. Akan tetapi, contoh belum banyak mengetahui bahwa
makanan organik tidak hanya dijual di supermarket dan outlet khusus, tetapi juga
pasar tradisional. Lebih dari separuh contoh juga belum mengetahui bahwa
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tidak mensertifikasi makanan
organik yang beredar di pasar. Hal ini diduga karena mayoritas makanan organik
dijual di supermarket atau gerai khusus organik dan dikemas secara khusus dan
belum banyak makanan organik yang dijual di pasar tradisional, kecuali buah-
buahan atau sayuran yang didapatkan langsung dari petani. Selain itu, informasi
terkait lembaga yang melakukan sertifikasi makanan organik yang juga belum
banyak diketahui oleh contoh, diduga karena kurangnya informasi yang beredar di
masyarakat.
Sikap contoh terhadap pembelian makanan organik tergolong cukup
tinggi. Pernyataan terkait sikap, baik yang mewakili kepercayaan terhadap
perilaku (behavioral beliefs) maupun evaluasi terhadap luaran perilaku (outcome
evaluation), seluruhnya direspon secara positif. Artinya, contoh memiliki
keyakinan yang cukup tinggi bahwa pembelian makanan organik akan
memberikan manfaat yang penting dan mengantarkan mereka pada tujuan yang
diharapkan. Tujuan tersebut antara lain memeroleh makanan yang aman bagi
kesehatan, bebas pengawet dan pestisida kimia serta mengandung gizi yang lebih
baik sehingga tubuh menjadi lebih sehat dan bugar.
47
Contoh juga meyakini bahwa jika mereka membeli makanan organik,
maka akan mendapatkan produk yang ramah lingkungan sehingga dapat ikut serta
mengurangi kerusakan lingkungan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Whole Foods Market (2004) dan Hartman (2002) dalam Dettman
(2008) yang menyatakan bahwa kebanyakan konsumen membeli atau
mengonsumsi makanan organik adalah karena adanya keuntungan bagi alam dari
sistem produksi organik, kesadaran atas gizi dan kesehatan serta keamanan
pangan.
Norma subjektif adalah persepsi contoh tentang apakah orang yang
penting baginya berpendapat bahwa ia sebaiknya membeli makanan organik.
Norma subjektif pada dua pertiga contoh berada pada kategori sedang dan baik,
sementara sepertiganya berada pada kategori rendah. Dari kelima figur sosial
yang diduga akan memengaruhi contoh dalam membeli makanan organik, hanya
dosen dan orang tua yang memiliki persepsi bahwa contoh sebaiknya membeli
makanan organik. Voon, Ngui dan Agrawal (2011) menyatakan bahwa seseorang
cenderung akan mengonsumsi makanan organik apabila dinasehati oleh ahli atau
orang lain yang pendapatnya dianggap penting, dalam hal ini adalah dosen dan
orang tua.
Dosen merupakan figur ahli yang pendapatnya dipatuhi oleh contoh,
karena dianggap memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang banyak
hal, termasuk tentang makanan organik. Selain itu, dosen cukup didengarkan
pendapatnya karena dipercaya sebagai sosok yang kompeten untuk menjustifikasi
baik atau tidak baiknya produk inovasi seperti makanan organik ini. Sementara
itu, Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa perilaku makan
seseorang dipengaruhi oleh keluarganya. Dalam hal ini orang tua memegang
peranan yang cukup penting meski tidak tinggal bersama dengan contoh.
Secara garis besar, proporsi terbesar contoh memiliki kontrol perilaku
yang berada pada kategori sedang. Contoh meyakini bahwa harga yang
terjangkau, kepemilikan uang yang cukup, keluasaan waktu, pengetahuan tentang
manfaat dan penjual makanan organik, serta pengetahuan risiko mengonsumsi
makanan non-organik dapat mendorong perilaku pembelian makanan organik.
Namun, tingginya harga makanan organik menjadi kendala utama bagi contoh.
48
Zanoli dan Naspetti (2002) menyatakan bahwa tingginya harga makanan organik
berpengaruh negatif terhadap proses pembelian makanan organik, khususnya bagi
konsumen yang tidak rutin mengonsumsi makanan organik.
Lokasi penjual makanan organik di sekitar Bogor antara lain: Villa Duta,
Yogya Departement Store Cabang Jalan Baru, Regina Pacis, Indraprasta, Giant
Sindang Barang, dan Sumber Baru (Nasution 2009). Untuk mencapai lokasi
penjualan terdekat yaitu Giant Sindang Barang membutuhkan waktu kurang lebih
tiga puluh menit dari kawasan tempat tinggal contoh. Pembelian makanan organik
yang terhambat oleh terbatasnya sumber daya waktu, menjadi semakin terbatas
dengan jauhnya lokasi penjualan tersebut. Zanoli dan Naspetti (2002) juga
menyatakan sulitnya menjangkau lokasi penjualan berpengaruh negatif terhadap
proses pembelian makanan organik, khususnya bagi konsumen yang tidak rutin
mengonsumsi makanan organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh memiliki
niat beli yang termasuk kategori sedang. Contoh berniat untuk membeli makanan
organik, ketika telah memiliki uang dan informasi yang cukup, memiliki
penghasilan tetap dan makanan organik tersedia di toko terdekat. Hal ini diduga
karena masih mahalnya makanan organik dan sulitnya mendapatkan makanan
organik (Zanoli dan Naspetti 2002), sehingga tidak mudah bagi contoh yang
hampir seluruhnya belum memiliki penghasilan yang tetap. Selain itu, contoh juga
berniat membeli makanan organik yaitu buah dan sayuran organik pada saat
kondisi kesehatan mereka menurun. Hal ini diduga karena banyaknya persepsi
yang muncul di masyarakat umum bahwa makanan organik dapat meningkatkan
daya tahan tubuh, sehingga baik untuk mengembalikan kondisi pada saat
kesehatan menurun (Thio 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan semakin
rendah sikap contoh terhadap perilaku pembelian makanan organik. Hasil tersebut
tidak sejalan dengan hasil penelitian Chan (1999), Junaedi (2003), dan Sudiyanti
(2009) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang positif
dengan sikap. Terdapat beberapa faktor yang diduga, menyebabkan adanya
hubungan negatif tersebut. Pertama, semakin banyak informasi yang dimiliki oleh
seseorang, maka orang tersebut semakin selektif dalam bersikap (Setiadi 2010).
49
Dengan demikian, contoh dengan pengetahuan yang lebih baik diduga memiliki
sikap yang selektif dalam pembelian makanan organik. Artinya, contoh tidak
mudah yakin bahwa makanan organik dapat memberikan manfaat yang dihasilkan
oleh makanan organik atau luaran dari pembelian makanan organik yang
diharapkan. Hal tersebut juga didorong dengan adanya fenomena di pasar, dimana
adanya produsen yang mengklaim suatu produk sebagai produk organik, padahal
sebenarnya bukan produk organik (Deliana 2012). Kedua, hal ini diduga karena
adanya pengaruh yang lebih besar dari variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Variabel yang dimaksud adalah kebiasaan makan dan pola makan
konsumen terkait makanan non-organik.
Beberapa contoh menyatakan akan tetap memilih beras dan sayuran non-
organik, walaupun mengetahui makanan organik bebas pestisida dan pengawet
sintetik. Berdasarkan informasi yang diketahui contoh, bahan pangan seperti beras
dan sayuran, baik itu organik maupun non-organik, tidak berbeda setelah proses
pengolahan. Residu pestisida pada kedua bahan makanan itu akan luruh bersama
proses pencucian dan pemasakan. Dengan demikian, contoh tetap lebih memilih
membeli makanan non-organik yang lebih ekonomis dibandingkan harus membeli
makanan organik dengan harga yang lebih mahal. Sementara itu, mereka setuju
bahwa buah organik lebih baik dari buah non-organik. Hal ini dikarenakan buah
adalah jenis bahan makanan yang biasanya dimakan langsung tanpa pengolahan.
Oleh sebab itu, peluang masuknya residu pestisida yang menempel pada buah
non-organik ke dalam tubuh jauh lebih banyak dibandingkan dengan buah
organik.
Beberapa karakteristik individu dan keluarga juga memiliki hubungan
yang signifikan dengan sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku. Jenis
kelamin, keikutsertaan pada organisasi lingkungan, dan lama pendidikan ibu
menunjukkan hubungan yang negatif. Artinya contoh yang berjenis kelamin
perempuan dan terlibat dalam organisasi peduli lingkungan cenderung memiliki
sikap yang rendah terhadap perilaku pembelian makanan organik. Hasil tersebut
berseberangan dengan apa yang dinyatakan oleh Robinson dan Smith (2002),
bahwa sikap konsumen perempuan terhadap makanan yang memerhatikan aspek
keberlanjutan lingkungan lebih positif dibandingkan dengan konsumen laki-laki.
50
Bahkan di Singapura, feminisme berkaitan erat dengan sikap kesadaran
lingkungan (Fotopoulos dan Krystallis 2002). Hal ini diduga bahwa wanita
cenderung lebih behati-hati dalam menentukan sikap dibandingkan dengan laki-
laki. Prihatiningsih (2008) menyatakan bahwa wanita cenderung melakukan lebih
banyak pertimbangan dalam mengambil keputusan dibandingkan laki-laki. Hasil
dari proses pertimbangan yang kompleks tersebut diduga membuat contoh
perempuan menjadi lebih selektif terkait sikap terhadap pembelian makanan
organik.
Salah satu peran dari organisasi lingkungan adalah memberikan informasi
kepada anggotanya terkait isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa contoh yang mengikuti organisasi lingkungan
cenderung memiliki sikap yang rendah terhadap pembelian makanan organik. Hal
ini diduga karena pengetahuan yang dimiliki contoh tidak cukup kuat untuk
meningkatkan sikap contoh terhadap pembelian makanan organik. Hervert (2011)
menyatakan bahwa pengetahuan tentang lingkungan secara emosional mungkin
dapat memengaruhi seseorang untuk berperilaku ramah lingkungan. Akan tetapi,
pengetahuan akan lingkungan tersebut belum tentu memberikan dampak yang
positif pada pembelian produk ramah lingkungan, dalam hal ini makanan organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu
contoh semakin rendah sikap contoh terhadap makanan organik. Hal ini diduga
bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi, memiliki informasi yang
lebih luas sehingga cenderung lebih selektif dalam bersikap (Setiadi 2010).
Selanjutnya, sikap ibu contoh diduga memengaruhi sikap contoh sendiri, karena
ibu merupakan panutan dan memiliki pengaruh yang besar terhadap pengambilan
keputusan pangan.
Contoh perempuan cenderung memiliki kontrol perilaku yang lebih
rendah dibandingkan dengan contoh laki-laki. Hal ini diduga, karena perempuan
cenderung melakukan banyak pertimbangan dibandingkan dengan laki-laki,
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam mengambil keputusan.
Begitu juga dalam menentukan pilihan saat membeli makanan organik. Jika
proses pembelian dilakukan dalam waktu yang terbatas, maka keleluasaan dalam
memilih juga terbatas.
51
Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara contoh laki-laki dan contoh perempuan pada variabel sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku, dimana contoh laki-laki cenderung lebih baik
dibandingkan dengan contoh perempuan. Hasil ini berbeda dengan apa yang
dijelaskan oleh penelitian lain yang menyatakan bahwa sikap konsumen wanita
terhadap makanan yang memerhatikan aspek keberlanjutan lingkungan (makanan
organik) cenderung lebih positif dibandingkan dengan konsumen laki-laki
(Robinson & Smith 2002)
Sebagaimana yang dinyatakan Ajzen (1991) pada model teori perilaku
terencana (theory of planned behavior), bahwa sikap seseorang terhadap perilaku,
norma subjektif dan kontrol perilaku berhubungan positif dengan niatnya dalam
melakukan suatu perilaku. Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang serupa,
dimana sikap contoh terhadap pembelian makanan organik, norma subjektif dan
kontrol perilaku contoh berhubungan positif sangat signifikan dengan niat
melakukan pembelian makanan organik. Dengan demikian, hubungan antara
sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan niat dalam penelitian ini sesuai
dengan model teori perilaku terencana (TPB).
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa di antara variabel yang telah
disebutkan, hanya variabel norma subjektif yang memiliki pengaruh yang positif
signifikan terhadap niat beli contoh untuk membeli makanan organik. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Sudayanti (2009) yang menyatakan bahwa norma
subjektif merupakan prediktor niat beli makanan organik yang utama. Chen
(2007) juga menyatakan bahwa niat seseorang untuk mengonsumsi makanan
organik akan menguat apabila konsumen mempercayai bahwa orang yang dicintai
(dalam hal ini orang tua) merekomendasikan padanya untuk membeli makanan
organik. Di samping itu, figur ahli, yaitu dosen juga memiliki kekuatan untuk
dapat memengaruhi niat beli terhadap makanan organik.
Sikap dan kontrol perilaku sebagai penduga utama niat beli makanan
organik, tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal ini diduga karena
kontrol perilaku yang dimiliki contoh belum kuat, terutama dalam hal daya beli.
Selain itu, ketersediaan di pasar yang masih terbatas menjadi penghambat bagi
contoh untuk melakukan pembelian makanan organik.
52
Keterbatasan Penelitian
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, norma subjektif,
kontrol perilaku dan niat beli dalam penelitian ini adalah skala likert. Pengukuran
dengan menggunakan skala ini biasanya terdiri diri dari 5 pilihan jawaban, yaitu
“sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “netral”, “setuju” dan “sangat setuju”. Akan
tetapi, skala likert yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari 4 pilihan
jawaban yaitu dengan menghilangkan pilihan “netral” sehingga menyebabkan
sebaran data menjadi tidak normal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Proporsi terbesar pengetahuan contoh berada pada kategori sedang dan
tinggi. Proporsi terbesar contoh memiliki sikap dan norma subjektif dengan
kategori sedang dan sebagian besar contoh memiliki kontrol perilaku dengan
kategori sedang. Sementara itu, proporsi terbesar contoh memiliki niat beli dengan
kategori sedang. Hasil uji beda antara contoh laki-laki dan perempuan
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku, dimana rata-rata total skor ketiga variabel tersebut,
lebih tinggi pada contoh laki-laki dibandingkan pada contoh perempuan. Sesuai
dengan model Theory of Planned Behavior (TPB), variabel sikap, norma subjektif
dan kontrol perilaku berhubungan positif sangat signifikan dengan niat beli
contoh. Akan tetapi, hanya norma subjektif saja yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap niat beli contoh setelah dilakukan uji regresi.
Pengetahuan serta karakteristik individu dan keluarga tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap niat beli contoh dalam penelitian ini. Namun
demikian, beberapa dari variabel tersebut memiliki keterkaitan yang unik dengan
variabel prediktor niat dalam model TPB. Pengetahuan, jenis kelamin,
keterlibatan dengan organisasi lingkungan dan lama pendidikan ibu memiliki
hubungan yang negatif signifikan dengan sikap. Sementara itu, kontrol perilaku
berhubungan negatif signifikan dengan jenis kelamin dan berhubungan positif
signifikan dengan usia orang tua (ayah & ibu). Selain itu, norma subjektif
memiliki hubungan yang positif signifikan dengan usia contoh dan usia ayah
contoh.
Saran
Sesuai dengan hasil penelitian, hal yang dapat dilakukan stakeholder
seperti pemerintah dan lembaga penggerak pertanian organik ataupun pemasar
adalah mengintervensi sikap dan meningkatkan kontrol perilaku konsumen.
Intervensi sikap dapat difokuskan pada konsumen perempuan yang memiliki
sikap terhadap perilaku pembelian makanan organik yang lebih rendah. Akan
tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tidak selalu mendorong
seseorang untuk bersikap positif terhadap pembelian makanan organik, sehingga
54
intervensi sikap melalui peningkatan pengetahuan sulit untuk dilakukan. Cara lain
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sikap konsumen adalah dengan
meningkatkan kepercayaan terhadap produk makanan organik yang beredar di
pasaran melalui jaminan orisanilitas, misalnya melalui label organik. Sementara
itu, peningkatan kontrol perilaku pada konsumen dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketersediaan produk sehingga harga menjadi relatif lebih murah
dan daya beli atas makanan organik meningkat serta memperluas distribusi dan
keterjangkauan jarak dengan konsumen.
Model regresi yang hanya mampu memprediksi kurang lebih lima belas
persen dari keragaman niat, menunjukkan bahwa masih banyak variabel lain yang
perlu diteliti. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya juga
meneliti kebiasaan dan pola makan dari contoh, karena hal ini diduga dapat
memengaruhi sikapnya terhadap pembelian ataupun konsumsi makanan organik.
Selain itu, nilai-nilai yang mendasari kepercayaan dan keyakinan juga diduga
memiliki keterkaitan dengan bagaimana seseorang bersikap atau mengontrol
perilakunya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmat Z. 2011. Theory of planned behavior masih relevankah?.
zakarijja.staff.umm.ac.id [1 Mei 2012]
AC Nielsen. 2005. Organic and functional foods have plenty of room to grow
according to new AC Nielsen global study, AC Nielsen Tersedia pada:
http://enus. nielsen.com/content/nielsen/en_us/news.html
Ajzen I. 1991. The theory of planned behavior. Organizational Behavior and
Human Decision Processes, 50, 179-211. s
Ali A, Khan AA, Ahmed I, Shahzad W. 2011. Determinants of Pakistan
consumer’s green purchase behavior: some insights from a development
country. International Journal of Bussiness and Social Sciences, 2 (3),
217-226
American Chemical Society. 2003. A peer-reviewed publication of the American
Chemical Society “ Bitter or harsh phenalics guard the plant against these
pests”. Publikasi 26 Febuari 2003.
Aryal KP, Chaudhary P, Pandit S, & Sharma G. 2009. Consumers’ willingness to
pay for organic products: A case from Kathmandu valley. The Journal of
Agriculture and Environment, 10(6), 12-22.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 01-
6729-2002: Sistem Pangan Organik
Budiharsana RS. 2005. Strategi social marketing pangan organik sebagai bagian
gaya hidup sehat. Prosiding Workshop Masyarakat Pertanian Organik
Indonesia (Maporina), 73-76. Jakarta: 21-22 Desember 2005.
Bui MH. 2005. Environmental marketing: a model of consumer behaviour. US:
Loyola University New Orleans.
Chan RYK, Yam E. 1995. “Green movement in a newly industrializing area: a
survey on the attitudes and behavior of the Hong Kong citizens. Journal of
Community and Applied Social Psychology, 5, 273-284.
Chan RYK, Lau LBY. 2000. Antecedents of green purchases: A survey in China.
Journal of Consumer Marketing, 17(4), 338-357.
Chan K. 1999. Market segmentation of green consumers in Hong Kong. Journal
of International Consumer Marketing, 12(2), 7-24.
Chen MF. 2007. Consumer attitudes and purchase intentions in relation to organic
foods in Taiwan: Moderating effects of food-related personality traits.
Food Quality and Preference, 18, 1008-1021.
Deliana Y. 2012. Market segmentation for organic products in Bandung West
Java, Indonesia. Research Journal of Recent Sciences, 1(3), 48-56.
Dettmann RL. 2008. Organic produce: Who’s eating it? A demografic profile of
organic produce consumers [internet]. [diunduh 1 November 2012].
Tersedia pada: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii.
56
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen Jilid I Ed ke-6.
Budijanto, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari
Consumer Behavior 6th
ed.
Fotopoulos C, Krystallis A. 2002. Purchasing motives and profile of the Greek
organik consumer: A countrywide survey. British Food Journal, 104 (9),
730- 765.
Hamid SAR, Ghafoor A, Shah TZ. 2012. Analysis of attitude towards green
purchase: Pakistan in context. International Journal of Bussines and Social
Sciences, 3 (6), 112-115.
Junaedi MFS. 2003. Analisis faktor demografi, akses media dan sumber informasi
terhadap kepedulian dan kesadaran lingkungan konsumen: Kajian
pemasaran yang berwawasan sosial. Kinerja, 7, 96-11.
Junaedi MFS. 2005. Pengaruh kesadaran lingkungan terhadap niat beli produk
hijau: Studi perilaku konsumen berwawasan lingkungan. Benefit, 9 (2),
186-201.
Junaedi MFS. 2008. Pengaruh kesadaran konsumen, konsekuensi individual, dan
lingkungan terhadap niat beli produk pangan organik. Modus, 20 (1), 1-15.
Kotler K, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi ke-13. Bob Sabran,
MM, Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari Marketing
Management, Thirteen edition.
Laroche M, Jasmin B, & Guido BF. 2001. Targetting consumer who are willing to
pay more for environmentally friendly product, Journal of consumer
marketing, 18, 503-520.
Nasution NA. 2009. Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan rumah tangga
terhadap sayuran organik di Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen
Ilmu Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Peter JP, Olson JC. 1999. Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi
Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Prihatiningsih.2008. Pola Perilaku pengambilan keputusan pembelian pada
segmen pasar ibu. Jurnal Pengembangan Humaniora, 8(1), 20-26.
Rashid NA. 2009. Awareness of eco-label in Malaysia's green marketing
initiative. International Journalof Business and Management 4 (8), 132-
141.
Robinson R, Smith C. 2002. Psychosocial and demographic variables associated
with consumer intention to purchase sustainably produced foods as
defined by the Midwest Food Alliance, Society for Nutrition Education,
34, 316–325.
Saragih SE. 2010. Pertanian Organik: Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan.
Jakarta: Penebar Swadaya
Schiffman LG, Kanuk L. 1994. Consumer Behavior, Fifth Edition. New Jersey:
Prentice Hal, Inc.
57
Setiadharma N, Chrisantine F. 2005. How to expand organics market. Prosiding
Workshop Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina), 73-76.
Jakarta: 21-22 Desember 2005.
Setiadi NJ. 2010. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif,
Tujuan dan Keinginan Konsumen. Jakarta: Kencana.
Sudiyanti. 2009. Predicting women purchase intention for green food products in
Indonesia [tesis]. Norway: University of Agder.
Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: PT Ghalia Indonesia.
____________. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: PT Ghalia Indonesia.
Suprapto B, Wijaya T. 2012. Model of consumer’s buying intention towards
organic food: A study among mothers in Indonesian. IPDER, 9, 173-180.
Surono I. 2007. Country case study of Indonesia. Regional Conference on Organic
Agriculture in Asia. Bangkok, International Trade Centre, Desember 12-
15 2007.
Supriatna MD. 2011. Analisis Model Sikap: Hubungan persepsi, afektif, dan
preferensi terhadap minat beli pakaian batik [skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Thio S. 2008. Persepsi Konsumen terhadap Makanan Organik di Surabaya. Jurnal
Manajemen Perhotelan, 4(1), 18-27.
Trisnawati E. 2011. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Intensi
Berwirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Melalui Pendekatan
Theory of Planned Behavior [skripsi.] Bogor: Departemen Ilmu Keluarga
dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.
Voon JP, Ngui KS, & Agrawal A. 2011. Determinants of willingness to purchase
organic food: An Exploratory Study Using Structural Equational
Modeling. International Food and Agribusiness Management Review.
14(2), 103-120.
Winter CK, Dafis SF. 2006. Organic food. International Journal of Retail &
Distribution Management. 71(9), 117-124.
Zanoli R, Naspetti S. 2002. Consumer motivations in the purchase of organic
food. British Food Journal, 104 (8): 643-653.
Zhen JSS, Mansori S. 2012. Young female motivation for purchase of Organic
Food in Malaysia. International Journal of Contemporary Bussiness
Studies, 3(5): 61-71.
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
A. Skrinning
1. Apakah Anda pernah mendengar istilah makanan organik?
a. Ya b. Tidak
Jika Anda tidak pernah mendengar istilah makanan organik, maka Anda tidak
perlu melanjutkan mengisi kuesioner ini. Terima kasih ata partisipasi Anda.
2. Dari mana/siapakah Anda mendapatkan informasi tentang makanan organik?
3. Sebutkan macam-macam makanan organik yang Anda ketahui?
4. Apakah Anda pernah mengonsumsi makanan organik sebelumnya?
a. Ya, sebutkan........ b. Tidak pernah
B. Karakteristik Individu Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Usia : _______ tahun
4. Semester :
5. Fakultas/ Departemen : /
6. Uang saku/bulan : Rp. ____________________
7. No Hp :
8. Email :
9. Apakah Anda sedang mengikuti organisasi atau komunitas peduli lingkungan?
(Ya/Tidak) (lingkari yang sesuai). Jika Ya, sebutkan nama organisasi atau
komunitas tersebut!
1....................................... 2........................................ 3.....................................
C. Karakteristik Keluarga Responden
1. Usia orang tua : Bapak = ………….tahun Ibu = ………... tahun
2. Pendidikan orang tua : Bapak = ………… tahun Ibu = ………….tahun
3. Pendapatan keluarga : Bapak = Rp……………. Ibu = Rp…………….
4. Jumlah anggota keluarga : …….. orang (termasuk Anda dan kepala
keluarga)
5. Pekerjaan orang tua (lingkari nomor yang sesuai dengan jawaban Anda)
Bapak:
[0] Tidak bekerja [1] Petani [2] Buruh [3] Pegawai Swasta
[4] Pegawai Negeri Sipil/ABRI/Polisi [5] Wirausaha [6] Lainnya (sebutkan)
Ibu:
[0] Tidak bekerja [1] Petani [2] Buruh [3] Pegawai Swasta
[4] Pegawai Negeri Sipil/ABRI/Polisi [5] Wirausaha [6] Lainnya (sebutkan)
Saya Irma Awwaliyah (I24080057), mahasiswi Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor memohon kesediaan saudara/i untuk
mengisi kuesioner penelitian ini yang berjudul: PENGETAHUAN, SIKAP DAN NIAT
BELI MAHASISWA TERHADAP MAKANAN ORGANIK: PENDEKATAN THEORY
OF PLANNED BEHAVIOR. Saya ucapkan terima kasih atas partisipasi Anda.
60
D.1 Pengetahuan Pertanian Organik dan Lingkungan
Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat!
1. Berkembangnya pertanian organik, salah satunya didorong oleh kesadaran atas
kegagalan revolusi hijau karena hal berikut ini, kecuali:
a. Menjadikan petani tergantung pada benih dan pupuk kimia pabrikan.
b. Dalam praktiknya menggembangkan sistem monokultur.
c. Hasil produksi yang melimpah sehingga mampu menjamin ketersediaan pangan
dalam kurun waktu tertentu
d. Menghasilkan hama yang resistens terhadap pestisida.
e. Saya tidak tahu
2. Apa yang dimaksud dengan pertanian organik?
a. Sistem pertanian yang bersifat monokultur.
b. Sistem pengolahan hasil pertanian yang berbahan baku sayuran dan buah.
c. Produksi pertanian tanpa penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetis.
d. Sisrem pertanian yang mengandalkan proses produksinya pada mekanisme alam
sehingga sama sekali tidak menggunakan pupuk dan pestisida.
e. Saya tidak tahu
3. Tujuan utama dari pertanian organik adalah:
a. Menghasilkan produk pertanian yang bebas pestisida sintetik.
b. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa hasil pertanian sama sekali tidak
mengandung bahan kimia baik organik maupun anorganik.
c. Mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas komunitas interdependen dari
kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan dan manusia
d. Memenuhi permintaan pasar akan produk pangan dan non pangan yang ramah
lingkungan
e. Saya tidak tahu
4.
gambar 1 gambar 2 gambar 3 gambar 4
Label yang manakah yang digunakan untuk hasil pertanian organik?
a. Gambar 1
b. Gambar 2
c. Gambar 3
d. Gambar 4
e. Saya tidak tahu
5. Produk makanan organik dapat dikategorikan sebagai produk hijau. Berikut ini
adalah istilah lain dari produk hijau, kecuali:
a. Environmentally friendly product d. Ecological product Green product
b. Durable product e. Saya tidak tahu
c. Green product
6. Berikut ini adalah prinsip pertanian organik menurut IFOAM, kecuali:
a. Pengelolaan harus menjamin kelimpahan dan swasembada pangan.
b. Melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan
bumi sebagai satu kesatuan
c. Bekerja, meniru dan memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan
d. Menjamin keadilan terkait lingkungan dan kesempatan hidup bersama
e. Saya tidak tahu
61
D.2 Pengetahuan Terkait Makanan Organik
Berilah tanda centang ( ) pada kolom Benar, jika menurut Anda pernyataan benar dan
pada kolom salah, jika pernyataan salah.
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Sayuran dan buah organik bukan merupakan hasil rekayasa genetika.
2 Makanan olahan sudah dapat dikatakan organik jika 95 persen
komposisinya berasal dari pangan organik atau hasil pertanian organik.
3 Kandungan antioksidan pada buah dan sayuran organik lebih tinggi
dibandingkan dengan buah dan sayura non-organik.
4 Makanan organik tidak dapat dikonsumsi oleh seseorang yang mengalami
gangguan pencernaan.
5 Istilah “makanan organik” biasa digunakan untuk produk pangan ramah
lingkungan.
6 Sayuran dan buah yang berwarna hijau sudah dapat dipastikan termasuk
makanan organik.
7 Hanya kandungan serat pada sayuran dan buah organik yang bermanfaat
bagi sistem imun tubuh.
8 Beras organik adalah salah satu jenis makanan organik.
9 Sayuran organik menggunakan pestisida kimia sintetis.
10 Meskipun relatif lebih aman dikonsumsi, kandungan vitamin dan mineral
pada buah organik lebih rendah dibandingkan buah non-organik.
11
Harga sayuran dan buah organik lebih rendah dibandingkan dengan
sayuran dan buah non-organik, karena tidak memerlukan biaya untuk
pembelian pupuk dan pestisida.
12 Sayuran dan buah organik tersedia di pasar tradisional.
13 Makanan organik hanya dapat diperoleh di outlet organik saja.
14 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tidak mensertifikasi
makanan organik yang beredar di Indonesia.
E. SIKAP
Berilah tanggapan Anda terhadap pernyataan di bawah ini, dengan mencentang ( ) salah
satu kolom respon yang paling sesuai dengan diri Anda.
No Pernyataan Respon**
STS TS S SS
1 Saya akan mendapatkan makanan yang aman bagi kesehatan, jika membeli
makanan organik.
2 Bagi saya, mendapatkan makanan yang aman bagi kesehatan adalah hal yang
penting.
3 Saya akan mendapatkan produk yang ramah lingkungan, jika membeli
makanan organik.
4 Kurang penting bagi saya memeroleh produk yang ramah lingkungan.
5 Jika saya membeli makanan organik segar, maka makanan yang saya
konsumsi tersebut bebas dari pengawet sintetik.
6 Bagi saya, mengonsumsi makanan yang bebas dari pengawet sintetik adalah
hal yang penting.
7 Saya akan mendapatkan makanan yang bebas pestisida kimia, jika membeli
makanan organik.
8 Kurang penting bagi saya untuk mendapatkan makanan yang bebas pestisida
kimia.
9 Saya yakin, jika saya membeli makanan organik, maka tubuh saya akan
menjadi lebih sehat dan bugar.
10 Saya ingin tubuh saya lebih sehat dan bugar.
11 Saya yakin, jika saya membeli makanan organik maka saya akan
mendapatkan kandungan gizi yang lebih baik daripada makanan non-organik.
62
No Pernyataan Respon**
STS TS S SS
12 Kurang penting bagi saya untuk mendapatkan makanan dengan kandungan
gizi yang lebih baik.
13 Saya yakin, jika saya membeli makanan organik, maka saya ikut serta dalam
mengurangi kerusakan lingkungan.
14 Saya ingin ikut serta dalam upaya mengurangi kerusakan lingkungan hidup.
Keterangan: STS = Sangat tidak setuju TS = Tidak setuju S = Setuju SS = Sangat setuju
F. KONTROL PERILAKU
Berilah tanggapan Anda terhadap pernyataan di bawah ini, dengan mencentang ( ) salah
satu kolom respon yang paling sesuai dengan diri Anda.
No Pernyataan Pernyataan
STS TS S SS
1 Harga makanan organik lebih mahal dibandingkan dengan makanan non-
organik.
2 Saya yakin akan membeli makanan organik jika harganya lebih murah atau
sama dengan makanan non-organik
3 Saat ini, saya belum memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan
organik.
4 Akan lebih mudah membeli makanan organik jika saya memiliki uang yang
cukup.
5 Saya memiliki pengetahuan yang baik tentang manfaat kesehatan makanan
organik.
6 Saya terdorong membeli makanan organik jika saya mengetahui manfaat
kesehatannya.
7 Saya mengetahui risiko yang timbul akibat mengonsumsi makanan non-
organik.
8 Risiko akibat mengonsumsi makanan non-organik mendorong saya untuk
membeli makanan organik.
9 Saya mengetahui toko/ pasar yang menjual makanan organik.
10 Saya akan merasa kesulitan saat akan membeli makanan organik, jika tidak
mengetahui toko/pasar yang menjual makanan tersebut.
11 Saya memiliki waktu yang cukup untuk memilih makanan organik yang akan
dibeli.
12 Waktu yang luang akan memberi kesempatan lebih untuk memilih makanan
organik yang akan saya beli.
G. NORMA SUBJEKTIF
Berilah tanggapan Anda terhadap pernyataan di bawah ini, dengan mencentang ( ) salah
satu kolom respon yang paling sesuai dengan diri Anda.
No. Pernyataan Respon
STS TS S SS
1 Orang tua saya berpendapat sebaiknya saya membeli makanan organik.
2 Saya akan mengikuti pendapat orang tua saya untuk membeli makanan organik.
3 Dosen saya berpendapat, sebaiknya saya membeli makanan organik.
4 Saya akan mengikuti pendapat dosen saya untuk membeli makanan organik.
5 Sahabat saya berpendapat sebaiknya saya membeli makanan organik.
6 Saya akan mengikuti pendapat sahabat saya untuk membeli makanan organik.
7 Saudara saya berpendapat, sebaiknya saya membeli makanan organik.
8 Saya akan mengikuti pendapat saudara saya untuk membeli makanan organik.
9 Teman saya berpendapat, sebaiknya saya membeli makanan organik.
10 Saya akan mengikuti pendapat teman saya untuk membeli makanan organik.
63
H. NIAT BELI
No. Pernyataan Respon
STS TS S SS
1 Saya berniat membeli makanan organik, jika telah memiliki uang yang
cukup.
2 Saya berniat membeli makanan organik, jika produk tersebut tersedia di
toko langganan atau dekat dengan tempat tinggal saya.
3 Saya berencana membeli makanan organik, jika saya memiliki informasi
yang cukup tentang produk tersebut.
4 Saya berencana mengalokasikan sebagian pengeluaran pangan saya untuk
membeli makanan organik jika telah memiliki penghasilan tetap.
5 Saya berniat membeli buah dan sayuran organik, saat kondisi kesehatan
saya menurun.
Keterangan:
SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
Lampiran 2. Tabel hasil uji korelasi antar variabel penelitian (lanjutan)
P S NS KP NB JK Usia UAS Org Peng U_ ay U_ ibu Pdk_ ay Pdk_ibu Pdpt_ kel Bsr_kel
Pengetahuan
(P)
Correlation
Coefficient 1.000
Sig. (2-
tailed) .
N 100
Sikap (S) Correlation
Coefficient -.198* 1.000
Sig. (2-
tailed) .048 .
N 100 100
Norma
Subjektif
(NS)
Correlation
Coefficient .047 .332** 1.000
Sig. (2-
tailed) .639 .001 .
N 100 100 100
Kontrol
Perilaku (KP)
Correlation
Coefficient .043 .425** .462** 1.000
Sig. (2-
tailed) .670 .000 .000 .
N 100 100 100 100
Niat Beli
(NB)
Correlation
Coefficient -.058 .293** .277** .295** 1.000
Sig. (2-
tailed) .565 .003 .005 .003 .
N 100 100 100 100 100
66
Lampiran 2. Tabel hasil uji korelasi antar variabel penelitian (lanjutan)
P S NS KP NB JK Usia UAS Org Peng U_ ay U_ ibu Pdk_ ay Pdk_ibu Pdpt_ kel Bsr_kel
Jenis kelamin
(JK)
Correlation
Coefficient .057 -.285** -.137 -.267** -.128 1.000
Sig. (2-tailed)
.570 .004 .174 .007 .203 .
N 100 100 100 100 100 100
Usia (Usia) Correlation
Coefficient .085 -.067 .232* .052 -.061 -.099 1.000
Sig. (2-
tailed) .398 .510 .020 .607 .549 .329 .
N 100 100 100 100 100 100 100
Uang saku (US)
Correlation Coefficient
-.090 .068 .080 .051 .056 .077 .067 1.000
Sig. (2-
tailed) .376 .501 .431 .612 .583 .444 .505 .
N 100 100 100 100 100 100 100 100
Organisasi lingkungan
(Org)
Correlation Coefficient
.123 -.235* -.038 -.115 -.046 .186 .158 .005 1.000
Sig. (2-
tailed) .222 .019 .708 .256 .649 .063 .116 .963 .
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pengalaman
(Peng)
Correlation
Coefficient .079 -.138 .195 .041 .147 -.169 .054 -.061 .100 1.000
Sig. (2-
tailed) .432 .171 .052 .685 .145 .093 .596 .545 .322 .
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Usia ayah
(U_ay)
Correlation
Coefficient -.084 .166 .210* .171 .099 -.251* .195 .024 .125 .150 1.000
67
Lampiran 2. Tabel hasil uji korelasi antar variabel penelitian (lanjutan)
P S NS KP NB JK Usia UAS Org Peng U_ ay U_ ibu Pdk_ ay Pdk_ibu Pdpt_ kel Bsr_kel
Sig. (2-
tailed) .411 .104 .039 .094 .333 .013 .056 .815 .223 .143 .
N 97 97 97 97 97 97 97 97 97 97 97
Usia ibu
(U_ibu)
Correlation
Coefficient -.134 .118 .174 .195 .144 -.274** .253* .114 .104 .176 .677** 1.000
Sig. (2-
tailed) .185 .244 .085 .054 .154 .006 .011 .261 .304 .081 .000 .
N 99 99 99 99 99 99 99 99 99 99 96 99
Lama
Pendidikan
Ayah
(Pdk_ay)
Correlation
Coefficient -.060 -.177 -.127 .061 .090 .000 -.089 .221* .028 .256* .057 .112 1.000
Sig. (2-
tailed) .557 .083 .217 .551 .381 1.000 .387 .030 .787 .012 .579 .276 .
N 97 97 97 97 97 97 97 97 97 97 97 96 97
Lama
pendidikan
ibu
(Pdk_ibu)
Correlation
Coefficient .062 -.246* .147 .086 .043 .060 .052 .048 .194 .234* .047 .299** .513** 1.000
Sig. (2-
tailed) .540 .014 .145 .398 .673 .554 .610 .639 .055 .020 .649 .003 .000 .
N 99 99 99 99 99 99 99 99 99 99 96 99 96 99
Pendapatan
keluarga
(Pdpt_kel)
Correlation
Coefficient -.031 -.086 .023 -.020 .041 .094 -.097 .255* .164 .133 .160 .212* .572** .405** 1.000
Sig. (2-
tailed) .760 .392 .820 .841 .683 .352 .336 .010 .103 .187 .118 .035 .000 .000 .
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 97 99 97 99 100
68
Lampiran 2. Tabel hasil uji korelasi antar variabel penelitian (lanjutan)
P S NS KP NB JK Usia UAS Org Peng U_ ay U_ ibu Pdk_ ay Pdk_ibu Pdpt_ kel Bsr_kel
Besar
keluarga
(Bsr_kel)
Correlation
Coefficient .030 -.021 -.053 -.035 -.009 -.228* -.166 .045 -.135 -.143 .036 -.079 .028 -.046 .060 1.000
Sig. (2-tailed)
.764 .835 .597 .727 .929 .022 .099 .660 .179 .157 .727 .439 .788 .650 .553 .
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 97 99 97 99 100 100
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta, 14 Desember 1989. Penulis
adalah anak sulung dari tiga bersaudara, dengan ayah bernama
Andin dan ibu bernama (almrh.) Heny Maryam. Penulis
menempuh pendidikan formal di Madrasah Ibtidaiyah Rumah
Pendidikan Islam, Jakarta (2001), SMP Negeri 1 Bojonggede,
Bogor (2004), dan SMA Latansa, Banten (2008). Penulis
berkesempatan mengikuti seleksi masuk Insitut Pertanian
Bogor (IPB) pada tahun 2008 melalui jalur Beasiswa Utusan
Daerah Kementrian Agama Republik Indonesia dan diterima
di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA)
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) di bidang pengabdian masyarakat, kewirausahaan,
gagasan tertulis dan artikel ilmiah sejak tahun 2009 sampai 2012. Prestasi yang
diraih oleh penulis antara lain sebagai finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
(Pimnas) XXV di Yogyakarta (2012), Juara II PKM bidang pengabdian
masyarakat pada Pimnas XXIII di Denpasar (2010), Juara III Musabaqoh Fahmil
Qur’an tingkat IPB (2011) dan Juara III Lomba Kaligrafi tingkat IPB (2009).
Penulis juga aktif mengikuti organisasi baik intra kampus maupun ekstra
kampus. Penulis berkesempatan menjabat sebagai sekretaris divisi keuangan
Forum Syi’ar Islam FEMA (Forsia), ketua divisi rohis kelas Forsia, staf komisi
disiplin panitia Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB), staf
penanggung jawab kelompok panitia Masa Perkenalan Fakultas (MPF) FEMA,
ketua divisi acara panitia Masa Perkenalan Departemen (MPD) IKK. Adapun
kegiatan ekstra kampus yang diikuti penulis adalah anggota Community Santri
Scholar Ministry of Religious Affair (CSS MoRA) IPB.