pengaruh corporate governance perusahaan manufaktur yang …repository.umrah.ac.id/1576/1/della...
TRANSCRIPT
1
Pengaruh Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2013-2016
Della Virya Wulandari, Inge Lengga Sari Munthe, Sri Ruwanti
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau
ABSTRAK
Penelitian ini betujuan untuk menganalisis pengaruh corporate
governance terhadap peringkat obligasi. Sampel dalam penelitian ini terdiri atas
obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode
2013-2016 dan diperingkat oleh PT Pefindo. Penelitian ini menggunakan model
analisis regresi linear berganda untuk menguji pengaruh dari corporate
governance terhadap peringkat obligasi. Secara khusus, penelitian ini menyelidiki
pengaruh dari kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit, dan
kualitas audit. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive
sampling dan didapatkan 8 sampel yang memenuhi kriteria. Berdasarkan hasil
penelitian, secara simultan kepemilikan institusional, komisaris independen,
komite audit, dan kualitas audit secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
terhadap Peringkat Obligasi. Besarnya R2 berdasarkan hasil analisis dengan SPSS
21 sebesar 0,522. Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh
variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit, dan
kualitas audit terhadap Peringkat Obligasi adalah sebesar 52,2%, sedangkan
sisanya sebesar 47,8% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian. Secara parsial kepemilikan institusional dan komisaris
independen memiliki pengaruh terhadap Peringkat Obligasi. Komite audit dan
kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Peringkat Obligasi.
Dapat diketahui bahwa nilai negatif membuktikan adanya pengaruh yang
berlawanan arah dimana setiap peningkatan dari kepemilikan institusional dan
komisaris independen akan memberikan penurunan terhadap peringkat obligasi.
Kata kunci : peringkat obligasi, kepemilikan institusional, komisaris independen,
komite audit, kualitas audit
2
PENDAHULUAN
Investasi terbagi dalam dua bentuk yaitu investasi saham (surat
kepemilikan) dan investasi obligasi (surat hutang). Dari kedua investasi tersebut,
para emiten lebih memilih investasi obligasi karena merupakan sekuritas yang
aman dengan biaya emisinya lebih mudah dan murah dari pada investasi saham.
Biasanya investasi dalam surat berharga ini dilakukan dengan maksud untuk
memperoleh pendapatan yang tetap dalam jangka panjang (Soemarso, 2002).
Menurut Tensia, dkk (2015) menjelaskan meskipun obligasi relatif lebih aman
dari pada saham, namun obligasi juga memiliki risiko, yaitu default risk. Default
risk adalah risiko gagal atau tidak terbayarnya bunga dan pokok utang. Agar
investor mengetahui gambaran perusahaan dengan tingkat risiko ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar kewajibannya, maka investor dapat
mempertimbangkan melalui peringkat obligasi. Peringkat obligasi merupakan
hasil pemeringkatan yang ditentukan oleh suatu lembaga independen yang
menjadi informasi tentang kelayakan dan tingkat resiko dari investasi obligasi
tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi suatu
perusahaan. Penentu utama yang mempengaruhi peringkat obligasi yaitu kondisi
keuangan perusahaan (Utami, 2012). Kondisi keuangan suatu perusahaan
berdasarkan bagaimana manajemen mengelola keuangan perusahaan dengan salah
satu tujuannya adalah memastikan bahwa perusahaan mampu membayar seluruh
kewajibannya kepada investor, kreditor dan pihak lain. Untuk itu, perusahaan
harus menjadikan manajemen perusahaan yang profesional dengan menerapkan
Coorporate Governance. Implementasi dalam penerapan Corporate Governance
dapat memberi keyakinan dalam pengembalian return atas investasi, khususnya
bagi investor dan kreditor (Marfuah dan Endaryati, 2012).
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional, komisaris independen, komite audit dan kualitas audit terhadap
peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2016 baik secara parsial maupun secara simultan.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh corporate
governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, komisaris
independen, komite audit, dan kualitas audit terhadap peringkat obligasi.
BAHAN DAN METODE
Peringkat Obligasi
Obligasi yang dijual ke publik dalam perspektif para pembeli,
melihatnya berdasarkan peringkat (Rating). Peringkat obligasi adalah opini
lembaga pemeringkat atas kelayakan kredit untuk suatu obligor, atau
kelayakan kredit obligor terkait suatu surat utang atau kewajiban keuangan
lainnya. Peringkat obligasi sangat penting bagi investor untuk menghindari risiko
gagal bayar yaitu kemungkinan emiten untuk tidak membayar kewajiban dengan
tepat waktu sesuai kesepakatan dengan investor (www.pefindo.com).
3
Dalam penelitian ini menggunakan peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh PT.Pefindo. Peringkat obligasi yang disajikan dalam bentuk
huruf. Oleh karena itu, peringkat tersebut dikonversi menjadi angka dengan skala
tertinggi dan sebaliknya, dengan memiliki jarak antar peringkat yang sama.
Peringkat obligasi dibagi dengan beberapa klasifikasi peringkat. Semakin tinggi
peringkat, maka semakin tinggi nilai konversi, tetapi peneliti memodifikasi untuk
skala pada masing-masing indikator karena adanya keterbatasan data peringkat
obligasi. Peringkat obligasi terlebih dahulu dikonversi kedalam angka yang
berkisar antara 0 sampai dengan 8.
Konversi Peringkat Obligasi
Peringkat Obligasi Kategori Nilai
idAAA Investment Grade 8
idAA+ Investment Grade 7,5
idAA Investment Grade 7
idAA- Investment Grade 6,5
idA+ Investment Grade 6
idA Investment Grade 5,5
idA- Investment Grade 5
idBBB+ Investment Grade 4,5
idBBB Investment Grade 4
idBBB- Investment Grade 3,5
idBB+ Speculative Grade 3
idBB Speculative Grade 2,5
idBB- Speculative Grade 2
idB+ Speculative Grade 1,5
idB Speculative Grade 1
idB- Speculative Grade 0,5
idD/SD Speculative Grade 0
Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional merupakan persentase besarnya saham yang
dimiliki oleh investor institusi, seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan
asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain (Jelita, 2014).
Kepemilikan institusional adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh
Institusi. Pada penelitian ini, variabel diukur dengan persentase total jumlah
saham yang dimiliki oleh institusi dari seluruh modal saham yang beredar
(Ariwangsa dan Abudanti, 2013).
Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan suatu badan didalam perusahaan
yang biasanya beranggotakan dari dewan komisaris yang independen dan yang
tidak terafiliasi (tidak memiliki hubungan) dengan manajemen (KNKG, 2006).
4
Variabel ini diukur dengan persentase jumlah komisaris independen terhadap total
dewan komisaris pada perusahaan emiten.
Komite Audit
Ukuran komite audit merupakan jumlah anggota komite audit disuatu
perusahaan yang bekerja secara independen dan membantu melaksanakan tugas
dan fungsi dewan komisaris. Berdasarkan peraturan BAPEPAM dan Lembaga
Keuangan No.III.B 8 tanggal 10 April 2008 dan keputusan ketua BAPEPAM-LK
No. Kep-643/BL/2012 tanggal 7 Desember 2012 bahwa membentuk komite audit
dengan struktur keanggotaan sekurang-kurangnya satu orang komisaris dan
sekurang-kurangnya dua orang yang tidak terafiliasi dengan perusahaan. Variabel
ini dilakukan dengan nilai 1 jika komite audit berjumlah tiga orang atau lebih dan
nilai 0 jika komite audit berjumlah kurang dari 3 orang.
Kualitas Audit
Dali, dkk (2015) menyatakan bahwa kualitas audit juga turut
menentukan good corporate governance. Kualitas audit tentukan oleh komite
audit yang memiliki reputasi baik dapat meningkatkan kepercayaan investor
terhadap kinerja menejemen perusahaan untuk memenuhi kepentingan pemegang
saham sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi. Kantor akuntan publik
(KAP) yang tergolong Big Four akan melakukan prosedur audit yang lebih
terstruktur dan terperinci sehingga risiko terjadinya kecurangan dapat
diminimalkan. Sedangkan, KAP non Big Four dimungkinkan kurang maksimal
dalam melakukan proses audit sehingga kurang dapat mendeteksi adanya
kecurangan (Iswara, 2017).
Kerangka Pemikiran
Kepemilikan Institusional
(X1)
Komisaris Independen
(X2)
Kualitas Audit
(X4)
Peringkat Obligasi
(Y)
H1
H2
H5
Komite Audit
(X3) H3
H4
5
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Peringkat Obligasi
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan
dan mengawasi pihak manajemen. Rasyid dan Kostaman (2013) mengemukakan
bahwa kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan indikator
persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari jumlah saham yang
beredar.Persentase kepemilikan institusional yang besar akan memudahkan
investorinstitusional didalam memonitor kinerja manajemen, karena mereka
mendapatkan pengaruh yang lebih besar sehingga membuat mereka lebih mudah
melakukan tindakan perbaikan. Besarnya persentase kepemilikan institusional
dapat mencegah hazard yang dilakukan manajemen atau segera melakukan
tindakan perbaikan sehingga dapat mengurangi default.
Mengacu pada pernyataan tersebut, maka diekspektasikan jika
kepemilikan institusional semakin besar kepemilikannya maka dapat
meningkatkan peringkat obligasi.
H1: Diduga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap peringkat
obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2013-2016
Pengaruh Komisaris Independen terhadap Peringkat Obligasi
Dali, dkk (2015) mengemukakan Proporsi Komisaris independen
memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap peringkat obligasi apabila
tingkat signifikansi menyatakan ketentuan minimum sebesar 30% yang
dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan penerbit obligasi dalam rangka
menerapkan GCG. Proporsi dewan komisaris independen yang lebih besar akan
membantu perusahaan untuk memiliki tata kelola (governance) yang lebih baik
(monitoring menjadi lebih efektif) sehingga akan mengurangi agency risk dan
meningkatkan peringkat obligasi.
Mengacu pada pernyataan tersebut, maka diekspektasikan jika
komisaris independen semakin besar jumlahnya maka dapat meningkatkan
peringkat obligasi.
H2: Diduga komisaris independen berpengaruh terhadap peringkat
obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2013-2016
Pengaruh Komite Audit terhadap Peringkat Obligasi
Dalam upaya mengatasi masalah asimetri informasi di perusahaan
dibutuhkan adanya komite audit. Damayanti dan Fitriyah (2013) menjelaskan
adanya komite audit bertujuan untuk memberikan pandangan dan pengarahan
dalam masalah-masalah yang ada hubungannya dengan akuntansi, kebijakan
keuangan, transparasi. Komite audit merujuk kepada tanggung jawab penerapan
Corporate Governance yang dimana di dalam implementasi tersebut adanya
jaminan kualitas, integritas, transparasi, dan fungsi kualitas audit. Karena komite
ini berfungsi untuk membantu Dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan
6
atas pelaksanaan fungsi Direksi sesuai dengan prinsip Good Corporate
Governance.
Mengacu pada pernyataan tersebut, maka diekspektasikan jika komite
audit semakin besar jumlahnya maka semakin tinggi kualitas manajemen dalam
perusahaan sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi.
H3: Diduga komite audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-
2016
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Peringkat Obligasi
Kualitas audit menunjukkan keandalan dan transparansi informasi
keuangan perusahaan. Semakin baik kualitas audit semakin menunjukkan bahwa
audit yang dihasilkan adalah independen, maka akan mengurangi Agency Risk,
dan menurunkan Default Risk, yang pada akhirnya meningkatkan peringkat
obligasi perusahaan (Ariwangsa dan Abundanti, 2013).
Dali, dkk (2015) menyatakan bahwa kualitas audit juga turut
menentukan Corporate Governance. Kualitas audit ditentukan oleh komite audit
yang memiliki reputasi baik dapat meningkatkan kepercayaan investor sehingga
juga dapat meningkatkan peringkat obligasi.
Mengacu pada pernyataan tersebut, maka diekspektasikan jika kualitas
audit semakin baik maka mencerminkan kineja manajemen yang baik pula
sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi.
H4: Diduga kualitas audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-
2016
Pengaruh Corporate Governance terhadap Peringkat Obligasi
Implementasi dalam penerapan Corporate Governance dapat memberi
keyakinan dalam pengembalian return atas investasi, khususnya bagi investor dan
kreditor (Marfuah dan Endaryati, 2012). Untuk itu, perusahaan harus menjadikan
manajemen perusahaan yang profesional dengan menerapkan Coorporate
Governance yang akan meningkatkan kinerja perusahaan untuk mendapatkan
kepercayaan investor sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi.
Mengacu pada pernyataan tersebut, maka diekspektasikan jika
penerapan Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan
instistusional, komisaris independen, komite audit dan kualitas audit semakin baik
maka semakin tinggi kualitas manajemen dalam perusahaan sehingga dapat
meningkatkan peringkat obligasi.
H5: Diduga Corporate Governance berpengaruh terhadap peringkat
obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2013-2016
7
Metodologi Penelitian
Teknik Penentuan Sampel dan Populasi
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2016. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling. Pemilihan sampel dilakukan secara
purposive sampling, yaitu penelitian dengan menggunakan kriteria tertentu dalam
melakukan pemilihan sampel. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
sebanyak 138 perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan sampel yang
berasal dari Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016. Adapun kriteria perusahaan
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
pengamatan
2. Perusahaan yang laporan keuangannya lengkap selama periode pengamatan
3. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah selama periode pengamatan
4. Perusahaan yang menerbitkan obligasinya dan diperingkat oleh PEFINDO
selama periode pegamatan
5. Perusahaan yang menjadi sampel mempunyai kepemilikan saham oleh
institusi.
Jumlah perusahaan yang dijadikan populasi adalah 138 perusahaan, dan
setelah dilakukan seleksi sampel, maka diperoleh sampel sebanyak 8 perusahaan
dan 32 data observasi.
Metode Ananlisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Metode ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel
terikat dengan variabel-variabel bebas. Dalam penelitian ini, analisis linier
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Institusional,
Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas Audit terhadap Peringkat
Obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2013-2016. Tahapan
analisis data pada penelitian ini adalah uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji F, uji
T dan koefisien determinasi dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
Microsoft excel 2010 dan SPSS 21.
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum
(Ghozali, 2013). Hasil uji statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS
21 dapat dilihat sebagai berikut :
8
Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PeringkatObligasi 32 2.50 8.00 6.2188 1.44768
Kepemilikan
Institusional
32 .0500 .9003 .643621 .2131210
Komisaris
Independen
32 .2000 .5000 .370198 .0680645
KomiteAudit 32 0 1 .97 .177
KualitasAudit 32 0 1 .50 .508
Valid N (listwise) 32
Sumber : Data diolah penulis, 2018
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut (Ghozali,
2013), cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
adalah dengan menggunakan analisis grafik juga dapat diuji dengan statistic non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov Test (K-S). Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dibuat dengan melihat signifikansi di atas 0,05 berarti data berdistribusi normal.
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa,b
Mean .0000000 Std. Deviation p
.93398825
Most Extreme Differences
Absolute .216 Positive .098 Negative -.216
Kolmogorov-Smirnov Z 1.219 Asymp. Sig. (2-tailed) .102
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data olahan penulis, 2018
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa nilai kolmogorov-
smirnov adalah bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1,219 dan nilai
Asymp. Sig. (2 tailed) 0,102 > 0,05, maka H0 diterima yang berarti data residual
berdistribusi secara normal.
Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
9
Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance
inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi
multikolinearitas (Ghozali, 2013).
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Kepemilikan Institusional ,967 1,056
Komisaris Independen ,961 1,041
Komite Audit ,944 1,059
Kualitas Audit ,930 1,076
a. Dependent Variable: PeringkatObligasi
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa masing-masing variabel independen yaitu kepemilikan institusional,
komisaris independen, komite audit, dan kualitas audit yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki nilai tolerance diatas 0,10 dan VIF (Variance Inflation
Factor) dibawah 10 yang berarti model regresi tidak terjadi masalah
multikolinieritas.
Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2013).Untuk melihat ada atau tidaknya
gejala autokorelasi ini maka dapat dilakukan uji Durbin-Watson. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi dengan melihat Durbin-
Watson berada diantara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW ≤ +2. Adapun dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut (Sunyoto, 2011).
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,764a ,584 ,522 1,00078 1,971
a. Predictors: (Constant), KualitasAudit, KomisarisIndependen, KepemilikanInstitusional, KomiteAudit b. Dependent Variable: PeringkatObligasi
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4.5 di atas dapat dilihat
bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson test menunjukkan nilai
10
1,971 , dimana angka tersebut berada diantara -2 sampai +2 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini bebas dari adanya autokorelasi.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain jika sama disebut Homokedastisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mengandung
heteroskedastisitas. Untuk mengetahui keakuratan pengujian data ini dapat
dilakukan uji Rank Spearman dengan melihat tingkat signifikansinya. Model
regresi yang baik tidak mengandung adanya masalah heteroskedastisitas apabila
tingkat signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05 (Ghozali: 2013).
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman Correlations
Kepemilikan Institusional
Komisaris Independen
Komite Audit
KualitasAudit
Unstandardized Residual
Spearman's rho
Kepemilikan Institusional
Correlation Coefficient
1.000 -.075 -.127 -.211 .022
Sig. (2-tailed) . .683 .489 .247 .904
N 32 32 32 32 32
Komisaris Independen
Correlation Coefficient
-.075 1.000 .159 -.187 .065
Sig. (2-tailed) .683 . .384 .306 .722
N 32 32 32 32 32
Komite Audit
Correlation Coefficient
-.127 .159 1.000 .180 -.029
Sig. (2-tailed) .489 .384 . .325 .874
N 32 32 32 32 32
Kualitas Audit
Correlation Coefficient
-.211 -.187 .180 1.000 -.102
Sig. (2-tailed) .247 .306 .325 . .580
N 32 32 32 32 32
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
.022 .065 -.029 -.102 1.000
Sig. (2-tailed) .904 .722 .874 .580 .
N 32 32 32 32 32
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan output pada tabel diatas, diketahui bahwa nilai sig untuk
variabel kepemilikan Institusional sebesar 0,904. Nilai sig untuk variabel
Komisaris Independen sebesar 0,722. Nilai sig untuk variabel Komite Audit
0,874. Nilai sig untuk variabel Kualitas Audit sebesar 0,580. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa semua variabel mempunyai nilai sig > 0,05, maka dapat
dipastikan model tidak mengandung heteroskedastisitas.
11
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 6 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 6.733 1.565 4.302 .000
Kepemilikan Institusional
-2.895 .867 -.426 -3.340 .002
Komisaris Independen -5.691 2.694 -.268 -2.113 .044
Komite Audit 3.135 1.046 .383 2.996 .006
Kualitas Audit .839 .367 .294 2.286 .030
a. Dependent Variable: PeringkatObligasi
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2018
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disusun persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut :
Peringkat Obligasi = 6,733 – 2,895 Kepemilikan Institusional – 5,691
Komisaris Independen + 3,135 Komite Audit + 0,839 Kualitas Audit +
Dari persamaan regresi linear diatas dapat diinterpretasikan sebagai
berikut :
1. Konstanta (α)
Nilai konstanta sebesar 6,733 menyatakan bahwa jika variabel Kepemilikan
Institusional, Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit
dianggap konstan, maka nilai Peringkat Obligasi sebesar 6,733 atau
673,3%.
2. Koefisien Regresi (β1) Variabel Kepemilikan Institusional (X1)
Besarnya nilai koefisien regresi (β1) sebesar –2,895. Nilai (β1) yang negatif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel Kepemilikan
Institusional, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan
Peringkat Obligasi sebesar 289,5%.
3. Koefisien Regresi (β2) Variabel Komisaris Independen(X2)
Besarnya nilai koefisien regresi (β2) sebesar -5,691. Nilai (β2) yang negatif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel Komisaris
Independen, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan
peringkat obligasi sebesar 569,1%.
4. Koefisien Regresi (β3) Variabel Komite Audit(X3)
Besarnya nilai koefisien regresi (β3) sebesar 3,135. Nilai (β3) yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel Komite
Audit, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan peringkat
obligasi sebesar 313,5%.
5. Koefisien Regresi (β4) Variabel Kualitas Audit(X4)
Besarnya nilai koefisien regresi (β4) sebesar 0,839. Nilai (β4) yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel kualitas audit,
12
dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan peringkat obligasi
sebesar 83,9 %.
HasiL Uji Hipotesis
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-f)
Uji signifikansi simultan (uji-f) digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel
dependen. Jika nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikan < 0,05, H0 ditolak, jika nilai
Fhitung < Ftabel dan nilai signifikan > 0,05, H0 diterima (Ghozali, 2013).
Tabel 7 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
ANOVAa
Model Sum of Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 37.926 4 9.482 9.467 .000b
Residual 27.042 27 1.002
Total 64.969 31
a. Dependent Variable: PeringkatObligasi b. Predictors: (Constant), KualitasAudit, KomisarisIndependen, KepemilikanInstitusional, KomiteAudit
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2018
Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (uji-f) pada tabel 4.8 dapat
diketahui bahwa tingkat signifikansi yaitu 0,000 < 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Sementara itu dapat juga dilihat dari Fhitung
dibanding dengan nilai Ftabel. Fhitung memiliki nilai sebesar 9,467. Nilai Ftabel pada
tingkat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = df pembilang (k-1) ; df
penyebut (n-k). Jumlah variabel penelitian (k) berjumlah 4, dan jumlah data (n)
sebanyak 32. Jadi df pembilang (4-1) = 3 dan df penyebut (32-4) = 28, sehingga
Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) adalah 2,95. Jadi Fhitung> Ftabel
(9,467> 2,95) dan tingkat signifikansi sebesar 0,000< 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak artinya Kepemilikan Institusional,
Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas Audit secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap Peringkat Obligasi pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Dengan
menentukan taraf signifikan adalah 0,05. Apabila Thitung > Ttabel atau -Thitung< -Ttabel
dan nilai sig < 0,05 maka hipotesis akan diterima sedangkan jika Thitung <Ttabel atau
-Thitung> -Ttabel dan nilai sig > 0,05 maka hipotesis akan ditolak atau tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013).
13
Tabel 8 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-T) Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 6.733 1.565 4.302 .000
Kepemilikan Institusional
-2.895 .867 -.426 -3.340 .002
Komisaris Independen
-5.691 2.694 -.268 -2.113 .044
KomiteAudit 3.135 1.046 .383 2.996 .006
KualitasAudit .839 .367 .294 2.286 .030
a. Dependent Variable: PeringkatObligasi
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2018
Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual (uji-t) pada tabel
diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel Kepemilikan Institusional memiliki tingkat signifikansi 0,002 <
0,05. Variabel Kepemilikan Institusional ini juga memiliki nilai thitung
sebesar -3,340 > -2,05183 (ttabel α = 0,05, df = (32-4-1) = 27). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel
kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Peringkat obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
Kepemilikan institusional dengan peringkat obligasi. Namun, nilai
koefisiensi dan thitung adalah negatif. Dengan demikian, dengan semakin
tingginya kepemilikan institusional maka akan menurunkan nilai peringkat
obligasi.
2. Variabel Komisaris Independen memiliki tingkat signifikansi 0,044 < 0,05.
Variabel Komisaris Independen ini juga memiliki nilai thitung sebesar -2,113
> -2,05183 (ttabel α = 0,05, df = (32-4-1) = 27). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel komisaris
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Peringkat
obligasi. Hal ini menunjukkan bahwanya ada hubungan antara komisaris
independen dengan peringkat obligasi. Namun, nilai koefisiensi dan thitung
adalah negatif. Dengan demikian, dengan semakin tingginya komisaris
independen maka akan menurunkan nilai peringkat obligasi.
3. Variabel Komite Audit memiliki tingkat signifikansi 0,006 > 0,05. Variabel
keputusan investasi ini juga memiliki nilai thitung sebesar 2,996 > 2,05183
(ttabel α = 0,05, df = (32-4-1) = 27). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
H3diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel komite audit secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Nilai koefisiensi dan
thitung adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
Komite Audit dengan peringkat obligasi. Dengan demikian, dengan semakin
tingginya jumlah komite audit maka akan meningkatkan peringkat obligasi.
4. Variabel Kualitas Audit memiliki tingkat signifikansi 0,030 > 0,05. Variabel
Kualitas auditini juga memiliki nilai thitung sebesar 2,289 > 2,05183 (ttabel α =
14
0,05, df = (32-4-1) = 27). Nilai koefisiensi dan thitung adalah positif. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa H4 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel
kualitas audit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Peringkat
Obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas audit
dengan peringkat obligasi. Dengan demikian, semakin tinggi kualitas audit
maka akan meningkatkan nilai peringkat obligasi.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R
2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .764a .584 .522 1.00078
a. Predictors: (Constant), KualitasAudit, KomisarisIndependen, KepemilikanInstitusional, KomiteAudit
b. Dependent Variable: PeringkatObligasi
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2018
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.10 diatas dapat
dilihat bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,522 atau 52,20% . Hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel dependen yaitu Peringkat Obligasi dapat
dijelaskan oleh variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional, Komisaris
Independen, komite audit, dan kualitas audit sebesar 52,2% sedangkan sisanya
yaitu 47,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini.
PEMBAHASAN
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Peringkat Obligasi
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi parameter individual (uji-t),
Variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016. Variabel Kepemilikan Institusional memiliki tingkat signifikansi 0,002 <
0,05. Variabel Kepemilikan institusional ini juga memiliki nilai thitung sebesar -
3,340> -2,05183 (ttabel α = 0,05, df = (32-4-1) = 27). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
dari Dali,dkk (2015), Ariwangsa dan Abudanti (2013), Rasyid dan Kostaman
(2013), yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Namun, nilai koefisiensi dan thitung adalah negatif yang artinya
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi yang
artinya semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan menurunkan
peringkat obligasi.
15
Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan teori keagenan yang
menyebutkan bahwa pemegang saham mayoritas akan berusaha meningkatkan
kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan peringkat obligasi. Hal
ini mengindikasikan bahwa monitoring yang dijalankan pihak institusi sangat
optimal dan efektif sebagai alat untuk memonitor manajemen sehingga mampu
meningkatkan kinerja manajemen, namun dalam penelitian ini berdasarkan pada
sampel perusahaan salah satunya yaitu perusahaan Kimia Farma, Tbk yang
dimiliki saham oleh pemerintah (institusi) sebesar 95% dikarenakan pemerintah
merupakan kegiatan usaha nirlaba maka perusahaan hanya mematuhi aturan
pemerintah yang berlaku sehingga tidak perlu untuk meningkatkan peringkat
obligasi perusahaan.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jelita (2014),
Damayanti dan Fitriyah (2013), Prasetiyo (2010) yang menyimpulkan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Peringkat Obligasi
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi parameter individual (uji-t),
Variabel Komisaris Independen berpengaruh Terhadap peringkat obligasi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016. Variabel Komisaris Independen memiliki tingkat signifikansi 0,044 < 0,05.
Variabel Komisaris Independen ini juga memiliki nilai thitung sebesar -2,113 >-
2,05183 (ttabel α = 0,05, df = (32-4-1) = 27). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H1
diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel komisaris independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Peringkat obligasi. Hasil ini didukung oleh
penelitiandari Dali,dkk (2015), Ariwangsa dan Abudanti (2013), yang
menyatakan bahwa Komisaris Independen berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Namun, nilai koefisiensi dan thitung adalah negatif yang artinya komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi maka semakin tinggi
jumlah komisaris independen maka akan menurunkan peringkat obligasi.
Namun, dari hasil penelitian ini berbanding terbalik karena walaupun
perusahaan yang memiliki jumlah komisaris independen sesuai ketentuan sebesar
30% atau lebih dari jumlah dewan komisaris, komisaris independen belum
mampu meningkatkan kinerja manajemen perusahaan. Kemungkinan hal tersebut
dapat disebabkan karena pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan
mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan
untuk menegakkan Corporate Governance dan perusahaan menempatkan
komisaris independen yang tidak memiliki kompetensi pada bidang akuntansi
dan/atau keuangan sehingga mengindikasikan jumlah komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi yang artinya semakin tinggi
jumlah komisaris independen maka dapat menurunkan peringkat obligasi.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Jelita (2014), Rasyid dan
Kostaman (2013), Prasetiyo (2010) yang menyimpulkan bahwa Komisaris
Independen tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
16
Pengaruh Komite Audit terhadap Peringkat Obligasi
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi parameter individual (uji-t),
Variabel Komite Audit memiliki tingkat signifikansi 0,006 < 0,05. Variabel
keputusan investasi ini juga memiliki nilai thitung sebesar 2,996 > 2,05183 (ttabel α =
0,05, df = (32-4-1) = 27). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H3 diterima dan H0
ditolak, yang berarti variabel komite audit secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi. Nilai koefisiensi dan thitung adalah positif. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara Komite Audit dengan peringkat
obligasi. Dengan demikian, semakin tingginya jumlah komite audit maka akan
meningkatkan peringkat obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara komite audit dengan peringkat obligasi.
Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan telah
memiliki anggota komite audit sesuai dengan ketentuan dari BAPEPAM yang
sekurang-kurangnya memiliki anggota komite audit 3 orang disuatu perusahaan
yang bekerja secara independen dan membantu melaksanakan tugas dan fungsi
dewan komisaris dengan baik, maka hasil kinerja komite audit yang efektif sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya akan meningkat kinerja perusahaan
sehingga dengan kinerja perusahaan yang baik maka peringkat obligasi pun akan
naik.
Hasil ini didukung oleh penelitian dari Dali,dkk (2015), Jelita (2014),
Ariwangsa dan Abudanti (2013), yang menyatakan bahwa komite audit
berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Semakin banyak jumlah anggota komite
audit maka semakin meningkatkan peringkat obligasi perusahaan. Hasil penelitian
ini tidak mendukung hasil penelitian dari Helmi (2017) yang menyimpulkan
bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Pengaruh Kualitas Audit terhadap Peringkat Obligasi
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi parameter individual (uji-t),
Variabel Kualitas Auditmemiliki tingkat signifikansi 0,030 > 0,05. Variabel
Kualitas auditini juga memiliki nilai thitung sebesar 2,289 > 2,05183 (ttabel α = 0,05,
df = (32-4-1) = 27). Nilai koefisiensi dan thitung adalah positif . Hal ini dapat
disimpulkan bahwa H4 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel kualitas audit
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Peringkat Obligasi. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas audit dengan peringkat
obligasi. Kantor akuntan publik (KAP) yang tergolong Big Four akan melakukan
prosedur audit yang lebih terstruktur dan terperinci sehingga risiko terjadinya
kecurangan dapat diminimalkan. Sedangkan, KAP non Big Four dimungkinkan
kurang maksimal dalam melakukan proses audit sehingga kurang dapat
mendeteksi adanya kecurangan (Iswara, 2017)
Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas audit yang
berasal dari KAP Big Four lebih unggul daripada yang bukan berasal dari KAP
Big Four karena investor lebih yakin apabila perusahaan memiliki kualitas audit
yang baik sehingga dapat memberikan prospek yang menjanjikan dan
menguntungkan dengan cara meningkatkan kualitas audit maka meningkatkan
peringkat obligasi perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ariwangsa dan Abudanti (2013), Rasyid dan Kostaman
17
(2013), Prasetiyo (2010) , yang mengemukakan bahwa kualitas audit berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Kualitas audit yang berasal dari KAP Big Four
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan investment grade pada peringkat
obligasi perusahaan.
Pengaruh Corporate Governance terhadap Peringkat Obligasi
Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (uji-f) dapat diketahui bahwa
tingkat signifikansi yaitu 0,000 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa Ha diterima
dan H0 ditolak. Sementara itu dapat juga dilihat dari Fhitung dibanding dengan nilai
Ftabel. Fhitung memiliki nilai sebesar 9,467. Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α =
5%) adalah 2,96. Jadi Fhitung> Ftabel (9,467 > 2,96) dan tingkat signifikansi sebesar
0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak artinya
Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas
Audit secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Peringkat Obligasi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ariwangsa dan Abundanti (2013) yang menyimpulkan bahwa variabel Corporate
Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan instistusional, Komisaris
independen, Komite audit dan kualitas audit berpengaruh secara signifikan
terhadap peringkat obligasi perusahaan sehingga semakin baik kinerja Corporate
Governance maka akan meningkatkan peringkat obligasi perusahaan.
KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013-2016 dan bertujuan untuk melihat
apakah Corporate Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan
Institusional, Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas Audit suatu
perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi perusahaan tersebut. Adapun
populasi dalam penelitian ini berjumlah 138 perusahaan dan perusahaan yang
menjadi sampel sebanyak 8 sehingga data observasi dalam penelitian ini sebanyak
32 data. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan tahunan untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan untuk melihat
pengaruhnya terhadap Peringkat Obligasi adalah Kepemilikan Institusional,
Komisaris Independen, Komite Audit dan Kualitas Audit. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan, adapun kesimpulan hasil penelitian ini adalah :
1. Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2013-2016.
2. Komisaris Independen berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2013-2016.
3. Komite Audit berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI 2013-2016
4. Kualitas Audit berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI 2013-2016
5. Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Komite Audit dan
Kualitas Audit berpengaruh secara simultan terhadap Peringkat Obligasi
18
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2016.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
diberikan saran sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut :
1. Variabel Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Komite Audit
dan Kualitas Audit hanya menjelaskan 52,2% variasi variabel Peringkat
Obligasi. Sedangkan sisanya yaitu 47,8% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti variabel Corporate
Governance selain variabel yang telah saya gunakan, seperti ukuran dewan
komisaris, dan variabel lainnya. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk menggunakan variabel independen lainnya yang belum
terdapat dalam penelitian ini.
2. Penelitian selanjutnya, agar memperluas jumlah sampel penelitian seperti
perusahaan jasa, sektor keuangan atau perbankan, dan lainnya.
3. Penelitian selanjutnya, agar jumlah sampel dapat diambil dengan periode
pengamatan yang lebih panjang menggunakan lembaga pemeringkat
domestik selain dari PT PEFINDO seperti PT. ICRA Indonesia dan PT.
Fitch Ratings Indonesia sehingga variasi data peringkat obligasi yang
diperoleh menjadi lebih banyak.
4. Bagi perusahaan adalah menstabilkan kinerja Corporate Governance
perusahaan sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi perusahaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Alijoyo, Antonius & Subarto Zaini. 2004. Komisaris Independen : Penggerak
praktik GCG di Perusahaan. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Bank Indonesia.2011. Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank
Indonesia. (https://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan). Diakses tanggal
04 April 2018.
Brigham, Eugene F & Joel F. Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Edisi 11.Jakarta : Salemba Empat.
Dali, Chandra Ly, Sautma Ronni, & Mariana Ing Malelak (2015). Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Rasio Keuangan terhadap
Peringkat Obligasi. Jurnal Finesta, Vol. 3 No. 1, halaman 30-35
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2000. Peranan Dewan Komisaris
dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola
Perusahaan). (https://vdocuments.mx/download/fcgi). Diakses tanggal 20
April 2018.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Harmono, Naufal. 2015. Manajemen Keuangan: Bumi Aksara.
Helmi, Adib Faizal. 2017. Mekanisme Corporate Governance, size, dan likuiditas
perusahaan terhadap pemicu peringkat obligasi (Studi empiris pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014) (Skripsi).
Surakarta :Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hery. 2011. Akuntansi: Aktiva, Utang, dan Modal. Yogyakarta: Gava Media
Iswara, Ulfa Setia. 2017. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. (Jurnal). Surabaya : Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA).
Jelita, Gyna Lea. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Peringkat Obligasi Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan yang
Terdaftar di Pefindo dan BEI Periode 1 Januari 2010 - 31 Mei 2014
(Skripsi). Semarang :Universitas Diponegoro.
Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). 2015. Komite Audit.
(www.kpei.co.id/komite-audit). Diakses tanggal 10 April 2018.
20
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia. (http://www.knkg-indonesia.org/).
Diakses tanggal 20 April 2018.
Lestari, Kadek Yuni&Geranta Wirawan Yasa. 2014. Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance, Profitabilias Dan Likuiditas Terhadap Peringkat
Obligasi studi kasus padaperusahaan manufaktur yang menerbitkan
obligasi dan terdaftar di BEI periode tahun 2011-2015 (e-Jurnal
Akuntansi). Bali: Universitas Udayana.
Marfuah & Hermin Endaryati. 2016. Pengaruh Good Corporate Governance Dan
Debt Maturity Terhadap Prediksi Bond RatingStudi Kasus Pada
Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di BEI Selama Periode 2011-2013
(Jurnal Ekonomi Dan Keuangan). Yogyakarta.Universitas Islam Indonesia.
Pramana, R. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Mutu dan Time Budget
Pressure terhadap Kualit as Audit.(Skripsi). Bandung : Universitas
Widyatama.
Raharjaputra, Hendra S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Jakarta:
Salemba Empat.
Sari, Nungky Nurmalita. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Terhadap Kualitas
Audit.(Skripsi).Semarang : Universitas Diponegoro.
Soemarso. 2002. Akuntansi, Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sunyoto, Danang. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi. Edisi
1.Yogyakarta : CAPS.
Tensia, Kurnia Oktavianti, Rizal Yaya & Edi Supriyono. 2015. Variabel-Variabel
Yang Dapat Memengaruhi Peringkat Obligasi Studi Kasus Perusahaan Non
Keuangan dan Non Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (Jurnal
Vol. 6 No. 2).Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Terry, Sihotang Dikson. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Peringkat Dan Yield Obligasi Di BEIStudi Kasus Pada Perusahaan
Keuangan Yang Terdaftar Di BEI Selama Periode 2004-2008 (Jurnal).
Yogyakarta.Universitas Kristen Duta Wacana.
Utami, Ayu Gandar. 2012. Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Peringkat Obligasi Studi kasus pada perusahaan yang menerbitkan
obligasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Jurnal). Semarang.
Universitas Negeri Semarang.
21
Wahyono, R Erdianto Setyo. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia(Jurnal Ilmu &Riset
Akuntansi Vol. 1 No. 12). Surabaya. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia.
www.idx.co.id
www.pefindo.com