pengaruh corporate governance dan kualitas...
TRANSCRIPT
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT
TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
SHALAHUDDIN AL QADR
NIM: 1113082000042
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT
TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
SHALAHUDDIN AL QADR
NIM: 1113082000042
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT
TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Shalahuddin Al Qadr
NIM: 1113082000042
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Yulianti,SE.,M.Si
NIP.19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 10 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
masahasiswa:
1 Nama : Shalahuddin Al Qadr
2 NIM : 1113082000042
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas
Audit terhadap Peringkat Obligasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 April 2017
1. Wilda Farah,SE.,M.Si.,Ak.,CPA.,CA. ( )
NIP.19830326 200912 2 005 Penguji 1
2. Masrul Huda,SE.,M.Si. ( )
NIP.19630506 201411 1 001 Penguji 2
v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 25 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1 Nama : Shalahuddin Al Qadr
2 NIM : 1113082000042
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas
Audit terhadap Peringkat Obligasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juli 2017
1. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM ( )
NIP.19720516 200901 1 006 Ketua Penguji
2. Reskino, SE, M.Si, Ak, CA ( )
NIP.19740928 200801 2 004 Penguji Ahli
3. Yulianti, SE., M.Si ( )
NIP.19820318 201101 2 011 Pembimbing
vi
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Shalahuddin Al Qadr
NIM : 1113082000042
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 25 Juli 2017
Yang menyatakan
(Shalahuddin Al Qadr)
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Shalahuddin Al Qadr
2. Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 21 Februari 1995
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Anak ke- dari : 2 dari 5 bersaudara
6. Alamat : Depok Maharaja Blok I-3 no 1 RT
01 RW 014 Kel. Rangkapan Jaya,
Kec. Pancoranmas Kota Depok
7. Telepon : 085695456921
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (2001-2007) : SD Negeri Mentoro Pacitan
2. SMP (2007-2010) : SMP Negeri Pacitan
3. SMA (2010-2013) : MA Negeri Pacitan
4. S1 (2013-2017) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Anggota Divisi Catur Forum Olahraga Mahasiswa (FORSA) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Anggota Pengusaha Kampus Chapter Depok
5. Anggota UINPRENEURS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Anggota Komunitas Mahasiswa untuk Mushalla (KOMUS) FEB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Anggota Tax Center FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Anggota Fatahillah Research
9. Anggota Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI)
Klaster Mahasiswa
viii
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. Endro Sukmono
2. Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 29 Agustus 1963
3. Pekerjaan : PNS (Guru)
4. Ibu : Sapta Mustika Dewi
5. Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 1 November 1975
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Alamat : Rt 01 R 02 Krajan Desa Purworejo
Kec. Pacitan Kab. Pacitan
8. Telepon : 081335864537
ix
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE AND AUDIT
QUALITY ON RATING OBLIGATION
ABSTRACT
The purpose of this research was find an evidences regarding the
influence of corporate governance and quality audit on rating of obligation. This
research used purposive sampling method. The population of this research used
non-financial companies listed on the Indonesian Stock Exchange (IDX) of 25
companies. Through the definied criteria, selected a sample of 22 with 5 years
observation from 2012-2016. This research used ordinal logistic regression
(PLUM) to test the hypothesis. The results of this research indicated that
institutional investors and quality audit influenced on rating of obligation. While
board independent, and audit committees did not influence on sukuk rating.
Keywords: Rating of Obligation, Institutional Investors, Board Independent, Audit
Committee, Quality Audit
x
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT
TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai pengaruh
corporate governance, dan kualitas audit terhadap peringkat obligasi. Penelitian
ini menggunakan metode purposive sampling sebagai metode pemilihan sampel.
Populasi penelitian adalah perusahaan non-keuangan sebanyak 25 perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan kriteria, terpilih
sampel berjumlah 22 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun dari 2012-
2016. Penelitian ini menggunakan regresi logistik ordinal (PLUM) untuk menguji
hipotesis. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan institusional dan
kualitas audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Sedangkan dewan
komisaris independen, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
Kata Kunci: Peringkat Obligasi, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris
Independen, Komite Audit, Kualitas Audit
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan
nikmat iman dan islam serta telah mencurahkan segala rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT
TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang telah memberikan suri
tauladan yang baik kepada seluruh umat manusia agar selalu berusaha
sebaik-baiknya dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya.
2. Orang tua saya, Drs. Endro Sukmono dan Almh. Sofia Ningsih serta
Sapta Mustika Dewi yang telah memberikan semangat, motivasi dan
segala sumber daya mereka serta doa dalam mendukung saya dalam
menyelesaikan perkuliahan hingga akhir.
3. Keluarga Edi Purnomo S.S dan Sutini yang telah memberikan saya
tempat yang nyaman dan menyenangkan selama berkuliah serta selalu
memberikan dukungan baik materi maupun non-materi.
4. Keluarga besar Trah H. P. Soedjono yang mendukung saya selama ini.
5. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA.,Ak.,CPA selaku Dosen
Pembimbing Akademik penulis selama menimba ilmu di Jurusan
xii
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9. Ibu Yulianti, SE.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan waktu dan nasihatnya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi.
10. Semua pendidik yang telah memberikan ilmu-ilmu serta nasihat-nasihat
kepada penulis sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi baik dalam
pendidikan formal maupun informal.
11. Sahabat-sahabat saya dari mulai sekolah hingga di perkuliahan,
terimakasih atas cerita suka duka yang telah kita lalui selama ini
terkhusus Buyung, Amir, Dinu, Aswin, Badrus dan Ihsan.
12. Keluarga besar Akuntansi 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, LDK
Syahid Al-Anfaal, Forsa Chess Club, Kopma UIN Jakarta, KOMUS FEB,
Tax Center FEB, dan FRESH UIN Jakarta terima kasih karena telah
memberikan saya berbagai ilmu dan pengalaman dalam berorganisasi
dan berkarya.
13. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuannya selama
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan
serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 25 Juni 2017
Shalahuddin Al Qadr
xiii
DAFTAR ISI
COVER COVER DALAM .................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 18
A. Latar Belakang ........................................................................................... 18
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 25
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 28
A. Tinjauan Literatur....................................................................................... 28
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................................... 28
2. Signalling Theory ................................................................................... 31
3. Obligasi .................................................................................................. 33
4. Corporate Governance ........................................................................... 38
5. Kualitas Audit ......................................................................................... 45
6. Peringkat Obligasi .................................................................................. 45
B. Penelitian Sebelumnya ............................................................................... 48
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 53
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Peringkat Obligasi ......... 53
2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Peringkat Obligasi .. 54
xiv
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Peringkat Obligasi ............................ 55
4. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Peringkat Obligasi ........................... 56
D. Hipotesis ..................................................................................................... 58
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 59
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 59
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 59
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 60
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 60
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 61
2. Pengujian Hipotesis Penelitian ............................................................... 61
E. Operasionalisasi Variabel........................................................................... 65
1. Variabel Independen (X). ....................................................................... 65
2. Variabel Dependen (Y). ......................................................................... 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 69
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 69
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian.............................................................. 70
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 70
2. Hasil Uji Model Estimasi ....................................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 88
A. Kesimpulan ................................................................................................ 88
B. Saran ........................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 95
xv
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1. Standar Peringkat Obligasi Menurut Pefindo ..................................... 47
Tabel. 2.2. Tabel Daftar Penelitian Terdahulu ...................................................... 49
Tabel. 3.1. Tabel Operasional Variabel ................................................................ 68
Tabel. 4.1. Data Sampel Penelitian ....................................................................... 69
Tabel. 4.2. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................... 71
Tabel. 4.3. Hasil Uji Parallel Lines ...................................................................... 72
Tabel. 4.4. Hasil Uji Pseudo R2............................................................................. 73
Tabel. 4.5. Hasil Uji Goodness of Fit ................................................................... 74
Tabel. 4.6. Hasil Uji Signifikan ............................................................................ 75
Tabel. 4.7. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual ....................................... 76
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 2.1. Model Penelitian ............................................................................. 58
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1. Daftar Perusahaan .......................................................................... 95
Lampiran 1.2. Data Perusahaan ............................................................................ 95
Lampiran 1.3. Hasil Perhitungan ........................................................................ 101
Lampiran 1.4. Hasil Output SPSS ....................................................................... 105
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001), pengertian obligasi adalah
surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (dalam
hal ini investor) dengan yang diberi pinjaman (issuer). Sedangkan menurut Bursa
Efek Indonesia, Obligasi merupakan sertifikat bukti utang dan dikeluarkan oleh
suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik pemerintah maupun lembaga
lainnya dengan tujuan mendapatkan modal. Perusahaan membayar bunga atas
obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan
pada akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh tempo dengan
mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang terutang.
Dalam pasar obligasi, terdapat berbagai risiko yang dapat mempengaruhi
tingkat kepercayaan investor dalam membeli suatu obligasi. Menurut Hariyani
dan Serfianto (2010), Risiko tersebut antara lain risiko likuiditas, maturitas dan
default. Risiko likuiditas adalah risiko yang timbul akibat kemungkinan tidak
mudahnya suatu obligasi diperdagangkan pada pasar sekunder. Risiko ini melekat
dalam semua bentuk instrumen investasi. Selanjutnya, risiko maturitas adalah
risiko yang timbul berkaitan dengan masa jatuh tempo obligasi tersebut. Semakin
lama jatuh tempo obligasi maka semakin besar ketidakpastiannya sehingga risiko
ini juga semakin besar. Terakhir, risiko default adalah suatu risiko yang timbul
akibat adanya kemungkinan gagal bayar. Risiko ini akan berkurang apabila
19
adanya jaminan atas obligasi yang diterbitkan terhadap aset perusahaan untuk
memastikan bahwa perusahaan penerbit dapat melunasi hutangnya.
Risiko yang paling dominan dalam mempengaruhi peringkat suatu
obligasi adalah risiko default. Berdasarkan informasi dari portal berita Kontan
yang dirilis pada 12 Maret 2012, terdapat sejumlah kasus obligasi yang
mengalami gagal bayar (default) yaitu obligasi PT Berlian Laju Tanker Tbk
(BLTA) dan PT Davomas Abadi Tbk (DAVO). BLTA menyatakan tidak mampu
membayar kupon enam seri obligasinya. Ketidakmampuan BLTA dalam
membayarkan kupon obligasi menyebabkan diturunkannya peringkat obligasi dan
sukuknya oleh PT Pefindo dari idCCC dan idCCC(sy) menjadi idD dan idD(sy)
Selain kasus gagal bayarnya obligasi PT Berlian Laju Tanker, terdapat
pula kasus lain seperti kasus peringkat obligasi Bank Global pada tahun 2004
yang diberikan oleh PT. Kasnic Credit Rating Agency (hukumonline.com, 2004).
Peringkat obligasi dinilai oleh agen pemeringkat Kasnic dengan A- yang berarti
efek hutang jangka panjang dengan kualitas tinggi. Padahal saat itu peringkat rata-
rata perbankan adalah BBB. Hasil pemeringkatan ini ternyata tidak sama dengan
penilaian oleh Bank Indonesia sebagai pengawas seluruh bank di Indonesia. Bank
Indonesia mengeluarkan status Dalam Pengawasan Khusus (DPK) kepada Bank
Global pada 27 Oktober 2004 sebelum akhirnya dinyatakan gagal bayar (default).
Walaupun dengan adanya beberapa kasus tersebut, minat masyarakat
dalam menginvestasikan dananya dalam bentuk surat utang obligasi masih cukup
tinggi. Menurut berita Indonesia Bond Pricing Agency yang bersumber dari
20
www.indonesiafinancetoday.com, obligasi Indonesia tumbuh pesat dalam tahun
2013. Indonesia masuk dalam lima besar negara dengan pertumbuhan pasar
obligasi berdenominasi mata uang lokal paling pesat di negara berkembang di
Asia Timur. Secara kuartalan, lima besar negara dengan pertumbuhan paling pesat
secara berturut-turut adalah Vietnam, Thailand, Indonesia, Singapura dan Filipina.
Berdasarkan Asia Bond Monitor terbitan Asia Development Bank (ADB),
Senin, laju pertumbuhan pasar obligasi di Vietnam 10,5% dan Thailand 4,1%.
Indonesia memiliki pertumbuhan 3,6%, lebih cepat dari Singapura dan Filipina
yang masing-masing tumbuh 3,2% dan 2,9%. Namun, laju pertumbuhan pasar ini
secara year-on-year melemah menjadi 8,6% pada kuartal II 2012 dibanding 9,3%
di kuartal I. Pasar obligasi pemerintah tumbuh 5,5% pada kuartal II 2012 secara
year-on-year, turun dibanding 5,8% pada kuartal I. Pertumbuhan pasar obligasi
korporasi juga turun menjadi 15,2% pada kuartal II dibanding 16,7% pada kuartal
I. Sedangkan menurut Kepala Ekonomi PT Samuel Sekuritas Indonesia,
mengatakan masuknya Indonesia dalam lima besar negara yang menerbitkan
obligasi di Asia dikarenakan beberapa hal. Pertama, kebutuhan dana korporasi
maupun pemerintah besar karena pertumbuhan ekonomi tinggi, sehingga
kapasitas produksi naik tajam. Kedua, kondisi pasar Indonesia sedang baik karena
investment grade yang didapat tahun lalu. Ketiga, suku bunga kredit perbankan
sangat tinggi. Penerbitan obligasi Indonesia baik korporasi maupun pemerintah
diperkirakan masih akan tetap tinggi dan diminati pasar di tengah ketidak pastian
ekonomi global (IBPA, 2012).
21
Dengan masih meningkatnya minat masyarakat berinvestasi dalam
obligasi maka perusahaan akan memilih menjadikan obligasi sebagai salah satu
instrumen dalam memperoleh dana tambahan. Sehingga muncullah bermacam-
macam obligasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya baik dalam segi
harga pokok obligasi dan jangka waktu obligasi hingga bunga obligasi yang akan
diberikan kepada pemegang yang akan menarik pemilik dana untuk berinvestasi
dalam obligasi. Ketika akan memilih suatu investasi, pihak investor memiliki
pengetahuan yang terbatas dibandingkan dengan pihak manajemen di dalam
perusahaan yang disebut dengan asymmetric theory atau ketidak seimbangan porsi
informasi (Jensen dan Meckling, 1976). Maka untuk pengambilan keputusan
investor biasanya menggunakan sinyal yang diberikan perusahaan antara lain
pengumuman penerbitan obligasi. Penerbitan tersebut dianggap oleh para investor
dengan persepsi bahwa perusahaan akan berprospek baik dan menguntungkan di
masa yang akan datang. Selain adanya penilaian dari investor, instrumen
keuangan berupa obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan juga dinilai oleh
perusahaan independen yaitu lembaga pemeringkat. Salah satu lembaga
pemeringkat yang diakui di Indonesia berkerja sama dengan Bursa Efek Indonesia
adalah PT. Pemeringkat Efek Indonesia (PT Pefindo). Penelitian ini menggunakan
PT Pefindo sebagai acuan dalam menentukan peringkat obligasi. Melis (2015)
mengatakan bahwa PEFINDO merupakan rating agency tertua di Indonesia.
Hingga saat ini PEFINDO telah memberi peringkat kepada lebih dari 500
perusahaan dan pemerintah daerah. Selain itu, instrumen pasar modal seperti
obligasi, sukuk, medium-term notes telah diperingkat oleh PEFINDO. PEFINDO
22
juga merupakan market leader rating agency di Indonesia. Dengan menggunakan
peringkat yang diberikan oleh PEFINDO diharapkan penelitian ini dapat
mencakup sebagian besar obligasi yang telah diterbitkan di Indonesia.
Peringkat obligasi yang diberikan oleh agen pemeringkat dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade dan non-investment grade.
Obligasi kategori investment grade memiliki peringkat AAA, AA, A dan BBB.
Sedangkan untuk non-investment grade dengan peringkat BB, B, CCC dan D.
Investment grade merupakan obligasi dengan risiko kredit yang rendah sehingga
berperingkat tinggi. Non investment grade merupakan obligasi yang memiliki
risiko tinggi sehingga berperingkat rendah (Pefindo, 2015).
Sebagai contoh, pada kasus BLTA, PT Pemeringkat Efek Indonesia
(Pefindo) menurunkan peringkat Obligasi IV/2009 yang dikeluarkan oleh PT
Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) menjadi idD dari idCCC dan peringkat Sukuk
Ijarah II/2009 menjadi idD(sy) dari idCCC(sy), karena Perusahaan gagal
memenuhi pembayaran bunga dan cicilan imbalan ijarah yang jatuh tempo pada
28 Februari 2012. Pada saat yang sama, Pefindo menurunkan peringkat Obligasi
III/2007 dan Sukuk Ijarah I/2007 menjadi idD dan idD(sy) dari idCCC dan
idCCC(sy), serta menurunkan peringkat Perusahaan menjadi idD dari idSD karena
Pefindo melihat kemungkinan besar BLTA tidak akan dapat memenuhi
pembayaran pokok hutang maupun bunga pada saat jatuh tempo (Beritasatu,
2012).
23
Selain adanya pemeringkatan, kinerja suatu perusahaan juga harus dinilai
untuk melihat apakah perusahaan tersebut mampu melunasi segala kewajibannya.
Untuk menilai kinerja perusahaan dari dalam, dibutuhkan suatu instrumen
pengendalian yang lebih dikenal dengan Corporate Governance. Menurut Hastuti
(2005) GCG (Good Corporate Governance) merupakan sistem yang mampu
memberikan perlindungan dan jaminan hak kepada stakeholders, termasuk di
dalamnya adalah shareholders, lenders, employees, executives, government,
customers dan stakeholders yang lain. Sistem ini memberikan perlindungan
efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan
memperoleh return atas investasinya dengan benar. Corporate governance juga
membantu menciptakan lingkungan kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang
efisien dan sustainable di sektor korporat (Nasution dan Setiawan, 2007).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2012) mendefinisikan
corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan dan para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka. Praktik dari corporate governance (CG) juga dapat
membantu menjelaskan perbedaan peringkat utang antar perusahaan yang tidak
tertangkap di kondisi keuangan masing- masing perusahaan (Bradley et al, 2008).
Studi Bhojraj dan Sengupta (2003) menemukan adanya hubungan antara
mekanisme CG dengan peringkat surat utang. Menurutnya mekanisme CG dapat
mengurangi risiko gagal bayar (default risk) dengan cara mengurangi biaya agensi
24
(agency cost) yaitu dengan memonitor kinerja manajemen dan mengurangi
asimetri informasi antara perusahaan dengan kreditur.
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai peringkat obligasi sebagai
variabel dependen dan peran CG juga telah banyak dilakukan diantaranya
penelitian yang dilakukan Bhojraj dan Sengupta (2003), Setyaningrum (2005),
Rinaningsih (2008), Setyapurnama dan Norpratiwi (2007), Irfandi dan Wasilah
(2013), dan Elhaj et al (2015). Penelitian ini menggunakan empat variabel
independen, yaitu kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan
komite audit sebagai bagian dari sistem GCG serta kualitas audit.
Variabel kepemilikan institusional telah diteliti oleh Bhojraj dan
Sengupta (2003) dan menunjukkan hubungan yang positif terhadap peringkat
obligasi. Hal serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Andry (2005), dan
Setyaningrum (2005). Sedangkan penelitian Setyapurnama dan Norpratiwi
(2007); Rinaningsih (2008) menunjukkan hasil yang sebaliknya.
Variabel dewan komisaris independen telah diteliti oleh Elhaj et al
(2015) menemukan bahwa peringkat sukuk (surat utang berdasarkan konsep
islam) memiliki hubungan positif dengan dewan komisaris independen. Hasil
serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Setyapurnama dan Norpratiwi (2007)
yang meneliti peringkat obligasi. Namun hasil yang berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setyaningrum (2005), Irfandi dan Wasilah (2013) persentase
komisaris independen tidak terbukti memiliki pengaruh pada peringkat sukuk
perusahaan.
25
Variabel komite audit dan kualitas audit juga telah diteliti oleh Andry
(2005), Setyaningrum (2005) dan Rinaningsih (2008) menunjukkan hubungan
yang positif signifikan. Sedangkan menurut penelitian Setyapurnama dan
Norpratiwi (2007), komite audit berpengaruh negatif terhadap peringkat dan
kualitas audit berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi.
Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil dari penelitian
sebelumnya yang masih menunjukkan hasil yang berbeda sehingga menarik untuk
dilakukan penelitian yang serupa, penelitian ini merupakan gabungan dari
penelitian yang dilakukan Setyaningrum (2005), Rinaningsih (2008),
Setyapurnama dan Norpratiwi (2007) dengan perbedaan yaitu penelitian ini
menggunakan pengukuran kualitas audit dengan total akrual dan sampel obligasi
perusahaan non-keuangan tahun 2012 sampai 2016 yang diperingkat oleh PT
Pefindo dan yang beredar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan untuk
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, dengan mengambil
judul “Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit terhadap Peringkat
Obligasi“.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar kepemilikan institusional berpengaruh terhadap peringkat
obligasi?
26
2. Seberapa besar dewan komisaris independen berpengaruh terhadap
peringkat obligasi?
3. Seberapa besar komite audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi?
4. Seberapa besar kualitas audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris sebagai berikut:
a. Menguji dan menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap
peringkat obligasi.
b. Menguji dan menganalisis pengaruh dewan komisaris independen
terhadap peringkat obligasi.
c. Menguji dan menganalisis pengaruh komite audit terhadap peringkat
obligasi.
d. Menguji dan menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap peringkat
obligasi.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian
selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
27
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang pengaruh kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas
audit terhadap peringkat obligasi.
b. Kontribusi Praktis
1) Perusahaan, dapat menjadi pertimbangan perusahaan dalam menentukan
pemilihan investasi.
2) Pemerintah, dapat digunakan sebagai penetapan kebijakan pemeritah
terhadap obligasi.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory menjelaskan bahwa individu yang menjalankan suatu
entitas memiliki motivasi yang disebabkan oleh kepentingan dirinya sendiri
sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal (pemilik) dan agen
(pengelola). Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling
(1976) yang menjelaskan bahwa adanya pemisahan kepemilikan dengan
pengendalian suatu entitas/perusahaan. Pemisahan tersebut memiliki hubungan
kontrak antara satu pihak dengan pihak lainnya, dimana pemilik melakukan
kontrak terikat dengan pengelola (agent) untuk melakukan operasionalisasi
entitas untuk kepentingan pemilik dengan adanya pendelegasian otoritas tertentu
agar pengelola dapat membuat keputusan.
Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara pengelola dengan
pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Jika kedua pihak (pengelola dan pemilik)
tersebut melakukan upaya untuk memaksimalkan kebutuhannya, maka muncul
alasan yang kuat bahwa pengelola bertindak bertentangan dengan kepentingan
pemilik, sehingga memicu adanya biaya keagenan (agency cost). Biaya
keagenan tersebut menurut Jensen dan Meckling (1976) meliputi :
a. Monitoring Cost oleh pemilik : Biaya ini dikeluarkan oleh pemilik untuk
melakukan pengawasan terhadap perilaku pengelola antara lain usaha
29
untuk mengendalikan pengelola dengan cara pembatasan anggaran dan
kebijakan kompensasi.
b. Bonding Cost oleh pengelola : Biaya ini dikeluarkan oleh pengelola
untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme kebijakan yang menjamin
bahwa pengelola akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan
kepentingan pemilik.
c. Residual loss : biaya yang terjadi akibat dari perbedaan keputusan antara
pemilik dan pengelola yang menyebabkan penurunan tingkat
kesejahteraan pemilik maupun pengelola.
Sebagai pengelola, pihak manajemen perusahaan akan melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraannya dalam mengelola
perusahaan dengan cara meningkatkan produktivitas maupun menambah modal
perusahaan guna mengembangkan perusahaan. Sebaliknya, pemilik dalam hal
ini investor modal maupun pinjaman/kreditor juga akan berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraannya dengan memilih menginvestasikan dananya
terhadap perusahaan-perusahaan yang mampu memberikan keuntungan yang
besar atas pengembalian dana tersebut baik secara langsung berupa bagi hasil,
dividend dan bunga pinjaman maupun tidak langsung berupa kenaikan harga
dalam saham, obligasi maupun sukuk.
Perbedaan kepentingan antara pemberi modal dan manajemen
perusahaan merupakan sebuah hubungan yang dapat menimbulkan
permasalahan keagenan (agency problem) dan informasi yang tidak seimbang
30
(asymmetric information). Agency problem timbul akibat konflik antara
manajemen dan pemilik/pemberi modal terkait dengan peningkatan
kesejahteraan masing-masing pihak dan pembagian risiko yang terjadi dalam
kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan asymmetric information terjadi
disebabkan oleh pembagian informasi yang tidak sama antara pihak manajemen
dan pihak pemilik/pemberi modal. Hal ini sering muncul dalam praktik
pelaporan keuangan sebagai sebuah informasi penting perusahaan yang dibuat-
buat sehingga menimbulkan ketidak transparanan dalam menunjukkan kinerja
manajemen kepada pemilik/pemberi modal.
Dalam teori keagenan, adanya perbedaan tersebut dilandasi oleh tiga
asumsi yang dikemukakan oleh Eisenhardt tahun 1989 yaitu,
a. Asumsi sifat manusia (human assumptions) meliputi self-interest yang
mengutamakan kepentingan diri sendiri, bounded-rationality yang
memiliki keterbatasan rasionalitas, dan risk aversion yang lebih memilih
menjauhi risiko.
b. Asumsi keorganisasian (organizational assumptions) meliputi konflik
antar anggota organisasi, efisiensi produktivitas dan asimetri informasi
antara pengelola dan pemilik.
c. Asumsi informasi (information assumptions) yang mengasumsikan
bahwa informasi adalah komoditas yang dapat diperdagangkan.
Untuk mengurangi asumsi-asumsi tersebut maka perlu adanya pemisahan
fungsi antara eksekutif dan pengawasan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Alijoyo
31
dan Zaini (2004) yang beranggapan bahwa pemisahan fungsi eksekutif dan
fungsi pengawasan pada teori keagenan dapat menciptakan “check and
balances”, sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para manajer sebagai
pengelola dan pemilik/pemberi modal sebagai pemegang kepentingan.
Pemisahan fungsi eksekutif tersebut merupakan suatu mekanisme
pengelolaan yang disebut sebagai corporate governance dan fungsi pengawasan
dilakukan dengan mekanisme audit. Selain itu, pemilik juga dapat menunjuk
pihak ketiga dalam menilai kinerja perusahaan sebagai bentuk monitoring cost
supaya hasil penilaian terhadap kinerja manajemen dapat lebih independen dan
professional.
2. Signalling Theory
Teori signal merupakan pengembangan dari teori keagenan dimana teori
ini berkaitan dengan hubungan antara manajemen dan penerima informasi yang
menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan
dan berbagai pihak yang berkepentingan, berkaitan dengan informasi yang
dikeluarkan tersebut.
Dasar teori signal adalah ketidak seimbangan perolehan informasi yang
menjadi alasan bagi pihak manajemen untuk mengungkapkan informasi melalui
laporan keuangan. Ketidak seimbangan informasi dapat terjadi diantara dua
kondisi eksterm yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak
mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga
dapat berpengaruh terhadap manajemen (Sartono, 2002).
32
Asimetri informasi muncul karena adanya salah satu pihak yang
mempunyai informasi lebih baik, dalam hal ini adalah pihak manajer yang
mengetahui informasi mengenai internal perusahaan yang lebih baik
dibandingkan dengan para pemilik/pemberi modal. Kondisi ini memberikan
kesulitan bagi para pemilik/pemberi modal dan kreditur untuk membedakan
antara perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.
Teori ini menyatakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal pada pengguna laporan keuangan (stakeholder). Menurut
Restuti (2006) menunjukkan bahwa kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh
pengungkapan kualitas informasi perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas
informasi tersebut digunakan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul
saat manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di
masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan.
Sedangkan Jama’an (2008) mengemukakan bahwa signalling theory
menunjukkan bahwa sinyal berupa informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik dengan
adanya promosi atau informasi lain memberikan pernyataan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa
pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.
33
Selanjutnya menurut Raharja dan Sari (2008), sinyal informasi tersebut
salah satunya dapat berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan
diharapkan dapat menjadi memberikan kondisi keuangan perusahaan dan
menggambarkan kemungkinan yang terjadi dengan utang yang dimiliki.
Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang
dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan
tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang
yang dimiliki. Kualitas informasi tersebut pada obligasi diharapkan menjadi
sinyal yang menyatakan kondisi keuangan dan sinyal mengenai kinerja
manajemen perusahaan terkait oleh karena manajer turut memberikan informasi
yang berkualitas dalam peringkat obligasi sehingga dapat mengurangi risiko
gagal bayar (default risk) akibat asimetri informasi.
3. Obligasi
Dalam kamus hukum Sudarsono (2004), obligasi mempunyai dua
pengertian, yaitu: pertama, surat pinjaman dengan bunga tertentu dari
pemerintah yang dapat diperdagangkan atau diperjual belikan; kedua, surat
utang berjangka (waktu) lebih dari satu tahun dan memiliki suku bunga tertentu,
dimana surat tersebut dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari
masyarakat guna menutup pembiayaan perusahaan.
Sedangkan menurut Bursa Efek Indonesia, obligasi adalah surat utang
jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan berisi perjanjian
34
mengikat dari pihak penerbit berupa bunga selama periode tertentu dan melunasi
utang pokok hingga akhir periode tersebut kepada pihak pembeli obligasi.
Obligasi merupakan instrumen keuangan yang diperdagangkan dalam
bursa efek yang menunjukkan surat tanda hutang dari emiten yang
menerbitkannya. Obligasi juga dapat diartikan sebagai surat berharga tentang
pernyataan berhutang sejumlah uang tertentu dalam jangka waktu tertentu dari
pihak yang menerbitkan obligasi kepada pihak yang membeli obligasi. hutang
tersebut mengharuskan penerbit obligasi akan membayar cicilan pokok secara
periodik hingga akhir masa jatuh tempo obligasi disertai bunga obligasi bersifat
tetap dan besarnya telah ditentukan di awal.
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001) obligasi adalah surat berharga
atau sertifikat yang yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor)
dengan yangdiberi pinjaman (issuer). Sehingga surat obligasi dapat diartikan
sebagai selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut
memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.
Sedangkan menurut Sunariyah (2004), obligasi (bond) adalah sekuritas
berpendapatan tetap (fixed income securities) yang diterbitkan sehubungan
dengan perjanjian hutang. Sebagai sekuritas pendapatan tetap, obligasi
memberikan penghasilan secara rutin.
Sehingga obligasi memiliki karakteristik sebagaimana karakteristik
sekuritas pendapatan tetap (fixed income securities) lainnya, yaitu:
35
a. Surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum.
b. Memiliki jangka waktu tertentu atau masa jatuh tempo.
c. Memberikan pendapatan tetap secara periodik.
d. Ada nilai nominal. Nilai nominal obligasi disebut juga nilai pari, par
value, stated value, dan face value.
Penerbitan obligasi sebagai sekuritas pendapatan tetap, mengharuskan
penerbit melakukan pembayaran sebesar persentase tertentu secara periodik
berupa bunga pinjaman atas nilai nominalnya. Pembayaran ini biasanya disebut
pembayaran kupon. Pembayaran kupon dapat dilakukan setiap tahun (annual)
atau setiap semester (semi-annual), bisa juga setiap triwulan hingga bulanan
tergantung perjanjian.
Lebih lanjut lagi, menurut Sari (2007) obligasi sebagai surat utang jangka
panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak yang
menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi. Jangka waktu jatuh tempo (term to maturity) dari suatu obligasi adalah
jumlah tahun perjanjian untuk penerbit dalam memenuhi kewajiban-
kewajibannya. Jatuh tempo (maturity) dari obligasi didasarkan pada tanggal
berakhirnya keberadaan utang tersebut dan hari di mana penerbit akan menebus
obligasi dengan membayar jumlah yang terutang.
36
Selain itu, penentuan tingkat kupon (coupon rate) obligasi selalu
didasarkan pada tingkat suku bunga komersial yang sedang berlaku. Setelah
obligasi memasuki masa jatuh tempo (maturity date), pembeli obligasi akan
menerima pokok pinjaman dan satu kali pembayaran kupon. Pelunasan obligasi
oleh penerbit saat jatuh tempo akan ekuivalen dengan harganya (total
pembayaran yang dikeluarkan oleh investor). Nilai nominal, tingkat kupon
(coupon rate), waktu jatuh tempo (maturity date) serta ada tidaknya jaminan atas
obligasi merupakan komponen utama penerbitan obligasi yang harus ditetapkan
pada perjanjian antara penerbit dengan investor.
Perkembangan pasar obligasi di Indonesia menunjukkan bahwa obligasi
diterbitkan oleh berbagai entitas baik swasta maupun pemerintah/BUMN yang
melihat bahwa instrument obligasi masih memiliki daya tarik tersendiri terhadap
pasar keuangan. Menurut PT BEI tahun 2005 terdapat empat penilaian yang
menjadi daya tarik obligasi :
a. Emiten membayar bunga dalam jumlah tertentu yang dibayar secara
regular.
b. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut dengan tepat waktu.
c. Obligasi mempunyai jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi
habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai nominal.
d. Tingkat bunga kompetitif, dapat dibandingkan dengan keuntungan yang
didapat investor dari tempat lain.
37
Dalam pasar obligasi, terdapat berbagai jenis obligasi yang beredar dan
didefinisikan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai berikut :
a. Dilihat dari sisi penerbitnya :
1) Corporate Bonds: penerbit adalah perusahaan berbentuk badan usaha
baik milik negara maupun milik swasta.
2) Government Bonds: penerbit adalah pemerintah pusat dalam hal ini
Kementrian Keuangan.
3) Municipal Bonds: penerbit adalah pemerintah daerah. Biasanya
digunakan untuk pendanaan proyek daerah terkait kepentingan publik.
b. Dilihat dari hak opsi
1) Convertible Bonds: dapat dikonversikan dengan saham penerbitnya.
2) Exchangeable Bonds: dapat dilakukan penukaran saham penerbit dengan
saham perusahaan afiliasi milik penerbit.
3) Callable Bonds: dapat membeli kembali obligasi pada harga tertentu
selama masa sebelum jatuh tempo.
4) Putable Bonds: mengharuskan penerbit untuk membeli kembali pada
harga tertentu selama masa sebelum jatuh tempo.
c. Dilihat dari sistem pembayaran
1) Zero Coupon Bonds: pembayaran bunga sekaligus saat jatuh tempo.
2) Coupon Bonds: pembayaran bunga dilakukan secara berkala.
3) Fixed Coupon Bonds: tingkat bunga ditetapkan sebelum masa penawaran
dan dibayar secara berkala.
38
4) Floating Coupon Bonds: tingkat bunga berdasarkan aturan tertentu
seperti menggunakan rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito
dari bank (average time deposit).
d. Dilihat dari segi nominal
1) Konvensional Bonds: diperjual belikan dalam satu nominal misalnya Rp
1 M per satu lot.
2) Retail Bonds: diperjual belikan dalam satuan nominal yang lebih kecil
misalnya Rp 1 M tetapi dibagi menjadi beberapa satuan dalam jutaan
rupiah.
e. Dilihat dari segi jaminan
1) Secured Bonds : dijamin dengan kekayaan tertentu oleh penerbit meliputi
guaranteed bonds (dijamin pihak ketiga), mortgage bonds (dijamin
agunan aset), dan collateral trust bonds (dijamin oleh saham anak
perusahaan).
2) Unsecured Bonds : tidak ada jaminan dengan kekayaan tertentu.
4. Corporate Governance
Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya
sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2002). Sedangkan
Corporate Governance diartikan sebagai sistem yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan perusahaan (OECD, 2004).
39
Corporate governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban
mereka yang berperan terhadap kehidupan perusahaan termasuk para pemegang
saham, dewan pengurus, para manajer dan semua anggota, stakeholder non-
pemegang saham.
Pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia yang diterbitkan
oleh KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) pada tahun 2006,
memaparkan azas-azas GCG sebagai berikut:
a. Transparansi
Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Perusahaan harus mengungkapkan masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan dan hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
b. Akuntabilitas
Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibilitas
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
40
d. Independensi
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh
pihak lain.
e. Kewajaran dan Kesetaraan
Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.
Dalam penelitian ini, pengukuran tata kelola perusahaan (Corporate
Governance) yang digunakan adalah kepemilikan institusional, dewan
komisaris independen, dan komite audit.
a. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh
institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang
saham publik yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
investor institusi internal Setyapurnama dan Norpratiwi (2007). Kepemilikan
saham institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor
perusahaan.
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 50%)
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar
kepemilikan saham institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva
perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak
sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen. Lebih
41
jauh lagi, pemantauan oleh pihak investor institusi dapat menurunkan
kepentingan pribadi manajer dan membawa keuntungan bagi pemegang
obligasi (Ashbaugh et al, 2004).
Bhojraj dan Sengupta (2003) mengatakan bahwa perusahaan dengan
kepemilikan institusional yang besar dapat meningkatkan peringkat obligasi
dan menurunkan risiko gagal bayar (default risk). Hal ini disebabkan karena
investor institusi mempunyai daya pengendali yang lebih baik dibandingkan
investor individu dan aktivitas pengawasannya dapat mengurangi agency risk.
b. Dewan Komisaris Independen
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan
komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
kepada direksi.
Menurut Alijoyo dan Zaini (2004:54), Komisaris independen adalah
anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan (tidak memiliki hubungan
afiliasi dengan perusahaan) yang dipilih secara transparan dan independen,
memiliki integritas dan kompetensi yang memadai, bebas dari pengaruh yang
berhubungan dengan kepentingan pribadi atau pihak lain, serta dapat bertindak
secara objektif dan independen dengan berpedoman pada prinsip-prinsip good
corporate governance (transparency, accountability, responsibility,
independence dan fairness).
42
Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan
iklim yang lebih objektif dan independen, dan juga menjaga “fairness” serta
mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham
mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas,
bahkan kepentingan para stakeholders lainnya (Alijoyo dan Zaini, 2004:50).
Sedangkan menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik, komisaris independen adalah anggota dewan komisaris
yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
Lebih lanjut terdapat persyaratan wajib sebagai komisaris indepeden
yaitu bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau
mengawasi kegiatan emiten atau perusahaan publik tersebut dalam waktu 6
(enam) bulan terakhir, tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak
langsung pada perusahaan, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan
perusahaan, anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang saham
utama perusahaan tersebut, serta tidak mempunyai hubungan usaha baik
langsung maupun tidak langsung.
Setiap perusahaan tercatat wajib memiliki dewan komisaris paling
kurang terdiri dari 2 (dua) orang anggota dewan komisaris dengan salah satu
diantaranya adalah komisaris independen. Dalam hal dewan komisaris terdiri
lebih dari 2 (dua) orang anggota dewan komisaris, jumlah komisaris
43
independen wajib paling kurang 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh
anggota dewan komisaris.
Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar mekanisme
pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar
belakang akuntansi atau keuangan (KNKG, 2006).
c. Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015
tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit
menyatakan bahwa Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan
bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan
tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Pembentukan komite audit dalam suatu
entitas atau perusahaan publik wajib untuk dilakukan. Anggota Komite Audit
diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris dan Komite Audit paling
sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari Komisaris
Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik dan diketuai
oleh Komisaris Independen.
Komite Audit bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya meliputi:
1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik dan/atau pihak otoritas
antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait
dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
44
2) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan
Publik.
3) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat
antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya.
4) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
penunjukan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup
penugasan, dan imbalan jasa.
5) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas
temuan auditor internal.
6) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko
yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak
memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris.
7) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan
pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
8) Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait
dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan
Publik.
9) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau
Perusahaan Publik.
45
5. Kualitas Audit
DeAngelo dan Rice (1983) mendefinisikan kualitas audit sebagai
probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya
suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Penelitian yang dilakukan
oleh Widagdo et al. (2002) melakukan penelitian tentang atribut-atribut kualitas
audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan
klien. Terdapat 12 atribut yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1)
pengalaman melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas
kebutuhan klien, (4) taat pada standar umum, (5) independensi, (6) sikap hati-
hati, (7) komitmen terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan KAP, (9)
melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11)
standar etika yang tinggi, dan (12) tidak mudah percaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 atribut kualitas audit yang
berpengaruh terhadap kepuasan klien, antara lain pengalaman melakukan audit,
memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar
umum, komitmen terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit.
Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, melakukan
pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah
percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan klien.
6. Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi merupakan opini dari lembaga pemeringkat serta
sumber informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yang diperdagangkan
(Berdasarkan Keputusan BAPEPAM dan Lembaga keuangan Kep-
46
151/BL/2009). Informasi peringkat tersebut diharapkan dapat membantu
investor dalam mengambil keputusan investasi. Sedangkan bagi emiten,
peringkat bermanfaat untuk mengetahui struktur obligasi dan mengetahui posisi
kinerjanya dibanding perusahaan lain (Raharjo, 2003).
Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan
Nomor: 135/BL/2006 Tentang “Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang”
menyatakan bahwa emiten yang akan menerbitkan obligasi wajib memperoleh
hasil pemeringkatan obligasi. Hasil pemeringkatan tersebut diterbitkan oleh
lembaga pemeringkat yang telah mendapat izin usaha sebagai lembaga
pemeringkat dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Lembaga pemeringkat memberikan peringkat obligasi setiap satu tahun sekali
selama obligasi tersebut belum lunas.
Pemeringkatan antara perusahaan satu dan lainnya tidak dilakukan
serentak seluruh perusahaan melainkan secara terpisah sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati masing-masing perusahaan dengan lembaga rating. Lama
pengumpulan data dan analisis memakan waktu lebih dari 1 bulan (Raharjo,
2003).
PEFINDO selaku lembaga pemeringkat juga melakukan monitoring atas
hasil peringkat yang telah dipublikasikan. Hal ini untuk menjaga agar informasi
atas peringkat yang diberikan relevan dan akurat. Apabila selama pemantauan
berkala ternyata kinerja perusahaan memburuk maka agen pemeringkat dapat
menurunkan rating tersebut. Begitu juga sebaliknya apabila kinerja perusahaan
47
membaik maka lembaga pemeringkat dapat menaikkan rating perusahaan
(Altman dan Kao, 1991).
Tabel. 2.1. Standar Peringkat Obligasi Menurut Pefindo
Peringkat Keterangan
IdAAA Efek Utang dengan peringkat IdAAA merupakan Efek
Utang yang didukung oleh kemampuan Obligor yang
superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai
dengan yang diperjanjikan.
IdAA Efek Utang dengan peringkat IdAA memiliki kualitas
kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh
kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan
yang diperjanjikan, relatif dibandingkan ekuitas Indonesia
lainnya.
IdA Efek Utang dengan Peringkat IdA memiliki dukungan
kemampuan Obligor yang kuat dibandingkan entitas
Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial
jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan,
namun cukup peka terhadap perubahan keadaan yang
merugikan
IdBBB Efek Utang dengan peringkat IdBBB didukung oleh
kemampuan obligor yang memadai relatif dibandingkan
entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan, namun kemampuan tersebut dapat
diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan
perekonomian yang merugikan.
IdBB Efek Utang dengan peringkat IdBB menunjukkan
dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah relatif
dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan
yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan
perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.
IdB Efek utang dengan peringkat IdB menunjukkan parameter
perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor
masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan
keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan
memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi
kewajiban finansialnya.
IdCCC Utang dengan peringkat ini rentan terhadap non- payment
dan tergantung pada bisnis yang menguntungkan dan
48
Peringkat Keterangan
kondisi keuangan bagi obligor untuk memenuhi hutang
jangka panjangnya.
IdD Keamanan hutang pada peringkat ini dalam gagal bayar,
atau gagal memenuhi kewajiban, terjadi secara otomatis
pada kewajiban non-payment yang pertama kali.
Pengecualian dibenarkan bila pembayaran bunga lewat
dari tanggal jatuh tempo yang dilakukan dalam masa
tenggang.
Sumber : PT Pefindo, 2015
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel
2.2 berikut:
49
Tabel. 2.2. Tabel Daftar Penelitian Terdahulu
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Sanjeev Bhojraj
dan Partha
Sengupta (2003)
Effect of Corporate
Governance on Bond
Ratings and Yields:
The Role of
Institutional
Investors and
Outside Directors
-Variabel:
peringkat,
kepemilikan
institusional.
-Sampel yang
digunakan
adalah obligasi
yang diterbitkan
oleh
perusahaan.
-Menambah
variabel
independen
yang digunakan
adalah
komite audit, dewan
komisaris
independen, dan
kualitas audit.
-Kepemilikan institusional dan
outside director berhubungan
positif terhadap rating bond dan
negatif terhadap yield bond.
-Blockholder berpengaruh negatif
terhadap rating bond tetapi positif
terhadap yield bond.
-Perusahaan dengan kepemilikian
institusional dan outside director
yang besar memiliki rating bond
yang tinggi dan yield yang rendah.
2. Wydia Andry
(2005)
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Prediksi Peringkat
Obligasi
-Variabel:
peringkat,
kepemilikan
institusional
-Sampel yang
digunakan
adalah obligasi
yang diterbitkan
oleh
perusahaan.
-Mengubah proxy
kualitas audit
menggunakan
pengukuran terhadap
total akrual.
-Menambah
variabel
independen
yang digunakan
adalah
komite audit, dan
dewan komisaris
independen
- Peringkat surat utang memiliki
hubungan yang signifikan negatif
dengan kepemilikan manajerial.
- Peringkat surat utang memiliki
hubungan yang signifikan positif
dengan persentase kepemilikan
institusional.
- Peringkat surat utang memiliki
hubungan yang signifikan positif
dengan auditor big-4 dan komite
audit.
50
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Dyah Setyaningrum
(2005)
Pengaruh Mekanisme
Corporate
Governance terhadap
Peringkat Surat
Utang Perusahaan di
Indonesia.
-Variabel
:peringkat,
kepemilikan
institusional, komite
audit dan dewan
komisaris
independen.
-Sampel yang
digunakan
adalah obligasi
yang diterbitkan
oleh perusahaan.
-Mengubah proxy
kualitas audit
menggunakan
pengukuran terhadap
total akrual.
- Jumlah blockholder berhubungan
negatif dengan peringkat surat
utang perusahaan.
- Kepemilikan institusional, kantor
akuntan publik (KAP) dan komite
audit berhubungan positif dengan
peringkat surat utang.
- Data dalam penelitian ini tidak
mendukung hubungan yang
signifikan antara persentase
kepemilikan manajerial, jumlah
dewan komisaris dan persentase
komisaris independen dengan
peringkat surat utang perusahaan.
4. Setyapurnama dan
Norpratiwi (2007)
Pengaruh Corporate
Governance terhadap
Peringkat Obligasi
dan Yield Obligasi
-Variabel:
peringkat,
kepemilikan
institusional, dewan
komisaris
independen, dan
komite audit
-Sampel yang
digunakan adalah
obligasi yang
diterbitkan oleh
perusahaan.
-Mengubah proxy
kualitas audit
menggunakan
pengukuran terhadap
total akrual.
- Komisaris independen
berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi dan negatif
terhadap yield obligasi.
- Komite audit secara statistik
signifikan berpengaruh negatif
terhadap yield obligasi.
- Kualitas audit, dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap
peringkat dan YTM obligasi,
sedangkan kepemilikan manajerial
dan DER tidak berpengaruh
51
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
terhadap peringkat dan YTM
obligasi.
5. Rinaningsih (2008) Pengaruh Praktek
Corporate
Governance terhadap
Resiko Kredit, Yield
Surat Hutang
(Obligasi)
-Variabel:
peringkat,
kepemilikan
institusional, dan
komite audit.
-Sampel yang
digunakan
adalah obligasi
yang diterbitkan
oleh perusahaan.
-Mengubah proxy
kualitas audit
menggunakan
pengukuran terhadap
total akrual.
-Menambah
variabel
independen
yang digunakan
adalah
dewan komisaris
independen.
- Kualitas auditor dan komite audit
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap peringkat obligasi.
- Kepemilikan manajerial, leverage,
dan size berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap peringkat
obligasi.
- Kepemilikan institusional dan
ROA berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap peringkat
obligasi.
6. Irfandi dan Wasilah
(2013)
Pengaruh Mekanisme
Corporate
Governance terhadap
Peringkat Sukuk
Perusahaan di
Indonesia
-Variabel:
peringkat,
kepemilikan
institusional, dewan
komisaris
independen, dan
komite audit.
-Mengubah proxy
kualitas audit
menggunakan
pengukuran terhadap
total akrual.
-Mengubah sampel
yang
digunakan
yaitu, obligasi
yang diterbitkan
oleh
- Komite audit berpengaruh
signifikan terhadap peringkat
sukuk.
- Blockholders, kepemilikan
institusional, kepemilikan insider,
ukuran KAP, ukuran dewan
komisaris dan persentase komisaris
independen tidak berpengaruh
terhadap peringkat sukuk.
52
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
perusahaan.
7. Elhaj et al (2015) The Influence of
Corporate
Governance,
Financial Ratio, and
Sukuk Structure on
Sukuk Rating
-Variabel:
peringkat, dewan
komisaris
independen.
-Mengubah sampel
yang
digunakan
yaitu, obligasi
yang diterbitkan
oleh
perusahaan.
-Menambahkan
variabel independen
yaitu kepemilikan
institusional, komite
audit dan kualitas
audit
- Chairman duality, board size,
board independent berpengaruh
positif terhadap rating sukuk.
- Financial leverage berpengaruh
negatif terhadap rating sukuk
- Profitability dan issue size
berpengaruh positif terhadap
rating sukuk.
Sumber: Dirangkum dari Berbagai Sumber
53
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Peringkat Obligasi
Kepemilikan terkonsentrasi melalui kepemilikan saham besar, pengambil
alihan dan keuangan bank yang merupakan metode kontrol umum yang
membantu investor untuk mendapatkan modal awal mereka ditambah margin
keuntungan (Shleifer dan Vishny, 1986). Banyak peneliti menemukan bahwa
investor institusional merupakan bagian penting yang terlibat dalam
mempengaruhi kinerja obligasi antara lain Bianchi dan Enriques (2001)
menggunakan analisis empiris yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham
institusional dan strategi investasi yang kompatibel dimana investor institusional
dapat memainkan peran penting dalam tata kelola perusahaan perusahaan yang
terdaftar Italia.
Selain itu, Bhojraj dan Sengupta (2003) menemukan bahwa kepemilikan
institusional yang lebih besar menghasilkan imbal hasil obligasi yang lebih
rendahdan peringkat lebih tinggi. Sebagian besar emiten atau perusahaan
memastikan bahwa obligasi mereka harus dinilai lebih tinggi karena
memilikikemungkinan kecil mengalami default. Mereka menunjukkan bahwa
risiko default dapat dikurangi dengan mengurangi biaya agensi dan monitoring
kinerja manajerial serta mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan
pemberi pinjaman.
Berikutnya, Qiu dan Yu (2009) menyelidiki pengaruh pasar terhadap
kontrol perusahaan pada biaya utang. Mereka menemukan bahwa biaya utang
(dihitung dengan persebaran kredit antara obligasi korporasi dan obligasi yang
54
dibeli kembali) naik untuk perusahaan yang dinilai sebagai spekulatif dan tidak
berpengaruh bagi perusahaan dinilai sebagai investasi.
Dengan meninjau studi terbaru, Claessens & Yurtoglu (2013)
menyatakan bahwa investor institusional mengalami peningkatan di seluruh
dunia dan peran aktif mereka dalam tata kelola perusahaan menjadi lebih penting
dengan adanya aksesibilitas pembiayaan, biaya modal yang lebih rendah, kinerja
yang lebih baik dan lebih menguntungkan semua pemangku kepentingan.
2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Peringkat Obligasi
Dalam pengambilan keputusan, komisaris independen menjadi
penyeimbang di dalam susunan keanggotaan dewan komisaris serta
menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen dalam pengelolaan melalui fungsi
pengawasannya sehingga diharapkan keberadaan komisaris yang independen
membuat kinerja perusahaan menjadi meningkat. Kinerja perusahaan yang tinggi
akan membuat perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka
panjangnya atau dalam hal ini risiko gagal bayar perusahaan rendah. Semakin
rendah risiko gagal bayar akan berdampak pada meningkatnya peringkat (Terry,
2011).
FCGI menetapkan bahwa jumlah minimal komisaris independen adalah
30% dari seluruh anggota komisaris independen. Herawaty (2008) menyatakan
bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam
perselisihan yang terjadi di antara para manajer internal dan mengawasi
kebijakan menajemen serta memberikan nasihat kepada menajemen. Komisaris
independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi pengawasan
55
agar tercipta perusahaan dengan tata kelola yang baik atau good corporate
governance.
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh dewan komisaris independen
terhadap rating sukuk diantaranya penelitian Irfandi dan Wasilah (2013)
persentase komisaris independen tidak terbukti memiliki pengaruh pada
peringkat rating sukuk perusahaan di Indonesia sejalan dengan penelitian Utami
(2012) yang mengungkapkan bahwa tidak terdapat pengaruh komisaris
independen terhadap peringkat obligasi sedangkan Elhaj et al (2015)
menemukan bahwa rating sukuk memiliki hubungan positif dengan dewan
komisaris independen dan Endri (2011) berkesimpulan bahwa komisaris
independen sebagai indikator praktik corporate governance berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan terhadap peringkat sukuk korporasi.
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Peringkat Obligasi
Komite Audit merupakan komite bentukan komisaris yang diwajibkan
dibentuk dalam pedoman corporate governance (Setyapurnama dan Norpratiwi,
2007). Komite audit salah satu tugasnya mengawasi proses pelaporan keuangan
perusahaan dan mengadakan pertemuan secara rutin dengan audit eksternal dan
internal untuk memberikan pendapatnya secara profesional mengenai laporan
keuangan perusahaan, proses audit dan pengawasan internal (Rinaningsih,
2008). Karena itu keberadaannya akan mendorong perusahaan untuk
menerbitkan laporan keuangan yang lebih akurat, maka akan menurunkan
default risk dan meningkatkan peringkat surat utang perusahaan.
56
Untuk mencegah terjadinya asymmetric information antara perusahaan
dengan pihak ketiga. Keandalan dan transparansi informasi keuangan dapat
dilihat dari adanya komite audit yang berfungsi melakukan pemeriksaan atau
penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam
pengelolaan perusahaan (Irfandi dan Wasilah, 2013). Pengaruh transparansi dan
pengungkapan informasi keuangan bisa mendefinisikan mekanisme corporate
governance dengan adanya komite audit yang sesuai peraturan Otoritas Jasa
Keuangan.
4. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Peringkat Obligasi
DeAngelo (1981) mendefinisikan audit quality sebagai penilaian oleh
pasar dimana terdapat kemungkinan auditor akan memberikan a) penemuan
mengenai suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien; dan b) adanya
pelanggaran dalam pencatatannya. Kemungkinan bahwa auditor akan
melaporkan adanya laporan yang salah saji telah dideteksi dan didefinisikan
sebagai independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat
menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi, karena auditor mempunyai
tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat. Tidak hanya
bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak yang mempunyai
kualifikasi untuk memeriksa dan menguji apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Selain itu kualitas audit juga menunjukkan keandalan dan transparansi informasi
keuangan perusahaan (Sengupta, 1998).
57
Sengupta (1998) mengungkapkan bahwa perusahaan yang
mengungkapkan informasi keuangan dengan tepat waktu dan informatif,
mempunyai kecenderungan yang sangat kecil untuk menahan value relevant
unfavorable information sehingga investor menginginkan risk premium yang
lebih rendah. Keandalan dan transparansi informasi keuangan dapat dilihat dari
kualitas dan integritas proses audit, dan adanya komite audit yang berfungsi
melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan.
Sehingga dalam penelitian Setyaningrum (2005), transparansi dan
pengungkapan informasi keuangan dicoba untuk dijelaskan dengan
menggunakan dua variabel, yaitu: (1) ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang mengaudit perusahaan, dan (2) adanya komite audit sesuai dengan
peraturan PT. Bursa Efek Jakarta. Dari pengukuran tersebut diperoleh hasil
bahwa kualitas audit yang diukur menggunakan ukuran KAP Big 4 dan non Big
4 menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian Setyapurnama dan Norpratiwi
(2007) tentang pengaruh corporate governance terhadap peringkat dan yield
obligasi juga menunjukkan pengaruh yang signifikan antara kualitas audit
dengan peringkat obligasi.
Dari uraian diatas, maka model penelitian yang terbentuk sebagai
berikut:
58
Kepemilikan Institusional (X1)
Dewan Komisaris Independen
(X2)
Komite Audit (X3)
Kualitas Audit (X4)
Peringkat Obligasi (Y)
Gambar. 2.1. Model Penelitian
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, dapat
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. H1:Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
2. H2:Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
3. H3:Komite audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
4. H4:Kualitas audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menguji pengaruh
dari variabel independen yang terdiri dari kepemilikan institusional, dewan
komisaris independen, komite audit dan kualitas audit terhadap variabel
dependen, dalam penelitian ini ialah peringkat obligasi.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang
non keuangan yang obligasinya tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data
keuangan perusahaan yang telah menerbitkan obligasi pada periode 2012– 2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang
non keuangan yang obligasinya tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI),
penentuan sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling
method dari seluruh perusahaan bergerak di bidang non keuangan yang obligasi
tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Purposive sampling merupakan pengambilan sampel dengan kritera
tertentu. Penelitian ini mengambil sampel dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan yang bergerak di bidang non keuangan yang telah
menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 – 2016.
60
2. Perusahaan yang terdaftar dalam PT Pefindo dalam tempo waktu
pengamatan.
3. Perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk
periode 2012-2016 yang berakhir pada tanggal 31 Desember, dan
memiliki data laporan keuangan yang lengkap dan sudah diaudit sesuai
dengan data yang diperlukan dalam penelitian.
4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang
Rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
laporan keuangan dan tahunan yang telah diaudit yang terdiri dari uraian praktik
corporate governance selama tahun pengamatan pada periode 2012-2016. Selain
itu diperlukan juga data peringkat dari obligasi perusahaan yang bersangkutan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Dalam metode dokumentasi ini, peneliti mempelajari dan
mengambil data berupa dokumen-dokumen dari beberapa sumber seperti internet,
buku, jurnal, dan sumber lainnya baik dalam format kertas hasil cetakan maupun
dalam format elektronik yang berkaitan dengan judul penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknis
analisis kuantitatif dengan analisis regresi ordinal logistik (ordered logistic
regression). Alat analisis regresi ordinal logistik digunakan sebagai metode
analisis data karena variabel dependen berupa skala ordinal dimana peringkat
61
idAAA lebih tinggi dibandingkan idAA dan idAA mempunyai peringkat lebih
tinggi dibandingkan idA, maka analistik logistik harus menggunakan ordinal
regression atau sering disebut dengan PLUM (Polytomous Universal Model).
(Ghozali, 2015)
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi ordinal
logistik (ordered logistic regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian
hipotesis penelitian (Ghozali, 2015). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai
tahapan-tahapan pengujian dalam penelitian ini:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data
yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan
maksimum-minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata
populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk
menilai dispersi rata-rata dari sampel.
Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan
maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran
keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk
dijadikan sampel penelitian (Ghozali, 2015).
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Model Estimasi
Metode Ordered Logistic Regression secara persamaan matematik dapat
dituliskan sebagai berikut:
62
Logit (p1) = Log (p1/(1-p1)) =𝛼1+𝛽′𝑋 persamaan (1)
Logit (p1+p2) = Log ((p1+p2)/(1-p1-p2)) = 𝛼1+𝛽′𝑋 persamaan (2)
Logit (p1+p2+…+pk) = Log ((p1+p2+p3)/(1-p1-p2-p3)) = 𝛼1+𝛽′𝑋
persamaan (3)
Keterangan:
α1 = konstanta
β’X = koefisien respektif pada prediktor X
X = Kepemilikan Institusional (KI), Dewan Komisaris Independen
(DKI), Komite Audit (KOA), dan Kualitas Audit (KUA).
P = probabilitas peringkat obligasi
Widarjono (2010), dalam melihat seberapa baik model ordered logistic
regression (Goodness of Fit) tersebut dapat menggunakan beberapa cara, yaitu:
1) melihat ukuran pseudo R2, mengukur proporsi variasi data yang dijelaskan
oleh model, 2) melihat nilai person X2, semakin besar nilai person X2
mengindikasikan model kurang baik karena terdapat perbedaan besar antara
observasi yang diamati dengan prediksi kejadian, dan sebaliknya semakin kecil
nilai person X2 mengindikasikan model baik karena perbedaan besar antara
observasi yang diamati dengan yang diprediksi adalah kecil, 3) melihat nilai
deviance X2, dihitung dari perbedaan -2LL antara model dengan saturated
model yaitu dengan memasukkan interaksi antara variabel independen, jika
63
perbedaan keduanya kecil model adalah baik dan sebaliknya jika perbedaan
keduanya besar maka model kurang baik.
Untuk melihat model yang tepat dalam ordered logistic regression dapat
melihat nilai dari Cox and Snell, Nagelkerke, McFadden. Nilai tersebut
menunjukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen. Selain itu dalam ordered logistic regression dilakukan uji parallel
lines untuk menilai apakah asumsi bahwa semua kategori memiliki parameter
yang sama atau tidak. Dengan menyesuaikan link function untuk menghasilkan
model yang terbaik, yaitu dapat mengganti link fuction : logit, cauchit, negative
log log, complemantary log log, dan probit. Menurut Ghozali (2015), link
function yang baik dapat dilihat dari uji parallel lines yaitu jika nilai p > 0,05
maka model cocok.
b. Uji Signifikan
1) Uji Parsial
Uji signifikan parsial dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan probablitas variasi variabel dependen. Untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut:
Ho: variabel independen (KI, DKI, KOA, KUA) secara individu tidak
berpengaruh terhadap memprediksi peringkat obligasi
Ha: variabel independen (KI, DKI, KOA, KUA) secara individu
berpengaruh terhadap memprediksi peringkat obligasi.
64
Widarjono (2010), melakukan uji Wald dengan melihat nilai probabilitas
Chi Squares (X2). Jika nilai probabilitas Chi Squares (X2) lebih kecil dari
tingkat signifikansi (α =5%) maka signifikan dan menolak H0, dan sebaliknya
jika nilai probabilitas Chi Squares (X2) lebih besar dari tingkat signifikansi (α
= 5%) maka tidak signifikan dan menerima H0. Selain itu dapat dilakukan
pengujian: jika nilai signifikan dari masing-masing variabel independen (KI,
DKI, KOA, KUA) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α = 5%) maka
menolak Ho sehingga variabel independen (KI, DKI, KOA, KUA) secara
individu berpengaruh terhadap memprediksi peringkat obligasi. Sebaliknya
apabila lebih besar dari tingkat signifikansi maka menerima Ho, sehingga
variabel independen (KI, DKI, KOA, KUA) secara individu tidak
berpengaruh terhadap memprediksi peringkat obligasi.
2) Uji Koefisien Determinan
Uji signifikan determinan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama mempengaruhi
peringkat obligasi (memberikan akurasi yang lebih baik). Dalam model
ordered logistic regression digunakan uji likelihood, berdasarkan pada
perbedaan -2LL antara model yang hanya mempunyai intersep dan model
yang diestimasi. Atau diuji melalui uji Chi Squares (X2) dalam model fitting
informasi yang sudah tersedia pada software analisis. Informasi terdiri dari
dua yaitu model hanya dengan intersep saja (intercept only) atau dengan kata
lain koefisien regresi variabel independen semua nol dan model yang diamati
(final). Seperti hipotesis berikut:
65
Ho: variabel independen tidak memberikan akurasi yang lebih baik untuk
memprediksi peringkat obligasi.
Ha: variabel independen memberikan akurasi yang lebih baik untuk
memprediksi peringkat obligasi.
Pengujian pada tingkat signifikasi (α = 5%) dengan kriteria pengujian:
jika uji final lebih kecil dari tingkat signifikansi maka menolak Ho sehingga
variabel independen memberikan akurasi yang lebih baik untuk memprediksi
peringkat obligasi. Sebaliknya apabila lebih besar dari tingkat signifikansi
maka menerima Ho, sehingga variabel independen tidak memberikan akurasi
yang lebih baik untuk memprediksi peringkat obligasi (Widarjono, 2010).
E. Operasionalisasi Variabel
Bagian ini akan menjelaskan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan dan pengukuran dari variabel yang digunakan penelitian. Terdiri dari
empat variabel independen dan dua variabel dependen.
1. Variabel Independen (X). Variabel independen yang digunakan pada
penelitian ini adalah:
a. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional diukur dengan persentase saham perusahaan
yang dimiliki oleh institusi. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Bhojraj
dan Sengupta (2003), Setyaningrum (2005), Ashbaugh et al (2004), dan
Bradley et al (2008).
66
b. Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen merupakan dewan komisaris yang berasal
dari luar perusahaan yang tidak terafiliasi dengan perusahaan pengaruh struktur
dewan komisaris. Hal tersebut bisa mendefinisikan mekanisme corporate
governance melalui ukuran dewan komisaris dan persentase dewan komisaris
independen (Asbaught et al, 2004)
Dalam penelitian ini dewan komisaris independen diukur dengan
persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluruh anggota
dewan komisaris.
c. Komite Audit
Berdasarkan peraturan Bapepam No IX/I/5 dijelaskan bahwa keberadaan
komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang dimana komisaris
independen perusahaan menjadi ketua komite, sedangkan yang lain adalah
pihak ekstern yang independen dan minimal salah seorang di antaranya
memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.
Pengukuran komite audit pada penelitian ini menggunakan pengukuran
Agustia (2013) yaitu menggunakan variabel dummy dengan kriteria 1 untuk
jumlah komite audit sama dengan 3 atau lebih, dan 0 untuk jumlah komite
audit kurang dari 3.
d. Kualitas Audit
Pada penelitian ini kualitas audit diukur dari output audit yaitu laporan
keuangan yang diauditnya. Semakin baik kualitas laba pada laporan keuangan,
dapat dikatakan bahwa kualitas audit semakin baik. Kualitas laba dapat diukur
67
dari besarnya akrual diskresioner. Semakin besar akrual diskresioner, berarti
kualitas audit semakin buruk karena hal ini menunjukkan bahwa auditor tidak
mampu menekan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan, begitu pula sebaliknya (Setiawan W dan Fitriany, 2011). Pada
penelitian (Setiawan W dan Fitriany, 2011) kualitas audit diukur dengan
model Kaznik (1999) sedangkan pada penelitian ini menggunakan model dari
Hartadi (2009) berdasarkan penelitian Hoitash et. al (2007) dengan mengukur
LN dari total akrual sebagai pengukurannya. Model ini dinilai lebih baik dan
lebih spesifik.
2. Variabel Dependen (Y). Variabel dependen yang digunakan pada
penelitian ini adalah peringkat obligasi.
Peringkat obligasi merupakan sebuah standarisasi yang diberikan oleh
lembaga pemeringkat sekuritas yang terkenal dan terpercaya yaitu PT Pefindo
(Pemeringkat Efek Indonesia) yang telah bekerja sama dengan BEI (Bursa Efek
Indonesia) kepada para penerbit obligasi dan yang dapat memberikan
kemampuan tingkat kepercayaan untuk para investor dalam pembayaran bunga
dan pokoknya sesuai dengan jadwal yang mereka sepakati.
Pengukuran peringkat pada penelitian ini didasarkan pada standar
peringkat yang dikeluarkan Pefindo dengan menggunakan pengukuran
Purwaningsih (2013) dan Afiani (2012) yang mengkonversi peringkat kedalam
bentuk nilai sebagai berikut: idAAA bernilai 4, idAA- hingga idAA+ bernilai 3,
idA- hingga idA+ bernilai 2, dan idBBB- hingga idBBB+ bernilai 1.
68
Tabel. 3.1. Tabel Operasional Variabel
No Variabel Indikator Skala
1
Kepemilikan
Institutional
(Bhojraj dan
Sengupta,
2003;Setyaningrum,
2005; Ashbaugh, et
al 2004; Bradley et
al, 2008)
KI = Jumlah saham investor institusi
Jumlah saham keseluruhan
X 100%
Rasio
2
Dewan Komisaris
Independen
(Asbaught et al,
2004)
DKI = Jumlah Komisaris Independen
Jumlah Anggota Dewan Komisaris
X 100%
Rasio
3 Komite Audit
(Agustia, 2013)
KOA = 0 jika jumlah komite audit kurang
dari 3 dan 1 jika jumlah komite audit sama
dengan atau lebih dari 3
Nominal
4 Kualitas Audit
(Hartadi, 2009)
KUA = ln (ΔCAt-ΔCasht-ΔCLt+ΔDCLt-
DEPt) Rasio
5
Peringkat Obligasi
(Purwaningsih,
2013; Afiani, 2012)
idAAA bernilai 4, idAA- hingga idAA+
bernilai 3, idA- hingga idA+ bernilai 2, dan
idBBB- hingga idBBB+ bernilai 1.
Ordinal
Sumber: Dirangkum dari Berbagai Sumber
69
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan pada sector non
keuanganyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode penentuan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Berdasarkan
kriteria, diperoleh sampel sebanyak 22 perusahaan per tahun, periode pengamatan
yang digunakan adalah 5 periode yaitu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
Sehingga total keseluruhan sampel awal yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 110 sampel. Berikut sampel perusahaan yang memenuhi kriteria
penelitian:
Tabel. 4.1. Data Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang menerbitkan obligasi selama 2012-2016 23
2 (-) Perusahaan yang tidak terdaftar pada PT Pefindo (0)
3
(-) Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan
keuangannya secara berturut-turut dari tahun 2012-2016 dan
tidak memiliki kelengkapan data yang diperlukan dalam
penelitian
(0)
4 (-) Perusahaan yang obligasinya default (gagal bayar) pada
tahun 2012-2016 (0)
5 (-) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dengan mata
uang selain Rupiah (1)
Jumlah total sampel (22 perusahaan selama 5 tahun) 110
Sumber : Data Sekunder yang diolah tahun 2017
Dalam penelitian ini sampel yang diambil setelah melalui tahap
purposive dengan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya didapat peringkat
obligasi dari 110 obligasi dari 22 perusahaan yang menjadi sampel berupa data
70
kualitatif yaitu: AAA, AA+, AA, AA-, A+, A, A-, BBB+, BBB, BBB- sehingga
dikuantitatifkan dengan melihat peringkat sebagai berikut : AAA = 4, (AA+, AA,
AA-) = 3, (A+, A, A-) = 2, dan (BBB+, BBB, BBB-) = 1.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2015).
Variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah peringkat obligasi. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini
terdiri dari kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, komite audit,
dan kualitas audit.Variabel pada penelitian ini juga menggunakan tiga skala,
yaitu skala rasio, skala nominal dan ordinal. Variabel yang menggunakan skala
rasio adalah kepemilikan institusional (KI), dewan komisaris independen (DKI),
dan kualitas audit (KUA). Sedangkan variabel yang menggunakan ordinal
adalah peringkat obligasi dan nominal adalah komite audit (KOA). Skala
nominal merupakan kelompok dari suatu subyek dan skala ordinal merupakan
pengukuran tingkatan peringkat dari tinggi sampai terendah. Skala ordinal dan
nominal tidak dimasukan dalam perhitungan statistik deskriptif karena angka
dan tingkatan peringkat tersebut hanya berfungsi sebagai label kategori dan
tingkatan.
71
Hasil dari uji statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan pada tabel
4.2.
Tabel. 4.2. Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Peringkat Obligasi 110 1.0000 4.0000 2.645455 .6851821
Kepemilikan
Institusional
110 .2900 1.0000 .658545 .2032300
Dewan Komisaris
Independen
110 .0000 .6000 .364091 .0866004
Komite Audit 110 .0000 1.0000 .990909 .0953463
Kualitas Audit 110 24.0000 34.0000 28.154545 1.9308522
Valid N (listwise) 110
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa jumlah data (Valid N) yang
ada didalam penelitian ini adalah sebanyak 110 sampel yang berasal dari 22
perusahaan-perusahaan non keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama 5 periode, yaitu tahun 2012-2016.
Selanjutnya, hasil statistik deskriptif penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan institusional (KI) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,658545
dengan standar deviasi sebesar 0,2032300. Nilai maksimum sebesar 1.0000
terletak pada perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tahun 2012-
2016 dan PT Sumberdaya Sewata tahun 2012-2016. Nilai minimum sebesar
0,2900 terletak pada perusahaan PT Modernland Realty Tbk. tahun 2016.
Variabel dewan komisaris independen (DKI) memiliki nilai rata-rata
sebesar 0,364091 dengan standar deviasi sebesar 0,0866004. Nilai maksimum
sebesar 34,0000 terletak pada perusahaan PT Global Mediacom Tbk tahun 2015
72
dan 2016 sedangkan nilai minimum sebesar 0,0000 terletak pada perusahaan PT
Sumberdaya Sewata tahun 2012.
Variabel kualitas audit (KUA) memiliki nilai rata-rata sebesar 28,154545
dengan standar deviasi sebesar 1,9308522. Nilai maksimum sebesar 34,000
terletak pada perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tahun 2016
dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. tahun 2014 sedangkan nilai minimum
sebesar 24,0000 terletak pada perusahaan PT Fast Food Indonesia Tbk tahun
2012 dan 2014; PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. tahun 2013-2014.
2. Hasil Uji Model Estimasi
a. Uji Parallel Lines
Uji parallel lines menilai apakah asumsi bahwa semua kategori memiliki
parameter yang sama atau tidak. Nilai yang diinginkan dalam uji ini adalah
tidak signifikan yaitu p>0,05 (Ghozali, 2015).
Dalam penelitian ini, pengujian parallel lines menggunakan link function
complementary log-log karena memenuhi nilai yang diinginkan yaitu
probabilitas yang lebih besar dari signifikansi 0,05. Hasil dari uji parallel lines
dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.3.
Tabel. 4.3. Hasil Uji Parallel Lines
Test of Parallel Linesa
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Null Hypothesis 187.282
General 175.369 11.913 8 .155
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are
the same across response categories.
a. Link function: Complementary Log-log.
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2017
73
Berdasarkan tabel 4.3 nilai signifikansi model penelitian menggunakan
link function complementary log-log sebesar 0,155 yang bernilai lebih besar
dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa model memiliki parameter yang
sama, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat ketidak cocokan pada model
ordered logistic yang digunakan dalam penelitian ini.
b. Uji Goodness of Fit
Uji goodness of fit dalam regresi logistik adalah untuk mengetahui
kebaikan model dengan menggunakan ukuran Pseudo R2 Cox and Sneell,
Nagelkerke dan McFadden. Statistika Cox dan Snell R2 mengandung
kelemahan yaitu nilainya tidak pernah mendekati satu sehingga Nagelkerke
membuat modifikasi model Cox dan Snell R2 agar bias menghasilkan nilai
antara 0 dan 1 (Widarjono, 2015).
Dalam penelitian ini, hasil pengujian goodness of fit mengacu kepada
Nagelkerke seperti disajikan dalam tabel 4.4.
Tabel. 4.4. Hasil Uji Pseudo R2
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.4 Nilai dari Nagelkerke sebesar 0,251. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kontribusi variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen sebesar 25,1%. Sedangkan sisanya sebesar 74,9%
dipengaruhi oleh varian lain di luar model seperti blockholder (Bhojraj dan
Sengupta, 2003), kepemilikan manajerial (Andry, 2005), dan kantor akuntan
Pseudo R-Square
Cox and Snell .218
Nagelkerke .251
McFadden .122
Link function: Complementary Log-log.
74
publik (Setyaningrum, 2005) yang sudah diteliti dapat mempengaruhi
peringkat obligasi.
Selain menggunakan Pseudo R2, pengukuran goodness of fit juga dapat
menggunakan dua pengukuran lain yaitu, Pearson χ2 dan Deviance χ2. Nilai
yang diinginkan dalam ukuran Pearson χ2 dan Deviance χ2 adalah tidak
signifikan atau p>0,05 (Widarjono, 2015).
Dalam penelitian ini, hasil pengujian goodness of fit dengan ukuran
Pearson χ2 dan Deviance χ2 disajikan dalam tabel 4.5.
Tabel. 4.5. Hasil Uji Goodness of Fit
Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 207.945 260 .992
Deviance 181.266 260 1.000
Link function: Complementary Log-log.
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.5 Nilai dari Pearson χ2 sebesar 0,992 dan Deviance
χ2 sebesar 1,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi Pearson
χ2 maupun Deviance χ2 lebih dari signifikansi 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model mampu menjelaskan data dengan baik.
c. Uji Signifikan
Uji signifikan menunjukkan apakah dengan memasukkan variabel
independen ke dalam model hasilnya lebih baik dibandingkan dengan model
yang hanya memasukkan intersep saja (Ghozali, 2015). Jika uji final lebih kecil
dari tingkat signifikansi maka menolak Ho sehingga variabel independen
memberikan akurasi yang lebih baik untuk memprediksi variabel dependen.
75
Sebaliknya apabila lebih besar dari tingkat signifikansi maka menerima Ho,
sehingga variabel independen tidak memberikan akurasi yang lebih baik untuk
memprediksi variabel dependen (Widarjono, 2015).
Dalam penelitian ini, hasil pengujian signifikan disajikan dalam tabel 4.6.
Tabel. 4.6. Hasil Uji Signifikan
Model Fitting Information
Model
-2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 214.267
Final 187.282 26.985 4 .000
Link function: Complementary Log-log.
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.6 nilai intersep sebesar 214,267 sedangkan jika
variabel independen dimasukkan kedalam model, maka nilai -2 log likelihood
turun menjadi 187,282 dan penurunan ini signifikan pada 0,00. Hal ini
menunjukkan bahwa model dengan variabel independen memberikan akurasi
yang lebih baik untuk memprediksi variabel dependen, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model sesuai dengan hipotesis.
d. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk memberikan gambaran antara hubungan
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini,
uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi parameter
individual (significance test).
Uji signifikansi model logit ini menggunakan uji statistika Wald. Uji
statistika Wald menunjukkan apakah variabel independen mempengaruhi
variabel dependen dalam model (Widarjono, 2015).
76
Dalam penelitian ini, hasil pengujian signifikansi parameter individual
disajikan dalam tabel 4.7.
Tabel. 4.7. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald df Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Threshold [Y1 =
1.0000]
2.849 2.206 1.667 1 .197 -1.475 7.173
[Y1 =
2.0000]
7.156 1.988 12.950 1 .000 3.259 11.053
[Y1 =
3.0000]
8.777 2.055 18.247 1 .000 4.750 12.804
Location X1 2.081 .607 11.769 1 .001 .892 3.270
X2 1.494 1.347 1.230 1 .267 -1.146 4.134
X4 .207 .064 10.399 1 .001 .081 .334
[X3=.0000] -1.622 1.856 .764 1 .382 -5.260 2.016
[X3=1.0000] 0a . . 0 . . .
Link function: Complementary Log-log.
a. This parameter is set to zero because it is redundant.
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2017
Berdasarkan pada hasil uji signifikansi individual yang disajikan pada
tabel 4.7 di atas, maka didapat persamaan regresi seperti berikut:
Logit (p1) = 2,849 + 2,081X1 + 1,494X2 - 1,622X3 + 0,207X4
Logit (p1 + p2) = 7,156 + 2,081X1 + 1,494X2 - 1,622X3 + 0,207X4
Logit (p1 + p2 + p3) = 8,777 + 2,081X1 + 1,494X2 - 1,622X3 + 0,207X4
Dimana p1 = probabilitas peringkat BBB-, BBB, BBB+; p2 =
probabilitas peringkat A-, A, A+; dan p3 = probabilitas peringkat AA-, AA,
AA+.
77
1) Pengaruh variabel X1 (KI) terhadap peringkat obligasi dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X1 = 1 dan variabel independen
lainnya = 0 maka,
exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (2,849 + 2,081) / 1 - exp (2,849 + 2,081) = -1,080637875
p1 + p2 = exp (7,156 + 2,081) / 1 - exp (7,156 + 2,081) = -1,041478712
p2 = -1,041478712 + 1,080637875 = 0,039159163
p1 + p2 + p3 = exp (8,777 + 2,081) / 1 - exp (8,777 + 2,081) = -
1,035069158
p3 = -1,035069158 + 1,041478712 = 0,006409554
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x1 akan menaikkan Odd
rasio (exp 2,081) sebesar -1,080637875 pada probabilitas peringkat BBB-,
BBB, BBB+; menaikkan Odd rasio (exp 2,081) sebesar 0,039159163 pada
probabilitas peringkat A-, A, A+; dan menaikkan Odd rasio (exp 2,081)
sebesar 0,006409554 pada probabilitas peringkat AA-, AA, AA+
2) Pengaruh variabel X2 (DKI) terhadap peringkat obligasi dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X1 = 1 dan variabel independen
lainnya = 0 maka,
exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (2,849 + 1,494) / 1 - exp (2,849 + 1,494) = -1,092545548
p1 + p2 = exp (7,156 + 1,494) / 1 - exp (7,156 + 1,494) = -1,04441854
p2 = -1,04441854+ 1,092545548= 0,048127009
78
p1 + p2 + p3 = exp (8,777 + 1,494) / 1 - exp (8,777 + 1,494) = -
1,037147856
p3 = -1,037147856 + 1,04441854 = 0,007270683
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x2 akan menaikkan Odd
rasio (exp 2,081) sebesar -1,092545548 pada probabilitas peringkat BBB-,
BBB, BBB+; menaikkan Odd rasio (exp 2,081) sebesar 0,048127009 pada
probabilitas peringkat A-, A, A+; dan menaikkan Odd rasio (exp 2,081)
sebesar 0,007270683 pada probabilitas peringkat AA-, AA, AA+
3) Pengaruh variabel X3 (KOA) terhadap peringkat obligasi dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X1 = 1 dan variabel independen
lainnya = 0 maka,
exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (2,849 – 1,622) / 1 - exp (2,849 – 1,622) = -1,071210051
p1 + p2 = exp (7,156 – 1,622) / 1 - exp (7,156 – 1,622) = -1,054202618
p2 = -1,054202618+ 1,071210051 = 0,356995038
p1 + p2 + p3 = exp (8,777 – 1,622) / 1 - exp (8,777 – 1,622) = -
1,136853878
p3 = -1,136853878 + 1,054202618 = 0,017007433
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x3 akan menurunkan Odd
rasio (exp 1,622) sebesar -1,071210051 pada probabilitas peringkat BBB-,
BBB, BBB+; menurunkan Odd rasio (exp 1,622) sebesar 0,356995038 pada
probabilitas peringkat A-,A,A+; dan menurunkan Odd rasio (exp 1,622)
sebesar 0,017007433 pada probabilitas peringkat AA-,AA,AA+
79
4) Pengaruh variabel X4 (KUA) terhadap peringkat obligasi dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: jika X1 = 1 dan variabel independen
lainnya = 0 maka,
exp = exponensial (e) = 2,71828
p1= exp (2,849 + 0,207) / 1 - exp (2,849 + 0,207) = -1,136853878
p1 + p2 = exp (7,156 + 0,207) / 1 - exp (7,156 + 0,207) = -1,052590902
p2 = -1,052590902 + 1,136853878 = 0,084262976
p1 + p2 + p3 = exp (8,777 + 0,207) / 1 - exp (8,777 + 0,207) = -
1,042696675
p3 = -1,042696675 + 1,052590902 = 0,009894227
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan 1 unit x4 akan menaikkan Odd
rasio (exp 0,207) sebesar -1,136853878 pada probabilitas peringkat BBB-,
BBB, BBB+; menaikkan Odd rasio (exp 0,207) sebesar 0,084262976 pada
probabilitas peringkat A-, A, A+; dan menaikkan Odd rasio (exp 0,207)
sebesar 0,009894227 pada probabilitas peringkat AA-, AA, AA+
Berikut hasil uji signifikansi parameter individual dari variabel
independen yang terdiri dari kepemilikan institusional (KI), dewan komisaris
independen (DKI), komite audit (KOA), dan kualitas audit (KUA), terhadap
variabel dependen yaitu peringkat obligasi. Penjelasan dari masing-masing
variabel adalah sebagai berikut:
1) Kepemilikan Institusional
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh kepemilikan institusional (KI)
terhadap peringkat obligasi yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien
80
regresi positif sebesar +2,081 yang menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
institusional (KI) meningkat maka variabel dependen yaitu peringkat obligasi
akan meningkat sebesar 2,081 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai
signifikansi yang ditunjukkan variabel kepemilikan institusional lebih kecil
daripada 0,05 (0,001< 0,05). Artinya kepemilikan institusional memiliki
pengaruh terhadap peringkat obligasi. Dengan demikian maka Ha1 yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap peringkat
obligasi diterima. Koefisien regresi yang bernilai positif menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai kepemilikan institusional maka semakin tinggi juga nilai
dari peringkat obligasi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Setyaningrum
(2005) dimana variabel kepemilikan institusional berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi. Setyaningrum (2005) menggunakan sampel
sejumlah 213 sampel obligasi yang mencakup perusahaan keuangan dan non
keuangan selama 2002-2003. Dalam penelitian tersebut rata-rata jumlah
variabel kepemilikan institusi sebesar 12,9%. Hal ini menunjukkan bahwa
saham perusahaan yang didominasi oleh kepemilikan institusi sebesar 12,9%
dan menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
Menurut Ashbaugh et al (2004), Semakin besar kepemilikan saham
institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan
demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan
terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen. Lebih jauh lagi, pemantauan
oleh pihak investor institusi dapat menurunkan kepentingan pribadi manajer dan
membawa keuntungan bagi pemegang obligasi.
81
Dalam penelitian ini, rata-rata kepemilikan institusional sebesar 65,85%
sehingga menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi
sesuai dengan teori menurut Ashbaugh et al (2004).
2) Dewan Komisaris Independen
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh dewan komisaris independen
(DKI) terhadap peringkat obligasi yang telah dilakukan menghasilkan nilai
koefisien regresi positif sebesar +1,494 yang menunjukkan bahwa variabel
dewan komisaris independen (DKI) meningkat maka variabel dependen yaitu
peringkat obligasi akan meningkat sebesar 1,494 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,267. Nilai signifikansi yang ditunjukkan variabel dewan komisaris
independen lebih besar daripada 0,05 (0,267> 0,05). Artinya dewan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Dengan demikian
maka Ha1 yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap peringkat obligasi ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Setyaningrum
(2005) yang menghasilkan rata-rata jumlah variabel persentase dewan
komisaris independen sebesar 37,99% dan telah sesuai dengan peraturan
Bursa Efek yang mensyaratkan bahwa persentase komisaris independen
sebesar 30%. Walaupun telah sesuai dengan peraturan Bursa Efek, akan tetapi
penelitian tersebut juga tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan antara
dewan komisaris independen dengan peringkat obligasi.
Siregar (2005) dalam (Setyaningrum, 2005) mengatakan bahwa
ketentuan minimum sebesar 30% mungkin belum cukup tinggi untuk
82
menyebabkan para komisaris independen tersebut untuk dapat mendominasi
kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Jika dewan komisaris
independen memiliki suara mayoritas (>50%) maka dewan akan dapat lebih
efektif dalam menjalankan peran monitoring dalam perusahaan.
Tetapi suara mayoritas juga tidak menjamin pengawasan oleh dewan
komisaris akan lebih efektif jika pengangkatan dewan tersebut belum
dilandasi oleh kebutuhan, bukan semata pemenuhan regulasi. Selain itu,
pengaruh yang tidak signifikan ini juga bisa disebabkan karena peraturan
tentang pengangkatan dewan komisaris independen ini baru berlaku tahun
2001 dan perusahaan masih mencoba beradaptasi dengan peraturan tersebut,
sehingga tugas dewan komisaris independen belum dapat dilaksanakan
dengan baik (Setyaningrum, 2005).
Sejalan dengan penelitian Setyaningrum (2005) yang tidak memberikan
pengaruh signifikan antara dewan komisaris independen terhadap peringkat
obligasi, penelitian yang dilakukan oleh Irfandi dan Wasilah (2013) dengan
mengambil sampel berbeda yaitu menggunakan peringkat sukuk (surat hutang
berprinsip islam) dengan jumlah sampel sebesar 46 sampel. Irfandi dan
Wasilah (2013) berkesimpulan bahwa meskipun perusahaan memiliki tata
kelola korporasi seperti komisaris independen dan kinerja GCG yang baik,
tidak menjamin perusahaan akan memiliki peringkat sukuk yang tinggi.
Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat menunjukkan pengaruh yang
signifikan antara dewan komisaris independen dengan peringkat obligasi
dikarenakan rata-rata variabel dewan komisaris independen dalam penelitian
83
ini hanya sebesar 36,40% yang menunjukkan bahwa dewan komisaris
independen belum mampu secara optimal mempengaruhi kebijakan dewan
komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen.
3) Komite Audit
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh komite audit (KOA) terhadap
peringkat obligasi yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi
negatif sebesar -1,622 yang menunjukkan bahwa variabel komite audit
(KOA) meningkat maka variabel dependen yaitu peringkat obligasi akan
menurun sebesar 1,622 dengan nilai signifikansi sebesar 0,382. Nilai
signifikansi yang ditunjukkan variabel komite audit lebih besar daripada 0,05
(0,382> 0,05). Artinya komite audit tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Dengan demikian maka Ha1 yang menyatakan bahwa komite audit
berpengaruh terhadap peringkat obligasi ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Terry (2011). Dalam
penelitian tersebut, pengukuran variabel komite audit diukur menggunakan
variabel dummy yaitu ada tidaknya komite audit dalam perusahaan yang
diteliti. Sehingga menghasilkan pengujian yang tidak berpengaruh signifikan
dikarenakan anggota komite audit diangkat oleh dewan komisaris yang lebih
didominasi dari dalam perusahaan sehingga hasil pengawasan dinilai kurang
independen.
Hal tersebut juga dapat mengakibatkan pada benturan kepentingan
karena menurut ketetapan BEJ untuk mengangkat komite audit sekurang-
kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota, dimana seorang diantaranya
84
merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus merangkap
sebagi ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak
ekstern yang independen, dimana sekurang-kurangnya satu diantaranya
memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.
Hasil sebaliknya ditunjukkan oleh penelitian Setyaningrum (2005)
dimana variabel komite audit dengan pengukuran ada tidaknya komite audit
dalam perusahaan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peringkat
obligasi karena sesuai dengan tugas komite audit yang memberikan pendapat
profesional kepada dewan komisaris, khususnya yang berkaitan dengan
transparansi laporan keuangan, maka adanya komite audit dapat
meningkatkan peringkat.
Sedangkan dalam penelitian Endri (2011) yang menggunakan variabel
rasio dimana variabel komite audit diukur menggunakan jumlah anggota
komite audit pada perusahaan emiten. Endri (2011) mengungkapkan bahwa
pengukuran berdasarkan keberadaan komite audit tidak dapat digunakan
karena sudah ada peraturan yang menyatakan bahwa suatu perusahaan yang
telah go public harus memiliki komite audit. Sehingga pengukuran ada
tidaknya komite audit dianggap kurang relevan diterapkan pada penelitian
terhadap perusahaan go public. Dengan demikian, penggunaan pengukuran
ada tidaknya komite audit tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Dengan demikian, penggunaan pengukuran komite audit untuk
perusahaan go public sebaiknya menggunakan pengukuran jumlah anggota
85
komite audit yang dilakukan Endri (2011) dengan tujuan untuk melihat
pengaruh jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan dimana
semakin banyak jumlah anggota komite audit diharapkan semakin banyak
pengawasan yang dilakukan sehingga kinerja perusahaan dan integritas
laporan keuangan diharapkan menjadi lebih baik.
Dari penelitian Endri (2011) diperoleh pengaruh yang signifikan antara
komite audit terhadap peringkat sukuk (surat hutang berprinsip islam). Hal ini
mengindikasikan bahwa kehadiran komite audit dapat memberikan laporan
keuangan yang lebih berkualitas dan pada akhirnya akan meningkatkan
peringkat obligasi perusahaan. Oleh sebab itu, tugas komite audit dalam
memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan,
mengoptimalkan fungsi pengawasan, mengawasi audit eksternal dan menjadi
sistem pengendalian internal perusahaan harusnya dapat mempengaruhi
peringkat obligasi perusahaan yang menerbitkannya.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini menunjukkan tidak adanya
pengaruh yang signifikan antara komite audit dengan peringkat obligasi
karena beberapa kemungkinan antara lain, berbedanya perumusan proksi
pengukuran komite audit dan kurang efektifnya fungsi pengawasan dari
komite audit. Kemungkinan berbedanya perumusan proksi pengukuran
ditunjukkan dengan adanya perbedaan hasil penelitian antara penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya.
86
4) Kualitas Audit
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh kualitas audit (KUA) terhadap
peringkat obligasi yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi
positif sebesar +0,207 yang menunjukkan bahwa variabel kualitas audit
(KUA) meningkat maka variabel dependen yaitu peringkat obligasi akan
meningkat sebesar 0,207 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai
signifikansi yang ditunjukkan variabel kualitas audit lebih kecil daripada 0,05
(0,001 < 0,05). Artinya kualitas audit memiliki pengaruh terhadap peringkat
obligasi. Dengan demikian maka Ha1 yang menyatakan bahwa kualitas audit
berpengaruh terhadap peringkat obligasi diterima. Koefisien regresi yang
bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kualitas audit maka
semakin tinggi juga nilai dari peringkat obligasi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Setyapurnama dan
Norpratiwi (2007) dimana dalam penelitian tersebut variabel kualitas audit
diukur dengan variabel dummy yaitu perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 atau
non Big 4. Hasil penelitian Setyapurnama dan Norpratiwi (2007)
menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Setyaningrum
(2005). Setyaningrum (2005) meneliti bahwa kualitas audit yang diukur
menggunakan KAP Big 4 atau non Big 4 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem corporate governance sebagai bentuk transparasi dan
pengungkapan informasi keuangan. Sehingga perusahaan yang diaudit oleh
87
KAP Big 4, diharapkan memiliki peringkat yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big 4 karena KAP Big 4 memiliki
reputasi internasional dan prosedur audit baku yang diharapkan mampu
memberikan opini independen sehingga dapat mengurangi agency risk,
menurunkan default risk dan menaikkan peringkat surat utang perusahaan.
Hasil dari penelitian Setyaningrum (2005) menunjukkan bahwa kualitas audit
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
Walaupun pengukuran variabel kualitas audit pada penelitian ini berbeda
dari penelitian sebelumnya, namun hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa kualitas audit memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang kepemilikan institusional, dewan
komisaris independen, komite audit, dan kualitas audit terhadap peringkat
obligasi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan pada
bab pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Setyaningrum (2005) dan Ashbaugh et al (2004).
2. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Setyaningrum (2005); Irfandi dan Wasilah (2013).
3. Komite audit tidak berpengaruh terhadap perringkat obligasi. Kesimpulan
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Setyapurnama dan Norpratiwi (2007); Terry (2011).
4. Kualitas audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Kesimpulan
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Setyaningrum (2005); Setyapurnama dan Norpratiwi (2007).
89
B. Saran
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini,
maka beberapa saran untuk perkembangan penelitian selanjutnya terkait
dengan peringkat obligasi perusahaan sehingga diharapkan penelitian
selanjutnya dapat memberikan hasil penelitian yang lebih maksimal dengan
mempertimbangkan saran dibawah ini:
1. Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya untuk menambahkan
atau mengganti variabel-variabel lain selain variabel yang telah dimasukkan
di dalam penelitian ini seperti blockholder dan ukuran dewan komisaris
yang diperkirakan dapat mempengaruhi peringkat obligasi.
2. Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya untuk mengganti
atau menambahkan sampel yaitu sukuk (surat utang syariah).
3. Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan
lembaga pemeringkat lain selain dari PT Pefindo seperti IBPA (Indonesia
Bond Pricing Agency), Moody’s Investor Service, dan PT Fitch Rating
Indonesia.
90
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow,
dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15 No. 1: 27-42.
Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini. 2004. Komisaris Independen: Penggerak
Praktik GCG di Perusahaan. Jakarta: Indeks.
Altman, E. I., dan Kao, D. L. 1991. Examining and Modeling Corporate Bond
Rating Drift. New York University: Salomon Center.
Andry, Wydia. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi
Peringkat Obligasi. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol. 8 No.
2.
Ashbaugh, Hollis, D. Collins, and R. Lafond. 2006. The Effects of Corporate
Governance on Firms’ Credit Ratings. Journal of Accounting and
Economics, Vol. 42: 203-243.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2006. Nomor:
135/BL/2006 tentang Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang.
Bhojraj, Sanjeev dan Partha Sengupta. 2003. Effect of Corporate Governace on
Bond Rating and Yields : The Role of Institusional Investors and Outside
Directors. The Journal of Bussiness. Vol. 76. No.3: 455-457.
Bianchi, Marcello dan Luca Enriques. 2001. Corporate Governance in Italy After
the 1998 Reform: What Role for Institutional Investors?. Working Paper
No. 43.
Bradley, M., Dong Chen, George Dallas and Elizabeth Snyderwine. 2007. The
Relation between Corporate Governance and Credit Risk, Bond Yields
and Firm Valuation. Accepted Working Paper.
Bursa Efek Indonesia. 2016. diakses pada tanggal 15 Januari 2017 dari
http://www.idx.co.id/.
Claessens, S., Yurtoglu, B.B. 2013. Corporate Governance in Emerging Markets:
A Survey. Emerging Markets Review Vol.15:1-33.
DeAngelo, H., dan Rice, E. 1983. Anti-Takeover Charter Amendments and
Shareholder Wealth. Journal of Financial Economics 11, 329-359.
Decilya, Sutji ”Rating Berlian Laju Tanker Anjlok”, diakses dari
https://m.tempo.co/read/news/2012/02/15/088384115/rating-berlian-laju-
tanker-anjlok pada tanggal 29 April 2017.
Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The
Academy of Management Review, 57-74.
91
Elhaj, Mohamed Abulgasem A, Nurul Aini Muhamed dan Nathasa Mazna Ramli.
2015. The Influence of Corporate Governance, Financial Ratios, and
Sukuk Structure on Sukuk Rating. International Accounting and
Bussines Conference Vol. 31: 62-74.
Endri. 2011. Corporate Governance Terhadap Peringkat Sukuk Korporasi di
Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 15.
Fakhruddin dan Sopian Hadianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi
di Pasar Modal. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2006. What is Corporate
Governance, artikel diakses pada tanggal 15 Januari 2017 dari
http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/about-good-corporate-
governance.html
Ghozali, Imam. 2015. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23. Jakarta: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hariyani, Iswi., Serfianto D.P. 2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal:
Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Waran, Right, Opsi,
Reksadana, & Produk Pasar Modal Syariah. Jakarta: Visimedia.
Hartadi, Bambang. 2009. Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, Dan Reputasi Auditor
Terhadap Kualitas Audit Di Bursa Efek Indonesia. Ekuitas: Jurnal
Ekonomi dan Keuangan.
Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus Pada
Perusahaan Listing di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional
Akuntansi VIII. Solo: IAI.
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktik Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dan Pengaruh Earnings Management Terhadap
NilaiPerusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10.
Hoitash, R., A. Markelevich, dan C. A. Barragato. 2007. Auditor Fees and Audit
Quality. Managerial Auditing Journal Vol. 22 No. 8: 761 - 786.
Pemeringkat Efek Indonesia. 2016. diakses pada tanggal 15 Januari 2017 dari
http://www.pefindo.com/
Irfandi, Muhammad Edo dan Wasilah. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance terhadap Peringkat Rating Sukuk Perusahaan di Indonesia.
Jurnal Akuntansi Universitas Indonesia.
Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi
Pada Perusahaan Publik Di BEJ). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 43-
52.
92
Jensen, M. C. and Meckling, W. H. 1976. Theory of Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
3, 305-560.
Kaznik, R. 1999. On The Association Between Voluntary Disclosure and
Earnings Management. Journal of Accounting Research, Vol. 37, 57 –
81.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia.
Melis, Kalia. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 3 No. 2.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional
Akuntansi X. Makasar: IAI.
Fitriani, Nurul dan Tri Subhki R,”Obligasi Indonesia Tumbuh Pesat” diakses dari
http://www.ibpa.co.id/News/ArsipBerita/tabid/126/EntryId/4428/Obligas
i-Indonesia-Tumbuh-Pesat.aspx pada tanggal 29 April 2017.
Organization for Economic Co-Operation and Development. 2004. OECD
Principles of Corporate Governance.
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan
Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit
Purwaningsih, Septi. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Rating Sukuk yang
Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non-Akuntansi. Accounting Analysis
Journal, Vol. 2.
Qiu, J. dan Yu, F., 2009. The Market for Corporate Control and the Cost of Debt.
Journal of Financial Economics Vol. 93, 505–524.
Raharja dan M. Sari. 2008. Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Peringkat Obligasi (PT.Kasnic Credit Rating). Jurnal MAKSI, Vol. 8,
212-232.
Raharjo, Sapto. 2003. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Restuti, Maria Immaculata Mitha. 2006. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Peringkat Obligasi Dan Yield Obligasi. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 1.
Rinaningsih. 2008. Pengaruh Praktik Corporate Governance terhadap Risiko
Kredit, Yield Surat Hutang (Obligasi). Simposium Nasional Akuntansi
XI. Pontianak.
93
Sari, Melia Pramono. 2007. Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk
Memprediksi Peringkat Obligasi PT Pefindo. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi,Vol. 14.
Sartono, Agus. 2002. Manajemen Keuangan. Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE UGM.
Sengupta, P., 1998. Corporate Disclosure Quality and the Cost of Debt. The
Accounting Review Vol. 73, 459-474.
Setiawan W, Liswan dan Fitriany. 2011. Pengaruh Workload Dan Spesialisasi
Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Kualitas Komite Audit Sebagai
Variabel Pemoderasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 8
No. 1.
Setyapurnama, Y. S., & Norpratiwi, A. V. 2007. Pengaruh Corporate Governance
terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi. Jurnal Akuntansi dan
Bisnis, Vol. 7 No. 2.
Shleifer, A., Vishny, R. 1986. Large Shareholders and Corporate Control. Journal
of Political Economy Vol. 94, 461-488.
Siregar, S., Y. S. Bachtiar. 2005. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
terhadap Peringkat Utang Perusahaan. Usulan Proposal Project Grant
Departemen Akuntansi.
Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonosia FE UII.
Sukirno, ”Bunga Obligasi: Dua Perusahaan Group Bakrie Terancam Gagal
Bayar”, diakses dari
http://market.bisnis.com/read/20140924/192/259736/-bunga-obligasi-
dua-perusahaan-group-bakrie-terancam-gagal-bayar pada tanggal 29
April 2017.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Sut, ”Bank Global Digugat Ratusan Miliar Rupiah”, diakses dari
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol17075/bank-global-digugat-
ratusan-miliar-rupiah pada tanggal 29 April 2017.
Terry, Sihotang Dikson. 2011. Pengaruh Corporate Governance terhadap
Peringkat dan Yield Obligasi di BEI. Jurnal Riset Manajemen dan
Bisnis, Vol. 6. No 1.
Tim Berita Satu.com, “Pefindo Turunkan Peringkat Berlian Laju Tanker” diakses
dari http://www.beritasatu.com/ekonomi/34235-pefindo-turunkan-
peringkat-berlian-laju-tanker.html pada tanggal 29 April 2017.
Utami, Ayu Gandar. 2012. Mekanisme Corporate Governance Terhadap Peringkat
Obligasi. Accounting Analysis Journal, Vol. 1 No. 2.
94
Wahyu S, Rusia K, ”Waspadai Gagal Bayar Obligasi”, diakses dari
http://investasi.kontan.co.id/news/waspadai-gagal-bayar-obligasi pada
tanggal 29 April 2017.
Widagdo, Ridwan, Soni Agus Irwandi, dan Sukma Lesmana. 2002. Analisis
Pengaruh atribut-atribut kualitas Audit terhadap kepuasan Klien.
Simposium Nasional Akuntansi V.
95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.1. Daftar Perusahaan
Perusahaan Non Keuangan yang Menjadi Sampel
No Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
1 PT MAYORA INDAH Tbk MYOR
2 PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) PPLN
3 PT SUMBERDAYA SEWATA SSMM
4 PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk. ADHI
5 PT INDOSAT Tbk. ISAT
6 PT AKR CORPORINDO Tbk. AKRA
7 PT FAST FOOD INDONESIA Tbk FAST
8 PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk INDF
9 PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk JSMR
10 PT GLOBAL MEDIACOM Tbk BMTR
11 PT ANTAM (PERSERO) Tbk ANTM
12 PT JAPFA COMFEED IDONESIA Tbk. JPFA
13 PT AGUNG PODOMORO LAND Tbk APLN
14 PT BUMI SERPONG DAMAI Tbk BSDE
15 PT MODERNLAND REALTY Tbk. MDLN
16 PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk SSIA
17 PT WASKITA KARYA (PERSERO) Tbk WSKT
18 PT PEMBANGUNAN JAYA ANCOL Tbk. PJAA
19 PT MITRA ADIPERKASA Tbk MAPI
20 PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. TLKM
21 PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND
TECHNOLOGY (SMART) Tbk. SMAR
22 PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk. TBLA
Lampiran 1.2. Data Perusahaan
No Kode Perusahaan Kepemilikan Institusional
2012 2013 2014 2015 2015
1 MYOR 33% 33% 33% 33% 59%
2 PPLN 100% 100% 100% 100% 100%
3 SSMM 100% 100% 100% 100% 100%
4 ADHI 56% 51% 51% 51% 51%
5 ISAT 85% 85% 85% 79% 79%
6 AKRA 59% 59% 59% 59% 59%
96
7 FAST 90% 90% 90% 90% 90%
8 INDF 50% 50% 50% 50% 50%
9 JSMR 72% 72% 70% 73% 73%
10 BMTR 60% 56% 50% 54% 54%
11 ANTM 65% 65% 65% 65% 65%
12 JPFA 46% 46% 46% 46% 53%
13 APLN 67% 67% 67% 82% 82%
14 BSDE 63% 63% 65% 65% 61%
15 MDLN 35% 32% 32% 30% 29%
16 SSIA 33% 37% 41% 42% 38%
17 WSKT 74% 68% 80% 66% 66%
18 PJAA 90% 90% 90% 90% 90%
19 MAPI 56% 56% 56% 56% 56%
20 TLKM 68% 63% 62% 61% 58%
21 SMAR 97% 97% 97% 97% 97%
22 TBLA 59% 59% 54% 54% 51%
No Kode Perusahaan Dewan Komisaris Independen
2012 2013 2014 2015 2016
1 MYOR 40% 40% 40% 40% 40%
2 PPLN 29% 22% 22% 22% 25%
3 SSMM 0% 33% 33% 33% 33%
4 ADHI 33% 29% 29% 29% 29%
5 ISAT 50% 50% 43% 30% 30%
6 AKRA 33% 33% 33% 33% 33%
7 FAST 33% 33% 33% 33% 33%
8 INDF 38% 38% 38% 38% 38%
9 JSMR 40% 33% 33% 17% 17%
10 BMTR 40% 33% 33% 60% 60%
11 ANTM 33% 33% 33% 33% 33%
12 JPFA 33% 33% 33% 50% 40%
13 APLN 33% 33% 33% 33% 33%
14 BSDE 38% 38% 38% 40% 40%
15 MDLN 50% 40% 40% 40% 40%
16 SSIA 40% 40% 33% 20% 33%
17 WSKT 33% 33% 33% 33% 33%
18 PJAA 50% 50% 50% 50% 50%
19 MAPI 40% 40% 40% 40% 40%
20 TLKM 40% 33% 43% 43% 43%
97
21 SMAR 38% 56% 50% 50% 50%
22 TBLA 33% 33% 33% 33% 33%
No Kode Perusahaan Komite Audit
2012 2013 2014 2015 2016
1 MYOR 3 3 3 3 3
2 PPLN 4 6 6 6 4
3 SSMM 0 3 3 3 3
4 ADHI 3 3 2 3 3
5 ISAT 5 5 4 4 3
6 AKRA 3 3 3 3 3
7 FAST 3 3 3 3 3
8 INDF 4 3 3 3 3
9 JSMR 3 3 3 3 3
10 BMTR 3 3 3 4 4
11 ANTM 6 6 4 4 4
12 JPFA 3 3 3 3 3
13 APLN 3 3 3 3 3
14 BSDE 3 3 3 3 3
15 MDLN 3 3 3 3 3
16 SSIA 3 3 3 2 2
17 WSKT 4 4 4 4 4
18 PJAA 3 3 3 3 4
19 MAPI 3 3 3 3 3
20 TLKM 6 5 5 4 6
21 SMAR 3 3 3 3 3
22 TBLA 3 3 3 3 3
No
Kode
Perusah
aan
Kualitas Audit
2012 2013 2014 2015 2016
1 MYOR 912.543.6
98.196
64.281.755
.265
777.845.73
1.275
(602.300.8
81.432)
686.056.32
8.418
2 PPLN 55.669.55
5.000.000
(71.669.73
8.000.000)
(16.599.67
0.000.000)
93.932.934
.000.000
(391.886.07
1.000.000)
3 SSMM 162.218.0
00.000
(144.307.0
00.000)
(645.576.0
00.000)
(1.202.766.
000.000)
(1.240.548.
000.000)
4 ADHI 1.985.916 1.274.868. 1.643.590. 2.394.302. 2.578.172.2
98
.433.118 498.471 731.673 544.697 16.244
5 ISAT
(4.906.52
8.000.000
)
(8.927.641.
000.000)
(14.528.02
2.000.000)
(3.336.033.
000.000)
(13.541.928
.000.000)
6 AKRA 8.175.616
.925.825
1.350.330.
514.000
(1.433.116.
413.000)
243.494.84
3.000
(1.421.900.
097.000)
7 FAST (39.007.0
91.000)
68.076.719
.000
(30.484.74
5.000)
(335.729.7
32.000)
1.349.924.6
13.960
8 INDF 3.201.649
.000.000
13.649.792
.000.000
7.504.213.
000.000
1.475.022.
000.000
(20.811.886
.000.000)
9 JSMR (747.119.
262.000)
4.063.335.
107.000
2.671.412.
101.000
(513.063.6
15.000)
9.278.119.5
97.000
10 BMTR 4.298.193
.000.000
(1.771.200.
000.000)
2.687.591.
000.000
(3.478.733.
000.000)
(4.245.477.
000.000)
11 ANTM (81.181.8
41.000)
1.763.791.
548.000
(1.151.289.
808.000)
292.648.98
2.000
(1.307.435.
908.000)
12 JPFA 2.673.408
.000.000
4.339.131.
000.000
847.245.00
0.000
682.222.00
0.000
(1.475.222.
000.000)
13 APLN 2.754.902
.179.000
3.566.964.
057.000
2.687.167.
719.000
(918.161.5
17.000)
(617.045.31
7.000)
14 BSDE
(61.649.7
18.298.56
8)
4.064.711.
736.524
599.655.35
8.052
(94.936.78
9.055.052)
2.453.077.5
88.928
15 MDLN 619.762.2
22.623
2.225.759.
125.706
795.069.50
9.719
1.410.722.
228.446
2.243.703.5
37.999
16 SSIA 788.725.2
80.568
669.826.52
3.985
(553.040.8
23.701)
106.914.39
4.844
397.799.68
8.548
17 WSKT 2.540.977
.007.791
888.844.90
3.236
2.826.359.
283.032
6.613.204.
204.414
21.986.652.
405.062
18 PJAA 343.923.3
57.372
39.279.118
.153
19.275.512
.019
(126.763.4
22.088)
(82.929.383
.434)
19 MAPI 1.095.086
.472.000
1.189.238.
533.000
888.479.25
2.000
837.052.26
5.000
(664.530.09
4.000)
20 TLKM
(10.825.0
00.000.00
0)
(9.143.000.
000.000)
483.697.00
0.000.000
(1.541.000.
000.000)
(23.420.000
.000.000)
21 SMAR (994.475.
000.000)
1.442.085.
000.000
(336.759.0
00.000)
2.502.959.
000.000
2.204.496.0
00.000
22 TBLA (299.787.
000.002)
112.475.00
0.000
359.195.00
0.000
1.623.731.
000.000
2.655.949.0
00.000
No Kode
Perusahaan Obligasi
Peringkat Obligasi
2012 2013 2014 2015 2016
99
1 MYOR
Obligasi IV
Mayora Indah
Tahun 2012
AA- AA- AA- AA- AA-
2 PPLN
Obligasi PLN
XII Tahun
2010 Seri B
AA+ AAA AAA AAA AAA
3 SSMM
Obligasi
Sumberdaya
Sewatama I
Tahun 2012
Seri B
A A A A A
4 ADHI
Obligasi
Bekelanjutan I
ADHI Tahap I
Tahun 2012
Seri B
A A A A A-
5 ISAT
Obligasi
Indosat VIII
Tahun 2012
Seri B
AA+ AA+ AAA AAA AAA
6 AKRA
Obligasi I AKR
Corpindo
Tahun 2012
Seri B
AA- AA- AA- AA- AA-
7 FAST
Obligasi Fast
Food Indonesia
I Tahun 2011
AA AA AA AA AA
8 INDF
Obligasi
Indofood
Sukses
Makmur VI
Tahun 2012
AA+ AA+ AA+ AA+ AA+
9 JSMR
Obligasi Jasa
Marga XIV
Seri JM-10
Dengan
Tingkat Bunga
Tetap
AA AA AA AA AA
10 BMTR
Obligasi Global
Mediacom I
Tahun 2012
Seri B
A+ A+ A A+ A+
11 ANTM
Obligasi
Berkelanjutan I
Antam Tahap I
Tahun 2011
AA AA- A A- BBB+
100
Seri B
12 JPFA
Obligasi
Berkelanjutan I
JAPFA Tahap
II Tahun 2012
A A+ A+ A A
13 APLN
Obligasi II
Agung
Podomoro
Land Tahun
2012
A A A A A-
14 BSDE
Obligasi
Berkelanjutan I
Bumi Serpong
Damai Tahap I
Tahun 2012
Seri C
A+ AA- AA- AA- AA-
15 MDLN
Obligasi II
Modernland
Realty Tahun
2012 Seri B
A- A- A A A
16 SSIA
Obligasi Surya
Semesta
Internusa I
Tahun 2012
Seri B
A A A A A
17 WSKT
Obligasi II
Waskita Karya
Tahun 2012
Seri B
A- A A A A-
18 PJAA
Obligasi II Jaya
Ancol Tahun
2012 Seri B
AA- AA- AA- AA- AA-
19 MAPI
Obligasi
Bekelanjutan
Mitra
Adiperkasa
Tahap I Tahun
2012 Seri B
AA- AA- AA- AA- AA-
20 TLKM
Obligasi II
Telkom Tahun
2010 Seri B
AAA AAA AAA AAA AAA
21 SMAR
Obligasi
Berkelanjutan I
SMART Tahap
I Tahun 2012
Seri B
AA- AA AA- AA- A+
101
22 TBLA
Obligasi II
Tunas Baru
Lampung
Tahun 2012
A A A A A-
Lampiran 1.3. Hasil Perhitungan
Tah
un
No Kode Perusahaan
Variabel
Peringkat (Y) KI
(X1)
DKI
(X2)
KOA
(X3)
KUA
(X4)
2012
1 MYOR 3 0,33 0,40 1 28
2 PPLN 3 1,00 0,29 1 32
3 SSMM 2 1,00 0 0 26
4 ADHI 2 0,56 0,33 1 28
5 ISAT 3 0,85 0,50 1 29
6 AKRA 3 0,59 0,33 1 30
7 FAST 3 0,90 0,33 1 24
8 INDF 3 0,50 0,38 1 29
9 JSMR 3 0,72 0,40 1 27
10 BMTR 2 0,60 0,40 1 29
11 ANTM 3 0,65 0,33 1 25
12 JPFA 2 0,46 0,33 1 29
13 APLN 2 0,67 0,33 1 29
14 BSDE 2 0,63 0,38 1 32
15 MDLN 2 0,35 0,50 1 27
16 SSIA 2 0,33 0,40 1 27
17 WSKT 2 0,74 0,33 1 29
18 PJAA 3 0,90 0,50 1 27
19 MAPI 3 0,56 0,40 1 28
20 TLKM 4 0,68 0,40 1 30
21 SMAR 3 0,97 0,38 1 28
22 TBLA 2 0,59 0,33 1 26
2 0 1 3
1 MYOR 3 0,33 0,40 1 25
102
2 PPLN 4 1,00 0,22 1 32
3 SSMM 2 1,00 0,33 1 26
4 ADHI 2 0,51 0,29 1 28
5 ISAT 3 0,85 0,50 1 30
6 AKRA 3 0,59 0,33 1 28
7 FAST 3 0,90 0,33 1 25
8 INDF 3 0,50 0,38 1 30
9 JSMR 3 0,72 0,33 1 29
10 BMTR 2 0,56 0,33 1 28
11 ANTM 3 0,65 0,33 1 28
12 JPFA 2 0,46 0,33 1 29
13 APLN 2 0,67 0,33 1 29
14 BSDE 3 0,63 0,38 1 29
15 MDLN 2 0,32 0,40 1 28
16 SSIA 2 0,37 0,40 1 27
17 WSKT 2 0,68 0,33 1 28
18 PJAA 3 0,90 0,50 1 24
19 MAPI 3 0,56 0,40 1 28
20 TLKM 4 0,63 0,33 1 30
21 SMAR 3 0,97 0,56 1 28
22 TBLA 2 0,59 0,33 1 25
2014
1 MYOR 3 0,33 0,40 1 27
2 PPLN 4 1,00 0,22 1 30
3 SSMM 2 1,00 0,33 1 27
4 ADHI 2 0,51 0,29 1 28
5 ISAT 4 0,85 0,43 1 30
6 AKRA 3 0,59 0,33 1 28
7 FAST 3 0,90 0,33 1 24
8 INDF 3 0,50 0,38 1 30
103
9 JSMR 3 0,70 0,33 1 29
10 BMTR 2 0,50 0,33 1 29
11 ANTM 2 0,65 0,33 1 28
12 JPFA 2 0,46 0,33 1 27
13 APLN 2 0,67 0,33 1 29
14 BSDE 3 0,65 0,38 1 27
15 MDLN 2 0,32 0,40 1 27
16 SSIA 2 0,41 0,33 1 27
17 WSKT 2 0,80 0,33 1 29
18 PJAA 3 0,90 0,50 1 24
19 MAPI 3 0,56 0,40 1 28
20 TLKM 4 0,62 0,43 1 34
21 SMAR 3 0,97 0,50 1 27
22 TBLA 2 0,54 0,33 1 27
2015
1 MYOR 3 0,33 0,40 1 27
2 PPLN 4 1,00 0,22 1 32
3 SSMM 2 1,00 0,33 1 28
4 ADHI 2 0,51 0,29 1 29
5 ISAT 4 0,79 0,30 1 29
6 AKRA 3 0,59 0,33 1 26
7 FAST 3 0,90 0,33 1 27
8 INDF 3 0,50 0,38 1 28
9 JSMR 3 0,73 0,17 1 27
10 BMTR 2 0,54 0,60 1 29
11 ANTM 2 0,65 0,33 1 26
12 JPFA 2 0,46 0,50 1 27
13 APLN 2 0,82 0,33 1 28
14 BSDE 3 0,65 0,40 1 32
15 MDLN 2 0,30 0,40 1 28
104
16 SSIA 2 0,42 0,20 0 25
17 WSKT 2 0,66 0,33 1 30
18 PJAA 3 0,90 0,50 1 26
19 MAPI 3 0,56 0,40 1 27
20 TLKM 4 0,61 0,43 1 28
21 SMAR 3 0,97 0,50 1 29
22 TBLA 2 0,54 0,33 1 28
2016
1 MYOR 3 0,59 0,40 1 27
2 PPLN 4 1,00 0,25 1 34
3 SSMM 2 1,00 0,33 1 28
4 ADHI 2 0,51 0,29 1 29
5 ISAT 4 0,79 0,30 1 30
6 AKRA 3 0,59 0,33 1 28
7 FAST 3 0,90 0,33 1 28
8 INDF 3 0,50 0,38 1 31
9 JSMR 3 0,73 0,17 1 30
10 BMTR 2 0,54 0,60 1 29
11 ANTM 1 0,65 0,33 1 28
12 JPFA 2 0,53 0,40 1 28
13 APLN 2 0,82 0,33 1 27
14 BSDE 3 0,61 0,40 1 29
15 MDLN 2 0,29 0,40 1 28
16 SSIA 2 0,38 0,33 0 27
17 WSKT 2 0,66 0,33 1 31
18 PJAA 3 0,90 0,50 1 25
19 MAPI 3 0,56 0,40 1 27
20 TLKM 4 0,58 0,43 1 31
21 SMAR 2 0,97 0,50 1 28
22 TBLA 2 0,51 0,33 1 29
105
Lampiran 1.4. Hasil Output SPSS
1. Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Peringkat Obligasi 110 1.0000 4.0000 2.645455 .6851821
Kepemilikan
Institusional
110 .2900 1.0000 .658545 .2032300
Dewan Komisaris
Independen
110 .0000 .6000 .364091 .0866004
Komite Audit 110 .0000 1.0000 .990909 .0953463
Kualitas Audit 110 24.0000 34.0000 28.154545 1.9308522
Valid N (listwise) 110
2. Uji Parallel Lines
Test of Parallel Linesa
Model
-2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Null Hypothesis 187.282
General 175.369 11.913 8 .155
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are
the same across response categories.
a. Link function: Complementary Log-log.
3. Uji Pseudo R2
Pseudo R-Square
Cox and Snell .218
Nagelkerke .251
McFadden .122
106
Link function: Complementary
Log-log.
4. Uji Goodness of Fit
Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 207.945 260 .992
Deviance 181.266 260 1.000
Link function: Complementary Log-log.
5. Uji Signifikan
Model Fitting Information
Model
-2 Log
Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Intercept
Only
214.267
Final 187.282 26.985 4 .000
Link function: Complementary Log-log.
6. Uji Signifikansi Parameter Individual
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald df Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Threshold [Y1 =
1.0000]
2.849 2.206 1.667 1 .197 -1.475 7.173
[Y1 =
2.0000]
7.156 1.988 12.950 1 .000 3.259 11.053
[Y1 =
3.0000]
8.777 2.055 18.247 1 .000 4.750 12.804
Location X1 2.081 .607 11.769 1 .001 .892 3.270
X2 1.494 1.347 1.230 1 .267 -1.146 4.134
X4 .207 .064 10.399 1 .001 .081 .334
[X3=.0000] -1.622 1.856 .764 1 .382 -5.260 2.016
[X3=1.0000] 0a . . 0 . . .
Link function: Complementary Log-log.
a. This parameter is set to zero because it is redundant.
107