pengaruh conscientiousness, gender dan suku terhadap ......pandangan big five menyatakan bahwa...

40
1 PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan oleh seorang investor seringkali dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi keputusan investasi adalah risk tolerance yang berani ditanggung oleh seorang investor. Hal ini dapat terjadi karena dalam pengambilan sebuah keputusan sering kali investor dihadapkan pada sebuah kondisi yang tidak pasti sehingga risk tolerance mulai berperan sebelum sebuah keputusan diambil.Saat ini tidak hanya investor laki-laki yang berinvestasi, namun banyak juga investor perempuan yang melakukan investasi. Investor dalam mengambil setiap keputusan selalu mengedepankan pertimbangan-pertimbangan atas dasar rasionalitas terhadap keputusan yang akan diambil khususnya keputusan berinvestasi. Secara umum pilihan berinvestasi investor terbentuk atas dasar pertimbangan keuntungan dan risiko yang dihadapi. Namun tidak jarang dalam berperilaku investor mengabaikan rasionalitas yang menjadi landasan pengambilan keputusan berinvestasi. Selain itu juga faktor kepribadian investor dapat berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi yang diambil investor. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi di masa depan dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2010). Perilaku keuangan yaitu mempelajari tentang psikologi investor yang mendorong pilihan keuangan atau investasi dalam lingkungan masa depan yang pasti. Perilaku keuangan sebagian besar berada di bawah sayap civitas akademika

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PENDAHULUAN

    Keputusan investasi yang dilakukan oleh seorang investor seringkali

    dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi

    keputusan investasi adalah risk tolerance yang berani ditanggung oleh seorang

    investor. Hal ini dapat terjadi karena dalam pengambilan sebuah keputusan sering

    kali investor dihadapkan pada sebuah kondisi yang tidak pasti sehingga risk

    tolerance mulai berperan sebelum sebuah keputusan diambil.Saat ini tidak hanya

    investor laki-laki yang berinvestasi, namun banyak juga investor perempuan yang

    melakukan investasi.

    Investor dalam mengambil setiap keputusan selalu mengedepankan

    pertimbangan-pertimbangan atas dasar rasionalitas terhadap keputusan yang akan

    diambil khususnya keputusan berinvestasi. Secara umum pilihan berinvestasi

    investor terbentuk atas dasar pertimbangan keuntungan dan risiko yang dihadapi.

    Namun tidak jarang dalam berperilaku investor mengabaikan rasionalitas yang

    menjadi landasan pengambilan keputusan berinvestasi. Selain itu juga faktor

    kepribadian investor dapat berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi yang

    diambil investor. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang

    suatu keadaan yang akan terjadi di masa depan dengan keputusan yang diambil

    berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2010).

    Perilaku keuangan yaitu mempelajari tentang psikologi investor yang

    mendorong pilihan keuangan atau investasi dalam lingkungan masa depan yang

    pasti. Perilaku keuangan sebagian besar berada di bawah sayap civitas akademika

  • 2

    yang penelitiannya menjadi cukup produktif untuk menawarkan sumber makna

    dan arah bagi investor (Kahneman dalam Pompian, 2010).

    Banyak investor yang tidak menyadari bahwa faktor psikologi dalam

    dirinya berpengaruh dalam pengambilan keputusan (Agustina, 2009). Mayfield,

    Perdue dan Wooten (2008) menjelaskan bahwa ada dua kelompok peneliti yang

    mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi investor dalam menentukan

    keputusan investasi. Kelompok pertama adalah kelompok yang menggunakan

    pendekatan demografi yang berhubungan dengan pengaruh jenis kelamin, etnik,

    kekayaan, pendapatan dan berbagai faktor lain sebagai penjelasan keputusan

    pengaturan investasi. Kelompok kedua mendasarkan pemikiran pada karakteristik

    psikologi investor yang menunjukkan berbagai pilihan dalam pengambilan

    keputusan investasi.

    Sembel (2007) menunjukkan bahwa seorang psikolog dan investor

    bernama Jonathan Myers membagi profil investor berdasarkan 2 ciri-ciri, yaitu

    tipe kepribadian (personality trait) dan preferensi terhadap risiko (risk

    preference). Agustina (2009) mengungkapkan bahwa kepribadian digunakan

    untuk mengurangi kekurangan dari preferensi risiko di dalam pemilihan instrumen

    investasi, sehingga dengan mengkombinasikan keduanya (tipe kepribadian dan

    risk tolerance) investor dapat memprediksi arah niat pengambilan keputusan

    investasi dengan tepat.

    Mayfield, dkk (2008) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan berdasarkan

    gender, kecuali dengan dimensi pemikiran atau perasaan dimana sekitar dua

    pertiga dari laki-laki lebih memilih berpikir dan dua pertiga dari perempuan lebih

  • 3

    suka merasa. Byrnes, Miller dan Schafer (1999) menyatakan bahwa perempuan

    akan lebih takut untuk menghadapi risiko dibandingkan dengan laki-laki.

    Penelitian terdahulu oleh Olsen dan Cox (2001) menunjukkan bahwa perempuan

    tidak mungkin untuk berinvestasi dengan risiko lebih tinggi daripada laki-laki

    dengan karakteristik pribadi serupa secara signifikan.

    Penelitian lainnya seperti yang dilakukan oleh Barber dan Odean (2001)

    memberi bukti bahwa laki-laki lebih memiliki rasa overconvidence yang tinggi

    dibandingkan dengan perempuan. Overconvidence adalah perasaan percaya diri

    pada dirinya sendiri secara berlebihan (Supramono, 2007). Overconvidence

    terkadang membuat investor overestimate terhadap pengetahuan yang dimiliki dan

    underestimate terhadap risiko dan melebih-lebihkan kemampuan dalam hal

    melakukan kontrol atas apa yang terjadi (Nofsinger, 2005). Filbeck, Hatfield dan

    Horvath (2005) mengemukakan gagasan bahwa seorang individu cenderung

    bertindak normal bukannya rasional ketika membuat keputusan investasi. Perilaku

    yang tidak sepenuhnya rasional tersebut tidak terlepas dari pengaruh perasaan dan

    sikap seseorang seperti overconvidence, optimis, gengsi, khawatir dan konservatif

    (Supramono, 2007).

    Penelitian ini memakai karakteristik tipe kepribadian yang diamati dengan

    menggunakan lima tipe kepribadian (big five) yang disebut OCEAN (opennes to

    experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness and neuroticism).

    Kerangka berpikir big five merupakan suatu model hirarki kepribadian dengan

    lima variabel yang setiap variabelnya menjelaskan kepribadian dengan jelas dan

    sangat luas. Pandangan big five menyatakan bahwa setiap perbedaan individu

  • 4

    dalam kepribadiannya dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bagian secara

    empiris (Gosling, Rentfrow & Swann, 2003). Istilah big five pertama kali

    dicetuskan oleh Lew Goldberg (1981). Teori kepribadian “the big five”

    digunakan karena taksonomi kepribadian dari the big five secara umum dipandang

    sebagai yang paling mudah dimengerti dan diterima, khususnya untuk riset

    terapan (Mayfield dkk, 2008).

    Dalam beberapa penelitian terdahulu, variabel-variabel tersebut ditemukan

    memiliki hasil yang masih beragam, sehingga masih terdapat kemungkinan untuk

    dilakukan penelitian lebih lanjut. Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

    Indriani (2010) yang menyatakan bahwa untuk extraversion tidak ada perbedaan

    antara laki-laki dan perempuan atau keduanya cenderung sama dalam memilih

    keputusan investasi. Opennes to experience dan extraversion lebih suka

    menghadapi risiko dengan memilih investasi jangka panjang, sedangkan

    conscientiousness lebih suka untuk menghindari risiko dengan memilih investasi

    jangka pendek. Agreeableness dan neuroticism tidak berinvestasi dalam jangka

    pendek maupun jangka panjang.

    Sementra, Ariani (2011), mengenai pengaruh suku terhadap risk tolerance,

    menemukan bahwa suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih

    berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang

    Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka

    memiliki preferensi risiko yang lebih berani.

    Indriani (2010) juga membuktikan bahwa karakteristik responden yang

    mengkategorikan conscientiousness pada range 2,91 (dibawah rata-rata) sehingga

  • 5

    tingkat conscientiousness responden cenderung rendah dan karena sebagian besar

    responden berusia 20-22 tahun, sehingga dalam bertindak seringkali tidak

    melakukan pemikiran terlebih dahulu, hal ini membuat responden lebih berani dan

    memilih investasi jangka pendek.

    Farikha (2011) membuktikan bahwa dari kelima variabel big five hanya

    variabel conscientiousness yang signifikan. Itu berarti bahwa variabel

    conscientiousness berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent.

    Gufron (2010) menyebutkan kepribadian conscientiousness lebih kerap

    diaplikasikan pada individu dalam lingkungan sosialnya. Dengan demikian, maka

    dari kelima tipe kepribadian the big five, peneliti hanya menggunakan satu tipe

    kepribadian yaitu conscientiousness sebagai variabel independent. Berdasarkan

    uraian di atas, maka persoalan penelitian yang dirumuskan yaitu sebagai berikut:

    1) Apakah terdapat pengaruh kepribadian conscientiousnessterhadap risk

    tolerance ?

    2) Apakah terdapat pengaruhgender terhadap risk tolerance ?

    3) Apakah terdapat pengaruh suku terhadap risk tolerance ?

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

    seberapa besar pengaruh kepribadian conscientiousness, gender dan suku terhadap

    risk tolerance. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dari hasil

    penelitian ini bisa menambah pengetahuan tentang ilmu keuangan berbasis

    perilaku yang sudah ada sebelumnya, dan juga sebagai bahan referensi untuk

    penelitian dibidang study keuangan selanjutnya, tepatnya mengenai pengaruh

    kepribadian conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance.

  • 6

    TELAAH TEORITIS

    Risk Tolerance

    Risk tolerance atau toleransi risiko adalah tingkat kemampuan yang dapat

    diterima dalam mengambil suatu risiko investasi (Jones, 2004: 142). Menurut

    cognitive psycology, investor sering membuat kesalahan (cognitive bias) dalam

    mengolah informasi karena keputusan investor seringkali dipengaruhi oleh

    keyakinan dan preferensi terhadap risiko (Supramono dkk, 2010).

    Dilihat dari kesediaannya menanggung risiko investasi, investor dapat

    dikategorikan menjadi 3 kelompok atau tipe (Agustina, 2009) :

    1) Tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker)

    Investor tipe ini adalah investor yang berani menanggung risiko.Widoatmojo

    dalam Putra (2011) mengungkapkan bahwa investor yang memiliki tipe berani

    mengambil risiko ini sangat menikmati risiko. Beberapa investor dengan tipe risk

    taker biasanya sering menghadapi risiko yang tinggi di lingkungan kerjanya.

    2) Tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter).

    Investor dengan tipe ini memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan

    investasi yang konservatif atau mengutamakan keamanan (Sembel dan Sembel

    dalam Putra, 2011).Tidak mau mengambil risiko tambahan yang mereka anggap

    tidak terlalu diperlukan.Akan merasa senang ditawari investasi yang memiliki

    risiko yang rendah.

    3) Tipe investor yang hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan

    return yang akan diperolehnya (risk moderate).

  • 7

    Semakin besar risiko yang akan dihadapi, semakin tinggi return yang diharapkan,

    semakin kecil risiko atas suatu investasi, semakin kecil return yang diharapkan.

    Tipe ini juga akan mempertimbangkan secara hati-hati jenis instrument yang akan

    dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya kedalam

    instrument berisiko hingga porsi tertentu. Tipe ini juga akan cenderung memilih

    investasi yang memiliki risiko relative rendah.

    Ketiga jenis investor di atas mempunyai karakteristik dan penilaian yang

    unik untuk menilai suatu investasi.Pola sifat investor itu terbentuk karena adanya

    suatu konsep umum dimana kita tidak bisa mendapatkan sesuatu yang besar tanpa

    risiko yang besar. Jadi semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil

    yang besar juga. Disini investor dibebaskan untuk memilih jenis kemungkinan

    hasil dan risiko berdasarkan keinginan dan kemampuan berinvestasi.Secara umum

    banyak orang berpikir dengan pola risk averse. Tidak heran pilihan pertama

    seseorang menempatkan investasi adalah pada deposito atau instrument fixed rate

    return lainnya. Namun demikian, hasil deposito kurang memuaskan kebutuhan

    sebagian pihak.Tingkat suku bunga deposito dinilai terlalu rendah, tidak

    sebanding sebagai bentuk kompensasi investasi lagi.Hal ini mendorong sebagian

    pihak untuk melirik pasar modal sebagai bentuk investasi alternatif yang relative

    memberikan harapan keuntungan lebih tinggi, tentu saja dengan risiko yang lebih

    besar pula.

  • 8

    Conscientiousness

    Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa kondisi suasana hati yang

    baik akan meningkatkan peluang terjadinya tingkah laku menolong orang lain,

    sedangkan kondisi suasana hati yang tidak baik akan menghambat pertolongan.

    Feist dan Feist (2009) menyatakan bahwa kepribadian conscientiousness orang-

    orang yang memiliki sifat sebagai berikut:

    1) Optimis

    Sifat optimis adalah sifat yang penuh dengan pikiran positif dan keyakinan

    pada diri sendiri. Orang yang memiliki sifat optimis biasanya penuh percaya diri

    dan berani mengambil keputusan. Meskipun tahu akan banyak rintangan di depan,

    orang optimis akan tetap mencoba maju. Dan seandainya gagal, orang optimis

    tidak akan kecewa dan bersedih terlalu lama. Karena mereka yakin akan bisa

    berhasil jika mau terus berusaha. Sifat optimis inilah yang harus ada dalam diri

    seseorang setiap kali ingin melakukan sesuatu.

    2) Fokus pada prestasi kerja

    Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang

    dalammelaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan

    atasmemiliki perencaanan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

    3) Disiplin

    Disiplin adalah sikap yang selalu tepat janji, sehingga orang lain

    mempercayainya, karena modal utama dalam berbisnis adalah memperoleh

    kepercayaan dari orang lain. Disiplin ialah suatu kebiasaan dalam melakukan

    sebuah tindakan tertentu. Disiplin diri ialah latihan untuk menghasilkan pola dari

  • 9

    perilaku yang diinginkan, kebiasaan yang diharapkan dan sikap yang membawa

    kepada keberhasilan dalam mengarungi kehidupan. Oleh sebab itu, disiplin

    merupakan sesuatu yang perlukan untuk membawa seseorang sampai kepada

    tujuan yang diinginkan. Bisa dikatakan bahwa disiplin adalah Kunci Sukses

    4) Kerja keras

    Kerja keras adalah suatu sikap kerja yang penuh dengan motivasi

    (semangat) untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan. Bekerja adalah kewajiban

    bagi setiap orang untuk memperoleh keberhasilan. Tanpa bekerja, seseorang tidak

    akan pernah memperoleh apa yang diharapkan. Jam kerjatidak terbatas pada

    waktu, dimana adapeluang di situ datang. Kadang-kadang seorang yang pekerja

    keras sulit untuk mengatur waktu kerjanya, serta memikirkan kemajuannya.Ide-

    idebaru selalu mendorongnya untuk bekerja kerasmerealisasikannya.

    5) Teliti

    Teliti berarti cermat dan saksama. Teliti juga berarti hati-hati. Orang yang

    teliti adalah orang yang selalu cermat dan hati-hati dalam merencanakan hingga

    melakukan suatu pekerjaan. Orang yang tidak teliti adalah orang yang ceroboh

    dan mengerjakan sesuatu dengan semaunya sendiri. Tipe teliti ini sangat tertarik

    pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi (kecepatan).

    Mereka menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka sangat fokus

    terhadap fakta, maunya ada bukti. Sangat menghargai peraturan, mereka tidak

    suka melanggar peraturan. Dalam beraktivitas pun begitu, menggunakan

    sistematis dan aturan-aturan agar semuanya terkelola dengan baik. Mengatasi

  • 10

    konflik secara tidak langsung. Dihadapan orang lain, mereka dipandang pasif dan

    selalu mengalah.

    6) Tekun

    Sifat tekun adalah sifat sungguh-sungguh dalam bekerja. Bersungguh-

    sungguh dalam berusaha merupakan modal untuk rnemperoleh kesuksesan. Orang

    yang tekun tak mudah puas dengan hasil kerjanya. Ia akan terus memperbaiki diri.

    Caranya bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah menerima kritik dari orang

    lain. Kritik yang membangun dapat dijadikan sebagai modal agar kita bisa

    menjadi lebih baik.

    Sedangkan secara umum, orang-orang yang mendapat skor tinggi pada

    variabel conscientiousness merupakan orang yang pekerja keras, teliti, tepat

    waktu, disiplin dan tekun. Sebaliknya, orang dengan skor rendah cenderung

    malas, ceroboh, tidak tepat waktu, tidak disiplin, dan cenderung sembrono.

    Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir

    sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma. Facet

    (subfaktor) yang terdapat dalam conscientiousness menurut Costa dan McRae

    dalam Pervin (2005) sebagai berikut :

    1. Competence (kompetensi), kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan

    dalam melakukan sesuatu.

    2. Order (teratur), kemampuan berorganisasi

    3. Dutifulness (patuh), memegang erat prinsip hidup

    4. Achievement striving (pencapaian prestasi), aspirasi individu dalam

    mencapai prestasi

  • 11

    5. Self-discipline (disiplin), mampu mengatur diri sendiri

    6. Deliberation (pertimbangan), selalu berpikir sebelum bertindak

    Faktor Demografi

    Variabel demografis menurut Robb dan Sharpe (2009) adalah suatu study

    yang mempelajari karakteristik, sikap dan perilaku seseorang yang dipengaruhi

    oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, suku, status pendidikan dan

    pendapatan. Faktor-faktor demografis biasanya mempengaruhi perilaku

    seseorang, termasuk dalam perilaku keuangan. Faktor lain yang termasuk dalam

    demografis adalah usia. Faktor demografi adalah bagian yang melekat pada

    individu dan mampu untuk mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan

    keuangan (Miranda, 2011). Graham, Harvey dan Huang (2005) menyatakan

    bahwa demografi seorang investor menjelaskan persepsi kompetensinya

    dipengaruhi oleh karakteristik dari investor tersebut. Perbedaan karakteristik

    demografi dari investor menyebabkan investor merasa lebih kompeten dalam

    memahami informasi keuangan dan peluang yang ada. Demografi merupakan

    salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi

    keputusan yang berisiko (Filbeck dkk, 2005; Bhandari & Deaves, 2006).

    Gender

    Gender merupakan sebuah variabel yang mengekspresikan kategori

    biologis, sehingga merupakan sifat manusia yang terkait oleh budaya dan sering

    kali dipertimbangkan menjadi penentu sebuah keputusan (Trisnaningsih, 2003).

  • 12

    Penelitian yang dilakukan oleh Olsen dan Cox (2001) memfokuskan pada investor

    yang telah terlatih secara profesional, menemukan bahwa adanya kecenderungan

    pengaruh perbedaan gender terhadap persepsi dan respon pada risiko investasi.

    Watson dan McNaughton (2007) membuktikan bahwa perempuan lebih

    cenderung memilih investasi yang konservatif dengan pengembalian yang lebih

    rendah dibanding laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Arano, Parker dan

    Terry (2010) menambahkan bahwa dalam hal risiko, gender membedakan alokasi

    investasi antara laki-laki dengan perempuan. Hasil yang ditemukan adalah bahwa

    gender laki-laki yang paling overconfidence dalam pengambilan keputusan. Hal

    ini juga didukung oleh eksperimen yang dilakukan oleh Charness dan Gneezy

    (2007) menemukan hasil yang konsisten bahwa perempuan kurang berani

    berinvestasi, sehingga tampak lebih menolak risiko finansial daripada laki-laki.

    Suku

    Kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai

    arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan

    sebagainya yang memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik

    yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat istiadat dan tradisi.

    Investor dengan latar belakang suku yang berbeda mempunyai perilaku keuangan

    yang berbeda juga.

    Afwah (2008) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang

    etnis Tionghoa dalam mencapai kesuksesan yaitu kemampuan subjek dalam

    menangkap peluang usaha, kegigihan, keuletan, kerja keras, tekun, giat, punya

  • 13

    kemampuan, hemat, hidup sederhana dan faktor yang paling berpengaruh besar

    yaitu keadaan pasar saat ini dan nilai-nilai budaya. Hubungan yang baik dengan

    sesama pedagang, pemasok maupun pembeli menjadi salah satu faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan seorang pedagang.

    Pengembangan Hipotesis

    Pengaruh Kepribadian Conscientiousness terhadap Risk Tolerance

    Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial,

    berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti aturan dan norma.

    Individu yang memiliki sifat berpikir sebelum bertindak sangat memperhatikan

    langkah-langkah yang diambil terutama dalam berinvestasi. Individu ini sangat

    berhati-hati dalam memilih jenis investasi, individu yang berhati-hati lebih

    memilih menghindari risiko. Semakin tinggi tingkat conscientiousness, investor

    lebih menyukai untuk menghindari risiko.

    Makin rendah tingkat conscientiousness investor lebih memilih untuk

    menghadapi risiko. Investor yang memiliki skor tinggi cenderung untuk

    menunjukkan disiplin diri, bertindak dengan patuh dan bertujuan untuk

    pencapaian; direncanakan daripada perilaku spontan. Dari sisi negatif, tipe

    kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic dan bosan.

    Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukkan sikap tidak disiplin,

    ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.

    Farikha (2011) membuktikan bahwa dari kelima variabel big five hanya

    variabel conscientiousness yang signifikan. Itu berarti bahwa variabel

  • 14

    conscientiousness berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen.

    Gufron (2010) menyebutkan kepribadian conscientiousness lebih kerap

    diaplikasikan pada individu dalam lingkungan sosialnya.

    H1 : Conscientiousness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk

    tolerance.

    Pengaruh Gender Terhadap Risk Tolerance

    Barber dan Odean (2001) menyatakan bahwa gender merupakan faktor

    yang mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seorang investor dalam mengambil

    resiko untuk berinvestasi. Arano, Parker dan Terry (2010) menambahkan bahwa

    dalam hal risiko, gender membedakan alokasi investasi antara laki-laki dengan

    perempuan. Hasil yang ditemukan adalah bahwa gender laki-laki yang paling

    overconvidence dalam pengambilan keputusan.

    Penelitian oleh Eckel dan Grossman (2008) menemukan adanya perbedaan

    sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko. Eksperimen ini dilakukan

    pada mahasiswa dan membuktikan bahwa terdapat hubungan antara risk attitude

    dengan karakteristik psikologi dalam mengambil keputusan investasi bahwa

    secara signifikan wanita lebih risk averse daripada laki-laki. Graham dkk (2005)

    menemukan bahwa investor laki-laki lebih memiliki keyakinan bahwa mereka

    merupakan investor yang kompeten dikarenakan tinggi aktivitas investor

    (competence effect) melakukan perdagangan (trading) jika dibandingkan wanita

    yang bekerja paruh waktu.

    H2 : Gender berpengaruh signifikan terhadap risk tolerance.

  • 15

    Pengaruh SukuTerhadap Risk Tolerance

    Etnis Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus, tetapi juga

    terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang (Maulana,

    2007). Penduduk etnis Jawa menjaga keharmonisan, keserasian dan menghindari

    konflik, sehingga cenderung diam dan tidak mau membantah apabila terjadi

    perbedaan pendapat, karena sifat itulah penduduk etnis Jawa mudah untuk

    menyimpan dendam (Soedharmo, 2006). Budaya etnis Tionghoa untuk

    mengidentifikasi diri sebagai bagian dari sistem masyarakat Tionghoa adalah

    penggunaan nama keluarga Tionghoa.

    Etnis Tionghoa cenderung menghindari aktivitas sosial, tetapi hasil

    penelitian pada etnis Tionghoa dari segi sosial yang dilakukan oleh Kantiningsih

    (2007) adalah rata-rata etnis Tionghoa yang menyukai aktivitas sosial lebih tinggi

    daripada yang tidak menyukai kegiatan sosial. Biasanya suku dengan kulit putih

    akan lebih berani dalam mengambil risiko. Suku Tionghoa biasanya dalam

    melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku

    Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam

    berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani,

    2011).

    H3 : Suku berpengaruh signifikan terhadap risk tolerance.

  • 16

    Model Penelitian

    Berdasarkan penjelasan pengaruh antara berbagai variabel di atas, maka penulis

    merumuskan ke dalam model penelitian sebagai berikut :

    Gambar 1.

    Model Penelitian

    Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diartikan bahwa kadarrisk

    tolerance yang dimiliki oleh seorang investor dapat dipengaruhi oleh dua variabel

    yaitu conscientiousness dan faktor demografi (gender dan suku).

    METODE PENELITIAN

    Jenis Penelitian dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

    primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti sesuai dengan tujuan

    penelitian. Sumber data diperoleh dengan memberikan kuesioner pertanyaan-

    pertanyaan yang relevan terhadap topik yang diteliti untuk dijawab atau diisi oleh

    responden seorang investor di kota Salatiga secara langsung.

    Conscientiousness

    Risk

    Tolerance

    Faktor Demografi :

    - Gender - suku

  • 17

    Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah para investor yang ada di kota Salatiga.

    Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan

    menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria investor yang

    berinvestasi untuk membuka usaha. Karena dalam pengambilan sampel kesulitan

    untuk menemukan para investor, maka peneliti mentargetkan sebanyak 45

    responden yang mengacu pada rules of thumb (Roscoe, 1975), maka ukuran

    sampel pada penelitian ini yaitu ukuran sampel yang layak adalah sampel yang

    memiliki jumlah paling sedikit adalah 30 responden.

    Pengukuran Konsep

    Setiap pernyataan baik variabel kepribadian conscientiousness dan faktor

    demografi (gender dan suku) diukur dengan menggunakan 5 point Skala Likert,

    dimana responden diminta untuk menjawab dengan pilihan angka antara 1-5 (1=

    sangat tidak setuju, dan 5= sangat setuju).

    Indikator Empirik

    Berikut indikator empirik dari aspek kepribadian conscientiousness dan

    faktor demografi (gender dan suku) terhadap risk tolerance.

    Tabel 1. Variabel, Deskripsi, Sub Variabel dan Indikator

    Variabel Deskripsi Sub Variabel Indikator

    Conscientiousness

    Merupakan orang-

    orang yang

    memiliki sifat

    optimis, fokus

    pada prestasi dan

    Optimis

    1. Mendapatkan keuntungan

    berinvestasi.

    2. Kegagalan hari ini merupakan

  • 18

    disiplin diri (Feist

    dan Feist, 2009)

    keuntungan yang

    tertunda.

    3. Kecil kemungkinan mengalami kegagalan

    investasi

    Fokus pada

    prestasi

    1. Mempunyai target 2. Target harus tercapai 3. Mendapatkan

    keuntungan yang

    besar.

    Disiplin

    1. Tepat waktu. 2. Tidak harus

    mengerjakan sesuatu

    sesegera mungkin

    3. Tidak mudah membatalkan

    perjanjian.

    Kerja keras

    1. Tidak mudah menyerah

    2. Berusahaagar kegiatan investasi

    dapat mendatangkan

    keuntungan

    3. Mencari peluang investasi

    Teliti

    1. Cermat dalam memilih investasi

    2. Berhati-hati dalam berinvestasi

    3. Merencanakan, dalam setiap investasi

    Tekun

    1. Menekuni investasi yang dilakukan.

    2. Tidak pernah berhenti belajarkegiatan

    investasi

    3. Belajar dari siapapun tentang kegiatan

    investasi

    Gender Gender responden

    Kondisi

    responden

    terkait dengan

    gender yang

    dimiliki saat ini

    - Laki-laki - Perempuan

  • 19

    Suku Suku responden

    Kondisi

    responden

    terkait dengan

    suku yang

    dimiliki saat ini

    - Jawa - Tionghoa

    Risk Tolerance

    Merupakan tingkat

    kemampuan yang

    dapat diterima

    dalam mengambil

    suatu risiko

    investasi (Jones,

    2004: 142).

    Risk taker

    1. Berani menanggung risiko dalam

    berinvestasi

    2. Menikmati risiko dalam berinvestasi

    3. Berani menghadapi risiko yang tinggi

    dalam berinvestasi

    Risk averter

    1. Mengutamakan keamanan dalam

    berinvestasi

    2. Tidak mau mengambil risiko

    yang tinggi dalam

    berinvestasi

    3. Merasa senang ditawari investasi

    yang memiliki risiko

    yang rendah

    Risk moderate

    1. Berani menanggung risiko yang sebanding

    dengan keuntungan

    yang akan diperoleh

    2. Mempertimbangkan secara hati-hati jenis

    investasi sesuai

    dengan dana yang

    dimiliki

    3. Memilih investasi yang memiliki risiko

    relative rendah

    Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    menggunakan kuesioner yang diberikan kepada investor di kota Salatiga.

    Penelitian lapangan dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada

  • 20

    responden yang berisi daftar pertanyaan yang menyangkut pengaruh

    conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance.

    Teknik Analisis

    Teknik analisis merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyajikan

    data dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga akan mempermudah bagi peneliti

    memberikan jawaban masalah yang telah dirumuskan (Utami & Supramono,

    2003). Penelitian ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and

    Service Solution) yang berfungsi untuk menganalisis data dan melakukan

    perhitungan statistik baik parametrik maupun non parametrik dengan basis

    windows (Ghozali, 2006). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah menggunakan statistik deskriptif kuantitatif dan alat analisis menggunakan

    regresi berganda

    Uji Validitas dan Reliabilitas

    Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

    statistik deskriptif dan alat analisis menggunakan regresi berganda. Sebelum

    melangkah ke uji regresi berganda data diuji keabsahannya sehingga dapat diuji

    lebih lanjut yaitu menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

    Uji Validitas : Uji ini untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang

    digunakan sudah memadai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dengan

    cara meminta pendapat atau penilaian ahli yang berkompeten dengan masalah

  • 21

    yang diteliti. Data dikatakan valid jika memiliki Corrected item-total correlation

    (r hitung) lebih besar 0.3 (Yogianto, 2005).

    Uji reliabilitas : Uji reliabilitas diperlukan untuk menunjukkan sejauh

    mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten jika diulangi berapa kali. Instrumen

    dikatakan reliable jika memiliki Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.

    Uji Asumsi Klasik

    1) Uji Normalitas

    Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov

    dengan cara membandingkan nilai probabilitas (p-value) yang diperoleh

    dengan taraf signifikan yang sudah ditemukan yaitu 0,05.

    2) Uji Multikolinearitas

    Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui korelasi antar variable-

    variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Uji multikolinearitas

    dalam penelitian ini dapat diketahui dengan melihat angka variance inflation

    factor (VIF) dan tolerance. Model regresi dikatakan bebas dari

    multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10 dan

    mempunyai angka tolerance lebih besar dari 0,10 (Ghozali, 2005).

    3) Uji Heteroskedastisitas

    Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah analisis regresi berganda

    terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan yang

    lain. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari hasil uji

    glejser yaitu dengan cara meregresikan nilai absolute residual terhadap

  • 22

    variabel independen. Apabila variabel independen signifikan secara statistik

    mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi

    heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

    Persamaan Regresi

    Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini

    adalah :

    Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+e

    Dimana :

    Y : Keputusan pembelian

    X1 : Conscientiousnes

    X2 : Gender

    X3 : Suku

    e : Error / Residual

    a : Konstanta, perpotongan pada garis sumbu X

    b1,b2,b3 : Koefesien regresi

    Selanjutnya dengan menggunakan SPSS 11.0 for windows, akan

    dihasilkan output regresi yang akan dijelaskan mengenai:

    R square (R2) yaitu seberapa besar kemampuan variabel independen dalam

    menjelaskan variabel dependen.

    Uji t, uji signifikansi apakah variabel independen secara parsial

    berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dilakukan dengan cara

    membandingkan p-value dengan tingkat signifikansi. Jika p-value lebih kecil dari

    0,05 maka H1, H2, dan H3 diterima, demikian sebaliknya.

  • 23

    Uji F, uji signifikansi apakah variabel independen secara bersama-sama

    berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika p-value lebih kecil dari

    0,05 maka secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap

    variabel dependen.

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Profil Responden

    Tabel berikut ini memperlihatkan karakteristik dari responden yang dilihat

    dari faktor usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, suku, pekerjaan, jenis usaha

    dan melakukan investasi lain. Berikut adalah tabel yang menyajikan karakteristik

    responden investor di kota Salatiga yang menjadi responden berdasarkan jenis

    kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

  • 24

    Tabel 3. Karakteristik Responden

    Sumber: data primer 2014

    Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa, sebagian besar responden investor laki-

    sebesar 57,78 % dengan usia antara 40 sampai dengan 50 tahun sebesar 35,56 %.

    Pendidikan responden sebagian besar memiliki pendidikan minimal SMA sebesar

    42,22 %. Berdasarkan suku responden, didominasi oleh responden dengan suku

    China (Tionghoa) sebesar 58,70 % dan Jawa (41,30 %). Hal tersebut

    menunjukkan bahwa, responden dengan suku China merupakan responden yang

    paling banyak sebagai investor dan menginvestasikan dananya untuk bersama

  • 25

    rekannya dalam membangun usaha. Pekerjaan responden, didominasi oleh

    responden dengan pekerjaan Wiraswasta (55,56 %). Hal tersebut menunjukkan

    bahwa responden dengan perkerjaan swasta merupakan responden yang paling

    bekecimpung dalam dunia usaha, sehingga tidak akan puas jika menjalankan satu

    usaha. Sehingga dengan kepemilikan dana akan lebih menginvestasikan dananya

    bersama rekannya untuk membangun usaha bersama. Jenis usaha yang dijalankan

    sebagian besar adalah usaha counter Handphone (24,44 %), dan usaha toko

    pakaian (20,00 %). Untuk lebih jelasnya jenis usaha yang dapat dilihat pada Tabel

    4 berikut.

    Tabel 4. Usaha Saat Ini

    Usaha Saat Ini Jumlah Prosentase

    Counter Handphone 11 24,44%

    Toko Pakaian 9 20,00%

    Bengkel Motor 8 17,78%

    Rental Mobil 6 13,33%

    Makanan (Kuliner) 5 11,11%

    Laundry Pakaian 4 8,89%

    Koperasi 2 4,44%

    Jumlah 45 100,00%

    Sumber: data primer 2014

    Tabel 5. Melakukan Investasi Lain

    Melakukan

    Investasi Lain Jumlah Prosentase

    Jenis

    Investasi Lain Jumlah Prosentase

    Ya 26 57,78%

    Emas 13 50,00%

    Tanah 8 30,77%

    Bangunan 5 19,23%

    Tidak 19 42,22%

    Jumlah 45 100,00% 26 100,00%

    Sumber: data primer 2014

    Tabel 5 menjelaskan bahwa, sebagian besar responden melakukan

    investasi lain sebesar 57,78 % dan tidak melakukan investasi lain sebesar 42,22

  • 26

    %. Jenis investasi lain yang dimiliki oleh responden adalah emas (50,00 %), tanah

    (30,77 %) dan bangunan (19,23 %).

    Deskriptif Statistik

    Sebelum melangkah ke uji regresi yang mempunyai fungsi menguji

    hipotesis, maka perlu melihat statistik deskriptif yang digunakan untuk

    mengetahui seberapa besar nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari masing-

    masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

    1) Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender dan

    Suku. Berikut tabel yang menyajikan perhitungan statistik deskriptif

    variabel concientiousness berdasarkan gender dan suku :

    Tabel 6. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender

    Sumber: data primer 2014

  • 27

    Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Suku

    Sumber: data primer 2014

    Berdasarkan hasil statistik deskriptif kepribadian Concientiousness

    Berdasarkan Gender(Tabel 6), diketahui bahwa rata-rata investor dengan jenis

    kelamin laki-laki memiliki rata-rata lebih tinggi daripada perempuan. Sementara

    rata-rata investor dengan suku China memiliki rata-rata lebih tinggi daripada

    investor Jawa (Tabel 7). Namun untuk secara keseluruhan para investor di kota

    Salatiga berdasarkan genderdan suku cenderung berpendapat setuju karena

    memiliki nilai rata-rata (mean) berada pada interval 3,41 – 4,20. Hal ini

    mengindikasikan bahwa persepsi para investor mengenai kepribadian dirinya

    adalah seorang yang memiliki rasa optimis yang tinggi dalam berinvestasi,

    seorang investor selalu fokus pada prestasi untuk berinvestasi, seorang investor

    memiliki kedisiplinan yang baik dalam berinvestasi, seorang investor merupakan

  • 28

    orang yang pekerja keras, seorang investor merupakan orang yang teliti dan

    cenderung berhati-hati dalam berinvestasi serta seorang investor merupakan orang

    yang selalu tekun dalam berinvestasi.

    2) Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Gender dan Suku

    Berikut tabel yang menyajikan statistik deskriptif variabel risk tolerance

    berdasarkan gender dan suku.

    Tabel 8. Statistik Deskriptif Variabel Risk ToleranceBerdasarkan Gender

    Sumber: data primer 2014

  • 29

    Tabel 9. Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Suku

    Sumber: data primer 2014

    Berdasarkan hasil statistik deskriptif risk tolerance berdasarkan

    Gender(Tabel 8), diketahui bahwa rata-rata investor dengan jenis kelamin laki-

    laki memiliki rata-rata lebih tinggi dari perempuan. Sementara rata-rata investor

    dengan suku China memiliki rata-rata lebih tinggi daripada investor Jawa (Tabel

    9).Hal ini mengindikasikan bahwa persepsi para investor mengenai risk tolerance

    untuk berinvestasi adalah semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan

    hasil yang besar juga. Selain itu, investor mempertimbangkan secara hati-hati

    jenis instrument yang akan dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan

    diinvestasikannya ke dalam instrument berisiko hingga porsi tertentu.

  • 30

    Uji Validitas dan Reliabilitas Data

    Hasil uji validitas conscientiousness dan risk tolerance diperoleh nilai Item-

    Total Correlation tiap indikator lebih besar dari 0,3 artinya data valid dan dapat

    dianalisis lebih lanjut. Hasil uji reliabilitas berdasarkan pada nilai Cronbach

    Alpha (α), menunjukkan dari masing-masing variabel conscientiousness, gender,

    suku dan risk tolerance memenuhi unsur reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha

    (α) lebih besar dari 0,60. Dengan demikian, maka semua indikator dari variabel

    conscientiousness dan risk tolerance dapat digunakan dalam pengolahan data

    selanjutnya (Lampiran1).

    Uji Asumsi Klasik

    Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

    normalitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas

    menggunakan uji kolmogorov-smirnov yang diperoleh nilai signifikansi 0,955

    yang lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan normal (lampiran 2). Dengan

    melihat nilai DW sebesar 1,956 yang berada pada nilai 1,66 sampai dengan 2,34

    sehingga tidak ada masalah autokorelasi serta uji multikolinearitas diperoleh nilai

    VIF < 10 dan nilai tolerance< 0,1 (Lampiran 3). Uji heteroskedastisitas

    menggunakan uji glejser yang diperoleh nilai signifikansi yang lebih besar dari

    0,05 sehingga data dikatakan tidak ada masalah heteroskedastisitas (lampiran 4).

  • 31

    Pengujian Hipotesis

    Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh nilai F hitung sebesar 4,184

    dengan tingkat tingkat signifikansi 0,011 dan karena nilai probalilitas 0,011 lebih

    kecil dari 0,05 maka model regresi bisa digunakan untuk memprediksi risk

    tolerance pada investor di kota Salatiga. Selain itu juga, dilihat dari hasil analisis

    diketahui R Square sebesar 0,534. Hal tersebut mampu menjelaskan perubahan

    variabel Conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance sebesar

    53,40 %, sedangkan sisanya sebesar 46,60 % dijelaskan oleh variabel lain. Untuk

    menguji hipotesis yaitu mengetahui pengaruh conscientiousness, gender dan suku

    terhadap risk tolerance diketahui hasilnya sebagai berikut:

    Tabel 10. Hasil Uji Individual (Uji t)

    Model

    Unstandardized Coefficients t hitung Sig

    B

    Constant 29,890

    Conscientiousness 0,113 2,307 0,026

    Gender 3,533 2,245 0,034

    Suku 1,684 2,748 0,009 Adjusted R Square 0,534

    F hitung 4,184

    Sig F 0,011

    N 45

    Sumber: olahan SPSS

    Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk Conscientiousness

    memberikan nilai beta = 0,113 dengan sig 0,026 < 0,05. Hal ini menyatakanbahwa

    Conscientiousness berpengaruh positif terhadaprisk tolerance. Untuk pengujian

    gender memberikan nilai beta = 3,533 dengan sig 0,034 < 0,05. Hal ini

    menyatakan bahwa gender berpengaruh positif terhadaprisk tolerance. Hasil yang

    sama juga terjadi pada variabel suku memberikan nilai beta = 1,684 dengan sig

  • 32

    0,009 < 0,05. Hal ini menyatakan bahwa sukuberpengaruh positif dan signifikan

    terhadaprisk tolerance.

    Pembahasan

    Pengaruh Kepribadian Conscientiousness Terhadap Risk Tolerance

    Conscientiousness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk

    tolerance.Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepribadian conscientiousness

    maka investor dalam bertindak seringkali melakukan pemikiran terlebih dahulu,

    hal ini membuat responden lebih berani dan memilih investasi jangka pendek.

    Selain itu juga investor yang memiliki kepribadian conscientiousnesstinggi akan

    berani mengambil resiko yang tinggi karena investor yakin akan memiliki target

    dalam berinvestasi, serta selalu yakin untuk mendapatkan keuntungan dalam

    berinvestasi.Hasil penelitian ini mendukung penelitian Farikha (2011) yang

    membuktikan bahwa conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap risk

    tolerance. Berpengaruhnya conscientiousness terhadap risk tolerance

    mengindikasikan pola sifat investor yang terbentuk karena adanya suatu konsep

    umum dimana seorang investor tidak bisa mendapatkan sesuatu yang besar tanpa

    risiko yang besar. Jadi semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil

    yang besar juga. Di sini investor dibebaskan untuk memilih jenis kemungkinan

    hasil dan risiko berdasarkan keinginan dan kemampuan berinvestasi.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa investor laki-laki merupakan

    responden yang memiliki nilai tinggi pada conscientiousness ditunjukkan dengan

    perilaku yang sangat cermat dalam penggunaan anggaran

  • 33

    keuangannya.Kepribadian ini dicirikan seperti tertib/teratur, penuh pengendalian

    diri, terorganisasi, ambisius, fokus pada pencapaian dan disiplin diri.Umumnya

    pribadi yang tinggi kenuraniannya adalah seorang pekerja keras, peka terhadap

    suara hati, tepat waktu dan tekun.Tipe ini selalu melakukan suatu perbandingan

    terhadap harga sebuah produk sebelum diputuskan untuk membeli, juga selalu

    membuat sebuah catatan keuangan pribadi secara terinci. Pada saat kegiatan

    belanja dilakukan, kebutuhan (need) akan berperan lebih besar dari pada

    keinginan (want).

    Investor dengan suku China yang memiliki conscientiousness yang tinggi.

    Mereka akan lebih berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan investasi dapat

    mendatangkan keuntungan dan akan senantiasa yakin akan selalu mendapatkan

    keuntungan yang besar dalam berinvestasi. Biasanya suku dengan kulit putih akan

    lebih berani dalam mengambil risiko (Kantiningsih, 2007). Suku Tionghoa

    biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan

    dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah,

    gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih

    berani (Ariani, 2011).

    Sementara itu seorang investor dengan jenis kelamin perempuan dan

    investor dengan suku jawa merupakan investor yang memiliki sikap konservatif

    (hati-hati) dalam memilih investasi karena penyesalan yang timbul akibat

    kerugian investasi. Sehingga responden beranggapan bahwa memilih investasi

    dengan dana yang kecil akan lebih aman karena risiko yang ditimbulkan akan

    lebih kecil.

  • 34

    Pengaruh Gender Terhadap Risk Tolerance

    Gender berpengaruh terhadap risk tolerance. Hasil ini sesuai dengan

    penelitian Barber dan Odean (2001) yang mengemukakan bahwa gender

    berpengaruh terhadap risk tolerance.Penelitian ini juga diperoleh hasil yang mana

    jenis kelamin laki-laki yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan

    untuk berinvestasi.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arano, Parker

    dan Terry (2010) yang menyatakan bahwa, gender laki-laki yang paling

    overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.Selain itu juga

    adanya perbedaan tipe antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko.Investor

    laki-laki cenderung memiliki tipe investor yang berani mengambil risiko (risk

    taker) dengan nilai rata-rata 4,231 dan tipe investor yang hanya berani

    menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (risk

    moderate) dengan rata-rata 3,885. Sementara itu investor wanita cenderung

    memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter)

    dengan rata-rata 4,088 dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding

    dengan return yang akan diperolehnya (risk moderate) dengan rata-rata 4,000.

    Hasil ini mendukung penelitian Eckel dan Grossman (2008) menemukan adanya

    perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko, yang mana

    wanita lebih risk aversedaripada laki-laki. Perempuan tidak mungkin untuk

    berinvestasi dengan risiko lebih tinggi daripada laki-laki dengan karakteristik

    pribadi serupa secara signifikan (Olsen dan Cox, 2001).

  • 35

    Pengaruh Suku Terhadap Risk Tolerance

    Suku berpengaruh terhadap risk tolerance. Hasil penelitian ini mendukung

    penelitian (Kantiningsih, 2007) dan Ariani (2011), yang mana suku berpengaruh

    terhadap risk tolerance pada keputusan investasi, yang mana suku Tionghoa yang

    paling overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi selain itu

    juga adanya perbedaan tipe investorantara suku Tionghoa dan Jawa dalam

    menghadapi risiko. Investor dari suku China cenderung memiliki tipe investor

    yang berani mengambil risiko (risk taker) dengan nilai rata-rata 4,33 dan hanya

    berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya

    (Risk Moderate) dengan rata-rata 3,852. Sementara itu investor dari suku Jawa

    cenderung memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk

    averter) dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang

    akan diperolehnya (Risk Moderate) dengan rata-rata sebesar 3,842. Biasanya suku

    dengan kulit putih (Tionghoa) akan lebih berani dalam mengambil risiko

    (Kantiningsih, 2007). Suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih

    berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang

    Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka

    memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani, 2011).

  • 36

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Kepribadian conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap

    risk tolerance. Hal ini berarti.seorang investor yang memiliki conscientiousness

    yang tinggi cenderung akan berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan

    investasi dapat mendatangkan keuntungan, seorang investor juga akan senantiasa

    yakin akan selalu mendapatkan keuntungan yang besar dalam berinvestasi.

    Investor laki-laki dan suku China cenderung memiliki tipe investor yang berani

    mengambil risiko (risk taker) daninvestor perempuan bersuku Jawa cenderung

    memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter).

    Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi

    hasil penelitian yang ingin dicapai. Keterbatasan-keterbatasan tersebut seperti

    koefisien determinasi (R Square) hanya sebesar 0,534 artinya bahwa sumbangan

    efektif variabel conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap risk

    tolerance sebesar 53,40 %. Sisanya sebesar 46,60 % adalah faktor-faktor lain

    yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap tingkat risk tolerance.

    Saran

    Saran untuk penelitian yang akan datang, diharapkan bagi peneliti untuk

    menambahkan variabel lain diluar observasi seperti usia, pendidikan, pekerjaan

    derta pendapatan.

  • 37

    Daftar Pustaka

    Agustina, A. 2009. Profil Kepribadian dan Preferensi Investor dalam Investasi di

    Aset Finansial. Skripsi : Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas

    Kristen Satya Wacana Salatiga (tidak dipublikasikan).

    Arano, C., Parker., and Terry. 2010. Gender-Based Risk Aversion and Retirement

    Asset Allocation. Economic Inquiry Volume 48, Issue, pages 147-155.

    Ariani, L. 2011. Pengaruh Faktor Biopsychosocial dan Faktor Lingkungan

    terhadap Risk Aversion Investor. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. XVI (1),

    57-65.

    Barber, M dan Odean, T. 2001. Boys Will be Boys: Gender, Overconfidence and

    Common Stock Investment. The Quarterly Journal of Economics, 2: 261-

    292.

    Baron dan Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

    Bandhari, Gokul and Deaves, R.2006. The Demographics of Overconfidence.

    Journal of Behavioral Finance. Vol. 7, No.1 : 5-11.

    Byrnes, J. P., Miller, D. C., and Schafer, W, D. 1999. Gender Difference in Risk

    Taking: A Meta Analysis, Psychological Bulletin. Vol.125, No.3 : 367-

    383.

    Cooper, D. R and P. S. Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Vol.2, No.9: 8-9

    Eckel., Catherine, C., and Grossman, P. J. 2008. Forecasting Risk Attitude: An

    Experimental Study Using Actual and Forecast Gamble Choices. Journal

    of Economic Behavior and Organization. Vol.68, Hal 1-17.

    Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko: Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta.

    Farikha, R. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Kecerdasan Emosi

    terhadap Perilaku Prososial Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang.

    Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah, Jakarta.

    Filbeck, G., Hatfield, P., and Horvath, P. 2005. Risk Aversion and Personality

    Type. The Journal of Behavioral Finance. Vol.6, No.4, Hal 170-180.

    Feist, J., dan Feist, J. G. 2009. Theories of Personality. New York: McGraw-Hill.

  • 38

    Ghozali, I. 2006. Aplikasi Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Badan

    Penerbitan Universitas Diponegoro.

    Graham, J., Harvey, C., and Hung, H. 2005. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta:

    Ar-Ruzz Media.

    Indriani, L. 2010. Tipe Kepribadian dan Risk Aversion dalam Pengambilan

    Keputusan. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen

    Satya Wacana (Tidak Dipublikasi).

    Jones, C.P. 2004. Investment Analysisand Management: Ninth Edition. John

    Weley And Sons, Inc.

    Mayfield, C., Perdue, G., and Wooten, K. 2008. Investment Management and

    Personality Type. Financial Service Review. Vol.17, 219-236.

    Miranda, G. M. 2011. Overconfidence dalam Pengambilan Keputusan Keuangan

    berdasarkan Faktor Demografi. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi

    Universitas Kristen Satya Wacana (Tidak Dipublikasi).

    Mischel, W. 2003. Introduction to Personality. New York: Lehigh Press.

    Nofsinger, J. R. 2005. Psychology of Investing. Second Edition. New Jersey.

    Precentice-Hall Inc.

    Olsen, R. A., and Cox, C. M. 2001. The Influence of Gender on The Perception

    and Response to Investment Risk: The Case of Professional Investors.

    The Journal of Psychology and Financial Markets. Vol.2, 29-36.

    Pervin, C. J. 2005. Personality Theory and Research. 9nd Ed. New York: John

    Wiley & Sons, Inc.

    Pompian, Michael, M. 2012. Behavioral Finance and Investor Type. New York:

    John Wiley & Sons, Inc.

    Rahardjo, S. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan. Jakarta: PT Elex Media

    Komputindo.

    Robb, C., and Sharpe, D. L. 2009. Effect of Personal Financial Knowledge on

    College Student’s Credit Card Behavior. Journal of Financial and

    Planning. Vol 20.

    Sekaran, U. 2006. Research Methods for Bussines. Fourth Edition. New York:

    Jhon Willy & Sons, Inc.

    Sembel, R. 2007. Energixe Your Life. Jakarta: Elex Media Komputindo.

  • 39

    Supramono. 2007. Dari Keuangan Menuju Studi Perilaku Pengelolaan Keuangan.

    Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

    Supramono, Kaudin, A, Mahastanti L. A, Damayanti T. W. 2010. Desain

    Penelitian Keuangan Berbasis Perilaku. Salatiga: Fakultas Ekonomika

    dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Press.

    Trisnaningsih, S. 2003. Perbedaan Kinerja auditor Dilihat Dari Segi Gender.

    Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No 1.

    Utami, Intiyas dan Supramono. 2003. Desain Proposal Penelitian studi Akuntansi

    dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana,

    Salatiga.

    Watson, J., and McNaughton, M. 2007. Gender Difference in Risk Aversion and

    Expected Retirement Benefits. Financial Analysts Journal, Vol. 63, No.

    4, p52-62.

  • 40