pengaruh audit fee, opini going concern, financial...
TRANSCRIPT
Pengaruh Audit Fee, Opini Going Concern, Financial Distress, dan Ukuran
KAP terhadap Pergantian Auditor 2011-2014
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia).
Dongari Rajagukguk, Prima Aprilyani Rambe, Sri Ruwanti
Universitas Maritim Raja Ali Haji, Fakultas Ekonomi
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh audit fee, opini
going concern, financial distress, dan ukuran KAP pada pergantian auditor. Jenis
data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa laporan keuangan
perusahaan manufaktur periode 2011-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011-2014. Sampel menggunakan metode purposive sampling,
dengan jumlah sampel 28 perusahaan. Teknik analisis data menggunakan analisis
regresi logistik (logistic regression), dikarenakan variabel dependen menggunakan
variabel dummy.
Hasil penelitian ini menunjukkan opini going concern dan financial distress
berpengaruh pada pergantian auditor. Sedangkan audit fee dan ukuran KAP tidak
berpengaruh pada pergantian auditor.
Kata kunci: Audit Fee, Opini Going Concern, Financial Distress, Ukuran KAP
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan adalah alat untuk menginformasikan informasi laporan
keuangan kepada pihak luar suatu badan usaha. Laporan keuangan ini menampilkan
sejarah, kejadian maupun peristiwa dalam perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai
moneter. Menurut PSAK No.1 tahun 2009, laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (IAI, 2009).
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan dan sebagai
pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakaan kepadanya
oleh pemegang saham. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan, diantaranya pemilik perusahaan itu sendiri, kreditur,
lembaga keuangan, investor, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya
(Novianty, 2001).
Mengingat banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
tersebut, maka informasi disajikan dalam laporan keuangan tersebut haruslah wajar,
dapat dipercaya dan tidak menyesatkan bagi pemakainya sehingga kebutuhan
masing-masing pihak yang berkepentingan dapat dipenuhi guna menjamin kewajaran
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, maka perlu adanya suatu
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen. Disini auditor dituntut untuk
bersifat objektif dan independen terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen
perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Hal ini dilakukan untuk menaikkan
tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan. Sehingga masyarakat dapat
memperoleh informasi yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk
menghasilkan laporan keuangan yang handal, maka perusahaan diwajibkan untuk
melakukan pergantian auditor ( rotasi Audit). Rotasi audit adalah peraturan
perputaran auditor yang harus dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk
menghasilkan kualitas dan menegakkan independensi auditor.
Meskipun pergantian auditor itu penting, terdapat pihak-pihak yang tidak
menyetujui mengenai rotasi wajib auditor, dengan alasan bahwa manfaat yang
diperoleh saat pergantian auditor tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan
(Wijayanti, 2010). Penelitian yang dilakukan Schwartz dan Mennon (dalam Astuti
dan Ramantha, 2014) menunjukkan hasil audit fee tidak berpengaruh pada pergantian
auditor. Sedangkan hasil penelitian Wijaya dan Rasmini (2015) serta Sudarma dan
Damayanti (2007), menunjukkan adanya pengaruh audit fee pada pergantian auditor.
KAJIAN PUSTAKA
Pergantian Auditor
Pergantian auditor merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk
berpindah auditor. Hal itu muncul karena adanya kewajiban rotasi audit. Berdasarkan
bukti teoritis, dengan adanya rotasi auditor mengakibatkan masa perikatan audit
(audit tenure) yang lebih pendek dan perusahaan akan melakukan perpindahan
auditor (Nasser.at.al, 2006).
Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan atas
dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika
pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi
klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih
kepada auditor (Febrianto, 2009). Klien mengganti auditornya ketika tidak ada aturan
yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal
yaitu auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun di
antara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu
terjadi dan kemana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut
adalah karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi
klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien. Jadi, fokus
perhatian peneliti adalah pada klien.
Teori Agensi
Dalam sebuah perusahaan, Principal adalah para pemegang saham (share
holder) dan yang berperan sebagai agen adalah pihak managemen. Hubungan
keagenan adalah suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) melibatkan
orang lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka dan
kemudian mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan pada agen
tersebut (Jensen and Meckling, 1976).
Hubungan antara principal dan agen memiiki kaitan yang erat dengan audit
bahwa peran auditor adalah untuk menentukan apakah laporan yang disiapkan oleh
manajer sesuai dengan prinsip akuntansi. Dengan demikian, verifikasi auditor dari
informasi keuangan menambah kredibilitas laporan dan mengurangi risiko informasi
yang tidak benar atau menyesatkan dan berpotensi memberikan manfaat bagi owner
dan manajer. Seandainya laporan hasil pemeriksaan terhadap laporan keuangan
perusahaan adalah wajar, ini berarti bahwa penyajian telah sesuai dengan prinsip
akuntansi. Dalam hal ini audit memberikan keyakinan pada shareholder (Principal)
dimana perusahaan berjalan dengan baik dan mampu memberikan hasil laporan
keuangan pada shareholder. Namun jika laporan keuangan pemeriksaan akuntan
adalah tidak wajar berarti manajemen (agen) tidak mampu meningkatkan kekayaan
shareholder yang akan menimbulkan apa yang disebut masalah keagenan.
Audit dan Audit Fee
Menurut American Accounting Association, audit adalah proses sistematis
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif yang berhubungan
dengan asersi tentang tindakan dan peristiwa ekonomi. Untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta
mengkomunikasikan hasinya kepada pihak-pihak yang berkentingan. Institute of
Internal Auditor (IIA) dikutip oleh Messier (dalam Nabila, 2011) mendefenisikan
audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang
dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit
tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan
yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
proses pengeloaan resiko, kecukupan control, dan pengelolaan organisasi.
Fee audit adalah honorarium atau upah yang dibebankan oleh akuntan publik
kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap
laporan keuangan (Prahartari, 2013) . Fee audit merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam penerimaan penugasan audit. Besarnya fee anggota dapat
bervariasi tergantung oleh risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan,
tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya
KAP yang bersangkutan, dan pertimbangan profesional lainnya.
Biaya yang dikeluarkan akan lebih besar daripada manfaat yang diperoleh
ketika rotasi wajib auditor dilakukan (Wijayanti, 2010). Rotasi yang sering akan
mengakibatkan peningkatan audit fee. Saat auditor pertama kali mengaudit satu
klien, yang pertama kali harus dilakukan adalah memahami lingkungan bisnis klien
dan risiko audit klien. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan
cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. Masyarakat pada umumnya
cenderung mengasosiasikan harga yang mahal sebanding dengan kualitas yang
didapatkan, dan sebaliknya.
Opini Going Concern
Opini going concern adalah suatu pendapat yang dikeluarkan oleh auditor
dimana seorang auditor mengalami kesangsian besar terhadap kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Rudyawan, 2008). Sinarwati (2010)
menyatakan bahwa suatu perusahaan mendapat opini going concern maka akan
mendapatkan suatu respon harga saham yang negatif sehingga besar kemungkinan
akan dilakukan pergantian auditor oleh manajemen jika auditor mengeluarkan opini
going concern.
Sedangkan menurut Menurut Mulyadi (2002) ada lima tipe pokok laporan
audit yang diterbitkan oleh auditor, yaitu :
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion
report)
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
(unqualified opinion report with explanatory language) Keadaan tertentu
3. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion
report)
4. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report)
5. Laporan yang di dalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of
opinion report)
Financial Distress
Financial distress merupakan kondisi perusahaan yang sedang dalam
keadaan kesulitan keuangan. Perusahaan cenderung akan berpindah auditor ketika
mengalami kesulitan keuangan. Ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor
pada perusahaan yang terancam bangkrut. Kesulitan keuangan signifikan
mempengaruhi perusahaan yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP Schwartz
dan Menon (dalam Andra, 2012). Kesulitan keuangan mengacu pada suatu kondisi
dimana sebuah bisnis atau perusahaan tidak dapat membayar hutang pada saat jatuh
tempo. Oleh karena itu financial distress yang merupakan pertanda kebangkrutan
perlu segera diatasi secara efektif.
Menurut Schwartz dan Soo (dalam Sinarwati, 2010) bahwa perusahaan yang
bangkrut (kesulitan keuangan) lebih sering untuk berpindah KAP daripada
perusahaan yang tidak bangkrut (tidak kesulitan keuangan). Auditor switching juga
bisa disebabkan karena perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk
membayar biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang diakibatkan penurunan
kemampuan keuangan perusahaan (Wijayanti, 2010).
Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ukuran KAP merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan besar
kecilnya suatu Kantor Akuntan Publik. Ukuran Kantor Akuntan Publik dapat
dikatakan besar jika KAP tersebut berafiliasi dengan Big 4, mempunyai cabang dan
klienya perusahaan-perusahaan besar serta mempunyai tenaga profesional diatas 25
orang. Sedangkan Ukuran Kantor Akuntan Publik dikatakan kecil jika tidak
berafiliasi dengan Big 4, tidak mempunyai kantor cabang dan klienya perusahaan
kecil serta jumlah profesionalnya kurang dari 25 orang oleh Arens, et al (dalam
Nabila, 2011)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan KAP/auditor yang bereputasi
adalah KAP/auditor yang termasuk Big 4, sehingga perusahaan tidak akan mengganti
KAP-nya jika KAP tersebut sudah bereputasi. Adapun KAP yang termasuk dalam
kelompok KAP Big 4 yaitu :
1. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Hans
Tuanakotta Mustofa & Halim; Osman Ramli Satrio & Rekan; Osman Bing
Satrio & Rekan.
2. Ernst & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio, Sarwoko & Sandjaja;
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja
3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan
Siddharta Siddharta & Widjaja.
4. PricewaterhouseCooper (PwC) yang berafiliasi dengan Haryanto Sahari &
Rekan; Tanudiredja, Wibisena & Rekan.
Ukuran KAP juga berpengaruh terhadap pergantian auditor (Calderon, 2008).
KAP besar (Big 4) mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit
dibandingkan KAP kecil (Non Big 4), sehingga mampu menghasilkan kualitas audit
yang lebih tinggi (Wibowo, 2009). Nasser.at.al ( 2006) menyatakan bahwa KAP big-
4 dianggap lebih mampu mempertahankan tingkat independensi yang cukup daripada
KAP yang lebih kecil.
Hipotesis
H1 : Audit fee berpengaruh signifikan pada pergantian auditor.
H2 : Opini going concern berpengaruh signifikan pada pergantian auditor
H3: Financial Distress berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor
H4 : Ukuran KAP berpengaruh signifikan pada pergantian auditor.
METODE PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2014.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam dalam penulisan skripsi ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu
penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan. Artinya
penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data
numerik (angka) yang diolah dengan menggunakan metode penelitian ini, akan
diperoleh hubungan yang signifikan antar variabel yang diteliti.
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pergantian auditor. Pergantian
auditor merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpindah
auditor. Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy. Perusahaan yang
melakukan pergantian auditor termasuk kategori nilai 1 dan yang tidak melakukan
pergantian auditor termasuk kategori nilai 0.
Variabel Independen
1. Audit fee
Biaya audit merupakan sejumlah biaya yang dibayarkan auditee kepada
perusahaan audit atas jasa audit yang diberikan perusahaan audit tersebut. Data ini
menggunakan proksi professional fee atau honorarium tenaga ahli yang diperoleh
dengan melihat laporan keuangan tahunan auditee pada tahun 2011-2014 pada
komponen beban administrasi dan umum yang tertuang pada catatan atas laporan
keuangan (Kurniawan, 2011). Sedangkan menurut Fauziyyah (2015), Pengungkapan
data tentang fee audit di Indonesia masih berupa voluntary disclosures sehingga
belum banyak perusahaan yang mencantumkan data tersebut di dalam annual report,
oleh karena itu data tentang fee audit akan diwakili oleh akun professional fees yang
terdapat dalam laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemakaian akun professional fees ini dikarenakan fee
audit merupakan salah satu bagian dari professional fees, sehingga bisa dianggap
mewakili besarnya fee audit. Menurut Mulyadi (2002), profesional Fee itu ada 2
yaitu Besaran Fee dan Fee Kontinjensi. Oleh karena itulah Alasan saya semakin kuat
bahwa Audit fee dimasukkan oleh perusahan kedalam akun profesional fee.
2. Opini Going Concern
Pengukuran variabel ini merupakan variabel dummy. Jika perusahaan klien
menerima opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified) maka diberikan nilai 1.
Sedangkan jika perusahaan klien menerima opini wajar tanpa pengecualian
(unqualified), maka diberikan nilai 0 (Damayanti dan Sudarma, 2007)
3. Financial Distress
Dalam penelitian ini variabel financial distress diproksikan dengan rasio
DAR (Debt to Asset Ratio), (Andra, 2012).
DAR (Debt to Asset Ratio)=
x 100% ......... (1)
Menurut ( Subramanyam, 2011), Tingkat rasio DAR yang aman adalah 50%.
Rasio DAR di atas 50% merupakan salah satu indikator memburuknya kinerja
keuangan sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan atau financial
distress. Variabel financial distress diukur menggunakan variabel dummy untuk
membedakan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan perusahaan yang
sehat. Jika perusahaan klien memiliki rasio DAR di atas 0,5 maka diberikan nilai 1.
Sedangkan jika perusahaan klien memiliki rasio DAR di bawah 0,5 maka diberikan
nilai 0
4. Ukuran KAP
Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya KAP yang
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan KAP
yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Variabel ukuran KAP menggunakan variabel
dummy. Jika sebuah perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 maka diberikan nilai 1.
Sedangkan diberikan nilai 0 jika sebuah perusahaan diaudit oleh KAP non Big 4
(Nasser.at.al, 2006).
Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan telah
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2011-2014. Dasar penentuan
pemilihan sampel adalah sampel yang memenuhi kelengkapan data. Metode
pengumpulan sampel (sampling method) yang digunakan adalah purposive sampling.
Metode purposive sampling adalah metode pengumpulan sampel yang berdasarkan
tujuan penelitian. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan untuk pengambilan
sampel dalam penelitian ini antara lain:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2014.
2. Perusahaan yang menyajikan informasi keuangan lengkap berupa audit fee,
informasi opini audit yang diberikan auditor, total aset, total hutang, total
ekuitas, nama KAP.
3. Perusahaan yang melakukan pergantian KAP selama periode 2011-2014.
4. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan dalam mata
uang rupiah (Rp).
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik (logistic regression). Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik
(logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi (melakukan
auditor switching dan tidak melakukan auditor switching). Asumsi normal
distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara
variabel kontinue (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis
dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas
data pada variabel bebasnya.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik
(logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh audit fee,opini going concern,
financial distress, dan ukuran KAP terhadap pergantian auditor pada perusahaan
manufaktur. Model regresi dalam penelitian ini sebagai berikut:
SWITCH=α+ FEE+ OPINI+ Z+ KAP+ℯ .... (2)
Keterangan:
SWITCH : auditor switching
α : konstanta
: koefisien regresi
FEE : Audit Fee
OPINI : opini going concern
Z : Financial Distress
KAP : Ukuran KAP
℮ : Residual Error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Unit Analisis
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011–2014. Jumlah populasi dalam penelitian
ini sebanyak 130 perusahan. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik
purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan
diperoleh 28 perusahaan yang digunakan untuk menjadi sampel dalam penelitian ini,
sehingga total pengamatan selama periode penelitian yaitu 4 (empat) tahun sebanyak
112 pengamatan.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), nilai standar deviasi data serta frekuensi didalam
panelitian ini. Berikut merupakan data statistik secara umum dari seluruh data yang
digunakan:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Audit Fee 112 32500000 75011891000 4935587612,38
12495794461
,679
Valid N (listwise) 112
Sumber :Output SPSS 22, 2016
Tabel 4.3
Statistik Frekuensi
Opini Going Concern
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ,0 45 40,2 40,2 40,2
1,0 67 59,8 59,8 100,0
Total 112 100,0 100,0
Financial Distress
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 54 48,2 48,2 48,2
1 58 51,8 51,8 100,0
Total 112 100,0 100,0
Ukuran KAP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ,0 94 83,9 83,9 83,9
1,0 18 16,1 16,1 100,0
Total 112 100,0 100,0
Pergantian Auditor
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ,0 54 48,2 48,2 48,2
1,0 58 51,8 51,8 100,0
Total 112 100,0 100,0
Sumber : Output SPSS 22, 2016
Pengujian Hipotesis Penelitian
Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Berdasarkan tabel 4.4 dan Tabel 4.5, diperoleh informasi bahwa pengujian
dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal
(Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block
Number=1). Nilai -2LL awal tanpa variabel sebesar 155,122 dan setelah dimasukkan
empat variabel independen, maka diperoleh nilai –2 log likelihood sebesar 104.885.
Setelah dimasukkan keempat variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami
penurunan sebesar 50.237. Penurunan Likelihood (-2LL) ini menunjukkan model
regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan
data.
Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Hasil pengujian koefisien determinasi (Nagelkerke R Sguare) disajikan
dalam Table 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 104,885a ,361 ,482
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than
,001.
Sumber : Output SPSS 22, 2016
Dari tabel diatas dapat dijelaskan besarnya nilai koefisien determinasi pada
model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke
R Square adalah sebesar 0,482 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen (Audit Fee, Opini Going Concern, Financial
Distress, Ukuran KAP) adalah sebesar 48,2%, sedangkan sisanya sebesar 51,8%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.
Menguji Kelayakan Model Regresi
Dari Tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa pengujian kelayakan model regresi
dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test.
Pengujian menunjukkan nilai Chi-square sebesar 6,482 dengan df 8 dan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0,593. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai
observasinya.
Matriks Klasifikasi
Berdasarkan hasil pengujian, kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan perusahaan melakukan pergantian auditor adalah
sebesar 87,9 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi
terdapat sebanyak 51 perusahaan yang diprediksi akan melakukan pergantian auditor
dari total 58 perusahaan yang melakukan pergantian auditor. Sedangkan kekuatan
prediksi model perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor adalah sebesar
70,4%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 16
perusahaan yang diprediksi tidak melakukan pergantian auditor dari total 54
perusahaan yang tidak melakukan pergaantian auditor. Dapat disimpulkan bahwa
kekuatan prediksi dari model regresi sebesar 79,5%.
Model Regresi Logistik
Berdasarkan Tabel 4.9, persamaan regresi logistik dalam penelitian ini
dapat dinyatakan dengan:
Hipotesis pertama adalah audit fee tidak berpengaruh tehadap pergantian
auditor pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hasil
Pengujian tampak pada tabel 4.9 menunjukkan hipotesis pertama tidak dapat
diterima. Variabel Audit Fee menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,000
dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,964. Karena tingkat signifikansi (p) lebih
besar dari α = 5%. Hal ini berarti bahwa penelitian ini tidak berhasil membuktikan
adanya pengaruh Audit fee terhadap pergantian auditor. Dengan demikian, Hipotesis
pertama ditolak.
Hipotesis kedua adalah opini going concern berpengaruh tehadap
pergantian auditor pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-
2014. Hasil pengujian menunjukkan hipotesis kedua dapat diterima. Variabel opini
going concern menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 2,903 dengan tingkat
signifikansi (ρ) sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansi (ρ) lebih kecil dari α = 5%
maka dapat disimpulkan (H2) tidak dapat ditolak. Hal ini berarti bahwa penelitian ini
berhasil membuktikan adanya pengaruh opini going concern terhadap pergantian
auditor. Dengan demikian, Hipotesis kedua diterima.
Hipotesis ketiga adalah financial distress berpengaruh tehadap pergantian
auditor pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hasil
pengujian menunjukkan hipotesis ketiga dapat diterima. Variabel financial distress
menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1,278 dengan tingkat signifikansi (ρ)
sebesar 0,011. Karena tingkat signifikansi (ρ) lebih kecil dari α = 5% maka dapat
disimpulkan (H3) tidak dapat ditolak. Hal ini berarti bahwa penelitian ini berhasil
membuktikan adanya pengaruh financial distress terhadap pergantian auditor.
Dengan demikian, Hipotesis ketiga diterima.
Hipotesis keempat adalah ukuran KAP tidak berpengaruh tehadap
pergantian auditor pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-
2014. Hasil Pengujian tampak pada tabel 4.9 menunjukkan hipotesis keempat tidak
dapat diterima. Variabel ukuran KAP menunjukkan koefisien regresi positif sebesar
0,919 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,248. Karena tingkat signifikansi (p)
lebih besar dari α = 5%. Hal ini berarti bahwa penelitian ini tidak berhasil
membuktikan adanya pengaruh Audit fee terhadap pergantian auditor. Dengan
demikian, Hipotesis keempat ditolak.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Audit Fee Terhadap Pergantian Auditor
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh Audit fee
terhadap pergantian auditor. Penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wijaya dan Rasmini (2015), Astuti dan Ramantha
(2014) dan Damayanti dan Sudarma (2007).
Pengaruh Opini Going Concern terhadap Pergantian auditor
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa Opini Going Concern
berpengaruh terhadap pergantian auditor. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Andra (2012), Astuti dan Ramantha (2014) dan Wijaya dan Rasmini
(2015) yang menemukan bahwa Opini Going Concern berpengaruh terhadap
pergantian auditor.
Pengaruh Financial Distress terhadap Pergantian auditor
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa financial distress berpengaruh
signifikan terhadap pergantian auditor. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Nasser et. al (2006) yang menemukan bahwa financial distress memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pergantian auditor secara voluntary. Sementara
penelitian ini tidak mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti dan
Ramantha (2014),Andra (2012), Wijaya dan Rasmini (2015) dan Damayanti dan
Sudarma (2007).
Pengaruh Ukuran KAP terhadap Pergantian auditor
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa Ukuran KAP berpengaruh
signifikan terhadap pergantian auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Andra (2012), Wijaya & Rasmini (2015) yang menyatakan
bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor dan
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nasser
et. al (2006) dan Damayanti dan Sudarma (2007).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Audit fee tidak mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian auditor pada
tahun 2011-2014.
2. Opini going concern mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian auditor
pada tahun 2011-2014.
3. Financial Distress mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian auditor pada
tahun 2011-2014.
4. Ukuran KAP tidak mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian auditor pada
tahun 2011-2014.
Saran
1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat memperluas sampel penelitian dengaan
mempertimbangkan penggunaan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai
populasi penelitian.
2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan beberapa variabel independen
lain, seperti pergantian management, ukuran perusahaan, pergantian komite audit,
dan sebagainya yang mungkin dapat mempengaruhi pergantian auditor untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai pergantuian auditor di Indonesia.
3. Pengukuran terhadap variabel Audit fee pada penelitian selanjutnya dapat
menggunakan alternatif proksi lain, seperti menggunakan Ukuran KAP.
4. Periode penelitian selanjutnya sebaiknya lebih dari empat tahun karena periode
yang lebih panjang diharapkan dapat memberikan kualitas penelitian yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Andra Ichlasia Nurul, 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching
Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit di Indonesia. Skripsi.
Arinta, Khasaras Dara; Adiwibowo, Santosa. 2013. Analisis Faktor – Faktor Yang
Mendorong Pergantian Kantor Akuntan Publik (Kap) Studi Pada Perusahaan
Publik Di Indonesia Tahun 2007 - 2012. Diponegoro Journal Of Accounting.
Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 1-11. Issn (Online): 2337-3806.
Astuti, Ni Luh Putu Paramita Novi; Ramantha, Wayan. 2014. Pengaruh Audit Fee,
Opini Going Concern, Financial Distress Dan Ukuran Perusahaan Pada
Pergantian Auditor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3 (2014):
663-676. Issn: 2302-8556.
Calderon, Thomas G. and Emeka Ofobike, 2008. Determinants of Client-initiated
and Auditor-initiated Auditor Changes. Managerial Auditing Journal, vol. 23,
issue 1, 24-32.
Chadegani Arezoo Aghaei, 2011. The Determinant Factors of Auditor Switch among
Companies Listed on Tehran Stock Exchange. International Research Journal
of Finance and Economics.
Damayanti, Shulamite dan Sudarma, Made. 2007. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik. Simposium
Nasional Akuntansi XI, Pontianak,, 1-13.
Fauziyyah, Afina,2015. Pengaruh Penerapan SAK Berbasis IFRS Terhadap Fee
Audit Pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI Pada
Tahun 2010 Dan 2013. Semarang : Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
Febrianto, R. 2009. Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik. skripsi.
IAI. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.
Imam Ghozali, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21.
ghozali, I. 201. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Jensen, Michael C, dan Meckling, William H, 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behaviour,. Journal of Financial Economics,.
Keuangan, Menteri, 2008. Peraturan Menteri Keuanuyugan Republik Indonesia
Nomor 17.2008 tentang “Jasa Akuntan Publik. Jakarta: 2008.
Kurniawan, Dwi Haryanto, 2011. Karakteristik Auditee dan Perusahaan Audit
Sebagai Penentu Opini Audit Qualified (Studi Empiris pada Perusahaan
MAnufaktr yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) . Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Mardiyah, 2002. Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Auditor terhadap Auditor
Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontinjensi RPA (Recursive
Model Algorithm)”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 3,
No. 2,, 133-154.
Mulyadi, 2002. Auditing. Edisi ke6. Jakarta: Salemba Empat.
Nabila, 2011. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching. Skripsi
Semarang.
Nasser, at.al, 2006. Auditor client Relationship: The Case of Audit Tenure and
Auditor Switching in Malaysia. Managerial Auditing Joumal. 21 (7):724-737.
Novianty, 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi
Penampilan Akuntan Publik . Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol 5 (1).
Olivia, 2014. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Skripsi.
Prahartari, Frida Aurora, 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor
Switching. Skripsi.
PSAK. I, 2009. Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 1 Revisi 2009.
Publik, Institut Akuntansim 2011. Standar Profesional akuntan publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Putra. I Wayan Deva Widia. 2011. Pengaruh Financial Distress, Rentabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan Dan Opini Audit Pada Pergantian Auditor. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 8.2 (2014): 308-323. Issn: 2302-8556.
Rudyawan, A. d. 2008. Opini going concern: Kajian berdasarkan Model Prediksi
Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor.
skripsi.
Sinarwati, Ni Kadek. 2010. Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Melakukan Pergantian KAP. Simposium Nasional Akuntansi 13.
Purwokerto.
Subramanyam, K.R &. J. 2011. Analisis Laporan Keuangan (Edisi 10, Buku 2).
Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2012. Dasar Dasar Statistik Untuk Ekonomi. Yogyakarta: GAPS.
Wibowo, A. d. 2009. Faktor-Faktor Determinasi Kualitas Audit-Suatu Studi dengan
Pendekatan Earning Surprise Benchmark. Simposium nasional Akuntansi
XII, Palembang, 1-34.
Wijayanti, Martina Putri. 2010. Analisis Hubungan Auditor-Klien : Faktor- Faktor
Yang Mempengaruhi Auditor Switching Di Indonesia. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Wijaya, Edwin, Rasmini Ni ketut, 2015. Pengaruh Audit fee, Opini Going Concern,
Financial Distress, Ukuran Perusahaan,Ukuran KAP pada Pergantian
Auditor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.11.3 ISSN: 2302-
8559.
Wikil, e. a. 2011. Predicting Auditor Changes Using Financial Distres Variables
And The Multiple Criteria Linear Programming (MCLP) And Other Data
Mining Approaches. Journal of Applied Business Research.Vol.27, No.5.
Wilsa., P. A. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor : Studi
empiris perusahaan public di Indonesia. Jurnal dinamika akuntansi, Vol. 1,
No. 51 hal. 62-75.