pengaruh pengalaman auditor dengan keakuratan informasi dan going concern

24

Click here to load reader

Upload: fanzuri-perdana-haka

Post on 13-Jun-2015

4.339 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bahan metlit..

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan diharuskan membuat laporan keuangan guna mencatat semua

aktifitas, melaporkan perubahan posisi keuangan, serta menggambarkan kinerja

perusahaan tersebut dalam periode tertentu. Laporan keuangan dibuat umtuk

memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan. Para pengguna

laporan keuangan tentunya mempunyai kepentingan masing-masing atas laporan

keuangan tersebut. Bagaimana para laporan keuangan yakin dengan laporan keuangan

tersebut relevan dan tidak ada kecurangan. Jawabannya adalah dengan menggunkana

jasa auditor.

Auditor bertugas untuk memeriksa laporan keuangan dengan menggunakan

bukti-bukti yang diperoleh sehingga dapat menghasilkan opini dari hasil pemeriksaan

laporan keuangan. Opini ini lah yang digunakan untuk memastikan bahwa laporan

keuangan telah dibuat “apa adanya”.

Selain itu, auditor juga dapat memberikan pengalaman mereka kepada

perusahaan (klien) seputar isi laporan keuangan klien. Pengetahuan dan pengalaman

dari auditor dapat dalam bentuk informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan bagi klien. Auditor harus mempertanggungjawabkan

informasi yang telah diberikan, oleh karena itu pengalaman dibutuhkan dalam hal

tersebut.

Dalam penelitian sebelumnya (Steven E. Kaplan, Edward F. O’Donnell, dan

Barbara M. Arel, 2008) menemukan hasil bahwa pengalaman dari auditor dan

informasi manajemen yang baik berpengaruh terhadap penilaian auditor akan

kehandalan dari pengendalian internal.

Pada Mei 2009, Joseph Callaghan, Mohinder Parkash, dan Rajeev

Singhal melanjutkan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya

yang dilakukan oleh Sharma (2001), dan Sharma dan Sidhu (2001)

yang mencari hubungan antara opini audit going concern dan biaya

non audit yang dibayarkan oleh auditor dengan kebangkrutan

1

Page 2: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

perusahaan di Australia. Joseph Callaghan, Mohinder Parkash, dan

Rajeev Singhal mengambil 92 sampel perusahaan di Australia.

Penelitian menemukan hubungan negatif antara kemungkinan dari

sebuat opini audit going concern dan biaya nonaudit yang

dibayarkan kepada auditor atas kebangkrutan perusahaan di

Australia.

Hasil penelitian dari Dahlia Robinson (2008) adalah konsisten

dengan kualitas audit dari informasi yang berlebihan, penelitian

menghasilkan hubungan positif yang signifikan antara tingkat biaya

pelayanan pajak dan kemungkinan dari kebenaran opini audit going

concern sebelum pengajuan kebangkrutan.

Oleh karena itu, pengalaman yang dimiliki auditor sangat berpengaruh terhadap

keakuratan informasi yang diberikan. Informasi yang akurat dapat memberikan

keputusan yang tepat bagi manajemen. Selain itu, informasi juga harus diberikan tepat

pada waktunya. Keakuratan informasi dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan

dalam melanjutkan usahanya atau biasa disebut dengan going concern.

Dalam akuntansi, going concern telah menjadi postulat akuntansi. Sebagai

postulat, going concern menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi

untuk melaksanakan proyek, komitmen dan aktivitas, yang sedang berjalan.

Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan,

terutama diakibatkan oleh manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan

perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan

meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga. Going

concern mengasumsikan bahwa perusahan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam

masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang. Jadi laporan keuangan

menyediakan pandangan sementara atas situasi keuangan perusahaan dan hanya

merupakan bagian dari seri laporan yang berkelanjutan.

Maka dengan latar belakang diatas, judul penelitian penulis adalah “Pengaruh

Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi dan Going Concern”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh antara pengalaman auditor dengan keakuratan

informasi yang diberikan auditor?

2

Page 3: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

2. Apakah terdapat pengaruh antara keakuratan informasi yang diberikan auditor

dengan going concern?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah pengalaman auditor mempengaruhi keakuratan

informasi yang diberikan oleh auditor sebagai pengambilan keputusan pihak

manajemen perusahaan.

2. Untuk mengetahui apakah keakuratan informasi yang diberikan auditor

mempengaruhi going concern suatu perusahaan.

2.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diaharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca

(khususnya perusahaan) akan pentingnya pengalaman yang dimiliki oleh

auditor.

2. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi tentang Kantor Akuntan

Publik yang memiliki Auditor yang berpengalaman.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kajian pembaca di

bidang pengauditan.

4. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

terutama penerapan teori selama studi.

3

Page 4: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Kerangka Teoritis

1. Pengertian Auditing

Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam,

sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Definisi auditing

pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi audit yang berasal dari

ASOBAC (A Statement basic of auditing concepts) dalam karangan Abdul Halim,

(2001,hal 1) yang mendefinisikan auditing sebagai :

“Suatu proses sitematika untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukit audit secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”

Pemeriksaan (audit) keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan (UU

RI Nomor 15 Tahun 2004). Pemeriksaan (audit) adalah proses identifikasi masalah,

analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan professional

berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,

dan keandalan informasi menganai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Laporan keuangan adalah meliputi Laporan Realisasi APBN/APBD, Neraca, Laporan

Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan

keuangan perusahaan negara/daerah dan badan lainnya.

Selain definisi diatas, American Accounting Association Commite on basic

Auditing Concept dalam Bambang Hartati, (1990, hal 23) mengemukakan definisi

auditing sebagai berikut :

4

Page 5: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

“Auditing adalah suatu proses yang tersistematika untuk mendapatkan dan menilai bukti-bukti secara obyektif yang berkaitan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk memperoleh tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan”

Menurut Mulyadi :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan pernyataantersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasill-hasilnyakepada pemakai yang berkepentingan”.

Sedangkan menurut Miller dan Bailey, (2001, hal 3) sebagai berikut :

“An audit metdhodical review and objective examination of an item, including the verification of specific information as determined by the auditor or as established by general practice. Generally, the purpose of an audit is to express an opinion on or reach a conclusion about what was audited”

Menurut Alvin A, Arens dan James K. Loebbeche dalam Abdul Halim (2001, hal 1)

adalah sebagai berikut:

“Auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dalam suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan”

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada empat elemen

fundamental dalam auditing :

a. Dilakukan oleh seseorang yang independen

b. Bukti yang cukup kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi secara obyektif selama menjalankan

tugasnya sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas

laporan keuangan yang diaudit

c. Kriteria yang dijadikan pedoman sebagai dasar untuk menyatakan

pendapat audit berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan

5

Page 6: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

legislatif, anggaran yang ditetapkan oleh manajemen, dan PABU (Prinsip

akuntansi berterima umum)

d. Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam

mengkomunikasikan hasil pekerjaannya terhadap laporan keuangan yang

diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat dijadikan

dasar dalam pengambilan keputusan.

2. Jenis-jenis Audit

Audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : audit laporan

keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.

a. Audit laporan keuangan (financial statement audit). Audit laporan

keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap

laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan

keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti

kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.

b. Audit kepatuhan (compliance audit). Audit ini bertujuan untuk

menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan

undang-undang tertentu. Kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit

kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Contohnya ia

mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-prosedur

pengendalian internal. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit

internal, karena oleh pegawai perusahaan.

c. Audit operasional (operational audit). Audit operasional merupakan

penelahaan secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam

hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional, auditor

diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang

komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

3. Tipe-tipe Auditor

Tipe-tipe auditor yang umumnya diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok,

yaitu:

a. Auditor Intern

6

Page 7: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

Auditor intern merupakan auditor yang bekerja di dalam perusahaan

(perusahaan negara atau perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah:

Menentukan auditor kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan telah

dipatuhi atau tidak

Baik tidaknya dalam penjagaan asset perusahaan

Menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan perusahaan

Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh bagian perusahaan

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintahan merupakan auditor professional yang bekerja di instansi

pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan

yang disajikan oleh entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang

ditujukan untuk pemerintah.

c. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya

kepadanya masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan para pemakaian informasi

keuangan, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh

kliennya Auditor independen dalam prakteknya harus memenuhi persyaratan

pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Auditor independen harus lulus dari

sarjana akuntansi falkultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah

mendapat gelar akuntan dari panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan,

dan mendapat izin praktek dari Mentri Keuangan. Auditor independen mempunyai

tanggungjawab utama untuk melaksanakan fungsi pengauditan terhadap laporan

keuangan perusahaan yang diterbitkan tanpa memihak kepada kliennya. Auditor

independen bekerja dan memperoleh honorium dari kliennya yang dapat berupa fee

perjam kerja.

4. Pengertian Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada

suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai

penelitian. Marinus, Wray (1997) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman

7

Page 8: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan

atau tugas (job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang

dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya

dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner (1983) dalam risetnya menunjukkan

bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan

keputusan. Namun dilain pihak beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan

tersebut (seperti Ashton, 1991; Blocher et al.1993), hal ini karena menurut Ashton

(1991) sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu

untuk dapat belajar.

Menurut Knoers & Haditno (1999), pengertian pengalaman adalah :

“Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.”

Dian Indri Purnamasari, (2005) memberikan kesimpulan bahwa :

”Seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya; 1). Mendeteksi kesalahan, 2). Memahami kesalahan dan 3) Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas.”

Taylor dan Tood (1995) berpendapat bahwa :

“Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sophisticated dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman.“

Sedangkan menurut Abriyani Puspaningsih (2004) :

“Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”

8

Page 9: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

Pendapat Payama J Simanjutak (2005), tentang pengalaman adalah :

“Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja.”

Seperti dikatakan Boner & Walker (1994) :

“Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor pemula (yunior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor.”

5. Informasi

Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman,

atau instruksi. Namun demikian istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada

konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti,

pengetahuan, negentropy, komunikasi, kebenaran, representasi, dan rangsangan

mental.

Pengantar Sistem Manajemen dalam James A O’Brien (2005, halaman 38)

mengemukakan definisi informasi sebagai berikut :

“Informasi merupakan data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakai akhir tertentu”

Menurut Krismiaji (2002:15), informasi adalah data yang twelah di organisasi

dan telah memiliki kegunaan dan manfaat. Informasi dapat diberikan kepada pemakai

9

Page 10: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

eksternal dan pemakai internal. Informasi yang diberikan kepada pihak eksternal

dapat berup informasi wajib (mandatory information), yaitu informasi yang

disyaratkan oleh pemerintah. Contohnya laporan yang berisi tentang pajak

penghasilan dan pajak yang terhutang. Informasi lainnya adalah informasi essensial

(essential information), yaitu informasi yang tercantum dalam order pembelian dan

faktur penjualan.

Wilkinson (1993:3) mendefinisikan data dan informasi sebagai :

“Data adalah fakta, angka, bahkan simbol mentah. Secara bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu sistem informasi. Sedangkan informasi terdiri dari data yang telah ditransformasi dan dibuat lebih bernilai melalui pemrosesan. Idealnya informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapat sasaran.”

Menurut Bodnar dan William S. Hopwood (1996:1), informasi adalah data yang

berguna yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang

tepat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi

merupakan data yang telah diatur dan diolah agar dapat lebih memiliki arti atau

makna untuk dijadikan dasar suatu pengambilan keputusan.

6. Going Concern

Dalam akuntansi, going concern mengacu pada kemampuan perusahaan untuk

terus berfungsi sebagai badan usaha

“A term for a company that has the resources needed in order to continue to operate. If a company is not a going concern, it means the company has gone bankrupt.” (http://dictionary.reference.com)

Leonard Dkk (1998) menyatakan ketika kondisi keuangan suatu perusahaan

dalam audit tahunan, auditor harus menyediakan laporan audit dengan laporan

keuangan perusahaan. Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan adalah

apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).

Menurut PSAK No. 01 (Revisi 1998) penyajian laporan keuangan mengenai

kelangsungan usaha paragraf 17-18 menyatakan bahwa :

10

Page 11: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

“Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha. Apabila laporan keuangan tidak disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha maka kenyataan tersebut harus diungkapkan bersama dengan dasar lain yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta alasan mengapa asumsi kelangsungan usaha pelaporan tidak dapat digunakan. Manajemen bertanggung jawab untuk mempertimbangkan apakah asumsi apakah asumsi kelangsungan usaha masih layak digunakan dalam menyiapkan laporan keuangan. Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha dapat digunakan, manajemen memperhatikan semua informasi masa depan yang relevan paling sedikit untuk jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca tingkat pertimbangan tergantung pada kasus demi kasus. Apabila perusahaan selama ini menghasilkan laba dan mempunyai akses kesumber pembiayaan maka asumsi kelangsungan usaha mungkin dapat disimpulkan tanpa melalui analisis rinci. Dalam kasus lain, manajemen perlu memperhatikan faktor yang mempengaruhi profitabilitas masa kini maupun masa yang akan dating, jadwal pembayaran hutang dan sumber potensial pembiayaan pengganti sebelum dapat menyimpulkan bajwa asumsi kelangsungan usaha dapat digunakan dalam PSAK No. 30. Going concern dapat dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan, sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan, biasanya, informasi yang signifikan dianggap berlawanan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva pada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yan lain.”

Petronela (2004) menyatakan kajian atas going concern dapat dilakukan dengan

melihat kondisi internal perusahaan yang tercermin dalam profitabilitas, likuiditas

ataupun respon investor terhadap perusahaan. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut

atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan tentang

going concern. Dengan demikian, jika suatu perusahaan dinyatakan dalam kategori

bangkrut oleh model keputusan tersebut, prediksi ini akan membantu kepastian dalam

opini auditor yang berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu entitas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa audit report dengan modifikasi

mengenai going concern, perusahaan yang “sehat” memperoleh opini unqualified.

Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis.

2.2 Peneliti Terdahulu

Dalam penelitian sebelumnya (Steven E. Kaplan, Edward F. O’Donnell, dan

Barbara M. Arel, 2008) menemukan hasil bahwa pengalaman dari auditor dan

11

Page 12: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

informasi manajemen yang baik berpengaruh terhadap penilaian auditor akan

kehandalan dari pengendalian internal.

Pada Mei 2009, Joseph Callaghan, Mohinder Parkash, dan Rajeev

Singhal melanjutkan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya

yang dilakukan oleh Sharma (2001), dan Sharma dan Sidhu (2001)

yang menemukan hubungan negatif antara kemungkinan dari

sebuat opini audit going concern dan biaya nonaudit yang

dibayarkan kepada auditor atas kebangkrutan perusahaan Australia.

Hasil penelitian dari Dahlia Robinson (2008) adalah konsisten

dengan kualitas audit dari informasi yang berlebihan, penelitian

menghasilkan hubungan positif yang signifikan antara tingkat biaya

pelayanan pajak dan kemungkinan dari kebenaran opini audit going

concern sebelum pengajuan kebangkrutan.

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan beberapa teori di atas, variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini di gambarkan melalui bagan di bawah ini.

Keterangan :

Apakah terdapat pengaruh antara pengalaman auditor dengan keakuratan informasi

yang diberikan oleh auditor?

Apakah terdapat pengaruh antara keakuratan informasi yang diberikan oleh auditor

dengan going concern suatu perusahaan?

2.4 Pengembangan Hipotesis

Melihat dari penelitian-penelitian terdahulu dan tinjauan teoritis yang sudah ada,

maka penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Pengalaman Auditor

Keakuratan Informasi

Going Concern

12

Page 13: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

H1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap Keakuratan Informasi yang

diberikan auditor.

H2 : Keakuratan informasi yang diberikan auditor berpengaruh terhadap going

concern suatu perusahaan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, sifat data berupa kualitatif, yaitu data non numerik yang

dikuantitatifkan untuk tujuan penelitian tertentu. Sedangkan, penulis menggunakan

data primer untuk pengambilan data ini. Data primer adalah data yang berasal dari

sumber asli, dikumpulkan khusus untuk keperluan riset. Kelebihan data primer: data

sesuai keinginan peneliti. Kelemahan data primer: pengumpulan data lebih mahal,

lama, tidak praktis dibanding data sekunder.

Penulis akan mengadakan penelitian dengan menggunakan metode Analisis

Studi Kasus. Metode ini meliputi analisis kontekstual dan mendalam terhadap hal

yang berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Dengan menggunakan

metode ini, penulis akan melakukan survey kepada beberapa auditor dan perusahaan

untuk mendapatkan hasil dari penelitian.

4.2 Variabel dan Skala Pengukuran Penelitian

Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada

nilai. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen,

variabel dependen, dan variabel intervening. Berikut ini adalah jenis variabel yang

digunakan dalam penelitian ini.

1. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang memengaruhi variabel terikat,

entah secara positif atau negatif. Variabel independen disini adalah pengalaman

auditor.

13

Page 14: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang menjadi perhatian utama

peneliti. Varians variabel terikat ditentukan oleh variabel bebas. Variabel ini

merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi.

Variabel dependen disini adalah going concern suatu perusahaan.

3. Variabel Intervening

Variabel Intervening (penghubung) adalah variabel yang kedudukannya berada

diantara variabel bebas dan variabel terikat atau dengan kata lain variabel yang

menjadi perantara untuk melihat hubungan tidak langsung (indirect effect) antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel intervening disini adalah keakuratan

informasi yang diberikan oleh auditor.

Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Nominal. Skala nominal adalah

skala pengukuran variabel yang paling rendah tingkatannya. Nilai pada variabel hanya

berupa kategori/label saja atau dengan kata lain nilai pada variabel tidak dapat

dibandingkan.

4.3 Definisi Operasional dan Variabel

1. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada

suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

2. Keakuratan Informasi

Informasi sangat berguna bagi para pemakainya, sesuai dengan kebutuhan

mereka masing-masing. Informasi digunakan untuk pengambilan keputusan, apabila

informasi tidak akurat maka keputusan yang diambil akan salah dan tidak sesuai

dengan tujuan.

3. Going Concern

Dalam Akuntansi, going concern dapat diartikan sebagai kemampuan

perusahaan untuk melanjutkan usahanya dan tidak ada maksud untuk melakukan

likuidasi dalam beberapa kurun waktu.

14

Page 15: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

4.4 Tekhnik Pengumpulan Data

1. Pemilihan Sampel

Populasi adalah seluruh subyek atau data dengan karakteristik tertentu yang

akan diteliti. Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau elemen dari

populasi yang memiliki karakteristik yang sama. Data yang digunakan adalah data

sekunder dimana data diperoleh dari pihak lain, berasal dari sumber internal /

eksternal organisasi. Kelebihan: lebih cepat, lebih murah dibandingkan data primer.

Kelemahan: tergantung pada ketersediaan data yang mungkin tidak memenuhi

kebutuhan peneliti atau data tidak relevan lagi. Populasi di dalam penelitian ini adalah

Kantor Akuntan Publik dan perusahaan yang tidak bermaksud untuk melakukan

likuidasi.

Pemilihan sampel dilakukan dengan cara metode nonrandom sampling atau

nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau

nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang

sama untuk dijadikan sampel. Sedangkan tekhnik pengumpulan sample menggunakan

metode purposive sampling. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud

atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti

menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang

diperlukan bagi penelitiannya. Tujuan dari tehnik pengambilan sampel ini adalah agar

diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan

penelitian. Sampel dipilih dengan kriteria sebagai berikut :

1. Auditor telah bekerja menjadi auditor selama lebih dari 18 bulan.

2. Auditor bekerja di KAP Big 5 di Indonesia.

3. Perusahaan yang tidak bermaksud untuk melakukan likuidasi dalam jangka

waktu 3 tahun ke depan.

4. Perusahaan yang menggunakan jasa audit Big 5 di Indonesia.

Berdasarkan kriteria di atas, maka peneliti memperoleh 78 auditor

berpengalaman yang bekerja di KAP Big 5 di Indonesia dan 25 perusahaan yang

menggunakan jasa KAP tersebut.

4.5 Metode Analisis

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan dua penelitian. Yang pertama,

peneliti akan meneliti apakah terdapat pengaruh antara pengalaman auditor dengan

15

Page 16: Pengaruh Pengalaman Auditor Dengan Keakuratan Informasi Dan Going Concern

ketepatan informasi yang akan diberikan auditor kepada perusahaan yang digunakan

untuk pengambilan keputusan yang tepat bagi perusahaan. Peneliti akan menyebarkan

kuesioner ke sampel yang telah dipilih secara acak. Dari hasil kuesioner tersebut,

penulis akan menganalisis apakah terdapat pengaruh antara kedua variabel tersebut.

Yang kedua, peneliti akan meyebarkan kuesioner kepada perusahaan yang

dipilih sebagai sampel. Kuesioner ini berisikan apakah informasi yang diberikan oleh

auditor memiliki pengaruh bagi keberlangsungan usaha perusahaan dan pengambilan

keputusan bagi perusahaan.

Karena peneliti menggunakan kuesioner sebagai media untuk mengumpulkan

data, maka peneliti menggunakan metode deskriptif sebagai tekhnik pengumpulan

data. Tujuan metode ini adalah membantu memecahkan masalah yang terjadi pada

masa sekarang serta berpusat pada masalah yang actual. Metode deskriptif bersifat

memperjelas setiap langkah penelitian dengan terperinci. Winarno Surakhmad

(1998:140) berpendpat bahwa metode deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang,

pada masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula di susun, dijelaskan dan dianalisa (karena

itu metode ini sering disebut metode analitik).

Syarat melakukan analisis dengan metode deskriptif :

1. Peneliti harus memiliki sifat represif (selalu mencari bukan menguji).

2. Peneliti harus memiliki kekuatan integratif (kekuatan untuk memadukan

informasi yg diterimanya menjadi satu kesatuan penafsiran).

16