pengaruh asimetri informasi, kepemilikan...
TRANSCRIPT
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
DAN STRUKTUR DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Industri Food and Beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010 – 2013)
RIATNO WIBOWO
NIM.090462201286
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2016
ABSTRAK
Asimetri informasi terjadi karena adanya perbedaan informasi yang dimiliki
antara manajemen dan pihak lain yang tidak memiliki akses informasi mengenai
perusahaan. Dalam teori keagenan disebutkan bahwa jika antara pihak principal dan
agent memiliki kepentingan yang berbeda sehingga muncul konflik yang dinamakan
konflik keagenan.
Penelitian ini menguji pengaruh asimetri informasi, kepemilikan institusional
dan struktur dewan komisaris terhadap manajemen laba. Asimetri informasi,
kepemilikan institusional dan struktur dewan komisaris sebagai variabel independen
dan manajemen laba sebagai variabel dependen. Asimetri informasi dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan bid-ask spread, kepemilikan institusional diukur
dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusional dari seluruh
modal saham perusahaan yang beredar dan struktur dewan komisari diukur dengan
perbandingan komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris perusahaan.
Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals.
Hasil pengujian terhadap 12 perusahaan manufaktur sektor Food and
Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu tahun 2010 –
2013, menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi dan kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan struktur dewan komisari
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata kunci : Asimetri informasi, kepemilikan institusional, struktur
dewan komisaris dan Manajemen laba.
PENDAHULUAN
Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak
terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam
rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja
perusahaan (Ujiyantho, 2007).
Salah satu komponen penting dalam laporan keuangan adalah laporan
Laba/Rugi, hal ini dikarenakan dalam laporan laba/rugi tersebut memuat informasi
laba yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan guna mengetahui kemampuan
dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Statemen of Financial Accounting
Concept (SFAC) No.1, informasi laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja
atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah
ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan earning power perusahaan
dimasa yang akan datang.
Schipper (1989) dalam Restie (2010) manajemen laba adalah suatu kondisi
dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan
keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan
menurunkan laba. Masalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang
seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara
pemilik (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan.
Rahmawati, dkk (2006) menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu
kontrak antara manajer selaku agent dengan pemilik sebagai principal perusahaan.
Principal memberikan kewenangan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan
perusahaan demi kepentingan principal. Manajer selaku agent mengetahui informasi
internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga
manajer harus memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu
yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimetri
informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan
praktik manajemen laba (earning management) (Richardson, 1998 dalam Adhika,
2010).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati, dkk. (2006). Berdasarkan saran dari Rahmawati, dkk (2006) yaitu
dengan menjadikan perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian. penelitian
tersebut menjadi motivasi bagi penulis untuk melakukan penelitian praktik
manajemen laba pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul : “Pengaruh Asimetri Informasi, Kepemilikan Institusional dan Struktur
Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba”. (Penelitian pada Perusahaan di
Sektor Industri Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010 – 2013).
KAJIAN PUSTAKA
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara
pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling
(1976) dalam Rahmawati, dkk. (2006) menyatakan bahwa hubungan keagenan
merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik
perusahaan (principal). Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal
diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam
Theresia Christian (2011) yaitu hubungan antara principal dan agen. Prinsipal
mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk
pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agen.
Teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh
konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul
ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya. Adanya perbedaan kepentingan antara
manajemen dan pemilik tersebut dapat dipengaruhi kebijakan yang diputuskan
manajemen.
Asimetri Informasi dan Teori Bid-Ask Spread
Asimetri informasi terjadi karena manajer mengetahui lebih banyak informasi
tentang perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham atau pemilik perusahaan,
sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan yang
dilaporkan untuk kepentingannya sendiri (Herawaty, 2008). Keberadaan asimetri
informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Ricardson (1998) dalam
Restuwulan (2013), berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara
asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba.
Asimetri informasi diukur dengan menggunakan Relative Bid-ask Spread,
dimana asimetri informasi dilihat dari selisih harga saat ask dengan harga bid saham
perusahaan atau selisih harga jual dan harga beli saham perusahaan selama satu tahun
(Healy,1999 dalam Ilham Firdaus,2013).
SPREADi,t = ((aski,t – bidi,t) / ((ask + bidi,t)/2) x 100)
SPREAD : selisih harga ask dengan harga bid perusahaan i yang terjadi pada hari t
selama 1 tahun.
Ask i,t : harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t selama
1 tahun.
Bid i,t : harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t selama
1 tahun
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi
lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain. Kepemilikan institusional
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict.
Menurut Siregar dan Utama (2005) dalam penelitiannya mendefinisikan
kepemilikan institusional sebagai kepemilikan saham oleh institusi keuangan seperti
perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking.
Sedangkan menurut Rizae (2007) mendefenisikan kepemilikan institusional
adalah perusahaan-perusahaan asuransi, dana pensiun publik dan privat, investment
trust, mutual funds, dan kelompok-kelompok manajemen investasi.
Struktur Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada dewan direksi. Dewan komisaris memegang peranan
yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate
Governance. Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang
ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Egon
Zehnder International, 2000 dalam FCGI, 2001 dalam Palestin, 2009).
Menurut Muntoro, 2006 bahwa jumlah anggota dewan komisaris yang pas
tergantung pada industri dimana perusahaan berada karena akan turut menentukan
jenis kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh dewan komisaris secara menyeluruh.
Tugas dewan komisaris adalah mengawasi sekaligus memberikan nasehat
kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Sedangkan direksi sendiri bertanggung
jawab penuh atas pengelolaan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan
serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Yang perlu
diperhatikan adalah mengenai independensi dewan komisaris. Independensi yang
dimaksud adalah anggota dewan komisaris tidak memiliki hubungan yang terlalu
dekat dengan manajemen maupun dengan perusahaan melalui transaksi-transaksi
yang jumlahnya signifikan, hubungan keluarga, dan hubungan-hubungan lainnya
yang dapat menyebabkan komisaris independen tidak dapat berpikir secara objektif.
Manajemen Laba (Earnings Management)
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.
Badruzaman (2010) mendefiniskan manajemen laba adalah suatu cara yang
ditempuh manajemen dalam mengelola perusahaan melalui pemilihan kebijakan
akuntansi tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan laba bersih dan nilai
perusahaan sesuai dengan harapan manajemen. Manajemen laba diduga muncul dan
dilakukan oleh manajer atau para penyusun laporan keuangan dalam proses pelaporan
keuangan suatu perusahaan karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari
tindakan tersebut.
Schipper (1989) dalam Restie (2010) manajemen laba adalah suatu kondisi
dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan
keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan
menurunkan laba. Masalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang
seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara
pemilik (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan.
Rahmawati, dkk (2006) menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu
kontrak antara manajer selaku agent dengan pemilik sebagai principal perusahaan.
Principal memberikan kewenangan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan
perusahaan demi kepentingan principal. Manajer selaku agent mengetahui informasi
internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga
manajer harus memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu
yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimetri
informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan
praktik manajemen laba (earning management) (Richardson, 1998 dalam Adhika,
2010).
Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang meneliti
tentang asimetri informasi, kepemilikan institusional dan struktur dewan komisaris
terhadap manajemen laba. Sehingga penulis menjadikan referensi dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Adapun beberapa penelitian terdahulu dapat terlihat dari tabel 2.1 sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel Hasil
1 Siregar dan
Utama (2005)
Pengaruh Struktur
Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan
dan Praktek
Corporate
Governance
terhadap
Pengelolaan Laba
Kepemilikan
keluarga,
kepemilikan
institusional,
ukuran
perusahaan,
praktek
Corporate
Governance
(Ukuran KAP,
Kepemilikan keluarga
dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
Kepemilikan
institusional dan tiga
variabel praktek
Corporate
proporsi
dewan
komisaris,
keberadaan
komite audit)
Governance tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
2 Rahmawati,
dkk (2006)
Pengaruh Asimetri
Informasi Terhadap
Praktik Manajemen
Laba Pada
perusahaan
Perbankan Publik
yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta
Asimetri
Informasi,
variabel control
varian, ukuran
perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan
dan Manajemen
Laba
Asimetri informasi
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
3 Halima Sathila
Palestin (2006)
Analisis Struktur
Kepemilikan,
Praktik Corporate
Governance dan
Kompensasi Bonus
Terhadap
Manajemen Laba.
Struktur
Kepemilikan,
komposisi
dewan
komisaris,
komite audit
dan auditor
independen
dengan proksi
ukuran auditor,
kompensasi
bonus.
Struktur kepemilikan,
proporsi dewan
komisaris independen
dan kompensasi
bonus berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
Komite audit dan
KAP tidak
berpengaruh
terhadapa manajemen
laba.
4 Nasution dan
Setiawan
(2007)
Pengaruh Corporate
Governance
Terhadap
Manajemen Laba di
Industri Perbankan
Indonesia
Komposisi
dewan
komisaris,
ukuran dewan
komisaris,
komite audit
dan ukuran
perusahaan
Komposisi dewan
komisaris dan ukuran
perusahaan
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
manajemen laba.
Komite audit
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
5 Restie
Ningsaptiti
(2010)
Analisis Pengaruh
Ukuran Perusahaan
dan Mekanisme
Corporate
Governance
Terhadap
Manajemen Laba
pada Perusahaan
Manufaktur 2006-
2008.
Ukuran
Perusahaan,
Konsentrasi
kepemilikan,
Komposisi
anggota dewan
komisaris,
spesialisasi
industri KAP,
komposisi
Ukuran Perusahaan,
Konsentrasi
Kepemilikan, Kualitas
Audit dengan proksi
spesialisasi industri
KAP berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
Komposisi dewan
komisaris, komposisi
komite audit. komite audit tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
6 Ni Ketut
Muliati (2011)
Pengaruh Asimetri
Informasi dan
Ukuran Perusahaan
pada praktik
manajemen laba di
perusahaan
perbankan yang
terdaftar di BEI
Asimetri
informasi dan
ukuran
perusahaan
Asimetri informasi
berpengaruh positif
pada manajemen laba,
sedangkan ukuran
perusahaan
berpengaruh negatif
pada manajemen laba
7 Theresia
Christina
Tarigan (2011)
Pengaruh Asimetri
Informasi, Corporate
Governance, dan
Ukuran Perusahaan
terhadap praktik
manajemen laba
(Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek
Indonesia 2008-
2010)
Asimetri
informasi,
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan.
Asimetri Informasi,
komposisi dewan
komisaris, keberadaan
komite audit dan
ukuran perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak
dalam sector industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) mulai tahun 2010-2013. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 16
perusahaan di sector industri food and beverages. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sampel tidak secara acak
tetapi dengan menggunakan pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu yang
ditetapkan peneliti. Metode purposive sampling dalam penelitian ini dilakukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2010-2013.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah di audit untuk periode yang
berakhir pada tanggal 31 Desember mulai tahun 2010-2013.
3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah.
DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earnings management.
Earnings management merupakan intervensi manajer dengan tujuan tertentu terhadap
proses pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh keuntungan pribadi
(Schipper,1989 dalam Restie,2010).
Manajemen laba diproksikan dengan discretionary accruals. Untuk mengukur
discretionary accruals terlebih dahulu akan mengukur total akrual. Total akrual
diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary (Midiastuty,
2003), dengan tahapan :
a. Mengukur total accrual dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi.
Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi
(cash flow from operating).
b. Menghitung nilai accruals yang dietimasi dengan persamaan regresi OLS
(Ordinary Least Square) :
TACt/ At-1= α1(1/ At-1) + α2((ΔREVt - ΔRECt) / At-1) + α3(PPEt/ At-1) +e
Dimana :
TACt : total accruals perusahaan i pada periode t
At-1 : total asset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-1
REVt : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
RECt : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt : aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun
t
c. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut :
NDAt = α1(1/ At-1) + α2((ΔREVt - ΔRECt) / At-1) + α3(PPEt/ At-1)
Dimana
NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t
α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total
accruals
d. Menghitung discretionary accruals
DACt : (TACt/ At-1) – NDAt
Dimana :
DACt : discretionary accruals perusahaan i pada periode t
Asimetri informasi diukur dengan menggunakan Relative Bid-ask Spread,
dimana asimetri informasi dilihat dari selisih harga saat ask dengan harga bid saham
perusahaan atau selisih harga jual dan harga beli saham perusahaan selama satu tahun
(Healy,1999 dalam Ilham Firdaus,2013).
SPREADi,t = ((aski,t – bidi,t) / ((ask + bidi,t)/2) x 100)
SPREAD : selisih harga ask dengan harga bid perusahaan i yang terjadi pada hari t
selama 1 tahun.
Ask i,t : harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t selama 1
tahun.
Bid i,t : harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t selama 1
tahun
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
institusi atau perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan
institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari
seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Fathoni, Haryetti, Wijaya dan
Muchsin, 2014).
KI = Jumlah saham yang dimiliki institusional x 100%
Total saham beredar
Variabel struktur dewan komisaris dihitung dengan membagi jumlah komisaris
independen terhadap jumlah total anggota komisaris.
SDK = Jumlah komisaris independen x 100%
Jumlah anggota komisaris
Analisis regresi linier berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Model regresi yang dikembangkan untuk
hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan :
Y = Manajemen laba
X1 = Asimetri informasi
X2 = Struktur dewan komisaris
X3 = Kepemilikan institusional
β0 = Konstanta
β1- β3 = koefisen regresi
e = error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur di sektor food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2010 – 2013 yang di
pilih dengan purposive sampling method. Berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan
diperoleh jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010 – 2013 dengan data observasi sebanyak 48 data.
Analisis Data
Statistik Deskriptif
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Manajemen Laba 48 -1.0337293 .8745745 -.379617365 .4094334756
Asimetri Informasi 48 2.1978022 4.8780488 3.178566550 .7632810278
K_Institusional 48 .3306513 .9609115 .707014483 .2045478805
SDK 48 .3333333 .5000000 .373983115 .0517415194
Valid N (listwise) 48
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan nilai minimum variabel asimetri
informasi adalah 2,1978022 dan nilai maksimum 4,8780488 dengan nilai rata-rata
sebesar 3,178566550 sedangkan standar deviasinya adalah 0,7632810278 dengan
jumlah observasi (n) sebesar 48.
Nilai minimum variabel kepemillikan institusional dengan nilai minimum
sebesar 0,3306513 dan nilai maksimum 0,9609115 dengan nilai rata-rata (mean)
sebesar 0,707014483 dan standar deviasi sebesar 0,2045478805 dengan jumlah
observasi (n) sebesar 48.
Pengukuran statistik deskriptif berikutnya yaitu terhadap struktur dewan
komisaris dengan nilai minimum sebesar 0,3333333 dan nilai maksimum sebesar
0,5000000 dengan nilai rata-rata 0,373983115 sedangkan standar deviasinya sebesar
0,517415194 dengan jumlah observasi (n) sebesar 48.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif menggarmbarkan
bahwa dari 48 data observasi dalam penelitian ini menunjukkan nilai minimum
variabel manajemen laba sebesar -1.0337293 dan nilai maksimum sebesar 0,8745745
dengan nilai rata-rata -0,379617365 serta nilai standar deviasi sebesar 0,4094334756.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
a. Uji Normalitas dengan analis grafik plot
Dari hasil pengujian dengan menggunakan grafik plot terlihat bahwa titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal.
Normalitas data berdistribusi normal, karena titik dalam gambar menyebar di sekitar
garis diagonal dan arahnya mengikuti garis diagonal.
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Normal P=P Plot
Sumber : Output SPSS
b. Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Dari hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov terlihat bahwa besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 0,506 dan memiliki nilai probabilitas sebesar 0,960
berada jauh diatas α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual
terdistribusi secara normal, hasil uji Kolmogorov-Smirnov tersebut konsisten dengan
pengujian menggunakan grafik plot.
Tabel 4.3
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .35928317
Most Extreme Differences
Absolute .073 Positive .073 Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .506 Asymp. Sig. (2-tailed) .960
Uji Heteroskedastisitas
Dari pengujian dengan uji glejser diketahui bahwa model regresi bebas dari
masalah heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel independen
(asimetri informasi, kepemilikan institusional dan struktur dewan komisaris) lebih
besar dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Tabel 4.4
Hasil Uji Glejser Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .634 .343 1.849 .071
Asimetri Informasi .014 .051 .046 .269 .789
K_Institusional -.072 .183 -.065 -.390 .699
SDK -.938 .681 -.214 -1.377 .175
Sumber : Output SPSS
Uji Multikolinearitas
Dari hasil uji multikolinearitas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari
variabel independent yaitu asimetri informasi sebesar 0,736 dan variabel kepemilikan
institusional sebesar 0,787 serta variabel struktur dewan komisaris sebesar 0,891
menunjukkan nilai lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari variabel independent yaitu
asimetri informasi sebesar 1,359 dan variabel kepemilikan institusional sebesar 1,271
serta variabel struktur dewan komisaris sebesar 1,123 menunjukan nilai tidak lebih
dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara
variabel independent dalam model regresi.
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) Asimetri Informasi .736 1.359
K_Institusional .787 1.271
SDK .891 1.123
Sumber : Output SPSS
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Dari pengujian
dengan menggunakan Durbin Watson, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .507a .230 .177 .3713295050 1.779
Sumber : Output SPSS
Dari pengujian statistik (tabel 4.6) diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar
1,779 (du= 1,674; 4-du=2,326). Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat
masalah autokorelasi yang ditunjukkan dengan angka Durbin-Watson berada
diantara du tabel dan 4-du tabel, oleh karena itu model regresi ini dinyatakan layak
untuk dipakai. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini :
Gambar 4.2
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson (DW test)
Autokorelasi
Autokorelasi
Positif Tidak ada Tidak ada Tidak ada Negatif
kesimpulan Autokorelasi kesimpulan
0 Dl du 4 - dU 4 - dL 4
1,421 1,674 2.326 2.579
1,779
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson statistik berada di
daerah bebas autokorelasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
autokorelasi dalam model regresi.
Pengujian Hipotesis dengan Regresi Linier Berganda
Analisa regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis tentang
pengaruh variabel independen secara simultan maupun parsial. Hasil analisis regresi
dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Regresi Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta
1
(Constant) -1.084 .558 -1.941 .059
Asimetri Informasi .221 .083 .412 2.674 .010
K_Institusional -.896 .299 -.448 -3.000 .004
SDK 1.696 1.109 .214 1.529 .133
Sumber : Output SPSS
Model Regresi yang terbentuk :
Y = -1,084 + 0,221 Asimetri Informasi – 0,896 K_Institusional + 1,696
SDK + e
Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan :
1. α = konstanta sebesar -1,084 artinya apabila variabel independen yaitu asimetri
informasi, struktur dewan komisaris dan kepemilikan institusional dianggap
konstan (bernilai 0), maka variabel dependen yaitu manajemen laba akan
mengalami penurunan sebesar 1,084 satuan.
2. Koefisien asimetri informasi sebesar 0,221 artinya apabila variabel asimetri
informasi mengalami kenaikan sebesar 1 (satu) satuan sedangkan variabel
lainnya dianggap konstan, maka variabel dependen yaitu manajemen laba akan
mengalami kenaikan sebesar 0,221.
3. Kepemilikan institusional sebesar -0,896 artinya yaitu apabila variabel
kepemilikan institusional mengalami penurunan satu satuan, maka variabel
dependen akan mengalami penurunan sebesar 0,896.
4. Struktur dewan komisaris 1,696 artinya apabila variabel struktur dewan
komisaris mengalami kenaikan satu satuan sedangkan variabel lainnya dianggap
konstan, maka variabel dependen yaitu manajemen laba akan mengalami
kenaikan sebesar 1,696.
Uji Statistik T
Dari hasil statistic t pada tabel 4.8 variabel asimetri informasi diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,010, variabel kepemilikan institusional nilai signifikansi
sebesar 0,004 dan variabel struktur dewan komisari nilai signifikansi sebesar 0,133.
Dari pengujian tersebut, maka dapat dilihat bahwa terdapat 2 variabel independen,
yaitu asimetri informasi dan kepemilikan institusional memiliki tingkat signifikansi di
bawah 0,05 sedangkan variabel lainnya yaitu struktur dewan komisaris memiliki
tingkat signifikansi diatas 0,05.
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Hipotesis Uji T Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta
1
(Constant) -1.084 .558 -1.941 .059
Asimetri Informasi .221 .083 .412 2.674 .010
K_Institusional -.896 .299 -.448 -3.000 .004
SDK 1.696 1.109 .214 1.529 .133
Sumber : Output SPSS
4.2.3.2 Uji Statistik F
Pengujian ini untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama
(simultan) akan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.9 dapat
diketahui hasil uji ANOVA atau F test di peroleh nilai F hitung sebesar 4,380 dengan
signifikansi sebesar 0,009. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen asimetri informasi,
kepemilikan institusional dan struktur dewan komisaris berpengaruh dan signifikan
terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba.
Tabel 4.9
Tabel Uji Statistik F (Simultan) ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1.812 3 .604 4.380 .009b
Residual 6.067 44 .138
Total 7.879 47
Sumber : Output SPSS
4.2.3.3 Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.10, menunjukkan bahwa nilai
Adjusted R Square sebesar 0,177 yang berarti bahwa variabilitas variabel dependen
yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu asimetri informasi, struktur
dewan komisaris dan kepemilikan institusional dalam penelitian ini adalah sebesar
17,70% sedangkan sisanya sebesar 82,30% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
diluar model penelitian.
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .507a 230 .177 .3713295050
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor food and beverages periode 2010 – 2013.
2. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor food and beverages periode 2010 – 2013.
3. Struktur dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor food and beverages periode
2010 – 2013.
SARAN
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan
keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. Model yang digunakan untuk mendeteksi manajemen laba pada penelitian ini
mungkin belum mampu mendeteksi manajemen laba dengan baik sehingga
diperlukan justifikasi dengan model lainnya terutama untuk mencari
discretionary accrual nya.
2. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan hanya 3 variabel
dengan Adjusted R Square sebesar 17,70%. Dimungkinkan ada faktor-faktor lain
yang lebih berpengaruh terhadap manajemen laba.
3. Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri food
and beverages sebagai sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan pada jenis perusahaan lain seperti transportasi, real estate dan
telekomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Andreani Caroline dan Setiawati, Kiki. 2015. Pengaruh Asimetri Informasi,
Mekanisme Corporate Governance, dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, Volume 5, Nomor 01
Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis
Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Chancera, Dhiba Meutya. 2011. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal
Ekuitas Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Tahun 2008-2009. Semarang. Universitas Diponegoro.
FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II, Edisi 2.
Firdaus, Ilham. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio
Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang
Listing di Bursa Efek Indonesia). Padang. Universitas Negeri Padang.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Herawaty, Vinola. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating
Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan.
Simposium Nasional Akuntansi XI.
I Guna, Welvin dan Herawaty, Arleen. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.12, No.1
Kusumaningtyas, Metta. 2012. Pengaruh Independensi Komite Audit dan
Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba. STIE Bank BPD Jateng.
Prestasi Vol.9 No.1 – Juni 2012.
Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada
Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Tesis S2. Magister Pascasarjana Universitas Udayana.
Denpasar.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Artikel Ilmiah
dalam Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar
Ningsaptiti, Restie. 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Semarang. Universitas
Diponegoro.
Palestin, Halima Shatila. 2006. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba.
(Studi Empiris di PT. Bursa Efek Indonesia).
Pujiningsih, Andiany Indra. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus.
Rahmawati, dkk, 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen
Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di BEJ. Simposium
Nasional Akuntansi IX. Padang.
Restuwulan. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba. Bandung. Universitas Widyatama.
Richardson, V. J., 1998. Information Asymmetry and Earnings Management: Some
Evidence. http /www.ssrn.com..
Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2000. Manajemen Laba, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia. Vol. 15, No. 4.
Sulistyanto,Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris. Grasindo.
Jakarta.
Suranta, Eddy dan Pratana dan Puspa Midiastuty. 2004. Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Praktek Manajemen Laba. Konferensi Nasional
Akuntansi 2004.
Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama. Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap
Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi
VIII, IAI. 2005.
Tarigan, Theresia Christina (2011) Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate
Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba.
Yogyakarta. Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Theresia Dwi Hastuti. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional
Akuntansi VIII, IAI. 2005.
Ujiyantho, Arief Muh dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi X.
Wirartha, I Made. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta : Andi
Offset
www.idx.co.id