pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan...

7
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan penduduk ditinjau dari segi kuantitatif maupun kualitatif dapat dikategorikan sangat tinggi. Pertumbuhan tersebut akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan sebagai sarana untuk menjalankan aktifitasnya dan melaksanakan kegiatan pembangunan. Lahan dengan luas yang relatif tetap, merupakan modal dasar seluruh sektor pembangunan. Lahan memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Secara langsung lahan merupakan tempat hidup dan juga tempat beraktifitas. Kebutuhan lahan yang tinggi untuk berbagai sektor adalah wujud kebutuhan akan lahan. Namun karena luasan lahan yang relatif tetap, maka dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga menjadi bertambah pula berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian, terutama lahan sawah, menjadi lahan untuk aktifitas non-pertanian Proses alih fungsi lahan merupakan suatu proses alamiah yang dipengaruhi oleh keuntungan ekonomis dalam proses pemilihan lokasi. Lahan jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi, merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai harga. Sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan lahan, maka akan terjadi alih fungsi lahan pertanian, terutama lahan sawah, menjadi lahan non pertanian. Padahal di sisi lain penggunaan lahan pertanian, terutama lahan sawah, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi manusia. Hal ini menimbulkan benturan kepentingan, karena disatu sisi lahan sawah untuk pemenuhan kebutuhan pangan harus dipenuhi, di lain pihak juga lahan untuk kebutuhan lainnya harus tetap terakomodasi. Oleh karena itu diperlukan pengendalian pemanfaatan lahan agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan lahan, sehingga dapat menunjang ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting. Negara yang maju telah mewujudkan ketahanan pangan, sehingga pembangunan negara tersebut dapat berjalan optimal. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat dunia, ketahanan pangan merupakan prioritas untuk kesejahteraan bangsa. Upaya dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumberdaya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah dan harus dihindari sejauh mungkin ketergantungan pada pemasukan pangan. Ketahanan pangan dapat dipenuhi dengan adanya ketersedian pangan yang merata serta adanya akses langsung pada pangan. Pada tataran nasional, inti persoalan dalam mewujudkan ketahanan pangan terkait dengan adanya pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pertumbuhan penyediaannya. Permintaan pangan meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, serta perkembangan selera. Dinamika sisi permintaan ini menyebabkan kebutuhan pangan secara nasional meningkat dengan cepat, baik dalam jumlah, mutu, dan keragamannya. Sementara itu, kapasitas produksi pangan nasional terkendala oleh adanya kompetisi pemanfaatan dan penurunan kualitas sumberdaya alam. Ketahanan pangan mempunyai fungsi ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan bagi Indonesia. Membangun ketahanan pangan nasional adalah menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa Indonesia, dimulai dengan membangun ketahanan pangan di tingkat regional, daerah dan rumah tangga. Pada UU No 7 tahun 1996 tentang pangan, diamanatkan pembangunan pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab mewujudkan ketahanan pangan, yaitu

Upload: hatruc

Post on 10-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan ...repository.sb.ipb.ac.id/2352/6/E9K-05-Sukarja-Pendahuluan.pdf · Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Kawasan Subang, Jawa

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk ditinjau dari segi kuantitatif maupun kualitatif dapat dikategorikan sangat tinggi. Pertumbuhan tersebut akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan sebagai sarana untuk menjalankan aktifitasnya dan melaksanakan kegiatan pembangunan. Lahan dengan luas yang relatif tetap, merupakan modal dasar seluruh sektor pembangunan. Lahan memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Secara langsung lahan merupakan tempat hidup dan juga tempat beraktifitas. Kebutuhan lahan yang tinggi untuk berbagai sektor adalah wujud kebutuhan akan lahan. Namun karena luasan lahan yang relatif tetap, maka dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga menjadi bertambah pula berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian, terutama lahan sawah, menjadi lahan untuk aktifitas non-pertanian

Proses alih fungsi lahan merupakan suatu proses alamiah yang dipengaruhi oleh keuntungan ekonomis dalam proses pemilihan lokasi. Lahan jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi, merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai harga. Sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan lahan, maka akan terjadi alih fungsi lahan pertanian, terutama lahan sawah, menjadi lahan non pertanian. Padahal di sisi lain penggunaan lahan pertanian, terutama lahan sawah, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi manusia. Hal ini menimbulkan benturan kepentingan, karena disatu sisi lahan sawah untuk pemenuhan kebutuhan pangan harus dipenuhi, di lain pihak juga lahan untuk kebutuhan lainnya harus tetap terakomodasi. Oleh karena itu diperlukan pengendalian pemanfaatan lahan agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan lahan, sehingga dapat menunjang ketahanan pangan.

Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting. Negara yang maju telah mewujudkan ketahanan pangan, sehingga pembangunan negara tersebut dapat berjalan optimal. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat dunia, ketahanan pangan merupakan prioritas untuk kesejahteraan bangsa. Upaya dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumberdaya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah dan harus dihindari sejauh mungkin ketergantungan pada pemasukan pangan. Ketahanan pangan dapat dipenuhi dengan adanya ketersedian pangan yang merata serta adanya akses langsung pada pangan. Pada tataran nasional, inti persoalan dalam mewujudkan ketahanan pangan terkait dengan adanya pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pertumbuhan penyediaannya. Permintaan pangan meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, serta perkembangan selera. Dinamika sisi permintaan ini menyebabkan kebutuhan pangan secara nasional meningkat dengan cepat, baik dalam jumlah, mutu, dan keragamannya. Sementara itu, kapasitas produksi pangan nasional terkendala oleh adanya kompetisi pemanfaatan dan penurunan kualitas sumberdaya alam.

Ketahanan pangan mempunyai fungsi ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan bagi Indonesia. Membangun ketahanan pangan nasional adalah menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa Indonesia, dimulai dengan membangun ketahanan pangan di tingkat regional, daerah dan rumah tangga. Pada UU No 7 tahun 1996 tentang pangan, diamanatkan pembangunan pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab mewujudkan ketahanan pangan, yaitu

Page 2: Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan ...repository.sb.ipb.ac.id/2352/6/E9K-05-Sukarja-Pendahuluan.pdf · Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Kawasan Subang, Jawa

2

terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Adanya alih fungsi lahan akibat tingginya kebutuhan penduduk, akan menimbulkan benturan kepentingan. Dalam hal ini lahan pertanian untuk pemenuhan kebutuhan pangan harus dipenuhi, tetapi juga lahan untuk kebutuhan lainnya harus tetap terakomodasi. Oleh karena itu diperlukan pengendalian pemanfaatan lahan agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan lahan, sehingga dapat menunjang ketahanan pangan. Sebenarnya telah ada kebijakan terkait pengendalian alih fungsi lahan, namun pelaksanaannya tidak optimal. Menurut Bappenas (2006) pada dasarnya terdapat tiga kendala terkait dengan hal tersebut, yakni kebijakan yang kontradiktif, cakupan kebijakan yang terbatas dan kendala konsistensi perencanaan.

Alih fungsi lahan pertanian yang produktif di Pulau Jawa, terutama lahan sawah, menjadi lahan non pertanian sulit dihindari sebagai akibat pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya laju pembangunan. Oleh karena itu, Pulau Jawa yang merupakan penyumbang 60% produksi beras nasional, diperkirakan akan menurun akibat penurunan luasan lahan sawah, sebagai akibat alih fungsi lahan dan penurunan tingkat produktivitas di daerah-daerah intensifikasi pertanian. Terkait hal tersebut, menurut JICA dalam Kurnia (2001), pada tahun 2020, Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit beras sebesar 8.857.000 ton. Angka ini diperoleh setelah mempertimbangkan kebutuhan beras penduduk, kondisi jaringan irigasi yang ada, pencetakan sawah, rehabilitasi, dan pemeliharaan irigasi (Kurnia, 2001).

Salah satu wilayah di Pulau Jawa yang merupakan salah satu sentra penghasil beras yang potensial adalah Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten yang lebih menonjol dalam produksi berasnya. Namun Kabupaten Subang yang letaknya tidak berjauhan dari ibu kotanegara, mengakibatkan wilayah ini, juga menjadi wilayah hintherland ibu kota, sehingga juga terkena imbas perluasan pembangunan dan kebutuhan permukiman. Oleh karena itu di Kabupaten Subang terjadi alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi lahan terbangun untuk berbagai kebutuhan yang mengakibatkan terancamnya ketahanan pangan. Adanya permasalahan di atas, mengakibatkan perlunya segera dilakukan kajian mendalam terkait permasalahan alih fungsi lahan pertanian, tertutama lahan persawahan, menjadi lahan non pertanian yang dapat mengancam ketahanan pangan, melalui penelitian Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Kawasan Subang, Jawa Barat.

Perumusan Masalah

Tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan tingginya aktivitas. Hal ini akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan pemukiman, area industri, perdagangan, dan kegiatan ekonomi lainnya serta juga pada meningkatnya pemenuhan pangan. Akibat dari hal tersebut adalah terjadinya peningkatan kebutuhan lahan untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut. Kebutuhan lahan untuk memenuhi semua keinginan tersebut, pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan, terutama pada lahan pertanian, khususnya lahan persawahan, baik yang produktif maupun kurang produktif menjadi lahan non pertanian, seperti yang terjadi di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Di lain pihak alih fungsi lahan pertanian tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan produksi pangan, perubahan pola ekonomi (mata pencaharian) masyarakat di kawasan pertanian, perubahan jenis investasi, perubahan sosial-budaya masyarakat, perubahan lingkungan, dan berbagai dampak negatif lainnya.

Page 3: Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan ...repository.sb.ipb.ac.id/2352/6/E9K-05-Sukarja-Pendahuluan.pdf · Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Kawasan Subang, Jawa

3

Dinas pertanian Jawa Barat (2007) menyatakan paling tidak terdapat tujuh permasalahan terkait alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, yakni:

1. Tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan kebutuhan akan lahan non pertanian setiap tahunnya terus meningkat, sehingga berdampak terhadap kompleksnya permasalahan di lapangan,

2. Semakin berkurangnya rata-rata kepemilikan lahan, sehingga dengan luasan yang rendah mengakibatkan usaha tani menjadi kurang menguntungkan,

3. Kehidupan sosial masyarakat khususnya generasi muda cenderung kurang tertarik menggeluti usaha bidang pertanian,

4. Kurangnya koordinasi dan sinergitas kegiatan khususnya dalam pengawasan dan penanganan perizinan penggunaan lahan pertanian produktif,

5. Kurangnya kesadaran dan komitmen dari semua unsur terkait untuk mempertahankan lahan pertanian produktif, RTRW dan lainnya,

6. Kurang berjalannya penegakan hukum dan penerapan sangsi terhadap pelanggar kerusakan lingkungan,

7. Belum adannya pengaturan insentif bagi masyarakat yang mampu mempertahankan lahan produktif khususnya lahan sawah irigasi teknis.

Adanya alih fungsi lahan akan mempengaruhi produksi pertanian, terutama padi yang menjadi bahan pangan utama bagi masyarakat Indonesia. Irawan (2005) menyatakan perubahan lahan sawah selama tahun 2000-2002 mencapai 563.000 hektar atau rata-rata sekitar 188.000 hektar per tahun. Adanya luas sawah 7,75 juta hektar pada tahun 2002, pengurangan luas sawah akibat konversi lahan mencapai 7,27% selama tiga tahun dengan rata-rata 2,42% pertahun, sehingga mengakibatkan terjadinya konflik kepentingan penggunaan lahan. Terjadinya konflik kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan penduduk tersebut, tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup dan kehidupan di suatu wilayah. Oleh karena itu maka diperlukan suatu tahapan pengendalian alih fungsi lahan yang komprehensif, efektif serta efisien.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yakni:

1. Jenis alih fungsi lahan pertanian, khususnya area persawahan menjadi lahan non pertanian di kawasan Subang, Jawa Barat

2. Faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan di kawasan Subang, Jawa Barat

3. Pengaruh alih fungsi lahan pertanian, terutama padi, terhadap ketersediaan pangan kawasan Subang, Jawa Barat.

4. Permasalahan utama apa yang paling mendesak untuk diperhatikan dalam rangka meminimalisasi alih fungsi lahan dan mempertahankan atau malah meningkatan ketahanan pangan

5. Strategi apa yang harus dilakukan agar alih fungsi lahan menjadi minimal dan ketahanan pangan bertahan atau malah meningkat

Permasalahan penelitian dibatasi pada jenis alih fungsi lahan pertanian, khususnya

area persawahan, mengingat faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan sawah adalah jumlah penduduk. Selain itu juga dibatasi pada dampak alih fungsi lahan sawah terhadap produksi padi serta area penelitian yang berada di Subang, karena Subang merupakan salah satu area penghasil padi yang ada di Kawasan Jawa Barat.

Page 4: Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan ...repository.sb.ipb.ac.id/2352/6/E9K-05-Sukarja-Pendahuluan.pdf · Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Kawasan Subang, Jawa

4

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji pengaruh alih fungsi lahan pertanian, khususnya lahan persawahan, menjadi lahan non pertanian, terhadap ketahanan pangan di kawasan Subang, Jawa Barat, sehingga dapat mewujudkan tujuan regional Kabupaten Subang menjadi lumbung padi terbesar di Jawa Barat dan sekaligus meningkatkan pendapatan Kabupaten Subang melalui kegiatan ekonomi lainnya secara simultan tanpa mengganggu salah satu kegiatan, dan kegiatan lainnya. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis jenis alih fungsi lahan pertanian 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan pangan di

Subang, Jawa Barat. 3. Menganalisis pengaruh alih fungsi lahan pertanian, terutama padi, terhadap

ketersediaan pangan Kawasan Subang, Jawa Barat. 4. Menstrukturkan permasalahan utama apa yang paling mendesak untuk

diperhatikan dalam rangka meminimalisasi alih fungsi lahan dan mempertahankan atau malah meningkatan ketahanan pangan

5. Menyusun strategi apa yang harus dilakukan agar alih fungsi lahan menjadi minimal dan ketahanan pangan bertahan atau malah meningkat

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Sebagai sumber informasi dan alat bantu pengambilan keputusan khususnya

bagi Pemerintah Daerah Subang dan Jawa Barat, serta pemerintah pusat pada umumnya, untuk penentuan kebijakan yang berkaitan dengan alih fungsi lahan pertanian dan ketahanan pangan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan lahan pertanian secara optimal dan dapat melakukan pengendalian alih fungsi lahan secara optimal di Propinsi Jawa Barat.

2. Sebagai sumber informasi ilmiah bagi masyarakat dan swasta/dunia usaha, sumber informasi ilmiah untuk menambah wawasan/referensi/bahan kajian dalam hal alih fungsi lahan pertanian dan ketahanan pangan.

Kerangka Pemikiran Penelitian

Pertumbuhan penduduk yang disertai dengan modernisasi, dan bertambahnya tingkat pendidikan, mengakibatkan masyarakat berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kebutuhan hidupnya. Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas kebutuhan hidup tersebut pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan berbagai kebutuhan antara lain pemenuhan kebutuhan pangan yang lebih beragam dengan nilai gizi yang tinggi, kebutuhan akan kegiatan industri dan kegiatan ekonomi lainnya, kebutuhan akan perumahan dan lain-lain. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan lahan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Akibat dari meningkatnya kebutuhan lahan tersebut, mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian terutama dari lahan persawahan menjadi lahan non pertanian seperti contoh tersebut di atas.

Terjadinya alih fungsi lahan sawah dapat disebabkan oleh berbagai hal, Nguyen, van Westen, Zoomers (2014), Weiwen et al. (2014), Vincent, O'Donoghue, Ryan (2014),

Page 5: Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan ...repository.sb.ipb.ac.id/2352/6/E9K-05-Sukarja-Pendahuluan.pdf · Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Kawasan Subang, Jawa

5

Song et al. 2014, Mazzocchi, Sali, Corsi (2013), menjelaskan peningkatan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, kebijakan pemerintah yang kurang pas, land rent lahan pertanian yang cukup rendah, wilayah geografi yang berdekatan dengan kota atau ibu kota negara, besarnya tingkat urbanisasi, meningkatnya jumlah kelompok berpendapatan menengah-atas di wilayah perkotaan, terjadinya fragmentasi pemilikan lahan pertanian dan lain-lain. Selain hal tersebut, alih fungsi lahan sawah juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif pada berbagai hal, yakni berdampak negatif terhadap produksi pangan, ekonomi rumah tangga pertanian akibat hilangnya pekerjaan baik dari petani maupun buruh tani, hilangnya investasi untuk membangun infrastruktur, semakin memburuknya lingkungan, terganggunya kondisi sosial-budaya masyarakat, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam beberapa hal, alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke penggunaan lainnya bersifat dilematis. Dalam hal ini pertambahan penduduk dan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang pesat di beberapa wilayah memerlukan jumlah lahan non pertanian yang dapat mencukupi kebutuhannya. Namun di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk juga memerlukan supply bahan pangan yang juga menjadi lebih besar. Hal ini berkonotasi bahwa idealnya, lahan pertanian yang dibutuhkan juga seharusnya menjadi lebih luas. Padahal total luas lahan yang ada di suatu wilayah hanya berjumlah tetap, sehingga memunculkan gap antara kedua kebutuhan tersebut.

Hal tersebut di atas mengakibatkan munculnya persaingan yang ketat dalam pemanfaatan lahan, yang berakibat pada meningkatnya nilai lahan. Kondisi ini mengakibatkan penggunaan lahan untuk pertanian yang dianggap relatif rendah nilainya, akan selalu dikalahkan oleh peruntukan lainnya seperti untuk industri dan perumahan yang dianggap memberikan keuntungan yang lebih besar (Nasoetion dan Winoto, 1996). Meskipun nilai intrinsik dari lahan pertanian, terutama sawah, jauh lebih tinggi dari nilai pasarnya (Pakpahan et al. 2005), namun nilai-nilai tersebut belum tercipta ‘pasarannya’, sehingga pemilik lahan/petani belum memperoleh nilai finansial sebagaimana mestinya (Nguyen, van Westen, Zoomers (2014), Weiwen et al. (2014), Vincent, O'Donoghue, Ryan (2014), Song et al. 2014, Mazzocchi, Sali, Corsi (2013).

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa alih fungsi lahan pertanian, terutama alih fungsi dari lahan sawah menjadi cenderung tidak terkendali, yang pada akhirnya akan mengancam ketahanan pangan. Pembahasan dan penanganan alih fungsi lahan sawah telah berlangsung sejak lama. Akan tetapi sampai saat ini pengendalian alih fungsi lahan sawah untuk mewujudkan ketahanan pangan, belum berhasil diwujudkan. Selama ini, telah banyak dibuat berbagai kebijakan yang berkaitan dengan masalah pengendalian alih fungsi lahan sawah terkait dengan ketahanan pangan, akan tetapi implementasinya belum maksimal. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai alih fungsi lahan sawah, sehingga nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pengendalian alih fungsi lahan sawah dalam rangka menunjang ketahanan pangan. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat padaa Gambar 1

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dibatasi hanya pada jenis alih fungsi lahan pertanian khususnya lahan sawah, faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu jumlah penduduk serta dampak alih fungsi lahan persawahan terhadap produksi padi yang dapat menunjang ketahanan pangan.

Page 6: Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan ...repository.sb.ipb.ac.id/2352/6/E9K-05-Sukarja-Pendahuluan.pdf · Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Kawasan Subang, Jawa

6

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan

Konsep pembangunan dapat dilihat sebagai upaya menghapuskan berbagai bentuk penyakit umat manusia: malnutrisi (kekurangan gizi), penyakit, buta huruf, daerah- daerah pemukiman kumuh, penganguran dan ketimpangan pendapatan. Jika hanya dihitung berdasarkan tingkat pertumbuhan agregat, maka mungkin pembangunan yang sudah dijalankan selama ini telah membawa keberhasilan besar. Dalam perkembangan pembangunan saat ini hampir semua negara di dunia tengah bekerja keras untuk melaksanakan pembangunan. Kemajuan ekonomi memang merupakan komponen utama pembangunan, akan tetapi itu bukan satu-satunya komponen. Pada dasarnya pembangunan bukan hanya fenomena ekonomi, karena pada akhirnya proses pembangunan

ISM

Deskriptif

Page 7: Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan ...repository.sb.ipb.ac.id/2352/6/E9K-05-Sukarja-Pendahuluan.pdf · Pertanian terhadap Ketahanan Pangan Kawasan Subang, Jawa

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB