pengaruh akuisisi konglomerasi dan non

11

Click here to load reader

Upload: darmosoewito-luna

Post on 05-Aug-2015

84 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH AKUISISI KONGLOMERAT DAN NON-KONGLOMERAT TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA

AKUISISI PASCA KRISIS MONETER DI INDONESIA

Luna Mantyasih Makarti (0906498603)

RESTRUKTURISASI PERUSAHAAN Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

2010

Page 2: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Merger dan akuisisi dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar, yaitu

merger/akuisisi horisontal, vertikal, dan konglomerat. Merger/akuisisi

dikatakan non-konglomerat (konglomerat) apabila perusahaan akuisitor dan

target berada dalam satu industri yang sama (berbeda). Pendapat umum

menyatakan bahwa merger/akuisisi konglomerat jarang berhasil. Hal ini

dilatarbelakangi oleh kurangnya informasi mengenai industri dari perusahaan

target yang mengakibatkan perusahaan pengakuisisi mengalokasikan free

cash flow-nya pada akuisisi yang merugikan (Jensen, 1986).

Bertentangan dengan anggapan tersebut, Agrawal,Jaffe, & Mandelker

(1992) menemukan bahwa akuisisi/merger konglomerat dan non-konglomerat

setelah 5 tahun berjalan memberikan imbal hasil yang sama-sama negatif.

Perusahaan pengakuisisi yang melakukan merger non-konglomerat

mengalami underperformed, bahkan lebih parah daripada yang melakukan

merger konglomerat. Kemungkinan hal ini terjadi karena merger non-

konglomerat terkonsentrasi di industri tertentu yang mengalami

underperformed beberapa tahun setelah merger.

Dilihat dari karakteristik perusahaan yang ada di Indonesia, banyak

perusahaan terutama yang sudah menjadi perusahaan publik merupakan

bagian dari kelompok bisnis. Bentuk usaha konglomerasi yang dibangun dari

perusahaan keluarga merupakan ciri khas perusahaan menengah dan besar

di Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis keluarga, mereka banyak

berekspansi ke dalam usaha yang bahkan sama sekali berbeda dengan

bisnis semula.

Sebelum krisis moneter di tahun 1997, kedudukan konglomerat

menjadi kuat karena konsentrasi kekuatan ekonomi Indonesia berada di

tangan sekelompok kecil konglomerat besar. Datangnya krisis moneter

banyak membuat perusahaan besar dan konglomerat Indonesia yang sejak

dekade 90-an awal tumbuh pesat terpaksa menjual asetnya karena beban

Page 3: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

hutang terus meningkat akibat depresiasi rupiah terhadap dolar. Untuk

menghindari terjadinya kebangkrutan atau likuidasi, perusahaan tersebut

justru menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi

sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan

kewajiban keuangan.

Permasalahan dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, timbul pertanyaan bagaimanakah

pengaruh akuisisi konglomerat dan non-konglomerat terhadap kinerja

perusahaan pada akuisisi pasca krisis moneter di indonesia? Apakah dengan

melakukan akuisisi konglomerat perusahaan dapat mengurangi resiko

terjadinya kebangkrutan dan mampu meningkatkan kinerja perusahaannya?

Jika performansi finansial perusahaan tersebut meningkat dari sebelumnya,

maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mempunyai performansi

yang bagus.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat performansi perusahaan

setelah melakukan akuisisi pasca krisis moneter di Indonesia, baik akuisisi

konglomerat maupun non-konglomerat. Variabel yang digunakan untuk

melihat performansi adalah firm size dari total assets, equity, dan sales.

Selain itu, digunakan pula growth dari total assets, equity, dan juga sales.

Page 4: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

TINJAUAN LITERATUR

Konsep Akuisisi

Bergabungnya dua perusahaan atau lebih disebut merger atau

akuisisi. Merger menggabungkan dua atau lebih perusahaan yang terkadang

berbeda dalam ukurannya untuk membuat perusahaan baru. Sedangkan

akuisisi merupakan pembelian sebuah perusahaan oleh perusahaan lain.

Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan

membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap

ada (Brealey, Myers, & Marcus). Baik merger maupun akuisisi menyebabkan

peningkatan konsentrasi.

Para analis keuangan mengklasifikasikan akuisisi menjadi tiga tipe

(Ross, Westerfield, & Jaffe):

a. Akuisisi horisontal, yaitu akuisisi atas perusahaan yang memiliki bidang

usaha yang sejenis dan beroperasi di pasar yang sama. Perusahaan

yang membeli merupakan pesaing dari perusahaan yang dibeli dalam

hal produk yang dipasarkan. Akuisisi horisontal dilakukan untuk

mengurangi persaingan dan meningkatkan pangsa pasar perusahaan.

b. Akuisisi vertikal melibatkan dua perusahaan yang bersifat saling

mendukung dalam proses produksi. Perusahaan beroperasi dalam

tahap yang berbeda dari proses produksi maupun distribusi. Dalam hal

ini, perusahaan yang satu akan menjadi pemasok perusahaan yang

lain. Dengan akuisisi vertikal, perusahaan dapat menjamin

kesinambungan bahan baku produksi maupun penjualan produksi di

samping itu akan diperoleh efisiensi karena integrasi proses produksi.

c. Akuisisi konglomerat adalah akuisisi dengan perusahaan-perusahaan

yang tidak berhubungan. Akuisisi konglomerat dibagi dalam tiga kelas,

yaitu: (1) product extension, bergabungnya dua perusahaan yang

berbeda tapi produknya saling mendukung; (2) market extention,

bergabungnya perusahaan yang memproduksi produk yang sama tapi

dengan pasar yang berbeda; (3) pure conglomerate, bergabungnya

Page 5: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

perusahaan yang tidak saling berhubungan. Alasan yang sering

digunakan untuk melakukan akuisisi konglomerat adalah diversifikasi

untuk menyebar resiko.

Konsep Size dan Growth Perusahaan

Kinerja perusahaan merupakan hal yang penting bagi para

shareholder. Dengan adanya akuisisi diharapkan akan menghasilkan sinergi

sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Kumar (1985) melakukan

pemodelan performa perusahaan yang didefinisikan melalui size dan growth

perusahaan dengan menggunakan variabel total assets, equity, dan sales.

a. Firm Size

Definisi operasional: Nilai buku seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan

yang menggambarkan besarnya perusahaan.

Indikator empirik: Perhitungan logaritma dari total aktiva, dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Firm Size   Log Total Aktiva b. Firm Growth

Definisi operasional: Variabel yang menggambarkan pertumbuhan

aktiva atau kekayaan perusahaan.

Indikator empirik: Selisih antara total aktiva periode sekarang (t)

dengan total aktiva periode sebelumnya (t-1), formulasinya adalah

sebagai berikut:

 

At = total aktiva periode t

At-1 = total aktiva periode t-1

Camerlynck dan Ooghe (2000) mengungkapkan penelitiannya bahwa

faktor penting dalam akuisisi adalah firm size dan ketidakcocokan antara

pertumbuhan (growth) dan sumber daya (resources) yang dimiliki

perusahaan. Menurut Higson dan Elliott (1993) dalam Camerlynck dan Ooghe

(2000), firm size merupakan faktor penting untuk membedakan antara

akuisitor dengan target. Berdasarkan penelitiannya, ukuran perusahaan (firm

Page 6: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

size) merupakan proxy bahwa perusahaan target cenderung diakuisisi oleh

pengakuisisi yang memiliki ukuran lebih besar.

Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat sebagai sebuah proses dinamis

dari manajemen yang berkaitan erat dengan sumber daya. Growth of the Firm

Theory yang diungkapkan Penrose (1959) menyatakan bahwa ketika

manajemen berusaha memaksimalkan sumber daya yang tersedia, timbul

proses interaksi dinamis yang mendorong pertumbuhan secara kontinu tetapi

membatasi tingkat pertumbuhan. Penrose mengasumsikan bahwa

perusahaan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dalam jangka

panjang dan hal ini disamakan dengan maksimisasi pertumbuhan melalui

investasi di semua Net Present Value (NPV) yang positif.

Layaknya investasi, ada sedikit delay (penundaan) antara pembelian

dengan waktu dimulainya suatu kegiatan. Return dari akuisisi kemungkinan

akan terwujud dengan cepat. Singkatnya, pertumbuhan akuisisi

memungkinkan perusahaan untuk memperoleh investasi yang siap pakai

yang mencakup personel yang dibutuhkan untuk mengoperasikannya

(Dickerson, Gibson, & Tsakalotos).

Page 7: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

METODE PENELITIAN

Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu terdapat

kenaikan performansi perusahaan setelah melakukan proses akuisisi, baik

akuisisi konglomerat maupun non-konglomerat, dalam hal total assets, equity,

dan sales dibandingkan dengan periode sebelum akuisisi.

Sampel dan Data

Populasi penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan akuisisi tahun 1998-2003.

Selanjutnya, populasi diseleksi menggunakan teknik purposive sampling

untuk mendapatkan sampel perusahaan yang akan diteliti. Dasar

pembentukan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria

sampel tertentu, yaitu:

1. Perusahaan yang telah terdaftar di BEI dan melakukan aktivitas

akuisisi selama periode 1998 – 2003,

2. Melakukan akuisisi konglomerat atau non-konglomerat dan tidak

termasuk aktivitas merger atau konsolidasi,

3. Perusahaan sampel harus memiliki data yang lengkap.

Jenis data penelitian ini adalah data sekunder, berupa data laporan

keuangan perusahaan (total assets, equity, dan sales) dalam jangka waktu 3

tahun sebelum dan sesudah akuisisi, informasi tanggal akuisisi, nama

perusahaan akuisitor dan target, serta jenis akuisisi (konglomerat atau non-

konglomerat). Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari

Indonesian Capital Market Directory dan Laporan Tahunan Bank Indonesia.

Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan model regresi yang dikembangkan oleh

Kumar dalam penelitiannya yang berjudul “Growth, Acquisition Activity and

Firm Size: Evidence from the United Kingdom “. Konteks yang diteliti adalah

Page 8: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

perusahan publik di Indonesia yang melakukan akuisisi, baik lokal maupun

internasional. Periode waktu yang dianalisa adalah tiga tahun sebelum dan

sesudah akuisisi.

Penelitian ini akan menganalisa kinerja perusahaan setelah diakuisisi

dengan mengukur 2 hal, size dan growth perusahaan (Kumar, 1985). Variabel

yang digunakan antara lain:

a. Ukuran (size) perusahaan:

1. Total Assets

2. Equity

3. Sales

b. Pertumbuhan (growth) perusahaan:

1. Total Assets

2. Equity

3. Sales

Regresi yang digunakan untuk mengukur size perusahaan adalah

sebagai berikut:

,

,, ,

Dimana:

Si,t = total assets/equity/sales setelah akuisisi

Si,t-1 = total assets/equity/sales saat akuisisi

Si,t-1 = total assets/equity/sales sebelum akuisisi

εit = standard error

Kinerja perusahaan juga dapat didefinisikan dari growth perusahaan.

Performa pertumbuhan dapat dimodelkan sebagai berikut:

, ,   , ,

Dimana:

gAi,t = growth setelah akuisisi

Si,t = total assets/equity/sales setelah akuisisi

gAi,t-1 = growth saat akuisisi

Page 9: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

εit = standard error

Selain model di atas, masih ada model lain yang menggambarkan

growth perusahaan. Model kedua hanya berdasarkan atas hubungan antara

growth dan size perusahaan setelah akuisisi. Regresinya adalah sebagai

berikut:

, , ,

Dimana:

gAi,t = growth setelah akuisisi

Si,t = total assets/equity/sales setelah akuisisi

εit = standard error

Pengujian model-model di atas dilakukan secara terpisah untuk kedua

jenis akuisisi (konglomerat dan non-konglomerat). Kemudian, hasil antara

keduanya dibandingkan untuk mengetahui jenis akuisisi mana yang performa

perusahaannya lebih baik setelah akuisisi.

Page 10: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

DAFTAR PUSTAKA

Agrawel, A., Jeffry F.Jaffe, & Gershon N.Mandelker, 1992, “The Post-Merger

Performance of Acquiring Firms: A Re-examination of an Anomaly”,

Journal of Finance. No. 47, September, 1605-21.

Brealey, Richard A., Stewart C Myers, & Alan J Marcus, 2005, Fundamentals

Of Corporate Finance, McGraw-Hill, New York.

Camerlynck, Jan, & Hubert Oghee, 2000, “Pre-Acquisition Profile of Privately

Held Company Involved in Takeovers: An Empirical Study”, Working

Paper, Series 2000/12, Vlerick Leuven Gent Management School,

Ghent University, Belgium, SSRN-id245650.

Dickerson, Andrew P., Heather D. Gibson, Euclid Tsakalotos, 1997, “The

Impact of Acquisitions on Company Performance: Evidence from a

Large Panel of UK Firms”, Oxford Economic Papers, New Series, Vol.

49, No. 3 (Jul., 1997), 344-361.

Harto, Puji, 2005, “Kebijakan Diversifikasi Perusahaan dan Pengaruhnya

terhadap Kinerja: Studi Empiris pada Perusahaan Publik di Indonesia”,

Simposium Nasional Akuntasi VIII, 15-16 September 2005, Solo.

Jensen, Michael C., 1986, “Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate

Finance and Takeovers”, American Economic Review , Vol. 76, 323-

329.

Kumar, M.S., 1985, “Growth, Acquisition Activity and Firm Size: Evidence

from the United Kingdom”, Journal of Industrial Economics, Vol. 33,

No. 3 (Mar 1985), 327-338.

Nair, Anil, Joseph Trendowski, & Bill Judge, 2008, “A Review of Edith

Penrose's, 'Theory of the Growth of the Firm'”, Academy of

Management Review, Vol. 33, No. 4, 1026-1028.

Page 11: Pengaruh Akuisisi Konglomerasi Dan Non

Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, & Jeffrey Jaffe, 2002, Corporate

Finance, McGraw Hill Higher Education, New York.

Sutrisno, S., & Sumarsih, 2004, “Dampak Jangka Panjang Merger dan

Akuisisi terhadap Pemegang Saham di BEJ Perbandingan Akuisisi

Internal dan Eksternal”, Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol. 8

No.2, Desember 2004.