pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan …/pengaruh-ak... · untuk mencapai gelar sarjana...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH AKTIVITAS DEWAN TERHADAP PENURUNAN
ASIMETRI INFORMASI DISEKITAR PENGUMUMAN LABA PADA
PERIODE SEBELUM DAN SELAMA KRISIS KEUANGAN GLOBAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
AYU SETYAWATI KUSUMA DEWI
NIM.F0307032
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN MOTTO
“You live with your thoughts. So be careful of what they are” (Eva Arrington)
“If you’re gonna put your faith in
something. Than it better shape who you are and what people see in you”
(Hayley, Paramore)
“it is our choices that show what we truly are, far more than our abilities”
(j.k.rowling)
"Keep Moving Forward” (Wall Disney)
“THOUGH NO ONE CAN GO BACK AND MAKE A BRAND NEW START, ANYONE CAN START FROM
NOW AND MAKE A BRAND NEW ENDING” (CARL BARD)
"Anda tidak akan meraih apa yang anda
inginkan hingga anda siap menjalani hal-hal yang tidak anda inginkan”
(Unknown)
HALAMAN PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Especially for
Ayah
Mama
Kak Anne dan Kak Aik
Keluarga besar Hamzah dan Hadiwijono
Hari Prasetya
Keluarga Besar Telon
Agen 007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dan... Anda
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan atas rahmat dan kesempatan yang telah
diberikan Allah swt. sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
dengan judul PENGARUH AKTIVITAS DEWAN TERHADAP
PENURUNAN ASIMETRI INFORMASI DISEKITAR PENGUMUMAN
LABA PADA PERIODE SEBELUM DAN SELAMA KRISIS KEUANGAN
GLOBAL .
Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali
ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Kesempatan-Nya.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Si, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Reguler
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Ibu Dra. Evi Gantyowati, M.Si., Ak. selaku pembimbing skripsi, yang telah
berkenan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk mengarahkan
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. selaku pembimbing akademik,
yang senantiasa memberikan masukan dan pengarahan hingga penulis
memperoleh pencerahan dalam menjalani proses akademik di FE UNS.
6. Bapak Dr. Bandi M.Si., Ak. dan Bapak Drs. Agus Budiyatmanto, M.Si., Ak.
yang telah memberikan penulis ilmu dan kesempatan untuk menjadi asisten
dalam mata kuliah yang bapak ampu.
7. Bapak Drs. Sri Hanggono, M.Si., Ak. yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menjadi asisten dalam kelas yang beliau ampu, serta
waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
laporan magang.
8. Para dosen dan staff pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret
yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
9. Mr. Hariadi Hamzah dan Mrs. Arni Hariadi, ayah dan mama adalah orang tua
yang luar biasa, terima kasih telah menjaga, membimbing dan mendukung ayu
sampai saat ini. I’ll do my best for u, my beloved parents.
10. Kak Anne dan Kak Ai, kedua kakak yang kukagumi, terima kasih telah
menjadi kawan pertamaku, waktu, tenaga, dan pengalaman yang telah kakak
berikan.
11. Seluruh keluarga tercinta baik dari Hamzah family maupun Hadiwijono
familiy, yang selalu mendoakan dan memberi semangat serta masukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12. Hari Prasetya...so many word i wanna say, but i prefer prove it with action
than tell it.
13. Telon Family.... Endu, Adu, Wiy, Dee, Nduz.....teman di segala suasana..mau
ujan, mau panas, mau tekor, mau bete, mau banyak duit...selalu bisa bikin
tertawa lepas....kita kyk nano nano... :J
14. Teman seperjuangan, berbulan-bulan dilalui bersama..... Irla...... makasih atas
semua dukungannya..dirimu selalu menjadi alarm ditengah kemalasan yang
melandaku, tempat bertukar pikiran dan berbagi dalam suka dan duka.
15. Seluruh teman-teman agen 007.....bersama melalui berbagai tahap dalam
menempuh ilmu di FE UNS...pengalaman tak terlupakan.
16. Temen-temen di Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi yang telah
memberikan masukan, pengalaman dan motivasi kepada penulis.
17. Mas Ayok....terima kasih sudah memberi semangat, masukan dan kesabaran
dalam mendengar keluh kesah...
18. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.....
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, 14 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL .................................................................. xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ............................................................... xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xiv
ABSTRAKSI.................................................................................................. xv
ABSTRACT ................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 11
1. Asimetri Informasi .................................................................. 11
2.Corporate Governance .............................................................. 20
a. Dewan Perusahaan ................................................................ 24
b. Komite Audit ........................................................................ 26
B. Hubungan Aktivitas Dewan dengan Penurunan Asimetri
Informasi disekitar Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum
dan Selama Krisis Keuangan Global ........................................... 27
C. Kerangka Konseptual .................................................................. 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pengembangan Hipotesis ............................................................ 31
1. Pengaruh Aktivitas Dewan Terhadap Penurunan Asimetri
Informasi disekitar Pengumuman Laba Pada Periode
Sebelum Krisis Keuangan Global .......................................... 32
2. Pengaruh Aktivitas Dewan Terhadap Penurunan Asimetri
Informasi disekitar Pengumuman Laba Pada Periode
Selama Krisis Keuangan Global ............................................. 35
3. Perbedaan Penurunan Asimetri Informasi disekitar
Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum dan Selama
Krisis Keuangan Global Akibat Adanya Perbedaan
Pengaruh Aktivitas Dewan Perusahaan .................................. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................... 38
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 39
C. Data dan Metode Pengumpulan Data ........................................... 40
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................... 41
1. Variabel Dependen ................................................................. 41
2. Variabel Independen ............................................................... 42
a. Frekuensi Rapat Komisaris ................................................. 42
b.Frekuensi Rapat Direksi ...................................................... 42
c.Frekuensi Rapat Komite Audit ............................................ 43
3. Variabel Kontrol ..................................................................... 43
E. Metode Analisis Data ................................................................... 44
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 45
a. Uji Multikolonieritas .......................................................... 45
b. Uji Autokorelasi ................................................................. 45
c. Uji Heteroskedasitas ........................................................... 46
d. Uji Normalitas .................................................................... 46
2. Pengujian Hipotesis ................................................................ 47
a. Analisis Regresi Berganda .................................................. 47
a). Koefisien Determinasi (R2) .......................................... 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b). Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ................... 48
c). Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik
t) .................................................................................... 49
b. Paired Samples T Test ........................................................ 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Data ............................................................................. 51
1. Seleksi Sampel ....................................................................... 51
2. Statistik Deskriptif ................................................................. 53
B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan .......................................... 59
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 59
a. Uji Normalitas Data ............................................................. 59
b. Uji Multikolonieritas ........................................................... 61
c. Uji Autokorelasi .................................................................. 62
d. Uji Heteroskedasitas ............................................................ 63
2. Uji Regresi Berganda ............................................................. 65
a. Pengaruh Aktivitas Dewan Terhadap Penurunan
Asimetri Informasi disekitar Pengumuman Laba
Pada Periode Sebelum Krisis Keuangan Global ............. 65
b. Pengaruh Aktivitas Dewan Terhadap Penurunan
Asimetri Informasi disekitar Pengumuman Laba
Pada Periode Selama Krisis Keuangan Global ............... 70
c. Perbedaan Penurunan Asimetri Informasi disekitar
Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum dan
Selama Krisis Keuangan Global Akibat Adanya
Perbedaan Pengaruh Aktivitas Dewan Perusahaan ......... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 79
B. Keterbatasan ................................................................................. 80
C. Saran ............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83
LAMPIRAN .................................................................................................. 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ................... 46
Tabel 4.1: Kriteria Pengambilan Sampel ........................................................ 52
Tabel 4.2: Statistik Deskriptif Variabel Independen ....................................... 53
Tabel 4.3: Statistik Deskriptif Variabel Dependen ......................................... 55
Tabel 4.4: Statistik Deskriptif Variabel Independen ....................................... 56
Tabel 4.5: Statistik Deskriptif Variabel Dependen ......................................... 58
Tabel 4.6: Normalitas Data Tahun 2007 ......................................................... 60
Tabel 4.7: Normalitas Data Tahun 2008 ......................................................... 60
Tabel 4.8: Nilai Tolerance dan VIF Tahun 2007 ............................................ 61
Tabel 4.9: Nilai Tolerance dan VIF Tahun 2008 ............................................ 62
Tabel 4.10: Durbin-Watson Tahun 2007 ........................................................ 63
Tabel 4.11: Durbin-Watson Tahun 2008 ........................................................ 63
Tabel 4.12: Uji Glejser Tahun 2007 ............................................................... 64
Tabel 4.13: Uji Glejser Tahun 2008 ............................................................... 64
Tabel 4.14: Hasil Regresi Berganda Tahap I .................................................. 66
Tabel 4.15: Hasil Regresi Berganda Tahap II ................................................. 71
Tabel 4.16: Hasil Pengujian Paired Sampels T Test ....................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Struktur Board of Director dalam One Tier System ............. 24
Gambar 2.2 : Struktur Board of Commissioner dan Board of Director
dalam Two Tiers System yang Diadopsi Oleh Belanda ........... 25
Gambar 2.3 : Struktur Board of Commissioner dan Board of Director
dalam Two Tiers System yang Diadopsi Oleh Indonesia ........ 26
Gambar 2.4 : Kerangka Konseptual Penelitian .............................................. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I : Daftar Nama Perusahaan Tahun 2007 ...................... 88
LAMPIRAN II : Daftar Nama Perusahaan Tahun 2008 ...................... 89
LAMPIRAN III : Hasil Pengolahan Data ............................................. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH AKTIVITAS DEWAN TERHADAP PENURUNAN ASIMETRI INFORMASI DISEKITAR PENGUMUMAN LABA
PADA PERIODE SEBELUM DAN SELAMA KRISIS KEUANGAN GLOBAL
AYU SETYAWATI KUSUMA DEWI
F0307032
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dewan yang berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan. Aktivitas dewan dalam penelitian ini adalah frekuensi rapat Dewan Komisaris, frekuensi rapat Dewan Direksi, frekuensi rapat Komite Audit dan ukuran perusahaan sebagai variable kontrol. Proxy asimetri informasi dalam penelitian ini adalah ask-bid spread.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan bidang nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX) periode 2007 dan 2008. Total sampel dalam penelitian ini adalah 41 perusahaan untuk periode sebelum krisis keuangan global (2007) dan 72 perusahaan untuk periode selama krisis keuangan global (2008) yang diperoleh melalui purposive sampling test. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda dan paired sample t-test.
Hasil dari penelitian ini mengindikasi bahwa frekuensi rapat Dewan Komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumumana laba pada periode sebelum krisis keuangan global. Frekuensi rapat Dewan Komisaris, frekuensi rapat Dewan Direksi dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan global. Selain itu, terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global sebagai akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan. Kata kunci: Asimetri Informasi, Frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Frekuensi Rapat
Dewan Direksi, Frekuensi Rapat Komite Audit, Ukuran Perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
EFFECT OF BOARD ACTIVITIES ON REDUCING INFORMATION ASYMMETRY AROUND EARNINGS
ANNOUNCEMENTS IN PERIOD BEFORE AND DURING THE GLOBAL FINANCIAL CRISIS
AYU SETYAWATI KUSUMA DEWI
F0307032
ABSTRACT
This research aim to know the board activity that affects the reduction of information asymmetry around earnings announcements in period before and during the global financial crisis. This research also aim to know whether there are differences in information asymmetry reduction around earnings announcement in period before and during the global financial crisis as a result of differences in corporate board activities. The board activities that was applied in this research are number of Board of Commissioners meetings, number of Board of Directors meetings, number of Audit Committe meetings and Firm’s Size as control variable. As proxy of information asymmetry that was applied in this research is ask-bid spread. The population in this research are all non-financial firms listed in Indonesian Stock Exchanges (IDX) 2007 and 2008. Total sample in this research are 41 firms for period before the global financial crisis (2007) and 72 firms for period during the global financial crisis (2008) that selected with purposive sampling. Examination of hypothesis with multiple linear regression method and paired sample t-test. Result of this research indicate that number of Board of Commissioners meetings and Firm’s size had a significant effect to reduce information asymmetry around earnings announcements in period before the global financial crisis. Number of Board of Commissioners meetings, number of Board of Directors meetings and Firm Size’s had a significant effect to reduce information asymmetry around earnings announcements in period during the global financial crisis. Besides that, there are differences in reduction of information asymmetry around earnings announcements in the period before and during the global financial crisis as a result of differences in corporate board activities. Keywords: Information Asymmetry, number of Board of Commissioners
meetings, number of Board of Directors meetings, number of Audit Committe meetings, Firm’s Size
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pertama dalam penelitian ini akan membahas mengenai latar belakang
dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika dari penulisan penelitian.
A. Latar Belakang
Fenomene good corporate governance merupakan fenomena yang banyak
menarik para ekonom dan pelaku bisnis selama 10 tahun terakhir ini. Sejak
adanya krisis keuangan di berbagai negara di tahun 1997-1998 yang diawali krisis
di Thailand (1997), Jepang, Korea, Indonesia, Malaysia, Hongkong dan Singapura
yang akhirnya berubah menjadi krisis finansial Asia ini dipandang sebagai akibat
lemahnya praktik Good Corporate Governance (GCG) di negara-negara Asia. Hal
ini disebabkan adanya kondisi-kondisi obyektif yang relatif sama di negara-negara
tersebut antara lain adanya hubungan yang erat antara pemerintah dan pelaku
bisnis, konglomerasi dan monopoli, proteksi, dan intervensi pasar sehingga
membuat negara-negara tersebut tidak siap memasuki era globalisasi dan pasar
bebas (Tjager dkk., 2003 dalam Arifin, 2005).
Indonesia sebagai negara yang mendapat dampak sangat buruk atas krisis ini
mulai membenahi diri dengan membangun sistem good corporate governance.
Upaya yang pertama dilakukan yaitu pada tahun 1999, Komite Nasional
Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah mengeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pedoman good corporate governance (GCG) yang pertama. Selain itu, penerapan
GCG juga didukung oleh PT BEI dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam),
yang mengeluarkan peraturan-peraturan guna mendukung implementasi GCG di
Indonesia (Taridi, 2009). Beberapa aturan yang dikeluarkan, antara lain :
1. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-03/PM/2000 tentang Komite
Audit yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap
emiten.
2. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-40/PM/2003 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor VII.G.11 tentang tanggung jawab direksi atas
laporan keuangan.
3. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-45/PM/2004 yang
dijelaskan dalam peraturan Nomor IX.I.5 tentang pembentukan dan
pedoman pelaksanaan kerja komite audit.
4. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-45/PM/2004 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor IX.I.6 tentang Direksi dan Komisaris pada emiten
dan perusahaan publik.
5. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-134/BL/2006 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor X.K.6 tentang kewajiban penyampaian laporan
tahunan bagi emiten dan perusahaan publik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Walaupun aturan-aturan telah dibuat untuk meningkatkan kinerja
perusahaan yaitu lewat penerapan good corporate governance, pada kenyataannya
masih terjadi kasus pelanggaran yang dilakukan emiten di pasar modal yang
ditangani oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepem). Sebagai contoh pada
tahun 2001 adanya dugaan insider trading atas saham PT Bank Central Asia.
Insider trading adalah salah satu perilaku buruk yang dilakukan orang dalam PT.
BCA pada proses transaksi saham. Ini terlihat dalam bentuk gejolak di dalam
transaksi dan pergerakan harga saham bank tersebut menjelang rencana divestasi.
Diduga hal ini berhubungan dengan adanya pihak manajemen yang mengetahui
serta memanfaatkan momentum penjualan saham kepada investor strategis untuk
memperoleh keuntungan dengan memanipulasi informasi. Praktik perdagangan
dengan menggunakan hak akses informasi oleh orang dalam (inside information)
ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap salah satu prinsip GCG, yaitu
kewajaran (fairness).
Contoh lainnya adalah terungkapnya kasus mark-up laporan keuangan PT.
Kimia Farma yang overstated, yaitu adanya penggelembungan laba bersih
tahunan senilai Rp 32,668 miliar (karena laporan keuangan yang seharusnya Rp
99,594 miliar ditulis Rp 132 miliar). Kasus ini melibatkan sebuah Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang menjadi auditor perusahaan tersebut ke pengadilan, meskipun
KAP tersebut yang berinisiatif memberikan laporan adanya overstated (Tjager
dkk., 2003 dalam Arifin, 2005). Dalam kasus ini terjadi pelanggaran terhadap
prinsip pengungkapan yang akurat (accurate disclosure) dan transparansi
(transparency) yang akibatnya sangat merugikan para investor, karena laba yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
overstated ini telah dijadikan dasar transaksi oleh para investor untuk berbisnis.
Kedua contoh tersebut menunjukkan bahwa praktik corporate governance di
Indonesia masih rendah (Herwidayatmo, 2000).
Pada tahun 2008 dunia mengalami krisis keuangan, hal ini diawali dengan
kenaikkan harga minyak dunia yang sempat menembus US$ 147 per barrel yang
menyebabkan harga pangan melejit tinggi dan jatuhnya bank-bank raksasa di
seluruh dunia yang menjadi petunjuk terjadinya kebangkrutan kredit global yang
pada gilirannya bisa mengarah kepada terjadinya resesi ekonomi. Agustus 2008,
terulang kembali ledakan gelombang ekonomi di pasar perumahan AS sebagai
akibat dari subprime mortgage yang terjadi tahun lalu. Krisis ini terancam
berakhir dengan depresi ekonomi yang mendunia. Depresi ini diperkirakan akan
menghentikan pertumbuhan kesejahteraan dan lapangan kerja dalam
perekonomian Barat selama kira-kira lebih dari satu dekade. Bangkrutnya
Northern Rock di Inggris, Bear Sterns di Amerika serikat (AS), menyebabkan
kian muramnya perekonomian dunia. Bulan september 2008 adalah bulan dimana
perusahaan-perusahaan terbesar di dunia ambruk.
Krisis Keuangan ini juga berdampak pada aktivitas pasar modal global.
Perkembangan indeks bursa saham di beberapa bursa dunia yang sebelumnya
menunjukkan kinerja yang outperform terkoreksi turun sampai dengan level yang
tidak diperkirakan. Jika dibandingkan dengan awal tahun 2008, Indeks bursa
Shanghai telah turun sebesar 64 persen, Kuala Lumpur Composite Index sebesar
34 persen. Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek
Indonesia, seperti disebutkan dalam berita dalam Kompas.com pada tanggal 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Desember 2008, IHSG sempat mencatat rekor tertinggi pada 9 Januari 2008 di
level 2.830,263. Hal tersebut didorong oleh naiknya harga saham tambang yang
mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Namun, memasuki triwulan IV tahun
2008 di awal Oktober, IHSG mengalami penurunan signifikan karena krisis
keuangan global dan kasus gagal bayar saham Grup Bakrie. Puncaknya, pada
tanggal 8 Oktober 2008 IHSG terkoreksi 10,38 persen hingga menyentuh level
1.451,669. IHSG berada di posisi terendahnya di level 1.111,390 pada 28 Oktober
2008. Pada rabu sore tanggal 8 Oktober 2008, perdagangan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) ditutup sementara akibat adanya penurunan indeks yang terlalu
besar (Kompas.com, 8 Oktober 2008).
Krisis yang terjadi pada tahun 2008 ini sama seperti tahun 1998, terjadi
karena pelaku bisnis yang tidak mengindahkan rambu-rambu bisnis yang sehat.
Rambu-rambu bisnis yang sehat ini adalah tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Rambu-rambu dalam hal ini adalah keterbukaan informasi
oleh manajemen terhadap pemegang saham.
Untuk menjawab permasalahan ini, kualitas disclosure (pengungkapan)
dapat menjadi solusi untuk menurunkan dorongan untuk mencari informasi
private melalui penurunan harapan karena perolehan informasi private. Mengacu
kepada Hendriksen dan Breda (1992) yang berpendapat bahwa disclosure dalam
laporan keuangan mengandung arti untuk menyajikan informasi yang berguna
membantu beroperasinya pasar modal secara efisien. Sehingga dengan
meningkatnya disclosure akan menurunkan asimetri informasi (Welker, 1995).
Selain itu, Diamond (1985) dalam Kanagaretnam dkk (2007) dan Verrecchia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
(2001) mengungkapkan bahwa voluntary disclosure bisa menurunkan asimetri
informasi bagi investor.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Kanagaretnam dkk (2007). Sebagai
pembeda, penelitian ini mengambil aktivitas dewan sebagai proksi dari good
corporate governance. Aktivitas merupakan jumlah pertemuan yang dilakukan.
Dewan perusahaan dalam penelitian ini adalah Dewan Komisaris, Dewan Direksi
dan Komite Audit. Jadi, aktivitas dewan perusahaan adalah jumlah pertemuan
yang dilakukan Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan Komite Audit dalam satu
tahun. Semakin tinggi aktivitas dewan maka peningkatan asimetri informasi
disekitar pengumuman laba lebih kecil (Kanagaretnam dkk, 2007). Frekuensi
aktivitas dewan dan komite audit secara efektif memonitor manajemen (Conger
dkk, 1998 dalam Kanagaretnam dkk, 2007), manajemen laba suatu perusahaan
akan lebih rendah bila aktivitas dewan dan komite auditnya cukup sering (Xie
dkk, 2003). Karena ada hubungan negatif antara tingkat manajemen laba dan
pengungkapan perusahaan (Lobo dan Zhou, 2001), maka penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba akan lebih besar bagi perusahaan yang
dewan dan komite auditnya sering mengadakan pertemuan. Dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas dari laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, maka
dewan perusahaan akan meningkatkan jumlah aktivitas atau pertemuan yang
dilakukan sehingga dapat meningkatkan peranannya dalam pengawasan.
Sebagai pembeda lain dari penelitian Kanagaretnam dkk (2007), peneliti
mengambil periode sebelum krisis dan selama krisis. Kedua periode dipilih
karena, pada periode sebelum krisis walaupun telah banyak aturan tentang good
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
corporate governance diberlakukan tetapi masih terdapat kasus yang melanggar
kaidah GCG. Dan setelah terjadi krisis lagi, apakah ada upaya dari perusahaan
untuk meningkatkan kinerjanya untuk menghindari tuntutan dari para pemegang
saham melihat besarnya dampak buruk dari krisis tahun 2008 terhadap
perekonomian global. Dalam penelitian ini, tanggal 8 Oktober 2008 menjadi
tanggal cut off antara periode sebelum dan selama krisis keuangan global. Tanggal
8 Oktober 2008 dipilih sebagai cut off karena pada hari tersebut Bursa Efek
Indonesia mengalami koreksi indeks yang sangat besar (10,38 persen) yang
menyebabkan penutupan sementara perdagangan di BEI. Selain itu, dalam
penelitian ini juga dilihat apakah ada perbedaan penurunan asimetri informasi
disekitar pengumuman laba pada periode krisis dan sebelum krisis yang
disebabkan adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan. Dari uraian
tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Aktivitas
Dewan Terhadap Penurunan Asimetri Informasi disekitar Pengumuman Laba
Pada Periode Sebelum dan Selama Krisis Keuangan Global.”
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan judul dari penelitian ini, maka yang menjadi
pokok permasalahan penelitian ini, yaitu :
1. Apakah terdapat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis
keuangan global?
Aktivitas dewan dapat dijabarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
a. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat dewan komisaris terhadap
penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode
sebelum krisis keuangan global?
b. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat dewan direksi terhadap
penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode
sebelum krisis keuangan global?
c. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat komite audit terhadap
penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode
sebelum krisis keuangan global?
2. Apakah terdapat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan
global?
Aktivitas dewan dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat dewan komisaris terhadap
penurunan asimetri informasi disekitar pengmuman laba pada periode
selama krisis keuangan global?
b. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat dewan direksi terhadap
penurunan asimetri informasi disekitar pengmuman laba pada periode
selama krisis keuangan global?
c. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat komite audit terhadap
penurunan asimetri informasi disekitar pengmuman laba pada periode
selama krisis keuangan global?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis keuangan
global akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui apakah terdapat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan
asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis
keuangan global.
2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan
asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode krisis
keuangan global.
3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi
disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis
keuangan global akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan
perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat termasuk :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan masukan kepada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
mendorong penerapan good corporate governance (GCG) sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan dapat
terlindungi dan harapan investor akan tingkat pengembalian (return)
saham yang ditanamkan di perusahaan tersebut dapat dipertahankan.
2. Bagi investor
Dengan adanya penelitian ini, investor diharapkan dapat
mempertimbangkan keputusan investasinya untuk dapat memilih
perusahaan yang telah menerapkan good corporate governance (GCG).
3. Bagi pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
referensi bagi pihak yang berkepentingan dan peneliti selanjutnya yang
membutuhkan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah membahas pendahuluan di BAB I. Pada BAB II berikut ini akan
dijelaskan mengenai tinjauan pustaka, kaitan antara good corporate governance
(aktivitas dewan perusahaan) dengan penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba, kerangka konseptual dan pengembangan hipotesis dalam
penelitian ini.
A. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai literatur dari komponen dan
variabel yang terdapat dalam penelitian ini.
1. Asimetri Informasi
Teori yang melatarbelakangi asimetri informasi adalah teori keagenan
(agency theory). Teori keagenan mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang
saham (agent) dan manajemen (principal). Menurut teori ini, pada dasarnya
hubungan antara agent dan principal sulit untuk tercipta karena adanya
kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest). Hal ini didasari
adanya tiga asumsi sifat manusia dalam teori keagenan yaitu : (1) manusia pada
umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
manusia selalu menghindari risiko (risk averse) (Eisenhard, 1989 dalam Arifin,
2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun
kontrak kompensasi. Konflik kepentingan ini semakin meningkat karena principal
tidak dapat memonitor agent untuk memastikan agent bertindak untuk
kepentingan principal (pemegang saham). Pertentangan dan tarik menarik
kepentingan antara agent dan principal ini menimbulkan permasalahan yang
dalam teori keagenan disebut sebagai asimetri informasi (Arifin, 2005).
Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan
datang dibandingkan principal (Wisnumurti, 2010). Asimetri informasi juga bisa
diartikan sebagai kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih
banyak daripada pihak lain (Wikipedia).
Dalam Rahardjo (2004) asimetri informasi dapat terjadi dalam dua kondisi
ekstrim, yaitu : perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi
manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga sangat berpengaruh
terhadap manajemen dan harga saham. Adanya asimetri informasi ini bisa
dicontohkan dengan adanya kegagalan pihak manajemen dalam melakukan
research and development, hal ini bisa mengakibatkan merosotnya harga saham
perusahaan di pasar oleh karena itu informasi seperti ini biasanya tidak
dipublikasikan oleh manajemen.
Dengan demikian untuk menjembatani kesenjangan informasi yang terjadi,
dalam hal ini menurunkan asimetri informasi penerbitan laporan keuangan
perusahaan merupakan salah satu caranya. Laporan keuangan yang dipublikasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
perusahaan dapat memberikan informasi-informasi yang dapat memberikan
gambaran tentang kondisi perusahaan. Informasi yang diberikan dapat juga dalam
bentuk pengumuman dividen dan pengumuman laba. Kim dan Verrecchia dalam
Kanagaretnam dkk (2007) menyatakan bahwa pengumuman laba akan
menurunkan asimetri informasi karena perusahaan mengungkapkan informasi
untuk seluruh pemain di pasar modal. Dengan adanya pengumuman laba, investor
mempunyai informasi yang sama dalam hal rasio-rasio keuangan suatu
perusahaan. Selain itu, investor juga mendapatkan sinyal mengenai kondisi
perusahaan dari manajemen. Dengan adanya kesamaan dalam akses informasi
maka diharapkan perbedaan harga antara permintaan dan penawaran (bid ask
spread) menjadi lebih rendah (Rahardjo, 2004) sehingga terjadi penurunan
asimetri informasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Attig dkk (2003) yaitu
semakin tinggi asimetri informasi maka semakin tinggi pula bid ask spread.
Menurut teori sinyal, terdapat asimetri informasi antara manajer dan
investor. Manajer mengetahui prospek perusahaan di masa depan, sedangkan
investor tidak. Gelb (1994) dalam Setiawan dan Subekti (2005) dalam
Wisnumurti (2010) membuktikan bahwa deviden merupakan suatu sinyal yang
baik untuk menyampaikan maksud perusahan kepada investor. Pengumuman
deviden dapat digunakan oleh investor untuk memperkecil asimetri informasi
dengan manajer, sehingga pengumuman deviden merupakan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengumuman dividen
mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Ask-bid spread saham selain dipengaruhi oleh pengumuman laba dan
pengumuman dividen tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti :
a. Harga saham perusahaan
Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Dalam
penelitian Aitken dan Frino (1996) menyatakan bahwa terdapat pengaruh
negatif antara harga saham dan ask bid spread, semakin tinggi harga saham
maka ask bid spread akan semakin kecil.
Menurut Weston dan Brigham (2001) dalam Wulandari (2009), faktor-
faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut:
1) Laba per lembar saham (Earning per share/EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per
lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan
pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk
melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham
perusahaan akan meningkat.
2) Tingkat bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a) Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan
obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual
sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan
harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga
mengalami penurunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b) Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah
biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba
perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang
juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3) Jumlah kas dividen yang diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian
dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba
ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka
peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas
deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga
saham naik.
4) Jumlah laba perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang
mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang
cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan
mempengaruhi harga saham perusahaan.
5) Tingkat risiko dan pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan
meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya
semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian
saham yang diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Sedangkan menurut Alwi (2003) dalam Wulandari (2009), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham,
yaitu:
1) Faktor Internal (Lingkungan Mikro)
Diantaranya antara lain:
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c) Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director
announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,
dan struktur organisasi.
d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi,
laporan divestasi dan lainnya.
e) Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya.
f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Faktor Eksternal (Lingkungan Makro)
Diantaranya antara lain:
a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.
c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
e) Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.
b. Volume perdagangan
Volume perdagangan menunjukkan besarnya tingkat perdagangan saham.
Dalam penelitian Aitken dan Frino (1996) dan Rahardjo (2004) menunjukkan
hubungan negatif antara volume perdagangan dan ask-bid spread.
c. Volatilitas return saham
Volatilitas return saham menunjukkan fluktuasi dari return-return suatu
saham dalam suatu periode waktu tertentu. Volatilitas return saham memiliki
hubungan positif dengan ask bid spread (Brockman dan Chung, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
d. Ukuran aset
Ukuran aset memiliki hubungan negatif dengan ask bid spread, hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya (Ryan, 1996; Rahardjo, 2004).
e. Leverage
Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai
investasinya. Dalam penelitian Ryan (1996) menunjukkan bahwa leverage
memiliki hubungan positif terhadap ask bid spread.
f. Likuditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial
jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas memiliki pengaruh positif
terhadap ask bid spread, hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Ryan,
1996).
Dalam penelitian ini, penulis berkonsentrasi pada penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba karena pada saat pengumuman laba akan
menjadi sarana bagi agent dalam mengurangi kesenjangan informasi kepada
principal. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Rahardjo, 2004; Welker,
1995).
Pengukuran tingkat asimetri informasi seringkali diproksi dengan
likuiditas. Likuiditas dalam suatu pasar mempunyai berbagai definisi dan
interpretasi. Pengertian likuiditas yang paling sederhana adalah kemampuan untuk
melakukan transaksi tanpa mengeluarkan biaya yang signifikan (Amurwani,
2006). Kyle sebagaimana dikutip oleh Eagle dan Lange (1997) dalam Komalasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(2000) dalam Amurwani (2006) memecah likuiditas ke dalam 3 komponen, yaitu
kerapatan (tightness), kedalaman (depth), dan resiliensi (resiliency).
Kerapatan mengacu pada perbedaan harga transaksi dari harga efisien,
yaitu harga yang seharusnya terjadi dalam kondisi ekuilibrium. Pedagang efek
seringkali menetapkan harga bid dan ask sedikit di atas dan di bawah penilaian
asset ekuilibrium. Suatu pasar yang mempunyai likuiditas sempurna berkaitan
dengan kerapatan hanya akan terjadi bila spread yang terjadi antara bid dan ask
yang ditetapkan adalah nol, sehingga pedagang dapat membeli dan menjual pada
harga yang sama. Komponen kerapatan ini seringkali disebut dengan bid-ask
spread.
Komponen kedua dari likuiditas adalah kedalaman (depth) adalah volume
yang diperdagangkan pada tingkat harga yang terjadi. Secara teknis, bid depth
adalah jumlah saham yang akan dibeli oleh spesialis atau dealer pada current bid
price, sedangkan ask depth adalah jumlah saham yang akan dijual oleh speialis
atau dealer pada current ask price. Berdasarkan perspektif likuiditas pasar, depth
menunjukkan jumlah saham yang diperdagangkan dengan tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
Komponen likuiditas ketiga adalah resiliensi, yaitu kecepatan suatu harga
untuk kembali ke harga efisiensi (ekuilibrium) setelah terjadi penyimpangan atau
lompatan harga. Dalam pasar yang sangat likuid, maka harga akan segera kembali
ke tingkat efisiensi setelah terjadi lompatan harga yang tidak mempengaruhi harga
saham. Namun, komponen ini sangat sulit diukur mengingat arus informasi yang
kontinyu masuk ke dalam pasar sehingga sulit untuk mengetahui kecepatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
lentingan harga sekuritas untuk kembali ke harga efisien khusus untuk informasi
tertentu. Dengan kata lain, sangat sulit untuk mengontrol faktor-faktor lain yang
masuk ke dalam pasar.
Untuk proksi asimetri informasi digunakan bid-ask spread. Hal ini karena
perbedaan yang rendah antara harga penawaran dan permintaan, bisa disebabkan
karena adanya akses informasi yang sama diantara pelaku pasar. Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya (Amurwani, 2006; Kanagaretnam dkk, 2007;
Rahardjo 2004; dan Welker, 1995).
2. Corporate Governance
Committee Cadbury mendefinisikan Corporate Governance (Forum for
Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2002:1) sebagai:
"Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan."
Pengertian lain corporate governance menurut Surat Keputusan Menteri Negara/
Kepala Badan PenanamanModal dan Pembinaan BUMN No.
23/MPM/BUMN/2000 tentang Pengembangan Praktik GCG dalam Perusahaan
Perseroan (PERSERO), yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
“Good Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan.”
FCGI juga menjelaskan bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Selain itu
corporate governance juga dapat dipergunakan untuk memperjelas peranan dan
perilaku dari Dewan Direksi, Dewan Komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan,
dan para pemegang saham.
Pengertian dan konsep dari corporate governance didasari atas teori
keagenan (agency theory) dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan
dikendalikan untuk memastikan pengelolaan perusahaan dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku (Solihin, 2009 dalam FCGI, 2002). Dengan demikian,
diharapkan konflik kepentingan antara agent dan principal dapat diminimalkan,
sehingga tidak muncul pihak-pihak yang dirugikan.
Untuk mencapai suatu good corporate governance, maka perusahaan
harus memenuhi prinsip-prinsip dari corporate governance. Sebagaimana
diuraikan dalam OECD (Organization for Economic Co-operation and
Development) dalam FCGI (2002), ada empat unsur penting dalam Corporate
Covernance, yaitu:
a. Fairness (Keadilan)
Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak
pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin
terlaksananya komitmen dengan para investor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Transparency (Transparansi)
Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan
dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan
perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.
c. Accountability (Akuntabilitas)
Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk
menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham,
sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris (dalam Two Tiers System).
d. Responsibility (Responsibilitas)
Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai
cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial (OECD Business Sector Advisory
Group on Corporate Governance, 1998).
Selain itu, untuk mencapai good corporate governance (GCG), perusahaan harus
memiliki prinsip-prinsip GCG, seperti yang terdapat di OECD berikut ini :
a. hak-hak para pemegang saham;
b. perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham;
c. peranan semua pihak yang berkepentingan (stekeholders) dalam Corporate
Governance;
d. transparansi dan penjelasan;
e. peranan Dewan Komisaris.
Penelitian Kanegaretman dkk (2007) membagi variable dari corporate
governance menjadi delapan variable. Variable-variable tersebut yaitu : persentase
komisaris independen (PCTONBD), persentase anggota komite audit independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(PCTONAUD), hubungan pribadi atau bisnis keluar (REL), ukuran dewan direksi
(BDSIZE), adanya pencalonan independen, corporate governance, dan komite
eksekutif (COMM), usia pensiun dewan direksi (RETAGE), frekuensi rapat
komite audit selama satu tahun pajak (NCMTGAUDIT), dan frekuensi rapat
dewan direksi selama satu tahun pajak (NUMBDMTG). Dari kedelapan variabel
tersebut akan dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut
yaitu : (1) kelompok bebas (PCTONBD, PCTONAUD, REL), (2) kelompok
struktur dewan (BDSIZE, COMM, RETAGE), (3) kelompok aktivitas dewan
(NCMTGAUDIT, NUMBDMTG). Pengelompokkan ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya (Kanagaretnam dkk, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti akan
berfokus pada kelompok ketiga yaitu kelompok aktivitas dewan perusahaan.
Aktivitas dewan adalah jumlah dewan dan komite audit melakukan
pertemuan atau rapat selama satu tahun. Aktivitas dewan dapat dilihat dari
frekuensi rapat dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit setiap tahunnya.
Pemilihan kelompok ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yaitu frekuensi
aktivitas dewan dan komite audit secara efektif memonitor manajemen (Conger
dkk, 1998 dalam Kanagaretnam dkk, 2007), manajemen laba suatu perusahaan
akan lebih rendah bila aktivitas dewan dan komite auditnya cukup sering (Xie
dkk, 2003). Karena ada hubungan negatif antara tingkat manajemen laba dan
pengungkapan perusahaan (Lobo dan Zhou, 2001), maka penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba akan lebih besar bagi perusahaan yang
dewan dan komite auditnya sering mengadakan pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a. Dewan Perusahaan
Menurut FCGI (2002), terdapat 2 sistem yang berkaitan dengan bentuk
dewan dalam perusahaan, yaitu one tier system (sistem satu tingkat) dan two tiers
system (sistem dua tingkat).
Sistem satu tingkat dimiliki oleh negara yang menganut sistem hukum
Anglo – Saxon. Dalam hal ini perusahaan hanya mempunyai satu dewan direksi
yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior
(direktur eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh
waktu (non direktur eksekutif), dimana non direktur eksekutif diangkat karena
kebijakan, pengalaman dan relasinya. Negara – negara dengan one tier system
misalnya Amerika Serikat dan Inggris.
Gambar 2.1 Struktur Board of Director dalam One Tier System (sumber: FCGI, 2002)
Sementara itu, untuk two tiers system dimiliki oleh negara yang menganut
sistem hukum kontinental Eropa. Dalam hal ini perusahaan mempunyai 2 badan
terpisah yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan
direksi). Tugas dewan direksi adalah mengelola dan mewakili perusahaan
General Meeting of the Shareholders (GMoS)
Boards of Directors
Executive Director
Non-Executive Director
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dibawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dalam sistem ini anggota
dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh dewan komisaris.
Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan
menjawab hal – hal yang diajukan oleh dewan komisaris. Tugas dewan komisaris
utama adalah bertanggungjawab untuk mengawasi tugas – tugas manajemen.
Dalam hal ini dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas – tugas
manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi – transaksi
dengan pihak ketiga. Anggota dewan komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Negara – negara dengan two tiers system
adalah Denmark, Jerman, Belanda dan Jepang. Sebagai akibat penjajahan Belanda
sistem hukum di Indonesia mengadopsi sistem hukum Belanda, maka hukum
perusahaan Indonesia menganut two tiers system untuk sistem dewan dalam
perusahaan.
Gambar 2.2 Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers
System yang diadopsi oleh Belanda (sumber: FCGI, 2002)
Menurut Herwidayatmo (2000), Indonesia menganut two tiers system
yang berarti bahwa komposisi dewan pengurus perseroan terdiri dari fungsi
eksekutif yaitu dewan direksi, dan fungsi pengawasan yaitu dewan komisaris.
General Meeting of The Shareholders (GMoS)
Board of Commissioner (BoC)
Board of Directors (BoD)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Berdasarkan kerangka hukum yang ada, fungsi independent directors pada single
– boards system dapat direpresentasikan dengan fungsi dewan komisaris pada two
– board system. Oleh karena itu, sistem pengawasan yang ada pada perusahan di
Indonesia terletak di dewan komisaris.
Gambar 2.3 Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers
System yang diadopsi oleh Indonesia (sumber: FCGI, 2002)
Agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif maka dewan perusahaan
dalam hal ini Dewan Komisaris dan Direksi harus melakukan pertemuan secara
berkala dan rapat tambahan bila dianggap perlu. Sehingga keberlangsungan
perusahaan dapat terjaga (corporate govenance guidelines, 2007).
b. Komite Audit
Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk
komite-komite. Salah satu komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris adalah
Komite Audit yang memiliki tugas terpisah dalam membantu Dewan Komisaris
untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan pengawasan secara
menyeluruh. Pada umumnya Komite Audit mempunyai tanggung jawab pada tiga
bidang (FCGI, 2002), yaitu :
1. Laporan Keuangan (Financial Reporting);
2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance);
3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control).
Dewan Komisaris
Dewan Direksi
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pada tahun 2000, BAPEPAM mengeluarkan surat edaran agar emiten/
perusahaan memiliki komite audit. Keberadaan komite audit dalam suatu
perusahaan berfungsi untuk meningkatkan pengendalian dalam perusahaan
(Forker, 1992). Komite audit merupakan suatu variabel yang dapat digunakan
untuk memonitor kinerja perusahaan dan mempengaruhi keputusan manajer
(Menon dan Williams, 1994). Komite audit mempunyai tugas memberikan
pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan
atau hal – hal yang disampaikan oleh direksi (Herwidayatmo, 2000).
Dalam menjalankan tugasnya, komite audit harus mengadakan rapat secara
periodik dan dapat mengadakan rapat-rapat tambahan atau khusus bila diperlukan,
sesuai dengan Guidelines on Corporate Governance dan Kanagaretnam (2007).
Dalam hal ini, komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan
ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar
perusahaan (Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam
peraturan Nomor IX.1.5). Serta mengadakan rapat bersama dengan komisaris,
direksi dan auditor internal, seperti yang diungkapkan dalam audit committe
charter (2005) dan FCGI (2002).
B. Hubungan Aktivitas Dewan dengan Penurunan Asimetri Informasi
disekitar Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum dan Selama Krisis
Keuangan Global
Krisis global pada tahun 2008 yang melanda dunia disebabkan karena
pelaku bisnis yang tidak mengindahkan rambu-rambu bisnis yang sehat. Rambu-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
rambu bisnis yang sehat ini adalah tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Tidak diindahkannya good corporate governance ini
ditandai dengan kurangnya transparansi oleh pihak manajemen terhadap para
stakeholders. Sehingga ada kesenjangan informasi (asimetri informasi) antara
manajemen dengan stakeholders pada periode sebelum krisis global. Setelah krisis
global yang melanda, perusahaan semakin meningkat kualitas dari laporan
keuangannya sebagai upaya memenuhi permintaan stakeholders akan informasi
perusahaan. Hal ini dalam upaya untuk melindungi diri dari berbagai
kemungkinan yang tidak diharapkan.
Asimetri informasi terjadi karena agent mempunyai informasi yang lebih
banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang dibandingkan
principal. Kondisi ini menimbulkan tata kelola perusahaan yang kurang sehat
karena tidak adanya keterbukaan dari agent untuk mengungkapkan hasil
kinerjanya kepada principal sebagai pemilik perusahaan (Arifin, 2005).
Brown dan Hillegeist (2003) dalam Wisnumurti (2010) menyatakan bahwa
asimetri informasi di pasar terjadi karena satu atau lebih investor memiliki
informasi private tentang nilai perusahaan dan investor lainnya tidak. Hal ini
mengindikasikan rendahnya keterbukaan dalam pengungkapan informasi
perusahaan.
Untuk menjawab permasalahan ini, kualitas disclosure (pengungkapan)
dapat menjadi solusi untuk menurunkan dorongan untuk mencari informasi
private melalui penurunan harapan karena perolehan informasi private. Mengacu
kepada Hendriksen dan Breda (1992) yang berpendapat bahwa disclosure dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
laporan keuangan mengandung arti untuk menyajikan informasi yang berguna
membantu beroperasinya pasar modal secara efisien. Sehingga dengan
meningkatnya disclosure akan menurunkan asimetri informasi (Welker, 1995).
Selain itu, Diamond (1985) dalam Kanagaretnam dkk (2007) dan Verrecchia
(2001) mengungkapkan bahwa voluntary disclosure bisa menurunkan asimetri
informasi bagi investor.
Lebih lanjut, praktik disclosure yang baik didukung adanya praktik good
corporate governance yang baik pula. Pernyataan ini didukung oleh temuan
Khomsiyah (2003) yang menyatakan bahwa semakin baik implementasi corporate
governance, maka semakin banyak pula informasi yang diungkapkan oleh
perusahaan dalam laporan tahunan. Selain itu, corporate governance dipandang
sebagai cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggung jawab masing-
masing kelompok stakeholder dalam sebuah perusahaan dimana transparansi
merupakan indikator utama standar corporate governance dalam sebuah ekonomi
(Ho dan Wong, 2001). Corporate governance diperkenalkan untuk mengontrol
masalah keagenan dan memastikan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan
harapan para pemegang saham. Sehingga corporate governance memiliki
pengaruh terhadap penurunan asimetri informasi, terutama disaat pengumuman
laba (Kanagaretnam dkk, 2007). Karena pada saat melakukan pengumuman laba,
diharapkan terjadi keseimbangan distribusi informasi, sehingga tidak ada
informasi private yang terjadi. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya
mengenai asimetri informasi disekitar pengumuman laba (Krinsky dan Lee, 1996
dalam Rahmawati dkk, 2006 ; Libby dkk, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Salah satu kelompok corporate governance yang diungkapkan dalam
penelitian Kanagaretnam dkk (2007) adalah aktivitas dewan perusahaan. Aktivitas
dewan perusahaan merupakan jumlah dewan perusahaan dan komite audit
melakukan pertemuan selama satu tahun. Semakin tinggi aktivitas dewan maka
peningkatan asimetri informasi disekitar pengumuman laba lebih kecil
(Kanagaretnam dkk, 2007). Frekuensi aktivitas dewan dan komite audit secara
efektif memonitor manajemen (Conger dkk, 1998 dalam Kanagaretnam dkk,
2007), manajemen laba suatu perusahaan akan lebih rendah bila aktivitas dewan
dan komite auditnya cukup sering (Xie dkk, 2003). Karena ada hubungan negatif
antara tingkat manajemen laba dan pengungkapan perusahaan (Lobo dan Zhou,
2001), maka penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba akan lebih
besar bagi perusahaan yang dewan dan komite auditnya sering mengadakan
pertemuan. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dari laporan keuangan
yang dimiliki perusahaan, maka dewan perusahaan akan meningkatkan jumlah
aktivitas atau pertemuan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan
peranannya dalam pengawasan.
C. Kerangka Konseptual
Secara garis besar penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap
pertama yaitu melihat bagaimana pengaruh aktivitas dewan suatu perusahaan
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba untuk periode
sebelum krisis (2007) dan selama krisis (2008). Tahap kedua yaitu melihat apakah
ada perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
periode krisis dan sebelum krisis. Berikut ini adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan penelitian ini dan bagaimana hubungan antarvariabelnya :
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian
D. Pengembangan Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji implementasi aktivitas
dewan perusahaan (frekuensi rapat Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan
Komite Audit) terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba
pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global, dengan firm size sebagai
variabel kontrol. Selain itu, pengujian hipotesis juga dilakukan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba
Variabel Dependen Variabel Independen
Tahap I
Tahap II
Asimetri Informasi
(Y)
Aktivitas Dewan (2007 & 2008): 1. Frekuensi rapat dewan komisaris (X1) 2. Frekuensi rapat dewan direksi (X2) 3. Frekuensi rapat komite audit (X3)
Variabel Kontrol
Firm Size
Asimetri Informasi 2007 Asimetri Informasi 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global sebagai akibat adanya
perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan. Berikut ini pengembangan
hipotesis yang dilakukan :
1. Pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi
disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan
global
Sejak adanya krisis keuangan di berbagai negara di tahun 1997-
1998 yang diawali krisis di Thailand (1997), Jepang, Korea, Indonesia,
Malaysia, Hongkong dan Singapura yang akhirnya berubah menjadi krisis
keuangan Asia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktik good corporate
governance (GCG) di negara-negara Asia (Arifin, 2005). Kajian yang
dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) dalam Arifin (2005)
menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di
Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi, kedua
tidak efektifnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris, ketiga inefisiensi dan
rendahnya transparansi mengenai prosedur merger dan akuisisi perusahaan,
keempat terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan ekternal, dan
kelima ketidakmemadainya pengawasan oleh para kreditor.
Untuk mengatasi hal ini, pada tahun 1999, Komite Nasional
Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah
mengeluarkan pedoman good corporate governance (GCG) yang pertama.
Selain itu, penerapan GCG juga didukung oleh PT BEI dan Bapepam-LK,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
yang mengeluarkan peraturan-peraturan guna mendukung implementasi GCG
di Indonesia (Taridi, 2009). Beberapa aturan yang dikeluarkan, antara lain :
6. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-03/PM/2000 tentang Komite
Audit yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap
emiten.
7. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-40/PM/2003 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor VII.G.11 tentang tanggung jawab direksi atas
laporan keuangan.
8. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-45/PM/2004 yang
dijelaskan dalam peraturan Nomor IX.I.5 tentang pembentukan dan
pedoman pelaksanaan kerja komite audit.
9. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-45/PM/2004 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor IX.I.6 tentang Direksi dan Komisaris pada emiten
dan perusahaan publik.
10. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-134/BL/2006 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor X.K.6 tentang kewajiban penyampaian laporan
tahunan bagi emiten dan perusahaan publik.
Dengan adanya peraturan ini, maka setiap emiten harus memiliki
komite audit diluar komisaris dan direksi. Dewan komisaris memiliki
kewenangan untuk mengatur pembayaran CEO, sedangkan komite audit
mengawasi proses pelaporan keuangan (Laux, Christian dan Volker Laux,
2009). Keberadaan komite audit juga meningkatkan aktivitas pengawasan
(Forker, 1992). Karena bertugas untuk mengawasi proses pelaporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
keuangan, komite auidt harus memiliki pengetahuan tentang keuangan atau
pengetahuan umum tentang ekonomi perusahaan secara umum, operasi, dan
risiko keuangan (Vera-Munoz, 2005). Walaupun komite audit bekerja untuk
manajemen perusahaan, tetapi komite audit harus tetap independen. Sikap
independen dari komite audit ini dapat mempengaruhi kinerja perusahaan
atau kesejahteraan para investor (Turley dan Zaman, 2004).
Dengan demikian, komite audit dan dewan komisaris yang ada di
perusahaan dapat mengurangi asimetri informasi yang terjadi dengan
meningkatkan kemampuan manajemen dalam melaporkan kondisi keuangan
yang ada. Dewan komisaris dan komite audit yang lebih sering melakukan
pertemuan dapat lebih efektif dalam memonitor manajemen (Conger dkk,
1998 dalam Kanagaretman dkk, 2007). Xie dkk (2003) menyatakan bahwa
tingkat manajemen laba lebih rendah bagi perusahaan yang direksinya lebih
sering bertemu. Dengan rendahnya tingkat manajemen laba maka kualitas
laba juga akan meningkat dan akhirnya asimetri informasi akan menurun
(Wisnumurti, 2010). Dengan adanya pengawasan dari dewan komisaris dan
komite audit, diharapkan dewan direksi yang bertanggung jawab atas
kelangsungan operasi perusahaan dapat mengurangi praktik-praktik yang
dapat merugikan principal. Dari uraian tersebut, dapat ditarik hipotesis :
H1a : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Komisaris
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan
global.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
H1b : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Direksi
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan
global.
H1c : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Komite Audit
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan
global.
2. Pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi
disekitar pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan global
Pada tahun 2008, dunia dilanda krisis keuangan global. Krisis
keuangan tahun 2008 ini sama seperti krisis pada tahun 1998 disebabkan
karena rendahnya keterbukaan perusahaan kepada para pemegang saham.
Sehingga muncul kesenjangan informasi antara manajemen dengan pemegang
saham. Walupun, di Indonesia baik dari pemerintah maupun dari pihak
swasta berusaha untuk menanggulangi krisis dengan memperbaiki corporate
governance tapi pada kenyataannya praktik GCG di Indonesia masih rendah
(Herwidayatmo, 2000).
Setelah krisis global yang melanda, perusahaan semakin meningkat
kualitas dari laporan keuangannya sebagai upaya memenuhi permintaan
stakeholders akan informasi perusahaan. Hal ini dalam upaya untuk
melindungi diri dari berbagai kemungkinan yang tidak diharapkan. Upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yang dilakukan oleh perusahaan bisa berupa meningkatkan aktivitas dewan
perusahaan.
Frekuensi aktivitas dewan dan komite audit secara efektif
memonitor manajemen (Conger dkk, 1998 dalam Kanagaretnam dkk, 2007),
manajemen laba suatu perusahaan akan lebih rendah bila aktivitas dewan dan
komite auditnya cukup sering (Xie dkk, 2003). Karena ada hubungan negatif
antara tingkat manajemen laba dan pengungkapan perusahaan (Lobo dan
Zhou, 2001), maka penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba
akan lebih besar bagi perusahaan yang dewan dan komite auditnya sering
mengadakan pertemuan. Hal ini diperkuat dengan adanya tekanan di masa
krisis. Karena pada dasarnya manusi menghindari risiko (Arifin, 2005)
sehingga untuk menghindari risiko krisis, dewan perusahaan akan
meningkatkan aktivitasnya. Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis :
H2a : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Komisaris
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan
global.
H2b : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Direksi
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan
global.
H2c : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Direksi
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan
global.
3. Perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba
pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global akibat adanya
perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan
Dari penjelasan pengembangan hipotesis 1 dan 2, dan adanya sifat
dasar manusia yang menghindari risiko sehingga berdampak pada perubahaan
aktivitas dewan perusahaan. Perbedaan aktivitas dewan pada periode sebelum
krisis dengan selama krisis akan berpengaruh pada perbedaan penurunan
asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada kedua periode ini.
Berdasar pada pemikirian ini, peneliti mengajukan hipotesis :
H3 : Terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi
disekitar pengumuman laba pada periode sebelum
krisis dan selama krisis keuangan global akibat adanya
perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Setelah membahas tentang tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis
di BAB II, maka di BAB III akan dibahas bagaimana metodologi penelitian yang
akan dilakukan. Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai desain penelitian,
populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan
data, pengukuran variabel, dan metode analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis yang bertujuan untuk
menguji hipotesis yang diajukan peneliti mengenai pengaruh aktivitas dewan
sebuah perusahaan, dimana dalam hal ini digambarkan dengan frekuensi rapat
dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit selama satu tahun, terhadap
penurunan asimetri informasi pada periode sebelum krisis dan selama krisis
keuangan global. Serta menguji hipotesis mengenai apakah terdapat perbedaan
atas penurunan asimetri informasi selama periode krisis dan sebelumnya.
Pengujian hipotesis harus dapat menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau
menentukan perbedaan antarkelompok atau kebebasan (independensi) dua atau
lebih faktor dalam suatu situasi (Sekaran, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) kecuali yang bergerak di bidang keuangan (bank, sekuritas
dan asuransi) pada tahun 2007 sebanyak 239 perusahaan dan 2008 sebanyak 322
perusahaan. Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memiliki aturan-aturan
tambahan seperti tambahan aturan dari Bank Indonesia atau Departemen
Keuangan. Sehingga perusahaan jenis ini berbeda dari perusahaan jenis lain yang
tidak memiliki aturan tambahan. Djarwanto dan Subagyo (1993) menyatakan
sampel merupakan sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan
dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini ditentukan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu
sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian. Kriteria yang
digunakan untuk memilih sampel adalah :
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI kecuali perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan (bank, sekuritas, dan asuransi) selama 2007-2008.
2. Perusahaan yang mengeluarkan laporan tahunan (annual reports) pada tahun
2007-2008.
3. Perusahaan yang menyediakan informasi mengenai frekuensi rapat komisaris,
direksi dan komite audit.
4. Perusahaan yang melakukan pengumuman laba tahunannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
5. Perusahaan yang tidak mempunyai pengumuman lain (corporate action)
seperti merger, akuisisi, stock split, dan pengumuman lainnya pada periode di
sekitar pengumuman laba.
6. Perusahaan yang memiliki asimetri informasi bernilai negatif untuk tahun
2007-2008.
Kriteria diatas digunakan karena tidak semua perusahaan yang terdaftar di
BEI mengeluarkan informasi yang dibutuhkan dalam hal ini, laporan tahunan
serta informasi tentang kegiatan dewan perusahaan. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah 41 perusahaan untuk tahun 2007 dan 76 perusahaan untuk
tahun 2008. Jumlah sampel yang digunakan telah sesuai yaitu ukuran sampel lebih
dari 30 dan kurang dari 500 (Roscoe, 1975 dalam Sekaran, 2006).
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pemilihan
data sekunder dalam penelitian ini dimaksudkan agar hasil yang akan diperoleh
dalam penelitian dapat diandalkan. Jenis data sekunder yang diperlukan dalam
penelitian ini meliputi :
1. Data tentang nama perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2008, data
ini diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory tahun 2007-2008.
2. Data tentang jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris, direksi dan
komite audit selama satu tahun, data ini diperoleh dari laporan tahunan yang
dikeluarkan perusahaan. Laporan tahunan dipilih karena dianggap memiliki
kredibilitas yang tinggi (Zeghal dan Ahmed, 1999 dalam Cety, 2010), selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
itu lewat laporan tahunan stakeholder dapat memperoleh informasi utama
yang pasti (Deegan dan Rankin, 1997 dalam Cety, 2010). Laporan tahunan
perusahaan diperoleh melalui situs www.idx.co.id dan dari situs perusahaan
sampel.
3. Data tentang tanggal pengumuman laba tahunan dari perusahaan sampel.
Data ini diperoleh dari www.idx.co.id, Pojok BEI Fakultas Ekonomi,
Universitas Sebelas Maret dan Pusat Data Fakultas Ekonomi Bisnis,
Universitas Gajah Mada.
4. Data tentang ask bid saham perusahaan sampel. Data ini diperoleh dari Pojok
BEI, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret.
5. Data tentang total aset yang dimiliki perusahaan. Data ini diperoleh dari
laporan tahunan masing-masing perusahaan.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini dan bagaimana pengukurannya.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah asimetri informasi.
Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai informasi
yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang
dibandingkan principal (Wisnumurti, 2010). Asimetri informasi juga bisa
diartikan sebagai kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih
banyak daripada pihak lain (Wikipedia).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Asimetri informasi dalam penelitian ini diukur dengan ask-bid spread. Hal
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Kanagaretnem dkk
(2007). Ask-bid spread dirumuskan dengan
SPREAD = (ask price-bid price)/((ask price + bid price)/2)
Untuk mengetahui penurunan asimetri informasi selama satu tahun
digunakan rumus sebagai berikut :
Y = SPREAD Periode Window – SPREAD Periode Nonwindow
Periode window terjadi selama dua hari sebelum dan dua hari setelah
pengumuman laba perusahaan, sedangkan periode nonwindow adalah periode dua
hari menjelang empat minggu sebelum pengumuman laba perusahaan
(Kanagaretnam dkk, 2007).
2. Variabel Independen
a. Frekuensi rapat komisaris
Frekuensi rapat komisaris merupakan jumlah rapat yang dilakukan
oleh dewan komisaris perusahaan selama satu tahun. Dewan komisaris harus
memiliki jadwal rapat yang tetap dan rapat tambahan bila diperlukan pada
waktu yang tepat (Guidelines on Corporate Governance). Variabel ini juga
sesuai dengan penelitian Kanagaretnam dkk (2007).
b. Frekuensi rapat direksi
Frekuensi rapat direksi merupakan jumlah rapat yang dilakukan oleh
dewan direksi perusahaan dalam satu tahun. Tanggung jawab yang dibawa
oleh dewan direksi sangatlah besar yaitu untuk mengarahkan dan mewakili
perusahaan dibawah pengawasan dewan komisaris (FCGI, 2002) oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
itu dewan direksi harus memiliki jadwal rapat yang tetap dan rapat tambahan
bila diperlukan (Guidelines on Corporate Governance). Rapat dapat
dilaksanakan oleh anggota direksi maupun rapat gabungan dengan komisaris
maupun komite audit. Variabel ini merupakan variabel tambahan diluar
variabel yang digunakan dalam penelitian Kanagaretnam dkk. (2007).
c. Frekuensi rapat komite audit
Frekuensi rapat komite audit adalah jumlah rapat yang dilakukan oleh
komite audit selama satu tahun. Dalam menjalankan tugasnya, komite audit
harus mengadakan rapat secara periodik dan dapat mengadakan rapat-rapat
tambahan atau khusus bila diperlukan, sesuai dengan Guidelines on
Corporate Governance dan Kanagaretnam dkk (2007). Dalam hal ini, komite
audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal
rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan
(Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam peraturan
Nomor IX.1.5). Serta mengadakan rapat bersama dengan komisaris, direksi
dan auditor internal, seperti yang diungkapkan dalam audit committe charter
(2005) dan FCGI (2002).
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol digunakan untuk melengkapi atau mengontrol hubungan
kausal yang terjadi sehingga dapat didapatkan model empiris yang lebih baik dan
lebih lengkap (Hartono, 2004 dalam Cety, 2010). Dalam penelitian ini digunakan
satu variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (firm size).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Dalam kerangka teori agensi, apabila ukuran perusahaan lebih besar, maka
biaya keagenan yang dikeluarkan juga lebih besar. Sehingga untuk mengurangi
biaya keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi
yang lebih luas (Wisnumurti, 2010). Oleh karena itu, dengan mengungkapkan
informasi pada saat pengumuman laba, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan
informasi antara agent dan principal.
Penggunaan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol sejalan dengan
penelitian sebelumnya King dkk. (1992), Lang dan Lundholm (1993) dalam
Subiyantoro dan Hatane (2007), Kanagaretnam dkk (2007) serta Waryanto
(2010). Ukuran perusahaan (firm size) diukur dengan menggunakan total aset
yang dimiliki perusahaan. Total aset digunakan sebagai ukuran perusahaan karena
dapat mencerminkan ukuran yang sebenarnya, terdiri dari aset lancar dan tidak
lancar. Total aset perusahaan akan ditransformasikan kedalam bentuk logaritma
dengan tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain, karena nilai dari total aset
cenderung lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lain dalam
penelitian ini (Kanagaretnam dkk, 2007; Waryanto, 2010). Ukuran perusahaan
diukur sebagai berikut :
SIZE = log (total aset)
E. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik, dan
pengujian hipotesis. Pengujian digunakan dengan menggunakan software SPSS
release 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dilakukan untuk menghindari terjadinya estimasi
yang bias, hal ini dikarenakan tidak semua data dapat diterapkan regresi. Uji
asumsi klasik terdiri dari uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas.
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independennya (Ghozali, 2009).
Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerence dan nilai variance inflation
factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
adanya multikolonieritas adalah nilai tolerence ≤ 0,10 atau sama dengan nilai
VIF ≥ 10. Jadi bila nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10 maka diantara
variabel independennya tidak terdapat multikolonieritas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2009). Untuk menguji ada tidaknya
autokorelasi dapat digunakan Durbin-Watson (DW test).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 3.1
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No desicion dl ≤ d ≤du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No desicion 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tidak ditolak du < d < 4-du
Sumber : Ghozali, 2009
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2009). Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas
menggunakan uji glejser. Tidak terjadi heteroskedastisitas jika nilai
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009).
Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah One Sample
Kolmogorov – Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika signifikansi
variabel dependen memiliki nilai signifikansi lebih dari 5% atau 0,05. Data
penelitian yang baik adalah yang terdistribusi secara normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Pengujian Hipotesis
Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, peneliti akan
melakukan serangkaian tahap untuk menghitung dan mengolah data tersebut,
sehingga dapat mendukung hipotesis yang ada. Berikut ini serangkaian tahap yang
dilakukan peneliti :
a. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 2
dari penelitian ini. Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan peneliti :
1) Menghitung SPREAD periode window dan nonwindow untuk tahun 2007-
2008.
2) Menghitung asimetri informasi (y) untuk tahun 2007-2008. Yang
digunakan hanya (y) yang bernilai negatif. Tanda negatif ini menunjukkan
penurunan asimetri informasi yang terjadi.
3) Menghitung jumlah rapat yang dilakukan dewan komisaris, direksi, dan
komite audit selama satu tahun.
4) Menghitung model regresi.
Metode regresi berganda digunakan untuk menguji model yang
diajukan peneliti. Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Asimetri informasi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4SIZE + ɛ
Keterangan :
β = Koefisien Regresi
X1 = Frekuensi Rapat Komisaris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
X2 = Frekuensi Rapat Direksi
X3 = Frekuensi Rapat Komite Audit
SIZE = Ukuran Perusahaan
ɛ = Error
a) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2009). Bila nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.
b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali,
2009). Langkah-langkahnya sebagai berikut:
· Menentukan hipotesis
H 0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0
H a : b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹ b4 ¹ 0
· Menentukan F tabel dengan tingkat signifikan 0,05
· Mengitung F hitung dengan komputer dan kemudian membandingkan
dengan F tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Kriteria pengujian:
· Bila nilai signifikan > nilai alpha (5% atau 1% atau 10%), berarti
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen. F hitung < F tabel , Ho diterima dan Ha ditolak,
model regresi tidak signifikan.
· Bila nilai signifikan < nilai alpha (5% atau 1% atau 10%), maka
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen, Ho ditolak, dan jika Ha diterima, maka F hitung >
F tabel model regresi signifikan.
c) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
parsial / bagian mempengaruhi variabel dependen dengan asumsi variabel
independen lainnya konstan.
Kriteria pengujian:
· Bila nilai signifikan > alpha (5% atau 1% atau 10%), berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
· Bila nilai signifikan < nilai alpha (5% atau 1% atau 10%), berarti
variabel independen secara individual berpengaruh terhadadap variabel
dependen.
b. Paired Samples T Test
Paired Samples T Test digunakan untuk menguji hipotesis ke-3 dari
penelitian ini. Paired Samples T Test digunakan untuk menguji apakah ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan. Kriteria pengujian yang
dilakukan yaitu :
1) Jika probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak jadi variance sama.
Dalam hal ini, tidak terdapat perbedaan pengaruh dari variabel satu
terhadap variabel lain.
2) Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak jadi variance berbeda. Dalam
hal ini, terdapat perbedaan pengaruh dari variabel satu terhadap variabel
lain.
Selain melihat nilai signifikansi, peneliti juga melihat nilai adjusted R2
dan koefisien proxy aktivitas dewan untuk melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis
dan pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan selama penelitian. Model
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dan paired
sample t-test dengan bantuan program SPSS release 16 untuk sistem operasi
windows.
A. Deskriptif Data
Deskripsi data data pada bagian ini akan membahas mengenai seleksi
sampel dan statistik deskriptif dari penelitian ini.
1. Seleksi Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun
2007 dan 2008 serta harga ask-bid saham pada periode window dan nonwindow
tahun 2007 dan 2008. Annual report perusahaan diperoleh dari situs
www.idx.co.id dan dari situs masing-masing perusahaan sampel. Untuk harga
ask-bid saham diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sebelas Maret. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 dan 2008.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampel.
Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memenuhi kriteria
seperti yang disebutkan pada BAB III. Berikut ini adalah ringkasan jumlah sampel
yang diperoleh :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.1
Kriteria Pengambilan Sampel
Keterangan 2007 2008
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI 343 393
Jumlah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan (104) (71)
Jumlah perusahaan yang bergerak di bidang nonkeuangan 239 322
Jumlah perusahaan yang tidak mengeluarkan laporan
tahunan
(91) (171)
Jumlah perusahaan yang mengeluarkan laporan tahunan 148 151
Jumlah perusahaan yang tidak mengalami penurunan
asimetri informasi
(107) (75)
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 41 76
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari seluruh perusahaan yang
terdaftar di BEI pada tahun 2007 yaitu sebanyak 343, 239 perusahaan yang
bergerak di bidang nonkeuangan dan 148 perusahaan diantaranya mengeluarkan
laporan tahunan. Dari 148 perusahaan terdapat 107 perusahaan yang tidak
mengalami penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba (spread-nya
bernilai positif), dan terdapat 41 perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Untuk tahun 2008, terdapat 393 perusahaan yang terdaftar di BEI, 322
perusahaan bergerak di bidang nonkeuangan dan 151 perusahaan diantaranya
mengeluarkan laporan tahunan, dari 151 perusahaan tersebut terdapat 75
perusahaan yang tidak mengalami penurunan asimetri informasi (spread-nya
positif). Sehingga terdapat 76 sampel perusahaan yang memenuhi kriteria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Sampel yang digunakan pada penelitian adalah 41 untuk tahun 2007 dan 76
untuk tahun 2008. Jumlah sampel yang digunakan telah sesuai yaitu ukuran
sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 (Roscoe, 1975 dalam Sekaran, 2006).
2. Statistik Deskriptif
Ask bid spread saham dalam penelitian ini bertindak sebagai variabel
dependen diperoleh dengan menggunakan persamaan :
SPREAD = (ask price-bid price)/((ask price + bid price)/2)
Frekuensi rapat dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit merupakan
variabale independen dalam penelitian ini. Berikut ini adalah hasil statistik
deskriptif untuk regesi tahap pertama atau tahun 2007 :
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Independen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Frek.Rapat Komisaris 41 2 16 7.54 4.267
Frek. Rapat Direksi 41 3 26 9.83 5.513
Frek. Rapat Komite
Audit
41 2 17 7.68 4.558
Size Perusahaan 41 10.39 14.52 12.2556 .83181
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa frekuensi rapat dewan komisaris
terendah yaitu sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Perusahaan dengan frekuensi
rapat dewan komisaris terendah yaitu PT United Tractor Tbk., PT Tempo Inti
Media Tbk., PT Derma Henwa Tbk., dan PT Matahari Putra Prima Tbk.. Untuk
frekuensi rapat dewan komisaris tertinggi yaitu sebanyak 16 kali dalam satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
tahun. Terdapat 4 perusahaan yang dewan komisarisnya melakukan rapat
sebanyak 16 kali dalam satu tahun, yaitu PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.,
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk., dan PT AGIS Tbk.. Rata-rata jumlah rapat dewan komisaris dalam
satu tahun dari 41 sampel yaitu 7,54 atau 8 kali. Ada 21 perusahaan yang rapat
dewan komisarisnya kurang dari rata-rata jumlah rapat dewan komisaris.
Jumlah rapat dewan direksi terendah dari 41 sampel adalah 3 kali dalam
satu tahun. Terdapat tiga perusahaan yang memiliki jumlah rapat direksi
minimum, yaitu PT Inter Delta Tbk., PT United Tractor Tbk., dan PT Lautan Luas
Tbk. Jumlah maksimal rapat dewan direksi adalah 26 kali dalam satu tahun, yaitu
PT Lippo Karawaci Tbk.. Rata-rata jumlah rapat dewan direksi dalam satu tahun
dari 41 sampel perusahaan adalah 9,83 atau 10 kali dalam satu tahun. Terdapat 18
perusahaan yang memiliki jumlah rapat dewan direksi diatas rata-rata.
Komite audit dari 41 sampel perusahaan rata-rata melakukan rapat
sebanyak 7,68 kali atau 8 kali dalam satu tahun. Terdapat 22 perusahaan yang
komite auditnya melakukan rapat dibawah rata-rata. Jumlah rapat minimum yang
dilakukan adalah sebanyak 2 kali dalam satu tahun. PT Inter Delta Tbk. dan PT
Rig Tenders Indonesia Tbk. adalah dua perusahaan yang memiliki jumlah rapat
komite audit minimum. Jumlah rapat maksimum adalah 17 kali dalam satu tahun.
PT Lippo Karawaci Tbk. dan PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
adalah dua perusahaan yang komite auditnya melakukan rapat sebanyak 17 kali
dalam satu tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Size perusahaan dalam penelitian ini merupakan variabel kontrol. Size
perusahaan diwakili oleh log aktiva perusahaan. Ukuran perusahaan terkecil
dalam periode krisis adalah 10,39 (24.287.000.000) yaitu PT Inter Delta Tbk..
Sedangkan perusahaan terbesar adalah 14,52 (331.062.225.000.000) yaitu PT
Merck Tbk.. Rerata size perusahaan adalah 12,25. Terdapat 19 perusahaan yang
memiliki aktiva dibawah rerata dan 22 perusahaan lainnya memiliki aktiva diatas
rearata.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Dependen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Ask Bid Spread 41 -.8000 .0000 -.087958 .1955243
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari data diatas, diketahui bahwa asimetri informasi yang diproksikan
dengan ask-bid spread memiliki nilai terendah -0,8 yaitu penurunan asimetri
terkecil dari total 41 sampel. Perusahaan yang memiliki penurunan asimetri
informasi terendah ini adalah PT Inter Delta Tbk.. Hal ini tampak pada fluktuasi
harga saham PT Inter Delta Tbk baik pada periode window maupun nonwindow
dimana hampir semua data bid menunjukkan nilai 0, hal ini mengindikasikan para
investor tidak memperoleh cukup informasi. Selain itu, penurunan asimetri
informasi terendah ini juga didukung dengan minimumnya frekuensi rapat dewan
direksi dan komite audit, serta jumlah aktiva yang kecil seperti yang telah
dipaparkan pada statistik deskriptif variabel independen sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Sedangkan penurunan asimetri informasi terbesar yaitu -0,0001. Ada dua
perusahaan dengan penurunan asimetri informasi sebesar -0,0001 yaitu PT
Multipolar Tbk. dan PT Trias Sentosa Tbk.. Kedua perusahaan ini memiliki harga
ask dan bid yang hampir sama baik antara periode window maupun nonwindow,
hal ini menunjukkan bahwa investor menangkap sinyal perusahaan berdasarkan
informasi yang diungkapkan perusahaan. Rata-rata penurunan asimetri informasi
disekitar pengumuman laba pada periode 2007 adalah -0,087958. Terdapat 8
perusahaan yang memiliki nilai asimetri informasi dibawah rata-rata. Dari 8
perusahaan tersebut, 4 diantaranya adalah perusahaan yang bergerak di bidang
manufaktur. Dari 4 perusahaan manufaktur ini ada dua perusahaan yang memiliki
jumlah rapat dewan yang rendah pula, yaitu PT Inter Delta Tbk. yang dewan
direksi dan komite auditnya sangat minimum serta PT United Tractor Tbk. yang
dewan komisaris dan direksinya sangat jarang melakukan rapat dalam satu tahun.
Selanjutnya akan dibahas statistik deskriptif tahap kedua atau tahun 2008.
Berikut adalah hasil statistik deskriptif tahun 2008 :
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Variabel Independen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Frek.Rapat Komisaris 72 2 23 9.68 5.267
Frek. Rapat Direksi 72 3 41 16.04 10.788
Frek. Rapat Komite
Audit
72 2 28 10.57 6.353
Size Perusahaan 72 8.79 14.52 12.2544 .95437
Sumber : Hasil Pengolahan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Sebelumnya diperoleh 76 sampel yang memenuhi karakteristik sampel
seperti yang disebutkan dalam Bab III, namun karena ada 4 data outlier maka
keempat data tersebut harus dikeluarkan dari sampel. Dari 72 sampel perusahaan,
rerata frekuensi rapat dewan komisaris adalah 9,68 atau 10 kali dalam satu tahun.
Terdapat 39 perusahaan yang dewan komisarisnya melakukan rapat dibawah
rerata. Jumlah rapat dewan komisaris minimum yaitu 2 kali dalam satu tahun,
terdapat 5 perusahaan yang dewan komisarisnya melakukan rapat sebanyak 2 kali
dalam setahun. Rapat terbanyak yang dilakukan dewan komisaris adalah 23 kali
dalam satu tahun, yaitu dewan komisaris PT Tambang Batubara Bukit Asam
(Persero) Tbk..
Rerata frekuensi rapat dewan direksi adalah 16,04 atau 16 kali dalam satu
tahun. 31 perusahaan memiliki frekuensi rapat dewan direksi diatas rerata dan 41
perusahaan memiliki frekuensi rapat dewan direksi dibawah rerata. Jumlah rapat
sebanyak 41 kali dalam satu tahun adalah jumlah rapat dewan direksi terbanyak
untuk sampel tahun 2008. Terdapat 3 perusahaan yang dewan direksinya
melakukan rapat sebanyak 41 kali dalam satu tahun. Jumlah rapat terendah yaitu 3
kali dalam satu tahun. Terdapat 3 perusahaan yang dewan direksinya melakukan
rapat 3 kali dalam satu tahun.
Komite audit pada sampel tahun 2008 memiliki rerata frekuensi rapat
sebanyak 10,57 kali atau 11 kali dalam satu tahun. Terdapat 30 perusahaan yang
komite auditnya melakukan rapat diatas rerata. PT Kalbe Farma Tbk. dan PT
Pembangunan Jaya Ancol Tbk. adalah dua perusahaan yang komite auditnya
melaksanakan rapat dalam jumlah terendah dari sampel yang ada yaitu 2 kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dalam satu tahun. Sedangkan PT Total Bangun Persada Tbk. komite auditnya
melakukan rapat terbanyak dari sampel yang ada yaitu 28 kali dalam satu tahun.
Rerata size perusahaan dalam sampel tahun 2008 adalah 12,25. Terdapat
terdapat 40 perusahaan yang ukuran perusahaannya diatas rerata dan 32
perusahaan yang berukuran dibawah rerata. PT Merck Tbk. adalah perusahaan
dengan ukuran terbesar dalam sampel tahun 2008 yaitu 14,52
(331.062.225.000.000). Sedangkan PT Indorama Syntetics Tbk. adalah
perusahaan terkecil dalam sampel ini yaitu 8,79 (609.676.407).
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Variabel Dependen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Ask Bid Spread 72 -1.4379 .0000 -.168243 .2939361
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa rerata penurunan asimetri informasi untuk
tahun 2008 adalah -0,17. Penurunan asimetri informasi terendah yaitu sebesar -
1,4379 yaitu PT Citra Kebun Raya Agri Tbk., perusahaan ini memiliki frekuensi
rapat dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, dan size perusahaan yang
rendah atau dibawah rerata. Hal ini indikasi informasi yang diungkapkan
perusahaan kurang maksimal sehingga pemegang saham belum dapat
memaksimalkan informasi yang diperolehnya. Penurunan asimetri informasi
terbesar yaitu -0,0001. Perusahaan yang memiliki penurunan asimetri informasi
sebesar itu adalah PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.. Fungsi pengawasan dewan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
komisaris dalam perusahaan ini bisa dikatakan efektif karena dengan frekuensi
rapat yang tinggi sehingga pengawasan yang diberikan lebih optimal, selain itu
ukuran perusahaan yang cukup besar (12,47 = 2.961.051.648.319), sehingga
pengungkapan informasi akan semakin besar pula.
B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu :
dengan uji regresi berganda dan paired sample t-test.
1. Uji Asumsi Klasik
Sebagai prasyarat pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik
untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan
penaksiran koefisien regresinya efisien. Pengujian asumsi klasik terdiri dari
beberapa macam pengujian, meliputi: normalitas, multikolinieritas, autokorelasi,
dan heteroskedastisitas. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik. Berikut
ini adalah hasil pengujian asumsi klasik :
a. Uji Normalitas Data
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
Komolgorov - Smirnov untuk mengetahui apakah nilai residual dari persamaan
regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk itu kriteria yang harus dipenuhi
adalah jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari nilai alpha 5% maka
variabel residual dinyatakan berdistribusi normal. Berikut hasil pengujian untuk
dua model persamaan regresi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4.6
Normalitas Data tahun 2007
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 41 Normal Parametersa Mean .0093284
Std. Deviation .14660281 Most Extreme Differences
Absolute .205 Positive .095 Negative -.205
Kolmogorov-Smirnov Z 1.309 Asymp. Sig. (2-tailed) .065 a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.7
Normalitas Data tahun 2008
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 72 Normal Parametersa Mean .0557853
Std. Deviation .24993736 Most Extreme Differences
Absolute .131 Positive .065 Negative -.131
Kolmogorov-Smirnov Z 1.116 Asymp. Sig. (2-tailed) .166 a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 4.6 dan 4.7, menunjukkan nilai probabilitas diatas 0,05, yaitu
sebesar 0,065 untuk tahun 2007, dan 0,166 untuk tahun 2008. Untuk data tahun
2008, data yang dapat dipergunakan hanya sebanyak 72 dari 76 sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terdapat 4 data yang termasuk dalam data
outlier.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali,
2009). Pengujian terhadap multikolonieritas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF. Berikut adalah hasil uji nilai
tolerance dan VIF :
Tabel 4.8
Nilai Tolerance dan VIF tahun 2007
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.104 .410 -2.693 .011
Frek.Rapat Komisaris .018 .007 .402 2.695 .011 .852 1.174 Frek. Rapat Direksi .006 .006 .183 1.102 .278 .684 1.461 Frek. Rapat Komite Audit
-.003 .007 -.066 -.414 .681 .755 1.324
Aktiva .068 .033 .290 2.043 .048 .940 1.064 a. Dependent Variable: Ask Bid Spread
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Nilai Tolerance dan VIF tahun 2008
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.329 .396 -3.352 .001 Frek.Rapat Komisaris .023 .007 .405 3.391 .001 .703 1.422 Frek. Rapat Direksi .006 .003 .234 2.205 .031 .893 1.120 Frek. Rapat Komite Audit
-.002 .005 -.049 -.426 .671 .773 1.293
Aktiva .070 .033 .229 2.162 .034 .894 1.119 a. Dependent Variable: Ask Bid Spread
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel 4.8 dan 4.9 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen
yang mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,01 dan nilai VIF tidak ada yang
lebih dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa untuk regresi tahun 2007 dan 2008
tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independennya, maka model regresi
ini layak dipakai (Ghozali, 2009).
c. Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terjadi di antara
variabel-variabel yang diteliti. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan uji
Durbin-watson (uji DW). Kriteria penerimaan uji DW bisa dilihat di Bab III. Bila
nilai DW diluar daerah penerimaan maka terjadi autokorelasi (Ghozali, 2009).
Berikut adalah hasil uji Durbin-Watson :
Tabel 4.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Durbin-Watson tahun 2007
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .564a .319 .243 .1701348 2.774 a. Predictors: (Constant), Aktiva, Frek. Rapat Komite Audit, Frek.Rapat Komisaris, Frek. Rapat Direksi b. Dependent Variable: Ask Bid Spread Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.11
Durbin-Watson tahun 2008
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .574a .329 .289 .2478663 1.898 a. Predictors: (Constant), Aktiva, Frek. Rapat Direksi, Frek. Rapat Komite Audit, Frek.Rapat Komisaris b. Dependent Variable: Ask Bid Spread Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 4.10 dan 4.11 diketahui nilai durbin-watson (d) masing-masing
2,774 untuk sampel 41 dan 1,898 untuk sampel 72. Tidak terjadi autokorelasi bila
du < d < 4-du. Untuk tahun 2007, nilai du adalah 1,721 sehingga d = 2,772,
menunjukkan tidak terjadi autokorelasi. Sedangkan nilai d tahun 2008 adalah
1,898, dengan nilai du adalah 1,735 sehingga tidak terjadi autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Untuk pengujian ini dilakukan uji glejser, sebagai berikut :
Tabel 4.12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Uji Glejser tahun 2007
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) .419 .236 1.775 .084
Frek.Rapat Komisaris -.005 .004 -.212 -1.306 .200 Frek. Rapat Direksi -.004 .003 -.197 -1.092 .282 Frek. Rapat Komite Audit
-.003 .004 -.124 -.721 .476
Aktiva -.018 .019 -.144 -.933 .357 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.13
Uji Glejser tahun 2008
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) .674 .256 2.638 .010
Frek.Rapat Komisaris -.007 .004 -.224 -1.626 .109 Frek. Rapat Direksi -.001 .002 -.076 -.620 .537 Frek. Rapat Komite Audit
.004 .003 .137 1.040 .302
Aktiva -.035 .021 -.204 -1.669 .100 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber : Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil uji glejser pada tabel 4.12 dan 4.13 menunjukkan bahwa
tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen nilai Absolut Res_1 (Unstandardized Residual), karena nilai
probabilitasnya diatas nilai signifikansi 0,05. Sehingga bisa dikatakan semua
variabel independen bebas dari heteroskedasitas.
2. Uji Regresi Berganda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tujuan dari analisis regresi adalah untuk mengestimasi dan/atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan
nilai variabel independen yang diketahui. Regresi berganda dalam penelitian ini
digunakan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menguji apakah terdapat
pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba baik pada periode sebelum krisis maupun selama krisis global.
Pengujian regresi berganda ini dilakukan dengan metode enter.
a. Pengaruh Aktivitas Dewan terhadap Penurunan Asimetri Informasi
Disekitar Pengumuman Laba pada Periode Sebelum Krisis Keuangan
Global
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman
laba pada periode sebelum krisis dengan ukuran (size) perusahaan sebagai
variabel kontrol.
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda terkait pengaruh aktivitas
dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada
periode sebelum krisis diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Hasil Regresi Berganda Tahap I
Variabel Koefisien t Sig.
(Constant) -1,104 -2,693 0,011
Frek. Rapat Komisaris 0,018 2,695 0,011
Frek. Rapat Direksi 0,006 1,102 0,278
Frek. Rapat Komite Audit -0,003 -0,414 0,681
Size Perusahaan 0,068 2,043 0,048
R Square 0,319
Adjusted R Square 0,243
F 4,207
Sig 0,007
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Koefisien Determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa jauh
variabel independen mampu menerangkan variabel dependen. Setiap tambahan
satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena
itu, untuk jumlah variabel independen lebih dari dua, lebih baik menggunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu Adjusted R2 (Ghozali, 2009).
Dari tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar
0,319 dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar 0,243. Berdasarkan nilai
Adjusted R2 tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 24,3% variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol dan
sisanya sebanyak 75,7% dijelaskan oleh faktor lain.
Dalam tabel tersebut juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 4,207
dengan probabilitas 0,007 (p – value < 0,05). Karena nilai F lebih besar dari 4 dan
probabilitasnya lebih kecil dari 5% maka model regresi ini menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
tingkatan yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba atau dapat dikatakan bahwa frekuensi rapat Dewan Komisaris,
frekuensi rapat Dewan Direksi, frekuensi rapat Komite Audit, size perusahaan
(aktiva) secara bersama-sama berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi
disekitar pengumuman laba (Ghozali, 2009).
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya
menunjukkan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris dan size perusahaan
berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba
pada periode sebelum krisis. Sedangkan frekuensi rapat dewan direksi dan
frekuensi rapat komite audit tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi
disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis.
Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh (p – value sebesar 0,011)
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode
sebelum krisis. Hal ini mengindikasikan bahwa anggota dewan komisaris secara
aktif hadir dalam pertemuan dewan komisaris sehingga kinerja dan tugas dewan
komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan berlangsung secara efektif
(corporate governance guidelines, 2007).
Brick dan Chidamboran (2007) menunjukkan bahwa semakin banyak
frekuensi rapat yang diselenggarakan dewan komisaris maka akan meningkatkan
kinerja perusahaan. Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
performance perusahaan (Vafeas, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia (YPPMI) dan Sinergy
Communication (2002) dalam Cety (2010) menyatakan bahwa terdapat 2 hal yang
menjadi perhatian utama konsep corporate governance. Pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada
waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) secara akurat tepat pada waktunya dan transparan mengenai semua
hal yang berkaitan dengan performance perusahaan. Sehingga, bila dewan
komisaris yang sering bertemu dapat meningkatkan kualitas disclosure. Hal ini
berdampak pada rendahnya kemungkinan muncul informasi private yang dapat
merugikan salah satu pihak. Sebagai contoh adalah PT Trias Sentosa Tbk. yang
memiliki penurunan asimetri informasi terbesar untuk sampel tahun 2007 yaitu -
0,0001, dewan komisarisnya memiliki jumlah rapat yang tinggi pula yaitu 14 kali
dalam satu tahun.
Size perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan
asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis (p –
value sebesar 0,048). Hal ini menunjukkan bahwa size perusahaan sebagai
variabel kontrol dalam penelitian ini berpengaruh pada penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis. Hal ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya Kanagaretnam dkk (2007), King dkk.
(1992) dan Lang dan Lundholm (1993) dalam Subiyantoro dan Hatae (2007) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara size perusahaan dengan
disclosure informasi. Perusahaan besar memiliki disclosure informasi yang lebih
besar pula. Atiase (1985) dan Freeman (1987) dalam Kanagaretnam (2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
menunjukkan bahwa disclosure informasi akan terlihat lebih besar pada harga
saham perusahaan disekitar pengumuman laba untuk perusahaan besar.
Sebagai contoh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. yang
memiliki penurunan asimetri informasi cukup besar yaitu -0,0015 dengan
frekuensi rapat dewan komisaris 16 kali dalam setahun dengan size perusahaan
13,91. Dan disisi lain ada PT Inter Delta Tbk. yang size perusahaan cukup kecil
10,39 (dibawah mean aktiva 12,25) memiliki frekuensi rapat dewan komisaris
hanya 4 kali dalam setahun, tetapi penurunan asimetri informasi hanya -0,8.
Variabel yang secara statistik tidak signifikan adalah frekuensi rapat
dewan direksi (p – value sebesar 0,278). Hal ini mengindikasikan bahwa dewan
direksi belum memaksimalkan perannya dalam melindungi hak pemegang saham.
Dewan direksi memiliki dominasi yang kuat terhadap dewan komisaris, sehingga
tidak adanya pembagian wewenang, munculnya tekanan sosial dan politik
terhadap dewan komisaris serta tidak adanya perencanaan dan dan mekanisme
pengawasan terhadap manajemen perusahaan karena minimnya informasi yang
diberikan oleh direksi (Chtourou dkk, 2001). Hal ini bisa dilihat dari hasil salah
satu perusahaan sampel yang memiliki frekuensi rapat dewan direksi yang cukup
tinggi tetapi penurunan asimetri informasinya sangat kecil yaitu rapat sebanyak
15 kali dalam setahun, penurunan asimetri informasi -0,04027. Sedangkan
perusahaan lain yang memiliki frekuensi rapat dewan direksinya hanya 7 kali
dalam satu tahun, memiliki penurunan asimetri informasi yang lebih besar yaitu -
0.0003. Kedua perusahaan ini memiliki ukuran yang hampir sama. Data tersebut
bisa menyatakan bahwa rapat-rapat yang dilakukan oleh dewan direksi selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
periode sebelum krisis belum berjalan secara maksimal, masih membicarakan hal-
hal yang lebih mementingkan kepentingan manajeman daripada pemegang saham.
Frekuensi rapat komite audit (p – value sebesar 0,681) tidak
mempengaruhi penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada
periode sebelum krisis. Hal ini mengindikasikan bahwa frekuensi rapat komite
audit tidak menjamin fungsi pengawasan komite audit baik dan efektif sehingga
akan tidak mempengaruhi kinerja perusahaan dalam hal ini disclosure. Hal ini
bisa terjadi karena frekuensi rapat komite audit hanya memenuhi peraturan
Bapepam (Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam peraturan
Nomor IX.1.5) yaitu memiliki pertemuan sekurang-kurangnya sama dengan
jumlah rapat dewan komisaris (mean frekuensi rapat komite audit 7,68 dan mean
frekuensi rapat dewan komisaris 7,54). Penelitian ini tidak mendukung penelitian
sebelumnya Kanagaretnam dkk (2007), Li dkk (2008) dan Menon dan Williams
(1994).
Berdasarkan uraian diatas hanya H1a yang dapat diterima. Sedangkan H1b
dan H1c belum bisa diterima.
b. Pengaruh Aktivitas Dewan terhadap Penurunan Asimetri Informasi
Disekitar Pengumuman Laba Pada Periode Selama Krisis Keuangan
Global
Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode selama krisis dengan size perusahaan sebagai
variabel kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda terkait pengaruh aktivitas
dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada
periode sebelum krisis diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.15
Hasil Regresi Berganda Tahap II
Variabel Koefisien t Sig.
(Constant) -1,329 -3,352 0,001
Frek. Rapat Komisaris 0,023 3,391 0,001
Frek. Rapat Direksi 0,006 2,205 0,031
Frek. Rapat Komite Audit -0,002 -0,426 0,671
Size Perusahaan 0,070 2,162 0,034
R Square 0,329
Adjusted R Square 0,289
F 8,211
Sig 0,000
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil analisis regresi berganda pengaruh aktivitas dewan perusahaan
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode
selama krisis tampak pada tabel 4.15 diatas. Dari tabel 4.15 menunjukkan bahwa
nilai R Square (R2) sebesar 0,329 dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar
0,289. Berdasarkan nilai Adjusted R2 tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak
28,9% penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba dapat dijelaskan
oleh variabel independen; frekuensi rapat dewan komisaris, frekuensi rapat dewan
direksi, dan frekuensi rapat komite audit; dan variabel kontrol (size perusahaan)
dan sisanya sebanyak 71,1% dijelaskan oleh faktor lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dalam tabel 4.15 juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 8,211 dengan
probabilitas 0,000 (probabilitas < 0,05). Karena nilai F lebih besar dar 4 dan
probabilitas jauh lebih kecil dari 5% maka model regresi ini menunjukkan
tingkatan yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi dapat
digunakan untuk melihat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba atau dapat dikatakan bahwa semua variabel
independen dan kontrol secara bersama-sama berpengaruh terhadap penurunan
asimetri informasi disekitar pengumuman laba (Ghozali, 2009).
Secara keseluruhan hanya frekuensi rapat komite audit yang tidak
berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba
(p – value sebesar 0,671). Sedangkan untuk variabel frekuensi rapat dewan
komisaris (p – value = 0,001), frekuensi rapat dewan direksi (p – value = 0,031)
dan size perusahaan (aktiva) (p – value = 0,034) berpengaruh secara signifikan
karena p – value < 0,05.
Frekuensi rapat dewan komisaris memiliki p – value sebesar 0,001, ini
menunjukkan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris secara signifikan
berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba
pada periode selama krisis. Hal ini mengindikasikan bahwa dewan komisaris
meningkatkan peranan pengawasannya terhadap manajemen perusahaan. Dewan
komisaris berusaha untuk menegakkan corporate governance dalam perusahaan
tersebut. Karena pada periode krisis para pemegang saham akan semakin seleksi
dalam memilih dan menilai perusahaan. Salah satu yang menjadi indikator dalam
memilik perusahaan adalah perusahaan yang memiliki citra corporate governance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
yang baik. Perusahaan dengan good corporate governance akan lebih transparan
dalam menyampaikan informasi kepada pemegang saham, sehingga tidak ada
pemegang saham yang dirugikan.
Bila pada periode sebelum krisis tepatnya tahun 2007, frekuensi rapat
dewan direksi tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba, namun pada periode selama krisis frekuensi rapat dewan
direksi berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman
laba (p – value = 0,031). Hal ini bisa disebabkan karena dewan direksi selaku
manajemen perusahaan berusaha memenuhi tuntutan para pemegang saham akan
informasi perusahaan yaitu dengan meningkatkan frekuensi pertemuan mereka
dan membahas masalah-masalah yang akan berpengaruh pada pemegang saham
mereka sehingga dapat diharapkan manajemen terhindar dari tuntutan yang
muncul dari pemegang saham. Karena penyebab krisis tahun 2008 hampir sama
dengan krisis tahun 1998 yaitu kurangnya transparansi informasi antara
manajemen dengan pemegang saham (Daniri, 2008).
Peranan rapat dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Conger dkk
(1998) dalam Kanagaretnam dkk (2007) dan Xie dkk (2003). Dalam penelitian
ini, bisa diambil kasus pada PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk,
dimana pada tahun 2007 dewan komisaris melakukan rapat sebanyak 16 kali dan
dewan direksi sebanyak 19 kali dalam satu tahun sedangkan tahun 2008 dewan
komisaris melakukan rapat 23 kali dalam satu tahun dan dewan direksi 20 kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
rapat dalam satu tahun. Penurunan asimetri informasi pun sangat besar yaitu pada
tahun 2007 sebesar -0,02131 dan pada tahun 2008 sebesar -0,0024.
Size perusahaan secara signifikan berpengaruh pada penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba pada periode selama krisis dengan p – value
= 0,034, lebih rendah daripada 5%. Menurut Cowen dkk (1987) dalam Sembiring
(2005), secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, apalagi
disaat krisis global melanda sehingga permintaan akan informasi akan meningkat
pula. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Kanagaretnam dkk (2007),
King dkk. (1992) dan Lang dan Lundholm (1993) dalam Subiyantoro dan Hatae
(2007) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara size perusahaan
dengan disclosure informasi. Perusahaan besar memiliki disclosure informasi
yang lebih besar pula. Atiase (1985) dan Freeman (1987) dalam Kanagaretnam
dkk (2007) menunjukkan bahwa disclosure informasi akan terlihat lebih besar
pada harga saham perusahaan disekitar pengumuman laba untuk perusahaan
besar.
Dalam penelitian ini bisa diambil contoh untuk PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk, yang memiliki size 13,41 pada tahun 2008 memiliki penurunan
asimetri informasi sebesar -0,0073. Dan PT Indorama Syntetics Tbk. dengan size
8,79 pada tahun 2008 memiliki penurunan asimetri informasi sebesar -0,0198. Hal
ini bukti bahwa perusahaan berukuran besar akan memiliki penurunan asimetri
informasi lebih besar daripada perusahaan berukuran kecil.
Frekuensi rapat komite audit sama seperti tahun 2007, tidak berpengaruh
signifikan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba (p –
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
value = 0,671). Komite audit selama periode krisis mungkin belum bisa
melaksanakan perannya dengan maksimal. Hal ini bisa terjadi karena rapat komite
audit hanya merupakan wujud kepatuhan terhadap aturan saja sehingga rapat yang
dilakukan belum efektif dan hanya sebagai pelengkap. Kebanyakan perusahaan di
Indonesia mungkin hanya memenuhi ketentuan formal dari corporate governance
guidlines (2007), dimana komite audit harus memiliki jadwal rutin. Penelitian ini
menolak penelitian dari Conger dkk (1998) dalam Kanagaretnam (2007) dan Xie
dkk (2003). Berdasarkan uraian diatas maka H2a dan H2b dapat diterima dan H2c
belum bisa diterima.
c. Terdapat Perbedaan Penurunan Asimetri Informasi di Sekitar
Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum dan Selama Krisis Keuangan
Global Akibat Adanya Perbedaan Pengaruh Aktivitas Dewan
Perusahaan
Untuk menguji hipotesis ketiga yaitu apakah terdapat perbedaan
penurunan asimetri informasi untuk periode sebelum krisis dan selama krisis
akibat adanya perbedaa aktivitas dewan perusahaan digunakan uji paired sampel
t-test. Uji paired sampel t-test digunakan karena sampel yang digunakan saling
berhubungan, yaitu rata-rata sampel sebelum dan selama krisis. Berikut adalah
hasil uji paired sampel t-test :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4.16
Hasil Paired Samples Test
Paired Samples Test
t df Sig. (2-tailed)
Ask Bid Spread 2007-Ask Bid Spread 2008 3.194 71 .002
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pada tabel 4.16, terlihat bahwa probabilitas sebesar 0,002 hal ini
menunjukkan terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi pada periode
sebelum dan selama krisis keuangan, karena p < 0,05. Perbedaan penurunan
asimetri informasi. Perbedaan penurunan asimetri informasi ini bisa diakibatkan
karena adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan.
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa masing-masing proxy
dari aktivitas dewan tidak selalu memberikan pengaruh pada penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis
keuangan global. Dilihat dari nilai adjusted R2, periode sebelum krisis dan selama
krisis keuangan global, masing-masing memiliki nilai adjusted R2 sebesar 24,3%
dan 28,9%. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas dewan perusahaan semakin
mempengaruhi penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada
periode selama krisis keuangan global dibandingkan periode sebelum krisis
keuangan global. Proxy aktivitas dewan yang mempengaruhi penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan
global adalah frekuensi rapat dewan komisaris, sedangkan pada periode selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
krisis keuangan global, proxy aktivitas dewan yang mempengaruhi penurunan
asimetri informasi disekitar pengumuman laba adalah frekuensi rapat dewan
komisaris dan frekuensi rapat dewan direksi. Hal ini menggambarkan bahwa
peran aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba semakin meningkat pada periode selama krisis keuangan
global. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan perbandingan nilai koefisien
regresi frekuensi rapat dewan komisaris yang sama-sama mempengaruhi
penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum
dan selama krisis keuangan global. Pada masa sebelum krisis keuangan global,
nilai koefisien regresi frekuensi rapat dewan komisaris adalah 0,018 sedangkan
pada periode selama krisis keuangan global 0,023. Nilai tersebut menggambarkan
bahwa frekuensi rapat dewan komisaris semakin berpengaruh pada periode selama
krisis keuangan global. Semakin banyak frekuensi rapat dewan komisaris,
penurunan asimetri informasi disekitar laba akan semakin tinggi.
Dilihat dari nilai adjusted R2, proxy aktivitas dewan yang mempengaruhi
penurunan asimetri informasi, dan perbandingan nilai koefisien regresi frekuensi
rapat dewan komisaris dapat disimpulkan bahwa perbedaan penurunan asimetri
informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis
keuangan global disebabkan karena semakin berpengaruhnya peran aktivitas
dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada
periode selama krisis keuangan global. Meningkatnya peran aktivitas dewan
mungkin disebabkan karena perusahaan berusaha untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pengawasan dalam rangka menghindari risiko berupa tuntutan dari pemegang
saham bila terdapat informasi yang tidak diungkapkan.
Dari penjelasan diatas, maka H3 diterima yaitu ada perbedaan penurunan
asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama
krisis keuangan global akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB V
PENUTUP
Setelah sebelumnya dilakukan analisis pembahasan pada Bab IV, maka
pada Bab V ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran,
keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan :
1. Hasil uji regresi berganda menunjukkan terdapat pengaruh aktivitas dewan
dalam hal ini frekuensi rapat dewan komisaris dan size perusahaan
terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada
periode krisis. Frekuensi rapat dewan direksi dan frekuensi rapat komite
audit tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode krisis.
2. Hasil uji regresi berganda menunjukkan terdapat pengaruh aktivitas dewan
yaitu frekuensi rapat dewan komisaris dan frekuensi rapat dewan direksi
serta size perusahaan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode selama krisis. Frekuensi rapat komite
audit tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba pada periode selama krisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3. Hasil uji paired samples t-test menunjukkan terdapat perbedaan penurunan
asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan
selama krisis. Perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar
pengumuman laba ini disebabkan karena adanya perbedaan pengaruh
aktivitas dewan perusahaan. Perbedaan pengaruh aktivitas dewan
perusahaan bisa dilihat dari perbedaan adjusted R2, proxy aktivitas dewan
yang mempengaruhi penurunan asimetri informasi, dan perbandingan nilai
koefisien regresi frekuensi rapat dewan komisaris.
B. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Variabel yang digunakan terbatas pada frekuensi rapat dewan komisaris,
dewan direksi dan komite audit. Seperti diketahui, komponen corporate
governance tidak hanya dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit,
terdapat komite-komite lain seperti komite remunasi, good corporate
governance.
2. Periode yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu tahun sebelum
krisis dan selama krisis keuangan global.
3. Cakupan penelitian ini hanya pada wilayah Indonesia.
4. Asimetri informasi dalam penelitian ini diproksikan dengan ask-bid
spread, asimetri informasi sendiri bisa diproksikan dengan beberapa cara
seperti depth dan resiliensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
C. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah :
1. Berdasarkan hasil penelitian, baik untuk periode sebelum dan selama
krisis, frekuensi rapat komite audit tidak berpengaruh pada penurunan
asimetri informasi. Mengingat peran komite audit dalam membantu tugas
dan tanggung jawab dewan komisaris, sebaiknya rapat yang
diselenggarakan komite audit benar-benar digunakan untuk mengevaluasi
dan mengawasi kinerja manajemen. Sehingga manajemen tidak memiliki
celah untuk mengurangi informasi yang seharusnya diterima oleh
pemegang saham.
2. Ukuran perusahaan akan memberikan tekanan pada manajemen
perusahaan, karena semakin besar sebuah perusahaan maka semakin
banyak orang yang akan mengamati dan mempercayakan dana yang
dimilikinya untuk perusahaan tersebut. Melihat begitu banyaknya pihak
yang akan terlibat dalam perusahaan tersebut, sebaiknya perusahaan
semakin terbuka dalam memberikan dan akses informasi kepada
pemegang saham atau masyarakat. Dengan demikian diharapkan tidak ada
pihak yang akan dirugikan.
3. Penelitian selanjutnya dapat memperluas variabel yang dipergunakan,
tidak hanya terbatas pada frekuensi rapat dewan komisaris, dewan direksi
dan komite audit, tetapi juga komite-komite lainnya.
4. Penelitian selanjutnya dapat diperluas masa waktunya yaitu periode
setelah krisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
5. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan untuk melihat pengaruh aktivitas
dewan terhadap penurunan asimetri informasi pada pengumuman laba
pada periode krisis dan sebelum krisis keuangan global pada negara-
negara Asia lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Thailand. Mengingat
negara-negara ini juga mendapat dampak dari krisis keuangan global.
6. Pada penelitian ini, asimetri informasi diproksikan dengan ask-bid spread,
untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan depth sebagai proksi
asimetri informasi, sehingga dapat dibandingkan apakah terdapat
persamaan pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri
informasi dengan depth sebagai proksi asimetri informasi.