pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan …/pengaruh-ak... · untuk mencapai gelar sarjana...

98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH AKTIVITAS DEWAN TERHADAP PENURUNAN ASIMETRI INFORMASI DISEKITAR PENGUMUMAN LABA PADA PERIODE SEBELUM DAN SELAMA KRISIS KEUANGAN GLOBAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh AYU SETYAWATI KUSUMA DEWI NIM.F0307032 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 05-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH AKTIVITAS DEWAN TERHADAP PENURUNAN

ASIMETRI INFORMASI DISEKITAR PENGUMUMAN LABA PADA

PERIODE SEBELUM DAN SELAMA KRISIS KEUANGAN GLOBAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

AYU SETYAWATI KUSUMA DEWI

NIM.F0307032

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN MOTTO

“You live with your thoughts. So be careful of what they are” (Eva Arrington)

“If you’re gonna put your faith in

something. Than it better shape who you are and what people see in you”

(Hayley, Paramore)

“it is our choices that show what we truly are, far more than our abilities”

(j.k.rowling)

"Keep Moving Forward” (Wall Disney)

“THOUGH NO ONE CAN GO BACK AND MAKE A BRAND NEW START, ANYONE CAN START FROM

NOW AND MAKE A BRAND NEW ENDING” (CARL BARD)

"Anda tidak akan meraih apa yang anda

inginkan hingga anda siap menjalani hal-hal yang tidak anda inginkan”

(Unknown)

HALAMAN PERSEMBAHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Especially for

Ayah

Mama

Kak Anne dan Kak Aik

Keluarga besar Hamzah dan Hadiwijono

Hari Prasetya

Keluarga Besar Telon

Agen 007

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dan... Anda

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan atas rahmat dan kesempatan yang telah

diberikan Allah swt. sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

dengan judul PENGARUH AKTIVITAS DEWAN TERHADAP

PENURUNAN ASIMETRI INFORMASI DISEKITAR PENGUMUMAN

LABA PADA PERIODE SEBELUM DAN SELAMA KRISIS KEUANGAN

GLOBAL .

Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali

ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Kesempatan-Nya.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Si, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Reguler

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Ibu Dra. Evi Gantyowati, M.Si., Ak. selaku pembimbing skripsi, yang telah

berkenan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk mengarahkan

penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. selaku pembimbing akademik,

yang senantiasa memberikan masukan dan pengarahan hingga penulis

memperoleh pencerahan dalam menjalani proses akademik di FE UNS.

6. Bapak Dr. Bandi M.Si., Ak. dan Bapak Drs. Agus Budiyatmanto, M.Si., Ak.

yang telah memberikan penulis ilmu dan kesempatan untuk menjadi asisten

dalam mata kuliah yang bapak ampu.

7. Bapak Drs. Sri Hanggono, M.Si., Ak. yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menjadi asisten dalam kelas yang beliau ampu, serta

waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

laporan magang.

8. Para dosen dan staff pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret

yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

9. Mr. Hariadi Hamzah dan Mrs. Arni Hariadi, ayah dan mama adalah orang tua

yang luar biasa, terima kasih telah menjaga, membimbing dan mendukung ayu

sampai saat ini. I’ll do my best for u, my beloved parents.

10. Kak Anne dan Kak Ai, kedua kakak yang kukagumi, terima kasih telah

menjadi kawan pertamaku, waktu, tenaga, dan pengalaman yang telah kakak

berikan.

11. Seluruh keluarga tercinta baik dari Hamzah family maupun Hadiwijono

familiy, yang selalu mendoakan dan memberi semangat serta masukan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12. Hari Prasetya...so many word i wanna say, but i prefer prove it with action

than tell it.

13. Telon Family.... Endu, Adu, Wiy, Dee, Nduz.....teman di segala suasana..mau

ujan, mau panas, mau tekor, mau bete, mau banyak duit...selalu bisa bikin

tertawa lepas....kita kyk nano nano... :J

14. Teman seperjuangan, berbulan-bulan dilalui bersama..... Irla...... makasih atas

semua dukungannya..dirimu selalu menjadi alarm ditengah kemalasan yang

melandaku, tempat bertukar pikiran dan berbagi dalam suka dan duka.

15. Seluruh teman-teman agen 007.....bersama melalui berbagai tahap dalam

menempuh ilmu di FE UNS...pengalaman tak terlupakan.

16. Temen-temen di Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi yang telah

memberikan masukan, pengalaman dan motivasi kepada penulis.

17. Mas Ayok....terima kasih sudah memberi semangat, masukan dan kesabaran

dalam mendengar keluh kesah...

18. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.....

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 14 Desember 2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL .................................................................. xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ............................................................... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xiv

ABSTRAKSI.................................................................................................. xv

ABSTRACT ................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 11

1. Asimetri Informasi .................................................................. 11

2.Corporate Governance .............................................................. 20

a. Dewan Perusahaan ................................................................ 24

b. Komite Audit ........................................................................ 26

B. Hubungan Aktivitas Dewan dengan Penurunan Asimetri

Informasi disekitar Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum

dan Selama Krisis Keuangan Global ........................................... 27

C. Kerangka Konseptual .................................................................. 30

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Pengembangan Hipotesis ............................................................ 31

1. Pengaruh Aktivitas Dewan Terhadap Penurunan Asimetri

Informasi disekitar Pengumuman Laba Pada Periode

Sebelum Krisis Keuangan Global .......................................... 32

2. Pengaruh Aktivitas Dewan Terhadap Penurunan Asimetri

Informasi disekitar Pengumuman Laba Pada Periode

Selama Krisis Keuangan Global ............................................. 35

3. Perbedaan Penurunan Asimetri Informasi disekitar

Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum dan Selama

Krisis Keuangan Global Akibat Adanya Perbedaan

Pengaruh Aktivitas Dewan Perusahaan .................................. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ......................................................................... 38

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 39

C. Data dan Metode Pengumpulan Data ........................................... 40

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................... 41

1. Variabel Dependen ................................................................. 41

2. Variabel Independen ............................................................... 42

a. Frekuensi Rapat Komisaris ................................................. 42

b.Frekuensi Rapat Direksi ...................................................... 42

c.Frekuensi Rapat Komite Audit ............................................ 43

3. Variabel Kontrol ..................................................................... 43

E. Metode Analisis Data ................................................................... 44

1. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 45

a. Uji Multikolonieritas .......................................................... 45

b. Uji Autokorelasi ................................................................. 45

c. Uji Heteroskedasitas ........................................................... 46

d. Uji Normalitas .................................................................... 46

2. Pengujian Hipotesis ................................................................ 47

a. Analisis Regresi Berganda .................................................. 47

a). Koefisien Determinasi (R2) .......................................... 48

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b). Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ................... 48

c). Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik

t) .................................................................................... 49

b. Paired Samples T Test ........................................................ 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Data ............................................................................. 51

1. Seleksi Sampel ....................................................................... 51

2. Statistik Deskriptif ................................................................. 53

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan .......................................... 59

1. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 59

a. Uji Normalitas Data ............................................................. 59

b. Uji Multikolonieritas ........................................................... 61

c. Uji Autokorelasi .................................................................. 62

d. Uji Heteroskedasitas ............................................................ 63

2. Uji Regresi Berganda ............................................................. 65

a. Pengaruh Aktivitas Dewan Terhadap Penurunan

Asimetri Informasi disekitar Pengumuman Laba

Pada Periode Sebelum Krisis Keuangan Global ............. 65

b. Pengaruh Aktivitas Dewan Terhadap Penurunan

Asimetri Informasi disekitar Pengumuman Laba

Pada Periode Selama Krisis Keuangan Global ............... 70

c. Perbedaan Penurunan Asimetri Informasi disekitar

Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum dan

Selama Krisis Keuangan Global Akibat Adanya

Perbedaan Pengaruh Aktivitas Dewan Perusahaan ......... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 79

B. Keterbatasan ................................................................................. 80

C. Saran ............................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83

LAMPIRAN .................................................................................................. 87

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ................... 46

Tabel 4.1: Kriteria Pengambilan Sampel ........................................................ 52

Tabel 4.2: Statistik Deskriptif Variabel Independen ....................................... 53

Tabel 4.3: Statistik Deskriptif Variabel Dependen ......................................... 55

Tabel 4.4: Statistik Deskriptif Variabel Independen ....................................... 56

Tabel 4.5: Statistik Deskriptif Variabel Dependen ......................................... 58

Tabel 4.6: Normalitas Data Tahun 2007 ......................................................... 60

Tabel 4.7: Normalitas Data Tahun 2008 ......................................................... 60

Tabel 4.8: Nilai Tolerance dan VIF Tahun 2007 ............................................ 61

Tabel 4.9: Nilai Tolerance dan VIF Tahun 2008 ............................................ 62

Tabel 4.10: Durbin-Watson Tahun 2007 ........................................................ 63

Tabel 4.11: Durbin-Watson Tahun 2008 ........................................................ 63

Tabel 4.12: Uji Glejser Tahun 2007 ............................................................... 64

Tabel 4.13: Uji Glejser Tahun 2008 ............................................................... 64

Tabel 4.14: Hasil Regresi Berganda Tahap I .................................................. 66

Tabel 4.15: Hasil Regresi Berganda Tahap II ................................................. 71

Tabel 4.16: Hasil Pengujian Paired Sampels T Test ....................................... 76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Struktur Board of Director dalam One Tier System ............. 24

Gambar 2.2 : Struktur Board of Commissioner dan Board of Director

dalam Two Tiers System yang Diadopsi Oleh Belanda ........... 25

Gambar 2.3 : Struktur Board of Commissioner dan Board of Director

dalam Two Tiers System yang Diadopsi Oleh Indonesia ........ 26

Gambar 2.4 : Kerangka Konseptual Penelitian .............................................. 31

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Daftar Nama Perusahaan Tahun 2007 ...................... 88

LAMPIRAN II : Daftar Nama Perusahaan Tahun 2008 ...................... 89

LAMPIRAN III : Hasil Pengolahan Data ............................................. 92

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGARUH AKTIVITAS DEWAN TERHADAP PENURUNAN ASIMETRI INFORMASI DISEKITAR PENGUMUMAN LABA

PADA PERIODE SEBELUM DAN SELAMA KRISIS KEUANGAN GLOBAL

AYU SETYAWATI KUSUMA DEWI

F0307032

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dewan yang berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan. Aktivitas dewan dalam penelitian ini adalah frekuensi rapat Dewan Komisaris, frekuensi rapat Dewan Direksi, frekuensi rapat Komite Audit dan ukuran perusahaan sebagai variable kontrol. Proxy asimetri informasi dalam penelitian ini adalah ask-bid spread.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan bidang nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX) periode 2007 dan 2008. Total sampel dalam penelitian ini adalah 41 perusahaan untuk periode sebelum krisis keuangan global (2007) dan 72 perusahaan untuk periode selama krisis keuangan global (2008) yang diperoleh melalui purposive sampling test. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda dan paired sample t-test.

Hasil dari penelitian ini mengindikasi bahwa frekuensi rapat Dewan Komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumumana laba pada periode sebelum krisis keuangan global. Frekuensi rapat Dewan Komisaris, frekuensi rapat Dewan Direksi dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan global. Selain itu, terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global sebagai akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan. Kata kunci: Asimetri Informasi, Frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Frekuensi Rapat

Dewan Direksi, Frekuensi Rapat Komite Audit, Ukuran Perusahaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

EFFECT OF BOARD ACTIVITIES ON REDUCING INFORMATION ASYMMETRY AROUND EARNINGS

ANNOUNCEMENTS IN PERIOD BEFORE AND DURING THE GLOBAL FINANCIAL CRISIS

AYU SETYAWATI KUSUMA DEWI

F0307032

ABSTRACT

This research aim to know the board activity that affects the reduction of information asymmetry around earnings announcements in period before and during the global financial crisis. This research also aim to know whether there are differences in information asymmetry reduction around earnings announcement in period before and during the global financial crisis as a result of differences in corporate board activities. The board activities that was applied in this research are number of Board of Commissioners meetings, number of Board of Directors meetings, number of Audit Committe meetings and Firm’s Size as control variable. As proxy of information asymmetry that was applied in this research is ask-bid spread. The population in this research are all non-financial firms listed in Indonesian Stock Exchanges (IDX) 2007 and 2008. Total sample in this research are 41 firms for period before the global financial crisis (2007) and 72 firms for period during the global financial crisis (2008) that selected with purposive sampling. Examination of hypothesis with multiple linear regression method and paired sample t-test. Result of this research indicate that number of Board of Commissioners meetings and Firm’s size had a significant effect to reduce information asymmetry around earnings announcements in period before the global financial crisis. Number of Board of Commissioners meetings, number of Board of Directors meetings and Firm Size’s had a significant effect to reduce information asymmetry around earnings announcements in period during the global financial crisis. Besides that, there are differences in reduction of information asymmetry around earnings announcements in the period before and during the global financial crisis as a result of differences in corporate board activities. Keywords: Information Asymmetry, number of Board of Commissioners

meetings, number of Board of Directors meetings, number of Audit Committe meetings, Firm’s Size

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pertama dalam penelitian ini akan membahas mengenai latar belakang

dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika dari penulisan penelitian.

A. Latar Belakang

Fenomene good corporate governance merupakan fenomena yang banyak

menarik para ekonom dan pelaku bisnis selama 10 tahun terakhir ini. Sejak

adanya krisis keuangan di berbagai negara di tahun 1997-1998 yang diawali krisis

di Thailand (1997), Jepang, Korea, Indonesia, Malaysia, Hongkong dan Singapura

yang akhirnya berubah menjadi krisis finansial Asia ini dipandang sebagai akibat

lemahnya praktik Good Corporate Governance (GCG) di negara-negara Asia. Hal

ini disebabkan adanya kondisi-kondisi obyektif yang relatif sama di negara-negara

tersebut antara lain adanya hubungan yang erat antara pemerintah dan pelaku

bisnis, konglomerasi dan monopoli, proteksi, dan intervensi pasar sehingga

membuat negara-negara tersebut tidak siap memasuki era globalisasi dan pasar

bebas (Tjager dkk., 2003 dalam Arifin, 2005).

Indonesia sebagai negara yang mendapat dampak sangat buruk atas krisis ini

mulai membenahi diri dengan membangun sistem good corporate governance.

Upaya yang pertama dilakukan yaitu pada tahun 1999, Komite Nasional

Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk berdasarkan

Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah mengeluarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pedoman good corporate governance (GCG) yang pertama. Selain itu, penerapan

GCG juga didukung oleh PT BEI dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam),

yang mengeluarkan peraturan-peraturan guna mendukung implementasi GCG di

Indonesia (Taridi, 2009). Beberapa aturan yang dikeluarkan, antara lain :

1. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-03/PM/2000 tentang Komite

Audit yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap

emiten.

2. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-40/PM/2003 yang dijelaskan

dalam peraturan Nomor VII.G.11 tentang tanggung jawab direksi atas

laporan keuangan.

3. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-45/PM/2004 yang

dijelaskan dalam peraturan Nomor IX.I.5 tentang pembentukan dan

pedoman pelaksanaan kerja komite audit.

4. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-45/PM/2004 yang dijelaskan

dalam peraturan Nomor IX.I.6 tentang Direksi dan Komisaris pada emiten

dan perusahaan publik.

5. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-134/BL/2006 yang dijelaskan

dalam peraturan Nomor X.K.6 tentang kewajiban penyampaian laporan

tahunan bagi emiten dan perusahaan publik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Walaupun aturan-aturan telah dibuat untuk meningkatkan kinerja

perusahaan yaitu lewat penerapan good corporate governance, pada kenyataannya

masih terjadi kasus pelanggaran yang dilakukan emiten di pasar modal yang

ditangani oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepem). Sebagai contoh pada

tahun 2001 adanya dugaan insider trading atas saham PT Bank Central Asia.

Insider trading adalah salah satu perilaku buruk yang dilakukan orang dalam PT.

BCA pada proses transaksi saham. Ini terlihat dalam bentuk gejolak di dalam

transaksi dan pergerakan harga saham bank tersebut menjelang rencana divestasi.

Diduga hal ini berhubungan dengan adanya pihak manajemen yang mengetahui

serta memanfaatkan momentum penjualan saham kepada investor strategis untuk

memperoleh keuntungan dengan memanipulasi informasi. Praktik perdagangan

dengan menggunakan hak akses informasi oleh orang dalam (inside information)

ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap salah satu prinsip GCG, yaitu

kewajaran (fairness).

Contoh lainnya adalah terungkapnya kasus mark-up laporan keuangan PT.

Kimia Farma yang overstated, yaitu adanya penggelembungan laba bersih

tahunan senilai Rp 32,668 miliar (karena laporan keuangan yang seharusnya Rp

99,594 miliar ditulis Rp 132 miliar). Kasus ini melibatkan sebuah Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang menjadi auditor perusahaan tersebut ke pengadilan, meskipun

KAP tersebut yang berinisiatif memberikan laporan adanya overstated (Tjager

dkk., 2003 dalam Arifin, 2005). Dalam kasus ini terjadi pelanggaran terhadap

prinsip pengungkapan yang akurat (accurate disclosure) dan transparansi

(transparency) yang akibatnya sangat merugikan para investor, karena laba yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

overstated ini telah dijadikan dasar transaksi oleh para investor untuk berbisnis.

Kedua contoh tersebut menunjukkan bahwa praktik corporate governance di

Indonesia masih rendah (Herwidayatmo, 2000).

Pada tahun 2008 dunia mengalami krisis keuangan, hal ini diawali dengan

kenaikkan harga minyak dunia yang sempat menembus US$ 147 per barrel yang

menyebabkan harga pangan melejit tinggi dan jatuhnya bank-bank raksasa di

seluruh dunia yang menjadi petunjuk terjadinya kebangkrutan kredit global yang

pada gilirannya bisa mengarah kepada terjadinya resesi ekonomi. Agustus 2008,

terulang kembali ledakan gelombang ekonomi di pasar perumahan AS sebagai

akibat dari subprime mortgage yang terjadi tahun lalu. Krisis ini terancam

berakhir dengan depresi ekonomi yang mendunia. Depresi ini diperkirakan akan

menghentikan pertumbuhan kesejahteraan dan lapangan kerja dalam

perekonomian Barat selama kira-kira lebih dari satu dekade. Bangkrutnya

Northern Rock di Inggris, Bear Sterns di Amerika serikat (AS), menyebabkan

kian muramnya perekonomian dunia. Bulan september 2008 adalah bulan dimana

perusahaan-perusahaan terbesar di dunia ambruk.

Krisis Keuangan ini juga berdampak pada aktivitas pasar modal global.

Perkembangan indeks bursa saham di beberapa bursa dunia yang sebelumnya

menunjukkan kinerja yang outperform terkoreksi turun sampai dengan level yang

tidak diperkirakan. Jika dibandingkan dengan awal tahun 2008, Indeks bursa

Shanghai telah turun sebesar 64 persen, Kuala Lumpur Composite Index sebesar

34 persen. Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek

Indonesia, seperti disebutkan dalam berita dalam Kompas.com pada tanggal 30

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Desember 2008, IHSG sempat mencatat rekor tertinggi pada 9 Januari 2008 di

level 2.830,263. Hal tersebut didorong oleh naiknya harga saham tambang yang

mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Namun, memasuki triwulan IV tahun

2008 di awal Oktober, IHSG mengalami penurunan signifikan karena krisis

keuangan global dan kasus gagal bayar saham Grup Bakrie. Puncaknya, pada

tanggal 8 Oktober 2008 IHSG terkoreksi 10,38 persen hingga menyentuh level

1.451,669. IHSG berada di posisi terendahnya di level 1.111,390 pada 28 Oktober

2008. Pada rabu sore tanggal 8 Oktober 2008, perdagangan di Bursa Efek

Indonesia (BEI) ditutup sementara akibat adanya penurunan indeks yang terlalu

besar (Kompas.com, 8 Oktober 2008).

Krisis yang terjadi pada tahun 2008 ini sama seperti tahun 1998, terjadi

karena pelaku bisnis yang tidak mengindahkan rambu-rambu bisnis yang sehat.

Rambu-rambu bisnis yang sehat ini adalah tata kelola perusahaan yang baik (good

corporate governance). Rambu-rambu dalam hal ini adalah keterbukaan informasi

oleh manajemen terhadap pemegang saham.

Untuk menjawab permasalahan ini, kualitas disclosure (pengungkapan)

dapat menjadi solusi untuk menurunkan dorongan untuk mencari informasi

private melalui penurunan harapan karena perolehan informasi private. Mengacu

kepada Hendriksen dan Breda (1992) yang berpendapat bahwa disclosure dalam

laporan keuangan mengandung arti untuk menyajikan informasi yang berguna

membantu beroperasinya pasar modal secara efisien. Sehingga dengan

meningkatnya disclosure akan menurunkan asimetri informasi (Welker, 1995).

Selain itu, Diamond (1985) dalam Kanagaretnam dkk (2007) dan Verrecchia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

(2001) mengungkapkan bahwa voluntary disclosure bisa menurunkan asimetri

informasi bagi investor.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Kanagaretnam dkk (2007). Sebagai

pembeda, penelitian ini mengambil aktivitas dewan sebagai proksi dari good

corporate governance. Aktivitas merupakan jumlah pertemuan yang dilakukan.

Dewan perusahaan dalam penelitian ini adalah Dewan Komisaris, Dewan Direksi

dan Komite Audit. Jadi, aktivitas dewan perusahaan adalah jumlah pertemuan

yang dilakukan Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan Komite Audit dalam satu

tahun. Semakin tinggi aktivitas dewan maka peningkatan asimetri informasi

disekitar pengumuman laba lebih kecil (Kanagaretnam dkk, 2007). Frekuensi

aktivitas dewan dan komite audit secara efektif memonitor manajemen (Conger

dkk, 1998 dalam Kanagaretnam dkk, 2007), manajemen laba suatu perusahaan

akan lebih rendah bila aktivitas dewan dan komite auditnya cukup sering (Xie

dkk, 2003). Karena ada hubungan negatif antara tingkat manajemen laba dan

pengungkapan perusahaan (Lobo dan Zhou, 2001), maka penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba akan lebih besar bagi perusahaan yang

dewan dan komite auditnya sering mengadakan pertemuan. Dalam upaya untuk

meningkatkan kualitas dari laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, maka

dewan perusahaan akan meningkatkan jumlah aktivitas atau pertemuan yang

dilakukan sehingga dapat meningkatkan peranannya dalam pengawasan.

Sebagai pembeda lain dari penelitian Kanagaretnam dkk (2007), peneliti

mengambil periode sebelum krisis dan selama krisis. Kedua periode dipilih

karena, pada periode sebelum krisis walaupun telah banyak aturan tentang good

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

corporate governance diberlakukan tetapi masih terdapat kasus yang melanggar

kaidah GCG. Dan setelah terjadi krisis lagi, apakah ada upaya dari perusahaan

untuk meningkatkan kinerjanya untuk menghindari tuntutan dari para pemegang

saham melihat besarnya dampak buruk dari krisis tahun 2008 terhadap

perekonomian global. Dalam penelitian ini, tanggal 8 Oktober 2008 menjadi

tanggal cut off antara periode sebelum dan selama krisis keuangan global. Tanggal

8 Oktober 2008 dipilih sebagai cut off karena pada hari tersebut Bursa Efek

Indonesia mengalami koreksi indeks yang sangat besar (10,38 persen) yang

menyebabkan penutupan sementara perdagangan di BEI. Selain itu, dalam

penelitian ini juga dilihat apakah ada perbedaan penurunan asimetri informasi

disekitar pengumuman laba pada periode krisis dan sebelum krisis yang

disebabkan adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan. Dari uraian

tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Aktivitas

Dewan Terhadap Penurunan Asimetri Informasi disekitar Pengumuman Laba

Pada Periode Sebelum dan Selama Krisis Keuangan Global.”

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan judul dari penelitian ini, maka yang menjadi

pokok permasalahan penelitian ini, yaitu :

1. Apakah terdapat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis

keuangan global?

Aktivitas dewan dapat dijabarkan sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

a. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat dewan komisaris terhadap

penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode

sebelum krisis keuangan global?

b. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat dewan direksi terhadap

penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode

sebelum krisis keuangan global?

c. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat komite audit terhadap

penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode

sebelum krisis keuangan global?

2. Apakah terdapat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan

global?

Aktivitas dewan dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat dewan komisaris terhadap

penurunan asimetri informasi disekitar pengmuman laba pada periode

selama krisis keuangan global?

b. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat dewan direksi terhadap

penurunan asimetri informasi disekitar pengmuman laba pada periode

selama krisis keuangan global?

c. Apakah terdapat pengaruh frekuensi rapat komite audit terhadap

penurunan asimetri informasi disekitar pengmuman laba pada periode

selama krisis keuangan global?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

3. Apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis keuangan

global akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui apakah terdapat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan

asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis

keuangan global.

2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan

asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode krisis

keuangan global.

3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi

disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis

keuangan global akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan

perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat termasuk :

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan masukan kepada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk

mendorong penerapan good corporate governance (GCG) sehingga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan dapat

terlindungi dan harapan investor akan tingkat pengembalian (return)

saham yang ditanamkan di perusahaan tersebut dapat dipertahankan.

2. Bagi investor

Dengan adanya penelitian ini, investor diharapkan dapat

mempertimbangkan keputusan investasinya untuk dapat memilih

perusahaan yang telah menerapkan good corporate governance (GCG).

3. Bagi pihak lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan

referensi bagi pihak yang berkepentingan dan peneliti selanjutnya yang

membutuhkan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Setelah membahas pendahuluan di BAB I. Pada BAB II berikut ini akan

dijelaskan mengenai tinjauan pustaka, kaitan antara good corporate governance

(aktivitas dewan perusahaan) dengan penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba, kerangka konseptual dan pengembangan hipotesis dalam

penelitian ini.

A. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai literatur dari komponen dan

variabel yang terdapat dalam penelitian ini.

1. Asimetri Informasi

Teori yang melatarbelakangi asimetri informasi adalah teori keagenan

(agency theory). Teori keagenan mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang

saham (agent) dan manajemen (principal). Menurut teori ini, pada dasarnya

hubungan antara agent dan principal sulit untuk tercipta karena adanya

kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest). Hal ini didasari

adanya tiga asumsi sifat manusia dalam teori keagenan yaitu : (1) manusia pada

umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya

pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)

manusia selalu menghindari risiko (risk averse) (Eisenhard, 1989 dalam Arifin,

2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi

dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun

kontrak kompensasi. Konflik kepentingan ini semakin meningkat karena principal

tidak dapat memonitor agent untuk memastikan agent bertindak untuk

kepentingan principal (pemegang saham). Pertentangan dan tarik menarik

kepentingan antara agent dan principal ini menimbulkan permasalahan yang

dalam teori keagenan disebut sebagai asimetri informasi (Arifin, 2005).

Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai

informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan

datang dibandingkan principal (Wisnumurti, 2010). Asimetri informasi juga bisa

diartikan sebagai kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih

banyak daripada pihak lain (Wikipedia).

Dalam Rahardjo (2004) asimetri informasi dapat terjadi dalam dua kondisi

ekstrim, yaitu : perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi

manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga sangat berpengaruh

terhadap manajemen dan harga saham. Adanya asimetri informasi ini bisa

dicontohkan dengan adanya kegagalan pihak manajemen dalam melakukan

research and development, hal ini bisa mengakibatkan merosotnya harga saham

perusahaan di pasar oleh karena itu informasi seperti ini biasanya tidak

dipublikasikan oleh manajemen.

Dengan demikian untuk menjembatani kesenjangan informasi yang terjadi,

dalam hal ini menurunkan asimetri informasi penerbitan laporan keuangan

perusahaan merupakan salah satu caranya. Laporan keuangan yang dipublikasikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

perusahaan dapat memberikan informasi-informasi yang dapat memberikan

gambaran tentang kondisi perusahaan. Informasi yang diberikan dapat juga dalam

bentuk pengumuman dividen dan pengumuman laba. Kim dan Verrecchia dalam

Kanagaretnam dkk (2007) menyatakan bahwa pengumuman laba akan

menurunkan asimetri informasi karena perusahaan mengungkapkan informasi

untuk seluruh pemain di pasar modal. Dengan adanya pengumuman laba, investor

mempunyai informasi yang sama dalam hal rasio-rasio keuangan suatu

perusahaan. Selain itu, investor juga mendapatkan sinyal mengenai kondisi

perusahaan dari manajemen. Dengan adanya kesamaan dalam akses informasi

maka diharapkan perbedaan harga antara permintaan dan penawaran (bid ask

spread) menjadi lebih rendah (Rahardjo, 2004) sehingga terjadi penurunan

asimetri informasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Attig dkk (2003) yaitu

semakin tinggi asimetri informasi maka semakin tinggi pula bid ask spread.

Menurut teori sinyal, terdapat asimetri informasi antara manajer dan

investor. Manajer mengetahui prospek perusahaan di masa depan, sedangkan

investor tidak. Gelb (1994) dalam Setiawan dan Subekti (2005) dalam

Wisnumurti (2010) membuktikan bahwa deviden merupakan suatu sinyal yang

baik untuk menyampaikan maksud perusahan kepada investor. Pengumuman

deviden dapat digunakan oleh investor untuk memperkecil asimetri informasi

dengan manajer, sehingga pengumuman deviden merupakan informasi yang

berguna untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengumuman dividen

mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Ask-bid spread saham selain dipengaruhi oleh pengumuman laba dan

pengumuman dividen tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti :

a. Harga saham perusahaan

Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Dalam

penelitian Aitken dan Frino (1996) menyatakan bahwa terdapat pengaruh

negatif antara harga saham dan ask bid spread, semakin tinggi harga saham

maka ask bid spread akan semakin kecil.

Menurut Weston dan Brigham (2001) dalam Wulandari (2009), faktor-

faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut:

1) Laba per lembar saham (Earning per share/EPS)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan

menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per

lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan

pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk

melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham

perusahaan akan meningkat.

2) Tingkat bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :

a) Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan

obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual

sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan

harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga

mengalami penurunan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b) Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah

biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba

perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang

juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

3) Jumlah kas dividen yang diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian

dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba

ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka

peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas

deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga

saham naik.

4) Jumlah laba perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang

mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang

cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan

mempengaruhi harga saham perusahaan.

5) Tingkat risiko dan pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan

meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya

semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian

saham yang diterima.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Sedangkan menurut Alwi (2003) dalam Wulandari (2009), ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham,

yaitu:

1) Faktor Internal (Lingkungan Mikro)

Diantaranya antara lain:

a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti

pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,

laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti

pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c) Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director

announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,

dan struktur organisasi.

d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,

investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi,

laporan divestasi dan lainnya.

e) Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan

ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya.

f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti

negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

2) Faktor Eksternal (Lingkungan Makro)

Diantaranya antara lain:

a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan

dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan

deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan

terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan

terhadap manajernya.

c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti

laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham

perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan

faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga

saham di bursa efek suatu negara.

e) Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.

b. Volume perdagangan

Volume perdagangan menunjukkan besarnya tingkat perdagangan saham.

Dalam penelitian Aitken dan Frino (1996) dan Rahardjo (2004) menunjukkan

hubungan negatif antara volume perdagangan dan ask-bid spread.

c. Volatilitas return saham

Volatilitas return saham menunjukkan fluktuasi dari return-return suatu

saham dalam suatu periode waktu tertentu. Volatilitas return saham memiliki

hubungan positif dengan ask bid spread (Brockman dan Chung, 2002).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

d. Ukuran aset

Ukuran aset memiliki hubungan negatif dengan ask bid spread, hal ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya (Ryan, 1996; Rahardjo, 2004).

e. Leverage

Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai

investasinya. Dalam penelitian Ryan (1996) menunjukkan bahwa leverage

memiliki hubungan positif terhadap ask bid spread.

f. Likuditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial

jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas memiliki pengaruh positif

terhadap ask bid spread, hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Ryan,

1996).

Dalam penelitian ini, penulis berkonsentrasi pada penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba karena pada saat pengumuman laba akan

menjadi sarana bagi agent dalam mengurangi kesenjangan informasi kepada

principal. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Rahardjo, 2004; Welker,

1995).

Pengukuran tingkat asimetri informasi seringkali diproksi dengan

likuiditas. Likuiditas dalam suatu pasar mempunyai berbagai definisi dan

interpretasi. Pengertian likuiditas yang paling sederhana adalah kemampuan untuk

melakukan transaksi tanpa mengeluarkan biaya yang signifikan (Amurwani,

2006). Kyle sebagaimana dikutip oleh Eagle dan Lange (1997) dalam Komalasari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

(2000) dalam Amurwani (2006) memecah likuiditas ke dalam 3 komponen, yaitu

kerapatan (tightness), kedalaman (depth), dan resiliensi (resiliency).

Kerapatan mengacu pada perbedaan harga transaksi dari harga efisien,

yaitu harga yang seharusnya terjadi dalam kondisi ekuilibrium. Pedagang efek

seringkali menetapkan harga bid dan ask sedikit di atas dan di bawah penilaian

asset ekuilibrium. Suatu pasar yang mempunyai likuiditas sempurna berkaitan

dengan kerapatan hanya akan terjadi bila spread yang terjadi antara bid dan ask

yang ditetapkan adalah nol, sehingga pedagang dapat membeli dan menjual pada

harga yang sama. Komponen kerapatan ini seringkali disebut dengan bid-ask

spread.

Komponen kedua dari likuiditas adalah kedalaman (depth) adalah volume

yang diperdagangkan pada tingkat harga yang terjadi. Secara teknis, bid depth

adalah jumlah saham yang akan dibeli oleh spesialis atau dealer pada current bid

price, sedangkan ask depth adalah jumlah saham yang akan dijual oleh speialis

atau dealer pada current ask price. Berdasarkan perspektif likuiditas pasar, depth

menunjukkan jumlah saham yang diperdagangkan dengan tidak berpengaruh

terhadap harga saham.

Komponen likuiditas ketiga adalah resiliensi, yaitu kecepatan suatu harga

untuk kembali ke harga efisiensi (ekuilibrium) setelah terjadi penyimpangan atau

lompatan harga. Dalam pasar yang sangat likuid, maka harga akan segera kembali

ke tingkat efisiensi setelah terjadi lompatan harga yang tidak mempengaruhi harga

saham. Namun, komponen ini sangat sulit diukur mengingat arus informasi yang

kontinyu masuk ke dalam pasar sehingga sulit untuk mengetahui kecepatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

lentingan harga sekuritas untuk kembali ke harga efisien khusus untuk informasi

tertentu. Dengan kata lain, sangat sulit untuk mengontrol faktor-faktor lain yang

masuk ke dalam pasar.

Untuk proksi asimetri informasi digunakan bid-ask spread. Hal ini karena

perbedaan yang rendah antara harga penawaran dan permintaan, bisa disebabkan

karena adanya akses informasi yang sama diantara pelaku pasar. Hal ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya (Amurwani, 2006; Kanagaretnam dkk, 2007;

Rahardjo 2004; dan Welker, 1995).

2. Corporate Governance

Committee Cadbury mendefinisikan Corporate Governance (Forum for

Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2002:1) sebagai:

"Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan."

Pengertian lain corporate governance menurut Surat Keputusan Menteri Negara/

Kepala Badan PenanamanModal dan Pembinaan BUMN No.

23/MPM/BUMN/2000 tentang Pengembangan Praktik GCG dalam Perusahaan

Perseroan (PERSERO), yaitu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

“Good Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan.”

FCGI juga menjelaskan bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Selain itu

corporate governance juga dapat dipergunakan untuk memperjelas peranan dan

perilaku dari Dewan Direksi, Dewan Komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan,

dan para pemegang saham.

Pengertian dan konsep dari corporate governance didasari atas teori

keagenan (agency theory) dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan

dikendalikan untuk memastikan pengelolaan perusahaan dilakukan sesuai dengan

peraturan yang berlaku (Solihin, 2009 dalam FCGI, 2002). Dengan demikian,

diharapkan konflik kepentingan antara agent dan principal dapat diminimalkan,

sehingga tidak muncul pihak-pihak yang dirugikan.

Untuk mencapai suatu good corporate governance, maka perusahaan

harus memenuhi prinsip-prinsip dari corporate governance. Sebagaimana

diuraikan dalam OECD (Organization for Economic Co-operation and

Development) dalam FCGI (2002), ada empat unsur penting dalam Corporate

Covernance, yaitu:

a. Fairness (Keadilan)

Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak

pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin

terlaksananya komitmen dengan para investor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Transparency (Transparansi)

Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan

dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan

perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

c. Accountability (Akuntabilitas)

Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk

menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham,

sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris (dalam Two Tiers System).

d. Responsibility (Responsibilitas)

Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai

cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial (OECD Business Sector Advisory

Group on Corporate Governance, 1998).

Selain itu, untuk mencapai good corporate governance (GCG), perusahaan harus

memiliki prinsip-prinsip GCG, seperti yang terdapat di OECD berikut ini :

a. hak-hak para pemegang saham;

b. perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham;

c. peranan semua pihak yang berkepentingan (stekeholders) dalam Corporate

Governance;

d. transparansi dan penjelasan;

e. peranan Dewan Komisaris.

Penelitian Kanegaretman dkk (2007) membagi variable dari corporate

governance menjadi delapan variable. Variable-variable tersebut yaitu : persentase

komisaris independen (PCTONBD), persentase anggota komite audit independen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

(PCTONAUD), hubungan pribadi atau bisnis keluar (REL), ukuran dewan direksi

(BDSIZE), adanya pencalonan independen, corporate governance, dan komite

eksekutif (COMM), usia pensiun dewan direksi (RETAGE), frekuensi rapat

komite audit selama satu tahun pajak (NCMTGAUDIT), dan frekuensi rapat

dewan direksi selama satu tahun pajak (NUMBDMTG). Dari kedelapan variabel

tersebut akan dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut

yaitu : (1) kelompok bebas (PCTONBD, PCTONAUD, REL), (2) kelompok

struktur dewan (BDSIZE, COMM, RETAGE), (3) kelompok aktivitas dewan

(NCMTGAUDIT, NUMBDMTG). Pengelompokkan ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya (Kanagaretnam dkk, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti akan

berfokus pada kelompok ketiga yaitu kelompok aktivitas dewan perusahaan.

Aktivitas dewan adalah jumlah dewan dan komite audit melakukan

pertemuan atau rapat selama satu tahun. Aktivitas dewan dapat dilihat dari

frekuensi rapat dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit setiap tahunnya.

Pemilihan kelompok ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yaitu frekuensi

aktivitas dewan dan komite audit secara efektif memonitor manajemen (Conger

dkk, 1998 dalam Kanagaretnam dkk, 2007), manajemen laba suatu perusahaan

akan lebih rendah bila aktivitas dewan dan komite auditnya cukup sering (Xie

dkk, 2003). Karena ada hubungan negatif antara tingkat manajemen laba dan

pengungkapan perusahaan (Lobo dan Zhou, 2001), maka penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba akan lebih besar bagi perusahaan yang

dewan dan komite auditnya sering mengadakan pertemuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

a. Dewan Perusahaan

Menurut FCGI (2002), terdapat 2 sistem yang berkaitan dengan bentuk

dewan dalam perusahaan, yaitu one tier system (sistem satu tingkat) dan two tiers

system (sistem dua tingkat).

Sistem satu tingkat dimiliki oleh negara yang menganut sistem hukum

Anglo – Saxon. Dalam hal ini perusahaan hanya mempunyai satu dewan direksi

yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior

(direktur eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh

waktu (non direktur eksekutif), dimana non direktur eksekutif diangkat karena

kebijakan, pengalaman dan relasinya. Negara – negara dengan one tier system

misalnya Amerika Serikat dan Inggris.

Gambar 2.1 Struktur Board of Director dalam One Tier System (sumber: FCGI, 2002)

Sementara itu, untuk two tiers system dimiliki oleh negara yang menganut

sistem hukum kontinental Eropa. Dalam hal ini perusahaan mempunyai 2 badan

terpisah yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan

direksi). Tugas dewan direksi adalah mengelola dan mewakili perusahaan

General Meeting of the Shareholders (GMoS)

Boards of Directors

Executive Director

Non-Executive Director

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dibawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dalam sistem ini anggota

dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh dewan komisaris.

Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan

menjawab hal – hal yang diajukan oleh dewan komisaris. Tugas dewan komisaris

utama adalah bertanggungjawab untuk mengawasi tugas – tugas manajemen.

Dalam hal ini dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas – tugas

manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi – transaksi

dengan pihak ketiga. Anggota dewan komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS). Negara – negara dengan two tiers system

adalah Denmark, Jerman, Belanda dan Jepang. Sebagai akibat penjajahan Belanda

sistem hukum di Indonesia mengadopsi sistem hukum Belanda, maka hukum

perusahaan Indonesia menganut two tiers system untuk sistem dewan dalam

perusahaan.

Gambar 2.2 Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers

System yang diadopsi oleh Belanda (sumber: FCGI, 2002)

Menurut Herwidayatmo (2000), Indonesia menganut two tiers system

yang berarti bahwa komposisi dewan pengurus perseroan terdiri dari fungsi

eksekutif yaitu dewan direksi, dan fungsi pengawasan yaitu dewan komisaris.

General Meeting of The Shareholders (GMoS)

Board of Commissioner (BoC)

Board of Directors (BoD)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Berdasarkan kerangka hukum yang ada, fungsi independent directors pada single

– boards system dapat direpresentasikan dengan fungsi dewan komisaris pada two

– board system. Oleh karena itu, sistem pengawasan yang ada pada perusahan di

Indonesia terletak di dewan komisaris.

Gambar 2.3 Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers

System yang diadopsi oleh Indonesia (sumber: FCGI, 2002)

Agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif maka dewan perusahaan

dalam hal ini Dewan Komisaris dan Direksi harus melakukan pertemuan secara

berkala dan rapat tambahan bila dianggap perlu. Sehingga keberlangsungan

perusahaan dapat terjaga (corporate govenance guidelines, 2007).

b. Komite Audit

Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk

komite-komite. Salah satu komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris adalah

Komite Audit yang memiliki tugas terpisah dalam membantu Dewan Komisaris

untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan pengawasan secara

menyeluruh. Pada umumnya Komite Audit mempunyai tanggung jawab pada tiga

bidang (FCGI, 2002), yaitu :

1. Laporan Keuangan (Financial Reporting);

2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance);

3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control).

Dewan Komisaris

Dewan Direksi

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Pada tahun 2000, BAPEPAM mengeluarkan surat edaran agar emiten/

perusahaan memiliki komite audit. Keberadaan komite audit dalam suatu

perusahaan berfungsi untuk meningkatkan pengendalian dalam perusahaan

(Forker, 1992). Komite audit merupakan suatu variabel yang dapat digunakan

untuk memonitor kinerja perusahaan dan mempengaruhi keputusan manajer

(Menon dan Williams, 1994). Komite audit mempunyai tugas memberikan

pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan

atau hal – hal yang disampaikan oleh direksi (Herwidayatmo, 2000).

Dalam menjalankan tugasnya, komite audit harus mengadakan rapat secara

periodik dan dapat mengadakan rapat-rapat tambahan atau khusus bila diperlukan,

sesuai dengan Guidelines on Corporate Governance dan Kanagaretnam (2007).

Dalam hal ini, komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan

ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar

perusahaan (Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam

peraturan Nomor IX.1.5). Serta mengadakan rapat bersama dengan komisaris,

direksi dan auditor internal, seperti yang diungkapkan dalam audit committe

charter (2005) dan FCGI (2002).

B. Hubungan Aktivitas Dewan dengan Penurunan Asimetri Informasi

disekitar Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum dan Selama Krisis

Keuangan Global

Krisis global pada tahun 2008 yang melanda dunia disebabkan karena

pelaku bisnis yang tidak mengindahkan rambu-rambu bisnis yang sehat. Rambu-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

rambu bisnis yang sehat ini adalah tata kelola perusahaan yang baik (good

corporate governance). Tidak diindahkannya good corporate governance ini

ditandai dengan kurangnya transparansi oleh pihak manajemen terhadap para

stakeholders. Sehingga ada kesenjangan informasi (asimetri informasi) antara

manajemen dengan stakeholders pada periode sebelum krisis global. Setelah krisis

global yang melanda, perusahaan semakin meningkat kualitas dari laporan

keuangannya sebagai upaya memenuhi permintaan stakeholders akan informasi

perusahaan. Hal ini dalam upaya untuk melindungi diri dari berbagai

kemungkinan yang tidak diharapkan.

Asimetri informasi terjadi karena agent mempunyai informasi yang lebih

banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang dibandingkan

principal. Kondisi ini menimbulkan tata kelola perusahaan yang kurang sehat

karena tidak adanya keterbukaan dari agent untuk mengungkapkan hasil

kinerjanya kepada principal sebagai pemilik perusahaan (Arifin, 2005).

Brown dan Hillegeist (2003) dalam Wisnumurti (2010) menyatakan bahwa

asimetri informasi di pasar terjadi karena satu atau lebih investor memiliki

informasi private tentang nilai perusahaan dan investor lainnya tidak. Hal ini

mengindikasikan rendahnya keterbukaan dalam pengungkapan informasi

perusahaan.

Untuk menjawab permasalahan ini, kualitas disclosure (pengungkapan)

dapat menjadi solusi untuk menurunkan dorongan untuk mencari informasi

private melalui penurunan harapan karena perolehan informasi private. Mengacu

kepada Hendriksen dan Breda (1992) yang berpendapat bahwa disclosure dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

laporan keuangan mengandung arti untuk menyajikan informasi yang berguna

membantu beroperasinya pasar modal secara efisien. Sehingga dengan

meningkatnya disclosure akan menurunkan asimetri informasi (Welker, 1995).

Selain itu, Diamond (1985) dalam Kanagaretnam dkk (2007) dan Verrecchia

(2001) mengungkapkan bahwa voluntary disclosure bisa menurunkan asimetri

informasi bagi investor.

Lebih lanjut, praktik disclosure yang baik didukung adanya praktik good

corporate governance yang baik pula. Pernyataan ini didukung oleh temuan

Khomsiyah (2003) yang menyatakan bahwa semakin baik implementasi corporate

governance, maka semakin banyak pula informasi yang diungkapkan oleh

perusahaan dalam laporan tahunan. Selain itu, corporate governance dipandang

sebagai cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggung jawab masing-

masing kelompok stakeholder dalam sebuah perusahaan dimana transparansi

merupakan indikator utama standar corporate governance dalam sebuah ekonomi

(Ho dan Wong, 2001). Corporate governance diperkenalkan untuk mengontrol

masalah keagenan dan memastikan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan

harapan para pemegang saham. Sehingga corporate governance memiliki

pengaruh terhadap penurunan asimetri informasi, terutama disaat pengumuman

laba (Kanagaretnam dkk, 2007). Karena pada saat melakukan pengumuman laba,

diharapkan terjadi keseimbangan distribusi informasi, sehingga tidak ada

informasi private yang terjadi. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya

mengenai asimetri informasi disekitar pengumuman laba (Krinsky dan Lee, 1996

dalam Rahmawati dkk, 2006 ; Libby dkk, 2002).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Salah satu kelompok corporate governance yang diungkapkan dalam

penelitian Kanagaretnam dkk (2007) adalah aktivitas dewan perusahaan. Aktivitas

dewan perusahaan merupakan jumlah dewan perusahaan dan komite audit

melakukan pertemuan selama satu tahun. Semakin tinggi aktivitas dewan maka

peningkatan asimetri informasi disekitar pengumuman laba lebih kecil

(Kanagaretnam dkk, 2007). Frekuensi aktivitas dewan dan komite audit secara

efektif memonitor manajemen (Conger dkk, 1998 dalam Kanagaretnam dkk,

2007), manajemen laba suatu perusahaan akan lebih rendah bila aktivitas dewan

dan komite auditnya cukup sering (Xie dkk, 2003). Karena ada hubungan negatif

antara tingkat manajemen laba dan pengungkapan perusahaan (Lobo dan Zhou,

2001), maka penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba akan lebih

besar bagi perusahaan yang dewan dan komite auditnya sering mengadakan

pertemuan. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dari laporan keuangan

yang dimiliki perusahaan, maka dewan perusahaan akan meningkatkan jumlah

aktivitas atau pertemuan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan

peranannya dalam pengawasan.

C. Kerangka Konseptual

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap

pertama yaitu melihat bagaimana pengaruh aktivitas dewan suatu perusahaan

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba untuk periode

sebelum krisis (2007) dan selama krisis (2008). Tahap kedua yaitu melihat apakah

ada perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

periode krisis dan sebelum krisis. Berikut ini adalah kerangka konseptual yang

menggambarkan penelitian ini dan bagaimana hubungan antarvariabelnya :

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian

D. Pengembangan Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji implementasi aktivitas

dewan perusahaan (frekuensi rapat Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan

Komite Audit) terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba

pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global, dengan firm size sebagai

variabel kontrol. Selain itu, pengujian hipotesis juga dilakukan untuk mengetahui

apakah ada perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba

Variabel Dependen Variabel Independen

Tahap I

Tahap II

Asimetri Informasi

(Y)

Aktivitas Dewan (2007 & 2008): 1. Frekuensi rapat dewan komisaris (X1) 2. Frekuensi rapat dewan direksi (X2) 3. Frekuensi rapat komite audit (X3)

Variabel Kontrol

Firm Size

Asimetri Informasi 2007 Asimetri Informasi 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global sebagai akibat adanya

perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan. Berikut ini pengembangan

hipotesis yang dilakukan :

1. Pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi

disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan

global

Sejak adanya krisis keuangan di berbagai negara di tahun 1997-

1998 yang diawali krisis di Thailand (1997), Jepang, Korea, Indonesia,

Malaysia, Hongkong dan Singapura yang akhirnya berubah menjadi krisis

keuangan Asia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktik good corporate

governance (GCG) di negara-negara Asia (Arifin, 2005). Kajian yang

dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) dalam Arifin (2005)

menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di

Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi, kedua

tidak efektifnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris, ketiga inefisiensi dan

rendahnya transparansi mengenai prosedur merger dan akuisisi perusahaan,

keempat terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan ekternal, dan

kelima ketidakmemadainya pengawasan oleh para kreditor.

Untuk mengatasi hal ini, pada tahun 1999, Komite Nasional

Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk berdasarkan

Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah

mengeluarkan pedoman good corporate governance (GCG) yang pertama.

Selain itu, penerapan GCG juga didukung oleh PT BEI dan Bapepam-LK,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

yang mengeluarkan peraturan-peraturan guna mendukung implementasi GCG

di Indonesia (Taridi, 2009). Beberapa aturan yang dikeluarkan, antara lain :

6. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-03/PM/2000 tentang Komite

Audit yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap

emiten.

7. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-40/PM/2003 yang dijelaskan

dalam peraturan Nomor VII.G.11 tentang tanggung jawab direksi atas

laporan keuangan.

8. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-45/PM/2004 yang

dijelaskan dalam peraturan Nomor IX.I.5 tentang pembentukan dan

pedoman pelaksanaan kerja komite audit.

9. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-45/PM/2004 yang dijelaskan

dalam peraturan Nomor IX.I.6 tentang Direksi dan Komisaris pada emiten

dan perusahaan publik.

10. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-134/BL/2006 yang dijelaskan

dalam peraturan Nomor X.K.6 tentang kewajiban penyampaian laporan

tahunan bagi emiten dan perusahaan publik.

Dengan adanya peraturan ini, maka setiap emiten harus memiliki

komite audit diluar komisaris dan direksi. Dewan komisaris memiliki

kewenangan untuk mengatur pembayaran CEO, sedangkan komite audit

mengawasi proses pelaporan keuangan (Laux, Christian dan Volker Laux,

2009). Keberadaan komite audit juga meningkatkan aktivitas pengawasan

(Forker, 1992). Karena bertugas untuk mengawasi proses pelaporan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

keuangan, komite auidt harus memiliki pengetahuan tentang keuangan atau

pengetahuan umum tentang ekonomi perusahaan secara umum, operasi, dan

risiko keuangan (Vera-Munoz, 2005). Walaupun komite audit bekerja untuk

manajemen perusahaan, tetapi komite audit harus tetap independen. Sikap

independen dari komite audit ini dapat mempengaruhi kinerja perusahaan

atau kesejahteraan para investor (Turley dan Zaman, 2004).

Dengan demikian, komite audit dan dewan komisaris yang ada di

perusahaan dapat mengurangi asimetri informasi yang terjadi dengan

meningkatkan kemampuan manajemen dalam melaporkan kondisi keuangan

yang ada. Dewan komisaris dan komite audit yang lebih sering melakukan

pertemuan dapat lebih efektif dalam memonitor manajemen (Conger dkk,

1998 dalam Kanagaretman dkk, 2007). Xie dkk (2003) menyatakan bahwa

tingkat manajemen laba lebih rendah bagi perusahaan yang direksinya lebih

sering bertemu. Dengan rendahnya tingkat manajemen laba maka kualitas

laba juga akan meningkat dan akhirnya asimetri informasi akan menurun

(Wisnumurti, 2010). Dengan adanya pengawasan dari dewan komisaris dan

komite audit, diharapkan dewan direksi yang bertanggung jawab atas

kelangsungan operasi perusahaan dapat mengurangi praktik-praktik yang

dapat merugikan principal. Dari uraian tersebut, dapat ditarik hipotesis :

H1a : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Komisaris

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan

global.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

H1b : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Direksi

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan

global.

H1c : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Komite Audit

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan

global.

2. Pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi

disekitar pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan global

Pada tahun 2008, dunia dilanda krisis keuangan global. Krisis

keuangan tahun 2008 ini sama seperti krisis pada tahun 1998 disebabkan

karena rendahnya keterbukaan perusahaan kepada para pemegang saham.

Sehingga muncul kesenjangan informasi antara manajemen dengan pemegang

saham. Walupun, di Indonesia baik dari pemerintah maupun dari pihak

swasta berusaha untuk menanggulangi krisis dengan memperbaiki corporate

governance tapi pada kenyataannya praktik GCG di Indonesia masih rendah

(Herwidayatmo, 2000).

Setelah krisis global yang melanda, perusahaan semakin meningkat

kualitas dari laporan keuangannya sebagai upaya memenuhi permintaan

stakeholders akan informasi perusahaan. Hal ini dalam upaya untuk

melindungi diri dari berbagai kemungkinan yang tidak diharapkan. Upaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

yang dilakukan oleh perusahaan bisa berupa meningkatkan aktivitas dewan

perusahaan.

Frekuensi aktivitas dewan dan komite audit secara efektif

memonitor manajemen (Conger dkk, 1998 dalam Kanagaretnam dkk, 2007),

manajemen laba suatu perusahaan akan lebih rendah bila aktivitas dewan dan

komite auditnya cukup sering (Xie dkk, 2003). Karena ada hubungan negatif

antara tingkat manajemen laba dan pengungkapan perusahaan (Lobo dan

Zhou, 2001), maka penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba

akan lebih besar bagi perusahaan yang dewan dan komite auditnya sering

mengadakan pertemuan. Hal ini diperkuat dengan adanya tekanan di masa

krisis. Karena pada dasarnya manusi menghindari risiko (Arifin, 2005)

sehingga untuk menghindari risiko krisis, dewan perusahaan akan

meningkatkan aktivitasnya. Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis :

H2a : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Komisaris

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan

global.

H2b : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Direksi

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan

global.

H2c : Terdapat pengaruh frekuensi rapat Dewan Direksi

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

pengumuman laba pada periode selama krisis keuangan

global.

3. Perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba

pada periode sebelum dan selama krisis keuangan global akibat adanya

perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan

Dari penjelasan pengembangan hipotesis 1 dan 2, dan adanya sifat

dasar manusia yang menghindari risiko sehingga berdampak pada perubahaan

aktivitas dewan perusahaan. Perbedaan aktivitas dewan pada periode sebelum

krisis dengan selama krisis akan berpengaruh pada perbedaan penurunan

asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada kedua periode ini.

Berdasar pada pemikirian ini, peneliti mengajukan hipotesis :

H3 : Terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi

disekitar pengumuman laba pada periode sebelum

krisis dan selama krisis keuangan global akibat adanya

perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Setelah membahas tentang tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis

di BAB II, maka di BAB III akan dibahas bagaimana metodologi penelitian yang

akan dilakukan. Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai desain penelitian,

populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan

data, pengukuran variabel, dan metode analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis yang bertujuan untuk

menguji hipotesis yang diajukan peneliti mengenai pengaruh aktivitas dewan

sebuah perusahaan, dimana dalam hal ini digambarkan dengan frekuensi rapat

dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit selama satu tahun, terhadap

penurunan asimetri informasi pada periode sebelum krisis dan selama krisis

keuangan global. Serta menguji hipotesis mengenai apakah terdapat perbedaan

atas penurunan asimetri informasi selama periode krisis dan sebelumnya.

Pengujian hipotesis harus dapat menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau

menentukan perbedaan antarkelompok atau kebebasan (independensi) dua atau

lebih faktor dalam suatu situasi (Sekaran, 2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) kecuali yang bergerak di bidang keuangan (bank, sekuritas

dan asuransi) pada tahun 2007 sebanyak 239 perusahaan dan 2008 sebanyak 322

perusahaan. Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memiliki aturan-aturan

tambahan seperti tambahan aturan dari Bank Indonesia atau Departemen

Keuangan. Sehingga perusahaan jenis ini berbeda dari perusahaan jenis lain yang

tidak memiliki aturan tambahan. Djarwanto dan Subagyo (1993) menyatakan

sampel merupakan sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan

dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini ditentukan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu

sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian. Kriteria yang

digunakan untuk memilih sampel adalah :

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI kecuali perusahaan yang bergerak di bidang

keuangan (bank, sekuritas, dan asuransi) selama 2007-2008.

2. Perusahaan yang mengeluarkan laporan tahunan (annual reports) pada tahun

2007-2008.

3. Perusahaan yang menyediakan informasi mengenai frekuensi rapat komisaris,

direksi dan komite audit.

4. Perusahaan yang melakukan pengumuman laba tahunannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

5. Perusahaan yang tidak mempunyai pengumuman lain (corporate action)

seperti merger, akuisisi, stock split, dan pengumuman lainnya pada periode di

sekitar pengumuman laba.

6. Perusahaan yang memiliki asimetri informasi bernilai negatif untuk tahun

2007-2008.

Kriteria diatas digunakan karena tidak semua perusahaan yang terdaftar di

BEI mengeluarkan informasi yang dibutuhkan dalam hal ini, laporan tahunan

serta informasi tentang kegiatan dewan perusahaan. Sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah 41 perusahaan untuk tahun 2007 dan 76 perusahaan untuk

tahun 2008. Jumlah sampel yang digunakan telah sesuai yaitu ukuran sampel lebih

dari 30 dan kurang dari 500 (Roscoe, 1975 dalam Sekaran, 2006).

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pemilihan

data sekunder dalam penelitian ini dimaksudkan agar hasil yang akan diperoleh

dalam penelitian dapat diandalkan. Jenis data sekunder yang diperlukan dalam

penelitian ini meliputi :

1. Data tentang nama perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2008, data

ini diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory tahun 2007-2008.

2. Data tentang jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris, direksi dan

komite audit selama satu tahun, data ini diperoleh dari laporan tahunan yang

dikeluarkan perusahaan. Laporan tahunan dipilih karena dianggap memiliki

kredibilitas yang tinggi (Zeghal dan Ahmed, 1999 dalam Cety, 2010), selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

itu lewat laporan tahunan stakeholder dapat memperoleh informasi utama

yang pasti (Deegan dan Rankin, 1997 dalam Cety, 2010). Laporan tahunan

perusahaan diperoleh melalui situs www.idx.co.id dan dari situs perusahaan

sampel.

3. Data tentang tanggal pengumuman laba tahunan dari perusahaan sampel.

Data ini diperoleh dari www.idx.co.id, Pojok BEI Fakultas Ekonomi,

Universitas Sebelas Maret dan Pusat Data Fakultas Ekonomi Bisnis,

Universitas Gajah Mada.

4. Data tentang ask bid saham perusahaan sampel. Data ini diperoleh dari Pojok

BEI, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret.

5. Data tentang total aset yang dimiliki perusahaan. Data ini diperoleh dari

laporan tahunan masing-masing perusahaan.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini dan bagaimana pengukurannya.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah asimetri informasi.

Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai informasi

yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang

dibandingkan principal (Wisnumurti, 2010). Asimetri informasi juga bisa

diartikan sebagai kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih

banyak daripada pihak lain (Wikipedia).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Asimetri informasi dalam penelitian ini diukur dengan ask-bid spread. Hal

ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Kanagaretnem dkk

(2007). Ask-bid spread dirumuskan dengan

SPREAD = (ask price-bid price)/((ask price + bid price)/2)

Untuk mengetahui penurunan asimetri informasi selama satu tahun

digunakan rumus sebagai berikut :

Y = SPREAD Periode Window – SPREAD Periode Nonwindow

Periode window terjadi selama dua hari sebelum dan dua hari setelah

pengumuman laba perusahaan, sedangkan periode nonwindow adalah periode dua

hari menjelang empat minggu sebelum pengumuman laba perusahaan

(Kanagaretnam dkk, 2007).

2. Variabel Independen

a. Frekuensi rapat komisaris

Frekuensi rapat komisaris merupakan jumlah rapat yang dilakukan

oleh dewan komisaris perusahaan selama satu tahun. Dewan komisaris harus

memiliki jadwal rapat yang tetap dan rapat tambahan bila diperlukan pada

waktu yang tepat (Guidelines on Corporate Governance). Variabel ini juga

sesuai dengan penelitian Kanagaretnam dkk (2007).

b. Frekuensi rapat direksi

Frekuensi rapat direksi merupakan jumlah rapat yang dilakukan oleh

dewan direksi perusahaan dalam satu tahun. Tanggung jawab yang dibawa

oleh dewan direksi sangatlah besar yaitu untuk mengarahkan dan mewakili

perusahaan dibawah pengawasan dewan komisaris (FCGI, 2002) oleh karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

itu dewan direksi harus memiliki jadwal rapat yang tetap dan rapat tambahan

bila diperlukan (Guidelines on Corporate Governance). Rapat dapat

dilaksanakan oleh anggota direksi maupun rapat gabungan dengan komisaris

maupun komite audit. Variabel ini merupakan variabel tambahan diluar

variabel yang digunakan dalam penelitian Kanagaretnam dkk. (2007).

c. Frekuensi rapat komite audit

Frekuensi rapat komite audit adalah jumlah rapat yang dilakukan oleh

komite audit selama satu tahun. Dalam menjalankan tugasnya, komite audit

harus mengadakan rapat secara periodik dan dapat mengadakan rapat-rapat

tambahan atau khusus bila diperlukan, sesuai dengan Guidelines on

Corporate Governance dan Kanagaretnam dkk (2007). Dalam hal ini, komite

audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal

rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan

(Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam peraturan

Nomor IX.1.5). Serta mengadakan rapat bersama dengan komisaris, direksi

dan auditor internal, seperti yang diungkapkan dalam audit committe charter

(2005) dan FCGI (2002).

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol digunakan untuk melengkapi atau mengontrol hubungan

kausal yang terjadi sehingga dapat didapatkan model empiris yang lebih baik dan

lebih lengkap (Hartono, 2004 dalam Cety, 2010). Dalam penelitian ini digunakan

satu variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (firm size).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Dalam kerangka teori agensi, apabila ukuran perusahaan lebih besar, maka

biaya keagenan yang dikeluarkan juga lebih besar. Sehingga untuk mengurangi

biaya keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi

yang lebih luas (Wisnumurti, 2010). Oleh karena itu, dengan mengungkapkan

informasi pada saat pengumuman laba, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan

informasi antara agent dan principal.

Penggunaan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol sejalan dengan

penelitian sebelumnya King dkk. (1992), Lang dan Lundholm (1993) dalam

Subiyantoro dan Hatane (2007), Kanagaretnam dkk (2007) serta Waryanto

(2010). Ukuran perusahaan (firm size) diukur dengan menggunakan total aset

yang dimiliki perusahaan. Total aset digunakan sebagai ukuran perusahaan karena

dapat mencerminkan ukuran yang sebenarnya, terdiri dari aset lancar dan tidak

lancar. Total aset perusahaan akan ditransformasikan kedalam bentuk logaritma

dengan tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain, karena nilai dari total aset

cenderung lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lain dalam

penelitian ini (Kanagaretnam dkk, 2007; Waryanto, 2010). Ukuran perusahaan

diukur sebagai berikut :

SIZE = log (total aset)

E. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik, dan

pengujian hipotesis. Pengujian digunakan dengan menggunakan software SPSS

release 16.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik harus dilakukan untuk menghindari terjadinya estimasi

yang bias, hal ini dikarenakan tidak semua data dapat diterapkan regresi. Uji

asumsi klasik terdiri dari uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji

heteroskedastisitas dan uji normalitas.

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independennya (Ghozali, 2009).

Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerence dan nilai variance inflation

factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

adanya multikolonieritas adalah nilai tolerence ≤ 0,10 atau sama dengan nilai

VIF ≥ 10. Jadi bila nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10 maka diantara

variabel independennya tidak terdapat multikolonieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2009). Untuk menguji ada tidaknya

autokorelasi dapat digunakan Durbin-Watson (DW test).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 3.1

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No desicion dl ≤ d ≤du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No desicion 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif

Tidak ditolak du < d < 4-du

Sumber : Ghozali, 2009

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain (Ghozali, 2009). Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas

menggunakan uji glejser. Tidak terjadi heteroskedastisitas jika nilai

signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009).

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah One Sample

Kolmogorov – Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika signifikansi

variabel dependen memiliki nilai signifikansi lebih dari 5% atau 0,05. Data

penelitian yang baik adalah yang terdistribusi secara normal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2. Pengujian Hipotesis

Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, peneliti akan

melakukan serangkaian tahap untuk menghitung dan mengolah data tersebut,

sehingga dapat mendukung hipotesis yang ada. Berikut ini serangkaian tahap yang

dilakukan peneliti :

a. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 2

dari penelitian ini. Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan peneliti :

1) Menghitung SPREAD periode window dan nonwindow untuk tahun 2007-

2008.

2) Menghitung asimetri informasi (y) untuk tahun 2007-2008. Yang

digunakan hanya (y) yang bernilai negatif. Tanda negatif ini menunjukkan

penurunan asimetri informasi yang terjadi.

3) Menghitung jumlah rapat yang dilakukan dewan komisaris, direksi, dan

komite audit selama satu tahun.

4) Menghitung model regresi.

Metode regresi berganda digunakan untuk menguji model yang

diajukan peneliti. Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Asimetri informasi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4SIZE + ɛ

Keterangan :

β = Koefisien Regresi

X1 = Frekuensi Rapat Komisaris

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

X2 = Frekuensi Rapat Direksi

X3 = Frekuensi Rapat Komite Audit

SIZE = Ukuran Perusahaan

ɛ = Error

a) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2009). Bila nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.

b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua

variabel independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali,

2009). Langkah-langkahnya sebagai berikut:

· Menentukan hipotesis

H 0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0

H a : b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹ b4 ¹ 0

· Menentukan F tabel dengan tingkat signifikan 0,05

· Mengitung F hitung dengan komputer dan kemudian membandingkan

dengan F tabel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Kriteria pengujian:

· Bila nilai signifikan > nilai alpha (5% atau 1% atau 10%), berarti

variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen. F hitung < F tabel , Ho diterima dan Ha ditolak,

model regresi tidak signifikan.

· Bila nilai signifikan < nilai alpha (5% atau 1% atau 10%), maka

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen, Ho ditolak, dan jika Ha diterima, maka F hitung >

F tabel model regresi signifikan.

c) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara

parsial / bagian mempengaruhi variabel dependen dengan asumsi variabel

independen lainnya konstan.

Kriteria pengujian:

· Bila nilai signifikan > alpha (5% atau 1% atau 10%), berarti variabel

independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

· Bila nilai signifikan < nilai alpha (5% atau 1% atau 10%), berarti

variabel independen secara individual berpengaruh terhadadap variabel

dependen.

b. Paired Samples T Test

Paired Samples T Test digunakan untuk menguji hipotesis ke-3 dari

penelitian ini. Paired Samples T Test digunakan untuk menguji apakah ada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan. Kriteria pengujian yang

dilakukan yaitu :

1) Jika probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak jadi variance sama.

Dalam hal ini, tidak terdapat perbedaan pengaruh dari variabel satu

terhadap variabel lain.

2) Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak jadi variance berbeda. Dalam

hal ini, terdapat perbedaan pengaruh dari variabel satu terhadap variabel

lain.

Selain melihat nilai signifikansi, peneliti juga melihat nilai adjusted R2

dan koefisien proxy aktivitas dewan untuk melihat pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis

dan pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan selama penelitian. Model

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dan paired

sample t-test dengan bantuan program SPSS release 16 untuk sistem operasi

windows.

A. Deskriptif Data

Deskripsi data data pada bagian ini akan membahas mengenai seleksi

sampel dan statistik deskriptif dari penelitian ini.

1. Seleksi Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun

2007 dan 2008 serta harga ask-bid saham pada periode window dan nonwindow

tahun 2007 dan 2008. Annual report perusahaan diperoleh dari situs

www.idx.co.id dan dari situs masing-masing perusahaan sampel. Untuk harga

ask-bid saham diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia, Fakultas Ekonomi,

Universitas Sebelas Maret. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 dan 2008.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampel.

Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memenuhi kriteria

seperti yang disebutkan pada BAB III. Berikut ini adalah ringkasan jumlah sampel

yang diperoleh :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tabel 4.1

Kriteria Pengambilan Sampel

Keterangan 2007 2008

Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI 343 393

Jumlah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan (104) (71)

Jumlah perusahaan yang bergerak di bidang nonkeuangan 239 322

Jumlah perusahaan yang tidak mengeluarkan laporan

tahunan

(91) (171)

Jumlah perusahaan yang mengeluarkan laporan tahunan 148 151

Jumlah perusahaan yang tidak mengalami penurunan

asimetri informasi

(107) (75)

Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 41 76

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari seluruh perusahaan yang

terdaftar di BEI pada tahun 2007 yaitu sebanyak 343, 239 perusahaan yang

bergerak di bidang nonkeuangan dan 148 perusahaan diantaranya mengeluarkan

laporan tahunan. Dari 148 perusahaan terdapat 107 perusahaan yang tidak

mengalami penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba (spread-nya

bernilai positif), dan terdapat 41 perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Untuk tahun 2008, terdapat 393 perusahaan yang terdaftar di BEI, 322

perusahaan bergerak di bidang nonkeuangan dan 151 perusahaan diantaranya

mengeluarkan laporan tahunan, dari 151 perusahaan tersebut terdapat 75

perusahaan yang tidak mengalami penurunan asimetri informasi (spread-nya

positif). Sehingga terdapat 76 sampel perusahaan yang memenuhi kriteria.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Sampel yang digunakan pada penelitian adalah 41 untuk tahun 2007 dan 76

untuk tahun 2008. Jumlah sampel yang digunakan telah sesuai yaitu ukuran

sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 (Roscoe, 1975 dalam Sekaran, 2006).

2. Statistik Deskriptif

Ask bid spread saham dalam penelitian ini bertindak sebagai variabel

dependen diperoleh dengan menggunakan persamaan :

SPREAD = (ask price-bid price)/((ask price + bid price)/2)

Frekuensi rapat dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit merupakan

variabale independen dalam penelitian ini. Berikut ini adalah hasil statistik

deskriptif untuk regesi tahap pertama atau tahun 2007 :

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Independen

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Frek.Rapat Komisaris 41 2 16 7.54 4.267

Frek. Rapat Direksi 41 3 26 9.83 5.513

Frek. Rapat Komite

Audit

41 2 17 7.68 4.558

Size Perusahaan 41 10.39 14.52 12.2556 .83181

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa frekuensi rapat dewan komisaris

terendah yaitu sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Perusahaan dengan frekuensi

rapat dewan komisaris terendah yaitu PT United Tractor Tbk., PT Tempo Inti

Media Tbk., PT Derma Henwa Tbk., dan PT Matahari Putra Prima Tbk.. Untuk

frekuensi rapat dewan komisaris tertinggi yaitu sebanyak 16 kali dalam satu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

tahun. Terdapat 4 perusahaan yang dewan komisarisnya melakukan rapat

sebanyak 16 kali dalam satu tahun, yaitu PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.,

PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia

(Persero) Tbk., dan PT AGIS Tbk.. Rata-rata jumlah rapat dewan komisaris dalam

satu tahun dari 41 sampel yaitu 7,54 atau 8 kali. Ada 21 perusahaan yang rapat

dewan komisarisnya kurang dari rata-rata jumlah rapat dewan komisaris.

Jumlah rapat dewan direksi terendah dari 41 sampel adalah 3 kali dalam

satu tahun. Terdapat tiga perusahaan yang memiliki jumlah rapat direksi

minimum, yaitu PT Inter Delta Tbk., PT United Tractor Tbk., dan PT Lautan Luas

Tbk. Jumlah maksimal rapat dewan direksi adalah 26 kali dalam satu tahun, yaitu

PT Lippo Karawaci Tbk.. Rata-rata jumlah rapat dewan direksi dalam satu tahun

dari 41 sampel perusahaan adalah 9,83 atau 10 kali dalam satu tahun. Terdapat 18

perusahaan yang memiliki jumlah rapat dewan direksi diatas rata-rata.

Komite audit dari 41 sampel perusahaan rata-rata melakukan rapat

sebanyak 7,68 kali atau 8 kali dalam satu tahun. Terdapat 22 perusahaan yang

komite auditnya melakukan rapat dibawah rata-rata. Jumlah rapat minimum yang

dilakukan adalah sebanyak 2 kali dalam satu tahun. PT Inter Delta Tbk. dan PT

Rig Tenders Indonesia Tbk. adalah dua perusahaan yang memiliki jumlah rapat

komite audit minimum. Jumlah rapat maksimum adalah 17 kali dalam satu tahun.

PT Lippo Karawaci Tbk. dan PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.

adalah dua perusahaan yang komite auditnya melakukan rapat sebanyak 17 kali

dalam satu tahun.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Size perusahaan dalam penelitian ini merupakan variabel kontrol. Size

perusahaan diwakili oleh log aktiva perusahaan. Ukuran perusahaan terkecil

dalam periode krisis adalah 10,39 (24.287.000.000) yaitu PT Inter Delta Tbk..

Sedangkan perusahaan terbesar adalah 14,52 (331.062.225.000.000) yaitu PT

Merck Tbk.. Rerata size perusahaan adalah 12,25. Terdapat 19 perusahaan yang

memiliki aktiva dibawah rerata dan 22 perusahaan lainnya memiliki aktiva diatas

rearata.

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Variabel Dependen

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Ask Bid Spread 41 -.8000 .0000 -.087958 .1955243

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari data diatas, diketahui bahwa asimetri informasi yang diproksikan

dengan ask-bid spread memiliki nilai terendah -0,8 yaitu penurunan asimetri

terkecil dari total 41 sampel. Perusahaan yang memiliki penurunan asimetri

informasi terendah ini adalah PT Inter Delta Tbk.. Hal ini tampak pada fluktuasi

harga saham PT Inter Delta Tbk baik pada periode window maupun nonwindow

dimana hampir semua data bid menunjukkan nilai 0, hal ini mengindikasikan para

investor tidak memperoleh cukup informasi. Selain itu, penurunan asimetri

informasi terendah ini juga didukung dengan minimumnya frekuensi rapat dewan

direksi dan komite audit, serta jumlah aktiva yang kecil seperti yang telah

dipaparkan pada statistik deskriptif variabel independen sebelumnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Sedangkan penurunan asimetri informasi terbesar yaitu -0,0001. Ada dua

perusahaan dengan penurunan asimetri informasi sebesar -0,0001 yaitu PT

Multipolar Tbk. dan PT Trias Sentosa Tbk.. Kedua perusahaan ini memiliki harga

ask dan bid yang hampir sama baik antara periode window maupun nonwindow,

hal ini menunjukkan bahwa investor menangkap sinyal perusahaan berdasarkan

informasi yang diungkapkan perusahaan. Rata-rata penurunan asimetri informasi

disekitar pengumuman laba pada periode 2007 adalah -0,087958. Terdapat 8

perusahaan yang memiliki nilai asimetri informasi dibawah rata-rata. Dari 8

perusahaan tersebut, 4 diantaranya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur. Dari 4 perusahaan manufaktur ini ada dua perusahaan yang memiliki

jumlah rapat dewan yang rendah pula, yaitu PT Inter Delta Tbk. yang dewan

direksi dan komite auditnya sangat minimum serta PT United Tractor Tbk. yang

dewan komisaris dan direksinya sangat jarang melakukan rapat dalam satu tahun.

Selanjutnya akan dibahas statistik deskriptif tahap kedua atau tahun 2008.

Berikut adalah hasil statistik deskriptif tahun 2008 :

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Variabel Independen

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Frek.Rapat Komisaris 72 2 23 9.68 5.267

Frek. Rapat Direksi 72 3 41 16.04 10.788

Frek. Rapat Komite

Audit

72 2 28 10.57 6.353

Size Perusahaan 72 8.79 14.52 12.2544 .95437

Sumber : Hasil Pengolahan Data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Sebelumnya diperoleh 76 sampel yang memenuhi karakteristik sampel

seperti yang disebutkan dalam Bab III, namun karena ada 4 data outlier maka

keempat data tersebut harus dikeluarkan dari sampel. Dari 72 sampel perusahaan,

rerata frekuensi rapat dewan komisaris adalah 9,68 atau 10 kali dalam satu tahun.

Terdapat 39 perusahaan yang dewan komisarisnya melakukan rapat dibawah

rerata. Jumlah rapat dewan komisaris minimum yaitu 2 kali dalam satu tahun,

terdapat 5 perusahaan yang dewan komisarisnya melakukan rapat sebanyak 2 kali

dalam setahun. Rapat terbanyak yang dilakukan dewan komisaris adalah 23 kali

dalam satu tahun, yaitu dewan komisaris PT Tambang Batubara Bukit Asam

(Persero) Tbk..

Rerata frekuensi rapat dewan direksi adalah 16,04 atau 16 kali dalam satu

tahun. 31 perusahaan memiliki frekuensi rapat dewan direksi diatas rerata dan 41

perusahaan memiliki frekuensi rapat dewan direksi dibawah rerata. Jumlah rapat

sebanyak 41 kali dalam satu tahun adalah jumlah rapat dewan direksi terbanyak

untuk sampel tahun 2008. Terdapat 3 perusahaan yang dewan direksinya

melakukan rapat sebanyak 41 kali dalam satu tahun. Jumlah rapat terendah yaitu 3

kali dalam satu tahun. Terdapat 3 perusahaan yang dewan direksinya melakukan

rapat 3 kali dalam satu tahun.

Komite audit pada sampel tahun 2008 memiliki rerata frekuensi rapat

sebanyak 10,57 kali atau 11 kali dalam satu tahun. Terdapat 30 perusahaan yang

komite auditnya melakukan rapat diatas rerata. PT Kalbe Farma Tbk. dan PT

Pembangunan Jaya Ancol Tbk. adalah dua perusahaan yang komite auditnya

melaksanakan rapat dalam jumlah terendah dari sampel yang ada yaitu 2 kali

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

dalam satu tahun. Sedangkan PT Total Bangun Persada Tbk. komite auditnya

melakukan rapat terbanyak dari sampel yang ada yaitu 28 kali dalam satu tahun.

Rerata size perusahaan dalam sampel tahun 2008 adalah 12,25. Terdapat

terdapat 40 perusahaan yang ukuran perusahaannya diatas rerata dan 32

perusahaan yang berukuran dibawah rerata. PT Merck Tbk. adalah perusahaan

dengan ukuran terbesar dalam sampel tahun 2008 yaitu 14,52

(331.062.225.000.000). Sedangkan PT Indorama Syntetics Tbk. adalah

perusahaan terkecil dalam sampel ini yaitu 8,79 (609.676.407).

Tabel 4.5

Statistik Deskriptif Variabel Dependen

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Ask Bid Spread 72 -1.4379 .0000 -.168243 .2939361

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa rerata penurunan asimetri informasi untuk

tahun 2008 adalah -0,17. Penurunan asimetri informasi terendah yaitu sebesar -

1,4379 yaitu PT Citra Kebun Raya Agri Tbk., perusahaan ini memiliki frekuensi

rapat dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, dan size perusahaan yang

rendah atau dibawah rerata. Hal ini indikasi informasi yang diungkapkan

perusahaan kurang maksimal sehingga pemegang saham belum dapat

memaksimalkan informasi yang diperolehnya. Penurunan asimetri informasi

terbesar yaitu -0,0001. Perusahaan yang memiliki penurunan asimetri informasi

sebesar itu adalah PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.. Fungsi pengawasan dewan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

komisaris dalam perusahaan ini bisa dikatakan efektif karena dengan frekuensi

rapat yang tinggi sehingga pengawasan yang diberikan lebih optimal, selain itu

ukuran perusahaan yang cukup besar (12,47 = 2.961.051.648.319), sehingga

pengungkapan informasi akan semakin besar pula.

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu :

dengan uji regresi berganda dan paired sample t-test.

1. Uji Asumsi Klasik

Sebagai prasyarat pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik

untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan

penaksiran koefisien regresinya efisien. Pengujian asumsi klasik terdiri dari

beberapa macam pengujian, meliputi: normalitas, multikolinieritas, autokorelasi,

dan heteroskedastisitas. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik. Berikut

ini adalah hasil pengujian asumsi klasik :

a. Uji Normalitas Data

Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

Komolgorov - Smirnov untuk mengetahui apakah nilai residual dari persamaan

regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk itu kriteria yang harus dipenuhi

adalah jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari nilai alpha 5% maka

variabel residual dinyatakan berdistribusi normal. Berikut hasil pengujian untuk

dua model persamaan regresi:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.6

Normalitas Data tahun 2007

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 41 Normal Parametersa Mean .0093284

Std. Deviation .14660281 Most Extreme Differences

Absolute .205 Positive .095 Negative -.205

Kolmogorov-Smirnov Z 1.309 Asymp. Sig. (2-tailed) .065 a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.7

Normalitas Data tahun 2008

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 72 Normal Parametersa Mean .0557853

Std. Deviation .24993736 Most Extreme Differences

Absolute .131 Positive .065 Negative -.131

Kolmogorov-Smirnov Z 1.116 Asymp. Sig. (2-tailed) .166 a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari tabel 4.6 dan 4.7, menunjukkan nilai probabilitas diatas 0,05, yaitu

sebesar 0,065 untuk tahun 2007, dan 0,166 untuk tahun 2008. Untuk data tahun

2008, data yang dapat dipergunakan hanya sebanyak 72 dari 76 sampel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terdapat 4 data yang termasuk dalam data

outlier.

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali,

2009). Pengujian terhadap multikolonieritas dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF. Berikut adalah hasil uji nilai

tolerance dan VIF :

Tabel 4.8

Nilai Tolerance dan VIF tahun 2007

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error

Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1.104 .410 -2.693 .011

Frek.Rapat Komisaris .018 .007 .402 2.695 .011 .852 1.174 Frek. Rapat Direksi .006 .006 .183 1.102 .278 .684 1.461 Frek. Rapat Komite Audit

-.003 .007 -.066 -.414 .681 .755 1.324

Aktiva .068 .033 .290 2.043 .048 .940 1.064 a. Dependent Variable: Ask Bid Spread

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Nilai Tolerance dan VIF tahun 2008

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error

Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1.329 .396 -3.352 .001 Frek.Rapat Komisaris .023 .007 .405 3.391 .001 .703 1.422 Frek. Rapat Direksi .006 .003 .234 2.205 .031 .893 1.120 Frek. Rapat Komite Audit

-.002 .005 -.049 -.426 .671 .773 1.293

Aktiva .070 .033 .229 2.162 .034 .894 1.119 a. Dependent Variable: Ask Bid Spread

Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel 4.8 dan 4.9 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen

yang mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,01 dan nilai VIF tidak ada yang

lebih dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa untuk regresi tahun 2007 dan 2008

tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independennya, maka model regresi

ini layak dipakai (Ghozali, 2009).

c. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terjadi di antara

variabel-variabel yang diteliti. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan uji

Durbin-watson (uji DW). Kriteria penerimaan uji DW bisa dilihat di Bab III. Bila

nilai DW diluar daerah penerimaan maka terjadi autokorelasi (Ghozali, 2009).

Berikut adalah hasil uji Durbin-Watson :

Tabel 4.10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Durbin-Watson tahun 2007

Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .564a .319 .243 .1701348 2.774 a. Predictors: (Constant), Aktiva, Frek. Rapat Komite Audit, Frek.Rapat Komisaris, Frek. Rapat Direksi b. Dependent Variable: Ask Bid Spread Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.11

Durbin-Watson tahun 2008

Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .574a .329 .289 .2478663 1.898 a. Predictors: (Constant), Aktiva, Frek. Rapat Direksi, Frek. Rapat Komite Audit, Frek.Rapat Komisaris b. Dependent Variable: Ask Bid Spread Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari tabel 4.10 dan 4.11 diketahui nilai durbin-watson (d) masing-masing

2,774 untuk sampel 41 dan 1,898 untuk sampel 72. Tidak terjadi autokorelasi bila

du < d < 4-du. Untuk tahun 2007, nilai du adalah 1,721 sehingga d = 2,772,

menunjukkan tidak terjadi autokorelasi. Sedangkan nilai d tahun 2008 adalah

1,898, dengan nilai du adalah 1,735 sehingga tidak terjadi autokorelasi.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Untuk pengujian ini dilakukan uji glejser, sebagai berikut :

Tabel 4.12

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Uji Glejser tahun 2007

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) .419 .236 1.775 .084

Frek.Rapat Komisaris -.005 .004 -.212 -1.306 .200 Frek. Rapat Direksi -.004 .003 -.197 -1.092 .282 Frek. Rapat Komite Audit

-.003 .004 -.124 -.721 .476

Aktiva -.018 .019 -.144 -.933 .357 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.13

Uji Glejser tahun 2008

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) .674 .256 2.638 .010

Frek.Rapat Komisaris -.007 .004 -.224 -1.626 .109 Frek. Rapat Direksi -.001 .002 -.076 -.620 .537 Frek. Rapat Komite Audit

.004 .003 .137 1.040 .302

Aktiva -.035 .021 -.204 -1.669 .100 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil uji glejser pada tabel 4.12 dan 4.13 menunjukkan bahwa

tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen nilai Absolut Res_1 (Unstandardized Residual), karena nilai

probabilitasnya diatas nilai signifikansi 0,05. Sehingga bisa dikatakan semua

variabel independen bebas dari heteroskedasitas.

2. Uji Regresi Berganda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tujuan dari analisis regresi adalah untuk mengestimasi dan/atau

memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan

nilai variabel independen yang diketahui. Regresi berganda dalam penelitian ini

digunakan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menguji apakah terdapat

pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba baik pada periode sebelum krisis maupun selama krisis global.

Pengujian regresi berganda ini dilakukan dengan metode enter.

a. Pengaruh Aktivitas Dewan terhadap Penurunan Asimetri Informasi

Disekitar Pengumuman Laba pada Periode Sebelum Krisis Keuangan

Global

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman

laba pada periode sebelum krisis dengan ukuran (size) perusahaan sebagai

variabel kontrol.

Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda terkait pengaruh aktivitas

dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada

periode sebelum krisis diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.14

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Hasil Regresi Berganda Tahap I

Variabel Koefisien t Sig.

(Constant) -1,104 -2,693 0,011

Frek. Rapat Komisaris 0,018 2,695 0,011

Frek. Rapat Direksi 0,006 1,102 0,278

Frek. Rapat Komite Audit -0,003 -0,414 0,681

Size Perusahaan 0,068 2,043 0,048

R Square 0,319

Adjusted R Square 0,243

F 4,207

Sig 0,007

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Koefisien Determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa jauh

variabel independen mampu menerangkan variabel dependen. Setiap tambahan

satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena

itu, untuk jumlah variabel independen lebih dari dua, lebih baik menggunakan

koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu Adjusted R2 (Ghozali, 2009).

Dari tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar

0,319 dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar 0,243. Berdasarkan nilai

Adjusted R2 tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 24,3% variabel

dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol dan

sisanya sebanyak 75,7% dijelaskan oleh faktor lain.

Dalam tabel tersebut juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 4,207

dengan probabilitas 0,007 (p – value < 0,05). Karena nilai F lebih besar dari 4 dan

probabilitasnya lebih kecil dari 5% maka model regresi ini menunjukkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

tingkatan yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba atau dapat dikatakan bahwa frekuensi rapat Dewan Komisaris,

frekuensi rapat Dewan Direksi, frekuensi rapat Komite Audit, size perusahaan

(aktiva) secara bersama-sama berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi

disekitar pengumuman laba (Ghozali, 2009).

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya

menunjukkan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris dan size perusahaan

berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba

pada periode sebelum krisis. Sedangkan frekuensi rapat dewan direksi dan

frekuensi rapat komite audit tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi

disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis.

Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh (p – value sebesar 0,011)

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode

sebelum krisis. Hal ini mengindikasikan bahwa anggota dewan komisaris secara

aktif hadir dalam pertemuan dewan komisaris sehingga kinerja dan tugas dewan

komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan berlangsung secara efektif

(corporate governance guidelines, 2007).

Brick dan Chidamboran (2007) menunjukkan bahwa semakin banyak

frekuensi rapat yang diselenggarakan dewan komisaris maka akan meningkatkan

kinerja perusahaan. Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap

performance perusahaan (Vafeas, 1999).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia (YPPMI) dan Sinergy

Communication (2002) dalam Cety (2010) menyatakan bahwa terdapat 2 hal yang

menjadi perhatian utama konsep corporate governance. Pertama, pentingnya hak

pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada

waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan

(disclosure) secara akurat tepat pada waktunya dan transparan mengenai semua

hal yang berkaitan dengan performance perusahaan. Sehingga, bila dewan

komisaris yang sering bertemu dapat meningkatkan kualitas disclosure. Hal ini

berdampak pada rendahnya kemungkinan muncul informasi private yang dapat

merugikan salah satu pihak. Sebagai contoh adalah PT Trias Sentosa Tbk. yang

memiliki penurunan asimetri informasi terbesar untuk sampel tahun 2007 yaitu -

0,0001, dewan komisarisnya memiliki jumlah rapat yang tinggi pula yaitu 14 kali

dalam satu tahun.

Size perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan

asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis (p –

value sebesar 0,048). Hal ini menunjukkan bahwa size perusahaan sebagai

variabel kontrol dalam penelitian ini berpengaruh pada penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis. Hal ini

konsisten dengan penelitian sebelumnya Kanagaretnam dkk (2007), King dkk.

(1992) dan Lang dan Lundholm (1993) dalam Subiyantoro dan Hatae (2007) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara size perusahaan dengan

disclosure informasi. Perusahaan besar memiliki disclosure informasi yang lebih

besar pula. Atiase (1985) dan Freeman (1987) dalam Kanagaretnam (2007)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

menunjukkan bahwa disclosure informasi akan terlihat lebih besar pada harga

saham perusahaan disekitar pengumuman laba untuk perusahaan besar.

Sebagai contoh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. yang

memiliki penurunan asimetri informasi cukup besar yaitu -0,0015 dengan

frekuensi rapat dewan komisaris 16 kali dalam setahun dengan size perusahaan

13,91. Dan disisi lain ada PT Inter Delta Tbk. yang size perusahaan cukup kecil

10,39 (dibawah mean aktiva 12,25) memiliki frekuensi rapat dewan komisaris

hanya 4 kali dalam setahun, tetapi penurunan asimetri informasi hanya -0,8.

Variabel yang secara statistik tidak signifikan adalah frekuensi rapat

dewan direksi (p – value sebesar 0,278). Hal ini mengindikasikan bahwa dewan

direksi belum memaksimalkan perannya dalam melindungi hak pemegang saham.

Dewan direksi memiliki dominasi yang kuat terhadap dewan komisaris, sehingga

tidak adanya pembagian wewenang, munculnya tekanan sosial dan politik

terhadap dewan komisaris serta tidak adanya perencanaan dan dan mekanisme

pengawasan terhadap manajemen perusahaan karena minimnya informasi yang

diberikan oleh direksi (Chtourou dkk, 2001). Hal ini bisa dilihat dari hasil salah

satu perusahaan sampel yang memiliki frekuensi rapat dewan direksi yang cukup

tinggi tetapi penurunan asimetri informasinya sangat kecil yaitu rapat sebanyak

15 kali dalam setahun, penurunan asimetri informasi -0,04027. Sedangkan

perusahaan lain yang memiliki frekuensi rapat dewan direksinya hanya 7 kali

dalam satu tahun, memiliki penurunan asimetri informasi yang lebih besar yaitu -

0.0003. Kedua perusahaan ini memiliki ukuran yang hampir sama. Data tersebut

bisa menyatakan bahwa rapat-rapat yang dilakukan oleh dewan direksi selama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

periode sebelum krisis belum berjalan secara maksimal, masih membicarakan hal-

hal yang lebih mementingkan kepentingan manajeman daripada pemegang saham.

Frekuensi rapat komite audit (p – value sebesar 0,681) tidak

mempengaruhi penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada

periode sebelum krisis. Hal ini mengindikasikan bahwa frekuensi rapat komite

audit tidak menjamin fungsi pengawasan komite audit baik dan efektif sehingga

akan tidak mempengaruhi kinerja perusahaan dalam hal ini disclosure. Hal ini

bisa terjadi karena frekuensi rapat komite audit hanya memenuhi peraturan

Bapepam (Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 dalam peraturan

Nomor IX.1.5) yaitu memiliki pertemuan sekurang-kurangnya sama dengan

jumlah rapat dewan komisaris (mean frekuensi rapat komite audit 7,68 dan mean

frekuensi rapat dewan komisaris 7,54). Penelitian ini tidak mendukung penelitian

sebelumnya Kanagaretnam dkk (2007), Li dkk (2008) dan Menon dan Williams

(1994).

Berdasarkan uraian diatas hanya H1a yang dapat diterima. Sedangkan H1b

dan H1c belum bisa diterima.

b. Pengaruh Aktivitas Dewan terhadap Penurunan Asimetri Informasi

Disekitar Pengumuman Laba Pada Periode Selama Krisis Keuangan

Global

Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode selama krisis dengan size perusahaan sebagai

variabel kontrol.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda terkait pengaruh aktivitas

dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada

periode sebelum krisis diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.15

Hasil Regresi Berganda Tahap II

Variabel Koefisien t Sig.

(Constant) -1,329 -3,352 0,001

Frek. Rapat Komisaris 0,023 3,391 0,001

Frek. Rapat Direksi 0,006 2,205 0,031

Frek. Rapat Komite Audit -0,002 -0,426 0,671

Size Perusahaan 0,070 2,162 0,034

R Square 0,329

Adjusted R Square 0,289

F 8,211

Sig 0,000

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Hasil analisis regresi berganda pengaruh aktivitas dewan perusahaan

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode

selama krisis tampak pada tabel 4.15 diatas. Dari tabel 4.15 menunjukkan bahwa

nilai R Square (R2) sebesar 0,329 dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar

0,289. Berdasarkan nilai Adjusted R2 tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak

28,9% penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba dapat dijelaskan

oleh variabel independen; frekuensi rapat dewan komisaris, frekuensi rapat dewan

direksi, dan frekuensi rapat komite audit; dan variabel kontrol (size perusahaan)

dan sisanya sebanyak 71,1% dijelaskan oleh faktor lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Dalam tabel 4.15 juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 8,211 dengan

probabilitas 0,000 (probabilitas < 0,05). Karena nilai F lebih besar dar 4 dan

probabilitas jauh lebih kecil dari 5% maka model regresi ini menunjukkan

tingkatan yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi dapat

digunakan untuk melihat pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba atau dapat dikatakan bahwa semua variabel

independen dan kontrol secara bersama-sama berpengaruh terhadap penurunan

asimetri informasi disekitar pengumuman laba (Ghozali, 2009).

Secara keseluruhan hanya frekuensi rapat komite audit yang tidak

berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba

(p – value sebesar 0,671). Sedangkan untuk variabel frekuensi rapat dewan

komisaris (p – value = 0,001), frekuensi rapat dewan direksi (p – value = 0,031)

dan size perusahaan (aktiva) (p – value = 0,034) berpengaruh secara signifikan

karena p – value < 0,05.

Frekuensi rapat dewan komisaris memiliki p – value sebesar 0,001, ini

menunjukkan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris secara signifikan

berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba

pada periode selama krisis. Hal ini mengindikasikan bahwa dewan komisaris

meningkatkan peranan pengawasannya terhadap manajemen perusahaan. Dewan

komisaris berusaha untuk menegakkan corporate governance dalam perusahaan

tersebut. Karena pada periode krisis para pemegang saham akan semakin seleksi

dalam memilih dan menilai perusahaan. Salah satu yang menjadi indikator dalam

memilik perusahaan adalah perusahaan yang memiliki citra corporate governance

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

yang baik. Perusahaan dengan good corporate governance akan lebih transparan

dalam menyampaikan informasi kepada pemegang saham, sehingga tidak ada

pemegang saham yang dirugikan.

Bila pada periode sebelum krisis tepatnya tahun 2007, frekuensi rapat

dewan direksi tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba, namun pada periode selama krisis frekuensi rapat dewan

direksi berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman

laba (p – value = 0,031). Hal ini bisa disebabkan karena dewan direksi selaku

manajemen perusahaan berusaha memenuhi tuntutan para pemegang saham akan

informasi perusahaan yaitu dengan meningkatkan frekuensi pertemuan mereka

dan membahas masalah-masalah yang akan berpengaruh pada pemegang saham

mereka sehingga dapat diharapkan manajemen terhindar dari tuntutan yang

muncul dari pemegang saham. Karena penyebab krisis tahun 2008 hampir sama

dengan krisis tahun 1998 yaitu kurangnya transparansi informasi antara

manajemen dengan pemegang saham (Daniri, 2008).

Peranan rapat dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Conger dkk

(1998) dalam Kanagaretnam dkk (2007) dan Xie dkk (2003). Dalam penelitian

ini, bisa diambil kasus pada PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk,

dimana pada tahun 2007 dewan komisaris melakukan rapat sebanyak 16 kali dan

dewan direksi sebanyak 19 kali dalam satu tahun sedangkan tahun 2008 dewan

komisaris melakukan rapat 23 kali dalam satu tahun dan dewan direksi 20 kali

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

rapat dalam satu tahun. Penurunan asimetri informasi pun sangat besar yaitu pada

tahun 2007 sebesar -0,02131 dan pada tahun 2008 sebesar -0,0024.

Size perusahaan secara signifikan berpengaruh pada penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba pada periode selama krisis dengan p – value

= 0,034, lebih rendah daripada 5%. Menurut Cowen dkk (1987) dalam Sembiring

(2005), secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, apalagi

disaat krisis global melanda sehingga permintaan akan informasi akan meningkat

pula. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Kanagaretnam dkk (2007),

King dkk. (1992) dan Lang dan Lundholm (1993) dalam Subiyantoro dan Hatae

(2007) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara size perusahaan

dengan disclosure informasi. Perusahaan besar memiliki disclosure informasi

yang lebih besar pula. Atiase (1985) dan Freeman (1987) dalam Kanagaretnam

dkk (2007) menunjukkan bahwa disclosure informasi akan terlihat lebih besar

pada harga saham perusahaan disekitar pengumuman laba untuk perusahaan

besar.

Dalam penelitian ini bisa diambil contoh untuk PT Perusahaan Gas Negara

(Persero) Tbk, yang memiliki size 13,41 pada tahun 2008 memiliki penurunan

asimetri informasi sebesar -0,0073. Dan PT Indorama Syntetics Tbk. dengan size

8,79 pada tahun 2008 memiliki penurunan asimetri informasi sebesar -0,0198. Hal

ini bukti bahwa perusahaan berukuran besar akan memiliki penurunan asimetri

informasi lebih besar daripada perusahaan berukuran kecil.

Frekuensi rapat komite audit sama seperti tahun 2007, tidak berpengaruh

signifikan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba (p –

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

value = 0,671). Komite audit selama periode krisis mungkin belum bisa

melaksanakan perannya dengan maksimal. Hal ini bisa terjadi karena rapat komite

audit hanya merupakan wujud kepatuhan terhadap aturan saja sehingga rapat yang

dilakukan belum efektif dan hanya sebagai pelengkap. Kebanyakan perusahaan di

Indonesia mungkin hanya memenuhi ketentuan formal dari corporate governance

guidlines (2007), dimana komite audit harus memiliki jadwal rutin. Penelitian ini

menolak penelitian dari Conger dkk (1998) dalam Kanagaretnam (2007) dan Xie

dkk (2003). Berdasarkan uraian diatas maka H2a dan H2b dapat diterima dan H2c

belum bisa diterima.

c. Terdapat Perbedaan Penurunan Asimetri Informasi di Sekitar

Pengumuman Laba Pada Periode Sebelum dan Selama Krisis Keuangan

Global Akibat Adanya Perbedaan Pengaruh Aktivitas Dewan

Perusahaan

Untuk menguji hipotesis ketiga yaitu apakah terdapat perbedaan

penurunan asimetri informasi untuk periode sebelum krisis dan selama krisis

akibat adanya perbedaa aktivitas dewan perusahaan digunakan uji paired sampel

t-test. Uji paired sampel t-test digunakan karena sampel yang digunakan saling

berhubungan, yaitu rata-rata sampel sebelum dan selama krisis. Berikut adalah

hasil uji paired sampel t-test :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tabel 4.16

Hasil Paired Samples Test

Paired Samples Test

t df Sig. (2-tailed)

Ask Bid Spread 2007-Ask Bid Spread 2008 3.194 71 .002

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari hasil pada tabel 4.16, terlihat bahwa probabilitas sebesar 0,002 hal ini

menunjukkan terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi pada periode

sebelum dan selama krisis keuangan, karena p < 0,05. Perbedaan penurunan

asimetri informasi. Perbedaan penurunan asimetri informasi ini bisa diakibatkan

karena adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan perusahaan.

Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa masing-masing proxy

dari aktivitas dewan tidak selalu memberikan pengaruh pada penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis

keuangan global. Dilihat dari nilai adjusted R2, periode sebelum krisis dan selama

krisis keuangan global, masing-masing memiliki nilai adjusted R2 sebesar 24,3%

dan 28,9%. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas dewan perusahaan semakin

mempengaruhi penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada

periode selama krisis keuangan global dibandingkan periode sebelum krisis

keuangan global. Proxy aktivitas dewan yang mempengaruhi penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum krisis keuangan

global adalah frekuensi rapat dewan komisaris, sedangkan pada periode selama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

krisis keuangan global, proxy aktivitas dewan yang mempengaruhi penurunan

asimetri informasi disekitar pengumuman laba adalah frekuensi rapat dewan

komisaris dan frekuensi rapat dewan direksi. Hal ini menggambarkan bahwa

peran aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba semakin meningkat pada periode selama krisis keuangan

global. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan perbandingan nilai koefisien

regresi frekuensi rapat dewan komisaris yang sama-sama mempengaruhi

penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum

dan selama krisis keuangan global. Pada masa sebelum krisis keuangan global,

nilai koefisien regresi frekuensi rapat dewan komisaris adalah 0,018 sedangkan

pada periode selama krisis keuangan global 0,023. Nilai tersebut menggambarkan

bahwa frekuensi rapat dewan komisaris semakin berpengaruh pada periode selama

krisis keuangan global. Semakin banyak frekuensi rapat dewan komisaris,

penurunan asimetri informasi disekitar laba akan semakin tinggi.

Dilihat dari nilai adjusted R2, proxy aktivitas dewan yang mempengaruhi

penurunan asimetri informasi, dan perbandingan nilai koefisien regresi frekuensi

rapat dewan komisaris dapat disimpulkan bahwa perbedaan penurunan asimetri

informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis

keuangan global disebabkan karena semakin berpengaruhnya peran aktivitas

dewan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada

periode selama krisis keuangan global. Meningkatnya peran aktivitas dewan

mungkin disebabkan karena perusahaan berusaha untuk meningkatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

pengawasan dalam rangka menghindari risiko berupa tuntutan dari pemegang

saham bila terdapat informasi yang tidak diungkapkan.

Dari penjelasan diatas, maka H3 diterima yaitu ada perbedaan penurunan

asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama

krisis keuangan global akibat adanya perbedaan pengaruh aktivitas dewan

perusahaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

BAB V

PENUTUP

Setelah sebelumnya dilakukan analisis pembahasan pada Bab IV, maka

pada Bab V ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran,

keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan :

1. Hasil uji regresi berganda menunjukkan terdapat pengaruh aktivitas dewan

dalam hal ini frekuensi rapat dewan komisaris dan size perusahaan

terhadap penurunan asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada

periode krisis. Frekuensi rapat dewan direksi dan frekuensi rapat komite

audit tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode krisis.

2. Hasil uji regresi berganda menunjukkan terdapat pengaruh aktivitas dewan

yaitu frekuensi rapat dewan komisaris dan frekuensi rapat dewan direksi

serta size perusahaan terhadap penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode selama krisis. Frekuensi rapat komite

audit tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba pada periode selama krisis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

3. Hasil uji paired samples t-test menunjukkan terdapat perbedaan penurunan

asimetri informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan

selama krisis. Perbedaan penurunan asimetri informasi disekitar

pengumuman laba ini disebabkan karena adanya perbedaan pengaruh

aktivitas dewan perusahaan. Perbedaan pengaruh aktivitas dewan

perusahaan bisa dilihat dari perbedaan adjusted R2, proxy aktivitas dewan

yang mempengaruhi penurunan asimetri informasi, dan perbandingan nilai

koefisien regresi frekuensi rapat dewan komisaris.

B. Keterbatasan

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Variabel yang digunakan terbatas pada frekuensi rapat dewan komisaris,

dewan direksi dan komite audit. Seperti diketahui, komponen corporate

governance tidak hanya dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit,

terdapat komite-komite lain seperti komite remunasi, good corporate

governance.

2. Periode yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu tahun sebelum

krisis dan selama krisis keuangan global.

3. Cakupan penelitian ini hanya pada wilayah Indonesia.

4. Asimetri informasi dalam penelitian ini diproksikan dengan ask-bid

spread, asimetri informasi sendiri bisa diproksikan dengan beberapa cara

seperti depth dan resiliensi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

C. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah :

1. Berdasarkan hasil penelitian, baik untuk periode sebelum dan selama

krisis, frekuensi rapat komite audit tidak berpengaruh pada penurunan

asimetri informasi. Mengingat peran komite audit dalam membantu tugas

dan tanggung jawab dewan komisaris, sebaiknya rapat yang

diselenggarakan komite audit benar-benar digunakan untuk mengevaluasi

dan mengawasi kinerja manajemen. Sehingga manajemen tidak memiliki

celah untuk mengurangi informasi yang seharusnya diterima oleh

pemegang saham.

2. Ukuran perusahaan akan memberikan tekanan pada manajemen

perusahaan, karena semakin besar sebuah perusahaan maka semakin

banyak orang yang akan mengamati dan mempercayakan dana yang

dimilikinya untuk perusahaan tersebut. Melihat begitu banyaknya pihak

yang akan terlibat dalam perusahaan tersebut, sebaiknya perusahaan

semakin terbuka dalam memberikan dan akses informasi kepada

pemegang saham atau masyarakat. Dengan demikian diharapkan tidak ada

pihak yang akan dirugikan.

3. Penelitian selanjutnya dapat memperluas variabel yang dipergunakan,

tidak hanya terbatas pada frekuensi rapat dewan komisaris, dewan direksi

dan komite audit, tetapi juga komite-komite lainnya.

4. Penelitian selanjutnya dapat diperluas masa waktunya yaitu periode

setelah krisis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

5. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan untuk melihat pengaruh aktivitas

dewan terhadap penurunan asimetri informasi pada pengumuman laba

pada periode krisis dan sebelum krisis keuangan global pada negara-

negara Asia lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Thailand. Mengingat

negara-negara ini juga mendapat dampak dari krisis keuangan global.

6. Pada penelitian ini, asimetri informasi diproksikan dengan ask-bid spread,

untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan depth sebagai proksi

asimetri informasi, sehingga dapat dibandingkan apakah terdapat

persamaan pengaruh aktivitas dewan terhadap penurunan asimetri

informasi dengan depth sebagai proksi asimetri informasi.