pengantar kurikulum faisal

42
NAMA : MUH. FAISAL SAPRUDDIN NIM : 094104006 FAK/JUR : FIP / KTP “KURIKULUM” Ralph W Tylor dalam Nasution (2001:17) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian kurikulum, yaitu : 1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah ? 2. Pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan tersebut ? 3. Bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif ? 4. Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai ? Berdasarkan pertanyaan tersebut kurikulum, maka di dalamnya diperoleh komponen-komponen kurikulum, yaitu: ORGANISASI KURIKULUM (1) 1. Separated Subject Curriculum Yaitu kurikulum yang menyajikan mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain. Adapun kelebihan kurikulum

Upload: faisalunm

Post on 18-Jun-2015

1.395 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

NAMA : MUH. FAISAL SAPRUDDIN

NIM : 094104006

FAK/JUR : FIP / KTP

“KURIKULUM”

Ralph W Tylor dalam Nasution (2001:17) mengemukakan empat pertanyaan pokok

yang menjadi inti kajian kurikulum, yaitu :

1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah ?

2. Pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai

tujuan tersebut ?

3. Bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif ?

4. Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai ?

Berdasarkan pertanyaan tersebut kurikulum, maka di dalamnya diperoleh komponen-

komponen kurikulum, yaitu:

ORGANISASI KURIKULUM (1)

1. Separated Subject Curriculum

Yaitu kurikulum yang menyajikan mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain.

Adapun kelebihan kurikulum ini adalah:

a. Bahan pelajaran dapat disajikan secara sistematis dan logis. Dengan mengikuti

sistematik itu, peserta didik juga terlatih berpikir menurut struktur disiplin pengetahuan

yang diberikan.

b. Organisasi kurikulum ini sederhana, mudah disusun, mudah ditambah atau dikurangi

jumlah pelajaran yang diperlukan (mudah direorganisir), mudah direncanakan dan

dilaksanakan.

c. Kurikulum ini mudah dinilai. Penilaian lebih mudah karena biasanya bahan pelajaran

Page 2: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

ditentukan berdasarkan buku-buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian

umum yang seragam di seluruh negara.

d. Kurikulum ini juga dipakai di perguruan tinggi. Perguruan tinggi menggunakan

organisasi kurikulum ini, sehingga kurikulum ini diterima baik dan dipertahankan di SD

dan sekolah menengah.

e. Kurikulum ini telah dipakai berabad-abad lamanya dan sudah menjadi tradisi. Sukar

orang menerima perubahan dalam organisasi kurikulum yang telah bertahan begitu lama.

f. Kurikulum ini lebih memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat

“Subject Centered”.

g. Organisasi kurikulum ini esensial untuk menafsirkan pengalaman. Organisasi

kurikulum ini sangat menghemat waktu dan tenaga.

Walaupun kurikulum ini umum dipakai karena memiliki banyak kelebihan, akan tetapi

banyak pula kelemahannya, yaitu:

a. Kurikulum ini memberikan matapelajaran yang lepas-lepas yang tidak berhubungan

satu dengan yang lain serta tidak sesuai dengan kenyataan kehidupan yang sebenarnya.

Kurikulum ini tidak mendidik anak-anak menghadapi situasi-situasi dalam kehidupannya.

Kurikulum ini juga tidak mendorong guru-guru mengadakan integrasi dalam berbagai

matapelajaran.

b. Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak

dalam kehidupannya sehari-hari.

c. Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau dalam bentuk

yang sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak selalu psikologis ditinjau dari segi

minat dan perkembangan anak.

d. Tujuan kurikulum ini terlampau terbatas. Kurikulum ini terutama memusatkan

tujuannya pada perkembangan intelektual dan kurang memperhatikan pertumbuhan

Page 3: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

jasmaniah, perkembangan sosial dan emosional.

e. Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir. Kurikulum ini

mengutamakan penguasaan pengetahuan dengan jalan ulangan dan hafalan dan kurang

mengajak anak-anak berpikir sendiri.

f. Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman. Bahan pelajaran dalam

kurikulum ini didasarkan pada pengetahuan yang tercantum dalam buku, adakalanya

suatu buku tidak berubah dari tahun ke tahun sehingga tidak sesuai dengan perkembangan

di masyarakat.

2. Correlated Curriculum

Organisasi kurikulum ini menghendaki agar matapelajaran itu satu sama lain ada

hubungan, bersangkut paut walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain

masih dipertahankan. Paduan atau fungsi antara beberapa matapelajaran ini disebut

“broad-fields”.

Adapun kelebihan correlated curriculum, yaitu:

a. Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Dengan demikian

pengetahuan mereka tidak lepas-lepas, melainkan bertautan, terpadu.

b. Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara matapelajaran-

matapelajaran.

c. Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, bila didapat penjelasan dari

berbagai matapelajaran.

d. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan dari

berbagai sudut dan tidak hanya dari satu matapelajaran saja.

e. Korelasi memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional.

f. Korelasi antara matapelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip

Page 4: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

daripada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.

Sedangkan kekurangan organisasi kurikulum ini adalah:

a. Sulit menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-

hari sebab dasarnya subject centered.

b. Broad-field tidak memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai

pelbagai matapelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti

pelajaran di perguruan tinggi.

c. Guru sering tidak menguasai pendekatan inter-disipliner.

3. Integrated Curriculum

Integrasi berasal dari kata “integer” yang berarti unit. Dengan kata lain integrasi

dimaksud perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan. Integrated curriculum

meniadakan batas-batas antara berbagai matapelajaran dan menyajikan bahan pelajaran

dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan

mampu membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan kehidupan

sekitarnya, apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar

sekolah.

Beberapa kelebihan kurikulum ini yaitu:

a. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta

yang terlepas satu sama lain.

b. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid

dihadapkan pada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.

c. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.

d. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi. Aktifitas murid meningkat karena

dirangsang untuk berpikir sendiri, atau bekerja sama dengan kelompok.

Page 5: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

e. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.

Adapun kelemahan-kelemahan kurikulum ini adalah sebagai berikut:

a. Guru-guru belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini.

b. Kurikulum ini dianggap tidak mempunyai organisasi yang logis sistematis.

c. Kurikulum ini memberatkan tugas guru.

d. Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum sebab tidak ada uniformitas di

sekolah-sekolah satu sama lain.

e. Anak-anak dianggap tidak sanggup menetukan kurikulum.

f. Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan

kurikulum ini.

ORGANISASI KURIKULUM (2)

Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan

terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam

pengorganisasian kurikulum, yaitu:

1. Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata

pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan

dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan

tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua

materi diberikan sama

2. Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi

kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang

ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna

memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.

Page 6: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

3. Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan

beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan

dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran

dapat dijadikan “core subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core

tersebut.

4. Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum yang

menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran.

5. Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah,

dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata

pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya

memecahkan masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau

analisisnya diberikan secara terintegrasi.

6. Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi

kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.

TUJUAN KURIKULUM (1)

Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,

selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin

dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan

tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum

pendidikan berikut.

Page 7: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan

kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang

dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.

TUJUAN KURIKULUM (2)

 Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan

pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan

yang dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran di Sekolah dapt diukur dari

seberapa jauh dan banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum

lembaga pendidikan, pasti dicantumkian tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus

dicapai oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Tujuan kurikulum biasanya terbagi atas tiga level atau tingkatan, yaitu;

a.Tujuan Jangka Panjang (aims)

Tujuan ini, menggambarkan tujuan hidup yang diharapkan serta didasarkan pada nilai

yang diambil dari filsafat. Tujuan ini tidak berhubungan langsung dengan tujuan sekolah,

Page 8: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

melainkan sebagai target setelah anak didik menyelesaikan sekolah, seperti; self

realization, ethical character, civic responsibility.

b.Tujuan Jangka Menengah (goals)

Tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang berdasarkan pada jenjangnya, misalnya;

sekolah SD, SMJP, SMA dan lain-lainnya.

c.Tujuan Jangka Dekat (objective)

Tujuan yang dikhususkan pada pembelajaran dikelas, misalnya; siswa dapat mengerjakan

perkalian dengan betul, siswa dapat mempraktekkan sholat, dan sebagainya.

Dalam sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua(2) tujuan, yaitu;

a.Tujuan yang dicapai secara keseluruhan

Tujuan ini biasanya meliputi aspek-aspek pengetahuan (pengetahuan), ketrampilan

(psikomotor), sikap (afektif) dan nilai-nilai yang diharapkan dapat dimiliki oleh para

lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Hal tersebut juga disebut tujuan lembaga

(institusional).

b.Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi.

Tujuan ini biasanya disebut dengan tujuan kulikuler. Tujuan ini adalah penjabaran tujuan

institusional yang meliputi tujuan kurikulum dan instruksional yang terdapat dalam GBPP

(Garis_garis Besar Program Pengajaran) tiap bidang studi.

TUJUAN KURIKULUM (3)

  Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah

mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam

teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik

kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian,

Page 9: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

dalam hal menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Seperti

yang disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan secara

universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:

1. Autonomy; gives individuals and groups the maximum awarenes, knowledge, and

ability so that they can manage their personal and collective life to the greatest

possible extent.

2. Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by coverring

them an equal basic education.

3. Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the

generation but also guide education towards mutual understanding and towards what

has become a worldwide realization of common destiny.)

Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara

jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional,

bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”..

Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,

selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin

dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.

Page 10: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat

satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum

pendidikan berikut.

1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler;

yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di

setiap sekolah atau satuan pendidikan.

Berikut ini disampaikan beberapa contoh tujuan kurikuler yang berkaitan dengan

pembelajaran ekonomi, sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2007

tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar :

1. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP/MTS

Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya

Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

Page 11: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

2. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi di SMA

Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah

ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu,

rumah tangga, masyarakat, dan negara

Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan

untuk mendalami ilmu ekonomi

Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki

pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang

bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara

Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi

dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional

3. Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan pada SMK/MAK

Memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di

lingkungan masyarakat

Berwirausaha dalam bidangnya

Menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya

Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha.

4. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMK/MAK

Page 12: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

Memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya

Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial

Berkomitmen terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

Berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di

tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai dengan tujuan mata

pelajaran masih bersifat abstrak dan konseptual, oleh karena itu perlu dioperasionalkan dan

dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan

tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan

pembelajaran dari setiap mata pelajaran.

Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat spesifik dan

lebih menggambarkan tentang “what will the student be able to do as result of the teaching

that he was unable to do before” (Rowntree dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 1997).

Dengan kata lain, tujuan pendidikan tingkat operasional ini lebih menggambarkan perubahan

perilaku spesifik apa yang hendak dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran.

Merujuk pada pemikiran Bloom, maka perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam

aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata (1997)

memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan pembelajaran,

yakni :

Page 13: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan : (a)

menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati; (b)

menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan (c)

memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan peserta

didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama.

2. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk:

(a) ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan frekuensi

respons.

3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku peserta

didik berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau lingkungan

psikologis.

Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti yang sangat penting..

Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat operasional ini akan menentukan

terhadap keberhasilan tujuan pendidikan pada tingkat berikutnya.

Terlepas dari rangkaian tujuan di atas bahwa perumusan tujuan kurikulum sangat terkait

erat dengan filsafat yang melandasinya. Jika kurikulum yang dikembangkan menggunakan

dasar filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya

maka tujuan kurikulum lebih banyak diarahkan pada pencapaian penguasaan materi dan

cenderung menekankan pada upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif.

Apabila kurikulum yang dikembangkan menggunakan filsafat progresivisme sebagai

pijakan utamanya, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada proses pengembangan dan

aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada upaya pengembangan aspek afektif.

Page 14: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat rekonsktruktivisme sebagai

dasar utamanya, maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya pemecahan masalah

sosial yang krusial dan kemampuan bekerja sama.

Sementara kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan dasar filosofi teknologi

pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada

pencapaian kompetensi.

Dalam implementasinnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan dengan tantangan

yang sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk merumuskan tujuan-

tujuan kurikulum dengan hanya berpegang pada satu filsafat, teori pendidikan atau model

kurikulum tertentu secara konsisten dan konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir

tantangan dan kebutuhan pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik,

dengan mengambil hal-hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat yang

ada, sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan secara berimbang.

FUNGSI PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah bagi

pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru,

kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat, dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai

pedoman, bagi siswa, kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi

pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan/seleksi, dan fungsi

diagnostik.

Fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang berorientasi

pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum mempunyai arti sebagai

berikut:

Page 15: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga pendidikan

tertentu dan untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.

2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan dijalankan pada

suatu semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.

3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga

kegiatan yang dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan.

Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang tercantum

dalam kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk pribadi murid yang

diinginkan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa hal:

a) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.

b) Tuntutan dunia kerja.

c) Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d) Dinamika perkembangan global.

e) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.Dalam melakukan pengembangan

kurikulum, jika memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka akan menghasilkan peserta

didik yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim dan mampu menyesuaikan diri di

mana mereka hidup di tengah-tengah masyarakat.

Fungsi Pengembangan Kurikulum :

Dalam aktivitas belajar mengajar kedudukan kurikulum sangatlah penting, karena dengan

kurikulum anak didik akan memperoleh manfaat (benefits). Namun demikian, disamping

kurikulum bermanfaat bagi anak didik, ia juga mempunyai fungsi-fungsi lain yaitu.

a. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan.

Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan

pendidikan yang diinginkan sekolah. Artinya bila tujuan yang dinginkan belum tercapai

Page 16: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

orang akan meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut,

misalnya dengan meninjau kurikulumnya.

Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan, tujuan-tujuan tersebut mesti

dicapai secara bertingkat dan saling mendukung, sedang keberadaan kurikulum disini

adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan.

b. Fungsi Kurikulum bagi Anak Didik.

Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun yaitu suatu persiapan bagi anak

didik. Anak didik diharapkan mendapat sejumlah pengalaman baru yang dikemudian hari

dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, agar dapat memenuhi bekal

hidupnya nanti.

Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan mampu

menawarkan program-program pada anak didik yang akan hidup pada zamannya, dengan

latar belakang sosio historis dan kultural yang berbeda.

c. Fungsi Kurikulum bagi Pendidik.

Guru merupakan pendidik profesional yang secara implisit telah siap untuk memikul

sebagian tanggung jawab pendidikan yang ada di pundak para orang tua.

Adapun fungsi kurikulum bagi guru / pendidik adalah :

- Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar pada

anak didik

- Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam

rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

Dengan adanya kurikulum sudah tentu tugas guru sebagai pengajar dan pendidik lebih

terarah. Pendidik merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dan sangat

penting dalam proses pendidikan dan merupakan salah satu komponen yang berinteraksi

secara aktif dengan anak didik dalam pendidikan.

Page 17: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

Kurikulum merupakan alat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dapat

meringankan sebagian tugas pendidik dalam proses belajar mengajar yang efektif dan

efisien, karena itu kurikulum mempunyai fungsi sebagai pedoman. Pedoman yang

dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena memuat tentang jenis-jenis

program apa yang dilaksanakan di sekolah, bagaimana menyelenggarakan jenis program,

siapa yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya dan perlengkapan apa yang

dibutuhkan.

d. Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai tanggung

jawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi Kepala Sekolah dan para pembina lain

adalah :

- Sebagai pedoman dalam supervisi memperbaiki situasi belajar.

- Sebagai pedoman dalam supervisi menciptakan situasi belajar anak ke arah yang lebih

baik.

- Sebagai pedoman dalam supervisi kepada guru.

- Sebagai pedoman dalam administrator.

- Sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar.

e. Fungsi Kurikulum bagi Orang Tua.

Kurikulum difungsikan sebagai bentuk partisipasi orang tua dalam membantu usaha

sekolah memajukan putra-putrinya. Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah,

orang tua dapat mengetahui pengalaman belajar yang dibutuhkan anak mereka sehingga

partisipasi orang tua pun tidak kalah penting dalam menyukseskan proses belajar

mengajar di sekolah.

f. Fungsi bagi Sekolah Tingkat Atas nya.

Fungsi kurikulum dalam hal ini dibagi menjadi dua, yaitu :

Page 18: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

a) Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan.

Pemahaman kurikulum yang digunakan oleh suatu sekolah pada tingkat diatasnya

dapat melakukan penyesuaian di dalam kurikulum, misalnya :

- Jika sebagian kurikulum sekolah bersangkutan telah diajarkan pada sekolah

dibawahnya, sekolah dapat meninjau kembali perlu tidaknya bagian tersebut

diajarkan.

- Jika ketrampilan tertentu diperlukan dalam mempelajari kurikulum suatu sekolah

belum diajarkan pada sekolah dibawahnya, sekolah dapat mempertimbangkan

masuknya program ketrampilan ke dalam kurikulum.

b) Penyiapan tenaga baru.

Jika suatu sekolah berfungsi menyiapkan tenaga pendidik bagi sekolah yang berada

dibawahnya, perlu sekali sekolah tersebut memahami kurikulum sekolah yang berada

dibawahnya

g. Fungsi bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah.

Dengan mengetahui kurikulum suatu sekolah, masyarakat, sebagai pemakai kelulusan

dapat melaksanakan :

- Ikut memberikan kontribusi dan memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang

membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua dan masyarakat.

- Ikut memberikan kritik dan saran kontruktif dan penyempurnaan program pendidikan

sekolah.

Page 19: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

PERANAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum mengemban peranan penting bagi pendidikan, paling tidak ditentukan 3 jenis

peranan kurikulum,antara lain:

1) Peranan konservatif.

Kurikulum bisa dikatakan konservative, karena mentransmisikan dan menafsirkan

warisan sosial kepada anak didik atau generasi muda.

2) Peranan kritis dan evaluatife.

Maksudnya kurikulum selain mewariskan atau menstranmisikan nilai-nilai kepada

generasi muda juga sebagai alat untuk mengevaluasi kebudayaan yang ada.

3) Peranan kreatif

Kurikulum melakukan kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti menciptakan dan

menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa

mendatang dalam masyarakat.

Ketiga peran diatas harus dilaksanakan secara seimbang, sehingga tercipta

keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian kurikulum dapat memenuhi tuntutan

waktu dan keadaan untuk membantu peserta didik menuju kebudayaan yang akan datang,

sehingga mereka menjadi generasi yang siap dan terampil dalam segala hal.

PERANAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Guru dan Kurikulum dalam Sistem Pendidikan Nasional

Guru dan kurikulum adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan.

Keberhasilan atau kegagalan dari suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh dua faktor

tersebut. Sertifikasi tenaga pendidikan dan pengembangan kurikulum yang belakangan ini

Page 20: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

tengah dilakukan adalah upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui dua aspek di

atas.

Dalam tulisan ini, penulis ingin menyoroti peran guru dan kurikulum dalam sistem

pendidikan nasional. Di sini penulis akan memaparkan kondisi yang ada dan perlunya

dilakukan usaha untuk memperbaikinya. Analisis yang dilakukan di sini berdasarkan

pengalaman penulis dalam pengajaran dan pengembangan buku pelajaran berbasis

kurikulum.

Dicari, Guru yang Profesional

Guru adalah komponen penting dalam pendidikan. Di pundaknya siswa

menggantungkan harapan terhadap pelajaran yang diajarkannya. Benci atau sukanya siswa

terhadap suatu pelajaran bergantung pada bagaimana guru mengajar. Saya katakan bahwa

guru adalah ujung tombak dalam sistem pendidikan. Sebagai ujung tombak, tentu kita sangat

berharap kepada peran guru dan kharismanya di hadapan siswa.

Sekarang, mari kita tengok bagaimana peranan guru di kelas. Kita harus berani

mengakui bahwa guru berperan besar dalam menjadikan sebuah pelajaran di sekolah sulit dan

tidak menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Fakta ini didukung oleh pendapat banyak

siswa sekolah yang pernah penulis temui dan pengalaman penulis saat sekolah dulu. Dari

pengalaman siswa tersebut, penulis mendapati banyak guru yang tidak punya motivasi dan

semangat untuk mengajar di kelas. Entah karena malas atau kurang menguasai materi

pelajaran, sering guru tidak hadir di kelas dan kalaupun hadir tidak memberikan pelajaran

sesuai dengan waktu yang tersedia. Sering waktu pelajaran di kelas diisi dengan mencatat

ataupun mengerjakan tugas tanpa siswa diberi wawasan secukupnya tentang materi tersebut.

Page 21: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

Ada juga guru yang untuk menutupi kemalasannya dan ketidakmampuannya

menguasai materi memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi pelajaran atau

membuat makalah dengan topik materi pelajaran yang akan diajarkan. Dengan siswa telah

membuat rangkuman atau makalah guru menganggap siswa sudah mempelajari materi

tersebut dan menganggap siswa sudah mampu menjawab semua pertanyaan yang berkaitan

dengan materi tersebut. Wow, hebat sekali ya! (Jadi, ngapain aja tuh guru?)

Guru yang lainnya, untuk menutupi kemalasannya dan kekurangannya, ada yang

memanfaatkan otoritasnya dengan bersikap galak kepada siswa. Ini diharapkan dapat menarik

perhatian siswa terhadap pelajaran yang diajarkannya sehingga guru akan lebih leluasa

mengajarkan materi pelajaran. Tetapi, sikap ini malah menambah kebencian siswa kepada

guru sekaligus juga terhadap pelajarannya. Tidak heran ada istilah guru killer untuk

menyebut guru yang mempunyai sikap seperti ini, galak, kurang jelas dalam menerangkan

materi, dan otoriter. Apakah seperti ini sikap guru yang sesungguhnya?

Wajar saja kalau kegiatan belajar di kelas menjadi kurang menarik dan sulit lha wong

gurunya saja tidak pernah memberikan pelajaran sama sekali dan lebih suka marah-marah

ketimbang mengajar. Dari mana siswa mendapat tambahan pengetahuan kalau bukan dari

guru? Padahal guru bertanggung jawab untuk mengantarkan siswa memahami pelajaran dan

membimbing siswa untuk menerapkan pelajaran yang diajarkannya.

Berdasarkan pengalaman penulis, sebenarnya banyak cara, metode, dan sarana yang

bisa dijadikan bahan dalam mengajarkan suatu materi sehingga dapat menjadi lebih mudah.

Sebagai contoh, ketika mengajarkan materi termodinamika dalam pelajaran fisika (kebetulan

penulis berlatar belakang fisika) seorang guru dapat menganalogikan hukum termodinamika I

dengan krupuk yang sedang digoreng. Krupuk yang digoreng (diberi panas) akan mengalami

perubahan volume (membesar) dan kenaikan suhu. Ini sesuai dengan hukum termodinamika I

Page 22: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

bahwa Q = ΔU + P.ΔV (panas Q mengakibatkan kenaikan suhu (energi dalam) ΔU dan

pertambahan volume P.ΔV). Bukankah cara ini lebih efektif? Dan banyak lagi contoh yang

bisa dipakai.

Tidak pantas bagi seorang guru yang membiarkan siswanya tidak mendapat tambahan

pengetahuan. Dan, kebanggaan bagi guru yang mampu menanamkan pengetahuan kepada

siswanya dan pengetahuan itu bermanfaat bagi kehidupan di masa yang akan datang. Jadi,

kepada guru marilah kita perbaiki sikap dan metode pengajaran yang selama ini kita jalankan

dalam mengajarkan satu pelajaran. Dengan memperbaiki sikap dan metode pengajaran kita

adalah salah satu jalan untuk membuat pelajaran itu lebih disenangi dan mudah bagi siswa.

Kurikulum yang Tidak Membumi

Tidak salah lagi, kurikulum adalah salah satu penyebab suatu pelajaran menjadi

sangat sulit dan berat untuk dipelajari dan karenanya kurang disukai siswa. Di sini penulis

mengambil contoh pelajaran fisika dan kurikulumnya sebagai studi kasus.

Kurikulum fisika yang ada tidak seharusnya diberikan pada tingkatan sekolah

menengah. Karena menurut kurikulum ini materi pelajaran yang harus diberikan sangat

banyak dan terlalu sulit jika dilihat bahwa jam pelajaran yang tersedia sangat terbatas dan

siswa pun tidak hanya belajar fisika. Siswa juga harus belajar matematika, biologi, kimia,

agama, ekonomi, sejarah dan lain-lain. Jadi, sangat tidak bijak apabila siswa dipaksakan

(dijejali) untuk memahami semua materi yang ada di kurikulum.

Materi yang harus dipelajari oleh siswa tentang fisika begitu banyak dan mendetail yang

masih perlu dipertanyakan haruskah materi ini diajarkan pada tingkat sekolah menengah.

Perubahan kurikulum pada dasarnya tidak banyak mengubah materi pelajaran fisika ini

karena hanya mengubah susunan atau struktur materi pelajaran. Perubahan kurikulum tidak

Page 23: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

pernah sama sekali menyentuh hal apakah materi ini layak dan harus diajarkan pada tingkat

sekolah menengah. Pelajaran fisika yang selama ini kita pelajari di tingkat sekolah menengah

seharusnya dipelajari di tingkat yang lebih tinggi (apa karena ini siswa kita banyak yang

menggondol medali emas olimpiade fisika?).

Kurikulum yang ada selama ini hanya mampu diikuti oleh segelintir siswa saja yang

mampu sedangkan sebagian besar siswa tidak dapat mengikuti apa yang ada di kurikulum.

Seharusnya kurikulum dibuat untuk dapat diikuti oleh semua siswa, tidak hanya oleh

segelintir siswa yang pintar saja. Berdasarkan pengalaman penulis untuk menjelaskan satu

bagian (misalnya, hukum termodinamika I) saja dibutuhkan waktu yang cukup lama. Dan

belum tentu bisa dipahami oleh semua siswa karena kemampuan masing-masing siswa

berbeda-beda. Akibatnya, tidak cukup waktu yang tersedia untuk menyelesaikan seluruh

materi yang ada dalam kurikulum.

Akan tetapi, karena kurikulum telah dijadikan pedoman dan bahkan seolah-olah

bagaikan kitab suci yang wajib digunakan, kekurangan-kekurangan yang ada dalam

kurikulum tidak bisa diganggu gugat. Ini menjadi beban tersendiri buat guru dan siswa.

Menurut pandangan penulis, pelajaran fisika seharusnya diarahkan untuk dapat

membantu memecahkan masalah yang sering timbul dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran

fisika bukan sekedar membahas seluruh aspek dari hukum-hukum fisika secara detil

sekaligus menyelesaikan semua perhitungan yang berkaitan dengan hukum tersebut tanpa

siswa mengetahui apa manfaat yang nyata dari hukum-hukum tersebut dalam kehidupan

sehari-hari. Bisa dikatakan kurikulum yang ada kurang membumi yang membuat siswa

kurang berminat mempelajarinya.

Page 24: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

Kurikulum yang terlalu padat dan kurang membumi diperparah oleh ketersedian buku

sebagai pegangan guru dan siswa dalam pengajaran fisika di sekolah. Ya, harus diakui bahwa

buku pelajaran adalah salah satu elemen penting dalam proses pendidikan di sekolah tak

terkecuali dalam pelajaran fisika. Di atas telah disebutkan bahwa buku fisika sebagai

pengantar memahami pelajaran fisika yang ada tidak representatif. Ini bukan berarti

penulisnya yang salah ataupun penerbit yang tidak bertanggung jawab. Penulis maupun

penerbit merasa mereka telah membuat buku sesuai dengan kurikulum yang terbaru

(kurikulumnya aja ngga jelas!). Dan mereka beralasan buku yang tidak sesuai kurikulum

(walaupun lebih membumi dan lebih bisa dibaca (ada ngga ya!)) tidak akan laku dijual. Buku

yang sedianya menjadi salah satu elemen penting dalam pendidikan telah terperangkap dalam

bisnis semata dan seolah-olah mengabaikan aspek pendidikan. Praktik bisnis ini membuat

tidak ada penerbit yang berani membuat buku yang lepas dari pakem dan belenggu kurikulum

sehingga buku tersebut bisa lebih membumi dan mudah dipahami.

Salah satu ganjalan lain berkaitan dengan kurikulum yang membuat pelajaran fisika

menjadi terlihat sulit adalah adanya ujian nasional (UN) sebagai standar kelulusan. Pelajaran

fisika (atau sains pada umumnya) yang sedianya dapat dieksplorasi menjadi lebih menarik

terbentur oleh batasan-batasan standar ujian nasional. Dengan adanya batasan-batasan ini

guru menjadi terbelenggu dan membatasi pengajarannya hanya pada materi yang diprediksi

akan keluar dalam UN. Pengajaran fisika yang dapat diarahkan agar lebih menarik digantikan

oleh pembahasan soal-soal untuk menghadapi UN. Keindahan ilmu dan penerapan fisika

serta merta akan tertutup oleh kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal UN dengan

benar. Tentu saja siswa akan merasa bosan dengan metode pengajaran seperti ini tapi apa

boleh buat daripada tidak lulus UN bisa berabe. (Mau ditaruh di mana muka gue kalo ngga

lulus UN!)

Page 25: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

PERAN GURU DALAM KURIKULUM :

Guru yang kekurangan jam dapat memegang pengembangan diri, misal guru ...

Pendidikan berimplikasi pada proses pengembangan dan implementasi kurikulum dalam hal

pemberian peran yang ...

... pengembangan dan implementasi kurikulum dalam hal pemberian peran ... KURIKULUM

Peningkatan mutu dalam bidang pendidikan khususnya untuk pendidikan dasar tidak lepas

dari peran guru dan ...

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN

MENENGAH ... Peran Guru Guru yang akan mengajarkan modul ini hendaknya ... Bila

screen dalam kondisi baru, berarti bisa langsung ...

Pengembangan kurikulum sebagai proses sangat ditentukan oleh guru. Baik dalam konteks

sentralisasi maupun dalam konteks otonomi, peran guru tersebut tetap sama, mereka adalah ...

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN

MENENGAH ... Peran Guru Guru yang akan mengajarkan modul ini hendaknya ... Dalam

membuat badan komponen yang digunakan adalah ...

prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum. ali, m. (1984). pengembangan ... peran

lingkungan belajar dan guru dalam pembelajaran. good, t.l. dan brophy, j.e. (1990).

Peran Guru ... Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan kurikulum menuju

Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK ...

Adapun peranan guru yang lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :

“Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum”

Guru adalah titik sentral suatu kurikulum berkat usaha guru, maka timbul kegairahan belajar

siswa. Sehingga memacu belajar lebih keras untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang

bersumber dari tujuan kurikulum, untuk itu guru perlu memiliki ketrampilan belajar

mengajar. Penguasaan ketrampilan tersebut bergantung pada bahan yang dimilikinya dan

latihan keguruan yang telah dialaminya.

Keberhasilan belajar mengajar antar alain ditentukan oleh kemampuan kepribadiannya. Guru

Page 26: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

harus bersikap terbuka dan menyentuh kepribadian siswa. Guru perlu mengembnagkan

gagasan secaa kreatif, memiliki hasrat dan keinginan serta wawasan intelektual yang luas.

Guru harus yakin terhadap potensi belajar yang dimiliki oleh siswa.

Hal-hal yang perlu dikuasai guru; guru perlu memahami dan menguasai banyak hal agar

pelaksanaan pengajaran berhasil, guru juga harus mau dan mampu menilai diri sendiri secara

terus menerus dalam kaitannya dengan tingkat keberhasilan dan pelaksanaan pengajarannya.

Guru harus menguasai bahan pengajaran sesuai jenjang kelas yang diajarnya, menguasai

strategi pembelajaran yang berguna untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa dan

guru juga harus menjadi suri tauladan bagi siswanya dan memberikan hal-hal yang bermakna

bagi perkembangannya kelak.

Sedangkan Depdikbud (1980) telah merumuskan kemampuan yang harus dimiliki seorang

guru, yaitu :

1. Kemampuan Profesional, yang mencakup :

a. Penguasaan materi pelajaran

b. Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan

c. Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran.

2. Kemampuan Ssoial

3. Kemampuan Personal

a. Penampilan sikap

b. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai yang seyogyanya dimiliki guru.

c. Penampilan upaya menjadikan dirinya sebagai contoh bagi siswanya.

Pengembangan kurikulum dari segi pengelolaannya dibedakan antara yang bersifat

sentralisasi dan desentralisasi.

1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi

Disini guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan evaluasi yang bersifat makro,

mereka berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim khusus, guru

menyusun kurikulum dalam jangka waktu 1 tahun, atau 1 semester. Menjadi tugas guru untuk

menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran sesuai

kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang

bervariasi, kurikulum yang tersusun sistematis dan rinci akan memudahka guru dalam

implementasinya.

2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum desentralisasi

Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam

suatu wilayah. Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan,

Page 27: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Jadi kurikulum terutama isinya

sangat beragam, tiap sekolah punya kurikulum sendiri. Peranan guru lebih besar daripada

dikelola secara sentralisasi, guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran

dalam program tahunan/semester/satuan pengajaran, tetapi didalam menyusun kurikulum

yang menyeluruh untuk sekolahnya. Di dini guru juga bukan hanya berperan sebagai

pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan

evaluator kurikulum.

Page 28: PENGANTAR KURIKULUM FAISAL

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofir dan Muhaimin, Pengenalan Kurikulum Madrasah,  Solo, Ramadhani, 1993

Abdul Manab, Pengembangan Kurikulum, Tulungagung, Kopma IAIN Sunan Ampel, 1995

Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Yogyakarta, Gama Media.

2002

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,

Jakarta, Prenada Media, 2003

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1999

Akhmad Sudrajat, Komponen-Komponen Kurikulum,  http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ bahan-

ajar/komponen-komponen-kurikulum/, diakses tanggal 17 Januari 2008

Akhyak (ed.), Meniti Jalan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. 2003

Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2003

Efendi, M. dkk. 2005. Pengantar Arah Pengembangan Kurikulum Dan Pengajaran.

Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma Pendidikan Islam dan Sains Sosial, Jakarta, Gaya Media

Pratama, 2002

H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2003

Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan (Sistem dan Metode), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004

Laboratorium Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNM. Malang

Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta, Logos, 1999

Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, Jakarta, LP3NI, 1998

Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam : Sebuah Telaah Komponen dasar Kurikulum, Solo,

Ramadhani, 1991

Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.  

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2002

Nugroho, Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berbasis Stakeholders,

2008

Rachman Natawidjaja, Pendekatan-Pendekatan dalam Penyluhan Kelompok, Bandung, Diponegoro.

1987

Subandijah, 1993. Pengembangan Dan Inovasi Kurikulum. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta

Slameto, 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit. Bumi Aksara. Jakarta

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung, Citra

Umbara, 2003

www.google.co.id