pengantar analisis spasial dengan arcgis

92

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS
Page 2: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS
Page 3: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Oleh :

Siti Latifah Samsuri

Rahmawaty

2018

Page 4: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penulisan

Buku Analisis spasial menggunakan ArcGIS. Buku ini diharapkan dapat menjadi bahan

acuan pembaca dalam mempelajari dan memahami analisis spasial. Buku ini membahas

tentang Prinsip-prinsip analisis spasial dan penggunaan perangkat lunak ArcGIS dalam

tahapan pembuatan peta-peta tematik serta aplikasinya.

Buku telah sesuai dan memenuhi persyaratan untuk menghasilkan kompetensi

analisis spasial bagi yang memahami dan melaksanakan praktek kerja sebagaimana

dituliskan dalam buku ini. Namun demikian buku ini akan diperkaya dengan

perkembangan baru teknologi SIG.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

dalam penyusunan buku ini dan semoga buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan

pihak-pihak yang membutuhkannya.

Medan, Pebruari 2018

Penyusun

Page 5: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar ....................................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................................... iii

Daftar Tabel ............................................................................................................................. iv

Daftar Gambar ........................................................................................................................ v

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................ 1

Konsep Sistem Informasi Geografis ....................................................................... 1

Pengantar Pemetaan .................................................................................................... 2

Perangkat Lunak ArcGIS ............................................................................................ 4

Pengenalan Menu ArcGIS ........................................................................................... 5

Bab 2 Koreksi Geometrik ............................................................................................... 10

Bab 3 Membuat Data Spatial ......................................................................................... 12

Bab 4 Pengolahan dan Pembuatan Data Peta ........................................................ 23

Bab 5 Memasukkan Data GPS ........................................................................................ 41

Bab 6 Tata Letak dan Layout Peta .............................................................................. 52

Bab 7 Aplikasi di Bidang Kehutanan dengan Arc GIS........................................... 73

Bab 8 Penutup .................................................................................................................... 79

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 80

Lampiran (Penggunaan GPS) ........................................................................................... 82

Glossary ..................................................................................................................................... 83

Indeks ..................................................................................................................................... 84

Tentang Penulis ..................................................................................................................... 85

Page 6: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

BAB 1

KONSEP SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Definisi dan Ruang Lingkup

Sistem informasi geografis dapat didefinisikan sebagai sistem komputerisasi

yang memfasilitasi fase entri data, analisis data dan presentasi data terutama ketika

berkenaan dengan data yang memiliki georeferensi. Persiapan dan entri data

merupakan tahapan awal dimana data tentang sesuatu dikumpulkan dan disiapkan

untuk dimasukkan ke dalam sistem. Analisis data menjadi tahapan berikutnya dimana

data yang dkumpulkan ditinjau dengan teliti. Tahapan akhir adalah tahapan dimana

hasil analisis sebelumnya ditampilkan dengan cara yang tepat (de By, 2001).

Selanjutnya de By (2001) menyebutkan bahwa pengguna SIG membutuhan

dukungan dari sistem untuk memasukkan data, melakukan analisis dengan berbagai

cara dan menghasilkan presentasi (peta dan lainnya) dari data tersebut. Banyak fungsi

untuk mendapatkannya seperti dukungan berbagai jenis sistem koordinat dan

transformasi serta tentunya banyak pilihan parameter presentasi seperti skema warna,

kumpulan simbol, media dan lain lain.

Data yang diolah dalam SIG adalah data yang memiliki nilai posisi yang

dikatakan sebagai data spasial. Data spasial yang sudah memiliki georeferensi disebut

sebagai data geospasial. Data yang sudah diolah dan diinterpretasi menghasilkan

informasi yang bermanfaat sesuai kepentingan yang diinginkan. De By (2001)

mengatakan bahwa geoinformation adalah tipe informasi yang melibatkan interpretasi

dari data spasial.

Sistem mencakup manusia sebagai pengguna, komputer sebagai perangkat keras

dan berbagai pilihan perangkat lunak. Beberapa perangkat lunak yang digunakan

dalam sistem informasi geografis dan penginderaan jarak jauh yaitu Arcinfo, Arview, Er

Mapper, dan Erdas. Analisis data penginderaan jarak jauh menjadi salah satu input bagi

analisis SIG. Hasil akhir dari analisis SIG dipresentasikan dalam bentuk peta dan data

tabular yang menjadi dasar analisis suatu fenomena atau masalah yang dikaji.

SIG mampu mengintegrasikan data dari berbagai sumber sehingga dapat

memberikan analisis yang komprehensif. Penggunaan komputer dan perangkat lunak

Page 7: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

memberikan efisiensi waktu, biaya dan tenaga. SIG juga memungkinkan adanya

kegiatan monitoring yang dapat diandalkan dengan adanya pengelolaan basis data yang

berkesinambungan dan dapat diperbaharui.

Teknologi SIG telah digunakan di berbagai bidang seperti bidang kehutanan,

pertanian, lingkungan hidup hingga pemerintahan. SIG diharapkan dapat membantu

menelaah permasalahan yang dihadapi dan memberikan alternatif solusi bagi

permasalahan tersebut. Beberapa kegiatan yang telah memanfaatkan teknologi SIG

yaitu inventarisasi hutan, perencanaan hutan, analisis kesesuaian lahan, analisis

bencana, perencanaan wilayah, tata ruang wilayah dan lain lain.

Pengantar Pemetaan

Pemetaan telah dilakukan manusia dari ribuan tahun yang lalu dengan maksud

memberikan informasi mengenai dunia nyata. Konsep dan desain peta telah

berkembang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan pada berbagai aplikasi.

Kartografi sebagai ilmu dan seni pembuatan peta dimana penafsir menterjemahkan

fenomena dunia nyata (data primer) kedalam representasi yang tepat.

Peta mewakili gambaran sebagian permukaan bumi yang disajikan pada bidang

datar. Skala dan proyeksi menjadi dasar pembuatan peta. Hal ini terkait juga dengan

bentuk permukaan bumi yang tidak datar. Peta yang ideal akan menampilkan jarak

pada peta sesuai dengan jarak asli di permukaan bumi. Begitu pula dengan luas, sudut

atau arah dan bentuk suatu unsur yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

Proyeksi peta dilakukan agar bentuk permukaan bumi dapat didatarkan.

Proyeksi dikelompokkan berdasarkan bidang proyeksi, luas permukaan yang tetap,

bentuk yang tetap dan jarak yang tetap.

Sistem koordinat diperlukan dalam pemetaan dan kegiatan survei. Sistem

koordinat mengacu kepada Sistem Koordinat Nasional. Indonesia menggunakan

koordinat Universal Transverse Mercator (UTM). Seluruh permukaan bumi dibagi

kedalam zona dan jalur (Gambar 1.1).

Page 8: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 1.1. Pembagian permukaan bumi kedalam zona dan jalur

Wilayah Indonesia (90o – 144o BT dan 11o LS – 6o LU) terbagi dalam 9 zona UTM.

Zona tersebut dimulai dari zona 46 sampai zona 54. Penentuan posisi di Indonesia

menggunakan sistem koordinat Datum Geodesi Nasional 95 (DGN95). Penggunaan

DGN95 ini berdasarkan Surat Keputusan Ketua BAKOSURTANAL No.

HK.02.04/II/KA/96 tanggal 12 Februari 1996 yang menyatakan bahwa setiap kegiatan

Survei dan Pemetaan di wilayah Republik Indonesia harus menggunakan Datum

Geodesi Nasional 1995. Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) menggunakan

ellipsoid referensi WGS84.

Perangkat Lunak ArcGIS

Tahun 1969 Environmental Systems Research Institute (ESRI) di California

didirikan. Perusahaan ini bergerak di bidang perangkat lunak sistem informasi

geografi. Produk yang dikeluarkan adalah ArcGIS Desktop. Pengguna ArcGIS tersebar

di seluruh dunia dan digunakan di berbagai bidang yang berbeda.

ArcGIS adalah paket perangkat lunak yang terdiri dari produk perangkat lunak

sistem informasi geografis (SIG) yang meliputi ArcReader dan ArcGIS Desktop.

ArcReader digunakan untuk menampilkan peta yang dibuat menggunakan produk

ArcGIS lainnya.

ArcGIS Desktop memiliki tiga tingkat lisensi yaitu ArcView, ArcEditor dan

ArcInfo. ArcView memungkinkan pengguna menampilkan data spasial, membuat peta

terpadu dan melakukan analisis spasial. ArcEditor memiliki kemampuan seperti

Page 9: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

ArcView dengan tambahan peralatan untuk memanipulasi berkas shapefile dan basis

data. ArcInfo memiliki kemampuan seperti ArcEditor dengan tambahan fungsi

manipulasi data, penyuntingan, dan analisis.

Berikut adalah spesifikasi komputer minimum untuk bisa menjalankan ArcGIS

10.1 For Desktop:

CPU 2.2 GHz minimum atau lebih tinggi; Rekomendasi : Hyper-threading (HHT) atau Multi-core

Processor Intel Pentium 4, Intel Core Duo, atau Xeon ; SSE2 (atau yang lebih tinggi)

Memory/RAM 2 GB atau yang lebih tinggi

Display 24 bit

Resolusi layar 1024 x 768 atau lebih tinggi pada ukuran normal (96dpi)

Swap Space Tergantung OS yang digunakan, minimum 500 MB.

Hard Disk

Untuk hasil instalasi dibuthkan ruang sebesar 2.4 GB. Pada Windows System directory (biasanya ada di C:\Windows\System32), dibutuhkan tambahan 50 MB Jika menggunakan ArcGlobe dibutuhkan ruang yang lebih besar karena ArcGlobe akan membuat file cache saat di jalankan.

Video/Graphics Adapter

Minimum 256 MB RAM atau lebih tinggi. Usahakan yang mendukung NVIDIA, ATI dan INTEL chipset. Graphics accelerator 24-bit OpenGL version 2.0 runtime dan Shader Model 3.0 atau yang lebih tinggi.

Networking Hardware

TCP/IP, Network Card , atau Microsoft Loopback Adapter dibutuhkan untuk License Manager.

ESRI memberikan uji coba (free trial) gratis ArcDesktop selama 60 hari yang

dapat dimanfaatkan bagi siapa saja yang tertarik dengan sistem informasi geografi.

Lakukan download dan install ArcDesktop dari website ESRI setelah terlebih dahulu

memiliki account dan melakukan login.

Pengenalan Menu ArcGIS

Seperti halnya perangkat lunak yang lain, Program pada ArcGIS memiliki menu

menu yang harus kita mengerti. Menu-menu ini akan memandu kita melakukan

kegiatan sesuai dengan kebutuhan kita. Dalam pengenalan ArcGIS akan diketengahkan

menu-menu yang ada yang disajikan pada Gambar 1.2 sd Gambar 1.7.

Page 10: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

1. 2. Memulai ArcGIS

Berikut ini adalah cara bagaimana memulai pekerjaan dengan ArcGis (Gambar 1. 2).

- Start menu Program ArcGIS ArcMap

Gambar 1.2. Memulai dengan Arc Gis 3. Menu ArcMap

Menu pada Arc MAP disajikan pada Gambar 1.3.

Memperkecil besar tampilan peta

Memperbesar tampilan peta

Menampilkan peta di tengah layar

Menggerakkan peta

Select / Block peta

Searching/ Mencari file

Aktifkan pointer mouse

Melihat record peta

Memajukan/ memundurkan ukuran

peta

Membuke Layar Baru ArcMap

Membuka Template

Membuka Map yang telah ada

Mengukur jarak pada peta

Page 11: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 1.3. Menu pada Arc MAP

4. Menu File

Menu File dalam Arc GIS dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4. Menu File dalam Arc GIS 5. Menu Edit

Memindahkan / memotong bagian peta

Menggandakan bagian peta

Menyalin kembali bagian peta yang digandakan

Menghapus bagian peta

Mencari suatu bagian dari peta Memilih / tidak memilih seluruh bagian peta Memperbesar pada bagian peta yang dipilih

Gambar 1.5. Menu Edit dalam Arc GIS

Membuka lembar baru

Membuka File peta yang telah ada

Menyimpan File Peta

Menyimpan File Peta dan memberi nama file

Menambahkan data frame pada peta

Mengatur halaman dan Pengaturan Print

Melihat tampilan sebelum di cetak

Mencetak peta

Memasukkan file peta yang di simpan sebagai Project

Mengirim bentuk peta sebagai file PDF, JPEG,

dll

Page 12: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

6. Menu View

Tampilan peta dengan keseluruhan data Tampilan peta dalam layout

Memperbesar/memperkecil tampilan peta Memperbesar/memperkecil tampilan layout

Menampilkan/menghilangkan menu-menu bar yang dibutuhkan

Menampilkan/menghilangkan penggulung layar Menampilkan/menghilangkan penggaris layar Menampilkan/menghilangkan pemandu layar

Menampilkan garis snap

Mengolahan properties data frame

Gambar 1.6. Menu View dalam Arc GIS 7. Menu Insert

Memasukkan data frame peta

Memberi judul peta

Menuliskan teks pada peta

Memberi garis tepi pada peta

Memberikan keterangan (legend)

peta

Memasukkan arah mata angina

Memasukkan skala batang

Memasukkan skala nominal

Memasukkan gambar lain ke peta

Memasukkan objek lain ke pet

Gambar 1.7. Menu Insert dalam Arc GIS

Page 13: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

BAB 2

KOREKSI GEOMETRI

Data dalam SIG dapat berasal dari berbagai sumber data. Data tersebut harus

dapat dibaca dan diolah dalam SIG. Salah satu data yang dapat digunakan adalah data

raster. Data raster biasanya diperoleh dengan cara scanning peta, hasil foto udara dan

citra satelit. Namun demikian, dataset peta hasil scan biasanya tidak berisi informasi

referensi spasial. baik yang tersimpan di dalam file atau disimpan sebagai suatu file

yang terpisah.

Untuk menggunakan beberapa dataset raster bersama dengan data spasial yang

lain yang sudah ada, harus melakukan proses georeferencing kedalam sebuah sistem

koordinat (koreksi geometrik). Suatu sistem koordinat peta adalah penggunaan sebuah

proyeksi pada sebuah peta atau data (sebuah metoda dimana permukaan lengkung

bumi digambarkan sebagai suatu permukaan datar).

Ketika melakukan georeference pada dataset raster, menggambarkan lokasi

dengan menggunakan koordinat peta dan menempatkannya kedalam sebuah sistem

koordinat. Georeferencing data raster menjadikan data raster tersebut mudah

ditampilkan, ditelusuri dan dianalisa dengan data geografis yang lain.

Rektifikasi adalah sebuah proses transformasi data, dari data yang belum

mempunyai koordinat geografis menjadi data yang akan mempunyai koordinat geografi

(georeferensi). Data yang sudah direktifikasi selanjutnya dapat ditumpangsusunkan

atau dioverlaykan dengan beberapa data lain yang sudah tereftifikasi lebih dulu seperti

data raster/image (foto udara, citra satelit atau peta scan dengan data spasial) di dalam

GIS. Georeferencing memberikan referensi geografis pada data grafik yang belum

memiliki koordinat bumi. Praktek modul ini bertujuan agar peserta apat melakukan

koreksi geometri atau memberi koordinat geografis pada peta tematik yang belum

memiliki referensi keruangan. Beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk

mengoreksi koordinat peta adalah sebagai berikut.

Sebelum memulai koreksi geometris, data atau peta yang memiliki koordinat geografis di “add” pada monitor display. Sebaiknya juga ditentukan sistem proyeksi apa yang akan digunakan sebelum koreksi geometris.

Dari Menu File → klik Add Data atau klik , muncul dialog box “Add Data” : yaitu

Page 14: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

untuk memasukkan peta dalam bentuk JPEG atau hasil pemindaian yang akan dikoreksi (Gambar 2.1).

Klik kanan di bagian kosong Menu Bar Pilih georeferencing

Klik Add Control Point pada Menu Georeferencing Klik Input X and Y, Masukkan nilai koordinat X dan Y pada peta

Page 15: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Klik OK Pemberian koordinat tersebut dilakukan paling sedikit di tiga titik yang mewakili

area yang dikoreksi.

Menyimpan hasil koreksi koordinat peta dengan Klik Rectify pada Menu Georefencing

Masukkan Lokasi (folder) tempat hasil koreksi akan disimpan.

Page 16: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Jenis atau tipe data yang akan disimpan untuk Koreksi peta harus ditentukan,

misalnya dalam bentuk ERDAS IMAGINE (*.img) Klik Save.

Gambar 2.1. Proses memasukkan peta dalam bentuk JPEG dan Georeferencing

Page 17: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Bab 3

Membuat Data Spasial

Data spasial dibuat dengan tujuan agar data-data dapat dibaca, dipanggil dan

diolah secara otomatis. Data spasial dapat diperoleh dengan cara melakukan digitasi.

Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog kedalam

format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah, dan lain-lain yang

sebelumnya dalam format raster Pada sebuah citra satelit resolusi tinggi dapat diubah

kedlam format digital dengan proses digitasi.

Proses digitasi secara umum dibagi dalam dua macam yaitu (1) Digitasi

menggunakan digitizer dan (2) Digitasi onscreen di layar monitor. Dalam proses

digitasi menggunakan digitizer memerlukan sebuah meja digitasi atau digitizer. Adapun

digitasi onscreen paling sering dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak

memerlukan tambahan peralatan lainnya, dan lebih mudah untuk dikoreksi apabila

terjadi kesalahan. Peta yang dapat didigitasi onscreen adalah peta yang telah

direktifikasi. Oleh karena itu, peta yang sudah direktifikasi dipanggil ke dalam ArcMap

dengan cara File> Add Data di toolbar menu. Peta dalam bentuk “img” dipanggil

(Gambar 3.1 sampai dengan Gambar 3.16).

Gambar 3.1. Cara memanggil file rektifikai

Langkah – langkah untuk melakukan digitasi onscreen adalah sebagai berikut berikut

ini :

Page 18: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

1. Mengidentifikasi terlebih dahulu objek-objek yang akan didigitasi, yaitu titik,

garis dan polygon.

2. Setelah objek teridentifikasi, langkah selanjutnya membuat shapefile untuk

masing-masing kategori objek melalui ArcCatalog.

3. Membuka ArcCatalog melalui klik menu ArcCatalog di menu toolbar.

Gambar 3.2. Membuka ArcCatalog di menu toolbar

4. Jika ArcCatalog terbuka, pilih folder dimana shapefile yang akan dibuat ingin

disimpan. Misalnya, data hasil digitasi akan disimpan di folder “data gis” di drive

D.

5. Klik kanan jendela bagian kanan ArcCatalog sehingga muncul beberapa pilihan,

kemudian klik New > pilih Shapefile.

Gambar 3.3. Beberapa pilihan pada ArcCatalog

Kemudian akan muncul jendela “Create New Shapefile”. Isikan nama shape file

yang akan dibuat di text box Name, dan tentukan jenis feature (Feature Type) di

Page 19: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

dropdown list Feature Type.

Gambar 3.4. Memberi nama shapefile dan menentukan jenis feature

Misalkan, jika akan mendigitasi objek jalan, maka isikan “Jalan” dalam text box Name,

kemudian pilih Polyline di dropdown list Feature Type sebagai jenis feature-nya.

Feature Type atau jenis feature merupakan gambaran objek-objek pada dunia nyata ke

dalam bentuk geometri sederhana. Objek yang memanjang seperti jalan, pipa air,

jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, dan lain-lain diilustrasikan dalam betuk garis

(Line/Polyline), untuk objek-objek yang memiliki luasan dan berbentuk area seperti

sawah, kolam, rumah, batas desa, dan lain-lain direpresentasikan dalam bentuk

Polygon. Adapun untuk objek-objek yang berbentuk titik-titik seperti lokasi tower,

lokasi tiang listrik, lokasi sumur bor, dan lain lain dipresentasikan dalam bentuk Point.

Sebelum memulai digitasi sistem koordinat yang digunakan harus didefinisikan

terlebih dahulu. Untuk menentukan sistem koordinat shapefile yang akan dibuat, klik

Edit, hingga muncul jendela “Spatial Reference Properties” seperti tampak pada Gambar

3.5.

Isikan nama shapefile

Tentukan jenis feature-nya

Page 20: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 3.5. Menentukan sistem koordinat shapefile yang akan dibuat

Klik tombol Select, sehingga muncul jendela “Browse for Coordinate System”.. Pilih

pilihan Projected Coordinate Systems misalnya untuk suatu daerah Sumatera Utara

menggunakan UTM (Universal Transverse Mercator) zone 47N, dengan datum WGS

1984. maka pilih Utm, kemudian pilih Wgs 1984, setelah itu pilih WGS 1984 UTM Zone

47N.prj

Page 21: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 3.6. Memilih Projected Coordinate Systems untuk suatu daerah menggunakan

UTM

Setelah shapefile berhasil dibuat, akan tampak di jendela display Arc Catalog.

Setelah identitas shapefile dibuat, selanjutnya dilaksanakan kegiatan digitasi. Kembali

ke ArcMap, kemudian tambahkan atau panggil shapefile-shapefile yang akan digitasi,

mengunakan tombol Add Data.

Untuk memulai digitasi, pilih menu Editor > Start Editing

Gambar 3.7. Memulai digitasi

Page 22: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Kemudian akan muncul jendela seperti gambar di bawah ini. Dalam jendela tersebut

akan muncul nama-nama layer yang akan di edit yang berada dalam satu folder yang

sama. Klik tombol Start Editing untuk memulai digitasi.

Gambar 3.8. Klik tombol Start Editing untuk memulai digitasi

Dalam kegiatan digitasi penggunaan tool snapping akan sering dilakukan. Snapping

adalah suatu tool yang sangat berguna untuk mendeteksi titik (Vertex), ujung garis

(End), atau tepi(Edge) dari vektor shapefile. Tool ini sangat bermanfaat untuk

menghubungkan atau menghimpitkan antar garis atau titik dalam proses digitasi,

sehingga bisa mereduksi kesalahan dalam digitasi berupa garis yang tidak nyambung

atau berhimpit. Untuk mengaktifkan snapping pilih menu File> View >Toolbar > Editor

Snapping. Selanjutnya akan muncul jendela “Snapping Environment”. Berilah tanda

check pada masing-masing layer sesuai pilihan-pilihan snapping yang diinginkan

Selanjutnya untuk memulai digitasi, pada Menu utama pilih View > Toolbars > Editor,

kemudian pilihlah layer yang akan didigitasi di dropdown list Target. Misalnya layer

jalan. Pada dropdown list Task pastikan memilih Create New Feature. Kemudian pilih

tombol Sketch Tool, seperti terlihat pada Gambar 3.9.

Page 23: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 3.9. Memulai digitasi

Untuk memulai digitasi arahkan mouse ke objek “medan” dalam gambar, klik pada

sebuah titik permulaan, kemudian ikuti sepanjang jalan tersebut dengan mouse, klik

pada tiap-tiap belokan (setiap klik akan menghasilkan vertex), sehingga tergambar

garis hasil digitasi tersebut.

Setelah selesai mendigitasi garis maka dilanjutkan dengan mendigitasi Polygon. Detail-

detal yang berupa area dan memiliki luas didigitas satu per satu dan disimpan setelah

selesai.

Demikian juga setelah selesai mendigitasi garis dan poligon maka dilanjutkan dengan

mendigitasi titik-titik landmark. Detail-detal yang berupa lokasi atau titik didigitasi

satu per satu dan disimpan setelah selesai.

Dropdown list

Contruction tool

Layer yang

didigitasi

Sketch Tool

Page 24: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 3.10. Mendigitasi titik-titik landmark

Untuk mendigitasi layer-layer yang lain, ganti nama layer pada menu Target di toolbar

menu Editor. Untuk menghentikan digitasi, cukup double click pada titik akhir digitasi..

Hasil digitasi harus disimpan sehingga memudahkan untuk memanggil lagi. Untuk

menyimpan hasil digitasi, klik menu Editor > Save Edits. Untuk menghentikan digitasi

pilih Stop Editing.

Gambar 3.11. Menyimpan hasil digitasi

Page 25: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Annotasi Sederhana

Jika akan memberikan annotasi dengan teks untuk memberikan tanda Kecamatan

Jantho pada image dibawah ini.

Cara termudah menggambar obyek di ArcMap adalah menggunakan sistem annotasi

dan toolbar drawing. Tombol Draw sama seperti yang terdapat di produk Microsoft dan

memberikan pilihan dalam membuat bentuk, titik, garis dan teks di peta . Tombol ini

terletak dibawah kiri tampilan ArcGIS.

Gambar 3.12. Menggunakan sistem annotasi dan toolbar drawing

Berlatih dengan beberapa annotasi dipeta, meskipun tidak terdapat layer

sesungguhnya tetapi hanya bentuk obyek dasar di peta.

Dari panel Draw, klik tombol teks. Ketik Kecamatan Jantho pada peta.

akan berlatih untuk memberikan annotasi pada beberapa nama kota dipeta.

Untuk memperindah tampilan, dapat mengubah beberapa teks warna, ukuran

maupun stylenya. Caranya: pertama, dengan memilih keterangan teks lalu ubahlah

warna, style dan atau ukuran teks. Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan drawing

tools yang dibawah tampilan ArcGIS.

Gambar 3.13. Memperindah tampilan

Untuk titik, dapat menandakan dengan memasukkan symbol. Untuk melakukannya,

klik tombol Marker dan tambahkan point. dapat memilih point yang diinginkan dan

merubah warna maupun simbolnya. Caranya ialah dengan mengklik kanan pada

point yang ada, lalu ubahlah tampilan point dengan mengklik Change Symbol. Pada

Page 26: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

bagan tersebut, dapat merubah warna, ukuran maupun bentuk dari point yang ada.

Gambar 3.14. Merubah warna dan simbol

Apabila dirasa perlu bentuk yang lain dari yang telah ada pada bagan pilihan bentuk

Symbol Selector, dapat mengklik More Symbols dan mendapatkan beberapa pilihan selain

yang sudah tersaji sebelumnya di Symbol Selector.

Gambar 3.15. Cara merubah bentuk yang lain dari yang telah ada pada bagan pilihan

Page 27: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Pastikan tidak lupa untuk selalu menyimpan hasil latihan. Simpanlah map document

latihan ini dengan mengklik Save pada File tools yang terletak dipojok kiri atas

tampilan ArcGIS. Setelah itu pilih folder penyimpanan di

c:\BasicArcGIS\Data\filename.mxd

Gambar 3.16. Menyimpan hasil latihan

Sebagai catatan, anotasi sederhana yang dilakukan sebelumnya adalah diperuntukkan

untuk keindahan grafik bukan untuk pembuatan data spatial. Sehingga teks dan

features (seperti titik dan garis) hanya bagian dari layout bukan informasi spasial.

Page 28: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

BAB 4

PENGOLAHAN DAN PEMBUATAN DATA PETA

Prinsip GIS adalah mengolah dan menganalisa data-data yang tersimpan sebagai

data digital dalam database sebuah sistem informasi geografis. Sistem informasi

geografis, dunia nyata digambarkan berdasarkan posisi ruang (space) dan klasifikasi,

atibut data, dan hubungan antar item data. Tingkat ketelitian dan kedetailan peta

digital bergantung pada skala dan dasar acuan geografis. Data yang validitasnya tinggi

merupakan kunci kualitas output analisis dalam SIG.

Data yang digunakan berasal dari data skunder yang sudah dimiliki maupun

data primer yang langsung diukur di lapangan. Data hasil pengukuran lapangan dapat

digunakan untuk memperbarui (updating) ataupun menambah informasi baru.

Penyusunan data base harus dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan

pemanggilan kembali dan analisis data spasial. Tahapan-tahapan yang harus

dikerjakan dalam analisis dan pembuatan data sebagai berikut (Gambar 4.1 sd Gambar

4.30).

1. Open Data

Dari Menu File → klik Open atau klik , muncul dialogbox OpenFile, (Gambar 4.1).

Gambar 4.1. Membuka data

Pilih File data peta yang ingin dibuka (misalnya : registrasi) → klik Open

2. Menambahkan Data Frame

Page 29: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Dari Menu File → klik Add Data atau klik , muncul dialogbox Add Data

Gambar 4.2. Menambahkan Data Frame

Pilih File data peta yang ingin dibuka (misal : tutupanlahan2011) → klik Add

3. Membuat shapefile baru Data shapefile dikelola dalam ArcCatalog, oleh karenannya untuk memulai pembuatan

shapefile baru dimulai dari “Klik tools ArcCatalog ”

Gambar 4.3. Memulai pembuatan shapefile baru

Tentukan direktori lokasi File yang ingin di simpan

Page 30: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 4.4. Menentukan direktori lokasi File yang ingin di simpan

Klik Kanan pada Folder yang akan dibentuk Shapefile New Shapefile

Gambar 4.5. Membuat folder yang akan dibentuk Shapefile

Isi nama shapefile pada dialog Name Pilih Jenis layer yang anda inginkan

Page 31: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 4.6. Memberi nama shapefile pada dialog Name

Untuk menentukan proyeksi klik tab Edit. Klik select

Gambar 4.7. Menentukan proyeksi klik tab Edit

Pilih Projected Coordinate System

Page 32: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 4.8. Memilih Projected Coordinate System

Pilih Utm

Gambar 4.9. Memilih Projected Coordinate System UTM

Pilih WGS 1984 lalu Add

Page 33: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 4.10. Memilih WGS 1984

Klik Ok

Gambar 4.11. Shapefile yang telah dibuat selesai

Klik Ok

Shapefile yang telah dibuat Addkan pada ArcMap klik Star Editing klik

tool Pensil Kerjakan Penambahan Shepefile Stop Editing.

4. Editing Tools

Page 34: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

ArcGis – ArcMap memiliki kemampuan Meng-Edit File-file berformat data vektor

seperti Coverages, Shapefiles, dan Geodatabases. Semua fungsi-fungsi editing terdapat

dalam toolbar berikut:

Edit Tool Sketsa Tool Task List Layer Control Attribute

Editor Menu Commands

Gambar 4.12. Fungsi-fungsi editing terdapat dalam toolbar

Edit Commands : Menu yang berisi perintah editing untuk memulai,

mengakhiri, dan menyimpan hasil editing. Edit Tool: Tool yang digunakan untuk memilih fitur yang akan di-edit Sketsa Tool: Tool Utama ini untuk mengedit fitur spasial, yang memungkinkan

kita untuk melakukan digitasi fitur yang baru, maupun memodifikasi shapefile yang telah ada.

Task List: Tempat yang menunjukkan bagian dari fitur class yang sedang di-edit.

Layer Control: Bagian yang mengatur pilihan layer yang akan di-edit.

Kotak Attribute: Bagian yang memungkinkan untuk meng-edit nilai attribute

dari fitur yang dipilih.

5. Proses Digitasi Proses digitasi Point (titik)

Page 35: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Add Shapefile point yang telah dibuat dari ArcMAP

Klik File Add Data atau Klik

Gambar 4.13. Memulai proses digitasi Point (titik)

Klik Editor Start Editing . Editor toolbar telah aktif dan siap untuk memulai editing.

Klik tombol panah kebawah dari Menu Task List dan Klik Create New Feature.

Klik tombol panah kebawah Target Layer Control dan Klik suatu layer Point.

Klik Sketsa tool

Klik pada peta untuk menghasilkan suatu titik.

Gambar 4.14. Proses digitasi Point (titik)

Menyimpan Hasil Editing: Klik Editor Menu dan Klik Save Edits. Proses edit yang telah dilakukan telah tersimpan dalam database-nya.

Page 36: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Mengakhiri Editing : Klik Menu Editor dan Klik Stop Editing. Pilih Yes untuk mengakhiri dengan menyimpan hasil editing, atau Pilih No untuk mengakhiri tanpa menyimpan

Menambah Field pada Table atau membuat keterangan Point

Klik kanan Field pada Table of Contents Open Attribute Table

Klik Option AddFile Isikan nama field pada Name Type Field Properties

Klik OK

Gambar 4.15. Menambah Field pada Table atau membuat keterangan Point

Mengisi keterangan pada Field yang telah dibuat:

Klik tanda edit Tool Klik pada salah satu Point yang telah dibuat supaya tidak keliru dalam mengisi keterangan Point pada Table.

Page 37: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 4.16. Mengisi keterangan pada Field yang telah dibuat

Editor Start Editing Double click pada tempat yang akan di-isikan recordnya.

Setelah diisi data atributnya Klik Editor Stop Editing

Lakukan langkah yang sama untuk mengisi keterangan pada baris berikutnya hingga selesai.

Mengakhiri Klik Editor Menu dan Klik Stop Editing. Klik Yes untuk mengakhiri dengan menyimpan.

Merubah/memodifikasi tampilan jenis point

Klik kanan pada Field di dalam Table of Contents Properties Pilih menu Symbology pada layer Properties

Double Klik pada jenis symbol Point

Page 38: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 4.17. Merubah/memodifikasi tampilan jenis point

Pilih model dan warna yang diinginkan Klik OK

Gambar 4.18. model dan warna yang dipilih

Membuat point atau vertex dengan Sistem Koordinat Peta (Absolute X, Y)

Klik Sketsa tool

Page 39: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Klik kanan dibagian mana saja dari peta dan Klik Absolute X, Y.

Masukkan nilai koordinat yang diinginkan, kemudian tekan Enter

Proses Digitasi Polyline

Add Shapefile polyline yang telah dibuat dari ArcMAP, Kemudian ikuti langkah-langkah seperti Proses Digitasi pada Point

Klik File Add Data atau Klik lakukan proses digitasi

Klik pada peta untuk digitasi membentuk Line

Setelah selesai, Klik kanan pada peta dan Klik Finish Sketch atau Double Klik

pada titik terakhir dari Line

Gambar 4.19. Proses Digitasi Polyline

Edit Line

Membuat Line baru dengan melanjutkan line yang telah ada

Klik Editor menu Snapping

Page 40: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 4.20. Edit garis

Klik Sketsa tool Lanjutkan proses digitasi

Gambar 4.21. Penggunaan Sketsa tool

Proses Digitasi Polygon

Add Shapefile polygon yang telah dibuat dari ArcMAP, Kemudian ikuti langkah-langkah seperti Proses Digitasi pada Point dan palyline

Klik File Add Data atau Klik , Lakukan Proses Digitasi Klik pada peta untuk mendigitasi membentuk Poligon

Gambar 4.22. Proses mendigitasi membentuk Poligon

Page 41: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Setelah selesai, Klik kanan pada peta dan Klik Finish Sketch atau double Klik pada titik terakhir dari Poligon

Perluasan Polygon

Aktifkan Polygon yang mau diperluas Area nya Klik tombol Reshape Feature

Gambar 4.23. Perluasan Polygon Mulai digit dari dalam Polygon dan akhiri dengan double Klik di dalam Polygon

juga

Page 42: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 4.24. Memulai dan mengakhiri perluasan Polygon

Klik Editor Menu dan Klik Save Edits (kalau mau menyimpan)

Memotong/membelah Polygon

Aktifkan Polygon yang mau dipotong Klik tombol Cut Polygon Feature Dimulai dari luar Polygon dan diakhiri dengan double Klik diluar Polygon yang

dipotong

Gambar 4.25. Mengaktifkan Polygon yang mau dipotong

Gambar 4.26. Proses memotong/membelah Polygon

Page 43: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Membuat Poligon baru bersebelahan dengan polygon yang sudah ada dengan batas

dua polygon berimpit sama.

Klik tombol panah ke bawah dari Menu Task List dan Klik Auto-Complete polygon

Mulai digit dari dalam Polygon dan akhiri dengan double Klik didalam Polygon yang sama.

Gambar 4.27. Membuat Poligon baru bersebelahan dengan polygon yang sudah ada dengan batas dua polygon berimpit sama

Page 44: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 4.28. Mulai digit dari dalam Polygon dan akhiri dengan double Klik didalam Polygon yang sama

Pengabungan dua polygon atau lebih menjadi satu polygon

Blok Polygon yang mau digabung Klik Editor menu Merge Klik OK Membuat Id/Keterangan Polygon pada Table sama dengan yang dilakukan pada Point dan Line 6. Proses Peng-Edit-an

Memulai Editing: Klik Editor Menu and Klik Start Editing. Editor toolbar telah aktif dan siap untuk memulai editing.

Menyimpan Hasil Editing: Klik the Editor Menu dan Klik Save Edits. Proses edit yang telah dilakukan telah tersimpan dalam database-nya.

Mengakhiri Editing : Klik Editor Menu dan Klik Stop Editing. Klik Yes untuk mengakhiri dengan menyimpan hasil editing, atau Klik No untuk mengakhiri tanpa menyimpan

Mencari Record

Klik kanan File pada Table of Contents Open Attribute Table Option Select by Attributes

Gambar 4.29. Prosses mencari record Mengkopi Layer

Klik kanan File dalam Table of Contents Save As Isi nama filenya Save

Membuat dua label pada peta dapat kerjakan dengan menambah layer yang sama

Record pada Field dalam Table

Field dalam Table Logika Matematika

Command untuk mencari

Record

Page 45: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

atau menimpakan layer dengan layer yang sama dan memberikan label yang berbeda, kemudian mentransparansikannya.

Mentransparansikan Layer

Gambar 4.30. Proses Mengkopi Layer

Controller Transparansi

Page 46: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

BAB 5

MEMASUKKAN DATA GPS

ArcGIS dapat menggunakan data yang berasal dari perekaman Geographics

Positioning System (GPS). Ini sangat bermanfaat bagi pembaharuan basis data dalam

Sistem Informasi Geografis. ArcGIS dapat membaca data yang berasal dari GPS dalam

format “txt”, maupun dbf. GPS merupakan alat untuk merekam posisi geografis suatu

obyek di permukaan bumi. GPS yang umumnya digunakan dikelompokkan ke dalam GPS

navigasi, mapping dan geodetic. GPS yang digunakan dalam panduan ini adalah GPS

navigasi Garmin Type 60 CS. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui untuk memasukkan

data GPS ke dalam sistem informasi geografis dengan ArcGIS sebagai berikut.

1. Instal DNR Garmin

Menjalankan pemasangan DNR Garmin dengan Klik dnrgarminsetup.exe dari CD

Gambar 5.1. Menjalankan pemasangan DNR Garmin

Klik Next

Page 47: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 5.2. Lisence Agriment pada DNR Garmin

Kemudian pilih I accept the terms in license agreement. Klik Next

Gambar 5.3. the terms in license agreement pada DNR Garmin

Page 48: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 5.4. Proses instal pada DNR Garmin selesai

Untuk mendownload data koordinat dari Receiver Garmin GPS 60, klik toolbar DNR

Garmin Open Garmin GPS.

Akan muncul windows MN DNR Garmin / ArcView.

Gambar 5.5. Mendownload data koordinat dari Receiver Garmin

Setting port yang akan digunakan, pilih port-nya USB. Kalau sudah tersambung akan

Page 49: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

muncul tulisan Connected di kolom sebelah kiri pojok. Dan disitu tertulis tersambungnya ke

GPS 60i Software version 2.10 VERBMAP None beserta Lat dan Long-nya.

Gambar 5.6. Menyambungkan data koordinat dari Receiver Garmin ke ArvGIS/Arc view

Sebelum mendownload file koordinat dari GPS, system proyeksinya harus didefinisikan

terlebih dahulu dengan meng-klik File - Set Projection.

Gambar 5.7. Set Projection untuk mendefinikan system proyeksi

Setelah muncul DNR Garmin Properties, pada lembaran Projection tandai pilihan ESRI,

kemudian Datum/Projections-nya pilih GCS_WGS_1984. Klik OK.

Page 50: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 5.8. Set Datum/Projections-nya dengan memilih GCS_WGS_1984

Setelah selesai mendefinisikan system proyeksi Garmin, maka untuk mengunduh (download)

titik koordinat “klik” toolbar Waypoint - Download.

Page 51: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 5.9. Mengunduh (download) titik koordinat

Secara default program ini akan memunculkan seluruh titik-titik yang tersimpan dalam GPS

Garmin.

Gambar 5.10. Memunculkan seluruh titik-titik yang tersimpan dalam GPS Garmin

Page 52: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Untuk menghapus titik yang tidak diperlukan, pilih satu baris pada tabel yang akan dihapus,

untuk menambah pilihan klik baris satunya lagi sambil menekan tombol shift.

Setelah dipilih, simpan titik koordinatnya. Salah satunya dalam bentuk shapefile (shp)

atau dalam bentuk database (dbf).

Klik toolbar File Arcview Shapefile

Gambar 5.11. Menyimpan titik koordinat

Simpan shapefile-nya di folder kerja yang digunakan. Klik Save. Misalnya dengan nama

“titiklapangan”. Selain itu koordinat titik dari GPS juga dapat disimpan dalam bentuk

“txt” misalnya “titiklapangan.txt”.

Add data atau Klik ArcMAP, untuk memanggil data “titiklapangan.txt” atau

“titiklapangan.dbf” dari data folder.

Page 53: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 5.12. memanggil data “titiklapangan.txt” atau “titiklapangan.dbf” dari data folder

Klik kanan pada data yang telah “lia_jamanis” Add Display XY Data

Gambar 5.13. Mendisplay XY Data

Setelah data terdisplay pada jendela display, perlu didefinisikan sistem proyeksinya. Untuk mendefinisikan system proyeksi, klik tab Edit.. Klik select . Pilih Projected Coordinate System, Pilih UTM, Pilih WGS 1984 dan pilih Northern Hemisphere, pilih WGS 1984 Zona 47N, Klik OK.

Page 54: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 5.14. Memilih Projected Coordinate System

Pemilihan system koordinat akan muncul lagi pada display “Display XY Data”.

Terdapat deskripsi system koordinat yang diinputkan, jika sudah sesuai maka klik Ok,

Selanjutnya even layer “titiklapangan” akan tertera di TOC, klik kanan pada

“titiklapangan”, dan pilih “zoom to layer”, sehingga seluruh titik lapangan akan tampil dalam satu display.

Page 55: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

- - -

Gambar 5.14. Menampilkanseluruh titik lapangan akan tampil dalam satu display - Layer “titiklapangan” selanjutnya disimpan dengan mengeksport event layer

tersebut menjadi Shapefile.

Klik kanan pada layer koordidat.txt events dan pilih Data Export Data

Gambar 5.15. Export Data

- Simpan file (dokumen hasi kerja) tersebut ke dalam folder kerja. Misalnya beri

nama file ”koordinat cek lapangan”. Klik OK Klik Yes. Hasil kerja dari tahap ini

Page 56: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

adalah titik titik lapangan hasil pengecekan di lapangan telah menjadi bentuk “

shapefile” dan disimpan dalam folder kerja.

Gambar 5.15. Menyimpan dalam folder kerja

Page 57: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

BAB 6

TATA LETAK DAN DESAIN PETA

Tahapan terakhir dari pekerjaan pembuatan peta adalah penyajian data.

Penyajian data dapat berbentuk peta, tabel atau grafik. Untuk mendapatkan tampilan

yang menarik tentang penyajian peta, grafik dan tabel memerlukan tata letak yang

proporsional dan sesuai dengan standar. Melalui fasilitas layout (tata letak) dapat

diatur data yang akan digunakan sebagai output dari proses atau analisis GIS yang

digunakan serta bagaimana data tersebut akan ditampilkan.

Tata letak peta merupakan teknik menampikan peta, bagan, tabel dan data grafis

(asli maupun import) dalam sebuah tampilan dengan skala tertentu. Tata cara

penyajian mengikuti aturan atau standar peta yang ditetapkan oleh Badan Informasi

Geospasial dalam SNI Peta Tematik. Tata letak membatasi data yang akan digunakan

serta bagaimana tampilannya. Sifat tata letak dalam Sistem Informasi Geografis adalah

dinamis, karena bisa membuat grafis yang berhubungan langsung dengan data.

Misalnya jika data pada peta berubah, maka layout secara otomatis ikut berubah.

Tahapan-tahapan dalam mengatur tata letak penyajian peta sebagai berikut (Gambar 1

sd Gambar 6.35).

Buka file view peta yang akan disajikan dan diatur tata letaknya. Tampilan view

pulau Samosir dan sekitarnya akan diatur tata letaknya

Gambar 6.1. File view peta yang akan disajikan dan diatur tata letaknya

Page 58: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Berdasarkan data view di atas, ditampilkan dalam bentuk layout view. Menu View

layout view

Gambar 6.2. Bentuk layout view

Selanjutnya akan muncul tampilan seperti di bawah ini

Gambar 6.3. bentuk layout view Pulau Samosir

Page 59: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.4. Icon pada layout view

Ukuran kertas ditentukan sesuai dengan keperluan pencetakan peta. Memilih

ukuran kertas untuk layout peta Klik File Klik Page and print setup

Gambar 6.5. Menu untuk memilih ukuran kertas untuk layout peta

Selanjutnya Pilih Paper pilih ukuran kertas yang diinginkan, Misalnya

ukuran A4

Memperbesar tampilan peta pada Layout

Memperkecil tampilan peta pada Lauout

Menggerakkan peta pada Layout

Tampilan Layout 100%

Back

Page 60: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.6. Menu untuk memilih ukuran kertas seperti A4

Posisi kertas dapat dirubah sesuai dengan tata letak yang diinginkan. Merubah posisi kertas - Klik Orientation pilih Portrait atau Landscape - Klik OK

Gambar 6.7. Merubah posisi kertas

Page 61: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Langkah selanjutnya adalah menampilan Legenda Peta yang menjelaskan peta yang akan dicetak. Memunculkan Legenda Klik Insert Klik Legend

Gambar 6.8. Memunculkan Legenda

Pada kotak dialog ”legend wizard” pilih Layer yang akan dimunculkan sebagai legend Klik Next

Gambar 6.9. Kotak dialog ”legend wizard”

Setelah memilih legend yang akan ditampilkan selanjutnya mengatur Format

Penulisan Judul Legend

Page 62: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.10. Mengatur Format Penulisan Judul Legend

Mengatur Frame (Bingkai) untuk Legend Klik Next

Gambar 6.11. Mengatur Frame (Bingkai)

Page 63: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Mengatur Format Area Legend Klik Next

Klik Next

Gambar 6.12. Mengatur Format Area Legend

Klik Finish untuk menampilkan hasil pengaturan / layout

Page 64: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.13. Menampilkan hasil pengaturan / layout

Standar peta juga memuat arah mata angin. Selanjutnya menampilkan Mata

Angin

Gambar 6.14. Menampilkan Mata Angin

- Pilih bentuk yang diinginkan Klik OK - Pilih Insert pilih North Arrow

Page 65: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.15. Memilih bentuk mata angin

Untuk menunjukkan besarnya ukuran peta maka perlu menampilkan skala

peta, melalui penampilan Skala Batang - Klik Insert Klik Scale Bar

Gambar 6.16. Menampilkan skala

Page 66: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

- Pilih model Scale Bar Klik OK

Gambar 6.17. Memilih model skala bar

Selain skala batang, dapat juga ditampilkan Skala Angka - Klik Insert Klik Scale Text

Gambar 6.18. Memilih model skala angka

- Pilih model Scale Bar Klik OK

Page 67: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.19. memilih model Scale Bar

Sangat penting untuk memberi nama /judul peta. Menampilkan Judul Peta

Gambar 6.20. Menampilkan Judul Peta

- Pilih Insert pilih Title - Kemudian menulis judul peta yang diinginkan pada kolom yang disediakan di

Page 68: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

kotak dialog. Pada kotak dialog ini dapat memilih jenis huruf, ukuran huruf dan tampilan huruf.

Gambar 6.21. Menulis judul peta

Sistem koordinat yang dimiliki oleh peta dapat ditampilkan dalam grid

koordinat. Grid koordinat ditampilkan melalui. - Pilih View Klik Data Frame Properties

-

Gambar 6.22. Menampilkan Grid koordinat

Page 69: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Selanjutnya Pilih Tab Grid pilih New Grid Next

Gambar 6.23. Menampilkan Grid koordinat melalui Tab Grid

- Pilih jenis grid yang dikehendaki

Page 70: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.24. Memilih jenis grid

- Pilih Next

Gambar 6.25. Memilih axes dan label

- Pilih Finish

Page 71: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.26. Pembuatan grid selesai

- Pilih Apply Klik OK

Gambar 6.27. Membuat data frame

Mengubah Tampilan Skala Bar

- Klik kanan Scale Bar pilih Properties

Page 72: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.28. Mengubah Tampilan Skala Bar

Gambar 6.29. Menampilkan Skala Bar

Legend dapat diubah tampilannya

- Klik kanan pada kotak legend Pilih Covert To Graphics - Klik kanan lagi pada kotak legend Pilih Ungroup

Page 73: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.30. Mengubah tampilan legend Mengedit teks pada kotak legend Ketik pada Tab Text pilih OK

- Pilih teks yang akan di edit pilih Properties

Gambar 6.31. Mengedit teks pada kotak legend

Page 74: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Untuk membuat tampilan lebih menarik, peta dapat diberi tambahan bingkai pada layoutnya (Gambar 6.32).

- Pilih Insert Pilih Neatline

Pilih Border Pilih Style Selector

Page 75: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Pilih yang Anda suka Pilih OK Sehingga muncul tampilan akhir seperti berikut:

Gambar 6.32. Membuat bingkai pada layout peta

Memberi warna Background Peta dalam Grid

Insert Neatline

Page 76: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.33. Memberi warna Background Peta dalam Grid

Menampilkan Grafik

Tools Graph Create Pilih modelnya Next Next Finish Membuka Report

Tools Report Pindahkan Available Field Report Field Generate Report

Menambah Field pada tabel

Klik kanan File pada Table of Contents Open Attribute Table Option AddFile Isikan nama field pada Name Type Field Properties

Menampilkan Table pada Layout Peta :

Editor Start Editing Klik kanan pada Field di dalam Table of Contents Open Attribute Table Option Add Table to Layout

Export Layaot Peta ke bentuk PDF, JPEG,TIF,....... - Klik menu File Export Map

Pengaturan mode Border

Pengaturan warna Background

Pengaturan simbol

Page 77: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Gambar 6.34. Export Layaot Peta Buat nama File nya Pilih jenis format data yang diinginkan Atur Resolution yang diinginkan Klik Save Untuk menyimpan data yang tela di Export

Gambar 6.35. Mengatur Resolution

Page 78: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

BAB 7

APLIKASI DI BIDANG KEHUTANAN DENGAN ARC GIS

Penggunaan Arc GIS sangat membantu pekerjaan. Beberapa contoh yang telah

diaplikasikan oleh penulis, diantaranya :

1. Penggunaan Arc GIS dalam menentukan Indeks restorasi landscape hutan tropis

terdegradasi DAS Batang Toru Sumatera Utara

Tulisan ini merupakan bagian dari desertasi penulis yang didukung oleh PhD

Grant SEAMEO-BIOTROP 2013 dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas

Beasiswa Program Doktor di Institut Pertanian Bogor, sebagai berikut:

Pendahuluan

Degradasi hutan dan deforestasi berdampak pada kerusakan landscape hutan.

Kerusakan landscape hutan tropis di Indonesia menyebabkan lahan terdegradasi.

Degradasi lahan ini memunculkan lahan-lahan kritis. Pada tahun 2010, lahan kritis

Indonesia meningkat menjadi 81.664.294,90 ha, lebih besar dibanding tahun 2006

sebesar 77.806.880,78 ha. Sebagian lahan kritis tersebut, seluas 2.753.596,70 ha

berada di Sumatera Utara (Kementerian Kehutanan, 2010). DAS Batang Toru di

Sumatera Utara memiliki lahan kritis seluas 13.000 ha pada tahun 2005, dan bertambah

menjadi 17.000 ha pada tahun 2009. Kondisi ini menurunkan fungsi ekosistem hutan.

Peningkatan dan pengembalian fungsi ekosistem hutan dapat melalui

rehabilitasi dan restorasi hutan. Restorasi hutan dapat dilaksanakan dengan

pendekatan restorasi landscape hutan yaitu kegiatan restorasi hutan untuk

mendapatkan keseimbangan fungsi konservasi dan kebutuhan masyarakat (McCraken

et al. 2007), integritas fungsi ekologis dan peningkatan kesejahteraan manusia

(Mansourian et al. 2005) di area yang terdeforestasi dan landscape terdegradasi.

Rehabilitasi hutan dan lahan yang telah dilakukan belum sepenuhnya berhasil dalam

konteks fungsionalitas eksosistem hutan. Karena umumnya restorasi hanya sebagai

persyaratan dalam kegiatan reklamasi pertambangan, sehingga pelaksanaannya hanya

tapak per tapak (Ruiz et a.l 2005). Beberapa penelitian mengukur keberhasilan

restorasi (reklamasi tambang) berdasarkan indikator-indikator ekologis tapak

restorasi. Puspaningsih (2009) menemukan kanopi indeks untuk menentukan

Page 79: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

keberhasilan restorasi. Pendekatan kesuburan tanah dapat digunakan untuk

mengetahui indikator keberhasilan restorasi (Rohyani, 2012). Pada skala lebih luas

diperlukan perubahan perencanaan dari restorasi tapak per tapak menjadi berbasis

landscape (Lamb 2005). Restorasi diawali dari area dengan fragmentasi yang sangat

merusak dan jumlah penduduk besar (Bright et al. 2011). Komponen penting dalam

restorasi landscape adalah identifikasi tapak potensial untuk restorasi dan aspeks

restorasi dalam konteks spasial dan temporal. Penentuan prioritas tapak restorasi

menjadi penting untuk menjamin keberhasilan restorasi serta efisiensi dan

kesinambungan proyek restorasi. Oleh karena itu diperlukan suatu nilai yang

menyatakan tingkat prioritas tapak yang harus direstorasi terlebih dahulu. Penelitian

ini mendesain indeks restorasi yang menyatakan nilai yang dapat digunakan untuk

menentukan apakah suatu tapak hutan perlu direstorasi atau tidak dan dari mana

restorasi harus dimulai dalam sebuah ekosistem hutan.

Metode

Bahan dan alat

Data-data yang digunakan dalam penelitian adalah citra satelit landsat tahun 1989,

2001 dan 2013 path/raw 128/059, peta unit lahan, peta kontur, data vegetasi, data sifat

fisik dan kimia tanah, dan bentuk erosi di lapangan. Kegiatan survey lapangan

menggunakan GPS, haga, phi band, bor tanah, dan ring tanah. Sedangkan alat yang

digunakan untuk menganalisis data adalah ENVI 4.5 untuk interpretasi citra satelit, arc

gis untuk analisis spasial, fragstat untuk membangkitkan metrik landscape, TAL

(Texture AutoLookup) untuk menentukan tekstur tanah, serta excel dan SPSS untuk

analisis statistik.

Pengumpulan data lapangan

Pada kegiatan pengambilan data lapangan, setiap titik pengamatan dibuat plot

contoh berbentuk segi empat dengan ukuran 50 m x 50 m terbagi ke dalam 4 kuadran

ukuran 25 m x 25 m. Data vegetasi dikumpulkan dari plot contoh adalah pohon (plot

25 m x 25 m), tiang (plot 10 m x 10 m), pancang (5 m x 5 m) dan semai (plot 2 x 2 m).

Pengambilan sampel tanah untuk pengukuran bobot isi (bulk density) dilakukan di 54

plot contoh (kedalaman 10 – 20 cm) dan untuk pengukuran sifat kimia dan fisika tanah

dilakukan pada 70 plot contoh (kedalaman 10-40 cm).

Analisis faktor indeks

Page 80: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

a. Kerusakan hutan

Tingkat degradasi hutan ditentukan menggunakan nilai NDVI dan MSAVI.

Persamaan regresi linear disusun dengan peubah bebas NDVI dan MSAVI dan

peubah tak bebasnya kerapatan pohon (Wen et al. 2010.). Selanjutnya dugaan

kerapatan tegakan dikelaskan dan dikonversi menjadi indeks degradasi landscape

hutan menggunakan persamaan [9] (Jaya et al. 2007). Skor total dihitung

menggunakan persamaan [1]. Bobot ditentukan berdasarkan koefisien regresi

hubungan antara kerapatan vegetasi dan variabel bebas.

n

iii fwW

1

. ; [1]

Keterangan :

W = skor total faktor , fi = bobot sub factor ke i, dan wi = skor sub faktor ke i

b. Fragmentasi hutan

Peta tutupan lahan dianalisis menggunakan Fragstat 3.3 menghasilkan metrik

landscape. Metric landscape yang digunakan adalah area, number of patch, patch

density, proximity dan contiguity (McGargical 1995; Fahrig 2003; Li et al. 2009; Sing

et al. 2010). Masing-masing metrik landscape diberi skor berdasarkan skala Likert

(Tabel 1). Skor fragmentasi merupakan penjumlahan masing-masing skor metriks

landscape (sub faktor fragmentasi) menggunakan persamaan [1]. Bobot ditentukan

menggunakan analisis PCA

Adapun masing-masing metrik landscape dirumuskan sebagai berikut :

a.

10000

1ijaAREA , [2]

aij = area (m2) patch ij

b. 10010000*A

NPD , [3]

N = jumlah patch hutan, dan A = luas landscape hutan.

c. 1

11

V

a

c

CONTIG

IJ

z

rijr

[4]

CIJ = nilai contiguity pixel r dalam patch ke ij; V = jumlah nilai dalam piksel 3 x 3, aij = area patch iji dalam sejumlah sel tertentu

Page 81: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

d.

n

g ijg

ijg

b

aPROX

12

[5]

aijs = area (m2) patchijs dalam lingkungan sekitar (m) patch ij hijs = jarak (m) antara patchijs dan patch ijs, berdasarkan pada jarak tepian ke

tepian patch, dihitung dari pusat sel ke pusat sel lainnya

c. Konektivity hutan

Konektivity ditentukan berdasarkan nilai metrik landscape. Metrik landscape yang

digunakan adalah connectan dan radius of gyration (McGargical 1995, 1999, 2002;

Fahrig 2003; Li et al. 2009; Sing et al.2010). Skor konektivity merupakan

penjumlahan skor metrik landscape (sub faktor konektivity) menggunakan

persamaan [1], sedangkan bobot ditentukan melalui analiis PCA.

Adapun masing-masing metrik dirumuskan sebagai berikut :

a.

)100(

2

1_

ii

n

kj

ijk

nn

c

classconnect

[6]

cijk = gabungan antara patch j dan k (0 = tidak tergabung/unjoined, 1 = tergabung/ joined) yang bersesuaian tipenya (i), berdasarkan pada ambang jarak yang diberikan

ni = jumlah patch dalam landscape yang bersesuian tipe patch nya

b.

z

r

ijr

z

hGYRATE

1 [7]

hijr = jarak (m) antara selijr [terletak dalam patch ij] dan pusat patch ij (rata-

rata), berbasis jarak pusat sel ke pusat sel

z = jumlah sel dalam patch ij

c. Degradasi lahan

Degradasi lahan ditentukan berdasarkan indikator tipe erosi yang terjadi dan

karakteristik kimia dan fisika tanah (Riwandi dan Handayaningsih 2011; Puslit Tanah

2005). Masing-masing indikator diberi skor menggunakan skala Likert (Tabel 7.1).

Total skor indeks degradasi lahan ditentukan menggunakan persamaan [1], sedangkan

bobot ditentukan menggunakan analisis PCA.

Tabel 7.1. Kelas dan skor setiap faktor penyusun indeks

Page 82: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Sub faktor Kode Kelas Skor Sub faktor Kode Kelas Skor Connectan CONN <20

20 – 40 40 – 60 60 – 80

>80

5 4 3 2 1

Patch density

PD < 205 205 –245 245- 285 285-325

>325

1 2 3 4 5

Radius of gyration

GYRATE <200 200-400 400-600

600 – 800 >800

1 2 3 4 5

Proximity Proximity <554 555-1233

1234-2551 2551-3270

>3270

5 4 3 2 1

Area CA < 314 314- 628 628- 943

943– 1258 > 1258

1 2 3 4 5

Contiguity Contig <0.2 0.2-0.4 0.4-0.6 0.6-0.8

>0.8

5 4 3 2 1

Klas tektur tanaha Debu liat Sangat tinggi 5

Kepadatan isic > 1,9

Sangat tinggi 5

Pasir berdebu Tinggi 4 1,6 - 1,9 Tinggi 4 Liat berpasir Sedang 3 1,3 - 1,6 Sedang 3 Liat berdebu Rendah 2 1,0-1,3 Rendah 2

Lempung Sangat rendah 1 <1

Sangat rendah 1

C organikb <1 Sangat tinggi 5 Tipe erosid

Gully besar, longsor

Sangat tinggi 5

1,00 – 2,00 Tinggi 4 Gully Tinggi 4 2,01 – 3,00 Sedang 3 Rill Sedang 3 3,01 – 5,00 Rendah 2 Sheet Rendah 2

>5,00 Sangat rendah 1 No

Sangat rendah 1

Keterangan (remark) : a Bierman 2007dalam Riwandi et al. (2011), b Balitbang Tanah , (2005), c Handreck & Black (1984); Hunt & Gikes (1992) d Riwandi & Handayani (2012), dimodifikasi

Rescaling skor

Skor masing-masing indeks faktor distandarkan nilainya menggunakan persamaan [8]

Jaya et al 2007. Hal ini dilakukan karena skala data yang digunakan berbeda-beda

antara faktor.

[8]

Notes : Ind_faktor = nilai indeks faktor

Page 83: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Scoretotal = skor total sebagai input Scoretot- min = total skor minimum Scoretot-max = total skor maksimum Ind_FLC max = indeks faktor maksimum Ind_FLC min = indeks faktor minimum

Regresi indeks faktor

Indeks faktor merupakan hasil rescaling skor total faktor. Selanjutnya dilakukan

analisis regresi dengan peubah tak bebas indeks faktor dan peubah bebasnya adalah

variabel indeks. Persamaan regresi y = a + b x, dimana y adalah indeks faktor dan x

adalah peubah tak bebas (variabel indeks faktor).

Model indeks restorasi

Indeks restorasi (z) dibangun menggunakan 4 indeks faktor yang diformulasikan

sebagai berikut :

z = f (y1, y2, y3, y4),

dimana :

z = indeks restorasi, y1 = indeks kerusakan hutan, y2 = indeks fragmentasi, y3 = indeks

konektivity, dan y4 = indeks degradasi lahan

Analisis PCA dilakukan untuk menentukan bobot yang digunakan menyusun

persamaan indeks restorasi. Beberapa model persamaan disusun berdasarkan eigent

value. Validasi model menggunakan uji beda nilai tengah (Z-mean test). Selanjutnya

model diuji akurasinya menggunakan Overall acuracy.

4. Hasil dan pembahasan

Indeks degradasi hutan

Degradasi hutan dinyatakan dengan indeks degradasi hutan. Kerapatan vegetasi

merupakan indikator tingkat degradasi hutan. Degradasi hutan ditentukan

menggunakan indeks vegetasi (Wen et al. 2010), karena adanya korelasi antara

kerapatan pohon dengan NDVI dan MSAVI. Indeks degradasi hutan diperoleh dari skor

kerapatan pohon, yang dikonversi menjadi indeks degradasi menggunakan persamaan

Page 84: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

1. Total skor kerapatan pohon dirumuskan w1 = 0.740 f1 + 0.260 f2. Sedangkan indeks

degradasi hutan dirumuskan y2 = 0.938 - 0.600 x1 + 0.049 x2, dimana x1 adalah nilai

NDVI dan x2 adalah nilai MSAVI. Jumlah atau kerapatan pohon sangat penting dalam

konteks penyediaan habitat bagi hidupan liar, karena mempengaruhi kepadatan

species (David et al. 2004). Kerapatan tegakan dan luas bidang dasar di daerah

penelitian relatif kecil jika dibandingkan dengan hutan di dataran rendah Sumatra yang

mencapai 200 ind/ha (Whitten et al. 1987). Hutan mengalami kerusakan, yang

diindikasikan juga oleh nilai law frequency menunjukkan ekosistem hutan terganggu.

Indeks fragmentasi

Perbandingan nilai metrik landscape menunjukkan fragmentasi cenderung

meningkat dari tahun 1989 ke tahun 2013. Sub DAS Sarula mengalami peningkatan

fragmentasi signifikan dibandingkan dengan sub DAS lainnya. Peningkatkan

fragmentasi diindikasikan oleh peningkatan jumlah patch serta penurunan contiguity

dan proximity (Gambar 7.1). Penurunan proximity dan contiguity menunjukkan adanya

peningkatan keterisolasian patch hutan. Faktor aktifitas manusia mempengaruhi

fragmentasi landscape hutan (Gaspari dan Gran 2009). Adanya aksesibilitas berupa

jalan menarik manusia membuka hutan untuk pertanian dan pemukiman sehingga

menaikan fragmentasi (Simone 2010). Hutan yang tersisa umumnya mengelompok di

bukit dan pegunungan (Zhang et al. 2010). Lokasi hutan yang sulit diakses dan berada

pada kelerengan tinggi menyebabkan potensi gangguannya kecil (Cabral et al. 2007).

Tingkat fragmentasi landscape hutan dinyatakan dengan indeks fragmentasi.

Indeks fragmentasi hutan ditentukan berdasarkan skor area (f3), path density (f3),

proximity (f5) dan contiguity (f6). Skor total fragmentasi dirumuskan w2 = 0,283 f3 +

0,272 f4 + 0,222 f5 dan 0,248 f6,

sedangkan indeks fragmentasi

dirumuskan y2 = 0,999 + 1,983 10-

5 x3 + 0,004 x4 - 1.111

10-5 x5 - 0,675 x6;

dimana area (x3), path

density (x4), proximity (x5) dan contiguity (x6).

.

Page 85: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

DAFTAR PUSTAKA

Aeronoff, S. 1995 Geographic Information System: A Management Persepective. Wld. Publication.

Anderson B, Jenkins CN. 2006. Applying nature’s design: corridors as a strategy for biodiversity conservation. Columbia University Press: New York USA.

Balai Penelitian dan Pengembangan Tanah. 2005. Petunjuk analisis tanah. air. pupuk

dan tanaman. Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor Bright, Christ, Mattom, Ashley. 2001. The restoration of a hotspot begins. Nord watch;

Nov/Des 2001;14;ProQuest Burrough, P.A., 1986. Principles Of Geographical Information Systems For Land

Resources Assessment.

Cabral DC, Freitas SR, Fiszon JT. 2007. Combining sensors in landscape ecology: imagery based and farm level analysis in study human driven forest fragmentation. Sociedade & Natureza. 19: 69-87.

Collinge SK. 2000. Effects of grassland fragmentation on insect species loss, colonization,

and movement patterns. Ecology. 81 (8): 2211–2226. Crooks KR, Sanjayan M. 2006. Connectivity Conservation. Cambridge University Press:

New York. Decout S, Manel S, Miaud C, Luque S. 2010. Connectivity and landscape patterns in

human dominated landscape: a case study with the common frog Rana temporaria. www.symposcience.org [diunduh 2011 Desember 2]

Fahrig L. 2003. Effect of habitat fragmentation on biodiversity. Annual review of Ecology,

Evolution, and Systematics. 34(1): 487-515. doi: 10.1146/annurev.ecolsys.34.011802.132419

Jaya, I N S, 2002. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Kehutanan. IPB Press.

Jaya INS, Boer R, Samsuri. 2007. Developing fire risk index in Central Kalimantan. International Research Institute and Bogor Agricultural University. A Project Reppor. Tidak diterbitkan.

Jaya INS. 2009. Analysis citra dijital: perspektif penginderaan jauh untuk pengelolaan

sumberdaya alam. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Lamb D, Erskine PD, Parrota JA. 2005. Restoration of degraded tropical forest

landscapes. Science. 310 (5754):1628 –1632. doi:10.1126/science.1111.773 Li M, Huang C. Zhu Z, Shi H, Lu H. Peng S. 2009. Asessing rate of forest change and

fragmentation in Alabama, USA using the vegetation change tracker model. Forest Ecology and Management 257 (6): 1480-1488. doi:10.1016/j.foreco.2008.12.023.

Mansourian S, Vallauri D, Dudley N (eds.) 1986. Forest restoration in landscapes :

beyond planting trees. Springeronline.com. McCracken J, Maginnis S, Sarre A. 2007. The forest landscape restoration handbook

(Earthscan Forestry Library). UK: James and James. McGarigal K, Marks BJ. 1995. FRAGSTATS: spatial pattern analysis program for

Page 86: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

quantifying landscape structure. Gen. Tech. Rep. PNW-GTR-351. Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika,

Bandung.

Puspaningsih, N. 2011. Pemodelan spasial dalam monitoring reforestasi Kawasan Pertambangan Nikel Pt. Inco di Sorowako Sulawesi Selatan. Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak diterbitkan

Rahmawaty., N. C. Siregar., dan A. Rauf. 2016. Kesesuaian lahan tanaman jati: studi

kasus di Arboretum Kwala Bekala Universitas Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpal. 2(2):73-82.

Rahmawaty., P. Patana., dan S. Latifah. 2017. Spatial analysis on distribution of green belt

to reduce impacts of climate change in Medan city, North Sumatera. Malay Applied Biology. 46(2):67-76.

Rahmawaty, T. R. Villanueva., and M. G Carandang. 2011. Participatory Land Use Allocation Case Study in Besitang Watershed, Langkat, North Sumatra, Indonesia. Lambert Academic Publishing. German. 200pg.

Riwandi, Handajaningsih M. 2011. Relationship between soil health assessment and

the growth of lettuce. Journal of Tropical Soil. 16 (1):25-32. Doi:10.5400/jts.2011.16.1.25

Rohyani, IS. 2012. Pemodelan spasial kelimpahan collembola tanah pada area

revegetasi tambang PT Newmont Nusa Tenggara. Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak diterbitkan

Ruiz, M., Jaen, M. Aide. 2005. Restoration Success: How is it being measured?

Restoraton Ecology 13: pp 569-572. doi: 10.1111/j.1526-100x.2005.00072.x Saura S, Pascual-Hortal L. 2006. Comparison and development of new graph-based

landscape connectivity indices: towards the priorization of habitat patches and corridors for conservation. Landscape Ecology. 21 (7). 959-967. Doi:10.1007/s10980-006-0013-z

Saura S, Torné J. 2009. Conefor Sensinode 2.2: A software package for quantifying the

importance of habitat patches for landscape connectivity. Environmental Modelling & Software. 24 (1): 135-139. DOI:10.1016/j.envsoft.2008.05.00

Saura S, Vogt P, Velázquezc J, Hernandoa A, Tejeraa R. 2011. Key structural forest

connectors can be identified by combining landscape spatial pattern and network analyses. Forest Ecology and Management. 262 : 150–160. doi: 10.1016/j.foreco.2011.03.017

Singh JS, Roy PS, Murthy MSR, Jha CS. 2010. Aplication of landscape ecology and

remote sensing for assesment, monitoring and conservation of biodiversity. Journal Society of Remote Sensing. 38 (3):365 – 385. doi:10.1007/s12524-010-0033-7

Page 87: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Taylor PD, Fahrig L, Henein K, Merriam G. 1993. Connectivity is a vital element of

landscape structure. Oikos. 68: 571–573. Van Looy K, Piffadya J, Cavillona C, Tormosa T, Landryc P, Souchona Y. 2014.

Integrated modelling of functional and structural connectivity of river corridors for European otter recovery. Ecological Modelling. 273 : 228–235. doi:10.1016/ecolmodel.2013.11.010

Wen L. 2010. The construction of grasslands degradation index for Alpine Meadow in

Qinghai-Tibetan Plateau. Procedia Environmental Science. 2: 1966-1969. doi: 10.1016/j.proenv.2010.10.210

Whitten, Anthony J. Damanik, Sengli J, Anwar, Jazanul dan Hisyam, Nazaruddin. 1987.

The ecology of Sumatera. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Zhang L, Nurvianto S, Harrison S. 2010. Factors affecting the distribution and

abundance of Asplenium nidus L. in a tropical lowland rain forest in Peninsular Malaysia. Biotropica. 42(4): 464–469. doi:10.1111/j.1744-7429.2009.00607.x

Page 88: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Glossary

1. sistem informasi geografis (SIG) 2. Arc GIS ArcGIS Desktop ArcView, ArcEditor ArcInfo 3. GPS adalah alat untuk merekam posisi geografis suatu obyek di permukaan bumi. 4. Environmental Systems Research Institute (Esri) Georeferencing Pemetaan Kartografi sebagai ilmu dan seni pembuatan peta dimana penafsir menterjemahkan

fenomena dunia nyata (data primer) kedalam representasi yang tepat.

Peta mewakili gambaran sebagian permukaan bumi yang disajikan pada bidang datar. Skala dan proyeksi menjadi dasar pembuatan peta. koordinat Universal Transverse Mercator (UTM). BAKOSURTANAL Rektifikasi adalah sebuah proses transformasi data, dari data yang belum mempunyai koordinat geografis menjadi data yang akan mempunyai koordinat geografi (georeferensi).

Page 89: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

DAFTAR INDEKS A Adaptasi, 89 alternatif, 2 ArcDesktop, 4 ArcEditor, 3 ArcGIS, 3, 4, 5, 21, 22, 23, 43 ArcInfo, 3 ArcMap, 5, 13, 17, 21, 30, 31 ArcReader, 3 ArcView, 3, 45, 90 B biomassa, 89, 90, 91, 92, 93, 94 C contiguity, 77, 78, 81, 82 D deforestasi, 75 Degradasi, 75, 79, 81, 83 Desentralisasi, 89 digitasi, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 31, 32, 36, 37 diversitas, 88 E ekologi, 88 F fenomena, 1, 2 Fragstat, 77 G geometrik, 9 georeferensi, 1, 9 geospasial, 1 gyration, 78, 79, 82, 83 I integritas, 75, 88 K kolinearitas, 84, 87 kompartemen, 89, 90, 91, 92, 93, 94 komprehensif, 2 Konektivity, 78, 88 konsentrasi, 91 konservasi, 75, 82, 88, 93 konversi, 13, 83 L landmark, 20 Likert, 77, 79 M metrik, 76, 77, 78, 81

Page 90: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Mitigasi, 89 P proximity, 77, 81, 82 R radius, 78, 82, 83 raster, 9, 13 referensi, 3, 9 rehabilitasi, 75 Rektifikasi, 9 restorasi, 75, 80, 84, 85, 86, 87, 88 S spasial, 1, 3, 9, 13, 24, 25, 31, 76, 89, 90, 94 species, 81, 82 T Tematik, 54 V vegetasi, 76, 77, 81

Siti Latifah, lahir di Lamongan tanggal 16 April 1971.Lulus

Pendidikan S-1 di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

tahun 1995. Gelar Master diperoleh pada tahun 2000 di IPB pada

program studi Ilmu pengetahuan Kehutanan. Gelar Doctor of

Philosophy (PhD) pada tahun 2009 dari University of The Philippines

Los Banos dalam bidang Forest Resources Management. Tahun

2011 - 2016 penulis sebagai Ketua Program Studi Kehutanan USU,

dan sejak tahun 2016 sampai sekarang menjadi Dekan Fakultas

Kehutanan dan anggota senat Akademik USU.

Samsuri, Lahir di Ponorogo, Jawa Timur tahun 1974. Lulus

pendidikan Sarjana Kehutanan dari IPB Bogor pada tahun 1998, dan

memperoleh gelar Doktor pada tahun 2014. Bidang yang ditekuni

adalah ekologi spasial, konservasi lanskap dan penginderaan jauh.

Penulis aktif dalam penelitian tingkat nasional dan internasional

menggunakan pendekatan analisis spasial antara lain yang dibiayai

oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, SEAMEO BIOTROP,

JAFTA dan ITTO Jepang. Penulis juga mengikuti organisasi profesi

yaitu Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN) dan

Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI). Penulis juga menjadi

Ketua Pengurus pada Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial

(PPIDS) Universitas Sumatera Utara.

Page 91: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS

Rahmawaty, lahir di Ujung Pandang, pada tanggal 21 Juli 1974.

Pendidikan S1 pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB), lulus pada tahun 1997,

kemudian pada tahun 1998 melanjutkan pendidikan S2 di IPB pada

program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dan

lulus tahun 2000. Pendidikan S3 ditempuh pada tahun 2006 di

University of the Philippines at Los Banos (UPLB) dengan major

Forest Resources Management dan minor Environmental Science,

lulus Tahun 2009. Penulis adalah staf pengajar di Program Studi

Kehutanan, Fakultas Pertanian, USU.

Page 92: PENGANTAR ANALISIS SPASIAL DENGAN ArcGIS