pengantar
DESCRIPTION
MEKANISME PENANGANAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN KOMISARIS, DIREKSI BUMN/BUMD Dr.SETYO UTOMO,SH.,M.Hum. PENGANTAR. Indikator dari peningkatan peranan BUMN dalam perekonomian nasional: :. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
1
2
1. Indikator dari peningkatan peranan BUMN dalam perekonomian nasional: : Total belanja operasional perusahaan negara mencapai Rp. 1.020,8
triliun dan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp. 210,12 triliun;
Realisasi penerimaan negara dari setoran dividen BUMN sebesar Rp 29,20 triliun (2009) dan Rp 30,09 triliun (2010);
Laba bersih BUMN Rp 86,90 triliun (2009) dan Rp 95,30 triliun (2010).
2. Peran strategis BUMN:
Sebagai pelaksana pelayanan publik, Penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan Perintis sektor-sektor usaha yang tidak diminati pihak swasta.
3
3. Pada sisi yang lain, aktivitas BUMN terikat pada berbagai ketentuan:
UU No. 19/2003 ttg BUMN, UU No. 40/2007 ttg Perseroan Terbatas BUMN Persero UU No. 17/2003 ttg Keuangan Negara UU No. 1/2004 ttg Perbendaharaan Negara, UU No. 20/2001 ttg Pemberantasan Tipikor, UU No. 15/2004 ttg Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. UU No. 8/1995 ttg Pasar Modal BUMN go public
4
memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;
turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
5
BUMN
PROFIT ORIENTED
SOCIAL FUNCTION KEJAHATAN
BISNIS
RESIKO BISNIS
AKSI KORPORASI
PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PELANGGARAN PERDATA
PELANGGARAN PIDANA
ABUSE OF POWER WEDERRECHTELIJK ONRECHTMATIGEDAAD
SANKSI ADM SANKSI PIDANA SANKSI PDT
6
KEUANGAN NEGARA
PERSPEKTIF HK. ADM.
PERSPEKTIF HK. PIDANA
PERSPEKTIF HK. PERDATA
Pasal 1 angka 22 UU No. 1/2004 ttg Perbendaharaan Negara:Keuangan negara diartikan sebagai kekurangan uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Pengertian ini sejalan dengan rumusan Pasal 1 angka 15 UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK.
UU No. 40/2007 ttg PT dan UU No. 19/2003 ttg BUMN:Keuangan negara adalah berkurangnya kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga atau saham, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan negara yang dipisahkan pada perusahaan negara/daerah yang disebabkan oleh perbuatan melanggar norma atau aturan yang telah ditetapkan.
Merupakan perbuatan yang menyimpang terhadap penggunaan dan pengelolaan keuangan negara sehingga dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan merugikan negara yang memenuhi unsur-unsur TIPIKOR, yaitu: (1) adanya perbuatan melawan hukum atau penyalahgunaan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya; dan (2) para pihak yang diperkaya, baik diri sendiri, orang lain atau korporasi.
7
Subyek TIPIKOR
ORANG (Naturlijke Persoon)
KORPORASI (Recht Persoon)
KESALAHAN (Schuld)
PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA
• actus reus• mens rea
Badan hukum dapat dipertanggungjawabkan secara pidana, apabila perbuatan terlarang tersebut dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan atau pencapaian tujuan korporasi tersebut.
Perbuatan orang perorangan dapat dibebankan kepada korporasi, apabila perbuatan-perbuatan itu tercermin dalam lalu lintas sosial sebagai perbuatan korporasi.
Pertanggungjawaban pidana dari korporasi tergantung juga dari organisasi internal dalam korporasi dan cara bagaimana tanggungjawab dibagi, demikian pula apabila berkaitan dengan kealpaan.
Apabila tindak pidana dilakukan oleh atau untuk korporasi, penjatuhan pidananya dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau pengurusnya.
Pertanggungjawaban pidana korporasi dibatasi sepanjang pengurusnya mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korporasi.
Criminal liability of corporation
KORUPSI
RUNTUHNYA SENDI-SENDI KEHIDUPAN:
BERMASYARAKAT
BERBANGSA
BERNEGARA
GLOBAL AWARENESS
NATIONAL AWARENESS
UN-COVENTION AGAINST CORRUPTION: Abuse of power Bribery of national public officials Solicitation or acceptance of a bribe
TAP MPR XI/1998 Penyelenggaraan Negara Yang Bersih & Bebas KKN
UU NO. 31/1999 jo UU NO. 20/2001 INPRES NO. 5/2004 INPRES NO. 1/2010
CORRUPT ACTIVITIES
KOLUSIUPPER
ECONOMICUPPER POLITIC
HANCURNYA MORAL BANGSA
LEMAHNYA NILAI KEPERCAYAAN DLM HUB SOSIAL EKONOMI
RUSAKNYA FAIR COMPETITION
HIGHT COST ECONOMIC
CRIMINALIZATION
UU NO. 19/2003 BUMN?
4. Psl. 26, 27 UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 ttg PTPK
5. Psl. 8, 38, 44, 50 UU No. 30/2002 ttg KPK:
1. Psl. 284 KUHAP
2. Psl. 17 PP No. 27 Thn 1983 ttg Pelaksanaan KUHAP
3. Psl. 30 ayat 1d UU No. 16 Thn 2004 ttg Kejaksaan RI
• Penyidikan berdasar KUHAP• Jaksa Agung sbg Koordinator Tim Gabungan Dik TPK
• Pengambilalihan Dik TPK Kejaksaan• Penyidikan berdasar KUHAP• Pelimpahan Dik TPK kpd Kejaksaan• Pengiriman SPDP oleh Kejaksaan• Penyidikan TPK secara bersamaan
JAKSA SBG PENYIDIK & PU
TPK
TELAAHANPENYELIDIKAN PERDALAM
SYARAT FORMIL/
MATERIIL
PENYERAHAN TAHAP I
PU
TAHAP II
HASIL LID
Identitas tersangka;
Penahanan, Penyitaan;
Daftar Barang Bukti;
Dsb.
Locus, tempus delicti, modus;
Unsur pasal yg disangkakan;
Peran masing-masing;
Keterangan saksi, ahli;
Kompetensi absolut/relatif
Pj. Rutan
Tsk/keluarga
Penyidik
Hakim
Bk tindak pidana
Tdk cukup bukti
Tutup demi hkm
KUHP Psl. 387 -388
UU 3/1971Psl. 1 ayat 1c
UU 31/1999 (Ps 7)
UU 20/2001 (Ps 7)
JO
UU NO. 19 / 2003
ADMINISTRATIF PIDANA
UU NO. 19 / 2003
PIDUM PIDSUS
PS. 43•Wederrechtelijk•Kerugian Neg.
TPK
DIK + TUT:KEJAKSAAN
DIK: POLRITUT: Kejaksaan
1. Peringatan tertulis2. Peng sementara3. Pembatasan keg
usaha4. Larangan semen
pengg hsl konst5. Pembekuan ijin
usaha6. Pencabutan ijin
usaha
PERDATA
ONRECHMATIGEDAAD
WANPRESTASI
FORCE MAJEUR
UU.17/2003 & UU.40/2007