PENGAMATAN PROSES PONDASI BORED PILE dan RTAINING WALL PADA GEDUNG ASPEN ADMIRALTY APARTMENT

TOWER C, FATMAWATI, JAKARTA SELATAN

NAMA :ABDURRAHMAN ZAINULMUTTAQIN

NPM : 20312042

PEMBIMBING : ADE SYOUFA, ST., MT.

KERJA PRAKTEK

UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN 2015

• Pada dasarnya bangunan dapat dikatakan berhasil jika bangunan tersebut mampu berdiri da dapat berfungsi dengan baik sebagaimana bangunan tersebut ditujukan. Bangunan tersebut dapat berdiri tidak lain karena sebuah struktur penyusun didalamnya.

• Definisi struktur dalam konteks hubungannya dengan bangunan adalah sebagai sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaannya dan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah.(Scodek,1998) dengan kata lain strukturlah yang berperan merealisasikan sebuah bangunan dengan desain tertentu

• Struktur pertama yang menumpu bangunan dan menyalurkan gaya langsung ketanah adalah struktur pondasi. Struktur pondasi berfungsi sebagai kaki sebuah bangunan. Pondasi menerima keseluruhan gaya yang disalurkan seluruh elemen struktur yang ada diatasnya, dengan kata lain struktur pondasi merupakan salah satu struktur penting yang menjadi penunjang keseluruhan system struktur yang ada.

• Retaining wall merupakan dinding penahan tanah yang berfungsi sebagai pendukung lateral bagi tanah yang dibuat dengan kemiringan tertentu (secara vertical). Retaining Wall berperan sebagai struktur pendukung yang terdapat diatas struktur pondasi.

KERJA PRAKTEK

UNIVERSITAS GUNADARMA

Latar Belakang

Batasan Masalah

• Membahas keseluruhan proses pengerjaan pondasi dalam pada Gedung Aspen Apartment Tower C dan sistem yang digunakan.

• Membahas detail pengerjaan pondasi dalam pada Gedung Aspen Apartment Tower C.

• Membahas proses pengerjaan Retaining Wall pada Gedung Aspen Apartment Tower C.

Rumusan Masalah

• Bagaimana proses pengerjaan struktur pondasi dan retaining wall pada bangunan tinggi dalam praktek langsung dilapangan

• Bagaimana detail pengerjaan dan ukuran dalam praktek lapangan pada struktur pondasi dan retaining wall.

Tujuan Penelitian

• Mengetahui proses pelaksanaan struktur pondasi dan retaining wall pada bangunan tinggi.

• Mengetahui detail pengerjaan struktur pondasi dan retaining wall pada bangunan tinggi.

Berikut ini pengertian bangunan tinggi menurut beberapa lembaga

• International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings berpendapat bahwa bangunan tinggi adalah"struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki dampak besar terhadap evakuasi"

• New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bahwa bangunan tinggi merupakan "bangunan yang memiliki banyak tingkat"

• Massachusetts General Laws mengartikan bahwa bangunan tinggi lebih tinggi dari 70 kaki (21 m)

• Banyak insinyur, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya mengartikan bangunan tinggi sebagai bangunan yang memiliki tinggi setidaknya 75 kaki (23 m).

Definisi Pondasi • Suatu konstruksi bangunan yang memiliki

fungsi untuk memindahkan beban/bobot/gayayang ditimbulkan oleh banguna yang ada diatasnya kedalam tanah.

• Adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan tersebut dengan tanah, dimanatanah harus menerima beban dari bangunan tersebut (beban mati dan beban hidup) dantugas pondasi untuk membagi beban itu sehingga tekanan tanah yang diizinkan (dayadukung) tidak terlewati.

• Konstruksi yang diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri dan menghindari penurunan bangunan yang tidak merata.

Klasifikasi Pondasi • Pondasi Dangkal (Shallow

foundations) • A.Pondasi dangkal, kadang disebut

pondasi menyebar, termasuk dudukan umpak, pondasi memanjang, pondasi tapak dan pondasi raft.

• B.Pondasi Dalam (Deep foundations).

• Pondasi dalam termasuk tiang pancang, bor pile , dinding diafragma dan caissons.

Penggunaan Pondasi Bored Pile

• Untuk pondasi-pondasi bangunan high rise diperkotaan, pondasi tiang pancang sudah tidak cocok lagi dan mulai ditinggalkan. Selain diesel hammer menimbulkan suara yang keras, getarannya pun akan mengganggu bangunan yang ada disekitarnya

Proses Pengeboran Pondasi Bored Pile

• Proses Pengeboran Pondasi Bored Pile

• Proses Pembersihan Lubang • Pemasangan Besi Beton dan

Pipa Tremie • Pengukuran Kembali

Kedalaman Pengeboran • Pengecoran Beton • Pemecahan Kepala Tiang • Pengerjaan Pile cap

Retainingwall • Dinding penahan tanah merupakan

komponen struktur bangunan penting utama untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya yang berhubungan tanah berkontur atau tanah yang memiliki elevasi berbeda. Secara singkat dinding penahan merupakan dinding yang dibangun untuk menahan massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat. Bangunan dinding penahan umumnya terbuat dari bahan kayu, pasangan batu, beton hingga baja. Bahkan kini sering dipakai produk bahan sintetis mirip kain tebal sebagai dinding penahan tanah. Produk bahan ini sering disebut sebagai geo textile atau geo syntetic .

Kondisi Penggunaan Retainingwall

• Retaining wall merupakan sebuah keharusan untuk pembangunan sebuah gedung bertingkat tinggi dengan jumlah basement lebih dari dua lapis. Munculnya galian tanah basement akan membuat perubahan struktur tanah di sekitarnya. Resiko yang paling awal adalah runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian, sehingga akan ada pergerakan gedung di sekitarnya. Bahayanya adalah, gedung akan bergeser. Pergerakan gedung di sekitar lokasi galiian biasanya terlihat dari adanya retakan tanah di sekitar gedung. Selanjutnya akan diikuti dengan miringnya gedung tersebut.

• Kejadian seperti ini tentulah tidak dikehendaki. Untuk mengantisipasi faktor tersebut dan demi kelancaran pekerjaan pembangunan, maka dibuatlah dinding penahan tanah atau retaining wall. Ada dua jenis dinding penahan tanah, yaitu retaining wall beruntun dan dinding diafragma.

LOKASI

• Jl. RS. Fatmawati no.1 Jakarta Selatan 12450

• Bangunan merupakan Gedung yang diperuntukkan sebagai apartemen, bangunan tersebut memiliki 26 lantai yang terdiri dari tower C dan D.

Proses Pengerjaan Bored Pile

• Melakukan proses pengeboran hingga mencapai batas yang ditentukan.

• Dilanjutkan dengan pembersihan lubang, pembersihan dilakukan guna membersihkan lubang dari longsoran maupun lumpur.

• Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tulangan baja dan pipa tremie.

• Melanjutkannya dengan proses pengecoran. • Proses pembersihan dan penggalian area yang akan

digunakan pada proses pengerjaan pondasi bored pile. Pembersihan dan penggalian digunakan dengan menggunakan excavator.

Pengeboran • Dalam Teori dijelaskan terdapat dua jenis cara

pengeboran lubang yang akan dibuat pondasi bored pile

• Pengeboran dengan sistem dry drilling : tanah dibor dengan menggunakan mata bor spiral dan diangkat setiap interval kedalaman 0,5 meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman yang ditentukan.

• Pengeboran dengan sistem wash boring : tanah dikikis dengan menggunakan mata bor cross bit yang mempunyai kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Pengikisan tanah dibantu dengan tiupan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan pompa sentrifugal 3″. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis terdorong keluar dari lubang bor.

Praktek • Pada praktek lapangan metode yang digunakan

dalam pengeboran juga sistem Wash Boring atau Bor Basah.Teknik yang dilakukan pun sama. Pertama adalah pengeboran dengan menggunakan Auger Drilling hingga kedalaman tertentu dengan menggunakan mata bor cross bit. Pengikisan tanah dilakukan dengan melakukan penyemprotan air.

• Antara teori dan praktek lapangan memiliki kesamaan dalam sistem pengerjaan yang digunakan , alat yang digunakan maupun teknis pelaksanaan.

Tahapan Penulangan • Tahapan selanjutnya dari tahapan

awal adalah pemasangan tulangan • Dalam teori dijelaskan bahwa

Kerangka baja tulangan yang telah dirakit diangkat dengan bantuan diesel winch dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor. Tulangan diselesaikan sebelum proses pengeboran selesai hal ini dilakukan selain mempersingkat waktu juga agar proses selanjutnya dapat dilakukan sebelum dinding tanah longsor.

Praktek • Dalam praktek dilapangan penulangan juga

dilakukan sebelum pengeboran selesai, tulangan bored pilw dirakit kemuadian diangkat dengan bantuan diesel winch dan kemudian dipasang pada lubang yang telah dibor.

• Pada proses ini pun terjadi kesamaan antara teori dan pengerjaan dilapangan. Keduanya mengerjakan penulangan dilain tempat dan selesai sebelum proses pengeboran tanah selesai.

Tahapan Pengecoran • Pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan pengecoran beton ke dalam lubang bor. Untuk memisahkan

adukan beton dari lumpur bor pada pengecoran awal, digunakan kantong plastik yang telah diisi adukan beton dan diikat dengan kawat beton yang digantung di bagian dalam lubang tremi.

• Setelah tenaga cor siap, beton ditampung di dalam corong cor dan ditahan oleh bola-bola beton pada kantong plastik. Setelah cukup penuh, bola kantong plastik dilepas sehingga terdorong beton yang ada di dalam lubang tremi. Selanjutnya penuangan beton dilakukan dengan cepat sehingga cukup untuk mendorong air lumpur bor yang ada di dalam lubang tremi. Slump adukan beton untuk bored pile tidak boleh terlalu rendah (minimal 16 cm) sehingga mudah mengalir dan mendorong lumpur yang ada di dalam lubang bor.

• Pengecoran selanjutnya dilakukan secara menerus dan tidak terputus lebih dari 10 menit. Dengan sistem tremi ini pengecoran dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur dari bawah keluar lubang.

• Pipa tremi harus selalu terbenam dalam adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak kosong.

• Pipa tremi dilepas setiap 2 meter dan dilakukan setelah pipa tremi naik ke permukaan lubang lebih dari 2 meter.

• Dalam pengerjaan dilapangan, metode yang dilakukan sama dengan yang ada dimateri. Pengerjaan dilakukan secara bertahap sesuai tahapan yang ada diteori dan secara menerus/kontinyu hingga proses pengecoran selesai (tidak bertahap)

Tahapan Lanjutan

• Dalam teori dijelaskan tahapan lanjutan dari tahap penyelesaian bored pile (setela tahapan pengeboran, pemasangan tulangan dan pengecoran).adalah pemasangan tiang bored pile dengan pile cap. Pile cap berfungsi sebagai penopang bangunan dan mengikat struktur atas dengan bored pile. Pile cap juga masih termasuk kedalam pengerjaan pondasi bored pile.Tahapan yang ada diteori adalah sebagai berikut,

• Pemecahan kepala tiang, • Pengecoran lantai kerja • Pengerjaan Bekisting, • Pemasangan tulangan, • Tahap Pengecoran,

Pile Cap

Pemecahan Kepala Tiang • Teori menjelaskan pemecahan

kepala tiang merupakan awalan pekerjaan yang dilakukan setelah proses pengerjaan pondasi bore pile selesai, kepala tiang tersebut dipecah pada bagian atas dan kemudian dihubungkan dengan rangka pile cap dan dicor.

• Dalam praktek dilapangan, tahapan selanjutnya yang dilakukan juga pemecahan kepala tiang ,Berikut ini merupakan gambar dari tahapan pemecahan kepala tiang

• Pemecahan kepala tiang dilakukan

secara bertahap, pemecahan tersebut dilakukan setelah penggalian daerah disekitar bored pile hingga batas tentuan galian tersebut. Pemecahan kepala tiang bored pile dilakukan secara manual dengan menghancurkan dengan menggunakan palu dan pasak

• sebagian beton dihancurkan, tulangan berbentuk melingkar ditarik kearah luar sehingga beton coran yang belum terkelupas dapat mudah terkelupas dan dapat menghemat waktu pembongkaran

DETAIL

PENGERJAAN

Pile Cap

Pada pekerjaan dilapangan

kolom juga berada tepat pada

bagian tengah pile cap dan

berada dikumpulan kelompok

pile. Antara teori dan pekerjaan

dilapangan memiliki kesamaan

Menurut teori, bored pile yang

sudah dipecah pada pile cap

dibuat mengelilingi kolom (kolom

berada di titik pusat kelompok pile

cap) hal ini ditujukan agar gaya

yang terjadi pada kolom terbagi

rata oleh pile cap. Posisi kolom

diletakkan berada dititik pusat.

Pengerjaan

Bekisting • Tahapan selanjutnya merupakan

tahapan pengerjaan bekisting, menurut Teori pengerjaan bekisting pada pile cap dengan menggunakan hebel. Hal ini dikarenakan bekisting akan langsung dicor dan ditimbun/tidak dibongkar

• Seperti halnya juga dengan teori, material bekisting terbuat dari hebel, hal ini dikarenakan bekisting yang digunakan merupakan bekisting permanen atau tidak dibongkar lagi seperti bekisting pada dinding, kolom maupun balok. Hebel pun dipilih karena cepat dalam hal pemasangan dibandingkan dengan batu bata.

• Pada pemasangan tulangan tersebut dialokasikan lebih banyak pekerja dibandingkan dengan pengerjaan pemecahan kepala tiang maupun bekisting.

• Gambar ddisampingmerupakan tahapan awal pengerjaan pemasangan tulangan pile cap, setiap tulangan memiliki jarak lebih kurang 12 cm. pada bagian lantai kerja juga dipasang tulangan. Dasar pile cap memiliki kedalaman tanah yang berbeda tergantung pada jenis tanah.

Proses Penulangan

Perkembangan Akhir • Proses pengecoran tersebut dilakukan

setelah tulangan selesai dipasang, pengecoran dilakukan secara bertahap bergantung pada pile cap mana yang sudah siap dicor. Pada tahapan tersebut proses pengerjaan tidak terlalu lama, proses yang memakan waktu adalah menunggu coran kering dan kuat. Untuk mobilisasi coran menggunakan alat pembawa material coran yang diangkat menggunakan tower crane. Saat pengecoran berlangsung pekerja menggunakan vibrator untuk meratakan dan memadatkan campuran materian coran, alat tersebut juga merupakan alat yang sering digunakan pada tahapan pengecoran.

Sistem Pengerjaan

Retaining wall • Pada tahapan awal ditanam

kolom-kolom penahan tanah awal, kolom tersebut dimaksudkan untuk menahan tanah sebelum retaining wall dibuat guna menahan tanah selama proses pengerjaan pekerjaan lainnya, Sesuai dengan teori yang ada penggunaan dinding penahan tanah berikut ini digunakan dalam kondisi pembangunan bangunan yang memiliki basement lebih dari dua lantai.

Tahap Pengerjaan

Kesimpulan

• Objek amatan dilapangan memiliki kesamaan pengerjaan dengan yang tertera di teori, baik proses, peralatan yang digunakan dan sistemnya. Yang membedakan hanya waktu pengerjaan dikarenakan hal tersebut kembali lagi menyangkut bagaimana keadaan dilapangan (tidak dapat dipastikan). Untuk bagian mana terlebih dahulu yang dikerjakan bergantung kembali kepada keadaan dilapangan.

Pondasi • Pondasi yang digunakan pada Gedung Aspen Admiralty Apartment Tower

C, Fatmawati, Jakarta Selatan adalah pondasi bored pile. • Pekerjaan Pondasi Pile Bored Pile memiliki beberapa tahapan seperti

pembersihan, pengeboran, pemasangan rangka bored pile, pengecoran, penggalian,pemecahan kepala tiang yang kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan pile cap yang merupakan tahapan akhir dari pengerjaan pondasi.

• Pengerjaan pondasi merupakan pengerjaan struktur awal dalam pengerjaan tower C, yang merupakan penghubung struktur atas dengan tanah. Kekuatan pondasi sangat berpengaruh kepada struktur atas.

• Pengerjaan pondasi dilakukan secara bertahap dan memiliki pola pengerjaan. Pengerjaan pondasi juga dilakukan secara parallel dengan kata lain jika pekerjaan A1 sudah selesai dapat dilanjutkan dengan pekerjaan A2 dan B1 secara bersamaan.

Retaining Wall • Retaining Wall yang digunakan pada proyek terkait merupakan Retaining Wall

Dalam dengan sistem Retaining Wall Pile Beruntun. • Retaining wall berfungsi sebagai penahan tanah, retaining wall terdiri dari

penahan awal (pile beruntun) dan penahan akhir berupa dinding struktur. Penahan awal berfungsi menahan tanah awal (agar pekerjaan lainnya dapat berjalan) seperti halnya pengerjaan basement.

• Dinding retaining wall memiliki hubungan dengan pekerjaan lainnya, contoh: dinding retaining wall akhir dikerjakan setelah lantai basement selesai.

• Pengerjaan retaining wall akhir juga dilakukan secara bertahap bergantung pada bagian lantai basement mana yang sudah selesai. Retaining wall terdiri dari dua tahapan, awal dan akhir. Tahapan awal pemasangan kolom penahan tanah, pengecoran dan pekerjaan balok. Dan tahapan akhir berupa pengupasan tulangan balok, pengeboran kolom yang tidak rata, pemasangan rangka retaining wall dan pengecoran.

• Pekerjaan secara parallel dapat menghemat waktu pekerjaan sehingga tidak saling menunggu satu dengan yang lainnya

TERIMA KASIH

KERJA PRAKTEK

UNIVERSITAS GUNADARMA