pengalaman gegar budaya serta dampaknya ...pengalaman belajar mahasiswa luar jawa yang studi di...
TRANSCRIPT
-
PENGALAMAN GEGAR BUDAYA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
PENGALAMAN BELAJAR MAHASISWA LUAR JAWA YANG STUDI DI
YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Agustinus Patrick Sephira Taum
NIM: 089114105
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
SKRIPSI
PENGALAMAN GEGAR BUDAYA SERTA DAMPAKIYYA TER}IADAP
PENGALAMAN BELAJAR MAHASISWA LUARJAWA YA}{G STTIDI DI
YOGYAKARTA
Pembimbing Skripsi,\r\ .t\r
- '\\'
,/Dr. Tjipto Susana
&,'ffig*hA ,rrvffil4tos OE#agr ll _::, 1 ff:", \\ bTcTus*to^.
-adQoynxrtC
Yogyakarta,29}'dei2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
SKRIPSI
PENGALAMAN GEGAR BUDAYA SERTA DAMPAKNYA TEREADAP
PENGALAMAN BELAJAR MATIASISWA LUAR JAWA YA}{G STUDI DI
YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Agustinus Patrick Sephira Taum
Penguji I
Penguji 2
Penguji 3
C.
Y. B.
Yogyakarta, t Seytw,bvr 2Al5FakultasPsikologi
Universitas Sanata Dharma
qu/6*"m.4,*f s*'unul .d
6'g"r
E\ tCis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Through God, Nothing is
Impossible”
Persembahan kepada :
Papa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Mei 2015
Penulis,
Agustinus Patrick Sephira Taum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PENGALAMAN GEGAR BUDAYA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
PENGALAMAN BELAJAR MAHASISWA LUAR JAWA YANG STUDI DI
YOGYAKARTA
Agustinus Patrick Sephira Taum
ABSTRAK
Pengalaman gegar budaya merupakan sebuah pengalaman psikologis yang
dirasakan oleh individu ketika berada di lingkungan baru yang terkait dengan
kegagalan penyesuaian diri akibat hilangnya isyarat familiar dalam lingkungan.
Pengalaman belajar juga sangat terkait dengan kondisi fisik dan psikologis yang
merupakan kondisi yang mempengaruhi proses belajar. Untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang baik, individu harus memiliki rasa aman dan nyaman
dalam menjalani kehidupannya, yaitu lingkungan sosial, fisik dan budaya. Jika
lingkungan dapat menjadi tempat yang kondusif bagi individu, maka pengalaman
belajarnya juga akan baik sedangkan jika lingkungan menimbulkan efek negatif
pada indivudu, maka akan mempengaruhi pengalaman belajarnya yang menjadi
negatif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif penyajian secara deskriptif dan terperinci suatu fenomena.
Hasil penelitian menunjukkan pengalaman gegar budaya yang dialami di awal
kuliah memiliki dampak pada pengalaman belajar Informan, seperti kesulitan dalam
memahami pelajaran, malas belajar, dan prestasi belajar yang kurang baik.
Kata kunci: gegar budaya, pengalaman belajar, budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
THE IMPACT OF CULTURE SHOCK EXPERIENCE ON THE STUDY
EXPERIENCE OF COLLEGE STUDENTS FROM OUTSIDE JAVA WHO
STUDIES IN YOGYAKARTA
Agustinus Patrick Sephira Taum
ABSTRACT
Culture shock is a psychological experience felt by someone who fails to
adapt in a new environment which have unfamiliar culture, way of life, or set of
attitudes. Studying is influenced highly by the physical and psychological state that
someone is having which will influence the process of studying itself. To achieve a
decent studying experience, someone have to have the sense of security and comfort
in his environment; physical, social, cultural. If the environment is condusive, hence
the studying experience can be better, in the other hand, if the environment is hostile;
it will bring a negative effect to the studying experience itself. This qualitative
research uses the descriptive phenomenology approach to explain the issue. The
research shows that the culture shock experienced in the first year of college does
have an impact to the studying experience of the student, they experience obstacles
such as in understanding subjects, laziness to study, and unsatisfying grades in their
studies.
Key words : culture shock, studying experience, culture
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata
Dharma
NAMA : AGUSTINUS PATRICK SEPHIRA TAUM
NIM : 089114105
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengalaman Gegar Budaya Serta Dampaknya Terhadap Pengalaman Belajar
Mahasiwa Luar Jawa Yang Studi di Yogyakarta
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya
memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 29 Mei 2015
Yang menyatakan,
Agustinus Patrick Sephira Taum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
KATA PENGANTAR
Tugas akhir ini dibuat atas dasar kepedulian terhadap kompleksitas
pengalaman belajar para mahasiswa yang berasal dari luar Jawa dalam menempuh
pendidikan di kota Yogyakarta. Pengalaman belajar sangat penting untuk
dioptimalkan dalam rangka mencapai prestasi belajar yang memuaskan, maka
penelitian ini dilakukan agar dampak dari perbedaan budaya di awal masa kuliah
dapat terlihat dengan jelas.
Peneliti memberikan penghargaan kepada semua pihak yang membantu
penelitian dan penulisannya. Terima kasih penulis haturkan kepada :
1. Tuhanku Yesus Kristus atas segala berkat dan perlindungan yang diberikan
kepadaku dan keluargaku.
2. Keluarga kecilku Ella dan Nael yang selalu tak pernah henti mengingatkan,
mendukung, dan selalu ada buatku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan tak pernah lelah mengingatkan
untuk menyelesaikan tugas akhir ini tanpa henti.
4. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku pembimbing skripsi yang selalu setia menanti
kehadiran saya untuk bimbingan.
5. Ibu Agnes dan Ibu Ratri yang selalu memberikan dukungan dan dorongan
untuk selalu menyelesaikan skripsi ini.
6. Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Doni, Mas Muji, dan Pak Gik atas kerja
samanya selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
7. Seluruh sahabatku dalam menjalani perkuliahan yang panjang ini yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
Peneliti membutuhkan kritik dan sumbangan pemikiran untuk kepatutan
karya tulis ini.
Yogyakarta, 29 Mei 2015
Penulis,
Agustinus Patrick Sephira Taum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................. v
ABSTRAK................................................................................................................. vi
ABSTRACT…………………………………………………………………………. vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………………... viii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 9
1. Manfaat Teoritis........................................................................................ 9
2. Manfaat Praktis......................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 10
A. Pengalaman Gegar Budaya ............................................................................ 10
B. Pengalaman Belajar ....................................................................................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
C. Pengalaman Belajar dan Gegar Budaya ............................................................ 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................. 21
A. Jenis Penelitian............................................................................................... 21
B. Fokus Penelitian.............................................................................................. 22
C. Informan Penelitian......................................................................................... 22
D. Metode Analisis Data...................................................................................... 22
E. Metode Pengumpulan Data............................................................................. 23
F. Proses Pengumpulan Data................................................................................ 25
G. Kredibilitas Penelitian..................................................................................... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................ 28
A. Pelaksanaan Penelitian.................................................................................. 28
B. Hasil Penelitian............................................................................................ 29
C. Pembahasan ................................................................................................. 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 75
A. Kesimpulan..................................................................................................... 75
B. Saran................................................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Panduan Wawancara ................................................................... 21
Tabel 2. Struktur Umum Subjek 1 ............................................................... 28
Tabel 3. Struktur Umum Subjek 2 ............................................................... 35
Tabel 4. Struktur Umum Subjek 3 ............................................................... 41
Tabel 5. Struktur Umum Subjek 1, 2, 3 ...................................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengalaman gegar budaya merupakan sebuah pengalaman psikologis
yang dirasakan oleh individu ketika berada di lingkungan baru yang terkait
dengan kegagalan penyesuaian diri akibat hilangnya isyarat familiar dalam
lingkungan (Samovar, Richard, dan Edwin, 2010). Pada pengalaman itu,
individu baru menyadari sepenuhnya tentang sistem kontrol dari budayanya
yang selama ini tersembunyi, artinya mereka mulai merasakan budaya tempat
mereka lahir dan dibesarkan telah membentuk karakter dan kepribadian
mereka sehingga ketika mereka meninggalkan budaya itu, mereka merasa
terpisah dan kehilangan pijakan diri (Gudykunst dan Kim, 2003).
Pengalaman gegar budaya yang dialami individu antara lain
kecemasan, keterasingan dan ketidaknyamanan fisik merupakan reaksi gegar
budaya dalam proses menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (Gudykunst
dan Kim, 2003; Parillo, 2008). Pengalaman itu dapat berbeda satu sama
lainnya dan dapat muncul dalam waktu yang berbeda juga (Samovar,
Richard, dan Edwin, 2010). Sebagian orang mampu mengatasi
keterkejutannya dengan lingkungan barunya namun sebagian lainnya gagal
untuk mengatasinya sehingga mereka menarik diri dan menghindari
mahasiswa lain, bersikap bermusuhan dan selalu berada dalam keadaan
cemas, serta tidak senang (Sobur, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Kota Yogyakarta telah lama
dikenal sebagai miniatur Indonesia yang bersifat multikultural. Hal ini
ditunjukkan dengan beragamnya kultur maupun subkultur yang dapat
berkembang di Yogyakarta baik yang berbasis etnisitas, golongan, aliran
kepercayaan maupun agama (Kuncoroyekti, 2015).
Beragamnya kultur yang berkembang di Kota Yogyakarta, tidak
lepas dari sejarah panjang perjuangan masyarakat Yogyakarta untuk
mewujudkan “kesetaraan dalam perbedaan” dalam praksis kehidupannya.
Selain suku Jawa yang merupakan penduduk mayoritas Yogyakarta, juga
tinggal suku-suku lain seperti Tionghoa, Batak, Minangkabau, Dayak,
Flores, Bali, dan Papua. Terbangunnya citra Yogyakarta sebagai Kota
Pendidikan dan Kota Budaya semakin memberikan ruang pertemuan budaya
bagi anak-anak bangsa dari berbagai penjuru nusantara yang datang untuk
menimba ilmu dan berbagai kegiatan kesenian. Di Universitas Sanata
Dharma saja, terdapat 361 mahasiswa luar Jawa yang aktif berkuliah dari
keseluruhan 1012 mahasiswa.
Sehubungan dengan kehadiran orang dari berbagai latar belakang
etnis, golongan, dan agama, Baryadi (2015) mencatat terdapat dua pola
pemukiman anggota masyarakat dari suku-suku selain Jawa di Yogyakarta.
Pertama, pola pemukiman eksklusif berkelompok yang memisahkan diri
dari suku lain. Dengan pola ini, orang-orang yang berasal dari suku yang
sama tinggal dalam area atau kampong yang sama, sehingga muncul
misalnya kampong Pecinan. Para mahasiswa yang berasal dari suku yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
sama tinggal di sebuah asrama yang sama, misalnya Asrama Mahasiswa
Aceh, Asrama Mahasiwa Ketapang, Asrama Mahasiswa Kutai Kertanegara,
dan Asrama Mahasiswa NTT. Kedua, pola pemukiman inklusif, yakni
orang-orang dari suku selain Jawa tinggal bersama suku lain dan penduduk
asli Yogyakarta yang mayoritasnya suku Jawa. Dengan pola pemukiman ini,
para mahasiswa dari berbagai suku itu tinggal di rumah pondokan atau
rumah kontakan di dalam kampong-kampung di Yogyakarta.
Baik pemukiman berpola eksklusif maupun inklusif, ada
kecenderungan masyarakat dari suku yang sama cenderung membentuk
paguyuban. Para mahasiswa atau pelajar dari suku yang sama juga
membentuk ikatan, seperti Ikatan Mahasiswa Lampung Selatan, Ikatan
Mahasiswa Papua, Ikatan Mahasiswa Flores Timur. Paguyuban atau ikatan
tersebut dijadikan sebagai wadah berinteraksi antaranggota masyarakat dari
suku yang sama. Selain itu, ikatan tersebut juga digunakan sebagai sarana
melakukan kegiatan-kegiatan budaya. Meskipun mereka tinggal di
masyarakat yang berbeda budayanya, mereka cenderung ingin
mempertahankan budayanya.
Fenomena munculnya berbagai ikatan kedaerahan di Yogyakarta
berkaitan erat dengan persoalan yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu
fenomena gegar budaya. Kehadiran mahasiswa dengan latar belakang budaya
yang berbeda cenderung menimbulkan kekagetan budaya. Yogyakarta
terkenal sebagai kota pelajar, memiliki lebih dari 130 perguruan tinggi
dengan kualitas pendidikan yang baik sehingga tidak heran jika menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
tujuan favorit mahasiswa dari seluruh Indonesia dan mancanegara untuk
melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi terbaik (Niam, 2009). Di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta saja, terdapat 361 mahasiswa luar
Jawa yang aktif berkuliah saat ini dari keseluruhan 1012 mahasiswa aktif.
Mahasiswa dari berbagai daerah yang memilih melanjutkan studi di
Yogyakarta pasti memiliki karakteristik sosial budaya yang sangat heterogen
dan berbeda dengan Yogyakarta. Perbedaan tersebut meliputi tata bahasa
yang digunakan, cara bersosialisasi, dan berperilaku. Perbedaan budaya ini
mengharuskan mahasiswa yang berasal dari luar pulau Jawa perlu beradaptasi
dengan lingkungannya. Sebagai contoh dalam interaksi komunikasi,
masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta terkenal lemah lembut, sopan, dan
halus dalam bertutur kata yang tercermin dalam dialek komunikasinya
(Suharto & Radiyanti, 1990). Hal ini berbeda dengan masyarakat yang
berasal atau tinggal di Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Timur
(NTT), Maluku, Sulawesi atau Papua yang tutur katanya dalam
berkomunikasi cepat dan bernada tinggi.
Dalam wawancara awal di bawah ini, terlihat bagaimana pengalaman
gegar budaya dari mahasiswa luar Jawa yang baru menjalani kuliah di
Yogyakarta
“Pertamanya senang bisa kuliah di Jogja, kota besar ada Mall,
banyak orang di mana-mana, tapi lama-lama susah komunikasi,
susah cari teman karena bahasanya beda, jadi merasa kesepian
karena tidak ada teman, kangen rumah” (NN, 2014)
“Kalau kita bicara, orang tanya apa-apa terus, seperti mereka susah
dengar, susah mengerti, lalu pikir kita marah kalau kita omong
keras-keras.” (RL, 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
Berdasarkan penggalan cerita di atas, dapat terlihat pengalaman
gegar budaya yang dialami oleh individu ketika berada di lingkungan baru,
khususnya dalam kasus di atas adalah kesulitan menyesuaikan diri di kota
Yogyakarta. Mereka datang dengan harapan bahwa semua akan baik-baik
saja setibanya di Yogyakarta, akan ada tempat baru yang dikunjungi dan
teman-teman baru untuk bergaul. Akan tetapi ketika mereka tiba, mereka
justru menemukan kesulitan untuk menyesuaikan diri.
Masyarakat Jawa umumnya menggunakan bahasa Jawa sebagai
bahasa komunikasi sehari-hari, hal ini terjadi karena mereka sangat
menjunjung tinggi adat istiadat Jawa, sehingga perilakunya sehari-hari juga
terkait erat dengan adat Jawa (Niam, 2009). Sementara itu, mahasiswa dari
luar Jawa yang tidak menggunakan bahasa Jawa tentu akan mengalami
perbedaan karakteristik sosial dibandingkan daerah asal mereka. Yulia
(2012) menyatakan bahwa mahasiswa luar Jawa yang kuliah di Yogyakarta
mengalami kesulitan terkait pemahaman bahasa Jawa pada tahun pertama
kedatangan mereka.
Terkait dengan interaksi komunikasi, juga dapat terlihat
ketidaknyamanan kedua responden di atas karena pembicaraan yang tidak
dipahami serta dianggap berbicara tanpa kesopanan. Ketika terjadi
ketidaknyamanan, mereka dapat menjadi cemas dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Dengan demikian, berbagai masalah dan hambatan
keseharian akan muncul pada masa-masa awal mereka di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
Hambatan itu seperti yang diungkapkan oleh Kanita dan Dewi (2012)
disebabkan oleh perbedaan budaya terutama bahasa dan kebiasaan perilaku
hingga makanan.
Perbedaan-perbedaan karakteristik tersebut memunculkan hal-hal
yang tidak menyenangkan karena mereka menghadapi kebiasaan, pola dan
gaya hidup yang berbeda dari yang sebelumnya mereka jalani. Kondisi ini
menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologis seperti kecemasan dan
keterasingan serta ketidaknyamanan secara fisik dalam jangka waktu
tertentu. Reaksi kecemasan, keterasingan dan ketidaknyamanan fisik
merupakan pengalaman gegar budaya dalam proses menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru (Gudykunst dan Kim, 2003; Parillo, 2008).
Senada dengan itu, (Samovar, Richard, dan Edwin, 2010)
menjelaskan pengalaman gegar budaya seperti: benci pada lingkungan baru,
mengalami disorientasi diri, merasa ditolak, mengalami gangguan lambung
dan sakit kepala, rindu negara asalnya (homesick), rindu pada teman dan
keluarganya, merasa kehilangan status dan pengaruh, cemas, menarik diri
dan menganggap orang-orang dalam budaya baru tidak peka.
Berbagai masalah yang muncul sebagai reaksi gegar budaya akan
menghambat kesejahteraan psikologis individu untuk berfungsi optimal
dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti yang telah diungkapkan
sebelumnya bahwa gegar budaya terjadi saat seseorang berada dalam
lingkungan budaya baru dan merupakan reaksi dari penyesuaian diri. Ketika
seseorang berpindah budaya, maka terjadi proses penyesuaian psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
yang sangat penting terutama dalam kurun tiga bulan sampai satu tahun
pertama. Pada tahap ini, seseorang akan mengelami keterkejutan dengan
budayanya, lalu berusaha menyesuaikan diri. Individu yang berhasil dalam
proses penyesuaian psikologis akan mencapai kesejahteraan (well-being).
Mengacu pada Ward, Bochner, dan Furhanm (2001), ketika
kesejahteraan tercapai, maka mereka cenderung merasa puas dengan
kehidupan di lingkungan barunya. Hal sebaliknya terjadi jika kesejahteraan
tidak tercapai, mereka akan cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitarnya dan menutup diri dari budaya luar.
”Saya jadi bingung, rasa diri aneh, padahal saya di sini berharap bisa
teman dengan sapa saja. Sekarang jadi saya susah berteman. Bingung saya
harus bagaimana supaya diterima sama orang-orang Jawa, saya susah
omongnya” (RL, 2014)
Femonema itu menunjukkan bagaimana gegar budaya berdampak
serius pada kesejahteraan psikologis. Hal itu memunculkan pertanyaan-
pertanyaan tentang bagaimana mereka akhirnya menjalani kehidupannya,
usaha apa yang mereka lakukan untuk mengatasi reaksi negatifnya dan bisa
hidup nyaman di tengah-tengah lingkungan baru. Jika mereka berhasil
dalam menyesuaikan diri dari keterkejutan terhadap perbedaan budaya,
maka mereka akan lebih gampang untuk mencapai kesejahteraan daripada
yang tidak berhasil menyesuaikan diri (Adelia & Elian, 2012).
Tujuan kedatangan calon mahasiswa datang ke Yogyakarta adalah
untuk memperoleh pendidikan dan pengalaman belajar yang baik hingga
akhirnya memiliki prestasi belajar yang memuaskan. Akan tetapi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
kondisi psikologis yang tidak sejahtera akibat gegar budaya yang dialami
para mahasiswa luar Jawa, tentu akan menghambat pengalaman belajar yang
baik.
“Kita datang jauh-jauh ke sini mau belajar, tapi belajar juga butuh
teman kan, tidak mungkin sendirian, tapi begini sudah kita. Masih
rasa beda dari orang-orang, belu tentu juga mereka mau langsung
berteman sama kita. Jadi ya sudah, tidak tahu harus bagaimana”
(NN, 2014)
Dari kutipan pernyataan di atas, terdapat sebuah permasalahan yang
muncul terkait dengan reaksi gegar budaya yaitu permasalahan dalam
pengalaman belajar. Mereka kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam
proses pembelajaran di kampus padahal penyesuaian diri yang baik adalah
salah satu syarat keharmonisan individu dalam kehidupannya termasuk
belajar (Munawaroh, 2009).
Nurlete (2014) melakukan penelitian di Universitas Soedirman
Purwokerto yang menunjukan bahwa mahasiswa Maluku pada awal tahun
pertamanya menunjukkan prestasi belajar yang kurang baik yaitu persentase
IPK kurang dari 1 adalah 7%, IPK kurang dari 2,00 adalah 55%, IPK kurang
dari 3 yaitu 38% dan tidak ada satupun mahasiswa Unsoed asal Maluku
yang mendapatkan IPK lebih dari 3. Belajar bukanlah suatu aktivitas yang
berdiri sendiri, menurut Witherington dan Bapemsi (dalam Mustaqim,
2004), kondisi yang mempengaruhi proses belajar di instansi pendidikan
adalah kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik adalah kesehatan keadaan
jasmani seperti kecukupan gizi dan daya tahan tubuh. Kondisi psikologis
adalah kondisi afeksi seperti perasaan, emosi, dan suasana hati. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
keadaan stabil dan normal, perasaan riang dan senang sangat menolong
individu untuk belajar, sedangkan perasaan murung sangat mengganggu
proses belajar. Perasaan yang labil dan terasing akan membuat pribadi
kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung,
cemas, dan putus asa sehingga menghambat proses belajar.
Proses belajar yang terhambat akan mempengaruhi pencapaian dan
prestasi individu itu sendiri seperti misalnya ketidakpercayaan diri untuk
tampil dan presentasi di kelas, maupun terlibat aktif dalam kelompok. Jika
demikian, maka individu tersebut dapat kehilangan penilaian dari kegiatan
aktivitas kelas dan kelompok, termasuk pada hasil pembelajaran yang
melibat keaktifan diri, sehingga mempengaruhi pencapaian IPKnya.
Munawaroh (2009) menyatakan bahwa penyesuaian diri memiliki
korelasi dengan motivasi belajar. Semakin baik penyesuaian diri, maka
semakin termotivasi mereka untuk belajar sehingga pengalaman belajarnya
juga menjadi baik dan optimal. Penelitian tentang gegar budaya telah
dilakukan oleh Sihite (2012), ia menemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara gegar budaya dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal
Malaysia yang menetap kurang dari satu tahun tetapi tidak pada mereka
yang sudah menetap lebih dari satu tahun. Berdasarkan hal itu, dapat terlihat
bahwa gegar budaya yang terjadi pada tahun pertama dapat mempengaruhi
prestasi belajar mahasiswa Malaysia yang tidak optimal.
Penelitian terdahulu sudah mampu menggambarkan hubungan antara
penyesuaian diri, gegar budaya dan prestasi belajar secara kuantitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
Namun demikian, penelitian kuantitatif yang ditemukan belum mampu
menjelaskan pengalaman belajar mahasiswa yang mengalami gegar budaya
dan pengaruhnya terhadap prestasinya. Hal itu menjadi landasan bagi
peneliti untuk lebih mengeksplorasi dan memahami secara mendalam
bagaimana pengalaman gegar budaya mahasiswa luar Jawa yang kuliah di
Yogyakarta serta dampaknya terhadap pengalaman belajar itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif fenomenologi yang berupaya
menangkap pengalaman kehidupan terhadap fenomena dalam setting alami
sehingga didapatkan data secara mendalam tentang pengalaman mereka.
Pada akhirnya, penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi
pendidikan di Yogyakarta untuk menyediakan ragam bantuan baik berupa
pelatihan, seminar, dan pendampingan psikologis kepada mahasiswa luar
Jawa untuk mampu menyesuaikan diri pada tahun pertama pendidikannya di
Yogyakarta. Dengan demikian dapat meminimalisir dampak negatif gegar
budaya pada mahasiswa yang bisa berpengaruh terhadap pengalaman
belajarnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimana pengalaman gegar budaya mahasiswa luar Jawa yang
menjalani perkuliahan tahun pertama di Yogyakarta serta dampaknya
terhadap pengalaman belajarnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengalaman gegar
budaya mahasiswa luar Jawa yang baru menjalani perkuliahan tahun
pertama di Yogyakarta serta dampaknya terhadap pengalaman belajarnya.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberi kajian teoritis berupa informasi mengenai
pengalaman gegar budaya mahasiswa dari luar jawa yang belajar di
Yogyakarta serta dampaknya terhadap pengalaman belajar mereka. Hal ini
dapat berguna bagi perkembangan ilmu Psikologi lintas budaya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan dan komunitas
etnis di Yogyakarta untuk membuat program-program penyesuaian diri dan
adaptasi mahasiswa baru khususnya yang berasal dari luar Jawa, melalui
pelatihan pengembangan kepribadian dan karakter serta pendampingan
psikologis melalui konseling guna menghindari reaksi-reaksi negatif dari
gegar budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman Gegar Budaya
Black, Mendenhall dan Oddu (1991) mengemukakan bahwa pada
tahap awal kedatangan individu, daripada melihat perbedaan antara tempat
mereka yang baru dan tempat asalnya, mereka berfokus pada usaha mencari
persamaan antara kedua tempat yang berbeda, dengan demikian mereka
belum mampu memahami perbedaannya. Karena mereka masih berada dalam
usaha untuk mencari kesamaan, mereka tidak melihat perbedaan dan belum
mempelajari norma-norma dan perilaku yang sesuai dengan budaya baru.
Individu dapat menunjukkan perilaku yang tidak pantas dalam budaya yang
baru, yang mungkin menghasilkan konsekuensi negatif. Ketika mereka
mendapatkan konsekuensi negatif, mereka baru menyadari ada sesuatu yang
salah dengan kondisinya, mereka menyadari bahwa mereka telah berperilaku
di luar norma-norma budaya setempat. Namun belum cukup waktu bagi
mereka belajar perilaku baru dari pemodelan terhadap perilaku yang tepat,
sehingga mereka dapat merasa terancam kesejahteraan psikologisnya seperti
frustrasi, marah, dan tertekan. Reaksi kecemasan, keterasingan dan
ketidaknyamanan fisik merupakan reaksi gegar budaya dalam proses
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (Gudykunst dan Kim, 2003;
Parillo, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Perpindahan individu dari lingkungan kebudayaan tertentu ke budaya
lainnya yang memiliki perbedaan berpotensi menimbulkan permasalahan
kehidupan yang menganggung individu dalam menjalani kehidupannya
(Roskell, 2013).
Dalam proses terjadinya perpindahan individu dari satu budaya ke
budaya lain terjadi setidaknya tiga tahapan yang berbeda (Lysgaard, 1955)
yaitu, pada awalnya individu merasa bahagia dan tertantang memasuki suatu
lingkungan yang baru. Sesudah itu, individu masuk dan mulai merasakan
perbedaan, maka dia mulai mengalami tahap keterkejutan atau disebut gegar
budaya. Pengalaman gegar budaya merupakan sebuah pengalaman psikologis
yang dirasakan oleh individu ketika berada di lingkungan baru yang terkait
dengan kegagalan penyesuaian diri akibat hilangnya isyarat familiar dalam
lingkungan (Hotola, 2004; Mumford, 2000; Samovar, Richard, dan Edwin,
2010). Pada pengalaman itu, individu baru menyadari sepenuhnya tentang
sistem kontrol dari budayanya yang selama ini tersembunyi, artinya mereka
mulai merasakan budaya tempat mereka lahir dan dibesarkan telah
membentuk karakter dan kepribadian mereka sehingga ketika mereka
meninggalkan budaya itu, mereka merasa terpisah dan kehilangan pijakan diri
(Gudykunst dan Kim, 2003).
Taft (1977) mengidentifikasi enam aspek yang berbeda dari
pengalaman gegar budaya yaitu: 1) Ketegangan karena usaha diperlukan
dalam adaptasi psikologis, 2) Rasa kehilangan dalam hal teman-teman, status,
profesi dan harta, 3) Ditolak oleh dan/atau menolak sesuatu yang baru dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
lingkungan baru, 4) Kebingungan dalam peran, harapan peran, nilai-nilai,
perasaan dan identitas diri, 5) Kaget, cemas, dan marah setelah menyadari
perbedaan budaya, 6) Perasaan tidak berharga karena tidak mampu mengatasi
masalah dengan lingkungan baru. Pengalaman-pengalaman tersebut
merupakan merupakan reaksi gegar budaya dalam proses menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru (Gudykunst dan Kim, 2003; Parillo, 2008).
Pengalaman itu dapat berbeda satu sama lainnya dan dapat muncul dalam
waktu yang berbeda juga (Samovar, Richard, dan Edwin, 2010).
Berbagai pengalaman gegar budaya antara lain (Moufakkir, 2013):
Keterkejutan Peran, yang terjadi karena kekurangan pengetahuan tentang
aturan perilaku yang berlaku di lingkungan baru; Bahasa, yang terjadi karena
masalah dengan bahasa asing dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi
dengan baik; dan Kelelahan, yang terjadi karena penyesuaian konstan ke
budaya baru. Setiap individu dapat mengalami berbagai pengalaman itu
dalam transisi budayanya.
Tahap selanjutnya adalah tahapan penyesuaian diri, pada tahap ini
sebagian orang mampu mengatasi keterkejutan dengan lingkungan barunya
namun sebagian lainnya gagal untuk mengatasinya sehingga mereka menarik
diri dan menghindari mahasiswa lain, bersikap bermusuhan dan selalu berada
dalam keadaan cemas, serta tidak senang (Sobur, 2003).
Black, Mendenhall dan Oddu (1991) mengemukakan bahwa semakin
besar jarak perbedaan antara tempat yang baru dan tempat asal mereka, akan
semakin besar ketidaksesuaian antara perilaku yang ditampilkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
diharapkan, dan semakin parah reaksi gegar budayanya. Perbedaan bahasa
dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi juga menjadi masalah dalam
proses penyesuaian budaya di tempat yang baru.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa reaksi-
reaksi gegar budaya adalah suatu reaksi yang muncul terhadap lingkungan
baru, dimana individu kehilangan stimulus familiar yang selama ini menjadi
kebiasaan dalam hidupnya. Reaksi-reaksi itu berupa kecemasan, benci pada
lingkungan barunya, mengalami disorientasi diri, merasa ditolak, rindu negara
asalnya (homesick), rindu pada teman dan keluarganya, merasa kehilangan
status dan pengaruh, menarik diri dan menganggap orang-orang dalam
budaya baru tidak peka. Reaksi gegar budaya berkorelasi dengan penyesuaian
pribadi dalam berbagai hal seperti menarik diri dan menghindari mahasiswa
lain, bersikap bermusuhan dan selalu berada dalam keadaan cemas, serta
tidak senang (Sobur, 2003). Hal tersebut dapat menyebabkan berbagai
permasalahan di lingkungan barunya seperti pergaulan sosial dan
permasalahan akademis.
Pengalaman gegar budaya dapat mempengaruhi kesejahteraan
psikologis individu untuk berfungsi optimal. Ketika seseorang berpindah
budaya, maka terjadi proses penyesuaian psikologis yang sangat penting
terutama dalam kurun tiga bulan sampai satu tahun pertama. Pada tahap ini,
seseorang akan mengalami keterkejutan dengan budayanya, lalu berusaha
menyesuaikan diri. Individu yang berhasil dalam proses penyesuaian
psikologis akan mencapai kesejahteraan (well-being). Mengacu pada Ward,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
Bochner, dan Furhanm (2001), ketika kesejahteraan tercapai, maka mereka
cenderung merasa puas dengan kehidupan di lingkungan barunya. Hal
sebaliknya terjadi jika kesejahteraan tidak tercapai, mereka akan cenderung
menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan menutup diri dari budaya luar.
B. Pengalaman Belajar
Pengalaman adalah segala sesuatu yang dialami, dirasakan, dijalani,
dan ditanggung dalam kehidupan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2011). Terbentuknya suatu pengalaman karena adanya kesadaran terhadap
suatu kejadian (Polkinghorne, 2005). Rogers menyatakan (dalam Alwisol,
2004) bahwa setiap orang berada dalam dunia pengalaman yang terus
berubah dan titik pusatnya adalah individu tersebut. Pengalaman meliputi
proses psikologis, kesan-kesan sensorik, dan aktivitas-aktivitas motorik yang
dapat dapat dipahami dari bagaimana seseorang memandang realitas sesuai
dengan persepsinya yang sehingga menggerakkan perilaku tertentu.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman, yang menimbulkan perubahan relatif
permanen dalam potensi bertindak, yang berlangsung sebagai akibat adanya
latihan yang diperkuat. Belajar menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Pengertian proses
pembelajaran antara lain menurut Rooijakkers (1991):
“Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar
menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola
dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan
program pendidikan”
Dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya bersama
antara pelajar dan pendidik untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan
harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan
menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya
perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan
yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Blomm yang membagi tiga kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu:
1) Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotorik (Nasution, 2008). Tujuan kognitif
berkenaan dengan kemampuan individu mengenal dunia sekitarnya yang
meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif mengenai perkembangan
sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga perkembangan moral. Tujuan
psikomotorik adalah menyangkut perkembangan keterampilan yang
mengandung unsur-unsur motorik sehingga siswa mengalami
perkembangan yang maju dan positif. Tujuan pembelajaran di dalamnya
terdapat rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan
dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses
pengajaran.
Belajar bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri, menurut
Witherington dan Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), kondisi yang
mempengaruhi proses belajar di instansi pendidikan adalah kondisi fisik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
psikologis. Kondisi fisik adalah kesehatan keadaan jasmani seperti
kecukupan gizi dan daya tahan tubuh. Kondisi psikologis adalah kondisi
afeksi seperti perasaan, emosi, dan suasana hati. Dalam keadaan stabil dan
normal, perasaan riang dan senang sangat menolong individu untuk belajar,
sedangkan perasaan murung sangat mengganggu proses belajar. Perasaan
dengan intensitas yang labil dan keterasingan akan membuat pribadi
kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung,
cemas, dan putus asa sehingga menghambat proses belajar.
Jika dikaitkan antara definisi pengalaman dan belajar, maka dapat
dikatakan bahwa pengalaman belajar merupakan serangkaian proses dan
peristiwa yang dialami oleh setiap individu untuk menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap
yang dibentuk melalui latihan dan relatif permanen. Pengalaman belajar
adalah segala sesuatu yang dialami oleh peserta didik itu sendiri dalam
proses pembelajarannya sedangkan proses pembelajaran dalam instansi
pendidikan, merupakan suatu kegiatan belajar mengajar antara pelajar dan
pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam prosesnya terdapat
kegiatan interaksi dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan hal itu, pengalaman belajar juga akan sangat terkait
dengan kondisi fisik dan psikologisnya yang merupakan kondisi yang
mempengaruhi proses belajar. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang kondusif, maka individu harus memiliki rasa aman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
dan nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, yang dalam hal ini
adalah terkait tempat individu itu belajar seperti lingkungan sosial, fisik dan
budaya. Jika lingkungan tersebut dapat menjadi tempat yang kondusif bagi
individu, maka pengalaman belajarnya juga akan baik sedangkan jika
lingkungan menimbulkan efek negatif pada indivudu, maka akan
mempengaruhi pengalaman belajarnya yang menjadi negatif dan penuh
hambatan.
C. Pengalaman Belajar dan Gegar Budaya
Pengalaman belajar adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak
kondisi baik fisik maupun psikologi. Hal ini terjadi karena proses belajar
merupakan respons terhadap kondisi stimulus dari lingkunganya yang
dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikologi individu dalam meresponnya.
Kondisi fisik adalah kesehatan keadaan jasmani seperti kecukupan gizi dan
daya tahan tubuh. Kondisi psikologis adalah kondisi afeksi sepertiperasaan,
emosi, dan suasana hati.
Kondisi-kondisi afeksi negatif seperti emosi yang labil dan
keterasingan akan membuat pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap
dirinya, misalnya takut, bingung, cemas, dan putus asa. Kondisi tersebut
adalah pengalaman gegar budaya terhadap perbedaan budaya sehingga
menghambat proses belajar individu di lingkungan barunya. Pengalaman
gegar budaya dapat menghambat kesejahteraan psikologis individu untuk
berfungsi optimal. Ketika seseorang berpindah budaya, maka terjadi proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
penyesuaian psikologis yang sangat penting terutama dalam kurun tiga bulan
sampai satu tahun pertama. Pada tahap ini, seseorang akan mengelami
keterkejutan dengan budayanya, lalu berusaha menyesuaikan diri. Individu
yang berhasil dalam proses penyesuaian psikologis akan mencapai
kesejahteraan (well-being). Ketika kesejahteraan tercapai, maka mereka
cenderung merasa puas dengan kehidupan di lingkungan barunya. Hal
sebaliknya terjadi jika kesejahteraan tidak tercapai, mereka akan cenderung
menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan menutup diri dari budaya luar.
Demikian halnya dengan pengalaman belajar, untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang kondusif, maka individu harus memiliki rasa aman
dan nyaman dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, yang dalam hal ini
terkait tempat individu itu belajar seperti linkungan sosial, fisik dan budaya.
Jika lingkungan tersebut dapat menjadi tempat yang kondusif bagi individu,
maka pengalaman belajarnya juga akan baik sedangkan jika lingkungan
menimbulkan efek negatif pada indivudu, maka akan mempengaruhi
pengalaman belajarnya yang menjadi negatif dan penuh hambatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif penyajian secara deskriptif dan terperinci suatu
fenomena yang diteliti dalam bentuk eksplorasi, deskripsi, dan interpretasi
atas pengalaman-pengalaman pribadi serta sosial para informan (Smith,
2009). Fenomenologi deskriptif berusaha tetap selaras dengan fenomena dan
bagaimana konteks fenomena itu muncul. Ini berarti bahwa bila suatu
fenomena khusus hendak dikaji, maka akan digali suatu situasi di mana para
individu mengalami sendiri pengalaman mereka sehingga mereka bisa
menggambarkannya seperti yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan
mereka (Smith, 2009).
Sedangkan pendekatan fenomenologi interpretatif adalah pendekatan
penelitian yang terdiri dari dua langkah. Pertama, subyek mencoba
mengartikan dunia mereka. Kedua, peneliti mengartikan kegiatan subyek
yang sedang mengartikan dunia mereka (Smith dan Osborn, 2003).Dengan
memunculkan kedua aspek ini, penelitian mengarah pada analisis yang lebih
subur dan sesuai dengan totalitas keadaan subyek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah pengalaman gegar budaya mahasiswa
luar Jawa yang baru menjalani perkulihan tahun pertama di Yogyakarta
serta dampaknya terhadap pengalaman belajar akademis di instansi
pendidikan.
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang agar data yang
didapatkan menjadi lebih detail dan mendalam berdasarkan pengalaman
lebih dari satu informan, peneliti menjadi lebih berkomitmen dalam
melakukan interpretasi untuk mendapatkan hasil yang mampu
menggambarkan pengalaman secara menyeluruh. Informan dipilih
menggunakan metode creterion sampling yaitu cara penentuan informan
penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti yaitu
mahasiswa baru suatu perguruan tinggi yang berasal dari luar pulau Jawa
seperti Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Nusa Tenggara dan
mengalami gegar budaya.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data mengikuti 4 langkah pokok yang dikemukan
oleh Smith (2009), yaitu:
1. Membaca keseluruhan deskripsi informan yang dibuat secara eksplisit
dengan demikian dapat diketahui pemahaman secara global mengenai
deskripsi tersebut (data dikumpulkan dari sudut pandang sehari-hari).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
2. Penyusunan atau pembuatan bagian-bagian deskripsi. Penyusunan
bagian-bagian ini akan membantu mengklarifikasi masalah-masalah
yang tersembunyi dengan menggunakan tolak ukur transisi makna
untuk menyusun bagian-bagiannya. Secara oprasional, satuan-satuan
makna (meaning units) dibentuk melalui pembacaan ulang yang teliti
atas deskripsi tersebut, dan setiap kali peneliti merasakan adanya satu
transisi makna, maka peneliti memberikan tanda garis miring di dalam
teks.
3. Transformasi makna berdasarkan data deskriptif menjadi makna
psikologi. Prosesnya terdiri dari mengeksplisitkan dan
mengeneralisasi hal-hal yang tersirat menjadi tersurat agar analisis
tidak terlalu spesifik untuk situasi tertentu.
4. Menangkap struktur makna yang diperoleh dengan melakukan
transformasi atas satuan-satuan makna untuk menentukan unsur mana
yang memiliki nilai khusus dalam penuturan pengalaman-pengalaman
tersebut. Nilai khusus mengandung arti bahwa struktur yang diperoleh
hanya bersifat umum terkait dengan konteksnya.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara semi-
terstruktur. Metode ini memungkinkan peneliti dan informan terlibat dalam
dialog, sehingga terjadi proses ekplorasi secara mendalam. Selain itu,
memungkinkan peneliti untuk fleksibel dalam mengembangkan pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
berdasarkan respon yang diberikan oleh informan. Sebelum melakukan
wawancara, peneliti menyusun hal-hal yang ingin dieksplorasi berdasarkan
fokus penelitian. Pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka dan tidak
mengarahkan informan pada jawaban tertentu.
Tabel 1. Panduan Wawancara
No Panduan Pertanyaan Aspek Gegar budaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bisakah anda menceritakan secara singkat dari
mana anda berasal?
Dorongan : Pengalaman pertama kuliah di
Jawa
Apa yang anda ketahui tentang kehidupan di
budaya Jawa
Dorongan :Aktivitas sehari-hari, pola
komunikasi, pola perilaku.
Apakah ada perbedaan dengan kehidupan
dengan kebudayaan asal anda?
Dorongan :Jelaskan perbedaan dalam hal
aktivitas sehari-hari, pola komunikasi dan pola
perilaku orang-orang di lingkungan baru?
Apa yang anda pikirkan tentang perbedaan
tersebut?
Dorongan :Dampaknya terjadap fisik dan emosi
terkait dengan aktivitas sehari-hari, pola
komunikasi dan pola perilaku orang-orang di
lingkungan baru?
Bagaimana anda menjalani kehidupan di tempat
yang baru dengan kebudayaan yang baru?
Dorongan :Aktivitas sehari-hari, pola
komunikasi dan pola perilaku dengan
lingkungan baru, orang-orang baru dan
kebiasaan-kebiasaan orang-orang maupun
lingkungannya. Identifikasi kesulitan, hambatan,
dan cara mengatasi permasalahan.
Bagaimana dengan pengalaman belajar anda
terkait dengan perbedaan kondisi yang anda
rasakan?
Dorongan :Apa yang anda rasakan? Apa yang
anda pikirkan?, identifikasi perasaan dan
pikiran, serta reaksi fisik dan psikis. kesulitan-
kesulitannya.
Hilangnya isyarat yang familiar
Usaha mengenali lingkungan baru
Usaha mencari persamaan dan perbedaan antara kedua tempat
yang berbeda
Pandangan tentang perbedaan / Hilangnya isyarat yang familia
Macam-macam reaksi gegar budaya
Usaha untuk memahami perbedaan dan mengatasi reaksi gegar budaya
Pengalaman belajar terkait dengan proses adaptasi pada kondisi baru
Macam-macam reaksi yang meliputi perasaan dan pikiran
akibat gegar budaya terkait dengan
proses belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
7.
8.
Hal-apa apa saya yang menghambat proses
belajarnya?
Dorongan :Apa kesulitannya? Mengapa situasi
baru menyulitkan / menghambat anda?
Upaya apa yang anda lakukan dalam mengatasi
hambatan-hambatan itu
Usaha untuk memahami perbedaan
Usaha untuk mengatasi reaksi gegar budaya
F. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data diawali dengan peneliti mencari
mahasiswa yang berasal dari luar pulau Jawa di perguruan tinggi.
Mahasiswa tersebut saat ini baru menjalani tahun pertama perkuliahan.
Peneliti menghubungi informan dan mengatur waktu untuk bertemu
sekaligus membangun rapport. Saat bertemu dengan informan, peneliti
menjelaskan maksud serta tujuan peneliti secara jelas dan mempersilahkan
informan untuk bertanya bila ada yang kurang jelas berhubungan dengan
penelitian. Setelah itu, peneliti memastikan kesedian informan untuk terlibat
dalam penelitian ini.
Peneliti membatasi waktu setiap wawancara yang dilakukan.
Wawancara dilakukan kurang lebih selama 45 menit tetapi durasi
wawancara dapat bersifat fleksibel. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
untuk memberikan kesempatan kepada informan untuk bercerita sebanyak
yang diinginkannya sehingga proses eksplorasi dapat dilakukan dengan
baik.
Dokumentasi wawancara dilakukan menggunakan digital recorder.
Hasil wawancara kemudian ditranskrip secara verbatim agar menjadi
dokumentasi tertulis sesuai dengan yang dikatakan informan. Hasil transkrip
diberikan kembali kepada informan untuk dikoreksi apakah sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
yang dialami informan. Langkah selanjutnya peneliti melakukan analisis
pada transkrip hingga ditemukan makna-makna psikologis pada pengalaman
informan.
G. Kredibilitas Penelitian
Validitas penelitian kualitatif menggunakan validitas participant
feedback atau yang menurut Cho dan Trent (2006) disebut sebagai member
checking. Validitas dilakukan dengan menunjukkan dan mendiskusikan data
yang didapatkan oleh peneliti kepada informan untuk memeriksa keakuratan
data seperti yang benar-benar dirasakan dan dialami oleh informan. Lincold
dan Guba (1985) menekankan bahwa pengecekan penting dilakukan pada
data yang dapat menunjukkan ambiguitas peneliti yang memungkinkan
hilangnya makna atau apa yang sebenarnya dirasakan oleh informan.
Dengan demikian, cara itu dapat memberikan kesempatan pada informan
untuk mengungkapkan pandangannya (Smith, 2008). Peneliti terlebih
dahulu melakukan analisis terhadap data hasil wawancara informan
kemudian hasil analisis tersebut ditunjukkan kepada informan untuk
memberikan pendapat mengenai hasil analisis. Selain itu, peneliti juga
menggunakan validitas paper trail sebagai dasar untuk melengkapi data
dengan sebuah deskripsi yang dikembangkan dan diinterpretasi melalui
rekaman pertanyaan penelitian, memo, atau catatan sebagai sebuah alasan
dibalik keputusan analitik. Data tersebut tidak untuk dipublikasikan tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
untuk melengkapi dan sebagai dokumen hasil penelitian yang dilakukan
penuh dengan kehati-hatian dan profesionalisme (Smith, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Peneliti sebelumnya mencari informan yang bersedia menjadi
partisipan dan berbagi pengalamannya. Peneliti mencari informan dengan
melakukan wawancara awal untuk menentukan informan yang sesuai
dengan kerangka penelitian. Peneliti berhasil mendapatkan tiga informan
penelitian dan melakukan pendekatan secara pribadi. Peneliti melakukan
pendekatan ini untuk membuat informan merasa nyaman sehingga dapat
berbagi pengalamannya pada peneliti.
Informan yang bersedia menjadi partisipan penelitian akan
dilanjutkan pada tahap wawancara. Peneliti menjelaskan informasi yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk medapatkan
persetujuan. Wawancara semi terstruktur dilakukan untuk mendapatkan data
dari informan penelitian. Wawancara ini tetap menggunakan pedoman
wawancara untuk menjaga agar pertanyaan sesuai dengan penelitian.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan hal-hal
yang penting dan dianggap menarik oleh peneliti demi kelengkapan data.
Selama proses wawancara, digital recorder digunakan untuk merekam
informasi yang didapatkan.
Hasil wawancara yang sebelumnya telah didapatkan dan direkam,
kemudian didengarkan, disalin secara lengkap, dan dituangkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
bentuk tabel verbatim. Tabel ini berfungsi untuk mengklarifikasi data yang
diperoleh dari informan penelitian.
Peneliti membagi verbatim menjadi unit makna, untuk menentukan
tema dari seluruh hasil verbatim informan penelitian. Hasil dari tema-tema
yang di dapatkan dari verbatim membantu peneliti untuk menghilangkan
pernyataan yang tumpang tindih atau tidak sesuai dengan topik.
Pada tahap akhir, peneliti membuat tabel pengalaman tentang apa
yang dialami dan bagaimana fenomena itu dialami. Tabel pengalaman ini
merupakan penjelasan dari hasil pengalaman berupa struktur umum.
Terakhir, peneliti membauat pembahasan dari setiap pengalaman informan.
B. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini melibatkan tiga orang informan. Pada setiap
informan menghasilkan data berupa deskripsi informan dan struktur general.
Struktur general terdiri dari tiga hal. Pertama, pandangan informan terhadap
budaya asal dan budaya Jawa. Kedua, dampak pengalaman informan
terhadap gegar budaya yang dialami. Ketiga, cara mengatasi gegar budaya
yang dialami. Keempat, dampak gegar budaya terhadap pengalaman belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
Berikut adalah hasil penelitian :
1. Informan 1
a. Profil
Informan pertama pada penelitian ini bernama SG. SG merupakan
seorang laki laki berusia 19 tahun. Informan berasal dari Flores-NTT.
Informan tinggal di daerah yang cukup jauh dari kota. Informan memiliki
bentuk fisik khas orang-orang dari daerah timur pada umumnya. Informan
memiliki kulit berwarna coklat, dengan rambut keriting berwarna hitam.
Informan juga memiliki jambang disekitar wajahnya. Wajah informan
memiliki rahang yang cukup besar dan terkesan tegas khas wajah daerah
timur. Informan memiliki tubuh 172 cm dengan berat badan 58 kg, sehingga
nampak sedikit kurus. Informan memiliki keyakinan Katolik.
Informan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Informan
memiliki adik perempuan berusia 15 tahun. Di lingkungan tempat tinggal
informan merupakan daerah yang hijau dan penduduk yang tidak terlalu
padat. Informan terbiasa berbicara keras dan tegas di lingkungan tinggalnya.
Informan merupakan lulusan SMA Suryadikara Ende pada tahun
2014. Saat ini informan merupakan mahasiswa semester dua di salah satu
Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta, dengan program studi
management. Saat pertama kali datang ke Yogyakarta, informan sempat
mengalami kesulitan untuk mencari kost-kostan di daerah Babarsari dan
Janti. Informan akhirnya memilih daerah Sleman sebagai tempat tinggal
sementara selama proses menempuh pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
Ketika wawancara dilakukan, informan mudah merespon pertanyaan
pertanyaan yang di lontarkan intervewer. Informan terlihat serius ketika
menjawab pertanyaan. Hal ini tampak dari antusiasme informan dalam
mendengarkan pertanyaan pertanyaan intervewer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
Tabel 2
Stuktur Umum Pengalaman Gegar Budaya
dan Dampak Pada Pengalaman Belajar Informan 1
Struktur Umum Uraian
Pandangan terhadap budaya asal dan
budaya Jawa meliputi :
Perbedaan cara berkomunikasi :
- Daerah asal lebih keras “nak macam kita lebih tegas, keras kayak orang marah marah”
- Bernada tinggi “saya di kampung terbiasa kalo guru ngajar suaranya keras, jelas tegas dari
ujung ke ujung bisa dengar hahaha”
- Daerah Jawa lebih halus “Yang saya tau mereka orang jogja halus halus, beda sama kita kalo
ngomong aja mereka lebih halus”
- Pelan dan Sopan “Kalo bahasa, itu tadi... jawa lebih pelan, sopan bengitu”
Memiliki bentuk fisik dan ciri yang khas
seperti :
- Bentuk fisik “Macam saya rambut keriting, kulit lebih hitam ada berewoknya pasti lah
orang ngerti “oh..inini pasti orang
timur ni”
- Intonasi dan bahasa yang khas “apa lagi kalo kita uda ngomong keras begitu aeeh..orang pasti sudah tau
hahaha...biarpun ada memang
beberapa orang NTT lebih putih dan
mereka punya rambut lebih lurus dari
pada orang jawa, tidak keliatan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
Struktur Umum Uraian
timur toh tapi, pas ngomong hahaha
baru ketauhan mereka ini ni pasti logat
logat orang timur.”
- Daerah Jawa di anggap memiliki kehidupan yang lebih mudah dan
lengkap
“Di jogja hidup juga lebih enak, murah
apa apa ada dan dekat kalau disana
jauh.”
Adanya prasangka terkait daerah asalnya
membuatnya mengalami:
- Diskriminasi “Bedanya itu kita kalau mau cari kos kosan agak sulit begitu tau kita orang
timur langsung “maaf kita tidak
menerima orang timur” kalau mau cari
kosan daerah babarsari atau janti susah
sekali jadi saya cari di daerah yang
memang agak jauh.”
- Merasa kecewa “Rasanya memang tidak enak toh, padahal saya mau datang kuliah”.
Perasaan yang muncul akibat perbedaan
budaya ketika pertama kali berada di
Yogakarta:
- Terasing “tapi awal awal mereka ngomong apa saya tidak mengerti, merasa asing juga,
waktu semester satu itu..aih”
- Cemas “ada takut juga, takutnya mereka tidak mau terima saya”
- Tidak nyaman “saya juga coba belajar bahasa mereka, belajar lebih pelan tapi malah rasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
Struktur Umum Uraian
aneh,”
Pengalaman gegar budaya yang di
alaminya tersebut membuat dirinya :
- Menarik diri “biasanya kalau degdegkan itu kelompoknya di acak, pasti dengan
orang yang tidak begitu kenal toh,
biasa juga bertiga bareng anak timur
yang lain.”
- Kesulitan berkomunikasi “tapi awal awal mereka ngomong apa saya tidak mengerti, merasa asing juga,
waktu semester satu itu..aih”
- Sering berkumpul dengan kerabat sedaerah.
“Biasanya jadi banyak kumpul
nongkrong nongkrong sama abang
abang yang sudah lama di jogja”
Pengalaman gegar budaya di awal
kuliahnya berdampak pada
terhambatnya dalam belajar seperti :
- Malas belajar “Malas, malas itu yang besar karena ga ngerti”
- Mengalami kesulitan memahami pelajaran
“Kalo belajar, awal awal masuk kuliah
memang agak sulit. Sulitnya itu dosen
ngomongnya halus, pelan, bikin
ngantuk hahahaha...jadi ga fokus, “ini
dosen ngomong apa...suara pelan
betul”
- Prestasi belajarnya yang tidak “IP saya tidak sampai 3, orang bilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
Struktur Umum Uraian
terlalu baik. IP bagus IP 3, saya waktu itu dapat
2,68.”
Motivasi untuk berusaha menangani
masalah yang timbul karena:
- Motif untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik
“Saya ke jogja pengen kuliah macam
abang abang, katanya di jogja bagus,
banyak mahasiswa juga. Di NTT
pendidikannya memang masi kurang”
- Dukungan dari kerabat “Kalo sekarang, abang abang itu sudah omong jangan sampai seperti mereka 8
tahun di jogja belum lulus, ada yang
sudah ganti kampus lagi.”
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi
gegar budaya dengan:
- Memahami bahasa yang di gunakan
“tapi sekarang sudah mendingan saya
sudah mengerti mereka ngomong apa
dan lagi sudah banyak yang pakai
bahasa indonesia.”
- Berusaha berinteraksi dengan orang baru
“kalo kerja kelompok sudah tidak ada
masalah, pandai pandai bergaul aja toh
sama mereka.”
Hasil usahanya mengatasi gegar budaya
yaitu :
- Dapat beradaptasi “Kalo komunikasi sudah tidak masalah sudah lewat 6 bulan saya berteman
dengan mereka juga sudah ngerti
mereka omong apa, paling paling
cuma beberapa kata yang susah bahasa
indonesianya mereka pakai bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Struktur Umum Uraian
jawa”
- Merasa diterima dan tidak berbeda
“sebenernya mereka mau nerima baik,
lama kelamaan mereka dan saya sudah
terbiasa, jadi perbedaan itu rasanya
sudah tidak ada lagi”
Dampak usaha mengatasi gegar budaya
terhadap kesulitan belajar yang
dihadapi:
- Tidak merasa kesulitan dalam lingkungan belajar.
“kalo kerja kelompok sudah tidak ada
masalah, pandai pandai bergaul aja toh
sama mereka.”
Usaha memperbaiki prestasi dengan
cara:
- Membatasi pergaulan “bergaul tetep bergaul tapi jangan sampai lama kuliah...hahaha. “
- Mencari refrensi tambahan “Biasanya nanti saya cari cari di internet, kalau kalau enggak ngerti apa
itu dosen omong.”
Usaha memperbaiki prestasi tersebut
menimbulkan perasaan:
- Merasa memiliki prestasi yang lebih baik
“mungkin semester ini sudah lebih
bagus, lebih bagus soalnya uda enggak
kesulitan lagi kayak dulu yang masi
adaptasi toh”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
b. Struktur Umum Pengalaman Gegar Budaya dan Dampak
Terhadap Pengalaman Belajar Informan 1.
Pandangan informan terhadap budaya asal dan daerah barunya
meliputi cara berkomunikasi, di mana daerah asal yang lebih keras dan
tegas, sementara daerah baru lebih halus, pelan dan sopan. Memiliki bentuk
fisik dan bahasa yang khas. Informan juga memiliki pandangan tentang
hidup di Jawa lebih mudah dan lengkap.
Informan mendapatkan perlakuan diskriminatif yang di sebabkan
prasangka yang telah terbentuk dari daerahnya. Hal tersebut membuat
informan merasa kecewa. Perbedaan budaya antara daerah asal dan daerah
barunya, menimbulkan perasaan terasing, cemas, dan tidak nyaman di awal
kedatanganya sehingga lebih memilih untuk menarik diri dan hanya
bergabung dengan teman teman sedaerahnya. Informan mengalamai
kesulitan dalam berkomunikasi saat awal kedatangannya.
Pengalaman ini berdampak pada prestasi informan yang kurang baik
di semester awal kuliah. Informan mengalami kesulitan memahami
pelajaran dan merasa malas untuk belajar. Informan termotivasi untuk
berusaha menghadapi masalahnya karena ingin mendapatkan pendidikan
yang lebih baik dan ia mendapatkan dukungan dari kerabatnya.
Informan berusaha mengatasi masalahnya dengan berusaha
berinteraksi dengan orang baru dan berusaha memahami bahasa sehingga,
mulai dapat beradaptasi, merasa diterima dan merasa tidak berbeda.
Dampak usaha mengatasi gegar budaya terhadap pengalaman belajar, adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
informan merasa tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Informan
berusaha memperbaiki prestasinya dengan mencari refrensi tambahan dan
membatasi pergaulannya. Informan merasa memiliki prestasi yang lebih
baik di semester ini.
2. Informan 2
a. Profil
Informan kedua pada penelitian ini adalah NN. NN adalah seorang
wanita berusia 19 tahun yang berasal dari Luwuk, provinsi Sulawesi
Tengah. NN merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. NN memiliki kulit
berwarna coklat dan berbadan gemuk dengan tinggi 160 cm dan memiliki
berat badan 50 kg. NN terlihat memiliki tubuh yang sehat dan pribadi yang
ramah.
NN tinggal di daerah yang cukup jauh dari kota. Daerah tinggal NN
memerupakan daerah bukit dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai
petani. Orang tua NN merupakan seorang petani di daerahnya. Dalam
kesehariannya NN sering membantu Ibunya dalam berkebun maupun saat
musim panen tiba. NN terbiasa berbicara dengan nada tinggi dan keras. Saat
ini NN merupakan mahasiswi semester dua jurusan kebidanan di salah satu
Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. NN lulus SMA pada tahun 2014
dan segera menempuh pendidikan yang di minatinya di Yogyakarta.
Saat wawancara di lakukan informan nampak sedikit tegang saat
pertama kali akan melakukan rapport. Informan dapat menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan intervewer saat intervew dilakukan
dengan baik. Informan juga terdengar masih kental dengan intonasi yang
menjadi ciri khas daerahnya.
Tabel 3
Stuktur Umum Pengalaman Gegar Budaya
dan Dampak Pada Pengalaman Belajar Informan 2
Struktur Umum Uraian
Pandangan terhadap budaya asal dan
budaya Jawa meliputi :
Perbedaan cara berkomunikasi:
- Daerah asal lebih keras “Uhhh....pastinya adalah mas,banyak betul leh. Kalau di sana tuh ya, apa
lagi kalau di rumah tuh, mama tuh ya
manggil kita ee..so biasa teriak-teriak,
nyuruh tuh ya misalanya kayak gini,
“Jolo dulu apinya itu, apa mo mati
itu. Kalau mati nanti ndak ada yang
mo bisa di makan!” Itu ya mas, dari
depan rumah bisa kedengaran kalau
mama so teriak-teriak gitu.”
- Bernada tinggi “Padahal mama biasa aja, ndak marah, memang nadanya ja yang keras dan
tinggi. Orang-orang di sana juga
kebanyakan kayak gitu”
- Mengungkapkan perasaannya “Di tempatku ya mas, kalau ndak suka ya bilang ndak suka, ya walau ujung-
ujungnya kayak gitu mas. Kalau
dilihat kayak orang yang lagi ngotot-
ngototan gitu, tar ujung-ujungnya ribut
dech. Tapi ndak selalu berujung
dengan ribut juga”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
Struktur Umum Uraian
- Daerah Jawa lebih halus “orang-orangnya katanya ramah-ramah, halus, santun gitu,
ngomongnya pelan-pelan”
- Pelan “orang-orangnya katanya ramah-ramah, halus, santun gitu,
ngomongnya pelan-pelan”
- Memendam perasaan “Trus di Jawa tuh ya, kalau ndak suka orang ndak berani bilang langsung,
malah di pendem di belakang.Ujung-
ujungnya gosip Kita ndak suka.”
Perasaan yang muncul terkait perbedaan
budaya di Yogyakarta :
- Tidak nyaman “Trus di Jawa tuh ya, kalau ndak suka orang ndak berani bilang langsung,
malah di pendem di belakang.Ujung-
ujungnya gosip Kita ndak suka.”
- Sulit “Sulit tuh karena banyak bedanya dari segi budaya dan kebiasaan-kebiasaan
orang Jawa.”
- Merasa kesepian “tapi lama-lama susah komunikasi, susah cari teman karena bahasanya
beda, jadi kesepian karena tidak ada
teman, kangen rumah.”
- Rindu kampung halaman “tapi lama-lama susah komunikasi, susah cari teman karena bahasanya
beda, jadi kesepian karena tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
Struktur Umum Uraian
teman, kangen rumah.”
Pengalaman gegar budaya yang
dialaminya tersebut membuatnya :
- Kesulitan berkomunikasi “Nah tuh ya mas, pas ke Jawa, parah pokoknya. Kitakan so biasa toh
bicaranya besar-besar, eh dikira
marah mas. Padahal tuh biasa aja agak
susah toh”
- Kesulitan memahami pelajaran “Sempet bulan bulan pertama masuk memang roming, apa lagi sama istilah
istilah jawa yg di pake kuliah mas.”
- Sering berkumpul dengan kerabat sedaerah
“Nah awalnya nyari teman yang sama
daerah asal,”
- Harus beradaptasi “Kalau budaya itu menghambat karena kita sadar bahwa tiap tempat
itu punya budayanya masing-masing
dan mereka akan mempertahankan
budayanya itu, nah siapa kita sebagai
pendatang tiba-tiba minta mereka
merubah budayanya untuk ikut kayak
budayaku, ya gak mungkinlah. Jadi
kita yang harus ngikut.”
Motivasi untuk berusaha menangani
masalah yang timbul karena:
- Keinginan merasa aman “Jadi supaya kita bisa tetap hidup aman sejahtera di Jawa makanya
belajar budaya disini,”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Struktur Umum Uraian
Keinginan untuk tetap merasa aman
membuatnya berusaha untuk mengatasi
gegar budaya dengan cara:
- Beradaptasi “Ya, memang gimana ya, kita mau ndak mau harus adaptasi, ngikut aja
mas”
- Mengubah cara berbicara “Kalau kita bicaranya kayak di Luwuk padahal sekarang tinggal di Jawa,
matilah. Ndak punya teman nanti terus
ngerasa sendiri”
- Berinteraksi dengan orang baru “Tapi ketika kita so bisa membaur dengan anak-anak Jawa, cara
bertemannya enak apa lagi dekat
dengan yang asli Jawa jadi bisa sering
main ke rumahnya mas. Enak rasanya
punya keluarga di Jawa. Kayak di
sayang gitu. “
- Memahami bahasa “Sering-sering aja deket deket dengan teman yang lancar bahasa jawanya,
nanya-nanya itu artinya apa kalau gak
tahu artinya apa.”
Hasil usaha mengatasi gegar budaya
yaitu:
- Memiliki banyak teman “Berhubung selama ini kita apa namanya agak mudah begitu buat
adaptasinya. Kita punya sodara
banyak jadinya, hahahaha”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
Struktur Umum Uraian
- Merasa memiliki keluarga baru “Kalau bisa adaptasi kan enak. Bisa punya banyak teman, kalau
diperkuliahan ngerasa ada yang susah
banyak teman yang bisa bantu, trus
rasanya punya keluarga di Jawa.”
- Tidak merasa sendiri Kita bisa makan gratis mas, ahahahahha.... anak kost banget ya.
Yang paling penting tuh yang
awalnya ngerasa sendiri jadi gak rasa
sendiri lagi kalau dah bisa adaptasi.
Usaha untuk memperbaiki prestasi
belajar dengan cara:
- Mencari refrensi tambahan “Ooh..kalo dulu pas roming di kelas aku langsung cari di buku mas.”
Dampak usaha mengatasi gegar budaya
terhadap kesulitan belajar yang dihadapi:
- Tidak merasa kesulitan dalam lingkungan belajar
“Bisa bahasa Jawa dan paham
maksudnya pa juga enak, soalnya
kadang dosen di kelas pakek bahasa
Jawa kalau ngerti dosennya bilang apa
kan jadi ndak roming di dalam kelas.”
- Memiliki prestasi yang baik “Syukurnya nilai kuliah tetap bagus. Kan tetap bisa belajar. Ip kemaren
3,3. Toh teman-temannya banyak dari
sabang sampai merauke kumpul di
Jawa”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
b. Struktur Umum Pengalaman Gegar Budaya dan Dampak
Terhadap Pengalaman Belajar Informan 2.
Informan memandang budaya asal dan budaya barunya memiliki
perbedaan. Perbedaan tersebut meliputi cara berkomunikasi yang lebih
keras, bernada tinggi, terbiasa mengungkapkan perasaannya serta memiliki
suasana lebih hijau. Informan memandang budaya barunya lebih santun,
ramah, namun sering memendam perasaanya. Informan juga memandang
bahwa daerah barunya memiliki jumlah penduduk yang lebih padat dan
memiliki banyak tempat hiburan.
Informan merasa tidak nyaman dan kesulitan di lingkungan baru.
Informan juga merasa kesepian sehingga merindukan kampung halaman.
Informan harus beradaptasi karena mengalami kesulitan berkomunikasi di
awal kedatangannya karena perbedaan budaya tersebut. Informan sering
berkumpul dengan kerabat sedaerah.
Informan memiliki keinginan untuk merasa aman dan beradaptasi.
Informan terdorong untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dengan
berusaha mengubah cara berbicara, berinteraksi dengan orang baru dan
memahami bahasa daerah barunya. Hasil usaha informan untuk beradaptasi
menyebabkan dirinya merasa memiliki banyak teman, memiliki keluarga
baru, tidak merasa sendiri, tidak merasa kesulitan dalam lingkungan
belajarnya dan memiliki prestasi yang baik. Informan mengatasi kesulitan
belajarnya dengan cara mencari referensi tambahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
3. Informan 3
a. Profil
Informan ketiga pada penelitian ini adalah RL. RL merupakan laki
laki berusia 20 tahun. Informan berasal dari Painapang Nusa Tenggara
Timur. Informan memiliki tubuh cukup tinggi dengan berat badan ideal.
Informan memiliki kulit berwarna sawo matang dengan rambut keriting dan
memiliki wajah khas timur. Informan memiliki keyakinan Khatolik.RL
merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. RL memiliki cita-cita untuk
menjadi seorang guru di daerah asalnya. Di daerah asalnya RL terbiasa
berbicara keras dan berintonasi tinggi. Saat pertama kali datang di
Yogyakarta, RL memiliki saudara yang sudah menetap di Yogyakarta.
Saat ini RL sedang menempuh pendidikan matematika di salah satu
Perguruan tinggi Swasta di Yogyakarta angkatan 2013. Saat intervew
dilakukan, RL terlihat santai dalam merespon pertanyaan-pertanyaan
intervewer. RL merupakan pribadi yang sangat ramah dan mudah bercanda.
Tabel 4
Stuktur Umum Pengalaman Gegar Budaya
dan Dampak Pada Pengalaman Belajar Informan 3
Struktur Umum Uraian
Pandangan terhadap budaya asal dan
budaya Jawa meliputi :
- Daerah asal berbicara lebih keras “Bedanya, kalau di sana bicaranya keras-keras, sering ada acara-acara
adat gitu, kalau putar musik tuh
sukanya keras-keras,”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
Struktur Umum Uraian
- Memiliki rasa persaudaraan yang kuat
“kalau sudah berteman dianggap jadi
saudara, jadi kalau teman punya
masalah langsung dibantu, semuanya
datang berkumpul, di bela mati-
matian”
- Daerah baru lebih halus “Kalo orang orangnya emang keliatan halus, kayak mereka omong di jaga.”
- Pelan “Yang saya tahu budaya jawa itu lebih halus, pelan mas.”
- Memiliki rasa makan yang lebih manis
“Pertama kali kuliah di Jawa, yang
saya tidak suka makanannya. Saya
tidak suka yang manis-manis. Paling
suka makan pedas banyak rempah, di
tempat saya begitu. “
Perbedaan Geografis
- Jawa lebih padat penduduk “Trus di Jawa ini banyak orang, mereka punya rumah dekat dekat.
Kalo kami disana antar rumah jauh.
Jadi kalo manggil tidak perlu teriak,
lebih rame.”
Perbedaan budaya yang di alami saat
awal di Jawa tersebut menimbulkan
perasaan:
- Cemas “kalo waktu awal awal mungkin mereka kaget dengan suara kita kalo
ngomong sesama orang timur itu
keras. Jadi takut takut keceplosan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
Struktur Umum Uraian
juga.“
- Tidak dipahami “Saya padahal rasanya bicaranya sudah pelan-pelan dan kayak biasanya.
Kok malah ga ngerti gitu”
- Marah “Ya jadinya kadang malah marah.”
- Bingung “Bayangin aja kalau baru sampai Jawa langsung dihajar pakek bahasa Jawa.
Bingung, mau jawab apa coba, halus,
hampir gak dengar bilang apa, dan
memang saya tidak paham mereka
bicara apa”
- Bosan “Paling yang sulit dosennya pas mengajar, itu dosennya ngomongnya
pelan, apalagi kalo dapet dosen yang
tua, rasanya ngantuk, bosen.”
Pengalaman gegar budaya yang di
alaminya tersebut membuat dirinya :
- Kesulitan berkomunikasi “Kalo susah paling susah omong aja, terutama sama orang tua toh kadang
kadang diajak ngobrol saya tidak
begitu mengerti.”
- Membatasi pergaulan dengan penduduk daerah baru
“Saya mau belajar membaur sedikit.
Kalau di kost kan ada yang orang jawa
juga, bicara secukupnya saja.”
- Lebih sering berkumpul dengan rekan sedaerah
“Tapi kan saya lebih sering ngabung
dengan kelompok yang dari daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
48
Struktur Umum Uraian
yang sama itu, jadi jarang pergi-pergi
dengan mereka.”
Dampak gegar budaya terhadap
pengalaman belajar :
- Kesulitan memahami pelajaran “hambatan kalo belajar ya itu tadi, dosen omong nya pelan tidak begitu
kedengeran hehehe apalagi kalo
belajar hitungan berat, terus dosennya
omongnya pelan susah sekali
nangkepnya.”
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi
gegar budaya dengan:
- Memahami bahasa yang digunakan
“Usaha yang sudah dilakukan belajar
tahu budayanya seperti apa, sejauh ini
saya hanya tahu artinya bahasa jawa
kalau dengar mereka bicara walau
sedikit belum bisa bilangnya”
- Mendapat dukungan kerabat “Kalau bahasa, dibilang susah ya susah di bilang tidak juga tidak.
Karena awalnya datang ke Jawa saya
punya saudara yang sudah tinggal di
Jawa, jadi aman. Mau apa apa tanya
apa bisa di bantu”
Memiliki banyak kerabat daerah
membuatnya:
- Merasa senang “Di kelompok itu ada makrabnya juga, jadi senang. Walau ada di Jawa tapi
rasanya tetap ada tempat asal. Kan
orang-orangnya yang ada di kelompok
itu sama.”
- Tidak merasa sendiri “Kegiatan biasa aja kan masih ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
49
Struktur Umum Uraian
teman-teman dari daerah asal yang
diajak berteman. Kan di sini juga
banyak jadi tidak sendiri”
- Merasa di daerah asal “Di kelompok itu ada makrabnya juga, jadi senang. Walau ada di Jawa tapi
rasanya tetap ada tempat asal. Kan
orang-orangnya yang ada di kelompok
itu sama.”
Usaha untuk mengatasi masalah
pengalaman belajar dengan cara:
- Berdiskusi mengenai pelajaran “paling caranya ajak diskusi teman-tanya tanya caranya rumusnya.
Soalnya kalo cuma ngandalin didepan
yg dosen ajar, ga akan masuk ke
kepala”
Hasil usaha mengatasi masalah dalam
belajarnya yaitu:
- Memiliki prestasi yang baik “Nilai nilai saya tidak begitu bagus tapi tidak jelek juga. Semester satu
saya dapat IP 2,9. Semester dua naik
sedikit jadi 3,1 hahaha”
b. Struktur Umum Pengalaman Gegar Budaya dan Dampak
Terhadap Pengalaman Belajar Informan 3.
Informan memandang budaya asal dan budaya barunya berbeda.
Perbedaan budaya tersebut seperti budaya yang lebih halus, pelan, memiliki
rasa makanan yang lebih manis dan lebih padat penduduk. Informan terbiasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
50
dengan cara berbicara yang lebih keras dan menganggap daerah asalnya
lebih memiliki rasa persaudaraan yang kuat.
Perbedaan budaya tersebut membuat informan merasa cemas, tidak
dipahami bingung, bosan dan marah. Informan menjadi kesulitan dalam
berkomunikasi, lebih sering berkumpul dengan rekan sedaerah dan
membatasi pergaulan dengan penduduk daerah baru. Informan juga
mengalami kesulitan dalam memalami pelajaranya.
Informan berusaha mengatasi permasalahan yang di hadapi dengan
cara memahami bahasa yang digunakan dan mendapatkan dukungan kerabat
selama tinggal di daerah baru. Informan memiliki banyak kerabat sehingga
tidak merasa sendiri, senang dan merasa seperti di daerah asalnya. Informan
mengatasi masalah pengalaman belajarnya dengan cara berdiskusi, sehingga
memiliki prestasi yang tergolong baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
51
Tabel 5.
Struktur Umum Gegar Budaya dan Dampak Pada Pengalaman Belajar Informan
1,2,3
Struktur Umum Uraian
Informan 1 Informan 2 Informan 3
1. Pandangan terhadap budaya
asal dan budaya
Jawa
- Daerah asal lebih keras
“nak macam kita
lebih tegas, keras
kayak orang marah
marah”
“Uhhh....pastinya
adalah mas,banyak
betul leh. Kalau di
sana tuh ya, apa lagi
kalau di rumah tuh,
mama tuh ya
manggil kita ee..so
biasa teriak-teriak,
nyuruh tuh ya
misalanya kayak
gini, “Jolo dulu
apinya itu, apa mo
mati itu. Kalau mati
nanti ndak ada
yang mo bisa di
makan!” Itu ya mas,
dari depan rumah
bisa kedengaran
kalau mama so
teriak-teriak gitu.”
“Bedanya, kalau
di sana bicaranya
keras-keras, sering
ada acara-acara
adat gitu, kalau
putar musik tuh
sukanya keras-
keras,”
- Memiliki rasa persaudaraan
yang kuat
“kalau sudah
berteman
dianggap jadi
saudara, jadi kalau
teman punya
masalah langsung
dibantu, semuanya
datang berkumpul,
di bela mati-
matian”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
52
- Bernada tinggi “saya di kampung terbiasa kalo guru
ngajar suaranya
keras, jelas tegas
dari ujung ke ujung
bisa dengar
hahaha”
“Padahal mama
biasa aja, ndak
marah, memang
nadanya ja yang
keras dan tinggi.
Orang-orang di sana
juga kebanyakan
kayak gitu”
- Intonasi dan bahasa yang
khas
“apa lagi kalo kita
uda ngomong keras
begitu aeeh..orang
pasti sudah tau
hahaha...biarpun
ada memang
beberapa orang
NTT lebih putih
dan mereka punya
rambut lebih lurus
dari pada orang
jawa, tidak keliatan
orang timur toh
tapi, pas ngomong
hahaha baru
ketauhan mereka
ini ni pasti logat
logat orang timur.”
- Bentuk fisik yang khas
“Macam saya
rambut keriting,
kulit lebih hitam
ada berewoknya
pasti lah orang
ngerti “oh..inini
pasti orang timur
ni”
- Mengungkapkan perasaannya
“Di tempatku ya
mas, kalau ndak
suka ya bilang ndak
suka, ya walau
ujung-ujungnya
kayak gitu mas.
Kalau dilihat kayak
orang yang lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
53
ngotot-ngototan
gitu, tar ujung-
ujungnya ribut dech.
Tapi ndak selalu
berujung dengan