pengalaman gegar budaya serta dampaknya ...pengalaman belajar mahasiswa luar jawa yang studi di...

93
PENGALAMAN GEGAR BUDAYA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGALAMAN BELAJAR MAHASISWA LUAR JAWA YANG STUDI DI YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Agustinus Patrick Sephira Taum NIM: 089114105 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGALAMAN GEGAR BUDAYA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

    PENGALAMAN BELAJAR MAHASISWA LUAR JAWA YANG STUDI DI

    YOGYAKARTA

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun Oleh:

    Agustinus Patrick Sephira Taum

    NIM: 089114105

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2015

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • SKRIPSI

    PENGALAMAN GEGAR BUDAYA SERTA DAMPAKIYYA TER}IADAP

    PENGALAMAN BELAJAR MAHASISWA LUARJAWA YA}{G STTIDI DI

    YOGYAKARTA

    Pembimbing Skripsi,\r\ .t\r

    - '\\'

    ,/Dr. Tjipto Susana

    &,'ffig*hA ,rrvffil4tos OE#agr ll _::, 1 ff:", \\ bTcTus*to^.

    -adQoynxrtC

    Yogyakarta,29}'dei2015

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • SKRIPSI

    PENGALAMAN GEGAR BUDAYA SERTA DAMPAKNYA TEREADAP

    PENGALAMAN BELAJAR MATIASISWA LUAR JAWA YA}{G STUDI DI

    YOGYAKARTA

    Dipersiapkan dan ditulis oleh:

    Agustinus Patrick Sephira Taum

    Penguji I

    Penguji 2

    Penguji 3

    C.

    Y. B.

    Yogyakarta, t Seytw,bvr 2Al5FakultasPsikologi

    Universitas Sanata Dharma

    qu/6*"m.4,*f s*'unul .d

    6'g"r

    E\ tCis,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto

    “Through God, Nothing is

    Impossible”

    Persembahan kepada :

    Papa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah

    disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 29 Mei 2015

    Penulis,

    Agustinus Patrick Sephira Taum

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PENGALAMAN GEGAR BUDAYA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

    PENGALAMAN BELAJAR MAHASISWA LUAR JAWA YANG STUDI DI

    YOGYAKARTA

    Agustinus Patrick Sephira Taum

    ABSTRAK

    Pengalaman gegar budaya merupakan sebuah pengalaman psikologis yang

    dirasakan oleh individu ketika berada di lingkungan baru yang terkait dengan

    kegagalan penyesuaian diri akibat hilangnya isyarat familiar dalam lingkungan.

    Pengalaman belajar juga sangat terkait dengan kondisi fisik dan psikologis yang

    merupakan kondisi yang mempengaruhi proses belajar. Untuk mendapatkan

    pengalaman belajar yang baik, individu harus memiliki rasa aman dan nyaman

    dalam menjalani kehidupannya, yaitu lingkungan sosial, fisik dan budaya. Jika

    lingkungan dapat menjadi tempat yang kondusif bagi individu, maka pengalaman

    belajarnya juga akan baik sedangkan jika lingkungan menimbulkan efek negatif

    pada indivudu, maka akan mempengaruhi pengalaman belajarnya yang menjadi

    negatif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

    fenomenologi deskriptif penyajian secara deskriptif dan terperinci suatu fenomena.

    Hasil penelitian menunjukkan pengalaman gegar budaya yang dialami di awal

    kuliah memiliki dampak pada pengalaman belajar Informan, seperti kesulitan dalam

    memahami pelajaran, malas belajar, dan prestasi belajar yang kurang baik.

    Kata kunci: gegar budaya, pengalaman belajar, budaya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    THE IMPACT OF CULTURE SHOCK EXPERIENCE ON THE STUDY

    EXPERIENCE OF COLLEGE STUDENTS FROM OUTSIDE JAVA WHO

    STUDIES IN YOGYAKARTA

    Agustinus Patrick Sephira Taum

    ABSTRACT

    Culture shock is a psychological experience felt by someone who fails to

    adapt in a new environment which have unfamiliar culture, way of life, or set of

    attitudes. Studying is influenced highly by the physical and psychological state that

    someone is having which will influence the process of studying itself. To achieve a

    decent studying experience, someone have to have the sense of security and comfort

    in his environment; physical, social, cultural. If the environment is condusive, hence

    the studying experience can be better, in the other hand, if the environment is hostile;

    it will bring a negative effect to the studying experience itself. This qualitative

    research uses the descriptive phenomenology approach to explain the issue. The

    research shows that the culture shock experienced in the first year of college does

    have an impact to the studying experience of the student, they experience obstacles

    such as in understanding subjects, laziness to study, and unsatisfying grades in their

    studies.

    Key words : culture shock, studying experience, culture

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata

    Dharma

    NAMA : AGUSTINUS PATRICK SEPHIRA TAUM

    NIM : 089114105

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada

    Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

    Pengalaman Gegar Budaya Serta Dampaknya Terhadap Pengalaman Belajar

    Mahasiwa Luar Jawa Yang Studi di Yogyakarta

    beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya

    memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

    menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau

    media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

    maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

    sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal: 29 Mei 2015

    Yang menyatakan,

    Agustinus Patrick Sephira Taum

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Tugas akhir ini dibuat atas dasar kepedulian terhadap kompleksitas

    pengalaman belajar para mahasiswa yang berasal dari luar Jawa dalam menempuh

    pendidikan di kota Yogyakarta. Pengalaman belajar sangat penting untuk

    dioptimalkan dalam rangka mencapai prestasi belajar yang memuaskan, maka

    penelitian ini dilakukan agar dampak dari perbedaan budaya di awal masa kuliah

    dapat terlihat dengan jelas.

    Peneliti memberikan penghargaan kepada semua pihak yang membantu

    penelitian dan penulisannya. Terima kasih penulis haturkan kepada :

    1. Tuhanku Yesus Kristus atas segala berkat dan perlindungan yang diberikan

    kepadaku dan keluargaku.

    2. Keluarga kecilku Ella dan Nael yang selalu tak pernah henti mengingatkan,

    mendukung, dan selalu ada buatku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    3. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan tak pernah lelah mengingatkan

    untuk menyelesaikan tugas akhir ini tanpa henti.

    4. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku pembimbing skripsi yang selalu setia menanti

    kehadiran saya untuk bimbingan.

    5. Ibu Agnes dan Ibu Ratri yang selalu memberikan dukungan dan dorongan

    untuk selalu menyelesaikan skripsi ini.

    6. Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Doni, Mas Muji, dan Pak Gik atas kerja

    samanya selama ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    7. Seluruh sahabatku dalam menjalani perkuliahan yang panjang ini yang tidak

    bisa disebutkan satu per satu.

    Peneliti membutuhkan kritik dan sumbangan pemikiran untuk kepatutan

    karya tulis ini.

    Yogyakarta, 29 Mei 2015

    Penulis,

    Agustinus Patrick Sephira Taum

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ......................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................. v

    ABSTRAK................................................................................................................. vi

    ABSTRACT…………………………………………………………………………. vii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………………... viii

    KATA PENGANTAR………………………………………………………………. ix

    DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. xi

    DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. xiii

    BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 8

    C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 8

    D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 9

    1. Manfaat Teoritis........................................................................................ 9

    2. Manfaat Praktis......................................................................................... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 10

    A. Pengalaman Gegar Budaya ............................................................................ 10

    B. Pengalaman Belajar ....................................................................................... 13

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    C. Pengalaman Belajar dan Gegar Budaya ............................................................ 16

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................. 21

    A. Jenis Penelitian............................................................................................... 21

    B. Fokus Penelitian.............................................................................................. 22

    C. Informan Penelitian......................................................................................... 22

    D. Metode Analisis Data...................................................................................... 22

    E. Metode Pengumpulan Data............................................................................. 23

    F. Proses Pengumpulan Data................................................................................ 25

    G. Kredibilitas Penelitian..................................................................................... 26

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................ 28

    A. Pelaksanaan Penelitian.................................................................................. 28

    B. Hasil Penelitian............................................................................................ 29

    C. Pembahasan ................................................................................................. 67

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 75

    A. Kesimpulan..................................................................................................... 75

    B. Saran................................................................................................................ 76

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 78

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Panduan Wawancara ................................................................... 21

    Tabel 2. Struktur Umum Subjek 1 ............................................................... 28

    Tabel 3. Struktur Umum Subjek 2 ............................................................... 35

    Tabel 4. Struktur Umum Subjek 3 ............................................................... 41

    Tabel 5. Struktur Umum Subjek 1, 2, 3 ...................................................... 47

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pengalaman gegar budaya merupakan sebuah pengalaman psikologis

    yang dirasakan oleh individu ketika berada di lingkungan baru yang terkait

    dengan kegagalan penyesuaian diri akibat hilangnya isyarat familiar dalam

    lingkungan (Samovar, Richard, dan Edwin, 2010). Pada pengalaman itu,

    individu baru menyadari sepenuhnya tentang sistem kontrol dari budayanya

    yang selama ini tersembunyi, artinya mereka mulai merasakan budaya tempat

    mereka lahir dan dibesarkan telah membentuk karakter dan kepribadian

    mereka sehingga ketika mereka meninggalkan budaya itu, mereka merasa

    terpisah dan kehilangan pijakan diri (Gudykunst dan Kim, 2003).

    Pengalaman gegar budaya yang dialami individu antara lain

    kecemasan, keterasingan dan ketidaknyamanan fisik merupakan reaksi gegar

    budaya dalam proses menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (Gudykunst

    dan Kim, 2003; Parillo, 2008). Pengalaman itu dapat berbeda satu sama

    lainnya dan dapat muncul dalam waktu yang berbeda juga (Samovar,

    Richard, dan Edwin, 2010). Sebagian orang mampu mengatasi

    keterkejutannya dengan lingkungan barunya namun sebagian lainnya gagal

    untuk mengatasinya sehingga mereka menarik diri dan menghindari

    mahasiswa lain, bersikap bermusuhan dan selalu berada dalam keadaan

    cemas, serta tidak senang (Sobur, 2003).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Kota Yogyakarta telah lama

    dikenal sebagai miniatur Indonesia yang bersifat multikultural. Hal ini

    ditunjukkan dengan beragamnya kultur maupun subkultur yang dapat

    berkembang di Yogyakarta baik yang berbasis etnisitas, golongan, aliran

    kepercayaan maupun agama (Kuncoroyekti, 2015).

    Beragamnya kultur yang berkembang di Kota Yogyakarta, tidak

    lepas dari sejarah panjang perjuangan masyarakat Yogyakarta untuk

    mewujudkan “kesetaraan dalam perbedaan” dalam praksis kehidupannya.

    Selain suku Jawa yang merupakan penduduk mayoritas Yogyakarta, juga

    tinggal suku-suku lain seperti Tionghoa, Batak, Minangkabau, Dayak,

    Flores, Bali, dan Papua. Terbangunnya citra Yogyakarta sebagai Kota

    Pendidikan dan Kota Budaya semakin memberikan ruang pertemuan budaya

    bagi anak-anak bangsa dari berbagai penjuru nusantara yang datang untuk

    menimba ilmu dan berbagai kegiatan kesenian. Di Universitas Sanata

    Dharma saja, terdapat 361 mahasiswa luar Jawa yang aktif berkuliah dari

    keseluruhan 1012 mahasiswa.

    Sehubungan dengan kehadiran orang dari berbagai latar belakang

    etnis, golongan, dan agama, Baryadi (2015) mencatat terdapat dua pola

    pemukiman anggota masyarakat dari suku-suku selain Jawa di Yogyakarta.

    Pertama, pola pemukiman eksklusif berkelompok yang memisahkan diri

    dari suku lain. Dengan pola ini, orang-orang yang berasal dari suku yang

    sama tinggal dalam area atau kampong yang sama, sehingga muncul

    misalnya kampong Pecinan. Para mahasiswa yang berasal dari suku yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    sama tinggal di sebuah asrama yang sama, misalnya Asrama Mahasiswa

    Aceh, Asrama Mahasiwa Ketapang, Asrama Mahasiswa Kutai Kertanegara,

    dan Asrama Mahasiswa NTT. Kedua, pola pemukiman inklusif, yakni

    orang-orang dari suku selain Jawa tinggal bersama suku lain dan penduduk

    asli Yogyakarta yang mayoritasnya suku Jawa. Dengan pola pemukiman ini,

    para mahasiswa dari berbagai suku itu tinggal di rumah pondokan atau

    rumah kontakan di dalam kampong-kampung di Yogyakarta.

    Baik pemukiman berpola eksklusif maupun inklusif, ada

    kecenderungan masyarakat dari suku yang sama cenderung membentuk

    paguyuban. Para mahasiswa atau pelajar dari suku yang sama juga

    membentuk ikatan, seperti Ikatan Mahasiswa Lampung Selatan, Ikatan

    Mahasiswa Papua, Ikatan Mahasiswa Flores Timur. Paguyuban atau ikatan

    tersebut dijadikan sebagai wadah berinteraksi antaranggota masyarakat dari

    suku yang sama. Selain itu, ikatan tersebut juga digunakan sebagai sarana

    melakukan kegiatan-kegiatan budaya. Meskipun mereka tinggal di

    masyarakat yang berbeda budayanya, mereka cenderung ingin

    mempertahankan budayanya.

    Fenomena munculnya berbagai ikatan kedaerahan di Yogyakarta

    berkaitan erat dengan persoalan yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu

    fenomena gegar budaya. Kehadiran mahasiswa dengan latar belakang budaya

    yang berbeda cenderung menimbulkan kekagetan budaya. Yogyakarta

    terkenal sebagai kota pelajar, memiliki lebih dari 130 perguruan tinggi

    dengan kualitas pendidikan yang baik sehingga tidak heran jika menjadi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    tujuan favorit mahasiswa dari seluruh Indonesia dan mancanegara untuk

    melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi terbaik (Niam, 2009). Di

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta saja, terdapat 361 mahasiswa luar

    Jawa yang aktif berkuliah saat ini dari keseluruhan 1012 mahasiswa aktif.

    Mahasiswa dari berbagai daerah yang memilih melanjutkan studi di

    Yogyakarta pasti memiliki karakteristik sosial budaya yang sangat heterogen

    dan berbeda dengan Yogyakarta. Perbedaan tersebut meliputi tata bahasa

    yang digunakan, cara bersosialisasi, dan berperilaku. Perbedaan budaya ini

    mengharuskan mahasiswa yang berasal dari luar pulau Jawa perlu beradaptasi

    dengan lingkungannya. Sebagai contoh dalam interaksi komunikasi,

    masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta terkenal lemah lembut, sopan, dan

    halus dalam bertutur kata yang tercermin dalam dialek komunikasinya

    (Suharto & Radiyanti, 1990). Hal ini berbeda dengan masyarakat yang

    berasal atau tinggal di Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Timur

    (NTT), Maluku, Sulawesi atau Papua yang tutur katanya dalam

    berkomunikasi cepat dan bernada tinggi.

    Dalam wawancara awal di bawah ini, terlihat bagaimana pengalaman

    gegar budaya dari mahasiswa luar Jawa yang baru menjalani kuliah di

    Yogyakarta

    “Pertamanya senang bisa kuliah di Jogja, kota besar ada Mall,

    banyak orang di mana-mana, tapi lama-lama susah komunikasi,

    susah cari teman karena bahasanya beda, jadi merasa kesepian

    karena tidak ada teman, kangen rumah” (NN, 2014)

    “Kalau kita bicara, orang tanya apa-apa terus, seperti mereka susah

    dengar, susah mengerti, lalu pikir kita marah kalau kita omong

    keras-keras.” (RL, 2014)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Berdasarkan penggalan cerita di atas, dapat terlihat pengalaman

    gegar budaya yang dialami oleh individu ketika berada di lingkungan baru,

    khususnya dalam kasus di atas adalah kesulitan menyesuaikan diri di kota

    Yogyakarta. Mereka datang dengan harapan bahwa semua akan baik-baik

    saja setibanya di Yogyakarta, akan ada tempat baru yang dikunjungi dan

    teman-teman baru untuk bergaul. Akan tetapi ketika mereka tiba, mereka

    justru menemukan kesulitan untuk menyesuaikan diri.

    Masyarakat Jawa umumnya menggunakan bahasa Jawa sebagai

    bahasa komunikasi sehari-hari, hal ini terjadi karena mereka sangat

    menjunjung tinggi adat istiadat Jawa, sehingga perilakunya sehari-hari juga

    terkait erat dengan adat Jawa (Niam, 2009). Sementara itu, mahasiswa dari

    luar Jawa yang tidak menggunakan bahasa Jawa tentu akan mengalami

    perbedaan karakteristik sosial dibandingkan daerah asal mereka. Yulia

    (2012) menyatakan bahwa mahasiswa luar Jawa yang kuliah di Yogyakarta

    mengalami kesulitan terkait pemahaman bahasa Jawa pada tahun pertama

    kedatangan mereka.

    Terkait dengan interaksi komunikasi, juga dapat terlihat

    ketidaknyamanan kedua responden di atas karena pembicaraan yang tidak

    dipahami serta dianggap berbicara tanpa kesopanan. Ketika terjadi

    ketidaknyamanan, mereka dapat menjadi cemas dalam berinteraksi dengan

    lingkungannya. Dengan demikian, berbagai masalah dan hambatan

    keseharian akan muncul pada masa-masa awal mereka di Yogyakarta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Hambatan itu seperti yang diungkapkan oleh Kanita dan Dewi (2012)

    disebabkan oleh perbedaan budaya terutama bahasa dan kebiasaan perilaku

    hingga makanan.

    Perbedaan-perbedaan karakteristik tersebut memunculkan hal-hal

    yang tidak menyenangkan karena mereka menghadapi kebiasaan, pola dan

    gaya hidup yang berbeda dari yang sebelumnya mereka jalani. Kondisi ini

    menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologis seperti kecemasan dan

    keterasingan serta ketidaknyamanan secara fisik dalam jangka waktu

    tertentu. Reaksi kecemasan, keterasingan dan ketidaknyamanan fisik

    merupakan pengalaman gegar budaya dalam proses menyesuaikan diri

    dengan lingkungan baru (Gudykunst dan Kim, 2003; Parillo, 2008).

    Senada dengan itu, (Samovar, Richard, dan Edwin, 2010)

    menjelaskan pengalaman gegar budaya seperti: benci pada lingkungan baru,

    mengalami disorientasi diri, merasa ditolak, mengalami gangguan lambung

    dan sakit kepala, rindu negara asalnya (homesick), rindu pada teman dan

    keluarganya, merasa kehilangan status dan pengaruh, cemas, menarik diri

    dan menganggap orang-orang dalam budaya baru tidak peka.

    Berbagai masalah yang muncul sebagai reaksi gegar budaya akan

    menghambat kesejahteraan psikologis individu untuk berfungsi optimal

    dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti yang telah diungkapkan

    sebelumnya bahwa gegar budaya terjadi saat seseorang berada dalam

    lingkungan budaya baru dan merupakan reaksi dari penyesuaian diri. Ketika

    seseorang berpindah budaya, maka terjadi proses penyesuaian psikologis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    yang sangat penting terutama dalam kurun tiga bulan sampai satu tahun

    pertama. Pada tahap ini, seseorang akan mengelami keterkejutan dengan

    budayanya, lalu berusaha menyesuaikan diri. Individu yang berhasil dalam

    proses penyesuaian psikologis akan mencapai kesejahteraan (well-being).

    Mengacu pada Ward, Bochner, dan Furhanm (2001), ketika

    kesejahteraan tercapai, maka mereka cenderung merasa puas dengan

    kehidupan di lingkungan barunya. Hal sebaliknya terjadi jika kesejahteraan

    tidak tercapai, mereka akan cenderung menarik diri dari lingkungan

    sekitarnya dan menutup diri dari budaya luar.

    ”Saya jadi bingung, rasa diri aneh, padahal saya di sini berharap bisa

    teman dengan sapa saja. Sekarang jadi saya susah berteman. Bingung saya

    harus bagaimana supaya diterima sama orang-orang Jawa, saya susah

    omongnya” (RL, 2014)

    Femonema itu menunjukkan bagaimana gegar budaya berdampak

    serius pada kesejahteraan psikologis. Hal itu memunculkan pertanyaan-

    pertanyaan tentang bagaimana mereka akhirnya menjalani kehidupannya,

    usaha apa yang mereka lakukan untuk mengatasi reaksi negatifnya dan bisa

    hidup nyaman di tengah-tengah lingkungan baru. Jika mereka berhasil

    dalam menyesuaikan diri dari keterkejutan terhadap perbedaan budaya,

    maka mereka akan lebih gampang untuk mencapai kesejahteraan daripada

    yang tidak berhasil menyesuaikan diri (Adelia & Elian, 2012).

    Tujuan kedatangan calon mahasiswa datang ke Yogyakarta adalah

    untuk memperoleh pendidikan dan pengalaman belajar yang baik hingga

    akhirnya memiliki prestasi belajar yang memuaskan. Akan tetapi dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    kondisi psikologis yang tidak sejahtera akibat gegar budaya yang dialami

    para mahasiswa luar Jawa, tentu akan menghambat pengalaman belajar yang

    baik.

    “Kita datang jauh-jauh ke sini mau belajar, tapi belajar juga butuh

    teman kan, tidak mungkin sendirian, tapi begini sudah kita. Masih

    rasa beda dari orang-orang, belu tentu juga mereka mau langsung

    berteman sama kita. Jadi ya sudah, tidak tahu harus bagaimana”

    (NN, 2014)

    Dari kutipan pernyataan di atas, terdapat sebuah permasalahan yang

    muncul terkait dengan reaksi gegar budaya yaitu permasalahan dalam

    pengalaman belajar. Mereka kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam

    proses pembelajaran di kampus padahal penyesuaian diri yang baik adalah

    salah satu syarat keharmonisan individu dalam kehidupannya termasuk

    belajar (Munawaroh, 2009).

    Nurlete (2014) melakukan penelitian di Universitas Soedirman

    Purwokerto yang menunjukan bahwa mahasiswa Maluku pada awal tahun

    pertamanya menunjukkan prestasi belajar yang kurang baik yaitu persentase

    IPK kurang dari 1 adalah 7%, IPK kurang dari 2,00 adalah 55%, IPK kurang

    dari 3 yaitu 38% dan tidak ada satupun mahasiswa Unsoed asal Maluku

    yang mendapatkan IPK lebih dari 3. Belajar bukanlah suatu aktivitas yang

    berdiri sendiri, menurut Witherington dan Bapemsi (dalam Mustaqim,

    2004), kondisi yang mempengaruhi proses belajar di instansi pendidikan

    adalah kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik adalah kesehatan keadaan

    jasmani seperti kecukupan gizi dan daya tahan tubuh. Kondisi psikologis

    adalah kondisi afeksi seperti perasaan, emosi, dan suasana hati. Dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    keadaan stabil dan normal, perasaan riang dan senang sangat menolong

    individu untuk belajar, sedangkan perasaan murung sangat mengganggu

    proses belajar. Perasaan yang labil dan terasing akan membuat pribadi

    kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung,

    cemas, dan putus asa sehingga menghambat proses belajar.

    Proses belajar yang terhambat akan mempengaruhi pencapaian dan

    prestasi individu itu sendiri seperti misalnya ketidakpercayaan diri untuk

    tampil dan presentasi di kelas, maupun terlibat aktif dalam kelompok. Jika

    demikian, maka individu tersebut dapat kehilangan penilaian dari kegiatan

    aktivitas kelas dan kelompok, termasuk pada hasil pembelajaran yang

    melibat keaktifan diri, sehingga mempengaruhi pencapaian IPKnya.

    Munawaroh (2009) menyatakan bahwa penyesuaian diri memiliki

    korelasi dengan motivasi belajar. Semakin baik penyesuaian diri, maka

    semakin termotivasi mereka untuk belajar sehingga pengalaman belajarnya

    juga menjadi baik dan optimal. Penelitian tentang gegar budaya telah

    dilakukan oleh Sihite (2012), ia menemukan bahwa terdapat hubungan yang

    signifikan antara gegar budaya dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal

    Malaysia yang menetap kurang dari satu tahun tetapi tidak pada mereka

    yang sudah menetap lebih dari satu tahun. Berdasarkan hal itu, dapat terlihat

    bahwa gegar budaya yang terjadi pada tahun pertama dapat mempengaruhi

    prestasi belajar mahasiswa Malaysia yang tidak optimal.

    Penelitian terdahulu sudah mampu menggambarkan hubungan antara

    penyesuaian diri, gegar budaya dan prestasi belajar secara kuantitatif.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Namun demikian, penelitian kuantitatif yang ditemukan belum mampu

    menjelaskan pengalaman belajar mahasiswa yang mengalami gegar budaya

    dan pengaruhnya terhadap prestasinya. Hal itu menjadi landasan bagi

    peneliti untuk lebih mengeksplorasi dan memahami secara mendalam

    bagaimana pengalaman gegar budaya mahasiswa luar Jawa yang kuliah di

    Yogyakarta serta dampaknya terhadap pengalaman belajar itu sendiri.

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif fenomenologi yang berupaya

    menangkap pengalaman kehidupan terhadap fenomena dalam setting alami

    sehingga didapatkan data secara mendalam tentang pengalaman mereka.

    Pada akhirnya, penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi

    pendidikan di Yogyakarta untuk menyediakan ragam bantuan baik berupa

    pelatihan, seminar, dan pendampingan psikologis kepada mahasiswa luar

    Jawa untuk mampu menyesuaikan diri pada tahun pertama pendidikannya di

    Yogyakarta. Dengan demikian dapat meminimalisir dampak negatif gegar

    budaya pada mahasiswa yang bisa berpengaruh terhadap pengalaman

    belajarnya.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian

    ini adalah bagaimana pengalaman gegar budaya mahasiswa luar Jawa yang

    menjalani perkuliahan tahun pertama di Yogyakarta serta dampaknya

    terhadap pengalaman belajarnya?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    C. Tujuan

    Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengalaman gegar

    budaya mahasiswa luar Jawa yang baru menjalani perkuliahan tahun

    pertama di Yogyakarta serta dampaknya terhadap pengalaman belajarnya.

    D. Manfaat

    Manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini dapat memberi kajian teoritis berupa informasi mengenai

    pengalaman gegar budaya mahasiswa dari luar jawa yang belajar di

    Yogyakarta serta dampaknya terhadap pengalaman belajar mereka. Hal ini

    dapat berguna bagi perkembangan ilmu Psikologi lintas budaya.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan dan komunitas

    etnis di Yogyakarta untuk membuat program-program penyesuaian diri dan

    adaptasi mahasiswa baru khususnya yang berasal dari luar Jawa, melalui

    pelatihan pengembangan kepribadian dan karakter serta pendampingan

    psikologis melalui konseling guna menghindari reaksi-reaksi negatif dari

    gegar budaya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengalaman Gegar Budaya

    Black, Mendenhall dan Oddu (1991) mengemukakan bahwa pada

    tahap awal kedatangan individu, daripada melihat perbedaan antara tempat

    mereka yang baru dan tempat asalnya, mereka berfokus pada usaha mencari

    persamaan antara kedua tempat yang berbeda, dengan demikian mereka

    belum mampu memahami perbedaannya. Karena mereka masih berada dalam

    usaha untuk mencari kesamaan, mereka tidak melihat perbedaan dan belum

    mempelajari norma-norma dan perilaku yang sesuai dengan budaya baru.

    Individu dapat menunjukkan perilaku yang tidak pantas dalam budaya yang

    baru, yang mungkin menghasilkan konsekuensi negatif. Ketika mereka

    mendapatkan konsekuensi negatif, mereka baru menyadari ada sesuatu yang

    salah dengan kondisinya, mereka menyadari bahwa mereka telah berperilaku

    di luar norma-norma budaya setempat. Namun belum cukup waktu bagi

    mereka belajar perilaku baru dari pemodelan terhadap perilaku yang tepat,

    sehingga mereka dapat merasa terancam kesejahteraan psikologisnya seperti

    frustrasi, marah, dan tertekan. Reaksi kecemasan, keterasingan dan

    ketidaknyamanan fisik merupakan reaksi gegar budaya dalam proses

    menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (Gudykunst dan Kim, 2003;

    Parillo, 2008).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Perpindahan individu dari lingkungan kebudayaan tertentu ke budaya

    lainnya yang memiliki perbedaan berpotensi menimbulkan permasalahan

    kehidupan yang menganggung individu dalam menjalani kehidupannya

    (Roskell, 2013).

    Dalam proses terjadinya perpindahan individu dari satu budaya ke

    budaya lain terjadi setidaknya tiga tahapan yang berbeda (Lysgaard, 1955)

    yaitu, pada awalnya individu merasa bahagia dan tertantang memasuki suatu

    lingkungan yang baru. Sesudah itu, individu masuk dan mulai merasakan

    perbedaan, maka dia mulai mengalami tahap keterkejutan atau disebut gegar

    budaya. Pengalaman gegar budaya merupakan sebuah pengalaman psikologis

    yang dirasakan oleh individu ketika berada di lingkungan baru yang terkait

    dengan kegagalan penyesuaian diri akibat hilangnya isyarat familiar dalam

    lingkungan (Hotola, 2004; Mumford, 2000; Samovar, Richard, dan Edwin,

    2010). Pada pengalaman itu, individu baru menyadari sepenuhnya tentang

    sistem kontrol dari budayanya yang selama ini tersembunyi, artinya mereka

    mulai merasakan budaya tempat mereka lahir dan dibesarkan telah

    membentuk karakter dan kepribadian mereka sehingga ketika mereka

    meninggalkan budaya itu, mereka merasa terpisah dan kehilangan pijakan diri

    (Gudykunst dan Kim, 2003).

    Taft (1977) mengidentifikasi enam aspek yang berbeda dari

    pengalaman gegar budaya yaitu: 1) Ketegangan karena usaha diperlukan

    dalam adaptasi psikologis, 2) Rasa kehilangan dalam hal teman-teman, status,

    profesi dan harta, 3) Ditolak oleh dan/atau menolak sesuatu yang baru dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    lingkungan baru, 4) Kebingungan dalam peran, harapan peran, nilai-nilai,

    perasaan dan identitas diri, 5) Kaget, cemas, dan marah setelah menyadari

    perbedaan budaya, 6) Perasaan tidak berharga karena tidak mampu mengatasi

    masalah dengan lingkungan baru. Pengalaman-pengalaman tersebut

    merupakan merupakan reaksi gegar budaya dalam proses menyesuaikan diri

    dengan lingkungan baru (Gudykunst dan Kim, 2003; Parillo, 2008).

    Pengalaman itu dapat berbeda satu sama lainnya dan dapat muncul dalam

    waktu yang berbeda juga (Samovar, Richard, dan Edwin, 2010).

    Berbagai pengalaman gegar budaya antara lain (Moufakkir, 2013):

    Keterkejutan Peran, yang terjadi karena kekurangan pengetahuan tentang

    aturan perilaku yang berlaku di lingkungan baru; Bahasa, yang terjadi karena

    masalah dengan bahasa asing dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi

    dengan baik; dan Kelelahan, yang terjadi karena penyesuaian konstan ke

    budaya baru. Setiap individu dapat mengalami berbagai pengalaman itu

    dalam transisi budayanya.

    Tahap selanjutnya adalah tahapan penyesuaian diri, pada tahap ini

    sebagian orang mampu mengatasi keterkejutan dengan lingkungan barunya

    namun sebagian lainnya gagal untuk mengatasinya sehingga mereka menarik

    diri dan menghindari mahasiswa lain, bersikap bermusuhan dan selalu berada

    dalam keadaan cemas, serta tidak senang (Sobur, 2003).

    Black, Mendenhall dan Oddu (1991) mengemukakan bahwa semakin

    besar jarak perbedaan antara tempat yang baru dan tempat asal mereka, akan

    semakin besar ketidaksesuaian antara perilaku yang ditampilkan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    diharapkan, dan semakin parah reaksi gegar budayanya. Perbedaan bahasa

    dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi juga menjadi masalah dalam

    proses penyesuaian budaya di tempat yang baru.

    Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa reaksi-

    reaksi gegar budaya adalah suatu reaksi yang muncul terhadap lingkungan

    baru, dimana individu kehilangan stimulus familiar yang selama ini menjadi

    kebiasaan dalam hidupnya. Reaksi-reaksi itu berupa kecemasan, benci pada

    lingkungan barunya, mengalami disorientasi diri, merasa ditolak, rindu negara

    asalnya (homesick), rindu pada teman dan keluarganya, merasa kehilangan

    status dan pengaruh, menarik diri dan menganggap orang-orang dalam

    budaya baru tidak peka. Reaksi gegar budaya berkorelasi dengan penyesuaian

    pribadi dalam berbagai hal seperti menarik diri dan menghindari mahasiswa

    lain, bersikap bermusuhan dan selalu berada dalam keadaan cemas, serta

    tidak senang (Sobur, 2003). Hal tersebut dapat menyebabkan berbagai

    permasalahan di lingkungan barunya seperti pergaulan sosial dan

    permasalahan akademis.

    Pengalaman gegar budaya dapat mempengaruhi kesejahteraan

    psikologis individu untuk berfungsi optimal. Ketika seseorang berpindah

    budaya, maka terjadi proses penyesuaian psikologis yang sangat penting

    terutama dalam kurun tiga bulan sampai satu tahun pertama. Pada tahap ini,

    seseorang akan mengalami keterkejutan dengan budayanya, lalu berusaha

    menyesuaikan diri. Individu yang berhasil dalam proses penyesuaian

    psikologis akan mencapai kesejahteraan (well-being). Mengacu pada Ward,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Bochner, dan Furhanm (2001), ketika kesejahteraan tercapai, maka mereka

    cenderung merasa puas dengan kehidupan di lingkungan barunya. Hal

    sebaliknya terjadi jika kesejahteraan tidak tercapai, mereka akan cenderung

    menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan menutup diri dari budaya luar.

    B. Pengalaman Belajar

    Pengalaman adalah segala sesuatu yang dialami, dirasakan, dijalani,

    dan ditanggung dalam kehidupan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    2011). Terbentuknya suatu pengalaman karena adanya kesadaran terhadap

    suatu kejadian (Polkinghorne, 2005). Rogers menyatakan (dalam Alwisol,

    2004) bahwa setiap orang berada dalam dunia pengalaman yang terus

    berubah dan titik pusatnya adalah individu tersebut. Pengalaman meliputi

    proses psikologis, kesan-kesan sensorik, dan aktivitas-aktivitas motorik yang

    dapat dapat dipahami dari bagaimana seseorang memandang realitas sesuai

    dengan persepsinya yang sehingga menggerakkan perilaku tertentu.

    Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang ditimbulkan atau

    diubah melalui latihan atau pengalaman, yang menimbulkan perubahan relatif

    permanen dalam potensi bertindak, yang berlangsung sebagai akibat adanya

    latihan yang diperkuat. Belajar menghasilkan perubahan-perubahan dalam

    pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Pengertian proses

    pembelajaran antara lain menurut Rooijakkers (1991):

    “Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar

    menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola

    dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan

    program pendidikan”

    Dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya bersama

    antara pelajar dan pendidik untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan

    harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan

    menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya

    perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan

    yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi

    terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

    Blomm yang membagi tiga kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu:

    1) Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotorik (Nasution, 2008). Tujuan kognitif

    berkenaan dengan kemampuan individu mengenal dunia sekitarnya yang

    meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif mengenai perkembangan

    sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga perkembangan moral. Tujuan

    psikomotorik adalah menyangkut perkembangan keterampilan yang

    mengandung unsur-unsur motorik sehingga siswa mengalami

    perkembangan yang maju dan positif. Tujuan pembelajaran di dalamnya

    terdapat rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan

    dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses

    pengajaran.

    Belajar bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri, menurut

    Witherington dan Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), kondisi yang

    mempengaruhi proses belajar di instansi pendidikan adalah kondisi fisik dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    psikologis. Kondisi fisik adalah kesehatan keadaan jasmani seperti

    kecukupan gizi dan daya tahan tubuh. Kondisi psikologis adalah kondisi

    afeksi seperti perasaan, emosi, dan suasana hati. Dalam keadaan stabil dan

    normal, perasaan riang dan senang sangat menolong individu untuk belajar,

    sedangkan perasaan murung sangat mengganggu proses belajar. Perasaan

    dengan intensitas yang labil dan keterasingan akan membuat pribadi

    kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung,

    cemas, dan putus asa sehingga menghambat proses belajar.

    Jika dikaitkan antara definisi pengalaman dan belajar, maka dapat

    dikatakan bahwa pengalaman belajar merupakan serangkaian proses dan

    peristiwa yang dialami oleh setiap individu untuk menghasilkan perubahan-

    perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap

    yang dibentuk melalui latihan dan relatif permanen. Pengalaman belajar

    adalah segala sesuatu yang dialami oleh peserta didik itu sendiri dalam

    proses pembelajarannya sedangkan proses pembelajaran dalam instansi

    pendidikan, merupakan suatu kegiatan belajar mengajar antara pelajar dan

    pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam prosesnya terdapat

    kegiatan interaksi dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

    situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.

    Berdasarkan hal itu, pengalaman belajar juga akan sangat terkait

    dengan kondisi fisik dan psikologisnya yang merupakan kondisi yang

    mempengaruhi proses belajar. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

    pengalaman belajar yang kondusif, maka individu harus memiliki rasa aman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    dan nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, yang dalam hal ini

    adalah terkait tempat individu itu belajar seperti lingkungan sosial, fisik dan

    budaya. Jika lingkungan tersebut dapat menjadi tempat yang kondusif bagi

    individu, maka pengalaman belajarnya juga akan baik sedangkan jika

    lingkungan menimbulkan efek negatif pada indivudu, maka akan

    mempengaruhi pengalaman belajarnya yang menjadi negatif dan penuh

    hambatan.

    C. Pengalaman Belajar dan Gegar Budaya

    Pengalaman belajar adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak

    kondisi baik fisik maupun psikologi. Hal ini terjadi karena proses belajar

    merupakan respons terhadap kondisi stimulus dari lingkunganya yang

    dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikologi individu dalam meresponnya.

    Kondisi fisik adalah kesehatan keadaan jasmani seperti kecukupan gizi dan

    daya tahan tubuh. Kondisi psikologis adalah kondisi afeksi sepertiperasaan,

    emosi, dan suasana hati.

    Kondisi-kondisi afeksi negatif seperti emosi yang labil dan

    keterasingan akan membuat pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap

    dirinya, misalnya takut, bingung, cemas, dan putus asa. Kondisi tersebut

    adalah pengalaman gegar budaya terhadap perbedaan budaya sehingga

    menghambat proses belajar individu di lingkungan barunya. Pengalaman

    gegar budaya dapat menghambat kesejahteraan psikologis individu untuk

    berfungsi optimal. Ketika seseorang berpindah budaya, maka terjadi proses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    penyesuaian psikologis yang sangat penting terutama dalam kurun tiga bulan

    sampai satu tahun pertama. Pada tahap ini, seseorang akan mengelami

    keterkejutan dengan budayanya, lalu berusaha menyesuaikan diri. Individu

    yang berhasil dalam proses penyesuaian psikologis akan mencapai

    kesejahteraan (well-being). Ketika kesejahteraan tercapai, maka mereka

    cenderung merasa puas dengan kehidupan di lingkungan barunya. Hal

    sebaliknya terjadi jika kesejahteraan tidak tercapai, mereka akan cenderung

    menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan menutup diri dari budaya luar.

    Demikian halnya dengan pengalaman belajar, untuk mendapatkan

    pengalaman belajar yang kondusif, maka individu harus memiliki rasa aman

    dan nyaman dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, yang dalam hal ini

    terkait tempat individu itu belajar seperti linkungan sosial, fisik dan budaya.

    Jika lingkungan tersebut dapat menjadi tempat yang kondusif bagi individu,

    maka pengalaman belajarnya juga akan baik sedangkan jika lingkungan

    menimbulkan efek negatif pada indivudu, maka akan mempengaruhi

    pengalaman belajarnya yang menjadi negatif dan penuh hambatan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

    fenomenologi deskriptif penyajian secara deskriptif dan terperinci suatu

    fenomena yang diteliti dalam bentuk eksplorasi, deskripsi, dan interpretasi

    atas pengalaman-pengalaman pribadi serta sosial para informan (Smith,

    2009). Fenomenologi deskriptif berusaha tetap selaras dengan fenomena dan

    bagaimana konteks fenomena itu muncul. Ini berarti bahwa bila suatu

    fenomena khusus hendak dikaji, maka akan digali suatu situasi di mana para

    individu mengalami sendiri pengalaman mereka sehingga mereka bisa

    menggambarkannya seperti yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan

    mereka (Smith, 2009).

    Sedangkan pendekatan fenomenologi interpretatif adalah pendekatan

    penelitian yang terdiri dari dua langkah. Pertama, subyek mencoba

    mengartikan dunia mereka. Kedua, peneliti mengartikan kegiatan subyek

    yang sedang mengartikan dunia mereka (Smith dan Osborn, 2003).Dengan

    memunculkan kedua aspek ini, penelitian mengarah pada analisis yang lebih

    subur dan sesuai dengan totalitas keadaan subyek.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    B. Fokus Penelitian

    Fokus penelitian ini adalah pengalaman gegar budaya mahasiswa

    luar Jawa yang baru menjalani perkulihan tahun pertama di Yogyakarta

    serta dampaknya terhadap pengalaman belajar akademis di instansi

    pendidikan.

    C. Informan Penelitian

    Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang agar data yang

    didapatkan menjadi lebih detail dan mendalam berdasarkan pengalaman

    lebih dari satu informan, peneliti menjadi lebih berkomitmen dalam

    melakukan interpretasi untuk mendapatkan hasil yang mampu

    menggambarkan pengalaman secara menyeluruh. Informan dipilih

    menggunakan metode creterion sampling yaitu cara penentuan informan

    penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti yaitu

    mahasiswa baru suatu perguruan tinggi yang berasal dari luar pulau Jawa

    seperti Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Nusa Tenggara dan

    mengalami gegar budaya.

    D. Metode Analisis Data

    Metode analisis data mengikuti 4 langkah pokok yang dikemukan

    oleh Smith (2009), yaitu:

    1. Membaca keseluruhan deskripsi informan yang dibuat secara eksplisit

    dengan demikian dapat diketahui pemahaman secara global mengenai

    deskripsi tersebut (data dikumpulkan dari sudut pandang sehari-hari).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    2. Penyusunan atau pembuatan bagian-bagian deskripsi. Penyusunan

    bagian-bagian ini akan membantu mengklarifikasi masalah-masalah

    yang tersembunyi dengan menggunakan tolak ukur transisi makna

    untuk menyusun bagian-bagiannya. Secara oprasional, satuan-satuan

    makna (meaning units) dibentuk melalui pembacaan ulang yang teliti

    atas deskripsi tersebut, dan setiap kali peneliti merasakan adanya satu

    transisi makna, maka peneliti memberikan tanda garis miring di dalam

    teks.

    3. Transformasi makna berdasarkan data deskriptif menjadi makna

    psikologi. Prosesnya terdiri dari mengeksplisitkan dan

    mengeneralisasi hal-hal yang tersirat menjadi tersurat agar analisis

    tidak terlalu spesifik untuk situasi tertentu.

    4. Menangkap struktur makna yang diperoleh dengan melakukan

    transformasi atas satuan-satuan makna untuk menentukan unsur mana

    yang memiliki nilai khusus dalam penuturan pengalaman-pengalaman

    tersebut. Nilai khusus mengandung arti bahwa struktur yang diperoleh

    hanya bersifat umum terkait dengan konteksnya.

    E. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara semi-

    terstruktur. Metode ini memungkinkan peneliti dan informan terlibat dalam

    dialog, sehingga terjadi proses ekplorasi secara mendalam. Selain itu,

    memungkinkan peneliti untuk fleksibel dalam mengembangkan pertanyaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    berdasarkan respon yang diberikan oleh informan. Sebelum melakukan

    wawancara, peneliti menyusun hal-hal yang ingin dieksplorasi berdasarkan

    fokus penelitian. Pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka dan tidak

    mengarahkan informan pada jawaban tertentu.

    Tabel 1. Panduan Wawancara

    No Panduan Pertanyaan Aspek Gegar budaya

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Bisakah anda menceritakan secara singkat dari

    mana anda berasal?

    Dorongan : Pengalaman pertama kuliah di

    Jawa

    Apa yang anda ketahui tentang kehidupan di

    budaya Jawa

    Dorongan :Aktivitas sehari-hari, pola

    komunikasi, pola perilaku.

    Apakah ada perbedaan dengan kehidupan

    dengan kebudayaan asal anda?

    Dorongan :Jelaskan perbedaan dalam hal

    aktivitas sehari-hari, pola komunikasi dan pola

    perilaku orang-orang di lingkungan baru?

    Apa yang anda pikirkan tentang perbedaan

    tersebut?

    Dorongan :Dampaknya terjadap fisik dan emosi

    terkait dengan aktivitas sehari-hari, pola

    komunikasi dan pola perilaku orang-orang di

    lingkungan baru?

    Bagaimana anda menjalani kehidupan di tempat

    yang baru dengan kebudayaan yang baru?

    Dorongan :Aktivitas sehari-hari, pola

    komunikasi dan pola perilaku dengan

    lingkungan baru, orang-orang baru dan

    kebiasaan-kebiasaan orang-orang maupun

    lingkungannya. Identifikasi kesulitan, hambatan,

    dan cara mengatasi permasalahan.

    Bagaimana dengan pengalaman belajar anda

    terkait dengan perbedaan kondisi yang anda

    rasakan?

    Dorongan :Apa yang anda rasakan? Apa yang

    anda pikirkan?, identifikasi perasaan dan

    pikiran, serta reaksi fisik dan psikis. kesulitan-

    kesulitannya.

    Hilangnya isyarat yang familiar

    Usaha mengenali lingkungan baru

    Usaha mencari persamaan dan perbedaan antara kedua tempat

    yang berbeda

    Pandangan tentang perbedaan / Hilangnya isyarat yang familia

    Macam-macam reaksi gegar budaya

    Usaha untuk memahami perbedaan dan mengatasi reaksi gegar budaya

    Pengalaman belajar terkait dengan proses adaptasi pada kondisi baru

    Macam-macam reaksi yang meliputi perasaan dan pikiran

    akibat gegar budaya terkait dengan

    proses belajar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    7.

    8.

    Hal-apa apa saya yang menghambat proses

    belajarnya?

    Dorongan :Apa kesulitannya? Mengapa situasi

    baru menyulitkan / menghambat anda?

    Upaya apa yang anda lakukan dalam mengatasi

    hambatan-hambatan itu

    Usaha untuk memahami perbedaan

    Usaha untuk mengatasi reaksi gegar budaya

    F. Proses Pengumpulan Data

    Proses pengumpulan data diawali dengan peneliti mencari

    mahasiswa yang berasal dari luar pulau Jawa di perguruan tinggi.

    Mahasiswa tersebut saat ini baru menjalani tahun pertama perkuliahan.

    Peneliti menghubungi informan dan mengatur waktu untuk bertemu

    sekaligus membangun rapport. Saat bertemu dengan informan, peneliti

    menjelaskan maksud serta tujuan peneliti secara jelas dan mempersilahkan

    informan untuk bertanya bila ada yang kurang jelas berhubungan dengan

    penelitian. Setelah itu, peneliti memastikan kesedian informan untuk terlibat

    dalam penelitian ini.

    Peneliti membatasi waktu setiap wawancara yang dilakukan.

    Wawancara dilakukan kurang lebih selama 45 menit tetapi durasi

    wawancara dapat bersifat fleksibel. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan

    untuk memberikan kesempatan kepada informan untuk bercerita sebanyak

    yang diinginkannya sehingga proses eksplorasi dapat dilakukan dengan

    baik.

    Dokumentasi wawancara dilakukan menggunakan digital recorder.

    Hasil wawancara kemudian ditranskrip secara verbatim agar menjadi

    dokumentasi tertulis sesuai dengan yang dikatakan informan. Hasil transkrip

    diberikan kembali kepada informan untuk dikoreksi apakah sesuai dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    yang dialami informan. Langkah selanjutnya peneliti melakukan analisis

    pada transkrip hingga ditemukan makna-makna psikologis pada pengalaman

    informan.

    G. Kredibilitas Penelitian

    Validitas penelitian kualitatif menggunakan validitas participant

    feedback atau yang menurut Cho dan Trent (2006) disebut sebagai member

    checking. Validitas dilakukan dengan menunjukkan dan mendiskusikan data

    yang didapatkan oleh peneliti kepada informan untuk memeriksa keakuratan

    data seperti yang benar-benar dirasakan dan dialami oleh informan. Lincold

    dan Guba (1985) menekankan bahwa pengecekan penting dilakukan pada

    data yang dapat menunjukkan ambiguitas peneliti yang memungkinkan

    hilangnya makna atau apa yang sebenarnya dirasakan oleh informan.

    Dengan demikian, cara itu dapat memberikan kesempatan pada informan

    untuk mengungkapkan pandangannya (Smith, 2008). Peneliti terlebih

    dahulu melakukan analisis terhadap data hasil wawancara informan

    kemudian hasil analisis tersebut ditunjukkan kepada informan untuk

    memberikan pendapat mengenai hasil analisis. Selain itu, peneliti juga

    menggunakan validitas paper trail sebagai dasar untuk melengkapi data

    dengan sebuah deskripsi yang dikembangkan dan diinterpretasi melalui

    rekaman pertanyaan penelitian, memo, atau catatan sebagai sebuah alasan

    dibalik keputusan analitik. Data tersebut tidak untuk dipublikasikan tetapi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    untuk melengkapi dan sebagai dokumen hasil penelitian yang dilakukan

    penuh dengan kehati-hatian dan profesionalisme (Smith, 2008).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Pelaksanaan Penelitian

    Peneliti sebelumnya mencari informan yang bersedia menjadi

    partisipan dan berbagi pengalamannya. Peneliti mencari informan dengan

    melakukan wawancara awal untuk menentukan informan yang sesuai

    dengan kerangka penelitian. Peneliti berhasil mendapatkan tiga informan

    penelitian dan melakukan pendekatan secara pribadi. Peneliti melakukan

    pendekatan ini untuk membuat informan merasa nyaman sehingga dapat

    berbagi pengalamannya pada peneliti.

    Informan yang bersedia menjadi partisipan penelitian akan

    dilanjutkan pada tahap wawancara. Peneliti menjelaskan informasi yang

    berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk medapatkan

    persetujuan. Wawancara semi terstruktur dilakukan untuk mendapatkan data

    dari informan penelitian. Wawancara ini tetap menggunakan pedoman

    wawancara untuk menjaga agar pertanyaan sesuai dengan penelitian.

    Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan hal-hal

    yang penting dan dianggap menarik oleh peneliti demi kelengkapan data.

    Selama proses wawancara, digital recorder digunakan untuk merekam

    informasi yang didapatkan.

    Hasil wawancara yang sebelumnya telah didapatkan dan direkam,

    kemudian didengarkan, disalin secara lengkap, dan dituangkan dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    bentuk tabel verbatim. Tabel ini berfungsi untuk mengklarifikasi data yang

    diperoleh dari informan penelitian.

    Peneliti membagi verbatim menjadi unit makna, untuk menentukan

    tema dari seluruh hasil verbatim informan penelitian. Hasil dari tema-tema

    yang di dapatkan dari verbatim membantu peneliti untuk menghilangkan

    pernyataan yang tumpang tindih atau tidak sesuai dengan topik.

    Pada tahap akhir, peneliti membuat tabel pengalaman tentang apa

    yang dialami dan bagaimana fenomena itu dialami. Tabel pengalaman ini

    merupakan penjelasan dari hasil pengalaman berupa struktur umum.

    Terakhir, peneliti membauat pembahasan dari setiap pengalaman informan.

    B. Hasil Penelitian

    Pada penelitian ini melibatkan tiga orang informan. Pada setiap

    informan menghasilkan data berupa deskripsi informan dan struktur general.

    Struktur general terdiri dari tiga hal. Pertama, pandangan informan terhadap

    budaya asal dan budaya Jawa. Kedua, dampak pengalaman informan

    terhadap gegar budaya yang dialami. Ketiga, cara mengatasi gegar budaya

    yang dialami. Keempat, dampak gegar budaya terhadap pengalaman belajar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Berikut adalah hasil penelitian :

    1. Informan 1

    a. Profil

    Informan pertama pada penelitian ini bernama SG. SG merupakan

    seorang laki laki berusia 19 tahun. Informan berasal dari Flores-NTT.

    Informan tinggal di daerah yang cukup jauh dari kota. Informan memiliki

    bentuk fisik khas orang-orang dari daerah timur pada umumnya. Informan

    memiliki kulit berwarna coklat, dengan rambut keriting berwarna hitam.

    Informan juga memiliki jambang disekitar wajahnya. Wajah informan

    memiliki rahang yang cukup besar dan terkesan tegas khas wajah daerah

    timur. Informan memiliki tubuh 172 cm dengan berat badan 58 kg, sehingga

    nampak sedikit kurus. Informan memiliki keyakinan Katolik.

    Informan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Informan

    memiliki adik perempuan berusia 15 tahun. Di lingkungan tempat tinggal

    informan merupakan daerah yang hijau dan penduduk yang tidak terlalu

    padat. Informan terbiasa berbicara keras dan tegas di lingkungan tinggalnya.

    Informan merupakan lulusan SMA Suryadikara Ende pada tahun

    2014. Saat ini informan merupakan mahasiswa semester dua di salah satu

    Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta, dengan program studi

    management. Saat pertama kali datang ke Yogyakarta, informan sempat

    mengalami kesulitan untuk mencari kost-kostan di daerah Babarsari dan

    Janti. Informan akhirnya memilih daerah Sleman sebagai tempat tinggal

    sementara selama proses menempuh pendidikan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Ketika wawancara dilakukan, informan mudah merespon pertanyaan

    pertanyaan yang di lontarkan intervewer. Informan terlihat serius ketika

    menjawab pertanyaan. Hal ini tampak dari antusiasme informan dalam

    mendengarkan pertanyaan pertanyaan intervewer.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Tabel 2

    Stuktur Umum Pengalaman Gegar Budaya

    dan Dampak Pada Pengalaman Belajar Informan 1

    Struktur Umum Uraian

    Pandangan terhadap budaya asal dan

    budaya Jawa meliputi :

    Perbedaan cara berkomunikasi :

    - Daerah asal lebih keras “nak macam kita lebih tegas, keras kayak orang marah marah”

    - Bernada tinggi “saya di kampung terbiasa kalo guru ngajar suaranya keras, jelas tegas dari

    ujung ke ujung bisa dengar hahaha”

    - Daerah Jawa lebih halus “Yang saya tau mereka orang jogja halus halus, beda sama kita kalo

    ngomong aja mereka lebih halus”

    - Pelan dan Sopan “Kalo bahasa, itu tadi... jawa lebih pelan, sopan bengitu”

    Memiliki bentuk fisik dan ciri yang khas

    seperti :

    - Bentuk fisik “Macam saya rambut keriting, kulit lebih hitam ada berewoknya pasti lah

    orang ngerti “oh..inini pasti orang

    timur ni”

    - Intonasi dan bahasa yang khas “apa lagi kalo kita uda ngomong keras begitu aeeh..orang pasti sudah tau

    hahaha...biarpun ada memang

    beberapa orang NTT lebih putih dan

    mereka punya rambut lebih lurus dari

    pada orang jawa, tidak keliatan orang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Struktur Umum Uraian

    timur toh tapi, pas ngomong hahaha

    baru ketauhan mereka ini ni pasti logat

    logat orang timur.”

    - Daerah Jawa di anggap memiliki kehidupan yang lebih mudah dan

    lengkap

    “Di jogja hidup juga lebih enak, murah

    apa apa ada dan dekat kalau disana

    jauh.”

    Adanya prasangka terkait daerah asalnya

    membuatnya mengalami:

    - Diskriminasi “Bedanya itu kita kalau mau cari kos kosan agak sulit begitu tau kita orang

    timur langsung “maaf kita tidak

    menerima orang timur” kalau mau cari

    kosan daerah babarsari atau janti susah

    sekali jadi saya cari di daerah yang

    memang agak jauh.”

    - Merasa kecewa “Rasanya memang tidak enak toh, padahal saya mau datang kuliah”.

    Perasaan yang muncul akibat perbedaan

    budaya ketika pertama kali berada di

    Yogakarta:

    - Terasing “tapi awal awal mereka ngomong apa saya tidak mengerti, merasa asing juga,

    waktu semester satu itu..aih”

    - Cemas “ada takut juga, takutnya mereka tidak mau terima saya”

    - Tidak nyaman “saya juga coba belajar bahasa mereka, belajar lebih pelan tapi malah rasanya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Struktur Umum Uraian

    aneh,”

    Pengalaman gegar budaya yang di

    alaminya tersebut membuat dirinya :

    - Menarik diri “biasanya kalau degdegkan itu kelompoknya di acak, pasti dengan

    orang yang tidak begitu kenal toh,

    biasa juga bertiga bareng anak timur

    yang lain.”

    - Kesulitan berkomunikasi “tapi awal awal mereka ngomong apa saya tidak mengerti, merasa asing juga,

    waktu semester satu itu..aih”

    - Sering berkumpul dengan kerabat sedaerah.

    “Biasanya jadi banyak kumpul

    nongkrong nongkrong sama abang

    abang yang sudah lama di jogja”

    Pengalaman gegar budaya di awal

    kuliahnya berdampak pada

    terhambatnya dalam belajar seperti :

    - Malas belajar “Malas, malas itu yang besar karena ga ngerti”

    - Mengalami kesulitan memahami pelajaran

    “Kalo belajar, awal awal masuk kuliah

    memang agak sulit. Sulitnya itu dosen

    ngomongnya halus, pelan, bikin

    ngantuk hahahaha...jadi ga fokus, “ini

    dosen ngomong apa...suara pelan

    betul”

    - Prestasi belajarnya yang tidak “IP saya tidak sampai 3, orang bilang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    Struktur Umum Uraian

    terlalu baik. IP bagus IP 3, saya waktu itu dapat

    2,68.”

    Motivasi untuk berusaha menangani

    masalah yang timbul karena:

    - Motif untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik

    “Saya ke jogja pengen kuliah macam

    abang abang, katanya di jogja bagus,

    banyak mahasiswa juga. Di NTT

    pendidikannya memang masi kurang”

    - Dukungan dari kerabat “Kalo sekarang, abang abang itu sudah omong jangan sampai seperti mereka 8

    tahun di jogja belum lulus, ada yang

    sudah ganti kampus lagi.”

    Usaha yang dilakukan untuk mengatasi

    gegar budaya dengan:

    - Memahami bahasa yang di gunakan

    “tapi sekarang sudah mendingan saya

    sudah mengerti mereka ngomong apa

    dan lagi sudah banyak yang pakai

    bahasa indonesia.”

    - Berusaha berinteraksi dengan orang baru

    “kalo kerja kelompok sudah tidak ada

    masalah, pandai pandai bergaul aja toh

    sama mereka.”

    Hasil usahanya mengatasi gegar budaya

    yaitu :

    - Dapat beradaptasi “Kalo komunikasi sudah tidak masalah sudah lewat 6 bulan saya berteman

    dengan mereka juga sudah ngerti

    mereka omong apa, paling paling

    cuma beberapa kata yang susah bahasa

    indonesianya mereka pakai bahasa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Struktur Umum Uraian

    jawa”

    - Merasa diterima dan tidak berbeda

    “sebenernya mereka mau nerima baik,

    lama kelamaan mereka dan saya sudah

    terbiasa, jadi perbedaan itu rasanya

    sudah tidak ada lagi”

    Dampak usaha mengatasi gegar budaya

    terhadap kesulitan belajar yang

    dihadapi:

    - Tidak merasa kesulitan dalam lingkungan belajar.

    “kalo kerja kelompok sudah tidak ada

    masalah, pandai pandai bergaul aja toh

    sama mereka.”

    Usaha memperbaiki prestasi dengan

    cara:

    - Membatasi pergaulan “bergaul tetep bergaul tapi jangan sampai lama kuliah...hahaha. “

    - Mencari refrensi tambahan “Biasanya nanti saya cari cari di internet, kalau kalau enggak ngerti apa

    itu dosen omong.”

    Usaha memperbaiki prestasi tersebut

    menimbulkan perasaan:

    - Merasa memiliki prestasi yang lebih baik

    “mungkin semester ini sudah lebih

    bagus, lebih bagus soalnya uda enggak

    kesulitan lagi kayak dulu yang masi

    adaptasi toh”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    b. Struktur Umum Pengalaman Gegar Budaya dan Dampak

    Terhadap Pengalaman Belajar Informan 1.

    Pandangan informan terhadap budaya asal dan daerah barunya

    meliputi cara berkomunikasi, di mana daerah asal yang lebih keras dan

    tegas, sementara daerah baru lebih halus, pelan dan sopan. Memiliki bentuk

    fisik dan bahasa yang khas. Informan juga memiliki pandangan tentang

    hidup di Jawa lebih mudah dan lengkap.

    Informan mendapatkan perlakuan diskriminatif yang di sebabkan

    prasangka yang telah terbentuk dari daerahnya. Hal tersebut membuat

    informan merasa kecewa. Perbedaan budaya antara daerah asal dan daerah

    barunya, menimbulkan perasaan terasing, cemas, dan tidak nyaman di awal

    kedatanganya sehingga lebih memilih untuk menarik diri dan hanya

    bergabung dengan teman teman sedaerahnya. Informan mengalamai

    kesulitan dalam berkomunikasi saat awal kedatangannya.

    Pengalaman ini berdampak pada prestasi informan yang kurang baik

    di semester awal kuliah. Informan mengalami kesulitan memahami

    pelajaran dan merasa malas untuk belajar. Informan termotivasi untuk

    berusaha menghadapi masalahnya karena ingin mendapatkan pendidikan

    yang lebih baik dan ia mendapatkan dukungan dari kerabatnya.

    Informan berusaha mengatasi masalahnya dengan berusaha

    berinteraksi dengan orang baru dan berusaha memahami bahasa sehingga,

    mulai dapat beradaptasi, merasa diterima dan merasa tidak berbeda.

    Dampak usaha mengatasi gegar budaya terhadap pengalaman belajar, adalah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    informan merasa tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Informan

    berusaha memperbaiki prestasinya dengan mencari refrensi tambahan dan

    membatasi pergaulannya. Informan merasa memiliki prestasi yang lebih

    baik di semester ini.

    2. Informan 2

    a. Profil

    Informan kedua pada penelitian ini adalah NN. NN adalah seorang

    wanita berusia 19 tahun yang berasal dari Luwuk, provinsi Sulawesi

    Tengah. NN merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. NN memiliki kulit

    berwarna coklat dan berbadan gemuk dengan tinggi 160 cm dan memiliki

    berat badan 50 kg. NN terlihat memiliki tubuh yang sehat dan pribadi yang

    ramah.

    NN tinggal di daerah yang cukup jauh dari kota. Daerah tinggal NN

    memerupakan daerah bukit dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai

    petani. Orang tua NN merupakan seorang petani di daerahnya. Dalam

    kesehariannya NN sering membantu Ibunya dalam berkebun maupun saat

    musim panen tiba. NN terbiasa berbicara dengan nada tinggi dan keras. Saat

    ini NN merupakan mahasiswi semester dua jurusan kebidanan di salah satu

    Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. NN lulus SMA pada tahun 2014

    dan segera menempuh pendidikan yang di minatinya di Yogyakarta.

    Saat wawancara di lakukan informan nampak sedikit tegang saat

    pertama kali akan melakukan rapport. Informan dapat menjawab

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan intervewer saat intervew dilakukan

    dengan baik. Informan juga terdengar masih kental dengan intonasi yang

    menjadi ciri khas daerahnya.

    Tabel 3

    Stuktur Umum Pengalaman Gegar Budaya

    dan Dampak Pada Pengalaman Belajar Informan 2

    Struktur Umum Uraian

    Pandangan terhadap budaya asal dan

    budaya Jawa meliputi :

    Perbedaan cara berkomunikasi:

    - Daerah asal lebih keras “Uhhh....pastinya adalah mas,banyak betul leh. Kalau di sana tuh ya, apa

    lagi kalau di rumah tuh, mama tuh ya

    manggil kita ee..so biasa teriak-teriak,

    nyuruh tuh ya misalanya kayak gini,

    “Jolo dulu apinya itu, apa mo mati

    itu. Kalau mati nanti ndak ada yang

    mo bisa di makan!” Itu ya mas, dari

    depan rumah bisa kedengaran kalau

    mama so teriak-teriak gitu.”

    - Bernada tinggi “Padahal mama biasa aja, ndak marah, memang nadanya ja yang keras dan

    tinggi. Orang-orang di sana juga

    kebanyakan kayak gitu”

    - Mengungkapkan perasaannya “Di tempatku ya mas, kalau ndak suka ya bilang ndak suka, ya walau ujung-

    ujungnya kayak gitu mas. Kalau

    dilihat kayak orang yang lagi ngotot-

    ngototan gitu, tar ujung-ujungnya ribut

    dech. Tapi ndak selalu berujung

    dengan ribut juga”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Struktur Umum Uraian

    - Daerah Jawa lebih halus “orang-orangnya katanya ramah-ramah, halus, santun gitu,

    ngomongnya pelan-pelan”

    - Pelan “orang-orangnya katanya ramah-ramah, halus, santun gitu,

    ngomongnya pelan-pelan”

    - Memendam perasaan “Trus di Jawa tuh ya, kalau ndak suka orang ndak berani bilang langsung,

    malah di pendem di belakang.Ujung-

    ujungnya gosip Kita ndak suka.”

    Perasaan yang muncul terkait perbedaan

    budaya di Yogyakarta :

    - Tidak nyaman “Trus di Jawa tuh ya, kalau ndak suka orang ndak berani bilang langsung,

    malah di pendem di belakang.Ujung-

    ujungnya gosip Kita ndak suka.”

    - Sulit “Sulit tuh karena banyak bedanya dari segi budaya dan kebiasaan-kebiasaan

    orang Jawa.”

    - Merasa kesepian “tapi lama-lama susah komunikasi, susah cari teman karena bahasanya

    beda, jadi kesepian karena tidak ada

    teman, kangen rumah.”

    - Rindu kampung halaman “tapi lama-lama susah komunikasi, susah cari teman karena bahasanya

    beda, jadi kesepian karena tidak ada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Struktur Umum Uraian

    teman, kangen rumah.”

    Pengalaman gegar budaya yang

    dialaminya tersebut membuatnya :

    - Kesulitan berkomunikasi “Nah tuh ya mas, pas ke Jawa, parah pokoknya. Kitakan so biasa toh

    bicaranya besar-besar, eh dikira

    marah mas. Padahal tuh biasa aja agak

    susah toh”

    - Kesulitan memahami pelajaran “Sempet bulan bulan pertama masuk memang roming, apa lagi sama istilah

    istilah jawa yg di pake kuliah mas.”

    - Sering berkumpul dengan kerabat sedaerah

    “Nah awalnya nyari teman yang sama

    daerah asal,”

    - Harus beradaptasi “Kalau budaya itu menghambat karena kita sadar bahwa tiap tempat

    itu punya budayanya masing-masing

    dan mereka akan mempertahankan

    budayanya itu, nah siapa kita sebagai

    pendatang tiba-tiba minta mereka

    merubah budayanya untuk ikut kayak

    budayaku, ya gak mungkinlah. Jadi

    kita yang harus ngikut.”

    Motivasi untuk berusaha menangani

    masalah yang timbul karena:

    - Keinginan merasa aman “Jadi supaya kita bisa tetap hidup aman sejahtera di Jawa makanya

    belajar budaya disini,”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Struktur Umum Uraian

    Keinginan untuk tetap merasa aman

    membuatnya berusaha untuk mengatasi

    gegar budaya dengan cara:

    - Beradaptasi “Ya, memang gimana ya, kita mau ndak mau harus adaptasi, ngikut aja

    mas”

    - Mengubah cara berbicara “Kalau kita bicaranya kayak di Luwuk padahal sekarang tinggal di Jawa,

    matilah. Ndak punya teman nanti terus

    ngerasa sendiri”

    - Berinteraksi dengan orang baru “Tapi ketika kita so bisa membaur dengan anak-anak Jawa, cara

    bertemannya enak apa lagi dekat

    dengan yang asli Jawa jadi bisa sering

    main ke rumahnya mas. Enak rasanya

    punya keluarga di Jawa. Kayak di

    sayang gitu. “

    - Memahami bahasa “Sering-sering aja deket deket dengan teman yang lancar bahasa jawanya,

    nanya-nanya itu artinya apa kalau gak

    tahu artinya apa.”

    Hasil usaha mengatasi gegar budaya

    yaitu:

    - Memiliki banyak teman “Berhubung selama ini kita apa namanya agak mudah begitu buat

    adaptasinya. Kita punya sodara

    banyak jadinya, hahahaha”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    Struktur Umum Uraian

    - Merasa memiliki keluarga baru “Kalau bisa adaptasi kan enak. Bisa punya banyak teman, kalau

    diperkuliahan ngerasa ada yang susah

    banyak teman yang bisa bantu, trus

    rasanya punya keluarga di Jawa.”

    - Tidak merasa sendiri Kita bisa makan gratis mas, ahahahahha.... anak kost banget ya.

    Yang paling penting tuh yang

    awalnya ngerasa sendiri jadi gak rasa

    sendiri lagi kalau dah bisa adaptasi.

    Usaha untuk memperbaiki prestasi

    belajar dengan cara:

    - Mencari refrensi tambahan “Ooh..kalo dulu pas roming di kelas aku langsung cari di buku mas.”

    Dampak usaha mengatasi gegar budaya

    terhadap kesulitan belajar yang dihadapi:

    - Tidak merasa kesulitan dalam lingkungan belajar

    “Bisa bahasa Jawa dan paham

    maksudnya pa juga enak, soalnya

    kadang dosen di kelas pakek bahasa

    Jawa kalau ngerti dosennya bilang apa

    kan jadi ndak roming di dalam kelas.”

    - Memiliki prestasi yang baik “Syukurnya nilai kuliah tetap bagus. Kan tetap bisa belajar. Ip kemaren

    3,3. Toh teman-temannya banyak dari

    sabang sampai merauke kumpul di

    Jawa”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    b. Struktur Umum Pengalaman Gegar Budaya dan Dampak

    Terhadap Pengalaman Belajar Informan 2.

    Informan memandang budaya asal dan budaya barunya memiliki

    perbedaan. Perbedaan tersebut meliputi cara berkomunikasi yang lebih

    keras, bernada tinggi, terbiasa mengungkapkan perasaannya serta memiliki

    suasana lebih hijau. Informan memandang budaya barunya lebih santun,

    ramah, namun sering memendam perasaanya. Informan juga memandang

    bahwa daerah barunya memiliki jumlah penduduk yang lebih padat dan

    memiliki banyak tempat hiburan.

    Informan merasa tidak nyaman dan kesulitan di lingkungan baru.

    Informan juga merasa kesepian sehingga merindukan kampung halaman.

    Informan harus beradaptasi karena mengalami kesulitan berkomunikasi di

    awal kedatangannya karena perbedaan budaya tersebut. Informan sering

    berkumpul dengan kerabat sedaerah.

    Informan memiliki keinginan untuk merasa aman dan beradaptasi.

    Informan terdorong untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dengan

    berusaha mengubah cara berbicara, berinteraksi dengan orang baru dan

    memahami bahasa daerah barunya. Hasil usaha informan untuk beradaptasi

    menyebabkan dirinya merasa memiliki banyak teman, memiliki keluarga

    baru, tidak merasa sendiri, tidak merasa kesulitan dalam lingkungan

    belajarnya dan memiliki prestasi yang baik. Informan mengatasi kesulitan

    belajarnya dengan cara mencari referensi tambahan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    3. Informan 3

    a. Profil

    Informan ketiga pada penelitian ini adalah RL. RL merupakan laki

    laki berusia 20 tahun. Informan berasal dari Painapang Nusa Tenggara

    Timur. Informan memiliki tubuh cukup tinggi dengan berat badan ideal.

    Informan memiliki kulit berwarna sawo matang dengan rambut keriting dan

    memiliki wajah khas timur. Informan memiliki keyakinan Khatolik.RL

    merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. RL memiliki cita-cita untuk

    menjadi seorang guru di daerah asalnya. Di daerah asalnya RL terbiasa

    berbicara keras dan berintonasi tinggi. Saat pertama kali datang di

    Yogyakarta, RL memiliki saudara yang sudah menetap di Yogyakarta.

    Saat ini RL sedang menempuh pendidikan matematika di salah satu

    Perguruan tinggi Swasta di Yogyakarta angkatan 2013. Saat intervew

    dilakukan, RL terlihat santai dalam merespon pertanyaan-pertanyaan

    intervewer. RL merupakan pribadi yang sangat ramah dan mudah bercanda.

    Tabel 4

    Stuktur Umum Pengalaman Gegar Budaya

    dan Dampak Pada Pengalaman Belajar Informan 3

    Struktur Umum Uraian

    Pandangan terhadap budaya asal dan

    budaya Jawa meliputi :

    - Daerah asal berbicara lebih keras “Bedanya, kalau di sana bicaranya keras-keras, sering ada acara-acara

    adat gitu, kalau putar musik tuh

    sukanya keras-keras,”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    Struktur Umum Uraian

    - Memiliki rasa persaudaraan yang kuat

    “kalau sudah berteman dianggap jadi

    saudara, jadi kalau teman punya

    masalah langsung dibantu, semuanya

    datang berkumpul, di bela mati-

    matian”

    - Daerah baru lebih halus “Kalo orang orangnya emang keliatan halus, kayak mereka omong di jaga.”

    - Pelan “Yang saya tahu budaya jawa itu lebih halus, pelan mas.”

    - Memiliki rasa makan yang lebih manis

    “Pertama kali kuliah di Jawa, yang

    saya tidak suka makanannya. Saya

    tidak suka yang manis-manis. Paling

    suka makan pedas banyak rempah, di

    tempat saya begitu. “

    Perbedaan Geografis

    - Jawa lebih padat penduduk “Trus di Jawa ini banyak orang, mereka punya rumah dekat dekat.

    Kalo kami disana antar rumah jauh.

    Jadi kalo manggil tidak perlu teriak,

    lebih rame.”

    Perbedaan budaya yang di alami saat

    awal di Jawa tersebut menimbulkan

    perasaan:

    - Cemas “kalo waktu awal awal mungkin mereka kaget dengan suara kita kalo

    ngomong sesama orang timur itu

    keras. Jadi takut takut keceplosan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    Struktur Umum Uraian

    juga.“

    - Tidak dipahami “Saya padahal rasanya bicaranya sudah pelan-pelan dan kayak biasanya.

    Kok malah ga ngerti gitu”

    - Marah “Ya jadinya kadang malah marah.”

    - Bingung “Bayangin aja kalau baru sampai Jawa langsung dihajar pakek bahasa Jawa.

    Bingung, mau jawab apa coba, halus,

    hampir gak dengar bilang apa, dan

    memang saya tidak paham mereka

    bicara apa”

    - Bosan “Paling yang sulit dosennya pas mengajar, itu dosennya ngomongnya

    pelan, apalagi kalo dapet dosen yang

    tua, rasanya ngantuk, bosen.”

    Pengalaman gegar budaya yang di

    alaminya tersebut membuat dirinya :

    - Kesulitan berkomunikasi “Kalo susah paling susah omong aja, terutama sama orang tua toh kadang

    kadang diajak ngobrol saya tidak

    begitu mengerti.”

    - Membatasi pergaulan dengan penduduk daerah baru

    “Saya mau belajar membaur sedikit.

    Kalau di kost kan ada yang orang jawa

    juga, bicara secukupnya saja.”

    - Lebih sering berkumpul dengan rekan sedaerah

    “Tapi kan saya lebih sering ngabung

    dengan kelompok yang dari daerah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    Struktur Umum Uraian

    yang sama itu, jadi jarang pergi-pergi

    dengan mereka.”

    Dampak gegar budaya terhadap

    pengalaman belajar :

    - Kesulitan memahami pelajaran “hambatan kalo belajar ya itu tadi, dosen omong nya pelan tidak begitu

    kedengeran hehehe apalagi kalo

    belajar hitungan berat, terus dosennya

    omongnya pelan susah sekali

    nangkepnya.”

    Usaha yang dilakukan untuk mengatasi

    gegar budaya dengan:

    - Memahami bahasa yang digunakan

    “Usaha yang sudah dilakukan belajar

    tahu budayanya seperti apa, sejauh ini

    saya hanya tahu artinya bahasa jawa

    kalau dengar mereka bicara walau

    sedikit belum bisa bilangnya”

    - Mendapat dukungan kerabat “Kalau bahasa, dibilang susah ya susah di bilang tidak juga tidak.

    Karena awalnya datang ke Jawa saya

    punya saudara yang sudah tinggal di

    Jawa, jadi aman. Mau apa apa tanya

    apa bisa di bantu”

    Memiliki banyak kerabat daerah

    membuatnya:

    - Merasa senang “Di kelompok itu ada makrabnya juga, jadi senang. Walau ada di Jawa tapi

    rasanya tetap ada tempat asal. Kan

    orang-orangnya yang ada di kelompok

    itu sama.”

    - Tidak merasa sendiri “Kegiatan biasa aja kan masih ada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    Struktur Umum Uraian

    teman-teman dari daerah asal yang

    diajak berteman. Kan di sini juga

    banyak jadi tidak sendiri”

    - Merasa di daerah asal “Di kelompok itu ada makrabnya juga, jadi senang. Walau ada di Jawa tapi

    rasanya tetap ada tempat asal. Kan

    orang-orangnya yang ada di kelompok

    itu sama.”

    Usaha untuk mengatasi masalah

    pengalaman belajar dengan cara:

    - Berdiskusi mengenai pelajaran “paling caranya ajak diskusi teman-tanya tanya caranya rumusnya.

    Soalnya kalo cuma ngandalin didepan

    yg dosen ajar, ga akan masuk ke

    kepala”

    Hasil usaha mengatasi masalah dalam

    belajarnya yaitu:

    - Memiliki prestasi yang baik “Nilai nilai saya tidak begitu bagus tapi tidak jelek juga. Semester satu

    saya dapat IP 2,9. Semester dua naik

    sedikit jadi 3,1 hahaha”

    b. Struktur Umum Pengalaman Gegar Budaya dan Dampak

    Terhadap Pengalaman Belajar Informan 3.

    Informan memandang budaya asal dan budaya barunya berbeda.

    Perbedaan budaya tersebut seperti budaya yang lebih halus, pelan, memiliki

    rasa makanan yang lebih manis dan lebih padat penduduk. Informan terbiasa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    dengan cara berbicara yang lebih keras dan menganggap daerah asalnya

    lebih memiliki rasa persaudaraan yang kuat.

    Perbedaan budaya tersebut membuat informan merasa cemas, tidak

    dipahami bingung, bosan dan marah. Informan menjadi kesulitan dalam

    berkomunikasi, lebih sering berkumpul dengan rekan sedaerah dan

    membatasi pergaulan dengan penduduk daerah baru. Informan juga

    mengalami kesulitan dalam memalami pelajaranya.

    Informan berusaha mengatasi permasalahan yang di hadapi dengan

    cara memahami bahasa yang digunakan dan mendapatkan dukungan kerabat

    selama tinggal di daerah baru. Informan memiliki banyak kerabat sehingga

    tidak merasa sendiri, senang dan merasa seperti di daerah asalnya. Informan

    mengatasi masalah pengalaman belajarnya dengan cara berdiskusi, sehingga

    memiliki prestasi yang tergolong baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    Tabel 5.

    Struktur Umum Gegar Budaya dan Dampak Pada Pengalaman Belajar Informan

    1,2,3

    Struktur Umum Uraian

    Informan 1 Informan 2 Informan 3

    1. Pandangan terhadap budaya

    asal dan budaya

    Jawa

    - Daerah asal lebih keras

    “nak macam kita

    lebih tegas, keras

    kayak orang marah

    marah”

    “Uhhh....pastinya

    adalah mas,banyak

    betul leh. Kalau di

    sana tuh ya, apa lagi

    kalau di rumah tuh,

    mama tuh ya

    manggil kita ee..so

    biasa teriak-teriak,

    nyuruh tuh ya

    misalanya kayak

    gini, “Jolo dulu

    apinya itu, apa mo

    mati itu. Kalau mati

    nanti ndak ada

    yang mo bisa di

    makan!” Itu ya mas,

    dari depan rumah

    bisa kedengaran

    kalau mama so

    teriak-teriak gitu.”

    “Bedanya, kalau

    di sana bicaranya

    keras-keras, sering

    ada acara-acara

    adat gitu, kalau

    putar musik tuh

    sukanya keras-

    keras,”

    - Memiliki rasa persaudaraan

    yang kuat

    “kalau sudah

    berteman

    dianggap jadi

    saudara, jadi kalau

    teman punya

    masalah langsung

    dibantu, semuanya

    datang berkumpul,

    di bela mati-

    matian”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    - Bernada tinggi “saya di kampung terbiasa kalo guru

    ngajar suaranya

    keras, jelas tegas

    dari ujung ke ujung

    bisa dengar

    hahaha”

    “Padahal mama

    biasa aja, ndak

    marah, memang

    nadanya ja yang

    keras dan tinggi.

    Orang-orang di sana

    juga kebanyakan

    kayak gitu”

    - Intonasi dan bahasa yang

    khas

    “apa lagi kalo kita

    uda ngomong keras

    begitu aeeh..orang

    pasti sudah tau

    hahaha...biarpun

    ada memang

    beberapa orang

    NTT lebih putih

    dan mereka punya

    rambut lebih lurus

    dari pada orang

    jawa, tidak keliatan

    orang timur toh

    tapi, pas ngomong

    hahaha baru

    ketauhan mereka

    ini ni pasti logat

    logat orang timur.”

    - Bentuk fisik yang khas

    “Macam saya

    rambut keriting,

    kulit lebih hitam

    ada berewoknya

    pasti lah orang

    ngerti “oh..inini

    pasti orang timur

    ni”

    - Mengungkapkan perasaannya

    “Di tempatku ya

    mas, kalau ndak

    suka ya bilang ndak

    suka, ya walau

    ujung-ujungnya

    kayak gitu mas.

    Kalau dilihat kayak

    orang yang lagi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    ngotot-ngototan

    gitu, tar ujung-

    ujungnya ribut dech.

    Tapi ndak selalu

    berujung dengan