penetapan kadar parasetamol dalam tablet (autosaved) (1)
DESCRIPTION
dxghdTRANSCRIPT
Validasi Metode dengan HPLC
KELOMPOK C6
Nadia Tria Nurchasanah K100120056
Rizki Amalia Safitri K100120064
Eka Febriyanti K100120066
Korektor :………………………
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ABSTRAK
Dilakukan validasi metode analisis penetapan kadar parasetamol
dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi. Parameter yang digunakan
pada percobaan ini adalah linieritas, ripitabilitas, presisi antara, akurasi dan
keseragaman kandungan. Parasetamol ditetapkan dengan metode high
performance liquid cromatografy karena untuk memisahkan komponen
berdasarkan dua fase yaitu fase gerak dan fase diam dengan metode kolom.
Hasil validasi memiliki harga tidak diterima karena tidak memenuhi syarat
keberterimaan. Linieritas r = 0,979<0,98 ; ripitabilitas RSD 43,51%b/b>2% ;
presisi antara RSD 19,23%b/b > 2%; Akurasi RSD penambahan zat aktif
80%= 0,959% <1%; %recovery 200,37 % ; penambahan zat aktif 100%=
1,107%>1% ; %recovery 204,45%; penambahan zat aktif 120% = 1,794%>1% ;
%recovery 339,75%; keseragaman kandungan RSD > 6 dan kadar antara 85%-
115% tidak diterima.
ABSTRACT
Validated analytical methods paracetamol assay with high-
performance liquid chromatography method. The parameters used in this
experiment is linearity, ripitabilitas, the precision, accuracy and uniformity
of content. Paracetamol determined by the method of high performance
liquid cromatografy due to separate components based on two phases,
namely the mobile phase and stationary phase column with the method.
The results of the validation has not accepted the price because it does not
meet the acceptance requirements. Linearity r = 0.619 <0.98; ripitabilitas
RSD 43.51% w / w> 2%; precision between RSD 19.23% w / w> 2%;
Accuracy of RSD addition of active substance 80% = 0.959% <1%; %
200.37% recovery; addition of the active substance 100% = 1.107%> 1%;
% 204.45% recovery; addition of the active substance 120% = 1.794%>
1%; % 339.75% recovery; content uniformity RSD> 6 and levels between
85% -115% is rejected.
I. Pendahuluana) Fisiko kimia parasetamol
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
pahit.
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P, dan dalam 9 propilenglikol P, larut dalam larutan
alkali hidroksida.
Khasiat : analgetikum dan antipiretikum.
BM : 151,16
Persyaratan kadar : mengandung tidk kurang dari 98 % dan tidak
lebih dari 101,0 %
C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
(Depkes RI, 1979)
b) Metode-metode analisis yang bisa digunakan untuk
menetapkan parasetamol
Spektrofotometri UV
Mencari harga E1 cm1 % dalam HCl, didapatkan harga 668 pada 245 nm.
Kemudian menimbang 100 mg parasetamol dan melarutkanya dalam HCl
0,1 N ad 100 mL. Selanjutnya menentukan λ maksimal dengan cara
mengambil 100 µL larutan stok parasetamol kemudian Menambahkan HCl
0,1 N sebanyak 10,0 mL dalam labu takar lalu memasukkanya ke dalam
kuvet. Membaca absorbansinya pada spektrofotometri UV range 200-
400nm. Kemudian membuat kurva baku larutan standart dengan cara
membuat seri volume pengambilan larutan stok 250µL, 400µL, 500µL,
800µL, 1000µL. Lalu memasukkanya ke dalam labu takar dan ditambahkan
HCl 0,1 N ad 10,0 mL. Setelah itu dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca
absorbasinya sesuai λmax pada spektrofotometri UV. Dibuat persamaan
regresi liniernya. Dilakukan pengukuran absorbansi sampel dengan cara
menimbang seksama kurang lebih 100mg parasetamol, lalu
memasukkanya ke dalam labu takar dan ditambahkan HCl 0,1 N ad 10 mL
dan dibaca absorbansinya. Menghitung kadar sampel dengan cara
memasukkan hasil absorbansi dalam persamaan kurva baku sebagai Y.
kemudian didapatkan x (kadar).
(Auterhoff dan Kovar, 2002)
Nitrimetri
Pembakuan larutan natrium nitrit dilakukan dengan cara menimbang
173 mg asam sulfanilat lalu melarutkanya ke dalam 30 mL akuades.
Menambahkan 20 tetes larutan ammonia 25 % sampai larut dan 15 mL HCl
1N, KBr 1 gram. Kemudian dititrasi dengan larutan NaNO2 0,1 M, titrasi
akhir ditunjukkan dengan perubahan warna dari ungu ke biru terang.
Penentuan kadar parasetamol dalam tablet ditentukan dengan cara
menimbang 600 mg sampel parasetamol yang telah dihaluskan dan
melarutkanya dalam 20 mL larutan HCl dalam air (1:2). Kemudian direfluks
campuran selama 30 menit dan didinginkan. Setelah itu ditambahkan 5
gram KBr, 5 tetes tropeolin-OO, 3 tetes metilen blue. Lalu dititrasi dengan
larutan NaNO2 0,1 N. titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna
dari ungu ke biru terang.
(Prima, Aulia, Triana, 2013)
Spektrofotometri UV-vis
Penetapan kadar parasetamol pada tablet dilakukan dengan
menimbang 100 mg tablet parasetamol yang telah dihaluskan.
Menambahkan akuades ad 100 mL dalam labu takar lalu diambil 500 µL.
Kemudian ditambahkan 0,5 mL HCl 6N; 0,4 mL NaNO2 dan didiamkan
selama 5 menit, lalu ditambahkan 1 mL asam sulfamat. Setelah itu
ditambahkan 2,5 mL NaOH 15% dan ditambah akuades ad 10 mL. diukur
absorbansinya pada λ 430 nm dan dihitung kadar sampel dengan cara
memasukkan hasil absorbansi dalam persamaan kurva baku sebagai Y.
c) Dasar Teori
KCKT atau HPLC dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun
1970-an. Saat ini, KCKT merupakan tekhnik pemisahan yang diterima secara luas
untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah
bidang antara lain: farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industry-industri
makanan. Beberapa perkembangan KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi system
KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein,
analisis karbohidrat, dan analisis senyawa- senyawa kiral.
(Rohman, 2007)
Asetaminofen atau yang biasa disebut parasetamol, mempunyai efek
farmakologi sebagai antipiretik dan analgetik sama dengan asetosal,
meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti asetosal, asetaminofen
tidak mempunyai daya kerja antiradang dan tidak menimbulkan iritasi dan
pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik
asetosal, salsilamid, maupun asetaminofen. Diantara ketiga obat tersebut,
asetaminofen mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk
anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur 2 tahun sebaiknya digunakan
asetaminofen, kecuali ada pertimbangan khusus lainya dari dokter. Dari
penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa kombinasi asetosal
dengan asetaminofen bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika
diberikan sendiri-sendiri. (Sartono,
1996)
II. Prosedur Resmi
A. Preparasi Sampel
Timbang semua tablet kemudian gerus dan ambil 100mg.
Melarutkannya ke dalam methanol:air (20:80) ad 10 mL dan disaring.
Kemudian dilakukan pengenceran 10x (diambil 50 µL ad 5 mL).
B. Pembakuan Larutan Baku
Menimbang seksama 2500 mg parasetamol. Melarutkanya dalam
methanol air (20:80) ad 100 mL kemudian disaring.
C. Pembuatan Kurva Baku
Membuat seri konsentrasi dengan pengambilan larutan baku (0,0025;
0,0050; 0,0075; 0,001; 0,0125). Menambahkan pelarut ad 5mL kemudian
disaring. Mengambil hasil saringan 20µL menggunakan syringe dari masing-
masing konsentrasi larutan baku dan menyuntikkan ke dalam kolom.
Membuat kurva baku dengan cara memplotkan luas puncak kromatogram Vs
kadar (%b/v). dari persamaan kurva baku, dibuat persamaan regresi
liniernya.
D. Penetapan Kadar
Menimbang serbuk parasetamol 100 mg. Melarutkannya ke dalam
methanol:air (20:80) ad 10 mL dan disaring hingga tidak ada partikelnya.
Melakukan pengenceran 100x dengan cara mengambil 50 µL larutan sampel
ad 5 mL pelarut. Kemudian diinjeksikan ke dalam kolom sebesar 20 µL dan
dihitung kadarnya dengan melihat nilai luas areanya.
III. Cara kerja Skematisa. Preparasi Sampel
Pembuatan Larutan Baku
Pembuatan Kurva Baku
Ditimbang semua tablet, kemudian
digerus, dan diambil 100mg
Dimasukkan labu takar 10,0 mL
Ditambahkan pelarut ad 10mL (metanol :
air, 40 : 60)
Disaring
Dilakukan pengenceran 100x
(50 µL ad 5 mL)
Ditimbang dengan
seksama 2500 mg
paracetamol
Dimasukkan ke dalam labu takar
100 mL, ditambah pelarut
ad 100mL (metanol:air,
40:60)
Didapatkan kadar larutan baku, jika ada
partikel dilakukan
penyaringan
Dibuat seri konsentrasi dengan pengambilan dari
larutan baku (0,0025; 0,0050; 0,0075; 0,0100;
0,0125)
Ditambahkan pelarut ad 5mL, jika masih
ada partikel, disaring
Diambil 20,0 µL larutan baku dari masing masing
konsentrasi dan dimasukkan ke dalam kolom (pengambilan
menggunakan syringe)
Dibuat kurva baku dengan memplotkan luas puncak kromatogram Vs
kadar (%b/v)
Dibuat regresi linear dari persamaan
kurva baku
Penetapan Kadar
b. Akurasi
Ditimbang 100mg serbuk paracetamol
Dilarutkan dengan pelarut metanol :
air (40:60)
Disaring hingga tidak terdapat
partikel
Diinjeksikan 20,0 µL ke dalam kolom HPLC
Didapatkan nilai luas area dan
dihitung kadarnya
Ditentukan berat rat-rata tablet paracetamol
Ditimbang 100 mg sampel, 4 kali
penimbangan
Tanpa penambahan zat aktif, penambahan 80%, 100%, dan 120%
Dimasukkan dalam labu takar
25 mL
Dilarutkan dengan pelarut metanol :
air ad 25 mL
Disaring sampai benar-benar
tidak ada partikel
Diambil 20 dari masing-masing
konsentrasi larutan
Diinjeksikan kedalam kolom
HPLC
Dihitung kadarnya dari
luas area
Dihitung RSD dan % recovery
c. Linieritas
d. Ripitabilitas
e. Presisi Antara
Ditimbang tablet keseluruhan, dirata-
rata, kemudia digerus
Ditimbang serbuk sampel
500 gram
Dibuat 7 titik kadar, 70%=350mg; 80%=400mg;
90%=450mg; 100%=500mg; 110%=550mg; 120%=600mg;
130%=650mg
Dilarutkan dengan pelarutnya metanol:air
(40:80) ad 10 mL ad homogen, disaring
Diambil 20,0 ɥL dari masing-masing konsentrasi larutan yanng berbeda, dimasukkan
dalam syringe, dan disuntikkan ke dalam kolom
Dianalisis pemisahan antara senyawa dalam sampel dan dibuat kurva baku dengan memplotkan luas puncak
kromatogram vs kadar
Dicari persamaan kurva baku dengan regresi
linear dan ditentukan nilai r
Ditentukan berat 1 tablet, digerus dan ditimbang ± 100mg
sampel
Dilakukan langkah tersebut
sebanyak 7x
Dilarutkan masing-masing sampel ke
dalam pelarut ad 10mL (metanol : air; 40:60)
Diambil 20µL dari masing-masing sampel ke dan diinjeksikan ke dalam
kolom, dilihat luas areanya
Dihitung kadar sampel dengan menggunakan
kurva baku
Dihitung nilai RSD dari 7 kadar yang didapat,
keberterimaan jika RSD <2%
Ditimbang 100mg sampel
sebanyak 7x
Dilarutkan ad 10 mL dalam metanol:air
dan disaring
Diambil 20ɥL disuntikkan ke dalam kolom dengan syringe
Disuntikan ke kolom, dihitung
kadar dan RSD-nya
f. Keseragaman Kandungan
IV. Hasil dan Pembahasana. Pembuatan dan pembakuan larutan baku
Konsentrasi RT Peak Area
0,0025 2,750 3141460,34
0,0050 2,748 5191635,57
0,0075 2,755 3261337,09
0,0100 2,748 6675768,80
0,0125 2,755 11300848,8
A = 3306390,9
B = 457512122,2
r = 0,619799368
y=45751212,2 x+3306390,9
b. Penetapan kadar parasetamol
Peak area = 2062165,21
RT = 2,762
fp= 5 mL50 μL
=100 x
y=Bx+ A
2062165,21=45751212,2(x )+3306390,9
−1244225,7=45751212,2(x )
( x )=−2,719546958 x 10−3
kadar=( x ) fp
¿−2,719546958 x10−3 x100=−0,2
c. Ripitabilitas
Dipilih 10 tablet parasetamol secara acak, ditimbang satu
persatu, digerus
Ditimbang serbuk 100 mg, dimasukkan
dalam labu takar 25 mL 100
Dilarutkan dengan pelarut metanol :
air 25 mL
Disaring, diambil 20, diinjekikan
dalam kolom HPLC
Dihitung kadar 10 tablet dan dihitung RSDnya, semua
tablet tidak boleh menyimpang 85% - 115% dan nilai RSD < 6%, data diterima
Jika terjadi persimpanan data diatas, dilakukan analisis 20 tablet
Hasil kadar 20 tablet dihitung
nilai RSD
Tidak boleh dari 1 tablet menyimpang dari rentang 85% - 115% atau tidak satupun tablet menyimpang dari rentang 75% -
125% dengan nilai RSD 7%
Percobaan Peak Area Kadar (% b/b) mg / tab
1 3575117,61 0,765 4,532
2 7157928,88 0,807 4,781
3 5425703,76 0,461 2,731
4 10574117,40 1,57 9,302
5 6423023,23 0,674 3,993
6 6386208,83 0,667 3,951
7 6642238,10 0,731 4,331
x 0,81 70,47
SD 0,35 6,55
RSD 43,2>2% 43,51>2%
Dari hasil percobaan pada parameter ripitabilitas, kadar tidak memenuhi syarat
keberterimaan karena harga RSD > 2%, sehingga harga tersebut tidak diterima. Penetapan kadar
ini dilakukan dengan keterulangan penetapan kadar sebanyak 7 kali. Parameter ini untuk melihat
tingkat kedekatan hasil uji pada hari yang sama, sampel yang sama, analisis yang sama atau pada
kondisi kerja yang normal.
d. Presisi Antara
Percobaan Peak Area Kadar (% b/b) mg / tab
1 3575117,61 0,6717 339,612 7157928,88 0,4438 324,613 5425703,76 0,8312 420,25 4 10574117,40 0,8113 410,19 5 6423023,23 0,7342 371,21 6 6386208,83 0,6257 316,35 7 6642238,10 0,7818 392,27
x 0,699 353,46SD 0,135 67,98
RSD 19,31>2% 19,23 >2%
Pada hari lain dilakukan penetapan kadar sama seperti ripitabilitas. Hasilnya dirata-rata
dan tetap tidak memenuhi syarat keberterimaan yaitu nilai RSD>2%. Suatu hasil dikatakan
presisi jika dalam suatu seri pengukuran mempunyai selisih yang sangat kecil antara satu nilai
dengan nilai yang lainnya.
e. Akurasi
Orientasi
Peak AreaKadar
percobaan
Kadar
(% b/v)
%
recovery
Tanpa penambahan 3315940,91 2,09 ×10−3 0,418 -
Sampel + ZA 80%5500484,5
34,79 ×10−3 0,959 200,37
Sampel + ZA 100%5838858,9
25,53 ×10−3 1,107 204,45
Sampel + ZA 120%7410711,2
68,97 ×10−3 1,794 339,75
Replikasi 1
Peak AreaKadar
percobaan
Kadar
(% b/v)
%
recovery
Tanpa penambahan 3378006,821,56 ×10−4
0,0312 -
Sampel + ZA 80% 5440444,354,66 ×10−3
0,9328 333,63
Sampel + ZA 100% 6514157,67 7,01 ×10−3 1,402 406,76
Sampel + ZA 120% 4104320,35 8,913 ×10−3 1,783 432,54
Replikasi 2
Peak AreaKadar
percobaan
Kadar
(% b/v)
%
recovery
Tanpa penambahan 4339827,422,26 ×10−3
0,452 -
Sampel + ZA 80% 6880652,61 7,81 ×10−3 1,562 411,11
Sampel + ZA 100% 6670320,85 7,35 ×10−3 1,470 302,08
Sampel + ZA 120% 7,347551,06 8,83 ×10−3 1,766 324,44
Replikasi 3
Peak AreaKadar
percobaan
Kadar
(% b/v)
%
recovery
Tanpa penambahan 6457662,316,89 ×10−3
1,3776 -
Sampel + ZA 80% 6520342,93 7,05 ×10−3 1,41 12
Sampel + ZA 100% 6901232,73 7,86 ×10−3 1,571 57,39
Sampel + ZA 120% 7392616,83 8,93 ×10−3 1,786 100,84
x SD RSD
Sampel + ZA 80% 252,25 211,64 83,91
Sampel + ZA 100% 255,41 179,29 70,19
Sampel + ZA 120% 285,94 169,17 169,03
Pada parameter akurasi ini didapatkan nilai RSD dan persen perolehan kembali yang
tidak memenuhi syarat keberterimaan yaitu nilai RSD<1% sedangkan angka perolehan kembali
antara 98-102%. Akurasi untuk melihat ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai
terukur (hasil analisis) dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai
rujukan pada hasil diatas tidak dapat diterima.
f. Keseragaman Kandungan
Peak AreaRT Kadar
(% b/v)
Kadar
(% b/b)mg/tab
% klaim
Tablet 1 6691004,31 4,110 0,194 48,892 290,38 58,077
Tablet 2 63961185,87 4,133 0,1625 40,77 242 48,4
Tablet 3 5715732,28 4,128 0,0878 22,038 130,89 26,17
Tablet 4 6511398,10 4,133 0,175 43,83 260,3 52,06
Tablet 5 60677694,39 4,115 0,126 31.63 188 37.6
Tablet 6 5997937.61 4,312 0.1188 29.78 176 35.2
Tablet 7 5550877.78 4,118 0.0697 17,477 103 20.6
Tablet 8 6099511.28 4,128 0.13 35,565 193 38.6
Tablet 9 6143328.00 4,130 0.134 33,60 199 39.8
Tablet 10 5914446.45 4,112 0.109 27,304 162 32.4
x 37.99
SD 11.29
RSD 29.71
Parameter keseragaman kandungan dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang
sesuai, dengan menentukan kadar zat aktif satu per satu dari 10 tablet (atau sediaan lainnya) yang
dipilih secara acak. Dari hasil diatas untuk 10 tablet yang di analisis ada step 1 memenuhi syarat
keberterimaan yaitu nilai RSD>6%. Sehingga dianjutkan pada step 2 karena belum memenuhi
syarat sesuai USP.
Perbandingan hasil dengan jurnal
Validation System
Linearity
Recovery experiment
Dari hasil praktikum dari berbagai parameter yang divalidasi dilakukan perbandingan hasil
dengan jurnal. Dilakukan perbandingan dengan jurnal yang mempunyai metode yang sama
dengan yang kita praktikkan yaitu high performane liquid cromatography.
Dari jurnal 1 didapatkan hasil dari analisis pertama parameter presisi menunjukkan hasil
RSD atau CV menunjukkan hasil 2,56% yang menunjuk hasil diterima karena nilai tersebut
memenuhi syarat keberterimaan. Dari hasil linieritasnya didapatkan hasil r = 0,999.
.
Pada penetapan kadar yang kita lakukan dari hasil parameter linieritas, akurasi,
ripitabilitas, dan presisi antara tidak memenuhi syarat keberterimaa. Untuk keseragaman bobot
memenuhi syarat keberterimaa. Sedangkan pada jurnal semua hasil parameter uji memenuhi
syarat keberterimaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang berbeda tersebut adalah
kondisi percobaan, kemurnian reagen, kestabilan reagen, kondisi saat preparasi maupun sat
titrasi, dan ketelitian saat pembacaan volume pada buret maupun pembacaan potensial.
V. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan nilai keberterimaan, tetapi pada jurnal sesuai
dengan nilai keberterimaan dari setiap parameter yang divalidasi. Disebabkan kondisi percobaan,
kemurnian reagen, kestabilan reagen, dan kondisi saat preparasi maupun saat memasukkan
sampel ke dalam HPLC.
Saran
Perlu dilakukan validasi ulang dan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan metode
yang baik dalam penetapan kadar parasetamol.
VI. Daftar Pustaka
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta
Auterhoff, H., Karl-Artur Kovar, 2002, Identifizierung von Arzneistoffen, diterjemahkan oleh N. C. Sugiarso, Identifikasi Obat, ITB, Bandung.
Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Prima, Aulia, Triana, 2013, Penetapan Kadar Senyawa Obat dengan Metoda Nitrimetri,1-4
R. Chandra, K. Dutt Sharma, 2013, Quantitative Determination Of Paracetamol And Caffeine From Formulated Tablets By Reversed Phase-Hplc Separation Technique, International Journal of Chromatographic Science, 32, 33.
Sartono., 1996, Apa yang Kamu Ketahui Tentang Obat-obat Bebas dan Terbatas, Edisi II, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta