penetapan bobot jenis

Upload: indah-c-kadullah

Post on 04-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    1/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Dalam disiplin ilmu farmasi didukung oleh berbagai ilmu pengetahuan.

    Salah satunya yaitu ilmu farmasi fisika, dimana farmasi fisika merupakan ilmu

    yang mempelajari hubungan antara farmasi dan fisika. Proses disolusi dari suatu

    zat kimia atau bagaimana proses obat berdisolusi dalam tubuh manusia

    merupakan contoh hubungan antara farmasi dan fisika.

    Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk

    sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting

    artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat

    tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh.

    Pengetahuan mengenai kecepatan disolusi sangat diperlukan untuk

    membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau

    kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul

    pada waktu pembuatan larutan farmasetis (di bidang farmasi, dan lebih jauh lagi,

    dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian (!stuti, "##$.

    Penentuan kecepatan disolusi suatu zat perlu dilakukan karena kecepatan

    disolusi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi absorbsi obat di dalam

    tubuh. %elihat pentingnya pengetahuan tentang disolusi, khususnya dalam

    pembuatan sediaan maka diadakanlah percobaan ini. Dengan melakukan

    praktikum ini kita dapat mengetahui dan memahami cara penentuan konstanta

    kecepatan disolusi dari suatu obat.

    Pada percobaan ini, akan dilakukan penentuan kecepatan disolusi dari tablet

    amoksisilin dengan menggunakan alat disolusi, dimana medium pelarutnya adalah

    air suling, karena air merupakan komponen paling besar yang berada di dalam

    tubuh manusia, jadi tablet tersebut seakan-akan berdisolusi di dalam tubuh.

    I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

    I.2.1 Maksud Percobaan

    %engetahui dan memahami cara penentuan konstanta kecepatan disolusi

    dari suatu obat.

    &

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    2/19

    I.2.2 Tujuan ercobaan

    %enentukan kecepatan disolusi dari tablet amoksisilin dengan

    menggunakan alat disolusi.

    I.! Pr"ns" Percobaan

    Penentuan konstanta kecepatan disolusi dari tablet amoksisilin berdasarkan

    kadar amoksisilin yang terdisolusi dalam media air suling dengan menggunakan

    alat disolusi dan menentukan kadarnya menggunakan titrasi alkalimetri

    menggunakan 'a) #,&"*# ' baku dan penambahan indikator fenolftalein pada

    menit ke #, *, , &*, "#, dan +* berdasarkan perubahan warna dari tak berwarna

    menjadi merah.

    "

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    3/19

    BAB II

    TIN#AUAN PU$TA%A

    II.1 Teor" U&u&

    Disolusi didefinisikan sebagai suatu proses melarutnya zat kimia atau

    senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu. ji disolusi

    berguna untuk mengertahui seberapa banyak obat yang melarut dalam medium

    asam atau basa (lambung dan usus halus (!nsel, &$.

    Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk

    sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting

    artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat

    tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan

    obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti

    kapsul, tablet atau salep (ffendi, "##/.

    Disolusi adalah suatu proses melarutnya suatu obat. 0iofarmasetika dan

    desain sediaan modern sebagian berdasarkan prinsip disolusi dan teori difusi. 1aju

    disolusi bahwa apabila suatu tablet atau sediaan lainnya dimasukkan ke dalam

    beker yang berisi air atau dimasukkan ke dalam saluran cerna (saluran

    gastrointestin, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya.

    2alau tablet tersebut tidak dilapisi dengan polimer, matris padat juga akan

    mengalami disintegrasi menjadi granul-granul yang kemudian mengalami

    pemecahan menjadi partikel-partikel yang halus. Disintegrasi, deagregasi dan

    disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari

    bentuk dimana obat diberikan (%uhammad, "#.

    )al-hal yang dapat memperlaju disolusi formula (3andi, "##45

    &. 6elah dilakukannya modifikasi karakteristik zat aktif.

    ". Preformulasi juga didukung oleh faktor teknologi dan formulasi sediaan tablet,

    misalnya gaya kempa dan porositas masa tablet serta bahan tambahan tablet

    yang digunakan

    %ekanisme disolusi suatu obat khususnya tablet yaitu tablet yang ditelan

    akan masuk ke dalam lambung dan akan pecah, mengalami disintegrasi menjadi

    banyak granul kecil, yang terdiri dari zat aktif yang tercampur dengan antara lain

    /

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    4/19

    zat pengisi dan pelekat. Setelah granul-granul ini pecah zat aktif terlepas dan jika

    daya larutnya cukup besar, akan larut dalam cairan lambung atau usus, tergantung

    pada tempat dimana saat itu obat berada. )al ini ditentukan oleh waktu

    pengosongan lambung, yang pada umumnya berkisar pada "-/ jam setelah makan.

    0aru setelah obat larut, proses resorbsi obat oleh usus dapat dimulai. Peristiwa ini

    disebut sebagai pharmaceutical a7ailability (%uhammad, "#.

    Sediaan obat yang diberikan secara oral di dalam saluran cerna harus

    mengalami proses pelepasan dari sediaannya kemudian zat aktif akan melarut dan

    selanjutnya diabsorpsi. Proses pelepasan zat aktif dari sediaannya dan proses

    pelarutannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta

    formulasi sediaannya. Salah satu sifat zat aktif yang penting untuk diperhatikan

    adalah kelarutan karena pada umumnya zat baru diabsorpsi setelah terlarut dalam

    cairan saluraan cerna. leh karena itu salah satu usaha untuk meningkatkan

    ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya

    (!stuti, "##4.

    2ecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya suatu

    zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu. Suatu hubungan yang

    umum menggambarkan proses disolusi zat padat telah dikembangkan oleh 'oyes

    dan 8hitney dalam bentuk persamaan berikut (!stuti, "##$5

    9

    2eterangan5

    9 kecepatan disolusi

    D 9 koefisien difusi

    S 9 luas permukaan zat

    :s 9 kelarutan zat padat

    : 9 konsentrasi zat dalam larutan pada waktu

    ) 9 tebal lapisan difusi

    +

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    5/19

    Dalam teori disolusi atau perpindahan massa, diasumsikan bahwa selama

    proses disolusi berlangsung pada permukaan padatan terbentuk suatu lapisan

    difusi air atau lapisan tipis cairan yang stagnan dengan ketebalan h. 0ila

    konsentrasi zat terlarut di dalam larutan (: jauh lebih kecil daripada kelarutan zat

    tersebut (:s sehingga dapat diabaikan, maka harga (:s-: dianggap sama dengan

    :s. ;adi, persamaan kecepatan disolusi dapat disederhanakan menjadi

    d% 5 7iskosita pelarut

    6 5 suhu

    ". ?iskositas6urunnya 7iskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu zat

    sesuai dengan persamaan instein. %eningginya suhu juga menurunkan

    7iskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.

    /. p) Pelarut

    p) pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat asam

    atau basa lemah.

    +. Pengadukan

    *

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    6/19

    2ecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h. ;ika

    pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang.

    *. kuran Partikel

    ;ika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar

    sehingga kecepatan disolusi meningkat.

    @. Polimorfisme

    2elarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur

    internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda

    juga. 2ristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya.

    4. Sifat Permukaan Aat

    Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob.

    Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar partikel

    zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan

    disolusinya bertambah.

    1aju disolusi obat secara in 7itro dipengaruhi beberapa faktor

    (3andi, "##@, yaitu5

    &. Sifat fisika kimia obat.

    Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. 1uas

    permukaan efektif dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel. 1aju

    disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solut.

    2elarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi. bat berbentuk

    garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam

    maupun basa bebas. bat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya

    beberapa kinetika pelarutan yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia

    yang identik. bat bentuk kristal secara umum lebih keras, kaku dan secara

    termodinamik lebih stabil daripada bentuk amorf, kondisi ini menyebabkan

    obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk kristal.

    ". =aktor alat dan kondisi lingkungan.

    !danya perbedaan alat yang digunakan dalam uji disolusi akan menyebabkan

    perbedaan kecepatan pelarutan obat. 2ecepatan pengadukan akan

    mempengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin cepat pengadukan maka

    @

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    7/19

    gerakan medium akan semakin cepat sehingga dapat menaikkan kecepatan

    pelarutan. Selain itu temperatur, 7iskositas dan komposisi dari medium, serta

    pengambilan sampel juga dapat mempengaruhi kecepatan pelarutan obat.

    /. =aktor formulasi.

    0erbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada sediaan obat dapat

    mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi tegangan muka

    antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat, ataupun bereaksi

    secara langsung dengan bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat

    hidrofob seperti magnesium stearat, dapat menaikkan tegangan antar muka

    obat dengan medium disolusi. 0eberapa bahan tambahan lain dapat

    membentuk kompleks dengan bahan obat, misalnya kalsium karbonat dan

    kalsium sulfat yang membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. )al

    ini menyebabkan jumlah obat terdisolusi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh

    pula terhadap jumlah obat yang diabsorpsi.

    Penentuan kecepatan disolusi suatu zat dapat dilakukan melalui metode5

    &. %etode Suspensi

    Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa pengontrolan eksak

    terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada waktu-waktu

    tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai.

    ". %etode Permukaan 2onstan

    Aat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya sehingga 7ariable

    perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan. mumnya zat diubah

    menjadi tablet terlebih dahulu, kemudian ditentukan seperti pada metode

    suspensi. Penentuan dengan metode suspensi dapat dilakukan dengan

    menggunakan alat uji disolusi tipe dayung seperti yang tercantum pada SP.

    Sedangkan untuk metode permukaan tetap, dapat digunakan alat seperti

    diusulkan oleh Simonelli. (!lfred, "##$.

    6itrasi asam basa5

    4

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    8/19

    6itrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini,

    kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada

    prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu 5

    Beaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida

    sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. 0erdasarkan konsep lain

    reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam

    dengan penerima proton (basa. Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa,

    maka kita dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan

    istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam,

    kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri.

    Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan

    p), khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk

    mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator lihat

    Cambar ".&

    Cambar ".& 6itrasi alkalimetri dengan larutan standar basa 'a)

    !nalit bersifat asam p) mula-mula rendah, penambahan basa

    menyebabkan p) naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai

    titik ekui7alen (p)94. Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan

    basa sehingga p) terus meningkat. Dari Cambar &*.&@, juga diperoleh informasi

    $

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    9/19

    indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran p) p) 4

    (6abel ".&.

    6abel ".& Endikator dan perubahan warnanya pada p) tertentu

    Pamanfaatan teknik ini cukup luas, untuk alkalimetri telah dipergunakan

    untuk menentukan kadar asam sitrat. 6itrasi dilakukan dengan melarutkan sampel

    sekitar /## mg kedalam # ml air. 6itrasi dengan menggunakan larutan 'a)

    #.& ' dengan menggunakan indikator phenolftalein. 6itik akhir titrasi diketahui

    dari larutan tidak berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri

    juga dipergunakan untuk menganalisis asam salisilat, proses titrasi dilakukan

    dengan cara melarutkan "*# mg sampel kedalam &* ml etanol *F dan

    tambahkan "# ml air. 6itrasi dengan 'a) #.& ' menggunakan indikator

    phenolftalein, hingga larutan berubah menjadi merah muda. 6eknik asidimetri

    juga telah dimanfaatkan secara meluas misalnya dalam pengujian boraks yang

    seringa dipergunakan oleh para penjual bakso. Proses analisis dilakukan dengan

    melaruitkan sampel seberat *## mg kedalam *# m1 air dan ditambahkan beberapa

    tetes indikator metal orange, selanjutnya dititrasi dengan ):l #.& '. (Day, "##".

    II.2 Ura"an Ba'an

    &. !ir suling (=E E?, &*.

    'ama resmi 5 !Gua destilata

    Sinonim 5 !ir suling

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    10/19

    Bumus molekul

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    11/19

    Pemerian 5 Serbuk hablur, putih atau putih

    kekuningan lemahI tidak berbauI stabil

    di udara.

    2elarutan 5 Praktis tidak larut dalam airI larut

    dalam etanolI agak sukar larut dalam

    eter.

    2egunaan 5 Sebagai indikator

    Penyimpanan 5 Dalam wadah tertutup baik

    +. !moksisilin (=E E?, &*.

    'ama resmi 5 !moHicillinum

    Sinonim 5 !moksisilin

    Bumus molekul 5 :&@)&'/*S./)"

    Bumus Struktur 5

    OH-

    Pemerian 5 Serbuk hablur, putihI praktis tidak

    berbau

    2elarutan 5 Sukar larut dalam air dan methanol

    tidak larut dalam benzena, dalam

    karbon tetraklorida dan kloroform.

    2hasiat 5 Enfeksi saluran pernafasan, saluran7agental, saluran cerna, infeksi kulit

    dan jaringan lunak.

    2egunaan 5 Sebagai zat aktif.

    Penyimpanan 5 Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu

    kamar terkendali.

    &&

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    12/19

    BAB III

    MET(DE %E)#A

    III.1 Alat dan Ba'an Percobaan

    III.1.1 Alat Percobaan

    &. !lat disolusi

    ". 0uret

    /. rlenmeyer

    +. Celas beker

    *. Celas ukur

    @. Pipet 7oulme

    4. 6ermometer

    III.1.2 Ba'an Percobaan

    &. !Guadest.

    ". 'a) #,& '

    /. Endikator fenolftaelin

    +. 6ablet amoksisilin

    III.2 *ara %erja

    &. Disiapkan alat dan bahan.

    ". Diisi bejana dan alat disolusi dengan ## ml air suling.

    /. Diatur termostat pada temperatur /4J: dan dimasukkan " g amoksisilin,

    lalu dijalankan motor penggerak dengan kecepatan # rpm.

    +. Diambil sebanyak "# ml air dalam bejana selang waktu *, , /#, +*

    menit setelah pengocokan. Setiap selesai dambil sampel segera diganti

    dengan "# ml air.

    *. Ditentukan kadar amoksisilin yang larut pada masing-masing sampel

    dengan metode spektrofotometri atau titrasi asam basa menggunakan

    'a) #,#* ' dan fenolftalein, kemudian dilakukan

    percobaan yang sama pada temperatur +#J:.

    @. Dicatat hasil yang diperoleh.

    &"

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    13/19

    BAB I+

    HA$IL PEN,AMATAN

    I+.1 Data Penga&atan

    ' 8!26 ?& ?"

    &. *K #,@ #,+

    ". K #,/ #,+

    /. /#K #," #,@

    +. +*K #," #,+

    I+.2 Per'"tungan

    &. 2adar

    F 2 9

    t9 *K F2&9

    9 #,@&* F

    F 2" 9

    9 #,+ F

    F2 rata-rata 9

    9

    9 #,*&"* F

    t9 K F2&9

    9 #,/#4 F

    F 2" 9

    &/

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    14/19

    9 #,+ F

    F2 rata-rata 9

    9

    9 #,/*$* F

    t9 /#K F2&9

    9 #,"#* F

    F 2" 9

    9 #,@&* F

    F2 rata-rata 9

    9

    9 #,+& F

    t9 +*K F2&9

    9 #,"#* F

    F 2" 9

    9 #,+ F

    F2 rata-rata 9

    9

    9 #,/#4 F

    ". 0obot zat aktif

    8n& 9 F 2 H ## ml

    - 8n& 9 #,*&"* H ## ml

    &+

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    15/19

    9 +@&,"* mg

    - 8n"9 #,/*$* H ## ml

    9 /"",@* mg

    - 8n/ 9 #,+& H ## ml

    9 /@ mg

    - 8n+ 9 #,/#4 H ## ml

    9 "4@,/ mg

    /. Persen kelarutan

    t 9 *K F 2 9

    9

    9 ","* F

    t 9 K F 2 9

    9

    9 @+,*/ F

    t 9 /#K F 2 9

    9

    9 4/,$ F

    t 9 +*K F 2 9

    9

    9 **,"@ F

    +. Perhitungan

    'o 8a 8n 1og ( 8a-8n

    &*

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    16/19

    & /$,4* &,*$

    " &44,/* ","+

    / &/& ",&&

    + ""/,4 ",/+

    I+.! )eaks" %"&"a

    L 'a)

    )-

    )- L )"

    BAB +

    PEMBAHA$AN

    Pada percobaan ini ditentukan konstanta kecepatan disolusi suatu zat.

    dimana zat yang akan diukur kecepatan atau laju disolusinya adalah tablet

    amoksisilin yang dilarutkan ke dalam media disolusi, dimana medium disolusi

    yang digunakan adalah air suling, kemudian ditentukan kadarnya dengan

    menggunakan titrasi alkalimetri dimana titran yang digunakan adalah 'a)

    dengan penambahan indikator fenolftalein.

    !dapun langkah-langkah percobaan ini yaitu yang pertama disiapkan alat

    dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan, kemudian diisi bak disolusi

    dengan ## ml air suling. Digunakan air suling sebagai media disolusi karena air

    merupakan komponen paling besar yang berada di dalam tubuh manusia, jadi obat

    &@

    : :')

    )

    :)/

    '

    ')"

    :'a

    S

    :)/

    )

    ) )

    : :')

    )

    :)/

    '

    ')"

    :)

    S

    :)/

    )

    ) )

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    17/19

    seakan-akan berdisolusi di dalam tubuh dan 7olume dari labu disolusi digunakan

    ## ml yaitu untuk menyerupai 7olume cairan tubuh manusia, kemudian diatur

    termostat pada temperatur /4M:, dengan maksud agar sesuai dengan suhu

    fisiologis suhu tubuh manusia.

    Dimasukkan " g amoksisilin lalu dijalankan motor penggerak dengan

    kecepatan # rpm, digunakan kecepatan # rpm karena kecepatan # rpm

    adalah kecepatan yang lazim digunakan dan diumpamakan sebagai kecepatan

    gerak peristaltik lambung, setelah itu diambil "# ml air dalam bejana setiap selang

    waktu *, , /# dan +* menit setelah pengocokkan menggunakan pipet 7olume.

    Setiap selesai pengambilan sampel segera diganti dengan "# ml air, agar 7olume

    medium disolusi pada bejana tetap ## ml, hal tersebut dilakukan untuk

    mempertahankan kemampuan medium untuk melarutkan sejumlah obat yang

    diharapkan.

    Ditentukan kadarnya dengan menggunakan titrasi alkalimetri karena

    sampel yang akan digunakan yaitu amoksisilin yang bersifat asam dimana titran

    yang digunakan adalah 'a) #,#* ' yang bersifat basa yang dapat menetralisasi

    amoksisilin yang bersifat asam, dan ditambahkan indikator fenolftalein yang

    bertujuan untuk mengetahui apakah larutan yang diuji bersifat asam ataupun basa,

    karena indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau

    basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda

    dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu kebentuk yang lain. Dari titrasi

    tersebut didapatkan 7olume titrasinya.

    Dari hasil perhitungan diperoleh F kelarutan dari amoksisilin, yaitu pada t

    9 *K adalah ","* FI pada t 9 K adalah @+,*/ FI pada t 9 /#K adalah 4/,$ dan

    pada t 9 +*K adalah **,"@. %enurut =E EEE, pernyataan kelarutan zat dalam bagian

    tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu "## dan kecuali dinyatakan lain

    menunjukan bahwa, & bagian bobot zat padat atau & bagian 7olume zat cair larut

    didalam bagian 7olume tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai

    angka adalah kelarutan pada suhu kamar. 2ecuali dinyatakan lain, zat jika

    dilarutkan boleh menunjukan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring,

    serat dan butiran debu.

    &4

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    18/19

    =aktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil yang

    diperoleh antara lain 5

    &. Suh u larutan disolusi yang tidak konstan.

    ". 2etidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet

    beberapa ml.

    /. 6erjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel

    menggunakan pipet 7olume.

    +. 2ekeliruan praktikan dalam menentukan 7olume t itrasi dan titik

    akhir titrasi.

    *. 2ekeliruan prosedur penentuan kadar.

    @. Endikator yang digunakan sudah rusak.

    4. Suhu yang dipakai tidak tepat.

    &$

  • 8/14/2019 Penetapan Bobot Jenis

    19/19

    BAB +I

    PENUTUP

    +I.1 %es"&ulan

    Dari hasil perhitungan diperoleh F kelarutan dari amoksisilin, yaitu pada

    t 9 *K adalah ","* FI pada t 9 K adalah @+,*/ FI pada t 9 /#K adalah 4/,$ dan

    pada t 9 +*K adalah **,"@.

    +I.2 $aran

    ntuk praktikkan diharapkan5

    a. 1ebih aktif dalam diskusi.

    b. Pelajari materi percobaan sebelum diskusi.

    &