kf 1. penentuan kerapatan dan bobot jenis

Upload: syarif-dudynk-jhi

Post on 17-Jul-2015

502 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dudink..will be the best for my self

TRANSCRIPT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Tabel 1. Neraca Westphal Pembacaan Skala No Nama Contoh Akuades Gliserol 10% Metanol Tabel 2. Piknometer No.1

S Anting IV9 4 7

Anting I8 8 6

Anting IIIA5 6 4

Anting IIIB6 7 5

Anting IIIC7 9 9

Suh u (oC) 31,8 31,8 29,8

Bobot Jenis 0,8189 0,8224 0,6187

1 2 3

Bobot (gram) Piknometer Kosong 40,1547 40,1547 40,1547 Piknometer + Contoh 62,2390 62,8833 57,6393 Contoh 22,0843 22,7286 17,4846 Suhu (oC)31,8 31,8 29,8

Nama Contoh Akuades Gliserol 10 % Metanol

23

4.2 Perhitungan 4.2.1 Neraca Westphal a. Akuades Skala anting I Skala anting IIIA Skala anting IIIB Skala anting IIIC skala anting IV = 8 = 5 = 6 = 7 = 9

Sgt

= 0,8189

Dik dtaq (31,8oC) = 0.9951 g/cm3 dt4 = Sgtx dtaq = 0,8189 x 0,9951 g/cm3 = 0,8149 g/cm3 b. Gliserol 10% Skala anting I Skala anting IIIA Skala anting IIIB Skala anting IIIC Skala anting IV Sgt = 8 = 6 = 7 = 9 = 4 = 0,8224

Dik dtaq (31,8oC) = 0.9951 g/cm3 dt4 = Sgtx dtaq = 0,8224 x 0,9951 g/cm3 = 0,8184 g/cm3 c. Metanol Skala anting I Skala anting IIIA Skala anting IIIB Skala anting IIIC Skala anting IV Sgt = 6 = 4 = 5 = 9 = 7 = 0,6187

Dik dtaq (29,8oC) = 0.9957 g/cm3 dt4 = Sgtx dtaq = 0,6187x 0,9957 g/cm3 = 0,6160 g/cm3 4.2.2 Piknometer a. Akuades Bobot piknometer + akuades Bobot piknometer kosong Bobot Akuades S = S = d d d d,

= 62,2390 g = 40,1547 g = 22,0843 g _

S = 1,0000

(31,8 C) = 0,9951 g/cm3 =S xd = 1,0000 x 0,9951 g/cm3 = 0,9951 g/cm3 (31,8C)

,

b. Gliserol 10 % Bobot piknometer + gliserol Bobot piknometer kosong Bobot Gliserol Stg = Stg =Bobot , , Bobot akuades %

= 62,8833 g = 40,1547 g = 22,7286 g _

Stg = 1,0292

dt (31,8 C) dt4 d dt4

= Stg x dtaq (31,8 C) = 1,0242 g/cm3

= 0,9951 g/cm3

= 1,0292 x 0,9951 g/cm3

c. Metanol Bobot Piknometer + metanol Bobot piknometer kosong Bobot metanol = 57,6393 g = 40,1547 g = 17,4846 g _

Stg = Stg =

Bobot Bobot akuades , ,

Stg = 0,7917 g dt (29,8 C) dt4 dt4 d

= Stg x dtaq (29,8 C) = 0,7883 g/cm3

= 0,9957 g/cm3

= 0,7917 x 0,9957 g/cm3

4.3 Pembahasan Bobot jenis suatu zat menurut definisi lama adalah bilangan yang menyatakan banyaknya gram bobot 1 cm3 suatu zat atau banyaknya dalam Kg bobot 1 dm3 air pada suhu 4 oC. jadi bilangan yang menyatakan banyaknya bobot 1 dm3 suatu zat dengan bobot 1 dm3 air pada suhu 4 oC disebut bobot jenis. Pada percobaan ini, digunakan dua macam alat untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis dari aquadest, metanol dan gliserol yang digunakan sebagai bahan dasar. Sebenarnya pada percobaan kali ini kami menggunakan asam

asetat namun, karena asam asetat yang ada di laboratorium kurang baik, maka diganti dengan gliserol. Adapun kedua alat yang digunakan yaitu neraca Westphalt dan piknometer. Pada percobaan penentuan bobot jenis dengan neraca Westphalt, neraca Westphalt yang digunakan terlebih dahulu dikalibrasi. Aquadest yang akan ditentukan bobot jenisnya dimasukkan ke dalam gelas ukur dan diukur suhunya. Penyelam kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur, dan pada saat penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur, penyelam tidak boleh menyentuh dinding tabung reaksi agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran. Anting-anting kemudian diletakkan pada skala lengan tunggal sedemikian rupa sehingga neraca Westphalt setimbang. Skala yang ada anting-antingya dibaca, mulai dari anting-anting terbesar hingga anting-anting yang terkecil dan angka yang terbaca tersebut merupakan bobot jenis aquadest yang diukur. Adapun anting-anting yang digunakan pada lengan neraca memiliki berat yang berbeda-beda. Mulai dari 0,1 gram, 0,01 gram,0,001 gram dan 0,0001 gram. Untuk menentukan bobot jenis metanol dan gliserol dengan neraca Westphalt sama dengan cara penentuan bobot jenis aquadest yaitu dengan mengganti isi gelas ukur dengan metanol dan gliserol. Sedangkan untuk menentukan kerapatan aquadest, metanol, dan gliserol, bobot jenis yang didapat dari hasil pengukuran dikalikan dengan kerapatan air pada suhu kamar toC, sesuai dengan suhu masing-masing. Pada pengukuran kerapatan bobot jenis dengan menggunakan piknometer, yang harus dilakukan sebelumnyaadalah mencuci bersih kemudian mengeringkan piknometer terlebih dahulu kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca analitik yang sebelumnya telah dikalibrasi. Piknometer kemudian diisi dengan aquadest dan ditutup rapat serta suhu aquadest diukur kemudian ditimbang

menggunakan neraca analitik. Piknometer kemudian dibersihkan dan dikeringkan lalu diisi dengan metanol dan gliserol yang akan ditentukan bobot jenisnya dan ditimbang dengan neraca analitik seperti perlakuan sebelumnya. Bobot akuades dapat ditentukan dengan cara mengurangkan antara bobot piknometer yang berisi air dan bobot piknometer kosong. Demikian juga, bobot metanol dan gliserol ditentukan dengan cara yang sama, yaitu dengan mengurangkan bobot piknometer berisi metanol dan gliserol dengan bobot piknometer kosong. Untuk menghitung bobot jenisnya, dilakukan dengan cara membandingkan bobot zat dengan bobot akuades, dalam hal ini membandingkan bobot metanol dan gliserol dengan bobot akuades. Sedangkan untuk menentukan kerapatannya, tinggal mengalikan bobot jenis masing-masing dengan kerapatan air pada suhu kamar toC, sesuai dengan suhu masing-masing. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh nilai densitas akuades dengan menggunakan neraca Westphalt yaitu 0,8149 g/cm3 dan bobot jenis 0,8189 gram. Sedangkan nilai densitas akuades dengan menggunakan piknometer yaitu 0,9951 g/cm3 dan bobot jenis akuades 1, sedangkan menurut teori air pada suhu 4C memiliki kerapatan 1 g/cm3 dan pada suhu 20 C memiliki kerapatan 0,9982 g/cm3. Nilai densitas metanol dengan menggunakan neraca Westphalt yaitu 0,6160 g/cm3 dan bobot jenis 0,6187 gram, sedangkan dengan menggunakan piknometer yaitu 0,7883 g/cm3 dan bobot jenis 0,7917 gram, sedangkan menurut teori yaitu 0,7915 g/cm3. Nilai densitas gliserol dengan menggunakan neraca Mohr (Westphalt) yaitu 0,8184 g/cm3 dengan bobot jenis 0,8224 gram, sedangkan dengan menggunakan piknometer diperoleh densitas gliserol sebesar 1,0242 g/cm3 dengan bobot jenis sebesar 1,0292 gr/cm3, sedangkan menurut teori yaitu 1,2077 g/cm3.

Pada pengukuran yang telah dilakukan, sangatlah berbeda jauh dengan

kenyataannya, dimana kerapatan akuades pada literatur sebesar 1 g/cm3, sedangkan metanol sebesar 0,81 g/cm3. Hal ini mungkin disebabkan karena pembacaan skala neraca yang kurang teliti dan juga terkontaminasinya alat pengukuran dengan zat lain yang disebabkan oleh ketidakbersihan alat pengukur. Selain itu, faktor eksternal juga berpengaruh besar, dalam hal ini yang menjadi faktor eksternalnya salah satunya yaitu suhu. Secara teori, kerapatan akuades adalah 1 g/cm3, kerapatan metanol adalah 0,8060 g/cm3 dan kerapatan gliserol adalah 1,2077 g/cm3. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan, semuanya mendekati nilai kerapatan secara teoritis, namun antara neraca Westphalt dan piknometer, pengukuran kerapatan dengan piknometer lebih mendekati dengan nilai kerapatan teoritis daripada pengukuran dengan neraca Westphalt. Dapat dikatakan pengukuran bobot jenis dengan piknometer lebih akurat dibanding dengan neraca Westphalt. Hal ini disebabkan, pada piknometer bagian tutupnya mempunyai lubang berbentuk saluran kecil sehingga gelembung udara dapat dihilangkan dari perangkat. Ini memungkinkan kerapatan suatu cairan dapat ditentukan lebih akurat. Selain itu, penggunaan piknometer jauh lebih simpel atau sederhana, hanya menimbang bobot piknometer kosong dan bobot piknometer beserta contoh untuk menentukan bobot jenisnya. Sementara neraca Westphalt penggunaannya lebih rumit, juga tidak bisa menaruh anting-anting pada skala yang sama, sehingga hasil pengukurannya kurang akurat.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 15 September 2011 Asisten Praktikan

SUHENDRA ISKANDAR NIM : H311 08 266

SYARIFUDDIN NIM : H311 09 002

Lampiran 1. Bagan Kerja A. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Cairan atau Larutan dengan menggunakan Neraca Westphal Akuades Neraca Westphal dirangkai. Gelas ukur diisi dengan akuades secukupnya sampai mencapai batas skala atas. Suhu akuades diukur dan kemudian dicatat suhunya. Penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur berisi akuades tersebut. Lengan neraca diatur sedemikian rupa sehingga penyelam kurang lebih 2 cm dari permukaan cairan. Anting-anting diletakkan pada skala lengan tunggal mulai dari anting terbesar hingga anting terkecil sehingga neraca Westphal setimbang. Angka skala yang ada antingnya dibaca mulai dari anting terbesar ke anting terkecil. Gelas ukur dibersihkan, lalu dikeringkan, begitu juga

penyelamnya. Hasil pengamatan dicatat. Langkah di atas diulangi dengan mengganti akuades dengan gliserol 10 % dan metanol. Hasil

B. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Cairan atau Larutan dengan menggunakan Piknometer Akuades Piknometer yang bersih dan kering disiapkan. Massa piknometer yang kosong ditimbang dengan

menggunakan neraca analitik. Akuades dimasukkan ke dalam piknometer hingga mencapai garis batas. Piknometer ditutup hingga tidak ada lagi gelembung, lalu dibersihkan dan dikeringkan pada dinding luar piknometer. Selanjutnya suhu yang ditunjukkan pada tutup piknometer dicatat. Piknometer yang berisi akuades ditimbang kembali. Hasil pengamatan dicatat. Langkah-langkah di atas diulangi dengan mengganti akuades dengan gliserol 10% dan metanol. Hasil

LAMPIRAN 2 GAMBAR NERACA WESTPHAL DAN PIKNOMETER

C D

G

B E A F Keterangan A : Dasar statif, berfungsi sebagai dasar neraca. B : Tiang statif, berfungsi untuk menyesuaikan tinggi neraca terhadap wadah zat yang diukur bobot jenisnya. C : Lengan neraca, berfungsi sebagai tempat anting sehingga neraca menjadi setimbang. D : Gelas ukur, berfungsi sebagai wadah cairan yang akan ditentukan bobot jenisnya. E : Penyelam, berfungsi sebagai alat pengukur bobot jenis yang dibaca berdasarkan kesetimbangan lengan neraca. F : Anting, berfungsi sebagai penentu nilai bobot jenis pada skala. G : Sekrup, berfungsi untuk menyesuaikan keseimbangan.

Gambar 1. Neraca Westphal

A C

B

Keterangan

Gambar 2. Piknometer

A : Tutup piknometer yang disertai dengan termometer, berfungsi untuk menutup piknometer dan mengukur suhu cairan dalam piknometer. B : Tabung ukur, berfungsi sebagai wadah cairan yang akan ditentukan bobot jenisnya. C : Pipa kapiler, berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan cairan dan mencegah terbentuknya gelembung udara dalam tabung ukur.

LAPORANPRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PERCOBAAN I PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

NAMA : SYARIFUDDIN NIM : H311 09 002 KELOMPOK : II (DUA) HARI, TANGGAL PERCOBAAN : KAMIS, 15 SEPTEMBER 2011 ASISTEN : SUHENDRA ISKANDAR

LABORATORIUM KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, metanol, dan gliserol 10 %. 3.2 Alat Percobaan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah 1 set neraca Westphal, piknometer 25 ml, neraca analitik, termometer 50 oC, dan gelas kimia 50 mL. 3.3 Prosedur Percobaan a. Neraca Wesphalt Pertama-tama merangkai neraca westphal, kemudian dimasukkan akuades ke dalam gelas ukur, diukur, dan dicatat suhunya. Kemudian dimasukkan penyelam ke dalam gelas ukur. Diatur lengan neraca sedemikian rupa sehingga penyelam kurang lebih 2 cm dari permukaan cairan. Diletakkan anting-anting pada skala lengan tunggal sampai neraca westphal setimbang. Dibaca angka pada skala antinganting, mulai dari skala yang paling besar sampai yang paling kecil. Dibersihkan penyelam dan gelas ukur dengan kertas tissue dan akuades diganti dengan bahan yang lain yakni metanol dan gliserol 10 %. b. Piknometer Ditimbang piknometer yang bersih dan kering. Kemudian, dimasukkan akuades ke dalam piknometer kemudian diimpitkan (ditutup), diukur, dan dicatat

suhunya. Piknometer yang telah diisi akuades dilap dengan tissue. Selanjutnya, ditimbang piknometer yang telah berisi akuades dengan menggunakan neraca analitik dan dicatat bobotnya. Piknometer dibersihkan dengan tissue dan akuades diganti dengan bahan yang lain seperti metanol dan gliserol.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang telah didapat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kerapatan dan bobot jenis bahan dengan menggunakan neraca westphal berturutturut adalah akuades (31,8 C) dengan Stg = 0,8189; dt4 = 0,8149 g/cm3, gliserol (31,8 C) dengan Stg =0,8224; dt4 = 0,8184 g/cm3, metanol (29,8 C) dengan Stg = 0,6187; dt4 = 0,6160 g/cm3. Kerapatan dan bobot jenis bahan dengan menggunakan piknometer, yaitu : akuades (31,8 C) dengan Stg = 1; dt4 = 0.9951 g/cm3, gliserol (31,8 C) dengan Stg = 1,0292; dt4 = 1,0242 g/cm3, metanol (29,8 C) dengan Stg = 0,7917; dt4 = 0,7883 g/cm3. 5.2 Saran Saran yang dapat saya berikan pada percobaan ini yaitu sebaiknya

digunakan pula metode aerometer untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis dari suatu bahan sehingga kita dapat mengetahui cara penggunaan aerometer tersebut. Saran untuk laboratorium agar tetap menjaga kebersihan dan kerapian dalam penataan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Bumi ini terdiri dari berbagai zat dan senyawa yang melimpah. Setiap zat memiliki sifat yang berbeda baik itu dari segi fisika maupun dari segi kimianya. Keadaan fisik yang dapat langsung kita lihat pada suatu benda adalah bentuk atau wujud dari benda tersebut yang terdiri dari cairan, padat, maupun gas. Selain itu, massa atau berat benda juga merupakan sifat dari benda yang dapat diukur. Semua sifat-sifat zat tersebut digunakan untuk mengidentifikasi zat itu sendiri. Salah satu pembagian sifat-sifat yaitu sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang diperiksa sedangkan sifat intensif merupakan sifat yang tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan adalah salah satu dari sifat intensif, dengan kata lain kerapatan suatu zat tidak tergantung pada ukuran sampel. Kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari senyawa. Keadaan bahan secara keseluruhan dapat menjadi gas, fluida, dan padat. Zat padat cenderung mempertahankan bentuknya sementara fluida tidak mempertahankan bentuknya, dan gas mengembang menempati semua ruangan tanpa memperdulikan bentuknya. Fluida termasuk materi yang mengalir yang digunakan dalam hubungan anatara cairan dengan gas. Teori fluida sangat kompleks sehingga penelusurannya dimulai dari yang sangat dasar yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis. Penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu bahan perlu diketahui cara menentukannya. Seperti kita ketahui bahwa kerapatan zat beraneka ragam serta

kerapatan zat tersebut dipengaruhi oleh temperatur. Dengan kondisi demikian, maka diadakanlah percobaan ini untuk mengetahui pengukuran kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan beberapa alat yakni neraca Werstphal dan piknometer. Serta beberapa sampel yang berbeda pula. Nilai dari bobot jenis itu dapat pula digunakan untuk menentukan nilai kerapatan dari sampel tersebut dengan menggunakan rumus-rumus yang ada. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari cara pengukuran kerapatan dan bobot jenis zat dengan menggunakan beberapa metode pengukuran. 1.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis dari akuades, gliserol 10%, dan metanol dengan menggunakan neraca Westphal dan piknometer. 1.3 Prinsip Percobaan Mengukur dan menghitung kerapatan dan bobot jenis melalui penimbangan dan pengukuran suhu beberapa zat yakni aquadest, metanol, dan gliserol 10 % menggunakan piknometer dengan menimbang piknometer kosong kemudian membandingkannya dengan kerapatan dan bobot jenis teori yang ada pada literatur. Mengukur dan menghitung kerapatan dan bobot jenis melalui penimbangan dan pengukuran suhu beberapa zat yakni aquadest, metanol, dan gliserol 10 % dengan menggunakan neraca Westphalt dengan memasukkan penyelam lalu diletakkan anting anting sampai neraca seimbang.