penerapan sosialisasi nilai nilai keragaman sebagai...

143
PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI WUJUD PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI MA. PINK 03 TAMBUN SELATAN BEKASI Tesis Oleh: Dede Nur Annida NIM: 21160181000024 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M./ 1440 H.

Upload: others

Post on 23-Mar-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

PENERAPAN SOSIALISASI NILAI – NILAI

KERAGAMAN SEBAGAI WUJUD PENDIDIKAN

MULTIKULTURAL DI MA. PINK 03 TAMBUN SELATAN

BEKASI

Tesis

Oleh:

Dede Nur Annida

NIM: 21160181000024

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M./ 1440 H.

Page 2: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,
Page 3: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,
Page 4: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,
Page 5: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,
Page 6: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,
Page 7: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

v

ABSTRAK

Dede Nur Annida NIM. 21160181000024: “Penerapan Sosialisasi

Nilai – Nilai Keragaman Sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA.

PINK 03 Tambun Selatan – Bekasi”. Tesis Program Magister Manajemen

Pendiidkan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini berawal dari keprihatinan terhadap permasalahan yang

berkaitan dengan siswa saat ini seperti prilaku–prilaku yang menyimpang

dari siswa atau berkaitan dengan isu–isu moral. Penelitian ini dilakukan di

sekolah MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi. Tujuan penelitian ini untuk

menganalisi nilai – nilai keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural

sebagai ciri khas sekolah. Metode dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif dengan wawancara

langusung dari kepala sekola, guru dan siswa, serta hasil dari observasi dan

sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen, naskah dan arsip.

Hasil penelitian ini menunjukkan visi misi sebagai alat untuk

tercapainya Pendidikan multikultural, serta menjadi tolak ukur dalam

pencapaian tujuan sekolah. Program kerja digunakan sebagai sarana untuk

mewujudkan cita cita sekolah serta rencana Strategis dengan program jangka

pendek, jangka menengah, sebagai pedoman sekolah agar berkembang lebih

terarah, terencana dan sistematis. Dalam pelaksanaan Pendidikan

multikultural berjalan melalui sistem struktur, sistem sosial dan sistem

budaya dari berbagai sisi. Konsep Pendidikan multikultural terlihat pada

kegiatan–kegiatan yang mengarahkan kepada pembentukan karakter siswa

melalui pembiasaan kegiaatan (Shalat Dhuha, Tahfizh, Muhadatsah,

khitobah, Kultum, Zikir, Shalat Zhuhur berjama‟ah, Shalat Ashar

berjama‟ah, Berdoa bersama, Sedekah). Kegiatan pembiasaan yang

dilakukan yang dijelaskan pada sistem struktur, sosial, budaya tentu bukan

hanya membentuk karakter akan tetapi juga memperlihatkan sikap,

mengajarkan norma, menerapkan nilai, meningkatkan kepercayaan serta

memberikan asumsi kepada peserta didik.

Kata Kunci : Sekolah Madrasah, pendidikan multikultural, karakter

Page 8: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

vi

ABSTRACT

Dede Nur Annida NIM. 21160181000024: "Application of

Socialization of Diversity Values as a Form of Multicultural Education in

the MA. PINK 03 Tambun Selatan - Bekasi ". Thesis of the Islamic

Education Management (MPI) Masters Program at the Faculty of Tarbiyah

and Teacher Training (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research begins with concerns about problems relating to

students today such as deviant behaviors from students or related to moral

issues. This research was conducted at MA PINK 03 Tambun Selatan Bekasi

school. The purpose of this study is to analyze the values of diversity as a

form of multicultural education as a characteristic of schools. The method in

this study uses a qualitative approach with a descriptive analysis method

with direct interviews from school principals, teachers and students, as well

as the results of observations and secondary sources obtained from various

studies of documents, texts and archives.

The results of this study show the vision and mission as a tool for

achieving multicultural education, as well as a benchmark in achieving

school goals. The work program is used as a means to realize the ideals of

the school as well as a strategic plan with short-term, medium-term

programs, as a guide for schools to develop more directed, planned and

systematic. In the implementation of multicultural education goes through

structural systems, social systems and cultural systems from various sides.

The concept of multicultural education is seen in activities that lead to the

formation of student character through accustomed activities (Dhuha

Prayer, Tahfizh, Muhadatsah, khitobah, Kultum, Dhikr, Dhuhr Prayer in

congregation, Ahr Prayer in congregation, Praying together, Almsgiving).

Habituation activities carried out which are explained in the structural,

social, cultural system certainly not only shape the character but also show

attitudes, teach norms, apply values, increase trust and provide assumptions

to students.

Keywords: Madrasa Schools, multicultural education, character

Page 9: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

TS Te dan es ث

J Je ج

H Ha dengan garis bawah ح

KH Ka dan Ha خ

D De د

DZ De dan Zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

SY Es dan Ye ش

S Es dengan garis bawah ص

D De dengan garis bawah ض

T Te dengan garis bawah ط

Z Zet dengan garis bawah ظ

‘ عKoma terblik diatas

hadap kanan

GH Ge dan Ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

Page 10: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

x

M Em م

N En ن

H Ha ه

W We و

A Apostrof ء

Y Ye ي

B. Vokal

Tanda vokal arab Tanda vocal latin Keterangan

A Fathah أَ

I Kasrah إَ

U Dammah أَ

Ai A dan i أ يَ

Au A dan u أ وَ

C. Vocal Panjang

Tanda Vocal Arab Tanda Vocal Latin Keterangan

A A dengan topi diatas آ

I I dengan topi diatas إ يَ

U U dengan topi diatas أ وَ

D. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan huruf لا ,

dialihaksarakan menjadi huruf (al), baik diikuti huruf syamsiyah maupun

qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang

mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan

dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh : Al-Syamsu bukan Asy-

Syamsu dan Al-Zalzalah bukan Az-Zalzalah.

E. Syaddah/ Tasydid

Syaddah/ tasydid dalam tulisan arab dilambangkan dengan ّ , dalam

alih aksara dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda

syiddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyah yang

Page 11: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

xi

didahului kata sandang. Misalnya kata مْلنَّوا tidak ditulis An-naum melainkan

Al-naum.

F. Ta’ Marbutah

Ta’ marbutah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at)

dialihaksarakan menjadi huruf (h). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata

benda (isim) maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi (t). Contoh :

No Kata arab Alih Aksara

Yaumal Qiyamah ي و م ال ق ي ام ة 1

Wahuda Warohmah وَ هُدًا وَرَحْمَة 2

ل و ج و داحد ة وَ 3 Wahdat Alwujud

Page 12: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

xii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ijin dan

rahmat hidayah Nya maka tesis ini dapat di selesaikan. Shalawat dan salam

semoga selalu tercurhakan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

menyampaikan risalah – Nya dan mengajarkan kepada ummat manusia

tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa

yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan tetap abadi sampai akhir

zaman.

Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hiayah Nya tesis dengan judul

Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud

Pendidikan Multkultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan - Bekasi dapat diselesaikan sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Manajemen pendidikan (M, Pd) pada UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses penyelesaian

skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapakan terima

kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A. selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin dan

motivasi untuk melanjutkan studi pada program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

dorongan terus semangat dalam menggarap tesis ini.

3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A. selaku Ketua Program Magister

Manajemen Pendidikan Islam, berserta para dosen yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis dari awal perkuliahan hingga

selesai tesis ini.

4. Ibu Dr. Sita Ratnaningsih, M. Pd. selaku dosen pembimbing dalam

penuliasan tesis ini telah memberikan arahan keilmuan dengan

penuh keikhlasan dan kesabaran sehingga teisi ini menjadi bermutu,

berbobot dan akhirnya bisa selesai.

5. Ketua Komite Sekolah, Kepala Sekolah, Para Guru dan Staff Tata

Usaha dan Para Siswa/siswi di Madarasah Aliyah PINK 03 Tambun

Selatan Bekasi yang sering kali membantu penulis.

6. Ayahanda Usup Supriatna dan Ibunda Hasanah yang selalu

memberikan Do’a, dukungan, semangat, dan cinta kasih kepada

penulis agar tesis ini selesai. Dan selalu sabar untuk menyemangati

peneliti dengan tulus dan kasih sayang tiada hentinya kepada penulis.

Page 13: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,
Page 14: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ........................................... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI............................................. iv

ABSTRAK...................................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI................................................................... ix

KATA PENGANTAR................................................................................... xii

DAFTAR ISI.................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................

B. Identifikasi Masalah............................................................................

C. Pembatasan Masalah...........................................................................

D. Rumusan Masalah...............................................................................

1

9

10

10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 10

1. Tujuan Penelitian ........................................................................... 10

2. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 12

A. Kajian Teoritis...................................................................................... 12

1. Pengertian Pendidikan Multikultural....................................................

2. Nilai Multikultural dalam Pendidikan Agama Islam............................

12

20

3. Nilai – Nilai Keragaman.......................................................................

a. Nilai sosial......................................................................................

b. Nilai – Nilai Keragaman di Sekolah...............................................

22

23

23

4. Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman ....................................................

a. Sosialisasi.......................................................................................

b. Sosialisasi anak didik......................................................................

c. Agen atau media sosialisasi............................................................

26

26

27

29

B. Kajian Teori ......................................................................................... 30

Page 15: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

xv

1. Teori Interaksionisme Simbolis George Herbert Mead..................

C. Penelitian yang Relevan.......................................................................

D. Kerangka Konseptual...........................................................................

30

32

36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 38

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 38

C. Data dan Sumber DataPenelitian ........................................................

1. Data………………………………………………………………

2. Sumber Data……………………………………………………...

39

39

39

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 40

E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 41

F. Uji Keabsahan Data ............................................................................ 41

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 49

A. Profil Lokasi Penelitian........................................................................

1. Letak lokasi penelitian....................................................................

2. Sejarah Singkat MA. Pink 03.........................................................

3. Visi dan Misi..................................................................................

4. Keadaan Tenaga Pendidik..............................................................

5. Keadaan Peserta Didik...................................................................

B. Temuan Penelitian dan Pembahasan....................................................

1. Perencanaan Sosialisasi Pendidikan Multikultural.........................

a. Pelaksanaan Visi Misi dalam pencapaian tujuan Pendidikan

Mutikutural..............................................................................

b. Penerapan Program Kerja dalam Sosialisasi Nilai-nilai

Multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan……………..

c. Nilai – Nilai Multikultural dalam Bahan Ajar………………..

C. Pelaksanaan Sosialisasi Nilai – Nilai Multikultural di MA. PINK 03

Tambun Selatan....................................................................................

D. Out Put terhadap sosialisasi Nilai – Nilai keragaman sebagai wujud

Pendidikan Multikultural......................................................................

E. Implementasi Nilai – Nilai Multikultural di MA. PINK 03………….

49

49

49

50

51

53

55

55

61

58

69

82

89

95

Page 16: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

xvi

F. Bentuk Evaluasi Terhadap sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai

wujud Pendidikan multikultural……………………………………...

99

BAB V PENUTUP.......................................................................................... 103

A. Kesimpulan.........................................................................................

B. Saran ..................................................................................................

103

105

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 107

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 17: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sumber dan Teknik pengumpulan data .................................................................. 40

Tabel 3.2 Respon dalam wawancara ...................................................................................... 41

Tabel 3.3 Operasional Variabel Wawancara Penelitian ......................................................... 43

Tabel 3.4 Pedoman Observasi ................................................................................................ 47

Tabel 3.5 Kisi – Kisi Dokumen .............................................................................................. 48

Tabel 4.1 Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan MA. PINK 03 .................................... 51

Tabel 4.2 Rencana Program Kerja MA. PINK 03 .................................................................. 64

Tabel 4.3 Nilai – Nilai Multikultural dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 81

Page 18: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Data Peserta Didik MA. PINK 03 ...................................................................... 53

Page 19: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pastinya membutuhkan Pendidikan, baik untuk

kebutuhan otaknya ataupun jiwanya. Dengan terpenuhinya pendidikan

tersebut bisa kita yakini dapat terbentuknya seseorang yang berkarakter,

berilmu, dan berketerampilan. Dan itu semua bisa berjalan dengan

adanya sebuah pendidikan yang berkualitas (Jejen, 2018:3).

Dan diantara pendidikan yang berkualitas itu sendiri diperlukan

adanya sinergi positif antara manajemen 8 dari standar Pendidikan yaitu

(isi / kurikulum, pendidik, peserta didik, proses, pengelolaan, sarana dan

prasarana, pembiayaan, dan evaluasi), ada tiga aspek yang tidak bisa

dipisahkan oleh pendidikan, antara lain kepemimpinan, dan pemangku

kepentingan. (Jejen, 2018:3)

Ada di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 Tentang bagaimana Sistem Pendidikan Nasional, Bab II

Pasal 3. Sebagai langkah awal pendidikan , Indonesia dapat merancang

tujuan dan fungsi pendidikan dengan “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Itu

bunyi dari Undang – undang nya.

Ada tiga aspek yang sangant penting dan harus di perhatikan

dalam tujuan pendidikan, diantaranya adalah, aspek afektif,

psikomotorik, dan kognitif. Aspek tersebut termasuk tujuan dan fungsi

pendidikan nasional dan ketiga aspek tersebut harus tercapai untuk

menciptakan generasi bangsa yang baik. Pada saat ini Indonesia sedikit

merubah orientasi pendidikannya yang awalnya bertumpu pada kognitif,

dan sekarang beralih kepada aspek yang afektif. Saat ini aspek afektif itu

masih menjadi landasan atas dua aspek lainnya, sehingga sangat

diharapkan generasi muda sekarang yang lahir tidak hanya pintar ilmu

pengetahuan tetapi memiliki sikap yang luhur atau baik. Abdullah Idi

Page 20: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

2

mengatakan bahawa tujuan pendidikan Nasional itu punya arti yang

komprehensif dan harus selaras dengan tujuan pendidikan islam.

Dalam dunia Pendidikan kita ini memang memberikan porsi

yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi seringnya kita melupakan

pengembangan nilai – nilai dan perilaku dalam pembelajaran (Muslic,

2011:17 ( dalam Jejen 2018:39)). Perilaku remaja sekarang ini yang

sering kita ketahui dan masih terus berlanjut itu adanya siswa dengan

gemar menyontek dan kebiasaan bullying di sekolah yang jarang sekali

kita temui solusinya (Zubaedi, 2013:v dalam Jejen 2018)). Fenomena

seperti ini terjadi karena minimnya usaha untuk menanamkan karakter di

sekolah. Dan sekolah disarankan perlu adanya melakukan pembiasaan

karakter – karakter yang positif, yang nantinya diharapkan dapat

menjadi budaya sekolah yang melekat pada diri peserta didik (Jejen

2018:39).

Di samping itu, Indonesia juga mengembangkan pendidikan

madrasah, yang kini diangkat Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional, sebagai Pendidikan umum berciri

khas Islam (Dede Rosada, 2017:47). Pendidikan madrasah ini

dikembangkan sebagai upaya untuk memenuhi tiga kepentingan.

Pertama, untuk memberi ruang agar aspirasi umat Islam dapat tumbuh

secara baik dan progresif, yakni dapat dijadikan sebagai wahana untuk

membina roh dan praktik hidup berdasarkan nilai – nilai keIslaman.

Madrasah diharapkan dapat menjadi tempat untuk membina dan

menumbuhkembangkan akidah Islam pada anak didik dan lebih jauh

diharapkan madrasah dapat dijadikan substitusi pesantren dalam

melakukan tafaquh fi al -din. Kedua, untuk mewujudkan cita pendidikan

berkeseimbangan yakni memiliki kekuatan dalam penguasaan sains dan

teknologi dengan baik sebagaimana juga dapat menguasai doktrin –

doktrin keIslaman dengan baik. Dengan demikian, diharapkan lulusan

madrasah tetap memiliki daya saing yang kuat, namun tetap dalam

identifikasi keIslaman. Ketiga, madrasah diharapkan dapat menyongong

masa depan dengan sikap yang lebih arif. Kemajuan kultur dunia yang

diwarnai dengan kemajuan teknologi di semua bidang kehidupan

terkadang menegangkan bagi umat Islam, karena sering terkesan akan

merusak sendi – sendi keagamaan, namun madrasah tersu

Page 21: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

3

dikembangkan dengan harapan akan menyongsong perubahan tersebut

dengan tetap dalam jati diri keIslaman (Dede Rosada, 2017:48)

Belakangan ini sering muncul konflik sosial dan kekerasan yang

mengakibatkan keresahan, ketakutan, kecemasan masyarakat. Mulai dari

konflik antarsuku/antar-agama (konflik Poso, Sambas, Ambon, Papua,

Aceh), konflik antarkelompok sosial dan antargeng, konflik

antarsekolah, dan lain sebagainya. Artinya konflik sudah melibatkan

orang dalam segala aspek umur, tua dan muda. Fenimena ini

mengingatkan kita, arti penting Pendidikan multikultural untuk

diajarkan dalam dunia Pendidikan. Dengan demikian, Pendidikan

perdamaian perlu dikembangkan dan diberlakukan dalam rangka damai

negeri ini agar tidak terjadi konflik lagi dan tak ada lagi dendam satu

sama lainnya (Siti dan Wirdanengsih, 2016: 13).

Secara esensi Pendidikan multikultural merupakan Pendidikan

yang menanamkan nilai saling menghargai, mencintai, dan keadilan.

Dengan kata lain, Pendidikan multikultural adalah wujud pendidikan

kepada generasi agar memiliki kecerdasan sosial budaya. Disisi lain,

kebudayaan adalah seperangkat pengetahuan, nilai dan aturan dimiliki

masyarakat secara bersama, oleh masyarakat dijadikan pedoman

hidup,ada proses belajar yang terpola, ada sanksi sosial atas

ketidaktaatan akan aturan tersebut dan ada symbol yang bermakna.

Kecerdasan sosial budaya tidak lain adalah menerapkan wujud

kebudayaan berupa nilai – nilai, aturan dan pengetahuan yang

dipedomani oleh masyarakat tersebut. Pada hakikatnya kecerdasan

sosial budaya ini meliputi ranah kognisi, perilaku dan benda hasil

daripada manusia. Tujuan Pendidikan multikultural adalah bagaimana

menimbulkan dialog yang harmonis, mengenal dan memahami

perbedaan – perbedaan yang ada sehingga muncul rasa saling

menghargai dan menghormati satu sama lainnya (Siti dan Wirdanengsih,

2016: 13). Melalui Pendidikan perdamaian ini diharapkan akan muncul

modal sosial budaya suatu bangsa.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk.

Kemajemukan itu merupakan kekayaan dan sekaligus berpotensi untuk

terjadinya disintegrasi. Di mana realita konflik itu telah munculkan

kerusuhan, saling menghasut, caci maki, penuh pertentangan batin,

mengusir, membakar, dan paling berbahaya ketika konflik ini

Page 22: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

4

berkepanjangan akan menyisakan tragedy. Biasanya banyak terjadinya

kekerasan yang sering terjadi dalam rentang waktu yang lama dan itu di

jadikan sebagai perilaku yang seolah – olah wajar oleh mereka.

Akibatnya lingkaran setan kekerasan menjadi mata rantai yang semakin

sulit diputuskan, karena masing – masing pihak adalah victim (korban)

yang menicu dendam, jika ada kesempatan akan dibahas melalui jalan

kekerasan pula, belum lagi kerusuhan dan kerugian material yang harus

ditanggung. Konflik tersebut memiliki dampak yang cukup besar di

antaranya kehilangan pekerjaan. Banyak juga kasus – kasus yang

membuat masyarakat yang sebelumnya baik – baik saja terpaksa harus

saling berkelahi karena perbedaan identitas. Dari kasus tersebut sudah

terjadinya putus hubungan kekeluargaan di antara mereka yang secara

kebetulan karna bedanya identitas etnis atau agama. Konflik

menyebabkan adanya kerugian material berupa kerusakan ibadah dan

sarana Pendidikan mereka. Konflik membuat masyarakat hidup

dihinggapi oleh rasa takut dan tak aman yang berlebihan. Konflik seperti

ini juga menjadikan berkelompok nya masyarakat, dan memiliki rasa

saling curiga dan mengikisnya rasa kepercayaan di antara warga

masyarakat tersebut. Konflik ini bisa memicu turunnya keluarga atau

sanak saudara mereka yang tadinya tidak tahu menahu dan ikut untuk

berperang. Konflik memanggil rasa solidaritas dalam seagamanya

mereka dari berbagai organisasi sosial keagamaan dari berbagai daerah,

sementara kondisi ini dimanfaatkan oleh para pencuri untuh menjarah

milik orang lain.

Konflik yang terjadi di beberapa daerah ini mengindentifikasikan

lemahnya pemahaman akan makna pluralisme nilai budaya, dan

kemampuan akan makna pluralitas nilai budaya, dan kemampuan dalam

membangun masyarakat pluralistas (Siti dan Wirdanengsih, 2016: 15).

Maka dari itu diperlukan kompetensi untuk mengeloka keragaman

budaya, sehingga dapat dibangun suatu kehidupan Bersama untuk

Bersama – sama hidup. Dalam arti kata juga bahwa Indonesia yang

terdiri dari keanekaragaman suku bangs, agama, ideologi kepartaian, tata

krama, serta status sosial ekonomi. Perlu dilakukan Pendidikan dan

pengalaman multikultur kepada generasi muda yang bisa dimulai pada

anak usia dini sampai perguruan tinggi. Menjadi penting sejak usia dini

dikarenakan pada usia dini inilah dasar pembentukan Pendidikan dan

Page 23: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

5

pengalaman multikultural di sini para guru dan orang tua menjadi titik

utama dalam proses pembelajaran multikultural demi terwujudnya

keharmonisan dalam kemajemukan. Merujuk kepada pemikiran Prof.

HAR Tilaar, Pendidikan multikultural bermakna, mendudukan “yang

berbeda” yang dimaksud kan sama tinggi dan sama nilai dan menjadikan

sangat pentingnya paradigma Pendidikan untuk meningkatkan adanya

toleransi, inklusivisme dan penolakan terhadap sikap diskriminasi dan

eksklusivisme, maka bangunlah, multikultur sejak dini dan jadikan

multikultur itu bagian penting dalam Indonesia yang memiliki

kemajemukan masyarakat.

Pendidikan multikultural bukan untuk menghilangkan perbedaan

yang memang sudah menjadi fakta kehidupan melainkan bagaimana kita

yang terdiri sari beragam suku bangsa, agama, ideologi partai dan status

ekonomi yang beragam pula tidak memiliki prasangka – prasangka, cap

– cap atau label – label yang akan memicu konflik. Tujuan Pendidikan

multikultural adalah bagaimana menimbulkan dialog yang harmonis,

mengenal dan memahami perbedaan – perbedaan yang ada sehingga

muncul rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lainnya.

Melalui Pendidikan multikultural diharapakan akan muncul model

kultural suatu bangsa.

Di dalam pembelajaran mata pelajaran yang ada di sekolah

hendaklah dikembangkan pembelajaran yang berwawasan multikultural,

dengan kata lain setiap materi pembelajaran ditanamkan nilai – nilai

toleransi dan kebersamaan, misalnya dalam pembelajaran agama, anak –

anak ditanami nilai keyakinan agama paling benar menurut ajaran

masing – masing agama, namun juga diberi pemahaman ada agama lain

yang dianut orang lain, yang mana sebagai warga yang hidup dengan

beragaman ini diharuskan untuk saling menghargai dan hidup damai di

antara pemeluk agama yang dianut dengan tidak mengerdilkan agama

yang dianut orang lain agar tercipta sistem pembelajaran yang

mengembangkan wawasan mengakui keberagaman akan budaya dan

agama sebagai realitas sosial yang sudah menjadi fakta. Tujuan lain

dalam Pendidikan multikultural ini adalah bagaimana menimbulkan

dialog yang harmonis, mengenal dan memahami perbedaan - perbedaan

yang ada sehingga muncul rasa saling menghargai dan menghormati

Page 24: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

6

satu sama lainnya. Walaupun di MA. PINK 03 yang mayoritas

beragama Islam.

Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk

dengan jumlah etnik yang besar. Mengenai jumlah suku bangsa yang

ada di Indonesia tekah dikemukkan oleh para ahli. Esse, Berg, dan

Sultan Takdir Alisyahbana (Siti dan Wirdanengsih, 2016: 21)

memperkirakan ada 200 – 250 suku bangsa. MA, Jaspan mengemukakan

ada 366 suku bangsa. Koentjaraningrat memperkirakan ada 195 suku

bangsa. Hildred Geertz menyatakan lebih dari 300 suku bangsa dengan

identitas budaya sendiri. William G. Skinner memperkirakan ada 35

suku bangsa dalam arti lingkungan hukum adat.

Keberagaman etnis di Indonesia adalah salah satu bentuk dari

kemajemukan Indonesia itu sendiri. Masyarakat Indonesia merupakan

salah satu contoh masyarakat yang multikultural di dunia. Kemajemukan

masyarakat Indonesia selain dari keanekaragaman kelompok sosial atau

suku bansa beserta kebudayaannya juga dapat dilihat dalam aspek yang

lain, misalnya stratifikasi, kelas sosial, struktur sosial, sistem

mempertahankan hidup dan kehidupan (Siti dan Wirdanengsih, 2016:

23).

Menurut James A. Branks mengatakan pendidikan multikulturan

di sekolah itu harus dilakukan secara komprehensif, tidak hanya

penyikapan saja yang adil di antara siswa – siswa yang berbeda – beda

dalam agama, ras, etnik dan budaya nya, tetapi juga harus adanya

dukungan dengan kurikulum baik, kurikulum tertulis, maupun

terselubung, itu termasuk evaluasi yang integrasif dalam memberikan

layanan juga pada Pendidikan multikultural bagi para siswa (Branks,

1997:78 (dalam Dede Rosada, 2017:323)).

Agar dapat memberikan layanan terbaik bagi seluruh school

clientnya, maka sekolah / madrasah harus merancang, merencanakan

dan mengontrol seluruh elemen sekolah/madrasah yang dapat

mendukung proses multikultural dengan baik. Sekolah/ madrasah harus

merencanakan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap

multikultural siswa agar dapat menjadi angota masyarakat yang

demokrasi, menghargai HAM dan keadilan. Sekolah harus mendesain

proses pembelajaran, mempersiapkan kurikulum dan desain evaluasi,

serta mempersiapkan guru yang memiliki persepsi, sikap dan prilaku

Page 25: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

7

multikultural, sehingga menjadi bagian yang memberikan kontribusi

positif terhadap pembinaan sikap multikultur para siswanya.

Pembelajaran multikultural di MA. PINK 03 baik melalui

Pendidikan kewarganegaraan atau pun Pendidikan agama Islam (atau

melalui mata pelajaran lainnya), itu merupakan suatu proses pembinaan

dan pembentukan sikap hidup yang sangat memerlukan landasan

pengetahuan dan penanaman nilai – nilai dalam diri dari setiap siswa

tersebut, agar mereka menjadi warga negara yang religius namun

inklusif dan bersikap pluralis tanpa harus mengorbankan basis

keagamaan yang dianutnya. Pendidikan multikutural bukan hanya

membina knowledge skill nya saja pada siswa tapi program Pendidikan

tidak diarahkan untuk membentuk para tenaga ahli dalam bidang

Pendidikan multicultural tersebut, tetapi juga mendidik siswa untuk

menjadi warga negara yang inklusif, pluralis, menghargai HAM dan

keadilan, serta demokrasi tanpa harus mengorbankan sebuah sikap

pembinaan dan perilaku hidup siswa, yang tidak akan mungkin tercapai

hanya dengan design kurikulum yang komprehensif, sekuentif dan

sangat apresiatif terhadap usia kronologis siswa, tetapi juga

pendekatannya kepada siswa, metode dan Teknik pembelajaran yang

sangat relevan untuk membentuk sikap yang ideal tersebut.

Menrut James A. Branks bahwa strategi pembelajaran yang

memfasilitasi para siswa – siswa dalam belajar, dan bisa

mengeksporasikan dari sumber – sumber informasi, bisa juga melakukan

interprestasi dan membuat kesimpulan – kesimpulan yang mereka

perlukan dalam mengembangkan sikap dan perilakunya yang sesuai

dengan paradigm masayarakat multikultur yang demokratis, adil dan

menghargai adanya HAM. (Branks, 1997:80(dalam Dede Rosada,

2017:234). Dan ini termasuk pembelajaran yang bisa memenuhi rasa

keadilan bagi para siswa,

Banyak juga dari lulusan sekolah yang memiliki nilai yang cukup

tinggi. Tapi tentunya sebagian nilai dari mereka tidaklah murni, punya

otak yang cerdas, brilian, serta mampu menyelesaikan berbagai macam

soal pelajaran dengan sangat tepat dan benar. Sayangnya, sebagian dari

mereka tidak sedikit pula yang cerdas malah banyak yang berperilaku

tidak cerdas dan sikap yang tidak brilian, serta kurangnya mempunyai

mental kepribadian yang baik, seperti nilai akademik yang telah mereka

Page 26: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

8

raih di bangku-bangku sekolah atau kuliahnya. Hal ini terbukti dengan

banyaknya sekarang pemimpin bangsa dan para pejabat - pejabat

pemerintahan yang tersandung kasus - kasus korupsi dan kejahatan

lainnya (Aunillah, 2011:9-10)

Nah untuk menyikapi kasus - kasus yang terjadi di atas penulis

sependapat dengan analisis dari Lickona dalam bukunya Majid dan

Andayani (2011:2) yang menyatakan bahwa “bangkitnya sebuah logika

positivisme yang menyatakan tidak adanya kebenaran moral dan tidak

adanya sasaran yang benar atau salah, telah menenggelamkan

pendidikan dan moral dari permukaan dunia pendidikan ini”.

Bahkan bukan hanya ukuran benar atau salah saja yang akan membuat

pendidikan kita akan semakin kacau, khususnya Negara Indonesia

sendiri. Semua orang akan pasti akan mengakui bahwa dirin merekalah

yang paling benar. Bukan hanya di bidang pendidikan saja yang kacau,

bahkan dalam bidang yang lain. Lebih lanjut dari Zubaedi (2013:13)

menyatakan bahwa “karakter itu merupakan hal yang sangat esensial

dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter – karakter itu

menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa juga. Karakter sangan

berperan penting sebagai “kemudi” dan kekuatan juga sehingga bangsa

ini tidak akan terombang-ambing. Karakter tidak datang dengan

sendirinya, tetap harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa

yang lebih bermartabat”.

Penelitian dari Agus Munadir (2016) yang judulnya “Strategi

Sekolah dalam Pendidikan Multikultural”. Menerangkan bahwa dalam

mengembangkan suatu pendidikan multikultural di sekolah itu dapat

menggunakan strategi - strategi baik di dalam kegiatan belajar –

mengajar, kegiatan – kegiatan sekolah yang lain juga maupun penerapan

sebuah manajeman sekolah yang berbasiskan multikultural dan yang

menjadi penanggung jawab dan pemimpinnya adalah kepala sekolah itu

sendiri. Ciri dari bangsa Indonesia yang pluralistik dan multikultural

menyebabkan strategi kebudayaan nasional juga harus diisi dengan nilai

– nilai yang tepat, dan di antaranya adalah prinsip mutualisme yang

artinya kebersamaan dan kerja sama yang memberikan manfaat kepada

semua pihak yang telah bekerja sama, bukan hanya menguntungkan satu

pihak saja, berarti sangat penting untuk menekankan pentingnya

memberikan kesempatan bagi berkembangnya masyarakat yang

Page 27: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

9

multikultural yang masing – masing harus diakui haknya untuk

mengembangkan dirinya melalui kebudayaan - kebudayaan mereka.

Dengan begitu bisa juga membangun dirinya, membangun tanah

keluhurnya yang termasuk sebagai bagian dari tanah air Indonesia

dengan didasari oleh sikap egalitarian, toleransi dan demokrasi.

Terkait masalah di atas, yang sangat menarik untuk dikaji dan

diteliti lebih lanjut adalah bagaimana konsep pendidikan multikultural itu

bisa dipahami dan diimplementasikan dalam proses Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) oleh Lembaga – lembaga Pendidikan formal.

Penelitian studi kasus pada sekolah – sekolah umum sudah banyak

dilakukan. Sedangkan penelitian di Madrasah yang notabene merupakan

sekolah Islam atau swasta yang hampir seluruh siswanya beragama Islam

masih jarang sekali dilakukan. Madrasah Aliyah PINK 03 Tambun

Selatan Bekasi dipilih sebagai salah satu sampel studi kasus penelitian ini

karena Madrasah ini merupakan salah satu wilayah yang masih langka

atau jarang dilakukan, khususnya jenjang Aliyah atau setara dengan

SMA.

Berdasarkan pemaparan di atas tadi yang terkait dengan

problematika pendidikan multikultur baik dari segi manajemen atau

stragegi pembelajaran di sekolah, serta alasan - alasan yang menarik

untuk melakukan kajian tentang penelitian ini, maka penelitian tesis ini

akan diberikan judul yaitu “Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai

Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK

03 Tambun Selatan Bekasi”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperoleh beberapa

permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Sistem kurikulum di pendidikan nasional sudah sering

melakukan revolusi atau perubahan, tetapi tetap saja indicator

dari keberhasilan pendidikan masih belum signifikan serta hasil

kurikulumnya yang kurang maksimal dalam aplikasi di

lapangannya.

2. Pemahaman guru tentang Pemahaman Pendidikan Multikultural

didalam Pembelajaran masih kurang atau masih dibawah standar.

Kesempatan juga bagi guru dalam memahami dan menafsirkan

Page 28: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

10

Pemahaman dalam Pendidikan Multikultural masih kurang , jadi

guru jangan hanya focus pada kurikulum yang tertulis saja.

3. Kurangnya keterlibatan guru secara langsung dalam

pengembangan Pendidikan Multikultural.

4. Kurangnya Perencanaan Pendidikan Multikultural secara matang.

Dan masih kurangnya pemahaman dalam pendidikan

multikultural itu sendiri dalam kalangan pengajar termasuk

strategi pembelajarannya.

5. Penanaman dalam nilai-nilai multikultural saat ini belum banyak

dilaksanakan di sekolah - sekolah.

6. Informasi tentang implementasi pendidikan multikultural di MA

PINK 03, belum banyak diketahui masyarakat.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, jelas sudah bahwa masalah-masalah

tersebut sangat penting untuk dijawab dan diketahui. Namun

permasalahan tersebut cukup luas, mengingat akan keterbatasannya

waktu, materi, tenaga, dan kemampuan peneliti, maka diperlukan

pembatasan masalah. Dan pembatasan masalah yang akan dikaji dan

diteliti secara komprehensif dalam tesis ini tentang bagaimana Penerapan

Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan

Multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah pokok dapat

dirumuskan adalah Bagaimana Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai

Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK 03

Tambun Selatan Bekasi ?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka

tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Tentu secara akademis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

konsep dan teori proses penerapan sosialisasi nilai – nilai

Page 29: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

11

keragaman sebagai wujud pendidikan multikultural di MA. PINK

03 Tambun Selatan Bekasi.

b. Dan secara terapan penelitian ini juga bertujuan untuk

memberikan pengetahuan tentang pentingnya upaya-upaya yang

dilakukan dalam penerapan pendidikan multikultural pada

sekolah tersebut dengan latar siswa-siswinya yang beragam.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi bahan kajian para

akademis untuk mengkritisi hasil penelitian atau meneliti bagian

yang bisa diteliti dan menjadi bahan acuan untuk penelitian

selanjutnya dan itu menurut akademis.

b. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu, wawasan dan

sebagai pengalaman bagi peneliti sesuai dengan disiplin ilmu,

bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi para

pembaca sehingga karya tulis ini dapat diaplikasikan dalam

mendidik putra putrinya agar berperilaku baik sesuai dengan

ajaran islam ini menurut terapan.

Page 30: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

12

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Pendidikan Multikultural

Sebagai sebuah wacana baru, pengertian Pendidikan

multikultual sesungguhnya hingga saat ini masih belum begitu jelas

dan masih banyaknya pakar dari Pendidikan yang

memperdebatkannya. Namun, bukan berarti definisi Pendidikan

multikultural tidak ada atau tidak jelas. Sebenarnya, sama dengan

definisi Pendidikan yang penuh penafsiran antara satu pakar dengan

pakar lainnya, di dalam menguraikan makna Pendidikan itu sendiri.

Hal ini juga terjadi pada penafsiran tentang arti Pendidikan

multikultural.

Meminjam pendapat Andersen dan Cusher (1994:320 (dalam

Choirul 2016:175)). Bahwa Pendidikan multikultural dapat diartikan

sebagai Pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Kemudian,

James Branks (1993:3 (dalam Choirul 2016:175) mendefinisikan

Pendidikan multikultural sebagai Pendidikan people of color.

Artinya, Pendidikan multikultural ingin mengeksporasi perbedaan

sebagai keniscayaan (anugerah tuhan/sunnatullah). Kemudian,

bagaimana kita mampu mensikapi perbedaan tersebut dengan penuh

toleransi dan semangat egaliter.

Muhaemin el Ma’hady berpendapat, bahwa secara sederhana

Pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai Pendidikan

tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan

demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan

dunia secara keseluruhan (global) (Choirul 2016:176).

Arti sederhananya pendidikan sering juga diartikan sebagai

suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan

nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan nya. Dan menurut

Langeveld, pendidikan itu setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan

bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada pendewasaan

anak itu sendiri, atau lebih tepatnya membantu anak itu agar cukup

cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu bisa

datang dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa

Page 31: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

13

seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan

itu ditujukan kepada orang – orang yang belum dewasa. Sedangkan

menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam

hidup tumbuhnya anak- anak. Maksudnya pendidikan itu, menuntun

segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut, agar

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat

mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pendidikan itu suatu usaha sadar dan terencana

dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarannya agar

peserta didik secara aktif bisa mengembangkan potensi yang ada

pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Hasbullah, 2011: 1-4).

Menurut ahli antropologi Indonesia, Koentjaraningrat

menyatakan bahwa pendidikan itu sebagai usaha untuk mengalihkan

adat-istiadat dan seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi

baru. Definisi dengan nuansa filosofis ini terlihat pada rumusan J.

Sudarminta yang memaknai pendidikan tersebut secara luas dan

umum sebagai usaha yang sadar dilakukan oleh pendidik melalui

bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam membantu anak didik

mengalami proses pemanusiaan diri mereka ke arah tercapainya

pribadi yang dewasa susila. Kata pendidikan mengandung empat

pengertian: yaitu sebagai bentuk kegiatan, proses, buah, atau produk

yang dihasilkan oleh proses tersebut, dan sebagai ilmu (Ngainun

Naim & Achmad Sauqi, 2008: 30).

Sedangkan menurut George F. Kneller dalam bukunya yang

berjudul: Foundations of Education, pendidikan dapat dipandang

dalam arti yang luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan

dalam arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menunjuk

pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh

yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa

(mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability)

individu. Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses di mana

masyarakat, melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah,

Page 32: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

14

perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain), dengan sengaja

mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai -

nilai dan ketrampilan-ketrampilan dari generasi ke generasi. (Dwi

Siswoyo, dkk, 2008: 17-19).

Seperti apa yang telah dikemukakan di atas, arti pendidikan

pada dasarnya dilihat menggunakan dua cara pandang yaitu

pendidikan dalam arti sempit dan pendidikan dalam arti yang luas.

Pendidikan secara luas bukan sekedar kegiatan yang berlangsung di

dalam lembaga formal seperti sekolah maupun perguruan tinggi.

Pendidikan dilihat dan dimaknai juga sebagai proses sepanjang hidup

tanpa mengenal batasan usia.

Dalam arti yang luas pendidikan tidak terpaku hanya pada

tempat pendidikan yang berlangsung disitu saja. Dalam hal ini

misalnya terdapat lembaga formal seperti sekolah dan perguruan

tinggi. Pendidikan bisa berlangsung di mana saja dan dalam

lingkungan apapun, tidak hanya pada lingkungan sekolah atau formal

semata. Pendidikan dapat berlangsung dalam bermasyarakat atau

sosial, dalam peribadatan atau agama, dalam kehidupan berpolitik,

serta dalam lingkungan sosial lainnya. Dalam GBHN tahun 1978

menyatakan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan

dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan ber

masyarakat. Karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab

bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Hasbullah,

2011: 63).

Pendidikan termasuk dalam usaha manusia untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari Lembaga

formal maupun informal dalam membantu proses transformasi

sehingga mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang

diharapkan itu dapat tercapai, diperlukan adanya penentuan tujuan

dari Pendidikan. Tujuan Pendidikan inilah yang akan menentukan

keberhasilan kita dalam proses pembentukan kepribadian manusia

yag berkualitas tanpa mengesampingkan unsur – unsur lain dalam

Pendidikan. Dalam proses penentuan tujuan Pendidikan dibutuhkan

juga suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak

menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu sangat

diperlukan suatu rumusan tentang tujuan Pendidikan yang

Page 33: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

15

menjadikan moral sebagai basis rohaniah yang sangat vital dalam

setiap peradaban bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satu

kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Untuk mendapatkan

Pendidikan yang baik maka harus adanya pemahaman terhadap dasar

dan tujuan secara mendalam.

Kebudayaan merupakan Akar kata dari multikulturalisme.

Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi

(banyak), kultur (budaya), isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam

kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup

dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang

unik (Choirul Mahfud, 2009: 75).

Multikulturalisme ternyata bukan suatu pengertian yang

gampang. Di dalamnya terdapat dua pengertian yang sangat

kompleks yaitu “multi” yang berarti plural, “kulturalisme” itu kultur

atau budaya. Istilah plural punya arti yang berjenis-jenis, karena

pluralisme bukan sekedar pengakuan akan adanya hal-hal yang

berjenis-jenis tetapi juga pengakuan tersebut mempunyai implikasi-

implikasi politis, sosial, ekonomi. Oleh sebab itu pluralisme sangat

berkaitan dengan prinsip-prinsip demokrasi (H.A.R. Tilaar, 2004:

82). Menurut Parsudi Suparlan (2004), multikulturalisme itu sebuah

ideologi yang menekankan tentang pengakuan dan penghargaan pada

derajat perbedaan kebudayaan.

Sedangkan pendidikan multikultural ialah strategi pendidikan

yang digunakan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara

menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para

siswa seperti perbedaan agama, etnis, bahasa, gender, kelas sosial,

ras, kemampuan, dan umur agar semua proses belajar menjadi efektif

dan mudah. Pendidikan multikultural juga untuk melatih dan

membangun karakter yang ada pada siswa agar bisa bersikap

demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka (M.

Ainul Yaqin, 2005: 25).

Menurut Hilda Hernandez yang dalam bukunya Multicultural

Education: A Teacher Guide to Linking Context, Process, and

Content, mengatakan pendidikan multikultural itu sebagai perspektif

yang mengakui adanya realitas politik, sosial, dan ekonomi yang

dialami oleh masing-masing individu dalam perjumpaan manusia

Page 34: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

16

yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan

pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama,

status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian lain dalam

proses pendidikan. Atau, dengan kata lain, ruang pendidikan sebagai

media transformasi ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dan

harusnya mampu memberikan nilai-nilai multikulturalisme dengan

cara saling menghargai dan menghormati atas realitas yang beragam

(plural), baik latar belakang maupun basis sosio budaya yang

melingkupinya (Choirul Mahfud, 2009: 176).

Baker (Setya Raharja, 2010: 29-30) juga menjelaskan bahwa

pendidikan multikultural itu suatu proses pendidikan di mana anak

didik itu dilayani dengan pembelajaran dan pengalaman yang

mengakui adanya latar belakang budaya pada semua individu dan

dimana mereka disiapkan untuk mengembangkan kehidupan dalam

masyarakat yang lebih seimbang. Ini mengandung arti bahwa

pendidikan multikultural harus diakui sebagai proses - bukan

merupakan hal yang sederhana seperti program - yang komprehensif.

perbedaan-perbedaan pada diri anak didik yang harus diakui

dalam pendidikan multikultural, antara lain mencakup penduduk

monoritas etnis dan ras, kelompok pemeluk agama, perbedaan

agama, perbedaan jenis kelamin, kondisi ekonomi, daerah atau asal-

usul, ketidakmampuan fisik dan mental, kelompok umur, dan lain-

lain menurut pendapat Baker. Melalui pendidikan multikultural ini

anak didik diberi kesempatan dan pilihan untuk mendukung dan

memperhatikan satu atau beberapa budaya, misalnya: sistem nilai,

gaya hidup, atau bahasa.

Dan menurut James A. Banks (Tilaar, 2004: 181) pendidikan

multikultural ialah konsep, ide, atau falsafah sebagai suatu rangkaian

kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan

menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam

membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi,

kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok,

maupun negara. Dalam Pendidikan multikultural juga ada dimensi-

dimensi yang harus diperhatikan. James Banks dalam Muhaemin El-

Ma'hady (2004) menerangkan bahwa pendidikan multikultural

memiliki lima dimensi yang saling berkaitan yaitu :

Page 35: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

17

mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk

mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata

pelajaran/disiplin ilmu atau content integration; membawa siswa

untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran

(disiplin) atau the knowledge construction process; menyesuaikan

metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka

memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi

ras, budaya ataupun sosial an equity paedagogy; mengidentifikasi

karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka

prejudice reduction; serta melatih kelompok untuk berpartisipasi

dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa

yang berbeda ras dan etnis dalam upaya menciptakan budaya yang

akademik.

pendidikan multicultural pada dasarnya dikembangkan untuk

mengakomodasi keberagaman budaya yang dimiliki oleh anak didik

baik secara individu maupun kelompok. Untuk lebih memahami dan

mendalami konsep pendidikan multikultural tersebut, perlunya

diperhatikan beberapa prinsip dasar dalam penerapan pendidikan

multikultural di sekolah. Dan prinsip-prinsip pendidikan

multikultural tersebut telah dijelaskan secara rinci oleh Baker (Setya

Raharja, 2010: 32) sebagai berikut :

1) Pendidikan multikultural ialah suatu proses, sehingga

pengembangan dalam pendidikan multikultural dilakukan

dalam periode waktu yang lumayan cukup lama.

2) Pengembangan pendekatan multikultural dalam pendidikan

hendaknya harus komprehensif, lengkap, dan melibatkan

semua partisipan dalam komunitas sekolah, serta dalam

lingkungan yang kondusif dan mendukung.

3) Pelatihan dan pendidikan bagi para staf, guru-guru, orang tua

murid, dan komunitas pimpinan juga merupakan hal yang

bersifat esensial.

4) Pendidikan multikultural diawali dengan memperhatikan

secara benar tentang latar belakang murid yang terlibat dalam

proses tersebut.

5) Komponen pembelajaran pendidikan multikultural

harus diintegrasikan secara teliti dalam kurikulum.

Page 36: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

18

Bentuk – bentuk dari pengembangan pendidikan multikultural

dalam setiap negara pastinya berbeda-beda dan sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi oleh masing masing negara. James A.

Banks dalam Farida Hanum (2009: 30-31) menyatakan bahwa ada

empat pendekatan yang mengintegrasikan materi pendidikan

multikultural ke dalam kurikulum ataupun pembelajaran di sekolah

yang jika dicermati sangat relevan untuk diimplementasikan di

sekolah Indonesia, bahkan Branks juga menyebutkan pendekatan

peratama sudah sering dilakukan, yaitu :

1) The contributions approach atau Pendekatan Kontribusi.

Level ini yang paling sering dilakukan dan paling luas jika

dipakai dalam fase pertama dari gerakan kebangkitan etnis.

Ciri dari pendekatan kontribusi ini yaitu dengan memasukkan

pahlawan-pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda

budaya ke dalam pelajaran yang sesuai. Dan hal inilah yang

sampai saat ini sudah dilakukan di Indonesia.

2) Aditive Approach atau Pendekatan Aditif. Pada tahap ini

dilakukannya tambahan materi, konsep, tema, dan perspektif

terhadap kurikulum dan tidak mengubah struktur, tujuan dan

karakteristik dasarnya. Pendekatan aditif ini dilengkapi

dengan buku, modul atau bidang bahasan terhadap kurikulum

dengan tidak mengubahnya secara substansif.

3) The transformation approach atau Pendekatan Transformasi.

Pendekatan transformasi secara mendasar sangat beda

dengan pendekatan kontribusi dan aditif. Pada pendekatan

transformasi ini mengubah asumsi dasar pada kurikulum dan

menumbuhkan kompetensi siswa dalam melihat suatu konsep,

isu, tema, dan problem dari beberapa perspektif dan sudut

pandang etnis. Perspektif ini berpusat pada aliran utama dan

hanya satu di antara perspektif dari isu, masalah, dan konsep

itu dipandang. Jadi suatu isu tidak hanya dilihat dari

perspektif aliran utama saja yang mungkin dipaparkan pada

materi pelajaran. Siswa juga sangat boleh melihat dari

perspektif yang lain. Banks juga menyebutkan bahwa ini

proses multiple acculturation sehingga rasa saling

Page 37: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

19

menghargai, kebersamaan dan cinta sesama dapat dirasakan

melalui dari pengalaman belajar.

4) The social action approach atau Pendekatan Aksi Sosial

mencakup semua elemen dari pendekatan transformasi itu,

tapi menambah komponen yang mempersyaratkan siswa

membuat aksi yang berkaitan dengan konsep, isu atau

masalah yang dipelajari dalam unit tersebut. Tujuan utama

dari pengajaran pendekatan ini untuk mendidik siswa

melakukan kritik sosial dan mengajari mereka keterampilan

dalam membuat keputusan untuk kritik sosial, dan mengajari

mereka juga dalam keterampilan membuat keputusan, untuk

memperkuat siswa dan membantu mereka memperoleh

pendidikan yang politis, dan sekolah membantu mereka

menjadi kritikus sosial yang reflektif dan partisipan yang

terlatih dalam perubahan sosial. Dalam pendekatan ini

pengajar merupakan agen perubahan sosial yang

meningkatkan nilai-nilai demokratis dan kekuatan siswa.

Sebagai dasar pijak kita pendidikan multikultural dalam

menentukan arah pengembangan. Di Amerika dan Kanada

menggunakan konsep yang demokratis karena sejak kelahiran dan

sejarahnya bercorak multikultural, dan ini bukan hal baru lagi.

Mereka sudah berupaya melenyapkan diskriminasi rasial untuk

tujuan memajukan dan memelihara intergritas nasional. Pendidikan

multikultural sebagai konsep senantiasa berkembang dan beragam.

Pentinglah untuk meninjau kembali dasar – dasar historis yang dapat

di jadikan sebagai akar dimana Pendidikan multikultural itu

dikembangkan di Indonesia. Dengan kita mempelajari sejarah maka

akan dapat kita ketahui bentuk awal dari Pendidikan Multikultural

dan perubahannya serta kondisi sosial yang dapat memunculkannya.

Dalam konsep pendidikan masyarakat akan bisa diperbaiki melalui

proses pendidikan tersebut. Intinya kegagalan masyarakat termasuk

kegagalan Pendidikan dan sebaliknya. Dengan demikian, jika kita

ingin mengatasi segala macam problematika masyarakat dimulai

dengan penataan secara sitematik dan metodelogis dalam Pendidikan.

Salah satu dari komponen pembelajaran adalah proses belajar

mengajarnya (pembelajaran). Untuk memperbaiki realitas

Page 38: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

20

masyarakat, perlu dimulai dari proses pembelajaran multicultural

yang bisa dibentuk melalui proses pembelajaran, dengan

menggunakan pembelajaran yang berbasis multikultural, yaitu proses

pembelajaran akan lebih mengarah pada upaya - upaya menghargai

perbedaan dalam sesama manusia sehingga terwujudnya suatu

ketenangan dan ketentraman tentang tatanan kehidupan masyarakat

maupun di sekolah.

Dengan begitu, melalui pendidikan multikultural seperti ini

peserta didik dapat melihat kemajemukan sebagai suatu realitas hidup

yang bisa mereka terima dan mengakui perbedaan-perbedaan serta

saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Dari definisi pendidikan multikultural di atas dapat kita

simpulkan bahwa pendidikan multikultural itu merupakan suatu

usaha yang sadar untuk menanamkan nilai-nilai multikultural kepada

siswa sehingga mereka dapat mengakui kemajemukan etnis, ras,

budaya, agama, status sosial ekonomi, berkebutuhan khusus, umur,

bahasa, dan gender. Melalui Pendidikan multicultural ini juga

diharapkan para siswa dapat memiliki sikap yang toleransi, humanis,

demokratis, bertanggung jawab, dan pluralis.

2. Nilai Multikultural dalam Pendidikan Agama Islam

Dalam artian umu pendidikan adalah usaha sadar yang

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam pembelajaran,

agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan yang mengacu pada spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional di Bab 1, tentang Ketentuan Umum

Pasal 1 ayat 1.

Pendidikan Agama ialah Pendidikan yang memberikan

pengetahuan yang memebentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan

dalam peserta didik untuk mengamalkan ajaran agamanya, yang

dilaksanakan sekurang–kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah

disemua jalur, jenjang dan jenis Pendidikan. Sedangkan menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan

Agama dan Keagamaan, Bab 1, Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1.

Page 39: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

21

Pendidikan yang melihat perbedaan suku, agama dan ras

merupakan bagian dari scenario dan rekayasa penciptanya, satu paket

dengan ragam ciptaan alam raya merupakan suatu Pendidikan Islam

yang berbasis multikultural (Abudin Nata, 2014: 255). Di samping itu

juga merupakan konsekuensi pencipta – Nya atas manusia sebagai

“Makhluk yang Nalar” atau dalam Al-Qur’an, disebutnya sebagai

“Ahsanu Taqwim” ialah (sebaik-baik ciptaan). Dengan begitu, ragam

perbedaan tersebut merupakan fasilitas ekstra eksekutif yang Tuhan

berikan bagi hamba-Nya yaitu manusia.

Jika kedua definisi Pendidikan umum dan Pendidikan agama

tersebut dihubungkan antara satu dan lainnya, terdapat hal-hal

sebagai berikut :

1) Terkait dengan metode dan pendekatan, yakni lebih

mengedepankan proses daripada hasil, yaitu dengan cara

menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang berbasis

pada pemberian kesempatan kepada peserta didik (student

centris). Daripada berbasis pada pemberian pengetahuan dan

ajaran (teacher centris). Hal tersebut terlihat pada kalimat

tersebut agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya.

2) Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu agar peserta

didik memiliki suatu kekuatan spiritual tentang keagamaan,

pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara.

3) Terkait dengan kurikulum atau materi pembelajaran, yaitu

mata pelajaran yang termasuk dengan pembinaan spiritual

keagamaan tersebut, pengendalian diri akan akhlak mulia,

mata pelajaran yang terkait dengan perkembangan kognitif

dan kecerdasan serta ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang

terkait dengan soft skill dan social skill, yaitu kemampuan

dalam memanfaatkan sikap keberagamaan, pengetahuan, dan

keterampilan dalam dirinya, masyarakat, bangsa dan negara,

dan

4) Terkait dengan Pendidikan agama terkait dengan pengetahuan

dalam membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan yang

ada dalam peserta didik untuk mengamalkan ajaran

agamanya. (Abudin Nata, 2014: 256)

Page 40: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

22

Dengan mengacu kepada definisi tersebut, serta dengan

membandingkan dengan perlunya memasukan nilai – nilai

multikultural dalam rangka menanggulangi bahaya radikalisme dan

terorisme sebagaimana tersebut di atas, tampak bahwa baik dalam

perundang – undangan, peraturan maupun dalam berbagai dokumen

lainnya tentang Pendidikan agama pada khusunya belum

menampung nilai – nilai multikultural secara significant. Baik secara

eksplisit maupun implisit. Nilai – nilai Pendidikan multikultural

yang melihat dari perbedaan suku, agama dan ras yang merupakan

bagian dari sebuah scenario dan rekayasa penciptanya, satu paket

dengan ragam ciptaan alam raya, yang tampak dan belum tampak

dengan jelas.

Sehubungan dengan itu, pada bagian ini akan dikemukakan

rumusan tentang visi, misi, fungsi, tujuan, kurikulum, bahan ajar,

tentang Pendidikan dan kependidikan, sarana prasarana, budaya

sekolah, dan evaluasi Pendidikan Agama Islam berbasis

multikultural dengan pilar – pilarnya yang telah disesuikan dengan

nilai – nilai ajaran agama Islam sebagaimana tersebut di atas.

3. Nilai-nilai Keragaman

a) Nilai sosial

Nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu

berarti atau tidak menurut Horton dan Hunt,. Nilai pada

hakikatnya mengarah pada perilaku dan pertimbangan seseorang,

tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah

atau benar. Secara makro, bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai

nasional yang digunakan untuk mempersatukan bangsa yang

majemuk ini. Nilai tersebut, diantaranya Pancasila dan semboyan

Bhineka Tunggal Ika. Maka dari itu nilai dalam hal ini ialah

konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak,

pantas yang keberadaannya dicita-citakan, diinginkan, dihayati,

dan dilaksanakan untuk kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan

kehidupan bersama di dalam kelompok masyarakat tersebut,

mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga suku, bangsa, dan

masyarakat internasional (Elly M. Setiadi & Usman Kolip, 2011:

199).

Nilai sosial juga merupakan hal yang dituju oleh

kehidupan sosial itu sendiri, sedangkan metode pencapaian nilai

sosial tersebut adalah norma, sehingga fungsi norma sosial yaitu

Page 41: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

23

sebagai petunjuk atau arah tentang cara untuk mencapai nilai atau

tujuan tersebut. Dalam hal ini Notonegoro juga membedakan nilai

itu menjadi tiga macam yaitu nilai material, yang meliputi

berbagai konsepsi tentang segala sesuatu yang berguna bagi

jasmani manusia. Misalnya dengan nilai tentang baik buruknya

atau harga pada suatu benda yang diukur dengan alat ukur

tertentu seperti uang, atau benda-benda berharga lainnya. Nilai

vital, meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala

sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan di

berbagai aktivitas. Nilai kerohanian juga meliputi berbagai

konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan

dengan kebutuhan rohani manusia. Nilai kerohanian termasuk ke

dalam nilai kebenaran, yang bersumberkan pada rasio (akal

manusia).

Nilai yang bersumber pada unsur perasaan yaitu nilai

keindahan. sedangkan yang bersumber pada unsur kehendak ialah

Nilai moral, terutama pada tingkah laku manusia tentang

penilaian perbuatan yang dianggap baik atau buruk, mulia atau

hina menurut tatanan yang berlaku di dalam kelompok sosial

tersebut. yang bersumber pada kitab suci adalah Nilai Keagamaan

(Elly M. Setiadi & Usman Kolip, 2011: 124-125).

b) Nilai-nilai Keragaman di Sekolah

Internalisasi nilai-nilai multikultural perlu diwujudkan

sejak dini melalui suatu pendidikan, setidaknya ada empat alasan.

Yang Pertama, yaitu pendidikan multikulturalisme dapat

memberikan suatu terobosan baru tentang pembelajaran baru

yang mampu meningkatkan empati dan mengurangi prasangka

siswa, sehingga terciptanya warga negara yang mampu mengelola

masalah tanpa adanya suatu kekerasan (nonviolent). Kedua, itu

penerapan pendekatan dan strategi pembelajaran yang potensial

dalam mengedepankan suatu proses interaksi sosial sehingga

memiliki afeksi yang kuat. Ketiga, itu model pembelajaran

multikultural yang membantu pendidik dalam mengelola suatu

proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga

memberikan siswa kemampuan dalam membangun kolaboratif

sehingga memiliki nilai tinggi dalam kehidupan masyarakat yang

beragam. Keempat, memberikan kontribusi bagi bangsa

Indonesia dalam suatu penyelesaian dan mengelola masalah yang

bernuansakan SARA yang sering timbul dalam masyarakat

Page 42: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

24

dengan cara meningkatkan empati dan mengurangi prasangka.

(Rahmi Fhonna, 2011: 35-36)

Pendidikan multikultural bukanlah mata pelajaran yang

berdiri sendiri, tetapi dia terintegrasi ke dalam mata pelajaran

yang lainnya, sehingga dalam implementasinya perlu dilakukan

oleh pendidik sebagai salah satu komponen pembelajaran. Oleh

karena itu, pendidikan multikultural tidak hanya menjadi

tanggung jawab pendidik mata pelajaran tertentu, tetapi perlu

diimplementasikan secara integral ke dalam berbagai materi

pembelajaran yang relevan dengan mata pelajaran yang

bersangkutan. Peran pendidik dalam mengimplementasikan

pendidikan multikultural itu sangat penting, di mana pendidik

harus mampu mengelola dan mengorganisir isi, proses dan situasi

kegiatan sekolah secara multikultural di mana setiap siswa

dengan latar belakang yang berbeda - beda berkesempatan untuk

mengembangkan dirinya dan saling menghargai perbedaan yang

tidak mungkin dihindari lagi di lingkungan sekolah. Dengan

kapasitas pendidik yang kreatif dan inovatif itu serta adanya

dukungan dari seluruh komponen sekolah, diharapkan akan

muncul pemahaman dan afeksi siswa akan nilai-nilai

multikultural yang dikembangkan seperti toleransi, solidaritas,

musyawarah, dan pengungkapan diri (Rahmi Fhonna, 2011: 40-

41).

Indikator keterlaksanaan nilai-nilai multikultural yang ada

di sekolah menurut Muthoharoh, adalah sebagai berikut : (Imam

Aji Subagyo, 2012: 16-17).

1) Nilai Terbuka (Inklusif)

Dalam Nilai ini memandang bahwa kebenaran yang

dianut oleh suatu kelompok, bisa dianut juga oleh

kelompok yang lainnya. Nilai ini mengakui adanya

pluralisme dalam suatu komunitas atau kelompok sosial,

menjanjikan di kedepankannya suatu prinsip inklusivitas

yang bermuara pada tumbuhnya kepekaan terhadap

berbagai kemungkinan unik yang sudah ada.

2) Nilai Mendahulukan Dialog (Aktif)

Page 43: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

25

Dialog ini termasuk pemahaman yang berbeda tentang

suatu hal yang dimiliki oleh masing-masing kelompok

yang berbeda dan dapat saling memperdalam tanpa

merugikan masing-masing dari pihak tersebut. Hasilnya

dari mendahulukan dialog adalah terciptanya hubungan

erat, sikap saling memahami, saling menghargai, saling

percaya, dan punya rasa dalam tolong menolong.

3) Nilai Kemanusiaan (Humanis)

Memanusiakan manusia pada dasarnya itu suatu

pengakuan yang pluralitas, heterogenitas, dan keragaman

dari manusia itu sendiri. Keragaman itu bisa berupa

ideologi, agama, paradigma, suku bangsa, pola pikir,

kebutuhan, tingkat ekonomi, dan lain sebagainya.

4) Nilai Toleransi

Toleransi dipahami sebagai perwujudan mengakui dan

menghormati hak-hak asasi manusia dalam hidup

bermasyaraka. Kebebasan berkeyakinan yang artinya

tidak ada paksaan dalam segi agama, kebebasan berpikir

atau berpendapat, kebebasan berkumpul, dan lain

sebagainya.

5) Nilai Tolong Menolong

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup

sendirian, meski ia memiliki harta benda yang berlimpah,

sehingga setiap yang ia inginkan dengan mudahnya dapat

terpenuhi, tetapi tetap saja ia tidak bisa hidup sendirian

tanpa bantuan orang lain, dan kebahagiaan pun mungkin

tak akan pernah ia rasakan.

6) Nilai Keadilan (Demokratis)

Keadilan merupakan sebuah istilah yang menyeluruh

dalam segala bentuk, baik keadilan budaya, politik,

maupun sosial. Keadilan itu sendiri merupakan bentuk

dari setiap insan agar mendapatkan apa yang ia butuhkan,

bukan apa yang ia inginkan.

7) Nilai Persamaan dan Persaudaraan Sebangsa maupun

Antar bangsa

Page 44: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

26

Di dalam Islam, ukhuwah merupakan persamaan dan

persaudaraan. Ukhuwah mempunyai 3 jenis dalam

kehidupan manusia, yaitu: Ukhuwah Islamiah

(persaudaraan seagama), ukhuwah wathaniyyah

(persaudaraan sebangsa), ukhuwah bashariyah

(persaudaraan sesama manusia). Konsep ukhuwah itu,

dapat kita simpulkan bahwa setiap manusia baik yang

berbeda suku, agama, bangsa, dan keyakinan ialah tetap

saudara. Karena setiap manusia memiliki hak yang sama.

8) Berbaik Sangka

Memandang seseorang atau kelompok lain dengan

melihat sisi positifnya saja dan dengan paradigma itu

maka tidak akan ada diantara kelompok itu saling

menyalahkan. Sehingga kerukunan dan kedamaian pun

akan tercipta.

9) Cinta Tanah Air

Cinta tanah air dalam hal ini tidak hanya bermakna

sempit, bukan chauvinisme yang suka membangga-

banggakan negerinya sendiri dan sering menghina orang

lain, bukan juga memusuhi negara lain. Tetapi rasa

kebangsaan yang lapang dan berperikemanusiaan itulah

yang mendorong kita untuk hidup rukun dan damai

dengan bangsa-bangsa yang lainnya.

4. Sosialisasi Nilai-nilai Keberagaman

a) Sosialisasi

Individu dalam ber masyarakat akan mengalami suatu

proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai

dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Sosialisasi merupakan suatu proses transmisi kebudayaan antar

generasi, karena jika tanpa sosialisasi masyarakat tidak akan

dapat bertahan melebihi dari satu generasi. Syarat penting untuk

berlangsungnya proses sosialisasi adalah interaksi sosial, karena

tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin bisa berlangsung.

Sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk

memperoleh pengetahuan , ketrampilan, nilai-nilai dan norma-

Page 45: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

27

norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam

kelompok masyarakatnya Menurut David A. Goslin, (R. Diniarti

F. Soe’oed, 2004: 30). Sedangkan sosialisasi merupakan suatu

proses di mana di dalamnya seorang anak belajar menjadi seorang

anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat adalah menurut

Berger (Dany Haryanto dan G. Edwi Nugrohadi, 2011: 181).

Sosialisasi tersebut dilakukan dengan mendidik suatu

individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya,

agar ia menjadi anggota yang baik dalam ber masyarakat dan

dalam berbagai kelompok yang khusus. Sosialisasi dapat

dianggap sama dengan pendidikan. Dalam proses sosialisasi

individu belajar tentang tingkah laku, kebiasaan, serta pola-pola

kebudayaan lainnya, juga ketrampilan-ketrampilan sosial seperti

berbahasa, bergaul, berpakaian, cara makan, dan sebagainya.

Segala sesuatu yang dipelajari individu harus dipelajari dari

anggota lainnya, secara sadar apa yang telah diajarkan oleh orang

tua, saudara-saudara, anggota keluarga lainnya dan di sekolah

kebanyakan oleh gurunya adalah suatu proses. Seluruh proses

sosialisasi ini berlangsung dalam interaksi individu dengan

lingkungan (S. Nasution, 2004: 126).

Ada 2 pola sosialisasi dari Dany Haranto dan G. Edwi

Nugrohadi. Diantaranya adalah sosialisasi refresif (refressive

socialization), yang menekankan pada penggunaan hukuman

terhadap kesalahan. Ciri lain menurut Jaeger itu seperti tentang

penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan,

penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada

komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan berisi

perintah, penekanan titik berat sosialisasi pada orang tua dan pada

keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other

(bagian diri terpenting). Sosialisasi partisipatoris (participatory

socialization), juga merupakan pola yang di dalamnya anak diberi

imbalan manakala ia berperilaku baik; hukuman dan imbalan

bersifat simbolik; seperti anak diberi kebebasan; penekanan

diletakan pada interaksinya; komunikasi yang bersifat lisan; anak

tersebut menjadi pusat sosialisasi; keperluan anak akan dianggap

Page 46: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

28

penting; dan keluarga yang menjadi generalized other

(penyamarataan dengan diri sendiri).

b) Sosialisasi Anak Didik

Objek dari proses belajar adalah Anak yang mempunyai

peranan penting dalam proses sosialisasi. Dan dalam keluarga,

anak pasti berinteraksi dengan ibu, ayah dan anggota keluarga

lainnya, dimana anak dapat memperoleh suatu pendidikan yang

informal, yaitu berupa kebiasaan. Keluarga juga sebagai salah

satu pusat pendidikan yang bertugas membentuk suatu kebiasaan

kebiasaan yang bersifat positif sebagai fondasi yang kuat dalam

pendidikan informal. Lalu anak bisa bersosialisasi pada

pendidikan formal yaitu di sekolah atau di mana mereka

menuntut ilmu. Setelah anak masuk sekolah, anak diharapkan

bisa menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sekolah yang

berlaku. Di sekolah, anak juga berinteraksi dengan pendidik, staf

karyawan, atau teman sejawat. Di sekolah anak juga mendapatkan

pendidikan formal berupa nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan

dan sikap terhadap mata pelajaran. Nah dari proses sosialisasi di

sekolah anak pasti akan membentuk suatu kepribadian untuk

tekun dan rajin belajar, serta memiliki cita-cita, dan lain-lain.

Sebagai proses sosialisasi anak, sekolah memiliki peranan

diantaranya yaitu: 1) transmisi kebudayaan, termasuk norma-

norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran secara

langsung, contohnya dengan sifat - sifat warga negara yang baik;

2) mengadakan kumpulan sosial, seperti perkumpulan sekolah,

pramuka, olah raga dan sebagainya yang memberi kesempatan

kepada anak-anak untuk mempelajari dan mempraktikkan

berbagai keterampilan sosial atau ektrakulikuler; 3)

memperkenalkan anak dengan tokoh – tokoh yang teladan, dalam

hal ini pendidik (guru) dan pemimpim sekolah memegang

peranan yang penting; serta 4) menggunakan tindakan positif,

seperti pujian, hadiah, dan sebagainya. Dan tidak melakukan

tindakan yang negatif seperti hukuman, celaan, dan lain-lain.

Sebenarnya dalam Proses sosialisasi di sekolah tidak

berbeda jauh dengan proses sosialisasi di masyarakat dan di

keluarga, yaitu kita menanamkan dan mewariskan kebudayaan

Page 47: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

29

kepada anak didik. Dalam lembaga pendidikan juga akan terdapat

berbagai karakter anak didik sesuai dengan keadaan lingkungan

dari keluarga dan masyarakat serta kedudukan anak dalam

keluarga tersebut. Perbedaan karakter individu tersebut, sedapat

mungkin dapat diakomodasi dengan suatu sistem yang utuh dan

integral yang dikenal dengan tata tertib sekolah. Tata tertib

sekolah termasuk norma yang harus ditaati oleh setiap warga

sekolah termasuk anak didik tanpa membedakan status dan

golongan sosial anak didik (Abdullah Idi, 2011: 104-110).

c) Agen atau Media Sosialisasi

Ada beberapa agen dalam sosialisasi yang dipandang

berperan dalam membentuk pengetahuan, sikap, nilai, norma,

perilaku esensial, dan harapan-harapan agar mampu berpartisipasi

efektif dalam masyarakat (Damsar, 2011: 69-70). Dan menurut

Abdullah Idi (2011: 112113), dalam sosialisasi anak didik ada

sejumlah media atau agen sosialisasi, diantaranya :

1) keluarga, ini merupakan kalangan pertama yang mengajarkan

hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup

manusia. Fungsi dari sosialisasi menunjukkan pada peranan

keluarga dalam membentuk suatu kepribadian anak. Lewat

fungsi ini, keluarga juga harus berusaha mempersiapkan bekal

selengkap - lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkah

laku, sikap, keyakinan, citacita dan nilai-nilai yang dianut

dalam masyarakat, serta mempelajari peranan yang

diharapkan akan dijalankan mereka;

2) teman sepermainan dan sekolah, dan setelah keluarga

lingkungan sosial merupakan peranan kedua bagi anak,

kelompok ini anak akan menemukan berbagai nilai dan norma

yang berbeda bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang

dianut dalam keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman

sebaya, anak mulai mengenal apa itu harga diri, citra diri, dan

hasrat pribadi;

3) lingkungan kerja, proses ini termasuk sosialisasi lanjutan.

Tempat kerja bagi seseorang berarti dia mulai berorganisasi

secara nyata dalam suatu sistem. Sejumlah hal yang perlu

dipelajari dalam lingkungan kerja, contohnya bagaimana dia

Page 48: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

30

menyelesaikan suatu pekerjaan, bagaimana cara bekerja sama

dengan bagian lain, dan bagaimana caranya beradaptasi

dengan rekan kerja; dan

4) Media massa, merupakan sarana dalam proses sosialisasi

karena media merupakan sarana yang banyak memberikan

informasi yang dapat menambah wawasan untuk memahami

keberadaan manusia dan berbagai permasalahan yang ada di

lingkungan sekitar kita.

B. Kajian Teori

1. Teori Interaksionisme Simbolis George Herbert Mead.

Kajian teori ini berhubungan dengan penanaman nilai-nilai

multikultural pada sekolah dasar yaitu interaksionisme simbolis di

mana di dalamnya terdapat sosialisasi adalah sebagai salah satu

bentuk interaksi sosial. Prinsip dari dasar teori interaksionisme

simbolis adalah :

a) Tidak seperti binatang yang lebih rendah, manusia ditopang oleh

kemampuan berpikir.

b) Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.

c) Dalam interaksi sosial orang mempelajari makna dan simbol yang

memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir

tersebut.

d) Makna dan simbol memungkinkan orang melakukan tindakan dan

interaksi khas manusia.

e) Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol

yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan

tafsir mereka terhadap situasi tertentu.

f) Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini, sebagian

karena kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan diri mereka

sendiri, yang memungkinkan mereka memikirkan tindakan yang

mungkin dilakukan, menjajaki keunggulan dan kelemahan relatif

mereka, dan selanjutnya memilih.

g) Jalinan pola tindakan dengan interaksi ini kemudian menciptakan

kelompok dan masyarakat.

Teori interaksionisme simbolis menjelaskan bahwa hampir

seluruh pikiran yang terkait dengan setiap aspek lain dari

Page 49: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

31

interaksionisme simbolis itu termasuk sosialisasi, makna, simbol,

diri, interaksi, dan bahkan masyarakat. Orang biasanya hanya

memiliki kemampuan berpikir secara umum.

Dan kapasitas ini harus dibentuk dan dipoles dalam proses

interaksi sosial. Maka dari itu pandangan semacam ini menyebabkan

interaksionis simbolis.

memusatkan perhatian pada bentuk interaksi sosial spesifik –

sosialisasi. Kemampuan berpikir manusia berkembang di awal

sosialisasi kanak - kanak dan dipoles selama proses sosialisasi di

masa dewasa. Bagi interaksionis simbolis, sosiolog konvensional

cenderung melihat sosialisasi hanya sekedar sebagai proses

mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan seseorang untuk bertahan

hidup di tengah-tengah masyarakat (contohnya, kebudayaan, dan

ekspektasi peran). Bagi interaksionis simbolis sendiri, sosialisasi

merupakan suatu proses dinamis yang memungkinkan orang – orang

mengembangkan kemampuan berpikir, serta tumbuh secara

manusiawi. Sosialisasi tidak sekedar proses satu arah, di mana aktor

hanya menerima informasi, namun sosialisasi merupakan satu proses

dinamis yang mana aktor membangun dan memanfaatkan informasi

untuk memenuhi kebutuhannya sendiri (George Ritzer dan Douglas J.

Goodman, 2008: 393-394).

Mead berpendapat, bahwa orang tak hanya menyadari orang

lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan begitu

orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara

simbolis dia juga bisa berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi-

simbolis dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-

satunya simbol yang terpenting, dan bisa juga melalui isyarat

(Poloma, 2004: 257).

Penanaman nilai-nilai multikultural yang dilakukan di sekolah

dasar tersebut merupakan suatu sarana sosialisasi yang nilai-nilai

keberagaman sedini mungkin kepada siswa, agar mereka dapat

mengerti dan memaknai keberagaman yang ada secara bijak dan

sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan di sekolah. Dalam

sosialisasi nilai-nilai keberagaman, siswa bukan sebagai objek namun

diberikan stimulus atau rangsangan agar siswa dapat berpikir secara

kritis. Penanaman nilai-nilai multikultural ini dilakukan melalui

Page 50: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

32

interaksi sosial yang terjadi antara pendidik dengan siswa saat proses

belajar mengajar berlangsung, di mana di dalamnya terdapat makna

untuk disampaikan kepada anak didik (siswa) dalam hal nilai-nilai

keberagaman.

C. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Aji Subagyo mahasiswa

program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri

Yogyakarta dengan judul Pengaruh Keterlaksanaan Nilai-Nilai

Multikultural terhadap Sikap Pluralis Siswa SD Se-Kecamatan

Umbulharjo. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian

ini yaitu ada pada penanaman nilai-nilai multikultural yang

dilakukan di sekolah dasar, namun pada penelitian tersebut lebih di

fokuskan pada pengaruh yang ditimbulkan dari penanaman nilai-

nilai multikultural pada sikap yang pluralis siswa, dengan

menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian tersebut

menjelaskan keterlaksanaan nilai-nilai multikultural di sekolah

dasar yang berpengaruh secara signifikan terhadap sikap pluralis

siswa SD se-Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta. Pengaruh yang

diberikan oleh lembaga pendidikan sebesar 27,2484%, sedangkan

sisanya sebesar 72,7516% yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman

pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting adalah,

pengaruh kebudayaan, media massa, faktor emosional. Sedangkan

peneliti lebih membahas bagaimana penanaman nilai nilai

multicultural yang dilakukan di sekolah dasar di SD Tumbuh 2

Yogyakarta dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif tanpa

mengukur dampaknya terhadap sikap pluralis siswa. Penelitian

Imam Aji Subagyo ini memberikan manfaat bagi peneliti dengan

penggambaran mengenai nilai-nilai multikultural yang ditanamkan

pada siswa di sekolah dasar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto mahasiswa program studi

Pendidikan Guru Raudlatul Athfal Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga dengan judul Pendidikan Multikultural pada Anak Usia

Dini di TK Harapan Bangsa Condongcatur Depok Sleman

Yogyakarta. Persamaannya dengan penelitian ini ada pada tema

yang akan dikaji yaitu pendidikan multikultural pada usia dini,

Page 51: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

33

namun bedanya peneliti melakukannya pada siswa sekolah dasar. Di

samping itu, peneliti tidak membahas secara mendalam mengenai

dampak dari pendidikan multikultural pada perilaku anak. Hasil

penelitian Hariyanto meliputi beberapa temuan seperti

penyelenggaraan pendidikan multikultural yang dilakukan melalui

pendekatan orientasi kurikulum, pendekatan pembelajaran, fokus

pembinaan perilaku dan sikap anak, serta dampak pendidikan

multikultural terhadap perilaku anak TK Harapan Bangsa.

Penelitian tersebut memberikan manfaat bagi peneliti bagaimana

pendidikan multikultural dilakukan pada usia yang lebih dini serta

penggambaran peran sekolah sebagai agen sosialisasi pendidikan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Herman Somantrie jurnal

Pendidikan dan kebudayaan, Vol. 17, Nomor 6, November 2011

dengan judul “Konflik dalam perspektif Pendidikan multikultural”

Persamaannya dengan penelitian tersebut adalah kehidupan

multikultural manusia merupakan potensi konflik dalam berbagai

hal, baik antar individu maupun antar kelompok, sebagai akibat dari

adanya perbedaan perspektif, kepentingan, dan tujuan hidup di

antara mereka. Upaya untuk mencengah konflik yaitu dengan

mewujudkan Pendidikan multikultural, karena konflik yang terjadi

saat ini bukan lagi sekedar fenomena atau gejala, tetapi sudah

menjadi realitas dalam kehidupan masyarakat sehari – hari. Oleh

karena itu, otoritas Pendidikan nasional sebagai salah satu

instrumen bagi penanganan konflik yang terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Jiyanto dan Amirul Eko Efendi

Jurnal penelitian, Vol.10, No.1, februari 2016 dengan judul

“Implementasi Pendidikan Multikulturlam di Madrasah Inklusif

Mandrasah Aliyah Negeri Maguwoharjo Yogyakarta” Persamaan

penelitian tersebut, sekolah memegang peranan penting dalam

menanamkan nilai multikultural pada siswa. Bila mereka memiliki

nilai – nilai kebersamanaan, toleransi, cinta damai, dan menghargai

perbedaan, maka nilai – nilai tersebuat akan tercemin pada tingkah

laku mereka dalam kehidupan sehrti – hari karena terbentuk pada

kepribadiannya. Bila hal tersebut berhasil dimiliki para generasi

muda kita, maka kehidupan mendatang dapat diprediksi akan

Page 52: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

34

relative damai dan penuh penghargaan antara sesama sehingga

dapat terwujud. Oleh karena itu, kepedulian sekolah dalam hal ini

guru tidak hanya dituntut secara professional mengimplementasikan

nilai – nilai multikultural dalam berbagai kesempatan yang ada di

sekolah dalam setiap mata pelajaran, tetapi mereka juga dituntut

untuk mampu menanamkan nilai – nilai keberagaman yang inklusif

kepada para siswa.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Maslani Adv. In Nat. Appl. Sci.,

6(7):1109-1115,2012 berjudul “Multicultural-Based Education un

the Islamic Bording School” penelitian tersebut : “The article aims

to analyze education process in the circle of Islamic Bording

School. As the oldest educational institution in Indonesia. Islam

Bording School executes exceedingly noble duty that is to maintain

and teach good conduct to the society. Based on the analytical

result, it can be seen that the education process in the Islamic

Boarding School runs quite conservatively. In order to work

effectively, it requires multicultural education process.

6. Penelitian yang dilakukaan oleh Majhirul Iman, analytica Islamica:

Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2017 dengan judul “Implementasi

Pendidikan Islam Multikuktural di Madrasah Aliyah Negeri Dolok

Masihul Sedang Bedagai” persamaannya dengan penelitian adalah

konsep Pendidikan multikulturalnya merupakan bagian dari

Pendidikan Islam yang sarat dengan nilai – nilai moral dan spiritual.

Pendidikan Islam multikultural mempunyai misi esensial untuk

membangun karakter siswa sebagai seorang muslim yang

memahami ajaran agamanya serta mempunyai kesadaran Imani

yang diwujudkan ke dalam sikap dan perilaku sehari – hari sebagai

bentuk pengalaman ajaran agama dan mendorong para siswa untuk

tidak inklusif dan menerima segala bentuk perbedaan diantara para

siswa, dan tetap menjaga kebersamaan melalui ikatan ukhuwa

Islamiyah. Melalui penanaman nilai – nilai multikultural dalam

mata pelajaran, baik yang bernuansa agama islam maupun mata

pelajaran umum lainya. Dan ini berlangsung secara kolektif baik

para guru maupun dukungan dari pemimpin madrasah, disamping

itu, cara lain yang ditempuh adalah melalui pembinaan kepribadian

siswa melalui kegiatan ekstra dan interakurikuler baik melalui

Page 53: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

35

OSIS, Pramuka, PMI, Kader Dakwa dan lain sebagainya dengan

maksud para siswa maupun mengembangkan kemampuan

kepemimpinan, kemampuan bersosial, dan kemampuan pribadi

lainya dengan harapan para siswa mampu mengintemalisasi nilai –

nilai kebersamaan dalam wujud nyata dan menekan niai – nilai

perbedaan diantara mereka sehingga dengan hal ini dihadapakan

berdampak positif terhadap proses interaksi diantara mereka setiap

saat dan waktu.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto dengan judul Tesis: “

Pendidikan Multikultural Pada Anak Usia Dini di TK Harapan

Bangsa Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta”. Persamaan

Penelitian tersebut Untuk Menemukan gambaran tentang

penyelenggaraan Pendidikan multikultura pada anak usia dini dan

dampak penyelanggaraan Pendidikan multikultural terhadap

perilaku anak TK Harapan BangsaPendidikan multikultural pada

anak usia dini diselenggarakan dengan pendekatan orientasi

kurikulum, pendekatan sistem pembelajaran, pembelajaran berbasis

sentrasentra kegiatan,dan penanaman nilai-nilai perilaku positif

pada anak. Dampak Pendidikan multikultural terhadap perilaku

anak TK tercermin dengan terbentuknya anak menjadi toleran.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Wahid, Jurnal Pendidikan

Islam Vol. 12, Nomor 2 Tahun 2018 Judul: “Learning Development

Based On Multicultural In Inclusion School”. Persamaan penelitian

Tersebut : The aim of the study was to describe the development of

multicultural-based inclusion learning in TK Talenta Semarang.

This type of research is qualitative descriptive. The findings in this

study are that first, multicultural-based inclusion learning is more

emphasized in the implementation and evaluation of learning,

second, multicultural values grow in students through activities in

religious centers that emphasize social piety respecting differences,

third: differences in institutions inclusive education is a miniature

of diversity in ethnicity, race and religion.

9. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnali Sobandi, Journal of Islamic

Education Volume 21, Number 2, December 2016 Judul :” The

Implementation of Development of School Culture-Based Religious

Education”. Persamaan Penelitian Tersebut : In general, religion

and religious education serve to create the Indonesian human faith

and the obedience to God Almighty, also to create noble, and

Page 54: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

36

capable people in maintaining the harmony of inter-religious

relations. In addition it serves to cultivate the participants' ability to

understand, appreciate and practice the values of religion are offset

mastery in science, technology and art. The development of school

culture based religious education in public schools is an alternative

solution on the problems which are actually classic, but until now

they have not been resolved properly, which in turn would be a

matter of continuity up from one period to the next, namely the

problem of narrow time allocation, three hours for elementary, 2

hours face to face for SMP and SMA / SMK (per-hour 40 minutes

instead of 60 minutes) and the problems therein multicultural

religious plurality. Implementation of the development of school-

culture based religious education in public schools covers the

principles of development, through a learning process, learning

outcomes assessment, and indicators of school and classroom

assessment.

10. Sedangakan penelitian yang dilakukaan oleh Ida Zahara Adibah

jurnal Madaniyah edisi VII Agustus 2014 dengan Judul :

“Pendidikan Multikultural Sebagai Wahana Pembentukan

Karakter”. Persamaannya dengan penelitian ini adalah

Multikulturalisme di PT UNDARIS tidak hanya sebatas ragam

budaya saja, melainkan pada berbagai aspek ragam terutama yang

berkaitan dengan pendidikan yang dikembangkan oleh dosen agama

sebagai pendidik di perguruan tinggi. Yang dimaksud

multikulturalisme secara praktis adalah kemampuan dosen maupun

mahasiswa dalam mengadaptasikan dirinya pada lingkungan yang

didalamnya terdapat berbagai ragam budaya, daerah dan agama.

Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, yang

didalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari

pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini

kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat

membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi prilakunya.

Kesadaran adanya perbedaan keyakinan semakin lama dipahami

sebagai suatu keniscayaan, apalagi didorong oleh kondisi bahwa

perbedaan itu menjadi sebuah keindahan yang di sadari oleh dosen

dan sivitas UNDARIS. Komitmen untuk memiliki kemampuan

menangkap perbedaan adalah salah satu wahana pembentukan

karakter.

Page 55: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

37

D. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini akan menganalisis Penerapan Sosialisasi Nilai –

Nilai Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK

03 Tambun Selatan. Pendidikan multikultural menunjuk kepada segala

sesuatu yang dapat berpengaruh di dalam berlangsungnya proses

pengajaran dan pendidikan yang mungkin dapat meningkatkan atau

mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan

pendidikan. Dengan kata lain Pendidikan multikultural menunjuk pada

praktek dan hasil pendidikan yang tidak diuraikan dalam kurikulum yang

terprogram atau petunjuk kurikulum dalam kebijakan lembaga

pendidikan tersebut.

Pendidikan multikultural pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses

pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya perilaku yang muncul di

luar tujuan yang dideskripsikan para guru. Ada beberapa konsep tentang

Pendidikan multikultural yang menyimpulkan bahwa Pendidikan

multikultiral itu tingkah laku, sikap, cara bicara, dan perlakuan guru

terhadap murid-muridnya yang semuanya mengandung pesan moral.

Bentuk - bentuk dari Pendidikan multikultural yang menjadi

pengaruh terhadap peserta didik dapat diberikan melalui ekspektasi dari

seorang guru terhadap peserta didiknya. Apa yang diharapkan guru

tentunya menjadi tolak ukur dari keberhasilan proses mengajar yang

diberikannya, sehingga menurut penulis perlu adanya ketegasan terhadap

guru sehingga dapat menerapkan suatu Pendidikan multikultural yang

baik.

Penulis ingin mengatakan bahwa Pendidikan multikultural

memberikan implikasi terhadap pendidikan karakter akan tetapi bukan

sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Tapi juga

mengajarkan bagaimana manajerial Pendidikan multikultural itu diolah

dengan baik dan para pakar pendidikan memadukan berbagai guru mata

pelajaran, baik guru di bidang umum maupun guru di bidang agama yang

bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter. Penulis mengutip

pendapat dari Gunawan (2012:27) yang menyatakan bahwa “pendidik

harus mampu menanamkan suatu kebiasaan (habituation) tentang hal

mana yang baik sehingga peserta didik bisa paham (kognitif) tentang

suatu yang benar dan salah, serta mampu merasakan (afektif) nilai yang

baik dan biasa melakukannya (psikomotor)”.

Page 56: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Yang akan dibahas pada bab ini adalah mengenai metodologi

penelitian yang digunakan. Yang menjadi prosedur dalam penelitian ini

meliputi jenis penelitian yang gunakan, yaitu sumber data penelitian, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data. Berikut ini adalah uraiannya:

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MA. PINK 03 Jl. Madrasah

Kp. Rukem RT. 004/013 Ds. Mangun Jaya Tambun Selatan Bekasi

17510. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan

Oktober 2018 sampai dengan bulan April 2019.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Sebagaima permasalahan yang penulis bahas, penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. dalam

penelitian kualitatif ini ditunjukkan untuk memahami fenomena sosial

dari sudut pandang perspectife partisipan. (Sukmadinata, 2013:94). Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian jenis

studi kasus. Studi kasus itu sendiri adalah penelitian yang berusaha untuk

menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan

pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi

(Emzir,2010:20). Dan penelitian ini akan menghasilkan atau

menggambarkan dari suatu keadaan, kondisi, peristiwa atau fenomena-

fenomena yang terjadi di lapangan mengenai Pendidikan multikultural di

MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi sebagaimana adanya dan tanpa

rekayasa.

field study dan naturalistic inquiry merupakan suatu pendekatan

kualitatif. Dalam penelitian ini dapat menghasilkan suatu data deskriptif

yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati secara holistik dan apa adanya (Mahmud, 2011: 89,

Moleong, 2011:6). Dengan begitu, melalui jenis dan pendekatan ini,

penelitian juga dapat menggambarkan secara jelas melalui data yang

bersumber tertulis atau lisan tentang penerapan sosialisasi nilai – nilai

keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03

Tambun Selatan Bekasi.

Page 57: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

39

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data - data yang diambil untuk penelitian ini adalah data yang

berkaitan dengan penerapan sosilasisasi nilai – nilai keragaman

sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03 Tambun

Selatan Bekasi

Tidak hanya data utama saja yang dibutuhkan , peneliti juga

membutuhkan data - data pendukung sebagai pelengkap penelitian

ini, yang meliputi:

a. Profil dari Madrasah Aliyah PINK 03

b. Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki MA. PINK 03

c. Keadaan tenaga pendidik, peserta MA. PINK 03

d. Jadwal kegiatan Kurikulum MA. PINK 03

e. Kegiatan extrakulikuler yang ada disekolah MA. PINK 03

f. Prestasi–prestasi yang didapatkan MA. PINK 03 baik secara

akademik maupun non akademik.

2. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah, penulis mendapatkan data

yang dibagi menjadi dua macam.

a. Yang pertama yaitu Sumber primer (Sugiyonno, 2006 : 308-309).

Sumber data primer yaitu data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Jadi data primer yang didapatkan dari

jalur wawancara langsung informan yang terdiri dari kepala

sekolah, guru, dan peserta didik serta hasil observasi. Sumber

primer dalam penelitian ini diperoleh dari subyek penelitian yaitu

kepala sekolah, bagian kurikulum sekolah, bagian kesiswaan,

guru-guru kelas, peserta didik dan wali murid MA. PINK 03.

Pemilihan subyek penelitian ini dilakukan sengaja dan dianggap

paling representative untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

berkenaan dengan fokus penelitian yaitu tentang penerapan

sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai wujud Pendidikan

multikultural di sekolah tersebut. Dalam proses penelitian, jumlah

subyek penelitian tidak adanya batasan yang bersifat mengikat.

Tapi, yang menjadi kunci pembatasan jumlah subyek penelitian

yaitu apabila dianggap telah mampu menjawab semua

permasalahan dalam penelitian tersebut.

b. Selanjutnya yang kedua, sumber data sekunder yaitu data yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data.

Maksdunya Sumber sekunder itu diperoleh dari berbagai studi

dokumen,naskah dan arsip atau terdiri dari buku-buku, literature

yang berkaitan dengan penerapan sosialisasi nilai – nilai

keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK

03 Tambun Selatan Bekasi.

Page 58: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

40

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi dan data yang tepat serta sesuai

dengan fokus dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan triangulasi yaitu meliputi observasi, wawancara dan studi

dokumen sebagai teknik dari pengumpulan data. Dan untuk lebih

jelasnya peneliti merangkum dalam bentuk table sebagai berikut.

Tabel 3.1

Sumber dan Teknik pengumpulan data

No Sumber Data Metode Instrumen

1 Fenomena,

aktivitas sosial,

peristiwa berupa

kata-kata dan

tindakan

Observasi Pedoman observasi

2 Informan Interview Pedoman wawancara

3 Dokumen Dokumentasi Pedoman dokumentasi

dan arsip sekolah

1. Observasi, merupakan suatu pengamatan dan pencatatan yang secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian

(S.Margono, 2007 : 158). Sehingga dalam penelitian ini, penulis

melakukan observasi untuk memahami secara holistik atau

menyeluruh terhadap bagaimana penerapan sosialisasi nilai-nilai

keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural. Peneliti juga

melakukan observasi ke dalam lapangan yaitu ke ruang - ruang kelas,

tempat ibadah, dan sarana dan prasarana yang mendukung dalam

penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai wujud

Pendidikan multikultural, serta tempat – tempat yang mendukung

yang menjadi kegiatan siswa dengan mengamati fenomena–fenomena

tersebut yang akan memudahkan penulis menemukan aspek–aspek

yang membantu dalam penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman

sebagai wujud Pendidikan multikultural di sekolah.

2. Wawancara, merupakan pengumpulan data yang dilakukan secara

lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Ada juga

wawancara dilakukan secara kelompok, yaitu wawancara dengan

keluarga, pengurus yayasan dan lain–lain (Sukkmadinata, 2013 :

261). Penulis juga pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya

Page 59: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

41

jawab secara langsung dan lisan kepada pihak - pihak yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti, seperti kepala sekolah, waka

kurikulum, waka kesiswaan, murid - murid dan guru – guru MA.

PINK 03. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukkan mengenai dengan

penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai wujud

Pendidikan multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi.

3. Dalam melaksanakan wawancara perlu adanya pedoman wawancara,

sehingga teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

dapat terukur dengan pelaksanaan yang terfokus pada pedoman

wawancara, jadi lebih terbuka terhadap pendapat dan ide-ide

responden. Dan teknik ini bertujuan agar data yang dihasilkan tepat

dan dapat jawaban dari permasalahan penelitian secara tepat,

komprehensif, dan mendalam.

Tabel 3.2

Responden dalam wawancara

No Informan Jumlah

1 Kepala Sekolah 1

2 Wakasek Kurikulum 1

3 Wakasek Kesiswaan 1

4 Peserta Didik 20

5 Wali Murid 3

6 Guru kelas 3

4. Studi dokumen, jadi teknik pengumpulan data dengan menghimpun

dan menganalisis dokumen–dokumen, baik itu dokumen tertulis,

gambar, hasil karya atau elektronik ( Sukmadinata, 2013 :22 ).

Dokumen yang telah didapat lalu dianalisis, dibandingkan dan

dipadukan, sehingga terbentuklah hasil kajian yang sistematik, serta

padu dan utuh. Dokumen yang akan dikumpulkan itu seperti profil

lembaga, jadwal kegiatan, prestasi siswa di bidang akademik dan non

akademik di bidang keagamaan siswa, gambaran lingkungan sekolah

yang mendukung serta foto dan data lainnya yang sesuai dengan

permasalahan penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai

wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan

Bekasi. Maka dari itu, dalam studi dokumen dalam penelitian ini

digunakan pedoman di studi dokumen.

Page 60: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

42

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis non statistik

yaitu analisis yang deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa atau fenomena yang terjadi sejak

awal kegiatan dari penelitian sampai akhir penelitian secara sistematis,

komprehensif, dan sederhana.

Menurut Interactive Model dari Miles dan Huberman ada beberapa

langkah yang harus digunakan dalam menganalisis data menggunakan.

model ini, ada tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan serta pengujian kesimpulan (Miler, 2013: 12-14). Penjelasan

dari langkah-langkah tersebut adalah:

1. Reduksi Data

Reduksi (pengurangan dan pemotongan) data, dalam

penelitian ini termasuk analisis data yang melibatkan langkah-

langkah pengelompokkan dan penyederhanaan data sesuai dengan

fokus penelitian. Dan data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara dan studi dokumen akan dipilah dan diindentifikasi, jika

terdapat data yang kurang relevan maka data akan dibuang.

Kemudian data yang relevan akan difokuskan pada hal-hal yang

berkenaan dengan penerapan sosialisasi nilai – nilai keragaman

sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03 Tambun

Selatan Bekasi

2. Penyajian Data

Dan tahap ini, data dari hasil proses reduksi data yang akan

dikumpulkan, kemudian disusun dengan cara naratif dan sistematis.

Hal ini dilakukan untuk memahami fenomena - fenomena apa saja

yang sedang terjadi mengenai penerapan sosialisasi nilai – nilai

keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03

Tambun Selatan Bekasi

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Sedangkan tahapan ini merupakan penarikan kesimpulan dari

hasil analisis penyajian data yang merupakan jawaban dari fokus

penelitian, yaitu berkenaan dengan penerapan sosialisasi nilai – nilai

keragaman sebagai wujud Pendidikan multikultural di MA. PINK 03

Tambun Selatan Bekasi, baik itu dari aspek konsep manajemen,

penerapannya serta faktor yang menjadi pembeda dengan sekolah

lainya.

F. Uji Keabsahan Data

Tahap ini menggunakan dua metode untuk mengkaji keabsahan data

yaitu ;

Page 61: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

43

1. Pertama, triangulasi metode yaitu cara membandingkan dan

mencocokkan fenomena yang diperoleh peneliti di lapangan (berupa

catatan selama observasi) dan data yang diperoleh melalui

wawancara dan studi dokumentasi.

2. Kedua, triangulasi data atau sumber yaitu peneliti membandingkan

data-data dan bukti yang diperoleh dari situasi yang berbeda - beda.

orang, waktu dan tempat termasuk 3 sub jenis. penjelasannya

sebagai berikut:

a) Orang, mengumpulkan data-data penelitian dari orang-orang yang

berbeda tapi melakukan aktivitas yang sama.

b) Waktu, mengumpulkan data-data penelitian pada waktu yang

berbeda.

c) Tempat, mengumpulkan data-data penelitian di tempat yang

berbeda.

Artinya, peneliti akan mengambil dan menggali informasi dari

subyek penelitian (kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan,

guru–guru dan peserta didik) yang telah

merencanakan,melaksanakan, bahkan mengevaluasi penerapan

sosialisasi nilai – nilai keragaman sebagai wujud Pendidikan

multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi.

Tabel 3.3

Operasional Variabel Wawancara Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan

INPUT Visi - misi Jelas dan

Terukur

1. Apakah MA. PINK 03

mempunyai visi dan misi

2. Apakah visi misi tersebut

3. Faktor apa yang melatar

belakangi munculnya visi

dan misi tersebut

4. Apakah visi misi tersebut

sudah jelas dan terukur

sesuai dengan kondisi

sekolah

5. Bagaimana visi dan misi

sekolah mempengaruhi

penerapan nilai – nilai

keragaman Pendidikan

multikultural

Page 62: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

44

Program kerja Komprensif dan

jelas

1. Bagaimanakah penyusunan

program kerja di MA.

PINK 03

2. Bagaimana pelaksanaan

program kerja MA. PINK

03 selama ini

3. Apakah nilai – nilai

keragaman Pendidikan

multikultural termasuk

dalam implementasi

program kerja di MA.

PINK 03

4. Seberapa komprensif

program kerja yang ada di

MA. PINK 03

Sistem

organisasi

struktur dan

pengelolahan

1. Apakah MA. PINK 03

memiliki struktur

organisasi

2. Bagaimanakah struktur

organisasi disekolah

tersebut

3. Pelaksanaan nilai – nilai

keragaman Pendidikan

multikultural kordinasi

struktur bagian apa

4. Faktor apa yng menjadi

latar belakang dalam

manajemen organisasi

nilai – nilai keragaman

Pendidikan multikultural

5. Bagaimana penerapan

manajemen dalam nilai –

nilai keragaman

Pendidikan multikultural

Page 63: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

45

PROSES

Sistem sosial

suasana

sekolah

dan komponen

sekolah

1. Bagaimanakah suasana

disekolah yang ada di MA. PINK 03

2. Apakah yang melatar

belakangi suasana sekolah

tersebut

3. Apakah suasana sekolah

menjadi bagian dalam nilai

– nilai keragaman

Pendidikan multikultural

4. Bagaimanakah aplikasi

nilai – nilai keragaman

Pendidikan multikultural

Sistem

budaya

ragam budaya

dan

kepercayaan

1. Apakah MA. PINK 03 memiliki ragam budaya

2. Seperti apakah budaya

yang ada di MA. PINK 03

3. Bagaimana sistem

kepercayaan yang ada di

MA. PINK 03

4. Seberapa besar tingkat

kepercayaan yang ada di

MA. PINK 03

5. Bagamana kaitanya budaya

yang ada dengan nilai –

nilai keragaman

Pendidikan multikultural

OUTPUT sikap karakter

1. Sikap apakah yang

diharapkan dalam tujuan

nilai – nilai keragaman

Pendidikan multikultural

2. Bagaimana cara

menanamkan sikap tersebut

3. Seperti apa dampak dari

penanaman sikap tersebut

4. Bagaimanakah cara

mempertahankan sikap yang

ditanamkan

Page 64: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

46

Norma Adat kebiasaan

1. Norma apakah yang ingin

dicapai dalam penerapan

nilai – nilai keragaman

Pendidikan multikultural

2. Bagaimanakah pelaksanaan

nilai – nilai keragaman

Pendidikan multikultural

dalam pembentukan norma

pada peserta didik

3. Bagaimanakah dampak

norma tersebut dalam adat kebiasaan peserta didik

4. Apakah indikator

keberhasilan terhadap

penerapan norma

terhadap peserta didik

kepercayaan

Akidah

1. Seperti apakah akidah yang

harapkan dalam penerapan

nilai – nilai keragaman

Pendidikan multikultural

2. Faktor–faktor apakah yang

mempengaruhi dalam

penanaman akidah

tersebut

3. Bagaimana perilaku peserta

didik dari perwujudan

akidah tersebut

Nilai Tambah

1. Apakah ada nilai-nilai tambah yang ditanam di

MA. PINK 03

2. Seperti apakah nilai-nilai

tersebut

3. Bagaimana pengaplikasian

nilai tersebut

4. Apakah kaitanya nilai-nilai

tersebut dengan konsep

Page 65: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

47

Asumsi Aturan ritual

dan praturan

1. Apakah asumsi yang

mendasari kegiatan nilai –

nilai keragaman

Pendidikan multikultural

2. Asumsi seperti apa terkait

nilai – nilai keragaman

Pendidikan multikultural

3. Apakah asumsi yang

berhubungan dengan

keislaman yang mendasari

kegiatan nilai – nilai

keragaman Pendidikan

multikultural

Tabel 3.4

Pedoman Observasi

Tempat Pengamatan Rincian Observasi

Ruang ibadah Kondisi Fisik

Bangunan Tempat

Ibadah

1. Tata Ruangan Ibadah

2. Kegiatan yang dilakukan

peserta didik

3. Melihat penerapan nilai –

nilai keragaman Pendidikan

multikultural

Ruang kelas Melihat Kondisi kelas 1. Pembelajaran Yang diajarkann didalam Kelas

2. Melihat konsep pembelajaran

dalam penerapan nilai – nilai

keragaman Pendidikan

multikultural

Lingkungan

Sekolah

Nilai – Nilai Keragaman

Pendidikan

multikultural yang

diterapkan

1. Struktur Sekolah

2. Sosial Sekolah

3. Budaya Sekolah

Page 66: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

48

Tabel 3.5

Kisi – Kisi Dokumentasi

NO DOKUMENTASI

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Lembar penilaian diri

Tata tertib siswa

Pedoman Observasi sikap spiritual

Lembar penilaian antar peserta didik

Kriteria naik kelas dan tamat belajar

Surat pernyataan

Page 67: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

49

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lokasi Penelitian

1. Letak Lokasi Penelitian

letak geografis dari tempat yang peneliti teliti itu, Madrasah Aliyah

(MA) PINK 03 Tambun Selatan terletak di Jalan Madrasah Kp. Rukem

RT. 004 Rw. 013 Ds. Mangun Jaya Kec. Tambun Selatan Kab. Bekasi

Propinsi Jawa Barat Kode Pos 17510.

MA. PINK 03 Tambun Selatan ini salah satu lembaga pendidikan

yang bernaung pada Yayasan Perguruan Islam Nurul Kasysyaf Tsalitsah

(YAPINK 03). Lokasi MA. PINK 03 masih berada dalam satu komplek

YAPINK 03. Lokasi MA. PINK 03 tidak bersampingan denga jalan raya,

tapi sangat mudah ditemukan keberadaan lokasinya, lokasi MA. PINK 03

juga sangat strategis serta mudah diakses oleh masyarakat yang berada di

sekitar Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi

2. Sejarah Singkat MA. PINK 03

Perguruan Islam el-Nur el Kasysyaf (PINK 03) sebagai salah satu

penyelenggara pendidikan madrasah yang berdiri sejak tahun 1989. Pink

03 menyelenggarakan pendidikan dasar yaitu Madrasah Ibtidaiyah ( MI

PINK 03) dan pendidikan menengah pertama yaitu Madrasah

Tsanawiyah (MTs PINK 03). MTs PINK 03 yang didirikan sejak tahun

1995 yang sampai dengan saat ini telah meluluskan 17 angkatan, dengan

jumlah lulusan selama 5 tahun terakhir tidak kurang dari 150 lulusan

setiap tahunnya.

Dari sekian banyak lulusan Madarasah Tsanawiyah PINK 03,

rata-rata mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA dan SMK,

sementara hanya sedikit sekali yang melanjutkan ke Madrasah Aliyah

(MA). Hal ini dikarenakan keberadaan lembaga pendidikan Madrasah

Aliyah di wilayah Tambun Selatan Bekasi masih sangat sedikit, itupun

letaknya di luar wilayah desa Mangunjaya, tempat keberadaan MTs

PINK 03.

Penanggung jawab Madrasah Aliyah PINK adalahYayasan

PINK 03 SK Menteri Kehakiman RI No. C-888 HT. 03.01. TH.1999

Tanggal 6 April 1999, sebagaimana terlampir

Page 68: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

50

Kurikulum yang akan di terapkan d i Madrasah Aliyah

PINK 03 ini adalah kurikulum 13 dengan modifikasi dan

penambahan mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan visi dan misi

Madrasah.

3. Visi dan Misi

MA. PINK 03 Tambun Selatan sebagai satuan pendidikan

pastinya memiliki visi dan misi. Karna dengan adanya visi dan misi

tersebut akan dijadikannya pedoman dalam upaya pengambilan kebijakan

sekolah, dan tentunya adanya peningkatan standar kompetensi lulusan

sekolah. Berdasarkan studi dokumen dari peneliti, berikut visi dan misi

MA. PINK 03 Tambun Selatan.

a. Visi

“Terwujudnya Anak didik yang berprestasi, terampil dan unggul dalam

IPTEK yang berlandaskan IMTAQ.”

Indikator:

1) Meningkatkan keimanan, akhlak mulia, pengetahuan dan

keterampilan

2) Menjuarai lomba mata pelajaran, olah raga, seni dan budaya di

tingkat kabupaten

3) Terampil beribadah dengan mandiri

4) Menyiapkan lulusan untuk masuk Perguruan Tinggi

5) Terampil dalam mengkaji dan menerapkan Ilmu Agama,

Pengetahuan dan Tekhnologi

b. Misi

MA. PINK 03 mempunyai misi dalam rangka upaya pencapaian

terhadap visi sekolah. Misi dari MA. PINK 03 adalah sebagai

berikut:

1) Menyelenggarakan pendidikan yang mengacu pada Standar Isi dan

Proses.

2) Meningkatkan pemenuhan sarana dan prasarana madrasah untuk

meningkatkan prestasi siswa.

3) Mengembangkan kompetensi madrasah dalam penguasaan

kurikulum dan muatan lokal.

4) Meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme guru;

5) Meningkatkan pencapaian kualifikasi lulusan yang terampil dalam

IPTEK.

Page 69: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

51

6) Meningkatkan pembinaan dan penanaman pemahaman agama yang

berhaluan pada akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

c. Tujuan Sekolah

Adapun tujuan MA. PINK 03 adalah:

1. Jangka Pendek

a) Mewadahi keinginan masyarakat atau orang tua murid MTs.

PINK 03 agar putra-putrinya bisa melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi yang lebih dekat jaraknya.

b) Adanya kesinambungan sistem pembelajaran di PINK 03

(MI, MTs dan MA) yang sudah mapan.

2. Jangka Panjang

a) Menyiapkan generasi bangsa yang beriman kuat, terampil

dan mandiri.

b) Menyiapkan generasi muslim yang sanggup meneruskan

perjuangan ulama’ dan kiyai.

c) Mantapnya ajaran agama Islam yang berhaluan Ahlus

Sunnah wal Jama’ah.

4. Keadaan Tenaga Pendidik

MA. PINK 03 Tambun Selatan Bekasi saat ini mempunyai

tenaga pendidik yang menurut penulis cukup secara kuantitas bagi

kebutuhan proses pembelajaran peserta didik. Berdasarkan dari studi

dokumen peneliti, tenaga pendidik sudah memiliki latar belakang

pendidikan yang sesuai dengan materi yang diampunya dalam

pembelajaran di sekolah.

Jumlah tenaga pendidik dan karyawan MA. PINK 03 saat ini

terdapat 24 orang. Secara rinci, dapat dikemukakan dalam tabel 4.1 di

bawah ini.

Tabel 4.1

Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan MA. PINK 03 Tambun

Selatan Bekasi

NO NAMA

KEPEGAWAIAN

STATUS

TUGAS MATA

PELAJARAN

1 Nu’man Dawami, S. Pd. GTY Kepala Madrasah

Page 70: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

52

2 Mardi, ST GTY Ekskul Otomotif

3 Mushonif, S. Ag GTY Kurikulum / Fikih

4 Dani Suhendi, S. Fil. I GTY Kesiswaan /

Aswaja

5 Juli Hariyanto, SS, M.

MPd

GTY Bendahara

6 Dede Nur Annida, S. Kom GTY Tata Usaha

7 Andheli Kuntonan

Prigianny, S. Pd. I

GTY Tata Usaha

8 Habib, S. Pd. I GTY Nahwu, Shorof

9 Tuti Tresnowati, S. Pd. I GTY MIPA / Biologi /

FIsika

10 Eli Wahyuni, M. Si GTY TIK

11 Sri Nurwulan, S.Si GTY MIPA / KIMIA

12 Vida Farida, S. Pd GTY Bahasa Inggris

13 Ahmad Muhidin, SS GTY Al-Quran Hadits

14 Edi Suarto, SE GTY PKN

15 Dedi Yunus, SS GTY Akidah Akhlak

16 Septi Fauziah GTY Bahasa Indonesia

17 H. Lingga Labbaika, Lc GTY Bahasa Arab

18 Usnu Irman Mubarok, S.

Pd GTY

Penajas

19 Leza Nurjaman, S. Pd GTY Matematika Wajib

20 Dian Oktaviani, S. Pd GTY Matematika

Peminatan

21 Ustd. Mahmudi hadi

Prasetio

GTY Tafidz

22 Rita Dewi Sari, S. Sos GTY Sejarah Indonesia

23 Rico Hiqmawan, SS GTY Seni Budaya

24 H. Yusuf, SS GTY SKI

25

*(Sumber: Hasil studi dokumen, 2018).

Berdasarkan tabel di atas, kita ketahui bahwa tenaga pendidik MA. PINK 03

memiliki latar pendidikan yang berbeda dan sesuai dengan bidang keilmuan

yang mereka ampu. Selain itu juga, masa kerja tenaga pendidik yang relatif

Page 71: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

53

sudah lama mengajar di MA. PINK 03 tentunya menjadi pengalaman yang

baik dalam proses pembelajaran di sekolah. Selanjutnya, terdapat tenaga

pendidik MA. PINK 03 yang sudah mendapatkan tunjungan sertifikasi dari

pemerintah.

5. Keadaan Peserta Didik

Keadaan perserta didik di MA. PINK 03 Selatan pada Tahun

Pelajaran 2018-2019 secara kuantitas berjumlah sekitar 270 orang. Perserta

didik terdiri dari Kelas X berjumlah 108 orang, Kelas XI yang berjumlah

83 orang dan Kelas XII berjumlah 79 orang. Berikut ini secara detailnya

keadaan peserta didik pada gambar 4.1 di bawah ini.

Data Peserta Didik MA. PINK 03

(Sumber: Hasil Studi Dokumen, 2018).

Berdasarkan tabel di atas, kita ketahui bahwa terjadi peningkatan pada

jumlah pesera didik disetiap tahunnya. Hal ini diketahui dari tahun masuknya

peserta didik tersebut, untuk peserta didik Kelas XII di tahun 2016, Kelas XI di

tahun 2017, dan Kelas X di tahun 2018. Dengan begitu, hal ini menjadi salah

satu indikator bahwa pelaksanaan pembelajaran di MA. PINK 03 sudah baik,

karena meningkatnya kepercayaan dari masyarakat guna menyekolahkan

anaknya di MA. PINK 03 ini.

Selain itu, peserta didik MA. PINK 03 telah banyak mempunyai

prestasi yang tinggi di tingkat daerah maupun nasional. Prestasi yang telah

diraih bukan hanya di bidang akamdemik, melainkan juga prestasi di bidang

29 24 32 50 59

76

0

50

100

150

200

Kelas XII Kelas XI Kelas X

Gambar 4.1

Tahun Pelajaran 2018- - 2019

Laki-laki Perempuan

Page 72: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

54

olahraga dan kesenian. Berikut prestasi peserta didik yang telah diraih selama

dua tahun terakhir ini.

a. Juara 2 Lomba Kreasi dan Inovasi Teknologi Kab. Bekasi 2016

b. Juara Harapan 3 Lomba Kreasi dan Inovasi Teknologi Kab. Bekasi

2016

c. Juara 3 Lomba Pidato Bahasa Indonesia Harlah YAPINK kab. Bekasi

2017

d. Juara 1 Lomba Seni Musik Islam/Marawis Kategori Umum Putra

Pekan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017

e. Juara 1 Lomba Qiroah Al – Quran (MTQ) Kategori Umum Putri

Pelakan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017

f. Juara 1 lomba Qiroah Al – Quran (MTQ) Kategori Umum Putra

Pekan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017

g. Juara 2 Lomba Qiroah Al – Quran (MTQ) kategori Umum Putri

Pekan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017

h. Juara 2 Lomba Qiroatul Kutub (MQK) kategori Aliyah Putra Pekan

Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017

i. Juara 2 Lomba Seni Baca Puisi kategori Umum Putri Pekan

Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017

j. Juara 3 Lomba Futsal Kategori Umum Putra Pekan Olimpiade

Nasional Kab. Bekasi 2017

k. Juara 3 Lomba Seni Musik Islam/Marawis kategori Umum Putra

Pekan Olimpiade Nasioanal Kab. Bekasi 2017

l. Juara 3 lomba Pidato Bahasa Arab Kategori Umum Putri Pekan

Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017

m. Juara 3 Lomba Kaligrafi kategori Umum Putra Pekan Olimpiade

Nasional Kab. Bekasi 2017

n. Juara 3 Lomba Tenis Meja kategori Umum Putra Pekan Olimpiade

Nasional 2017

o. Juara 3 Lomba Qiroah Al – Quran (MTQ) Kategori Umum Putra

Pekan Olimpiade Nasional Kab. Bekasi 2017

p. Juara 3 Tilawah Remaja Putri Pada Musabaqah Tilawatil Quran

(MTQ) ke-48 Kab. Bekasi 2015

q. Juara 3 Lomba Pidato Putra KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017

r. Juara 3 Lomba MTQ Putri KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017

s. Juara 3 Lomba MTQ Putra KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017

Page 73: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

55

t. Juara 2 Lomba Singer Putri KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017

u. Juara 2 Lomba Kaligrafi KSM Aksioma Kab. Bekasi 2017

B. Temuan Penelitian dan Pembahasan

1. Perencanaan Sosialisasi Pendidikan Multikultural

a. Pelaksanaan Visi Misi dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan

Multikultural

Penelitian dilakukan dengan observasi pengamatan

perencanaan yang dibentuk oleh MA. PINK 03, pengambilan data yang

dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi terkait penerapan

sosialisasi nilai–nilai keragaman tersebut sebagai wujud pendidikan

multikultural. Pada tahap perencanaan sosialisasi pendidikan

multikultural dari pelaksaaan visi dan misi yang menjadi salah satu

tahapan perencanaan sekolah. Dengan visi Meningkatkan keimanan,

akhlak mulia, pengetahuan dan keterampilan, Terampil dalam mengkaji

dan menerapkan Ilmu Agama, Pengetahuan dan Tekhnologi dan

Meningkatkan pembinaan dan penanaman pemahaman agama yang

berhaluan pada akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Kepala Madrasah menegaskan mengenai makna dari visi

tentang „bernafaskan islam‟ itu diharapkan bahwa MA. PINK 03

unggul dari segi keislaman, sehingga Madrasah kami ada pada

penguatan nilai keagamaan seperti dalam pembelajaran, pembiasaan

dll, maka dari ini sekolah kami mengharapkan adanya out put siswa

yang sudah mempunyai besik agama yang sudah kuat karena nilai–nilai

agama yang telah ditanamkan di madrasah ini. „Terkemuka‟ kepala

madrasah menjelaskan bahwa diharapkan MA. PINK 03 menjadi

terkemuka dan dapat dikenal oleh masyarakat luas karena keunggulan-

keunggulan yang madrasah kami ini miliki, kemudian madrasah kami

dapat bersaing secara kompetitif, dan MA. PINK 03 diharapkan bukan

menjadi pilihan akan tetapi menjadi sebuah tujuan bagi para orang tua

untuk memasukan anaknya dilembaga pendidikan ini.

Kepala madrasah menegaskan misi dalam “mengembangkan

pendidikan yang berbasis keimanan dan akhlak mulia” itu berkaiatan

dengan visi yang diatas, yang mengharapkan semua program yang

dibuat nantinya memberikan basis keimanan dan membentuk

kepribadian anak yang berakhlak mulia yang di mulai tingkat dari

Page 74: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

56

dasar. “Mengembangkan pendidikan berbasisi ilmu pengetahuan dan

teknologi” yaitu siswa–siswi diajarkan tentang ilmu dan pengetahuan

yang terus berkembang sesuai pada zamannya, jadi tidak ketinggalan

atau bisa dikatan tidak gaptek dalam teknologi sehingga sekolah kami

juga memberikan pengajaran berupa pelajaran TIK dengan tujuan

memberikan keterampilan yang sesuai bakat dan minat yang dimiliki

siswa–siswi.(wawancara kepala madrasah)

Visi misi ini selaras dengan perencanaan dalam pencapaian

sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan

multikultural di MA. PINK 03. Karena banyaknya program–program

yang bernuansa keislaman seperti sholat duha, tahfidz, sholat jamaah,

berdoa, dzikir, perayaan hari besar dan lain sebagainya. Berkenaan

dengan ini kepala madrasah juga mengatakan dalam wawancaranya,

bahwa yang melatar belakangi adanya visi misi tersebut adalah melihat

awal mula sejarah dari PINK 03 itu sendiri yang memang bisa

dikatakan mengutamakan keislaman yang terdepan, sehingga MA.

PINK 03 menyelaraskan dengan keadaan seluruh konten dari MA.

PINK 03.

Visi misi tentu saja menjadi tolak ukur utama bagaimana

madrasah itu berdiri dan seperti apa madrasah itu ada, begitu ujar

kepala madrasah Aliyah PINK 03 dalam menerapkan nilai-nilai

keragaman dalam mewujudkan pendidikan multikultural, tentunya

diperlukan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, baik kepala

madrasah, pendidik dan lingkungan belajar. Kepala madrasah disini

memiliki peran yang utama dalam menentukan kebijakan–kebijakan

yang akan diterapkan di sekolah. Sedangkan tugas dari pendidik ialah

menyampaikan kebijakan yang telah ditetapkan oleh kepala madrasah

dengan strategi dan metode yeng dimiliki pendidik agar siswa bisa

berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan visi misi, serta

tujuan sekolah dapat terlaksana dengan baik, ini dikutip dalam sebuah

jurnal pendidikan, sebuah lembaga pendidikan sudah seharusnya

berusaha menciptakan suatu image (citra) yang positif di hati

masyarakat, agar masyarakat mampu membuat keputusan yang baik

untuk mendaftarkan putra-putri mereka dan turut berpartisipasi aktif

dalam pengembangan lembaga pendidikan tersebut. Nah untuk

mewujudkan citra positif tersebut, selain melalui pengembangan

Page 75: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

57

kualitas juga memerlukan kegiatan yang ada hubungannya dengan

masyarakat yang produktif berdasarkan visi misi yang jelas. Penelitian

ini memperlihatkan alternatif bagi pelaksanaan dan pengembangan visi

misi humas yang berbasiskan kepuasan pelanggan agar citra positif

masyarakat terhadap lembaga pendidikan dapat terjaga dan terbangun.

Kepuasan pelanggan dibangun atas dasar komitmen untuk memahami

harapan dari pelanggan, sehingga lembaga pendidikan perlu

mengidentifikasi “kebutuhan dan keinginan” dari para pelanggannya

itu.

Hal – hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kepuasan

pelanggan yaitu dengan pengembangan visi misi humas, yakni:

penyusunan program identifikasi harapan pelanggan, konsisten

mengukur kepuasan pelanggan, mendesain pelayanan yang sesuai

dengan harapan pelanggan, berkomunikasi secara efektif, membangun

profil personal yang proaktif, ramah, melayani, antusias, dan amanah,

membangun struktur organisasi yang mengakomodasi pelayanan

pelanggan (cutomer service), dan mengembangkan manajemen

partisipatif. Adanya wacana dari penulis bertujuan untuk

mengembangkan sasaran, visi dan misi humas berbasis kepuasan

pelanggan yang didasari oleh kondisi masyarakat saat ini yang

cenderung mulai bersikap kritis termasuk hal pendidikan. Tidak hanya

kritis, masyarakat juga menaruh harapan yang tinggi kepada lembaga

pendidikan agar lembaga tersebut mampu membimbing dan

mengarahkan putra-putri mereka supaya memiliki kemampuan

akademik maupun non akademik yang baik serta memiliki akhlak yang

mulia.

Selain itu, adanya kecenderungan, di mana terdapat lembaga

pendidikan yang masih kurang menjalin kerjasama dan melibatkan

partisipasi kepada masyarakat yang secara aktif berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan maupun pengembangan lembaga pendidikan

tersebut yang secara maksimal, termasuk kaitannya dengan

mendengarkan dan menampung harapan-harapan masyarakat selaku

pelanggan dari lembaga pendidikan tersebut. Jika ada komunikasi pun

seringkali bahasan utama yang disampaikan lebih cenderung berkaitan

dengan dana. Hal tersebut memang tidak salah, namun lembaga

pendidikan juga perlu mendengarkan keluh kesah serta saran dari para

Page 76: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

58

pelanggan/ masyarakat tentang apa yang menjadi harapan mereka. Jika

dikaitkan dengan humas pada lembaga pendidikan, maka humas

memiliki peran yang penting dalam hal ini, karena humas termasuk

jembatan bahkan pintu gerbang antara pihak internal lembaga

pendidikan dengan pihak pelanggan, terutama wali siswa ataupun

masyarakat secara umum. Maka dari sinilah citra masyarakat terhadap

lembaga pendidikan akan terbangun dan akan terlihat baik atau buruk

citra masyarakat yang terbangun sangat dipengaruhi oleh tingkat

kepuasan dari mereka.

Maksud definisi kepuasan tersebut ialah, jika dikaitkan dengan

kepuasan pelanggan dalam lembaga pendidikan maka hal tersebut dapat

dipahami sebagai respon ataupun tanggapan dari para pelanggan

pendidikan seperti siswa, wali siswa, masyarakat dan sebagainya

terhadap pelayanan ataupun apa yang telah diberikan oleh pihak

lembaga pendidikan tersebut. Hal tersebut juga berkaitan dengan

pembelian atau pemakaian ulang serta mengajak orang lain untuk

menggunakan produk dan jasa yang dihasilkan pendidikan. Hal ini

terjadi disebabkan oleh customer delivered value atau (nilai yang

diterima pelanggan). Secara matematis, kepuasan merupakan selisih

antara Total Customer Value dan Total Customer Cost. Total Customer

Value adalah jumlah segala pengorbanan yang dikeluarkan seseorang

untuk mendapat barang dan jasa. Artinya, perbandingan antara

pengorbanan waktu, tenaga dan uang yang dikeluarkan dengan nilai

manfaat hasil yang diterima. Beberapa pendapat dan teori tentang

kepuasan pelanggan dapat ditunjukkan sebagai berikut: Contrast

Theory yang mengatakan bahwa konsumen akan membandingkan

kinerja produk yang aktual dengan ekspektasi para pembelinya, di

mana jika kinerja aktual lebih besar atau sama dengan ekspektasi, maka

pelanggan akan puas dan sebaliknya, apabila kinerja aktual lebih

rendah dari ekspektasi, maka konsumen akan mengalami ketidakpuasan

(Sutrimi , 2015:61).

Maka dari itu Peneliti menyimpulkan bahwa kepuasan

pelanggan dibangun atas dasar komitmen untuk mencapainya tujuan

atas pendiriannya melalui upaya-upaya memahami harapan

pelanggannya. Agar harapan dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi,

maka lembaga pendidikan harus terlebih dahulu mengidentifikasi

Page 77: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

59

“kebutuhan dan keinginan” apa dari para pelanggannya, kemudian

berusaha untuk memenuhinya. Hal yang menjadi pertanyaan sekarang

adalah bagaimana jika harapan pelanggannya bervariasi dan banyak?

Apakah semua harapan tersebut harus dipenuhi? Untuk mengantisipasi

hal tersebut, lembaga pendidikan perlu menyusun skala prioritas

terhadap harapan-harapan para pelanggan. Seperti halnya saat ini

sedang booming sekolah boording bernuansa islam, mungkin disitulah

banyak para orang tua ingin berlomba–lomba memasukkan anaknya

kelembaga pendidikan yang bernuansa islami, yang mana dapat

membentuk karakter anak sejak dini.

Madrasah Aliyah PINK 03 pasti berharap menjadi bagian dari

masyarakat, terutama masyarakat sekitar dengan komitmen yang

madrasah punya, melalui penetapan visi misi yang jelas dan dapat

memberikan kepercayaan terhadap masyarakat luas, sehingga sekolah

ini berusaha memberikan produk–produk yang menarik agar para calon

pelanggan sekolah ini tertarik dengan produk atau program yang ada

disekolah ini.

Dalam Pembahasan penerapan sosialisasi nilai–nilai keragaman

sebagai wujud pendidikan multikultural menjabarkan contoh kegiatan

dalam mengimplementasikan nilai – nilai keragaman sebagai wujud

Pendidikan multikultural, yaitu: dari kebiasaan sekolah yang

menerapkan system disiplin terhadap siswa, kegiatan-kegiatan rutin

sekolah, ketepatan guru memulai pelajaran, kemampuan guru dalam

mengubah suasana kelas, reward dan punishment, lingkungan sekolah

yang teratur, tertib, rapi, serta pola komunikasi antar stakeholder

sekolah. Itu merupakan pengalaman yang dapat mempengaruhi cara

berpikir, perilaku dan kultur siswa. MA. PINK 03 juga mempunyai

prinsip prinsip dalam pengelolannya sebagai berikut :

a) Pendidikan merupakan investasi sepanjang hayat, sehingga

pembelajaran yang mampu mengakomodasinya adalah lifelong

learning. Seiring dengan tuntunan Rasulullah SAW; “Carilah

ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim), maka

siswa/i MA. PINK 03 didorong agar mempunyai motivasi untuk

terus belajar, kapanpun, di manapun, dari dan dengan siapapun.

Memotivasi untuk terus belajar ditanamkan dalam pembelajaran

leadership.

Page 78: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

60

b) Jadi proses pendidikan bukanlah sistem transformasi

pengetahuan semata, tapi usaha untuk menumbuh kembangkan

potensi pada siswa, sehingga setiap siswa dapat sukses

walaupun dengan keragaman dari potensinya. Kecerdasan siswa

tidak bisa diukur dari segi kognitifnya saja, tapi juga dari segi

afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Kecerdasan siswa

itu sangat beragam, yakni Linguistik Intelegence (kecerdasan

berbahasa), Logical mathematical intelligence (kecerdasan

logika-matematika), Spatial intelligence (kecerdasan spasial),

Bodily-kinestetik intelligence (kecerdasan gerak tubuh), Musical

intelegnce (kecerdasan musik), Interpersonal Intelligence

(kecerdasan menjalin hubungan baik dengan sesama), Natural

intelegence.

c) Proses dari pembelajaran ini bertujuan untuk membentuk

pribadi-pribadi yang bisa memimpin di masa depan. Karena

pribadi yang sukses di masa depan bukan semata berasal dari

lulusan sekolah yang mempunyai nilai akademik tinggi seperti

tertuang di buku raport. Ada 7 kemampuan untuk bisa sukses

dalan kepribadian, yakni: bisa memahami diri sendiri

(understanding self), kemampuan dalam berkomunikasi

(communication skill), kemampuan dalam belajar untuk belajar

(learning to learn), Membuat suatu keputusan (making

decision), Mengelola (managing), Bekerja dengan kelompok

(working with groups)

d) Sistem pendidikan Ilmu pengetahuan dengan ilmu agama tentu

bukan dua sisi yang berbeda. Al Quran itu dasar ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan agama terintegrasi

dalam pendidikan lainya.

e) Pusat dari kegiatan belajar adalah Siswa, jadi siswa juga sebagai

pelaku dan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan. Karna

sebagai pusat belajar berarti segala aktifitas belajar difokuskan

untuk membentuk kepribadian siswa. Sebagai pelaku berarti

siswa juga punya peran yang besar atau penting dalam kegiatan

belajar di kelas maupun di luar kelas. Siswa sebagai subjek yang

aktif dalam kegiatan belajar, yang kemudian disebut Active

Page 79: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

61

Learning. Implikasinya, guru yang berperan sebagai fasilitator,

membantu membimbing siswa.

f) Siswa tidak hanya belajar dari guru saja, tapi bisa dari berbagai

sumber daya yang ada di sekelilingnya. Seperti orang tua, para

ahli, kalangan professional itu merupakan sumber belajar.

Selain buku pelajaran, siswa dapat juga dapat belajar dari

televisi, radio, media cetak dan lingkungan sekitarnya. Hal ini

dapat mendukung keberhasilan belajar.

g) Kegiatan belajar yang dilakukan secara utuh dalam sehari.

Sistem Full Day School membuat siswa terkondisikan dalam

belajar dari waktu ke waktu. Misalnya Senin sampai sabtu siswa

belajar di sekolah dari pagi sampai sore, sedangkan Minggu

adalah waktu untuk keluarga. Apakah siswa mengalami

kejenuhan selama satu hari penuh di sekolah? Metode belajar

yang digunakan guru sudah dirancang agar siswa menikmati

kegiatan sehari-hari di sekolah.

h) Dalam psikologis setiap peserta didik adalah individu yang yang

mempunyai emosi. Situasi psikologis yang baik akan

berdampak baik juga pada keberhasilan belajar. Lingkungan

kelas perlu disetting sedemikian rupa, sehingga bisa kondusif

bagi kegiatan belajar siswa. Halaman yang luas, asri, sejuk, dan

aman yang dimiliki Yayasan PINK 03 menjadi nilai tersendiri

bagi penyelenggaraan sekolah.

i) Pendidikan yang baik itu didukung oleh sumber daya pendidik

yang professional. Guru-guru MA. PINK 03 direkrut dari

kampus negeri dan swasta ternama, sarjana dan master melalui

proses seleksi, serta pembinaan yang berkelanjutan.

b. Penerapan Program kerja dalam Sosialisasi Nilai-nilai

Multikultural di MA. PINK 03 Tambun Selatan

Salah satu bagian terpenting dalam pelaksaan terkait penerapan

sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan

multicultural adalah program kerja. Program kerja di MA. PINK 03

adalah susunan daftar kegiatan yang dirancang untuk di lakukan dalam

satu periode kepengurusan. Jadi program kerja ini akan menjadi tolak

ukur untuk pencapaian kinerja kepengurusan. Pertanggung jawaban

program kerja biasanya dilakukan pada masa akhir kepengurusan,

Page 80: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

62

dengan format laporan pertanggung jawaban kepada seluruh guru yang

ada di madrasah, Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk

mewujudkan cita - cita MA. PINK 03

Program kerja Madrasah ini merupakan proses perencanaan atas

semua hal, untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Maka dari itu,

program Madrasah dapat disesuaikan dengan kekhasan kondisi, potensi

daerah, sosial budaya masyarakat, potensi madrasah dan kebutuhan

peserta didik. Dewasa ini kompetisi pendidikan berlangsung sangat

ketat dan tajam. Sekolah yang tidak mampu bersaing secara fair dan

terbuka akan tertinggal terseleksi oleh keadaan. Setiap sekolah

pastinya telah memiliki visi, misi, dan tujuan yang menjadi acuan

dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,

diperlukan adanya suatu pengembangan program dari sekolah.

Berbagai program yang dikembangkan haruslah relevan dengan visi

dan misi dari sekolah, serta sebagai bentuk penjabaran yang rinci dan

terukur untuk dilaksanakan di sekolah. Pengembangan program sekolah

hendaknya melalui tahapan yang sistematis dan langkah-langkahnya

juga dapat di pertanggungjawabkan, baik itu secara akademik, yuridis,

maupun sosial. Dalam pengembangan program sekolah juga harus

mempertimbangkan potensi dan kemampuan sekolah, jadi sejauh mana

kekuatan sekolah dan lingkungan itu mendukung keterlaksanaan

program, apakah terdapat hambatan dalam pelaksanaan.

untuk mencapai tingkat keberhasilan sekolah juga bisa

menentukan seberapa besar peluang yang dapat di kembangkan dan

ditetapkan sebagai rencana-rencana kegiatan yang dapat ditempuh.

Sekolah yang menyusun program tanpa mengindahkan berbagai

pertimbangan tersebut, akan mengakibatkan terjadinya penyimpangan

dalam pelaksanaannya, baik itu penyimpangan dalam bentuk perubahan

atau penggantian dari program, bisa terjadinya kemacetan dan tidak

terlaksananya dalam suatu program, maupun penyimpangan dari

keuangan. Terjadinya penyimpangan - penyimpangan program tersebut

merupakan suatu pemborosan dan kerugian dalam berbagai bidang

yang akhirnya dapat mengakibatkan kegagalan keberhasilan yang

diinginkan. Begitu juga dengan sekolah dan program yang tidak

terukur, tidak jelas, dan tidak fokus, dampaknya akan lebih besar

berpotensi dan merugikan semua pihak. Terjadinya kekeliruan

Page 81: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

63

manajemen sekolah juga disebabkan kondisi program sekolah yang

salah, begitupun sebaliknya.

MA. PINK 03 menyadari pendidikan itu usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suatu suasana belajar dan proses

pembelajaran agar para peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya sendiri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan

keterampilan yang diperlukan dirinya dalam bermasyarakat.

Berdasarkan keempat kompetensi yang dimiliki oleh tenaga pendidik,

maka diharapkan program kerja sekolah mampu dilaksanakan secara

optimal sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Keberhasilan

program kerja sekolah dapat pula menjadi bahan rujukan bagi lembaga

penyelenggara lain untuk memberi jaminan kualitas mutu sekolah. Jika

jaminan kualitas mutu sekolah ini diimplementasikan secara luas, maka

kualitas pendidikan secara nasional juga pastinya dapat meningkat,

sehingga pada akhirnya peningkatan kualitas pendidikan akan

berdampak pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) secara

nasional.

Jadi menurut peneliti, hal tersebut sangatlah penting, mengingat

dewasa ini kita pasti dihadapkan pada berbagai kesempatan dan

tantangan yang sifatnya nasional maupun global, kesempatan dan

tantangan itu bisa diraih dan dijawab oleh SDM yang memiliki

kompetensi dan kualitas yang baik. Sehingga dengan begitu program

kerja sekolah menjadi suatu pedoman, petunjuk arah dan penggerak

yang menentukan semua aktivitas yang ada di sekolah. Bermutu atau

tidaknya suatu kegiatan sekolah itu sangat tergantung pada program

yang dibuat, apabila program kerja sekolahnya baik maka kegiatan-

kegiatan sekolahnya juga akan baik, dan begitu pula sebaliknya.

Berkaitan dengan program kerja, sekolah ini sangat berkaitan dengan

ketercapaian tujuan pendidikan yang perlu diketahui bahwa semua

kegiatan yang dilakukan di sekolah yang merupakan realisasi dari

program kerja sekolah yang telah dibuat, semua itu harus bermuara

pada satu titik yaitu tercapainya suatu tujuan pendidikan sebagaimana

yang telah diharapkan.

Sedangkan di sisi lain, kesuksesan sekolah dalam bentuk

prestasi akademik maupun nonakademik tidak lepas dari program -

Page 82: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

64

program sekolah yang di tata dengan baik dan benar. Keberhasilan

sekolah juga di sebabkan adanya suatu program yang jelas dan sekolah

yang memiliki sifat jangka menengah dan jangka panjang. Maka

dengan itu, pengembangan program-program sekolah, baik secara

kualitas maupun kuantitas, sangatlah penting sehingga dalam

penyelenggaraan pendidikannya dapat terarah dengan langkah-langkah

pelaksanaan yang efektif dan efisien. Program kerja yang dibuat oleh

MA. PINK 03 disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh

sekolah ini, yaitu jenis jenis program kerja dapat dibedakan antara

rogram kerja tahunan, program kerja mingguan, program kerja harian

Rencana program kerja MA. PINK 03 TP. 2017-2018 yang telah

dirancang seperti tahun–tahun sebelumnya yang isinya seperti bagian

dari kegiatan di MA. PINK 03 sebagaimana tabel yang tertera dibawah

ini :

Tabel 4.2 Rencana Program Kerja Madrasah Aliyah PINK 03

TP. 2018 – 2019

NO KEGIATAN DEFINISI

PROGRAM

TUJUAN Nilai

Multikultural

1 Rapat Wali

murid

Rapat Wali

murid adalah

kegiatan rutinitas

setiap awal tahun

ajaran baru

dengan dihadiri

oleh orang

tua/wali murid

siswa baru .

1. Mengenalkan

tentang MA.

PINK 03

2. Pemaparan

program dan

perjanjian selama

menjadi siswa-

siswi MA PINK

03

3. Mempererat tali

silaturrahmi

antar orang tua

dan guru

Menjalin

komunikasi yang

baik antar

sekolah dan

orang tua

1. Pemaparan

program dan

peraturan di

MA. PINK 03

2. Terbentuknya

komunikasi

yang baik antar

sekolah dan

orang tua.

Page 83: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

65

2 Pengenalan

lingkungan

sekolah

MATSAMA

adalah kegiatan

pengenalan

lingkungan

sekolah untuk

siswa baru.

1. Mengenalkan

siswa baru

terhadap

lingkungan

sekolah

2. Mempererat tali

silaturrahmi antar

siswa dengan

siswa, dan antar

siswa dengan guru

Menumbuhkan

semangat belajar

siswa

Game, trip ke

sekitar lingkungan

sekolahSiswa

nyaman di sekolah,

3 Peringatan

HUT RI

HUT RI adalah

Kegiatan yang dilakukan pada

bulan Agustus

terdiri dari

lomba- lombai dan upacara

kenaikan bendera. semua

siswa dari Kelas 10 sampai Kelas

12

1. Menanamkan rasa

cinta tanah air

2. Melatih kerja

sama

3. Menanamkan

sikap sportifitas

dalam bertanding

4. Menanamkan

sikap menghargai

para pahlawan

Menumbuhkan

sikap saling

menghormati dan

menghargai satu

sama lain

4 Penyembeliha

n hewan

kurban

Idul Adha

adalah Kegiatan yang dilakukan

pada bulan dzulhijjah

kegiatan berqurban juga

diikuti oleh

semua Kelas sekaligus untuk

pembelajaran Fiqih

1. Menambah

wawasan siswa

2. Melakukan/memp

rak tekkan prosesi

Penyembelihan

hewan kurban

3. Menumbuhkan

kepedulian siswa

terhadap

lingkungan

sekitar

Menumbuhkan

rasa berbagi

dengan lingkungan

sekitar tanpa

melihat perbedaan

5 Santunan

Yatim

(Muharram)

Santunan Yatim adalah kegiatan

siswa yang dilaksanakan di

1. Menumbuhkan

kesadaran diri

siswa untuk

membelanjakan

Terbentuknya

siswa yang peduli

dengan anak

yatim dan dhuafa

Page 84: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

66

bulan Muharram untuk berbagi

dengan anak-anak yatim dan

dhuafa. Sebelumnya

siswa

mengumpulkan dana atau

berinfak di kelas masing masing

dengan di bawah koordinir guru

kelasnya.

hartanya/berinfak

untuk anak anak

yatim dan

dhuafa.

2. Meningkatkan

kepedulian

siswa terhadap

anak yatim dan

dhuafa

3. Meningkatkan

kehidupan

sosialitas

bermasyarakat

siswa

8 Peringatan

maulid nabi

Muhammad

SAW

Peringatan hari

lahir Nabi

Muhammad

SAW, yang

perayaannya jatuh

pada setiap

tanggal

12 Rabiul Awal

dalam

penanggalan

Hijriyah.

Perayaan Maulid

Nabi merupakan

tradisi yang

berkembang di

masyarakat Islam

jauh setelah Nabi

Muhammad SAW

wafat.

Secara subtansi,

peringatan ini

adalah ekspresi

Kegembiraan dan

penghormata

1. Mendorong siswa-

siswi membaca

shalawat nabi

SAW

2. Mengingatkan

akan perjuangan

nabi

3. Mengingatkan

akan keteladan

beliau

4. Menumbuhkan

akan kecintaan

kepada nabi SAW

Menumbuhkan

rasa toleransi antar

agama dalam

peringatan hari –

hari besar

Page 85: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

67

9 Pesantren

Ramadhan

Pesantren Ramadhan

adalah Rangkaian

kegiatan siswa yang

dilaksanakan

dibulan Ramadhan yang

meliputi sedekah Ramadhan,

Amaliyah

Ramadhan,

1. Meningkatkan kepedulian

siswa terhadap masyarakat

sekitar 2. Meningkatkan

kehidupan

sosialitas bermasyarakat

siswa 3. Meningkatkan

wawasan pengetahuan

siswa tentang puasa

4. Melatih

kemandirian dan tanggung jawab

siswa

Terbentuknya siswa yang peduli

dengan

masyarakat sekitar,

10 Silaturahmni Kegiatan yang

dilakukan setelah

Idhul Fitri di wajibkan bagi

seluruh siswa

1. Melatih siswa

tentang

pentingnya silatuhrahmi

2. Melatih kemandirian

dan tanggung jawab siswa

3. Meningkatkan kehidupan

sosialitas

bermasyarakat siswa

Menjaga silatuhrami dan

tidak menyakiti atau saling menyayangi dalam kehidupan bermasyarakat

11 Wisuda Wisuda

adalah Kegiatan

setiap tahun yang

dilakukan di

akhir tahun

pembelajaran di

luar area sekolah,

dalam kegiatan

ini

1. Menampilkan

kreatifitas siswa

di depan orang

tua, tamu

undangan dan

guru

2. Melakukan

prosesi wisuda

Performance dan

prosesi wisuda

Page 86: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

68

siswa kelas 12

perform siswa -siswi

dipersembahkan kepada orang tua,

tamu undangan

dan guru.

siswa kelas 12

3. Ajang silaturahmi

antar siswa, guru

dan orang tua

Program diatas adalah program yang dapat menumbuhkan nilai

multikultural siswa di sekolah MA. PINK 03, makanya banyak sekali

penanaman nilai–nilai yang diajarkan secara langsung atau tidak

langsung. Terutama dari niai religi yang ditumbuhkan, karna memang

dasarnya agama menjadi kegiatan yang diutamankan di sekolah kami

„ujar kepala sekolah. Pelaksanaan program yang ada di MA. PINK 03

tentunya sudah sesuai dengan prosedur yang ada di sekolah seperti

setiap rencana program kerja yang sudah memiliki penanggung jawab

atau kordinator masing–masing, selain sudah ditentukan hari dan

tanggalnya pada awal tahun ajaran baru sehingga pelaksanaaan

program kerja di MA. PINK 03 yang selalu berjalan dengan baik.

Banyak program - program kerja yang berhubungan dengan Pendidikan

multicultural, sehingga penanaman nilai–nilai keislaman dan

keragaman begitu kental, bisa dibilang program kerja lebih

mengarahkan keislaman dan keragaman yang memang itu untuk

menyelaraskan dengan visi misi sekolah.

Bagi dunia pendidikan program kerja sekolah sangatlah penting,

oleh karena itu mengingat pentingnya program kerja sekolah, untuk

menjaga mutu dan pengembangannya ke arah yang lebih baik, program

kerja MA. PINK 03 ini selalu melakukan evaluasi secara berkelanjutan.

Sehingga dengan diadakannya evaluasi terus menerus, pasti dari waktu

ke waktu program sekolah akan semakin bermutu dari hasil evaluasi ini

dapat dilakukan perbaikan perbaikan, pengembangan dan peningkatan

program sekolah sehingga jadi semakin sempurna dan sesuai dengan

tuntutan dan harapan dalam rangka mencapainya tujuan pendidikan

tersebut. Evaluasi program kerja sekolah ini berfungsi untuk dijadikan

sebagai feed back dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan

program, serta dapat memberikan informasi tentang perkembangan dan

ketercapaian program untuk selanjutnya digunakan untuk

meningkatkan mutu program berikutnya.

c. Nilai – Nilai Multikultural dalam Bahan Ajar

Page 87: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

69

Salah satu langkah implementasi dari nilai-nilai pendidikan

multikultural dapat dilakukan dengan membuat konstruk keilmuan

berdimensikan multikultural. Konstruk keilmuan dalam proses

pendidikan ini dapat diaktualisasikan melalui struktur kurikulum yang

memuat nilai-nilai pendidikan multikultural. Banks mengatakan bahwa

pendidikan mutlikultural itu memiliki lima dimensi diantaranya adalah:

integrasi, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, pendidikan

yang adil dan pemberdayaan sekolah serta struktur sekolah. Dalam

konteks dimensi - dimensi di atas, Pendidikan Agama Islam yang

diterapkan oleh MA. PINK 03 sebagai sebuah konstruksi kurikulum

sudah memuat nilai-nilai multikultural. Salah satu dari dimensi

multikultural di MA. PINK 03 dalam kurikulum Pendidikan Agama

Islam terimplementasi dalam susunan bahan ajar yang memuat

dimensi-dimensi multikultural.

Struktur dari keilmuan Pendidikan Agama Islam di MA. PINK

03 itu mengembangkan nilai-nilai multikultural, antara lain nilai-nilai:

persamaan hak, toleransi, keadilan, persaudaraan, etika pergaulan. Dari

nilai-nilai tersebut dikembangkan sebagai salah satu bahan ajar di MA.

PINK 03, selanjutnya didukung dengan kultur madrasah yang adaptif

dan responsif terhadap pendidikan multikultural. Kultur madrasah juga

turut membentuk sikap guru dan siswa serta personal sekolah terhadap

penerapan pendidikan multikultural. Adapun nilai-nilai pendidikan

multikultural yang terimplementasi pada bahan ajar Pendidikan Agama

Islam di MA. PINK 03 sebagai berikut:

1) Persamaan Hak

Temuan-temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama

Islam di MA. PINK 03 mengembangkan adanya sikap menghormati

dan perbedaan. Hal ini sangat penting karena latar belakang siswa MA.

PINK 03 berasal dari beberapa daerah di luar jawa. Pola dari pergaulan

yang sangat majemuk membawa potensi terjadinya konflik, tapi

pengembangan sikap menghormati perbedaanlah dapat meminimalisir

potensi konflik.

Data dokumentasi dari bahan ajar Pendidikan Agama Islam di

MA. PINK 03 juga memuat ajaran normatif Q.S. Al Hujurat 13, bahwa

manusia diciptakan dalam kodrat yang sangat beragam. Manusia itu

diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal.

Jadi konsekuensinya terdapat kesadaran bahwa realita kehidupan sangat

beragam dan menghormati perbedaan adalah suatu keniscayaan.

Pergeseran pola kehidupan agraris yang menjadi industri dan dampak

Page 88: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

70

globalisasi, itu menjadikan manusia jadi tidak bisa tersekat dalam ruang

sempit. Percampuran budaya-budaya sangat mungkin terjadi, jadinya

manusia tidak dapat hidup dalam monokultur tapi manusia mutlak

hidup dalam multikulturalnya.

Dalam pengembangan sikap menghormati perbedaan dalam

Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 menjadi bagian penting

dalam kehidupan yang memiliki tingkat mobilitas tinggi. Implikasi dari

ayat tersebut dalam bahan ajar pendidikan agama islam juga perlunya

dibangun kesadaran bahwa secara lahiriah dari sisi kemanusiaan tidak

ada perbedaan antara suku, ras, dan etnik keturunan, semua sudah

punya kesamaan derajat. Ayat diatas juga turut membentuk afeksi siswa

untuk memahami realita perbedaan dan tidak menjadi sesuatu yang

rentan memicu adanya perpecahan.

Pengembangan dari bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA.

PINK 03 menyampaikan pesan-pesan moral tentang penghormatan

kepada penganut mahzab dan agama yang berbeda - beda. Keyakinan

terhadap sesuatu mazhab tertentu menjadi hak asasi seseorang, karena

memang Islam memberikan kebebasan dalam ijtihad. Bahan ajar

pendidikan agama islam tersebut selaras dengan fenomena yang

berkembang di Indonesia saat sekarang ini. Terjadinya krisis kerukunan

kehidupan intern umat beragama yang menjadi pemicu utama

disintegrasi bangsa. Kebebasan beragama, berpikir, berbudaya menjadi

terminimalisasi. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama atau

yang membuat labelisasi agama dengan mengesahkan semua bentuk

penekanan apapun yang menjadi tidak benar dalam perspektif Islam

bahkan agama manapun, sehingga pemaknaan teks Al Qur’an

semestinya tidaklah menimbulkan kebenciaan dan kekerasaan

irrasional. Pemahaman teks Al Qur’an yang bernuasa motiv-motiv

menjadikan sikap tidak toleran terhadap keanekaragaman.

Pengembangan dari sikap menghormati perbedaan akan dapat

menghasilkan output pendidikan yang memiliki kearifan sosial yang

lebih tinggi terhadap kompetensi kultural. Konflik di berbagai daerah di

Indonesia sangat dimungkinkan adanya krisis terhadap sikap

menghormati bentuk-bentuk dari perbedaan. Maka dari itu pendidikan

menjadi bagian penting dalam membentuk sikap nasionalis. Dengan

begitu, kontribusi pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam yang

sarat mengajarkan moralitas perlu mengembangkan sikap menghormati

perbedaan.

Jadi temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di

MA. PINK 03 itu saling menghormati perbedaan dengan mendasarkan

Page 89: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

71

utama pada normatif agama sebagaimana yang telah ayat itu

disampaikan sebelumnya. Penyampaian ayat tersebut dilakukan dalam

rangka memberikan kognisi selanjutnya membentuk afeksi anak yang

dapat menghormati perbedaan dengan begitu ini merupakan bagian dari

pendidikan multikultural. Sikap dari menghormati perbedaan akan

memungkinkan pembentukan sikap respek kepada perbedaan yang

telah terjadi dalam masyarakat.

2) Toleransi

Internalisasi dari sikap menghormati dan mengakui adanya

persamaan hak akan mengarah pada pembentukan dari sikap toleransi.

Berdasarkan dari temuan data peneliti, muatan bahan ajar Pendidikan

Agama Islam di MA. PINK 03 itu mengembangkan sikap toleransinya

kepada siswa. Toleransi menjadi bagian penting dalam kehidupan

multikultural

Toleransi atau (tasamuh) itu sikap tenggang rasa terhadap

realitas perbedaan yang ada dalam masyarakat. Realitas perbedaan dan

dampak kehidupan global semakin membutuhkan sikap toleransi dari

perbedaan – perbedaan yang ada. Sejarah peradaban Islam yang telah

dibentuk oleh Nabi Muhammad saw telah berhasil membentuk

masyarakat madani. Sebuah pranata masyarakat yang dapat

mengakomodasikan semua kepentingan dari masyarakat yang plural.

Toleransi antara umat beragama menjadikan kondisi masyarakat yang

sangat dinamis sehingga tasamuh atau (toleransi) ini berfungsi sebagai

penertib, sebagai pengaman perdamaian dan pemersatu dalam

komunikasi dan interaksi sosial.

Beberapa dari temuan data penulis dalam bahan ajar Pendidikan

Agama Islam di MA. PINK 03 memuat bahan ajar tentang toleransi

dengan mengedepankan tenggang rasa. Manusia yang tidak dapat lepas

dari relasi sosial kemasyarakatan. Rasa tengang rasa perlu juga

dikembangkan pada Pendidikan Agama Islam, karena manusia sebagai

mahluk sosial saling membutuhkan orang lain dan pasti saling

ketergantungan. Pembudayaan toleransi dengan mengedepankan sikap-

sikap peka sosial yang telah dilakukan dalam pendidikan MA. PINK 03

salah satunya dilakukan kajian-kajian ilmiah tentang kedaerahan

melalui Iksa atau (Ikatan santri dan siswa MA. PINK 03 yang

disesuaikan dengan asal daerah mereka masing-masing).

Bahan ajar dari Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03

memuat dasar normatif tentang ajaran untuk bersikap baik kepada

sesama manusia. Tentang pembelajaran akhlak yang diberikan kepada

siswa yang telah disampaikan dasar normatif Q.S Al Hujurat 12,

sebagai mahluk yang saling bergantungan tidak dibenarkan melakukan

tindakan yang menyingung perasaan orang lain. Pentingnya sikap

Page 90: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

72

toleransi itu untuk tetap menjaga dan menghormati orang lain yang

merupakan salah satu bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA.

PINK 03 sebagai upaya untuk memperkuat persatuan dan kesatuan.

Pertama, sebagai pembentukan afeksi anak melalui internalisasi sikap

tasamuh yang merupakan upaya untuk menjaga kesatuan negara dari

ancaman disintegrasi bangsa. Kedua, dengan toleransi itu akan terjalin

relasi sosial yang lebih luas dan dapat menopang eksistensi seseorang

yang dapat menghasilkan bahan ajar maupun keuntungan yang bersifat

imateri. Ketiga, terciptanya persatuan dan kesatuan akan membentuk

perdamaian dan kesejahteraan sosial sehingga terjadi dinamika

masyarakat dan dengan bahan ajar yang memuat toleransi akan turut

membentuk siswa memiliki kompetensi sosial yang lebih kuat lagi.

3) Keadilan

Sikap toleransi atau (tasamuh) itu dapat membentuk suatu

perilaku yang adil. Adil merupakan perilaku yang dikembangkan dalam

Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03. Prinsip keadilan itu sebagai

pilar dari pendidikan multikultural. Keadilan dalam proses pendidikan

termasuk didalamnya ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang

sama untuk memperoleh transformasi ilmu maupun keadilan dalam

memberikan kesempatan yang sama juga walaupun latar belakang

siswa berbeda - beda. Perbedaan budaya, perilaku siswa MA. PINK 03

karena berasal dari daerah yang berlainan tidak menjadikan perbedaan

mereka diperlakuan. Konten bahan ajar Pendidikan Agama Islam di

MA. PINK 03 memberikan dasar-dasar keharusan seorang muslim yang

harus memiliki perilaku yang adil.

Dasar Al Qur’an surat surat Al Maidah 8-9 yang diajarkan

kepada siswa MA. PINK 03 sangatlah menganjurkan perilaku yang

adil, bahkan adil juga dilakukan kepada orang lain yang non Islam

sekalipun. Menurut ayat tersebut adil memiliki dua dimensi utama yaitu

takwa dan keimanan. Dimensi pertama, perilaku adil dalam bahan ajar

Pendidikan Agama Islam MA. PINK 03 menyatakan bahwa salah satu

parameter ketaqwaan sesorang. Dimensi kedua, perilaku adil

merupakan bagian ketaqwaan seseorang. Ayat 9 surat Al Maidah

sebagai bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 juga

menyatakan bahwa perilaku adil adalah suatu amal shalih. Hakikatnya,

sikap adil itu akan membawa tata kehidupan masyarakat yang lebih

dinamis. Ketika masyarakat memiliki perilaku adil maka tidak akan

terjadi penindasan satu kelompok masyarakat yang dominan terhadap

minoritas. Keadilan juga membawa kultur masyarakat yang lebih

memberikan hak-hak masyarakat sesuai dengan porsinya masing -

masing.

Page 91: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

73

Keadilan dalam pandangan pendidikan agama islam yang

dilakukan pada pendidikan agama Islam di MA. PINK 03 lebih

memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa walaupun dari

kultur dan kemampuan siswa yang sangat beragam sehingga keadilan

sebagai unsur yang penting dalam pendidikan multikultural yang

dilakukan oleh MA. PINK 03. Pembentukan sikap adil dalam diri siswa

dilakukan dengan penguatan kognisi siswa melalui pemberian bahan

ajar tentang perilaku adil, selanjutnya dengan membentuk budaya

madrasah. Praktik pembelajaran yang dilakukuan oleh guru Pendidikan

Agama Islam yang telah membentuk suatu perilaku keadilan melalui

kesamaan hak yang diberikan kepada siswa walaupun itu dari beragam

budaya. Keadilan merupakan prinsip-prinsip kemanusiaan yang perlu

diajarkan kepada siswa.

Beberapa prinsip tasawuf menurut Amin antara lain bahwa

semua agama adalah jalan menuju Allah SWT. Semua agama

membimbing manusia menuju ridha nya-Tuhan, meskipun ritual dari

agama itu berbeda-beda tetapi semuanya ditujukan kepada Tuhan

sebagai sang khalik. Ibnu Arabi berpendapat bahwa orang sufi melihat

Allah SWT dalam ka’bah, masjid, gereja dan dalam kuil.

Dengan

begitu, perlakuan adil itu didasari pada pengakuan atas kesamaan hak

dan toleransi. Tindak dikriminasi tentu saja tidak dibenarkan dalam

agama Islam dan agama-agama yang lain. Islam memandang bahwa

persamaan hak kemanusian juga membawa konsekuensi keadilan yang

perlu ditanamkan dalam diri siswa.

Temuan data pada bahan ajar pendidikan agama Islam di MA.

PINK 03 menyebutkan terminologi adil merupakan perlakuan yang

seimbang dan menempatkan sesuatu dengan proposional. Makna secara

istilahnya, adil dapat dipahami sebagai perlakuan seseorang terhadap

orang lain tidak melakukan perbedaan atas hak-hak orang lain. Dari

perilaku adil akan melahirkan sikap yang ihsan. Ihsan itu melakukan

suatu perbuatan yang akan mendatangkan manfaat besar bagi orang lain

sehingga kesadaran siswa dapat membentuk perilaku yang bermanfaat

bagi orang lain. Perilaku lain yang ditimbulkan dari perilaku adil adalah

memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap permasalahan

kemasyarakatan.

Dari uraian di atas yang didasarkan pada temuan-temuan data

pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 dapat

disimpulkan bahwa pengembangan perilaku adil sebagai bagian praksis

pendidikan multikultural dilakukan dengan memberikan kompetensi

kepada siswa dengan cara: pertama, memberikan domain kognitif

kepada siswa melalui penguasaan dasar normatif Islam terkait dengan

perilaku yang adil. Kedua, pembentukan afeksi keadilan juga dilakukan

Page 92: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

74

dengan telaah kristis pada muatan bahan ajar Pendidikan Agama Islam

tentang keadilan.

4) Persaudaran

Prinsip tasawuf lain yang sebagaimana disebutkan oleh Amin

adalah persaudaraan menghimpun seluruh prinsip dari kemanusiaan.

Manusia menyatu dengan yang lain dalam hubungan keluarga

kemudian hubungan umat dan akhirnya hubungan dari kemanusiaan.

Manusia yang sempurna adalah manusia yang melampaui batas-batas

geografis. Manusia yang menyatu dalam kemanusiaanya pada zaman

lampau kini dan akan datang. Makna persaudaraan dalam prinsip

tasawuf mengacu pada persaudaraan yang dapat menghilangkan batas-

batas perbedaan kultural. Persaudaraan merupakan unsur kodrati

manusia yang tidak dapat lepas dari relasi sosial masyarakat. Dimensi

persaudaraan memiliki makna yang lebih mengakui adanya pluralitas

dan keragaman budaya. Persaudaraan mengarahkan pada persatuan dan

kesatuan bangsa.

Temuan data dalam bahan ajar pendidikan agama Islam MA.

PINK 03 menyebutkan bahwa persaudaraan merupakan tanggung

jawab kemanusiaan sebagai salah satu prinsip pendidikan multikultural.

Format pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa model. Gorski mengatakan bahwa pendidikan multikultural

mencakup tiga jenis transformasi yaitu: Pertama, transformasi diri.

Kedua, transformasi sekolah dan proses belajar-mengajar. Ketiga,

transformasi masyarakat. Ketiga transformasi tersebut tidak dapat

dipisah menjadi bagian-bagian melainkan menyatu menjadi kesatuan

dalam pendidikan multikultural. Temuan data-data dalam bahan ajar

pendidikan agama Islam di MA. PINK 03 meliputi ketiga transformasi

diatas. Transformasi diri diupayakan dengan mengajarkan bahan ajar

yang berkenaan dengan proses pemberdayaan siswa dengan kompetensi

kultural, antara lain dengan pengembangan persaudaraan, tolerasi dan

kesamaan derajat. Transformasi sekolah dilakukan melalui

pembelajaran yang lebih responsif multikultural yaitu dengan cara

melakukan internalisasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam

pendidikan agama islam. Transformasi masyarakat dilakukan dengan

cara membentuk kultur madrasah yang responsif multikultural yaitu

melalui kesamaan hak dan perlakuan pada siswa walaupun mereka dari

kultur yang berbeda karena asal daerah siswa yang sangat beragam dari

berbagai daerah di luar Jawa.

Pendidikan agama islam di MA. PINK 03 telah melakukan

internalisasi dalam nilai-nilai persaudaraan. Manusia sebagai mahluk

sosial tidak dapat lepas dari hubungan sosial. Manusia tidak dapat

berdiri sendiri dan pastinya membutuhkan bantuan orang lain.

Page 93: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

75

Eksistensi keberlangsungan manusia bahkan membutuhkan adanya

perkawinan dan akan menjadikan tali persaudaraan antar masyarakat.

Syari’at Islam mengatur adanya bentuk-bentuk pergaulan sekalipun

dengan yang beda agamanya.

Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA.

PINK 03 yang mendasarkan pada surat Al Hujurat ayat 10-13. Ayat

tersebut telah diuraikan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di

MA. PINK 03 bahwa semua mukmin adalah saudara. Konsekuensinya

adalah ketika diikat dalam satu persaudaraan maka akan terciptanya

perdamaian, dan perlakuan tersebut merupakan cerminan dari takwa.

Selanjutnya, pengembangan sikap saling menghargai satu dengan yang

lainnya akan mencegah terjadinya perpecahan dan memperkokoh tali

persaudaraan. Ayat tersebut juga menyerukan anjuran atas

penghargaan kemajemukan, bahwa perbedaan adalah realita.

Persaudaran dalam Islam merupakan suatu perbuatan yang

sangat dianjurkan. Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam

di MA. PINK 03 memuat aturan-aturan tentang membangun perilaku.

Kokohnya persaudaraan perlu diikuti dengan adanya etika pergaulan

yang diperlukan siswa dalam internalisasi diri siswa tentang: larangan

untuk mengolok-olok kaum lain, memanggil dengan gelar-gelar buruk,

prasangka buruk, menggunjing. Pembelajaran tentang etika, moral,

pergaulan bermasyarakat dan berbangsa dalam Pendidikan Agama

Islam di MA. PINK 03 merupakan penguatan bahan ajar tentang nilai-

nilai persaudaraan dalam pendidikan multikultural.

Terdapat tiga prinsip manusia bermartabat menurut Nimrod

Aloni yaitu; Pertama, otonomi, rasional, dan penghargaan untuk semua

orang. Kedua, kesetaraan dan kebersamaan. Ketiga, komitmen untuk

membantu semua orang dalam pengembangan potensinya.

Prinsip-

prinsip di atas sesuai dengan pendidikan multikultural yang lebih

menekankan ke relasi manusia. Prinsip ketiga tersebut juga sesuai

dengan internalisasi nilai-nilai persaudaraan yang termuat dalam bahan

ajar pendidikan agama Islam di MA. PINK 03.

Kultur madrasah yang dibentuk MA. PINK 03 dalam

menanamkan nilai-nilai persaudaraan dengan mengadakan suasana

akademik dalam pembelajaran dengan metode kontekstual yaitu dengan

menerapkan bahan ajar dengan merealisasikan dalam praktik

kehidupan, misalnya dialog dalam forum ikatan siswa dalam berbagai

daerah. Nilai-nilai persaudaraan merupakan bahan ajar akhlak yang

diajarkan kepada siswa sehingga peran guru dalam pengembangan nilai

persaudaraan sebagai bentuk pendidikan multikultural menjadi penting.

Guru dalam pendidikan muktikultural perlu memiliki wawasan yang

cukup untuk menghadapi beberapa fenomena sosial yang ada di

Page 94: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

76

lingkungan dan terhadap siswa terutama terkait dengan ketidak adilan

sosial, politik dan ekonomi seperti masalah kemiskinan, pengangguran,

korupsi, dan lain-lain.

Pendidikan agama Islam di MA. PINK 03 telah menghilangkan

bentuk-bentuk ketidak adilan sosial dengan menanamkan nilai-nilai

persaudaraan yang dilakukan dengan memberikan perlakuan yang sama

dan melakukan kunjungan-kunjungan keberbagai daerah di luar Jawa.

Kunjungan daerah seperti kunjungan ke lampung difasilitasi oleh ikatan

siswa dan santri lampung (IKSA Lampung) biasanya dilakukan untuk

memberikan pengarahan alumni maupun siswa yang masih aktif.

Kunjungan ke berbagai daerah biasanya dilakukan dalam forum

silaturahmi. Ikatan siswa dan santri merupakan bagian forum

persaudaraan ikatan santri dan siswa MA. PINK 03 yang berasal dari

luar daerah. Penamaan IKSA disesuaikan asal daerah siswa dan santri.

IKSA memberikan fasilitas terhadap siswa dan santri dari luar Jawa

dalam melakukan adaptasi di MA. PINK 03 maupun dalam pondok

pesantren YAPINK 03 Tambun Selatan Bekasi.

Forum silaturahmi yang dilakukan oleh MA. PINK 03

merupakan bentuk internalisasi nilai-nilai persaudaran yang

memberikan beberapa kemanfaatan. Pertama, itu forum merupakan

bagian untuk menghilangkan batas-batas deskriminasi antar kultur

berbagai daerah. Kedua, sebagai wahana sosialisasi keberadaan MA.

PINK 03 sehingga eksistensi Madrasah akan tetap solid. Ketiga,

sebagai bentuk nyata implementasi pendidikan multikultural. Ketiga,

input siswa MA. PINK 03 menjadi sangat beragam dan menjadikan

karakteristik yang dimiliki oleh MA. PINK 03. Internalisasi nilai-nilai

persaudaraan juga diimbangi dengan bahan ajar Pendidikan Agama

Islam yang terkait dengan akhlak sebagai dasar melakukan

persaudaraan dan melakukan relasi sosial.

Ada juga bentuk – bentuk larangan-larangan yang telah

diajarkan kepada siswa antara lain namimah atau melakukan fitnah. Hal

ini merupakan sikap yang akan menghancurkan bentuk-bentuk

persaudaraan. Internalisasi nilai-nilai persaudaraan sebagai salah satu

pilar pendidikan multikultural tidak dapat dilakukan dengan baik jika

tidak diikuti dengan pembentukan perilaku siswa, sedangkan fitnah

merupakan pangkal dari perpecahan. Bahan ajar Pendidikan Agama

Islam MA. PINK 03 itu sebagai langkah untuk memperkokoh

internalisasi nilai-nilai persaudaraan.

Bahan ajar PAI di MA. PINK 03 berpedoman pada dasar

normatif dalam surat Al Baqarah 191 yang menerangkan bahaya dari

fitnah. Proses PAI dalam memberikan kemampuan kognisi kepada

siswa dengan mengacu pada Al Qur’an dan Hadis, karena afeksi siswa

Page 95: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

77

akan berhasil jika penguasaan kongisi juga lebih baik. Ayat tersebut

memberikan implikasi yang lebih mendalam bagi implementasi

pendidikan multikultural di MA. PINK 03. Fitnah sebagai sikap yang

harus dijauhi dan diterangkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama

Islam sebagai perbuatan yang lebih kejam daripada pembunuhan. Karir

dan karakter seseorang akan dapat tercemar karena fitnah, sehingga

akan membawa kehancuran eksistensi seseorang, sebaliknya

menghidari fitnah akan membawa perdamaian, persatuan dan

persaudaraan.

Sikap lain yang perlu dikembangkan dalam internalisasi nilai-

nilai persaudaraan pada bahan ajar PAI di MA. PINK 03 adalah

menghindari sikap ananiyah atau egois. Ananiyah ini merupakan

akhlak tercela yang akan memberikan dampak buruk bagi orang lain

maupun diri sendiri. Sikap tersebut akan menjadikan orang egois dan

tidak memiliki kepekaan terhadap sosial. Hal ini sangat bertentangan

dengan pendidikan multikultural yang lebih peka terhadap realita sosial.

Madrasah ataupun sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan

multikultural perlu menerapkan kurikulum yang tidak hanya bermuatan

kognitif (ilmu pengetahuan), tapi juga meningkatkan kemampuan

afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) dan kurikulum yang

berorientasikan keadilan sosial.

Muatan kurikulum PAI di MA. PINK 03 menanamkan

kepekaan sosial melalui dasar normatif yaitu dengan menghindari sikap

ananiyah, sehingga bahan ajar PAI mengajarkan tentang kepekaan

sosial yang pada akhirnya akan menuju pada keadilan sosial. Ananiyah

juga bisa membawa orang lebih bersifat tertutup terhadap pendapat,

paham, serta ide-ide orang lain. Hal ini menafikan kodrat manusia

sebagai mahluk sosial yang tidak lepas dari keberadaan orang lain.

Pengembangan nilai-nilai persaudaraan dengan menghindari ananiyah

menjadikan siswa sebagai penganut agama Islam yang inklusif terbuka

atas realitas perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Akhirnya akan

terbentuk kepribadian Islam yang arif dan memiliki toleransi tinggi

terhadap kemajemukan. Dengan begitu, MA. PINK 03

mengembangkan dimensi pendidikan yang multikultural. Dalam surat

At-Takatsur ayat 1-3 yang telah disebutkan dalam bahan ajar PAI MA.

PINK 03 melarang dalam bentuk-bentuk egois dan melalaikan realitas

di sekitarnya dengan bermegah-megahan tanpa memiliki kepedulian

sosial.

Kaum materialistis selalu menumpuk harta benda tanpa

memperhitungkan aspek - aspek kemanusiaan yang harus diperhatikan,

namun orientasi lebih kepada kehidupan keduniaan tanpa memikirkan

kepedulian sosial. Namimah (fitnah) dan ananiyah (egois) dalam bahan

Page 96: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

78

ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 merupakan bagian

dalam muatan kurikulum yang membentuk afeksi siswa dalam

internalisasi nilai-nilai dari persaudaraan. Persaudaraan menjadi kokoh

dan perlu juga didukung akhlak siswa yang menghindari fitnah maupun

egois karena akan merapuhkan sendi-sendi dari persaudaraan.

5) Etika Pergaulan

Kemajuan peradaban dan globalisasi serta modernisasi

membawa perubahan struktur masyarakat. Arus globalisasi

memungkinkan terjadinya akses informasi termasuk budaya, aliran, ide,

gagasan semakin mudah sehingga akulturasi budaya dapat terjadi dan

sebaliknya dapat memunculkan konflik sosial. Temuan data dalam

bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 memuat bahan

ajar yang mendukung etika dalam pergaulan. Modernisasi dan

globalisasi menjadikan pergaulan dalam kehidupan multikultural

membutuhkan pemahaman siswa pada etika pergaulan.

Bahan ajar Pendidikan Agama Islam memuat etika pergaulan

antara lain: qana'ah, zuhud, tabah/sabar, istiqamah, dan tasamuh.

Orientasi kehidupan yang universal adalah pada kemanusiaan,

kebersamaan dan kedamaian. Orientasi hidup yang universal

merupakan titik orientasi bagi pendidikan multikultural. Sehingga etika

pergaulan perlu dikembangkan dalam membentuk kepribadian siswa.

Qana’ah merupakan salah satu sikap yang membentuk etika pergaulan.

Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 lebih lanjut

menguraikan bahwa qana’ah itu merupakan sikap rela dan menerima

tentang apa yang telah dimiliki dan berusaha menjauhkan diri dari sifat

yang merasa tidak puas dan selalu kekurangan atas semua yang

diperolehnya. Qana’ah berimplikasi positif pada pembentukan

kepribadian seorang muslim. Qana’ah semakin mendekatkan derajat

ketaqwaan seseorang dan manfaat bagi kemanusiaan dalam

meminimalisasi konflik sosial dengan mengurangi gaya persaingan

yang tidak sehat dari beberapa aspek kehidupannya. Dominasi

kelompok tertentu dengan melakukan penindasan pada minoritas

merupakan sikap yang jauh dari qana’ah. Muatan bahan ajar

pendidikan agama islam tersebut merupakan bagian dalam

pembentukan kepribadian muslim yang memiliki akhlak al akrimah,

dan hal ini sejalan dengan dimensi pendidikan multikultural yang

berorientasi pada aspek kemanusiaan dan keadilan sosial serta

persamaan hak.

Qana’ah dalam pengembangan bahan ajar pendidikan agama

islam MA. PINK 03 yang telah diuraikan merupakan stabilisator dan

Page 97: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

79

dinamisator pembentukan kepribadian dari muslim. Sebagai stabilisator

karena mengarahkan sikap sesorang pada perdamaian dan menjauhkan

dari bentuk pertikaian. Sebagai dinamisator karena merupakan

kekuatan batiniyah dan sebagai daya dorong untuk meraih kemajuan

hidup berlandaskan kemampuan diri pribadi serta tergantung kepada

karunia Allah. Qana’ah merupakan sikap penting yang perlu

diinternalisasikan dalam diri siswa yang mendasari etika pergaulan,

sehingga output MA. PINK 03 sebagai pribadi yang mudah melakukan

interaksi sosial dalam era multikultural. Etika pergaulan selain qana’ah

adalah sikap zuhud.

Zuhud dalam pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama

Islam di MA. PINK 03 tidak sebatas pada peningkatan kuantitas dan

kualitas ibadah kepada Allah SWT, namun zuhud juga sebagai wahana

untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia. Zuhud berkembang

sejalan dengan kualitas keimanan seseorang sehingga memerlukan

proses untuk mencapai sifat zuhud. Kepribadian muslim dibentuk

melalui internalisasi nilai-nilai dengan dasar normatif Islam yaitu Al

Qur’an dan hadis. Etika dalam pergaulan mendasarkan pada sikap

qana’ah dan zuhud yang merupakan bagian penting dalam

implementasi pendidikan multikultural.

Berdasarkan data dokumentasi tentang pengembangan bahan

ajar Pendidikan Agama Islam MA. PINK 03 internalisasi nilai-nilai

multikultural yang dilakukan itu meliputi aspek-aspek sosial antara

lain: etika, moral, akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri,

akhlak terhadap sesama manusia. Etika dapat disimpulkan bahwa

menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapakan hukum

yang baik atau buruk berdasarkan akal pikiran manusia (dokumentasi

bahan ajar MA. PINK 03). Moral juga merupakan aspek yang dapat

dikembangkan dalam Pendidikan Agama Islam sebagai implementasi

pendidikan multikultural.

Dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03,

telah diuraikan bahwa moral berkaitan baik dan buruk perbuatan

manusia. secara istilah, moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum

dan dapat diterima melalui tindakan manusia yaitu terkait mana yang

baik dan wajar. Sedangkan menurut Lynch kompetensi Pendidikan

multikultural yang bersifat afektif berorientasi pada penghargaan orang

lain maupun pada diri sendiri.

Pertama, rumusan kompetensi

pendidikan multikultural adalah mendidik siswa mau menerima

keunikan individu, nilai-nilai kemanusiaan, prinsip kesetaraan hak dan

keadilan serta nilai-nilai lain yang tidak cenderung prejudice dan

Page 98: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

80

deskriminatif. Kedua, siswa memiliki citra diri yang positif percaya diri

dengan identitas etnik dan kultural serta perasaan nyaman di dalam

perbedaan ras, etnik, maupun kultural.

Sejalan dengan pendapat dari Lynch. Pendidikan Agama Islam

di MA. PINK 03 mengembangkan moral untuk mendukung kompetensi

multikultural terhadap penghargaan nilai-nilai dari kemanusiaan.

Pembiasaan dan pengembangan kultur madrasah dengan

mengedepankan keadilan dan persamaan hak antar siswa semakin

meningkatkan kompetensi kultural dari siswa. Selanjutnya

pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam meningkatkan

penguasaan akhlak sebagai dasar untuk membentuk persatuan serta

kesamaan hak dan keadilan.

Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam diterangkan sebagai

pola hidup dan tindakan manusia. Jadi Islam membagi akhlak menjadi

tiga yaitu terhadap Allah Swt. manusia, alam. Akhlak terhadap Allah

Swt. merupakan pola hubungan manusia dengan Allah Swt. yaitu

merupakan sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh

manusia sebagai hubungan mahkuk dan sang khalik. Pola hubungan

tersebut merupakan bentuk ibadah seorang mahluk kepada Dzat

Pencipta. Sedangkan akhlak terhadap orang lain merupakan kewajiban

melakukan hubungan dengan sesama manusia untuk saling tolong-

menolong, mengakui adanya persamaan hak dan melakukan kegiatan

kemanusiaan dengan tetap mengedepankan etika pergaulan sehingga

tidak terjadinya perpecahan. Akhlak terhadap alam dalam

pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03

diuraikan merupakan bagian dari kearifan seseorang terhadap alam.

Alam merupakan kekayaan yang harus dimiliki bersama dan menjadi

komoditi untuk kesejahteraan bersama umat manusia. Akhlak terhadap

alam dapat diimplementasikan dengan melakukan pemanfaatan alam

dan tetap menjaga kelestariannya. Quran surat Ar-Rum ayat 41

memberikan dasar yang kuat bahwa kerusakan alam merupakan

perbuatan manusia. Eksploitasi tanpa batas menjadikan kerusakan

terhadap alam, dan hal ini merupakan peringatan yang sudah jelas

digambarkan dalam ayat tersebut.

Sedangkan Pendidikan multikultural menurut Mahfud ialah

menggambarkan realitas budaya, politik, sosial, dan ekonomi yang

kompleks dan secara luas serta sistematis dalam mempengaruhi segala

sesuatu yang terjadi di dalam dan di luar ruangan. Pendidikan

multikultural termanifestasikan melalui konteks, proses dan muatan.

Sejalan dengan hal tersebut pendidikan multikultural yang dilakukan di

Page 99: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

81

MA. PINK 03 melakukan internalisasi etika pergaulan sebagai bagian

pendidikan dari multikultural. Etika pergaulan berkenaan dengan

realitas budaya yang sudah berkembang dalam masyarakat. Kemajuan

dan globalisasi dalam kehidupan juga membutuhkan pola interaksi

yang dinamis untuk menuju persatuan dan perdamaian yaitu dibutuhkan

adanya perdamaian.

Internalisasi nilai-nilai yang dikembangkan MA. PINK 03

sebagai etika pergaulan adalah meliputi zuhud, tasamuh, qana’ah dan

penanaman akhlak pada diri siswa. Sikap yang perlu dihindari sebagai

anti kultural adalah namimah (fitnah) dan ananiyah (egois) karena akan

merusak persatuan dan kesatuan.

Berdasarkan data-data nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar

Pendidikan Agama Islam di MA. PINK 03 dapat diformulasikan pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.3

Nilai-Nilai Multikultural dalam Bahan Ajar

Pendidikan Agama Islam (PAI)

Nilai – nilai multikultural dalam

bahan ajar PAI

Muatan materi Pendidikan Agama

Islam berpersektif multikultural

Nilai Toleransi

Toleransi/Tasamuh /tenggang rasa

sesama masyarakat

Toleransi membangun relasi

kemanusiaan

Harmonisasi dan hubungan

kemanusiaan

Mencintai sesama manusia

Larangan berburuk sangka

Menjujung tinggi nilai – nilai

kemanusiaan

Nilai Tolong Menolong

Ajaran qona’ah menerima yang sudah

dimiliki dan menjauhkan diri dari

tidak puas berfungsi stabilitas dan

dinamisator dalam pergaulan.

Zuhud berfungsi pengendalian diri

dari sikap rakus dan bijaksana dalam

kehidupan multikultural. Menghidari

sifat naminah, ananiyah (egois

Page 100: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

82

Nilai Keadilan (Demokrasi)

Anjuran berpilaku adil

Adil tanpa memandang perbedaan

suku, Bahasa, menghilangkan

dikotomi

Adil berdimensi ketaqwaan dan

kemanusiaan

Solidaritas sosial

Memperlakukan sesuatu sesuai

dengan hak-haknya

Menempatkan sesuatu pada tempatnya

Nilai Persamaan dan Persaudaraan

Sebangsa maupun Antar bangsa

Adab pergaulan antara sesama penganut

agama dan berbeda agama

Humanisasi, demikratisasi

Kesetaraan haka tau persamaan

derajat

Larangan melakukan deskriminasi

Larangan namimah

Menghindari sikap ananiyah/egois

karena menimbulkan perpecahan

dalam masyarakat.

Hikmah menghindari ananiyah adalah

persaudaraan antara masyarakat

walaupun beda suku bangsa

menghindari deskriminasi

C. Pelaksanan Sosialisasi Nilai-nilai Multikultural di MA. PINK 03

Tambun Selatan

a. Sistem Organisasi

Dalam proses ini menjelaskan tentang kebijakan penugasan guru

dan pengelompokkan siswa untuk proses pembelajaran. contohnya seperti

pembagian kelas, berbagai kegiatan sekolah di luar kegiatan belajar atau

(kegiatan ekstrakulikuler), berbagai fasilitas yang disediakan sekolah.

MA. PINK 03 menjelaskan bahwa bagian – bagian atau kordinator

kegiatan sudah ditunjuk oleh pihak kepala sekolah dan guru- guru

sehingga penunjukan kordinator kegiatan diluar belajar dikelas seperti

kegiatan pembiasaan yang setiap harinya dilakukan itu melihat dari

kapasitas setiap kordinator sehingga menyesuaikan dengan kemampuan

dari para pendidik, di MA. PINK 03 proses belajar mengajar dan kriteria

kenaikan kelas, keduanya dirancang dengan baik untuk mendukung

terwujudnya lulusan yang Islami.

Page 101: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

83

Dengan ini sekolah menjelaskan bahwa sistem organisasi yang

ada di sekolah dibawah pimpinan kepala sekolah, merupakan bagian dari

kurikulum dan bagian kesiswan. Sehingga kaitan dengan penerapan

sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan yang

multikultural.

Muatan kurikulum MA. PINK 03 meliputi sejumlah mata

pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selam tiga tahun

mulai dari kelas X sampai kelas XII. Muatan lokal, pengembangan diri,

dan kegiatan pembiasaan merupakan bagian dari muatan kurikulum.

a) Kurikulum Kemenag

Madrasah Aliyah PINK 03 sudah menggunakan kurikulum 2013 di

bawah naungan Kemenag dan sesuai dengan standar nasonal dari

kemendikbud.

b) Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kulikuler untuk

mengembangkan kopetensi yang disesuaikan dengan ciri khas

sekolah dan potensi sekolah, juga termasuk keunggulan dari sekolah.

Dan mengacu pada visi MA. PINK 03 yang berbasis keislaman, serta

didukung dengan hasil analisis potensi dan kebutuhan lingkungan,

serta potensi sekolah yang meliputi sumber daya manusia (pendidik,

tenanga kependidikan,dan peserta didik) serta ketersediaannya sarana

dan prasarana yang terdapat di sekolah, MA. PINK 03 menentukan :

bahasa arab (majelis lughoh), english club, dan teknologi informasi,

tahsin, tahfidz sebagai kekhasan MA. PINK 03 yang diberikan secara

berkelanjutan untuk membekali peserta didik dengan wawasan dan

keterampilan yang utuh terhadap penguasaan atau kompetensi yang

berhubungan dengan hafalan al quran dan percakapan dalam dalam

bahasa arab dan bahasa inggris. Kekhasan MA. PINK 03 ini sekaligus

menjadi salah satu bagian dari keunggulan MA. PINK 03 sesuai

kebutuhan peserta didik dan tuntunan masyarakat lokal, nasional

maupun global. Secara garis besar tujuan kajian muatan lokal yang

dikembangkan di MA. PINK 03.

1. Bahasa Arab (Majelis Lughoh)

Tujuan : untuk mengembangkan kompetensi bahasa arab sebagai

sarana berkomunikasi dan memahami ajaran agama yang tercantum

dalam al quran

2. English Club

Page 102: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

84

Tujuan : untuk membina keterampilan berbahasa dan berkomunikasi

secara lisan dan tertulis untuk menghadapi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam menyongsong era globalisasi

3. Teknologi informasi dan komunikasi

Tujuan : untuk memberikan keterampilan di bidang teknologi dan

informatika dan keterampilan elektronika yang sesuai dengan bakat

dan minat siswa.

b. Kegiatan Pengembangan Diri

Jadi pengembangan diri adalah suatu kegiatan yang bertujuan

untuk memberikan kesempatan pada peserta didik dalam

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,

bakat, dan minat dari setiap peserta didik yang sesuai dengan kondisi

sekolah. Berdasarkan hasil analisis potensi, minat dan bakat peserta

didik serta keberadaan pembina kegiatan, MA. PINK 03 memfasilitasi

berbagai jenis kegiatan dari pengembangan diri. Kegiatan

pengembangan diri yang disiapkan MA. PINK 03 adalah sebagai

berikut:

a. Kepramukaan Tujuan :

1. Melatih siswa untuk terampil dan mandiri

2. Melatih siswa untuk mempertahankan hidup secara mandiri

3. Sebagai wahana siswa untuk berlatih berorganisasi dan

kepemimpinan

4. Memiliki sikap kerja sama kelompok

5. Memiliki jiwa sosial dan kepedulian kepada orang lain

6. Dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat.

b. Ahlak atau karakter Tujuan :

1. Menerapkan akhlak terpuji dalam kehidupan keseharian

2. Membiasakan diri untuk menghindari akhlak tercela dalam

kehidupan sehari–hari

3. Terbiasa beradab islami dalam kehidupan sehari–hari

c. Kegiatan olahrag , seni dan budaya Tujuan :

1. Mengembangkan prestasi olahraga (futsal, mini, soccer)

2. Mengembangkan seni musik dan tari

3. Mampu berkompetisi dalam berbagai lomba olahraga, seni dan

budaya

Page 103: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

85

Program-program rutin sudah dirancang dengan baik untuk

mendukung tercapainya visi, juga menyesuaikan antara teori dengan

keadaan langsung di MA. PINK 03 bahwa mereka memiliki kegiatan–

kegiatan Ekstra Kurikuler (Ekskul) di MA. PINK 03 Tahun Ajaran

2018/2019.

Ekstra Kurikuler (Ekskul) adalah kegiatan siswa/siswi di luar

jam pelajaran (tatap muka) yang bermaksud untuk lebih memperkaya

dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah

dimiliki serta untuk menambah keterampilan para siswa. Untuk Tahun

Ajaran 2018/2019 Ekskul yang ada di MA. PINK 03 adalah sebagai

berikut:

a) Khitibah yang wajib bagi seluruh siswa-siswi MA. PINK 03

b) Marawis dan Khadroh

c) Majelis Lughoh

d) English Club

e) Pramuka

f) Paskibra

g) Qori

h) Kaligrafi

c. Sistem Sosial

Dalam Proses ini suasana sekolah yang tergambar dari pola –

pola hubungan antar komponen–komponen sekolah sudah banyak

faktor sistem sosial disekolah yang dapat membentuk sikap dan

perilaku siswa yaitu pola hubungan guru dengan tenaga administrasi,

keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran, keterlibatan guru

dalam pengambilan keputusan, hubungan baik antar sesama guru antar

sesama tenaga kependidikan, keterbukaan kesempatan bagi siswa untuk

melakukan berbagai aktifitas, hubungan baik antara guru dan siswa.

Dunia pendidikan dimasa depan memang dituntut untuk lebih

dekat lagi dengan realitas dan permasalahan hidup yang tengah

menghimpit di masyarakat ini. Ungkapan school is mirror society

(sekolah/lembaga pendidikan adalah cerminan dari masyarakat)

seyogyanya benar-benar mewarnai proses pendidikan yang sedang

berlangsung. Sebagai konsekuensinya, lembaga pendidikan harus ikut

berperan aktif dalam memecahkan problem sosial. Komitmen atau

(kesepakatan) dan concern (permufakatan) terhadap pemecahan

Page 104: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

86

problem sosial seperti itu seharusnya suadh menjadi bagian dari visi

dan misi dunia pendidikan nasional. (Zubaidi, 2006:5)

Ada di sebuah jurnal yang mengatakan, seperti kita ketahui,

bangsa Indonesia saat ini sepertinya kehilangan karakter yang telah

dibangun berabad-abad tahun lalu. Keramahan, tenggang rasa,

kesopanan, rendah diri, suka menolong, solidaritas sosial dan

sebagainya yang merupakan jati diri bangsa ini seolah-olah telah

hilang begitu saja. Pada lain pihak, warga masyarakat belakangan

ini juga dicemaskan oleh heboh nya kasus penyalahgunaan dari

narkoba. Ironisnya, penyalah gunaan narkoba itu telah merambah ke

lembaga sekolah dan perguruan tinggi dengan melibatan para

pelajar dan mahasiswa. Selain narkoba, warga masyarakat juga

sering dipusingkan dengan kasus tawuran pelajar. Tawuran ini

merupakan fenomena musiman bagi para pelajar yang terjadi pada

tiap awal tahun ajaran baru, menjelang akhir pembelajaran atau di

sela-sela itu. Dengan begitu kita perlu pemahaman intensif terhadap

akar penyebab munculnya tawuran pelajar sehingga dapat dilakukan

penanganan yang secara tepat.

Sedangkan fenomena merosotnya kualitas moral bangsa

Indonesia tampaknya telah menggugah kesadaran bersama bahwa

perlunya memperkuat kembali dimensi moralitas bangsa, diantaranya

dengan mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan ahlaq/budi pekerti

secara optimal dibandingkan sebelumnya, diasumsikan dengan bekal

pendidikan ahlaq/budi pekerti yang cukup, peserta didik akan memiliki

daya tahan atau (resistensi) yang secara moral dalam menghadapi

godaan dan pengaruh negatif dari kehidupan modern. Namun yang

perlu diingat, ialah bahwa keberhasilan proses pembelajaran budi

pekerti atau akhlaq di sekolah mempersyaratkan adanya dukungan dari

insitusi di luar sekolah. Dalam hal ini orang tua, atau lingkungan

masyarakat dan media massa harus memberikan ruangan kondusif bagi

proses penanaman dan pembentukan dari budi pekerti. Termasuk

tayangan televisi juga harus bermuatan edukatif sehingga dapat

memupuk tumbuhnya nilai-nilai budi pekerti atau akhlaq di kalangan

anak-anak dan remaja. (Nur’aini, 2016:54)

Menurut peneliti, MA. PINK 03 ini tentu telah menyadari

bahwa hal tersebut menjadi tantangan dimasa sekarang dan akan

Page 105: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

87

mendatang, sehingga sekolah ini memperkuat dengan adanya

pembiasaan yang tentunya memberikan dampak terhadap peserta didik

disekolah yang dilakukan secara rutin, yang mana akan memberikan

efek yang berjangka panjang dalam kehidupan sehari – hari. guru

mempunyai peran yang penting dalam hal ini, penanaman nilai–nilai

yang dilaksanakan di sekolah tentu guru juga sebagai tokoh utama yang

menjadi panutan siswa dalam bersikap, sehingga sekolah membuat

kode etik guru dan pegawai, hal inilah sebagai standar etik yang harus

dimiliki oleh guru.

d. Sistem Budaya

Dalam proses ini mencangkup norma sekolah, etos kerja peran dan

tanggung jawab, relasi sosial antar pribadi dan antar kelompok, konflik,

antar pelajar, ritual dan perayaan ibadah, tolerans, kerjasama,

kompetitif, ekspektasi guru terhadap muridnya serta disiplin waktu.

MA. PINK 03 memahami bahwa siswa yang ada sangatlah beragam,

baik dari suku bangsa maupun dari segi ekonomi, sehingga harus ada

budaya baru yang berlaku bagi semuanya dan harus dipatuhi agar dapat

mendukung untuk tercapainya tujuan sekolah.

Zamroni mengemukakan (2011:111) bahwa memberikan

batasan budaya sekolah adalah pola nilai-nilai, prinsi-prinsip, tradisi-

tradisi dan kebiasaan kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan

panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka waktu yang lama

dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah

sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku dari warga sekolah.

Banyak nilai yang di dapat dan harus dibangun di sekolah. Sekolah

adalah laksana taman atau lahan yang subur tempat menyemaikan dan

menanam benih-benih nilai tersebut. Nilai-nilai tersebut tercermin

dalam budaya sekolah yang ada di sekolah. Budaya sekolah yang kuat

dan telah membudaya merupakan pondasi awal dalam pembentukan

karakter siswa dan warga sekolah pada umumya.

Jadi menurut peneliti, budaya sekolah merupakan aset yang

bersifat unik yang pastinya tidak sama antara sekolah satu dengan yang

lainnya. Budaya sekolah dapat diamati melalui pencerminan hal-hal

yang dapat diamati atau artifak. Artifak juga dapat di amati melalui

aneka ritual sehari-hari di sekolah, berbagai kegiatan, benda benda

simbolik di sekolah, serta aktifitas yang berlangsung di sekolah.

Sehingga keberadaan kultur ini segera dapat dikenali ketika orang

Page 106: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

88

mengadakan kontak dengan sekolah tersebut. Sama halnya dengan

penyelenggaraan segala kegiatan yang terlaksana di MA. PINK 03

Sedangkan menurut Ajat Sudrajat (2011:25) mengutip dari

Komarudin Hidayat mengemukakan, meski tidak sepenuhnya benar,

mendidik anak itu dapat kita disamakan dengan menyemai benih

tanaman. Seseorang yang ingin menanam jenis tanaman tertentu yang

benih atau bibitnya berasal dari suatu tempat, maka orang tersebut perlu

menganalisis dan mengondisikan tanah serta cuaca yang cocok dengan

tanaman tersebut. Logika yang tampaknya berlaku juga dalam dunia

pendidikan, meskipun bibit pohon tidak persis sama dengan anak

manusia. Banyak anak yang memiliki bakat hebat, tetapi karena kondisi

sekolahnya tidak mendukung, anak itu jadi tidak tumbuh optimal,

bakatnya terpendam, bahkan mati. Sebaliknya, anak dengan kepandaian

dan bakat yang sedang-sedang saja, tetapi karena lingkungan dan

budaya sekolahnya baik, anak tersebut tumbuh sebagai anak yang

mandiri dan sukses. Berdasarkan argumen di atas, kemudian muncul

apa yang disebut school culture yang sangat penting perannya bagi

sebuah proses pendidikan akademik dan karakter siswanya.

Ada juga pembudayaan yang dilakukan melalui penerapan tata

tertib dan pola reward dan punishment atau hukuman. Proses budaya

atau sistem budaya yang ada di MA. PINK 03 tergambarkan dalam

Pembinaan Agama Islam dan sistem lingkungan sekolah, Sebagian

Sekolah Islam MA. PINK 03 sangat memperhatikan penguatan ajaran

Agama Islam dan lingkungan. Selain kurikulum Agama Islam dari

pemerintah. MA. PINK 03 memperkuatnya dengan beberapa hal:

a) Sistem Pendidikan belajar mengaji Pembelajaran baca tulis Al

Qur’an, dengan materi disesuaikan jenjang sekolahnya. Sebelum

memulai pembelajaran siswa – siswi wajib tadarus di dampingi oleh

guru jam pertama yang masuk saat di kelas.

b) Pembinaan ibadah kepada siswa selalu dilaksanakan setiap hari.

Sholat berjama’ah, dan dzikir berjama’ah siswa akan ditemukan

setiap hari-hari sekolah. Siswa menjadi imam, pemimpin dzikir –

doa dan pembawa kultum. Sementara guru mengarahkan dan

mendampingi.

c) Pembinaan ibadah-ibadah sunnah, melalui kegiatan sholat duha

(saat istirahat pagi) menjadi pemandangan sehari-hari di MA. PINK

03 Sholat sunnah qobliah-ba’diah (rowatib) selalu ditekankan

dikontrol oleh guru.

Page 107: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

89

d) Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI) selalu rutin dilaksanakan

untuk mendekatkan siswa dengan nuansa, sejarah dan budaya

Islam. PHBI yang dilaksanakan seperti peringatan Isra Mi‟raj,

Maulid Nabi, Muharam, Idul Fitri, Idul Adha, dan lain-lain. Selain

diisi dengan acara keagamaan, PHBI juga diiringi dengan

kreatifitas-kreatifitas siswa.

e) Pembinaan agama melalui penanaman akhlaq dalam sehari-hari. Di

mulalui dari kebiasaan membaca salam, cium tangan, istigfar,

basmalah, hamdalah, doa-doa minta maaf, senyum, dll.

f) Penguatan agama islam melalui ketersediaan jumlah jam pelajaran

yang lebih banyak dibandingkan sekolah pada umumnya.

Kebiasaan memulai dan menutup pelajaran dengan doa juga

mewarnai kegiatan siswa setiap harinya.

Budaya yang diciptakan oleh MA. PINK 03 ini tentu banyak

memberikan nilai dalam penanaman budaya, terutama dalam penguatan

keagamaan. Budaya sekolah yang kuat dan telah membudaya

merupakan pondasi awal dari pembentukan karakter siswa dan warga

sekolah pada umumya

D. Out Put Terhadap sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud

pendidikan multikultural

Konsep keragaman sebagai wujud Pendidikan multicultural juga

terlihat pada kegiatan–kegiatan yang mengarahkan kepada nila-nilai yang

dapat membentuk karakter siswa – siswi. Kegiatan pembiasaan yang

dilakukan MA. PINK 03 yang dijelaskan pada sistem sosial sebelumnya,

tentu dapat menanamkan nilai–nilai atau karakter siswa dan memenuhi

capaian target ibadah dan nilai-nilai keislaman yang sesuai dengan

tingkatan masing-masing. (wawancara kepala sekolah)

Sikap yang diharapkan dalam penerapan sosialisasi nilai–nilai

keragaman ini sebagai wujud pendidikan multikultural yang tentunya

sikap–sikap positif dan religious, karena banyaknya nilai keislaman dan

keragaman yang telah diterapkan di MA. PINK 03. Seperti sikap

kemandirian, cinta terhadap islam, tetap istiqomah terhadap apa yang telah

diajarkan, mampu beradaptasi ke berbagai kalangan secara global. Dalam

gambaran sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan

multikultural memberikan nilai yang lebih bahwa pentingya untuk

diterapkan dikehidupan sehari–sehari. Sekolahpun mengharapkan adanya

penerapan yang terus dilakukan secara berkesinambungan dikehidupan

sehari-hari.

Page 108: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

90

Pendidikan Multikutural ini memberikan pendidikan karakter pada

peserta didik sehingga memperlihatkan pembelajaran tentang sikap, norma,

kepercayaan, nilai dan asumsi yang sering diekspetasikan sebagai aturan

ritual dan praturan. Penulis juga menjelaskan mengenai hal tersebut

dibawah ini :

a. Sikap

Pada umumnya sikap sering diartikan sebagai suatu tindakan

yang dilakukan individu untuk memberikan tanggapan pada suatu hal.

Pengertian sikap yang dijelaskan oleh Saifudin Azwar (2010:3) adalah

sikap yang diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari

seorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku

individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu. Sikap

manusia tidak terbentuk sejak manusia itu dilahirkan. Sikap manusia

terbentuk melalui proses sosial yang pernah terjadi selama hidupnya,

dimana individu juga mendapatkan informasi dan pengalaman.

Sikap juga bagian dari pendidikan karakter yang tertanam di

dalam penerapan sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud

pendidikan dari multikultural di MA. PINK 03. Dalam Tujuan

pendidikannya untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam

kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang

dimilikinya. Menurut Foerster, yang dikutip dari Zainuddin, karakter itu

sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi

identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah,

dan dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.

Dalam ruang lingkup, pendidikan karakter dapat terlihat bahwa

kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik melalui

pendidikan di sekolah ialah berbagai kemampuan yang akan

menjadikan seseorang sebagai ciptaan tuhan yang beragama dan

mengembankan amanah sebagai khalifah di muka bumi. Kemampuan

yang perlu dikembangkan pada peserta didik adalah kemampuan untuk

menjadi pribadi yang mulia yang mengabdi pada Tuhan yang maha esa.

Kemampuan untuk hidup sebagai masyarakat yang rukun dengan

lingkungan tempat tinggal dan kemampuan untuk menjadikan dunia

sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan.

Peran MA. PINK 03 sangat penting dalam usaha pembentukan

suatu karakter. Dalam konteks ini pendidikan karakter termasuk dalam

usaha yang dilakukan sekolah bersama guru, kepala madrasah, dan

semua stakeholder, melalui semua kegiatan sekolah untuk membentuk

akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui kebaikan yang

Page 109: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

91

terdapat dalam ajaran agama. Pembentukan karakter tidak terlepas juga

dari peran sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan

multikultural yang dilaksanakan MA. PINK 03. Pembentukan karakter

dengan nilai-nilai agama dan kepribadian bangsa sangat penting juga.

Karakter seseorang bisa berkembang berdasarkan potensi yang

dibawa sejak lahir atau yang dikenal dengan istilah karakter dasar yang

bersifat biologis. Ki Hajar Dewantara mengatakan, bahwa aktualisasi

dalam bentuk perilaku sebagai hasil perpaduan antara karakter biologis

dan hasil hubungan atau interaksi dengan lingkungannya. Karakter juga

bisa dibentuk melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan alat

yang paling efektif untuk menyadarkan individu dalam jati diri

kemanusiaanya. Dengan pendidikan juga akan dihasilkan kualitas

manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, memiliki

kecermalangan dalam berfikir, kecekatan raga, dan memiliki kesadaran

penciptaannya dirinya. Dibanding faktor lain, pendidikan memberikan

dampak dua atau tiga kali lebih kuat dalam pembentukan kualitas

manusia (Munawar, 2010:339)

Peran sekolah sangat penting terutama MA. PINK 03 dalam

usaha pembentukan karakternya. Dalam konteks tersebut, pendidikan

karakter ialah usaha yang dilakukan MA. PINK 03 yang dilakukan

secara bersama-sama oleh guru, pimpinan madrasah dan seluruh warga

madrasah melalui kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak

atau kepribadian peserta didik melalui berbagai contoh yang

diperlihatkan oleh guru. Sebagai umat muslim hendaklah senantiasa

mencontoh perangai akhlak Nabi Muhammad SAW dan senantiasa

menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai dasar dalam

menjalani kehidupan sehari-hari. Kehadiran agama Islam yang dibawa

Nabi Muhammad SAW dapat menjamin terwujudnya kehidupan

manusia yang damai, tentram, dan jauh dari kemaksiatan. Karena,

dalam perilaku Rasul terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana

seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan ini lebih berarti.

Dengan begitu, membentuk suatu karakter merupakan tanggung

jawab bersama dari semua pihak dan komponen masyarakat untuk ikut

terlibat membentuk karakter yang kuat dan khas. Selain itu juga,

hendaknya pembentukan suatu karakter bermula dari semangat, visi,

misi dan keteladanan yang dimunculkan dari dalam diri pemimpinnya,

itulah yang pernah terjadi oleh Negara-negara besar. Sehingga semua

lini kehidupan harus bergerak secara terpadu dan melakukan sebuah

revolusi mental dalam membangun karakter mulai dari unsur terkecil

Page 110: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

92

dalam masyarakat, yang diawali dalam keluarga, lembaga pendidikan,

lingkungan sosial masyarakat melalui pemimpin-pemimpin sosial

seperti tokoh masyarakat, pemimpin RT/RW, pemimpin daerah

(Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kota, Kabupaten), pemimpin tingkat

regional, Gubernur, Menteri, dan Presiden (Saleh, 2012:10)

Dan dengan adanya kesadaran bersama-sama itu tentu MA.

PINK 03 bertanggung jawab dan mengawasi peserta didik serta

mengarahkan karakter seperti yang dicita-citakan sekolah sesuai tujuan

pendidikan nasional, yaitu bukan hanya sekedar mencerdaskan tetapi

berakhlak mulia juga. Indonesia dikenal dunia sebagai Negara yang

berdaulat yang masyarakatnya memiliki kemajukan suku, ras, dan

agama. Dan hal ini dapat menjadikan Indonesia menjadi Negara yang

beragam dan punya karakter yang khas dan unik. Pendidikan

multikultural tentunya sebagai pelengkap dan pendukung dari

kurikulum yang tertulis baik kurikulum aktual maupun kurikulum ideal.

Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Multikultural dan kurikulum

formal saling melengkapi dalam pengembangan perilaku atau karakter

siswa. Hasil dari Pendidikan Multikultural ini bisa berbentuk prestasi

dalam pembelajaran maupun perilaku karakter yang baik bagi siswa.

Dapat dipahami bahwa kebiasaan yang berulang-ulang akan

menghasilkan suatu karakter. Begitu juga dengan kegiatan Pendidikan

Multikultural yang dilaksanakan MA. PINK 03, jika dilakukan secara

terus-menerus maka menghasilkan nilai-nilai perilaku yang berkarakter.

Namun dari itu semua kebiasaan tidak hanya bersifat baik tapi juga bisa

bersifat buruk. Kebiasaan buruk yang dilakukan secara berulang-ulang

akan menghasilkan karakter yang buruk juga. Sudah selayaknya

pendidik harus bisa memberikan pemahaman tentang kebisaan-

kebiasaan yang baik atau buruk.

b. Norma

Norma ialah ukuran, standar, yang berfungsi merumuskan

bagaimana pola perilaku yang seharusnya dijalankan, dan berfungsi

sekiranya sejauh mana perilaku tersebut telah memenuhi standar yang

ditentukan (Rumokoi, 2014 : 51). Norma termasuk dalam petunjuk

hidup yang berisi perintah maupun larangan yang ditetapkan

berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur

setiap perilaku manusia dalam masyarakat, guna mencapai suatu

kedamaian (Soeroso, 2006: 38) Fungsi dari Norma ialah mengatur

kehidupan bersama agar tertib dan teratur, sebagai alat pengendalian

sosial yang efektif, tolak ukur terhadap perbuatan, apakah benar, salah,

Page 111: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

93

sopan atau tidak sopan, pedoman dalam melakukan berbagai aktivitas

kehidupan (Tim Sosiologi, 2007: 35). Penerapan norma yang dilakukan

di MA. PINK 03 salah satunya dengan cara menghormati guru dengan

mencium tangan sebelum masuk sekolah, menjaga kebersihan

lingkungan, meletakkan sesuatu pada tempatnya seperti pada saat siswa

masuk kelas sepatu dilepas dan diletakan dirak sepatu dan lainya.

Pelaksanaan hidden kurikulum juga dilakukan secara terus menerus

atau dijadikan sebuah pembiasaan untuk peserta didik sehingga melekat

pada peserta didik. Tentu penanaman norma di MA. PINK 03

memberikan dampak bagi kehidupan sehari–hari peserta didik, seperti

melakukan hal yang sama di rumah sebagai pembiasaannya, hal

tersebut dilihat dari buku pemantau peserta didik atau laporan dari wali

murid peserta didik.

Guru juga mengajarkan nilai-nilai terhadap peserta didik MA.

PINK 03. Ketika guru masuk kelas tepat waktu, kemungkinan besar

semua siswa akan masuk kelas tepat waktu juga, sebisa mungkin

mereka akan berusaha untuk tidak terlambat. Sikap guru yang selalu

tepat waktu ini secara tidak langsung mengajarkan siswa untuk bersikap

disiplin dan menghargai waktu. Maka Pendidikan multikultural dalam

konteks tersebut memberikan pengaruh yang baik terhadap kepribadian

siswa yang mengajarkan disiplin dan menghargai waktu. Namun jika

guru masuk kelas sering terlambat bahkan jarang mengisi jam

pelajarannya. Ini akan memberikan dampak negatif bagi siswa. Siswa

akan datang semaunya, bahkan sering siswa akan membolos pada jam

pelajaran guru tersebut. Pada konteks kedua ini sikap negatif guru

menjadi Pendidikan multikultural yang memberikan pengaruh negatif

kepada siswa.

Pada peristiwa di atas menunjunkkan bahwa siswa cenderung

meniru dan melakukan apa yang mereka lihat dibandingkan dengan

mengamalkan teori yang diajarkan oleh guru mereka. Untuk itu

perilaku guru juga harus benar-benar dijaga dan sesuai dengan norma-

norma yang telah berlaku. Jika guru mengajarkan tentang tanggung

jawab maka dia harus menjadi tauladan yang bertanggung jawab juga.

Nilai pendidikan yang diajarkan guru tidak akan berarti jika si guru itu

sendiri tidak mengamalkan nilai tersebut. Hal ini akan sangat fatal dan

berbahaya bagi pendidik moral peserta didik, karena mereka tidak akan

percaya akan kebenaran nilai yang diajarkan oleh guru, sebab guru akan

sangat mempengaruhi nilai-nilai pendidikan yang akan diajarkan

kepada anak didiknya. Karenanya seorang guru tidak cukup hanya

Page 112: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

94

sebagai pengajar saja, tetapi guru juga harus menjadi tauladan yang

baik bagi siswanya.

c. Kepercayaan

Kepercayaan adalah perilaku individu, yang mengharapkan

seseorang agar memberi manfaat positif menurut Deutsch (dalam

Yilmaz dan Atalay, 2009). Adanya suatu kepercayaan karena individu

yang dipercaya dapat memberi manfaat dan melakukan apa yang

diinginkan oleh individu yang memberikan kepercayaan tersebut.

Sehingga, kepercayaan menjadi dasar bagi kedua pihak untuk

melakukan kerjasama.

Kepercayaan atau (trust) merupakan pondasi dari suatu

hubungan. Hubungan antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila

masing-masing dari mereka saling mempercayai. Kepercayaan ini tidak

begitu saja dapat diakui oleh pihak lain, melainkan harus dibangun

mulai dari awal dan sudah dapat dibuktikan. Di dunia ekonomi,

kepercayaan telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai

transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen dapat

terwujud sesuai dengan yang diharapkan (Yousafzai, 2003). Menurut

peneliti Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kepercayaan ialah keyakinan individu akan kebaikan individu atau

kelompok lain dalam melaksanakan suatu tugas dan kewajiban untuk

kepentingan bersama. Kepercayaan yang dianut oleh MA. PINK 03

yang bernafaskan islam sehingga setiap kegiatan yang ada, menjadikan

islam itu suatu pondasi dasar dalam pedoman sekolah tersebut. Faktor

yang mempengaruhi penanaman kepercayaan di MA. PINK 03 adalah

visi misi yang jelas, berharap peserta didik yang berakhlakul karimah.

Sehingga peserta didik mempunyai perwujudan perilaku yang

diharapkan oleh MA. PINK 03.

d. Nilai

Nilai berasal dari bahasa Latin yaitu vale’re yang artinya

berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan

sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar

menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang (Sutarjo,

2012:56). Menurut Milton Rokeach dan James Bank menyatakan

sebagaimana yang telah dikutip dalam bukunya (M. Chabib Thoha,

1996:60) bahwa nilai itu adalah: Suatu tipe kepercayaan yang berada

dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus

bertindak atau menghindari suatu tindakan mengenai sesuatu yang

pantas atau tidak pantas untuk dikerjakan”. Berdasarkan dari beberapa

Page 113: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

95

definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa nilai adalah harapan tentang

sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi manusia dan diugemi

sebagai acuan tingkah laku.

Nilai juga merupakan sesuatu yang memiliki acuan dalam

pandangan seseorang tentang baik, buruk, benar, salah, yang

selanjutnya juga mempengaruhi persepsi tentang keadaannya. Nilai

tidak hanya berbicara tentang nominal, tapi juga berbicara tentang suatu

yang dideskripsikan dalam perilaku. Dengan pembentukan, nilai

diharapkan bagi setiap lembaga pendidikan khususnya sekolah dapat

memberikan karakter-karakter mulia yang menjadikan ciri khas bagi

lembaga pendidikan Islam.

Menurut peneliti nilai juga merupakan sesuatu realitas yang

abstrak, MA. PINK 03 menggambarkan nilai mungkin dapat dirasakan

dalam diri seseorang masing-masing sebagai daya pendorong atau

prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam kehidupan. Nilai juga

dapat terwujud keluar dalam pola-pola tingkah laku, sikap dan pola

pikir. Nilai dalam diri peserta didik dapat ditanamkan melalui proses

sosialisasi, serta melalui sumber dan metode yang berbeda beda,

contohnya melalui keluarga, lingkungan, pendidikan, dan agama. Jika

dikaitkan dengan pendidikan disuatu lembaga pendidikan nilai yang

dimaksudkan disini adalah nilai yang bermanfaat bagi peserta didik

serta berharga dalam praktek kehidupan sehari-hari, menurut tinjauan

keagamaan atau dengan kata lain sejalan dengan pandangan ajaran

agama Islam di MA. PINK 03

Setelah peneliti melakukan observasi di MA. PINK 03 konsep

sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai wujud pendidikan

multikultural yang telah diterapkan terlihat menumbuhkan nilai–nilai

seperti nilai kesopanan, nilai kedisiplinan, nilai keindahan, nilai

religiusitas, nilai kemandirian, nilai keberanian, nilai kejujuran, nilai

tanggung jawab, nilai toleransi, dan nilai kepedulian sesama. Nilai

tersebut kemudia diaplikasikan pada semua kegiatan yang ada di MA.

PINK 03. Pada dasarnya inti dari sosialisasi nilai–nilai keragaman itu

sebagai wujud pendidikan multikultural itu sendiri adalah interaksi

yang terjalin antara peserta didik dengan warga sekolah (guru, kepala

sekolah, teman, staf dan karyawan sekolah). Interaksi yang terjalin akan

menghasilkan suatu nilai. Bukan hanya sebuah nilai, Pendidikan

Multikultural juga dapat mengintegrasikan beberapa macam perilaku

yang dapat mengarah kepada budaya pada sistem tatanan sekolah.

E. Implementasi Nilai Multikultural di MA. PINK 03

Page 114: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

96

Sikap primordial yang memfokuskan perhatian hanya kepada

agama, suku, status, sosial, gender, dan kelompok umur tertentu menjadi

tantangan bagi masyarakat multikultural seperti bangsa Indonesia.

Perilaku peserta didik yang mencerminkan sikap produktif terhadap nilai-

nilai multikultural juga tercermin dalam pergaulan mereka sehari-hari di

luar kelas. Indikatornya ialah dapat direduksinya konflik-konflik

diantara peserta didik melalui pembiasaan dan pembudayaan sikap yang

mecerminkan nilai-nilai multikultural.

Berkaitan dengan proses Pendidikan multikultural di MA. PINK

03 menunjukkan bentuk pengimplementasian nilai-nilai multikulturalisme

sebagai berikut :

1. Nilai Tanggung Jawab

Proses pembelajaran di kelas juga terdapat nilai karakter tanggung

jawab yang dapat ditelusuri melalui aspek Pendidikan multikultural.

Bentuk dari pekerjaan rumah (PR) merupakan suatu bentuk pelaksanaan

yang wajib dikerjakan peserta didik di dalam mengerjakan tugas-tugas

mata pelajaran yang diberikan oleh guru. Tugas yang diberikan harus

dikerjakan di rumah dan tidak boleh dikerjakan pada saat di sekolah.

Tujuannya itu agar siswa bertanggung jawab atas tugas yang diberikan

kepadanya dan mengulangi mata pelajaran yang sudah dipelajari. Dalam

proses pembelajaran sikap tanggung jawab juga dapat ditunjukan dengan

cara mengerjakan tugas sesuai yang telah ditentukan, berperan aktif dalam

kelompok dan berani menanggung resiko atas perbuatan yang telah

dilakukanya.

2. Nilai Disiplin

Pertama, adanya aturan aktif tentang jam masuk sekolah bagi

peserta didik. peserta didik masuk dan hadir di sekolah 5 menit sebelum

bel tanda masuk kelas berbunyi. Kegiatan belajar mengajar dimulai pada

pukul 07.00 sampai dengan selesai. Kedua, disediakan rak sepatu yang

berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan sepatu di masing-masing

depan kelas agar peserta didik membiasakan meletakkan sepatu dengan

rapi pada rak yang telah disiapkan. Ketiga, disediakannya tempat sampah

yang berfungsi untuk mendisiplinkan siswa agar membuang sampah pada

tempatnya sesuai dengan jenis sampahnya pada tempat yang telah

disediakan dan tetap menjaga kebersihan lingkungan.

Untuk membiasakan peserta didik menjadi disiplin, kepala

madrasah dan dewan guru setiap pagi sudah berada di depan gerbang

sebelum peserta didik masuk. Dan peserta didik bergantian dan mengantri

untuk bersalam dengan kepala madrasah dan dewan guru. Tujuannya agar

Page 115: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

97

peserta didik terbentuk karakter disiplin maka harus dimulai dari

peneladanan dari seorang guru atau kepala madrasah. Itulah beberapa hal

yang perlu dipersiapkan guru untuk menciptakan lingkungan kelas yang

kondusif bagi siswa dalam berperilaku disiplin. Pagi-pagi sekali kepala

sekolah sudah berada di depan pintu gerbang berdiri untuk menunggu

peserta didik yang berdatangan ke sekolah. Terlihat peserta didik

menegur, sapa, salam dan mencium tangan kepala sekolah dan guru.

3. Nilai Kejujuran

Menanamkan nilai kejujuran kepada peserta didik juga merupakan

hal yang mudah dilakukan tapi sangat sulit dilakukan oleh peserta didik.

Peserta didik seringkali melakukan hal-hal yang tidak jujur yang menjadi

hal yang telah biasa dilakukan. Di lembaga pendidikan, perilaku tidak

jujur telah banyak dilakukan oleh peserta didik di sekolah, mulai dari

siswa yang menyontek, alasan tidak masuk kelas, sering telat masuk kelas,

alasan tidak mengerjakan PR.

Hal lain yang dapat terlihat dari kejujuran peserta didik adalah

ketika sedang ulangan ujian harian maupun ujian semesteran. Dapat

diamati bahwa setiap peserta didik melaksanakan ujian hampir tidak ada

siswa yang mencontek. Semuanya percaya diri mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru. Walaupun sebenarnya ada beberapa siswa yang

mencontek tapi tidak terlalu banyak. Hal ini membuktikan nilai-nilai

kejujuran yang dimiliki peserta didik lebih besar terealisasikan melalui

Pendidikan multikultural. Setiap ulangan diadakan guru mata pelajaran

selalu mengawasi siswa yang sedang ujian, namun hal ini tidak menjadi

faktor untuk menjadikan alasan siswa takut kalau ketahuan guru karena

mencontek. Saat guru diluar kelas suasana kelas cukup kondusif tidak ada

kebisingan atau usaha mencontek yang dilakukan oleh siswa.

Hal lain yang dapat dilihat dari sikap kejujuran siswa adalah ketika

siswa terlambat pada jam masuk sekolah. Guru yang piket selalu bertanya

apa alasan siswa terlambat. Siswa berkata jujur apa adanya sesuai apa

yang dialaminya. Dari beberapa alasan siswa terlambat karena faktor

lokasi rumah yang cukup jauh dan macet. Untuk mengetahui alasan siswa

terlambat guru juga melibatkan orang tua wali untuk mengetahui

kebenaran alasan mengapa siswa terlambat. Apa yang telah dibahas di atas

sebenarnya sebagai dampak dari Pendidikan multikultural yang

dilaksanakan di MA. PINK 03. Pendidikan multikultural bukan menjadi

faktor satu-satunya yang menjadikan siswa bersikap jujur, namun

keberadaan Pendidikan multikultural menjadi factor pendukung suksesnya

sikap kejujuran yang dimiliki oleh peserta didik.. Hampir seluruh kegiatan

Page 116: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

98

di MA. PINK 03 melakukan usaha yang nyata untuk menumbuhkan sikap

kejujuran siswa untuk cinta kepada kejujuran.

4. Nilai Religius

Dalam pembentukan karakter religius MA. PINK 03 juga

mengadakan berbagai kegiatan seperti yang telah dijelaskan pada aspek

pembiasaan dari Pendidikan Multikultural. Kegiatan itu dilaksanakan

setiap harinya dan dibiasakan untuk melakukan shalat duha, tadarrus Al-

Qur'an, Kultum, shalat berjamaah dll. Hal ini dilakukan untuk

menciptakan suasana religious dari diri siswa agar mereka terbiasa dengan

lingkungan keluarga dan masyarakat. Sikap religius ini juga ditampilkan

dari pribadi seorang guru yang menjadi contoh modeling untuk peserta

didik. bukan hanya sekedar kegiatan rutinitas semata yang lebih cendrung

kepada niat untuk beribadah karena Allah saja. contohnya guru yang

selalu berpakaian rapi dan menutup aurat, bahasa yang santun, selalu

mengucapkan salam apabila bertemu. Sikap religius yang ditunjukkan

oleh peserta didik dapat dilihat ketika berada dirumah. Siswa mengerjakan

shalat 5 waktu ketika di rumah tanpa disuruh atau diperintah lagi. Bahkan

bukan hanya shalat yang wajib tetapi shalat sunnah juga dikerjakan seperti

shalat duha. Wali murid menceritakan bahwa sebelum masuk ke MA.

PINK 03 siswa tidak pernah shalat duha, namun setelah belajar di MA.

PINK 03 siswa semakin rajin untuk mengerjakan shalat duha. Karena

sebelumnya siswa belajar di sekolah umum yang jarang melaksanakan

shalat sunnah.

5. Nilai Kemandirian

Dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh guru ini, siswa

juga memperlihatkan keseriusan dalam pembelajaran. Ketika guru

memberikan tugas rumah untuk latihan, siswa mengerjakan dirumah

masing-masing dan selesai pada waktunya. Walaupun kadang masih ada

beberapa peserta didik yang masih belum selesai mengerjakan tugasnya.

Tapi hampir secara keseluruhan siswa mengerjakan tugasnya dengan

kepercayaan dirinya. Pentingnya penanaman sikap mandiri dari aspek

Pendidikan multikultural ialah agar siswa tidak bergantung kepada orang

lain dalam semua bentuk pekerjaanya. Siswa dituntut untuk paham dan

mengerti atas materi yang sudah dijarkan. Apabila siswa tidak paham

dengan materi yang disampaikan oleh guru atau menemukan kesulitan

dalam kemampuannya maka siswa bisa bertanya kepada guru atau

bertanya kepada teman yang lebih paham. Jangan berhenti bertanya

sebelum paham dan guru juga jangan pernah berhenti menjelaskan

sebelum paham.

6. Nilai Peduli Sesama

Page 117: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

99

Sikap pada peduli sesama tidak hanya ditunjukkan kepada sesama

manusia saja tetapi bisa juga perduli kepada lingkungan. Inilah yang

menjadi salah satu ciri khas dari MA. PINK 03 yaitu membiasakan diri

untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Apabila ada

sampah yang berserakan maka guru atau kepala sekolah langsung

menegur peserta didik dan langsung menyuruh membuang sampah yang

berserakan. Walaupun sebenarnya di MA. PINK 03 sudah ada orang yang

mengurusi masalah kebersihan.

Sikap peduli sesama tidak hanya dilakukan pada saat di sekolah

saja tetapi pada saat diluar sekolah. Siswa selalu memberikan sebagian

uang jajannya ketika melihat ada pengemis. Walaupun sebenarnya

memberikan uang kepada pengemis merupakan perbuatan yang dilarang

pemerintah. Namun hal ini menunjukkan bahwa kepedulian siswa

terhadap sesama menjadi indikator Pendidikan multikultiral yang

dilaksanakan di sekolah dapat membentuk karakter siswa.

7. Nilai Kesopanan

Dalam proses ini tentu guru mempunyai peranan penting di

dalamnya, sehingga siswa dapat melihat sikap sebagaimana seorang guru,

ketika guru lewat didepan siswa tanpa disuruh siswa langsung mencium

tangan guru, senyum bahkan menyapa dengan baik itu menjadi salah satu

bentuk kesopanan yang sudah tertanam oleh peserta didik. Penulis juga

merasakan sendiri ketika berada di sekolah, peserta didik di MA. PINK 03

memang menerapkan nilai kesopanan seperti tanpa mengenal siapa yang

dikenal dan melihat yang lebih tua bahkan mereka dengan senang hati

langsung memberikan salam dan mencium tangan dengan yang lebih tua

walaupun mereka tidak mengenalnya.

8. Nilai Toleransi

Sikap toleransi siswa yang dapat dilihat itu siswa mampu

menghargai pendapat orang lain, Siswa juga tidak memotong

pembicaraan orang lain selama proses pembelajaran, mendengarkan guru

saat sedang memberikan materi dan menjawab pertanyaan ketika ditanya

oleh guru. Siswa tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain atau

saling menghargai sesama teman, Siswa mampu menerima dengan

lapang dada apabila dirinya salah, Siswa mampu mengutarakan pendapat

dengan sopan, Siswa tidak menyinggung perasaan orang baik dalam

perkataan maupun perbuatan. Hal tersebut bertujuan agar siswa lebih bisa

menerima dan menghargai perbedaan-perbedaan dalam kelompoknya.

Siswa akan menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing-masing.

Page 118: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

100

F. Bentuk Evaluasi Terhadap sosialisasi nilai–nilai keragaman sebagai

wujud pendidikan multikultural

Dengan adanya out put ini terhadap implementasi Pendidikan

multikultural di sekolah MA. PINK 03 tentu perlu adanya evaluasi. Bentuk

Evaluasi dari sikap peserta didik tidak jauh berbeda dengan evaluasi hasil

belajar. Evaluasi belajar yang dilihat itu kemampuan kognitif siswa,

sedangkan evaluasi sikap peserta didik yang ingin dilihat adalah

perkembangan sikap (afektif) dari peserta didik. Evaluasi sikap peserta

didik bertujuan untuk mengetahui seberapa efektifkah Pendidikan

multikultural yang akan membentuk karakter. Maka dari itu, setiap hari

guru melakukan evaluasi hidden curriculum. Mengutip Kerr dan Nelson

dalam Anshari (2012:23) bahwa penilaian afektif harus diawasi secara

berkelanjutan karena hal itu penting dilaksanakan terhadap perkembangan

kemajuan peserta didik, dalam rangka keberhasilan pelaksanaan intervensi

perilaku setelah penilaian awal dan intervensi terhadap peserta didik.

Dalam UU No.20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa evaluasi adalah

hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,

kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program

pendidikan yang dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala,

menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar

nasional pendidikan.

Anas (2003:16) mengatakan bahwa tujuan dari evaluasi dapat

dikelompokkan menjadi dua, diantaranya: (1) untuk memperoleh data yang

mendukung tingkat ketercapaian kompetensi dan tingkat keberhasilan

siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler setelah mereka mengikuti

proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, dan (2) untuk

mengetahui tingkat efektivitas metode-metode pengajaran yang telah

digunakan oleh pengajar.

Dampak dari hidden curriculum pertama ialah membentuk suatu

karakter terhadap peserta didik yang dilakukan dengan melalui evaluasi

buku pemantau perkembangan keislaman. MA. PINK 03 melakukan

evaluasi hanya berdasarkan penilaian guru saja serta adanya buku penilaian

ibadah atau buku pemantau perkembangan kegiatan pada setiap anak,

sehingga sejauh mana perkembangan atau progres yang siswa siswi itu

lakukan terlihat dalam buku ibadah tersebut dan guru mempunyai

Page 119: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

101

kerjasama dengan orang tua. Buku ini melaporkan sejauh mana

perkembangan siswa yang berisi laporan kegiatan sebagai berikut ;

1. Kegiatan Tahfiz,

a) Penilaian dilakukan oleh guru tahfidz dengan bukti paraf dari

guru

b) Waktu dilakukan seminggu 3x

c) Tahfidz masih dalam tahapan juz 30

d) Di dalam juz tersebut dilakukan tahapan per level sesuai tingkat

kesukaran (dimulai dari An Nash sampai An Naba)

e) Rentang nilai berupa tingkatan (sangat hafat, hafal, cukup hafal,

kurang hafal)

2. Kegiatan Tilawah,

a) Penilaian dilakukan oleh guru tilawah denga bukti paraf dari

guru

b) Waktu dilakukan seminggu 3x

c) Tilawah dari mulai iqra sampai al Qur’an

d) Penilaian dilihat dari tadjwidnya, makhrojnya, serta

kelancaranya.

e) Rentang nilai berupa tingkatan (sangat lancar, lancar, cukup

lancar, kurang lancar)

3. Kegiatan doa harian,

a) Penilaian dilakukan oleh guru denga bukti paraf dari guru

b) Waktu dilakukan persemester

c) Doa harian dihafal sesuai tingkatan dan target masing–masing

kelas.

d) Rentang nilai berupa tingkatan (sangat hafal, hafal, cukup

hafal, kurang hafal)

4. Kegiatan Shalat,

a) Penilaian dilakukan oleh guru dan orang tua dengan bukti paraf

dari guru dan orang tua

b) Waktu dilakukan waktu shalat shubuh, zhuhur, ashar, magrib,

isya.

c) Orang tua akan memantau kegiatan shalat selama dirumah karna

orang tua wajib memberikan paraf.

Page 120: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

102

d) Ketika peserta didik tidak melakukan shalat tentu guru

memberikan peringatan

5. Kegiatan selama bulan Ramadhan.

a) Penilaian dilakukan oleh guru dan orang tua dengan bukti paraf

dari guru dan orang tua

b) Waktu dilakukan selama bulan rahadhan

c) Orang tua akan memantau kegiatan tarawih, mengaji, shalat

selama dirumah dan orang tua wajib memberikan paraf.

Evaluasi di MA. PINK 03 yang pertama adalah terlihat dalam

buku pantauan yang mereka miliki yang berisi perkembangan

keislaman yang dilakukan selama di sekolah dan di rumah. Setiap

kegiatan, guru dan orang tua akan memberikan paraf sehingga

perkembangan tersebut bisa terus terpantau. Setiap harinya guru kelas

selalu memeriksa buku pemantau pada perkembangan keislaman. Ada

kegiatan–kegiatan yang memang memerlukan kordinator sebagai

penanggung jawab dalam penilaianya.

Bentuk evaluasi kedua adalah penilaian yang dilakukan dalam

rapor kurtilas yang mana guru kelas akan memberikan penilaian

melalui deskripsi terhadap sikap siswa secara tertulis di dalam rapor,

penilaian tersebut akan dilakukan oleh guru dengan cara melihat

keseharian bagaimana siswa itu bersikap baik atau buruknya, guru akan

memberikan penilaian dari kegiatan sehari–hari tersebut. menurut

penulis hal tersebut juga bisa dijadikan bentuk evaluasi melihat adanya

penilaian guru secara tertulis. Orang tua juga mempunyai peran

penting didalamanya, sehingga orang tua mengetahui secara detail

sikap seperti apa yang selama ini dilakukan anaknya di sekolah.

Bentuk Evaluasi ketiga terhadap perilaku peserta didik yang

dilakukan oleh semua guru-guru dan wali kelas. Sekiranya guru-guru

melihat pelanggaran-pelanggaran apa saja yang dilakukan oleh peserta

didik dan jika termasuk dalam jenis pelanggaran yang ringan maka

guru berhak untuk menegur dan menindak lanjutinya. Peringatan secara

lisan, peringatan secara tertulis, panggilan orang tua/wali, skorsing,

dikembalikan kepada orang tua/wali. Pelanggaran yang terjadi bisa

dilakukan oleh siswa didalam sekolah maupun diluar sekolah. Sesuai

dengan tata tertib MA. PINK 03.

Page 121: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

103

Pelanggaran yang terjadi pada siswa membuktikan bahwa tata

tertib berjalan dengan efektif tapi hanya saja belum optimal dalam

pelaksanaannya. Hal ini yang menuntut MA. PINK 03 untuk lebih

mengoptimalkan peraturan tata tertib agar siswa tidak melakukan

kesalahan yang sama. Maka dari itu, salah satu alternatif dari

pelanggaran yang terjadi adalah dengan memberikan peran Pendidikan

Multikultural kepada peserta didik. Untuk memperbaiki pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa sebaiknya tidak hanya sanksi yang diberikan

oleh sekolah tapi harus ada juga sanksi yang diberikan orang tua kepada

anaknya. Dan ini bertujuan untuk memberikan efek jera kepada peserta

didik atas perbuatan yang telah dilakukannya.

Page 122: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data dan pembahasan diatas, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

MA. PINK 03 mengimplementasikan kegiatan Pendidikan

multikultural dengan berbagai program dengan tujuan dan sasaran output

yang diharapkan. Dalam perencanaan penelitian Penerapan Sosialisasi

Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di

MA. PINK 03 Tambun Selatan, misi salah satu alat untuk mencapainya

Pendidikan multicultural tersebut. Visi misi menjadi tolak ukur yang

utama dalam pencapaian tujuan. Melalui penetapan visi misi yang jelas,

mengutamakan penguatan agama, sehingga bernuansa islami dan

memberikan kepercayaan terhadap masyarakat luas. Terlihat penerapan

program kerja dalam Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman

Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK 03 Tambun

Selatan, Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan

cita cita sekolah. MA. PINK 03 telah memiliki visi, misi, dan tujuan yang

menjadi acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Berbagai

program yang dikembangkan secara relevan dengan visi dan misi

sekolah, serta sebagai bentuk penjabaran yang rinci dan terukur untuk

dilaksanakan di sekolah. Karena. Keberhasilan program kerja sekolah

itulah dapat menjadi bahan rujukan bagi lembaga penyelenggara lain

untuk memberi jaminan tentang kualitas mutu sekolah. Selain program

kerja Sekolah MA. PINK 03 juga membuat Rencana Strategis yang

dimilik sekolah dengan program jangka pendek, jangka menengah,

maupun jangka panjang sebagai pedoman sekolah agar berkembang

lebih terarah, terencana dan sistematis.

Dalam pelaksanaan Pendidikan multicultural, peneliti melihat dari

aspek Pendidikan multikultural secara sistem struktur, sistem sosial dan

sistem budaya. Dengan begitu sekolah sudah menjelaskan bahwa sistem

organisasi yang ada di sekolah itu di bawah kepimpinan kepala sekolah,

bagian kurikulum dan bagian kesiswan. Sehingga ada kaitannya dengan

penerapan Pendidikan multikultural yang merupakan bagaian struktur

kurikulum yang menjelaskan bahwa sekolah mempunyai kurikulum

tersendiri yang telah dirancang oleh pihak sekolah seperti Muatan lokal,

pengembangan diri, dan kegiatan pembiasaan.

Page 123: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

104

Secara sistem sosial sekolah ini juga memperkuat dengan adanya

pembiasaan yang tentunya memberikan dampak terhadap peserta didik

yang dilakukan secara rutin, yang mana memberikan efek yang berjangka

panjang dalam kehidupan sehari–hari. Guru mempunyai peran yang

penting dalam penanaman nilai–nilai yang dilaksanakan di sekolah.

dengan adanya pembiasaan yang dilakukan secara struktur, sosial,

budaya tentu memberikan satu kesatuan yang berdampak kepada peserta

didik. Akan Adanya interaksi antar guru dan siswa secara dekat, adanya

keakraban antar siswa satu dengan yang lainya sehingga adanya interaksi

yang lebih intensif satu sama lain, dengan adanya kegiatan - kegiatan

tersebut akan menumbukan rasa empati atau kepedulian kepada sesama.

Dilihat secara sistem budaya yang ada disekolah, sistem budaya

tergambarkan dalam budaya Pembinaan Agama Islam dan sistem budaya

lingkungan sekolah, Sebagian Sekolah MA. PINK 03 sangat

memperhatikan penguatan ajaran Agama Islam, sehingga pembinaan

menjadi prioritas utama dan budaya pada lingkungan yang asri, indah,

nyaman, aman, senyum, salam, sapa, sopan, santun, dan budaya yang

Islami. Pembisaan yang dilakukan di sekolah menerapkan disiplin

terhadap peserta didik, suasana sekolah yang kondusif, iklim sekolah,

interaksi guru dengan peserta didik dengan memperlakukan siswa

sebagai bagian dari keluarga, semua itu merupakan pengalaman-

pengalaman yang dapat mengubah sikap dan perilaku siswa yang

menghasilkan sebuah output dari peserta didik.

Pendidikan multikultural tentu memberikan dampak yang besar

terhadap peserta didik, sehingga Pendidikan multikultural memberikan

pendidikan karakter dan memperlihatkan pembelajaran sikap, norma,

kepercayaan, nilai dan asumsi yang sering diekspetasikan sebagai aturan

ritual dan praturan pada peserta didik. Output yang diharapkan dalam

penerapan Pendidikan multikultural tentunya memberikan sikap–sikap

yang positif dan membentuk anak ber akhlakul karimah, melihat banyak

nilai keislaman yang telah diterapkan di MA. PINK 03. Seperti sikap

kemandirian, cinta terhadap islam, tetap istiqomah terhadap apa yang

telah diajarkan, dapat beradaptasi dengan berbagai kalangan dan mampu

bergaul secara global.

Pendidikan multikultural memberikan nilai betapa pentingya

untuk diterapkan dikehidupan sehari–sehari. Sekolahpun mengharapkan

adanya penerapan yang terus dilakukan secara berkesinambungan

dikehidupan sehari-hari. Dengan adanya out put terhadap Penerapan

Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan

Multikultural di MA. PINK 03 tentu perlu adanya evaluasi. bentuk

Page 124: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

105

evaluasi sikap peserta didik tidak jauh berbeda dengan evaluasi hasil

belajar. Pertama, evaluasi dampak dari hidden curriculum membentuk

karakter terhadap peserta didik dilakukan dengan melalui evaluasi buku

pemantau perkembangan keislaman. Bentuk evaluasi kedua adalah

penilaian dilakukan dalam rapor kurtilas yang mana guru kelas

memeberikan penilaian melalui deskripsi sikap siswa secara tertulis di

dalam rapor, penilaian tersebut dilakukan oleh guru dengan cara melihat

setiap harinya bagaimana siswa itu bersikap baik atau buruknya, guru

akan memberikan penilaian dari kegiatan sehari–hari tersebut. Bentuk

evaluasi ketiga terhadap perilaku peserta didik juga dilakukan oleh semua

guru-guru dan wali kelas. Sekiranya guru-guru melihat pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dalam jenis pelanggaran

yang ringan maka guru berhak untuk menegur dan menindak lanjutinya.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, ada beberapa saran dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Dalam Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai Keragaman Sebagai Wujud

Pendidikan Multikultural di MA. PINK 03 sekolah, tentu harus

memperhatikan Pendidikan multikultural yang ada dalam proses

pembelajaran di kelas, tidak hanya terfokus pada kurikulum yang

ditulis saja. Pendidikan multikultural sebagai pelengkap yang

berpengaruh terhadap out put siswa seperti pembentukan karakter

seperti sikap, nilai dll peserta didik. diharapkan semua elemen

sekolah baik kepala madrasah, guru, pegawai administrasi, satpam,

penjaga kantin, serta stakeholder dapat bekerja sama dalam

memberikan pengaruh yang positif dari aspek Pendidikan

multikultural.

2. Bagi orang tua siswa perlunya diadakan jalinan kerja sama anatar

siswa bersama masyarakat dan MA. PINK 03. Kerja sama ini bisa

berupa pengawasan bagi peserta didik terhadap perilaku-perilaku

yang menyimpang atau tidak sesuai dari peserta didik, baik itu

masyarakat di lingkungan sekolah, masyarakat di lingkungan siswa

tinggal, maupun masyarakat yang lebih luas dalam rangka trus

melihat perkembangan out put dari peserta didik.

3. Penelitian tentang Pendidikan multicultural, peneliti juga rasakan

masih minim sekali. Oleh karena itu diharapkan lembaga perguruan

tinggi dan lembaga riset lainnya untuk dapat mengembangkan

kembali penelitian tentang Penerapan Sosialisasi Nilai – Nilai

Page 125: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

106

Keragaman Sebagai Wujud Pendidikan Multikultural di MA. PINK

03 untuk mengatasi kenakalan remaja yang sering terjadi sekarang ini

dan mengalami pergeseran moral atau karakter akibat perkembangan

zaman yang semakin maju ini.

Page 126: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

107

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan

Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Ahmad Baedowi, dkk, 2015. Potret Pendidikan Kita. Jakarta: Pustaka

Alvabet

Ahmad Muzakkil Anam, 2016. Penanaman nilai – nilai Pendidikan

Multikultural di Perguruan Tinggi. Tesis Program Pendidikan Agama

Islam Univeristas Islam Malang.

Ansari, Bansul I dan Martinis Yamin. 2012. Taktik Mengembangkan

Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: GP Press Group

Asriati Nuraini, 2010. Membangun dan Mengembangkan Pendidikan Nilai

Pembentukan Karakter, dan Pembiasaan Sikap Siswa Melalui

Pembelajaran Afektif. Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol 8, No 1

Banks, J.A. 2005. Multicultural Education: Issues And Perspectives, fifth

edition. America: JhonWiley & Sons, Inc

Choirul Mahmud. 2016. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Dany Hariyanto dan G. Edwi Nugrohadi. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar.

Jakarta: Prestasi Pustaka

Depdiknas. (2002). Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah: Konsep

dasar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Depdiknas. (2004). Pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:

Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2005). Manajemen Berbasis Seko/ah. Direktorat Pendidikan

Lanjutan Pertama.

Dwi Siswoyo, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

EL-Ma’hady, Muhaemin. 2004. Multikulturalisme dan Pendidikan

Multikultural, http://artikel.VS/muhaemin6-04.htm Diakses pada tanggal

30 November 2018

Page 127: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

108

Emzir. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta : Raja

Grafindo Persada

Farida Hanum. 2009. Pengembangan Model Pemebelajaran Pendidikan

Multikultural Menggunakan Modul Sebagai Suplemen Pembelajaran IPS

di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Volume 04, Nomor

2 Hlm 30-31

H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik

Tarnsformatif, untuk Indonesia. Jakarta : Gramedia. 2012

Hariyanto. 2011. Pendidikan Multikultural pada Anak Usia Dini di TK

Harapan Bangsa Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. Tesis:

Pendidikan Guru Raudlatul Athfal Program Pascasarjana UIN Sunan

Kalijaga

Hasbullah. 2011. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Herman Somantrie. 2011. “Konflik dalam perspektif Pendidikan

multikultural”. jurnal Pendidikan dan kebudayaan, Vol. 17. Nomor 6

Ida Zahara ADibah. 2014. Pendidikan Multikultural Sebagai Wahana

Pembentukan Karakter. Jurnal Madaniyah edisi VII.

Imam Aji Subagyo, 2012. Pengaruh Keterlaksanaan Nili – Nilai

Multikultural Terhadap Sikap Pluralis Siswa SD Se-Kecamatan

Umbulharjo. Skripsi S1: Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UNY.

Imam Barnadib. (2000). "Pemikiran singkat tentang beberapa perspektif

antropologi pendidikan". Makalah Simposium Nasional.

Imam Gunawan & Djum Djum, 2017. Manajeman Pendidikan Suatu

Pengantar Praktik. Bandung: Alfabeta

Jiyanto dan Amirul Eko Efendi. 2016. “Implementasi Pendidikan

Multikulturlam di Madrasah Inklusif Mandrasah Aliyah Negeri

Maguwoharjo Yogyakarta”. Jurnal penelitian, Vol.10, No.1

Kurnali Sobandi, 2016. ” The Implementation of Development of School

Culture-Based Religious Education”. Journal of Islamic Education

Volume 21. Number 2.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia

Page 128: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

109

Majhirul Iman. 2017. “Implementasi Pendidikan Islam Multikuktural di

Madrasah Aliyah Negeri Dolok Masihul Sedang Bedagai”. Jurnal

analytica Islamica: Vol. 6 No. 1

Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2011. Pendidikan Karakter Perspektif

Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Maslani. 2012. “Multicultural-Based Education un the Islamic Bording

School”. Adv. In Nat. Appl. Sci., 6(7):1109-1115,2012

Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosadakarya

Mulyasa, E. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Musfah, Jejen. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan: Mengurai krisis

karakter bangsa. Jakarta: Kencana

Naim, Ngainum & Achmad Sauqi. 2008. Pendidikan Multikultural: Konsep

dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Mesia

Nata, Abuddin. 2014. Sosiologi Pendidikan Islam. Depok: PT. Rajagrafindo

Persada.

Pai, Y. (1990). Cultura/ foundation of education. Columbus: Merrill

Publishing Company.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Rahmi Fhonna. 2011. “Internasional Nilai – nilai Multiklultural.” Dalam

Nurdin Hasan (ed.) Multikulturalisme: Menuju Pendidikan Berbasis

Multikultur. Aceh: Yayasan Anak Bangsa (YAB).

http://id.scribd.com/doc/70356316/5/Internasionalisasi-Nilai-nilai-

Multikultural

Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi. Jakarta:

Kencana

Rosyada. Dede. 2014. Pendidikan Multikultur di Indonesia sebuah

pandangan konseptual. Jurnal Sosio Didaktika,Vol. 1,No.1

Page 129: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

110

S. Eko Putro Widoyoko, 2017. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

S. Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sallis, Edward. (1993). Total quality management in education. Philadelpia:

Kogan Page.

Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta:

Kencana Preneda Media Group.

Setya Raharja. 2010. Mengkreasikan Pendidikan Multikultural di Sekolah

dengan Menerapkan Manajeman Mutu Sekolah secara Total. Jurnal

Manajemen Pendidikan. No.2 : 27-40

Siti Fatimah & Wirdanengsih, 2016. Gender dan Pendidikan Multikultural.

Jakarta: Kencana

Sudardja Adiwikarta, 2016. Sosiologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Manajeman.Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

Suparlan, Parsudi. 2004. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor.

Syafri Fadillah Marpaung, 2010. Pendidikan Multikultural untuk Menata

Kehidupan Bersama. Jurnal SAINTIKOM,Vol. 8, No. 1

Tilaar. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan

dalam Transformasi Pendidikan Nasiona/, Jakarta: Grasindo.

Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Ekajaya

Undang – Undang Republik Indonesia. 2014. Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2013 tentang Standar

Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar. Bandung: Citra Umbara.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Wahid, Abdul 2018. “Learning Development Based On Multicultural In

Inclusion School”. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 12, Nomor 2

Yaqin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pilar Media.

Page 130: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

111

Yaya Suryana & A. Rusdiana, 2015. Pendidikan Multikultural. Bandung:

Pustaka Setia.

Yilmaz, A & Atalay, C.G. (2009). A Theoretical Analyze on The Concept of

Trust in Organisational Life. European Journal of Social Sciences,

Volume 8, Number 2.

Yousafzai, S. Y., Pallister, J. G., dan Foxall, G. R. (2003). A Proposed

Model of ETrust for Electronic Banking, Technovation, 23: 847-860.

Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat, Wacana dan Praktik. Jakarta:

Kencana

Page 131: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

xix

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 132: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

KRITERIA NAIK KELAS DAN TAMAT BELAJAR

MADRASAH ALIYAH PINK 03 TAMBUN SELATAN BEKASI

TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019

KATA PENGANTAR

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterapkan di lingkungan

pendidikan saat ini, memberi peluang yang cukup besar bagi setiap pengelola

pendidikan, untuk bersaing secara sehat dan dinamis dalam menerapkan

kebijakan pemerintah di sekolah masing-masing. Tidak terkecuali kebijakan

untuk menentukan naik kelas dan tidak naik kelas atau lulus dan tidak lulus

seorang siswa dalam belajar.

Khusus di lingkungan Madrasah Aliyah (MA) PINK 03 kenaikan kelas

atau ketamatan belajar siswa ditentukan melalui rapat pleno dewan guru, yang

dalam keputusannya didasarkan atas 3 (tiga) komponen yang masing-masing

memiliki kedudukan yang sama.

Adapun ketiga komponen yang digunakan sebagai dasar untuk kenaikan

dan atau ketamatan siswa tersebut, meliputi : Komponen Akademis, Komponen

Non-akademis, dan Komponen Keterampilan Keagamaan, dengan uraian kriteria

masing-masing komponen adalah sebagai berikut :

I. KOMPONEN AKADEMIS

A. Siswa dinyatakan naik kelas, apabila:

Nilai untuk semua mata pelajaran tidak kurang dari Ketuntasan Belajar

Minimal ( KBM ) sedangkan untuk nilai Sikap minimal B (BAIK)

B. Siswa dinyatakan lulus/tamat belajar bila:

1. Nilai raport memenuhi kriteria kenaikan kelas seperti disebutkan

dalam poin A.

2. Mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) selama 3 (tiga) tahun dan

semua bentuk penilaian, baik Penilaian harian, Penilaian Tengah

Semester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir

Tahun (PAT), Ujian Madrasah (UM), Ujian Akhir Madrasah

Berstandar Nasional (UAMBN) dan Ujian Nasional (UN).

3. Memiliki nilai raport semester 1 kelas X sampai dengan semester akhir

kelas XII.

4. Memiliki nilai tugas individu atau kelompok dan ujian praktik.

Page 133: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

II. KOMPONEN NON AKADEMIS

Dalam komponen non-akademis ini terdiri dari : kerajinan, sikap atau

perilaku, dan kerapian yang masing-masing komponen akan diuraikan seperti

tersebut dibawah ini :

A. Komponen Kerajinan:

Siswa dinyatakan naik kelas atau lulus bila:

1. Kehadiran siswa/i mencapai 90% per semester

2. Mengikuti upacara bendera sesuai dengan ketentuan madrasah

3. Mengikuti kegiatan keagamaan termasuk sholat dzuhur dan ashar

berjamaah dan kegiatan lainnya

4. Datang dan pulang tepat waktu, sesuai dengan ketentuan madrasah

5. Menaati tata tertib madrasah

6. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler wajib yang ditentukan oleh

madrasah

7. Mengikuti bimbingan belajar bagi kelas XII

B. Komponen sikap atau perilaku

Siswa dinyatakan naik kelas atau lulus apabila:

1. Menjunjung tinggi norma agama

2. Taat dan hormat kepada guru dan orang tua

3. Berjiwa sosial

4. Berperilaku hidup bersih

5. Menjaga nama baik almamater madrasah

6. Mempunyai nilai sikap minimal BAIK

C. Komponen kerapian

Siswa dinyatakan naik kelas atau lulus apabila:

1. Memakai seragam yang telah ditentukan madrasah

2. Berpakaian rapi

3. Memakai atribut madrasah

III. KOMPONEN KETERAMPILAN KEAGAMAAN

Komponen ini meliputi kajian teori (kognitif) dan keterampilan aplikasi

(psykomotor) dalam ketentuan sebagai berikut :

A. Untuk indikator yang bersifat kognitif terdiri dari :

Kelas X : - Dapat membaca alqur’an dengan baik

- Hafal Juz am’ma (Juz 30) mulai surat an-Naas s/d An-

Naba’.

Kelas XI : - Dapat membaca Alqur’an dengan baik sesuai dengan

kaidah ilmu tajwid

- Hafal Surat-surat pilihan (Yasin dan Al-Waqi’ah)

- Hafal bacaan wirid sholat fardlu dan do’a sehari-hari

Page 134: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

- Dapat membaca dan memaknai kitab kuning yang sudah

diajarkan

Kelas XII: - Dapat membaca alqur’an dengan baik disertai dengan

naghom

- Hafal Surat-surat pilihan (Ar-Rohman dan Al-Mulk)

- Hafal do’a-do’a sholat-sholat sunnah

- Mampu membaca dan memaknai kitab kuning yang sudah

diajarkan

B. Untuk indikator yang bersifat aplikasi / psykomotor terdiri dari :

Kelas X : - Melaksanakan sholat 5 (lima) waktu dengan baik

Kelas XI : - Melaksanakan sholat 5 (lima) waktu dengan baik dan benar

- Menghafal dan melaksanakan wirid ba’da sholat fardlu

Kelas XII : - Memiliki kesadaran untuk melaksanakan sholat fardlu

- Mampu melakukan shalat sunnah Rawatib.

- Mampu melakukan shalat sunnah muakkad lainnya dengan

baik

- Mampu melakukan sholat jenazah dan sholat ghoib

- Mampu menjadi imam sholat dan memimpin acara-acara

keagamaan.

Bekasi, 16 Juli 2018

Kepala Madrasah

NU’MAN DAWAMI, S.Pd.

Page 135: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

LEMBAR PENILAIAN ANTAR PESERTA DIDIK

SIKAP DISIPLIN (PENILAIAN TEMAN SEJAWAT)

Petunjuk :

Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang

ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan

kadang-kadang tidak melakukan

2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan

sering tidak melakukan

1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakuka

A.

Nama Peserta Didik yang menilai : ………………….

Kelas : ………………….

Tanggal Pengamatan : …………………..

Mata Pelajaran : …………………..

Materi Pokok : …………………..

B.

Nama Peserta Didik yang dinilai : ………………….

Kelas : ………………….

Tanggal Pengamatan : …………………..

Mata Pelajaran : …………………..

Materi Pokok : …………………..

No Aspek Pengamatan Skor

1 2 3 4 1 Masuk kelas tepat waktu 2 Mengumpulkan tugas tepat waktu 3 Memakai seragam sesuai tata tertib 4 Mengerjakan tugas yang diberikan 5 Tertib dalam mengikuti

pembelajaran

6 Membawa buku teks sesuai mata

pelajaran

Jumlah Skor

Page 136: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

Petunjuk Penskoran :

Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Contoh : Skor diperoleh 20, skor tertinggi 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor

akhir :

14

24 Peserta didik memperoleh nilai :

Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3.33 < skor < 4.00

Baik : apabila memperoleh skor : 2.33 < skor < 3.33

Cukup : apabila memperoleh skor : 1.33 < skor < 2.33

Kurang : apabila memperoleh skor : skor < 1.33

X 4 = 3.33

Page 137: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

LEMBAR PENILAIAN DIRI

SIKAP JUJUR

Nama Peserta Didik :………………….

Kelas :………………….

Materi Pokok :………………….

Tanggal :………………….

PETUNJUK

• Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti

• berilah tanda cek (√)sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian

sehari-hari

No Pernyataan TP KD SR SL

1 Saya tidak menyontek pada saat mengerjakan

ulangan

2 Saya menyalin karya orang lain dengan

menyebutkan sumbernya

3 Saya melaporkan kepada yang berwenang jika

menemukan barang

4 Saya berani mengakui kesalahan yang saya

lakukan

5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa melihat

jawaban teman yang lain

Keterangan :

• SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan yang diberikan

• SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan yang diberikan

• KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering

tidak melakukan

• TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan

Page 138: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

LEMBAR PENILAIAN DIRI

SIKAP JUJUR

Nama Peserta Didik :………………….

Kelas :………………….

Materi Pokok :Akidah Islam

Tanggal :………………….

PETUNJUK

• Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti

• berilah tanda cek (√)sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian

sehari-hari

No Pernyataan TP KD SR SL

1 Saya tidak menyontek pada saat mengerjakan

ulangan

2 Saya menyalin karya orang lain dengan

menyebutkan sumbernya

3 Saya melaporkan kepada yang berwenang jika

menemukan barang

4 Saya berani mengakui kesalahan yang saya

lakukan

5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa melihat

jawaban teman yang lain

Keterangan :

• SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan yang diberikan

• SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan yang diberikan

• KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering

tidak melakukan

• TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan

Page 139: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

PEDOMAN OBSERVASI SIKAP SPIRITUAL Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik.

Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang

ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan

kadang-kadang tidak melakukan

2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan

sering tidak melakukan

1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….

Kelas : ………………….

Tanggal Pengamatan : …………………..

Materi Pokok : Akidah Islam

No Aspek Pengamatan

1 2 3 4 1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan

sesuatu

2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia

Tuhan

3 Memberi salam sebelum dan sesudah

presentasi

4 Menyatakan kekaguman atas kebesaran

Tuhan

5 Merasakan kebesaran Tuhan saat belajar Jumlah Skor

Page 140: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

PEDOMAN OBSERVASI SIKAP SPIRITUAL Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik.

Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang

ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan

kadang-kadang tidak melakukan

2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan

sering tidak melakukan

1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….

Kelas : ………………….

Tanggal Pengamatan : …………………..

Materi Pokok : Akidah Islam

No Aspek Pengamatan

1 2 3 4 1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan

sesuatu

2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia

Tuhan

3 Memberi salam sebelum dan sesudah

presentasi

4 Menyatakan kekaguman atas kebesaran

Tuhan

5 Merasakan kebesaran Tuhan saat belajar Jumlah Skor

Page 141: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

nama : ……………………………………………………………………………..

umur : ……………………………………………………………………………..

pekerjaan : ……………………………………………………………………………..

alamat : ……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………..

orang tua/wali murid dari

nama : ……………………………………………………………………………..

kelas : X (......................................................................)

menyatakan siap untuk menerima dan melaksanakan tata tertib yang telah

ditetapkan oleh Yayasan PINK 03 untuk putra/putri saya selama menempuh

pendidikan di Madrasah Aliyah (MA) PINK 03. Dan apabila putra/putri saya

melanggar tata tertib tersebut, maka saya siap menerima atas sanksi yang

akan diberikan kepada putra/putri saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa ada

paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Tambun selatan, Juli 2018 Yang membuat pernyataan

Siswa Orang tua/Wali murid

Meterai 6000

……………………………………. …………………………………….

Page 142: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

TATA TERTIB SISWA

MI – MTs – MA. PINK 03

I. TATA TERTIB :

1. Siswa wajib berada dalam ruang kelas 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai

2. Siswa wajib mengikuti sholat Dzuhur / Asar berjamaah

3. Siswa wajib mengenakan seragam dan atribut yang telah ditentukan oleh

madrasah

4. Siswa yang belum bisa membaca Al-Quran harus mengikuti bimbingan BTQ

sebelum / sesudah kegiatan belajar

5. Siswa wajib menjaga kebersihan dan keindahan madrasah atau kelas

6. Siswa yang bertugas piket wajib membersihkan ruang kelas sebelum jam

pelajaran dimulai

7. Siswa wajib mengikuti Istighotsah, tadarrus dan kegiatan keagamaan lainnya

8. Siswa wajib menjaga nama baik almamater di dalam maupun di luar madrasah

9. Siswa wajib menjalankan syariat Islam di dalam maupun di luar madrasah

10. Siswa wajib taat dan patuh terhadap pengasuh dan guru.

11. Siswa yang berhalangan tidak masuk sekolah, harus izin kepada guru/wali kelas

dengan cara tertulis (surat)

12. Siswa wajib mengikuti kegiatan pengembangan diri yang telah ditentukan

Sekolah.

13. Siswa yang telah lulus tetap menjadi keluarga besar madrasah PINK 03 dan

wajib menjaga almamater madrasah.

14. Siswa wajib menitipkan kendaraan (sepeda/motor) di tempat penitipan

II. LARANGAN

1. Siswa dilarang merokok, minum minuman keras, berjudi, memakai dan

mengedarkan narkoba serta pergaulan bebas.

2. Siswa dilarang mengikuti dan menjalankan ajaran agama lain.

3. Siswa laki-laki dilarang berambut dan berkuku panjang serta mewarnainya

4. Siswa perempuan dilarang berkuku panjang, mewarnai rambut dan bersolek serta

memakai perhiasan yang berlebihan

5. Siswa dilarang berkata kotor, membuat kegaduhan, keonaran dan mengganggu

sesama teman atau orang lain

6. Siswa dilarang membawa senjata tajam dan benda lain yang dapat

membahayakan

7. Siswa dilarang membawa Handphone dan segala sesuatu yang dapat

mengganggu pelajaran

8. Siswa dilarang membawa Tip-X, spidol dan benda lain yang dapat mengotori

lingkungan madrasah

9. Siswa dilarang mencoret seragam dengan tulisan apapun

10. Siswa dilarang bolos.

11. Siswa dilarang keluar lokasi sekolah pada waktu istirahat.

12. Siswa dilarang mencuri, memindahkan dan menyembunyikan barang milik orang

lain

Page 143: PENERAPAN SOSIALISASI NILAI NILAI KERAGAMAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49884/1/DEDE N… · sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen,

III. SANKSI

Siswa yang tidak mematuhi tata tertib ini akan dikenakan sanksi sebagai berikut :

1. Diberi peringatan secara lisan

2. Diberi peringatan secara tertulis ( Pemanggilan Orang tua )

3. Bila membawa barang yang dilarang selain handphone, maka disita dan

dimusnahkan

4. Bila membawa handphone, maka akan disita dan dikembalikan pada akhir tahun

ajaran

5. Bila memakai seragam yang tidak sesuai dengan ketentuan madrasah, maka

disita atau digunting.

6. Dicukur rambut dan dipotong kukunya

7. Diskors

8. Dikeluarkan

IV. KETENTUAN LAIN

Hal-hal yang belum termaksud dalam tata tertib ini akan dilaksanakan di kemudian

hari.

Pengasuh PINK 03

H. MUADJI HAROMAIN, S.Pd.I