penerapan sanksi denda tilang elektronik traffic law
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN SANKSI DENDA TILANG ELEKTRONIK TRAFFIC LAW
ENFORCEMENT (E-TLE) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 22
TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
(STUDI TERHADAP PELANGGAR LALU LINTAS DI POLRESTA
KOTA JAMBI)
SKRIPSI
Oleh:
SISKA ULANSARI
SHP.162199
PEMBIMBING:
Dr. RUSLAN ABDUL GANI, S.H., M.H
MUHAMMAD AIMAN, S.H., M.H
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
TAHUN 2020
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siska Ulansari
NIM : SHP.162199
Jurusan : Hukum Pidana Islam
Fakultas : Syariah
Alamat : Jl. Marseda Surya Darma. Pal 10 Rt 29 Kenali Asam Bawah Kota
Baru Jambi
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsiyang berjudul:“Penerapan
Sanksi Denda Tilang Elektronik Traffic Law Enforcement (E-TLE)
Berdasarkan Undang-undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan (Studi Terhadap Pelanggar Lalu Lintas Di POLRESTA
Kota Jambi)”adalah hasil karya pribadi yang tidak mengandung plagiarisme dan
tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan
yang telah disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara
ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung
jawabkanya sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.
Jambi, Juni 2020
Yang Menyatakan,
Siska Ulansari
NIM. SHP.162199
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Dengan Rahmat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang segala puji bagi
Allah, atas segala nikmat dan karunianya yang telah engkau berikan, ucapan rasa
syukur yang tiada hentinya pada-Mu ya Rabb, serta shalawat dan salam kepada
Nabi pilihan Mauhammad SAW dan para sahabatnya yang mulia.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada:
Ayahanda tercinta Yusni Thamrin dan ibunda tercinta Almh.Sumiyati, sebagai
tanda bakti rasa terima kasih atas segala pengorbanan, curahan kasih sayang yang
tak terhingga, nasihat, dorongan, dan yang selalu menguatkan lewat do’a-do’anya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Buat adik saya Fitri Romadona dan Miftahul Jannah serta seluruh keluarga besar
saya yang telah mendukung dan memberikan motivasi beserta do’anya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Teruntuk teman-temanku yaitu: (Bicik) Homisa, Yulia Simantanjung, Nanad
(Nadia Rahmanita), Dinda Ambar Sari, Bebel (Ratu Bella Elvia), Mamay (Maya
Saputri), Fitri dan HPI A angkatan 16 yang telah berjuang bersama-sama,
mendukung, menyemangati, memotivasi, membantu serta memberikan informasi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Juga kepada Polresta Jambi dan masyarakat seputar Kota Jambi yang telah
memberikan informasi serta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat baik untuk penulis maupun
pembacanya aamiin.
vi
MOTTO
طم وتدنىا بها إنى ٱنحكاو نتأكهىا فريقا ي نكى بيكى بٱنب ول تأكهىا أيى
ى ثى وأتى تعه ل ٱناس بٱل أيىArtinya:
"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui."
(Q.S. Al-Baqarah [2] : 188)1
1Anonim, Al Qur’an, Jakarta : Toha Putra, 1989
vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti penerapan sanksi denda sistem
Tilang Elektronik (E-TLE) di Kota Jambi. Penelitian ini didasari karena sering
terjadinya pungutan liar (Pungli) akibat dari Tilang polisi terhadap masyarkat
yang melanggar lau lintas. Demi menghindari hal-hal tersebut, Polresta Jambi
bekerjasama dengan Pemerintahan Kota Jambi. Membuat Sistem Tilang
Elektronik (E-TLE) yang mana pelanggar lalu linta di Kota Jambi, bisa di pantau
dari rekaman CCTV yang dipasang di setiap lampu merah di Kota
Jambi.Rekaman CCTV ini berfungsi sebagai bukti yang sah untuk menilang
pelanggar lalu lintas. Yang mana di atur dalam Undang-undang 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ). Dalam pasal 272 UU LLAJ
disebutkan bahwa “untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat digunakan peralatan elektronik.” Dengan
tujuan untuk mengetahui kendala apa saja yang di alami oleh Polresta dan
masyarakat Kota Jambi dan untuk mengetahui solusi dalam kenadal penerepan
sistem tilang elektronik (E-TLE) di Kota Jambi. Penelitian ini dikategorikan
penelitian kualitatif dengan tekhnik analisis deskriptif dengan metode
pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Dari
penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut:
Kata Kunci: Sistem Tilang Elektronik (E-TLE), Undang-undang, Polresta Jambi
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula iringan shalawat
serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Penerapan Sanksi Denda Tilang Elektronik
Traffic Law Enforcement (E-TLE) Berdasarkan Undang-undang No.22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Terhadap
Pelanggar Lalu Lintas Di POLRESTA Kota Jambi)“ merupakan suatukajian
hukum terhadap suatu sistem lalu lintas.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan
ilmu syariah dalam bagian hukum pidana dan juga memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan
Hukum Pidana pada Fakultas Syariah di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, Indonesia.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikitnya
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya.Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas
penulis ucapkan adalah jutaan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung penyelesaian skripsi ini,
terutama sekali kepada yang terhormat:
ix
1. Bapak Prof Dr. H. H Su’aidi Asy’ari, M. A, Ph.D sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Rafiqah Ferawati, SE.,M.EI selaku Wakil Rektor 1, Bapak Dr. As’ad
Isma’ M.Pd selaku Wakil Rektor II, dan Bapak Dr. Bahrul Ulum, MA selaku
Wakil Rektor III Uin Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag,. M.H sebagai Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D. sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik, Bapak Ruslan Abdul Gani.,S.H.M.Hum, sebagai Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan,Bapak Dr. H. Ishaq,
SH. M.Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
5. Ibu Dr. Robi’atul Adawiyah, S.HI., M.HI Sebagai Ketua Prodi Hukum Pidana
Islam dan Bapak Devrian Ali, S.SI., M.A.HK Sekretaris Prodi Hukum Pidana
Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H.,M.H sebagai Pembimbing I.
7. Bapak Muhammad Aiman., S.H., M.H sebagai Pembimbing II
8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Bapak dan Ibuk Karyawan/Karyawati Perpustakan Fakultas Syariah dan
Perpustakan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
10. Teman-teman KKN posko 18 gelombang 3 Desa Seringat, Merangin. Yang
telah banyak mengajarkan penulis arti kebersamaan dan kekeluargaan meski
dalam waktu yang singkat selama satu bulan penuh namun sangat bermanfaat.
x
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon agar jerih payah
Bapak/Ibu dan teman-teman semua menjadi amal shaleh bagi mereka semua dan
mendapatkan ridha Allah SWT serta mendapatkan balasan yang setimpal di hari
kemudian nantinya. Di samping itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini,
kepada Allah SWT kita memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita
memohon kemanfaatannya, semoga amal kebajikan kita ini dinilai seimbang oleh
Allah SWT.
Jambi, Juni 2020
Penulis
Siska UlanSari
SHP.162199
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBARAN PERNYATAAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................ v
MOTTO .............................................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………….....8
C. Batasan Masalah……………………………………………....8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………...9
E. Manfaat Penelitian…………………………………………...10
F. Kerangka Teori………………………………………………12
G. Kerangka Konseptual………………………………………...15
H. Tinjauan Pustaka……………………………………………..19
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian………………………………………..22
B. Jenis dan Sumber Data……………………………………….23
C. Instrument Pengumpulan Sumber Data……………………...25
D. Teknik Analisis Data…………………………………………28
E. Sistematika Penulisan………………………………………...30
F. Jadwal Penelitian……………………………………………..31
BAB III Gambaran Umum Polresta Kota Jambi
A. Sejarah Berdirinya Polresta Kota Jambi……………………..33
B. Visi dan Misi Polresta Kota Jambi…………………………...34
C. Struktur Organisasi Polresa Kota Jambi……………………..36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xii
A. Sudah di terapkankah sanksi denda Tilang Elektrnik Traffic
Law Enforcement (E-TLE) di wilayah hukum Polresta Kota
JambI..........………………………………………………....47
B. Kendala dalam penerapan sanksi Denda Tilang elektronik
Traffic Law Enforcement (E-TLE) terhadap pelanggar lalu
lintas di wilayah hukum Polresta Kota jambi
…………………………………………………………56
C. Solusi dalam menanggulangi tindak pidana Tilang Elektronik
Traffic Law Enforcement (E-TLE) terhadap pelanggar lalu
lintas di wilayah Hukum Polresta kota jambi
………………………………………….60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….63
B. Saran………………………………………………………...65
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xiii
DAFTAR SINGKATAN
UU Undang-undang
LLAJ : Lalu Lintas Angkutan Jalan
ANPR :Automatic Number Plate Recognition
RTMC : Regional Traffic Management Centre
Dishub : Dinas Perhubungan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem transportasi adalah hal penting bagi suatu kota, terutama kota besar
dimana penduduknya memiliki tingkat aktivitas yang banyak. Dikatakan demikian
karena sistem transportasi merupakan hal yang krusial dalam menentukan
keefektifan suatu kota. Pergerakan aktivitas ekonomi dan penduduk yang
menggerakkan kota sangat tergantung pada sistem transportasi yang sebagian
besar dilayani oleh angkutan umum. Kelalaian berupa pelanggaran lalu lintas yang
dilakukan oleh pengguna transportasi sering kali menyebabkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Banyak sekali kasus pelanggaran lalu lintas di jalan raya
yang dilakukan oleh pengguna jalan yang cenderung mengakibatkan
meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas semakin meningkat. Mayoritas
pelanggaran yang dilakukan berupa pelanggaran dalam hal marka, menerobos
rambu lalu lintas, larangan berhenti, parkir di tempat-tempat tertentu, tidak
mengenakan helm, tidak membawa surat-surat kelengkapan kendaraan seperti
SIM dan STNK, dan lain-lain.
Pelanggaran lalu lintas tidak dapat dibiarkan begitu saja karena
berdasarkan data yang dimiliki Polresta Jambi jumlah pelanggaran lalu lintas pada
tahun 2017 sebanyak 1.124 kasus pelanggaran lalu lintas yang mengakibatkan 345
orang meninggal dunia, 194 orang luka berat dan 1.522 luka ringan, pada tahun
2018 meningkat dibandingkan tahun 2018 sebanyak 1.160 kasus pelanggaran lalu
lintas yang mengakibatkan 364 orang meninggal dunia
2
198 orang luka berat dan 1.629 luka ringan.2Sebagian besar kecelakaan lalu lintas
disebabkan karena faktor manusia sebagai pengguna jalan yang tidak patuh
terhadap peraturan lalu lintas. Namun masih ditemukan penyebab di luar faktor
dari manusia itu sendiri seperti ban pecah, rem blong, jalan berlubang, dan lain-
lain.
Dampak yang disebabkan pelanggaran lalu lintas begitu besar sehingga
diperlukan strategi dan langkah-langkah perbaikan sistem administrasi, prosedur
dan mekanisme penindakan pelanggaran lalu lintas tertentu yang efektif juga lebih
baik. Langkah-langkah dan metode tersebut berfungsi menciptakan suatu keadaan
dan kondisi tertentu dalam hal ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Dengan
adanya penekanan dalam aspek hukum berupa sanksi hukum bagi pelanggar lalu
lintas diharapkan pemakai atau pengguna jalan mematuhi aturan-aturan berlalu
lintas. Pelanggaran lalu lintas dapat disebut sebagai suatu keadaan dimana terjadi
ketidak sesuaian antara aturan dan pelaksanaan. Aturan adalah piranti hukum yang
telah ditetapkan dan disepakati oleh negara sebagai undang-undang yang berlaku
secara sah, sedangkan pelaksananya adalah manusia atau masyarakat suatu negara
yang terikat oleh piranti hukum tersebut. Apabila aturan pada pasal-pasal dalam
undang-undang tersebut tidak dipatuhi dalam aktivitas berlalu lintas, hal yang
demikianlah yang disebut sebagai pelanggaran hukum. Peraturan hukum yang
berkaitan dengan aktivitas berlalu lintas adalah Undang-Undang No. 2 Tahun
2Dikutip darihttps://jambi.tribunnews.com/2018/12/28/364-orang-tewas-akibat-
kecelakaan-lalu-lintas-di-jambi-pada-2018-terjadi-peningkatan, di akses tanggal 17 juni 2019
3
2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia dan Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Tujuan dibentuknya peraturan perundang-undangan di atas adalah untuk
menciptakan kondisi lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, lancar,
tertib dan teratur. Selain itu, juga dimaksudkan sebagai kontrol dalam
perkembangan transportasi yang sangat cepat dan memiliki mobilitas tinggi di
segala bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
Fungsi teknis lalu lintas merupakan salah satu fungsi teknis kepolisian yang
menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan yang berkenaan dengan
fungsi lalu lintas, identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta
pengkajian masalah lalu lintas. 3
Penegakan peraturan lalu lintas, sangat ditentukan oleh pola perilaku yang
nyata dari penegak hukum dalam menerapkan peraturan lalu lintas. Dikatakan
demikian karena sebagian besar warga masyarakat mengartikan hukum sebagai
petugas. Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa polisi lalu lintas dan
petugas-petugas lain di bidang lalu lintas, dianggap sebagai lapisan masyarakat
yang perilaku berlalu lintas di jalan patut ditiru, karena merekalah yang dianggap
sebagai golongan yang serba tahu mengenai masalah-masalah lalu lintas. Oleh
karena itu, kehadiran petugas di jalan raya diharapkan membuat situasi keamanan
berlalu lintas terjamin. Diharapkan agar proses penegakan hukum berlangsung
sesuai dengan prinsip kesetaraan di depan hukum (equality before the law).
3 H.S Djajoesman, 1976, Polisi dan Lalu Lintas, Jakarta, Dinas Hukum Polri, hlm. 14.
4
Pada kenyataannya, pemberlakuan tilang terasa belum efektif sebagai alat
dalam menegakkan peraturan perundang-undangan dan sarana dalam
meningkatkan kedisiplinan masyarakat pemakai atau pengguna jalan, sehingga
angka pelanggaran lalu lintas belum dapat ditekan. Upaya lain dalam mengurangi
pelanggaran dengan cara persuasif tampaknya sangat komplek dan tidak dapat
ditangani secara baik dan benar oleh satu instansi saja yaitu kepolisian, maka
diperlukan koordinasi yang baik antar instansi untuk mengoptimalkan penegakan
hukum lalu lintas yang bersifat represif.
Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap aturan yang
berlaku mengakibatkan kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan
dalam berlalu lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antar pengguna
jalan dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakan hukum di jalan
raya. Pemberlakuan tilang terasa belum efektif sampai saat ini sebagai alat dalam
menegakkan peraturan perundang-undangan dan sarana dalam meningkatkan
kedisiplinan masyarakat dalam berkendara, sehingga angka pelanggaran lalu lintas
belum dapat ditekan.
Perkembangan sistem tilang harus semakin dinamis untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan pelanggaran lalu lintas yang semakin berkembang. Salah
satu masalah tersebut adalah minimnya kesadaran tertib lalu lintas yang menjadi
faktor harus ditegakkannya hukum acara pidana demi tertib lalu lintas. Hukum
acara pidana yang dipakai dalam menertibkan lalu lintas adalah hukum acara
cepat, yaitu hanya menggunakan satu orang hakim sidang dan memakai satu alat
bukti. Bukti pelanggaran tunggal ini biasanya kita ketahui dengan nama tilang
5
yang berarti denda yang dikenakan oleh petugas kepolisian kepada pengguna jalan
yang melanggar peraturan.4Hukum acara tertib lalu lintas sendiri diatur dalam
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Razia tilang yang dilakukan dalam rangka menertibkan masyarakat justru
menjadi lahan subur praktik suap yang dilakukan oleh penegak hukum. Sering
kita dengar baik dari berita maupun pembicaraan langsung bahwa dana yang
didapat pihak kepolisian dalam razia tilang tersebut dikantongi oleh oknum-
oknum yang tidak seharusnya memiliki dana denda tersebut. Untuk menghindari
hal tersebut terulang, maka, Pemerintah Provinsi Jambi bekerjasama dengan
Ditlantas Polda Jambi serta Dinas Perhubungan Jambi menerapkan program
Elekronik Trafic Law Eforcement (E-TLE) di Jambi. Pemberlakuan E-TLE
menggunakan CCTV untuk memantau keadaan jalan yang menjadi titik
diberlakukannya tilang elektronik. Hukum tilang elektronik dapat dilihat dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(UU LLAJ). Dalam pasal 272 UU LLAJ disebutkan bahwa “untuk mendukung
kegiatan penindakan pelanggaran di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat
digunakan peralatan elektronik.”5
E-TLE sebagai sistem penegakan hukum di bidang lalu lintas yang cukup
efektif, berbasis pada teknologi elektronik berupa kamera ANPR (Automatic
Number Plate Recognition). Kamera ANPR dapat mendeteksi Tanda Nomor
4Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
5Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan
6
Kendaraan Bermotor secara otomatis, merekam, dan menyimpan bukti
pelanggaran.
Kendaraan yang tertangkap kamera ANPR langsung tercatat di server
operator Regional Traffic Management Centre (RTMC). Data tersebut langsung
diolah oleh petugas. Dalam hal ini pengolahan data meliputi pengecekan identitas
kendaraan bermotor (ranmor) di database Regident Ranmor. Lalu petugas akan
membuat surat konfirmasi dan verifikasi, selanjutnya mengirim surat konfirmasi
ke alamat yang tertera dalam data pemilik kendaraan. Surat yang dikeluarkan
tentunya sudah disahkan oleh pimpinan dan dikirim menggunakan Pos Indonesia.
Setelah surat konfirmasi diterima oleh pemilik ranmor atau pelanggar, mereka
wajib memberikan jawaban atau klarifikasi melalui http://www.etle-pmj.info/,
Pelanggar akan diberikan waktu selama 7 hari untuk melakukan klarifikasi.6
Jika pelanggar tidak merespons, maka Surat Tanda Kendaraan Bermotor
(STNK) akan di blokir oleh petugas. Selanjutnya, petugas akan memberikan surat
tilang kepada pelanggar dengan mengirim kode Brivia E-Tilang melalui nomor
ponsel yang tertera dalam surat konfirmasi. Surat tilang warna biru juga akan
dikirimkan kepada pelanggar.
Petugas RTMC, akan melakukan pengecekan lembar tilang dan
pengecekan kode Brivia pembayaran denda tilang sudah diterima atau belum oleh
pelanggar. Pelanggar dapat melakukan pembayaran denda tilang melalui ATM.
6Dikutip dari http://jambi.tribunnews.com/2018/12/03/polda-jambi-uji-coba-e-tle-mulai-
senin-312-ini-mekanisme-dan-pelanggaran-yang-akan-ditilang?page=3. Di akses pada tanggal 10
Desember 2018, pukul 16:30
7
Setelah pembayaran dilakukan maka pelanggar dapat beraktifitas
kembali.Pemblokrian STNK dapat terjadi atas permintaan penyidik bagi yang
belum melakukan pembayaran denda tilang.
Posko server operator Regional Traffic Management Centre (RTMC),
untuk memantau CCTV berada di Jambi City Operatin Control (JCOC) di Kantor
Wali Kota Jambi. Dari data yang diterima peneliti sampai sekarang sudah ada 888
pelanggaran, tapi baru sekitar 300 yang diberikan surat tilang. Karena sejak di
berlakukan Desember tahun lalu belum berjaan optimal.Ini diakui oleh Kepala
Dinas Perhubungan Kota Jambi Saleh Ridho, dia mengatakan “Pihaknya bersama
Polresta Jambi masih terkendala dengan pengantaran surat tilang ke rumah
pelanggar. Tidak optimal disini terkait dengan penyampain surat tilang
kedepannya, kita akan wacanakan kerja sama dengan PT.POS dan juga langsung
menghubungkan dengan SAMSAT terkait dengan block STNK yang ada.
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka peneliti mengambil judul “Penerapan Sanksi Tilang Traffic Law
Enforcement (E-TLE) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Terhadap Pelanggar Lalu
Lintas Di Polresta Kota Jambi)”
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan menjadi tolak ukur
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah sudah di terapkan sanksi denda Tilang Elektrnik Traffic Law
Enforcement (E-TLE) di wilayah hukum Polresta Kota Jambi ?
2. Apakah kendala dalam penerapan sanksi Denda Tilang elektronik Traffic
Law Enforcement (E-TLE) terhadap pelanggar lalu lintas di wilayah
hokum Polresta Kotajambi ?
3. Bagaimana solusi dalam menanggulangi tindak pidana Tilang Elektronik
Traffic Law Enforcement (E-TLE) terhadap pelanggar lalu lintas di
wilayah Hukum Polresta kota jambi?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian skripsi ini mengarah kepada pembahasan yang diinginkan
dan terarah kepada pokok-pokok permasalah yang ditentukan dan tidak terjadinya
kesalah pahaman karena ruang lingkup luas, maka perlu pembatasan masalah ini
akan dibatasi pada:
1. Mulai berlakunya sanksi denda tilang elektronik traffic law enforcement
(E-TLE) di wilayah hukum Kota Jambi
2. Hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas, baik itu tidak
memakai helm, tidak menggunakan safety belt, melawan arus, berbonceng
tiga.
3. Berapa denda setiap pelanggaran yang di langgar pengendara
9
4. Penelitian ini di ambil dari awal berlaku sanksi tersebut tepatnya 03
Desember 2018 sampai Februari 2020
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada pun tujuan dari penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sudahkan di berlakukan apa belum sanksi denda tilang
elektronik traffic law enforcement (E-TLE) berdasarkan Undang-undang
Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan terhadap
pelanggar lalu lintas di wilayah hukum Polresta Kota Jambi.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji kendala yang dihadapi dalam penerapan
sanksi denda tilang elektronik traffic law enforcement (E-TLE) terhadap
pelanggar lalu lintas di wilayah hukum Polresat Kota Jambi.
3. Untuk mengetahui solusi dalam menanggulangi tindak pidana Tilang
elektronik traffic law enforcement (E-TLE) terhadap pelanggar lalu lintas
di wilayah hukum Polresta Kota Jambi
E. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, penulis ingin mempertegas kegunaan
hasil penelitian yang ingin dicapai dalam skripsi ini sekurang-kurangnya dalam
tiga aspek yaitu:
1. Aspek Akademisi
a. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi strata (S1)
pada Prodi Hukum Pidana Islam Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
10
2. Aspek Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan terhadap penerapan sanksi denda tilang elektronik
traffic law enforcement (E-TLE) berdasarkan Undang-undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
terhadap pelanggar lalu lintas di wilayah hukum Polresta Kota
Jambi
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam
penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya kajian tentang Tilang
Elektronik traffic law enforcement (E-TLE).
3. Aspek Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada lembaga dan masyarakat khususnya. Serta
menambah ilmu pengetahuan di bidang hukum tentang lalu lintas
untuk mendapatkan pemahaman yang jelas.
b. Dapat dijadikan acuan penegakan hukum terhadap pelaku
pelanggaran lalu lintas di Kota Jambi.
F. Kerangka Teori
Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu kerangka
teoritis sebagaimana dijelaskan oleh Ronny Hanitijo Soemitro, bahwa setiap
penelitian haruslah disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis. Penggunaan
11
teori sebagai pisau analisis untuk menjelaskan, memecahkan, dan mengendalikan
masalah yang akan dikaji dalam skripsi ini.7
Kerangka teori sebagai pedoman bagi penulis dalam melakukan penelitian
guna untuk mengetahui maksud dan tujuan yang terkandung dalam judul proposal
dan menghindari penafsiran yang berbeda sehingga penulisan penelitian ini
terarah dan lebih baik, maka proposal ini sangat perlu dengan menggunakan teori-
teori di bawah ini:
a. Teori Sanksi Pidana
Pengertian Sanksi Pidana
Di dalam bukunya Loebby Loqman, kata sanksi berasal
dari bahasa Latin “sanction” yang berkaitan dengan kata kerja
“sancire”. Arti asal kata “sancire” adalah hal-hal keramat atau suci
yang mengakibatkan sesuatu yang dilindungi oleh dewa-dewa
sehingga tidak boleh dicemarkan (sancrosanct). Di dalam
perkembangannya, maka kata tersebut diberi arti sesuatu yang
dilarang, yang apabila dilanggar akan dikenakan hukuman.8
Sanksi pidana adalah reaksi delik yang banyak berwujud
suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada
pembuat delik. Di rumuskan pula bahwa hukum adalah suatu
perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh Hakim dengan
7
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
(Bandung:Alfabeta, 2017), hlm,220.
8Loebby Loqman, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta:Datacom, 2001), hlm.6
12
vonis, kepada orang-orang yang melanggar undang-undang hukum
pidana.
Jadi dalam sistem hukum kita yang menganut asas praduga
tidak bersalah (presumption of ennocence). Pidana sebagai reaksi
atas delik yang dijatuhkan harus berdasarkan pada vonis Hakim
melalui sidang peradilan atas terbuktinya perbuatan pidana yang
dilakukan. Apabila tidak terbukti bersalah maka tersangka harus
dibebaskan.
b. Teori Upaya Pencegahan/penanggulangan
Upaya penanggulangan kejahatan telah dilakukan oleh
semua pihak baikPemerintah maupun masyarakat pada umumnya,
dilihat dari sudut pandanghukum (a crime from the legal point of
view), batasan kejahatan dari sudut pandang hukum adalah setiap
tingkah laku yang melanggar hukum pidana.
Penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum
pidana merupakan bagian dari kebijakan kriminal. Penanggulangan
kejahatan dengan menggunakan hukum pidana merupakan bagian
dari kebijakan kriminal. Penanggulangan kejahatan tersebut adalah
dalam rangka untuk mencapai tujuan akhir dari kebijakan kriminal
itu sendiri, yaitu memberikan perlindungan masyarakat dalam
rangka untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Salah satu
usaha untuk mencegah dan menanggulangi masalah kejahatan
adalah dengan menggunakanhu kum pidana.
13
Menurut Barda Nawawi Arief,9 kebijakan penal (penal
policy) menitikberatkan pada sifat represif (penumpasan atau
pemberantasan) setelah suatu tindak pidana terjadi. Masalah dalam
kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana penal (hukum
pidana) adalah masalah penentuan perbuatan apa yang seharusnya
dijadikan tindak pidana dan sanksi apa yang sebaiknya digunakan
atau dikenakan si pelanggar. Kebijakan non penal menitikberatkan
pada sifat preventif(pencegahan, penangkalan, atau pengendalian)
sebelum suatu tindak pidanaterjadi.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa upaya
penanggulangan kejahatan mencakup aktivitas preventif dan
sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku seseorang yang
telah dinyatakan bersalah (sebagai seorang narapidana) di lembaga
pemasyarakatan. Dengan kata lain upaya penanggulangan
kejahatan dapat dilakukan secara preventif dan represif.
1. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah upaya yang dilakukan polisi untuk
mencegah agar tidak terjadi suatu tindak kejahatan.
Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk
mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali.
Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik
penjahat menjadi lebih baik lagi, sebagaimana dalam semboyan
9
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2002, hlm. 68.
14
kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu
diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan
ulangan. Upaya preventif ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
tindak pidana atau kejahatan dapat dilakukan dengan sarana non
penal.10
Dalam upaya penanggulangan secara preventif sebisa
mungkin kita dapat melakukan suatu usaha yang positif, serta
bagaimana kita menciptakan suatu kondisi seperti keadilan dalam
ekonomi, lingkungan, dan di dalam kultur masyarakat yang
menjadi suatu dinamika dalam pembangunan, bukan seperti
melakukan tindakan yang dapat menimbulkan ketegangan-
ketegangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan
menyimpang, juga disamping itu bagaimana meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwakeamanan dan
ketertiban merupakan tanggung jawab bersama.
2. Upaya Represif
Upaya represif dilakukan pada saat telah terjadi tindak
pidana yang tindakan berupa penegakan hukum (law enforcement)
dengan menjatuhkan hukuman.Upaya represif adalah suatu upaya
penanggulangan tindak pidana secara konsepsional yang ditempuh
setelah terjadinya tindak pidana. Penanggulangan dengan upaya
represif untuk menindak para pelaku sesuai dengan perbuatannya
10
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan
Pidana Penjara, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010) hlm. 78.
15
serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan
yang dilakukannya adalah perbuatan melanggar hukum dan
merugikan masyarakat, sehingga tidak mengulanginya dan orang
lain juga tidak akan melakukanya mengingat sanksi yang
ditanggungnya sangat berat.11
G. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah penggambaran antara konsep-konsep khusus
yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan, dengan istilah yang akan
ditelitidan/atau diuraikan dalam karya ilmiah.12
Analisis pokok-pokok bahasan
dalampenelitian ini memberikan batasan pengertian yang berhubungan dengan:
1) Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
penerapan adalah perbuatan, menerapkan. Sedangkan menurut beberapa
ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan
mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh
suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun
sebelumnya. Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan, baik
secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan.13
2) Sanksi Denda
11A.S Alam, Pengantar Kriminologi, (Makassar: Pustaka Refleksi Books, 2010), hlm. 79.
12
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), hlm.96
13Kamus Besar Bahasa Indonesia
16
Denda adalah sanksi atau hukuman yang diterapkan dalam bentuk
keharusan untuk membayar sejumlah uang. Yang mana hal tersebut terjadi
karena pelanggaran terhadap perundang-undangan yang berlaku atau
pengingkaran terhadap sebuah perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya. Dalam penerapannya sebuah denda dapat dilakukan /
dikenakan dengan cara membuat sebuah konsekunsi lanjutan apabila tidak
ada sebuah penyelesaian yang terlaksana dari kedua belah pihak yang
terlibat. Pada dasarnya denda merupakan kesalahan / kelalaian terhadap
sebuah tagihan atau kewajiban yang sudah ditetapkan di dalam sebuah
kesepakatan awal. Denda merupakan bentuk hukuman yang melibatkan
uang yang harus dibayar dalam jumlah tertentu. Denda kebanyakan
dibayarkan di pengadilan, namun pada Negara tertentu polisi dapat
menjatuhkan tilang terhadap pengemudi yang melanggar lalu lintas.14
3) Tindak pelanggaran lalu lintas
Definisi dan pengertian tindak pidana pelanggaran lalu lintas
menurut Ramlan Naning, adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas
jalan. Pelanggaran yang dimaksud adalah sebagaimana yang telah
disebutkan di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 326, apabila ketentuan tersebut dilanggar,
maka dikalifikasikan sebagai pelanggaran.15
14 Dkutip dari https://id.m.wikipedia.org di akses pada tanggal 15 Juni 2019 pukul 13.47
WIB
15Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
17
Dalam upaya untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas,
Pemerintah Provinsi Jambi bekerjasama dengan Ditlantas Polda Jambi
menerapkan program Elekronik Trafic Law Eforcement (E-TLE) di Jambi.
Hal ini disampaikan Gubernur Jambi Fahrori Umar, saat menghadiri
pembukaan gebyar lantas di Lapangan Hijau Polresta Jambi, Talang
Banjar, Kamis (13/12/2018).
"Program ini sudah berjalan 1 bulan lebih, gunanya untuk
mengurangi pelangaran lalulintas yang ada," katanya. Dia
menjelaskan, bahwa program E-TLE ini sudah ditetapkan di
Jakarta dan sekarang diterapkan di Jambi. "Di Indonesia, baru DKI
Jakarta dan sekarang Provinsi Jambi yang menggunakan E-TLE
ini," jelasnya.
Dia melanjutkan, untuk mengatasi maraknya pelanggaran berlalu
lintas. Juga diperlukan adanya kerja sama dari seluruh instansi
terkait termasuk juga masyarakat. "Tidak hanya dari pihak
kepolisian saja, tapi juga dari seluruh elemen agar terciptanya
budaya tertib lalulintas di Jambi ini," lanjutnya. Dia berharap agar
masyarakat dapat di ajarkan tertib berlalu lintas sejak usia dini.
"Dari kecil sudah paham dan di didik tentang pentingnya
pamahaman lalu lintas yang baik agar tidak terjadinya pelanggaran
di masa mendatang," ujarnya.16
16IMCNews.ID, Jambi, diakses pada tanggal 17 juni 2019
18
Pasca Di Berlakukannya Tilang Elektronik dengan menggunakan
Sistem Tilang menggunakan CCTV (E-TLE) yang telah Di Louncing Di
Kota Jambi pada tanggal 03 Desember 2018 yang lalu telah berhasil
melakukan penindakan terhadap para pengendara baik roda dua maupun
roda empat yang telah tertangkap oleh CCTV (E-TLE) yang melakukan
pelanggaran, yang mana para pelanggar ini telah terekam oleh CCTV (E-
TLE) yang Dipasang Di Dua Puluh Titik Trafight Light yang ada Di
Dalam Kota Jambi ini yang Di Pantau Langsung Melalui COC Center
Pemerintah Kota Jambi.17
Setelah tertanggap oleh CCTV, gambar hasil tangkapan akan
diproses oleh pihak terkait dan kemudian surat tilang akan dikirimkan ke
alamat pemilik kendaraan sesuai plat nomornya. Karena kepemilikan
Kendaraan juga melekat tanggung jawab dan segala hal yang terjadi oleh
unit kendaraan tersebut maka surat tilang akan diarahkan kepada pemilik
kendaraan.
Sesuai dengan UU ITE, rekaman CCTV merupakan alat bukti yang
sah, sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti.18
Apabila pemilik
kendaraan telah menerima surat tilang, maka pemilik kendaraan dapat
membayar dendanya melalui bank dan kemudian bukti pembayaran dapat
dibawa ke Kejaksaan Negeri setempat. Jumlah denda yang akan dikenakan
17http://jambi.tribunnews.com/2018/12/03/polda-jambi-uji-coba-e-tle-mulai-senin-312-
ini-mekanisme-dan-pelanggaran-yang-akan-ditilang?page=3. Di akses pada tanggal 10 Desember
2018, pukul 16:30
18
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
19
adalah sebesar denda maksimal sesuai dengan pelanggaranya sesuai
dengan UU Nomor 22 Tahun 2009.
H. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka atau dapat juga disebut landasan teori, atau kajian teori
merupakan studi pendahuluan (preliminary study) yang bertujuan untuk mencari
data tentang masalah penelitian. Dengan kata lain telaah kepustakaan merupakan
analisis teoritik tentang masalah yang diteliti, yang dikaitkan dengan hasil-hasil
penelitian yang telah ada dan atau hasil studi kepustakaan.19
Kajian mengenai Tilang E-TLE sepengetahuan penulis sudah banyak
ditemukan, antara lain skripsi:
1. Yudi Muhamad Irsan20
, dengan judul Perspektif Penerapan E-
Tilang dengan menggunakan rekaman CCTV (Closed Circuit
Televiosion) studi kasus wilayah Bandar Lampung, yang di tulis
pada tahun 2018. Berdasarkan pada hasil penelitiannya dapat
disimpulkan, Penerapan E-tilang merupakan sebuah pilihan yang
efektif yang mencapai sasaran dalam pelaksanaan tilang kepada
pelanggar peraturan lalu lintas walaupun belum dapat dikatakan
bahwa E-tilang ini efektif karena penerapan E-tilang di Indonesia
masih dalam tahap uji coba dan dari uji coba tersebut akan
diadakan evaluasi untuk perbaikan pelayanan E-tilang
19Ishaq,Ibid,hlm 83.
20
Yudi Muhamad Irsan, “Perspektif Penerapan E-Tilang dengan menggunakan rekaman
CCTV (CLOSED CIRCUIT TELEVISION ) Peneliti (Bandar Lampung :Universitas Lampung,
2018 ) di akses pada 15 Mei 2019 pukul 19.40 WIB
20
selanjutnya.Proses tilang ini dibantu dengan memasang kamera
CCTV di setiap lampu merah untuk memantau keadaan di jalan,
para pengendara yang melintas di area yang telah terpasang CCTV
ini jika terindikasi melakukan pelanggaran maka secara otomatis
CCTV akan menangkap gambar pelanggar lengkap dengan plat
nomor kendaraan yang digunakan saat melakukan pelanggaran
sehingga mudah untuk dilacak.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penyusun adalah,
pertama terkait pada tempat studi kasus yang berbeda, yaitu Yudi
Muhamad di wilayah Bandar Lampung, sedangkan penyusun di
Kota Jambi.Persamaannya ialah, sama-sama mengakji tentang
penerapan Sistem Tilang E-TLE terhadap pelanggar Lalu Lintas.
2. Fella Miftaqul Jannah21
, dengan judul Analisis penerapan E-Tilang
terhadap masyarakat, yang ditulis pada tahun 2017. Hasil
penelitian tersebut yaitu penerapan E-Tilang sangat membantu
polisi dalam menangani masalah kasus tilang di Indonesia. Tetapi
banyak masyarakat yang belum mengerti dan mengetahui masalah
Sitem E-Tilang.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penyusun adalah
pertama sistem E-Tilang yang di teliti Fella merupakan sistem E-
Tialng yang masih manual dan mudah prosesnya, sedangkan yang
di teliti penyusun, merupakan sistem Tilang E-TLE yang tilangnya
21Fella Miftaqul Jannah, “Analisi Penerpan E-Tilang Terhadap Masyarakat”, penelitian
(Bandung Telokm University 2017) dalam aghina.staff.telokmuniversity.ac.id/files/302/Fella-M-J-
1401140306-Metlit-09.pdf di akses pada 15 Mei 2019 pukul 19.25 WIB
21
menggunalan CCTV yang di pasang di setiap lampu merah di Kota
Jambi. Persamaannya, sama-sama meneliti tentang sistem Tilang.
22
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dan juga data pendukung
diambil dari lapangan sebagai bahan dasar penulisannya. Kemudian, penulis
menggunakan literatur untuk menganalisis. Tujuan ingin mengetahui sanksi denda
sudah sesuai apa belum.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam skirpsi ini adalah penelitian
yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian ini focus untuk
mengetahui tentang Penerapan Sanksi Denda E-TLE Berdasarkan
Undang-undnag Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. (studi terhadap pelanggar lalu lintas di Polresta Kota
Jambi).
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.22
Menurut Ronny Hanitijo Soemitro pendekatan yuridis empiris
adalah pendekatan kepustakaan yang berpedoman pada peraturan-
22
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 13-14
peraturan, buku-buku atau literatur-literatur hukum serta bahan-bahan
yang mempunyai hubungan permasalahan dan pembahasan dalam
penulisan skripsi ini dan pengambilan data langsung pada objek penelitian
yang berkaitan dengan peranan Intelkam Polri dalam mengantisipasi
konflik sosial.23
2.Lokasi atau Daerah Penelitian
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka penulis
mengambil lokasi penelitian di Kota Jambi.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam pembahasan ini, penulis menggunakan data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data atau sejumlah keterangan yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi
objek penelitian, atau keseluruhan data hasil penelitian yang
diperoleh dari lapangan.24
Adapun data primernya yaitu:
- Data lapangan berupa hasil wawancara dengan narasumber
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Jambi dan Polantas Polres
Jambi
23
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2001), hlm 10.
24Sayuti Una (editor),Pedoman Penulisan Skripsi ,Edis irevisi,(Jambi:Fakultas
Syariah IAIN Jambi dan Syariah Press,2012), hlm.34.
- Tinjauan langsung kelapangan di Wilayah Kota Jambi
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data atau jumlah keterangan yang
diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber perantara.
Data ini diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain,
sehingga tidak bersifat autentik, karena sudah diperoleh dari tangan
kedua, ketiga dan seterusnya.25
Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini:
- UUD 1945
- Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
- Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
- Peraturan Mahkamah Agung No. 12 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas.
- Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
- Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara RI
- Jurnal-junal
- Koran
25Sayuti una.Op.Cit,Hal.43
- Buku
c. Data Tersier
Data tersier merupakan bahan-bahan yang memberikan
penjelasan lebih lanjut terhadap bahan-bahan primer dan sekunder
yaitu kamus hukum, kamus bahasa Indonesia.26
2. Sumber Data
Sumber data adalah sebagai bahan baku informasi atau subjek
tempat asal data diperoleh, dapat berupa bahan pustaka atau orang yaitu
informan atau responden. Penentuan sumber data yang berdasarkan dari
sumber dokumen, sumber kepustakaan dan sumber lapangan.
Sumber data dalam penelitian disesuaikan dengan focus dan tujuan
penelitian.27
Sesuai dengan focus penelitian, maka yang menjadi sumber
data dalam penelitian ini adalah jawaban dari wawancara penulis dengan
informan dilapangan, isi dari dokumen-dokumen, Undang-undang No. 22
Tahun 2009 Tentang lalu lintas dan angkutan jalan dan buku-buku.
C. Instrument Pengumpulan Sumber Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
Tujuannya ialah agar data yang diperoleh valid dan komprehensif berikut
adalak :
1. Observasi
26
Sayuti Una (editor),Pedoman Penulisan Skripsi ,Edis irevisi,(Jambi:Fakultas
Syariah IAIN Jambi dan Syariah Press,2012), hlm.35.
27Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,(Bandung:Alfabeta,2014),hlm 1.
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, seta pencatatan
secara sistematis.28
Observasi dilakukan dengan menggunakan panduan observasi yang
disiapkan untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh data. Panduan
tersebut dikembangkan dan diperbaharui selama penulis berada dilokasi
penelitian. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi partisipan, yang mana peneliti melibatkan diri secara
langsung dalam lingkungan penelitian, terhadap penerapan sanksi denda
Tilang Elektronik (E-TLE) berdasarkan Undang-undang No.22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Umum studi terhadap pelanggaran
lalu lintas di Wilayah Kota Jambi.
Penulis terutama mengobervasi setiap persimpang lampu merah
yang di pasang Kamera CCTV, di sana penulis melakukan beberapa
wawancara terhadap masyarakat mengenai penerapan sistem tilang
elektronik E-TLE, setelah itu penulis melakukan riset ke Polresta Jambi,
Dinas perhubungan dan Jambi City Operatin Control (JCOC) di Kantor
Wali Kota Jambi.
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
28
Imam Gunawan,Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,(Jakarta:Bumi
Aksara,2015),hlm,143.
tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni wawancara tak
terstruktur dan wawancara terstruktur.
Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara
mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif dan wawancara
terbuka (open ended interview), sedangkan wawancara terstruktur sering
juga disebut wawancara baku (standardized in interview), yang susunan
pertanyaanya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan
pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disediakan29
.
Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah
wawancara terstruktur. Penulis memilih wawancara jenis ini karena ingin
mendapatkan data yang benar-benar akurat dan tepat serta ketat mengenal
permasalahan yang diteliti. Dengan jenis wawancara ini, peneliti
mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan dan terfokus dalam
bahan wawancara serta tidak melebar dan keluar dari koridor wawancara
yang dibutuhkan. Wawancara yang dibutuhkan penulis disini ditunjukan
kepada Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Jambi dan Polanta Polres Jambi.
b. Dokumentasi
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat selain diperoleh dari
sumber manusia juga diperoleh dari dokumentasi. Dokumentasi biasa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang bebentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, cerita, biografi, pertauran, kebijakan.
29
Deddy Mulyana ,Metode Penelitian Kualitatif ,(Bandung:PT Remaja Rosa karya
Offset,2006),hlm 180.
Dokumen yang berbetuk ganbar, misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain.Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.Dokumentasi yang
dimaksud dalam penelitian ini dapat berupa Undang-undang dan berkas
mengenai perkara Tilang E-TLE.
D. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data kualitatif, Bogdan dan Biklen mengemukakan
bahwa analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara
sistematik hasil wawancara, catatan-catatn dan bahan-bahan yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang
dikumpulkam dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.30
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan maka hasil
penelitian akan penulis analisis dengan menggunakan analisis kualitatif.
Analisis ini penulis lakukan dnegan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan.
Pemusatan perhatian pada penyerderhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis
dilapangan.Masalah-masalah Penerapan sanksi Tilang E-TLE Di
Kota Jambi.Diambil melalui wawancara dan dokumentasi
kemudian dianalisis dengan menajamkan, menggolongkan,
30Imam Gunawan,OpCit,hlm 210.
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengkordifikasikan
data tersebut sehingga bisa disajikan.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang
memungkingkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan penyajian data kualitatif disajikan dalam
bentuk teks naratif.Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik,
jaringan dan bagan.Semuanya dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah
dipahami.31
Penyajian data mengenai Penerapan Sanksi Denda Tilang
E-TLE Berdasarakan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi terhadap Pelanggar
Lalu Lintas Di Polresta Kota Jambi).
3. verfikasi Data
Penarikan kesimpulan sebagai dari konfigurasi yang
utuh.Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Kesimpulan dapat diubah setelah seluruh data di
analisis mengenai Penerapan Sanksi Denda Tilang E-TLE terhadap
Pelanggar Lalu Lintas Berdasarakan Undang-undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi Di
Polresta Kota Jambi).
31
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar , Metode Penelitian
Sosial,(Jakarta:Sinar Grafika Offset ,2008),hlm 87.
E. Sistematika Penulisan
Bertujuan untuk memudahkan masalah-masalah dalam penelitian
ini, dan dapat dipahami permasalahannya secara sistematis dan lebih
terarah, maka pembahasannya dibentuk dalam bab-bab yang masing-
masing bab mengandung sub bab, sehingga tergambar keterkaitan yang
secara sistematis.
Bab Pertama, Bab Pendahuluan yang menguraikan tentang Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan Pustaka.
Bab kedua, berisikan tentang metode penelitian, yakni mengenai
pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrument pengumpulan
sumber data, teknik analisis data, sistematika penulisan dan jadwal
penelitian.
Bab ketiga, menguraikan tentang tinjauan umum yang berisi
gambaran umum Sejarah berdirinya Polresta Kota Jambi, visi misi, dan
struktur organisasi Polresta Jambi.
Bab keempat, menguraikan pembahasam mengenai Penerapan
Sanksi Denda Tilang E-TLE Berdasarakan Undang-undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi terhadap
Pelanggar Lalu Lintas Di Polresta Kota Jambi).
Bab kelima, penutup, pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari
bab-bab sebelumnya dari kesimpulan yang diperoleh tersebut penulis
memberikan saran sebagai refleksi bagi semua pihak baik yang terlibat
secara langsung mauupun tidak secara langsung.
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan dengan
pembuatan proposal, kemudian dilanjutnya dengan perbaikan hasil seminar
proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka penulis
mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam waktu yang
berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum
diajukan kepada sidang munaqasah. Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat pada
tabel berikut :
JADWAL PENELITIAN
No KEGIATAN Tahun 2019/2020
Mei Juli Januari Februari Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul X
2 Pembuatan
Proposal
X
3 Perbaikan
Proposal dan
seminar
X
4 Surat izin Riset X
5 Pengumpulan
Data
X
6 Pengolahan data
dan analisis data
X
7 Pembuatan
Laporan
8 Bimbingan dan
Perbaikan
9 Agenda dan
Ujian Skripsi
X
10 Perbaikan dan
Penjilidan
33
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya POLRESTA Jambi
Sejarah panjang bangsa indonesia telah tertoleh dalam sejarah kebangsaan
dan perjuangan Bangsa Indonesia, yang tentunya tidak terlepas didalamnya peran
insan-insan Bhayangkara. Sebagaimana diketahui bahwa patih majapahit, gajah
mada merupakan embrio Bhayangkara di negeri ini. Pada masa penjajahan
belanda dan jepang, satuan polisi dibentuk untuk kepentingan pemerintah
penjajah, namun pada waktu di proklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia
satuan-satuan polisi istimewa yang telah memiliki senjata dengan heroik
memproklamirkan diri sebagai polisi Nasional Indonesia, bersama-sama rakyat
dan unsur bersenjata lainnya dengan segenap kekuatan yang ada berjuang
mempertahankan kemerdekaan indonesia, tidak terkecuali didaerah jambi,
disamping turut serta mengusir penjajah satuan polisi tetap menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat. Karena polisi merupakan bagian prasyarat suatu
negara, polri secara berkelanjutan dari waktu ke waktu terus terbenah
memperbaiki kinerjanya selaku pelindung, pengayom, pelayan masyarakat dan
penegak hukum.
Polresta jambi diresmikan pada tanggal 2 oktober 1996, polresta jambi
merupakan penjabaran likuidasi dari polda jambi dan polda jambi itu sendiri
merupakan likuidasi polda sumbangsel, dimana sebelumnya merupakan
kewilayahan setingkat polwil dengan kesatuan wilayah 1 ( satu ) polresta, 6
(enam) polres yaitu polresta jambi, polres batanghari, polres tanjung jabung,
34
polres bungo tebo, polres sarolangun bangko dan polres kerinci.Validasi polwil
Jambi menjadi polda jambi merupakan hasil pertimbangan strategis pimpinan
ABRI setelah melalui berbagai usul, sarana dan masukan serta pertimbangan-
pertimbangan pimpinan polri serta pihak-pihak lain diluar polri guna
mengantisipasi berbagai perkembangan lingkungan dan kebutuhan organisasi
polri kedepan dalam menjawab perkembangan tantangan tugasnya dan menuntut
pelayanan polri yang semangkin baik dan meningkat.
Kapolresta adalah memimpin, membina dan mengawasi/ mengendalikan
satuan-satuan organisasi dalam lingkungan polresta, memberikan arahan terhadap
bawahanya serta memberikan saran pertimbangan dan melaksanakannya tugas
lain sesuai perinta kapolda. Di polresta jambi ada tugasnya sat narkoba, pada
awalnya sat narkoba di polresta jambi bergabung dengan sat reskrim pada tahun
2002 sat narkoba berpisah dengan sat reskrim. Pada tanggal 29 mei 2004 gedung
sat narkoba telah diresmikan oleh kapolda jambi Drs.Mudjianto Brigadir Jenderal
Polisi. 32
B. Visi dan Misi POLRESTA Jambi
a. Visi
Polresta Jambi beserta jajarannya bertekad mewujudkan sosok polri yang
bermoral, profesional dan dipercaya sebagai pelindung, pengayoman dan
pelayanan masyarakat dalam rangka memelihara kamtibmas dan penegakan
hukum yang adil.33
32
Dokumentasi polresta jambi 33
Dokumentasi Polresta Jambi, 2019.
35
b. Misi
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat disepanjang waktu
melalui optimalisasi kehadiran polri serta menfasilitasi keikutsertaan
masyarakat dalam memelihara kamtibmas dilingkungan masing-
masing.
2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,
tanggap dan tidak diskriminatif.
3. Memelihara dan meningkatkan kamseltibcar lantas untuk menjamin
keselamatan dan kelancaran pengguna jalan.
4. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada patuh
hukum.
5. Melaksanakan pembinaan kesatuan yang diprioritaskan pada
peningkatan kemampuan dan ketrampilan personel.
6. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan
memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku
dimasyarakat.
7. Memberikan pelayanan prima kepolisian kepada masyarakat dimana
pelayanan tersebut dilakukan secara cepat, tepat, benar, tidak berbelit-
belit, adil dan tanpa dipungut biaya sehingga masyarakat merasakan
kepuasaan pelayanan Kepolisian dan tidak segan- segan untuk dapat
melapor kepada pihak polri apabila telah terjadi tindak pidana.
36
8. Menjadi pelopor dalam setiap kegiatan kemitraan dengan masyarakat
yang dapat berpartisipasi aktif dalam setiap permasalahan sosial
9. Menjadi sosok Polri yang ingin senantiasa ingin melayani masyarakat
sebaliknya bukan untuk dilayani oleh masyarakat.34
C. STRUKTUR ORGANISASI
Polresta jambi dipimpin oleh kapolres yang berada dibawah bertanggu/ng
jawab kepada kapolda. Tugas pokok kapolresta adalah memimpin, membina dan
mengawasi / mengendalikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan polresta,
memberikan arahan terhadap bawahannya serta memberikan saran pertimbangan
dan melaksanakan tugas lain sesuai perintah kapolda.35
Kapolresta dalam pelaksaan tugasnya dibantu oleh wakil kepala polisi
resort kota (waka polresta), bagian operasional ( bag ops), bagian semberdaya (
bag sumda), bagian perencanaan ( bag ren), satuan intelkam ( sat intelkam),
satuan reserse kriminal (sat reskrim),satuan Narkoba (sat narkoba ), sentra
pelayanan kepolisian terpadu (SPJT), seksi pengawas (si was), seksi umum (si
um), seksi keuangan (si keu), seksi profesi dan pengamanan (si propam),seksi
teknologi, informasi dan komunikasi ( si tipol) dan para polsek.
Satuan lalu lintas (Satlantas) dipimpin oleh Kasat Lantas yang
bertanggung jawab kepada Kapolresta dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di
bawah kendali Wakapolresta.Kasat Lantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu
34Dokumentasi Polresta Jambi, 2019.
35 Peraturan kepala kepolisian RI No.23 tahun 2010 tentang susunan organisasi dan tata
kerja pada tingkat polres dan polsek,(bandung;citra umbara,2012),hlm 15
37
lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan
identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas
dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.36
1. Kasat Lantas dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi:
a. pembinaan lalu lintas Kepolisian;
b. pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral,
Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;
c. pelaksanaan operasi Kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka
penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran
lalu lintas (Kamseltibcarlantas);
d. pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
serta pengemudi;
e. pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta
penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum,
serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;
f. pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan; dan
g. perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.
2. Kasat Lantas dalam melaksanakan tugas dibantu oleh:
a. Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaur Binopsnal), yang
bertugas melaksanakan pembinaan lalu lintas, melakukan kerja
sama lintas sektoral, pengkajian masalah di bidang lalu lintas,
pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka
36Dokumentasi Kasatlantas Jambi
38
penegakan hukum dan Kamseltibcarlantas, perawatan dan
pemeliharaan peralatan dan kendaraan ;
b. Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaur Mintu),
yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan
ketatausahaan;
c. Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Kanit
Turjawali), yang bertugas melaksanakan kegiatan Turjawali dan
penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka
penegakan hukum ;
d. Kepala Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Kanit
Dikyasa), yang bertugas melakukan pembinaan partisipasi
masyarakat dan Dikmaslantas;
e. Kepala Unit Registrasi dan Identifikasi (Kanit Regident), yang
bertugas melayani administrasi registrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor serta pengemudi; dan
f. Kepala Unit Kecelakaan (Kanit Laka), yang bertugas menangani
kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum.
3. Urusan Pembinaan Operasional (Urbinopsnal) dipimpin oleh kepala
urusan pembinaan operasional disingkat Kaur Binopsnal yang
bertanggung jawab kepada Kasat Lantas. Kaur Binopsnal bertugas
melaksanakan pembinaan lalu lintas, melakukan kerja sama lintas sektoral,
pengkajian masalah di bidang lalu lintas, pelaksanaan operasi Kepolisian
39
bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan Kamseltibcarlantas,
perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.
4. Kaur Binopsnal dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kegiatan:
a. merumuskan dan mengembangkan prosedur dan tata cara kerja
tetap pelaksanaan tugas pada fungsi Sat Lantas serta
mengendalikan, mengawasi, mengarahkan, menganalisa dan
mengevaluasi pelaksanaannya pada semua unit pelaksana,
termasuk Supervisi bidang lalu lintas ke wilayah Polres jajaran
b. menyiapkan rencana dan program kegiatan termasuk rencana
pelaksanaan operasi Kepolisian yang mengedepankan fungsi teknis
lalu lintas dan rencana latihan fungsi Sat Lantas secara internal
dalam rangka pengembangan sumber daya manusia Polri ;
c. mengadakan koordinasi bersama instansi lintas sektoral dalam
rangka kerjasama keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas) dan penegakan hukum
lalu lintas ;
d. mengatur dan mengelola pemanfaatan peralatan dan kendaraan
inventaris untuk mendukung pelaksanaan tugas fungsi Sat Lantas ;
e. membantu dan memberikan masukan kepada Kasat Lantas ;
f. mewakili Kasat Lantas apabila berhalangan melaksanakan tugas.
5. Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Urmintu) dipimpin oleh kepala
urusan administrasi dan ketatausahaan disingkat Kaur Mintu yang
40
bertanggung jawab kepada Kasat Lantas dan dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari di bawah kendali Kaur Binopsnal
Kaur Mintu bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan
ketatausahaan.
6. Kaur Mintu dalam penyelenggaraan tugas, melaksanakan kegiatan :
a. segala pekerjaan/kegiatan staf pelaksanaan tugas fungsi Sat Lantas
di lingkungan Polresta ;
b. membuat laporan secara umum atau periodik dan laporan khusus
yang terjadi di wilayah Polresta yang berkaitan dengan masalah
lalu lintas ;
c. mengatur dan menyiapkan penyelenggaraan dukungan administrasi
pelaksanaan tugas ;
d. menyelenggarakan kegiatan pengumpulan, pengelolaan dan
penyajian data dan informasi yang berkenaan dengan aspek
pembinaan dan pelaksanaan kegiatan serta visualisasi data dalam
bentuk grafik, peta, aplikasi online dan lain-lain ;
menyelenggarakan administrasi operasional termasuk administrasi penanganan
pelanggaran lalu lintas ;
e. memberikan masukan dalam saran staf kepada Kasat Lantas.
Unit Registrasi dan Identifikasi (Unitregident) dipimpin oleh kepala unit
registrasi dan identifikasi disingkat Kanit Regident yang bertanggung
41
jawab kepada Kasat Lantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di
bawah kendali Kaur Binopsnal.
Kanit Regident bertugas melayani administrasi Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor serta Pengemudi.
7. Kanit Regident dalam pemberian pelayanan, melaksanakan kegiatan :
a. penerbitan dan pemberian sarana identifikasi pengemudi dan
kendaraan bermotor kepada pemohon yang memenuhi persyaratan
baik yang diterbitkan sendiri maupun dari satuan atasan ;
b. penerimaan dan penelitian terhadap persyaratan masyarakat
pemohon untuk memperoleh :
1. surat izin mengemudi (SIM)
2. surat tanda nomor kendaraan (STNK)
3. buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB)
4. tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB) ;
c. berbagai upaya untuk menjamin bahwa sarana identifikasi yang
akan diterbitkan baik langsung maupun melalui satuan atasan dapat
dipertanggung jawabkan secara formal maupun material ;
d. melaksanakan pengujian terhadap pengetahuan – pengetahuan,
keterampilan pemohon sim untuk menjamin kebenaran / ketepatan
material atas surat izin yang di terbitkan ;
42
e. mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan registrasi / identifikasi
pengemudi dan kendaraan bermotor;
f. membuat laporan penggunaan material dan rencana kebutuhan
material secara periodik ;
g. melaksanakan kegiatan adminitrasi keuangan hasil
penyelenggaraan kegiatan registrasi/ identifikasi;
h. melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan pelayanan SIM,
STNK, BPKB dan TNKB ;
i. memberikan masukan saran terkait penyelenggaran kegiatan
registrasi/ identifikasi kepada Kasat Lantas.
8. Unit Kecelakaan (Unitlaka) dipimpin oleh kepala unit kecelakaan
disingkat Kanit Laka yang bertanggung jawab kepada Kasat Lantas dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Kaur Binopsnal.
Kanit Laka bertugas menangani kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum.
9. Kanit Laka dalam penanganan kecelakaan lalu lintas, melaksanakan
kegiatan :
a. penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus kecelakaan lalu lintas
sampai dengan penyerahan berkasa perkara ke penuntut umum
43
b. pemberian pelayanan melalui pemberian surat pemberitahuan
perkembangan hasil penyidikan (SP2HP) kepada korban/keluarga
korban;
c. pengumpulan, pengelolaan data dan informasi yang berkenan
dengan kecelakaan lalu lintas baik secara manual atau aplikasi
online ;
d. membuat rencana penyidikan dan penyelesaian kasus tunggakan
kecelakaan lalu lintas ;
e. koordinasi antar sesama instansi penegak hukum (Law
Enforcement) dalam rangka penyelesaian kasus kecelakaan lalu
lintas ;
f. melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan pelayanan
penanganan/pencegahan kecelakaan lalu lintas ;
g. pengelolaan tahanan dan barang bukti kasus kecelakaan lalu lintas ;
h. mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi serta
melaporkan pelaksanaan kegiatan termasuk administrasi dukungan
anggaran kegiatan penanganan kecelakaan lalu lintas ;
i. memberikan masukan saran terkait penanganan/pencegahan
kecelakaan lalu lintas kepada Kasat Lantas.
10. Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Unit Dikyasa) dipimpin oleh
kepala unit pendidikan masyarakat dan rekayasa disingkat Kanit Dikyasa
yang bertanggung jawab kepada Kasat Lantas dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di bawah kendali Kaur Binopsnal.
44
Kanit Dikyasa bertugas melakukan pembinaan partisipasi masyarakat dan
Dikmaslantas.
11. Kanit Dikyasa dalam melakukan pembinaan partisipasi masyarakat, dan
Dikmaslantas melaksanakan kegiatan :
a. koordinasi dengan semua unit dalam fungsi Sat Lantas serta fungsi
lain (Sat Binmas), instansi lintas sektoral dan kelompok-kelompok
masyarakat dalam rangka pembinaan, penyuluhan dan penerangan
terkait keamanan, keselamatan dalam berlalu lintas.
b. melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan kesadaran
masyarakat dalam berlalu lintas ;
c. meneliti jalan-jalan rawan serta saran ke instansi lintas sektoral
guna penanggulangannya ;
d. menyusun dan menetapkan rencana pengalihan arus serta
merealisasikannya pada situasi-situasi tertentu ;
e. menyusun rencana kegiatan program keamanan dan keselamatan
nasional berlalu lintas ;
f. mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi serta
membuat laporan pelaksanaan kegiatan dikyasa dan Dikmaslantas
secara periodik termasuk laporan dukungan anggaran kegiatannya;
g. memberikan masukan saran terkait pembinaan partisipasi
masyarakat dan dikmaslantas kepada Kasat Lantas.
12. Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Unit Turjawali)
dipimpin oleh kepala unit pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli
45
disingkat Kanit Turjawali yang bertanggung jawab kepada Kasat Lantas
dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Kaur Binopsnal.
13. Kanit Turjawali bertugas melaksanakan kegiatan Turjawali dan
penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum.
14. Kanit Turjawali dalam melaksanakan kegiatan Turjawali dan Gakkum
Lantas, membuat/mengadakan :
a. penetapan beat / route patroli secara periodik berdasarkan situasi
prioritas kerawanan lokasi-lokasi tertentu ;
b. jadwal dan lokasi ploting kegiatan penjagaan dan pengaturan
berdasarkan situasi prioritas kerawanan lokasi-lokasi tertentu ;
c. pengecekan route, benda (orang) yang dikawal serta kesiapan
petugas pengawal berikut kendaraannya sebelum berangkat
melaksanakan tugas pengawalan ;
d. memberikan pelayanan pada pengguna jalan yang memerlukan
bantuan seperti pengawalan responsif dan sebagainya ;
e. melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan pelayanan kegiatan
Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam
rangka penegakan hukum ;
f. tindakan pertama penanganan kecelakaan lalu lintas di TKP yang
lokasinya dekat dengan penjagaan atau pada saat patroli ;
g. penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas baik secara edukatif
menggunakan teguran dan yuridis menggunakan berita acara
46
singkat (Tilang) / Tipiring atau berita acara biasa terhadap
pelanggaran yang berpotensi atau memiliki bobot sangat fatal /
berat dan dapat merusak fasilitas umum ( putusnya jembatan dll ) ;
h. mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi setiap
kegiatan Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas
serta melaporkan pelaksanaan kegiatannya ;
i. memberikan masukan saran terkait kegiatan Turjawali dan
penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas kepada Kasat Lantas.
47
BAB IV
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
A. Apakah sudah diterapkan sanksi denda E-Tilang (E-TLE) berdasarkan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan (terhadap pelanggar lalu lintas di wilayah Kota Jambi).
Sanksi denda sistem Tilang Elektronik Traffic Law Enforcement sudah
diterapkan. Polda Jambi beserta Pemkot Jambi resmi merilis Sistem Electronic
Traffic Law Enforcement (E-TLE) atau Tilang Elektronik sebagai sistem
penegakan hukum dibidang lalu lintas yang cukup efektif, pada hari Senin, 3
Desember 2018. Basic utama pemberlakukan sistem E-TLE ini adalah kamera
CCTV yang terpasang di beberapa sudut jalan di Kota Jambi. Kota Jambi saat ini
sudah masuk menjadi smart City. Hal ini terbukti dengan mulai berkembangnya
kemajuan di Kota Jambi.37
Kamis (16/8/2018) Wali Kota Jambi Syarif Fasha meresmikan gedung
City Operation Center (COC). Dimana didalam gedung ini arus lalu lintas di
beberapa simpang di Kota Jambi bisa terpantau di gedung COC melalui CCTV
yang sudah dipasang. Gedung ini diresmikan sebelum peresmian Sistem E-TLE.
Bahkan pihaknya sudah menginstruksi para pemilik toko dipinggir jalan
untuk menggunakan CCTV. “Sehingga apa saja yang terjadi dibeberapa simpang
37, https://jambi.tribunnews.com/2018/12/03/resmi-berlakukan-e-tle-ini-titik-lokasi-
cctvdi-kota-jambi?page=3. Diakses pada 02 Maret 2020 pukul 16.25 WIB
48
yang sudah terkoneksi CCTV bisa terpantau di gedung COC.” Kata Fasha.38
Sampai Pemkot Jambi berencana menambah beberapa layar lagi agar bisa lebih
luas melihat beberapa sudut kota yang ada di Jambi.
Seperti yang sudah kita lihat pengendara yang melanggar bisa langsung
ditegur melalui sound yang disiapkan di gedung COC, jika ada pelanggaran bisa
kita tegur disini. Contohnya seperti di Lampu merah Simpang BI Telanai. Apabila
ada masyarakat yang tidak menggunakan helm saat berboncengan sepeda motor,
maka penumpang dibelakang motor di tegur untuk turun dari motor. Itu
merupakan sebagaian kecil pelanggaran yang bisa tegur. Bila teguran itu tidak
diindahkan/ dilaksanakan maka siap akan terkena Tilang Elektronik.
Selain CCTV Pemkot Jambi juga mendapat bantuan Area Traffic Control
System (ATCS). Dimana melalui sistem ini semua arus lalu lintas bisa diatur
melaui gedung COC. Sistem ini dipasang dibeberapa simpang diantaranya adalah
Simpang Bata, Simpang Mandiri, Simpang Jelutung, Simang Sukorejo dan
Simpang Bukit Baling. Misalnya ada macet, melalui ATCS ini semuanya bisa
dihijaukan. Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Jambi Bapak Saleh
Ridho mengatakan bahwa di Kota Jambi ada 33 simpang. Namun baru ada 5
simpang yang terpasang ATCS. Disini Polresta Jambi, Pemerintah Kota Jambi
dan Dinas Perhubungan Kota Jambi memiliki peranan masing-masing dalam
sistem Tilang Elektronik. 39
38
https://jambi.tribunnews.com/2018/12/03/resmi-berlakukan-e-tle-ini-titik-lokasi-cctvdi-
kota-jambi?page=3. Diakses pada 02 Maret 2020 pukul 16.25 WIB
39https://jambi.tribunnews.com/2018/12/03/resmi-berlakukan-e-tle-ini-titik-lokasi-cctvdi-
kota-jambi?page=3. Diakses pada 02 Maret 2020 pukul 16.25 WIB
49
Pemberlakuan E-TLE menggunakan CCTV untuk memantau keadaan
jalan yang menjadi titik diberlakukannya tilang elektronik. Hukum tilang
elektronik dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ). Dalam pasal 272 UU LLAJ
disebutkan bahwa “untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat digunakan peralatan elektronik.”
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan AKP Hardi sebagai Kasatlantas
Polresta Jambi:
Penerapan E-tilang (E-TLE) merupakan sebuah pilihan yang
efektif untuk mencapai sasaran dalam pelaksanaan tilang kepada
pelanggar peraturan lalu lintas walaupun belum dapat dikatakan
bahwa E-tilang ini efektif karena penerapan E-tilang di Indonesia
masih dalam tahap uji coba dan dari uji coba tersebut akan
diadakan evaluasi untuk perbaikan pelayanan E-tilang
selanjutnya.40
Berdasarkan hasil wawancara dapat penulis simpulkan bahwa penerapan
E-Tilang (E-TLE) sebuah pilihan yang efektif mencapai sasaran dalam pelaksanaa
tilang terhadap pelanggar lalu lintas , walaupun masih dalam tahap uji coba.
ETLE sebagai sistem penegakan hukum di bidang lalu lintas yang cukup
efektif, berbasis pada teknologi elektronik berupa kamera ANPR (Automatic
Number Plate Recognition). Kamera ANPR dapat mendeteksi Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor secara otomatis, merekam, dan menyimpan bukti
pelanggaran.
40
Wawancara AKP. Hardi, Kasat Lantas Polresta Jambi, 28 Maret 2020 pukul 11.00 WIB
50
Kendaraan yang tertangkap kamera ANPR langsung tercatat di server
operator Regional Traffic Management Centre (RTMC). Data tersebut langsung
diolah oleh petugas. Sesuai dengan UU ITE, rekaman CCTV merupakan alat bukti
yang sah, sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti. Dalam hal ini pengolahan
data meliputi pengecekan identitas kendaraan bermotor (ranmor) di database
Regident Ranmor. Lalu petugas akan membuat surat konfirmasi dan verifikasi,
selanjutnya mengirim surat konfirmasi ke alamat yang tertera dalam data pemilik
kendaraan. Surat yang dikeluarkan tentunya sudah disahkan oleh pimpinan dan
dikirim menggunakan Pos Indonesia. Setelah surat konfirmasi diterima oleh
pemilik ranmor atau pelanggar, mereka wajib memberikan jawaban atau
klarifikasi melalui http://www.etle-pmj.info/, Pelanggar akan diberikan waktu
selama 7 hari untuk melakukan klarifikasi.41
Jika pelanggar tidak merespons, maka Surat Tanda Kendaraan Bermotor
(STNK) akan di blokir oleh petugas. Selanjutnya, petugas akan memberikan surat
tilang kepada pelanggar dengan mengirim kode Brivia E-Tilang melalui nomor
ponsel yang tertera dalam surat konfirmasi. Surat tilang warna biru juga akan
dikirimkan kepada pelanggar.
Petugas RTMC, akan melakukan pengecekan lembar tilang dan
pengecekan kode Brivia pembayaran denda tilang sudah diterima atau belum oleh
pelanggar. Pelanggar dapat melakukan pembayaran denda tilang melalui ATM.
Setelah pembayaran dilakukan maka pelanggar dapat beraktifitas kembali.
41Dikutip dari http://jambi.tribunnews.com/2018/12/03/polda-jambi-uji-coba-e-tle-mulai-
senin-312-ini-mekanisme-dan-pelanggaran-yang-akan-ditilang?page=3. Di akses pada tanggal 10
Desember 2018, pukul 16:30
51
Pemblokrian STNK dapat terjadi atas permintaan penyidik bagi yang belum
melakukan pembayaran denda tilang.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan AKP Hardi sebagai Kasatlantas
Polresta Jambi:42
Mekanisme E-Tilang (E-TLE) yakni meninjau jenis pelanggaran
seperti penggunaan sabuk pengaman, menerobos lampu lau lintas,
parker sembarangan, penggunaan helm, melawan arus dan
peraturan marka jalan. Lalu penerapan E-Tilang (E-TLE) ini
nantinya akan didasarkan pada data yang terdapat pada Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) atau pelat.
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa semua
pelanggaran lau lintas diatas dapat dikenai Tilang Elektronik (E-TLE) berdasarkan
hasil rekaman CCTV yang dilihat dari Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
(TNKB) atau pelat.
Posko server operator Regional Traffic Management Centre (RTMC),
untuk memantau CCTV berada di Jambi City Operatin Control (JCOC) di Kantor
Wali Kota Jambi. Karena ini merupakan salah satu dari data yang diterima peneliti
sampai sekarang sudah ada 888 pelanggaran, tapi baru sekitar 300 yang diberikan
surat tilang. 888 pelanggaran tersebut terdiri dari 500 pengendara motor tidak
menggunakan helm, 150 pengendara mobil tidak menggunakan safety belt, 160
pengendara yang melawan arus dan 78 pengendara motor yang berbonceng 3.
Karena sejak di berlakukan Desember tahun lalu belum berjalan optimal.
42Wawancara AKP. Hardi, Kasat Lantas Polresta Jambi, 28 Maret 2020 pukul 11.00 WIB
52
Ini diakui oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Jambi Saleh Ridho, dia
mengatakan :
“Pihaknya bersama Polresta Jambi masih terkendala dengan pengantaran
surat tilang ke rumah pelanggar. Tidak optimal disini terkait dengan
penyampain surat tilang kedepannya, akan wacanakan kerja sama dengan
PT.POS dan juga langsung menghubungkan dengan SAMSAT terkait
dengan block STNK yang ada.”
43Tujuan penerapan sistem Tilang Elektronik Traffic Law Enforcement
sebagai berikut:
1. Meningkatkan keselamatan dan ketertiban lalu lintas
2. Meningkatkan displin berlalu lintas
3. Menekan tingkat fasilitas korban kecelakan
Manfaat penerapan sistem Tilang Elektronik Traffic Law Enforcement
sebagai berikut:
1. Penggunaan personil dapat lebih diminimalisir atau difokuskan untuk
kepentingan lain.
2. Terawasi 24 jam
3. Semua pelanggaran lalu lintas dapat termonitor walaupun dalam jumlah
banyak secara bersamaan
43Htps://www.youtube.com/watch?v=MgULPWs6z (youtube Satlantas Polresta Jambi ,
diakses pada 25 Januari 2020, pukul 14.30 WIB
53
4. Mudah dalam pembuktian (valid dan akurat)
5. Konsisten dan tegas menindak semua pelanggaran
6. Meminimalisir kemacetan (tidak perlu memberhentikan kendaraan)
Kelebihan dari penerapan Tilang Elektronik Traffic Law Enforcement
sebagai beriku:
1. Hasil rekaman CCTV ini bisa di gunakan sebagai bukti apabila terjadi
suatu kecelakaan atau musibah di jalan raya yang bisa terekam CCTV
tersebut, membantu kinerja kepolisian.
2. Dapat mengurangi kecurangan, antara polisi dan pengendara yang
tertangkap melanggar pelanggaran lalu lintas.
Mekanisme penerapan sistem Tilang Elektronik Traffic Law Enforcement
sebagai berikut44
:
1. Pelanggaran terekam oleh kamera CCTV
2. Kemudian dilakukan pengelolaan oleh petugas
3. Mengecek identitas Ranmor di database RC-Siginjai
4. Pembuatan surat konfirmasi dan verifikasi
5. Petugas mengirimkan atau mengantar surat tersebut ke alamat ranmor
yang tertera
44Htps://www.youtube.com/watch?v=MgULPWs6z (youtube Satlantas Polresta Jambi ,
diakses pada 25 Januari 2020, pukul 14.30 WIB
54
6. Setelah dikonfirmasi petugas melakukan penindakan tilang dan
memberikan surat tilang kepada pelanggar segera melakukan pembayaran
denda tilang.
7. Pelanggar diberikan waktu 5 hari untuk konfirmasi
8. Pelanggar mendapat surat tilang biru serta Kode BRI Virtual untuk
pembayaran E-TLE, pelanggar diberi waktu 7 hari untuk pembayaran
denda tilang. Jika pelanggar tidak membayar maka petugas akan
memblokir STNK sampai denda dibayar.
Beberapa pelanggaran yang di tilang dalam penerapan sistem Tilang
Elektronik Traffic Law Enforcement sebagai berikut45
:
1. Pengendara motor tidak menggunakan helm
2. Pengendara mobil tidak menggunakan safety belt
3. Pengendara yang melawan arus
4. Pengendara motor yang berbonceng 3
Kisaran denda tilang setiap pelanggaran sebagai berikut:
1. Pengendara tidak mempunyai sim (Rp 500.000,-)
2. Pengendara tidak dapat memperlihatkan STNK (Rp 250.000,-)
3. Syarat teknis sepeda motor tidak lengkap (Rp 250.000,-)
4. Syarat teknis mobil tidak lengkap (Rp 500.00,-)
5. Pengendara mobil yang tidak dilengkapi ban cadangan (Rp 250.000,-)
6. Melanggar rambu lalu lintas (Rp 500.000,-)
45Htps://www.youtube.com/watch?v=MgULPWs6z (youtube Satlantas Polresta Jambi ,
diakses pada 25 Januari 2020, pukul 14.30 WIB
55
7. Melanggar batas kecepatan maksimum/minimum (Rp 500.000,-)
8. Pengendara tidak ada STNK (Rp 500.00,-)
9. Tidak menggunakan safety belt (Rp 250.000,-)
10. Tidak menggunakan Helm (Rp 250.000,-)
11. Tidak menyalakan lampu saat gelap (Rp 250.000,-)
12. Tidak berisyarat saat berbelok (Rp 250.000,-)
16 titi terpasang kamera CCTV ANPR di Kota Jambi : 1) Simpang Honda.
2) Simpang Kantor Camat Kota Baru. 3) Simpang 5 Jelutung. 4) Simpang 4
Talang Banjar. 5) Simpang Masjid An-Nur. 6) Simpang Mayang. 7) Simpang
Bukit Baling. 8) Simpang Hotel BW. 9) Simpang Bata. 10) Simpang 4 Jelutung
11) Simpang 3 Bank Mandiri Gatsu. 12) Simpang Bank Indonesia. 13) Simpang
Tugu Keris. 14) Simpang 4 Persijam. 15) Simpang Rimbo. 16) Simpang Pal 10
Persepsi Masyarakat Terhadap Penerapan E-Tilang Di Kota Jambi
Persepsi sebagai suatu proses mental terhadap suatu obyek yang termasuk di
dalamnya seperti aspek sikap dan sekaligus menghubungkan obyek lainnya yang
ada di sekitar kita. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan mengerti
tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan juga keadaan diri individu
yang bersangkutan.Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa, dalam persepsi,
stimulasi dapat datang dari luar individu, tetapi juga dapat datang dari dalam
individu yang bersangkutan.Bahwasanya pihak kepolisian sebagai pelaksana
sistem Tilang Elektronik ini, Pemerintah Kota Jambi sebagai pengawas sistem
Tilang Elektronik ini dan Dinas Perhubungan sebagai penyedia alat atau CCTV Di
Kota Jambi.
56
Adanya pandangan masyarakat tentang penerapan tilang elektronik di
Kota Jambi, dapat menjadi acuan atau penilaian terhadap tingkat keberhasilan e-
tilang di Kota Jambi.Beberapa tanggapan masyarakat mengacu pada hambatan
dan tingkat keberhasilan penerapan tilang elektronik. Dalam pelaksanaannya,
berbagai tanggapan masyarakat yang menjadi acuan pemerintah dalam
memaksimalkan penerapan tilang elektronik.E-tilang, dengan memanfaatkan
CCTV sebagai alat bukti bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran di jalan
raya.Rekaman CCTV adalah suatu media yang dapat digunakan untuk memuat
rekaman setiap informasi yang dapat dilihat, dan didengar dengan bantuan sarana
CCTV.Rekaman CCTV dijadikan sebagai alat bukti yang sistemnya
menggunakan kamera video untuk menampilkan dan merekam gambar pada
waktu dan tempat tertentu dimana perangkat ini terpasang.
B. Kendala yang dihadapi dalam penerapan sanksi denda E-Tilang (E-TLE)
terhadap pelanggar lalu lintas di wilayah Kota Jambi.
Faktor kendala Dalam Penerapan E-Tilang Di Kota Jambi terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran lalu lintas dijalan setiap
tahunnya. Faktor tersebut antara lain adanya paradigma berpikir masyarakat instan
di zaman modern, mulai lunturnya sensitivitas dalam saling berkendara, dan
minimnya etika berkendara untuk tertib, saling menghormati, saling menghargai,
sehingga mengakibatkan semakin tergerusnya rasa kepemilikan akan sesuatu.
Dalam penerapan tilang elektronik terjadi ketidak seimbangan antara harapan dan
kenyataannya.Pemerintah yang melakukan pemberlakuan tilang elektronik di
57
Kota Jambi masih menemukan beberapa kendala yang langsung dirasakan oleh
masyarakat Kota Jambi.
Berikut ini adalah hasil wawancara bersama AKP Hardi mengenai
Kendala dalam penerpana sistem tilang ini. Ada beberapa factor kendala dalam
penerapan tilang elektronik di Kota Jambi, yaitu46
:
Ada beberapa kendala dalam penerapan sistem tilang elektronik
yaitu 1) Kurangnya pengawasan dari petugas kepolisian, 2)
Sosialisasi pemerintah dan pihak kepolisian yang tidak merata, 3)
Penindakan pelanggaran yang kurang tegas, 4) Prosedur
penyelesaian tilang elektronik yang masih terbilang rumit, 5)
Masalah pelat kendaraan motor dari luar kota Jambi, 6) Terkait
kepemilikan kendaraan yang melanggar aturan lalu lintas, 7)Terkait
seperti rental motor atau mobil, 8) Sebaiknya bank tempat
pembayaran E-TLE bukan hanya BRI saja, tapi multibank dengan
tujuan memudahkan akases masyarakat membayar denda tilang, 9)
Penerapan E-TLE jangan hanya menjadi proyek uji coba/
sementara saja, tetapi harus menjadi program yang permanen untuk
memperkuat penerapan ERP (Elektronik Road Pricing).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan masih banyak kendala
yang dihadapi dalam penerepan Sistem Tilang Elektronik ini.Di bawah ini
merupakan penjelasan dari setiap kendala diatas.
1. Kurangnya pengawasan dari petugas kepolisian.
Adanya pemasangan CCTV di sejumlah ruas jalan di Kota Jambi
seharusnya mendapat bantuan pengawasan dari pihak petugas kepolisian.Tidak
semata-mata CCTV yang digunakan sebagai alat untuk memantau kelancaran lalu
lintas. Seringkali tidak adanya petugas yang mengawasi lalu lintas membuat
46Wawancara AKP. Hardi, Kasat Lantas Polresta Jambi, 28 Maret 2020 pukul 11.00 WIB
58
masyarakat tidak takut melakukan pelanggaran, karena masyarakat cenderung
takut pada petugas yang berjaga ketimbang CCTV yang terpasang.
2. Sosialisasi pemerintah dan pihak kepolisian yang tidak merata.
Sosialisasi pemerintah dan pihak kepolisian yang sangat minim tentang
penerapan tilang elektronik membuat kebanyakan masyarakat tidak mengetahui
bahwa ada penerapan elektronik di Kota Jambi. Masyarakat pinggiran kota yang
tidak mendapatkan informasi tentang penerapan tilang elektronik mengganggap
bahwa penerapan e-tilang hanyalah sebuah wacana pemerintah saja.
3. Penindakan pelanggaran yang kurang tegas.
Penindakan pelanggaran yang kurang tegas membuat masyarakat tidak
takut bahkan tidak menghiraukan adanya CCTV yang berfungsi sebagai pemantau
dan alat bukti tilang yang bisa merekam pelanggaran yang dilakukan di waktu dan
tempat tertentu. Masyarakat seperti menutup mata dengan adanya tilang
elektronik ini dengan menggunakan CCTV.
4. Prosedur penyelesaian tilang elektronik yang masih terbilang rumit.
Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah membuat
masyarakat tidak paham bahkan tidak tau prosedur penilangan dengan
menggunakan CCTV. Sebagian masyarakat juga tahu tetapi menganggap
penyelesaiannya masih sangat rumit. Pemerintah kurang memperhatikan
masyarakat-masyarakat yang kurang paham tentang elektronik.
59
5. Masalah pelat kendaraan motor dari luar kota Jambi, tentunya ini tidak
akan terdeteksi dan artinya jika ada kendaraan pelat non-BH yang melanggar,
tidak bisa dilakukan penegakan hukum. Jadi evaluasi dari Ditlantas Polda Jambi
sehingga bisa bekerja sama dengan POLDA lain.
6. Terkait kepemilikan kendaraan yang melanggar aturan lalu lintas.
Proses penindakan akan sulit dilakukan jika kendaraan sudah berpindah tangan
tetapi belum dilakukan balik nama, karena surat tilang akan di kirim ke alamat
pemilik kendaraan yang pertama.
7. Terkait seperti rental motor atau mobil. Sebab sangat mungkin yang
melalukan pelanggaran adalah si A (parental kendaraan), tetapi surat tilang akan
dikirim ke alamat si B (Pemilik kendaraan) karena STNK dan BPKB atas nama si
B (pemilik kendaraan).
8. Sebaiknya bank tempat pembayaran E-TLE bukan hanya BRI saja, tapi
multibank dengan tujuan memudahkan akases masyarakat membayar denda
tilang.
9. Penerapan E-TLE jangan hanya menjadi proyek uji coba/ sementara
saja, tetapi harus menjadi program yang permanen untuk memperkuat penerapan
ERP (Elektronik Road Pricing). Belum fiksnya teknologi E-TLE yang digunakan
keberlanjutan E-TLE bisa berhenti di tengah jalan.
C. Solusi dalam menanggulangi penerapan Tilang E-TLE di wilayah Kota
Jambi.
60
Dalam menanggulangi kendala yang terjadi dalam penerapan tilang
elektronik, pemerintah dan pihak kepolisian harus menjalin kerjasama yang baik
dan membangun kekompakkan agar dalam penerapan tilang E-TLE di Kota
Jambi dapat terlaksana dengan baik. Kepolisian mengeluarkan tindakan baru
dalam menegakkan tertib lalu lintas. Dengan memanfaatkan teknologi, diharapkan
seluruh proses tilang akan lebih efisien dan efektif juga membantu kepolisian
dalam memaksimalkan kinerja kepolisian dalam menindaki pengguna jalan yang
tidak tertib saat berkendara.
Pemerintah bekerjasama dengan Kepolisian Republik Indonesia
menerapkan sistem ini agar dapat mengurangi praktik pungli (pungutan liar) dan
suap. Proses tilang ini dibantu dengan pemasangan kamera CCTV di setiap lampu
lalu lintas untuk memantau keadaan jalan. Melalui penelitian ini, banyak saran
dan masukan yang diberikan oleh masyarakat kepada pemerintah terkait
penerapan tilang elektronik di Kota Jambi, diantaranya :
Berikut ini hasil wawancara bersama AKP Hardi mengenai solusi dalam
menanggulangi kendala Penerapan Sistem Tilang Elektronik ini:47
Dari semua kendala yang telah saya jabarkan di atas tadi, ada
beberapa solusi yang bisa kita laksanakan untuk tercapainya
keefesienan dan keefektifian penerapan sistem tilang eletronik E-
TLE yaitu 1) Memperbanyak pemasangan CCTV di sejumlah ruas
jalan di Kota, 2) Memperluas sosialisasi tentang tilang elektronik,
3) Mengurangi biaya balik nama kendaraan
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan solusi untuk kendala
penerapan sistem tilang elektronik (E-TLE) yaitu memperbanyak pemasangan
47Wawancara AKP. Hardi, Kasat Lantas Polresta Jambi, 28 Maret 2020 pukul 11.00 WIB
61
CCTV, memperluas sosialisai sistem elektronik (E-TLE) dan mengurangi biaya
balik nama kendaran. Di bawah ini merupakan penjelasaanya.
1. Memperbanyak pemasangan CCTV di sejumlah ruas jalan di Kota
Jambi. Rekaman CCTV adalah suatu media yang dapat digunakan untuk memuat
rekaman setiap informasi yang dapat dilihat, dan didengar dengan bantuan sarana
rekaman CCTV. Rekaman CCTV dijadikan sebagai alat bukti yang sistemnya
menggunakan video kamera untuk manampilkan dan merekam suatu gambar pada
waktu dan tempat tertentu dimana perangkat ini terpasang yang berarti
menggunakan sinyal yang bersifat tertutup. Penerapan CCTV yang hanya
diberlakukan di beberapa ruas jalan masih memberi peluang besar bagi pengguna
jalan yang tidak tertib saat berkendara. Jika pemasangan CCTV di semua ruas
jalan, maka masyarakat akan takut dan menyadari bahwa setiap pelanggaran yang
dilakukan pada saat dijalan raya terekam oleh CCTV hingga menimbulkan
kesadaran agar tidak melakukan pelanggaran lagi. Beberapa masyarakat
beranggapan bahwa peluang yang ditimbulkan dapat membuat masyarakat tidak
patuh dan lalai dalam berlalu lintas. Meskipun telah ada CCTV yang tepasang
pada lampu lalu lintas, pengendara yang tidak patuh bisa melewati jalan-jalan
yang tidak terdapat CCTV, contohnya simpang karya maju dan simpang SMA 5.
Peluang untuk melakukan pelanggaran masih sangat besar dikarenakan banyaknya
jalan-jalan kecil dan tidak terdapat CCTV.
2. Memperluas sosialisasi tentang tilang elektronik.
62
Pada dasarnya penerapan tilang elektronik baru-baru ini diberlakukan di
Kota Jambi. Kurangnya sosialisassi pemerintah dan pihak kepolisian
menyebabkan banyaknya masyarakat yang kurang tahu atau bahkan tidak
mengetahui bahwa telah ditetapkan tilang elektronik di Kota Jambi. Minimnya
informasi yang didapatkan oleh masyarakat membuat pemerintah menghadapi
beberapa hambatan. Tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas tidak sepenuhnya
kesalahan ada pada masyarakat,akan tetapi sebagian lagi dari pemerintah yang
tidak memberikan pemahaman yang khusus terkait tentang penerapan tilang
elektronik ini. Sebagian lagi masyarakat hanya mendapatkan informasi melalui
sosial media. Dengan memperluasnya informasi tentang penerapan ini, pihak
kepolisian dan pemerintah kota Jambi mampu bekerjasama dan melibatkan
masyarakat secara langsung dalam menanggulangi dan mengurangi tingkat
pelanggaran dan kecelakaan berlalu lintas.
3. Mengurangi biaya balik nama kendaraan.
Beberapa masyarakat menganggap kurang efektifnya penerapan tilang
elektronik dikarenakan banyak pengemudi kendaraan membeli kendaraannya
melalui pihak kedua atau pihak ketiga atau membeli mobil bekas. Pengemudi
kendaraan yang membeli kendaraan menggunakan nama pemilik sebelumnya
dengan alasan mahalnya biaya balik nama.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penerapan E-tilang merupakan sebuah pilihan yang efesien dan efektif untuk
mencapai sasaran dalam pelaksanaan tilang kepada pelanggar peraturan lalu lintas
walaupun belum dapat dikatakan bahwa E-tilang ini efektif karena penerapan E-
tilang di Indonesia masih dalam tahap uji coba dan dari uji coba tersebut akan
diadakan evaluasi untuk perbaikan pelayanan E-tilang selanjutnya. ETLE sebagai
sistem penegakan hukum di bidang lalu lintas yang cukup efektif, berbasis pada
teknologi elektronik berupa kamera ANPR (Automatic Number Plate
Recognition).Kamera ANPR dapat mendeteksi Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor secara otomatis, merekam, dan menyimpan bukti pelanggaran.
Kendaraan yang tertangkap kamera ANPR langsung tercatat di server
operator Regional Traffic Management Centre (RTMC). Data tersebut langsung
diolah oleh petugas.Sesuai dengan UU ITE, rekaman CCTV merupakan alat bukti
yang sah, sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti. Dalam hal ini pengolahan
data meliputi pengecekan identitas kendaraan bermotor (ranmor) di database
Regident Ranmor. Lalu petugas akan membuat surat konfirmasi dan verifikasi,
selanjutnya mengirim surat konfirmasi ke alamat yang tertera dalam data pemilik
kendaraan. Surat yang dikeluarkan tentunya sudah disahkan oleh pimpinan dan
64
dikirim menggunakan Pos Indonesia. Setelah surat konfirmasi diterima oleh
pemilik ranmor atau pelanggar, mereka wajib memberikan jawaban atau
klarifikasi melalui http://www.etle-pmj.info/, Pelanggar akan diberikan waktu
selama 7 hari untuk melakukan klarifikasi.
2. Faktor kendala penerapan sistem tilang elektronik (E-TLE) di Kota Jambi ada
beberapa: a) Kurangnya pengawasan dari petugas kepolisian, b) Sosialisasi
pemerintah dan pihak kepolisian yang tidak merata, c) Penindakan pelanggaran
yang kurang tegas, d) Prosedur penyelesaian tilang elektronik yang masih
terbilang rumit, e) Masalah pelat kendaraan motor dari luar kota Jambi, f) Terkait
kepemilikan kendaraan yang melanggar aturan lalu lintas, g) Terkait seperti rental
motor atau mobil, h) Sebaiknya bank tempat pembayaran E-TLE bukan hanya
BRI saja, tapi multibank dengan tujuan memudahkan akases masyarakat
membayar denda tilang, dan 9) Penerapan E-TLE jangan hanya menjadi proyek
uji coba/ sementara saja, tetapi harus menjadi program yang permanen untuk
memperkuat penerapan ERP (Elektronik Road Pricing). Belum fiksnya teknologi
E-TLE yang digunakan keberlanjutan E-TLE bisa berhenti di tengah jalan.
3. Solusi yang harus dilakukan pemerintah dan Polresta Jambi dalam
menanggulangi kendala yang terjadi dalam penerapan sistem tilang eletronik di
Kota Jambi yaitu: a) Memperbanyak pemasangan CCTV di sejumlah ruas jalan di
Kota Jambi, b) Memperluas sosialisasi tentang tilang elektronik, c) Mengurangi
biaya balik nama kendaraan Beberapa masyarakat menganggapkurang efektifnya
penerapan tilang elektronik dikarenakan banyak pengemudi kendaraan membeli
kendaraannya melalui pihak kedua atau pihak ketiga atau membeli mobil bekas.
65
B. Saran
1. Pemerintah dan Polresta Harus memperhatikan hal-hal yang menjadi sebuah
hambatan dalam penerapan tilang elektronik (E-TLE) di Kota Jambi agar upaya-
upaya yang dilakukan untuk menertibkan masyarakat lebih maksimal.
2. Pemerintah dan Polresta diharapkan mampu memberikan infromasi secara lebih
luas kepada masyarakat Kota Jambi, utamanya masyarakat yang berada di
pinggiran-pinggiran kota.
3. Masyarakat diharapkan memiliki kesadaran hukum tentang pentingnya
mematuhi rambu-rambu lalu linta saat berkendara di jalan raya agar tingkat
kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas dalan diminimalisir.
4. Petugas kepolisian yang bertugas di jalan raya diharapkan mampu menerapkan
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan menjauhi segala bentuk
pungli (pungutan liar) dalam bentuk penyelesaian di tempat.
66
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alam A.S, 2010, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi Books Jakarta.
Arif Barda Nawawi, 2010, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan
Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Genta Publishin Yogyakarta
A. Supemo, 2015, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Edisi Terbaru, Pymarid,
Yogyakarta
Deddy Mulyana,2006,Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosakarya Offset
Bandung
H.S Djajoesman. 1976. Polisi dan Lalu Lintas. Dinas Hukum Polri, Jakarta
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2008, Metode Penelitian Sosial,
Sinar Grafika Offset, Jakarta
Ishaq, 2017, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta
Disertasi,Alfabet, Bandung
Imam Gunawan, 2015, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Bumi
Aksara, Jakarta
Ronny Hanitijo Soemitro, 2001, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Ghalia Indonesia, Jakarta
Sayuti Uno (editor), 2012, Pedoman Penulisan Skripsi, Edis Revisi, Fakuktas
Syariah IAIN Jambi dan Syariah Press, Jambi
Sugiyono, 2014, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabet, Bandung
67
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta
JURNAL, SKRIPSI
Fella Miftaqul Jannah, 2018, Analisi Penerpan E-Tilang Terhadap Masyarakat,
(studi kasus di Bandung), Bandung Telkom University.
Yudi Muhammad Irsan, 2018, Perspektif Penenrapan E-Tilang dengan
menggunakan rekaman CCTV (Clossed Circuit Televiison), (studi kasus di
wilayah Bandar Lampung, Fakultas Hukum Universitas Lampung.
INTERNET
Dokumentasi Polresta Jambi
Dokumentasi Kasatlantas Jambi
https://jambi.tribunnews.com/2018/12/28/364-orang-tewas-akibat-kecelakaanlalu-
lintas-di-jambi-pada-2018-terjadi-peningkatan, di akses tanggal 17 juni 2019
http://jambi.tribunnews.com/2018/12/03/polda-jambi-uji-coba-e-tle-mulai-senin-
312-ini-mekanisme-dan-pelanggaran-yang-akan-ditilang?page=3. Di akses pada
tanggal 10 Desember 2018, pukul 16:30
IMCNews.ID, Jambi, diakses pada tanggal 17 juni 2019
http://jambi.tribunnews.com/2018/12/03/polda-jambi-uji-coba-e-tle-mulai-senin-
312-ini-mekanisme-dan-pelanggaran-yang-akan-ditilang?page=3. Di akses pada
tanggal 10 Desember 2018, pukul 16:30
https://id.m.wikipedia.org di akses pada tanggal 15 Juni 2019 pukul 13.47 WIB
https://jambi.tribunnews.com/2018/12/03/resmi-berlakukan-e-tle-ini-titik-lokasi-
cctv di-kota-jambi?page=3. Diakses pada 02 Maret 2020 pukul 16.25 WIB
68
Htps://www.youtube.com/watch?v=MgULPWs6z (youtube Satlantas Polresta
Jambi , diakses pada 25 Januari 2020, pukul 14.30 WIB
Wawancara AKP. Hardi, Kasat Lantas Polresta Jambi, 28 Maret 2020 pukul 11.00
WIB
69
Lampiran
Gambar 1 Peresmian Sistem Tilang Elektronik Traffic Law Enforcement (E-TLE)
Gambar 2 Slogan Pemberitahuan diberlakukannya Sistem E-TLE
70
Gambar 3 Memonitor keadaan lalu lintas di Kota Jambi
Gambar 4 Slip Tilang
71
Gambar 4 Simpang-simpang yang di pasang CCTV
Gambar CCTV Simpang Mayang
Gambar CCTV Simpang Kawat
72
Gambar CCTV Simpang Jelutung
Gambar CCTV Paal X
73
Gambar CCTV Simpang Paal V
Gambar CCTV Simpang Sipin
44
CURRICULUM VATE
Nama : SISKA ULANSARI
Tempat, tanggal lahir : BENGKULU, 30 MEI 1997
Email : [email protected]
No. Kontak HP : 0831-2172-5992
Alamat : Jl. Marseda Pal 10 Rt. 29 Kenali Asam Bawah Kota Baru
Pendidikan Formal
1. SD N 06 Giri Mulya Wonoharjo Bengkulu Utara
2. SMP N 2 Giri Mulya Bengkulu Utara
3. SMK PGRI 1 Kota Jambi
Nama Orang Tua
AYAH : YUSNI THAMRIN
IBU : Almh. SUMIYATI
Motto Hidup : Hidup cuman sekali, hiduplah yang berarti.
Jambi, Juni 2020
SISKA ULANSARI
SHP.162199