penerapan prinsip itikad baik dalam perjanjian kredit pada lembaga keuangan koperasi studi di...
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
1/20
1
JURNAL ILMIAH
PENERAPAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN KREDIT
PADA LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI
(STUDI DI KOPERASI SWASTIKA MATARAM)
Oleh :
Cornelius William Bagus Firmandi Bock
D1A 008 138
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS HUKUM
MATARAM
2013
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
2/20
2
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
3/20
3
PENERAPAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN KREDIT
PADA LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI
(Studi di Koperasi Swastika Mataram)
Cornelius William Bagus Firmandi Bock
(D1A008138)
FAKULTAS HUKUM UNRAM
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa penerapan prinsip itikad
baik dalam lembaga keuangan koperasi. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah normatif-empiris.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa tahapan dalam penerapanitikad baik pada koperasi, yaitu tahap pra perancangan kontrak, perancangan
kontrak dan pasca perancangan kontrak dalam fase perjanjian kredit.
Kesimpulan hasil penelitian ini, bahwa penerapan prinsip itikad baik
pada koperasi dapat dilihat pada setiap fase perjanjian kredit, yaitu tahap pra
perancangan kontrak, perancangan kontrak dan pasca perancangan kontrak.
Kata Kunci : Penerapan Prinsip Itikad Baik, Perjanjian Kredit
Application the principle of good faith in credit agreement on cooperative
financial institutions
(Study in “Cooperative Swastika Mataram”)
The Purpose of this study is to analyze application the principle of goodfaith in credit agreement on cooperative financial institutions. The method used
in this study is a normative-empirical.
The results of research, there are some step in application the principle of
good faith on cooperative, first step pre contract design, contract design and post
contract in phase credit agreement.
Conclusions of this study, that application the principle of good faith
on cooperative can be seen on every step phase credit agreement, first step pre
contract design, contract design and post contract design
Key Words : implementation of Principles of Good Faith, Credit Agreement
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
4/20
i
I.
PENDAHULUAN
Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan tidak terbatas pada
penerima kredit, tetapi terjaganya kepercayaan akan kejujuran dan
kemampuan dalam mengembalikan pinjaman itu tepat pada waktunya. Dengan
kata lain seseorang atau perusahaan yang akan menentukan kredit harus
mempunyai kredibilitas, atau kelayakan seseorang untuk memperoleh kredit.
Kredibilitas tersebut harus memenuhi lima syarat yang biasa dikenal dengan
istilah 5C, yaitu sebagai berikut Character , yaitu sifat atau watak pribadi debitur
untuk memperoleh kredit, misalnya kejujuran, sikap motivasi usaha, dan lain
sebagainya. Capital, adalah kemampuan modal yang dimiliki dalam rangka untuk
memenuhi kewajiban tepat pada waktunya, terutama dalam hal likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas, dan soliditasnya. Capacity, adalah kemampuan
debitur untuk melaksanakan kegiatan usaha atau menggunakan dana/kredit
dan mengembalikannya. Collateral, adalah jaminan yang harus disediakan
sebagai pertanggungjawaban bila debitur tidak dapat melunasi utangnya.
Condition of economic, adalah keadaan ekonomi suatu Negara secara keseluruhan
yang memengaruhi kebijakan pemerintah di bidang moneter, khususnya
berhubungan dengan kredit.1
Saat ini perjanjian pemberian kredit telah menjadi kegiatan usaha
pada perkoperasian di Indonesia baik pada wilayah kota maupun desa. Hal ini di
1 Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
5/20
ii
buktikan dengan adanya beberapa koperasi yang bergerak dalam bidang
simpan pinjam.
Dimana didalam perjanjian simpan pinjam terdapat perjanjian kredit, yang
mengatur hak dan kewajiban (prestasi) antara pihak kreditur maupun debitur
dalam melakukan suatu perjanjian kredit pada perkoperasian simpan pinjam di
kota maupun di desa.
Dikarenakan sifatnya yang praktis, tidak sedikit masalah yang datang pada
koperasi simpan pinjam yang menggunakan perjanjian kredit dalam
melakukan kegiatan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai media
elektronik yang banyak membahas berbagai masalah kredit, mulai dari kredit
macet dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan koperasi tersebut harus di
tutup.
Dalam membuat suatu perjanjian dalam hal ini kredit harus tertulis dan di
terapkan prinsip itikad baik pada para pihak dalam perjanjian kredit, karena
hal tersebut sangatlah penting, agar tidak terjadi kredit macet saat pembayaran
angsuran. Yang dapat merugikan pihak kreditur maupun debitur, maka
hukum digunakan sebagai alat untuk mengatur tentang perjanjian dalam hal
ini kredit, baik itu perjanjian kredit ataupun simpan pinjam di muat secara
gamblang pada Pasal 1320, 1337,1338, 1266 dan 1267 KUH Perdata.
Berdasarkan beberapa pasal tersebut di atas bilamana akan melakukan
suatu perjanjian kredit harus menerepakan prinsip itikad baik, agar tidak
terjadi kredit macet pada koperasi, karena perjanjian tersebut telah memiliki
dasar hukum yang bersifat mengikat dan memaksa.
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
6/20
iii
Namun dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari masih
banyak permasalahan yang terkait erat dengan koperasi khususnya permasalahan
pemberian kredit yang tidak di ikuti dengan penerapan prinsip itikad baik dari
para pihak yang terlibat di dalam nya. sehingga membuat perjanjian kredit
tersebut menjadi macet pada saat pembayaran angsuran, yang menyebabkan
pihak kreditur melakukan sita jaminan terhadap barang/benda milik debitur yang
di jaminkan pada koperasi tersebut (dalam hal ini sebagai pihak kreditur).
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang didapat dalam bangku perkuliahan
khususnya hukum koperasi; 2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dibidang hukum pada
umumnya dan khususnya tentang penerapan prinsip itikad baik dalam perjanjian
kredit pada lembaga keuangan koperasi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif dan empiris,
sumber bahan hukum dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2
macam, yaitu : 1) bahan hukum meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier; 2) sumber data meliputi data primer dan sekunder.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari
studi dokumentasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini adalah
deskriptif dengan penafsiran data secara deduktif menggunakan teori yang
terbatas.
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
7/20
iv
II.
PEMBAHASAN
Prosedur/Mekanisme dalam perjanjian kredit pada lembaga keuangan
koperasi
Dalam hal memperoleh pinjaman kredit pada koperasi harus sesuai
dengan kredibilitas, atau kelayakan seseorang untuk memperoleh kredit.
Kredibilitas tersebut harus memenuhi lima syarat yang biasa dikenal dengan
istilah 5C, yaitu Character , Capital, Capacity, Collateral, Condition of
economic, selain itu koperasi ini juga menerapkan beberapa hal yang harus di
perhatikan dalam pemberian kredit. Dengan melakukan analisis 7P kredit dengan
unsur - unsur sebegai berikut Personality, yaitu menilai nasabah dari segi
kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiaannya di
masa lalu. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya
sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan
fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank. Perpose, yaitu mengetahui tujuan
nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
Prospect , yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
Payment , merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
Profitabillity, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
8/20
v
Rapat Panitia Kredit,mempertimbangkan
calon anggota layak
atau tidak
memperoleh pinjaman
modal kredit
Pemberitahuan
keputusan
rapat panitian
kredit
Pencairan dana, dan pelaksanaan
kewajibanmembayar angsuran
diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan
benar-benar aman.2
Adapun beberapa skema yang dapat menggambarkan jenis dari
Koperasi Swastika Mataram ini pada umumnya :
Pada skema di atas dapat diterangkan bahwa Koperasi Swastika
Mataram memberikan informasi terlebih dahulu kepada calon anggota dengan
tujuan menjalin kemitraan koperasi, kemudian calon anggota mengajukan
permohonan pinjaman modal kredit. Setelah itu dilakukan survei oleh analis
2 Ibrahim, Johannes. 2004. Kartu Kredit: Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan.
Bandung: Refika Aditama.
Memberikan
informasi
kredit pada
calon anggota
Calon anggota
mengajukan permohonan pinjaman
modal kredit
Servei barang
jaminan danidentitas olehanalis kredit
koperasi
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
9/20
vi
kredit Koperasi Swastika Mataram. Tahapan tersebut berlanjut pada rapat paniti
kredit untuk mempertimbangkan calon anggota tersebut layak atau tidak layak
memperoleh pinjaman modal kredit. Siklus yang terakhir yaitu koperasi
melakukan pencairan dana dan nasabah memiliki kewajiban untuk membayar
angsuran kredit tepat waktu pada koperasi.
Pada umumnya Koperasi Swastika Mataram melakukan beberapa hal
tersebut pada aktifitasnya dalam perjalanan menjadi koperasi di wilayah
Mataram, Nusa Tenggara Barat. Koperasi Swastika Mataram memiliki produk
koperasi yang dikenal saat ini yaitu memberikan pinjaman modal kredit bagi
nasabah/peminjam kredit tersebut. Dalam melakukan kegiatan memberikan
modal kredit untuk usaha bagi para nasabah/peminjam kredit, koperasi ini
menerapkan beberapa prosedur/mekanisme yang harus dilalui untuk meminjam
kredit di koperasi swastika mataram.
Koperasi Swastika Mataram memiliki beberapa prosedur dan mekanisme
dalam pemberian kredit pada para peminjam kreditnya. Prosedur/Mekanisme
dalam perjanjian kredit pada Koperasi Swastika Mataram terdapat berbagai
macam tahapan - tahapan yang harus di lalui,3 menurut Ketua Koperasi Swastika
Mataram “Bapak I Gede Segara” sebelum masuk kepada prosedur atau
mekanisme dalam pemberian kredit, terdapat beberapa hal yang harus di bedakan
yakni antara peminjam dengan calon peminjam. hal ini menurut beliau adalah dua
hal yang berbeda, dimana calon peminjam adalah seseorang yang baru memiliki
niat untuk meminjam modal pada koperasi, sedangkan peminjam adalah
3 Hasil wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika Mataram).
Tanggal 13 Agustus 2014
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
10/20
vii
seseorang yang memiliki niat untuk meminjam dan sudah menyetujui segala
bentuk perjanjian yang terdapat di dalamnya. Beberapa tahap didalam menangani
calon peminjam adalah 1) tahap pemberian informasi kredit, tahapan ini sangat
penting dimana di dalam tahapan ini calon peminjam diberikan beberapa
informasi mengenai apa saja yang dibutuhkan di dalam meminjam modal
kredit pada koperasi. Hal ini dianggap penting karena, sebelum calon peminjam
meminjam kredit, mereka harus mengerti dulu apa saja hal – hal yang dibutuhkan
tersebut. 2) tahap pengajuan permohonan kredit, dimana dalam tahapan ini
merupakan bukti bahwa calon peminjam bersunguh - sungguh untuk menjalin
kemitraan dengan koperasi dalam hal meminjam modal kredit dimana hal tersebut
di buktikan dengan membuat permohonan tertulis. 3) tahap survei, dimana dalam
tahapan ini koperasi menilai/mengecek calon peminjam tersebut, bisa diberikan
pinjaman atau tidak oleh koperasi. tahapan survei tersebut terbagi menjadi dua
bagian yakni survei pasif, survei yang di lakukan berdasarkan administrasi
dari nasabah/peminjam kredit, degan cara dilakukan pengecekan melalui
administrasi sudah lengkap atau tidak. Survei aktif, survei yang di lakukan
langsung kelapangan, dalam artian koperasi melakukan pengecekan dengan
mengunjungi rumah calon peminjam, dan melihat kondisi usahanya. 4) tahap
rapat panitia kredit, rapat ini bertujuan untuk memutuskan calon peminjam ini
layak diberikan pinjaman atau tidak. Rapat panitia kredit dibagi menjadi 2 yaitu
rapat panitia kredit pusat dan rapat panitia kredit cabang. Rapat panitia kredit
pusat terdiri dari ketua koperasi, kepala bagian kredit, kepala bagian dana, dan
analis kredit. Sedangkan rapat panitia kredit cabang terdiri dari pimpinan cabang,
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
11/20
viii
koodinator bagian dana dan analis kredit. Bila calon anggota/calon peminjam
dianggap tidak layak untuk diberikan pinjaman modal kredit, maka calon
anggota/calon peminjam tidak dapat diberikan pinjaman modal kredit usaha.
Dan sebaliknya, bila dianggap layak oleh koperasi maka calon anggota/
calon peminjam masuk ketahapan selanjutnya yaitu pemberitahuan keputusan
kredit. 5) tahap pemberitahuan keputusan kredit, dimana didalam tahapan ini
terdapat beberapa keputusan, adapun beberapa hal contoh keputusan, yakni :
disetujui dengan jumlah yang di mohonkan, atau bisa juga lebih kecil dari jumlah
yang di mohonkan oleh nasabah/peminjam kredit, dalam hal ini nasabah/
peminjam kredit menjadi penentu dapat atau tidaknya melanjutkan hubungan
kemitraan dengan koperasi dengan menerima keputusan atau menolak keputusan
tersebut. Sehingga ada suatu kepastian bagi koperasi bahwa calon peminjam
jadi atau tidak meminjam modal usaha, bila jumlah yang disetujui lebih kecil
dari jumlah yang di mohonkan. 6) tahap pemberkasan, tahapan ini menjelaskan
tentang pengetikan segala bentuk perjanjian - perjanjian kredit dalam bentuk
dokumen. Yang telah disepakati oleh nasabah/peminjam kredit pada saat
melakukan penerimaan keputusan kredit. 7) tahap pencairan modal usaha, yaitu
tahapan yang menjelaskan dimana modal yang telah disepakati di realisasikan
dalam bentuk uang dan diserahkan kepada nasabah/peminjam kredit. 8) tahap
pengarsipan dokumen - dokumen kredit, yaitu tahapan yang menjelaskan
dimana berkas - berkas yang telah di buat, disimpan dalam bentuk file komputer
dan dalam bentuk manual. 9) tahap pembinaan nasabah, dimana disini terdapat
penggantian status yang awalnya calon peminjam berganti menjadi peminjam,
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
12/20
ix
karena telah menyetujui dan diberikan modal usaha yang sesuai dengan jumlah
permohonan. Tahapan ini menjelaskan pembimbingan terhadap nasabah/
peminjam kredit pada koperasi yang dilakukan dengan berbagain tahapan -
tahapan pembimbingan nasabah/peminjam kredit. Berdasarkan tahapan - tahapan
di atas, maka seorang calon anggota/peminjam kredit harus memenuhi
beberapa hal yang telah diberikan tersebut. Ada beberapa hal mengenai
peminjaman modal kredit, yaitu yang di perbolehkan melakukan pinjaman modal
kredit pada Koperasi Swastika Mataram adalah 1) anggota adalah mereka yang
sudah sah menjadi anggota pada koperasi. 2) koperasi lain adalah koperasi yang
berbeda dari koperasi pemberi pinjaman. 3) anggota koperasi lain adalah mereka
yang menjadi anggota dari koperasi lain dan berbeda dari koperasi pemberi
pinjaman.
Ada beberapa sistem angsuran yang terdapat pada Koperasi Swastika
Mataram di antara nya adalah : 1). Sistem angsuran mingguan, contoh: dagang
bakulan 2). Sistem angsuran bulanan, pokok dan bunga, contoh : Pegawai Negri
Sipil (PNS), dan swasta 3). Sistem angsuran bulanan, tetapi hanya bunga saja,
contohnya kontraktor, dan petani.
Sistem angsuran mingguan, dimana produk angsuran dari koperasi ini
bertujuan membantu para pedagang bakulan yang hanya mampu membayar tiap -
tiap minggu saja.
Sistem angsuran bulanan, pokok ditambah bunga ini adalah suatu
produk angsuran dari koperasi yang bertujuan membantu para pedagang,
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
13/20
x
Pegawai Negri Sipil (PNS), yang memiliki kemampuan dalam membayar
angsuran tiap bulannya.
Sistem angsuran bulanan, tetapi hanya bunga saja adalah suatu produk
angsuran dari koperasi yang bertujuan membantu para petani, kontraktor, yang
memiliki kemampuan dalam membayar angsurang tiap bulan nya namun hanya
bunga nya saja.
Penerapan prinsip itikad baik dalam perjanjian kredit pada lembaga
keuangan koperasi.
Dalam setiap perjanjian, apabila dalam bentuk perjanjian tertulis maka
akan dilakukan dengan :4 1. tahap pra perancangan kontrak pada Koperasi
Swastika Mataram adalah sebagai berikut diawali dari proses wawancara, yang
dilakukan oleh analis kredit Koperasi Swastika Mataram untuk mengidentifikasi
calon peminjam. Dengan melakukan hal tersebut dapat diketahui calon peminjam
tersebut memberikan informasi secara jujur atau tidak mengenai pendapatan dan
jaminannya. Informasi tersebut tidak langsung ditulis oleh analis kredit koperasi
sesuai dengan yang dikatakan oleh calon peminjam, analis tersebut mencari
perbandingan pada pihak lain yang menjalankan usaha yang sama dengan calon
peminjam. Sehingga dengan demikian analis kredit koperasi tersebut dapat
melakukan penelitian ulang dari berbagai aspek pada pihak lain yang
menjalankan usaha yang sama dengan calon nasabah/ peminjam kredit. Dari hasil
penelitian oleh analis kredit koperasi tersebut dapat dilihat calon
4 HS, H.Salim, Perancangan Kontrak & Memorendum Of Understanding (MoU),
PT.Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm 86-93
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
14/20
xi
nasabah/peminjam kredit memiliki itikad baik atau tidak. Itikad baik dari
koperasi pada tahap pra perancangan kontrak yaitu koperasi memberikan segala
informasi kredit kepada calon anggota, tentang hal apa saja yang perlu dilakukan
oleh calon anggota sebelum meminjam modal kredit pada koperasi. Itikad baik
dari calon anggota yaitu memberikan informasi mengenai identitas diri dan
barang yang akan dijaminkan pada koperasi; 2 . tahap perancangan kontrak pada
Koperasi Swastika Mataram adalah sebagai berikut setelah calon
nasabah/peminjam kredit tadi telah selesai dilakukan penelitian ulang oleh analis
kredit koperasi, maka koperasi akan melakukan pertimbangan dengan melihat
itikad baik dari calon nasabah/peminjam dilihat dari hasil penelitian kredit,
apakah jaminan dan pendapatan calon nasabah/peminjam kredit sesuai dengan
yang di informasikan kepada koperasi atau tidak. Bila sesuai dengan yang
diinformasikan, maka calon nasabah dapat menandatangani perjanjian pemberian
kredit. Itikad baik dari koperasi dapat dilihat pada tahap perancangan kontrak
yaitu koperasi langsung menghubungi calon anggota bila permohonan kredit
diterima maupun tidak diterima oleh koperasi. Itikad baik dari calon anggota
yaitu memberikan data diri dan jaminan yang benar; 3. tahap pasca perancangan
kontrak pada Koperasi Swastika Mataram yaitu dapat dijelaskan5menurut Ketua
Koperasi Swastika Mataram "Bapak I Gede Segara" dalam perjalanan Koperasi
Swastika Mataram pernah ada beberapa kasus mengenai nasabah/peminjam
kredit yang beritikad tidak baik, namun persentase jumlah nasabah/peminjam
kredit yang beritikad tidak baik ini sangatlah kecil bila di bandingkan dengan
5 Hasil wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika Mataram).
Tanggal 13 Agustus 2014
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
15/20
xii
nasabah/peminjam kredit yang memiliki itikad baik. Ketepatan waktu dari
nasabah/peminjam kredit dalam melakukan pembayaran angsuran, merupakan
suatu penerapan itikad baik dari nasabah/peminjam kredit. Keterlambatan
pembayaran hingga menyebabkan nasabah/peminjam kredit tersebut menunggak
merupakan itikad yang tidak baik dari nasabah/peminjam kredit. Koperasi dalam
hal ini, melakukan pembinaan terhadap nasabah/peminjam kredit yang dinilai
memiliki itikad tidak baik, adapun pembinaan tersebut dilakukan dengan
beberapa jenis pembinaan, diantara nya adalah a. pembinaan pasif adalah
mengingatkan pembayaran angsuran kepada nasabah/peminjam kredit dan
memberikan surat teguran secara tertulis; b. pembinaan aktif adalah dengan
mendatangi rumah nasabah/peminjam kredit dan memanggil secara tertulis
nasabah/peminjam kredit. Dari kedua pembinaan tersebut dapat dilihat
nasabah/peminjam kredit memiliki itikad baik atau tidak dalam melakukan
perjanjian kredit di koperasi.
Itikad baik koperasi terlihat pada tahap pasca perancangan kontrak,
yaitu koperasi memberikan keringanan pembayaran angsuran dengan memberikan
pembinaan pada anggota yang telat membayar angsuran. Itikad baik nasabah
pada tahap pasca perancangan kontrak yaitu mempergunakan modal yang
diberikan sesuai peruntukannya dan membayar angsuran tepat waktu.
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
16/20
xiii
Penyelesaian sengketa yang terjadi dalam perjanjian kredit pada lembaga
keuangan koperasi.
Dalam menyelesaikan suatu sengketa dapat dilakukan dengan dua cara
penyelesaian yaitu : penyelesaian sengketa melalui jalur hukum (Litigasi) dan
menggunakan penyelesaian sengketa dengan cara (Non-Litigasi) yaitu dengan
kekeluargaan, arbitrase, negosiasi, mediasi, atau konsiliasi. Adapun beberapa
cara penyelesaian secara non-litigasi dimaksud sebagai berikut secara damai atau
kekeluargaan, arbitrase, negosiasi, mediasi, konsiliasi.
Koperasi Swastika Mataram, dalam menyelesaikan masalah sengketa
yang terjadi dalam perjanjian kredit menggunakan beberapa bentuk penyelesaian
sengketa dalam perjanjian kredit, seperti jalur litigasi dan non litigasi.6Menurut
Ketua Koperasi Swastika Mataram "Bapak I Gede Segara" ketika koperasi
menghadapi berbagai macam sengketa pada nasabah/peminjam kredit maka
langkah penyelesaian awal yang di gunakan adalah non litigasi dengan cara
kekeluargaan, walaupun dalam perjanjian kredit Koperasi Swastika Mataram
tidak secara tegas mengatur cara penyelesaian segketa secara musyawarah
(Kekeluargaan). Ketika dibicarakan dengan cara kekeluargaan tidak mampu
menyelesaikan sengketa yang ada maka koperasi baru akan menggunakan jalur
litigasi yang langsung menempuh jalur hukum dalam penyelesaian sengketanya.
Koperasi Swastika Mataram, juga menerapkan sistem daftar hitam
(black list ). Daftar hitam (black list ) adalah suatu daftar dimana terdapat
beberapa nama nasabah/peminjam kredit yang tergolong sulit untuk diatur atau
6 Hasil wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika Mataram).
Tanggal 13 Agustus 2014
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
17/20
xiv
tidak bisa ditangani dan menunggak saat membayar angsuran. Koperasi Swastika
Mataram memberikan sanksi berupa black list tersebut terhadap nasabah/
peminjam yang susah diatur atau ditangani merupakan sesuatu yang dinilai
perlu dilakukan karena hal tersebut dapat juga mendidik orang yang akan
meminjam. Dan daftar nama nasabah yang telah di cantumkan dalam daftar
hitam (black list ) di sebarkan kebeberapa cabang koperasi swastika mataram.
Agar menjadi efisien tindakan koperasi tersebut dalam menerapkan sanksi.
Bila hal tersebut tidak dilakukan diduga peminjam berikutnya akan
bertindak seenaknya karena tidak adanya sanksi yang tegas.7Berdasarkan hasil
wawancara dengan "Bapak I Gede Segara" Ketua Koperasi Swastika Mataram,
tidak terdapat kasus yang diselesaikan hingga pada tahap pengadilan. Karena
kasus tersebut terselesaikan dengan cara non-litigasi sebelum sampai pada proses
pengadilan. Sehingga sampai dengan saat ini terdapat 10 (sepuluh) kasus yang
terselesaikan dengan cara non-litigasi (musyawarah mufakat/kekeluargaan), yaitu
contoh kasus Koperasi Swastika Mataram : nasabah yang menunggak dan
tidak dapat membayar angsuran, bersama - sama dengan koperasi mencari
penjual, untuk menjual barang jaminan kredit yang macet pada koperasi, bila
terdapat kelebihan pembayaran maka akan diberikan sisa hasil penjualan barang
jaminan tersebut kepada nasabah.
7 Hasil Wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika Mataram).
Tanggal 27 Agustus 2014
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
18/20
xv
III.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan penelitian
ini, yaitu; 1) prosedur dan mekanisme dalam perjanjian kredit pada Koperasi
Swastika Mataram. Yaitu melalu beberapa tahapan, tahapan pemberian
informasi kredit pada calon anggota, tahapan pengajuan permohonan kredit,
tahapan survei, tahapan rapat panitia kredit, tahapan pemberitahuan keputusan
kredit, tahapan pemberkasan dokumen kredit, tahapan pencairan modal kredit,
tahapan pengarsipan dokumen kredit, dan tahapan pembinaan nasabah/peminjam
kredit; 2) penerapan prinsip itikad baik dalam perjanjian kredit pada Koperasi
Swastika Mataram, yaitu dapat dilihat dari beberapa tahapan dalam melakukan
perjanjian kredit yaitu, tahapan pra perancangan kontrak, perancangan kontrak,
dan pasca perancangan kontrak dalam fase perjanjian kredit tersebut; 3)
penyelesaian sengketa pada Koperasi Swastika Mataram, yaitu mengunakan
bentuk penyelesain sengketa non-litigasi.
Saran
Terkait dengan permasalahan-permasalahan di atas maka peneliti
memberikan beberapa saran, yaitu; 1) Dalam prosedur/mekanisme perjanjian
kredit sebaiknya koperasi mensederhanakan tahapan dalam melakukan
perjanjian kredit; 2) Dalam penerapan prinsip itikad baik perjanjian kredit
sebaiknya koperasi memperinci secara tegas hal - hal yang memuat perjanjian
kredit pada fase pra perancangan kontrak, perancangan kontrak, dan pasca
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
19/20
xvi
perancangan kontrak, agar jaminan yang telah dijaminkan dikoperasi tidak
dijaminkan kembali oleh nasabah/peminjam kredit pada koperasi lainnya; 3)
dalam perjanjian kredit tidak diatur secara tegas tentang bentuk penyelesaian
sengketa baik secara musyawarah mufakat dan litigasi sebaiknya koperasi
mengatur secara tegas bentuk penyelesaian sengketa baik secara
musyawarah mufakat dan litigasi.
-
8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram
20/20
xvii
DAFTAR PUSTAKA
A.
BUKU
1.
Ibrahim, Johannes. 2004. Kartu Kredit: Dilematis Antara Kontrak dan
Kejahatan. Bandung: Refika Aditama
2. Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada.
B.
PERATURAN
1.
Undang - Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian
2.
Indonesia, Kitab Undang - Undang Hukum Perdata Buku III tentang
Perikatan, Psl. 1320, 1337, 1338, 1266, dan 1267
C.
WAWANCARA
1. Wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika
Mataram). Tanggal 13 Agustus 2014
2.
Wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika
Mataram). Tanggal 27 Agustus 2014