penerapan prinsip itikad baik dalam perjanjian kredit pada lembaga keuangan koperasi studi di...

Upload: just-christian

Post on 05-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    1/20

      1

    JURNAL ILMIAH

    PENERAPAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN KREDIT

    PADA LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI

    (STUDI DI KOPERASI SWASTIKA MATARAM)

    Oleh :

    Cornelius William Bagus Firmandi Bock

    D1A 008 138

    UNIVERSITAS MATARAM

    FAKULTAS HUKUM

    MATARAM

    2013

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    2/20

      2

     

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    3/20

      3

    PENERAPAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN KREDIT

    PADA LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI

    (Studi di Koperasi Swastika Mataram)

    Cornelius William Bagus Firmandi Bock

    (D1A008138)

    FAKULTAS HUKUM UNRAM

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa penerapan prinsip itikad

     baik dalam lembaga keuangan koperasi. Metode yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah normatif-empiris.

    Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa tahapan dalam penerapanitikad baik pada koperasi, yaitu tahap pra perancangan kontrak, perancangan

    kontrak dan pasca perancangan kontrak dalam fase perjanjian kredit.

    Kesimpulan hasil penelitian ini, bahwa penerapan prinsip itikad baik

     pada koperasi dapat dilihat pada setiap fase perjanjian kredit, yaitu tahap pra

     perancangan kontrak, perancangan kontrak dan pasca perancangan kontrak.

    Kata Kunci : Penerapan Prinsip Itikad Baik, Perjanjian Kredit

    Application the principle of good faith in credit agreement on cooperative

    financial institutions

    (Study in “Cooperative Swastika Mataram”)

    The Purpose of this study is to analyze application the principle of goodfaith in credit agreement on cooperative financial institutions. The method used

    in this study is a normative-empirical.

    The results of research, there are some step in application the principle of

    good faith on cooperative, first step pre contract design, contract design and post

    contract in phase credit agreement.

    Conclusions of this study, that application the principle of good faith

    on cooperative can be seen on every step phase credit agreement, first step pre

    contract design, contract design and post contract design

    Key Words : implementation of Principles of Good Faith, Credit Agreement

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    4/20

      i

    I. 

    PENDAHULUAN

    Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan tidak terbatas pada

     penerima kredit, tetapi terjaganya kepercayaan akan kejujuran dan

    kemampuan dalam mengembalikan pinjaman itu tepat pada waktunya. Dengan

    kata lain seseorang atau perusahaan yang akan menentukan kredit harus

    mempunyai kredibilitas, atau kelayakan seseorang untuk memperoleh kredit.

    Kredibilitas tersebut harus memenuhi lima syarat yang biasa dikenal dengan

    istilah 5C, yaitu sebagai berikut Character , yaitu sifat atau watak pribadi debitur

    untuk memperoleh kredit, misalnya kejujuran, sikap motivasi usaha, dan lain

    sebagainya. Capital, adalah kemampuan modal yang dimiliki dalam rangka untuk

    memenuhi kewajiban tepat pada waktunya, terutama dalam hal likuiditas,

    solvabilitas, rentabilitas, dan soliditasnya. Capacity, adalah kemampuan

    debitur untuk melaksanakan kegiatan usaha atau menggunakan dana/kredit

    dan mengembalikannya. Collateral, adalah jaminan yang harus disediakan

    sebagai pertanggungjawaban bila debitur tidak dapat melunasi utangnya.

    Condition of economic, adalah keadaan ekonomi suatu Negara secara keseluruhan

    yang memengaruhi kebijakan pemerintah di bidang moneter, khususnya

     berhubungan dengan kredit.1 

    Saat ini perjanjian pemberian kredit telah menjadi kegiatan usaha

     pada perkoperasian di Indonesia baik pada wilayah kota maupun desa. Hal ini di

    1 Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    5/20

      ii

     buktikan dengan adanya beberapa koperasi yang bergerak dalam bidang

    simpan pinjam.

    Dimana didalam perjanjian simpan pinjam terdapat perjanjian kredit, yang

    mengatur hak dan kewajiban (prestasi) antara pihak kreditur maupun debitur

    dalam melakukan suatu perjanjian kredit pada perkoperasian simpan pinjam di

    kota maupun di desa.

    Dikarenakan sifatnya yang praktis, tidak sedikit masalah yang datang pada

    koperasi simpan pinjam yang menggunakan perjanjian kredit dalam

    melakukan kegiatan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai media

    elektronik yang banyak membahas berbagai masalah kredit, mulai dari kredit

    macet dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan koperasi tersebut harus di

    tutup.

    Dalam membuat suatu perjanjian dalam hal ini kredit harus tertulis dan di

    terapkan prinsip itikad baik pada para pihak dalam perjanjian kredit, karena

    hal tersebut sangatlah penting, agar tidak terjadi kredit macet saat pembayaran

    angsuran. Yang dapat merugikan pihak kreditur maupun debitur, maka

    hukum digunakan sebagai alat untuk mengatur tentang perjanjian dalam hal

    ini kredit, baik itu perjanjian kredit ataupun simpan pinjam di muat secara

    gamblang pada Pasal 1320, 1337,1338, 1266 dan 1267 KUH Perdata.

    Berdasarkan beberapa pasal tersebut di atas bilamana akan melakukan

    suatu perjanjian kredit harus menerepakan prinsip itikad baik, agar tidak

    terjadi kredit macet pada koperasi, karena perjanjian tersebut telah memiliki

    dasar hukum yang bersifat mengikat dan memaksa.

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    6/20

      iii

     Namun dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari masih

     banyak permasalahan yang terkait erat dengan koperasi khususnya permasalahan

     pemberian kredit yang tidak di ikuti dengan penerapan prinsip itikad baik dari

     para pihak yang terlibat di dalam nya. sehingga membuat perjanjian kredit

    tersebut menjadi macet pada saat pembayaran angsuran, yang menyebabkan

     pihak kreditur melakukan sita jaminan terhadap barang/benda milik debitur yang

    di jaminkan pada koperasi tersebut (dalam hal ini sebagai pihak kreditur).

    Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

    1. Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat

    untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang didapat dalam bangku perkuliahan

    khususnya hukum koperasi; 2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini

    diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dibidang hukum pada

    umumnya dan khususnya tentang penerapan prinsip itikad baik dalam perjanjian

    kredit pada lembaga keuangan koperasi.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif dan empiris,

    sumber bahan hukum dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2

    macam, yaitu : 1) bahan hukum meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan

    tersier; 2) sumber data meliputi data primer dan sekunder.

    Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari

    studi dokumentasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini adalah

    deskriptif dengan penafsiran data secara deduktif menggunakan teori yang

    terbatas.

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    7/20

      iv

    II. 

    PEMBAHASAN

    Prosedur/Mekanisme dalam perjanjian kredit pada lembaga keuangan

    koperasi

    Dalam hal memperoleh pinjaman kredit pada koperasi harus sesuai

    dengan kredibilitas, atau kelayakan seseorang untuk memperoleh kredit.

    Kredibilitas tersebut harus memenuhi lima syarat yang biasa dikenal dengan

    istilah 5C, yaitu Character , Capital, Capacity, Collateral, Condition of

    economic, selain itu koperasi ini juga menerapkan beberapa hal yang harus di

     perhatikan dalam pemberian kredit. Dengan melakukan analisis 7P kredit dengan

    unsur - unsur sebegai berikut Personality, yaitu menilai nasabah dari segi

    kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiaannya di

    masa lalu. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau

    golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya

    sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan

    fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank. Perpose, yaitu mengetahui tujuan

    nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

    Prospect , yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah

    menguntungkan atau tidak dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

    Payment , merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit

    yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.

    Profitabillity, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam

    mencari laba. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    8/20

      v

    Rapat Panitia Kredit,mempertimbangkan

    calon anggota layak

    atau tidak

    memperoleh pinjaman

    modal kredit

    Pemberitahuan

    keputusan

    rapat panitian

    kredit

    Pencairan dana, dan pelaksanaan

    kewajibanmembayar angsuran

    diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan

     benar-benar aman.2 

    Adapun beberapa skema yang dapat menggambarkan jenis dari

    Koperasi Swastika Mataram ini pada umumnya :

    Pada skema di atas dapat diterangkan bahwa Koperasi Swastika

    Mataram memberikan informasi terlebih dahulu kepada calon anggota dengan

    tujuan menjalin kemitraan koperasi, kemudian calon anggota mengajukan

     permohonan pinjaman modal kredit. Setelah itu dilakukan survei oleh analis

    2  Ibrahim, Johannes. 2004. Kartu Kredit: Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan.

    Bandung: Refika Aditama.

    Memberikan

    informasi

    kredit pada

    calon anggota

    Calon anggota

    mengajukan permohonan pinjaman

    modal kredit

    Servei barang

     jaminan danidentitas olehanalis kredit

    koperasi

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    9/20

      vi

    kredit Koperasi Swastika Mataram. Tahapan tersebut berlanjut pada rapat paniti

    kredit untuk mempertimbangkan calon anggota tersebut layak atau tidak layak

    memperoleh pinjaman modal kredit. Siklus yang terakhir yaitu koperasi

    melakukan pencairan dana dan nasabah memiliki kewajiban untuk membayar

    angsuran kredit tepat waktu pada koperasi.

    Pada umumnya Koperasi Swastika Mataram melakukan beberapa hal

    tersebut pada aktifitasnya dalam perjalanan menjadi koperasi di wilayah

    Mataram, Nusa Tenggara Barat. Koperasi Swastika Mataram memiliki produk

    koperasi yang dikenal saat ini yaitu memberikan pinjaman modal kredit bagi

    nasabah/peminjam kredit tersebut. Dalam melakukan kegiatan memberikan

    modal kredit untuk usaha bagi para nasabah/peminjam kredit, koperasi ini

    menerapkan beberapa prosedur/mekanisme yang harus dilalui untuk meminjam

    kredit di koperasi swastika mataram.

    Koperasi Swastika Mataram memiliki beberapa prosedur dan mekanisme

    dalam pemberian kredit pada para peminjam kreditnya. Prosedur/Mekanisme

    dalam perjanjian kredit pada Koperasi Swastika Mataram terdapat berbagai

    macam tahapan - tahapan yang harus di lalui,3  menurut Ketua Koperasi Swastika

    Mataram “Bapak I Gede Segara” sebelum masuk kepada prosedur atau

    mekanisme dalam pemberian kredit, terdapat beberapa hal yang harus di bedakan

    yakni antara peminjam dengan calon peminjam. hal ini menurut beliau adalah dua

    hal yang berbeda, dimana calon peminjam adalah seseorang yang baru memiliki

    niat untuk meminjam modal pada koperasi, sedangkan peminjam adalah

    3  Hasil wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika Mataram).

    Tanggal 13 Agustus 2014

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    10/20

      vii

    seseorang yang memiliki niat untuk meminjam dan sudah menyetujui segala

     bentuk perjanjian yang terdapat di dalamnya. Beberapa tahap didalam menangani

    calon peminjam adalah 1) tahap pemberian informasi kredit, tahapan ini sangat

     penting dimana di dalam tahapan ini calon peminjam diberikan beberapa

    informasi mengenai apa saja yang dibutuhkan di dalam meminjam modal

    kredit pada koperasi. Hal ini dianggap penting karena, sebelum calon peminjam

    meminjam kredit, mereka harus mengerti dulu apa saja hal – hal yang dibutuhkan

    tersebut. 2) tahap pengajuan permohonan kredit, dimana dalam tahapan ini

    merupakan bukti bahwa calon peminjam bersunguh - sungguh untuk menjalin

    kemitraan dengan koperasi dalam hal meminjam modal kredit dimana hal tersebut

    di buktikan dengan membuat permohonan tertulis. 3) tahap survei, dimana dalam

    tahapan ini koperasi menilai/mengecek calon peminjam tersebut, bisa diberikan

     pinjaman atau tidak oleh koperasi. tahapan survei tersebut terbagi menjadi dua

     bagian yakni survei pasif, survei yang di lakukan berdasarkan administrasi

    dari nasabah/peminjam kredit, degan cara dilakukan pengecekan melalui

    administrasi sudah lengkap atau tidak. Survei aktif, survei yang di lakukan

    langsung kelapangan, dalam artian koperasi melakukan pengecekan dengan

    mengunjungi rumah calon peminjam, dan melihat kondisi usahanya. 4) tahap

    rapat panitia kredit, rapat ini bertujuan untuk memutuskan calon peminjam ini

    layak diberikan pinjaman atau tidak. Rapat panitia kredit dibagi menjadi 2 yaitu

    rapat panitia kredit pusat dan rapat panitia kredit cabang. Rapat panitia kredit

     pusat terdiri dari ketua koperasi, kepala bagian kredit, kepala bagian dana, dan

    analis kredit. Sedangkan rapat panitia kredit cabang terdiri dari pimpinan cabang,

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    11/20

      viii

    koodinator bagian dana dan analis kredit. Bila calon anggota/calon peminjam

    dianggap tidak layak untuk diberikan pinjaman modal kredit, maka calon

    anggota/calon peminjam tidak dapat diberikan pinjaman modal kredit usaha.

    Dan sebaliknya, bila dianggap layak oleh koperasi maka calon anggota/

    calon peminjam masuk ketahapan selanjutnya yaitu pemberitahuan keputusan

    kredit. 5) tahap pemberitahuan keputusan kredit, dimana didalam tahapan ini

    terdapat beberapa keputusan, adapun beberapa hal contoh keputusan, yakni :

    disetujui dengan jumlah yang di mohonkan, atau bisa juga lebih kecil dari jumlah

    yang di mohonkan oleh nasabah/peminjam kredit, dalam hal ini nasabah/

     peminjam kredit menjadi penentu dapat atau tidaknya melanjutkan hubungan

    kemitraan dengan koperasi dengan menerima keputusan atau menolak keputusan

    tersebut. Sehingga ada suatu kepastian bagi koperasi bahwa calon peminjam

     jadi atau tidak meminjam modal usaha, bila jumlah yang disetujui lebih kecil

    dari jumlah yang di mohonkan. 6) tahap pemberkasan, tahapan ini menjelaskan

    tentang pengetikan segala bentuk perjanjian - perjanjian kredit dalam bentuk

    dokumen. Yang telah disepakati oleh nasabah/peminjam kredit pada saat

    melakukan penerimaan keputusan kredit. 7) tahap pencairan modal usaha, yaitu

    tahapan yang menjelaskan dimana modal yang telah disepakati di realisasikan

    dalam bentuk uang dan diserahkan kepada nasabah/peminjam kredit. 8) tahap

     pengarsipan dokumen - dokumen kredit, yaitu tahapan yang menjelaskan

    dimana berkas - berkas yang telah di buat, disimpan dalam bentuk file komputer

    dan dalam bentuk manual. 9) tahap pembinaan nasabah, dimana disini terdapat

     penggantian status yang awalnya calon peminjam berganti menjadi peminjam,

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    12/20

      ix

    karena telah menyetujui dan diberikan modal usaha yang sesuai dengan jumlah

     permohonan. Tahapan ini menjelaskan pembimbingan terhadap nasabah/

     peminjam kredit pada koperasi yang dilakukan dengan berbagain tahapan -

    tahapan pembimbingan nasabah/peminjam kredit. Berdasarkan tahapan - tahapan

    di atas, maka seorang calon anggota/peminjam kredit harus memenuhi

     beberapa hal yang telah diberikan tersebut. Ada beberapa hal mengenai

     peminjaman modal kredit, yaitu yang di perbolehkan melakukan pinjaman modal

    kredit pada Koperasi Swastika Mataram adalah 1) anggota adalah mereka yang

    sudah sah menjadi anggota pada koperasi. 2) koperasi lain adalah koperasi yang

     berbeda dari koperasi pemberi pinjaman. 3) anggota koperasi lain adalah mereka

    yang menjadi anggota dari koperasi lain dan berbeda dari koperasi pemberi

     pinjaman.

    Ada beberapa sistem angsuran yang terdapat pada Koperasi Swastika

    Mataram di antara nya adalah : 1). Sistem angsuran mingguan, contoh: dagang

     bakulan 2). Sistem angsuran bulanan, pokok dan bunga, contoh : Pegawai Negri

    Sipil (PNS), dan swasta 3). Sistem angsuran bulanan, tetapi hanya bunga saja,

    contohnya kontraktor, dan petani.

    Sistem angsuran mingguan, dimana produk angsuran dari koperasi ini

     bertujuan membantu para pedagang bakulan yang hanya mampu membayar tiap -

    tiap minggu saja.

    Sistem angsuran bulanan, pokok ditambah bunga ini adalah suatu

     produk angsuran dari koperasi yang bertujuan membantu para pedagang,

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    13/20

      x

    Pegawai Negri Sipil (PNS), yang memiliki kemampuan dalam membayar

    angsuran tiap bulannya.

    Sistem angsuran bulanan, tetapi hanya bunga saja adalah suatu produk

    angsuran dari koperasi yang bertujuan membantu para petani, kontraktor, yang

    memiliki kemampuan dalam membayar angsurang tiap bulan nya namun hanya

     bunga nya saja.

    Penerapan prinsip itikad baik dalam perjanjian kredit pada lembaga

    keuangan koperasi.

    Dalam setiap perjanjian, apabila dalam bentuk perjanjian tertulis maka

    akan dilakukan dengan :4  1. tahap pra perancangan kontrak pada Koperasi

    Swastika Mataram adalah sebagai berikut diawali dari proses wawancara, yang

    dilakukan oleh analis kredit Koperasi Swastika Mataram untuk mengidentifikasi

    calon peminjam. Dengan melakukan hal tersebut dapat diketahui calon peminjam

    tersebut memberikan informasi secara jujur atau tidak mengenai pendapatan dan

     jaminannya. Informasi tersebut tidak langsung ditulis oleh analis kredit koperasi

    sesuai dengan yang dikatakan oleh calon peminjam, analis tersebut mencari

     perbandingan pada pihak lain yang menjalankan usaha yang sama dengan calon

     peminjam. Sehingga dengan demikian analis kredit koperasi tersebut dapat

    melakukan penelitian ulang dari berbagai aspek pada pihak lain yang

    menjalankan usaha yang sama dengan calon nasabah/ peminjam kredit. Dari hasil

     penelitian oleh analis kredit koperasi tersebut dapat dilihat calon

    4  HS, H.Salim, Perancangan Kontrak & Memorendum Of Understanding (MoU),

    PT.Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm 86-93

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    14/20

      xi

    nasabah/peminjam kredit memiliki itikad baik atau tidak. Itikad baik dari

    koperasi pada tahap pra perancangan kontrak yaitu koperasi memberikan segala

    informasi kredit kepada calon anggota, tentang hal apa saja yang perlu dilakukan

    oleh calon anggota sebelum meminjam modal kredit pada koperasi. Itikad baik

    dari calon anggota yaitu memberikan informasi mengenai identitas diri dan

     barang yang akan dijaminkan pada koperasi; 2 . tahap perancangan kontrak pada

    Koperasi Swastika Mataram adalah sebagai berikut setelah calon

    nasabah/peminjam kredit tadi telah selesai dilakukan penelitian ulang oleh analis

    kredit koperasi, maka koperasi akan melakukan pertimbangan dengan melihat

    itikad baik dari calon nasabah/peminjam dilihat dari hasil penelitian kredit,

    apakah jaminan dan pendapatan calon nasabah/peminjam kredit sesuai dengan

    yang di informasikan kepada koperasi atau tidak. Bila sesuai dengan yang

    diinformasikan, maka calon nasabah dapat menandatangani perjanjian pemberian

    kredit. Itikad baik dari koperasi dapat dilihat pada tahap perancangan kontrak

    yaitu koperasi langsung menghubungi calon anggota bila permohonan kredit

    diterima maupun tidak diterima oleh koperasi. Itikad baik dari calon anggota

    yaitu memberikan data diri dan jaminan yang benar; 3. tahap pasca perancangan

    kontrak pada Koperasi Swastika Mataram yaitu dapat dijelaskan5menurut Ketua

    Koperasi Swastika Mataram "Bapak I Gede Segara" dalam perjalanan Koperasi

    Swastika Mataram pernah ada beberapa kasus mengenai nasabah/peminjam

    kredit yang beritikad tidak baik, namun persentase jumlah nasabah/peminjam

    kredit yang beritikad tidak baik ini sangatlah kecil bila di bandingkan dengan

    5 Hasil wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika Mataram).

    Tanggal 13 Agustus 2014

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    15/20

      xii

    nasabah/peminjam kredit yang memiliki itikad baik. Ketepatan waktu dari

    nasabah/peminjam kredit dalam melakukan pembayaran angsuran, merupakan

    suatu penerapan itikad baik dari nasabah/peminjam kredit. Keterlambatan

     pembayaran hingga menyebabkan nasabah/peminjam kredit tersebut menunggak

    merupakan itikad yang tidak baik dari nasabah/peminjam kredit. Koperasi dalam

    hal ini, melakukan pembinaan terhadap nasabah/peminjam kredit yang dinilai

    memiliki itikad tidak baik, adapun pembinaan tersebut dilakukan dengan

     beberapa jenis pembinaan, diantara nya adalah a. pembinaan pasif adalah

    mengingatkan pembayaran angsuran kepada nasabah/peminjam kredit dan

    memberikan surat teguran secara tertulis; b. pembinaan aktif adalah dengan

    mendatangi rumah nasabah/peminjam kredit dan memanggil secara tertulis

    nasabah/peminjam kredit. Dari kedua pembinaan tersebut dapat dilihat

    nasabah/peminjam kredit memiliki itikad baik atau tidak dalam melakukan

     perjanjian kredit di koperasi.

    Itikad baik koperasi terlihat pada tahap pasca perancangan kontrak,

    yaitu koperasi memberikan keringanan pembayaran angsuran dengan memberikan

     pembinaan pada anggota yang telat membayar angsuran. Itikad baik nasabah

     pada tahap pasca perancangan kontrak yaitu mempergunakan modal yang

    diberikan sesuai peruntukannya dan membayar angsuran tepat waktu.

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    16/20

      xiii

    Penyelesaian sengketa yang terjadi dalam perjanjian kredit pada lembaga

    keuangan koperasi.

    Dalam menyelesaikan suatu sengketa dapat dilakukan dengan dua cara

     penyelesaian yaitu : penyelesaian sengketa melalui jalur hukum (Litigasi) dan

    menggunakan penyelesaian sengketa dengan cara (Non-Litigasi) yaitu dengan

    kekeluargaan, arbitrase, negosiasi, mediasi, atau konsiliasi. Adapun beberapa

    cara penyelesaian secara non-litigasi dimaksud sebagai berikut secara damai atau

    kekeluargaan, arbitrase, negosiasi, mediasi, konsiliasi.

    Koperasi Swastika Mataram, dalam menyelesaikan masalah sengketa

    yang terjadi dalam perjanjian kredit menggunakan beberapa bentuk penyelesaian

    sengketa dalam perjanjian kredit, seperti jalur litigasi dan non litigasi.6Menurut

    Ketua Koperasi Swastika Mataram "Bapak I Gede Segara" ketika koperasi

    menghadapi berbagai macam sengketa pada nasabah/peminjam kredit maka

    langkah penyelesaian awal yang di gunakan adalah non litigasi dengan cara

    kekeluargaan, walaupun dalam perjanjian kredit Koperasi Swastika Mataram

    tidak secara tegas mengatur cara penyelesaian segketa secara musyawarah

    (Kekeluargaan). Ketika dibicarakan dengan cara kekeluargaan tidak mampu

    menyelesaikan sengketa yang ada maka koperasi baru akan menggunakan jalur

    litigasi yang langsung menempuh jalur hukum dalam penyelesaian sengketanya.

    Koperasi Swastika Mataram, juga menerapkan sistem daftar hitam

    (black list ). Daftar hitam (black list ) adalah suatu daftar dimana terdapat

     beberapa nama nasabah/peminjam kredit yang tergolong sulit untuk diatur atau

    6  Hasil wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika Mataram).

    Tanggal 13 Agustus 2014

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    17/20

      xiv

    tidak bisa ditangani dan menunggak saat membayar angsuran. Koperasi Swastika

    Mataram memberikan sanksi berupa black list   tersebut terhadap nasabah/

     peminjam yang susah diatur atau ditangani merupakan sesuatu yang dinilai

     perlu dilakukan karena hal tersebut dapat juga mendidik orang yang akan

    meminjam. Dan daftar nama nasabah yang telah di cantumkan dalam daftar

    hitam (black list ) di sebarkan kebeberapa cabang koperasi swastika mataram.

    Agar menjadi efisien tindakan koperasi tersebut dalam menerapkan sanksi.

    Bila hal tersebut tidak dilakukan diduga peminjam berikutnya akan

     bertindak seenaknya karena tidak adanya sanksi yang tegas.7Berdasarkan hasil

    wawancara dengan "Bapak I Gede Segara" Ketua Koperasi Swastika Mataram,

    tidak terdapat kasus yang diselesaikan hingga pada tahap pengadilan. Karena

    kasus tersebut terselesaikan dengan cara non-litigasi sebelum sampai pada proses

     pengadilan. Sehingga sampai dengan saat ini terdapat 10 (sepuluh) kasus yang

    terselesaikan dengan cara non-litigasi (musyawarah mufakat/kekeluargaan), yaitu

    contoh kasus Koperasi Swastika Mataram : nasabah yang menunggak dan

    tidak dapat membayar angsuran, bersama - sama dengan koperasi mencari

     penjual, untuk menjual barang jaminan kredit yang macet pada koperasi, bila

    terdapat kelebihan pembayaran maka akan diberikan sisa hasil penjualan barang

     jaminan tersebut kepada nasabah.

    7 Hasil Wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika Mataram).

    Tanggal 27 Agustus 2014

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    18/20

      xv

    III. 

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan penelitian

    ini, yaitu; 1) prosedur dan mekanisme dalam perjanjian kredit pada Koperasi

    Swastika Mataram. Yaitu melalu beberapa tahapan, tahapan pemberian

    informasi kredit pada calon anggota, tahapan pengajuan permohonan kredit,

    tahapan survei, tahapan rapat panitia kredit, tahapan pemberitahuan keputusan

    kredit, tahapan pemberkasan dokumen kredit, tahapan pencairan modal kredit,

    tahapan pengarsipan dokumen kredit, dan tahapan pembinaan nasabah/peminjam

    kredit; 2) penerapan prinsip itikad baik dalam perjanjian kredit pada Koperasi

    Swastika Mataram, yaitu dapat dilihat dari beberapa tahapan dalam melakukan

     perjanjian kredit yaitu, tahapan pra perancangan kontrak, perancangan kontrak,

    dan pasca perancangan kontrak dalam fase perjanjian kredit tersebut; 3)

     penyelesaian sengketa pada Koperasi Swastika Mataram, yaitu mengunakan

     bentuk penyelesain sengketa non-litigasi.

    Saran

    Terkait dengan permasalahan-permasalahan di atas maka peneliti

    memberikan beberapa saran, yaitu; 1) Dalam prosedur/mekanisme perjanjian

    kredit sebaiknya koperasi mensederhanakan tahapan dalam melakukan

     perjanjian kredit; 2) Dalam penerapan prinsip itikad baik perjanjian kredit

    sebaiknya koperasi memperinci secara tegas hal - hal yang memuat perjanjian

    kredit pada fase pra perancangan kontrak, perancangan kontrak, dan pasca

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    19/20

      xvi

     perancangan kontrak, agar jaminan yang telah dijaminkan dikoperasi tidak

    dijaminkan kembali oleh nasabah/peminjam kredit pada koperasi lainnya; 3)

    dalam perjanjian kredit tidak diatur secara tegas tentang bentuk penyelesaian

    sengketa baik secara musyawarah mufakat dan litigasi sebaiknya koperasi

    mengatur secara tegas bentuk penyelesaian sengketa baik secara

    musyawarah mufakat dan litigasi.

  • 8/16/2019 Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Kredit Pada Lembaga Keuangan Koperasi Studi Di Koperasi Swastika Mataram

    20/20

      xvii

    DAFTAR PUSTAKA

    A. 

    BUKU

    1. 

    Ibrahim, Johannes. 2004. Kartu Kredit: Dilematis Antara Kontrak dan

    Kejahatan. Bandung: Refika Aditama

    2.  Kasmir. 2002.  Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. RajaGrafindo

    Persada.

    B. 

    PERATURAN

    1. 

    Undang - Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian

    2. 

    Indonesia, Kitab Undang - Undang Hukum Perdata Buku III tentang

    Perikatan, Psl. 1320, 1337, 1338, 1266, dan 1267

    C. 

    WAWANCARA

    1.  Wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika

    Mataram). Tanggal 13 Agustus 2014

    2. 

    Wawancara dengan Bapak I Gede Segara (Ketua Koperasi Swastika

    Mataram). Tanggal 27 Agustus 2014