penerapan model pembelajaran team...

15
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa’ur Rokhmah Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] Abstrak: Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia salah satunya dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai salah satu inovasi untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan melakukan berbagai macam kebijakan, salah satunya mulai dari perbaikan kualitas pengajar dan kualitas pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 13 Januari 2012 diperoleh gambaran kondisi siswa di Kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto yakni siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam menganalisis masih tergolong rendah, kondisi tersebut perlu diperbaiki agar kompetensi pembelajaran dapat tercapai. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Geografi siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI). Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas yang menuntut peneliti untuk terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari perencanaan, penelitian hingga pelaporan data. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi. Penelitian dilaksanaan di kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto dengan jumlah siswa 39 orang, pada Kompetensi Dasar Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah keaktifan belajar geografi yang dimiliki siswa mengalami peningkatan dari pra tindakan ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model TAI. Disarankan kepada para guru Geografi untuk mencoba menerapkan model Team Assisted Individualization (TAI) agar kualitas pembelajaran Geografi semakin meningkat. Kepada pihak sekolah disarankan agar memberikan fasilitas yang menunjang keberhasilan penerapan model tersebut di sekolah. Kata kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

Upload: doliem

Post on 06-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

(TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI

PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO

Syifa’ur Rokhmah

Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Negeri Malang

E-mail: [email protected]

Abstrak: Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia salah satunya

dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai salah satu inovasi untuk

memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan melakukan berbagai macam

kebijakan, salah satunya mulai dari perbaikan kualitas pengajar dan kualitas

pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru yang

dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 13 Januari 2012 diperoleh gambaran kondisi siswa

di Kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto yakni siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam menganalisis masih tergolong rendah, kondisi tersebut perlu

diperbaiki agar kompetensi pembelajaran dapat tercapai. Tujuan penelitian ini adalah

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Geografi siswa dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI). Jenis penelitian

yang digunakan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas yang menuntut peneliti untuk

terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari perencanaan, penelitian hingga

pelaporan data. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi.

Penelitian dilaksanaan di kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto dengan jumlah siswa 39 orang,

pada Kompetensi Dasar Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya

dengan pembangunan berkelanjutan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

keaktifan belajar geografi yang dimiliki siswa mengalami peningkatan dari pra tindakan

ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa setelah diterapkan

pembelajaran kooperatif model TAI. Disarankan kepada para guru Geografi untuk

mencoba menerapkan model Team Assisted Individualization (TAI) agar kualitas

pembelajaran Geografi semakin meningkat. Kepada pihak sekolah disarankan agar

memberikan fasilitas yang menunjang keberhasilan penerapan model tersebut di sekolah.

Kata kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, model pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI)

2

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan

mutlak agar suatu bangsa mampu

berkembang seiring dengan perkembangan

zaman. Pendidikan juga berperan penting

dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Oleh karena itu, pemerintah

Indonesia senantiasa berupaya secara

maksimal untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia. Sebagai salah satu

inovasi untuk memperbaiki kualitas

pendidikan di Indonesia adalah dengan

melakukan berbagai macam kebijakan salah

satunya mulai dari perbaikan kualitas

pengajar dan kualitas pembelajaran. Dengan

adanya perbaikan ini diharapkan kualitas

sumber daya manusia di Indonesia semakin

meningkat.

Untuk meningkatkan sumber daya

manusia Indonesia, pemerintah senantiasa

mengadakan perbaikan dalam kurikulum

pendidikan di Indonesia. Sebagai salah satu

inovasi untuk memperbaiki kualitas

pendidikan di Indonesia dalam rangka

menjawab tantangan global, pemerintah

telah melakukan upaya perbaikan

kurikulum. Berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, maka diberlakukan

kurikulum yang baru yaitu Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) menyebutkan bahwa sekolah

bertanggung jawab terhadap mutu

pendidikan di sekolah masing-masing

kepada pemerintah, orang tua, peserta didik

dan juga masyarakat. Mutu pendidikan yang

tinggi salah satunya dapat dilihat dari

kompetensi yang dicapai oleh si belajar.

Pembentukan kompetensi ini bukanlah

sesuatu yang mudah untuk diciptakan.

Untuk mencapai kompetensi tertentu perlu

dikembangkan pengalaman belajar yang

kondusif yang sesuai dengan kondisi

ataupun konteks di mana, kapan dan oleh

siapa pembelajaran itu diselenggarakan.

Orientasi pembelajaran yang semula

pada guru beralih berpusat pada murid

adalah salah satu perubahan paredigma

pembelajaran. Perubahan dimaksudkan

untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik

dari segi proses maupun hasil pendidikan

(Trianto, 2010:7-8).

Kondisi di lapangan tidak sesuai

dengan usaha untuk memperbaiki mutu

pendidikan, walaupun KTSP sudah

diberlakukan tetapi proses pembelajaran

masih terpusat pada guru. Guru masih

3

berorientasi pada target materi harus habis

dan kurang kreatif dalam menerapkan

model-model pembelajaran yang menuntut

siswa untuk menemukan sendiri

pengetahuan dan sikap belajar melalui

berbagai aktivitas belajar. Akibatnya siswa

pasif, tidak bersemangat belajar, dan hanya

mengandalkan penjelasan dari guru sehingga

informasi yang diterima sangat terbatas dan

sedikit. Hasil pendidikan hanya tampak dari

kemampuan menghafal dan tidak memahami

substansi materi.

Kondisi yang sama terlihat di kelas XI

IPS MAN Mojokerto khususnya IPS 2.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

pada hari Jumat tanggal 13 Januari 2012 di

kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto diketahui

bahwa dalam pembelajaran geografi, siswa

kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Diketahui bahwa dari aktivitas diskusi siswa

di kelas XI IPS 2 tampak sejumlah siswa

yang menunjukkan indikator keaktifan

belajar, hanya ada 9 siswa yang mampu

memperoleh nilai lebih besar atau sama

dengan 70 dan 30 siswa yang lain

mendapatkan nilai kurang dari 70. Di dalam

penelitian ini kompetensi dasarnya adalah

3.2 Menganalisis pelestarian lingkungan

hidup dalam kaitannya dengan

Pembangunan Berkelanjutan. Pada

kompetensi dasar ini siswa diharapkan

mampu menganalisis pemanfaatan dan

pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan Pembangunan

Berkelanjutan. Kriteria ideal ketuntasan

minimal pada penelitian ini adalah ≥78.

Faktor yang menyebabkan siswa

kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran

yaitu guru hanya menyampaikan materi ajar

secara teoritis, siswa hanya mendengarkan

dan mencatat apa yang telah disampaikan

oleh guru. Siswa menjadi cenderung pasif

dalam menerima transfer ilmu pengetahuan,

akibatnya siswa yang kurang pandai akan

lambat dalam belajar dan informasi yang

diterima tidak bisa bertahan lama. Guru juga

masih menggunakan metode diskusi

kelompok biasa, sehingga siswa kurang aktif

dalam pembelajaran baik bertanya maupun

menjawab pertanyaan dari guru. Materi

pelajaran diberikan begitu saja sedangkan

siswa tidak dituntut untuk mengolahnya.

Lebih lanjut guru tersebut menambahkan

apabila diberikan soal latihan dan siswa

diminta untuk maju menyelesaikan soal

tersebut, siswa yang sering maju hanya

siswa-siswa tertentu saja sedangkan siswa

yang lain hanya ingin menunggu jawaban

dari temannya tersebut. Pembelajaran yang

berlangsung cenderung berorientasi pada

lembar kegiatan siswa (LKS), kurang

adanya penggunaan media dalam proses

4

pembelajaran, fasilitas wifi tidak bisa

dimanfaatkan secara optimal oleh siswa

sehingga tidak dapat menggunakan internet

sebagai sumber pembelajaran siswa dan

siswi, padahal belajar hanya mungkin terjadi

apabila anak aktif mengalami sendiri

(Dimyati, 1994:42). Hal ini mengakibatkan

suasana kelas membosankan dan kurangnya

perhatian untuk mengikuti proses

pembelajaran dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti kepada guru geografi

kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto, diketahui

bahwa rata-rata daya serap siswa terhadap

matapelajaran geografi hanya 48,50 dan

belum mencapai KKM yakni 78. Kelas XI

IPS 2 MAN Mojokerto keseluruhan

merupakan kelas heterogen dengan

perbedaan yang mencolok antara siswa yang

kurang pandai dan yang pandai. Hal ini

terbukti dengan adanya siswa yang

mendapat nilai 82 dan ada siswa yang

mendapat nilai 30 pada hasil ulangan tengah

semester. Selisih yang jauh antara siswa

yang berprestasi dan tidak menyebabkan

kondisi kelas yang tidak kondusif.

Nilai ≥78 hanya dapat dicapai oleh 6

siswa dengan nilai maksimal 82, sedangkan

nilai terendah di kelas XI IPS 2 adalah 30

dengan demikian hasil belajar siswa masih

belum mencapai KKM karena masih banyak

siswa yang mendapatkan nilai di bawah

KKM. Hal ini salah satunya disebabkan

sumber belajar siswa terbatas LKS yang

materi pembahasannya tidak lengkap,

kurang adanya penerapan media maupun

model pembelajaran yang variatif sehingga

pembelajaran Geografi menjadi sangat

membosankan. Kegagalan pembelajaran

tersebut harus segera diperbaiki oleh guru

dengan cara memilih model pembelajaran

yang dapat membuat siswa lebih aktif,

kreatif, dan senang dalam proses

pembelajaran.

Dari permasalahan tersebut perlu

diterapkannya model pembelajaran yang

dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran kooperatif

sebagai alternatif dalam meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization untuk diterapkan di kelas,

sebab model ini dirasa paling tepat untuk

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa dan akan diterapkan pada materi

lingkungan hidup dan pembangunan

berkelanjutan. Model Team Assisted

Individualization bisa membantu siswa yang

memiliki kemampuan di bawah rata-rata

sehingga secara bersama-sama mencapai

keberhasilan belajar. Dengan demikian

5

pembelajaran model ini juga dapat melatih

siswa bersosialisasi dengan baik, sehingga

komunikasi yang terjalin tidak hanya antara

guru dan siswa tetapi juga antara siswa

dengan siswa. Hal ini dapat mengurangi

tugas guru dalam pengelolaan kelas dan

pemberian motivasi dalam pengajaran

individu.

Berdasarkan latar belakang di atas,

maka perlu dilakukan penelitian tindakan di

kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto dengan

judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Model Team Assisted Individualization

(TAI) untuk Meningkatkan Keaktifan dan

Hasil Belajar Geografi Pada Siswa Kelas XI

IPS 2 MAN Mojokerto”. Diharapkan

setelah dilakukan tindakan di kelas tersebut,

akan terjadi perbaikan kualitas pembelajaran

Geografi secara signifikan.

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas (Classroom Action

Research). Kurt Lewin dalam Aqib

(2008:7) menyatakan ”Dalam satu

siklus terdiri dari 4 langkah yaitu

perencanaan, aksi atau tindakan,

observasi/pengamatan, refleksi”.

B. Kehadiran dan Peran Peneliti di

Lapangan

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas yang menuntut adanya

peneliti di lapangan sebagai pelaku

tindakan dan pengumpul data. Peran

peneliti di lapangan yaitu sebagai subjek

pemberi tindakan dengan cara

mengajar, mengumpulkan data, dan

menganalisis data.

C. Kancah Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di MAN

Mojokerto dengan Alamat JL.RA

Basuni nomor 306 Sooko. Penelitian ini

dilakukan di kelas XI IPS 2 dengan

jumlah siswa 39 orang, yang terdiri 25

perempuan dan 14 laki-laki.

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi

subjek penelitian adalah siswa kelas XI

IPS 2 MAN Mojokerto dengan jumlah

siswa 39 orang, yang terdiri 25

perempuan dan 14 laki-laki.

E. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data

observasi awal, data nilai UTS semester

I, keaktifan belajar, data hasil belajar,

kegiatan pembelajaran. Sumber data

6

dalam penelitian ini adalah guru dan

siswa kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto.

F. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar

pengamatan yang diisi oleh observer.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui

aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Lembar

observasi siswa terdiri dari beberapa

indikator keaktifan siswa selama

kegiatan belajar berlangsung.

2. Tes

Tes adalah soal-soal yang digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa

dalam menganalisis materi pelajaran

yang diberikan.

G. Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk

mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan

oleh siswa saat proses pembelajaran di

dalam kelas siswa. Dengan observasi,

keaktifan siswa dapat diamati secara

seksama.

2. Tes

Tes adalah soal-soal yang digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa

dalam menganalisis materi pelajaran yang

diberikan. Tes digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa ranah

kognitif. Pada penelitian ini, tes

dilakukan 1 minggu setelah siklus

berakhir dan digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa ranah

kognitif.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan pada akhir

pembelajaran untuk memperoleh data

keaktifan dan hasil belajar siswa.

1. Analisis data Keaktifan belajar

Siswa

Alat penilaian yang dipergunakan

untuk menilai keaktifan belajar siswa

adalah dengan pengamatan

(observasi). Arikunto (2009:236)

menyimpulkan bahwa, untuk

menghitung keaktifan siswa klasikal

dapat menggunakan rumus sebagai

berikut:

Sumber: Modifikasi dari Arikunto 2009

Target keberhasilan tindakan adalah

≥ 70 maka ketuntasan klasikal sudah

terpenuhi.

Untuk menghitung rata-rata

keaktifan belajar pada lembar

observasi dihitung dengan rumus:

100 X kelas dalam siswaJumlah

berhasil siswaJumlah

N X

fx

7

Ket : X = rata-rata nilai

f = frekuensi

x = nilai tengah

N = Jumlah siswa

2. Analisis data Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar diperoleh dari

skor tes siswa setelah penerapan

model pembelajaran TAI. Penilaian

rata-rata kelas digunakan untuk

mengetahui secara keseluruhan dari

proses pembelajaran siswa. Untuk

menentukan rata-rata menggunakan

rumus:

Ket : X = rata-rata nilai

f = frekuensi

x = nilai tengah

N = Jumlah siswa

Tindakan dapat dinyatakan berhasil

apabila nilai rata-rata klasikal hasil

belajar siswa ≥ 78 dan apabila

setidaknya 85% dari keseluruhan

jumlah siswa telah mencapai skor

lebih dari atau sama dengan 78,

maka ketuntasan klasikal sudah

terpenuhi.

3. Data Nilai Ulangan Tengah

Semester (UTS)

Sebelum pembelajaran dengan model

TAI diterapkan, siswa dibentuk

dalam kelompok-kelompok yang

heterogen. Kelompok heterogen

terdiri dari siswa berkemampuan

atas, sedang, dan bawah. Pembagian

kelompok dilihat dari nilai ulangan

tengah semester 1 yang didapat dari

buku daftar nilai yang dimiliki guru.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini didahului

dengan observasi awal. Observasi awal

bertujuan untuk mencari dan

mengumpulkan informasi tentang

kondisi siswa di kelas pada saat

pembelajaran berlangsung, hasil belajar

siswa, sarana dan prasarana, kegiatan

pembelajaran baik dari segi metode,

media dan lainnya, dan mengamati

permasalahan-permasalahan yang sering

muncul dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian tindakan kelas dengan

beberapa siklus sampai mencapai

peningkatan keaktifan. Masing-masing

siklus terdiri dari empat tahapan.

Adapun tahapan pelaksanaan penelitian

ini pada setiap siklus di antaranya

adalah:

1. Pra Tindakan

Kegiatan yang dilakukan sebelum

tindakan yaitu sebagai berikut:

N X

fx

8

1) Melakukan wawancara dengan guru

bidang studi.

2) Melakukan observasi ke kelas

untuk pengambilan data awal.

3) Membuat instrumen penelitian yang

meliputi:

a. Lembar Observasi Keaktifan

Belajar Siswa.

b. Tes

4) Mempersiapkan pelaksanaan

tindakan.

2. Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan

1) Menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

2) Menyusun lembar

observasi/lembar pengamatan

yang berisi tentang keaktifan

siswa yang akan dinilai oleh

observer.

3) Menyusun lembar tugas.

4) Menyusun Tes.

b. Aksi/Tindakan

1) Team

Guru melakukan pembagian

kelompok yang beranggotakan 6-7

siswa dengan kemampuan

heterogen yang terdiri atas siswa

yang berkemampuan tinggi, sedang

dan rendah berdasarkan data nilai

ujian tengah semester 1.

2) Teaching Group

Guru menjelaskan materi

pembelajaran secara garis besar

3) Student Creative

- Guru membagikan lembar tugas

pada setiap siswa

- Siswa diminta untuk mempelajari

materi dan mengerjakan lembar

tugas secara individu.

4) Team Study

- Guru meminta siswa duduk

berkelompok dengan kelompok

yang telah dibentuk oleh guru

- Guru meminta untuk membahas

lembar tugas yang telah

dikerjakan secara individu dalam

kelompoknya selanjutnya siswa

belajar dalam kelompoknya

masing-masing

- Guru melakukan pengajaran

kelompok yaitu membantu siswa

membangun pengetahuan dan

memahami melalui pengajaran

konsep-konsep dan mengajukan

pertanyaan arahan untuk

membantu pemahaman konsep.

5) Whole Class Unit

- Beberapa kelompok

mempresentasikan hasil diskusi

kelompok untuk didiskusikan

didalam kelas.

9

6) Fact Test

Siswa diberikan tes individual

(Tes akhir siklus I dan II).

7) Team Skor and Team

Recognition

- Guru dan siswa membahas hasil

tes

- Guru menghitung skor

peningkatan individual siswa

untuk menentukan kelompok yang

mendapatkan skor tertinggi

- Guru memberikan penghargaan.

c. Observasi

Observasi dilakukan selama kegiatan

pembelajaran pada saat penelitian

berlangsung. Observasi berpedoman

pada lembar observasi aktivitas guru

dan siswa yang dilakukan oleh 2

orang teman peneliti atau lebih. Hasil

observasi kemudian dianalisis.

d. Refleksi

Tahap refleksi ini bertujuan untuk

mengetahui kekurangan dan

kelebihan pada siklus 1 yang

digunakan sebagai acuan dalam

perencanaan dan pelaksanaan pada

siklus II. Data refleksi diperoleh dari

observasi teman sejawat peneliti.

Selanjutnya tahapan pada Siklus II

sama dengan Siklus I.

10

PEMBAHASAN

A. Penerapan Model Teams Assisted

Individualization untuk Meningkatkan

Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan belajar dalam penelitian

ini adalah semua aktivitas yang

dilakukan siswa selama mengikuti mata

pelajaran Geografi dengan menerapkan

model pembelajaran TAI yang dilihat

dari 13 indikator keaktifan siswa pada 4

tahapan model pembelajaran TAI.

Keaktifan belajar merupakan prinsip

utama yang harus dipenuhi selama

kegiatan pembelajaran berlangsung

karena pembelajaran tidak akan

berlangsung dengan baik tanpa adanya

aktivitas. Menurut Sardiman

(2005),”Keaktifan belajar adalah

aktivitas baik yang bersifat fisik maupun

mental yang saling berkaitan sehingga

dapat membuahkan hasil belajar yang

optimal”.

Pada siklus I maupun sebelum

tindakan, peningkatan keaktifan ini

belum mencapai target penelitian yaitu

dari keseluruhan jumlah siswa telah

mencapai skor lebih dari atau sama

dengan 70. Peningkatan keaktifan yang

belum mencapai target penelitian ini

disebabkan karena beberapa faktor di

antaranya yaitu siswa masih enggan

untuk berdiskusi dengan kelompok yang

dibentuk berdasarkan hasil UTS siswa.

Sehingga ada beberapa kelompok yang

masih belum aktif yaitu kelompok 2 dan

3. Hasil observasi keaktifan.

Tabel Distribusi Frekuensi Keaktifan Siswa

Siklus I.

Berdasarkan Tabel di atas maka keaktifan

siswa pada Siklus I mencapai 64,86%

yakni sebanyak 24 siswa dengan rata-rata

keaktifan siswa secara klasikal yaitu 68,67.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa keaktifan siswa kelas XI IPS 2 pada

siklus I masih belum mencapai target

peneliti.

Pada siklus II keaktifan siswa

meningkat, peningkatan keaktifan ini

disebabkan karena beberapa faktor di

antaranya yaitu pemberian penekanan

yaitu bahwa keberhasilan individu

menentukan keberhasilan kelompok dan

sebaliknya. Peneliti juga menyatakan

bahwa keberhasilan kelompok bukan

hanya dilihat dari keaktifan anggota

kelompok dalam bertanya dan menjawab

pertanyaan dari peneliti maupun teman

kelompok tapi juga dinilai dari kerjasama

antar anggota kelompoknya dan juga

Kelas f f kum % %kum

84-100 15 15 40,54 40,54

70-83 9 24 24,32 64,86

56-69 0 24 0 64,86

43-55 1 25 2,70 67,57

30-42 11 36 29,73 97,30

17-29 1 37 2,70 100

Jumlah 37

11

penguasaan materi pembelajaran. Sehingga

siswa-siswi yang keaktifannya kurang

terutama dalam bekerjasama mulai

berlomba-lomba dalam meningkatkan

keaktifannya pada siklus II. Berikut adalah

hasil observasi keaktifan

Siswa Siklus II.

Tabel Distribusi Frekuensi Keaktifan Siswa

Siklus II

Berdasarkan Tabel di atas maka keaktifan

siswa pada Siklus II mencapai 86,49%

yakni sebanyak 32 siswa dengan rata-rata

keaktifan siswa secara klasikal yaitu 84,89.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa keaktifan siswa kelas XI IPS 2 pada

siklus II sudah mencapai target peneliti.

B. Penerapan model Teams Assisted

Individualization untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Model pembelajaran TAI

merupakan model pembelajaran yang

melibatkan keheterogenan aktivitas

kelompok dalam berdiskusi. Model TAI

dapat meningkatkan pemahaman siswa

tentang materi yang disajikan, karena

dalam TAI siswa yang kesulitan dalam

memahami materi dijelaskan oleh

temannya yang lebih memahami (siswa

kelompok atas). Hal ini sesuai dengan

pendapat Vigotsky (dalam Supriyono

2011:55) yang menekankan bahwa

peserta didik mengonstruksi pengetahuan

melalui interaksi sosial dengan orang

lain.

Berdasarkan hasil pembelajaran

siklus I diperoleh data hasil belajar siswa

melalui tes siklus I. Adapun Distribusi

frekuensi hasil belajar siklus I terdapat

pada Tabel di bawah ini.

Kelas f f kum % %kum

84-100 26 26 70,27 70,27

70-83 6 32 16,22 86,49

56-69 3 35 8,11 94,59

43-55 2 37 5,41 100

30-42 0 37 0 100

17-29 0 37 0 100

Jumlah 37

12

Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa

Siklus I

Apabila hasil belajar yang dimiliki siswa

lebih besar atau sama dengan 78, maka

siswa dinyatakan telah mencapai

ketuntasan belajar. Dan apabila setidaknya

85% dari keseluruhan jumlah siswa telah

mencapai nilai 78, maka ketuntasan

klasikal sudah terpenuhi. Berdasarkan

Tabel di atas maka hasil belajar siswa

dengan nilai lebih dari atau sama dengan

78 pada siklus I mencapai 30,77% yakni

sebanyak 12 siswa dengan rata-rata hasil

belajar siswa secara klasikal yaitu 69,73.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPS 2

pada siklus I masih belum memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal yang

ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥78.

Sehingga dilanjutkan ke Siklus II.

Berdasarkan hasil pembelajaran

siklus II diperoleh data hasil belajar siswa

melalui tes siklus II. Adapun Distribusi

frekuensi hasil belajar siklus II tercantum

pada Tabel di bawah ini. Tabel Distribusi

Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Apabila hasil belajar yang dimiliki siswa

lebih besar atau sama dengan 78, maka

siswa dinyatakan telah mencapai

ketuntasan belajar dan apabila setidaknya

Nilai f f kum % %kum

90-95 1 1 2,56 2,56

84-89 5 6 12,82 15,38

78-83 6 12 15,38 30,77

72-77 8 20 20,51 51,28

66-71 3 23 7,69 58,97

60-65 6 29 15,38 74,36

54-59 6 35 15,38 89,74

48-53 3 38 7,69 97,44

42-47 1 39 2,56 100

35-41 0 39 0 100

30-35 0 39 0 100

Jumlah 39

Nilai f f kum % %kum

90-95 8 8 20,51 20,51

84-89 13 21 33,33 53,85

78-83 14 35 35,90 89,74

72-77 2 37 5,13 94,87

66-71 2 39 5,13 100

60-65 0 39 0 100

54-59 0 39 0 100

48-53 0 39 0 100

42-47 0 39 0 100

35-41 0 39 0 100

30-35 0 39 0 100

Jumlah 39

13

85% dari keseluruhan jumlah siswa telah

mencapai nilai 78, maka ketuntasan

klasikal sudah terpenuhi. Berdasarkan

Tabel di atas maka hasil belajar siswa

dengan nilai lebih dari atau sama dengan

78 pada siklus II mencapai 89,74% yakni

sebanyak 35 siswa dengan rata-rata secara

klasikal yaitu 84,04. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa kelas XI IPS 2 pada siklus II sudah

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

yang ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥78

sehingga siklus selanjutnya tidak

dilanjutkan karena skor keaktifan dan hasil

belajar siswa telah mencapai target

keberhasilan tindakan.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data

yang diperoleh dari penerapan model

pembelajaran Team Assisted

Individualization untuk meningkatkan

keaktifan belajar geografi pada siswa kelas

XI IPS 2 MAN Mojokerto Kabupaten

mojokerto, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Keaktifan siswa kelas XI IPS 2 MAN

Mojokerto mengalami peningkatan

setelah penerapan model pembelajaran

TAI yakni pada siklus I rata-rata

perhitungan keaktifan siswa sebesar

68,67 dan meningkat pada siklus II

sebesar 84,89.

2. Peningkatan keaktifan yang terjadi pada

siswa kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto

juga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Pada siklus I rata-rata

perhitungan 69,73 meningkat pada

siklus II yakni 84,04. Peningkatan

tersebut telah mencapai kriteria

ketuntasan minimum yang ditentukan

yaitu ≥78.

B. Saran

1. Bagi Kepala Sekolah MAN Mojokerto,

perlu menyediakan sarana dan prasarana

yang lengkap untuk mendukung

efektivitas penerapan model

pembelajaran Team Assisted

Individualization yaitu berupa

penyediaan literatur dan media

pembelajaran serta internet sebagai

sumber belajar guna mempermudah

14

siswa dalam memperoleh informasi dan

memperlancar proses belajar.

2. Bagi guru geografi, model pembelajaran

Team Assisted Individualization dapat

dijadikan alternatif pilihan dalam

praktik pembelajaran di kelas agar dapat

meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Pada saat pelaksanaan kegiatan

pembelajaran, sebaiknya guru harus

benar-benar memperhatikan waktu agar

proses pembelajaran dapat terlaksana

sesuai dengan alokasi waktu yang

tersedia, lebih tegas lagi dalam

mengelola kelas serta lebih memotivasi

siswa akan pentingnya proses

pembelajaran sehingga siswa tidak

ramai sendiri.

3. Bagi siswa, khususnya siswa kelas XI

IPS 2 di MAN Mojokerto, pada saat

pembelajaran dengan model TAI perlu

meningkatkan keberanian dalam

mengajukan pertanyaan maupun

berargumentasi guna lebih memahami

terhadap materi yang dipelajari serta

diskusi bisa berjalan dengan baik di

dalam kelompok maupun diskusi kelas

sehingga lembar tugas siswa bisa terisi

semua.

4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan

pula untuk pengembangan model

pembelajaran dengan mengujicobakan

kombinasi model dan media

pembelajaran yang lebih variatif

sehingga tampak pengaruh yang besar

terhadap keaktifan belajar siswa dan

memperoleh manfaat yang lebih besar

dari model Team Assisted

Individualization.

15

DAFTAR RUJUKAN

Akhsin Rosyadi, Muhammad.2010. Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

(Team Assisted Individualization)

Tanggal 28 Januari. (Online).

(http://matematikacerdas.wordpress.

com/2010/01/28/model-

pembelajaran-kooperatif-tipe-tai-

team-assisted-individualization/

diakses Minggu 6 November 2011)

Aqib, Zaenal dkk. 2008. Penelitian

Tindakan Kelas. Bandung: CV.

Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Dimyati, & Mujiono.1994. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Jambak, Wannef. 2007. Langkah-Langkah

Menetapkan KKM. Tanggal 21

Februari. (Online).

(http://wannefjambak.wordpress.com

/2007/02/21/langkah-langkah-

menetapkan-kkm-2/ diakses Minggu

15 Januari 2012).

Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdyakarya.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative

Learning: Tori, Riset dan Praktik.

Bandung: Nusa Media.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Supriyono, Agus. 2011. Cooperative

Learning Teori dan Aplikasi

PAIKEM. Yogjakarta: Pustaka

Pelajar.