penerapan model pembelajaran team...
TRANSCRIPT
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION
(TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI
PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO
Syifa’ur Rokhmah
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
Abstrak: Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia salah satunya
dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai salah satu inovasi untuk
memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan melakukan berbagai macam
kebijakan, salah satunya mulai dari perbaikan kualitas pengajar dan kualitas
pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru yang
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 13 Januari 2012 diperoleh gambaran kondisi siswa
di Kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto yakni siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam menganalisis masih tergolong rendah, kondisi tersebut perlu
diperbaiki agar kompetensi pembelajaran dapat tercapai. Tujuan penelitian ini adalah
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Geografi siswa dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI). Jenis penelitian
yang digunakan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas yang menuntut peneliti untuk
terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari perencanaan, penelitian hingga
pelaporan data. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi.
Penelitian dilaksanaan di kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto dengan jumlah siswa 39 orang,
pada Kompetensi Dasar Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya
dengan pembangunan berkelanjutan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
keaktifan belajar geografi yang dimiliki siswa mengalami peningkatan dari pra tindakan
ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran kooperatif model TAI. Disarankan kepada para guru Geografi untuk
mencoba menerapkan model Team Assisted Individualization (TAI) agar kualitas
pembelajaran Geografi semakin meningkat. Kepada pihak sekolah disarankan agar
memberikan fasilitas yang menunjang keberhasilan penerapan model tersebut di sekolah.
Kata kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI)
2
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan
mutlak agar suatu bangsa mampu
berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Pendidikan juga berperan penting
dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Oleh karena itu, pemerintah
Indonesia senantiasa berupaya secara
maksimal untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Sebagai salah satu
inovasi untuk memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia adalah dengan
melakukan berbagai macam kebijakan salah
satunya mulai dari perbaikan kualitas
pengajar dan kualitas pembelajaran. Dengan
adanya perbaikan ini diharapkan kualitas
sumber daya manusia di Indonesia semakin
meningkat.
Untuk meningkatkan sumber daya
manusia Indonesia, pemerintah senantiasa
mengadakan perbaikan dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia. Sebagai salah satu
inovasi untuk memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia dalam rangka
menjawab tantangan global, pemerintah
telah melakukan upaya perbaikan
kurikulum. Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, maka diberlakukan
kurikulum yang baru yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menyebutkan bahwa sekolah
bertanggung jawab terhadap mutu
pendidikan di sekolah masing-masing
kepada pemerintah, orang tua, peserta didik
dan juga masyarakat. Mutu pendidikan yang
tinggi salah satunya dapat dilihat dari
kompetensi yang dicapai oleh si belajar.
Pembentukan kompetensi ini bukanlah
sesuatu yang mudah untuk diciptakan.
Untuk mencapai kompetensi tertentu perlu
dikembangkan pengalaman belajar yang
kondusif yang sesuai dengan kondisi
ataupun konteks di mana, kapan dan oleh
siapa pembelajaran itu diselenggarakan.
Orientasi pembelajaran yang semula
pada guru beralih berpusat pada murid
adalah salah satu perubahan paredigma
pembelajaran. Perubahan dimaksudkan
untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik
dari segi proses maupun hasil pendidikan
(Trianto, 2010:7-8).
Kondisi di lapangan tidak sesuai
dengan usaha untuk memperbaiki mutu
pendidikan, walaupun KTSP sudah
diberlakukan tetapi proses pembelajaran
masih terpusat pada guru. Guru masih
3
berorientasi pada target materi harus habis
dan kurang kreatif dalam menerapkan
model-model pembelajaran yang menuntut
siswa untuk menemukan sendiri
pengetahuan dan sikap belajar melalui
berbagai aktivitas belajar. Akibatnya siswa
pasif, tidak bersemangat belajar, dan hanya
mengandalkan penjelasan dari guru sehingga
informasi yang diterima sangat terbatas dan
sedikit. Hasil pendidikan hanya tampak dari
kemampuan menghafal dan tidak memahami
substansi materi.
Kondisi yang sama terlihat di kelas XI
IPS MAN Mojokerto khususnya IPS 2.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
pada hari Jumat tanggal 13 Januari 2012 di
kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto diketahui
bahwa dalam pembelajaran geografi, siswa
kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Diketahui bahwa dari aktivitas diskusi siswa
di kelas XI IPS 2 tampak sejumlah siswa
yang menunjukkan indikator keaktifan
belajar, hanya ada 9 siswa yang mampu
memperoleh nilai lebih besar atau sama
dengan 70 dan 30 siswa yang lain
mendapatkan nilai kurang dari 70. Di dalam
penelitian ini kompetensi dasarnya adalah
3.2 Menganalisis pelestarian lingkungan
hidup dalam kaitannya dengan
Pembangunan Berkelanjutan. Pada
kompetensi dasar ini siswa diharapkan
mampu menganalisis pemanfaatan dan
pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan Pembangunan
Berkelanjutan. Kriteria ideal ketuntasan
minimal pada penelitian ini adalah ≥78.
Faktor yang menyebabkan siswa
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran
yaitu guru hanya menyampaikan materi ajar
secara teoritis, siswa hanya mendengarkan
dan mencatat apa yang telah disampaikan
oleh guru. Siswa menjadi cenderung pasif
dalam menerima transfer ilmu pengetahuan,
akibatnya siswa yang kurang pandai akan
lambat dalam belajar dan informasi yang
diterima tidak bisa bertahan lama. Guru juga
masih menggunakan metode diskusi
kelompok biasa, sehingga siswa kurang aktif
dalam pembelajaran baik bertanya maupun
menjawab pertanyaan dari guru. Materi
pelajaran diberikan begitu saja sedangkan
siswa tidak dituntut untuk mengolahnya.
Lebih lanjut guru tersebut menambahkan
apabila diberikan soal latihan dan siswa
diminta untuk maju menyelesaikan soal
tersebut, siswa yang sering maju hanya
siswa-siswa tertentu saja sedangkan siswa
yang lain hanya ingin menunggu jawaban
dari temannya tersebut. Pembelajaran yang
berlangsung cenderung berorientasi pada
lembar kegiatan siswa (LKS), kurang
adanya penggunaan media dalam proses
4
pembelajaran, fasilitas wifi tidak bisa
dimanfaatkan secara optimal oleh siswa
sehingga tidak dapat menggunakan internet
sebagai sumber pembelajaran siswa dan
siswi, padahal belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalami sendiri
(Dimyati, 1994:42). Hal ini mengakibatkan
suasana kelas membosankan dan kurangnya
perhatian untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti kepada guru geografi
kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto, diketahui
bahwa rata-rata daya serap siswa terhadap
matapelajaran geografi hanya 48,50 dan
belum mencapai KKM yakni 78. Kelas XI
IPS 2 MAN Mojokerto keseluruhan
merupakan kelas heterogen dengan
perbedaan yang mencolok antara siswa yang
kurang pandai dan yang pandai. Hal ini
terbukti dengan adanya siswa yang
mendapat nilai 82 dan ada siswa yang
mendapat nilai 30 pada hasil ulangan tengah
semester. Selisih yang jauh antara siswa
yang berprestasi dan tidak menyebabkan
kondisi kelas yang tidak kondusif.
Nilai ≥78 hanya dapat dicapai oleh 6
siswa dengan nilai maksimal 82, sedangkan
nilai terendah di kelas XI IPS 2 adalah 30
dengan demikian hasil belajar siswa masih
belum mencapai KKM karena masih banyak
siswa yang mendapatkan nilai di bawah
KKM. Hal ini salah satunya disebabkan
sumber belajar siswa terbatas LKS yang
materi pembahasannya tidak lengkap,
kurang adanya penerapan media maupun
model pembelajaran yang variatif sehingga
pembelajaran Geografi menjadi sangat
membosankan. Kegagalan pembelajaran
tersebut harus segera diperbaiki oleh guru
dengan cara memilih model pembelajaran
yang dapat membuat siswa lebih aktif,
kreatif, dan senang dalam proses
pembelajaran.
Dari permasalahan tersebut perlu
diterapkannya model pembelajaran yang
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran kooperatif
sebagai alternatif dalam meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization untuk diterapkan di kelas,
sebab model ini dirasa paling tepat untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa dan akan diterapkan pada materi
lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan. Model Team Assisted
Individualization bisa membantu siswa yang
memiliki kemampuan di bawah rata-rata
sehingga secara bersama-sama mencapai
keberhasilan belajar. Dengan demikian
5
pembelajaran model ini juga dapat melatih
siswa bersosialisasi dengan baik, sehingga
komunikasi yang terjalin tidak hanya antara
guru dan siswa tetapi juga antara siswa
dengan siswa. Hal ini dapat mengurangi
tugas guru dalam pengelolaan kelas dan
pemberian motivasi dalam pengajaran
individu.
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka perlu dilakukan penelitian tindakan di
kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Model Team Assisted Individualization
(TAI) untuk Meningkatkan Keaktifan dan
Hasil Belajar Geografi Pada Siswa Kelas XI
IPS 2 MAN Mojokerto”. Diharapkan
setelah dilakukan tindakan di kelas tersebut,
akan terjadi perbaikan kualitas pembelajaran
Geografi secara signifikan.
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action
Research). Kurt Lewin dalam Aqib
(2008:7) menyatakan ”Dalam satu
siklus terdiri dari 4 langkah yaitu
perencanaan, aksi atau tindakan,
observasi/pengamatan, refleksi”.
B. Kehadiran dan Peran Peneliti di
Lapangan
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang menuntut adanya
peneliti di lapangan sebagai pelaku
tindakan dan pengumpul data. Peran
peneliti di lapangan yaitu sebagai subjek
pemberi tindakan dengan cara
mengajar, mengumpulkan data, dan
menganalisis data.
C. Kancah Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di MAN
Mojokerto dengan Alamat JL.RA
Basuni nomor 306 Sooko. Penelitian ini
dilakukan di kelas XI IPS 2 dengan
jumlah siswa 39 orang, yang terdiri 25
perempuan dan 14 laki-laki.
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi
subjek penelitian adalah siswa kelas XI
IPS 2 MAN Mojokerto dengan jumlah
siswa 39 orang, yang terdiri 25
perempuan dan 14 laki-laki.
E. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah data
observasi awal, data nilai UTS semester
I, keaktifan belajar, data hasil belajar,
kegiatan pembelajaran. Sumber data
6
dalam penelitian ini adalah guru dan
siswa kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto.
F. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan lembar
pengamatan yang diisi oleh observer.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui
aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi siswa terdiri dari beberapa
indikator keaktifan siswa selama
kegiatan belajar berlangsung.
2. Tes
Tes adalah soal-soal yang digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menganalisis materi pelajaran
yang diberikan.
G. Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk
mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan
oleh siswa saat proses pembelajaran di
dalam kelas siswa. Dengan observasi,
keaktifan siswa dapat diamati secara
seksama.
2. Tes
Tes adalah soal-soal yang digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menganalisis materi pelajaran yang
diberikan. Tes digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa ranah
kognitif. Pada penelitian ini, tes
dilakukan 1 minggu setelah siklus
berakhir dan digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa ranah
kognitif.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan pada akhir
pembelajaran untuk memperoleh data
keaktifan dan hasil belajar siswa.
1. Analisis data Keaktifan belajar
Siswa
Alat penilaian yang dipergunakan
untuk menilai keaktifan belajar siswa
adalah dengan pengamatan
(observasi). Arikunto (2009:236)
menyimpulkan bahwa, untuk
menghitung keaktifan siswa klasikal
dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Sumber: Modifikasi dari Arikunto 2009
Target keberhasilan tindakan adalah
≥ 70 maka ketuntasan klasikal sudah
terpenuhi.
Untuk menghitung rata-rata
keaktifan belajar pada lembar
observasi dihitung dengan rumus:
100 X kelas dalam siswaJumlah
berhasil siswaJumlah
N X
fx
7
Ket : X = rata-rata nilai
f = frekuensi
x = nilai tengah
N = Jumlah siswa
2. Analisis data Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar diperoleh dari
skor tes siswa setelah penerapan
model pembelajaran TAI. Penilaian
rata-rata kelas digunakan untuk
mengetahui secara keseluruhan dari
proses pembelajaran siswa. Untuk
menentukan rata-rata menggunakan
rumus:
Ket : X = rata-rata nilai
f = frekuensi
x = nilai tengah
N = Jumlah siswa
Tindakan dapat dinyatakan berhasil
apabila nilai rata-rata klasikal hasil
belajar siswa ≥ 78 dan apabila
setidaknya 85% dari keseluruhan
jumlah siswa telah mencapai skor
lebih dari atau sama dengan 78,
maka ketuntasan klasikal sudah
terpenuhi.
3. Data Nilai Ulangan Tengah
Semester (UTS)
Sebelum pembelajaran dengan model
TAI diterapkan, siswa dibentuk
dalam kelompok-kelompok yang
heterogen. Kelompok heterogen
terdiri dari siswa berkemampuan
atas, sedang, dan bawah. Pembagian
kelompok dilihat dari nilai ulangan
tengah semester 1 yang didapat dari
buku daftar nilai yang dimiliki guru.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini didahului
dengan observasi awal. Observasi awal
bertujuan untuk mencari dan
mengumpulkan informasi tentang
kondisi siswa di kelas pada saat
pembelajaran berlangsung, hasil belajar
siswa, sarana dan prasarana, kegiatan
pembelajaran baik dari segi metode,
media dan lainnya, dan mengamati
permasalahan-permasalahan yang sering
muncul dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas dengan
beberapa siklus sampai mencapai
peningkatan keaktifan. Masing-masing
siklus terdiri dari empat tahapan.
Adapun tahapan pelaksanaan penelitian
ini pada setiap siklus di antaranya
adalah:
1. Pra Tindakan
Kegiatan yang dilakukan sebelum
tindakan yaitu sebagai berikut:
N X
fx
8
1) Melakukan wawancara dengan guru
bidang studi.
2) Melakukan observasi ke kelas
untuk pengambilan data awal.
3) Membuat instrumen penelitian yang
meliputi:
a. Lembar Observasi Keaktifan
Belajar Siswa.
b. Tes
4) Mempersiapkan pelaksanaan
tindakan.
2. Siklus 1
a. Perencanaan Tindakan
1) Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
2) Menyusun lembar
observasi/lembar pengamatan
yang berisi tentang keaktifan
siswa yang akan dinilai oleh
observer.
3) Menyusun lembar tugas.
4) Menyusun Tes.
b. Aksi/Tindakan
1) Team
Guru melakukan pembagian
kelompok yang beranggotakan 6-7
siswa dengan kemampuan
heterogen yang terdiri atas siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang
dan rendah berdasarkan data nilai
ujian tengah semester 1.
2) Teaching Group
Guru menjelaskan materi
pembelajaran secara garis besar
3) Student Creative
- Guru membagikan lembar tugas
pada setiap siswa
- Siswa diminta untuk mempelajari
materi dan mengerjakan lembar
tugas secara individu.
4) Team Study
- Guru meminta siswa duduk
berkelompok dengan kelompok
yang telah dibentuk oleh guru
- Guru meminta untuk membahas
lembar tugas yang telah
dikerjakan secara individu dalam
kelompoknya selanjutnya siswa
belajar dalam kelompoknya
masing-masing
- Guru melakukan pengajaran
kelompok yaitu membantu siswa
membangun pengetahuan dan
memahami melalui pengajaran
konsep-konsep dan mengajukan
pertanyaan arahan untuk
membantu pemahaman konsep.
5) Whole Class Unit
- Beberapa kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
kelompok untuk didiskusikan
didalam kelas.
9
6) Fact Test
Siswa diberikan tes individual
(Tes akhir siklus I dan II).
7) Team Skor and Team
Recognition
- Guru dan siswa membahas hasil
tes
- Guru menghitung skor
peningkatan individual siswa
untuk menentukan kelompok yang
mendapatkan skor tertinggi
- Guru memberikan penghargaan.
c. Observasi
Observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran pada saat penelitian
berlangsung. Observasi berpedoman
pada lembar observasi aktivitas guru
dan siswa yang dilakukan oleh 2
orang teman peneliti atau lebih. Hasil
observasi kemudian dianalisis.
d. Refleksi
Tahap refleksi ini bertujuan untuk
mengetahui kekurangan dan
kelebihan pada siklus 1 yang
digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pada
siklus II. Data refleksi diperoleh dari
observasi teman sejawat peneliti.
Selanjutnya tahapan pada Siklus II
sama dengan Siklus I.
10
PEMBAHASAN
A. Penerapan Model Teams Assisted
Individualization untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa
Keaktifan belajar dalam penelitian
ini adalah semua aktivitas yang
dilakukan siswa selama mengikuti mata
pelajaran Geografi dengan menerapkan
model pembelajaran TAI yang dilihat
dari 13 indikator keaktifan siswa pada 4
tahapan model pembelajaran TAI.
Keaktifan belajar merupakan prinsip
utama yang harus dipenuhi selama
kegiatan pembelajaran berlangsung
karena pembelajaran tidak akan
berlangsung dengan baik tanpa adanya
aktivitas. Menurut Sardiman
(2005),”Keaktifan belajar adalah
aktivitas baik yang bersifat fisik maupun
mental yang saling berkaitan sehingga
dapat membuahkan hasil belajar yang
optimal”.
Pada siklus I maupun sebelum
tindakan, peningkatan keaktifan ini
belum mencapai target penelitian yaitu
dari keseluruhan jumlah siswa telah
mencapai skor lebih dari atau sama
dengan 70. Peningkatan keaktifan yang
belum mencapai target penelitian ini
disebabkan karena beberapa faktor di
antaranya yaitu siswa masih enggan
untuk berdiskusi dengan kelompok yang
dibentuk berdasarkan hasil UTS siswa.
Sehingga ada beberapa kelompok yang
masih belum aktif yaitu kelompok 2 dan
3. Hasil observasi keaktifan.
Tabel Distribusi Frekuensi Keaktifan Siswa
Siklus I.
Berdasarkan Tabel di atas maka keaktifan
siswa pada Siklus I mencapai 64,86%
yakni sebanyak 24 siswa dengan rata-rata
keaktifan siswa secara klasikal yaitu 68,67.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa keaktifan siswa kelas XI IPS 2 pada
siklus I masih belum mencapai target
peneliti.
Pada siklus II keaktifan siswa
meningkat, peningkatan keaktifan ini
disebabkan karena beberapa faktor di
antaranya yaitu pemberian penekanan
yaitu bahwa keberhasilan individu
menentukan keberhasilan kelompok dan
sebaliknya. Peneliti juga menyatakan
bahwa keberhasilan kelompok bukan
hanya dilihat dari keaktifan anggota
kelompok dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan dari peneliti maupun teman
kelompok tapi juga dinilai dari kerjasama
antar anggota kelompoknya dan juga
Kelas f f kum % %kum
84-100 15 15 40,54 40,54
70-83 9 24 24,32 64,86
56-69 0 24 0 64,86
43-55 1 25 2,70 67,57
30-42 11 36 29,73 97,30
17-29 1 37 2,70 100
Jumlah 37
11
penguasaan materi pembelajaran. Sehingga
siswa-siswi yang keaktifannya kurang
terutama dalam bekerjasama mulai
berlomba-lomba dalam meningkatkan
keaktifannya pada siklus II. Berikut adalah
hasil observasi keaktifan
Siswa Siklus II.
Tabel Distribusi Frekuensi Keaktifan Siswa
Siklus II
Berdasarkan Tabel di atas maka keaktifan
siswa pada Siklus II mencapai 86,49%
yakni sebanyak 32 siswa dengan rata-rata
keaktifan siswa secara klasikal yaitu 84,89.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa keaktifan siswa kelas XI IPS 2 pada
siklus II sudah mencapai target peneliti.
B. Penerapan model Teams Assisted
Individualization untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Model pembelajaran TAI
merupakan model pembelajaran yang
melibatkan keheterogenan aktivitas
kelompok dalam berdiskusi. Model TAI
dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang materi yang disajikan, karena
dalam TAI siswa yang kesulitan dalam
memahami materi dijelaskan oleh
temannya yang lebih memahami (siswa
kelompok atas). Hal ini sesuai dengan
pendapat Vigotsky (dalam Supriyono
2011:55) yang menekankan bahwa
peserta didik mengonstruksi pengetahuan
melalui interaksi sosial dengan orang
lain.
Berdasarkan hasil pembelajaran
siklus I diperoleh data hasil belajar siswa
melalui tes siklus I. Adapun Distribusi
frekuensi hasil belajar siklus I terdapat
pada Tabel di bawah ini.
Kelas f f kum % %kum
84-100 26 26 70,27 70,27
70-83 6 32 16,22 86,49
56-69 3 35 8,11 94,59
43-55 2 37 5,41 100
30-42 0 37 0 100
17-29 0 37 0 100
Jumlah 37
12
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Siklus I
Apabila hasil belajar yang dimiliki siswa
lebih besar atau sama dengan 78, maka
siswa dinyatakan telah mencapai
ketuntasan belajar. Dan apabila setidaknya
85% dari keseluruhan jumlah siswa telah
mencapai nilai 78, maka ketuntasan
klasikal sudah terpenuhi. Berdasarkan
Tabel di atas maka hasil belajar siswa
dengan nilai lebih dari atau sama dengan
78 pada siklus I mencapai 30,77% yakni
sebanyak 12 siswa dengan rata-rata hasil
belajar siswa secara klasikal yaitu 69,73.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPS 2
pada siklus I masih belum memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥78.
Sehingga dilanjutkan ke Siklus II.
Berdasarkan hasil pembelajaran
siklus II diperoleh data hasil belajar siswa
melalui tes siklus II. Adapun Distribusi
frekuensi hasil belajar siklus II tercantum
pada Tabel di bawah ini. Tabel Distribusi
Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II
Apabila hasil belajar yang dimiliki siswa
lebih besar atau sama dengan 78, maka
siswa dinyatakan telah mencapai
ketuntasan belajar dan apabila setidaknya
Nilai f f kum % %kum
90-95 1 1 2,56 2,56
84-89 5 6 12,82 15,38
78-83 6 12 15,38 30,77
72-77 8 20 20,51 51,28
66-71 3 23 7,69 58,97
60-65 6 29 15,38 74,36
54-59 6 35 15,38 89,74
48-53 3 38 7,69 97,44
42-47 1 39 2,56 100
35-41 0 39 0 100
30-35 0 39 0 100
Jumlah 39
Nilai f f kum % %kum
90-95 8 8 20,51 20,51
84-89 13 21 33,33 53,85
78-83 14 35 35,90 89,74
72-77 2 37 5,13 94,87
66-71 2 39 5,13 100
60-65 0 39 0 100
54-59 0 39 0 100
48-53 0 39 0 100
42-47 0 39 0 100
35-41 0 39 0 100
30-35 0 39 0 100
Jumlah 39
13
85% dari keseluruhan jumlah siswa telah
mencapai nilai 78, maka ketuntasan
klasikal sudah terpenuhi. Berdasarkan
Tabel di atas maka hasil belajar siswa
dengan nilai lebih dari atau sama dengan
78 pada siklus II mencapai 89,74% yakni
sebanyak 35 siswa dengan rata-rata secara
klasikal yaitu 84,04. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa kelas XI IPS 2 pada siklus II sudah
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
yang ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥78
sehingga siklus selanjutnya tidak
dilanjutkan karena skor keaktifan dan hasil
belajar siswa telah mencapai target
keberhasilan tindakan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data
yang diperoleh dari penerapan model
pembelajaran Team Assisted
Individualization untuk meningkatkan
keaktifan belajar geografi pada siswa kelas
XI IPS 2 MAN Mojokerto Kabupaten
mojokerto, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Keaktifan siswa kelas XI IPS 2 MAN
Mojokerto mengalami peningkatan
setelah penerapan model pembelajaran
TAI yakni pada siklus I rata-rata
perhitungan keaktifan siswa sebesar
68,67 dan meningkat pada siklus II
sebesar 84,89.
2. Peningkatan keaktifan yang terjadi pada
siswa kelas XI IPS 2 MAN Mojokerto
juga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Pada siklus I rata-rata
perhitungan 69,73 meningkat pada
siklus II yakni 84,04. Peningkatan
tersebut telah mencapai kriteria
ketuntasan minimum yang ditentukan
yaitu ≥78.
B. Saran
1. Bagi Kepala Sekolah MAN Mojokerto,
perlu menyediakan sarana dan prasarana
yang lengkap untuk mendukung
efektivitas penerapan model
pembelajaran Team Assisted
Individualization yaitu berupa
penyediaan literatur dan media
pembelajaran serta internet sebagai
sumber belajar guna mempermudah
14
siswa dalam memperoleh informasi dan
memperlancar proses belajar.
2. Bagi guru geografi, model pembelajaran
Team Assisted Individualization dapat
dijadikan alternatif pilihan dalam
praktik pembelajaran di kelas agar dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Pada saat pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, sebaiknya guru harus
benar-benar memperhatikan waktu agar
proses pembelajaran dapat terlaksana
sesuai dengan alokasi waktu yang
tersedia, lebih tegas lagi dalam
mengelola kelas serta lebih memotivasi
siswa akan pentingnya proses
pembelajaran sehingga siswa tidak
ramai sendiri.
3. Bagi siswa, khususnya siswa kelas XI
IPS 2 di MAN Mojokerto, pada saat
pembelajaran dengan model TAI perlu
meningkatkan keberanian dalam
mengajukan pertanyaan maupun
berargumentasi guna lebih memahami
terhadap materi yang dipelajari serta
diskusi bisa berjalan dengan baik di
dalam kelompok maupun diskusi kelas
sehingga lembar tugas siswa bisa terisi
semua.
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan
pula untuk pengembangan model
pembelajaran dengan mengujicobakan
kombinasi model dan media
pembelajaran yang lebih variatif
sehingga tampak pengaruh yang besar
terhadap keaktifan belajar siswa dan
memperoleh manfaat yang lebih besar
dari model Team Assisted
Individualization.
15
DAFTAR RUJUKAN
Akhsin Rosyadi, Muhammad.2010. Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
(Team Assisted Individualization)
Tanggal 28 Januari. (Online).
(http://matematikacerdas.wordpress.
com/2010/01/28/model-
pembelajaran-kooperatif-tipe-tai-
team-assisted-individualization/
diakses Minggu 6 November 2011)
Aqib, Zaenal dkk. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: CV.
Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dimyati, & Mujiono.1994. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Jambak, Wannef. 2007. Langkah-Langkah
Menetapkan KKM. Tanggal 21
Februari. (Online).
(http://wannefjambak.wordpress.com
/2007/02/21/langkah-langkah-
menetapkan-kkm-2/ diakses Minggu
15 Januari 2012).
Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdyakarya.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative
Learning: Tori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Supriyono, Agus. 2011. Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogjakarta: Pustaka
Pelajar.