penerapan model pembelajaran learning cycle 5e untuk
TRANSCRIPT
1
Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas
X-Keperawatan SMK Kesehatan BIM Probolinggo
Elies Septiana Sari, Asim, YudyantoJurusan FMIPA Universitas Negeri Malang
Email : [email protected]
ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi aktivitas dan prestasi belajar siswa ± 58,82% berada dibawah standar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, 38,24% siswa pada mata pelajaran fisika belum memperoleh nilai KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 75. Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut diterapkan suatu pembelajaran konstruktivisme yaitu pembelajaran model Learning Cycle 5E.
Jenis penelitian adalah Tindakan Kelas. Penelitian berlangsung dalam dua siklus. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E, bagaimana model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan catatan lapangan, lembar observasi, dan tes. Analisis data dalam penelitian ini besifat kualitatif (berupa kata atau kalimat) dan kuantitatif (berupa angka).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan keterlaksanaan pembelajaran sebesar 8,70%, peningkatan aktivitas siswa pada aspek afektif sebesar 18,34%, sedangkan untuk aspek psikomotor sebesar 16,53%, dan peningkatan pada prestasi belajar siswa sebesar 22,58%.
Kata kunci: Model Pembelajaran Learning Cycle 5E, Aktivitas Siswa, prestasi belajar
PENDAHULUAN
Fisika merupakan bagian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,
sehingga proses pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sebagaimana yang telah tercantum
dalam kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa proses
pembelajaran IPA ditandai oleh munculnya metode ilmiah yang terwujud melalui
serangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah. Hal ini peserta didik harus
mampu mengembangkan pengalamannya untuk dapat merumuskan masalah,
menyusun dan mengajukan hipotesis, merancang eksperimen, menguji hipotesis
melalui eksperimen, mengumpulkan data, mengolah dan menafsirkan data.
Pembelajaran yang dilakukan diharapkan siswa dapat memenuhi Standart
Kompetensi Kelulusan (SKL) yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan tuntutan kurikulum (Depdiknas, 2006).
2
2
Model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar
memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan dalam belajar. Oleh
karena itu guru dituntut agar dapat menerapkan model pembelajaran yang efektif
dan efisien yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Manfaat dari model pembelajaran adalah untuk meningkatkan suasana
belajar yang lebih kondusif dengan lebih melibatkan aspek-aspek kecerdasan
siswa atau dengan kata lain siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas
pembelajaran mandiri dengan pengawasan secara proposional oleh guru (Sayuti,
2012).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika SMK
Kesehatan BIM Probolinggo, diketahui ada beberapa kendala dalam
melaksanakan proses pembelajaran dalam aspek afektif yaitu kurangnya kerja
sama, kurangnya menghargai pendapat teman, tidak berani mengajukan pendapat,
dan tidak berani menjawab pertanyaan. Sedangkan, pada aspek psikomotor yaitu
melakukan percobaan sesuai prosedur masih rendah atau kurang, kurang tanggap
dalam melaksanakan tugas, dan kurangnya kerja sama kelompok. Sehingga,
aktivitas siswa masih rendah.
Berdasarkan data Kriteria Ketuntasan Minimal kelas X-Keperawatan di
SMK Kesehatan BIM Probolinggo bahwa standar ketuntasan belajar minimal
untuk mata pelajaran fisika adalah 75, namun pada kenyataannya dilihat dari nilai
rata-rata UH masih dibawah nilai KKM yaitu 72,97 (Tabel 1.1). Berdasarkan
informasi yang diperoleh tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa karena pada
kegiatan belajar mengajar lebih berpusat kepada guru, sehingga siswa kurang
memperoleh pengetahuan secara mandiri. Oleh karena itu perlu usaha perbaikan
agar siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Tabel 1.1 Daftar nilai rata-rata ulangan harian siswa
Kelas UH 1 UH 2 UH 3 Rata-rata
X – Analis Kesehatan 75,14 77,64 73,06 75,28
X – Keperawatan 73,79 73,75 71,36 72,97
X – Farmasi 78,17 79,02 75,00 77,40
Sumber: guru fisika SMK Kesehatan BIM Probolinggo
3
3
Berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian siswa diambil kelas X-
Keperawatan untuk penelitian tindakan kelas. Berdasarkan rata-rata UH dikethui
bahwa terdapat 38,24% siswa tidak tuntas dan 58,82% siswa tuntas.
Aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa dapat meningkat apabila guru
dapat meningkatkan kerja sama siswa, meningkatkan sifat menghargai pendapat
teman, meningkatkan sifat berani mengajukan pendapat, meningkatkan sifat
berani menjawab pertanyaan, meningkatkan tanggap dalam melaksanakan tugas,
meningkatkan sifat kerja sama kelompok dengan menggunakan berbagai macam
model pembelajaran, memberikan umpan balik kepada siswa. Salah satu
alternative untuk pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model
pembelajaran yaitu model pembelajaran Learning cycle 5E.
Learning cycle 5E merupakan model pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik (student centered), berupa rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase)
yang diorganisasi sedemikian rupa, meliputi pembangkitan minat (engagement),
eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan
evaluasi (evaluation) sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-
kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif
(Suastra, 2009). Aktivitas dalam pembelajaran Learning cycle lebih banyak
ditentukan oleh peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih aktif. Dalam
proses pembelajaran Learning cycle setiap fase yang baru dan sebelumnya saling
berkaitan sehingga membuat peserta didik lebih mudah mengerti serta mampu
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah mereka pahami pada latihan soal.
Learning cycle merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada teori
konstruktivistik. Pada pembelajaran teori konstruktivistik menekankan pentingnya
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses
mengajar. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa dan guru
sebagai fasilitator (Soebagio, 2001).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu, model pembelajaran
Learning cycle 5E efektif mampu untuk meningkatkan proporsi penurunan jumlah
siswa yang mengalami miskonsepsi (Taufiq, 2012). Hasil penelitian lain juga
melaporkan, bahwa model pembelajaran Learning cycle 5E dapat digunakan guru
sebagai salah satu alternatif cara untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
4
4
matematis siswa (Agustyaningrum, 2010). Penelatian lain juga melaporkan bahwa
model pembelajaran Learning cycle 5E dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa (Apriyani, 2010).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan
judul ”Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X-Keperawatan SMK
Kesehatan BIM Probolinggo”.
METODE
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research), yaitu penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki suatu
keadaan pembelajaran di kelas dengan melakukan tindakan-tindakan (Kasbolah,
1999:1). Tindakan yang akan dilakukan adalah penerapan model pembelajaran
Learning Cycle 5E. Penelitian ini bertujuan untuk menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses mengajar.
Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa dan guru sebagai
fasilitator (Soebagio, 2001). Penelitian tindakan kelas tiap siklusnya terdiri dari
tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa, meliputi
pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan
(explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation). Tahap tersebut
digambarkan pada Gambar 1.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kesehatan BIM Probolinggo dengan
subyek penelitian adalah kelas X-Keperawatan. Data dan sumber data yang
diperoleh dari penelitian yaitu, keterlaksanaan pembelajaran Learning Cycle 5E,
aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa. Instrumen penelitian yang digunakan
meliputi perangkat pembelajaran, lembar observasi dan soal tes formatif. Analisis
data dalam penelitian ini bersifat kualitatif (berupa kata atau kalimat) dan
kuantitatif (berupa angka).
5
5
Gambar 1 Siklus Model Kemmis & MC Taggart
(Sumber: Arikunto 2007)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterlaksanaan Pembelajaran
Gambaran keterlaksanaan pembelajaran tiap-tiap tahap pada siklus I dan
siklus II ditunjukkan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Keterlaksanaan Penerapan Model Learning Cycle 5E Pada Siklus I Dan Siklus II
Learning Cycle 5E Siklus I Siklus II
EngagementExplorationExplanationElaborationEvaluation
77,0081,0076,0075,0077,00
84,5086,5086,0085,0087,50
Keterlaksanaan77,20 86,00
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pembelajaran fisika dengan
menggunakan model Learning Cycle 5E dapat terlaksana cukup baik pada siklus I
dan sangat baik pada siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase
keterlaksanaan pembelajaran yakni 77,20% pada siklus I dan 86,00% pada siklus
II.
Pelaksanaa
Pengamatan
Refleksi Siklus I
Perencanaan
Perencanaan
Siklus II Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
Siklus berikutnya
Gambar 3
Gambar 3 menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran model pembelajaran
Learning cycle 5E seca
pembelajaran dalam model pembelajaran
persentase keterlaksanaan pembelajaran dari siklus I sampai siklus II. Hal ini
mengindikasikan bahwa solusi dari hasil refl
Tahap engagement
siklus I. Seluruh kegiatan pada tahapan
kelas dipertahankan pada tindakan selanjutnya.
Tahap exploration
tentang langkah-langkah pengerjaan LKS daripada memahami LKS sendiri. Guru
mengatasinya dengan menjelaskan bagian yang tidak dimengerti pada tiap
kelompok. Hal ini menjadikan banyak waktu yang terb
kelompok belum memperlihatkan keaktifan siswa. Beberapa siswa terlihat
bermain dan bergurau sendiri, sehingga mengandalkan pekerjaan teman satu
kelompoknya, menjadikan suasana kelas kurang kondusif.
Tahap explanation
Hal inilah yang menyebabkan persentase keterlaksanaan siklus I masih kurang.
Pada siklus II dilakukan usaha perbaikan berupa pengalokasian waktu tersendiri
untuk memahami LKS. Menegaskan pada siswa bahwa pengerjaan LKS a
mendapatkan poin tambahan sebagai nilai tugas. Pada diskusi kelas, setiap
68.0070.0072.0074.0076.0078.0080.0082.0084.0086.0088.00
77.00
84.50
Per
sen
tase
Sintak Pembelajaran Learning Cycle 5E
6
Gambar 3 Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran Secara Rinci
menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran model pembelajaran
5E secara rinci. Dari Gambar 2 terlihat bahwa pada setiap tahap
pembelajaran dalam model pembelajaran Learning cycle 5E mengalami kenaikan
persentase keterlaksanaan pembelajaran dari siklus I sampai siklus II. Hal ini
mengindikasikan bahwa solusi dari hasil refleksi I yang dilakukan tepat.
engagement pada siklus II merupakan kelanjutan dari tahapan pada
siklus I. Seluruh kegiatan pada tahapan engagement siklus I hampir
kelas dipertahankan pada tindakan selanjutnya.
exploration sebagian besar siswa lebih suka bertanya kepada guru
langkah pengerjaan LKS daripada memahami LKS sendiri. Guru
mengatasinya dengan menjelaskan bagian yang tidak dimengerti pada tiap
kelompok. Hal ini menjadikan banyak waktu yang terbuang. Pembagian kerja
kelompok belum memperlihatkan keaktifan siswa. Beberapa siswa terlihat
bermain dan bergurau sendiri, sehingga mengandalkan pekerjaan teman satu
kelompoknya, menjadikan suasana kelas kurang kondusif.
xplanation belum ada tanggapan untuk kelompok yang persentasi.
Hal inilah yang menyebabkan persentase keterlaksanaan siklus I masih kurang.
Pada siklus II dilakukan usaha perbaikan berupa pengalokasian waktu tersendiri
untuk memahami LKS. Menegaskan pada siswa bahwa pengerjaan LKS a
mendapatkan poin tambahan sebagai nilai tugas. Pada diskusi kelas, setiap
77.00
81.00
76.00 75.0077.00
84.5086.50 86.00 85.00
87.50
Sintak Pembelajaran Learning Cycle 5E
6
Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran Secara Rinci
menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran model pembelajaran
ra rinci. Dari Gambar 2 terlihat bahwa pada setiap tahap
5E mengalami kenaikan
persentase keterlaksanaan pembelajaran dari siklus I sampai siklus II. Hal ini
eksi I yang dilakukan tepat.
pada siklus II merupakan kelanjutan dari tahapan pada
siklus I hampir engagement
sebagian besar siswa lebih suka bertanya kepada guru
langkah pengerjaan LKS daripada memahami LKS sendiri. Guru
mengatasinya dengan menjelaskan bagian yang tidak dimengerti pada tiap-tiap
uang. Pembagian kerja
kelompok belum memperlihatkan keaktifan siswa. Beberapa siswa terlihat
bermain dan bergurau sendiri, sehingga mengandalkan pekerjaan teman satu
pan untuk kelompok yang persentasi.
Hal inilah yang menyebabkan persentase keterlaksanaan siklus I masih kurang.
Pada siklus II dilakukan usaha perbaikan berupa pengalokasian waktu tersendiri
untuk memahami LKS. Menegaskan pada siswa bahwa pengerjaan LKS akan
mendapatkan poin tambahan sebagai nilai tugas. Pada diskusi kelas, setiap
SIKLUS 1
SIKLUS 2
kelompok diminta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan kepada
kelompok lain.
Tahap elaboration
sebelumnya telah dipelajari dan di
siklus I siswa mengalami kebinguangan dalam menerakan konsep. Guru memberi
penjelasan tentang bagaimana menerapkan konsep dalam latihan soal dengan
memeberi contoh soal. Sehingga pada sikls II siswa sudah bias mene
konsep ke dalam latihan soal. Hal ini merupakan perbaikan dan keberhasilan pada
siklus II.
Tahap evaluation
waktu yang terpakai pada tahap sebelumnya mengakibatkan kegiatan penarikan
kesimpulan tidak dapat berjalan dengan baik. Selain itu, siswa juga belum terbiasa
menyimpulkan dan mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya. Hal
inilah yang mengakibatkan keterlaksanaan tahap
itu, pada siklus II dilakukan perbaikan
Aktivitas Siswa
Pembahasan Aktivitas
ketercapaian aspek aktivitas
pada siklus I dan siklus II seperti ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4
Gambar 4. Grafik Perbandingan
020406080
100
Seko
r sik
ap (%
)
AKTIVITAS SISWA PADA ASPEK AFEKTIF DAN
7
kelompok diminta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan kepada
elaboration siswa diminta untuk menerapkan konsep yang
sebelumnya telah dipelajari dan di diskusikan secara berkelompok, namun pada
siklus I siswa mengalami kebinguangan dalam menerakan konsep. Guru memberi
penjelasan tentang bagaimana menerapkan konsep dalam latihan soal dengan
memeberi contoh soal. Sehingga pada sikls II siswa sudah bias mene
konsep ke dalam latihan soal. Hal ini merupakan perbaikan dan keberhasilan pada
valuation waktu pembelajaran yang telah usai karena banyaknya
waktu yang terpakai pada tahap sebelumnya mengakibatkan kegiatan penarikan
ak dapat berjalan dengan baik. Selain itu, siswa juga belum terbiasa
menyimpulkan dan mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya. Hal
inilah yang mengakibatkan keterlaksanaan tahap evaluation masih kurang. Untuk
itu, pada siklus II dilakukan perbaikan.
Aktivitas siswa diawali dengan memberikan gambaran
aktivitas siswa baik dari aspek afektif maupun psikomotor
pada siklus I dan siklus II seperti ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4
. Grafik Perbandingan Aktivitas Siswa pada Aspek Afektif
69.36 70 66.46 68.7186.13 87.42 88.07 86.24
Aktifitas siswa
AKTIVITAS SISWA PADA ASPEK AFEKTIF DAN TARAF KEBERHASILAN
7
kelompok diminta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan kepada
siswa diminta untuk menerapkan konsep yang
diskusikan secara berkelompok, namun pada
siklus I siswa mengalami kebinguangan dalam menerakan konsep. Guru memberi
penjelasan tentang bagaimana menerapkan konsep dalam latihan soal dengan
memeberi contoh soal. Sehingga pada sikls II siswa sudah bias menerapkan
konsep ke dalam latihan soal. Hal ini merupakan perbaikan dan keberhasilan pada
waktu pembelajaran yang telah usai karena banyaknya
waktu yang terpakai pada tahap sebelumnya mengakibatkan kegiatan penarikan
ak dapat berjalan dengan baik. Selain itu, siswa juga belum terbiasa
menyimpulkan dan mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya. Hal
masih kurang. Untuk
siswa diawali dengan memberikan gambaran
siswa baik dari aspek afektif maupun psikomotor
pada siklus I dan siklus II seperti ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4
Siklus I dan II
SIKLUS 1
SIKLUS 2
Gambar 5. Grafik Perbandingan
Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5
untuk ketercapaian aktivita
Aktivitas siswa pada aspek afektif yaitu bekerja sama pada siklus I masih
kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 (standar) dimana nilai
persentase ketercapaian sebesar 69,36%. Sebagian besar siswa masih belum
melakukan kerja sama dengan baik. Ha
praktikum benda elastis pada pertemuan pertama siklus I. Siswa mampu
membedakan benda elastis dan tidak elastis tersebut dengan baik meskipun ada
beberapa yang masih belum bisa menyebutkan secara sempurna. Sehingga pada
siklus II aktivitas ini sangat perlu ditingkatkan.
Aktivitas siswa pada aspek afektif yaitu menghargai pendapat teman pada
siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75
(standar) yaitu sebesar 70,00%. Sebagian besar siswa
menghargai pendapat dari temannya. Cara peningkatannya yaitu dengan
mengontrol situasi kelas agar lebih kondusif sehingga siswa dari kelompok lain
tidak merasa canggung untuk mengeluarkan pendapatnya atau menyatakan hasil
diskusi kelompok. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu
ditingkatkan.
Aktivitas siswa pada aspek afektif yaitu mengajukan pendapat pada siklus
I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75
020406080
100
Melakukan percobaan
sesuai prosedur
68.71
Seko
r sik
ap (%
)
AKTIVITAS SISWA PADA ASPEK PSIKOMOTOR DAN
8
. Grafik Perbandingan Aktivitas Siswa pada Aspek Psikomotor
Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5 dapat dipaparkan hasil penelitian
aktivitas siswa secara deskriptif sebagai berikut.
siswa pada aspek afektif yaitu bekerja sama pada siklus I masih
kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 (standar) dimana nilai
persentase ketercapaian sebesar 69,36%. Sebagian besar siswa masih belum
melakukan kerja sama dengan baik. Hal ini terlihat saat siswa melakukan
praktikum benda elastis pada pertemuan pertama siklus I. Siswa mampu
membedakan benda elastis dan tidak elastis tersebut dengan baik meskipun ada
beberapa yang masih belum bisa menyebutkan secara sempurna. Sehingga pada
ini sangat perlu ditingkatkan.
siswa pada aspek afektif yaitu menghargai pendapat teman pada
siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75
(standar) yaitu sebesar 70,00%. Sebagian besar siswa masih belum bisa
menghargai pendapat dari temannya. Cara peningkatannya yaitu dengan
mengontrol situasi kelas agar lebih kondusif sehingga siswa dari kelompok lain
tidak merasa canggung untuk mengeluarkan pendapatnya atau menyatakan hasil
Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu
siswa pada aspek afektif yaitu mengajukan pendapat pada siklus
I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75
Melakukan percobaan
sesuai prosedur
Tanggap dalam melaksanakan
tugas
Kerjasama kelompok
68.71 70.33 69.3686.13 85.16 86.45
Aktifitas siswa
AKTIVITAS SISWA PADA ASPEK PSIKOMOTOR DAN TARAF KEBERHASILAN
SIKLUS 1
SIKLUS 2
8
Psikomotor Siklus I dan II
dapat dipaparkan hasil penelitian
siswa secara deskriptif sebagai berikut.
siswa pada aspek afektif yaitu bekerja sama pada siklus I masih
kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 (standar) dimana nilai
persentase ketercapaian sebesar 69,36%. Sebagian besar siswa masih belum
l ini terlihat saat siswa melakukan
praktikum benda elastis pada pertemuan pertama siklus I. Siswa mampu
membedakan benda elastis dan tidak elastis tersebut dengan baik meskipun ada
beberapa yang masih belum bisa menyebutkan secara sempurna. Sehingga pada
siswa pada aspek afektif yaitu menghargai pendapat teman pada
siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75
masih belum bisa
menghargai pendapat dari temannya. Cara peningkatannya yaitu dengan
mengontrol situasi kelas agar lebih kondusif sehingga siswa dari kelompok lain
tidak merasa canggung untuk mengeluarkan pendapatnya atau menyatakan hasil
Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu
siswa pada aspek afektif yaitu mengajukan pendapat pada siklus
I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75
SIKLUS 1
SIKLUS 2
9
9
(standar) yaitu sebesar 65.67%. Sebagian besar siswa masih belum bisa
menuliskan kejadian apa yang akan terjadi ketika dilakukan hal yang berbeda dari
yang telah dilakukan. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II
perlu ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, sehingga siswa mampu untuk memprediksi
atas demonstrasi yang dilakukan dan menyimpulkan jawaban dari prediksi yang
telah dibuat setelah melakukan belajar tim.
Aktivitas siswa pada aspek afektif yaitu menjawab pertanyaan pada siklus
I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75
(standar) yaitu sebesar 68,71%. Sebagian besar siswa masih merasa takut untuk
menjawab pertanyaan. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II
perlu ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing rasa penasaran siswa.
Aktivitas siswa pada aspek psikomotor yaitu melakukan percobaan sesuai
prosedur pada siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian
kurang dari 75 (standar) yaitu sebesar 68,71%. Sebagian besar siswa melakukan
percobaan tidak sesuai dengan prosedur karena siswa bermain-main dengan alat
praktikum. Sehingga nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu
ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara lebih mengkondisikan
siswa agar melakukan percobaan sesuai prosedur dan mengingatkan untuk tidak
bermain-main dengan alat.
Aktivitas siswa pada aspek psikomotor yaitu tanggap dalam melaksanakan
tugas pada siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian
kurang dari 75 (standar) yaitu sebesar 70,33%. Sebagian besar siswa bingung
dengan latihan soal yang diberikan dan siswa kurang tepat waktu dalam
pengumpulan tugas. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu
ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara lebih menjelaskan maksud
pertanyaan dari latihan soal yang diberikan dan menegaskan siswa tentang
pengumpulan tugas, bila dikumpulkan lebih cepat maka akan diberi point.
Aktivitas siswa pada aspek psikomotor yaitu kerjasama kelompok pada
siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75
(standar) yaitu sebesar 69,36%. Siswa kurang bekerja sama dengan anggota
10
10
kelompok mereka dalam berdiskusi. Mereka masih mengandalkan jawaban dari
teman kelompok. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu
ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara mengontrol siswa selama
melakukan diskusi ketika berkelompok.
Aktivitas siswa siklus I dan siklus II terjadi peningkatan pada semua aspek
yang diteliti yaitu, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Aktivitas siswa pada
aspek afektif mengajukan pendapat memiliki persentase peningkatan paling tinggi
yaitu sebesar 21,61% yang diperoleh dari siklus I sebesar 66,46% menjadi 88,07%
pada siklus II. Hal ini menunjukkan solusi yang didapatkan setelah refleksi siklus
I tepat. Aspek afektif bekerja sama memiliki persentase paling rendah yaitu
sebesar 16,77% yang diperoleh dari siklus I sebesar 69,36% menjadi 86,13% pada
siklus II. Pada siklus I aspek afektif menghargai pendapat dan menjawab
pertanyaan telah mencapai standar yang ditetapkan sebelumnya, namun pada
aspek ini masih perlu ada perbaikan (solusi).
Aktivitas siswa pada aspek psikomotor yaitu melakukan percobaan sesuai
prosedur memiliki persentase peningkatan paling tinggi yaitu sebesar 17,42%
yang diperoleh dari siklus I sebesar 68,71% menjadi 86,13% pada siklus II. Hal
ini menunjukkan solusi yang didapatkan setelah refleksi siklus I tepat. Aspek
psikomotor yaitu tanggap dalam melaksanakan tugas memiliki persentase paling
rendah yaitu sebesar 14,83% yang diperoleh dari siklus I sebesar 70,33% menjadi
85,16% pada siklus II. Pada siklus I aspek psikomotor yaitu kerjasama kelompok
telah mencapai standar yang ditetapkan sebelumnya, namun pada aspek ini masih
perlu ada perbaikan (solusi). Guru hanya melanjutkan apa yang telah
direncanakan pada pertemuan sebelumnya. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa
aktivitas siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran
Learning cycle 5E.
Prestasi Belajar Siswa
Pembahasan prestasi belajar siswa diawali dengan memberikan gambaran
ketercapaian prestasi belajar pada siklus I dan siklus II seperti ditunjukkan pada
Gambar 5
Gambar 6 Peningkatan Prestasi Belajar dari Observasi Awal sampai Siklus II
Prestasi belajar merupakan tingkat pemahaman siswa terhadap materi.
Prestasi belajar pada penelitian ini mencakup empat kemampuan kognitif yaitu,
kemampuan menghafal, memahami, menerapkan dan menganalisis. Prestasi
belajar ini diukur dari nilai tes siswa s
dan pekerjaan rumah setiap pertemuan. Hasil nilai akhir dibuat rerata dan dilihat
siswa yang tuntas dan belum tuntas, kemudian dibandingkan tiap siklus untuk
mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Rata
81,81 ada 8 siswa yang belum tuntas karena nilainya dibawah SKM, dengan
ketuntasan belajar siklus I sebesar 74,19%. Pada siklus II diperoleh rerata nilai
sebesar 91,38 dan 1 siswa yang belum tuntas, dengan ketuntasan belajar
siklus I sebesar 96,77%.
Gambar 5 menunjukkan bahwa dimulai dari data prestasi belajar pada
observasi awal sampai siklus II persentase siswa yang tuntas mengalami kenaikan
dan yang tidak tuntas mengalami penurunan. Peningkatan persentase siswa yang
tuntas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran
Keperawatan BIM Probolinggo telah terlaksana dengan baik, yaitu dengan
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00
100.00
Siswa Tuntas
58.82Pe
rsen
tase
%
11
Peningkatan Prestasi Belajar dari Observasi Awal sampai Siklus II
Prestasi belajar merupakan tingkat pemahaman siswa terhadap materi.
Prestasi belajar pada penelitian ini mencakup empat kemampuan kognitif yaitu,
kemampuan menghafal, memahami, menerapkan dan menganalisis. Prestasi
belajar ini diukur dari nilai tes siswa setiap akhir siklus dan perolehan nilai tugas
dan pekerjaan rumah setiap pertemuan. Hasil nilai akhir dibuat rerata dan dilihat
siswa yang tuntas dan belum tuntas, kemudian dibandingkan tiap siklus untuk
mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Rata-rata nilai akhir siklus I adalah
81,81 ada 8 siswa yang belum tuntas karena nilainya dibawah SKM, dengan
ketuntasan belajar siklus I sebesar 74,19%. Pada siklus II diperoleh rerata nilai
sebesar 91,38 dan 1 siswa yang belum tuntas, dengan ketuntasan belajar
siklus I sebesar 96,77%.
Gambar 5 menunjukkan bahwa dimulai dari data prestasi belajar pada
observasi awal sampai siklus II persentase siswa yang tuntas mengalami kenaikan
dan yang tidak tuntas mengalami penurunan. Peningkatan persentase siswa yang
tuntas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning cycle
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
dapat disimpulkan bahwa:
Penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E pada kelas X
Keperawatan BIM Probolinggo telah terlaksana dengan baik, yaitu dengan
Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas
58.82
38.24
74.19
25.81
96.77
3.23
Prestasi Belajar Siswa
Observasi Awal
Siklus I
Siklus II
11
Peningkatan Prestasi Belajar dari Observasi Awal sampai Siklus II
Prestasi belajar merupakan tingkat pemahaman siswa terhadap materi.
Prestasi belajar pada penelitian ini mencakup empat kemampuan kognitif yaitu,
kemampuan menghafal, memahami, menerapkan dan menganalisis. Prestasi
etiap akhir siklus dan perolehan nilai tugas
dan pekerjaan rumah setiap pertemuan. Hasil nilai akhir dibuat rerata dan dilihat
siswa yang tuntas dan belum tuntas, kemudian dibandingkan tiap siklus untuk
ata nilai akhir siklus I adalah
81,81 ada 8 siswa yang belum tuntas karena nilainya dibawah SKM, dengan
ketuntasan belajar siklus I sebesar 74,19%. Pada siklus II diperoleh rerata nilai
sebesar 91,38 dan 1 siswa yang belum tuntas, dengan ketuntasan belajar pada
Gambar 5 menunjukkan bahwa dimulai dari data prestasi belajar pada
observasi awal sampai siklus II persentase siswa yang tuntas mengalami kenaikan
dan yang tidak tuntas mengalami penurunan. Peningkatan persentase siswa yang
Learning cycle 5E
Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
5E pada kelas X-
Keperawatan BIM Probolinggo telah terlaksana dengan baik, yaitu dengan
Observasi Awal
12
12
tahap engagement, exploration, explanation, elaboration, dan avaluation,
persentase keterlaksanaan telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan yaitu 77,20% dengan kategori baik pada siklus I kemudian
diperbaiki lagi sehingga pada siklus II terlaksana 86% dengan kategori
sangat baik.
2. Aktivitas siswa kelas X-Keperawatan BIM Probolinggo mengalami
peningkatan selama penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E
untuk aspek afektif sebesar 68,63% dengan kategori baik pada siklus I dan
sebesar 86,97% dengan kategori sangat baik pada siklus II, sedangkan
untuk aspek psikomotor sebesar 69,47% dengan kategori baik pada siklus
I dan sebesar 86% dengan kategori sangat baik pada siklus II.
3. Prestasi belajar siswa kelas X-Keperawatan SMK BIM Probolinggo
mengalami peningkatan selama penerapan model pembelajaran Learning
cycle 5E sebesar 74,19% dengan kategori cukup baik pada siklus I dan
sebesar 96,77% dengan kategori sangat baik pada siklus II.
DAFTAR RUJUKAN
Agustyaningrum, Nina. 2010. Implemetasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E unutk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman. Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia, (Online), (http://uny.ac.id), diakses tanggal 14 April 2014 .
Anderson, W dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Apriyani. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMPN 2 Sanden Kelas VIII pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas.Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia, (Online), (http://uny.ac.id), diakses tanggal 14 April 2014 .
Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Depdiknas.
Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi 2010). Jakarta: PT Rineka
Cipta.Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas Djumhuriyah, Siti. (2008). “Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle
untuk Meningkatkan Ketuntasan belajar Siswa pada Konsep Pemuaian di Kelas VIID SMP Negeri 8 Bogor”. Tersedia di www.docstoc.com diakses pada tanggal 3 Februari 2014.
13
13
Eronika, Shabrina. 2013. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase Terhadap Prestasi belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Batu Tahun Ajaran 2012/2013 Pada Materi Stoikiometri”. Skripsi. Tidak dipublikasikan, FMIPA UM.
Fajaroh dan Dasna. 2008. “Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (LearningCycle)”. Tersedia di http://masofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/ diakses pada tanggal 14 Maret 2014.
Giancolli, D. C. 1998. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga.Lubis, Riani. 2008. Diktat Kuliah Fisika Dasar 1. Teknik Informatika: UNIKOM.Nurfauziawati, Nova. 2010. Modulus Elastisitas. Universitas Padjadjaran:
Jatinangor.Purba, Dyah., Sopyan, A. & Hartono. 2006. Aktivitas Belajar dan Penguasaan
Materi Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Portofolio Pada Mata Pelajaran Sains Fisika SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), (http://unnes.ac.id), diakses tanggal 30 September 2013 .
Sayuti, Irda. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA4
SMA Negeri 5 Pekanbaru. Tersedia pada http://digilib.unri.ac.id/public/UNRI D-Undergraduate-22204-5%20BAB%2012.pdf. (diakses tanggal 20 Maret 2014).
Soebagio, 2001. Penerapan Model Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA. Tersedia pada http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIME D-Undergraduate-22204-5%20BAB%2011.pdf. (diakses tanggal 14 April 2014).
Taufiq, Muhamad. 2012. Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, (Online),http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii.pdf diakses tanggal 14 April 2014.
Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jica Common Textbook.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.