penerapan model pembelajaran kooperatif tipe · pdf filepenerapan model pembelajaran...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2
SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh:
KARTIKA PUTRI ARUM SARI
NIM K7406095
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang ingin sukses dan berhasil dalam mengerjakan suatu aktivitas tertentu,
termasuk kesuksesan di dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu ciri sukses dalam
kegiatan belajar mengajar adalah memperoleh hasil (prestasi) belajar yang tinggi. Hasil
belajar adalah penguasaan atau ketrampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang
lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Ada dua faktor yang berhubungan dengan kesuksesan seseorang dalam kegiatan
belajar mengajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal
merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari diri pribadi peserta didik yang
meliputi : prasyarat belajar siswa, kondisi pribadi siswa dan ketrampilan belajar siswa.
Prasyarat belajar siswa yaitu pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seorang siswa
sebelum dia mengikuti suatu kegiatan pembelajaran; kondisi pribadi siswa yang meliputi
kesehatan, sikap, cita-cita dan hubungannya dengan orang lain sedang ketrampilan
belajar siswa meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti kegiatan belajar
mengajar, membaca buku, belajar kelompok, mengerjakan tugas, mencari sumber belajar,
mempersiapkan ujian dan menindaklanjuti hasil ujian.
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari luar
pribadi peserta didik antara lain meliputi: proses belajar mengajar, lingkungan belajar
yang meliputi lingkungan fisik seperti suasana rumah atau sekolah dan kondisi sosial
keluarga. Salah satu faktor eksternal yang turut mendukung hasil belajar siswa adalah
proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar salah satu komponen yang perlu
mendapat perhatian guru adalah metode pengajaran yang merupakan salah satu unsur
yang turut menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Sejak tahun 2004 telah diterapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
kini telah berubah menjadi kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), yang menggunakan paradigma pembelajaran konstruktivisme dalam kegiatan
pembelajaran. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide atau gagasan bahwa siswa
harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi yang kompleks ke situasi lain
1
dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini
pelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi, bukan menerima pengetahuan.
Pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan
seperangkat fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber
utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar mengajar,
sehingga kegiatan mengajar lebih memperlihatkan proses transfer pengetahuan atau
konsep-konsep dari guru kepada peserta didik.
Hal ini juga dicemaskan oleh guru Ekonomi/Akuntansi SMA Negeri 1 Sukoharjo
sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru mengkombinasikan beberapa metode
pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab, kelompok presentasi dan diskusi kelompok.
Guru berusaha untuk melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam bentuk
kelompok presentasi maupun kelompok diskusi.
Kelompok presentasi dibentuk dengan cara penarikan undian. Hal yang tak
terhindarkan dalam pembentukan kelompok dengan penarikan undian adalah bahwa ada
kelompok yang semua anggotanya berkemampuan tinggi, ada kelompok yang
anggotanya terdiri dari campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah,
adapula kelompok yang semua anggotanya berkemampuan rendah. Kelompok yang
semua anggotanya berkemampuan tinggi, akan menyajikan materi pelajaran dengan baik.
Kegiatan presentasi dapat berjalan dengan baik. Banyak siswa yang ikut berpartisipasi di
dalam presentasi kelompok tersebut, baik yang mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan maupun mengemukakan ide atau gagasan tertentu. Sebaliknya dengan
kelompok yang semua anggotanya berkemampuan rendah. Kegiatan presentasi akan
berjalan kurang baik. Hanya sedikit siswa yang ikut berpartisipasi didalam presentasi
kelompok tersebut, baik yang mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun
mengemukakan ide atau gagasan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kegiatan
presentasi materi pelajaran dan pada akhirnya juga turut mempengaruhi hasil belajar
siswa serta kualitas proses belajar.
Kelompok diskusi, pembagiannya berdasarkan urutan meja belajar, dua siswa
depan berpasangan dengan dua siswa dibelakangnya dan seterusnya. Kegiatan diskusi
kelompok ternyata juga berjalan kurang optimal. Dari beberapa kelompok hanya sedikit
kelompok yang terlihat cukup interaktif dan ikut berpartisipasi, yang berusaha untuk
saling membantu dan mengemukakan ide atau gagasannnya dalam menyelesaikan tugas.
Sisanya cenderung bekerja sendiri-sendiri dalam kelompok, bahkan ada yang sama sekali
tidak ikut mengerjakan tugas atau soal latihan.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti, terdapat 24 siswa dari 42 siswa
kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Akuntansi, yaitu 68,00. Dari hasil ulangan (untuk
materi Struktur Dasar Akuntansi), nilai terendah yang diperoleh siswa kelas XI Ilmu
Pengetahuan Sosial 2 adalah 30,00, sedangkan nilai tertinggi adalah 86,00. Untuk tugas-
tugas rumah yang diberikan oleh guru, mayoritas siswa masih mengerjakan di kelas
sebelum pelajaran Akuntansi dimulai. Ini menunjukkan rendahnya keaktifan dan
tanggung jawab siswa dalam mengikuti pelajaran Akuntansi.
Permasalahan tersebut dapat di atasi dengan sebuah strategi belajar mengajar
‘baru’ yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar mengajar yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi pembelajaran yang
mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri. Ada berbagai alternatif
model pembelajaran yang bisa digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai salah satu strategi alternatif yang
diharapkan dapat membantu siswa mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri,
meningkatkan kemampuan siswa bekerja sama dengan orang lain, meningkatkan kualitas
proses dan pada saat yang sama meningkatkan hasil belajar siswa.
Cooperative learning (belajar bekerja sama), merupakan model pembelajaran
yang menekankan aspek kerja sama dalam memecahkan suatu persoalan. Sebuah model
pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dari teman sebayanya dalam sebuah
kelompok kooperatif. Falsafah yang mendasari model pembelajaran cooperative learning
adalah falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
sosial. Karena itu, kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga,
organisasi atau sekolah. Ironisnya, model pembelajaran cooperative learning belum
banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan
sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Berbagai tipe cooperative learning yaitu Student Teams Learning; Student Teams
Achievement Division (STAD); Teams Games Together (TGT); Teams Assisted
Individualization (TAI); Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC);
Jigsaw; Learning Together; Group Investigation. Dalam penelitian ini, peneliti memilih
model pembelajaran tipe Learning Together untuk diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran Akuntansi bagi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1
Sukoharjo.
Tipe ini dipilih karena merupakan tipe yang paling sederhana dari berbagai model
pembelajaran kooperatif dan diyakini cocok dengan situasi siswa yang cenderung belajar
lebih efisien dalam kelompok atau belajar secara bersama-sama. Selain itu, tipe
pembelajaran ini menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai salah
satu sumber belajar dan peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara
individual dan sosial.
Learning Together adalah metode dengan menggunakan kelompok heterogen
yang terdiri dari empat sampai enam siswa kemudian diberi satu pelajaran atau worksheet
dimana mereka harus belajar dan melengkapinya bersama-sama. Tidak ada kompetisi
antar kelompok, sehingga metode ini sangat cocok digunakan untuk mengatasi masalah
yang dikemukakan di atas, yakni: pembagian kelompok presentasi yang tidak merata dan
kegiatan diskusi kelompok yang kurang optimal, sehingga menyebabkan proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa kurang maksimal.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together
untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI
Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat di identifikasikan
sebagai berikut:
1. Apakah metode pembelajaran Akuntansi yang diterapkan selama ini yaitu metode
ceramah, tanya jawab, kelompok presentasi dan diskusi kelompok telah efektif dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa?
2. Mengapa siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun
pelajaran 2009/2010 kurang antusias terhadap mata pelajaran Akuntansi?
3. Mengapa kegiatan presentasi kelompok materi pelajaran Akuntansi siswa kelas XI
Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010
belum optimal?
4. Mengapa siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun
pelajaran 2009/2010 kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan diskusi kelompok
dalam proses pembelajaran mata pelajaran Akuntansi?
5. Mengapa prestasi/hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA
Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 untuk mata pelajaran Akuntansi
belum maksimal? (Belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) mata pelajaran Akuntansi, yaitu 68,00)
6. Apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together dapat meningkatkan kualitas proses belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu
Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?
7. Apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu
Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas, maka
permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan kualitas proses
belajar dan hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1
Sukoharjo pada mata pelajaran Akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Together.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together dapat meningkatkan kualitas proses belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu
Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?
2. Apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu
Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan kualitas proses belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu
Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu
Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut:
1. Manfaat teoretis
Hasil penelatian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
bidang pendidikan khususnya motode pembelajaran yang paling efektif, serta mendorong
calon peneliti lain untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai dunia
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Sekolah
Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan sumber-
sumber belajar.
2. Bagi Guru
Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar khususnya mata pelajaran Akuntansi.
3. Bagi Siswa
Peningkatan kualitas mereka dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya.
Siswa lebih menguasai materi yang mereka pelajari lebih menyenangi belajar yang
bernuansa perhitungan dan analisa, lebih berani dan terampil bertanya serta
menjelaskan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Learning Together
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Robert E. Slavin (2009: 4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat
saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing.
Anita Lie (2008: 18) menjelaskan bahwa yang diperkenalkan dalam metode
pembelajaran cooperatif learning bukan sekedar kerja kelompoknya, melainkan pada
penstrukturannya. Jadi sistem pengajaran cooperatif learning bisa didefinisikan
sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok model pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan
proses kelompok.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur pokok model pembelajaran
gotong royong harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.
Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa semakin aktif dalam memperoleh
dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan dan ketrampilan serta
bekerja sama dengan siswa lainnya. Mereka akan saling membutuhkan dalam setiap
kegiatan belajar karena tiap anggota mempunyai peranan penting untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau latihan.
b. Metode - Metode Pembelajaran Kooperatif
Robert E. Slavin (2009: 11-25) menjelaskan bahwa ada berbagai macam
metode kooperatif, di antaranya yaitu :
1. Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Dalam STAD, para siswa dibagi
dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyanpaikan
pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajaran.
2. Teams Games- Tournament (TGT). Metode ini menggunakan pelajaran yang
sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama separti dalam STAD, tetapi
menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game
akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
3. Jigsaw II. Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson. Dalam
teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang,
dengan latar belakang yang berbeda seperti STAD dan TGT. Para siswa
ditugaskan membaca materi dan tiap anggota tim ditugaskan secara acak mencari
‘ahli’ dalam aspek tertentu dalam tugas membaca tersebut.
4. Team Accelerated Instruction (TAI). Sama dengan STAD dan TGT menggunakan
penggunaan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi
sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik.
5. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC). CIRC merupakan
program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas
sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah.
6. Grup Investigation (Kelompok Investigasi). Dalam metode ini para siswa
dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam
anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah
dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi
dan melakukan kegiatan untuk mempersiapkan laporan kelompok.
7. Learning Together (Belajar Bersama). Metode ini melibatkan siswa yang dibagi
dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar
belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini
menerima satu lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan
hasil kerja kelompok.
8. Complex Instruction (Pengajaran Kompleks). Fokus utama dari Complex
Instruction adalah membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki
siswa, dan guru menunjukkan bagaimana tiap siswa punya kelebihan dalam
sesuatu yang akan membantu keberhasilan kelompok.
9. Stucture Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan). Didalam metode ini
ada peningkatan, dimana dua orang murid saling mengajarkan. Siswa saling
bergantian menjadi guru dan murid untuk mempelajari berbagai macam prosedur
atau mencari informasi dari teks.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim, dkk (2000: 7-8) model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran sebagai
berikut:
1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
3. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan antara
lain sebagai berikut:
a) Kelebihan pembelajaran kooperatif
1. Meningkatkan kerja sama dalam kelompok tim.
2. Meningkatkan kemampuan dalam berdiskusi.
3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa lainnya.
4. Meningkatkan rasa percaya diri.
b) Kekurangan pembelajaran kooperatif
1. Perlu persiapan yang matang.
2. Memungkinkan terjadinya persaingan negatif.
3. Masih adanya siswa yang kurang bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya.
4. Siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerja
sama dalam memahami materi maupun menyelesaikan tugas.
(http://damandiri.co.id/) diakses tanggal 20 November 2009.
e. Learning Together
Robert E. Slavin (2009: 48-56) menjelaskan bahwa model Learning Together
dari pembelajaran kooperatif a la David dan Roger Johnson mungkin merupakan
yang paling banyak digunakan dari semua metode kooperatif, dan telah dievaluasi
dalam sejumlah besar kajian. Kajian-kajian terhadap model Learning Together tanpa
tanggung jawab individual membuahkan hasil yang sering kali berbeda-beda. Salah
satu kajian yang dilakukan oleh Johnson, Johnson & Scott (1978) menemukan
perbedaan yang signifikan terhadap kelompok individualistik, sementara kajian yang
lain yang dilakukan oleh Johnson, Johnson, Scott & Ramolae (1985) menemukan
tidak ada perbedaan. Serangkaian kajian di Nigeria yang dilakukan oleh Peter
Okebuka (1984,1985,1986a, b) menemukan beberapa pengaruh positif dan negatif
dibandingkan dengan kondisi yang individualistik dan kompetitif.
Sebaliknya, kajian-kajian terhadap model Learning Together yang melibatkan
tanggung jawab individual cukup konsisten dalam menunjukkan pengaruh positif
yang signifikan. Dan terbukti pada pembelajaran individual dari anggota kelompok
menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan metode individualistik
atau kontrol.
Learning Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok beranggota 4 atau 5
orang yang heterogen menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok tersebut
menyerahkan satu hasil kelompok. Mereka menerima pujian dan ganjaran
berdasarkan pada hasil kelompok tersebut. Metode ini dikembangkan dan diteliti
oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekan mereka di University of
Minnetosa. Dalam hal penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan
penekanan terhadap interdepensi positif serta tanggung jawab individual, metode ini
sama dengan STAD. Akan tetapi mereka juga menyoroti perihal pembangunan
kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok dan merekomendasikan penggunaan
penilaian tim daripada pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya.
Learning Together secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: guru
memotivasi siswa untuk saling ketergantungan satu sama lain secara positif, saling
berinteraksi, memiliki tanggung jawab secara individu dan sosial serta melakukan
kerja kelompok. Sebagai contoh, siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru
akan dikembalikan kepada kelompoknya untuk menemukan jawabannya. Penskoran
didasarkan pada kinerja individual dan kesuksesan kelompoknya, tetapi individu–
individu dan kelompok-kelompok tidak bersaing dengan yang lainnya (tidak ada
kompetisi antar kelompok). Learning Together melibatkan tanggung jawab individu
terhadap pencapaian siswa.
Robert E. Slavin (2009: 250) menyatakan bahwa Learning Together
menekankan empat unsur, yaitu:
1. Interaksi tatap muka: Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang).
2. Interpendensi positif: Para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.
3. Tanggung jawab individual: Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya.
4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: Para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Learning Together:
1. Guru melakukan presentasi bahan ajar;
2. Siswa dalam kelompok heterogen terdiri dari empat sampai enam orang
mengerjakan satu lembar kerja;
3. Guru menilai hasil kerja kelompok;
4. Guru memberikan kuis yang dikerjakan secara individual dan dinilai sebagai hasil
kerja individual.
Metode pembelajaran Learning Together juga mempunyai kelemahan, yakni:
metode ini terkadang mempunyai tanggung jawab individual yang rendah. Dalam
teorinya satu orang siswa dapat melakukan seluruh pekerjaan atau memberi tahu
jawabannya kepada yang lain. Akan tetapi metode ini lebih baik dan memberikan
pengaruh positif terhadap siswa dibandingkan metode individualistik atau kontrol.
2. Kualitas Proses Belajar Mengajar
a. Hakikat Proses Belajar Mengajar
Nana Sudjana (2008: 22) menjelaskan bahwa “Proses adalah kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran.” Ada empat unsur utama
proses belajar mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan
sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah
laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh
pangalaman belajarnya.
Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari
kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar
sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik
yang digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau
tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai
atau tidak.
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat
dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar
mengajar dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan sebagai
berikut:
Tujuan instruksional
(a) (c)
Pengalaman belajar Hasil belajar
(proses belajar mengajar) (b)
Gambar 1. Hubungan antara tujuan instruksional, pengalaman belajar
(proses belajar mengajar) dan hasil belajar
Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan
pengalaman belajar (proses belajar mengajar), garis (b) menunjukkan hubungan
antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar, garis (c) menunjukkan hubungan
antara tujuan instruksional dengan hasil belajar.
b. Hakikat Kualitas Proses Belajar Mengajar
Yenny Anjar Jayadi (2007: 13-18) mengemukakan bahwa “Kualitas didalam
pembelajaran yang meliputi faktor internal dan ekternal diwujudkan sebagai
indikator kualitas pembelajaran yang meliputi motivasi belajar, partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran dan penguasaan konsep siswa.” Penilaian terhadap
kualitas proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang
mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar.
Nana Sudjana (2008: 56) menyatakan bahwa “Penilaian kualitas
pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga kepada
proses”. Oleh sebab itu, penilaian terhadap hasil dan proses belajar harus
dilaksanakan secara seimbang. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila
proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Dalam hal ini
perlu disadari, masalah yang menentukan bukan kolot atau modernnya pengajaran,
bukan pula konvensional atau progresifnya pengajaran, tetapi pengukuran suksesnya
pengajaran, syarat utama adalah hasilnya. Dalam menilai atau mendiskripsikan hasil
disinipun harus cermat dan tepat, yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya.
Dalam proses ini, siswa akan beraktivitas dan berkreavifitas, proses yang tidak baik
atau benar akan menghasilkan capaian yang tidak baik juga atau bisa dikatakan
capaian yang semu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran
merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa peningkatan
pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap yang meliputi motivasi
belajar dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan
bagaimana proses pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Dalam penelitian ini,
indikator pencapaian kualitas proses belajar mengajar untuk mata pelajaran akuntansi
meliputi: (1) partisipasi siswa mengajukan pertanyaan atau ide dalam diskusi kelas,
(2) partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dan (3) interaksi antar siswa dalam
kelompok kooperatif.
3. Hakikat Hasil Belajar
a. Hakikat Belajar
1). Pengertian Belajar
Bertolak dari adanya pengertian belajar yang beragam, berikut ini merupakan
pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli, seperti menurut Winkels (1999:
53) mengatakan bahwa belajar adalah aktifitas mental (psikis) yang berangsung
dalam interaksi dengan ligkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
konstan dan berbekas. Slameto (2003: 2) mendefinisikan bahwa belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan (2007:
84-85), menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku
yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang
lebih buruk yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan perubahan itu harus
relatif mantap. Sejalan dengan Ngalim Purwanto, Muhibbin Syah (2008: 92)
mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Berdasarkan keempat pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli
mengenai pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil dari
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan dan kemampuan untuk
berubahlah yang akan menjadikan manusia dapat secara bebas untuk
mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk
kehidupannya.
2). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Muhibbin Syah (2008: 144) menyatakan bahwa secara global, faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Ngalim Purwanto (2007: 102) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar ada dua golongan, yaitu:
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang sering kita sebut dengan faktor individual. Yang termasuk ke dalam faktor individualistik antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial antara lain: faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
dua faktor pokok yang mempengaruhi belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri (internal/individual) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa
atau lingkungan sekitarnya (eksternal/sosial).
3) Unsur-unsur Belajar
Menurut Cronbach dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2003: 157), tujuh
unsur utama dalam proses belajar diantaranya yaitu:
1) Tujuan 2) Kesiapan 3) Situasi 4) Interpretasi 5) Respon 6) Konsekuensi 7) Reaksi terhadap kegagalan
Ketujuh unsur utama dalam proses belajar tersebut diatas, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Tujuan
Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.
2) Kesiapan
Untuk dapat melakukan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki
kesiapan matang.
3) Situasi
Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar
4) Interpretasi
Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan intepretasi yang melihat
hubungan antara situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan
menghubungkan dengan kemungkinan tujuan.
5) Respons
Berpegang hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak
mungkin maka ia memberikan respons.
6) Konsekuensi
Setiap usaha akan membawa hasil, akibat tahu konsekuensi entah itu keberhasilan
atau kegagalan demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa.
7) Reaksi terhadap kegagalan
Reaksi siswa adalah perasaan sedih dan kecewa.
b. Hakikat Hasil Belajar
Proses belajar mengajar dikelas dapat digunakan untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa, maka harus dilakukan evaluasi. Evaluasi
terhadap penilaian hasil dan proses belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan
peserta didik dalam mengusai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dari hasil evaluasi
terhadap penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar dan materi yang belum
dikuasai peserta didik.
Nana Sudjana (2008: 22-23) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward
Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b)
pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.Masing-masing jenis hasil belajar
dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne
membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) ketrampilan
intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) ketrampilan motoris. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotoris.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahama, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yng terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah
psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada
aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan reflex, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c)
kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ketrampilan
kompleks dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam penguasaan pengetahuan dan
keterampilan suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil
belajar yang diperoleh dapat berupa keterampilan, pengetahuan, kebiasaan dan cita-cita.
Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotoris yang semuanya sudah terangkum dalam ketuntasan hasil belajar siswa
(standar nilai 68,00).
4. Hakikat Mata Pelajaran Akuntansi
Ilmu Ekonomi saat ini telah berkembang menjadi cabang-cabang ilmu yang
bersifat teoritis seperti Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro, maupun yang bersifat ilmu
terapan seperti Ekonomi Perusahaan (bisnis). Sedangkan dalam rangka pengambilan
keputusan yang tepat para pengelola perusahaan memerlukan sejumlah informasi
kuantitatif antara lain mengenai transaksi keuangan yang dihimpun oleh bagian
Akuntansi.
Mata pelajaran Ekonomi didalam Sekolah Menengah Atas mencakup bahan
kajian Ekonomi (teori ekonomi sederhana, pengelolaan badan usaha, dan metode
kuantitatif) dan Akuntansi. Akuntansi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem
untuk menghasilkan informasi yang berhubungan dengan transaksi keuangan. Informasi
tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan tanggung jawab di bidang
keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (Akuntansi Perusahaan), pemerintah
(Akuntansi Pemerintah), ataupun organisasi masyarakat lainnya (Akuntansi Publik).
Program pengajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Atas berfungsi
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan
bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan pengelompokan, pengikhtisaran transaksi
keuangan perusahaan dan penyusunan laporan keuangan secara benar menurut Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI).
Tujuan mempelajari Akuntansi di Sekolah Menengah Atas adalah membekali
lulusannya dengan berbagai kemampuan dan pemahaman, agar mereka menguasai dan
mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar,
baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun
ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan mereka.
Isi materi Akuntansi untuk Sekolah Menengah Atas masih bersifat dasar
(elementer), karena itu lingkup isi pelajaran tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Pengertian, prinsip dan prosedur dasar akuntansi
2. Siklus akuntansi yang meliputi proses pencatatan, pengelompokan,
pengikhtisaran dan pelaporan transaksi keuangan pada perusahaan jasa,
perusahaan dagang dan perusahaan koperasi.
3. Ketrampilan komputer akuntansi
Lingkup bahan pembelajaran Akuntansi untuk kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah sebagai berikut:
1. Akuntansi sebagai Sistem Informasi
2. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa: Jurnal dan Posting
3. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa: Penyesuaian (adjustment)
4. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa: Pelaporan Keuangan, Penutupan Buku,
dan Penyesuaian kembali/Pembalik.
B. Penelitian yang Relevan
Hinomarus Masu (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together untuk meningkatkan Kualitas Proses
dan Hasil Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial
SMAK Sang Timur Yogjakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan hasil belajar Akuntansi pokok bahasan Jurnal telah mencapai indikator
keberhasilan (target) yang telah ditentukan, yaitu: partisipasi siswa dalam diskusi kelas
yang semula 3% menjadi 6,5%, interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif dari
kondisi awal 50% meningkat menjadi 84%, kemampuan kelompok dalam mengerjakan
lembar kerja siswa mencapai 93% dan kemampuan siswa dalam merangkum presentasi
guru mencapai 55%.
Muntari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Strategi
Pembelajaran (Kooperatif Model Learning Together dan Langsung) terhadap
Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Kimia pada Siswa SMA dengan kemempuan
Matematika Berbeda”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan
dalam pemahaman konseptual antara kelompok siswa yang belajar dengan menerapkan
strategi pembelajaran kooperatif dan kelompok siswa yang belajar dengan menerapkan
strategi pembelajaran langsung (F = 2,177, p = 0,142 > 0,05); (2) kemampuan
matematika yang berbeda menberikan pengaruh yang berbeda terhadap pemahaman
konseptual siswa (F = 12,855, p = 0,000 > 0,05). Siswa yang memiliki kemampuan
matmatika tinggi lebih baik pemahaman konseptualnya bila dibandingkan dengan siswa
yang memiliki kemampuan rendah; (3) tidak ada pengaruh interaksi dalam penerapan
strategi pembelajaran dan kemampuan matematika siswa terhadap pencapaian
pemahaman konseptual kimia (F = 0,150, p = 0,699 > 0,05); (4) penerapan strategi
pembelajaran kooperatif dan strategi pembelajaran langsung memberikan pengaruh yang
berbeda dalam pencapaian algoritmik siswa (F = 59,537, p = 0,000 < 0,05). Strategi
pembelajaran koopeatif lebih unggul bila dibandingkan dengan strategi pembelajaan
langsung dalam pencapaian pemahaman algoritmik kimia siswa; (5) kemampuan
matematika yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda dalam pencapaian
algoritmik kimia (F = 19,485, p = 0,000 < 0,05). Siswa yang memiliki kemampuan
matematika lebih tinggi lebih baik pemahaman algoritmiknya bila dibandingkan dengan
siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah; (6) tidak ada pengaruh interaksi
dalam penerapan strategi pembelajaran dan kemampuan matematika siswa terhadap
pencapaian pemahaman algoritmik kimia (F = 0,531, p = 0,467 > 0.05).
Materi Pelajaran yang diambil dalam penelitian yang dilakukan oleh Hinomarus
Masu adalah pokok bahasan jurnal. Penelitian ini menggunakan objek yang berbeda
dalam menggunakan materi pelajaran, yaitu pencatatan perusahaan jasa (jurmal umum)
pada siklus I dan pemindahbukuan pemindahbukuan (posting) dari jurnal kedalam buku
besar pada siklus II dengan variabel yang sama yaitu kualitas proses dan hasil belajar
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Muntari menggunakan pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran
langsung pada pemahaman konseptual dan algoritmik kimia siswa SMA dengan
kemampuan matematika yang berbeda. Hasil yang diperoleh adalah pembelajaran
kooperatif Learning Together lebih unggul daripada pembelajaran langsung. Penelitian
tersebut menguatkan peneliti untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Together untuk mata pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Atas.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada
pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Untuk mencapai
kualitas proses dan hasil belajar yang optimal maka diperlukan kerangka pemikiran yang
sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya.
Didalam landasan teori disebutkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor, satu diantaranya yaitu kondisi peserta didik yaitu faktor internal.
Kemampuan peserta didik sendiri sangat beragam dan tidak merata. Sehingga, prestasi
belajar siswa tergantung pada kemampuan gurunya dalam mengajar. Pada saat mengajar
hal utama yang dibutuhkan guru yaitu kemampuan dalam memilih dan menerapkan
metode mengajar yang baik. Metode mengajar yang baik adalah metode yang tepat dalam
upaya mencapai hasil atau prestasi belajar yang memuaskan, sedangkan metode yang
tepat adalah yang bisa menumbuhkan pemahaman dari dalam diri siswa. Salah satu upaya
dalam memperoleh pemahaman dari siswa adalah merangsang keaktifan siswa dengan
meningkatkan partisipasi dan interaksi siswa agar daya piker siswa bekerja secara
optimal. Sebab, setiap kelas yang diajar oleh guru pada mata pelajaran yang sama,
tidaklah memiliki karakter yang sama dan permasalahan yang sama pula.
Pengajaran yang bisa mendukung keberhasilan penanaman pemahaman siswa
adalah berkonsentrasi pada peserta didik, padahal pengajaran yang banyak digunakan di
sekolah menengah adalah pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru atau
teacher center. Metode konvensional adalah metode yang mudah digunakan dimana
peran guru sangat dominan dalam kelas. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode
konvensional, membuat siswa kurang aktif, partisipasi rendah, interaksi juga rendah dan
guru tidak bisa menganalisis daya tangkap atau pemahaman siswanya secara individu.
Dikarenakan metode tersebut dilakukan secara klasikal atau menyeluruh. Maka dari itu,
diperlukan metode yang bisa menarik perhatian siswa. Dinyatakan dalam penelitian
bahwa metode Learning Together ternyata efektif meningkatkan kualitas proses
pembelajaran siswa dalam mengikuti pembelajaran. Diharapkan metode ini juga akan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu: “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together untuk Meningkatkan Kualitas
Proses dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2
SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”, maka dapat digambarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2. Bagan Kerangka Permikiran
Proses Belajar Mengajar
1. Partisipasa siswa rendah selama proses pembelajaran berlangsung
2. Interaksi antar siswa rendah selama proses pembelajaran berlangsung
3. Ketuntasan belajar rendah.
Pembelajaran Konvensional
Kualitas proses dan hasil belajar akuntansi rendah/ kurang maksimal
Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif
learning together
Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif
learning together
1. Partisipasa siswa meningkat selama proses pembelajaran berlangsung
2. Interaksi antar siswa meningkat selama proses pembelajaran berlangsung
3. Ketuntasan belajar meningkat
Kualitas proses dan hasil belajar siswa meningkat
Penelitian Tindakan Kelas
Siklus II
Siklus I
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka, hasil penelitian yang
relevan serta kerangka pemikiran, maka dapat penulis merumuskan hipotesis sebagai
berikut ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together dapat
Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan
Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Mata Pelajaran Akuntansi Tahun Pelajaran 2009/2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo yang beralamatkan di
Jalan Pemuda No. 38 Sukoharjo. Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd,
M.Pd. Alasan peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Sukoharjo dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai subjek penelitian sejenis,
sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang;
b. Kualitas proses dan hasil belajar akuntansi kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2
belum optimal, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan penerapan model
Pembelajaran Kooperatif tipe Learning Together dengan harapan kualitas proses dan
hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 dapat meningkat.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata
pelajaran Ekonomi Akuntansi yaitu Ibu Dra. Tiensih W. yang membantu dalam
pelaksanaan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung,
sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga
validitas hasil penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai bulan September 2009 sampai
bulan Februari 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan
penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian
Jenis Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari
Persiapan
Penelitian
a. Penyusunan
Judul
b. Penyusunan
proposal
c. Perijinan
2. Perencanaan
Tindakan
3. Implementasi
Tindakan
a. Siklus I
b. Siklus II
4. Review
5. Penyusunan
Laporan
B. Subjek dan Obyek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial, yang mana
kelas XI dibagi kedalam empat kelas yaitu kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 1, kelas XI
Ilmu Pengetahuan Sosial 2, kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 3 dan kelas XI Ilmu
Pengetahuan Sosial 4. Pada keempat kelas tersebut ditemukan adanya permasalahan-
permasalahan dalam kegiatan belajar-mengajar khususnya mata pelajaran Akuntansi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil salah satu subjek yaitu siswa kelas XI Ilmu
Pengetahuan Sosial 2 dengan jumlah siswa 42 siswa pada semester 1 tahun ajaran
2009/2010.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah berbagai kegiatan yang
terjadi didalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar yang terdiri dari:
a. Pemilihan strategi atau model pembelajaran.
b. Pelaksanaan strategi atau model pembelajaran yang dipilih, yaitu dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together.
c. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
d. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
e. Materi pelajaran: Pencatatan dan pembukuan perusahaan jasa
f. Hasil proses pembelajaran.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan suatu sumber dimana data dapat diperoleh. Dalam
memilih sumber data, peneliti harus benar-benar berpikir mengenai kelengkapan
informasi yang akan dikumpulkan dan juga validitasnya. Sumber data dalam penelitian
ini, antara lain:
1. Informan
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini yang menjadi informan adalah guru mata
pelajaran Ekonomi Akuntansi kelas XI yaitu Dra. Tiensih W, tahun pelajaran
2009/2010.
2. Tempat atau lokasi
Tempat atau lokasi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sekolah ruang kelas XI
Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo.
3. Peristiwa
Melalui pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses
bagaimana sesuatu terjadi secara langsung. Peristiwa dalam penelitian ini adalah
proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Akuntansi.
4. Dokumen atau arsip
Dokumen dan arsip juga merupakan sumber data yang penting artinya dalam
penelitian tindakan kelas. Dokumen dan arsip sebagai sumber data yang dapat
membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang ada kaitannya dengan
permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu: silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan hasil pekerjaan siswa, dalam hal ini siswa kelas
XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
D. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau disebut juga classroom action research, karena kelas merupakan
bagian kecil dan bagian penting dalam sistem pembelajaran di sekolah. Menurut pendapat
Kemmis dan Carr sebagaimana dikutip Kasihani Kasbolah (2001: 9), bahwa “Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksi yang dilakukan
oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya,
memahami pekerjaan ini serta situasi di mana pekerjaan ini dilakukan”. Definisi lain
mengenai penelitian tindakan kelas juga disebutkan oleh Herawati Susilo (2008: )
“Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai sebuah proses investigasi
terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh
guru/calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran”.
Suharsimi Arikunto (2008: 2-3) dalam bukunya menyebutkan ada tiga kata yang
membentuk pengertian Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:
1. Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan – menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas – dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Menurut Kasihani Kasbolah (2001: 15-17), karakteristik PTK meliputi:
a. Munculnya penelitian tindakan kelas karena ada permasalahan praktik faktual. Permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.
b. Adanya tindakan-tindakan, yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui empat langkah utama
yang saling berkaitan, yaitu: 1) Perencanaan Tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3)
Observasi dan 4) Refleksi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model PTK
sebagaimana yang dikemukakan oleh Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono
dan Supardi (2008: 74). Untuk lebih jelas mengenai tahapan-tahapannya, dapat dilihat
pada bagan berikut:
Gambar 3. Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2008: 74)
Keterangan :
Rincian kegiatan pada tiap tahapan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang
apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan
dilakukan.
Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
Permasalahan Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Refleksi I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II Pengamatan/ Pengumpulan Data II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Permasalahan baru Hasil refleksi
Apabila permasalahan
belum terselesaikan
Siklus I
Siklus II
a. mengidentifikasi cara menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti
masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual terjadi
di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah cukup penting dan
bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran dan masalah pun harus
dalam jangkauan kemampuan peneliti.
b. menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan
melatarbelakangi PTK.
c. merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat
pernyataan.
d. menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai
alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling
menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru.
e. menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan
indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang
dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
f. membuat secara rinci rancangan tindakan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan
diterapkan. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilakukan, hendaknya
dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan (a)
langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, (b) kegiatan yang seharusnya
dilakukan oleh guru, (c) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian
tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya,
(e) jenis intrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data atau pengamatan
disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya.
3. Observasi dan Interpretasi
Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama.
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang
diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data
ini dilaksanakan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun,
termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu
ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data kualitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dan
lain-lain) atau data kuantitatif yang menggambarkan kretifitas siswa, antusias siswa,
mutu diskusi yang dilakukan, dan lain sebagainya.
Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya.
Data yang telah terkumpul memerlukan analisis, baik untuk mempermudah
penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk hal ini berbagai teknik
analisis statistika dapat digunakan.
4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK menyangkut
analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan
ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan
dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan
teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat
dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain
dengan menggunakan:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru dan siswa mengenai proses
pembelajaran yang selama ini dilakukan dan bagaimanakah respon atau hasil yang
timbul dari proses pembelajaran tersebut. Jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara bebas terpimpin dimana pewawancara memberikan pertanyaan sesuai
dengan rancangan yang telah dibuat, namun cara menyampaikan pertanyaan tersebut
tergantung pada kebijaksanaan pewawancara.
2. Observasi
Observasi dilaksanakan kolabarasi antara peneliti dan guru. Yaitu dengan
melaksanakan, mengamati, mengidentifikasi dan mencatat apa kekurangan dan
kelebihan dalam proses pembelajaran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda
dan sebagainya. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data sekolah, data identitas siswa, data hasil belajar kognitif siswa yang
berupa nilai ulangan harian mata pelajaran Akuntansi, untuk memperoleh data
tentang kemampuan awal siswa.
4. Tes
Tes merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengetahui hasil dari penelitian
yang telah dilakukan. Tes dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil belajar
yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan.
5. Angket
Angket adalah suatu daftar berisi pertanyaan tertulis tentang suatu masalah yang
akan diteliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari responden atau subyek
penelitian. Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh data
tentang tanggapan siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), menggunakan
model kooperatif tipe Learning Together.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian
dari awal sampai akhir secara urut. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap
kegiatan yaitu:
1. Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang
relevan
2. Tahap Persiapan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
a. Penyusunan jadwal penelitian
b. Penyusunan bentuk tindakan yang sesuai dalam bentuk RPP
c. Penyusunan soal evaluasi
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan disusun dalam dua siklus, yaitu: siklus I dan siklus II. Setiap
siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi.
4. Tahap Implementasi Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan model
Learning Together, yakni untuk menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran
akuntansi sehingga meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang akhirnya
meningkatkan pula hasil belajar akuntansi siswa. Hal ini diukur dari tingkat
partisipasi siswa dalam diskusi kelas, interaksi antar siswa dalam kelompok
kooperatif dan ketuntasan hasil belajar siswa.
5. Tahap Observasi dan Interpretasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang
melakukan kegiatan belajar-mengajar dibawah bimbingan guru. Pengamatan dapat
dilakukan secara beiringan bahkan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
(interpretasi metode). Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan
dengan sebaik-baiknya.
6. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan,
kemudian bersama dengan guru pelaksana mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan. Dalam hal ini, guru pelaksana merefleksikan pengalamannya kepada
peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan.
7. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah
dilakukan selama penelitian. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan
hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kajian konsep atau teoritis.
G. Proses Penelitian
Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus
dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2)
Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan Interpretasi dan (4) Analisis dan Refleksi.
Adapun kedua siklus tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Rancangan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan berbagai persiapan dan perencanaan
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, yaitu meliputi:
1) Menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa sesuai
dengan tingkat kemampuan, yaitu siswa yang tergolong kemampuan rendah,
sedang, atau tinggi, dan membagi siswa secara heterogen menjadi kelompok-
kelompok yang beranggotakan lima orang.
2) Menyiapkan perangkat pembelajaran. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam
tahap ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi
pencatatan perusahaan jasa dan model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together, soal tes tertulis dan lembar observasi.
3) Menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
a) Kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan
tindakan; kriteria dan indikator keberhasilan siswa ditentukan bersama guru
berdasarkan situasi konkrit di kelas tempat penelitian berlangsung;
b) Instrumen observasi partisipasi siswa dalam diskusi kelas;
c) Instrumen observasi interaksi antarsiswa dalam kegiatan kelompok
kooperatif;
d) Instrumen observasi ketuntasan hasil belajar siswa.
4) Menetapkan indikator ketercapaian
Tabel 2. Indikator ketercapaian
Aspek yang diukur
Persentase Target Capaian
Cara mengukur
Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas
70%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
70%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
Interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif
80%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang berinteraksi (berbagi informasi, berbagi tafsiran, negosiasi makna) dalam pemecahan masalah dalam kelompok
Ketuntasan hasil belajar (standar nilai 68)
80%
Dihitung dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai 68 ke atas, untuk siswa yang mendapat nilai 68 dianggap telah mencapai ketuntasan belajar.
b. Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun
bersama guru yang akan dilakukan di kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA
Negeri 1 Sukoharjo, yaitu pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Skenario pembelajaran yang akan
peneliti lakukan bersama guru adalah sebagai berikut:
a) Peneliti dan guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis
besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas.
Karena aspek partisipasi siswa dalam diskusi kelas maupun diskusi kelompok
turut mempengaruhi kualitas proses pembelajaran maka peneliti juga perlu
menjelaskan atau menyampaikan kepada siswa agar semua siswa terlibat dalam
diskusi kelas maupun dalan diskusi kelompok baik dalam mengemukakan ide
maupun mengajukan pertanyaan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi
adanya monopoli diskusi oleh beberapa siswa.
b) Peneliti dan guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen
beranggotakan lima orang dan membagikan lembar kerja untuk masing-masing
kelompok. Siswa dalam kelompok mengerjakan lembar kerja, sementara peneliti
berkeliling memantau kegiatan tersebut.
c) Peneliti, guru dan siswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil kerja kelompok
secara bersama.
d) Peneliti dan guru memberi soal tertulis, dan siswa mengerjakannya secara
individual.
c. Observasi atau Pengamatan
Pada tahap ini peneliti dan guru mengamati jalannya proses pembelajaran dan
mencatat hal-hal yang mungkin terjadi ketika tindakan berlangsung antara lain: (1)
partisipasi siswa dalam diskusi kelas, (2) interaksi siswa dalam kegiatan kelompok
kooperatif, (3) hal-hal lain yang berpengaruh terhadap tindakan yang diberikan.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis dengan
model analisis interaktif. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru
dapat merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together yang telah dilakukan. Dengan demikian, dapat
diketahui peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Akuntansi. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelebihan dan
kelemahan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada pertemuan berikutnya atau siklus
II.
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai
pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi
pencatatan posting ke buku besar, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan
interpretasi, serta analisis dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Sukoharjo
SMA Negeri 1 Sukoharjo berdiri atas swadaya masyarakat se-Kabupaten
Sukoharjo dengan cara mengumpulkan kelapa tua calon cikal, yakni tiap satu keluarga
satu pohon kelapa dan satu buah dengan diprakarsai oleh Bapak Wandyo Pranata,
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sukoharjo pada tahun 1962. Hasil penjualan kelapa
tersebut dibelikan tanah seluas kurang lebih 19.116 m2 yang masih berupa sawah.
Pada bulan Agustus 1962 telah menerima tiga kelas I baru untuk tahun
pelajaran 1962/1963 yang menempati rumah Bapak Dwijo di Jetis Sukoharjo. Kelas ini
merupakan kelas jauh (filial) dari SMA Negeri 1 Surakarta dibawah pimpinan Bapak
R.Supamdam, selanjutnya dinegerikan dengan SK Menteri P dan K tanggal : 25 Juli
1963, No. 59/K/B/III.
Untuk tahap pertama membuat tiga ruang kelas dan selanjutnya mendapat
bantuan Gedung dari Depdikbud 10 ruang kelas secara bertahap. Jumlah kelas
seluruhnya 27 ruang kelas, yang lainnya sambungan dari BP 3 kelanjutan bantuan
gedung dari Depdikbud antara lain Laboratorium Bahasa, Sanggar Gedung SPTKG,
kemudian ruang gedung Perpustakaan.
Untuk kelangsungan hidup SMA Negeri 1 Sukoharjo, maka pengelolaanya
dibawah pimpinan kepala sekolah dan kepala Tata Usaha. Kepala SMA Negeri 1
Sukoharjo sejak berdiri hingga sekarang sebagai berikut:
1. Bp. P. Seno Kertodiharjo tahun 1963 - 1966
2. Bp. Sutasno, B.A tahun 1966 - 1981
3. Bp. Drs. Soekidjo tahun 1981 - 1987
4. Bp. Drs. D. H. Soegimo tahun 1987 - 1992
5. Bp. Drs. Mursidi tahun 1992 - 1993
6. Bp. Drs. Sadiyat tahun 1993 - Januari 1995
7. Bp. Drs. Praja Suminta, SH Februari 1995 - April 2005
8. Bp. Drs. Supartono tahun 1995 - Januari 2002
9. Bp. Drs. Sumadi Januari 2002 - Januari 2005
10. Bp. Drs. H. Sukirno Januari 2002 - Agustus 2009
11. Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd. M.Pd September 2009 - sekarang.
Sedangkan kepala Tata Usaha adalah sebagai berikut :
1. Bp. Ngirjan Hardjodipuro tahun 1963 – 1977
2. Bp. S. Hadiwiryoko tahun 1977 – 1990
3. Bp. Sutiman tahun 1991 – 2000
4. Ibu Suyatmi, S.Pd tahun 2001 – sekarang.
Demikian sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1 Sukoharjo, sebagai catatan
sejak 15 September 2009, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sukoharjo dipercayakan
kepada Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd. M.Pd.
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Sukoharjo
a. Visi SMA Negeri 1 Sukoharjo
Terwujudnya sekolah yang unggul dibidang IMTAQ dan IPTEK.
b. Misi SMA Negeri 1 Sukoharjo
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh
warga sekolah.
3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenal potensi dirinya,
sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
4) Meningkatkan mutu pendidikan sesuai tuntutan masyarakat dan perkembangan
IPTEK.
5) Meningkatkan prestasi dalam bidang ekstrakurikuer yang senantiasa berakar
pada sistem nilai, adat istiadat, agama dan budaya masyarakat dengan tetap
mengikuti perkembangan dunia luar.
6) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang
dianut dan budaya bangsa menjadi sumber kearifan dan bertindak.
c. Tujuan SMA Negeri 1 Sukoharjo
1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, tehnologi serta kesenian.
2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
alam sekitarnya.
3. Keadaan Lingkungan SMA Negeri 1 Sukoharjo
a. Lingkungan Fisik
SMA Negeri 1 Sukoharjo berada di lokasi yang strategis dan terlepas dari
kebisingan yaitu di jalan Pemuda No. 38 sehingga sangat mudah dijangkau
kendaraan umum. Lokasi sekolah juga berdekatan dengan Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten Sukoharjo sehingga komunikasi kedinasan lancar.
Adapun batas-batasnya adalah:
· Sebelah barat : Jalan Ki Hajar Dewantoro
· Sebelah selatan : Jalan Veteran
· Sebelah timur : SMP N 1 Sukoharjo, SMP N 2 Sukoharjo
· Sebelah utara : Jalan Pemuda
b. Lingkungan Sosial
Yang menunjang pengelolaan sekolah :
· Dilingkungan SMA Negeri 1 Sukoharjo banyak dikunjungi para pelajar dan
mahasiswa.
· Kegiatan masyarakat di sekitar sekolah sangat baik (gotong royong).
· Dilingkungan sekitar banyak tersedia tempat ibadah.
c. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Sukoharjo
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUKOHARJO
=
KEPALA SEKOLAH Hj.Sri Lastari, S.Pd.M.Pd
WAKASEK KURIKULUM
WAKASEK SARPRAS
WAKASEK HUMAS
UNIT LABORATORIUM
WAKASEK KESISWAAN
KOMITE SEKOLAH
LABORATORIUM KIMIA
LABORATORIUM BIOLOGI
LABORATORIUM FISIKA
UNIT TATA USAHA SEKOLAH
UNIT PERPUSTAKAAN
DEWAN GURU
WAKIL KEPALA SEKOLAH
LABORATORIUM BAHASA
Jalur Koordinasi
Jalur Komando
Gambar 4. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Sukoharjo
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi
Kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 1 Sukoharjo
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
kegiatan identifikasi masalah (observasi awal) dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
nyata yang ada di lapangan. Observasi awal dilakukan pada hari Senin tanggal 2
November 2009 di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Hasil dari identifikasi masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Ditinjau dari Segi Siswa
a. Sarana dan prasarana pembelajaran kurang memadai (terbatasnya buku paket dan
media pembelajaran untuk siswa).
Pembelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Sukoharjo didukung dengan
buku paket yang mana masing-masing siswa berhak meminjam buku yang
tersedia di perpustakaan sekolah. Namun, kenyataan yang terjadi adalah tidak
semua siswa bisa mendapatkan buku tersebut. Hal itu dikarenakan jumlah buku
yang tersedia sangat terbatas, sehingga siswa terpaksa menggunakan satu buku
untuk dua orang. Keterbatasan tersebut berdampak pada terhambatnya proses
belajar siswa (baik belajar di rumah maupun di sekolah). Pembelajaran juga
didukung dengan buku pendamping, namun tidak semua siswa mempunyai buku
pendamping. Jadi pembelajaran hanya terpancang pada pembahasan materi di
LKS yang sifatnya terbatas.
b. Siswa kurang antusias dan kurang berminat terhadap pelajaran Akuntansi.
LABORATORIUM EKONOMI AKUNTANSI
LABORATORIUM KOMPUTER DAN
MULTIMEDIA
Kejenuhan siswa pada pembelajaran akuntansi salah satunya disebabkan
karena penggunaan metode ceramah yang terus-menerus oleh guru, siswa hanya
diminta untuk mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan guru, serta
mengerjakan apa yang diperintahkan guru, sehingga siswa menjadi bosan dan
mengabaikan mata pelajaran akuntansi. Dampaknya, siswa mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru karena selain pemahaman siswa
kurang, dalam mata pelajaran akuntansi melibatkan perhitungan dan berkaitan
dengan kejadian sehari-hari. Hal tersebut dapat diatasi apabila siswa dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan aktif
mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang sedang dibahas dan bertanya
disaat mereka mengalami kesulitan.
c. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Akuntansi.
Siswa cenderung tidak mempergunakan kesempatan untuk bertanya
tentang kesulitan yang mereka hadapi. Siswa merasa malu untuk mengungkapkan
pendapatnya jika diadakan tanya jawab. Mereka memilih diam tidak bertanya
meskipun sebenarnya mereka belum paham tentang materi yang sedang dibahas.
Sebagian siswa juga masih malu untuk maju ke depan jika diminta guru untuk
menjelaskan kembali apa yang mereka terima setelah mendengarkan penjelasan
guru. Siswa cenderung bermasalah dalam menuangkan ide, gagasan dan
kreatifitas.
2. Ditinjau dari Segi Guru
a. Guru sangat menguasai kelas dan suasana kelas sangat tenang, namun guru
merasa kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi.
Pada saat pembelajaran, siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat
dan kurang antusias terhadap mata pelajaran akuntansi. Siswa terlihat bosan dan
jenuh terhadap pelajaran akuntansi serta kurang memperhatikan pelajaran dengan
seksama. Guru sudah mencoba membangkitkan minat siswa dengan memberikan
pendekatan secara langsung dan dengan memotivasi serta menegur siswa yang
tidak mau memperhatikan pelajaran. Namun, cara ini ternyata belum mampu
membangkitkan semangat dan minat belajar siswa.
b. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum menunjukkan hasil yang
maksimal.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti, terdapat 24 siswa dari
42 siswa kelas XI IPS 2 belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi untuk perusahaan dagang
yaitu 68,00. Dari hasil ulangan (untuk materi Struktur Dasar Akuntansi), nilai
terendah yang diperoleh siswa kelas XI IPS 2 adalah 30,00, sedangkan nilai
tertinggi adalah 86,00. Untuk tugas-tugas rumah yang diberikan oleh guru,
mayoritas siswa masih mengerjakan di kelas sebelum pelajaran dimulai. Ini
menunjukkan rendahnya keaktifan dan tanggung jawab siswa dalam mengikuti
pelajaran Akuntansi.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari 4 tahapan, yaitu : (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi dan (4) analisis dan refleksi tindakan.
1. Siklus I
Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus I melalui pembelajaran
kooperatif tipe learning together adalah:
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 6
Januari 2010 di ruang guru SMA Negeri 1 Sukoharjo. Guru bersama peneliti
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
Peneliti mengungkapkan bahwa siswa menemui permasalahan dalam
menuangkan ide, gagasan dan kreatifitas serta kurangnya minat mengikuti
pelajaran akuntansi. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus I akan dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, yakni pada hari Senin tanggal
11 dan 18 Januari 2010 jam ke11-12 serta Rabu tanggal 13 dan 20 Januari 2010
jam ke1-2. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran akuntansi dagang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, dengan
skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Pertemuan pertama (Senin, 11 Januari 2010)
(1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa kemudian
memperkenalkan peneliti serta tujuannya mengadakan penelitian.
Peneliti bertindak sebagai guru selama penelitian berlangsung.
(2) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa
maupun kelas.
(3) Guru bersama peneliti membuka pelajaran dengan melanjutkan
materi pertemuan sebelumnya yaitu tentang materi jurnal umum.
Mengulang penjelasan secara garis besar dari mencatat transaksi
berdasar mekanisme debet dan kredit.
(4) Guru bersama peneliti menyajikan materi pengertian jurnal,
menganalisis pengaruh masing-masing transaksi terhadap akun-akun,
dan bentuk jurnal.
(5) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum
dipahami, kemudian peneliti menunjuk siswa secara acak untuk
menjawab soal agar siswa selalu siap dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
(6) Guru bersama peneliti membagi siswa dalam beberapa kelompok
kooperatif secara heterogen berdasar nilai ulangan materi
sebelumnya. Satu kelompok terdiri dari 5-6 orang dan kelompok
berjumlah 8 kelompok.
(7) Guru bersama peneliti membagi lembar jawab dan soal latihan
tentang jurnal umum kepada tiap-tiap kelompok kooperatif.
(8) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan untuk didiskusikan bersama
teman satu kelompoknya.
(9) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelompok dengan
baik dan memberikan penilaian proses.
(10) Guru bersama peneliti meminta setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi dan didiskusikan dikelas.
(11) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik
dan memberikan penilaian proses.
(12) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah
diajarkan sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup dan
siswa diperbolehkan pulang.
b) Pertemuan kedua (Rabu, 13 Januari 2010)
(1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa kemudian dilanjutkan
dengan presensi siswa.
(2) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa
maupun kelas.
(3) Guru bersama peneliti mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan
akan melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Diharapkan
semua siswa ikut berpartisipasi dalam bertanya dan mengemukakan
ide masing-masing.
(4) Guru bersama peneliti mempersilahkan siswa untuk berformasi dalam
kelompoknya masing-masing berdasar pembagian kelompok pada
pertemuan sebelumnya.
(5) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan, semua siswa bebas
untuk bertanya dan mengemukakan ide mengenai hasil pekerjaan
kelompok yang presentasi.
(6) Guru bersama peneliti mengamati kegiatan diskusi kelas dan
memberi penilaian proses.
(7) Guru bersama peneliti memberikan koreksi bersama atas hasil kerja
kelompok yang presentasi serta memberi nilai untuk hasil kerja
kelompok.
(8) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah
diajarkan sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup.
c) Pertemuan ketiga (Senin, 18 Januari 2010)
(1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa kemudian dilanjutkan
dengan presensi siswa.
(2) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa
maupun kelas.
(3) Guru bersama peneliti mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan
akan melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Diharapkan
semua siswa ikut berpartisipasi dalam bertanya dan mengemukakan
ide masing-masing.
(4) Guru bersama peneliti mempersilahkan siswa untuk berformasi dalam
kelompoknya masing-masing berdasar pembagian kelompok pada
pertemuan sebelumnya.
(5) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan, semua siswa bebas
untuk bertanya dan mengemukakan ide mengenai hasil pekerjaan
kelompok yang presentasi.
(6) Guru bersama peneliti mengamati kegiatan diskusi kelas dan memberi
penilaian proses.
(7) Guru bersama peneliti memberikan koreksi bersama atas hasil kerja
kelompok yang presentasi serta memberi nilai untuk hasil kerja
kelompok.
(8) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah
diajarkan. Guru juga memberitahukan kepada siswa bahwa pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan kuis/tes individual untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa selama belajar didalam
kelompoknya sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup dan
siswa diperbolehkan pulang.
d) Pertemuan Keempat (Rabu, 20 Januari 2010)
(1) Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan
salam, kemudian dilanjutkan dengan persensi siswa.
(2) Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mempersiapkan diri
menjawab pertanyaan kuis berupa soal esai untuk materi yang sudah
didiskusikan pada pertemuan sebelumnya.
(3) Guru bersama peneliti membagikan soal kuis untuk materi jurnal
umum dan meminta siswa untuk mengerjakan secara mandiri.
(4) Siswa mengerjakan soal kuis sedangkan guru bersama peneliti
mengawasi dengan baik agar hasil kuis benar-benar mencerminkan
kemampuan mereka. Pada saat kuis berlangsung ada beberapa siswa
yang mencoba bertanya kepada teman, namun guru segera
memperingatkan siswa tersebut untuk mengerjakan soal kuis secara
mandiri.
(5) Guru bersama peneliti meminta lembar jawab soal kuis
(6) Guru dan peneliti mengakhiri pelajaran dengan salam penutup.
2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
Jurnal Umum dan menyelesaikannya dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Learning Together. Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian,
yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi
akhir siklus berupa kuis), sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan
pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati partisipasi
siswa dalam diskusi kelas dan interaksi antarsiswa dalam kegiatan kelompok
kooperatif.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, seperti
yang telah direncanakan, yaitu pada hari Senin dan Rabu masing-masing tanggal
11, 13, 18 dan 20 Januari 2010 di ruang kelas XI IPS 2. Pertemuan dilaksanakan
selama 8 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP.
Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah Jurnal Umum. Pertemuan
pertama digunakan guru bersama peneliti untuk mempresentasikan materi secara
garis besar, diskusi kelompok berdasar kelompok kooperatif, presentasi tiap-tiap
kelompok serta diskusi kelas membahas tentang hasil diskusi kelompok yang
presentasi. Sedangkan pertemuan kedua digunakan guru bersama peneliti untuk
melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Pertemuan ketiga sama halnya
dengan pertemuan kedua yaitu melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas.
Pertemuan keempat digunakan guru bersama peneliti untuk mengadakan kuis
individual untuk mengetahui pencapaian belajar siswa selama mengikuti diskusi
kelompoknya.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama (Senin,11 Januari 2010)
a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa. Tidak ada siswa
membolos walaupun jam terakhir. Kemudian memperkenalkan peneliti
serta tujuannya mengadakan penelitian. Peneliti bertindak sebagai guru
selama penelitian berlangsung.
b) Peneliti memberikan pengantar materi yang akan dipelajari.
c) Peneliti memotivasi siswa sebelum memulai pelajaran dengan memberi
pertanyaan tentang jurnal umum, pengertian, jenis dan akun-akun yang
terkait. Peneliti menunjuk beberapa siswa. Terlihat beberapa siswa
bersemangat sekali dalam mengikuti pelajaran. Siswa yang ditunjuk sebisa
mungkin menjawab. Namun hanya dua siswa yang mampu menjawab
dengan benar. Suasana menjadi tegang karena tidak biasanya guru
memberikan pertanyaan di awal pembelajaran. Banyak siswa yang protes
karena guru melakukan perubahan yang membuat siswa menjadi berdebar
hatinya. Namun perubahan tersebut berdampak positif bagi siswa, siswa
menjadi lebih memperhatikan guru meskipun ada beberapa siswa yang
masih tetap tidak memperhatikan. Dua siswa yang menjawab pertanyaan
dengan benar adalah Agung Jayadi dan Arum Pamungningtyas.
d) Siswa memperhatikan penjelasan peneliti tentang pengertian, jenis-jenis
dan akun-akun terkait dengan seksama dan menanyakan hal-hal yang
menurutnya belum jelas. Pada saat itu Yunita Sari menanyakan tentang
akun-akun yang terkait, Fia dan Pemi menanyakan hal yang serupa, maka
peneliti menjawab sebisa mungkin hingga semuanya jelas.
e) Peneliti memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang diberikan
secara acak. Banyak siswa yang mampu menjawab dengan benar. Bahkan
mereka menjawab secara serempak dengan benar sebelum peneliti
menunjuk salah satu siswa.
f) Guru menetapkan siswa kedalam kelompok-kelompok kooperatif secara
heterogen. Langkah-langkah dalam pembagian siswa kedalam kelompok
adalah sebagai berikut:
(1) Menyusun peringkat siswa dari yang memperoleh nilai tertinggi
sampai nilai terendah. Nilai diambil dari hasil ulangan materi
sebelumnya yaitu mekanisme debet dan kredit.
(2) Menentukan jumlah kelompok
Tiap kelompok terdiri dari lima sampai enam anggota. Hal tersebut
dikarenakan dalam pembagian kelompok tidak genap, maka terdapat
dua kelompok yang beranggotakan enam orang, yaitu Kelompok I
dan Kelompok II. Sedangkan Kelompok III, IV, V, VI, VII dan VIII
beranggotakan lima orang.
(3) Membagi siswa kedalam kelompok
Dalam membagi siswa kedalam kelompok, seimbangkan kelompok
sesuai dalam aturan Learning Together yaitu tiap kelompok terdiri
dari siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi. Prestasi
diambil dari nilai ulangan materi sebelumnya yaitu materi mekanisme
debet dan kredit.
g) Guru bersama peneliti membagikan lembar soal dan lembar jawab kepada
setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Guru memberi
bantuan hanya dengan memperjelas perintah dan mengulang sedikit
konsep. Selama belajar dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
menguasai materi pelajaran dan membantu teman satu kelompok untuk
menguasai materi. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan terlebih
dahulu bertanya kepada sesama anggota kelompok ataupun kelompok lain,
dan apabila mengalami kesulitan baru diperbolehkan bertanya kepada
guru.
h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi dengan baik dan
memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen interaksi
antarsiswa dalam kelompok kooperatif.
i) Setelah waktu yang diberikan untuk diskusi berakhir, guru
mempersilahkan kepada masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan jawaban kelompoknya. Salah satu perwakilan dari
Kelompok I yaitu Agung Jayadi dengan sukarela mempresentasikan
jawabannya.
j) Pada waktu sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada tiga siswa yang
bertanya yaitu Adini Kusumaningtyas, Arum Pramuningtyas dan Pemi Sri
Purwanti. Mereka pada intinya menanyakan tentang bagaimana cara
menganalisis pengaruh masing-masing transaksi terhadap akun-akun.
Agung Jayadi dan Nugroho Kusumo anggota kelompoknya menjawab
sebisa mungkin. Kemudian Yunita Sari membantu menjawab untuk
menyempurnakan jawaban Kelompok II.
k) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan
memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa
mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam diskusi
kelas. Diskusi kelas mulai terlihat aktif, tetapi waktunya hampir habis.
Presentasi kelompok lain akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.
l) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang hasil diskusi hari
ini.
m) Guru dan peneliti menutup pelajaran. Karena pelajaran Akuntansi adalah
jam terakhir, maka ketua kelas dipersilahkan memimpin doa sebelum
diperbolehkan pulang. Suasana pembelajaran terlihat tertib dari awal
sampai akhir pelajaran.
2) Pertemuan Kedua (Rabu, 13 Januari 2010)
a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan
mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa.
b) Guru mengulas sedikit tentang pertemuan sebelumnya kemudian
mempersilahkan siswa berformasi dalam kelompoknya pada pertemuan
sebelumnya.
c) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan. Pertemuan kali ini
diharapkan ada 4 kelompok yang presentasi. Kesempatan pertama
langsung digunakan oleh Kelompok II. Arum Pramuningtyas sebagai
perwakilan Kelompok II mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka.
d) Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada tiga siswa yang bertanya
yaitu: Risty Agustiana, Maftukhah Arnum dan Agung Jayadi. Risty
meminta dijelaskan lagi tentang bentuk jurnal, Maftukhah menanyakan
tentang definisi jurnal Kelompok II yang sedikit berbeda, dan Agung
meminta diberi contoh tentang analisis pengaruh transaksi terhadap akun
aktiva dengan aktiva. Secara bergiliran Kelompok II menjawab yaitu
Arum, Riang dan Dhimas. Agung belum puas dengan jawaban yang
diberikan dan memberikan pertanyaan lagi untuk menegaskan. Kelompok
II terlihat bingung untuk menjelaskannya lagi. Peneliti menengahi dan
mempersilahkan siswa yang lain untuk menjelaskannya. Kemudian Pemi
Sri Purwanti angkat bicara mengemukakan jawabannya membantu
Kelompok II untuk menjelaskan kepada Agung.
e) Giliran Kelompok III yang presentasi, Bagus W sebagai perwakilan
Kelompok III yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada tiga siswa yang bertanya yaitu
Yunita Sari, Dhimas Inggar dan Ike Prilawati. Yang menjawab adalah
Bagus W, Viyas V dan Wilda Maulianis R. Pada Kelompok III ini tidak
ada perdebatan dan langsung dilanjutkan Kelompok IV.
f) Kelompok IV presentasi, yang mewakili Kelompok IV untuk presentasi
adalah Damar Kartika. Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada tiga
siswa yang bertanya. Bagus W, Riang Nana dan Risna Sugesty. Yang
menjawab adalah Damar, Niken W dan Landung Cahyono. Kemudian
Dari Rahmawati menambahkan sedikit idenya untuk menyempurnakan
jawaban Kelompok IV. Nampaknya Riang kurang puas, dia
mengemukakan idenya dan bertanya lagi. Disinilah mulai ada perdebatan.
Damar menjawabnya, Dari juga membantu menjelaskannya. Akhirnya
Riang puas dengan jawaban mereka.
g) Dilanjutkan Kelompok V, kelompok terakhir pada pertemuan kali ini.
Perwakilan Kelompok V adalah Dari Rahmawati. Dalam sesi tanya jawab
atau diskusi kelas, ada tiga siswa yang bertanya yaitu Ahmad Salabi,
Wilda Maulianis dan Guntur Alfianto. Yang menjawab Dari dan Risty
Agustiana. Nampaknya ada yang tidak setuju dengan pendapat Dari,
Khresna Wahyu segera menanggapi jawaban Dari. Dari berusaha
menjelaskannya kembali tetapi Khresna masih saja tidak mengerti. Guru
menengahi dan mempersilahkan siswa yang lain membantu Dari. Risty
mencoba membantu Dari. Apringga juga turut membantu Dari. Khresna
akhirnya mengerti dan merasa puas atas jawaban mereka.
h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan
memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa
dalam mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam
diskusi kelas.
i) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang hasil diskusi pada
pertemuan kali ini.
j) Guru dan peneliti menutup pelajaran dengan salam penutup. Suasana
pembelajaran terlihat tertib dari awal sampai akhir pelajaran.
3) Pertemuan Ketiga (Senin, 18 Januari 2010)
a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan
mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa.
b) Guru mengulas sedikit tentang pertemuan sebelumnya kemudian
mempersilahkan siswa berformasi dalam kelompoknya pada pertemuan
sebelumnya.
c) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan. Pertemuan kali ini
diharapkan semua kelompok sudah presentasi. Kesempatan pertama
langsung digunakan oleh Kelompok VI. Ike Prilawati sebagai perwakilan
Kelompok VI mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
d) Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada tiga siswa yang bertanya
yaitu: Nugroho Kusumo, Pipiet Alifah dan Yunita Lukitasari. Pipiet
meminta dijelaskan lagi tentang bagaimana menganalisa pengaruh
transaksi prive, Nugroho menanyakan tentang pengaruh meminjam di
bank dan Yunita L meminta diberi contoh tentang analisis pengaruh
transaksi terhadap akun aktiva dengan modal. Secara bergiliran Kelompok
VI menjawab yaitu Ike, Pemi dan Sulis Haryanto. Arum Pramuningtyas
menambahkan sebuah pertanyaan lagi yang nampaknya cukup sulit bagi
Kelompok VI yaitu berikan contoh analisis pengaruh-pengaruh transaksi
terhadap akun-akun modal dengan hutang. Ike dan Pemi berusaha
menjelaskan lagi. Tetapi Arum masih saja bingung. Kelompok VI
kemudian melempar pertanyaan ke siswa lain yang bisa. Ternyata tidak
ada siswa yang bisa. Akhirnya guru yang menjelaskan bahwa contohnya
adalah mengakui beban listrik, air dan telepon yang belum dibayar. Beban
bertambah dan hutang bertambah. Beban listrik, air dan telepon didebet
dan hutang listrik, air dan telepon dikredit.
e) Giliran Kelompok VII yang presentasi, Khresna W sebagai perwakilan
Kelompok VII yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada tiga siswa yang bertanya yaitu
Agung Jayadi, Dwi Maharani dan Harivan Nasrudin. Yang menjawab
adalah Khresna W, Yunita Sari dan Risna Sugesty. Pada Kelompok VII ini
tidak ada perdebatan dan langsung dilanjutkan Kelompok VIII.
f) Dilanjutkan Kelompok VIII, kelompok terakhir. Perwakilan Kelompok VIII
adalah Maftukhah Arnum. Dalam sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada
tiga siswa yang bertanya yaitu Pemi S, Niken W dan Guntur Alfianto.
Yang menjawab Maftukhah dan Dwi Maharani. Semua pertanyaan
dijawab dengan lancar. Tetapi kali ini agak berbeda, Maftukhah
mengajukan pertanyaan untuk dijawab teman-temannya. Semua diam.
Guru dan Peneliti turun tangan untuk memberi motivasi mereka untuk
menjawab. Akhirnya ada tiga siswa yang mencoba menjawab, Arum,
Dhimas dan Bagus. Jawaban mereka pada intinya memang benar tetapi
dijelaskan dengan cara yang berbeda.
g) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan
memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa
dalam mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam
diskusi kelas.
h) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas telah berakhir. Semua kelompok
sudah maju presentasi.
i) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang semua hasil diskusi.
Guru dan peneliti merasa siswa-siswa sudah memegang konsep-konsep
yang diberikan dan memberitahukan kepada siswa bahwa pertemuan
selanjutnya akan diadakan kuis/tes individual untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan siswa selama belajar di dalam kelompoknya.
j) Guru dan peneliti menutup pelajaran. Ketua kelas dipersilahkan memimpin
doa sebelum siswa diperbolehkan pulang. Suasana pembelajaran terlihat
tertib dari awal sampai akhir pelajaran.
4) Pertemuan Keempat (Rabu, 20 Januari 2010)
a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan
mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa.
b) Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mempersiapkan diri
menjawab pertanyaan kuis berupa soal esai untuk materi yang sudah
didiskusikan pada pertemuan sebelumnya.
c) Guru membagikan soal kuis untuk materi jurnal umum dan meminta siswa
untuk mengerjakan secara mandiri.
d) Siswa mengerjakan soal kuis sedangkan guru bersama peneliti
mengawasi dengan baik agar hasil kuis benar-benar mencerminkan
kemampuan mereka. Pada saat kuis berlangsung ada salah satu siswa
yang mencoba bertanya kepada teman, namun guru segera
memperingatkan siswa tersebut untuk mengerjakan soal kuis secara
mandiri.
e) Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan berlangsung cukup tertib, hasil kuis
dikumpulkan saat itu juga.
f) Kegiatan belajar dalam tim/kelompok dan kegiatan evaluasi pada Siklus I
berakhir.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran akuntansi dengan berpedoman pada
lembar observasi yang telah disusun. Pertemuan pertama dimulai hari Senin tanggal
11 Januari 2010 di kelas XI IPS 2. Metode yang digunakan pada pertemuan pertama
lebih didominasi presentasi oleh guru dan diskusi kelompok. Kemudian dilanjutkan
presentasi masing-masing kelompok dengan sesi tanya jawab atau diskusi kelas.
Hanya satu kelompok yang presentasi dalam pertemuan pertama. Hal ini dilakukan
untuk mengawali penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together.
Pada pertemuan kedua yaitu hari Rabu, tanggal 13 Januari 2010, guru, peneliti dan
siswa melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Ada empat kelompok yang
presentasi yaitu kelompok II, III, IV dan V.
Pada pertemuan ketiga, yaitu pada hari Senin, tanggal 18 Januari 2010,
digunakan untuk melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Kelompok yang
presentasi yaitu kelompok VI, VII dan VIII. Sedangkan pertemuan terakhir Rabu, 20
Januari 2010 digunakan guru dan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus
I berupa kuis agar prestasi belajar siswa dapat diketahui. Kuis berupa soal esai untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa sebagai hasil dari diskusi kelompok pada
pertemuan sebelumnya. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses
pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Together sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan I.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar
akuntansi di kelas XI IPS 2, diperoleh gambaran tentang kualitas proses dan hasil
belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu pada tabel berikut
ini:
Tabel 3. Proses dan Hasil Belajar Siswa Siklus I
Jumlah Siswa dan Persentase Aspek yang diukur Aktif Persen- Cukup aktif Persen- Kurang aktif Persen-
(skor 3) tase (skor 2) tase (skor 3) tase
Partisipasi siswa dalam
mengajukan pertanyaan/ ide dalam diskusi
kelas
11 siswa 33% 18 siswa 54% 13 siswa 13%
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam
diskusi kelas
10 siswa 29,42% 20 siswa 58,82% 12 siswa 11,76%
Interaksi antarsiswa dalam
kelompok kooperatif
24 siswa 71,28% 11 siswa 21,78% 7 siswa 6,94%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa partisipasi siswa dalam
mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas pada siklus I yaitu: sebanyak 11
siswa yang aktif dengan persentase 33%, siswa yang cukup aktif sebanyak 18 siswa
dengan persentase 54% dan siswa yang kurang aktif sebanyak 13 siswa dengan
persentase 13%. Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
pada siklus I dijelaskan sebagai berikut: siswa yang aktif sebanyak 10 siswa dengan
persentase 29,42%, siswa yang cukup aktif sebanyak 20 siswa dengan persentase
58,82% dan siswa yang kurang aktif sebanyak 12 siswa dengan persentase 11,76%.
Serta interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif pada siklus I yaitu: sebanyak
24 siswa yang aktif dengan persentase 71,28%, siswa yang cukup aktif sebanyak 11
siswa dengan persentase 21,78% dan siswa yang kurang aktif sebanyak 7 siswa
dengan persentase 6,94%.
Berdasarkan kuis pada siklus I, ketuntasan hasil belajar (Kriteria Ketuntasan
Minimal adalah 68,00) yang tercapai pada siklus I sebanyak 35 siswa dengan
presentase sebesar 83,33% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 76,60.
Ketuntasan belajar siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Ketuntasan Hasil Belajar Kriteria Jumlah siswa Persentase Tuntas 35 siswa 83,33% Tidak Tuntas 7 siswa 18,67% Jumlah 42 siswa 100%
Hasil capaian proses dan hasil belajar siswa untuk pelajaran akuntansi
tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 5. Profil Capaian Proses dan Hasil Belajar Siswa Siklus I
Ketuntasan hasil belajar siswaSiklus I juga dapat dilihat pada grafik berikut
ini:
Gambar 6. Profil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus I,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Beberapa kelemahan guru dalam siklus I ini adalah:
a) Guru kurang memberi motivasi pada siswa yang kurang aktif dan lebih
memberi perhatian pada siswa yang bertanya.
b) Guru kurang berperan dalam kegiatan diskusi kelas, sehingga diskusi kelas
hanya dimanfaatkan siswa yang aktif dan pandai bicara.
c) Pada saat evaluasi, guru kurang memperhatikan kondisi siswa yang duduk
dibarisan belakang. Hal ini mengakibatkan siswa yang duduk dibelakang
kurang sportif dalam mengerjakan soal, masih ada beberapa siswa yang
bertanya dan menyontek jawaban teman sebelahnya tanpa diketahui oleh
guru.
2) Dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut:
a) Belum maksimalnya siswa dalam menggunakan waktu yang diberikan saat
diskusi. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya beberapa siswa yang
melakukan aktivitas lain selain diskusi tentang materi pelajaran.
b) Walaupun banyak siswa yang cukup aktif dalam pembelajaran, tetapi
masih banyak juga siswa yang kurang aktif bahkan cenderung diam dan
mengabaikan kegiatan diskusi kelas.
c) Pada saat kuis berlangsung, beberapa siswa yang duduk dibarisan
belakang kurang sportif dalam mengerjakan soal. Hal ini terbukti dengan
adanya siswa yang bertanya dan menyontek jawaban teman sebelahnya.
Berdasarkan observasi dan analisis diatas, maka tindakan refleksi yang
dapat dilakukan adalah:
1) Guru lebih banyak melakukan pendekatan dan motivasi kepada seluruh siswa
terutama siswa yang kurang aktif di kelas.
2) Guru lebih aktif dan ikut terlibat didalam diskusi kelas. Ikut menyumbangkan
ide dalam memberi penguatan materi kepada siswa yang masih bingung agar
siswa benar-benar memahami materi yang disampaikan tersebut. Setelah itu
baru kemudian beralih ke konsep atau materi selanjutnya.
3) Guru lebih memperhatikan kondisi siswa yang duduk dibarisan belakang pada
saat kuis sehingga hal tersebut tidak memungkinkan bagi siswa yang mencoba
bertanya jawaban pada teman yang duduk disebelahnya.
2. Siklus II
Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Learning Together
berdasarkan refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan-
kekurangan, yaitu masih terdapat siswa yang kurang aktif dan hasil atau prestasi
belajarnya kurang maksimal. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20
Januari 2010 di ruang Guru SMA Negeri 1 Sukoharjo. Guru bersama peneliti
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
Peneliti mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari siklus
I, kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan
dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, yakni pada hari Senin tanggal 25 Januari
dan 1 Februari jam 11-12, serta Rabu tanggal 27 Januari dan 3 Februari 2010 jam
1-2 dengan rancangan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran Akuntansi
dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe Learning Together
yaitu dengan skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Pertemuan Pertama (Senin, 25 Januari 2010)
(1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa.
(2) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa
maupun kelas.
(3) Guru bersama peneliti secara bergantian membuka pelajaran dengan
mengulas sedikit soal kuis pada siklus I.
(4) Pelajaran dilanjutkan dengan penjelasan materi lanjutan dari materi
Jurnal Umum. Penjelasan dimulai dari pengertian buku besar, bentuk
buku besar dan cara melakukan posting dari jurnal umum ke buku
besar.
(5) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum
dipahami, kemudian guru menunjuk siswa secara acak untuk
menjawab soal agar siswa selalu siap dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
(6) Guru bersama peneliti membagi siswa dalam beberapa kelompok
kooperatif secara heterogen berdasar nilai kuis siklus I. Seperti
pembagian kelompok sebelumnya, satu kelompok terdiri dari 5-6
orang dan kelompok berjumlah 8 kelompok.
(7) Guru bersama peneliti membagi lembar jawab dan soal latihan
tentang buku besar kepada tiap-tiap kelompok kooperatif.
(8) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan untuk didiskusikan bersama
teman satu kelompoknya.
(9) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelompok dengan
baik dan memberikan penilaian proses
(10) Guru bersama peneliti meminta setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka dan didiskusikan dikelas.
(11) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dan ikut
berpartisipasi didalamnya serta memberikan penilaian proses.
(12) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah
diajarkan sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup dan
siswa diperbolehkan pulang.
b) Pertemuan Kedua ( Rabu, 27 Januari 2010)
(1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa kemudian dilanjutkan
dengan presensi siswa.
(2) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa
maupun kelas.
(3) Guru bersama peneiti mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan
akan melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Diharapkan
semua siswa ikut berpartisipasi dalam bertanya dan mengemukakan
ide masing-masing.
(4) Guru bersama peneliti mempersilahkan siswa untuk berformasi dalam
kelompoknya masing-masing berdasar pembagian kelompok pada
pertemuan sebelumnya.
(5) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan, semua siswa bebas
untuk bertanya dan mengemukakan ide mengenai hasil pekerjaan
kelompok yang presentasi.
(6) Guru bersama peneliti mengamati kegiatan diskusi kelas, ikut
berpartisipasi didalamnya dan memberi penilaian proses.
(7) Guru bersama peneliti memberikan koreksi bersama atas hasil kerja
kelompok yang presentasi serta memberi nilai untuk hasil kerja
kelompok.
(8) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah
diajarkan sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup.
c) Pertemuan Ketiga (Senin, 1 Februari 2010)
(1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa kemudian
dilanjutkan dengan presensi siswa.
(2) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa
maupun kelas.
(3) Guru bersama peneliti mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan
akan melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Diharapkan
semua siswa ikut berpartisipasi dalam bertanya dan mengemukakan
ide masing-masing.
(4) Guru bersama peneliti mempersilahkan siswa untuk berformasi dalam
kelompoknya masing-masing berdasar pembagian kelompok pada
pertemuan sebelumnya.
(5) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan, semua siswa bebas
untuk bertanya dan mengemukakan ide mengenai hasil pekerjaan
kelompok yang presentasi.
(6) Guru bersama peneliti mengamati kegiatan diskusi kelas, ikut
berpartisipasi didalamnya dan memberi penilaian proses.
(7) Guru bersama peneliti memberikan koreksi bersama atas hasil kerja
kelompok yang presentasi serta memberi nilai untuk hasil kerja
kelompok.
(8) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah
diajarkan. Guru juga memberitahukan kepada siswa bahwa pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan kuis/tes individual untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa selama belajar didalam
kelompoknya sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup dan
siswa diperbolehkan pulang.
d) Pertemuan Keempat (Rabu, 3 Februari 2010)
(1) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa.
(2) Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk mempersiapkan diri
sebelum mengerjakan soal kuis atas materi yang telah dipelajari yaitu
memposting jurnal umum ke buku besar.
(3) Guru bersama peneliti membagikan soal kuis dan meminta siswa
untuk mengerjakan secara tertib dan mandiri.
(4) Siswa mengerjakan soal kuis sampai waktu yang telah ditentukan
berakhir, sedangkan guru bersama peneliti mengawasi dengan baik
agar hasil kuis dapat mencerminkan kemampuan mereka sebagai
hasil dari diskusi dengan kelompoknya pada pertemuan sebelumnya.
Posisi guru tidak hanya berada di depan kelas saat evaluasi
berlangsung, tetapi juga berkeliling untuk memastikan kondisi siswa.
Hal ini dilakukan agar siswa mengerjakan soal secara mandiri dan
tidak ada siswa yang berani mencoba menanyakan jawaban kepada
temannya terutama bagi siswa yang duduk dibarisan belakang.
(5) Guru bersama peneliti meminta lembar jawab soal kuis.
(6) Guru dan peneliti mengakhiri pelajaran dengan salam penutup.
2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
Pemindahbukuan (posting) jurnal umum ke buku besar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together.
3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes.
Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (kuis), sedangkan instrumen nontes
dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengamati keaktifan dan sikap siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama 4 kali pertemuan seperti
yang telah direncanakan yaitu tanggal 25, 27 Januari, 1 Februari dan 3 Februari
2010 di ruang kelas XI IPS 2. Pertemuan dilaksanakan selama 8 x 45 menit sesuai
dengan skenario pembelajaran dan RPP. Pelaksanaan tindakan II hampir sama
dengan pelaksanaan tindakan I, hanya pada pelaksanaan tindakan II ini terdapat
penguatan yang masih diperlukan dari tindakan I. Materi yang disampaikan pada
pelaksanaan tindakan II juga berbeda dengan pelaksanaan tindakan I. Materi pada
pelaksanaan tindakan II ini adalah pemindahbukukan (posting) jurnal umum ke
buku besar.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama (Senin, 25 Januari 2010)
a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa. Tidak ada siswa
membolos walaupun jam terakhir.
b) Peneliti memberikan pengantar materi yang akan dipelajari.
c) Peneliti memotivasi siswa sebelum memulai pelajaran dengan memberi
pertanyaan tentang buku besar. Peneliti menunjuk beberapa siswa.
Terlihat beberapa siswa bersemangat sekali dalam mengikuti pelajaran.
Siswa yang ditunjuk sebisa mungkin menjawab. Empat siswa yang
menjawab pertanyaan dengan benar adalah Ahmad Salabi, Apringga dan
Candra Purnama.
d) Siswa memperhatikan penjelasan peneliti tentang: definisi buku besar,
bentuk buku besar, langkah-langkah posting dan pencatatan posting ke
buku besar dengan seksama dan menanyakan hal-hal yang menurutnya
belum jelas. Pada saat itu menanyakan tentang, Fia dan Pemi
menanyakan hal yang serupa, maka peneliti menjawab sebisa mungkin
hingga semuanya jelas.
e) Peneliti memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang diberikan
secara acak. Banyak siswa yang mampu menjawab dengan benar.
Bahkan mereka menjawab secara serempak dengan benar sebelum
peneliti menunjuk salah satu siswa.
f) Guru menetapkan siswa kedalam kelompok-kelompok kooperatif secara
heterogen. Langkah-langkah dalam pembagian siswa kedalam kelompok
adalah sebagai berikut:
(1) Menyusun peringkat siswa dari yang memperoleh nilai tertinggi
sampai nilai terendah. Nilai diambil dari hasil ulangan materi
sebelumnya yaitu jurmal umum.
(2) Menentukan jumlah kelompok
Tiap kelompok terdiri dari lima sampai enam anggota. Hal tersebut
dikarenakan dalam pembagian kelompok tidak genap, maka terdapat
dua kelompok yang beranggotakan enam orang, yaitu kelompok I dan
Kelompok II. Sedangkan Kelompok III, IV, V, VI, VII dan VIII
beranggotakan lima orang.
(3) Membagi siswa kedalam kelompok
Dalam membagi siswa kedalam kelompok, seimbangkan kelompok
sesuai dalam aturan Learning Together yaitu tiap kelompok terdiri
dari siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi. Prestasi
diambil dari nilai ulangan materi sebelumnya yaitu materi Jurnal
Umum.
g) Guru bersama peneliti membagikan lembar soal dan lembar jawab
kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Guru
memberi bantuan hanya dengan memperjelas perintah dan mengulang
sedikit konsep. Selama belajar dalam kelompok, tugas anggota kelompok
adalah menguasai materi pelajaran dan membantu teman satu kelompok
untuk menguasai materi. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan
terlebih dahulu bertanya kepada sesama anggota kelompok ataupun
kelompok lain, dan apabila mengalami kesulitan baru diperbolehkan
bertanya kepada guru.
h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi dengan baik dan
memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen interaksi
antarsiswa dalam kelompok kooperatif.
i) Setelah waktu yang diberikan untuk diskusi berakhir, guru
mempersilahkan kepada masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan jawaban kelompoknya. Berdasar pengalaman pada
siklus I yang tidak dapat melibatkan semua siswa, maka pada tiap-tiap
presentasi kelompok diadakan sesi tanya jawab dengan empat penanya.
Semua anggota kelompok presentasi harus bergiliran menjawab. Salah
satu perwakilan dari Kelompok I yaitu Agung Jayadi dengan sukarela
mempresentasikan jawabannya.
j) Pada waktu sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada empat siswa yang
bertanya yaitu, Apringga Tri, Arum Pramuningtyas, Damar Kartika dan
Harivan Nasrudin. Mereka pada intinya menanyakan tentang bagaimana
cara memposting dengan benar. Agung Jayadi, Bagus W, Niken W,
Aldhila Arta dan Nurul Enggar secara bergiliran menjawab pertanyaan
yang ditujukan kepada kelompok mereka. Kemudian Maftukhah Arnum
membantu menjawab untuk menyempurnakan jawaban Kelompok II.
k) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan
memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi
siswa mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam
diskusi kelas. Diskusi kelas mulai terlihat aktif, tetapi waktunya hampir
habis. Presentasi kelompok lain akan dilanjutkan pada pertemuan
selanjutnya.
l) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang hasil diskusi hari
ini.
m) Guru dan peneliti menutup pelajaran. Karena pelajaran Akuntansi adalah
jam terakhir, maka ketua kelas dipersilahkan memimpin doa sebelum
diperbolehkan pulang. Suasana pembelajaran terlihat tertib dari awal
sampai akhir pelajaran.
2) Pertemuan Kedua (Rabu, 27 Januari 2010)
a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan
mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa.
b) Guru mengulas sedikit tentang pertemuan sebelumnya kemudian
mempersilahkan siswa berformasi dalam kelompoknya pada pertemuan
sebelumnya.
c) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan. Pertemuan kali ini
diharapkan ada 4 kelompok yang presentasi. Kesempatan pertama
langsung digunakan oleh Kelompok II. Riang Nana sebagai perwakilan
Kelompok II mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
d) Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada empat siswa yang bertanya
yaitu: Agung Jayadi, Bagus W, Dhimas Inggar dan Candra Purnama.
Agung meminta dijelaskan lagi tentang buku besar, Bagus menanyakan
tentang definisi buku besar Kelompok II yang sedikit berbeda, Dhimas dan
Candra meminta diberi contoh memposting jurnal umum ke buku besar.
Secara bergiliran Kelompok II menjawab yaitu Riang, Apringga, Pemi dan
Viyas. Bagus belum puas dengan jawaban yang diberikan dan memberikan
pertanyaan lagi untuk menegaskan. Kelompok II terlihat bingung untuk
menjelaskannya lagi. Peneliti menengahi dan mempersilahkan siswa yang
lain untuk menjelaskannya. Kemudian Risty Agustiana angkat bicara
mengemukakan jawabannya membantu Kelompok II untuk menjelaskan
kepada Bagus. Guru beserta peneliti menguatkan jawaban tersebut.
e) Giliran Kelompok III yang presentasi, Dhimas Inggar sebagai perwakilan
Kelompok III yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada empat siswa yang bertanya
yaitu, Nugroho K, Sulis Haryanto, Nia Priska dan Landung Cahyono.
Yang menjawab adalah Dari,Candra, Pipiet dan Guntur. Maulianis R. pada
Kelompok III ini tidak ada perdebatan dan langsung dilanjutkan kelompok
IV.
f) Kelompok IV presentasi, yang mewakili Kelompok IV untuk presentasi
adalah Matfukhah Arnum. Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada
empat siswa yang bertanya Ike P, Khresna, Muhammad dan Nia Priska.
Yang menjawab adalah Arum, Dwi Maharani, Risna Sugesti dan Dinar
Agus N. Nampaknya Ike P kurang puas, dia mengemukakan idenya dan
bertanya lagi. Disinilah mulai ada perdebatan. Maftukhah menjelaskan
kembali. Akhirnya Ike puas dengan Maftukhah.
g) Dilanjutkan Kelompok V, kelompok terakhir pada pertemuan kali ini.
Perwakilan Kelompok V adalah Yunita Sari. Dalam sesi tanya jawab atau
diskusi kelas, ada empat siswa yang bertanya yaitu Ahmad Salabi, Wilda
Maulianis, Putri Candra Dewi dan Guntur Alfianto. Yang menjawab
Yunita Sari, Damar Kartika, Sulis Haryanto dan Khresna. Nampaknya ada
yang tidak setuju dengan pendapat Khresna Wahyu, Nia Priska segera
menanggapi jawaban Khresna. Khresna berusaha menjelaskannya kembali
tetapi Nia masih saja tidak mengerti. Guru menengahi dan
mempersilahkan siswa yang lain membantu Kresna. Risty mencoba
membantu Khresna. Apringga juga turut membantu Khresna. Guru juga
memperkuat jawaban Risty dan Apringga. Nia akhirnya mengerti.
h) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan
memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa
dalam mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam
diskusi kelas.
i) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang hasil diskusi pada
pertemuan kali ini.
j) Guru dan peneliti menutup pelajaran dengan salam penutup. Suasana
pembelajaran terlihat tertib dari awal sampai akhir pelajaran.
3) Pertemuan Ketiga (Senin, 1 Februari 2010)
a) Guru dan peneliti mengawali kegiatan belajar mengajar dengan
mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa.
b) Guru mengulas sedikit tentang pertemuan sebelumnya kemudian
mempersilahkan siswa berformasi dalam kelompoknya pada pertemuan
sebelumnya.
c) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilanjutkan. Pertemuan kali ini
diharapkan semua kelompok sudah presentasi. Kesempatan pertama
langsung digunakan oleh Kelompok VI. Nugroho Kusumo sebagai
perwakilan Kelompok VI mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka.
d) Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas, ada empat siswa yang bertanya
yaitu: Dwi Maharani, Arum, Guntur dan Wilda M. Yang menjawab yaitu
Harivan, Fia Tri, Tito Nur P dan Putri Candra D. Pada kelompok ini tidak
ada perdebatan berarti, hanya salah satu penanya saja yang belum puas.
Kemudian guru memberikan jawabannya dan memperkuat pendapat
Kelompok VI.
e) Giliran Kelompok VII yang presentasi, Risty Agustiana sebagai
perwakilan Kelompok VII yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka. Pada sesi tanya jawab atau diskusi kelas ada empat siswa yang
bertanya yaitu, Candra P, Guntur, Hariyan N, Yunita S dan Sulis H. Yang
menjawab adalah Ike P, Landung C, Wilda M dan Muhammad. Setelah
semua pertanyaan dijawab, Risty mengajukan pertanyaan untuk dijawab
teman-temannya. Semua diam. Guru dan Peneliti turun tangan untuk
memberi motivasi mereka untuk menjawab. Akhirnya ada tiga siswa yang
mencoba menjawab, Pipiet Alifah, Viyas Vivin, dan Dhimas I. Jawaban
mereka pada intinya memang benar tetapi dijelaskan dengan cara yang
berbeda.
f) Dilanjutkan Kelompok VIII, kelompok terakhir. Perwakilan Kelompok
VIII adalah Yunita Lukita S. Dalam sesi tanya jawab atau diskusi kelas,
ada empat siswa yang bertanya yaitu Pemi S, Niken W, Ardyan Zulfikar
dan Guntur Alfianto. Yang menjawab Adini K, Ahmad Salabi, Nia Priska
dan Novi P. Semua pertanyaan dijawab dengan lancar. Guru dan peneliti
menguatkan jawaban masing-masing kelompok dan menanamkan konsep
yang benar.
g) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi kelas dengan baik dan
memberikan penilaian proses sesuai instrumen-instrumen partisipasi siswa
dalam mengajukan pertanyaan/ide dan menjawab pertanyaan dalam
diskusi kelas.
h) Kegiatan presentasi dan diskusi kelas telah berakhir. Semua kelompok
sudah maju presentasi.
i) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan tentang semua hasil diskusi.
Guru dan peneliti merasa siswa-siswa sudah memegang konsep-konsep
yang diberikan dan memberitahukan kepada siswa bahwa pertemuan
selanjutnya akan diadakan kuis/tes individual untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan siswa selama belajar di dalam kelompoknya.
j) Guru dan peneliti menutup pelajaran. Ketua kelas dipersilahkan memimpin
doa sebelum siswa diperbolehkan pulang. Suasana pembelajaran terlihat
tertib dari awal sampai akhir pelajaran.
4) Pertemuan Keempat (Rabu, 3 Februari 2010)
a) Guru mengucapkan salam pembuka dan mengabsen siswa.
b) Siswa diberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri menjawab
pertanyaan kuis berupa soal esai untuk materi yang telah didiskusikan
dalam pertemuan sebelumnya yaitu Memindahbukukan (posting) jurnal
umum ke buku besar.
c) Guru besama peneliti membagikan lembar soal dan lembar jawab kepada
siswa dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara tertib dan mandiri.
d) Siswa mengerjakan soal kuis sampai waktu yang telah ditentukan berakhir,
sedangkan guru bersama peneliti mengawasi dengan tertib jalannya kuis.
Berbeda pada siklus I dimana posisi guru lebih banyak didepan kelas, pada
evaluasi (kuis) siklus II ini, guru berkeliling kelas dan lebih
memperhatikan siswa yang duduk dibarisan belakang agar tidak ada siswa
yang berani mencoba bertanya jawaban pada temannya. Pelaksanaan
evaluasi (kuis) pada siklus II ini berjalan lebih tertib bila dibanding pada
siklus I. Hal ini terbukti dari suasana kelas yang tenang dan tidak ada
siswa yang berbuat curang selama kuis berlangsung.
e) Kegiatan evaluasi (kuis) berlangsung baik, hasil kuis segera dikumpulkan.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran akuntansi dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together di kelas XI IPS 2. Metode
yang digunakan pada pertemuan pertama pada siklus II lebih didominasi
presentasi oleh guru dan diskusi kelompok. Kemudian dilanjutkan presentasi
masing-masing kelompok dengan sesi tanya jawab atau diskusi kelas. Hanya satu
kelompok yang presentasi dalam pertemuan pertama. Hal ini dilakukan untuk
mengawali penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together.
Pada pertemuan kedua yaitu hari Rabu, tanggal 27 Januari 2010, guru, peneliti
dan siswa melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Ada empat
kelompok yang presentasi yaitu kelompok II, III, IV dan V. Kegiatan Diskusi
kelas berjalan dengan baik, hampir seluruh siswa ikut didalamnya.
Pada pertemuan ketiga, yaitu pada hari Senin, tanggal 1 Februari 2010,
digunakan untuk melanjutkan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Kelompok
yang presentasi yaitu kelompok VI, VII dan VIII. Sedangkan pertemuan terakhir
Rabu, 3 Februari 2010 digunakan guru dan peneliti untuk melakukan evaluasi
akhir dari siklus II berupa kuis agar prestasi belajar siswa dapat diketahui. Dari
kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran Akuntansi
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together
sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan II.
Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar
akuntansi, diperoleh informasi tentang prestasi dan aktivitas siswa selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:
Tabel 5. Proses dan Hasil Belajar Siswa Siklus II
Jumlah Siswa dan Persentase
Aspek yang diukur Aktif
(skor 3)
Persen-tase
Cukup aktif
(skor 2)
Persen-tase
Kurang aktif
(skor 1)
Persen-tase
Partisipasi siswa dalam mengajukan
pertanyaan/ide dalam diskusi kelas
28 siswa 77,07% 11 siswa 20,18% 3 siswa 2,75%
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam
diskusi kelas
27 siswa 74,32% 13 siswa 23,85% 2 siswa 1,18%
Interaksi antarsiswa dalam kelompok
kooperatif 35 siswa 89,74% 5 siswa 8,54% 2 siswa 1,72%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa partisipasi siswa dalam
mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi kelas pada siklus II yaitu: siswa yang
aktif sebanyak 28 siswa dengan persentase 77,07%, siswa yang cukup aktif
sebanyak 11 siswa dengan persentase 20,18% dan siswa yang kurang aktif
sebanyak 3 siswa dengan persentase 2,75%. Partisipasi siswa dalam menjawab
pertanyaan dalam diskusi kelas pada siklus II dijelaskan sebagai berikut: siswa
yang aktif sebanyak 27 siswa dengan persentase 74,32%, siswa yang cukup aktif
sebanyak 13 siswa dengan persentase 23,85% dan siswa yang kurang aktif
sebanyak 2 siswa dengan persentase 1,18%. Serta interaksi antarsiswa dalam
kelompok kooperatif pada siklus II yaitu: siswa yang aktif sebanyak 35 siswa
dengan persentase 89,74%, siswa yang cukup aktif sebanyak 5 siswa dengan
persentase 8,54% dan siswa yang kurang aktif sebanyak 2 siswa dengan
persentase 1,72%.
Berdasarkan nilai kuis siklus II, ketuntasan hasil belajar (standar nilai
minimal adalah 68,00) yang tercapai pada siklus I sebanyak 39 siswa dengan
presentase sebesar 92,85% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 88,04.
Ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Ketuntasan hasil belajar
Kriteria Jumlah siswa Persentase
Tuntas 39 siswa 92,85%
Tidak Tuntas 3 siswa 7,15%
Jumlah 42 siswa 100%
Hasil capaian proses dan hasil belajar siswa untuk pelajaran akuntansi
tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gam
bar 7. Profil Capaian Proses dan Hasil Belajar Siswa Siklus II
Ketuntasan hasil belajar siswa juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Ga
mbar 8. Profil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Guru lebih bisa membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk lebih
memperhatikan presentasi guru saat kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung.
2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengalami
peningkatan. Siswa jauh lebih aktif dan bersemangat saat diskusi berlangsung.
Tidak ada lagi siswa yang malu-malu mengemukakan pendapatnya.
3) Sebagian besar siswa aktif berperan serta dalam diskusi kelas sehingga kelas
nampak hidup, proses dan hasil belajar meningkat.
4) Guru sudah dapat memposisikan diri saat evaluasi berlangsung dan tidak
hanya berada didepan kelas tetapi berkeliling untuk mengawasi dengan ketat
jalannya kuis. Hal tersebut dilakukan agar siswa terutama siswa yang duduk
dibarisan belakang tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat curang.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis tersebut, peneliti dan guru
melakukan refleksi tindakan sebagai berikut:
1) Guru masih harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan terhadap
siswa, sehingga setiap siswa yang mengalami kesulitan akan mudah teratasi.
2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
3) Guru lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model pembelajaran saat
mengajar, sehingga siswa lebih bersemangat mengikuti pelajaran dan tidak
cepat bosan.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dinyatakan
bahwa terjadi peningkatan proses dan hasil belajar akuntansi melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut
dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 7. Hasil Penelitian Siklus I dan II
Jumlah Siswa Aktif
Aspek yang diukur
Persentase target
capaian Siklus I Persentase Siklus II Persentase Keterangan
Partisipasi siswa dalam mengajukan
pertanyaan/ ide dalam diskusi kelas
70% 11 33% 28 77,07% Tercapai
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
70% 10 29,42% 27 74,32% Tercapai
Interaksi antarsiswa dalam kelompok
kooperatif 80% 24 71,28% 35 89,74% Tercapai
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa semua persentase target capaian
dapat tercapai. Keaktifan siswa yang diukur melalui partisipasi siswa dalam mengajukan
pertanyaan/ ide dalam diskusi kelas, partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dalam
diskusi kelas, serta interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif pada siklus I ke
siklus II mengalami perubahan dan peningkatan. Partisipasi siswa dalam mengajukan
pertanyaan/ ide dalam diskusi kelas pada siklus I, siswa yang aktif sebanyak 11 siswa
dengan persentase 33% meningkat menjadi 77,07% atau sebanyak 28 siswa pada siklus
II. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas sebanyak 10 siswa
atau 29,42% pada siklus I meningkat menjadi 27 siswa atau 74.32% pada siklus II.
Dalam interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif pada siklus I terdapat 24 siswa
atau 71,28%, meningkat menjadi 35 siswa atau 89,74% pada siklus II.
Berdasarkan kuis pada siklus I, ketuntasan hasil belajar (Kriteria Ketuntasan
Minimal adalah 68) yang tercapai pada siklus I sebanyak 35 siswa dengan persentase
sebesar 83,33% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 76,60. Sedangkan untuk
siklus II, ketuntasan hasil belajar yang tercapai sebanyak 39 siswa dengan persentase
sebesar 92,85% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 88,04. Target capaian yang
mencapai 80% dapat terlampaui jauh diatasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 8. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II
Ketuntasan Hasil Belajar (target capaian 80%)
Jumlah Siswa Kriteria Siklus I Persentase Siklus II Persentase
Keterangan
Tuntas 35 siswa 83,33% 39 siswa 92,85%
Tidak Tuntas 7 siswa 18,67% 3 siswa 7,15% Tercapai
Peningkatan prestasi belajar akuntansi tersebut juga dapat dilihat pada grafik
berikut ini :
Ga
mbar 9. Hasil Penelitian Siklus I dan II
Ketuntasan hasil belajar siswa juga bisa dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 10. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II
Grafik tersebut menunjukan bahwa setelah adanya penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together berdampak terhadap proses dan hasil kegiatan
pembelajaran Akuntansi. Dampak positif tersebut antara lain siswa lebih memahami
materi yang disampaikan oleh guru, siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran dan siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dengan
siswa yang lain serta mendiskusikan hasil pekerjaannya. Selain itu, hasil belajar siswa
mengalami peningkatan.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi dan interpretasi dan (4) analisis dan refleksi tindakan. Deskripsi
hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui
kondisi/keadaan yang ada di kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1
Sukoharjo dengan cara observasi dan wawancara baik dengan guru kelas maupun dengan
siswa. Dari hasil survei ini, peneliti menemukan bahwa prestasi belajar Akuntansi pada
siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo masih belum
maksimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi dengan guru kelas dan mencari
solusi untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together.
Setelah mengadakan diskusi dengan guru, selanjutnya peneliti dibantu guru
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam
siklus I tindakan kelas. Sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan guru mata
pelajaran Akuntansi, maka materi pada pelaksanaan tindakan siklus I ini adalah Jurnal
Umum. Setelah guru menjelaskan dan mendemonstrasikan materi, siswa diberi latihan
soal untuk didiskusikan dengan kelompoknya berdasarkan kelompok kooperatif tipe
Learning Together yang telah dibentuk dan diminta untuk dapat mempresentasikan hasil
pekerjaannya. Dalam pengerjaan soal, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok
kooperatif Learning Together yang terdiri dari 5 sampai 6 siswa untuk setiap kelompok
dan terdiri dari 8 kelompok. Hal ini dilakukan agar siswa dapat belajar bekerjasama
dengan siswa yang lain. Namun, dari hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
Akuntansi pada siklus I masih terdapat kekurangan dan kelemahan, yaitu siswa kurang
aktif dalam mengikuti pembelajaran Akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa
pada saat apersepsi dan dominasi beberapa siswa dalam mengemukakan pendapatnya
selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, kesempatan tanya jawab yang
diberikan guru juga cukup terbatas. Karena itu, peneliti mencari solusi dan menyusun
rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam
pembelajaran akuntansi pada siklus I.
Materi pembelajaran pada siklus II adalah lanjutan dari materi siklus I yaitu
memmindahbukukan (posting) jurnal umum ke buku besar. Dalam siklus ke II ini, guru
membagi siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif Learning Together untuk
menyelesaikan soal diskusi yang diberikan oleh guru. Selain itu, siklus II dilaksanakan
didasarkan atas perbaikan dari kelemahan siklus I. Pada saat peneliti menyebarkan angket
kepada siswa, siswa merasa cukup tertarik dengan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together selain siswa menjadi aktif dalam
pembelajaran, siswa juga merasa lebih bisa memahami materi. Selain itu, siswa juga
diajarkan untuk bekerja secara kelompok dalam menyelesaikan latihan soal. Dengan cara
ini, siswa menjadi lebih aktif karena selain dapat bertanya langsung kepada guru, siswa
juga dapat bertanya dengan teman mereka dalam kelompok.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar akuntansi pada
siklus II, kualitas pembelajaran baik proses maupun hasil sudah menunjukkan
peningkatan. Dari segi partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide dalam diskusi
kelas menunjukkan peningkatan dari 33% atau 11 siswa pada siklus I menjadi 77,07%
atau 28 siswa pada siklus II. Selama proses diskusi kelas berlangsung siswa yang
menunjukkan keaktifan mereka dalam menjawab pertanyaan sebanyak 10 siswa atau
29,42% pada siklus I sedangkan pada siklus II sebanyak 27 siswa atau 74,32%. Dalam
interaksi antarsiswa dalam kelompok kooperatif pada siklus I terdapat 24 siswa atau
71,28%, sedangkan pada siklus II terdapat 35 siswa atau 89,74%. Begitupula pada
ketuntasan hasil belajar siswa peningkatan ini ditunjukkan dari banyaknya siswa yang
sudah mencapai batas ketuntasan minimal yaitu sebesar 83,33% atau sebanyak 35 siswa
pada siklus I dan 92,85 % atau sebanyak 39 siswa pada siklus II. Siswa yang sebelumnya
kurang aktif saat pembelajaran, sekarang menjadi lebih antusias dalam proses
pembelajaran. Selain itu siswa yang sebelumnya tidak bisa bekerjasama dalam kelompok,
pada siklus II ini sudah dapat bekerjasama dengan siswa lain dengan baik. Meskipun
begitu, masih diperlukan juga motivasi dan pendekatan dari guru untuk mendukung
berhasilnya proses belajar mengajar akuntansi. Oleh sebab itu masalah yang dihadapi
pada pembelajaran Akuntansi sudah dapat teratasi dengan cara penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together yang secara langsung dapat
meningkatkan pemahaman siswa, mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran
akuntansi yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga kualitas dan hasil belajar
akuntansi dapat meningkat. Selain itu, peneliti juga dapat meningkatkan motivasi dan
kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, menarik dan
menyenangkan. Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat dilihat dari indikator-indikator
sebagai berikut:
1) Siswa terlihat antusias, bersemangat serta aktif berpartisipasi dalam mengikuti
pembelajaran Akuntansi.
2) Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini terjadi karena
siswa yang mulanya belum memahami benar materi yang disampaikan oleh guru
dapat menanyakannya lebih lanjut dan leluasa baik kepada guru secara langsung
maupun kepada teman satu kelompoknya.
3) Siswa menjadi lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompok untuk
mnyelesaikan suatu tugas bersama. Mereka terlihat aktif dalam mengikuti diskusi
kelompok maupun diskusi pada saat presentasi.
4) Siswa sudah tidak malu dan berani untuk maju ke depan kelas mempresentasikan
tugas yang diberikan guru. Hal ini dikarenakan siswa sudah paham tentang materi
yang akan dipresentasikan, karena sebelumnya sudah melihat secara langsung guru
menjelaskan dan memberikan contoh secara langsung mengenai materi yang sedang
dipelajari.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Tujuan peneltian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kualitas proses dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2
SMA Negeri 1 Sukoharjo. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis
lakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat
meningkatkan kualitas proses belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan
Sosial 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Indikator peningkatan kualitas proses belajar
siswa antara lain:
a. Siswa terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi,
keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan/ ide dalam diskusi kelas
menunjukkan peningkatan dari 33% (pada siklus I) menjadi 77,07% (pada siklus
II). Siswa sudah tidak malu dan berani untuk mengajukan pertanyaan/ide dalam
diskusi kelas (siswa menjadi lebih aktif).
b. Siswa mampu menjawab pertanyaan dan menerapkan konsep dalam pembelajaran
akuntansi. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas
menunjukkan peningkatan dari 29,42% (pada siklus I) menjadi 74,32% (pada
siklus II). Siswa tidak lagi pasif dalam menghadapi pertanyaan yang diajukan oleh
teman-temannya maupun guru.
c. Siswa menjadi lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompok untuk
menyelesaikan suatu tugas bersama. Selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa yang saling berinteraksi menunjukkan keaktifan mereka dalam kelompok
kooperatif pada siklus I sebanyak 24 siswa sedangkan pada siklus II sebanyak 35
siswa.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 2 SMA Negeri 1
Sukoharjo. Indikator peningkatan hasil belajar siswa yaitu: siswa mampu memahami
materi yang diberikan oleh guru. Hal ini bisa dilihat dari hasil evaluasi yang
menunjukkan peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 83,33% pada siklus I
menjadi 92,85% pada siklus II.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikaji implikasinya baik implikasi
teoritis maupun implikasi praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Upaya peningkatan proses dan hasil belajar akuntansi perlu bertumpu pada
kebutuhan siswa, artinya pengoptimalan penggunaan kemampuan berpikir dan bekerja
sama siswa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran kooperatif. Menurut
Slavin, pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran
dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Together mengarah pada pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja
kelompok. Penelitian mengenai metode ini telah menemukan bahwa bentuk penilaian
yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua
anggota kelompok. Hal ini dapat meningkatkan pencapaian siswa lebih dari metode-
metode individualistik dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan, seperti
penerimaan teman sekelas yang berbeda latar belakang dan tingkat kemampuannya
dibidang akademik sehingga peningkatan kualitas proses dan hasil belajar dapat tercapai.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari proses (keaktifan) selama mengikuti
pembelajaran dan hasil belajar siswa yang meningkat. Siswa menjadi aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran dan diskusi karena lebih memahami materi yang
diberikan oleh guru (92,85%, siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal).
Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai siklus II dapat dideskripsikan bahwa
terdapatnya kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran
akuntansi berlangsung. Kelemahan tersebut antara lain kemampuan siswa untuk
bekerjasama dalam diskusi dan berkomunikasi baik dalam kelompok maupun dengan
guru masih belum maksimal. Belum maksimalnya kemampuan guru untuk mengelola
kelas dikarenakan kondisi kelas yang tidak mendukung, media pembelajaran yang
kurang lengkap, serta pengembangan model dan metode pembelajaran yang masih sangat
minim. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan proses dan hasil belajar
Akuntansi.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah:
a. Lebih mengusahakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar
mengajar.
b. Hendaknya mendorong dan memotivasi guru untuk selalu berusaha
mengembangkan model dan metode pembelajaran yeng merangsang siswa untuk
aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.
2. Bagi Guru:
a. Hendaknya guru selalu meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan
dan menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas
pembelajaran dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan
yang dimilikinya.
b. Kepada guru yang belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Together dapat menerapkan model tersebut dalam kegiatan belajar
mengajar yang tentunya disesuaikan dengan materi dan kondisi siswa.
c. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan
sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan siswa dapat lebih
mudah memahami materi pembelajaran.
3. Bagi Siswa:
a. Hendaknya dapat bekerjasama dalam arti yang positif, baik dengan guru maupun
dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar.
b. Siswa hendaknya mampu memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik dimana
hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Herawati Susilo, dkk. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan
Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia. Hinomarus Masu. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning
Together untuk meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Akuntansi
Pokok Bahasan Jurnal Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMAK Sang Timur Yogjakarta. Jogjakarta. Universitas Sanata Dharma.
http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan pembelajaran// Diakses tanggal 24
Desember 2008 jam 16.00 WIB. Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Malang. Muhibbin, Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Perdasa. Muntari. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran (Kooperatif Model Learning Together
dan Langsung) terhadap Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Kimia pada Siswa SMA dengan kemempuan Matematika Berbeda. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya. Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Novia Purbawani. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Achievement Divisions (STAD) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas X Akuntansi 2 SMK Kristen 1 Surakarta tahun 2008/2009. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta. Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sumadi Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wahyu Adji, dkk. 2007. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. W. S. Winkel. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia. Yenny Anjar Jayadi. 2008. Penggunaan Jurnal Belajar Macromedia Flash Dalam
Pembelajaran Biologi Untuk meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta. Surakarta. Universitas Negeri Sebelas Maret.