penerapan model pembelajaran …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27430/1/imron...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM PADA SISWA SD ISLAM AN-NIZOMIYAH
Oleh :
IMRON HSNIM: 1810011000004
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIKJENJANG S-1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013/2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM PADA SISWA SD ISLAM AN-NIZOMIYAH
Oleh :
IMRON HSNIM: 1810011000004
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIKJENJANG S-1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013/2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM PADA SISWA SD ISLAM AN-NIZOMIYAH
Oleh :
IMRON HSNIM: 1810011000004
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIKJENJANG S-1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013/2014
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual DalamMeningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD IslamAn-Nizomiyah disusun oleh Imron HS, NIM. 1810011000004, Jurusan PendidikanAgama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah padatanggal 1 Oktober 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhakmemperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pdi) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 1 Oktober 2014
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Pjs. Ketua Jurusan PAI)
Dr. Muhbib Abd. Wahab, MA. _______________ _________________NIP. 196810231993031002
Penguji I
Drs. Masan AF, M.Pd. _______________ _________________NIP. 195107161981031005
Penguji II
Muhammad Soleh Hasan, Lc., MA. _______________ _________________NIP. 197102142006041018
Mengetahui,Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D.NIP. 195910201986032001
ABSTRAK
Imron HS. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual DalamMeningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD IslamAn-Nizomiyah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajarankontekstual dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI dan tingkat keberhasilanbelajar peserta didik kelas V SD Islam An-Nizomiyah pada mata pelajaran PAImelalui penerapan pembelajaran kontekstual.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitiantindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutupraktik pembelajaran secara berkesinambungan.
Hasil dari penelitian ini menjunjukkan bahwa Penggunaan pendekatanpembelajaran kontekstual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapatmeningkat, yaitu pada pra siklus persentase aktivitas peserta didik sebesar 58,6%,pada siklus I aktivitas peserta didik mengalami peningkatan menjadi 73,96%,sedangkan pada siklus II persentase aktivitas peserta didik meningkat menjadi90,2%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukanaktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik sekali. Penerapanpembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan AgamaIslam peserta didik kelas V-A SD Islam An-Nizomiyah Pasarminggu JakartaSelatan terhadap materi PAI. Peningkatan prestasi belajar peserta didikmeningkat, yang semula nilai rata-rata pra siklus 67 meningkat menjadi 72,9 atausekitar 8.81% pada siklus I, pada siklus II lebih meningkat lagi menjadi 80,25 ataumeningkat sekitar 10,08%.
Kata kunci: Pembelajaran Kontekstual, Hasil belajar, Pendidikan Agama Islam
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah, Segala puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan
muslimat.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada-Nya.
Karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang
tidak mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan
penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan
do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, berkat jasa beliau penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik, beliau juga yang senantiasa memberikan yang terbaik
untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Bahrissalim, M.Ag., selaku dosen pembimbing, berkat jasa beliau,
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
4. Drs. H. Muhammad Nozom Chotib, kepala sekolah SD Islam An-Nizomiyah
Jakarta Selatan, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk
mengadakan penelitian di sekolah.
5. Keluarga Besar SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan.
6. Seluruh civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
ii
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan pengorbanan selama
penyusunan skripsi ini.
8. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan
banyak inspirasi kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan do’a dan dukungan
selama proses penyusunan skripsi.
Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa
yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang
jauh lebih baik dari-Nya. Amin.
Akhirul kalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati penulis
menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Juni 2014
Penulis
Imron HS
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah................................................................... 4
D. Perumusan Masalah.................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................... 7
A. Pembelajaran Kontekstual .......................................................... 7
B. Hasil belajar ............................................................................... 17
C. Pendidikan AgamaIslam ............................................................. 21
D. Hepotesis Tindakan .................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29
A. Jenis Penelitian........................................................................... 29
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 31
C. Pelaksana dan Kolaborator ......................................................... 32
D. Sumber Data dan Jenis Data ....................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 33
F. Analisa Data ............................................................................... 35
G. Tahapan Penelitian ..................................................................... 37
H. Indikator Ketercapaian ............................................................... 43
I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 45
A. Profil SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan .......................... 45
B. Paparan Data Sebelum Penelitian ............................................... 48
C. Siklus I ....................................................................................... 50
iv
D. Siklus II...................................................................................... 56
E. Pembahasan................................................................................ 32
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 66
A. Kesimpulan ............................................................................... 66
B. Saran ........................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa hanya dicapai melalui penataan pendidikan yang
baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat meningkatkan
harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus
adaptif terhadap perubahan zaman. Dalam konteks pembaharuan pendidikan, ada
3 isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan
kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Kurikulum
pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan,
dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi.
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil
pendidikan. Oleh karena itu, harus ditemukan strategi atau pendekatan
pembelajaran yang efektif dikelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa.
Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaharuan pendidikan di
Indonesia.
Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai manusia, baik
sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk religius. Mengingat pendidikan
selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan
pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang
paling menentukan berhasilnya pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan, yaitu
guru. Gurulah ujung tombak pendidikan sebab guru secara langsung berupaya
mempengaruhi, membimbing, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa
agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi.
Inilah hakikat pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia. Sebagai
ujung tombak, guru dituntut memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai
pendidik dan pengajar. Kemampuan tersebut tercermin dalam kompetensi guru.
2
Sebagai pengajar paling tidak guru harus menguasai bahan yang diajarkannya dan
terampil dalam hal cara mengajarkannya. Bahan yang harus diajarkan oleh guru
tercermin dalam kurikulum (program belajar bagi siswa), sedangkan cara
mengajarkan bahan tercermin atau berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar terjadi manakala ada interaksi antara guru dengan
siswa dan antara siswa dengan siswa. Dalam interaksi tersebut guru memerankan
fungsi sebagai pengajar atau pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan
siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Keterpaduan kedua
fungsi tersebut mengacu kepada tujuan yang sama, yakni memanusiakan siswa
yang secara operasional tercermin dalam tujuan pendidikan dan tujuan
pengajaran, yang sekarang dikenal dengan istilah standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator hasil belajar.
Belajar-mengajar sebagai suatu proses memerlukan perencanaan yang
saksama dan sistematis agar dapat dilaksanakan secara realistis. Perencanaan
tersebut dibuat oleh guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar yang
disebut dengan rancangan/skenario pembelajaran (RP) dan silabus.
Pendidik dituntut untuk benar-benar mengetahui dan mengerti metode
yang cocok dalam proses belajar mengajar yang disesuaiakan dengan kondisi dan
kemampuan peserta didik yang akhirnya pendidikan itu bisa mencapai tujuan
yang diinginkan serta mendapatkan hasil yang maksimal.
Penguasaan terhadap metodologi pengajaran adalah merupakan salah satupersyaratan bagi seorang tenaga pendidik yang profesional. Seorang tenagapendidik yang profesional selain harus menguasai mata pelajaran yang akandiajarkan, juga harus menguasai metodologi pembelajaran. Di dalammetodologi pembelajaran ini diajarkan tentang teknik mengajar (TeachingSkill) yang efektif yang dibangun berdasarkan teori-teori pendidikan serta ilmudidaktik, metodik dan pedagogik.1
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 menjelaskan
bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru.
Menurut Ahmad Tafsir yang dikutip oleh Nurfuadi mengemukanan bahwa “guru
1 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam diIndonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 29-30
3
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
afektif, kognitif maupun psikomotorik”.2
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan di SD Islam An-
Nizomiyah ternyata masih ditemukan bahwa metode pembelajaran PAI yang
digunakan belum sesuai yang diharapkan. Metode yang digunakan masih
monoton dan klasik seperti ceramah dan hafalan. Sehingga peserta didik tampak
jenuh yang ditunjukkan dengan respon yang rendah acuh tak acuh selama
mengikuti proses pembelajaran. Dari segi hasil belajar siswa data yang diperoleh
dari guru mata pelajaran PAI didapat bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa
kelas V 67,5. Nilai tersebut masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Oleh karena itu, diperlukan berbagai
upaya, inovasi dan kreativitas dalam penerapan pembelajaran PAI sehingga tujuan
pembelajaran PAI bisa tercapai sesuai yang diharapkan bersama.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa masih
tergolong rendah. Selain itu bahwa metode pembelajaran PAI yang digunakan
monoton dan klasik seperti ceramah dan hafalan.
Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian
pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi
bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan
permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Untuk
mengaitkan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata yaitu
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti berinisiatif untuk melakukanpenelitian tindakan kelas berupa pemberian tindakan melalui pembelajaran yangmengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Alternatif yangdipilih adalah dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Untuk itupeneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul“Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Meningkatkan HasilBelajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD Islam An-Nizomiyah”.
2 Nurfuadi, Profesionalisme Guru, (Purwokerto: STAIN Press, 2012), Cet. I, h. 54
4
B. Identifikasi Masalah
1. Peran guru sebagai fasilitator kurang optimal sehingga kemampuan siswa
kurang berkembang.
2. Strategi pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa kurang minat
belajar.
3. Siswa kurang aktif karena guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran.
4. Pembelajaran yang masih bersifat teoritis dan masih jauh dari konteks
nyata.
5. Ketidaktepatan pemilihan model dan metode dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
C. Pembatasan Masalah
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tugas utama seorang guru
adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses
akomodasi, karena setiap anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang
baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang
dianggap aneh dan baru. Belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap
persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih
bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari siswa.
Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemapuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilkinya. Anak bukanlah orang
dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam
tahap-tahap perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran
guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya.
Permasalahan dalam judul di atas sangatlah luas maka dari itu, penulis
membatasi penulisan skripsi ini pada masalah: “Pendekatan pembelajaran yang
5
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual (CTL) dan hasil
belajar siswa”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalan
sebagai berikut:
a. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kontekstual dalam upaya
meningkatkan hasil belajar PAI pada peserta didik kelas V SD Islam An-
Nizomiyah?
b. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar
PAI pada peserta didik kelas V SD Islam An-Nizomiyah?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk:
a. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kontekstual dalam upaya
meningkatkan hasil belajar PAI pada peserta didik kelas V SD Islam An-
Nizomiyah.
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar peserta didik kelas V SD Islam
An-Nizomiyah pada mata pelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran
kontekstual.
2. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Manfaat praktis
1) Bagi peserta didik dapat memberikan sikap positif dan meningkatkan
pemahaman terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam.
2) Bagi peneliti dapat menambah pengalaman praktis di bidang penelitian
dan pengalaman secara langsung penerapan pembelajaran kontekstual
dalam pembelajaran PAI.
6
b. Manfaat teoritis
1) Bagi guru PAI sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode dan
teknik untuk meningkatan hasil belajar peserta didik serta sebagai motivasi
untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang
sesuai dan bervariasi terhadap mata pelajaran PAI.
2) Bagi pemerhati pendidikan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan
masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran atau lebih terkenal dengansebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konseppembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajardengan situasi dunia nyata si siswa, yang dapat mendorong siswa membuathubungan antara pengetahuan yang diepalajari dengan penerapannya dalamkehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.1
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan
konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan masyarakat.
Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi
siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri
(learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima
terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Oleh sebab itu, melalui
pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru
kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas
dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa
untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang
dipelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih
dekat dengan lingkungan masyarakat (bukan dekat dari segi fisik), akan tetapi
secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan
1 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press,2011), h. 222
8
situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya (keluarga dan
masyarakat).2
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata sehinggga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran
kompetensi merupakan suatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat
holistik (menyeluruh), teridri dari berbagai komponen yang saling terkait, apabila
dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya.
Paparan pengertian pembelajaran kontekstual di atas dapat diperjelas
sebagai berikut. Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
beroreantasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya
menerima pelajaran akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran.
Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. Hal ini akan
memperkuat dugaan bahwa materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat
dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, pembelajaran kompetensi mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya pembelajaran kompetensi tidak hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-
2 Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), (Jakarta:Rajawali Press, 2013), h. 189
9
hari. Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan
akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera kehidupan nyata.3
Sementara itu, Howey R, Keneth (2001) yang dikutip oleh Rusman
mendefinisikan CTL sebagai berikut:
Contextual teaching is teaching that enables learning in wich studentemploy their academic understanding and abilities in a variety of in-andout of school context to solve simulated or real world problems, bothalone and with others.
(CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajardi mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknyadalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkanmasalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupunbersama-sama).4
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan
menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu
dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu pendekatan
pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan
dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai
macam tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluar sekolah. Selain itu, siswa
dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi.
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) apabila
diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat
menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan dunia nyata yang
ada dilingkungannya. Untuk itu, guru perlu memahami konsep pendekatan
3 Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D., Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 162-1634 Rusman, op.cit., h. 189-190
10
Contextual Teaching and Learning (CTL) terlebih dahulu dan dapat
menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat belajar lebih efektif, guru perlu
mendapat informasi tentang konsep-konsep pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) dan penerapannya.
2. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Komponen pembelajaran kontekstual menurut Johnson B. Elaine yang
dikutip oleh Rusman meliputi: (1) Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna
(making meaningful connections); (2) mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang
berarti (doing significant work), (3) melakukan proses belajar yang diatur sendiri
(self-regulated learning); (4) mengadakan kolaborasi (collaborating); (5) berpikir
kritis dan kreatif (critical and creative thinking); (6) memberikan layanan secara
individual (nurturing the individual); (7) mengupayakan pencapaian standar yang
tinggi (reaching high standars); dan (8) menggunakan asesmen autentik (using
authentic assessment).5
3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pembelajaran kontekstual dikelas. Ketujuh komponen utama itu adalah
konstruktivisme (construktivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assesment). Sebuah kelas
dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual jika menerapkan ketujuh
komponen tersebut dalam pembelajarannya. Dan, untuk melaksanakan hal itu
tidak sulit! Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,
bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimanpun keadaannya.
Masing-masing komponen pembelajaran kontekstual dapat diuraikan
sebagai berikut:
5 Ibid., h. 192
11
a. Konstruktivisme (Construktivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL,yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yanghasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlahseperangkan fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dandiingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi maknamelalui pengalaman yang nyata. Batasan konstruktivisme di atasmemberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagaibagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa,akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimilikisiswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untukdiaktualisasikan dalam kondisi nyata.6
Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu pandangan tentang
proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses memperoleh
pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif, yang hanya dapat
diatasi melalui pengetahuan diri. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh anak didik melalui pengalamannya dari hasil interaktif
dengan lingkungannya. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara
konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat
diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur
kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara
berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.7
Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa untuk benar-benar
mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan
selalu bergulat dengan ide-ide. Tugas pendidik tidak hanya menuangkan atau
menjejalkan sejumlah informasi kedalam benak siswa, tetapi mengusahakan
bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat
dalam benak siswa.
6 Ibid., h. 1937 Udin Syaefudin Sa’ud, op.cit., h. 169
12
b. Menemukan (Inquiry)
Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil
dari proses menemukan sendiri. Tindakan guru bukanlah untuk
mempersiapkan anak untuk menghafalkan sejumlah materi akan tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri
materi yang harus dipahami. Belajar merupakan proses mental seseorang yang
tidak terjadi secara mekanis, akan tetapi perkembangan diarahkan pada
intelektual, mental emosional, dan kemampuan individu yang utuh.8
Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya
menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan
merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan
hasil menemukan sendiri.9
Proses belajar adalah proses menemukan. Langkah-langkah atau kunci
inkuiri meliputi:
1) Merumuskan masalah;2) Mengamati atau melakukan observasi, termasuk membaca buku,
mengumpulkan informasi;3) Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan laporan,
gambar, tabel dan sebagainya;4) Menyajikan, mengomunikasikan hasil karyawan di depan guru, teman
sekelas atau audien yang lain.10
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seorang, umumnya tidak lepas dari
aktivitas bertanya. Bertanya merupakan salah satu strategi penting dalam
CTL. Bagi siswa, bertanya menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang
8 Ibid.9 Rusman, op.cit., h. 19410 Sardiman A.M., op.cit., h. 224
13
dipelajari dan ada upaya untuk menemukan jawab sebagai bentuk
pengetahuan. Bagi guru, bertanya adalah upaya mengaktifkan siswa. Dalam
proses pembelajaran, kegiatan bertanya berguna untuk:
1) Menggali informasi;2) Mengecek pemahaman siswa;3) Membangkitkan respons para siswa;4) Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa;5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.11
Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru,kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakanpertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas danproduktivitas pembelajaran. Seperti pada tahapan sebelumnya,berkembangnya kemampuan dan keinginan untuk bertanya, sangatdipengaruhi oleh suasana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Dalamimplementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harusdijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajaryang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain, tugas bagiguru adalah membimbing siswa melalui pertanyaan yang diajukan untukmencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitandengan kehidupan nyata.12
Ilmu pengetahuan bisa berkembang dari kegiatan 'bertanya'. Jadibiasakan anak untuk bertanya. Aktifitas bertanya ditemukan ketika siswaberdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan ketikamengamati dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkandorongan untuk bertanya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untukmelakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community,
11 Ibid., h. 224-22512 Rusman, op.cit., h. 195
14
bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lainmelalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anakdibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan yangpositif dalam learning community dikembangkan.13
Pengembangan learning community, akan senantiasa mendorong
terjadinya proses komunikasi multi arah. Masing-masing pihak yang
melakukan kegiatan belajar dapat menjadi sumber belajar.14
Pada dasarnya learning community atau masyarakat belajar
mengandung arti sebagai berikut: (1) adanya kelompok belajar yang
berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman; (2) ada kerjasama
untuk memecahkan masalah; (3) pada umumnya hasil kerja kelompok lebih
baik dari pada secara individual; (4) ada rasa tanggung jawab kelompok
semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama; (5)
upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat
diadakan; (6) menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang
anak belajar dengan anak lainnya; (7) ada rasa tanggung jawab dan kerja sama
antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima; (8) ada
fasilitator/guru yang memandu proses belajar dalam kelompok; (9) harus ada
komunikasi dua arah atau multi arah; (10) ada kemauan untuk menerima
pendapat yang lebih baik; (11) ada kesediaan untuk menghargai pendapat
orang lain; (12) tidak ada kebenaran yang hanya satu saja; (13) dominasi
siswa-siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lamban/lemah bisa pula
berperan; (14) siswa bertanya kepada teman-temannya itu sudah mengandung
arti learning community.
e. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Guru biologi memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan
termometer, begitupun guru olah raga memberikan contoh model bagaimana
13 Ibid.14 Sardiman A.M., op.cit., h. 225
15
cara bermain sepak bola, bagaimana guru kesenian memainkan alat musik.
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan, dengan demikian siswa
dapat dianggap sebagai model. Di sini modeling merupakan asas yang cukup
penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui modeling siswa dapat
terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang mengundang terjadinya
verbalisme.15
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau barudipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentangapa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengedepankan apayang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yangmerupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saatrefleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang,membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinyasendiri (learning to be).16
g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan
penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi
yang amat menentukan untuk mendepatkan informasi kualitas proses dan hasil
pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan
berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk
terhadap pengalaman belajar siswa.17
Penilaian menekankan pada proses pembelajaran, sehingga data yang
dikumpulkan diperoleh dari kegiatan nyata siswa saat melakukan proses
pembelajaran. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian misalnya
PR, kuis, presentasi, demonstrasi, laporan praktikum, hasil tes, karya tulis,
dsb.
15 Udin Syaefudin Sa’ud, op.cit., h. 17116 Rusman, op.cit., h. 19717 Ibid.
16
Selain itu juga Udin Saefudin menerangkan bahwa terdapat lima
karakteristik penting dalam menggunakan prose pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan
yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh
siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya
pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian
memperhatikan detailnya.
c. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk
dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta
tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
d. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan
dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
e. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini
dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan
strategi.18
4. Skenario Pembelajaran Kontekstual
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu
saja terlebih dahulu guru membuat desain (skenario) pembelajarannya. Sebagai
pedoman umum dan sekaligus sebagal alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada
intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
18 Udin Syaefudin Sa’ud, op.cit., h. 163-164
17
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus
dimilikinya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-
pertanyaan.
d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.
f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.19
Dalam pembelajaran kontekstual program pembelajaran merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk skenario
tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam program tersebut harus tercermin
penerapan dari ketujuh komponen CTL dengan jelas, sehingga setiap guru
memiliki kesiapan yang utuh mengenai rencana yang akan dilaksanakan dalam
membimbing kegiatan belajar-mengajar di kelas.20
B. Hasil Belajar
Manusia, menurut hakikatnya adalah makhluk belajar. Ia lahir tanpa
memiliki pengetahuan, sikap, dan kecakapan apapun. Kemudian, tumbuh dan
berkembang menjadi mengetahui, mengenal, dan menguasai banyak hal. Itu
terjadi karena ia belajar dengan menggunakan potensi dan kapasitas diri yang
telah dianugerahkan Allah kepadanya. Tuhan memberi potensi yang bersifat
19 Rusman, op.cit., h. 199-20020 Ibid.
18
jasmani dan rohani untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk kemaslahatan umat manusia. Sebagaimana Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat: 78 yang berbunyi:
واللھ أخرجكم من بطون أمھاتكم لا تعلمون شیئا وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة لعلكم تشكرون
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidakmengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan danhati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78)
Orang yang tidak mau belajar dengan tidak memanfaatkan potensi dan
kapasitasnya berarti menjauhi hakikatnya sebagai manusia. Potensipotensi
tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yaitu indera penglihat
(mata), indera pendengar (telinga) dan akal yang berfungsi sebagai alat-alat
penting untuk melakukan kegiatan belajar.
Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.21
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.22
Seorang belajar bila ia ingin melakukan suatu kegiatan sehingga
kelakuannya berubah. Ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat
dilakukannya. Ia menghadapi sutuasi dengan cara lain. Kelakuan harus kita
pandang dalam arti yang luas yang meliputi pengamatan, pengenalan, perbuatan,
keterampilan, minat, penghargaan, sikap, dan lain-lain. Jadi belajar tidak hanya
mengenai bidang intelektual saja, akan tetapi seluruh pribadi anak, kognitif,
efektif, maupun psikomotor.23
21 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h. 1322 Ibid.23 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. 11, h. 59
19
Menurut Winkel yang dikutip oleh Purwanto menjelaskan bahwa hasil
belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan
tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan
pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.24
Hasil belajar dapat dilihat ketika siswa mencapai tujuan-tujuan pengajaran
berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga komponen tersebut
merupakan satu kesatuan dan saling menunjang antara satu dengan yang lain.
Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam
proses pendidikan. Perilaku kejiwaan tersebut dibagi menjadi 3 domain yaitu:25
Tabel 2.1Domain Hasil Belajar
INPUT PROSES HASILSiswa Proses belajar mengajar Siswa
1. Kognitif 1. Kognitif
2. Afektif 2. Afektif
3. Psikomotorik 3. Psikomotorik
Potensi perilaku yangdapat diubah
Usaha mengubahperilaku
Perilaku yang telahberubah
1. Efek pengajaran
2. Efek pengiring
Tiga ranah hasil belajar tersebut dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Kognitif Domain :
1) Remembering (Mengingat).
2) Understanding (memahami).
3) Applying (menerapkan)
4) Analysing (menganalisis).
5) Evaluation (mengevaluasi).
24 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 4525 Ibid., h. 49
20
6) Creating (menciptakan).
b. Affective Domain :
1) Receiving (sikap menerima).
2) Responding (memberikan respon).
3) Valuing (nilai).
4) Organization (organisasi).
5) Characterization (karakterisasi).
c. Psychomotor Domain:
1) Initiatory level.
2) Pre-routine level.
3) Rountinized level.26
Benjamin S. Bloom berpendapat tiga ranah hasil belajar adalah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
1) Ranah kognitif “berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiridari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitiftingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkattinggi.”
2) Ranah afektif “berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaknipenerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi”.
3) Ranah psikomotoris “berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dankemampuan bertindak. Ada enam aspek raah psikomotoris, yakni (a) gerakreflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) gerakan keterampilankompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif”.27
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasil belajar, penulis dapat
menyimpulkan bahwa hasil belajar ialah tingkat penguasaan seseorang yang
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai akibat dari proses
belajar yang telah diuji, salah satunya ialah dengan memberikan tes. Hasil tes
mempunyai fungsi yaitu sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar
mengajar serta dapat memberikan gambaran kemajuan bagi siswa.
26 Sardiman A.M., op.cit., h. 23-2427 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet. ke-14, h. 22-23
21
C. Pendidikan Agama Islam
1. Definisi Pendidikan Agama Islam
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.28
Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip dari bukunya Hasbullah,
mengemukakan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.29
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan
merupakan usaha sadar yang diberikan seorang pendidik untuk menggali dan
mengembangkan potensi jasmani dan rohani peserta didik agar sebagai manusia
mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan
mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan
permohonan dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan
ajaran agama itu.30
Islam kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan
(kepada Allah) berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima; berakar dari
huruf sin lam mim. Kata dasarnya adalah salama yang berarti sejahtera, tidak
tercela, ridak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata masdar salamat (yang dalam
bahasa Indonesia menjadi selamat). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan Islam
28 Kemdikbud, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, h. 229 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 330 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h. 40
22
dari segi bahasa adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri),
ketaatan dan kepatuhan.31
Menurut Zakiah Darajat yang dikutip dari bukunya Abdul Majid dan Dian
Andayani, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.32
Dalam kurikulum PAI yang dikutip dari bukunya Abdul Majid dan Dian
Andayani, pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama
hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Berdasarkan definisi dan pengertian yang dikemukakan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan
terencana berupa bimbingan dan asuhan terhadap pertumbuhan jasmani dan
rohani anak didik yang bertujuan untuk membentuk anak didik agar setelah
mereka memperoleh pendidikan itu anak didik dapat meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan seluruh ajaran Islam sehingga mendapatkan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang yang
melakukan suatu kegiatan. Dalam bidang pendidikan tujuan merupakan faktor
yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan
itu. Demikian pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan
agama itulah yang hendak di capai dalam pelaksanaan pendidikan.
31 Ibid., h. 4932 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Rosda Karya, 2004), h. 130
23
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untukmenumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian danpemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman pesertadidik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terusberkembang dalam keimanan. Ketaqwaan, berbangsa dan bernegara sertauntuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.33
Dalam buku metodologi pengajaran agama Islam, Ahmad Tafsirmenyatakan, bahwa:
Tujuan pendidikan agama Islam harus meliputi aspek kognitif, afektif, danpsikomotorik. Untuk aspek kognitif tujuannya adalah mengembangkan ataumembina pemahaman agama Islam, agar siswa paham akan ajaran Islamtersebut. Pada aspek afektif tujuan yang ingin dicapai adalah siswa menerimaajaran Islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotor, tujuan yang ingindicapai adalah agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupansehari-hari.34
Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam disebutkan bahwa, Pendidikan
agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan penumpukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta penglaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.35
Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan,
menurut Breiter, bahwa pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik
anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak
sebagai seseorang secara utuh.
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun
tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak
dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai -nilai ini
33 Ibid., h. 13534 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1997), h. 8635 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., h. 135
24
juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang
kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan agama Islam memiliki cakupan sangat luas,
karena ajaran Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia, maka pendidikan agama Islam merupakan pengajaran tata
hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani
kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupannya yang sejahtera di
akhirat nanti.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
a. Al Qur’an dan Hadits
b. Aqidah
c. Akhlak
d. Fiqih
e. Tarikh dan Kebudayaan Islam.
Ruang lingkup tersebut materinya meliputi:
a. Al-Quran dan Hadits, meliputi:
1) Hafalan surat-surat pendek
2) Pengenalan huruf dan tanda baca Al-Quran
3) Membaca Al-Quran dengan tajwid
4) Menulis huruf Al-Quran
5) Surat-surat yang berkaitan dengan: ilmu pengetahuan, IPTEK, kejadian
manusia, alam semesta, buah-buahan, hewan, kesehatan dan lain-lain.
b. Ilmu Tauhid (aqidah), ruang lingkup materinya meliputi:
1) Rukun iman
2) Iman kepada Allah swt.
3) Iman kepada Malaikat-malaikat Allah swt.
4) Iman kepada para Rosul Allah swt.
25
5) Iman kepada Kitab-kitab Allah swt.
6) Iman kepada Nabi Muhammad sebagai Rosul yang terakhir
7) Iman kepada hari akhir/kiamat
8) Iman kepada Qadha dan Qadar
c. Akhlak, meliputi:
1) Hal-hal yang berkaitan dengan adab
2) Sifat-sifat terpuji
3) Sifat-sifat tercela
4) Syukuran nikmat
5) Cinta ilmu pengetahuan
d. Fiqh, meliputi:
1) Syahadatain
2) Rukun Islam
3) Thaharah
4) Berwudlu
5) Salat fardhu
6) Azan dan Iqamah
7) Salat berjama’ah
8) Puasa
9) Zakat dan pajak
10) Haji dan Umrah
11) Makanan dan minuman
12) Penyembelihan hewan
13) Infak
14) Sumber hukum Islam
15) Wakaf
16) Mawaris
e. Tarikh Islam, meliputi:
1) Sejarah nabi Muhammada Saw
2) Khulafaurrasyidin
3) Sejarah pembukuan Islam
26
4) Penyebaran Islam setelah Khulafaurrasyidin
5) Cendikiawan muslim36
4. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Yuridis/Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-
undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis
formal tersebut terdiri dari empat macam, yaitu:
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara Pancasila, sila Pertama:Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar struktural/kontitusioanl, yaitu UUD 45 dalam bab XI pasal 29 ayat 1dan 2, yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang MahaEsa 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memelukagama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannyaitu.
3) Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikann NasionalPasal 12 ayat 1 yang berbunyi: “setiap peserta didik pada setiap satuanpendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan yangdianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”.37
4) Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NasionalPasal 37 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “Kurikulum pendidikan dasar,menengah dan tinggi wajib memuat pendidikan agama”.38
b. Segi religius
Yang dimaksud dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran
Islam yang tertuang dalam al-Quran dan al-Hadits. Menurut ajaran Islam
pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah
kepada-Nya. Dalam al-Quran banyak ayat yang menunjukan perintah tersebut,
antara lain:
1) Q.S An Nahl ayat 125
ظة الحسنة وجادلھم بالتي ھي ادع إلى سبیل ربك بالحكمة والموع36 Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum: Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 28-3037 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, op. cit., h. 838 Ibid., h. 20
27
أحسن إن ربك ھو أعلم بمن ضل عن سبیلھ وھو أعلم بالمھتدینSerulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaranyang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. SesungguhnyaTuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat darijalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatpetunjuk.
2) Q.S Ali Imran ayat 104
یر ویأمرون بالمعروف وینھون عن ولتكن منكم أمة یدعون إلى الخ
المنكر وأولئك ھم المفلحونDan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyerukepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yangmungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
3) Al-Hadits
بلغوا عنى ولو ایة : عن عبد اهللا بن عمر وان النبي صلى اهللا علیھ وسلم)رواه البخارى(
Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupu hanya sedikit.
c. Aspek psikologisPsikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusiabaik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan padahal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehinggamemerlukan adanya pegangan hidup.
Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya peganganhidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatuperasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat merekaberlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal semacam initerjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang sudahmodern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapatmendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa.39
39 Abdul Majid, op. cit., h. 133
28
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data.40
Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.41
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah melalui penerapan pembelajaran kontekstual maka hasil belajar peserta
didik SD Islam An-Nizomiyah Jakarta pada mata pelajaran Pendidikan agama
Islam dapat ditingkatkan.
40 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 96
41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: RinekaCipta, 2013), h.110
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Secara sederhana penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik. Dalam
hal ini pengertian kelas tidak terbatas pada empat dinding kelas atau ruang kelas,
tetapi lebih pada adanya aktivitas belajar dua orang atau lebih peserta didik.1
Sedangkan menurut Hopkins (1993:44) yang dikutip oleh Rochiati
Wiriaatmadja, PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur
penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam
disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang
terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.2
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran secara
berkesinambungan. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang
terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi) ataupun output (hasil
belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di kelas.
Selanjutnya Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi (2006) yang dikutip oleh
Mulyasa menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata yang tergabung di
dalamnya, yakni: Penelitian + Tindakan + Kelas, dengan paparan sebagai berikut :
1. Penelitian, menunjuk pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
1 Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),h. 10
2 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2012), h. 11
30
2. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk peserta didik.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud istilah kelas adalah sekelompok
peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru
yang sama pula.3
PTK memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan jenis
penelitian yang lain. Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan
suatu problem. Dilihat dari segi problem yang harus dipecahkan, PTK memiliki
karakteristik penting, yaitu bahwa problema yang diangkat adalah problem yang
dihadapi oleh guru dikelas.
Berbagai karakteristik PTK yang membedakannya dari penelitian formal
yang lain dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Berawal dari kerisauan kinerja guru, situasional, praktis, dan secara langsung
berkaitan dengan pembelajaran.
2. Bertujuan memperbaiki, meningkatkan, dan memberikan kerangka kerja yang
teatur terhadap pemecahan masalah pembelajaran.
3. Fleksibel dan adaptif memungkinkan adanya perubahan selama masa
percobaan dan mengabaikan pengontrolan karena lebih menekankan sifat
tanggap, pengujian dan pembaruan dalam pembelajaran.
4. Kolaboratif dan partisipatif sehingga guru sebagai peneliti ambil bagian secaralangsung dalam melaksanakan penelitian.
5. Self-evaluatif, yaitu modifikasi secara kontinu dievaluasi dalam situasi yangada dengan tujuan akhirnya untuk memperbaiki dan meningkatkan praktikpembelajaran.
6. Fokus penelitiannya pada pembelajaran sehingga proses dan pengambilankeputusan biasanya dilakukan oleh guru atau bersama peserta didik secaradisentralisasi dan diregulasi.
3 Mulyasa, op.cit., h. 10-11
31
7. Kooperatif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atas tindakan antara
guru sebagai peneliti dan peserta didik.
8. Penelitian tindakan kelas mengembangkan pemberdayaan, demokrasi,
keadilan, kebebasan, dan kesempatan partisipatif sebagai berikut:
a. Melibatkan peserta didik;
b. Mengajarkan keadilan;
c. Memberikan kebebasan;
d. Mengembangkan potensi peserta didik.
9. Mengembangkan suatu model pembelajaran, baik sebagian maupun
menyeluruh.4
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar
berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang
menggunakan paradigma kuantitatif maupun paradigma kualitatif. Oleh
karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai
upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan
untuk menghasilkan pengetahuan. Hasil dan penggunaan pengetahuan ini
berpangkal dan dikondisikan oleh tujuan utama tersebut. Peningkatan kualitas
pembelajaran mencakup penyadaran akan nilai-nilai yang akhirnya dapat
dilembagakan, misalnya peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam
pembelajaran. Meskipun demikian, hasil akhir dari peningkatan kualitas
pembelajaran bukan merupakan jaminan proses awal yang benar.5
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini akan diadakan selama satu bulan terhitung mulai izin
penelitian secara lisan dan tertulis. Untuk pelaksanaannya akan dimulai pada
bulan Februari 2014 dan waktu pelaksanaan penelitian akan disesuaikan dengan
4 Ibid., h. 38-385 Ibid., h. 37
32
jam pelajaran PAI pada kelas V yang digunakan sebagai obyek penelitian.
Sedangkan tempat penelitian di SD Islam An-Nizomiyah yang beralamat di jalan
Masjid Al Fajri No. 16A Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan.
C. Pelaksana dan Kolaborator
1. Pelaksana
Kehadiran peneliti di lapangan sebagai instrumen kunci penelitian mutlak
diperlukan karena terkait dengan desain penelitian yang dipilih adalah Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu dengan pendekatan kualitatif
jenis kolaboratif-partisipatoris.
Selama penelitian tindakan ini dilakukan, pelaksana dalam penelitian ini
adalah peneliti bertindak sebagai observer, pengumpul data, penganalisis data dan
sekaligus pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian ini, kedudukan peneliti adalah
sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan
akhirnya pelapor hasil penelitian.
2. Kolaboratif
Menurut Rochiati “PTK adalah penelitian yang dilakukan secara
kolaboratif atau kerjasama antara Perguruan Tinggi (LPTK) dengan Sekolah.
Peneliti yang umumnya berasal dari LPTK atau Universitas, bekerjasama dengan
mitra guru selanjutnya secara partisipatif bekerjasama sepanjang penelitian
berlangsung”.6 Kolaborator dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran PAI.
D. Sumber Data dan Jenis Data
Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data atau
subyek penelitian adalah peserta didik kelas V SD Islam An-Nizomiyah Pejaten
Barat, dimana peserta didik tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang
dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Peneliti sebagai
pengamat sekaligus guru di dalam melakukan pembelajaran kontekstual.
6 Rochiati Wiriaatmadja, op.cit., h. 249
33
Data penelitian ini mencakup:
1. Skor tes peserta didik dalam mengerjakan soal yang diberikan, hasil diskusi
pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir
tindakan.
2. Hasil lembar observasi perilaku aktivitas peserta didik.
3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas peserta
didik pada pembelajaran PAI berlangsung.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatanlapangan dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaanpembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada bidang studiPAI dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas V di SD IslamAn-Nizomiyah. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifatkualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari dokumentasi,observasi dan interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal darievaluasi pre test dan post test.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut:
1. Pengamatan (Observasi)
Salah satu alat pengumpul data terpenting dalam penelitian tindakan kelas
adalah pengamatan atau observasi. Kategorisasi dari fokus observasi dari kegiatan
kelas bisa umum bisa juga spesifik. Observasi umum dari kegiatan kelas akan
mengemukakan tanggapan peneliti yang subjektif sifatnya, sedangkan yang
khusus yang meliputi hal-hal yang sudah disepakati bersama dalam perencanaan,
data yang dihasilkan akan sangat membantu keperluan perkembangan sekolah.7
Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan adalah:
a. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti yang berperan sebagai pengamat penyerta
atau participant observer ikut serta dalam berbagai kegiatan pihak yang diamati,
7 Rochiati Wiriaatmadja, op.cit., h. 250
34
dan segera mencatatkan apa yang terjadi dalam catatan lapangannya. Dalam
catatan ini termasuk juga komentar-komentar yang menafsirkan apa yang terjadi
berdasarkan persepsi peneliti.8
Selain peneliti ikut berpartisipasi dalam observasi, peneliti juga sekaligus
sebagai fasilitator. Sehingga peneliti juga turut mengarahkan peserta didik yang
diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang diinginkan
oleh peneliti.
Dengan menggunakan metode ini, penulis mengamati secara langsung
terhadap obyek yang diselidiki. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-
data tentang keadaan lokasi penelitian, kegiatan- kegiatan yang dilakukan peserta
didik dan lain-lain.
b. Observasi Aktivitas Kelas
Observasi aktivitas kelas merupakan suatu pengamatan langsung terhadap
peserta didik dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran,
sehingga peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat melihat
secara langsung tingkah laku peserta didik, kerja sama, serta komunikasi di antara
peserta didik dalam kelompok.
2. Dokumentasi
Ada macam-macam dokumen yang dapat membantu dalam
mengumpulkan data penelitian, yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam
penelitian tindakan kelas, diantaranya: Silabi dan rencana pelajaran, laporan
diskusi-diskusi tentang kurikulum, berbagai macam ujian dan tes, laporan rapat,
laporan tugas siswa, bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam
pembelajaran.9
Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumentasi untuk mendapatkan data
tentang profil SD Islam An-Nizomiyah Pejaten Barat yang mencangkup identitas
sekolah, visi misi sekolah, data peserta didik dan data penunjang lainnya.
8 Ibid., h. 1079 Ibid., h. 121
35
3. Tes
Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang
diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban,
menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan,
menjawab secara lisan, dan sebagainya.10
Pengukuran tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan
pembelajaran PAI dalam penerapan pembelajaran kontekstual.
Tes yang dimaksud meliputi tes awal atau tes pengetahuan pra syarat yang
akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi pelajaran sebelum
pemberian tindakan. Selanjutnya tes pengetahuan pra syarat tersebut juga akan
dijadikan acuan tambahan dalam mengelompokkan peserta didik dalam
kelompok-kelompok belajar, di samping menggunakan nilai ulangan harian
selanjutnya skor tes awal ini juga akan dijadikan sebagai skor awal bagi
penentuan poin perkembangan individu peserta didik.
Selain tes awal juga dilakukan tes pada setiap akhir tindakan, hasil tes ini
akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik terhadap materi
pelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran kontekstual.
F. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data
tersebut. Dalam analisis ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Analisis hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran melalui
pendekatan kontekstual pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Adapun kriteria penilaian untuk lembar pengamatan aktivitas peserta didik
adalah sebagai berikut:
10 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.67
36
a. Penilaian pertama apabila banyaknya peserta didik yang melakukan
aktivitas terhitung 25% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta
didik dalam pembelajaran masih tergolong kurang (disimbolkan dengan
huruf D).
b. Penilaian kedua apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas
terhitung 25% - 50% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta
didik dalam pembelajaran tergolong cukup (disimbolkan dengan huruf C).
c. Penilaian ketiga apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas
terhitung 50% - 75% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta
didik dalam pembelajaran tergolong baik (disimbolkan dengan huruf B).
d. Penilaian keempat apabila banyaknya peserta didik yang melakukan
aktivitas terhitung > 75% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta
didik dalam pembelajaran tergolong baik sekali (disimbolkan dengan
huruf A)
2. Data tentang hasil belajar setiap siklus diperoleh dari hasil tes setiap akhir
siklus dan data prestasi belajar secara keseluruhan setelah diterapkannya
pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajarannya. Adapun langkah
perhitungan adalah dengan cara menghitung presentase jawaban benar yang
dicapai setiap peserta didik yang dirumuskan sebagai berikut.
%100T
KP N
NN
Keterangan:
NP = Nilai persentase
NK = Nilai yang didapat
NT = Nilai jika semua benar11
Dari perhitungan ini, peneliti dapat mengetahui sampai sejauh mana
tingkat keberhasilan peserta didik atas materi yang diajarkan ditinjau dari sudut
kriteria keberhasilan belajar (indikator keberhasilan) yang diharapkan atau yang
telah ditetapkan.
11 Ibid., h. 272
37
Selain itu, hasil perhitungan dari hasil masing-masing tes kemudian
dibandingkan antara siklus I, siklus II, hasil ini akan memberikan gambaran
mengenai presentase peningkatan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual.
Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk
memastikan bahwa dengan mengaplikasikan pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan
dokumentasi dianalisis secara kualitatif. Jika yang dikumpulkan berupa data
kualitatif, maka analisis dilakukan secara kualitatif pula. Proses tersebut dilakukan
melalui tahap menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorganisasi
(mengaitkan gejala) secara sistematis dan logis, serta membuat abstraksi atas
kesimpulan makna hasil analisis
Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat
kuntitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi dianalisis dan dirubah menjadi
kualitatif dengan menggunakan rumus:
%100rateBase
rateBase-ratePostP
Keterangan :
P = Presentase Peningkatan.
Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan.
Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan.
G. Tahapan Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini
merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap penelitian ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, berupa suatu siklus spiral yang meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang
membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian.
Adapun model tahapan penelitian mengacu pada Kemmis dan McTaggart
yang digambarkan sebagai berikut:
38
Gambar 1
Model penelitian tindakan kelas12
1. Pra siklus
Tahap prasiklus ini peneliti akan melihat dan observasi langsung
pembelajaran PAI di kelas V SD Islam An-Nizomiyah. Pada pelaksanaan pra
siklus ini guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu
belum menerapklan pembelajaran kontekstual.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus ini juga akan diukur
dengan indikator penelitian yaitu akan dilihat aktifitas peserta didik dalam proses
pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Hal ini dilakukan sebagai dasar
untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran kontekstual pada siklus satu dan siklus dua.
12 Rochiati Wiriaatmadja, op.cit., h. 66
39
2. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti membuat rencana pembelajaran
dan soal tes akhir pembelajaran tiap siklus. Proses penyusunannya melalui
tahapan sebagai berikut :
1) Peneliti mengumpulkan bahan dan materi dari berbagai sumber untuk dibuat
rencana pembelajaran dan soal tes.
2) Menyusun materi yang akan disampaikan.
3) Menyusun alat evaluasi berupa tes kelompok dan tes individu.
4) Peneliti mengkonsultasikan rencana pembelajaran dan soal-soal tes kepada
guru mitra selaku kolaborator untuk diperbaiki, sehingga menjadi rancangan
yang layak digunakan dalam penelitian.
5) Peneliti melakukan proses akhir yaitu mencetak rencana pembelajaran dan
soal tes sehingga siap digunakan dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disiapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran kontekstual pada siklus satu secara garis besar adalah sebagai
berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik siap memulai
pelajaran lalu menjawab salam.
b) Mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik.
c) Proses pembelajaran dimulai dengan bacaan do'a dan salah satu surat
pendek .
d) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugasyang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat dan penuhkehangatan.
e) Guru memberikan motivasi, seperti memancing emosional peserta didikmelalui beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akandisampaikan.
40
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual pada materi PAI.
g) Pada awal pembelajaran dilakukan pembahasan tentang rencana
pembelajaran dan mendiskusikan tentang topik pelajaran yang dikaitkan
dengan kontek kehidupan peserta didik sehari-hari.
2) Kegiataan inti
a) Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok, masing- masing
terdiri empat atau lima anggota kelompok dan mengatur tempat duduk
peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka
(tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin
maupun kemampuannya).
b) Guru memberikan tugas yang terencana dengan membagikan materi
pembelajaran pada hari itu kepada setiap kelompok.
c) Tiap kelompok melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru yaitu :
(1) Menelaah materi yang telah dibagikan kepada setiap kelompok dan
membuat contoh riil yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
(2) Saling membantu menguasai bahan ajar atau materi yang diberi oleh
guru melalui sharing antar sesama anggota kelompok.
(3) Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing- masing (yang
tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai mengajari yang
lemah).
(4) Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya
masing-masing.
(5) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok di
depan kelas.
(6) Memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang tidak maju ke
depan untuk bertanya (forum tanya jawab dan diskusi guru bertindak
sebagai fasilitator).
d) Memberikan pujian kepada salah satu kelompok atas hasil yang diraih.
e) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
41
3) Penutup
a) Mengulas kembali materi pembelajaran.
b) Merangkum materi pembelajaran.
c. Pengamatan
1) Selama proses pembelajaran guru mengamati setiap kegiatan yang
dilakukan peserta didik.
2) Guru mencatat keberhasilan kendala-kendala yang dialami dalam proses
pebelajaran yang belum sesuai dengan harapan.
d. Refleksi
1) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan
pembelajaran kaitannya dengan kehidupan sehari- hari.
2) Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk mengungkapkan
pengalaman spiritual peserta didik terkait dengan topik pelajaran.
3) Secara kolaboratif peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil
pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu
dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus kedua.
4) Membuat kesimpulan sementara terhadap hasil pelaksanaan siklus satu.
3. Siklus II
Untuk pelaksanaan siklus dua secara teknis sama seperti pelaksanaan
siklus satu. langkah-langkah dalam siklus dua ini yang perlu ditekankan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (siklus dua merupakan
perbaikan dari siklus satu dan berdasarkan hasil refleksi siklus satu) akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus II
dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus I.
42
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disiapkan sesuai revisi berdasarkan evaluasi pada siklus satu. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya hampir sama seperti langkah-langkah pada
siklus satu diantaranya :
1) Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik siap memulai
pelajaran lalu menjawab salam.
b) Mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik.
c) Proses pembelajaran dimulai dengan bacaan do'a dan salah satu surat
pendek .
d) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas
yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat dan penuh
kehangatan.
e) Guru memberikan motivasi, seperti memancing emosional peserta didik
melalui beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan
disampaikan.
2) Kegiataan inti
a) Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok, masing- masing
terdiri empat atau lima anggota kelompok dan mengatur tempat duduk
peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka
(kelompok pada siklus ini telah di rubah tidak sama dengan siklus satu).
b) Guru memberikan tugas yang terencana (bisa lewat alat peraga, permainan
dan sebagainya) yang mengarahkan peserta didik dapat menemukan atau
mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
c) Tiap kelompok melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru yaitu :
(1) Saling membantu menguasai bahan ajar atau materi yang diberi oleh
guru melalui sharing antar sesama anggota kelompok.
(2) Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing- masing (yang
tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai mengajari yang
lemah).
43
(3) Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya
masing-masing.
(4) Masing-masing kelompok secara bergilir mempresentasikan hasil kerja
kelompok di depan kelas.
(5) Memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang tidak maju ke
depan untuk bertanya (forum tanya jawab dan diskusi guru bertindak
sebagai fasilitator).
d) Memberikan pujian kepada salah satu kelompok atas prestasi yang diraih.
e) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
f) Guru membubarkan kelompok yang telah dibentuk dan peserta didik
kembali ketempat duduk masing-masing.
3) Penutup
a) Mengulas kembali materi pembelajaran.
b) Merangkum Materi pembelajaran.
c. Pengamatan
Guru melakukan pengamatan yang sama pada seperti siklus I.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus dua ini dilakukan untuk melakukan penyempurnaan
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang diharapkan
dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dan
prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
H. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penilitian tindakan kelas ini apabila:
1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik (termasuk aktivitas peserta didik)
kelas V SD Islam An-Nizomiyah pada mata pelajaran PAI, apabila peran guru
selama proses pembelajaran sesuai dengan skenario dalam proses
pembelajaran kontekstual, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar
peserta didik dengan indikator sebagai berikut.
44
a. Aktivitas hasil peserta didik telah mencapai kriteria baik sekali, dengan
jumlah presentase aktivitas belajar dalam kegiatan pembelajaran sekurang-
kurangnya 75%.
b. Hasil belajar peserta didik yang berupa nilai tes peserta didik (setelah
tindakan penelitian) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu lebih dari
atau sama dengan 70 sebanyak 75% dari seluruh peserta didik di kelas V
SD Islam An-Nizomiyah dan rata-rata kelas lebih dari 7,0.
2. Ditemukannya cara yang paling efektif dalam menerapkan pembelajaran
kontekstual.
I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas
yang akan dilaksanakan di SD Islam An-Nizomiyah Pejaten Barat.
Tabel 1 Jadwal pelaksanaan penelitian
No. Rencana Kegiatan Minggu ke1. Persiapan 1 2 3 4
Menyusun jadwal dan konsep penelitian
Membuat kesepakatan dengan guru mitra(kolaborator)Observasi data geografis dan historiesSD Islam An-NizomiyahMencari data kelas V
2. Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat
Melakukan tindakan pra siklus
Melakukan tindakan siklus I
Melakukan tindakan siklus II
3. Penyusunan Laporan
Menyusun konsep laporan
Penyelesaian laporan
45
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Profil SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan
1. Identitas Sekolah
a. Nama : SD Islam An-Nizomiyah
b. Tahun Berdiri : 1993
c. Alamat : Jl. Masjid Al-Fajri No. 16A Pejaten Barat
Pasarminggu Jakarta Selatan 12510
d. Telepon : 21-7971208
e. Status : Swasta
f. NSS : 104016304093
g. NPSN : 20103074
h. NIS : 100750
i. Akreditasi : A tahun 2012
j. Nama Kepsek : Drs. H. Muhammad Nozom Chotib
k. Nama Yayasan : Jam’iyyatul Hujjaj An-Nizomiyah
l. Nama Ketua Yayasan : Hj. Chaizarani Tahir
m. Proses KBM : Pagi
n. Email : [email protected]
o. No. Izin Operasional : 4811/-1.851.48
2. Visi dan Misi
a. Visi sekolah
Membentuk siswa yang unggul dan berprestasi, beriman dan berakhlak
mulia serta mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi.
b. Misi sekolah
1) Menanamkan keyakinan melalui keislaman
2) Meningkatkan aktivitas akademis dan non akademis
3) Mengembangkan keterampilan dibidang IPTEK, bahasa, olahraga dan
seni budaya sesuai dengan bakat, minat, dan potensi siswa
46
4) Membina kemandirian siswa melalui kegiatan terencana dan
berkesinambungan
5) Mengembangkan kegiatan yang menumbuhkan kesadaran warga
sekolah terhadap masalah sosial dan lingkungan
3. Lokasi Sekolah
SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan terletak di Jl. Masjid Al-Fajri
No. 16A Pejaten Barat, Pasarminggu Jakarta Selatan 12510.
4. Jumlah Peserta Didik
Tabel 4.1 Data Jumlah Peserta Didik tahun 2013/2014
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah1 34 25 59
2 19 33 52
3 29 25 54
4 27 21 48
5 26 16 43
6 31 24 54
Jumlah 166 144 310
5. Sarana dan Prasarana
Tabel 4.2 Data Sarana dan Prasarana
No. Jenis Ruangan Jumlah1 Ruang Kelas 12
2 Ruang Kepala Sekolah 1
3 Ruang Guru 2
4 Ruang Tata Usaha 1
5 Ruang Perpustakaan 1
6 Ruang Lab. Komputer 1
7 Kantin 1
8 Musholla 1
47
9 Dapur 1
10 Toilet/WC 3
Jumlah 24
6. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
SD ISLAM AN-NIZOMIYAH
KETUA UMUMYAYASAN AN-NIZOMIYAH
WALI KELAS
KOMITESEKOLAH
GURU
KEPALA SEKOLAH
BIDANG PENDIDIKAN
MURID
PEMBINAEKSTRAKURIKULER
KOORDINATOR -KOORDINATOR
BENDAHARA / TUWAKIL KEPALASEKOLAH
48
B. Paparan Data Sebelum Tindakan
1. Observasi
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan pertemuan
pada hari senin tanggal 24 Maret 2014 dengan kepala sekolah dan guru
PAI SD Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan. Dalam pertemuan itu
peneliti menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah
tersebut. Setelah Kepala sekolah dan guru PAI memberikan izin
pelaksanaan penelitian. Kemudian peneliti dan guru PAI berdiskusi
mengenai rencana penelitian yang akan dilaksanakan, dan disepakati
bahwa kelas V yang dijadikan sumber data penelitian. Dengan
pertimbangan bahwa kelas V termasuk kelas yang mempunyai
kemampuan yang heterogen sehingga perlu diadakan penelitian untuk
mengetahui efektifitas sebuah metode itu digunakan di kelas tersebut.
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi
dengan wali kelas V, peneliti meminta data tentang kelas V, yaitu data
tentang kemampuan belajar peserta didik, sebagai tolak ukur dalam
pengelompokan belajar yang akan dilaksanakan di kelas V.
2. Pra Siklus
Pra siklus ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 26 Maret 2014,
guru masih menggunakan metode konvensional yaitu dengan
menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Maka dalam pra
siklus ini, tidak menggunakan pembagian atau pembentukan kelompok.
Guru dalam hal ini menguasai penuh proses pembelajaran. Pada
pelaksanaan Pra siklus materi yang di sampaikan adalah Kisah khalifah
Umar bin Khattab r.a.
Setelah diadakan ulangan atau tes didapat nilai rata-rata kelas 67
dengan banyaknya peserta didik yang tuntas 50% dan yang tidak tuntas
sebanyak 50%. Ini berarti masih ada sebagian peserta didik kelas V-A
tersebut belum dapat menyelesaikan evaluasi dengan baik. Begitu juga
dengan aktivitas peserta didik kelas V-A yang masih 58,64% dengan
kreteria baik meskipun ada sebagian yang masih perlu ditingkatkan. Pada
49
umumnya peserta didik terlihat kurang bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran. Kebanyakan dari mereka kelihatan bosan dalam mengikuti
pembelajaran sehingga berakibat prestasi belajar mereka kurang
maksimal.
Pada pelaksanaan pra siklus ini, hasil belajar dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 4.3. Hasil nilai tes pada pra siklus
No. Nama Nilai % KetercapaianKetuntasan
tuntas tidak1 Ahmad Faisal Baidhowi 70 70%
2 Akel Darmawan Audhifa 65 65%
3 Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi 65 65%
4 Arya Wibawa 55 55%
5 Azkadita Widiyanti 60 60%
6 Daffa Pradipta Yusdiansyah 60 60%
7 Drajad Ksatria Wibaowo 60 60%
8 Faiza Azzahra 70 70%
9 Hanifa Muslimah 75 75%
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto 70 70%
11 Muhammad Aditya Mulyadi 65 65%
12 Muhammad Alif Najmi 75 75%
13 Muhammad Devta Kautsar 60 60%
14 Muhammad Hisyam Azmi 60 60%
15 Novalia Sabrina 75 75%
16 Qonita Putrid Aryani 75 75%
17 Qori Afiah Fathdina 70 70%
18 Ralif Yoga Saputra 65 65%
19 Sarah Nisa 70 70%
20 Trianda Iqbal Ramadhan 75 75%
Jumlah 1340 13.40% 10 10Nilai rata-rata 67 67.00% 50% 50%
50
C. Silkus I
1. Perencanaaan Tindakan Siklus I
Siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan. Sebelum
siklus pertama dilaksanakan, peneliti melakukan beberapa tahap persiapan,
sebagai berikut :
a. Membuat perencanaan pembelajaran.
b. Menyiapkan materi membiasakan perilaku terpuji yaitu Meneladani
perilaku khalifah Abu Bakar As Siddiq r.a.
c. Membagi peserta didik yang berjumlah 20 anak menjadi lima
kelompok, yang masing-masing kelompok beranggotakan empat anak
dengan memperhatikan kriteria nilai atau prestasi anak di dalam kelas
(data pembagian kelompok anak terlampir).
d. Mempersiapkan instrumen penelitian yang digunakan untuk meneliti
peningkatan motivasi dan prestasi belajar peserta didik.
e. Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 April 2014.
Pembelajarannya berlangsung selama 2 x 35 menit. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan langsung oleh peneliti
didampingi oleh Kolaborator yaitu guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Proses awal pembelajaran pada pertemuan pertama dimulai,
keadaan peserta didik masih dalam keadaan ramai tetapi keadaan ini dapat
dikondisikan setelah guru membuka kelas dan memperkenalkan peneliti
sebagai guru pengganti mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dilanjutkan
dengan berdoa dipimpin oleh peneliti kemudian dilanjutkan dengan
membaca surat al-Ikhlas bersama-sama. Setelah itu dilanjutkan
perkenalan, karena proses penelitian di kelas baru pertama kali dilakukan.
Setelah proses absensi sebagai perkenalan terhadap peserta didik selesai,
maka pembelajaran dimulai dengan menjelaskan rencana kegiatan
51
pembelajaran yaitu menelaah bersama topik pembahasan tentang
keteladanan perilaku kholifah Abu Bakar As Siddiq.
Indikator keteladanan perilaku kholifah Abu Bakar As Siddiq pada
siklus I ini adalah meneladani sifat kejujuran Abu Bakar As Siddiq,
meneladani sifat dermawan Abu Bakar As Sidiq dan meneladani sifat
kepemimpinan Abu Bakar As Siddiq. Pada saat diterangkan peserta dalam
keadaan gaduh dan ramai, hal ini menunjukkan ketidakefektifan metode
ceramah jika dilakukan terus menerus.
Pada kegiatan inti proses pembelajaran dilanjutkan dengan
penerapan pembelajaran kontekstual. Guru membagi peserta didik menjadi
lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat peserta didik.
Setelah kelompok terbentuk dilanjutkan dengan mempersilahkan peserta
didik untuk menunjuk ketua dari masing-masing kelompok yang bertugas
memimpin diskusi dan menunjuk seorang sekretaris yang tugas mecatat
hasil diskusinya.
Setelah pembentukan kelompok selesai maka guru memberikan
materi pembelajaran tentang keteladanan perilaku khalifah Abu Bakar As
Siddiq kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok melaksanakan
tugas yang diberikan guru dengan menelaah materi pembelajaran dan
membuat ilustrasi atau contoh riil yang terjadi dikehidupan sehari-hari.
Masing-masing kelompok bekerja sama dengan anggota kelompoknya.
Selama diskusi berlangsung ada beberapa anak yang bertanya
tentang materi yang belum dipahami, yaitu tentang contoh riil
kepemimpinan Abu Bakar As Siddiq, ia adalah Faiza Azzahra. Anak yang
bertanya tidak berarti ia bodoh. Belum tentu anak yang tidak bertanya
berarti meraka paham atau pandai. Tetapi hal ini menunjukkan keberanian
dan keaktifan, memang benar setelah peneliti observasi ternyata anak ini
termasuk peserta didik yang pandai dan aktif di kelas.
Presentasi pada siklus I belum menunjukkan proses pembelajaran
yang aktif, peserta didik masih malu dan ragu untuk bertanya hal ini
disebabkan karena peserta didik belum terbiasa dengan penerapan
52
pembelajaran kontekstual, tetapi ada pertanyaan dari Novalia Sabrina saat
season pertanyaan dibuka menanggapi kelompok kedua saat
mempresentasikan hasil diskusinya. Pertanyaan tersebut adalah
“bagaimana ada teman menyontek saat ulangan?” Kemudian pertanyaan
itu dijawab anggota kelompok II yaitu Azkadita Widiyanti “jika ada teman
yang nyonyek saat ulangan itu menunjukan teman itu tidak jujur dan tidak
mau mencontok perilaku Abu Bakar as Siddiq”. Pertanyaan lain muncul
dari Sarah Nisa dari kelompok V tentang perilaku dermawan “contohnya
dermawan dalam kehidupan sehari-hari seperti apa?” karena jawaban dari
kelompok lain kurang memuaskan sehingga pertanyaan ini diselesaikan
oleh peneliti.
Pada siklus I ini terhitung hanya tiga anak yang aktif bertanya yaitu
Faiza Azzahra, Novalia Sabrina dan Sarah Nisa sedangkan yang lain
belum berani mengeluarkan pertanyaan hanya sekedar membacakan hasil
diskusi.
Sebagai penutup guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah
dipelajari bersama-sama dan memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk bertanya tentang materi yang telah didiskusikan. Guru memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk merencanakan tindakan yang akan
mereka lakukan terkait dengan materi yang dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari, seperti taat pada perintah agama, sabar dalam menerima
cobaan, dan sebagainya. Sedangkan pengambilan nilai dalam pelaksanaan
tindakan ini dengan memberikan tes formatif untuk dikerjakan oleh peserta
didik secara individu.
3. Observasi Siklus I
Pada siklus I ini, selama pelaksanaan pembelajaran di kelas,
terlihat para peserta didik mulai antusias dan merespon positif. Mulai
adanya peningkatan motivasi belajar dibandingkan pada saat pra siklus.
Hal ini terlihat dari aktivitas bertanya peserta didik yang pada saat pra
siklus mereka masih malu dan takut salah, pada siklus I ini mereka sudah
mulai berani bertanya meskipun bobot pertanyaannya masih belum
53
mencapai seperti yang diharapkan. Pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung, para peserta didik tampak gembira dan senang, hal ini dapat
dilihat dari raut muka mereka yang tampak bersemangat untuk belajar
meskipun masih ada beberapa peserta didik yang belum terbiasa dengan
model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti (lembar observasi
terlampir).
Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru
sekaligus sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada
pedoman observasi. Hasil pengamatan pada tahap pendahuluan, terdapat
peningkatan motivasi, hal ini dikarenakan peserta didik merasa
mendapatkan penyegaran dalam kegiatan pembelajaran, sehingga mereka
berusaha memusatkan perhatian selama pembelajaran berlangsung. Akan
tetapi, memasuki kegiatan penjelasan materi secara global, aktivitas
peserta didik dalam mengajukan pertanyaan masih kurang. Hal ini
dikarenakan peserta didik masih belum terbiasa untuk mengajukan
pertanyaan. Sebaliknya, mereka lebih suka menjawab pertanyaan.
Memasuki tahap kegiatan inti, peneliti membagi peserta didik
menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas empat anak,
tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin
maupun kemampuannya. Kemudian peneliti memberi tugas kepada
masing-masing kelompok untuk saling membantu dalam menguasai
materi, yaitu memahami dan meneladani perilaku khalifah Abu Bakar As
Siddiq r.a. Dalam pembelajaran ini, peneliti melatih peserta didik untuk
bekerja sama dengan teman dalam kelompok.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa motivasi belajar
peserta didik masih belum seperti yang diharapkan atau bisa dikatakan
masih rendah. Ini dapat dilihat dari lembar observasi peserta didik yang
menunjukkan bahwa aktivitas kerjasama peserta didik belum mencapai
apa yang diharapkan. Kegiatan kelompok ini masih didominasi oleh para
peserta didik yang aktif, sedangkan mereka yang pasif cenderung
mengikuti hasil yang telah dikerjakan kelompok. Hal ini dikarenakan
54
adanya perbedaan individual pada masing-masing peserta didik. Mereka
yang aktif adalah mayoritas yang memiliki prestasi di kelas, dan mereka
yang pasif adalah yang berprestasi kurang atau sedang dan mereka
cenderung kurang percaya diri pada kemampuannya.
Pada akhir pembelajaran, peserta didik diberikan evaluasi berupa
kuis. Pertanyaan-pertanyaan untuk setiap kelompok telah peneliti
persiapkan dalam lembaran. Mereka berlomba menyelesaikan pertanyaan-
pertanyaan dari materi yang telah dipelajari. Tidak terlihat dari wajah
mereka rasa jenuh atau putus asa, bahkan mereka terlihat menikmati setiap
pertanyaan-pertanyaan yang peneliti berikan. Dalam hal ini peneliti ingin
melihat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik antar anggota
kelompok.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat
sedikit peningkatan prestasi belajar peserta didik yang semula nilai rata-
rata kelas dari pre test sebesar 67 meningkat menjadi 72.9 atau sekitar
8.8%.
Pada pelaksanaan siklus I ini, prestasi belajar dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 4.4. Hasil nilai tes pada Siklus I
No. Nama Nilai % KetercapaianKetuntasan
tuntas tidak1 Ahmad Faisal Baidhowi 75 75%
2 Akel Darmawan Audhifa 65 65% 3 Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi 70 70% 4 Arya Wibawa 65 65%
5 Azkadita Widiyanti 68 68% 6 Daffa Pradipta Yusdiansyah 70 70%
7 Drajad Ksatria Wibaowo 65 65% 8 Faiza Azzahra 70 70%
9 Hanifa Muslimah 85 85% 10 Ivan Ashidiqqi Barlianto 70 70%
55
11 Muhammad Aditya Mulyadi 65 65%
12 Muhammad Alif Najmi 85 85% 13 Muhammad Devta Kautsar 65 65% 14 Muhammad Hisyam Azmi 85 85% 15 Novalia Sabrina 75 75%
16 Qonita Putrid Aryani 75 75%
17 Qori Afiah Fathdina 75 75% 18 Ralif Yoga Saputra 70 70%
19 Sarah Nisa 70 70% 20 Trianda Iqbal Ramadhan 90 90%
Jumlah 1458 14.58% 14 6Nilai rata-rata 72.9 72.90% 70% 30%
4. Refleksi Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini bertujuan untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PAI.
Pada waktu pertama kali pertemuan dengan diadakan pembelajaran
kontekstual para peserta didik masih bingung dan merasa canggung,
apalagi pada waktu mengerjakan soal awal yaitu menelaah tentang
perilaku Abu Bakar As Siddiq ra. para peserta didik masih ada yang tidak
senang dengan teman kelompoknya, dengan demikian tugas yang
dikerjakan secara kelompok masih satu atau dua anak saja yang
mengerjakan karena mereka tidak senang dengan teman kelompoknya.
Apalagi pada waktu guru memberikan tugas untuk mengaitkan materi
dengan kehidupan sehari-hari mereka kelihatan bingung dan berusaha
tidak menerimanya, dan akhirnya dengan pengarahan guru mereka dapat
menerimanya.
Kembali pada tujuan peneliti menerapkan pembelajaran
kontekstual adalah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik
terhadap materi PAI melalui pembelajaran yang melibatkan peserta didik
secara aktif, maka peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus I ini
56
penerapan pembelajaran kontekstual, mampu menunjukkan peningkatan
motivasi dan prestasi belajar namun hasil yang dapat diperoleh sangat
minim sekali, hal ini dapat dilihat dari:
a. Kegiatan diskusi kelompok kurang bisa membawa peserta didik untuk
aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab
pertanyaan,
b. Sebagian peserta didik mengandalkan kemampuan menjawab
pertanyaan guru bukan pada kemampuan menyikapi atau memecahkan
persoalan, sehingga motivasi belajar peserta didik adalah untuk
mempelajari materi secara keseluruhan (sebatas materi) bukan untuk
mensinkronkan materi dengan kehidupan nyata,
c. Motivasi belajar peserta didik terhadap materi PAI hanya dimiliki
mereka yang sebagian besar memiliki prestasi di kelas, sedangkan
mereka yang berprestasi rendah/kurang cenderung pasif dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan peserta didik dalam
proses belajar yang dialami sebelumnya.
D. Siklus II
1. Perencanaan Tindakan Siklus II
Pada rencana tindakan siklus II peneliti tetap menerapkan
pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam,
dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Menindaklanjuti hasil analisis
dan refleksi pada siklus I, maka peneliti berupaya untuk melakukan
improvisasi pada proses pembelajaran, yaitu dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Peserta didik dibiasakan dengan pembelajaran kontekstual sehingga
diharapkan dapat mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari.
57
b. Memaksimalkan kerjasama dan komunikasi kelompok.
Sebelum siklus II dilaksanakan peneliti melakukan beberapa tahap
persiapaan, antara lain:
a. Membuat perencanaan pembelajaran
b. Membagi peserta didik menjadi lima kelompok
c. Memberi materi kisah keteladanan perilaku khalifah Umar bin Khothob
r.a.
d. Mempersiapkan instrumen penelitian yang digunakan untuk meneliti
peningkatan prestasi belajar peserta didik.
e. Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus II.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa tujuan penelitian
belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal yang belum
sempurna dilaksanakan pada siklus I diperbaiki di siklus II. Pelaksanaan
siklus II ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 8 April 2014.
Pembelajarannya berlangsung selama 2 x 35 menit, pada siklus ini hanya
dilaksanakan satu kali pertemuan.
Pelaksanaan pembelajaran dimulai, proses awal masuk kelas,
peneliti langsung memposisikan diri sebagai guru. Sedangkan kolaborator
yang masuk bersama peneliti duduk pada kursi belakang dengan
membawa lembar observasi yang harus diisi sebagai lembar pengamatan.
Pembelajaran berlangsung tidak jauh berbeda dengan penelitian tindakan
siklus I, setelah berdoa dan presensi guru langsung memulai pembelajaran
dengan menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran yaitu menelaah
bersama topik pembahasan tentang keteladanan perilaku kholifah Umar
bin Khattab.
Indikator pembelajaran pada siklus II adalah meneladani sifat
keteguhan Umar bin khattab, meneladani sifat keberanian Umar bin
Khattab dan meneladani sifat kesederhanaan Umar bin Khattab. Kondisis
peserta didik saat diterangkan materi tersebut cukup tenang. Hanya saja
58
kondisi ruangan yang kurang idial menyebabkan banyak suara-suara dari
kelas lain sedikit mengganggu.
Pada kegiatan inti proses pembelajaran dilanjutkan dengan
penerapan pembelajaran kontekstual. Guru membagi peserta didik menjadi
lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat peserta didik.
Kelompok ini anggotanya berbeda dari kelompok pada siklus I, Setelah
kelompok terbentuk dilanjutkan dengan mempersilahkan peserta didik
untuk menunjuk ketua dari masing-masing kelompok yang bertugas
memimpin diskusi dan menunjuk seorang sekretaris yang tugas mecatat
hasil diskusinya.
Setelah pembentukan kelompok selesai maka guru memberikan
materi pembelajaran tentang keteladanan perilaku khalifah Umar bin
Khattab kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok melaksanakan
tugas yang diberikan guru dengan menelaah materi pembelajaran dan
membuat ilustrasi atau contoh riil yang terjadi dikehidupan sehari-hari.
Masing-masing kelompok bekerja sama dengan anggota kelompoknya.
Proses pembelajarn pada siklus II ini sudah ada peningkatan
dibanding pada siklus I, artinya sudah mulai banyak peserta didik yang
berani bertanya kepada kelompok lain. Diantara teknik yang peneliti
gunakan adalah memberikan pujian dan pemberian nilai tambah jika
peserta didik berani bertanya. Akhirnya sejak kelompok I menyampaikan
hasil diskusinya tentang kesederhaan khalifah Umar bin Khattab sudah
ada peserta didik yang bertanya, sehingga dapat memancing peserta didik
lain untuk bertanya dan berkomentar. Pertanyaan yang diajukan kelompok
I adalah “bagaimana meneladani kesederhanaan khalifah Umar bin
Khattab?”, pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Hanifa Muslimah dari
kelompok III.
Pertanyaan tersebut ternyata memancing peserta didik lain untuk
bertanya, karena memang suatu diskusi apabila tidak ada yang mendahului
untuk memulai bertanya, maka banyak peserta didik lain akan merasa
minder untuk bertanya dan mengungkapkannya meskipun dalam
59
pikirannya sudah ada pertanyaan yang sebenarnya ingin disampaikan,
terlebih bagi anak usia sekolah yang belum terbiasa berdiskusi. Tercatat
ada empat anak yang bertanya selama proses diskusi dan dua anak yang
menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Faiza Azzahra, Aqila Aqhnia
Fayza Gerriandi, Muhammad Hisyam Azmi dan Novalia Sabrina.
Sedangkan dua anak yang telah berani menanggapi pertanyaan dari
kelompk lain adalah Faiza Azzahra dan Akel Darmawan Audhifa.
Adanya peningkatan pertanyaan dan tanggapan dari peserta didik
pada siklus II tersebut menunjukan keberhasilan penerapan pembelajaran
kontekstual.
Sebagai penutup guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah di
telaah bersama-sama dan memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk bertanya tentang materi yang telah didiskusikan. Tetapi tidak ada
pertanyaan yang muncul saat pertanyaan itu diajukan guru.
Tahap akhir dari pembelajaran ini adalah pemberian evaluasi pada
peserta didik berupa tes individu. Pada siklus II ini waktu sudah
terorganisir dengan baik, sehingga tes dilakukan langsung dengan alokasi
waktu 15 menit. Lebih dari 80 persen peserta didik mampu menyelesaikan
dengan baik dan tepat waktu namun ada beberapa peserta didik yang
mengumpulkan hasil tes terlambat.
3. Observasi
Pada siklus II ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa peserta
didik mengalami peningkatan motivasi dan prestasi belajar yang cukup
tinggi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik mulai berani
bertanya dan mengemukakan pendapat apabila peneliti memberikan
permasalahan.
Memasuki kegiatan inti, hasil pengamatan menunjukkan peserta
didik begitu antusias untuk berlomba mencapai hasil yang lebih baik antar
sesama anggota kelompok. Ketika peneliti memberi tugas/pembagian
materi pada masing-masing kelompok, peserta didik menerima tugas
60
dengan senang hati dan atas anjuran peneliti mereka berusaha untuk saling
membantu memahami materi yang dibebankan pada masing-masing
kelompok. Sering kali peneliti mendengar pertanyaan-pertanyaan berbobot
dari sesama anggota kelompok untuk mencapai hasil diskusi yang
memuaskan. Sudah mulai ada komunikasi dan kerjasama yang cukup baik
pada diskusi antar sesama anggota kelompok, karena masing-masing
peserta didik sudah mulai bisa menghilangkan beban rasa malu dan takut
salah dalam mengajukan pendapat. Mayoritas dari mereka sudah mulai
terbiasa dengan model pembelajaran yang peneliti terapkan di kelas V ini.
Ditambah lagi pada siklus II ini, peneliti berusaha memberikan pujian
pada setiap kelompok atas prestasi yang diraih, sehingga menjadi
penyemangat bagi kelompok lain yang belum pernah mendapatkan pujian
dari peneliti.
Indikator peningkatan motivasi belajar peserta didik tercermin
dalam bertambahnya semangat, antusias dan rasa ingin tahu peserta didik
dalam pembelajaran. Sedangkan indikator peningkatan prestasi belajar
peserta didik terlihat dari peningkatan hasil belajar peserta didik.
Pada pelaksanaan siklus II ini, prestasi belajar dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 4.5. Hasil penilaian tes pada Siklus II
No. Nama Nilai % KetercapaianKetuntasan
tuntas tidak1 Ahmad Faisal Baidhowi 85 85% 2 Akel Darmawan Audhifa 85 85%
3 Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi 70 70% 4 Arya Wibawa 70 70% 5 Azkadita Widiyanti 70 70% 6 Daffa Pradipta Yusdiansyah 80 80%
7 Drajad Ksatria Wibaowo 80 80%
8 Faiza Azzahra 85 85% 9 Hanifa Muslimah 90 90%
61
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto 80 80%
11 Muhammad Aditya Mulyadi 80 80%
12 Muhammad Alif Najmi 90 90% 13 Muhammad Devta Kautsar 75 75% 14 Muhammad Hisyam Azmi 85 85% 15 Novalia Sabrina 80 80%
16 Qonita Putrid Aryani 80 80% 17 Qori Afiah Fathdina 75 75%
18 Ralif Yoga Saputra 75 75%
19 Sarah Nisa 80 80% 20 Trianda Iqbal Ramadhan 90 90%
Jumlah 1605 16.05% 20Nilai rata-rata 80.25 80.25% 100%
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat
motivasi yang semula nilai rata-rata kelas dari pra siklus sebesar 58.6
meningkat menjadi 90,2 atau sekitar 53,92%, dan peningkatan prestasi
belajar peserta didik terlihat dari rata-rata kelas yang semula nilai rata-rata
kelas dari pre test/siklus I sebesar 67 meningkat menjadi 80,25 atau
mengalami peningkatan sebesar 19,8%.
Sedangkan peningkatan prestasi belajar peserta didik antara siklus
I dengan siklus II adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 73,96
meningkat menjadi 90,2 atau sekitar 21,95%, dan peningkatan prestasi
belajar peserta didik antara siklus I dengan siklus II adalah pada siklus I
nilai rata-rata kelas sebesar 72,9 meningkat menjadi 80,25 atau mengalami
peningkatan sebesar 10,08%.
4. Refleksi
Pada siklus II ini, peserta didik sudah mulai mengerti dengan
model pembelajaran yang diterapkan peneliti. Bahkan mayoritas dari
mereka sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang peneliti
terapkan. Pada waktu mengerjakan soal mereka sudah mulai bisa
62
menerima teman kelompoknya, dengan demikian tugas yang dikerjakan
secara kelompok sudah mulai mereka kerjakan bersama-sama.
Penerapan pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar peserta didik terhadap materi PAI melalui pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara aktif, maka peneliti menyimpulkan bahwa
pada siklus II ini bahwa penerapan pembelajaran ini, dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar peserta didik yang cukup tinggi, hal ini dapat
dilihat dari:
a. Kegiatan diskusi kelompok yang sudah dapat membawa peserta didik
untuk aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan
menjawab pertanyaan.
b. Sebagian peserta didik sudah dapat mengandalkan kemampuan
menyikapi atau memecahkan persoalan, untuk mensinkronkan materi
dengan kehidupan nyata.
c. Motivasi belajar peserta didik terhadap materi PAI dimiliki hampir
semua peserta didik kelas VA, jadi bukan hanya mereka yang
memiliki prestasi di kelas, tetapi juga mereka yang berprestasi
rendah/kurang.
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran di kelas VA selama pembelajaran berlangsung secara
keseluruhan diperoleh data sebagai berikut:
a. Pada pra siklus (Rabu, 26 Maret 2014) persentase aktivitas peserta didik
58,6%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang
melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik.
b. Pada siklus I (Selasa, 1 April 2014) persentase aktivitas peserta didik
adalah 73,96%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik
yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik.
63
c. Pada siklus II (Selasa, 8 April 2014) persentase aktivitas peserta didik
adalah 90,2%, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang
melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik sekali.
Dari data di atas, kemudian divisualisasikan dalam bentuk histrogram
seperti tampak dalam gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4.2.
Histogram hasil pengamatan aktivitas peserta didik
Sedangkan prestasi belajar peserta didik, diperoleh perbedaan rata- rata
nilai tes pembelajaran pada setiap akhir siklus. Adapun rata-rata tes
pembelajaran setiap siklus diperoleh data sebagai berikut.
a. Hasil tes pra siklus (26 Maret 2014) rata-rata nilai tes adalah 67 dari 20
peserta didik yang mengikuti tes, dengan banyaknya peserta didik 50%
(10 anak) yang tuntas dan 50% (10 anak) yang tidak tuntas.
b. Pada siklus I (1 April 2014) rata-rata nilai tes adalah 72,9 dari 20 peserta
didik yang mengikuti tes, dengan banyaknya peserta didik 70% (14 anak)
yang tuntas dan 30% (6 anak) yang tidak tuntas.
c. Pada siklus II (8 April 2014) rata-rata nilai tes adalah 80,25 dari 20 peserta
didik yang mengikuti tes, dengan banyaknya peserta didik 100% (20 anak)
yang tuntas.
64
Dari data di atas kemudian divisualisasikan dalam bentuk histrogram
seperti tampak dalam gambar 4.2 dan gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3.
Histogram hasil nilai tes
Gambar 4.4.
Histogram ketuntasan peserta didik
Adapun untuk mengetahui hasil penelitian secara keseluruhan dapat
dilihat pada tabel berikut.
65
Tabel 4.6. hasil penelitian pra siklus, siklus I, siklus II
IndikatorPra Siklus Siklus I Siklus II
HasilPengamatan
HasilPengamatan
HasilPengamatan
Hasil Belajar(nilai rata-rata kelas) 67 72,9 80,25
Aktivitas Belajar 58.6% 73.96% 90.2%
Ketuntasan 50% 70% 100%
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dapat meningkat, yaitu pada pra siklus
persentase aktivitas peserta didik sebesar 58,6%, pada siklus I aktivitas
peserta didik mengalami peningkatan menjadi 73,96%, sehingga dapat
dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam
proses pembelajaran berkriteria baik, sedangkan pada siklus II persentase
aktivitas peserta didik meningkat menjadi 90,2%, sehingga dapat
dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam
proses pembelajaran berkriteria baik sekali.
2. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas V-A SD Islam An-
Nizomiyah Pasarminggu Jakarta Selatan terhadap materi PAI. Peningkatan
prestasi belajar peserta didik meningkat, yang semula nilai rata-rata pra
siklus 67 meningkat menjadi 72,9 atau sekitar 8.81% pada siklus I dengan
banyaknya peserta didik 70% (14 anak) yang tuntas dan 30% (6 anak)
yang tidak tuntas, pada siklus II lebih meningkat lagi menjadi 80,25 atau
meningkat sekitar 10,08% dengan banyaknya peserta didik 100% (20
anak) yang tuntas.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan adanya hubungan
yang positif antara pembelajaran kontekstual dengan prestasi belajar peserta
didik, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
67
1. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi beberapa pihak,
antara lain:
a. Kepala Lembaga Pendidikan/Kepala Sekolah
Alangkah baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan pedoman oleh
lembaga pendidikan untuk selalu meningkatkan prestasi belajar peserta
didik, sebab untuk mencapai prestasi belajar peserta didik secara
maksimal perlu adanya motivasi yang tinggi dari peserta didik itu
sendiri.
b. Bagi Guru
Evaluasi terhadap pembelajaran kontekstual seperti yang disebutkan di
atas perlu diterapkan secara berkesinambungan, agar guru senantiasa
melakukan upaya-upaya perbaikan dalam tindakan pengajarannya
sehingga akan terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik.
c. Bagi Peserta didik
1) Agar peserta didik selalu antusias dalam kegiatan pembelajaran,
lebih berani mengungkapkan gagasannya, berkomunikasi dan
berkerjasama dengan teman kelompoknya, membiasakan aktif
dalam segala permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-
hari, mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari, karena itu merupakan jalan untuk mendapatkan
motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik.
2) Agar peserta didik lebih meningkatkan motivasi belajar, sebab
terbukti bahwa peserta didik yang memiliki prestasi belajar yang
baik adalah peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang
tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan pengaruh
pembelajaran kontekstual terhadap prestasi belajar peserta didik, sehingga
dapat menghasilkan penelitian yang lebih akurat, valid dan reliabel.
DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: RajawaliPress, 2011.
Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2005.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,2012.
_______, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta,2013.
Departemen Agama RI, Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, Cet. 3.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2006.
Kemdikbud, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang PendidikanNasional.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam BerbasisKompetensi: Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: RosdaKarya, 2004
Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2012.
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Cet. 11.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,Jakarta: Rajawali Press, 2013.
Sa’ud, Udin Syaefudin, Ph.D., Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2009, Cet. ke-14.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif Kualitatif danR&D, Bandung: Alfabeta, 2009.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. RemajaRosda Karya, 1997
Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2012.
Lampiran 1
SUBJEK PENELITIAN
KELAS V-A TAHUN PELAJARAN 2013/2014
No. Nama JenisKelamin Keterangan
1 Ahmad Faisal Baidhowi L Jumlah siswa = 202 Akel Darmawan Audhifa L Laki-laki = 123 Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi P Perempuan = 84 Arya Wibawa L5 Azkadita Widiyanti P6 Daffa Pradipta Yusdiansyah L7 Drajad Ksatria Wibaowo L8 Faiza Azzahra P9 Hanifa Muslimah P
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto L11 Muhammad Aditya Mulyadi L12 Muhammad Alif Najmi L13 Muhammad Devta Kautsar L14 Muhammad Hisyam Azmi L15 Novalia Sabrina P16 Qonita Putrid Aryani P17 Qori Afiah Fathdina P18 Ralif Yoga Saputra L19 Sarah Nisa P20 Trianda Iqbal Ramadhan L
Lampiran 2
DAFTAR KELOMPOK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SIKLUS I
KELAS V-A
Kelompok I Kelompok II
1. Ahmad Faisal Baidhowi 1. Azkadita Widiyanti2. Akel Darmawan Audhifa 2. Daffa Pradipta
Yusdiansyah3. Aqila Aqhnia FayzaGerriandi
3. Drajad Ksatria Wibaowo4. Arya Wibawa 4. Faiza Azzahra
Kelompok III Kelompok IV
1. Hanifa Muslimah 1. Muhammad DevtaKautsar2. Ivan Ashidiqqi Barlianto 2. Muhammad Hisyam Azmi
3. Muhammad AdityaMulyadi
3. Novalia Sabrina4. Muhammad Alif Najmi 4. Qonita Putrid Aryani
Kelompok V
1. Qori Afiah Fathdina2. Ralif Yoga Saputra3. Sarah Nisa4. Trianda Iqbal Ramadhan
Lampiran 3
DAFTAR KELOMPOK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SIKLUS II
KELAS V-A
Kelompok I Kelompok II
1. Daffa Pradipta Y 1. Ahmad Faisal Baidhowi2. Faiza Azzahra 2. Aqila Aqhnia Fayza
Gerriandi Yusdiansyah3. Muhammad AdityaMulyadi
3. Muhammad Devta K4. Muhammad Alif Najmi 4. Qori Afiah Fathdina
Kelompok III Kelompok IV
1. Akel Darmawan Audhifa 1. Arya Wibawa2. Drajad Ksatria Wibaowo 2. Azkadita Widiyanti3. Hanifa Muslimah 3. Ivan Ashidiqqi Barlianto4. Trianda Iqbal Ramadhan 4. Novalia Sabrina
Kelompok V
1. Muhammad Hisyam Azmi2. Qonita Putrid Aryani3. Ralif Yoga Saputra4. Sarah Nisa
Lampiran 9MATERI PEMBELAJARAN SIKLUS I
KETELADANAN ABU BAKAR AS SIDDIQ
Abu Bakar as Siddiq adalah sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah
SAW, perilaku Abu Bakar yang pantas diteladani adalah sebagai berikut:
1. Bersegera membenarkan ajaran Rasullah
Saat Rasulullah menyampaikan ajaran Islam, Abu Bakar segera
mempercayai dan membenarkan ajaran Rasulullah, begitu juga saat Isro’
Mi’roj tanpa ragu Abu Bakar segera membenarkannya.
2. Sangat mencintai Rosulullah dan ajarannya
Abu Bakar sangat mencintai Rosulullah, Saat Rosulullah Hijrah, Abu
Bakar menemaninya. Beliau rela mempertaruhkan nyawanya untuk menemani
Rosulullah.
3. Rendah hati, sederhana dan jujur
Abu Bakar adalah seorang manusia yang rendah hati, lemah lembut
terhadap sesama muslim tapi keras terhadap musuh. Tidak pernah berlaku
angkuh, apalagi bertindak sewenang-wenang, baik terhadap sesama pada
zaman jahiliyyah maupun sesudah masuk Islam, terlebih saat menjabat
sebagai khalifah.
4. Dermawan
Abu Bakar sebagai saudagar yang kaya raya tidak segan-segan untuk
mendermakan hartanya di jalan Allah SWT. Beliau membelanjakan hartanya
untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin.
5. Tegas dan bijaksana dalam memimpin
Salah satu contoh kebijaksanaan Abu Bakar dalam masa
pemerintahannya adalah dibentuknya lembaga pengadilan, bidang kementrian,
lembaga keuangan negara dan pengumpulan al-Qur’an serta usaha
menyebarkan agama Islam ke negara lain. Begitu pula terhadap orang-orang
yang enggan membayar zakat Abu Bakar bersikap tegas.
6. Sangat memperhatikan kepentingan rakyat
Abu Bakar adalah khalifah yang sangat memperhatikan kepentingan
rakyat. Mendahulukan kepentingan rakyat dari pada kepentingan keluarganya.
7. Berjiwa penyabar dan suka bermusyawarah
Abu Bakar mempunyai sifat penyabar, terutama dalam menemani
Rosulullah dalam menyiarkan agama Islam. Beliau selalu sabar menerima
hinaan dan cercaan kaum kafir.
Abu Bakar selalu menyelesaikan segala persoalan dengan musyawarah.
Beliau tidak pernah memutuskan sesuatu perkara tanpa meminta pendapat dan
pertimbangan dari para sahabatnya.
Lampiran 10
MATERI PEMBELAJARAN SIKLUS II
KETELADANAN UMAR BIN KHATTAB
Jasa dan perjuangan Umar bin Khattab dalam menyebarluaskan agama
Islam ke luar Jazirah Arab sangat besar. Perilaku terpuji Umar bin Khattab yang
bisa diteladani antara lain:
1. Sederhana dan rendah hati
Meskipun menjabat sebagai kepala negara. Umar bin Khattab adalah
seorang yang rendah hati, baik dalam makanan mapun pakaian. Hidupnya
sangat sederhana dan tidak pernah berfoya-foya.
2. Sangat memperhatikan rakyat
Umar bin khattab tidak ingin rakyatnya merasakan kelaparan,
ketidakadilan dan lain-lain. Beliau sangat takut jika harus bertanggung jawab
kepada Allah kelak. Setiap malam beliau keliling kota Madinah untuk
mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung.
3. Berani membela kebenaran
Umar bin Khattab adalah seorang yang paling berani di antara umat
Rasulullah. Beneraniannya digunakan untuk membela Islam dan Rasulullah.
4. Bersikap Adil
Khalifah Umar bin khattab juga dikenal sebagai khalifah yang sangat
adil. Beliau menegakkan hukum dengan sebaik-baiknya. Jika ada yang
melanggar hukum maka mereka harus berhadapan dengan hukum. Ia tidak
pernah membedakan rakyat dan pejabat dihadapan hukum.
5. Suka bermusyawarah
Umar bin Khattah selalu mengutamakan jalan musyawarah dalam
mengambil semua keputusan.
Lampiran 11
LEMBAR HASIL OBSERVASI PESERTA DIDIK SIKLUS I
No. Nama A B C D E F G H Jml % Klasi-fikasi
1 Ahmad Faisal Baidhowi 3 2 4 3 3 3 4 3 25 78.1 A2 Akel Darmawan Audhifa 2 3 3 3 3 3 2 3 22 68.8 A3 Aqila Aqhnia Fayza G 4 3 3 2 4 2 3 4 25 78.1 A4 Arya Wibawa 2 3 2 3 3 3 3 3 22 68.8 A5 Azkadita Widiyanti 3 4 3 4 4 4 3 3 28 87.5 A6 Daffa Pradipta Yusdiansyah 3 3 3 3 3 3 4 3 25 78.1 A7 Drajad Ksatria Wibaowo 3 1 3 2 2 3 3 2 19 59.4 A8 Faiza Azzahra 3 4 4 3 3 4 3 3 27 84.4 A9 Hanifa Muslimah 3 3 2 3 3 3 3 2 22 68.8 A
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto 2 3 3 3 3 3 2 2 21 65.6 A11 Muhammad Aditya Mulyadi 2 2 3 2 2 3 3 2 19 59.4 A12 Muhammad Alif Najmi 3 3 3 4 4 3 3 4 27 84.4 A13 Muhammad Devta Kautsar 3 3 4 3 2 3 3 3 24 75 A14 Muhammad Hisyam Azmi 2 3 2 3 3 2 3 3 21 65.6 A15 Novalia Sabrina 3 4 4 3 3 4 4 4 29 90.6 B16 Qonita Putrid Aryani 3 2 3 2 4 3 3 4 24 75 A17 Qori Afiah Fathdina 3 3 3 4 3 2 3 3 24 75 A18 Ralif Yoga Saputra 3 3 3 3 3 3 2 3 23 71.9 A19 Sarah Nisa 2 3 3 3 3 3 3 3 23 71.9 A20 Trianda Iqbal Ramadhan 3 2 3 3 3 3 3 3 23 71.9 AJumlah 55 57 61 59 61 60 60 60 473 1478Persen (%) 68.8 71.3 76.3 73.8 76.3 75 75 75 73.9 739 AKlasifikasi B B A B A A A A B B
Keterangan :
A : Memperhatikan penjelasan guruB : Keberanian peserta didik dalam bertanyaC : Keseriusan dan partisipasi peserta didik dalam bekerja samaD : Inisiafif individu dalam penguraikan topik pembahasanE : Antusias peserta didik dalam kegiatan pembelajaranF : Keaktifan dan kontribusi peserta didik dalam diskusiG : Kemampuan peserta didik dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompokH : Indentifikasi peserta didik saat merefleksikan materi pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari
Kriteria nilai:
4 : baik sekali3 : baik2 : cukup1 : kurang
Skala persentase :
> 75% : baik sekali (A)51% - 75% : baik (B)26% - 50% : cukup (C)≤ 25% : kurang (D)
Jakarta, Maret 2014Observer,
Imron HSNIM. 1810011000004
Lampiran 12
LEMBAR HASIL OBSERVASI PESERTA DIDIK SIKLUS II
No. Nama A B C D E F G H Jml % Klasi-fikasi
1 Ahmad Faisal Baidhowi 4 3 4 4 4 4 4 3 30 93.8 A
2 Akel Darmawan Audhifa 3 4 3 4 4 4 3 3 28 87.5 A
3 Aqila Aqhnia Fayza G 4 4 4 3 4 3 4 3 29 90.6 A
4 Arya Wibawa 3 4 3 4 4 4 4 4 30 93.8 A
5 Azkadita Widiyanti 3 4 3 4 4 4 3 3 28 87.5 A
6 Daffa Pradipta Yusdiansyah 4 3 3 4 4 4 4 4 30 93.8 A
7 Drajad Ksatria Wibaowo 4 3 4 3 4 4 3 3 28 87.5 A
8 Faiza Azzahra 3 4 4 3 4 4 3 3 28 87.5 A
9 Hanifa Muslimah 4 4 3 4 3 4 4 3 29 90.6 A
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto 3 4 4 4 4 4 3 3 29 90.6 A
11 Muhammad Aditya Mulyadi 4 4 4 3 3 4 4 4 30 93.8 A
12 Muhammad Alif Najmi 4 3 4 4 4 3 3 4 29 90.6 A
13 Muhammad Devta Kautsar 4 4 4 3 3 4 4 3 29 90.6 A
14 Muhammad Hisyam Azmi 3 4 3 4 4 3 4 4 29 90.6 A
15 Novalia Sabrina 3 4 4 3 2 3 3 2 24 75 B
16 Qonita Putrid Aryani 4 3 4 4 4 4 4 4 31 96.9 A
17 Qori Afiah Fathdina 4 4 4 3 4 3 4 3 29 90.6 A
18 Ralif Yoga Saputra 4 3 4 3 3 4 3 4 28 87.5 A
19 Sarah Nisa 3 3 4 4 4 4 4 4 30 93.8 A
20 Trianda Iqbal Ramadhan 4 3 4 3 4 4 4 3 29 90.6 A
Jumlah 72 72 74 71 74 75 72 67 577 1803
Persen (%) 90 90 92.5 88.8 92.5 93.8 90 83.8 90.2 902 A
Klasifikasi A A A A A A A A A A
Keterangan :
A : Memperhatikan penjelasan guruB : Keberanian peserta didik dalam bertanyaC : Keseriusan dan partisipasi peserta didik dalam bekerja samaD : Inisiafif individu dalam penguraikan topik pembahasanE : Antusias peserta didik dalam kegiatan pembelajaranF : Keaktifan dan kontribusi peserta didik dalam diskusiG : Kemampuan peserta didik dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompokH : Indentifikasi peserta didik saat merefleksikan materi pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari
Kriteria nilai:
4 : baik sekali3 : baik2 : cukup1 : kurang
Skala persentase :
> 75% : baik sekali (A)51% - 75% : baik (B)26% - 50% : cukup (C)≤ 25% : kurang (D)
Jakarta, Maret 2014Observer,
Imron HSNIM. 1810011000004
Lampiran 13
DAFTAR NILAI TES PRA SIKLUS
Nama Sekolah : SD Islam An-Nizomiyah
Kelas/Semester : V / 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Materi : Kisah kalifah Umar bin Khattab ra
No. Nama Nilai % KetercapaianKetuntasan
tuntas tidak1 Ahmad Faisal Baidhowi 70 70%
2 Akel Darmawan Audhifa 65 65%
3 Aqila Aqhnia Fayza Gerriandi 65 65%
4 Arya Wibawa 55 55%
5 Azkadita Widiyanti 60 60%
6 Daffa Pradipta Yusdiansyah 60 60%
7 Drajad Ksatria Wibaowo 60 60%
8 Faiza Azzahra 70 70%
9 Hanifa Muslimah 75 75%
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto 70 70%
11 Muhammad Aditya Mulyadi 65 65%
12 Muhammad Alif Najmi 75 75%
13 Muhammad Devta Kautsar 60 60%
14 Muhammad Hisyam Azmi 60 60%
15 Novalia Sabrina 75 75%
16 Qonita Putrid Aryani 75 75%
17 Qori Afiah Fathdina 70 70%
18 Ralif Yoga Saputra 65 65%
19 Sarah Nisa 70 70%
20 Trianda Iqbal Ramadhan 75 75%
Jumlah 1340 13.40% 10 10Nilai rata-rata 67 67.00% 50% 50%
Lampiran 14
DAFTAR NILAI TES SIKLUS I
Nama Sekolah : SD Islam An-Nizomiyah
Kelas/Semester : V / 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Materi : Kisah kalifah Abu Bakar As Siddiq ra
No. Nama Nilai %Ketercapaian
KetuntasanTuntas Tidak
1 Ahmad Faisal Baidhowi 75 75% 2 Akel Darmawan Audhifa 65 65% 3 Aqila Aqhnia Fayza G 70 70% 4 Arya Wibawa 65 65% 5 Azkadita Widiyanti 68 68% 6 Daffa Pradipta Yusdiansyah 70 70% 7 Drajad Ksatria Wibaowo 65 65% 8 Faiza Azzahra 70 70% 9 Hanifa Muslimah 85 85%
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto 70 70% 11 Muhammad Aditya Mulyadi 65 65% 12 Muhammad Alif Najmi 85 85% 13 Muhammad Devta Kautsar 65 65% 14 Muhammad Hisyam Azmi 85 85% 15 Novalia Sabrina 75 75% 16 Qonita Putrid Aryani 75 75% 17 Qori Afiah Fathdina 75 75% 18 Ralif Yoga Saputra 70 70% 19 Sarah Nisa 70 70% 20 Trianda Iqbal Ramadhan 90 90%
Jumlah 1458 14.58% 14 6Nilai rata-rata 72.9 72.90% 70% 30%
Lampiran 15
DAFTAR NILAI TES SIKLUS II
Nama Sekolah : SD Islam An-Nizomiyah
Kelas/Semester : V / 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Materi : Kisah kalifah Umar bin Khattab ra
No. Nama Nilai %Ketercapaian
KetuntasanTuntas Tidak
1 Ahmad Faisal Baidhowi 85 85% 2 Akel Darmawan Audhifa 85 85% 3 Aqila Aqhnia Fayza G 70 70% 4 Arya Wibawa 70 70% 5 Azkadita Widiyanti 70 70% 6 Daffa Pradipta Yusdiansyah 80 80% 7 Drajad Ksatria Wibaowo 80 80% 8 Faiza Azzahra 85 85% 9 Hanifa Muslimah 90 90%
10 Ivan Ashidiqqi Barlianto 80 80% 11 Muhammad Aditya Mulyadi 80 80% 12 Muhammad Alif Najmi 90 90% 13 Muhammad Devta Kautsar 75 75% 14 Muhammad Hisyam Azmi 85 85% 15 Novalia Sabrina 80 80% 16 Qonita Putrid Aryani 80 80% 17 Qori Afiah Fathdina 75 75% 18 Ralif Yoga Saputra 75 75% 19 Sarah Nisa 80 80% 20 Trianda Iqbal Ramadhan 90 90%
Jumlah 1605 16.05% 20Nilai rata-rata 80.25 80.25% 100%
Lampiran 16
SOAL TES SIKLUS I
A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar !
1. Berikut ini adalah sikap keteladanan Abu Bakar As Sidiq, kecuali....
a. Rendah hati
b. Berjiwa tenang
c. Penyabar
d. Memiliki kekuatan
2. Seluruh harta Abu Bakar digunakan untuk ....
a. Berfoya-foya
b. Membeli barang kebutuhan keluarga
c. Perjuangan Islam
d. Modal berdagang
3. Dalam memimpim umatnya Abu Bakar berpedoman pada ....
a. Al-Qur’an dan hadits
b. Buku dan sahabat
c. Kitab dan sahabat
d. Hadits dan pendapat sahabat
4. Khalifah Abu Bakar As Shidiq adalah seorang saudagar kaya yang ....
a. Pelit c. Sombong
b. Dermawan d. Berani
5. Salah satu cara meneladani kecintaan Abu Bakar As Sidiq terhadap
Rasulullah SAW adalah ....
a. Membantah perintah orang tua
b. Melaksanakan larangan Allah
c. Menjauhi perintah Allah
d. Menjalankan ajaran Rasul.
6. Abu Bakar selalu melakukan ... dalam memutuskan suatu perkara.
a. Salat c. Kesewenang-wenangan
b. Musyawarah d. Paksaan
7. Terhadap orang-orang yang menolak membayar zakat, Abu Bakar
bersikap ....
a. Lemah lembut c. Tegas
b. Pemaaf d. Acuh tak acuh
8. Ketika ada teman yang sakit karena belum sarapan sejak pagi, Raihan
memberikan uang sakunya untuk dibelikan nasi, Raihan rela tidakmembeli
jajan karena sudah sarapan sebelum berangkat sekolah.
Sikap Abu Bakar yang di teladani Raihan adalah ....
a. Kesegaraan masuk agama Allah.
b. Ketegasan dalam memimpin
c. Mendahulukan kepentingan orang lain
d. Kesederhanaan
9. Azra tidak pernah menolak saat disuruh membantu ibunya. ia selalu
melakukan perintah ibunya dengan ikhlas.
Sikap Abu Bakar As Siddiq yang diteladani Azra adalah ....
a. Mencintai rasulullah dan ajarannya
b. Ketegasan dalam memimpin
c. Mendahulukan kepentingan orang lain
d. Dermawan dalam menggunakan harta
10. Orang yang sabar seperti Abu Bakar memiliki sifat kepribadian berikut,
kecuali ....
a. Tekun dalam berusaha
b. Tenang menunggu nasib baik
c. Tidak tergesa-gesa
d. Tidak mudah putus asa
11. Harta yang dimiliki oleh Abu Bakar digunakan untuk berinfak di ....
a. Kakbah c. Baitul mal
b. Mekah d. Jalan Allah
12. Contoh ketenangan jiwa Abu Bakar terlihat ketika rasulullah ....
a. Pergi perang c. hijrah
b. wafat d. Marah
13. Menolak ajakan teman untuk membolos sekolah termasuk kategori sifat ...
a. dermawan c. jujur
b. tegas d. rendah hati
14. As-Sidiq artinya ....
a. menyalahkan c. mengetahui
b. membenarkan d. membaca
15. Untuk kesejahteraan rakyat Abu Bakar mendirikan lembaga ....
a. peradilan c. kepolisian
b. baitul mal d. pertahanan negara
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban benar !
1. Bagamanakah sikap Abu Bakar terhadap orang-orang murtad dan enggan
membayar zakat?
Jawab:
2. Sebutkan tindakan kedermawanan Abu Bakar As-Sidiq terhadap para
budak!
Jawab:
3. Sebutkan keteladanan sikap Abu Bakar As Sidiq!
jawab:
4. Bagaimana sikapmu dalam meneladani sikap dermawannya Abu Bakar?
Jawab:
5. Abu Bakar tidak pernah enggan dan putus asa menemani Rasulullah
berdakwah walaupun dihina dan dicaci maki. Sikap apakah yang patut
diteladani dari Abu Bakar dalam hal ini ?
Jawab:
Lampiran 17
SOAL TES SIKLUS II
A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar !
1. Sebelum masuk Islam Umar bin khattab terkenal sebagai seorang yang ...
seruan Rasulullah.
a. Membantu c. Menentang
b. Mendukung d. Membiarkan
2. Siapapun yang menentang ajaran rasulullah akan umar hadapi dengan....
a. Rasa takut c. Sombong
b. Gagah berani d. Rendah diri
3. Umar bin khattab berangkat hijrah secara terang-terangan. Hal ini
membuktikan sikap ....
a. Sombong c. Penyabar
b. Pemberani d. Tegas
4. Walaupun menjadi seorang Khalifah besar, Umar bin Khattab selalu
bersikap ....
a. Mewah c. Sederhana
b. Boros d. Sombong
5. Dalam menegakkan hukum, khalifah umar berlaku ....
a. Semena-mena c. Curang
b. Memaksa d. Sangat adil
6. Kita harus meneladani umar bin khattab, karenanya kita harus berani
dalam membala ....
a. Teman yang salah
b. Kebenaran
c. Adik yang melanggar aturan
d. Kejahatan
7. Umar bin khattab merupakan khalifah yang rendah hati. Ciri orang yangrendah hati antara lain ....a. Tidak membeda-bedakan dalam bergaulb. Meremehkan orang lainc. Memilih-milih teman
d. Tidak mau bergaul dengn orang miskin
8. Orang yang berani menegakkan kebenaran maka pengorbanannya akan ....
a. Dikenang c. Sia-sia
b. Percuma d. Dilupakan
9. Umar bin Khattab adalah muslim yang paling ....
a. Lunak dan lemah lembut
b. Tegas dan pemberani
c. Tenang dan keras
d. Lemah lembut dan tegas
10. Sifat yang tidak dimiliki oleh Umar bin khattab adalah ....
a. Pemberani c. Pengecut
b. Cerdas d. Disiplin
11. Khalifah umar bin khattab bersikap keras dan tegas, sehingga ia tidak
tahan melihat ....
a. Kecengengan umatnya
b. Kelemahan umatnya
c. Ketidakadilan pada umatnya
d. Keganasan umatnya
12. Berikut ini adalah sikap meneladani kesederhanaan umar bin khattab yaitu ....
a. Agus membeli sepatu baru setiap bulan
b. Bagas selalu minta mobil-mobilan baru
c. Azra tidak membeli tas baru, sebab tas yang lama masih bagus
d. Kina membeli buku tulis setiap minggu
13. Berikut ini yang tidak termasuk sikap keteladanan umar bin khattab adalah ....
a. Pemberani c. Sederhana
b. Adil d. Penakut
14. Umar bin Khattab tidak ingin rakyatnya merasakan kelaparan dan
ketidakadilan. Hal ini membuktikan sikap ....
a. Kesederhanaan dan rendah diri
b. Suka bermusyawarah
c. Sangat memperhatikan rakyatnya.
d. Berani membela kebenaran
15. Berikut ini merupakan perbuatan yang bisa dilakukan sebagai wujud
meneladani khalifah Umar bin Khattab, kecuali....
a. Suka menolong orang lain
b. Berani memberitahu jika ada teman nyontek
c. Memakai perlengkapan sekolah yang sederhana dan tidak berlebihan
d. Tidak berani bertanya kepada guru meskipun ada pelajaran yang belum
dimengerti
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban benar !
1. Bagaimanakah sikapmu untuk meneladani keberanian Umar bin Khattab
dalam membela kebenaran ?
Jawab:
2. Mengapa Umar bin Khattab di beri julukan al furuq? Jelaskan !
Jawab:
3. Sebutkan keteladanan sikap umar bin khattab!
Jawab:
4. Bagaimanakah meneladani kesederhanaan umar bin khattab dalam
berseragam sekolah?
Jawab:
5. Bagaimanakah keadilan yang dimiliki umar bin khattab?
Jawab:
Lampiran 18
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS I
A. Kunci jawaban pilihan ganda
1. D 9. A
2. C 10. B
3. A 11. C
4. B 12. B
5. D 13. C
6. B 14. B
7. C 15. B
8. C
B. Kunci jawaban uraian
1. Abu Bakar bersikap tegas dengan memerangi mereka.
2. Abu Bakar membebaskan para budak dengan membayar tebusan kepada
majikan mereka.
3. Bersegera membenarkan ajaran Rosulullah, mencintai Rosulullah, rendah
hati, sederhana, jujur, dermawan, tegas dan bijaksana, suka
bermusyawarah, memperhatikan kepentingan rakya dan sabar.
4. Menolong teman atau orang lain yang membutuhkan dengan kemampuan
yang dimiliki.
5. Kecintaan kepada Rasullah dan ajaranya.
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS II
A. Kunci jawaban pilihan ganda.
1. C 9. B
2. B 10. C
3. B 11. C
4. C 12. C
5. D 13. D
6. B 14. C
7. A 15. D
8. A
B. Kunci jawaban uraian
1. (contoh jawaban) berani mengatakan siapa yang bersalah jika mengetahui
dengan pasti.
2. Karena secara tegas menyampaikan mana yang benar dan mana yang
salah.
3. Rendah hati, sederhana, tegas dan bijaksana, suka bermusyawarah,
memperhatikan kepentingan rakyat, berani membela yang benar dan adil.
4. Memakai seragam sekolah seperti yang dipakai teman yang lain serta tidak
berlebihan.
5. Umar bin Khattab sangat adil, hukum ditegakkan tanpa pandang bulu.