penerapan metakognitif berdasarkan diagram vee...
TRANSCRIPT
7
BAB II
PENERAPAN METAKOGNITIF BERDASARKAN
DIAGRAM VEE PADA DESAIN PRAKTIKUM
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN
A. Metakognitif
Metakognitif berasal dari kata “meta” yang artinya “diatas” dan “kognitif” artinya
“proses mental atau aktivitas pikiran yang berhubungan dengan pemahaman, pengolahan
informasi, analisis, dan lain sebagainya”. Berdasarkan etimologi tersebut metakognitif
adalah kemampuan diatas proses kognitif, yaitu kemampuan berfikir tentang cara proses
memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah atau menganalisis suatu informasi
(University of Lethbridge, 2010).
Menurut Blakey & Spence (1990) metakognitif meliputi kesadaran berpikir tentang apa
yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Kesadaran berpikir tersebut sangatlah penting,
karena untuk memulai aktivitas belajar, siswa memerlukan suatu kesadaran tentang
pengetahuannya mengenai apa yang telah diketahui serta apa yang ingin dipelajari dalam
suatu topik tertentu. Perfect & Schwartz (2002) menyatakan bahwa metakognitif
merupakan pengetahuan mengenai dirinya sendiri mengenai kelebihan serta kekurangannya
yang meliputi komponen monitoring dan kontrol.
Dalam konteks pembelajaran, metakognitif adalah kesadaran peserta didik dalam
mengenali pengetahuannya sehingga dia mengetahui apa yang diketahui dan tidak
diketahuinya serta kemampuan menentukan rencana dan mengatur strategi yang efektif
8
untuk mencapai tugas pembelajarannya (Blakey & Spence, 1990). Menurut Sapa’at (2008)
ada tiga strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar
siswa, diantaranya:
1. Tahap proses sadar belajar, meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar,
mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan
buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, menentukan bagaimana kinerja terbaik
siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, dan menentukan
tingkat kesulitan belajar siswa).
2. Tahap merencanakan belajar, meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal,
menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi pelajaran, dan
mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai
strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading, dan strategi belajar lainnya).
3. Tahap monitoring dan refleksi belajar, meliputi proses merefleksikan proses belajar,
memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti
mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya?,
bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, mengapa saya mudah/sukar
menguasai materi ini?).
Menurut Alvarez (2007) kemampuan metakognitif akan membantu siswa dalam
memonitor mengenai pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa itu sendiri tentang
pengetahuan topik yang sedang dipelajari dan mengontrol pemahamannya sendiri ketika
dihadapkan dengan pengetahuan yang baru. Selain itu, menurut Peirce (2003), metakognitif
9
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketika siswa mengalami kegagalan, umumnya
mereka cenderung menetapkan penyebabnya adalah bawaan potensi dan kemampuan
mereka yang rendah. Tetapi, siswa yang memiliki sikap metakognitif dapat berpikir lebih
jauh, yaitu kemungkinan penyebab kegagalan tersebut karena adanya ketidakefektifan
dalam strategi belajar yang digunakannya sehingga muncul motivasi untuk memperbaiki
strategi tersebut. Livingston (1997) menyebutkan bahwa kemampuan metakognitif adalah
kemampuan tingkat tinggi karena kemampuan ini meliputi pengontrolan aktif terhadap
kognitifnya selama proses belajar hingga mencapai tujuan yang diharapkannya, seperti
pengontrolan terhadap memori, pemahaman, analisis, aplikasi, dan kemampuan sintesisnya.
Secara keseluruhan, berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan sebelumnya
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir
metakognitif diharapkan lebih dominan dalam memonitor kesadaran pengetahuan dan
pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa tentang pengetahuan topik yang sedang
dipelajari dan mengontrol pemahamannya sendiri ketika dihadapkan dengan pengetahuan
yang baru. Hal ini dikarenakan siswa mengetahui apa yang tidak diketahui, mengetahui apa
yang telah diketahui serta mengetahui apa yang harus diketahui melalui suatu proses
pengaturan diri dalam melaksanakan tahapan-tahapan strategi belajar yang mengarahkan
pada tujuan yang harus dicapai setelah melaksanakan proses pembelajaran.
B. Diagram Vee
Strategi instruksional yang dapat mengembangkan kesadaran metakognitif siswa yaitu
dengan diagram Vee (Novak & Gowin, 1985).
10
Gambar 2.1 Diagram Vee (Novak & Gowin, 1985)
Diagram Vee terbagi menjadi dua bagian terdiri dari sisi konseptual (conceptual side)
dan sisi metodologikal (methodological side). Sisi konseptual meliputi konsep (concepts),
prinsip (principles), dan teori (theory) dan pilosofi (philosophies). Sisi metodologikal
meliputi pencatatan (records), transformasi (transformation), interpretasi (interpretation)
11
dan perolehan pengetahuan (knowledge claims). Kedua bagian tersebut saling berhubungan
atau dapat berinteraksi secara aktif dengan adanya pertanyaan fokus (focus question) yang
mengarahkan pada objek/peristiwa (object/events) yang harus diobservasi serta
menghubungkan kegiatan praktikum yang sedang dilakukan dengan proses berpikir siswa
(Novak & Gowin, 1985).
Thiessen (1993) menjelaskan proses konstruksi kognitif yang dapat terjadi ketika siswa
menggunakan diagram Vee. Pertama, pertanyaan fokus dibuat sesuai dengan
objek/peristiwa yang akan diobservasi. Kedua, bagian kiri terdapat list konsep/prinsip/teori,
bagian ini merupakan bagian pencarian terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan
objek/peristiwa dan jawaban pertanyaan fokus. Ketiga, bagian kanan dimulai dengan
pencatatan fakta dari hasil observasi objek/peristiwa kemudian transformasi hasil
pencatatan tersebut. Aktivitas ini melibatkan reorganisasi dan penyusunan kembali hasil
pencatatan fakta sehingga memungkinkan untuk terjadinya pembuatan tabel, charta, grafik,
dan lain sebagainya. Pada bagian akhir, penyusunan perolehan pengetahuan yang
merupakan jawaban dari pertanyaan fokus. Pernyataan ini harus menciptakan interaksi
antara bagian pengetahuan dengan bagian metodologikal. Bagian ini merupakan bagian
yang penting karena terjadi konstruksi kognitif siswa, yaitu siswa mengaitkan pengetahuan
lamanya dengan fakta yang diperolehnya sehingga terbentuk pengetahuan baru. Adapun
pengetahuan awal dapat digunakan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan fokus pada
desain praktikum.
Menurut Alvarez (2007) diagram Vee dapat memperlihatkan hubungan aspek
metodologikal yang mendasari aspek konseptual sehingga diagram Vee merupakan sebuah
12
perangkat yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep sains. Diagram
Vee tersebut juga dapat berperan sebagai perangkat untuk mengembangkan kemampuan
metakognitif serta dapat membentuk keterkaitan antara pengetahuan sebelumnya dengan
pengetahuan baru yang diperolehnya. Hal ini didukung oleh pendapat Novak (1990) yang
menyatakan diagram Vee merupakan metakognitif untuk memfasilitasi pemahaman
pembelajaran.
Diagram Vee memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan oleh siswa untuk
menyadari berbagai peristiwa atau objek yang sedang diobservasi, dapat menghubungkan
konsep-konsep yang telah diketahui dengan objek maupun peristiwa yang sedang
diobservasi serta membentuk catatan penting yang harus dibuat oleh siswa, sehingga
catatan tersebut bisa ditransformasikan dalam bentuk grafik, diagram, maupun tabel.
Swami & Shields (2003) menyatakan bahwa penentuan bentuk transformasi yang paling
tepat, baik ke dalam bentuk tabel, grafik, charta, maupun secara statistik dipengaruhi oleh
pengetahuan awal siswa sehingga siswa dapat memonitor pengetahuannya sendiri serta
dapat menunjang pembentukan pengetahuan baru secara mandiri. Komponen-komponen
yang terdapat dalam diagram Vee dapat menjadikan siswa sadar bahwa informasi yang
terdapat dalam buku teks dapat digunakan untuk menghasilkan makna baru dengan
mengkombinasikan fakta dengan konsep. Selain itu, komponen diagram Vee menuntun
terbentuknya pengetahuan baru mengenai konsep yang diajarkan sesuai dengan tujuan
kegiatan praktikum, mampu menjawab pertanyaan fokus yang mengarahkan kegiatan
praktikum tersebut, serta menghubungkan antara kegiatan berpikir dengan kegiatan yang
dilakukan. (Alvarez, 2007).
13
Menurut Novak & Gowin (1985) komponen-komponen diagram Vee yaitu:
1. Pertanyaan fokus
Pertanyaan fokus dalam desain praktikum berupa pertanyaan yang mengarahkan pada
hasil yang harus diperoleh oleh para siswa pada saat dan setelah melaksanakan kegiatan
laboratorium. Dengan kata lain, pertanyaan fokus mengarahkan kepada tujuan kegiatan
praktikum. Pertanyaan fokus dalam suatu kegiatan praktikum seharusnya dapat
diidentifikasi serta melibatkan bagian konseptual yang dapat digunakan untuk
mendukung objek dan peristiwa. Kriteria komponen pertanyaan fokus pada diagram Vee
terdiri dari kriteria 0; tidak ada pertanyaan fokus yang dapat diidentifikasi, kriteria 1;
pertanyaan fokus dapat diidentifikasi, tetapi tidak memfokuskan kepada hal utama yang
berkaitan dengan objek dan peristiwa atau pertanyaan fokus dapat teridentifikasi tetapi
tidak mengandung bagian konseptual terutama prinsip, kriteria 2; pertanyaan fokus dapat
diidentifikasi serta mengandung bagian konseptual tetapi tidak mendukung kepada
observasi objek atau peristiwa utama, dan kriteria 3; pertanyaan fokus dengan jelas dapat
diidentitifikasi; meliputi bagian konseptual yang dapat digunakan serta mendukung
peristiwa utama dan memperkuat objek.
2. Objek/Peristiwa
Objek maupun peristiwa merupakan fakta yang ditemukan selama kegiatan praktikum
berlangsung. Objek/peristiwa dalam suatu kegiatan praktikum seharusnya relevan
dengan pertanyaan fokus serta mendukung dengan apa yang harus dicatat. Kriteria
komponen objek/peristiwa pada diagram Vee terdiri dari kriteria 0; tidak ada objek atau
peristiwa yang dapat diidentifikasi, kriteria 1; peristiwa utama atau objek dapat
14
diidentifikasi dan konsisten dengan pertanyaan fokus, atau peristiwa dan objek dapat
diidentifikasi tetapi tidak konsisten dengan pertanyaan fokus, kriteria 2; peristiwa utama
disertai dengan objek dapat diidentifikasi dan konsisten dengan pertanyaan fokus, dan
kriteria 3; peristiwa utama disertai dengan objek dapat diidentifikasi dan konsisten
dengan pertanyaan fokus, juga mendukung dengan apa yang akan ditulis.
3. Konsep, Prinsip, dan Teori
Konsep, prinsip dan teori mendasari kegiatan praktikum yang sedang dilaksanakan.
Konsep adalah seragkaian hal yang sudah dikenal yang mengilustrasikan suatu peristiwa,
proses, maupun benda tanpa ada keraguan penafsiran banyak arti. Prinsip adalah
hubungan-hubungan antara konsep satu dengan konsep lain yang diperoleh dari
pengetahuan sebelumnya serta menjawab bagaimana (how) objek dan peristiwa terjadi.
Teori adalah hubungan antara konsep dan prinsip dalam menggambarkan suatu peristiwa
serta menjawab mengapa (why) objek dan peristiwa itu terjadi. Kriteria komponen
konsep, prinsip, dan teori pada diagram Vee terdiri dari kriteria 0; tidak ada bagian
konseptual yang dapat diidentifikasi, kriteria 1; sedikit konsep yang dapat diidentifikasi,
tetapi tanpa prinsip-prinsip serta teori, kriteria 2; terdapatnya konsep-konsep, dan
sekurang-kurangnya satu bentuk prinsip atau terdapatnya konsep dan sebuah teori yang
relevan dapat diidentifikasi, kriteria 3; adanya konsep-konsep, dan dua bentuk prinsip
(prinsip konseptual dan prinsip metodologikal), atau adanya konsep-konsep, satu prinsip
dan sebuah teori yang relevan dapat diidentifikasi, dan kriteria 4; konsep-konsep, dua
bentuk prinsip, dan teori yang relevan dapat diidentifikasi.
15
4. Pencatatan/Transformasi
Pada tahapan ini merupakan pencatatan objek atau peristiwa selama kegiatan praktikum
sesuai tujuan praktikum yang diharapkan kemudian pencatatan ini ditransformasikan
dalam bentuk tabel, grafik, charta, maupun secara statistik. Kegiatan pencatatan dan
transformasi dalam suatu kegiatan praktikum seharusnya relevan dengan pertanyaan
fokus. Hal ini dikarenakan, sebelum siswa mencatat data maupun peristiwa, siswa harus
mempertimbangkan terlebih dahulu tujuan yang diharapkan dalam desain praktikum
sehingga dapat menyadarkan siswa pada pengetahuan awal dan tujuan praktikum yang
harus dicapai. Kriteria komponen pencatatan/transformasi pada diagram Vee terdiri dari
kriteria 0; tidak ada kegiatan pencatatan atau transformasi dapat diidentifikasi, kriteria 1;
kegiatan pencatatan dapat diidentifikasi, tetapi tidak konsisten dengan pertanyaan utama
atau kegiatan utama, kriteria 2; salah satu kegiatan pencatatan , transformasi atau
peristiwa dapat diidentifikasi, kriteria 3; kegiatan pencatatan dapat diidentifikasi dan
sesuai dengan peristiwa utama: transformasi tidak konsisten dengan pertanyaan fokus,
dan kriteria 4; kegiatan pencatatan dapat diidentifikasi pada kegiatan utama dan
transformasi konsisten dengan pertanyaan fokus dan tingkat kualitas serta kemampuan
siswa.
5. Perolehan pengetahuan
Perolehan pengetahuan dapat terbentuk berdasarkan hasil observasi siswa terhadap objek
maupun peristiwa yang terjadi selama kegiatan praktikum. Hal yang paling penting
dalam perolehan pengetahuan yaitu terdapatnya konsep dan teori, yang membimbing
pengumpulan data atau transformasi data. Kriteria komponen perolehan pengetahuan
16
pada diagram Vee terdiri dari kriteria 0; tidak ada perolehan pengetahuan yang dapat
diidentifikasi, kriteria 1; perolehan pengetahuan tidak mengandung bagian konseptual
terutama prinsip, kriteria 2; perolehan pengetahuan tidak konsisten dengan data dan
peristiwa, atau perolehan pengetahuan tidak konsisten dengan peristiwa yang dicatat dan
ditransformasikan, atau perolehan pengetahuan sudah mengandung sisi konseptual,
kriteria 3; perolehan pengetahuan mengandung konsep-konsep yang sesuai dengan
pertanyaan fokus dan sesuai dengan hasil pencatatan dan transformasi, dan kriteria 4;
perolehan pengetahuan mengandung konsep-konsep yang sesuai dengan pertanyaan
fokus dan sesuai dengan hasil pencatatan dan transformasi serta perolehan pengetahuan
mengarah kepada pembentukan pertanyaan fokus yang baru.
Menurut Novak & Gowin (1985) manfaat penggunaan diagram Vee, yaitu:
1. Mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
2. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa
3. Mengembangkan kemampuan metakognitif
4. Membantu siswa untuk berpikir lebih baik dengan cara mengorganisir konsep secara
lebih koheren (saling terpadu atau relevan) dan komprehensif (menyeluruh)
5. Membuat kerja praktikum siswa menjadi lebih efisien dan produktif. Siswa juga
merasakan lebih baik mengenai dirinya karena mereka memahami apa yang mereka
lakukan.
6. Meningkatkan pemahaman siswa karena siswa tidak hanya dituntut untuk melakukan
interpretasi data saja, namun terjadi pula analisis, sintesis dan evaluasi pengetahuan.
17
C. Metakognitif Berdasarkan Diagram Vee pada Desain Praktikum
Berdasarkan pendapat Blakey & Spence (1990) ketika metakognitif mendasari desain
praktikum yang digunakan oleh para siswa maka secara otomatis siswa akan aktif dalam
proses berpikir. Desain praktikum yang telah menerapkan metakognitif dapat berperan
dalam memfasilitasi siswa dalam menyadari dan mengontrol proses interaksi antara proses
berpikirnya dengan kegiatan praktikum yang sedang dilakukannya sehingga dapat
membangun pengetahuan baru dengan mengintegrasikan ide-ide dalam pikirannya
berdasarkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimilikinya. Salah satu
instrumen yang dapat mengembangkan metakognitif yaitu diagram Vee (Novak & Gowin,
1985; Alvarez, 2007).
Sejak tahun 1977, Gowin menemukan diagram Vee sebagai perangkat analisis lembar
kerja yang digunakan sebagai perencanaan pembelajaran (Novak & Gowin, 1985). Desain
praktikum yang telah menerapkan komponen-komponen diagram Vee dapat membimbing
siswa dalam memahami kegiatan praktikum yang sedang dilaksanakan dan meningkatkan
self awarnes siswa yang merupakan komponen metakognitif (Perfect & Schwartz, 2002).
Komponen-komponen diagram Vee dapat membantu siswa dalam mengembangkan
tahapan-tahapan metakognitif dalam mengonstruk dan memahami pengetahuannya
sehingga siswa menyadari apa yang akan dilaksanakan, apa yang sedang dipelajari, serta
pengetahuan apa yang harus diperoleh setelah melaksanakan kegiatan praktikum. Selain
itu, diagram Vee sebagai perangkat metakognitif dapat membantu siswa dalam
18
memonitoring konsep, peristiwa, dan fakta-fakta yang diperlukan dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan khususnya pertanyaan fokus (Alvarez, 2007).
D. Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Dalam KTSP 2006 Standar Kompetensi materi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan di SMA adalah melakukan percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan, dengan Kompetensi Dasar yaitu merencanakan percobaan pengaruh luar
terhadap pertumbuhan tumbuhan, melaksanakan percobaan pengaruh faktor luar terhadap
pertumbuhan tumbuhan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan pengaruh faktor luar
terhadap pertumbuhan tumbuhan (BSNP, 2006). Berdasarkan kurikulum KTSP 2006
tersebut materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan ini diharapkan akan
menghasilkan fakta-fakta mengenai gejala-gejala pertumbuhan dan pengaruh faktor luar
terhadap pertumbuhan tumbuhan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan yaitu faktor dari dalam dan faktor luar. Faktor-faktor dalam
yang berpengaruh antara lain yaitu faktor genetis, enzim dan hormon. Faktor genetis
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan karena gen adalah pembawa
sifat atau pembawa kode untuk pembentukan protein yang dengan demikian mempengaruhi
berbagai reaksi metabolisme. Faktor enzim juga mempengaruhi pertumbuhan hasil dari
sederet reaksi metabolisme, maka enzim-enzim yang mempengaruhi metabolisme secara
tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan, disamping enzim-enzim lain yang berperan
dalam fungsi kehidupan lainnya (Nasir, 1993). Faktor hormon juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tumbuhan (Winatasasmita, 1986). Adapun hormon yang penting dalam
19
tumbuhan yaitu diantaranya hormon auksin yang fungsi utamanya merangsang
pemanjangan batang, pertumbuhan dan diferensiasi serta percabangan akar (Campbell et
al., 2003).
Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yaitu
diantaranya cahaya dan temperatur (Nasir, 1993). Adapun faktor cahaya merupakan salah
satu faktor eksternal yang mempengaruhi perkecambahan. Biji yang tidak diterangi cahaya,
memperpanjang hipokotil yang berlebihan dengan suatu kait pada ujungnya, dan helai daun
tidak mampu berubah menjadi warna hijau. Setelah biji kehabisan cadangan makanannya,
biji yang berbentuk gelendong berhenti tumbuh dan kemudian mati. Temperatur juga
merupakan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Panas yang berlebihan
dapat mengganggu dan akhirnya membunuh suatu tumbuhan dengan cara mendenaturasi
enzim-enzimnya dan merusak metabolismenya (Campbell et al., 2003).
Adapun tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan yaitu siswa mampu mengumpulkan informasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan, menemukan adanya gejala pertumbuhan, dapat merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis dan menyusun variabel penelitian. Siswa juga diharapkan
membuat rencana penelitian tertulis, membuat unit-unit penelitian, memberi perlakuan,
mengukur kecepatan pertumbuhan, mencatat hasil pengukuran dalam tabel pengamatan,
mengolah data hasil pengamatan, dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang diolah.
Selain itu, siswa juga diharapkan untuk melaporkan hasil penelitian, menyusun hasil
penelitian dalam bentuk laporan tertulis, menyusun laporan penelitian untuk presentasi,
mempresentasikan hasil penelitian (Pratiwi et al., 2007).
20
Menurut Salandanan (2000) kegiatan praktikum pengaruh faktor luar terhadap
pertumbuhan tumbuhan ini mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan
eksperimen yang meliputi kemampuan dalam merencanakan/merancang suatu percobaan
berdasarkan metode ilmiah, berhipotesis, proses penemuan fakta (observasi dan
pengumpulan data), interpretasi, menerapkan konsep dan prinsip dari hasil kegiatan
praktikum, dan kemampuan berkomunikasi, yang dapat digunakan untuk mengembangkan
sikap ilmiah dan keterampilan dasar laboratorium tertentu lainnya, sehingga pada akhirnya
siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.
E. Hasil Penelitian
Alvarez (2007) dalam penelitiannya mengenai penerapan diagram Vee pada praktikum
perkecambahan biji, menyimpulkan bahwa para siswa dapat memahami konsep lebih baik
karena terjadinya konstruksi pengetahuan yang melibatkan keterkaitan antara konsep-
konsep, kejadian, pencatatan, dan transformasi yang diformulasikan menjadi pengetahuan
baru. Selain itu, para siswa juga menjadi lebih tertarik dengan praktikum, hal ini dilihat dari
aktifnya semua anggota kelompok dalam diskusi knowledge claims. Hasil penelitian juga
menyimpulkan bahwa diagram Vee dapat berperan sebagai perangkat metakognitif karena
membantu siswa dalam memantau konsep, peristiwa, dan fakta-fakta yang diperlukan
ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan perkecambahan.
Evren dan Sulun (2010) dalam penelitiannya mengenai pengaruh penggunaan diagram
Vee terhadap kemampuan retensi siswa pada praktikum Fisiologi Hewan, menyimpulkan
bahwa kemampuan retensi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol yang hanya menggunakan metode praktikum konvensional. Evren dan Sulun
21
menjelaskan bahwa komponen diagram Vee membimbing siswa selama proses penemuan
(inquiri).