penerapan mecca mean time dan dampaknya …digilib.uin-suka.ac.id/13360/2/bab i, v, daftar...

54
PENERAPAN MECCA MEAN TIME DAN DAMPAKNYA TERHADAP JADWAL WAKTU SALAT DI INDONESIA SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR STRATA-1 DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH: RINTOKO NIM: 08350105 PEMBIMBING: ABDUL MUGHITS, S.Ag., M.Ag. AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014

Upload: doanmien

Post on 06-Mar-2019

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN MECCA MEAN TIME DAN DAMPAKNYA

TERHADAP JADWAL WAKTU SALAT DI INDONESIA

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR STRATA-1

DALAM ILMU HUKUM ISLAM

OLEH:

RINTOKO NIM: 08350105

PEMBIMBING:

ABDUL MUGHITS, S.Ag., M.Ag.

AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014

ii

ABSTRAK

Para ulama sepakat bahwasanya dalam menentukan awal waktu salat lima

waktu itu ditentukan oleh fenomena-fenoma alam yang muncul dari pergerakan

semu matahari. Hal ini berdasarkan dari beberapa hadis yang secara rinci

menerangkan tentang waktu-waktu salat. Seiring berkembangnya peradaban

manusia diertai dengan teknologi yang semakin maju, hisab waktu menjadi lebih

mudah walaupun alam tidak memberikan petunjuk yang pasti tentang waktu salat

baik dikarenakan cuaca maupun faktor lainya. Namun hal ini ada keunikan

setelah diadakanya Konferensi Ilmiah di Doha, Qatar tahun 2008 memberikan

nuansa baru dalam hisab awal waktu salat. Dari Konferensi ilmiah yang akhirnya

merekomendasikan kepada seluruh umat muslim di seluruh dunia untuk menerap

Bujur Kakbah sebagai meridian utama menggantikan Bujur Greenwich, yang

kemudian dikenal dengan istilah Mecca Mean Time (MMT) ini, ada sedikit

perbedaan dalam memberikan pertimbangan terhadap penentuan awal waktu salat.

Penelitian ini berjenis library research (Penelitian Pustaka), dimana

penyusun mencoba untuk melakukan analisis dari penerapan MMT sebagai

meridian utama terhadap penentuan awal waktu salat di Indonesia dengan

membandingkan meridian utama ketika menggunakan GMT. Dalam penelitian ini

penyusun juga berupaya mencari dampak dari penerapan MMT tersebut terhadap

jadwal salat di Indonesia.

Hasil dari penelitian ini bahwasanya dengan menerapkan MMT tidak

merubah formulasi hisab waktu salat namun memberikan perubahan yang

signifikan terhadap hasil perhitungan, karena harus menyesuaikan dengan model

jam hijriyah, dan hal tersebut menjadikan MMT membutuhkan lebih dari sekedar

pertimbangan falakiyah namun juga membutuhkan pertimbangan sosial dan kultur

ketika akan diterapkan di Indonesia.

Keyword: Penentuan awal waktu salat, meridian utama, GMT, MeccaMean

Time (MMT).

vi

MOTTO

۩عةاليس اإلسالم إال بالجم۩

۩عنه في اإلعراب إذاما حذفا ۞وما يلي المضاف يأتي خلفا ۩

۩ Dalam Keadaan Apapun dan Dimanapun Kita

Berada Ingatlah Allah Akan Selalu Bersama Kita ۩

۩ NKRI Harga Mati ۩

vii

PERSEMBAHAN

Allah Swt. yang telah memberikan segalanya kepada jiwa yang tak

memiliki apa-apa dan Sang Revolusioner Sejati Rasulullah Muhammad

saw. yang telah memberikan ketauladan kepemimpinan kepada setiap

insan. Ayahanda Yitno dan Ibunda Sri Panggih yang telah memberikan

banyak alasan kepadaku untuk hidup dan terus berjuang. Semoga Allah

Swt. masih memberikanku kesempatan untuk tetap membuat kalian

bangga.

Kakak (Mas Miko, Mbak Pito, Mas Widodo, Mbak Sri, Mas Kun, Mbak

Novi), keponakan, paman, dan saudara-saudaraku yang telah banyak

membantu dan menjadi motivasi hidupku.

Guru-guru (Kyai, guru, dan Dosen) yang telah menjadi referensi hidupku.

Sahabat Petir dan teman-teman AS angkatan 2008.

Makhluk ciptaan Allah Swt. yang tak bisa kusebut namanya.

Untuk semua orang yang telah membantuku berkembang hingga seperti

sekarang.

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini

berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

05936/U/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab

Nama

Huruf Latin

Nama

ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش

ص

ض

Alif

Bā’

Tā’

Ṡā’

Jim

Ḥā’

Khā’

Dāl

Żāl

Rā’

Zai

Sin

Syin

Ṣād

Ḍad

Tidak dilambangkan

b

t ṡ

j

kh

d ż

r

z

s

sy

ṣ ḍ

tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik diatas)

je

ha (dengan titik di bawah) ka

dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di bawah)

viii

ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ء ي

Ṭā’

Ẓā’

‘Ain

Gain

Fā’

Qāf

Kāf

Lām

Mim

Nūn

Waw

Hā’

Hamzah

Ya

g

f

q

k

l

m

n

w

h

ʻ

Y

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

koma terbalik di atas

ge

ef

qi

ka

‘el

‘em

‘en

w

ha

apostrof

ye

II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap

متعّددة

عّدة ّ

ditulis

ditulis

Muta’addidah

‘iddah

III. Ta’marbūtah di akhir kata

a. Bila dimatikan ditulis h

حكمة

ditulis

Ḥikmah

ix

ditulis jizyah جزية

(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah diserap

dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya kecuali bila

dikehendaki lafal aslinya

b. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis h

كرامةاالولياء

ditulis

Karāmah al-auliyā’

c. Bila ta’marbūtah hidup atau dengan harakat, fatḥah, kasrah dan ḍammah

ditulis atau h

زكاةالفطر

ditulis

Zakāh al-fiṭri

IV. Vokal Pendek

___ َ◌_

___ ِ◌_

___ ُ◌_

fatḥah

kasrah

ḍammah

ditulis

ditulis

ditulis

a

i

u

V. Vokal Panjang

1 2

Fathah + alifجاهلية

Fathah + ya’ mati تنسى

ditulis

ditulis

ā : jāhiliyyah ā : tansā

x

3 4

Kasrah + ya’ mati كريم Dammah + wawu mati فروض

ditulis

ditulis

ī : karīm ū : furūd

VI. Vokal Rangkap

1

2

Fathah ya mati

بينكم

Fathah wawu mati

قول

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan

apostrof

أأنتم

أعّد ت

لئن شكرتم

ditulis

ditulis

ditulis

a’antum

u’iddat

la’in syakartum

VIII. Kata sandang Alif + Lam

a. bila diikuti huruf Qomariyyahditulis dengan menggunakan “l”

القران

القياش

ditulis

ditulis

Al-Qur’ān

al-Qiyās

b. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf

Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)nya.

xi

السماء

الشمس

ditulis

ditulis

as-Samā’

asy-Syams

IX. Penyusunan kata-kata dalam rangkaian kalimat

ذوي الفروض

أهل السنة

ditulis

ditulis

Zawi al-furūd

Ahl as-Sunnah

X. Pengecualian

Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:

a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur’an, hadis, mazhab,

syariat, lafaz.

b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh

penerbit, seperti judul buku al-Hijab.

c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negera

yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri

Soleh.

d. Nama penerbit di Indonesia yang mengguanakan kata Arab, misalnya

Toko Hidayah, Mizan.

xi  

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحٰمن هللا بسم

ئات أعمالناسي ومن انفسنا شرور من با ونعوذ ونستغفره ونستعينه نحمده الحمد ان

له ھادي فال يضلله ومن له مضل فال هللا يھدمن

أما بعد .رسوله و عبده محمدا ان واشھد له شريك ال وحده هللا اال اله ال ان اشھد

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan kenikmatan-Nya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan skrpsi yang berjudul Penerapan Mecca Mean Time dan Dampaknya

Terhadap Penentuan Jadwal Waktu Salat di Indonesia. Selawat dan salam semoga

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., beserta seluruh keluarganya,

sahabat dan para pengikutnya. Amin.

Penyusun juga menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin bisa terselesaikan

apabila tanpa bantuan dan support dari berbagai pihak. Berkat pengorbanan,

perhatian, serta motivasi mereka-lah, baik secara langsung maupun tidak langsung,

sehingga skrpsi ini dapat terselesaikan.

Untuk itu, penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak,

antara lain kepada:

xii  

1. Bapak Prof. Dr. Musa Asy‘ari selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Noorhaidi Hasan, M.Phil, Ph.D. selaku Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Ahmad Bunyan Wahib, MA.dan Drs. Malik Ibrahim,

M.Ag. selaku Kepala Jurusan dan Sekretarsis Jurusan Al-Ahwal Asy-

Syakhsiyyah.

4. Bapak Abdul Mughits, S.Ag., M.Ag. selaku Pembimbing skripsi.

5. Sahabat Korp PETIR Rayon PMII FSH UIN-SUKA angkatan 2008

6. Teman-teman AS angkatan 2008

7. Dan semuaorang yang telah membantuku hingga lulus

Akhir kata, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi siapa saja,

khususnya untuk penyusun.

Yogyakarta, 18 Rabiulakhir 1435 H 19 Februari 2014 M

Penyusun,

RINTOKO

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................... i

Abstrak ....................................................................................................... ii

Nota Dinas .................................................................................................. iii

Halaman Pengesahan ................................................................................ iv

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ......................................................... v

Motto .......................................................................................................... vi

Halaman Persembahan ............................................................................. vii

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ......................................................... vii

Kata Pengantar ......................................................................................... xi

Daftar Isi .................................................................................................... xiii

Daftar Tabel ............................................................................................... xv

Daftar Gambar .......................................................................................... xvi

Bab I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1 B. Pokok Masalah ..................................................................................... 4 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 4 D. Telaah Pustaka ..................................................................................... 5 E. Kerangka Teoritik ................................................................................ 9 F. Metode Penelitian ................................................................................ 13 G. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 15

Bab II: TINJAUAN UMUM TENTANG PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT

A. Pengertian dan Hikmah Salat ............................................................... 17 B. Waktu-waktu Salat ............................................................................... 20 C. Hisab Waktu Salat ................................................................................ 28 D. Penyusunan Jadwal Waktu Salat ......................................................... 43

Bab III: KONSEP WAKTU DALAM MECCA MEAN TIME

A. Konsep Meridian Utama Dalam GMT ................................................ 45 B. Konsep Waktu Dalam GMT ................................................................ 52 C. Konsep Meridian Utama Dalam MMT ................................................ 63 D. Konsep Waktu Dalam MMT ............................................................... 70

xiv

Bab IV: ANALISIS PENERAPAN MMT DAN DAMPAKNYA TERHADAP JADWAL WAKTU SALAT DI INDONESIA

A. Penerapan MMT Dalam Penentuan Waktu Salat ................................ 76 B. Dampak Penerapan MMT Terhadap Waktu Salat di Indonesia .......... 82

Bab V: PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 89 B. Saran .................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 92

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

A. Daftar Terjemahan ............................................................................... I B. Biografi Ulama ..................................................................................... VI C. Biodata Penyusun Skripsi .................................................................... XIII

xv

DAFTAR TABEL

Bab II:

Tabel 1: Waktu-waktu Salat ...................................................................... 27

Tabel 2: Daftar Deklinasi Matahari .......................................................... 30

Tabel 3: Pembagian Daerah Waktu di Indonesia ...................................... 31

Tabel 4: Daftar h matahari ........................................................................ 37

Bab IV:

Tabel 1: Perbandingan GMT dan MMT ................................................... 81

Tabel 2: Jadwal Waktu Salat Dengan Meridian GMT dan MMT ............ 84

xvi

DAFTAR GAMBAR

Bab II:

Gambar 1: Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia ............................... 33

Gambar 4: Jadwal Waktu Salat Kab. Sleman dengan Winhisab ............. 43

Gambar 5: Jadwal Waktu Salat Kab. Sleman dengan Accurate Times ... 43

Gambar 6: Jadwal Waktu Salat Kab. Sleman bulan November 2013 ...... 44

Bab III:

Gambar 1: Garis Lintang .......................................................................... 49

Gambar 2: Pembagian Garis Bujur di Indonesia ...................................... 41

Gambar 3: IDL ......................................................................................... 52

Gambar 4: Grafik Perata Waktu ............................................................... 56

Gambar 5: Garis Edar Matahari ............................................................... 58

Gambar 6: Kemiringan Sumbu Bumi Selama Mengedari Matahari ........ 58

Gambar 7: Pembagian Bujur Dalam Mecca Mean Time ......................... 69

Gambar 8: Bujur GMT dan MMT............................................................ 70

Bab III:

Gambar 1: Jam Masehi ............................................................................. 77

Gambar 2: jam Hijriyah ........................................................................... 77

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah Swt. dalam menciptakan bumi, langit, dan seisinya tentunya

memiliki pertimbangan yang saling melengkapi. Allah menciptakan bumi yang di

dalamnya hidup manusia agar menjadi khalīfah fi al-arḍ, yang kelak akan

memahami bumi sebagai tempat tinggalnya dengan segala keunikanya sebagai

salah satu benda angkasa. Bumi yang berbentuk bola berputar pada porosnya dari

barat ke timur sehingga terjadi siang dan malam, begitu juga gerak bumi yang

mengelilingi matahari sehingga terjadilah perbedaan waktu di permukaan bumi.

Pada permukaan bumi yang berbentuk bola terdapat garis khayal yang

membujur dari utara ke selatan yang kemudian dikenal dengan sebutan garis bujur

dan garis yang melintang dari barat ke timur yang dikenal dengan garis lintang.

Masing-masing garis memiliki pusat yang membelah bumi. Pusat garis lintang

disebut dengan garis khatulistiwa atau ekuator. Sedangkan pusat dari garis bujur

dikenal dengan garis bujur utama atau meridian utama. Meridian utama adalah

meridian (garis bujur) yang bujurnya terletak di 0°. Meridian utama dari Kutub

Utara melewati kota Greenwich, London di Inggris, Perancis, Spanyol, Aljazair,

Mali, Burkina Faso, Togo, dan Ghana, dan lalu melalui Kutub Selatan1.

1 Meridian Utama, http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Meridian_Utama&redirect=no , akses

27 September 2013.

2

Pada 1884, Konferensi Meridian Internasional mengadopsi meridian

Greenwich sebagai Meridian utama universal atau titik nol bujur2. Dimana

akhirnya sebuah observatorium di Greenwich, London, Inggris yaitu Royal

Greenwich Observatorium (RGO) yang menjadi tempat patokan bujur nol derajat

tersebut. Dalam bahasa Indonesia bujur di sebelah barat Meridian diberi nama

Bujur Barat (BB), demikian pula bujur di sebelah timur Meridian diberi nama

Bujur Timur (BT). Nama-nama ini tidak dijumpai dalam bahasa Inggris. Bujur

Barat dan Bujur Timur merupakan garis khayal yang menghubungkan titik Kutub

Utara dengan Kutub Selatan bumi dan menyatakan besarnya sudut antara posisi

bujur dengan garis Meridian. Garis Meridian sendiri adalah bujur 0 derajat3.

Dengan adanya status Bujur Greenwich sebagai bujur utama kemudian

dikenal istilah Greenwich Mean Time (GMT). Sejauh pengamatan Penyusun

GMT sering disebut juga dengan Universal Time (UT). Sehingga belahan bumi di

seluruh dunia menggunakan GMT sebagai awal penghitungan waktu. Sebagai

contoh Waktu Lokal Indonesia terdiri dari 3 (tiga) pembagian waktu, yaitu

GMT+7, GMT+8, dan GMT+9. Hanya saja kalibrasi waktu yang ada di dalam

sistem operasi komputer, ponsel, dan smartphone hanya menggunakan satu

wilayah waktu untuk Indonesia, yaitu GMT+7.

Seiring dengan perkembangan waktu, sains, dan teknologi pembicaraan

tentang meridian utama dan sistem waktu pun terus berkembang. Salah satunya

2“Garis Bujur”, http://id.wikipedia.org/Garis_Bujur , akses Tanggal 27 September 2013.

3Ibid.

3

adalah Konferensi Sains di Doha, Qatar pada Tahun 2008 yang

merekomendasikan kepada Umat Muslim di seluruh dunia untuk mengganti bujur

utama yang selama ini berada di Greenwich, London, Inggris dengan Ka’bah yang

berada di Kota Mekah, Arab Saudi. Pemindahan nol derajat bujur ditandai dengan

pembangunan jam raksasa di sekitar Masjidil Haram, Mekah.

Konferensi ini dibuka oleh Yusuf Qardhawi dengan tema “Makkah

Sebagai Pusat Bumi, Antara Praktik dan Teori”, sebagai pembahas geolog Mesir,

Zaglur Najjar, dosen ilmu bumi di Wales University, Inggris; dan saintis yang

memelopori jam Makah, Yaseen Shaok. Hasil konferensi itu mengimbau umat

Islam sedunia menjadikan Makkah –Ka‘bah berada di 21 derajat 25 menit 25

detik lintang utara dan 39 derajat 49 menit 39 detik bujur timur– sebagai titik awal

perhitungan waktu. Alasannya sederhana, Makkah, menurut kajian ilmiah, adalah

‘pusat bumi’4. Pada tidak lanjutnya penerapan Mekah sebagai pusat bujur nol

derajat ini dikenal dengan Mecca Mean Time (MMT) dan ada yang menyebutnya

dengan Kaabah Universal Time (KUT).

Terlepas dari segala pendapat yang pro dan kontras terhadap penerapan

MMT ini, Penyusun memandang hal ini penting untuk diteliti. Karena jika

dikaitkan dengan kajian-kajian dalam ilmu falak tentunya hal ini akan melahirkan

nuansa baru khususnya dalam penentuan awal waktu salat. Karena selama ini

kajian-kajian yang ada dalam ilmu falak menggunakan konsep GMT sebagai

4Ahmad Izzuddin, “Menakar Maslahat Mecca Mean Time”,

http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/artikel/796-menakar-maslahah-mecca-mean-time-mmt.html, akses tanggal 27 September 2013.

4

meridian utama, baik dalam koordinasi tempat (lintang dan bujur) maupun dalam

menentukan Koreksian Waktu Daerah (KWD). Walhasil ketika bujur nol derajat

dipindah dari Greenwich ke Mekah tentunya akan membutuhkan penyesuaian

dalam perhitungan awal waktu salat serta tinjauan terhadap kemaslahatan dari

pemindahan bujur nol derajat tersebut. Karena waktu salat merupakan bagian dari

syarat sahnya salat. Sebagaimana Firman Allah Swt:

4Fة كانت على المؤمنين كتابا موقوتاوإن الصل

5

B. Pokok Masalah

Pokok masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Konsep Sistem Waktu Mecca Mean Time (MMT) sebagai nol

derajat bujur atau meridian utama?

2. Apa dampak dari penerapan MMT tersebut dalam penentuan waktu salat

di Indonesia?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan Konsep Waktu dalam MMT terhadap

penentuan waktu salat.

5An-Nisā’ (4): 103.

5

2. Untuk mengetahui pertimbangan kemaslahatan dalam penerapan MMT

terhadap penentuan awal waktu salat di Indonesia.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan terhadap pemikiran ilmu falak di Indonesia berupa kajian baru

terhadap penentuan jadwal waktu salat.

2. Secara praksis penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pertimbangan terhadap penerapan Bujur Makkah sebagai prime meridian

sebagaimana selama ini dibicarakan.

D. Telaah Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun mengamati dari beberapa

penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan MMT dan waktu salat.

Diantaranya adalah:

Konferensi Sains dan Al-Qur’an yang diadakan pada tanggal 19 April

2008 di Doha, Qatar dengan tema “Mekkah Sebagai Pusat Bumi; Antara Praktik

dan Teori”. Konferensi ilmiah yang dibuka oleh Yusuf Qaradhawi ini yang

menjadi embrio wacana MMT menggantikan GMT sebagai meridian utama.

Terkait dengan MMT, konferensi ini menyampaikan bahwa Ka’bah memiliki

kesejajaran yang tepat terhadap magnit utara bumi. Berbeda dengan GMT yang

6

dikenalkan dengan kolonial, MMT dikenalkan dengan sebuah kebenaran teologi

dan sains.6

Skripsi yang disusun oleh M. Aulia Syamsul Riza dengan judul “Analisis

Pemikiran Bambang E. Budhiyono Tentang Ka’bah Universal Time”. Skripsi ini

menganalisis pemikiran salah seorang Ilmuan Indonesia yang memiliki perhatian

terhadap konsep MMT ini. Dimana salah satu yang ditekankan oleh Ilmuan

tersebut adalah interprestasi yang ia lakukan terhadap dalil Al-Qur’an surat Al-

Hujarȃt:1 untuk mengaplikasikan MMT kepada muslim di Indonesia7.

Artikel berjudul “Analisis Mekkah Sebagai Pusat Bumi Terhadap Sistem

Waktu Solat di Indonesia” yang dipostingkan oleh M. Aulia Syamsul Riza. Dalam

artikel yang dipostingkan di Blogger ini penulis memaparkan sebagian konsep

MMT dalam penerapanya terhapad penentuan waktu salat, yaitu Kota Mekkah

sebagai prime meridian (bujur 00)8.

Sebuah artikel berjudul “Ka’bah Mean Time” yang diposting oleh

Susiknan Azhari. Artikel ini dimuat di laman yang beliau kelola sendiri, yaitu

Museum Astronomi. Dalam artikel beliau sedikit memberikan ulasan tentang

konsep Ka’bah Mean Time dengan analisis untuk diterapkan dalam sistem waktu.

6Magdi Abdulhadi, Muslim Call to Adopt Mecca Time,

http://news.bbc.co.uk/2/hi/world/middle_east/7359258.stm , akses tanggal 14 Oktober 2013.

7M. Aulia Syamsul Riza, Analisis Pemikiran Bambang E. Budhiyono TentangKa’bah Universal Time, Skripsi pada Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang (2012).

8M. Aulia Syamsul Riza, http://falak-supernova.blogspot.com/2011/01/proposal-skripsi.html , akses tanggal 27 September 2013.

7

Dimana hal tersebut memungkinkan dengan pertimbangan maslahat dan

mafsadatnya9.

Buku maha karya Bambang Eko Budhiyono (Alm) berjudul “Ka’bah

Universal Time (KUT), Reinverning The Lost Islamic Time System”. Buku ini

belum penyusun dapatkan karena sulit untuk mendapatkanya dan memerlukan

waktu untuk pemesanan. Hal ini dikarenakan sang penulis sudah meninggal dunia

dan penerbitnya pun sudah tutup. Namun ada sebuah laman blog yang memiliki

kepedulian terhadap keberlangsungan dengan mengatasnamakan Yayasan

Meridian Mekkah. Buku ini mengulas konsep MMT dengan menyertakan

beberapa interprestasi dalil untuk bisa diterapkan, khususnya di Indonesia10.

Buku karya E. Darmawan Abdullah berjudul “Jam Hijriyah; Menguak

Konsepsi Waktu Dalam Islam” menguraikan dasar-dasar pemikiran atau filosofis

dasar tentang sistem waktu menurut Islam yang selama berabad-abad terabaikan

oleh umat Islam sendiri. Juga, buku ini mencoba memberikan argumentasi ilmiah

tentang keharusan Umat Islam menerapkan sistem tata waktu Islam dalam

kehidupan mereka sehari-hari, karena hampir semua ibadah mahdah umat Islam

terkait dengan waktu.11

9Susiknan Azhari, http://museumastronomi.com/kabah-mean-time-2/,aksestanggal 3 Oktober

2013.

10http://yayasan-meridian-mekah.blogspot.com/, akses tanggal 14 Oktober 2013.

11 E. Darmawan Abdullah, Jam Hijriyah; Menguak Konsepsi Waktu Dalam Islam, (Jakarta: Al-Kautsar, 2011).

8

Tulisan Thomas Djamaludin berjudul “Perlukah Menggantikan GMT

dengan Mecca Mean Time?” memberikan sedikit masukan terkait wacana

pemindahan GMT ke MMT. Dalam tulisan tersebut dinyatakan bahwa

pemindahan GMT ke MMT tidak akan mudah, karena GMT sudah jauh lebih dulu

mapan dari pada MMT12.

Tulisan Ahmad Izzuddin memberikan uraianya seputar MMT dalam

tulisan beliau “Menakar Kemaslahatan Mekkah Mean Time” bahwasanya dalam

merealisasikan MMT adalah hal yang patut untuk diperjuangkan. Namun tidak

jauh beda dengan T. Djamaludin dalam memberikan pertimbangan, Ahmad

Izzuddin juga memberikan pertimbangan yang sama. Selain itu beliau

menyarakan kepada muslim untuk lebih dulu memperioritaskan dalam

merealisasikan Menara Jam Raksasa di Kota Mekkah dalam memberikan panduan

arah kiblat yang pasti bagi muslim yang jauh dari Ka’bah13.

Berbeda dengan penelitian-penilitian ilmiah sebelumnya, penyusun

melakukan analisis konsep MMT ini dari perspektif falakiyah. Adapun fokus yang

penyusun lakukan adalah dengan mengambil salah satu bidang kajian ilmu falak,

yaitu penentuan awal waktu salat.

12Thomas Djamaludin, Perlukah Menggantikan GMT Dengan Mecca Mean

Time?,http://langitselatan.com/2010/08/18/perlukah-menggantikan-gmt-dengan-mecca-mean-time/ , akses tanggal 29 September 2013.

13Ahmad Izzuddin, http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/artikel/l , akses tanggal 27 September 2013.

9

E. Kerangka Teoritik

Allah Swt. telah mewajibkan salat itu atas hamba-hamba-Nya agar supaya

mereka beribadah kepada-Nya semata serta tidak menyekutukan-Nya dengan

salah satu ciptaan-Nya14. Allah Swt. berfirman:

14Fة كانت على المؤمنين كتابا موقوتاوإن الصل

15

Yakni bahwa salat itu adalah farḍ yang telah ditentukan batas-batas

waktunya yang tidak boleh keluar dari ketentuan itu.

Sedangkan salat yang telah ditentukan batas-batas waktunya dijelaskan

oleh Imam Taqiyyudin Abu Bakar Ibn Muhammad Al-Husaini sebagai berikut:

ار ظل كل هر وأول وقتها زوال الشمس وأخره صالصلوات المفروضة خمس: الظ

مثله بعد ظل الزوال. والعصر وأول وقتها الزيادة على ظل المثل وأخره في اإلختيار شئ

إلى ظل المثلين, وفي الجواز إلى غروب الشمس. والمغرب وقتها واحد وهو غروب

ب الشفق األحمر وأخره في اإلختيار إلى الثلث الليل, الشمس. والعشاء وأول وقتها إذا غا

14Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab, alih bahasa Chatibul Umam dan Abu Hurairoh,

cet. Ke-3, (Jakarta: DarulUlum Press, 2002), II:1

15An-Nisā’ (4): 103)

10

الفجر وأخره في اإلختيار وفي الجواز إلى طلوع الفجر الثاني. والصبح وأول وقتها طلوع

15F, وفي الجواز إلى طلوع الشمس.فارإلى اإلص

16

Dalam penuturam Imam Taqiyyudin ini, jelaslah bahwa salat farḍ itu erat

hubungan dengan peredaran matahari. Allah Swt. berfirman:

ة لدلوك الشمس إلى غسق الليل وقرأن الفجر. إن قرأن الفجر كان وأقم الصل

16F....مشهودا

17

Seiring berkembangnya zaman dan teknologi kini dikenal ilmu falak

dimana untuk melakukan penentuan waktu salat dilakukan dengan data-data dan

penghitungan astronomis. Oleh karena itu dalam penentuan awal waktu salat, data

astronomis (zij) terpenting adalah posisi matahari, terutama tinggi (irtifȃ’ (h)),

atau jarak zenith (al-bu’d as-samît (z)), z=90-h 17F

18. Fenomena fajar (morning

twilight), matahari terbit (sunrise), matahari melintasi meridian (culmination),

mtahari terbenam (sunset), dan akhir senja (evening twilight) berkaitan dengan

jarak zenith matahari 18F

19.

Secara umum data-data yang diperlukan dalam penentuan awal waktu salat

adalah:

16Taqiyyudin Abu Bakar Ibn Muhammad Al-Husaini Al-Dimasyqi Asy-Syafi’I, Kifayāh Al-

Akhyār, (Bandung, Al-Ma’arif, t.t.), I:82-84.

17Al-Isrā’(17): 78.

18Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah, cet. Ke-2, (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2009), 52.

19Ibid.

11

1. Meridian Pass

Saat matahari berkulminasi dinyatakan dengan meridian pass (MP)20.

Data saat matahari berkulminasi matahari dapat diperoleh dengan cara

mengurangi waktu hakiki (waktu matahari) dengan perataan waktu (equation

of time (e) ).

2. Sudut Waktu Matahari

Sudut matahari disebut juga hour angle/faḍ al-dair adalah jarak

antara suatu benda langit dengan titik kulminasinya atau sudut yang dibentuk

oleh lingkaran deklinasi suatu benda langit dengan lingkaran meridian.

Lambang sudut waktu adalah (t) kecil21. Dalam menentukan sudut waktu

matahari membutuhkan:

a. Data Posisi Tempat

Data posisi tempat dinyatakan dengan lintang (φ) dan bujur (λ) tempat.

b. Data Deklinasi Matahari

Deklinasi matahari (ميل الشمس) adalah jarak posisi matahari dengan

ekuator langit diukur sepanjang lingkaran deklinasi atau lingkaran waktu 21F

22.

Deklinasi matahari dilambangkan dengan delta (δ).

20Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, (Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim Press, 2008), 187-

189.

21Ibid, 189.

22Ibid, 190.

12

c. Data Zenith dan Tinggi Matahari

Zenith digunakan untuk mencari sudut waktu (t) matahari. Dari sudut

inilah kemudian dicari awal waktu salat23. Zenith dilambangkan dengan (Z)

dan tinggi matahari dilambangkan (h).

3. Koreksi Waktu Daerah (KWD)

Ada bebrapa istilah untuk mnyebut KWD ini. Hasil penelusuran

penyusun sekripsi dalam Pedoman Hisab Muhammadiyah KWD disebut

dengan selisih waktu bujur dan dinotasikan dengan (swλ)24.

4. Iḥtiyāṭ

Yang dimaksud dengan iḥtiyāṭ adalah suatu langkah pengamanan

dalam menentukan waktu salat dengan cara menambahkan atau

mengurangkan waktu agar tidak mendahului waktu salat atau tidak

melampaui batas akhir waktu salat25. Para ahli hisab berbeda-beda dalam

menentukan besarnya iḥtiyāṭ.

Hal yang lazim di Indonesia adalah menentukan beberapa data yang

dibutuhkan dalam penentuan waktu salat menggunakan data yang berpatokan

23Ibid, 191.

24Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah, 60.

25Moh. Murtadho, IlmuFalakPraktis, 192.

13

pada Bujur Greenwich atau GMT. Seperti posisi suatu tempat, koreksi waktu

daerah/selisih waktu bujur, jarak Z dan h matahari, dan sebagainya.

Perkiraan waktu pada suatu tempat tergantung pada letak lintang dan bujur

tempat tersebut. Tentunya dengan berubahnya sistem waktu dari GMT ke KUT

akan mengubah nilai dari lintang dan bujur suatu tempat. untuk menentukan

kepastian waktu daerah yang berada di Indonesia dengan system waktu KUT

maka diperlukan konversi waktu dan transformasi bujur26.

Pada dasarnya dalam persoalan penentuan awal waktu salat ini adalah

penerapan GMT maupun MMT sebagai prime meridian atau meridian utama.

Dimana GMT yang jauh lebih dulu digunakan sebagai patokan dalam

pengumpulan data akan diganti dengan konsep MMT sebagai patokanya.

F. Metode Penelitian

Kegiatan penelitian merupakan jembatan yang menghubungkan antara

idea yang bersifat teoritis-abstrak dalam ilmu pengetahuan dengan realitas yang

bersifat empiris-konkrit. Upaya menghubungkan itu dilakukan melalui cara atau

prosedur ilmiah yang disebut dengan metode penelitian27. Adapun deskripsi

metodologi penelitian dalam skripsi ini adalah:

26M. Aulia Syamsul Riza, Analisis Pemikiran Bambang E. Budhiyono, hlm.14.

27Ahmad Pattiroy, Metodologi Penelitian, hand-out disampaikan pada perkuliahan Metodologi Penelitian Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2011.

14

1. Jenis Penelitian

Jenisi penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah penelitian

kepustakaan (library research). Penyusun mengambil data dari pendapat para

pakar dan peneliti yang membidangi permasalahan terkait dengan penelitian

penyusun.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik, yaitu suatu penelitian yang

meliputi proses pengumpulan data penyusunan dan menjelaskan atas data-data

yang terkumpul kemudian dianalisis dan diinterprestasi.

3. Sumber Data

Teknik yang digunakan penyusun dalam melakukan penelitian ini adalah

dokumenter. Yaitu dengan mengambil data-data dari referensi tekait dengan

waktu salat, meridian utama, serta Mecca Mean Time / Kaabah Universal Time

(MMT/KUT). Refensi merupakan pendapat-pendapat pakar, tokoh, maupun

akademisi yang memiliki perhatian seputar hal-hal tersebut.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan penyusun adalah comparative research, yaitu

dengan membandingkan dua patokan utama anatara GMT dan MMT sebagai

prime meridian.

15

Sedangkan pendekatan dalam hal tujuan penelitian ini penyusun

menggunakan apllied research yang akan dicoba untuk menggunakan kedua

patokan dalam penentuan awal salat.

5. Analisis Data

Dalam melakukan analisis data penelitian penyusun menggunakan metode

descriptive-analitic, dengan menjelaskan kedua persoalan yang ada dan dianalisis

dalam konteks aplikasinya.

G. Sistematika Pembahasan

Sebagai upaya mempermudah pembahasan skripsi ini, maka penyusun

membagi sistematika skripsi menjadi beberapa bab. Dimana sistematika ini

disesuaikan dengan Pedoman Penilitian untuk strata-1 di Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta28.

Bab pertama, memuat pendahuluan sebagai pengantar untuk memasuki

hal-hal yang melatar belakangi persoalan, sehingga ditetapkan judul penelitian.

Kemudian diuraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka,

kerangka teoritik, metode pneleitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, membahas tentang tinjauan umum penentuan awal waktu salat

yang selama ini telah diaplikasikan. Baik itu bersumber dari kitab-kitab fikih

maupun metode penentuan awal waktu salat yang diterapkan dewasa ini di

Indonesia.

28Lihat Pedoman Teknik Penulisan Skripsi Mahasiswa, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta 2009.

16

Bab ketiga, mendiskripsikan tetang konsep Mecca Mean Time (MMT)

sebagai meridian utama. Terlebih konsep MMT dengan kaitanya penentuan waktu

salat.

Bab keempat, penerapan Mecca Mean Time (MMT) sebagai pengganti dari

Greenwich Mean Time (GMT) dalam penentuan awal waktu salat.

Bab kelima, sebagai bab terakhir dalam penyusunan skripsi ini berisi

tentang penutup skripsi yang memuat kesimpulan, rekomendasi dan dilengkapi

dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan beberapa Bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Sistem waktu dalam Konsep Mecca Mean Time (MMT) paska Konferensi

Ilmiah di Doha, Qatar pada tahun 2008 belum memiliki rumusan ataupun

formulasi tersendiri untuk menentukan waktu salat. Walaupun dalam

Konsep MMT ini sudah ada cara transformasi bujur dari GMT ke MMT

dan konversi waktu, tetapi secara taktis penentuan waktu salat belum ada.

Hanya saja seperti yang telah dicontohkan oleh E. Darmawan Abdullah

bahwa untuk waktu salat dicukupan dengan konversi jam saja. Konversi

jam yang dimaksud adalah konversi dari jam konvensional ke jam hijriyah

dengan cara menambahkan 6 jam pada tiap hasil yang diketahui dengan

jam konvensional. Penyusun sendiri menilai bahwa jam ini masih sama

karena menggunakan sistem perhitungan 24 jam per hari, hanya

perbedaanya adalah untuk jam hijriyah menggunakan perputaran countre-

clockwhise dan titik 00:00 atau 24:00 terjadi saat gurūb. Sehingga tidak

ada perbedaan ataupun permasalahan yang menonjol dari penerapan sistem

waktu dalam konsep MMT ketika digunakan untuk menentukan waktu

salat.

90

2. Secara keseluruhan Konsep MMT juga mengatur persoalan hari, dimana

dalam MMT yang menerapkan sistem pergantian waktu dan pergantian

hari di tempat yang sama, yaitu di bujur Ka’bah. Dimana dalam konsep

tersebut waktu Indonesia tidak akan dinilai mendahului waktu Mekah lagi.

Hanya saja konsekuensinya adalah Indonesia harus mengurangi waktu

lokalnya sebesar 19 s/d 20 jam. Jumlah waktu yang hampir 24 jam ini

menjadikan Indonesia berputar hampir satu pula. Salah satu dampaknya

Indonesia harus memundurkan waktu Salat Jumatnya, yang biasanya pada

hari Jumat menjadi hari Sabtu. Hal ini sangat berpotensi menimbulkan

kebingungan dalam masyarakat.

3. Seandainya Konsep MMT ini diterapkan Indonesia juga membutuhkan

penyesuaian kembali dalam hal hisab-rukyat. Karena hisab-rukyat di

Indonesia menggunakan wilāyah al-ḥukmi sebagai patokan, sedangkan

MMT agaknya mengharuskan Mekah sebagai Matlak Global. Karena

patokan yang ada akan sangat berkaitan dengan ibadah-ibadah salat hari

raya idul fitri, salat Idul Adha, dan sebagainya.

B. Saran-saran:

1. Penyusun sangat mengapresiasi upaya-upaya para pemikir yang berusaha

mentransformasikan MMT ini di Indonesia, seperti Bambang E.

Budhiyono dan E. Darmawan Abdullah. Hanya saja ada beberapa hal yang

seharusnya didiskusikan kembali demi kemashlahatan bersama.

91

2. Lembaga kajian falak di Indonesia, baik BHR maupun lembaga yang ada

di bawah naungan organisasi kemasyarakatan hendaknya juga membantu

memahamkan masyarakat tentang konsep MMT ini. Sehingga seandainya

MMT ini suatu saat diterapkan masyarakat telah memiliki pemahaman

yang utuh sehingga tidak meminbulkan kontradiksi di masa depan.

92

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an/Tafsir/Ulumul Qur’an

Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan Hadis Sahih, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2010.

2. Al-Hadis/Ulumul Hadis

Bukhori, Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail Al-, Al-Jamī’ Aṣ-Ṣoḥīḥ, Cairo: As-Salafiyyah, t.t.

3. Fikih/UshulFikih

Anṣari, Syaikh Abū Yahyā Zakkariyya al-, Fatḥ al-Wahhāb bi Syarḥ Minhāj aṭ-Ṭulāb, Kediri: Ponpes Petuk, t.t.

Dimasyqī, Al-Imām Taqiyyuddin Abū Bakar Ibn Muhammad Al-Ḥisainī Al-Haṣna al-, Kifāyah Al-Akhyār Fi Ḥilli Gōyah Al-Ikhtiṣār, Bandung: Al-Ma’arif, t.t.

Jaziri, Abdurrahman al-, Fiqh Empat Madzhab, alih bahasa Chatibul Umam dan Abu Hurairah, 6 jilid, Jakarta: Darul Ulum Press, 2002

Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 1994

Ritonga, A. Rahman, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, 6 jilid, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001

4. Buku/Kitab Ilmu Falak/Hisab Rukyat Abdullah, Darmawan E., Jam Hijriyah; Menguak Konsepsi Waktu Dalam

Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011

Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012

---------, Ilmu Falak Teori dan Praktik, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2004

Dirjen Bimas Islam KEMENAG RI, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Dirjen Bimas Islam KEMENAG RI, 2010

93

Jailani, Zubair Umar Al-, Al-Khulāṣah Al-Wafiyyah fi Al-Falak bi Jadāwil Al-Lūgāritmiyyah, Kudus: Menara Kudus, t.t.

Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah, Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2009

Maspoetra, Nabhan, Perhiungan Awal Waktu Salat, makalah disampaikan dalam Pelatihan Hisab Rukyat Ditjen Badilag Mahkamah Agung RI dengan tema “Orientasi Hisab Rukyat” di Manado, Mei 2010.

Mughits, Abdul, Ilmu Falak Syar’i-‘Amali, Yogyakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum Press, 2010

Murtadho, Moh., Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Press, 2008

Ni’mah, Ani Zaidatun, Uji Verifikasi Perhitungan Awal Waktu Salat KH. Zubair Umar Al-Jailani Dalam Kitab Al-Khulāṣah Al-Wafiyyah, skripsi pada Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Wali Songo Semarang Tahun 2013

Riza, M. Aulia Syamsul, Analisis Pemikiran Bambang E. Budhiyono Tentang Ka’bah Universal Time, skripsi pada Fakultas Syari’ah IAIN Wali Songo Semarang Tahun 2012

Syamsul Anwar, Ka’bah Universal Time, Solusi Atau Masalah?, http://www.muhammadiyah.or.id/muhfile/file/artikel/Kakbah%20Universal%20Time_Syamsul%20Anwar.pdf , akses tanggal 21 November 2013.

5. Lain-lain:

Ahmad Izzuddin, Menakar Maslahah Mecca Mean Time (MMT), http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/artikel/796-menakar-maslahah-mecca-mean-time-mmt.html , akses tanggal 27 September 2013.

94

Basumi Rachman, Planet Bumi, http://file.upi.edu/direktori/dual-modes/konsep_dasar_bumi_antariksa_untuk_sd/bbm_11.pdf, modul diunduh pada 29 Oktober 2013

Hari Murti, Pembelajaran Rotasi dan Revolusi Bumi Yang Diintegrasikan Dengan Al-Qur’an Untuk Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan Kepada Tuhan YME Pada Siswa Kelas X, http://sman1ungaran.files.wordpress.com/2008/12/rotasi-dan-revolusi-bumi5.pdf , modul diunduh tanggal 20 November 2013

Mark Anderson, How Prime Meridian Change The World, http://news.nationalgeographic.com/news/2013/05/130526-astronomy-nautical-navigation-space-longitude-moon-science/ , akses tanggal 6 November 2013.

Prime Meridian, National Geographic, education.nationalgeographic.com/education/encyclopedia/prime-meridian/, akses tanggal 6 November 2013.

Suhardiman, Imam, Atlas Indonesia dan Dunia, t.t: Indo Prima Sarana, 2012

Thomas Djamaludin, Perlukah Menggantikan GMT Dengan Mecca Mean Time?, http://langitselatan.com/2010/08/18/perlukah-menggantikan-gmt-dengan-mecca-mean-time/, akses tanggal 7 November 2013.

I

TERJEMAHAN

NO BAB HALAMAN NF TERJEMAHAN

1 I 5 5 Sesungguhnya salat adalah wajib bagi seluruh mukmin yang telah ditentukan waktu-waktunya

2 I 9 15 Sesungguhnya salat adalah wajib bagi seluruh mukmin yang telah ditentukan waktu-waktunya

3 I 10 16

Salat yang difardukan itu ada lima: zuhur, waktunya antara tergelincirnya matahari hingga bayangan suatu benda sama panjangnya setelah bayangan waktu zawal. Asar, waktunya adalah ketika bayangan lebih panjang dari bendanya dan dalam keadaan iḥtiyār berakhir ketika bayang tersebut dua kali lebih panjang dari bendanya. Magrib, hanya ada satu waktu yaitu tenggelamnya matahari. Isyak, awal waktunya adalah ketika cahaya merah telah hilang dan dalam keadaan iḥtiyār berakhir ketika sepertiga malam, sedangkan dalam keadaan jawāz berakhir ketika terbit al-fajr aṣ-ṣānī. Dan subuh, awak waktunya adalah ketika terbit fajar dan dalam keadaan iḥtiyār berakhir ketika isfār, sedangkan dalam keadaan jawāz berakhir ketika terbit matahari.

4 I 10 17

Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh matahari).

5 II 17 1 Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata:

II

“Rasulullah saw. telah bersabda: “Islam dibangun atas lima rukun: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul-Nya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan haji, dan puasa bulan ramadhan.

6 II 18 3

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’amu (menjadi) ketentraman bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

7 II 18 4

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memohon rahmat dan ampun untuk Nabi. Wahai orang-orang mukmin bacalah permohonan rahmat dan keselamatan untuknya.

8 II 18 5 Ucapan dan perbuatan yang dibuka dengan takbīrah al-iḥrām dan diakhiri dengan salam.

9 II 18 6

Ucapan dan perbuatan yang dibuka dengan takbīrah al-iḥrām dan diakhiri dengan salam disertai dengan syarat-syarat tertentu.

10 II 19 10

Apa yang datang kepadamu dari Rasulmu maka ambilah dan apa yang telah ia cegah darimu maha cegahlah (jangan lakukan)

11 II 19 11

Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

12 II 20 12

Ibnu Hazm dan Anas Ibn Malik telah berkata: Nabi Muhammad saw. telah bersabda: “Allah telah mewajibkan kepada umatku salat

III

sebanyak 50 waktu, maka akupun membawa titah tersebut kepada umatku hingga aku bertemu Nabi Musa dalam perjalan pulang, dia (Musa) berkata: Apa yang telah Allah wajibkan untuk umatmu (Muhammad)? Aku (Muhammad) menajawab: Ia mewajibkan shalat 50 waktu. Dia (Musa) berkata: kembalilah kepada-Nya, sesungguhnya umatmu tak kan kuat untuk mendirikanya. Maka aku (Muhammad) pun kembali kepada-Nya, dan Ia membaginya menjadi dua. Kemuadian aku kembali kepada Musa, aku berkata: Beliau membaginya menjadi dua. Dia (Musa) berkata: kembalilah kepada Tuhanmu, sungguh umatmu tak kan kuat mendirikanya. Maka aku (Muhammad) pun kemabi kepada-Nya, dan Ia membaginya lagi menjadi dua. Kemuadian aku kembali kepada Musa, ia berkata: kembalilah kepada-Nya, umatmu tak kan kuat mendirikanya. Maka akupun kembali kepada-Nya, dan Ia berfirman: “ini sudah impas perbandinganya, Aku tidak akan mengubahnya.” Maka aku pun kembali kepada Musa, ia pun berkata: kembalilah ke Tuhanmu (untuk meminta keringanan). Lalu aku berkata: aku malu kepada Tuhanku. Kemuadian Ia membawa saya ke Sidrah al-muntahā. Kemuadian tempat itu tersurupi warna-warni yang tak ku tahu apa itu. Lala akupun masuk ke surga,

IV

dimana di sana dihiasi mutiara hababil dan penuh dengan misik.

13 II 20 13

Telah bercerita kepada kami Abu Al-Walid Hisyam ibn Abdul Malik. Dia berkata: Syu’bah telah bercerita kepadaku: Al-Walid ibnu Izar, ia memberitahuku: aku mendengar Abu Amr Asy-Syaibani berkata: telah bercerita kepadaku pemilik rumah ini (ia menunjuk rumah Abdullah), ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi Muhammad saw.: Amal apakah yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: salat tepat waktu. Kemuadian apa lagi? Beliau menjawab: berbakti kepada kedua orang tua. Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: berjihad di jalan Allah.

14 II 21 16

Beliau memulai dengan membahas waktu-waktu shalat, karena perihal paling penting dalam salat adalah mengetahui waktu-waktunya.

15 II 21 17

Dan dirikanlah sembahyang itu pada dua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus keburukan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

16 II 21 18

Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh matahari).

17 II 22 19 Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw. bersabda: Malaikat Jibril a.s. mengimamiku di rumah dua kali,

V

ia salat dhuhur bersamaku ketika matahari bergeser (zawāl) kira-kira setapak sandal, lalu ia shalat ashar bersamaku ketika bayangan matahari dua kali bendanya, kemudian shalat maghrib bersamaku ketika orang yang puasa berbuka, dan salat isya’ bersamaku hingga sepertiga malam yang pertama, lalu shalat subuh bersamaku dalam perjalanan, kemuadian ia berbalik kepadaku dan berkata: Ya Muhammad, ini adalah waktu para Nabi sebelumu, dan waktu antara dua masa.

18 II 24 26

Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wusṭā. Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusu’.

19 II 25 30 Berakhirnya salat magrib adalah hilangnya mega

20 III 63 47

Sesungguhnya hitungan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi.

20 IV 77 2

Dan kami jadikan malam dan siang dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam itu dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan dan perhitungan Tahun. Dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas.

21 IV 86 11

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Megetahui.

VI

VI

BIOGRAFI ULAMA

1. Imam Taqiyuddin Al-Hishny

Nama lengkapnya adalah Imam Abu Bakar bin Muhammad bin Abdul

Mu'min bin Hariz bin Mualla bin Musa bin Hariz bin Sa`id bin Dawud bin Qasim

bin Ali bin Alawi bin Naasyib bin Jawhar bin Ali bin Abi al-Qasim bin Saalim bin

Abdullah bin Umar bin Musa bin Yahya bin Ali al-Ashghar bin Muhammad at-

Taqiy bin Hasan al-Askari bin Ali al-Askari bin Muhammad al-Jawad bin Ali ar-

Ridha bin Musa al-Kadhzim bin Ja'far ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin

Zainal Abidin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Tholib at-Taqiy al-Husaini al-

Hishni. Ia lebih dikenal dengan nama Imam Taqiyuddin al-Hishni. Ia adalah

seorang ulama besar dan ahli sufi bermazhab Syafi’i. Ulama yang berasal dari

Hishni (Syam) ini dilahirkan pada tahun 752 H, dan wafat pada Rabu, 14 Jumadil

Akhir 829 H di Damaskus.

Dalam pengembaraan intektualnya ia banyak belajar pelbagai disiplin ilmu

agama kepada para ulama besar yang ada pada saat itu. Di antaranya adalah Syekh

Abul Abbas Najmuddin Ahmad bin Utsman bin Isa al-Jaabi; Syekh Syamsuddin

Muhammad bin Sulaiman ash-Sharkhadi; Syekh Syarafuddin Mahmud bin

Muhammad bin Ahmad al-Bakri; Syekh Syihaabuddin Ahmad bin Sholeh az-

Zuhri; Syekh Badruddin Muhammad bin Ahmad bin Isa; Syekh Syarafuddin Isa

bin 'Utsman bin 'Isa al-Ghazi; dan Syekh Shadruddin Sulaiman bin Yusuf al-

Yaasufi. Sepanjang hidupnya, Syekh Taqiyuddin al-Hishni banyak menulis kitab

besar dan bernilai tinggi. Diantaranya:

VII

• Daf'u Syubahi Man Syabbaha Wa Tamarrada Wa Nasaba Ẓalika Ila as-

Sayyid al-Jalīl al-Imām Ahmad

• Syaraḥ Asmā’ullah al-Ḥusnā

• At-Tafsīr

• Syaraḥ Ṣaḥīḥ Muslīm

• Syarah al-Arba’īn an-Nawawi

• Ta'līq Aḥādiṭ al-Ihyā’

• Syaraḥ Tanbīh

• Kifāyah al-Akhyār fi Ḥill Gāyah Al-Ikhtiṣār

• Syaraḥ an-Nihāyah

• Talkhiṣ al-Muhimmāt

• Syaraḥ al-Hidayah

• Adab al-Aql wa asy-Syarab

• Kitāb al-Qawāid

• Tanbīh as-Sālik

• Qamī` an-Nufūs

• Siyar as-Sālik

• Siyaru aṣ-Ṣālihāt

• Al-Asbāb Muhlikāt

• Ahwāl al-Qubūr

• Al-Mawlīd

VIII

2. Dr. Ir. Bambang E. Budhiyono

Bambang Eko Budhiyono, lahir pada tanggal 13 Maret 1955 di Desa Tayu

Wetan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Riwayat pendidikannya diawali Sekolah

Dasar Tayu Wetan yang kemudian SMP N Pati dan SMA N 1 Pati. Setelah lulus

SMA, ia melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor dengan mengambil jurusan

Kehutanan. Semasa hidunya beliau adalah tenaga pengajar di Fakultas Kehutanan

ITB. Almarhum Bambang Eko Budhiyono juga aktif di beberapa lembaga

diantaranya adalah :

• Konsultan Kehutanan

• Yayasan Sumberdaya Islami dan Pusat Pembinaan Iman dan Amal Shaleh

• Pengajar dan pengurus di Ponpes Daarun Najaah, Cipining, Bogor

Karya ilmiah dalam sepanjang hidup Bambang Eko Budhiyono, ia pernah

membuat buku dan program komputer, antara lain Computer Simulation Modeling

Erosion And Sedimentation Control In Upper Reservoir Catchment (1982), The

Ten Commandents In System Theory (1982), EIASys: An Integrated Computer

Program For Environmental Impact Assessment (1990). Perjumpaannya dengan

Syafril dan Farid pada tahun 1994, memberi pengaruh yang sangat besar dalam

penyusunan karyanya yang sekaligus magnum opus-nya : Ka’bah Universal Time:

Reinventing the Missing Islamic Time System (1994) yang kemudian direvisi pada

tahun 2010 yang isinya menguraikan tentang problematika perbedaan hari raya

baik Idul Fitri atau Idul Adha dan sistem waktu Islam yaitu Ka'bah Universal

Time.

IX

3. Prof.Dr.H. Susiknan Azhari

Lahir di Blimbing, Lamongan, Jawa Timur 11 Juni 1968 M/15 Rabi’ul

Awal 1388 H, adalah guru besar bidang hukum/Astronomi Islam Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Gelar Sarjana (1992)

diperoleh dari Fakultas yang sama. Menyelesaikan Program S-2 di Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaja (1997). Program Doktor telah diselesaikan dan lulusdengan

predikat cum laude. Selain sebagai akademisi, dia juga dikenal sebagai peneliti

sekaligus Direktur Museum Astronomi Islam. Pernah mengikuti Pelatihan Hisab

Rukyat tingkat ASEAN (MABIMS) di ITB dan Malaysia. Melakukan penelitian

Astronomi Islam di Saudi Arabia, Mesir, Malaysia, Brunei Darussalam,

Singapore, Thailand, Bahrain, dan UEA. Anggota Islamic Cresent’s

Observatorium Project di Yordania, anggota BHR KEMENAG RI, anggota

International Sidewalk Astronomi Night (ISAN), anggota tim penilai kenaikan

pangkat di Universiti Kebangsaan Malaysia, anggota asesor Badan Akreditasi

Perguruan Tinggi (BAN PT), dan salah seorang pendiri Pusat Studi Falak

Muhammadiyah. Sehari-hari bekerja sebagai Dosen Tetap Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Sunan Kalijaga, ia juga jadi dosen tamu Program Doktor IAIN

Walisongo Semarang, UIN Syarif Kasim Riau, dan Kolej Islam Singapore. Aktif

mengikuti kegiatan Astronomi Islam tingkat nasional, regional, dan internasional,

seperti seminar dengan tema “Ilmu Falak Menyongsong Zaman, Menajana

Tamadun”, 13-14 Juli 2007 diUniversiti Tenaga Nasional, Selangor Malaysia, The

International Symposium “Toward A Unified International Islamic Calender”, 4-6

September 2007 di Jakarta, dan The Second Emirates Astronomical Conference,

X

30 Mei – 1 Juni 2010 di Abu Dhabi, UEA. Bukunya yang telah diterbitkan adalah

Ilmu FalakTEori dan Praktik (Lazuardi, 2001), Pembaruan Pemikiran Hisab-

Rukyat di Indonesia (Pustaka Pelajar, 2005, edisi revisi cetak ulang tahun 2008),

Hisab dan Rukyat Wacana Membangun Kebersamaan diTengah Perbedaan

(Pustaka Pelajar, 2007), Antologi Studi Islam (Editor dan kontributor), Pemikiran

Islam Kontemporer (kontributor), Manhaj Tarjih Muhammadiyah (editor),

Penggunaan Sistem Hisab dan Rukyat di Indonesia Studi Tentang Interaksi

Muhammadiyah dan NU (Balitbang dan Diklat Depag RI, 2007), Ilmu Falak

Memadukan Khazanah Islam dan Sains Modern (Suara Muhammadiyah, 2008),

Muhammadiyah dan Tantangan Abad Baru (kontributor, 2010), Atlas dan

Astronomi Islam (Universiti Malaya Kuala Lumpur, 2010), Ensiklopedi Hisab-

Rukyat (Cetakan Ke-3 Pustaka Pelajar,2012).

4. Drs. H. Muhyiddin Khazin, M.Ag.

Nama asli beliau adalah H. Muhyiddin bin H. Khazin, lahir di Salatiga,

Jawa Tengah pada tanggal 19 Agustus 1956 M (12 Muharram 1376 H). Beliau

adalah tenaga pengajar pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Bertempat tinggal di Warungboto, UH.4/1014 RT.37 RW.09

Yogyakarta. Sebagai pakar ilmu falak beliau dipercaya sebagai:

• Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah

Istimewa Yogyakarta sejak tahun 1992 hingga sekarang.

• Anggota Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dari tahun

1993 hingga sekarang

XI

• Anggota Musyawarah Kerja (Muker) dan Rapat Kerja (Raker) Badan

Hisap Rukyat Departemen Agama sejak tahun 1997 hingga sekarang.

Karya-karya beliau dalam ilmu falak antara lain:

• Ilmu Falak Teori dan Praktik (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004)

• Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat (Yogyakarta: Buana Pustaka,

2004)

• Kamus Ilmu Falak (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005)

5. KH. Zubair Umar Al-Jailani

Zubair Umar Al-Jailani adalah salah seorang ulama’ yang terkenal sebagai

pakar ilmu falak. Beliau lahir di Padangan kecamatan Padangan kabupaten

Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia pada tanggal 16 September 1908 M. Dalam

mengarungi kehidupan, beliau tidak menetap di Bojonegoro melainkan tinggal di

kota Salatiga, Jawa Tengah sampai wafat disana pada tanggal 10 Desember 1990

M.

Setelah lulus dari Madrasah Ulum (1916-1921), beliau melanjutkan

pendidikannya di Pondok Pesantren Termas Pacitan (1921-1925). Kemudian

beliau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Simbang Kulon

Pekalongan (1925-1926). Disini beliau belajar dengan Kyai Amir. Setelah belajar

di Pondok Pesantren Simbang Kulon Pekalongan, kemudian beliau melanjutkan

studinya di pondok pesantren Tebu Ireng Jombang (1926-1929). Kemudian KH.

Zubair Umar al-Jailani ke Makkah dengan tujuan haji dan melanjutkan pendidikan

di Makkah (1930-1935). Kemudian beliau meninggalkan Makkah dan menuju ke

XII

Madinah untuk menemui ahli falak disana. Lalu beliau disarankan untuk pergi ke

Syiria (Damaskus). Hingga ahirnya beliau melanjutkan perjalanan ke Palestina.

Kemudian beliau disarankan untuk menemui seorang guru di Jami’ al-Azhar.

Disinilah beliau bertemu dengan Syeikh Umar Hamdan dengan kitab kajian al-

Maṭla’ as-Sa’īd karya Husain Zaid al-Misra dan al-Manāhij al-Hamīdiyah karya

Abdul Hamid Mursy.

Di Jami’ al-Azhar, beliau diangkat menjadi dosen Falak. Dalam mengajar,

beliau tidak menggunakan buku rujukan. Namun para mahasiswa beliau tekun dan

rajin sehingga banyak catatan-catatan yang dibuat oleh mereka. Setelah

mengetahui bahwa mahasiswa KH. Zubair Umar al-Jailani banyak yang mencatat

materi mata kuliah beliau, ahirnya catatan-catatan tersebut beliau kumpulkan dan

beliau bawa ke Indonesia yang ahirnya dibukukan menjadi kitab al-Khulāṣah al-

Wāfiyyah bi Jadāwil al-Lugāritmiyyah.

Diantara kedudukan yang pernah beliau jabat antara lain:

a. Guru Madrasah Salafiyyah Tebu Ireng Jombang

b. Ketua Mahkamah Islam Tinggi Jawa Madura.

c. Ketua Umum PBNU

d. Rektor IAIN Walisongo (1971)

e. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ma’had Al-Diniy, Reksosari Suruh

Salatiga (1935-1945),