penerapan birokrasi pada negara maju.docx

9
Penerapan Birokrasi Pada Negara Maju Studi Kasus Pada Negara Jepang Paper disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Teori Birokrasi Publik. Dosen Pengampu:Alfi Haris Wanto, SAP.,MAP.,MMG Disusun Oleh: Fahreza Putra 105030113111011 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

Upload: fahreza-putra

Post on 18-Dec-2014

57 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Penerapan Birokrasi Pada Negara MajuStudi Kasus Pada Negara JepangBirokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur, dan proses di dalam organisasi. Para teoritikus klasik seperti Fayol (1949), Taylor (1911), dan Weber (1948), selama bertahun-tahun telah mendukung model birokrasi guna meningkatkan efektivitas administrasi organisasi. Max Weber adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi. Dikemukakan oleh Max Weber dalam buku : The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism.Pada birokrasi di negara maju, seperti yang ada pada negara Jepang. Birokrasi yang dijalankan sudah dapat dikategorikan termasuk dalam teori birokrasi dari Max Weber. Seperti yang diketahui bahwa pada negara Jepang, jabatan administratif terorganisir dan tersusun secara hierarkis, adanya bawahan dan atasan yang dapat saling mengontrol. Setiap jabatan yang ada pada sistem pemerintahan di Jepang memiliki wilayah kompetensinya sendiri. Sehingga kecil kemungkinan akan terjadinya tumpang tindih. Pegawai pemerintahan di Negara Jepang ditentukan dengan adanya seleksi yang memiliki standar yang jelas dan adanya sistem evaluasi. Selain itu juga dapat dilihat, di negara maju birokrasi sudah tercipta secara mapan, hal ini dikarenakan pendapat per kapita tinggi, kesadaran akan pengembangan SDM yang tinggi, dan juga kualitas dari para individu aparat juga memadahi.

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Birokrasi Pada Negara Maju.docx

Penerapan Birokrasi Pada Negara Maju

Studi Kasus Pada Negara Jepang

Paper disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Teori Birokrasi Publik. Dosen

Pengampu:Alfi Haris Wanto, SAP.,MAP.,MMG

Disusun Oleh:

Fahreza Putra 105030113111011

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIKFAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2013

Page 2: Penerapan Birokrasi Pada Negara Maju.docx

Teori Birokrasi

Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang disusun secara

ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur, dan proses di dalam

organisasi. Para teoritikus klasik seperti Fayol (1949), Taylor (1911), dan Weber

(1948), selama bertahun-tahun telah mendukung model birokrasi guna

meningkatkan efektivitas administrasi organisasi. Max Weber adalah sosok yang

dikenal sebagai bapak birokrasi. Dikemukakan oleh Max Weber dalam buku : The

Protestant Ethic and Spirit of Capitalism.

Weber mengemukakan beberapa karakteristik-karakteristik birokrasi

sebagai berikut :

1. Pembagian kerja yang jelas. Pembagian kerja atau spesialisasi hendaknya

sesuai dengan kemampuan teknisnya.

2. Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik. Sentralisasi kekuasaan

berdasarkan suatu hierarki, dimana ada pemisahan yang jelas antara

tingkat-tingkat bawahan dan atas-atasan, agar koordinasi terjamin.

3. Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi. Seleksi dan

promosi bagi personalia organisasi didasarkan atas kecakapan teknis, dan

pendidikan latihan serta persyaratan lainnya disesuaikan dengan

kebutuhan dan pelaksanaan tugas.

4. Sistem prosedur bagi penangan situasi kerja. Perlu adanya catatan tertulis

demi keseragaman (uniformitas), dan untuk maksud-maksud transaksi.

5. Sistem aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi

para pemegang jabatan.

6. Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “impersonal”. Ada

pemisahan antara masalah-masalah pribadi dengan persoalan-persoalan

resmi (formal) organisasi.

Pandangan para ilmuwan Jerman semasa hidupnya Max Weber bahwa

birokrasi itu dibentuk independen dari kekuatan politik. Ia berada di luar atau

diatas aktor-aktor politik yang saling berkompetisi satu sama lain. Birokrasi

pemerintahan diposisikan sebagai kekuatan yang netral. Netralitas birokarasi

diartikan bukan dalam hal lebih condong menjalankan kebijakan atau perintah

Page 3: Penerapan Birokrasi Pada Negara Maju.docx

dari kekuatan politik yang sedang memerintah sebagai masternya pada saat

tertentu. Akan tetapi lebih diutamakan kepada kepentingan negara dan rakyat

secara keseluruhan. Sehingga siapapun kekuatan politik yang memerintah birokrat

dan birokrasinya memberikan pelayanan terbaik kepadanya.

Ciri birokrasi modern yang digagas oleh Max Weber tentang rasionalisme

birokrasi sulit untuk diwujudkan karena birokrasi telah berubah menjadi alat

untuk legitimasi birokrat dan penguasa. Pada gilirannya birokrasi pemerintah

diartikan sebagai officialdom atau kerajaan pejabat, yang rajanya adalah pejabat.

Dalam perkembangan organisasi klasik, model Max Weber dengan teori

birokrasinya telah mampu bertahan dan mendominasi sampai zaman kontemporer.

Sampai saat ini, teori Max Weber masih sangat berpengaruh hampir disemua

organisasi, terutama dalam organisasi birokrasi dan bisnis.

Pada organisasi birokrasi dan bisnis, birokrat selalu melekat dalam struktur

organisasi yang merupakan ukuran pada setiap organisasi. Weber memberikan

beberapa ciri birokrasi, yaitu:

1. Hirarki otoritas

2. Impersonal

3. Peraturan tertulis

4. Promosi berdasarkan prestasi

5. Pembagian kerja, dan

6. Efisiensi

Selanjutnya, Max Weber (Thoha, 1996) menyebutkan tiga bentuk otoritas

yang dilakukan birokrat dalam organisasi birokrasi. Ketiga otoritas dalam sebuah

organisasi tersebut sebagai berikut.

1. Otoritas yang rasional dan sah, hal ini didasarkan pada posisi yang

dipegang seorang pejabat dalam suatu hierarki.

2. Otoritas tradisional, hal ini diciptakan oleh kelas-kelas dalam masyarakat

dan juga adat istiadat.

3. Otoritas kharismatik, hal ini timbul dari potensi kepribadian seorang

pejabat

Page 4: Penerapan Birokrasi Pada Negara Maju.docx

Secara garis besarnya, konsep birokrasi ideal di atas juga didukung oleh

Michael Parenti dalam buku Riyaas Rasyid yang menyimpulkan bahwa

karakteristik birokrasi ideal di atas secara garis besar adalah:

1. Mobilisasi yang sistematik dari energi manusia dan sumber daya material

untuk mewujudkan tujuan-tujuan kebijakan atau rencana-rencana yang

secara eksplisit telah didefinisikan;

2. Pemanfaatan tenaga-tenaga karier yang terlatih, yang menduduki jabatan-

jabatan bukan atas dasar keturunan, dan yang batas-batas yuridiksinya

telah ditetapkan secara spesifik; dan

3. Spesialisasi keahlian dan pembagian kerja yang bertanggung jawab

kepada sesuatu otoritas atau konstituensi

Contoh Birokrasi Negara Maju (Jepang)

Karakteristik birokrasi Jepang yang menarik dan unik adalah adanya

birokrat pemerintah nasional yang dapat “dipinjamkan” kepada pemerintah lokal

yang dapat memberi kesempatan untuk saling bertukar pengalaman dan menjaga

hubungan antara dua level pemerintah ini. Dalam hal perekrutan pegawai negeri

sipil, perekrutan dalam institusi pelayanan pemerintah berdasarkan sistem ujian

kompetitif atau dengan evaluasi personal. Dalam kepegawaian, PNS Jepang

menempati posisi profesional dan kelompok elit biasanya merupakan lulusan dari

institusi pendidikan terbaik di Jepang yaitu biasanya dari Universitas Tokyo dan

Universitas Kyoto. Basis rekrutmen ini membuat kecenderungan adanya

parokialisme dan hubungan “old boy” antara birokrat. Level administratif paling

atas didominasi oleh laki-laki dengan spesialisasi pendidikan jurusan hukum.

Di Jepang, pekerjaan sebagai pegawai dalam kementrian pemerintah

memiliki status yang tinggi. Di antara kementrian yang ada pun terdapat derajat

prestis dimana MITI (Ministry of International Trade and Industry) dan MoF )

Ministry of Finance) menduduki posisi tertinggi. Dalam birokrasi pula, faktor

yang paling signifikan dalam proses promosi adalah latar belakang universitas.

Koneksi interpersonal penting untuk rotasi pegawai dalam birokrasi, bisnis dan

Page 5: Penerapan Birokrasi Pada Negara Maju.docx

politik atau disebut dengan “revolving door”. Di AS, praktek seperti ini diproses

dan dikritik karena pegawai yang telah pemerintah yang telah pensiun, pegawai

militer melanjutkan karirnya di perusahaan swasta melalui koneksi konkret.

Namun sebaliknya, di Jepang, hal ini merupakan suatu yang normal dalam

kehidupan administratif, yang sering diistilahkan sebagai amakudari / descent

from heaven. Pensiunan PNS dapat bergabung di perusahaan swasta atau

perusahaan milik Negara (special legal entities). Ada pula yang bergabung di

partai, terutama LDP yang membuka kesempatan untuk terpilih sebagai anggota

konstituen di national house of councilor yang merupakan modal dasar sebagai

pengalaman organisasional.

Di Jepang, Pelayanan publik di dirasakan oleh masyarakatnya telah pada

tahap memuaskan masyarakatnya. Pelayanan publik yang ada baik di bidang

pelayanan secara langsung kepada masyarakat (direct service) ataupun dalam

peran birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan (indirect service) telah

berjalan secara efektif dan efisien. Kualitas yang prima pelayanan publik di

Negara Jepang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara internal maupun

eksternal birokrasi dalam sistem pelayanan publik. Faktor- Faktor tersebut antara

lain :

1. Sumber daya Manusia yang berkualitas

Aparatur Negara sebagai pelaksana pelayanan publik di Negara

Jepang berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki

kapabilitas dan kualitas yang baik. Proses penyeleksian untuk menjadi

aparat Negara dilakukan melalui penyeleksian yang memiliki standar dan

sistem evaluasi. Selain itu, profesi aparat pemerintah dalam pandangan

masyarakat Jepang memiliki prestise yang tinggi sehingga banyak dari

lulusan universitas-universitas terkenal di Jepang terutama Universitas

Tokyo dan Universitas Kyoto memilih untuk mengikuti seleksi tersebut

untuk menjadi aparat pemerintah. Selain itu, sebagian masyarakat Jepang

telah menyadari secara menyeluruh perannya sebagai abdi Negara untuk

memberikan kualitas terbaik dalam pelayanannya kepada masyarakat.

Page 6: Penerapan Birokrasi Pada Negara Maju.docx

Kondisi ini telah terjadi secara lama dan membudaya dalam masyarakat

Jepang.

2. Adanya peraturan yang jelas untuk mengatur pelaksanaan pelayanan

publik.

Proses pembuatan keputusan kebijakan dalam pemerintahan Jepang

dilakukan melalui Dalam penerapan kebijakan tersebut, aparat pemerintah

memiliki kesadaran penuh untuk menerapkannya. Selain itu pada tahap

pengawasannya dilakukan secara ketat dan tegas terhadap aparat yang

melanggar kebijakan tersebut.

Kesimpulan

Pada birokrasi di negara maju, seperti yang ada pada negara Jepang.

Birokrasi yang dijalankan sudah dapat dikategorikan termasuk dalam teori

birokrasi dari Max Weber. Seperti yang diketahui bahwa pada negara Jepang,

jabatan administratif terorganisir dan tersusun secara hierarkis, adanya bawahan

dan atasan yang dapat saling mengontrol. Setiap jabatan yang ada pada sistem

pemerintahan di Jepang memiliki wilayah kompetensinya sendiri. Sehingga kecil

kemungkinan akan terjadinya tumpang tindih. Pegawai pemerintahan di Negara

Jepang ditentukan dengan adanya seleksi yang memiliki standar yang jelas dan

adanya sistem evaluasi.

Selain itu juga dapat dilihat, di negara maju birokrasi sudah tercipta secara

mapan, hal ini dikarenakan pendapat per kapita tinggi, kesadaran akan

pengembangan SDM yang tinggi, dan juga kualitas dari para individu aparat juga

memadahi.