penerapan actio paulina fraudulent transfer...

128
  PENERAPAN ACTIO PAULINA DALAM MENJAMIN BOEDEL PAILIT ATAS TINDAKAN FRAUDULENT TRANSFER YANG DILAKUKAN OLEH DEBITOR PAILIT (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus pailit/2016) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: MUHAMMAD RIZKI RAMADHAN NIM 11140480000023 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: vokhue

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

  

PENERAPAN ACTIO PAULINA DALAM MENJAMIN BOEDEL PAILIT ATAS TINDAKAN FRAUDULENT TRANSFER YANG DILAKUKAN OLEH

DEBITOR PAILIT

(Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus pailit/2016)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

MUHAMMAD RIZKI RAMADHAN

NIM 11140480000023

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

i  

PENERAPAN ACTIO PAULINA DALAM MENJAMIN BOEDEL PAILIT ATAS TINDAKAN FRAUDULENT TRANSFER YANG DILAKUKAN OLEH

DEBITOR PAILIT

(Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus pailit/2016)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

MUHAMMAD RIZKI RAMADHAN

NIM 11140480000023

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 3: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)
Page 4: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)
Page 5: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)
Page 6: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

 

v  

ABSTRAK

MUHAMMAD RIZKI RAMADHAN, NIM 11140480000023, “PENERAPAN ACTIO PAULINA DALAM MENJAMIN BOEDEL PAILIT ATAS TINDAKAN FRAUDULENT TRANSFER YANG DILAKUKAN OLEH DEBITOR PAILIT (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus Pailit/2016)”. Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M.

Salah satu upaya melawan hukum debitor pailit adalah terkadang debitor pailit memindahtangankan maupun menjual hartanya kepada Perusahaan afiliasi, teman, bahkan keluarganya sendiri demi menyelamatkan hartanya tersebut atau yang biasa dikenal transfer pricing. Adapun di Amerika Serikat sebagaimana didalam Bankruptcy Code tindakan ini dinamakan Fraudulent transfer yang maksudnya adalah debitor melakukan manipulasi dengan cara melakukan transfer harta kekayaan sebeum pernyataan pailit sehingga mengurangi atau menghabiskan kekayaan debitor, sehingga harta debitor pailit akan dinyatakan nol (nihil) bahkan minus sekalipun. Peristiwa tersebut tentu akan membuat kesulitan bagi kurator untuk mengurusnya sehingga bermuara merugikan para kreditor yang telah lama menantikan pembayaran utang debitor. Untuk mencegah maupun mengatasi hal tersebut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah memfasilitasi kreditur maupun kurator yang dengan persetujuan hakim pengawas menempuh jalur actio paulina, dengan demikian action paulina adalah tambahan (accesoir) dari pernyataan suatu kepailitan. Tidaklah mudah untuk dapat membuktikan tindakan debitor pailit tersebut karena Kurator maupun Kreditor nantinya di muka Hakim, harus membuktikan secara kumulatif unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Disinilah peneliti ingin menganalisis lebih dalam terkait dengan adanya peristiwa tersebut yang sebagaimana tertuang dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016 Juncto Putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor 07/ Pdt.Sus-Actio Pauliana/ 2015/ Pengadilan.Niaga.Mdn.

Kata Kunci : Kepailitan, Actio Paulina, Transfer Pricing, Fraudulent Transfer, Kurator, Kreditor, Debitor Pailit, Debitor Nakal, Pengadilan Niaga Dosen Pembimbing : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Daftar Pustaka : 1982-2018

Page 7: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

 

vi  

KATA PENGANTAR

حیم حمن الر بسم هللا الر

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT. Atas berkat rahmat,

hidayat dan juga anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penerapan Actio Paulina dalam Menjamin Boedel Pailit Atas Tindakan

Fraudulent Transfer yang Dilakukan Oleh Debitor Pailit (Studi Kasus Putusan

Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus Pailit/2016)”. Sholawat serta salam

tidak lupa tercurah oleh peneliti kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang

telah membawa umat manusia dari zaman jahiliah, kepada zaman islamiyah pada

saat ini

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini

tidak dapat diselesaikan oleh peneliti tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak selama penyusunan skripsi ini.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas para

pihak yang telah memberikan peranan secara langsung dan tidak langsung atas

pencampaian yang telah dicapai oleh peneliti, yaitu antara lain kepada :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekertaris Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Dosen pembimbing Skripsi peneliti,

terimakasih atas kesempatan waktu, arahan dan kritik serta saran yang diberikan

demi penelitian yang saya lakukan.

4. Ayah Alm. H. Syamsudin dan Mama saya Suminarsih, yang telah memberikan

dukungan materi dan imateriil berupa motivasi, do’a, bahkan kepercayaan

untuk bisa duduk dibangku kuliah hingga mendapat gelar sarjana. Tak akan

Page 8: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

 

vii  

sanggup Peneliti untuk membalas segala jasa bapak dan mama sampai kapan

pun.

5. Efa Agustiana selaku kakak dan seluruh saudara-saudara saya yang tidak bisa

disebut satu persatu atas segala jerih payahnya sehingga telah membantu

Peniliti menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Khususnya dosen Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi saya, sehingga saya mampu untuk

memahami keilmuan hukum serta perkembanganya pada saat ini.

7. Pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan

studi kepustakaan, sehingga saya dapat memperoleh bahan referensi untuk

melengkapi hasil penelitian saya.

8. Gerombolan teman pertama saya dengan kebiasaanya yang hanya membuat

rencana tapi minim implementasi yaitu Anggit, Husen, Wahyu Ayam, Bang Jal,

Brodol, Wahyu Gontor, dan Panda.

9. Keluarga besar Moot Court Community anggota maupun pengurus tahun 2016

sampai 2018 Bang Reza, Kak Mala, Edi, Rahmi, Sidik, Syanel, Nila, Zul, Satria

sebagai keluarga diranah kampus tempat Peniliti menggali ilmu-ilmu akademis

yang tidak didapat dikelas.

10. Kerabat-kerabat delegasi sidang semu konstitusi di Mahkamah Konstitusi,

Martunis, Iqra, Dadi, Nisa atas perjuangaannya selama 1 tahun menghadapi

kompetisi sehingga membuat memori manis yang tak terlupakan.

11. Adik-adik sidang semu konstitusi Jejen, Marica, Sabila, Dina, Adnan dan yang

lainnya semoga dapat meneruskan budaya prestasi yang selama ini kita

pertahankan.

12. Pihak-pihak lain yang telah memberikan kontribusi kepada peneliti dalam

menyelesaikan karya tulis ini.

Page 9: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

viii  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………. ii

SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN ………………………………………... iii

LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………………… iv

ABSTRAK …………………………………………………………………………... v

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. viii

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ………………….. 6

1. Identifikasi Masalah ……………………………………………….. 6

2. Pembatasan Masalah ………………………………………………. 6

3. Perumusan Masalah ……………………………………………….. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………. 7

D. Metode Penelitian ……………………………………………………. 8

E. Sistematika Penulisan ……………………………………………….. 11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual ……………………………………………….. 14

1. Tinjauan Umum Kepailitan ………………………………………. 14

a. Pengertian Kepailitan ………………………………………... 14

Page 10: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

ix  

b. Asas-Asas dalam Hukum Kepailitan ……………………….... 16

c. Syarat-Syarat Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit ….. 23

d. Pihak-Pihak yang Dapat Mengajukan Kepailitan ……………. 25

e. Pengertian Debitor, Debitor Pailit dan Kurator ……………… 26

f. Akibat Kepailitan …………………………………………….. 27

2. Tinjauan Umum Kurator …………………………………………. 29

a. Pengangkatan, Penggantian dan Pemberhentian Kurator ……. 29

b. Tugas Kurator ……………………………………………….. 31

c. Wewenang Kurator ………………………………………….. 32

d. Tanggung Jawab Kurator ……………………………………. 33

3. Tinjauan Umum Fraudulent Transfer ……………………………. 34

4. Tinjauan Umum Actio Paulina …………………………………… 36

a. Pengertian Actio Paulina …………………………………….. 36

b. Syarat-Syarat Gugatan dikabulkannya Actio Paulina ……….. 39

c. Akibat Hukum dikabulkannya Actio Paulina ……................... 41

B. Kerangka Teori ……………………………………………………… 41

1. Teori Perlindungan Hukum …………………………………….... 41

2. Teori Keadilan Hukum …………………………………………… 43

C. Review (tinjauan ulang) Hasil Studi Terdahulu …………………….. 44

Page 11: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

x  

BAB III : KEWAJIBAN PT. HEAT EXCHANGERS INDONESIA SELAKU

DEBITOR PAILIT MEMBAYAR UTANG-UTANGNYA

A. Kedudukan Para Pihak ……………………………………………… 47

1. Marolop Tua Sagala Selaku Kurator ……………………………... 47

2. PT. Heat Exchangers Indonesia Selaku Debitor Pailit …………… 47

3. PT. KPE Industries (Pemohon Kasasi I, dahulu Tergugat II) ...…... 48

4. Chew Fook Sin (Pemohon Kasasi II, dahulu Tergugat III

Sekaligus Tergugat V) …………………………………………… 48

5. Lee Swee Eng (Pemohon Kasasi II, dahulu Tergugat III

sekaligus Tergugat V) ……………………………………………. 48

6. KNM PTY Ltd (Tergugat VII) ………………………………….... 48

7. KNM Process SDN BHD (Pemohon Kasasi IV, dahulu Turut

Tergugat I) ……………………………………………………….. 49

8. KNM Capital SDN BHD (Pemohon Kasasi V, dahulu Turut

Tergugat II) ………………………………………………………. 49

B. Duduk Perkara ………………………………………………………. 49

1. Kasus Posisi ……………………………………………………… 49

2. Pertimbangan Hukum oleh Mahkamah Agung pada putusan

nomor 15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016 …………………………………. 51

3. Pertimbangan Hukum oleh Pengadilan Niaga medan

Page 12: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

xi  

pada Putusan dengan Nomor perkara: 07/Pdt.Sus-Actio

Pauliana/2015/Pengadilan.Niaga.Mdn …………………………... 51

4. Putusan Mahkamah Agung dan Pengadilan Niaga Medan ………...54

BAB IV : PEMBATALAN TINDAKAN FRAUDULENT TRANSFER YANG

DILAKUKAN DEBITOR PAILIT MELALUI MEKANISME ACTIO

PAULINA

A. Mekanisme Kurator Mengajukan Actio Paulina ……………………. 56

B. Analisis Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor

15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016 …………………………………………… 57

1. Analisis Pertimbangan Hukum ………………………………….... 57

a. Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung …………………… 57

b. Pertimbangan Hukum Pengadilan Niaga Medan …………….. 59

1.) Kurator telah Memenuhi Ketentuan Formil dan Materil … 62

2.) Terangnya Tindakan Fraudulent Transfer yang

dilakukan Debitor Pailit …………………………………. 70

2. Analisis Kurator Sebagai Pemegang Peranan Penting dalam

Melindungii Boedel Pailit ………………………………………… 72

C. Akibat Hukum Terhadap Harta Pailit atas Putusan Mahkamah

Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016 ……………………………. 75

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………..79

B. Rekomendasi ………………………………………………………... 80

Page 13: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

xii  

DAFTAR PUSTAKA …........................................................................................... 81

LAMPIRAN Putusan Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Page 14: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kegiatan bidang ekonomi dan perdagangan negara-

negara di dunia pada dasawarsa belakangan ini didorong oleh arus globalisasi

yang menyebabkan sistem informasi, komunikasi dan transportasi jauh lebih

mudah. Dengan semakin mudahnya hal itu maka membuka peluang di dunia

usaha untuk mengembangkan usahanya dengan berbagai macam cara. Jika

ditinjau dari sisi manfaat derasnya kemajuan para pelaku usaha, maka negara

diuntungkan dengan masifnya penerimaan negara karena hal itu. Justru

sebaliknya jika lebih dalam ditinjau fenomena tersebut, terkadang dengan

semakin ketatnya persaingan usaha menjadi sebuah tuntutan bagi para pelaku

usaha untuk menghadapi keadaan sekarang ini dengan menempuh segala cara

agar tetap survive dari jahatnya dunia bisnis era ini.

Keinginan para pelaku usaha untuk meningkatkan produksinya maka

akan menambah permintaan untuk menambah modal usahanya1, atas hal

tersebut hadirlah berbagai lembaga keungan bank maupun non-bank yang

tersedia bagi para pelaku usaha untuk menambah amunisi modal kegiatan

bisnisnya. Semakin gencarnya pengeksploitasian terhadap lembaga pinjaman,

maka kemajuan bisnis dari pelaku usaha yang akan menentukan lancar atau

tidaknya peminjaman modal sedangkan kemunduran bisnis akan melahirkan

kondisi terhambatnya pengembalian modal.

Menjadi permasalahan kelak tatkala pelaku usaha yang telah meminjam

dana untuk dijadikan modal usaha mengalami kemacetan usaha

                                                            1 Andhika Prayoga, Solusi Hukum Ketika Bisnis Terancam pailit (Bangkrut), (Jakarta:

PT Buku Seru, 2014), h. 2. 

Page 15: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

2  

  

yang menyebabkan telat ataupun gagal bayar (stop to pay). Disatu pihak

kreditor memerlukan dana tersebut untuk terus menghidupi usahanya kedepan,

namun pihak debitor tidak mampu melunasi utangnya karena berbagai macam

faktor yang menyebabkan insolvensi. Demikian dimensi yang kompleks

tersebut, sehingga bisnis harus berada dalam ruang pengaturan hukum yang

baik agar tidak terjadi ketimpangan dan ketidakadilan. Pemerintah telah

menyediakan lembaga kepailitan beserta perangkat hukumnya yang berupa

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU) sebagai

hukum materiil sekaligus formil yang digunakan menyelesaikan sengketa

utang-piutang.

Dalam hal debitor mempunyai banyak kreditor dan harta kekayaan

debitor tidak cukup untuk membayar lunas semua kreditor, maka para kreditor

akan berlomba dengan berbagai macam cara, baik yang sesuai dengan prosedur

hukum maupun yang tidak sesuai dengan prosedur hukum untuk mendapatkan

pelunasan tagihannya terlebih dahulu. Kreditor yang datang belakangan sudah

tidak dapat lagi pembayaran karena harta debitor sudah tidak bisa lagi melunasi

pembayaran karena sudah habis diambil kreditor yang lebih dahulu

mengambilnya2. Hal ini tentu sungguh tidak adil dan merugikan baik kreditor

maupun debitor sendiri, oleh karenanya disinilah peran lembaga kepailitan

yang memutuskan perselisihan untuk memangkas jurang ketidakadilan

tersebut. Bagi debitor sejak diucapkannya putusan bahwa dirinya pailit, maka

sesuai dengan Pasal 24 UU KPKPU ia kehilangan hak untuk melakukan

pengurusan dan penguasaan atas bendanya, hal tersebut akan beralih tangan ke

kurator yang bertindak selaku pengampu (curatele).3

                                                            2 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan,

(Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet.1, h. 4. 3 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Di

Indonesia, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 52.

Page 16: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

3  

  

Kurator yang ditunjuk oleh Pengadilan nantinya berperan sebagai aktor

yang membereskan (likuidasi) segala harta yang dimiliki debitor baik yang

bergerak maupun tidak bergerak serta harta yang ada sekarang maupun yang

akan ada kelak. Harta yang telah dibereskan oleh kurator itu nantinya akan

dibagikan secara proporsional kepada kreditor konkuren, kreditor preferen,

maupun kreditor separatis berdasarkan prinsip pari posu pro rata parte. Debitor

pailit masih diberikan kesempatan untuk mengajukan perdamaian setelah

putusan pengadilan tersebut kepada para kreditor, jikalau perdamaian itu

diterima maka putusan pailit tersebut akan berakhir, sebaliknya jika ditolak

maka demi hukum seluruh harta debitor pailit akan dibereskan oleh kurator.

Namun demikian, sekiranya debitor yang tidak puas akan putusan pengadilan

yang menyatakan dirinya pailit maka secara sah dan konstitusional dapat

mengajukan upaya hukum kasasi maupun peninjauan kembali. Upaya diluar

daripada itu maka mutatis mutandis adalah upaya debitor melawan peraturan

perundang-undangan yang ada.

Salah satu upaya melawan hukum debitor pailit adalah terkadang

debitor pailit memindah tangankan maupun menjual hartanya kepada

Perusahaan afiliasi, teman, bahkan keluarganya sendiri demi menyelamatkan

hartanya tersebut atau yang biasa dikenal Fraudulent Transfer, sehingga harta

debitor pailit akan dinyatakan nol (nihil) bahkan minus sekalipun. Peristiwa

tersebut tentu akan membuat kesulitan bagi kurator untuk mengurusnya

sehingga bermuara merugikan para kreditor yang telah lama menantikan

pembayaran utang debitor. Untuk mencegah maupun mengatasi hal tersebut

UU KPKPU memfasilitasi Kurator yang dengan persetujuan hakim pengawas

menempuh jalur actio paulina, dengan demikian action paulina adalah

tambahan (accesoir) dari pernyataan suatu kepailitan.

Gugatan action paulina yang bertalian erat dengan Pasal 1341 KUH

Perdata ditempuh manakala debitor pailit menjual maupun memindah

tangankan hartanya dalam kurun waktu 1 tahun sebelum putusan pailit

Page 17: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

4  

  

dinyatakan dan debitor mengetahui hal tersebut dapat merugikan para kreditor.4

Hal ini berarti kurator harus cermat ketika menginventarisasi boedel pailit

debitor agar mendapatkan keseluruhan harta debitor pailit secara keseluruhan

untuk nantinya dibereskan dan dibagikan secara proporsional kepada para

kreditor berdasarkan prinsip pari posu pro rata parte.5

Tindakan debitor yang menjual maupun memindah tangankan hartanya

sebelum putusan pailit tentu sangat merugikan kreditor dan hal tersebut jika

dikaitkan dengan prinsip kepailitan bahwa debitor pailit tidak memiliki hak

mengurus dan memiliki hartanya ketika putusan dijatuhkan, maka dapat

dikategorikan tindakan debitor tersebut adalah perbuatan melawan hukum.

Tidaklah mudah untuk dapat membuktikan tindakan debitor pailit tersebut

karena Kurator nantinya di muka Hakim, harus membuktikan secara kumulatif

unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 42 UU KPKPU. Konfilk penjualan harta

debitor semakin pelik karena disatu sisi debitor pailit dalam hal ini direksi

selaku organ perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha berdalih tindakan

tersebut diambil karena bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, namun untuk

kepentingan menyehatkan perusahaan sebagaimana layaknya kewajiban direksi

yang tertuang dalam Pasal 92 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas (UU PT) sehinggga mendapat pengecualian Pasal 41 UU

KPKPU. Tentu hal itu perlu dipertanyakan dan diteliti lebih lanjut karena

melindungi hak-hak kreditor merupakan salah satu kewajiban dari Kurator

dalam melaksanakan tugasnya

                                                            4 Andriani Nurdin, Masalah Seputar Actio Paulina dalam Emmy Yuhassarie, ed.,

Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum: Prosiding Rangkaian lokakarya Terbatas Masalah-Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis lainnya, 20-22 Juli 2004, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004), h. 264.

5 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan …, Cet.1, h. 29. 

Page 18: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

5  

  

Hal itu tergambarkan secara nyata pada kasus di Pengadilan Niaga

Medan dimana tindakan debitor pailit yang menjual aset-asetnya kepada

perusahaan lain yang tidak lain dan tidak bukan merupakan perusahaannya

sendiri. Perkara di Pengadilan Niaga Medan dengan perkara Nomor 07/Pdt.Sus-

Actio Pauliana/2015/ Pengadilan.Niaga.Mdn merupakan bukti konkret adanya

penyalahgunaan wewenang dengan mengakali putusan Pengadilan

(circumventing a judge’s decision). Setelah diinventarisir oleh Kurator ternyata

seluruh aset Debitor pailit dinyatakan nol (Rp. 0,-) sehingga tidak dapat

keuntungan jika dilelang. Setelahnya diketahui debitor pailit yakni PT. Heat

Exchangers menjual aset pailit kepada PT. KPE Industries dimana kedua

perusahaan tersebut sama-sama memiliki direktur dan komisaris yang sama,

yakni Chew Fook Sin selaku direktur PT. Heat Exchangers sekaligus direktur

PT. KPE Industries dan Lee Swee Eng selaku Komisaris pada kedua

perusahaan tersebut. Maka melalui Putusan pada perkara tersebut yang juga

bahkan dikuatkan dengan putusan Kasasi Nomor Nomor 15 K/Pdt.Sus-

Pailit/2016 yang diajukan PT. Heat Exchangers, Penyelamatan harta pailit

dengan metode fraudulent transfer terbukti merugikan para kreditor dan

otomatis melanggar ketentuan hukum yang berlaku.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka Peneliti berkeinginan melakukan

suatu penelitian diranah hukum Kepailitan dengan judul “PENERAPAN

ACTIO PAULINA DALAM MENJAMIN BOEDEL PAILIT ATAS

TINDAKAN FRAUDULENT TRANSFER YANG DILAKUKAN OLEH

DEBITUR PAILIT (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR 15 K/PDT.SUS PAILIT/2016)”.

B. Indentifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Bahwa dari pemaparan di atas terdapat berbagai masalah yang dapat di

identifikasi, yang pada gilirannya akan di teliti sesuai batasan kemampuan

dalam studi ini, masalah yang dapat di identifikasi, yaitu:

Page 19: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

6  

  

a. Syarat-syarat mengajukan gugatan action paulina

b. Mekanisme atau prosedur pengajuan gugatan action paulina sesuai

dengan peraturan perundang-undangan

c. Segala tindakan debitor pailit yang dapat dikualifikasikan sebagai

tindakan fraudulent transfer yang dilakukan oleh PT. Heat

Exchangers dengan PT. KPE Industries

d. Membuktikan adanya itikad buruk PT. Heat Exchangers selaku

debitor pailit dimuka persidangan

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari seluruh apa yang telah peneliti identifikasi, karena

begitu luasnya cakupan penelitian ini, maka pada penulisan skripsi ini

pembahasan akan dibatasi hanya pada perihal adanya gugatan action

paulina dalam putusan nomor 07/Pdt.Sus-Actio Pauliana/2015/

Pengadilan.Niaga. yang dikuatkan dengan putusan kasasi nomor 15

K/Pdt.Sus-Pailit/2016 untuk menjamin boedel pailit dalam mencegah

maupun menangani segala tindakan debitur pailit yang sekiranya

merugikan kreditor.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah

dijabarkan sebelumnya yaitu adanya pembatalan tindakan fraudulent

transfer yang dilakukan oleh debitor pailit melalui actio paulina, maka

dibuat perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

a. Bagaimana pertimbangan Hakim pada perkara nomor 15 K/Pdt.Sus-

Pailit/2016 dalam menjamin hak-hak Kreditor dari tindakan

fraudulent transfer ?

b. Bagaimana akibat hukum atas putusan mahkamah agung nomor 15

K/Pdt.Sus-Pailit/2016 terhadap seluruh boedel pailit yang telah

dipindahtangankan oleh debitor pailit ?

Page 20: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

7  

  

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menjelaskan hukum kepailitan di Indonesia dalam memberikan

perlindungan hukum hak-hak Kreditor melalui jalur actio paulina atas

tindakan debitor pailit yang melakukan fraudulent transfer boedel

pailit.

Berdasarkan tujuan umum tersebut, secara khusus penelitian ini

bertujuan :

a. Untuk memahami pertimbangan Hakim dalam memutus gugatan

action paulina guna menjamin hak-hak Kreditor pada seluruh

boedel pailit dari tindakan fraudulent transfer.

b. Untuk memahami akibat hukum atas boedel pailit yang telah

dipindahtangankan oleh debitor pailit.

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa hal yang

merupakan manfaat dari studi ini diantaranya :

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan sebisa mungkin

memperkaya dan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam

bidang hukum sehingga dapat menjadi sumbangan pemikiran

dalam pengembangan dalam ilmu hukum pada umumnya dan

hukum persaingan usaha pada khususnya.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat berguna bagi

masyarakat perihal perilaku fraudulent transfer sebagai salah satu

perilaku debitor pailit yang lari dari tanggung jawabnya dalam

melaksanakan kewajiban pembayaran utang terhadap Kreditor.

Page 21: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

8  

  

D. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu;

sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak

adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.

1. Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

library research (studi kepustakaan) dengan metode penelitian yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian hukum yang

dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai peraturan

perundang-undangan dibidang hukum kekayaan intelektual khususnya

dibidang Hukum Kepailitan. Metode berpikir yang digunakan adalah

metode berpikir deduktif (cara berpikir dalam penarikan kesimpulan yang

ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia

benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus).

2. Jenis Penelitian

Sehubungan dengan penelitian dalam skripsi ini merupakan penilitian

normatif maka Peneliti menggunakan pendekatan undang-undang (statute

approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach). Pendekatan

perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan yang

berkaitan dengan Kepailitan. Pendekatan konsep (conceptual approach)

digunakan untuk memahami konsep-konsep tentang pengertian actio

paulina pada hukum kepailitan, pengertian fraudulent transfer, mekanisme

actio paulina dan akibat hukum dari putusan yang berasal dari gugatan actio

paulina. Dengan didapatkan konsep yang jelas maka diharapkan penormaan

Page 22: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

9  

  

dalam aturan hukum ke depan tidak lagi terjadi pemahaman yang kabur dan

ambigu.

3. Sumber Data

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritati artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer

meliputi perundangan-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim.6

Dalam penelitian ini yang termasuk dalam bahan hukum primer antara

lain:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang;

3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas;

4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman;

5) Putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor : 07/ Pdt.Sus-Actio

Pauliana/ 2015/ Pengadilan.Niaga.Mdn;

6) Putusan Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus-pailit/2016;

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, yaitu: Yang termasuk dalam

bahan hukum skunder yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi7. Misalnya dapat berupa hasil

                                                            6 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : kencana, 2010), h. 14 7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Kencana, 2005), h. 141

Page 23: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

10  

  

karya dari kalangan hukum, penelusuran internet, majalah, surat kabar

dan sebagainya.

c. Bahan Non-Hukum

Bahan non-hukum merupakan bahan diluar bahan primer dan

bahan skunder yang dipandang perlu. Bahan non-hukum dapat berupa

buku-buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat,

kebudayaan, kamus hukum, kamus bahasa inggris. atau laporan-

laporan penelitian noon-hukum sepanjang mempunyai relevansi dengan

topik penelitian8. Bahan-bahan non-hukum tersebut dimaksudkan untuk

memperkaya dan memperluas wawasan peneliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu studi

kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari referensi untuk

mendukung materi penelitian ini melalui berbagai literature seperti buku,

bahan ajar perkuliahan, artikel, jurnal, skripsi, tesis dan Undang-Undang di

berbagai perpustakaan umum dan universitas.

Data yang dikumpulkan akan dianalisa secara kualitatif yang berarti

bahwa data bersangkutan yang dikumpulkan terkait dengan objek penelitian

ini akan dihimpun, diolah, dan dianalisa lalu akan dikonstruksikan.

5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun bahan hukum seperti bahan hukum primer, bahan hukum

skunder dan bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa

                                                             

 

Page 24: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

11  

  

sehingga dapat ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk

menjawab semua permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan

masalah.

Mengenai cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif

yakni dengan menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat

umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi. Selanjutnya setelah

bahan hukum diolah dan dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut

yang akhirnya dapat menjawab permasalahan mengenai Penerapan actio

paulina dalam menjamin boedel pailit atas tindakan fraudulent transfer 

yang dilakukan debitor pailit.

6. Metode Penulisan

Acuan metode penulisan yang peneliti rujuk mengacu kepada “Petunjuk

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2017” berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang

sudah ditentukan oleh fakultas.

E. Sistematika Penulisan

Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub-bab sesuai pembahasan

dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan, Pada bab ini menguraikan tentang

Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review) Kajian

Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metodologi Penelitian,

Sistematika Penulisan yang berkenaan dengan permasalahan

yang akan dibahas dalam skripsi ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Merupakan bab kajian pustaka mengenai teori dan membahas

beberapa aspek diantaranya definisi Kepailitan, definisi Pailit,

Page 25: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

12  

  

definisi actio paulina, definisi fraudulent transfer, mekanisme

pengajuan actio paulina yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang dan aturan terkait. Pada bab ini

juga dibahas review studi terdahulu yang relevan yang fokus

pembahasannya mendeskripsikan persamaan dan studi-studi

dengan studi yang akan dilakukan

BAB III DATA PENELITIAN

Merupakan bab penyajian data dan penelitian secara deskriptif

dimana data yang dimaksud adalah Putusan Mahkamah Agung

Nomor 15 K/Pdt.Sus pailit/2016 Juncto Putusan Pengadilan

Niaga Medan dengan putusan Nomor: 07/Pdt.sus-Actio

Paulina/2015/Pengadilan.Niaga.Mdn yang membahas mengenai

kasus, pertimbangan hukum hakim dan putusan terhadap

Marolop Tua Sagala selaku Kurator dengan PT. Heat

Exchangers Indonesia selaku Debitor pailit

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM MENGENAI

TINDAKAN FRAUDULENT TRANSFER YANG

DILAKUKAN DEBITOR PAILIT

Merupakan bab analisis permasalahan yang membahas dan

menjawab permasalahan pada penelitian ini diantaranya

menganalisis peran vital kurator dalam mempertahannkan hak-

hak Kreditor akibat tindakan fraudulent transfer yang dilakukan

oleh debitor pailit sebagaimana dalam perkara yang diputus

dalam putusan kasasi nomor Nomor 15 K/Pdt.Sus-pailit/2016

Juncto Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 07/ Pdt.Sus-

Actio Pauliana/ 2015/ Pengadilan.Niaga.Mdn

Page 26: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

13  

  

BAB V PENUTUP

Merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan

rekomendasi. Bab ini merupakan bab terakhir dalam sistematika

penuliasan skripsi yang pada akhirnya peneliti menarik

kesimpulan dari penelitian untuk menjawab rumusan masalah

dan beberapa saran yang coba diajukan peneliti.

Page 27: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

14  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA  

A. Kerangka Konseptual

1. Tinjauan Umum Kepailitan

a. Pengertian Kepailitan

Kepailitan secara apriori dianggap sebagai kegagalan yang

disebabkan karena kesalahan dari debitor dalam menjalankan usahanya

sehingga menyebabkan utang tidak mampu dibayar. Oleh karenanya

sering diidentikkan sebagai pengemplangan utang atau penggelapan

terhadap hal-hak yang seharusnya dibayarkan kepada Kreditor. Bahkan

Kartono mendeskripsikan bahwa kepailitan memang tidak

merendahkan martabatnya sebagai manusia, tapi apabila nantinya ia

berupaya untuk mendapatkan kredit, maka disitulah baru terasa baginya

sisi gelap sebagai orang yang pernah dinyatakan pailit.1 Dengan

perkataan lain, kepailitan memengaruhi “credietwaardigheid”-nya

dalam arti yang merugikan, ia akan sulit mendapatkan kredit. Lebih

lanjut bahkan Munir Fuady mengatakan bahwa kepailitan bukan hanya

dianggap sebagai sarana penagih utang, namun dianggap sebagai

“monster” yang seolah-olah siap menghisap darah debitor yang nakal

maupun yang jujur.2

Kepailitan sendiri diambil dari kata “pailit” yang merupakan

suatu keadaan dimana debitor tidak mampu Untuk melakukan

pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para krediornya.

                                                            1 Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran, (Jakarta: Pradnya Paramita,

1982), h. 42.

2 Munir Fuady, Hukum pailit 1998: dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), h. 2.

Page 28: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

15  

Keadaan tidak mampu membayar lazimnya disebabkan karena kesulitan

kondisi keungan (financial distress) dari usaha debitor yang tengah

mengalami kemunduran. Sedangkan Kepailitan merupakan putusan

Pengadilan yang mengakibatkan sita umum atas seluruh kekayaan

debitor pailit, baik harta yang telah ada saat ini maupun yang akan ada

dikemudian hari.3 Hal ini pun selaras dengan rumusan pengertian

Kepailitan yang dicantumkan dalam Pasal 1 angka 1 yang mengatakan

bahwa Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit

yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah

pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini.

Adapun Kepailitan dalam kepustakaan Black’s law dictionary

menyatakan “Bankrupt is the state or condition of one who is unable to

pay his debts as they are, or become, due.4

Pembicaraan makna kepailitan diatas tentu pula tak terlepas dari

sisi yuridis kepailitan yang pondasi dasarnya diatur dalam Pasal 1131

KUH Perdata yang berbunya :

“segala kebendaan siberutang, baik yang bergerak maupun

yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang ada dikemudian

hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan”

Secara gramatikal tentu rumusan Pasal tersebut memberikan

gambaran akan adanya tanggung jawab yang dimiliki oleh debitor yang

muncul dari perikatan dirinya dengan kreditor. Harta yang dimiliki oleh

debitor baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, yang saat ini ada

                                                            3 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan, (Jakarta:

PT Kencana Prenada Media Group, 2015), Cet.5, h. 1. 

4  Henry Campbell Black. Black’s law dictionary, (West Publishing Co.,St. Paul Minnesota, 1979), h. 134.

Page 29: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

16  

maupun yang ada dikemudian hari menjadi jaminan untuk Perikatan

tersebut. Dengan seperti itu maka Debitor harus menyadari pula bahwa

bila kewajibannya membayar utang tidak dituntaskan sebagaimana

mestinya maka tinggal menghitung hari saja harta debitor seluruhnya

akan disita melalui jalur kepailitan.

Disitanya harta debitor pailit Setelah dinyatakan pailit oleh

Pengadilan maka pengurusan dan pemberesan harta debitor pailit

diserahkan kepada Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas

sebagai mitra kerja Kurator agar pemberesan harta tersebut dapat

dibagikan secara proporsional sesuai dengan asas umum kepailitan

yakni pari posu pro rata parte.

b. Asas-Asas dalam Hukum Kepailitan

Asas atau prinsip merupakan ratio legis dari adanya norma

hukum. Satjipto Raharjo menyatakan bahwa asas hukum merupakan

jantungnya peraturan hukum dan ia merupakan landasan yang paling

luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, yang berarti bahwa

peraturan-peraturan itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-

asas tersebut.5 Asas hukum sangat diperlukan sebagai dasar

pembentukan aturan hukum sekaligus sebagai dasar dalam

memecahkan persoalan hukum manakala aturan hukum yang ada tidak

tersedia. Dalam Hukum Kepailitan sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang setidaknya telah memiiliki Asas umum

Kepailitan, yang diantaranya :6

                                                            5 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni, 1986), h. 85. 

6 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan …, Cet.5, h. 1. 

Page 30: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

17  

1) Asas Paritas Creditorium

Paritas Creditorium (Kesetaraan kedudukan para

kreditor) menentukan bahwa para Kreditor mempunyai hak

yang sama terhadap semua harta benda debitor. Asas ini

mengandung makna bahwa semua kekayaan Debitor baik

bergerak maupun yang tidak bergerak, yang saat ini ada maupun

yang dikemudian hari ada akan terikat kepada penyelesaian

kewajiban Debitor. Filosofi Paritas Creditorium berangkat dari

peristiwa ketidakadilan jika debitor memiliki harta benda

sementara utang debitor tidak terbayarkan. Oleh karenanya

hukum memberikan jaminan umum bahwa harta kekayaan

debitor demi hukum menjadi jaminan terhadap utang-utangnya

meskipun harta Debitor tersebut tidak ada kaitannya secara

langsung terhadap utang-utangnya. Namun demikian, asas ini

kendatipun merupakan reaksi dari ketidakadilan tersebut, jika

diterapkan secara berdiri sendiri maka akan menimbulkan

ketidakadlian berikutnya.

Karena asas paritas creditorium menganggap para

kreditor berkedudukan sama dengan kreditor lainnya sehingga

tidak membedakan sama sekali. Tentu hal ini akan

menimbulkan ketidakadilan berikutnya mengingat dalam

praktiknya ada kreditor yang memiliki piutang yang besar dan

ada pula kreditor yang memiliki piutan kecil. Maka asas ini

harus dipasangkan dengan asas lain dalam hukum kepailitan

yaitu asas pari posu pro rata parte dan asas structured creditors.

2) Asas Pari Posu Pro Rata Parte

Jika asas Paritas Creditorium bertujuan untuk

memberikan keadilan bagi semua Kreditor tanpa pembedaan

Page 31: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

18  

kondisinya terhadap harta kekayaan Debitor kendatipun harta

kekayaan tersebut tidak berkaitan langsung dengan transaksi

yang dilakukannya, maka asas pari posu pro rata parte

memberikan keadilan kepada kreditor dengan konsep keadilan

proporsional dimana kreditor yang memiliki utang yang lebih

besar, maka akan mendapatkan porsi pembayaran lebih besar

pula dari pada kreditor yang memiliki piutang lebih kecil.

Artinya asas ini menunjukkan bahwa segala harta kekayaan

Debitor itu sebagai jaminan akan kewajiban untuk membayar

utang-utangnya kepada para kreditor dengan sama rata, kecuali

jika antara para kreditor itu ada yang menuru undang-undang

harus didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya.

3) Asas Structured Creditors

Pelaksanaan hukum dengan mempergunakan asas paritas

creditorium yang digandengkan dengan asas pari posu pro rata

parte dalam realitasnya ternyata juga bukan tanpa kelemahan.

Kedua asas tersebut masih menafikkan adanya kreditor yang

memiliki hak atas jaminan kebendaan harta kekayaan debitor

serta kreditor yang juga memiliki hak preferensi. Jika pada

akhirnya disamakan kedudukannya maka adanya lembaga

hukum jaminan menjadi tidak bermakna lagi. Bentuk

ketidakadilan lanjutan inilah yang pada akhirnya melahirkan

asas structured creditors guna melindungi para kreditor yang

memiliki jaminan atas kebendaan debitor dan juga kreditor yang

memiliki hak preferensi. Adapun asas ini adalah asas yang

mengklasifikasikan dan mengelompokkan berbagai macam

kreditor sesuai dengan kelasnya masing-masing, yaitu :

Page 32: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

19  

(1) Kreditor separatis;

(2) Kreditor preferen;

(3) Kreditor konkuren.

Dalam hukum kepailitan kreditor preferen menurut

undang-undang harus didahulukan pembayaran piutangnya,

seperti pemegang hak privilege, pemegang hak retensi dan lain

sebagainya. Sedangkan kreditor separatis adalah kreditor yang

memiliki jaminan kebendaan. Lain hal dengan kreditor

konkuren, kreditor ini hanya diklasifikasikan sebagai kreditor

biasa yang biasanya mendapatkan porsi akhir atas harta debitor

pailit.

4) Asas Utang

Tanpa adanya utang esensi kepailitan menjadi tidak ada

karena kepailitan adalah pranata hukum untuk melakukan

likuidasi aset debitor untuk membayar utang-utangnya kepada

para kreditor, karenanya M. hadi shubhan mengatakan bahwa

utang merupakan raison d’etre dari suatu kepailitan. utang

menjadi dasar utama untuk mempailitkan subjek hukum

sehingga sangat penting sekali untuk dikaji lebih lajut prinsip

mendasar utang. Utang dalam kepailitan di Amerika disebutkan

sebagai claim. Claim diartikan oleh Robert L. Jordan sebagai:

(1) Right to payment, whether or not such right is reduced to

judgement, liquidated, unliquidaited, fixed, contingent,

matured, unmatured, disputed, undisputed, legal,

equitable, secure or unsecured; or

(2) Right to an equitable remedy for breach of performance if

such breach gives rise to a right to payment, whether or

not such right to an equitable remedy is reduced to

Page 33: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

20  

judgement, fixed, contingent, matured, unmatured,

disputed, undisputed, secured or unsecured.7

Ada perbedaan mendasar menurut Ned Waxman antara claim

dengan debt, sebagaimana Robert L. Jordan kemukakan diatas,

“Clain is a right to payment, even if it is unliquidated,

unmatured, disputed, or contingent. It also includes the right to

an equitable remedy for breach of performance if such breach

gives rise to right to payment.

Begitu pula dengan Sutan Remy Sjahdeiny yang

mengatakan claim dalam Bankruptcy Code Amerika

mengharuskan adanya right to payment, dengan demikian

apabila kewajiban debitor tidak menimbulkan suatu right to

payment maka kewajiban debitor tidak dapat digolongkan

sebagai claim.8 Right to payment mengindikasikan adanya hak

kepada kreditor agar utangnya dibayarkan. Pada konsep utang

di Indonesia, dalam hal seseorang karena perbuatannya atau

tidak melakukan sesuatu yang mengakibatkan bahwa ia

mempunyai kwajiban membayar ganti rugi, memberikan

sesuatu atau tidak memberikan sesuatu, maka pada saat itu juga

ia mempunya utang, mempunyai kewajiban melakukan prestasi.

Sehingga dapat dikatakan utang sama dengan prestasi menurut

Fred B.G Tumbuan.9

                                                            7 Ned Waxman, “Bankruptcy”, (1992), dalam Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan:

Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2015), h. 34.

8 Sutan Remy Sjahdeiny,Hukum Kepailitan: Memahami Faillissementsverordening juncto Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998, (Jakarta: Grafiti, 2002), h. 105.

9 Sutan Remy Sjahdeiny,Hukum Kepailitan: Memahami Faillissementsverordening juncto Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 …, h. 106. 

Page 34: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

21  

5) Asas Debt Collection

Debt collection mempunyai makna sebagai konsep

pembalasan dari kreditor terhadap debitor pailit. Pada hukum

kepailitan asas ini dipergunakan sebagai mekanisme pemaksaan

dan pemerasan melalui likuidasi aset. Lebih lanjut emmy

mengatakan bahwa hukum kepailitan dibutuhkan sebagai

collective proceeding, artinya tanpa adanya hukum kepailitan

masing-masing kreditor akan berlomba-lomba secara sendiri-

sendiri mengklaim aset debitor untuk kepentingannya.10 Oleh

karena itu hukum kepailitan dapat memberikan suatu

mekanisme dimana para kreditor dapat bersama-sama

menentukan apakah sebaiknya perusahaan debitor diteruskan

kelanjutan usahanya atau tidak. Sehingga dengan adanya asas

ini menekankan kembali fungsi adanya hukum kepailitan

sebagai sarana pemaksa untuk mewujudkan hak-hak Kreditor

melalui likuidasi aset debitor dengan bersama-sama dengan para

kreditor lainnya.

6) Asas Debt Pooling

Asas ini mengatur bagaimana harta kekayaan debitor

pailit harus dibagi diantara para kreditornya. Dalam melakukan

pendistribusian aset tersebut, sudah barang tentu kurator akan

berpegang pada prinsip paritas creditorium dan prinsip pari

posu pro rata parte, serta pembagian berdasarkan jenis masing-

masing kreditor (structured credtors). Debt pooling mencakup

pula pengaturan dalam sistem kepailitan terutama berkaitan

                                                            10  Sutan Remy Sjahdeiny,Hukum Kepailitan: Memahami Faillissementsverordening

juncto Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 …, h. 109. 

Page 35: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

22  

dengan bagaimana aset debitor pailit dibagikan ke para

kreditornya. Penjabaran sistem ini akan berkaitan dengan

kelembagaan yang terlihat dalam proses kepailitan mulai dari

lembaga peradilan, hukum acara yang digunakan, serta

terdapatnya hakim pengawas dan kurator dalam pelaksanaan

kepalitan.

7) Asas Debt Forgiveness

Debt forgiveness mengartikan bahwa kepailitan bukan

hanya sebagai alat memaksa debitor untuk melunasi utangnya

kepada para kreditor, namun lebih jauh dari itu kepailitan juga

bisa bermakna sebaliknya, yaitu sebagai sarana hukum yang

dapat digunakan untuk meringankan beban debitor yang sedang

mengalami kesulitan kondisi keungan dengan agreement antara

dirinya dengan para kreditornya. Dalam praktiknya dari asas ini

adalah diberikannya moratorium terhadap debitor atau yang

biasa dikenal sebagai penundaan kewajiban pembayaran utang

untuk jangka waktu yang akan ditentukan. Diberkkannya fresh-

starting bagi debitor memungkinkan untuk melakukan kembali

usahanya agar dapat kembali mendapatkan kondisi keuangan

yang sehat. Bahkan Gross mengungkapkan pengampunan

sebagai solusi terhadap utang-utang debitor yang tak

terbayarkan, “the solution to the problem of non-paying debtors

is forgiveness. The freshstart is how society (through the

bankruptcy system) mandates that creditors and other members

of society forgive nonpaying debtors.11

                                                            11 Karen Gross, Failure and Forgiveness: Rebalancing the Bankruptcy System, (New

Heaven: Yale University Press, 1997), h. 244.

Page 36: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

23  

c. Syarat-Syarat Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit

Akar yang menjadi penopang sebagai regulasi untuk Pengajuan

permohonan pernyataan pailit dapat kita temui dalam rumusan Pasal 2

Ayat (1) UU Kepailitan yang menyatakan :

“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak

membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan

dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik

atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau

lebih kreditornya.”

Setidaknya jika dibaca secara gramatikal dari ketentuan norma diatas

dapat kita temukan segala persyaratan untuk mengajukan permohonan

pailit ke Pengadilan, seperti:

1) Syarat adanya dua Kreditor atau lebih (Concurcus Creditorium)

Adanya syarat ini dipandang sebagai satu langkah untuk

bisa melindungi debitor akan adanya kreditor yang hanya

berniat untuk menjatuhkan debitor melalui arena kepailitan.

Debitor yang ingin dinyatakan pailit harus dipastikan terlebih

dahulu bahwa ia memiliki setidaknya dua kreditor. Syarat

mutlak ini harus dipenuhi sebab jika debitor hanya memiliki satu

kreditor, maka otomatis seluruh aset debitor menjadi jaminan

atas pelunasan utang tersebut dan tidak diperlukan pembagian

secara pari posu pro rata parte.

2) Harus ada Utang

Syarat ini sebetulnya mengingatkan kita kembali atas

adanya asas utang sebagaimana diuraikan diatas. Bentuk

pengejawantahan asas utang sebagai salah satu syarat untuk

mengajukan permohonan pailit merupakan syarat yang harus

dipenuhi dan harus juga dibuktikan di Pengadilan. Pada

mulanya menurut Jono frasa “utang” dalam dunia hukum

Page 37: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

24  

kepailitan menjadi multitafsir12 tatkala dulu didalam Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan tidak ada

definisinya. Apakah makna “utang” hanya terbatas pada utang

yang lahir dari perjanjian utang piutang atau perjanjian pinjam-

meminjam ataukah “utang” merupakan suatu prestasi ?. akan

tetapi hal itu pun sudah terjawab dengan hadirnya Pasal 1 butir

6 UU Kepailitan yang menyatakan :

“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan

dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun

mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul

di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian

atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan

bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk

mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.”

Sehingga adanya Pasal tersebut pemaknaan frasa

“utang” secara luas terjabarkan, yang intinya tidak hanya

meliputi utang yang timbul dari perjanjian utang-piutang tetapi

juga utang yang timbul karena undang-undang atau perjanjian

yang bisa dinilai dengan uang.

3) Cukup Satu Utang yang Telah Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih

Disejajarkan dengan syarat pertama diatas dan

disandingkan dengan syarat ini maka mengandung pengertian

untuk dapat meminta permohonan pailit cukup hanya dengan

menggunakan 2 kreditor dengan catatan diantara salah satunya

utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Suatu utang

dikatakan jatuh dan harus diayar jika utang tersebut sudah

waktunya untuk dibayar, terhadap istilah “jatuh waktu” dan

                                                            12 Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.10

Page 38: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

25  

“dapat ditagih”, Sutan Remi Sjahdeni berpendapat bahwa kedua

istilah itu berbeda pengertian dan kejadiannya. Suatu utang

dapat saja telah dapat ditagih tetapi belum jatuh waktu.

Utang yang telah jatuh waktu maka dengan sendirinya

menjadi utang yang dapat ditagih, namun utang yang telah dapat

ditagih belum tentu merupakan utang yang jatuh waktu.13 Utang

hanyalah jatuh waktu bila menurut perjanjian utang-piutang

telah sampai jadwal waktunya untuk dilunasi.

d. Pihak-Pihak yang Dapat Mengajukan Kepailitan

Tertuang dalam Pasal 2 Ayat (1), (2), (3), (4), (5) UU Kepailitan

menunjukkan bahwa pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit

bagi seorang debitor adalah :

1) Debitor yang bersangkutan;

2) Kreditor atau para Kreditor;

3) Kejaksaan untuk kepentingan umum;

4) Bank Indonesia apabila Debitornya adalah bank;

5) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dalam hal

Debitornya adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring

dan penjamin, lembaga penyimpanan dan penyelesaian; dan

6) Menteri Keuangan dalam hal Debitornya adalah perusahaan

asuransi, perusahaan reasuransi, dana pension, atau Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang

kepentingan publik.

                                                            13 Sutan Remy Sjahdeiny, Hukum Kepailitan: Memahami Faillissementsverordening

..., h. 64.

Page 39: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

26  

e. Pengertian Debitor, Debitor Pailit dan Kreditor

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

yang dimaksud dengan Debitor sebagai berikut:

“Orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-

undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka Pengadilan.”

Sedangkan dalam KUHperdata tidak memakai istilah “debitor

maupun “kreditor” melainkan si berutang dan si berpiutang. Menurut

Pasal 1235 dihubungkan dengan Pasal 1234 dan Pasal 1239

KUHperdata, bahwa si berutang adalah pihak yang wajib memberikan,

berbuat atau tidak berbuat sesuatu berkenaan dengan perikatannya, baik

perikatan itu timbul karena perjanjian maupun karena undang-undang.

Sedangkan subjek hukum dikatakan sebagai Debitor pailit manakalah

ia adalah orang yang berutang dan diputus pailit oleh Pengadilan Niaga

sebagai lembaga yang berwenang untuk memutskan hal itu.14

Sementara itu yang dimaksud dengan Kreditor dalam Pasal 1

angka 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebagai berikut:

“Orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau

undang-undang yang dapat ditagih di muka Pengadilan.”

f. Akibat Kepailitan

1) Akibat Kepailitan terhadap diri dan hartanya

Debitor pailit demi hukum kehilangan haknya untuk

mengurus (daden van behooren) dan melakukan perbuatan

                                                            14 Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016, h. 206.

Page 40: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

27  

kepemilikan (daden van beschikking) atas harta kekayaanya

yang termasuk dalam kepailitan. Debitor pailit hanya hilang hak

untuk menguasi hak kebendaanya tersebut dan tidak kehilangan

hak-hak keperdataan lainnya. Pada dasarnya putusan kepailitan

serta merta dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap

putusan tersebut masih ada upaya hukum yang dilayangkan

lebih lanjut. Sehingga segala akibat pailitpun otomatis berlaku

kendatipun sedang ditempuh upaya hukum. Kurator yang

didampingi Hakim pengawas dapat langsung menjalankan

fungsinya untuk melakukan likuidasi aset Debitor pailit.

Jikalaupun kelak putusan pailit dibatalkan karena adanya upaya

hukum, maka perbuatan yang telah dilakukan oleh Kurator

sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan

adanya putusan pembatalan tesebut tetap sah dan mengikat bagi

debitor.

Hal ini merupakan Ratio Legis yang menurut M. Hadi

Shubhan hukum kepailitan adalah sebagai alat untuk

mempercepat likuidasi aset debitor pailit untuk digunakan

membayar utang-utangnya, sehingga implikasi negatif berupa

kerugian tidak akan dialami oleh Kurator maupun debitor pailit

karena utang-utangnya telah sebagian atau seluruhnya

terbayarkan.15

2) Perikatan yang Muncul Setelah Adanya Kepalitan

Sesudah Debitor dinyatakan pailit kemudian timbul

perikatan, maka perikatan debitor tersebut tidak dapat dibayar

                                                            15 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan …, Cet.5, h. 163.

Page 41: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

28  

dari harta pailit.16 Jika ketentuan ini dilanggar oleh si pailit,

maka perbuatannya tidak mengikat kekayaannya tersebut,

kecuali perikatan tersebut mendatangkan keuntungan terhadap

harta pailit. Ketentuan ini sering disusupi dengan membuat

perikatan dengan krediotr fiktif untuk kepentingan debitor pailit.

Disamping itu pula, utang dalam kepailitan harus dibedakan

menjadi utang pailit, utang yang tidak dapat diverifikasi dan

utang harta/boedel pailit. Menurut Marjan E. Pane,17 Kurator

harus mengelompokan atas utang Debitor pailit menjadi:

(1) Utang pailit; yaitu utang yang telah ada pada waktu

diputusnya kepailitan termasuk utang yang dijamin

dengan agunan

(2) Utang yang tidak dapat diverifikasi; yaitu utang yang

timbul setelah putusan kepailitan dan karenanya tidak

dapat dikelompokkan dalam utang pailit, tetap

mempunyai hak tagih namun kedudukannya

terbelakang dari utang pailit

(3) Utang harta/boedel pailit; yaitu utang yang timbul

setelah keputusan pailit. Utang ini dibuat dengan tujuan

untuk memperlancar proses pengurusan dan pembersan

harta pailit. Utang ini akan dilunasi dari harta pailit

tanpa perlu diverifikasi dan mempunyai kedudukan

didahulukan atas utang pailit.

                                                            16Man. S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang, (Bandung: PT. Alumni, 2010), h. 109. 

17 Marjan E. Pane, “Inventarisasi dan Verifikasi dalam Rangka Pemberesan Harta Pailit dalam Pelaksanaanya”, dalam Emmy Yuhassarie, ed., Undang-Undang Kepailitan dan Perkembangannya, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2005), h. 280.

Page 42: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

29  

3) Akibat Kepailitan Terhadap Pekerja

Pekerja yang bekerja pada Debitor pailit dapat

memutuskan hubungan kerja, begitupun sebaliknya Kurator pun

dapat memberhentikannya dengan memerhatikan jangka waktu

menurut persetujuan atau ketentuan perundang-undangan yang

berlaku. M. Hadi Shubhan berpendapat ketentuan tersebut tidak

harmonis dengan hukum ketenagakerjaan yang ada. Ketentuan

dalam UU Kepailitan tidak menjabarkan secara komprehensif

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). UU kepailitan tidak

membedakan PHK demi hukum, PHK dari pengusaha, dan PHK

dari buruh, sehingga menimbulkan kerancuan dalam praktiknya

karena konsekuensi yuridis pada PHK tersebut masing-masing

berbeda.18

Misalnya pekerja yang mengundurkan diri dengan

pekerja yang di PHK karena perusahaan dinyatakan pailit akan

berbeda hak-hak yang akan didapat. Dalam hal pekerja

mengundurkan diri entah perusahaan pailit ataupun tidak, maka

tidak perlu meminta penetapan lembaga penyelesaian

perselisihan perburuhan serta tidak mendapatkan pesangon.

Sedangkan jika pekerja di PHK dengan alasan perusahaan pailit,

maka disamping perlu penetapan dari lembaga yang berwenang

pekerja juga memperoleh uang pesangon, penghargaan, dan

hak-hak lainnya. Ditegaskan pula dalam Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 67/PUU-XI/2013 bahwa pembayaran upah

pekerja harus didahulukan atas semua jenis kreditor termasuk

atas kreditor separatis, bahkan juga terhadap tagihan hak negara.

                                                            18 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan …, Cet.5, h. 171. 

Page 43: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

30  

2. Tinjauan Umum Kurator

a. Pengangkatan, Penggantian dan Pemberhentian Kurator

Berangkat dari Pasal 15 Ayat (1) UU Kepailitan, dapat diketahui

bahwa pengangkatan kurator adalah wewenang hakim Pengadilan

Niaga. Pihak debitor, kreditor atau pihak yang lain (BAPPEPAM,

Menteri Keuangan, Kejaksaan, Bank Indonesia) hanya mempunyai hak

untuk mengajukann usul pengangkatan kurator kepada Pengadilan

Niaga. Bila pihak debitor, kreditor atau pihak lain tidak mengajukan

usulan mengenai pengangkatan kurator, maka secara otomatis Balai

Harta Peninggalan (BHP) diangkat sebagai kurator. Pengangkatan

kurator didasarkan pada putusan pernyataan pailit, dalam artian bahwa

dalam pernyataan pailit harus pula dinyatakan adanya pengangkatan

kurator.

Lebih lanjut dalam Pasal 71 Ayat (1) UU Kepailitan menjelaskan bahwa

Pengadilan setiap waktu dapat mengabulkan usul penggantian kurator,

setelah memanggil dan mendengar kurator dan mengangkat kurator lain

dan/atau mengangkat kurator tambahan atas:

1) Permohonan kurator sendiri;

2) Permohonan kurator lainnya (jika ada);

3) Usul hakim pengawas; atau

4) Permintaan debitor pailit.

Ini berarti keputusan untuk mengganti dan mengangkat lagi kurator atas

permohonan kurator sendiri/kurator lain/hakim pengawas/ debitor pailit

adalah diskresi hakim.19 Hakim berwenang untuk mengangkat atau

tidak mengangkat atau mengganti atau tidak mengganti kurator tersebut.

                                                            19 Jono, Hukum Kepailitan …, h.142.

Page 44: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

31  

Lain hal dalam permasalahan pemberhentian kurator, dalam

Pasal 71 Ayat (2) UU Kepailitan mengatakan bahwa pengadilan harus

memberhentikan atau mengangkat kuraot atas permohonan atau usul

kreditor konkuren berdasarkan putusan rapat kreditor, dengan

persyaratan putusan tersebut diambil berdasarkan persetujuan suara

lebih dari ½ jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang

mewakili lebih dari ½ jumlah piutang kreditor konkuren. Ini artinya

dalam hal pemberhentian hakim memiliki kewajiban mutlak untuk

memberhentikan atau mengangkat kurator atas permohonan kreditor

konkuren dengan putusan rapat tersebut.

b. Tugas Kurator

Tugas umum dan utama dari Kurator adalah melakukan

pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit. Disamping tugas utama

tersebut, kurator ternyata memiliki beberapa kewajiban yang

diamanahkan dalam UU Kepailitan, diantaranya:

1) Dalam jangka waktu paling lambat 5 hari setelah tanggal putusan

pernyataan pailit diterima oleh kurator, kurator wajib

mengumumkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia dan

paling sedikit dua surat kabar harian yang ditetapkan oleh hakim

pengawas (Pasal 15 Ayat (4) UU Kepailitan)

2) Kurator wajib mengumumkan putusan kasasi atau peninjauan

kembali yang membatalkan putusan pailit dalam Berita Negara

RI dan paling sedikit dalam dua surat kabar harian (Pasal 17

Ayat (1) UU Kepailitan)

3) Kurator wahub memanggil semua kreditor yang mempunyai hak

suara dengan surat tercatat atau melalui kurir, dan dengan iklan

paling sedkit dalam dua surat kabar harian untuk menghadiri

rapat (Pasal 90 Ayat (4) UU Kepailitan)

Page 45: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

32  

4) Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat dua

hari setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai

kurator. (Pasal 100 Ayat (1) dan (2) UU Kepailitan)

5) Kurator wajib memberikan pertanggungjawaban mengenai

pengurusan dan pemberesan yang telah dilakukan kepada Hakim

Pengawas paling lama 30 hari setelah berakhirnya kepailitan

(Pasal 202 Ayat (3) UU Kepailitan).

c. Wewenang Kurator

Dalam hukum Publik, pengertian wewenang sebagai kekuasan

yuridis dari suatu jabatan. Karena sifat jabatan terletak dalam hukum

publik, ia melahirkan kewenangan publik.20 Kekuasaan yang terletak

dibidang publik disebut kewenangan, sedangkan dibidang perdata

disebut kecakapan. Korelatif dari kekuasaan adalah

pertanggungjawaban atau kekurangan yang ada (liability).21 Wewenang

kurator merupakan hak dalam arti kekuasaan yang diberikan oleh

Undang-Undang yang diberikan kepadanya. Wewenang kurator terkait

dengan hukum kepailitan memiliki tugas pokok yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dalam kaitannya dengan

tugas pokoknya, antara lain sebagai berikut:

1) Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam

rangka meningkatkan nilai harta pailit. Jika dalam melakukan

pinjaman, kurator perlu membebani harta pailit dengan lembaga

jaminan (gadai, hipotek, fidusia, hak tanggungan, atau hak

                                                            20 Jono, Hukum Kepailitan …, h.147.

21 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum …, h. 58. 

Page 46: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

33  

agunan atas kebendaan lainnya), maka kurator harus mendapat

persetujuan hakim pengawas terlebih dahulu.

2) Dapat mengalihkan harta pailit sejauh diperlukan untuk menutup

biaya kepailitan atau apabila penahananya akan mengakibatkan

kerugian pada harta pailit.

3) Dengan persetujuan dari hakim pengawas, kurator dapat

mengajukan gugatan lain lain (seperti actio paulina),

meneruskan perkara yang sedang berlangsung, ataupun

menyanggah gugatan yang diajukan atau yang sedang

berlangsung.

4) Dapat meminta penyegelan harta pailit kepada pengadilan atas

dasar alasan untuk mengamankan harta pailit.

5) Kurator berwenang meminta pertanggungjawaban kreditor

separatis yang melaksanakan haknya atas hasil penjualan benda

yang menjadi agunan dan menyerahkan sisa hasil penjualan

setelah dikurangi jumlah utang, bunga, dan biaya kepada

kurator.

d. Tanggung Jawab Kurator

Seorang kurator memiliki tugas yang cukup berat, yaitu

melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. oleh karenanya

segala perbuatan hukum yang telah diperbuat oleh kurator dalam

melakukan tugasnya tidak dapat dipulihkan ke keadaan semula dan

mengikat terhadap semua pihak. Apalagi mengingat adanya Pasal 17

Ayat (2) UU Kepailitan dinyatakan secara tegas bahwa dalam hal

putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya kasasi atau

PK, maka segala perbuatan yang telah dilakukan kurator tetap sah dan

mengikat debitor. Setiap perbuatan kurator yang merugikan terhadap

harta pailit, baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kurator

Page 47: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

34  

maka kurator harus dapat bertanggung jawab, Jelas dalam Pasal 72 UU

Kepailitan:

“Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau

kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan/atau

pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.”

Ini berarti kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan

tidak dapat bertindak sewenang-wenang, karena bila merugikan harta

pailit, maka harta pribadi kurator turut bertanggung jawab atas

perbuatannya.22 Sebagai bentuk pertanggungjawabannya setiap 3 bulan

kurator harus menyampaikan laporan kepada hakim pengawas

mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya sebagaimana

dituangkan dalam Pasal 74 Ayat (1) UU Kepailitan.

3. Tinjauan Umum Perbuatan Fraudulent Transfer

Di Amerika Serikat tindakan Fraudulent transfer law awalnya disahkan

dalam Uniform Fraudulent Conveyance Act (UFCA), The bankruptcy

Code, dan the Uniform Fraudulent Transfer Act (UFTA).23 Yang dibuat

dengan tujuan untuk mencegah debitor melakukan manipulasi dengan cara

melakukan transfer harta kekayaan yang dilakukan debitor sebeum

pernyataan pailit sehingga mengurangi atau menghabiskan kekayaan

debitor.24 Lengkapnya pengertian dari fraudulent transfer tertera pada The

Bankruptcy Code Amerika Section 548 (a)(1) berbunyi :

                                                            22 Jono, Hukum Kepailitan …, h.151.

23 Douglas G. Baird & Thomas H. Jacson, Fraudulent Conveyance Law and its Proper Domain, 38 Vanderbilt Law Review 829 (1985), h.829.

24 Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan di Indonesia, (Yogyakarta: Total Media, 2008), h. 205.

Page 48: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

35  

“The trustee may avoid any transfer (including any transfer to or for

the benefit of an insider under an employment contract) of an interest of

the debtor in property, or any obligation (including any obligation to or

for the benefit of an insider under an employment contract) incurred by

the debtor, that was made or incurred on or within 2 years before the

date of the filing of the petition, if the debtor voluntarily or

involuntarily.”

Lebih lanjut dalam the Uniform Fraudulent Transfer Act (UFTA)

menjelaskan pula mengenai fraudulent transfer dalam section 4 (a)(1) yang

mengatakan :

“A transfer is fraudulent (whether the creditor's claim arose before

or after the transfer was made) if the debtor made the transfer with actual

intent to hinder, delay, or defraud any creditor.”25

Dari definisi diatas memberikan gambaran bahwa fraudulent transfer

terjadi ketika debitor menjual harta kekayaanya dengan harga rendah dan

dari hasil penjualan harta kekayaanya membuat debitor menjadi pailit, atau

jika debitor telah pailit ketika penjualan harta kekayaan yang tidak masuk

akal itu dilakukan oleh debitor. Hal ini terjadi karena debitor berniat untuk

menghalangi atau menunda pembayaran utangnya kepada kreditor.26

Adapun tujuan dibentuknya fraudulent transfer law adalah untuk mencegah

debitor menutupi atau menjual harta kekayaanya untuk menipu para

kreditornya, sehingga tidak merugikan para kreditor. maka bila debitor

melakukan perbuatan-perbuatan itu, maka dapat dibatalkan. Sayangnya

                                                            25 Uniform Fraudulent Transfer Act, artikel diakses pada tanggal 16 September 2018

dari http://www.fraudconference.com/uploadedFiles/Fraud_Conference/Content/Course-Materials/presentations/23rd/ppt/12G-David-Wall.pdf 

26 Sti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan di Indonesia …, h. 206. 

Page 49: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

36  

didalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

PKPU tidak secara terang membahas fraudulent transfer, namun hanya

membahas secara umum mengenai tindakan debitor yang merugikan para

kreditornya dapat digugat melalui gugatan actio paulina.

Pada sisi lain istilah fraudulent transfer serupa dengan transfer pricing,

yang sama-sama memindahtangankan aset dengan harga dibawah harga

wajar untuk suatu kepentingan tertentu, dimana jika dalam dunia

perpajakan maksud dari kepentingan tertentu tersebut adalah berupa

pengurangan nilai kena pajak. Menurut OECD (Organization for Economic

Co-operation and Development), Transfer Pricing adalah

“prices at which a company undertakes any transactions with

associated enterprises. When a company transfer good, intangible

property or services to a related company, the prices charged is defined

as a transfer price.”27

4. Tinjauan Umum Actio Pauliana

a. Pengertian Actio Paulina

Pada dasarnya actio paulina adalah legal recourse yang

diberikan kepada kurator untuk membatalkan tindakan-tindakan hukum

yang dilakukan debitor pailit sebelum penetapan pernyataan pailit

dijatuhkan28, yang mana untuk kepentingan D ebitor tersebut yang dapat

                                                            27 Rizqi Agustin Khoirinnisa, “Pengaruh Pajak, Profitabilitas, ukuran perusahaan dan

tunnelling incentive terhadap keputusan perencanaan pajak dengan transfer pricing (Studi empiris pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2009-2012).” (Skripsi S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif HidAyatullah Jakarta, 2014), h. 66

28 Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 90.

Page 50: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

37  

merugikan para Kreditornya.29 Pengajuan actio paulina dalam

kepailitan diajukan ke Pengadilan Niaga, Hal ini sesuai dengan Pasal 3

Ayat (1) UU Kepailitan yang menyatakan bahwa putusan atas

permohonan pailit dan hal lain lain diatur dalam undang-undang ini

diputuskan oleh pengadilan Niaga yang daerah hukumnya meliputi

daerah tempat kedudukan hukum debitor. Yang dimaksud frasa “hal-hal

lain” adalah antara lain actio paulina, perlawanan pihak ketiga teradap

penyitaan, maupun gugatan kurator terhadap direksi yang menyebabkan

perseorang dinyatakan pailit karena kelalaiannya atau kesalahannya.30

Hukum acara yang berlaku dalam mengadili perkara yang

termasuk “hal-hal lain” adalah sama dengan hukum acara perdata yang

berlaku bagi perkara permohonan pernyataan pailit, termasuk pula

mengenai pembatasan jangka waktu penyelesaian, upaya hukum, dan

keberlakuan putusannya yang bersifat serta-merta. Dalam sistem hukum

perdata dikenal ada 3 jenis actio paulina yakni:

1) Actio paulina (umum) sebagaimana diatur dalam Pasal 1341

KUH Perdata;

2) Actio paulina (waris) sebagaimana diatur dalam Pasal 1061

KUH Perdata; dan

3) Actio paulina dalam kepailitan, sebagaimana diatur dalam

Pasal 41 sampai 47 UU Kepailitan.

Asas Privity of Contract (asas personalia) yang terkandung dalam Pasal

1340 Ayat (1) KUHperdata yang mengatakan:

                                                            29 Tiga Syarat Gugatan Actio Paulina dalam Kepailitan, artikel diakses pada tanggal 9

September 2018 dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5376411a7aba8/tiga-syarat-gugatan-iactio-pauliana-i-dalam-kepailitan

30 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan …, Cet.5, h. 177. 

Page 51: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

38  

“suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang

membuatnya”.

Asas ini sesungguhnya tidak berlaku secara kaku, dalam arti masih ada

pengecualian. Pengecualian inilah yang terlihat dalam Pasal 1341 yang

menjadi dasar actio paulina yang berbunyi:

“Meskipun demikian, tiap orang berpiutang boleh mengajukan

batalnya segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan

oleh si berutang dengan nama apapun juga, yang merugikan

orang-orang berpiutang…..”

Hal ini bermakna bahwa kreditor boleh mengajukan pembatalan atas

segala tindakan yang dilakukan oleh debitor yang sekiranya hal tersebut

dapat merugikan kreditor. Untuk mengajukan batalnya tindakan yang

dilakukan debitor, cukuplah kreditor menunjukan bahwa pada waktu

melakukan tindakan itu debitor mengetahui dengan cara demikian dia

merugikan para kreditor, tak peduli apakah orang yang diuntungkan

juga mengetahui hal itu atau tidak.31

Selain itu actio paulina didunia waris diatur pula didalam Pasal 1061

KUHperdata, yang mengatakan:

(1) “Dimana dalam hal seorang ahli waris menolak warisan,

maka kreditornya dapat memohonkan ke pengadilan agar

warisan tersebut dikuasakan kepadanya atas nama kreditor

untuk menerima warisan dalam rangka pemenuhan

piutangnya;

(2) Penolakan terhadap permohonan tersebut tidak akan menjadi

batal.”

                                                            31 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan …, Cet.5, h. 175. 

Page 52: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

39  

Dalam Pasal tersebut, berarti sekalipun permohonan ditolak maka tidak

akan merugikan ahli waris.

Sedangkan dalam UU Kepailitan actio paulina diatur dalam

Pasal 41-47 UU Kepailitan. Berbeda dengan actio paulina dalam

KUHperdata yang dilakukan kreditor, maka actio paulina dalam

kepailitan diajukan oleh kurator, dan kurator hanya dapat mengajukan

gugatan itu atas persetujuan hakim pengawas.

b. Syarat-Syarat dikabulkannya Gugatan Actio Paulina

Kurator yang ingin membatalkan tindakan debitor pailit melalui

gugatan actio paulina, maka menurut Sutan Remy Sjahdeini kurator

tersebut harus memenuhi 5 beban kriteria/syarat sebagai berikut:32

1) Perbuatan hukum yang digugat tesebut merupakan perbuatan

yang merugikan kreditor yang dilakukan oleh debitor 1 tahun

sebelum putusan pailit dibacakan;

2) Perbuatan hukum yang digugat tersebut merupakan perbuatan

yang tidak wajib dilakukan oleh debitor pailit;

3) Perbuatan hukum tersebut merupakan perbuatan yang

merugikan kreditor;

4) Pada saat melakukan perbuatan hukum, debitor mengetahui atau

sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan

merugikan kreditor;

5) Pada saat melakukan perbuatan hukum tersebut, pihak dengan

siapa perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau

sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan

mengakibatkan kerugian bagi kreditor.

                                                            32 Sutan Remy Sjahdeiny, Hukum Kepailitan: Memahami Faillissementsverordening

…, h. 300-301.

Page 53: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

40  

Meskipun secara teoritis dan normatif actio paulina tersedia

dalam kepailitan, akan tetapi dalam praktiknya tidak mudah untuk

mengajukan gugatan ini sampai dikabulkan oleh hakim. Hal ini antara

lain disebabkan oleh pembuktian actio paulina serta perlindungan

hukum terhadap pihak ketiga yang bertransaksi dengan debitor tersebut.

Menurut Andriani Nurdin menyatakan bahwa berdasarkan data di

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sejak 1998 sampai tahun 2004, perkara

actio paulina hanya ada 6 perkara, dan kesemuanya di tolak baik

ditingkat pertama hingga kasasi maupun PK di Mahkamah Agung.33

Lebih lanjut menurutnya terdapat perbedaan persepsi diantara

para hakim niaga baik tingkat pertama maupun tingkat MA mengenai

apakah tindakan-tindakan ataupun transaksi yang dilakukan oleh

debitor merupakan kecurangan, sehingga merugikan para kreditor dan

karenanya dapat dibatalkan, serta mengenai yurisdiksi peradilan yang

berwenang memeriksa dan mengadili permohonan actio paulina.34

Syarat Pembuktian sebagaimana diutaran diatas memang sangat

sulit dibuktikan terutama berkaitan dengan pembuktian bahwa debitor

atau hak siapa perbuatan hukum itu dilakukan mengetahui atau

sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan merugikan

kreditor.

c. Akibat Hukum dikabulkannya Actio Paulina

jika gugatan actio paulina dikabulkan, maka pihak terhadap

siapa gugatan actio paulina dikabulkan wajib:

                                                            33 Andriani Nurdin, “Masalah Seputar Actio Paulina”, dalam Emmy Yuhassarie, eds.,

Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004), h. 261.

34 Andriani Nurdin, “Masalah Seputar Actio Paulina”, dalam Emmy Yuhassarie, eds., Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum …, h. 261. 

Page 54: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

41  

1) Mengembalikan barang yang ia peroleh dari harta kekayaan si

debitor sebelum ia pailit, dikembalikan kedalam harta; atau

2) Bila harga/nilai barang berkurang, pihak tersebut wajib

mengembalikan barang ditambang ganti rugi; atau

3) Bila barang tidak ada, ia wajib mengganti rugi nilai barang

tersebut.35

B. Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Hukum

Menurut Fitzgerald menjelaskan teori perlindungan hukum salmond

bahwa hukum bertujuan untuk dapat mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam

suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu

dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain

pihak.36 Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan

manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan

kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan

hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu

ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota

masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap

mewakili kepentingan masyarakat.

Pendapat Fitzgerald itu sekiranya selaras dengan pemikiran dari

Phillipus M. Hadjon yang pada intinya menyimpulkan bahwa perlindungan

                                                            35 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan …, Cet.5, h. 178.

36 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53

Page 55: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

42  

hukum bagi rakyat sebagai upaya pemerintah yang bersifat preventif dan

represif. Preventif maksudnya suatu perlindungan hukum yang bertujuan

untuk mencegah agar tidak terjadi suatu sengketa, yang mengarahkan

tindakan Pemerintah lebih bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan.

Sedangkan represif maksudnya adalah bertujuan untuk menyelesaikan

suatu sengketa, yang termasuk penanganannya di ranah pengadilan.37

Begitu pula dalam perlindungan hukum pada bidang kepailitan di

Indonesia. Hadirnya instrumen hukum penyelesaian sengketa utang-

piutang melalui sarana kepailitan bertujuan untuk mengatasi masalah

insolvensi yang dialami oleh debitor. Keputusan pengadilan terhadap

debitor pailit menyebabkan lahirnya sebuah kewajiban bagi debitor

membayar utangnya dengan melikuidasi hartanya oleh Kurator. Sehingga

harta-harta yang dilikuidasi tersebut dapat digunakan untuk membayar hak-

hak para kreditor berdasarkan prinsip pro rata parte. Disinilah sangat kental

adanya perlindungan hukum yang lahir akibat adanya suatu ketentuan

hukum dan peraturan hukum sebagaimana menurut Fitzgerald maupun

pemikiran dari Phillipus M. Hadjon.

Demikian jika dikaitkan dengan teori beserta pendapat diatas maka

suatu langkah actio paulina yang bertujuan untuk membatalkan transaksi

penjualan boedel pailit yang dilakukan debitor adalah suatu langkah represif

guna mendapatkan perlindungan hukum yang dijanjikan oleh Pemerintah.

2. Teori Keadilan Hukum

Keadilan artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Keadilan

adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik

menyangkut benda ataupun orang, sehingga John Rawls, seorang filsuf

                                                            37 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT

Bina Ilmu, 1987), h. 29.

Page 56: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

43  

Amerika menganggap bahwa keadilan adalah kelebihan dari institusi

sosial.38 Ditelisik dari pandangan Aristoteles, keadilan dibentuk menjadi

dua bentuk, yaitu:

1) Keadilan distributif: yakni keadilan yang ditentukan oleh pembuat

undang-undang, distribusinya memuat jasa, hak dan kebaikan bagi

anggota masyarakat menurut prinsip kesamaan proposal.

2) Keadilan korektif: yaitu keadilan yang menjamin mengawasi dan

memelihara distribusi ini melawan serangan-serangan illegal.

Fungsi korektif keadilan pada prinsipnya diatur oleh hakim dan

menstabilkan kembali status quo dengan cara mengembalikan milik

korban yang bersangkutan atau dengan cara mengganti rugi

milikinya yang hilang.39

Bisa juga keadilan diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak

berdasarkan kesewenang-wenangan. Pada kesempatan yang sama dalam

pembahasan keadilan kali ini, Thomas Hobbes juga mengemukakan bahwa

perbuatan dikatakan “adil” manakala telah didasarkan pada perjanjian yang

telah disepakati. Inilah yang membuat Notonegoro menambahkan keadilan

legalitas atau keadilan hukum sebagai nilai untuk menentukan perbuatan adil

atau tidaknya berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.40

Pendapat para ahli hukum mengenai keadilan inilah yang selalu

menghiasi dalam pembuatan peraturan yang ada. Refleksi keadilan melalui

UU Kepailitan dirasa amat penting mengingat hidup matinya usaha

seseorang sangat bergantung pada selesai atau tidaknya perkara pailit.

                                                            38 Muhammad Syukri Albani dkk (Zul pahmi lubis), Hukum dalam Pendekatan Filsafat,

(Jakarta: Kencana, 2016), h. 207. 

39 Helmi Juni, Filsafat Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 399.

40 Muhammad Syukri Albani dkk (Zul pahmi lubis), Hukum dalam Pendekatan Filsafat …, h. 211. 

Page 57: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

44  

Debitor yang mengalami kemacetan pembayaran utang kepada Kreditor

sudah barang tentu akan mengakibatkan resahnya kemajuan usaha Kreditor.

Maka mengingat Pendapat Thomas Hobbes diatas Makna “adil” dalam

perkara Kepailitan berarti debitor harus membayar utang-utangnya kepada

para kreditor sesuai dengan perjanjian yang berlaku baik ia dipailitkan atau

tidak.

Adalah sebuah ketidakadilan manakala debitor yang sudah dinyatakan

pailit melalui putusan Pengadilan, menjual harta kekayaanya baik sebelum

maupun sesudah putusan dinyatakan. Untuk mendaptkan bentuk Keadilan

Korektif sebagaimana dikemukakan Aristoteles diatas, hal demikian

sesungguhnya dapat diatasi dengan ketegasan Kurator untuk

mengembalikan harta kekayaan debitor pailit yang sudah dijual melalui

mekanisme gugatan actio paulina guna mengembalikan hak-hak korban

dalam hal ini para Kreditor.

C. Review (tinjauan ulang) Hasil Studi Terdahulu

1. Kepastian Hukum Bagi Kreditor Konkuren Pada Babbington

Developments Limited Terhadap Pt.Polysindo Eka Perkasa Tbk

Berdasarkan Prinsip Pari Passu Pro Rate Parte (Putusan Ma No. 118

K/Pdt.Sus/2007)41, skripsi yang ditulis oleh Septiana Utami Putri, Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif HidAyatullah Jakarta

pada tahun 2015. Pada skripsi tersebut membahas mengenai permasalahan

pembagian kepada seluruh Kreditor Konkuren berdasarkan prinsip pari

posu pro rata parte setelah Pengadilan menyatakan pailit terhadap debitor,

karena terdapat beberapa kreditor yang ingin didahului mendapatkan hak-

                                                            41Septiana Utami, “Kepastian Hukum Bagi Kreditor Konkuren Pada Babbington

Developments Limited Terhadap PT.Polysindo eka Perkasa TBK Berdasarkan Prinsip Pari Passu Pro Rate Parte (Putusan MA No. 118 K/Pdt.Sus/2007)”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif HidAyatullah Jakarta, 2015), h. 5.

Page 58: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

45  

haknya. Skripsi tersebut membahas hanya pada titik pelaksanaan

pembagian boedel pailit kepada kreditor, sedangkan penelitian yang akan

dilakukan peneliti adalah fokus kepada permasalahan jika boedel pailit

tersebut dipindahtangankan oleh debitor pailit, dengan kata lain skripsi

tersebut berbeda dengan skripsi yang peneliti tinjau saat ini.

2. Gugatan Actio Pauliana Oleh Kurator Terhadap Debitor Yang Telah

Melakukan Penjualan Aset Sebelum Dinyatakan Pailit (Studi Putusan

Nomor 61 Pk/Pdt.Sus-Pailit/2015)42, skripi yang ditulis oleh Astrid Fauzia

Zahra Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2017.

Skripsi tersebut membahas mengenai gugatan actio paulina yang diajukan

oleh kurator atas adanya kesalahpahaman antara debitor pailit dengan

kurator mengenai aset-aset apa saja yang masuk dalam inventarisasi boedel

pailit. Perbedaan pandangan tersebut mengakibatkan debitor pailit menjual

salah satu tanah dengan sertifikat Hak Guna Bangunan ke pihak ketiga,

dimana kurator menanggap bahwa aset tersebut termasuk dalam boedel

pailit. Berbeda dengan skripsi yang peneliti buat saat ini, gugatan actio

paulina pada penelitian ini lebih menekankan kepada perbuatan debitor

pailit yang melakukan Fraudulent Transfer sehingga menyebabkan seluruh

harta debitor pailit dinyatakan nol.

3. Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang43,

buku yang ditulis oleh Man S. Sastrawidjaja pada tahun 2010. Buku ini

membahas mengenai teori-teori hukum kepailitan dan penundaan

kewajiban pembayaran utang di Indonesia secara luas meliputi subjek yang

dapat berperkara dalam dunia kepailitan, hingga sampai berapa lama sebuah

                                                            42Astrid Fauzia, “Gugatan Actio Paulina oleh Kurator Terhadap Debitor yang Telah

Melakukan Penjualan Aset Sebelum Dinyatakan Pailit (Studi Putusan Nomor 61 PK/Pdt.sus-Pailit/2015”, (Skripsi-S1 Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2017), h. 8.

43 Man. S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Bandung: PT. Alumni, 2010), h. 109. 

Page 59: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

46  

perkara harus diputus oleh Pengadilan Niaga. Daya pembeda dari penelitian

yang dilakukan oleh Peneliti adalah, Penelitian dalam skripsi ini lebih

membahas tataran mekanisme gugatan pembatalan atau yang biasa disebut

actio paulina dalam menjamin boedel pailit yang sudah terlebih dahulu

dipindah tangankan oleh debitor pailit.

4. Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepailitan Modern44, jurnal

hukum bisnis volume 7 karya Sri Redjeki Hartono pada tahun 1999. Jurnal

tersebut menjelaskan keterkaitan hukum perdata dengan hukum kepailitan

sebagai salah satu sumber hukum yang mengasilkan sebuah cabang ilmu

hukum kepailitan. Berbeda dengan peneliti yang akan membahas mengenai

lebih jauh salah satu kegunaan instrumen hukum dalam perkara kepailitan,

yaitu actio paulina.  

                                                            44 Sri Redjeki Hartono, “Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepailitan Modern”,

Jurnal Hukum Bisnis Vol.7 (Jakarta, 1992), h. 22. 

Page 60: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

47  

BAB III

KEWAJIBAN PT. HEAT EXCHANGERS INDONESIA SELAKU DEBITOR PAILIT MEMBAYAR UTANG-UTANGNYA

A. Kedudukan Para Pihak

1. Marolop Tua Sagala Selaku Kurator

Secara resmi Marolop Tua Sagala menjadi Kurator PT Heat

Exchagers Indonesia (selanjutnya disebut PT HEI) berdasarkan

putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor : 03/Pdt.Sus-

Pembatalan/2015/Pengadilan Niaga.Mdn, Jo. Nomor : 07/Pdt.Sus-

PKPU/2014/Pengadilan Niaga Medan, yang diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal 09 Juli 2015. Oleh

karenanya sesuai dengan Pasal 24 UU KPKPU debitor pailit telah

kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas

bendanya (Persona Standin Ludicio), segala hal pengurusan harta

bahkan bertindak secara hukum semua beralih tangan ke kurator yang

bertindak selaku pengampu.

2. PT. Heat Exchangers Indonesia Selaku Debitor Pailit

Bergerak pada pembuatan peralatan pemindahan panas,

penyulingan, perpipaan, dan peralatan khusus lainnya untuk

pertambangan dan pembangkit listrik. Berlokasi di Kawasan Industri

Terpadu Kabil (KITK) Jalan Hang Kesturi I, Kelurahan Batu Besar,

Kecamatan Nongsa Batam, PT. Heat Exchangers Indonesia adalah

Perusahaan asing dan anak perusahaan dari KNM Pty. Ltd, dan KNM

Pty. Ltd adalah salah satu anak perusahaan KNM Process SDN BHD.

Tepat pada 9 Juli 2015 PT HEI dinyatakan pailit. Pailitnya PT HEI

karena adanya Pembatalan Perdamaian yang diajukan oleh para

krediturnya ke Pengadilan Niaga Medan karena PT HEI tidak

Page 61: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

48  

membayar utang sebagaimana tersebut dalam Perjanjian Perdamaian

yang di buat oleh PT HEI dengan Para Krediturnya yakni PT. Eka Surya

Solusi, PT. Taka Asia fasific, PT. Quality Supply, PT. Multi Bajatama,

Fabricat International Ltd. yang telah di Homologasi oleh Pengadilan

Niaga Medan dalam Putusan Homologasi Nomor : 07/ PKPU/

2014/Pengadilan.Niaga.Mdn.

3. PT. KPE Industries (Pemohon Kasasi I, dahulu Tergugat II)

Bergerak di bidang migas PT. KPE Industries merupakan

sebagai perusahaan afiliasi tergugat I dimana Tergugat I mengalihkan

seluruh asetnya kepada Tergugat II untuk kepentingan pribadi

melindungi aset pailit.

4. Chew Fook Sin (Pemohon Kasasi II, dahulu Tergugat III sekaligus

Tergugat V)

Direktur PT Heat Exchangers (dalam pailit) yang dianggap telah

melakukan pengalihan aset secara fiktif kepada PT. KPE Industries,

dimana Chew Fook Sin juga merupakan Direktur PT. KPE Industries,

oleh karenanya ia juga ditarik sebagai Tergugat V untuk mewakili PT.

KPE Industries.

5. Lee Swee Eng (Pemohon Kasasi II, dahulu Tergugat IV sekaligus

Tergugat VI)

Komisaris PT Heat Exchangers (dalam pailit) yang dianggap

sebagai salah satu pihak yang mengetahui pengalihan aset secara fiktif

kepa PT KPE Industries, dimana Lee Swee Eng juga sekaligus sebagai

Komisaris PT KPE Industries. Oleh karenanya ia juga ditarik sebagai

Tergugat VI untuk PT KPE Industries.

6. KNM PTY Ltd (Tergugat VII)

Selaku Pemegang Saham terbesar yang Memiliki 889.155

(delapan ratus delapan puluh sembilan seratus lima puluh lima) saham

terdiri dari : 499.999 (empat ratus sembilan puluh sembilan ribu

Page 62: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

49  

sembilan ratus Sembilan puluh sembilan) Saham seri A. 389.156 (tiga

ratus delapan puluh sembilan ribu seratus lima puluh enam) Saham Seri

B.Atas PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit). ditarik sebagai

pihak karena diketahui Tergugat I selaku debitor pailit mentransfer dana

dalam rangka membayar utang kepada KNP PTY Ltd.

7. KNM Process SDN BHD (Pemohon Kasasi IV, dahulu Turut Tergugat

I)

Induk perusahaan KNM Pty. Ltd yang mana KNM Pty.Ltd adalah

Sebagai pemegang saham terbesar PT. Heat Exchangers Indonesia

(debitor pailit) untuk menentukan segala tindakan Tergugat I

8. KNM Capital SDN BHD (Pemohon Kasasi V, dahulu Tururt Tergugat

II)

Sebagai perusahaan satu grup dengan debitor pailit yang

berhubungan karena Tururt Tergugat II menerima hasil jual beli aset

antara Debitor pailit (tergugat I) dengan Tergugat II yang menyebabkan

Debitor pailit tidak mendapatkan pemasukan hasil penjualan tersebut,

karena hasil penjualannya langsung di set off ke Turut Tergugat II

karena Debitor pailit dianggap memiliki utang kepada Turut Tergugat

II.

B. Duduk Perkara

1. Kasus Posisi

Setelah dinyatakan pailit, Marolop Tua Sagala sebagai Kurator

PT Heat Exchagers Indonesia (debitor pailit) pergi ke lokasi perusahaan

PT HEI beroperasi dengan tujuan untuk memeriksa dan memverifikasi

dokumen-dokumen maupun aset PT HEI. Melihat dokumen-dokumen

yang ada ternyata diketahui pada November 2014 PT HEI telah menjual

seluruh asetnya kepata PT. KPE Industries sejumlah US$ 1.405.358,13.

Penjualan yang dilakukan PT HEI berdasarkan laporan keuangan

internalnya sebagaimana diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Riyanto,

Page 63: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

50  

SE, AK membuat aset dari PT HEI menjadi nihil (Rp. 0,-). Adapun aset-

aset yang dijual, dapat dirincikan sebagai berikut :

a. Plant and Equipment, sejumlah US$ 1.360.496,20

b. Motor Vehicle, sejumlah US$ 901,68

c. Furniture, Fitting, and Computer, sejumlah US$ 43.960,25

Tidak berhenti sampai disitu karena menganggap memiliki utang

Debitor pailit juga mentransfer dana sebesarar US$ 562.452,00 Kepada

KNM Pty Ltd. k sebagaimana ditandatangani oleh Finance Manager

dan General Manager. Semakin mencurigkan karena berdasarkan

AD/ART PT HEI dan PT. KPE Industries memiliki direktur dan

komisaris yang sama, yaitu Chew Fook Sin selaku Direktur PT HEI

sekaligus Direktur PT. KPE Industries dan Lee Swee Eng selaku

komisarus PT HEI Sekaligus PT. KPE Industries serta diketahui

perjanjian jual belinya pun ditandatangani oleh orang sama.

Dalam praktik jual-belinya pun penjualan hanya mencantumkan

harganya saja tanpa adanya pembayaran dari pembeli yakni PT KPE

Industries, karena PT HEI dianggap memiliki utang ke Perusahaan

Induk sehingga hasil penjualan tersebut langsung di set off untuk

membayar utang kepada perusahaan induk yaitu KNM Capital SDN

BHD. Padahal pada saat rentang waktu adanya perjanjian perdamaian

bagi PT HEI, KNM Capital SDN BHD selaku perusahaan induk tidak

tercantum dan tidak terverifikasi dalam daftar kreditor PT HEI. Oleh

adanya peristiwa itu maka Kurator berdasarkan penetapan hakim

pengawas nomor 02/HP/03/ Pdt. Sus-Pembatalan/2015/PN.Niaga.Mdn.

yang pada intinya menyatakan bahwa Kurator memiliki alasan hukum

yang kuat untuk mengajukan Gugatan sehingga Hakim Pengawas

memberikan izin kepada Kurator untuk melakukan Gugatan Actio

Pauliana ke Pengadilan Niaga Medan.

Page 64: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

51  

2. Pertimbangan Hukum oleh Mahkamah Agung pada putusan nomor 15

K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Menimbang, bahwa putusan dan pertimbangan Judex Facti telah

tepat dan benar yaitu mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian,

putusan mana telah sesuai dengan fakta persidangan yang telah

dipertimbangkan secara cukup oleh Judex Facti yang menunjukkan

bahwa perbuatan Tergugat I menjual seluruh asetnya kepada Tergugat

II dan mentransfer dana kepada Tergugat VII dalam perkara a quo

bukan merupakan kewajiban Tergugat I dan dilakukan dalam periode 1

(satu) tahun sebelum dinyatakan pailit, sehingga terjadi actio pauliana

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 42 Undang Undang

Nomor 37 Tahun 2004, karena itu putusan Judex Factisudah tepat

sehingga layak untuk dipertahankan;

3. Pertimbangan Hukum oleh Pengadilan Niaga medan pada putusan

Nomor: 07/Pdt.Sus-Actio Pauliana/2015/Pengadilan.Niaga.Mdn

a. Eksepsi para tergugat yang menyatakan bahwa gugatan

pengunggat (kurator) salah tuju (error in persona) karena PT

Heat Exchangers telah dinyatakan pailit, dan segala tindakan

hukum sudah selayaknya dijalankan oleh si kurator. Sehingga

seharusnya gugatan diajukan ke kurator itu sendiri selaku

pemegang kewenangan atas PT Heat Exchangers yang sudah

pailit.

b. Menimbang karena PT Heat Exchangers telah dinyatakan pailit

berdasarkan putusan pengadilan sebelumnya, maka hubungan

antara Penggugat dengan Tergugat I adalah hubungan Kurator

dengan Debitor secara hukum, yang oleh Penggugat dinyatakan

telah melakukan perbuatan mengalihkan dengan cara menjual

Asset (Boedel Pailit) kepada Tergugat II dan mentransfer dana

Page 65: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

52  

hasil Penjualan Boedel Pailit kepada Tergugat VII perbuatan

tersebut dilakukan Tergugat I dengan Para Tergugat dalam

kurun waktu 1 (satu) tahun sebelum Pernyataan Pailit Tergugat

I PT. Heat Exchangers Indonesia (Dalam Pailit) diucapkan dan

perbuatan tersebut oleh Penggugat dinyatakan sebagai perbuatan

melawan hukum yang telah menimbulkan kerugian bagi Para

Kreditor Tergugat 1.

c. berdasarkan Pasal 41 ayat (1), Undang-Undang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang No. 37 Tahun 2004

menyatakan “Untuk kepentingan harta pailit, kepada

Pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan

hukum Debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan

kepentingan Kreditor, yang dilakukan sebelum putusan

pernyataan pailit diucapkan“, selanjutnya dalam ketentuan

Pasal 47 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU, menyatakan

“Tuntutan hak berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45 dan

Pasal 46 diajukan oleh Kurator ke Pengadilan”.

d. Sehingga tuntutan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41

ayat (1) Undang-Undang Kepailitan tersebut diajukan oleh

Kurator ke Pengadilan Niaga dalam lingkungan Peradilan

Umum didaerah tempat kedudukan hukum Debitor, maka dapat

disimpulkan bahwa essensi Gugatan Penggugat adalah

pembatalan perbuatan Tergugat I Debitor PT. Heat Exchangers

Indonesia (Dalam Pailit), yang telah melakukan perbuatan

mengalihakan dengan cara menjual Asset (Boedel Pailit) kepada

Tergugat II.

e. Menimbang hal tersebut maka Penggugat selaku Kurator

memiliki alasan hukum yang kuat untuk mengajukan Gugatan

Page 66: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

53  

sehingga Hakim Pengawas memberikan izin kepada Penggugat

untuk melakukan Gugatan Actio Pauliana ke Pengadilan Niaga

Medan, dengan demikian sangat beralasan jika Debitor PT.Heat

Exchangers Indonesia (Dalam Pailit) diposisikan sebagai Pihak

Tergugat – I dalam Gugatan Actio Pauliana dalam perkara aquo,

sehingga Gugatan Penggugat tidak dapat dinyatakan salah tuju.

f. Adanya bukti foto copy penjualan aset PT HEI kepada PT KPE

Industries ditambah dengan adanya kesaksian Nigel Maurice

yang menungkapkan telah mengetahui peristiwa tersebut,

sehingga terungkap fakta bahwa jual beli itu benar adanya.

g. Adanya bukti foto copy berupa transfer dana dari PT HEI

Kepada KNM PTY Ltd dengan dalil untuk membayar utang,

padahal KNM PTY Ltd tidak ada daftar debitor ketika ada

perjanjian perdamaian kala itu. Terlebih status KNM PTY ltd

sebagai salah satu pemegang saham, menguatkan indikasi

adanya upaya itikad tidak baik PT HEI selaku debitor pailit

untuk menyelamatkan hartanya.

h. Adanya bukti dalam AD/ART dua perusahaan yakni PT HEI dan

PT KPE Industries membuktikan bahwa Direktur dan Komisaris

dijabat oleh kedua orang yang sama, yakni Chew Fook Sin

selaku Direktur dan Lee Swee Eng selaku Komisaris dikedua

perusahaan tersebut.

i. Menimbang segala bukti yang ditunjukkan dalam persidangan

maka majelis hakim berkesimpulan bahwa Penggugat (kurator)

dapat membuktikan segala dalil-dalilnya.

4. Putusan Hakim Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor 15 K/Pdt.Sus-

Pailit/2016 dan Putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor: 07/Pdt.Sus-

Actio Pauliana/2015/Pengadilan.Niaga.Mdn

Page 67: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

54  

Putusan yang dikeluarkan Majelis Hakim Mahkamah Agung

melalui Syamsul Ma’arif, S.H.,LL.M.,Ph.,D., Hakim Agung yang

ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H.

Abdurrahman, S.H.,M.H., dan I Gusti Agung Sumanatha, S.H.,M.H.,

Hakim-Hakim Agung, masing-masing sebagai Anggota, putusan

tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada senin

tanggal 29 Februari 2016 menghasilkan putusan sebagai berikut:

a. Menolak Permohonan Kasasi oleh para Pemohon kasasi yakni

PT KPE Industries, Chew Fook Sin sebagai direktur PT Heat

Exchangers Indonesia dan PT KPE Industries, Lee Swee Eng

selaku Komisaris PT Heat Exchangers Indonesia dan PT KPE

Industries, KNM Process SDN BHD, KNM Capital SDN BHD;

b. Menghukum para Pemohon membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp5.000.000,00 (lima

juta rupiah);

Maka dengan kata lain Mahkamah Agung sudah memperkuat

putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan tingkat 1 yaitu Pengadilan

Niaga Medan dalam Putusan Nomor 07/Pdt.Sus-Actio

Pauliana/2015/Pengadilan.Niaga.Mdn yaitu :

a. Menerima dan Mengabulkan Gugatan Actio Paulina yang

diajukan Kurator untuk seluruhnya;

b. Menyatakan perbuatan hukum Tergugat I (selaku debitor pailit),

Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Tergugat VI,

Tergugat VII, yang dilakukan dalam jual beli aset Tergugat I

tersebut melawan hukum yang merugikan Para Kreditur dan

tidak sah menurut hukum;

Page 68: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

55  

c. Menyatakan Surat Jual Beli yang dibuat Tergugat - I dengan

Tergugat - II batal demi hukum dan tidak memiliki kekuatan

hukum mengikat;

d. Menyatakan bahwa seluruh aset Tergugat I yang dialihkan

Tergugat I kepada Tergugat II senilai total USD. 1.405.358,13,-

(Satu Juta Empat Ratus Lima ribu Tiga Ratus Lima Puluh

Delapan Dollar Amerika tiga belas sen) terdiri dari:

a. Plant and Equipment ;

b. Motor Vehicle ;

c. Furniture, Fitting and Computer ;

Yang berada dilokasi PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam

Pailit) berkedudukan di Kota Batam, Propinsi Kepulauan Riau,

Indonesia dan berkantor di Kawasan Industri Terpadu Kabil

(KITK) Jalan Hang Kesturi I Kav. A21, Batu Besar, Nongsa-

Batam 29467 Indonesia, adalah sah harta pailit Debitor PT. Heat

Exchangers Indonesia (Dalam Pailit);

e. Menyatakan Pengalihan dana oleh Tergugat I kepada Tergugat

VII KNM PTE LTD senilai USD 562.452.00,- (lima ratus enam

puluh dua ribu empat ratus lima puluh dua dollar Amerika) tidak

sah dan melawan hukum;

f. Menghukum Tergugat VII KNM PTE LTD untuk menyerahkan

kembali dana senilai USD.562.452,00 (lima ratus enam puluh

dua ribu empat ratus lima puluh dua dollar Amerika) kepada

Kurator (Penggugat) sebagai boedel Pailit PT. Heat Exchangers

Indonesia (Dalam Pailit);

Menghukum Tergugat I, II, III, IV.V, VI, VII, Turut Tergugat I

dan Turut Tergugat II untuk membayar biaya yang timbul dalam

perkara ini secara tanggung renteng yang sampai saat ini ditaksir

sebesar Rp. 1.911.000,- (satu juta sembilan ratus sebelas ribu rupiah).

Page 69: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

  

56  

BAB IV

PEMBATALAN TINDAKAN FRAUDULENT TRANSFER YANG DILAKUKAN DEBITOR PAILIT MELALUI MEKANISME ACTIO PAULINA

A. Mekanisme Kurator Mengajukan Actio Paulina

Actio paulina termasuk gugatan “lain-lain” dalam Pasal 3 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang. Melakukan gugatan Actio Paulina pada

dasarnya dilakukan oleh seorang Kurator yang sebelumnya ditunjuk melalui

putusan kepailitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang. Hukum acara yang berlaku dalam mengadili perkara yang

termasuk “hal-hal lain” adalah sama dengan hukum acara perdata yang berlaku

bagi perkara permohonan pernyataan pailit, termasuk pula mengenai

pembatasan jangka waktu penyelesaian, upaya hukum, dan keberlakuan

putusannya yang bersifat serta-merta.1 Hal yang membedakan hanyalah

sebelum mengajukan actio paulina Kurator harus mendapatkan izin dari Hakim

pengawas sebagai mitra kerjanya, sehingga nanti Hakim pengawas

mengeluarkan penetapannya.2

Dalam perkara a quo Kurator telah mendapatkan persetujuan berupa

sebuah ketetapan dari seorang Hakim pengawas dengan nomor :

02/HP/03/Pdt.Sus Pembatalan/2015/PN.Niaga.Mdn Tanggal 30 Juli 2015 dari

Hakim Pengawas Dr.Marsudin Nainggolan, S.H, M.H. Sehingga Kurator PT.

Heat Exchangers Indonesia (debitor pailit) telah menunaikan tanggung jawab

memenuhi formalitas gugatan actio paulina.

                                                            1 Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan …, Cet.5, h. 177. 

2Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit …, h. 73 

Page 70: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

57  

B. Analisis Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus-

Pailit/2016

Berangkat dari serangkaian pemahaman sebagaimana peneliti uraikan

diatas, maka dapat peneliti jabarkan hal substansial dalam analisis penelitian

ini, yaitu :

1. Analisis Pertimbangan Hukum Putusan Mahkamah Agung Nomor 15

K/Pdt.Sus-Pailit/2016. Juncto Putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor

07/Pdt.Sus-Actio Pauliana/2015/Pengadilan.Niaga.Mdn

a. Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung pada perkara a quo adalah

sebagai berikut :

Menimbang, bahwa putusan dan pertimbangan Judex Facti telah

tepat dan benar yaitu mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian,

putusan mana telah sesuai dengan fakta persidangan yang telah

dipertimbangkan secara cukup oleh Judex Facti yang menunjukkan

bahwa perbuatan Tergugat I (sekarang Pemohon Kasasi) menjual

seluruh asetnya kepada Tergugat II dan mentransfer dana kepada

Tergugat VII dalam perkara a quo bukan merupakan kewajiban

Tergugat I dan dilakukan dalam periode 1 (satu) tahun sebelum

dinyatakan pailit, sehingga terjadi actio pauliana sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan Pasal 42 Undang Undang Nomor 37 Tahun

2004, karena itu putusan Judex Facti sudah tepat sehingga layak untuk

dipertahankan.

Pertimbangan Hukum demikian yang dibuat oleh Mahkamah Agung

memungkinkan adanya perdebatan yang muncul, hal ini didasari bahwa

sebenarnya inti dari poin-poin keberatan Pemohon Kasasi (debitor

pailit) tidak terjawab secara mendetail dan substansial. Namun menurut

peneliti hal ini tidak terlepas dari status Mahkamah Agung sebagai

Judex Jurist yang hanya menilai tepat atau tidaknya Judex Jurist dalam

Page 71: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

58  

menerapkan hukum. Hal ini menjadi logis dan tepat karena bila kita teliti

Pemohon Kasasi (debitor pailit) hanya menggaungkan poin-poin

keberatan mengenai bukti yang ada. Adapun dalil-dalil keberatannya

adalah sebagai berikut :

1) Bahwa Judex Facti tingkat pertama tidak mempertimbangkan

dengan cermat semua alat bukti yang telah diajukan oleh semua

Tergugat dalam persidangan;

2) Bahwa sesuai dengan alat bukti yang diajukan oleh Pemohon

Kasasi dahulu semua alat bukti Para Tergugat tidak

dipertimbangkan secara utuh dan saling ada keterkaitan oleh Judex

Facti tingkat pertama;

3) Bahwa utang yang timbul atas pembiayaan tersebut dan

pembayaran atasnya seharusnya oleh Judex Facti tingkat pertama

dapat dipertimbangkan sebagai bagian yang tidak termasuk dalam

perbuatan hukum;

4) pertimbangannya Judex Facti tingkat pertama dalam satu bagian

pertimbanngannya justru mempertimbangkan bukti tertulis yang

lemah dari pihak Penggugat yakni kartu nama Saksi yang diajukan

oleh Penggugat yakni Saksi Nigel Maurice Wormsley dan Judex

Facti tingkat pertama menganggap suatu kartu nama dapat

dipertimbangkan kebenarannya sebagai alat bukti padahal kartu

nama tersebut tidak layak untuk dipertimbangkan;

5) Bahwa seharusnya Judex Facti tingkat pertama lebih dahulu

dengan cermat mempertimbangkan semua bukti tertulis yang

diajukan oleh Pemohn Kasasi dahulu Tergugat II.

Berdasarkan poin-poin inti argumentasi para Pemohon Kasasi

(dahulu tergugat) lalu dihubungkan dengan pertimbangan hukum

Mahkamah Agung yang memperkuat Judex Facti, maka menurut

Peneliti Mahkamah Agung telah tepat. Karena pada prinsipnya

Page 72: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

59  

Mahkamah Agung hanya perlu melihat dan berfokus pada Pasal 42

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebagai landasan yuridis

unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam pembuktian actio paulina.

Sehingga demikian putusan Mahkamah Agung tersebut setidaknya

telah memuat alasan dan dasar hukum yang menjadi acuan terbentuknya

putusan tersebut, sebagaimana telah sesuai dengan Pasal 50 Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

b. Pertimbangan Hukum Pengadilan Niaga Medan dalam Perkara a quo

Guna keperluan penelitian agar lebih menyeluruh maka kiranya

perlu juga ditinjau hasil pertimbangan yang telah dikeluarkan oleh

hakim di tingkat pertama sebagai judex facti untuk mendapatkan

gambaran yang terang tentang perkara ini, adapun pertimbangannya

sebagai berikut :

1) Eksepsi para tergugat yang menyatakan bahwa gugatan pengunggat

(kurator) salah tuju (error in persona) karena PT Heat Exchangers

telah dinyatakan pailit, dan segala tindakan hukum sudah

selayaknya dijalankan oleh si kurator. Sehingga seharusnya gugatan

diajukan ke kurator itu sendiri selaku pemegang kewenangan atas

PT Heat Exchangers yang sudah pailit.

2) Menimbang karena PT Heat Exchangers telah dinyatakan pailit

berdasarkan putusan pengadilan sebelumnya, maka hubungan

antara Penggugat dengan Tergugat I adalah hubungan Kurator

dengan Debitor secara hukum, yang oleh Penggugat dinyatakan

telah melakukan perbuatan mengalihkan dengan cara menjual Asset

(Boedel Pailit) kepada Tergugat II dan mentransfer dana hasil

Penjualan Boedel Pailit kepada Tergugat VII perbuatan tersebut

dilakukan Tergugat I dengan Para Tergugat dalam kurun waktu 1

Page 73: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

60  

(satu) tahun sebelum Pernyataan Pailit Tergugat I PT. Heat

Exchangers Indonesia (Dalam Pailit) diucapkan dan perbuatan

tersebut oleh Penggugat dinyatakan sebagai perbuatan melawan

hukum yang telah menimbulkan kerugian bagi Para Kreditor

Tergugat 1.

3) berdasarkan Pasal 41 Ayat (1), Undang-Undang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang No. 37 Tahun 2004

menyatakan “Untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan

dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum Debitor

yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan Kreditor,

yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan“,

selanjutnya dalam ketentuan Pasal 47 Ayat (1) UU Kepailitan dan

PKPU, menyatakan “Tuntutan hak berdasarkan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal

44, Pasal 45 dan Pasal 46 diajukan oleh Kurator ke Pengadilan”.

4) Sehingga tuntutan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 Ayat

(1) Undang-Undang Kepailitan tersebut diajukan oleh Kurator ke

Pengadilan Niaga dalam lingkungan Peradilan Umum didaerah

tempat kedudukan hukum Debitor, maka dapat disimpulkan bahwa

essensi Gugatan Penggugat adalah pembatalan perbuatan Tergugat

I Debitor PT. Heat Exchangers Indonesia (Dalam Pailit), yang telah

melakukan perbuatan mengalihakan dengan cara menjual Asset

(Boedel Pailit) kepada Tergugat II.

5) Menimbang hal tersebut maka Penggugat selaku Kurator memiliki

alasan hukum yang kuat untuk mengajukan Gugatan sehingga

Hakim Pengawas memberikan izin kepada Penggugat untuk

melakukan Gugatan Actio Pauliana ke Pengadilan Niaga Medan,

dengan demikian sangat beralasan jika Debitor PT.Heat Exchangers

Indonesia (Dalam Pailit) diposisikan sebagai Pihak Tergugat – I

Page 74: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

61  

dalam Gugatan Actio Pauliana dalam perkara aquo, sehingga

Gugatan Penggugat tidak dapat dinyatakan salah tuju.

6) Adanya bukti foto copy penjualan aset PT HEI kepada PT KPE

Industries ditambah dengan adanya kesaksian Nigel Maurice yang

menungkapkan telah mengetahui peristiwa tersebut, sehingga

terungkap fakta bahwa jual beli itu benar adanya.

7) Adanya bukti foto copy berupa transfer dana dari PT HEI Kepada

KNM PTY Ltd dengan dalil untuk membayar utang, padahal KNM

PTY Ltd tidak ada daftar debitor ketika ada perjanjian perdamaian

kala itu. Terlebih status KNM PTY ltd sebagai salah satu pemegang

saham, menguatkan indikasi adanya upaya itikad tidak baik PT HEI

selaku debitor pailit untuk menyelamatkan hartanya.

8) Adanya bukti dalam AD/ART dua perusahaan yakni PT HEI dan PT

KPE Industries membuktikan bahwa Direktur dan Komisaris dijabat

oleh kedua orang yang sama, yakni Chew Fook Sin selaku Direktur

dan Lee Swee Eng selaku Komisaris dikedua perusahaan tersebut.

Maka ada 2 hal yang perlu dianalisis dalam pertimbangan hukum pada

putusan Pengadilan Niaga Medan tersebut, yakni :

1. Landasan Formil dan Materiil Kurator mengajukan actio paulina;

2. Pembuktian adanya tindakan fraudulent transfer.

Kedua hal tersebut akan Peneliti analisis secara satu per satu sehingga

mudah untuk memetakannya, adapaun analisis Peneliti adalah sebagai

berikut :

1) Kurator telah Memenuhi Ketentuan Formil dan Materil actio

paulina

Dalam rangka memenuhi ketentuan substansi dan formil dalam

mengajukan gugatan actio paulina, kurator dalam perkara ini telah

Page 75: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

62  

membuktikan secara keseluruhan unsur-unsur tersebut. Perihal

ketentuan formiil gugatan actio paulina yang masuk dalam

kewenangan Pengadilan Niaga diatur dalam Pasal 3 Ayat (1) UU

KPKPU :

“Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain

yang berkaitan dan/atau diatur dalam Undang Undang ini, di

putuskan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi

daerah tempat kedudukan hukum Debitor”

Penjelasan frasa “hal-hal lain” dalam Pasal 3 Ayat (1) UU KPKPU

menyatakan :

“Yang dimaksud dengan “hal-hal lain” adalah antara lain,

actio pauliana, perlawanan pihak ketiga terhadap penyitaan,

atau perkara dimana dimana Debitor, Kreditor, Kurator, atau

pengurus menjadi salah satu pihak dalam perkara yang

berkaitan dengan harta pailit termasuk gugatan Kurator

terhadap Direksi yang menyebabkan perseroan dinyatakan

pailit karena kelalaiannya atau kesalahannya.”

Lebih lanjut Pasal 47 Ayat (1) UU KPKPU menyatakan :

“tuntutan hak berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45 dan

Pasal 46 diajukan oleh Kurator ke Pengadilan“

Pasal 1 Ayat (7) UU KPKPU :

“Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan

peradilan umum”

Bahwa dalam perkara ini memang PT. Heat Exchangers

Indonesia telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Medan

berdasar Putusan Nomor: 03/Pdt.Sus.Pembatalan/2015/Pengadilan

Niaga.Mdn, karena para Kreditor mengajukan pembatalan

Page 76: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

63  

perjanjian perdamaian kedua belah pihak. Dengan dinyatakannya

pailit maka secara hukum kurator berwenang untuk mengurus

seluruh aset debitor pailit untuk kepentingan para Kreditornya, pun

demikian pula dengan tindakan hukum seperti actio paulina

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat (1) UU KPKPU. Alas

hak yang dimiliki Kurator untuk mengajukan gugatan actio

paulina pun telah tepat diajukan ke Pengadilan Niaga Medan yang

terdaftar tanggal 4 Agustus 2015 dengan nomor register perkara

07/Pdt.Sus-Actio Pauliana/2015/Pengadilan.Niaga.Mdn Juncto

03/Pdt.Sus.Pembatalan/2015/ Pengadilan Niaga.Mdn. Sehingga

menurut Peneliti Pengadilan Niaga Medan telah tepat

mempertimbangkan hal tersebut

Lebih lanjut untuk pemenuhan unsur-unsur pembuktian actio

paulina, kurator harus membuktikan unsur-unsur tersebut. Adapun

unsur-unsurnya dapat ditemui dalam Pasal 41 Ayat (1) UU KPKPU

yang mengatakan :

“Untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan dapat

dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum Debitor

yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan

Kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit

diucapkan“

Selebihnya diatur dalam Pasal 41 (2) UU KPKPU :

“Pembatalan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hanya

dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat

perbuatan hukum dilakukan, Debitor dan pihak dengan siapa

perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau

sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut

akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor.”

Begitu pula dalam Pasal 42 UU KPKPU :

Page 77: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

64  

“Apabila perbuatan hukum yang merugikan Kreditor dilakukan

dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum putusan

pernyataan pailit diucapkan, sedangkan perbuatan tersebut

tidak wajib dilakukan Debitor, kecuali dapat dibuktikan

sebaliknya, Debitor dan pihak dengan siapa perbuatan

tersebut dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya

mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan

kerugian bagi kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41

Ayat (2).”

Dari ketiga Pasal tersebut, kita dapat telaah bahwa untuk

memenuhi unsur substansial actio paulina kurator harus

membuktikan; a.) debitor dan pihak dengan siapa melakukan

perbuatan hukum itu mengetahui perbuatannya akan merugikan

kreditor, b.) perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan debitor, dan

c.) perbuatan tersebut dilakukan 1 tahun sebelum putusan

pernyataan pailit diucapkan. Fred B.G Tumbuan berpendapat adalah

tugas Kurator untuk membuktikan terpenuhinya syarat

dikabulkannya actio paulina tersebut.3

a) Debitor dan pihak dengan siapa melakukan perbuatan itu

mengetahui perbuatannya akan merugikan kreditor

Adanya bukti dokumen berupa perjanjian jual beli

antara debitor pailit untuk menjual seluruhnya kepada PT.

KPE Industries pada bulan November 2014 senilai US$

1.405.358,13,- (satu juta empat ratus lima ribu tiga ratus lima

puluh delapan koma tiga belas US Dollar). Keseluruhan nilai

                                                            3  Sutan Remy Sjahdeiny,Hukum Kepailitan: Memahami Faillissementsverordening

juncto Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 …, h. 105. 

Page 78: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

65  

uang tersebut terbagi dalam 3 kategori aset yang dijual,

seperti :

- Plant and Equipment US$ 1.360.496,20

- Motor Vehicle US$ 901,68

- Furniture, Fitting and Computer US$ 43.960,25

Terlebih adanya tindakan transfer dana yang dilakukan

debitor pailit kepada perusahaan KNM Pty Ltd tanpa alasan

yang jelas senilai US$ 562.452,00 (lima ratus enam puluh dua

ribu empat ratus lima puluh dua dollar Amerika).

Perbuatan yang dilakukan debitor pailit diatas jelas

telah merugikan para kreditornya, karena tidak akan

mendapatkan hak-haknya dari utang si debitor pailit. hal ini

dibuktikan dengan adanya hasil audit oleh Kantor Akuntan

Publik Riyanto bahwa laporan keuangan debitor pailit per

tanggal 31 desember 2014 menyatakan aset debitor pailit

telah nihil (Rp.0,-). Lantas demikian bagaimana mungkin aset

debitor pailit dapat di likuidasi dan hasilnya akan dibagikan

para Kreditornya dengan prinsip dasar hukum kepailitan pari

posu pro rata parte. Kalaupun dikatakan hal yang dilakukan

debitor pailit tersebut tidak lain sebagai tanggung jawabnya

sebagai direksi demi kepentingan keberlanjutan perseroan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 Ayat (1) dan Pasal 97

Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas. Namun dalam hal ini yang dilakukan

debitor pailit tidak sama sekali bertujuan untuk kepentengan

perseroan, tetapi justru lebih kepada kepentingan pribadinya

untuk menyelamatkan aset-aset perusahaan yang telah

dinyatakan pailit.

Page 79: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

66  

Nihilnya keuangan debitor pailit juga tidak terlepas

dari tindakan jual belinya dengan PT. KPE Industries yang

ternyata hasil penjualan aset senilai US$ 1.405.358,13

tersebut tidak sama sekali masuk dalam kas debitor pailit. Hal

ini terjadi karena nilai uang tersebut langsung di set off ke

perusahaan. Perbuatan itu dilakukan karena untuk membayar

ke perusahaan induk KNM Capital SDN BHD. Perihal

maksud dari set off dapat ditemui dalam Pasal 1425 dan Pasal

1426 KUHperdata yang menyatakan

“Jika dua orang saling berutang satu pada yang lain,

maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan, dengan

mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan

dengan cara dan dalam hal-hal yang akan disebutkan

sesudah ini”

Pasal 1426 KUHperdata :

“Perjumpaan terjadi demi hukum bahkan dengan tidak

setahunya orang-orang yang berutang dan kedua utang itu

yang satu menghapuskan yang lain dan sebaliknya pada saat

utang-utang itu besama-sama ada, bertimbal balik untuk

suatu jumlah yang sama"

bahwa mengenai frasa "perjumpaan terjadi demi

hukum" sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1462

KUHPerdata tersebut, Subekti berpendapat bahwa

perjumpaan utang atau kompensasi itu tidak terjadi secara

otomatis, tetapi harus diajukan atau diminta oleh pihak yang

berkepentingan. Atas hal tersebutlah alasan hasil penjualan

tersebut di set off kepada perusahaan induk hemat peneliti

Page 80: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

67  

tidak dapat dibenarkan menurut hukum karena tidak

memenuhi syarat dari Pasal 1425 dan 1426 KUHperdata,

sehingga tindakan tersebut layak untuk dibatalkan.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka

sepantasnya debitor mengetahui tindakan tersebut akan

merugikan para kreditornya, karena sebelumnya PT. Heat

Exhcangers telah mengikatkan dirinya melalui perjanjian

perdamian bersama para kreditornya yakni : PT. Eka Surya

Solusi, PT. Taka Asia fasific, PT. Quality Supply, PT. Multi

Bajatama, Fabricat International Ltd. Tidak dibayarkannya

utang-utang kepada para kreditornya tapi malah justru

menjual seluruh asetnya ke pihak lain merupakan tindakan

yang dapat dikatergorikan sebagai tindakan yang disengaja

atas sepengetahuannya. Meskipun memang terdapat frasa

“dan pihak dengan siapa melakukan perbuatan itu

mengetahui perbuatannya akan merugikan kreditor” dalam

unsur pembuktian rumusan norma Pasal 42 Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang, Namun menurut Sutan Remy

Sjahdeini cukuplah Kurator hanya perlu membuktikan bahwa

si debitor pada waktu melakukan perbuatan itu tahu bahwa ia

dengan berbuat demikian merugikan orang-orang yang

mengutangkan kepadanya, tidak peduli apakah orang yang

menerima keuntungan itu juga mengetahui atau tidak,4 hal itu

pun sesuai pula dengan norma Pasal 1341 KUH Perdata.

                                                            4  Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan: Memahami

Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), Cet. 1, h. 363. 

Page 81: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

68  

b) Perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan Debitor

Munculnya kewajiban pembayaran utang PT. Heat

Exchagers Indonesia (debitor pailit) kepada para kreditor

telah muncul melalui perjanjian perdamaian yang

dihomologasi oleh Pengadilan Niaga Medan tanggal 8 Juli

2014. Dalam perjanjian perdamaian tersebut terdapat 5

Kreditor yang harus dilunasi yaitu PT. Eka Surya Solusi, PT.

Taka Asia fasific, PT. Quality Supply, PT. Multi Bajatama,

Fabricat International Ltd. Namun seiring berjalannya waktu

debitor pailit juga tak kunjung membayar utang-utangnya,

oleh sebab itulah para kreditornya mengajukan pembatalan

perjanjian perdamaian yang telah dikabulkan oleh hakim

tingkat 1 sebagai Judex Facti dengan melalui putusan nomor

03/Pdt.Sus.Pembatalan/2015/Pengadilan Niaga.Mdn

mekanisme memailitkan subjek hukum tersebut tidak

lepas dari adanya prinsip Debt collection, dimana mempunyai

makna sebagai konsep pembalasan dari kreditor terhadap

debitor pailit. Pada hukum kepailitan asas ini dipergunakan

sebagai mekanisme pemaksaan dan pemerasan melalui

likuidasi aset. Sehingga dengan adanya asas ini menekankan

kembali fungsi adanya hukum kepailitan sebagai sarana

pemaksa untuk mewujudkan hak-hak Kreditor melalui

likuidasi aset debitor dengan bersama-sama dengan para

kreditor lainnya.

Dikabulkannya pembatalan perjanjian perdamaian

tersebut membuat PT. Heat Exchangers Indonesia

dikategorikan pailit, konsekuensi putusan tersebut PT. Heat

Exchangers harus dilikuidasi oleh Kurator guna membayar

segala utang-utang kepada para kreditor. Peristiwa dijualnya

Page 82: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

69  

seluruh aset debitor pailit kepada PT. KPE Industries, set off

hasil penjualan jual beli tersebut kepada perusahaan induk

KNM Capital SDN BHD dan transfer dana kepada perusahan

KNM Pty Ltd karena dianggap memiliki utang, jelas

bukanlah merupakan kewajiban debitor pailit untuk

melakukannya. Karena KNM Capital SDN BHD dan KNM

Pty Ltd tidak termasuk kedalam daftar kreditor yang harus

dibayarkan utang-utangnya, sehingga tepat jika hal itu

dibatalkan oleh majelis hakim.

c) perbuatan tersebut dilakukan 1 tahun sebelum putusan

pernyataan pailit diucapkan.

Secara hukum berdasarkan bukti yang terungkap PT.

Heat Exchangers Indonesia dinyatakan pailit 9 Juli 2015 dan

peristiwa hukum penjualan aset debitor pailit kepada PT. KPE

Industries sebesar US$ 1.405.358,13 dilakukan pada bulan

November 2014, serta dibulan April 2015 debitor pailit

mentransfer dana sebesar US$ 562.452,00 ke KNM Pty Ltd.

Hal ini membuktikan bahwa seluruh tindakan tersebut

dilakukan masih dalam tenggang waktu 1 (satu) tahun

sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.

Maka dengan demikian berdasarkan uraian bukti-

bukti diatas adalah tepat jika majelis hakim dalam

pertimbangannya menanggap bahwa kurator telah memenuhi

seluruh unsur-unsur pembuktian dalam gugatan actio

paulina.

Page 83: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

70  

2) Terangnya tindakan Fraudulent Transfer yang dilakukan Debitor

Pailit

istiliah Fraudulent transfer5 yang tertuang dalam the

bankruptcy code Amerika maksudnya adalah suatu peristiwa yang

terjadi ketika debitor menjual harta kekayaanya dengan harga

rendah dan dari hasil penjualan harta kekayaanya membuat debitor

menjadi pailit, atau jika debitor telah pailit ketika penjualan harta

kekayaan yang tidak masuk akal itu dilakukan oleh debitor. Hal ini

terjadi karena debitor berniat untuk menghalangi atau menunda

pembayaran utangnya kepada kreditor.6

Hal itu dibuat dengan tujuan untuk mencegah debitor

melakukan manipulasi dengan cara melakukan transfer harta

kekayaan yang dilakukan debitor sebeum pernyataan pailit

sehingga mengurangi atau menghabiskan kekayaan debitor.7

Tujuan lain dari fraudulent transfer law adalah untuk mencegah

debitor menutupi atau menjual harta kekayaanya untuk menipu para

kreditornya.

Dalam perkara yang saat ini peneliti teliti, ditemukan secara

terang melalui bukti yang ada, terdapat tindakan-tindakan debitor

pailit melakukan fraudulent transfer yaitu :

a) Bahwa dalam Perjanjian jual beli aset antara Debitor pailit

dengan PT. KPE Industries harga jual asset tersebut tidak

                                                            5 Douglas G. Baird & Thomas H.  Jacson, Fraudulent Conveyance  Law and  its Proper 

Domain, 38 Vanderbilt Law Review 829 (1985), h.829. 

6 Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan di Indonesia …, h. 206. 

7 Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan di Indonesia …, h. 205. 

Page 84: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

71  

melalui Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) / appraisal

melainkan hanya ditentukan oleh kesepakatan antara

Tergugat I dengan Tergugat II sehingga tidak dapat

dipastikan akurasi kebenaran harga tersebut apakah sudah

sesuai dengan harga pasar atau tidak;

b) Bahwa adanya bukti berupa AD/ART yang menyatakan

debitor pailit sebagai penjual dengan PT. KPE Industries

sebagai pembeli sama-sama memiliki Direktur dan

Komisaris yang sama. Yaitu Chew Fook sin selaku Direktur

PT. Heat Exchangers Indonesia (debitor pailit) sekaligus

Direktur PT. KPE Industries dan Lee Swee Eng selaku

Komisaris PT. Heat Exchangers Indonesia (debitor pailit)

sekaligus Komisaris PT. KPE Industries. Serta ditambah

surat perjanjian jual belinya pun sama-sama ditandatangani

oleh orang yang sama. Terlebih diketahui pula kedua

perusahaan tersebut memiliki hubungan istimewa karena

berada satu grup;

c) Bahwa hasil penjualan antara debitor pailit dengan PT. KPE

Industries ternyata tidak masuk ke kas debitor pailit, namun

langsung di set off ke Perusahaan KNM Capital SDN BHD

karena debitor pailit dianggap memiliki utang. Ternyata

setelah diusut lebih jauh KNM Capital SDN BHD adalah

induk dari perusahaan grup dimana debitor pailit bernaung;

d) Terungkapnya aliran dana ke Perusahaan KNM Pty Ltd,

yang ternyata juga memiliki hubungan grup dengan debitor

pailit.

Dari bukti-bukti tersebut kiranya sangatlah terang terdapat

kecacatan proses jual beli/ pengalihan aset yang dilakukan debitor

pailit serta terungkapnya itikad buruk dari debitor pailit untuk

Page 85: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

72  

menyelamatkan hartanya dengan melakukan fraudulent transfer

dalam satu grup perusahaan. Tentu hal ini menjadi sebuah persoalan

serius, karena setelah diaudit aset-aset debitor pailit telah

dinyatakan Rp. 0,- (nihil). Jika sudah demikian, lantas debitor pailit

sudah tentu tidak dapat membayar utang-utangnya kepada para

kreditor melalui Kuratornya, yang akan berimbas pada tidak

tercapainya prinsip pari posu pro rata parte dan prinsip Structured

Creditors. Maka menurut Peneliti penilaian berupa pertimbangan

hukum Pengadilan Niaga Medan guna menguji legal standing

Kurator dalam mengajukan actio paulina maupun pertimbangan

mengenai unsur-unsur pembuktian pembatalan tindakan debitor

pailit telah tepat dan sesuai dalam menerapkan hukum yang

berlaku karena memang nyata sekali tindakan pengalihan aset yang

dilakukan oleh debitor pailit.

2. Analisis Kurator Sebagai Pemegang Peranan Penting dalam Melindungi

Boedel Pailit

Terbayarkannya utang-utang ke para Kreditor sangat ditentukan dengan

kinerja dari Kurator. Seorang kurator memiliki tugas yang cukup berat, yaitu

melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. oleh karenanya segala

perbuatan hukum yang telah diperbuat oleh kurator dalam melakukan

tugasnya tidak dapat dipulihkan ke keadaan semula dan mengikat terhadap

semua pihak. Terlebih dalam realitanya membereskan harta pailit, Kurator

acapkali mendapatkan ancaman fisik hingga proses hukum yang tidak perlu

(seperti dilaporkan ke polisi).8

                                                            8 AKPI Minta Kurator Lebih Dilindungi Secara Hukum, artikel diakses pada tanggal 11

September 2018 dari http://kabar24.bisnis.com/read/20170701/16/667393/akpi-minta-kurator-lebih-dilindungi-secara-hukum

 

Page 86: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

73  

Apalagi mengingat adanya Pasal 17 Ayat (2) UU Kepailitan dinyatakan

secara tegas bahwa dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai

akibat adanya kasasi atau PK, maka segala perbuatan yang telah dilakukan

kurator tetap sah dan mengikat debitor. Setiap perbuatan kurator yang

merugikan terhadap harta pailit, baik secara disengaja maupun tidak

disengaja oleh kurator maka kurator harus dapat bertanggung jawab, Jelas

dalam Pasal 72 UU Kepailitan:

“Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya

dalam melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan yang

menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.”

Ini berarti kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan tidak dapat

bertindak sewenang-wenang, karena bila merugikan harta pailit, maka harta

pribadi kurator turut bertanggung jawab atas perbuatannya.9 Mengingat

pentingnya dalam mengelola aset pailit, Kurator telah dipersenjatai segala

instrumen hukum untuk melindungi aset pailit. untuk menilai baik atau

buruknya peran Kurator bila mengacu pada perkara yang sedang diteliti

dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Bahwa Marolop Tua Sagala telah sah sebagai Kurator PT. Heat

Exchangers Indonesia (debitor pailit) berdasarkan putusan

Pengadilan Niaga Medan dengan Nomor putusan :

03/Pdt.Sus/Pembatalan/2015/PN.Niaga.Mdn Jo. Nomor:

07/Pdt.Sus-PKPU/2014/PN.Niaga Medan, yang diucapkan dalam

sidang terbuka untuk umum pada hari Kamis, tertanggal 9 Juli

2015.

b. Kurator telah mengumumkan kepailitan debitor pailit di Harian

Batam Pos dan Harian Rakyat Merdeka, hal ini sesuai dengan Pasal

                                                            9 Jono, Hukum Kepailitan …, h.151.

Page 87: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

74  

15 Ayat (4) UU Kepailitan yang mengharuskan kurator dalam

waktu paling lambat 5 hari setelah putusan diterima oleh kurator, ia

wajib mengumumkan pailitnya debitor pailit ke berita negara dan

paling sedikit dua surat kabar harian.

c. Kurator telah beritikad baik untuk segera membereskan boedel

pailit si debitor pailit dengan memberitahukan dengan surat bahwa

Kurator akan berkunjung ke Perusahaan Debitor pailit, untuk

memverifikasi seluruh aset debitor pailit baik secara fisik maupun

dari dokumen dan juga seluruh utang-utang debitor pailit termasuk

utang kepada Buruh/Karyawannya;

d. Mengingat adanya itikad buruk dari debitor pailit yang

menyelamatkan asetnya, kurator dengan persetujuan hakim

pengawas melalui penetapan nomor 02/HP/03/Pdt.Sus-

Pembatalan/2015/PN.Niaga.Mdn., Jo. No. 07/Pdt.Sus-PKPU/

2014/Pengadilan Niaga Mdn, Tanggal 30 Juli 2015 dari Bapak

Hakim Pengawas Dr.Marsudin Nainggolan, S.H, M.H. yang pada

intinya memberikan izin untuk mengajukan gugatan actio paulina

ke Pengadilan Niaga medan karena memiliki alasan dan bukti yang

kuat. Dengan ini kurator telah memiliki alas hak yang kuat dalam

mengajukan actio paulina;

e. Kurator telah membuktikan seluruhnya unsur-unsur pembuktian

dalam perkara gugatan actio paulina, hal ini telah diutarakan dalam

poin analisis diawal.

Dari penjabaran tersebut memberikan gambaran bahwa Kurator telah

melaksanakan tanggung jawabnya untuk melindungi boedel pailit yang salah

satunya melalui mekanisme actio paulina, meskipun dikatakan pembuktian

untuk dikabulkannya actio paulina itu sulit seperti yang dikatakan oleh Fred

B.G Tumbuan, namun Kurator kali ini telah melaksanakan tugasnya dengan

Page 88: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

75  

baik dalam rangka melindungi aset debitor pailit yang telah di

pindahtangankan melalui tindakan fraudulent transfer ke pihak lain.

C. Akibat Hukum Terhadap Harta Pailit atas Putusan Hakim Mahkamah

Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Mengingat adanya putusan yang menyatakan tindakan jual beli aset

yang melibatkan PT Heat Exchangers Indonesia (debitor pailit) dengan PT KPE

Industries, serta transfer dana ke perusahaan KNM PTY Ltd sebagai perbuatan

melawan hukum karena menimbulkan kerugian bagi para kreditor PT. Heat

Exchangers, maka dengan semestinya jual beli dan transfer dana tersebut batal

demi hukum. Dibatalkannya tindakan tersebut karena telah terbukti secara sah

dan meyakinkan adanya tindakan penyelamatan aset yang dapat merugikan

para kreditor PT Heat Exchangers Indonesia (debitor pailit), terlebih yang

mengejutkan antara PT Heat Exchangers Indonesia (debitor pailit) dengan PT

KPE Industries sama-sama memiliki Direktur dan Komisaris yang sama pula,

serta perjanjian jual belinya pun ditandatangani dengan orang yang sama.

Pembatalan transaksi melalui putusan ini pun berlaku pula kepada

perusahaan KNM Capital dan perusahaan KNM PTY Ltd. KNM Capital

sebagai perusahaan dalam satu grup dengan debitor pailit sekaligus yang

menerima hasil penjualan aset PT Heat Exchangers berkat upaya set off,

sedangkan KNM PTY Ltd sebagai pihak yang menikmati aliran dana dari PT

Heat exchangers karena dianggap untuk pembayaran utang. Padahal

sebelumnya kedua perusahaan ini sama sekali tidak terdaftar sebagai kreditor

dalam perjanjian perdamaian PT Heat exchangers dengan para Kreditor kala

itu. Jika ditelisik adapun frasa “batal demi hukum” merupakan frasa khas

bidang hukum yang bermakna tidak berlaku/ tidak sah berdasarkan hukum.10

                                                            10 Elly Erawati dan Herlien Budiono, Penjelasan Hukum tentang Kebatalan Perjanjian,

(Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2005), h. 45.

Page 89: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

76  

Batalnya perjanjian jual beli dan transfer dana yang dilakukan PT. Heat

Exchangers Indonesia (debitor pailit) melalui putusan hakim merupakan salah

satu cara hapusnya perikatan yang dikemukakan oleh Subekti.11 Sehingga

konsekuensi logis hapusnya perikatan yang disebabkan pembatalan perjanjian

melalui putusan hakim mengakibatkan status hukum kembali pada keadaan

semula, yakni seluruh aset PT. Heat Exchangers Indonesia (debitor pailit)

meliputi aset senilai US$ 1.405.358,13,- yang terdiri 3 kategori aset yang dijual,

seperti :

- Plant and Equipment US$ 1.360.496,20

- Motor Vehicle US$ 901,68

- Furniture, Fitting and Computer US$ 43.960,25

Serta ditambah aset senilai US$ 562.452,00 yang diserahkan kepada

perusahaan KNM Pty Ltd, harus dikategorikan sebagai milik Debitor Pailit.

Dengan dikategorikannya seluruh aset tersebut adalah milik Debitor pailit maka

demi hukum hemat peneliti aset-aset tersebut harus dikembalikan oleh para

pihak dengan siapa perjanjian tersebut dilakukan. Logika ini pun nampaknya

jelas pula dituangkan dalam putusan Pengadilan Niaga Medan nomor Nomor :

07/Pdt.Sus-Actio Pauliana/2015/Pengadilan.Niaga.Mdn yang juga telah

diperkuat oleh Mahkamah Agung yang berbunyi “Menghukum Tergugat VII

KNM PTY LTD untuk menyerahkan kembali dana senilai USD.562.452,00

(lima ratus enam puluh dua ribu empat ratus lima puluh dua dollar Amerika)

kepada Kurator sebagai boedel Pailit PT. Heat Exchangers Indonesia (Dalam

Pailit)”. (Vide putusan Pengadilan Niaga Medan poin mengadili nomor 6).

                                                            11 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2003), Cet.31, h. 152.

Page 90: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

77  

Menurut Peneliti putusan Pengadilan tingkat 1 dan Mahkamah Agung

yang menyatakan seluruh aset tersebut merupakan bodel pailit dan wajib

dikembalikan kepada kurator adalah tepat, karena dengan dikembalikannya

seluruh aset yang dipindahtangkan/dijual tersebut mengindikasikan peran

positif hakim untuk melindungi kepentingan kreditor sesuai dengan landasan

hukum dalam Pasal 41 Ayat (1) yang menyatakan “Untuk kepentingan harta

pailit, kepada Pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan

hukum Debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan

Kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan“.

Terlebih dari sudut filosofis, sebagaimana dikemukakan oleh Philipus

M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai upaya pemerintah

yang bersifat preventif dan represif. Preventif maksudnya suatu perlindungan

hukum yang bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi suatu sengketa,

sedangkan represif maksudnya adalah bertujuan untuk menyelesaikan suatu

sengketa, yang termasuk penanganannya di ranah pengadilan.12 Dikaitkan

dengan pendapat tersebut, akibat hukum yang dilahirkan paska putusan

Mahkamah Agung ini merupakan cerminan perlindungan hukum represif , yang

muaranya menyelesaikan adanya sengketa antara Debitor pailit dengan para

kreditornya, dan bahkan bukan tidak mungkin hemat peneliti adanya putusan

ini menjadi trademark tersendiri agar tidak adalagi debitor pailit lainnya

melakukan hal serupa, sehingga memberikan perlindungan hukum secara

preventif sebagaimana yang dikemukakan Philipus M.Hadjon.

Lain hal dalam sisi keadilan hukum, jika berkaca makna dari Keadilan

adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ditelisik dari pandangan

Aristoteles, keadilan dibentuk menjadi dua bentuk, yaitu:

                                                            12 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT

Bina Ilmu, 1987), h. 29.

Page 91: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

78  

1) Keadilan distributif: yakni keadilan yang ditentukan oleh pembuat

undang-undang, distribusinya memuat jasa, hak dan kebaikan bagi

anggota masyarakat menurut prinsip kesamaan proposal.

2) Keadilan korektif: yaitu keadilan yang menjamin mengawasi dan

memelihara distribusi ini melawan serangan-serangan illegal. Fungsi

korektif keadilan pada prinsipnya diatur oleh hakim dan

menstabilkan kembali status quo dengan cara mengembalikan milik

korban yang bersangkutan atau dengan cara mengganti rugi milikinya

yang hilang.13

Adalah sesuai dikatakan serangan illegal, manakala debitor pailit

sebelum putusan pailit diucapkan, telah memindahtangankan/menjual seluruh

asetnya kepada perusahaan lain yang masih dalam satu grup, sehingga seluruh

aset dinyatakan habis. Adalah sesuai dikatakan korban, manakala para Kreditor

tidak mendapatkan hak-haknya untuk dibayarkan seluruh piutangnya. Maka

adalah tepat menurut Peneliti Putusan hakim tingkat 1 maupun Mahkamah

Agung yang membatalkan transaksi tersebut sebagai upaya guna

mengembalikan status quo seluruh aset yang dipindahtangankan. Sehingga

keadilan hukum korektif menurut Aristoteles diatas mampu tercipta berkat

adanya peristiwa hukum yang dilahirkan melalui putusan hakim. Sungguh

dengan demikian teori perlindungan hukum dan keadlian hukum yang peneliti

kemukakan diatas serta juga didalam Bab II penelitian ini telah terpenuhi

melalui putusan hakim yang tentu saja dipelopori oleh Kurator.

                                                            13 Helmi Juni, Filsafat Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 399.

Page 92: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

79   

BAB V

PENUTUP  

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah peneliti kaji

pada setiap sup bab pembahasan, maka dalam hal ini peneliti memberikan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Menjamin boedel pailit terkadang tidak cukup hanya menggantungkan

segalanya pada Kurator, peranan dari Hakim Pengawas maupun Hakim

Pengadilan Niaga maupun Hakim tingkat Kasasi memiliki peranan yang

penting dalam melindungi boedel pailit atas tindakan fraudulent transfer

yang dilakukan oleh debitor pailit. Setidaknya pentingnya peranan Hakim

Pengadilan judex facti maupun judex jurist pada kasus yang peneliti teliti

telah sesuai dengan hukum yang berlaku. Hakim Pengadilan Niaga Medan

maupun Hakim tingkat kasasi telah memenuhi Perlindungan dan Keadlian

Hukum memutus perkara a quo, karena telah objektif dalam

mempertimbangkan seluruh bukti yang ada seperti perjanjian jual beli yang

ditandatangani oleh kedua pihak yang sama, bukti yang menunjukkan

AD/ART antara debitor pailit dengan PT. KPE Industries ternyata direksi

dan komisarisnya dijabat oleh orang yang sama, bukti transfer dana yang

tidak sesuai peruntukkannya. Sehingga menjadi terang adanya tindakan

curang yang dilakukan debitor pailit untuk menyelamatkan aset-asetnya.

Dengan demikian selama bukti yang diajukan menguatkan maka actio

paulina sangat efektif dalam menjamin boedel pailit atas tindakan

fraudulent transfer yang dilakukan debitor pailit;

2. Konsekunsi dari putusan pembatalan tindakan yang dilakukan oleh debitor

pailit tersebut maka secara hukum akibat yang ditimbulkan adalah

mengembalikkan seluruh aset pailit yang telah dijual seluruhnya seperti

Page 93: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

80  

sedia kala baik itu aset pailit yang diperjualbelikan antara debitor pailit

dengan PT. KPE Indutries, maupun aset berupa dana yang disetor oleh

debitor pailit ke Perusahaan KNM Capital SDN BHD.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada permasalahan dalam bahasan pada penelitian ini,

maka peneliti mencoba untuk memberikan rekomendasi berupa :

1. Selaku pihak yang memikul tanggung jawab besar untuk mengurus bodel

pailit, kurator harus cermat untuk melakukan langkah-langkah dalam

membereskan boedel pailit dan tidak lupa untuk menelusuri lebih jauh

pergerakan aset debitor pailit. Penurunan nilai maupun habisnya aset

debitor pailit yang merugikan para kreditor tentu mencoreng hakekat dari

tujuan hukum kepailitan;

2. Hakim diharapkan agar terus menjaga komitmenya untuk menegakkan

keadilan dan kepastian dalam hal menjamin boedel pailit sehingga tujuan

hukum kepailitan yaitu terbayarkannya hak-hak kreditor dapat terpenuhi;

3. Rumitnya pembuktian untuk dikabulkannya actio paulina menjadi batu

sandungan tersendiri bagi para kreditor yang diwakili oleh kuratornya untuk

melindungi seluruh aset debitor pailit. Sehingga diperlukan langkah lebih

lanjut oleh Pemerintah maupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk

merevisi ketentuan ini. 

Page 94: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

81  

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Albani, Muhammad Syukri, dkk. Hukum dalam Pendekatan Filsafat, Jakarta:

PT. Kencana, 2016.

Anisah, Siti, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum

Kepailitan di Indonesia, Yogyakarta: Total Media, 2008

Asikin, Zainal, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang Di Indonesia, Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013.

Baird, Douglas G, & Thomas H. Jacson, Fraudulent Conveyance Law and its

Proper Domain, 38 Vanderbilt Law Review 829, 1985.

Black, Henry Campbell, Black’s law dictionary, West Publishing Co.,St. Paul

Minnesota, 1979.

Erawati, Elly dan Herlien Budiono, Penjelasan Hukum tentang Kebatalan

Perjanjian, Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2005.

Fuady, Munir, Hukum pailit 1998: dalam Teori dan Praktek, Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2002.

Gross, Karen, Failure and Forgiveness: Rebalancing the Bankruptcy System,

New Heaven: Yale University Press, 1997.

Hadjon, Phillipus M., Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya:

PT Bina Ilmu, 1987.

Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Juni, Helmi, Filsafat Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Page 95: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

82  

Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran, Jakarta: Pradnya

Paramita, 1982.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Kencana, 2010.

______________, Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Kencana, 2005.

Nating, Imran, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan

Pemberesan Harta Pailit, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),

h. 90.

Nurdin, Andriani, “Masalah Seputar Actio Paulina” dalam Emmy Yuhassarie,

ed., Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum: Prosiding

Rangkaian lokakarya Terbatas Masalah-Masalah Kepailitan dan

Wawasan Hukum Bisnis lainnya, 20-22 Juli 2004, Jakarta: Pusat

Pengkajian Hukum, 2004, h. 264.

Pane, Marjan E., “Inventarisasi dan Verifikasi dalam Rangka Pemberesan Harta

Pailit dalam Pelaksanaanya”, dalam Emmy Yuhassarie, ed., Undang-

Undang Kepailitan dan Perkembangannya, Jakarta: Pusat Pengkajian

Hukum, 2005, h. 280.

Prayoga, Andhika, Solusi Hukum Ketika Bisnis Terancam pailit (Bangkrut),

Jakarta: PT. Buku Seru, 2014.

Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Alumni, 1986.

______________, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.

Sastrawidjaja, Man. S. Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, Bandung: PT. Alumni, 2010.

Shubhan, Hadi, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan,

Cet.1, Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2008..

Page 96: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

83  

______________, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik di

Peradilan, Cet.5, Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2015.

Sjahdeini, Sutan Remy, Hukum Kepailitan: Memahami

Faillissementsverordening juncto Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1998, Jakarta: Grafiti, 2002.

Sjahdeini, Sutan Remy, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan:

Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran, Cet. 1, Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. 31, Jakarta: PT. Intermasa, 2003.

Waxman, Ned, “Bankruptcy”, 1992, dalam Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan:

Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan, Jakarta: PT Kencana

Prenada Media Group, 2015, h. 34.

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, Cet. 3,

Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002.

JURNAL

Hartono, Sri Redjeki, Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepailitan

Modern, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.7, Jakarta, 1992.

SKRIPSI

Utami, Septiana, “Kepastian Hukum Bagi Kreditor Konkuren Pada Babbington

Developments Limited Terhadap PT.Polysindo eka Perkasa TBK

Berdasarkan Prinsip Pari Passu Pro Rate Parte (Putusan MA No. 118

K/Pdt.Sus/2007)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Page 97: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

84  

Fauzia, Astrid, “Gugatan Actio Paulina oleh Kurator Terhadap Debitor yang

Telah Melakukan Penjualan Aset Sebelum Dinyatakan Pailit (Studi

Putusan Nomor 61 PK/Pdt.sus-Pailit/2015”, Skripsi S1 Fakultas

Hukum Universitas Lampung, 2017.

INERNET

Deliana Pradhita Sari, “AKPI Minta Kurator Lebih Dilindungi Secara

Hukum”, artikel diakses pada tanggal 11 September 2018 dari

http://kabar24.bisnis.com/read/20170701/16/667393/akpi-minta-

kurator-lebih-dilindungi-secara-hukum

HRS, “Tiga Syarat Gugatan Actio Paulina dalam Kepailitan”, artikel diakses

tepat pada hari Minggu tanggal 9 September 2018 dari

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5376411a7aba8/tiga-

syarat-gugatan-iactio-pauliana-i-dalam-kepailitan

Wall, David, “Uniform Fraudulent Transfer Act (UFTA)”, artikel diakses

tepat pada hari Minggu Tanggal 16 September 2018 dari

http://www.fraudconference.com/uploadedFiles/Fraud_Conference/C

ontent/Course-Materials/presentations/23rd/ppt/12G-David-Wall.pdf

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

LAMPIRAN

Putusan Mahkamah Agung Nomor 15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Page 98: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 1 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

P U T U S A NNomor 15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAM A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus gugatan actio pauliana pada tingkat kasasi

telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara:

1. PT. KPE INDUSTRIES, yang diwakili oleh Direktur Lee Wai

Kit, terakhir diketahui berkedudukan di Kota Batam, Provinsi

Kepulauan Riau, Indonesia dan berkantor terdaftar di

Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK), Jalan Hang Kesturi I,

Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Batam 29467,

Indonesia, dalam hal ini memberi kuasa kepada Zunaldi

Zamzami, S.H., Advokat, beralamat di Komplek Bida Asri I

Blok A2, Nomor 17, Batam, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

tanggal 9 September 2015;

2. CHEW FOOK SIN, sebagai Direktur PT KPE Industries,

berkedudukan di Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK),

Jalan Hang Kesturi I, Kelurahan Batu Besar, Kecamatan

Nongsa, Batam 29467, Indonesia, dalam hal ini memberi

kuasa kepada Zunaldi Zamzami, S.H., Advokat, beralamat di

Komplek Bida Asri I Blok A2, Nomor 17, Batam, berdasarkan

Surat Kuasa Khusus tanggal 25 Agustus 2015;

3. LEE SWEE ENG, Komisari PT KPE Industries, berkedudukan

di Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK), Jalan Hang Kesturi

I, Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Batam 29467,

Indonesia;

4. KNM PROCESS SDN BHD, Selaku Pemegang Saham

Perseroan: Memiliki/Memegang 1 (satu) Saham Seri A, atas

PT Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit), berkedudukan

di 15, Jalan Dagang SB4/I Taman Sungai Besi Indah 43300,

Seri Kembangan Selangor, Darul Ehsan, Malaysia;

5. KNM CAPITAL SDN BHD, Selaku Perusahaan Dalam Satu

Group Dengan Para Tergugat sehubungan dengan hasil

penjualan aset Tergugat I, berkedudukan di 15, Jalan Dagang

SB4/I Taman Sungai Besi Indah 43300, Seri Kembangan

Selangor, Darul Ehsan, Malaysia, Nomor 3 s/d 5 dalam hal ini

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 99: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 2 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

memberi kuasa kepada Zunaldi Zamzami, S.H., Advokat,

beralamat di Komplek Bida Asri I Blok A2, Nomor 17, Batam,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 21 Agustus 2015,

sebagai Para Pemohon Kasasi dahulu Tergugat II, V, VI, Turut

Tergugat I, II

Lawan:

MAROLOP TUA SAGALA, S.H., Kurator PT. Heat Exchangers

Indonesia (dalam Pailit), bertempat tinggal di Jalan Pramuka Raya,

Komplek Bina Marga Nomor 56, Jakarta Timur 13140, Indonesia,

dalam hal ini memberi kuasa kepada Viktor Raya Pinem,

S.H.,M.H., dan kawan-kawan, Para Advokat, beralamat di Setia

Budi Bisnis Point, Blok BB Nomor 7, Jalan Setia Budi, Medan

20127, sebagai Termohon Kasasi dahulu Penggugat;

d a n:

1. PT. HEAT EXCHANGERS INDONESIA (Dalam Pailit),terakhir diketahui berkedudukan di Kota Batam, Provinsi

Kepulauan Riau, Indonesia, berkantor dan terdaftar di

Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK), Jalan Hang Kesturi I

Kaveling A21, Batu Besar, Nongsa, Batam 29467, Indonesia;

2. CHEW FOOK SIN, Direktur PT. HEAT EXCHANGERSINDONESIA (Dalam Pailit) (in casu) (Tergugat I),

berkedudukan di Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK), Jalan

Hang Kesturi I, Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa,

Batam 29467, Indonesia;

3. LEE SWEE ENG, Komisaris PT Heat Exchangers Indonesia

(dalam Pailit) (in casu) (Tergugat I), berkedudukan di Kawasan

Industri Terpadu Kabil (KITK), Jalan Hang Kesturi I, Kelurahan

Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Batam 29467, Indonesia;

4. KNM PTY LTD, Selaku Pemegang Saham Perseroan:

Memiliki/Memegang 889.155 (delapan ratus delapan puluh

Sembilan ribu seratus lima puluh lima) saham terdiri dari:

499.999 (empat ratus sembilan puluh sembilan ribu sembilan

ratus sembilan puluh sembilan) Saham Seri A. 389.156 (tiga

ratus delapan puluh Sembilan ribu seratus lima puluh enam)

Saham Seri B, atas PT Heat Exchangers Indonesia (dalam

Pailit), berkedudukan di 15, Jalan Dagang SB4/I Taman Sungai

Besi Indah 43300, Seri Kembangan Selangor, Darul Ehsan,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 100: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 3 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Malaysia, sebagai Para Turut Termohon Kasasi dahulu

Tergugat I, III, IV, VII;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang

Termohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah mengajukan gugatan

terhadap sekarang Para Pemohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat II, V, VI,

Turut Tergugat I, II dan Para Turut Termohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat I,

III, IV, VII, di depan persidangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Medan, pada pokoknya sebagai berikut:

A. Pendahuluan:

1. Bahwa, Penggugat adalah Kurator PT. Heat Exchangers Indonesia

(dalam Pailit) berdasarkan putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor 03/

Pdt. Sus/Pembatalan/2015/PN.Niaga.Mdn, Jo. Nomor 07/Pdt. Sus-

PKPU/2014/PN.Niaga Medan, yang diucapkan dalam sidang terbuka

untuk umum pada hari Kamis, tertanggal 9 Juli 2015, (Bukti P – 1);

2. Bahwa, PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) (in casu Tergugat

I) adalah Debitor Pailit berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga Medan

Nomor 03/ Pdt.Khusus/Pembatalan/2015/PN.Niaga Mdn, Jo. Nomor 07/

Pdt - PKPU/2014/PN.Niaga Medan, yang diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum pada hari Kamis, tertanggal 9 Juli 2015, (Bukti P –

1);

3. Bahwa, berdasarkan dokumen yang Penggugat dapatkan, Tergugat I

dan Tergugat II adalah Perusahaan Asing dan merupakan Anak

Perusahaan dari KNM Pty Ltd., dan KNM Pty Ltd. adalah salah satu dari

Anak Perusahaan KNM Process Systems Sdn Bhd (“KNMPS”), dan

selanjutnya “KNMPS” adalah salah satu dari Perusahaan KNM Group

Berhad yang berpusat di 15, Jalan Dagang SB4/1, Taman Sungai Besi

Indah 43300, Seri Kembangan Selangor Darul Ehsan, Malaysia, (Bukti P

- 2);

4. Bahwa, Penggugat setelah mengumumkan kepailitan Tergugat di Harian

Batam Pos dan Harian Rakyat Merdeka, selanjutnya memberitahukan

dengan surat bahwa Penggugat akan berkunjung ke Perusahaan

Tergugat, dan Penggugat menindaklanjutinya dengan kunjungan ke

Batam, untuk memverifikasi seluruh asset Tergugat (boedel pailit) baik

secara fisik maupun dari dokumen dan juga seluruh utang-utang

Tergugat termasuk utang kepada Buruh/Karyawan Tergugat;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 101: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 4 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

5. Bahwa, Penggugat telah menerima beberapa dokumen Debitur Pailit

dari Karyawan Tergugat I dengan tanda terima (transmital slip) yang

diberikan kepada Penggugat, (Bukti P – 3);

6. Bahwa, dari Dokumen yang ada terlihat bahwa antara Tergugat I dengan

Tergugat II berada dalam satu lokasi sebagaimana alamat tersebut di

atas, dimana Tergugat I memiliki mesin-mesin serta alat-alat produksi

lainnya serta peralatan kantor;

7. Bahwa, selanjutnya Direktur dan Komisaris dari Tergugat I dan Tergugat

II adalah orang yang sama pula, yaitu Chew Fook Sin dan Lee Swee

Eng, (Bukti P – 10), (Bukti P – 11);

8. Bahwa, sebagian Karyawan Tergugat diangkat secara bersama-sama

oleh Tergugat I dan Tergugat II dan Project/ Pekerjaan baik itu milik

Tergugat I maupun milik Tergugat II dikerjakan oleh Karyawan yang

sama sebagaimana tersebut di atas;

9. Bahwa, Penggugat telah mendapatkan Penetapan Hakim Pengawas

Nomor 02/HP/03/Pdt.Khusus/Pembatalan/2015/PN.Niaga.Mdn., Jo.

Nomor 07/PKPU/2014/PN.Niaga Mdn, Tanggal 30 Juli 2015 dari Bapak

Hakim Pengawas Dr. Marsudin Nainggolan, SH, MH. yang pada intinya

menyatakan bahwa Kurator (incasu Penggugat) memiliki alasan hukum

yang kuat untuk mengajukan gugatan sehingga Hakim Pengawas

memberikan izin kepada Penggugat untuk melakukan Gugatan Actio

Pauliana ke Pengadilan Niaga Medan, (Bukti P – 4);

B. Kewenangan mengadili terhadap gugatan actio pauliana:

10. Bahwa, untuk kepentingan Harta Pailit, Kurator (in casu Penggugat)

berwenang untuk memintakan pembatalan perbuatan hukum Debitor

yang telah dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga, dan perbuatan

tersebut merugikan kreditor, hal tersebut sebagaimana dinyatakan

dalam Undang Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang (PKPU) Nomor 37 Tahun 2004 selanjutnya disebut

“UU Kepailitan Dan PKPU”;

Pasal 41 ayat (1), UU Kepailitan dan PKPU, menyatakan:

“Untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan dapat dimintakan

pembatalan segala perbuatan hukum Debitor yang telah dinyatakan

pailit yang merugikan kepentingan Kreditor, yang dilakukan sebelum

putusan pernyataan pailit diucapkan“;

11. Bahwa, tuntutan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1)

Undang Undang Kepailitan tersebut diajukan oleh Kurator (in casu

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 102: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 5 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Penggugat) ke Pengadilan Niaga dalam lingkungan Peradilan Umum

didaerah tempat kedudukan hukum Debitor;

Pasal 47 ayat (1), UU Kepailitan dan PKPU, menyatakan:

“Tuntutan hak berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45 dan Pasal 46 diajukan

oleh Kurator ke Pengadilan“;

Selanjutnya Pasal 1 Ayat (7) UU Kepailitan dan PKPU, menyatakan:

“Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan

umum”;

12. Bahwa, kemudian Pasal 3 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU mengatur

tentang gugatan actio pauliana yang diputus Pengadilan Niaga dalam

lingkungan Peradilan Umum didaerah tempat kedudukan hukum

Debitor;

Pasal 3 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU, menyatakan:

“Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang

berkaitan dan/atau diatur dalam Undang Undang ini, di putuskan oleh

Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan

hukum Debitor”;

Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU, menyatakan:

“Yang dimaksud dengan “hal-hal lain” adalah antara lain, actio pauliana,

perlawanan pihak ketiga terhadap penyitaan, atau perkara dimana

dimana Debitor, Kreditor, Kurator, atau pengurus menjadi salah satu

pihak dalam perkara yang berkaitan dengan harta pailit termasuk

gugatan Kurator terhadap Direksi yang menyebabkan perseroan

dinyatakan pailit karena kelalaiannya atau kesalahannya“;

13. Bahwa, berdasarkan penjelasan di atas, Kurator (in casu Penggugat)

mempunyai hak untuk memintakan pembatalan hukum perbuatan

Debitor (in casu Tergugat I) berdasarkan Pasal 41 ayat (1) UU Kepailitan

dan PKPU, yang selanjutnya unsur-unsur pemenuhannya termaktub

dalam Pasal 41 ayat (2) UU Kepailitan dan PKPU;

Pasal 41 ayat (2) UU Kepailitan dan PKPU, menyatakan:

“Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat

dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum

dilakukan, Debitor dan pihak dengan siapa perbuatan hukum tersebut

dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan

hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor“;

Selanjutnya Pasal 42 UU Kepailitan dan PKPU, menyatakan:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 103: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 6 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

“Apabila perbuatan hukum yang merugikan Kreditor dilakukan dalam

jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum putusan pernyataan pailit

diucapkan, sedangkan perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan Debitor,

kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitor dan pihak dengan siapa

perbuatan tersebut dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya

mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian

bagi kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2)”;

14. Berdasarkan penjelasan dan Uraian tersebut diatas, maka adalah jelas

bahwa Kurator (in casu Penggugat) berhak mengajukan suatu Gugatan

Pembatalan atas suatu perbuatan hukum (actio pauliana) terhadap

Debitor (in casu Tergugat I) dan pihak lainnya ( in casu Tergugat II – VII,

dan Turut Tergugat I-II) ke Pengadilan Niaga dalam lingkungan

Peradilan Umum di daerah tempat kedudukan hukum Debitor;

C. Latar belakang perkara a quo:

15. Bahwa, Pailitnya Tergugat I karena Pembatalan Perdamaian yang

diajukan oleh para kreditur Tergugat I ke Pengadilan Niaga Medan

karena Tergugat I tidak membayar utang sebagaimana tersebut dalam

Perjanjian Perdamaian yang di buat oleh Tergugat I dengan Para

Krediturnya yang telah di Homologasi oleh Pengadilan Niaga Medan

dalam Putusan Homologasi Nomor 07/PKPU/2014/PN.Niaga.Mdn.,

Tanggal 8 Juli 2014, (Bukti P – 5);

16. Bahwa, pada Tanggal 14 – 16 Juli 2015 Penggugat selaku Kurator PT.

Heat Exchanger Indonesia (dalam Pailit) (in casu Tergugat) berkunjung

ke Lokasi Perusahaan Tergugat I untuk memeriksa dan memverifikasi

Asset/ Boedel Pailit baik secara fisik maupun dokumen-dokumennya,

dan saat itulah Penggugat menemukan dokumen yang menyatakan

bahwa Tergugat I telah mengalihkan/ menjual seluruh hartanya kepada

Tergugat II, pengalihan/jual beli tersebut juga dibenarkan oleh Para

Karyawan dari Tergugat I;

17. Bahwa, berdasarkan dokumen tersebut, Penggugat mengetahui

Tergugat I telah mengalihkan/ menjual seluruh Asset-Assetnya kepada

Tergugat II pada Bulan November 2014 dengan harga total senilai USD.

1.405.358,13,- (satu juta empat ratus lima ribu tiga ratus lima puluh

delapan koma tiga belas US Dollar), (Bukti P – 6);

18. Bahwa, Tergugat I juga telah menjual Asset berupa 5 (lima) Unit Mobil

milik Tergugat I kepada Tergugat II senilai USD. 901,68 (sembilan ratus

satu koma enam puluh delapan US Dollar), (Bukti P – 7);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 104: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 7 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

19. Bahwa, Penggugat juga menemukan dokumen Laporan Keuangan

Tergugat I Per 31 Desember 2014 yang di Audit oleh : Kantor Akuntan

Publik Riyanto, SE, AK., yang beralamat di Komp. Ruko Palm Spring,

Blok B-2, Nomor 2, Batam Centre, Batam 29432 dimana Laporan

Auditor tersebut menyatakan bahwa Asset milik Tergugat telah nihil

(nol), (Bukti P – 8);

20. Bahwa, Tergugat I dan Tergugat II adalah Perusahaan Asing dimana

Tergugat I mempunyai Peralatan dan Mesin-Mesin Produksi dan alat-

alat tersebutlah yang digunakan oleh Tergugat I dan Tergugat II secara

bersama-sama dan bergantian dalam menghasilkan keuntungan;

21. Bahwa, Penjualan seluruh Asset-Asset milik Tergugat I senilai Total

USD.1.405.358,13 (satu juta empat ratus lima ribu tiga ratus lima puluh

delapan dollar Amerika tiga belas sen) (Bukti P – 6) yang di lakukan

oleh Tergugat I kepada Tergugat II adalah berupa :

a. Plant and Equipment: USD 1.360.496,20

b. Motor Vehicle: USD 901,68

c. Furniture, Fitting and Computer: USD 43.960,25

22. Bahwa, 5 (lima) unit mobil Tergugat yang di jual Tergugat kepada

Tergugat I (Bukti P – 8) adalah:

22.1. Merk : FORD

Type : RANGER

Nomor Polisi : BM 8518 XC

Tahun Pembuatan: 2000

Isi Silinder : 2499 CC

Nomor Rangka : SCZWYL 85836

Nomor Mesin : WLAT 105979

22.2. Merk : TOYOTA

Type : INNOVA AT

Nomor Polisi : BP 1184 MY

Tahun Pembuatan: 2005

Isi Silinder : 2499 CC

Nomor Rangka : SCZWYL 85836

Nomor Mesin : WLAT 105979

22.3. Merk : TOYOTA

Type : KIJANG

Nomor Polisi : BM 8817 H

Tahun Pembuatan: 1998

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 105: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 8 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Isi Silinder : 2446 CC

Nomor Rangka : MHF3ILF 6000003082

Nomor Mesin : IL.9515621

22.4. Merk : TOYOTA

Type : HARRIER

Nomor Polisi : BM 8518 XC

Tahun Pembuatan: 2003

Isi Silinder : 2994 CC

Nomor Rangka : MCU30.0003781

Nomor Mesin : MZ.1615126

22.5. Merk : NISSAN

Type : SUNNY

Nomor Polisi : BM 1597 XJ

Tahun Pembuatan: 1997

Isi Silinder : 1600 CC

Nomor Rangka : JNIBDAB14Z0316309

Nomor Mesin : GA16.494714C

23. Bahwa, pada Tanggal 17 April 2015 Tergugat I telah mentransfer dana

sebesar USD562.452,00 (lima ratus enam puluh dua ribu empat ratus

lima puluh dua dollar Amerika) kepada KNM Pty Ltd. (in casu Tergugat

VII), transfer dana dari Tergugat I tersebut dilakukan dan ditandatangani

oleh Finance Manager dan General Manager dari Tergugat I, dan

transfer dana tersebut tidak didukung oleh dokumen dokumen yang

seharusnya dilengkapi, (Bukti P – 9);

24. Bahwa, berdasarkan aturan Batas Kewenangan Keuangan Perusahaan

(Financial Limited Authority) yang berlaku di Group Para Tergugat dan

berlaku juga untuk Tergugat I, dimana untuk transaksi di atas USD

100.000 adalah menjadi kewenangan CEO perusahaan ke atas dan

itupun baru dapat dilakukan apabila telah dilengkapi dengan dokumen-

dokumen pendukungnya, berupa:

24.1. Purchase Order;

24.2. Invoice;

24.3. DO./Delivery Order;

24.4. MRR (Material Resitting Report);

24.5. Dokumen-dokumen pendukung lainnya;

25. Bahwa, transfer yang dilakukan oleh Tergugat I kepada Tergugat VII

(Bukti P – 9) dilakukan tanpa dokumen pendukung dan dilakukan oleh

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 106: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 9 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

orang yang jabatannya di Perusahaan berada di bawah CEO, hal ini

membuktikan bahwa transfer dana tersebut tanpa tujuan yang jelas dan

melanggar aturan dan ketentuan dalam perusahaan;

26. Bahwa, kalaupun transfer dana tersebut bertujuan untuk membayar

utang Tergugat I kepada Tergugat VII juga harus dilakukan dengan

bukti-bukti pendukung yang kuat, sehingga dengan demikian Penggugat

menduga bahwa transfer dana tersebut merupakan tindakan manipulasi

dari Tergugat I dan Tergugat VII dan terindikasi bahwa utang utang

yang ada di Group Perusahaan Para Tergugat adalah rekayasa;

D. Tindakan Para Tergugat melawan hukum:

Penjualan asset dilakukan Para Tergugat dengan itikad buruk untuk

menghindar dari kewajiban membayar dan melunasi seluruh utang-

utangnya;

27. Bahwa, sebagaimana (Bukti P – 5) di atas Tergugat I Pailit karena tidak

membayar lunas utang kepada Para Krediturnya sebagaimana

Perjanjian Perdamaian yang telah di Homologasi oleh Pengadilan Niaga

Medan pada tanggal 8 Juli 2014;

28. Bahwa, Para Kreditur Tergugat I yang tidak dibayar oleh Tergugat I

sebagaimana Perjanjian Perdamaian yang dilakukan oleh Tergugat I

dengan Para Krediturnya antara lain:

- Fabricat International Ltd.;

- PT. Eka Surya Solusi;

- PT. Taka Asia Facific;

- PT. Quality Supply;

- PT. Multi Karya Bajatama;

29. Bahwa, Tergugat I selain tidak melaksanakan sepenuhnya Perjanjian

Perdamaian dengan para Krediturnya tersebut dan selanjutnya Tergugat

I malah menjual/ mengalihkan seluruh asset-assetnya/hartanya kepada

Tergugat II, dalam hal ini tindakan Tergugat I telah bertentangan dengan

Pasal 1131 KUH Perdata menyatakan bahwa seluruh asset/harta

Tergugat I, menjadi jaminan atas utang-utang Tergugat I;

Pasal 1131 KUH Perdata menyatakan:

“Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik

yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk

perikatan perorangan debitur itu”;

30. Bahwa, dengan dijual/dialihkannya asset Tergugat I kepada Tergugat II

menyebabkan Tergugat I tidak dapat lagi melunasi utang kepada para

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 107: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 10 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Krediturnya, apalagi saat ini Tergugat I sudah dalam keadaan Pailit,

dimana Penggugat yang ditunjuk dan diangkat oleh Pengadilan Niaga

Medan bertugas untuk memverifikasi seluruh utang Tergugat I dan juga

seluruh Asset Tergugat I dan selanjutnya melikuidasi seluruh asset

Tergugat I tersebut untuk membayar utang-utang Tergugat I termasuk

Utang Upah/ Pesangon kepada Para Karyawan Tergugat I, akan tetapi

akibat Penjualan/ Pengalihan Asset yang dilakukan oleh Tergugat I

tersebut Penggugat tidak dapat lagi membayar tagihan para kreditur

tersebut;

Hasil penjualan asset Tergugat kepada Tergugat I tanpa pembayaran

dana yang masuk ke dalam kas/rekening Tergugat;

31. Bahwa, Penjualan Seluruh Asset yang dilakukan Tergugat I kepada

Tergugat II juga telah melanggar salah satu Prinsip Dasar Kepailitan

yang diatur dalam Pasal 1132 KUH Perdata (pembayaran utang harus

dilaksanakan dengan prinsip pari pasu/pro rata);

Pasal 1132 KUH Perdata menyatakan:

“Harta debitur menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua

kreditur yang memberikan hutang kepadanya”;

32. Bahwa, dalam Perjanjian Penjualan seluruh asset Tergugat I (Bukti P –

6) menyebutkan bahwa penjualan tersebut hanya menyebutkan harga

tanpa adanya pembayaran harga dari Pembeli/ Tergugat II kepada

Penjual/ Tergugat I karena dinyatakan bahwa Tergugat I mempunyai

utang kepada Perusahaan Induk dan hasil penjualan asset Tergugat I

tersebut langsung di Set Off untuk membayar utang kepada Perusahaan

Induk KNM Capital SDN BHD;

33. Bahwa, alasan tidak adanya pembayaran dalam jual beli asset Tergugat

I tersebut karena Tergugat I harus membayar utang kepada Perusahaan

Induknya jelas telah melanggar Prinsip dan ketentuan dalam Pasal 1132

KUH Perdata;

34. Bahwa, selain itu utang Tergugat I kepada Perusahaan Induknya

tersebut belum jelas asal-usulnya karena utang tersebut tidak

terverifikasi dalam Perjanjian Perdamaian Tergugat I di Pengadilan

Niaga Medan sebelumnya (Bukti P – 5) dan akibatnya utang Tergugat I

yang belum dilunasi yang terdapat dalam Perjanjian Perdamaian yang di

Homologasi Pengadilan Niaga Medan berikut utang kepada karyawan

Tergugat I tidak akan terbayar lagi dan hal ini jelas sangat merugikan

Para Kreditur Tergugat I;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 108: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 11 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Harga penjualan asset tidak ditentukan melalui appraisal

35. Bahwa, dalam Perjanjian jual beli asset Tergugat antara Tergugat I

dengan Tergugat II harga jual asset tersebut tidak melalui Kantor Jasa

Penilai Publik (KJPP) / appraisal melainkan hanya ditentukan oleh

kesepakatan antara Tergugat I dengan Tergugat II sehingga tidak dapat

dipastikan akurasi kebenaran harga tersebut apakah sudah sesuai

dengan harga pasar atau tidak ;

Surat jual beli cacat hukum dan penuh rekayasa:

36. Bahwa, surat jual beli seluruh asset Tergugat senilai USD 1.405.358,13

(satu juta empat ratus lima ribu tiga ratus lima puluh delapan koma tiga

belas US Dollar) (Bukti P – 6) telah cacat hukum ini terbukti karena

pihak penjual Tergugat I dan pihak pembeli Tergugat II masing-masing

ditandatangani oleh orang yang sama, karena Pimpinan dari Tergugat I

dan Pimpinan dari Tergugat II adalah orang yang sama yaitu:

Chew Fook Sin : adalah Direktur PT. Heat Exchangers Indonesia (in

casu Tergugat I) dan juga Direktur PT. KPE

Industries (in casu Tergugat II);

Lee Swee Eng : adalah Komisaris PT. Heat Exchangers Indonesia

(in casu Tergugat I) dan juga Komisaris PT. KPE

Industries (in casu Tergugat II);

Sebagaimana tersebut dalam Perubahan Anggaran Dasar Tergugat

Nomor 9, tanggal 5 Maret 2015 yang dibuat oleh Notaris Yudo Diharjo

Lantanea, SH., MKn. Dan juga Perubahan Anggaran Dasar Tergugat I

Nomor 27, tanggal 29 Mei 2013 yang juga dibuat oleh Notaris Yudo

Diharjo Lantanea, SH., MKn. Notaris di Batam, Gedung M3G, Jalan Yos

Sudarso, Kota Batam, (Bukti P – 10), (Bukti P – 11);

37. Bahwa, dalam Perjanjian jual-beli asset Tergugat I pihak Penjual/

Tergugat I ditandatangai oleh Chew Fook Sin sebagai Direktur Tergugat

I dan Lee Swee Eng sebagai Komisaris Tergugat I dan pihak pembeli

juga ditandatangani oleh Chew Fook Sin sebagai Direktur Tergugat II

dan Lee Swee Eng sebagai Komisaris Tergugat II, (Bukti P – 12);

38. Bahwa, demikian pula jual beli atas asset Tergugat I berupa 5 (lima) unit

kendaraan berupa mobil (Bukti P – 7) adalah juga rekayasa dan akal-

akalan Tergugat I dengan Tergugat II karena Chew Fook Sin sebagai

Direktur PT. Heat Exchangers Indonesia (in casu Tergugat I) memberi

kuasa kepada Richard Conrod Kimbin sebagai Financial Controller

Tergugat I untuk menjual 5 (lima) unit kendaraan mobil tersebut dan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 109: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 12 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

selanjutnya Richard Conrod Kimbin memberikan Kuasa menjual kepada

Chew Fok Sin untuk menjual 5 (lima) unit kendaraan mobil tersebut,

(Bukti P–13), (Bukti P–14);

39. Bahwa, kemudian Richard Conrod Kimbin sebagai Penjual dengan

Chew Fook Sin sebagai Pembeli mengadakan Perjanjian Jual Beli atas

5 (lima) unit kendaraan mobil tersebut;

40. Bahwa, Rekayasa Penjualan Asset Tergugat I kepada Tergugat II senilai

USD1.405.358,13 (satu juta empat ratus lima ribu tiga ratus lima puluh

delapan koma tiga belas US Dollar) (Bukti P – 6) dapat terlihat dalam

Purchase Order Tergugat I Nomor 000571 ada 2 (dua) dan diwakili dan

ditanda tangani oleh orang yang sama yang mewakili Tergugat I,

sekaligus mewakili Tergugat II. Selanjutnya dokumen tersebut dibuat

dua kali pada tanggal yang berbeda, yaitu pada tanggal 14 Desember

2014 dan 10 Januari 2015, (Bukti P – 15), (Bukti P – 16);

Tergugat I dan Tergugat II dua badan hukum yang direkayasa menjadi

sama:

41. Bahwa, selain (Bukti P – 10), (Bukti P – 11) yang menunjukkan Direktur

Tergugat I sama dengan Direktur Tergugat II adalah orang yang sama

yaitu Chow Fook Sin serta Komisaris Tergugat I dan Komisaris Tergugat

II adalah juga orang yang sama yaitu Lee Swee Eng. Lebih ironis lagi

bahwa ternyata pihak pihak yang diberi wewenang untuk

menandatangani pengeluaran dana dari Tergugat I dan Tergugat II

adalah orang orang yang sama pada Bank HSBC (The Hongkong and

Shanghai Banking Corporation Limited) Cabang Batam;

Tergugat I Tergugat II

Pihak Berwenang mengeluarkan Pihak Berwenang mengeluarkan

Dana dari Tergugat I Dana dari Tergugat II

1. Lee Swee Eng 1. Lee Swee Eng

2. Tan Koon Ping 2. Tan Koon Ping

3. Ng Boon Su 3. Ng Boon Su

4. Ho Guan Ming 4. Ho Guan Ming

5. Richard Conrod Kimbin 5. Richard Conrod Kimbin

6. Nigel Maurice Womersley 6. Nigel Maurice Womersley

Dengan demikian ada indikasi rekayasa dan ikhtikad buruk untuk

terjadinya percampuran dana-dana Tergugat I menjadi dana Tergugat II

demikian pula sebaliknya. Bahwa selain itu terjadi pelanggaran bahwa

Lee Swee Eng sebagai Komisaris Tergugat I dan Tergugat II turut

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 110: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 13 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

mengurusi pengeluaran dana dana Tergugat I dan Tergugat II, yang

seharusnya berfungsi menjadi pengawas dalam posisi Komisaris dalam

satu perusahaan, (Bukti P -17), (Bukti P -18);

42. Bahwa, selain yang tersebut di atas Project Tergugat I maupun Tergugat

II dikerjakan oleh Karyawan yang sama yaitu Karyawan Tergugat I dan

Karyawan yang diangkat secara bersama oleh Tergugat I maupun

Tergugat II, (Bukti P – 19), (Bukti P – 20);

43. Bahwa, selanjutnya Surat Keterangan Domisili Usaha serta Surat Tanda

Daftar Perusahaan dari Tergugat I dan Tergugat II adalah atas nama

orang yang sama yaitu Tergugat III dan Tergugat V, (Bukti P – 21),

(Bukti P–22);

44. Bahwa, persamaan-persamaan yang direkayasa oleh Tergugat I dan

Tergugat II tersebut di atas sengaja dirancang untuk memanipulasi Para

Kreditur Tergugat I agar Tergugat I dapat menghindar dari kewajibannya

untuk membayar utang termasuk yang sudah di homologasi oleh

Pengadilan Niaga sekalipun (dalam perkara a quo);

45. Bahwa, dengan persamaan-persamaan yang dibuat oleh Tergugat I dan

Tergugat II tersebut sangat jelas terlihat perbuatan rekayasa yang

dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II untuk mengalihkan Asset

Tergugat I sangat bertentangan dengan hukum dan sangat merugikan

Para Kreditur Tergugat I;

Para Tergugat Mengetahui tindakannya melawan hukum dan merugikan

Kreditur:

46. Bahwa, dari apa yang di jelaskan oleh Penggugat di atas bahwa Para

Tergugat dan Para Turut Tergugat telah dengan sengaja melakukan

Rekayasa-Rekayasa Pengalihan/ Penjualan Asset dengan mudah

karena yang menjadi Direktur dan Komisaris Tergugat I maupun

Tergugat II serta Karyawan Tergugat I dan Tergugat II juga sama, maka

dapat dipastikan oleh Penggugat bahwa Para Tergugat sangat

mengetahui bahwa tindakannya adalah Melawan Hukum dan sangat

merugikan Kreditur;

E. Pemenuhan unsur gugatan actio pauliana:

47. Berdasarkan uraian-uraian dan pejelasan-penjelasan tersebut diatas

maka adalah jelas bahwa gugatan a quo yang merupakan gugatan actio

pauliana telah memenuhi unsur-unsur untuk dapat dikabulkan menurut

UU Kepailitan dan PKPU;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 111: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 14 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Adapun dalil-dalil yang Penggugat berhasil uraikan adalah sebagai

berikut:

I. Penjualan Asset dilakukan Para Tergugat dengan itikad buruk untuk

menghindar dari kewajiban membayar dan melunasi seluruh utang-

utangnya;

II. Hasil penjualan asset Tergugat I kepada Tergugat II tanpa

pembayaran dana yang masuk ke dalam Kas/Rekening Tergugat I;

III. Harga Penjualan Asset tidak ditentukan melalui appraisal;

IV. Surat Jual Beli cacat Hukum dan penuh Rekayasa;

V. Tergugat I dan Tergugat II Dua Badan Hukum yang direkayasa

menjadi sama;

VI. Para Tergugat mengetahui tindakannya melawan hukum dan

merugikan kreditur;

Lebih lanjut, unsur-unsur gugatan a quo yang merupakan gugatan actio

pauliana menurut Undang Undang Kepailitan adalah sebagai berikut:

I. Terpenuhinya unsur “untuk kepentingan harta pailit”;

II. Terpenuhinya unsur “diajukan pembatalan oleh Kurator (in casu

Penggugat)”;

III. Terpenuhinya unsure “atas perbuatan hukum yang dilakukan

Debitor (in casu Tergugat I) dan pihak dengan siapa perbuatan

hukum tersebut dilakukan (in casu Tergugat II) mengetahui atau

sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan

mengakibatkan kerugian bagi Para Kreditor”;

IV. Terpenuhinya unsur “atas perbuatan yang dilakukan Debitor (in

casu Tergugat I) dalam waktu 1 (satu) tahun sebelum Putusan

Pailit”;

V. Terpenuhinya unsur “diajukan di Pengadilan Niaga dalam

Lingkungan Peradilan Umum di daerah tempat kedudukan hukum

Debitor”;

Bahwa, berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Penggugat mohon

kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan agar memberikan

putusan sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan gugatan actio pauliana dari Penggugat;

2. Menyatakan perbuatan hukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III,

Tergugat IV, Tergugat V, Tergugat VI , Tergugat VII dan Turut Tergugat

I, Turut Tergugat II, yang dilakukan dalam surat Jual Beli Asset Tergugat I

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 112: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 15 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

tidak sah menurut hukum dan perbuatan tersebut melawan hukum yang

merugikan Para Kreditur;

3. Menyatakan surat jual beli yang di buat Tergugat I dengan Tergugat II

batal demi hukum;

4. Menyatakan bahwa seluruh Asset Tergugat I yang dialihkan Tergugat I

kepada Tergugat II senilai total USD 1.405.358,13 (satu juta empat ratus

lima ribu tiga ratus lima puluh delapan dollar Amerika tiga belas sen) terdiri

dari:

a. Plant and Equipment;

b. Motor Vehicle;

c. Furniture, Fitting and Computer;

Yang berada dilokasi PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit)

berkedudukan di Kota Batam, Propinsi Kepulauan Riau, Indonesia dan

berkantor terdaftar di Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK) Jalan Hang

Kesturi I Kav. A21, Batu Besar, Nongsa – Batam 29467 – Indonesia,

adalah Sah Harta Pailit PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam

Pailit)/Tergugat I;

5. Menyatakan pengalihan dana oleh Tergugat I kepada Tergugat VII senilai

USD. 562.452,00,- (lima ratus enam puluh dua ribu empat ratus lima puluh

dua dollar Amerika) tidak sah dan melawan hukum;

6. Menghukum KNM PTE LTD untuk menyerahkan kembali dana senilai USD

562.452,00 (lima ratus enam puluh dua ribu empat ratus lima puluh dua

dollar Amerika) kepada Kurator (in casu Penggugat) sebagai Boedel Pailit

PT. Heat Exchangers Indonesia (Dalam Pailit) (in casu Tergugat I);

7. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul

dalam perkara ini;

Atau, apabila Majelis Hakim pemeriksa perkara a quo berpendapat lain, mohon

kiranya diberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Para Tergugat dan Para

Turut Tergugat mengajukan eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:

Eksepsi Tergugat II:

1. Bahwa, Tergugat II menolak seluruh dalil-dalil Penggugat dalam

gugatannya, kecuali apa yang diakui secara tegas oleh Tergugat II dalam

Jawaban ini;

A. Gugatan Penggugat salah tuju (error in persona):

2. Bahwa, gugatan Penggugat salah tuju/error in persona, karena dalam

gugatannya Penggugat telah menarik sebagai pihak dalam perkara a quo

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 113: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 16 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) selaku Tergugat I, padahal

PT. Heat Exchangers Indonesia telah Pailit, sehingga Direksi sudah tidak

memiliki kewenangan bertindak atas nama perseroan dan yang dapat

bertindak untuk dan atas nama perseroan adalah Kurator. Sehingga

seharusnya gugatan ditujukan kepada Kurator selaku pihak yang menurut

hukum berwenang mewakili Tergugat I;

Oleh karena itu gugatan Penggugat terbukti salah tuju atau error in persona,

sehingga sangat beralasan bagi Majelis Hakim yang mulia untuk menolak

gugatan Penggugat;

B. Gugatan Penggugat tidak jelas (obscuur libel):

3. Bahwa, di dalam gugatan Penggugat pada halaman 1 dan halaman 2

menyebutkan ada 10 (sepuluh) orang (badan hukum dan perorangan)

yang menjadi pihak yang dalam perkara a quo yaitu:

1. Penggugat;

2. Tergugat I;

3. Tergugat II;

4. Tergugat III;

5. Tergugat IV;

6. Tergugat V;

7. Tergugat VI;

8. Tergugat VII;

9. Turut Tergugat I dan

10. Turut Tergugat II;

Namun uraian di dalam Posita Gugatan Penggugat ada pihak yang

disebut sebagai “Tergugat”, dan untuk jelasnya dikutip sebagai berikut:

a. Pada Poin 22 halaman 6, Penggugat menyebutkan sebagai berikut:

“22. Bahwa 5 (lima) unit mobil Tergugat yang dijual Tergugat kepada

Tergugat I (Bukti P-8) adalah :....dstnya”;

b. Pada halaman 8 yang pada intinya menyebutkan:

“hasil penjualan aset Tergugat kepada Tergugat I tanpa pembayaran

dana yang masuk ke dalam kas/rekening Tergugat”;

c. Pada poin 35 halaman 9, Penggugat menyebutkan:

“35. Bahwa dalam perjajian jual beli aset Tergugat antara Tergugat I

dengan Tergugat II harga jual aset tersebut tidak melalui Kantor Jasa

Penilai Publik (KJPP) / appraisal melainkan hanya ditentukan oleh

kesepakatan antara Tergugat I dengan Tergugat II sehingga tidak

dapat dipastikan akurasi kebenaran harga tersebut apakah sudah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 114: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 17 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

sesuai dengan harga pasar atau tidak”;

Bahwa, penyebutan berulangkali tentang adanya pihak “Tergugat”

oleh Penggugat dalam perkara a quo tentunya bukanlah suatu

kesalahan ketik tetapi membuktikan gugatan Penggugat terbukti tidak

jelas (obscuur libel); Dikarenakan yang menyebutkan adanya pihak

“Tergugat”, Padahal pada halaman 1 dan halaman 2 dari gugatan

Penggugat sama sekali tidak ada pihak yang disebut sebagai

“Tergugat”;

Oleh karena terbukti bahwa gugatan Penggugat mengenai pihak-

pihak dalam gugatan perkara a quo adalah “salah tuju (error in

persona dan “tidak jelas (obscuur libel), maka sangat berdasar hukum

bagi Majelis Hakim Yang Mulia untuk menolak perkara a quo;

Eksepsi Tergugat III, IV:

1. Bahwa, Tergugat III dan Tergugat IV menolak seluruh dalil-dalil para

Penggugat dalam gugatannya, kecuali apa yang diakui secara tegas oleh

Tergugat III dan Tergugat IV dalam Jawaban ini;

A. Gugatan Penggugat salah tuju (error in persona):

2. Bahwa, Gugatan Penggugat Salah Tuju/ Erro In Persona, karena dalam

gugatannya Penggugat telah menarik sebagai pihak dalam perkara a quo

PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) selaku Tergugat I, padahal

PT. Heat Exchangers Indonesia telah Pailit, sehingga Direksi sudah tidak

memiliki kewenangan bertindak atas nama dan yang dapat bertindak untuk

dan atas nama perseroan Kurator; Sehingga seharusnya Gugatan ditujukan

kepada Kurator selaku pihak yang menurut hukum berwenang mewakili

kepentingan hukum Tergugat I;

Oleh karena itu gugatan Penggugat terbukti salah tuju atau error in persona,

sehingga sangat beralasan bagi Majelis Hakim yang mulia untuk menolak

gugatan Penggugat;

B. Gugatan Penggugat tidak jelas (obscuur libel):

1. Bahwa, didalam gugatan Penggugat pada halaman 1 dan Halaman 2

menyebutkan ada 10 (sepuluh) orang (badan hukum dan perorangan)

yang menjadi pihak yang dalam perkara a quo, yaitu:

1. Penggugat;

2. Tergugat I;

3. Tergugat II;

4. Tergugat III;

5. Tergugat IV;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 115: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 18 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

6. Tergugat V;

7. Tergugat VI;

8. Tergugat VII;

9. Turut Tergugat I dan

10. Turut Tergugat II;

Namun uraian didalam posita gugatan Penggugat yaitu pada halaman 6,

halaman 8 dan halaman 9 Penggugat mebyebutkan adanya pihak yang

disebut sebagai “Tergugat”, dan untuk jelasnya Tergugat III dan

Tergugat IV kutip sebagai berikut:

a. Pada poin 22 Halaman 6, Penggugat menyebutkan sebagai berikut:

“22. Bahwa 5 (lima) unit mobil Tergugat yang dijual Tergugat kepada

Tergugat I (Bukti P-8) adalah:....dstnya”;

b. Pada halaman 8 yang pada intinya menyebutkan:

c. “Hasil penjualan aset Tergugat kepada Tergugat I tanpa pembayaran

dana yang masuk ke dalam kas/rekening Tergugat”;

d. Pada poin 35 halaman 9, Penggugat menyebutkan:

“35. Bahwa dalam perjajian jual beli aset Tergugat antara Tergugat I

dengan Tergugat II harga jual aset tersebut tidak melalui Kantor Jasa

Penilai Publik (KJPP)/ Appraisal melainkan hanya ditentukan oleh

kesepakatan antara Tergugat I dengan Tergugat II sehingga tidak

dapat dipastikan akurasi kebenaran harga tersebut apakah sudah

sesuai dengan harga pasar atau tidak”;

Bahwa, Penyebutan berulangkali tentang adanya pihak “Tergugat” oleh

Penggugat dalam perkara a quo tentunya bukanlah suatu kesalahan ketik

tetapi membuktikan gugatan Penggugat terbukti tidak cermat dan tidak

jelas (obscuur libel) sehingga menyebabkan gugatan mengandung cacat

formal. Dikarenakan Penggugat mendalilkan/menyebutkan adanya

pihak “Tergugat”, padahal pada halaman 1 dan halaman 2 dari gugatan

Penggugat sama sekali tidak ada pihak yang disebut sebagai “Tergugat”;

Oleh karena terbukti bahwa dalil gugatan Penggugat mengenai pihak-

pihak dalam gugatan perkara a quo “tidak cermat dan salah tuju (error in

persona serta “tidak jelas (obscuur libel), maka menyebabkan gugatan

cacat formal, sehingga sangat berdasar hukum bagi Majelis Hakim Yang

Mulia untuk menolak perkara a quo;

Ekspesi Tergugat V:

1. Bahwa, Tergugat V menolak seluruh dalil-dalil Penggugat dalam

gugatannya, kecuali apa yang diakui secara tegas oleh Tergugat V dalam

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 116: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 19 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Jawaban ini;

A. Gugatan Penggugat salah tuju (error in persona):

2. Bahwa, gugatan Penggugat salah tuju/error in persona, karena dalam

gugatannya Penggugat telah menarik sebagai pihak dalam perkara a quo

PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) selaku Tergugat I, padahal

PT. Heat Exchangers Indonesia telah Pailit; sehingga Direksi sudah tidak

memiliki kewenangan bertindak atas nama perseroan dan yang dapat

bertindak untuk dan atas nama Perseroan adalah Kurator. Sehingga

seharusnya gugatan ditujukan kepada Kurator selaku pihak yang menurut

hukum berwenang mewakili Tergugat I;

Oleh karena itu gugatan Penggugat terbukti salah tuju atau error in persona,

sehingga sangat beralasan bagi Majelis Hakim Yang Mulia untuk menolak

gugatan Penggugat;

B. Gugatan Penggugat tidak jelas (obscuur libel)

1. Bahwa, didalam gugatan Penggugat pada halaman 1 dan Halaman 2

menyebutkan ada 10 (sepuluh) orang (badan hukum dan perorangan)

yang menjadi pihak yang dalam perkara a quo, yaitu:

1. Penggugat;

2. Tergugat I;

3. Tergugat II;

4. Tergugat III;

5. Tergugat IV;

6. Tergugat V;

7. Tergugat VI;

8. Tergugat VII;

9. Turut Tergugat I dan

10. Turut Tergugat II;

Namun uraian didalam posita gugatan Penggugat yaitu pada halaman 6,

halaman 8 dan halaman 9 Penggugat mebyebutkan adanya pihak yang

disebut sebagai “Tergugat”, dan untuk jelasnya Tergugat V kutip sebagai

berikut:

a. Pada Poin - 22 halaman 6, Penggugat menyebutkan sebagai berikut:

“22. Bahwa 5 (lima) unit mobil Tergugat yang dijual Tergugat kepada

Tergugat I (Bukti P-8) adalah :....dstnya”;

b. Pada halaman 8 yang pada intinya menyebutkan:

“Hasil penjualan aset Tergugat kepada Tergugat I tanpa pembayaran

dana yang masuk ke dalam kas/rekening Tergugat”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 117: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 20 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

c. Pada Poin - 35 halaman 9, Penggugat menyebutkan:

“35. Bahwa dalam perjajian jual beli aset Tergugat antara Tergugat I

dengan Tergugat II harga jual aset tersebut tidak melalui Kantor Jasa

Penilai Publik (KJPP) / appraisal melainkan hanya ditentukan oleh

kesepakatan antara Tergugat I dengan Tergugat II sehingga tidak

dapat dipastikan akurasi kebenaran harga tersebut apakah sudah

sesuai dengan harga pasar atau tidak”;

Bahwa, Penyebutan berulangkali tentang adanya pihak “Tergugat” oleh

Penggugat dalam perkara a quo tentunya bukanlah suatu kesalahan ketik

tetapi membuktikan gugatan Penggugat terbukti tidak cermat dan tidak

jelas (obscuur libel) sehingga menyebabkan gugatan mengandung cacat

formal. Dikarenakan Penggugat mendalilkan/menyebutkan adanya pihak

“Tergugat”, padahal pada halaman 1 dan halaman 2 dari gugatan

Penggugat sama sekali tidak ada pihak yang disebut sebagai “Tergugat”;

Oleh karena terbukti bahwa dalil gugatan Penggugat mengenai pihak-

pihak dalam gugatan perkara a quo “tidak cermat dan salah tuju (error in

persona serta “tidak jelas (obscuur libel), maka menyebabkan gugatan

cacat formal, sehingga sangat berdasar hukum bagi Majelis Hakim Yang

Mulia untuk menolak perkara a quo;

Eksepsi Tergugat VI:

1. Bahwa, Tergugat VI menolak seluruh dalil-dalil Penggugat dalam

gugatannya, kecuali apa yang diakui secara tegas oleh Tergugat VI dalam

Jawaban ini;

A. Gugatan Penggugat salah tuju (error in persona):

2. Bahwa, gugatan Penggugat salah tuju/error in persona, karena dalam

gugatannya Penggugat telah menarik sebagai pihak dalam perkara a quo

PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) selaku Tergugat I, padahal

PT. Heat Exchangers Indonesia telah Pailit; sehingga Direksi sudah tidak

memiliki kewenangan bertindak atas nama perseroan dan yang dapat

bertindak untuk dan atas nama Perseroan adalah Kurator. Sehingga

seharusnya gugatan ditujukan kepada Kurator selaku pihak yang menurut

hukum berwenang mewakili Tergugat I;

Oleh karena itu gugatan Penggugat terbukti salah tuju atau error in persona,

sehingga sangat beralasan bagi Majelis Hakim yang mulia untuk menolak

gugatan Penggugat;

B. Gugatan Penggugat tidak jelas (obscuur libel):

3. Bahwa, di dalam gugatan Penggugat pada halaman 1 dan halaman 2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 118: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 21 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

menyebutkan ada 10 (sepuluh) orang (badan hukum dan perorangan) yang

menjadi pihak yang dalam perkara a quo, yaitu:

1. Penggugat;

2. Tergugat I;

3. Tergugat II;

4. Tergugat III;

5. Tergugat IV;

6. Tergugat V;

7. Tergugat VI;

8. Tergugat VII;

9. Turut Tergugat I dan

10.Turut Tergugat II;

Namun uraian didalam posita gugatan Penggugat yaitu pada halaman 6,

halaman 8 dan halaman 9 Penggugat mebyebutkan adanya pihak yang

disebut sebagai “Tergugat”, dan untuk jelasnya Tergugat V kutip sebagai

berikut:

a. Pada poin 22 halaman 6, Penggugat menyebutkan sebagai berikut:

“22. Bahwa 5 (lima) unit mobil Tergugat yang dijual Tergugat kepada

Tergugat I (Bukti P-8) adalah :....dstnya”;

b. Pada halaman 8 yang pada intinya menyebutkan:

“Hasil penjualan aset Tergugat kepada Tergugat I tanpa pembayaran

dana yang masuk ke dalam kas/rekening Tergugat”;

c. Pada poin 35 halaman 9, Penggugat menyebutkan:

“35. Bahwa dalam perjajian jual beli aset Tergugat antara Tergugat I

dengan Tergugat II harga jual aset tersebut tidak melalui Kantor Jasa

Penilai Publik (KJPP) / appraisal melainkan hanya ditentukan oleh

kesepakatan antara Tergugat I dengan Tergugat II sehingga tidak dapat

dipastikan akurasi kebenaran harga tersebut apakah sudah sesuai

dengan harga pasar atau tidak”;

Bahwa, Penyebutan berulangkali tentang adanya pihak “Tergugat” oleh

Penggugat dalam perkara a quo tentunya bukanlah suatu kesalahan ketik

tetapi membuktikan gugatan Penggugat terbukti Tidak Cermat dan Tidak

Jelas (Obscuur libel) sehingga menyebabkan Gugatan mengandung

cacat formal. Dikarenakan Penggugat mendalilkan/menyebutkan adanya

pihak “Tergugat”, padahal pada halaman 1 dan halaman 2 dari gugatan

Penggugat sama sekali tidak ada pihak yang disebut sebagai “Tergugat”;

Oleh karena terbukti bahwa dalil gugatan Penggugat mengenai pihak-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 119: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 22 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

pihak dalam gugatan perkara a quo “tidak cermat dan salah tuju (error in

persona serta “tidak jelas (obscuur libel), maka menyebabkan gugatan

cacat formal, sehingga sangat berdasar hukum bagi Majelis Hakim Yang

Mulia untuk menolak perkara a quo;

Eksepsi Tergugat VII:

1. Bahwa, Tergugat VII menolak seluruh dalil-dalil Penggugat dalam

gugatannya, kecuali apa yang diakui secara tegas oleh Tergugat VII dalam

jawaban ini;

Dalam Eksepsi:

A. Gugatan Penggugat salah tuju (error in persona):

2. Bahwa, gugatan Penggugat Salah Tuju (error in persona), karena dalam

gugatannya Penggugat telah menarik PT. Heat Exchangers Indonesia

(dalam Pailit) selaku Tergugat I sebagai pihak dalam perkara a quo, padahal

PT. Heat Exchangers Indonesia telah Pailit, sehingga tidak dapat lagi

melakukan perbuatan hukum dikarenakan Direksi sudah tidak memiliki

kewenangan bertindak atas nama perseroan. Dimana pihak yang dapat

bertindak untuk dan atas nama Perseroan adalah Kurator. Sehingga dengan

demikian gugatan Penggugat menjadi salah tuju (error in persona);

Oleh karena gugatan Penggugat terbukti salah tuju atau error in persona,

maka sangat beralasan bagi Majelis Hakim yang mulia untuk menolak

gugatan Penggugat;

B. Gugatan Penggugat tidak jelas/kabur (obscuur libel):

3. Bahwa, didalam gugatan Penggugat pada halaman 1 dan halaman 2

menyebutkan ada 10 (sepuluh) orang (perorangan dan badan hukum) yang

menjadi pihak yang dalam perkara a quo disebut sebagai:

1. Penggugat;

2. Tergugat I;

3. Tergugat II;

4. Tergugat III;

5. Tergugat IV;

6. Tergugat V;

7. Tergugat VI;

8. Tergugat I;

9. Turut Tergugat I dan

10.Turut Tergugat II;

Namun didalam posita gugatan Penggugat menyebutkan ada yang menjadi

pihak dalam perkara a quo yang oleh Penggugat disebut sebagai “Tergugat”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 120: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 23 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Untuk jelasnya Tergugat VII kutip uraian posita yang menyebutkan adanya

pihak “Tergugat” sebagai berikut:

a. Pada poin 22 halaman 6, Penggugat menyebutkan sebagai berikut:

“22. Bahwa, 5 (lima) Unit Mobil Tergugat yang dijual Tergugat kepada

Tergugat I (Bukti P-8) adalah :....dstnya”;

b. Pada halaman 8 yang pada intinya menyebutkan:

“Hasil penjualan aset Tergugat kepada Tergugat I tanpa pembayaran

dana yang masuk ke dalam kas/rekening Tergugat”;

c. Pada poin 35 halaman 9, Penggugat menyebutkan:

“35. Bahwa dalam perjajian jual beli aset Tergugat antara Tergugat I

dengan Tergugat II harga jual aset tersebut tidak melalui Kantor Jasa

Penilai Publik (KJPP) / appraisal melainkan hanya ditentukan oleh

kesepakatan antara Tergugat I dengan Tergugat II sehingga tidak dapat

dipastikan akurasi kebenaran harga tersebut apakah sudah sesuai

dengan harga pasar atau tidak”;

Bahwa, penyebutan tentang adanya pihak “Tergugat” dalam perkara a

quo oleh Penggugat tentunya bukanlah hanya suatu kesalahan ketik

tetapi membuktikan gugatan Penggugat tidak jelas/kabur (obscuur libel);

Oleh karena terbukti gugatan Penggugat mengenai pihak-pihak dalam

gugatan perkara a quo adalah “tidak jelas/kabur (obscuur libel), maka sangat

berdasar hukum bagi Majelis Hakim Yang Mulia untuk menolak perkara a

quo;

Eksepsi Turut Tergugat I:

1. Bahwa, Turut Tergugat I menolak seluruh dalil-dalil Penggugat dalam

gugatannya, kecuali apa yang diakui secara tegas oleh Turut Tergugat I

dalam Jawaban ini;

A. Gugatan Penggugat salah tuju (error in persona):

2. Bahwa, gugatan Penggugat salah tuju/error in persona, karena dalam

gugatannya Penggugat telah menarik sebagai pihak dalam perkara a quo

PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) selaku Tergugat I, padahal

PT. Heat Exchangers Indonesia telah Pailit; sehingga Direksi sudah tidak

memiliki kewenangan bertindak atas nama perseroan dan yang dapat

bertindak untuk dan atas nama perseroan adalah Kurator. Sehingga

seharusnya gugatan ditujukan kepada Kurator selaku pihak yang menurut

hukum berwenang mewakili Tergugat I;

Oleh karena itu gugatan Penggugat terbukti salah tuju atau error in persona,

sehingga sangat beralasan bagi Majelis Hakim yang mulia untuk menolak

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 121: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 24 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

gugatan Penggugat;

B. Gugatan Penggugat tidak jelas (obscuur libel):

1. Bahwa, didalam gugatan Penggugat pada halaman 1 dan halaman 2

menyebutkan ada 10 (sepuluh) orang (perorangan dan badan hukum) yang

menjadi pihak yang dalam perkara a quo disebut sebagai:

1. Penggugat;

2. Tergugat I;

3. Tergugat II;

4. Tergugat III;

5. Tergugat IV;

6. Tergugat V;

7. Tergugat VI;

8. Tergugat I;

9. Turut Tergugat I dan

10.Turut Tergugat II ;

Namun didalam posita gugatan Penggugat menyebutkan ada yang menjadi

pihak dalam perkara a quo yang oleh Penggugat disebut sebagai “Tergugat”;

Untuk jelasnya Tergugat VII kutip uraian posita yang menyebutkan adanya

pihak “Tergugat” sebagai berikut:

a. Pada poin 22 halaman 6, Penggugat menyebutkan sebagai berikut:

“22. Bahwa, 5 (lima) Unit Mobil Tergugat yang dijual Tergugat kepada

Tergugat I (Bukti P-8) adalah :....dstnya”;

b. Pada halaman 8 yang pada intinya menyebutkan:

“Hasil penjualan aset Tergugat kepada Tergugat I tanpa pembayaran

dana yang masuk ke dalam kas/rekening Tergugat”;

c. Pada Poin - 35 Halaman 9, Penggugat menyebutkan:

“35. Bahwa dalam perjajian jual beli aset Tergugat antara Tergugat I

dengan Tergugat II harga jual aset tersebut tidak melalui Kantor Jasa

Penilai Publik (KJPP) / appraisal melainkan hanya ditentukan oleh

kesepakatan antara Tergugat I dengan Tergugat II sehingga tidak dapat

dipastikan akurasi kebenaran harga tersebut apakah sudah sesuai

dengan harga pasar atau tidak”;

Bahwa, penyebutan tentang adanya pihak “Tergugat” dalam perkara a

quo oleh Penggugat tentunya bukanlah hanya suatu kesalahan ketik

tetapi membuktikan gugatan Penggugat tidak jelas/kabur (obscuur libel),

dikarenakan yang menyebutkan adanya Pihak “Tergugat”, pada hal pada

halaman 1 dan halaman 2 dari gugatan Penggugat sama sekali tidak ada

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 122: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 25 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

pihak yang disebut sebagai “Tergugat”;

Oleh karena terbukti gugatan Penggugat mengenai pihak-pihak dalam

gugatan perkara a quo adalah adalah salah tuju/error in persona dan

“tidak jelas (obscuur libel), maka sangat berdasar hukum bagi Majelis

Hakim Yang Mulia untuk menolak perkara a quo;

Eksepsi Turut Tergugat II:

1. Bahwa, Turut Tergugat II menolak seluruh dalil-dalil Penggugat dalam

gugatannya, kecuali apa yang diakui secara tegas oleh Turut Tergugat II

dalam Jawaban ini;

A. Gugatan Penggugat salah tuju (error in persona):

2. Bahwa, gugatan Penggugat salah tuju/error in persona, karena dalam

gugatannya Penggugat telah menarik sebagai pihak dalam perkara a quo

PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) selaku Tergugat I, padahal

PT. Heat Exchangers Indonesia telah Pailit; sehingga Direksi sudah tidak

memiliki kewenangan bertindak atas nama perseroan dan yang dapat

bertindak untuk dan atas nama perseroan adalah Kurator. Sehingga

seharusnya gugatan ditujukan kepada Kurator selaku pihak yang menurut

hukum berwenang mewakili Tergugat I;

Oleh karena itu gugatan Penggugat terbukti salah tuju atau error in persona,

sehingga sangat beralasan bagi Majelis Hakim yang mulia untuk menolak

gugatan Penggugat;

B. Gugatan Penggugat tidak jelas (obscuur libel):

3. Bahwa, didalam gugatan Penggugat pada halaman 1 dan halaman 2

menyebutkan ada 10 (sepuluh) orang (perorangan dan badan hukum) yang

menjadi pihak yang dalam perkara a quo disebut sebagai:

1. Penggugat;

2. Tergugat I;

3. Tergugat II;

4. Tergugat III;

5. Tergugat IV;

6. Tergugat V;

7. Tergugat VI;

8. Tergugat I;

9. Turut Tergugat I dan

10.Turut Tergugat II;

Namun didalam posita gugatan Penggugat menyebutkan ada yang menjadi

pihak dalam perkara a quo yang oleh Penggugat disebut sebagai “Tergugat”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 123: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 26 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Untuk jelasnya Tergugat VII kutip uraian posita yang menyebutkan adanya

pihak “Tergugat” sebagai berikut:

a. Pada poin 22 halaman 6, Penggugat menyebutkan sebagai berikut:

“22. Bahwa, 5 (lima) Unit Mobil Tergugat yang dijual Tergugat kepada

Tergugat I (Bukti P-8) adalah :....dstnya”;

b. Pada halaman 8 yang pada intinya menyebutkan:

“Hasil penjualan aset Tergugat kepada Tergugat I tanpa pembayaran

dana yang masuk ke dalam kas/rekening Tergugat”;

c. Pada poin 35 halaman 9, Penggugat menyebutkan:

“35. Bahwa dalam perjajian jual beli aset Tergugat antara Tergugat I

dengan Tergugat II harga jual aset tersebut tidak melalui Kantor Jasa

Penilai Publik (KJPP) / appraisal melainkan hanya ditentukan oleh

kesepakatan antara Tergugat I dengan Tergugat II sehingga tidak dapat

dipastikan akurasi kebenaran harga tersebut apakah sudah sesuai

dengan harga pasar atau tidak” ;

Bahwa, penyebutan berulangkali tentang adanya pihak “Tergugat” dalam

perkara a quo oleh Penggugat tentunya bukanlah hanya suatu kesalahan

ketik tetapi membuktikan gugatan Penggugat tidak jelas (obscuur libel),

dikarenakan yang menyebutkan adanya Pihak “Tergugat”, pada hal pada

halaman 1 dan halaman 2 dari gugatan Penggugat sama sekali tidak ada

pihak yang disebut sebagai “Tergugat”;

Oleh karena terbukti bahwa gugatan Penggugat mengenai pihak-pihak

dalam gugatan perkara a quo adalah adalah salah tuju/error in persona dan

“tidak jelas (obscuur libel), maka sangat berdasar hukum bagi Majelis Hakim

Yang Mulia untuk menolak perkara a quo;

Bahwa terhadap gugatan tersebut, Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Medan telah memberikan Putusan Nomor 07/Pdt.Sus-Actio

Pauliana/2015/Pengadilan Niaga.Mdn, Jo. Nomor 03/Pdt.Sus.Pembatalan/

2015/Pengadilan Niaga.Mdn Jo. Nomor 07/Pdt.Sus-PKPU/2014/Pengadilan

Niaga.Mdn tanggal 26 Oktober 2015, yang amarnya sebagai berikut:

Dalam Eksepsi:

- Menolak eksepsi Tergugat II, V, VI, Turut Tergugat I, Turut Tergugat II dan

eksepsi Tergugat III, IV serta eksepsi Tergugat VII, untuk seluruhnya;

Dalam Pokok Perkara:

1. Menerima dan mengabulkan gugatan actio pauliana dari Penggugat untuk

seluruhnya;

2. Menyatakan perbuatan hukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 124: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 27 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

IV, Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII, yang dilakukan dalam jual beli

asset Tergugat I tersebut melawan hukum yang merugikan Para Kreditur

dan tidak sah menurut hukum;

3. Menyatakan Surat Jual Beli yang dibuat Tergugat I dengan Tergugat II batal

demi hukum dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat;

4. Menyatakan bahwa seluruh asset Tergugat I yang dialihkan Tergugat I

kepada Tergugat II senilai total USD 1.405.358,13 (satu juta empat ratus

lima ribu tiga ratus lima puluh delapan dollar amerika tiga belas sen) terdiri

dari:

a. Plant and Equipment;

b. Motor Vehicle;

c. Furniture, Fitting and Computer;

Yang berada dilokasi PT. Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit)

berkedudukan di Kota Batam, Propinsi Kepulauan Riau, Indonesia dan

berkantor di Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK) Jalan Hang Kesturi I

Kav. A21, Batu Besar, Nongsa-Batam 29467-Indonesia, adalah sah harta

pailit Debitor PT. Heat Exchangers Indonesia (Dalam Pailit)/Tergugat I;

5. Menyatakan Pengalihan dana oleh Tergugat I kepada Tergugat VII KNM

PTE LTD senilai USD 562.452.00 (lima ratus enam puluh dua ribu empat

ratus lima puluh dua dollar Amerika) tidak sah dan melawan hukum;

6. Menghukum Tergugat VII KNM PTE LTD untuk menyerahkan kembali dana

senilai USD 562.452,00 (lima ratus enam puluh dua ribu empat ratus lima

puluh dua dollar Amerika) kepada Kurator (in casu Penggugat) sebagai

boedel Pailit PT. Heat Exchangers Indonesia (Dalam Pailit) (in casu

Tergugat I);

7. Menghukum Tergugat Tergugat I, II, III, IV.V, VI, VII, Turut Tergugat I dan

Turut Tergugat II untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini

secara tanggung renteng yang sampai saat ini ditaksir sebesar

Rp1.911.000,00 (satu juta sembilan ratus sebelas ribu rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Medan tersebut diucapkan dengan dihadiri oleh Kuasa Penggugat dan

Kuasa Tergugat II, V, VI, Turut Tergugat I, Turut Tergugat II, dan kuasa

Tergugat III, Tergugat IV serta Kuasa Tergugat VII pada tanggal 26 Oktober

2015, terhadap putusan tersebut oleh Tergugat II, V, VI, Turut Tergugat I, II

melalui kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 9 September 2015,

tanggal 25 Agustus 2015, tanggal 21 Agustus 2015 mengajukan permohonan

kasasi pada tanggal 2 November 2015 sebagaimana ternyata dari Akta

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 125: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 28 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

permohonan Kasasi Nomor 07/Pdt.Sus-Actio Pauliana/K/2015/PN.Niaga/

Medan yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri/Niaga Medan, permohonan

tersebut disertai dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri/Niaga Medan pada tanggal itu juga;

Bahwa memori kasasi tersebut telah disampaikan kepada Penggugat

pada tanggal 4 November 2015, kemudian Penggugat mengajukan kontra

memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Medan

pada tanggal 12 November 2015;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta keberatan-

keberatannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama,

diajukan dalam jangka waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam Undang

Undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat

diterima;

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh Para

Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah:

1. Bahwa Judex Facti tingkat pertama telah memberikan putusan atas perkara

yang dimohonkan Kasasi dalam perkara a quo pada tanggal 26 Oktober

2015 dan sebagaimana diktum putusan menerima seluruhnya gugatan

Penggugat, maka Pemohon Kasasi keberatan dengan putusan tersebut oleh

karena Judex Facti tingkat pertama tidak mempertimbangkan dengan cermat

semua alat bukti yang telah diajukan oleh semua Tergugat dalam

persidangan;

2. Bahwa Pemohon Kasasi dahulu Tergugat II dalam jawaban maupun duplik

dan alat bukti tertulis telah makin memperjelas bukti tertulis Turut Tergugat II

bahwa semua yang dilakukan oleh Terguguat II cukup beralasan untuk

dipertimbangkan secara utuh bahwa yang menjadi dasar pengalihan asset

dimaksud adalah perjanjian pembiayaan yang dibuat oleh Turut Tergugat II

dengan Tergugat I bertahun-tahun sebelumnya sehingga dengan demikian

seharusnya perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat II tersebut tidak

dibatalkan, oleh karena tidak termasuk ke dalam objek action pauliana dan

perbuatan hukum tersebut adalah hal yang wajib dilakukannya berdasarkan

perjanjian yang ada sebelumnya, hal ini sejalan dan sesuai dengan Pasal 41

angka 3 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepalitan dan

PKPU;

3. Bahwa sesuai dengan alat bukti yang diajukan oleh Pemohon Kasasi dahulu

Tergugat II adalah guna memperjelas bahwa tindakan dan atau perbuatan

hukum yang dilakukan oleh Pemohon Kasasi dahulu Tergugat II sebagai

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 126: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 29 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

penerima asset adalah tindakan yang dapat diterima sebagai bagian

pertanggung-jawaban Tergugat I atas perjanjian pembiayaan yang dibuatnya

dengan Turut Tergugat II akan tetapi semua alat bukti Para Tergugat tidak

dipertimbangkan secara utuh dan saling ada keterkaitan oleh Judex Facti

tingkat pertama;

4. Bahwa utang yang timbul atas pembiayaan tersebut dan pembayaran

atasnya seharusnya oleh Judex Facti tingkat pertama dapat dipertimbangkan

sebagai bagian yang tidak termasuk dalam perbuatan hukum yang dapat

dimintakan pembatalan melalui action pauliana sehingga Tergugat II

sehingga perbuatan hukum tersebut adalah perbuatan hukum yang tidak

dapat dibatalkan;

5. Bahwa selanjutnya putusan Judex Facti tingkat tidak dengan cermat

menerapkan Pasal 41 angka 3 sebagaimana dimaksud oleh point 2 diatas

dimana dalam pertimbangannya tidak mempertimbangkan penggunaan

Pasal tersebut dan telah mengabaikan yang telah ada sebelumnya

sebagaimana fakta hukum yang ada;

6. Bahwa pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama yang menyatakan

bahwa Terggugat II tidak dapat membuktikan itikad baik dalam menerima

pengalihan asset adalah pertimbangan yang tidak didasarkan atas fakta

hukum dipersidangan dan berdasarkan bukti-bukti yang telah diajukan oleh

Para Tergugat;

7. Bahwa selanjutnya dalam pertimbangannya Judex Facti tingkat pertama

dalam satu bagian pertimbanngannya justru mempertimbangkan bukti

tertulis yang lemah dari pihak Penggugat yakni kartu nama Saksi yang

diajukan oleh Penggugat yakni Saksi Nigel Maurice Wormsley dan Judex

Facti tingkat pertama menganggap suatu kartu nama dapat dipertimbangkan

kebenarannya sebagai alat bukti padahal kartu nama tersebut tidak layak

untuk dipertimbangkan;

8. Bahwa seharusnya Judex Facti tingkat pertama lebih dahulu dengan cermat

mempertimbangkan semua bukti tertulis yang diajukan oleh Pemohn Kasasi

dahulu Tergugat II dihubungkan dengan bukti tertulis Para Tergugat lainnya

sehingga dapat mempertimbangkan bahwa utang pembiayaan tersebut

memang ada berdasarkan Perjanjian sehingga demikian objek sengketa

tidak termasuk ke dalam perbuatan hukum yang dapat dibatalkan;

Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah

Agung berpendapat:

Bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 127: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 30 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

meneliti secara saksama memori kasasi tanggal 2 November 2015 dan kontra

memori tanggal 9 November 2015 dihubungkan dengan pertimbangan putusan

Judex Facti dalam hal ini Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan

ternyata Judex Facti tidak salah menerapkan hukum, dengan pertimbangan

sebagai berikut:

Bahwa putusan dan pertimbangan Judex Facti telah tepat dan benar yaitu

mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian, putusan mana telah

sesuai dengan fakta persidangan yang telah dipertimbangkan secara cukup

oleh Judex Facti yang menunjukkan bahwa perbuatan Tergugat I menjual

seluruh asetnya kepada Tergugat II dan mentransfer dana kepada Tergugat

VII dalam perkara a quo bukan merupakan kewajiban Tergugat I dan

dilakukan dalam periode 1 (satu) tahun sebelum dinyatakan pailit, sehingga

terjadi actio pauliana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 42

Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004, karena itu putusan Judex Facti

sudah tepat sehingga layak untuk dipertahankan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata

putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan Nomor 07/Pdt.Sus-

Actio Pauliana/2015/Pengadilan Niaga.Mdn, Jo. Nomor 03/Pdt.Sus.Pembatalan/

2015/Pengadilan Niaga.Mdn Jo. Nomor 07/Pdt.Sus-PKPU/2014/Pengadilan

Niaga.Mdn tanggal 26 Oktober 2015, dalam perkara ini tidak bertentangan

dengan hukum dan/atau Undang Undang, sehingga permohonan kasasi yang

diajukan oleh Para Pemohon Kasasi: PT. KPE INDUSTRIES, dan kawan-kawan

tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Para Pemohon

Kasasi ditolak, Para Pemohon Kasasi harus dihukum untuk membayar biaya

perkara dalam tingkat kasasi ini;

Memperhalikan Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Undang Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor

14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan

Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang

Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta peraturan perUndang Undangan lain yang

bersangkutan;

M E N G A D I L IMenolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi: 1. PT. KPE

INDUSTRIES, 2. CHEW FOOK SIN, sebagai Direktur PT KPE Industries, 3.

LEE SWEE ENG, Komisari PT KPE Industries, 4. KNM PROCESS SDN BHD,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 128: PENERAPAN ACTIO PAULINA FRAUDULENT TRANSFER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42930/1/MUHAMMAD... · Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU KPKPU)

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 31 dari 31 hal. Put. No.15 K/Pdt.Sus-Pailit/2016

Selaku Pemegang Saham Perseroan: Memiliki/Memegang 1 (satu) Saham Seri

A, atas PT Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) dan 5. KNM CAPITALSDN BHD, Selaku Perusahaan Dalam Satu Group Dengan Para Tergugat

sehubungan dengan hasil penjualan aset Tergugat I tersebut;

Menghukum Para Pemohon Kasasi/Tergugat II, V, VI, Turut Tergugat I, II

untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar

Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim

pada Mahkamah Agung pada hari Senin tanggal 29 Februari 2016 oleh

Syamsul Ma’arif, S.H.,LL.M.,Ph.,D., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua

Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H. Abdurrahman, S.H.,M.H., dan I

Gusti Agung Sumanatha, S.H.,M.H., Hakim-Hakim Agung, masing-masing

sebagai Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk

umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri oleh Anggota-anggota

tersebut dan Retno Kusrini, S.H., M.H., Panitera Pengganti tanpa tidak dihadiri

oleh Para Pihak.

Hakim-Hakim Anggota, Ketua Majelis,

ttd/. Dr. H. Abdurrahman, S.H.,M.H. ttd/.Syamsul Ma’arif, S.H.,LL.M.,Ph.,D.

ttd/. I Gusti Agung Sumanatha, S.H.,M.H.

Panitera Pengganti,ttd/. Retno Kusrini, S.H., M.H.

Biaya-biaya Kasasi:

1. M e t e r a i…………….. Rp 6.000,00

2. R e d a k s i…………….. Rp 5.000,00

3. Administrasi kasasi……….. Rp4.989.000,00 +

Jumlah ……………… Rp5.000.000,00

Untuk SalinanMahkamah Agung R.I.

a.n. PaniteraPanitera Muda Perdata Khusus

RAHMI MULYATI, SH.,MH.NIP. 19591207 1985 12 2 002

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31