penentuan kadar campuran parasetamol dan teofilin secara simultan
DESCRIPTION
penentuan kadar suatu senyawa dengan menggunakan metode simultanTRANSCRIPT
JURNAL AWAL PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
PENENTUAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN TEOFILIN SECARA
SIMULTAN
Oleh :
Kelompok 7
Wayan Ria Medisina (0808505030)
I Gede Dwija Bawa Temaja (0808505031)
Rico Pramana Sugiarto (0808505032)
Made Adi Wira Darma (0808505033)
Arry Andi Yastawa (0808505034)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2010
PENENTUAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN TEOFILIN SECARA
SIMULTAN
I. Tujuan
1. Menentukan kadar zat campuran secara simultan.
2. Menentukan panjang gelombang pengukuran.
3. Menentukan absortivitas molar kedua zat pada setiap panjang gelombang
pengukuran.
4. Membuat kurva absorpsi campuran dua zat.
II. Dasar teori
Prinsip
Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri
tanpa harus dipisahkan lebih dahulu. Kedua zat harus memiliki panjang gelombang
maksimum yang tidak berhimpit. Absorpsi larutan sampel/campurannya pada panjang
gelombang pengukuran merupakan jumlah absorpsi dari masing-masing zat tunggalnya.
Kadar masing-masing zat ditentukan menggunakan metode simultan (Widjaja dan
Laksmiani, 2010).
Spektrofotometri UV-Vis termasuk salah satu metode analisis instrumental yang
frekuensi penggunaannya paling banyak serta merupakan instrumental yang banyak
ditemukan dalam laboratorium kimia analisis. Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota
teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik UV dekat
(190nm-380nm) dan sinar tampak (380nm-780nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. (Widjaja dkk, 2008).
Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis selalu melibatkan pembacaan absorban
REM oleh molekul atau REM yang diteruskan. Keduanya dikenal dengan istilah absorban
(A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen (%T) (Widjaja dkk, 2008). Hukum
yang digunakan dalam metode ini adalah hukum Lambert- Beer.
T= ¿Io
A=log1T=E . b . c
Dimana :
T = persen transmitan
Io = Intensitas radiasi yang datang
It = Intensitas radiasi yang diteruskan𝓔 = absorbansi molar (L.mol-1 cm-1)c = konsentrasi (mol.L-1)b = tebal larutan (cm)A = absorban (Widjaja, 2008).Bila diinginkan pengukuran 2 senyawa berbeda secara bersama-sama dengan
spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada 2 panjang gelombang dimana masing-masing
komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari komponen yang lain yang paling
kecil. Dua buah kromofor yang berbeda akan memberikan kekuatan absorpsi cahaya yang
berbeda pula pada satu daerah panjang gelombang . Pengukuran dilakukan pada beberapa
panjang gelombang sehingga nantinya didapatkan dua panjang gelombang maksimum.
Pada dua panjang gelombang maksimum ini akan didapatkan dua persamaan hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi masing-masing panjang gelombang. Akibatnya
konsentrasi masing-masing komponen dapat dihitung. Mula-mula dipilih panjang
gelombang yang mana perbandingan absortivitas maksimum, yaitu : (a1/a2) maksimum pada
1 dan (a2/a1) pada 2 (lihat gambar 1)
Gambar 1. Spektra dua buah senyawa, senyawa I dan senyawa II
(Sumber: Pecsok et al,1976)
Dari Hukum Lambert Beer, dapat diketahui bahwa absorbansi berbanding lurus
dengan absortivitas (a), tebal kuvet (b), dan konsentrasi (c). Supaya nilai b tetap maka
selama pegukuran digunakan kuvet yang sama.
Absorbansi senyawa 1,A1 = a1 b1 c 1 dan.............................................(10-14)
Absorbansi senyawa 2,A2 = a2 b2 c 2 dan.............................................(10-15)
Selama kuvet yang digunakan sama maka nilai b tetap sehingga kedua persamaan diatas
menjadi persamaan (10-16) dan (10-17)
A1 = a1 c 1 .............................................(10-16)
A2 = a2 c 2 .............................................(10-17)
Pengukuran campuran 2 senyawa baik pada panjang gelombang 1(1) mapun
panjang gelombang 2 (2) , oleh absorbansi pada kedua panjang gelombang tersebut
merupakan jumlah dari absorbansi senyawa1 dan absorbansi senyawa 2 (perhatikan gambar
1 yang menggambarkan spektra dua buah senyawa,senyawa I dan II), yang secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
A1 = (a1c 1) 1 + (a2c 2) 1 .............................................(10-18)
A2 = (a1c 1) 2 + (a2c 2) 2 .............................................(10-19)
Keterangan : nilai a (absorptivitas) dapat juga diganti dengan absorptivitas molar.Yang
mana:
c 1 : konsentrasi senyawa 1
c 2 : konsentrasi senyawa 2
(a1) 1 : absorptivitas senyawa 1 pada panjang gelombang pertama
(a1) 2 : absorptivitas senyawa 1 pada panjang gelombang kedua
(a2) 1 : absorptivitas senyawa 2 pada panjang gelombang pertama
(a2) 2 : absorptivitas senyawa 2 pada panjang gelombang pertama
A1 : Absorbansi senyawa campuran pada panjang gelombang pertama
A2 : Absorbansi senyawa campuran pada panjang gelombang kedua
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat :
Labu takar 25 mL dan 100 mL
Pipet volume 1 mL, 5 mL, dan 10 mL
Pipet ukur 1 mL, 5 mL, dan 10 mL
Pipet tetes
Spektrofotometer GENESYSTM 10
Gelas viala
Botol semprot
Kuvet 1 cm
Tissue
Lap
3.2 Bahan :
Paracetamol padat
Teofilin padat
Aquades
IV. Cara Kerja
4.1 Penyiapan Larutan
a. Larutan stok baku parasetamol dan teofilin :
1. Masing-masing 10 mg parasetamol dan 15 mg teofilin ditimbang
2. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
3. Dilarutkan dalam aquades dan genapkan volume sampai tanda batas
b. Larutan siap baku parasetamol dan teofilin
1. Dipipet 1,0 ml larutan stok parasetamol dan 1,0 ml teofilin.
2. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml.
3. Aquades ditambahkan sampai tanda batas.
C. Larutan Blanko = aquadest
4.2 Pengukuran
a. Menghidupkan Spektrofotometer GENESYSTM 10
1. Alat dihidupkan dengan menekan tombol “ON/OFF” (1=ON,
0=OFF).
b. Pengukuran larutan blanko dan larutan sampel
1. Absorban larutan baku tunggal dan campuran parasetamol dan
teofilin diukur pada rentang panjang gelombang 200-300 nm.
2. Panjang gelombang maksimum parasetamol dan teofilin ditentukan.
3. Absorban larutan sampel diukur pada kedua panjang gelombang
maksimumnya.
V. Data Pengamatan
VI. Perhitungan
Diketahui :
BM parasetamol = 151,16 g/mol
BM teofilin = 198,18 g/mol
( )mn Ablanko APCT Ateofilin Acamp Asampel200 0 0.189 1.181 1.194 203 0 0.169 1.36 1.335 206 0 0.012 1.332 1.559 209 0 0.012 1.286 1.576 212 0 0.006 1.253 1.314 215 0 -0.072 1.218 1.004 218 0 -0.007 0.967 0.814 221 0 0.054 0.83 0.724 224 0 0.107 0.741 0.673 227 0 0.161 0.656 0.632 230 0 0.192 0.603 0.606 233 0 0.23 0.514 0.562 236 0 0.265 0.415 0.511 239 0 0.283 0.367 0.486 242 0 0.286 0.363 0.486 0.496245 0 0.282 0.39 0.503 248 0 0.277 0.426 0.523 251 0 0.263 0.489 0.559 254 0 0.238 0.606 0.624 257 0 0.196 0.805 0.734 260 0 0.162 0.986 0.834 263 0 0.128 1.164 0.935 266 0 0.106 1.29 1.005 269 0 0.093 1.35 1.035 272 0 0.085 1.365 1.039 0.821275 0 0.078 1.337 1.012 278 0 0.072 1.254 0.948 281 0 0.066 1.092 0.828 284 0 0.059 0.844 0.644 287 0 0.05 0.531 0.411 290 0 0.041 0.285 0.228 293 0 0.033 0.149 0.124 296 0 0.027 0.078 0.068 299 0 0.23 0.045 0.042
Parasetamol
Kadar larutan stok baku = 25 µg / ml
Kadar larutan siap ukur = 2,5 µg / ml = 2,5.10-3 mg / ml
Konsentrasi (M) paracetamol =
KadarBM =
2,5⋅10−3 mg /ml151 ,16 mg /mmol = 1,66.10-5 M
Teofilin
Kadar larutan stok baku = 12,5 µg / ml
Kadar larutan siap ukur = 8 µg / ml = 8,0.10-3 mg / ml
Konsentrasi (M) teofilin =
KadarBM =
8,0⋅10−3 mg /ml198 , 18 mg /mmol = 4,04.10-5 M
Panjang gelombang maksimum parasetamol = 242 nm
Absorban parasetamol = 0,286
Absorban teofilin = 0,363
Absorban campuran = 0,486
Absorban sampel = 0,496
Panjang gelombang maksimum teofilin = 272 nm
Absorban parasetamol = 0,085
Absorban teofilin = 1,365
Absorban campuran = 1,039
Absorban sampel = 0,821
ε parasetamol pada 242 nm
A = ε . b . c
0,286 = ε . 1cm . 1,66 x 10-5 M
ε =
0,286
1,66×10-5 M
ε = 1722,89
ε teofilin pada 242 nm
A = ε . b . c
0,363 = ε . 1cm . 4,04 x 10-5 M
ε =
0,363
4,04×10−5 M
ε = 898,51
ε parasetamol pada 272 nm
A = ε . b . c
0,085 = ε . 1cm . 1,66 x 10-5 M
ε =
0,085
1,66×10-5 M
ε = 512,05
ε teofilin pada 272 nm
A = ε . b . c
1,365 = ε . 1cm . 4,04 x 10-5 M
ε =
1,365
4,04×10−5 M
ε = 3378,71
Menentukan kadar masing-masing komponen dalam sampel
Absorban sampel pada panjang gelombang pengukuran merupakan jumlah absorpsi
masing-masing zat tunggalnya, maka:
A sampel pada 242 nm = A parasetamol pada 242 nm + A teofilin pada 242 nm
0,496 nm = ε P 242 nm . b . cP + ε T 242 nm . b . cT
0,496 nm = 1722,89. 1cm . cP + 898,51. 1cm . cT
0,496 nm = 1722,89 cP + 898,51 cT ..............................(persamaan 1)
A sampel pada 272 nm = A parasetamol pada 272 nm + A teofilin pada 272 nm
0,821 nm = ε P 272 nm . b . cP + ε T 272 nm . b . cT
0,821 nm = 11.686,75. 1cm . cP + 134.356,44. 1cm . cT
0,821 nm = 512,05 cP + 3378,71 cT .............................(persamaan 2)
Untuk mengetahui kadar masing-masing zat dalam sampel, 2 persamaan yang diperoleh
dieliminasi:
0,496 nm = 1722,89 cP + 898,51 cT x 512,05
0,821 nm= 512,05 cP + 3378,71 cT x 1722,89
253,9768 nm = 882205,8245 cP + 460486,375 cT
1414,492 nm = 882205,8245 cP + 5821145,672 cT
-1160,5152 nm = 0 cP + (-
5360659,297) cT
-5360659,297 cT = -1160,5152
cT =
1160,51525360659,297
cT = 2,1648 x 10-4
Jadi konsentrasi teofilin dalam sampel adalah 2,1648 x 10-4 M
0,821 nm = 512,05 cP + 3378,71 cT
0,821 nm = 512,05 cP + 3378,71 x 2,1648 x 10-4
0,821 nm = 512,05 cP + 0,7314
512,05 cP = 0,821 – 0,7314
512,05 cP = 0,0896
cP =
0 ,0896512 ,05
cP = 1,749 x 10-4
Jadi konsentrasi parasetamol dalam sampel adalah 1,749 x 10-4 M
VII. Pembahasan
Penentuan kadar sampel dengan metode simultan, menggunakan prinsip bahwa
kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri tanpa
harus dipisahkan terlebih dulu. Kedua zat harus memiliki panjang gelombang maksimum
yang tidak berhimpit. Larutan sampel yang digunakan pada praktikum kali ini yang akan
diukur kadarnya adalah larutan sampel yang mengandung teofilin dan parasetamol dengan
pelarut akuades. Sebelumnya dilakukan pengukuran absorbansi terhadap lautan baku
parasetamol dan teofilin dengan menggunakan spektrofotometer GENESYSTM 10 pada
rentang panjang gelombang 200-300 nm. Dari pengukuran tersebut diperoleh suatu kurva
hubungan antara absorban dengan panjang gelombang, selain itu juga diperoleh panjang
gelombang maksimum dari masing-masing zat. Panjang gelombang maksimum adalah
panjang gelombang yang memberikan nilai absorban paling besar.
200
206
212
218
224
230
236
242
248
254
260
266
272
278
284
290
296
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
PCT
Teofilin
Campuran
KURVA ABSORBANSI PCT, TEOFILIN DAN CAMPURAN
ABSORBANSI
PANJANG GELOM-BANG
Panjang gelombang maksimum parasetamol yang diperoleh adalah sebesar 242 nm
dengan absorbansi 0,286 dan panjang gelombang maksimum teofilin adalah 272 nm dengan
absorbansi 1,365. Pengukuran absorbansi juga dilakukan terhadap larutan campuran
parasetamol dan teofilin yang telah dibuat oleh praktikan pada panjang gelombang
maksimun parasetamol (242 nm) dan panjang gelombang maksimum teofilin (272 nm)
yang hasilnya berturut-turut adalah 0,486 dan 1,039. Pengukuran dipilih pada panjang
gelombang maksimum karena pada titik ini sensitivitasnya maksimum (perubahan absorpsi
sampel per unit konsentrasi adalah terbesar). Selain itu, pada panjang gelombang
maksimum kesalahan pembacaan absorbansi yang disebabkan oleh perubahan panjang
gelombang adalah minimal. Dengan demikian ketelitian dari hukum Lambert-Beer semakin
terpenuhi. Berdasarkan teori (Petunjuk Praktikum Analisis Fisiko Kimia, 2010), absorbansi
larutan campuran pada panjang gelombang pengukuran merupakan jumlah absorpsi dari
masing-masing zat tunggalnya. Namun dari hasil praktikum, nilai absorbansi larutan
campuran tidak sama dengan nilai penjumlahan absorbansi larutan baku parasetamol dan
larutan baku teofilin. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya senyawa pengotor yang
dapat mengganggu dan mempengaruhi nilai absorbansi larutan baku parasetamol dan
teofilin. Di samping itu dapat disebabkan karena kesalahan dalam pembuatan larutan
campuran yang dipengaruhi oleh pembulatan dalam memipet larutan.
Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi larutan sampel yang merupakan
campuran antara parasetamol dan teofilin. Absorbansi larutan sampel yang diperoleh pada
panjang gelombang maksimum parasetamol 242 nm adalah 0,496 dan absorbansi larutan
sampel yang diperoleh pada panjang gelombang maksimum teofilin 272 nm adalah 0,821.
Untuk menghitung kadar parasetamol dan teofilin pada larutan sampel dahulu
dihitung Absorbtivitas molar (ε) pada masing-masing larutan parasetamol dan larutan
teofilin. Absorbtivitas molar (ε) tersebut dihitung menggunakan rumus Lambert-Beer pada
panjang gelombang maksimum masing-masing zat. Absorbtivitas molar (ε) pada larutan
parasetamol yang diperoleh pada panjang gelombang 242 nm adalah 1722,89 M−1
cm−1
dan
absorbtivitas molar (ε) parasetamol pada panjang gelombang 272 nm adalah 512,05 M−1
cm
−1. Absorbtivitas molar (ε) larutan teofilin pada panjang gelombang 242 nm adalah 898,51
M−1
cm−1
dan absorbtivitas molar (ε) pada panjang gelombang 272 nm adalah 3378,71 M−1
cm−1
.
Setelah ε pada kedua larutan dengan panjang gelombang maksimum dihitung, maka
kadar larutan parasetamol dan teofilin dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
eliminasi. Dari hasil perhitungan, diperoleh konsentrasi larutan parasetamol pada sampel
adalah 1,749 x 10-4 M dan konsentrasi larutan teofilin pada sampel adalah 2,1648 x 10 -4 M.
Konsentrasi parasetamol dan teofilin yang diperoleh dalam sampel ditentukan dengan cara
simultan.
VIII. Kesimpulan
1. Kadar suatu senyawa dalam larutan campuran dapat ditentukan secara kuantitatif
dengan spektrofotometri UV-Vis dengan menggunakan perhitungan secara
simultan.
2. Panjang gelombang maksimum larutan parasetamol adalah 242 nm dan panjang
gelombang maksimum larutan teofilin adalah 272 nm.
3. Absorbtivitas molar (ε) pada larutan parasetamol yang diperoleh pada panjang
gelombang 242 nm adalah 1722,89 M−1
cm−1
dan absorbtivitas molar (ε)
parasetamol pada panjang gelombang 272 nm adalah 512,05 M−1
cm−1
.
Absorbtivitas molar (ε) larutan teofilin pada panjang gelombang 242 nm adalah
898,51 M−1
cm−1
dan absorbtivitas molar (ε) pada panjang gelombang 272 nm
adalah 3378,71 M−1
cm−1
.
4. Konsentrasi larutan parasetamol pada sampel adalah 1,749 x 10-4 M dan
konsentrasi larutan teofilin pada sampel adalah 2,1648 x 10-4 M.
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Ibnu Gholib., Abdul Rohman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Skoog, D. A., F. J. Holler and T. A. Nieman.1998.Principles of Instrumental Analysis,5th edition.USA: Saunders College Publishing
Underwood, A. L dan R. A. Day.1980.Analisa Kimia Kuantitatif, edisi keempat. Jakarta: Erlangga
Widjaja, I.N.K., dan N. P. L. Laksmiani. 2009. Petunjuk Praktikum Analisis Fisiko Kimia.
Jimbaran : Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana.
Widjaja, I.N.K., K.W. Astuti., N.M.P. Susanti., dan I.M.A.G. Wirasuta. 2008. Buku Ajar
Analisis Farmasi Fisiko Kimia. Jimbaran : Jurusan Farmasi FMIPA Universitas
Udayana.