penelitian pemetaan peraturan daerah dunia usaha untuk ...repository.unp.ac.id/1131/1/arifa...
TRANSCRIPT
Laporan Penelitian
Penelitian Pemetaan Peraturan Daerah Dunia Usaha untuk Program Analisis Dampak Regulasi
Afriva Khaidir, SH.,M.Hum.,MAPA ~ o v i a Zdfa Riany, SE.,M.Si.
Marleni, S.Pd. H. Elyunus Asmara, SH.,CN
Dibiayai oleh The Asia Foundation dan
United States Agency for International Development
Pusat Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi FAKULTAS ILMU-ILMU SOSJAL UNIWRSITAS NEGERI PADANG
2007 ,<
;. T!-., - ,-?., . !-
1. Judul Penelitian : Penelitian Pemetaan Peraturan Daerah Dunia Usaha untuk Program
Analisis Dampak Regulasi
2. Ketua Peneliti: a . N a m a b. Jenis Kelarnin c. NIP/Golongan d. Jab. Fungsional e. Jab. Struktural f. Bidang Ilmu g. Alamat h. Telfodfaks i. Alamat nunah.
telfodemail
: Afiiva Khaidir, SH.,M.Hum.,MAPA : Laki-laki : 1966041 1 199003 1 002rm[ d : Lektor -
: Public Administration : 1. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar Padang : 0751 4451 87
: Jl. Pramuka I No. 25 Lolong Belanti Padang 25 136 075 1 444 126/afiivak@,yahoo.com
3. Anggota Peneliti : Novia Zulfa Riany, SE.,M.Si. Marleni, S.Pd. H. Elyunus Asmara, SH.,CN
4. Mata Kuliah yang Diampu: a. Mata Kuliah I : Hukum Administmi Negara (3 sks) b. Mata Kuliah I1 : Sistem Pemerintah Daerah (3 sks)
Mengetahui: Direktur PKSBE
QRc Prof. Dr. Mestika NIP. 19550919 198203 1 003
I. PENDAHULUAN 1.1 Latat Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Metodologi
11. ANALISIS DATA DAN PELAKSANAAN P&OGRAM 11.1 Analisis Data
11.1.1 Gambaran Umum Perekonomian Kapupaten Solok 11.1.2 Perkembangan Dunia Usaha d i Kabupaten Solok 11.1.3 Penerimaan, Pengeluaran dan Pembiayaan Daerah
11.2 Pelaksanaan Kegiatan 11.2.1 Pemetaan Regulasi Terkait Kegiatan Usaha 11.2.2 Screening uatuk Burning Issues
11.2.2.1 Penentuan bfedium List Perda 11.2.2.2 Pemilihan Short List Perda IL2.2.3 Pemilihan Dua Perda
rn. KESIMPULAN IV. REKOMENDASI
Rekomendasi Hasil
BAB I PENDAHULUAN
.. . 1.1. Latar Belakang
Reformasi biroktasi seharusnya merupakan pangkal dan s e w target utama
dalam proses-proses reformasi di Indonesia. Kuatnya desakan dan keinginan daerah
untuk melaksanakan otonomi daerah dalam spirit reformasi dewasa ini juga
didukung oleh para* baru tentang good governance, di m a reformasi bitokrasi
harm mencakup pembenahan kembali stdeson'ety rebtions. Jika ini bisa drlakukan,
maka bemiti secam implisit dzui eksplisit tujuan hakiki dari pelaksanaan otonomi dan
desentralisasi adalah upaya meningkatkan hubungan timbal balik yang hannonis dan
seimbang antara negara clan rnasyarakat di satu pihak clan negata dengan dunia usaha
di lain pihak. Proses ini hanpa mungkin jika tejadi perbaikan-perbaikan, baik &lam
perurnusan kebijakan (polig f m u b t i o n ) maupun pelaksanaan kebijakan (pokey
inghmenfation) clan evaluasi kebijakan Po& emlwation). Dalam semua ini padsipasi
lokal merupakan hal pang senttat
Keluamya UU No. 22 clan 25 tahun 1999 yang mengatur tentang penyelenggaraan
peme~tahan daerah merupakan gong dati reformasi desentralisasi dan komitmen
pernbedakuan otonomi daerah. Dengan ini dimaksudkan daerah semakin memiliki
ruang dan otoritas untuk mengatut daemhnya, men& potensinya dan pada
gdmnnya menaptakan kesejahteraan yang lebih baik kepada masyatakat terutama
melalui pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi lokal ini hanya dapat
dilakukan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif oleh pernerintah. Kondisi
perekonomian ini sangat dipen@ oleh berbagai bentuk dan substansi kebijakan
daemh, baik yang bersifat mengatur (ngelind maupun memutuskan (beschikkin-.
Pengaturan sektor swasta dan riil berdampak kepada pengembangan inovasi dunk
usaha yang m& mIt$lier fled bagi masyarakat secara umurn.
Namun demikian pada banyak kasus kebijakan justru berdarnpak negatif dan
menghambat berkernbai$pya sektor dunia usaha di d a d . Salah satu penyebab
tidak kondusihya iklim usaha adalah regulasi pernerintah yang menimbulkan distorsi
terhadap pasar sehingga menghambat pcxtumbuhan sektor swasta. Fakta ini terlihat
dahm pembatalan lebih dari 600 Perda bermas& oleh peme&tah pusat melahi
Departemen Dalam Negeri sepanjang d u n 2005 lalu Ini mengindikasikan persoalan
serius dalam kualitas dan mekanisme penyusunan kebijakan.
Setingkali penyusunan kebijakan tidak mempathbangkan dampak yang akan
muncul dan ti& melibatkan sektor swasta 'secara memadai Untuk itu, melalui
kegiatan 'Telaah Dampak Regulasi" @gulatog Inrpact Ana3sis - RIA), The Asia
Foundation berupaya meningkatkan kapaiitas pemerintah dan rnasyarakat di daerah
memperbaiki kualitas kebijakan yang berpihak pada kepentingan masprakat,
khususnya pelaku usaha mikto, ked, clan menengah (UhKMJ.
Tentu saja tidak mudah bagi pemerintah daerah untuk m e n d investasi swasta,
disarnphg faktor eksternal seperti persaingan antar pemerintah daerah dan aacamn
yang timbul dari berbagai perjanjian tentang area perdagangan bebas, baik di tingkat
regional maupun global juga adanya faktor eksternal, antara lain karena adanya
ketidakjelasan peraturan perundang-undangan yang berlaku bag^ kegiatan inrestasi
dan ketiadaan pelayanan yang profesional clan memuaskan. Kondisi ini te jadi bukan
hanya katena kelernahan itnplementasi penmdang-undangan di lapangan, namun juga
karena kelemahan dari substansi undang-undang atau Peraturan Daerah itu sen&.
Kelemahan substansi sebuah Peratwan Daerah seringkali baru diketahui setelah
peraturan tersebut di undangkan, padahal masalah ini dapat ditanggulangi apabiba
proses pembuatan peraturan daerah dilakukan dengan mekanisme yang benar,
namm kenyataan membuktikan bahwa sebagian Peratutan Daerah dibuat atau
dirubah hanya b e r d a s h kondisi kesejarahan atau asumsi-asumsi yang tidak cukup
valid tanpa melewati proses analisis yang bertanggung jawab
Dalam upaya untuk memperbaiki iklim usaha Pusat Kajian Sosial Budaya
dan Ekonomi (PKSBE) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang
berke jasama dengan The Asia Foundation dengan dukungan USAID melaksakan
program bantuan teknis RIA guna mengitrodusir salah satu metode pembuatan
dan review Peraturan Daerah yang partisipatif dan metodologis. Dengan ini
pembuatan keputusan menjadi lebii transparan dan memiliki pertimbangan yang
komprehensif clan dapat dipertanggungjawabkan.
Setelah melakukan sosialisasi, pembentukan T i Teknis Kabupaten maka
kegiatan yang sangat penting dalam proses program RIA adalah melaksanakan
pemetaan Perda (Perda Mapping) sebagai input bagi program dalam jangka
waktu 10 bulan pelaksanaan program mendatang. Proses pemetaan Perda ini
. . menghasilkan 2 buah Perda yang memiliki burning issues, memiliki dampak luss
dan secara substansial merniliki kelemahan berupa tidak uptodatenya rujukan dan
memiliki taraf sinkronisasi yang lemah. Pada gilirannya kedua Perda h i
berpotensi menghambat penciptaan iklirn usaha yang kondusif, dan rnerupakan . . input bagi program RIA di Kab. Solok
1.2. Tujuan
1. Melakukan pemetaan Perda yang masih memiliki kekuatan hukum berlaku dl
wilayah yurisdiksi Kabupaten Solok clan terkait dengan kegiatan daa
pengembangan dunia usaha
2. Merekomendasikan 2 buah Perda sebagai input untuk pelaksanaan program RIA di
Kab. Solok melalui proses dan metode yang dapat dipertanggungiawabkan dm
memiliki isu yang krusial (burning issues) di bkasi pendampingan
1.3. Metodologi
Metode yang digunakan melalui beberapa &pan yang dilakukan secara ana&
. . . . . kelembagaan (desk sm&) yang dilakukan oleh tirn bantuan teknis bersama den-
. - . .
tim teknis serta beberapa tahapan akhir yang dilakukan secara partisipatif Mr
- . . . melalui diskusi kelompok terfokus @cus group discussion) maupun lo-
(workshop). Secara ringkas, tahapan metode dan tahapan yang dilakukan dapat d%kt
dari matriks di bawah ini.
METODE 1. Analisis data sekunder tahap pertarna (desk study)
I . HASlL Garnbaran umum p e e k m i a n daerah (local economic adlook), yang direkapitulasi dalam Tabel 1 dan Tabd 2
KETERANGAN lndikator yang digunakan: - Nilai PDRB menurut lapangan
usaha bedasarkan haga be&b tahun fiskal2005
- Jumlah perusahaan menurut SWi
2. Analisis data sekunder tahap kedua (desk study)
3. Analisis data sekunder tahap ketiga (desk study)
4. Analisis data sekunder tahap keempat (deskstvdyj
Daftar Perda (Long list - 50 Perda) yang masih berlaku dan terkait dengan kegiatan usaha, direkapitulasikan dalam Tabel 3A
Dafbr Perda (Medium list- 30 Perda) yang masih berlaku dan terkait dengan kegiatan usaha, direkapitulasikan dalam Tabel 38 Daftar Klasiftkasi Perda smm umum dan kategori berdasarkan sektor unggulan daerah, direkapitulasikan dalam Tabd 4A d m Tabel 40
usaha tahun fiskal2005 - Total penerimaandaerah tidun
fiskal2005 - Total pengeluaran daerah tahun
2005 - Total pembiayaan daerah tahun
fiskal2005
Mengumpulkan dan mendokumentasikan seluruh Perda yang masih berlaku dan terkait dengan Kegiatan Usaha dengan indikator:
Memenuhi minimal satu kondisi sbb: (i) spesifik jenis kegiatan usaha atau komoditi, (ii) menciptakan penerimaan bagi Pemda yang bersumber dari kegiatan usaha dan atau syarat mengurus legalitas usaha, (iii) bersifat larangan yang menciptakan disentif bagi pelaku usaha, (iv) bersifat larangan yang rnenciptakan insentif bagi pelaku usaha di daerah tersebut Jumlah peraturan di tingkat nasional yang menjadi pertirnbangan Perda Jumlah SKlPeraturan Bupati sebagai juklalujuknis Perda tsb, jika ada Tujuan Perda; Apakah terkait dengan penerimaan daerah, pengaturan atau keduanya Perda yang temasuk kategori umum adalah Perda yang diberlakukan secara umum dan berlaku untuk semua jenis kegiatan usaha Perda yang termasuk kategori spesifik adalah Perda yang diberlakukan secara khusus hanya untuk jenis kegiatan usahalkomoditi tertentu
Penentuan medium list berdasarkan screening yang memprioritaskan Perda-perda yang terrnasuk dalarn kategori urnum Menentukan 10 Perda dari medium list melalui Workshop Pelaku Usaha berdasarkan burning issues dengan indikator. waktu, tarif resmi, biaya ilegal, persyratadketentuan, potensi darnpak negatif Perda tehadap kine j a dan jumlah UMKM
5. Analisis data melalui FGD dan workshop dengan Tim Teknis, pelaku usaha dan sfakeholders
6. Analisis deviasi data sekunder (desk My)
7. Analisis data melalui FGD dengan Pemda dan Pelaku Usaha
Daftar Perda (Short list - 10 Perda) yang masih berlaku dan terkait dengan kegiatan usaha, direkapitulasikan dalam Tabel 5 dan Tabel 6
Hasil analisis deviasi antara Perda yang menjadi burning issues dengan Peraturan Nasional yang menjadi rujukan utama Perda, direkapitulasikan dalam Tabel 7 2 buah Perda yang diputuskan sebagai input Program RIA
Melakukan analisis deviasi mengenai waktu, tarif, jumlah dokumen yang harus dilengkapi, frekuensi (daftar ulang ijinlwaktu pembayaran) antara Perda yang menjadi burning issues dengan Peraturan Nasional yang menjadi rujukan utama Perda
Mengkonfirmasi hasil analisis deviasi pada tahap 5 Menyepakati 2 Perda dari short list untuk dijadikan input program RIA
BAB I1
ANAUSIS DATA DAN PELAKSANAAN KEGIATAN
11.1. Analisis Data
11.1.1. Gambaran Umum Perekonomian Kabupaten Solok
Kabupaten Solok yang secara pridis formal dibentuk dengan UU No. 12 tahun 1956
semula terdiri dati 83 nagari dan 12 kecamatan. Setelah melalui beberapa kali perubahan
tahun 1970, 1983, 2000, 2001 dan 2003, saat ini terdiri ~ 14 kecamatan dan 73 nag&
sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 8 tahun 2003 tentang Pemekaran Wilayah Kabupaten
dan Kota. Kecamatan yang ada setelah pemekaran adalah: (1) Kecamatan Pantai Cerrnin, (2)
Lernbah Gumanti, (3) Hilitan Gumanti, (4) Payung Sek* (5) Tigo Lurah, (6) Lembang Jap,
(7) Danau Kembar, (8) Gunung Talang, (9) Bukit Sun& (10) JX Koto Sungai Lasi, (11)
Kubung, (1 2) X Koto Si"gka& (13) Junjung Siri. dan (14) X Koto Diatas.
Secllra organisatoris saat ini Kab. Solok memiliki 4 Badan yaitu Bappeda, BKD, BPD clan
BPKD, 10 buah Dinas yaitu PU, Kesehatan, Pendidikan, Pertanh, Perhubungan,
Padsata, Koperindag, Kehutanan dan Perkebunan, Pertambangan dan Lingkungan Hidup,
serta 2 kantor yaitu Inforkom d m Polisi Parnong Praja.
Untuk melihat gambaran umum pdonomiaa Kabupaten Solok terakhu, data yang
tersedia daxi BPKD dan Bappeda adalah data tahun 2005. Total PDRB Kab. Solok adalah
Rp. 2.439.083.760,-. Dad komposisi PDRB sektor Peaaaian masih menduduki peringkat
pertama dengan 45% share terhadap total PDRB dengan angka nomiaal sebesar Rp.
1.104200.450 dengan leading sub-sektor beaurut-turut mmmn bahan makansn dimana
Solok terkenal dengan industri beras sebesar 35,41%, tanaman perkebunan, pertemakan,
kehutanan dan pen'kanan.
Pada prkgkat ke dua adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan share
sebesar 13,53% dengan nominal Rp.330.045.650,-. Namun sektor ini didominasi oleh sub
sektor perdapgan besar clan eceran sebesar 12,92%. Sub sektor restoran hanya 0,61
sedangkan hotel belum bergerak sama selrali
Sektor bedmtnya hanyalah mengkhgi sedikit di bawah yaitu sektor Jasa-jasa dengan
1296% dengan angka nominal Rp. '44.51 1.610,- dengan komposisi sub sektor pemerintahan
umum dan pertahanan dengan share sebesar 10,03% disusul dengan swasta sebesar 2,93%.
Hanya 3 sektor di atas yang rnemiliki share PDRB di atas 10% sektor lain tidak memilild
share yang cukup dominan seperti sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan 9,83%,
Industti Pengolahan dengan 6,90%, Bangunan 5,62%, Pertambangan dan Peqphan dengan
3,50%, Keuangan, Persewaan Bangunan clan Jasa Perusahaan dengan share 1,82%, dan di
perhgkat akhir adalah sektor List& Gas dan Ait Bersih dengan 0,57%.
TABEL 1 PDRBKABUPATENSOLOKMENURUTLAPANGANUSAHABERDASARKANHARGABERLAKUTAHUN
2005
11.1.2. Perkembangan Dunia Usaha di Kabupaten Solok
8.3
8.4
8.5
9
9.1
9.2
Setelah terpukul oleh krisis ekonomi yang berskala nasional, pada saat terakhir
perturnbuhan ekonomi Kab. Solok pada tahun terakhir mulai menunjukkan geliat dengan
angka 6,02% (data BPS dan Bappeda Kab. Solok). Perturnbuhan ini ditandai dengan
komitrnen pemerintahan dengan menempatkan ekonomi kerakyatan sebagai salah satu
dari 3 pilar pembangunan Kab. Solok di samping pendidikan dan pertanian.
Dalam pidato 2 tahun pemerintahan Gusmal-Desra Ediwan 423 usaha kecil telah
menikmati kredit ekonomi kerakyatan yang dikucurkan pemerintah. Sejak dibukanya
Kantor Pelayanan Umum clan Perkhan investasi masyarakat dalam 2 bulan terakhir
mencapai Rp. 14 rnilyar. Perizinan usaha yang diterbitkan berupa izin untuk usaha
bengkel, toko elelctronik dan usaha kecihya.
Jurnlah perusaham yang tercatat pada Dinas Koperindag Kab. Solok adalah usaha
skala mikro dan kecil masih yang. terbanyak dengan jurnlah sebesar 4301 buah, skala
menengah dengan jumlah 27 buah dan skala besar sejumlah 5 buah. Cukup konsisten
dengan share PDRB industri hasil pertanian, kebanyakan berupa pengolahan padi (huller)
cukup berkembang dengan unit usaha d a h skala kecil sebanyak 214 buah dengan-aga
kerja sebanyak 1246 orang dan nilai produksi Rp. 36 milyar. Indmtri pertanian juga
memiliki satu unit usaha dengan skala menengah dengan kemampuan menyerap tenaga
kerja sebany kemampuan menyerap tenaga ke rja sejumlah 662 orang clan nilai produksi
Rp. 9 milyar. Industri logam dan kimia memiliki 308 industri kecil dan 1 besar dengan
kemampuan menyerap tenaga ke rja sebesar 2490 orang clan nilai produksi sebesar Rp. 29
milyar lebih. Sementara itu igdustri aneka memiliki unit usaha- sebanyak 103 dengan
kemampuan menyerap tenaga ke rja sebanyak 630 orang dan nilai produksi sebesar Rp. 3
milyar lebih
0.40
0.03
12.96
10.03
293
Jasa Penunjang Keuangan
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa Pemerintahan Umum dan Pertahanan
Swasta
9,814.93
651.97
31 6,079.67
244,613.99
7t465.68
Perkembangan usaha juga sangat dipengaruhi oleh sarana perdagangan yaitu pasar
tradisional sebanyak 22 buah dan pasar lokal sebanyak 2 buah dan 1 buah pkar grosir.
Bagaimanapun koperasi masih memegang peranan. Koperasi aktif berjurnlah sebanyak
119 buah, koperasi primer 157 buah dan KUD sebanyak 31 buah. Lembaga keuangan
milik pemerintah sebanyak 95 buah, swasta nasional sebanyak 2 buah dan milik
pemerintah daerah sebanyak 4 buah.
Dengan demikian secara makro trlihat bahwa sektor primer dan UMKM masih
merupakan andalan bagi Kab. Solok untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan jumlah usaha terutarna kecil dan mikro merupakan dasar yang kuat bagi
pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik melalui kebijakan dan - -
perIiidungan hukum seperti dalam ha1 perizinan dan regulasi yang dihasilkan.
11.1.3. Penerimaan, Pengeluaran dan Pembiayaan Daerah
Total penerimaan daerah Kab. Solok adalah sebesar Rp. 21 1.819.466.925.120,- Dari
penerimaan tersebut hanyalah sebesar 4,4% adalah bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah yaitu sejumlah Rp. 9.37 1.904.828.120,-. Surnber terbesar penerimaan daerah
berasal dari Dana Alokasi Umurn sebesar Rp. 151.940.000.000.000.- disusul dengan bagi
hasil pajak dan bukan pajak sebesar Rp. 15.508.490.572.000,- dan Dana Alokasi Khusus
sebesar Rp. 13.750.000.000.000,-. PAD ini bahkan lebih rendah daripada dana
perimbangan dari propinsi sebesar Rp. 9.729.055.338.000,-.
Jika dibandingkan antara penerimaan pajak dan retribusi hampir memiliki jumlah
nominal dm share yang hampir sama yaitu sekitar 23%, meskipun share pajak daerah
lebih tinggi daripada retn'busi daerah. Sisa PAD didapatkan dari hasil Perusahaan Milik
Daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan disarnping adanya pendapatan
lain yang sah dengan share yang juga berkisar pada angka 20-25%.
Retribusi yang terkait dengan kegiatan usaha terdiri dari retribusi jasa urnurn, retribusi
jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu. Retribusi jasa umum mengisi sebesar 47%
dari share retribusi dan menyumbang sebesar 12% dari total PAD. Sementara itu retribusi
jasa usaha sebesar 30% dari share retribusi dan sisanya retribusi perizinan sebesar 23%
dari share retribusi.
J i a dilihat dari penyumbang terbesar dari masing-masing sumber retribusi, untuk
retribusi jasa umum retribusi pelayanan kesehata. rnemberikan sumbangan terbesar.
Sementara itu untuk retribusi jasa usaha kontribusi terbesar diberikan oleh retribusi
pemakaian kekayaan daerah dan untuk retribusi perizinan kontribusi terbesar diberikan
oleh pajak k e n d m bermotor retribusi izin ga .guan dan retribusi izin mendirikan
bangunan. Dengan demikian sebetulnya retribusi hanya menyumbang sedikit dari - Pendapatan Asli Daerah, apalagi terhadap penerirnaan daerah secara total.
TABEL 2 JUMLAH PERUSAHAAN. PENERlMAAN DAERAH, PENGELUARAN DAERAH, DAN PEMBIAYAAN
DAERAH
11.2. Pelaksanaan Kegiatan - -
11.2.1. Pemetaan Regulasi Terkait Kegiatan Usaha
Kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia pada tahun 2004 di 80 negara menunjukkan
bahwa regulasi merupakan salah satu hambatan penting dalam penciptaan iklim usaha
yang kondusif. Regulasi yang kalau di daerah berupa Peraturan Daerah (Perda)
mempengaruhi iklirn usaha baik secara langsung maupun ti& Karena itu disarnping
diperlukan analisis yang hati-hati clan cennat dalarn proses perurnusan sebuah regulasi,
diperlukan juga aktivitas berupa review terhadap regulasi yang sndah dan aka. be rjalan.
Regulatory Impact Assessment (RIA) merupakan metode untuk menjelaskan proses
penunusan dan review regulasi yang baik agar dapat berjalan dengan efektif narnum
dapat menekan dampak yang tidak baik baik masyarakat utamanya iklim usaha. Sebagai
langkah awal dalarn pelaksanaan program RIA di Kab. Solok maka dilakukan beberapa
langkah yang dimulai dengan melakukan pendataan regulasi yang masih berlaku berupa
hukurn positif di Kab. Solok, kemudian menentukan regulasi yang berdarnpak dan
berhubungan dengan aktivitas ekonomi secara umum dan dunia usaha. Kegiatan ini
dinamakan pemetaan perda.
Dalarn mengkategorisasikan perda-perda ini yang terkait dengan kegiatan usaha
digunakan acuan-acuan sebagai berikut:
a. Apakah perda dimaksud mengatur secara urnum ataukan spesifik jenis kegiatan
usaha atau komoditi;
b. menciptakan penerimaan (pendapatan) bagi daerah yang bersurnber dari kegiatan
usaha clan atau syarat mengurus legalitas usaha;
c. bersifat larangan yang menciptakan disinsentif bagi pelaku usaha di daerah
tersebut;
d. bersifat larangan yang menciptakan insentif bagi pelaku usaha di daerah tersebut.
TABEL 3 A
DAFTAR LONG LIST PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK PROP. SUMATERA BARAT
No
1
2
3
4
Kelompok
Umum
X
X
X
X
No Perda
10
6
6
28
7
Perda
Spesifik Jenls Keglatan Usahal Komoditi
Tahun Perda
1982
1995
1995
1997
Judul Perda
Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban Retribusi Pemeriksaan dan Pengisian Racun Api pada Alat Pemadam Kebakaran Dalam Kabupaten Daerah Tingkat I1 Sol& Penyertaan Modal Daerah Tingkat ll Kabupaten Solok Pada Pihak Ketiga Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Nama Papan Petunjuk. Kain Rentang dan Reklame Dalam Kabupaten Daerah Tingkat II
Jumlah Peraturan di tlngkat Nasional
Yang Menjadi
Pertirnbanga n
Perda
4
8
8
11
Jumlah Surat
Keputusan (SKI
BWf l Wali kota sebagai Juklakl Juknis Perda
na
na
na
na
Tujuan Perda
Pengaturan
Pengaturan
Pengaturan
Pengatoran
X
5
6
16
17
26
27
l5
2
na
na
8
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan
Igg8
2002
Solok
Rettiiusi lzin Trayek Angkutan Penurnpang Urnurn Rencana lndok Pengembangan Pariwisata Daerah
2003
2003
Retribusi Pasar
Retribusi Pelayanan Inserninasi Buatan dan Pemeriksaan Kebuntingan Ternak
10
11
na
na
Pengaturan endapatan
Pengaturan Pendapatan
X
X
X
x 1 I
X i I
X ' I
X
I X
X
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
28
29
30
31
32
33
34
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Penda atan PengabYRn I Pengaturan X
35
36
10
11
12
Pengaturan
Pengaturan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengatuan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
lo
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
I x ! X I
I
X
X
X
X
X
X
X
X
2003
2003
2003
2004
2004
2005 9
26
23
19
14
16
11
13
8
Pelayanan Perizinan Dibidang lndustri dan Perdagangan
Pembinaan Pelayanan Dibidang Perkoperasian dan Usaha
kin Usaha Hotel, Restoranl Rumah Makan dan Musik Ruangan
Retribusi Parkir Ditepi Jalan Umum
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah
Pengelolaan Usaha ] Pertambangan Umurn
na
na
na
na
na
na
na
na
na
20
21
16
13
24
22
19
17
10
25
20
2005
2005
2005
2005
2005
20115
2005
2US
2005
2005
na
na
na
na
na
na
na
na
na
na
na
2004
2M)4
2005
! Pengelolaan Air Tanah
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Berrnotor
Retribusi Perizinan Biiang Peiayanan Kesehatan Swasta
Retribusi Tempat Usaha Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi
Retribusi Usaha Pariwisata
Retn'busi Penyedotan Kakus
Retribusi Biiang Pertambangan Umwn
Retribusi lzin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Eawah Tanah
Retribusi Persampahan 1 Kebenihan
Perusahaan Daerah Solok Nan lndah
Pokok-Pokok Pengeloiaan Barang Daerah
Satu hal penting yang perlu dipaharni dalam proses regdasi di Kab. Solok adalah
ditemukannya bahwa tidak ada Perda yang hanya berisikan hanya pendapatan, namun
selalu diawali dengan beberapa klausula tentang pengaturan. Temuan lain adalah
sebagian besar kalau tidak semua Perda tidak memiliki juklak atau juknis dalam
penyelenggaraann ya.
11.2.2. Screening un tu k Burning Isues
X
X
48
49
50
Proses screening untuk mengungkapkan burning issues atau masalah-masalah yang
krusial sehingga beberapa Perda layak untuk direview dan menjadi objek dalam
pelaksanaan program RIA. di Kab. Solok. Tahapan yang dilakukan dimulai dengan
penentuan medium list Perda yang terdiri dari 30 buah Perda yang diambil dari 50 buah
Perda yang memiliki dampak terhadap iklim dan dunia usaha di daerah ini. Dari 30 buah
Perda ini dilakukan lokakarya Perda Mapping untuk mencari 10 buah Perda yang akan
menjadi nominator pada tahapan berikutnya. Penentuan 10 Perda dilakukan melalui
lokakarya aktif dengan menggunakan beberapa kriteria tertentu yaitu masalah waktu, tarif
resmi, biaya ilegal, persyaratadketentuan, potensi dampak negatif terhadap kine rja UKM
dan potensi dampak negatif terhadap jurnlah UKM.
Pada saat terakhir dari 10 buah Perda diadakan FGD yang diikuti oleh representasi
dari SKPD terkait yang tergabung di bawah tirn teknis ditambah dengan representasi dari
stakeholders penting seperti dunia usaha, LSM, akademisi dan tokoh maqarakt untuk
mendapatkan 2 buah Perda yang akan menjadi "raw material" dari program RIA di Kab.
Solok.
5
6
9
2006
2006
2006
na
na
na
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Pengaturan Pendapatan
Retribusi lzin Usaha di Bidang Kehutanan dan Perkebunan
Retribusi Pasar Grosir
Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
20
10
10
r l ? / ~ d / 8~11- p I C!)
11.2.2.1. Penentuan Medium List Perda
Berikut ini adalah 30 buah Perda yang merupakan hasil penyaringan tahap awal dari
long list menjadi medium list. Dari proses ini didapatkan 17 buah Perda yang mengatur
umum sebagai prioritas utama, kemudian sisanya sebanyak 13 buah Perda-perda spesifrk
yang menjadi kontributor terbesar dalarn menyumbang PDRB di Kab. Solok. Hasil
seleksi Perda yang mengatur secara sektoral ini terdiri dari 4 buah Perda di sektor
pertanian dan 9 buah perda di sektor perdagangan, hotel dan restoran.
TABEL 3
PERDA HASlL PROSES PERDA MAPPING (MEDIUM LIST)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nomor Perda
10
6
28
l3
18
19
5
6
4
l3
9
Tahun Perda
1982
1995
1995
1997
2002
2M)2
2002
2002
2002
2002
2003
2003
2004
2005
2005
2005
2006
- Judul Perda
Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban Retribusi Pemeriksaan dan Pengisian Racun Api pada Alat Pemadam Kebakaran Dalam Kabupaten Daerah Tingkat I I Solok
Penyertaan Modal Daerah Tmgkat ll Kabupaten Solok Pada Pihak Ketiga Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Nama Papan Petunjuk, Kain Rentang dan Reklame Dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Sol& Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Daerah Retribusi Surat lzin Usaha Jasa Kontruksi Retnbusi Periu'nan dibiiang Ketenagake jaan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Retriiusi lzin Mendirikan Bangunan
Retribusi lzin Gangguan
Pajak Penerangan Jalan
PajakRekhme
Retribusi Persampahan l Kebenihan Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah Pokok-Pokok Pengelolaan Barang Daerah Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Perubahan Kedua Atas Pwaturan Daerah Kabupaten Sol& Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Umum
Umurn
Umum
Urnum
Umum
Umum
Umum
Umum
Umum
Umum
Urnum
Umum
Urnum
Umum
Umum
Umum
Umum
Umurn
Sektoral
TABEL 4A KLASIFIKASI PERDA SECARA UMUM KAB. SOLOK, PROP. SUMATERA BARAT
18
19
20
2 1
22
23
24
25
26
27
28
29
30
10
15
9
8
9
6
8
6
Kelompok Perda
Umum Spesifik SektorlKomodii a. Pertanian b. Perdagangan, Hotel dan Restoran c. Jasa-jasa d. Pengangkutan dan Komunikasi e. Lain-lain Total
Pertanian
Pertanian .
Pertanian
Pertanian
Perdagangan. Hotel dan Restoran
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Perdagangan. Hotel dan Restoran
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Perdagangan. Hotel dan Restoran
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Perdagangan, Hotel dan Restoran
2002
2002
2003
2006
2002
2002
2002
2003
2003
2003
2003
2003
2004
Retnbusl Sarang Burung Wafet
Retribusi Rumah Potong Hewan Retribusi Pelayanan lnseminasi Buatan dan Pernenksaan Kebuntingan Temak Retribusi lzin Usaha di Biiang Kehutanan dan Perkebunan
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Retnbusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Pajak Reklame
Retribusi Pasar
Pelayanan Perizinan D i b i i lndustri dan Perdagangan
Pembinaan Pelayanan Dibidang Perkoperasian dan Usaha
Izin Usaha Hotel. Restoranl Rurnah Makan dan Musik Ruangan
Pemsahaan Daerah SOW Nan lndah
Total
17
34 4
10 10
5 5 5 1
Tujuan Perda Pengaturan dan
Penerimaan Daerah
11
31 4
9 10
5 3
42
Penerimaan Daerah
0
0 0
0 0
0 0 0
Pengaturan
6
3 0
1 0
0 2 9
TABEL 46 KLASlFlKASl PERDA (MEDIUM LIST) KAB. SOLOK, PROP. SUMATERA BARAT
11.2.2.2. Pemilihan Short List Perda
Dengan menjadikan 30 buah Perda yang didapatkan pada proses medium list yang
Total
17
13 4
9 30
Kelompok Perda
Umum Spesifik Sektor/Komoditi a. Petfanian b. Perdagangan, Hotel dan Restoran Total
terkait dengan iklim dan dunia usaha dilakukan pemilihan 10 buah Perda yang
dikategorikan sebagai "burning issues" menurut stakeholders terutama dunia usaha,
masyarakat, LSM, akademisi, SKPD pelaksana teknis dan tokoh masyarakat.
Pemilihan 10 buah Perda itu dilakukan dengan sebuah lokakarya (workshop) dengan
menghadiikan lebih kurang 40 orang. Lokakarya dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2007
di ruangan operation room Sekretariat Daerah di pusat pemerintahan di Arosuka Kab.
Solok. Lokakarya dilaksanakan selarna lebih dari 3 jam di mulai jam 8.30 wib pagi
sampai 13.00 wib siang. Workshop dibuka oleh Kabag Hukum Sekdakab Solok dengan
susunan acara:
Tujuan Perda
1. Registrasi peserta (untuk pembagian kelompok);
2. Pembukaan;
3. Penjelasan umum oleh panitia;
Penerimaan Daerah
0
0 0
0
4. Presentasi proses shorlist menjadi medium list serta penjelasan tentang kriteria
penilaian dm diskusi dalam lokakarya oleh Afiiva Khaidir;
5. Pembagian menjadi 3 kelompok dan diskusi kelompok; . .
6. Presentasi oleh juru bicara kelompok dan tanggapan dalarn sidang pleno;
7. Pengolahan skor penilaian oleh Novia Zulfa;
Pengaturan
6
1 0
1 7
Pengaturan dan Penerimaan
Daerah 11
12 4
8 23
8. Paparan tentang ranking Perda dan 10 Perda terpilih;
9. Penutup
Dengan demikian peserta dibagi ke dalam 3 kelompok dengan masing-masing kelompok
terdiri dari 10-15 orang yang dipimpin oleh satu pemimpin diskusi dari kalangan peserta
sendiri dan 1 orang tim teknis sebagai juru tulis. Setiap kelompok juga memutuskan satu
orang untuk melaksanakan presentasi dalam sidang pleno. Adapun pedoman indiikator
dalarn memberikan skor adalah sesuai dengan tabel berikut ini. Meskipun penilaian
dilakukan dengan memberikan skor, narnun dilaksanakan juga penyampaian ilustrasi dan
pendapat secara verbal dengan parameter kualitatif terhadap Perda.
TABEL 4C
PENllAlAN SKOR PERDA (SHORT LIST)
No.
' 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nom or
Perda
4
5
6
4
10
18
19
5
6
6
28
2
1
2
3
2
1
1
2
2
2
3
2
Tahun Perda
2002
2006
1995
2004
1982
2002
2002
2003
2004
1995
1997
Judul Perda
Retribusi Surat lzin Usaha Jasa Kontruksi
Retn'busi lzin Usaha di Bidang Kehutanan dan Perkebunan Penyertaan Modal Daerah Tingkat II Kabupaten Solok Pada Pihak Ketiga
Retnausi Penampahan 1 Kebenihan
Kebenihan, Keindahan dan Keterb'ban Retribusi lzin Mendirikan Bangunan Retribusi lzin Gangguan Pajak Penerangan Jalan Perusahaan Daerah Solok Nan lndah Retribusi Pemeriksaan dan Pengisian Racun Api pada Alat Pemadam Kebakaran Dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Solok Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Nama Papan Petunjuk, Kain Rentang dan Reklame Dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Solok
3
1
1
1
1
4
3 2 2 2 3 1
2
3 2 1 3 1 1
3 1 1 1 3 1
2 2 1 2 1 2
1 ' 2
2 3 1 2 1 1
2
1
2
5
3
1
1
1
6 Total Skor
13
3 12
11
l1
10
10
1 2 10
1
1
2
Ranking
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bobot per
Indika tor
16.67
1667
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
10
9
9
Total Mlai
2l6.67
200.00
1B33
IS33
16.67
166.67
166.67
166.67
166.67
EO.00
150.00
150.00
150.00
150.00
133.33
13333
133.33
133.33
133.33
133.33
133.33
13333
133.33
133.33
133.33
13333
116.67
116.67
0.00
0.00
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
2
13
6
5
7
13
9
10
9
8
17
8
10
11
15
12
8
6
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
16.67
1667
16.67
16.67
16-67
16.67
16.67
1667
1667
2002
2002
2003
2002
2005
2005
2006
2002
2003
2002
2002
2002
2003
2003
2003
2002
2003
2005
2003
2
1
2
2
Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Daerah
Ret"busi Pemakaian Kekayaan Daerah
Pajak Reklarne
Retnbusi Perizinan dibidang Ketenagake jaan
Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Retnbusi Pemakaian Kekayaan Daerah Retribusi Sarang Burung Walet Retribusi Pelayanan lnseminasi Buatan dan Pemeriksaan Kebuntingan Temak
Pajak Hotel
Pajak Restoran Retnbusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Retribusi Pasar Pelayanan Perizinan Dibidang lndustri dan Perdagangan Pernbinaan Pelayanan Dibidang Perkoperasian dan Usaha Retribusi Rumah Potong Hewan lzin Usaha Hotel. Restoran1 Rumah Makan dan Musik Ruangan Pokok-Pokok Pengelolaan Barang Daerah Pajak Reklarne
2
2
2
2
3 2 1 1 1 1
2 2 1 2 1 1
2 2 1 1 1 1
1 2 1 2 1 1
2 2 1 1 1 1
1
2 2 1 1 1 1
1
2 2 1 1 1 1
2 2 1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
9
9
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
7
7
1
2
2 2 1 1 1 1
2 2 1 1 1 1
1
1
2 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
1
1
1
1
TABEL 5 INDIKATOR BURNING ISSUES DAN SKORNYA
Lokakarya menghasilkan 10 buah Perda sebagai "burning issues" di kalangan pelaku
usaha dan stakeholders, yang dengan sendirinya menjadi short list, yang dapat dilihat
pada tabel 6, yaitu berturut-turut berdasarkan perolehan skor hasil penilaian lokakarya:
1. Perda No. 4 tahun 2002 tentang Retribusi Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi;
(spesifik)
2. Perda No. 5 tahun 2006 tentang Retribusi Izin Usaha di Bidang Kehutanan dan
Perkebunan; (spesifik)
3. Perda No. 7 tahun 1995 tentang Penyertaan Modal Daerah tingkat I1 Kabupaten
Solok pada Pihak Ketiga; (spesifik)
4. Perda No. 4 tahun 2004 tentang Retribusi Persampahan dan Kebersihan; (umurn)
5. Perda No. 10 tahun 1982 tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban; (umum)
6. Perda No. 18 tahun 2002 tentang Retribusi Em Mendirikan Bangunan; (urnum)
7. Perda No. 19 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Gangguan; (umurn)
8. Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pajak Penerangan Jalan; (umurn)
9. Perda No. 6 tahun 2004 tentang Perusaham Daerah Solok Nan Indah; (spesifik)
10. Perda No. 6 tahun 1995 tentang Retribusi Pemeriksaan clan Pengisian Racun Api
pada f i t Pemadam Kebakaran Dalam Kabupaten Daerah Tingkat I1 Solok (umurn)
Beberapa catatan penting dapat diambil dari proses lokakarya ini. 2 buah Perda yang
menempati urutan pertama dan kedua adalah perda spesifik. Selatas dengan penelitian rang
dilakuban sebelumnya, Perda SIUJK memang memberikan beban kepada turnbuhnya dunia
No
1 2 3
4 5
6
lndikator
Waktu Tarif Resrni Biaya Illegal
Persyaratanl Ketentuan Potensi Darnpak Negatif Perda Terhadap Kinerja UMKM Potensi Dampak Negatif Perda Terhadap Jumlah UMKM
S kor 1
Cepat Murah Tidak Ada
Ringan Tidak Ada
Tidak Ada
2 Normal Normal Ada tapi kecil Normal Ada tapi kecil Ada tapi kecil
3 Lambat Mahal Ada dan besar Memberatkan Ada dan besar Ada dan besar
properti dan pembmgunan di Kab. Solok Perda ini jugs rnernbe* disinsentif kepah
kontraktor dari luar Kab. Solok dengan memberikan beban yang diistilahkan sebagai "uang
lompat pagat", namun demikian untuk masyarakat m u m Per& ini kurang dipahami dan
nampaknya sosialisasi juga kurang dilakukan.
Perda tentang Rettibusi Izin Usaha di Bidang Kehutanan dan Perkebunan merup*
salah satu Perda yang dibatalkan oleh Depdagn (Hadan Singgalang, 25 Juli 2007). Dengan
demikian Perda ini menjadi tidak relevan untuk dilakukan- review, meskipun masalah
eksploitasi hutan merupakan salah satu masalah krusial di Kab. Solok, namun Nkup sarat
dengan kompleksitas rnasalah yang melmgkupinya.
11.2.2.3. Pemilihan Dua Perda
Pemilihan dua perda yang akan menjadi fokus dari program RIA selanjutnya diawali
dengan telah dirnilikinya daftar short list dengan -tan skoring sebagai output dari
lokakarya perda mapping. Tahapan pemilihan dua perda ini dilakukan melalui sebuah
konsultasi publik berupa FGD yang diikuti oleh stakeholders terkait terutarna dunia usaha
dengan dimotori oleh tim TA PKSBE clan tim teknis Pemkab Solok. Namun demikian
aktivitas ini diawali dengan melakukan analisis deviasi mengenai waktu, tarif, jumlah
dokumen yang hams dilengkapi, fiekuensi daftar ulang izin dan atau waktu pembayaran
antara Perda yang menjadi "burning issues" dengan ketentuan perundang-undangan di
tingkat nasional yang menjadi mjukan utama Perda. Standar rujukan nasional ini
utamanya digunakan rujukan yang menjadi konsideran Perda, narnun seandaimya Perda
sudah tidak aktual, rujukan beralih kepada peraturan perundang-undangan terbaru yang
menjadi hukurn positif pada saat ini. Hasil analisis deviasi dapat dilihat pada lampiran
tabel 7.
Analisis deviasi hanya relevan pada Perda-perda yang mengatur tentang pajak,
retribusi dan perizinan. Dengan demikian untuk kasus Kab. Solok adalah:
= Perda No. 4 tahun 2002 tentang Retribusi Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi;
Perda No. 5 tahun 2006 tentang Retribusi Izin Usaha di Bidang Kehutanan
dan Perkebunan;
Perda No. 4 tahun 2004 tentang Retribusi Persarnpahan dan Kebersihan;
Perda No. 1 8 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
Perda'No. 19 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Gangguan;
Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pajak Penerangan Jalan;
Perda No. 6 tahun 1995 tentang ~ettibusi ~emeriksaan dan Pengisian Racun
Api pada Alat Pemadam Kebakaran Dalam Kabupaten Daerah Tingkat I1 Solok
Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa pada indikator-indikator yang telah
ditetapkan hanya diatur dengan aturan-aturaA setingkat Perda. Dengan kata lain tidak
ditemukan acuan-acuan yang mengatut secara spesifik hal-hal teknis sedemikian pada level
nasional. Satu-satunya rujukan nasional yang cukup teknis adalah Permendagn No. 24 tahun
2006 tentang Pedornan Penyelenggaraan Pelayanan Satu Pintu. Secara prinsip peraturan ini
menegaskan dalam pasal4 bahwa:
(1) Bqati/ Wakkota wqi'b mehhkan pe~edwhanmn pevhngaraanpehyanan terpadu satupintu.
(2) Penydkrhanmn penqrbnggaraan p b a n a n sebagaimana &aksudparib ga t (1) mencaktrp :
a. pekyanan a faspmobonanp~nan hn nonpen'qinan rlihkukan oleh PPTSP; b. pentpatan waku proses penyebsaian pekyanan tihk mehbihi standar w a h yang tehb
ditetaphn ribhm perafuran daerah; c. &astian biqa pehyanan t i h k mebbihi dan' ketent~an yang tekrh ditedaphn h h m paturan
h m h ; d k j e h a n prosedw pehyanan +at ditelusun' a h &tohui setiap tahqan pro~es pemberian
pen'@nan dan nonpeti+an sesuai dkngan urnfun psedumya; e. mengurangi bedas kebngkqan pmohonan pmvnun yang sama untuk dua afaH bbib
pemohonan peri~nan; J pmbebasan biqa pen'p'nan bagi Usaba M i h Kedl Menengah (UMKM) yang ingin memukzi
waha barn sesuai dkngan peraturanyang be&&; h n g.pemberian hak ,&pa& mayarakat untuk me+b infomanan h h m kaitannya dengan
penyehnggaraan pchayanan
Selanjutnya bab V mengatur tentang proses, waktu clan biaya penyelenggaraan pelayanan
pada pasall 1 yang berbunyi:
Jangh waku pe~ebsaian pehyanan pen'enun h n non pPCn@nan ditetaphn pakng hma 15 ( h a be&) ban' k d a ferhifung mulid sgak diferimapz b w h s pmohonan bes& s e h b hhngkqbantya.
Sem pasall2 yang berbunyi:
(1) Besaran biqa penynan h n non peri@natl &hittrng semi hngan tarfyang rttctaphn b&mbnpmturan &ma.
Dengan demikian setiap Perda yang rnasuk di dahm short list memiliki peluang yang
sama untuk dijadikan fokus dalam program RM jika dipanclang dari sisi deviasi Perda
terhadap ketentuan nasional di atasnya. Alhasil diskusi intensif dalam FGD akhir menjadi
penentu dalam menentukan final 2 Perda yang akan menjadi input program ke depan. .
Dua Perda yang potensial didapatkan dengan proses FGD dengan pihak leading sector di
Pemda ditambah dengan beberapa stakeholders terkait pada hari Rabu tanggal 25 Juli 2007
puku. 09.00-13.30 wib yang dilaksanakan di ruangan Bawasda Kab. Solok. FGD diikuti oleh
20 orang peserta dari msut Pemda sebanjak 12 orang, akademisi 2 orang, dan
LSM/tokoh/dunia usaha sebanyak 6 orang.
FGD diawali dengan presentasi proses terbentuknya shortlist 10 Perda dalam lokakarya
perda mapping. Tahap kedua merupakan sebuah langkah penting karena di sini di can
kesepakatan tentang kriteria yang akan menjadi panduan dalam pelaksanaan FGD dalam
meniki skala priolitas dari 10 Perda tersebut Akhirnya disepekati adanya 6 (enam) buah
kriteria yaitu:
1. Pengaruh Perda terhadap iklim usaha;
2. Hambatan terhadap iklim usaha;
3. Jangkauan darnpak Perda;
4. ~kmditlsPerda;
5. Kekut.angan substansial dari Perda;
6. Catatan lain yang tidak tennasuk ke dalam luiteria yang ada.
hlelalui diskusi yang sangat hangat karena terungkapnya sudut pandang yang berbeda di
kalangan peserta akhimya FGD menyepakati bahwa perda yang menjadi input dalam proses
RIA selanjutnya adalah:
1. Perda No. 18 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
2. Perda No. 19 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Gangguan;
Alasan pemilihan Perda No. 18 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
adalah:
a. IMB memilik pengaruh yang sangat besar kepada dunia usaha kerena sebelurn
pengurusan SITU haruslah memiliki bangunan dan ini mempersyaratkan adanya
IMB.
b. Dengan sendirinya pengurusan IMB yang berbelit-belit dan tidak jelas merniliki
potensi hambatan kepada dunia usaha.
c. Perda IMB merniliki dampak luas baik dari sisi sektoral maupun teritorial.
Dengan dernikian jangkauan RIA hams sampai ke tingkat kecamatan dan nagari.
d. Perda IMB tidak aktual lagi karena ia dihasilkan pada saat euphoria pasca
reformasi pemerintah daerah, dimana Pemda berloiba-lomba memacu PAD dan
belum memikirkan dampak luasnya dari pemberian fasilitasi kepada dunia usaha.
e. Perda IMB memiliki kekurangan substansial yang cukup besar karena tidak
jelasnya kriteria di dalamnya, bahkan menyulitkan pelaksana pemukungan
retribusi IMB dan membuka peluang kepada timbulnya penyelewengan dan
pelanggaran;
f. Telah ada W tentang Bangunan yang baru yang dihasilkan pada tahun 2006.
Alasan pemilihan Perda No. 19 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Gangguan adalah:
a. HO memberi pengaruh yang sangat besar kepada dunia usaha serta lingkungan
kemasyarakatan sekitarnya.
b. Kriteria pemberian HO kurang jelas, kurang tepat dan perlu ditinjau ulang.
c. Perda HO memiliki dampak luas baik dari sisi sektoral maupun teritorial. Dengan
dernikian jangkauan RIA hams sampai ke tingkat kecarnatan dan nagari.
d. Perda HO tidak aktual lagi karena ia dihasilkan pada saat euphoria pasca
reformasi pemerintah daerah, dimana Pemda berlomba-lomba memacu PAD dan
belum memikirkan dampak luasnya dari pemberian fasilitasi kepada dunia usaha.
Pada saat terakhir Bupati mencanangkan untuk memberikan pembebasan HO
(disamping SlUP dan SITU) pada masayarakat (usaha mikro dan kecil)
e. Perda IMB memiliki kekurangan substansial yang cukup besar.
Untuk memberikan gambaran urgensi kedua Perda tersebut dibandingkan dengan Perda-
perda lain yang mas& ke dalarn short list dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
TABEL 8 REKAPITULASI HASlL FGD PENENTUAN 2 PERDA UNTUK
INPUT PROGRAM RIA KAB. SOLOK
Catatan lain
7 Praktek rnerugikan
Ada ket PP 5812005
UU tentang Bangunan yang baru
Keranwan dalam klasifikasi jenis usaha Ada kebijakan daerah untuk pernbebasan
-
Secara de facto tidak efeklif
Nama Peraturan Daerah
I Perda No. 42002 Retribusi S U J K Perda No. 512006 Retribusi lzin Usaha di bidang Kehutanan dan Perkebunan Perda No. 711995 Penyertaan Modal Daerah Tingkat II Kabupaten Solok pada Pihak Ketiga Perda No. MOO4 Retribusi Persampahan dan Kebersihan Perda No. 1011982 Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban Perda No. 18/2002 Retribusi la'n Mendirikan Bangunan (IMB) Perda No. 1912002 Retribusi tzin Gangguan
Perda Na WOO3 Pajak Penerangan Jalan Perda Na WOO4 Perusda Solok Nan lndah Perda No. 612995 Retn'busi Pemen ian dan Pengisi i Racun Api pada AIat Pemadam Kebakaran dalam Kabupaten Daerah tingkat If Solok
Hambatan : terttadap iklim usaha
3 - - . . , 2 r - . :-_ ..
tidak
tidak
tidak
tidak
Bisa rnengharnbat
Menghambat
Tidak
T iak
Tidak
Pengaruh terhadap
iklim usa ha
2 kecii
Aecil
Sangat ~eci l
Kecil
Xecil
Sangat besar
Sangat besar
Tidak ada
Tidak ada
Ssngat sedikit
Jangkauan dampak Perda
4 Kecil
Terba!zs
Tetoatas
Luas
Luas
Luas
Luas
Luas
Kecil
kecil
AMualitas
5 Baru
Baru
Sangat tidak aktual
Aktual
Aktual
Tidak aktual
Tidak aktual
Aktual
Tidak aktual
Tidak aktual
Kekurangan Substansial
6 Kecil
Besar
Besar
Kecil
Kecil
Besar
Besar
Kecil
Besar
kecil
KESIMPULAN
Regulasi terutama yang berhubungan dengan pajak, retribusi dan perizinan masih
merupakan salah satu hambatan dalarn pengembangan dunia usaha dan penciptaan iMim
usaha di Kab. Solok. Hal ini bukan saja merupakan kesimpulan dari kalangan dunia
usaha narnun juga dari kalangan LSM, masyarakat dan birokrasi bahkan dari unsur
pelaksana sendiri, misalnya instansi pemberi izin. Sedangkan sebenarnya dari sisi
kontribusi dan share pajak dan retribusi ke pada PAD hanyalah sedikit apalagi
dibandingkan dengan darnpaknya kepada dunia usaha
Secara umurn kelemahan regulasi di Kab. Solok adalah tidak lengkapnya juknis dan
juklak sehingga memiliki kelemahan dari segi prosedur tekuis. Hal ini memberikan
dampak kepada kesulitan teknis dan peluang kepada penyimpangan dan pelanggaran.
Narnun yang terpenting adalah merupakan disinsentif dari segi waktu dan biaya bagi
dunia usaha
Setelah melalui proses perda mapping yang dimulai dengan pemetaan Perda,
kategorisasi Perda, lokakarya dan FGD yang menyaring 51 Perda, 30 Perda, 10 Perda
akhirnya terpilih 2 Perda sebagai regulasi yang paling potensial mtuk mengharnbat iklim
usaha secara signifikan yaitu:
1. Perda No. 18 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirkin Bangunan;
2. Perda No. 19 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Gangguan;
REKOMENDASI
Dalarn penyusunan kebijakan tenrtama yang bersifat mengatur (regelend), pembuat
kebijakan seharusnya mempertimbangkan dampak yang timbul kepada masyarakat.
Proses pembuatannya semertinya juga melakukan pertimbangan yang matang dan
partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam aktivitas seperti konsultasi publik d m
penyiapan naskah akademik yang dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk melakukan itu, melalui prograrn Analisis Dampak Regulasi (Regulatory Impact
Assessment - RIA) Pusat Kajian Sosial Budaya dan Ekonorni (PKSBE) Fak. Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang berkerjasama dengan The Asia Foundation dengan dukungan
dari United States Agency for International Development (USAID) berupaya
meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat Kab. Solok guna memperbaiki mutu
kebijakan yang berpihak kepada kepentingan masyaiakat, khususnya dunia usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM)
Kegiatan Pemetaan Perda
Pada tahap awal dari seluruh rangkaian program RTA setelah pelaksanaan sosialisasi
dilaksanakan kegiatan Perda Mapping yang pada pokoknya merupakan pemetaan produk
regulasi yang berdampak kepada dunia usaha Aktivitas ini dimulai dengan kegiatan
pengumpulan semua Perda yang masih berlaku dengan menetapkan dengan beberapa
kategori. Hasil analisis divalidasi dalarn kegiatan lokakarya (workshop) dan FGD dengan
melibatkan representasi dari pemerintah dan stakeholders yang terkait. Perda Mapping
akan menghasilkan temuan awal untuk didiskusikan dengan Pimpinan Daerah Kab. Solok
tentang regulasi dan kebijakan yang dapat diperbaiki dalam rangka menciptakan iklim
usaha yang baik.
Rekomendasi Hasil
Seluruh rangkaian dalam kegiatan Perda Mapping merekomendasikan Perda No. 18
tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan Perda No. 19 tahun
2002 tentang Retribusi Izin Gangguan sebagai dua Perda yang paling potensial dalam
menghambat iklim kegiatan usaha di Kab. Solok.
- Setelah adanya konsensus tentang isu-isu di atas Pemerintah Daerah akan dilibatkan
secara langsung d m aktif dalam proses RL4 selanjutnya, termasuk dengan memberikan
pelatihan clan mempersiapkan laporan RIA untuk kebijakan-kebijakan spesifik dimaksud.
Proses akan senantias dilakukan dengan partisipatif untuk mendapatkan dukungan
masyarakat untuk mendorong pemerintah agar melakukan revisi dan perbaikan kualitas
regulasi terhadap dua Perda tersebut. Pada gilirannya program bertujuan untuk
melembagakan secara formal institusi dan proses RIA dalam proses penyusunan regulasi
di Kab. Solok.
DAFTAR HADlR
Lokakarya Pemetaan Perda PROGRAM REGULATORY I7dPACT ASSESSMENT (RL4)
Arosuka, Selasa-17 Juli 2007
\ .CENTRE FOR BOCIOCVLTURE *L--. .* AND ECOlKlMlC STUDIES , g
The Asia Foundation
FGD Perda Mapping PROGRdM REGULA TORY IMPACT ASSESSMENT (RL4)
Arosuka, Rabu 25 Juli 2007
SekretarfalaL' urnpit FaJc~iMs ammimu Sosial, unvenilas Negerl ~ a d a n g ~ l r Tawar Padang 25131 Telp. 0751.7860338,081363607157.Fax. 0751.7055671, E-mail:pMeun@yahoamm