penelitian paud dan tumbuh kembang
DESCRIPTION
Hubungan Antara PAUD dan Tumbuh KembangTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dan untuk tercapainya
tumbuh kembang yang optimal, tergantung pada potensi biologik seseorang yang merupakan
hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-
fisiko-psiko sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang
memberikan ciri tersendiri pada setiap anak. Oleh karena itu, tumbuh kembang harus menjadi
perhatian bagi pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat.1
Data terakhir yang diperoleh dari Unicef, sekitar 35 persen anak lahir dengan tubuh pendek di
Indonesia. Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data
angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun
diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan
umum.1,2,3
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pada
hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang
berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6
tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan
psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat
penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada
rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden
age (usia emas), dimana 3 tahun pertama anak adalah usia emas baginya untuk menyerap
informasi sebanyak-banyaknya.1,2
Pendidikan Anak Usia Dini juga berperan dalam tumbuh kembang anak. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 tahun 2009 tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini, tingkat pencapaian tumbuh kembang anak mengacu
pada panduan kartu menuju sehat (KMS) dan deteksi dini tumbuh kembang anak, serta
1
dikelompokkan berdasarkan usia dan mencakup nilai-nilai agama dan moral, motorik,
kognitif, bahasa, dan sosial emosional.3
Kurangnya partisipasi anak dalam mengikuti PAUD dipengaruhi oleh pendidikan
orangtua, pekerjaan orangtua, sertasarana dan prasarana PAUD. Akses dan kualitas
pelayanan PAUD sangatlah tidak seimbang. Kira-kira 62 persen anak usia 3 sampai 6 tahun
belum pernah berpartisipasi dalam program pendidikan anak usia dini atau pra-sekolah.
Indonesia memiliki fasilitas PAUD yang relatif sedikit. Situasi ini sebagian menjelaskan
mengapa orang tua cenderung untuk menyekolahkan anak-anak mereka lebih awal: kira-kira
72 persen anak usia enam tahun telah terdaftar di Kelas 1 sekolah dasar.4
Untuk keperluan menganalisis partisipasi anak dalam PAUD digunakan data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2011. Pada tahun 2011, Susenas turut
mengumpulkan data partisipasi PAUD di seluruh Indonesia. Persentase anak yang sedang
mengikuti PAUD dibagi atas beberapa kelompok umur, yaitu: 0-2 tahun, 3-4 tahun, 5-6
tahun, 3-6 tahun, dan 0-6 tahun. Untuk kelompok umur 0-6 tahun, partisipasi anak yang
mengikuti PAUD ada sebanyak 14,08 persen.Jika rentang umurnya dipersempit menjadi 3-4
tahun, partisipasinya sedikit membesar menjadi 15,90 persen. Jika rentang umur dipersempit
lagi menjadi 5-6 tahun, partisipasinya meningkat dua kali lipat menjadi 33,35 persen. Hal ini
menandakan partisipasi PAUD lebih banyak diikuti oleh anak kelompok umur 5-6 tahun
dibanding kelompok umur lainnya. Artinya, partisipasi PAUD lebih banyak diisi oleh anak-
anak yang berada pada kelompok umur Taman Kanak-kanak (TK) dibanding kelompok umur
lainnya.5
1.2. RUMUSAN MASALAH
Apakahada hubungan antara partisipasi anak dalam mengikuti program pos pendidikan anak
usia dini sebelum usia 3 tahundengan tumbuh kembanganak usia 3-5 tahunpada siswa
sekolah taman kanak-kanak (TK)?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengembangkan potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk
perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki
kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara PAUD dengan pertumbuhan anak
2. Untuk mengetahui adanya hubungan antaraPAUD dengan perkembangan motorik
kasar anak
3. Untuk mengetahui adanya hubungan antaraPAUD dengan perkembangan motorik
halus anak
4. Untuk mengetahui adanya hubungan antaraPAUD dengan perkembangan bicara
dan bahasa anak
5. Untuk mengetahui adanya hubungan antaraPAUD dengan perkembangan sosial
kemandirian anak
1.3.3 Manfaat Penelitian
Bagi Profesi:
Sebagai sumber penelitian yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian sejenis di
masa mendatang
Bagi Institusi:
Sebagai masukan untuk puskesmas dalam membina program PAUD
Bagi Masyarakat:
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya PAUD
1.4. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian sebagai berikut :
Terdapat hubungan antara Pendidikan Anak Usia Dini dengan tumbuh kembangusia 3-5
tahunpada siswa sekolah taman kanak-kanak (TK).
3
1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.5.1 Ruang Lingkup Tempat
Sekolah taman kanak-kanak (TK) di wilayah Kelurahan Kebagusan
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013
sampai Oktober 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TUMBUH KEMBANG ANAK
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran,
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) danukuran panjang (cm, meter),
sedangkan perkembangan adalah bertambahnyakemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dari seluruhbagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk jugaperkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
berinteraksidengan lingkungannya.6
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuhkembang anak,
yaitu:
1. Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.Kemampuan
anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya.
2. Faktor lingkungan
Yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuktumbuh kembang sejak dalam
kandungan sampai dewasa. Lingkungan yangbaik akan menunjang tumbuh kembang
anak, sebaliknya lingkungan yangkurang baik akan menghambat tumbuh
kembangnya.Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum
dibagimenjadi 3 kebutuhan dasar yaitu:
- Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”) meliputi:
o pangan/gizi
o perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang
teratur, dan pengobatan
o pemukiman yang layak
o kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
o pakaian
5
o rekreasi, kesegaran jasmani
- Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baikfisik,
mental, atau psikososial.
- Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitasdan sebagainya.Setiap
anak akan melalui setiap tahapan tumbuh kembang yangmempunyai ciri
tersendiri, yaitu:
1) Masa pranatal
2) Masa bayi: usia 0 - 1 tahun
3) Masa pra-sekolah: usia 1 – 6 tahun
4) Masa sekolah: usia 6 – 18/20 tahun
Masa pra-remaja: usia 6 – 8/10 tahun
Masa remaja: 8/10 – 18/20 tahun
2.1.1 Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik seseorang dimulai saat janin masih dalam kandungan hingga
dilahirkan ke dunia. Berikut tahapan pertumbuhan manusia:
1. Pertumbuhan janin dalam kandungan
Pertumbuhan pada masa janin merupakan pertumbuhan yang paling pesat yang
dialami seseorang dalam hidupnya. Janin tumbuh dari berat 0,0000175 gram menjadi
3700 gram, dan panjang badan dari 0,01 menjadi 50 cm.
2. Pertumbuhan setelah lahir
Indikator pertumbuhan:
i. Berat badan
ii. Berat badan lahir rata-rata 3,4 kg (2,7-4,1 kg). Bayi yang dilahirkan cukup
bulan akan kehilangan berat badannyaselama 3-4 hari pertama dan akan
kembali sama dengan berat badan lahir pada hari ke-8-9. Berat badan
meningkat 2 x berat badan lahir pada umur 5 bulan, 3 x berat badan lahir pada
umur 1 tahun, 4 x berat badan lahir pada umur 2½ tahun. Penambahan berat
badan 6 bulan ke-1: 0,5-1,0 kg/bulan, 6 bulan ke-2: 0,3-0,5 kg/bulan, 1-2
tahun: 0,2 kg/bulan.
iii. Tinggi Badan
Rata-rata tinggi (panjang) badan lahir + 50 cm. Panjang badan meningkat 1½
x panjang badan pada umur 1 tahun. Penambahan panjang badan umur 6 bulan
ke-1: 2,5 cm/bulan, 6 bulan ke-2: 1,25 cm/bulan, 1-7 tahun: 7,5 cm/tahun.
iv. Lingkar Kepala
Rata-rata lingkar kepala lahir 33,0 - 35,6 cm. Pada tahun ke-1, lingkar kepala
menjadi 44,4 - 46,9 cm ( + 10 cm), pada tahun ke-2 menjadi 46,9 - 49,5 cm +
2,5 cm), pada tahun ke-3 menjadi 47,7 - 50,8 cm (+ 1,25 cm).
v. Erupsi gigi
Gigi pertama tumbuh pada umur 5 – 9 bulan dan gigi susu yang berjumlah 20
buah biasanya telah tumbuh seluruhnya pada umur 2,5 tahun.
vi. Menghitung status gizi anak. Digunakan acuan menurut tabel NCHS
berdasarkan BB/TB, BB/U, dan TB/U. BB/TB dapat menilai berat badan anak
yang sesuai dengan tinggi badan anak, sedangkan BB/U digunakan untuk
mengetahui berat badan anak yang sesuai dengan umurnya. TB/U digunakan
untuk mengetahui tinggi badan anak yang sesuai dengan umur saat itu.
2.1.2 Perkembangan Anak
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa
ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan
secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari
7
perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicaraspontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi denganlingkungannya).
2.1.3 Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor
lingkungan baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah anak itu
lahir.
1. Faktor Pra Lahir
i. Gizi ibu pada waktu hamil
ii. Penyakit pada ibu
2. Faktor Pada Saat Lahir
3. Faktor Setelah Lahir
i. Gizi anak
ii. Kesehatan anak
iii. Imunisasi
iv. Stimulasi (perangsangan)
v. Perumahan
vi. Sanitasi lingkungan
vii. Keluarga9
2.2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2.2.1 Definisi PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapandalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 4
2.2.2 Fungsi dan Tujuan PAUD
1. Pendidikan Anak Usia Dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan
seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan
kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan
untuk memasuki pendidikan selanjutnya.5
2. Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan:5
i. Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri,
percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab;
ii. Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan
sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan
bermain yang edukatif dan menyenangkan.
2.2.3 Bentuk Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
1. Pendidikan Anak Usia Dini jalur non-formal meliputi:5
i. Kelompok Bermain
Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan non
formal yang meyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 2 sampai 4
tahun.
ii. Taman Penitipan Anak
Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan non
formal yang menyelenggarakan program kesejahteraan sosial, perawatan,
pengasuhan, dan pendidikan sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.
iii. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Sederajat
9
Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan non
formal selain Taman Penitipan Anak dan Kelompok Bermain, yaitu:
o Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) adalah salah satu bentuk
satuan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
program pendidikan dan pengasuhan bagi anak sejak lahir sampai dengan
berusia 6 (enam) tahun yang penyelenggaraannya dapat diintegrasikan
dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan/atau Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu).
o Taman Asuh Anak Muslim (TAAM) adalah salah satu bentuk satuan
PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program
pendidikan dan pengasuhan bagi anak berusia 2 (dua) tahun sampai
dengan 6 (enam) tahun yang berbasis Taman Pendidikan Al-Quran.
o Pendidikan Anak Usia Dini Sekolah Minggu (PAUD-SM) adalah salah
satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan program pendidikan keagamaan Kristen bagi anak
berusia 2 (dua) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun berbasis Sekolah
Minggu.
o Pendidikan Anak Usia Dini Bina Iman Anak (PAUD-BIA) adalah salah
satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan program pendidikan keagamaan Katholik bagi anak
berusia 2 (dua) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun yang berbasis Bina
Iman Anak Katolik.
2. Pendidikan Anak Usia Dini jalur formal meliputi:5
i. Taman Kanak-Kanak
Adalah salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan formal
yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6
tahun.
ii. Raudhatul Athfal
Adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan
pendidikan keagamaan Islam bagi anak usia 4 sampai 6 tahun.
iii. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini jalur Formal yang Sederajat
Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal
selain Taman kanak-kanak dan Raudatul Athfal, yaitu:
o Tarbiyatul Athfal (TA)
o Taman kanak-kanak Al-Quran (TKQ)
o Taman pendidikan Al-Quran (TPQ)
o Adi Sekha
o TK-SD Satu atap
o TK asuh
o TK anak pantai
o TK Bina Anaprasa
o TK di lingkungan tempat kerja
o Tk Keliling
o TK mahasiswa KKN
o TK di Lingkungan tempat ibadah
2.2.4 Standar Perkembangan Anak Usia Dini
1. Pengertian
Standar perkembangan anak usia dini adalah standar kemampuan anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar
perkembangan merupakan acuan dalam mengembangkan program pembelajaran anak
usia dini. 4,5
2. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Cakupan standar perkembangan anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek
sebagai berikut: 4,5
i. Moral dan nilai-nilai agama
ii. Sosial, emosional, dan kemandirian
11
iii. Bahasa
iv. Kognitif
v. Fisik/Motorik
vi. Seni
3. Standar Perkembangan Anak Usia Dini terdiri atas empat kelompok:
i. Standar tingkat pencapaian perkembangan
ii. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
iii. Standar isi, proses, dan penilaian
iv. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
4. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
Standar perkembangan Per usia ini disusun dalam rentangan usia dan disesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Standar perkembangan per Usia ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk melihat pencapaian tahapan perkembangan anak pada
tahapan usia tertentu.
2.3. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan anak adalah suatu daftar pertanyaan singkat
yang ditujukan kepada para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan
skrining pendahuluan perkembangan anak. Untuk setiap golongan usia terdapat 10
pertanyaan untuk orang tua atau pengasuh anak.(8)
1. Kegunaan KPSP
KPSP dapat dipakai untuk mengetahui apakah perkembangan anak sesuai dengan
usianya atau adanya risiko hambatan perkembangan.
2. Cara menggunakan KPSP
Petugas kesehatan di lapangan membaca KPSP terlebih dahulu dan kemudian
memberi kesempatan kepada orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan yang
sesuai dengan usia anak, kemudian petugas kesehatan memeriksa kembali jawaban
ibu, serta apabila diperlukan, melakukan pengamatan tugas perkembangan tertentu.
3. Cara menghitung usia anak
Usia anak ditetapkan menurut tahun dan bulan. Kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi
1 bulan.
Contoh: Anak usia 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan
Anak usia 5 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 5 bulan
4. Cara memilih pertanyaan KPSP
Pertanyaan diajukan kepada para orang tua dan dipilih kelompok pertanyaan yang
sesuai dengan usia anak.
5. Cara menilai KPSP
i. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab dan apabila
diperlukan, apakah petugas kesehatan sudah mengamati tugas perkembangan.
ii. Hitung kembali jumlah jawaban ‘Ya’.
iii. Apabila jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10 berarti perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
iv. Apabila jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan
(M).
v. Apabila jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, perkembangan anak
kemungkinan ada penyimpangan (P).
13
2.4 KERANGKA TEORI
Sumber:
CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf
Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
PAUD
TUMBUH
KEMBANG
BB/TB
BB/U
TB/U
Motorik Kasar
Motorik Halus
Bicara dan Bahasa
Sosial dan Kemandirian
0-6 bulan
7-12 bulan
13-23 bulan
25-59 bulan
36 bulan 48 bulan 54 bulan
BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEP
15
PAUD
PERTUMBUHAN
BB/TB BB/U TB/U
PERKEMBANGAN
Motorik Kasar Motorik Halus Bicara dan Bahasa Sosial dan Kemandirian
3.1. VARIABEL PENELITIAN
3.1.1 Variabel Tergantung
Tumbuh-kembang
1. Tumbuh
i. Tinggi badan menurut berat badan dan umur
ii. Tinggi badan menurut umur
iii. Berat badan menurut umur
2. Kembang
i. Motorik kasar
ii. Motorik halus
iii. Bicara dan bahasa
iv. Sosial dan kemandirian
3.1.2 Variabel Bebas
PAUD
3.2. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Referensi
PAUD Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapandalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dibagi menjadi 2 kelompok menurut usia, 0-2 tahun dan 3-6 tahun.
Kuesioner Orangtua pendamping anak ditanya oleh pemeriksa apakah mengikuti PAUD atau tidak.
Dikategorikan:1. Ikut2. Tidak ikut
Numerik Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Reublik Indonesia. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. 2009. Available from:http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2012/08/permen_58_2009-ttg-standar-PAUD.pdf . Accessed Sep, 13th 2013
Tinggi badan menurut umur
Ukuran posisi tubuh berdiri (vertikal) dengan kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak, pandangan rata rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat.
Tinggi badan diukur dengan meteran (stature meter)
Diukur dengan membandingkan tinggi badan responden dengan tinggi badan ideal berdasarkan umur responden sesuai dengan CDC.
Dikategorikan
1. Kurang2. Normal3. Lebih
Ordinal CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs
17
/data/series/sr_11/sr11_246.pdf
Berat badan menurut umur
Ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.
berat badan menggunakan timbangan injak
Diukur dengan membandingkan berat badan responden dengan berat badan ideal berdasarkan umur sesuai dengan CDC
DIkategorikan
1. Kurang2. Normal3. Lebih
Ordinal CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf
Status gizi Status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi.
Tinggi badan diukur dengan meteran (stature meter) sedangkan berat badan menggunakan timbangan injak. Diukur status antropometrinya
Diukur berdasarkan perbandingan tinggi badan dan berat badan menurut umur sesuai dengan CDC
Dikategorikan:
1. Kurang2. Normal3. Obesitas
Ordinal CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf
Perkembangan Proses pematangan yang berkaitan dengan aspek diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk juga perubahan pada aspek bahasa, sosial-
Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak
Responden diminta oleh petugas untuk melakukan sebanyak 10 perintah dan juga alat peraga yang telah mencakup area
Dikategorikan:1. Menyimpang2. Meragukan3. Sesuai
Ordinal Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from:
kemandirian dan aspek lainnya seperti kognitif yang meliputi motorik kasar dan motorik halus
sosial, bahasa, motorik kasar dan halus. Kemudian diobservasi apakah gagal atau dapat dikerjakan
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
Motorik Kasar Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan, geakan motorik kasar melibat kan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh anak, gerakan ini mengandal kan kematangan dalam koordinasi, berbagai gerakan motorik
Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak
Responden diminta oleh petugas untuk melakukan perintah mengenai kemampuan motorik kasar, kemudian diobservasi.
Dikategorikan
1. Kurang2. Sesuai
Nominal Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
Motorik Halus Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat
Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak
Responden diminta oleh petugas untuk melakukan perintah mengenai kemampuan motorik halus, kemudian diobservasi.
Dikategorikan
1. Kurang2. Sesuai
Nominal Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.
19
dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya,membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
id/pdfile/8-1-2.pdf
Bicara dan Bahasa Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi.
Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak
Responden diminta oleh petugas untuk melakukan perintah mengenai kemampuan bicara dan bahasa kemudian diobservasi.
Dikategorikan
1. Kurang2. Sesuai
Nominal Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
Sosial dan Kemandirian
Kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tdak tergantung pada
Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak
Responden diminta oleh petugas untuk melakukan perintah mengenai
Dikategorikan
1. Kurang
Nominal Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri
aksi orang lain. kemampuan sosial dan kemandirian, kemudian diobservasi.
2. Sesuai [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional jenis
analitik observasional. Dalam penelitian ini variabel tergantungnya adalah tumbuh-kembang
yang meliputi tinggi badan menurut umur, berat badan menurut umur, tinggi badan menurut
berat badan berdasarkan umur, motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa dan yang
terakhir adalah sosial dan kemandirian. Sedangkan variabel bebasnya adalah PAUD.
4.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak wilayah Kelurahan Kebagusan,
Jakarta Selatan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2013 – Oktober 2013.
4.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
4.3.1 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah seluruh anak TK di Kelurahan Kebagusan Agustus 2013 –
September 2013 sebanyak 811 anak.
4.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
- Siswa TK berusia 3-5 tahun 11 bulan
- Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent
2. Kriteria Eksklusi
- Memiliki cacat bawaan
- Tidak hadir pada saat dilakukan pemeriksaan KPSP
4.3.3 Sampel Penelitian
Besar sampel
Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
rumus.
Rumus populasi infinit:
No = Zα2 x P x Q
d2
Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96
P = Prevalensi anak usia 3-5 tahun yang telah ikut PAUD = 17%*
Q = Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti = 1 –
0.17= 0.83
d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0.05
No = (1.96)2 x 0.17x 0.83= 216.8~ pembulatan217
(0.05)2
*Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Moersintowarti BN, Moerhadi D. (2007).
School Readiness (Kesiapan Sekolah). Surabaya: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran. Universitas Airlangga.
Rumus populasi finit:
n = n0
(1 + n0/N)
n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit.
n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit
N = Besar sampel populasi finit (anak yang mengikuti TK pada Agustus 2013-
September 2013)
Karena jumlah jumlah anak yang mengikuti TK di Kelurahan Kebagusan selama
periode Agustus 2013 – September 2013 berjumlah 1559 orang, maka:
n = 217
(1 + 217/1559)
= 192 anak
Penambahan 10persen
23
192 + (192 x 10%) = 212 anak
4.4. CARA PENGAMBILAN DATA
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, data primer didapatkan
secara langsung dari responden atau sampel penelitian dengan cara menjawab kuesioner yang
diberikan. Data sekunder didapatkan dari data jumlah anak TK yang terdapat di wilayah
Kelurahan Kebagusan selama bulan Agustus 2013 – September 2013.
5Skema 4.4.1 Cara Pengambilan Sampel
Populasi anak TK di Kelurahan Kebagusan Agustus-September 2013 sebanyak 811 anak
TK 1 – Nurus Solihah
Responden di wawancara dan di berikan kuesioner
Didapatkan sample sejumlah 212 orang
TK 2 – Al-Masnuniyah
TK 3 – Al-Amanah
TK 4 – Ruhul Islam
TK 5 - Fatahillah
Dilakukan pemilihan sampel berdasarkan cluster sample dari TK 1-10
TK 1 TK 2 TK 3 TK 4 TK 5 TK 6 TK 7 TK 8 TK 9 TK 10
4.5. INSTRUMEN PENELITIAN
No.
INSTRUMEN FUNGSI INSTRUMEN
RUJUKAN
1. KPSP Untuk mengetahui : Sosial dan
kemandirian
Bahasa Motorik
kasar Motorik
halus
Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
2. Jadwal imunisasi
Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar
IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Available from: http://idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Jadwal_Imunisasi_IDAI2011.pdf . Accessed on: September, 26th 2013.
3. Timbangan injak
untukmengetahui berat badan CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods
and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf
4. Stature meter Untuk mengetahui tinggi badan CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods
and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf
5. Grafik CDC Untuk mengetahui status gizi CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods
and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf
6. Alat peraga: alat tulis
Untuk mengetahui fungsi motorik halus
Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
7. Alat peraga: mainan kubus
Untuk mengetahui fungsi motorik halus
Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
8. Alat peraga: gambar hewan
Untuk mengetahui fungsi bicara dan bahasa
Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
9. Alat peraga: bola
Untuk mengetahui fungsi motorik kasar
Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
25
10. Alat peraga: boneka
Untuk mengetahui fungsi sosial dan kemandirian
Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf
4.6. CARA PENGOLAHAN DATA
4.6.1 Data entry
Setelah data di peroleh maka dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai berikut
1. Editing
Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara
2. Koding
Memberi Kode pada masing-masing jawaban untuk dilakukan pengolahan data
3. Entri Data
Pemindahan data ke dalam media komputer agar di peroleh data masukan yang siap
diolah
4.6.2 Analisa data
a. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan
persentase pada variabel – variabel yang diteliti.
b. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik Chi-square, bila
syarat Chi-squaretidak terpenuhi maka menggunakan uji Fisher untuk tabel 2x2 dan
Kolmogorov-Smirnovuntuk tabel selain 2x2 sehingga dapat diketahui ada tidaknya
hubungan antara variabel.Semua analisa dilakukan dengan menggunakan program SPSS
Statistics 20.0.
4.6.3 Penyajian data
Data yang telah terkumpul dan diolah akan disajikan dalam bentuk :
Narasi : Penyajian adta hasil penelitian menggunakan kalimat
Tabular : Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel
Tekstular : Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat
4.7. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Tahapan KegiatanWaktu Dalam Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9A Perencanaan
1 Orientasi dan Identifikasi Masalah 2 Pemilihan Topik3 Penelurusan kepustakaan 4 Pembuatan Proposal 5 Konsultasi dengan pembimbing6 Pembuatan questionnaire 7 Presentasi Proposal
B Pelaksanaan1 Ujicoba questionnaire2 Pengumpulan data dan Survey 3 Pengolahan data4 Analisis data 5 Konsultasi dengan Pembimbing
C Pelaporan Hasil1 Penulisan laporan sementara 2 Diskusi3 Presentasi hasil laporan sementara4 Revisi
5Presentasi Hasil akhir (puskesmas dan trisakti)
6 Penulisan laporan akhir
4.8. ORGANISASI PENELITIAN
1. Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti
Dr. Dharma Sutanto, MS
2. Pembimbing Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Dr. Rachel
27
3. Penyusun dan Pelaksana Penelitian
Adhitri Anggoro
Fitrisia Rahma
Sodiqa Aksiani
BAB V
HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,
sampel yang diperlukan sebanyak 212 orang dan jumlah sampel dapat dikumpulkan saat
penelitian adalah 212 responden dengan 18 responden diantaranya tidak memenuhi criteria
inklusi seperti memiliki cacat bawaan, tidak setuju mengikuti penelitian serta tidak hadir saat
dilakukan pemeriksaan KPSP.
5.1 Tabel Univariat
Berikut adalah tabel univariat yang mencantumkan frekuensi dan persentase
karakteristik orang tua responden seperti penghasilan orang tua dan tingkat pendidikan orang
tua serta karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin dan keikutsertaan dalam PAUD.
Seperti yang tercantum pada tabel 5.1.1, dapat diketahui karakteristik orangtua
responden bila dilihat penghasilan orangtua berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR).
Karakteristik ini dapat mewakilkan gambaran keadaan ekonomi keluarga responden sehingga
berkaitan dengan diikutsertakan atau tidaknya responden dengan program PAUD terkait
dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan jika responden mengikuti program PAUD.
Tabel 5.1.1 Frekuensi Penghasilan Orangtua Respondenberdasarkan Upah Minimum
Regional
Frekuensi PersentasePenghasilan Orangtua Responden (n) (%)Di bawah UMR 103 53,1Di atas UMR 91 46,9
Dari tabel diatas, diketahui bahwa penghasilan orang tua responden yang terbesar adalah
mereka yang memiliki penghasilan dibawah UMR sebanyak 103 orang (53.1%).
Pada tabel selanjutnya, yaitu tabel 5.1.2 ditampilkan gambaran tingkat pendidikan
otangtua responden yang mengikuti penelitian.
Tabel 5.1.2 Frekuensi Respondenberdasarkan Tingkat Pendidikan Orangtua
Frekuensi PersentasePendidikan Orangtua Responden (n) (%)Dasar 6 3,1Menengah 147 75,8Tinggi 41 21,1
Pada distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan orang tua responden
didapatkan tingkat pendidikan terbanyak dari orang tua responden adalah tingkat menengah
dengan jumlah 147 orang (75.8%).
Dalam penelitian ini rentang umur yang memenuhi kriteria inklusi adalah dari usia 3
tahun hingga usia 5 tahun – 11 bulan. Pada tabel 5.1.3 dapat dilihat distribusi umur responden
Tabel 5.1.3. Frekuensi Umur Respondenyang Mengikuti Penelitian
Frekuensi PersentaseUmur Responden (n) (%)3 tahun - 3 tahun 5 bulan 10 5,23 tahun 6 bulan - 3 tahun 11 bulan 11 5,74 tahun - 4 tahun 5 bulan 13 6,74 tahun 6 bulan - 4 tahun 11 bulan 26 13,45 tahun - 5 tahun 5 bulan 40 20,65 tahun 6 bulan - 5 tahun 11 bulan 94 48,5
Pada distribusi frekuensi umur responden yang mengikuti penelitian, jumlah terbanyak
adalah responden usia 5 tahun 6 bulan-5 tahun 11 bulan yaitu 94 anak (48.5%).
29
Pada tabel 5.1.4 menunjukkan gambaran distribusi frekuensi jenis kelamin responden
yang mengikuti penelitian.
Tabel 5.1.4Frekuensi Jenis Kelamin Respondenyang Mengikuti Penelitian
Frekuensi PersentaseJenis Kelamin Responden (n) (%)Laki-laki 99 51Perempuan 95 49
Dari tabel di atas sebanyak 99 orang (51%) berjenis kelamin laki-laki dan sisanya perempuan.
Distribusi frekuensi responden yang mengikuti PAUD atau tidak akan ditampilkan
dalam tabel 5.1.5 Frekuensi responden yang mengikuti PAUD tersebut akan dibandingkan
dengan responden yang tidak mengikuti PAUD mengenai tumbuh-kembangnya.
Tabel 5.1.5 Frekuensi Responden yang Mengikuti PAUD
Frekuensi PersentasePAUD (n) (%)Tidak 91 46,9Ya 103 53,1
Pada distribusi frekuensi responden, yang mengikuti PAUD sebanyak 103 orang (53.1%).
Tabel selanjutnya yang akan ditampilakan adalah tabel univariat pertumbuhan dan
perkembanban. Berikut adalah tabel frekuensi pertumbuhan responden menurut tinggi badan
menurut umur, berat badan menurut umur, berat badan menurut tinggi badan, dan frekuensi
perkembangan responden menurut kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan
bahasa, serta kemampuan sosial dan komunikasi yang diperiksa pada saat penelitian.
Tabel 5.1.6 Frekuensi Berat Badan Responden Menurut Umur
Berat Badan Menurut Umur Frekuensi PersentaseResponden (n) (%)
Kurang 62 32Normal 112 57,7Lebih 20 10,3
Dari tabel diatas, diketahui frekuensi berat badan responden menurut umur terbanyak adalah
normal berjumlah 112 anak (57,73%).
Tabel 5.1.7 Frekuensi Tinggi Badan Responden Menurut Umur
Tinggi Badan Menurut Umur Frekuensi Persentase
Responden (n) (%)Kurang 8 4,1Normal 186 95,9
Dari tabel diatas, diketahui frekuensi tinggi badan responden menurut umur terbanyak adalah
normal berjumlah 186 anak (95.88%).
Tabel 5.1.8 Frekuensi Berat Badan Responden Menurut Tinggi Badan Menurut Umur
Berat Badan Menurut Tinggi Badan Frekuensi Persentase
Menurut Umur Responden (n) (%)Kurang 72 37,1Normal 117 60,3Obesitas 5 2,6
Dari tabel diatas, diketahui frekuensiberat badan responden menurut tinggi badan menurut
umur diketahui jumlah terbanyak adalah normal yaitu berjumlah 117 anak (60.31%).
Tabel 5.1.9 Frekuensi Perkembangan Responden
Perkembangan Frekuensi PersentaseResponden (n) (%)
Menyimpang 10 5,2Meragukan 48 24,7Sesuai 136 70,1
Menurut tabel, frekuensi perkembangan responden yang sesuai berjumlah 136 anak (70.1%).
Tabel 5.1.10 Frekuensi Kemampuan Motorik Kasar Responden
Kemampuan Motorik Kasar Frekuensi PersentaseResponden (n) (%)
Kurang 24 12,4
31
Sesuai 170 87,6
Dari tabel diatas, diketahui kemampuan motorik kasar responden yang sesuai perkembangan
berjumlah 170 anak (87.63%).
Tabel 5.1.11 Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Responden
Kemampuan Motorik Halus Frekuensi PersentaseResponden (n) (%)
Kurang 21 10,8Sesuai 173 89,2
Menurut tabel diatas, frekuensi kemampuan motorik halus responden yang sesuai
perkembangan berjumlah 173 anak (89.17%).
Tabel 5.1.12 Frekuensi Kemampuan Bicara dan Bahasa Responden
Kemampuan Bicara dan Bahasa Frekuensi PersentaseResponden (n) (%)
Kurang 27 13,9Sesuai 167 86,1
Dari tabel diatas, diketahui frekuensi kemampuan bicara dan bahasa responden yang sesuai
perkembangan berjumlah 167 anak (86.08%).
Tabel 5.1.13 Frekuensi Kemampuan Sosial dan Komunikasi Responden
Kemampuan Sosial dan Komunikasi Frekuensi Persentase
Responden (n) (%)Kurang 60 30,9Sesuai 134 69,1
Menurut tabel diatas, frekuensi kemampuan sosial dan komunikasi responden yang sesuai
perkembangan berjumah 134 anak (69.07%).
Dari tabel 5.1.9 sampai tabel 5.1.13 dapat diketahui penyimpangan perkembangan terbanyak
terdapat pada kemampuan sosial dan komunikasi responden yaitu sejumlah 134 anak
(69.1%).
5.2. Tabel Bivariat
Berikut adalah tabel bivariat yang mencantumkan hubungan antara jenis kelamin
dengan keikutsertaan responden dalam program PAUD, penghasilan orang tua dengan
keikutsertaan responden dalam program PAUD, tingkat pendidikan orang tua dengan
keikutsertaan responden dalam program PAUD, partisipasi responden yang mengikuti PAUD
dengan status gizi responden, serta partisipasi responden yang mengikuti PAUD dengan
perkembangan responden.
Tabel 5.2.1 Hubungan antara jenis kelamin dengan dengan keikutsertaan responden dalam
program PAUD
Jenis Kelamin Responden Tidak PAUD PAUD Total
Laki-laki 42 57 99Perempuan 49 46 95Total 91 103 194
Hasil Uji Chi-Square, dengan nilai p = 0,202
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah responden laki-laki yang mengikuti
PAUD lebih banyak daripada responden perempuan dengan jumlah laki-laki yang mengikuti
PAUD sebanyak 57 orang (55.34%). Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah
dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,202 sehingga nilai p pada uji chi-
square tidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini > 0,05, memiliki makna H0
diterima. Artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin responden dengan
partisipasinya dalam mengikuti program PAUD.
Pada tabel 5.2.2 yang akan ditampilkan di bawah ini akan menunjukkan hubungan
penghasilan orangtua responden dengan keikutsertaan responden dalam mengikuti PAUD.
Tabel 5.2.2 Hubungan Antara Penghasilan Orangtua Responden dengan Keikutsertaan
Responden dalam Mengikuti PAUD
Penghasilan Orangtua Responden Tidak PAUD PAUD Total
Di bawah UMR 53 50 103
33
Di atas UMR 38 53 91Total 91 103 194
Hasil uji Chi-Square, nilai p = 0,177
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat dari total responden yang berjumlah194 orang,
responden yang penghasilan orangtuanyadi atas UMR dan mengikuti PAUD sebanyak 53
orang (51.45%), dan yang penghasilan orangtua responden di bawah UMR dan mengikuti
PAUD berjumlah 50 orang (48.54%). Setelah dilakukan ujI hipotesis chi-square, didapatkan
nilai p = 0,177 sehingga nilai p pada uji chi-squaretidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis
variabel ini >0,05, memiliki makna H0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan bermakna
antara penghasilan orang tua responden dengan jumlah partisipasi dalam mengikuti PAUD.
Tingkat pendidikan orangtua dapat menunjukkan seberapa luas tingkat pengetahuan
orangtua tersebut. Dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan akan pentingnya pendidikan
anak usia dini. Dalam tabel 5.2.3 di bawah ini akan memberikan informasi adakah hubungan
tingkat pendidikan orangtua responden dengan keikutsertaannya responden dalam program
PAUD.
Tabel 5.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orangtua Responden dengan Partisipasi
Responden dalam Mengikuti PAUD
Tingkat Pendidikan Tidak PAUD PAUD Total
Orangtua RespondenDasar 6 0 6Menengah 69 78 147Tinggi 16 25 41Total 91 103 194
Dari tabel diatas, tingkat pendidikan orang tua responden yang anaknya mengikuti PAUD
terbanyak adalah pendidikan tingkat menengah berjumlah 78 orang (75.73%) diikuti tingkat
pendidikan tinggi berjumlah 25 orang (24.27%). Total seluruh responden adalah 194 orang.
Pada variabel ini tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya uji chi-square maupun uji fisher
sehingga dilakukan uji KOLMOGOROV-SMIRNOV, dan diperoleh nilai K = 0.000. Artinya
terdapat korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen. Berarti pada uji
hipotesis variabel ini didapatkan hasil terdapat korelasi tingkat pendidikan orangtua dengan
angka partisipasi responden dalam mengikuti PAUD.
Tabel 5.2.4 Hubungan antara Partisipasi Responden Mengikuti PAUD dengan Status Gizi
Responden
PAUDGizi Responden
TotalKurang Normal Obesitas
Tidak 36 49 6 91Ya 36 62 5 103Total 72 111 11 194
Hasil Uji Chi-Square, nilai p = 0,646
Berdasarkan table di atas, total 103 responden yang mengikuti PAUD, 36 orang di
antaranya gizi kurang (34.95%), gizi normal 62 orang (60.19%) dan 5 orang (4.85%). Total
seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan
nilai p = 0,646 sehingga nilai p pada uji chi-squaretidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis
variabel ini > 0,05, memiliki makna H0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan bermakna
antara partisipasi responden mengikuti PAUD dengan gizi responden.
Tabel 5.2.5 Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Pertumbuhan Tinggi
Badan Menurut Umur
PAUDTB/U
TotalKurang Normal
Tidak 4 87 91Ya 4 99 103Total 8 186 194
Hasil Uji Fisher p = 1,000
Berdasarkan tabel di atas, karena tidak memenuhi syarat uji hipotesis dengan chi-
square maka dilakukan uji Fisher dengan nilai p = 1,000 dimana nilai p > 0,005 yang berarti
nilai p tidak bermakna dan h0 diterima sehingga tidak ada hubungan antara PAUD dengan
pertumbuhan tinggi badan menurut umur responden.
Tabel 5.2.6Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Perkembangan
Responden
PAUDPerkembangan Responden
TotalMenyimpang Meragukan Sesuai
Tidak 7 32 52 91Ya 5 14 84 103Total 12 46 136 194
Hasil Uji Chi-Square, nilai p = 0,001
35
Berdasarkan tabel di atas, total 103 responden yang mengikuti PAUD, 5 orang (4,85%)
diantaranya memiliki perkembangan menyimpang, 14 orang (13,60%) perkembangan
meragukan dan 84 orang (81,55%) lainnya memiliki perkembangan sesuai. Dibandingkan
dengan total responden yang tidak mengikuti PAUD berjumlah 91 orang, 7 orang (7,69%)
diantaranya memiliki perkembangan menyimpang, 32 orang (35,17%) perkembangan
meragukan dan 52 orang (57,14%) lainnya memiliki perkembangan sesuai. Total seluruh
responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p =
0,001 sehingga nilai p pada uji chi-square bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini <
0,05, memiliki makna H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan bermakna antara responden
yang mengikuti PAUD dengan perkembangan responden.
Berikut adalah tabel kesesuaian perkembangan responden yang mengikuti PAUD dan
tidak mengikuti PAUD menurut kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan
bahasa, serta kemampuan sosial dan kemandirian yang diperiksa saat penelitian:
Tabel 5.2.7 Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Kemampuan
Motorik Kasar
PAUDKemampuan Motorik Kasar
TotalKurang Sesuai
Tidak 18 73 91Ya 6 97 103
Total 24 170 194Hasil uji Chi-Square dengan nilai p = 0,003. Nilai Odds ratio= 3,986 denganlower bound = 1,507 dan upper bound = 19,543.
Dari tabel diatas, yang mengikuti PAUD dan memiliki kemampuan motorik kasar
sesuai perkembangan berjumlah 97 anak (94,17%).Total seluruh responden adalah 194 orang.
Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,003 sehingga nilai p pada
uji chi-squarebermakna. Nilai p pada ujihipotesis variabel ini < 0,05 memiliki makna H0
ditolak, yang berarti terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti PAUD
dengan kemampuan motorik kasar. Dengan Odds ratio = 3,986 dan nilai p < 0.05
menunjukkan bahwa hasil ini mewakili populasi. Yaitu mereka yang mengikuti PAUD
berisiko 3,986 kali memiliki kemampuan motorik kasar yang sesuai dibandingkan yang tidak
PAUD
Tabel 5.2.8 Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Kemampuan
Motorik Halus
PAUDKemampuan Motorik Halus
TotalKurang Sesuai
Tidak 11 80 91Ya 10 93 103Total 21 173 194
Hasil uji Chi-Square dengan nilai p = 0,595. Nilai Odds ratio= 1,279 denganlower bound = 0,516 dan upper bound = 3,167.
Dari tabel diatas, yang mengikuti PAUD dan memiliki kemampuan motorik halus
sesuai perkembangan berjumlah 93 anak (90,29%).Total seluruh responden adalah 194 orang.
Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,595 sehingga nilai p pada
uji chi-squaretidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini > 0,05 memiliki makna
H0 diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti
PAUD dengan kemampuan motorik halus. Dengan Odds ratio = 1,279 menunjukkan bahwa
mereka yang mengikuti PAUD berisiko 1,279 kali memiliki kemampuan motorik halus yang
sesuai dibandingkan yang tidak PAUDnamun dengan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa
hasil ini mewakili populasi.
Tabel 5.2.9 Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Kemampuan Bicara
dan Bahasa
Hasil uji Chi-Square dengan nilai p = 0,166. Nilai Odds ratio= 1,784dengan lower bound = 0,781 dan upper bound = 4,076.
Dari tabel diatas, yang mengikuti PAUD dan memiliki kemampuan bicara dan bahasa
sesuai perkembangan berjumlah 92 anak (89,32%).Total seluruh responden adalah 194 orang.
Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,166 sehingga nilai p pada
uji chi-square tidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini > 0,05 memiliki makna
H0 diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti
PAUD dengan kemampuan bicara dan bahasa.Dengan Odds ratio = 1,784 menunjukkan
bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko 1,784 kali memiliki kemampuan bicara dan
bahasa yang sesuai dibandingkan dengan yang tidak ikut PAUD namun dengan nilai p > 0.05
menunjukkan bahwa hasil ini tidak mewakili populasi.
Tabel 5.2.10. Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Kemampuan
Sosial dan Kemandirian
37
PAUDKemampuan Bicara dan Bahasa
TotalKurang Sesuai
Tidak 16 75 91Ya 11 92 103Total 27 167 194
PAUDKemampuan Sosial dan
Kemandirian TotalKurang Sesuai
Tidak 39 52 91Ya 21 82 103Total 60 134 194
Hasil uji Chi-Square dengan nilai p = 0,001. Nilai Odds ratio= 2,929 denganlower bound = 1,553 dan upper bound = 5,522
Dari tabel diatas, yang mengikuti PAUD dan memiliki kemampuan sosial dan
kemandirian sesuai perkembangan berjumlah 82 anak (79,61%).Total seluruh responden
adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p =
0,001sehingga nilai p pada uji chi-squarebermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini <
0,05 memiliki makna H0 ditolak, yang berarti terdapat hubungan bermakna antara responden
yang mengikuti PAUD dengan kemampuan sosial dan kemandirian.Dengan Odds ratio =
2,929 menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko2,929 kali memiliki
kemampuan sosial dan kemandirian yang sesua dibandingkan dengan yang tidak ikut PAUD
dan dengan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini mewakili populasi.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1.Hubungan antara responden siswa Taman Kanak-Kanak yang mengikuti PAUD
dengan pertumbuhan responden di Kelurahan Kebagusan Kecamatan Pasar Minggu
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai
akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya
perubahan alam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan
fisik. Dalam sebuah teori dikatakan bahwa pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan
psikis individu, karena pada suatu saat tertentu kedua istilah ini dapat digunakan secara
bersamaan. Dengan kata lain, perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan
fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar.
Akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan, dicari apakah ada hubungan antara
PAUD dengan status gizi responden. Daritotal 103 responden yang mengikuti PAUD, 36
orang di antaranya gizi kurang (34.95%), gizi normal 62 orang (60.19%) dan 5 orang
(4.85%). Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-
square, ternyata tidak terdapat hubungan bermakna antara partisipasi responden mengikuti
PAUD dengan gizi responden.Hal ini dikarenakan status gizi dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor salah satunya ekonomi orang tua responden.
Sedangkan peranan PAUD terhadap pertumbuhan tinggi badan menurut umur, mereka
yang mengikuti PAUD memiliki tinggi badan sesuai sebanyak 99 anak (96,11%) dan yang
kurang sebanyak 4 anak (3,89%). Sedangkan mereka yang tidak mengikuti PAUD memiliki
tinggi badan sesuai sebanyak 87 anak (95,60%) dan yang kurang sebanyak 4 anak
(4,40%).Setelah dilakukan uji hipotesis Fisher, didapatkan hasil tidak ada hubungan antara
PAUD dengan pertumbuhan tinggi badan menurut umur responden.
39
6.2.Hubungan antara responden siswa Taman Kanak-Kanak yang mengikuti PAUD
dengan perkembangan responden di Kelurahan Kebagusan Kecamatan Pasar Minggu
Dalam sebuah literatur disebutkan bahwa usia dini merupakan masa keemasan
(Golden Age) yaitu masa yang dimulai dari usia 0-4 tahun pertumbuhan sel jaringan otak
pada anak mencapai 50% dimana bila pada usia ituotak anak tidak mendapat ransangan yang
maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal dan setelah usia anak
mencapai 8 tahun maka 80%kecerdasan manusia sudah terbentuk, artinya kapasitas
kecerdasan anak hanya bertambah30% setelah usia 4 tahun hingga mencapai usia 8 tahun. 10
Cara anak usia dini belajar adalah melalui seluruh indera yang dimilikinya dengan
cara bermain dan kegiatan lain yang menyenangkan untuk mengeksplorasi lingkungannya.
Prinsip dasar metode PAUD adalah berpihak pada dunia anak (metode bermain sambil
belajar), mendasarkan pendekatan tematik, memberdayakan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar yang tidak ada habisnya, serta membawa anak merasa dihargai, dipedulikan,
nyaman, aman, bebas berkreasi, bebas menuangkan ide-idenya.11 Disebutkan bahwa jaringan
serabut syaraf akan terbentuk apabila ada kegiatan mental yang aktif dan menyenangkan bagi
anak.
Menurut hasil penelitian, terhadap 103 responden (53.09%) yang mengikuti PAUD.
Diantaranya 5 orang (4.85%) perkembangan menyimpang, 14 orang (13.59%) perkembangan
meragukan dan 84 orang (81.55%) perkembangannya sesuai. Uji hipotesis chi-
squaredidapatkan hasil terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti
PAUD dan perkembangan responden.Sedangkan dari 91 responden (46.91%) yang tidak
mengikuti PAUD, 7 orang (7.70%) perkembangan menyimpang, 32 orang (35.16%)
perkembangan meragukan dan 52 orang (57.14%) perkembangannya sesuai. Hal ini
menunjukkan bahwa responden yang mengikuti PAUD memiliki kemampuan perkembangan
yang sesuai dengan usianya dibanding dengan responden yang tidak mengikuti PAUD.
Penelitian serupa juga menunjukkan hasil yang sama, misalnya penelitian di
Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang pada tahun 2009 yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan anak Usia Dini
(PAUD) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah.Berdasarkan
analisa dengan uji statistik chisquare didapatkan hasil bahwa semua responden yang
memiliki IQ superior mengikuti program PAUD dan semua responden yang
memiliki IQ diatas ratarata (high average) mengikuti program PAUD. Didapatkan nilai
x2 sebesar 22,95 dan p value lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0.000 sehingga hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan anak usia dini dengan
perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat para tokoh
bahwa PAUD sangat efektif dalam membangun struktur kognitif anak.7
Untuk peran PAUD terhadap perkembangan motorik kasar dapat dilihat jika responden
yang mengikuti PAUDsesuai perkembangan berjumlah 97 anak (94,17%) sedangkan yang
kurang berjumlah 6 anak (5,83%) sedangkan yang tidak mengikuti PAUD memiliki
perkembangan sesuai sebanyak 73 anak (80,2%) dan yang tidak sesuai sebanyak 18 anak
(19,8%). Dengan nilai p = 0,003 dimana p < 0,005 yang berarti bermakna, menujukkan
bahwa terdapat hubungan yang berarti antara PAUD dengan tumbuh kembang motorik kasar.
Dengan Odds ratio = 3,986 dan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini mewakili
populasi. Yaitu mereka yang mengikuti PAUD berisiko 3,986 kali memiliki kemampuan
motorik kasar yang sesuai dibandingkan yang tidak PAUD. Paling kecil berisiko 1,506 kali
dan paling besar 19,543 kali untuk memiliki kemampuan motorik kasar yang sesuai
dibandingkan yang tidak PAUD.
Pada peran PAUD terhadap perkembangan motorik halus diperoleh hasil tidak ada
hubungan antara PAUD dengan perkembangan motorik halus responden. Mereka yang
mengikuti PAUD dan memiliki perkembangan motorik halus sesuai sebanyak 93 anak
(90,29%) dan yang tidak sesuai sebanyak 10 anak (9,71%) sedangkan yang tidak mengikuti
PAUD memiliki perkembangan motorik halus sesuai sebanyak 80 anak (87,91%) dan yang
tidak sesuai sebanyak 10 anak (10,99%). Dengan Odds ratio = 1,279 menunjukkan bahwa
mereka yang mengikuti PAUD berisiko 1,279 kali memiliki kemampuan motorik halus yang
sesuai dibandingkan yang tidak PAUD namun dengan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa
hasil ini mewakili populasi.
Peran PAUD terhadap perkembanghan kemampuan bicara dan bahasa memiliki hasil
tidak ada hubungan antara PAUD dengan perkembangan bicara dan bahasa responden.
Mereka yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan bicara dan bahasa yang sesuai
sebanyak 92 anak (89,3%) dan yang tidak sesuai sebanyak 11 anak (10,67%) sedangkan yang
tidak mengikuti PAUD memiliki perkembangan bicara dan bahasa yang sesuai sebanyak 75
anak (82,41%) dan yang tidak sesuai sebanyak 16 anak (17,59%).Dengan Odds ratio = 1,784
menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko 1,784 kali memiliki
kemampuan bicara dan bahasa yang sesuai dibandingkan dengan yang tidak ikut PAUD
namun dengan nilai p > 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini tidak mewakili populasi.
41
Dari berbagai aspek perkembangan yang dinilai, salah satu aspek perkembangan yang
harus menjadi perhatian penuh dari pihak guru maupun orang tua adalah perkembangan
sosial kemandirian anak.Perkembangan sosial anak dimulai dari egosentris individual yaitu
hanya memandang dari satu sisi yaitu dirinya sendiri, konsep diri dan kontrol diri kemudian
secara bertahap menuju kearah berinteraksi dengan orang lain. Dengan kata lain
perkembangan sosial adalah proses pembentukan pribadi dalam masyarakat untuk
memperoleh kamampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosial emosional
memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan, maka perlu diketahui bagaimana
perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial.12
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa yang mengikuti PAUD dan memiliki
kemampuan sosial dan kemandirian sesuai dengan perkembangan berjumlah 82 anak
(79,61%) dibandingkan dengan yang tidak mengikuti PAUD hanya berjumlah 52 anak
(57,14%), sehingga dapat disimpulka memang ada hubungan antara PAUD dengan
tercapainya kemampuan perkembangan sosial dan kemandirian yang sesuai. Dengan Odds
ratio = 2,929 menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko2,929 kali
memiliki kemampuan sosial dan kemandirian yang sesua dibandingkan dengan yang tidak
ikut PAUD. Paling kecil berisiko 1,553 kali dan paling besar berisiko 5,522 kali memiliki
kemampuan sosial dan kemandirian yang sesua dibandingkan dengan yang tidak ikut PAUD.
Dan dengan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini mewakili populasi.
Kegiatan bercakap-cakap bagi anak akan membantu perkembangan dimensi sosial,
emosi, dan kognitif, dan terutama bahasa. Bercakap-cakap juga dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan perasaan, serta menyatakan
gagasan atau pendapat secara verbal dan mewujudkan kemampuan bahasa reseptif
(mendengarkan dan membaca suatu informasi) dan ekspresif (berbicara dan menuliskan
informasi untuk dikomunikasikan kepada orang lain).13
Kemampuan sosial dan kemandirian anak juga dapat dioptimalkan dengan PAUD.
Sebuah penelitian oleh bagian psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang menyatakan bahwa strategi paling tepat dalam meningkatkan kemampuan sosial anak
adalah: (1) dengan menggunakan metode bermain sebagai penunjang dalam peningkatan
perkembangan kemampuan sosial anak, (2) mengembangkan suatu pemahaman konsep
tentang diri mereka sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya melalui observasi, interaksi
dengan teman sebayanya, (3) mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial seperti
bekerjasama menolong, berempati, bernegosiasi dengan orang-orang yang terlibat di
dalamnya, (4) secara optimal membantu anak pada proses perkembangan kognitif, emosi,
fisik, moral dan psikososial.14
Penelitian lain yang dilakukan di PAUD Dahlia Indah Laut Dendang Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang juga menyatakan bahwa kegiatan bermain seperti mendongeng
ternyata secara signifikan mampu meningkatkan kemandirian anak.15
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.Kesimpulan
- Berdasarkan hasil penelitian kami didapatkan prevalensi responden yang mengikuti
PAUD dengan status gizi normal sebanyak 60.19% dan prevalensi responden yang
mengikuti PAUD dengan perkembangan sesuai sebanyak 81,55 %.
- Prevalensi responden yang tidak mengikuti PAUD dengan perkembangan yang tidak
sesuai sebanyak 29,89% dengan jumlah ketidaksesuaian paling banyak pada
perkembangan sosial dan kemandirian.
- Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD tidak berperan terhadap pertumbuhan
anak.
- Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD berperan terhadap perkembangan
kemampuan motorik kasar anak.
- Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD tidak berperan terhadap kemampuan
motorik halus anak.
- Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD tidak berperan terhadap kemampuan
bicara dan bahasa anak.
- Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD berperan terhadap kemampuan sosial dan
kemandirian anak.
7.2 Saran
Puskesmas
Dari kesimpulan diatas didapatkan tiga variabel yang tidak berperan terhadap tumbuh
kembang anak, yaitu pertumbuhan, perkembangan motorik halus, serta kemampuan bicara
dan bahasa anak dalam hubungannya dengan keikutsertaan PAUD. Namun demikian terdapat
43
dua variabel yang berperan, yaitu kemampuan motorik kasar serta kemampuan sosial dan
kemandirian anak. Dari keterangan di atas, diharapkan puskesmas dapat membina PAUD
secara langsung melalui penyuluhan tentang gizi untuk membantu menunjang pertumbuhan
anak. Selain itu puskesmas juga dapat bekerjasama dengan PAUD untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi anak dalam meningkatkan
perkembangannyaseperti melaksanakan lomba yang berkaitan dengan perkembangan anak,
baik dalam hal perkembangan motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa,
serta sosial dan kemandirian anak. Puskesmas juga diharapkan melakukan evaluasi berkala
mengenai perkembangan anak yang salah satunya dapat dinilai dengan KPSP untuk
mengetahui secara dini anak-anak yang perkembangannya meragukan atau menyimpang agar
dapat langsung distimulasi sesuai aspek kekurangannya.
Peneliti
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam melakukan penelitian ini, tidak
semua faktor diteliti dan dianalisis dengan parameter yang tepat karena keterbatasan waktu,
dana, dan tenaga. Oleh karena itu, sangat diharapkan ada peneliti lain yang berminat
melanjutkan penelitiian ini dengan membuat penelitian lanjutan dan membahas lebih
mendalam lagi faktor-faktor lainnya selain yang telah kami lakukan demi kesempurnaan
penelitian ini. jumlah sampel dan waktu penelitian juga disarankan untuk diperbesar agar
dapat melihat hasil yang lebih baik lagi.
Masyarakat
Perlunya perhatian yang lebih terhadap pendidikan anak usia dini dengan cara salah
satunya mengikutsertakan anak dalam program PAUD karena pendidikan anak yang dimulai
sejak usia dini berperan terhadap perkembangan anak terutama pada aspek kemampuan
motorik kasar serta sosial dan kemandirian anak.
45