penelitian inferensial dalam bidang pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain...

20
95 BAB VI PENELITIAN EKSPERIMEN Jika ditinjau dari tujuan dan teknik analisis yang digunakan, maka penelitian eksperimen termasuk penelitian inferensial karena memiliki tujuan menguji suatu hipotesis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian eksperimen berupa teknik statistik lanjut. Penelitian eksperimen awalnya banyak dikembangkan oleh para psikolog. Namun saat ini cukup banyak praktisi bidang pendidikan juga menggunakan penelitian eksperimen. Pada umumnya penelitian eksperimen berguna untuk menguji suatu model atau metode pembelajaran, seperti yang dijelaskan di bawah ini. A. JENIS PENELITIAN EKSPERIMEN Penelitian eksperimen ada 3 macam, yaitu pra- eksperimen, eksperimen murni, dan eksperimen semu. Ketiga macam eksperimen tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda, sehingga calon peneliti eksperimen harus hati-hati dalam memilih, merancang, dan melakukan eksperimennya. Di bawah ini dijelaskan tentang ciri-ciri masing-masing macam eksperimen. 1. Pra-Eksperimen Pra-eksperimen merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan hanya untuk 1 kelompok, sebagai kelompok eksperimen. Pra-eksperimen sangat dimungkinkan dilakukan jika subjek yang dikenai treatment berjumlah

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

95

BAB VI

PENELITIAN EKSPERIMEN

Jika ditinjau dari tujuan dan teknik analisis yang

digunakan, maka penelitian eksperimen termasuk

penelitian inferensial karena memiliki tujuan menguji suatu

hipotesis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian

eksperimen berupa teknik statistik lanjut. Penelitian

eksperimen awalnya banyak dikembangkan oleh para

psikolog. Namun saat ini cukup banyak praktisi bidang

pendidikan juga menggunakan penelitian eksperimen. Pada

umumnya penelitian eksperimen berguna untuk menguji

suatu model atau metode pembelajaran, seperti yang

dijelaskan di bawah ini.

A. JENIS PENELITIAN EKSPERIMEN

Penelitian eksperimen ada 3 macam, yaitu pra-

eksperimen, eksperimen murni, dan eksperimen semu.

Ketiga macam eksperimen tersebut memiliki ciri-ciri yang

berbeda, sehingga calon peneliti eksperimen harus hati-hati

dalam memilih, merancang, dan melakukan eksperimennya.

Di bawah ini dijelaskan tentang ciri-ciri masing-masing

macam eksperimen.

1. Pra-Eksperimen

Pra-eksperimen merupakan penelitian eksperimen

yang dilakukan hanya untuk 1 kelompok, sebagai kelompok

eksperimen. Pra-eksperimen sangat dimungkinkan

dilakukan jika subjek yang dikenai treatment berjumlah

Page 2: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

96

sedikit. Oleh karena itu, treatment eksperimen hanya

dilakukan pada kelompok eksperimen itu saja.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pemilihan

subjek dalam penelitian eksperimen dengan cara purposive,

yakni dipilih dengan ciri-ciri tertentu sesuai ketentuan si

peneliti. Ketentuan ciri-ciri tersebut yang digunakan sebagai

landasan penentuan subjek dalam pra-eksperimen.

Analisa dalam penelitian pra-eksperimen hanya

membandingkan hasil pre dan post test setelah treatment

penelitian berlangsung. Pengukuran pre-test dilakukan

sebelum penelitian berlangsung. Sebaliknya pengukuran

post-test dilakukan setelah treatment penelitian. Hasil

kedua test tersebut dibandingkan dengan menggunakan

teknik analisis statistik, antara lain berupa uji-t.

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa dalam pra-

eksperimen tanpa menggunakan kelompok kontrol atau

kelompok pembanding. Akibat kondisi inilah menimbulkan

kelemahan pada penelitian pra-eksperimen, yakni lemahnya

validitas internal akibat tanpa adanya kelompok

pembanding, sehingga hasil penelitian pra-eksperimen

belum dapat meyakinkan bahwa perubahan yang terjadi

memang benar-benar sebagai akibat treatment.

2. Eksperimen Murni

Pelaksanaan eksperimen murni pada umumnya untuk

meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat

diantara variabel-variabel dengan cara menghadapkan

kelompok eksperimental pada beberapa macam kondisi

perlakuan dan membandingkan akibat (hasil)nya dengan

satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai

perlakuan. Penelitian eksperimen murni pada umumnya

Page 3: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Eksperimen

97

dilakukan pada bidang sains, misalnya bidang fisika, atau

bidang kimia.

Selain menggunakan kelompok kontrol, dalam

eksperimen murni sangat menekankan penggunaan variabel

kontrol, selain variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

kontrol yang dimaksud adalah kondisi subjek penelitian

yang harus sama melalui pengendalian oleh peneliti. Sebagai

contoh dalam penelitian tentang penerapan metode

discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka

variabel kontrolnya antara lain berupa kecerdasan subjek

pada kategori yang sama, siswa sama-sama belum pernah

mendapatkan pembelajaran metode discovery, ketersediaan

sarana dan prasarana belajar subjek dalam kondisi relatif

sama.

Pengendalian terhadap kondisi (variabel kontrol)

dalam penelitian eksperimen murni merupakan satu

persyaratan yang harus dilakukan. Dalam bidang sains,

pengendalian terhadap kondisi ruangan misalnya, lebih

mudah dilakukan. Sebagai contoh eksperimen untuk

menghancurkan batu dengan pemanasan yang berbeda-

beda, maka pemilihan benda padat (batu) dengan tekstur,

berat, warna, kandungan zat di dalamnya, akan mudah

diatur. Namun, pemilihan subjek penelitian ekperimen

murni untuk bidang pendidikan maupun sosial jauh lebih

sulit, karena tidak ada seorangpun di dunia yang memiliki

sifat atau karakter, ciri-ciri yang sama.

Penelitian eksperimen murni memerlukan

pengelolaan variabel-variabel dan kondisi eksperimental

yang rumit baik lewat prosedur kontrol dan manipulasi

langsung atau lewat prosedur randomisasi. Seperti

dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ekperimen murni

lebih memusatkan perhatiannya pada cara pengendalian

Page 4: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

98

variasi guna (a) memaksimalkan varians dari variabel-

variabel yang terlibat dalam hipotesis, (b) meminimalkan

varians variabel luar yang tidak dikehendaki yang

dikhawatirkan akan dapat mengganggu hasil eksperimen,

dan (c) meminimalkan varians eror atau varians random,

termasuk pula eror dalam pengukuran. Subjek yang diteliti

ditempatkan ke dalam kelompok secara random, yakni

dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Menurut Azwar (dalam Soesilo, 2015) validitas

internal merupakan kondisi esensial (sine qua non) dalam

desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas

internal sebagai tujuan utama eksperimen murni.

Penentuan validitas internal dalam penelitian eksperimen

murni mengacu pada apakah perbedaan yang terjadi di

antara kelompok subjek dalam eksperimen memang benar-

benar disebabkan oleh perbedaan perlakuan.

Hal yang masih perlu ditelaah adalah keberadaan

validitas eksternal, yang mengacu pada seberapa

representatifnya temuan penelitian. Selain itu, apakah

temuan tersebut dapat digeneralisasikan pada kelompok

subjek serupa yang lebih luas. Namun, perlu disadari bahwa

validitas eksternal sulit dicapai pada penelitian

eksperimental murni untuk bidang pendidikan. Hal ini

dikarenakan adanya keterbatasan dalam penelitian

eksperimen misalnya mengenai pemilihan subjek (bersifat

purposive), dan belum lengkapnya variabel kontrol yang

digunakan.

3. Eksperimen Semu

Penelitian eksperimen semu mirip kondisi penelitian

eksperimental murni, yakni ada kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol, namun pada kedua jenis

Page 5: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Eksperimen

99

eksperimen tersebut tetap memiliki perbedaan. Pada

eksperimen semu, tidak semua variabel yang relevan dapat

dikendalikan dan dimanipulasi. Dalam ekperimen semu

lebih menekankan adanya kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen, tanpa mementingkan variabel kontrol. Kondisi

yang lain dari subjek dikesampingkan, atau tanpa dikontrol,

karena subjek dianggap memiliki kondisi yang relatif sama.

Padahal setiap subjek penelitian dalam eksperimen semu

memiliki kondisi yang beragam, tidak ada yang sama persis.

Oleh karena itu, sebaiknya peneliti menyadari betul

keterbatasan penelitian ini dan seberapa jauh validitas

internal dan eksternalnya.

Penelitian eksperimen dalam dunia pendidikan lebih

tepat jika menggunakan eksperimen semu. Dalam bidang

pendidikan, cara penentuan subjek dalam eksperimen semu

sama persis dengan eksperimen murni. Subjek penelitian

dipilih sesuai ciri-ciri khusus yang telah ditentukan oleh

peneliti, dan dikelompokkan secara random pada dua

kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Pemilihan variabel dan manipulasi kondisi

eksperimental dalam eksperimen semu dilakukan melalui

prosedur kontrol dan lewat prosedur randomisasi.

Dalam eksperimen semu, pemberian treatment hanya

diberikan pada kelompok eksperimen. Sedangkan kelompok

kontrol diberi perlakuan yang berbeda, atau bahkan tanpa

ada perlakuan. Setelah pemberian treatment berlangsung,

selanjutnya subjek pada kedua kelompok diukur kembali

kondisi dan perubahan yang terjadi. Dalam penelitian

eksperimen semu, peneliti mengharapkan adanya

perbedaan perubahan kondisi subjek sebagai akibat

treatment.

Page 6: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

100

B. PROSEDUR PENELITIAN EKSPERIMEN DALAM

BIDANG PENDIDIKAN

Dalam penelitian eksperimen, peneliti harus

memahami metodologi penelitian eksperimen dan

mengikuti prosedur langkah-langkah penelitiannya secara

tepat. Dibanding jenis penelitian inferensial lainnya,

prosedur penelitian eksperimen dapat dikatakan cukup

rumit. Peneliti harus memiliki desain penelitian yang jelas,

dan mengikuti langkah-langkah berdasar desain tersebut.

Pada umumnya penelitian eksperimen dimulai dari tahap

temuan masalah yang jelas dan konkrit, dikuti oleh kajian

teoritis untuk menentukan treatment (variabel bebas).

Penentuan dan pengelompokan subjek penelitian dilakukan

secara random. Setelah rancangan disusun dan subjek

sudah dikelompokkan secara random, dilanjutkan

implementasi (pemberian perlakuan) dan pengukuran hasil

treatment, serta diakhiri dengan analisis uji beda. Masing-

masing tahap dari prosedur penelitian eksperimen

dijelaskan di bawah ini.

1. Menyediakan Temuan Masalah Konkrit

Pada setiap penelitian, pihak peneliti harus dapat

mengemukakan masalah penelitiannya secara jelas. Seperti

pada penelitian tindakan, dalam penelitian eksperimen

perlu diawali dengan adanya temuan masalah oleh peneliti.

Permasalahan yang dikemukakan peneliti dalam penelitian

eksperimen harus konkrit atau benar-benar terjadi atau

memang dialami oleh diri calon subjek.

Temuan gejala masalah penelitian diuraikan dalam

latar belakang penelitian. Uraian tentang masalah penelitian

tersebut harus disertakan indikator-indikator yang jelas

tentang masalah tersebut. Gejala masalah tersebut perlu

Page 7: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Eksperimen

101

disertai bukti yakni berupa data sebagai adanya fakta yang

dialami subjek. Hal ini terkait dengan ciri keilmiahan suatu

laporan penelitian bahwa penelitian harus bersifat objektif

atau berdasar fakta-fakta. Bukti adanya masalah tersebut

diwujudkan dengan adanya data yang disusun dalam suatu

tabel. Pengumpulan dan penyediaan data tersebut sering

kali yang disebut sebagai pra penelitian.

Dalam mengumpulkan data tentang masalah atau

gejala-gejala masalah penelitian, peneliti dapat

melakukannya dengan berwawancara, menyebarkan skala

sikap atau melakukan observasi kepada pihak-pihak yang

relevan. Tentu saja instrumen untuk pengumpulan data

tersebut harus berlandaskan teori yang terkait.

2. Menyusun Treatment yang Jelas

Setelah menguraikan masalah konkrit yang

diketemukan peneliti pada diri calon subjek penelitian maka

selanjutnya peneliti perlu mempersiapkan treatment

(perlakuan). Perlakuan disusun terkait dengan temuan

masalah konkrit yang dialami subjek. Rancangan perlakuan

harus memiliki ’benang merah’ atau keterkaitan yang jelas

dengan temuan masalah konkrit yang dialami subjek

penelitian. Rancangan tersebut disusun berlandaskan suatu

teori. Oleh karena itu, peneliti perlu mengkaji, mendalami

dan menentukan perlakuan yang tepat untuk menangani

masalah subjek dengan mengkaji teori-teori yang relevan.

Pada penelitian eksperimen tertentu yang hanya

menguji temuan suatu model atau metode temuannya,

justru rancangan treatment telah disiapkan lebih dahulu

oleh peneliti. Biasanya dalam penelitian tersebut peneliti

tidak perlu mencari masalah konkrit, meskipun pada

Page 8: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

102

akhirnya peneliti tetap harus mencari subjek yang memiliki

ciri-ciri sesuai yang ditentukannya untuk diberi treatment.

Treatment atau perlakuan tersebut harus memiliki

definisi operasional yang jelas. Selain itu, treatment atau

perlakuan harus memiliki langkah-langkah atau tahap-tahap

implementasi selama eksperimen berlangsung. Dalam

pengujian suatu model atau metode pembelajaran, langkah-

langkah treatment juga harus terwujud dalam tahap

pembelajaran yang digunakan.

3. Penempatan Subjek Penelitian Secara Random

Dalam penelitian eksperimen, subjek dalam penelitian

ditentukan secara purposive, yakni berdasar atas ciri-ciri

(karakter) khusus sesuai ketentuan peneliti. Hal ini

disebabkan hasil penelitian eksperimen tidak dapat

digeneralisasikan. Penentuan subjek penelitian secara

purposive merupakan bagian pemilihan sampel dalam

kelompok Non-Probabilitas. Dengan pemilihan subjek

penelitian seperti hal tersebut, maka hasilnya tidak dapat

digeneralisasikan. Hasil penelitian eksperimen hanya

diperuntukkan untuk menggambarkan kondisi subjek pada

penelitian itu sendiri dan hanya berlangsung pada saat

tersebut.

Setelah subjek dipilih atau ditentukan oleh peneliti,

maka selanjutnya peneliti menempatkan subjek ke dalam

kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen secara

random. Peneliti tidak diperbolehkan semaunya sendiri

dalam menentukan kedudukan subjek dalam kelompoknya.

Hal ini terkait dengan kaidah objektivitas suatu penelitian.

Setelah penempatan subjek penelitian secara random,

maka seanjutnya peneliti perlu menguji homogenitas kedua

kelompok. Uji homogenitas diperlukan untuk membuktikan

Page 9: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Eksperimen

103

bahwa kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

memang pada awalnya dalam kondisi yang sama, atau

memiliki kondisi variabel terikat yang berkedudukan sama.

Pelaksanaan treatment baru dapat diimplementasikan jika

kedua kelompok tersebut terbukti telah homogen.

Sebagai contoh di bawah ini hasil uji homogenitas penelitian

Wulandari (dalam Soesilo, 2015) yang berjudul Efektivitas

Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Kegiatan

Kelompok dalam Meningkatkan Harga Diri Siswa Kelas VII G

SMP N 1 Bringin Kabupaten Semarang.

Tabel 2. Mean dan Standar Deviasi Harga Diri Siswa kelas VIII G

SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang Tahun Ajaran

2010/2011

Kelompok N Mean Standar Deviasi

Harga diri kelompok

eksperimen

15 27,3333 8,21729

Harga diri kelompok

control

15 27,6000 7,54794

Berdasar tabel di atas terlihat bahwa mean nilai rata-

rata harga diri pada kelompok eksperimen 27,3333 dengan

standar deviasi 8,21729. Sedangkan mean nilai rata-rata

harga diri pada kelompok kontrol sebesar 27,6000 dengan

standar deviasi 7,54794.

Homogenitas harga diri kedua kelompok yakni

kelompok eksperimen dengan kelompok control maka

dilakukan perhitungan dengan menggunakan Mann-

Whitney Test. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 10: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

104

Tabel 3. Mann-Whitney Pre Test Harga Diri Siswa Kelas VII G SMP

Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2010/2011

Test Statisticsb

Nskor

Mann-Whitney U 112.500

Wilcoxon W 232.500

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] 1.000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Berdasar tabel di atas diperoleh hasil penelitian yaitu

p = 1,000 ( p > 0,050) artinya tidak ada perbedaan yang

signifikan harga diri siswa pada kelompok kontrol dengan

kelompok eksperimen kelas VII G SMP Negeri 1 Bringin

Kabupaten Semarang, sehingga kedua kelompok ini dapat

digunakan sebagai kegiatan untuk penelitian eksperimen.

4. Menyusun Desain Rancangan Eksperimen

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus

menyusun rancangan eksperimennya. Sesuai penjelasan

sebelumnya bahwa terdapat dua macam penelitian

eksperimen yang dianggap tepat untuk bidang pendidikan,

yakni pra-eksperimen, dan eksperimen semu. Rancangan

eksperimen pada kedua macam penelitian tersebut perlu

dipahami oleh para ahli pendidikan.

a. Rancangan pra-eksperimen

Rancangan penelitian pra-eksperimen lebih

sederhana dibanding penelitian eksperimen yang

Page 11: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Eksperimen

105

lain. Kesederhanaan terebut terlihat dari jumlah

kelompok yang diteliti. Jumlah kelompok yang diteliti

pada penelitian eksperimen hanya satu kelompok.

Sedangkan penelitian eksperimen yang lain

berjumlah minimal dua kelompok.

Selain itu, teknik analisis statistik yang digunakan

juga cukup sederhana, yakni membandingkan antara

kondisi kelompok saat sebelum dengan sesudah

diberi perlakuan. Pada umumnya analisis yang

digunakan adalah uji-t atau disebut juga uji ulangan,

jika data yang didapatkan bersifat normal dan

berskala data interval. Gambar 3. Rancangan Pra-Eksperimen

Grup Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen : T1-------------------x------------------ T2

Keterangan:

Eksperimen: kelompok eksperimen, sebagai satu-

satunya kelompok yang diteiti dalam pra-

eksperimen

T1 : pretes sebagai pengukuran awal sebelum ada

pemberian perlakuan terhadap subjek

penelitian

T2 : postes sebagai pengukuran setelah pemberian

perlakuan terhadap subjek penelitian

x : treatment atau perlakuan yang akan

dikenakan pada subjek penelitian.

Adapun prosedur rancangan pra-eksperimen setelah

subjek ditentukan (dipilih) melalui pre-test (T1)

adalah sebagai berikut:

1. Peneliti merancang suatu perlakuan (treatment)

melalui kajian teori yang mendalam. Isi perlakuan

Page 12: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

106

berupa metode dan strategi apa yang tepat,

berapa kali atau berapa lama dan kapan saja akan

diimplementasikan pada subjek penelitian.

2. Peneliti mempersiapkan instrumen untuk

mengukur perubahan-perubahan yang terjadi

pada subjek penelitian, dan panduan observasi

untuk mengamati keberlangsungan selama

proses eksperimen.

3. Peneliti memberi perlakuan (treatment) ‘x’ pada

subjek penelitian sesuai rancangan yang telah

disusun.

4. Setelah pemberian perlakuan, selanjutnya

peneliti melakukan pengumpulan data berupa

postes (T2) untuk mengukur perubahan-

perubahan diri subjek yang diduga akibat adanya

treatment, dengan menggunakan alat ukur

(instrumen) yang sudah disiapkan (sesuai tahap

no 2)

5. Peneliti melakukan analisis hasil penelitian

dengan membandingkan hasil selama pre-test

(T1) dengan post-test (T2).

b. Rancangan Ekperimen Semu

Dalam penelitian eksperimen semu terdapat dua

kelompok. Kelompok pertama disebut “kelompok

eksperimen”, yaitu kelompok yang akan diberi

treatment (perlakuan). Kelompok kedua disebut

“kelompok kontrol”, yaitu kelompok yang tidak

diberi atau dikenakan treatment (perlakuan).

Kelompok kontrol berfungsi sebagai pembanding

untuk mengetahui perbedaan yang mungkin tampak

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Page 13: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Eksperimen

107

Dalam eksperimen semu kedua kelompok harus

bersifat homogen. Oleh karena itu hasil tes awal (Pre

- Test) yang dilakukan sebelum eksperimen

diimplementasikan dapat digunakan untuk menguji

homogenitas kedua kelompok. Pembuktian kedua

kelompok dalam kondisi homogen dapat dilakukan

melalui uji homogentas melalui Mann Whitney.

Setelah dalam kondisi homogen, selanjutnya peneliti

dapat melangsungkan kegiatan eksperimennya

dengan member treatment (perlakuan) pada

kelompok eksperimen sesuai rancangan eksperimen

yang dibuat. Sedangkan kelompok kontrol dikenai

treatment (perlakuan) yang berbeda, atau tanpa ada

perlakuan.

Pelaksanaan tes akhir (Post - Test) dilakukan sesudah

treatment (perlakuan) eksperimen berakhir. Post-test

dilakukan kepada kedua kelompok, dan hasil post-

test kedua kelompok diperbandingkan untuk melihat

efektivitas, atau pengaruh treatment (perlakuan)

eksperimen terhadap kondisi subjek penelitian.

Gambar 4. Rancangan Eksperimen Semu

Grup Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen : (R) T1-------------------x------------------ T2

Kontrol : (R) T1--------------------------------------- T2

Keterangan:

Eksperimen: kelompok eksperimen, sebagai

kelompok yang akan diberi treatment

(perlakuan) selama kegiatan eksperimen.

Kontrol: kelompok kontrol, sebagai kelompok

pembanding yakni kelompok yang diberi

treatment (perlakuan) berbeda atau tanpa

Page 14: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

108

diberi perlakuan selama eksperimen

berlangsung.

R : prosedur random untuk menempatkan subjek

pada kelompok eksperimen atau kelompok

kontrol.

T1 : pretes sebagai pengukuran awal sebelum ada

pemberian perlakuan terhadap subjek

penelitian

T2 : postes sebagai pengukuran setelah pemberian

perlakuan terhadap subjek penelitian

x : treatment atau perlakuan yang akan

dikenakan pada subjek penelitian.

Adapun prosedur rancangan eksperimen semu

setelah subjek ditentukan (dipilih) melalui pre-test

(T1) adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menentukan (menempatkan) setiap

subjek penelitian pada kelompok eksperimen

atau kelompok kontrol secara random.

2. Peneliti merancang suatu perlakuan (treatment)

melalui kajian teori yang mendalam. Isi perlakuan

berupa metode dan strategi apa yang tepat,

berapa kali atau berapa lama dan kapan saja akan

diimplementasikan pada subjek penelitian.

3. Peneliti mempersiapkan instrumen untuk

mengukur perubahan-perubahan yang terjadi

pada subjek penelitian, dan panduan observasi

untuk mengamati keberlangsungan selama

proses eksperimen.

4. Peneliti memberi perlakuan (treatment) ‘x’ pada

subjek penelitian kelompok eksperimen sesuai

rancangan yang telah disusun. Sedangkan

Page 15: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Eksperimen

109

kelompok kontrol dikenakan dengan treatment

(perlakuan) yang berbeda.

5. Setelah pemberian perlakuan, selanjutnya

peneliti melakukan pengumpulan data berupa

postes (T2) pada kedua kelompok untuk

mengukur perubahan-perubahan diri subjek yang

diduga akibat adanya treatment, dengan

menggunakan alat ukur (instrumen) yang sudah

disiapkan (sesuai tahap no 2)

6. Peneliti melakukan analisis hasil penelitian

dengan membandingkan hasil post-test (T2) di

antara kedua kelompok.

5. Uji Hipotesis

Dalam penelitian inferensial apapun termasuk

eksperimen, peneliti harus mampu memahami makna dari

taraf signifikansi. Hal ini sangat penting dalam menganalisis

statistika guna menguji suatu hipotesis. Perlu dipahami oleh

peneliti bahwa dalam penggunaan analisis statistik pada

umumnya menggunakan teori tentang kemungkinan-

kemungkinan (probabilitas). Kesimpulan yang disandarkan

pada keputusan statistik, tidak dapat ditopang oleh taraf

kepercayaan mutlak seratus persen. Oleh karena itu, peneliti

memberi sedikit peluang untuk salah dalam menolak

hipotesis.

a. Interprestasi Hasil

Dalam analisa statistik, khususnya penelitian

inferensial, maka peneliti perlu membaca

(menginterpretasi) terutama hasil tentang: Sig (nilai

skorenya), setelah itu baru membaca skor t (hasil

uji-t), atau skor F (hasil Anova). Seperti yang

Page 16: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

110

dijelaskan di atas bahwa peluang kesalahan dirujuk

dari taraf signifikansi yang diketemukan.

Jika sudah ada perbedaan, maka peneliti baru

membandingkan hasil rerata (jika data berskala

interval atau rasio), atau mean rank (jika data

berskala ordinal) pada kelompok-kelompok yang

dibandingkan. Di antara rerata tersebut manakah

yang lebih tinggi atau lebih besar? Dengan demikian,

jika peneliti menguji tentang efektivitas suatu

metode yang diimplementasikan melalui

ekesperimen, maka hasil efekivitasnya dapat dilihat

dari adanya perbedaan (lihat signikansinya) dan

lebih tingginya hasil kelompok eksperimen

dibanding kelompok kontrol. Sebaliknya, jika hasil

pada kelompok eksperimen lebih rendah hasilnya

dibanding kelompok kontrol maka metode yang

diterapkan dalam eksperimen tersebut dianggap

tidak efektif.

b. Menjawab Hipotesis Diterima atau Ditolak

Uji hipotesis dalam penelitian inferensial, termasuk

penelitian eksperimen, selalu berlandaskan pada

hasil signifikansi. Seperti yang sudah dijelaskan pada

bagian hipotesis bahwa hasil analisis untuk menguji

hipotesis ditelaah dari hasil taraf signifikansi yakni

simbol p atau sig. Misal, jika skore sig sebesar 0,015

atau 1,5% berarti dalam penelitian tersebut terdapat

peluang kesalahan sebesar 15 dari 1000 kejadian

penelitian sesuai topik, atau di antara 1000 kejadian

penelitian yang sama, terdapat 15 yang hasilnya

berbeda (salah). Dengan demikian hasil analisis uji

regresi tersebut tergolong signifikan, hipotesis

dinyatakan diterima. Adapun hasil signifikansi

Page 17: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Eksperimen

111

(peluang kesalahan) dibagi dalam tiga kelompok

yaitu:

a. p < 0,01,

Jika hasil signifikansi (sig atau p) < 0,01 maka

penelitian tersebut tergolong sangat signifikan,

yang berarti dalam penelitian tersebut terdapat

efektivitas, pengaruh atau perbedaannya sangat

signifikan. Oleh karena itu, hipotesis yang terkait

tentang ”efektivitas, pengaruh atau perbedaan”

diterima!

b. p < 0,050 (antara 0,011 – 0,05)

Jika hasil signifikansi penelitian sebesar 0,011 –

0,05, maka penelitian tersebut tergolong

signifikan, yang berarti dalam penelitian tersebut

efektivitas, pengaruh atau perbedaannya terbukti

signifikan. Oleh karena itu, hipotesis yang terkait

tentang ”efektivitas, pengaruh atau perbedaan”

diterima!

c. P > 0,05,

Jika hasil signifikansi penelitian sebesar > 0,05,

maka penelitian tersebut tidak signifikan, yang

berarti dalam penelitian tersebut terbukti tidak

efektif, tidak ada pengaruh atau tidak ada

perbedaan karena hasilnya tidak signifikan

(nirsignifikan). Oleh karena itu, hipotesis yang

terkait tentang ”efektivitas, pengaruh atau

perbedaan” ditolak!

Sebagai contoh.

Contoh 1.

Terdapat suatu penelitian tentang ”Pengaruh Penggunaan

Metode Discovery terhadap Kemampuan Bekerjasama

Page 18: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

112

Siswa”, peneliti melakukan eksperimen semu dengan dua

kelompok, dan menggunakan teknik analisis regresi. Setelah

diuji homogenitasnya ternyata homogen, dan hasil

analisisnya menghasilkan sig = 0,013, dan besarnya r

square (r kuadrat) 0,361. Hal tersebut berarti hasil

penelitian tersebut menemukan bahwa ada pengaruh yang

signifikan penggunaan metode discovery terhadap

kemampuan bekerjasama siswa - peneliti perlu mengkaji

hasil mean rank pada kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol -. Sumbangan metode discovery terhadap

kemampuan bekerjasama sebesar 36,1%. Dengan demikian,

hipotesis yang berbunyi ”ada pengaruh yang signifikan

metode discovery terhadap kemampuan bekerjasama

siswa” diterima.

Contoh 2.

Di bawah ini adalah hasi analisis penelitian Wulandari

(dalam Soesilo, 2015) yang berjudul Efektivitas Layanan

Bimbingan Kelompok dengan Teknik Kegiatan Kelompok

dalam Meningkatkan Harga Diri Siswa Kelas VII G SMP N 1

Bringin Kabupaten Semarang.

Hasil dari analisis pre test dan post test setelah pemberian

layanan bimbingan kelompok dapat dilihat pada tabel 4

berikut ini: Tabel 4. Sebaran Post Test Harga Diri Siswa Berdasar Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kategori Frekuensi Persen

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

Tinggi 11 8 73,3 % 53,3 %

Sedang 4 5 26,7 % 33,3 %

Rendah - 2 - 13,3 %

Jumlah 15 15 100 100

Page 19: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Eksperimen

113

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat hasil post test

kelompok eksperimen setelah menerima layanan bimbingan

kelompok dengan teknik kegiatan kelompok. Pada

kelompok eksperimen, tingkat kategori harga diri siswa

kelas VII G SMP N 1 Bringin yang tertinggi sebanyak 73,3%,

berkategori sedang sebanyak 26,7%. Sedangkan siswa yang

tidak mendapatkan layanan bimbingan kelompok tingkat

harga diri yang berkategori tinggi sebanyak 53,3%,

berkategori sedang sebanyak 33,3%, dan berkategori

rendah sebanyak 13,3%.

Adapun hasil perbandingan rata-rata antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sesudah diberi

layanan bimbingan kelompok melalui teknik analisis Mann-

Whitney, dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Man Whitney Post Test Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

Ranks

Klmpk N Mean Rank Sum of Ranks

Jmlh Control 15 11.73 176.00

Eksperimen 15 19.27 289.00

Total 30

Test Statisticsb

Jmlh

Mann-Whitney U 56.000

Wilcoxon W 176.000

Z -2.349

Asymp. Sig. (2-tailed) .019

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .019a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: klmpk

Page 20: Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan · 2020. 8. 26. · sine qua non) dalam . desain penelitian eksperimen murni. Dalam hal ini validitas . internal sebagai tujuan u. tama

Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

114

Pada pengolahan uji statistik terhadap hasil post test

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan teknik

Mann Whitney nampak bahwa p = 0,019 < 0,050 dengan

mean rank kontrol 11,73 sedangkan mean rank kelompok

eksperimen adalah 19,27 maka ada kenaikan mean rank

sebesar 7,54, Artinya ada perbedaan Self Esteem yang

signifikan antara kelompok yang mendapatkan layanan dan

yang tidak mendapatkan layanan. Dengan demikian,

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima yaitu

“Layanan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan

kelompok efektif dalam meningkatkan harga diri siswa

kelas VII G SMP N 1 Bringin Kabupaten Semarang”.

Tugas 11.

1. Terdapat dua jenis penelitian eksperimen yang dapat

dilakukan oleh para praktisi pendidikan. Apa

perbedaan kedua jenis penelitian eksperimen

tersebut?

2. Carilah masing-masing dua contoh pada kedua jenis

penelitian eksperimen yang dapat dilakukan oleh

peneliti pendidikan! Telaah bagaimana rancangan

penelitian-penelitian tersebut!

3. Menurut anda, benarkah bahwa dalam penelitian

pendidikan kurang tepat jika menggunakan

eksperimen murni? (Jelaskan alasan anda!)

4. Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh

peneliti jika menggunakan eksperimen semu?

5. Jelaskan secara ringkas langkah-langkah penelitian

eksperimen semu!