pendidikan pancasila

16

Click here to load reader

Upload: awliya-rahmah

Post on 20-Mar-2017

9 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan pancasila

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA“PANCASILA DAN GERAKAN MAHASISWA/PEMUDA 77/78”

Dosen :

Dr.Made Pramono, S., M.Hum.

Disusun Oleh:

Awliya Rahmah Yulianto(16060484036)

PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASIFAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2017

Page 2: Pendidikan pancasila

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pendidikan pancasila tentang “Pendidikan dan Gerakan Mahasiswa/Pancasila 77/78”.

Makalah pendidikan pancasila ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam pembuatan makalah ini.    

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah pendidikan pancasila ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah pendidikan pancasila tentang “Pancasila dan Gerakan Mahasiswa/Pancasila 77/78” dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.                                                                                         

Surabaya, 24 Februari  2017                                                                                             

Penyusun

2

Page 3: Pendidikan pancasila

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Kata Pengantar ……………………………………………………………..2

Daftar Isi ……………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang …………………………………………………………….. 4-6

Rumusan Masalah ……………………………………………………………...7

Tujuan ……………………………………………………………...7

BAB II PEMBAHASAN

1. Terjadinya Gerakan Mahasasiswa pada tuhun 1977/1998 …………………………8-9

2. Peringatan Tritura 10 Januari 1978 ………………………………………………...9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………………10

Saran ………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………11

3

Page 4: Pendidikan pancasila

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gerakan mahasiswa sangat identik dengan gerakannya yang massif danberperan dalam mengoreksi setiap penyimpangan sosial dan politik serta beranimembela rakyat yang tertindas atas dasar keadilan. Hal inilah yang memicukuatnya identitas gerakan sosial pada gerakan mahasiswa sehingga dapat menjadikekuatan pendobrak dalam proses perubahan di masyarakat. Sejarah telahmencatat bahwa gerakan mahasiswa memiliki andil yang sangat besar padabeberapa proses transisi di negara ini.

Jika kita melihat sejarah gerakan pemuda dan mahasiswa di Indonesia, kitaakan melihat peran penting yang selalu dimainkannya ketika bangsa ini sedangmengalami keadaan yang kritis. Para pemuda dan mahasiswa adalah pencetusSumpah Pemuda tahun 1928. Kemudian kita kembali melihat peran mereka dalamgerakan-gerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan sebelum tahun 1940-andan juga ketika revolusi kemerdekaan tahun 1945 dicetuskan. (Ingat, Soekarnodan Hatta diculik oleh para pemuda dan dibawa ke Rengasdengklok untuk“dipaksa” membacakan Proklamasi Kemerdekaan bangsa ini pada tanggal 17Agustus 1945). Mereka kemudian muncul lagi pada tahun 1966, dan yang jugamenarik perhatian adalah mereka –meminjam istilah Arief Budiman- sebagaibintang lapangan dalam peristiwa reformasi 1998 dalam menggulingkan RezimSoeharto (Arief Budiman dalam Sanit, 1999 : xii).

Peristiwa 1998 di saat barisan mahasiswa berhasil menumbangkanPresiden Soeharto dan menaklukkan Orba, semakin mengukuhkan kebenaranpredikat mahasiswa sebagai agent of change. Tumbangnya Soeharto merupakanbuah estafet dari beberapa peristiwa gerakan mahasiswa, mulai angkatan 1974,1977/1978, 1980-an dan 1990-an; yang didukung oleh elemen pro demokrasilainnya. Masing-masing angkatan sedikit atau banyak memiliki kontribusi dalamperjuangan melengserkan Soeharto. Pada masa angkatan 1974, gerakanmahasiswa sudah muncul dengan mengoreksi kinerja pemerintahan Soeharto.Gerakan mahasiswa angkatan 1977/1978, sudah menyuarakan perlunya memintatanggung jawab Soeharto sebagai Presiden (Lihat Budiyarso : 2000). Hanya saja,berbeda dengan angkatan 1998, gerakan mahasiswa sebelumnya tidak mampumencari garis kemenangan karena kapasitas perlawanan mereka belum sebandingdengan kekuatan Orba. Oleh sebab itu, mahasiswa generasi 1998 sangat tepat jikadisebut “generasi pemetik bunga” (A. Prasetantoko, Ign, dkk, 2001 : 75).Keberhasilan mereka dimungkinkan oleh pematangan situasi, yaitu didukung olehkrisis ekonomi, konflik politik elit dan delegitimasi rezim, serta dukungan yangluas dari hampir seluruh elemen rakyat.

4

Page 5: Pendidikan pancasila

Jatuhnya Soeharto bukanlah tujuan akhir perjuangan mahasiswa. Tapikarena Soeharto diyakini sebagai pusat segala persoalan, maka jatuhnya Soehartoberarti sebuah perintang utama mencapai perubahan telah disingkirkan. Gerakanmahasiswa sejak era transisi terus berlanjut, kendati gelombang pasang surut.Pada masa pemerintahan Habibie, resistensi mahasiswa masih berada dalamgelombang pasang. Meskipun begitu, skala keterlibatannya dalam aksi-aksi telahmenyusut secara signifikan. Peran mahasiswa saat penggulingan Soeharto yangmelibatkan seluruh eksponen mahasiswa di Indonesia. Yang tersisa kemudianhanyalah sebagian kecil mahasiswa, yang tersebar di sejumlah kota di manaJakarta paling dominan (Manan, 2005 : 179)

Kenyataan kemudian adalah semangat perjuangan mahasiswa pada eratransisi menyurut padam. Gerakan mahasiswa mengalami disorientasi,fragmentasi, dan berkurangnya militansi. Disorientasi terjadi terutama disebabkanraibnya common enemy (Soeharto) yang sebelumnya mempersatukan mereka.Setelah Soeharto runtuh, gerakan mahasiswa kehilangan isu sentral untuk menjagajalinan kebersamaan yang sudah terbangun. Amien Rais menilai gerakan mahasiswa pascakejatuhan rezim Soeharto telah mengalami perubahan besar, perubahan yang justru tidak menuju ke arah yang baik. Gerakan mahasiswa kini seolah-olah mati suri. Aksi-aksi demonstrasiyang dilakukan dalam menyikapi kebijakan pemerintah tak lagi banyak digelar(Kompas 19 Desember 2005). Bila melihat informasi yang sering diberitakan dimedia, memang ada kecenderungan menurun bila dilihat dari kuantitas dankualitas aksi mahasiswa. Berdasarkan penelurusan dokumentasi media, aksi-aksimahasiswa sangatlah menyeruak menjelang reformasi. Kuantitas massa aksiantara 100 hingga 50.000 orang (penulusuran Kompas tahun 1998). Saatmenjelang reformasi, masyarakat dan beberapa kalangan elite pun juga turutmendukung bahkan ikut turun ke jalan. Semisal aksi mahasiswa UI pada tanggal25 Februari 1998 yang diikuti oleh sesepuh UI dan beberapa Guru Besar(Kompas, 26 Februari 1998). Juga Aksi mahasiswa Unair pada tanggal 28Februari 1998 juga dihadiri oleh Guru Besar dan Pengajar di kampus tersebut(Kompas, 29 Februari 1998).

Pasca Reformasi, praktis terjadi penurunan jumlah massa aksi dan kualitasaksi itu sendiri. Berdasarkan penelurusan dokumentasi media antara edisi sesudahtahun 1998, jumlah massa aksi yang turut menjadi peserta hanya antara 50 (ataubahkan lebih sedikit dari itu) sampai 1500 orang. Secara kualitas aksi jugacenderung tidak didukung masyarakat, bahkan terkesan merugikan. Contohnyapemberitaan penyanderaan mobil tangki oleh oknum mahasiswa di Sulawesisebagai aksi menolak kenaikan BBM pada 26 Januari 2002, malah dirasamerepotkan warga (Kompas, 27 Januari 2002). Bahkan sempat terjadi adanya aksiyang kontra produktif dengan awak media semisal adanya kasus penyekapanempat wartawan oleh oknum mahasiswa di Yogyakarta pada tanggal 29 Agustus2002 (Kompas, 28 Agustus 2002).Sebagai salah satu tokoh yang terlibat langsung dalam proses reformasi1998, bisa dimengerti bila Amien gelisah dengan perkembangan gerakanmahasiswa akhir-akhir ini. Kegelisahan atas menurunnya aktivisme gerakan

5

Page 6: Pendidikan pancasila

mahasiswa dirasakan bukan hanya oleh tokoh-tokoh seperti Amien Rais atau paraaktivis yang pernah terlibat langsung dalam menurunkan rezim Soeharto, tetapijuga oleh para aktivis gerakan mahasiswa yang masih terlibat aktif berorganisasi.Artinya, selain pihak “luar”, aktivis gerakan mahasiswa sendiri turut merasakanadanya penurunan elan vital aktivismenya. Indikator yang digunakan Amien Raisuntuk menyimpulkan bahwa gerakan mahasiswa seolah-olah mati suri memangtertuju pada kuantitas aksi gerakan mahasiswa yang makin menurun pada erareformasi ini. Tidak hanya kuantitas, kualitas dari aksi-aksi yang digelar gerakanmahasiswa pun perlu dicermati. Sebab, bila indikator untuk menilai aktivismegerakan mahasiswa hanya terkonsentrasi pada kuantitas demonstrasi yangdilakukan dalam sebuah periode tertentu, realitas yang ada dalam dinamikagerakan mahasiswa tidak akan tertangkap seluruhnya. Konkretnya, ukuranbanyaknya aksi bisa jadi bukan menggambarkan realitas sesungguhnya daridinamika gerakan mahasiswa. Di era yang relatif semakin terbuka untukmenyuarakan pendapatnya, mengukur kondisi gerakan mahasiswa hanya padakuantitas aksi demonstrasi bisa menghasilkan kesimpulan yang bias (Maulana,www.yusufmaulana.com/2009/03/senjakala-demonstrasi-gerakanmahasiswa_31.html, akses 9 April 2013)

Lantas, menjadi menarik untuk mengkaji kembali tentang aktivismegerakan mahasiswa pasca reformasi dalam konteks kekinian. Pernyataan AmienRais yang menyatakan bahwa gerakan mahasiswa telah mati suri sepertinya perludikaji ulang. Atau bisa jadi, bentuk aksi kolektif gerakan mahasiswa berupa aksidemontrasi, sudah bereproduksi ke dalam bentuk-bentuk aksi kolektif lainnya,sekalipun demonstrasi tetap menjadi salah satu aksi kolektif yang dipertahankan.Mengingat gerakan mahasiswa saat ini sudah semakin jauh fragmentasinya, makayang bisa dilakukan adalah meneliti lebih dalam salah satu kelompok yang pernahmenjadi aktor reformasi 1998 yang bentuk organisasinya masih bisa dilacakhingga saat ini. Salah satu kelompok tersebut adalah Kesatuan Aksi MahasiswaMuslim Indonesia (KAMMI).

6

Page 7: Pendidikan pancasila

Rumusan Masalah

1. Bagaimana terjadinya Gerakan Mahasiswa di tahun 1977/1998?2. Bagaimana hubungan Gerakan Mahasiswa dengan Tritura pada tahun 1978?

Tujuan MakalahTujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:

 1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca3. Sebagai bahan pembelajaran4. Mengetahui pancasila dalam berbagai hal

7

Page 8: Pendidikan pancasila

BAB IIPEMBAHASAN

1. Terjadinya Gerakan Mahasasiswa pada tuhun 1977/1998

Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.

Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakikat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.

Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi. Namun, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.

Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.

Gerakan bersifat nasional namun tertutup dalam kampus, Oktober 1977

Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini tidak hanya berporos di Jakarta dan Bandung saja namun meluas secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor, Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Palembang. 28 Oktober 1977, delapan ribu anak muda menyemut di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!". Besoknya, semua yang berteriak, raib ditelan terali besi. Kampus segera berstatus darurat perang. Namun, sekejap kembali tentram.

Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1977, berkumpulnya mahasiswa kembali

10 November 1977, di Surabaya dipenuhi tiga ribu jiwa muda. Setelah peristiwa di ITB pada Oktober 1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan, berbagai pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan. Sejak pertemuan 28 Oktober di Bandung, ITS didaulat menjadi pusat konsentrasi gerakan di front timur. Hari pahlawan dianggap cocok membangkitkan nurani yang hilang. Kemudian disepakati pusat pertemuan nasional pimpinan mahasiswa di Surabaya.

8

Page 9: Pendidikan pancasila

Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga semarak. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba (kampus UI), membentangkan spanduk,"Padamu Pahlawan Kami Mengadu". Juga dengan pengawalan ketat tentara. Acara hari itu, berwarna sajak puisi serta hentak orasi. Suasana haru-biru, mulai membuat gerah. Beberapa batalyon tempur sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus Surabaya. Sepanjang jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada rakyat. Aksi mereka dibungkam dengan cerdik.

Konsolidasi berlangsung terus. Tuntutan agar Soeharto turun masih menggema jelas, menggegerkan semua pihak. Banyak korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media nasional yang ikut mengabarkan, dibubarkan paksa. Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS rutin berkontribusi pada tiap pernyataan sikap secara nasional. Senat mahasiswa fakultas tak henti mendorong dinamisasi ini. Mereka bergerak satu suara. Termasuk mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga poin namun berarti. "Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden, dan bersumpah setia bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan" �2. Peringatan Tritura 10 Januari 1978, dihentikannya gerakan oleh penguasa

Peringatan 12 tahun Tritura, 10 Januari 1978, peringatan 12 tahun Tritura itu jadi awal sekaligus akhir. Penguasa menganggap mahasiswa sudah di luar toleransi. Dimulailah penyebaran benih-benih teror dan pengekangan. Sejak awal 1978, 200 aktivis mahasiswa ditahan tanpa sebab. Bukan hanya dikurung, sebagian mereka diintimidasi lewat interogasi. Banyak yang dipaksa mengaku pemberontak negara.

Tentara pun tidak sungkan lagi masuk kampus. Berikutnya, ITB kedatangan pria loreng bersenjata. Rumah rektornya secara misterius ditembaki orang tak dikenal. Di UI, panser juga masuk kampus. Wajah mereka garang, lembaga pendidikan sudah menjadi medan perang. Kemudian hari, dua rektor kampus besar itu secara semena-mena dicopot dari jabatannya. Alasannya, terlalu melindungi anak didiknya yang keras kepala.

Di ITS, delapan fungsionaris DM masuk "daftar dicari" Detasemen Polisi Militer. Sepulang aksi dari Jakarta, di depan kos mereka sudah ditunggui sekompi tentara. Rektor ITS waktu itu, Prof Mahmud Zaki, ditekan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera membubarkan aksi dan men-drop out para pelakunya. Sikap rektor seragam, sebisa mungkin ia melindungi anak-anaknya.

Beberapa berhasil tertangkap, sisanya bergerilya dari satu rumah ke rumah lain. Dalam proses tersebut, mahasiswa tetap "bergerak". Selama masih ada wajah yang aman dari daftar, mereka tetap konsolidasi, sembunyi-sembunyi. Pergolakan kampus masih panas, walau Para Rektor berusaha menutupi, intelejen masih bisa membaca jelas.

9

Page 10: Pendidikan pancasila

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi, menjelang saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi. Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini tidak hanya berporos di Jakarta dan Bandung saja namun meluas secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor, Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Palembang. 10 November 1977, di Surabaya dipenuhi tiga ribu jiwa muda. Setelah peristiwa di ITB pada Oktober 1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi dan Sejak pertemuan 28 Oktober di Bandung, ITS didaulat menjadi pusat konsentrasi gerakan di front timur. Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga semarak. Acara hari itu, berwarna sajak puisi serta hentak orasi, Konsolidasi berlangsung terus sampai Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS rutin berkontribusi pada tiap pernyataan sikap secara nasional. Senat mahasiswa fakultas tak henti mendorong dinamisasi ini.

Saran

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan dan dapat dijadikan pembelajaran, mudah dipahami dan dimengerti oleh setiap pembacanya dan semoga makalah ini tidak ada revisi lagi.

10

Page 11: Pendidikan pancasila

DAFTAR PUSTAKA

http://tulisandhermawan.blogspot.co.id/2014/03/ejarah-gerakan-mahasiswa-06-1977-1978.html

https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gerakan_mahasiswa_di_Indonesia&action=edit&section=10

11