pendidikan orang dewasa

28
BLOK I KETERAMPILAN BELAJAR DAN BERKOMUNIKASI SEMESTER I FK UMP TAHUN AKADEMI 2009/2010 MATERI KULIAH K 3 CARA BELAJAR MANUSIA DEWASA DOSEN DR.H.SYAHRUL MUHAMMAD, MARS

Upload: m-kaisar-pahlawan

Post on 28-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Orang Dewasa

BLOK I

KETERAMPILAN BELAJAR

DAN BERKOMUNIKASI

SEMESTER I FK UMP

TAHUN AKADEMI 2009/2010

MATERI KULIAH K 3

CARA BELAJAR MANUSIA DEWASA

DOSEN

DR.H.SYAHRUL MUHAMMAD, MARS

Page 2: Pendidikan Orang Dewasa

Pendidikan Orang Dewasa

Sesuai dengan namanya, pendidikan orang dewasa merupakan pendidikan

yang diperuntukan bagi orang dewasa (bukan anak-anak). Pendidikan orang dewasa

mempunyai pendekatan, ruang lingkup, tujuan maupun strategi yang berbeda dengan

pendidikan untuk anak-anak. Pendidikan orang dewasa menitik beratkan pada belajar

secara berkelanjutan sepanjang hayat untuk mempelajari keterampilan yang dapat

digunakan dalam mengarahkan diri sendiri. Di dalam menjalankan proses

pendidikannya, orang dewasa lebih menyukai belajar dalam kondisi bebas, tidak

begitu menyukai hafalan, lebih mengutamakan pemecahan masalah, dan hal-hal yang

praktis.

Tujuan orang dewasa mengikuti pendidikan bervariasi. Ada yang bertujuan

untuk promosi, naik pangkat, dan lain-lain. Ada yang mengikuti pendidikan untuk

memperluas interaksi sosial antara sesama peserta atau memperdalam ilmu itu

sendiri.

Tujuan tersebut sangat menentukan proses belajar orang dewasa. Selain itu,

proses belajar orang dewasa juga dipengaruhi berbagai faktor, sepecti faktor

kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan sendiri, faktor pengarahan diri

sendiri, faktor psikologis, faktor motivasi, dan faktor fisik. Peran dosen dalam

pendidikan orang dewasa berubah dikarenakan faktor-faktor tersebut.

Pada pendidikan orang dewasa dosen diperlukan untuk mengorganisasikan

pengalaman-pengalaman dari kehidupan sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan

pengetahuan baru yang memberi arti baru bagi mahasiswa. Dengan demikian

pelaksanaan proses belajar perlu luwes berdasarkan umpan balik yang diberikan

mahasiswa.

Materi pendidikan cara orang dewasa kemudian menjadi penting dipelajari

oleh dosen perguruan tinggi dikarenakan mahasiswa/mahasiswi yang mereka ajar

Pendahuluan

Page 3: Pendidikan Orang Dewasa

masuk kategori orang dewasa. Dengan memahami karakteristik orang dewasa, cara

dan gaya belajarnya serta tujuan dan harapan mereka mengikuti pendidikan, maka

dosen diharapkan dapat mengantisipasi hal-hal yangmungkin timbul pada saat

menghadapi mahasiswa. Di samping itu, dengan memahami gaya dan cara belajar

orang dewasa, diharapkan akan diperoleh hasil pendidikanyang, optimum

sebagaimana yang ditetapkan dalam tujuan instruksional dan tujuan pendidikan.

Dengan membaca pembahasan tentang pendidikan orang dewasa, dosen

diharapkan dapat:

1. Menjelaskan pengertian pendidikan orang dewasa

2. Menjelaskan tujuan pendidikan orang dewasa

3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengharui proses belajar orang dewasa

4. Menjelaskan cara belajar pada orang dewasa

5. Menjelaskan macam sumber belajar untuk orang dewasa.

Pengertian

Seringkali berbagai macam pertanyaan timbul sehubungan dengan

"pendidikan orang dewasa", antara lain: apa itu pendidikan orang dewasa, siapa

pendidik orang dewasa, siapa peserta pendidikan orang dewasa, apa maksud

diadakannya pendidikan orang dewasa dan lain-lain. Banyak pakar telah menulis

tentang pendidikan orang dewasa dan membuat banyak rumusan-rumusan mengenai

hal itu sesuai dengan persepsi mereka masing-masing. Pada umumnya para ahli

pendidikan memandang pendidikan orang dewasa sebagai salah satu jenis bentuk

pendidikan yang pada hakikatnya berbedadengan konsep pendidikan anak-anak di

sekolah.

Pendidikan orang dewasa mulai diorganisasikan secara sistematis sekitar

Pengertian dan Ruang Lingkup

Pendidikan Orang Dewasa

Page 4: Pendidikan Orang Dewasa

tahun 1920. Pada saat itu pendidikan dirumuskan sebagai suatu proses yang

menimbulkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang

hayat. Belajar bagi orang dewasa adalah bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk

selalu bertanya dan mencari jawabannya.

Pendidikan orang dewasa berbeda dari pendidikan anak-anak (paedagogy).

Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi dan

peniruan. Pendidikan anak-anak adalah proses pemberian dasar-dasar pengetahuan,

pembentukan sikap mental dan moral serta pendidikan kewargaan negara. Sedangkan

pendidikan orang dewasa lebih menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka,

memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan problem-problem

yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.

Kata "Androgogik" berasal dari bahasa Junani “aner” atau “andr” yang berarti

orang (bukan anak) dan agogus berarti mengarahkan diri. Dengan demikian hasil

pendidikan orang dewasa adalah lulusan (orang dewasa) sebagai sasaran pendidikan

yang dapat mengarahkan diri sendiri dan menjadi guru untuk dininya sendiri.

Pendidikan orang dewasa merupakan proses ketika seseorang, dalam waktu

tertentu, mengikuti pendidikan secara teratur berdasarkan pada kebutuhannya untuk

memecahkan masalah diri sendiri atau masyarakat karena adanya perubahan-

perubahah informasi, pengetahuan, atau keterampilan-keterampilan, penghayatan dan

sikap-sikap. Menurut Unesco(1976), pendidikan orang dewasa adalah proses

pendidikan yang diorganisasikan isinya, tingkatannya, dan metodenya secara formal

maupun non formal untuk memenuhi kebutuhan yang melengkapi pendidikan di

sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan, memperkaya pengetahuan,

mendapatkan keterampilan dan membawa perubahan sikap seseorang sebagai tenaga

pembangunan yang mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, sosial

dan budaya.

Perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa mempunyai implikasi yang

penting pada proses belajar mengajar. Jika dilihat dari faktor usia, yang berumur di

bawah 16 tahun dikategorikan sebagai anak-anak, sementara orang dewasa adalah

Page 5: Pendidikan Orang Dewasa

mereka yang berumur antara 16 -18 tahun. Beberapa peneliti juga menggolongkan

orang dewasa kedalam beberapa kategori yang lebih rinci (lihat tabel berikut ini).

Selain dilihat dari faktor usia, pengertian orang dewasa dapat dilihat juga dari

segi psikologis dan biologis. Seseorang dikatakan telah dewasa secara psikologis

karena ia sudah dapat mengarahkan diri sendiri, tidak terikat pada orang lain, dapat

bertanggungjawab terhadap segala tindakannya, mandiri serta dapat mengambil

keputusan sendiri. Sementara jika dilihat dari segi biologis, seseorang dikatakan

dewasa apabila yang bersangkutan telah memperlihatkan tanda-tanda kelamin

sekunder. Pada pria ditandai dengan tumbuhnya "jakun", suara berubah menjadi besar

dan berat, dan tumbuhnya bulu-bulu di tubuhnya, seperti kumis, jenggot, cambang,

bulu dada, dan sebagainya. Pada wanita ditandai dengan terjadinya menstruasi,

tumbuhnya payudara, dan sebagainya.

Dari beberapa rumusan tersebut, disimpulkanbahwa pendidikan orang dewasa

meliputi bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh pria dan wanita dewasa

sesuai dengan minat dan kebutuhannya pada tingkatan kemampuan dan pengetahuan

yang berbeda-beda untuk mendukung perubahan peranan serta tanggung jawab dalam

kehidupannya. Dengan demikian, proses instruksional di universitas termasuk salah

satu bentuk pendidikan orang dewasa, dengan asumsi bahwa mahasiswa dianggap

sebagai orang dewasa.

Tujuan utama dari pendidikan mahasiswa sebagai orang dewasa adalah untuk

membantu setiap mahasiswa sebagai seorang dewasa, untuk mengembangkan diri

melalui pendidikan. Tidak ada satu sistem pendidikan orang dewasa yang dapat

memenuhi semua kebutuhan belajar dan keinginan mahasiswa. Sekali pun demikian

tidak tertutup kemungkinan usaha-usaha untuk membantu setiap mahasiswa untuk

mengembangkan potensi (kemampuan) yang mereka miliki sebaik mungkin.

Melalui pendidikan orang dewasa, dosen diharapkan mampu mendorong

perkembangan mahasiswa ke arah tiga hal, yaitu:

a. Membangkitkan semangat mahasiswa;

b. Memberikan kemampuan kepada mahasiswa agar dapat berbuat seperti diperbuat

Page 6: Pendidikan Orang Dewasa

orang lain;

c. Memberi kemampuan keyaaa mahasiswa untuk dapat menolak atau menerima

hal-hal yang berhubugan dengan perkembangan mereka.

Pencapaian ketiga aspek ini mengacu kepada pencapaian rasa percaya diri dan

kemampuan hidup mandiri sesuai dengan status seseorang dalam masyarakat. Ketiga

aspek tersebut membebaskan orang dari kebodohan agar tidak diperlakukan sebagai

robot yang pasif danyang hanya melaksanakan perintah tanpa berpikir. Sebaliknya

mahasiswa diharapkan menjadi masa usia kreatif, sensitif, sadar, dapat menjadi

anggota masyarakat yang berperan aktif dalam proses pembangunan. Ketiga aspek

tersebut merupakan bekal pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang menjadi

tujuan akhir pendidikan orang dewasa yang diselenggarakan oleh berbagai institusi.

Ketiga aspek itu adalah tujuan akhir dari suatu pendidikan di lembaga pendidikan

tinggi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar mahasiswa sebagai orang

dewasa, yaitu faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan

diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan motivasi. Mari kita bahas faktor-faktor

tersebut satu persatu.

Faktor Kebebasan

Ciri kedewasaan adalah kebebasan atau ketidak terikatan dengan orang lain.

Dalam proses belajar, seorang dewasa cenderung berkeinginan untuk menentukan apa

yang ingin dipelajarinya serta membandingkan dan menghubungkan pengetahuan

baru dengan pengalaman-pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya.

Dengan demikian proses belajar orang dewasa lebih bersifat demokratis. Selain itu,

mahasiswa sebagai orang dewasa juga dapat menilai kebenaran informasi yang

mereka terima dari dosen. Dengan demikian pendekatan mereka terhadap apa yang

Faktor – Faktor Yang MempengharuiBelajar Orang Dewasa

Page 7: Pendidikan Orang Dewasa

dipelajarinya adalah praktek dan mengarah pada pemecahan masalah. Yang penting

bagi mereka adalah bagaimana mengaplikasikan sesuatu dan bagaimana memecahkan

masalah, bukan sekedar pengetahuan dan teori-teori. Dengan demikian mereka

memerlukan contoh dan noncontoh aplikasi pengetahuan dan teori dalam kehidupan

sehari-hari. Proses belajar mahasiswa perlu disesuaikan dengan faktor kebebasan

yang dimiliki orang dewasa, misalnya dengan membebaskan mahasiswa untuk

memilih tugas yang ingin dikerjakan, meminta mahasiswa untuk menulis opinion

papersebagai pemecahan masalah atas suatu kasus.

Faktor Tanggung Jawab

Faktor tanggung jawab membedakan sifat anak-anak dari sifat dewasa. Orang

dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat berdiri sendiri. Dalam hal

kedewasaan, mahasiswa dan dosennya sebenarnya sama dan sejajar. Perbedaannya

bahwa dosen memiliki pengetahuan/ keterampilan tertentu yang belum dimiliki

mahasiswa.

Karena kesejajaran tersebut mahasiswa cenderung ingin diperlakukan sebagai

seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Mereka senang dianggap

sebagai sahabat yang mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan

dosen sebagai tempat bertanya jika mereka mengalami masalah dalam melakukan

kegiatannya. Dengan demikian, belajar bagi mahasiswa adalah proses saling bertukar

pendapat, bukan menunggu perintah/petunjuk. Kegiatan diskusi, tanya jawab, tugas

mandiri (penelitian kecil, review literatur), dan ketentuan waktu yang jelas

(deadlines) merupakan cara yang dapat membantu membina rasa tanggung jawab

mahasiswa terhadap proses belajar.

Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri

Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan sistem nilai

dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa ditentukan atau dipengaruhi oleh orang lain.

Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk diri

Page 8: Pendidikan Orang Dewasa

mereka.

Dikaitkan dengan proses belajar, mahasiswa tidak dapat dipaksa untuk

menerima kebenaran-kebenaran dari luar. Mahasiswa menentukan arah pelajaran

yang di dapatinya, menghubungkan dengan kebutuhan dirinya dan pengalamannya,

dan menilai baik-buruknya. Maka dalam penyajian bahan pelajaran kepada orang

dewasa hendaklah dosen lebih mengutamakan pemberian informasi yang relevan dan

netral. Peran dosen dalam hal ini sebagai fasilitator yang membantu mahasiswa dalam

mengambil keputusan dan menyeleksi informasi yang diterima, tetutama dalam hal-

hal baru.

Faktor Pengarahan Diri Sendiri

Ciri lain dari kedewasaan adalah orang dewasa mampu mengarahkan diri

sendiri, dan mereka mempunyai pandangan sendiri (way of life). Ini berarti dalam

proses belajar, mahasiswa mampu untuk berinisiatif dan berkreasi sendiri sesuai

dengan pandangan yang dimilikinya. Namun, walaupun mereka mampu mengarahkan

diri sendiri, bukan berarti mereka tidak memerlukan orang lain. Interaksi antar

mahasiswa dalam proses belajar adalah cukup tinggi, bahkan mungkin lebih tinggi

dari interaksi dalam proses belajar anak-anak.

Dengan mengenal mahasiswa secara mendalam, dosen dapat memberi

kesempatan pada mahasiswanya untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain. Dengan

memahami pengalanan pendidikan/ kerja mereka, usia mereka, keinginan-keinginan

mereka, dosen dapat mengarahkan proses belajar mahasiswa. Melalui cara ini dosen

kemudian dapat menyesuaikan program dan memilih metode yang tepat untuk

mereka, misalnya metode diskusi kelompok, simulasi, atau studi kasus akan dapat

mengakomodasi tingkat interaksi antar mahasiswa dan faktor pengarahan diri di

dalam kelompok.

Faktor Psikologis

Dalam proses belajar orang dewasa, faktor psikologis hendaknya

Page 9: Pendidikan Orang Dewasa

diperhatikan. Perlu ada kesan bahwa mahasiswa diterima sebagai orang dewasa yang

mempunyai kebebasan berekspresi dan berkreasi dan dihargai sebagai sahabat. Yang

penting adalah, dosen dan mahasiswa dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan,

bukan saling menggurui. Asas humanistik sangat penting dalam hal ini.

Faktor Fisik

Mahasiswa dewasa membutuhkan situasi belajar yang lebih bebas. Secara

fisik ia membutuhkan tempat latihan yang tidak mengikat. Untuk itu tempat dan

semua perlengkapan perlu diatur agar 1) memberikan kenyamanan, 2)

menyenangkan, 3) bersifat santai tidak kumal (bentuk tata kelas yang klasikal kurang

tepat dibanding dengan tata kelas bentuk huruf U), 4) Pengaturan udara di ruangan

yang baik, 5) penempatan fasilitas dan media pengajaran yang tepat. Kondisi fisik

fasilitas (ruangan dan peralatan) juga harus dibarengi dengan kondisi fisik mahasiswa

dan dosen yang baik jumlah mahasiswa jangan terlalu banyak. Jumlah yang ideal

adalah antara 15-20 orang, karena memungkinkan untuk dialog dan diskusi antara

dosen dengan semua mahasiswa. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan praktis,

jumlah kelas yang tidak terlalu besar memungkinkan setiap mahasiswa mendapat

kesempatan untuk menjalankan praktek.

Daya ingat orang dewasa juga mempengaruhi proses belajarnya terutama

dalam hal menangkap/menerima pelajaran baru, mengingat pengalaman dan

pengetahuan yang sudah pernah di dapat menghadirkan kembali yang lama dan

menghubungkan dengan yang baru. Daya ingat seseorang menurun jika usianya

semakin lanjut. Oleh sebab itu, dosen yang baik tidak akan mengharuskan mahasiswa

untuk menghafal bahan pelajaran yang bertumpuk-tumpuk. Yang diperlukan oleh

mahasiswa adalah pengertian dan pemahaman terhadap materi yang dipelajarinya,

bukan cuma sekedar menghafal saja.

Faktor Motivasi

Perlu diperhatikan bahwa motivasi orang dewasa untuk mengikuti pendidikan

Page 10: Pendidikan Orang Dewasa

berbeda-beda. Menurut Houle (1961), motivasi peserta pelatihan orang dewasa dapat

dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

Pertama; adalah mereka yang berorientasi pada tujuan (goal oriented), yaitu

mereka yang mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai sarana

untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya promosi atau naik pangkat, dan lain-lain.

Kedua, adalah mereka yang berorientasi pada kegiatan (social orienten), yaitu

mereka yang mementingkan interaksi antar sesama peserta dan proses belajar sebagai

tujuan belajar.

Ketiga; adalah mereka yang berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri

(learning oriented belajar.

Dengan mengetahui motivasi belajar mahasiswa, dosen dapat mengarahkan

proses belajarmengajar dengan, tepat untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan

belajarnya.

Selanjutnya, dengan mengenal dan memahami faktor-faktor tersebut, dosen

perlu meyakinkan bahwa program yang akan disajikan dalam proses belajar sudah

memenuhi asumsi dasar sebagai berikut:

1. Mahasiswa sebagai orang dewasa mampu mengarahkan diri sendiri dalam belajar

(selfdirecting)

2. Mahasiswa sebagai orang dewasa mempunyai pengalaman hidup yang sangat

kaya yang merupakan sumber belajar yang berharga

3. Mahasiswa sebagai orang dewasa cenderung lebih berminat pada proses belajar

mengajar yang berhubungan dengan penyelesaian masalah dan tugas-tugas yang

dihadapinya.

Berdasarkan asumsi-asumsi yang sangat humanistik tersebut, dosen perlu-

merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar yang mempunyai ciri sebagai

berikut:

1. Dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinisiatif dan kreatif

Page 11: Pendidikan Orang Dewasa

dalam berperan serta dan mengendalikan proses belajar

2. Bersifat demokratif

3. Menghargai dan menempatkan mahasiswa sebagai manusia dewasa yang mandiri

dan bertanggung jawab.

Aspek yang penting dalam hal ini adalah bahwa mahasiswa sebagai orang

dewasa bukan cuma "passive recepient", atau penerima yang pasif, namun lebih

sebagai "active actor" atau individu yang berperan aktif dalarn proses belajar

mengajar.

Gaya belajar sebagai kondisi belajar

Menjadi fasilitator dalam proses belajar orang dewasa tidaklah mudah, sebab

mahasiswa merupakan orang-orang yang sudah terbentuk.Mereka sudah dapat

menilai program-program yang disajikan, dan juga menilai cara penyajian program

oleh dosen. Tidak jarang mahasiswa merasa bosan dan kadang-kadang lesu, sebab

bahan yang mereka terima tidak sesuai atau kurang relevan dengan minat dan

kebutuhan mereka. Padahal menurut penilaian dosen bahan yang dipilih telah sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa.

Apabila bahan yang disajikan mernenuhi kebutuhan peserta dan disajikan

dengan gaya yang sesuai dengan gaya belajar mereka, m3ka mahasiswa akan dengan

mudah menguasai bahan tersebut dan dapat mempraktikkannya di masyarakat.

Sebaliknya jika penyampaian bahan tidak sesuai dengan gaya belajar peserta, maka

tujuan pengajaran akan sukar tercapai. Oleh sebab itu, seorang dosen perlu

mengetahui gaya belajar mahasiswanya, antara lain bahwa mereka belajar

memerlukan kondisi bebas, mereka tidak menyukai hafalan-hafalan, mereka lebih

mengutamakan pemecahan masalah dan hal-hal yang praktis dari pada yang teoritis.

Gaya Belajar Orang Dewasa

Page 12: Pendidikan Orang Dewasa

Kegiatan belajar yang berupa kuliah saja tidak menarik bagi mahasiswa, mereka lebih

senang terlibat dalam interaksi intelektual dengan teman-temannya seperti dalam

diskusi kelompok, latihan-latihan pemecahan masalah yang praktis (studi kasus),

observasi, dan penggunaan multi media dalam pengajaran.

Dalam proses belajar orang dewasa, fungsi dosen di berubah. Dosen bukan

lagi berperan sebagai yang menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan rang yang

mengorganisasikan pengalamanman dari kehidupan sebenarnya menjadi suatu

pengalaman dan pengetahuan baru yang memberi arti bagi mahasiswa. Pengalaman

baru tersebut melibatkan baik dosen maupun mahasiswa untuk hal tersebut, dosen

diharapkan terampil untuk:

a. Memulai Diskusi

Diskusi yang baik dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang memancing dan

dapat melibatkan semua mahasiswa.

b. Menyediakan Informasi (Acuan)

Diskusi yang baik tidak mungkin dimulai tanpa informasi yang cukup. Dosen

hendaknya mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan seperti, beberapa

banyak dan bilama informasi tersebut diperlukan agar diskusi tidak menjadi

macet.

c. Meningkatkan Partisipasi

Usahakan agar kesempatan berpendapat tidak didominasi oleh satu atau dua

orang saja. Parstisipasi dapat ditingkatkan, misalnya dengan cara dosen memberi

giliran yang sama kepada semua mahasiswa untuk menjadi ketua kelompok.

d. Menentukan Kriteria dan Rambu-Rambu

Kriteria dan Rambu-Rambu yang jelas akan mengarahkan proses intruksional.

Aktivitas seperti diskusi menjadi jelas tujuan, kriteria dan hasil yang diharapkan.

e. Menengahi Perbedaan

Perbedaan persepsi atau pendapat dapat menumbuhkan diskusi yang baik, namun

perbedaan yang berlarut-larut dapat menyebabkan diskusi tidak mencapai

tujuannya. Peran dosen sangat penting untuk menengahi perbedaan tersebut

Page 13: Pendidikan Orang Dewasa

secara objektif.

f. Mengkoordinasi dan Menganalisis Informasi

Koordinasi, analisis dan hubungannya yang jelas antara informasi-informasi yang

diberikan oleh mahasiswa adalah kunci untuk mempertahannkan kelangsungan

diskusi yang baik. Dosen perlu menuntun mahasiswa untuk dapat

mengkoordinasi dan menganalisis informasi yang diperoleh selama diskusi.

g. Memberi ringkasan / rangkuman

Peserta dikusi belum tentu mengerti akan apa yang diperoleh dari diskusi yang

dilakukan. Dosen diharapkan mengulang dan menjelaskan kembali hasil tersebut

dengan ringkas dan tepat.

Proses belajar mahasiswa sebagai orang dewasa biasanya berlangsung melalui

beberapa tahap sebagai berikut :

a. Kesadaran (awarentess)

Tahap pengenalan dan penjelasan tentang konsep dan materi yang akan

dipelajari.

b. Pengetahuan / pemahaman

Tahap penjelasan dan pemahaman terhadap konsep, teori, prosedur dan prinsip-

prinsip yang berlaku pada materi atau keterampilan yang akan dipelajari.

c. Keterampilan

Tahap penguasaan suatu keterampilan dan uji coba keterampilan tersebut melalui

praktek dan latihan.

d. Penerapan keterampilan atau pengetahuan

Tahap penerapan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai pada masalah-

masalah yang belum pernah diketahui

e. Sikap

Tahap menentukan sikap berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah

dimiliki. Perubahan sikap ini tidak mungkin dicapat dala waktu singkat, tetapi

memerlukan tahap waktu lama.

Page 14: Pendidikan Orang Dewasa

Pelaksanaan Perkuliahan Orang Dewasa

Betapapun baiknya perencanaan perkuliahan yang telah dibuat, sikap fleksibel

tetap diperlukan, karena pada saat pelaksanaan perkuliahan mungkin diperlukan

perubahan dari rencana yang sudah ada. Dengan demikian, dalam pelaksanaan

perkuliahan, dosen perlu cepat tanggap jika ada hal-halyang tidak dipertimbangkan,

sebelumnya untuk kemudian dapat segera menyesuaikan perkuliahan dengan hal-hal-

tersebut.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh dosen dalam balik dosen melaksanakan

perkuliahan adalah umpan balik (feedback). Umpan balik ini berguna baik bagi

mahasiswa maupun dosen untuk melanjutkan proses perkuliahan.

Umpan balik dari dosen merupakan cara untuk memberi kempatan kepada

mahasiswa memperbaiki proses dirinya. Tidak adanya umpan balik dari dosen dapat

menyebabkan mahasiswa frustasi, bosan, dan kehilangan arah. Mereka tidak tahu apa

dan di mana kesalahan mereka tidak tahu apa kekurangan mereka, juga tidak

mengetahui bagaimana posisi mereka dengan sesama temannya. Oleh sebab itu,

umpan balik ini penting sekali bagi mahasiswa untuk tujuan belajarnya.

Umpan balik dari mahasiswa terhadap dosen berguna untuk menyesuaikan

proses perkuliahan berdasarkan mahasiswa. dan strategi yang sesuai dengan Dewasa

belajar mahasiswa. Jika dosen tidak mengetahui mahasiswa tentang proses

perkuliahan yang dosen tidak mengerti apa dan di mana perkuliahannya. Umpan

balik mahasiswa juga memberi kesempatan kepada dosen untuk bersikap fleksibel

terhadap kebutuhan mahasiswa dan rencana perkuliahan yang dibuatnya.

Sumber Belajar Orang Dewasa

Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, orang belajar dari berbagai

Penyelenggaraan Pendidikan Orang Dewasa

Page 15: Pendidikan Orang Dewasa

macam sumber. Menurut penelitian Penland (1981), sumber belajar yang paling

dianggap penting oleh orang-orang dewasa adalah teman (dan / atau keluarga,

tetangga). Hai ini berarti bahwa mahasiswa belajar mengajar orang dewasa harus

direncanakan sedemikian rupa sehingga melibatkan interaksi dengan teman yang

cukup banyak.

Yang dianggap penting setelah teman, adalah pakar atau tenaga ahli atau

dosen. Hal ini perlu diingat olah dosen, agar bisa menempatkan diri bukan sebagai

sumber tempat informasi yang serba tahu, tetapi lebih menjadi sahabat yang

menghargai mahasiswa sebagai orang dewasa.

Setelah teman dan dosen, orang dewasa juga menggunakan berbagai jenis

buku, media cetak lainnya, dan media non-cetak: Yang termasuk dalam media cetak

adalah buku, modul, booklet, leaflet, chart, foto, surat kabar, majalah, dan lain-lain.

Sedangkan yang termasuk dalam media non cetak adalah radio, kaset, OHP, slide,

film, video, televisi.

Dengan memperhatikan semua karakteristik orang dewasa, gaya belajarnya,

dan kebutuhannya, maka dosen dapat memilih sumber belajar yang perlu disediakan

dan digunakan dalam pelaksanaan perkuliahan. Yang perlu diperhatikan dalam

pemilihan sumber belajar adalah bahwa kombinasi beberapa sumber belajar yang

digunakan dengan tepat akan lebih baik daripada penggunaan satu sumber belajar

saja.

Belajar pada mahasiswa (orang dewasa) tidak semata-mata tergantung pada

dosen, tetapi juga pada kemampuannya belajar mandiri. Oleh sebab itu dalam bab

yang akan datang akan dibahas secara khusus tentang konsep belajar mandiri dan cara

mengembangkannya pada diri mahasiswa.

Page 16: Pendidikan Orang Dewasa

Pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang menitik beratkan pada cara

bertanya sepanjang hayat dan mempelajari keterampilan untuk mengarahkan diri

sendiri. Dalam menjalankan proses belajarnya, orang dewasa menyukai kondiri

belajar yang bebas, tidak menyukai hafalan dan lebih mengutamakan pemecahan

masalah dan hal-hal praktis.

Orang dewasa mengikuti pendidikan karena motivasi yang berbeda-beda,

yaitu untuk mencapai tujuan tertentu (goal oriented), untuk memenuhi kebutuhan

sosial dan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dirinya (learning oriented).

Faktor-faktor yang mempengharui pendidikan orang dewasa adalah faktor-faktor

kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengaharan diri sendiri,

psikologis dan fisik. Dalam pendidikan orang dewasa dosen berfungsi sebagai

organisator yang mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dari kehidupan

mahasiswa sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang

memberi arti baru bagi mahasiswa.

Pelaksanaan proses belajar mengajar bagi orang dewasa berlangsung fleksibel.

Umpan balik menjadi sangat penting dalam meningkatkan interkasi proses belajar

mengajar. Sumber belajar yang banyak digunakan oleh orang dewasa adalah teman-

teman sendiri. Dalam proses belajar, pemanfaatan beberapa sumber belajar yang

dikombinasikan dan digunakan dengan tepat akan lebih baik daripada penggunaan

satu sumber belajar saja.

Rangkuman

Page 17: Pendidikan Orang Dewasa

1. Menurut Anda, apa perbedaan konseptual antara pendidikan orang dewasa

dengan pendidikan anakanak di sekolah?

2. Menurut pendapat Anda, untuk apa orang dewasa mendapatkan pendidikan?

Bagaimana pendekatan yang seharusnya digunakan dalam mendidik orang

dewasa?

3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi cara belajar orang dewasa? Sebagai

dosen, bagaimana Anda dapat mengakomodasikan faktor-faktor tersebut dalam

strategi mengajar Anda di dalam kelas?

LATIHAN

Page 18: Pendidikan Orang Dewasa

Andrews, T.E., Houston, W.R., Bryant, B.L., Adult Learners: A Research Study.

Washington D.C., Association of Teacher Educators, 1981.

Brookfield, S. Adult Learners, Adult Education and the Community. New York,

Teacher College Press. 1984.

Houle, C., The Inquiring Mind. Madison, University of Madison Press, 1961.

Lovel, R.B. Adult Learning. New York, John Wiley & Sons, 1980.

Merriam, S.B. P. Adult Development: Implications for Adult Education. Columbus,

Ohio, ERIC Clearing House on Adult, Career, and Vocational Education.,

1984.

Penland, P.R., Self-Directed Adult Learning: Implications for the Practitioner.

Anaheim, California, AEA Commission of Professors Meeting on Self-

Directed Adult Learning, 1981.

Tamat, T., Dari Pedagogik ke Andragogik: Pedoman bagi Pengelola Pendidikan dan

Latihan. Jakarta, Pustaka Dian, 1985.

Daftar Pustaka