pendeteksian bahaya tsunami bagi wilayah padat penduduk di pulau jawa

13
PENDETEKSIAN BAHAYA TSUNAMI BAGI WILAYAH PADAT PENDUDUK DI PULAU JAWA MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Bahasa Indonesia Keilmuan Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd. Oleh Ali Atul Rodiansyah 120722420605 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI Mei 2013

Upload: ali-atur-rodiansyah

Post on 03-Jan-2016

110 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

PENDETEKSIAN BAHAYA TSUNAMI BAGI WILAYAH PADAT

PENDUDUK DI PULAU JAWA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Bahasa Indonesia Keilmuan

Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.

Oleh

Ali Atul Rodiansyah

120722420605

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI

Mei 2013

Page 2: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

2

1. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Pulau Jawa merupakan sebuah pulau di Indonesia dengan luas yang

mencapai 126.700 km², dan merupakan pulau dengan penduduk terpadat di

Indonesia, yaitu dihuni oleh 60% total penduduk Indonesia, sekitar 136 juta

penduduk, dengan kepadatan 1.029 jiwa/km². Dan Ibu kota Indonesia, Jakarta,

terletak di Jawa bagian barat. Pulau ini merupakan pulau yang penting karena

merupakan pusat dari kegiatan pemerintahan, ekonomi, dan sosial Indonesia.

Pulau Jawa berada pada wilayah jalur gempa aktif yang rentan akan

terjadinya tsunami, sebagian wilayah di pulau Jawa yang rawan terjadi tsunami

adalah di wilayah pesisir selatan dan pesisir barat pulau Jawa, secara geologis

pesisir selatan pulau jawa berada di jalur subduksi atau pertemuan dua lempeng

besar yang saling bertumbukan, yaitu lempeng Eurasia dan Indo-Australia.

Pergerakan lempeng tektonik di kawasan ini sering kali menyebabkan terjadinya

gempa besar yang dapat memicu terjadinya tsunami. Dalam kurun waktu 17 tahun

telah terjadi 2 kali tsunami yang cukup besar di selatan pulau Jawa, yaitu tsunami

Banyuwangi-Jawa timur pada tahun 1994 dan Pangandaran-Jawa barat pada tahun

2006. Lain halnya dengan di pesisir barat, di wilayah ini rawan terjadinya tsunami

karena keberadaan Gunung Krakatau, gunung ini merupakan gunung berapi aktif

dan jika gunung ini meletus maka kemungkinan terjadinya tsunami yang besar

dapat terjadi, seperti pada tahun 1883 letusan gunung ini menimbulkan tsunami

yang besar.

Morfologi pantai selatan dan barat Jawa berfariasi ada Cliff (tebing

curam), beach (pantai bergisik), kompleks, teluk, dan ada juga yang berupa rawa.

Secara umum, pantai bergisik dengan material pasir mendominasi kawasan ini.

Kawasan pantai selatan dan barat Jawa memiliki daya tarik tersendiri di tinjau dari

kacamata pariwisata. Banyak lokasi wisata pantai yang menarik di kawasan ini,

antara lain pantai Palabuhan ratu dan Pangandaran di Jawa barat, pantai Teluk

penyu, Karang bolong, dan Petanahan di Jawa Jengah, pantai Glagah, Parang tritis

dan Baron di DIY, serta pantai Teleng ria, Popoh, dan Pugar di Jawa timur.

Kawasan pantai selatan dan barat Jawa juga merupakan daerah yang padat

Page 3: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

3

penduduk, di sepanjang pesisir ini banyak sekali kota-kota maupun pemukiman,

seperti kota Pangandaran, Cilacap, kebumen, Pacitan, dan Banyuwangi.

Dengan kondisi geologis di pantai selatan dan barat Jawa yang rawan

terjadi tsunami, maka dari itu pentingnya sebuah sistem untuk mengkaji bencana

ini sanggat di perlukan, seperti mitigasi bencana tsunami. Mitigasi bencana

tsunami meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi

kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak bahaya tsunami yang

tidak dapat dihindarkan. Dengan dilakukanya mitigasi bencana ini diharapkan

dapat mengurangi dan meminimalisir jumlah korban, kerugian material maupun

sosial yang banyak.

1.2 Rumusan masalah

1. Mengapa pulau Jawa rawan terkena tsunami?

2. Daerah-daerah mana yang rawan tsunami di pulau Jawa?

3. Bagaimana cara mengantisipasi bencana tsunami di pulau Jawa?

1.3 Tujuan penulisan

1. Mendeskripsikan penyebab pulau Jawa rawan terjadi tsunami.

2. Mendeskripsikan daerah-daerah yang rawan bencana tsunami di pulau

Jawa.

3. Mendeskripsikan cara mengantisipasi bencana tsunami di pulau Jawa.

2. Pembahasan

2.1 Pengertian Tsunami

Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu Tsu yang berarti pelabuhan, dan

nami yang berarti gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan"

adalah perpindahan air dalam jumlah yang banyak yang disebabkan oleh

perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Tsunami dapat

akibatkan oleh beberapa pemicu seperti; gempa bumi, meletusnya gunung api,

tanah longsor dan jatuhnya asteroid (O’Neill, 2005). Penyebab tsunami yang

paling umum adalah gempa bumi, karena gempa bisa terjadi kapan saja dan paling

sering terjadi, tetapi pada dasarnya tidak semua gempa bumi dapat memicu

Page 4: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

4

terjadinya tsunami, hanya gempa bumi dengan intensitas atau kekuatan tertentu

saja yang dapat menyebabkan tsunami. Tsunami juga dapat terjadi karena gunung

meletus, gunung api tersebut merupakan gunung api pulau, dimana saat letusan

terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air

laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume

material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai

contohnya adalah kasus letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Pemicu tsunami

yang lainya seperti tanah longsor dan jatuhnya asteroid di wilayah laut jarang

terjadi, sehingga jarang di khawatirkan.

Gambar Proses terjadinya tsunami yang di sebabkan gempa tektonik

(sumber: Pusat informasi becana Aceh)

Tsunami terjadi akibat dislokasi dasar laut, pada proses ini permukaan

yang berpindah tempat secara mendadak menimbulkan pergerakan massa air yang

secara tiba-tiba, pada saat perpindahan lokasi dasar laut ini menimbulkan massa

air yang banyak mengisi wilayah dimana awalnya lokasi tersebut di tempati oleh

daratan dan daratan tersebut berpindah tempat, ketika daratan tersebut kembali

menempati wilayah asalnya maka air yang berada di tempat tersebut bergerak

karena dorongan massa daratan dengan pergerakan yang kuat dan mendadak

Page 5: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

5

sehingga menimbulkan perpindahan massa air laut dengan skala yang besar, aliran

ini membentuk gelombang kuat menyebar ke berbagai arah. Secara singkat proses

terjadinya tsunami dapat dijelaskan sebagai berikut: Gempa bawah laut

merenggutkan massa besar air laut dalam satu hentakan kuat, Gelombang balik air

menerjang dengan kecepatan hingga 800 Km/jam, Mendekati pantai, gelombang

melambat namun mendesak ke atas, Gelombang menghempas ke daratan dan

menghancurkan apapun di belakang pantai (Pusat Informasi banda Aceh). Dengan

kecepatan dan kekuatan tsunami yang besar, tsunami bersifat merusak pada setiap

wilayah yang di terjangnya.

2.2 Gambaran Geologis Pulau Jawa

Jawa merupakan pulau yang sebagian besar terbentuk dari aktivitas

vulkanik, Deretan gunung-gunung berapi membentuk jajaran yang terbentang dari

barat hingga timur pulau ini. Perairan yang mengelilingi pulau ini ialah Laut Jawa

di sebelah utara, Selat Sunda di sebelah barat, Samudera Hindia di sebelah selatan,

serta Selat Bali dan Selat Madura di timur.

Gambar Pulau Jawa di zona pertemuan antara dua lempeng

(Sumber: Pusat penelitian dan pengembangan geologi kelautan)

Pulau Jawa berada di wilayah pertemaun antara dua lempeng dunia, yaitu

Lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia, juga di lewati oleh jalur

Page 6: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

6

pegunungan muda dunia Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteran, deretan

pegunungan muda ini merupakan gugusan gunung-gunung aktif, yang

membentang dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan sampai Pegunungan

Alpen di Eropa, rangkaian sirkum ini bersifat vulkanis, Yang menyababkan

banyak Gunung api aktif di sekitar rangkaian Sirkum. Akibatnya di wilayah pulau

Jawa ini terdapat rangkaian pegunungan aktif yang tersebar di pulau ini sebagai

akibat dari di laluinya sirkum Mediteran maupun sirkum Pasifik tersebut,

gugnung-gunung ini seperti G. Krakatau di Selat Sunda, Pegunungan Dieng di

Jawa Tengah, G. Merapi di DIY, G. Semeru, G. Ijen di Jawa Timur dan masih

banyak lagi lainya. Gunung yang akan di bahas di sini adalah G. Krakatau, kerena

keberadaanya yang unik yaitu berada di tengah laut dan aktivitas vulkanismenya

yang tergolong sangat aktif sekali.

Akibat pergerakan relatif antar lempeng tektonik di sekitar Jawa dan

aktivitas sesar-sesar regional maupun lokal ribuan gempa terjadi setiap tahunnya,

namun sebagian besar dari gempa-gempa tersebut hanya terdeteksi oleh alat yakni

Seismograph (BMKG), sehingga menyebabkan wilayah Jawa rawan akan

terjadinya tsunami yang tidak terdeteksi. Pertemuan antar Lempeng Eurasia

dengan lempeng Indo-Australia di sebelah selatan pulau Jawa tersebut berjenis

subduksi konvergen, pergerakan lempeng mengarah pada satu pusat, dimana

lempeng Indo-Australia menujam ke bawah lempeng Eurasia dengan kecepatan

70 mm per tahun. Proses subduksi yang berlangsung lama dan lambat ini

menimbulkan penyimpanan energi yang besar, jika energi dari subduksi tersebut

di lepaskan, maka akan terjadi gempa yang berpotensi menimbulkan gelombang

tsunami. Selain itu zona pertemuan lempeng Eurasia dan Indo Australia punya

karakter curam, sangat dalam, dan ada sedimen lunak di bawah lempeng, karakter

ini memperbesar potensi tsunami senyap karena pergeseran lempeng dengan

dentuman besar berlangsung lambat akibat tertahan sedimen lunak. Inilah yang

menyebabkan getaran gempa tak begitu terasa di pesisir, seperti tsunami

Pangandaran pada 2006, (Mardiatno, 2013).

Page 7: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

7

2.3 Wilayah rawan tsunami

Wilayah yang rawan tsunami ini berdasarkan berbagai aspek, mulai dari

jumlah penduduk, elevasi, kaberadaan fasilitas umum atau fasilitas-fasilitas yang

penting dan kedekatan wilayah tersebut dengan daerah pesisir pantai yang berada

di daerah rawan tsunami, entah itu karena gempa bumi maupun tsunami karena

gunung meletus.

Aspek kewilayahan daerah yang rawan akan tsunami dengan

mempertimbangkan beberapa kondisi yang ada di wilaya tersebut, di bawah ini

merupakan beberapa aspek yang dapat di gunakan untuk pekiraan dan

pertimbangan tentang suatu wilayah yang rawan tsunami, yaitu;

1. Elevasi atau ketinggian tempat.

2. Wilayah dengan jumlah penduduk yang padat, minimal tingkat kota

kecamatan.

3. Keberadaan wilayah tersebut dengan bibir pantai.

4. Kondisi daya lindung lingkungan, seperti keberadaan tanggul penghalang

alami atau buatan,atau tanaman penghalang tsunami.

5. Sejarah tsunami di tempat tersebut.

6. Keberadaan fenomena alam yang dapat menjadi pemicu tsunami, yaitu

keberadaan gunung api dan wilayah yang sering terjadi gempa bumi.

Dari berbagai aspek di atas dapat di ketahui sebenarnya semua wilayah

yang berada di pasisir pulau Jawa yang menghadap langsung dengan sumber

pemicu tsunami adalah rawan akan terkena dampak tsunami, wilayah pesisir

selatan Jawa yang menghadap ke wilayah pertemuan dua lempeng, dan wilayah

barat yang menghadap ke pulau Gunung Krakatau. Di bawah ini beberapa wilayah

yang rawan akan tsunami dapat di katakan daerah yang rawan akan tsunami,

yaitu;

Banten : Lebak, Pandeglang, Cilegon dan Serang

Jawa barat : Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Sukabumi

Jawa tenggah : Purworejo, Kebumen dan Cilacap

Yogyakarta : Gunung kidul, Bantul dan Kulon progo

Page 8: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

8

Jawa timur : Banyuwangi, Jember, Lukajang, Malang, Blitar, Tulungagug,

Trengalek dan Pacitan.

Terindikasinya wilayah yang rawan terhadap tsunami di atas

mengambarkan tentang kodisi wilayah Jawa yang hampir keseluruhan rawan

terhadap tsunami. Meskipun begitu level maupun tingkat bahaya dan resiko setiap

daerah berbeda-beda tergantung dari kondisi di wilayah tersebut.

2.4 Mitigasi Bencana

Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi

kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang

tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat.

Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan

resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan

harta-benda” (Fema dalam Shofi, 2000). Mitigasi merupakan usaha yang

dilakukan oleh semua pihak yang terkait, pada tingkat negara, masyarakat dan

individu.

Mitigasi bahaya tsunami maupun untuk bencana alam lainnya, sangat

memerlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam. Partisipasi

masyarakat merupakan salah satu faktor yang penting di dalam bersiap dalam

menghadapi resiko kejadian bencana. Ada beberapa langkah penting yang efektif

untuk mitigasi bahaya tsunami, yaitu:

2.4.1 Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)

Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya.

Penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan aset

yang terancam, dan tingkat ancaman (level of risk). Penilaian ini membutuhkan

pengetahuan tentang karakteristik sumber tsunami, kemungkinan kejadian,

karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai.

2.4.2 Peringatan (warning)

Unsur kunci kedua adalah suatu sistem peringatan untuk memberi

peringatan kepada masyarakat pesisir tentang bahaya tsunami yang tengah

mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data gempa bumi, dan data

Page 9: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

9

fluktuasi muka air laut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem

peringatan ini mengandalkan berbagai alat saluran komunikasi untuk

memberikan peringatan terhadap semau pihak yang terlibat dalam mitigasi

bencana, pihak pemerintah maupun swasta dan masyarakat sebagai obyek yang

harus di selamatkan.

2.4.3 Persiapan

Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan.

Persiapan yang layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan

pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bahaya dan pengetahuan

tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus mengevakuasi dan

kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Jenis persiapan lainnya adalah

perencanaan tata ruang, Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang

tahan terhadap tsunami, melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan

breakwater penghalang tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.

2.4.3.1 Tata Ruang

Perencanaan ruang memiliki tujuan untuk menghasilkan penggunaan

ruang yang efisien, termasuk diantaranya menimimalisir resiko bencana.

Indonesia sebagai negara yang sering mengalami bencana, baik karena faktor

geografis atau peningkatan paparan terhadap bencana karena pembangunan atau

urbanisasi. Banyaknya bencana alam yang terjadi di wilayah Jawa mendorong

semakin pentingnya peran pengurangan resiko bencana. Peran perencanaan tata

ruang dalam pengurangan resiko bencana telah banyak diusulkan dalam praktik

perencanaan baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang.

(Burby dan French dalam Maraoks, 2011) menyebutkan bahwa peran perencanaan

tata ruang adalah untuk pembatasan pembangunan di daerah-daerah yang rawan

terhadap bahaya yang terkait dengan alam. Hal ini termasuk dengan pembatasan

pembangunan di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan

tsunami. Dampak dari pembatasan pembangunan di daerah-daerah yang

berbahaya akan meminimasi potensi paparan, pengurangan terhadap kerugian jiwa

serta kerusakan harta benda di daerah-daerah berbahaya. Pembangunan yang tidak

mengindahkan aspek kebencanaan akan dapat berakibat pada besarnya resiko

bencana yang timbul, seperti pembangunan permukiman dan lokasi pariwisata di

Page 10: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

10

sepanjang pantai berpotensi terkena dampak tsunami. Sebagai contoh, dampak

sangat besar dari tsunami Jawa telah diketahui bersama pada kejadian tsunami di

Kawasan Pantai Pangandaran pada Juli 2006.

2.4.4 Penelitian

Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang

terkait dengan tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas mitigasi.

Riset yang menyelidiki bukti-bukti kejadian tsunami pada masa lampau,

mengembangkan data tentang tsunami dan penghitungan dampak bahaya tsunami

dapat meningkatkan tingkat akurasi penilaian bahaya. Teknik sistem peringatan

untuk penilaian cepat dan akurat bahaya gempa bumi tsunami potensial dari data

seismik dan alat pengukur muka air laut dikembangkan melalui penelitian.

Penelitian juga mampu meningkatkan cara pendidikan publik sehingga tingkat

kepedulian masyarakat akan bahya tsunami meningkat. Membuat prosedur

pengamanan yang efektif juga membutuhkan penelitian tersendiri tentang bahaya

tsunami. Penelitian juga memberikan panduan perencanaan tataruang dalam

pembagian zona daerah yang potensial terkena tsunami. Demikian juga halnya

penelitian mengenai sifat tsunami untuk meningkatkan daya tahan struktur

bangunan dan infrastruktur dari ancaman tsunami

Dari pola dan langkah dari mitigasi bencaan tsunami di atas secara garis

besar dapat di simpulkan dengan kegiatan yamg sedarhana tetepi dapat mencakup

semua inti dari penanganan dan langkah-langkah mitigasi bencana.

Jenis Kegiatan Mitigasi Tujuan Mitigasi

Perencanaa tata guna lahan Pengaturan pola pembangunan

Buiding codes Penguatan terhadap tekanan bahaya

Pengaturan zonasi Pembatasan penggunaan area berbahaya

Pengaturan subdivisi Penguatan infrastruktur

Analisa bahaya atau Pemetaan Identifikasi resiko area berbahaya

Sistem iformasi bahaya Peningkatan kesadaran terhadap resiko

Edukasi publik Peningkatan pengetahuan terhadap bencana

Page 11: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

11

Pemantauan Pemantauan terhadap aturan yang sudah di buat

Pengambil alihan lahan yang berbahaya Pengambilalihan fungsi lahan

Relokasi Pemindahan dari lokasi rentan ke lokasi yang

aman

Asuransi bencana Pemberian kompensasi terhadap korban bencana

Tabel Jenis dan tujuan mitigasi

Dari tebel di atas dapat di lihat bahwa mitigasi bencana terdiri dari

bermacam-macam langkah dan tindakan yang harus di lakukan demi

terlaksananya sistem mitigasi yang berhasil. Dalam proses mitigasi bencana

tsunami semua pihak harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, pemerintahan

sebagai pewadah kegiatan dan peraturan haruslah mempunyai motivasi dan

semangat dalam kegiatan mitigasi bencana tsunami ini, begitupun masyarakat,

masyarakat haruslah patuh pada sistem ini, dapat bekarja sama dan bahu-

membahu dalam proses mitigasi ini.

3. Penutup

3.1 Simpulan

Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa tsunami merupakan

bencana yang dapat melanda wilayah pesisir pantai pulau jawa kapan saja, ada

beberapa penyebab tsunami yaitu; gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus,

dan jatuhnya meteor. Kerawanan pulau Jawa terlanda tsunami karena wilayahnya

yang terletak di daerah pertemuan antara lempeng Eurasia dengan Indo-Australia

dan juga di lewati jalir pegunungan muda dunia yaitu sirkum pasifik dan sirkum

mediteran sehingga di sepanjang pulau Jawa terbentang jalur pegunungan aktif,

salah satu gunung aktif yang dapat menjadi pemicu tsunami adalah Gunung

krakatau, yang terletak di tengah selat Sunda. Penyebab tsunami yang paling

umum adalah karena gempa bumi. Tsunami menjadi sanggat berdamak buruk jika

melanda daerah yang padat penduduknya dan banyak fasilitas publik yang

terdapat di daerah tersebut, karena di kahawatirkan dapat memakan korban jiwa

yang banyak dan kerugian material yang banyak. Untuk mengurangi dampak

Page 12: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

12

negatif dari bencana tsunami di perlukan suatu tindakan atau sistem, salah satu

adalah mitigasi bencana, yaitu sistem yang meliputi dari Penilaian Bahaya,

Peringatan, Persiapan dan Penelitian. Serangkaian proses di atas merupakan satu

kesatuan untuk menangulangi bancana tsunami dan usaha unutk meminimalisir

dampaknya. Selain itu peran masyarakat dan pemerintah sangat menentukan

berhasil tidaknya upaya dalam penanganan bencana tsunami, masyarakat dengan

kesadaranya dan pemerintah sebagai lembaga pemerintahan berkewajiban untuk

sistem dan regulasi agar terlaksananya sistem yang berhasil.

3.2 Saran

Saran untuk mengatasi masalah sekitar tsunami adalah sebaiknya

pemerintah dalam tingkat lokal maupun nasional mempunyai struktur atau badan

pemerintahan tersendiri yang fokus dengan masalah kebencanaan, agar

terlaksananya mitigasi bencana tsunami yang berhasil. Kegiatan yang harus di

lakukan meliputi memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang tsunami,

pembuatan peraturan mengikat yang, pembangunan berwawasan lingkungan yang

memperhitungkan resiko bencana dll. Faktor kunci kedua dalam penanganan

tsunami adalaha pada masyarakar atau penduduk di daerah tersebut, mereka

seharusnya mengetahui kondisi lingkungan tempat tinggal mereka, mentaati

peraturan pemerintah, dan menguasai pengetahuan tentang kebencanaan.

Peran pemerintah dan masyarakat sangat menentukan keberhasilan

mitigasi bencana tsunami ini, maka seharusnya dari kedua pihak mempunyai

tujuan, motivasi dan usaha yang besar agar terlaksananya sistim mitigasi bencana

tsunami yang berhasil.

Page 13: Pendeteksian Bahaya Tsunami Bagi Wilayah Padat Penduduk Di Pulau Jawa

13

Daftar Rujukan

Ash Shofi, Zakiyah. 2010, Mitigasi Tsunami yang efektif, (online),

(http://mitigasibencana.tumblr.com/),di akses 19 April 2013.

BMKG Indonesia. Indonesia Rawan Gempabumi & Tsunami. (Online).

(http://inatews.bmkg.go.id/new/about_inatews.php?urt=3). di akses 16

Mei 2013.

Fajriyah, Rahmah. 2012. Dampak Positif Dan Negatif Dari Bencana, (Online),

(http://rfajriyah.blogspot.com/2012/01/dampak-positif-dan-negatif-dari-

bencana.html), di akses 19 April 2013.

Guru Geografi SMAN 1 Sawon. 2010. Sirkum pasifik dan sirkum mediteranian.

(Online), (http://g3oearth.blogspot.com/2010/11/sirkum-pasifik-dan-

sirkum-mediteraniam.html), di akses 15 Mei 2013.

Longstreath, David. April 2005. Tsunami Triggers. National Geographic, hlm. 18-

19.

Maraoks. 2011. Penanggulangan Bencana Tsunami. (Online),

(http://maranugraha.wordpress.com/2011/01/01/penanggulangan-

bencana-tsunami/), di akses 19 April 2013.

Pemerintah Kabupaten Blitar. Letusan gunung berapi. (Online).

(http://www.blitarkab.go.id/?p=610). di akses 16 Mei 2013.

Pusat informasi banda Aceh. 2010. Proses Terjadinya Tsunami. (online).

(http://piba.tdmrc.org/content/prosesterjadi nya-tsunami#). di akses 16 Mei

2013.

Satria Nugraha. 2013. Penyebab Terjadinya Tsunami. (Online),

(http://satriacorn.wordpress.com/2013/01/04/penyebab-terjadinya-

tsunami/), di akses 19 April 2013.

Tempo. 2013. Tsunami Senyap Ancam Pesisir Selatan Jawa. (Online),

(http://www2.tempo.co/read/news/2012/08/29/206426253/Badan-

Antariksa-Jerman-sumbang-peta-rawan-tsunami), di akses 19 April 2013.