pendekatan struktural a. j. greimas dalam …

16
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA | 65 PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM ANALISIS HIKAYAT ISKANDAR DZULKARNAIN Rama Wijaya A. Rozak Dosen Universitas Pendidikan Indonesia [email protected] ABSTRAK Hikayat merupakan jenis karya sastra lama. Dari segi bahasa dan budaya pada kala itu sangat berbeda dengan penggunaan bahasa dan budaya dengan jenis karya sastra sekarang. Meskipun demikian, suatu karya sastra tidak lekang oleh waktu. Karya sastra dapat menembus ruang dan waktu untuk diapresiasi dan dianalisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural Greimas dalam menganalisis hikayat Iskandar Dzulkarnain. Pendekatan struktural Greimas tidak seperti pendekatan struktural pada umumnya, yaitu menganalisis tokoh, penokohan, alur, setting, dan lain-lain. Dalam pendekatan Greimas memfokuskan analisis pada fungsi setiap unsur pembangun karya sastra tersebut. Fungsi-fungsi tersebut dikelompokkan ke dalam enam skema aktan. Setelah itu dianalisis menggunakan struktur fungsional. Dengan menggunakan dua pola analisis tersebut akan tergambarkan fungsi tiap aktan dan alur cerita karya sastra. Kata kunci: Pendekatan Struktural Greimas, Analisis Hikayat, Analisis Hikayat Iskandar Dzulkarnain

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

65

PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM ANALISIS

HIKAYAT ISKANDAR DZULKARNAIN

Rama Wijaya A. Rozak

Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

[email protected]

. ABSTRAK

Hikayat merupakan jenis karya sastra lama. Dari segi bahasa dan budaya

pada kala itu sangat berbeda dengan penggunaan bahasa dan budaya dengan jenis

karya sastra sekarang. Meskipun demikian, suatu karya sastra tidak lekang oleh

waktu. Karya sastra dapat menembus ruang dan waktu untuk diapresiasi dan

dianalisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural Greimas dalam

menganalisis hikayat Iskandar Dzulkarnain. Pendekatan struktural Greimas tidak

seperti pendekatan struktural pada umumnya, yaitu menganalisis tokoh, penokohan,

alur, setting, dan lain-lain. Dalam pendekatan Greimas memfokuskan analisis pada

fungsi setiap unsur pembangun karya sastra tersebut. Fungsi-fungsi tersebut

dikelompokkan ke dalam enam skema aktan. Setelah itu dianalisis menggunakan

struktur fungsional. Dengan menggunakan dua pola analisis tersebut akan

tergambarkan fungsi tiap aktan dan alur cerita karya sastra.

Kata kunci: Pendekatan Struktural Greimas, Analisis Hikayat, Analisis Hikayat

Iskandar Dzulkarnain

Page 2: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

66

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa memiliki peran sebagai

alat ekspresi budaya bangsa. Bahasa

Indonesia sebagai alat ekspresi telah

terbukti mampu mempersatukan dan

memelihara eksistensi bangsa Indonesia.

dengan sikap berbahasa yang positif akan

membangun ekspresi budaya yang positif

juga. Sastra memiliki fungsi utama

sebagai penghalus budi, peningkatan

kepekaan rasa kemanusiaan, dan

kepedulian sosial. Penumbuhan apresiasi

budaya dan penyaluran gagasan,

imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan

konstruktif. Melalui sastra, siswa diajak

untuk memahami, menikmati, dan

menghayati karya sastra. Pengetahuan

tentang sastra hanyalah sebagai

penunjang dalam mengapresiasi karya

sastra. Sekait dengan hal tersebut,

pembelajaran sastra memiliki peranan

penting dalam membentuk watak dan

kepribadian siswa. Dengan pembelajaran

sastra, siswa dapat mengenal, menikmati,

dan mengaplikasikan nilai-nilai yang

terdapat dalam karya sastra ke dalam

kehidupan sehari-hari.

Sastra merupakan prasasti

kehidupan. Sastra mempunyai hubungan

dalam kehidupan dunia nyata dan dapat

meningkatkan pengetahuan budaya.

Seorang sastrawan adalah individu yang

aura intelektualnya senantiasa bergesekan

dengan problematika internal dirinya atau

persoalan psikologis. Sastra yang

bermediakan bahasa, merupakan sebuah

„fenomena‟ tersendiri. Bahasa sastra

adalah bahasa yang sangat egois, tak

peduli dengan regulasi bahasa yang

melingkupinya. Oleh sebab itu, bahasa

sastra senantiasa konotatif, multi

interpretatif, serta tidak memiliki

keajegan makna/ambigu dalam konteks

semantik yang baku.

Karya sastra merupakan gambaran

hasrat pengarangnya, melaluinya

sastrawan membiarkan dirinya dipenuhi

khayalan yang merupakan gambaran

hasrat yang terwujudkan, proses ini

disebut dengan istilah mimpi mata

terbuka. Karya sastra yang diciptakan

seorang sastrawan pasti memiliki latar

belakang psikologis tertentu yang

membidani kelahirannya. Demikian pula

dapat dipastikan bahwa karya sastra

melibatkan esensi pemikiran „psikologis‟

sang penulisnya. Berangkat dari

pengalaman jiwa, pengalaman sosial,

bahkan mungkin spiritual. Dengan

demikian maka sastra memang sebuah

wujud yang kompleks secara unsur.

Unsur yang dimaksud adalah unsur

pembangun dirinya. Salah satu bentuk

karya sastra yaitu hikayat.

Karya sastra banyak jenisnya,

begitu pula dengan cara mengapresiasi

karya sastra tersebut. Jenis karya sastra

yang akan dibahas dalam penelitian ini

yaitu hikayat. Hikayat merupakan karya

sastra lama (Melayu) berbentuk prosa

yang berisi cerita, undang-undang, silsilah

yang bersifat rekaan, keagamaan, atau

gabungan sifat-sifat tersebut untuk dibaca

sebagai pelipur lara, pembangkit semangat

juang, atau sekadar untuk meramaikan

pesta pada masa lalu. Berdasarkan

Wikipedia (www.wikipedia.org)

menjelaskan bahwa “Hikayat adalah salah

satu bentuk sastra prosa, terutama dalam

bahasa Melayu yang berisikan tentang

kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya

mengisahkan tentang kehebatan maupun

kepahlawanan seseorang lengkap dengan

keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh

Page 3: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

67

utama”. Berdasarkan pemaparan tersebut

dapat diketahui bahwa karya sastra

hikayat merupakan karya sastra lama

yang menggunakan bahasa Melayu

berbentuk prosa yang menceritakan

kehebatan, kepahlawanan, dan kesaktian

tokoh-tokohnya yang bersifat fiksi.

Dalam penelitian ini digunakan

cara atau pendekatan struktural Greimas

yang dipopulerkan oleh Algirdas Julius

Greimas (1917-1992). Pendekatan

struktural Greimas tidak terfokus pada

faktor pembangun teks tersebut, tetapi

mengkaji sastra melalui karya sastra itu

sendiri, yaitu melalui teks. Dengan

demikian, peneliti tidak harus

menghubungkan karya sastra tersebut

dengan kehidupan pengarangnya dan

faktor-fakor yang membangun karya

sastra tersebut dapat tercipta. Karena pada

dasarnya sebuah karya sastra tidak

terbatas oleh ruang dan waktu, tetapi

sebaliknya suatu karya sastra dapat

menembus ruang dan waktu.

Suatu karya sastra, terutama jenis

karya sastra lama akan penuh dengan

nilai-nilai kehidupan yang dapat digali

dari teks sastranya. Karya sastra selalu

memberikan pesan-pesan kehidupan yang

dapat mengubah cara pandang, cara

berpikir pembaca ke arah yang lebih

positif. Atas dasar tersebut karya sastra

dapat memperhalus karakter dan

memperhalus budi penikmatnya. Hal

tersebut dapat dikategorikan faktor atau

unsur ekstrinsik sebuah karya sastra yang

mengandung amanah atau nasihat.

Melalui pendekatan struktural

Greimas, peneliti tidak dihadapkan pada

unsur (ekstrinsik) tersebut. Bukan pula

pada unsur intrinsik pada umumnya

(penokohan, alur, setting, dan sebagainya),

tapi menitikberatkan pada fungsi-fungsi

setiap item yang terdapat dalam kisah, yang

disebut Greimas adalah aktan. Greimas

mengelompokkan fungsi tersebut ke dalam

enam aktan, yaitu aktan pengirim, objek,

penerima, subjek, penolong, dan

penentang. Berdasarkan aktan-aktan

tersebut yang disusun ke dalam sebuah

skema, akan terlihat alur sebuah cerita dan

fungsi-fungsinya. Selain skema aktan,

Greimas juga mengenalkan struktur

fungsional suatu karya sastra. Greimas

membagi struktur fungsional ini ke dalam

tiga bagian yaitu situasi awal, transformasi,

dan situasi akhir. “Struktur fungsional ini

berfungsi untuk menguraikan peran subjek

dalam melaksanakan tugas dari pengirim

yang terdapat dalam fungsi aktan (Taum,

2011, hlm. 146)”. Berdasarkan pemaparan

tersebut, penelitian hikayat dengan judul

Iskandar Dzulkarnain dianalisis dengan

menggunakan pendekatan struktural

Greimas.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan dalam

latar belakang masalah tersebut, dalam

penelitian ini terdapat beberapa rumusan

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan pendekatan

struktural skema aktan Greimas dari

hikayat yang berjudul Iskandar

Dzulkarnain?

2. Bagaimanakah struktur fungsional

Greimas dari hikayat yang berjudul

Iskandar Dzulkarnain?

C. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis yang dilakukan dengan cara

mendeskripsikan fakta-fakta yang

Page 4: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

68

kemudian disusul dengan analisis (Ratna,

2004: 53). Analisis yang dimaksud berupa

interpretasi atau penafsiran seperti halnya

penelitian heurmeuntika, yaitu metode

yang disejajarkan dengan interpretasi atau

penafsiran terhadap bahan kajian yaitu

karya sastra yang merupakan konstruksi

makna kompleks yang bermedium bahasa

untuk pencapaian makna optimal (Ratna,

2004: 45-46).

D. SUMBER DATA DAN DATA

Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah hikayat yang

berjudul Iskandar Dzulkarnain yang

diedit oleh van Leeuwen, sedangkan data

penelitiannya yaitu tokoh-tokoh yang

dianalisis dari segi fungsinya dalam

hikayat tersebut, kemudian

dikelompokkan dalam skema aktansial.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi pustaka, yaitu

kegiatan menelaah buku-buku dan

berbagai litelatur lain untuk

mendapatkan teori yang berkaitan erat

dengan masalah penelitian serta teori

dasar tentang pendekatan struktural

Greimas dalam bentuk skema aktansial

dan struktur fungsional berdasarkan pada

cerita tersebut.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang

dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Membaca berulang-ulang korpus yang

menjadi bahan kajian agar mendapat

pemahaman yang utuh. Membatasi

permasalahan dan dan merumuskan

sebagai arah kajian dalam penelitian.

2. Menerapkan teori struktural Greimas

terhadap karya sastra dengan cara

mengkaji struktur hikayat.

a. Langkah pertama yang dikerjakan

adalah merepresentasikan ulang isi

cerita hikayat yang berjudul

Iskandar Dzulkarnain dengan

sistematis sesuai aslinya.

b. Langkah kedua adalah mencatat

setiap aktan (seseorang atau

sesuatu) dan fungsi-fungsinya yang

terdapat di dalam cerita. Aktan-

aktan yang ditemukan dalam cerita

dimasukkan ke dalam skema sesuai

dengan skema aktan Greimas.

Setelah setiap skema terisi dengan

fungsi-fungsi pembangun cerita,

kemudian dijelaskan ulang maksud

dari setiap skema aktan yang

dibuat.

c. Langkah ketiga dalam analisis

tersebut yaitu menyusun struktur

fungsional Greimas yang dibagi ke

dalam tiga bagian yaitu bagian

awal, transformasi, dan bagian

akhir.

G. ANALISIS STRUKTUR SKEMA

AKTAN DAN STRUKTUR

FUNGSIONAL HIKAYAT

ISKANDAR DZULKARNAIN

1. Hikayat Iskandar Dzulkarnain

Pada bagian ini akan disajikan

cerita hikayat Iskandar Dzulkarnain secara

lengkap dan sistematis.

(1) Pada suatu hari, Raja Kidi Hindi pergi

bersama sepuluh pengawalnya untuk

menemui Nabi Khidir. Setelah

bertemu, Nabi Khidir mengutarakan

keinginan Raja Iskandar kepada Raja

Kidi Hindi. Pada hari itu, Raja Kidi

Hindi menginap di kemah Nabi

Page 5: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

69

Khidir. Esok harinya, pergilah

keduanya menemui Raja Iskandar.

Setelah sampai, Nabi Khidir masuk

terlebih dahulu menemui Raja

Iskandar, sedangkan Raja Kidi Hindi

menunggu di depan pintu. Nabi Khidir

mengucapkan salam, seraya Raja

Iskandar pun membalas salam

tersebut. Kemudian Nabi Khidir

memberitahukan bahwa Raja Kidi

Hindi menunggu di depan pintu.

Seraya Raja Iskandar menyuruh

petugasnya untuk mempersilahkan

Raja Kidi Hindi masuk dan bergabung

bersama mereka. Pada saat yang

bersamaan, masuk pula tiga raja

lainnya yaitu Raja Raziya, Raja Salam,

dan Raja Ni‟mat menghadap Raja

Iskandar.

(2) Setelah semuanya berkumpul di dalam

kemah Raja Iskandar. Nabi Khidir

memulai khotbah nikah Raja Iskandar

dengan anak dari Raja Kidi Hindi.

Nabi Khidir bertanya kepada Raja Kidi

Hindi “Wahai Raja, atas izin Allah

ta‟ala apakah Raja menerima Raja

kami (Raja Iskandar) untuk menjadi

menantu?”. Raja Kidi Hindi menjawab

“Saya menerima lamaran ini, dengan

saksi raja-raja yang berada dalam

ruangan ini, dan nabi Allah (Nabi

Khidir) sebagai wali saya dan anak

saya Putri Badru‟l Qamariya”. Setelah

proses pelamaran tersebut, Raja Kidi

Hindi berjabat tangan dengan semua

raja yang hadir. Setelah diberikan

amanah untuk menjadi wali Raja Kidi

Hindi, Nabi Khidir pun berkata pada

Raja Iskandar “Mas kawin dari putri

adalah tiga ratus ribu dinar atau setara

dengan lima miskal batang emas yang

merah. Apakah Raja bersedia?”. Maka

Raja Iskandar pun menjawab “Saya

bersedia dengan hal itu”.

(3) Setelah proses pernikahan Raja

Iskandar dengan Putri Badru‟l

Qamariya selesai, maka berdirilah

semua raja dan orang penting yang

hadir dalam pernikahan tersebut.

Kemudian Nabi Khidir memanjatkan

doa kepada Allah ta‟ala untuk Raja

Iskandar dan semua raja mengatakan

“amin”. Esok harinya, Raja Kidi Hindi

dan anaknya datang menemui Raja

Iskandar pada sore hari. Kemudian

diantarlah mereka oleh pengawal

untuk bertemu dengan Raja Iskandar.

Raja Iskandar terpesona melihat

kecantikan yang dimiliki oleh Putri

Badru‟l Qamariya. Dalam hati ia

berkata “Kusangka anak Raja Darinus

yang paling rupawan. Tetapi putri ini

lebih rupawan lagi dari semua

manusia, hal ini nyata dan tidak dapat

dipungkiri”. Raja Iskandar bersuka cita

sebab mendapatkan istri yang sangat

cantik. Keesokan harinya, Raja

Iskandar memerintahkan untuk

membuatkan kemah bagi Putri Badru‟l

Qamariya sama seperti kemah anak

Raja Darinus, Putri Ruqaiyatu‟l Kubra,

dan anak Raja Tibus. Maka demikian,

Raja Iskandar memiliki tiga orang istri

yang sangat cantik.

(4) Raja Iskandar pergi menemui para raja

yang telah berkumpul. Dan Raja

Iskandar meminta Raja Kidi Hindi

untuk segera bergabung dengan

mereka. Semuanya duduk di atas kursi

tahta raja yang berhiaskan emas.

Setelah semua berkumpul, dibukalah

ratusan hidangan yang telah disiapkan.

Raja Iskandar, Nabi Khidir dan semua

raja bersantap dengan hidangan yang

Page 6: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

70

lezat tersebut. Dalam kesempatan itu

digunakan pula proses pengakraban

dengan bercanda-gurau. Setelah selesai

acara bersantap tersebut, Raja Iskandar

berkata kepada Nabi Khidir “Ya nabi

Allah, beri tahu semua raja dan para

menteri, suruh mereka beritahu kepada

semua tentaranya. Insya Allah tiga hari

dari sekarang, kita akan menemui Raja

Puz Hindi, dan dimana ada negeri

kafir, kita akan berperang atas nama

Allah”.

(5) Pada keesokan harinya, ditabuhlah

genderang, ditiuplah nafiri, burgo, dan

alat bunyi tradisional kerajaan lainnya

pada saat Raja Iskandar akan

berangkat. Raja Iskandar berkata “Ya

nabi Allah, tanyai Raja P.tuh, negeri

mana yang ada dihadapan kita ini

berbatasan antara kita dan Cina?”.

Maka dikatakanlah oleh Nabi Khidir

kepada Raja P.tuh. Maka sahutnya

“Tidak ada negeri lain, melainkan ada

sebuah negeri bernama Tiridun yang

berada antara Cina dan negeri ini.

Adapun orang negeri Tiridun itu

semuanya hukama, mereka tidak bisa

berperang, semuanya bertelanjang dan

tidak berumah. Mereka tinggal di

dalam gua”. Maka berangkatlah Raja

Iskandar ke negeri Tiridun. Setelah

hampir sampai ke negeri tersebut,

kabar kedatangan Raja Iskandar

terdengar oleh semua rakyat negeri itu.

Mereka terkejut akan kedatangan Raja

Iskandar ke negeri mereka.

Berkumpullah para petinggi negeri

tersebut, setelah mufakat, mereka

mengirimkan surat kepada Raja

Iskandar.

(6) Adapun isi dari surat tersebut “Jikalau

raja datang ini hendak berperang

dengan kami, maka janganlah

bersusahpayah. Raja tidak akan

memeroleh apapun dari kami, yang

raja kehendaki tidak ada pada diri

kami ini. Kami tidak memiliki apapun

kecuali ilmu hikmat yang kami miliki.

Hal itupun tidak akan langsung raja

peroleh dari kami seperti perolehan

perang dengan yang lain. Umpamanya

dengan karunia Allah ta‟ala akan raja

kerajaan dunia dan demikian karunia

kami akan ilmu hikmat”. Setelah surat

tersebut diterima oleh raja, maka

dibacalah surat tersebut oleh Raja

Iskandar. Raja Iskandar pun berkata

“Demi Allah, tidak ada niatku untuk

berperang dengan mereka, melainkan

kudengar kelakuannya. Maka saya

ingin melihat akan hal tersebut”.

(7) Setelah hampir sampai di negeri

Tiridun. Dia (Raja Iskandar) melihat

pada para tentaranya yang bersama

dengan Nabi Khidir, dan mereka

bermusyawarah tentang surat yang

diterima itu. Maka Nabi Khidir

menganjurkan agar para tentara

mendirikan kemah, Kemudian

meminta Raja Iskandar untuk memilih

orang-orang terbaiknya sebagai

pengawal untuk menemui orang negeri

Tiridun. Orang-orang pilihan itupun

telah dipilih, dan Nabi Khidir ikut

dalam perjalanan menemui orang

negeri Tiridun. Setelah bertemu

dengan kaum Barham (orang Tiridun),

raja melihat makhluk ciptaan Allah itu

antara laki-laki dan perempuan

bertelanjang seperti domba di padang

rumput. Dalam percakapan mereka

tersirat bahwa kaum mereka lebih

banyak yang meninggal daripada

hidup, karena kerasnya kehidupan.

Page 7: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

71

Raja Iskandar memberikan permintaan

kepada kaum Barham, dan mereka

menginginkan tidak pernah mati.

Sekalipun Raja Iskandar sangat

berkuasa, raja tidak bisa mengabulkan

permintaan tersebut. Karena suatu hari

Raja Iskandar juga pasti merasakan

kematian. Karena kehidupan di dunia

hanyalah untuk sementara, sedangkan

kehidupan yang kekal abadi adalah di

akhirat nanti. Setelah bertemu dan

berkomunikasi dengan kaum Barham,

Raja Iskandar, Nabi Khidir dan

pengawalnya berjalan pulang menuju

perkemahan yang telah didirikan oleh

para tentara. Tetapi diperjalanan

pulang, Raja Iskandar tersesat

diperjalanan atas kuasa Allah ta‟ala.

Raja melihat berbagai hal yang aneh

dan ajaib. Hal ini rupanya pelajaran

bagi Raja Iskandar karena takabbur.

Bahwa tidak ada pekerjaan apapun

yang dikerjakan atas izin dan kuasa

Allah ta‟ala.

(8) Berangkatlah Raja Iskandar dan

balatentaranya selama beberapa hari.

Sampailah mereka pada sebuah jalan

di tepi laut, tibalah mereka di sebuah

negeri yang disebut negeri Sindi dan

Hindi. Mereka berjalan di atas bumi

yang tidak ada seorang pun. Nabi

Khidir pun berkata bahwa tidak ada

seorang pun di sekitar mereka,

melainkan bumi yang bersungai dan

laut. Seraya mendengar hal tersebut,

raja memerintahkan tentaranya untuk

mendirikan tenda. Setelah pagi hari,

pergilah Raja Iskandar dan Nabi

Khidir ke tepi laut. Raja Iskandar

melihat sosok laki-laki muda di tepi

laut, ternyata laki-laki tersebut adalah

malaikat utusan Allah ta‟ala, Malaikat

Mikail. Malaikat Mikail yang

menurunkan hujan dari langit ke bumi

atas izin Allah ta‟ala. Kemudian ada

malaikat lainnya yaitu, malaikat yang

diperintahkan oleh Allah untuk

menurunkan kilat dan petir pada siang

dan malam di atas bumi. Dan laki-laki

yang terakhir adalah malaikat yang

bertugas untuk menurunkan angin

ribut kesegala penjuru dunia atas kuasa

dan izin Allah ta‟ala.

(9) Setelah itu, kembalilah keduanya ke

perkemahan. Esok harinya, Raja

Iskandar dan semua tentaranya mulai

bergerak mengikuti jalan di tepi laut

selama tiga hari tiga malam. Selama

perjalanan tidak terlihat seorang

manusiapun, burung atau sebatang

pohon. Kemudian Raja Iskandar tetap

melanjutkan perjalanan di tepi laut

tersebut selama dua bulan. Raja berniat

untuk melihat ujung dari laut tersebut.

Namun, selama dua bulan perjalanan

belum nampak ujung dari laut tersebut.

Pada saat mereka beristirahat,

terdengar suara yang sangat besar

bunyinya. Raja Iskandar pun terkejut

dan bertanya kepada Nabi Khidir, “Ya

nabi Allah, suara apakah ini?”. Nabi

Khidir menjawab, “Ini adalah suara

dari Durdur, itulah tempat segala mata

air yang ada di muka bumi ini”. Raja

Iskandar penasaran dengan perkataan

Nabi Khidir tentang Durdur. Ia pun

minta diceritakan tentang Durdur,

namun Nabi Khidir menjawab bahwa

Durdur itu sangat sulit untuk

digambarkan atau dijelaskan. “Jika

masih diberikan umur, besok kita akan

sampai di sana” kata Nabi Khidir.

(10) Hari berikutnya, berangkatlah Raja

Iskandar dengan para pengawalnya,

Page 8: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

72

berikut Nabi Khidir. Mereka berjalan

untuk melihat Durdur, pada sore hari

tibalah mereka di tempat tujuan. Raja

Iskandar melihat semua mata air yang

ada di dunia berkumpul disatu tempat.

Dengan seraya Raja Iskandar

mengucap rasa syukur kehadirat Allah

ta‟ala. Raja Iskandar sangat takjub

melihat kuasa Allah tersebut, ia akan

menceritakan apa yang dilihatnya

kepada semua raja dan orang-orang

penting. Raja Iskandar berniat untuk

pergi ke dasar Durdur dengan kuasa

Allah ta‟ala dan meminta tolong

kepada Nabi Khidir untuk menyiapkan

sebuah peti untuknya tumpangi.

Kemudian Raja Iskandar membuat

sebuah surat wasiat bilamana ia tidak

dapat kembali lagi. Surat wasiat itu

menerangkan bahwa jika Raja

Iskandar berhasil kembali lagi dengan

selamat setelah perjalanan ke dasar

Durdur, maka ia yang akan tetap

memimpin dan menjadi raja. Tetapi,

bila Allah ta‟ala berkehendak lain,

Raja Iskandar tidak selamat dan tidak

kembali. Maka yang menjadi

pemimpin dan raja adalah Nabi Khidir.

Siapapun harus mematuhi setiap

permintaan dan perkataan dari Nabi

Khidir. Dan surat wasiat tersebut

disahkan dengan materai atau cap

kerjaan.

(11) Atas karunia Allah ta‟ala mengirim

seorang malaikat untuk menemui Nabi

Khidir. Malaikat tersebut

menyampaikan firman Allah bahwa

Nabi Khidir jangan melarang Raja

Iskandar untuk pergi ke dalam Durdur.

Setelah mendapatkan firman tersebut,

Nabi Khidir pun mempersilahkan Raja

Iskandar untuk segera pergi ke dalam

Durdur seperti keinginannya. Raja

Iskandar pun pergi dengan

menggunakan sebuah peti, dan raja

masuk kedalamnya. Atas kuasa Allah,

hanyutlah peti tersebut ke dalam

Durdur. Atas izin Allah ta‟ala,

datanglah sebuah ikan raksasa yang

bernama Nun, dan menelan peti yang

ditumpangi oleh Raja Iskandar. Sangat

ajaib bahwa kulit ikan tersebut

bagaikan sebuah kaca yang bening,

sehingga Raja Iskandar dapat melihat

semua isi Durdur tersebut dari dalam

tubuh ikan raksasa. Raja Iskandar tak

henti-hentinya mengucap rasa syukur

dan menyebut nama Allah ta‟ala.

Sekali lagi, ia sangat takjub akan kuasa

Allah ta‟ala.

(12) Seraya Raja Iskandar takjub akan

keajaiban yang dikuasakan kepada

dirinya. Sampailah ia di Durdur,

tempat segala mata air yang ada di

dunia berkumpul. Lalu ikan yang

bernama Nun tersebut memuntahkan

peti Raja Iskandar di suatu tempat di

atas batu. Di sana ada seorang

penunggu yang keheranan karena ke

datangan seseorang, bahwa ia sudah

seribu tahun bahkan lebih telah

menjaga tempat itu, dan baru ada

seseorang yang bisa ke tempat

tersebut. Kemudian Raja Iskandar

menjelaskan bahwa ia datang atas

kuasa dan kehendak Allah ta‟ala, dan

ia juga merupakan kawan dari Nabi

Khidir, rosul Allah. Penunggu tempat

tersebut ternyata adalah seorang

malaikat, kemudia ia melarang Raja

Iskandar untuk pergi lebih jauh lagi.

Seraya hal tersebut, terdengarlah suara

dari atas, tetapi tidak ada pemilik suara

tersebut. Isi perkataan tersebut adalah

Page 9: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

73

bahwa malaikat jangan melarang Raja

Iskandar kemanapun ia hendak pergi.

(13) Setelah mendengar perkataan tersebut,

Raja Iskandar pergi melanjutkan untuk

melihat-lihat tempat malaikat tersebut.

Setelah itu, ia kembali lagi ke dalam

petinya hendak kembali pulang ke

tempat asalnya. Raja Iskandar pun

berdoa kepada Allah ta‟ala agar ia

dikaruniai dan diridhoi dalam

perjalanan pulang. Maka datanglah

kembali ikan Nun yang mengantarkan

Raja Iskandar, dalam perjalanan

pulang ia terus mengucapkan rasa

syukur kehadirat Allah ta‟ala. Maka

sampailah Raja Iskandar ke tempat

dimana Nabi Khidir dan para

pengawalnya menunggu di tempat

semula. Raja Iskandar mengucap

beribu-ribu syukurnya kepada Allah

ta‟ala karena telah diizinkan melihat

keindahan yang diciptakan-Nya.

Setelah itu, kembalilah Raja Iskandar

dan pengawalnya ke kemah. Di sana ia

menceritakan semua pengalaman yang

baru ia alami selama perjalanan pergi

dan kembali ke dalam Durdur.

2. Skema Aktan A. J. Greimas

a. Skema Aktan A. J. Greimas pada Hikayat Iskandar Dzulkarnain (Bagian 1)

PENGIRIM OBJEK PENERIMA

PEMBANTU PENENTANG

SUBJEK

Raja Iskandar Raja Iskandar Putri Badru’l

Qamariya

Nabi Khidir

Raja Kidi Hindi Penentang

(Nihil)

Page 10: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

74

Sesuai dengan skema aktan

tersebut, diketahui bahwa Raja Iskandar

menduduki peran sebagai pengirim yang

menginginkan Putri dari Raja Kidi Hindi

(Penolong) yaitu Putri Badru‟l Qamariya

(Objek) untuk menikah dengannya (Raja

Iskandar). Raja Iskandar (merupakan raja

dari raja atau maharaja) meminta bantuan

Nabi Khidir untuk membantu dirinya

dalam melamar dan mempersunting Putri

Badru‟l Qamariya. Atas bantuan Nabi

Khidir, maka menikahlah Raja Iskandar

dengan Putri Badru‟l Qamariya, dengan

wali nikah Nabi Khidir yang ditunjuk

langsung oleh Raja Kidi Hindi. Dalam

skema tersebut ada aktan yang tidak terisi

yaitu aktan penentang, karena memang

tidak ada sesuatu hal yang menentang

pernikahan antara Raja Iskandar dan Putri

Badru‟l Qamariya.

b. Skema Aktan A. J. Greimas pada Hikayat Iskandar Dzulkarnain (Bagian 2)

Berdasarkan skema aktan tersebut,

terlihat alur cerita yaitu Raja Iskandar

bertindak sebagai aktan pengirim. Raja

Iskandar meminta Nabi Khidir yang

didukung dan mendapatkan bantuan dari

para raja untuk menaklukan negeri-negeri

kafir yang mereka temukan selama dalam

perjalanan. Raja Iskandar merupakan

maharaja dan bertindak sebagai penguasa

yang menganut agama muslim. Dalam

alur cerita ini tidak terlihat adanya

penentang.

c. Skema Aktan A. J. Greimas pada Hikayat Iskandar Dzulkarnain (Bagian 3)

Raja Iskandar Nabi Khidir Negeri Kafir

Nabi Khidir

Raja-Raja

Penentang

(Nihil)

Raja Iskandar Raja Iskandar Negeri Taridun

Kaum Barham

Nabi Khidir

Nabi Khidir

Para Pengawal Takabbur hati

Page 11: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

75

Raja Iskandar berkeinginan pergi

menemui negeri Taridun yang merupakan

negara atau wilayah yang berada di antara

negeri Raja Iskandar dengan negara Cina.

Sesampainya di negeri tersebut (negeri

Taridun), Raja Iskandar disambut oleh

kaum Barham (kaum Brahmana) yang

merupakan penduduk asli negeri Taridun.

Raja Iskandar pergi dengan Nabi Khidir

dan para pengawalnya. Mereka keheranan

melihat kaum Barham yang bertelanjang

seperti domba-domba di padang rumput.

Raja pun berkomunikasi dengan mereka,

kemudian raja memberikan sebuah

permintaan kepada kaum Barham

tersebut. Mereka meminta sebuah

keinginan yaitu, mereka tidak ingin mati

atau dengan kata lain mereka ingin hidup

abadi tidak pernah mati. Raja Iskandar

merasa tinggi hati karena selalu

mendapatkan apa yang diinginkannya.

Mendengar permintaan tersebut, Raja

Iskandar tidak dapat mengabulkan

permintaan kaum Barham tersebut.

Namun, dalam cerita dikisahkan bahwa

Raja Iskandar mendapatkan teguran dari

Allah ta‟ala supaya tidak takabbur hati.

d. Skema Aktan A. J. Greimas pada Hikayat Iskandar Dzulkarnain (Bagian 4)

Berdasarkan skema aktan tersebut

yang merupakan skema aktan terakhir

dalam hikayat Iskandar Dzulkarnain.

Dapat dijelaskan yaitu Raja Iskandar

berkeinginan mendapatkan objek

(Durdur) dengan meminta bantuan dari

Nabi Khidir. Dalam proses mendapatkan

keinginannya itu, Raja Iskandar

mendapatkan pertolongan dan bantuan

dari malaikat, ikan raksasa yang bernama

ikan Nun, dan tentunya kuasa Allah

ta‟ala. Dalam perjalanan mendapatkan

keinginannya, Raja Iskandar

mendapatkan izin dari Allah ta‟ala

melalui firmannya yang disampaikan

pada malaikat-Nya. Firman tersebut

kemudian disampaikan pada Nabi Khidir,

setelah itu pergilah Raja Iskandar ke

dasar Durdur. Atas kuasa Allah ta‟ala,

keajaiban terjadi yaitu muncullan ikan

raksasa yang bernama Nun, menelan peti

yang ditumpangi Raja Iskandar.

Keajaiban selanjutnya yaitu, kulit ikan

Nun tersebut bagaikan kaca, jadi Raja

Iskandar dapat melihat segala kekuasaan

Allah dari dalam tubuh ikan Nun. Dengan

izin Allah ta‟ala, maka selamatlah Raja

Iskandar dari perjalannya ke dasar Durdur

yang merupakan tempat segala macam

berkumpulnya mata air yang ada di dunia.

Raja Iskandar Raja Iskandar Durdur

Dasar Laut

Nabi Khidir

Malaikat

Ikan Nun

Kuasa Allah ta’ala

(Nihil)

Page 12: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

76

3. Struktur Fungsional Hikayat

Iskandar Dzulkarnain

a. Situasi Awal

Situasi awal yang diceritakan di

dalam hikaat adalah rencana pelamaran

Raja Iskandar terhadap putri dari Raja

Kidi Hindi yang bernama Putri Badru‟l

Qamariya. Dalam rencana tersebut, Raja

Iskandar meminta pertolongan kepada

Nabi Khidir untuk menyampaikan

maksudnya tersebut kepada Raja Kidi

Hindi. Kemudian Nabi Khidir dan Raja

Kidi Hindi pergi menemui Raja Iskandar.

Melalui Nabi Khidir, Raja Iskandar

melakukan pelamaran terhadap Putri

Badru‟l Qamariya, dan melalui Nabi

Khidir pula Raja Kidi Hindi

menunjuknya sebagai wali nikah. Nabi

Khidir menikahkan Raja Iskandar dan

Putri Badru‟l Qanariya dengan mahar

sebesar tiga ratus ribu dinar. Raja

Iskandar pun menyetujui banyaknya

mahar tersebut, dan Raja Kidi Hindi

menyetujui Raja Iskandar menjadi

menantunya. Maka menikahlah Raja

Iskandar dengan Putri Badru‟l Qamariya.

Raja Iskandar sangat terpesona oleh

kecantikan yang dimiliki oleh Putri

Badru‟l Qamariya, ia merupakan wanita

tercantik di antara manusia yang ada di

dunia. Dengan demikian, Raja Iskandar

memilik tiga orang istri yang cantik dan

semuanya merupakan anak raja. Raja

Iskandar membuatkan kemah untuk Putri

Badru‟l Qamariya sama dengan kemah

dua istrinya yang lain. Keesokan harinya,

semua raja berkumpul termasuk Raja

Iskandar berikut Nabi Khidir. Setelah

tamu undangan para orang penting negara

berkumpul, dimulailah acara bersantap

dengan ratusan hidangan lezat yang telah

disiapkan. Mereka menyantap hidangan

tersebut dengan lahap dan diselingi

dengan canda-gurau akrab.

b. Transformasi

Keesokan pagi dimulailah

perjalanan Raja Iskandar dengan semua

tentaranya ke suatu negeri yang berada di

antara negeri Raja Iskandar dengan negeri

Cina. Negeri tersebut merupakan negeri

Tiridun yang masyarakatnya dikenal

dengan kaum Barham. Kaum Barham

tersebut semuanya bertelanjang bagaikan

sekumpulan kambing di sebuah padang

rumput. Raja Iskandar pergi ke negeri

tersebut bukan hendak berperang, tetapi

hanya untuk melihat kebenaran yang

terjadi tentang kaum Barham tersebut.

Dalam kunjungannya ke negeri

tersebut, Raja Iskandar hanya ditemani

oleh Nabi Khidir dan para pengawal

terbaik yang dipilih. Semua tentaranya

mendirikan kemah di daerah sebelum

negeri Tiridun. Raja Iskandar disambut

oleh kaum Barham dan menyaksikan

kebenaran yang terjadi. Raja Iskandar

memberikan sebuah permintaan kepada

kaum Barham tersebut. Hal tersebut

dilakukan karena selama ini apa yang

diinginkan oleh Raja Iskandar selalu

terpenuhi, dengan kata lain Raja Iskandar

memiliki sifat tinggi hati pada saat itu.

Atas sifatnya tersebut, Raja Iskandar

mendapatkan teguran dari Allah ta‟ala

yaitu dengan beberapa kejadian aneh yang

menimpa Raja Iskandar selama perjalanan

menuju kemah selepas dari negeri Tiridun.

Dengan kejadian tersebut, Raja Iskandar

kembali tersadar dan cepat-cepat

mengucap pujian kepada Allah ta‟ala.

Besok harinya, Raja Iskandar dan

semua pengikutnya memulai kembali

perjalanan. Setelah tiga hari perjalanan,

Page 13: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

77

tibalah mereka di tepi laut yang tidak ada

kehidupan sama sekali, tidak ada orang,

burung, bahkan sebatang pohon. Mereka

pun melanjutkan perjalanan sampai tiga

bulan lamanya. Dalam waktu istirahat,

Raja Iskandar mendengar suara gemuruh

yang sangat keras, lantas ia bertanya pada

Nabi Khidir tentang hal itu. Nabi Khidir

menjelaskan bahwa suara tersebut berasal

dari Durdur, yaitu tempat berkumpulnya

semua mata air yang ada di dunia. Raja

Iskandar penasaran dengan tempat

tersebut dan meminta untuk dijelaskan

bagaimana gambaran dari Durdur itu. Nabi

Khidir menolak untuk menjelaskannya,

karena memang Durdur sangat sulit untuk

dijelaskan dengan kata-kata. Jika mereka

masih diberi umur, mereka akan tiba di

Durdur pada esok hari.

Hari selanjutnya mereka tiba di

tepi Durdur pada petang hari. Raja

Iskandar berkehendak ingin pergi melihat

ke dalam Durdur. Maka ia pun pergi atas

pertimbangan Nabi Khidir dan kuasa

Allah ta‟ala. Maka ia pun pergi dengan

menggunakan sebuah peti. Atas kuasa

Allah ta‟ala muncullah seekor ikan

raksasa yang menelan peti tersebut. Ikan

tersebut dikenal dengan nama Nun.

Keajaiban selanjutnya yaitu, kulit ikan

tersebut sangat bening, sebening kaca,

sehingga Raja Iskandar dapat melihat isi

dari Durdur dari dalam perut ikan Nun.

Raja Iskandar tak henti-hentinya

mengucap syukur dan memuji Allah

ta‟ala.

c. Situasi Akhir

Atas kuasa dan izin Allah ta‟ala

sampailah Raja Iskandar di dalam

Durdur. Raja Iskandar terus mengucap

syukur kepada Allah. Setibanya di sana,

ada seorang penjaga yang terlihat.

Penjaga tersebut sangat terkejut karena

selama 1000 tahun lebih ia menjaga pusat

sumber mata air tersebut, baru ia

kedatangan seorang manusia. Ternyata

penjaga tersebut adalah seorang malaikat

yang bertugas menjaga Durdur. Ia pun

melarang Raja Iskandar untuk melanjutkan

perjalanannya melihar Durdur, seraya

terdengarlah suara dari atas langit bahwa

janganlah ia (malaikat) melarang-larang

Raja Iskandar untuk melanjutkan

perjalanan. Mendengar suara tersebut,

maka malaikat pun mempersilahkan Raja

Iskandar untuk melanjutkan

perjalanannya. Atas kuasa Allah ta‟ala dan

bantuan dari ikan Nun, Raja Iskandar

berhasil kembali dengan selamat ke

tempat semula di mana semua orang sudah

menunggunya dengan cemas.

Sesampainya ia di kemah, dia pun

menceritakan semua pengalaman yang

ajaib yang baru ia alami. Dan tidak semua

orang dapat melakukan pengalaman yang

sama, dan Raja Iskandar merupakan orang

yang diridho Allah untuk mengalami

semua hal menakjubkan tersebut.

H. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS

Pendekatan struktural Greimas

tidak sama dengan pendekatan struktural

pada umumnya. Pendekatan struktural

biasanya membahas tentang tokoh,

penokohan, alur, setting, latar, dan lain-

lain. Pendekatan struktural Greimas

memfokuskan kajian pada fungsi setiap

komponen (manusia dan sesuatu) yang

berada di dalam cerita. Fungsi-fungsi

setiap komponen tersebut merupakan

suatu penggerak yang menyebabkan

terjadinya sebuah cerita. Fungsinya terbagi

atas enam aktan yaitu (1) pengirim, (2)

Page 14: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

78

objek, (3) subjek, (4) penerima, (5)

penolong/pembantu, dan (6)

penentang/penghalang. Setiap fungsi yang

berada di dalam cerita dapat mengisi slot

aktan-aktan yang dirancang oleh Greimas.

Namun, tidak semua aktan dapat diisi jika

memang di dalam cerita tidak tersedia

fungsi aktan tersebut. Kemudian, setiap

aktan dapat menempati beberapa fungsi

aktan contohnya terdapat pada skema

aktan 1 hikayat Iskandar Dzulkarnain.

Dalam skema aktan 1 yang disusun

terlihat bahwa Raja Iskandar menempati

dua fungsi aktan, yaitu aktan pengirim dan

aktan penerima. Hal tersebut terjadi karena

Raja Iskandar berperan sebagai pengirim

dalam upaya mendapatkan objek Putri

Badru‟l Qamariya yang hendak ia nikahi

dengan meminta bantuan kepada Nabi

Khidir yang berfungsi sebagai aktan

subjek. Dengan demikian, aktan penerima

sudah dapat diprediksi yaitu Raja Iskandar

sendiri, karena pada intinya Raja Iskandar

yang akan mendapatkan putri tersebut atas

bantuan berbagai pihak. Namun, pada

fungsi aktan penentang tidak terisi oleh

apapun (seseorang atau sesuatu) karena

memang di dalam cerita tidak terdapat

gangguan atau halangan niatan Raja

Iskandar untuk memperistri Putri Badru‟l

Qamariya.

Begitu juga dengan skema aktan 2

yang telah disusun. Nabi Khidir yang

berfungsi sebagai subjek berfungsi pula

sebagai aktan penerima. Dikaitkan dengan

isi cerita maka akan tampak bahwa Raja

Iskandar tetap berfungsi sebagai aktan

pengirim yang memerintahkan

balatentaranya untuk memerangi negeri-

negeri kafir. Dalam isi cerita ini Raja

Iskandar mendapatkan bantuan dari raja-

raja yang lainnya dalam mengusahakan

tercapainya tujuan untuk mendapatkan

objek yang diisi “negeri kafir”. Seperti

dijelaskan sebelumnya bahwa Nabi Khidir

mengisi dua fungsi aktan yaitu subjek dan

penerima. Hal tersebut dengan asumsi

bahwa jika dihancurkannya negeri-negeri

kafir, maka Nabi Khidir dapat

menegakkan agama Islam.

Dalam skema aktan 3 ada yang

berbeda yaitu terisinya fungsi aktan

penentang. Jika dua skema aktan

sebelumnya fungsi ini tidak terisi, di

skema aktan 3, fungsi aktan ini terisi oleh

bentuk bukan benda. Fungsi aktan ini terisi

oleh “takabbur hati” dari Raja Iskandar.

Raja Iskandar merupakan maharaja, dia

berkedudukan di atas raja-raja yang

lainnya. Dalam isi cerita ini juga Raja

Iskandar mengisi dua fungsi aktan yaitu

aktan pengirim dan penerima. Raja

Iskandar yang merupakan maharaja sudah

barang tentu selalu mendapatkan

keinginanya. Hal tersebut yang membuat

dirinya menjadi takbbur hati sehingga

mendapatkan sebuah teguran dari maha

pencipta.

Dengan menggunakan pendekatan

analisis Greimas akan nampak sebuah

cerita berdasarkan rancangan skema yang

diisi oleh fungsi-fungsi aktan yang pada

hakikatnya membangun cerita tersebut.

Kemudian skema aktan ini mampu

memberikan informasi umum mengenai

jalannya cerita berdasarkan fungsi aktan

yang digambarkan. Selain itu, setiap

dirancang sebuah skema aktan maka akan

terdapat deskripsi dari skema aktan

tersebut. Hal ini juga memungkinkan

pembaca memahami sebuah cerita hanya

dengan membaca skema aktan. Setelah

dirancangnya skema aktan,

dideskripsikan, kemudian disusun sebuah

Page 15: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |

79

struktur fungsional. Dalam struktur

fungsional dibagi atas tiga komponen

yaitu (1) situasi awal, (2) transformasi,

dan (3) situasi akhir. Struktur fungsional

pada dasarnya menjelaskan sebuah cerita

berdasarkan gambaran umum. Terlihat

dari pembagian isi struktur fungsional

yang diawali dengan situasi awal sampai

pada situasi akhir. Hal ini menjelaskan

bahwa menggambarkan sebuah cerita

dengan representasi umumnya.

I. SIMPULAN

Hikayat Iskandar Zulkarnain

berisi mengenai akivitas Raja Iskandar

dalam menyikapi hidup dengan

didampingi Nabi Khidir. Diceritakan

dalam hikayat bahwa Raja Iskandar

adalah maharaja, ia memimpin para raja.

Meskipun ia sangat berkuasa, tetapi ia

tetap taat terhadap agamanya (Islam),

menaati perkataan nabiNya, dan terutama

kepada Allah ta‟ala.

Dalam hikayat dikisahkan bahwa

Raja Iskandar berperang menegakkan

agama Islam, dan selalu ditemani oleh

Nabi Khidir yang secara tersurat menjadi

penasihat pribadi dari Raja Iskandar. Nabi

Khidir selalu mendampingi Raja Iskandar

di setiap kesempatan, bahkan diawal

cerita dikisahkan Raja Iskandar

memercayakan urusan pernikahannya

kepada Nabi Khidir. Setiap akan

mengerjakan sesuatu, Raja Iskandar

selalu meminta pertimbangan dari Nabi

Khidir. Oleh karena mengisahkan

perjalanan raja Iskandar dengan nabi

Chidir, maka wajar ketika hikayat ini

kaya dengan pesan moral, khususnya

pesan moral yang mengarahkan pada

pembentukan karakter shaleh secara

agama (Islam). Pembentukan karakter

yang mengangkat hubungan manusia

dengan Tuhan, alam, diri sendiri, dan

manusia lain.

Langkah-langkah yang dilakukan

dalam menganalisis hikayat Iskandar

Dzulkarnain dimulai dengan

menceritakan ulang isi cerita dengan

menggunakan bahasa (ejaan, makna, alur)

yang mudah dipahami oleh pembaca. Hal

ini berhubungan dengan hikayat itu

sendiri yang menggunakan bahasa

melayu yang sangat berbeda struktur

bahasanya dengan bahasa Indonesia

(EYD) sekarang ini. Setelah melakukan

tahap penceritaan ulang, ditetapkan

aktan-aktan yang akan mengisi setiap

fungsi aktan di dalam skema Greimas.

Dalam penelitian ini disusun sebanyak

empat skema aktan berdasarkan fungsi

dan setting cerita yang berubah-ubah.

Tahap selanjutnya dalam pendekatan

Greimas yaitu menjelaskan struktur

fungsional cerita/hikayat yang

disesuaikan dengan pedoman pendekatan

struktural Greimas,

Raja Iskandar merupakan tokoh

utama dalam hikayat “Iskandar

Dzulkarnain” hal ini tampak pada fungsi

aktan yang selalu ditempati. Raja

Iskandar selalu menempati fungsi aktan

pengirim, bahkan mengisi fungsi aktan

yang lainnya yaitu penerima. Dengan

melihat skema aktan yang dijelaskan

dalam analisis data di bab IV, pembaca

dapat mendapatkan gambaran isi cerita

dengan membaca skema aktan yang

dirancang. Dalam empat skema aktan

yang dirancang, Raja Iskandar menempati

fungsi aktan pengirim sebanyak empat

kali. Hal ini juga mengindikasikan bahwa

Raja Iskandar adalah penggerak cerita.

Kemudian, Nabi Khidir selalu mengisi

Page 16: PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM …

| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

80

fungsi aktan subjek. Hal ini menandakan

bahwa Nabi Khidir merupakan utusan

khusus yang selalu dimintai

pertolongannya oleh pengirim yang diisi

oleh Raja Iskandar. Nabi Khidir

merupakan tokoh yang berpengaruh

dalam cerita, karena perannya sangat

dibutuhkan oleh Raja Iskandar. Dapat

dikatakan bahwa dimana ada Raja

Iskandar disitu ada Nabi Khidir, begitu

juga sebaliknya. Ini membuktikan bahwa

Raja Iskandar dan Nabi Khidir

merupakan tokoh pembangun cerita, dan

merupakan tokoh utama.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. C. (2009). Pokoknya

Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hasiem dan Azies. 2010. Menganalisis

Fiksi. Bogor: Penerbit Ghalia

Indonesia

Nyoman, K. R. (2003). Teori, mode dan

penelitian sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori

Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Syamsuddin dan Vismaia. (2009). Metode

Penelitian Pendidikan Bahasa.

Tarigan, H. G.(2008). Menulis. Bandung:

Angkasa.

Taum, Y. Y. (2011). Studi sastra lisan.

Yogyakarta: Lamalera.

Wiyatmi. (2009). Pengantar Kajian

Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

www.wikipedia.org. (24 November 2013,

pukul 05.33 WIB). Hikayat.

[Online]. Diakses tanggal 16

Desember 2015, pukul 00.36

WIB.