pendapat carl menger

6
Pendapat Carl Menger Carl Menger dianggap sebagai bapak pendiri mazhab ekonomi Austrian. Bertentangan dengan ahli ekonomi klasik Inggris, Menger berpendapat bahw anilai lebih ditentukan oleh faktor subyektif (kepuasan atau permintaan)ketimbang faktor obyektif (diaya produksi atau persediaan). Nilai menurut Menger, berasal dari kepuasan kebutuhan manusia. Manusia perlu menciptakan permintaan akan barang- barang , mereka menjadi kekuatan penggerak dari pertukaran ekonomi dan membantu menentukan harga. Lebih jauh, Menger berpendapat , karena kebutuhan manusia lebih besar daripada barang yang tersedia untuk memuaskan kebutuhan ini, orang-orang akan memilih secara rasional diantara semua barang alternatif yang tersedia untuk mereka. Menger (1985, hal 127) menggambarkan prinsip-prinsip ini dengan tabel,yang dapat dilihat pada tabel 1. Tiap kolom dalam tabel mewakili tipe barang yang berbeda. Angka romawi mewakili seberapa penting sebuah barang tertentu bagi beberapa individu, atau tingkat kepuasan yang diperoleh dengan mengkonsumsi barang tersebut. Menurut Menger, barang-barang harus memuaskan kebutuhan subyektif dari konsumen, dan konsumen harus mengakui fakta ini jika barang-barang mempunyai nilai. Tabel 1 I II III IV V VI …X 10 9 8 7 6 5 1 9 8 7 6 5 4 0 8 7 6 5 4 3 0 7 6 5 4 3 2 0 6 5 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 0 0

Upload: adif

Post on 16-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

sejarah pemikiran ekonomi

TRANSCRIPT

Pendapat Carl Menger

Carl Menger dianggapsebagai bapak pendiri mazhab ekonomi Austrian. Bertentangan dengan ahli ekonomi klasik Inggris, Menger berpendapat bahw anilai lebih ditentukan oleh faktor subyektif (kepuasan atau permintaan)ketimbang faktor obyektif (diaya produksi atau persediaan). Nilai menurut Menger, berasal dari kepuasan kebutuhan manusia. Manusia perlu menciptakan permintaan akan barang-barang , mereka menjadi kekuatan penggerak dari pertukaran ekonomi dan membantu menentukan harga. Lebih jauh, Menger berpendapat , karena kebutuhan manusia lebih besar daripada barang yang tersedia untuk memuaskan kebutuhan ini, orang-orang akan memilih secara rasional diantara semua barang alternatif yang tersedia untuk mereka.Menger (1985, hal 127) menggambarkan prinsip-prinsip ini dengan tabel,yang dapat dilihat pada tabel 1. Tiap kolom dalam tabel mewakili tipe barang yang berbeda. Angka romawi mewakili seberapa penting sebuah barang tertentu bagi beberapa individu, atau tingkat kepuasan yang diperoleh dengan mengkonsumsi barang tersebut. Menurut Menger, barang-barang harus memuaskan kebutuhan subyektif dari konsumen, dan konsumen harus mengakui fakta ini jika barang-barang mempunyai nilai.Tabel 1IIIIIIIVVVIX

10987651

9876540

8765430

7654320

6543210

5432100

Menger juga mengakui bahwa ketika semakin banyak jumlah barang yang dibeli seseorang, setiap urutan kuantitas yang dibeli akan mengurangi keouasan konsumen. Yaitu, orang akan kepuasan marjinal yang menurun ketika mereka semakin banyak mengkonsumsi barang . Jdi tabel 1 menunjukan bahwa unit pertama barang pertama yang dikonsumsi akan menghasilkan kepuasan yang terbesar dan konsumsi unit berikutnyasemakin lama semakin menurun kepuasannya.Sayangnya Menger hanya memberi sedikit contoh dari barang-barang yang masuk dalam setiap kategori ini. Ia hanya menyatakan bahwa barang kategori I adalah untuk mempertahankan hidup; barang kategori II adalah barang untuk menjaga kesehatan; kategori III adalah barang untuk memberikan kesejahteraan individu; dan kategori IV adalah tipe hiburan yang berlainan. Jadi kategori I mungkin mewakili makanan;kategori II perawatan kesehatan dan kategori IV adalah hiduran.Menger juga tidak menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh angka-angka dalam tabel ini. Tapi sepertinya angka-angka itu untuk mengukur keingianan atau kepuasan relatif yang diterima dari konsumsi barang-barang yang berbeda (Menger, 1985,hlm.163-176). Mengerj juga mengungkapkan dengan jelas bagaimana individu membuat keputusan sehubungan dengan apa yang hendak dikonsumsi atauberapa jumlah uang mereka yang hendak dibelanjakan. Karena pendapatan konsumen yang tersedia terbatas, individu pertama-tama akan membeli barang-barang yang memuaskan kebutuhan yang lebih penting. Barang-barang dengan nilai subyektif 10 akan dikonsumsi lebih dulu sebelum barang dengan nilai 9, yang pada gilirannya akan dikonsumsi lebih dulu sebelum barang dengan nilai nilai 8 atau dibawahnya.Salah satu konsekuensi penting dari teori nilai ini adalah semua aktivitas yang menghasilkan kepuasan subyektif adalah aktivitas yang produkrif. Bertentangan dengan ekonom klasik Inggris, menurut Menger perdagangan adalah produktif karena orang-orang tidak akan berdagang kecuali mereka merasa bahwa barang yang mereka terima akan memberikan lebih banyakkepuasan ketimbang barang yang mereka serahkan. Dan berlawanan dengan Quesnay, pertanian dan manufaktur keduanya dapat menjadi kegiatan produktif karena barang-barang yang diproduksi oleh masing-masing sektor ekonomi ini memberikan kepuasan kepada konsumen.Implikasi lain dari teori nilai subyektif adalah teori nilai tenaga kerja(lihst juga RICARDO) menjadi keliru. Seperti yang ditulis oleh Menger (1985,hlm.145):Faktor yang menentukan dalam nilai barang, karena itu, bukan jumlah tenaga kerja atau barang yang diperlukan untuk pembuatannya dan juga bukan jumlah yang diperlukan untuk reproduksinya, tetapi lebih ditentukan oleh besarnya kepentingan dari kepuasan berkenaan dengan yang kita sadariMenurut Menger, karena nilai-nilai berasal dari Individu, analisa ekonomi harus dimulai dengan mempelajari individu. Posisi ini kemudian dikenal sebagaiIndividualisme netodologis.Menger juga mengakui bahwa faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal) mempunyai nilai karena mereka memuaskan keinginan secara tidak langsung; faktor-faktor ini dibutuhkan untuk memproduksi barang-barang yang diinginkan oleh orang-orang. Untuk mencari nilai aktual dari faktor-faktor ini Menger berpendapat bahwa kita harus menarik satu unit dari faktor (misalnya pekerja) dan mengamati berapa output yang hilang. Nilai dari output ini adalah nilai yang ditambahkan oleh pekerja tersebut. Nilai ini mempresentasikan kepuasan konsumen yang dihasilkan oleh pekerja itu. Nilai yang diciptakan oleh masing-masing faktor produksi karena itu yang digunakan dalam memproduksi barang pasti tergantung pada nilai yang diharapkan yang diciptakan oleh faktor tersebut (Menger,1985,hlm.124).Sementara M Abraham Garcia-Torres dalam Consumer Behaviour Theory : Utility Maximization and the seek of Novelty membagi nilai guna menjadi dua. Berdasarkan dua tindakan ekonomi yang dilakukan konsumen, Dua tindakan ini saling berhubungan :1. Nilai Guna Keputusan ( Decision Utility ) yang berhubungan dengan Tindakan pembelian ( action of Purchasing ) . Dalam tindakan pembelian konsumen membeli beberapa barang pada waktu yang bersamaan. dan sebelum melakukan pembelian konsumen harus memutuskan barang yang mana yang akan dia beli.2. Nilai Guna Pengalaman (Experienced Utility ) Yang berhubungan Dengan Tindakan Konsumsi ( action of Consumption ) dengan kapasitas pemenuhan kepuasan dari barang tersebut. Marginal utility berhubungan dengan kebutuhan manusia. Namun kebutuhan manusia tidak memiliki batas. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhannya manusia perlu membuat keputusan dalam menentukan pilihan mana yang akan dia ambil agar tecapai kepuasan yang maksimal. Berdasarkan hukum Gossen atau yang biasa dikenal dengan law of siminishing marginal utility berlaku bahwa semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi, maka tambahan nilai kepuasannya yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun. Dan konsumen akan selalu berusaha dalam mencapai kepuasan total yang maksimum.Hukum marginal utility yang semakin menurun / Law of Diminishing Marginal Utility : apabila tambahan nilai guna yang akan diperoleh dari seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negativeKonsep nilai guna (utility) bisa menjelaskan kelemahan berupa paradok antara kegunaan suatu barang dengan harganya. Seperti tentang durian, dimana sampai titik tertentu Anda tidak mau lagi memakannya, bahkan jika buah durian itu diberikan secara gratis. Hal ini menunjukkan bahwa tambahan kepuasan yang diberikan dari tiap tambahan unit barang yang dikonsumsi semakin berkurang. Inilah yang disebut Law of Diminishing Marginal Utility.Penggambaran tentang marginal utility dan law of diminishingmrginal utility adalah ketika suatu orang sedang lapar maka iya akan makan, setiap nasi yang iya makan akan memiliki nilai kepuasan namun bila porsinya terus ditambah pada suatu saat akan kenyang kenyang disini disebut dengan titik kepuasan maksimal. Namun bila sudah mencapai kepuasan maksimal dan derus ditambah maka akan menurunkan nilai kepuasannya, sama seperti bila sudah kenyang namun porsi makanan terus ditambah maka pada suatu saat akan muntah.Kejadian contoh tersebut terlihat pada kurva berikut

Pada bagan diatas terlihat bahwa konsumsi suatu barang secara kontinu akan mencapai suatu titik yang disebut dengan titik kepuasan puncak atau titik jenuh. Dan konsumsi yang dilakukan setelah mencapai titik puncak akan menurunkan tingkat kepuasan dari barang tersebut secara total

Kurva diatas menggambarkan tentang nilai guna suatu barang. Jumlah barang yang terus ditambahkan akan menurunkan tingkat utility dari barang tersebut.Marginal utility adalah sebuah konsep yang menggambarkan tentang tingkat penurunan nilai suatu barang yang terjadi bila kuantitas barang tersebut terus ditambahkan. Penambahan ini menyebabkan nilai suatu barang akan menurun.