pendahuluan uji garpu tala

7
A. Garpu Tala Garpu tala adalah alat yang berbentuk seperti garpu bergigi dua (atau berbentuk huruf y) dan beresonansi pada frekuensi tertentu bila dihentakkan pada suatu benda. Garpu tala hanya bergetar pada satu frekuensi, misalnya nada a' dengan frekuensi 440 Hertz. Karena frekuensi ini tetap, garpu tala biasanya digunakan untuk menala alat musik lain, seperti gitar dan piano . Nyaring dan lama nada tersebut terdengar sesuai dengan kuatnya hentakan dan dimana kemudian ujung garpu tala itu diletakkan. Jika diletakkan di tempat yang baik menghantarkan suara, maka suaranya terdengar lebih kuat dan lama, jika tempat diletakkannya gagang garpu tala di tempat yang tidak baik menghantarkan suara, maka suaranya nyaris tak terdengar dan sebentar. Salah satu cara untuk melakukan uji ketajaman pendengaran di lakukan dengan menggunakan garpu tala. Dengan pemeriksaan menggunakan garpu tala ini, kita dapat mengetahui ketajaman pendengaran OP dan mengetahui beberapa cara memeriksa ketajaman pendengaran menggunakan garpu tala. Untuk melihat ada tidaknya gangguan fungsi pendengaran pada OP adalah dengan menggunakan

Upload: ria-tri-lestari

Post on 26-Jul-2015

255 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan Uji Garpu Tala

A. Garpu Tala

Garpu tala adalah alat yang berbentuk seperti garpu bergigi dua

(atau berbentuk huruf y) dan beresonansi pada frekuensi tertentu bila

dihentakkan pada suatu benda. Garpu tala hanya bergetar pada satu

frekuensi, misalnya nada a' dengan frekuensi 440 Hertz. Karena frekuensi

ini tetap, garpu tala biasanya digunakan untuk menala alat musik lain,

sepertigitar dan piano.

Nyaring dan lama nada tersebut terdengar sesuai dengan kuatnya

hentakan dan dimana kemudian ujung garpu tala itu diletakkan.

Jika diletakkan di tempat yang baik menghantarkan suara, maka

suaranya terdengar lebih kuat dan lama, jika tempat diletakkannya

gagang garpu tala di tempat yang tidak baik menghantarkan suara, maka

suaranya nyaris tak terdengar dan sebentar.

Salah satu cara untuk melakukan uji ketajaman pendengaran di

lakukan dengan menggunakan garpu tala. Dengan pemeriksaan

menggunakan garpu tala ini, kita dapat mengetahui ketajaman pendengaran

OP dan mengetahui beberapa cara memeriksa ketajaman pendengaran

menggunakan garpu tala.

Untuk melihat ada tidaknya gangguan fungsi pendengaran pada

OP adalah dengan menggunakan garpu tala. Test garpu tala digunakan

untuk pengukuran kualitatif, idealnya menggunakan garpu tala dengan

frekuensi 512, 1024, dan 2048 Hz. Bila tidak mungkin cukup dipakai garpu

tala dengan frekuensi 512 Hz karena garpu tala ini tidak terlalu

dipengaruhi oleh suara bising disekitar lingkungan pemeriksaan.

Ada 4 jenis tes garpu tala yang sering dilakukan :

1. Tes batas atas dan batas bawah

2. Tes Rinne

3. Tes Weber

4. Tes Schwabach

Page 2: Pendahuluan Uji Garpu Tala

Tes-tes ini memiliki tujuan khusus yang berbeda dan saling

melengkapi.

1. Tes Batas Atas Batas Bawah

Tujuan : menentukan frekwensi garpu tala yang dapat di dengar

penderita melewati hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas

ambang normal.

Cara :

Semua garpu tala (dapat dimlai dari frekwensi terendah berurutan

sampai frekwensi tertinggi / sebaliknya) dibunyikan satu persatu, dengan

cara dipegang tangkainya kemudian kedua ujung kakinya dibunyikan

dengan lunak(dipetik dengan ujung jari/kuku, didengarkan terlebih dulu

o/ pemeriksa sampai bunyi hampir hilang untuk mencapai intensitas

bunyi yang terendah bagi orang normal/ nilai ambang normal), kemudian

diperdengarkan pada penderita dengan meletakkan garpu tala di dekat

MAE pada jarak 1-2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang

menghubungkan MAE kanan dan kiri.

Interpretasi :

* Normal : mendengar garpu tala pada semua frekwensi.

* Tuli konduksi : batas bawah naik (frekwensi rendah tak terdengar)

* Tuli sensori neural : batas atas turun (frekwnsi tinggi tak terdengar)

Kesalahan :

Garpu tala dibunyikan terlalu keras shg tidak dapat mendeteksi pada

frekwensi mana penderita tak mendengar.

2. Tes Rinne

Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada satu

telinga penderita.

Cara :

Page 3: Pendahuluan Uji Garpu Tala

- Bunyikan garpu tala frekwensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak lurus

pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita

tak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita.

Apabila penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE

desebut Rinne positif, bila tidak mendengar disebut Rinne negatif.

- Bunyikan garpu tala frekwensi 512 Hz, kemudian dipancangkan pada

planum mastoid, kemudian segera dipindah di depan MAE, penderita

ditanya mana yang lebih keras. Bila lebih keras di depan disebut Rinne

positif, bila lebih keras di belakang Rinne negatif.

Interpretasi :

* Normal : Rinne positif (mendengar)

* Tuli konduksi : Rinne negatif ( tidak mendengar)

* Tuli sensori neural : Rinne posotof (dengar)

Kadang-kadang terjadi false Rinne (pseudo positif atau pseudo negatif)

terjadi bila stimulus bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak di tes, hal ini

dapat terjadi bila telinga yang tidak dites pendengarannya jauh lebih baik

daripada yang di tes.

3. Tes Weber

Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga

penderita.

Cara :

- Garpu tala frekwensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya

diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada

vertex, dagu atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada garis

horizontal. Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang

Page 4: Pendahuluan Uji Garpu Tala

mendengar atau mendengar lebih keras. Bila mendengar pada satu

telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga tak

mendengar atau sama-sama mendengar bararti tak ada lateralisasi.

Interpretasi :

* Normal : tidak ada lateralisasi

* Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakit.

* Tuli sensori neural : mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat

lebih dari satu.

Contoh : lateralisasi ke kanan, dapat di interpretasikan :

a. Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal

b. Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat.

c. Tuli sensori neural kiri, telinga kanan normal.

d. Tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih berat

e. Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri.

4. Tes Schwabach

Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang

antara penderita dgn pemeriksa.

Cara :

- Garpu tala frekwensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya

diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah

tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid

penderita. Bila penderita masih mendengar maka Schwabach

Page 5: Pendahuluan Uji Garpu Tala

memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar,

terdapat 2kemungkinan yaitu Schwabach memendek atau normal.

Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes

pada penderita dulu baru ke pemeriksa.

Garpu tala 512 Hz dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada

mastoid penderita, bila penderita sudah tidak mendengar maka

secepatnya garpu tala dipindahkan pada mastoid pemeriksa, bila

pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa

masih mendengar berarti Schwabach penderita memendek.

Interpretasi :

* Normal : Schwabach normal

* Pada tuli konduksi : Schwabach memanjang.

* Pada tuli sensori neural : Schwabach memendek

Kesalahan Uji/ Test bisa dikarenakan :

* Garpu tala tidak tegak dengan baik, kaki garpu tala tersentuh sehingga

bunyi menghilang.

* Isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberitahukan oleh pasien