pendahuluan latar belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/t1_802009042_full... ·...

28
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan hidup manusia, setiap individu mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan individu pada dewasa dalam kehidupan manusia adalah memasuki kehidupan berkeluarga atau menikah. Berdasarkan Undang-Undang pernikahan No 1 tahun 1974, yang dimaksud dengan pernikahan yaitu ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhahan yang Maha Esa (Gunarsa, 1991). Setiap orang yang memasuki jenjang pernikahan tentu menginginkan terciptanya keluarga yang bahagia, sejahtera lahir dan batin. Banyak cerita dan mitos yang berkembang di masyarakat yang menggambarkan bahwa pernikahan akan membuat individu yang menjalaninya lebih puas dari pada kehidupan sebelumnya. Pernikahan dapat saja langgeng selamanya atau dapat pula bercerai di tengah perjalanannya. Suatu pernikahan yang berhasil tentulah yang diharapkan setiap pasangan (Kartono, 1996). Di samping itu banyak bukti yang menunjukan bahwa kepuasan dalam kehidupan pernikahan akan lebih berperan dalam menciptakan kebahagiaan hidup secara keseluruhan. Seiring dengan berjalannya waktu, dalam kehidupan pernikahan kemungkinan akan muncul berbagai permasalahan, yang sedikit banyak mempengaruhi kepuasan rumah tangga. Ada beberapa kriteria yang dicetuskan para ahli dalam mengukur keberhasilan pernikahan. Kriteria itu antara lain (a) awetnya suatu pernikahan, (b)

Upload: tranmien

Post on 08-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan hidup manusia, setiap individu mengalami

perkembangan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Salah satu tugas

perkembangan individu pada dewasa dalam kehidupan manusia adalah memasuki

kehidupan berkeluarga atau menikah. Berdasarkan Undang-Undang pernikahan

No 1 tahun 1974, yang dimaksud dengan pernikahan yaitu ikatan lahir dan batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

ketuhahan yang Maha Esa (Gunarsa, 1991).

Setiap orang yang memasuki jenjang pernikahan tentu menginginkan

terciptanya keluarga yang bahagia, sejahtera lahir dan batin. Banyak cerita dan

mitos yang berkembang di masyarakat yang menggambarkan bahwa pernikahan

akan membuat individu yang menjalaninya lebih puas dari pada kehidupan

sebelumnya. Pernikahan dapat saja langgeng selamanya atau dapat pula bercerai

di tengah perjalanannya. Suatu pernikahan yang berhasil tentulah yang diharapkan

setiap pasangan (Kartono, 1996). Di samping itu banyak bukti yang menunjukan

bahwa kepuasan dalam kehidupan pernikahan akan lebih berperan dalam

menciptakan kebahagiaan hidup secara keseluruhan. Seiring dengan berjalannya

waktu, dalam kehidupan pernikahan kemungkinan akan muncul berbagai

permasalahan, yang sedikit banyak mempengaruhi kepuasan rumah tangga.

Ada beberapa kriteria yang dicetuskan para ahli dalam mengukur

keberhasilan pernikahan. Kriteria itu antara lain (a) awetnya suatu pernikahan, (b)

Page 2: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

2

kebahagiaan suami dan isteri, (c) kepuasan pernikahan, (d) penyesuaian seksual,

(e) penyesuaian pernikahan, dan (f) kesatuan pasangan (Burgess & Locke, 1960).

Di sini kepuasan pernikahan menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan

suatu pernikahan. Kepuasan pernikahan adalah sebuah evaluasi menyeluruh

mengenai hubungan pernikahan yang dijalani (Olson & Defrain, 2006).Tidak

semua pasangan yang menikah mengalami atau memiliki kepuasan pernikahan.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan di Salatiga

kepada beberapa responden. Ternyata ada beberapa pasangan yang mengeluhkan

mengenai masalah pernikahan, di antaranya masih ada istri yang sering mengeluh

mengenai perihal keuangan padahal suami mereka bekerja siang dan malam.

Selain itu pasangan ini sering mengalami tidak adanya waktu untuk berbagi

masalah yang dialami oleh masing-masing pasangan, hal ini disebabkan karena

kurangnya intensitas waktu luang yang dimiliki untuk berbagi cerita. Bagi

pasangan yang menikah di usia remaja kepuasan pernikahan di usia remaja kurang

bisa dirasakan karena mereka yang menikah di usia remaja menyadari adanya

keterbatasan ekonomi dan tingkat pendidikan istri yang rata-rata hanya tamatan

SMA membuat mereka harus bekerja ekstra demi kelangsungan hidup

pernikahannya. Selain itu ada beberapa yang masih bergantung kepada orang

tuanya dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Sedangkan bagi pasangan yang

menikah di usia dewasa umumnya mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan

dengan suami yang mayoritas pasangan suami istri tersebut bekerja. Kepuasan

pernikahan dirasakan pada 1-2 tahun pertama ketika masih mengawali hidup

bersama sebelum mempunyai anak. Pada masa-masa awal pernikahan pasangan

Page 3: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

3

suami istri yang telah dewasa ini dan mempunyai kematangan secara ekonomi,

hidupnya menjadi terkonsep dalam mempersiapkan beberapa anggaran untuk

kebutuhan berumah tangga agar tercapai kepuasan dalam pernikahannya.Namun

hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa banyak pasangan yang tidak

mengeluhkan permasalahan keluarga dan mereka mengatakan bahwa mereka puas

dengan pernikahannya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam pernikahan yakni

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan harapan,

keinginan,dan kebutuhan yang ada dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal

adalah keberadaan anak, lama usia pernikahan, pendidikan individu, perbedaan

jenis kelamin, religiusitas dan komunikasi interpersonal.

Penelitian Blood dan Wolfe (dalam Rybash, Roodin, & Santrock, 1991)

mengatakan pentingnya penelitian ini dilakukan karena banyaknya fenomena

remaja khususnya perempuan yang menikah di usia muda. Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan bisa diprediksi dengan kualitas

hubungan sebelum menikah. Pada kelompok sampel yang berada pada kelompok

conflited couple memiliki kepuasan pernikahan yang rendah. Disebutkan pula

bahwa conflicted couple merupakan pasangan dengan tingkat pendidikan dan

pendapatan yang rendah.

Pernikahan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa

awal, termasuk pada wanita dewasa. Penelitian pada 200 orang dewasa

menemukan bahwa wanita usia dewasa yang menikah melaporkan lebih puas

daripada yang masih sendiri (Papalia &Olds, 1994). Bahkan orang yang menikah

Page 4: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

4

lebih sehat baik secara fisik maupun psikis daripada orang yang tidak pernah

menikah. Menurut Erikson (1989) tahap perkembangan usia dewasa adalah

membangun intimasi yaitu membentuk hubungan pribadi yang mendalam dan

abadi. Pada usia dewasa hidup berkeluarga merupakan salah satu kebutuhan

individu pada satu pihak dan sebagai tugas perkembangan yang harus di jalani

pada pihak yang lain (Mappiare, 1983). Jadi usia dewasa, individu lebih siap

untuk berkeluarga. Karena sudah melewati tahap-tahap perkembangan yang ada

pada tahap usia sebelumnya yaitu usia remaja yang sedang mempersiapkan

pernikahan. Hal tersebut nampak dalam kesiapan dalam mengatasi konflik-konfik

yang dialami selama berumah tangga. Dari penjelasan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa usia memasuki pernikahan adalah usia dimana seseorang telah

matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu sekitar 20-25 tahun.

Sesuai dengan tahap perkembangan maka masa menjalani pernikahan

adalah pada masa dewasa awal, karena memasuki kehidupan pernikahan tidak

cukup berbekal telah tercapainya kematangan dalam hal perkembangan fisik

namun juga penting adalah kematangan dalam berbagai aspek perkembangan

yang lain (kognitif, emosi, sosial) yang umumnya dicapai pada masa dewasa awal.

Pada masa dewasa sebelum individu melakukan pernikahan perlu melakukan

persiapan memasuki kehidupan berumah tangga yang diwujudkan dalam menjalin

hubungan dengan lawan jenisnya yang merupakan tugas perkembangan masa

remaja. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mempersiapkan pernikahan

sedangkan dewasa awal adalah melaksanakan pernikahan sering kali menjadikan

keprihatinan ketika dua masa perkembangan ini dimaknai sama oleh sebagian

Page 5: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

5

banyak individu namun sebenarnya memiliki perbedaan yang sangat tips. Hal ini

terlibat adanya pernikahan di usia remaja atau biasa disebut dengan pernikahan

dini. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa, oleh sebab itu remaja telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah

dan belum dapat mengambil tanggung jawab baik terhadap dirinya maupun

masyarakat. Termasuk tanggung jawab untuk menikah dan membina keluarga

dalam arti yang sesungguhnya. Saxton dan Paxman (1994) menyatakan bahwa

pernikahan remaja sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk

melakukan pernikahan, remaja berpikir telah saling mencintai dan siap untuk

melangsungkan pernikahan (siap untuk menikah).

Untuk menentukan kepuasan pernikahan seseorang digunakan aspek-aspek

yang akan dievaluasi oleh seorang istri atau seorang suami terhadap pasangan dan

terhadap pernikahannya. Berbagai faktor yang dipandang memiliki hubungan

dengan kepuasan pernikahan. Namun salah satu yang menarik untuk dikaji dari

sisi wanita adalah usia kronologis. Pertambahan usia bagi wanita membawa

dampak besar bagi perubahan fisik maupun emosional wanita tersebut. Usia

kronologis adalah jumlah berapa tahun umur yang dimiliki seseorang terhitung

semenjak dia dilahirkan.

Sehubungan dengan kepuasan pernikahan, penelitian di Jepang menemukan

adanya hubungan positif yang signifikan antara usia wanita tersebut dengan

kepuasan pernikahan (Kamo, 2004). Penelitian ini menemukan bahwa wanita di

Jepang mengalami penurunan kepuasan pernikahan seiring dengan bertambahnya

umur mereka. Meskipun demikian, penelitian ini tidak menemukan hasil yang

Page 6: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

6

sama dalam sampel wanita Amerika. Pada sampel usia tua pada wanita Amerika

justru menunjukkan angka kepuasan pernikahan tinggi. Namun hasil ini dipercaya

disebabkan oleh kecenderungan orang Amerika yang segera bercerai apabila

sudah tidak mengalami kepuasan pernikahan lagi. Meningkatnya usia biasanya

juga disertai dengan kemunduran secara fisik. Beberapa kemunduran fisik dapat

menimbulkan berbagai persoalan selanjutnya seperti depresi, kemunduran rasa

percaya diri dan harga diri yang dipercaya berhubungan dengan kepuasan

pernikahan (Gottman & Notarius, 2000).

Orang yang menikah pada usia dua puluhan memiliki kesempatan lebih

sukses dalam pernikahan, daripada yang menikah pada usia yang lebih muda.

Sebagian besar penelitian dibidang kepuasan pernikahan telah difokuskan pada

usia saat melakukan pernikahan (Both & Edwards, 1985). Menikah diusia muda

atau orang-orang yang menikah diusia dini berada pada resiko ketidakstabilan

pernikahan dan semakin tinggi perceraian (Laswell, 1991). Setiap masa

perkembangan memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui, begitupun juga

remaja. Tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan

sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk

menghadapimasa dewasa yang salah satunya adalah mempersiapkan pernikahan

dan keluarga (Hurlock, 1999).

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis ingin mengkaji apakah ada

perbedaan kepuasan pernikahan pada istri yang menikah di usia remaja dan

dewasa. Dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan pernikahan istri

yang menikah di usia remaja dan dewasa.

Page 7: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

7

Pengertian Kepuasan Pernikahan

Menurut Olson dan Defrain (2006) yang mendefinisikan kepuasan

pernikahan sebagai sebuah evaluasi menyeluruh mengenai hubungan pernikahan

yang dijalani.

Aspek- Aspek Kepuasan Pernikahan

Salah satunya aspek yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

teori yang dikemukakan Olson dan Fowers (1989), ada beberapa area dalam

pernikahan yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pernikahan. Area-

area tersebut antara lain:

1. Communication (Komunikasi)

Area ini melihat bagaimana peraasaan dan sikap individu dalam

berkomunikasi dengan pasangannya. Area ini berfokus pada rasa senang yang

dialami pasangan suami-istri dalam berkomunikasi, dimana mereka saling berbagi

dan menerima informasi tentang perasaan dan pikirannya.

2.Leisure Activity ( Aktivitas waktu senggang)

Area ini menilai pilihan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu

senggang yang merefleksikan aktivitas yang dilakukan secara personal atau

bersama. Area ini juga melihat apakah suatu kegiatan dilakukan sebagai pilihan

individu atau pilihan bersama serta harapan-harapan dalam mengisi waktu luang

bersama pasangan.

3.Religious Orientation (Orientasi keagamaan)

Area ini menilai makna keyakinan beragama serta bagaimana

pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang memiliki keyakinan

Page 8: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

8

beragama, dapat dilihat dari sikapnya yang peduli terhadap hal-hal keagamaan dan

mau beribadah. Umumnya, setelah menikah individu akan lebih mmeperhatikan

kehidupan beragama. Orang tua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai

agama yang dianut kepada anakanya. Mereka juga akan menjadi teladan yang

baik dengan membiasakan diri beribadah dan melaksanakan ajaran agama yang

mereka anut.

4.Conflict Resolution (Pemecahan masalah)

Area ini berfokus untuk menilai persepsi suami istri terhadap suatu masalah

serta bagaimana pemecahannya. Diperlukan adanya keterbukaan pasangan untuk

mengenal dan memecahkan masalah yang muncul serta strategi yang digunakan

untuk mendapatkan solusi terbaik. Area ini juga menilai bagaimana anggota

keluarga saling mendukung dalam mengatasi masalah bersama-sama serta

membangun kepercayaan satu sama lain.

5.Financial Management (Manajemen keuangan)

Area ini menilai sikap dan cara pasangan mengatur keuangan, bentuk-

bentuk pengeluaran dan pembuatan keputusan tentang keuangan. Konsep yang

tidak realistis, yaitu harapan-harapan yang melebihi kemampuan keuangan,

harapan untuk memliki barang yang diinginkan, serta ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan hidup dapat menjadi masalah dalam pernikahan (Hurlock,

1999). Konflik dapat muncul jika salah satu pihak menunjukkan otoritas terhadap

pasangannya juga tidak percaya terhadap kemampuan pasangan dalam mengelola

keuangan.

Page 9: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

9

6.Sexsual Orientation (Hubungan seksual)

Area ini berfokus pada refleksi sikap yang berhubungan dengan masalah

seksual, serta kesetiaan terhadap pasangan. Penyesuaian seksual dapat menjadi

penyebab pertengkarandan ketidakbahagiaan apabila tidak dicapai kesepakatan

yang memuaskan. Kepuasan seksual dapat terus meningkat seiring berjalannya

waktu. Hal ini bisa terjadi karena kedua pasangan telah memahami dan mengetaui

kebutuhan mereka satu sama lain, mampu mengungkapkan hasrat dan cinta

mereka, juga membaca tanda-tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat

tercipta kepuasan bagi pasangan suami-istri.

7.Family and Friends (Keluarga dan Teman)

Area ini dapat melihat bagaimana perasaan dan perhatian pasangan

terhadap hubungan kerabat, mertua serta teman-teman. Area ini merefleksikan

harapan dan perasaan senang mengabiskan waktu bersama keluaraga besar dan

teman-teman. Pernikahan akan cenderung lebih sulit jika salah satu pasangan

menggunakan sebagian waktunya bersama keluarganya sendiri,jika ia juga mudah

dipengaruhi oleh keluarganya dan jika ada keluarga yang datang dan tinggal

dalam waktu lama (Hurlock, 1999).

8.Children and Parenting (Kehadiran anak dan menjadi orang tua)

Area ini menilai sikap dan perasaan tentang memiliki dan membesarkan

anak. Fokusnya adalah bagaimana orang tua menerapkan keputusan mengenai

disiplin anak, cita-cita terhadap anak serta bagaimana pengaruh kehadiran anak

terhadap hubungan dengan pasangan. Kesepakatan antara pasangan dalam hal

mengasuh dan mendidik anak penting halnya dalam pernikahan. Orangtua

Page 10: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

10

biasanyamemiliki cita-cita pribadi terhadap anaknya yang dapat menimbulkan

kepuasan bila itu dapat terwujud.

9.Personality Issue (Kepribadian)

Area ini melihat penyesuian diri dengan tingkah laku, kebiasaan-kebiasaan

serta kepribadian pasangan. Biasanya sebelum menikah individu berusaha

menjadi pribadi yang menarik untuk mencari perhatian pasangannya bahkan

dengan berpura-pura menjadi orang lain. Setelah menikah, kepribadian yang

sebenarnya akan muncul. Setelah menikah perbedaan ini dapat memunculkan

masalah. Persoalan tingkah laku pasangan yang tidak sesuai harapan dapat

menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai yang

diinginkan maka akan menimbulkan perasaan senang dan bahagia.

10.Egalitarian Role(Peran egalitarian)

Area ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam

dalam kehidupan pernikahan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, tugas rumah

tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orang tua. Suatu peran harus

mendatangkan kepuasan pribadi. Pria dapat bekerja sama dengan wanita sebagai

rekan yang baik di dalam maupun diluar rumah. Suami tidak merasa malu jika

penghasilan istri lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita

mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serta

memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan

kepuasan pribadi.

Page 11: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam pernikahan yakni

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan harapan,

keinginan,dan kebutuhan yang ada dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal

adalah keberadaan anak, lama usia pernikahan, pendidikan individu, perbedaan

jenis kelamin, religiusitas dan komunikasi interpersonal.

Batasan Usia Remaja

Menurut Santrock, (1973) masa remaja adalah masa transisi atau peralihan

dari masa anak ke dewasa, pada masa ini individu banyak mengalami perubahan-

perubahan fisik maupun psikis. Pada umunya beberapa ahli menentukan awal atau

permulaan dari masa remaja terjadi pada saat pubertas sedangkan akhir dari masa

remaja terjadi pada saat individu sudah dapat memikul tanggung jawab orang

dewasa seperti bekerja dan menikah (Cole, 1984). Menurut Monks (1992) secara

global masa remaja terjadi pada saat individu berusia 18 sampai dengan 21 tahun.

Batasan Usia Dewasa

Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur

18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat pertumbuhan-pertumbuhan fisik

dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Sementara

itu, Santrock (2003) mengatakan bahwa secara umum mereka yang tergolong

dewasa awal (young adulthood) ialah mereka yang berusia 21-40 tahun.

Page 12: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

12

Kepuasan Pernikahan di Tinjau dari Usia Menikah Remaja dan Dewasa

Menurut Dariyo (2003), usia menikah dapat diartikan sebagai usia atau

periode yang telah di tempuh oleh dua orang yang berlainan jenis kelamin sejak

mereka mengikatkan janji lahir batin untuk hidup bersama.Pernikahan merupakan

puncak dari hubungan intim dimana terdapat proses penyatuan dua pribadi yang

berbeda. Dalam kehidupan rumah tangga terjadi proses penyatuan dua pribadi

yang bebeda dalam sebuah ikatan pernikahan. Hal tersebut merupakan proses

adaptasi. Setiap pasangan pasti menginginkan suatu pernikahan yang dapat

berlangsung lama serta memuaskan secara batin dan psikologis. Kehidupan

pernikahan yang bahagia diasosiasikan dengan kepuasan yang diperoleh dari

kehidupan pernikahan tersebut. Tingkat kepuasan yang dimiliki pasangan-

pasangan dalam suatu pernikahan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Kepuasan pernikahan tergantung pada kebutuhan, harapan, dan keinginan

seseorang dalam hubungan pernikahan tersebut. Seseorang merasa puas jika

kebutuhan mereka terpenuhi dan ketika harapan dan keinginan seseorang

terpuaskan. (www.charismatest.com/research/17/research-on-marital-

satisfaction).

Menurut Steinberg (1993) remaja lebih memungkinkan untuk

melangsungkan pernikahan dibanding usia dewasa hal ini terjadi karena tekanan

ekonomi, tingkat pendidikan yang rendah, dan pekerjaan yang prospeknya rendah.

Pernikahan usia remaja dan pernikahan usia dewasa awal memiliki pengertian

yang sama yaitu merupakan hubungan antara suani dan istri yang memiliki ikatan

resmi dan memiliki tujuan yang sama dalam menjalin keluarga yang bahagia,

Page 13: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

13

bahagia lahir maupun batin. Hal yang membedakan adalah usia biologis

pengantin, kelangsungan hidup ke depan yang akan dijalani oleh pengantinnya,

dimana dalam kehidupan tidak terlepas dari banyak persoalan baik terhadap

pasangan maupun perubahan yang akan terjadi pada diri sendiri serta bagiamana

cara menyikapi masalah-masalah yang akan dihadapi yang membawa dampak

pada kepuasan pernikahan yang dijalani.

Keadaan ini akan menjadi berbeda pada pernikahan usia dewasa. Individu

usia dewasa sudah cukup matang dalam menjalani kehidupan berumah tangga,

selain itu dilihat dari tugas perkembangannya usia dewasa sudah siap melakukan

pernikahan. Hal tersebut nampak dalam kesiapan dalam mengatasi konflik-konflik

yang dialami selama berumah tangga. Individu usia dewasa memiliki kemampuan

untuk menerima diri, berhubungan postitif dengan orang lain, mencapai tujuan

hidup sesuai yang diharapkan yang dikemukakan oleh Ryff (1995).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menduga bahwa ada perbedaan

kepuasan pernikahan antara istri yang menikah di usia remaja dan dewasa karena

usia saat menikah berperan terhadap kepuasan pernikahan. Kepuasan pernikahan

pada usia dewasa lebih tinggi dari pada kepuasan pernikahan usia remaja. Usia

yang matang memasuki pernikahan merupakan salah satu aspek yang berpengaruh

terhadap kepuasan pernikahan, karena usia yang matang seorang individu dapat

berfikir positif dan memiliki kedewasaan berpikir dalam menyelesaikan setiap

masalah yang dihadapi. Bila usia telah matang dan didukung dengan cara berpikir

yang baik sehingga akan dengan mudah menyelesaikan masalah-masalah yang

Page 14: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

14

terjadi dalam kehidupannya maka akan menciptakan kepuasan dalam

pernikahannya.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah “Ada perbedaan kepuasan pernikahan pada istri yang menikah di usia

remaja dan dewasa, kepuasan pernikahan pada istri yang menikah di usia dewasa

lebih tinggi dari pada kepuasan pernikahan pada istri yang menikah di usia

remaja.”

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian komparasi (uji

beda).

Partisipan

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling karena menggunakan karakteristik tertentu. Sampel berjumlah

80 subjek yang terdiri dari 40 subjek yang menikah di usia remaja dan 40 subjek

yang menikah di usia dewasa. Pengambilan sampel dilakukan di Salatiga.

Instrumen

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala kepuasan pernikahan.

Skala kepuasan pernikahan mengacu kepada aspek kepuasan pernikahan menurut

Olson dan Fowers (1989). Jumlah item pada skala kepuasan pernikahan berjumlah

57 item dan sudah dimodifikasi. Skala kepuasan pernikahan diukur dengan

menggunakan skala likert dengan dua pernyataan mendukung dan tidak

Page 15: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

15

mendukung atau favorable dan unfavorable. Skala penelitian ini menggunakan

empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS),

Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian skala mempunyai jenjang nilai dari (1)

sampai (4). Untuk penilaian item favourable, subjek akan memperoleh skor empat

(4) untuk jawaban Sangat Sesuai; skor tiga (3) untuk jawaban Sesuai; skor dua (2)

untuk jawaban Tidak Sesuai; skor satu (1) untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai.

Sedangkan pada item yang unfavourable, subyek akan memperoleh skor empat

(4) untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai; skor tiga (3) untuk jawaban Tidak Sesuai;

skor dua (2) untuk jawaban Sesuai; skor satu (1) untuk jawaban Sangat Sesuai.

Setelah pengujian, jumlah item pada skala kepuasan pernikahan berjumlah

15 item, uji reliabilitas skala kepuasan pernikahan sebesar 0,831 dengan analisis

daya diskriminasi lebih besar dari 0,25. Jadi dapat dikatakan data tersebut

reliabel.

Page 16: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

16

Tabel 1

Item Valid dan Gugur Pada Skala Kepuasan Pernikahan

No Aspek No item

Favorable

No item

Unfavorable

Jumlah

Item Valid

1 Komunikasi 1,2*,3*,4* 5*,11* 1

2 Aktivitas waktu

senggang

7*,8*,9*,10* 6,12* 1

3 Orientasi Keagamaan 13*,14*,15*,16* 17 1

4 Pemecahan Masalah 18*,19*,20*,21* 22 1

5 Manajemen Keuangan 23*,24*,25*,26* 27,28 2

6 Hubungan Seksual 29,30*,31*,32* 33 2

7 Keluarga dan Teman 34*,35*,36*,37* 38,39 2

8 Kehadiran anak dan

menjadi orang tua

40,41*,42*,43* 44,45* 2

9 Kepribadian 46,47*,48*,49* 50*,51 2

10 Peran Egalitarian 52*,53*,54*,55* 56,57* 1

Total 40 17 15

Ket : Item dengan tanda (*)adalah item yang gugur

Prosedur Pengambilan Data

Penelitian dilakukan dengan surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi

yang ditanda tangani oleh pembimbing dan kaprogdi. Pengambilan data dilakukan

pada tanggal 27 Juni sampai dengan 3 Juli 2014 di Salatiga dan Ungaran. Jumlah

skala psikologi yang dibagikan sebanyak 80 lembar dengan kelompok usia

Page 17: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

17

menikah remaja 40 lembar dan menikah usia dewasa 40 lembar dan total skala

psikologi yang kembali sebanyak 80 lembar. Keseluruhan jumlah subjek dalam

penelitian ini sebanyak 80 subjek. Penelitian selesai dilakukan pada tanggal 3 Juli

2014. Penghitungan data mentah dilakukan dengan bantuan Microsoft Office

Excel 2007, kemudian diolah dengan menggunakan bantuan program komputer

SPSS 16.0 for windows.

Teknik Analisis Data

Untuk menguji apakah ada perbedaan kepuasan pernikahan usia remaja

dan dewasa, maka penelitian ini menggunakan teknik Independent sample T-test.

HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogrov-Smirnov

pada program SPSS 16.0. Data dikatakan normal, apabila data memiliki nilai

signifikasi lebih besar dari (p>0,05). Berdasarkan uji normalitas, nilai signifikasi

skala kepuasan pernikahan sebesar p=3,039 (p>0,05). Maka data yang diperoleh

dari skala kepuasan pernikahan berdistribusi normal.

Uji Homogenitas, data dikatakan homogen apabila memiliki taraf signifikasi

(p>0,05). Untuk uji homogenitas dalam penelitian ini akan dibantu dengan

program SPSS 16.0 menggunakan Test Homogeneity of Variance.Berdasarkan

hasil pengujian homogenitas signifikasi sebesar 0,659 (p>0,05). Maka dari data

yang diperoleh homogen.

Page 18: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

18

Hasil Analisis Deskriptif

Tabel 2

Kategori Skor Kepuasan Pernikahan

No Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar

deviasi

1. 48,75<X<60 Sangat

Tinggi

10 12,5%

41,15

7,021

2. 37,5<X<48,75 Tinggi 41 51,25%

3. 26,25<X<37,5 Rendah 29 36,25%

4. 15<X<26,25 Sangat

Rendah

0 0

MAX =57 MIN =27 80

Berdasarkan data di atas, dari 80 subjek diperoleh hasil dengan kategori

menunjukkan kepuasan pernikahan pada istri yang menikah di usia remaja dan

usia dewasa berbeda-beda, mulai dari kategori sangat rendah, rendah, tinggi dan

sangat tinggi. Keterangan kategori kepuasan pernikahan sangat rendah sebesar

0%, rendah 36,25%, tinggi 51,25%, dan sangat tinggi sebesar 12,5%. Maka

sesuai hasil tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kepuasan

pernikahan yang menikah di usia remaja dan usia dewasa berada pada kategori

tinggi.

Page 19: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

19

Tabel 3

Kategori Skor Kepuasan Pernikahan Usia Remaja dan Dewasa

No Interval Kategori Frekuensi

Menikah

Remaja

% Mean Frekuensi

Menikah

Dewasa

% Mean

1

48,75<X<60

Sangat

Tinggi

3 7,5%

38,60

7 17,5%

43,70

2 37,5<X<48,75 Tinggi 17 42,5% 24 60%

3 26,25<X<37,5 Rendah 20 50% 9 22,5%

4

15<X<26,25

Sangat

Rendah

0 0 0 0

Jumlah Subjek 40 40

Data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 20 (50%) istri yang menikah

di usia remaja tergolong dalam kategori kepuasaan pernikahan rendah, 17 (42,5%)

istri yang menikah di usia remaja tergolong dalam kategori kepuasaan pernikahan

tinggi, 3 (7,5%) istri yang menikah di usia remaja tergolong dalam kategori

kepuasan pernikahan sangat tinggi, dan pada kategori sangat rendah masing-

masing memiliki persentase 0% (Tidak ada istri yang menikah diusia remaja yang

tergolong dalam kategori tersebut).

Sedangkan 9 (22,5%) istri yang menikah di usia dewasa tergolong dalam

kategori rendah, 24 (60%) istri yang menikah di usia dewasa tergolong pada

kategori tinggi, 7 (17,5%) istri yang menikah di usia dewasa tergolong pada

Page 20: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

20

kategori sangat tinggi, dan pada kategori sangat rendah memiliki persentase 0%

(tidak ada istri yang menikah di usia dewasa yang tergolong dalam kategori

tersebut).

Hasil Uji T

Hasil uji T dihitung menggunakan Independent Sample Test dengan

bantuan SPSS 16.0.

Tabel 4

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig.

(1-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std.

Error

Differenc

e

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Total Equal

variance

s

assumed

.924 .339 -3.474 78 .001 -4.025 1.159 -6.331 -1.719

Equal

variance

s not

assumed

-3.474 77.252 .001 -4.025 1.159 -6.332 -1.718

Page 21: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

21

Dari hasil tabel di atas didapatkan hasil perhitungan Independent Sample

Test nilai T-test -3,474 dengan signifikansi .001 (p<0,05). Hasil tersebut berarti

terdapat perbedaan kepuasan pernikahan antara menikah di usia remaja dan

dewasa.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan kepuasan pernikahan pada istri yang

menikah di usia remaja dan dewasa diperoleh data hasil uji one sample test nilai

T-test -3,474 dengan signifikansi .001 (p<0,05) menunjukkan ada perbedaan

kepuasan pernikahan antara menikah di usia remaja dan usia dewasa. Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Kepuasan pernikahan di usia dewasa

lebih tinggi dari pada kepuasan pernikahan di usia remaja. Sesuai dari hasil

penelitian yang dilakukan kepada istri yang menikah di usia dewasa di kota

Salatiga dengan kategori tinggi pada persentase sebesar 60% dari 40 subjek.

Sedangkan kepuasan pernikahan di usia remaja berada pada persentase sebesar

42,5 % dari 40 subjek.

Fenomena pernikahan di usia dewasa awal terjadi pada masyarakat

Indonesia yaitu usia 21-40 tahun (Hurlock, 1992). Menurut Erikson (dalam

Mussen, 1989) tahap perkembangan usia dewasa adalah membangun intimasi

yaitu membentuk hubungan pribadi yang mendalam dan abadi. Pada usia dewasa

hidup berkeluarga merupakan salah satu kebutuhan individu pada satu pihak dan

sebagai tugas perkembangan yang harus dijalani pada pihak yang lain (Mappiare,

1983). Jadi usia dewasa, individu lebih siap untuk berkeluarga, karena sudah

Page 22: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

22

melewati tahap-tahap perkembangan yang ada pada tahap usia sebelumnya yaitu

usia remaja yang sedang mempersiapkan pernikahan. Di sisi lain menurut Walgito

(2004) usia yang ideal untuk melangsungkan pernikahan pada wanita 23-34 tahun,

kerana menganggap bahwa usia tersebut telah mencapai kematangan psikis, fisik,

sejalan dengan kematangan organ seksual dan reproduksi serta perkembangan

kebutuhan seksual seseorang.

Papalia, Olds, dan Feldman (2001) menyatakan bahwa golongan dewasa

muda berkisar antara 21-40. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan

diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak

bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif

bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki

kehidupan rumah tangga yang baru. Masa ini juga adalah masa dimana

kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang ada pada masa

ini, harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda diantarnya

problem rumah tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga,

menjadi warga masyarakat, pemimpin, suami/istri membutuhkan kestabilan emosi

yang baik. Apabila seseorang merasa puas terhadap pernikahan yang telah dijalani

maka individu beranggapan bahwa harapan, keinginan dan tujuan yang ingin

dicapai pada saat individu menikah telah terpenuhi, baik sebagian maupun

seluruhnya. Individu merasa hidupnya lebih berarti dan lebih lengkap

dibandingkan dengan sebelum menikah. Individu dewasa yang puas terhadap

pernikahannya akan belajar melakukan penyesuaian dalam transisi yang terjadi

dalam kehidupan keluarganya (Cavanaugh & Blanchard, 2006).

Page 23: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

23

Kemungkinan yang lain misalnya yang dikemukakan oleh Argyle dan

Furhman (1983) yaitu bahwa ada beberapa sumber yang penting dalam mencapai

kepuasaan pernikahan, seperti: membicarakan berbagai persoalan dengan cara

saling memahami kebutuhan antara pasangan suami istri, mendiskusikan masalah-

masalah personal, berbagi keyakinan dan nilai-nilai serta bekerja bersama-sama

untuk menyelesaikan tugas bersama. Hicks dan Platt (1970) mengajukan beberapa

faktor dalam mencapai kepuasan pernikahan seperti seringnya kedekatan dan

kebersamaan antara pasangan suami istri, ekspresi kasih, afeksi pasangan

pemuasan kebutuhan akan seks, persahabatan dan komunikasi. Masa dewasa

akhir, membutuhkan suatu penciptaan peraturan yang baru dalam keluarga

sebaagai suatu pasangan suami istri, ataupun orang tua lanjut usia dengan anak

yang sudah dewasa, dan atau sebagai kakek dan nenek. Usia yang semakin tua

menjadikan diri mereka agar semakin berdamai dengan masa lalu mereka dan

mampu menerima kehidupan mereka seperti yang mereka jalani.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ada perbedaan kepuasan pernikahan yang menikah di usia remaja dan dewasa.

2. Kepuasan pernikahan lebih tinggi di usia dewasa (M=43,70), sebagian besar

subjek yang menikah di usia dewasa dengan ketegori kepuasan pernikahan

tinggi sebesar 60%. Sedangkan kepuasan pernikahan usia remaja (M=38,60),

Page 24: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

24

subjek yang menikah di usia remaja dengan kategori kepuasan pernikahan

tinggi sebesar 17%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, serta mengingat masih banyaknya

keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan analisis

mengenai faktor- faktor lainnya selain dari segi usia saat menikah yang

dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan, seperti taraf sosial ekonomi,

komitmen, budaya serta pendidikan.

2. Dalam penelitian berikutnya responden di minta kejujurannya dalam

mengisi setiap pertanyaan sesuai yang di alami dalam pernikahannya.

3. Bagi pasangan yang sudah terikat dalam suatu pernikahan diharapkan dapat

mencapai kepuasan pernikahan sesuai dengan yang diharapkan. Karena

usia pada saat menikah merupakan faktor yang cukup penting dalam

kepuasan pernikahan.

4. Bagi individu yang akan menikah perlu memperhatikan usia sebelum

melangkah ke pernikahan dengan pertimbangan kematangan fisiologis,

kematangan emosional serta tujuan masa depan.

Page 25: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

25

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2003). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________. (2011). Validitas dan reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaplin, J. P. (2008). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Clayton, R. R. (1975). The family, marriage and social change. New York:

Massachusets.

Dariyo, A. (2003). Psikologi pernikahan dewasa muda. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Darmono, A. M. & Hasan. (2002). Menyelesaikan skripsi dalam satu semester.

PT Grasindo.

Dlori, M. M. (2005). Jika cinta di bawah nafsu. Yogyakarta: Prismasophie.

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. (2013). Petunjuk penulisan

penyusunan skripsi. Salatiga.

Fowers, B. J. & Olson, D. H. (1989). Enrich marital inventory: a discriminant

validity & cross validity assessment.

Journal of marital satisfaction, and Family Therapy. 15(1) 65-79.

(Online). Retrieved march 24, 2014 from http://www.prepare-

enrich.com/files/article info/study3.pdf.

________. (1993). Enrich marital inventory: a brief research and clinical tool.

Journey of Family Psychology, 7 (2), 176-185. (Online),

(http://www.buildingrelationship.com/pdf/study10.pdf. Retrieved February

19, 2014

________. (1989). Issues and progress in the measurement of marital satisfaction.

Paper presented at the Mid-Winter Convention of the American Journal

Psychological Association, AZ, 3-4. Retrieved January 20, 2014, from

http://www.maritalsatisfaction.com/pdf.

Goode. W. J. (2007). Sosiologi keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.

Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (1983). Psikologi perkembangan anak dan

remja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

________. (1991). Psikologi untuk keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Page 26: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

26

Hadjar, I. (1996). Dasar-dasar metodologi penelitian kuantitatif. PT Raja

Grafindo Persada.

Hasmi, A dkk. (2003). Membantu remaja memahami dirinya. Jakarta: BKKBN.

Hauck, P. (1995). Membina pernikahan bahagia. Jakarta: Penerbit Arcan.

Hurlock, B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

________. (1999). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kamo, Y. (2004). Comparison of marital satisfaction. New York: Houghton

Company. Retrieved September 25, 2013, from

htpp://www.aall.ufl.edu/SJS/kamosum.html.

Kartono, K. (1996). Psikologi pernikahan. Bandung: Mandar Maju.

Purwodarminto, W. J. S. (1986). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Laswell, M.E. (1991). Mariagge and the Family. USA: Wadsworth.

Mappiare. (1983). Psikologi orang dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.

________. (1982). Psikologi remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Monks, F. J. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: Health Company.

Murniati, A. P. (1992). Citra wanita dalam pernikahan. Yogyakarta: Kanisius.

Mussen, (1989). Perkembangan dewasa. Jakarta: Erlangga.

Olson, D. H., Fournier, D. G. & Druckman, J. M. (1983). Prepare enrich

counselor’s manual.Clinical Psychology Review, 5, 54-58. Retrieved

December 19, 2013 from http://index.php/ejap.

________. D.H & DeFrain, J. (2006). Arriages and family: Intimacy,diversity,

and strength (5th ed).Boston: McGraw-Hill.

Papalia, D. E. (2000). Human development (8th ed.). New York: McGraw-Hill.

________. (2001). Human development (10th Ed). New York: McGraw-Hill.

Prasetya, B. E. A. (2007). Usia kronologis dan usia pernikahan sebagai prediktor

kepuasaan pernikahan pada kaum istri di metro manila. Anima Indonesian

Page 27: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

27

Psychological Jurnal, 22(2), 101-107. Di unduh pada 30 oktober 2013, dari

http://www.kepuasan pernikahan berdasarkan usia menikah.pdf.

Santrock, J. W. (2002). Perkembangan masa hidup. Jakarta:Erlangga.

Sarwono, S. W. (2002). Psikologi remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Saxton, L. (1986). Individual, marriage, and the family. California: Wadsworth

Publishing Company.

Srijauhari, M. (2008). Konflik pasutri yang menikah karena hamil di luar nikah

(Studi kasus pernikahan dini di desa Wonoanti, Gandusari, Kabupaten

Trenggalek). Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: Universitas Islam Negeri

Malang, Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi.

Stinnet, N. (1984). Relationship in marriage and family. New York: Mac Millan

Publishing.

Sugiarto. (2003). Teknik sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2005). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Utami. (2009). Penyesuaian diri remaja putri yang menikah di usia muda. (jurnal

tidak diterbitkan). Diunduh pada 19 november 2013 dari

http://Etd.Eprints.Ums.Ac.Id/4804/1/F100040114.PDF.

Walgito, B. (2000). Bimbingan dan konseling pernikahan. Yogyakarta: AndiRaja

Grafindo Persada.

Page 28: PENDAHULUAN Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8949/1/T1_802009042_Full... · matang dalam memasuki dunia rumah tangga yaitu ... Termasuk tanggung jawab untuk menikah

28