pendahuluan - kesimpulan

43
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam pengaturan homeostasis, yaitu keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Penyakit yang menyerang ginjal dan menyebabkan berkurangnya fungsi ginjal akan memberi efek terhadap keseimbangan cairan dalam tubuh. Oleh karena itu pengetahuan tentang diuretik menjadi amat penting untuk mengetahui obat yang tepat untuk diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. B. Tujuan Percobaan 1. Menjelaskan cara kerja diuretik HCT 2. Menjelaskan cara kerja diuretik akuabides 3. Menjelaskan perbedaan efek diuresis HCT dan akuabides 1

Upload: ferra-marcheela

Post on 02-Jan-2016

115 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pendahuluan - kesimpulan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ terpenting dalam pengaturan homeostasis, yaitu

keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan

volume total dan susunan cairan ekstrasel. Penyakit yang menyerang ginjal

dan menyebabkan berkurangnya fungsi ginjal akan memberi efek terhadap

keseimbangan cairan dalam tubuh. Oleh karena itu pengetahuan tentang

diuretik menjadi amat penting untuk mengetahui obat yang tepat untuk

diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan

dalam tubuh.

B. Tujuan Percobaan

1. Menjelaskan cara kerja diuretik HCT

2. Menjelaskan cara kerja diuretik akuabides

3. Menjelaskan perbedaan efek diuresis HCT dan akuabides

4. Memiliki keterampilan dalam menghitung dosis obat

C. Manfaat

Mengetahui cara menghitng dosis serta efek dari diurettik yang diberikan.

1

Page 2: pendahuluan - kesimpulan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Diuretik adalah obat yang dapat mempercepat pembentukan urin.

Fungsi utama diuretik adalah memobilisasi cairan udem, yang berarti

mengubah keseimbangan cairan ekstra sel menjadi normal (Tray, 2007).

Diuretik merupakan agen yang dapat mengurangi jumlah cairan

berlebih di dalam tubuh, dan mengubah distribusi cairan di dalam tubuh, serta

meningkatkan eliminasi urin dari substansi yang berbahaya. Kemampuan lain

yang dimiliki oleh diuretik ini antara lain dapat meningkatkan (mengatur)

aliran di tubulus ginjal (Zill & Dewar, 2011).

Hal tersebut membuktikan bahwa diuretik ini agen yang dapat

mengatur cairan di dalam tubuh dengan kemampuannya menghasilkan efek

diuresis. Ini sangat bermanfaat dalam fungsinya menurunkan tekanan darah

pada orang yang mengalami hipertensi dan pada orang yang mengalami

masalah edema (Zill & Dewar, 2011).

B. Dasar Teori

1. Diuretik kuat

Diuretik kuat merupakan jenis obat yang paling berefek

dibandingkan dengan obat diuretik lainnya. Obat jenis ini bekerja pada

ansa henle bagian tebal, sehingga nama lain dari obat ini adalah loop

diuretik. Adapun macam yang termasuk kedalam obat diuretik kuat adalah

furosemid, asak etakrinat, bumetamid, dan torsemid (Sunaryo. 2012).

2

Page 3: pendahuluan - kesimpulan

a. Farmakodinamik

Diuretik kuat merupakan obat yang memiliki mula kerja yang

cepat dengan waktu kerja yang lama. Cara kerja obat ini adalah dengan

menghambat reabsorpsi dari elektrolit yang berada di ansa henle

ascenden bagian yang tebal. Pada pemberian secara IV bisa

meningkatkan aliran darah ke ginjal tetapi tidak mempengaruhi

peningkatan filtrasi glomerulus (Sunaryo. 2012).

Obat diuretik kuat ini dapat menyebabkan meningkatknya

ekskresi K+ dan kadar asam urat plasma, mekanismenya kemungkinan

besar sam dengan tiazid. Selain kalium, ion lainnya juga mengalami

peningkatan ekskresi seperti Na, Mg, dan Ca. Obat diuretik kuat juga

dapat digunakan untuk pengobatan simptomatik hiperkalsemia karena

dapat menimbulkan efek kalsiuria (Sunaryo. 2012).

Jika pengunaan obat diuretik kuat ini berlebihan juga dapat

mengakibatkan alkalosis metabolik, hal ini terjadi karena volume cairan

ekstrasel menyusut. Ini juga dapat dipengaruhi oleh ekskresi garam, H+

dan K+, terkadang kejadian ini juga diperparah dengan adanya

hiponatremia (Sunaryo. 2012).

b. Farmakokinetik (Sunaryo. 2012).

1) Absorpsi

Obat diuretik hampir semuanya diserap pada saluran cerna dengan

derajat yang berbeda-beda.

2) Distribusi

3

Page 4: pendahuluan - kesimpulan

Penyebaran obat ini dengan cara berikatan dengan protein plasma

secara ekstensif. Sehingga tidak mudah untuk difiltarsi diglomerulus

teta[i cepat untuk disekresikan melalui sistem transport asam organik

di tubulus proksimal.

3) Ekskresi

Sebagian besar ekskresi dilakukan di ginjal, walaupun ada sebagian

yang dapat dieksresi melalui hati.

4) Efek samping

Efek samping dari masing-masing obat diretik berbeda-beda.

Seperti halnya asam etakrinat dan furosemid efeknya dibedakan

menjadi 1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit yang sering terjadi. 2. Efek samping lain yang berbeda

dengan kerja utamanya seperti hiperurisemia (Sunaryo. 2012).

Efek samping yang dapat terjadi lainnya adalah gangguan

saluran pencernaa, depresi elemen darah, rash kulit, parestesia, dan

disfungsi hati. Pada gangguan akibat etakrinat biasanya menyerang

saluran cerna. Selain itu obat jenis ini juga dapat menyebabkan

nefritis interstisial alergik. Selain itu asam etakrinat dapat juga

menyebabkan ototoksisitas atau ketulian sementara maupun

menetap. Ketulian ini berhubungan dengan perubahan cairan pada

endolimfe (Sunaryo. 2012).

5) Sediaan dan posologi

Asam etakrinat terdapat dalam bentuk tablet 25 dan 50 mg

digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari. Selain dosis oral obat

4

Page 5: pendahuluan - kesimpulan

ini juga menyediakan dosis IV yang berkisar 50 mg atau 0,5-1

mg/kgBB (Sunaryo. 2012).

Furosemid terdapat dalam sediaan tablet 20, 40, 60 mg dan

preparat suntikan. Pada orang dewasa biasanya mencapai 600 mg/

hari. Bumetanid tersedia dalam sediaan tablet 0,5 dan 1 mg. Selain

dalam bentuk tablet bumentamuid juga tersedia dalam bentuk bubuk

injeksi dengan dosis IV dan IM mencapai 0,5-1 mg (Sunaryo. 2012).

Tabel 1.1 Dosis dan Sediaan Diuretik Kuat

Nama Ketersediaa

n oral

Waktu

paruh(jam)

Dosis(1-2x/

hari)

Furosemid 60% 1,5 20-80 mg

Bumetamid 80% 0,8 0,5-2 mg

Asam etakrinat 100% 1 50-200 mg

Torsemid 80% 3,5 2,5-20 mg

2. Diuretik hemat kalium

Obat hemat kalium ini memiliki beberapa macam yaitu antagonis

aldosteron, triamteren dan amilorid. Efek diuretik yang ditimbulkan tidak

begitu kuat seperti loop diuretik (Sunaryo. 2012).

a. Antagonis aldosteron

Jenis aldosteron merupakan mineralokortikoid yang memiliki

efek paling kuat. Peran utama dari aldosteron adalah untuk

meningkatkan reabsorpsi natrium dan klorida didalam tubuli serta

meningkatkan ekresi dari kalium dalam tubuh. Kadar aldosteron dalam

5

Page 6: pendahuluan - kesimpulan

tubuh bisa meningkat jika seseorang mengalami pembedahan,taruma,

asupan kalium yang tinggi, asupan natrium yang rendah, bendungan

pada bena cava inferior, serosis hepatis nefrosis dan payah jantung

(Sunaryo. 2012).

1) Farmakodinamik

Obat jenis ini memiliki mekanisme kerja sebagai penghambat dari

aldostreon sendiri. Sehingga dengan adanya antagonis aldosteron ini

dapat mengurangi reabsorpsi Na+ di hilir tubuli distal dan duktus

koligentes serta ekskresi K+ juga akan mengalami penurunan

(Sunaryo. 2012).

2) Farmakokinetik

a) Absorpsi : absorpsi yang dilakukan oleh antagonis

aldosteron ini dilakukan pada saluran

pencernaan.

b) Metabolisme : jalur sirkulasi enterohepat merupakan jalur

lintas utama pada obat jenis ini.

c) Distribusi : setelah masuk melalui tubuh obat jenis ini akan

didistribusikan oleh protein plasma.

d) Ekskresi : ekskresi dilakukan melalui ginjal (Sunaryo.

2012).

3) Efek samping

Efek samping yang dapat dijumpai pada obat ini adalah

hiperkalemia, kejadian ini dapat terjadi saat pemberian bersamaan

dengan thiazid atau pada penderita yang mengalami gangguan ginjal

6

Page 7: pendahuluan - kesimpulan

berat. Efek samping lainnya adalah ginekomastia yang bersifat

reversible (Sunaryo. 2012).

4) Indikasi

Antagonis aldosteron digunakan juga dalam pengobatan anti

hipertensi dan udem yang bersifat refrakter. Selain itu

hiperaldosteron dan untuk mengingkatkan diuresis merupakan

kegunaan lain dari obat ini (Sunaryo. 2012).

5) Sediaan dan dosis

Macam dari diuretik hemat kalium adalah spironolakton, memiliki

sediaan tablet 25, 50, dan 100 mg. Dosis untuk dewasa sekitar 25-

200 mg (Sunaryo. 2012).

b. Triamteren dan Amilorid

Kedua jenis obat ini merupakan obat dengan kegunaan untuk

meningkatkan ekskresi daei natrium dan klorida, sedangkan ekskresi

kalium berkurang dan bikarbonat tidak mengalami perubahan.

Triamteren dapat menurunkan ekskresi dari kalium dengan

menghambat sekresinya pada tubuli distal. Sehingga obat jenis ini

(triamteren) dapat digunakan dalam keadaan asidosis dan alkalosis

(Sunaryo. 2012).

Pada klinik biasanya obat jenis ini dikombinasikan dengan obat

jenis lain. Kombinasi yang dilakukan ini bertujuan agar efek

natriuresisnya dapat ditingkatkan sedangkan eksksresi kalium dapat

dikurangi (Sunaryo. 2012).

1) Farmakokinetik

7

Page 8: pendahuluan - kesimpulan

a) Absorpsi : Obat jenis ini paling banyak diabsorpsi pada

bagian pencernaan

b) Metabolisme : Dilakukan pada bagian hepar

c) Ekskresi : Ginjal masih menjadi tempat ekskresi utama

(Sunaryo. 2012).

2) Efek samping

Efek samping yang sebisa mungkin harus dicegah adalah

pemberian obat jenis ini adalah hiperkalemia. Efek samping lain

yang mungkin dapat terjadi adalah mual, muntah, kejang kaki dan

pusing (Sunaryo. 2012).

Efek samping lain yang dapat terjadi adalah azostermia yang

bersifat reversibel. Diare dan sakit kepala juga merupakan efek

samping lain yang dapat ditimbulkan olerh obat jenis amilorid

(Sunaryo. 2012).

3) Indikasi

Obat jenis ini sangat disaran untuk pasien dengan udem. Tetapi obat

jenis ini jauh akan lebih bermanfaat jika diberikan bersamaan dengan

obat diuretik golongan lain. Sebagai peringatan, obat diuretik ini

jangan diberikan bersamaan dengan spironolakton karena dapat

mengakibatkan bahaya hiperkalemia(Sunaryo. 2012).

4) Sediaan dan dosis

Triamteren tersedia dalam bentuk kapsul dengan dosis biasanya

adalah 100-300 mg perhari. Untuk amilorid bentuk tablet 5 mg

diberikan sebanyak 5-10 mg perhari (Sunaryo. 2012).

8

Page 9: pendahuluan - kesimpulan

Tabel 1.2 Dosis dan Sediaan Obat Diuretik Hemat Kalium (Sunaryo,

2012)

Nama Ketersediaan

oral

Waktu paruh

(jam)

Dosis

Amilorid 15-25% 21 5-10 mg

Triamteren 50% 4,2 37,5-75 mg

Spironolakton 70% 2,5 25-100mg

3. Thiazid

Tiazid merupakan diuretik yang tergolong obat dengan potensi

yang sedang sehingga 5-10% natrium yang difiltrasikan dapat

diekskresikan (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008).

Kerja utama yang dilakukan oleh tiazid adalah dengan cara

reabsorpsi aktif dari natrium disertai dengan klorida dan air yang terletak

pada tubulus distal. Hambatan yang terjadi dapat meningkatkan volume

urin dan kehilangan natrium, klorida, dan kalium. Beberapa obat jenis

tiazid juga dapat menghambat kerja enzim karbonik anhodrase sehingga

dapat mengurangi reabsorpsi ion bikarbonat (Staf Pengajar Departemen

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008).

a. Farmakokinetik

1) Absorpsi : dapat diabsopsi melalui traktus gastrointestinal.

2) Distribusi : dapat melalui ikatan bersamaan dengan protein

9

Page 10: pendahuluan - kesimpulan

3) Ekskresi : Dilakukan pada ginjal (Staf Pengajar Departemen

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya, 2008).

b. Farmakodinamik

Tiazid bekerja langsung pada arteriole yang dapat

mengakibatkan vasodilatasi, sehingga dapat menurunkan tekanan

darah.Tiazid dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan lama kerjanya: tiazid

kerja pendek memiliki lama kerja kurang dari 12 jam; tiazid kerja

menengah, memiliki lama kerja 12-24 jam; dan tiazid kerja lama

memiliki lama kerja lebih dari 24 jam (Staf Pengajar Departemen

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008).

c. Efek samping

Efek samping yang mungkin terjadi antara lain adalah ketidak

seimbangan elektrolit yaitu hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesia,

dan kehilangan bikarbonat. Selain itu juga terdapat hiperglisemia,

hiperuresemia, dan hiperlipidemia. Obat jenis tiazid juga dapat

mempengaruhi metabolisme dari karbohidrat, sehingga dapat

mengakibatkan hiperglikemi. Selain itu Tiazid juga dapat meningkatkan

koleterol serum, lipoprotein berdensitas rendah, dan kadar trigliserid.

Sedangkan efek samping lain yang biasnya sering mengikuti adalah

pusing, mual, muntah, konstipasi, urtikaria, dan diskrasia darah (Staf

Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya, 2008).

10

Page 11: pendahuluan - kesimpulan

Klortalidon merupakan salah satu jenis tiazid. Obat ini dapat

mengakibatkan penurunan volume yang berakibat pada hipotensi

ortostatik hipersensitivitas juga dapat terjadi seperti penekanan sumsum

tulang, dermatitis, dan vaskulitis nekrotikans (Staf Pengajar

Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,

2008).

d. Kontraindikasi

Pada penderita gagal ginjal sangat tidak dianjuran untuk

mengkonsumsi obat golongan tiazid ini. Gagal ginjal tersebut dapat

menimbulkan gejala seperti oligouria, peningkatan nitrogen urea, dan

peningkatan kreatinin darah. Selain itu kontraindikasi yang lain adalah

pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat dan hipersensitivitas

(Gery, 2008).

e. Interaksi obat

Interaksi obat yang perlu dicermati adalah penggunaan obat

bersamaan dengan digoksin. Karena tiazid dapat menyebabkan

hipokalemia yang menguatkan kerja dari digoksin, dan bisa berakibat

pada keracunan digitalis. Adapun gejala-gejala yang dapat ditimbulkan

adalah bradikardi, mual, muntah, perubahan pengliatan (Staf Pengajar

Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,

2008)

f. Sediaan dan dosis

Setiap jenis dari tiazid memiliki kadar dosis yang berbeda-beda,

klorotiazid tablet 250 dan 500 mg dosis yang diberikan 500-2000 mg

11

Page 12: pendahuluan - kesimpulan

perhari, hidroklorotiazid tablet 25 dan 50 mg dosis yang diberikan 25-

100 mg perhari, klortalidon tablet 25, 50, dan 100 mg dosis yang

diberikan 25-100 mg, bendroplumetiazid tablet 2,5; 5, dan 10 mg

dengan dosis 5-20 mg perhari (Sunaryo, 2012).

12

Page 13: pendahuluan - kesimpulan

Tabel 1.3 Dosis dan Sediaan Diuretik Golongan Tiazid (Sunaryo, 2012)

Nama Ketersediaan

oral

Waktu paruh

(jam)

Dosis

Bendroflumetiazid 100% 3-3,9 2,5mg tunggal

Klorotiazid 9-56% 1,5 0,5-1 g bagi 2

Hidroklorotiazid 70% 2,5 25-100 mg tunggal

Hidroflumetiazid 50% 1,7 25-100 mg dibagi 2

Politiazid 100% 25 1-4 mg tunggal

klortalidon 65% 47 50-100 mg tunggal

13

Page 14: pendahuluan - kesimpulan

I. METODE PRAKTIKUM

A. Alat

1. Beakerglass

2. Papan lilin

3. Kapas

4. Sonde tikus

5. Spuit 3cc

B. Bahan

1. Furosemid tab 40 mg

2. HCT tab 25 mg

3. Ekstrak daun teh

4. Air perasan kulit bagian dalam (putih) buah semangka

5. Aquabides

6. Alkohol

7. Prokain penicillin G

C. Hewan Percobaan/Probandus

Hewan : tikus (Rattus novergicus)

D. Cara Kerja

1. Ambil 2 ekor tikus

2. Timbang tikus

14

Page 15: pendahuluan - kesimpulan

3. Kosongkan kandung kencing dengan menekan abdomen bagian bawah

secara perlahan.

4. Tampung urin dan hitung volumenya dalam beaker glass 50 cc/ pipet

5. Masukkan tikus ke dalam beaker glass 1000 cc

6. Beri tikus A dengan HCT dan tikus B dengan akuabides

7. Tampung dan catat pengeluaran urin

8. Buatlah grafik

15

Page 16: pendahuluan - kesimpulan

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1. Berat Badan Tikus

a. Tikus A : 250 gram

b. Tikus B : 275 gram

2. Keadaan sebelum diberikan HCT dan aquabides (16.00 WIB)

a. Jumlah urin

1) Tikus A : 0 cc

2) Tikus B : 0 cc

b. Kondisi tikus di regio inguinal

1) Tikus A : kering

2) Tikus B : basah

3. Keadaan setelah 4 jam diberikan HCT dan aquabides (20.00 WIB)

a. Jumlah urin

1) Tikus A : 1.2 cc

2) Tikus B : 0.6 cc

c. Kondisi tikus di regio inguinal

1) Tikus A : basah

2) Tikus B : basah

4. Keadaan setelah 8,5 jam diberikan HCT dan aquabides (06.00 WIB)

b. Jumlah urin

1) Tikus A : 2.02 cc

2) Tikus B : 1.7 cc

d. Kondisi tikus di regio inguinal

1) Tikus A : basah

16

Page 17: pendahuluan - kesimpulan

2) Tikus B : basah

Tabel 3.1 Perhitungan Dosis HCT dan Aquabides pada Tikus Percobaan

Tabel

3.2 Efek obat pada Tikus Percobaan.

17

Tikus A (HCT) Tikus B (Aquabides)

Dosis = 2.25 mg/ Kg BB

= BB

1000 x 2.25 mg

= 250

1000 x 2.25 mg

= 0.5625 mg

Sediaan 25 mg/10 cc

Dosis (cc) = 0.5625 mg

25 mg x

10cc

= 0.225 cc

Dosis (cc) = 2 ml

Waktu Tikus A (HCT) Tikus B (Aquabides)

Sebelum percobaan - 2 tetes

4 jam 1.2 cc 0.6 cc

8,5 jam 2.02 1.7 cc

Page 18: pendahuluan - kesimpulan

Gambar 3.1 Grafik Efek Obat terhadap Waktu.

B. Pembahasan

Pada percobaan diatas didapatkan HCT memiliki efek diuresis yang

lebih optimal jika dibandingkan dengan aquabides. Hal ini dapat dilihat

dari hasil urin yang dikeluarkan oleh kedua tikus. Pada 4 jam pertama

tikus A mengeluarkan 1,2 cc dan tikus B mengeluarkan 0,6 cc. Pada 8,5

jam berikutnya tikus A mengeluarkan 2,02 cc dan tikus B mengeluarkan

1,7 cc. Dengan demikian, tikus A yang diberi HCT mengeluarkan lebih

banyak urin jika dibandingkan dengan tikus B yang diberi aquabides.

HCT merupakan obat diuretik golongan thiazid yang mempunyai

tempat kerja di tubulus kontortus distal bagian hulu. HCT menghambat

reabsorbsi NaCl dari sisi lumen sel epitel TCD dengan memblokade

transporter Na+ dan Cl-. Dalam TCD, penurunan kadar Na+ intrasel akibat

18

sebelum percobaan

4 jam 8.5 jam0

0.5

1

1.5

2

2.5

Tikus A (HCT)Tikus B (Aquabides)

Page 19: pendahuluan - kesimpulan

blockade pemasukan Na+ oleh HCT meningkatkan pertukaran pertukaran

Na+/Ca2+ dan meningkatkan absorpsi Ca2+ secara keseluruhan (Ives, 2010).

HCT diabsorpsi melalui saluran cerna dan efeknya tampak setelah

1 jam. Struktur kimianya adalah 6-Chloro-3,4-dihydro-2H-1,2,4-benzo

hiadiazine-7-sulfonamide 1,1-dioxide. Dengan suatu proses aktif, HCT

diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Jadi klirens

ginjal obat ini besar sekali, biasanya 3-6 jam sudah diekskresikan dari

badan.

Aquabides merupakan air (H2O) yang melalui proses penyulingan 2

kali agar mnjadi murni dan lepas dari zat besi, mangan, zinc, kapur dan

sejenisnya (Hamid, 2007). Aquabides tidak memiliki efek diuresis pada

tubuh karena volume urin yang dikeluarkan sama dengan volume urin

biasanya.

Hasil uji efek diuresis HCT lebih optimal dibandingkan dengan

aquabides. Akan tetapi dalam praktikum kali ini, hasil yang telah

dipaparkan sebelumnya mungkin masih memiliki keterbatasan dalam hal

akurasi, hal ini bisa dikarenakan kemampuan praktikan yang masih

kurang, baik itu dari segi teknis maupun pengetahuan.

19

Page 20: pendahuluan - kesimpulan

C. Aplikasi Klinis

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit kardiovascular yang paling

banyak ditemui. Karena adanya peningkatan tekanan arteri sehingga

dapat menyebabkan perubahan patologis pada sistem sirkulasi dan

hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi menjadi penyebab utama dari

penyakit stroke yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit infrak

miokard (Brown, 2010).

Tiazid bekerja sebagai vasodilator ringan, serta menghambat

transport NaCl secara bebas di tubulus kontortus distal. Beberapa efek

dari tiazid uga mempengaruhi kerja enzim karbonik anhidrase akan

tetapi efeknya tidak berhubungan dengan cara kerja yang utama dari

tiazid (Brown, 2010).

Dahulu tiazid banyak digunakan sebagai obat lini pertama dalam

pengobatan hipertensi, namun karena efeknya yang sekarang banyak

diketahui yaitu hiperurisemia (asam urat) penggunaan obat golongan ini

dalam antihipertensi lini pertama agak menurun. Akan tetapi diuretik

masih memegang peranan penting dalam pengobatan untuk penurunan

tekanan darah yang membutuhkan banyak obat. selain itu diuretik

merupakan obat yang murah dan efektif (Brown, 2010).

2. Gagal Jantung

Gagal jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian

di berbagai negara. Pengobatan utama gagal antung adalah untuk

20

Page 21: pendahuluan - kesimpulan

menurunkan geala, yang merupakan akkibat dari gangguan

hemodinamika. Peningkatan volume intravaskular dan tekanan darah

dapat menyebabkan hipertensi vena baik sistemik maupun pulmonal,

yang menyebabkan pasien dispnea pada saat melakukan aktivitas.

Diuretik terutama diperlukan pada pasien yang telah memperlihatkan

geala (Ooi, 2010).

Diuretik dibutuhkan mengingat organ targetnya yaitu ginal

memiliki peranan penting dalam perubahan hemodinamik, hormonal

dan sistem saraf autonom. Pada beberapa keadaan seperti teradinya

retensi urin dan air kombinasi dari diuretik kuat dan tiazid sangan

dibutuhkan (Brown, 2010).

3. Penyakit Ginjal

Pada beberapa kasus penyakit ginal biasanya menyebabkan

hilangnya garam, akan tetapi kebanyakan kasus sebenarnya

menyebabkan teradinya retensi garam dan air. Insufisiensi ginal ringan

dapat diobati dengan menggunakan diuretik (Brown, 2010).

Beberapa penyakit ginal terutama nefropati diabetikum dapat

menyebabkan hiperkalemia, pada keadaan ini penggunaan diuretik

golongan tiazid sangat menguntungkan, karena efek dari tiazid yang

dapat meningkatkan sekresi kalium. Akan tetapi diuretik tiazid

biasanya tidak efektif pada penyakit ginal yang GFR nya turun

dibawah 30 mL/menit, pada keadaan ini biasanya digunakan diuretik

golongan kuat (Brown, 2010).

21

Page 22: pendahuluan - kesimpulan

D. Evaluasi

1. Bagaimana mekanisme kerja HCT dan Furosemid dalam menimbulkan

diuresis?

a.) HCT (hidrochlorothiazide)

HCT ini merupakan salah satu obat yang termasuk dalam

golongan Thiazid. Mekanisme kerja obat golongan ini pada

tubulus ginjal adalah dengan menghambat reabsorpsi ion Na dan

Cl dari sisi lumen epitel Tubulus Kontortus Distal (TKD). Di

TKD ini terjadi reabsorpsi aktif 4-8% Na+ dan Cl- yang telah

difiltrasi. Pada TKD ini membrannya memiliki permeabilitas

terhadap air yang rendah sama dengan cabang asenden tebal ansa

Henle. Penghambatan reabsorpsi dilakukan dengan memblokade

transfer Na+/Cl- (NCC). Sehingga cairan tubulus menjadi semakin

encer, dan mengakibatkan efek diuresis (Katzung, 2007). Obat

golongan tiazid ini memiliki efek diuresis sedang, yakni 10-15 %

cairan filtrat glomerular yang diekskresikan (Schmitz, Lepper, &

Heidrich, 2003).

b.) Furosemid

Furosemid yang termasuk dalam diuretik kuat ini juga

memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan HCT

(golongan tiazid). Perbedaannya terletak pada ion-ion yang

dihambat reabsorpsinya. Pada diuretik kuat ini ada 3 ion yang

dihambat reabsorpsinya, yakni ion Na+/K+/2Cl- (NKCC2). Itulah

22

Page 23: pendahuluan - kesimpulan

sebab mengapa golongan ini disebut sebagai diuretik kuat

(Katzung, 2007). Selain itu, diuretik kuat ini juga

mengekskresikan 30-40% dari cairan filtrat glomerulus, sehingga

dikatakan obat ini memiliki efek diuresis paling kuat (Schmitz,

Lepper, & Heidrich, 2003).

Diuretik kuat atau loop diuretic ini bekerja pada cabang

asenden tebal ansa Henle (CAT). Segmen ini memiliki

permeabilitas terhadap air yang sangat rendah, sehingga memiliki

efek akhir yang sama dengan kerja tiazid, yakni peningkatan

keenceran cairan di dalam tubulus. Akibatnya, urin yang

terbentuk pun akan menjadi lebih banyak, dan timbullah efek

diuresis (Katzung, 2007).

2. Sebutkan gejala-gejala toksik loop diuretic!

Diuretik kuat atau loop diuretic ini dapat menimbulkan toksisitas

antara lain ototoksisitas dan nefrotoksisitas (Stringer, 2006).

a.) Ototoksisitas

Ototoksisitas yang disebabkan oleh diuretik kuat ini merusak

telinga bagian dalam atau saraf vestibulocochlear. Saraf ini

bertugas mengirimkan info keseimbangan dan pendengaran dari

telinga bagian dalam ke otak. Ketika terjadi kerusakan ini maka

dapat terjadi gangguan pendengaran, keseimbangan, atau keduanya

baik secara sementara waktu atau permanen (Haybach, 2004).

23

Page 24: pendahuluan - kesimpulan

Obat diuretik kuat ini dapat menyebabkan penurunan

pendengaran tetapi memungkinkan akan normal kembali jika

penggunaan obat dihentikan. obat ini dapat menyebabkan

ototoksisitas jika pemberiannya bersamaan dengan antibiotik

aminoglikosida. Obat diuretik kuat yang dapat menyebabkan

ototoksisitas ini antara lain bumetanide, asam etakrinat, dan

furosemid (Haybach, 2004).

Ototoksisitas ini dapat terjadi dari tingkat sedang sampai

benar-benar kehilangan pendengaran, bergantung pada masing-

masing individu dan tingkat pajanan dari obat ini. Kehilangan

pendengaran ini dapat terjadi pada salah satu telinga atau

keduanya. Jika kehilangan pendengaran terjadi pada salah satu

telinga, maka gejala yang dialami antara lain vertigo, mual, dan

nystagmus. Namun, jika kehilangan pendengaran sudah terjadi

pada dua telinga, maka akan muncul gejala sakit kepala, telinga

terasa penuh, penglihatan kabur (oscillopsia), ketidakseimbangan

tubuh sampai tidak mampu berjalan, kesulitan berjalan dalam

gelap, dan kesulitan dalam mengatur gerak kepala (Haybach,

2004).

b.) Nefrotoksisitas

Pada seseorang yang mengalami nefrotoksisitas maka akan

terjadi peningkatan kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin

serum. Selain itu akan terjadi beberapa manifestasi klinis, antara

lain disuria, hematuria (ringan-berat), frekuensi/polakisuria,

24

Page 25: pendahuluan - kesimpulan

kelemahan otot, tremor, hiponatremia, hipertensi, sakit kepala,

mual, dan muntah (Tucker, 2003).

3. Sebutkan kegunaan diuretik thiazid dan golongan acarbose!

Thiazid ini dapat digunakan untuk berbagai macam terapi, antara lain:

a.) Gagal jantung kongestif, tiazid dengan efek diuretiknya dapat

menurunlan volume cairan ekstraseluler pada payah jantung

ringan-sedang (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2004).

b.) Hipertensi arterial, efek diuretik yang menguntungkan dari tiazid

ini adalah efek antihipertensinya. Obat ini termasuk dalam

golongan first-line obat antihipertensi. Efek antihipertensi terjadi

karena tiazid mampu menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh

darah (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2004).

c.) Diabetes insipidus nefrogenik, tiazid dapat memberikan efek

antidiuretik jika diberikan pada seseorang dengan fungsi ginjal

yang kurang baik. Namun, jika seseorang memiliki fungsi ginjal

yang sehat, maka efek yang ditimbulkan adalah efek diuresis (Staf

Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya, 2004).

d.) Profilaksis batu ginjal yang mengandung Ca2+ (Schmitz, Lepper, &

Heidrich, 2003).

25

Page 26: pendahuluan - kesimpulan

e.) Hiperkalsiuria, tiazid mampu mengobati hiperkalsiuria idiopatik

karena memiliki efek dalam menghambat ekskresi Ca2+ (Staf

Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya, 2004)

Acarbose merupakan obat yang mampu secara efektif

menghambat absorpsi glukosa dari usus (Lanywati, 2003). Obat ini

merupakan inhibitor α-glucosidase yang dihasilkan melalui proses

fermentasi oleh Actinoplanes utahensis, digunkan sebagai agen

antihipoglikemik dalam pengobatan diabetes melitus tipe 2 (Katzung,

2007).

4. Sebutkan klasifikasi diuretik dan cara kerjanya serta berilah contoh

masing-masing 2!

Tabel 3.1 Klasifikasi Diuretik dan Cara Kerja Diuretik (Nafrialdi, 2007)

Klasifikasi Diuretik Cara Kerja Contoh Obat

Diuretik kuat Penghambatan terhadap

kotranspor Na+/ K+/ Cl- di ansa

henle ascenden bagian epitel tebal

Furosemid,

Bumetamid, Asam

etakrinat, Torsemid

Thiazid Penghambatan terhadap

reabsorpsi natrium klorida pada

hulu tubuli distal

Klorotiazid,

Hidroklorotiazid,

Politiazid,

Klortalidon

Diuretik Hemat Penghambatan antiport Na+/ K+ Antagonis

26

Page 27: pendahuluan - kesimpulan

Kalium (menghambat reabsorpsi Natrium

dan sekresi kalium) dengan jalan

antagonisme kompetitif

aldosteron (spironolakton) atau

secara langsung (triamteren dan

amilorid). Tempat kerjanya yaitu

di hilir tubulli distal dan duktus

koligentes daerah korteks.

Aldosteron

(Spironolakton,

eplerenon),

Triamteren,

Amilorid

Diuretik Osmotik Penghambatan reabsorpsi

natrium dan air melalui daya

osmotiknya di tubuli proksimal

Penghambatan reabsorpsi

natrium dan air karena

hipertonisitas menurun di ansa

henle descenden bagian epitel

tipis

Penghambatan reabsorpsi

natrium dan air melalui efek

ADH di duktus koligentes

Manitol, Urea,

Gliserin, Isosorbit

Carbonic anhidrase

inhibitor

Penghambatan terhadap

reabsorpsi HCO3-, H+, dan Na+ di

tubuli proksimal

Asetazolamid,

Metazolamid,

Diklorfenamid

Antagonis ADH Menghambat efek ADH pada

duktus kolektivus dengan

Lithium,

Demeclocyclin

27

Page 28: pendahuluan - kesimpulan

menurunkan pembentukan cyclic

adenosine monophospate (cAMP)

sebagai respon ADH dan

berinteraksi dengan kerja cAMP

pada sel tubulus kolektivus

5. Jelaskan efek pemberian ekstrak daun teh dengan perasan kulit

semangka!

Teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti

polifenol, theofilin, flavonoid/ metilxantin, tanin, vitamin C dan E,

catechin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg. Ada juga

zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk

tubuh yaitu kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, zat ini dapat

menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki seperti insomnia, gelisah,

merangsang, delirium, takikardia, ekstrasistole, pernapasan

meningkat, tremor otot, dan diuresis. Daya kerja sebagai diuretika dari

kafein, didapat dengan beberapa cara seperti meningkatkan aliran

darah dalam ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus, tapi terutama

sebagai akibat pengurangan reabsorpsi tubuler normal (Misra, 2008).

Komponen terbanyak dari semangka adalah air (sekitar 90%)

dan selebihnya berupa garam kalium, serat, likopen dan berbagai

vitamin. karena semangka mengandung banyak air pada daging

buahnya, apabila kita mengonsumsi semangka maka secara tidak

langsung kita juga mengonsumsi air yang terkandung di dalamnya.

28

Page 29: pendahuluan - kesimpulan

Berdasarkan prinsip asupan dan pengeluaran tubuh perhari haruslah

sama, maka penambahan volume tubuh akibat mengkonsumsi

semangka akan diikuti dengan peningkatan urin. Selain itu kandungan

kalium yang tinggi pada semangka dapat pula menguatkan efek

diuresis yang dimiliki semangka, karena kadar kalium yang tinggi

dalam plasma darah oleh tubuh akan secepatnya dikembalikan ke

keadaan normal (Kalsum, et al, 2007).

29

Page 30: pendahuluan - kesimpulan

III. KESIMPULAN

1. HCT merupakan obat diuretik golongan thiazid yang mempunyai tempat

kerja di tubulus kontortus distal bagian hulu. HCT menghambat reabsorbsi

NaCl dari sisi lumen sel epitel TCD dengan memblokade transporter Na+

dan Cl-.

2. Aquabides merupakan air (H2O) yang melalui proses penyulingan 2 kali

agar mnjadi murni dan lepas dari zat besi, mangan, zinc, kapur dan

sejenisnya.

3. HCT memiliki efek diuresis yang lebih optimal jika dibandingkan dengan

aquabides.

30