pendahuluan - helvetia repositoryrepository.helvetia.ac.id/1035/2/bab i-iii.pdf1 bab i pendahuluan...

41
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Pada saat ini masih banyak Ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ASI tidak segera keluar setelah melahirkan atau tidak lancarnya produksi air susu Ibu (ASI). Kenyataan di lapangan menunjukkan produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi kendala dalam memberikan ASI secara dini. Dalam upaya pengeluaran air susu Ibu(ASI) ada 2 hal yang mempengaruhi yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi air susu Ibu(ASI) dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Penurunan produksi dan pengeluaran air susu Ibu(ASI) pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan kelancaran produksi dan pengeluaran air susu Ibu (ASI). Beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran dan pengeluaran air susu Ibu (ASI) yaitu perawatan payudara, frekuensi penyusuan, paritas, stress, penyakit atau kesehatan ibu konsumsi rokok atau alkohol, pil kontrasepsi, asupan nutrisi. Di Indonesia pijat oksitosin belum di ketahui banyak ibu-ibu post partum, tetapi telah banyak dikenal masyarakat di pulau jawa. (1) World Health Organization (WHO, 2016) memperkirakan 42,5% angka

Upload: others

Post on 01-May-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Air susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan

    kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Pada saat ini masih

    banyak Ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini dipengaruhi oleh

    berbagai faktor, antara lain ASI tidak segera keluar setelah melahirkan atau tidak

    lancarnya produksi air susu Ibu (ASI). Kenyataan di lapangan menunjukkan

    produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi

    kendala dalam memberikan ASI secara dini.

    Dalam upaya pengeluaran air susu Ibu(ASI) ada 2 hal yang mempengaruhi

    yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi air susu Ibu(ASI) dipengaruhi oleh

    hormon prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin.

    Penurunan produksi dan pengeluaran air susu Ibu(ASI) pada hari-hari pertama

    setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon

    prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan kelancaran produksi dan

    pengeluaran air susu Ibu (ASI). Beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran

    dan pengeluaran air susu Ibu (ASI) yaitu perawatan payudara, frekuensi

    penyusuan, paritas, stress, penyakit atau kesehatan ibu konsumsi rokok atau

    alkohol, pil kontrasepsi, asupan nutrisi. Di Indonesia pijat oksitosin belum di

    ketahui banyak ibu-ibu post partum, tetapi telah banyak dikenal masyarakat di

    pulau jawa. (1)

    World Health Organization (WHO, 2016) memperkirakan 42,5% angka

  • 2

    kematian Bayi, Balita per 1000 kelahiran hidup. Pada tingkat kematian global

    pada tahun 2015 yaitu 43 per 1000 kelahiran hidup, sementara angka kematian

    neonatal adalah 19 per 1.000 kelahiran hidup. WHO mengemukakan bahwa

    sasaran pada tahun 2030, mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru

    lahir dan anak-anak dibawah usia 5 tahun, semua negara bertujuan untuk

    mengurangi kematian neonatal hingga setidaknya 12 per 1000 kelahiran hidup.

    Untuk mencegah kematian neonatal tersebut salah satunyaWHO

    merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan

    pertama kehidupan. (2)

    Berdasarkan data United Nations Emergency Children’s Fund (UNICEF)

    tahun 2013, sebanyak 136,7 juta bayi baru lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6%

    dari mereka yang disusui secara Eksklusif dalam 6 bulan pertama. Bayi yang tidak

    diberi ASI eksklusif di negara industri lebih besar meninggal dari pada bayi yang

    diberi ASI Eksklusif, sementara di negara berkembang hanya 39% ibu-ibu yang

    memberikan ASI Eksklusif.(3)

    Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, presentase bayi yang

    berumur 0-5 bulan yang masih mendapat ASI eksklusif sebesar 54,0%, sedangkan

    bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia enam bulan adalah

    sebesar 29,5%. Mengacu pada target renstra tahun 2016 yang sebesar 42%, maka

    secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari

    enam bulan sebesar 54,0% telah mencapai target. Menurut provinsi, cakupan ASI

    eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan sekitar antara 32,3% (Gorontalo) sampai

    79,9% (Nusa Tenggara Timur). Dari 34 provinsi hanya 3 provinsi yang belum

  • 2

    mencapai target yaitu Gorontalo, Riau dan kalimantan Tengah. Target pemberian

    ASI eksklusif belum sepenuhnya tercapai, sehingga masih banyak ditemukan bayi

    yang sering sakit karena antibody yang lemah.(4)

    Pada Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara, cakupan persentase bayi

    yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2011-2015 cenderung menunjukkan

    peningkatan, dan cakupan pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup

    signifikan sebesar 10% dibandingkan tahun 2014 dan telah mencapai target

    nasional yaitu 40%. Di tahun 2016 terjadi penurunan yang tajam dibandingkan

    tahun 2015 dan tidak mencapai target nasional < dari 40%. Daerah dengan

    pencapaian < dari 10% ,yaitu di Kota Medan (6.7%) dan Tebing Tinggi (7,4%).

    Padahal kita tahu pemberian ASI Eksklusif dapat selama 6 bulan sejak kelahiran

    hidup memberikan peranan penting dalam menjaga kesehatan dan

    mempertahankan kelangsungan hidup bayi. (5)

    Pijat oksitosin merupakan suatu cara pemijatan yang dilakukan pada ibu

    nifas untuk meningkatkan produksi hormon oksitosin. Pijat oksitosin dilakukan

    dengan memijat titik-titik tertentu di punggung ibu. Pijat ini sangat bermanfaat

    untuk mengatasi nifas terutama untuk peningkatan kontraksi uterus pada saat nifas

    sehingga membantu proses involusi uterus dan memperlancar pengeluaran air

    susu Ibu (ASI). Upaya yang dilakukan bidan sebagai penolong persalinan dalam

    upaya memperlancar produksi air susu Ibu(ASI) dengan pijat oksitosin.(6)

    Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks let

    down. Dilakukan pemijatatan ini ibu akan merasa rileks, kelelahan saat

    melahirkan akan hilang. Sehingga dengan begitu hormon oksitosin akan keluar

  • 2

    dan ASI pun cepat keluar, manfaat oksitosin juga mempertahankan produksi ASI

    ketika Ibu dan bayi sakit. (7)

    Perawatan payudara seperti pijat oksitosin bermanfaat dalam mempengaruhi

    hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin

    mempengaruhi jumlah produksi ASI dan hormon oksitosin mempengaruhi

    pengeluaran ASI.(8)

    Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Sri Kandini yang berjudul

    Pengaruh Pijat Oksitosin Dengan Kecukupan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas

    Karangdowo diketahui bahwa 4 dari 6 ibu kebingungan ketika bayi mereka

    menangis sedangkan ASI yang keluar belum lancar. Ibu bingung setelah

    menyusui bayi masih rewel. Mereka sempat bertanya mengenai cara agar ASInya

    berproduksi banyak. Ibu-ibu tersebut memiliki keinginan untuk memberikan ASI

    eksklusif pada bayi mereka. Informasi juga didapatkan dari petugas yang

    mengatakan bahwa sekitar 30% ibu mengeluh bahwa produksi ASI nya belum

    mencukupi. Dengan latar belakang tersebut maka Sri Kandini melakukan pijat

    oksitosin pada 4 orang Ibu tersebut dan ditemukan 3 dari Ibu tersebut diperoleh

    hasil produksi ASI nya lancar(6)

    Hasil study yang dilakukan oleh Meity Albertina yang berjudul Pengaruh

    Pijat Oksitosin Dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Post Partum Seksio Sesaria Hari

    2-3 diketahui hasil survei yang dilakukanpeneliti dari 3 Rumah Sakit, ternyata ada

    2 Rumah Sakit yang melakukan pijat oksitosin pada Ibu Post Partum. Salah

    satunya Rumah sakit RSIA Aisyiyah dari survei itu ditemukan 10 Ibu Post

    Partumseksio sesareayang diberikan pijat oksitosin dan diperoleh hasil sebanyak

  • 2

    6 orang produksi ASI nya lancar.(9)

    Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti dengan mengambil

    data Ibu post partum di Klinik Kurnia dari 8 Ibu post partum hari ke 4 -40 hari

    kemudian saya melakukan wawancara langsung kepada pasien tersebut, dari

    wawancara tersebut maka diperoleh 6 dari ibu post partum tersebut mengatakan

    sudah memberikan susu formula kepada bayinya sejak lahir karena pengeluaran

    ASI masih sedikit, dan tidak pernah dilakukan pijat oksitosin pada Ibu dan Ibu

    merasa bahwa ASI nya tidak cukup karena bayinya sering menangis setelah

    menyusui dan 2 orang Ibu post partum mangatakan ASI nya keluar dan pernah

    dilakukan pijat pada punggung Ibu (pijat oksitosin)dan tidak memberikan susu

    formula.

    Dari hasil survei awal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang “ Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan Produksi ASI

    Pada Ibu Postpartum Di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018”

    untuk melihat apakah ada hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi

    ASI.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan penelitian

    dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh pijat oksitosin terhadap

    peningkatan produksi ASI pada Ibu post partum di Klinik Kurnia tahun 2018 ”.

  • 2

    1.3. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi rata-rataproduksi ASI sebelum

    dilakukan pijat oksitosin di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun

    2018.

    2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi rata-rata produksi ASI sesudah di

    pijat oksitosin di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018

    3. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah dipijat

    Oksitosin dengan peningkatan produksi ASI Di Klinik Kurnia Kecamatan

    Medan Denai Tahun 2018.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. ManfaatTeoritis

    Hasil penelilitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi atau masukan bagi

    Mahasiswa Institusi Kesehatan Helvetia dan menambah kajian ilmu untuk

    mengetahui adanya Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan Produksi ASI

    Pada Ibu Post Partum di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018.

    1.4.2 ManfaatPraktis

    1. Bagi Penulis

    Dapat menambah wawasan dan pengalaman proses belajar mengajar

    khususnya dalam bidang metodologi penelitian.

    2. Bagi Institusi Pendidikan

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumentasi di

    perpustakaan dan bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan tentang

  • 2

    Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap peningkatan produksi ASI pada Ibu

    Postpartum

    3. Bagi Tempat Penelitian

    Sebagai bahan evaluasi dan acuan kebijakan tentang diterapkannya pijat

    oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada Ibu postpartum demi

    tercapainya pemberian ASI eksklusif

    4. Bagi Responden

    Dapat menambah pengetahuan ibu tentang manfaat pijat oksitosin untuk

    meningkatkan produksi ASI nya

  • 1

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

    Berdasarkan hasil terdahulu yang dilakukan oleh Widya Juliarti yang

    berjudul “PengaruhPijat Oksitosin Dengan Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum

    Di BPM Yuni Fatimah, Amd.Keb Pekanbaru Tahun 2017, jenis penelitian adalah

    analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan

    Agustus/September 2017 pada 30 respoden dengan teknik pengambilan sampel

    yang digunakan adalah accidental sampling, dapat diketahui bahwa mayoritas ibu

    melakukan pijat oksitosin dan 16 (88,9%) ibu postpartum pengeluaran ASI lancar.

    Setelah dilakukan uji statistik dengan chi squaretest, maka diperoleh nilai p-value

    adalah 0,001 (p

  • 24

    sebagian besar dipijat sesuai prosedur sebanyak 35 responden (72,9%) dimana 24

    responden (50%) produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9%) produksi ASI

    tidak lancar. Sedangkan 13 responden (27,1%) yang dipijat tidak sessuai prosedur

    sebanyak 2 responden (4,2%) yang produksi ASI lancar dan 11 responden

    (22,9%) produksi tidak lancar, analisa hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran

    produksi ASI dengan menggunakan chi square test. (9)

    Berdasarkan hasil penelitian Fitriah Rahmawati yang berjudul Hubungan

    Antara Pijat Oksitosin Dengan Kelancaran Pengeluara Air Susu Ibu Di Rumah

    Sakit Permata Bunda Tahun 2017, jenis penelitian ini adalah Pre Eksperimen

    Static Comparison dengan teknik non probability sampling jenis accidental

    sampling, diketahui dari 7 responden kelompok intervensi atau yang dilakukan

    pijat oksitosin terdapat 6 responden (85,7%) mengalami kelancaran Pengeluaran

    ASI setelah diberi pijat oksitosin. Berdasarkan hasil uji Chi square kelancaran

    pengeluaran ASI antara intervensi dan kelompok kontrol di Rs Permata Bunda

    menggunakan uji Crosstab dengan tingkat signifikan α = 5% dan nilai X2 hitung

    (person Chi Square) 4,667 dan nilai x2 hitung > x2 (4,667 > 3,84). Dengan

    demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan

    kelancaran pengeluaran ASI. (10)

    2.2. Telaah Teori

    2.2.1. Defenisi Air Susu Ibu (ASI)

    Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

    laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara

    Ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi, (11). Air Susu Ibu (ASI)

  • 25

    sumber gizi yang paling sangat ideal dengan komposisi yang sesuai dengan

    pertumbuhan bayi, karena air susu Ibu adalah makanan bayi yang paling

    sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. Air susu Ibu (ASI) sebagai

    makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal

    sampai usia empat sampai enam bulan.(8)

    Air Susu Ibu (ASI) memberi nutrisi sesuai dengan usia, faktor imunologia

    dan substansi anti bakteri. Air susu Ibu sebagai makanan alamiah yang terbaik

    yang diberikan oleh seorang Ibu kepada anak yang baru dilahirkannya sesuai pada

    setiap tumbuh kembang bayi, Air susu Ibu (ASI) juga mengandung zat pelindung

    yang dapat membuat bayi terhindar dari berbagai penyakit infeksi. (12)

    2.2.2. Peningkatan Produksi ASI

    Peningkatan produksi ASI adalah mengeluarkan ASI sesering mungkin dari

    payudara dan tidak membiarkan payudara penuh dalam jangka waktu lama. Pada

    hari pertama, bayi cukup disusukan selama 10-15 menit, untuk merangsang

    produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Untuk mengetahui

    banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk

    mengetahui jumlah ASI lancar atau tidak adalah :

    1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting

    2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang

    3. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur

    4. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama3-4 jam

    5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari. (13)

    Kelancaran produksi ASI adalah suatu proses keluarnya ASI dari payudara

  • 26

    Ibu dengan atau tanpa pengisapan oleh bayi. Air susu Ibu sebaiknya diberikan

    segera setelah bayi lahir. Air susu pertama yang bertahan sekitar 4-5 hari, masih

    berupa kolostrum. Banyaknya kolostrum yang disekresikan setiap hari berkisar

    antara 10-100 cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu sebenarnya baru keluar setelah

    hari ke lima. Ibu harus menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga seluruh

    puting dan areola tergenggam oleh mulut bayi. Jumlah ASI yang disekresikan

    pada 6 bulan pertama 750 cc sehari, sekresi pada hari pertama hanya terkumpul

    sebanyak 50 cc yang kemudian meningkat menjadi 500, 650, dan 750 cc, masing-

    masing pada hari ke v, bulan I dan bulan ke III. (7)

    2.2.3. Tahapan ASI

    1. Kolostrum

    Merupakan cairan piscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih

    kuning dibandingkan susu yang matur. Kolostrum juga dikenal dengan cairan

    emas yang encer berwarna kuning atau dapat pula jernih dan lebih menyerupai

    darah dari pada susu, sebab mengandung sel hidup menyerupai sel darah putih

    yang dapat membunuh kuman penyakit, oleh karena itu kolostrum harus diberikan

    pada bayi.

    Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai ketiga

    atau keempat. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar hanya sedikit mungkin

    satu sendok teh saja (sekitar 10-100 cc) dan akan terus meningkat setiap hari

    sampai akhir 150-300 ml/ 24 jam. Kolostrum lebih banyak mengandung protein

    dibandingkan dengan ASI matur tetapi kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah.

    Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI

  • 27

    matur.

    Komposisi kolostrum dari hari ke hari selalu berubah, rata-rata mengandung

    protein 8,5% : lemak 2,5% : karbohidrat 3,5% : corpusculum-corpusculum :

    garam mineral (K, Na, CI), 0,4% :air 85,1% : leukosit sisa-sisa epitel yang mati,

    vitamin yang larut dalam lemak lebih banyak. Terdapat zat menghalangi hidrolis

    protein sebagai zat anti yang terdiri dari protein tidak rusak.

    Fungsi kolostrum memberikan gizi dan proteksi, yang terdiri dari :

    a. Imunologlobulin, melapisi dinding usus yang berfungsi untuk

    mencegah penyerapan protein yang mungkin menyebabkan alergi.

    b. Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi

    terhadap zat besi. Kadar laktoferin yang tertinggi pada kolostrum

    dan air susu ibu adalah pada 7 hari pertama masa nifas. Kandungan

    zat besi yang rendah pada kolostrum dan air susu ibu akan mencegah

    perkembangan kuman pathoferin ini akan rusak pada proses

    pasteurisasi. Laktoferin tidak terdapat dalam makanan buatan. Efek

    imunologis laktoferin akan hilang apabila makanan bayi ditambah

    zat besi.

    c. Lisosom berfungsi sebagai pengganti anti bakteri dan juga

    menghambat pertumbuhan berbagai virus. Kadar lisosom pada

    kolostrum dan air susu ibu lebih besar kadarnya dibandingkan air

    susu ibu.

  • 28

    d. Faktor antitrypsin berfungsi menghambat kerja tripsin sehingga akan

    menyebabkan immunoglobulin pelindung tidak akan pecak oleh

    tripsin

    e. Laktobasilus ada di dalam usus bayi dan menghasilkan berbagai

    asam yang mencegah pertumbuhan kuman pathogen. Untuk

    pertumbuhannya, laktobasilus membutuhkan gula yang mengandung

    nitrogen yaitu faktor bifidus yang terdapat di dalam kolostrum dan

    air susu ibu.

    f. Faktor bifidus tidak terdpat di dalam susu sapi.

    Faktor bifidus inilah yang menyebabkan bayi tidak diare, jika minum

    air susu ibu.

    2. Air Susu Masa Peralihan

    Adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI

    matang/mature.

    Ciri-ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut :

    a. Peralihan ASI kolostrum sampai menjadi ASI matur

    b. Di sekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi atau teori

    lain yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-

    3 sampai minggu ke-5.

    c. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak

    makin tinggi.

  • 29

    d. Volume ASI juga akan makin meningkat dari hari ke hari sehingga

    pada waktu bayi berumur 3 bulan dapat diproduksi kurang lebih 800

    ml/hari

    e. Kadar immuniloglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan

    laktosa meningkat.

    3. Air Susu Matur

    Ciri-ciri air susu mature adalah sebagai berikut :

    a. ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya.

    b. ASI mature memiliki komposisi yang relatif konstan (ada pula

    pendapat yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan

    baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).

    c. Pada ibu yang sehat produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, hal ini

    dikarenakn ASI merupakan makanan yang paling baik dan cukup,

    bayi sampai usia 6 bulan

    d. ASI mature berupa cairan berwarna putih kuning-kuningan yang

    diakibatkan warna dari garam Ca-caseinant, riboflovin, dan karoten

    yang terdpat didalamnya.

    e. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama

    disebut foremik.

    1). Foremik lebih encer

    2). Foremik mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi

    laktosa,gula, protein, mineral dan air.

  • 30

    f. Selanjutnya, air susu ibu berubah menjadi Hindmik.

    1). Hindmik kaya akan lemak dan nutrisi

    2). Hindmik membuat bayi akan lebih cepat kenyang

    g. Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremik

    dan hindmik

    h. Komposisi foremik (ASI permulaan) berbeda dengan Hindmik (ASI

    paling akhir)

    i. Volume 300-850 ml/24 jam

    j. Tidak mengumpal jika dipanaskan

    k. Interferon producing cell.

    l. Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya

    faktor bifidus.

    m. Terdapat antimikrobakterial faktor, yaitu:

    1) Antibody terhadap bakteri dan virus

    2) Sel ( fagosile, granulosil, makrofag, limfosil tipe-T)

    3) Enzim (lisozim, lactoperoxidese).

    4) Protein (laktoferin, B12 Ginding protein)

    5) Faktor resisten terhadap staphylococcus

    6) Complement (C3 dan C4). (14)

    Tabel 2.1 Perbedaan Kandungan Kolostrum, ASI transisi dan ASI mature. (15)

    Kandungan Kolostrum ASI Transisi ASI mature

    Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0

    Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0

    Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8

  • 31

    Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324

    Mineral (gr/100ml) 6,3 0,3 0,2

    Immunologlubulin

    Ig A (mg/100ml) 335,9 - 119,6

    Ig G (mg/100ml) 5,9 - 2,9

    Ig M (mg/100ml) 17,1 - 2,9

    Lisosin (mg/100ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5

    Laktoferin 420-520 - 250-270

    2.2.4. Manfaat ASI

    Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi, ibu, keluarga dan negara.

    1. Manfaat asi bagi bayi

    a. Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang

    dilahirkan

    b. Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebuthan bayi

    sampai usia 6 bulan

    c. ASI mengandung zat pelindung/antibody yang melindungi terhadap

    penyakit.

    d. Dengan diberikannya asi saja minimal sampai 6 bulan menyebabkan

    perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat

    e. ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan

    f. Dengan diberikannya ASI maka akan memperkuat ikatan balita ibu dan

    bayi

  • 32

    g. Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakn kadar laktosa yang sesuai

    dengan kebutuhan bayi

    h. Mengurangi kejadian moloklusi akibat penggunaan dot yang lama

    2. Manfaat ASI bagi Ibu

    a. Mencegah perdarahan masa nifas

    Hormon oksitosin merangsang kontraksi uterus sehingga menjepit

    pembuluh darah yang bisa mencegah terjadinya perdarahan

    b. Mempercepat involusi uterus

    Dengan dikeluarkannya hormon oksitosin, maka akan merangsang

    kontraksi uterus sehingga proses involusi uterus dapat berlangsung secara

    maksimal

    c. Mengurangi resiko terjadinya anemia

    Hal disebabkan karena pada ibu yang menyusui kontraksi uterus berjalan

    baik sehingga tidak terjadi perdarahan yang mencegah resiko anemia

    d. Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara

    Beberapa peneliti percaya bahwa menyusui dapat membantu menekan

    siklus menstruasi selain itu menyusui dapat membantu menghilangkan

    racun pada payudara

    e. Memberikan rasa dibutuhkan selain memperkuat ikatan batin seorang ibu

    dengan bayi yang dilahirkan

    Dengan menyusui ikatan batin ibu-anak akan terjalin kuat, sehingga jika

    ibu berjauhan dengan bayi maka akan terus terbayang saat-saat dimana

    dia menyusui bayinya dan ibu merasa dibutuhkan oleh ibu

  • 33

    f. Mempercepat kembali ke berat badan semula

    Dengan menyusui seorang ibu akan sering terbangun malam dan terjaga

    dari tidurnya sehingga menyebabkan berat badan akan kembali ke bentuk

    sebelum hamil

    g. Sebagai salah satu metode KB sementara

    Metode Amenorhea Laktasi (MAL) merupakan metode kontrasepsi

    sederhana yang bisa efektif digunakan tanpa alat kontrasepsi apapun

    sampai ibu belum mendapatkan menstruasi

    3. Manfaat ASI Bagi Keluarga

    a. Mudah pemberiannya

    Pembarian ASI tidak merepotkan seperti susu formula yang harus

    mencuci botol dan mensterilkan sebelum menggunakan, sedangkan ASI

    tidak perlu distrerilkan karena sudah steril

    b. Menghemat biaya

    Artinya ASI tidak perlu dibeli, karena bisa diproduksi oleh ibu sendiri

    sehingga keuangan keluarga tidak banyak berkurang dengan adanya bayi

    , bayi juga sehat dan jarang sakit

    4. Manfaat ASI Bagi Negara

    a. Menurunkan angka kesakitan ibu dan anak

    Seperti yang dijelaskan di atas, ASI mengandung zat-zat kekebalan yang

    bisa melindungi bayi dari penyakit sehingga resiko kematian dan

    kesakitan akan menurun

  • 34

    b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

    Hal ini disebabkan oleh bayi jarang sakit sehingga menurunkan angka

    kunjungan ke rumah sakit yang tentunya memerlukan biaya untuk

    perawatan

    c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

    Artinya keuangan untuk membeli susu formula bisa di alihkan untuk

    membeli kebutuhan yang lain

    d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

    ASI mengandung docosahexaaenoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA)

    yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan

    sel-sel otak yang optimal yang bermanfaat untuk kecerdasan bayi.(16)

    Upaya Memperbanyak ASI

    Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin

    dan oksitosin. Prolaktin memengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin

    mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu,

    semakain baik asupannya semakin baik nutrisinya, maka produksi yang dihasilkan

    juga banyak. Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon

    oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses isapan bayi. Semakin sering

    puting susu diisap oleh bayi, maka semakin banyak pula pengeluaran ASI.

    Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon kasih sayang. Hal ini disebabkan

    karena sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa

    aman, ketenangan dan relaks.

  • 35

    Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah sebagai berikut :

    1. Makanan

    Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap

    produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan mengandung cukup gizi

    dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan

    lancar

    2. Ketenangan jiwa dan pikiran

    Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran

    harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih, dan tegang

    akan menurunkan volume ASI

    3. Penggunaan alat kontrasepsi

    Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar

    tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa

    digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui atau suntik

    hormonal 3 bulanan

    4. Perawatan payudara

    Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga

    memengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan

    oksitosin

    5. Anatomi payudara

    Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain

    itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi pappila mammae atau puting

    susu ibu

  • 36

    6. Faktor fisiologi

    ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang

    menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu

    7. Pola istirahat

    Pola istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila

    kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat, maka ASI juga berkurang

    8. Faktor isapan anak dan atau frekuensi penyusuan

    Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan

    pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan

    pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda

    9. Berat bayi lahir

    Berat bayi lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI

    yang lebih rendah dibandingkan bayi yang berat lahir normal (>2.500gr)

    10. Umur kehamilan saat melahirkan

    Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini

    disebabkan bayi yang lahir prematur sangat lemah dan tidak mampu

    mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi

    yang lahir cukup bulan

    11. Konsumsi rokok dan alkohol

    Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon

    prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi

    pelepasan adrenalin dimana akan menghambat pelepasan oksitosin

  • 37

    Tanda Bayi Cukup ASI :

    1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI

    8 kali pada 2-3 minggu pertama

    2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih

    muda pada hari kelima setelah lahir

    3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari

    4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI

    5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis

    6. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa gatal

    7. Pertumbuhan berat badab (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan

    grafik pertumbuhan.

    8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan

    rentang usianya).

    9. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun dan tidur

    dengan cukup

    10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur pulas.

    (17)

    2.2.5. Penyebab Kegagalan Pemberian ASI eksklusif

    1. Merasa ASI kurang

    Para ibu merasa ASI nya kurang menduduki peringkat utama atau yang

    terbanyak. Faktor penyebabnya ternyata bersifat psikologis. Yakni, ibu merasa

    produksi ASI kurang, padahal sebenarnya bisa mencukupi kebutuhan bayi.

    Ketidakpedean ibu sebenarnya bisa diatasi dengan diberi motivassi agar ibu lebih

  • 38

    yakin bahwa ia bisa memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Termasuk ibu yang

    ingin menyusui bayi kembar sebenarnya kebutuhan ASI akan tercukupi.

    2. Kurang memahami penatalaksanaan laktasi

    Menyusui bayi dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang

    bersalin juga menentukan kelancaran proses berikutnya. Apabila ibu menjalani

    operasi sesar pun bayi pun tetap disusui segera setelah lahir, kecuali ada kedala

    medis. Tujuannya untuk memberikan perangsangan sesegera mungkin pada

    payudara agar kegiatan produksi dan pengaliran ASI berjalan lancar. Bayi pun

    dilatih menggunakan refleks mengisapnya sesegera mungkin agar dapat menyusui

    bayi dengan lancar. Biasanya pada proses pertama kali bayi memang tidak

    langsung mendapat ASI. Ada yang baru menyusui pada hari ke-3 ASI mengalir

    keluar. Nutrisi yang dibawa bayi dari kandungan membuatnya mampu bertahan

    hidup selama menunggu ASI keluar

    3. Relaksasi

    Relaksasi adalah suatu keadaan dimana ibu yang telah berhenti menyusui

    ingin memulainya kembali. Ada beberapa situasi yang mendorong dilakukannya

    relaksasi, berikutnya :

    a. Bayi sakit dan sudah lama tidak menyusu kepada ibunya.

    b. Bayi sudah diberikan makanan pendamping, tapi ibu ingin kembali meyusui

    c. Ibu menderita sakit sehingga berhenti menyusu

    d. Ibu merasa bersalah lantaran memberikan susu botol, padahal ASI adalah

    yang terbaik bagi bayi

  • 39

    4. Sudah mendapat prelacteal feedling

    Maksudnya ibu memberikan makanan atau minuman lain selain ASI terlalu

    dini (dibawah 6 bulan). Contoh bayi diberi air putih, air gula dan bahkan susu

    formula. Kekurangpahaman ibu akan manajemen laktasi juga berkaitan dengan

    banyak tempat bersalin/rumah sakit yang kurang perduli akan manfaat ASI. Para

    ibu yang melahirkan disana dan ASI nya tidak/belum keluar tidak di dukung oleh

    petugas kesehatan yang malah memberikaan air putih atau susu formula. Selain

    kehilangan manfaat ASI sejak fase kolostrum, bayi pun akan menghadapi masalah

    seperti bingung puting. Ibu sendiri mengalami masalah payudara bengkak karena

    tidak menyusui. Umumnya ibu yang mnyadari bahwa pemberian prelakteal tak

    ada gunanya karena malah akan mengganggu proses menyusui, berusaha untuk

    melakukan relaksasi.

    5. Ibu bekerja

    Para ibu bekerja umumnya paling sering mengalami persoalan manajemen

    laktasi. Terutama ketika sudah harus kembali bekerja. Tentu saja ASI perah

    jawabannya. Rancanglah pojok yang nyaman dan memenuhi privasi di ruangan

    kantor. Lakukan setelah makan siang sebelum istirahat habis. Gunakanlah jari

    atau alat perah. Jangan lupa bawa wadah ASI (bisa berupa beberapa botol susu

    bayi). Tanpa pendinginan atau suhu ruangan, ASI bisa bertahan selama 6 jam.

    Hitunglah lamanya waktu kerja setelah memerah dan perjalanan pulang ke rumah

    Kalau lebih, bawalah termos es atau sediakan kulkas dan portabel dibawah meja

    kerja ASI dapat bertahan lebih lama.

  • 40

    6. Kelainan Ibu

    Yang dimaksud adalah persoalan fisik seputar menyusui, misal puting susu

    lecet karena digigit, payudara bengkak, mastitis, dan abses. Yang cukup sering

    terjadi, kasusu puting lecet karena posisi bayi menyusui kurang tepat atau bayi

    menggigit puting, yang tentunya membuat ibu merasa sakit. Akhirnya ibu berhenti

    menyusui. Sebenarnya ibu tidak usah berhenti menyusui. Karena berikutnya akan

    muncul masalah baru lagi yaitu payudara bengkak. Yang perlu diperbaiki adalah

    posisi menyusui. Lecet pada puting dapat sembuh dengan sendirinya bila masih

    ringan. Akanmlebih membantu jika luka tersebut diolesi ASI sedikit. Jika parah

    sampai timbul mastitis/abses mintalah obat dari dokter

    7. Kelainan Bayi

    Keluhan bayi sakit di klinik laktasi cukup banyak terjadi. Akibatnya, bayi

    sulit untuk mendapat ASI eksklusif karena harus mengkonsumsi obat. Memang

    demikian kondisinya, namun ibu dianjurkan untuk terus memberikan ASI selama

    si kecil sakit. Jika ibu tidak dapat mendampingi bayinya setiap saat, titipkan susu

    perahan sebanyak yang diperlukan sampai ibu datang menjenguk kembali kepada

    perawat yang menjaga dan mengurus bayi. Mintalah padanya untuk memberikan

    ASI dengan sendok

    8. Kurang motivasi ibu/keluarga

    Kurangnya motivasi baik dari ibu sendiri ataupun keluarga juga

    menyebabkan proses menyusui terganggu. Misalnya, ketika si bayi rewel terus, ia

    langsung diberi susu formula atau dot supaya tenang. Keluarga kurang

    mendukung untuk memberi ASI secara eksklusif kepada bayinya. Untuk itu,

  • 41

    keluarga pun setidaknya perlu mendapatkan informasi atau manajemen ASI

    sehingga program ASI dapat dilakukan.

    9. Berat Badan Turun

    Beberapa ibu mengeluhkan berat badan bayinya turun atau naik secara

    cepat. Hal ini membuat ASI sering dipojokkan sebagai biang keladi bayi tak

    tampak gemuk. Sebenarnya, tak masalah BB bayi turun sedikit atau naik secara

    perlahan selama angkanya masih dalam batas normal. Jika masih sesuai dengan

    grafik pertumbuhan, bayi masih dikatakan bayi yang sehat. Perlu diketahui,

    umumnya BB bayi normal akan turun pada minggu-minggu pertama. Jadi ibu

    tidak perlu khawatir.(18)

    2.2.6. Cara Mengatasi Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif

    1. Membangun rasa kepercayaan diri pada ibu agar ibu tidak merasa kalau ASI

    yang diproduksinya kurang. Hal ini berhubungan psikologi ibu untuk itu

    diperlukan rasa percaya diri ibu, agar bisa merasa pede pada saat menyusui.

    Ada beberapa langkah untuk meningkatkan produksi ASI, diantaranya:

    a. Pastikan ibu menyusui dengan posisi yang benar dan perlekatan yang

    baik.

    b. Memberikan kesempatan pada bayi untuk menyusui sesering mungkin

    dan sesuai keinginan bayi. Kalau dihitung secara umum, dalam sehari

    bisa 10-12 kali menyusui.

    c. Bayi tidak diberikan dot/kompeng

    d. Pastikan ibu mendapatkan asupan makanan yang bergizi dan minum

    yang cukup

  • 42

    e. Usahakan untuk relaks dan istirahat cukup

    f. Jangan lupa skin to skin contact, misalnya saat tidur bersama bayi atau

    saat mengganti popoknya bila BAB/BAK

    2. Memahami penatalaksanakan laktasi

    Manajemen laktasi juga mencakup bagaimana cara menyusui yang benar dan

    cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi

    medis. Diharapkan ibu tak memberikan makanan dan minuman apapun selain

    ASI kepada bayi baru lahir. Ini juga termasuk tidak memberikan

    dot/kompeng kepada bayi yang diberi ASI perah.

    3. Tidak memberikan makanan atau minuman kepada bayi selain ASI terlaludini

    (dibawah 6 bulan)/ pralacteal feeding

    Hal ini sangat berpengaruh besar pada bayi karena bayi akan terbiasa dengan

    makanan dan minuman yang diberikannya terlalu dini, sehingga hal ini akan

    mempengaruhi proses menyusui.

    4. Mengatasi kelainan yang terjadi pada ibu

    Yang dimaksud adalah persoalan fisik seputar menyusui, misal puting lecet

    karena digigit, payudara bengkak, mastitis dan abses. Ada beberapa cara agar

    masalah ini dapat diatasi, diantaranya :

    a. Berikan perhatian pada bayi terutama saat ia menyusu agar terjalin

    perlengkapan yang baik

    b. Bila bayi tampak mengubah posisi mulutnya dan bersiap menggigit,

    segera lepaskan payudara dengan memasukkan jari kelingking ke sudut

    mulutnya sehingga pengisapan terhenti

  • 43

    c. Pindahkan bayi dari payudara sehingga bayi tak berada pada posisi

    menyusu lagi

    d. Dorong bayi lebih mendekat ke payudara hingga hidungnya terhalang

    dan ia melepas puting untuk bernafas dengan mulutnya. Sedikit trik

    “jahil”ini tidak mengapa dilakukan pada bayi demi melindungi puting

    dan kelancaran proses menyusui berikutnya

    5. Memberikan ASI dengan sendok kepada bayi yang kondisinya tidak

    memungkinkan untuk disusui, seperti bayi yang harus dirawat dirumah sakit.

    6. Memberikan motivasi ibu/keluarga dalam menyusui bayinya

    Hal ini sangat penting karena kurangnya motivasi baik dari ibu sendiri

    ataupun keluarga juga menyebabkan proses menyusui terganggu . (19)

    2.2.7 Pijat Oksitosin

    1. Defenisi Pijat Oksitosin

    Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari

    nervus 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parametis untuk

    menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar. (20)

    Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

    ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin pada sepanjang tulang belakang

    (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk

    merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. (21)

    2. Manfaat Pijat Oksitosin

    Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau

    refleks let down. Selain untuk merangsang let down manfaat pijat oksitosin adalah

  • 44

    untuk memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement)

    mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,

    mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. (7)

    Fungsi hormon oksitosin dapat juga bermanfaat sebagai pengobatan untuk

    sejumlah kondisi, termasuk depresi, kecemasan dan masalah usus. Hal ini juga

    terkait dengan empati, kepercayaan, aktivitas seksual, dan membangun hubungan,

    hal ini kadang-kadang disebut sebagai” hormon cinta” karena kadar oksitosin

    meningkat saat memeluk dan orgasme.

    3. Langkah-langkah Pijat Oksitosin

    Cara pijat oksitosin, yaitu dengan cara :

    a. Bidan mencuci tangan

    b. Menstimulasi puting susu : menarik puting susu dengan pelan-pelan,

    memutar puting susu dengan perlahan dengan jari-jari

    c. Mengurut atau menghisap ringan payudara dengan ringan dengan

    menggunakan ujung jari

    d. Bebaskan punggung ibu dari pakaiannya

    e. Kedua jari pemijat dicelupkan ke dalam baby oil atau minyak zaitun, lalu

    lakukan gerakan pemijatansepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai

    tulang costae kelima-keenam pada punggung, tepatnya disamping tulang

    punggungny

    f. Lakukakan gerakan melingkar pada kedua ibu jari dari atas sampai ke

    bawah, lakukan untuk beberapa kali sampai ibu merasakan lebih rileks

  • 45

    g. Kemudian bisa mengecek pengeluaran ASI dengan memencet puting

    payudara ibu.

    Tanda-tanda yang dirasakan apabila refleks oksitosin aktif :

    a. Pertama, sesaat sebelum atau selama proses menyusui timbul

    sensasi digigit atau kesemutan (gelenyar) serta seolah seperti

    diperas pada payudara Ibu.

    b. ASI kemudian akan mengalir deras ketika Ibu memikirkan

    bayinya atau mendengar buah hati menangis.

    c. Ketika salah satu bagian payudara dihisap bayi, maka bagian

    satunya juga meneteskan ASI.

    Menstimulasi Hormon Oksitosin :

    Hormon oksitosin tersebut dihasilkan jika ujung syaraf di sekitar payudara

    distimulasi oleh isapan si kecil. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju

    payudara, yang akan menstimulasi otot di sekeliling alveoli dan memeras ASI

    keluar dari alveolus menuju sinus laktiferus. ASI yang terdapat di dalam sinus

    laktiferus hanya dapat dikeluarkan oleh ibu atau si kecil.

    Oksitosin terbentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Kondisi ini yang

    menyebabkan ASI di payudara mengalir untuk dihisap. Oksitosin mulai bekerja

    saat ibu sudah merasa ingin menyusui, walaupun si kecil belum menghisap

    payudara.

    Oksitosin berperan penting dalam membuat uterus berkontraksi setelah

    persalinan, sehingga membantu pendarahan yang terjadi pada ibu, walaupun

    terkadang mengakibatkan rasa nyeri. Si kecil akan mengalami kesulitan untuk

  • 46

    mendapatkan ASI jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik. Payudara

    seolah-olah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara memproduksi ASI.

    Meningkatkan Hormon Oksitosin :

    1. Perasaan sayang ibu kepada bayinya

    2. Peran ayah yang mendukung dalam mengasuh bayi, seperti turut serta

    memandikan, mendendankan lagu, bermain bersama si kecil, membantu

    menggantikan popok bayi. Ayah juga dapat membantu menggendong bayi,

    serta membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga

    Produksi Hormon Oksitosin akan berkurang jika :

    1. Ibu merasa khawatir, kesal, marah, bingung dan sedih

    2. Rasa sakit yang dirasakan saat menyusui si kecil

    3. Ibu merasa khawatir akan bentuk tubuh

    4. Perasaan khawatir ibu meninggalkan bayinya karena harus kembali bekerja

    5. Saat ibu merasa ASI yang dimilikinya tidak cukup untuk si kecil.(18)

    4. Mekanisme Hormon Oksitosin Dapat Mempengaruhi Produksi ASI

    Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

    diproduksi, disekresi, dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap

    dan menelan ASI. Oksitosin berfungsi mengencangkan otot halus disekitar alveoli

    untuk memeras ASI menuju saluran susu, oksitosin berperan dalam proses

    turunnya susu let-down atau milk ejectoin reflex. Rangsangan yang ditimbulkan

    bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan

    melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan memacu

    otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga

  • 47

    memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.(18)

    2.2.8 Ibu Post Partum

    Masa post partum adalah masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dan

    lepas dari rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-

    organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti

    perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan. (15)

    Tahapan Masa Nifas

    1. Periode immediate postpartum atau puerperium Dini adalah masa segera

    setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat

    banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu,

    bidan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

    pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.

    2. Periode intermedial atau Early postpartum (24-1 minggu). Di fase ini bidan

    memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,

    lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan

    dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.

    3. Periode late postpartum (1-5minggu). Di periode ini bidan tetap melakukan

    perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. (22)

    2.3. Hipotesis

    Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka disusun suatu hipotesis

    yang merupakan jawaban sementara dari pernyataan penelitian yaitu sebagai

    barikut:

  • 48

    Ha : Ada Pengaruh pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan Produksi ASI

    pada ibu post partum di Klinik Kurnia kecamatan Medan Denai Tahun 2018.

  • 49

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Desain Penelitian

    Desainpenelitian yang digunakan adalah Eksperimen semu (quasi

    eksperimental)dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    rancanganpretes andposttest without control groupyaitu suatu desain penelitian

    dengan melakukan observasi sebelum dan sesudah eksperimen.Setiap sampel

    akan dilakukan pijat oksitosin 3 hari berturut-turut selama 15- 20 menit, pada hari

    pertama sebelum dilakukan pijat oksitosin, ASI akan diperah dan di ukur dengan

    menggunakan dot atau gelas ukur (pre test) sebelum diperah terlebih dahulu Ibu

    menyusui bayinya, setelah 2 jam kemudian dilakukan pre test, untuk mengetahui

    produksi ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin.Pada hari ke 3 akan dilakukan

    Post test (setelah dilakukan pijat oksitosin) yaitu dengan menyuruh Ibu menyusui

    bayinya, setelah 2 jam disusui akan dilakukan pijat oksitosin selama 15-20 menit

    setelah itu ASI akan diperah dan diukur menggunakan dot atau gelas ukur untuk

    mengetahui produksi ASI setelah dilakukan pijat oksitosin.

    Penelitian ini untuk melihat pengaruh pijat oksitosin dengan peningkatan

    produksi ASI pada Ibu Post Partum di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai

    tahun 2018.

  • 50

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai, jalan

    industri No.64 Mandala. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena

    masih banyak ibu post partum yang tidak memberikan ASI karena produksi ASI

    nya sedikit.

    3.2.2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan juli-oktober 2018, yaitu survei awal,

    pengajuan judul, pengambilan data, konsul proposal, acc sidang proposal sampai

    dengan penelitian.

    3.3. Populasi Dan Sampel

    3.3.1. Populasi

    Populasi adalah kumpulan elemen-elemen yang mempunyai karakteristik

    tertentu yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

    anggota sampel.

    Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu post partum hari 4 – 40 hari di

    Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai pada bulan juli- oktober 2018 sebanyak

    20 orang.

    3.3.2. Sampel

    Sampel adalah bagian yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti atau

    sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Teknik pengambilan

    sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menggunakan sampel

  • 51

    eksperimen sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 5 responden. Dalam

    penelitian ini yang menjadi sampel adalah Ibu Post Partum hari 4-40 hari di

    Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018. (23)

    Kriteria dalam pengambilan sampel meliputi :

    1. kriteria Inklusi

    Merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat

    diikutsertakan ke dalam penelitian.

    Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

    1. Ibu tidak menggunakan pelancar ASI

    2. Ibu tidak sedang sakit

    3. Ibu bersedia menjadi responden

    2. Kriteria Eksklusi

    Merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria

    eksklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian

    Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :

    1. Ibu post partum mempunyai kelainan pada bagian punggung Ibu

    2. Ibu post partum yang menolak jadi responden

    3.4. Kerangka Konsep

    Penelitian ini menggunakan dua variable yaitu satu variabel bebas (variabel

    independent) atau variabel X dan satu variabel terikat (variabel dependent) atau

    variabel Y. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pijat oksitosin, sedangkan

    variabel terikat adalah Peningkatan produksi ASI. Hubungan dari kedua variabel

    adalah seperti gambar 3.1. sebagai berikut:

  • 52

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Skema 3.1 Kerangka Konsep

    3.5. Defenisi Operasional Dan Aspek Pengukuran

    3.5.1.Defenisi Operasional

    Defenisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mengidentifikasi

    variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel pengetahuan.

    Pijat Oksitosin : Pijat oksitosin merupakan pemijatan pada

    sepanjang tulang belakang ( vertebra ) dan

    merupakan usaha untuk merangsang hormon

    oksitosin setelah melahirkan

    Peningkatan Produksi ASI :Meningkatnya jumlah volume ASI yang dihasilkan

    Ibu,yang diukur dengan cara menampung ASI

    sebelum dilakukan perlakuan dan setelah dilakukan

    perlakuan adakah peningkatan produksi asi

    3.5.2. Aspek Pengukuran

    Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukuran

    (instrumen), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunakan untuk

    menilai suatu variabel.

    Peningkatan Produksi

    ASI

    Pijat Oksitosin

  • 53

    Tabel.3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen (X variabel) dan Dependen (Y Variabel)

    No Nama Variabel Cara dan alat ukur

    Skala pengukuran

    Value Jenis Skala Ukur

    1

    Variabel X

    Pijat Oksitosin

    -

    -

    -

    2

    Variabel Y

    Peningkatan Produksi asi

    menggunakan botol susu (Dot) atau gelas ukur (cc)

    -

    -

    Rasio

    3.6. Metode Pengumpulan Data

    3.6.1. Jenis Data

    1). Data Primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari pesponden

    ibu post partum di Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018.

    2). Data Sekunder dalam penelitian ini adalah pengumpulan data rekam medik

    yang diambil dari Klinik Kurnia Kecamatan Medan Denai Tahun 2018.

    3). Data tertier dalam penelitian ini dari naskah yang telah dipublikasikan

    seperti dari WHO, UNICEF, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, Profil

    Kesehatan Sumatra Utara tahun 2016.

    3.6.2. Teknik Pengumpulan Data

    1) Data Primer dalam penenlitian ini adalah data yang langsung diperoleh dari

    langsung dari responden

    2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari data Ibu

    Post Partum hari ke 4-40 diklinik Kurnia Kecamatan Medan Denai tahun

    2018

  • 54

    3) Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah

    dipublikasikan yaitu sperti jurnal terdahulu.

    3.7. Metode Pengolahan Data

    Data yang terkumpul diolah dengan komputerisasi dengan langkah-langkah

    sebagai berikut :

    1. Mengumpulkan data (Collecting)

    Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner, angket, maupun

    observasi

    2. Memeriksa (Checking)

    Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

    observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

    data memberikan hasil yang valid dan reliabel, dan terhindar dari bias.

    3. Membuat kode (Coding)

    Pada langkah ini penulis melakukan pemberian code pada variabel-variabel

    yang diteliti.

    4. Memasukkan data (Entering)

    Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

    masih dalam bentuk “Kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

    program komputer yang digunakan peneliti yaitu SPSS.

    5. Memproses data (Processing)

    Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah

    sesuai dengan kebutuhan dari peneliti.

  • 55

    3.8. Teknik Analisa Data

    Untuk menganalisa data yang diperoleh semua data yang ada diolah

    menggunakan program komputer atau uji statistik. Teknik analisan dapat juga

    hanya dengan dipresentase, tabel atau diagram.

    3.8.1. Analisa Univariat

    Analisa univarat adalah teknik analisa data dengan menyederhanakan atau

    memudahkan interpretasi data ke dalam bentuk penyajian baik tekstular maupun

    tabular menurut variabel yang diteliti.Analisa data ini dilakukan untuk

    memperoleh distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang diteliti.

    3.8.2. Analisa Bivariat

    Analisi bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pijat

    oksitosin terhadap peningkatan Produksi ASI pada Ibu post partum di Klinik

    Kurnia Kecamatan Medan Denai tahun 2018. Untuk itu dilakukan uji normalitas

    yang dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak

    normal, jika data tidak normal maka uji yang digunakan dengan menggunakan

    Wilcoxon Rank Rest, jika data terdistribusi secara normal maka uji yang

    digunakan adalah uji t test.

    Sebelum dilakukan uji hipotesis sebelumnya dilakukan pengujian prasyarat

    prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas untuk mengatahui apakah data yang

    diperoleh berdistribusi normal atau tidak.

    Uji prasyarat analisis data, sebelum melakukan teknik analisis statistik yang

    akan digunakan, terlebih dahulu memeriksa keabsahan sampel, yaitu dengan uji

    normalitas. Uji normalitas data perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

  • 56

    yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam

    penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk(untuk

    sampel berskala kecil). Adapun pengolahan datanya menggunakan sistem

    komputerisasi melalui program aplikasi SPSS dengan ketentuan bahwa :

    1) Apabila nilai signifinancy P > ά (0,05) maka Ho ditolak atau dapat

    disimpulkan bahwa distribusi pada data tersebut adalah normal

    2) Apabila nilai signifinancy P < ά (0,05) maka Ho diterima atau dapat

    disimpulkan bahwa distribusi pada data tersebut tidak normal

    Namun dalam penelitian, uji t dilakukan dengan menggunakan

    komputerisasi melalui program SPSS (tidak dilakukan secara manual) dengan

    parameter uji sebagai berikut :

    1) Jika t tabel ≤ t hitung maka Ho diterima, dan Ho ditolak

    2) Jika t tabel ≥ t hitung maka Ho ditolak, dan Ha diterima

    Apabila hasil uji normalitas menyatakan bahwa distribusi pada data tersebut

    tidak normal, maka analisa data dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon Test.